Jurnal Pamela

download Jurnal Pamela

of 8

description

gggg

Transcript of Jurnal Pamela

Eczema dan Alergi : Seberapa Bergunakah Tes Alergi ?Oleh Pamela Retnadi K ( 01.205.5051)

Bagian Kulit Kelamin Coas RST Semarang Periode November 09

ABSTRACTTujuan : untuk menentukan nilai dari tes alergi menggunakan skin prick tes dan pengukuran specific immunoglobulin E (spIgE) untuk mengenali alergi pada anak dengan eczema (dermatitis atopic) dan untuk menghubungan penemuan tersebut dengan riwayat klinik

Metode : sebuah penelitian retrospekstive dari 1000 anak dengan eczema sedang sampai berat dan mendatangi rumah sakit untuk pengobatan. Setiap anak mempunyai detail rekam medik tentang alergi dan kerasnya dermatitis atopic dinilai oleh penelitian perawat. Skin prick tes dilakukan menggunakan serbuk rumput, tengu debu rumah, dan allergen putih telur. Tes darah diambil dari respon total IgE dan spIgE untuk allergen-alergen tersebut. Grup control terdiri dari 1000 anak tanpa riwayat alergi juga dimasukkan sebagi perbandingan.Hasil : lebih dari dua per tiga anak (68%) memiliki total IgE yang tinggi (>1000kU/I). Tes SpIgE untuk rumput dan tengu debu rumah menunjukkan temuan frekuen tersering meskipun secara statistic hubungannya lemah dengan riwayat klinik. Alergi untuk allergen udara biasa ditemukan pada grup anak usia yang lebih dewasa, sedangkan allergen putih telur lebih sering ditemukan grup anak usia yang lebih muda.Kesimpulan : tidak ada satupun tes diagnosis alergi untuk anak dengan dermatitis atopic. Hasil tes-tes ini dikombinasi dengan riwayat klinik memberikan penilaian lebih akurat pada status alergi anak. Anak-anak dengan eczema sedang sampai berat hubungan timbulnya alergi lebih tinggi. Skin prick test dan SpIgE membantu membuktikan tetai tidak semata-mata lebih baik daripada diagnosis lainnya. Perawat klinik ahli mampu untuk memberikan bantuan yang berharga kepada keluarga melalui sumbangan support dan membawa tes alergi.LATAR BELAKANGEczema adalah masalah kesehatan diseluruh dunia., mengenai 15 sampai 20 persent anak diseluruh UK. Penyakit tersebut mempengaruhi anak-anak lebih dari 80% penderita menunjukkan tanda dan gejala pada tahun pertama kehidupan (Flohr dan Williams 2006). Diagnosa eczema biasanya jelas tetapi kriteria diagnostic terpercaya secara asli digambarkan oleh Hanifin dan Rajka (1980) dan kemudian dimodifikasi oleh UK Working Party (Williams et al 1994), yang mana digunakan sebagai ketetapan universal pada diagnosa eczema. Setelah anak-anak bertambah dewasa bertambah baik dan pada masa remaja kebanyakkan tidak memiliki eczema sebagai masalah klinik, meskipun beberapa aspek bertahan sampai kehidupan dewasa, seperti kulit sensitif dan predisposisi untuk alergi (Willian dan Wuthrich 2000, Flohr dan Williams 2006). Sebagian anak dengan eczema juga akan muncul asma dan rhinitis kronik / hay fever (Flohr dan Williams 2006).

Eczema timbul pemikiran sebagai hasil interaksi antara gen tertentu dan factor lingkungan (Moffatt et al 2006). Hal itu terutama karena kelainan genetic, dengan riwayat eczema keluarga yang kuat, asma atau hay fever terdapat pada pengeruh keluarga dan timbulnya kejadian tinggi pada kembar identik dibandingkan kembar tidak identik (Moffatt et al 2006, Van Eredewegh 2002). Bagaimanapun hari demi hari basis eczema dipicu dan diperburuk oleh beberapa factor., khususnya respon terhadap allergen tertentu. Untuk kebanyakan anak dengan eczema ringan, yang mana secara cepat diterapi dengan obat topical sederhana, alergi biasanya bukan masalah yang penting. Pada penelitian kami alergi bisa menjadi masalah mayor berhubungan dengan anak-anak penderita eczema sedang sampai berat.

Untuk mendignosa alergi, ada beberapa pilihan tes berbeda tersedia tetapi tidak ada satu gold standart atau tes akurat terpercaya untuk semua alergi. Beberapa mengatakan komponen penting dalam diagnosa alergi adalah memiliki riwayat klinik positif bersama dengan satu tes alergi positif (Ewan dan Clark 2005, Roberts 2005). Kemungkinan dan tidak ada riwayat positif, Smits et al (2003) dan Niggermann et al (2000) menyebutkan bahwa dua tes alergi positif dibutuhkan untuk dipastikan specific alergi. Tes alergi yang tersedia adalah specific immunoglobulin E measurements (SpIgE) dinilai dari darah; skin prick tes; patch tes; dan tantangan makanan. (Roehr 2001, Fiocchi et al 2004, Holgate dan Lack 2004). Terakhir percaya bahwa tes paling berguna untuk allergen makanan tetapi tidak mudah untuk investigasi pertama kali.

Pendapat berbeda muncul mengenai kepercayaan tes alergi terutama sekali pada anak eczema (Roberts 2005, Kunz dan Ring 2000). Hansen et al (2004) menunjukkan tes paling akurat untuk alergi putih telur adalah SPT sedangkan Cantani dan Micera (2003) menemukan tes-tes SPT lebih terpercaya untuk allergen hirup daripada allergen makanan. Kunz dan Ring (2000) melaporkan ketidak konsekuenan dalam hal sensitivitas dan spesifik dan positif palsu dan hasil negatif dilaporkan dalam tes SpIgE (Holgate dan Lack 2004).Eczema berhubungan dengan kerentanan terhadap alergi dalam bentuk reaksi hipersensitivitas tipe sedang (Holgate dan Lack 2004). Yang biasanya termasuk alergi : telur, susu sapi, tengu debu rumah (house-dust mite/HDM), rumput, kucing, anjing, kuda dan jamur (Flohr dan Williams 2006). Tipe alergi ini dimediasi oleh IgE. IgE dapat dideteksi pada serum dan dihubungkan dengan pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya sebagai respon alergi terhadap allergen seperti serbuk dan makanan. Hal ini bisa bermanifestasi sebagai rhinitis alergi, asma atau iritasi kulit (Reeves dan Todd 1991). Anak dengan eczema, alergi makanan muncul sebagai kulit merah dan gatal dengan ruam urticarial muncul setelah makanan dimakan (David 2006). Delapan persen anak dengan eczema memiliki peningkatan total IgE, tetapi kira-kira 10% anak dengan eczema dalam range normal, sebagian yang tidak memiliki respon SpIgE untuk alergi biasa (Moffat et al 2006). IgE lebih tinggi, seperti beberapa individual tidak memiliki alergi sebagai masalah penting; bagaimanapun beberapa anak dengan IgE normal dapat juga memiliki masalah dengan alergi.

Penelitian kami tidak memasukkan tes pacth atau tantangan makanan tetapi hal terebut penting untuk dicatat bahwa kedua hal tersebut dinyatakan sebagai tes lebih lanjut yang dapat digunakan (Hon et al 2007, Niggermann et al 2000, Roehr et al 2001). Skin patch test direkomendasikan oleh Niggemann et al (2000) sebagai tes alergi tambahan yang benilai untuk menidentifikasi reaksi alergi fase lambat terutama sekali pada anak dengan eczema. Beberapa menyarankan tantangan makanan untuk memberikan tes yang lebih menentukkan (Ewan dan Clark 2005, Niggermann et al 2000, Smits et al 2003).Kontribusi keperawatan pada tes alergi adalah menumbuhkan area di rumah sakit dan pelatihan umum (Hodges et al 2007, Walker 2007). Bagaimanapun, ada kekurangan informasi saat menanyai anak dengan eczema. Keahlian perawat berperan penting dalam investigasi anak-anak tersebut dan mendukung keluarga mereka.

TES ALERGISkin Prick tes : tetesan solusio yang mengandung allergen dioleskan ke kulit dan sebuah lancet digunakan untuk mencakar kulit. Allergen akan mengikat IgE pada sel mast menyebabkan degranulasi dan pelepasan histamin. Ini akan menyebabkan bagian yang meninggi (urtika / weal) dan reaksi yang menyala, diameter kedua hal tersebut dapat diukur (Alk Abello 2001).IgE : total IgE adalah tes non-spesifik yang mengindikasikan potensial masing-masing individu untuk memunculkan reaksi alergi, dengan level lebih tinggi terlihat pada alergi anak dan dewasa. Level tersebut cenderung meningkat permulaannya pada usia kanak-kanak dan kemudian stabil atau menurun pada masa dewasa.

Radioallergosorbent tets (RAST) : pengukuran untuk respon spIgE sebagai jalur allergen dari sampel darah yang diambil dari pasien. Proses melibatkan pengisian alergi disk diinkubasi dengan pasien serum. Allergen spIgE, jika muncul, akan membalut allergen. Disk kemudian diinkubasi lagi dengan radiolabelled anti-IgE dan pengukuran radioaktifasi untuk memberikan level spIgE yang muncul (Todd dan Spickett 2005). SpIgE adalah specific penilaian pada allergen tertentu (Kunz dan Ring 2000).Patch testing : dilakukan dengan menggunakan allergen dimasukkan dalam petroleum jelly. Ini dibiarkan kontak dengan kulit selama 48 jam, yang mana memberikan antigen-presenting sel langerhans di kulit mengambil antigen dan menerima T-cell. Tes dibaca pada hari ke-3 dan ke-5 mengindikasi pembutuhan lambat penerimaan dan stimulat T-cell. Reaksi positif akan menunjukkan eritema, oedem dan sesuatu yang memanas. Patch tes digunakan untuk memeriksa reaksi hipersensitifitas tipe lambat yang meningkat pada dermatitis kontak (Todd dan Spickett 2005). Hal ini tidak disarankan untuk menjadi pemeriksaan rutin untuk mendiagnosis dermatitis atopic, tetapi dapat membantu jika ada kecurigaan adanya kontak alergi contohnya terapi topical yang digunakan pada kulit. Sebuah statement menyatakan beberapa pemeriksa yang menemukan allergen atopic umum selama melakukan patch tes rutin pada anak dengan eczema, seperti sebelumnya didaftarkan, informative. Hal ini sekarang disarankan sebagai atopi patch tes. Pemeriksaan ini tidak digunakan pada penelitian kami.

ECZEMA SEVERITY SCOREPenaksiran kerasnya eczema bisa dilakukan dengan beberapa macam metode scoring, contohnya SCORAD (European task force on Atopic Dermatitis) (1993), EASI (Cherill et ala 1998) dan SASSAD (Berth-Jones 1996). Metode yang digunakan pada penelitian kami adalah Rajka dan Langeland standart yang dimodifikasi kriteria Hanifin (Lewis-Jones dan Charman 2006). Pada metode ini tingkat eczema dibagi dalam tiga kategori : ringan, sedang dan berat. Hal tersebut diukur dengan pengukuran intensitas penyakit melalui gatal, rangkaian klinik pada periode remisi atau secara konstan muncul setahun terakhir dan luasnya lesi eczema diukur menggunakan rules of nines. Kemudian kerasnya diukur dari 0-9. METODOLOGIPeraturan penelitian keperawatan pada metodologi penelitian didapatkan dari riwayat keluarga (keluarga yang memiliki anak dengan eczema, melengkapi kuesioner pencarian yang luas, pengambilan sampel darah dan pemunculan SPT pada masing-masing anggota keluarga. Sampel darah diambil untuk DNA (studi genetic) dan total dan spIgE untuk putih telur, tengu debu rumah dan rumput.

Kuesioner meliputi detail riwayat dari alergi apapun yang diketahui dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi si anak. Efek pada anak meliputi respon alergi sedang yang nyata dengan symptom seperti mual/muntah (bila allergen pencernaan), urtikaria dan atau angio-oedem yang muncul 1 jam pembongkaran. SPT (tanpa menggunakan antihistamin selama 48 jam sebelum tes) ditunjukkan pada seluruh keluarga menggunakan allergen berikut : tengu debu rumah (dermatophagoides pteronyssinus), rumput timoty (phleum pretense), kucing (felix domesticus), jamur (cladosporium herbarium), putih telur dan positif-negatif control. Reaksi positif dicatat jika ukuran peninggian (urtika / wheal) sama dengan atau lebih dari 3mm dan lebih luas atau sama dengan ukuran kontrol positif.

Sesuai tujuan penelitian ini kami mengikutkan 100 keluarga yang berpartisipasi dalam semua tes. Hal ini dibandingkan dengan grup control yaitu anak-anak tanpa riwayat eczema, asma atau hay fever. Range umur anak penderita yang diambil melalui keluarga yang memenuhi syarat untuk penelitian- yaitu antara 2 -15 th dengan matched control. (selanjutnya anak penderita akan disebut proband, yang artinya seseorang yang menerima pertanyaan awal untuk memeriksa keluarga).

HASIL

Kerasnya : kerasnya eczema diukur sebagai berikut : ringan (3-4); sedang (5-7) dan berat (8-9). Level kerasnya dermatitis atopic dari grup proband anak kebanyakan pada level 8 dan 9 (61%) meliputi seluruh umur (gambar 1).

Total IgE : penilaian untuk total IgE disusun oleh hasil laboratorium untuk kelompok anak antara 4.22 6124.18 dengan rata-rata 157,5 kU/l. Hasil menunjukkan kecenderungan peningkatan total IgE berlebihan pada grup proband dibandingkan control. Enam puluh delapan persen proband diatas 1000 kU/l. Dengan membandingkan 1 % subjek control menunjukkan total IgE tinggi (diatas 1000 kU/l). Seperti yang ditunjukkan gambar 2.

Spesifik allergen Hasil dari tes rumput, tengu debu rumah dan putih telur dicatat pada table 1 sampai 3 dan dibagi dalam kelompok umur, dibawah umur 5 tahun dan 5-16 tahun. Specific IgE (spIgE) dicatat sebagai berikut : positif (class 1 sampai 3) dan positif kuat (class 4 sampai 6) (Riches dan Sheldon 1994).

Serbuk rumput

Riwayat alergi rumput diperlihatkan masing-masing kelompok umur dengan predominan pada grup umur lebih dewasa. Pada kedua kelompok umur, spIgE adalah indicator terkuat (65 anak pada class 4-6), lebih dan diatas angka dengan riwayat alergi rumput (50) dan positif SPT (44) (Tabel 1). Kelompok control menunjukkan angka kecil dari hasil positif dengan riwayat alergi rumput tidak diketahui.

Tengu debu rumah : tidak ada riwayat spesifik yang dicatat untuk tengu debu rumah. Grup anak umur lebih dewasa menunjukkan secara signifikan reaksi lebih pada skin prick tes dan positif kuat IgE. Angka terhebat anak dengan hasil spIgE dibandingkan dengan SPT. Ada sedikit anak dengan hasil positif pada kelompok control (table 2).

Putih telur : respon pada allergen makanan adalah sebaliknya. Presentase terhebat anak grup umur 5th . Contohnya rumput, kejadian titer IgE tinggi frekuensinya lebih sering daripada SPT positif. Ini dapat disarankan inilah tes yang lebih sensitive. Tetapi, meskipun spIgE lebih dapat dipercaya daripada SPT, tetap memiliki keterbatasan.

Tidak ada pencatatan riwayat tentang HMD pada anak. Tetapi, kesimpulan masih dapat digambarkan dari data yang mana juga menunjukkan secara signifikan persentase lebih tinggi anak dengan titer spIgE tinggi dibandingkan SPT. Semua SPT dilakukan dengan dengan sama research (HG) memberikan konsistensi teknik dan sedikit kesempatan hasil error. Berdasarkan contoh rumput disarankan bahwa spIgE mungki tes yang lebih dipercaya. Pada kedua control grup terdapat sebagian kecil kejadian anak dengan tes positif yang mana diharapkan dari populasi grup normal.Penelitian putih telur menunjukkan gambaran berbeda, yang berkenaan dengan range umur. Riwayat, SPT dan spIgE positif semua tinggi pada kejadian di grup anak