Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

117

Transcript of Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Page 1: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5
Page 2: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

MPMANAJEMEN PENDIDIKAN

ISSN 0852-1921Volume 24 Nomor 5 Maret 2015

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting

Wakil Ketua Penyunting

Penyunting Pelaksana

Mitra Bestari

Pelaksana Tata Usaha

Desi Eri Kusumaningrum

Teguh Triwiyanto

SunarniAsep Sunandar

R. Bambang SumarsonoWildan ZulkarnainAhmad Nurabadi

Juharyanto

Dwi Deswari (UNJ)Rusdinal (UNP)Ali Imron (UM)

Aan Komariyah (UPI)Ahmad Yusuf Sobri (UM)

Imam GunawanSasi Maulina

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: JurusanAdministrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. : [email protected] 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapatdikirimkan melalui rekening ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

E-mail

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh JurusanAdministrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

Page 3: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

MANAJEMEN PENDIDIKANVOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015

DAFTAR ISI

Manajemen Pembelajaran dalam RangkaPengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik, 357-366

Entin Fuji Rahayu

Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, 367-375Siti Mistrianingsih

Ali ImronAhmad Nurabadi

Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini, 376-382Ika Lestari

Agus TimanAsep Sunandar

Pengembangan Manajemen Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini, 383-391Siti Zaenab

Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non Akselerasi, 392-401Miftahul Jannah

Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan, 402-407Rohmitriasih

Hendyat Soetopo

Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jenjaring Sosial dalamPemanfaatannya untuk Belajar, 408-415

Aditya Chandra SetiawanBambang Setyadin

Raden Bambang Sumarsono

Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, 416-423Elwien Sulistya Ningrum

Ahmad Yusuf Sobri

Proyeksi Kebutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri, 424-431Ersa Khoirur Rizqi

Djum Djum Noor Benty

Manajemen Pembelajaran Homeschooling, 432-438Mayasari

Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Bagi Anak Terpidana, 439-446Devi Mariana

Page 4: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Pengelolaam Estrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa, 447-455Risca Apriliyandari

Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Mengajar Guru, 456-466Eka Harjanto

Page 5: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM RANGKAPENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK

Entin Fuji Rahayu

e-mail: [email protected] Pengajar Taman Kanak-Kanak Kusuma Mulia

Ngadiluwih Kabupaten Kediri

Abstract: Management of learning in order to develop the multiple intelligences of students havesome goals, such as: describethe planning, implementation, evaluation, supporting factors, andinhibiting factors from management of learning in order to develop the multiple intelligences ofstudents in kindergarten Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri. The research method used was a qualitativeapproach to case study research. Techniques of data collection using interviews, observation, anddocumentation. The results showed that the management of learning in kindergarten Kusuma MuliaNgadiluwih Kediri includes the stages of planning, implementation, evaluation, and have asupportingand inhibiting factors.

Keyword: learning management, multiple intelligences development

Abstrak: “Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk (MultipleIntelligences) Peserta Didik (Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Kusuma Mulia NgadiluwihKabupaten Kediri)” ini memiliki tujuan utama untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan,evaluasi, faktor pendukung, dan faktor penghambat manajemen pembelajaran dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk peserta didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri. Metodepenelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknikpengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa manajemen pembelajaran di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri meliputi tahapanperencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta memiliki faktor pendukung dan penghambat.

Kata Kunci: manajemen pembelajaran, pengembangan kecerdasan majemuk

Salah satu tujuan pembangunan nasional yaitumencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya,sebagai upaya memenuhi tanggungjawabmencerdaskan kehidupan bangsa, maka pemerintah,keluarga, dan masyarakat saling bekerjasama dalampenyelenggaraan pendidikan. Pendidikandiselenggarakan mulai dari jenjang pendidikan dasarsampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Sementaraitu, Tirtaraharja dan La Sulo (2005:76), menyatakanpendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) masihdipandang sebagai kelompok belajar yangmenjembatani anak dalam suasana hidup di keluargadan di sekolah dasar. Usia 0-6 tahun ini merupakanusia penting bagi anak, sehingga sering disebutdengan usia emas (golden age). Mariyana, dkk.,(2010:11) menyatakan, hasil dari berbagai risetmenunjukkan bahwa 50%-80% otak anakberkembang pada usia tersebut. Oleh sebab itu, masaini merupakan masa yang tepat sebagai peletak dasar

pengembangan berbagai kecerdasan, baik intelektual,bahasa, sosial, agama, dan lain sebagainya.

Pendidikan anak usia dini memiliki ciri khastersendiri, mereka memiliki karakteristik menyukaiaktivitas langsung dan berbagai situasi yangbertautan dengan minat dan pengalamannya. Olehkarena itu, anak usia dini lebih cocok dengan polapembelajaran konkret dan aktivitas motorik.Menurut Musfiroh (2008:129) pendidikan anak usiadini di Indonesia mengalami masa-masa penuhdilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkanpendekatan akademik penuh hafalan. Praktik yangsesuai dengan kebutuhan serta perkembangananak belum seluruhnya diterapkan.

Gardner (dalam Musfiroh, 2008:15),menyatakan pada dasarnya setiap individu adalahcerdas. Masing-masing individu ini memilikisetidaknya sepuluh kecerdasan dasar, antara lain:“kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika,

357

Page 6: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kecerdasan ruang, kecerdasan gerak/tubuh,kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal,kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis,kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial.Menurut Budiningsih (2005:114) kesepuluhkecerdasan tersebut biasa disebut dengankecerdasan majemuk (multiple intelligences).Berdasarkan gambaran di atas, peneliti tertarikmengadakan penelitian mengenai manajemenpembelajaran dalam rangka pengembangankecerdasan majemuk (multiple intelligences)peserta didik di TK Kusuma Mulia NgadiluwihKabupaten Kediri.

Kamaludin (1989:3) menyatakan manajemenadalah penyelesaian tujuan-tujuan melalui usaha-usaha orang lain. Manajemen bisa dikatakansebagai suatu proses perencanaan, pengorganisa-sian, pengarahan, dan pengontrolan untukmencapai tujuan-tujuan organisasi melaluipengorganisasian pemakaian sumber manusia danmaterial. Pendapat lain tentang manajemendikemukakan oleh Fattah (2008:1) yang menya-takan “manajemen diartikan sebagai prosesmerencana, mengorganisasi, memimpin, danmengendalikan upaya organisasi dengan segalaaspeknya agar tujuan organisasi tercapai secaraefektif dan efisien”.

Istilah la in dari manajemen, yaitupengelolaan. Manajemen merupakan kata dalambahasa Inggris, yakni management yang berartiketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan(Djamarah dan Zain, 2006:175). Sedangkanmenurut Arikunto (1992:8) pengelolaan adalahpenyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatuyang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif,dan efisien. Di sisi lain, pendapat yang serupadikemukakan oleh Rahayu (2011:1) yangmenyatakan, bahwa “pengelolaan diartikan sebagaikemampuan atau keterampilan untuk memperolehsuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuankegiatan-kegiatan orang lain”.

Pembelajaran merupakan tindakan ataukegiatan yang difokuskan pada hal-hal khusus yangdipelajari oleh peserta didik (Smith dan Ragandalam Setyosari, 2001:2). Pendapat lain mengenaipembelajaran juga dikemukakan oleh Hamalik(1995:57) yang menyatakan, pembelajaran adalahsuatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsurmanusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, danprosedur yang saling mempengaruhi untukmencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain Gagnedan Briggs (dalam Purwasih, 2012:2) mendefi-nisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian

events (kondisi, peristiwa, dan kejadian) yangsecara sengaja dirancang untuk mempengaruhipembelajar, sehingga proses belajarnya dapatberlangsung mudah. Pembelajaran mencakupsemua kegiatan yang mungkin mempunyaipengaruh langsung pada proses belajar manusia.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalammanajemen pembelajaran sebagai berikut: jadwalkegiatan guru-siswa, strategi pembelajaran,pengelolaan bahan praktik, pengelolaan alat bantu,pembelajaran ber-tim, program remidi danpengayaan, dan peningkatan kualitas pembelajaran(Ardiansyah, 2011:2). Secara operasional, manaje-men pembelajaran merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pada komponen pembelajaran,yaitu: siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat dan evaluasi. Ruang lingkup dalam manajemenpembelajaran dapat terlihat dar i kegiatanmanajemen pembelajaran.

Cunningham (dalam Pidarta, 1988:1)menyatakan perencanaan itu ialah menyeleksi danmenghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, danasumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuanmemvisualisasi dan memformulasi hasil yangdiinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, danperilaku dalam batas yang dapat diterima yang akandigunakan dalam penyeleksi. Sedangkan menurutYuspen (2009:1) “perencanaan pembelajaranadalah proses membantu tutor secara sistematisdan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusunkemungkinan yang berhubungan dengankebutuhan”. Sedangkan Sudjana (dalam Khan,2012:1) menyatakan perencanaan pembelajaranmerupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apayang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaranyaitu dengan mengatur dan merespon komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan(tujuan), sisi kegiatan (materi), cara penyampaiankegiatan (metode dan teknik), serta bagaimanamengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dansistematis. Guru yang baik dan administrativeminded selalu mempersiapkan diri, yaitu meren-canakan program dan bahan pelajaran yang akandiajarkannya (Mulyadi, 2009:75). Perencanaanpembelajaran yang disusun secara sistematis akanberfungsi sebagai pedoman bagi guru dalammembatasi kegiatan pembelajaran sesuai denganbatas yang ditetapkan dalam perencanaan.

Pelaksanaan pembelajaran adalah proseskegiatan belajar peserta didik sesuai dengan rencanayang telah ditetapkan untuk mencapai penguasaankompetensi (Depdiknas, 2004:16). Prosespembelajaran erat kaitannya dengan penciptaan

358 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Page 7: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajarsecara aktif. Sebagai upaya menciptakan suasanapembelajaran yang kondusif diperlukan sistempembelajaran yang memung-kinkan siswa belajarsecara maksimal dan tidak mengalami kejenuhan,oleh karena itu diperlukan juga manajemen kelasyang baik. Hasibuan dan Moedjiono (2010:82)menyatakan, keterampilan mengelola kelasmerupakan keterampilan guru untuk menciptakandan memelihara kondisi belajar yang optimal danmengembalikannya ke kondisi yang optimal jikaterjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkanataupun melakukan remedial. Pembelajarankurikulum tingkat satuan pendidikan sedikitnyadipengaruhi oleh tiga faktor berikut: “(1) karakteristikKTSP yang mencakup ruang lingkup dankejelasannya bagi pengguna di lapangan, (2) strategipembelajaran, dan (3) karakteristik penggunakurikulum yang meliputi pengetahuuan,keterampilan, nilai, sikap guru terhadap KTSP, sertakemampuannya untuk merealisasikan kurikulumdalam pembelajaran” (Mulyasa, 2006:247).

Pelaksanaan pembelajaran terdiri dariberberapa tahap. Menurut Sudjana (dalam Muchit,2008:10) tahapan dalam pelaksanaan belajar-mengajar, antara lain: “(a) prainstruksional, yaknitahap yang ditempuh pada saat memulai suatuproses belajar-mengajar, (b) tahap instruksional,yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapatdiidentifikasikan dengan beberapa kegiatan, dan(c) tahap evaluasi atau tindak lanjut tahapinstruksional”.

Evaluasi adalah salah satu alat untukmengetahui hasil kemajuan belajar peserta didikyang harus dilakukan dengan baik. Gronlund danLinn (dalam Wiyono, 2007:1) menyatakan, bahwa“evaluasi pembelajaran adalah suatu prosesmengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasiinformasi secara sistematis untuk menetapkansejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran”.Sedangkan menurut Setyosari (2001:20), bahwa“evaluasi pembelajaran merupakan proses untukmenentukan dan menggunakan teknik untukmengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang adaatau yang terjadi dalam pembelajaran”. Tujuanutama dari evaluasi pembelajaran adalah untukmenghimpun informasi yang dijadikan dasar untukmengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan,atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.Disamping itu juga untuk mengetahui tingkatefisiensi dan tingkat efektifitas kegiatan mengajartutor (Wiyono, 2007:2).

Berdasakan uraian di atas, tergambar bahwapenelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosesperencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sertafaktor pendukung dan penghambat dalam mana-jemen pembelajaran dalam rangka pengembangankecerdasan majemuk (multiple intelligencies)peserta didik di TK Kusuma Mulia NgadiluwihKabupaten Kediri.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif. Strauss dan Corbin (2003:4) menjelas-kan,”penelitian kualitatif adalah penelitian yangtemuan-temuannya tidak diperoleh melaluiprosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya,sehingga tujuan dari penelitian ini, yaitu meng-gambarkan realita empirik di balik fenomena yangterjadi di lapangan secara teliti”. Penelitiankualitatif yang digunakan dalam penelitian inibermaksud mengetahui dan mendeskripsikansecara rinci tentang manajemen pembelajarandalam rangka pengembangan kecerdasanmajemuk peserta didik di TK Kusuma MuliaNgadiluwih Kediri. Alasan yang paling mendasaruntuk memilih pendekatan kualitatif karena fokusatau masalah yang akan diteliti lebih banyakmembahas proses dan memerlukan pengamatanyang mendalam dalam situasi yang alami, sertamengungkapkan fenomena tertentu yang sifatnyaunik dan menekankan padasuatu proses.

Sedangkan jenis penelitian kualitatif yangdigunakan adalah studi kasus, karena penelitimenganalisis dan mendeskripsikan secaraterperinci mengenai suatu lembaga. Wiyono(2007:77) menyatakan, “studi kasus merupakanserangkaian kegiatan penyelidikan untukmendiskripsikan dan menganalisis secara intensifdan terperinci suatu gejala atau unit sosial tertentu,seperti individu, kelompok, komunitas, ataulembaga”. Dikatakan sebagai penelitian kualitatifjenis studi kasus, karena peneliti menekankan padapengungkapan fakta yang terkait denganmanajemen pembelajaran dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk (multipleintelligences) peserta didik di TK Kusuma MuliaDesa Seketi Kecamatan Ngadiluwih KabupatenKediri.

Peneliti bertindak sebagai pengumpul data dansebagai instrumen aktif dalam pengumpulan datadi lapangan. Hutomo (dalam Bungin, 2001:56)menyatakan,”peneliti sendiri merupakan instrumen

Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 359

Page 8: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

penelitian yang paling penting dalam pengumpulandata dan penginterpretasian data”. Penelitiberperan sebagai pengamat, dalam pengamatan-nya peneliti mengamati seluruh kegiatanmanajemen pembelajaran dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk peserta didikdi TK Kusuma Mulia. Selain itu, peneliti jugaberpartisipasi dalam berbagai kegiatan di TK.Penelitian ini dilaksanakan di TK Kusuma Muliayang terletak di Desa Seketi KecamatanNgadiluwih Kabupaten Kediri. Tepatnya terletak± 700 meter dari jalan masuk Desa Seketi, RT 02RW 02 Dusun Badug Desa Seketi.

Sumber data dalam penelitian ini berupasumber data manusia dan nonmanusia. Orang-orang yang dapat dijadikan sumber data dalampenelitian ini,yaitu: Kepala TK (Laili Khumaidah)dan beberapa orang guru (Isnani, Siti Sa’adah, danNur Asiyah). Sedangkan sumber data nonmanusiaberupa dokumen atau arsip yang terkait denganfokus penelitian ini, yaitu: profil Taman Kanak-Kanak Kusuma Mulia, RKH, RKM, prota, promes,laporan perkembangan peserta didik, serta gambar-gambar mengenai proses manajemenpembelajaran dalam rangka pengembangankecerdasan majemuk peserta didik.

Penentuan teknik yang tepat sangatmembantu peneliti dalam melaksanakanpenelitiannya. “Tanpa mengetahui teknik pengum-pulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkandata yang memenuhi standar data yang ditetapkan”(Sugiyono, 2008:308). Teknik yang digunakandalam pengumpulan data pada penelitian ini antaralain: (1) observasi, (2) wawancara, dan (3)dokumentasi. Heru (dalam Fajar, 2011:1)menyatakan, “observasi dalam konteks penelitianilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukansecara sistematis, terencana, terarah pada suatutujuan dengan mengamati dan mencatat fenomenaatau perilaku satu atau sekelompok orang dalamkonteks kehidupan sehari-hari dan memperhatikansyarat penelitian ilmiah”.

Wawancara adalah proses memperolehketerangan untuk tujuan penelitian dengan caratanya-jawab dan bertatap muka antara penanyadan penjawab dengan atau tanpa panduanwawancara. Teknik wawancara yang digunakan,yaitu jenis teknik wawancara semi terstrukturdimana peneliti menggunakan pedomanwawancara namun pertanyaan dikembangkansesuai dengan jawaban yang diberikan. Pihak-pihak yang diwawancarai oleh peneliti yaitu:Kepala TK (Laili Khumaidah) dan beberapa orang

guru (Isnani, Siti Sa’adah, dan Nur Asiyah).Sedangkan teknik dokumentasi dalam penelitiandigunakan untuk mengumpulkan data dari sumbernonmanusia. Adapun dokumen yang diambildiantaranya dokumen mengenai profil TamanKanak-Kanak Kusuma Mulia, RKH, RKM, prota,promes, laporan perkembangan peserta didik, sertagambar-gambar mengenai proses manajemenpembelajarandalam rangka pengembangankecerdasan majemuk peserta didik.

Moleong (2006:246) menyebutkan, “analisisdata adalah proses mengorganisasikan danmengurutkan data ke dalam pola, kategori, dansatuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukantema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sepertiyang disarankan oleh data”. Miles dan Huberman(dalam Wiyono, 2007:93) menyatakan, “ada tigalangkah yang dilakukan dalam proses analisis data,yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi ataupenarikan kesimpulan”. Penelitian ini, mengguna-kan tiga macam pengecekan keabsahan data, yaituperpanjangan keikutsertaan, triangulasi (metodedan sumber), dan ketekunan pengamatan.Sedangkan tahap penelitian meliputi tahappralapangan, persiapan, pelaksanaan penelitian,tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.

HASIL

Berdasarkan keseluruhan paparan data dananalisis tentang manajemen pembelajaran dalamrangka pengembangan kecerdasan majemukpeserta didik di TK Kusuma Mulia NgadiluwihKediri, maka diperoleh hasil penelitian sebagaiberikut. Manajemen pembelajaran dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk peserta didikdi TK Kusuma Mulia Ngadiluwih KabupatenKediri meliputi proses perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi. Selain itu terdapat faktor pendukungdan penghambat dalam penerapan manajemenpembelajaran tersebut.

Perencanaan manajemen pembelajaran dalamrangka pengembangan kecerdasan majemuk(multiple intelligences) peserta didik di TK KusumaMulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediri terlihat daribeberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain: (a)membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) secararutin dan teratur. RKH ini berisi indikatorpengembangan, kegiatan pembelajaran, metode,alat/sumber belajar, teknik penilaian perkembangananak serta nilai yang diperoleh anak, (b) RencanaKegiatan Harian (RKH) dibuat sesuai denganRencana Kegiatan Mingguan, prota, dan promes

360 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Page 9: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

yang sudah terlebih dulu dibuat sesuai dengankurikulum, dan (c) kelas direncanakan dan dibentuksesuai dengan kebutuhan dan kegiatanpengembangan kecerdasan peserta didik.

Pelaksanaan manajemen pembelajaran dalamrangka pengembangan kecerdasan majemuk(multiple intelligences) peserta didik di TKKusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediriantara lain: (a) kegiatan terdiri dari kegiatan awal,inti, dan penutup, (b) kelas terdapat dua bentuk, didalam ruangan dan di luar ruangan, (c) bentuk kelasvariasi, ada klasikal dan kelompok. Bentuk klasikalyang dimaksudkan adalah tempat dudukmenghadap ke depan semua mendengarkanpenjelasan guru. Sedangkan bentuk kelompok yaitumembagi peserta didik dalam beberapa kelompok,(d) terdapat variasi pemberian tugas. Terdapat duatugas utama yang harus diselesaikan dalam satupertemuan. Dua tugas tersebut tediri dari dua jenisbidang pengembangan. Dalam pengerjaannyaterkadang anak disuruh memilih pekerjaan yangia sukai untuk dikerjakan dahulu, terkadangditentukan oleh guru, (e) lingkungan kelas dibuatmampu menunjang berbagai kegiatanpengembangan kecerdasan majemuk peserta didiksehingga dimodifikasi untuk mampu meningkatkankecerdasan siswa dan menunjangnya seperti,pencahayaan yang mampu menerangi seluruhruangan, ventilasi yang cukup, hiasan yang bergunaganda untuk memperindah ruangan danmeningkatkan kecerdasan seperti penempatanhiasan berupa huruf alfabet, huruf hijaiyah, angkaumum dan arab, nama-nama hari, bentuk-bentukbidang, serta sudut alam sekitar, (f) terdapatberbagai kegiatan penunjang kecerdasan majemukyang diwujudkan dalam kegiatan pembelajaransehari-hari, dan (g) peran guru dalam manajemenpembelajaran sangat besar. Guru bertugassenantiasa menjaga kondisi kelas nyaman dan tidakmembosankan. Dalam menciptakan suasana kelasyang kondusif, guru melakukan beberapa tindakanyang bersifat preventif dan kuratif untukmengendalikan situasi kelas.

Kegiatan evaluasi manajemen pembelajarandalam rangka pengembangan kecerdasanmajemuk (multiple intelligences) peserta didik diTK Kusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediriterdiri dari beberapa bentuk kegiatan yangbertujuan memantau, mengetahui, danmengembangkan berbagai kecerdasan majemukpeserta didik: (a) evaluasi dilakukan dalam duabentuk, yaitu evaluasi harian dan evaluasi semester,(b) evaluasi harian berasal dari hasil pekerjaan

tugas harian di buku atau lembar kerja berupatanda bintang, mengamati tindakan ketika diberikantugas, ketika melaksanakan serta hasil pekerjaanpeserta didik, selain itu juga diadakan penilaianperilaku setiap hari serta penilaian konsentrasi 4-5anak tiap hari yang ditulis dalam Rencana KegiatanHarian (RKH), dan (c) evaluasi semester berupabuku rapor. Terdapat dua macam rapor di TKKusuma Mulia, rapor dari pemerintah KabupatenKediri dan rapor dari yayasan.

Terdapat beberapa faktor pendukungmanajemen pembelajaran dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk (multipleintelligences) peserta didik di TK Kusuma MuliaDesa Seketi Ngadiluwih Kediri antara lain: (a) guruyang mampu berinovasi, (b) kurikulum yangmendukung. Kurikulum yang dikembangkan sendirioleh sekolah sangat mendukung berbagai kegiatandalam pengembangan kecerdasan majemukpeserta didik. Kurikulum diwujudkan pula dalampengelolaan kelas yang diselenggarakan secaraberencana dan terarah serta terorganisir denganbaik. Kurikulum ini dikembangkan dan diwujudkandalam prota , promes, Rencana KegiatanMingguan, serta Rencana Kegiatan Harian, (c)fasilitas, berupa mainan dan peralatan penunjangyang cukup memadai meskipun belum benar-benarlengkap, dan (d) adanya dinamika kelas yangditunjukkan variasi bentuk kelas (kelas di dalamruangan dan di luar ruangan, kelas bentuk klasikaldan bentuk berkelompok), variasi metode mengajar,variasi kegiatan belajar, sumber belajar, pengaturantempat duduk, pengaturan warna danpencahayaan, kedisiplinan kelas, pengelolaanperilaku peserta didik serta strategi pembelajaranyang digunakan.

Faktor penghambat manajemen pembela-jaran dalam rangka pengembangan kecerdasanmajemuk (multiple intelligences) peserta didik diTK Kusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediriantara lain: (a) jumlah ruangan kelas yang terbatasdan halaman tempat bermain yang kurang luas.Jumlah ruang kelas yang kurang diatasi denganadanya shift mengajar atau sesi belajar. Pukul07.15-09.15 WIB, kelas digunakan untuk kelas A1dan A2, selanjutnya pukul 09.15-11.15 WIB, kelasA1 digunakan kembali untuk kegiatan belajar kelasB1, sedangkkan kelas A2 digunakan kembali olehpeserta didik kelas B2 untuk kegiatan belajar, dan(b) jumlah ruangan yang kurang memadai jugamenyebabkan sekolah belum memiliki sentra atauarea khusus layaknya TK yang sudah unggulan.Masalah ini disiasati dengan pembentukan kelas

Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 361

Page 10: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

semi sentra dengan adanya kelompok-kelompokbelajar serta pembagian tugas dalam satu kelas.

Hasil penelitian tersebut dapat digambarkanpada gambar 1.

BAHASAN

Tahap perencanaan, TK Kusuma Muliasenantiasa membuat rencana kegiatan harian (RKH)secara teratur. Hal ini sesuai dengan pendapatMulyadi (2009:75) yang menyatakan “guru yang baikdan administrative minded selalu mempersiapkandiri, yaitu merencanakan program dan bahanpelajaran yang akan diajarkannya”. Dalam kegiatanmanajemen pembelajaran, perencanaan kelasdisesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatanpengembangan kecerdasan majemuk peserta didik.Hal berikut selaras dengan tujuan pengelolaan kelasyang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain(2006:178) bahwa secara umum tujuan pengelolaan

kelas yaitu “penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungansosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas”.

Pelaksanaan manajemen pembelajaran dalamrangka pengembangan kecerdasan majemukpeserta didik di TK Kusuma Mulia terdiri darikegiatan awal, inti, dan akhir. Hal tersebut sesuaidengan pendapat Sudjana (dalam Muchit, 2008:10)yang menyatakan, tahapan dalam pelaksanaanbelajar-mengajar, antara lain: “(a) prainstruksional,yakni tahap yang ditempuh pada saat memulaisuatu proses belajar-mengajar, (b) tahapinstruksional, yakni tahap pemberian bahanpelajaran yang dapat diidentifikasikan denganbeberapa kegiatan, dan (c) tahap evaluasi atautindak lanjut tahap instruksional”. Mulyadi (2009:97)menyatakan, “kegiatan awal (membuka pelajaran)dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepadapeserta didik, memusatkan perhatian, danmengetahui apa yang telah dikuasai oleh siswa

Man

ajem

en P

embe

laja

ran

dala

m R

angk

a Pe

ngem

bang

an K

ecer

dasa

n M

ajem

uk

() P

eser

ta D

idik

di T

K K

usum

a Mul

ia N

gadi

luw

ih K

ediri

Mul

tiple

Inte

llige

nces

Faktor Penghambat: (1) jumlah ruangan kelas yang masih kurang mencukupi dan halaman tempat bermain yang sempit. Jumlah ruangan yang kurang mencukupi diatasi dengan adanya 2 sesi belajar (pagi pukul 07.15-09.15 dan siang pukul 09.15-11.15, dan (2) ruangan masih kurang sehingga tidak ada ruangan khusus sentra. Diatasi dengan kelas bentuk semi sentra dengan bentuk kelompok

Faktor Pendukung: (1) guru yang kreatif dan inovatif, (2) pengembangan kurikulum yang mendukung, (3) tersedia fasilitas penunjang yang cukup, dan (4) adanya dinamika kelas

Evaluasi: (1) evaluasi dalam bentuk harian dan semester, (2) evaluasi harian dilihat dari proses penyelesaian pekerjaan, hasil pekerjaan, perilaku, dan penilaian4-5 anak dalam RKH, dan (3) evaluasi semester berupa laporan perkembangan (rapor). Rapor lama berasal dari yayasan dan rapor bari dari pemerintah

Pelaksanaan: (1) kegiatan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir, (2) kelas ada dua bentuk (di dalam ruangan dan di luar ruangan), (3) variasi kelas ada klasikal dan kelompok, (4) terdapat variasi pemberian tugas, (5) lingkungan kelas dikondisikan mampu menunjang pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik, (6) terdapat kegiatan penunjang kecerdasan majemuk peserta didik, dan (7) guru mmelaksanakan tindakan preventif dan kuratif menjaga situasi kelas agar kondusif

Perencanaan: (1) membuat RKH secara rutin dan teratur, (2) RKH disesuaikan dengan RKM, prota, promes yang didasarkan pada kurikulum, dan (3) Perencanaan kelas disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik

Gambar 1 Bagan Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk (MultipleIntelligences) Peserta Dididk di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri

362 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Page 11: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

berkaitan dengan bahan yang dipelajari”.Sedangkan apa yang terjadi dalam kegiatan intitergantung dari strategi pembelajaran yang dipilihguru. “Kegiatan inti setidaknya mencakup: (a)penyampaian tujuan pembelajaran, (b)penyampaian materi/bahan ajar denganmenggunakan: pendekatan dan metode, saranadan alat/media yang sesuai dan lain-lain, (c)pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa, dan(d) melakukan pemeriksaan/pengecekan tentangpemahaman siswa” (Mulyadi, 2009:98). “Kegiatanpenutup: merupakan aktivitas guru, bagaimanamerangkum pendapat siswa pada suatu kesimpulanyang logis pada saat yang tepat” (YamindanAnsari, 2008:8).

Kelas terdapat di dalam ruangan dan di luarruangan serta ada variasi kelas klasikal dankelompok. Dalam kegiatan variasi bentuk kelas,tentu membutuhkan tempat duduk yang fleksibelagar mudah dipindah dan diatur sesuai dengankebutuhan. Mulyadi (2009:138) menyatakan“dalam kelas sekolah-sekolah modern, penyusunantempat duduk siswa/siswi (bangku/kursi)hendaklah fleksibel, artinya dapat dan mudahdiubah sesuai dengan kebutuhan”. Kegiatan kelasbentuk klasikal biasa diterapkan pada kegiatan-kegiatan yang membutuhkan perhatian seluruhpeserta didik secara merata seperti kegiatan awal/pengantar proses pembelajaran serta kegiatanmenjelaskan sehingga memudahkan guru apabilaingin melakukan tanya jawab. Hal tersebut sesuaidengan pendapat Mulyadi (2009:98) yangmenyatakan “pembelajaran klasikal yang digunakanapabila materi pembelajaran lebih bersifat fakta,atau formatif terutama ditujukan untuk memberikaninformasi atau sebagai pengantar dalam prosespembelajaran. Sehingga cenderung metodeceramah dan tanya jawab akan banyakdigunakan”. Sedangkan kelas bentuk kelompokbanyak digunakan oleh TK Kusuma Mulia ketikamemberikan tugas kepada peserta didik untukmemudahkan sosialisasi serta interaksi dankerjasama antar siswa. Sebagaimana yangdiungkapkan oleh Mulyadi (2009:98) “pembelajarankelompok digunakan apabila materi pembela-jarannya lebih mengembangkan konsep/sub pokokbahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitassosial, sikap, nilai, kerjasama, dan aktivitas dalampemecahan masalah melalui kelompok belajarsiswa”.

Selain variasi bentuk kelas juga terdapatvariasi pemberian tugas. Hal tersebut sesuaidengan yang dinyatakan oleh Mulyadi (2009:95)

“.... para guru hendaklah selalu berusaha untukmempercayakan sesuatu tugas kepada seke-lompok siswa atau setiap siswa. Misalnyamenugaskan sesuatu pekerjaan kepada tiga atauempat orang siswa yang akan membagi-baginyapula di antara mereka”. Sebagai bentuk upayamendukung pengembangan kecerdasan majemukpeserta didik, dalam pelaksanaannya, lingkungankelas dikondisikan mampu menunjang pengem-bangan majemuk peserta didik dengan caramemberikan pencahayaan yang cukup menerangiseluruh ruangan serta ventilasi yang cukup. Haltersebut sesuai dengan pendapat Djamarah danZain (2006:206) pada pengaturan alat-alatpengajaran poin ventilasi dan tata cahaya, yangmengungkapkan bahwa kelas harus “ada ventilasiyang sesuai dengan ruangan kelas, sebaiknya tidakmerokok, pengaturan cahaya perlu diperhatikan,cahaya yang masuk harus cukup, dan masuknyadari arah kiri jangan berlawanan dengan bagiandepan”. Selain lingkungan kelas yang dikondisikanuntuk menunjang pengembangan kecerdasanmajemuk peserta didik, kegiatan yang dilaksanakanjuga dirancang mampu menunjang pengembangan.

Manajemen pembelajaran t idak dapatdipisahkan dari kegiatan pengelolaan kelas danperan guru. Guru harus mampu melakukanberbagai tindakan preventif untuk mencegahterjadinya masalah dan berbagai tindakan kuratifuntuk menyelesaikan masalah yang sudah terjadidengan cepat. Hasibuan dan Moedjiono (2010:82)yang menyatakan “keterampilan mengelola kelasmerupakan keterampilan guru untuk menciptakandan memelihara kondisi belajar yang optimal danmengembalikannya ke kondisi yang optimal jikaterjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkanataupun melakukan remedial”.

Evaluasi manajemen pembelajaran dalamrangka pengembangan kecerdasan majemukpeserta didik di TK Kusuma Mulia merupakan halyang wajib dilakukan sebagai tindakan pengawasandan perbaikan bagi perkembangan kecerdasanpeserta didik. Sebagaimana yang dinyatakan olehMulyadi (2009:100) “pada tahap akhir pelajaran,guru hendaknya membiasakan diri mengadakanevaluasi terhadap pelajaran yang diseleng-garakan”. Evaluasi harian dilihat dari prosespenyelesaian pekerjaan, hasil pekerjaan, perilaku,dan penilaian konsentrasi 4-5 anak yang dilaporkandalam rencana kegiatan harian (RKH). Kegiatanevaluasi tersebut sesuai dengan pernyataanMulyadi (2009:100) yang menjelaskan, “evaluasiguru terhadap siswa pada akhir pelajaran dapat

Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 363

Page 12: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

dilakukan: (1) lisan, berupa pertanyaan-pertanyaanpengecekan terhadap pemahaman bahan pelajaranyang diajarkan, (2) tertulis, berupa soal-soalevaluasi bentuk objektif atau subjektif yang telahdipersiapkan sebelumnya, (3) perbuatan(performance), yaitu mempraktikkan ataumelakukan tugas-tugas tertentu. Soal tes perbuatandapat berupa perintah atau suruhan dan hendaknyadisertai dengan lembaran yang disusun menurutformat tertentu yang disebut lembaranpengamatan”.

Laporan perkembangan (rapor) merupakanbentuk evaluasi semester yang diberikan kepadapeserta didik tiap semesternya sehingga orang tuapeserta didik juga mengetahui perkembangan putraputrinya sehingga mampu mendukung danmemotivasi putra putrinya untuk lebih baik lagi.“Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orangtua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik”(Mulyadi, 2009:118). Pada TK Kusuma Mulia,terdapat dua jenis rapor yang berbeda, yakni raporyang berasal dari yayasan dan rapor daripemerintah Kabupaten Kediri.

Terdapat beberapa faktor pendukung yangdimiliki oleh TK Kusuma Mulia dalam hal mana-jemen pembelajaran dalam rangka pengembangankecerdasan majemuk peserta didik, di antaranya:memiliki guru yang kreatif dan inovatif, kegiatanpengembangan kurikulum yang mendukung,tersedianya fasilitas penunjang yang cukup, sertaadanya dinamika kelas. Hasil temuan penelitiantersebut sesuai dengan yang diungkapkan olehWahyu (2011:1) berikut: “adapun faktor pendukungdalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (1)faktor internal, faktor internal yaitu faktor yangberasaldari dalam diri siswa baik kondisi jasmani(fisiologis) maupun rohani(psikologis). (a) faktorfisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus(tegangan otot)yang menandai tingkat kebugaranorgan-organ tubuh dan sendi-sendinya,dapatmempengaruhi semangat dan intensitas siswadalam mengikuti pelajaran. (b) faktor psikologisyang meliputi: minat, kecerdasan/inteligensi,bakat,motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkanfaktor eksternal, meliputi: (a) lingkungan, dan (b)faktorinstrumental yang ada dalam sekolahdiantaranya kurikulum,program sekolah, sarana danfasilitas sekolah”. Hal tersebut diperkuat olehpendapat Yuspen (2010:1) yang menyatakan, “adabanyak faktor pendukung untuk keberhasilan suatuproses pendidikan. Misalnya Kurikulum yang solit,tenaga pendidik yang profesional, saranapendidikan yang lengkap, suasana belajar yang

tenang, tingkat inteligensi siswa yang diatas rata-rata dan lain-lain”.

TK Kusuma Mulia ini memiliki hambatanterkait ketersediaan ruang yang kurang mencukupiserta halaman tempat bermain yang kurang luas.Mengatasi kendala tersebut, TK ini berusahameminimalisir dengan cara mengadakan dua sesibelajar (pagi pukul 07.15-09.15 dan siang pukul09.15-11.15). Kendala ruang ini juga menimbulkanmasalah di mana TK tidak memiliki area/sentrabelajar layaknya TK yang telah maju, namun halini disiasati dengan mengadakan kelas bentuk semisentra yang mana peserta didik dibentuk kelompokuntuk mengerjakan dua tugas yang berbeda untuknantinya bertukar tugas apabila telah selesaimengerjakan satu tugas.Hambatan yang dihadapioleh TK Kusuma Mulia sesuai dengan salah satujenis hambatan yang diungkapkan oleh Nawawi(1989:130) yang menyebutkan “Selain faktorpendukung tentu juga ada faktor penghambat.Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri,dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupunkarena faktor fasilitas”.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan manajemenpembelajaran dalam rangka pengembangankecerdasan majemuk (multiple intelligences)peserta didik di TK Kusuma Mulia NgadiluwihKediri dilaksanakan melalui tahapan perencanaan,pelaksanaan, evaluasi, serta faktor pendukung, danfaktor penghambat. Tahap perencanaanmanajemen pembelajaran dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk peserta didikmeliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) membuat rencanakegiatan harian (RKH) secara rutin dan teratur,(2) RKH disesuaikan dengan rencana kegiatanmingguan (RKM), program tahunan (prota), danprogram semester (promes) yang didasarkan padakurikulum, dan (3) perencanaan kelas disesuaikandengan kebutuhan dan kegiatan pengembangankecerdasan majemuk peserta didik. Kegiatanpelaksanaan meliputi: (1) kegiatan terdiri darikegiatan awal, inti, dan akhir, (2) kelas ada duabentuk, di dalam ruangan dan di luar ruangan, (3)variasi kelas ada klasikal dan kelompok, (5)terdapat variasi pemberian tugas, (4) lingkungankelas dikondisikan mampu menunjangpengembangan kecerdasan majemuk peserta didik,(6) adanya kegiatan penunjang kecerdasanmajemuk peserta didik, dan (7) guru melaksanakan

364 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Page 13: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

tindakan preventif dan kuratif untuk menjaga situasikelas agar kondusif. Tahap evaluasi terdiri dari:(1) evaluasi harian dan evaluasi semester, (2)evaluasi harian dilihat dari proses penyelesaianpekerjaan, hasil pekerjaan, perilaku, dan penilaian4-5 lima anak dalam rencana kegiatan harian, dan(3) evaluasi semester berupa laporanperkembangan (rapor) berasal dari yayasan danlaporan perkembangan (rapor) baru daripemerintah. Faktor pendukung dalam manajemenpembelajaran dalam rangka pengembangankecerdasan majemuk peserta didik di TK KusumaMulia Ngadiluwih Kediri antara lain: (1) guru yangkreatif dan inovatif, (2) pengembangan kurikulumyang mendukung, (3) tersedianyan fasilitaspenunjang yang mencukupi, dan (4) adanyadinamika kelas. Sedangkan faktor penghambatmeliputi: (1) jumlah ruangan kelas yang kurangmencukupi dan halaman yang kurang luas. Masalahruangan diatasi dengan adanya 2 sesi belajar (pagipukul 07.15-09.15 dan siang pukul 09.15-11.15),dan (2) ruangan yang masih kurang sehingga tidakada ruangan khusus sentra. Diatasi dengan kelassemi sentra dengan bentuk kelompok.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi:(1) Kepala TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri,dalam menyelenggarakan manajemen pembelajarandalam rangka pengembangan kecerdasan majemuk(multiple intelligences) peserta didik disarankanuntuk lebih teliti dalam penyusunan program kegiatanterkait pemaksimalan pengembangan kecerdasanmajemuk peserta didik. Selain itu, juga disarankanagar Kepala TK segera menambahkan ruanganserta perlengkapan mengajar sehingga TK dapatmemiliki sentra belajar dan fasilitas yang benar-benar memadai, (2) Guru TK Kusuma MuliaNgadiluwih Kediri, diharapkan senantiasamemperdalam pengetahuan dan meningkatkankemampuan inovasi serta kreasi dalammerencanakan berbagai kegiatan dalam rangkapengembangan kecerdasan majemuk peserta didik,dan (3) Bagi peneliti lain, agar melakukan penelitianyang relevan terkait manajemen pembelajarandalam rangka pengembangan kecerdasan majemukpeserta didik secara lebih detail untuk meningkatkanpehamanan mengenai pemaksimalan pengem-bangan kecerdasan majemuk pada peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Ardiansyah, A. 2011. Pengertian ManajemenPembelajaran, (Online), (http://www.maja-lahpendidikan.com), diakses 9 April 2013.

Arikunto, S. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa:Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta:CV Rajawali.

Budiningsih, A. C. 2005. Belajar dan Pembela-jaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. 2001. Metodologi Peneli tianKualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004b.Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S. B & Zain, A. 2006. StrategiBelajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fajar, R. 2011. Pengertian Observasi danTujuan Observasi Bagi Psikologi ,(Online), (http://riskofdawn.blogspot.com),diakses 5 April 2013.

Fattah, N. 2008. Landasan Manajemen Pendi-dikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. 1995. Kurikulum danPembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J. J & Moedjiono. 2010. ProsesBelajar-Mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Kamaludin. 1989. Manajemen. Jakarta: Depar-temen Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jendral Pendidikan Tinggi ProyekPengembangan Lembaga PendidikanTenaga Kependidikan.

Khan. 2012. Perencanaan Pembelajaran,(Online), (http://www.scribd.com), diakses6 April 2013.

Mariyana, R., Nugraha, A. dan Rahmawati, Y.2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar.Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Muchit. 2008. Tahapan Pelaksanaan Belajar-Mengajar, (Online), (http://Muchit.blog-spot.com), diakses 6 April 2013.

Mulyadi. 2009. Classroom Management:Mewujudkan Susana Kelas yangMenyenangkan bagi Siswa. Malang: UINMalang Press.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Bandung:Remaja RosdaKarya.

Musfiroh, T. 2008. Buku Materi Pokok PAUD,Modul 1-9: Pengembangan KecerdasanMajemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pidarta, M. 1988. Manajemen PendidikanIndonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.

Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 365

Page 14: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Purwasih, H. 2012. Perbedaan ManajemenKelas dengan Manajemen Pembela-jaran, (Online), (http://henipurwasih.blogspot.com), diakses 5 April 2013.

Rahayu, N. P. A. 2011. Pengertian PengelolaanKelas, (Online), (http://astitirahayu.word-press.com), diakses 28 September 2012.

Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran:Teori dan Praktek. Malang: Elang Mas.

Strauss, A dan Corbin, J. 2003. Dasar-dasarPenelitian Kualitatif (M. Shodiq dan M.Muttaqien, Eds). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian PenelitianPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D. Bandung: Alfabeta.

Tirtaraharja, U & La Sulo, S. L. 2005. PengantarPendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wahyu, L. 2011. Faktor Pendukung dan FaktorPenghambat Pembelajaran, (Online),(http://idshvoong.com), diakses 5 April 2013.

Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research). Malang: UniversitasNegeri Malang.

Yuspen. 2010. Faktor Pendukung Keberhasilandalam Pembelajaran, (Online), (http://psb-psma.org), diakses 5 April 2013.

366 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Page 15: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASIMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Siti MistrianingsihAli Imron

Ahmad Nurabadi

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The main objective of this study is to describe the implementation of MBS, roles ofheadmaster, the factors supporting and inhibiting the implementation of MBS at Elementary Schoolin Pandanwangi 1 Malang. The methods of research used the qualitative approach and the type ofcasus study research. The result showed that there are seven pillars of MBS doing by school, useprinciple are autonomies school management mutual accord with school requirement by EDS, SOP,and parents quistionnaire. The school involve parents, make communication with other peoples, andsit the one room. Kind of decision making is partisipative. Actors of headmaster as educator, manager,administrator, supervisor, leader, innovator, and motivator.

Keyword: roles of head master, school based management implementation

Abstrak: Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi MBS, peran kepalasekolah, faktor pendukung, dan penghambat peran kepala sekolah dalam implementasi MBS di SDNPandanwangi 1 Malang. Menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Hasilpenelitian menunjukkan ada tujuh pilar MBS yang dilaksanakan oleh sekolah dengan prinsip mengelolasekolah secara mandiri yang dianalisis melalui EDS, SOP, dan kuesioner orangtua. Sekolah melibatkanorangtua, menjalin komunikasi dengan banyak pihak, dan duduk dalam satu ruangan. Pengambilankeputusan yang dilakukan dengan partisipatif. Kepala sekolah sebagai edukator , manager,administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.

Kata Kunci: peran kepala sekolah, implementasi manajemen berbasis sekolah

Implementasi program Manajemen BerbasisSekolah (MBS) di Indonesia dievaluasi pada Tahun2000, 2002, 2005, dan 2010. Hasil evaluasi padaTahun 2000, 2002, 2005 menunjukkan bahwaprogram pembinaan MBS memberikan dampakpositif, antara lain: (1) peningkatan manajemensekolah yang lebih transparan, partisipatif,demokratis dan akuntabel; (2) peningkatan mutupendidikan; (3) menurunnya tingkat putus sekolah;(4) peningkatan implementasi pembelajaran yangberpusat pada siswa dengan strategi PembelajaranAktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM); dan(5) peningkatan peran serta mayarakat terhadappendidikan di Sekolah Dasar (SD).

Pengertian MBS yang diungkapkan olehNurkolis (2003:7) adalah “suatu bentuk administrasipendidikan, dimana sekolah menjadi unit utamadalam pengambilan keputusan”. MBS adalah“model pengelolaan sekolah dengan memberikan

kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolahuntuk mengelola sekolahnya sendiri secaralangsung”. Dari pendapat tersebut dapat diambilkesimpulan bahwa MBS merupakan kewenanganyang diberikan pemerintah pusat kepada sekolah-sekolah untuk mengelola atau mengatur segalayang dibutuhkan oleh sekolah secara mandiri(otonom) termasuk dalam pengambilan keputusanatau kebijakan-kebijakan sekolah. Melaluipenerapan MBS, maka sekolah dalam penentuandan pengambilan kebijakan lebih melibatkanseluruh pelanggan sekolah, artinya secara internalpengambilan kebijakan melibatkan guru, tenagakependidikan, dan siswa. Secara eksternal,pelibatan komite sekolah dan orangtua siswamerupakan hal yang perlu dilakukan dalampenentuan kebijakan sekolah. Sehinggapengambilan kebijakan dapat dipertanggung-jawabkan (akuntabel).

367

Page 16: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Menurut Bass dan Bass (dalam Usman,2013:309) kepemimpinan merupakan “interaksi duaorang atau lebih dalam suatu kelompok terstrukturatau struktur ulang terhadap situasi persepsi danharapan anggota”. Sedangkan pengertiankepemimpinan menurut Yaverbaum dan Sherman(dalam Usman, 2013:311) adalah “leadership is actof gaining cooperation from people in order toaccomplish something”. Dari pendapat tersebutdapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakanseni seseorang dalam mempengaruhi orang lainuntuk bertindak sesuai yang diharapkan untukmencapai tujuan yang ditetapkan bersama secaraefektif dan efisien.

Peran kepala sekolah menurut Mulyasa(2011:100-120) yaitu kepala sekolah sebagaiedukator (pendidik), manajer, administrator,supervisor, leader, innovator, dan motivator.Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peran kepalasekolah dalam implementasi manajemen berbasissekolah.

METODE

Penelitian yang dilakukan menggunakanpendekatan kualitatif karena penelitian yang akandilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan aspekyang menjadi konteks dalam penelitian yangberkaitan dengan peran kepala sekolah dalamimplementasi MBS di SDN Pandanwangi 1Malang. Penelitian kualitatif menurut Williams(dalam Prastowo, 2012:23), “pengumpulan datapada suatu latar alamiah, dengan menggunakanmetode alamiah dan dilakukan oleh orang ataupeneliti yang tertarik secara alamiah”. Berdasarkanpendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalampenelitian kualitatif peneliti sebagai instrumenpengambil data, menggunakan natural setting, danmenggunakan metode alamiah. Sehingga penelitidisini berperan sebagai instrumen pengambil datadi lapangan dengan menggunakan metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitianstudi kasus, karena penelitian ini menganalisis gejala-gejala atau kasus yang ada di lapangan secaralangsung dengan latar yang alamiah. Melalui studikasus, peneliti akan mengungkap fenomenamengenai peran kepala sekolah dalam implementasiMBS dan memaparkan secara intensif dan rinci.Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ulfatin(2013:46), yaitu studi kasus adalah suatu pendekatandengan memusatkan perhatian pada suatu kasustertentu secara intensif dan rinci. Studi kasus jugadimaksudkan untuk memahami berbagai kaitan

yang ada di antara unsur-unsur yang terkandung didalam kasus dan lingkungannya serta umumnyabertujuan untuk mempertahankan keutuhan dariobjek yang diteliti.

Penelitian dilaksanakan di SDN Pandanwangi1 Malang, yang beralamat di Jalan L. A. SuciptoNomor 330 Kota Malang. Dalam penelitian kualitatifpengumpulan data dilihat dari jenisnya, diperolehberdasarkan dua sumber data yaitu sumber primerdan sekunder (Sarwono, 2006:209). Data primerdiperoleh peneliti melalui wawancara denganinforman yaitu pengawas, kepala sekolah, guru,komite sekolah, orantua peserta didik, security, danpetugas kantin. Data sekunder diperoleh dari datadalam bentuk teks, gambar, suara, maupun video.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalampenelitian ini dengan menggunakan wawancara,observasi, dan dokumentasi. Wiyono (dalamBurhanudin, 2007:79), wawancara adalah percakapanyang dilakukan antara peneliti dan subjek penelitiandengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebihdalam, mengkonstruksi dan memproyeksikanmengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.Hadi (dalam Prastowo, 2012:220) menjelaskan bahwapengamatan (observasi) yaitu “pengamatan danpencatatan secara sistematik terhadap suatu gejalayang tampak pada objek penelitian”. Sarwono(2006:225) menjelaskan “kajian dokumen merupakansarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan dataatau informasi dengan cara membaca surat-surat,pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertuliskebijakan tertentu dan bahan-bahan tertulis lainnya”.Analisis data yang dilakukan peneliti yaitumengumpulkan data di lapangan selengkap-lengkapnya, kemudian dilakukan reduksi data denganmenyortir data-data yang hanya sesuai kebutuhandalam konteks penelitian, sehingga data dapatdisajikan dan hasilnya akan dijadikan kesimpulanpenelitian atau verifikasi data (Miles & Hubermandalam Patilima, 2013:102). Teknik pengecekankeabsahan data yang dilakukan peneliti yaitu dengantriangulasi. Pengertian triangulasi menurut Patton(dalam Moleong, 2005:330) “...membandingkan danmengecek balik derajat kepercayaan suatu informasiyang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbedadalam penelitian kualitatif”.

HASIL

Implementasi Manajamen Berbasis Sekolah

SDN Pandanwangi 1 Malang menerapkantujuh komponen atau pilar MBS, yaitu manajemen

368 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

Page 17: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kurikulum, manajemen pendidik dan tenagakependidikan, manajemen peserta didik, manajemensarana dan prasarana, manajemen pembiayaan,manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat(humas), dan manajemen budaya dan lingkungansekolah. Prinsip- prinsip MBS yang dilaksanakanoleh sekolah antara lain: (1) warga sekolah dalamkaitan pengelolaan dapat mengelola sekolah secaramandiri sesuai dengan kebutuhan sekolah yangdianalisis melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dankuesioner orangtua, (2) sekolah dapat menemukanmasalah dan menentukan solusi, yaitu denganmemetakan masalah dan solusi penjaminan mutu,(3) strategi pengelolaan mandiri dilakukan denganberpedoman pada Standart Operating Procedure(SOP), (4) kepala sekolah melibatkan peran sertaorangtua peserta didik dalam kegiatan sekolah, (5)menjalin komunikasi dengan banyak pihak danduduk dalam satu ruangan. Pengambilankeputusan partisipatif pada setiap kebijakansekolah dengan melibatkan banyak pihak, yaitutukang kebun, penjaga kantin, staf, guru, pengawas,orangtua peserta didik, dan komite melalui rapat.

Peran Kepala Sekolah dalam ImplementasiManajamen Berbasis Sekolah

Terdapat tiga temuan penelitian tentang perankepala sekolah sebagai edukator adalah (1) pengadaanpelatihan IT guru, (2) pemberian hak dan kebebasanpeningkatan pengetahuan seperti belajar, (3)memberikan evaluasi belajar dan pembelajaran dalambentuk nilai sisipan dan raport. Peran kepala sekolahsebagai manajer terlihat dari kemampuan atau potensikepala sekolah dalam mengendalikan ataumemberdayakan potensi SDM yang dimiliki sekolah.Hal-hal yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagaimanajer adalah (1) pemberdayaan orangtua dilakukankepala sekolah dengan melibatkan seluruh komponenmasyarakat untuk ikut andil dalam setiap kegiatansekolah, (2) menjalin komunikasi secara intensif dengankomite sekolah dan paguyuban orangtua, (3) kepalasekolah memberikan pelatihan IT agar guru dapatmembuat media pembelajaran, (4) untuk meningkatkanprofesi guru, kepala sekolah mengikutsertakan guruuntuk mengikuti kegiatan seminar dan workshop yangdiadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang, (5)ketrampilan dalam mengelola pilar-pilar MBS, dan (6)kepala sekolah menerapkan prinsip keterbukaan dalampengelolaan dana sekolah.

Peran yang dilakukan kepala sekolah sebagaileader antara lain: (1) penyusunan visi, misi, dantujuan sekolah melibatkan guru, komite, perwakilan

orangtua peserta didik, dan alumni untuk diadakanmusyawarah, (2) dalam mempermudah kerja kepalasekolah untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuansekolah, kepala sekolah menyusun struktur sekolahdengan melihat potensi yang dimiliki guru, dansebelumnya diadakan analasis terlebih dahulu, (3)penyusunan program kerja baik jangka panjang,menengah, dan jangka pendek disusun bersama tim,yaitu tim pengelola kurikulum, pengelola kesiswaan,pengelola sarana dan prasarana, pengelolaketenagaan, pengelola keuangan, dan pengelolakehumasan, (4) pengambilan keputusan, denganmelibatkan banyak pihak, yaitu staf, guru, orangtua,komite sekolah, dan pengawas, (5) kepala sekolahmemiliki kepribadian baik yaitu tegas dalammengambil keputusan, pintar dan cerdas dalammencarikan solusi, sangat komunikatif, tanggapterhadap masalah, suka menerima kritikan, ramah,dan telaten dalam menjalin teman kerja dengan guru,komite, dan orangtua. Hal-hal yang dilakukan kepalasekolah sebagai supervisor yaitu (1) memberievaluasi RPP yang sudah disusun oleh guru, (2)melakukan observasi kelas pada saat jampembelalajaran untuk melihat kemampuan gurudalam mengajar, (3) melakukan pendekatan kepadaguru secara individual dan kelompok, (4) memberipengarahan kepada orangtua pada saat orangtuamemiliki masalah dengan prestasi belajar anak dankegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh orangtua.

Peran kepala sekolah sebagai administratormelakukan hal-hal sebagai berikut, (1) pengelolaankeuangan dilakukan dengan cermat dan teliti, (2)pendokumenan program kerja dilakukan oleh kepalasekolah tidak hanya dalam bentuk paper ataulembaran saja, tetapi juga disimpan pada komputer.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kepalasekolah sebagai motivator antara lain: (1) kepalasekolah memberikan motivasi kepada orangtuasetiap rapat untuk menghimbau kepada orangtuaagar bersama dengan kepala sekolah dan guru untukmemajukan kualitas sekolah, (2) memberi motivasiberupa perkataan, (3) guru dibebaskan untuk belajarkemanapun mereka inginkan. Peran kepala sekolahsebagai innovator, yaitu ide dan gagasan kreatifdalam membuat program kerja unggulan sekolahberupa SPD dan nomor absen ramah lingkungan.

Faktor Pendukung dan Penghambat Peran KepalaSekolah dalam Implementasi Manajamen BerbasisSekolah

Faktor pendukung peran kepala sekolahdalam implementasi MBS antara lain: (1) adanya

Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 369

Page 18: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

dorongan atau motivasi guru-guru untuk bekerjamengabdi kepada sekolah dan adanya motivasiuntuk belajar, (2) adanya kekeluargaan dankerjasama yang tercipta diantara personaliasekolah, (3) sekolah memiliki fasilitas sebagaisumber belajar yang sangat memadai sepertiperpustakaan, media pembelajaran, sumber belajaryang lengkap, (4) adanya SOP sekolah yang jelas,(5) guru banyak yang mampu menerapkan IT, dan(6) adanya program sekolah yang dapatmengarahkan siswa dalam penerapan disiplin dantata tertib sekolah seperti program nomor absenramah lingkungan dan SPD.

Faktor yang menghambat peran kepalasekolah dalam implementasi MBS yang ditemukanyaitu (1) sulitnya adaptasi guru terhadap hal baruyang sifatnya perbaikan, (2) minimnya jumlah gurudi sekolah, (3) minimnya guru dalam berinovasidan berkreasi pembelajaran seperti penggunaansumber belajar, (4) guru belum mengoptimalkanpenggunaan teknologi ke dalam proses pembe-lajaran, (5) belum semua guru melaksanakan SOP,(6) metode pembelajaran kurang variatif, (7)kurangnya pendampingan guru dalam kegiatanpembelajaran di perpustakaan, (8) kondisi ekonomiorangtua peserta didik yaitu kategori cukup sebesar55 persen.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan MBS memiliki dampak baik ataskemajuan suatu sekolah. Seperti yang dijelaskanoleh Nurkolis (2003:6), bahwa fungsi MBS adalah“untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,pemerataan, efisiensi, serta manajemen yangbertumpu pada tingkat sekolah”. Peran sertamasyarakat dalam setiap kegiatan sangat baik.Setiap ada agenda kegiatan sekolah, maka semuakomponen masyarakat, baik pengurus komitesekolah, paguyuban sekolah, maupun orangtuapeserta didik secara umum, dilibatkan penuh dalammengelola kegiatan. Hal ini terbukti dengan adanyakegiatan peringatan hari Ibu yang dilaksanakanpada tanggal 20 Desember 2014. Kepanitiaanberasal dari orangtua peserta didik, termasuk danakegiatan juga dari orangtua peserta didik. Merekamelakukan semata-mata hanya untuk kemajuansekolah dan kemajuan aktivitas peserta didik, baikaktivitas akademik maupun aktivitas non akademikpeserta didik.

Diterapkannya konsep MBS dapatmeningkatkan akuntabilitas kepala sekolah danguru terhadap peserta didik, orangtua siswa, dan

masyarakat serta adanya keterbukaan kepadasemua komponen sekolah dan masyarakat dalammemberikan saran dan masukan dalampengambilan keputusan. Seperti yang dijelaskanoleh Suparlan (2013:52-53) adalah “pertama, MBSdapat meningkatkan akuntabilitas kepala sekolahdan guru terhadap peserta didik, orangtua siswa,dan masyarakat. ... Kedua, MBS memberikanketerbukaan kepada semua pemangku kepentingandalam memberikan saran dan masukan untukmenentukan kebijakan-kebijakan penting yangdiperlukan oleh sekolah”. Dalam pengambilankeputusan, kepala SDN Pandanwangi 1 Malangmelibatkan guru, staf, penjaga keamanan, petugaskantin sekolah, dan komponen orangtua pesertadidik. Diterapkannya MBS, diharapkan dapatmeningkatkan peran serta masyarakat, pemera-taan, efisiensi, dan manajemen yang menyesuaikandengan kebutuhan sekolah.

MBS memiliki empat prinsip yaitu prinsipekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistempengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumberdaya manusia. Prinsip ini berjalan dengan satukesatuan, tidak bisa berjalan secara terpisah.Pertama, warga sekolah dalam kaitan pengelolaandapat mengelola sekolah secara mandiri, yangdipimpin oleh kepala sekolah. Prinsip seperti inidinamakan prinsip ekuifinalitas. Dalam pengelolaantersebut, menyesuaikan latar belakang situasi dankondisi sekolah. Seperti yang dijelaskan olehNurkolis (2003:52-53) bahwa “MBS menekankanfleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola olehwarga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing”. Di SDN Pandanwangi 1 Malang, kepalasekolah beserta warganya membuat analisiskondisi sekolah dengan EDS. Berpedoman dariEDS itu, kepala sekolah akan mengetahuikelemahan dan kekuatan yang dimiliki sekolah.berdasarkan kelemahan itu, dicarikan alternatifpemecahan masalah dan solusi pemecahanmasalah yang disepakati bersama.

Kedua, prinsip desentralisasi bertujuan untukmenemukan masalah sekaligus menentukan solusipermasalahan untuk proses pengajaran danpembelajaran. Seperti yang dijelaskan olehNurkolis (2003:54) bahwa tujuan prinsipdesentralisasi adalah “efisiensi dalam pemecahanmasalah, bukan menghindari masalah. Oleh karenaitu, MBS harus mampu menemukan masalah,memecahkannya tepat waktu dan memberisumbangan yang lebih besar terhadap efektivitasaktivitas pengajaran dan pembelajaran”. Masalahyang terjadi di sekolah antara lain lemahnya

370 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

Page 19: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

penguasaan teknologi bagi guru dalam pembuatanmedia pembelajaran sehingga kepala sekolahmemberikan pelatihan kepada guru, yaitu pelatihanIT seperti membuat power point sebagai mediapembelajaran yang akan digunakan di dalamproses pembelajaran. Masalah lain, sepertirendahnya kedisiplinan anak dalam mengumpulkantugas dan datang ke sekolah tepat waktu. Maka,kepala sekolah membuat program SPD untukmengatasi hal tersebut.

Prinsip ketiga yaitu prinsip sistem pengelolaanmandiri, sehingga kemampuan manajerial kepalasekolah sebagai pemimpin di sekolah sangatpenting sekali. Prinsip ini dijelaskan oleh Nurkolis(2003:54) bahwa “sekolah memiliki otonomitertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran,strategi manajemen, distribusi sumber dayamanusia dan sumber daya lainnya, memecahkanmasalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisimereka masing-masing”. Melalui SOP, sepertiSOP sie kurikulum, SOP UKS, SOP Keuangan,SOP Profesi Siswa, SOP Sarpras, dan SOP sieKeamanan, SOP ini menjadi acuan para guru didalam melaksanakan sistem manajemen sekolah.Adanya SOP yang disusun dan diterapkan, makapekerjaan kepala sekolah dalam hal pengelolaansekolah akan lebih mudah, sehingga untukmencapai tujuan sekolah sangat efektif danefisiensi. Jika ada permasalahan dengan sistemSOP, maka kepala sekolah bersama tim guru selalumemperbaiki isinya.

Prinsip keempat adalah prinsip inisiatifmanusia. Dengan mengenali potensi diri, potensiSDM yang dimiliki sekolah, maka kepala sekolahsebagai leader yang baik harus mampu mengeloladan memberdayakan potensi-potensi yang sekolahmiliki. Seperti penjelasan Nurkolis (2003:55)tentang prinsip inisiatif manusia yaitu “prinsip inimengakui bahwa manusia bukanlah sumber dayayang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu,potensi sumber daya manusia harus selalu digali,ditemukan, dan kemudian dikembangkan”. Potensimanajerial dari orangtua peserta didik, diberda-yakan dalam melaksanakan kegiatan sekolah.Keter libatan orangtua peserta didik, akanmemudahkan kerja kepala sekolah dan guru. Halini sangat terbukti dari adanya kegiatan peringatanhari Ibu, seperti yang sudah dijelaskan pada fungsiMBS di atas. Segala sesuatu, baik materiil maupunnon materiil berasal dari orangtua peserta didiksecara sukarela. Kepala sekolah dan guru hanyasebagai tim evaluasi selama proses perencanaanhingga pelaksanaan kegiatan.

Pelaksanaan MBS membuat sekolah lebihdapat menemukan masalah dan menentukanalternatif pemecahan masalah secara mandiri dansistem pengelolaan sekolah dilakukan denganmenyesuaikan kebutuhan dan kondisi sekolah yangdianalisis melalui EDS. Prinsip-prinsip MBS, makadapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalamsetiap kegiatan-kegiatan sekolah. Manajemenberbasis sekolah yang di dalam segala pengelolaankomponen sekolah harus melibatkan berbagai pihaksekolah atau stakeholder. Hal ini seperti yangdijelaskan oleh Nurkolis (2003:6) bahwa “dalampengambilan keputusan harus dilaksanakan secarakolektif di antara stakeholder sekolah”. Dalamhal pengambilan keputusan, kepala sekolah jugamelibatkan banyak pihak. Pihak tersebut adalahtukang kebun, penjaga kantin, staf, guru, pengawas,orangtua peserta didik, dan komite memiliki peranpenting dalam pengambilan keputusan.

Peran kepala sekolah sebagai edukatorsangat penting dalam meningkatkan kualitasakademik bagi guru dan peserta didik. Seperti yangdijelaskan oleh Mulyasa (2011:100) bahwa sebagaiedukator, kepala sekolah harus menjalankan peransebagai berikut. Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambahwawasan para guru. Kepala sekolah juga harusmemberikan kesempatan kepada guru-guru untukmeningkatkan pengetahuan dan ketrampilannyadengan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Kedua;kepala sekolah harus berusaha menggerakkan timevaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giatbekerja, kemudian hasilnya diumumkan secaraterbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman.Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektifdi sekolah, dengan cara mendorong para guru untukmemulai dan mengakhiri pembelajaran sesuaiwaktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkan-nya secara efektif dan efisien untuk kepentinganpembelajaran.

Demikian halnya dengan kepala sekolahSDN Pandanwangi 1 Malang dalam meningkatkankualitas pembelajaran guru, yaitu denganmengadakan pelatihan-pelatihan keprofesionalanguru seperti pelatihan IT yang bertujuan agar gurumampu menyesuaikan adanya teknologi yangsemakin canggih. Contohnya penggunaan LCDdalam belajar dan pembuatan power point sebagaimedia pembelajaran. Di samping itu, beliau jugamemberikan hak dan kebebasan kepada guru untukbelajar ke jenjang yang lebih tinggi. Kepala sekolah,dalam evaluasi belajar dan pembelajaran denganmengadakan UAS dan UN dan hasilnya

Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 371

Page 20: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

disampaikan kepada para orangtua dalam bentuknilai sisipan dan raport. Sebagai manager, kepalasekolah memiliki tanggung jawab yang besar demitercapainya tujuan sekolah, visi dan misi sekolah.Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah denganmerencanakan strategi yang tepat. Adapun carayang dapat dilakukan untuk mewujudkan perannyasebagai manager adalah sebagai berikut (Mulyasa,2011:103-104). Pertama; memberdayakan tenagakependidikan melalui kerja sama atau kooperatifdimaksudkan bahwa dalam peningkatanprofesionalisme tenaga kependidikan di sekolah,kepala sekolah harus mementingkan kerja samadengan tenaga kependidikan dan pihak lain yangterkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.Kedua; memberi kesempatan kepada para tenagakependidikan untuk meningkatkan profesinya,sebagai manajer kepala sekolah harusmeningkatkan profesi secara persuasif dari hatike hati. Dalam hal ini kepala sekolah harus bersikapdemokratis dan memberikan kesempatan kepadaseluruh tenaga kependidikan untuk mengem-bangkan potensinya secara optimal. Ketiga;mendorong keterlibatan seluruh tenagakependidikan, dimaksudkan bahwa kepala harusberusaha untuk mendorong keterlibatan semuatenaga kependidikan dalam setiap kegiatan disekolah (partisipatif).

Begitu pula dengan yang dilakukan oleh kepalaSDN Pandanwangi 1 Malang. Sebagai manager,kepala sekolah mampu mengendalikan ataumemberdayakan potensi SDM yang dimilikisekolah. Pemberdayaan orangtua dilakukan kepalasekolah dengan melibatkan seluruh komponenmasyarakat untuk ikut andil dalam setiap kegiatansekolah. Menjalin komunikasi secara intensifdengan komite sekolah dan paguyuban orangtua,strategi inilah yang mampu membuat partisipasiorangtua peserta didik dapat meningkat. Selain ituperan kepala sekolah sebagai manajer yaitu kepalasekolah menerapkan prinsip keterbukaan atautransparansi dalam pengelolaan dana sekolah.Bersama dengan guru, hubungan kerja sama dalampengelolaan sekolah dijalin kepala sekolah denganbaik dan secara rata, dan duduk dalam saturuangan.

Kegiatan administrasi sekolah, seperti yangdijelaskan oleh Mulyasa (2011:107) bahwa “kepalasekolah harus memiliki kemampuan untukmengelola kurikulum, mengelola administrasipeserta didik, mengelola administrasi personalia,mengelola administrasi kearsipan, dan mengelolaadministrasi keuangan”. Kegiatan kepala sekolah

sebagai administrator adalah kecermatan danketelitian dalam menyusun laporan keuangan.Pendokumenan program kerja dilakukan olehkepala sekolah dalam bentuk paper atau lembarandan disimpan dalam komputer dengan rapi. Tugasadministrator lainnya, kepala sekolah membagitugasnya kepada guru yang ditunjuk sesuai dengankemampuan. Kepala sekolah dalam hal ini, lebihbanyak memangku peran sebagai evaluator yaitumengevaluasi kinerja guru secara rutin, dapatdilakukan setiap saat dan fomalnya dalam rapatrutin yang diagendakan kepala sekolah. Perankepala sekolah sebagai administrator menurutSoetopo (2009:89), lebih detail dijelaskan sebagaiberikut. Sebagai manajer/administrator, kepalasekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsiadministrasi pendidikan di sekolah yang meliputipengelolaan yang bersifat administratif danoperatif. Sedangkan sebagai pemimpin pendidikan,peran kepala sekolah bertugas untuk mendina-misasikan proses pengelolaan pendidikan baiksecara administratif (pengarahan seluruh wargasekolah untuk mencapai tujuan sekolah) maupunedukatif (pengaraham atau pembinaan tugaspengajaran serta semangat guru untuk mencapaikinerja yang lebih baik).

Peran kepala sekolah sebagai supervisoryaitu kepala sekolah wajib membantu gurumeningkatkan kemampuan guru dalam bidangakademik untuk membelajarkan peserta didiksecara optimal. Disamping itu membina guru-guruagar memahami dengan baik terhaddap tujuanpendidikan dan usaha-usaha pencapaiannya.Supervisi yang dilakukan kepala sekolah kepadaguru dan personalia yang ada, bertujuan untukmeningkatkan kinerja mereka masing-masingsesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Kepala sekolah sebagai leader dijelaskanoleh Mulyasa (2011:115) yaitu “mampumemberikan petunjuk dan pengawasan, mening-katkan kemauan tenaga kependidikan, membukakomunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas”.Peran yang dijalankan kepala sekolah sebagaileader adalah dalam penyusunan visi, misi, dantujuan sekolah melibatkan melibatkan guru, komite,perwakilan orangtua peserta didik, dan alumniuntuk diadakan musyawarah. Dalam memper-mudah kerja kepala sekolah dalam mewujudkanvisi, misi, dan tujuan sekolah, kepala sekolahmembentuk struktur sekolah dengan melihat potensiyang dimiliki guru, dan sebelumnya diadakananalasis terlebih dahulu. Kepala sekolah dalam

372 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

Page 21: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

penyusunan program kerja baik jangka panjang,menengah maupun pendek dengan menyusunbersama tim, yaitu tim pengelola kurikulum,pengelola kesiswaan, pengelola sarana danprasarana, pengelola ketenagaan, pengelolakeuangan, dan pengelola kehumasan. Penyusunanprogram kerja disepakati bersama melalui rapatantara kepala sekolah dan guru. Kepribadian kepalaSDN Pandanwangi 1 Malang antara lain tegasdalam mengambil keputusan, pintar dan cerdasdalam mencarikan solusi, sangat komunikatif,telaten dalam menjalin teman kerja dengan guru,komite, dan orangtua. Sifat lain yaitu tanggapterhadap masalah, suka menerima kritikan, danramah kepada siapa saja.

Peran kepala sekolah sebagai innovator jugaberperan penting dalam mengadakan pembaharuandemi kemjuan sekolah yang ia pimpin. Mulyasa(2011:119) menjelaskan kepala sekolah sebagaiinnovator yaitu “harus mampu mencari,menemukan, dan melaksanakan berbagaipembaharuan”. Dalam rangka mewujudkan perandan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolahharus memiliki strategi yang tepat untuk menjalinhubungan yang harmonis dengan lingkungan,mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiapkegiatan, memberikan teladan kepada seluruhtenaga kependidikan di sekolah, dan mengem-bangkan model-model pembelajaran (Mulyasa,2011:118). Beberapa kegiatan yang dilakukankepala sekolah sebagai innovator adalah denganide dan gagasan kreatifnya dalam membuatprogram kerja unggulan sekolah. Programunggulan sekolah yaitu adanya program SPD yangtelah berjalan selama dua tahun dan adanyaprogram Nomor Absen Ramah Lingkungan.Program kerja ini bertujuan untuk meningkatkanpola hidup sehat dan rasa kasih sayang kepadalingkungan sekolah, serta kasih sayang antarakakak tingkat dan adik tingkat.

Mulyasa (2011:120) menjelaskan perankepala sekolah sebagai motivator bahwa “kepalasekolah harus memiliki strategi yang tepat untukmemberikan motivasi kepada para tenagakependidikan dalam melakukan berbagai tugas danfungsinya”. Cara yang dapat dilakukan oleh kepalasekolah dalam mewujudkan peran dan fungsinyasebagai motivator menurut Mulyasa (2011:120)adalah “melalui pengaturan lingkungan fisik,pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,penghargaan secara efektif, dan penyediaanberbagai sumber belajar melalui pengembanganPusat Sumber Belajar (PSB)”. Demikian pula

yang dilakukan oleh kepala SDN Pandanwangidalam memberikan dorongan atau motivasi kepadatenaga kependidikan dan komponen SDM sekolahyang ada. Beliau memberikan motivasi kepadaorangtua setiap saat rapat untuk menghimbaukepada orangtua agar bersama dengan kepalasekolah dan guru untuk memajukan kualitassekolah, sehingga orangtua peserta didik merasatermotivasi. Hal ini dapat meningkatkan motivasikepada orangtua untuk mendorong anak didiknyaagar tidak berhenti dalam belajar mencari ilmupengetahuan. Selain kepada orangtua dan pesertadidik, juga dorongan motivasi diberikan kepada guruseperti dibebaskan untuk belajar kemanapunmereka inginkan.

Keberhasilan dalam pelaksanaan MBSdikarenakan adanya faktor pendukung, baik itu dariinrternal sekolah maupun eksternal sekolah. Baikdari aspek SDM nya maupun aspek non SDM.Faktor pendukung tersebut yaitu adanya potensisekolah dan potensi orangtua. Potensi sekolah yangdimaksud adalah potensi SDM, dengan ada doronganatau motivasi guru-guru untuk bekerja mengabdikepada sekolah demi kemajuan sekolah dan adanyamotivasi untuk belajar. Hal ini ditunjang juga adanyakekeluargaan yang tercipta diantara personaliasekolah, kerjasama diantara personalia internal(peserta didik, staf, guru, dan kepala sekolah) daneksternal sekolah (orangtua peserta didik danmasyarakat umum), peran serta masyarakatsekolah, adanya keikhlasan dalam bekerja, danketerbukaan atau transparansi dalam segala hal.Faktor yang menghambat peran kepala sekolahdalam implementasi MBS yaitu adaptasi guruterhadap hal baru yang sifatnya perbaikan danminimnya jumlah guru di sekolah. Faktorpenghambat dari orangtua yaitu kondisi ekonomiorangtua peserta didik. Solusi terhadappermasalahan yang ada yaitu kepala sekolahmembuat dan menyusun SOP. SOP tersebut terdiridari SOP sie kurikulum, SOP UKS, SOP Keuangan,SOP Profesi Siswa, SOP Sarpras, dan SOP sieKeamanan. Selain SOP ada juga Evaluasi DiriSekolah (EDS) yang merupakan alat tolok ukur untukmengidentifikasi dan menganalisis kekuatan dankelemahan sekolah terkait dengan manajemennya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

SDN Pandanwangi 1 Malang melaksanakantujuh pilar MBS yaitu manajemen kurikulum,

Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 373

Page 22: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

manajemen pendidik dan tenaga kependidikan,manajemen peserta didik, manajemen sarana danprasarana, manajemen pembiayaan, manajemenhumas, dan manajemen budaya dan lingkungansekolah. Prinsip dalam implementasi MBS adalahpengelolaan sekolah secara mandiri sesuai dengankebutuhan sekolah yang dianalisis melalui EDS,SOP, dan kuesioner orangtua, sekolah menemukanmasalah dan menentukan solusi, denganmemetakan masalah dan solusi penjaminan mutu,kepala sekolah melibatkan peran serta orangtuapeserta didik dalam kegiatan sekolah, menjalinkomunikasi dengan banyak pihak, dan duduk dalamsatu ruangan. Pengambilan keputusan partisipatifyang dilakukan kepala SDN Pandanwangi denganmelibatkan banyak pihak.

Peran kepala sekolah sebagai manageradalah pemberdayaan orangtua dilakukan kepalasekolah dengan melibatkan seluruh komponenmasyarakat untuk ikut andil dalam setiap kegiatansekolah, menjalin komunikasi secara intensifdengan komite sekolah dan paguyuban orangtuaserta memberi pembinaan kepada pendidik dantenaga kependidikan. Peran kepala sekolah sebagaiadministrator adalah pengelolaan keuangandilakukan dengan cermat dan teliti, danpendokumenan program kerja dilakukan olehkepala sekolah tidak hanya dalam bentuk paperatau lembaran saja, tetapi juga disimpan padakomputer. Peran kepala sekolah sebagaisupervisor adalah memberi evaluasi RPP yangsudah disusun oleh guru, melakukan observasi kelaspada saat jam pembelalajaran untuk melihatkemampuan guru dalam mengajar, dan memberipengarahan kepada orangtua. Peran kepalasekolah sebagai leader adalah penyusunan visi,misi, dan tujuan sekolah melibatkan melibatkanguru, komite, perwakilan orangtua peserta didik,dan alumni untuk diadakan musyawarah. Perankepala sekolah sebagai innovator adalah ide dangagasan kreatif dalam membuat program kerjaunggulan sekolah berupa SPD dan nomor absenramah lingkungan. Peran kepala sekolah sebagaimotivator adalah kepala sekolah memberikanmotivasi kepada orangtua setiap saat rapat untukmenghimbau dan memberi motivasi kepadaorangtua agar bersama dengan kepala sekolah danguru untuk memajukan kualitas sekolah.

Faktor pendukung peran kepala sekolahdalam implementasi MBS yaitu adanya doronganatau motivasi guru-guru untuk bekerja mengabdikepada sekolah dan motivasi untuk belajar,terjalinnya kekeluargaan di sekolah, peran serta

masyarakat, sekolah memiliki fasilitas sebagaisumber belajar yang sangat memadai sepertiperpustakaan, media pembelajaran, sumber belajaryang lengkap, SOP sekolah yang jelas, guru banyakyang mampu menerapkan IT, dan program sekolahyang dapat mengarahkan siswa dalam penerapandisiplin dan tata tertib sekolah. Faktorpenghambatnya yaitu sulitnya adaptasi guruterhadap hal baru yang sifatnya perbaikan,minimnya jumlah guru di sekolah, minimnya gurudalam berinovasi dan berkreasi pembelajaranseperti penggunaan sumber belajar, guru belummengoptimalkan penggunaan teknologi ke dalamproses pembelajaran, belum semua gurumelaksanakan SOP, kurangnya pendampinganguru dalam kegiatan pembelajaran di perpustakaan,dan kondisi ekonomi orangtua peserta didik yaituekonomi orangtua kategori cukup sebesar 55persen.

Saran

Berdasarkan uraian tersebut, saran-saranyang diberikan sebagai berikut. Pertama, kepalasekolah agar lebih intensif dalam mengidentifikasikelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekolahdengan melibatkan seluruh komponen sekolah danmasyarakat. Mendokumentasikan seluruhadministrasi pada setiap pilar MBS dengan lebihrapi dan tetap melibatkan potensi masyarakat dalamkegiatan sekolah dan pengambilan keputusan, sertamenganalisis hasil temuan sebagai bahan evaluasiprogram dan kegiatan dalam MBS berikutnya.Kedua, pengawas sekolah diharapkan lebih intensifdalam melaksanakan pengawasan terhadap kinerjakepala sekolah dalam pelaksanaan MBS, lebihmampu dalam menyatukan komponen antarapemerintah pusat dan sekolah, serta berperan aktifdalam membantu kepala sekolah dalammemajukan sekolah. Ketiga, guru dan staf lebihmengembangkan potensi dan profesionalitas kerja,mempertahankan sikap disiplin yang telah dibina,tetap menegakkan budaya kekeluargaan, danapabila ada kendala dalam melaksanakan MBSdan belum menemukan solusi, maka diharapkanmencari literatur yang berkaitan dengan MBSdisamping solusi yang diberikan oleh kepalasekolah. Keempat, komite sekolah lebih aktif dalammembantu kegiatan-kegiatan sekolah, membangunkomunikasi dan kerja sama yang lebih baik antarapengurus komite sekolah, orangtua peserta didik,dan kepala sekolah, serta lebih aktif dan kreatifdalam memberdayakan potensi-potensi masya-

374 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

Page 23: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

rakat. Kelima, bagi ketua kurusan hasil penelitiandapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalampengembangan teori kepemimpinan pendidikan.Keenam, hasil penelitian ini masih terbatas,

sehingga disarankan kepada peneliti lain agar lebihmengembangakan pemikiran terhadap konsepMBS dengan beracuan pada hasil penelitian.

DAFTAR RUJUKAN

Burhanudin. 2007. Metodologi Penelitian .Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Moleong, L. J. 2005. Metodologi PenelitianKualitatif . Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Kepala SekolahProfesional. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah:Teori, Model, dan Aplikasi . Jakarta:Grasindo.

Patilima, H. 2013. Metode Penelitian Kualitatif(Edisi Revisi). Bandung : Alfabeta.

Prastowo, A. 2012. Metode Penelitian Kualitatif:dalam Perspektif Rancangan Penelitian.Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif& Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatifdi Bidang Pendidikan: Teori danAplikasinya. Malang: Bayumedia.

Usman, H. 2013. Manajemen: Teori, Praktik,dan Riset Pendidikan (Edisi 4). Jakarta:Bumi Aksara.

Wiyono, B.B. 2008. Metodologi Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kuallitatif, danAction Research. Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 375

Page 24: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANADI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Ika LestariAgus Timan

Asep Sunandar

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of the focus of this study is; (1) planning of facilities and infrastructure, (2)provision of facilities and infrastructure, (3) distribution of facilities and infrastructure, (4) maintenanceof facilities and, (5) inventory of facilities and infrastructure, (6) elimination of facilities andinfrastructure, and (7) evaluation of facilities and infrastructure in TK Negeri Pembina 3 Kota Malang.This study is a qualitative study using a case study approach. Qualitative research try to revealsymptoms overall and according to the context (holistic and contextual) through data collection fromthe real background by utilizing self-researchers as a key instrument. This qualitative research use acase study research design in the sense of research focused on the phenomenon are selected and tobe understood in depth by ignoring other phenomena.

Keyword: facilities and infrastructure manajement, early learning childhood

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan: (1) perencanaan sarana dan prasarana, (2)pengadaan sarana dan prasarana, (3) pendistribusian sarana dan prasarana, (4) pemeliharaan saranadan prasarana, (5) penginventarisasian sarana dan prasarana, (6) penghapusan sarana dan prasarana,dan (7) pengevaluasian sarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang. Penelitian inimerupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatifberusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual)melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumenkunci. Penelitian kualitatif ini menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitiandifokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam denganmengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

Kata kunci: manajemen sarana dan prasarana, pendidikan anak usia dini

Pendidikan nasional sebagai sebuah sistempembangunan nasional yaitu memiliki tiga subsistempendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikannonformal, dan pendidikan informal. Substansipertama diselenggarakan di sekolah, sedangkansubstansi pendidikan nonformal dan pendidikaninformal masuk dalam kategori pendidikan luarsekolah. Pendidikan nonformal sebagaimana yangdiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalberfungsi mengembangkan potensi peserta didikdengan penekanan penguasaan pengetahuan danketerampilan fungsional serta pengembangan sikapdan kepribadian professional.

Manajemen merupakan proses pemberda-yaan sumberdaya dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditetapkan tahapan prosesnya antaralain meliputi perencanaan, pengorganisasian,pengarahan, dan pengawasan menurut Sergiovanni(dalam Bafadal 2008:1). Sarana pendidikan adalahsemua perangkat peralatan, bahan dan perabotsecara langsung digunakan dalam prosespendidikan di sekolah, sehingga fungsinya menjadisangat penting dalam proses pembelajaran karenamerupakan penunjang proses belajar siswa.Prasarana pendidikan adalah semua perangkatkelengkapan dasar yang secara tidak langsungmenunjang proses pendidikan di sekolah.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikandidefinisikan sebagai proses kerja sama pendaya-gunaan semua sarana dan prasarana pendidikansecara efektif dan efisien (Bafadal, 2008). Secara

376

Page 25: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

sederhana manajemen sarana dan prasaranasekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerjapendayagunaan semua perlengkapan pendidikansecara efektif dan efisien.

Menurut Depdiknas (dalam Barnawi danArifin 2012:47) “sarana pendidikan adalah semuaperangkat peralatan, bahan, dan perabot yangsecara langsung digunakan dalam prosespendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini,prasarana pendidikan adalah semua perangkatkelengkapan dasar yang secara tidak langsungmenunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah”. Artinya sarana pendidikan merupakanperangkat yang menunjang dalam kegiatan belajarmengajar di sekolah secara langsung, seperti meja,kursi, gedung, ruang kelas, dan sebagainya.Sedangkan prasarana pendidikan merupakanperangkat yang menunjang dalam kegiatan belajarmengajar di sekolah secara tidak langsung, sepertijalan menuju ke sekolah, taman sekolah, halamansekolah, dan sebagainya.

Proses manajemen sarana dan prasarana disekolah ada beberapa tahap yaitu: (1) perencanaansarana dan prasarana; (2) pengadaan sarana danprasarana; (3) pendistribusian sarana danprasarana; (4) pemeliharaan sarana dan prasarana;(5) penginventarisasian sarana dan prasarana; (6)penghapusan sarana dan prasarana;serta (7)evaluasi sarana dan prasarana.

Proses manajemen sarana dan prasaranadiawali dengan perencanaan. Perencanaandilakukan untuk mengetahui sarana dan prasaranaapa saja yang dibutuhkan di sekolah. MenurutBarnawi dan Arifin (2012:51) “perencanaansarana dan prasarana merupakan proses peran-cangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman,penukaran, daur ulang, rekondisi atau rehabilitasi,distribusi a tau pembuatan peralatan danperlengkapan yang sesuai dengan kebutuhansekolah”. Perencanaan sarana dan prasarana jugadapat diartikan sebagai proses merancangan suatuprogram pengadaan sarana dan prasaranapendidikan untuk menunjang proses belajarmengajar di sekolah. Dalam perencanaan saranadan prasarana hendaknya melibatkan unsur-unsurpenting di sekolah, seperti kepala sekolah, kepalatata usaha, dan bendahara serta komite sekolah.

Untuk memenuhi sarana pendidikan, satuanpendidikan (sekolah) wajib mengupayakan saranapendidikan yang diperlukan. Seperti telah disebutdalam penentuan kebutuhan sarana pendidikan,menurut Bafadal (2008:31) pengadaan sarana danprasarana pendidikan dapat ditempuh melalui

beberapa kemungkinan, yaitu: (a) dengan caramembeli, (b) mendapatkan hadiah atau sumbangan,(c) tukar menukar barang; (d) meminjam.Pengadaan sarana dan prasarana dapat diartikanjuga sebagai kegiatan mengadakan danmenyediakan semua barang yang berhubungandengan sarana dan prasarana pendidikan untukmenunjang kegiatan belajar mengajar. Kebutuhansarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenisdan spesifikasi, jumlah, waktu, tempat, dan hargaserta sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atasperencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.

Proses selanjutnya yaitu pendistribusian,menurut Bafadal (2008:38) “pendistribusian ataupenyaluran merupakan kegiatan pemindahan dantanggung jawab dari seorang penanggungjawabpenyimpanan kepada unit-unit atau orang-orangyang membutuhkan barang itu”. Dalam prosesnyaada tiga hal yang harus diperhatikan, yaituketepatan barang yang disampaikan; ketepatansasaran penyampaian; serta ketepatan kondisibarang yang disalurkan.

Proses pendidikan sangat memerlukansarana dan prasarana. Sementara itu, sarana danprasarana akan mengalami penyusutan kualitasdari waktu ke waktu. Sejak barang diterima daripenjual, sejak itu pula barang tersebut akanmengalami penyusutan kualitas maupun kuantitas.Menurut Barnawi dan Arifin (2012:74) “pemeli-haraan sarana dan prasarana pendidikanmerupakan kegiatan untuk melaksanakanpengurusan dan pengaturan agar semua saranadan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siapuntuk digunakan secara berdaya guna dan berhasilguna dalam mencapai tujuan pendidikan”.

Menurut Bafadal (2008:55) “inventaris adalahpencatatan dan penyusunan barang-barang miliknegara secara sistematis, tertib, dan teraturberdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Dalam kegiatan inventarisasisarana dan prasarana ada beberapa hal yang harusdiperhatikan yaitu melakukan pencatatan sarana danprasarana, membuat kode barang sesuai dengansarana dan prasarana, melaporkan sarana danprasarana yang ada di sekolah, dan pertang-gungjawaban atas apa yang dilaporkan tentangkeadaan sarana dan prasarana di sekolah.

Penghapusan sarana dan prasaranamerupakan kegiatan menghilangkan ataumeniadakan beberapa sarana maupun prasaranayang ada di sekolah karena sudah tidak memilikinilai guna. Menurut Barnawi dan Arifin (2012:79)

Lestari dkk, Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini 377

Page 26: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

“penghapusan sarana dan prasarana merupakankegiatan pembebasan sarana dan prasarana daripertanggungjawaban yang berlaku dengan alasanyang dapat dipertanggungjawabkan”.

Kegiatan evaluasi merupakan suatu kegiatanterakhir yang dilakukan untuk mengetahui tingkatkebenaran atau melihat kembali kegiatan yangtelah dilakukan sebelumnya. Evaluasi juga dapatdiartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan,mengumpukan dan menyajikan suatu informasiyang bermanfaat untuk pertimbangan dalampengambilan keputusan Worthen dan Sanders(dalam Wiyono dan Sunarni: 2009).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai denganusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberianrangsangan pendidikan untuk membantupertumbuhan dan perkembangan jasmani maupunrohani agar anak memiliki kesiapan dalammemasuki pendidikan lebih lanjut. PAUDmerupakan pemberian upaya untuk menstimulasi,membimbing, mengasuh, dan menyediakankegiatan pembelajaran yang akan menghasilkankemampuan dan ketrampilan pada anak di usia dini(Wiyani dan Barnawi 2014:37).

PAUD juga merupakan jenjang pendidikanawal yang dapat membantu perkembangan anakyang dimulai dari sejak lahir hingga usia enamtahun, agar anak tersebut memiliki kesiapan untukmelanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebihtinggi. Menurut Wiyani dan Barnawi (2014:76)pelaksanaan PAUD menggunakan prinsip-prinsipsebagai berikut “(a) berorientasi pada kebutuhananak; (b) belajar melalui bermain; (c)menggunakan lingkungan yang kondusif; (d)menggunakan berbagai kecakapan hidup; (e)menggunakan berbagai media edukatif dan sumberbelajar; dan (f) menggunakan konsep sederhanadan dekat dengan anak”.

Penyelenggaraan PAUD harus didasarkanpada prinsip-prinsip tertentu, prinsip tersebut harusberorientasi terhadap anak dengan menggunakanmedia dan konsep yang dapat menumbuh-kembangkan anak pada usia yang masih awaluntuk memperoleh pendidikan. Fungsi dan tujuanPAUD merupakan komponen yang tidak dapatdipisahkan, karena dengan adanya fungsi dantujuan PAUD maka akan menghidupkan danmengembangkan pendidikan yang selama inidianggap tidak begitu penting. Fungsi PAUD

adalah memberikan stimulus terhadap anak agarmemiliki kesiapan untuk memasuki pendidikanselanjutnya dengan cara membina dan mengem-bangkan potensi yang dimilikinya. Sedangkantujuan PAUD yaitu mengembangkan potensi anakdengan memberikan landasan tentang pendidikandan lingkungan sekitar, dan menggali potensikecerdasan yang dimiliki oleh anak.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif. Penelitian ini menggunakan desain ataurancangan studi kasus. Penelitian studi kasusmemiliki ciri yaitu mampu menunjukkan bukti-buktiyang paling penting saja, baik yang mendukungpandangan peneliti maupun yang t idakmendasarkan prinsip selektifitas. Melalui studikasus akan didapatkan sumbangan kearahpengetahuan, cara untuk perbaikan situasi yangditeliti, hipotesa-hipotesa yang dikembangkansecara empiris dan dapat diterapkan untukmempelajari situasi yang sulit. Kehadiran Penelitidalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap,yaitu sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebihdahulu dilakukan studi pendahuluan, hal inidilakukan agar peneliti mengetahui tentangkeadaan sekolah secara keseluruhan dan secaraobjektif. Studi pendahuluan ini dilakukan agarmempermudah dalam menyusun rencanapenelitian.

Kehadiran peneliti disini adalah berusahauntuk berinteraksi dengan subjek penelitiannyasecara alamiah, tidak menonjol dan dengan carayang tidak memaksa (Moleong, 2007:24).Kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena penelitiadalah instrumen kunci (key instrument) yangberinteraksi langsung dengan objek penelitian. Olehkarena itu peneliti mutlak diperlukan sesuai denganprinsip-prinsip penelitian kualitatif, maka penelitiharus menciptakan hubungan baik dengan objekpenelitian.

Penelitian ini dilakukan di TK NegeriPembina 3 Kota Malang yang beralamatkan diJalan Pelabuhan Kepatang No. 14 Kecamatan.Sukun Kota Malang. Lembaga pendidikan iniberdiri tahun 2007 dengan NSS: 002056105062.TK Negeri Pembina 3 Kota Malang memiliki 5kelas, dengan memiliki tenaga pendidik berjumlah11 orang terdiri dari kepala sekolah, 5 orang gurukelas, guru mata pelajaran menari, guru matapelajaran menggambar, guru mata pelajaran bahasaInggris, tata usaha, dan penjaga. Alasan peneliti

378 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 376-382

Page 27: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

memiliki lokasi ini adalah lembaga pendidikan inimerupakan lembaga pendidikan yang menjadi TKinti, yaitu TK yang menjadi percontohan bagibeberapa TK yang berada pada satu gugus. TKini menjadi pusat perkumpulan beberapa TK yangada pada satu gugus.

Prosedur selanjutnya dalam pengumpulandata, yaitu melalui teknik studi dokumentasi.Dokumentasi merupakan suatu teknikpengumpulan data dengan menghimpun sertamenganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis,gambar, maupun elektronik”. Dokumen yangdibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu sarana danprasarana yang ada di TK Negeri Pembina 3 KotaMalang. Dokumen-dokumen ini bisa dijadikansumber bagi peneliti untuk menjawab pertanyaanpenelitian yang diajukan. Penelitian ini meskipunsebagian besar data yang diperoleh dari sumbermanusia, namun ada sumber data yang bersifatnon-manusia. Sumber data non-manusia berupafoto, gambar, dan dokumen-dokumen sekolah yangsesuai dengan fokus penelitian, yaitu mengenaisarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3Kota Malang.

Langkah untuk memperoleh kesimpulan yangtepat dalam penelitian kualitatif adalah dengan carapengecekan keabsahan data. Menurut Moleong(2012:320), “pengecekan keabsahan temuandigunakan untuk menyanggah balik tentangtuduhan penelitian kualitatif yang mengatakan tidakilmiah”. Teknik pengecekan keabsahan datapenelitian ini adalah sebagai berikut: (a) kecekupanreferensial, (b) pengecekan keanggotaan, dan (c)perpanjangan keikutsertaan.

Tahap-tahap penelitain yaitu meliputi tahappersiapan yaitu tahap yang dilakukan sebelumpenelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap inimeliputi: (a) penyusunan rancangan penelitian, (b)studi eksplorasi, (c) persiapan teknis, dan (d)penyusunan pedoman pengumpulan data. TahapPelaksanaan merupakan tahap peneliti untukmelaksanakan penelitian pada subjek penelitian.Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:(a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, (c)analisis data, dan (d) penarikan kesimpulan.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakanteknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Tahap pelaporan yaitu tahap-tahap yang dilakukansetelah penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalamtahap pelaporan adalah menyusun hasil penelitiandalam bentuk laporan skripsi dan melakukankonsultasi secara intensif dengan orang yang ahlidalam bidang yang sesuai dengan fokus penelitian.

HASIL

Perencanaan sarana dan prasarana di TKNegeri Pembina 3 Kota Malang ini meliputi rapatkoordinasi sesuai dengan Rencana AnggaranPendapatan dan Belanja TK (RAPB-TK),selanjutnya rapat intern antara kepala sekolahdengan koordinator sarana dan prasarana. Setelahrapat intern tersebut selesai maka diadakan rapatkeseluruhan yaitu kepala sekolah, guru, dan komitesekolah, di dalam rapat tersebut dilakukanpembagian tugas kepada koordinator atau guru darimasing-masing kelas untuk mendata sarana danprasarana apa yang dibutuhkan di kelas. Tahapselanjutnya yaitu pengajuan dari masing-masingkoordinator atau guru kelas dan yang terakhir yaitupenentuan skala prioritas yang dilakukan olehkepala sekolah, koordinator atau guru, koordinatorsarana dan prasarana, dan komite sekolah. Sesuaidengan perencanaan yang ada di TK NegeriPembina 3 Kota Malang, maka dapat disimpulkan,sebagai berikut: (a) rapat koordinasi sebelummelakukan pengadaan sarana dan prasaranasesuai dengan RAPBTK, (b) kepala sekolahmerundingkan dengan koordinator sarana danprasarana tentang perencanaan sarana danprasarana, (c) rapat koordinasi dengan kepalasekolah, guru, dan komite sekolah, (d) pembagiantugas kepada masing-masing koordinator atau gurukelas, (e) koordinator atau guru kelas melakukanpengajuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan,dan (f) menentukan secara matang sarana danprasarana yang akan diadakan. Outputperencanaan sarana dan prasarana termuat padaRAPBTK.

Pengadaan sarana dan prasarana merupakankegiatan membeli atau mengadakan saranamaupun prasarana untuk kegiatan belajar mengajardi sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana diTK Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukandengan menggunakan beberapa dana. Pengadaansarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3Kota Malang dilakukan secara matang. Beberapatahap yang dilakukan dalam pengadaan sarana danprasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malangyaitu pengadaan sarana dan prasarana sesuaidengan skala prioritas, hal tersebut ditempuh agartidak menelan biaya banyak dan sarana danprasarana yang dibeli akan sesuai dengan zaman.Tahap selanjutnya yaitu penentuan skala prioritasdilakukan oleh tim yang bekerja sama dalampengadaan sarana dan prasarana, tim tersebutterdiri dari kepala sekolah, koordinator sarana dan

Lestari dkk, Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini 379

Page 28: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

prasarana, serta bendahara sekolah. pengadaansarana dan prasarana di sekolah ini menggunakandana iuran komite sekolah, DPP, dan pemerintah.

Pendistribusian sarana dan prasaranamerupakan kegiatan menyalurkan ataumemindahkan barang dari penanggungjawabterhadap unit-unit yang membutuhkan sarana danprasarana tersebut. Pendistribusian sarana danprasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malangdilakukan secara langsung. Namun sarana danprasarana tersebut akan didistribusikan terhadapmasing-masing kelas jika ada pengajuan darikoordinator atau guru kelas. Pendistribusiantersebut akan dilakukan jika sarana dan prasaranatersebut telah dicatat oleh koordinator sarana danprasarana sekolah.

Pemeliharaan merupakan kegiatan merawatdan mengurus semua sarana dan prasarana yangada di sekolah. Pemeliharaan sarana dan prasaranadi TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukandengan beberapa cara. Pemeliharaan sarana danprasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malangdilakukan setiap hari yaitu seperti menyapu,mengepel lantai, membersihkan kamar mandi.Untuk pemeliharaan sarana dan prasarana yangada di kelas menjadi tanggung jawab darikoordinator atau guru kelas masing-masing.Sedangkan untuk pemeliharaan jangka panjangseperti pengecekan bangunan sekolah dilakukanjika ada laporan kepada kepala sekolah jika adakerusakan mengenai bangunan sekolah.

Penginventarisasian sarana dan prasaranamerupakan kegiatan pencatatan semua sarana danprasarana di sekolah secara teratur dan lengkapsesuai ketentuan yang berlaku. Penginventarisasiansarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3 KotaMalang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.Inventarisasi di TK Negeri Pembina 3 Kota Malangdilakukan apabila sarana dan prasarana tersebutbaru datang, hal tersebut dilakukan agar mudah saatmelakukan pendistribusian sarana dan prasarana.Setelah dilakukan pencatatan pada awal, selanjutnyaapabila koordinator atau guru kelas meminta saranadan prasarana untuk di kelas yang dipegang makaguru tesebut memiliki tanggung jawab untukmelakukan penginventarisasian terhadap sarana danprasarana yang ada di kelas. Sedangkan untuksarana dan prasarana yang ada di sekolah makamenjadi tanggung jawab koordinator sarana danprasarana sekolah.

Penghapusan sarana dan prasaranamerupakan kegiatan meniadakan sarana danprasarana yang sudah tidak memiliki nilai guna.

Penghapusan sarana dan prasarana di TK NegeriPembina 3 Kota Malang masih belum diterapkan.Penghapusan di TK Negeri Pembina 3 KotaMalang belum dilakukan karena sekolah ini berdiripada tahun 2007 dan beroperasi pada tahun 2008.Sedangkan sarana dan prasarana yang ada disekolah ini masih layak untuk dipakai. Jika adakerusakan terhadap sarana dan prasarana sekolahmasih dapat diperbaiki dan digunakan kembali.

Pengevaluasian sarana dan prasarana adalahsuatu proses mengumpulkan dan menyajikaninformasi untuk pertimbangan dalam pengambilankeputusan terhadap sarana dan prasarana yangdigunakan. Pengevaluasian sarana dan prasaranadi TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukanmelalui beberapa tahap dan melibatkan pihaktertentu. Pengevaluasian di TK Negeri Pembina3 Kota Malang dilakukan setiap sebelum dansesudah kegiatan dilakukan. Hal tersebut dilakukanagar pada tahun berikutnya dapat memperbaikikegiatan yang belum terlaksana. Namun juga adapengevaluasian yang dilakukan setiap satu bulansekali, pengevaluasian tersebut dilakukan padasaat rapat koordinasi rutin. Untuk pengevaluasiansarana dan prasarana yang ada di kelas dilakukansetiap hari, karena sarana dan prasarana yang adadi kelas selalu dipakai dan harus ada pengecekansetelah memakai, hal tersebut dilaporkan pada saatrapat koordinasi setiap bulan. Peguyuban walimurid juga ikut serta berperan dalam pengevalu-asian sarana dan prasarana yaitu dengan cara ikutmelakukan pengecekan di kelas dan lingkungansekitar sekolah yang selanjutnya akan ditindak-lanjuti oleh kepala sekolah.

PEMBAHASAN

TK Negeri Pembina 3 Kota Malang mela-kukan perencanaan sarana dan prasarana padaumunya, yaitu perencanaan tersebut dilakukandengan cara pembuatan program tahunan,penentuan kebutuhan. Langkah yang dilakukan olehsekolah yaitu dengan melakukan rapat koordinasiyaitu oleh kepala sekolah, koordinator sarana danprasarana, para guru, dan komite sekolah, kemudianpara anggota yang diikut sertakan berhakmemberikan saran atau opini untuk kelangsunganprogram yang direncanakan, dan mengimplemen-tasian rencana program tersebut. Namun ada yangmembedakan dari prosedur tersebut, yaitu tidakseimbangnya antara anggaran dan rencanaprogram. Jika terdapat hal seperti itu maka harusmenentukan skala prioritas.

380 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 376-382

Page 29: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

TK Negeri Pembina 3 Kota Malang jarangmendapatkan bantuan dari pemerintah sesuaidengan prosedur yang berlaku dikarenakan bantuandari pemerintah pun dalam jumlah yang terbatassehingga sekolah menggunakan alternatif lain untukmemenuhi kebutuhan sarana dan parasaranasekolah dalam hal ini contohnya dengan pembeliansendiri menggunakan anggaran sekolah, selain itujuga sumbangan dari wali murid yang tidak mestidatangnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yangada bahwa di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang,menggunakan dana dari pemerintah untukpengadaan sarana dan prasarana pendidikan.

Pendistribusian di TK Negeri Pembina 3 KotaMalang dilakukan secara langsung. Namun saranadan prasarana tersebut akan didistribusikanterhadap masing-masing kelas jika ada pengajuandari koordinator atau guru kelas. Pendistribusiantersebut akan dilakukan jika sarana dan prasaranatersebut telah dicatat oleh koordinator sarana danprasarana sekolah. TK Negeri Pembina 3 KotaMalang bahwa pendistribusian di sekolah inidilakukan pada umumnya, yaitu secara langsung.Hal tersebut sesuai dengan teori di atas yangmenyebutkan bahwa ada dua sistem dalampendistribusian sarana dan prasarana, yaitu: (a)sistem secara langsung; (b) sistem secara tidaklangsung (Bafadal, 2008:38).

TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dalamkegiatan pemeliharaannya dilakukan secaraberkala yaitu dengan cara membersihkan lantaimaupun pengecekan sarana dan prasarana yanglainnya. Untuk pemeliharaan jangka panjangberupa pengecekan bangunan sekolah jugadilakukan. Hal tersebut sesuai dengan teori di atasbahwa pemeliharaan dibagi menjadi tiga yaitu: (a)perawatan rutin; (b) perawatan darurat; dan (c)perawatan preventif.

Penginventarisasian sarana dan prasarana diTK Negeri Pembina 3 Kota Malang sesuai denganteori di atas, yaitu di sekolah ini melakukan kegiataninventarisasi dengan cara pada saat barang barudatang dilakukan pencatatan atau penginven-tarisasian untuk mempermudah, inventarisasidilakukan oleh koordinator sarana dan prasaranauntuk sarana dan prasarana sekolah, sedangkanuntuk sarana dan prasarana kelas dilakukan olehkoordinator atau guru kelas masing-masing, danmelakukan pelaporan yang bertujuan untukmengetahui barang apa saja yang dapat digunakandan tidak dapat digunakan.

Penghapusan di TK Negeri Pembina 3 KotaMalang belum dilakukan karena sekolah ini berdiri

pada tahun 2007 dan beroperasi pada tahun 2008.Sedangkan sarana dan prasarana yang ada disekolah ini masih layak untuk dipakai. Jika adakerusakan terhadap sarana dan prasarana sekolahmasih dapat diperbaiki dan digunakan kembali.Menurut Bafadal (2008:62) “ penghapusanmerupakan kegiatan memindahkan barang-barangmilik lembaga (dapat juga sebagai milik negara)dari daftar inventaris dengan cara berdasarkanperundang-undangan yang berlaku”. MenurutBarnawi dan Arifin (2012:79) “penghapusan saranadan prasarana merupakan kegiatan pembebasansarana dan prasarana dari pertanggungjawabanyang berlaku dengan alasan yang dapatdipertanggungjawabkan”. TK Negeri Pembina 3Kota Malang penghapusan yang dilakukan olehsekilah tidak sesuai dengan teori di atas. Haltersebut dapat terjadi karena sekolah ini belummelakukan proses penghapusan barang atauperlengakapan sekolah, karena sekolah ini berdiripada tahun 2007 dan beroperasi pada tahun 2008,serta sarana dan prasarana yang ada di sekolahini belum memenuhi syarat untuk dilakukanpenghapusan.

Menurut Thoha (dalam Wiyono dan Sunarni2009:1) “suatu kegiatan yang terencana untukmengetahui keadaan suatu objek denganmenggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkandengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatukesimpulan”. Evaluasi juga dapat diartikan sebagaisuatu proses mendeskripsikan, mengumpulkan danmenyajikan suatu informasi yang bermanfaat untukpertimbangan dalam pengambilan keputusanWorthen dan Sanders (dalam Wiyono dan Sunarni:2009). Berdasarkan paparan data di atas bahwaevaluasi yang dilakukan di TK Negeri Pembina 3Kota Malang sesuai dengan teori di atas, yaitudilakukan dengan cara mengumpulkan data danmenyajikan informasi dalam hal ini kegiatantersebut dilakukan oleh peguyupan kelas dan gurukelas untuk melakukan pengecekan yangkemudian dilaporkan kepada sekolah, dandikoordinasikan dengan pihak yang berwenang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian diatas dapatdisimpulkan bahwa perencanaan sarana danprasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malangberada di bawah tanggung jawab kepala sekolahdan didelegasikan kepada koordinator sarana dan

Lestari dkk, Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini 381

Page 30: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

prasarana sekolah. Kegiatan yang dilakukan yaitumulai dari penyusunan rencana program denganacuan RAPBTK, dengan rapat koordinasi yangmelibatkan kepala sekolah, koordinator sarana danprasarana, guru kelas, dan komite sekolah.

Pengadaan sarana dan prasarana di TKNegeri Pembina 3 Kota Malang dilakukan menurutskala prioritas atau sesuai kebutuhan dari masing-masing kelas. Pengadaan sarana dan prasaranadi sekolah tersebut menggunakan tiga jenis danayaitu : (1) iuran komite (SPP), (2) DPP sekolah,dan (3) pemerintah. Pengadaan sarana danprasarana di sekolah ini dilakukan oleh tim, yaituterdiri dari kepala sekolah, koordinator sarana danprasarana, guru, serta komite sekolah.

Pendistribusian di sekolah ini menggunakanpendistribusian secara langsung. Prosespendistribusian sarana dan prasarana ini dilakukandengan cara guru atau koordinator kelas memberilaporan kepada koordinator sarana dan prasaranauntuk meminta barang yang dibutuhkan, kemudiankoordinator sarana dan prasarana memberikanbarang tersebut dengan bukti penginventarisasibarang tersebut.

Pemeliharaan sarana dan prasarana disekolah ini dilakukan setiap hari dan secara berkala.Untuk pemeliharaan alat pembelajaran dilakukanoleh masing-masing guru kelas setelah selesaimelakukan pembelajaran. Penginventarisasian disekolah ini dilakukan pada saat barang datang, haltersebut ditempuh agar barang tersebut mudahdalam pendistribusian ke masing-masing kelas atauunit yang membutuhkan, dan dilakukan olehmasing-masing koordinator kelas, agar pada saatpengecekan barang mudah dan pada saatmelakukan pelaporan mudah. Namun untuk saranadan prasarana sekolah penginventarisasiandilakukan oleh koordinator sarana dan prasaranasekolah.

Penghapusan belum dilakukan. Jika adabarang yang rusak masih dapat diperbaiki danbelum layak untuk dilakukan penghapusan.Evaluasi di TK Negeri Pembina 3 Kota Malangdilakukan setiap sebelum dan sesudah kegiatandilakukan. Kegiatan ini dibantu oleh peguyuban walimurid juga ikut serta berperan dalam evaluasisarana dan prasarana yaitu dengan cara ikutmelakukan pengecekan di kelas dan lingkungansekitar sekolah yang selanjutnya akanditindaklanjuti oleh kepala sekolah.

Saran

Berdasarkan penelitian ini maka adabeberapa saran yang ditujukan kepada KepalaSekolah TK Negeri Pembina 3 Kota Malang, yaituhendaknya lebih mengintensifkan penginventari-sasian sarana dan prasarana agar di sekolahmemiliki arsip untuk sarana dan prasarana yangada di kelas. Koordinator Sarana Dan PrasaranaTK Negeri Pembina 3 Kota Malang, yaituhendaknya lebih meningkatkan koordinasi danmemaksimalkan anggaran untuk pengadaan saranadan prasarana agar sekolah lebih maju untuk kedepannya. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan,yaitu hendaknya tetap mempertahankan danmenambah referensi untuk mata kuliah manajemensarana dan prasarana agar mahasiswa lebih mudahdalam mengakses. Dan untuk Orang-tua/WaliMurid hendaknya lebih memperhatikan danmemahami tentang pentingnya pendidikan,khususnya manajemen sarana dan prasarana. Danuntuk peneliti lain diharapkan dapat memberikanwawasan dan informasi mengenai penelitian yangsejenis sehingga lebih memaksimalkan hasil yangdiperoleh peneliti selanjutnya yang difokuskanterhadap penghapusan sarana dan prasarana.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, I. 2008. Manajemen PerlengkapanSekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Barnawi dan Arifin, M. 2012. ManajemenSarana dan Prasarana. Jogjakarta: Ar-ruzz Media

Moleong, L. J. 2012. Metodelogi PenelitianKualitatif . Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. 2003. Bandung:Citra Umbra.

Wiyani dan Barnawi. 2014. Format PAUD.Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Wiyono, B.B dan Sunarni. 2009. EvaluasiProgram Pendidikan dan Pembelajaran.Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UM.

382 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 376-382

Page 31: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENDIDIKANPENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Siti Zaenab

e-mail: [email protected] Gde Pudja Mataram, Jln Pancaka N0 7B Mataram Lombok

Abstract: This research is focused on improvement of childhood educational Management playgroupin Cakranegara Mataram, using an action research approach. The purpose of this research to expandthe childhood educational Management especially in planning, organizing, actuating, and controlling.This qualitative research is in action research that emphasizes an trying out the concept of ideas intopractices and it is hoped to decrease the quality of the childhood educational program playgroupCakranegara of this research was started by making a prestudy at the childhood education playgroupto get some informations from the manager about the actualization the planning, organizing, activitingand controlling. Techniques for data collectons are: (1) interview; to get a certain data from theinforman who are involved in the activities of the childhood educational program playgroup, (2)Observation; to get data about the actualization of the childhood educational program playgroup,(3) Documentation by direct observation. the research are : Planning, Organizing, Actuating,Controlling, at first hasn’t been well done yet, based on the theory, but there is a significant.

Keyword: improvement of child education, playgroup

Abstrak: Penelitian ini difokuskan pada peningkatan masa Manajemen pendidikan playgroup diCakranegara Mataram, menggunakan pendekatan penelitian tindakan. Tujuan dari penelitian ini untukmemperluas Manajemen pendidikan anak usia dini terutama dalam perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, dan pengendalian. Penelitian kualitatif ini adalah penelitian tindakan yang menekankanpada percobaan konsep ide ke dalam praktik dan diharapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikananak usia playgroup Program Cakranegara penelitian ini dimulai dengan membuat studi awal diplaygroup pendidikan anak usia dini untuk mendapatkan beberapa informasi dari manajer tentangaktualisasi perencanaan, pengorganisasian, activiting dan pengendalian. Teknik untuk mengumpulkandata: (1) wawancara; untuk mendapatkan data tertentu dari informan yang terlibat dalam kegiatanprogram pendidikan anak usia playgroup, (2) Pengamatan; untuk mendapatkan data tentang aktualisasiplaygroup program pendidikan anak, (3) Dokumentasi oleh pengamatan langsung. penelitian iniadalah: Perencanaan, Pengorganisasian, Actuating, Controlling, pada awalnya belum dilakukan denganbaik namun, berdasarkan teori, tapi ada yang signifikan.

Kata kunci: perbaikan, pendidikan anak, kelompok bermain

Upaya mewujudkan sumberdaya manusia yangmemiliki budi pekerti, diperlukan ilmu pengetahuandan keterampilan diperlukan adanya pembinaansejak dini, pendidikan anak usia dini (PAUD).Kelompok Bermain merupakan salah satu aspekyang sangat penting untuk mendorong tumbuhnyarasa percaya diri, motivasi belajar dan keterampilandasar berbahasa pada anak.

Mengingat pentingnya pembinaan anak usiadini, guna membantu mempersiapkan pertumbuhandan perkembangan anak pada masa awal usia,agar dapat menjadi generasi penerus yang mandiri

baik sosial, ekonomi, mental dan berakhlak muliaserta berkepribadian mulia.

Berbagai fenomena anak usia dini tersebut diatas, Pendidikan Anak Usia Dini Kelompok Bermain“Asri Tunggal” merasa terpanggil untuk melakukanpenelitian Salah satu bentuk satuan pendidikanprasekolah dijalur pendidikan adalah pendidikananak usia dini. Eksistensi dan esensi lembagapendidikan anak usia dini ini dalam kerangkapembangunan pendidikan Nasional secara resmidiakui di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor27 Tahun 1990. Penyelenggaraan pendidikan taman

383

Page 32: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dinidalam Kelompok Bermain dimaksudkan untukmembantu meletakan dasar kearah perkembangansikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan dayacipta yang diperlukan oleh anak didik dalammenyesuaikan diri dengan lingkungannya, sertauntuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Terkait dengan aturan terbaru tentangpendidikan anak usia dini, pemerintah telahmenjabarkan isi dari Peraturan Pemerintah Nomor19 Tahun 2005 tentang standar Pendidikan kedalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) Nomor 58 Tahun 2009 tentangStandar Pendidikan Anak Usia Dini. DalamPermendiknas tersebut ditegaskan kembali tentangpembagian pendidikan anak usia dini menjadi tigayaitu pendidikan anak usia dini formal yang terdiridari Taman Kanak-Kanak atau Raudhatul Athfal,pendidikan anak usia dini nonformal yang terdiridari Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak,Posyandu atau bentuk lain yang sederajat danpendidikan anak usia dini informal yangdiselenggarakan di keluarga. Salah satu jenispendidikan anak usia dini informal yang sudahdikenal adalah homeschooling (sekolah dikeluarga)

Lahirnya Permendiknas Nomor 58 Tahun2009 telah berdampak pada perubahan strukturpada manajemen antara lain: (1) DirektoratJenderal PNFI Kemdiknas RI telah merubahmenjadi PAUDNI, (2) Struktural DirektoratPendidikan Anak usia Dini yang semula bersifatvertikal terdiri dari Kasubdit KB, TPA, SPS dankemitraan telah berubah menjadi horisontal yangterdiri Kasubdit sarana dan prasarana.Pembelajaran dan peserta didik, program, evaluasilembaga dan kemitraan dibawah Direktorat JendralPAUDNI Kemendikbud Republik Indonesia.

Bafadal (2004) menyatakan penyelengga-raan pendidikan anak usia dini tidak semudah yangkita bayangkan. Pendidikan anak usia dini tidakhanya sebagai lembaga penganti keluarga bagianak didik diluar rumahnya. Pendidikan anak usiadini merupakan lembaga pendidikan yangdipersiapkan untuk membantu anak didik dalamrangka pembentukan perilaku melalui pembiasaandan pengembangan kemampuan dasar yang adapada diri anak didik sesuai dengan tahap-tahapperkembangannya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) rata-rataberusia 0 sampai 7 tahun. Seseorang dengan usiaseperti itu biasanya selalu senang bermain. Bagianak seusia itu, bermain merupakan kegiatan

secara alamiah untuk mengenal diri, orang lain, danlingkungannya. Oleh karena itu, bermainmerupakan cara belajar yang paling baik untukmengembangkan kemampuan anak didik dikelompok bermain. Aplikasi bermain disini sebagaibentuk kegiatan belajar Anak Usia Dini berupapermainan yang dapat menerangkan dayafantasinya sehingga kreatifitas dapat berkembang.Selain itu, disini harus mampu membuat anak didikmerasa senang.

Bercermin pada kondisi di atas, untukmerealisasikan Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, makasecara langsung berpengaruh terhadapperencanaan pelaksanaan dan evalusaipendidikan perlu diupayakan sumber dayamanajemen yang tepat dan pengembangansumber daya manusia sesuai dengan kebutuhanlapangan. Hal tersebut sejalan pula denganUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional yang kegiatanpenataan manajemen pendidikan dalam berbagaijalur dan jenjang pendidikan terutama padatingkat operasional pendidikan anak usia dini(PAUD), Sekolah Dasar, Sekolah Menengahdan Sekolah Tinggi. Program pendidikan anakusia dini kelompok bermain yang dalampenyelenggaraan manajemen masih kurangprofesional hanya dilaksanakan berdasarkkanpengalaman yang dimiliki, sehingga dampaknyaadalah bahwa program ini tidak berjalan sesuaidengan yang diharapkan. Oleh karena itu perludikembangkan manajemen yang profesionalagar pelaksanaan Program pendidikan anak usiadini kelompok bermain dapat berjalan secaraprofesional.

Tujuan umum penelitian yaitu pengembanganperencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,pengawasan PAUD Kelompok Bermain “AsriTunggal” di Cakranegara Mataram. Adapun tujuankhusus dari penelitian ini adalah (1) Untukmendiskripsikan, menganalisis dan mengem-bangkan perencanaan program PAUD KelompokBermain Cakranegara Mataram (2) Untukmendiskripsikan, menganalisis dan mengem-bangkan pengorganisasian program PAUDKelompok Bermain Cakranegara Mataram. (3)Untuk mendiskripsikan, menganalisis danmengembangkan penggerakkan program PAUDKelompok Bermain Cakranegara Mataram (4)Untuk mendiskripsikan, menganalisis danmengembangkan pengendalikan program PAUDKelompok Bermain Cakranegara Mataram.

384 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

Page 33: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

METODE

Penelitian ini merupakan penelitianpengembangan yakni melakukan dengan studi awaldi lembaga pendidikan anak usia dini KelomokBermain “Asri Tunggal’ Cakranegara KotaMataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dasarpertimbangan pemilihan lokasi untuk menggaliinformasi kepada kepala sekolah tentangpengembangan manajemen PAUD dimulai dariperencanaan, pengorganisasian, pengerakkan danpengawasan.

Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah (1) wawancaramendalam artinya untuk memperoleh data dariinforman-informan yang telah ditentukan olehkepala sekolah PAUD tentang kegiatan yang

berkaitan dengan program pendidikan anak usiadini Kelompok Bermain “Asri Tunggal”, (2)observasi peran serta dilakukan semata-mata untukmemperoleh data tentang pelaksanaan programpendidikan anak usia dini Kelompok Bermain “AsriTunggal” (3) dokumentasi melalui pengamatanlangsung oleh peneliti.

Untuk itu pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptifyaitu suatu pendekatan yang kegiatanntut penelitimelakukan ekplorasi baik secara menyeluruhmaupun terfokus, dalam mendapatkan pemahamanyang lebih jelas dan mendalam terhadap obyekyang diteliti. Pendekatan kualitatif merupakan salahsatu pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat wajar dan alamiah. Karena

Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 385

Pelasanaan siklus 1

Perenctindakan

Pelaks tindakan Observasi Refleksi Revisi

Refleksi awal

Studi eksplorasiObservasiDiskusi

Wawancara

Identifikasi masalah

Pelaksanaan siklus 2

Perenc tindakan

Pelaks tindakan Observasi Refleksi Revisi

Pelaksanaan siklus 3

Perenc tindakan

Pelaks tindakan Refleksi Revisi

Selesai laporan

penelitian

Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Page 34: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistikdan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidakbisa dilakukan di laboratorium melainkan langsungdi lapangan.

Selain itu juga, penggunaan pendekatankualitatif ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu:(1) karena penelitian tidak bersifat homogen, dan(2) penelitian ini dimaksudkan untuk mengung-kapkan tentang pengembangan manajemenpendidikan anak usia dini pada PAUD “AsriTunggal” kemudian dapat disimpulkan menjadikenyataan yang bersifat khusus. Oleh karenapenelitian ini merupakan penelitian pengembanganmaka untuk mewujudkan maksud tersebutdirancang dengan menggunakan rancanganpenelitian tindakan (action research). Penelitiantindakan merupakan penelitian yang dilakukansecara sistematis dan terencana, namun kadang-kadang masih diragukan kadar keilmiahannya. Jikadilihat dan prosedur pelaksanaannya, kadarkeilmiahan penelitian tindakan tidak jauh bedadengan desain penelitian lain.

Prosedur penelitian dimulai dari studi awalyang terdiri dari studi eksplorasi baik terfokusmaupun menyeluruh melalui observasi, wawan-cara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil studiawal dilakukan identifikasi masalah dan selanjutnyamempersiapkan langkah-langkah yang dipersiap-kan untuk melakukan tindakan pengembangandengan cara menceritakan permasalahan yangditemukan kepada kepala sekolah pendidikan anakusia dini Kelompok Bermain serta mengajakkerjasama dalam melakukan pengembanganpendidikan anak usia dini berdasarkan teori yangada. Selanjutnya melakukan siklus pengembanganyang terfokus pada perencanaan, pengorganisasian,penggerakkan dan melakukan evaluasi hasilpengembangan yang telah dilakukan. Penelitimengukur tingkat keberhasilan yang telah dilakukanselama tindakan berlangsung. Membandingkanhasil studi awal dengan hasil pengembangan. Disiniakan terlihat perbedaan hasil studi awal denganhasil setelah melakukan tindakan pengembangan.Jika hasil pengembangan lebih baik berarti tindakanyang dilakukan dapat dikatakan berhasil. Secarasederhana pelaksanaan siklusnya dapat dilihat padadiagram di atas.

HASIL

Aspek perencanaan terdapat peningkatandalam kegiatan pengembangan dalam bidangperencanaan namun masih perlu melakukan

upaya-upaya yang mengarah ke tingkat perbaikanyang lebih baik yang disesuaikan berdasarkansituasi dan kondisi serta kebutuhan peserta didikserta masyarakat yang ada di sekitarnya yangpeduli dengan pendidikan anak usia dini.

Pengorganisasian kegiatan menunjukan hasilpengembangan sudah terdapat peningkatan dalamkegiatan pengembangan dalam bidang pengorga-nisasian namun masih perlu melakukan upaya­­upaya yang mengarah ke tingkat perbaikan yanglebih baik berdasarkan situasi dan kondisi sertakebutuhan peserta didik serta masyarakat yang adadi sekitarnya yang peduli dengan pendidikan anakusia dini.

Pengerakkan menunjukkan hasil sudahterdapat peningkatan dalam kegiatan pengem-bangan dalam bidang pengerakkan/pengaktifannamun masih perlu melakukan upaya-upaya yangmengarah ke tingkat perbaikan yang lebih baikberdasarkan situasi dan kondisi serta kebutuhanperserta serta masyarakat yang ada di sekitarnyayang peduli dengan pendidikan anak usia dini.

Pengawasan hasil ini menunjukkan sudahterdapat peningkatan dalam kegiatan pengem-bangan dalam bidang pengawasan namun masihperlu melakukan upaya-upaya yang mengarah ketingkat lebih baik berdasarkan situasi dan kondisiserta kebutuhan peserta didik serta masyarakatyang ada di sekitarnya yang peruli terhadappendidikan anak usia dini.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terlihatbahwa ada kemajuan yang telah dilakukan olehPAUD Kelompok Bermain “Asri Tunggal’ sangatbanyak perubahan yang menyangkut konsep dancara penyusunan perencanaan, pembuatan danpelaksanaan sruktur pengorganisasian, pengaktifandan pengendahan walaupun masih diperlukanupaya-upaya perbaikan lebih keras dan lebih baiklagi, agar pelaksanaan kegiatan di lembagapendidikan anak usia dini Kelompok Bermain “AsriTunggal’ dapat lebih baik dan maju.

Berdasarkan data yang diperoleh penelitibahwa pada saat studi awal dan setelah melakukanpengembangan bahwa pada siklus pertamamenunjukkan bahwa perencanaan pada awalnyabelum dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terlihatdari beberapa kegiatan terutama proses belajar-mengajar serta pengaturan atau pengelompokkanpeserta didik dilakukan secara sederhana danbelum melakukan pengorganisasian terhadap

386 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

Page 35: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

peserta didik secara aktif, sehingga hasil yangdiperoleh belum begitu maksimal.

Pada siklus kedua hasil pengamatanmenunjukkan adanya peningkatan dalampengelolaan proses acuan pola kegiatanpembelajaran baik dari segi perencanaan,pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan.Hal ini dapat dilihat dari segi pengaturan ruanganmaupun pengelompokkan peserta didik sehinggamemudahkan pendidik atau tenaga kependidikandalam pemantauan proses acuan kegiatan pembe-lajaran. Begitu juga dengan hasil yang ditunjukkanpada siklus ketiga bahwa hasil pengamatankegiatannjukkan adanya peningkatan yangsemakin baik dari siklus kedua jika dibandingkandengan kegiatan-ke-giatan sebelumnya.

Pembahasan atau diskusi hasil penelitianberdasarkan data dan temuan penelitian dilapangan tersebut menggambarkan beberapa halyang berkaitan dengan pengembangan Manaje-men PAUD Kelompok Bermain “Asri Tunggal”perencanaan, pengorganisasian, penggerakkanserta pengawasan program Pendidikan anak usiadini yang dilaksanakan pada Kelompok Bermain“Asri Tunggal” Cakranegara Provinsi NusaTenggara Barat dapat terlihat sebagai berikut.

Perencanaan merupakan salah satu aspekyang harus dirumuskan terlebih dahulu dalamrangka menetapkan tujuan organisasi. Hal inisenada dengan pendapat Boone & Kurtz (1984)yang mengatakan bahwa perencanaan adalahsuatu proses dimana kepala sekolah menentukantujuan, nilai masa depan dan mengembangkanseperangkat tindakan untuk mencapai tujuan.

Akan tetapi Pidar ta (1990) membagiperencanaan menjadi dua jenis jika dilihat dari asliatau tidaknya obyek yang direncanakan.Perencanaan yang pertama disebut perencanaanpengembangan sedangkan jenis yang keduadisebut perencanaan perbaikan. Lebih lanjutdijelaskan bahwa perencanaan pengembanganadalah perencanaan yang bermaksud mengem-bangkan suatu lembaga pendidikan sehinggamenjadi lebih lengkap. Sedangkan perencanaanperbaikan adalah usaha untuk memperbaiki salahsatu unit kerja yang sudah ada pada suatu lembagapendidikan anak usia dini; sementara unit kerjayang lama itu ditingkatkan produktifitasnya baikdari segi kualitas maupun kuantitas.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan padasaat melakukan studi awal baik melalui observasimaupun wawancara dengan kepala sekolahmaupun stakeholder pihak-pihak terkait lainnya

ditemukan indikasi atau gejala-gejala yangmenunjukkan kekurangmampuan kepala sekolahdalam melakukan perencanaan. Atmodiwiryo(2000) mengemukakan bahwa perencanaan, yaitu:(1) permasalahan yang merupakan berkaitanantara tujuan dengan sumber dayanya, (2) carauntuk mencapai tujuan atau sasaran rencanadengan memperhatikan sumber dayanya danalternatif atau kombinasi alternatif yang dipandangbaik, (3) penterjemahan rencana dalam programkerja yang kongkrit, dan (4) penetapan jangkawaktu pencapaian tujuan atau sasaran.

Jika dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas akan dapat diketahui bahwa kepala sekolahbelum memahami konsep perencanaan meskipunsecara operasionalnya sudah bisa berjalan akantetapi masih mengikuti petunjuk pelaksanaanmaupun petunjuk teknis yang diperoleh dariinstansi terkait yang membidangi masalahPendidikan non formal dalam hal ini DinasPendidikan Kota Mataram.

Dari hasil pengamatan terhadap tindakanyang dilakukan didapatkan bahwa pada awalnyakepala sekolah, pendidik maupun tenagakependidikan lainnya masih belum memahamikonsep perencanaan program terutama programacuan kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikandengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan terutarnayang berkaitan dengan kegiatan proses belajarmengajar masih belum kegiatannjukkan hasil yangmemuaskan.

Berdasarkan temuan-temuan yang diperolehselanjutnya peneliti melakukan identifikasi terhadapmasalah-masalah yang dihadapi lalu melakukandiskusi dengan kepala sekolah bersama pendidiklainnya guna mencari solusi terbaik sertamelakukan siklus-siklus pengembangan sepertiyang tertera dalam rancangan penelitiansebelumnya.

Disamping itu juga para pendidik besertatenaga pengajar lainnya belum dapat melakukanperencanaan acun kegiatan pembelajaran denganbaik. Hal ini dibuktikan bahwa setiap pendidikmasih belum memiliki perangkat dan persiapanbelajar mengajar sehingga, hasil yang diperolehpunmasih jauh dari yang diharapkan.

Setelah dilakukan pengembangan terhadapperencanaan pembelajaran serta dilihat dari hasilpengamatan siklus demi siklus terjadi peningkatankemampuan dan keterampilan dalam merenca-nakan proses pembelajaran. Setiap tahapan siklusmerupakan latihan bagi kepala sekolah maupunpendidik dan tenaga kependidikan dalam membuat

Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 387

Page 36: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

perencanaan berdasarkan konsep teori manajemenyang ada. Adapun temuan-temuan yang diperolehpada siklus pertama kegiatannjukkan masih perluadanya pembinaan terhadap kepala sekolahmaupun pendidik untuk meningkatkan danmengembangkan cara menyusun perencanaan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalammenyusun perencanaan proses kegiatanpembelajaran di kelas antara lain sebagai berikut:(1) cara mengidentifikasi kebutuhan peserta didik;(2) cara merekrut calon peserta didik; (3) caramenyusun program kegiatan pembelajaranberlangsung; (4) cara membentuk pengembanganprilaku, pengembangan kemampuan dasarberbahasa; (5) menyiapkan alat dan bahanpelajaran; dan (6) menyusun jadwal kegiatanpembelajaran.

Siklus pertama ini kepala sekolah besertapendidik masih terbawa oleh kebiasaan dalammelakukan perencanaan yang bersifat konfensi-onal. Hal ini terlihat dari cara pendidik menyam-paikan materi acuan kegiatan pembelajaran masihbersifat apa adanya, artinya tanpa memilikipersiapan yang lengkap, sebagaimana layaknyapersiapan guru yang mengajar. Oleh karena itusebelum melakukan siklus kedua peneliti mengajakkepala sekolah bersama pendidik melakukandiskusi serta memberikan masukan-masukantentang cara menyusun perencanaan acuankegiatan pembelajaran agar dapat memperolehhasil yang memuaskan.

Pada siklus kedua berdasarkan hasil diskusiyang dilakukan bersama kepala sekolah langsungdiaplikasikan dan ternyata hasilnya cukup baikdapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuandan keterampilan terhadap kepala sekolah maupunpendidik dalam menyusun perencanaan terutama,perencanaan acuan kegiatan pembelajaran.Meskipun terdapat peningkatan pada siklus keduabukan berarti siklus ketiga tidak dilakukan.

Sedangkan siklus ketiga dilakukan dalamrangka lebih meningkatkan kemampuanperencanaan untuk mendapatkan hasil yang lebihbaik dari kegiatan sebelumnya. Setelah programdirencanakan, maka langkah berikutnya adalahpengorganisasian program. Pengorganisasianmerupakan proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugasitu kepada orang yang sesuai dengan kemampu-annya, dan mengalokasikan sumber daya, sertamengkoordinasikannya dalam rangka efektifitasdan pencapaian tujuan organisasi (Fattah, 1999).

Lebih lanjut Fattah (1999) mengemukakanbahwa hat-hal yang harus dilakukan dalam merincipekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apayang harus dilakukan untuk mencapi tujuanorganisasi. Sedangkan dalam membagi pekerjaanadalah membagi seluruh beban kerja menjadikegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan olehperorangan maupun kelompok. Adapunmenggabungkan pekerjaan maksudnya mengga-bungkan pekerjaan para anggota secara rasionaldan efisien serta pengelompokkan tugas yang salingberkaitan jika organisasi sudah maju atau komplek,maka mekanisme kerja untuk mengkoordinasipekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis.

Berdasarkan temuan yang diperoleh dilapangan, nampaknya bidang pengorganisasianbelum mendapat perhatian yang serius baik olehpihak kepala sekolah maupun pengelola lainnya.Begitu pula halnya dengan pengorganisasian acuankegiatan pembelajaran masih belum mendekatisempurna. Hal ini terlihat dari proses belajarmengajar yang berlangsung sebelum melakukantindakan pengembangan masih kegiatannjukkanhasil yang kurang baik.

Akan tetapi setelah melakukan tindakanpengembangan melalui siklus-siklus terdapatperubahan yang cukup berarti, artinya kegiatanyang tadinya belum dapat dilaksanakan denganbaik dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. Indikasiyang dijadikan tolok-ukur keberhasilan dalambidang pengorganisasian antara lain (1) mampumerinci pekerjaan dengan baik dengan caramenentukan tugas-tugas yang harus dikerjakanoleh pendidik untuk mencapai tujuan, (2) mampumembagi seluruh bidang kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh kepalasekolah maupun pendidik, dan (3) mampumenggabungkan pekerjaan para pendidik dengancara yang rasional dan efisien.

Bidang pengorganisasian permasalahan yangmembutuhkan penanganan yang serius tidakbanyak ditemukan karena sebagian besarpermasalahan pengorganisasian dapat diatasi.Namun demikian upaya perbaikan maupunpengembangan masih perlu dilakukan untukmemperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itukegiatan siklus demi siklus tetap dilakukan untukmengetahui tingkat perkembangan yang diperolehuntuk masing-masing kepala sekolah dan pendidikdengan langkah yang ada.

Sedangkan kemampuan pendidik dalammelakukan pengorganisasian acuan kegiatanpembelajaran masih perlu diperhatikan dan terus

388 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

Page 37: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

ditingkatkan. Karena berdasarkan pengamatanbahwa sebagian besar pendidik belum memahamibagaimana cara pengorganisasian pembelajarandengan baik meskipun proses belajar mengajardapat dilaksanakan. Oleh karena itu melaluiperbaikan-perbaikan yang dilakukan pada setiapsiklus diharapkan dapat meningkatkan pemahamanpara pendidik dalam mengorganisasikan acuankegiatan pembelajaran dengan baik.

Setelah melakukan perbaikan pada sikluspertama, pada siklus kedua terdapat peningkatanpemahaman yang cukup berar ti mengenaipengorganisasian pembelajaran yang baik. Parapendidik sudah melakukan pengorganisasian acuankegiatan pembelajaran serta perangkatpembelajaran yang diperlukan. Kondisi ini sejalandengan pendapat Riyadi (2003) yang mengatakanbahwa pengorganisasian adalah (1) penentuansumberdaya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuh-kan untuk mencapai tujuan organisasi, (2)perencanaan dan pembinaan suatu organisasi ataukelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan, dan (3) tanggung jawabserta pendelegasian diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnyasehingga diharapkan dapat kegiatan menunjukkanpeningkatan yang cukup berarti.

Meskipun terdapat peningkatan pada sikluskedua tidak dapat memberikan jaminan untuk tidakmelakukan siklus ketiga yang merupakan tahapanyang lebih lanjut dalam rangka melakukanpeningkatan­­peningkatan yang lebih baik. Denganmelakukan siklus demi siklus secara berkesi-nambungan peningkatan yang cukup berarti dapatdiperoleh dan kegiatan-kegiatan dapat terlaksanadengan baik.

Pengerakkan atau Pengaktifan sangatberhubungan erat dengan ketenagaan atausumberdaya manusia yaitu hubungan antara individuyang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadaptugas bawahan dan pembagian kerja yang lebihefektif dan efisien. Koontz dan O’Donnel (dalamHasibuan; 1999) mengemukakan bahwapenggerakkan mempunyai hubungan yang eratantara aspek-espek individual yang ditimbulkan olehadanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapatdimengerti dan pembagian kerja yang efektif danefisien untuk tujuan yang nyata.

Setelah perencanaan dan pengorganisasianterlaksana dengan baik maka langkah berikutnyaadalah bagaimana, menggerakkan atau melakukanpengaktifan terhadap program-program yangsudah direncanakan dan diorganisir dengan baik.

Kegiatan pengaktifan merupakan upaya yangdilakukan oleh seorang kepala sekolah agar orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut dapatbekerja secara optimal. Salah satu upaya yangdapat dilakukan adalah dengan memotivasi ataumerangsang pendidik untuk melaksanakan tugasdengan baik.

Agar dapat melaksanakan fungsi pengaktifandengan baik perlu diberikan pengarahan-pengarahan agar dapat meningkatkan kinerjakepala sekolah maupun pendidik lainnya. Handoko(1999) mengemukakan bahwa pengerakkanberarti aktivitas mengarahkan, memimpin danmemperngaruhi bawahan. Sedangkan kegiatanrutKoontz dan O’Donnel (dalam Hasibuan; 1999)bahwa penggerakan mempunyai hubungan eratantara aspek-aspek individu yang ditimbulkan olehadanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapatdimengerti dan pembagian kerja yang efektif danefisien untuk tujuan yang nyata.

Pada prinsipnya setiap orang akan termotivasiuntuk melakukan sesuatu jika (1) yakin akanmampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaantersebut dapat memberikan manfaat bagi dirinya,(3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atautugas lain yang lebih penting atau mendesak, (4)tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yangbersangkutan, dan (5) hubungan antar teman dalamorganisasi tersebut harmonis (Depdiknas: 2000).

Penelitian ini ditemukan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh kepala sekolah danpendidik. Pada awalnya masih belum baik yangdisebabkan oleh tingkat pemahaman kepala sekolahterhadap konsep pengaktifan masih rendah. Begitupula halnya dengan para pengelola program danpendidik masih belum memahami secara teknistentang cara yang dilakukan dalam rangkamengaktifkan pembelajaran dengan baik.

Setelah melakukan kegiatan tindakanpengembangan pada siklus pertama peneliti sudahmemahami kelemahan-kelemahan yang dimilikioleh kepala sekolah maupun pendidik, oleh karenaitu peneliti melakukan langkah-langkah seperti yangdilakukan pada kegiatan sebelumnya yaitu berdis-kusi dengan kepala sekolah untuk memperolehpemahaman yang lebih baik agar dapat diterapkanpada kegiatan berikutnya.

Kegiatan pada siklus kedua membuktikanadanya perbaikan-perbaikan yang dilakukanpengelola maupun peserta didik. Hal ini terbuktidari prosentase kehadiran pendidik maupun pesertadidik mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.Salah satu upaya yang dilakukan oleh kepala

Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 389

Page 38: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

sekolah adalah dengan memotivasi pendidikbeserta peserta didik dengan cara meningkatkanhubungan yang harmonis antara peserta didikmaupun orang tua murid serta masyarakat yangpeduli pada pendidikan anak usia dini dengan parapengelola dengan demikian suasana acuan kegiatanpembelajaran dapat ditingkatkan dan hubunganantara pserta didik dengan pengelola berjalan lebihkondusif.

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaantugas sebuah lembaga atau organisasi hendaknyamenegakkan segala peraturan maupun disiplinyang ada dalam organisasi tersebut. Adapunpembinaan dilaksanakan dalam rangka meningkat-kan kecakapan serta ketrampilan pendidik atautenaga kependidikan melalui pendidikan danpelatihan agar bawahan mau mendukung danmelaksanakan program yang sudah direncanakanoleh atasan serta memberi tahu tugas-tugasmereka, disamping itu juga kepala sekolah perlumemberi arahan-arahan supaya bawahanmengetahui serta selalu ingat akan tugas-tugasnya.

Peningkatan maupun perbaikan-perbaikanyang dihasilkan dari siklus kedua tidak diakhirisampai disitu. Akan tetapi peningkatan­­peningkatan tersebut terus dikernbangkan kearahyang lebih baik melalui siklus ketiga. Kegiatan padasiklus ketiga diharapkan lebih meningkatkanperbaikan yang diperoleh pada siklus pertama dankedua sehingga hasil yang diperoleh cenderunglebih meningkat lagi.

Pengawasan terdir i atas aspek yangdigunakan untuk mengukur tingkat keberhasilansuatu program. Pengawasan me-rupakan suatukegiatan yang dilakukan untuk mengawasi ataumemantau proses dan perkembangan pelaksanaanprogram yang dilaksanakan dalam sebuah lembagamelalui proses yang dilakukan secara sistematisuntuk mengetahui tingkat keberhasilan pelak-sanaan program dengan kriteria tertentu untukkeperluan pembuatan keputusan. Kegiatanpengawasan lebih menekankan pada aspekpemantauan pelaksanaan program maupun padaaspek pencapaian sasaran program.

Disamping itu juga merupakan kegiatan yangdilakukan oleh kepala sekolah maupun pihak-pihakterkait yang bertanggungjawab terhadappelaksanaan program pendidikan anak usia dinikelompok bermain “Asri Tunggal” untukmengetahui tingkat pencapaian pelaksanaanprogram efektivitas serta efisiensi sumberdayaserta hasil dari proses program yang dilaksanakan.

Ada beberapa prinsip dasar yang dapatdilakukan dalam pengawasan agar mendapatkanhasil yang baik. Pengawasan bersifat membimbingdan membantu mengatasi kesulitan bukan mencarikesalahan. Untuk itu dalam melakukan penga-wasan para pengawas harus memfokuskanperhatiannya pada usaha mengatasi hambatanyang dihadapi oleh para pelaksana programpendidikan anak usia dini kelompok bermain dantidak semata-mata mencari kesalahan. Kalaupunterpaksa harus ada kegiatan menunjukkankekeliruan harus disampaikan sendiri bukandidepan orang lain. Balikan Feedback atau saranperlu segera diberikan. Hal in dimaksudkan agaryang bersangkutan dapat memahami dengan jelasketerkaitan antara, saran dan balikan tersebutdengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikanbalikan sebaiknya diberikan dalam bentuk diskusiserta dilakukan pembahasan terhadap masalahyang terjadi. Pengawasan dilakukan secaraperiodik. Artinya tidak ada kegiatan menunggusampai terjadi hambatan. Jika tidak ada hambatankehadiran kepala sekolah akan dapat menum-buhkan dukungan moral bagi pendidik atau tenagakependidikan yang sedang melaksanakan tugas.Pengawasan dilaksanakan dalam suasanakemitraan. Suasana kemitraan akan memudahkanpara pendidik serta tenaga kependidikan untukmenyampaikan hambatan yang dihadapi sehinggadapat segera dicari solusinya. Suasana kemitraanjuga akan menumbuhkan hubungan kerja yangharmonis dengan demikian akan tercipta tim kerjayang solid dan kompak.

Temuan awal dilapangan membuktikanbahwa tingkat pengawasan yang dilakukan masihtergolong lemah. Hal ini dibuktikan oleh tingkatkehadiran pengawas dari pihak pemerintah dalamhal ini Dinas Pendidikan Kota Mataram(Diklusepora) yang ada di tingkat Provinsi masihkurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Untuk meningkatkan pengawasan programpendidikan anak usia dini peneliti melakukan diskusidengan kepala sekolah bersarna pendidik untukmencari solusi terbaik yang harus ditempuh agardapat melakukan peningkatan peningkatandibidang pengawasan. Untuk dapat melakukanpeningkatan pengawasan acuan kegiatanpembelajaran diperlukan bimbingan kepala sekolahdengan cara memberikan contoh-contohpengawasan pembelajaran. Peranan kepalasekolah dalam rangka melakukan perbaikan sertapeningkatan kemampuan pengawasan sangatpenting. Kenyataan yang dilihat dari kegiatan siklus

390 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

Page 39: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

yang dilakukan cenderung menunjukkan perbaikanyang cukup berarti, sehingga kemampuan dalammelakukan pengawasan dapat ditingkatkan denganbaik.

Salah satu hal yang sangat penting untukdiperhatikan adalah bagaimana caranya membinadan menumbuhkan profesionalisme para pendidikdan tenaga kependidikan sehingga para pendidikmaupun tenaga kependidikan lainnya mampumengikuti perkembangan dan pembaharuan dibidang pendidikan yang semakin pesat sertadiharapkan dapat menerapkannya dalampengembangan mutu bagi peserta didik. Dengandernikian diharapkan para pendidik atau tenagakependidikan dapat selalu meningkatkan kualitassumberdaya insani dalam mengajar dan mendidik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara umum terdapat perubahan perenca-naan yang cukup berarti dimana suatu organisasiperencanaan dapat mengidentifikasi programpendidikan anak usia dini kelompok bermain yaitu:peserta didik, merekrut calon peserta didik,menyusun program pembelajaran model area,membentuk pengembangan prilaku kemampuan

dasar berbahasa, menyiapkan alat dan saranaprasarana, bahan pembelajaran, dan menyusunjadwal pembelajaran. Terdapat perubahanpengorganisasi yang cukup berarti terutama dalampengorganisasian acuan pola pembelajaran sepertimenentukan tugas-tugas yang harus dilakukananggota membagi bidang kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh peroranganmaupun kelompok, dan menggabungkan pekerjaanpara pendidik serta tenaga kependidikan dengancara yang rasional dan efisien. Terdapat perubahanpenggerakkan yang cukup berarti sepertimenegakkan segala peraturan dan disiplin,pembagian tugas antara bawahan dan atasan, dankerjasama antara atasan dan bawahan dimanaatasan memberikan arahan-arahan agar bawahanmengetahui dan ingat akan tugasnya.

Saran

Terhadap keberhasilan pegawasan programlebih-lebih jika dikaitkan dengan teori-teori yangada akan tetapi setelah dilakukan pengembanganterdapat perubahan yang cukup berarti sepertimembina dan kegiatanmbuhkan profesionalismepara pendidik dan tenaga kependidikan sehinggamampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuanyang semakin pesat perkembangannya.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, I, 2004. Dasar-Dasar Manajemen danSupervisi Taman Kanak-Kanak. PenerbitBumi Aksara Jakarta.

Depdiknas. 2000. Konsep Dasar PendidikanPra Sekolah Materi Penataran TertulisSistem Belajar Mandiri ProgramTerakreditasi Guru Taman Kanak-Kanak. Departemen Pendidikan NasionalDirektorat Jendral Pendidikan Dasar danMenengah Pusat PengembanganPenataran Guru Tertulis. Bandung .

Pidarta, M. 2004. Manajemen PendidikanIndonesia. Jakarta Penerbit Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1990.Eksistensi dan esensi lembaga pendidikananak usia dini ini dalam kerangkapembangunan pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RepublikIndonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentangStandar Pendidikan Anak Usia Dinitertanggal 17 September 2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 58 Tahun2009 tentang Standar Pendidikan AnakUsia Dini. 2009 Bandung Penerbit CitraUmbara Indonesia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, TentangPerlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangOtonomi Daerah.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 391

Page 40: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PERBEDAAN TINGKAT KEDISIPLINAN DAN KARAKTERPRIBADI SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI

Miftahul Jannah

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The study aims to describe the level of discipline and personal character qualities ofacceleration and non-acceleration students and found the difference in the level of discipline andpersonal character qualities of acceleration and non-acceleration students. The study used adescriptive-comparative design. The results shows that the level of discipline and personal characterqualities of acceleration and non-acceleration students are in the high category and there is nodifference in the level of discipline and personal character qualities among acceleration and non-acceleration students.

Keywords: discipline, personal character, acceleration students, non-acceleration students

Abstrak: Penelitian bertujuan mendeskripsikan tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadisiswa akselerasi dan non-akselerasi serta menemukan perbedaan tingkat kedisiplinan dan kualitaskarakter pribadi siswa akselerasi dan non-akselerasi. Penelitian menggunakan rancangan bersifatdeskriptif-komparasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadisiswa akselerasi dan non-akselerasi berada dalam kategori tinggi serta tidak terdapat perbedaantingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.

Kata kunci: kedisiplinan, karakter pribadi, siswa akselerasi, siswa nonakselerasi

Saat ini sedang hangat-hangatnya pembicaraanmengenai pentingnya penyelenggaraan pendidikankarakter karena menganggap karakter bangsatelah merosot. Hal ini dibuktikan dengan semakintingginya korupsi di kalangan elit politik, perilakuanarkhis para supporter sepak bola, dan perilakuanak-anak muda di jalan raya (Nawawi, 2009: 129).Pendidikan karakter menjadi hal yang sangatpenting, karena karakter bangsa merupakan salahsatu kunci untuk mempertahankan eksistensibangsa di kancah internasional. Munculnyaprogram pendidikan karakter yang dicanangkanpemerintah, sekolah berlomba-lomba untukmenerapkan pendidikan karakter. Menerapkanpendidikan karakter, sekolah berharapmenghasilkan siswa yang berkarakter baik.Dengan demikian, sekolah menjadi wadah untukmembangun karakter bangsa.

Kedisiplinan merupakan salah satu hal yangharus ditegakkan di sekolah karena kedisiplinanadalah kunci sukses sekolah. Adanya kedisip-linan yang tinggi dapat menjadi salah satu modalbagi sekolah untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Melalui jam belajar yang padat yangditerima oleh siswa akselerasi, kedisiplinanmenjadi hal yang harus diutamakan. Berdasar-kan pengalaman sehar i-har i, siswa non-akselerasi memiliki waktu luang lebih banyak,sehingga lebih sering meremehkan kedisiplinanterutama disiplin belajar. Dalam pembelajaran,guru yang mengajar siswa akselerasi maupunnon-akselerasi sama-sama tidak hanya transferof knowledge sa ja , tetapi juga characterbuilding.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarikmengambil judul ‘Perbedaan Tingkat Kedisiplinandan Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non-Akselerasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri(MTsN) Malang 3’. Penelitian ini penting dilakukankarena dapat memberikan pengetahuan kepadapihak sekolah maupun masyarakat secara umumgambaran mengenai perbedaan tingkat kedisiplinandan karakter pribadi siswa akselerasi dan non-akslerasi, sehingga dapat dijadikan referensi untukmelakukan perbaikan-perbaikan dalam penyeleng-garaan pendidikan.

392

Page 41: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan penelitian bersifatadalah deskriptif-komparasi. Populasi dalampenelitian ini adalah siswa akselerasi dan non-akselerasi di MTsN Malang 3 dengan totalsebanyak 897 siswa. Berdasarkan Tabel Krejciedan Morgan, dapat ditentukan jumlah sampelsebanyak 269 siswa. Pengambilan sampelmenggunakan teknik Proportional StratifiedRandom Sampling untuk siswa non-akselerasi,yakni berjumlah 235 siswa dan sampel total untuksiswa akselerasi, yakni berjumlah 34 siswa,sehingga jumlah sampel sebanyak 269 siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitianini adalah angket/kuesioner. Dalam angket ini,peneliti menggunakan Skala Likert. Bentukjawaban dari Skala Likert masih berupa dataordinal, sehingga apabila akan digunakan untukanalisis, maka harus diubah terlebih dahulu menjadidata interval. Untuk mengubah data ordinalmenjadi data interval, diperlukan suatu metode,yaitu Method of Successive Interval (MSI) yangdapat mentransformasikan data ordinal menjadidata interval. Dalam penelitian ini teknik analisisdata yang digunakan, yaitu Teknik Analisis StatistikDeskriptif dan Teknik Analisis Komparasi denganmenggunakan Uji t.

HASIL

Kedisiplinan adalah kontinum konsistensisikap seorang siswa terhadap segala bentuk tata-tertib, peraturan, dan norma yang berlaku dimasyarakat. Kedisiplinan siswa terdiri dari sub-variabel: (1) Ketaatan terhadap Peraturan dan TataTertib Sekolah, (2) Disiplin Waktu, (3) DisiplinPerencanaan, (4) Disiplin terhadap HasilKepakatan, dan (5) Disiplin dalam ProsesPembelajaran. Distribusi frekuensi untuk tingkatkedisiplinan siswa MTsN Malang 3 dapat dilihatpada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat KedisiplinanSiswa MTsN Malang 3

No. Interval Kate- Freku- Persengori ensi tase

1. 171,19262-229,28892 Tinggi 202 75,12. 113,09631-171,19261 Sedang 67 24,93. 55,00000-113,09630 Rendah 0 0

Total 269 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diuraikan, bahwadari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII,dan IX, sebanyak 202 siswa atau sebesar 75,1%memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 67 siswa atausebesar 24,9% memiliki tingkat kedisiplinan sedang,dan 0 siswa atau sebesar 0% memiliki tingkatkedisiplinan rendah. Dari total sebanyak 269 siswatersebut, sebanyak 34 siswa berasal dari KelasAkselerasi dan 235 siswa berasal dari Kelas Non-Akselerasi. Distribusi frekuensi untuk tingkatkedisiplinan siswa berdasarkan kelompok programsiswa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat KedisiplinanSiswa Berdasarkan Kelompok ProgramSiswa

Akselerasi Non-AkselerasiKategori Freku- Persen- Freku- Per-

ensi tase ensi sentaseTinggi 25 73,5 177 75,3Sedang 9 26,5 58 24,7

Total 34 100 235 100

Berdasarkan Tabel 2, diketahui dari 34 siswayang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 25siswa atau sebesar 73,5% memiliki tingkatkedisiplinan tinggi, 9 siswa atau sebesar 26,5%memiliki tingkat kedisiplinan sedang, dan tidak adasiswa yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah,sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari KelasNon-Akselerasi, sebanyak 177 siswa atau sebesar75,3% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 58 siswaatau 24,7% memiliki tingkat kedisiplinan sedang,dan tidak ada siswa yang memiliki tingkatkedisiplinan rendah.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahuirata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasisebesar 181,47 dan rata-rata tingkat kedisiplinansiswa non-akselerasi sebesar 183,41 (Tabel 3).Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata tingkatkedisiplinan siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi terletak pada kelas interval dengankategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakansebagian besar siswa baik dari Kelas Akselerasi,maupun Kelas Non-Akselerasi berada dalamkategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan tingkatkedisiplinan siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi keduanya sama-sama termasuk dalamkategori tinggi.

Dari total sebanyak 269 siswa MTsN Malang3, sebanyak 104 berjenis kelamin laki-laki dan

Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 393

Page 42: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

sebanyak 165 berjenis kelamin perempuan.Distribusi frekuensi untuk tingkat kedisiplinan siswaberdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel4.

Berdasarkan Tabel 4, diketahui dari 104siswa, sebanyak 75 siswa atau sebesar 72,1%memiliki tingkat kedisiplinan tinggi dan 29 siswaatau sebesar 27,9% memiliki tingkat kedisiplinansedang, sedangkan dari 165 siswi, sebanyak 127siswi atau sebesar 77% memiliki tingkatkedisiplinan tinggi dan 38 siswi atau sebesar 23%memiliki tingkat kedisiplinan sedang.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahuirata-rata tingkat kedisiplinan siswa sebesar 180,24dan rata-rata tingkat kedisiplinan siswi sebesar185,01 (Tabel 5). Dari hasil tersebut diketahui, nilairata-rata tingkat kedisiplinan siswa dan siswiterletak pada kelas interval dengan kategori tinggi.Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besarsiswa dan siswi berada dalam kategori tinggi,sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinansiswa dan siswi keduanya sama-sama termasukdalam kategori tinggi.

394 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Tabel 3 Nilai Rata-rata (Mean) Tingkat Kedisiplinan Siswa Akselerasi dan Non-Akselerasi

PROGRAM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KEDISIPLINAN Akselerasi 34 1.8147E2 13.91359 2.38616

Non-Akselerasi 235 1.8341E2 16.66862 1.08734

Tabel 5 Nilai Rata-rata (Mean) Tingkat Kedisiplinan Siswa dan Siswi

JEKEL N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KEDISIPLINAN Laki-laki 104 1.8024E2 16.10796 1.57952

Perempuan 165 1.8501E2 16.25672 1.26558

Tabel 6 Tingkatan Sub-Variabel Kedisiplinan Siswa

Tingkat Sub-Variabel Kedisiplinan SiswaAkselerasi Persentase Non-Akselerasi Persentase

1 Ketaatan terhadap 97,1% Ketaatan terhadap 86%peraturan dan tata peraturan dan tatatertib sekolah tertib sekolah

2 Disiplin dalam proses 70,6% Disiplin terhadap 69,4%pembelajaran hasil kesepakatan

3 Disiplin terhadap hasil 61,8% Disiplin perencanaan 64,2%kesepakatan

4 Disiplin waktu 41,2% Disiplin dalam proses 63,4%pembelajaran

5 Disiplin perencanaan 41,2% Disiplin waktu 51,5%

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kedisiplinan Siswa BerdasarkanJenis Kelamin

Laki-laki PerempuanKategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 75 72,1 127 77Sedang 29 27,9 38 23

Total 104 100 165 100

Page 43: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Tingkat kedisiplinan siswa yang dijabarkandalam lima sub-variabel dianalisis dengan StatistikDeskriptif, sehingga dapat diketahui kondisimasing-masing sub-variabel. Berdasarkan HasilAnalisis Statistik Deskriptif masing-masing sub-variabel kedisiplinan siswa, dapat diketahuitingkatan sub-variabel kedisiplinan yang dimilikioleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yangterendah yang disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui tingkatkedisiplinan siswa akselerasi yang tertinggi adalahketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolahdan yang terendah adalah disiplin perencanaan.Untuk siswa non-akselerasi, tingkat kedisiplinanyang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturandan tata tertib sekolah dan yang terendah adalahdisiplin waktu.

Karakter pribadi adalah prevalensi sifat atauwatak yang dimiliki siswa yang terwujud dalamsikap dan perilaku sehari-hari, antara lain: kejujuran,toleransi, dan keberanian. Karakter pribadi terdiridari sub-var iabel: (1) Rasa Hormat, (2)Bertanggungjawab, (3) Kejujuran, (4) Keadilan,(5) Toleransi, (6) Kebijaksanaan, (7) Tolong-menolong, (8) Peduli Sesama, (9) Keberanian, dan(10) Sikap Demokratis. Distribusi frekuensi untukkualitas karakter pribadi siswa MTsN Malang 3dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari tabel distribusi frekuensi kualitaskarakter pribadi siswa MTsN Malang 3 yang telah

dijabarkan pada Tabel 7 dapat diartikan, bahwadari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII,dan IX, sebanyak 206 siswa atau sebesar 76,6%memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 63 siswaatau sebesar 23,4% memiliki kualitas karakterpribadi sedang, dan 0 siswa atau sebesar 0%memiliki kualitas karakter pribadi rendah.

Dari total sebanyak 269 siswa tersebut,sebanyak 34 siswa berasal dari Kelas Akselerasidan 235 siswa berasal dari Kelas Non-Akselerasi.Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadisiswa berdasarkan kelompok program siswa dapatdilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8, diketahui dari 34 siswayang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 24siswa atau sebesar 70,6% memiliki kualitas karakterpribadi tinggi, 10 siswa atau sebesar 29,4% memilikikualitas karakter pribadi sedang, dan tidak ada siswayang memiliki kualitas karakter pribadi rendah,sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari KelasNon-Akselerasi, sebanyak 182 siswa atau sebesar77,4% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 53siswa atau sebesar 22,6% memiliki kualitas karakterpribadi sedang, dan tidak ada siswa yang memilikikualitas karakter pribadi rendah.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahuirata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasisebesar 175,29 dan rata-rata kualitas karakter pribadisiswa non-akselerasi sebesar 176,21 (Tabel 9). Darihasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter

Tingkat kedisiplinan siswa yang dijabarkandalam lima sub-variabel dianalisis dengan StatistikDeskriptif, sehingga dapat diketahui kondisimasing-masing sub-variabel. Berdasarkan HasilAnalisis Statistik Deskriptif masing-masing sub-variabel kedisiplinan siswa, dapat diketahuitingkatan sub-variabel kedisiplinan yang dimilikioleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yangterendah yang disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui tingkatkedisiplinan siswa akselerasi yang tertinggi adalahketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolahdan yang terendah adalah disiplin perencanaan.Untuk siswa non-akselerasi, tingkat kedisiplinanyang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturandan tata tertib sekolah dan yang terendah adalahdisiplin waktu.

Karakter pribadi adalah prevalensi sifat atauwatak yang dimiliki siswa yang terwujud dalamsikap dan perilaku sehari-hari, antara lain: kejujuran,toleransi, dan keberanian. Karakter pribadi terdiridari sub-var iabel: (1) Rasa Hormat, (2)Bertanggungjawab, (3) Kejujuran, (4) Keadilan,(5) Toleransi, (6) Kebijaksanaan, (7) Tolong-menolong, (8) Peduli Sesama, (9) Keberanian, dan(10) Sikap Demokratis. Distribusi frekuensi untukkualitas karakter pribadi siswa MTsN Malang 3dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari tabel distribusi frekuensi kualitaskarakter pribadi siswa MTsN Malang 3 yang telah

dijabarkan pada Tabel 7 dapat diartikan, bahwadari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII,dan IX, sebanyak 206 siswa atau sebesar 76,6%memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 63 siswaatau sebesar 23,4% memiliki kualitas karakterpribadi sedang, dan 0 siswa atau sebesar 0%memiliki kualitas karakter pribadi rendah.

Dari total sebanyak 269 siswa tersebut,sebanyak 34 siswa berasal dari Kelas Akselerasidan 235 siswa berasal dari Kelas Non-Akselerasi.Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadisiswa berdasarkan kelompok program siswa dapatdilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8, diketahui dari 34 siswayang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 24siswa atau sebesar 70,6% memiliki kualitas karakterpribadi tinggi, 10 siswa atau sebesar 29,4% memilikikualitas karakter pribadi sedang, dan tidak ada siswayang memiliki kualitas karakter pribadi rendah,sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari KelasNon-Akselerasi, sebanyak 182 siswa atau sebesar77,4% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 53siswa atau sebesar 22,6% memiliki kualitas karakterpribadi sedang, dan tidak ada siswa yang memilikikualitas karakter pribadi rendah.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahuirata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasisebesar 175,29 dan rata-rata kualitas karakter pribadisiswa non-akselerasi sebesar 176,21 (Tabel 9). Darihasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter

Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 395

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kualitas Karakter Pribadi Siswa MTsNMalang 3

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. 164,45600-220,68399 Tinggi 206 76,62. 108,22800-164,45599 Sedang 63 23,43. 52,00000-108,22799 Rendah 0 0

Total 269 100

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kualitas Karakter Pribadi SiswaBerdasarkan Kelompok Program Siswa

Akselerasi Non-AkselerasiKategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 24 70,6 182 77,4Sedang 10 29,4 53 22,6

Total 34 100 235 100

Page 44: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

pribadi siswa akselerasi dan siswa non-akselerasiterletak pada kelas interval dengan kategori tinggi.Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar siswabaik dari Kelas Akselerasi, maupun Kelas Non-Akselerasi berada dalam kategori tinggi, sehinggadapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswaakselerasi dan siswa non-akselerasi keduanya sama-sama termasuk dalam kategori tinggi.

Dari total sebanyak 269 siswa MTsN Malang3, sebanyak 104 berjenis kelamin laki-laki dansebanyak 165 berjenis kelamin perempuan.Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadi

siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat padaTabel 10.

Berdasarkan Tabel 10, diketahui dari 104siswa, sebanyak 68 siswa atau sebesar 65,4%memiliki kualitas karakter pribadi tinggi dan 36 siswaatau sebesar 34,6% memiliki kualitas karakterpribadi sedang, sedangkan dari 165 siswi, sebanyak138 siswi atau sebesar 83,6% memiliki kualitaskarakter pribadi tinggi dan 27 siswi atau sebesar16,4% memiliki kualitas karakter pribadi sedang.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahuirata-rata kualitas karakter pribadi siswa sebesar

Tabel 11 Nilai Rata-rata (Mean) Kualitas Karakter Pribadi Siswa dan Siswi

JEKEL N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KEDISIPLINAN Laki-laki 104 1.7081E2 16.56804 1.62463Perempuan 165 1.7942E2 15.39540 1.19853

Tabel 12 Tingkatan Sub-Variabel Karakter Pribadi Siswa

Tingkat Sub-Variabel Karakter Pribadi SiswaAkselerasi Persentase Non-Akselerasi Persentase

1 Kebijaksanaan 82,4% Toleransi 84,3%2 Toleransi 79,4% Kebijaksanaan 80,9%3 Sikap Demokratis 73,6% Sikap Demokratis 76,6%4 Rasa Hormat 64,7% Rasa Hormat 68,9%5 Kejujuran 64,7% Keadilan 66,8%6 Tolong-Menolong 61,8% Kejujuran 65,1%7 Keadilan 58,8% Bertanggungjawab 60,8%8 Peduli Sesama 55,9% Peduli Sesama 60,0%9 Bertanggungjawab 47,1% Tolong-Menolong 51,5%10 Keberanian 47,1% Keberanian 41,7%

Tabel 9 Nilai Rata-rata (Mean) Kualitas Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non-Akselerasi

PROGRAM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KARAK.PRIBADI Akselerasi 34 1.7529E2 17.95940 3.08001

Non-Akselerasi 235 1.7621E2 16.17325 1.05503

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kualitas Karakter Pribadi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki PerempuanKategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 68 65,4 138 83,6Sedang 36 34,6 27 16,4

Total 104 100 165 100

396 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Page 45: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

170,81 dan rata-rata kualitas karakter pribadi siswisebesar 179,42 (Tabel 11). Dari hasil tersebutdiketahui, nilai rata-rata kualitas karakter pribadisiswa dan siswi terletak pada kelas interval dengankategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakansebagian besar siswa dan siswi berada dalamkategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitaskarakter pribadi siswa dan siswi keduanya sama-sama termasuk dalam kategori tinggi.

Karakter pribadi siswa yang dijabarkan dalamsepuluh sub-variabel dianalisis dengan StatistikDeskriptif, sehingga dapat diketahui kondisimasing-masing sub-variabel. Berdasarkan HasilAnalisis Statistik Deskriptif masing-masing sub-variabel karakter pribadi siswa, dapat diketahuitingkatan sub-variabel karakter pribadi yang dimilikioleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yangterendah yang disajikan pada Tabel 12.

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahuikarakter pribadi siswa akselerasi yang tertinggiadalah kebijaksanaan dan yang terendah adalahkeberanian. Untuk siswa non-akselerasi, karakterpribadi yang tertinggi adalah toleransi dan yangterendah adalah keberanian.

Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis (H0) yang akan diuji secara statistikdalam penelitian ini menyatakan, bahwa “tidak adaperbedaan tingkat kedisiplinan antara siswaakselerasi dan non-akselerasi”. Berdasarkan hasilanalisis diperoleh nilai rata-rata (mean) kedisiplinansiswa akselerasi sebesar 181,47 sedangkan siswanon-akselerasi sebesar 183,41. Hasil analisis datayang dilakukan dengan Uji t diperoleh thit = -0,646;Sig t = 0,519 > 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05,sehingga dapat disimpulkan H0 di atas tidak ditolak(not rejected). Hal ini berarti, bahwa tidak adaperbedaan tingkat kedisiplinan antara siswaakselerasi dan non-akselerasi.

Uji Hipotesis Kedua

Hipotesis (H0) kedua yang akan diuji secarastatistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa“tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi antarasiswa akselerasi dan non-akselerasi”. Berdasarkanhasil analisis diperoleh nilai rata-rata (mean)karakter pribadi siswa akselerasi sebesar 175,29sedangkan siswa non-akselerasi sebesar 176,21.Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t

diperoleh thit = -0,306; Sig t = 0,760 > 0,05 padataraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkanH0 di atas tidak ditolak (not rejected). Hal ini berarti,bahwa tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadiantara siswa akselerasi dan non-akselerasi.

Uji Hipotesis Ketiga

Hipotesis (H0) ketiga yang akan diuji secarastatistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa“tidak ada perbedaan tingkat kedisiplinan antarasiswa dan siswi”. Berdasarkan hasil analisisdiperoleh nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswasebesar 180,24 sedangkan siswi sebesar 185,01.Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji tdiperoleh thit = -2,349 dengan Signifikansi t = 0,020< 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapatdisimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal iniberarti, bahwa ada perbedaan tingkat kedisiplinanantara siswa dan siswi. Tingkat disiplin siswicenderung lebih tinggi daripada tingkat disiplinsiswa.

Uji Hipotesis Keempat

Hipotesis (H0) keempat yang akan diujisecara statistik dalam penelitian ini menyatakan,bahwa “tidak ada perbedaan kualitas karakterpribadi antara siswa dan siswi”. Berdasarkan hasilanalisis diperoleh nilai rata-rata (mean) karakterpribadi siswa sebesar 170,81 sedangkan siswisebesar 179,42. Hasil analisis data yang dilakukandengan Uji t diperoleh thi t = -4,338 denganSignifikansi t = 0,000 < 0,05 pada tarafkepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0di atas ditolak (rejected). Hal ini berarti, bahwaada perbedaan kualitas karakter pribadi antarasiswa dan siswi. Karakter pribadi siswi lebihberkualitas daripada karakter pribadi siswa.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapatdisimpulkan, bahwa secara umum tingkatkedisiplinan siswa akselerasi di MTsN Malang 3berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi sebesar181,47. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-ratatingkat kedisiplinan siswa akselerasi terletak padakelas interval dengan kategori tinggi, sehinggadapat disimpulkan tingkat kedisiplinan siswaakselerasi di MTsN Malang secara umum beradadalam kategori tinggi.

Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 397

Page 46: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Siswa akselerasi cenderung memiliki bebantugas belajar lebih banyak daripada siswa non-akselerasi, karena masa studi lebih cepat satu tahundari siswa non-akselerasi. Hal ini mengakibatkansiswa akselerasi membutuhkan kedisiplinan yangtinggi agar semua tugas dan beban belajarterjadwal dengan baik, sehingga dapat diselesaikantepat waktu. Lingkungan sekolah yangmengharuskan siswa akselerasi untukmenyelesaikan masa studi lebih cepat menjadi salahsatu penyebab siswa akselerasi untuk bersikapdisiplin. Sesuai dengan pendapat Fithriyah (2010:31-33) faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnyakedisiplinan bergantung pada siswa itu sendiri, sikappendidik, lingkungan, dan tujuan.

Salah satu persyaratan siswa yang masukprogram akselerasi, yakni memiliki emosi yangstabil, sehingga cukup kecil kemungkinan siswaakselerasi untuk melanggar ketentuan-ketentuanyang ada di sekolah. Pendidik Kelas Akselerasiyang tidak sembarangan dan harus memiliki skillkhusus juga mempengaruhi kedisiplinan siswaakselerasi, karena sikap pendidik merupakan salahsatu motivasi siswa untuk bersikap disiplin. Selainitu tujuan, dalam hal ini penanaman kedisiplinanyang diberikan guru kepada siswa akselerasi jugadapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswaakselerasi.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapatHartati (2009:1) yang menyatakan, bahwabeberapa persyaratan agar program akselerasitercapai secara memadai, antara lain: (1)Dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensifuntuk mengetahui berfungsinya kemampuanintelektual dan kepribadian siswa, di sampingtingkat penguasaan akademiknya; (2) DibutuhkanIQ (Intelligence Question - Pen) di atas 125 bagisiswa yang kurang menunjukkan prestasiakademiknya; (3) Bebas dari problem emosionaldan sosial, yang ditunjukkan dengan adanyapersistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi;(4) Memiliki fisik sehat; (5) Tidak ada tekanan dariorangtua, tetapi atas kemauan anak sendiri; (6)Guru memiliki sikap positif terhadap siswaakseleran; (7) Guru concern terhadap kematangansosial emosional siswa, yang dibuktikan darimasukan orangtua dan psikolog; (8) Sebaiknyadilakukan pada awal tahun ajaran dan didukungpada pertengahan tahun ajaran; dan (9) Ada masapercobaan selama enam minggu yang diikutidengan pelayanan konseling.

Dengan demikian, tingkat kedisiplinan siswaakselerasi yang tergolong kategori tinggi

disebabkan beberapa faktor, yakni siswa itu sendiriyang memiliki emosi yang cukup stabil, sikappendidik yang cukup positif dan concern terhadapsiswa akselerasi, serta lingkungan sekolah yangmendukung siswa akselerasi untuk berdisiplintinggi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapatdisimpulkan, bahwa secara umum tingkatkedisiplinan siswa non-akselerasi di MTsN Malang3 berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasisebesar 183,41. Dari hasil tersebut diketahui, nilairata-rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasiterletak pada kelas interval dengan kategori tinggi,sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinansiswa non-akselerasi di MTsN Malang secaraumum berada dalam kategori tinggi. Hal inimengandung arti, bahwa siswa non-akselerasimemiliki kesadaran yang tinggi untuk mematuhisegala bentuk peraturan dan tata tertib yang adadi sekolah.

Salah satu penyebab tingkat kedisiplinansiswa non-akselerasi yang tergolong kategori tinggibisa disebabkan karena faktor lingkungan, yaknilingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.Berdasarkan data yang diperoleh, di sampingsebagian besar pekerjaan orangtua siswa non-akselerasi sebagai wiraswasta, yakni sebesar38,3%, selain itu pekerjaan orangtua siswa non-akselerasi sebagai guru/PNS juga cukup banyak,yakni sebesar 30,2%. Hal ini juga dapatmempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa.Pekerjaan orangtua sebagai guru dapatmembiasakan anak untuk berdisiplin tinggi karenamemiliki pengalaman dalam mendidik siswa disekolah. Sesuai dengan pendapat Hamalik (dalamManihai, 2013: 1) yang menyatakan, bahwa “situasidi dalam lingkungan keluarga besar pengaruhnyaterhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, disiplin,dan perbuatan siswa di sekolah”. Kemudiandiperkuat dengan pendapat Yusuf (dalam Manihai,2013: 1) yang mengemukakan “lingkungan keluargamempengaruhi perkembangan kemampuan anakuntuk disiplin, toleran, dan bertanggungjawab”.

Lingkungan keluarga adalah tempat yangpertama kali mendidik anak menjadi baik. Dalamkeluarga, siswa mendapat pengetahuan pertamatentang apapun, begitu juga dengan sikap disiplin.Sikap disiplin harus pertama kali ditanamkan padaanak ketika masih berada dalam lingkungankeluarga, karena keluarga adalah komunitas sosialkecil pertama yang diterjuni anak. Jika sikap disiplinsudah ditanamkan sejak dini dalam lingkungan

398 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Page 47: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

keluarga, maka sikap disiplin pada anak akanmenjadi suatu kebiasaan ketika anak berada di luarrumah.

Berdasarkan data yang diperoleh, selainsebanyak 63,8% siswa non-akselerasi bertempattinggal di rumah, juga sebanyak 7,2% bertempattinggal di asrama dan sebanyak 27,7% bertempattinggal di pondok. Hal ini dapat menjadi salah satufaktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan,karena lingkungan asrama dan lingkungan pondokjuga membiasakan dan mendidik siswa untukbersikap disiplin yang tinggi dengan adanya jadwal-jadwal kegiatan yang harus diikuti.

Sesuai dengan pendapat Fithriyah (2010: 31-33) salah satu faktor yang mempengaruhi tinggirendahnya kedisiplinan adalah lingkungan dantujuan. Situasi lingkungan di sini meliputi lingkunganfisik (lingkungan sekolah, keluarga, danmasyarakat). Tempat tinggal siswa non-akselerasitermasuk dalam lingkungan keluarga danmasyarakat. Tujuan yang dimaksud di sini adalahyang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan,yakni penanaman kedisiplinan yang dilakukan selaindari pihak sekolah, juga dari pihak asrama danpondok.

Dengan demikian, tingkat kedisiplinan siswanon-akselerasi yang tergolong tinggi disebabkanfaktor, antara lain faktor lingkungan yang meliputilingkungan sekolah, lingkungan keluarga dalam halini pekerjaan orangtua, dan lingkungan masyarakat,yakni lingkungan pondok dan asrama yangmendukung siswa non-akselerasi untuk berdisiplintinggi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapatdisimpulkan, bahwa secara umum kualitas karakterpribadi siswa akselerasi di MTsN Malang 3 beradadalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-ratakualitas karakter pribadi siswa akselerasi sebesar175,29. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-ratakualitas karakter pribadi siswa akselerasi terletakpada kelas interval dengan kategori tinggi, sehinggadapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswaakselerasi di MTsN Malang secara umum beradadalam kategori tinggi. Hal ini berarti karakterpribadi yang dimiliki oleh siswa akselerasi sangatberkualitas.

Sebelum siswa masuk dalam programakselerasi, diperlukan persyaratan khusus, diantaranya pelaksanaan tes psikologi di samping tesdalam bidang kemampuan akademik. Sesuaipendapat Hartati (2009: 1) yang menyatakan,bahwa beberapa persyaratan agar programakselerasi tercapai secara memadai, antara lain

“dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensifuntuk mengetahui berfungsinya kemampuanintelektual dan kepribadian siswa, di sampingtingkat penguasaan akademiknya”. Oleh sebab itu,siswa yang masuk program akselerasi memilikikemampuan intelektual dan kepribadian yangbagus, sehingga kualitas karakter pribadi siswaakselerasi berada dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapatdisimpulkan, bahwa secara umum kualitas karakterpribadi siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasisebesar 176,21. Dari hasil tersebut diketahui, nilairata-rata kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasi terletak pada kelas interval dengankategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitaskarakter priabadi siswa non-akselerasi di MTsNMalang secara umum berada dalam kategori tinggi.Hal ini menunjukkan, bahwa karakter pribadi siswanon-akselerasi sangat berkualitas.

Faktor penyebab karakter kepribadian adalahgenetik dan lingkungan. Sesuai pendapatAniesandriya (2012: 1) yang menyatakan faktor-faktor penyebab karakter kepribadian yaitu genetik(hereditas), lingkungan, belajar, pengasuhanorangtua, perkembangan, kesadaran, danketidaksadaran. Berdasarkan data yang diperoleh,sebanyak 63,8% siswa non-akselerasi bertempattinggal di rumah, sebanyak 7,2% bertempat tinggaldi asrama, dan sebanyak 27,7% bertempat tinggaldi pondok. Hal ini dapat menjadi salah satu faktoryang dapat mempengaruhi karakter pribadi, karenalingkungan asrama dan lingkungan pondok jugamendidik siswa untuk memiliki karakter yang baik.

Pendidik atau guru yang ada di MTsN Malang3 selain memberikan pengajaran dalam bidangakademik juga memberikan pendidikan karakterterhadap siswanya. Hal tersebut tercermin dalamkegiatan-kegiatan yang harus diikuti oleh siswa,misalnya kegiatan membaca Al-Qur’an setiap hari,kegiatan sholat dluha berjamaah, kegiatan sholatdzuhur berjamaah, dan kegiatan pendidikanlingkungan hidup. Dengan kegiatan tersebut, secaratidak langsung dapat melatih siswa untukmeningkatkan kualitas karakter pribadi siswa. Olehsebab itu, siswa MTsN Malang 3 tergolong memilikikualitas karakter pribadi dalam kategori tinggi,termasuk dalam hal ini siswa non-akselerasi.

Berdasarkan hasil analisis denganmenggunakan Uji t diambil keputusan untuk tidakmenolak H0 karena nilai signifikansi t = 0,519 > á0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa

Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 399

Page 48: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinanantara siswa akselerasi dan non-akselerasi.

Dalam penelitian ini dapat dilihat, bahwa tidakada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswaakselerasi dan siswa non-akselerasi. Hal ini berarti,bahwa perbedaan program atau kelas yang diikutioleh siswa tidak mempengaruhi tingkat kedisiplinansiswa. Siswa akselerasi dan siswa non-akselerasisama-sama memiliki tingkat kedisiplinan yangtinggi. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal,antara lain kondisi lingkungan sekolah yang sama,sikap pendidik yang sama dalam membiasakansiswa akselerasi dan siswa non-akselerasi untukbersikap disiplin, dan lingkungan di sekitar siswaakselerasi dan non-akselerasi yang sama-samamendukung siswa untuk berdisiplin tinggi.

Seseorang yang berada di Kelas Non-Akselerasi atau Kelas Reguler tidak akanmenghambat siswa untuk tidak bersikap disiplin,karena kedisiplinan merupakan sesuatu yang biasadilakukan. Apabila seseorang sudah memilikikedisiplinan yang tinggi, maka kelas atau programyang diikuti oleh siswa tidak akan mempengaruhitingkat kedisiplinan siswa. Dari hasil penelitian ini,dapat dilihat baik siswa akselerasi, maupun siswanon-akselerasi dapat memiliki tingkat kedisiplinanyang tinggi.

Berdasarkan hasil analisis denganmenggunakan Uji t diambil keputusan untuk tidakmenolak H0 karena nilai signifikansi t = 0,760 > á0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwatidak terdapat perbedaan kualitas karakter pribadiantara siswa akselerasi dan non-akselerasi.

Dalam penelitian ini dapat dilihat, bahwa tidakada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswaakselerasi dan siswa non-akselerasi. Hal ini berarti,bahwa perbedaan program atau kelas yang diikutioleh siswa tidak mempengaruhi kualitas karakterpribadi siswa. Siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi sama-sama memiliki kualitas karakterpribadi yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan pendidikatau pihak sekolah yang sama dalam memberikanporsi pendidikan karakter terhadap siswa akselerasidan siswa non-akselerasi.

Karakter pribadi sendiri merupakan sesuatuyang sudah dimiliki oleh siswa sejak lahir, karenakarakter pribadi berasal dari gen/keturunan.Dengan adanya proses pengaruh lingkungan,sehingga dapat membentuk atau merubah karakterpribadi seseorang. Oleh sebab itu, kelas atauprogram yang diikuti oleh siswa t idakmempengaruhi kualitas karakter pribadi yangdimiliki oleh siswa.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa adaperbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa dansiswi. Nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswasebesar 180,24 sedangkan siswi sebesar 185,01.Dari hasil analisis data dengan menggunakan Ujit, diperoleh thit = -2,349 dengan Signifikansi t =0,020 < á 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut,diambil keputusan untuk menolak H0, sehinggadapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaantingkat kedisiplinan antara siswa dan siswi. Tingkatkedisiplinan siswi cenderung lebih tinggi daripadasiswa.

Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa adaperbedaan kualitas karakter pribadi antara siswadan siswi. Nilai rata-rata (mean) karakter pribadisiswa sebesar 170,81 sedangkan siswi sebesar179,42. Dari hasil analisis data denganmenggunakan Uji t, diperoleh thit = -4,338 denganSignifikansi t = 0,000 < á 0,05. Berdasarkan hasilanalisis tersebut, diambil keputusan untuk menolakH0, sehingga dapat disimpulkan, bahwa terdapatperbedaan kualitas karakter pribadi antara siswadan siswi. Kualitas karakter pribadi siswicenderung lebih tinggi daripada siswa.

Siswi cenderung memiliki tingkat kedisiplinandan kualitas karakter pribadi yang lebih tinggidaripada siswa, karena pada usia anak sekolahmenengah pertama, yakni sekitar usia 12 tahunsampai 15 tahun, anak perempuan cenderungmemiliki tingkat emosional yang lebih matangsecara psikologis dibanding anak laki-laki. Hal inidapat menjadi salah satu faktor penyebab tingkatkedisiplinan dan kualitas karakter pribadi siswicenderung lebih tinggi daripada siswa. Sesuaipendapat Kamari (2013: 1) yang menyatakan,penelitian baru juga membuktikan bahwa otakwanita lebih cepat matang dibanding laki-laki. Parapeneliti memaparkan bahwa seiring bertambahnyausia, kerja otak akan menjadi lebih efisien danramping. Tapi, proses pendewasaan otak dimulaisejak umur 10 tahun pada perempuan dan di usia20 tahun pada lelaki.

Oleh sebab itu, siswi cenderung memilikitingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadiyang lebih tinggi dibanding siswa, karenaperempuan mengalami proses pendewasaan otakatau lebih cepat matang 10 tahun dibanding laki-laki. Dengan proses kematangan yang lebih cepat,siswi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untukmelakukan perbuatan-perbuatan yang melanggarperaturan, sehingga memiliki tingkat kedisiplinanyang lebih tinggi dibanding siswa. Demikian juga,dengan proses pendewasaan yang lebih cepat, siswi

400 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Page 49: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

cenderung memiliki kualitas karakter pribadi yanglebih tinggi daripada siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-hasan, dapat dikemukakan kesimpulan penelitianini sebagai berikut: (1) tingkat kedisiplinan yangdimiliki oleh siswa akselerasi di MTsN Malang 3secara umum berada dalam kategori tinggi. Tingkatkedisiplinan yang tertinggi adalah ketaatanterhadap peraturan dan tata tertib sekolah, (2)tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3 secara umum beradadalam kategori tinggi. Tingkat kedisiplinan yangtertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan dantata tertib sekolah, (3) kualitas karakter pribadiyang dimiliki oleh siswa akselerasi di MTsN Malang3 secara umum berada dalam kategori tinggi atausangat berkualitas. Kualitas karakter pribadi yangtertinggi adalah kebijaksanaan, (4) kualitas karakterpribadi yang dimiliki oleh siswa non-akselerasi diMTsN Malang 3 secara umum berada dalamkategori tinggi atau sangat berkualitas. Kualitaskarakter pribadi yang tertinggi adalah toleransi, (5)terbukti tidak terdapat perbedaan yang signifikantingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dansiswa non-akselerasi di MTsN Malang 3, (6)terbukti tidak terdapat perbedaaan yang signifikankualitas karakter pribadi antara siswa akselerasidan siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3.

Saran

Kepala sekolah hendaknya mempertimbang-kan untuk menggunakan sistem akselerasi dengantidak memisahkan Kelas Akselerasi dan KelasReguler, sehingga siswa mendapat perlakuan yangsama dan tidak merasa dibedakan. Siswa yangmemiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewadapat diakomodasi dengan memberikan bebanbelajar tambahan ke ruang sumber (ruang khusus)untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/ataubelajar dengan guru pembimbing khusus sesuaidengan potensi dan bakat yang dimiliki. Guruhendaknya mempertahankan tingkat kedisiplinansiswa dengan cara selalu mendukung siswa dalammempertahankan kedisiplinannya denganmemberikan contoh atau teladan yang baik,sehingga siswa tetap termotivasi untuk bersikapdisiplin dan dapat mengembangkan prestasi dan guruhendaknya juga mempertahankan kualitas karakterpribadi siswa dengan cara selalu mengarahkansiswa kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada siswa, di samping materipelajaran ketika proses pembelajaran.

Selain itu, guru hendaknya mengembangkantingkat kedisiplinan siswa dengan cara membuatbuku jurnal harian target belajar siswa atau jadwalbelajar siswa yang dapat dipantau oleh guru setiaphari dan guru hendaknya juga mengembangkankualitas karakter pribadi siswa dengan caramengadakan kegiatan seperti peduli lingkunganatau ceramah harian setelah kegiatan sholat dzuhurberjamaah.

DAFTAR RUJUKAN

Aniesandriya. 2012. Faktor-faktor PenyebabKarakter Kepribadian. (Online), (http://bk-sahabathatianda.blogspot.com/2012/07/faktor-faktor-penyebab-karakter.html),diakses 13 April 2014.

Fithriyah, Imaniyatul. 2010. Analisis EkspektasiSiswa Mengenai Karakter OtoritasSekolah dan Kedisiplinan Siswa MA PP.Al-Amien Putri 1 Prenduan. Skripsi tidakditerbitkan. Malang: Program StudiBimbingan Konseling, Jurusan BimbinganKonseling dan Psikologi, Fakultas IlmuPendidikan, Universitas Negeri Malang.

Hartati. 2009. Akselerasi. (Online), (www.goo-gle.com), diakses 20 Februari 2013.

Kamari, Kun. 2013. Ini Fakta Kenapa WanitaLebih Cepat Dewasa. (Online), (http://www.astaga.com/ini-fakta-kenapa-wanita-lebih-cepat-dewasa/), di akses 13 April2014.

Manihai, Roy. 2013. Faktor-faktor yangMempengaruhi Disiplin. (Online), (http://mapande.blogspot.com/2013/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-disiplin.html),diakses 13 April 2014.

Nawawi, Imam. 2009. Makna dan UrgensiPendidikan Karakter dalam LembagaPendidikan. Jurnal Pendidikan Nilai, 17(2): 128-142.

Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 401

Page 50: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKANDALAM MENINGKATKAN LOYALITAS PELANGGAN

RohmitriasihHendyat Soetopo

e-mail: [email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang No 05 Malang

Abstract: The purpose of this research is to describe the planning, implementation, evaluation,implementation problem and implementation problem solving of marketing strategy of educationalservices in improving customer loyalty in the SD Lab UM. This study uses qualitative methods withthis type of approach of case studies. Data collection procedure with interview techniques,observation and documentation. Research findings in the study include planning, implementation,evaluation, implementation problem and implementation problem solving of marketing strategy ofeducational services in improving customer loyalty.

Keyword: marketing strategy, educational services, customer loyalty

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan perencanaan, implementasi,evaluasi, masalah implementasi dan pemecahan masalah implementasi strategi pemasaran jasapendidikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan di SD Laboratorium UM. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan datadengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Temuan penelitian dalam penelitian inimencakup perencanaan, implementasi, evaluasi, masalah dan pemecahan masalah strategi pemasaranjasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan.

Kata Kunci: strategi pemasaran, jasa pendidikan, loyalitas pelanggan

Dinamika pola pendidikan yang begitu cepat dansilih berganti menjadikan persaingan antar sekolahsemakin ketat, khusunya dalam menarik konsumendan meningkatkan loyalitas pelanggan dalambentuk pelayanan jasa. Hal ini sependapat denganAlma (2003:49) bahwa lembaga pendidikan yangmenganut konsep marketing, tahu persis apa yangharus dilakukan. Lembaga pendidikan, bisnisnyabukan hanya sekedar mengajar siswa setiap harisesuai jadwal kemudian melaksanakan ujian, lulus,habis perkara. Tetapi harus lebih jauh dari itu. Siswaharus merasa puas dengan layanan lembagapendidikan mengenai banyak hal misalnya suasanabelajar mengajar, ruang kelas yang bersih, tamanyang asri, pendidik yang ramah, perpustakaan,laboratorium, lapangan olahraga, dan sebagainyaharus siap melayani peserta didik.

Produk yang dihasilkan sekolah berupalulusan yang diharapkan berkualitas dan produkini nantinya siap bersaing di masyarakat. Mengenaihal ini, suatu sekolah tentu harus pandai-pandaimempertahankan mutu serta keunggulan sekolah

demi mempertahankan kepercayaan masyarakatdan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelangganterhadap sekolah identik dengan kepuasanpelanggan mengenai pelayanan yang diberikansekolah kepadanya. Hal ini sesuai dengan yangdisampaikan oleh Alma dan Hurriyati (2009:30),Lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yangmelayani konsumen, berupa murid, siswa,mahasiswa dan juga masyarakat umum yang seringdikenal sebagai “stakeholder”, lembagapendidikan pada hakekatnya bertujuan memberilayanan sedangkan pihak yang dilayani inginmemperoleh kepuasan dari layanan tersebutmengingat mereka sudah membayar cukup mahalkepada lembaga pendidikan.

Mutu lembaga pendidikan bukan hanyadilihat dari segi pembelajaran yang berkualitas,sarana prasarana ataupun sumber daya manusiayang berkualitas saja. Keseluruhan wargasekolah baik sumber daya manusia maupun non-manusianya yang saling berpadu pada satukesatuan untuk memberikan pelayanan

402

Page 51: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

semaksimal mungkin terhadap pelanggantermasuk sebagai strategi pemasaran jasapendidikan yang dilakukan oleh sekolah.Pelanggan adalah siswa yang telah menjadipelanggan ataupun calon siswa dari masyarakatluas yang akan menjadi pelanggan sekolah.Persaingan yang ketat satu sekolah dengansekolah lainnya saat ini bukan lagi suatu yangrahasia dalam ranah pemasarannya. Hal ini jugamenuntut sekolah untuk dapat menentukanstrategi yang tepat dalam kegiatan pemasaran jasapendidikannya.

Wijaya (2012:55) menyatakan bahwa setiapsekolah harus selalu berusaha agar tetap hidup,berkembang, dan mampu bersaing. Jadi sekolahperlu menentukan dan menerapkan strategi ataucara, serta melakukan aktivitas pemasaran.Aktivitas pemasaran jasa pendidikan yangdilakukan sekolah dapat mengubah penilaianmasyarakat terhadap kualitas sekolah dalam jangkapanjang dan merupakan cara untuk membanguncitra sekolah secara keseluruhan.

Melihat fenomena saat ini, sekolah setidaknyamempersiapkan strategi pemasaran jasa pendidikanyang tidak biasa, salah satunya adalah denganmenggandeng pelanggan di sekolah tersebut danmempertahankan pelanggan. Tujuan darimempertahankan keunggulan sekolah denganmepertahankan kepuasan pelanggan dibuktikandengan suatu kegiatan yang jelas dan dapatdirasakan pelanggan pendidikan dalampemasarannya.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan jenis studi kasus karena bertujuanuntuk mengungkap, memahami, dan menggambar-kan sekaligus menggali lebih dalam informasimengenai strategi pemasaran oleh SDLaboratorium UM dalam meningkatkan loyalitaspelanggan.

Instrumen yang digunakan peneliti dalammengumpulkan data yakni peneliti sendiri.Prosedur pengumpulan data yakni dengan teknikwawancara, observasi, dan dokumentasi. Informandalam penelitian ini adalah Wakil Kepala Sekolah(Waka) yakni Waka Humas (HubunganMasyarakat), Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan,Kepala Tata Usaha, Orang Tua Peserta Didik danPeserta Didik. Analisis data menggunakan reduksidata, display data, dan verivikasi data. Pengecekankeabsahan temuan sendiri dilakukan peneliti melalui

ketekunan pengamatan, triangulasi, danpengecekan keabsahan keanggotaan. Tahap-tahapyang dilakukan peneliti adalah persiapan,pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.

HASIL

Temuan penelitian terdiri dari lima aspek,yaitu perencanaan strategi pemasaran dalammeningkatkan loyalitas pelanggan, implementasistrategi pemasaran jasa pendidikan dalammeningkatkan loyalitas pelanggan, evaluasi strategipemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkanloyalitas pelanggan, masalah dan pemecahanmasalah pada implementasi strategi pemasaranjasa pendidikan di SD Laboratorium UM. Pertama,perencanaan strategi pemasaran jasa pendidikandalam meningkatkan loyalitas pelanggan di susunoleh Kepala Sekolah dan para wakil kepala sekolahberupa Program Kerja Humas dan Renstra(Rencana Strategi) Sekolah. Perencanaanbertujuan mengungkap citra baik sekolah yangmengusung pembelajaran bertaraf internasionaldan berada langsung di bawah naunganInternational Cambrigde Center (Inggris) yangjuga menghadirkan dua kelas yakni kelas bilingualdan International Class Program (ICP). SDLaboratorium UM juga memiliki keunikan dalampendidikannya salah satunya adalah adanya kelasakselerasi alamiah. Strategi lain yang digunakanadalah menjaga hubungan baik dan keterlibatansekolah dengan pelanggan pendidikan sertamasyarakat di lingkungan internal maupuneksternal. Sekolah menggunakan publikasi sekolahdi lingkungan internal dan eksternal. Perencanaanstrategi dilakukan dengan melibatkan semuakaryawan dan pemangku kepentingan sekolah.

Kedua adalah aspek implementasi strategipemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkanloyalitas pelanggan. Implementasi programunggulan sekolah diterapkan oleh semua wargasekolah dengan memberikan pelayanan maksimalmelalui pembelajaran yang real dan memberikankepuasan bagi peserta didik ataupun pelangganpendidikan. Mengenai kelas akselerasi alamiahdilaksanakan dengan memberikan pelayananmaksimal dengan sistem pembelajaran individu dansemua peserta didik berkesempatan mendapatkanpelayanan individu dari pendidik untuk akselerasialamiah. Semua guru diwajibkan untuk melayanipeserta didik berdasarkan kemampuannya.Usahasekolah mengimplementasikan strategi pemasaranjasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitas

Rohmitriasih & Soetopo, Starategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan 403

Page 52: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

pelanggan selanjutnya adalah dengan mengajakorangtua turut serta dalam kegiatan-kegiatan disekolah. Setiap kelas memiliki kelompok POT(paguyuban orangtua) dan terkoordinir langsungdengan wali kelas, selain itu POT juga menjadiperwakilan anggota komite sekolah.

Implementasi selanjutnya adalah denganpublikasi sekolah. Publikasi dilakukan setiaptahunnya saat PMB (Penerimaan Murid Baru)yakni dilakukan langsung oleh pendidik SDLaboratorium UM dengan melakukan sosialisasimengenai sistem pembelajaran SD LaboratoriumUM di sekolah taman kanak-kanak di kota Malang.Program sekolah di sosialisasikan dengan brosur,spanduk, website, ataupun berita dari mulut kemulut. Media penunjang kelancaran implementasistrategi pemasaran jasa pendidikan di sini adalahorang (karyawan, pelanggan jasa pendidikan SDLaboratorium, dan masyarakat luas), Media Cetak(brosur, spanduk, dan media elektronik (website,kontak sekolah, radio).

Ketiga adalah aspek evaluasi strategipemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkanloyalitas pelanggan. Evaluasi dan monitoringmelibatkan banyak pihak terkait yakni KepalaSekolah sebagai pimpinan organisasi sekolah, danpara waka serta pihak P2LP UM. Kepala sekolahmelakukan evaluasi keberhasilan pembelajaran dankegiatan pemasaran. Evaluasi mengenaikeberhasilan implementasi pembelajaran danpelayanan dilakukan setiap bulan sekali dalampertemuan rutin kepala sekolah dan waka-wakaserta guru. Evaluasi publikasi dilakukan satu tahunsekali setelah PMB. Hal ini bertujuan mengetahuitingkat keberhasilan pemasaran dan publikasi yangdilakukan, mengetahui peningkatkan jumlah muriddari tahun ke tahun. Pengukuran keberhasilanstrategi pemasaran jasa pendidikan dalammeningkatkan loyalitas pelanggan di SDLaboratorium UM dapat dilihat pada saatpenerimaan murid baru dan antusiasme siswa/orang tua pada setiap kegiatan sekolah atau jugadilihat dari responden siswa/orang tua yangmenjadi program humas dan penilaian keberhasilanimplementasi Renstra Sekolah. Dari evaluasi yangdilakukan, pelanggan jasa pendidikan SDLaboratorium UM dapat dikatakan cukup loyal.Hal ini dapat dilihat dari pembelian ulang pelangganjasa terhadap jasa pendidikan yang ditawarkan SDLaboratorium UM, pelanggan melakukanpembayaran tepat waktu, pelanggan antusiasmepada kegiatan sekolah dan sebagian pelanggan jasapendidikan SD Laboratorium UM mereferensikan

SD Laboratorium UM kepada orang-orangsekitarnya.

Implementasi strategi pemasaran jasapendidikan tidak selamanya mengalami kelancaran,ada beberapa masalah yang menghambatkeberhasilan strategi yang telah direncanakan.Masalah implementasi strategi pemasaran jasapendidikan dalam meningkatkan loyalitaspelanggan lebih kepada keadaan lingkungan internberupa kurangnya kesiapan pendidik pada prosespembelajaran sehingga pada prakteknya tidaksesuai dengan konsep yang telah ditetapkansekolah. Masalah selanjutnya adalah kurangnyabinaan dan perhatian dari pihak Universitasterhadap SD Laboratorium UM. Mengingat biayapendidikan seluruhnya dibebankan kepadaorangtua peserta didik, ketika ingin melakukanpengembangan pendidikan keterbatasan danamenjadi salah satu kendalanya. Sistem pembela-jaran berbasis modul di SD Laboratorium UMdikeluhkan oleh beberapa orang tua peserta didikyang memang sibuk dan tidak memiliki waktubanyak untuk membina atau memberikan perhatianlebih serta mengajari putra-putrinya di rumah dalambelajar. Orang tua peserta didik yang sibuk karenanotabenenya merupakan masyarakat menengahatas menjadikannya jarang ikut berpartisipasi dalamkegiatan-kegiatan yang digalakkan sekolah.Kendala lain berupa banyaknya sekolah dasartetangga (SD-SD lain di Kota Malang) yangmemiliki keunikan tersendiri dan mutu baikmenjadikan saingan pasar untuk SD LaboratoriumUM. Presepsi masyarakat mengenai sekolahInternasional yang tidak begitu penting menjadisalah satu hambatan yang ada di SD LaboratoriumUM untuk aplikasi strategi pemasaran jasapendidikan dalam meningkatkan loyalitaspelanggan.

Selanjutnya adalah pemecahan masalahstrategi pemasaran jasa pendidikan dalammeningkatkan loyalitas pelanggan. Pemecahanmasalah dalam strategi pemasaran yang telahdirencanakan sebelumnya dapat berjalan denganlancar salah satu bentuknya adalah pelayananmaksimal atau prima kepada pelanggan jasapendidikan. Sekolah melakukan evaluasi, binaandan memberikan pemahaman tentang pembe-lajaran cambridge bagi tenaga kependidikanataupun tenaga non-kependidikan. Sekolahmelibatkan warga sekolah untuk memberikanperbaikan diri dan layanan maksimal jugapengarahan kepada lingkungan internal mengenaikeunikan sekolah dalam pembelajaran berbasis

404 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 402-407

Page 53: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Cambridge. Sekolah selalu melakukan hubungandan kontak dengan P2LP sebagai lembagapembina dan pengembangan laboratoriumpendidikan serta selalu berusaha melakukanperbaikan diri. Sekolah berusaha mengoptimalkandana yang ada untuk segala keperluan sekolah demikelangsungan pendidikan. Bantuan dana BOSdapat dijadikan dana tambahan untuk kelangsunganpendidikan dan segala keperluan sekolah. Sekolahjuga selalu mengadakan sosialisasi bagi orangtuapeserta didik dan selalu terbuka kepada pelangganbaik untuk kritik, saran dan keluhan-keluhan yangada untuk selanjutnya dipecahkan bersama.

PEMBAHASAN

Strategi pemasaran jasa pendidikan dalammeningkatkan loyalitas pelanggan di SD Labo-ratorium UM memerlukan perencanaan.Perencanaan dilakukan melalui proses terpadumulai pelayanan maksimal dan fasilitas mumpunibagi konsumen jasa pendidikan. Perencanaan jugadidukung guru-guru yang profesional, metodepembelajaran yang unik, keterlibatan orangtuapeserta didik untuk ikut berpartisipasi dalamkegiatan sekolah dan kenyamanan pada lingkunganinternal. Perencanaan di SD Laboratorium UMdilakukan dalam prespektif jangka panjang 4tahunan yang tersusun dalam Rencana Strategi(Renstra) Sekolah. Program Kerja Humas menjadistrategi perencanaan jangka pendek yakni padarentang 1 tahun. Pada perencanaan strategi di SDLaboratorium UM dilakukan dari hasil penilaiandan analisis SWOT sekolah, disusun olehpemangku kepentingan (Kepala Sekolah, parawakil kepala sekolah, Staf, Komite, Yayasan).Wijaya (2012:31) mengemukakan strategiperencanaan merupakan inti manajemenpemasaran jasa pendidikan dan harusmemperhatikan (1) proses terpadu, (2) melibatkanseluruh karyawan dan para pemangku kepentingansekolah, (3) selalu berubah sebagai tanggapanterhadap evaluasi, (4) menginformasikan prosesmanajemen yang lain, (5) merupakan proses yangberkelanjutan dan (6) dilakukan dengan prespektifjangka panjang. SD Laboratorium UM merupakansekolah yang melibatkan semua karyawan dalamperencanaan da pelaksanaan strategi pema-sarannya. Evaluasi dari tahun sebelumnya menjadiacuan untuk menetapkan perencanaan baru untuktahun berikutnya atau mempertahankanperencanaan lama yang sudah ada.

Pelayanan maksimal bagi peserta didik yangtelah diberikan oleh SD Laboratorium UM terhadappelanggan pendidikannya mencakup banyak halantara lain adalah (1) sistem pembelajaran danaplikasinya di kelas yang didukung oleh pendidik-pendidik profesional, (2) sarana prasarana yangmutakhir, (3) media pembelajaran menyenangkanbagi peserta didik, (4) pelayanan yang baik olehtenaga kependidikan maupun tenaga nonkependidikan di SD Laboratorium UM dan (5)keterlibatan orangtua peserta didik di kegiatansekolah. Hal ini bukan hanya menjadikan citrasekolah baik tetapi juga mampu mempertahankanpelanggan lama menjadi loyal ataupunmendatangkan pelanggan baru yang dapatmembantu kegiatan pemasaran sekolah. SDLaboratorium UM merupakan sekolah swastayang juga menganut konsep marketing dalammeningkatkan loyalitas pelanggan. Sesuai denganpendapat Alma (2003:49) bahwa, lembagapendidikan yang menganut konsep marketing, tahupersis apa yang harus dilakukan. Lembagapendidikan, bisnisnya bukan hanya sekedarmengajar siswa setiap hari sesuai jadwal kemudianmelaksanakan ujian, lulus, habis perkara. Tetapiharus lebih jauh dari itu. Siswa harus merasa puasdengan layanan lembaga pendidikan mengenaibanyak hal misalnya suasana belajar mengajaryang nyaman, ruang kelas yang bersih, taman yangasri, pendidik yang ramah, adanya perpustakaan,laboratorium, lapangan olahraga, dan sebagainyaharus siap melayani peserta didik.

Selanjutnya adalah evaluasi pada strategipemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkanloyalitas pelanggan. Evaluasi dilakukan untukmengetahui apakah semua program yang menjadistrategi pemasaran baik pelayanan bagi pelanggandan publikasi serta promosi sekolah yang dilakukansudah terlaksana dengan baik atau belum. Djanaid(1986:65) dalam teorinya menyebutkan tahapanpenilaian dimaksudkan untuk mencocokkan sampaidimana program atau rencana yang telahditentukan dirasakan penilaian mengenai (a)apakah semua program dapat dilaksanakansepenuhnya, (b) apa kesulitan yang dihadapi didalam semua kegiatan, (c) apakah pesan yangdisampaikan sesuai dengan intruksi, (d) apakahkegiatan yang dilakukan sudah efisien dan (e)apakah tujuan dalam merebut public opiniondapat tercapai. Evaluasi ini nantinya akan menjadiacuan untuk menetapkan rencana baru yang lebihefektif dan efisien sebagai strategi pemasaran jasa

Rohmitriasih & Soetopo, Starategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan 405

Page 54: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

pendidikan dalam meningkatkan loyalitaspelanggan.

Ketika sekolah merancang dengan baiksistem pembelajaran berbasis modul yang didukungpula oleh kelas akselerasi alamiah oleh SD LabUM justru tidak dapat tersalurkan dengan baik olehtenaga pendidik di sana. Sesuai dengan teoriZeithmal dan Berry (dalam Alma, 2003:29) bahwakegagalan penjualan jasa adalah kesenjangankualitas jasa dengan penyampaian jasa. Jasa yangdiberikan dapat dikatakan sudah baik namunpegawai tersebut yakni tenaga kependidikanataupun tenaga non-kependidikan yang ada disekolah kurang dapat menyampaikan dengan baikkualitas jasa yang seharusnya disampaikan kepadapelanggan jasa pendidikan. Kebutuhan masyarakatyang cenderung meremehkan pendidikan berbasiskurikulum internasional juga menjadi masalahimplementasi strategi pemasaran jasa pendidikan.Alma (2007:19) mengungkapkan problemapemasaran jasa pendidikan adalah ketidaksesuaiankebutuhan masyarakat dengan pendidikan yangdiberikan. Kebutuhan masyarakat mengenaipendidikan di SD Laboratorium UM yangmenggunakan kurikulum cambridge tidakdinginkan oleh semua pelanggan jasa pendidikan.

Beberapa kesenjangan yang ada di SDLaboratorium UM menjadi masalah implementasistrategi pemasaran jasa pendidikan dalammeningkatkan loyalitas pelanggan dapatdipecahkan dengan solusi yang membantu.Perbaikan proses di sekolah dilakukan mengguna-kan konsep kualitas total jasa pendidikan yangdiberikan. Seluruh karyawan dan anggotamasyarakat sekolah dilibatkan dalam perbaikan dansosialisasi sekolah untuk memenuhi kebutuhanpelanggan jasa pendidikan. Stamatis (dalamWijaya, 2012:258) konsep jasa kualitas totalmerupakan manajemen strategi terpadu yangmelibatkan seluruh manajer dan karyawan untukmemperbaiki proses organisasi secara berkesi-nambungan agar dapat memenuhi kebutuhan,keinginan dan harapan pelanggan. Hal ini prosesperbaikan meliputi semua bidang manajementermasuk pemasaran dan strategi yang digunakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada paparan data danpembahasan, dapat ditemukan dan dideskripsikanmengenai strategi pemasaran jasa pendidikan dalam

meningkatkan loyalitas pelanggan. Ditemukanperencanaan strategi pemasaran jasa pendidikandalam meningkatkan loyalitas pelanggan yang tersusundalam program humas sekolah dan Renstra sekolah.Selanjutnya adalah implementasi strategi pemasaranjasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitaspelangggan. Dalam implementasi ini dilakukandengan memberikan pelayanan prima, hubungan baiksekolah dan pelanggan jasa pendidikan serta publikasipembelajaran unik sekolah yakni berbasis moduldengan mengacu pada kurikulum cambridge. Untukmengetahui keberhasilan perencanaan strategi padaimplementasinya, SD Laboratorium UM melakukanevaluasi strategi pemasaran jasa pendidikan dalammeningkatkan loyalitas pelanggan. Evaluasi dilakukanoleh semua warga sekolah yang dibina dandimonitoring oleh Kepala Sekolah, Waka-waka sertabimbingan pihak P2LP (Pusat PengembanganLaboratorium UM). Pada implementasi strategipemasaran jasa, tentu terdapat masalah dankesenjangan. Masalah yang ada berupa masalahinternal sedangkan dalam pemecahannya, SDLaboratorium UM melakukan perbaikan danevaluasi. Pemecahan masalah strategi pemasaranjasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitaspelanggan dibina oleh P2LP yang juga dilakukanpembenahan melalui pelayanan maksimal danhubungan pelanggan serta pengoptimalan sumberdaya manusia maupun non manusia yang ada.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penelitimemberikan saran kepada, (1) Kepada KepalaSekolah Dasar Laboratorium UM, hendaknya lebihperhatian dalam melakukan pengawasan mengenaisegala kegiatan yang berhubungan denganpemasaran, hubungan masyarakat terhadap wargainternal dan eksternal sekolah serta kegiatan laindi sekolah; (2) Tenaga pendidikan dan non-kependidikan SD Laboratorium UM, hendaknyahubungan masyarakat yang telah dilakukandipertahankan dan lebih ditingkatkan kembali.Perencanaan pemasaran yang telah disusundilaksanakan semaksimal mungkin. Pelayananprima hendaknya selalu diberikan kepadapelanggan jasa pendidikan untuk meningkatkanloyalitas dan kepercayaannya terhadap sekolah;(3) Ketua Jurusan, Dosen dan Mahasiswa JurusanAdministrasi Pendidikan, hendaknya mengkaji lebihdalam strategi pemasaran jasa pendidikan sebagaitambahan bahan ajar dan sebagai strategimengenalkan Jurusan Administrasi Pendidikan

406 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 402-407

Page 55: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kepada calon pelanggan atau lulusan SMA yanghendak masuk perguruan tinggi; dan (4) KepadaPeneliti lain, hendaknya melakukan penelitianpengembangan dan penelitian tindakan sekolah

ataupun eksperimen mengenai pemasaran jasapendidikan dan loyalitas pelanggan denganmenambah situs lokasi penelitian, lebihmemperdalam fokus penelitian serta kajian teori.

DAFTAR RUJUKAN

Alma, B. 2003. Pemasaran Stratejik JasaPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Alma, B. 2007. Manajemen Pemasaran danPemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Alma, B., dan Hurriyati, R,. 2009. ManajemenCorporate & Strategi Pemasaran JasaPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Djanaid, D. 1986. Human Relation dan PublicRelation dalam Manajemen. Bandung:Alfabeta.

Wijaya, D. 2012. Pemasaran Jasa Pendidikan(Mengapa sekolah memerlukanmarketing?). Jakarta: Salemba Empat.

Rohmitriasih & Soetopo, Starategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan 407

Page 56: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PERSEPSI DAN SIKAP PESERTA DIDIK TENTANGMEDIA JEJARING SOSIAL DALAM PEMANFAATANNYA

UNTUK BELAJAR

Aditya Chandra SetiawanBambang Setyadin

Raden Bambang Sumarsono

e-mail: [email protected]/[email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang No 05 Malang

Abstract: This study aims to answer the hypothesis, as follows: (1) determine the relationship ofperceptions about social media with students’ attitudes towards its use for learning, (2) determinedifferences in perceptions of male and female students on the utilization of social media for learning,and (3) determine differences in attitudes toward male and female students in their use of social mediafor learning. The results showed that: (1) there is a significant relationship between perceptions ofstudents about social media and its position in the harness for learning, (2) proved to be no significantdifference between boys and girls in the perception of social media in its use for learning, and (3)proved to be no significant difference between students and girls in the manner utilizing social mediafor learning.

Keywords: perception, attitude, students, social network, learn

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan persepsi tentang media jejaringsosial dengan sikap siswa terhadap pemanfaatannya untuk belajar, (2) perbedaan persepsi siswa dansiswi terhadap media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar, dan (3) perbedaan sikapsiswa dan siswi terhadap media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar. Metode penelitianyang digunakan, yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif-korelasi-komparasi, dengan model korelasionaldwivariat. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsipeserta didik tentang media jejaring sosial dan sikapnya dalam memanfaatkan untuk belajar, (2)terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa dan siswi dalam persepsinya tentangmedia jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar, dan (3) terbukti tidak ada perbedaan yangsignifikan antara siswa dan siswi dalam sikapnya memanfaatkan media jejaring sosial untuk belajar.

Kata Kunci: persepsi, sikap, peserta didik, jejaring sosial, belajar

Perkembangan teknologi dewasa ini telahmemberikan dampak yang besar bagi kehidupanmanusia dan berbagai aspek, utamanya padaaspek pendidikan, sehingga lembaga-lembagapendidikan di Indonesia ini memiliki tanggung jawabyang sangat besar, untuk dapat menciptakan danmenghasilkan sumber daya manusia yang dapatmenghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dimasa depan. Sarana dan prasarana yang memadaiakan dapat menunjang proses pembelajaran dilembaga pendidikan, maka dari itu perlupeningkatan dalam pengelolaan dan pengem-bangan sarana pembelajaran agar sesuai dengantujuan yang diharapkan lembaga pendidikantersebut.

Media pembelajaran menjadi salah satu unsurpenting dalam proses belajar-mengajar. Hamalik(dalam Arsyad, 2013:19) mengemukakan, bahwa“pemakaian media pembelajaran dalam prosesbelajar-mengajar dapat membangkitkan keinginandan minat yang baru, membangkitkan motivasi danrangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawapengaruh-pengaruh psikologis terhadap pesertadidik”. Sebagai wadah komunikasi dan sumberinformasi yang lebih mudah untuk diakses, mediainternet memfasilitasi hal tersebut salah satunyadengan media jejaring sosial. Hal tersebut jugadikemukakan oleh Arsyad (2013:195) “kini sudahhadir sosial media, dimana Anda dapat mengetahuistatus orang-orang di seluruh dunia secara real

408

Page 57: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

time”. Keberadaan berbagai macam media jejaringsosial di dalam internet, seperti Facebook, Twitter,dan media jejaring sosial lainnya, tentu dapatmembantu peserta didik dalam mencari berbagairelasi dan informasi yang diinginkan.

Penggunaan internet sebagai tempatberinteraksi sosial dan sebagai sumber informasimemang sangat tinggi, hal tersebut jugadisampaikan oleh Burhani (2013) dalam surat kabaronline Antara News.com, bahwa berdasarkansurvei Asosiasi Penyelenggara Jasa InternetIndonesia (APJII) pada Tahun 2013, penggunainternet di tahun ini sudah mencapai 62 juta orangatau 24,23 persen dari total populasi pendudukIndonesia. Perkembangan pengguna internetsemakin meningkat salah satu penyebabnya adalahbertambahnya pengguna media sosial sepertifacebook dan twitter.

Terbukti bahwa internet (media jejaring sosial)juga dapat dijadikan media alternatif yang tepatuntuk pembelajaran. Disisi lain, saat inipemanfaatan media jejaring sosial oleh pesertadidik dirasa hanya sekedar untuk mengikuti trenddi lingkungannya.

METODE

Metode penelitian yang digunakan, yaitupendekatan kuantitatif deskriptif-korelasi-komparasi, dengan model korelasional dwivariat(XY). Penelitian ini mengungkap dua macamkelompok variabel sebagai dasar acuan penelitian.Kelompok pertama variabel bebas (X) adalahpersepsi tentang media jejaring sosial denganvariabel terikat (Y) sikap terhadap pemanfaatanmedia jejaring sosial untuk belajar, sedangkankedua variabel tersebut merupakan variabel tautdalam desain kelompok kedua dengan variabelkategorinya jenis kelamin.

Sedangkan rumus populasi dalam penelitianini sejumlah 50.340 peserta didik, berdasarkanjumlah keseluruhan sekolah yaitu 111 sekolah, akanditentukan jumlah sampel sekolah sebesar 10%dari jumlah keseluruhan sekolah. Penentuan 10%sekolah tersebut berdasarkan pendapat Sugiarto,dkk (2003:10) yang mengatakan, bahwa “padaumumnya untuk tahap awal ataupun untuk penelitipemula, sampel diambil sekitar 10 persen dari totalindividu populasi yang diteliti”, sehingga ditentukanjumlah sekolah yang menjadi sampel sejumlah 11sekolah. Kemudian untuk pengambilan sampelresponden menggunakan teknik proportionalsimple random sampling dan menggunakan

rumus formula slovin (Setyadin, 2005:20), diperolehhasil sampling sejumlah 397 peserta didik.

Selain itu diperoleh hasil validitas padavariabel persepsi (X), yaitu 0,940, sedangkanvaliditas pada variabel sikap (Y), yaitu 0,865.Perhitungan validitas menggunakan rumus productmoment pearson (Wiyono dalam Burhanuddin,2007:68). Reliabilitas pada variabel persepsi (X),yaitu 0,941, sedangkan reliabilitas pada variabelsikap (Y), yaitu 0,872, Perhitungan reliabilitasmenggunakan rumus formula alpha cronbach(Wiyono dalam Burhanuddin, 2007:58). Penelitianini menggunakan data kuantitatif jenis data ordinal(persepsi dan sikap) dan data nominal (jeniskelamin), untuk pengumpulan data dalam penelitianini menggunakan angket atau kuesioner tertutup.Teknik analisis data dalam penelitian inimenggunakan rumus analisis deskriptif(menentukan kualifikasi dan menentukanpersentase), menggunakan rumus one wayAnalysis of Variance (ANOVA) untuk komparasi(Wiyono dalam Burhanuddin, 2007:71), danmenggunakan rumus product moment pearsonuntuk korelasi (Wiyono, 2007:68).

HASIL

Deskripsi variabel penelitian yang akandisajikan terlebih dahulu diuji dengan rumus-rumusyang telah ditentukan, serta dengan bantuanprogram Method of Successive Interval (MSI)dan Statistical Product and Service Solution(SPSS) 16.0 for windows. Tabel 1 adalah tabelringkasan analisis deskriptif variabel penelitian.

Berdasarkan perhitungan panjang kelasinterval terdapat peluang skor tertinggi 69,4338dikurangi peluang skor terendah 15,0000memperoleh hasil peluang range 54,4338, yangkemudian dibagi tiga kategori dan diperoleh panjangkelas interval, yaitu 18,1446. Dengan mengetahuihasil tersebut, diperoleh pula kategori tinggi, yaitu> 51,2892; kategori sedang, yaitu < 51,2891; dankategori rendah, yaitu < 33,1445. Diketahuinyakategori tertinggi hingga terendah tersebut akandijadikan kriteria kategori dalam variabel sikap.Hasil analisis deskriptif menunjukkan afirmasisikap peserta didik terhadap pemanfaatan mediajejaring sosial untuk belajar di SLTA Kota Malangtermasuk dalam kategori ‘sedang’, yaitu denganangka rata-rata 45,1831 < 51,2891.

Berdasarkan perhitungan persentasediperoleh hasil pada kategori tinggi sebanyak 71orang atau sebesar 17,9%, kategori sedang

Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 409

Page 58: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

sebanyak 305 orang atau sebesar 76,8%, dankategori rendah sebanyak 21 orang atau sebesar5,3%. Maka dapat disimpulkan bahwa, persentaseafirmasi sikap peserta didik terhadap pemanfaatanmedia jejaring sosial untuk belajar di SLTA KotaMalang berada pada kategori ‘sedang’ sebanyak305 orang atau sebesar 76,8%. Hasil distribusifrekuensi tingkat sikap peserta didik sebagaimanadisajikan pada Tabel 2.

Adapun hasil analisis pada sub-variabelpengetahuan (kognitif) kategori tinggi sebanyak21 orang atau sebesar 5,3%, kategori sedangsebanyak 310 orang atau sebesar 78,1%, dankategori rendah sebanyak 66 orang atau sebesar16,6%, tidak ada yang masuk dalam kategori tinggidan sedang pada sub-variabel keyakinan (afektif),sedangkan kategori rendah sebanyak 397 orangatau sebesar 100%, dan tidak ada yang masukdalam kategori tinggi dan sedang pada sub-variabeltingkah laku (konatif), sedangkan kategori rendahsebanyak 397 orang atau sebesar 100%. Dapatdisimpulkan, bahwa persentase afirmasi sikap

peserta didik terhadap pemanfaatan media jejaringsosial untuk belajar di SLTA Kota Malangberdasarkan sub-variabelnya, secara pengetahuandalam kategori ‘sedang’ sebanyak 310 orang atausebesar 78,1%. Sedangkan secara keyakinan dantingkah laku dalam kategori ‘rendah’ sebanyak 397orang atau sebesar 100% pada sub-variabelkeyakinan, dan sebanyak 397 orang atau sebesar100% pada sub-variabel tingkah laku. Dari uraiandata tersebut, secara visualisasi dapat dilihat padaTabel 3.

Persepsi Peserta Didik

Berdasarkan perhitungan panjang kelasinterval terdapat peluang skor tertinggi 204,7912dikurangi peluang skor terendah 47,0000memperoleh hasil peluang range 157,7912, yangkemudian dibagi tiga kategori dan diperoleh panjangkelas interval, yaitu 52,5971. Dengan mengetahuihasil tersebut, diperoleh pula kategori tinggi, yaitu> 152,1942; kategori sedang, yaitu < 152,1941; dan

410 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 408-415

Tabel 1 Ringkasan Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Persepsi SikapParameter

Mean 137,4991 45,1831Standar Deviasi 24,0356 7,1875Varians 577,7091 51,6596Kurtosis 0,1305 0,1448Skewness -0,1978 (Normal) -0,0974 (Normal)Skor Min 60,4824 22,2585Skor Max 199,0952 66,1548Range 138,6128 43,8963Sum 54587,1399 17937,7069N (Sample) 397 397Peluang Max 204,7912 69,4338Peluang Min 47,0000 15,0000Range Peluang 157,7912 54,4338Interval 52,5971 18,1446Kategori Rendah 99,5970 33,1445Kategori Sedang 152,1941 51,2891Kategori Tinggi 152,1942 51,2892

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Peserta Didik

No Interval Kategori Frekuensi Persentase1 51,2892-69,4337 Tinggi 71 17,9%2 33,1446-51,2891 Sedang 305 76,8%3 15,0000-33,1445 Rendah 21 5,3%

397 100%

Page 59: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kategori rendah, yaitu < 99,5970. Diketahuinyakategori tertinggi hingga terendah tersebut akandijadikan kriteria kategori dalam variabel persepsi.Hasil analisis deskriptif menunjukkan persepsipeserta didik tentang media jejaring sosial dalampemanfaatannya untuk belajar di SLTA KotaMalang termasuk dalam kategori ‘sedang’, yaitudengan angka rata-rata/mean 137,4991 <152,1941. Data distribusi frekuensi tingkat persepsipeserta didik disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan perhitungan persentasediperoleh hasil pada kategori tinggi sebanyak 97orang atau sebesar 24,4%, kategori sedangsebanyak 276 orang atau sebesar 69,5%, dankategori rendah sebanyak 97 orang atau sebesar24,4%, sehingga dapat disimpulkan, bahwapersentase persepsi peserta didik tentang mediajejaring sosial dalam pemanfaatannya untukpembelajaran di SLTA Kota Malang dalamkategori ‘sedang’ sebanyak 276 orang atau sebesar69,5%.

Dari hasil analisis pada sub-variabel perhatian(attention) tidak ada yang masuk dalam kategoritinggi, sebanyak 2 orang atau sebesar 0,5%termasuk dalam kategori sedang, dan kategorirendah sebanyak 395 orang atau sebesar 99,5%,pada sub-variabel pemahaman (comprehension)

tidak ada yang masuk dalam kategori tinggimaupun sedang, dan sebanyak 397 orang atausebesar 100% masuk dalam kategori rendah, danpada sub-variabel ingatan (retention) tidak adayang masuk dalam kategori tinggi maupun sedang,dan sebanyak 397 orang atau sebesar 100%masuk dalam kategori rendah. Dapat disimpulkan,bahwa persentase persepsi peserta didik tentangmedia jejaring sosial dalam pemanfaatannya untukbelajar di SLTA Kota Malang berdasarkan sub-variabelnya, secara keseluruhan dalam kategori‘rendah’ sebanyak 395 orang atau sebesar 99,5%pada sub-variabel perhatian, sebanyak 397 orangatau sebesar 100% pada sub-variabel pema-haman, dan sebanyak 397 orang atau sebesar100% pada sub-variabel ingatan. Uraian datatersebut disajikan dalam Tabel 5.

Adapun untuk hasil pengujian asumsinormalitas data dari variabel persepsi yang dilihatdari koefisien skewness (α3) sebesar -0,1978 <0,50, sehingga dapat dikatakan distribusi datatersebut adalah normal. Sedangkan pada variabelsikap koefisien skewness (α3) sebesar -0,0974 <0,50, sehingga dapat dinyatakan distribusi datatersebut adalah normal. Hasil uji homogenitasvarians menggunakan koefisien levene statistic,pada variabel persepsi variasi jenis kelamin

Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 411

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sub-Variabel Sikap Peserta Didik

No Variabel Interval Kategori Frekuensi Persentase1 Pengetahuan 152,1942-204,7911 Tinggi 21 5,3%

(Kognitif) 99,5971-152,1941 Sedang 310 78,1%47,0000-99,5970 Rendah 66 16,6%

397 100%2 Keyakinan 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%

(Afektif) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%47,0000-99,5970 Rendah 397 100%

397 100%3 Tingkah Laku 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%

(Konatif) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%47,0000-99,5970 Rendah 397 100%

397 100%

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Persepsi Peserta Didik

No Interval Kategori Frekuensi Persentase1 152,1942-204,7911 Tinggi 97 24,4%2 99,5971-152,1941 Sedang 276 69,5%3 47,0000-99,5970 Rendah 24 6%

397 100%

Page 60: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

diperoleh koefisien sebesar 0,770 (P = 0,381) > P= 0,05 yang memiliki arti homogen. Sedangkanpada variabel sikap pada variasi jenis kelamindiperoleh koefisien sebesar 1,423 (P = 0,234) > P= 0,05 yang berarti variansnya homogen.

Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis Hubungan Persepsi dan Sikap PesertaDidik

Hasil uji hipotesis yang diperoleh adalah P =0,000 < α 0,05, sehingga H0 ditolak (rejected),dengan kata lain ada hubungan antara persepsi dansikap peserta didik. Hal tersebut telah menjawabhipotesis pertama, yaitu ‘terdapat hubunganpersepsi peserta didik terhadap media jejaringsosial dengan sikapnya dalam pemanfaatan untukbelajar’ atau dengan kata lain tak menolak hipotesispertama

Uji Hipotesis Perbedaan Persepsi Siswa dan Siswi

Hasil uji hipotesis yang diperoleh adalahkoefisien Fhit = 0,381 > α 0,05 atau P = 0,062 > α0,05, sehingga H0 tak ditolak (not rejected), dengankata lain tidak ada perbedaan persepsi yangsignifikan diantara siswa dan siswi. Namun dapat

dilihat pula rata-rata siswi persepsinya (mean =140,0211) dan persepsi siswa (mean = 135,4906).Hal tersebut telah menjawab hipotesis, bahwamenolak hipotesis kedua, yaitu ‘terdapat perbedaanpersepsi antara siswa dan siswi terhadap mediajejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar’dengan kategori persepsi yang ‘sedang’.

Uji Hipotesis Perbedaan Sikap Siswa dan Siswi

Hasil uji hipotesis yang diperoleh adalahkoefisien Fhit = 0,869 > α 0,05 atau P = 0,352 > α0,05, sehingga H0 tak ditolak (not rejected),dengan kata lain tidak ada perbedaan sikap yangsignifikan di antara siswa dan siswi. Dapat dilihatpula rata-rata siswi sikapnya (mean = 45,5599)dan sikap siswa (mean = 44,8831). Hal tersebuttelah menjawab hipotesis, bahwa menolak hipotesisketiga yaitu: ‘terdapat perbedaan sikap antara siswadan siswi terhadap media jejaring sosial dalampemanfaatannya untuk belajar’ dengan kategorisikap yang ‘sedang’.

PEMBAHASAN

Afirmasi sikap peserta didik terhadappemanfaatan media jejaring sosial untuk belajar

pertama (H1: ρ 0).

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Sub-Variabel Persepsi Peserta Didik

No Variabel Interval Kategori Frekuensi Persentase1 Perhatian 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%

(Attention) 99,5971-152,1941 Sedang 2 0,5%47,0000-99,5970 Rendah 395 99,5%

397 100%2 Pemahaman 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%

(Comprehension) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%47,0000-99,5970 Rendah 397 100%

397 100%

3 Ingatan 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%(Retention) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%

47,0000-99,5970 Rendah 397 100%

397 100%

Tabel 6 Ringkasan Hasil Analisis Varians

Variabel Variasi Koefisien (F) Signifikansi KesimpulanHipotesis (P)

Pesepsi Jenis Kelamin 3,503 0,062 P > á 0,05 = H0 Tak DitolakSikap Jenis Kelamin 0,869 0,352 P > á 0,05 = H0 Tak Ditolak

412 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 408-415

Page 61: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu yang pertamafaktor pengetahuan yang terdiri atas pemahamanmanfaat jejaring sosial untuk belajar dan identifikasifungsi jejaring sosial yang berada dalam kategori‘sedang’. Faktor kedua adalah keyakinan pesertadidik memilih jejaring sosial untuk pembelajaran yangmasih ‘rendah’. Faktor yang terakhir adalah tingkahlaku peserta didik dalam inisiatifnya memanfaatkanjejaring sosial yang masih ‘rendah’. Faktor-faktortersebut juga dikemukakan oleh Azwar (1988:28),bahwa untuk untuk dapat menjadi dasar pembentukansikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yangkuat. Adanya informasi baru mengenai sesuatu halmemberikan landasan kognitif bagi terbentuknyasikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestifyang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukupkuat akan memberi dasar afektif dalam menilaisesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Dapat disimpulkan, bahwa tingkat afirmasisikap peserta didik tergolong sedang denganpenyebab beberapa faktor-faktor, yaitu yangpertama adalah faktor pengetahuan yang beradadalam kategori ‘sedang’. Faktor kedua adalahkeyakinan peserta didik yang masih ‘rendah’ danfaktor yang terakhir adalah tingkah laku pesertadidik dalam kategori ‘rendah’. Berdasarkan hasilpengolahan data tersebut dapat disimpulkanbahwa, tingkat afirmasi sikap peserta didikterhadap pemanfaatan media jejaring sosial untukbelajar di SLTA Kota Malang secara umum beradadalam kategori ‘sedang’.

Peserta didik dalam mempersepsi mediajejaring sosial untuk pemanfaatan belajarnyatersebut dengan berbagai faktor. Yang pertama,adalah faktor perhatian terdiri atas mudahnyapeserta didik mengakses jejaring sosial dan faktorintensitas penggunaan jejaring sosial oleh pesertadidik tersebut baik di dalam sekolah maupun di luarsekolah juga masih ‘rendah’. Intensitaspenggunaan jejaring sosial di luar sekolahdimungkinkan juga dipengaruhi oleh lingkunganmasing-masing peserta didik. Faktor kedua, yaitupemahaman peserta didik dalam menjabarkanfungsi dan menghafalkan berbagai fungsi jejaringsosial yang masih ‘rendah’. Faktor ketiga, adalahingatan peserta didik dalam menghafal beberapamenu dan fasilitas pada berbagai jejaring sosial yang‘rendah’. Dari ketiga faktor tersebut juga sejalandengan pendapat Thoha (2004:140), yaitu “fungsipersepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabelberikut ini: objek atau peristiwa yang dipahami,lingkungan terjadinya persepsi dan orang-orangyang melakukan persepsi”.

Selain itu juga diperoleh hasil, yaitu tidak adaperbedaan persepsi antara siswa maupun siswi diSLTA Kota Malang. Hal tersebut dapat dimaknai,bahwa secara pengetahuan dan kebutuhan akanmedia jejaring sosial antara siswa dan siswi tidakada beda, sehingga bagi seorang pendidik dapatmembantu dalam mengembangkan metodemengajar di kelas dengan memanfaatkan mediajejaring sosial dapat diimplementasikan. Selain itujuga memacu peserta didik untuk menggunakanmedia jejaring sosial dengan positif, yaitu sebagaisarana alternatif untuk belajar. Dengan demikiandapat disimpulkan, bahwa tingkat persepsi pesertadidik tergolong sedang dengan sebab beberapafaktor-faktor, yaitu faktor perhatian, pemahaman,dan ingatan peserta didik yang masih rendah secarakeseluruhan dengan tidak ada perbedaan antarasiswa dan siswi dalam berpersepsi.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh P = 0,000< α 0,05, sehingga H0 ditolak (rejected), dengankata lain ada hubungan antara persepsi dan sikappeserta didik dalam memanfaatkan media jejaringsosial untuk belajar. Hal tersebut berarti, bahwapersepsi peserta didik tentang media jejaring sosialdalam kategori ‘sedang’ memiliki hubungan yangsignifikan terhadap sikapnya dalam memanfaatkanberbagai media jejaring sosial untuk belajar,meskipun dalam kategori yang ‘sedang’ pula.

Jika dikaitkan dengan pendapat Robbins(2003:96) tentang pembentukan sikap “bila ditanyamengenai suatu sikap terhadap suatu objek, individumengingat-ingat akan perilaku mereka yangrelevan terhadap objek tersebut dan kemudianmenyimpulkan sikap mereka dari perilaku masalalu”, maka hal tersebut sangat jelas mendukung,bahwa adanya hubungan antara persepsi pesertadidik dalam membentuk sikapnya, sehingga dapatditarik kesimpulan, bahwa terdapat hubunganpersepsi peserta didik tentang media jejaring sosialterhadap sikapnya dalam memanfaatkan mediatersebut untuk belajar secara signifikan. Haltersebut dapat dimaknai, bahwa adanya hubunganantara kebutuhan dan pengetahuan peserta didiktentang media jejaring sosial dengan respon pesertadidik untuk memanfaatkannya sebagai saranaalternatif dalam belajar, sehingga perlu adanyapeningkatan dalam memanfaatkan media tersebutuntuk belajar dengan memulai menggalakkanmetode mengajar dengan memanfaatkan mediajejaring sosial sebagai tempat bertatap muka secaratidak langsung antara pendidik dan peserta didikmaupun antar peserta didik.

Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 413

Page 62: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Dapat dilihat dalam penelitian ini, bahwa tidakada perbedaan sikap antara siswa dan siswiterhadap pemanfaatan media jejaring sosial untukbelajar. Hal tersebut berarti, perbedaan jenis kelaminpada jenis sekolah, tingkatan kelas dan asal SLTPtidak mempengaruhi mereka bersikap dalampemanfaatan media jejaring sosial untuk belajar.Siswa dan siswi memiliki sikap dalammemanfaatkan media jejaring sosial untuk belajaryang ‘sedang’. Hal tersebut disebabkan olehbeberapa faktor, antara lain pengetahuan yang terdiriatas pemahaman manfaat jejaring sosial untukbelajar dan identifikasi fungsi jejaring sosial yangtelah ada dalam tingkatan yang sama. Selain itukeyakinan peserta didik memilih jejaring sosial untukbelajar dalam tingkatan yang sama serta tingkahlaku peserta didik dalam inisiatifnya memanfaatkanjejaring sosial pada tingkatan yang sama pula.Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat baik siswamaupun siswi menunjukkan sikap yang sama.

Hasil analisis dalam penelitian ini diperolehkesimpulan, bahwa tidak ada perbedaan persepsiantara siswa dan siswi terhadap pemanfaatan mediajejaring sosial untuk belajar. Maka hal tersebutmemiliki arti, bahwa perbedaan jenis kelamin padajenis sekolah, tingkatan kelas dan asal SLTP tidakmempengaruhi mereka dalam mempersepsikanmedia jejaring sosial untuk dimanfaatkan dalambelajar. Siswa dan siswi memiliki persepsi dalammemanfaatkan media jejaring sosial untuk belajaryang ‘sedang’. Terdapat beberapa faktor yangmenyebabkan hal tersebut, antara lain faktor yangpertama adalah mudahnya peserta didik mengaksesjejaring sosial dan faktor intensitas penggunaanjejaring sosial oleh peserta didik tersebut baik di dalamsekolah maupun di luar sekolah yang sama. Faktorkedua yaitu peserta didik dalam menjabarkan fungsidan menghafalkan berbagai fungsi jejaring sosialyang sama. Faktor ketiga adalah peserta didikmenghafal beberapa menu dan fasilitas padaberbagai jejaring sosial yang sama pula.Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapatdisimpulkan, bahwa baik siswa maupun siswimenunjukkan persepsi yang sama.

Jika dikaitkan dengan pernyataan Najma(2008:1), bahwa “laki-laki memiliki ciri berfikirkonsentratif (pemusatan), selalu melihat sisiketerkaitan antara satu hal dengan lainnya, dengancara lingkaran yang saling berhubungan. Di sisilain perempuan bercirikan ekspansif (meluas)dalam berfikir, selalu memandang dari sisihubungan saling bergantian antar sesama”. Hal

tersebut tidak terbukti pada variabel persepsimaupun variabel sikap dalam penelitian ini,dikarenakan banyak faktor pendukung yangcenderung sama antara siswa dan siswi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian sebagai berikut: (1)tingkat persepsi peserta didik tentang media jejaringsosial dalam pemanfaatannya untuk belajar diSLTA Kota Malang berada dalam kategori sedang,(2) tingkat afirmasi sikap peserta didik terhadappemanfaatan media jejaring sosial untuk belajar diSLTA Kota Malang berada dalam kategori sedang,(3) terdapat hubungan yang signifikan antarapersepsi peserta didik tentang media jejaring sosialdengan sikapnya dalam memanfaatkan untukbelajar di SLTA Kota Malang, (4) terbukti tidakada perbedaan yang signifikan antara siswa dansiswi terkait persepsinya tentang media jejaringsosial dalam pemanfaatannya untuk belajar diSLTA Kota Malang, (5) terbukti tidak adaperbedaan yang signifikan antara siswa dan siswiterkait sikapnya memanfaatkan media jejaringsosial untuk belajar di SLTA Kota Malang.

Saran

Saran dalam penelitian ini, sebagai berikut:(1) bagi Kepala Dinas Pendidikan dan KepalaKementerian Agama Kota Malang, hendaknyamempertimbangkan untuk membuat regulasitentang pemanfaataan media jejaring sosialsebagai sarana alternatif untuk belajar dalampengembangan kurikulum yang akan datang, (2)bagi Kepala Dinas Komunikasi dan InformatikaKota Malang hendaknya mempertimbangkan untukmemberikan layanan atau pembuatan media jejaringsosial khusus untuk dimanfaatkan sebagai saranabelajar alternatif bagi peserta didik, (3) bagi Kepalasekolah, hendaknya meningkatan fasilitas aksesinternet yang optimal di lingkungan sekolah agartujuan peningkatan pemanfaatan media jejaringsosial untuk belajar dapat terwujud dengan baik,(4) bagi Guru untuk memberikan inovasi metodemengajar di kelas dengan memberikan tugas ataumencoba bertatap muka di dunia maya, dan (5)bagi Peneliti lain, hendaknya meneliti objekpenelitian lainnya, yaitu dari sisi kepala sekolahmaupun pendidik/guru sebagai orang yang secaralangsung bertatap muka dengan peserta didik.

414 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 408-415

Page 63: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo.

Burhani, Ruslan. 2013. Pengguna Internet diIndonesia Capai 82 Juta Orang. (Online),AntaraNews.com. hlm.1, diakses tanggal 18Februari 2014.

Najma, Nasruni Abu. 2008. PerbedaanPandangan Laki-Laki dan Perempuan.(Online), (http://nasruni.wordpress.com/?s=perbedaan), diakses tanggal 17 Februari2014

Robbins, Stephen Paul. 2003. Perilaku Orga-nisasi: Jilid I. Terjemahan Tim Indeks.Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Setyadin, Bambang. 2005. Modul IV: Desain danMetode Penelitian Kuantitatif. Malang:Lembaga Penelitian Universitas NegeriMalang.

Sugiarto., Siagian, Dergibson., Sunaryanto,Lasmono Tri & Oetomo, Deny. 2003.Teknik Sampling. Jakarta: PT SUN.

Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.

Wiyono. 2007. Metodologi Penelitian: Pende-katan Kuantitatif, Kualitatif dan ActionResearch. Malang: Rosindo Malang.

Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 415

Page 64: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

Elwien Sulistya NingrumAhmad Yusuf Sobri

e-mail: [email protected] Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this research describes the implementation of Curriculum 2013, supportingfactors and inhibiting factors in implementation of Curriculum 2013, alternative solutions Curriculum2013, and the role of teachers and principals in the implementation of Curriculum 2013. The researchused a qualitative approach with case study descriptive -single case as type research. The results ofthis research indicate that there are supporting factors and inhibiting factors, alternative solutions,and the role of principals and teachers in implementation of Curriculum 2013 in SDN Tangkil 01Wlingi Blitar.

Keywords: curriculum implementation , curriculum 2013

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang implementasi Kurikulum 2013, faktorpendukung dan penghambat implementasi Kurikulum 2013, alternatif pemecahan masalah Kurikulum2013, serta peran guru dan kepala sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013. Penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif-kasus tunggal.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor pendukung dan penghambat, alternatifpemecahan masalah, serta peran kepala sekolah dan guru dalam implementasi Kurikulum 2013 di SDNTangkil 01 Wlingi Blitar.

Kata Kunci: implementasi kurikulum, kurikulum 2013

Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ketahun terus mengalami perubahan seiring dengantantangan dalam menyiapkan sumber daya manusiayang berkualitas dan berdaya saing di era global.Salah satu permasalahan di bidang pendidikan yangdihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masihrendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang.Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkanmutu pendidikan nasional, salah satunya denganmelakukan penyempurnaan kurikulum. Saat ini,dunia pendidikan Indonesia ramai diperbincangkanmengenai penerapan kurikulum 2013. Banyaktanggapan positif dan negatif (pro-kontra)mengenai perubahan kurikulum dari KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadiKurikulum 2013.

Kurikulum 2013 diberlakukan secarabertahap mulai tahun ajaran 2013/2014 melaluipelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah yangsudah siap melaksanakannya dan sekolah yangmemiliki nilai akreditasi “A”. Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatasuntuk Kelas I dan Kelas IV Sekolah Dasar/

Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII SekolahMenengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah(SMA/SMK/MA). Sekolah Dasar Negeri (SDN)Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitarmerupakan salah satu sekolah dari dua sekolahyang ada di kecamatan Wlingi yang ditunjuksebagai sekolah pelaksana Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01dilaksanakan mulai tanggal 15 Juli 2013. SDNTangkil 01 melaksanakan Kurikulum 2013 karenasebelumnya telah melaksanakan PembelajaranAktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM),Peran Serta Masyarakat (PSM), dan ManajemenBerbasis Sekolah (MBS). Implementasi Kurikulum2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi bekerjasamadengan LPMP (Lembaga Penjamin MutuPendidikan), UPTD (Unit Pelaksana TeknisDaerah) Kecamatan Wlingi, dan orang tua pesertadidik. Sebelum melaksanakan Kurikulum 2013,SDN Tangkil 01 mengirim 9 orang guru secaraberkala untuk mengikuti sosialisasi supaya guru

416

Page 65: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

mendapatkan bekal yang cukup dalammelaksanakan Kurikulum 2013.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013menggunakan tematik integratif, pendekatanscientific, dan juga penilaian auntentik. Tematikintegrative merupakan penggabungan daribeberapa mata pelajaran ke dalam satu tema,pendekatan scientific merupakan pendekatanmelalui menanya, mencoba, dan menalar,sedangkan penilaian autentik merupakan penilaianyang mengukur semua kompetensi sikap,keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan prosesdan hasil.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan jenis penelitian studi kasusdeskriptif-kasus tunggal. Studi kasus deskriptif inipeneliti ingin melacak urutan peristiwa, hubunganantar pribadi, mernggambarkan sub-budaya, danmenemukan fenomena kunci dalam suatu peristiwa(Ulfatin, 2013:60). Peneliti dalam penelitian inibentindak sebagai instrumen kunci yang langsungterjun ke lapangan karena peneliti sebagai instrumentutama dan bisa mengambil dan mengumpulkan datasecara langsung dari responden.

Penelitian ini dilakukan di SDN Tangkil 01Wlingi Blitar yang melaksanakan Kurikulum 2013.SDN Tangkil 01 Wlingi terletak di Jalan Kepundung14, Tangkil, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar,Telepon (0342) 693065. Sumber data penelitian iniantara lain: Kepala sekolah, guru, orang tua pesertadidik, dan peserta didik. Prosedur pengumpulandata yang dilakukan dalam penelitian ini yaituobservasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisisdata dilakukan dengan mereduksi data,mengorganisasikan data, dan penyimpulan data.Hasil analisis data selanjutnya di cek keabsahannyamelalui pemeriksaan triangulasi, pengecekankeanggotaan, kecukupan referensial, danperpanjangan keikutsertaan. Proses pengumpulandata dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan,yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dantahap pelaporan.

HASIL

Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakanpada tanggal 15 Juli 2013. SDN Tangkil 01 Wlingiditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 2013karena sebelumnya sekolah sudah menerapkanprogram MBS, PSM, dan PAKEM. Meskipun ada

sekolah lain yang melaksanakan, namun SDNTangkil 01 Wlingi yang masih aktif dalammelaksanakan program-program tersebut. Kepalasekolah dan guru SDN Tangkil 01 Wlingi mengikutisetiap sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihakLPMP baik sebelum implementasi dan waktuimplementasi Kurikulum 2013. SDN Tangkil 01Wlingi menggunakan dana BOS dan juga dana dariLPMP untuk implementasi Kurikulum 2013.Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01sudah diterapkan untuk Kelas I dan Kelas IV. Gurusudah menggunakan pembelajaran tematikintegratif dengan pendekatan scientific, danpenilaian autentik. Guru juga sudah membuat raporuntuk Kelas I dan Kelas IV yang berisi mengenaideskripsi kelebihan dan kelemahan peserta didikdalam menguasai suatu kompetensi dasar.

Penilaian yang dilakukan guru untuk mengisirapor dilihat dari penilaian portofolio, rubrikpenilaian, penilaian diri sendiri, dan juga dilihat dariulangan harian atau tugas yang telah diberikan olehguru. SKL Kurikulum 2013 berisi mengenai sikap,pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.Implementasi Kurikulum 2013 tidak ada pesertadidik yang tidak naik kelas karena peserta didikmemiliki kelebihan tersendiri pada setiapkompetensi dasar, sehingga meskipun hanyamenguasai satu kompetensi dasar mereka tetapbisa dinyatakan naik kelas.

Faktor pendukung implementasi Kurikulum2013 meliputi buku pedoman yang diberikan ketikasosialisasi Kurikulum 2013, arahan dari pengawas,fasilitas sekolah, dan sosialisasi yang diberikan olehLPMP. Dengan adanya faktor pendukung tersebutguru-guru memanfaatkan dengan caramenggunakan buku pedoman untuk menyusunberbagai administrasi kurikulum, memanfaatkanfasilitas sekolah semaksimal mungkin untukmenunjang pembelajaran, mengikuti setiapsosialisasi yang diberikan oleh LPMP, dan mencarisolusi dari setiap masalah yang dihadapi bersamadengan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah danguru tidak menemukan solusi dari masalah yangada, maka kepala sekolah meminta bantuankepada pengawas sekolah untuk mencari solusidari masalah tersebut.

Orang tua peserta didik dan peserta didik jugamerupakan salah satu pendukung dalamimplementasi Kurikulum 2013. Orang tua pesertadidik memberikan dukungan dengan membantudan mengawasi anak belajar di rumah serta orangtua mendukung adanya Kurikulum 2013 karenahal itu bisa memudahkan anak dalam belajar.

Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 417

Page 66: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Peserta didik juga merasa senang dengan adanyaKurikulum 2013 karena mereka tidak merasabosan belajar materi terlalu banyak karena padaKurikulum 2013 materi pelajaran berisikanmengenai penggabungan dari beberapa matapelajaran ke dalam satu tema.

Hambatan yang dihadapi oleh pihak sekolahterutama guru dalam implementasi Kurikulum 2013yaitu masih adanya peserta didik yang belum bisamembaca, membedakan huruf, dan angka untukKelas I, materi terlalu banyak dan harus diselesaikandengan target satu tema 1,5 bulan, terlalu banyakadministrasi yang harus diselesaikan, pembuatanRPP harus mencantumkan tiga pendekatan, satuRPP digunakan untuk satu kali pertemuan atau untuksatu PB, pembelajaran tidak selalu tuntas dalam satuPB padahal satu PB harus selesai dalam satu hari,guru merasa kesulitan dalam membagi waktu antarapelaksanaan pembelajaran dan administrasi, sertaguru kesulitan dalam melakukan penilaian karenapenilaian yang cukup banyak.

SDN Tangkil 01 Wlingi dalam mengatasimasalah terkait materi yang belum selesai yaknidengan guru memberikan tugas mandiri terkaitdengan materi yang belum tuntas dan memberikantambahan materi pada hari selanjutnya sebelummasuk PB baru serta guru meminta bantuankepada walimurid untuk membantu anakmemahami secara detail tema yang belum selesai.

Pemecahan masalah dalam mengatasikendala dalam implementasi Kurikulum 2013terkait dengan penilaian, guru menggunaanportofolio, penilaian kelompok, membuat rubrikpenilaian, dan meminta siswa melakukan penilaiansendiri. Cara guru mengatasi masalah terkaitdengan adanya peserta didik yang belum bisamembaca dan menulis yaitu dengan cara gurumemberitahu perkembangan kepada walimuriduntuk membantu membimbing anaknya belajarmembaca dan menulis. Guru juga bisabekerjasama dengan guru lain yang juga mengikutisosialisasi pelaksanaan Kurikulum 2013 untukmengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

Otorisator dalam implementasi Kurikulum2013 yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, guruKelas I dan guru Kelas IV. Masing-masingotorisator juga memiliki cara sendiri dalammenangani masalah yaitu dengan memberikanmotivasi, memonitoring, dan juga menyediakandana untuk keperluan implementasi Kurikulum2013. Memanfaatkan waktu sebaik mungkinsupaya pembelajaran bisa berjalan optimal dansharing dengan guru-guru dan kepala sekolah

apabila ada kesulitan dalam implementasiKurikulum 2013.

Kepala sekolah memiliki penting dalamimplementasi Kurikulum 2013. Kepala sekolahdalam implementasi Kurikulum 2013 memiliki peranyaitu memberikan dukungan dan motivasi,memonitoring dan menyampaikan ilmu yangdiperoleh ketika mengikuti sosialisasi kepada guru-guru, selain itu kepala sekolah melakukan supervisikelompok, yaitu dengan kepala sekolahmengadakan rapat untuk membahas kesulitan gurudalam proses pembelajaran baik untukimplementasi Kurikulum 2013 maupun KTSP.Kepala sekolah juga memberikan kesempatankepada guru untuk meningkatkan profesinya danmendorong guru dalam mengikuti kegiatan yangbisa menunjang implementasi Kurikulum 2013.

Guru juga memiliki peran dalam implementasiKurikulum 2013. Guru yang dimaksud disini yaituguru yang melaksanakan Kurikulum 2013 dan guruyang belum melaksanakan Kurikulum 2013. Peranguru pelaksana dalam implementasi Kurikulum2013 yaitu memberikan dukungan dan juga motivasiantar sesama guru pelaksana dan membagikanilmu yang diperoleh ketika mengikuti sosialisasikepada guru-guru yang tidak mengikuti sosialisasi.Sedangkan peran guru bukan pelaksana dalamimplementasi Kurikulum 2013 yaitu memberikanmotivasi dan dukungan kepada guru yangmelaksanakan Kurikulum 2013.

PEMBAHASAN

Implementasi Kurikulum 2013 tingkat SDmasih dilaksanakan pada Kelas I dan Kelas VI.Kurikulum 2013 dilaksanakan untuk membentukkarakter dan keterampilan dari masing-masingpeserta didik. Pemerintah memberikan sosialisasiselama implementasi Kurikulum 2013 berupa diklatuntuk menunjang kelancaran implementasiKurikulum 2013 dan supaya guru memperolehwawasan mengenai Kurikulum 2013.

Mulyasa (2013:48) mengungkapkanSosialisasi dalam implementasi kurikulum sangatpenting dilakukan, agar semua pihak yang terlibatdalam implementasinya di lapangan paham denganperubahan yang harus dilakukan sesuai dengantugas pokok dan fungsinya masing-masing,sehingga mereka memberikan dukungan terhadapperubahan kurikulum yang dilakukan…

SDN Tangkil 01 Wlingi dalam implementasiKurikulum 2013 juga melakukan sosialisasiterhadap guru-guru dan walimurid, selain itu guru-

418 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 416-423

Page 67: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

guru dan kepala sekolah juga mengikuti diklat yangdiadakan oleh pemerintah untuk kesuksesanimplementasi Kurikulum 2013. Diklat Kurikulum2013 tidak hanya diikuti oleh kepala sekolah danguru kelas, melainkan juga diikuti oleh gurumatapelajaran seperti guru agama dan guruolahraga.

Berkaitan dengan pendanaan, implementasiKurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 menggunakandana dari BOS dan juga LPMP serta sekolah-sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013mendapatkan buku pegangan dari pemerintahuntuk guru dan juga peserta didik, sedangkanmenurut hasil penelitian Sutikno (2009:174)menyatakan “….pendanaan operasional yangternyata tidak cukup dari mengandalkan dana BOS.Selanjutnya dengan persetujuan dan pertimbangankomite sekolah, sekolah boleh menghimpun danadari orang tua siswa……”. Buku yang digunakanmasih berupa buku hidup (lifing) sehingga gurujuga menggunakan buku paket selain dariPemerintah untuk menunjang proses belajar-mengajar.

Saat pembelajaran di kelas, gurumenggunakan promes sebagai pedoman mengajardi kelas, sedangkan hasil penelitian dari Sutikno(2009:208), menjelaskan “guru-guru melaksanakanproses belajar mengajar dengan berpedoman padasilabus, kalender pendidikan, RPP, programsemester yang telah disusun sebelumnya”. Tahappenilaian, guru menggunakan penilaian yangberbentuk portofolio, menggunakan rubrikpenilaian, penilaian sendiri dan penilaian temansejawat. Rubrik penilaian digunakan dalam setiaptema karena setiap tema memuat mata pelajaranyang berbeda tergantung tema apa yang dipelajari.Penilaian portofolio digunakan guru ketika pesertadidik mendapatkan tugas karena pembelajaranpada satu hari belum selesai dengan cara gurumemberikan tugas kepada peserta didik untukdikerjakan di rumah.

Selain penilaian di atas, guru juga melakukanobservasi pada setiap pembelajaran untuk melihatsikap peserta didik dalam memperoleh pembelajaran,keterampilan peserta didik dalam memecahkanmasalah, dan juga pengetahuan yang di miliki olehpeserta didik. Sistem penilaian pada akhir semesteratau rapor dalam Kurikulum 2013 menggunakansistem narasi, sehingga nilai rapor tidak lagi berupaangka melainkan berupa deskripsi kemampuanpeserta didik berdasarkan sikap, keterampilan, danpengetahuan yang dimiliki pada setiap KD. SKLpada Kurikulum 2013 mencantumkan mengenai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga tidakada peserta didik yang tidak naik kelas karena setiappeserta didik pasti memiliki kemampuan sendiri-sendiri. SKL Kurikulum 2013 tersebut sesuai denganPermendikbud Nomor 54 Tahun 2013 yangmenjelaskan bahwa SD/MI/SDLB/Paket Amemiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 juga berbedadengan KTSP. Pembelajaran Kurikulum 2013 lebihditekankan pada proses dan pembelajaran tidakterpusat pada guru melainkan peserta didik jugaharus aktif dalam kelas, sedangkan KTSP sistempenilaian menggunakan angka dan dalampembelajaran guru cenderung memberikanpenjelasan.

Orang tua peserta didik juga memberikandukungan terhadap implementasi Kurikulum 2013dengan mengawasi dan membantu anak ketikabelajar di rumah, orang tua peserta didik danpeserta didik juga merasa senang dengan adanyaKurikulum 2013 karena adanya pembelajarantematik integratif. Adanya pembelajaran tematikbisa memudahkan peserta didik ketika belajarkarena tidak terlalu banyak materi yang harusdipelajari dan mereka tidak akan merasa bosan,selain itu orang tua peserta didik yang menanyakankepada guru mengenai kekurangan dan apa sajayang dibutuhkan oleh guru untuk menunjang prosesbelajar-mengajar. Jika dirasa tidak terlalu berat,maka orang tua siswa memberikan bantuan denganmengambilkan dari uang paguyuban yang disertaipersetujuan dari semua orang tua peserta didikpada kelas yang bersangkutan.

Kepala sekolah dan guru selalu mengikutidiklat pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diadakanoleh pihak LPMP supaya kepala sekolah dan gurupaham mengenai Kurikulum 2013. Guru bisamemanfaatkan fasilitas sekolah berupa LCDdalam proses pembelajaran supaya murid-muridtidak merasa bosan dan merasa bersemangatdalam belajar di kelas serta mendayagunakanlingkungan sekitar sebagai sumber belajar.Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa (2013:49),bahwa fasilitas dan sumber belajar tersebut perludidayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara, dandisimpan sebaik-baiknya… Dalam pengembanganfasilitas dan sumber belajar, guru disamping harusmembuat sendiri alat pembelajaran dan alatperaga, juga harus berinisiatif mendayagunakanlingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajaryang lebih konkrit.

Alternatif pemecahan masalah dalamimplementasi Kurikulum 2013 yang sudah dilakukan

Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 419

Page 68: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

di SDN Tangkil 01 Wlingi terkait denganpembelajaran yang belum tuntas yakni gurumemberikan tugas tambahan, guru juga memberikantambahan pada hari berikutnya sebelum jampelajaran dimulai, dan guru meminta bantuan kepadawalimurid untuk mengawasi dan membimbinganaknya dalam belajar di rumah supaya anak bisalebih memahami materi yang belum tuntas dan jikaada yang belum di mengerti, peserta didik bisamenanyakan materi yang belum dimengerti kepadaguru. Kendala yang dihadapi selain masalahpembelajaran yaitu untuk peserta didik Kelas I masihada yang belum bisa membaca dan menulis sehinggaguru harus telaten dan sabar dalam mengajaripeserta didik. Untuk peserta didik yang tidak bisamembaca dan menulis, guru meminta walimuriduntuk lebih ekstra dalam mengajari anaknya dirumah supaya anak-anaknya bisa lebih cepat untukbelajar membaca dan menulis.

Solusi untuk memecahkan masalah terkaitdengan RPP dan penilaian terhadap peserta didik,guru mengatasinya dengan membuat RPP danpenilaian setiap pulang sekolah atau waktupembelajaran selesai. Penelitian yang dilakukanoleh Husnawati (2013:65-66) terkait denganalternatif pemecahan masalah mengenaipenyusunan perangkat pembelajaran telah di atasidengan adanya kegiatan penyusunan perangkatpembelajaran bersama yang dilakukan pada awalpembelajaran dan diadakan workshop yangberhubungan dengan pembuatan perangkatpembelajaran. Jika guru mengalami masalah dalamimplementasi Kurikulum 2013, guru menyampaikankepada kepala sekolah untuk mencari solusibersama-sama dan jika kepala sekolah tidakmenemukan solusi untuk masalah yang dihadapiguru, maka kepala sekolah meminta bantuankepada pengawas sekolah untuk mencari solusiterhadap masalah yang dihadapi oleh guru. Selainitu, guru juga bisa sharing dengan sesama gurupelaksana Kurikulum 2013 dan guru yang bukanpelaksana Kurikulum 2013.

Kepala sekolah, guru pelaksana, dan gurubukan pelaksana mempunyai peran masing-masingdalam implementasi Kurikulum 2013. MenurutMarsh (dalam Hamalik, 2009:239) ada tiga faktoryang mempengaruhi implementasi kurikulum diantaranya: “dukungan kepala sekolah, dukunganrekan sejawat guru, dan dukungan internal dalamkelas”. Senada dengan pernyataan dari Mars(dalam Hamalik bahwa implementasi Kurikulum2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi, kepala sekolahjuga memiliki peran dalam memberikan dukungan

berupa motivasi kepada guru pelaksana Kurikulum2013 dan jika guru merasa kesulitan dalamimplementasi kurikulum maka kepala sekolahmembantu guru pelaksana untuk mencarikan solusidari permasalahan yang dihadapi, selain itu kepalasekolah juga memberikan kesempatan kepada guruuntuk mengikuti kegiatan yang bisa menunjangkinerjanya dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

Guru bukan pelaksana juga akan membantusemampu mereka demi kelancaran dalamimplementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01Wlingi. Selain itu, Bafadal (2006:135)mengungkapkan pemberian motivasi, semangatkerja, pemenuhan fasilitas, dan pemberian arahankepada guru serta staf merupakan peran yangcukup tinggi yang dilakukan kepala sekolah dalammenggerakkan tim kerjanya. Rohyanto (2013:140)juga mengungkapkan “kepala sekolah selalumemberikan motivasi pada guru secara langsungmaupun tidak langsung. Secara langsungcontohnya kepala sekolah selalu memberi selamatpada guru yang mempunyai prestasi, selalumengucapkan terimakasih setelah memberi tugasdan lain sebagainya secara tidak langsung, kepalasekolah menyediakan wadah untuk guru salingmelakukan motivasi yaitu program motivasi pagi”.

Peranan kepala sekolah, guru pelaksana, danguru bukan pelaksana bisa dikatakan opimal karenakepala sekolah sudah melaksanakan perannyadengan baik yaitu dengan memonitoring, membantuguru dalam memecahkan masalah, danmenyediakan bantuan berupa materiil dannonmateriil serta SDN Tangkil 01 Wlingi sudahmendapatkaan monitoring langsung dari pihakLPMP terkait implementasi Kurikulum 2013 baikkepada kepala sekolah dan juga proses belajarmengajar yang dilakukan oleh guru pelaksana.Sebagaimana diungkapkan oleh Kemendikbud(2013:94), bahwa evaluasi terhadap pelaksanaankurikulum diselenggarakan dengan tujuan untukmengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulumdan membantu kepala sekolah dan gurumenyelesaikan masalah tersebut. Evaluasidilakukan pada setiap satuan pendidikan dandilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayahkota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.

Evaluasi dalam implementasi kurikulumdiperlukan oleh sekolah supaya pemerintahmengetahui kendala yang dialami guru dan kepalasekolah dalam melaksanakan kurikulum karena darimasing-masing sekolah kendala yang dihadapiberbeda-beda sehingga pada implementasiKurikulum 2103 pihak LPMP mendatangi sekolah

420 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 416-423

Page 69: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

untuk melakukan monitoring secara langsungterhadap implementasi Kurikulum 2013 di SDNTangkil 01 Wlingi. Kegiatan monitoring dilakukansecara rutin untuk mengetahui apakah adakesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013 disekolah yang kemudian dari kesulitan-kesulitanyang ada, pihak pemerintah atau LPMP bisamencarikan solusi supaya masalah yang dihadapikepala sekolah dan guru bisa terselesaikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil01 Wlingi yang melakukan proses penyusunankurikulum yaitu pemerintah karena Kurikulum 2013masih baru sehingga pemerintah sering memberikansosialisasi terkait implementasi Kurikulum 2013kepada kepala sekolah dan guru. Pendanaan untukimplementasi Kurikulum 2013 di SDN menggu-nakan dana dari BOS dan juga LPMP serta bukuyang digunakan pada proses pembelajaran diperolehdari pemerintah sehingga sekolah tidak menghimpundana dari orang tua peserta didik. Gurumenggunakan promes sebagai pedoman dalammengajar yang dibuat berdasarkan silabus dan dalamimplementasi Kurikulum 2013 guru melakukanpenilaian berupa penilaian portofolio, rubrik penilaian,penilaian diri, dan juga tugas serta ulangan harianyang kemudian dari penilaian-penilaian tersebut gurubisa memberikan penilaian untuk mengisi rapor yangberupa deskripsi dari kemampuan yang dimiliki darimasing-masing peserta didik.

Faktor pendukung implementasi Kurikulum2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi lebih kepadadukungan untuk kepala sekolah dan guru berupafasilitas yang dimiliki sekolah dan juga pedomanyang diberikan oleh pemerintah untuk dijadikanpanduan oleh kepala sekolah dan guru dalamimplementasi kurikulum di sekolah maupun di kelas.Faktor pendukung lainnya yaitu buku untukpegangan peserta didik dan guru diberikan olehpemerintah sehingga hal tersebut bisa meringankanbeban peserta didik yang awalnya harus membelibuku sekarang mendapat buku dari pemerintah.Orang tua peserta didik dan juga peserta didikmerupakan salah satu pendukung dalamimplementasi Kurikulum 2013. Orang tua pesertadidik dan peserta didik merasa senang denganadanya Kurikulum 2013 karena bisa memudahkananak ketika belajar dan anak tidak cepat merasabosan dalam mengikuti pembelajaran.

Faktor penghambat implementasi Kurikulum2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi meliputi: 1) gurumerasa kesulitan dalam membuat RPP untukKurikulum 2013, 2) Target menyelesaikan satutema dalam waktu 1,5 bulan, guru ditarget untukmenyelesaikan satu hari satu PB dan satu temaselama 1,5 bulan merupakan hambatan tersendiribagi guru karena dalam waktu satu hari guru belumtentu bisa menyelesaikan satu PB, 3) guru merasakesulitan dalam membagi waktu antara mengajardan menyelesaikan administrasi Kurikulum 2013,karena jika guru lebih fokus pada pemenuhanadministrasi maka guru merasa tidak akan bisaoptimal dalam mengajar, dan 4) penilaian, untukmelakukan penilaian pembelajaran Kurikulum2013 guru harus benar-benar teliti karena guruharus mendeskripsikan kemampuan masing-masing peserta didik baik berupa kelebihan dankekurangan dalam mencapai suatu KD.

Administrasi Kurikulum di SDN Tangkil 01Wlingi dilakukan oleh guru karena sekolah masihmerupakan jenjang SD, maka belum ada petugasadministrasi khusus yang menangani masalahkurikulum seperti waka kurikulum pada jenjangSMP dan SMA, sehingga guru yang bersangkutandalam implementasi Kurikulum 2013 sendiri yangbertugas menyediakan/mempersiapkan segalakeperluan dalam implementasi kurikulum, misalnyasaja RPP, fasilitas, personil, dan juga kondisi-kondisiyang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum disekolah.

Alternatif pemecahan masalah di SDNTangkil 01 Wlingi dilakukan dengan cara gurumemberikan tugas kepada peserta didik apabilapada saat mengajar guru tidak bisa menyelesaikansatu pembelajaran. Guru juga meminta tolongkepada orang tua peserta didik untuk membantudan mengawasi anaknya dalam belajar danmembantu anaknya memahami pelajaran yangsekiranya mereka belum paham. Ketikamendapatkan masalah dalam implementasikurikulum, guru meminta bantuan kepada kepalasekolah supaya bisa menemukan solusi bersama-sama, selain itu guru juga membuat RPP ketikajam pelajaran selesai namun hal itu tetap belumbisa dikerjakan secara maksimal.

Kepala sekolah dan guru SDN Tangkil 01Wlingi memiliki peran dalam memberikan motivasiserta dukungan kepada guru pelaksana Kurikulum2013 serta kepala sekolah. Kepala sekolah sebagaimanajer berperan dalam memberikan kesempatankepada guru untuk meningkatkan profesinya danmendorong guru untuk mengikuti kegiatan yang

Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 421

Page 70: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

bisa menunjang dalam implementasi Kurikulum2013. Kepala sekolah sebagai supervisormemberikan supervisi yang bersifat kelompokkepada guru dan staf. Kegiatan supervisi dilakukandengan cara kepala sekolah mengadakan rapatuntuk mengetahui perkembangan guru dan untukmengetahui hambatan yang dihadapi guru ketikamengajar. Kepala sekolah sebagai leadermelakukan pengawasan kepada guru yangmelaksanakan Kurikulum 2013 dan membantuguru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapiserta memberikan kewenangan atau keputusanuntuk guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Guru bisa memberikan bantuan ketika gurupelaksana menemui hambatan dalam pelaksanaandi kelas maupun dalam pemenuhan administrasi.Kepala sekolah juga melakukan monitoring kepadaguru supaya kepala sekolah mengetahuiperkembangan guru dalam melaksanakanKurikulum 2013 di kelas. Peranan kepala sekolahdan guru sudah dikatakan optimal karena kepalasekolah melakukan monitoring kepada gurupelaksana supaya kepala sekolah juga mengetahuiperkembangan guru dalam melaksanakanKurikulum 2013 dan kepala sekolah bisamencarikan solusi apabila guru mengalamikesulitan, selain itu pihak pemerintah yang diwakilioleh LPMP juga sudah melakukan monitoring keSDN Tangkil 01 Wlingi terkait implementasiKurikulum 2013.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian implementasiKurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi,

sarang-saran yang dapat dijadikan masukanditujukan kepada: Kepala Sekolah: (1) Kepalasekolah diharapkan bisa meningkatkankerjasama dengan guru dan juga pengawassekolah, khususnya mengenai implementasiKurikulum 2013. Hal ini mengingat bahwaKurikulum 2013 merupakan kurikulum yang barudilaksanakan dan guru pelaksana juga masihbingung dalam kelengkapan administrasi, (2)Kepala sekolah juga diharapkan lebihmeningkatkan pengawasan dan menanyakankesulitan kepada guru pelaksana Kurikulum2013 supaya guru tidak merasa kesulitan dalammelaksanakan Kurikulum 2013, baik pada prosespembelajaran dan kelengkapan administrasiKurikulum 2013, dan (3) Kepala sekolahdiharapkan bisa mengadakan sosialisasipembuatan RPP Kurikulum 2013 supaya gurutidak merasa kesulitan lagi dalam pembu-atannya.

Guru, hendaknya mampu mengembangkanmetode dan media pembelajaran sehingga mampumembuat peserta didik merasa tertarik dalammengikuti pembelajaran yang diberikan, selain ituguru juga diharapkan bisa meningkatkan kerjasamadengan guru lain yang melaksanakan dan belummelaksanakan Kurikulum 2013. Guru jugadiharapkan menggunakan RPP sebagai panduandalam setiap pembelajaran.

Peneliti lain, yang berminat melakukanpenelitian terkait Kurikulum 2013 dengan perspektifyang berbeda, dapat mengembangkan penelitianini pada fokus dampak Kurikulum 2013 bagikesiapan peserta didik dalam menerima setiapperubahan kurikulum.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, I. 2006. Manajemen Pendidikan: PeranKepala Sekolah dalam ImplementasiManajemen Berbasis Sekolah (MBS).Jurnal Manajemen Pendidikan, 19 (2): 128-141.

Hamalik, O. 2009. Dasar-dasar PengembanganKurikulum. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Husnawati, Z. 2013. Implementasi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diSekolah Dasar Islam (SDI) Surya BuanaMalang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:FIP UM.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan GuruImplementasi Kurikulum 2013: SD KelasIV. Jakarta: Badan Pengembangan SumberDaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan danImplementasi Kurikulum 2013. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Rohyanto, A. H. 2013. Peran Kepala Sekolahdalam Pengembangan KurikulumBerbasis Karakter (Studi Kasus PadaSekolah Dasar Plus Al-Kautsar di KotaMalang). Skripsi Tidak Dipublikasikan.Malang: FIP UM.

422 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 416-423

Page 71: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Sutikno. 2009. Implementasi Kurikulum 2006 diSekolah Dasar (Studi Multisitus di SDNBintoro 4 dan SDN Guntur 1 KabupatenDemak. Tesis tidak diterbitkan. Malang:PPs UM.

Ulfatin, N. 2013. Metodologi Peneli tianKualitatif di Bidang Pendidikan.Malang:Banyumedia Publishing.

Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 423

Page 72: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU AGAMA ISLAMSEKOLAH DASAR NEGERI

Ersa Khoirur RizqiDjum Djum Noor Benty

e-mail: [email protected] Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract:The purpose of this study is knowing the characteristic of public elementary school studentsin Probolinggo religiously, knowing the projection number of moslem students, the projection numberof learning group, and the projection number of the islamic religion teachers needspublic elementaryschool in 2014 until 2018. This study uses a quantitative approach, namely descriptive projective.Results projected number of Islamic teachers need elementary schools in Probolinggo 2014 to 2018experienced are duction. In accordance with the calculation of 2014 Islamic teacher shortage ofteachers number 6, while 2015 excess 4 teachers, 2016 excess 6 teachers, 2017 and 2018 excess 7teachers, so no need to do additional Islamic teacher.

Keywords: projection, needs of islamic teachers

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik siswa SDN di Kota Probolinggoditinjau dari segi agama, mengetahui jumlah proyeksi siswa SDN yang beragama Islam, rombonganbelajar SDN, dan kebutuhan Guru Agama Islam SDNdi Kota Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu deskriptif proyektif. Hasil proyeksijumlah kebutuhan Guru Agama Islam SDN di Kota Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018mengalami pengurangan. Sesuai dengan perhitungan Tahun 2014 kekurangan Guru Agama Islamsejumlah 6 orang guru, sedangkan Tahun 2015 kelebihan 4 orang guru, Tahun 2016 kelebihan 6 orangguru, Tahun 2017 dan Tahun 2018 kelebihan 7 orang guru, sehingga tidak perlu melakukan penambahanGuru Agama Islam.

Kata Kunci: proyeksi, kebutuhan guru agama islam

Pelaksanaan pendidikan di SD memerlukansumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dansesuai dengan kualifikasi akademik terutamatenaga pendidik dan kependidikan. Saat ini, tenagapendidik dan kependidikan yang ada di SD KotaProbolinggo, di antaranya Kepala Sekolah, GuruKelas, Guru Agama, Guru Pendidikan Jasmani,Guru Bahasa Inggris, Guru Muatan Lokal, tenagaadministrasi, dan petugas perpustakaan (DinasPendidikan Kota Probolinggo Tahun 2012/2013).Diharapkan dengan adanya guru yang sesuaidengan bidangnya akan memperlancar prosesbelajar-mengajar di kelas. Misalnya, Guru AgamaIslam di masing-masing SD. Dalam hal ini, GuruAgama Islam dapat memberikan materi pelajaransesuai dengan perkembangan peserta didikberdasarkan kurikulum yang ada dan kompetensi/keahlian Guru Agama Islam tersebut.

Adapun agama yang dianut oleh siswa KotaProbolinggo, di antaranya Agama Islam, KristenProtestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Sedangkanmayoritas agama yang dianut oleh siswa adalahAgama Islam (Dinas Pendidikan Kota ProbolinggoTahun 2012/2013). Meskipun di Sekolah DasarNegeri (SDN) tersebut ada beberapa siswa yangmenganut Agama Non-Islam. Akan tetapi, di SDNKota Probolinggo hanya ada Guru Agama Islam.Akan tetapi, pada kenyataannya di Kota Probolinggomasih ada SDN yang tidak memiliki Guru AgamaIslam, sehingga sekolah tersebut diajar oleh GuruAgama Islam yang terdekat dari lokasi sekolah atauguru kelas masing-masing. Hal ini dikarenakan GuruAgama Islam yang pensiun belum ada penggantinyadan belum ada pengangkatan Guru Agama Islam.

Jumlah Guru Agama Islam Tahun Pelajaran2013/2014 yang sudah ada sebanyak 98 orang,

424

Page 73: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

sedangkan guru yang dibutuhkan sebanyak 109orang karena ada satu sekolah yang membutuhkanGuru Agama sebanyak empat orang. Hal inidikarenakan di SDN tersebut merupakan mergerdari 3 sekolah dan saat ini memiliki 24 rombel.Untuk jumlah Guru Agama Islam yang belum adasebanyak 11 orang dan jumlah rombongan belajarsebanyak 654 rombel, sehingga ada 11 buah SDNyang belum memiliki Guru Agama Islam. Melaluipenelitian ini, diharapkan dapat mengetahui jumlahkebutuhan Guru Agama Islam untuk Tahun 2014sampai dengan 2018. Adapun tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui karakteristik siswa SDNdi Kota Probolinggo ditinjau dari segi agama,mengetahui jumlah proyeksi siswa SDN yangberagama Islam, rombongan belajar SDN, dankebutuhan Guru Agama Islam SDNdi KotaProbolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018.

Proyeksi merupakan salah satu bagian dariperencanaan pendidikan. “Proyeksi adalah suatuaktivitas memperkirakan suatu kondisi di masadepan berdasarkan data dan informasi di masalampau dan masa kini” (Matin, 2013:101). MenurutMuliakusuma (1981:253), “proyeksi adalahperhitungan yang menunjukkan keadaan fertilitas,mortalitas, dan migrasi dimasa yang akan datang”.Proyeksi merupakan salah satu tindak lanjut dalamproses perencanaan pendidikan setelah data yangdibutuhkan untuk menghitung proyeksi sudahterkumpul. Perhitungan proyeksi enrollment untukmemprediksi data pertumbuhan jumlah siswa padamasa yang akan datang. Menurut Effendi(1985:100) menjelaskan, bahwa “proyeksienrollment merupakan usaha mengekstrapolasi-kan jumlah penduduk bersekolah lewat suatujenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usiasekolah dan jumlah murid pada masing-masingjenjang pendidikan dengan jumlah pendudukkelompok umur untuk setiap jenjang pendidikan”.Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan,bahwa proyeksi adalah suatu kegiatanmemperkirakan suatu kondisi di masa depanberdasarkan data dan informasi di masa lampaudan masa kini, dengan menggunakan rumus-rumusatau asumsi-asumsi tertentu.

Penelitian ini dihitung dengan menggunakanRumus Trend Parabola karena menghitung jumlahproyeksi siswa SDN yang beragama Islam Tahun2014 sampai dengan 2018, sehingga tidak perlumenghitung jumlah siswa yang naik kelas, tidak naikkelas, dan dropout. Selanjutnya untuk menghitungjumlah proyeksi kebutuhan Guru Agama Islam jugadibutuhkan data jumlah rombel SDN. Menurut

Wiranata (2013:1) menyatakan bahwa, “rombonganbelajar adalah tempat pertemuan antara siswa danguru, sehingga sebuah rombel dianggap sah sebagaisebuah rombel jika memiliki siswa minimal 20 orangdan adanya guru yang mengajar”. Agar guru dapatterhitung jumlah jam mengajarnya maka guru harusdipetakan (mapping) ke dalam rombel danditentukan matapelajaran yang diajarkan pada kelas(rombel) tersebut.

Proyeksi rombongan belajar adalahmemperkirakan jumlah rombongan belajarberdasarkan jumlah proyeksi siswa pada masa yangakan datang. Untuk menghitung jumlah proyeksirombel digunakan Rumus Geometric Mean (rata-rata ukur) adalah rata-rata yang diperoleh denganmengalikan semua data dalam suatu kelompoksampel, kemudian diakarpangkatkan denganjumlah data sampel tersebut. Menurut Nawari(2010:18), “ukuran ini banyak digunakan sebagaiukuran laju perubahan (rate of change) suatuvariabel menurut waktu”. Rata-rata geometrikdirumuskan XG = (X1*X2*....*XN)1/n, di mana XG= Rata-rata ukur (geometrik); X1 = Nilai sampelke-1; dan n = Jumlah sampel.

Perhitungan proyeksi kebutuhan Guru AgamaIslam adalah memperkirakan sejumlah orang yangdibutuhkan dalam lembaga pendidikan yangmemberikan layanan jasa berupa pemberianmatapelajaran Agama Islam kepada peserta didikpada masa yang akan datang. Metode proyeksidihitung berdasarkan hasil perhitungan jumlahproyeksi siswa, rombel, dan rekapitulasi guru yangakan pensiun (prediksi guru meninggal).

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif, yaitu deskriptif proyektif karenamemproyeksikan jumlah Guru Agama Islamselama lima tahun ke depan. Penelitian inimenggunakan metode dokumentasi berdasarkanpedoman instrumen dokumentasi yang telah dibuatserta melakukan wawancara kepada BagianKetenagaan Dinas Pendidikan Kota Probolinggodan Sekretaris KKG Agama Islam KotaProbolinggo untuk memperoleh informasi yangdibutuhkan. Peneliti memperoleh data sekunderyang diperlukan dalam penelitian ini dari DinasPendidikan Kota Probolinggo Bagian Ketenagaandan Sub-Bagian Program. Peneliti jugamemperoleh data dari Sekretaris KKG AgamaIslam karena ada beberapa SDN yang belumtercantum, sehingga data nama Guru Agama Islam

Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 425

Page 74: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

dicocokkan dengan yang sudah diperoleh dariDinas Pendidikan Kota Probolinggo.

Selain itu, penulis juga memperoleh datatentang kondisi demografis meliputi jumlahpenduduk pemeluk agama menurut kecamatan danjumlah penduduk menurut kelompok umur dari BPSKota Probolinggo. Penulis hanya meminjamdokumen berupa buku yang sudah diterbitkan.Instrumen penelitian yang telah terkumpul,kemudian divalidasi ke dosen pembimbing pertama,yaitu Bapak Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono,M.Pd. untuk mengecek kebenaran data yang telahdiperoleh. Setelah divalidasi kemudian dianalisisdengan menggunakan rumus yang telah ada olehpeneliti. Untuk menghitung hasilnya, penelitimenggunakan alat bantu komputer dengan programMicrosoft Office Excel 2007, yaitu penggunaanrumus Trend Parabola dan Geometric Mean.

HASIL

Data mengenai karakteristik siswa SDN diKota Probolinggo ditinjau dari segi agama diperolehpeneliti dari Dinas Pendidikan Kota Proboliggo Sub-Bagian Program. Data ini merupakan jumlahkeseluruhan siswa menurut agama yang dianut dilima kecamatan yang ada di Kota Probolinggo mulaiTahun 2009 sampai dengan 2013. Berikut ini rinciandata yang telah diperoleh, tampak pada Tabel 1.

Terdapat berbagai macam agama yang dianutoleh siswa Sekolah Dasar Negeri di KotaProbolinggo, di antaranya Agama Islam, KristenProtestan, Katolik, Budha, dan Hindu.Berdasarkan Tabel 1 jumlah pemeluk Agama Islampada Tahun 2009 sejumlah 21.041 orang siswa,Kristen Protestan sejumlah 55 orang siswa,Katolik sejumlah 25 orang siswa, Budha sejumlah4 orang siswa, dan Hindu sejumlah 3 orang siswa.Jumlah ini mengalami peningkatan dan penurunan

setiap tahunnya. Siswa yang beragama Islampaling banyak selama 5 tahun terakhir, yaitu padaTahun 2009 sejumlah 21.041 orang siswa, KristenProtestan paling banyak selama 5 tahun terakhir,yaitu pada Tahun 2012 sejumlah 66 orang siswa,Katolik paling banyak selama 5 tahun terakhir, yaitupada Tahun 2012 sejumlah 34 orang siswa. UntukAgama Budha dan Hindu jumlahnya sangat sedikitdi SDN Kota Probolinggo.

Data yang berkaitan dengan jumlah siswaSekolah Dasar Negeri yang beragama Islam diKota Probolinggo Tahun 2009 sampai dengan 2013diperoleh dari Data Pokok Pendidikan DinasPendidikan Kota Probolinggo Sub-BagianProgram. Berikut ini rincian data yang telahdiperoleh, tampak pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Siswa Pemeluk Agama Islam

Tahun Siswa Pemeluk Agama Islam2009 21.0412010 20.9042011 20.6832012 20.1892013 19.745

Sumber: Data Pokok Pendidikan Dinas PendidikanKota Probolinggo Sub-Bagian ProgramTahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013.

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwajumlah siswa pemeluk Agama Islam pada Tahun2009sejumlah 21.041 orang siswa, Tahun2010sejumlah 20.904 orang siswa, Tahun 2011sejumlah 20.683 orang siswa, Tahun 2012 sejumlah20.189 orang siswa, dan Tahun 2013 sejumlah19.745 orang siswa. Dari tabel tersebut dapatdiketahui bahwa jumlah siswa pemeluk AgamaIslam dari tahun ke tahun berkisar antara 19.000sampai 21.000 orang siswa. Jumlah ini mengalami

426 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 424-431

Tabel 1 Jumlah Siswa SDN Menurut Agama yang Dianut

Siswa Menurut AgamaTahun

Islam Kristen Katolik Budha HinduTotal

Protestan2009 21.041 55 25 4 3 21.1282010 20.904 58 27 5 3 20.9972011 20.683 65 24 5 1 20.7782012 20.189 66 34 3 2 20.2942013 19.745 47 32 5 7 19.836

Sumber: Data Pokok Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Sub-Bagian Program Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013.

Page 75: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

penurunan setiap tahunnya, sedangkan jumlah yangsiswa pemeluk Agama Islam yang paling banyakselama 5 tahun terakhir, yaitu pada Tahun 2009sejumlah 21.041 orang siswa dan paling sedikitpada Tahun 2013 sejumlah 19.745 orang siswa.

Data yang berkaitan dengan jumlahrombongan belajar Tahun 2009 sampai dengan2013 diperoleh dari Data Pokok Pendidikan DinasPendidikan Kota Probolinggo Sub-BagianProgram. Berikut ini rincian data yang telahdiperoleh, tampak pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah Rombongan Belajar Tahun 2009sampai dengan 2013

Tahun Jumlah Rombel2009 5852010 6722011 6692012 6572013 654

Sumber: Data Pokok Pendidikan Dinas PendidikanKota Probolinggo Sub-Bagian ProgramTahun 2009, 2010, 2011,2012, dan 2013.

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui jumlahrombel pada Tahun 2009 sejumlah 585 rombel,Tahun 2010 sejumlah 672 rombel, Tahun 2011sejumlah 669 rombel, Tahun 2012 sejumlah 657rombel, dan Tahun 2013 sejumlah 654 rombel.Dapat diketahui bahwa jumlah rombel mengalamipeningkatan dan penurunan. Selama 5 tahun terakhirjumlah rombel yang paling banyak, yaitu pada Tahun2010 dan yang paling sedikit terjadi pada Tahun 2009.Dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Data yang berkaitan dengan jumlah GuruAgama Islam Tahun 2009 sampai dengan 2013diperoleh dari Bagian Ketenagaan DinasPendidikan Kota Probolinggo dan Sekretaris KKGAgama Islam Kota Probolinggo. Berikut ini rinciandata yang telah diperoleh, tampak pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Guru Agama Islam Tahun 2009sampai dengan 2013

Tahun Jumlah Guru Agama Islam2009 1092010 1002011 1082012 1022013 98

Sumber: Dinas Pendidikan Kota ProbolinggoBagian Ketenagaan dan Sekretaris KKGAgama Islam Kota Probolinggo Tahun2013.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jumlahGuru Agama Islam pada Tahun 2009 sejumlah 109orang, Tahun 2010 sejumlah 100 orang, Tahun 2011sejumlah 108 orang, Tahun 2012 sejumlah 102orang, dan Tahun 2013 sejumlah 98 orang. Tahun2010 jumlah Guru Agama Islam berkurangsejumlah 9 orang, Tahun 2011 jumlah Guru AgamaIslam bertambah sejumlah 8 orang, Tahun 2012jumlah Guru Agama Islam berkurang sejumlah 6orang, dan Tahun 2013 jumlah Guru Agama Islamberkurang sejumlah 4 orang. Data tersebutmenunjukkan hampir setiap tahun mengalamipenurunan jumlah Guru Agama Islam dikarenakanbeberapa guru sudah pensiun dan belum adapenggantinya yang baru.

Dapat disimpulkan, bahwa jumlah GuruAgama Islam di Kota Probolinggo hampir setiaptahun mengalami penurunan karena pensiun danbelum ada penggantinya. Sementara itu, dari datajumlah Guru Agama Islam yang PNS semuanyamerupakan angkatan Kementerian PendidikanNasional (Kemendiknas). Ada 88 orang guru yangangkatan Kemendiknas, sedangkan 10 orang gurulainnya tergolong Non-PNS. Berdasarkaninformasi yang diperoleh dari Bagian Ketenagaan,sebelum Tahun 2011 untuk Guru Agama Islam itumerupakan Angkatan Kementerian Agama(Kemenag). Akan tetapi, pada Tahun 2011 GuruAgama Islam yang angkatan dari Kemenag ditarikkembali karena dibutuhkan untuk mengajar diMadrasah Ibtidaiyah (MI). Selanjutnya pada Tahun2012 untuk Guru Agama Islam yang mengangkatdari Kemendiknas. Adapun untuk Nomor IndukPegawai (NIP) dari angkatan Kemendiknas danKemenag itu berbeda. Kode angkatan dariKemendiknas adalah 130, 131, 132, dan 510.Sementara itu, kode NIP bagi Guru Agama Islamangkatan dari Kemenag adalah 150. MeskipunGuru Agama Islam diangkat oleh Kemendiknas,tetapi untuk pengawasan dan sertifikasi GuruAgama Islam tetap dilakukan oleh Kemenag.Sementara itu, untuk gaji pegawai merupakantanggung jawab dari Kemendiknas. Jumlah darikode tersebut adalah 9 digit. Namun, mulai Tahun2010 ada konversi NIP, yaitu NIP angkatanKemdiknas dan Kemenag didasarkan pada tahunkelahiran, bulan kelahiran, tanggal kelahiran, tahunpengangkatan, bulan pengangkatan, nomor urut,dan kode jenis kelamin dengan jumlah 18 digit.Konversi dilakukan karena pertimbangan PNS diIndonesia sudah banyak sehingga kode yang 9 digittersebut sudah tidak cukup.

Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 427

Page 76: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PEMBAHASAN

Jumlah SDN yang ada di Kota Probolinggo,yaitu 106 buah SDN. Dari jumlah tersebut, hanyaada lima agama yang dianut oleh siswa SDN diKota Probolinggo, terdiri dari Agama Islam,Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Mayoritassiswa beragama Islam sehingga di SDN KotaProbolinggo hanya ada Guru Agama Islam disekolah. Akan tetapi, ada beberapa SDN yangbelum memiliki Guru Agama Islam sehingga untuksementara waktu dirangkap oleh Guru AgamaIslam dari sekolah lain atau diajar oleh wali kelasmasing-masing dan guru yang sudah pensiun masihtetap mengajar. Saat ini, ada beberapa guru yangmerangkap di sekolah lain, padahal jumlah siswadi sekolah asal sudah banyak. Hal ini akanmembebani guru yang bersangkutan, sehinggadiharapkan yang merangkap adalah Guru AgamaIslam yang memiliki jumlah siswa sedikit, meskipunlokasinya berbeda kecamatan.

Sementara itu, bagi siswa yang beragamaNon-Islam ketika pelajaran Agama Islam sedangberlangsung, siswa tetap berada di dalam kelasasalkan tidak mengganggu atau boleh keluar kelas.Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BagianKetenagaan Dinas Pendidikan dan SekretarisKKG Agama Islam Kota Probolinggo bahwa siswayang beragama Kristen Protestan, Katolik, Budha,dan Hindu akan diajar dan dididik oleh pemukaagamanya masing-masing dan beribadah sesuaidengan keyakinannya pada hari tertentu, sehinggadi SDN Kota Probolinggo tidak menyediakan GuruAgama Non-Islam.

Selain itu, jumlah siswa Non-Islam di setiapkelas jumlahnya sedikit, bahkan tidak ada.Sementara itu, ketika ada ulangan akhir sekolah,pihak sekolah memperoleh soal-soal ulanganagama dari pihak Gereja dan Yayasan Tri Dharma.Selanjutnya yang memberikan penilaian adalah daripihak Gereja dan Yayasan Tri Dharma danberkoordinasi dengan Guru Agama Islam yang adadi setiap sekolah untuk mencocokkan nilai yangdiberikan dengan sikap siswa sehari-hari.

Menurut Gaffar (1987:13), “perencanaansebagai proses penyusunan berbagai keputusanyang akan dilaksanakan pada masa yang akandatang untuk mencapai tujuan yang telahditentukan”. Penelitian ini merupakan rencanajangka menengah dan perencanaan lokal karenameneliti proyeksi kebutuhan Guru Agama Islamselama lima tahun ke depan dan di tingkat kota.Proyeksi adalah suatu kegiatan memperkirakan

suatu kondisi di masa depan berdasarkan data daninformasi di masa lampau dan masa kini, denganmenggunakan rumus-rumus atau asumsi-asumsitertentu. Sedangkan proyeksi siswa adalahperkiraan mengenai perkembangan jumlah siswausia sekolah pada jenjang pendidikan tertentup adamasa yang akan datang.

Selain itu, dalam penelitian ini juga tidakmemperhitungkan jumlah siswa yang naik kelas,siswa tidak naik kelas,dan siswa yang tidakmelanjutkan. Sehingga hanya menghitung datajumlah siswa yang beragama Islam berdasarkandata selama lima tahun terakhir untuk mengetahuijumlah proyeksi kebutuhan Guru Agama Islamselama lima tahun ke depan.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlahproyeksi siswa SDN yang beragama Islam di KotaProbolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018dengan menggunakan Rumus Trend Parabolaadalah Tahun 2014 berjumlah 19.262 orang siswa,Tahun 2015 berjumlah 18.374 orang siswa, Tahun2016 berjumlah 17.300 orang siswa, Tahun 2017berjumlah 16.041 orang siswa, dan Tahun 2018berjumlah 14.596 orang siswa.

Sesuai dengan hasil perhitungan yang telahdiperoleh, jumlah proyeksi siswa SDN yangberagama Islam di Kota Probolinggo Tahun 2014sampai dengan 2018 mengalami penurunan. Halini dikarenakan data pada Tahun 2009 sampaidengan 2013 juga mengalami penurunan. Jumlahsiswa yang beragama Islam di Sekolah DasarNegeri dari Tahun 2009 sampai dengan 2013disebabkan dari data yang ada pada tahun tersebutada SD swasta yang berdiri dan berbasis Islam.Pada Tahun 2012 juga ada Madrasah Ibtidaiyahyang berdiri, sehingga mengurangi jumlah siswayang beragama Islam memilih ke Sekolah DasarNegeri. Selain itu, dikarenakan pagu dari pusatsetiap tahunnya dibatasi mulai dari 40 siswa perkelas, 36, siswa per kelas, 34 siswa per kelas, dan32 siswa per kelas. Apabila dari sekolah melebihipagu yang telah ditetapkan, maka siswa ada yangtidak memperoleh Nomor Induk Siswa (NIS).Selain itu, dibatasi agar siswa tidak berkumpul dikota saja, akan tetapi tersebar di berbagai wilayahkota maupun kabupaten.

Menurut Wiranata (2013:1) menyatakanbahwa, “rombongan belajar adalah tempatpertemuan antara siswa dan guru, sehingga sebuahrombel dianggap sah sebagai sebuah rombel jikamemiliki siswa minimal 20 orang dan adanya guruyang mengajar”. Agar guru dapat terhitung jumlahjam mengajarnya maka guru harus dipetakan

428 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 424-431

Page 77: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

(mapping) ke dalam rombel dan ditentukanmatapelajaran yang diajarkan pada kelas (rombel)tersebut. Untuk menghitung jumlah proyeksirombel digunakan Rumus Geometrik Mean (rata-rata ukur) adalah rata-rata yang diperoleh denganmengalikan semua data dalam suatu kelompoksampel, kemudian diakarpangkatkan denganjumlah data sampel tersebut. Menurut Nawari(2010:18), “ukuran ini banyak digunakan sebagaiukuran laju perubahan (rate of change) suatuvariabel menurut waktu”.

Hasil perhitungan jumlah proyeksi rombonganbelajar SDN Kota Probolinggo Tahun 2014 sampaidengan 2018 adalah Tahun 2014 berjumlah 607rombel, Tahun 2015 berjumlah 579 rombel, Tahun2016 berjumlah 545 rombel, Tahun 2017 berjumlah606 rombel, dan Tahun 2018 berjumlah 460 rombel.Dapat diketahui bahwa jumlah proyeksi rombeljuga menurun setiap tahunnya dikarenakan jumlahproyeksi siswa menurun. Hal ini juga akanberpengaruh terhadap hasil proyeksi kebutuhanGuru Agama Islam SDN di Kota ProbolinggoTahun 2014 sampai dengan 2018.

Jumlah Proyeksi Kebutuhan Guru Agama IslamSekolah Dasar Negeri di Kota Probolinggo Tahun2014 sampai dengan 2018

Proyeksi kebutuhan Guru Agama Islamadalah memperkirakan sejumlah orang yangdibutuhkan dalam lembaga pendidikan yangmemberikan layanan jasa berupa pemberianmatapelajaran Agama Islam kepada peserta didikpada masa yang akan datang. Menurut Gaffar(1987:79-80) menjelaskan dalam menghitungkebutuhan guru dalam suatu lembaga atau sistemmemerlukan data yang mencakup: 1) Enrollmentsiswa, 2) Jumlah jam per minggu yang diterimamurid seluruh matapelajaran atau matapelajarantertentu, 3) Beban mengajar penuh guru perminggu, 4) Jumlah guru yang ada, 5) Jumlah guruyang akan pensiun atau berhenti atau karenasesuatu hal akan meninggalkan jabatan keguruan,6) Jenis sekolah dan jenjang sekolah yangmemerlukan guru.

Beban mengajar untuk Guru Agama IslamSDN di Kota Probolinggo sebanyak 24 jam perminggu dan beban belajar siswa untukmatapelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu 4jam pelajaran per minggu. Setiap 1 jam tatap mukadiperlukan waktu selama 35 menit. Menurut Matin(2013:112-113) untuk menghitung kebutuhan GuruSD/MI, dilakukan dua jenis asumsi, antara lain:

Guru SD/MI dianggap Guru Kelas dengantambahan masing-masing 1 Guru Agama, 1 GuruOlahraga, dan 1 KepalaSekolah. Kelas I dan kelasII dianggap belajar setengah hari sekolah, sehinggadirangkap oleh seorang guru, dan setiap SD/MImemiliki jumlah rombongan belajar rata-rata 6rombongan. Untuk menentukan kebutuhan guruSD/MI yang mempunyai 6 rombel dapat dihitungdengan menggunakan rumus sebagai berikut.

JG = (JK-1) + (1 GA) + 1 GO + 1 KS

Keterangan:JG = Jumlah guru yang dibutuhkan;JK = Jumlah kelas (rombel) yang ada di sekolah;-1 = Kelas I dan kelas II diajar oleh seorang

guru;GA = Guru Agama;GO = Guru Olahraga;KS =Kepala Sekolah.

Guru SD/MI dianggap Guru Kelas dengantambahan ½ Guru Agama, ½ Guru Olahraga, dan1 Kepala Sekolah. Kelas I dan kelas II dianggapbelajar setengah hari sekolah, sehingga dirangkapoleh seorang guru, dan jumlah SD/MI memilikirombongan belajar rata-rata 6 rombongan.(Menurut ketentuan yang berlaku, Guru Agamadan Guru Olahraga wajib memenuhi bebanmengajar 24 jam pelajaran per minggu, ini berartimereka harus mengajar paling sedikit di duasekolah).

Akan tetapi, dalam penelitian ini tidakmenggunakan perhitungan tersebut karena tidakmemperhitungkan jumlah jam mengajar. Selain itu,dalam perhitungan penelitian ini juga tidakmenghitung jumlah kebutuhan Guru Agama Islamberdasarkan jumlah lembaga. Penelitian inimemperhitungkan jumlah jam mengajar guruberdasarkan perhitungan jumlah proyeksi siswa,rombel, bidang studi, dan rekapitulasi guru yangakan pensiun (prediksi guru meninggal), sehinggadiperoleh jumlah proyeksi kebutuhan Guru AgamaIslam Tahun 2014 sampai dengan 2018.

Hasil perhitungan proyeksi jumlah kebutuhanGuru Agama Islam SDN di Kota ProbolinggoTahun 2014 sampai dengan 2018 adalah Tahun2014 berjumlah 104 orang guru, Tahun 2015berjumlah 100 orang guru, Tahun 2016 berjumlah94 orang guru, Tahun 2017 berjumlah 87 orangguru, dan Tahun 2018 berjumlah 80 orang guru.Dapat diketahui bahwa jumlah proyeksi kebutuhanGuru Agama Islam juga mengalami pengurangan

Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 429

Page 78: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakanjumlah proyeksi siswa dan rombel juga mengalamipenurunan setiap tahunnya. Berdasarkanperhitungan yang telah dilakukan dapat diketahuihasil proyeksi kebutuhan riil Guru Agama Islamdiperoleh dengan cara guru prediksi ditambahprediksi meninggal. Sehingga diperoleh hasil padaTahun 2014 sejumlah 104 orang guru, Tahun 2015sejumlah 100 orang guru, Tahun 2016 sejumlah 94orang guru, Tahun 2017 sejumlah 87 orang guru,dan Tahun 2018 sejumlah 80 orang guru. Sesuaidengan perhitungan tersebut, dapat diketahuibahwa pada Tahun 2014 kekurangan gurusejumlah 6 orang guru, sedangkan Tahun 2015kelebihan 4 orang guru, Tahun 2016 kelebihan 6orang guru, Tahun 2017, dan Tahun 2018 kelebihan7 orang guru. Dapat disimpulkan bahwa padaTahun 2014 dibutuhkan penambahan 6 orang gurudari tahun sebelumnya yang hanya ada 98 orangguru, sedangkan Tahun 2015 sampai dengan 2018tidak perlu menambah jumlah Guru Agama Islam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian ini, setelah dianalisis dandibahas mengenai proyeksi kebutuhan GuruAgama Islam Sekolah Dasar Negeri di KotaProbolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018,maka kesimpulannya adalah karakteristik siswaSDN di Kota Probolinggo ditinjau dari segi Agamamenganut lima agama, yaitu Agama Islam, KristenProtestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Dari kelimaagama tersebut, mayoritas siswa menganut AgamaIslam sehingga di SDN Kota Probolinggo hanyaada Guru Agama Islam yang mengajarmatapelajaran Pendidikan Agama Islam. UntukAgama Non-Islam diserahkan ke pemuka agamauntuk diajar dan dididik sesuai dengan hari yangtelah ditentukan. Ketika matapelajaran AgamaIslam siswa Non-Islam boleh mengikuti pelajaranasalkan tidak menggangu temannya atau beradadi luar kelas.

Proyeksi jumlah siswa yang beragama IslamTahun 2014 sampai dengan 2018 setiap tahunnyamengalami penurunan karena data mulai Tahun2009 sampai dengan 2013 juga mengalamipenurunan. Hal ini dikarenakan data pada Tahun2009 sampai dengan 2013 juga mengalamipenurunan. Jumlah siswa yang beragama Islam diSekolah Dasar Negeri dari Tahun 2009 sampaidengan 2013 disebabkan dari data yang ada pada

tahun tersebut ada SD swasta yang berdiri danberbasisIslam. Pada Tahun 2012 juga adaMadrasah Ibtidaiyah yang berdiri, sehinggamengurangi jumlah siswa yang beragama Islammemilih ke Sekolah Dasar Negeri. Selain itu,dikarenakan pagu dari pusat setiap tahunnyadibatasi mulai dari 40 siswa per kelas, 36, siswaper kelas, 34 siswa per kelas, dan 32 siswa perkelas. Apabila dari sekolah melebihi pagu yangtelah ditetapkan, maka siswa ada yang tidakmemperoleh Nomor Induk Siswa (NIS). Selain itu,dibatasi agar siswa tidak berkumpul di kota saja,akan tetapi tersebar di berbagai wilayah kotamaupun kabupaten.

Proyeksi jumlah rombongan belajar Tahun2014 sampai dengan 2018 setiap tahunnyamengalami penurunan karena jumlah proyeksisiswa juga mengalami penurunan, sehinggaberpengaruh dengan jumlah proyeksi rombonganbelajar dan jumlah proyeksi Guru Agama Islam.

Proyeksi jumlah kebutuhan Guru AgamaIslam Sekolah Dasar Negeri di Kota ProbolinggoTahun 2014 sampai dengan 2018 juga mengalamipengurangan karena jumlah proyeksi siswa danrombel juga mengalami penurunan. Sesuai denganperhitungan pada Tahun 2014 kekurangan GuruAgama Islam sejumlah 6 orang guru, sedangkanTahun 2015 kelebihan 4 orang guru, Tahun 2016kelebihan 6 orang guru, Tahun 2017 dan Tahun2018 kelebihan 7 orang guru, sehingga tidak perlumelakukan penambahan Guru Agama Islam.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, untukmenjawab tentang proyeksi kebutuhan GuruAgama Islam Sekolah Dasar Negeri di KotaProbolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018,maka saran-saran yang dapat disampaikan antaralain kepada yang Pertama Dinas Pendidikan KotaProbolinggo, hasil penelitian ini dapat digunakansebagai (1) tolok ukur untuk menetapkan rencanamoratorium guru sehingga pada Tahun 2014memerlukan penambahan Guru Agama Islam diKota Probolinggo, sedangkan pada Tahun 2015sampai dengan 2018 tidak perlu ada pengangkatanGuru Agama Islam karena tidak terjadi kekuranganGuru Agama Islam melainkan kelebihan GuruAgama Islam berdasarkan perhitungan jumlahproyeksi siswa, rombel, jam mengajar, dan prediksiguru yang pensiun. (2) Apabila menempatkan guruyang merangkap di sekolah lain, diharapkan bagiGuru Agama Islam yang memiliki jumlah siswa

430 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 424-431

Page 79: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

yang sedikit di sekolah asalnya. Hal ini agar tidakmembebani Guru Agama Islam yang bersangkutandalam hal mengajar dan memberikan penilaiankepada siswa. Kedua Kepala Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD), hasil penelitian ini dapatdigunakan untuk mengatur keberadaan GuruAgama Islam di masing-masing kecamatanberdasarkan jumlah proyeksi siswa, proyeksirombel, jam mengajar, dan prediksi guru yangpensiun sehingga di SDN ada Guru Agama Islamyang mengajar matapelajaran Agama Islam. Selainitu, pihak UPTD dapat mendorong dan memotivasiGuru Agama Islam yang belum sertifikasi dan bagiyang belum menempuh pendidikan S1 agar

melanjutkan studinya dan ikut sertifikasi. KetigaKepala Kementerian Agama, hasil penelitian inidapat digunakan untuk memberikan layanan yanglebih baik bagi Guru Agama Islam yang ada diSDN Kota Probolinggo, terutama dalam halpengawasan dan sertifikasi guru. Keempat KetuaJurusan Adminstrasi Pendidikan, sebagai referensibahan pustaka bagi jurusan Administrasi Pendidikankhususnya matakuliah Perencanaan Pendidikan.Kelima Peneliti Lain, hasil penelitian ini bisadikembangkan untuk penelitian yang lebihkompleks dengan melakukan penelitian di tingkatSekolah Menengah Pertama maupun SekolahMenengah Atas baik negeri dan swasta.

DAFTAR RUJUKAN

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2010. DataPokok Pendidikan Tahun 2009/2010.Probolinggo: Dinas Pendidikan KotaProbolinggo.

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2011. DataPokok Pendidikan Tahun 2010/2011.Probolinggo: Dinas Pendidikan KotaProbolinggo.

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2012. DataPokok Pendidikan Tahun 2011/2012.Probolinggo: Dinas Pendidikan KotaProbolinggo.

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2012.Rangkuman Kecamatan Data SD/MINegeri Tahun Pelajaran 2013/2014.Probolinggo: Dinas Pendidikan KotaProbolinggo.

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo.2012.Rangkuman Kecamatan Data SD/MI

Negeri Tahun Pelajaran 2012/2013.Probolinggo: Dinas Pendidikan KotaProbolinggo.

Gaffar, M. F. 1987. Perencanaan PendidikanTeori dan Metodologi. Jakarta: DepdikbudDirjen Dikti.

Matin. 2013. Perencanaan Pendidikan:Perspektif Proses dan Teknik dalamPenyusunan Rencana Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nawari. 2010. Analisis Statistik dengan MS Excel2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo.

Wiranata, C. 2013. Pengertian Rombel Normaldan Tidak Normal dan Jumlah JamMengajarnya, (Online), (http://www.can-drawira.com/2013/04/ pengertian-robel-normal-dan-tidak.html), diakses 18 Maret2014.

Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 431

Page 80: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

MANAJEMEN PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING

Mayasari

e-mail: [email protected] Pendidikan dan Latihan Bank Rakyat Indonesia

Cabang Kota Malang Jawa Timur

Abstract: This study was conducted to determine the implementation of learning managementhomeschooling at Sekolah Dolan Malang, the research method used is qualitative approach withcase. Techniques of data collection using interviews, observation, and documentation. The resultsshowed that the learning management at Sekolah Dolan Malang, that is: (1) curriculum at SekolahDolan Malang used is based on Kemendikbud, (2) the implementation of learning at Sekolah DolanMalang students were given the opportunity to explore directly related to something they learned,(3) evaluation of student learning outcomes homeschooling at Sekolah Dolan Malang for graduationis determined from the equality test scores, and (4) the barriers to the implementation of homeschoolinglearning is consistency between children and parents in the learning program that has been agreedupon.

Keywords: homeschooling, learning management

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyelenggaraan manajemen pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan Malang, metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatankualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan Malang, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran di Sekolah Dolanyaitu kurikulum yang digunakan mengacu pada Kemendikbud; (2) pelaksanaan pembelajaran diSekolah Dolan yaitu siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara langsungberkaitan dengan sesuatu yang mereka pelajari; (3) evaluasi hasil pembelajaran siswa homeschoolingdi Sekolah Dolan untuk kelulusan ditentukan dari nilai ujian kesetaraan; dan (4) hambatan dalampelaksanaan pembelajaran homeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak danorang tua dalam mengikuti program pembelajaran yang telah disepakati.

Kata Kunci: homeschooling, manajemen pembelajaran

Pendidikan informal yang mendapat sorotansekarang, yaitu sekolah rumah atau home-schooling. Homeschooling adalah modelpendidikan berupa sebuah keluarga yang memilihuntuk bertanggungjawab sendiri atas pendidikananak-anaknya dan mendidik anaknya denganmenggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.Homeschooling semakin diakui keberadaannyaketika pemerintah memberikan kebijakan bahwapendidikan yang dilakukan dalam keluarga danlingkungan masuk dalam pendidikan jalur informal.Homeschooling merupakan pendidikan berbasisrumah, yang memungkinkan anak berkembangsesuai dengan potensi diri mereka masing-masing.Metode pembelajaran homeschooling secaraumum berisi kurikulum pembelajaran. Metodepraktis ini yang biasa digunakan oleh siswa

homeschooling dalam pelaksanaan pembelajaran.Layanan pembelajaran model homeschoolingsekarang ini mulai diminati oleh masyarakat karenapembelajarannya terbilang unik dan jarang ada disekolah pada umumnya.

Lembaga pendidikan penyelenggara pendi-dikan homeschooling di Malang yaitu SekolahDolan yang bertempat di Jalan Villa Bukit TidarA-4 209 Merjosari Malang. Pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan dilakukandengan cara mendatangkan tutor ke rumah siswayang ingin melakukan pembelajaran ataupunsebaliknya siswa juga dapat belajar di komunitas,pembelajaran dapat diulang sesuai dengankebutuhan jika siswa kurang memahami materiyang telah dipelajari. Homeschooling menjaditempat harapan orang tua untuk meningkatkan

432

Page 81: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

mutu pendidikan anaknya dengan suasana belajaryang menyenangkan. Proses pembelajarandilakukan dengan memanfaatkan media yang ada,siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatan untukbereksplorasi secara langsung berkaitan dengansesuatu yang mereka pelajari. Sekolah ini lebihbanyak menggunakan lingkungan sebagai saranabelajar, dengan tetap mempertahankan keunikansistem belajar yang digunakan yaitu belajar di manasaja, kapan saja, dan dengan siapa saja sehinggamempunyai sarana dan prasarana yang takterhingga. Pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan merupakan bentuk pemberianpelayanan kepada siswa dalam prosespembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhanmasing-masing siswa.

Berpijak dari kenyataan tersebut dipandangperlu diungkap lebih jauh dan mendalam mengenaipengelolaan pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan Malang. Meninjau permasalahanyang dikemukakan, maka penelitian ini berjudul‘Manajemen Pembelajaran Homeschooling (StudiKasus di Sekolah Dolan Malang)’.Tujuan umumyang diharapkan dalam penelitian ini yaitu untukmendeskripsikan manajemen pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan Malang.Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan daripenelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikanperencanaan pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan Malang; (2) mendeskripsikanpelaksanaan pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan Malang; (3) mendeskripsikanevaluasi hasil belajar siswa homeschooling diSekolah Dolan Malang; dan (4) mendeskripsikanhambatan serta solusi dalam penyelenggaraanpembelajaran homeschooling di Sekolah DolanMalang.

Homeschooling merupakan sistempendidikan alternatif yang menempatkan anaksebagai subjek dengan pendekatan pendidikansecara at home. Dalam bahasa Indonesia,terjemahan yang biasanya digunakan untukhomeschooling adalah sekolah rumah (Kembara,2007:23). Homeschooling merupakan suatuproses pendidikan yang diselenggarakan olehkeluarga sendiri terhadap anggota keluarganyayang masih usia sekolah, dengan memilih modelatau kurikulum yang sesuai dengan gaya anakbelajar. Pendidikan yang dapat dilakukan di manasaja dan membuat anak merasa bebas tanpa adapaksaan. Direktorat Pendidikan kesetaraan(2006:12) menjelaskan tujuan homeschoolingadalah: (1) menjamin penyelesaian pendidikan

dasar dan menengah yang bermutu bagi siswa yangberasal dari keluarga yang menentukan pendidikananaknya melalui homeschooling; (2) menjaminpemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusiamuda dan orang dewasa melalui akses yang adilpada program-program belajar dan kecakapanhidup; dan (3) melayani siswa yang memerlukanpendidikan akademik dan kecakapan hidup secarafleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.

Homeschooling memiliki bermacam-macammodel. Kembara (2007:30) menyebutkan bahwa“perkembangan homeschooling di Indonesia dibagimenjadi tiga jenis yaitu homeschooling tunggal,homeschooling majemuk, dan komunitashomeschooling. Secara rinci menurut DirektoratPendidikan Kesetaraan (2006:1): (1)homeschooling tunggal, jenis ini dilakukan olehorang tua dalam satu keluarga tanpa bergabungdengan yang lainnya. Ini karena hal tertentu ataukarena lokasi yang berjauhan; (2) homeschoolingmajemuk, jenis ini dilakukan oleh dua atau lebihkeluarga sekolah rumah yang memilih untukmenyelenggarakan satu atau lebih kegiatanbersama-sama. Misalnya dari keluarga atlet,mereka sepakat untuk kegiatan olah raga, keahlianmusik/seni, kegiatan sosial dan kegiatankeagamaan bersama-sama; dan (3) komunitashomeschooling, jenis ini merupakan gabungandari homeschooling majemuk yang menyusun danmenentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok,sarana dan prasarana, serta jadwal pelajaran.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional(Sisdiknas) No. 2 Tahun 2003, Pasal 27 ayat (2)menyebutkan bahwa “hasil pendidikan informaldihargai setara dengan hasil pendidikan formal dannon formal setelah melalui proses penilaianpenyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk olehpemerintah dan pemerintah daerah denganmengacu pada standar nasional pendidikan. Ujiankesetaraan bagi keluarga homeschooling bersifatpilihan, jika keluarga homeschooling ingin agarhasil pendidikannya dapat diintergrasikan dengankurikulum yang ditetapkan kementerian pendidikandan kebudayaan, siswa homeschooling harusmengikuti ujian kesetaraan. Jika keluargahomeschooling ingin mengikuti ujian kesetaraan,keluarga homeschooling harus mengintergrasikankurikulum dan bahan pelajaran yang diujikan dalamprogram homeschooling yang di laksanakan.

Menurut Setyosari (2001:19) “manajemenpembelajaran merupakan proses pengadminis-trasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatanatau proses pembelajaran yang dilakukan oleh

Mayasari, Manajemen Pembelajaran Homeschooling 433

Page 82: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

guru.”. Manajemen pembelajaran dalam programkesetaraan merupakan suatu proses pengelolaandalam suatu pembelajaran yang dilaksanakan padaprogram kesetaraan yang dimaksudkan untukmencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.Pelaksanaan program pembelajaran ini, layaknyasekolah formal pada umumnya juga memerlukanmanajemen pembelajaran yang baik. Hal initerutama agar pelaksanaan pembelajaran yangterjadi dalam program kesetaraan dapatdisesuaikan dengan situasi dan kondisi dari siswatersebut.

Menurut Setyosari (2001:18), implementasipembelajaran merupakan “proses menentukan danmenggunakan prosedur-prosedur secara optimaluntuk mengadaptasikan dengan suatu programpembelajaran khusus dan atau intuisi pembelajarandi mana program diimplementasikan, sehinggamemungkinkan diperoleh hasil yang optimal dariprogram tersebut. Adapun penyelenggaraanprogram kesetaraan dalam perencanaannya yaitumengacu pada beberapa faktor yang mengarahterhadap kelancaran kegiatan belajar mengajarpada proses pembelajarannya, antara lain: (1)sistem pembelajarannya bersifat klasikal mengacupada kondisi masyarakat yang secara umum wargabelajar merupakan usia sekolah, dan dari klasifikasisasaran lebih terarah; (2) jumlah warga belajarsesuai dengan kuota perkelompok sasaran yaitu20 orang, warga belajar yang diperoleh berdasarkanhasil identifikasi kebutuhan belajar masyarakat; (3)dibentuk beberapa kelompok kecil gunamempermudah dalam proses kegiatan belajarmengajarnya; dan (4) diberikan keterampilan untukmemberikan wawasan usaha mandiri dimasamendatang sehingga setelah selesai dari pendidikanyang diikuti warga belajar akan mampu membukausaha mandiriatau memperoleh pekerjaan sesuaidengan keterampilan yang dimilki.

Menurut Setyosari (2001:20), bahwa“evaluasi pembelajaran merupakan proses untukmenentukan dan menggunakan teknik untukmengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang adaatau yang terjadi dalam pembelajaran. Evaluasiatau penilaian program pembelajaran kesetaraanmerupakan suatu aktivitas untuk mendeskripsikantingkat pencapaian kurikulum sesuai dengankebutuhan siswa, orang tua, masyarakat, dansekolah untuk memperoleh umpan balik di sampingmengukur tingkat efisiensi dan efektivitas yangberkaitan dengan waktu, tenaga, sarana, dan danayang menunjang pelaksanaan kurikulum. Sasaranpenilaian antara lain meliputi penilaian proses serta

hasil belajar siswa. Dengan demikian evaluasidapat menentukan keberhasilan siswa dalambelajar dan tutor yang melakukan pembelajaran.Tutor dapat menentukan keberhasilannya baikdengan angka atau nilai-nilai kepribadian yangtampak dari siswa. Hal yang perlu diperhatikandalam penyusunan alat evaluasi yaitu berpedomanpada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan tutordalam menentukan proses penilaian (evaluasi) yaitupemberian tes, pengamatan hasil belajar, membuatkesimpulan, penerimaan input untuk kualitas PBM,dan pemanfaatan fasilitas lingkungan. Penggunaanhasil belajar siswa berhubungan dengan analisahasil belajar. Penilaian perubahan hasil belajarberfungsi sebagai feedback ( umpan balik)perbaikan dalam pembelajaran.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikanmanajemen pembelajaran homeschoolingberorientasi layanan prima di Sekolah DolanMalang dalam bentuk kata-kata tertulis yangmerupakan hasil informasi yang diperolehlangsung dari narasumber (informan), hasilpengamatan (observasi), maupun hasil studidokumentasi. Menurut Moedzakir (2010:1)“penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatanpenelitian yang diselenggarakan dalam settingalamiah, memerankan peneliti sebagai instrumenpengumpulan data, menggunakan analisis induktif,dan berfokus pada makna menurut partisipan.Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus,di mana peneliti berusaha untuk mengeksplorasilebih dalam terhadap subyek penelitian yaitumanajemen pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan Malang. Penelitian ini mengambillokasi di Sekolah Dolan Malang yang bertempatdi Perumahan Villa Bukit Tidar A-4/209 MerjosariMalang. Sekolah Dolan memberikan panduanbelajar serta buku-buku yang diper lukan,mendatangkan pengajar di rumah, memfasilitasisiswa untuk ujian kesetaraan, ujian nasionalataupun ujian internasional, dan mendatainstrumen belajar yang dibutuhkan siswa.

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan,maka instrumen yang di pakai untuk mengumpul-kan data yaitu peneliti sendiri. Kehadiran penelitidi lapangan sangat diperlukan sebagai perencana,pengumpul data, menganalisis, menyimpulkan, danpada akhirnya melaporkan hasil penelitian,

434 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 432-438

Page 83: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kehadiran peneliti dalam penelitian yaitu sebagaipengamat penuh. Sumber data dalam penelitianini berupa sumber data manusia dan sumber datanon manusia. Sumber data manusia berupa orangyang dijadikan informan atau yang dianggap secarajelas dan rinci tentang pengelolaan pembelajaranhomeschooling. Orang-orang yang dijadikansumber data dalam penelitian ini yaitu KepalaSekolah Dolan Malang, 4 orang personil tutor, orangtua, dan siswa di Sekolah Dolan Malang yang telahmengimplementasikan model pembelajaranhomeschooling. Sedangkan sumber data nonmanusia berupa dokumen atau arsip yang terkaitdengan fokus penelitian. Ada beberapa teknikpengumpulan data yang digunakan dalam penelitiankualitatif, yaitu “teknik wawancara, teknikobservasi, dan teknik dokumentasi.

Analisis data merupakan tahap selanjutnyayang dilakukan setelah memperoleh data. Analisisdata adalah “proses mengatur urutan data,mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,kategori, dan satuan uraian dasar”. Analisis databermaksud mengorganisasikan data. Tugas analisisdata dalam hal ini adalah mengatur, mentutortkan,menggelompokkan, memberikan kode, danmengkategorikannya. Analisis data yang dilakukandalam penelitian ini melalui tiga proses seperti yangdisarankan oleh Wiyono (2007:93), yaitu: (1)reduksi data, (2) display data, dan (3) verifikasidata/kesimpulan. Ketiga proses tersebut terus-menerus dilakukan selama proses penelitiandilaksanakan, sampai bisa ditemukannyakesimpulan yang menjawab fokus penelitian.Penggunaan analisis tersebut dapat memberikaninformasi tentang tentang hasil penelitian sesuaidengan subjek yang diteliti.

Hasil dari pengumpulan data diperlukanadanya pengecekan keabsahan data. PedomanPenulisan Karya Ilmiah (2010:33) disebutkan,bahwa “usaha-usaha peneliti untuk memperolehkeabsahan temuannya agar diperoleh temuan daninterpretasi yang absah”. “Agar kesimpulan dapatdiambil dengan tepat, maka dalam penelitiankualitatif perlu didukung oleh data yang kuat dandata tersebut harus memiliki kriteria kredibilitas,tranferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas”(Wiyono, 2007:85). Sedangkan pengecekankeabsahan data dilakukan peneliti denganmenggunakan teknik triangulasi dan pengecekananggota. Tahap penelitian adalah rancangan,prosedur atau langkah-langkah dalam kegiatanpenelitian. Tahap-tahap penelitian yang dimaksuddalam penelitian ini yaitu berkenaan dengan proses

pelaksanaan penelitian, tahap penelitian tersebutmeliputi, antara lain tahap pra-penelitian, tahappenelitian, tahap pasca-penelitian.

HASIL

Berdasarkan paparan data, maka temuanpenelitian tentang perencanaan pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu:(1) Sekolah Dolan menggunakan kurikulum inovatifdalam kegiatan belajar dan mengajar, kurikuluminovatif adalah kurikulum yang dibuat olehkomunitas bersama dengan orang tua yangmengadopsi dari kurikulum nasional denganmaksud untuk dapat mengakomodir keinginan danminat siswa sehingga dapat meningkatkanpotensinya; (2) pembelajaran di Sekolah Dolanbersifat konstruktivistik, yaitu pembelajaran yangmenjadikan kebebasan sebagai unsur yang esensialdalam kegiatan belajarnya; (3) Sekolah Dolanmenerapkan metode pembelajaran melaluipermainan (learning by playing), melakukansendiri dan aktif mengeksplorasi (Learning bydoing and active learning), dan dengan cara yangmenyenangkan (fun learning). Sekolah Dolanmengelola kegiatan belajar secara menyenangkandan langsung di alam terbuka, sehingga kegiatannyata dapat dirasakan oleh siswa; serta (4) SekolahDolan membuat program kerja untuk satu semestersaja, dikarenakan kegiatan Sekolah Dolan lebihfleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu yangdisesuaikan dengan kondisi yang ada.

Berdasarkan paparan data, maka temuanpenelitian tentang pelaksanaan pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu:(1) proses pembelajaran dilakukan denganmemanfaatkan media yang ada. Misal pembela-jarannya menggunakan media online. Melalui caralangsung membuka website pembelajarannya,sistem pembelajarannya seper ti ada tutorelektroniknya yang langsung menjelaskan, disitulengkap ada materi, soal-soal, dan tryout; (2)pembelajaran homeschooling lebih bersifatmenuntut kemandirian anak untuk belajar, tanpaharus menunggu tutor untuk menjelaskan terlebihdahulu; (3) Sekolah Dolan juga mempunyai carauntuk membuat siswa merasa nyaman dalammelakukan pembelajaran, diantaranya denganmemberikan peluang mengembangkan bakat yangdimiliki siswa, berupaya memenuhi semua yangingin diketahui, berupaya bisa mencarikanjawabannya bersama model dan tema belajar yangmemang lebih mengakomodir keinginan yang

Mayasari, Manajemen Pembelajaran Homeschooling 435

Page 84: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

mungkin tidak mungkin dilakukan di sekolahformal. Pelajaran yang tidak di sukai di sekolahformal tidak dipaksakan untuk dipelajari, namunpelajaran yang menyangkut atau berhubungandengan ujian diprioritaskan untuk di pelajari bilaanak mengambil jalur kesetaraan, namun dengancara belajar yang nyaman; (4) kegiatanpembelajaran homeschooling dilakukan atastanggungjawab orang tua siswa. Dukungan yangdiberikan tentu tidak hanya materi tetapi jugawaktu, tenaga, dan pemikiran guna memenuhikebutuhan siswa. orang tua merespon prosespembelajaran anak di antaranya melalui bahanbelajar, mereka biasanya mencari di internetdengan cara download bahan-bahan materipembelajaran yang digunakan anaknya. Orang tuajuga berperan untuk menentukan sendiri metodepembelajaran apa yang cocok untuk anaknya.Orang tua harus andil dalam penyusunan programpembelajaran anak, untuk proses pembelajarannya,orang tua harus ikut mengawasi bagaimana prosespembelajaran yang di lakukan anak; serta (5)dukungan yang diberikan tutor dalam pelaksanaanpembelajaran lebih pada pemberian tanggungjawab, mandiri, dan tutor lebih berperan sebagaimitra belajar. Ketika pembelajaran tutor sebagaimediator belajar.

Berdasarkan paparan data, maka temuanpenelitian tentang evaluasi pembelajaranhomeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu:(1) pelaksanaan evaluasi yang di lakukan SekolahDolan merupakan suatu cara yang di lakukan untukmengetahui keberhasilan siswa selama mengikutipembelajaran, untuk kelulusan ditentukan dari nilaiujian kesetaraan. Sedangkan untuk mereka tidakmenuntut ijazah, tidak ada kata tidak lulus tapituntas atau tidak tuntas; (2) penilaian hasil terhadapsiswa di Sekolah Dolan tidak selalu dilakukan dalambentuk angka, melainkan dalam bentuk laporanjuga. Penilaian tersebut nantinya akan disampaikankepada orang tua, sehingga orang tua mengetahuiperkembangan anaknya ketika pembelajaran yangdi lakukan anaknya setiap hari; (3) penilaian prosesbelajar dilakukan dengan tiga cara, yaitu denganpenilaian portofolio 50%, penilaian modul 10%, dantes kognitif 40%; serta (4) Penilaian portofoliomeliputi kumpulan dari semua kegiatanpembelajaran kegiatan dengan tutor, jika anakmengikuti program kesetaraan yang menginginkanijazah, untuk lulus, maka salah satu portofolionyayaitu materi dari program kesetaraan. Modul yangdibuat disesuaikan dengan kurikulum nasional(bidang kesetaraan) dan dibuat sendiri oleh Sekolah

Dolan. Tes kognitif akan mengukur kemampuananak dalam berpikir, sehingga dalam hal ini akandapat diketahui perkembangan anak di rumah dandi sekolah pembelajarannya cuma 3 jam saja, halini dilakukan untuk melihat mana yang belumsinkron dan akan dilakukan tindak lanjut. Teskognitif ini berupa pertanyaan-pertanyaan keciltentang kegiatan di rumah.

Berdasarkan paparan data, maka temuanpenelitian tentang hambatan yang sering munculdalam pelaksanaan pembelajaran homeschoolingyaitu: (1) apabila pembelajaran homeschoolingmenggunakan media online kadang yangdiinginkan belum dapat tersampaikan sepenuhnya;(2) jadwal pembelajaran yang seharusnya dilakukansiswa bisa saja mereka tidak bisa hadir untukmelakukan pembelajaran, dikarenakan kesibukanmasing-masing siswa yang tidak bisa ditinggalkan;(3) konsistensi siswa dan orang tua dalammengikuti kesepakatan program pembelajaranyang dibuat; dan (4) kebijakan pemerintah yangsering berubah.

Berdasarkan paparan data, maka temuanpenelitian tentang solusi dalam mengatasi hambatanpelaksanaan pembelajaran homeschooling antaralain: (1) untuk menangani permasalahan dalampembelajaran homeschooling secara online dapatdiatasi dengan tutor memberikan bantuan melaluipertemuan (tatap muka), apabila ada yang belummemahami siswa bisa langsung menanyakan ketutor dalam kegiatan pembelajaran; (2) melakukanpembelajaran di lain waktu untuk mengganti hariyang tidak bisa dilakukan pembelajaran karenakesibukan siswa; (3) melakukan koordinasi dengankeluarga yang melakukan pembelajaranhomeschooling mengenai kesepakatan yang telahditetapkan antara pihak orang tua, siswa, danSekolah Dolan; serta (4) melakukan koordinasidengan Asosiasi penyelenggara homeschoolingapabila terdapat kebijakan baru tentangpenyelenggaraan homeschooling, melakukankoordinasi dengan pejabat terkait mengenaisosialisasi pembelajaran secara homeschooling,dan menulis di media bila ada kebijakan yg kurangmenguntungkan bagi anak homeschooling.

PEMBAHASAN

Fleksibelitas kurikulum merupakan salah satukeunggulan dari sistem homeschooling yangsekaligus sebagai hal yang unik dari sistemtersebut. Sebagaimana temuan penelitian, bilakurikulum sekolah formal membuat bidang

436 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 432-438

Page 85: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

pengajaran menjadi terikat, maka denganmelakukan homeschooling orang tua, siswa, dankomunitas akan bersepakat untuk belajarberdasarkan kurikulum inovatif yang telah disusunbersama dan menggunakan metode belajar yangkhas juga. Sebagaimana temuan penelitiankurikulum yang digunakan di Sekolah Dolanmengacu pada Kemendikbud, karena ujianpenyetaraan yang dilakukan oleh pemerintahmengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulumyang diterapkan yaitu kurikulum inovatif yaitukurikulum yang disusun oleh sekolah bersamadengan orang tua di mana isi kurikulum tersebutdapat mewadahi dan mengakomodir keinginan atauminat siswa sehingga dapat mengoptimalkanpotensi yang dimiliki siswa.

Siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatanuntuk bereksplorasi secara langsung berkaitandengan sesuatu yang mereka pelajari. Oleh karenahal itu siswa merasa belajar adalah hal yangmenyenangkan karena belajar diartikan sebagaibersenang-senang dan bereksperimen.Pembelajaran homeschooling lebih bersifatmenuntut kemandirian anak untuk belajar, tanpaharus menunggu tutor untuk menjelaskan terlebihdahulu. Pembelajaran homeschoolingmenggunakan media online juga mempermudahsiswa untuk memahami materi pelajaran karenabisa dipelajari secara berulang kali sampai siswamengerti.

Keberhasilan siswa selama mengikutipembelajaran untuk kelulusan ditentukan dari nilaiujian kesetaraan. Sedangkan untuk mereka tidakmenuntut ijazah, tidak ada kata tidak lulus tapi tuntasatau tidak tuntas. Penilaian proses dilakukan dalambentuk penilaian portofolio, modul, dan kognitif. Perluadanya keseragaman pemahaman dan konsistensidari komunitas homeschooling Sekolah Dolan untukmelakukan pembelajaran agar programpembelajaran yang sudah dibuat dan disepakati olehorang tua serta sekolah dapat berjalan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian tentang manajamenpembelajaran homeschooling yang di lakukan diSekolah Dolan Malang meliputi: (1) perencanaanpembelajaran di Sekolah Dolan yaitu kurikulumyang digunakan di Sekolah Dolan mengacu pada

Kemendikbud, karena ujian penyetaraan yangdilakukan oleh pemerintah mengacu pada kurikulumyang berlaku; (2) pelaksanaan pembelajaran diSekolah Dolan yaitu proses pembelajaran dilakukandengan memanfaatkan media yang ada, siswa diSekolah Dolan diber i kesempatan untukbereksplorasi secara langsung berkaitan dengansesuatu yang mereka pelajari; (3) evaluasi hasilpembelajaran siswa homeschooling di SekolahDolan yaitu keberhasilan siswa selama mengikutipembelajaran, untuk kelulusan ditentukan dari nilaiujian kesetaraan. Sedangkan untuk mereka tidakmenuntut ijazah, tidak ada kata tidak lulus tapituntas atau tidak tuntas; dan (4) hambatan dalampelaksanaan pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak danorang tua dalam mengikuti program pembelajaranyang telah disepakati.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat,beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagaiimplikasi dari hasil penelitian yaitu: (1) Bagi Kepaladan tutor di Sekolah Dolan Malang untuk terusmenerus melakukan perbaikan dalampenyelenggaraan pembelajaran homeschoolingdan tetap konsisten pada pemenuhan kebutuhansiswa sebagai bentuk layanan prima sehingga dapatmeningkatkan kualitas pendidikan khususnya diSekolah Dolan, (2) Bagi Kepala Dinas Pendidikandan Kebudayaan Kota Malang dapat memberikanlayanan dan kemudahan, ser ta menjamintersedianya pendidikan yang bermutu bagikomunitas homeschooling tanpa diskriminasidengan jalur pendidikan lainnya, agar lulusanhomeschooling dapat diakui keberadaannya, (3)Bagi Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan agarmenginformasikan hasil penelitian ini kepadamahasiswa lain, sehingga kajian mengenaimanajemen pembelajaran homeschooling diSekolah Dolan Malang dapat menginspirasi danjuga dapat menambah bahan materi tentangmanajemen pembelajaran yang lebih dalamkhususnya dalam manajemen pembelajaranhomeschooling, dan (4) Bagi Peneliti Lain dapatdigunakan sebagai bahan pertimbangan dalampenelitian yang sejenis dengan prosespenyelenggaraan pembelajaran homeschooling.

Mayasari, Manajemen Pembelajaran Homeschooling 437

Page 86: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

DAFTAR RUJUKAN

Direktorat Pendidikan Kesetaraan. 2006.Komunitas Homeschooling SebagaiPendidikan Kesetaraan. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Kembara, Maulia. 2007. Homeschooling.Bandung: Progressio.

Moedzakir, Djauzi. 2010. Desain dan ModelPenelitian Kualitatif (biografi, fenome-nologi, teori grounded, etnografi, danstudi kasus). Malang: Universitas NegeriMalang.

Setyosari. 2001. Rancangan PembelajaranTeori dan Praktek. Malang: ElangMas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003. Bandung: Citra Umbara.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, TugasAkhir, Laporan Peneli tian. Malang:Universitas Negeri Malang.

Wiyono, Bambang Budi. 2007. MetodologiPenelitian (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan Action Research). Malang:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriMalang.

438 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 432-438

Page 87: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARANBAGI ANAK TERPIDANA

Devi Mariana

e-mail: [email protected] Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This research aims to describe students and teachers’ characteristics, classroom managementactivities, approaches, problems, and efforts to solve the problems at SD Istimewa 3 LPA Blitar. Thisresearch design uses a qualitative with case study research. The results of the study show that thereare students and teachers’ characteristics, classroom management activities, approaches to changestudents’attitudes, problems and efforts to solve the problems.

Keywords: Class Management, learning, convided children

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik peserta didik dan pendidik, kegiatanpengelolaan kelas, pendekatan pengelolaan kelas, masalah pengelolaan kelas, dan upaya pengelolaankelas di SD Istimewa 3 LPA Blitar. Desain penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis penelitianstudi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakteristik peserta didik dan pendidik,kegiatan pengelolaan kelas, pendekatan perubahan tingkah laku, masalah pengelolaan kelas, sertaupaya mengatasi masalah pengelolaan kelas.

Kata Kunci: pengelolaan kelas, pembelajaran, anak terpidana.

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proseskegiatan untuk mengubah sikap manusia dari suatukondisi tertentu terhadap kondisi lainnya. Kegiatanyang paling inti dalam pendidikan adalah prosespembelajaran di dalam kelas. Dalam prosespembelajaran, seorang guru melaksanakan duakegiatan pokok yaitu kegiatan pembelajaran dankegiatan pengelolaan kelas. Nawawi (2010:24)berpendapat bahwa pengelolaan kelas diartikansebagai kemampuan guru dalam mendayagunakanpotensi kelas, sehingga waktu dan dana yang tersediadapat dimanfaatkan dengan efisien untuk melakukankegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum danperkembangan siswa. Usman (2005:10)mengemukakan bahwa pengelolaan kelasmempunyai dua tujuan yaitu umum dan tujuankhusus. (a) tujuan umum adalah menyediakan danmenggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar supayamencapai hasil yang baik. (b) tujuan khususnyamengembangkan kemampuan siswa dalammenggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisibelajar, serta membantu siswa memperoleh hasilyang diharapkan. Dari kedua tujuan tersebut dapatdisimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah

menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisibelajar yang optimal di dalam kelas sehingga siswadapat belajar dengan baik.

Kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputikegiatan mengelola tingkah laku peserta didik didalam kelas dan mengelola proses kerja kelompok,sehingga proses pembelajaran berlangsung secaraefektif. Pengelolaan kelas sangat penting dalamusaha menciptakan kondisi belajar yang kondusifserta untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Fenomena perilaku anak-anak yang berujungpada tindak kejahatan saat ini marak terjadi diIndonesia. Perilaku anak yang berujung pada tindakkejahatan kriminal dapat disebut tindakan pidana,sehingga anak tersebut mendapat hukuman danmenjadi anak terpidana. Anak terpidana akanmendapat perlakuan berbeda dari lingkungannya.Aktifitas kehidupan mereka menjadi terbatas,sehingga anak nakal ini tidak lagi bebas terutamakebebasan mendapatkan pendidikan yang layak.

Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA)menjadi tempat bagi anak nakal tersebut yang telahdijatuhi hukuman pidana untuk dibina dan dididik,termasuk anak sipil yang atas permintaan dariorangtua atau walinya yang telah memperoleh

439

Page 88: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

penetapan dari pengadilan untuk dapat dididik diLPA agar mendapatkan pembinaan, bimbingan, danpendidikan serta keterampilan. Semua penghuniLPA pada umumnya berumur kurang dari 21 tahun,dengan usia minimal 12 tahun. Mereka berasal dariberbagai daerah, usia, dan status pasal berbeda.LPA memiliki tujuan yaitu menyelenggarakanprogram pendidikan dan keterampilan sesuaikebutuhan dan kondisi anak.

Salah satu LPA yang dihuni oleh anak usiasekolah adalah LPA Kelas IIA Kota Blitar. Untukmemenuhi hak-hak anak terpidana di bidangpendidikan, LPA Kelas IIA Anak Kota Blitarmenyelenggarakan layanan pendidikan mulai daripendidikan formal pada tingkat Sekolah Dasar (SD),Sekolah Menengah Pertama (SMP), ProgramKesetaraan Paket B, Paket C, BimbinganKepribadian, Bimbingan Kerohanian, PembinaanMental, Pembinaan Fisik, serta BimbinganKeterampilan (skill). Selama mengikuti prosespembelajaran, setelah keluar dari LPA diharapkananak didik pemasyarakatan memperolehpengalaman dan keterampilan sebagai bekalhidupnya untuk mencari pekerjaan. SD Istimewa 3merupakan salah satu sekolah formal di dalam LPAyang menyediakan pendidikan bagi anak terpidanaapabila belum memiliki ijasah SD atau yang karenatindak kejahatannya, sehingga harus putus sekolahpada jenjang SD. Nama SD Istimewa 3 merupakanurutan nama SD yang ada di LPA Jawa Timur danberada di Kota Blitar. Pengelolaan kelas yang tepatmenjadi salah satu hal yang patut mendapatperhatian khusus bagi para pendidik, sebab subjekyang dihadapi berbeda dengan sekolah-sekolah padaumumnya. Mereka adalah anak-anak istimewayang harus mendapatkan layanan khusus daripetugas atau pendidik di SD Istimewa 3 LPA Blitaragar anak-anak terpidana mendapatkanpembelajaran yang layak di dalam kelas.

METODE

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.Jenis penelitian ini yaitu studi kasus deskriptif-kasustunggal karena latarnya tunggal dan peneliti inginmemberikan gambaran dalam bentuk tulisantentang karakteristik peserta didik dan pendidik,kegiatan, pendekatan, masalah, dan upayamenyelesaikan masalah pengelolaan kelas di SDIstimewa 3 LPA Blitar secara intensif, mendalam,detail, menyeluruh, dan komprehensif. Lokasipenelitian di SD Istimewa 3 LPA Blitar, Jalan BaliNomor 76 Blitar, Jawa Timur.

Jenis data yang digunakan dalam penelitianini diperoleh secara langsung dari informan.Peneliti melakukan pengumpulan data primer. Dataprimer diperoleh melalui observasi dan wawancaraantara lain keadaan fisik sekolah, suasana belajardi kelas, dan kegiatan lain yang berhubungandengan fokus penelitian. Sumber data dalampenelitian ini yaitu sumber data insani dan non-insani. Informan kunci dalam penelitian ini yaituKepala SD Istimewa 3. Sumber data non-insaniadalah sumber data berupa catatan, rekamanperistiwa, foto, maupun catatan lain yangmemberikan informasi sesuai dengan fokuspenelitian.

Tiga teknik yang digunakan oleh penelitidalam mengumpulkan data penelitian yaituwawancara mendalam, pengamatan (observasi),dan dokumentasi. Peneliti mengadakan percakapandengan informan. Peneliti menggunakan teknikwawancara untuk mendapatkan informasi terkaitprofil sekolah, karakteristik peserta didik danpendidik, kegiatan pengelolaan kelas, pendekatanpengelolaan kelas, masalah dan upayamenyelesaikan masalah pengelolaan kelas di SDIstimewa 3 LPA Blitar. Peneliti telah menyusunpertanyaan sebagai panduan awal wawancara.

Peneliti melaksanakan observasi partisipasiaktif, yaitu peneliti secara langsung mengamatikegiatan dan terlibat dalam kegiatan tersebutdengan membantu guru dalam pengelolaanpembelajaran di kelas. Data hasil pengamatandidokumentasikan lewat catatan lapangan, catatankronologis dari waktu ke waktu, dan jadwalkegiatan. Teknik observasi menggunakan pedomanobservasi tentang setting dan peristiwa penelitianyang telah dibuat sebelum melaksanakan penelitian,terkait keadaan fisik sekolah, suasana prosesbelajar mengajar di kelas dan pengelolaan kelas.

Dokumen dalam penelitian ini digunakansebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan,dan meramalkan permasalahan yang diteliti.Peneliti memanfaatkan dokumen untuk melengkapidata yang diperoleh melalui observasi danwawancara. Dokumen penelitian ini meliputi profilsekolah, ketenagaan, struktur organisasi, saranadan prasarana, surat keputusan, data siswa, danSOP kegiatan pembelajaran di SD Istimewa 3 LPABlitar.

Analisis data dilakukan sejak sebelum, selama,dan sesudah di lapangan. Proses analisis data yangpeneliti lakukan yaitu mengumpulkan datasebanyak-banyaknya dari berbagai sumber (kepalasekolah, pendidik, petugas, serta peserta didik) dan

440 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

Page 89: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

teknik (wawancara, observasi, dan dokumentasi).Miles dan Huberman (1992:16-21) menyatakan,langkah-langkah dalam analisis data yaitu reduksidata, display data, dan penarikan kesimpulan.Reduksi data yang dilakukan peneliti merupakansuatu kegiatan pemilihan data yang tepat. Langkah-langkah reduksi data yang dilakukan peneliti,pertama, setelah melakukan wawancara penelitimemilah data yang dianggap penting dan sesuaidengan fokus penelitian serta membuang data yangdianggap tidak perlu. Kedua, peneliti melakukanobservasi ke lapangan dan membandingkan datahasil wawancara dengan data hasil observasi.Ketiga, setelah memperoleh data dokumentasi daripihak sekolah, peneliti membandingkan hasil datawawancara dan observasi. Data yang sudahdireduksi memberikan gambaran yang jelas danmempermudah peneliti untuk melakukanpengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksidata, peneliti dipandu oleh pedoman penelitian yangsudah disusun.

Penyajian data yang telah diperoleh ke dalamsejumlah matriks atau daftar kategori setiap datayang didapat, penyajian data dalam bentuk naratif.Data yang didapat dalam bentuk gambar, tabel,dan uraian/penjelasan tidak mungkin dipaparkansecara keseluruhan. Penyampaian data disusunsecara sistematis dan simultan, sehingga data yangdiperoleh dapat menjelaskan atau menjawabmasalah yang diteliti.

Penarikan kesimpulan sementara masih dapatdiuji kembali dengan data di lapangan, dengan caratriangulasi, keceukupan referensial, danpengecekan keanggotaan, sehingga kebenaranilmiah dapat tercapai. Proses verifikasi data yangdisajikan peneliti dalam bentuk uraian ataupenjelasan, gambar, dan tabel. Peneliti mengambilkesimpulan dari tiap-tiap bentuk data tersebutuntuk selanjutnya dipadukan dengan kesimpulandari data bentuk lainnya sehingga menghasilkankesimpulan yang kredibel dan mendukung penelitiandan disusun dalam bentuk deskriptif.

HASIL

Karakteristik peserta didik di SD Istimewa 3LPA Blitar sangat beragam, mereka berasal dariberbagai daerah di Jawa Timur dengan usiaberbeda-beda, dan status pasal yang berbeda.Jumlah siswa di SD Istimewa 3 saat ini yaitu 16anak, mereka dibagi kedalam dua romboganbelajar yaitu kelas 3 berjumlah 7 orang, dan kelas6 berjumlah 9 orang. Setiap kelas di SD Istimewa

3 termasuk dalam kelas kecil karena jumlah siswatidak lebih dari 10 orang. Semua anak didik di LPABlitar berjenis kelamin laki-laki. Setiap hari anak-anak terpidana di SD Istimewa 3 memulai sekolahpada pukul 07.00-10.00, namun jadwal tersebutseringkali tidak dilaksanakan dengan baikdikarenakan banyak hal diluar proses belajarmengajar yang tidak dikoordinir dengan baik olehsub bagian LPA.

Pendidik di SD Istimewa 3 LPA Blitar berasaldari pendidik petugas LPA sendiri yang masuk padasub bidang pembinaan dan tenaga dari luar LPAyaitu guru dari Dinas yang memiliki jam mengajarkurang sehingga mengajar di LPA, dan guru bantudari luar yang diperkerjakan untuk membantumengajar oleh LPA. Jumlah guru di SD Istimewa3 ini juga terbatas, keseluruhan berjumlah 6 orang.

Kegiatan pengelolaan kelas di SD Istimewa3 dilakukan oleh guru diawali dengan kegiatan awalyaitu mempersiapkan kondisi kelas dan para siswauntuk siap menerima pelajaran. Seluruh siswamendapatkan instruksi dari petugas jaga untukbersiap – siap dan berkumpul untuk segerabersekolah dan memasuki kelas masing – masing.Sebelum seluruh siswa masuk kelas, setiap siswayang mendapat jadwal piket kelas terlebih dahulumembersihkan kelas dengan menyapu lantai,menata bangku dan meja.

Pengaturan tempat duduk sama dengansekolah-sekolah pada umumnya, terdapat kursi danmeja untuk masing-masing siswa yaitu satu kursidan meja untuk satu siswa. Meja dan kursi bagiguru juga terletak di depan kelas tepatnya di sudutkelas dengan papan tulis digunakan sebagai mediapelajaran terletak di depan kelas dan berada ditengah. Kelengkapan atau aksesori kelas terdapatjam dinding yang terletak di depan kelas, petaIndonesia dan peta dunia, serta foto-foto pahlawan.Untuk vertilisasi dan tata cahaya, di ruang kelasterdapat 2 jendela besar di dekat pintu.

Sebelum pelajaran dimulai, guru yangmengajar saat itu mempersilahkan salah satu siswauntuk memimpin doa sebelum pelajaran berlangsung.Guru tidak dapat memberikan pekerjaan rumah(PR) kepada para siswa sebab buku tulis dan bukupaket pelajaran selalu dikembalikan di ruang guru.Guru selama ini tidak pernah membuat rancanganpelaksanaan pembelajaran sebagai perencanaanmengajar mereka. Metode yang dilakukan oleh guruantara lain ceramah, tanya jawab, penugasan,kelompok dan demonstrasi. Sedangkan media yangdigunakan oleh guru menyesuaikan materi yangdipelajari. Media yang guru gunakan dari fasilitas

Mariana, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran bagi Anak Terpidana 441

Page 90: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

yang diberikan sekolah yaitu buku pelajaran berupabuku paket.

Pendekatan yang digunakan guru dalampengelolaan kelas di SD Istimewa 3 lebihmengutamakan pendekatan perubahan tingkahlaku. Pendekatan yang guru lakukan disesuaikandengan kondisi siswa, dengan mengetahui latarbelakang pendidikan, daerah asal, budaya dan lainsebagainya. Guru bekerjasama dengan petugasLPA dalam mengajar, dimana setiap kegiatan yangdilakukan di dalam kelas mendapat pantauan daripetugas piket.

Pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 yangmemiliki siswa dengan latar belakang tindak pidanayang dilakukan termasuk sulit dilakukan. Selain darifaktor pengelolaannya, faktor siswa sendiri yangmenjadi masalah utama dalam pengelolaan kelasdi SD Istimewa 3. Ruang kelas yang terbatasdiberikan pihak LPA untuk siswa SD Istimewa 3dikarenakan murid yang ada jumlahnya sedikit.Tenaga pendidik dan kependidikan yang terbatasdan bukan dari basis guru membuat sulitnyapengelolaan kelas yang baik dilakukan. Hal inidilaksanaan di SD Istimewa 3 dengan gurusebagian besar adalah petugas dari substansibidang Pembinaan dan Pendidikan (Binadik).Sebagian besar siswa malas dan kurang berusahadalam proses pembelajaran di dalam kelas. Waktuyang diberikan oleh sekolah untuk prosespembelajaran tidak menentu. Hal ini dibuktikandengan seringnya proses pembelajaran di kelastidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.Adanya kegiatan diluar pembelajaran yang wajibsiswa ikuti dan terkadang siswa mendapat besukandari orang tua sehingga mereka harusmenghentikan proses pembelajaran. Sarana danprasarana seperti buku alat peraga yang tidaksesuai dengan kebutuhan siswa. Seperti buku yangdigunakan adalah terbitan tahun lama. Kerjasamadengan Dinas Pendidikan (Diknas) kurang, terbuktitidak ada pengawasan dari Diknas. Banyak siswayang tidak aktif di kelas karena tingkat pendidikansebelum masuk di LPA berbeda. Mereka kesulitanuntuk menyampaikan pendapat.

Setiap masalah yang muncul dalampengelolaan kelas di SD Istimewa 3 mendapatupaya penyelesaian sebagai solusi agar mencapaitujuan dari pembelajaran yang diberikan. Gurumengelola kelas dengan memberi metode ceramahdan diskusi kelas yang menyenangkan denganmengajak siswa mengemukakan pendapatterhadap masalah yang dihadapi dari setiap materipelajaran. Sehingga membuat siswa mau tidak mau

harus mengungkapkan pendapat mereka dan ikutaktif dalam pembelajaran. Pengulasan materipelajaran diberikan oleh guru terhadap materi yangsebelumnya diberikan sebelum mempelajari materibaru. Sehingga waktu yang hilang sebelumnyaakibat aktivitas siswa diluar pelajaran atau saatsiswa mendapat kunjungan kelas tergantikan.

Upaya menyelesaikan masalah sarana danprasarana yang tidak sesuai dengan kebutuhansiswa. Sekolah telah mengupayakan untukmeminta bantuan dari Diknas dan mengusulkanpengadaan sarana dan prasarana dari dana BOSyang diperoleh. Kerjasama dengan Diknas yangmasih kurang, sudah diatasi dengan membuatlaporan setiap bulan tentang kondisi dan keadaansekolah. Guru bertindak tegas dengan memberisanksi yang tepat pada siswa yang melanggarperaturan. Guru melemparkan pertanyaan kepadasiswa yang ramai dan memberi tugas tambahan.Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keaktifansiswa di dalam kelas.

PEMBAHASAN

Anak terpidana di SD Istimewa 3 adalahanak-anak yang telah melakukan pelanggaranhukum dan telah dijatuhi hukuman pidana. Namundi SD Istimewa 3 peserta didik yang bersekolahtidak dibedakan berdasarkan usia, merekadibedakan berdasarkan kemampuan intelegensipeserta didik. Karakteristik anak SD terpidana diLPA Blitar sangat beragam, mereka berasal dariberbagai daerah di Jawa Timur dengan berbagaikultur, bahasa, agama, dan keadaan sosial ekonomiyang berbeda. Hal ini selaras dengan pengertiankelas yang diungkapkan Djamarah (2010:175)menyatakan, kelas adalah suatu masyarakat kecilyang merupakan bagian dari masyarakat sekolah,sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerjayang secara dinamis menyelenggarakan kegiatanbelajar mengajar yang kreatif untuk mencapaisuatu tujuan.

Jumlah peserta didik di SD Istimewa 3 saatini yaitu 16 anak, mereka dibagi kedalam duarombogan belajar yaitu kelas 1-3 berjumlah 7orang, dan kelas 4-6 berjumlah 9 orang.Penggabungan kelas ini dikarenakan pihak lapastidak memungkinkan untuk menyelenggarakan 6kelas untuk jumlah peserta didik yang sedikit, sebabtiap kelas di SD Istimewa 3 termasuk dalam kelaskecil karena jumlah peserta didik tidak lebih dari10 orang. Dengan jumlah peserta didik yang tidakbanyak ini memudahkan guru untuk mengatur

442 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

Page 91: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kelas. Kelas yang memiliki jumlah peserta didikyang sedikit ini mempermudah guru untukmengelola kelas sesuai dengan tujuan pengelolaankelas seperti pendapat Rohani (2010: 118)menyatakan, Kelas yang jumlah peserta didiknyabanyak akan sulit untuk dikelola. Jumlah pesertadidik dalam satu kelas di sekolah dasar yangmencapai rata-rata 30-40 orang.

Kegiatan pengelolaan kelas di SD Istimewa3 dilakukan oleh guru diawali dengan kegiatan awalyaitu mempersiapkan kondisi kelas dan parapeserta didik untuk siap menerima pelajaran. Halini sesuai dengan pendapat Nawawi (2010:24)berpendapat bahwa pengelolaan kelas diartikansebagai kemampuan guru dalam mendayagunakanpotensi kelas, sehingga waktu dan dana yangtersedia dapat dimanfaatkan dengan efisien untukmelakukan kegiatan kelas yang berkaitan dengankurikulum dan perkembangan peserta didik.Sebelum seluruh peserta didik masuk kelas, setiappeserta didik yang mendapat jadwal piket kelasterlebih dahulu membersihkan kelas denganmenyapu lantai, menata bangku dan meja.

Pengaturan tempat duduk sama dengansekolah-sekolah pada umumnya, terdapat kursi danmeja untuk masing-masing peserta didik yaitu satukursi dan meja untuk satu peserta didik. Meja dankursi bagi guru juga terletak di depan kelas tepatnyadi sudut kelas dengan papan tulis digunakan sebagaimedia pelajaran terletak di depan kelas dan beradadi tengah sehingga seluruh peserta didik dapatmelihat dengan jelas dan memudahkan pesertadidik ataupun guru untuk melaksanakanpembelajaran, papan tulis juga membantu pesertadidik untuk melakukan diskusi. Kelengkapan atauaksesori kelas terdapat jam dinding yang terletakdi depan kelas, peta indonesia dan peta dunia, sertafoto-foto pahlawan. Pembelajaran dilakukansecara klasikal (di dalam kelas).

Untuk ventilisasi dan tata cahaya, di ruangkelas terdapat 2 jendela besar di dekat pintu.Jendela ini merupakan tempat keluar masuknyaudara di ruang kelas dan sebagai tempatpenghubung masuknnya cahaya matahari dari luar.Selain jendela sebagai ventilasi udara, terdapatpencahayaan berupa 3 buah bola lampu yangberada diatap kelas.

Guru tidak dapat memberikan pekerjaanrumah (PR) kepada para peserta didik sebab bukutulis dan buku paket pelajaran selalu dikembalikandi ruang guru. Hal ini sudah menjadi peraturan daripihak sekolah karena dikawatirkan jika buku tulisdan buku pelajaran serta peralatan sekolah dibawa

oleh peserta didik di kamar mereka masing-masing,mereka tidak bertanggung jawab atau merusakperlengkapan sekolah mereka untuk bermain.Guru selama ini tidak pernah membuat rancanganpelaksanaan pembelajaran sebagai perencanaanmengajar mereka.

Metode yang dilakukan oleh guru antara lainceramah, tanya jawab, penugasan, kelompok dandemonstrasi. Sedangkan media yang digunakanoleh guru menyesuaikan materi yang dipelajari.Media yang guru gunakan dari fasilitas yangdiberikan sekolah yaitu buku pelajaran berupa bukupaket.

Pendekatan yang digunakan guru dalampengelolaan kelas di SD Istimewa 3 berbeda-bedadari setiap guru yang mengajar. Namunpendekatan perubahan tingkah laku lebihdiutamakan dalam proses pengelolaan kelas di SDIstimewa 3 LPA Blitar. Pendekatan-pendekatanyang dapat dilakukan oleh seorang guru dalammengelola kelas menurut Rusydie (2011:46)meliputi: (1) pendekatan kekuasaan; (2)pendekatan hukuman; (3) pendekatan kebebasan;(4) pendekatan resep; (5) pendekatan pengajaran;(6) pendekatan perubahan tingkah laku; (7)pendekatan iklim sosio-emosional; (8) pendekatanproses kelompok dan (9) pendekatan pluralistis.

Pendekatan yang sering digunakan oleh gurudi SD Istimewa 3 lebih kepada usaha untukmerubah perilaku peserta didik. Guru lebihmengacu pada situasi dan kondisi kelas yang saatitu terjadi dalam memilih pendekatan, sehinggamenggabungkan beberapa pendekatan dalammengelola kelas cenderung dilakukan oleh guru diSD Istimewa 3 LPA Blitar.

Masalah utama yang menjadi kendala dalampengelolaan kelas di SD Istimewa 3 salah satunyadari peserta didik itu sendiri. Ketidak sabaran danrasa malas tersebut disebabkan oleh ketidakpahamanterhadap materi atau kurangnya perhatian pesertadidik sendiri dalam pelajaran di kelas sehinggaberdampak pada keaktifan mereka di dalam kelas.Hal ini tentunya menyebabkan masalah yangmembuat guru sulit mengelola kelas dan peserta didiktidak dapat mencapai hasil yang diharapkan. MenurutRohani (2010: 118) “format belajar mengajar yangmonoton akan menimbulkan kebosanan bagi pesertadidik. Format pembelajaran yang tidak bisa bervariasidapat menyebabkan peserta didik bosan, frustasi ataukecewa dan hal lain yang akan menjadi kendala dalammengelola kelas”.

Sarana dan Prasarana masih kurangmendukung pengelolaan kelas. Seperti buku – buku,

Mariana, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran bagi Anak Terpidana 443

Page 92: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

ruang kelas masih sangat minim. Hal ini sesuaidengan pandapat Rohani (2010: 118) “Jumlah bukuyang kurang atau alat lain yang tidak sesuai denganjumlah peserta didik yang membutuhkannya akanmenimbulkan kendala dalam pengelolaan kelas”.

Karena SD Istimewa 3 dibawah lingkunganKemenkumham menjadikan kerjasama denganDiknas dalam hal penyelenggaraan pendidikan diLPA kurang maksimal. Sehingga substansimanajemen pendidikan termasuk pengelolaan kelasharus membuat peserta didik tenang dan nyamandalam proses pembelajaran.

Dalam permasalahan untuk anak yang malasdan tidak aktif di dalam kelas, guru dituntut untukmencari cara bagaimana agar peserta didikberubah menjadi aktif dan bersemangat. Gurudituntut untuk kreatif dan memudahkan pesertadidik dalam mempelajari topik dari setiap materipelajaran yang menjadi bahasan.

Menurut Entang (2006:8) “upaya pengelolaanyang bersifat kuratif merupakan tindakan terhadaptingkah laku yang menyimpang atau telah terlanjurterjadi”. Adapun langkah-langkah yang harusdilakukan seorang guru, yaitu identifikasi masalah,analisis masalah, dan penetapan alternatifpemecahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karakteristik anak SD terpidana di LPA Blitarsangat beragam, mereka berasal dari berbagaidaerah di Jawa Timur dengan berbagai usia,bahasa,status pasal, dan keadaan sosial ekonomiyang berbeda. Penghuni LPA Blitar adalah anak-anak yang masih dibawah umur, usia kurang dari21 tahun dengan usia minimal 12 tahun. Sesuaidengan nama lembaga yaitu LembagaPemasyarakatan Anak. Jumlah peserta didik di SDIstimewa 3 saat ini yaitu 16 anak, mereka dibagikedalam dua rombogan belajar yaitu kelas 3berjumlah 7 orang, dan kelas 6 berjumlah 9 orang.Penggabungan kelas ini dikarenakan pihak lapastidak memungkinkan untuk menyelenggarakan 6kelas untuk jumlah peserta didik yang sedikit, sebabtiap kelas di SD Istimewa 3 termasuk dalam kelaskecil karena jumlah peserta didik tidak lebih dari10 orang.

Berdasarkan usianya, jumlah anak didik diLPA Blitar berusia kurang dari 15 tahun berjumlah2 orang, usia 15 sampai 18 tahun berjumlah 75orang, dan usia 18 tahun keatas berjumlah 90 orang,

sehingga jumlah keseluruhan anak didik di LPABlitar berjumlah 167 orang. Dari 167 orangpenghuni LPA Blitar, yang bersekolah di SDIstmewa 3 berjumlah 16 orang. Jenis kejahatanatau jenis pidana yang dilakukan oleh anakterpidana di SD Istimewa 3 meliputi, pembunuhan,narkoba, pencurian, dan perampokan. Rata – ratadengan masa hukuman ± 5 tahun penjara. Semuaanak didik di LPA Blitar berjenis kelamin laki-laki.Setiap hari anak-anak terpidana di SD Istimewa 3memulai sekolah pada pukul 07.00-10.00, namunjadwal tersebut seringkali tidak dilaksanakandengan baik dikarenakan banyak hal diluar prosesbelajar mengajar yang tidak dikoordinir denganbaik oleh sub bagian LPA.

Tenaga pendidik di SD Istimewa 3 LPA Blitarberasal dari pendidik petugas LPA sendiri yangmasuk pada sub bidang pembinaan dan tenaga dariluar LPA yaitu guru dari Dinas yang memiliki jammengajar kurang sehingga mengajar di LPA, danguru bantu dari luar yang diperkerjakan untukmembantu mengajar oleh LPA. Jumlah guru di SDIstimewa 3 ini juga terbatas, keseluruhan berjumlah6 orang.

Kegiatan pengelolaan kelas di SD Istimewa3 LPA Blitar merupakan kegiatan yang selaludilakukan oleh guru diawali dengan kegiatan awalyaitu mempersiapkan kondisi kelas dan parapeserta didik untuk siap menerima pelajaran.Sebelum seluruh peserta didik masuk kelas, setiappeserta didik yang mendapat jadwal piket kelasterlebih dahulu membersihkan kelas denganmenyapu lantai, menata bangku dan meja.Pengaturan tempat duduk sama dengan sekolah-sekolah pada umumnya, terdapat kursi dan mejauntuk masing-masing peserta didik yaitu satu kursidan meja untuk satu peserta didik.

Sebelum pelajaran dimulai, guru yangmengajar saat itu mempersilahkan salah satupeserta didik untuk memimpin doa sebelumpelajaran berlangsung. Guru tidak dapatmemberikan pekerjaan rumah (PR) kepada parapeserta didik sebab buku tulis dan buku paketpelajaran selalu dikembalikan di ruang guru. Guruselama ini tidak pernah membuat rancanganpelaksanaan pembelajaran sebagai perencanaanmengajar mereka. Metode yang dilakukan oleh guruantara lain ceramah, tanya jawab, penugasan,kelompok dan demonstrasi. Sedangkan media yangdigunakan oleh guru menyesuaikan materi yangdipelajari. Media yang guru gunakan dari fasilitasyang diberikan sekolah yaitu buku pelajaran berupabuku paket.

444 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

Page 93: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Pendekatan dalam pengelolaan kelas di SDIstimewa 3 LPA Blitar adalah pendekatanperubahan tingkah laku, sebagaimana prinsip daripengelolaan kelas adalah untuk merubah tingkahlaku peserta didik menjadi lebih baik. Hal ini jugayang peneliti lihat dari latar belakang tindakkejahatan dan perilaku peserta didik SD Istimewa3 merupakan anak-anak nakal yang membutuhkanperlakuan istimewa.

Masalah yang muncul dalam pengelolaankelas di SD Istimewa 3 LPA Blitar yang memilikipeserta didik dengan latar belakang tindak pidanayang dilakukan menjadi masalah utama. Penelitimenemukan beberapa masalah yang munculselama penelitan sebagai meliputi (a) ruang kelasyang terbatas diberikan pihak LPA untuk pesertadidik SD Istimewa 3 dikarenakan murit yang adajumlahnya sedikit, (b) tenaga pendidik dankependidikan yang terbatas dan bukan dari basisguru membuat sulitnya pengelolaan kelas yang baikdilakukan. Hal ini dilaksanaan di SD Istimewa 3dengan guru sebagian besar adalah petugas darisubstansi bidang Pembinaan dan Pendidikan(Binadik), (c) sebagian besar peserta didik malasdan kurang berusaha dalam proses pembelajarandi dalam kelas, (d) waktu yang diberikan olehsekolah untuk proses pembelajaran tidak menentu.Hal ini dibuktikan dengan seringnya prosespembelajaran di kelas tidak sesuai dengan jadwalyang sudah ditentukan, (e) adanya kegiatan diluarpembelajaran yang wajib peserta didik ikuti danterkadang peserta didik mendapat besukan dariorang tua sehingga mereka harus menghentikanproses pembelajaran, (f) sarana dan prasaranaseperti buku alat peraga yang tidak sesuai dengankebutuhan peserta didik. Seperti buku yangdigunakan adalah terbitan tahun lama, dan (g)kerjasama dengan Diknas kurang, terbukti tidakada pengawasan dari Diknas, (h) banyak pesertadidik yang tidak aktif di kelas karena tingkatpendidikan sebelum masuk di LPA berbeda.Mereka kesulitan untuk menyampaikan pendapat.

Upaya dalam menyelesaikan masalahpengelolaan kelas di SD Istimewa 3 LPA Blitarmendapat upaya penyelesaian sebagai solusi agarmencapai tujuan dari pembelajaran yang diberikan.Beberapa upaya dalam menyelesaikan masalahpengelolaan kelas di SD Istimewa 3, yaitu gurumengelola kelas dengan memberi metode ceramahdan diskusi kelas yang menyenangkan denganmengajak peserta didik mengemukakan pendapatterhadap masalah yang dihadapi dari setiap materipelajaran. Sehingga membuat peserta didik mau

tidak mau harus mengungkapkan pendapat merekadan ikut aktif dalam pembelajaran, strategi yangdilakukan guru sangat dibutuhkan. Denganmengembangkan konten dari setiap materi yangdiajarkan membuat peserta didik mudah mengertikarena dari awal pendekatan yang lebih ditekankanoleh guru adalah pendekatan perubahan tingkahlaku dimana merubah perilaku peserta didik yangtidak baik menjadi baik, tidak mengerti menjadimengerti, pengulasan materi pelajaran diberikanoleh guru terhadap materi yang sebelumnyadiberikan sebelum mempelajari materi baru.Sehingga waktu yang hilang sebelumnya akibataktivitas peserta didik diluar pelajaran atau saatpeserta didik mendapat kunjungan kelastergantikan, upaya menyelesaikan masalah saranadan prasarana yang tidak sesuai dengan kebutuhanpeserta didik. Sekolah telah mengupayakan untukmeminta bantuan dari Diknas dan mengusulkanpengadaan sarana dan prasarana dari dana BOSyang diperoleh, kerjasama dengan Diknas yangmasih kurang, sudah diatasi dengan membuatlaporan setiap bulan tentang kondisi dan keadaansekolah, guru bertindak tegas dengan memberisanksi yang tepat pada peserta didik yangmelanggar peraturan, guru melemparkanpertanyaan dan melakukan presentasi. Hal inidilakukan untuk meningkatkan keaktifan pesertadidik di dalam kelas.

Saran

Berdasarkan paparan data dan pembahasandi atas, saran-saran yang dapat dikembangkan dansebagai masukan antara lain: (1) Kepala SDIstimewa 3 LPA Blitar, hendaknya memberikanbimbingan dalam mengelola pendidik terutamadalam mengelola kelas yaitu selalu menggunakanrancangan pembelajaran sebelum melakuanpembelajaran agar terciptanya pembelajaran yangefektif dan efisien, (2) Pendidik SD Istimewa 3LPA Blitar, hendaknya lebih serius dalammengelola kelas agar pembelajaran dapatberlangsung dengan baik. Dalam hal ini guruseharusnya menggunakan pendekatan dalammengelola kelas agar dapat menstabilkan prosesbelajar dan menjaga efektifitas pembelajaran dikelas, (3) Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan,Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriMalang, hendaknya mendorong dan membimbingpendidik dan tenaga kependidikan dalam jurusanAdministrasi Pendidikan untuk lebih baik dalampengelolaan kelas agar tujuan setiap matakuliah

Mariana, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran bagi Anak Terpidana 445

Page 94: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

tercapai, (4) Kepala Lembaga PemasyarakatanKlas IIA Anak Kota Blitar, hendaknya lebihmemperhatikan Sub. Binadik yang mengurusmasalah pendidikan anak-anak terpidana agarmereka dapat sepenuhnya memperoleh pendidikan,terutama memperhatikan pendidik agar lebih baikdalam mengelola kelas di SD Istimewa 3 LPABlitar, (5) Kepala Dinas Pendidikan danKebudayaan Kota Blitar, hendaknya membimbing

guru di sekolah-sekolah termasuk SD Istimewa 3yang terletak di dalam LPA untuk mengembangkanpengelolaan kelas yang baik terutama untukpembelajaran peserta didik; dan (6) Peneliti lain,hendaknya melakukan penelitian secara kualitatifatau kuantitatif dan penelitian tindakan terkaitdampak pengelolaan kelas bagi kesiapan belajarpeserta didik, pengaruh pengelolaan kelas denganberbagai pendekatan.

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, S. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Rineka Cipta.

Entang, M. 2006. Pengelolaan Kelas. Jakarta:Penataran.

Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992. AnalisisData Kualitatif. Terjemahan TjetjepRohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Nawawi, H. 2010. Organisasi Sekolah danPengelolaan Kelas Sebagai LembagaPendidikan. Jakarta: Haji Masagung.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajar.Bandung: Rineka Cipta.

Usman, M. 2005. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

446 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

Page 95: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PENGELOLAAN EKSTRAKURIKULER JURNALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA

Risca Apriliyandari

e-mail: [email protected] Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The poin of this research describes the management of extracurricular journalistic, constraintand support management of extracurricular journalistic, and effort overcome constraint and supportdeceit management of extracurricular journalistic. The research used a qualitative approach with casestudy. The results of this research indicate that there are constraint and support management ofextracurricular journalistic, and effort overcome constraint and support deceit management ofextracurricular journalistic in national senior high school Garum-Blitar.

Keywords: management, extracurricular, journalistic

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik,kendala dan pendukungpengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik, serta upaya mengatasi kendala danpemberdayaan pendukung pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaterdapat kendala dan pendukung, serta upaya mengatasi kendala dan pemberdayaan pendukungekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garum-Blitar.

Kata kunci: pengelolaan, ekstrakurikuler, jurnalistik

Pendidikan sebagai investasi jangka panjangmemerlukan pengelolaan pendidikan secara baikdan cermat. Menurut Kurniadin dan Machali(2012:126) fungsi manajemen ada empat, yakni“planning, organizing, directing, dancontrolling”. Selain fungsi manajemen, Kurniadindan Machali (2012:119) menambahkan sumberdaya dalam manajemen yang perlu diperhatikan,yaitu: “man (manusia), money (uang), materials(bahan/alat-alat), methods (teknik/cara),machines(mesin), market (pasar), dan minutes(waktu) yang biasa disebut ‘7M’ “. Tanpapelaksanaan dan pengelolaan hal-hal tersebut,pendidikan hanya akan sia-sia karena akan didapatipendidikan berkualitas rendah dengan biaya yangtinggi. Hal ini akan merugikan dan mengakibatkanrendahnya produktivitas SDM. Manajemen dapatberjalan dengan baik apabila dikelola oleh pemimpinyang berkompeten dan berjiwa manajerial. Hal iniakan membuat organisasi mudah mencapai tujuansecara optimal serta meningkatkan mutu. Sejalandengan pendapat Terry (1986:4) yang menyatakan“manajemen merupakan sebuah proses yang khas,yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan,yang dilakukan untuk menentukan serta mencapaisasaran-sasaran yang telah ditetapkan melaluipemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain”.

Sektor terkecil pendidikan adalah sekolah danmelalui sekolah inilah awal mula pendidikan dapatditingkatkan. Sekolah Menengah Atas (SMA)Negeri 1 Garum merupakan salah satu sekolahyang berusaha meningkatkan mutu pesertadidiknya. Sekolah ini berusaha mewadahikebutuhan peserta didiknya untuk mengasahkemampuan dan mengeksplorasi diri. Sekolah inimemberikan dukungan penuh kepada peserta didikuntuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki.

Wujud nyata SMA Negeri 1 Garum sebagaiwadah untuk mengembangkan potensi pesertadidiknya dengan meningkatkan mutu dari segiakademik dan non-akademik. Segi akademiknya,sekolah berusaha melengkapi sarana prasarana,meningkatkan hubungan sekolah denganmasyarakat, meningkatkan kualitas pendidik, danmeningkatkan proses pembelajaran. Sedangkandari segi non-akademiknya adalah meningkatkan

447

Page 96: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler adalahsuatu kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolahuntuk mengembangkan potensi diri peserta didik.Sejalan dengan pendapat Hamalik (2008:181)ekstrakurikuler adalah “kegiatan pendidikan di luarketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapibersifat paedagogis dan menunjang pendidikandalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah”.

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskanpada kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik.Ekstrakurikuler jurnalistik merupakan wadah bagipeserta didik untuk mengembangkan potensi dirimelalui suatu karya, baik tulisan maupun karyayang lain. Dalam era modern seperti sekarang,kehidupan masyarakat tidak dapat dilepaskan darijurnalistik dan pers. Manusia sekarang ini tidakdapat hidup tanpa mendapatkan suguhan pers.Menurut Assegaf (1985:9) “jurnalistik adalahkegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulisuntuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya”.

Jurnalis sekolah mempelajari keahlian yangbisa dipakai pada kehidupan dewasa kelak danjuga mengembangkan kemampuan berpikir kritis,logis, dan keahlian berorganisasi serta melakukanwawancara. Menurut sebuah riset pada 1994 yangbertajuk Journalism Kids Do Better, penulis JackDvorak, Larry Lain dan Tom Dickson (dalamRolnieki, 2008:157) menemukan bukti, bahwaketerampilan jurnalisme amat bermanfaat bagipeserta didik. Temuan dalam studi itu: anak-anakjurnalisme lebih unggul di 10 sampai 12 bidangakademis, anak-anak jurnalisme menulis denganlebih baik di dalam 17 dari 20 perbandingan dengantulisan mahasiswa, anak-anak jurnalisme lebihmenghargai jurnalisme sekolah daripada pelajaranbahasa, dan terakhir anak-anak jurnalisme adalah‘pelaku aktif ’ di sekolah. Berdasarkan hasilpenelitian di atas terlihat, bahwa peserta didik yangmemiliki keterampilan jurnalistik lebih unggul darisegi akademisnya dan hasil tulisannya lebih baikdaripada tulisan mahasiswa. Berarti, keterampilanmenulis bisa dimiliki oleh siapapun tidak tergantungpada umur asalkan giat berlatih dan rajin membaca,sehingga dapat menghasilkan tulisan yang bagus.

Era globalisasi sekarang kegiatan jurnalistikpenting, sebab semua orang tidak bisa mengaturdan berbuat sesuatu bagi dirinya tanpa memperolehinformasi terlebih dahulu. Sedangkan semuainformasi tentang hal yang tersedia dan terjadi saatini merupakan produk jurnalistik seperti yangtersedia di surat kabar, radio, dan televisi. Informasiyang dibutuhkan bisa dalam hal politik, ekonomi,sosial, budaya, keamanan, pendidikan, dan

kesehatan. Inilah yang mendorong SMA Negeri 1Garum memberikan fasilitas pengembangan bakatdan minat peserta didik dalam dunia jurnalistikkhususnya keterampilan menulis. Dengan adanyaketerampilan menulis, peserta didik dapatberekspresi dan menuangkan segala yang ada dipikirannya melalui suatu karya berupa tulisan yangdapat ditunjukkan kepada khalayak.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan jenis penelitian studi kasus,karena peneliti berusaha untuk mengeksplorasisecara mendalam terhadap suatu program atausubjek penelitian lainnya. Dalam penelitian studikasus, peneliti melakukan penelitian secaramenyeluruh dan mendalam di satu sekolah yangmeneliti tentang satu kegiatan ekstrakurikuler.Seluruh konteks menjadi pusat penelitian danditelaah secara menyeluruh dan mendalam. “Studikasus merupakan, serangkaian kegiatanpenyelidikan untuk mendeskripsikan danmenganalisis secara intensif dan terperinci suatugejala atau unit sosial tertentu, seperti individu,kelompok, komunitas atau lembaga” (Wiyono,2007:77). Peneliti dalam penelitian ini bertindaksebagai instrumen kunci yang langsung terjun kelapangan. Oleh karena itu, peran peneliti dilapangan merupakan kunci keberhasilan, sehinggadalam pelaksanaannya dibutuhkan keseriusandalam penelitian.Peneliti mengumpulkan data darisituasi dan kondisi yang sebenarnya. Berdasarkandata dari lapangan ditarik kesimpulan yangbersifat utuh.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1Garum. Lokasinya di Jalan Raya Bence GarumBlitar. Sumber data penelitian ini antara lain:Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah BidangKesiswaan, Pembina Dalam, Pembina Luar,Pengurus BPH Ekstrakurikuler jurnalistik, dananggota ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1Garum. Prosedur pengumpulan data yangdilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi,wawancara, dan dokumentasi. Analisis datadilakukan dengan reduksi data, display data, danverifikasi data. Hasil analisis data selanjutnya dicek keabsahannya melalui perpanjanganpengamatan, peningkatan ketekunan dalampenelitian, dan triangulasi. Proses pengumpulandata dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan,yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dantahap pelaporan.

448 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

Page 97: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

HASIL

Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistikdilakukan dengan menyusun program kerja tahunan.Awalnya ekstrakurikuler jurnalistik mengadakanrapat untuk menyusun program kerja, jadwal setiapprogram kerja, dan keuangan setiap program kerja.Program kerja disusun oleh pembina dan anggotapada awal tahun kepengurusan. Selanjutnya,program kerja dilaporkan kepada sekolah untukmendapatkan persetujuan. Program kerja yangdisetujui akan dilaksanakan sedangkan yang tidakdisetujui kemungkinan akan diupayakandilaksanakan tahun depan.

Langkah selanjutnya setelah menyusunperencanaan adalah pengorganisasian. OrganisasiJunega dibawahi langsung oleh Kepala SMANegeri 1 Garum yang bertindak sebagaipenanggungjawab. Junega memiliki dua pembinakarena itu perlu adanya kerjasama antarakeduanya. Selain itu, Junega memiliki pengurusBPH yang bertindak langsung terhadap kemajuanorganisasi. Dalam BPH terdapat komisi-komisiyang masing-masing memiliki tugas dan fungsiyang berbeda. Pengorganisasian ekstrakurikulerjurnalistik terdiri dari: kualifikasi pembina,perekrutan anggota, pemilihan pengurusekstrakurikuler, pembagian jabatan pengurus, danpembagian tugas setiap pengurus.

Setelah kegiatan pengorganisasian terlaksana,kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan kegiatandalam program kerja ekstrakurikuler jurnalistik diSMA Negeri 1 Garum. Program kerja yang disetujuiakan dilaksanakan sedangkan program kerja yangtidak disetujui akan ditunda pelaksanaannya.Kemungkinan akan dilaksanakan tahun depan ataumenyesuaikan dengan situasi dan kemampuanekstrakurikuler maupun kemampuan sekolah.

Program kerja yang telah dilaksanakan hinggabulan Pebruari 2014 adalah PAB, Katalissma,Diefest, Peta Junega, praktek reportase,pembuatan mading, dan pembuatan majalahsemester ganjil. Bulan Desember lalu Junega jugamengikuti lomba membuat mading 2 dimensi dancerpen se- Mataraman yang diadakan STIKIPBlitar dan mendapatkan juara. Selanjutnya, Junegasedang mempersiapkan pembuatan film.Pelaksanaan program kerja terdiri dari:implementasi program kerja, evaluasi programkerja, dan perubahan program kerja. Di sampingitu, ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garumtelah menghasilkan karya berupa mading danmajalah sekolah. Prestasi yang didapat beragammulai dari tingkat daerah maupun karisidenan.

Kegiatan evaluasi diperlukan untukmengetahui kekurangan dan hambatan dalampelaksanaan kegiatan. Hal ini dimaksudkan untukmemperbaiki kekurangan dan hambatan sehinggadapat meningkatkan kinerja dalam kegiatanmendatang. Kegiatan evaluasi ekstrakurikulerjurnalistik dilakukan oleh pembina dan sekolah.Pembina Luar memberikan nilai kepada anggotasedangkan Pembina Dalam memberikan arahandan saran dalam melakuan penilaian. Sekolahmelakukan evaluasi dengan cara mengawasipelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yangdilakukan setiap bulan. Kegiatan pengawasandilihat dari jurnal kegiatan ekstrakurikuler dandaftar hadir. Selain itu, dilihat dari proposal kegiatandan laporan pertanggungjawaban setiapekstrakurikuler.

Kendala ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum adalah keaktifan anggota danpublikasi. Beberapa anggota ada yang mengikutiles, belajar kelompok, bergabung dengan OSIS,atau mengikuti ekstrakurikuler lain. Anggota yangmemiliki kegiatan banyak di luar ekstrakurikulerjurnalistik cenderung kurang aktif dalam mengikutisetiap kegiatan ekstrakurikuler. Kendala keduaadalah publikasi. Sejauh ini publikasi hasil karyaanggota melalui mading, majalah dan blog. Untukmading dan majalah sudah terkelola dengan baiknamun, lingkupnya hanya dalam sekolah. Untukblog lingkupnya sudah masyarakat luas namun,kurang aktif sehingga tidak bisa menampilkankarya terbaru.

Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum berasal dari sarana prasarana,biaya, pembina, dan wali murid. Ketikaekstrakurikuler jurnalistik mengadakan kegiatansekolah bersedia untuk memberikan bantuan danadan meminjamkan gedung sekolah. Pembinamemberikan motivasi dan arahan dalampelaksanaan program kerja. Wali murid juga turutmembantu pelaksanaan program kerja terbuktidengan bersedia menjadikan rumahnya untukpelaksanaan kegiatan anjangsana.

Upaya mengatasi kendala dan pemberdayaanpendukung diperlukan untuk memperbaiki kinerjaanggota ekstrakurikuler jurnalistik setiap tahunnya.Upaya mengtasi kendala yang pertama denganmemberikan izin apabila ada anggota yang tidakmasuk ekstrakurikuler karena memiliki kesibukandi luar. Sedangkan untuk mengatasi kendalapublikasi dengan mengaktifkan kembali blogekstrakurikuler. Selain itu, dengan mengirimkankarya ke media lain seperti koran.

Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 449

Page 98: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Pemberdayaan pendukung dilakukan denganmengadakan kegiatan secara optimal, kerjasamadengan berbagai pihak, dan mengelola keuangansecara baik. Mengadakan kegiatan secara optimalperlu dilakukan agar manfaatnya bisa dirasakananggota dan pihak yang diajak kerjasama.Pengelolaan keuangan secara baik diperlukansetiap mengadakan kegiatan agar tidak terjadiminus.

PEMBAHASAN

Perencanaan merupakan langkah pertamayang perlu dilakukan dalam manajemen.Perencanaan sebagai dasar dalam melaksanakankegiatan. Berdasarkan hasil temuan peneliti diSMA Negeri 1 Garum, langkah yang dilakukansebelum proses perencanaan ekstrakurikuleradalah mengadakan rapat untuk menyusunprogram kerja. Rapat tersebut diadakan untukmemperoleh kesepakatan tentang kegiatan yangakan dilakukan pada masa yang akan datang untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sesuaidengan pendapat Sobri (2009:3) bahwa“perencanaan merupakan keseluruhan prosespemikiran dan penentuan secara matang terhadaphal yang akan dikerjakan pada masa yang akandatang dalam rangka mencapai tujuan yang telahditetapkan”.

Rapat ini dilaksanakan oleh anggotaekstrakurikuler beserta pembina. Rapat digunakanuntuk membahas kegiatan yang dilakukan selama1 tahun kepengurusan beserta jadwalpelaksanaannya. Di samping itu juga menetapkananggaran setiap kegiatan beserta sumberanggarannya. Dalam rapat dibahas jalannyakegiatan tersebut dan orang-orang yang dilibatkandalam kegiatan tersebut. Sesuai dengan pendapatKurniadin dan Machali (2012:129) perencanaansebagai “aktivitas pengambilan keputusan tentangsasaran (objectives) yang akan dicapai, tindakanyang akan diambil dalam rangka mencapai tujuanatau sasaran tersebut, dan siapa yang akanmelaksanakan tugas tersebut”.

Program kerja ekstrakurikuler jurnalistikterdiri dari program tetap dan tidak tetap. Programtetap adalah program yang harus dilaksanakansetiap tahun. Sedangkan program tidak tetap adalahprogram yang tidak harus dilaksanakan setiaptahun. Disesuaikan dengan situasi, kondisi dankemampuan sekolah serta ekstrakurikuler untukmelaksanakan kegiatan tersebut. Sesuai denganpendapat Lutan (1986:73) mengemukakan, bahwa

“pada ekstrakurikuler memerlukan perencanaan,terutama disesuaikan dengan kebijaksanaanpendidikan atau sekolah yang bersangkutantermasuk dukungan sumber-sumber seperti alatdan fasilitas, biaya, serta tenaga pembina”.

Program kerja yang telah disusun olehPembina Luar dan anggota ekstrakurikulerjurnalistik kemudian, disampaikan kepada PembinaDalam. Program kerja tersebut akan didiskusikanoleh Pembina Dalam dan Pembina Luar untukbahan pertimbangan kira-kira sekolah mampumembantu pelaksanaan program kerja tersebut atautidak. Kalau tidak akan dihapus dari program kerjadan akan dilaksanakan pada tahun mendatang.Sesuai dengan pendapat Terry (2009:48)merumuskan penggunaan tahapan waktu untukmembantu berbagai kegiatan perencanaan diantaranya: “(1) Membagi rencana ke dalamserangkaian tindakan yang sederhana; (2)Mempertahankan pelaksanaan rencana sesuaijadwalnya; (3) Mengkoordinir kegiatan-kegiatanyang terpisah ke dalam perencanaan; dan (4)Rencana tersebut dapat diterima oleh semua pihakyang berkepentingan”.

Berdasarkan paparan di atas dapatdisimpulkan, bahwa perencanaan merupakankegiatan awal yang dilaksanakan sebagai dasarpelaksanaan kegiatan pada masa yang akan datanguntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalamperencanaan membahas tentang kegiatan yangakan dilaksanakan, jadwal pelaksanaan kegiatantersebut serta anggaran setiap pelaksanaankegiatan. Selain itu, juga membahas tentang sasaranyang akan dicapai, tindakan yang akan diambil, danorang yang terlibat. Kegiatan perencanaanmenghasilkan program kerja yang mana dalammenyusun program kerja harus mempertimbangkanberbagai hal yang disesuaikan dengan kemampuansekolah dan ekstrakurikuler. Kemampuan bisa dilihatdari dukungan sumber-sumber seperti alat danfasilitas, biaya, serta tenaga anggota dan pembina.

Pengorganisasian ekstrakurikuler jurnalistikdigunakan untuk koordinasi dalam menjalankansuatu kegiatan dalam organisasi. Untuk salingkoordinasi diperlukan beberapa orang yangmemiliki tujuan yang sama. Seperti halnyaorganisasi ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum memiliki anggota dan pembina yangmemiliki hubungan kerja satu sama lain. Sesuaidengan pendapat Terry (2009:77) menyebutkankomponen-komponen yang diperlukan dalampengorganisasian, yaitu: “pekerjaan, pegawai,hubungan kerja, dan lingkungan”.

450 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

Page 99: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Struktur organisasi ekstrakurikuler jurnalistikSMA Negeri 1 Garum di bawah tanggungjawabkepala sekolah dan pembina. Dalam pemilihan danpenunjukkan pembina ekstrakurikuler merupakantanggungjawab sekolah. Sedangkan pemilihan danpenunjukkan pengurus organisasi dari anggotaekstrakurikuler jurnalistik, merupakan wewenganPembina Luar dibantu anggota senior.

Pengorganisasian dalam ekstrakurikulerjurnalistik di SMA Negeri 1 Garum yaitumenentukan BPH inti untuk selanjutnyamenentukan masing-masing anggota dalam setiapkomisi. Pembina dan anggota senior menetapkanlima calon ketua BPH. Selanjutnya, dilakukanvoting untuk memilih satu dari lima calon tersebutdan yang mendapatkan suara terbanyak menjadiketua BPH. Keempat calon lainnya akan menepatiposisi Ketua 1, Sekretaris Umum, Sekretaris 1, danBendahara 1. Kelima orang terpilih selanjutnyamenetapkan ketua dari lima komisi. Kemudian,ketua komisi memilih anggota komisi. Pemilihanpengurus ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum dilakukan secara terbuka dan melibatkananggota. Pemilihan pengurus yang terbukanantinya akan memudahkan bekerjasama untukmelaksanakan tugas sehingga menciptakan sistempekerjaan yang terstuktur. Sesuai dengan pendapatFattah (2006:2) pengorganisasian adalah“mengelompokkan, mengatur serta membagi tugas,kewenangan, dan tanggungjawab, sehinggatercipta suatu sistem pekerjaan yang terstruktur”.

Selanjutnya membahas pembagian tugas danwewenang sesuai dengan pengurus atau jabatandalam struktur organisasi. Jabatan dalam strukturorganisasi tersebut terdiri dari kepala sekolahselaku penanggungjawab, pembina selakupembimbing pelaksanaan program kegiatan, dananggota yang menempati posisi sebagai ketua,sekretaris, bendahara, dan ketua komisi. Anggotaekstrakurikuler jurnalistik berperan ganda yaitusebagai pengurus sekaligus pelaksana programkegiatan. Keseluruhan orang yang tertera dalamstruktur organisasi tersebut saling membentukhubungan kerja untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan. Sesuai dengan pendapat Sobri (2009:4)mengemukakan, bahwa “pengorganisasianmerupakan aktivitas menyusun dan membentukhubungan-hubungan kerja antara orang-orangsehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalammencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapatdisimpulkan, dalam pengorganisasian diperlukanbeberapa komponen yaitu pekerjaan, pegawai,

hubungan kerja, dan lingkungan. Keempatkomponen tersebut berguna untuk menjalankanorganisasi. Namun, komponen pegawai mutlakdiperlukan untuk saling koordinasi menjalankankegiatan organisasi. Orang-orang yang bergabungdalam organisasi menempati jabatan tertentu yangtertera dalam struktur organisasi yang manamasing-masing orang memiliki tugas, wewenang,dan tanggungjawab yang berbeda. Masing-masinganggota organisasi saling membentuk hubungankerja sehingga terwujud suatu kesatuan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan merupakan bentuk realisasi dariperencanaan dan pengorganisasian yang telahdisusun sebelumnya. Pelaksanaan sama denganpengarahan dan termasuk pemberdayaan anggotaorganisasi untuk melaksanakan kegiatan sesuaidengan yang direncanakan. Pelaksanaanekstrakurikuler jurnalistik melibatkan anggota,pembina, sekolah, dan masyarakat untuk memenuhitujuan organisasi itu sendiri. Sesuai dengan pendapatTerry (2009:138) mendefinisikan pengarahansebagai “suatu kegiatan untuk mengintegrasikanusaha-usaha anggota-anggota dari suatu kelompok,sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhitujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya”.

Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistikdimulai dengan implementasi program kerja.Program kerja yang disetujui akan langsungdilaksanakan sedangkan yang tidak disetujui akanditunda pelaksanaannya disesuaikan dengankemampuan ekstrakurikuler dan sekolah.

Program kerja yang akan dilaksanakandisertai dengan rapat antara Pembina Luar dananggota. Rapat tersebut membahas tentangmenentukan ketua pelaksana beserta panitianyalalu menyusun jalannya kegiatan. Panitia yang telahterbentuk segera menentukan hal-hal yangdibutuhkan termasuk pembuatan proposal,perijinan, sarana prasarana yang dibutuhkan,konsumsi, transportasi dan segala hal yangmenunjang pelaksanaan kegiatan sesuai denganyeng telah direncanakan.

Berdasarkan paparan di atas dapatdisimpulkan, pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistikditunjukkan dengan implementasi program kerjayang telah disetujui. Program kerja yang tidakdisetujui akan ditunda pelaksanaannya. Pelaksanaprogram kerja adalah anggota dan pembina dibantusekolah dan masyarakat yang saling bekerja samauntuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil karya ekstrakurikuler jurnalistik berupatulisan yang biasanya dipaparkan dalam mading

Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 451

Page 100: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

dan majalah sekolah. Untuk itu, anggotaekstrakurikuler jurnalistik dilatih untuk membuattulisan yang bagus sehingga menghasilkan suatukarya yang berkualitas. Untuk membuat tulisanyang bagus memerlukan berbagai bahan tulisandan pengalaman penulisnya.

Anggota ekstrakurikuler jurnalistik dilatihuntuk mencari berita yang tertera dalam kegiatanreportase. Kegiatan tersebut menuntut anggotauntuk mencari narasumber untuk diwawancaraikemudian dibuat laporan berupa tulisan. Denganadanya kegiatan tersebut jelas bahwa anggotaekstrakurikuler jurnalistik dilatih untuk bisamenulis, menggunakan bahasa yang tepat agar bisamenghasilkan suatu karya bagus yang dapatdinikmati masyarakat luas.

Keterampilan menulis itu tidaklah mudahmemerlukan latihan, pengalaman, dan pengetahuanyang banyak. Melalui tulisan anggota dapatmengekspresikan pendapat dan perasaan melaluitulisan. Sesuai dengan pendapat Sartinah (1988:85)menulis adalah “mengabdikan bahasa dengantanda-tanda grafis. Aspek-aspek di luar bahasa pundapat diabadikan dalam suatu tulisan seperti kesan-kesan subjektif seseorang, pendapat, perasaan, dansebagainya”.

Anggota ekstrakurikuler jurnalistik bisadikatakan sebagai wartawan sekolah karenamereka mengumpulkan berita untuk disampaikankepada semua warga sekolah. Anggotaekstrakurikuler jurnalistik menyuguhkan beragaminforrmasi seputar teknologi, kesehatan,keagamaan, hiburan, dan pariwisata. Bukan hanyaitu anggota ekstrakurikuler jurnalistik jugamenyuguhkan berita terbaru seputar sekolahsehingga semua warga sekolah mengetahuiperkembangan terbaru di sekolah. Anggotaekstrakurikuler jurnalistik mengumpulkan informasidari beberapa narasumber untuk bahan berita.Sesuai dengan pendapat Djuroto (2004:22)mendefinisikan wartawan sebagai “seseorangyang bertugas mencari, mengumpulkan, danmengolah informasi menjadi berita untuk disiarkanmelalui media massa”.

Mading dikerjakan oleh kelas X ketikasemester genap. Pembuatan mading dikoordiniroleh komisi D. Dalam pengerjaan mading kelas Xdibagi menjadi kelompok-kelompok dan bergilirmengerjakan mading. Mading di perbarui setiapdua minggu. Sedangkan majalah sekolah dikerjakanoleh kelas XI. Majalah sekolah terbit setiapsemester. Dengan demikian, secara garis besarhasil karya anggota ekstrakurikuler jurnalistik

berupa tulisan yang diterbitkan dalam mading danmajalah sekolah. Sesuai dengan pendapat Doyin(2011:1), menjabarkan “dunia jurnalistik dalamdunia peserta didik mencakupi dunia tulis-menulisdan dunia penerbitan”.

Secara umum fungsi adanya mading danmajalah sekolah untuk memberi wawasan danpengetahuan kepada pembaca. Apabila orang inginmemiliki pengetahuan yang luas harus rajinmembaca. Sumber bacaan tidak terikat pada bukupelajaran tetapi bisa bersumber dari majalah,tabloid, koran, dan semua media cetak. Bacaanyang tersebar luas di masyarakat memiliki manfaatmemberikan informasi dan hiburan. Sesuai denganpendapat Willing (2011:16) fungsi media yaitu: “(a)memberi informasi; (b) mendidik; (c) memberihiburan; dan (d) melaksanakan kontrol sosial”.

Prestasi yang ditorehkan anggotaekstrakurikuler jurnalistik banyak. Prestasidiperoleh dari tingkat daerah dan regional. Prestasiyang didapatkan selama ini diguakan untukmemacu semangat untuk menorehkan prestasiyang lebih banyak lagi.

Hasil karya anggota ekstrakurikuler jurnalistikyang berupa tulisan dipublikasikan melalui madingdan majalah. Publikasi hasil karya juga dilakukanmelalui blog ekstrakurikuler jurnalistik yang dikelolaoleh komisi C.

Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik dilakukanuntuk mengetahui kekurangan dan kelebihan darisetiap program yang dijalankan. Kekurangan yangada dijadikan pembelajaran untuk memperbaikipada kegiatan berikutnya. Sedangkan kelebihandipertahankan atau ditingkatkan pada kegiatanberikutnya. Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistikdilakukan oleh ekstrakurikuler itu sendiri dansekolah.

Evaluasi oleh ekstrakurikuler menyangkut tigahal yakni, aspek yang dinilai, yang memberikan nilai,dan waktu pemberian nilai. Aspek yang dinilaiberagam mulai dari sikap, tugas, dan kerjasama.Sedangkan yang memberikan nilai adalah PembinaLuar saja. Waktu pemberian nilai dilakukan setiapsaat. Untuk penilaian tugas dilakukan di depan kelasdi hadapan semua anggota secara langsung.Sedangkan evaluasi kegiatan dilakukan di tempatberlangsungnya kegiatan pada hari itu juga. Namun,setiap akhir semester semua nilai yang didapatanggota di rekap untuk dimasukkan ke dalam rapor.

Evaluasi oleh sekolah menyangkut waktupenilaian dan penilaian kegiatan. Waktu penilaianmaksudnya adalah kegiatan pengawasan yangdilakukan setiap bulan oleh Waka Kesiswaan dan

452 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

Page 101: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

BK yang mengawasi daftar hadir dan jurnalkegiatan ekstrakurikuler. Setiap akhir kegiatan dankepengurusan ekstrakurikuler juga harus membuatlaporan pertanggungjawaban yang dismpaikankepada sekolah. Sesuai dengan pendapatKurniadin dan Machali (2012:132) mendefinisikanpengawasan sebagai “pengukuran dan koreksiterhadap segenap aktivitas anggota organisasi gunameyakinkan, bahwa semua tingkatan tujuan danrancangan yang dibuat benar-benar dilaksanakan”.

Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum terdapat beberapa kendala danpendukung yang menyertainya. Kendala yangterdapat pada ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum adalah keaktifan anggota dan publikasi.Beberapa anggota ekstrakurikuler jurnalistik memilikikegiatan di luar seperti bimbingan belajar, kelompokbelajar, dan mengikuti OSIS atau ekstrakurikuler lain.Hal ini tentu menyita waktu, tenaga, dan pikirananggota. Untuk itu, anggota ekstrakurikuler jurnalistikharus pandai membagi waktu, tenaga, dan pikiranuntuk melaksanakan semua kegiatan tersebut.Meskipun demikian, pembina merasa anggota yangmemiliki kegiatan di luar kurang maksimal dalammengikuti kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik.

Kendala berikutnya adalah publikasi. Hasilkarya anggota ekstrakurikuler jurnalistik selamaini publikasinya melalui mading, majalah, dan blog.Untuk mading dan majalah sudah terkelola denganbaik. Namun, untuk blog kurang terkelola denganbaik. Sangat disayangkan, hasil karya yang baikkurang diketahui banyak orang.

Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik adalahsarana prasarana, biaya, pembina, wali murid.Setiap pelaksanaan program kerja ekstrakurikulerjurnalistik sekolah membantu menyediakan saranaprasarana dan membantu biaya. Ketika anggotamembutuhkan gedung untuk melaksanakankegiatan dengan senang hati sekolah memberikanizin menggunakan gedung tersebut asalkan adayang bertanggungjawab. Ketika ekstrakurikulerjurnalistik mengajukan proposal, kepala sekolahmenyutujuinya dan memberikan bantuan dana.

Pendukung selanjutnya adalah pembina danwali murid. Ketika anggota memiliki ide baru dalampelaksanaan kegiatan, pembina selalu memberikanpersetujuan dan motivasi. Pembina berusahamemfasilitasi kebutuhan dan keinginan anggotaekstrakurikuler jurnalistik demi kemajuanekstrakurikuler jurnalistik. Selain itu, wali murid jugasenantiasa membantu dan mendukung pelaksanaanprogram kerja ekstrakurikuler jurnalistik. Terbuktidengan pelaksanaan kegiatan anjangsana,

walimurid bersedia menyediakan tempat untukkegiatan tersebut.

Apabila disimpulkan dukungan ekstrakurikulerjurnalistik berupa sarana prasarana, biaya, pembina,dan wali murid. Sekolah memberikan dukunganberupa penyediaan sarana prasarana dan biaya.Pembina memberikan motivasi kepada anggota danmemberi dukungan secara penuh untukmengembangkan potensi anggota. Sedangkan walimurid turut serta membantu dalam pelaksanaanprogram kerja ekstrakurikuler jurnalistik. Daripaparan di atas dapat diketahui bahwa ekstrakurikulerjurnalistik menjalin kerjasama dengan semua wargasekolah dan masyarakat untuk kemajuan organisasiekstrakurikuler jurnalistik. Sesuai dengan pendapatMustiningsih (2005:34) yaitu “untuk meningkatkanefektivitas kerjasama antara siswa, guru, dan pegawaitata usaha; menyatukan berbagai kegiatan di sekolah;mengisi waktu luang; memotivasi siswa;meningkatkan hubungan antara sekolah danmasyarakat serta untuk mendorong perhatianmasyarakat terhadap sekolah”.

Kendala yang ada dalam pelaksanaanekstrakurikuler perlu di atasi agar kegiatan dapatberjalan dengan lancar. Salah satu kendalaektrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garumadalah keaktifan anggota. Beberapa anggotamemiliki kesibukan di luar sehingga anggotatersebut harus absen dari kegiatan ekstrakurikulerjurnalistik. Upaya mengatasi kendala tersebutdengan memberikan izin kepada anggota. Pembinamemberikan izin kepada anggota yang sibukasalkan memiliki alasan yang jelas. Namun, apabilaanggota telah melewati batas terakhir perijinan,maka pembina tidak akan memberikan izin lagikepada anggota tersebut.

Upaya mengatasi kendala berikutnya adalahmelakukan penegasan. Apabila anggota tersebutjelas bergabung dengan OSIS atau ekstrakurikulerlain pembina akan menindak tegas anggotatersebut. Karena anggota tersebut akan kurangmaksimal dalam mengerjakan majalah. Hal ini tentutidak diharapkan. Pembina akan mengarahkananggota tersebut untuk memilih satu dari kegiatanyang diikuti. Karena ekstrakurikuler jurnalistiksangat padat kegiatannya sehingga tidak bisadikesampingkan. Semua kegiatan yang diikutipeserta didik hendaknya dijalani secara optimalbaik dari segi individual dan sosial agat terlihatpotensinya. Sesuai dengan pendapat Nasihin danSururi, (2012:206), “sebagai wahana bagi pesertadidik untuk mengembangkan potensi diri se-optimalmungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi

Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 453

Page 102: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

individualitas, segi sosial, aspirasi, kebutuhan, dansegi-segi potensi peserta didik lainnya”.

Kendala kedua adalah publikasi. Hasil karyaanggota ekstrakurikuler jurnalitik kurang bisadinikmati masyarakat luas. Penikmat hasil karyasebatas warga sekolah dan anggota ekstrakurikulerjurnalistik tetangga sekolah. Hal ini sangatdisayangkan karena ada banyak cara untukmengenalkan hasil karya kepada masyarakat luas.Upaya mengatasinya dengan mengaktifkan blogdan mengirimkan karya ke media. Meskipunekstrakurikuler jurnalistik sudah memiliki blognamun, kurang terkelola dengan baik. Untuk itu,perlu adanya peningkatan pengelolaan untukpublikasi hasil karya. Pembina juga menyarankananggota untuk mengirimkan tulisannya ke mediacetak koran. Namun, sampai saat ini belum adakarya yang dimuat.

Pemberdayaan pendukung dilakukan denganmengadakan kegiatan secara optimal, kerjasamadengan berbagai pihak, dan mengelola keuangansecara baik. Ketika mengadakan kegiatanekstrakurikuler jurnalistik selalu melakukannya secaratotal tidak pernah setengah-setengah. Semua tenagadikerahkan semua orang yang berkepentingandilibatkan demi kesuksesan suatu kegiatan.Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak jugadilakukan. Termasuk dengan walimurid, sekolah lain,dinas pendidikan setempat, dan masyarakat.Ekstrakurikuler jurnalistik berusaha mengelolakeuangan dengan baik ketika mengadakan suatukegiatan. Meskipun dengan biaya sedikit asalkankegiatan bisa sukses. Sesuai dengan pendapat Saputra(1999:13) prinsip pelaksanaan ekstrakurikuler yaitu:“Prinsip efisiensi, berkenaan dengan waktu yangdigunakan, tenaga yang dikeluarkan, biaya yangdialokasikan dapat melahirkan hasil kegiatan yangoptimal. Perbandingan antara hasil yang dicapaidengan pengeluaran yang diharapkan paling tidakmenunjukkan hasil yang seimbang”. Ekstrakurikulerjurnalistik memberdayakan keseluruhan pendukungdengan jalan memanfaatkan waktu yang ada,melakukan kerjasama dengan berbagai pihak,mengerahkan semua tenaga yang ada, danmenggunakan biaya seminimal mungkin untukmelaksanakan kegiatan secara optimal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum yang didalamnya terdapat

penyusunan program kegiatan tetap dan tidak tetapyang disusun oleh pembina beserta anggota.Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik terdiri dari:(a) rapat; (b) menyusun program kerja; (c)perencanaan jadwal setiap program kerja; (d)perencanaan keuangan setiap program kerja; (e)konsultasi program kerja dengan sekolah.Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum sudah baik. Hal itu terlihat dariperencanaan program kerja dikonsultasikan kepadasekolah.

Pengorganisasian ekstrakurikuler jurnalistikdiawali dengan pemilihan BPH. Kemudian,pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawabmasing-masing BPH. Terlaksananya programkerja dan tercapainya tujuan merupakan bentukkerjasama antara pembina, anggota, sekolah, danpihak terkait. Pengorganisasian ekstrakurikulerjurnalistik termasuk baik karena setiap anggota danpembina malaksanakan pekerjaan sesuai denganyang tertera pada struktur organisasi.

Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum merupakan bentuk implementasidari program kerja yang telah disusun. Namun,tidak semua program kerja yang disusundilaksanakan. Program kerja dikaji lebih lanjutdisesuaikan dengan situasi dan kondisiekstrakurikuler maupun sekolah. Hasil karyaanggota ekstrakurikuler jurnalistik berupa madingdan majalah. Prestasi yang didapatkan pun cukupbanyak baik tingkat kabupaten maupunkarisidenan.

Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik dilakukanoleh sekolah dan ekstrakurikuler itu sendiri.Evaluasi oleh sekolah dilihat dari jurnal kegiatan,presensi, dan laporan pertanggungjawabansedangkan evaluasi oleh ekstrakurikuler dilihat darikemampuan, sikap, keaktifan, keredaksian,reportase, dan keorganisasian. Penilaiansepenuhnya dilakukan oleh Pembina Luar karenayang mengetahui secara teknis di lapangan.

Kendala ekstrakurikuler jurnalisik SMANegeri 1 Garum adalah keaktifan anggota danpublikasi. Pendukung ekstrakurikuler jurnalistikSMA Negeri 1 Garum adalah sarana prasarana,biaya, pembina, dan wali murid. Keempatkomponen tersebut saling melengkapi untukkemajuan ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum.

Upaya mengatasi kendala keaktifan anggotadengan memberikan izin kepada anggota tersebutapabila ada kepentingan di luar. Selain itu, denganmemberikan ketegasan kepada anggota yang

454 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

Page 103: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

sibuk. Pemberdayaan pendukung dilakukan denganmelaksanakan kegiatan secara maksimal,memanfaatkan semua sumber daya yang ada, danmengelola keuangan secara baik.

Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, agarpelaksanaan pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistikSMA Negeri 1 Garum dapat terlaksana denganbaik dan lancar disarankan: (1) Kepala SMANegeri 1 Garum untuk melakukan evaluasiterhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikulersehingga dapat meningkatkan pelayanan kepadapeserta didik; (2) Wakil Kepala Sekolah BidangKesiswaan untuk meningkatkan keterampilan

peserta didik khususnya kepenulisan, sehinggadapat meningkatkan mutu ekstrakurikuler jurnalistikdi SMA Negeri 1 Garum; (3) AnggotaEkstrakurikuler Jurnalistikmeningkatkan motivasiuntuk lebih giat belajar membuat tulisan yangberkualitas; (4) Dosen dan Ketua JurusanAdministrasi Pendidikan, hasil penelitian inidiharapkan sebagai penambah kualitas dankuantitas referensi bidang Administrasi Pendidikan,secara khusus tentang manajemen peserta didikterutama ekstrakurikuler; dan (5) Peneliti Lain, hasilpenelitian ini diharapkan sebagai sumber referensidan inspirasi dalam mengembangkan ilmupengetahuan, terutama dalam hal penelitian sejenisyaitu manajemen peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Assegaf, D. H. 1985. Jurnalistik Masa Kini.Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Djuroto, T. 2004. Manajemen Penerbitan Pers.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Doyin, M. 2011. Pendidikan Karakter MelaluiEkstrakurikuler Jurnalistik. Yogyakarta:Multi Pressindo.

Fattah, N. 2006. Landasan ManajemenPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Hamalik, O. 2008. Manajemen PengembanganKurikulum. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Kurniadin, D. dan Machali, I. 2012.ManajemenPendidikan Konsep dan PrinsipPengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media.

Lutan, R. 1986. Buku Materi PokokPengelolaan Interaksi Belajar MengajarIntrakurikuler, Kokurikuler, danEkstrakurikuler. Jakarta: Karunika.

Mustiningsih. 2005. Manajemen LayananKhusus di Lembaga Pendidikan. Malang:

Universitas Negeri Malang, Fakultas IlmuPendidikan.

Nasihin dan Sururi. 2012. Manajemen PesertaDidik. Riduwan (Ed). ManajemenPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rolnieki, T. E. 2008. Pengantar DasarJurnalisme. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.

Saputra, Y. 1999. Pengembangan Kegiatan Kodan Ekstrakurikuler. Bandung: DepdikbudDirjen Dikti.

Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip PengajaranBahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Sobri, A., J. & Rochman, C. 2009. PengelolaanPendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Terry, G., R. 1986. Asas-Asas Manajemen.Bandung: PT. Alumni.

Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research). Malang: DepartemenPendidikan Nasional Universitas NegeriMalang Fakultas Ilmu Pendidikan.

Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 455

Page 104: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPETENSIPEDAGOGIK TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

Eka Harjanto

e-mail: [email protected] 5 Bandung, Alamat Jl. Nayaga No. 35 Bandung

Abstract: This research was conducted with the aim of describing in descriptive and correlationalbetween achievement motivation of teachers, pedagogic competence of the teachers’ teachingperformance. The research method used descriptive method with quantitative approach. The resultsshowed motivation variable work has an influence on teachers’ teaching performance. There is asignificant relationship between the variables of pedagogical competence of teachers with teachers’teaching performance. Work motivation of teachers with pedagogical competence of teachers togethercorrelated to the performance of teachers to teach. Recommended context of achievement motivationfor researchers recommend to advance the internal motivation of teachers itself, furthercomplementered with motivation from the outside. Principals and Education Department is expectedto provide guidance and provide a facilitator to foster pedagogical competence of teachers, providescholarships for teachers to participate in education at a higher level, giving awards to teachers onachievement or performance of the display.

Keyword: achievement motivation, pedagogical competence, teacher’s teaching performance

Abstrak Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menggambarkan secara deskriptif dan korelasionalantara motivasi berprestasi guru, kompetensi pedagogik terhadap kinerja mengajar guru. Metodepenelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitianmenunjukkan variabel motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Terdapathubungan yang signifikan antara variabel kompetensi pedagogik guru dengan kinerja mengajarguru. motivasi kerja guru dengan kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama berkorelasiterhadap kinerja mengajar guru. Direkomendasikan untuk konteks motivasi berprestasi penelitimerekomendasikan untuk terlebih dahulu menumbuhkan motivasi dari internal guru itu sendiri,selanjutnya dikomplementer dengan motivasi dari luar. Kepala sekolah dan Dinas Pendidikandiharapkan melakukan pendampingan dan menyediakan fasilitator untuk membina kompetensipedagogik guru, menyediakan beasiswa bagi para guru untuk mengikuti pendidikan pada jenjangyang lebih tinggi, memberikan penghargaan kepada para guru atas prestasi atau kinerja yangditampilkannya.

Kata kunci: motivasi berprestasi, kompetensi pedagogik, kinerja mengajar guru

Kinerja guru dewasa ini sedang menjadi sorotanmasyarakat, di tengah remunerasi yang diterimaguru, para guru pun dituntut untuk meningkatkankualitas kerjanya. Namun, dalam banyak hal kinerjapara guru tersebut masih dipandang rendah.Indikator yang kasat mata adalah berkenaandengan tingkat kehadiran guru di kelas, hasil ujiannasional yang dipandang sebagai output dari kerjaguru, penyusunan perencanaan pembelajaran yangdalam beberapa bagian para guru tidak konsistendengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Mengacu pada pencapaian nilai UjianNasional Tahun 2011-2012 pada 27 SMA Negeri

untuk Jurusan IPS di Kota Bandung, menunjukkanmasih terdapat nilai terendah yang kesenjangannyadengan nilai tertinggi begitu lebar. Hal inimenggambarkan bahwa kinerja mengajar gurubelum sepenuhnya optimal oleh karena ujiannasional merupakan kegiatan evaluasi untukmenilai prestasi belajar siswa, yang merupakanhasil pembelajaran antara guru dan siswa.

Gambaran lain dari kinerja guru adalahaktivitas penyusunan perangkat pembelajaran yangmeliputi silabus, rencana pembelajaran, kalenderpendidikan, program semester dan programtahunan dan berdasarkan data yang diperoleh pada

456

Page 105: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

dua SMA Negeri di Kota Bandung penyerahanperangkat pembelajaran dari guru kepada BidangKurikulum/Akademik hanya mencapai 57 orang(91%) dari 62 orang guru. Pada sekolah lainnyakegiatan penyerahan hanya mencapai 50 orang(89%) dari 56 orang guru.

Penyusunan perangkat pembelajaranmerupakan salah satu aktivitas atau kinerja gurudalam rangka melakukan perencanaanpembelajaran sebagaimana dipersyaratkan dalamkompetensi pedagogik, yang dituangkan dalamPeraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal3 butir d yaitu perancangan pembelajaran. Darikedua data peneliti memiliki pandangan bahwakinerja mengajar guru belum sepenuhnya optimal.Gambaran akan kinerja mengajar guru yang belumsepenuhnya optimal sebagaimana di atasdipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranyakompetensi pedagogik dan motivasi berprestasi.

Tingkat kompetensi pedagogik gurudiwujudkan melalui kinerja mengajar sesuai dengansatuan pendidikannya serta mata pelajaran yangdiampunya. Mengajar merupakan tugas yang beratoleh karena menuntut tingkat kompetensipedagogik yang tinggi dari seorang guru. Dalamproses pembelajaran kompetensi yang tinggi akanberpengaruh pada prestasi akademik peserta didik,yang pada gilirannya meningkatkan mutu sekolah.Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2008 tentang Guru disebutkan bahwa kompetensipedagogik merupakan kemampuan Guru dalampengelolaan pembelajaran peserta didik.

Penguasaan akan kompetensi pedagogikakan berdampak pada hasil (out put) yang ditandaidengan hasil ulangan ataupun ujian. Dengandemikian gurupun harus berkinerja baik oleh karenaposisinya dalam penyelenggaraan pendidikan ditingkat mikro (sekolah) sangat strategis dan banyakmengambil peran dalam proses pendidikanpersekolahan (Suyanto dan Hisyam, 2000:27).

Selain faktor kompetensi pedagogik guru punharus mengembangkan motivasi berprestasi dalamdirinya. Seperti halnya penelitian yang dilakukandi Sekolah Melania Jakarta pada tahun 2010 olehFenijanti Sutjipto (2010), yang diikuti 34 orangresponden guru menunjukkan “ hasil analisiskorelasional antara motivasi kerja dan kinerja kerjamenunjukan korelasi positif dengan tingkatsignifikansi sebesar 0,724. Temuan tersebutmenunjukkan adanya pengaruh yang sangat besardiantara kompetensi pedagogik dan motivasiberprestasi guru terhadap kinerja yang ditampilkanguru.

Penelitian ini mengkaji kondisi faktual terkaitdengan kompetensi pedagogik. Mengingat hal inimerupakan modal dasar seorang guru untuk dapatmelaksanakanan tugasnya dengan baik. Disisi lainpeneliti juga memandang motivasi berprestasiseorang guru turut menentukan baik dan tidaknyakinerja yang ditunjukkan. Sehingga hal ini jugamenarik untuk dikaji sejauhmana motivasiberprestasi para guru tersebut. Hasil kajian kondisifaktual tersebut akan dihubungkan dengan kinerjamengajar para guru, pandangan peneliti apabilakompetensi pedagogik guru sudah baik danmotivasi berprestasi tinggi maka kinerja mengajarguru juga akan baik.

Upaya untuk membuktikan pemikirantersebut, peneliti menggunakan pendekatanpenelitian kuantitatif dengan statistik deskriptif dankorelatif. Penelitian dilakukan pada empat SMANdi Kota Bandung dengan pertimbangan bahwa keempat sekolah tersebut dapat mewakili empatkluster sekolah seperti yang sudah dikelompokkanDinas Pendidikan Kota Bandung. Melaluipenelitian ini, peneliti berharap akan diketahui sejauhmana tingkat kompetensi pedagogik para guru,serta bagaimana motivasi berprestasi yang dimilikipara guru. Sehingga pada akhirnya akan diketahuipula pengaruh diantara kedua variabel tersebutterhadap kinerja mengajar guru.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalahmetode deskriptif dengan pendekatan kuantitatifyaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukanpencatatan dan penganalisisan data hasil penelitiansecara eksak dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. Sedangkan, metode deskriptifbertujuan menerangkan dan mengungkapkansecara sistematis antara dua variabel atau lebih,sekaligus menguji satu atau beberapa hipotesisyang telah dirumuskan. Metode penelitian inidilakukan untuk memprediksi keeratan hubunganantara variabel yang diteliti dan dapat juga diukursekaligus.

HASIL

Analisis deskriptif dari jumlah sampelpenelitian terdiri dari 96 responden, yang terdiridari: SMAN 1 berjumlah 24 (24%) responden,SMAN 5 berjumlah 24 (24%) responden, SMAN6 berjumlah 24 (24%) responden, dan SMAN 21terdiri dari 24 (24%) responden. Jenis kelamin dari

Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 457

Page 106: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

96 responden, yang tidak mengisi identitas sebesar6 (6,2%) orang, responden berjenis kelamin priaterdiri dari 24 (25%) orang responden, sedangkanresponden berjenis kelamin wanita sebanyak 66(68,8%) orang. Tingkat pendidikan dari 96responden, sebesar 82 (85,4%) lulusan S1, dansebesar 14 (14,6%) berpendidikan S2.

Hasil Crosstab antara nama SMA dan jeniskelamin adalah untuk SMAN 1 yang tidak mengisiidentitas sebesar 0, jenis kelamin laki-laki sebanyak5 dan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang.Untuk SMAN 5 yang tidak mengisi identitassebesar 3, jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 danjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang.SMAN 6, yang tidak mengisi identitas sebesar 1,jenis kelamin laki-laki sebanyak empat dan jeniskelamin perempuan sebanyak 19 orang. UntukSMAN 21, yang tidak mengisi identitas sebesar 2,jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 dan jenis kelaminperempuan sebanyak 17 orang.

Hasil Crosstab antara nama SMA dan tingkatpendidikan, untuk SMAN 1 yang bergelar S1sebanyak 20 dan bergelar S2 sebanyak empatresponden. Untuk SMAN 5 yang telah bergelarS1 sebanyak 20 orang dan bergelar S2 sebanyakempat orang. Untuk SMAN 6 yang telah bergelarS1 sebanyak 21 orang dan bergelar S2 sebanyak3 orang. Sedangkan untuk SMAN 21 yang telahbergelar S1 sebanyak 21 orang dan yang telahbergelar S2 sebanyak 3 orang.

Data untuk tahun lulus pada tingkat pendidikan,yang tidak mengisi sebanyak 1 orang, tahun lulus1980-1985 sebanyak 14 orang, tahun lulus 1986-1990 sebanyak 17 orang, tahun lulus 1991-1995sebanyak 19 orang, tahun lulus 1996-2000 sebanyak15 orang, tahun lulus 2001-2005 sebanyak 9 orang,tahun lulus 2006-2010 sebanyak 12 orang, dan tahunlulus 2010-2012 sebanyak 9 orang.

Dari jumlah responden 96 orang, respondenyang berusia 20-30 tahun terdiri dari 11 (11,5%),berusia 31-40 tahun terdiri 8 (8,3%), berusia 41-50 tahun terdiri dari 35 (36,5%), berusia 51-60tahun terdiri dari 42 (43,8%).

Hasil analisis data deskriptif untuk variabelMotivasi Kerja (X1) yang berjumlah 27 item. Nilaiminimal 27 x 1 = 27, sedangkan nilai maksimal 27x 5 = 135. Hasil range (i) adalah (135-27)/5 = 22.Oleh karena itu, range variabel motivasi kerjasebagai berikut.

Tabel 1 di atas menyatakan bahwa respondenmenjawab selalu sebanyak 64 (66,7%), selanjutnyahampir selalu sebesar 32 (33,3%). Sedangkanmeannya sebesar 117,55 termasuk di kelas interval5 yang berarti Selalu.

Hasil analisis data deskriptif untuk variabelKompetensi pedagogik Guru (X2) yang berjumlah40 item. Nilai minimal 40 x 1 = 40, sedangkan nilaimaksimal 40 x 5 = 200. Hasil range (i) adalah (200-40)/5 = 32. Oleh karena itu range variabelKompetensi pedagogik Guru pada tabel 2.

458 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja

Kode Makna Range Frekuensi Persentase (%)1 Tidak Pernah 27-48 0 02 Hampir Tidak Pernah 49-70 0 03 Kadang-Kadang 71-92 0 04 Hampir Selalu 93-114 32 33,35 Selalu 115-136 64 66,7

Jumlah 96 100

Tabel 2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi pedagogik Guru

Kode Makna Range Frekuensi Persentase (%)1 Sangat Tidak Baik 40-71 0 02 Kurang Baik 72-103 0 03 Cukup Baik 104-135 17 17,74 Baik 136-167 63 65,65 Sangat Baik 168-200 16 16,7

Jumlah 96 100

Page 107: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Data di atas menunjukkan respondenterbanyak menjawab baik sebesar 63 (65,6%),cukup baik sebanyak 17 (17,7%), sangat baiksebanyak 16 (16,7%), sedangkan kurang baik dansangat tidak baik sebanyak 0 (0%). Sedangkanmeannya sebesar 150,98 termasuk pada kelasinterval 4 yaitu Baik.

Hasil analisis data deskriptif untuk variabelKinerja Mengajar Guru (Y) yang berjumlah 41item. Nilai minimal 41 x 1 = 42, sedangkan nilaimaksimal 41 x 5 = 205. Hasil range (i) adalah (205-42)/5 = 33. Oleh karena itu range variabel KinerjaMengajar Guru sebagai berikut.

Hasil analisis variabel Kinerja Mengajar Gurupaling banyak responden menjawab selalusebanyak 63 (65,6%), hampir selalu sebanyak 32(33,4%), dan kadang-kadang sebanyak 1 (1,0%),sisanya 0. Sedangkan meannya sebesar 175,88masuk pada kelas interval 5 yaitu Selalu.

Hasil analisis korelasi antara variabel MotivasiKerja (X1) dengan variabel Kinerja Mengajar Guru(Y) rx1y hasil sebesar 0,760 dan sig (2 tailed) adalah0,000. Antara variabel Kompetensi pedagogik Guru

(X2) dengan variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)rx2y hasil sebesar 0,597 dan sig (2 tailed) sebesar0,000. Antara variabel X1 dan X2 dengan KinerjaMengajar Guru (Y) mendapatkan nilai korelasirx1x2y hasil sebesar 0,733 dan sig (2 tailed) sebesar0,000. Sedangkan r tabel Product Moment dengandf untuk N = 96 responden yaitu N-2 = 96-2= 94dengan level signifikan two tailed test 0,05 atau95% mendapatkan nilai N = 90 mendapatkan nilai rtabel = 0,205 sedangkan N=100 mendapatkan nilair tabel = 0,195, sehingga untuk N = 94 mendapatkanr tabel sebesar 0,201.

Dari ketiga hasil analisis tersebut semuanyamendapatkan r hasil e” r tabel atau mendapatkanilai sig (2 tailed) hasil kurang dari d” 0,05 tarafkepercayaan 95%, sehingga semuanya menerimaH1 dan menolak Ho yang berarti ada hubunganyang signifikan antara X1 dengan Y, X2 dengan Y,dan X1 dan X2 dengan Y.

PEMBAHASAN

Konsep motivasi merupakan konsep yangpenting dalam penelitian tentang kinerja individu

Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 459

Tabel 3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Mengajar Guru

Kode Makna Range Frekuensi Persentase (%)1 Tidak Pernah 41-73 0 02 Hampir Tidak Pernah 74-106 0 03 Kadang-Kadang 107-139 1 1,04 Hampir Selalu 140-172 32 33,45 Selalu 173-205 63 65,6

Jumlah 96 100

Tabel 4 Hasil Analisis Data Korelasi

No. Hubungan r hitung r table Nilai sig Tarafantar Variabel (2 tailed) Kepercayaan Kesimpulan

1 X1 dengan Y 0,760 0,201 0,000 0,05 Menerima H1/Ha yaitu adahubungan yang signifikan antaravariabel Motivasi kerja (X1)dengan Kinerja Mengajar Guru (Y)

2 X2 dengan Y 0,597 0,201 0,000 0,05 Menerima H1/Ha yaitu adahubungan yang signifikan antaravariabel Kompetensi pedagogikGuru (X2) dengan KinerjaMengajar Guru (Y)

3 X1 dan X2 dengan Y 0,733 0,201 0,000 0,05 Menerima H1/Ha yaitu adahubungan yang signifikan antaravariabel Motivasi Kerja (X1) danvariabel Kompetensi pedagogikGuru (X2) dengan KinerjaMengajar Guru (Y)

Page 108: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

atau perorangan. Dengan perkataan lain motivasimerupakan sebuah determinan yang penting bagikinerja individual. Motivasi tinggi dan keinginanuntuk kinerja yang tinggi harus didukung oleh faktorindividu dan juga organisasi sehingga akanmeningkatkan kinerja. Kinerja yang baik akanmenghasilkan penghargaan yang berasal daridalam maupun luar. Penghargaan intrinsik akanmempengaruhi motivasi. Perbandingan keadilanakan menghasilkan kepuasan, dan kepuasan akanmenambah motivasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasiberprestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerjamengajar guru pada empat SMA Negeri di KotaBandung. Dari berbagai penelitian tentang motivasidan kinerja, dibuktikan bahwa motivasimemberikan sumbangan penting sebesar 15,72%terhadap kinerja guru. Dengan demikian kinerjaguru dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkandan mengembangkan motivasi. Pada hasilpenelitian lainnya ditemukan adanya hubunganyang signifikan dan positif antara motivasiberprestasi dengan kinerja guru. Sehingga dapatdikatakan bahwa semakin tinggi motivasiberprestasi guru, maka akan semakin tinggi pulaperformansi mengajarnya.

Berdasar hasil penelitian yang dilakukandidapatkan bahwa kompetensi pedagogikberpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajarguru pada empat SMA Negeri di Kota Bandung.Kompetensi dapat disebutkan sebagai kapasitasindividu untuk melakukan berbagai tugas dalamsuatu jenis pekerjaan. Selanjutnya dikatakanbahwa kapasitas individu dibentuk oleh dua faktor,yaitu faktor kemampuan intelektual dankemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalahkemampuan yang diperlukan untuk melakukankegiatan mental sedangkan kemampuan fisikadalah kemampuan yang diperlukan untukmelakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.

Adapun kompetensi yang dimiliki oleh setiapguru adalah kemampuan penguasaan pengetahuandan sikap pedagogik dalam menjalankan fungsinya,dengan demikian ia akan menunjukkan kualitasnyadalam melakukan proses pembelajaran.Kompetensi yang diperlukan oleh seorang gurutersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formalmaupun pengalaman.

Jadi kompetensi adalah karakteristik dasarseseorang yang berkaitan dengan kinerjaberkriteria efektif dan atau unggul dalam suatupekerjaan dan situasi tertentu. Kompetensi adalah

karakteristik pribadi individu yang mempengaruhisecara langsung pada kinerja pekerjaan yangdilakukan.

Kompetensi seseorang pada dasarnya dapatdikelompokkan menjadi dua, meliputi kompetensipribadi dan kompetensi sosial. Kompetensi pribadimeliputi kesadaran diri, pengaturan diri, danmotivasi. Sedangkan kompetensi sosial terdiri atasempati dan keterampilan sosial. Dalam prosespembentukan kompetensi atau yang memberipengaruh pada kompetensi terdapat faktor-faktoryang berperan penting di dalamnya, terdiri atas (1)keahlian dan keterampilan individu, (2)pengalaman yang didapat, (3) karakteristikindividu, (4) motivasi, (5) kapasitas intelektual,(6) kepercayaan dan nilai-nilai, dan (7) isuemosional. Untuk pengembangan atau peningkatankompetensi, ketujuh faktor tersebut perludiperhatikan oleh karena beberapa faktormenjadikan peningkaan kompetensi mudahdilakukan, namun pula terdapat faktor yang lainyang menjadikan kompetensi sulit untukdikembangkan.

Bagi guru, kompetensinya ditetapkan ke dalamtiga komponen. Pertama, komponen kompetensipengelolaan pembelajaran, yang mencakup (1)penyusunan perencanaan pembelajaran, (2)pelaksanaan interaksi belajar mengajar, (3) penilaianprestasi belajar peserta didik, (4) pelaksanaan tindaklanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensipengembangan potensi yang diorientasikan padapengembangan profesi. Ketiga, kompetensipenguasaan akademik yang mencakup (1)pemahaman wawasan pendidikan, (2) penguasaanbahan kajian akademik.

Motivasi yang dimiliki pekerja dan keinginanyang kuat dari peker ja belum tentu dapatmempengaruhi kinerjanya. Keinginan yang kuatdan motivasi saja tanpa didukung keahlian dankemampuan tidak dapat meningkatkan kinerja,ditambah lagi dengan situasi kerja (faktor situasi)yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Kinerjapegawai di sini bersangkutan dengan kegiatan gurusebagai seorang pengajar dan pendidik. Mengajaradalah aktivitas kompleks yang dilakukan gurudalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa,sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleksyang dimaksud antara lain adalah (1) mengaturkegiatan belajar siswa, (2) memanfaatkanlingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada diluar kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbinganpengarahan, dan dorongan kepada siswa.

460 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

Page 109: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Hasil penelitian menyatakan bahwa motivasiberprestasi dan kompetensi pedagogik secarasimultan berpengaruh signifikan terhadap kinerjamengajar guru pada empat SMA Negeri di KotaBandung. Hal ini selaras dengan pendapat yangmenyatakan bahwa karena kompetensi dibina dandibangun oleh karakter, motif, konsep diri,pengetahuan dan keterampilan, maka selanjutnyakompetensi berpengaruh penting pada perilaku.Perilaku pada gilirannya mempengaruhi kinerja.Terdapat tiga proposisi pokok, yaitu proposisipertama adalah bahwa kompetensi mempunyaihubungan dengan kinerja. Hubungan kausal antarakompetensi, perilaku, dan kinerja oleh Spencer danSpencer (1993: 13) diragakan sebagai berikut:

Gambar 1 Hubungan Kausal antar Kompetensi

Proposisi kedua menyatakan bahwa motivasimempunyai hubungan dengan kinerja.Dikemukakan bahwa konsep motivasi merupakansebuah konsep yang penting dalam penelitiantentang kinerja individu. Dengan perkataan lainmotivasi merupakan sebuah determinan pentingbagi kinerja individual. Schermerhorn et.al.(1983:121) menggambarkan keterkaitan antaramotivasi dengan kinerja seperti tampak padagambar 2.

Motivasi yang tinggi dan keinginan akankinerja yang tinggi harus didukung oleh faktorindividu dan organisasi, yang gilirannya akanmeningkatkan kinerja. Kinerja yang baik akan

menghasilkan penghargaan yang berasal daridalam maupun luar. Penghargaan intrinsikselanjutnya akan mempengaruhi motivasi.Perbandingan keadilan akan menghasilkankepuasan, dan kepuasan menjadi faktor pendorongbertambahnya motivasi.

Motivasi untuk berprestasi bagi guru akanmeningkatkan kinerja mengajar, dan kinerjamengajar berhubungan dengan kompetensipedagogik seorang guru. Semakin baik kompetensipedagogik seorang guru, maka semakin baik pulakinerja mengajarnya, hal ini akan mengundangpenghargaan atau imbalan.

McClelland’s Achievement MotivationTheory atau Teori Motivasi Prestasi dikembangkanoleh David C. McClelland dari Universitas HarvardAmerika Serikat beserta timnya, yang secara luasdan mendalam dibahas dalam karya tulis yangberjudul The Achieving Society. McClellandmenggolongkan kebutuhan manusia menjadi tigajenis, yaitu need for achievement (nAch), needfor power (nPow), dan need for affiliation (nAff).

Need for Achievement (Ach) diartikankebutuhan seseorang untuk mengejar danmencapai tujuan yang lebih baik dijelaskanHasibuan (2003:112), kebutuhan akan prestasimerupakan daya penggerak yang memotivasisemangat kerja seseorang. Karena itu nAch iniakan mendorong seseorang untuk mengembang-kan kreativitas dan mengarahkan semuakemampuan serta energi yang dimilikinya demimencapai prestasi kerja optimal. Karyawan akanantusias untuk berprestasi tinggi, asalkankemungkinan untuk hal itu diberikan kesempatan.Seseorang menyadari bahwa hanya denganmencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapatmemperoleh pendapatan yang besar. Denganpendapatan yang besar akhirnya ia dapat memilikiserta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Individual Attributes

Extrinsic Rewards

MOTIVATION Work Effort PERFORMANCE Equity

Comparison SATISFACTION

Organizational Support

Intrinsic Rewards

Gambar 2 Keterkaitan Motivasi dengan Kinerja

Intent

KARAKTERISTIK INDIVIDU

WatakMotifKonsep diriPengetahuan

Tindakan

PERILAKU

Keterampilan

Hasil

PERFORMANSI KERJA

Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 461

Page 110: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Siagian (2002:108) menjelaskan ingin berhasilmerupakan kebutuhan seseorang manusia. Tidakada manusia yang senang jika dikatakan ‘telahgagal’. Akan tetapi sebaliknya, seseorang tidakseharusnya dihantui oleh ketakutan akankegagalan. Rivai (2004:459) memaknai kebutuhanini sebagai kemampuan untuk mencapai hubungankepada standar perusahaan yang telah ditentukanjuga perjuangan bawahan untuk menujukeberhasilan.

Dorongan berprestasi dapat diajarkan kepadaorang-orang dari kebudayaan yang berbeda-beda.Melalui percobaan dengan orang-orang yangberasal dari Amerika Serikat, Italia, Polandia, danIndia, McClelland menemukan dalam semuakasus, program-program pelatihan (training)berhasil meningkatkan kebutuhan orang untukberprestasi. Program-program tersebutmenekankan prestise, kepraktisan menimbulkanperubahan, pengajaran pola bahasa dan pemikiranorang-orang yang bermotivasi untuk berprestasi,dukungan emosional dari peserta pelatihan(terutama melalui pertukaran pengalaman), danpenyampaian bukti-bukti penelitian tentangdorongan untuk berprestasi.

Seseorang mempunyai motivasi berprestasiyang tinggi sangat menyukai pekerjaan yangmenantang keahliannya dan kemampuannyamemecahkan persoalan. Seseorang yang memilikimotivasi berprestasi tinggi cenderung tidak begitumempercayai nasib baik karena dalampandangannya bahwa segala sesuatu akandiperoleh melalui usaha. Penentuan mitra kerja danstaf lebih banyak didasarkan kepada kemampuandan kredibilitas seorang individu.

Dalam penjelasan yang dikemukakan Thoha(2003:206), menyatakan seseorang yang mempunyaimotivasi berprestasi tinggi cenderung mempunyaikeinginan untuk melakukan suatu karya yangberprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain.Ada beberapa karakteristik dari orang-orang yangberprestasi tinggi, antara lain (1) Suka mengambil risikoyang moderat (moderate risks). Orang semacam inimau berprestasi dengan suatu risiko yang tidak terlalubesar dan tidak terlampau rendah. (2) Memerlukanumpan balik yang segera. Ciri ini amat dekat dengankarakteristik di atas. Seseorang yang mempunyaikebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebihmenyenangi akan semua informasi mengenai hasil-hasil yang dikerjakannya. Informasi itu akanmemberikan kepadanya penjelasan sebagaimanausaha yang dilakukan. Sehingga bisa diketahuikekurangannya yang nantinya bisa diperbaiki untuk

peningkatan prestasi berikutnya. (3) memperhitungkankeberhasilan. Seseorang yang berprestasi tinggi, padaumumnya hanya memperhitungkan keberhasilanprestasinya saja dan tidak mempedulikan penghargaan-penghargaan materi. (4) Menyatu dengan tugas. Sekaliorang yang berprestasi tinggi memilih suatu tujuanuntuk dicapai, maka cenderung untuk menyatu dengantugas pekerjaannya sampai benar-benar berhasilsecara gemilang.

Hal ini berarti bahwa seorang individubertekad akan mencapai tujuan yang telahdipilihnya dengan tekad yang tidak setengah-setengah. Dia tidak bisa meninggalkan tugas yangselesai baru separuh perjalanan, dan dia tidak akanpuas sebelum tugas pekerjaan tersebut selesaiseluruhnya, dengan memberikan hasil maksimal.Tipe komitmen pada dedikasinya ini memancar darikepribadiannya yang teguh, yang kadangkalamempunyai pengaruh kurang baik terhadap orangyang berhubungan dengannya. Orang lainmerasakan bahwa orang yang berprestasi tinggiini seringkali tidak bersahabat (loner). Dia lebihcondong berpikir secara realistik mengenaikemampuannya dan tidak menyenangi orang lainbersama-sama dalam satu jalan untuk mencapaisatu tujuan. Dengan demikian jelaslah bahwa tipeorang yang berprestasi tinggi ini tidak selalu ramahdengan orang lain.

Empat karakteristik tersebut di atasdikemukakan oleh McClelland berdasarkan hasilrisetnya bertahun-tahun. Adapun Jay Hall bersamakelompoknya yang dapat dikatakan sebagai orangyang agak menyeluruh tentang gaya manajer. Diamengobservasi lebih dari 16.000 manajer denganmembaginya atas manajer-manajer yangmempunyai prestasi tinggi, tengah, dan rendah.Berikut ini adalah laporan penemuannya: (1)Manajer yang mempunyai prestasi rendah, dapatdiketahui lewat sifat pandangannya yang pesimis,dan mempunyai sifat dasar tidak percaya padakemampuan bawahannya, adapun manajer yangberprestasi tinggi menunjukkan sifat yangberlawanan dari rendah prestasinya. Dia selaluoptimis dan memandang bawahannya sebagaipotensi yang berguna bagi kelanjutan organisasi. (2)Motivasi pribadi manajer itu dapat diproyeksikanpada bawahannya. Dengan demikian manajerdengan motivasi prestasi yang tinggi selalumemikirkan aspek-aspek pekerjaan yangmemberikan kesempatan pada bawahan untuk bisaberprestasi. Dia berusaha membicarakan hal inipada bawahannya dan berusaha mengelompokkandalam struktur pekerjaan yang menjamin bawahan

462 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

Page 111: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

untuk mencapai prestasi. Adapun manajer denganmotivasi yang moderat selalu memikirkan statussimbol. Dan yang bermotivasi prestasi rendahsenantiasa memikirkan tentang keamanan. Baikyang moderat maupun yang rendah senantiasamemikirkan tentang keamanan. Baik yang moderatmaupun yang rendah mempunyai cara-cara yangsama dalam memotivasi bawahan. (3) Manajeryang mempunyai motivasi prestasi tinggi siapmempergunakan metode partisipasi denganbawahannya, sementara itu yang moderat danrendah tidak mempunyai kemauan untuk melibatkanbawahan dalam berperan serta pada pembuatan-pembuatan keputusan. (4) Manajer yangbermotivasi prestasi tinggi bersikap terbuka dalamberinteraksi dan berkomunikasi dengan lainnya baiksesama manajer ataupun dengan bawahannya.Adapun yang moderat selalu dikuasai oleh perasaandan ide-idenya sendiri. Sedangkan manajer yangrendah prestasinya cenderung untuk menghindariberinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.(5) Manajer berprestasi tinggi menunjukkansikapnya mau memikirkan baik orang-orang yangada dalam organisasinya maupun produksinya.Manajer berprestasi moderat mempunyai minatyang besar untuk memikirkan produksi danperhatian yang rendah pada orang-orang. Adapunmanajer yang rendah prestasinya selalumemperhatikan perlindungan diri dan tidakmemperdulikan orang-orang dan produksi.

Beberapa hasil penemuan Hall menunjukkanadanya perbedaan dengan profil McClellandtentang berprestasi tinggi dan rendah. Suatucontoh, oleh McClelland disebutkan bahwa orangyang bermotivasi prestasi tinggi cenderung tidakbersahabat (loner) dan tidak menyenangi oranglain. Sementara itu penemuan Hall menyatakanbahwa orang yang bermotivasi prestasi tinggicenderung berorientasi pada orang-orang, maubersifat terbuka dalam berinteraksi danberkomunikasi dengan bawahannya, berkehendakmelaksanakan metode partisipasi, dan maumemikirkan atau memandang optimis bawahannyasebagai potensi yang bermanfaat. Selain itunampaknya penemuan Hall cenderung memberikanatribut serba baik bagi manajer yang mempunyaimotivasi prestasi tinggi (mulai dari penemuannomor 1 sampai dengan nomor 5). Tetapi haltersebut belum cukup meyakinkan bahwa manajeryang berprestasi tinggi benar-benar berlaku efektifdalam pelaksanaan kerja yang sesungguhnya. Halini tersebut oleh Hall tidak banyak diterangkan.Namun demikian, penemuan McClelland yang

mengenalkan motivasi berprestasi ini amatbermanfaat dalam mempelajari motivasi, karenamotivasi untuk berprestasi itu dapat diajarkan untukmencapai prestasi kelompok atau organisasi lewatbeberapa latihan.

Need for Power (nPow) diartikan sebagaikebutuhan seseorang untuk menguasai/mendominasi orang lain. Kebutuhan akankekuasaan merupakan daya penggerak yangmemotivasi semangat kerja seseorang karyawan.Karena itu nPow ini yang merangsang danmemotivasi gairah kerja seseorang sertamengerahkan semua kemampuan demi mencapaikekuasaan atau kedudukannya yang terbaik dalamorganisasi. Ego manusia yang ingin berkuasa darimanusia lainnya sehingga menimbulkanpersaingan. Persaingan ini oleh manajerditumbuhkan secara sehat dalam memotivasibawahannya, supaya mereka termotivasi untukbekerja giat.

Siagian (2002:109) mengatakan serendah apapun jabatan dan kedudukan seseorang dalamorganisasi, ia tetap ingin ‘berkuasa’ danberpengaruh terhadap orang lain. Rivai (2004:459)mengemukakan kebutuhan dalam kekuasaan atauotoritas kerja (Need for power) merupakankebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalamkeadaan yang wajar dan bijaksana dalam tugasnyamasing-masing. Orang-orang seperti ini padaumumnya berusaha mencari posisi pimpinan;mereka penuh daya, keras kepala, dan sangatmenuntut; serta senang mengajar dan berbicaradi depan umum.

Ukas (2004:320) menjelaskan kebutuhanakan kekuasaan, akan nampak pada seseorangyang berkeinginan untuk berpengaruh pada oranglain. Ia akan cepat tanggap terhadap masalah-masalah organisasi dimana ia bekerja, ia akanmerupakan orang aktif dalam menjalankankebijakan organisasi, ia akan senang membantuorang lain dengan kemampuannya dalammengadakan pendekatan untuk mempengaruhiorang lain dengan mengesankan dan selalumenjaga prestasi, reputasi, serta posisinya. Untukmenjadi manusia yang berprestasi tentu dibutuhkanmotivasi yang t inggi dan konsisten dalampencapaiannya dengan penuh tanggung jawabdisertai pandainya orang untuk bekerja sama dandapat mempengaruhi orang apabila ia seorangmanajer dalam mengejar tujuannya.

Motivasi untuk berkuasa tidaklah perludiartikan sama dengan keinginan untuk menjadipenguasa yang totaliter atau kepemimpinan yang

Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 463

Page 112: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

otokratis. Persoalannya berhubungan dengankemampuan seseorang untuk menggunakan motifberkuasa tersebut dalam setiap organisasi. Tidakdapat disangkal bahwa setiap pimpinan ataumanajer perlu mempunyai motivasi untuk berkuasa,karena kalau tidak, ia akan kehilangan hak dankewenangan untuk mengambil keputusan atautindakan. Sebaliknya, terlalu banyak menggunakanmotivasi untuk berkuasa dalam suatu organisasidapat menghilangkan keinginan bawahannya untukberpartisipasi dan juga menghilangkan kesempatanbagi mereka untuk mengembangkan diri dankemampuan mereka.

Need for Affiliation (nAff)diartikansebagaikebutuhan seseorang untuk mengadakan hubunganyang erat dan saling menyenangkan dengan oranglain. Need for Affiliation (nAff)merupakan dayapenggerak yang akan memotivasi semangat kerjaseseorang karyawan. Kebutuhan ini meliputi (1)kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang laindi lingkungan ia hidup dan bekerja (sense ofbelonging), (2) kebutuhan akan perasaandihormati, karena setiap manusia merasa dirinyapenting (sense of important), (3) kebutuhan akanperasaan maju dan gagal (sense of achievement),dan (4) kebutuhan akan perasaan ikut serta (senseof participation).

Siagian (2002:109) mengatakan kebutuhanafiliasi penting mendapat perhatian untukdipuaskan karena predikat manusia sebagaimakhluk sosial. Keinginan disenangi, dicintai,kesediaan bekerja sama, iklim bersahabat, dansaling mendukung dalam organisasi, merupakanbentuk-bentuk pemuasan kebutuhan ini. Rivai(2004:459) mengemukakan kebutuhan untukberafiliasi (Need for affiliation) merupakanhasrat untuk bersahabat dan mengenal lebih dekatrekan kerja atau para karyawan di dalamorganisasi.

Arep dan Tanjung (2004:31) menjelaskanaffiliation adalah kebutuhan untuk berinteraksidengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengancara (1) Bekerja sama dengan orang lain. Bekerjasama bukan berarti si A bekerja, si B bekerja,keduanya mengerjakan pekerjaan yang berbedadan tidak ada koordinasi disebut kerja sama, tetapikerja sama itu adalah si A dan si B bekerja dengantujuan yang sama dan terkoordinasi. (2) Membuatkawan di tempat kerja.Bukan membuat lawan ditempat kerja. Membuat lawan mudah, tetapimembuat kawan susah. Banyak orang yang mudahdijadikan lawan, tetapi sedikit yang dapat dijadikankawan. Karena kawan yang baik adalah kawan

yang ada di sisi kita di saat mengalami kesusahan.(3) Sosialisasi. Tidak ada orang yang dapat hidupsendiri. Bahkan untuk membuat roti yang dijadikanmenu sarapan pagi dibutuhkan tangan ribuanorang, mulai dari gandum, tepung, roti, sampai ketangan konsumen.

Ukas (2004:320) menjelaskan kebutuhanakan ditunjukkan dengan adanya kesediaankeinginan untuk bersahabat, ia selalumemperhatikan aspek antar pribadi dalampekerjaannya, selalu bekerja sama, senang bergaul/memiliki jiwa empathy dan dapat bekerja sama,secara efektif dalam melaksanakan kerjanya.

Kebutuhan akan prestasi merupakankebutuhan untuk tercapainya tujuan yangdiinginkan. Dengan kata lain kebutuhan ini dapatdikatakan sebagai keberhasilan. Kebutuhan akanafiliasi adalah kebutuhan untuk lebih akrab denganorang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa orangtua juga memanfaatkan sekolah sebagai saranauntuk bisa lebih akrab dengan orang tua siswa yanglain. Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhanuntuk dapat mempunyai pengaruh untukmempengaruhi orang lain.

Teori ini juga memaparkan bahwa setiapindividu memiliki kebutuhan untuk berprestasi,berafiliasi dan kekuasaan. Kebutuhan akan prestasimenunjukkan fitrah manusia yang menginginkanbahwa dirinya adalah yang terbaik dibandingkandengan yang lain. Dalam setiap perlombaan semuaorang bersaing untuk menjadi yang terbaik, hal iniberarti bahwa setiap individu memiliki keinginankuat untuk menjadi yang terbaik diantara individulainnya. Sementara itu kebutuhan berafiliasimerupakan implementasi dari kodrat manusiasebagai mahluk sosial. Para guru sebagai bagiandari komponen masyarakat membutuhkan prosesafiliasi agar kehidupannya lebih tentram danmendapat pengakuan dari masyarakat.

Kebutuhan akan kekuasaan dapat dimaknaibahwa setip individu mengharapkan memilikikekuasaan yang dapat dugunakan untuk mengaturorang lain. Kekuasaan dimaknai sebagai sesuatukewenangan yang digunakan untuk mengatur danmengambil tindakan yang diperlukan demiterwujudnya tujuan organisasi. Dalam skalapersekolahan kekuasaan para guru dapat dimaknaisebagai kewenangannya dalam mengatur kelas,setiap guru memiliki otonomi yang luas untukmenentukan komposisi kelas, penentuan media danpendekatan pembelajaran, penetapan standarpenilaian dan menentukan siapa murid yangdipandang terbaik di kelasnya.

464 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

Page 113: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yangdimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitasguru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akanterwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuandan profesional dalam menjalankan fungsinyasebagai guru. McAhsan sebagaimana dikutip olehMulyasa (2003:38) mengemukakan bahwakompetensi: “…is a knowledge, skills, andabilities or capabilities that a person achieves,which become part of his or her being to theextent he or she can satisfactorily performparticular cognitive, affective, and psychomotorbehaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikansebagai pengetahuan, keterampilan, dankemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telahmenjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapatmelakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, danpsikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalandengan itu Finch & Crunkilton sebagaimana dikutipoleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensisebagai penguasaan terhadap suatu tugas,keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukanuntuk menunjang keberhasilan.

Robbins (2001:37) menyebut kompetensisebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individuuntuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatupekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwakemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitufaktor kemampuan intelektual dan kemampuanfisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuanyang diperlukan untuk melakukan kegiatan mentalsedangkan kemampuan fisik adalah kemampuanyang di perlukan untuk melakukan tugas-tugasyang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, danketerampilan.

Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan“Competency is underlying characteristic of anindividual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior perfor-mance in a job or situation”. Jadi kompetensiadalah karakteristik dasar seseorang yangberkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atauunggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan,kompetensi dikatakan underlying characteristickarena karakteristik merupakan bagian yangmendalam dan melekat pada kepribadianseseorang dan dapat memprediksi berbagai situasidan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related,karena kompetensi menyebabkan atau mempre-diksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benarmemprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik

atau buruk, berdasarkan kriteria atau standartertentu.

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun2005 tentang Guru Dan Dosen Pasal 10 Ayat (1)kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dankompetensi profesional yang diperoleh melaluipendidikan profesi.

Uraian di atas memperlihatkan keragamandalam mengkaji dimensi kompetensi guru. Namundemikian substansinya bermuara pada dimensi yangsama. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakankompetensi pedagogik adalah “kemampuanmengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas(2004:9) menyebut kompetensi ini dengan“kompetensi pengelolaan pembelajaran.Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuanmerencanakan program belajar mengajar,kemampuan melaksanakan interaksi ataumengelola proses belajar mengajar, dankemampuan melakukan penilaian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Menurut hasil penelitian tentang PengaruhMotivasi Berprestasi dan Kompetensi pedagogikterhadap Kinerja Mengajar Guru pada empat SMANegeri di Kota Bandung, dapat disimpulkan sebagaiberikut: gambaran secara deskriptif motivasiberprestasi guru pada empat SMA Negeri di KotaBandung adalah para guru memiliki motivasi yangtinggi untuk mewujudkan pembelajaran yang lebihbaik. Sementara itu hasil analisis data hubungandiantara motivasi kerja (X1) dengan Kinerjamengajar guru (Y) diperoleh kesimpulan bahwaMenerima H1/Ha yaitu ada hubungan yangsignifikan antara variabel Motivasi kerja (X1)dengan Kinerja Mengajar Guru (Y). Sehinggadapat dinyatakan bahwa variabel motivasi kerjamemiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru.

Responden mempersepsi bahwa para gurupada empat SMA Negeri di Kota Bandung beradapada kategori kompetensi yang baik. Sementaraitu hubungan antara variabel kompetensi pedagogikguru (X2) terhadap kinerja mengajar guru (Y)dapat disimpulkan bahwa H1/Ha diterima yangberarti ada hubungan yang signifikan antaravariabel Kompetensi pedagogik Guru (X2) denganKinerja Mengajar Guru (Y). Temuan inimenunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru

Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 465

Page 114: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru.Seperti batasan yang telah dikemukakan bahwayang dimaksud kompetensi pedagogik guru meliputimerencanakan program belajar mengajar,kemampuan melaksanakan interaksi ataumengelola proses belajar mengajar, dankemampuan melakukan penilaian.

Gambaran secara deskriptif kinerja mengajarguru pada empat SMA Negeri di Kota Bandungadalah responden paling banyak menjawab SangatTinggi sebesar 65,6% yang berarti bahwa para gurumemiliki kinerja baik. Sementara itu pengaruhvariabel motivasi kerja guru dengan kompetensipedagogik guru secara bersama-sama berkorelasiterhadap kinerja mengajar guru. Terdapathubungan yang signifikan antara variabel motivasiberprestasi dan variabel kompetensi pedagogikguru (Pyx1x2) terhadap variabel kinerja mengajarguru. Sehingga motivasi kerja guru dengankompetensi pedagogik guru memiliki pengaruhsecara bersama-sama terhadap kinerja mengajarguru. Hal ini menggambarkan begitu besarnyapengaruh kedua variabel independen tersebutterhadap variabel dependen.

Saran

Dalam konteks motivasi berprestasi penelitimerekomendasikan untuk ter lebih dahulu

menumbuhkan motivasi dari internal guru itusendiri, selanjutnya dikomplementer denganmotivasi dari luar. Sehingga para guru akan merasabekerja itu bukan dirasakan sebagai tuntutankewajiban seorang guru melainkan sudah menjadipanggilan jiwa. Hendaknya kepala sekolah masihtetap memperhatikan dan tetap memotivasi guruuntuk selalu berprestasi dan meningkatkankompetensi pedagogik guru, karena motivasiberprestasi guru dan kompetensi pedagogikmempunyai sumbangan yang besar dan berartiterhadap kinerja mengajar guru. Apabila kinerjamengajar guru baik, maka kualitas lulusan akanbaik pula dan tujuan pendidikan akan tercapaidengan hasil yang optimal. Dinas Pendidikan KotaBandung: sebagai lembaga yang menaungi kegiatanpendidikan di Kota Bandung, penelitimenyampaikan beberapa rekomendasi, yaitu: (1)Melakukan pendampingan dan menyediakanfasilitator untuk membina kompetensi pedagogikguru yang dilaksanakan secara terencana dansimultan; (2) Menyediakan beasiswa bagi para guruuntuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebihtinggi; (3) Memberikan penghargaan kepada paraguru atas prestasi atau kinerja yang ditampilkannyasehingga setiap individu guru terpacu motivasinyauntuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Arep dan Tanjung. 2004. Manajemen Motivasi.Jakarta: PT. Gramedia.

Majid, Abdul.2005. Perencanaan Pembelajaran:Mengembangkan Standar KompetensiGuru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa.2003.Menjadi Guru Profesional .Bandung: Remaja Rosda Karya.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008Tentang Guru.

Spencer, Lyle M., Jr. & Signe M., Spencer.1993.Competence at Work: Models forSuperior Performance. John Wiley &Sons. Inc.

Rivai, v.2004. Manajemen Sumber DayaManusia untuk Perusahaan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada.

Robbin S. P. 2001. Perilaku Organisasi. Terje-mahan oleh Benyamin Molan. Jakarta: PT.Indeks.

Schermerhorn, John R., Hunt, James G., Osborn,Richard N. 1983. Managing Organizati-onal Behavior. New York: John Wiley &Sons.

Siagian. 2002. Kiat meningkatkan ProduktivitasKerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyanto dan Hisyam. 2000. Refleksi danReformasi Pendidikan di IndonesiaMillenium III: Yogyakarta: Adi Cipta.

Thoha, M. 2003. Kepemimpinan Dalam Mana-jemen : Suatu Pendekatan Perilaku.Jakarta: Rajawali Press.

Ukas. 2004 Manajemen: Konsep, Prinsip, danAplikasi. Bandung: Agnini.

Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Gurudan Dosen

466 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

Page 115: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

PETUNJUK BAGI CALON PENULIS

1. Artikel yang ditulis untuk Jurnal Manajemen Pendidikan (JMP) meliputi hasil penelitian di bidang manajemenpendidikan. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12, dengan spasi At least 12 pts, dicetak padakertas A4, antara 15-20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar dan file. Berkas (file)dibuat dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat:[email protected] atau [email protected]

2. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis; alamat e-mail; abstrak Bahasa Inggris; Keyword;abstrak Bahasa Indonesia; Kata kunci; pendahuluan (tanpa judul); metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan saran(di bawahnya dijabarkan masing-masing kesimpulan dan saran); daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yangdirujuk). Pada Metode, Hasil, dan Pembahsan tanpa ada sub judul.

3. Judul artikel dicetak dengan huruf capital semua dengan posisi di tengah-tengah, size 14, tebal, lebih kurang 12-15kata.

4. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel, ditulis tanpa gelar akademik dan ditulis dengan urutan kebawah). Penulis dianjurkan mencantumkan alamat instansi, e-mail, dan nomor telepon/handphone untukmemudahkan komunikasi.

5. Penulisan abstrak maksimum 75-100 kata, ditulis Bahasa Inggris dan di bawahnya Bahasa Indonesia. Berisi tujuan,metode, dan hasil penelitian. Kata kunci (penulisan Kata kunci, awal huruf besar selanjutnya kecil tebal dan diberititik dua, sebanyak 3-5 kata/gabungan kata, tanpa ada titik di akhir kalimat, untuk Bahasa Inggris ada Keyword).

6. Penulisan Pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian.7. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan format esai. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang

berbeda (semua judul bagian dan sub bagian dicetak tebal atau tebal miring), dan tidak menggunakan angka/nomorpada judul bagian.

PERINGKAT 1 (HURUF KAPITAL SEMUA, TEBAL, RATA KIRI KANAN/JUSTIFY)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Kiri Kanan/Justify)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal Miring, Rata Kiri Kanan/Justify)

8. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalamjurnal dan/atau majalah ilmiah. Penulisan nama terakhir dahulu, lalu nama depan disingkat).

9. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipanlangsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67).Tidak diperbolehkan menggunakan kutipan wawancara lebih dari 40 kata. Daftar Rujukan disusun dengan tata caraseperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Contoh Daftar Rujukan

a. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah oleh Suatu PenerbitUndang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta:Tamita Utama.

b. Rujukan dari BukuRobbins, S.P & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.

c. Rujukan dari Makalahdisajikan dalam Seminar dan LokakaryaWaseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya PenulisanArtikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus.

d. Rujukan dari Koran yang Ada Namanya dan Tanpa NamaCatur, S. 14 Juli 2010. HKTI dalam Sandra Parol. Jawa Pos, hlm.4.Kompas. 23 Januari 2004. Ijazah Penyetaraan Paket C Rawan Manipulasi, hlm. 12.

e. Rujukan dari Karya Ilmiah (Skripsi)Widiasari, D. 2014. Persepsi dan Ekspektasi Wali Peserta Didik tentang Sekolah Dasar Negeri Kauman 1Malang dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP UM.

f. Rujukan dari Karya TerjemahanCochran, W.G. Tanpa Tahun. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rudiansyah. 2000. Jakarta: UniversitasIndonesia Press.

g. Rujukan dari Artikel yang Dimuat di InternetNugroho, B. W. 2008. Dampak Ujian Nasional terhadap Siswa, Guru, dan Sekolah, (Online), (http://wdnoegroho.wordpress.com), diakses 27 Oktober 2014.

Page 116: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

h. Rujukan dari Jurnal yang DicetakSanzo, K.L., Sherman, W.H and Clayton, J. 2011. Leadership practices of successful middle school principals.Jurnal of Educational Administration. Volume 49. Number 1.

i. Rujukan dari Jurnal yang Dimuat di InternetDharmayana, I.W, Masrun, Kumara, A. dan Wirawan, Y. 2012. Keterlibatan Siswa (Student Engagement) SebagaiMediator Kompetensi Emosi dan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi. Volume 39, No. 1, Juni 2012: 76 – 94.(Online), (http://www.google.com/url?sa=t&rct), diakses 8 Desember 2014.

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Universitas Negeri Malang) terbaru atau mencotoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang dirujuk oleh penyunting menurut bidangkepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepadapenulis sebelum penerbitan.

11. Pemeriksanaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikelyang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software computer untuk pembuatan naskahatau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yangmungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.

13. Artikel yang tidak dimuat tindak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Page 117: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 5

TUGAS PENYUNTING

A. TUGAS KETUA DAN WAKIL PENYUNTING1. Menjembatani antara penulis dengan pembaca.2. Menjaga mutu karya yang disebarluaskan.3. Mengolah naskah hingga layak diterbitkan.4. Menentukan gaya dan format, isi, bentuk dan penampilan perwajahan, ukuran tebal terbitan, dan jilid keberkalaan.

B. TUGAS PENYUNTING PELAKSANA1. Mengelola kesekretariatan.2. Mengelola naskah dari penulis sampai dengan siap terbit.3. Menghubungi percetakan/penerbit.4. Menangani semua surat menyurat mengenai penyuntingan dengan penulis.5. Mencetak naskah mengikuti format dan gaya selingkung.

C. TUGAS MITRA BEBESTARI1. Menelaah naskah untuk disetujui/menolak naskah yang masuk.2. Menyisir kecermatan setiap pernyataan, ketepatan istilah, dan kebakuan bahasa setiap artikel yang ditelaah.3. Menyakini kesesuaian bunyi judul artikel dengan isinya.4. Menyimak kemubasiran bagian-bagian naskah.5. Mencermati kelengkapan sarana pendukung dan kemutakhiran pustaka.6. Memindai kedalaman analisis dan keleluasaan sintesis hasil.7. Mengevaluasi kecukupan dan kepantasan pembahasan.8. Menjamin kebermaknaan naskah yang mempunyai sumbangan ilmiah dan keorisinilan naskah.9. Menjaga kesesuaian bidang/ranah artikel yang diloloskan dengan kecukupan berkala.10. Mencegah adanya plagiasi dan pengulangan publikasi.