Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

95

Transcript of Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Page 1: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4
Page 2: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

MPMANAJEMEN PENDIDIKAN

ISSN 0852-1921Volume 24 Nomor 4 September 2014

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting

Wakil Ketua Penyunting

Penyunting Pelaksana

Mitra Bestari

Pelaksana Tata Usaha

Desi Eri Kusumaningrum

R. Bambang Sumarsono

SunarniAsep Sunandar

Teguh TriwiyantoWildan ZulkarnainAhmad Nurabadi

Dwi Deswari (UNJ)Rusdinal (UNP)Ali Imron (UM)

Aan Komariyah (UPI)Ahmad Yusuf Sobri (UM)

M. Syahidul Haq

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: JurusanAdministrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. : [email protected] 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapatdikirimkan melalui rekening ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

E-mail

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh JurusanAdministrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

Page 3: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

MANAJEMEN PENDIDIKANVOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014

DAFTAR ISI

Pengelolaan Penjaminan Mutu Di Sekolah Menengah Atas, 267-273Desi Nurhikmahyanti

Pengembangan Staf Di Lembaga Pendidikan, 274-281Maisyaroh

Peningkatan Keaktifan, Kreativitas , dan Motivasi Belajar Mahasiswa melaluiPenerapan Model Project Based-Learning (PBL), 282-287

Wildan ZulkarnainRaden Bambang Sumarsono

Strategi Pemasaran Lulusan SMK untuk Mempercepat Penyerapan Tenaga Kerja, 288-293Fitria Kusuma Dewi

Nurul UlfatinTeguh Triwiyanto

Manajemen Ekstrakurikuler Pramuka dan Gulat untu Pengembangan Diri Peserta Didik, 294-299Isnawati

Implementasi Quality Assurance System dalam Pembelajaran, 300-304Rachmat Sidi Mawardi

Hendyat SoetopoAchmad Supriyanto

Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa, 305-314Risca Apriliyandari

Ali Imron

Pengaruh Kinerja Guru terhadap Kedisiplinan Peserta Didik, 315-324 Vinda Afrilia

Strategi Peningkatan dan Pemanfaatan Sumber Pembiayaan Mandiri di Pondok Pesantren,325-328Ainur Rifqi

Mustiningsih

Manajemen Kelas Video Broadcasting, 329-335Desiana Sunarwati

M. Huda A.Y.

Penyelenggaraan Digital Library dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan bagiPara Pemustaka, 336-340

Lillah Pamikat TrisnaAhmad Yusuf Sobri

Page 4: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Komitmen Pegawai Dinas Pendidikan, 341-349Anis Mustikasari

Keefektifan Peran Guru sebagai Pendidik dan Bendahara Bantuan Operasional Sekolah, 350-356Purwanti Wahyuningtyas

Page 5: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENGELOLAAN PENJAMINANMUTU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Desi Nurhikmahyanti

E-mail: [email protected],Universitas Negeri Surabaya, Kampus Lidah Wetan Surabaya

Abstract: The purpose of this research was to reveal the implementation of quality assurance fromplanning, actuating, until evaluation and follow-up. This research used qualitative approach withdescriptive, which was the study to the management of quality assurance by the principal. The resultof this research shown that the principal managed quality assurance with the following stages.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keterlaksanaan quality assurance mulai dariperencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi dan tindak lanjut. Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif yang disajikan secara deskriptif, yang merupakan kajian terhadap pengelolaan qualityassurance oleh kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepala sekolah mengelola qualityassurance dengan tahapan-tahapan.

Kata Kunci: pengelolaan quality assurance

Istilah quality assurance pada awalnya munculdan digunakan di lingkungan industri bisnis barangdan jasa, dengan maksud untuk menumbuhkanbudaya peduli mutu yang dapat memberikankepuasan pada customer atau pemakai produk.Dalam perkembangan selanjutnya penggunaankonsep quality assurance ini tidak terbatas dilingkungan bisnis dan industri saja, melainkan jugadapat diterapkan dalam pelayanan jasa sepertipendidikan.

Dalam lingkungan pendidikan, khususnyapersekolahan tuntutan terhadap qualityassurance merupakan gejala wajar karenapenyelenggaraan pendidikan yang bermutumerupakan bagian dari public accountability.Quality assurance dalam hal ini berperan sebagaisalah satu cara atau upaya dalam meningkatkanmutu pendidikan secara kontinyu. Tujuannyaadalah untuk melindungi masyarakat sebagaipengguna jasa pendidikan, agar masyarakattersebut mendapatkan hasil pendidikan sesuaidengan harapan dan yang dijanjikan olehpenyelenggara pendidikan yang berimplikasi padakepuasan masyarakat (pelanggan) akan hasilpendidikan.

Banyaknya lembaga pendidikan ataupersekolahan yang ada tidak menjamin hasilpendidikan yang selalu bermutu sesuai denganharapan dan keinginan masyarakat, hal ini

disebabkan keterbatasan-keterbatasan dalamsalahsatu atau sebagian komponen yang ada disekolah, seperti fasilitas atau sarana dan prasaranayang tersedia, profesionalisasi guru, atau bahkansampai pada komponen kurikulum.

Tanggung jawab terhadap mutu pendidikankhususnya mutu proses pendidikan merupakantanggung jawab semua orang yang terlibat di dalamproses operasi sistem lembaga pendidikan, karenamasyarakat pendidikan khususnya tenaga pendidikatau tenaga pengajar dan jajaran pengelola sertapimpinan lembaga pendidikan harus memilikikonsep dan strategi peningkatan mutu pendidikansecara kontinyu melalui quality assurance sebagaipenjamin dalam memperoleh hasil pendidikan,khususnya prestasi belajar siswa yang baik yangpada akhirnya dapat menciptakan lulusan-lulusanyang berkualitas, yaitu lulusan yang profesional dankompeten sesuai dengan harapan masyarakat.

Dari uraian di atas, keberhasilan pengelolaanquality assurance berpengaruh terhadap prestasibelajar siswa sebagai salahsatu bentuk kepuasanterhadap atau jaminan-jaminan mutu yang diberikanoleh lembaga pendidikan atau dalam hal ini sekolah,karena dengan penjaminan mutu ini dapatmelahirkan kepercayaan masyarakat terhadappendidikan yang menuntut lembaga penyelenggarapendidikan tersebut dapat menciptakan sekolahyang bermutu yang menjamin terpenuhinya

267

Page 6: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

berbagai kebutuhan pengguna jasa pendidikan(terutama siswa sebagai pelanggan primer) sebagaiupaya untuk memperoleh prestasi yang sangatmemuaskan. Dari beberapa SMA Negeri yang adadi Surabaya yang sudah mencoba dalam upayaquality assurance adalah salah satunya SMANegeri 13 Surabaya. Tetapi pada kenyataannyadalam pelaksanaan dan evaluasi qualityassurance ada yang t idak sesuai denganperencanaan quality assurance yang telahditetapkan oleh SMA Negeri 13 Surabaya.

Edward Deming mendefinisikan mutumenurut konteks, persepsi dan kebutuhan sertakemauan customers. “Mutu tidak dapatdidefinisikan apabila tidak dikaitkan dengan suatukonteks tertentu” (Soewarso 1996: 7). Mutuadalah suatu karakteristik atau atribut daripadasesuatu. Ini menunjukan untuk mendefinisikan mutuharus ditentukan terlebih dahulu “sesuatu itu”.Mutu adalah penilaian subjektif customer yangditentukan oleh persepsi customer terhadap produkatau jasa. Mutu juga bergantung pada apa yangdikehendaki dan dibutuhkan oleh customer.

Juran adalah guru pertama yangmengungkapkan isu manajemen mutu. Beliauberasumsi bahwa kebanyakan masalah mutu dapatdiatasi dengan kembali pada keputusanmanajemen. Menurut Juran mutu didefinisikansebagai “fitness for use” (dapat digunakan dandapat memuaskan kebutuhan serta keperluanpelanggan).

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutumencakup input, proses dan output pendidikan.Input adalah segala sesuatu yang harus tersediakarena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.Input sumber daya pendidikan meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guruBP, karyawan dan siswa) dan sumber dayaselebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan).

Proses merupakan berubahnya sesuatumenjadi sesuatu yang lain. Proses pendidikandikatakan bermutu tinggi apabila mengkondisikandan penyerasian serta pemanduan input sekolah(guru, siswa, kurikulum, uang dan peralatan)dilakukan secara harmonis, sehingga mampumenciptakan situasi pembelajaran yangmenyenangkan, mampu mendorong motivasi danminat belajar dan benar-benar mampumemberdayakan peserta didik.

Output pendidikan adalah merupakankinerja sekolah yaitu prestasi sekolah yangdihasilkan dari proses atau perilaku sekolah.Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitas,

efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi, kualitaskehidupan kerja dan moral kerjanya.

Dalam quality assurance yang palingutama adalah menentukan standar mutuberdasarkan kebutuhan objektif dan prosedur kerja(sistem dan proses) yang terinci secara tajam danketat serta harus diikuti oleh setiap pelaksanadengan sebaik-baiknya. Dari beberapa pendapatdapat disimpulkan bahwa pada dasarnya qualityassurance yaitu penjaminan mutu pada suatuproduk sehingga konsumen atau pelanggan dapatmenggunakannya dengan penuh kepercayaan dandapat digunakan dalam jangka waktu yang lamadengan kepercayaan dan kepuasan.

Sallis dalam Danim (2003: 79) mengemu-kakan dua standar utama untuk mengukur mutu,yaitu: ‘(1) standar hasil dan pelayanan, dan (2)standar customer.’ Indikator yang termasuk kedalam standar hasil dan pelayanan mencakupspesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikapyang diperoleh oleh anak didik; hasil pendidikanitu dapat dimanfaatkan di masyarakat atau di duniakerja; tingkat kesalahan yang sangat kecil; bekerjadengan benar dari awal, dan benar untuk pekerjaanberikutnya. Sedangkan indikator yang termasukkedalam standar customer mencakup terpe-nuhinya kepuasan, harapan dan pencerahan hidupbagi customer itu.

Para ahli telah merumuskan standar umumyang dapat dipakai untuk mengukur pendidikanpada setiap jalur dan jenjang dengan spesifikasistandar mutu yang masih kabur adanya. Akantetapi klasifikasi mengenai standar mutu lulusanlembaga pendidikan antara lain dapat dilakukandengan jalan menjabarkan konsep link and match,dimana educational outcomes dari jenjangpendidikan tertentu harus link and match dengandunia kerja atau dengan jenjang pendidikan yanglebih tinggi.

METODE

Penelitian tentang pengelolaan qualityassurance yang dilaksanakan di SMA Negeri 13Surabaya merupakan penelitian dengan pendekatankualitatif yang disajikan secara deskriptif, ataudengan kata lain penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif kualitatif.

Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 13Surabaya yang mendapat tugas yang sama darisekolah-sekolah lain untuk mengelola qualityassurance setiap tahunnya. Adapun subjek yangdimaksud dalam penelitian ini adalah kepala

268 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 267-273

Page 7: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

sekolah, guru, tata usaha dan siswa. Kepalasekolah merupakan sumber data atau informankunci (key informan) karena kepala sekolahmerupakan orang yang mempunyai tanggungjawab dalam pengelolaan quality assurancesedangkan guru, TU, dan siswa sebagai informandengan tujuan untuk cross check atau pengecekandata dan informasi yang disampaikan oleh kepalasekolah dengan tujuan validitas data yang ada,apakah data yang disampaikan kepala sekolahsesuai dengan yang terjadi di lapangan atau tidaksehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam penelitian ini, maka peneliti akanmenggunakan metode pengumpulan data denganwawancara, observasi dan studi dokumentasi.Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengungkapberbagai hal kaitannya dengan kegiatanpengelolaan quality assurance, meliputi:perencanaan quality assurance, pelaksanaannya,serta evaluasi yang dilakukan sebagai upaya kepalasekolah, guru, TU, siswa dalam meningkatkankualitas sekolah tersebut.

Dalam penelitian ini merupakan cerita tertulismengenai apa yang peneliti dengar, lihat, alami,pikirkan selama berlangsungnya pengumpulandata. Untuk format yang digunakan secaralangsung tidak ada acuannya, namun akan dibuatsecara alami sesuai dengan fenomena yang terjadiseperti yang dikemukakan di atas. Pedoman studidokumentasi dalam penelitian ini yaitu denganberpedoman pada dokumen-dokumen yang berupaformat penilaian quality assurance, programquality assurance, hasil quality assurance,evaluasi dan tindak lanjut quality assurance dandokumen-dokumen lain yang terkait denganpengelolaan quality assurance.

Triangulasi metode diperoleh denganmembandingkan atau cross check antara metodewawancara, metode observasi dengan metodestudi dokumentasi. Hasil wawancara yangdiperoleh dibandingkan dengan dokumen qualityassurance yang ada. Hasil triangulasi metodemenunjukan bahwa hasil wawancara yangdiperoleh tidak jauh berbeda isi suatu dokumenquality assurance yang berkaitan.

Dalam penelitian ini data disajikan secarasistematis dalam bentuk uraian deskriptif yangmudah dibaca atau dipahami baik secarakeseluruhan maupun bagian-bagiannya dalamkonteks sebagai satu kesatuan. Dari hasil displaydata maka selanjutnya dilakukan penyusunankesimpulan dan verifikasi data.

Dalam penelitian ini akan diungkap mengenaimakna dari data yang dikumpulkan. Dari datatersebut akan diperoleh kesimpulan yang padaawalnya masih bersifat kabur dan diragukan, makakesimpulan itu perlu diverifikasikan. Verifikasidilakukan dengan melihat kembali reduksi data ataudisplay data dan sudah dilakukan selama penelitianberlangsung, sehingga kesimpulan yang diambiltidak menyimpang dari data yang dianalisis dantetap bersifat longgar dan terbuka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan quality assurance di SMANegeri 13 Surabaya yang dilakukan oleh kepalasekolah selaku pemeran utama, memperoleh hasilnyata diantaranya: pelatihan yang pernah diikutioleh kepala sekolah dan beberapa guru baik tingkatregional, nasional dan internasional; tahun 2010SMA Negeri 13 Surabaya menjadi sekolah standarnasional; tahun 2010 melaksanakan sistemmanajemen mutu ISO 9001: 2008 dan pada tahun2012 SMA Negeri 13 Surabaya menjadi sekolahstandar internasional.

Untuk mengungkap tentang pengelolaanquality assurance di SMA Negeri 13 Surabaya,maka akan dibagi beberapa hal untuk dibahassecara mendalam yaitu: (1) perencanaan qualityassurance yang dilakukan oleh kepala sekolah ;(2) pelaksanaan quality assurance yangdilakukan oleh kepala sekolah; dan (3) evaluasiquality assurance yang dilakukan oleh kepalasekolah

Berikut akan disajikan secara mendalam dariketiga aspek tentang pengelolaan qualityassurance yang dilaksanakan di SMA Negeri 13Surabaya. Pada pembahasan perencanaan qualityassurance di SMA Negeri 13 Surabaya, akandiuraikan beberapa masalah yang berkaitan denganpersiapan yang dilakukan oleh kepala sekolah.Berikut ini akan dipaparkan masing-masingkegiatan perencanaan quality assurance di SMANegeri 13 Surabaya.

Menurut keterangan kepala sekolah formatpenilaian quality assurance di setiap sekolah yangtelah menerapkan quality assurance mempunyaibentuk atau format yang sama. Instrumen danformat penilaian quality assurance disusun olehDirektorat Jendral Pendidikan Dasar danMenengah (Ditjen Dikdasmen) KementerianPendidikan dan Kebudayaan (2010).

Perencanaan quality assurance merupakanbagian dari kegiatan perencanaan program

Nurhikmahyanti, Pengelolaan Penjaminan Mutu di Sekolah Menengah Atas 269

Page 8: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

akademis sekolah. Dalam merencanakan kegiatanquality assurance, kepala sekolah melakukanbeberapa hal yaitu penyiapan instrumen qualityassurance untuk dibawa ke rapat besar yangdihadiri oleh semua staf dan dihadiri juga olehkomite sekolah, kemudian mensosialisasikanprogram yang disepakati dari hasil rapat, sertamenentukan siapa saja yang melaksanakanprogram (staffing) quality assurance.

Dalam melakukan perencanaan qualityassurance ini, kepala sekolah dibantu wakasekdifinitif dan wakasek kurikulum, sarana prasarana,kesiswaan dan hubungan dengan masyarakatmembutuhkan waktu kurang lebih dua bulan.Quality assurance merupakan program akademisdan baru berjalan tiga tahun ini sehingga kepalasekolah masih banyak belajar dan membutuhkanwaktu yang cukup lama untuk mempersiapkan itusemua. Mutu adalah suatu karakteristik atau atributdaripada sesuatu. Ini menunjukan untukmendefinisikan mutu harus ditentukan terlebihdahulu “sesuatu itu”. Mutu adalah penilaiansubjektif customer yang ditentukan oleh persepsicustomer terhadap produk atau jasa. Mutu jugabergantung pada apa yang dikehendaki dandibutuhkan oleh customer.

Dalam merencanakan quality assurance ini,kepala sekolah lebih banyak dibantu oleh wakilkepala sekolah kurikulum, sarana prasarana, humasdan kesiswaan, mengingat pekerjaan kepalasekolah cukup banyak, tidak hanya merencanakanquality assurance tetapi banyak kegiatan lainnyayang harus juga dikelola dengan baik sepertipengembangan dan pembangunan sekolahkhususnya pembangunan fisik, sehinggaperencanaan quality assurance dibantu olehsemua komponen yang ada di sekolah, maka kepalasekolah bisa lebih fokus dalam mempersiapkanpengembangan sekolah yang lainnya.

Wakil kepala sekolah kurikulum, saranaprasarana, kesiswaan dan humas mempunyai tugasuntuk membantu perencanaan quality assurancemelalui masukan atau mengkritisi perencanaanquality assurance sebelum dibawa ke rapat besaryang dihadari oleh semua staf yang ada di sekolahtersebut. Hal ini dinyatakan juga oleh beberapaguru dalam perencanaan quality assurancekepala sekolah lebih banyak dibantu wakasekdifinitif, kurikulum, humas, sarana prasarana dankesiswaan serta staf lainnya, karena kesibukankepala sekolah cukup banyak, yang tidak hanyamengurusi pengelolaan quality assurance.

Menurut kepala sekolah SMA Negeri 13Surabaya perencanaan quality assurance inimerasa optimis akan berhasil semua programquality assurance, walaupun terdapat hambatanyaitu di antaranya waktu yang terbatas untuk dapatmenyelesaikan semua pekerjaan yang ada disekolah, sumber daya manusia yang terbataskarena hanya sedikit sumber daya manusia yangmempunyai keinginan untuk meningkatkan kualitassekolah.

Usaha kepala sekolah dalam mengatasihambatan yang ada dalam perencanaan qualityassurance yaitu penggunaan waktu yang lebihefektif, pembagian tugas yang jelas dengan semuastaf sekolah, pembinaan terhadap sumber dayamanusia yang mempunyai keinginan untukmeningkatkan kualitas SMA Negeri 13 Surabayamelalui pelatihan, mengikuti seminar, studi banding,lokakarya serta mencari donator yang dapatmemberikan dana untuk pengelolaan qualityassurance.

Dari beberapa temuan yang terjadi dilapangan mengenai perencanaan qualityassurance maka dapat ditarik kesimpulan bahwapada dasarnya perencanaan quality assurancedi SMA Negeri 13 Surabaya sesuai denganpedoman yang ada, dengan melibatkan semuapihak yang ada di sekolah.

Berikut akan dipaparkan temuan-temuan danfakta-fakta yang nampak dilapangan berkaitandengan pelaksanaan quality assurance. Dalampelaksanaan quality assurance yangdilaksanakan di SMA Negeri 13 Surabaya, tidakterlepas dari tujuan yang akan dicapai oleh sekolahdari quality assurance yang dilakukan.

Dalam melaksanakan quality assurance,kepala sekolah selalu berpedoman padaperencanaan yang sudah ada, terutamaperencanaan mengenai pelaksanaan programquality assurance. Kepala sekolah berusahauntuk melaksanakan program quality assurancesesuai dengan jadwal yang telah disepakatibersama pada rapat besar yang dihadiri oleh semuastaf SMA Negeri 13 Surabaya. Beberapa guru,tata usaha dan siswa juga memberikan keteranganbahwa dalam pelaksanaan quality assurance,kepala sekolah melaksanakannya secara terjadwal,masing-masing dari mereka juga sudah mengetahuitugasnya dalam pelaksanaan quality assurance,sehingga tujuan daripada program qualityassurance dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.Paparan selanjutnya yaitu tentang supervisi yangdilakukan oleh supervisi dari Pemerintah Kota

270 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 267-273

Page 9: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Surabaya berupa pemantauan dalam pelaksanaanprogram quality assurance. Hal ini menunjukanbahwa Pemerintah Kota Surabaya mempunyaikepedulian terhadap peningkatan kualitaspendidikan setempat. Selanjutnya Pemerintah KotaSurabaya juga memberikan bantuan moril untukmensukseskan pelaksanaan quality assurancedan tidak luput pula bantuan berupa dana yangdiberikan kepada SMA Negeri 13 Surabaya untukmelaksanakan quality assurance.

Di dalam pelaksanaan quality assuranceseperti dalam perencanaannya juga kepala sekolahmelibatkan semua pihak yang ada di sekolahtersebut, di antaranya: wakasek sarana prasarana;hubungan dengan masyarakat; kurikulum;kesiswaan, para guru, tata usaha, dan siswa. Peranguru dalam pelaksanaan quality assuranceadalah melaksanakan program quality assurancedi antaranya melaksanakan kegiatan belajarmengajar di kelas sesuai dengan apa yang telahdirencanakan sebelumnya yang terdapat dalamprogram quality assurance. Selanjutnya perandari tata usaha dalam pelaksanaan qualityassurance adalah sebagai pelaksana teknis danmempersiapkan semua peralatan yangberhubungan dengan pelaksanaan qualityassurance.

Selanjutnya komponen sekolah yang berperandalam pelaksanaan quality assurance adalahsiswa. Peran siswa lebih berbentuk kepadapeningkatan kualitas belajar mereka contohnyadituntut pada ujian nasional memperoleh nilai ujiannasional bahasa inggris mendapatkan nilai minimal7,01; siswa dituntut hasil ujian nasional memperolehnilai matematika 5,6. Keadan di atas sesuai denganteorinya Achmad dalam Danim (2003: 79).

Selain hambatan yang dialami oleh lembaga,ada juga hambatan secara pribadi yang dialami olehkepala sekolah yaitu waktu yang dimiliki tidakcukup untuk mengoptimalkan kontribusi kepalasekolah dalam pelaksanaan quality assurance.Kepala sekolah melakukan dengan carapembagian waktu yang efektif, sehingga walaupunkepala sekolah banyak aktivitas tetapi masihmempunyai waktu untuk mengoptimalkanpelaksanaan quality assurance dengan sebaik-baiknya.

Dari beberapa temuan yang terjadi dilapangan mengenai pelaksanaan qualityassurance maka dapat ditarik kesimpulan bahwapada dasarnya pelaksanaan quality assurance diSMA Negeri 13 Surabaya dapat dikatakan sudahberjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari segi

pelaksanaannya di lapangan yang sudah berjalansesuai dengan yang ada pada perencanaan qualityassurance. Kepala sekolah melaksanakan qualityassurance secara bersama-sama dengan semuakomponen sekolah dan melaksanakan programquality assurance sesuai dengan jadwal yangsudah ditentukan.

Berikut ini akan dipaparkan masing-masingkegiatan baik evaluasi maupun tindak lanjut dariquality assurance di SMA Negeri 13 Surabaya.Evaluasi dari pengelolaan quality assurance diSMA Negeri 13 Surabaya dilakukan dengan carayaitu melakukan percakapan antara kepala sekolahdengan pihak yang bersangkutan dalampengelolaan quality assurance baik bersifatformal maupun informal. Kepala sekolahmengungkapkannya sebagai berikut.

Secara formal, kepala sekolah menjalinkesepakatan dengan semua komponen sekolahyaitu wakasek, guru, dan tata usaha untukmelakukan percakapan biasanya dalam bentukrapat yang melibatkan semuanya setelah setiapprogram quality assurance dilaksanakan.Dimana di dalam rapat ini semua komponensekolah yang terlibat dalam pengelolaan qualityassurance kecuali siswa. Sedangkan evaluasi yangbersifat informal dilakukan oleh kepala sekolahsehari-hari dan biasanya dilakukan secarakebetulan apabila kepala sekolah bertemu dengansemua staf yang ada di sekolah itu. Evaluasiinformal biasa dilakukan dimanapun dan kapanpun,ketika ada kesempatan untuk berbicarakanperkembangan dari kegiatan quality assuranceyang telah dan sedang dilakukan.

Pemerintah Kota Surabaya juga memberikankontribusinya dalam evaluasi pengelolaan qualityassurance di SMA Negeri 13 Surabaya. Perannyalebih pada pemberian masukan dan saran terhadappengelolaan quality assurance secarakeseluruhan dan memberikan arahan bagaimanapembangunan dan mengembangan sekolah bisabersinergi dengan pembangunan daerah.

Pelaksanaan evaluasi quality assurance,para guru mempunyai peran yaitu mengevaluasisendiri dari kegiatan belajar mengajar yang telahdilakukan. Para guru mengungkapkan apa yangmenjadi masalah maupun kesulitan dalammengajar, karena tugas pokok guru adalahmengajar dan pertanyaannya bagaimana cara gurumengajar yang efektif dan yang paling pentingdalam hal ini adalah apakah guru tersebut sudahmelaksanakan program quality assurance yangmenjadi tanggungjawabnya dengan sebaik-

Nurhikmahyanti, Pengelolaan Penjaminan Mutu di Sekolah Menengah Atas 271

Page 10: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

baiknya. Peran tata usaha dalam evaluasi qualityassurance adalah hanya memberikan saran.

Komponen sekolah terakhir yang telahberperan dalam evaluasi quality assurance yaitusiswa. Evaluasi siswa disini tidak secara langsung,dalam artian mereka memberikan evaluasi melaluiperantara yaitu guru bidang studi dan wali kelas.Siswa memberikan masukan dan saran melaluiguru dan walikelas ketika mereka sedang istirahatatau waktu yang senggang.

Kegiatan quality assurance di SMA Negeri13 Surabaya mendapatkan respon yang baik daripara guru. Para guru merasa senang ketikadisosialisasikan pelaksanaan quality assurance,karena ketika sekolah ini meningkatkan kualitasnyasecara terus menerus dan berkesinambunganmaka dengan sendirinya para guru juga kualitasdalam pembelajarannya ditingkatkan. Guru-gurudi SMA Negeri 13 Surabaya menyadari bahwaquality assurance merupakan kegiatan yangberorientasi pada kepentingan sekolah untuk bisabersaing di tingkat regional, nasional bahkaninternasional.

Dalam pengelolaan quality assurance diSMA Negeri 13 Surabaya, tata usaha jugamerespon dengan baik. Mereka sangat antusiasdan mendukung ketika kepala sekolah mengelolaquality assurance. Sesuai yang dipaparkan olehkepala tata usaha SMA Negeri 13 Surabaya.

Di dalam setiap pengelolaan apapun tentunyatidak terlepas dari keberhasilan dan kegagalan,termasuk diantaranya adalah keberhasilan dankegagalan pengelolaan quality assurance di SMANegeri 13 Surabaya. Pengelolaan qualityassurance di SMA Negeri 13 Surabayamemperoleh beberapa keberhasilan diantaranya:pelatihan yang pernah diikuti oleh kepala sekolahdan beberapa guru baik tingkat regional, nasionaldan internasional; tahun 2008 melaksanakan sistemmanajemen mutu ISO 9001: 2008 dan pada tahun2012 menjadi sekolah standar internasional.

Selain keberhasilan yang diperoleh juga adasisi lain dari pengelolaan quality assurance yaitukegagalan yang dialami selama pengelolaanquality assurance, kegagalan itu diantaranya:belum semua guru menguasai atau fasih berbahasainggris ketika para guru melaksanakan prosespembelajaran, dan sarana dan prasarana untukmenuju sekolah standar internasional belummemenuhi target.

Usaha yang dilakukan oleh kepala sekolahdalam menindaklanjuti pengelolaan qualityassurance yaitu dengan mengadakan pemantauan

terhadap semua komponen sekolah yaitu guru, tatausaha, siswa dalam melaksanakan programquality assurance, kepala sekolah berusahamengamati perkembangan pelaksanaan qualityassurance. Ketika diadakan evaluasi pengelolaanquality assurance, kepala sekolah memberikansaran dan masukan, kepala sekolah melakukanpemantauan terhadap kemampuan masing-masingstaf yang bersangkutan. Pantauan yang dilakukanoleh kepala sekolah didasarkan atas hasil darievaluasi yang bersifat formal atau informalsehingga dar i evaluasi itu menghasilkankesepakatan-kesepakatan, solusi, strategi dalammensukseskan pengelolaan quality assurance.

Berdasarkan temuan-temuan mengenaievaluasi dan tindak lanjut dari kepala sekolah dalamkegiatan quality assurance, maka dapatdisimpulkan bahwa evaluasi quality assurance diSMA Negeri 13 Surabaya dilakukan melaluipercakapan baik yang bersifat formal maupuninformal untuk membicarakan hasil penilaiankegiatan quality assurance. Kepala sekolahdalam evaluasi ini biasanya memberikan saran danmasukan pada semua komponen sekolah sebagaiupaya dan peningkatan kegiatan qualityassurance. Kemudian kepala sekolah melakukantindak lanjut dari kegiatan pengelolaan qualityassurance yang telah dilakukan denganmengadakan pemantauan terhadap semuakomponen sekolah yang melakukan qualityassurance, memberikan himbauan dan binaanpada waktu yang tidak ditentukan atau bersifatinsidental.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang telah dilakukan di SMA Negeri 13 Surabayatentang pengelolaan quality assurance, makadapat diambil kesimpulan sebagai berikut

Perencanaan quality assurance di SMANegeri 13 Surabaya telah mengikuti pedoman yangdikeluarkan oleh Direktorat Jendral PendidikanMenengah Kementerian Pendidikan danKebudayaan. Dalam perencanaan qualityassurance kepala sekolah melakukan beberapahal yaitu penyiapan program quality assuranceuntuk dibawa ke rapat besar dengan semua stafyang dihadiri juga oleh komite sekolah, kemudianmensosialisasikan program yang disepakati darihasil rapat, serta menentukan siapa saja yang

272 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 267-273

Page 11: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

melaksanakan program (staff ing) qualityassurance. Hambatan dalam perencanaan qualityassurance yaitu waktu yang terbatas untuk dapatmenyelesaikan semua pekerjaan yang ada disekolah, sumber daya manusia yang terbataskarena hanya sedikit sumber daya manusia yangmempunyai keinginan untuk meningkatkan kualitassekolah SMA Negeri 13 Surabaya.

Pelaksanaan quality assurance di SMANegeri 13 Surabaya. Dalam pelaksanaan qualityassurance ini kepala sekolah melibatkan semuapihak yang ada di sekolah, diantaranya wakasekhumas, wakasek kurikulum, wakasek saranaprasarana, wakasek kesiswaan, guru, tata usaha,dan siswa. Hambatan yang dialami dalampelaksanaan quality assurance yaitu tenagapengajar yang belum seluruhnya memiliki sertifikatstandar nasional dan standar internasional, keduafasilitas yang diperlukan untuk mendukung prosesbelajar mengajar belum lengkap.

Evaluasi quality assurance di SMA Negeri13 Surabaya dilakukan melalui percakapan baikyang bersifat formal maupun informal untukmembicarakan hasil penilaian kegiatan qualityassurance. Selama pengelolaan qualityassurance mengalami kegagalan diantaranya:belum semua guru menguasai atau fasih berbahasainggris ketika para guru melaksanakan prosespembelajaran, sarana dan prasarana untuk menujusekolah standar internasional belum memenuhitarget. Kepala sekolah melakukan tindak lanjutdari kegiatan pengelolaan quality assurance yang

telah dilakukan dengan mengadakan pemantauanterhadap semua komponen sekolah yangmelakukan quality assurance, memberikanhimbauan dan binaan pada waktu yang tidakditentukan atau bersifat insidental.

Saran

Kepala sekolah hendaknya merencanakanquality assurance lebih matang dan banyakmengadakan studi banding dengan sekolah yangtelah berhasil dalam pengelolaan qualityassurance sehingga kegagalan dari pengelolaanquality assurance dapat diperkecil bahkan dapatdihilangkan. Pengambilan keputusan yangdilakukan oleh kepala sekolah dalam pengelolaanquality assurance lebih dipertimbangkan kembalikepada semua komponen sekolah, sehinggakeputusan dalam pengelolaan quality assurancetidak memberatkan semua pihak atau salahsatupihak. Sebaiknya kepala sekolah memberikanpemahaman kepada semua komponen sekolahtentang pentingnya quality assurance,diantaranya dengan cara melibatkan seluruhkomponen sekolah dalam merumuskan visi dan misisekolah sehingga visi dan misi yang dihasilkanadalah hasil kesepakatan bersama bukan hanyakesepakatan sekelompok orang, lebih intensif untukmengikutsertakan semua komponen sekolah dalamseminar, pelatihan, lokakarya tentang qualityassurance.

DAFTAR RUJUKAN

Danim,S. 2003. Agenda Pembaharuan SistemPendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gie, T.L. 1991. Manajemen. Yogyakarta: AndiOffset.

Ishikawa K. 1997. Pengendalian Mutu Terpadu.Bandung: CV Remadja Karya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan.

UU SISDIKNAS. 2003.Sistem PendidikanNasional 2003 (UU RI No. 20 tahun2003). Jakarta: Sinar Grafika.

Vincent G. 2001. Total Quality Management.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurhikmahyanti, Pengelolaan Penjaminan Mutu di Sekolah Menengah Atas 273

Page 12: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENGEMBANGAN STAF DI LEMBAGA PENDIDIKAN

Maisyaroh

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The smoothness of learners in part determined by the quality of personnel administrationservices. Staff development needs to be done in order to serve learners super finely. Staff developmentactivities can be done individually and group. Individual activities, among others, further study,observation, and visits between units or institutions. While techniques are groups include seminars,group work, study visits, and workshops. Implementation of staff development requires a certainmechanism. Staff development mechanism, namely: (1) create a harmonious relationship, (2) analyzethe needs of development, (3) develop strategies and media, (4) carry out development activities, and(5) assessing development activities.

Abstrak: Kelancaran belajar peserta didik sebagian ditentukan oleh mutu layanan tenaga administrasi.Pengembangan staf perlu dilakukan agar dapat melayani peserta didik secara prima. Kegiatanpengembangan staf dapat dilakukan secara individual dan kelompok. Kegiatan yang bersifat individualantara lain studi lanjut, observasi, dan kunjungan antar unit atau lembaga. Sedangkan teknik yangbersifat kelompok antara lain seminar, kerja kelompok, studi banding, dan lokakarya. Pelaksanaanpengembangan staf membutuhkan mekanisme tertentu. Mekanisme pengembangan staf, yaitu: (1)menciptakan hubungan yang harmonis, (2) menganalisis kebutuhan pengembangan, (3)mengembangkan strategi dan media, (4) melaksanakan kegiatan pengembangan , dan (5) menilaikegiatan pengembangan.

Kata kunci: pengembangan staf, teknik, lembaga pendidikan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalpada Pasal 12 ayat 1 (b) mengamanatkan setiappeserta didik pada setiap satuan pendidikan berhakmendapatkan pelayanan pendidikan sesuai denganbakat, minat, dan kemampuannya. Oleh karena itupendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitasmemiliki peranan yang strategis dalampengembangan potensi peserta didik tersebut.Pasal 40 Undang-undang tersebut menyebutkanpendidik dan tenaga kependidikan memilikisejumlah hak yang antara lain memperolehpembinaan karier sesuai dengan tuntutanpengembangan kualitas. Untuk itu pimpinanlembaga pendidikan hendaknya mampumemfasilitasi dan mengembangkan potensipendidik dan tenaga kependidikan yang ada dilembaganya sesuai tuntutan kelembagaan agarmereka mampu melayani dan mengembangkanbakat, minat, dan kemampuan peserta didik secaraoptimal.

Pendidik dan tenaga kependidikan yangberkulitas menjadi andalan bagi terwujudnya

pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yangberkualitas sangat penting bila dikaitkan denganmakin tingginya tuntutan persaingan di segalabidang, baik secara nasional maupun internasional.Beberapa hasil riset menunjukkan, bahwa posisisumber daya manusia(SDM) Indonesia masihrendah bila dibandingkan dengan SDM bangsa lain.Rendahnya SDM tersebut tidak terlepas dari faktorpendidikan karena instrumen untuk meningkatkanmutu SDM adalah pelaksanaan pendidikan. Terkaitdengan kualitas pendidikan, di dalam RencanaStrategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun2010-2014 tercantum skor PISA (Programme forInternational Students Assessment) yangdilaksanakan oleh OECD (Organization forEconomic Cooperation and Development). SkorTes PISA untuk aspek literasi, numerasi, sainsOECD -30 negara ada penurunan 11 poin ( dari1.502 menjadi 1.491) dan non-OECD- 28 negaraada penurunan 54 poin (dari 1.364 menjadi 1.310),Indonesia ada kenaikan 41 poin(dari 1.142 menjadi1.182) dari Tahun 2003—2006. Dari data tersebutterlihat bahwa nilai PISA Indonesia tahun 2006

274

Page 13: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

sebesar 1.183 masih jauh di bawah rata-rata negaraNon-OECD (1.310). Namun jika dilihatperkembangan dari tahun 2001 sampai dengantahun 2006, Indonesia memberikan kecenderungankenaikan nilai PISA dan berkebalikan dengankecenderungan nilai PISA rata-rata negara non-OECD yang cenderung turun. Justru pada tahun2006, Indonesia mengalami lonjakan skor PISAterbesar di antara semua negara peserta baiknegara OECD maupun non-OECD.

Sumber daya manusia di lembaga pendidikanmerupakan faktor yang berperan dalammewujudkan pendidikan yang bermutu. Mutuproses dan hasil belajar siswa banyak ditentukanoleh mutu layanan tenaga administrasi sekolah.Kemampuan melaksanakan tugas dengan baikakan bisa membawa dampak peningkatan iklimlembaga yang baik. Dengan iklim yang baik akanmembawa dampak meningkatnya hasil belajarsiswa.

Di lingkungan dunia pendidikanpengembangan SDM hendaknya didasari prinsipberikut: merupakan kebutuhan sesuai dengandinamika internal dan tuntutan external organisasi;dilakukan by design sesuai dengan perencanaanpengembangan organisasi, dan tidak dilakukanhanya semata-mata atas pertimbangan individu(personal interest) pegawai yang bersangkutan(Satori, 2007). Dalam rangka meningkatkan mutusumber daya manusia di lembaga pendidikan,maka teknik dan mekanisme peningkatan mututenaga administrasi perlu diperhatikan.

KONSEP PENGEMBANGAN STAF

Staf adalah seseorang yang telah memenuhisyarat tertentu, diangkat oleh pejabat yangberwenang atau pimpinan suatu organisasi, diserahitugas dalam unit tertentu, dan digaji berdasarkanperaturan perundangan yang berlaku atauketentuan organisasi yang bersangkutan. Staf dilembaga pendidikan sebagian berstatus pegawainegeri sipil (PNS), sebagian berstatus sebagaitenaga harian. Pegawai Negeri Sipil yangselanjutnya disingkat PNS adalah warga negaraIndonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkatsebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secaratetap oleh pejabat pembina kepegawaian untukmenduduki jabatan pemerintahan (UU RI No 5Tahun 2014).

Pengembangan staf atau seringkali disebutpengembangan sumber daya manusia atausupervisi pendidikan merupakan kegiatan

peningkatan kemampuan personil yang dapatdilakukan melalui jalur gelar dan non gelar, bisaformal atau non formal, atau bisa atas kemauanyang bersangkutan. Dengan demikianpengembangan SDM ini bisa dilaksanakan karenaprogram kerja kelembagaan dan kegiatanpengembangan SDM atas inisiatif pegawai itusendiri. (Elqorni, http://elqorni. wordpress. com/2009/04/03/pengembangan-sumber-daya-manusia) diakses tanggal 27 September 2010).

Pengembangan staf menjadi sangat pentingkarena dalam melaksanakan tugas, staf senantiasadihadapkan pada pemecahan masalah baruterutama terkait dengan perkembangan teknologiinformasi yang sangat pesat serta tantangan globalsecara keseluruhan. Untuk itu pengembangandiarahkan pada kesemua aspek, baik kognitif,afektif, maupun psikomotorik, bahkan aspek mentalspiritual. Pengembangan tersebut bisa dilakukanmelalui kegiatan pendidikan profesional.Pendidikan profesional dan program profesio-nalisasi ha­rus selalu mengikuti perkembangan danmemutakhirkan standar yang digunakan.Kegagalan dalam pemutakhiran akan menyebab-kan khalayak sasaran program hanya menguasaikecakapan profesional kedaluwarsa (outdatedprofessionalism), yang pada gilirannya akanmerugikan masyarakat.

Pengembangan staf dilakukan berdasarkankebutuhan institusi, kelompok, maupun individu.Secara institusi, pengembangan staf dimaksudkanuntuk merangsang, memelihara, dan meningkatkankualitas staf dalam melaksanakan tugas.Pengembangan staf berdasarkan kebutuhaninstitusi itu penting, namun pengembanganberdasarkan kebutuhan individu staf untukmenjalani proses profesionalisasi juga sangatpenting. Karena substansi kajian dan kontekspendidikan selalu berkembang dan berubahmenurut dimensi ruang dan waktu, maka staf dilembaga pendidikan dituntut untuk selalumeningkatkan kompetensinya.

Pendidik dan tenaga kependidikanmempunyai tugas utama melayani masyarakatdalam dunia pendidikan. Sejalan dengan itu,profesionalisasi dalam bidang pendidikanmengandung arti peningkatan segala daya danusaha dalam rangka pencapaian secara optimallayanan yang akan diberikan kepada masyarakat.Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini,maka profesionalisasi pendidik dan tenagakependidikan merupakan suatu keharusan, terlebihlagi apabila dilihat kondisi objektif saat ini berkaitan

Maisyaroh, Pengembangan Staf di Lembaga Pendidikan 275

Page 14: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dengan berbagai hal yang ditemui dalammelaksanakan pendidikan, yaitu: (1) perkembanganIPTEK, (2) persaingan global bagi lulusanpendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4)implementasi kurikulum tingkat satuanpendidikan(Satori, 2007). Perkembangan IPTEKyang cepat, menuntut setiap pendidik dan tenagakependidikan pada penguasaan hal-hal baruberkaitan dengan materi pembelajaran ataupendukung pelaksanaan pembelajaran sepertipenggunaan internet untuk pembelajaran, programmultimedia, dan sebagainya.

Keberadaan pasar bebas mengindikasikanbahwa setiap lulusan pendidikan di Indonesia akandipersaingkan dengan lulusan dari lembagapendidikan yang berada di Asia dan duniainternasional pada umumnya. Kondisi ini semakinmenuntut pendidik dan tenaga kependidikan untuksegera dan dengan cepat memiliki kualifikasi danmeningkatkan kemampuannya untuk bisamenghasilkan lulusan yang kompeten.

LINGKUP PENGEMBANGAN STAF

Lingkup pengembangan staf berkaitandengan jenis pekerjaan yang diampunya, yangdapat secara individual atau kelompok. Kegiatanyang bersifat individual antara lain studi lanjut,observasi staf saat melaksanakan pekerjaan,percakapan individu, kunjungan antar unit/lembaga.Sedangkan teknik pengembangan staf yangbersifat kelompok antara lain seminar, kerjakelompok, demonstrasi , darmawisata, diskusipanel, perpustakaan jabatan, organisasi profesional,buletin supervisi, lokakarya atau konferensikelompok. Di dalam Peraturan Menteri PendidikanNasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun2008 disebutkan dimensi kompetensi tenagaadministrasi sekolah yaitu kompetensi kepribadian,teknis, manajerial, dan sosial. Untuk itu kesemuakompetensi tersebut perlu dikembangkan pada diriTAS.

TEKNIK PENGEMBANGAN STAF

Teknik merupakan cara yang digunakanseseorang untuk melaksanakan sesuatu. Teknikpengembangan staf berarti cara yang digunakanpimpinan untuk meningkatkan kemampuanbawahannya. Teknik pengembangan staf bisadilaksanakan melalui dua jalur, yaitu (1)pengembangan karir administratif, dan (2)pengembangan bidang kemampuan profesional.

Pertama, pengembangan karir administratifdilaksanakan kepada tenaga administrasi yangtelah memenuhi persyaratan pangkat administratifyang dalam peraturan boleh naik pangkatadministratif tiap empat tahun sekali. Kedua,pengembangan bidang kemampuan profesionaldilaksanakan sesuai kebutuhan pegawai yangbersangkutan atau kemampuan atas tuntutanlembaga yang bersangkutan. Pengembanganbidang kemampuan profesional dilakukan dengancara menempuh studi lanjut ke jenjang yang lebihtinggi, mengikuti pelatihan dan sejumlah kegiatanyang bisa meningkatkan kemampuan.

Ada bermacam-macam teknik pengembang-an staf, baik individual maupun kelompok (Bafadal,2007; Aedi, 2007). Teknik individual antara lainberupa (1) individual conference (2) evaluasi diri(3) buletin supervisi (4) professional reading (5)professional writing, sedangkan teknik kelompokantara lain (1) rapat staf (2) orientasi (3)curriculum laboratory (4) panitia (5) perpusta-kaan profesional (6) lokakarya (8) field trips forstaff personnels (9) pannel or forum discussion(10) in service training dan (11) organisasiprofesional.

Teknik pengembangan individual di sinimerupakan pelaksanaan pengembangan yangdiberikan kepada staf tertentu yang mempunyaimasalah khusus atau peningkatan kemampuantertentu yang bersifat perorangan. Teknikpengembangan yang dikelompokkan sebagaiteknik individual antara lain kenaikan pangkat, studilanjut, observasi staf saat melaksanakanpekerjaan, pertemuan individual, kunjungan antarkelas atau unit/lembaga. Sedangkan teknik yangbersifat kelompok merupakan pelaksanaanpengembangan yang diberikan kepada beberapastaf tertentu yang mempunyai masalah secaraumum atau peningkatan kemampuan tertentu yangbersifat umum atau dibutuhkan oleh banyak orang.Teknik pengembangan yang dikelompokkansebagai teknik kelompok antara lain seminar, kerjakelompok, demonstrasi , darmawisata, diskusipanel, perpustakaan jabatan, organisasi profesional,buletin supervisi, lokakarya atau konferensikelompok. Di samping itu, PNS diberikankesempatan untuk melakukan praktik kerja diinstansi lain di pusat dan daerah dalam waktu palinglama 1 (satu) tahun dan pelaksanaannyadikoordinasikan oleh LAN dan BKN;pengembangan kompetensi juga dapat dilakukanmelalui pertukaran antara PNS dengan pegawaiswasta dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun

276 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 274-281

Page 15: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh LAN danBKN (UU No 5 Tahun 2014).

Berikut penjelasan masing-masing teknikyang dimaksud.

Teknik Pengembangan Staf secara Individual

Kenaikan pangkatPengembangan staf melalui kenaikan

pangkat perlu dilakukan tiap lembaga pendidikan.Pangkat merupakan kedudukan yangmenunjukkan tingkatan seseorang Pegawai NegeriSipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaiansusunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasarpenggajian. Kenaikan pangkat merupakanpenghargaan yang diberikan atas prestasi kerja danpengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap Negara,serta sebagai dorongan kepada Pegawai NegeriSipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja danpengabdiannya(PP No 12 Tahun 2002). Kenaikanpangkat perlu diberikan kepada pegawai sehinggadapat dirasakan sebagai penghargaan atas kinerjapegawai yang bersangkutan.

Studi Lanjut

Studi lanjut bagi pegawai negeri sipil dapatberupa tugas belajar ke jenjang yang lebih tinggi.Tujuan pemberian tugas belajar adalah: (a)memenuhi kebutuhan akan tenaga yang memilikikeahlian atau kompetensi tertentu dalam rangkapelaksanaan tugas dan fungsi serta pengembanganorganisasi, (b) meningkatkan pengetahuan,kemampuan, keterampilan, serta sikap dankepribadian profesional PNS sebagai bagian yangtidak terpisahkan dalam pengembangan karirseorang PNS (PP No 12 Tahun 2002).

Observasi staf saat melaksanakan pekerjaan

Observasi ini secara sederhana bisa diartikanmelihat dan memperhatikan secara teliti terhadapgejala yang nampak saat staf melaksanakanpekerjaan. Tujuannya adalah untuk memperolehdata seobjektif mungkin mengenai aspek-aspekdalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitanyang dihadapi oleh staf dalam melaksanakanpekerjaan.

Pelaksanaan observasi ini melalui beberapatahap, yaitu: (1) persiapan observasi; (2)pelaksanaan observasi; (3) penutupan pelaksanaanobservasi; (4) penilaian hasil observasi; dan (5)tindak lanjut (Aedi, 2007). Dalam melaksanakan

observasi ini, sebaiknya pimpinan menggunakaninstrumen observasi tertentu, antara lain berupaevaluative check-list, activity check-list.

Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah suatu pertemuan,percakapan, dialog, dan tukar pikiran antarapimpinan dan staf, staf dengan staf, mengenaiusaha meningkatkan kemampuan staf(Bafadal,2007). Tujuannya adalah: (1) memberikankemungkinan pertumbuhan jabatan staf melaluipemecahan kesulitan yang dihadapi; (2)mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3)memperbaiki segala kelemahan dan kekuranganpada diri staf; dan (4) menghilangkan ataumenghindari segala prasangka jelek.

Dalam percakapan individual ini pimpinanharus berusaha mengembangkan segi-segi positifstaf, mendorong staf mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-halyang masih meragukan sehingga ter jadikesepakatan konsep tentang situasi pembelajaranyang sedang dihadapi.

Kunjungan antar Unit/ Lembaga

Kunjungan antar kelas/ Unit/ Lembaga dapatdilakukan oleh tenaga administrasi dan dosen.Melalui kunjungan ini, ia akan memperolehpengalaman baru dari teman sejawatnya mengenaiproses pelaksanaan pekerjaan dan prosespemecahan masalah dalam pekerjaan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikanoleh pimpinan apabila menggunakan teknik inidalam meningkatkan kemampuan staf, (1) stafyang akan dikunjungi mampu memberikanpengalaman baru bagi staf yang akan mengunjungi,(2) tentukan staf yang akan mengunjungi, (3)sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalamkunjungan, (4) pimpinan hendaknya mengamati danmencatat secara cermat, (5) adakan tindak lanjutsetelah kunjungan selesai, (6) adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjunganberikutnya.

Teknik Pengembangan Staf secara Kelompok

Teknik pengembangan staf secara kelompokdilaksanakan kepada dua orang atau lebih. Stafyang memiliki masalah, kebutuhan, kelemahanyang sama dikelompokkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka

Maisyaroh, Pengembangan Staf di Lembaga Pendidikan 277

Page 16: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

diberikan bantuan sesuai dengan permasalahanatau kebutuhan yang mereka hadapi. MenurutGwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok,yaitu: kepanitiaan-kepanitiaan, kerja kelompok,laboratorium kurikulum, bacaan terpimpin,demonstrasi, darmawisata, kuliah/studi, diskusipanel, perpustakaan jabatan, organisasiprofesional, buletin supervisi, pertemuanlokakarya atau konferensi kelompok(Bafadal,2007).

Pandangan yang lain, ada beberapa teknikpengembangan staf antara lain: Lokakarya, belajarmandiri, belajar berbasis elektronik(e-learning),magang, belajar berbasis pekerjaan,pembimbingan, dan mengikuti pendidikan formal(diadopsi dari Zulharman , 2008).

Lokakarya

Lokakarya merupakan bentuk pengembang-an staf yang paling sering diterapkan di berbagailembaga pendidikan. Lokakarya dilaksanakanselama antara dua sampai tiga hari. Ragamkegiatan lokakarya ini berupa bermain peran,bekerja kelompok, presentasi, diskusi interaktifserta refleksi.

Belajar mandiri (self directed learning)

Belajar mandiri berawal dari tanggung jawabseorang staf untuk meningkatkan kompetensinyasehingga ia akan menyusun kebutuhanbelajarnya, menentukan tujuan, menentukansumber belajar dan menilai hasil belajarnyasendiri. Refleksi dan evaluasi diri dan penilaiansejawat merupakan komponen utama yang akanmendorong seseorang untuk meningkatkankompetensinya.

Belajar berbasis elektronik (e-learning)

Pengembangan staf berbasis elektonikmenjadi kebutuhan di era global saat ini.Penggunaan teknologi informasi sebagai sumberbelajar dalam metode belajar mandiri akanmenambah efektivitas dan efisiensi.

Magang

Magang dilaksanakan dengan mengirim stafadministrasi ke institusi pendidikan lainnya yangtelah mapan dalam bidang tertentu sesuai dengankebutuhan personil yang bersangkutan.

Belajar berbasis pengalaman kerja (work basedlearning)

Belajar berbasis pengalaman kerja adalahsuatu metode atau proses belajar yangberhubungan dengan pekerjaan yang dijalaniseseorang. Dalam kontek pekerjaan staf, workbased learning merupakan suatu prosespembelajaran yang berdasarkan pengalamanpraktek staf sehari-hari. Metode ini sangat sesuaidengan lingkungan pembelajaran staf edukasi dimana terdapat integrasi pembelajaran antarapraktek dan teori serta staf dapat belajar sesuaikebutuhan mereka di tempat kerja. Prinsippembelajaran ini adalah refleksi dan peningkatan.Portfolio digunakan sebagai format dandokumentasi pembelajaran.

Pembimbingan (mentorship)

Pembimbingan sering ditemukan dalampengembangan staf sehari-hari. Seorang mentordapat berperan sebagai pembimbing, model,sponsor, guru, penasihat, pelatih.

Mengikuti studi lanjut (formal education)

Studi lanjut penting bagi setiap pegawai.Pegawai yang belum berpendidikan diplomamelanjutkan ke diploma, yang belum S1melanjutkan ke jenjang S1.

Disamping ketujuh teknik tersebut di atas,pengembangan staf perlu dilakukan secaraberkelanjutan agar hasilnya bisa dirasakan olehpersonil yang bersangkutan dan bermanfaat bagipengembangan lembaga secara keseluruhan. Didalam hal ini Suparno dan Kamdi(2008)menjelaskan pengembangan profesional secaraberkelanjutan meliputi (1) pengembanganatmosfer profesional yang dinamis, (2)pemberdayaan melalui pertumbuhan profesionalindividual, (3) pengembangan kemampuanteknologis.

Perlu diketahui t idak semua teknikpengembangan staf atau supervisi di atas tepatditerapkan untuk semua pembinaan staf. Tekniktertentu cocok diterapkan untuk membina seorangstaf tetapi tidak cocok diterapkan pada staf lain.Oleh sebab itu, seorang supervisor harus mampumempertimbangkan teknik yang tepat sehinggamampu meningkatkan kinerja staf di lembagapendidikan. Oleh karena itu pimpinan harusmengetahui aspek kompetensi yang akan

278 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 274-281

Page 17: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dikembangkan dan memahami teknikpengembangan yang tepat.

MEKANISME PENGEMBANGAN STAF

Mekanisme pengembangan staf adalahprosedur yang digunakan pimpinan dalammeningkatkan kemampuan bawahannya.Pengembangan staf perlu dilakukan secarasistematis. Bahkan perlu dimasukkan ke dalamperencanaan strategis (renstra) dan perencanaanoperasional lembaga pendidikan. Kegiatanpengembangan staf merupakan salah satulangkah dalam kegiatan manajemen sumber dayamanusia dalam langkah pelaksanaan. Robbins(1984) dan Sergiovanni (1987 ) menyebutnyadengan istilah leading. Robbins (1984),menyatakan lima fungsi manajemen, yaitu:decision making , planning , organizing ,leading, controlling. Robbins & Decenzo (2004)mengulas fungsi manajemen dalam 4 langkah,yaitu planning , organizing , staff ing ,controlling. Staffing merupakan istilah lainpengembangan staf.

Secara sistematis, pengembangan staf dapatdilakukan melalui lima langkah, yaitu: (1)menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis,(2) menganalisis kebutuhan pengembangan, (3)mengembangkan strategi dan media, (4)melaksanakan kegiatan pengembangan , dan (5)menilai kegiatan pengembangan.

Menciptakan hubungan yang harmonis

Langkah pertama dalam pengembangan stafadalah menciptakan hubungan yang harmonisantara pimpinan dan bawahan supaya diperolehpemahaman yang sama tentang arahpengembangannya. Komunikasi antara atasandan bawahan dikatakan efektif apabila bawahanbenar-benar menerima kegiatan pengembangansebagai upaya pembinaan kemampuannya.Dalam upaya ini, diperlukan kejelasan informasimengenai hakikat dan tujuan kegiatanpengembangan.

Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan (needs assessment)merupakan langkah yang penting dalampengembangan staf. Analisis kebutuhanmerupakan upaya menentukan kebutuhan nyatastaf dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Adapun langkah-langkah menganalisiskebutuhan adalah: (a) mengidentifikasi masalah-masalah pendidikan yang ada antara pengetahuan,keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki danyang seharusnya dimiliki staf, (b) mengidentifikasilingkungan dan hambatan-hambatannya, (c)menetapkan tujuan umum jangka panjang, (d)mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yangdibutuhkan fase ini, seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media, (e) mencatatprosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasitambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dansikap yang dimiliki staf, (f) mengidentifikasi danmencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan,(g) menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan,(h) mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang akan dibina melaluicara-cara lainnya (Bafadal, 2007).

Mengembangkan strategi dan media

Berdasarkan analisis kebutuhan, strategipengembangan staf yang tepat perlu ditetapkanagar staf bisa mengikuti kegiatan pengembangandengan nyaman. Strategi merupakan proseskegiatan yang dipilih karena cocok digunakan untukmengimplementasikan keputusan peningkatanmutu kinerja di lingkungan lembaga pendidikan.Media merupakan sarana untuk memperlancarkegiatan. Pemilihan media yang tepat sesuai teknikyang ditetapkan dapat meningkatkan efektifitas danefisiensi pelaksanaan kegiatan pengembangan staf.

Melaksanakan kegiatan pengembangan

Berdasarkan analisis strategi pengembangan,maka pelaksanaan pengembangan dilaksanakan.Pegawai mengikuti kegiatan dan merekam semuapengalamannya untuk diaplikasikan setelahkegiatan selesai

Menilai kegiatan pengembangan

Setiap kegiatan pengembangan perludilakukan kegiatan penilaian agar dapat diketahuitingkat keberhasilannya. Penilaian atau evaluasimerupakan proses sistematik untuk menentukantingkat keberhasilan yang dicapai. Evaluasimerupakan proses sistematik untuk menentukantingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaanketerampilan staf. Langkah-langkah evaluasi yangdapat dilakukan, yaitu tentukan teknik evaluasiyang digunakan, tulislah masing-masing tujuan,

Maisyaroh, Pengembangan Staf di Lembaga Pendidikan 279

Page 18: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

kembangkan instrumen pengukuran yang secaraefektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi,lakuan uji lapangan untuk mengetahui validitasnya,organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya(Bafadal, 2007). Setelah penilaian, maka perludilakukan kegiatan revisi program. Revisi programpengembangan staf perlu dilakukan sesuai denganhasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkah revisi: (a) me-review rangkuman hasilevaluasi, (b) apabila ternyata tujuan pembinaantidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaianulang terhadap pengetahuan, keterampilan dansikap staf yang menjadi tujuan pembinaan, (c)apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaimaka mulailah merancang kembali programpengembangan staf untuk masa berikutnya, (d)mengimplementasikan program pengembanganstaf yang telah dirancang kembali pada masaberikutnya.

Selain mekanisme tersebut, secara lebih rincipengembangan staf yang efektif dan efisiendilaksanakan dengan mekanisme tertentu. Berikutdisajikan contoh empat macam mekanismepengembangan staf di Perguruan Tinggi, yaitu (1)mekanisme pengembangan karir administratifdalam kenaikan pangkat, (2) mekanismepengembangan karir dalam promosi jabatan, (3)mekanisme pengembangan bidang kemampuanprofesional atas permintaan pihak lain, (4)mekanisme pengembangan bidang kemampuanprofesional atas program lembaga sendiri(Maisyaroh, 2010).

Mekanisme pengembangan karir administra-tif dalam kenaikan pangkat: (a) pimpinanmengidentifikasi pegawai yang telah memenuhisyarat kenaikan pangkat, (b) menghubungi pegawaiyang bersangkutan untuk membuat suratpengajuan, (c) pegawai mengumpulkanpersyaratan, (d) Fakultas mengajukan kenaikanpangkat pegawai yang bersangkutan keUniversitas, (e) setelah surat keputusan kenaikanpangkatnya turun, surat tersebut dikirim kepadayang bersangkutan dan dibuat arsipnya di fakultas.

Mekanisme pengembangan karir dalampromosi jabatan: (a) Pembantu Dekan IImengajukan pegawai yang akan dipromosikandalam forum rapat BAPERJAKAT, (b) jika masukdalam bursa pejabat dan diangkat oleh Rektor,

surat pengangkatan disampaikan kepada yangbersangkutan untuk menduduki jabatan tersebut.

Mekanisme pengembangan bidangkemampuan profesional atas permintaan pihak lain:(a) jika ada permintaan dari pihak luar lembagaatau luar unit tentang pendidikan, pelatihan,workshop, dan sejenisnya, (b) Dekan memintaKepala Bagian Tata Usaha mengajukan namasesuai dengan bidang yang diminta, (c) Dekanmembuat surat tugas kepada pegawai yangbersangkutan untuk mengikuti kegiatan (d)pegawai melaksanakan tugas, (e) pegawai yangbersangkutan membuat laporan pertanggung-jawaban kepada Dekan dengan tembusan kepadakepala bagian Tata Usaha (Soetopo, 2010).

Mekanisme pengembangan bidangkemampuan profesional atas program lembagasendiri(a) Kepala Bagian Tata Usaha langsungmengusulkan kepada Dekan untuk dibuatkan suratpenugasan, (b) Dekan membuat surat penugasan,(c) pegawai yang bersangkutan melaksanakankegiatan, (d) setelah kegitan selesai, pegawai yangbersangkutan menyampaikan laporan kegiatankepada Kepala Bagian Tata Usaha.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan dari pembahasansebagai berikut: pengembangan staf di lembagapendidikan dilakukan untuk meningkatkan kualitaskinerjanya, kualitas layanannya yang berujung padakualitas mutu pendidikan; teknik pengembanganstaf bisa dilaksanakan secara individu, kelompokbaik formal maupun informal, mekanismepengembangan staf dapat dilakukan denganlangkah (1) menciptakan hubungan yang harmonis,(2) menganalisis kebutuhan pengembangan, (3)mengembangkan strategi dan media, (4)melaksanakan kegiatan pengembangan , dan (5)menilai kegiatan pengembangan. Disamping itumekanisme secara khusus dapat berbedatergantung pada jenis pengembangan staf, yaitupengembangan karir administratif dalam kenaikanpangkat, pengembangan karir dalam promosijabatan, pengembangan bidang kemampuanprofesional atas permintaan pihak lain,pengembangan bidang kemampuan profesionalatas program lembaga sendiri.

280 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 274-281

Page 19: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

DAFTAR RUJUKAN

Aedi, N. 2007. Metode dan Teknik SupervisiBagi Pengawas Satuan Pendidikan .Jakarta: Direktorat Tenaga KependidikanDitjen PMPTK.

Bafadal, I. 2007. Supervisi Akademik:Pendekatan dan Teknik. KumpulanMateri Bimbingan Teknis Kepala Sekolah.Jakarta: Direktorat Tenaga KependidikanDitjen PMPTK.

Elqorni, http://elqorni. wordpress. com/2009/04/03/pengembangan-sumber-daya-manusia/),diakses tanggal diakses tanggal 27September 2010.

Maisyaroh. 2010. Pengembangan Staf diPerguruan Tinggi. Studi Kasus di FIP UM.Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan.Malang: Universitas Negeri Malang.

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002tentang perubahan Peraturan PemerintahNomor 99 Tahun 2000 tentang KenaikanPangkat Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 2008 TentangTenaga Administrsi Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RepublikIndonesia Nomor 2 Tahun 2010 TentangRencana Strategis Kementerian PendidikanNasional Tahun 2010-2014

Robbins, S.P. 1984. Essentials of OrganizationalBehavior. London: Prentice Hall, Inc,Englewood Cliffs.

Robbins, S.P. and Decenzo, D.A. 2004.Supervision Today. Fourth Edition. NewJersey: Pearson Education, Inc.

Satori, J. 2007. Manajemen PemberdayaanSumber Daya Manusia PendidikanPersekolahan. Materi Pendidikan danPelatihan calon Kepala Sekolah diIndonesia . Jakar ta: Dirtendik DirjenPMPTK Departemen Pendidikan Nasional

Sergiovanni, T. J. 1987. The Principalship: aReflective Practice Perspective.Masachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Soetopo, H. 2010. Hasil Wawancara Penulisdengan Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd.

Suparno & Kamdi, W . 2008. PengembanganProfesionalitas Guru. Naskah disiapkanuntuk materi acuan pada Pendidikan danLatihan Profesi Guru (PLPG) di PSGRayon 15 Universitas Negeri Malang.Malang: naskah tidak diterbitkan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

Zulharman . Berbagai Rancangan Metode danDokumentasi Pembelajaran dalamContinuing Profesional Develop-ment (CPD). Video.Ilmukedokteran.NetDari Multimedia Hingga Hypermedia,diakses 6 Maret 2008.

Maisyaroh, Pengembangan Staf di Lembaga Pendidikan 281

Page 20: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENINGKATAN KEAKTIFAN, KREATIVITAS, DANMOTIVASI BELAJAR MAHASISWA MELALUI

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED-LEARNING (PBL)

Wildan ZulkarnainRaden Bambang Sumarsono

E-mail: [email protected],E-mail: [email protected]

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of the study is to examine the process and results, level of activity, creativity,and motivation of students in the following study courses office management through theimplementation of project-based learning model. Data collection techniques used observation,questionnaires, and study documentation. The results of research addressing that, project-basedlearning model is applied to the Office of Management course, has been proven effective to increasethe liveliness, creativity, and motivation of students.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses dan hasil, tingkat keaktifan, kreativitas,dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran matakuliah manajemen perkantoran melaluipenerapan model pembelajaran berbasis proyek. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,kuesioner, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menujukan bahwa, model pembelajaran berbasisproyek yang diterapkan pada matakuliah Manajemen Perkantoran, telah terbukti efektif untukmeningkatkan keaktifan, kreativitas, dan motivasi belajar mahasiswa.

Kata Kunci: keaktifan, kreativitas, motivasi belajar, project based-learning.

Kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan olehlembaga pendidikan tidak terlepas dari prosesbelajar dan pembelajaran yang dilakukan. Sehinggatitik berat upaya peningkatan mutu di perguruantinggi, pada dasarnya terletak pada upaya untukmeningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Hal inidapat dicapai bila dapat meningkatkan prestasibelajar mahasiswanya. Prestasi belajar merupakancerminan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikapyang diperoleh mahasiswa dalam mengikuti prosesbelajar dan pembelajaran.

Hasil penelitian Hardika, Supriyono, danMutadzakir (2005) tentang karakteristik modelpembelajaran yang diterapkan dosen di UniversitasNegeri Malang menunjukkan bahwa masing-masing dosen belum memiliki model pembelajaranyang baku dalam melakukan interaksipembelajaran dengan mahasiswa. Kebebasandosen dalam menjalankan pembelajaran diperguruan tinggi menjadi alasan kuat dosen untukmenjalankan pembelajaran secara bebas sesuaidengan minat dan kemampuannya. Bahkan, modelpembelajaran cenderung bersifat sentralistis

dikendalikan oleh dosen sebagai pemegang otoritaspembelajaran, sehingga proses komunikasipembelajaran juga dikendalikan sepenuhnya olehdosen.

Akhirnya daya imajinasi, kreativitas, dayakritis, keberanian mengemukakan pendapat,keberanian menolak pendapat yang dianggap salahbelum menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa.Mahasiswa tidak berani melakukan inisiatif danperubahan terhadap proses pembelajaran yangdianggap tidak sesuai dengan filosofi pembelajaranperguruan tinggi. Padahal bila melihat tujuan utamadalam pendidikan pada tingkat perguruan tinggiadalah membentuk mahasiswa untuk mampumemahami secara mendalam konsep ilmiah daribahan ajar (deep learning). Tujuan inimengisyaratkan cara berfikir pada tingkatan yanglebih tinggi, yang meliputi kemampuan mengajukanpertanyaan, menyelesaikan masalah, mengambilkeputusan, dan berfikir kritis. Salah satu saranauntuk mewujudkan hal itu adalah meningkatkanproses pembelajaran mahasiswa.

282

Page 21: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Tren yang terjadi dalam proses pembelajaranpada saat ini, yaitu dengan menggunakanpendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL). Pendekatan ini berasumsi bahwa suatukonsep belajar perlu dibangkitkan dosen dengancara menghadirkan suasana nyata ke dalam kelasdan memberikan dorongan kepada mahasiswauniuk membuat hubungan antara pengetahuanyang dimilikinya dengan kehidupan sehari-harimahasiswa (Nurhadi, 2004). Dalam rangka ikutmengembangkan pendekatan CTL, maka perludibarengi dengan pemilihan strategi atau modelpembelajaran yang sejalan dengan konseppendekatan CTL. Salah satu model pembelajarandalam pendekatan CTL adalah problem-basedlearning (PBL) atau pembelajaran berbasismasalah (PBM).

Kerja proyek dapat dipandang sebagai bentukopen-ended contextual activity-based learning,dan merupakan bagian dari proses pembelajaranyang memberikan penekanan kuat padapemecahan masalah sebagai suatu usahakolaboratif, serta dilakukan dalam prosespembelajaran pada periode tertentu. Kerja proyekmemuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkankepada pertanyaan dan permasalahan yang sangatmenantang, dan membuat mahasiswa untukmerancang, memecahkan masalah, membuatkeputusan, melakukan kegiatan investigasi, sertamemberikan kesempatan kepada mahasiswa untukbekerja secara mandiri dengan tujuan agarmahasiswa mempunyai, keaktifan, kreativitas danmotivasi dalam menyelesaikan tugas yangdihadapinya.

Proses pembelajaran Matakuliah ManajemenPerkantoran selama ini masih berorientasi padadosen (teacher centered learning), sehinggapartisipasi mahasiswa dalam kegiatan perkuliahanbelum sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.Faktor lain yang menyebabkan permasalahantersebut adalah karakteristik MatakuliahManajemen Perkantoran yang sangat bernuansateoritikal dan disajikan dalam kurun waktu 4 jam,sehingga apabila disajikan dalam bentukexpository learning maka tingkat kehadiranmahasiswa dalam mengikuti perkuliahan menjadirendah, dan suasana belaja; kurang semangat.Untuk itu, keaktifan, kreativitas, motivasi belajar,dan partisipasi mahasiswa perlu ditumbuhkansecara optimal.

Melihat sistem pembelajaran MatakuliahManajemen Perkantoran yang demikian, makaharus ada upaya-upaya secara sistematis untuk

memperbaikinya. Sudah menjadi suatu kewajibanbagi dosen untuk meningkatkan perannya sebagaifasilitator, motivator, dan inspirator, sehinggamahasiswa diharapkan memiliki daya kreatif, aktif,dan tentunya bersemangat dalam mengikuf prosesperkuliahan. Salah satu model pembelajaran yangperlu diterapkan untuk meningkatkan keaktifan,kreativitas, dan kompetensi mahasiswa adalahmodel pembelajaran berbasis proyek.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakankelas (classroom action research) yang bertujuanuntuk meningkatkan mutu perkuliahan ManajemenPerkantoran. Proses penelitian dilakukan melaluisuatu siklus, mulai dari perencanaan, pelaksanaantindakan, observasi, dan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan di JurusanAdministrasi Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang, khususnya pada kelaspembelajaran matakuliah Manajemen Perkantoransemester Gasal 2012/2013. Pemilihan lokasipenelitian ini didasarkan atas kebutuhan untukmenigkatkan kualitas proses dan hasil belajarmahasiswa Jurusan Administrasi PendidikanFakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriMalang.

Prosedur dalam penelitian tindakan yangmenerapkan PBL ini adalah: pencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.Sumber data primer yang ditelaah dalam penelitiantindakan kelas ini adalah dosen dan mahasiswa,pada matakuliah Manajemen Perkantoran. Teknikpengumpulan data yang digunakan dalam penelitiantindakan kelas ini, adalah teknik observasi,kuesioner, dan studi dokumentasi.

Untuk merealisasi proses pengumpukan data,diperlukan instrumen penelitian. Instrumenpenelitian tersebut meliputi pedoman observasi dankuesioner. Pedoman observasi dikembangkanberdasarkan sasaran penelitian, dan divalidasidengan cara uji ahli. Sedangkan kuesionerdikembangkan berdasarkan konstruk yang akandiukur, yakni kualitas proses pembelajaran danhasil belajar mahasiswa, dan dievaluasi melaluiujicoba instrumen secara empirik. Denganmenggunkan instrumen yang baik akan bisamemperoleh data yang baik.

Secara garis besar, ada dua teknik analisisdata yang digunakan dalam penelitian tindakankelas ini, yaitn teknik analisis kualitatif dan teknikanalisis kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan

Zulkarnain dan Sumarsono, Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Motivasi Belajar Mahasiswa 283

Page 22: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dengan menelaah seluruh data, mereduksi data,membuat kategorisasi, menafsirkan data, danmemberikan pemaknaan hasil. Analisis datakualitatif ditujukan untuk mengetahui kualitasproses pembelajaran. Sedangkan teknik analisisdata kuantitatif dilakukan dengan menggunakanstatistik deskriptif.

Analisis data kuantitatif dilakukan untukmengetahui prestasi belajar mahasiswa denganmelihat rata-rata skor dar tingkat ketuntasanmahasiswa terhadap materi perkuliahanPeningkatan prestasi belajar dilihat dengan caramembandingkan skor yang diperoleh di setiap siklus.Adapun tingkat ketuntasan mahasiswa ditunjukanoleh seberapa besar pemahaman mahasiswaterhadap materi perkuliahan. Mahasiswa dikatakantuntas belajarnya apabila telah 75% dan tujuanpenbelajaran atau 75% dan perolehan dalam tes(Arikunto, 2001).

Teknik analisis data uilakukan secaribertahap, dan dilakukan perbaikan secara terusmenerus sejak peneliti memasuki lapangan sampaidengan penelitian berakhir. Pengambilankesimpulan dilakukan dengan mencari makna,pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat, danperumusan proposisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakandalam dua siklus/putaran. Dengan demikian hasilpenelitian ini disusun berdasarkan siklus yangdilakukan, yaitu (1) siklus I, difokuskan pada upayapeningkatan keaktifan, kreativitas, dan motivasibelajar mahasiswa, kegiatan ini berupa telaah kritis/analisis terhadap pokok bahasan yaitu tatapersuratan dan manajemen kearsipan, praktikmenyusun surat dinas, praktik membuat sampulsurat, praktik melipat surat, dan praktik mengelolaarsip, dan (2) siklus II, hampir sama seperti padapelaksanaan siklus pertama yang memfokuskanpada keaktifan, kreativitas, dan motivasi belajarmahasiswa, kegiatan ini berupa penerapan/praktikmodel etika perkantoran, layanan prima, dan tataruang kantor. Hasil pembuatan model etikaperkantoran dan layanan prima berupa rekamanmahasiswa dalam mempraktikkan etikaperkantoran dan layanan prima, yang dikemasdalam bentuk video compact disk (VCD). Untukpembuatan model tata ruang kantor berupa maketatau rancang bangun sebuah ruangan kantor yangtelah dimodifikasi oleh mahasiswa.

Untuk memperoleh gambaran prestasi awalmahasiswa (dari sisi kognitif) terhadap MatakuliahManajemen Perkantoran sebelum merekamemperoleh materi, maka peneliti dan dosenpembina matakuliah memberikan pretest terhadapmahasiswa. Dari hasil pretest tersebut diperolehhanya 11 mahasiswa atau 11,46% memperoleh nilaidi atas rata-rata, selebihnya yaitu 85 mahasiswaatau 88,54% memperoleh rilai di bawah rata-rata.Sehingan dapat disimpulkan bahwa kemampuanawal mahasiswa terhadap matakuliah ManajemenPerkantoran masih jauh di bawah rata-rata. Halini menjadi tantangan yang besar bagi dosenpembina matakuliah untuk meningkatkan prestasibelajar mahasiswa. Untuk itu sangat tepat sekalijikalau proses pembelajaran dilakukan denganberbasis pada proyek.

Guna mengetahui ketercapaian hasil belajarmahasiswa dalam melaksanakan proses belajarpada putaran/siklus pertama, dosen pembinamatakuliah melakukan ujian tengah semester. Darianalisis data terhadap hasil ujian tengah semesterdiperoleh hasil: 7 mahasiswa atau sebesar 7,4%dari jumlah peserta matakuliah mencapai nilaikurang dari 79 (rentangan nilai dari 0 sampaidengan 79). Sebanyak 47 mahasiswa atau sebesar49,5% dari jumlah peserta matakuliah mencapaiskor antara 80 sampai dengan 85. Mahasiswa yangmemperoleh nilai rentangan 86 sampai dengan 89sebanyak 22 mahasiswa atau 23,2%. Sedangkanselebihnya yaitu 19 mahasiswa atau sebesar 20%dari jumlah peserta matakuliah mencapai skor diatas atau sama dengan 90.

Hasil tindakan siklus pertama ni menunjukanbahwa; ada kesepakatan antara dosen danmahasiswa terhadap rencana pembelajaransejumlah permasalahan dalam pembelajaranmatakuliah Manajemen Perkantoranteridentifikasi; keaktifan dan motivasi mahasiswadalam mengikuti matakuliah manajemenperkantoran belum menunjukan pada tarif atautingkatan yang tinggi, sehingga perlu ditingkatkanlagi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.Namun apabila dilihat dari sisi kreativitasmahasiswa sudah menunjukan taraf yang tinggi,hal ini bisa dilihat dari proyek pembuatan naskahsurat dinas dan amplop surat dinas. Hanya dengansedikit pengantar oleh dosen, mahasiswa bisalangsung terampil dalam pengerjaan proyektersebut.

Melalui diskusi bersama, dapat disimpulkanmodel pembelajaran berbasis proyek yangdilaksanakan pada putaran pertama cukup berhasil

284 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 282-287

Page 23: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dalam meningkatkan keakhfan belajar, kreativitas,dan motivasi mahasiswa, namun masih adabeberapa kekurangan yang perlu disempurnakanpada putaran/siklus berikutnya.

Beberapa indikator yang dilihat adalahinteraksi belajar antar mahasiswa, antusias belajarmahasiswa, dan semangat belajar mahasiswa yangsangat dalam mengikuti perkuliahan selama prosespembelajaran berlangsung, dan hasil belajarmahasiswa dalam menyelesaikan setiap proyekjuga telah meacapai kriteria yang ditetapkan.Melalui proses pembelajaran yang mengacu padamodel pembelajaran berbasis proyek, dari hasilimplementasi model pada siklus kedua, ternyatadapat memperoleh hasil pembelajaran yang lebihefektif dan lebih meningkatican keaktifan belajarmahasiswa. Keaktifan mahasiswa dalammengikuti proses pembelajarpun semakin tinggi.

Keaktifan mahasiswa tersebut, tampak padasetiap tahap pembelajaran. Mahasiswa sangat aktifsaat merancang tugas bersama dosen, saatpembagian tugas, selama pengerjaan tugas, dansaat penyajian tugas. Melalui penyajian hasil yangmenarik yang diselingi tanya jawab, paramahasiswa lebih aktif memperhatikan, mengajukanpertanyaan-pertanyaan, dan menanggapi masalah-masalah yang muncul dalam proses penyajianhasil. Keaktifan belajar mahasiswa juga tampakpada saat melakukan proses penilaian dan refleksidiri. Masing-masing mahasiswa aktif melakukanproses penilaian terhadap hasil tugas yangdikerjakan, dan melakukan refleksi diri untukperbaikan penyelesaian tugas berikutnya. Dengandemikian, setiap mahasiswa akan memperolehpengalaman belajar yang bermakna.

Guna memperoleh garrbaran keaktivan danmotivasi mahasiswa dalaim mengikuti perkuliahan,maka peneliti mengamati keterlibatan mahasiswadaiam pembuatan proyek. Dari proses tersebutdiperoleh hasil: (a) sebanyak 89 mahasiswa atau93,7% menunjukkan keaktifan yang tinggi, dan (b)sebanyak 6 mahasiswa atau 6,3% keaktivannyamasih rendah. Data tersebut diambil melalui prosespengamatan terhadap pelaksanaan prosesperkuliahan. Melalui paparan hasil pengamatantersebut dapat disimpulkan, bahwa keaktifanmahasiswa dalam mengikuti perkuliahan termasukdalam kategori sangat tinggi.

Sama halnya dengan keaktifan, motivasibelajar mahasiswa dalam mengikuti prosesperkuliahan dengan berbasis pada proyek ini jugamenunjukkan tingkat yang sangat tinggi. Sebesar96,8% atau 92 mahasiswa memiliki motivasi belajar

yang sangat tinggi, dan hanya 3,2% atau 3mahasiswa yang motivasi belajarnya rendah. Dataini diperoleh dari hasil pengamatan prosespembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Darigambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa padamotivasi belaiar mahasiswa dalam kategori sangattinggi.

Ditinjau dari kreativitas mahasiswa dalammelakukan proses pembuatan proyek pada sikluskedua ini juga tampak tinggi. Rancangan tugasutama yang diberikan pada putaran kedua ini adalahmembuat rekaman film praktik etika perkantorandan layanan prima (excellent service) yangdikemas dalam bentuk VCD, dan pembuatanmaket atau replikasi tata ruan penilaian hasilproyek, antara lain: proses editing film, skenariodalam perekaman, keterampilan dalam mendisplytampilan VCD, dan substansi/isi cerita dalamtayangan film.

Bila ditinjau dari keseluruhan nilai mahasiswa,yang diambil dari nilai pada putaran pertama (hasilproyek dan nilai UTS), dan nilai pada putaran kedua dapat diketahui bahvsa semua mahasiswamencapai kriteria yang ditetapkan. Memang ujianakhir semester belum dilaksanakan atau dimasukandalam unsur penilain secara keseluruhan, olehkarena keterbatasan dalam deadline pengumpulanhasil penelitian, namun peneliti merasa sudah cukupdalam menggambarkan tingkat keaktifan,kretivitas, dan motivasi belajar.

Dari hasil analisis data, bila dilihat per individu,dengan kriteria nilai yang ditetapkan UniversitasNegeri Malang, ada sebanyak 10 mahasiswa atausebesar 10,5% mendapat nilai A, sebanyak 36mahasiswa atau sebesar 37,9% mendapat nilai A-, sebanyak 30 mahasiswa atau sebesar 31,6%mendapat nilai B+, sebanyak 13 mahasiswa atausebesar 13,7% mendapat nilai B, sebanyak 3mahasiswa atau sebesar 3,1% mendapat nilai B-,sejumlah 2 mahasiswa atau 21% mendapat nilaiC+, dan sisanya 1 mahasiswa atau 1,1% mendapatnilai C. Bagi mahasiswa yang nilainya masih Cmaupun C+, hal tersebut dikarenakan yangbersangkutan sering tidak masuk tanpa alasan,tidak mengumpulkan beberapa tugas, dalam prosespembelajaran tidak menunjukan keaktifan, dantidak mengerjakan proyek sebagai tugas utamanya.

Dengan demikian, jelas bahwa melalui modelpembelajaran berbasis proyek yang dikembangkandalam penelitian ini terbukti membawa hasil belajaryang baik bagi mahasiswa. Melalui tugas-tugasyang ada, bisa memngkatkan hasil belajarmahasiswa, baik pada ranah kognitif, afektif,

Zulkarnain dan Sumarsono, Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Motivasi Belajar Mahasiswa 285

Page 24: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

maupun psikomotor. Serta berdasarkan hasildiskusi dari hasil pengamatan selama prosespenelitian, dapat disimpulkan bahwa modelpembelajaran berbasis proyek yang dikembangkandalam penelitian ini cukup efektif untuk diterapkan.

Berdasarkan hasil penelitian tindakantersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesistindakan yang dikemukakan dalam penelitian iniyakni “dengan menerapkan model pembelajaranberbasis proyek dalam proses pembelajaran padamatakuliah Manajemen Perkantoran, bisameningkatkan keaktifan, kreativitas. dan rnotivasibelajar terbukti dapat diwujudkan”.

Pada prinsipnya proses belajar mahasiswaterjadi dalam suatu proses interaksi antara doserdengan mahasiswa, antara mahasiswa denganmahasiswa, atau antara mahasiswa denganlingkungannya, yang mengarah pada perubahanperilaku pada diri mahasiswa. Bila dikaji dari teoripembelajaran, proses belajar pada individu terjadimelalui proses interaksi antara individu denganlingkungannya dalam rangka pennahan tingkah laku(Hamalik, 2003). Proses belajar hanya terjadimelalui keaktifan belajar subyek pembelajar yaknimahasiswa. Hakekat dari belajar itu sendiri adalahadanya perubahan tingkah laku, baik pada ranahkognitif, afektif, atau psikomotor subyekpembelajar.

Proses pembelajaran berbasis proyek lebihmenekankan pada usaha untuk meningkatkankeaktifan, kretivitas, dan motivasi mahasiswadalam belajar. Peningkatan keaktifan belajarmahasiswa tersebut dilakukan denganmenggunakan proses perancangan, pengerjaan,penyelesaian, dan penilaian tugas secaraberkelanjutan dan sistematis yang dikemas dalamberbagai proyek.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, keaktifanmahasiswa tercermin dari perilaku mahasiswadalam mengikuti proses perkuliahan denganmengerjakan berbagai tugas-tugas yang diberikanoleh dosen pembina matakuliah. Berbagai topikpermasalahan dalam proses pembelajarandisampaikan kepada mahasiswa untuk dicaripemecahannya. Melalui strategi pembelajarantersebut, akan tercipta berbagai ragam kegiatanbelajar yang bervariasi dan bermakna, baik secaraindividual maupun kelompok.

Cara belajar mahasiswa aktif merupakanstrategi pembelajaran yang berusahamengoptimalkan mahasiswa dalam belajar. Carabelajar mahasiswa aktif dikenal dengan istilahstudent active learning.

Hakekat dan cara belajar mahasiswa aktifadalah keterlibatan mahasi secara intelektual danemosional dalam kegiatan pembelajaran. Adanyaketerlibatan intelektual dan emosional tersebut,memungkinkan terjadinya akomodasi kognitifdalam pencapaian pengetahuan, perbuatan sertapengalaman langsung terhadap umpan balik dalampembentukan keterampilan dan penghayat an sertaproses intemalisasi nilai-nilai dalam rangkapembentukan sikap.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkanbahwa cara belajar mahasiswa aktif adalah suatucara untuk mengoptimalkan belajar mahasiswadalam proses belajar mengajar. Keoptimalanbelajar tersebut tidak hanya menunjuk keaktifanfisik, tapi juga menunjuk keaktifan secara mental.Dengan demikian, melalui model pembelajaranberbasis proyek jelas dapat meningkatkankeaktifan, kreativitas, dan motivasi belajarmahasiswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis proyekdiharapkan bisa meningkatkan kreativitas/psikomotorik mahasiswa. Melalui pembelajaranberbasis proyek yang menekankan kreatifitasmahasiswa dalam belajar, dengan interaksi belajarmengajar yang optimal, bertolak dari pengalamanbelajar yang dimiliki mahasiswa, diharapkan bisamengefektifkan proses belajar mahasiswa dandapat mencanai hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang adadapat dinyatakan bahwa implementasipembelajaran berbasis proyek pada matakuliahManajemen Perkantoran dapat digunakan untukmeningkatkan kreativitas mahasiswa. Melaluipenggunaan startegi pembelajaran yang baik,terutama yang dirancang dalam bentuk tugas-tugasatau proyek yang bermakna, secara tidak langsungmenimbulkan kreativitas mahasiswa dalampenyelesaian proyek.

Motivasi dianggap penting dalam upayabelajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsidan nilainya. Motivasi dapat mendorong timbulnyatingkah laku dan mempengaruhi serta mengubahtingkah laku (Hamalik, 2003). Dosenbertanggungjawab melaksanakan sistempembelajaran agar berhasil dengan baik.Keberhasilan ini bergantung pada upaya dosendalam membangkitkan motivasi belajarmahasiswanya. Salah satu upaya yang dapatmenimbulkan suatu dorongan atau motivasi padadiri mahasiswa, yaitu dengan menerapkan modelpembelajaran berbasis proyek. Melalui modelpembelajaran ini mahasiswa tertantang untuk

286 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 282-287

Page 25: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

menyelesaikan proyek yang tertuang dalam tugas-tugas tersebut. Dengan demikian akanmeningkatkan motivasi dalam diri mahasiswa.

Motivasi menentukan tingkat berhasil ataugagalnya belajar mahasiswa (Hamalik, 2003).Melalui peningkatan motivasi, maka secaralangsung akan berpengaruh pada upaya peningkitanhasil belajar mahasiswa. Hasil belajar akancenderung lebih tahan lama dan bermakna. Hasilbelajar akan cenderung tahan lama dan bermaknhanya bisa diperoleh melalui pengalaman belajaryang bermakna pula (meaningfull learning), padaakhirnya pembelajaran berbasis proyek juga bisameningkatkan hasil belajar mahasiswa secarakomprehensif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Model pembelajaran berbasis proyek yangditerapkan pada matakuliah ManajemenPerkantoran, telah terbukti efektif untukmeningkatkan keaktifan, kreativitas, dan motivasibelajar mahasiswa. Hal ini ditunjukan denganmeningkatnya perhatian mahasiswa terhadapmateri kuliah, meningkatnya kegiatan belajarmahasiswa, meningkatnya kehadiran mahasiswa,dan meningkatnya interaksi belajar mahasiswa,baik di dalam kelas maupun di luar kelas, khususnyadalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur atauproyek, baik secara individual maupun kelompok.

Model pembelajaran berbasis proyek yangdikembangkan dan dilaksanakan dalam penelitiantindakan kelas ini, telah terbukti efektif dalammeningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hasilpenyelesaian tugas mahasiswa yang dilakukanselama proses pembelajaran telah mencapaikriteria yang telah ditetapkan. Nilai akhir yangcicapai oleh mahasiswa juga mencapai standaryang telah ditetapkan.

Model pembelajaran berbasis proyek yangdikembangkan dan dilaksanakan dalam penelitiantindakan kdas ini, dilaksanakan melalui pentahapan,

yang secara garis besar antara lain: (1) langkahawal pembelajaran, yang mencakup penyampaiantujuan pembelajaran, identifikasi permasalahan,perancangan tugas bersama, dan pembagian tugas;(2) langkah inti pembelajaran, yang mengacu padapelaksanaan tugas, baik secara individu maupunkelompok; dan (3) langkah akhir pembelajaran,yang mencakup presentasi hasil pengerjaan tugas,pengambilan kesimpulan, penilaian dan refleksi diri.Pelaksanaan ketiga tahapan tersebut dilaksanakansecara terpadu.

Saran

Pembelajaran Manajemen Perkantoran perludiarahkan dan difokuskan pada persoalan-persoalan yang relevan dan sedang terjadi dimasyarakat saat ini atau di masa mendatang, sertamendapat dukungan dari berbagai pihak. Sehinggadi masa mendatang akan timbul life skill pada dirimahasiswa.

Dosen pembina matakuliah ManajemenPerkantoran dapat mempertahankan, mening-katkan, dan mengembangkan lagi strategipembelajaran yang telah diterapkan.

Mengingat model pembelajaran berbasisproyek dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas,dan motivasi belahr mahasiswa, maka hendaknyapara dosen, khususnya dosen Jurusan AdministrasiPendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitarNegeri Malang, dapat mempertimbangkan untukmenggunakan model pembelajaran tersebut dalammelaksanakan proses perkuliahan mahasiswa.Model pembelajaran berbasis masalah jugamerupakan salah satu aiternatif model pembela-jaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajarmahasiswa yang komprehensif, baik pada aspekkognitif, afektif, maupun psikomotor.

Untuk memperoleh hasil yang lebih baik,hendaknya dilakukan penelitian tindakan sejenis dimasa yang akan datang, dengan sasaran yang lebihluas untuk memperoleh hasil yang lebihkomprehensif.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan (EdisiRevisi). Jakarta:BumiAksara.

Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembela-jaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardika, Supriyono, dan Mutadzakir. 2005.Karakteristik Model Pembelajaran yang

Diterapkan pada Matakuliah Kependi-dikan di Universitas Negeri Malang.Blog Grand Hibah Kompetisi UM. Malang:Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

Nurhadi,Yasin, B., & Senduk, A.G. 2002.Pembelajaran Kontekstual dan Pene-rapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Zulkarnain dan Sumarsono, Peningkatan Keaktifan, Kreativitas, dan Motivasi Belajar Mahasiswa 287

Page 26: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

STRATEGI PEMASARAN LULUSAN SMK UNTUKMEMPERCEPAT PENYERAPAN TENAGA KERJA

Fitria Kusuma DewiNurul Ulfatin

Email: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The objectives of this research are: (1) to describe the marketing strategy to expediteemployment rate which is reflected through the school profile before the graduation which is judgedfrom (a) physical means (building and equipments), (b) human resources, (c) the pupils’ quality, (d)curriculum and expertness, and (e) public relation (brochure and other media); (2) to describe themarketing strategy to expedite employment rate by the mean of the school profile after the graduationwhich includes marketing strategy reflected through: (a) alumni tracking/navigation and (b) job fair;and (3) to describe supporting factors and the limitations in graduates employment.

Abstrak: Tujuan penelitian yaitu: (1) mendeskripsikan strategi pemasaran untuk mempercepatpenyerapan tenaga kerja melalui profil sekolah sebelum peserta didik lulus: (a) melalui kelengkapanfisik (gedung dan peralatan), (b) melalui kualitas sumber daya manusia, (c) melalui kualitas pesertadidik, (d) melalui kurikulum dan keahlian, dan (e) melalui humas (brosur dan media lain); (2)mendeskripsikan strategi pemasaran untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja setelah pesertadidik lulus dari sekolah: (a) melalui pelacakan lulusan, dan (b) melalui bursa kerja/rekrutmen; dan (3)mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemasaran lulusan.

Kata kunci: strategi pemasaran lulusan, penyerapan tenaga kerja

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakansekolah yang mencetak lulusan siap kerja. Pesertadidik yang menempuh pendidikan di SMK memilikibekal kemampuan, ketrampilan, dan keahlian yangsiap diaplikasikan dalam dunia kerja. Peserta didikjuga diberi ketrampilan untuk menciptakanusahanya sendiri. Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem PendidikanNasional (Sisdiknas) menjelaskan, bahwa“pendidikan kejuruan merupakan pendidikanmenengah yang mempersiapkan peserta didikterutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut,kemudian dikeluarkan Keputusan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 0490/1992tentang SMK dengan kebutuhan Dunia Usaha danDunia Industri (Dudi) yang diusahakan salingmenguntungkan, hal tersebut diwujudkan dalambentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG).Kebijakan PSG mulai berlaku tahun 1995 untukmengatasi berbagai masalah antara SMK sebagailembaga pencetak calon tenaga kerja dan Dudisebagai pengguna tenaga kerja. Kebijakan tersebut

sebagai upaya untuk mengatasi kesenjangan hasilpendidikan di SMK dengan kebutuhan dunia kerja.

Pemasaran lulusan sekolah merupakansalah satu strategi yang dapat mempercepatpenyerapan tenaga kerja. Eksistensi yang tinggidi masyarakat akan mempermudah sekolah dalammempromosikan lulusannya kepada Dudi agardapat diserap menjadi tenaga kerja. PSG jugamerupakan salah satu strategi sekolah dalammempercepat penyerapan tenaga kerja. PSGmerupakan kegiatan peserta didik belajar sambilbekerja atau bekerja sambil belajar langsung darisumber belajar dengan aspek meniru sebagaiunsur utamanya dan hasil belajar/bekerja itumerupakan ukuran keberhasilannya. PSGmerupakan model penyelenggaraan pendidikankejuruan di mana perencanaan dan pelaksanaanpendidikan diwujudkan melalui kemitraan antaradunia kerja dan sekolah. Penyelenggaraanpendidikan berlangsung sebagian di sekolah dansebagian lagi di Dudi. Kegiatan PSG jugamembuka kemungkinan peserta didik akandirekrut dan diterima kerja kelak ketika sudah

288

Page 27: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

selesai menempuh pendidikan. Melalui PSGpeser ta didik secara t idak langsung jugamemasarkan sekolah. Perilaku dan kinerjapeserta didik selama berada di Dudi menjadicerminan sekolah.

Kaitannya dengan deskripsi tersebut penelitimemilih lokasi untuk melaksanakan penelitian yangterkait dengan strategi pemasaran lulusan di SMKNegeri 01 Turen. Sekolah tersebut memiliki banyakmitra kerja dalam bekerjasama baik dalampelaksanaan PSG maupun dalam penyerapan atauperekrutan lulusan SMK Negeri 01 Turen, sepertiyang dijelaskan oleh Ibu Eni Retno selaku KepalaBagian Hubungan Masyarakat (Humas) di SMKNegeri 01 Turen. “Kami memiliki banyak mitrakerja, ada seratus lima belas mitra Dudi yangbekerjasama dalam PSG dan penyaluran lulusan”(W/EN/F2b/21/09/2013).

SMK Negeri 01 Turen memiliki berbagaimacam strategi pemasaran sehingga dapatbekerjasama dengan 115 Dudi. Seperti yangdijelaskan oleh Ibu Eni Retno selaku Kepala BagianHumas di SMK Negeri 01 Turen. “Kami membuatbuku kenangan, brosur, facebook, web, openhouse, hasil produksi peserta didik, melalui alumni,melalui PSG” (W/EN/F1e/24/09/2013).

Strategi pemasaran yang ada di SMK Negeri01 Turen dapat mempercepat penyerapan tenagakerja. Contoh data terakhir lulusan tahun 2012-2013 jumlah siswa 413 yang sudah bekerja 150siswa dan yang melanjutkan ke perguruan tinggisejumlah 70 siswa dan yang lainnya masih belumterlacak. Peserta didik yang telah selesaimenempuh pendidikannya bisa disalurkan kemitra kerja yang telah bekerjasama dengansekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Eviselaku guru Bimbingan dan Konseling (BK) dananggota Bursa Kerja Khusus (BKK). “Setelahlulus anak-anak bisa mengikuti tes untuk bekerjadi berbagai macam Dudi.” (W/EV/F2b/24/09/2013).

Berdasarkan uraian di atas peneliti inginmengetahui strategi pemasaran yang digunakanoleh sekolah sehingga sekolah bisa memiliki mitrakerja yang banyak dan dapat mempertahankan-nya. Banyaknya mitra kerja yang dimiliki dapatmempercepat penyerapan tenaga kerja lulusansekolah. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahuilebih dalam lagi mengenai keseluruhan strategipemasaran lulusan untuk mempercepatpenyerapan tenaga kerja yang ada di SMK Negeri01 Turen.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif. Peneliti menggunakan pendekatankualitatif dimaksudkan untuk menemukan kajianyang mendalam mengenai kejadian istimewa dandapat memaparkan secara lugas tentang fokuspenelitian. Peneliti menggunakan pendekatankualitatif untuk mendeskripsikan fokus penelitianyaitu strategi pemasaran lulusan di SMK Negeri 01Turen. Deskripsi tersebut dalam bentuk kata-katatertulis atau lisan dengan informasi yang diperolehdari para informan serta hasil pengamatan maupundokumentasi sekolah. Deskripsi dipaparkan secaralebih mendalam mengenai masalah-masalah yangterjadi pada fokus penelitian.

Adapun jenis rancangan yang digunakan, yaitupenelitian studi kasus. Sasaran dalam penelitian studikasus ini mencakup manusia, peristiwa, latar, dandokumen. Penelitian ini menggunakan jenis penelitianstudi kasus karena peneliti akan mengungkap suatufenomena secara terfokus. Selain itu karenamasalah yang akan dibahas perlu batasan-batasan,agar masalah yang diteliti dapat terungkap secaralebih rinci dan terfokus.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlakdiperlukan agar tercipta hubungan yang baik denganinforman. Hubungan yang baik dengan informanberupa keakraban dan rasa kekeluargaan.Pendekatan tersebut akan memperlancar penelitiuntuk melakukan penelitian di lokasi penelitian.Karena peneliti sebagai instrumen kunci, penelitiharus mampu mengungkap makna, mengumpulkandata-data yang dibutuhkan, menyimpulkan hasiltemuan, dan melaporkannya.

Kehadiran peneliti sangatlah penting dandiperlukan secara optimal. Kehadiran awal penelitidi lapangan dilakukan untuk studi pendahuluan agarpeneliti mengetahui terlebih dahulu sasaran tempatpenelitian. Studi pendahuluan tersebut akanmempermudah penelit i dalam penyusunanrancangan penelitian. Kehadiran peneliti di lokasipenelitian setelah melakukan studi awal danmendapatkan informan kunci, peneliti melanjutkandengan melakukan wawancara kepada informan.

HASIL

Strategi Pemasaran Untuk Mempercepat PenyerapanTenaga Kerja Melalui Profil Sekolah Sebelum PesertaDidik Lulus

Strategi pemasaran lulusan melalui fisik yangada di SMK Negeri 01 Turen yaitu menampilkan

Dewi dan Ulfatin, Strategi Pemasaran Lulusan SMK untuk Mempercepat Penyerapan Tenaga Kerja 289

Page 28: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

gedung yang sebaik mungkin dengan merawatgedung, merenovasi gedung, dan menambah.Selanjutnya dengan memiliki gedung yang sesuaidengan kebutuhan siswa, menyediakan sarana olahraga, melengkapi sarana penunjang dengan segalamacam peralatan yang dibutuhkan dalam prosespembelajaran, dan menyiapkan gedung danperalatan selengkap mungkin untuk memaksi-malkan hasil belajar peserta didik.

SMK Negeri 01 Turen melibatkan seluruhSDM yang ada di sekolah dalam kegiatanpemasaran lulusan. Strategi pemasaran lulusanmelalui SDM di SMK Negeri 01 Turen yaitu: (a)Memilih calon pegawai dan guru dengan selektifyang memiliki keahlian dan kompetensi sesuaidengan kebutuhan sekolah, dan (b) Agar pegawaidan guru bisa berkembang diberikan pelatihan ataudiklat. Dua tahapan strategi pemasaran lulusan,yang pertama sekolah memilih pegawai maupunguru yang berkompeten dan disesuaikan dengankebutuhan sekolah agar kegiatan pemasaranlulusan sekolah dapat berjalan secara maksimal.Tahapan selanjutnya dengan memberikanpelatihan atau diklat kepada pegawai maupun guruagar memiliki kinerja yang lebih baik lagi.

Strategi pemasaran lulusan melalui pesertadidik yang ada di SMK Negeri 01 Turen yaitu, (a)Menciptakan peserta didik yang berprestasi, (b)Pemasaran melalui kegiatan PRAKERIN,sebelum peserta didik melakukan kegiatanPRAKERIN diberi pelatihan dan pembekalanterlebih dahulu agar Dudi yang menjadi tempatpraktik terkesan dan tertarik dengan peserta didikterutama kemampuannya dalam bekerja. Selain itujuga dengan mendatangkan praktisi sebagai gurutamu yang nantinya akan mengajarkan kepadapeserta didik mengenai jurusannya masing-masing,(c) Memanfaatkan kegiatan table maner untukmengenalkan peserta didik kepada beberapa Dudimisalnya Agro Wisata Batu, (d) Mengadakanbeauty class agar pesrta didik mampuberpenampilan menarik sesuai tuntutan dunia kerja,(e) Kunjungan ke beberapa instansi yangberhubungan dengan jurusan yang ada di sekolahsehingga peserta didik mengetahui dan dapatbelajar secara langsung. Kegiatan kunjungan inisecara tidak langsung juga sebagai wahana dalammempromosikan sekolah dan lulusan, dan (f)Membentuk citra peserta didik yang baik di matamasyarakat dengan membentuk peserta didik yangdisiplin, berprestasi, sopan, ramah, berkepribadianbaik, dan cinta lingkungan.

Strategi pemasaran lulusan SMK Negeri01 Turen melalui kurikulum dan keahlian yaitubekerjasama dengan Dudi dalam mengembangkankurikulum. Sekolah mencari informasi tentangkebutuhan Dudi kemudian ditambahkan padakurikulum untuk diajarkan kepada peserta didik.Hal ini dilakukan agar peserta didik bisamenghadapi dunia kerja dan Dudi bisa menyeraplulusan sebagai tenaga kerja yang sesuai dengankebutuhan Dudi.

Strategi pemasaran lulusan melalui Humasdi SMK Negeri 01 Turen yaitu, melalui brosur,kalender, souvenir, melalui internet (facebook danweb sekolah), dan melalui radio sekolah. Tahapanstrategi pemasaran lulusan: (a) Menyiapkanprestasi dan keunggulan yang dimiliki memalui datayang sudah ada, (b) Data yang ada di masukkanke brosur kalender, web sekolah, dan facebooksekolah, dan (c) Data yang ada disampaikanmelalui siaran radio yang dimiliki sekolah.Perumusan strategi pemasaran melalui Humasyang ada di SMK Negeri 01 Turen melibatkanbagian Humas dan kepala sekolah.

Strategi Pemasaran untuk Mempercepat PenyerapanTenaga Kerja Setelah Peserta Didik Lulus

Strategi pemasaran lulusan melalui pelacakanlulusan di SMK Negeri 01 Turen yaitu, (a)Merencanakan strategi yang akan digunakan, (b)Melacak lulusan melalui peserta didik atau adikkelas, form legalisir, dan insidental, (c) Membuatdaftar pelacakan lulusan yang diperoleh dari adikkelas dan form legalisir, dan insedental, (d)Memberikan informasi lowongan pekerjaankepada lulusan yang sudah ada di dalam daftarpelacakan lulusan, (e) Lulusan yang sudah berhasilmendapatkan pekerjaan bekerjasama dengansekolah dengan mempromosikan lulusan SMKNegeri 01 Turen melalui diri lulusan dan kinerjalulusan agar Dudi tertarik untuk memakai lulusanSMK Negeri 01 Turen sebagai tenaga kerjanyalagi, dan (f) Lulusan yang sudah bekerja jugabekerjasama dengan sekolah dalam memberikaninformasi lowongan pekerjaan.

Strategi pemasaran lulusan melalui bursakerja/rekrutmen di SMK Negeri 01 Turen yaitu:(a) Menunggu informasi lowongan kerja dariinstansi-instansi yang bekerjasama dengan sekolahatau dari lulusan sebelumnya, (b)Menginformasikan lowongan kepada lulusanmelalui peserta didik atau adik kelas, melaluifacebook, radio, dan pojok bursa kerja, (c) Setelah

290 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 288-293

Page 29: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

banyak yang berminat terhadap lowongan yangdiinformasikan petugas BKK menghubungi pihakDudi yang memberi lowongan untuk melakukanprekrutan. Sekolah hanya menjembatani antaraDudi dan lulusan, cara perekrutan tergantung Dudiapakah melalui tes tulis, tes fisik, atau interview,dan (d) Lulusan yang telah berhasil direkrut olehDudi memberikan informasi kepada sekolah siapasaja yang berhasil diterima menjadi tenaga kerja.

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalamStrategi Pemasaran Lulusan di SMK Negeri 01 Turen

Faktor pendukung dalam pemasaran lulusanmelalui fisik sekolah yang ada di SMK Negeri 01Turen yaitu gedung yang lengkap, laboratoriumlengkap, peralatan yang digunakan untuk menunjangproses pembelajaran juga lengkap, dan dana yangdiperoleh sekolah untuk mengembangkan sekolah.Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnyaperalatan yang digunakan untuk praktik jurusanpemasaran dan kurangnya usaha sekolah dalammempublikasikan fisik sekolah baik melalui brosurmaupun yang lain.

Faktor pendukung dalam strategi pemasaranlulusan melalui SDM yang dimiliki sekolah yaitu,sebagian besar SDM memiliki kemampuan sesuaidengan pekerjaannya, adanya pelatihan untukmengembangkan kinerja pegawai, dan semangatkerja pegawai yang selalu ingin berkembang.Sedangkan faktor penghambatnya yaitu, masih adabeberapa pegawai yang ketrampilan ataukeahliannya tidak sesuai dengan bidangpekerjaannya, dan adanya perselisihan antarpegawai yang menimbulkan iklim kerja kurangbaik.

Faktor pendukung dalam strategi pemasaranlulusan melalui peserta didik yaitu banyaknyaprestasi peserta didik, adanya beauty class,perilaku peserta didik yang ramah dan sopan, dankinerja peserta didik yang bagus saat prakerin.Sedangkan faktor penghambatnya yaitu, pesertadidik yang tidak kerasan berada di tempat prakerin,peserta didik yang sering bolos, dan kemampuanpeserta didik rendah dalam praktik.

Faktor pendukung dalam strategi pemasaranlulusan melalui kurikulum/keahlian yang ada diSMK Negeri 01 Turen yaitu, Dudi yang bersediamembantu dalam pengembangan kurikulum.Sedangkan faktor penghambatnya yaitu Dudibelum secara rutin membantu pengembangankurikulum tiap tahunnya di SMK Negeri 01 Turen.

Faktor pendukung dalam strategi pemasaranlulusan melalui humas di SMK Negeri 01 Turenyaitu perkembangan teknologi yang terusberkembang misalnya adanya facebook dan web.Selain itu juga sekolah memiliki radio sendirisehingga bisa dengan mudah memasarkan sekolahlewat radio. Sedangkan faktor penghambatnyayaitu radio yang dimiliki oleh sekolah jaringannyamasih area Turen, Gondanglegi, Talok, dan belummenjangkau Malang bagian utara.

Faktor pendukung dalam strategi pemasaranlulusan melaui pelacakan lulusan di SMK Negeri01 Turen yaitu adanya facebook sekolah yangmempermudah sekolah melacak lulusan melaluigroup. Selain itu adanya bantuan siswa yangbersedia bekerjasama melacak lulusan. Sedangkanfaktor penghambatnya yaitu, ada beberapa lulusanyang keluar kota dan tidak memiliki alat komunikasisehingga tidak bisa dilacak dan lulusan malas untukmemberi kabar ke sekolah kemana setelah lulusapakah kerja atau melanjutkan ke perguruantinggi.

Faktor pendukung dalam strategi pemasaranlulusan melalui bursa kerja/rekrutmen yang ada diSMK Negeri 01 Turen yaitu banyaknya Dudi yangbekerjasama dengan sekolah, usaha masyarakatyang terus berkembang sehingga membutuhkantenaga kerja baru, dan kerjasama sekolah denganlulusan untuk menambah informasi lowonganpekerjaan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitutempat Dudi yang merekrut lulusan jauh sehinggalulusan tidak kerasan, tidak semua Dudi yangbekerjasama dengan sekolah menyerap tenagakerja setiap tahunnya, dan banyaknya saingan darisekolah lain.

PEMBAHASAN

Strategi Pemasaran untuk Mempercepat PenyerapanTenaga Kerja Melalui Profil Sekolah Sebelum PesertaDidik Lulus

Strategi pemasaran lulusan melalui fisiksekolah tersebut sesuai dengan pendapat Jatmiko(2004:4) bahwa strategi merupakan “suatu caradimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang danancaman-ancaman lingkungan eksternal yangdihadapi serta sumberdaya dan kemampuaninternal organisasi”. Selain itu juga sesuai denganpendapat Alma (2005:93), bahwa “banyak carayang dapat dilakukan untuk menarik perhatianpublik terhadap suatu lembaga pendidikan, baik

Dewi dan Ulfatin, Strategi Pemasaran Lulusan SMK untuk Mempercepat Penyerapan Tenaga Kerja 291

Page 30: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

melalui daya tarik fisik kampus ataupun melaluidaya tarik yang bersifat akademis, religious, dansebagainya”.

Pendayagunaan SDM yang ada di SMKNegeri Turen sesuai dengan teori yangmelandasinya. SDM yang ada merupakan salatsatu komponen sekolah yang berperan pentingdalam mempengaruhi persepsi konsumen. SDMyang berkualitas akan mempengaruhi persepsi Dudidalam menilai sekolah dan juga lulusan yangdihasilkan oleh sekolah. Pengembangan SDMmelalui pelatihan dan diklat sebagai usaha sekolahdalam pencapaian visi dan misi.

Strategi pemasaran lulusan melalui pesertadidik yang ada sesuai dengan pendapat Jatmiko(2004:4) bahwa strategi merupakan “suatu caradimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang danancaman-ancaman lingkungan eksternal yangdihadapi serta sumberdaya dan kemampuaninternal organisasi”. Selain itu peserta didik yangberprestasi juga cara yang dilakukan untukmemasarkan lulusan yang mencakup beberapakomponen sesuai dengan pendapat Minarti (2012:181) yaitu, “mencakup ketrampilan intelektual yangmerupakan salah satu tugas dari kegiatanpendidikan yang meliputi pengetahuan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, danevaluasi”

Strategi pemasaran lulusan SMK Negeri 01Turen melalui kurikulum dan keahlian yaitubekerjasama dengan Dudi dalam mengembangkankurikulum. Sekolah mencari informasi tentangkebutuhan Dudi kemudian ditambahkan padakurikulum untuk diajarkan kepada peserta didik.Hal ini dilakukan agar peserta didik bisamenghadapi dunia kerja dan Dudi bisa menyeraplulusan sebagai tenaga kerja yang sesuai dengankebutuhan Dudi.

Strategi yang dilakukan sesuai denganpendapat Jatmiko (2004:4) bahwa strategimerupakan “suatu cara dimana organisasi akanmencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkunganeksternal yang dihadapi serta sumberdaya dankemampuan internal organisasi”. Selain itu jugasejalan dengan pendapat Hamalik (2010:15)bahwa, “pengembangan kurikulum merupakan intidalam penyelenggaraan pendidikan, dan olehkarenanya pengembangan dan pelaksanaan harusberdasarkan asas-asas pembangunan secaramakro”.

Peranan humas yang ada sudah sesuaidengan teori yang melandasinya. Selain itu, strategipemasaran yang ada di SMK Negeri 01 Turen jugasesuai dengan teori promosi yang melandasinyabahwa banyak cara yang digunakan oleh sekolahdalam mengkomunikasikan atau mempromosikansekolahnya baik melaui brosur maupun websekolah dan cara lainnya.

Strategi pemasaran lulusan melalui pelacakanyang ada sesuai dengan pendapat Jatmiko (2004:4)bahwa strategi merupakan “suatu cara dimanaorganisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuaidengan peluang-peluang dan ancaman-ancamanlingkungan eksternal yang dihadapi sertasumberdaya dan kemampuan internal organisasi”.Selain itu juga sejalan dengan pendapat Prihatin(2011:115) bahwa, “ ada berbagai cara yang dapatdiberikan oleh para alumni, misalnya sumbanganpemikiran untuk mencari konsep dan cara kerjameningkatkan mutu layanan pendidikan,memberikan sumbangan pelatihan atau informasiyang dibutuhkan oleh warga sekolah….”.

Paparan mengenai lowongan pekerjaansejalan dengan teori yang melandasinya.Perekrutan calon pegawai juga sesuai dengan teoriyang melandasinya yaitu melalui berbagai macamtes yang harus dilewati. Perumusan dalam strategipemasaran melalui bursa kerja/rekrutmen jugasesuai dengan teori yang melandasinya tentangketerlibatan anggota sekolah.

Faktor pendukung dan faktor penghambatmerupakan bagian yang ada dalam kegiatanpemasaran. Hal ini sesuai dengan pendapatJatmiko (2004:4) bahwa strategi merupakan “suatucara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang danancaman-ancaman lingkungan eksternal yangdihadapi serta sumberdaya dan kemampuaninternal organisasi”.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Strategi pemasaran lulusan melalui fisik yaitumenampilkan gedung yang sebaik mungkin denganmerawat gedung, merenovasi gedung, danmenambah gedung sesuai kebutuhan sekolah.Strategi pemasaran lulusan melalui SDM yaitu: (a)Memilih calon pegawai dan guru dengan selektifyang memiliki keahlian dan kompetensi sesuaidengan kebutuhan sekolah, dan (b) Mengembang-kan kemampuan pegawai dan guru melalui

292 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 288-293

Page 31: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

pelatihan atau diklat. Pendayagunaan SDM yangada sesuai dengan teori yang melandasinya.Strategi pemasaran melalui kurikulum dan keahlian,sekolah menyiapkan kurikulum secara lengkapyaitu KTSP untuk kelas XI dan XII, kelas Xmengikuti kurikulum 2013. Strategi pemasaranlulusan melalui Humas dilakukan melalui brosur,kalender, souvenir, melalui internet (facebook danweb sekolah), dan melalui radio sekolah.

Faktor pendukung dalam pemasaran lulusanyaitu sarana penunjang yang lengkap, SDM yangberkualitas, banyaknya prestasi peserta didik,teknologi yang terus berkembang, dan banyaknyaDudi yang bekerjasama dengan sekolah.Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnyausaha sekolah dalam mempublikasikan fisik sekolahbaik melalui brosur maupun yang lain, perselisihanantar pegawai, peserta didik yang sering bolos saatprakerin, dan tidak semua Dudi yang bekerjasamadengan sekolah menyerap tenaga kerja setiaptahunnya, dan banyaknya saingan dari sekolah lain.Faktor pendukung dan faktor penghambat yangada sesuai dengan teori yang melandasinya. Faktor

pendukung yang ada merupakan peluang yangdimanfaatkan oleh sekolah dalam memasarkanlulusannya. Sedangkan faktor penghambatmerupakan ancaman yang dihadapi oleh sekolahyang harus diatasi dengan baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapatdikemukakan saran-saran yang dapatmeningkatkan pelaksanaan strategi pemasaranlulusan untuk mempercepat penyerapan tenagakerja, kepala SMK hendaknya segera mengadakanmesin yang digunakan untuk transaksi pembayaranyang dibutuhkan oleh jurusan pemasaran dankoordinasi. Guru hendaknya lebih meningkatkanperannya dalam pelaksanaan strategi pemasarandengan memiliki kinerja yang lebih dan senantiasameningkatkan kemampuannya sesuai denganperkembangan jaman, sehingga sekolah bisamenciptakan lulusan yang berkualitas dan sesuaidengan kebutuhan Dudi.

DAFTAR RUJUKAN

Alma, B. 2005. Pemasaran Stratejik JasaPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pembelajar-an. Jakarta: Bumi Aksara.

Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Stratejik.Malang: Universitas MuhammadiyahMalang.

Minarti, S. 2012. Manajemen Sekolah.Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Prihatin, E. 2011. Manajemen Peserta Didik.Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.

Dewi dan Ulfatin, Strategi Pemasaran Lulusan SMK untuk Mempercepat Penyerapan Tenaga Kerja 293

Page 32: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN GULATUNTUK PENGEMBANGAN DIRI PESERTA DIDIK

Isnawati

Email: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The focus of this research is management extracurricular of scout and wrestling at SMAN7 Malang, about the planning, organizing, implementing, monitoring, supporting and inhibiting factors.The research aimed to describe the planning, organizing, implementing, monitoring, supporting andinhibiting factors of scout and wrestling extracurricular at SMAN 7 Malang. It’s used qualitativeapproach. This research is about the management process and the wrestling the scout extracurricularactivities at SMAN 7 Malang.

Abstrak: Fokus penelitian ini yaitu tentang manajemen ekstrakurikuler pramuka dan gulat di SMAN7 Malang, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, faktor pendukung danpenghambat. Adapun tujuan penelitian untuk mendeskripsikan perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, pengawasan, faktor pendukung dan penghambat ekstrakurikuler pramuka dan gulat diSMAN 7 Malang. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Penelitian inimenggambarkan proses manajemen kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan gulat di SMAN 7 Malang.

Kata Kunci: manajemen, ekstrakurikuler pramuka dan gulat, students for personal development

Kegiatan ekstrakurikuler menjadi salah satu unsurpenting dalam membangun kepribadian pesertadidik. Mereka dituntut untuk memiliki kematangandan keutuhan dalam lingkup dunia mereka sebagaipeserta didik yang tengah belajar. Kegiatanekstrakurikuler ada pada setiap jenjang pendidikandari sekolah dasar sampai univeritas. Kegiatanekstrakurikuler di sekolah terbentuk karena adasyarat yaitu pembinaan atau pembimbing dalamkegiatan ekstrakurikuler tersebut, memiliki sejumlahanggota dan disetujui oleh sekolah dalam hal inidisetujui oleh kepala sekolah dan guru-guru.

Kegiatan ektrakurikuler yang dilaksanakandengan baik, diharapkan dapat menjadi saranapenunjang peserta didik. Salah satu kegiatanekstrakurikuler yang dapat diambil manfaatnyaterutama bagi perkembangan diri peserta didik yaituekstrakurikuler gulat, manfaat yang diperoleh dariekstrakurikuler ini yaitu menjadikan peserta didiklebih percaya diri, lebih merasakan aman dannyaman dari gangguan apapun, lebih bisabertanggungjawab, dan mampu menjadi pribadiyang mandiri.

Kegiatan ekstrakurikuler yang lain yang jugaberperan dalam pembentukan karakter yaituektrakurikuler pramuka. Kegiatan ini secaralangsung dapat memupuk diri peserta didik menjadi

pribadi yang disiplin, kuat mental,bertanggungjawab, rajin, berjiwa pemimpin,mandiri dan memiliki sifat organisator. Salah satuciri dari kegiatan ektrakurikuler adalahkeanekaragamannya, hampir semua minat pesertadidik dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatanekstrakurikuler. Tercapainya tujuan ekstrakurikuleryang diinginkan dan mencapai hasil yang baikdalam mendukung dan menumbuhkan nilai-nilaikepribadian peserta didik perlu diusahakan adanyainformasi yang jelas. Diharapkan para pembina,pendidik, kepala sekolah, peserta didik serta pihak-pihak yang lain dapat membantu pelaksanaanekstrakurikuler sesuai dengan tujuan.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan teknik studi kasus. Penelitiandifokuskan pada dua fenomena yang dipilih danyang ingin difahami secara mendalam. Sesuaidengan rancangan dan jenis penelitian dimanapeneliti sebagai instrumen kunci yang bertindaksebagai pengumpul data, penganalisis data dansekaligus pembuat laporan hasil penelitian. Penelitimalakukan pengamatan secara penuh tanpa terlibatdalam proses kegiatan dengan kata lain peneliti

294

Page 33: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

berperan sebagai observer partisipasi pasif.Kehadiran peneliti diketahui secara penuh olehpihak informan. Peneliti mendapatkan sumber datayang terdiri dari kepala sekolah, wakasek (wakilkepala sekolah) kesiswaan, pembina ektrakurikulerpramuka dan gulat, dan siswa. Sumber data penelitiberupa kata-kata, tindakan, dan dokumen-dokumen. Sumber data yang paling utama yaitupembina ekstrakurikuler, karena pembina berperanlangsung terhadap pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler pramuka dan gulat.

Teknik pengumpulan data berupa wawancarawawancara dalam penelitian ini difokuskan kepadawakil kepala sekolah bagian kesiswaan sebagaiinforman kunci, pembina ekstrakurikuler pramuka,dan pembina ektrakurikuler gulat, peserta didikyang mengikuti ekstrakurikuler sebagai informanpendukung. Observasi penelitian ini menggunakanobservasi partisipasi nihil yakni observasi penuhtanpa terlibat dalam kegiatan proses pembelajaranberlangsung. Pada penelitian ini, penelitimengobservasi langsung pelaksanaan kegiatankegiatan ekstrakurikuler pramuka dan gulat yangmerupakan menjadi fokus ke dua tepatnya padahari Senin, Selasa dan Jumat. Teknik yang ketigayaitu dokumentasi, teknik dokumentasi inidigunakan sebagai pedoman untuk memperolehfakta dan bukti yakni melalui wawancara danobservasi.

Dokumentasi digunakan untuk memperkuatdalam pengambilan data penelitian secara akuratdan nyata. Peneliti menggunakan teknikdokumentasi karena untuk mendapatkan informasiyang tidak diperoleh melalui teknik wawancara danobservasi. Dokumentasi ini juga sebagaipembanding informasi yang diperoleh melaluiwawancara dan observasi sehingga sehinggadiperoleh data yang akurat dan relevan. Adapundokumen-dokumen yang diperlukan dalampenelitian ini yaitu kegiatan ekstrakurikuler, strukturorganisasi, laporan pertanggungjawaban, pedomantentang teknik-teknik, daftar nilai, daftar prestasi,dan daftar-daftar lain yang bersifat administratifyang berhubungan dengan ekstrakurikuler.Prosesanalisis yang dilakukan peneliti meliputi reduksidata, peneliti melakukan reduksi data dengan caramengaitkan semua data dengan fokus yang sudahditentukan. Data yang sekiranya kurang perlu disendirikan dan disimpan, dan data yang berkaitandengan fokus penelitian akan diklasifikasikanmenurut bidang fokusnya dan segera diolah.

Data dianalisis berulang kali, baik pada saatproses penelitian maupun sesudah dari lapangan.

Melalui hal tersebut dapat ditarik suatu kesimpulanyang bermakna dan berkaitan dengan fokus yangada. Cara mengecek keabsahan suatu data dalampenelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi,peneliti menanyakan hal yang sama kepadabeberapa orang yang terlibat kegiatanekstrakurikuler pramuka dan gulat. Keduapenggunaan referensi pendukung, Penelitimenggunakan alat bantu elektronik berupa smartphone untuk merekam hasil wawancara danmenggunakan kamera untuk memotret subjekpenelitian. Data yang terkumpul, selanjutnya diverifikasi dengan bahan referensi yakni programkerja tahunan ekstrakurikuler pramuka dan gulat,rekapitulasi hasil kejuaran ekstrakurikuler gulat,jadwal latihan ekstrakurikuler gulat, dan daftar nilaiekstrakurikuler pramuka., dan ketekunanpengamatan. Peneliti melakukan ketekunanpengamatan dengan perpanjangan pengamatan.Kegiatan perpanjangan waktu akan menciptakansuasana yang lebih akrab dengan sumber informasi,sehingga narasumber akan terbuka dan lebih jelasdalam memberikan segala informasi yangdiinginkan oleh peneliti.

Selanjutnya, kegiatan ketekunan pengamatanakan mempermudah bagi peneliti dalammendapatkan informasi mengenai kegiatanekstrakurikuler Pramuka dan gulat di sekolah,karena dari kegiatan ketekunan pengamatan,peneliti dapat melakukan deskripsi data yangsistematis mengenai hal-hal apa saja yang diamati.Menurut Moleong (2007:329), “adanya pengamat-an yang tekun dan terpusat pada hal-hal yangditeliti secara rinci, maka peneliti dapat melakukanpenelitian secara mendalam”. Tahap-tahappenelitian yang dilakukan observer meliputi tahappersiapan, tahap persiapan yaitu tahap yangdilakukan sebelum penelitian dilaksanakan.Kegiatan dalam tahap ini meliputi: (a) penyusunanrancangan penelitian, (b) menentukan lokasipenelitian sesuai dengan judul proposal, (c) studipendahuluan, (d) persiapan teknis (pengurusansurat ijin dan sebagainya), dan (e) penyusunanpedoman pengumpulan data. Penyusunanrancangan penelitian berisi konteks penelitian,fokus penelitian, penentuan jadwal penelitian,rancangan pengumpulan data, dan perlengkapanyang diperlukan dalam penelitian. Penentuan lokasipenelitian didasarkan atas pertimbangan fokuspenelitian yaitu di SMA Negeri 7 Malang. Studipendahuluan adalah suatu kunjungan, pengamatanke lokasi penelitian. Persiapan teknis (pengurusansurat ijin) dilakukan melalui pembuatan surat

Isnawati, Manajemen Ekstrakulikuler Pramuka dan Gulat untuk Pengembangan Diri Peserta Didik 295

Page 34: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

pengantar dari pihak Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang kepada Kepala DinasKota Malang untuk ditujukan kepada kepala SMANegeri 7 Malang.

Penyusunan pedoman pengumpulan datameliputi penyusunan daftar pertanyaan untukwawancara pada informan, membuat daftarobservasi, dan daftar dokumen yang dibutuhkan.Tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan, penelitimencatat semua data berdasar apa adanya sesuaidengan hasil observasi dan wawancara tentangmanajemen ekstrakurikuler pramuka dan gulatdalam pengembangan diri peserta didik di SMANegeri 7 Malang. Selanjutnya, pengolahan datadalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudahmenganalisis data dari teknik yang digunakanmelakukan penelitian. Setelah semua datadikumpulkan dan diolah kemudian dilakukananalisis data. Tahap yang terakhir yaitu tahappelaporan, tahap pelaporan dilaksanakanberdasarkan sistematika yang telah ditentukanberdasarkan data yang diperoleh melalui teknikobservasi, wawancara, dan dokumentasi tentangManajemen kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dangulat dalam pengembangan diri peserta didik diSMA Negeri 7 Malang. Kegiatan dalam Tahappelaporan adalah menyusun hasil penelitian dalambentuk laporan skripsi yang berpedoman padaPedoman Penulisan Karya Ilmiah UniversitasNegeri Malang.

HASIL

Temuan penelitian terdiri dari perencanaan,penggorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,faktor pandukung dan penghambat ekstrakurikulerpramuka dan gulat. Pertama yaitu perencanaanekstrakurikuler pramuka dan gulat, padaekstrakurikuler pramuka perencanaan meliputiperekrutana anggota baru bagi kelas X (sepuluh),penetapan program tahunan beserta dengan saranadan kurikulum pramuka, dan menetapkan sistemyang digunakan dalam pramuka yaitu sistemterpisah. Perencanaan yang terdapat padaekstrakurikuler gulat yaitu pembuatan programtahunan yang ditentukan oleh pengurus gulat KotaMalang, perekrutan anggota atau atlet baru, danpenetapan persyaratan secara umum.

Kedua yaitu pengorganisasian ekstrakurikulerpramuka dan gulat, pada ekstrakurikuler pramukastruktur organisasi selain berada berada di lingkupstruktur organisasi sekolah juga terdapat strukturorganisasi di bawah ekstrakurikuler pramuka itu

sendiri dan tupoksi dipegang oleh pembina dan stafahli yang berkompeten dibidangnya.Pengorganisasian ekstrakurikuler gulat langsungdi bawah naungan pengurus cabang gulat KotaMalang, struktur yang ada meliputi, pelindung,penasihat, ketua umum, sekretaris, bendahara,bidang organisasi, bidang prestasi, seksi perwasitan,kepelatihan, dan kesehatan.

Ketiga yaitu pelaksanaan ekstrakurikulerpramuka dan gulat, pada ekstrakurikuler pramukapelaksanaan meliputi pengenalan sekilas tentangpramuka dan program yang sudah dilaksanakanmeliputi musyawarah ambalan, orientasi pramukategak, pelantikan dewan ambalan, lomba pramukapenggalang sabhatansa se Malang Raya,pengembaraan sabhatansa, pelantikan tegakbantara, pengembangan pramuka ke gugus depanPerguruan Tinggi, dan kemah peduli lingkugansabhtansa. Pelaksanaan pada ekstrakurikuler gulatyaitu tahap awal kemudian tahap pengembangan.Tahap awal berupa rol depan, rol belakang dantahap pengembangan berupa teknik pinggangkanan kiri, gulugan atas bawah dan gaya bebas.

Keempat yaitu pengawasan ekstrakurikulerpramuka dan gulat, pada ekstrakurikuler pramukapengawasan meliputi pengevaluasian setiapmelakukan kegiatan latihan, rapat koordinasi akhir,dan kegiatan berkemah untuk mendapatkan nilaiakhir berupa tugas karya ilmiah dan tugas individu.Pengawasan pada ekstrakurikuler gulat meliputisetiap latihan ada proses evaluasinya, evaluasiberdasarkan prestasi siswa yang mengikuti eventini merupakan tanggung jawab dari penguruscabang gulat dan penilaian dari bagian kesiswaanberupa daftar hadir.

Terakhir yaitu faktor pendukung danpenghambat ekstrakurikuler pramuka dan gulat,faktor pendukung pramuka berupa dana, tenagamoral dan motivasi dari pembina itu sendiri. Faktorpenghambatnya yaitu cuaca yang buruk sepertimusim penghujan dan penghambat dari siswa itusendiri. Faktor pendukung dari ekstrakurikuler gulatkesiapan atlet dalam mengikuti event dan peralatanyang telah disediakan oleh Koni sedangkan untukfaktor penghambatnya berupa aula yang belumpermanen.

PEMBAHASAN

Manajemen ekstrakurikuler pramuka dangulat di SMAN 7 Malang telah dilaksanakan secarasistematis melalui tahap perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,

296 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 294-299

Page 35: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

faktor pendukung dan penghambat. Perencanaanekstrakurikuler pramuka meliputi membahasprogram kerja dan evaluasi tahun lalu besertaandengan itu membahas tentang perencanaan saranaprasarana dan kurikulum. Penetapan sistem danmetode kepramukaan seperti tahun sebelumnyaserta penetapan materi dari SKU kemudiandikembangkan oleh pembina gugus depan sesuaidengan kebutuhan peserta didik. Perencanaan padaekstrakurikuler gulat yaitu pembuatan programtahunan yang ditentukan oleh pengurus gulat KotaMalang, perekrutan anggota atau atlet baru, danpenetapan persyaratan secara umum. MenurutSudjana (2004:58), “perencanaan berkaitan denganrangkaian tindakan atau kegiatan yang akandilaksanakan untuk mencapai tujuan di masa yangakan datang”. Sedangkan menurut Koont’s danO’donnel (dalam Sandra, 2012:126) menyatakan,bahwa perencanaan merupakan suatu prosespemikiran yang rasional dan sistematis apa yangakan dilakukan, bagaimana melakukannya, kapandilakukan, dan siapa yang akan melakukan suatukegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutusehingga proses kegiatan dapat berlangsungefektif, efisien, serta memenuhi tuntutan dankebutuhan masyarakat.

Pendapat di atas memiliki penjelasan yaitudalam proses perencanaan seharusnya dapatterencana dengan baik mulai dari apa yang harusdisiapkan, keuangan, waktu, dan Sumber DayaManusia guna mencapai tujuan yang sebelumnyatelah disepakati beserta hasil yang akan diharapkandari kegiatan-kegiatan yang direncanakan.

Selanjutnya yaitu pengorganisasianekstrakurikuler pramuka dan gulat, padapengorganisasian ekstrakurikuler pramuka selaindi bawah naungan pihak sekolah, ekstrakurikulerpramuka juga mempunyai struktur organisasisendiri. Pengorganisasian ekstrakurikuler gulatsruktur organisasi di bawah naungan PGSI KotaMalang dan diklat atau proses seleksi, semua sudahditetapkan oleh PGSI Kota Malang. Strukturkepengurusan ekstrakurikuler gulat terdiri daripelindung, penasehat, ketua umum, sekretaris,bendahara, bidang organisasi, bidang pembinaanprestasi, seksi perwasitan, seksi pelatihan, seksiumum, dan seksi kesehatan. Menurut Ranupandojo(dalam Sandra, 2009:129) “pengorganisasianadalah kegiatan untuk mencapai tujuan yangdilakukan oleh sekelompok orang, dilakukandengan membagi tugas, tanggung jawab, danwewenang di antara mereka, ditentukan siapa yangmenjadi pemimpin serta saling berintegrasi secara

aktif”. Ekstrakurikuler pramuka dan gulat ini tidakmenggunakan proses seleksi dengan tujuanmemotivasi siswa untuk mengembangkan potensiuntuk berkarya.

Pelaksanaan pada ekstrakurikuler pramukaberdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, makapelaksanaan ekstrakurikuler pramuka sesuaidengan perencanan yang telah ada atau yang telahditetapkan. Pelaksanaan ekstrakurikuler pramukameliputi musyawarah ambalan, orientasi pramukategak, pelantikan dewan ambalan, lomba pramukapenggalang sabhatansa se Malang Raya,pengembaraan sabhatansa, pelantikan tegakbantara, pengembangan pramuka ke gugus depanperguruan tinggi, dan kemah peduli lingkungansabhatansa. Pelaksanaan pada ekstrakurikulergulat sesuai dengan perencanaan yang sudahditetapkan. Tahap awal dari gulat itu sendiri yaitulatihan dasar berupa rol depan, rol belakang,meroda, dan gerobak. Sedangkan tahappengembangan berupa teknik penguasaanpinggang kiri dan kanan, teknik gulungan atas dangulungan bawah, dan gaya bebas. MenurutWahjosumidjo (2007:198) menjelaskan dalam“pelaksanaan ekstrakurikuler, kepala sekolah harusmampu menempatkan sekolah sebagai bagian darimasyarakat sekitarnya, sehingga perlu diciptakandan dibina hubungan yang akrab antara sekolahdengan tokoh masyarakat, para pakar dari berbagaibidang pramuka, kesenian, olahraga, dansebaginya”.

Hasil temuan penelitian yang berhubungandengan proses pengawasan serta evaluasi yaituproses pengawasan ekstrakurikuler pramukadilaksanakan setiap kali kegiatan. Prosespengawasan berupa pemberian nilai presensi,siswa aktif dan yang tidak aktif, laporanpertangungjawaban, dan raport. Pengawasankegiatan ekstrakurikuler gulat dilakukan setiap kalilatihan yang dilakukan oleh PGSI, wakakesiswaan, pembina, dan pelatih. Adanya prosespelaporan berupa daftar hadir siswa yang langsungmasuk pada waka kesiswaan sedangkan prestasimasuk pada Pengcab Kota Malang. Menurut Ramli(2013:3) “pengawasan diartikan sebagai usahamenentukan apa yang sedang dilaksanakan dengancara menilai hasil atau prestasi yang dicapai dankalau terdapat penyimpangan dari standar yangtelah ditentukan, maka segera diadakan usahaperbaikan, sehingga semua hasil atau prestasisesuai dengan rencana”. Adapun prosespengawasan pada ekstrakurikuler pramuka dangulat besifat langsung, ekstrakurikuler pramuka

Isnawati, Manajemen Ekstrakulikuler Pramuka dan Gulat untuk Pengembangan Diri Peserta Didik 297

Page 36: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dimonitor langung oleh kepala sekolah, WakaKesiswaan, pembina, dan pelatih.

Hasil temuan penelitian yang berhubungandengan faktor penghambat dan pendukung yaitufaktor pendukung utama dalam ekstrakurikulerpramuka yaitu dana selain itu faktor pendukunglainnya yaitu berupa dukungan moral dari parapembina dan pelatih. Sedangkan faktorpenghambat dalam kegiatan pramuka ini salahsatunya adalah cuaca, penghambat yang lain padakegiatan ekstrkaurikuler pramuka ini yaitu padawaktu kegiatan berkemah ada salah satu siswayang kesurupan, dan terdapat siswa yang manjasering kali mengeluh karena kecapekan. MenurutUttoro (2007:23) faktor yang mempengaruhikegiatan ekstrakurikuler yaitu keadaan lingkungandapat dibagi menjadi dua macam yaitu lingkungansekitar dan lingkungan disebabkan faktor musimdan iklim. Lingkungan sekitar sekolah yang kurangmendukung dapat diminimalisir oleh masyarakatsekolah agar lebih mendukung. Selain itulingkungan yang berasal dar i siswa jugamenentukan prestasi siswa itu sendiri.

Faktor penghambat dan pendukung kegiatanekstrakurikuler gulat dari kesiapan siswa dalammengikuti program latihan menuju event puncakmisalnya event regional, nasional, dan internasional.Hal lain yang menjadikan faktor pendukung yaituprasana berupa aula, matras, benpres, barble yangsudah disediakan dari Koni. Sedangkanpenghambatnya yaitu tempat latihan yang berupaaula bukan khusus untuk latihan gulat sajamelainkan untuk kegiatan ekstrakurikuler lainnyajadi seringkali bongkar pasang matras pada waktuakan melakukan latihan. Menurut Suryobroto(2004:4) syarat kegiatan ekstrakurikuler yaitusarana atau alat adalah segala sesuatu yangdiperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani,mudah dipindahkan di bawa oleh pelakunya atausiswa, bersifat permanen atau tidak dapat dipindah-pindahkan. Contohnya adalah lapangan, aula,kolam renang, dan lain-lain. Fasilitas harusmemenuhi standar minimal untuk pembelajaran,antara lain sesuai dengan kebutuhan.

Suatu kegiatan tidak dapat terlepas dariadanya faktor penghambat dan faktor pendukung,dengan adanya faktor pendukung suatu kegiatanakan berjalan dengan maksimal dan sesuai dengantujuan yang diharapkan, sedangkan faktorhambatan bukan suatu penghambat besar jikasemua pihak mampu mendayagunakan danmengatasi dari faktor penghambat tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perencanaan kegiatan ekstrakurikulerpramuka meliputi rapat koordinasi tentang programkerja tahunan yang mewajibkan untuk tahun 2013mengikuti ekstrakurikuler pramuka sertamembahas tentang perencaan sarana prasarana,kurikulum. Perencanaan ekstrakurikuler gulatdiawali pembuatan program tahunan yang sudahditetapkan oleh pengurus cabang gulat kotaMalang, penetapan sarana prasarana, kurikulum.Pengorganisasian ekstrakurikuler pramuka dibawah naungan sekolah dan bawah naunganekstrakurikuler pramuka itu sendiri, pelantikanpengurus diadakan secara musyawarah yangbernama musyawarah ambalan. Pengorganisasianekstrakurikuler gulat langsung di bawah naunganpengurus cabang gulat kota Malang.

Pelaksanaan ekstrakurikuler pramukameliputi musyawarah ambalan, orientasi pramukategak, pelantikan dewan ambalan, lomba pramukapenggalang sabhatansa se Malang Raya,pengembaraan sabhatansa, pelantikan tegakbantara, pengembangan pramukake gugus depanperguruan tinggi, dan kemah peduli lingkungansabhatansa. Pelaksanaan ekstrakurikuler gulatmeliputi teknik dasar dan teknik lanjutan, teknikdasar meliputi rol depan, rol belakang, meroda, dangerobak ini merupakan perpaduan gerakan senam,sedangkan teknik lanjutan meliputi pengembangandari teknik pingganng kanan dan kiri, teknikgulungan atas dan bawah. Pengawasanekstrakurikuler pramuka selain presensi kehadiran,mereka juga langsung dipantau oleh pembina danpelatih pramuka. Pengawasan ekstrakurikulergulat meliputi nilai kehadiran siswa, nilai prestasidari siswa yang mengikuti event.

Faktor pendukung dari ekstrakurikulerpramuka yaitu dana, tenaga, dan dukungan moralsedangkan untuk faktor penghambat yaitu cuacayang buruk seperti musim hujan selain itu terdapatsalah satu siswa dalam suatu kegiatan mengalamikesurupan atau ada siswa yang manja. Faktorpendukung ekstrakurikuler gulat yaitu kesiapansiswa dalam menghadapi event dan saranaprasaran yang memadai yang telah disediakan olehKoni, sedangkan untuk faktor penghambat yaitutempat latihan yang belum permanen yang masihbongkar pasang.

298 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 294-299

Page 37: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankankepada; 1)Kepala SMAN 7 Malang, untuk lebihmeningkatkan efektivitas kegiatan ekstrakurikulermeskipun dalam keadaan cuaca buruk dan masalahyang muncul dari siswa itu sendiri, danmenyediakan sarana prasarana yang permanenagar kegiatan berjalan secara maksimal, 2)Pembina ekstrakurikuler pramuka dan gulatSMAN 7 Malang, agar lebih meningkatkan lagipotensi yang ada pada dirinya baik dalam bidangpramuka dan pergulatan untuk terus membina parasiswa mencapai prestasi yang lebih baik danmenambah lagi jumlah atlet yang dikeluarkan setiaptahunnya, 3) Ketua Jurusan AdministrasiPendidikan Universitas Negeri Malang, agar lebih

meningkatkan pengetahuan dan pemahamanmahasiswa terhadap manajemen pendidikanterutama yang berhubungan dengan manajemenlayanan khusus kegiatan ekstrakurikuler denganmemberikan berbagai kegiatan penelitian lapangan,baik di lembaga pendidikan negeri atau swasta, 4)Peneliti lain, agar lebih memperkaya hasil penelitianyang telah dilakukan dengan menambah hasiltemuan penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagipeningkatan kualitas manajemen kegiatanekstrakurikuler pramuka dan gulat di SMAN 7Malang dan di lembaga pendidikan yang lain, dan5) Siswa SMAN 7 Malang, agar lebih tersalurkankemampuan, bakat dan minat yang terpendamdalam diri siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Moleong, L. J. 2007. Metode Peneli tianKualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sandra, M. 2012. Manajemen PendidikanKonsep dan Prinsip Pengelolaan Pendi-dikan. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudjana, S. 2004. Manajemen ProgramPendidikan (Untuk Pendidikan Nonfor-mal dan Pengembangan Sumber DayaManusia). Bandung: Fallah Production.

Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan KepalaSekolah (Tinjauan Teoritik danPermasalahannya). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ramli, R. 2013. Pengawasan (Controlling)Sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen,(Online), (cai.elearning.gunadarma.ac.id/.../download.php?.), diakses 19 April2014.

Suryobroto. 2004. Sarana dan PrasaranaPendidikan Jasmani. Perpustakaan FIK.Yogyakarta: FIK UNY.

Uttoro. 2007. Identifkasi Faktor-FaktorPenghambat Pelaksanaan Ekstraku-rikuler bulutangkis di MAN III Yogya-karta . Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.

Isnawati, Manajemen Ekstrakulikuler Pramuka dan Gulat untuk Pengembangan Diri Peserta Didik 299

Page 38: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

IMPLEMENTASI QUALITY ASSURANCE SYSTEMDALAM PEMBELAJARAN

Rachmat Sidi MawardiHendyat Soetopo

Achmad Supriyanto

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang

Abstract: The purpose of this research is focused on describing and finding the planning,implementation, monitoring and evaluation, supporting factors, factors inhibiting and overcomingbarriers to the implementation of the Quality Assurance System (QAS) in study at Madrasah Aliyah(MAN) 3 Malang. The research was conducted using a qualitative approach with descriptive casestudy design-single case. Research on the implementation of QAS in learning in MAN 3 Malangconsists of several findings, namely: planning, implementation, monitoring and evaluation, enablingand inhibiting factors, as well as efforts to overcome obstacles so that the effective implementationand optimal held. QAS implementation results in learning in MAN 3 Malang, learning more regularand more adequate facilities.

Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah menitikberatkan pada mendeskripsikan dan menemukanperencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, faktor pendukung, faktor penghambat sertaupaya mengatasi hambatan implementasi Quality Assurance System (QAS) dalam pembelajaran diMadrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang. Pelaksanaan penelitian dilakukan menggunakanpendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus deskriptif-kasus tunggal. Penelitian mengenaiimplementasi QAS dalam pembelajaran di MAN 3 Malang terdiri atas beberapa temuan, yaitu:perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, faktor pendukung dan penghambat, serta upayamengatasi hambatan sehingga dalam pelaksanaannya terselenggara dengan efektif dan optimal.Hasil implementasi QAS dalam pembelajaran di MAN 3 Malang yaitu pembelajaran lebih teratur danfasilitas semakin memadai.

Kata Kunci: implementasi, quality assurance system, pembelajaran.

Tujuan pendidikan secara umum adalah untukmeningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia(SDM). Salah satu upaya untuk meningkatkankualitas SDM, yaitu melalui proses pembelajaranyang efektif di sekolah. Di Indonesia pertumbuhanpenduduk kian mengalami peningkatan yang sangatsignifikan, sehingga kualitas sumber daya manusiayang mampu bersaing di dunia global akan sangatditentukan oleh kualitas pendidikan. Berdasarkanlaporan UNESCO pada tahun 2012 dalam Kompas(2013:1) melaporkan bahwa Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaianEducation Development Index (EDI) atauIndeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDIitu diperoleh dari rangkuman perolehan empatkategori penilaian, yaitu angka partisipasipendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15tahun ke atas, angka partisipasi menurut

kesetaraan gender, angka bertahan siswa hinggakelas V Sekolah Dasar (SD). Berdasarkanpaparan data tersebut dapat disimpulkan bahwakualitas SDM di Indonesia masih dalam garisrendah.

Usaha kearah peningkatan kualitas manusiaitu telah diwujudkan melalui Pasal 11 Ayat (1)Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajibmemberikan layanan dan kemudahan, sertamenjamin terselenggaranya pendidikan yangbermutu bagi setiap warga negara tanpadiskriminasi”. Implementasi atas usaha tersebutharus dijaga prosesnya agar mampu menghasilkanoutcome dan dampak yang diharapkan bagimasyarakat. Dalam rangka peningkatan mutupendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional

300

Page 39: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

(Kemendiknas) Republik Indonesia besertajajarannya berusaha mewujudkan peningkatanmutu pendidikan secara lebih sistematis, yaitumelalui penerapan Sistem Penjaminan Mutu(quality assurance system) di tingkat sekolahkhususnya sekolah menengah. Paradigma barusistem pendidikan tersebut dapat digunakan untuksemua jenjang otoritas satuan pendidikan, sepertiakuntabilitas dan penilaian mutu. Banyak indikatoryang dapat dikembangkan untuk meningkatkanpenjaminan mutu di suatu lembaga pendidikan.

Salah satu indikator yang dapat menjawabhal tersebut, yakni pada manajemen pembelajarandi lembaga pendidikan. Penerapan QAS dalampembelajaran mencakup proses perencanaan,implementasi, monitoring, dan evaluasi yangdilakukan secara berkala. Tujuan penelitian iniadalah untuk mendeskripsikan dan menemukanperencanaan QAS dalam pembelajaran,implementasi QAS dalam pembelajaran,monitoring dan evaluasi QASdalam pembelajaran,faktor pendukung dan penghambat implementasiQAS dalam pembelajaran, upaya mengatasihambatan implementasi QAS dalam pembelajaran.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakanpendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasusyaitu studi kasus deskriptif-kasus tunggal. Penelitimenggali secara dalam tentang implementasi QASditujukan dalam aspek proses pembelajaran diMAN 3 Malang. Fokus tersebut lebih banyakmenyangkut proses dan mengumpulkan datasecara deskriptif yang berkaitan dengan QASdalam pembelajaran. Aspek yang diteliti olehpeneliti adalah menggali secara dalam mengenaiQAS dalam pembelajaran di MAN 3 Malang mulaidari peristiwa, latar, dokumen dan pihak-pihak yangterkait. Kehadiran peneliti sebagai instrumen utamapenelitian dan pengumpul data. Untuk memperolehdata dan informasi yang akurat, peneliti harus seringke lapangan dan berperan langsung untukmengumpulkan data secara mendalam.

Lokasi penelitian dilakukan di MAN 3Malang yang beralamatkan di Jalan BandungNomor 7 Kota Malang. Sumber data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah data primer,yakni data yang diperoleh langsung dari informandan data sekunder yakni data yang dijadikan sebagaisumber pendukung dalam suatu pemecahanpermasalahan. Adapun informan kunci dalampenelitian ini yaitu Ketua Pusat Penjaminan Mutu

Madrasah (P2M2) MAN 3 Malang, kepalamadrasah, dan guru. Data sekunder penelitidiperoleh dari dokumen-dokumen madrasah yangterkait dengan QAS.

Teknik pengumpulan data yang digunakanadalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.Data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan prosesmengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar,sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dibuathipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data(Moleong, 2011:280). Adapun data dianalisisdengan menggunakan beberapa cara, antara lain:reduksi data, display data, dan verifikasi data.Pengecekan keabsahan data dilakukan denganmenggunakan beberapa teknik yakni: triangulasisumber kebenaran data informan dan triangulasiteknik melalui pengecekan data yang diperolehmelalui wawancara, observasi, dan dokumentasi,ketekunan pengamatan, pengecekan anggota.Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalampenelitian ini, antara lain: tahap persiapan, tahappelaksanaan, tahap penulisan laporan.

HASIL

Hasil penelitian ini terdiri dari lima aspek yaitu:perencanaan QAS dalam pembelajaran,implementasi QAS dalam pembelajaran,monitoring dan evaluasi QAS dalampembelajaran, faktor pendukung dan penghambatimplementasi QAS dalam pembelajaran, upayamengatasi hambatan implementasi QAS dalampembelajaran.

Perencanaan QAS dalam pembelajarandirumuskan melalui evaluasi diri madrasah yaknimeninjau seluruh program-program terdahulu yangkemudian menyiapkan rencana program-programbaru sebagai hasil revisi program-program telahdilaksanakan sebelumnya dengan melibatkanseluruh komponen madrasah yang terdiri dariKepala MAN 3 Malang, Komisi P2M2, guru,Waka M, komite, dan seluruh kepala bidang.Melalui EDM dilakukan adanya perumusan standarmutu yang mengacu pada Standar NasionalPendidikan dan perumusan kebijakan mutumadrasah serta perumusan program-programQAS. Perencanaan QAS dalam pembelajaranmenghasilkan rencana kerja madrasah, rencanakerja dan anggaran madrasah, dan rencanapembelajaran yakni workshop penyusunan silabusdan RPP.

Mawardi dkk, Implementasi Quality Assurance System dalam Pembelajaran 301

Page 40: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Implementasi QAS dalam pembelajarandikategorikan dalam 2 aspek yakni prasyaratpelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaanpembelajaran. Adapun prasyarat pelaksanaanpembelajaran dibagi dalam 3 ranah yaitu standarbeban mengajar guru, penggunaan RPP dansilabus, dan ketersediaan sumber belajar sertamedia pembelajaran. Pelaksanaan pembelajarandilakukan sesuai dengan silabus dan RPP yangtelah dirancang. Pelaksanaan pembelajaranmeliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatanakhir. Hasil implementasi QAS dalampembelajaran di MAN 3 Malang yaitupembelajaran lebih teratur dan fasilitas memadai.

Kegiatan monitoring dan evaluasidilaksanakan secara lesson study. Pelaksanaanmonitoring dilakukan secara internal daneksternal, monitoring internal dilakukan oleh kepalamadrasah dan P2M2. Pelaksanaan monitoringeksternal dilakukan oleh tim pengawas dariKementerian Agama Kota Malang. Hasilmonitoring dievaluasi dan ditindaklanjuti dalamforum/rapat untuk refleksi. Hasil evaluasi untukacuan penyusunan program P2M2 periodeselanjutnya. Faktor pendukung implementasi QASdalam pembelajaran adalah: adanya SDM yangberkompeten dan memiliki komitmen sertasemangat tinggi untuk ikut serta memajukanmadrasah, adanya kerjasama yang baik antarakepala madrasah dan seluruh jajaran guru sertastaf, terjalinnya kerjasama yang harmonis antaramadrasah dengan pihak eksternal.

Faktor penghambat implementasi QAS dalampembelajaran di MAN 3 Malang sebagian besarberasal dari dalam madrasah sendiri yaknikurangnya kesiapan sebagian guru beradaptasiterhadap program QAS dan adanya sebagian gurubelum memiliki kecukupan kompetensi,keterbatasan anggaran madrasah, dan kendalamenjadwalkan agenda supervisi. Upaya mengatasihambatan implementasi QAS dalam pembelajaranyaitu mengadakan workshop dan MGMP Internal,menggalang dana melalui M3M Community danusaha madrasah, melakukan monitoring melaluiCCTV.

PEMBAHASAN

Perencanaan QAS dalam pembelajaran diMAN 3 Malang diawali dengan menyiapkanrencana program-program dengan matang dansistematis yang didasarkan pada hasil EDM(Evaluasi Diri Madrasah) yang diselenggarakan

pada tahun ajaran baru. EDM menghasilkanbeberapa program P2M2, rencana kerja madrasah,rencana ker ja & anggaran dan rencanapembelajaran yang merupakan evaluasi dariprogram periode lalu. Penyelenggaraan EDM jugamenghasilkan standar mutu dan StandarOperasional Prosedur (SOP). Untuk mencapaistandar/kriteria mutu, maka disusun adanya SOP.Standar mutu disesuaikan dengan StandarNasional Pendidikan (SNP) dan kurikulumpemerintah sebagai acuan dan persyaratan minimalyang harus dipenuhi dalam rangka merealisasikanvisi dan menjalankan misi yang diemban MAN 3Malang serta sebagai bentuk persyaratan menujulisensi ISO 9001:2008.

Hal tersebut sesuai dengan PedomanPemenuhan Standar Nasional Pendidikan padaSekolah Menengah Kejuruan (SMA) & MadrasahAliyah (MA) (2012:27) yang menyatakan, bahwaQAS dilaksanakan sesuai dengan rencana yangtelah diatur secara sistematis dalam kurun waktuyang pasti, mempunyai sasaran mutu yang jelasdan transparan, serta disempurnakan secaraberkelanjutan. Implementasi QAS dalampembelajaran di MAN 3 Malang dikategorikandalam beberapa ranah sebagai prasyaratpelaksanaan pembelajaran yakni beban mengajarguru, penggunaan silabus dan RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP), danketersediaan sumber belajar dan mediapembelajaran.

Pulungan (2001:17-18) mengungkapkansejumlah prinsip yang patut diperhatikan agarpenjaminan mutu dalam proses pembelajaran dapatmencapai tujuannya yakni salah satunyaadministrasi kelas. Dalam administrasi kelas perluadanya elemen yang terkait proses pembelajaranyaitu (1) data peserta didik (identitas diri, daftarhadir kelas, daftar nilai peserta didik), (2) daftarbuku teks (referensi) yang dibutuhkan dalampembelajaran, (3) media pembelajaran, (4)dokumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP,handout.

Pelaksanaan pembelajaran di MAN 3 Malangterdiri atas tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal,kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pembelajaransetiap mata pelajaran dilaksanakan dalam suasanayang menyenangkan, terbuka, dan akrab. Metodepembelajaran diarahkan berpusat pada pesertadidik. Guru sebagai fasilitator memberi ruangpeserta didik secara positif, kreatif, dan nyaman.Pernyataan tersebut sesuai dengan penuturanPulungan (2001:17-18) bahwa guru sebagai

302 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 300-304

Page 41: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

pengendali dalam pembelajaran di kelas sepatutnyamenciptakan suasana yang baik dan sesuai dengankondisi siswa.

Pengawasan dilakukan guna mengetahuikemajuan terhadap pelaksanaan pembelajaran danpencapaian atas program-program lain di MAN 3Malang. Pengawasan QAS dalam pembelajarandi MAN 3 Malang dilaksanakan secara lessonstudy yakni dengan meninjau kinerja guru dalammengelola pembelajaran di kelas. Penilaianpengawasan tercatat pada instrumen supervisi,yang mana instrumen supervisi tersebut akanmenghasilkan sejumlah bahan-bahan evaluasi yangdigunakan sebagai acuan ketercapaianpelaksanaan penjaminan mutu pada pembelajaran.Pengawasan dilakukan oleh pihak internal daneksternal.

Menurut Fattah (2013:29), pengawasan/monitoring QAS dilakukan untuk mengukurpencapaian standar acuan mutu pendidikan. Alatyang digunakan untuk mengukur audit kinerjaadalah laporan Monitoring Satuan/ProgramPendidikan (MSPD). Tindak lanjut terhadap hasilpengawasan yakni dilakukan evaluasi dalam bentukrapat atau forum dengan memberikan masukansecara langsung kepada guru/refleksi sebagaidasar perbaikan program P2M2 dan programpeningkatan kualitas SDM. Sistem evaluasi inisenada dengan pendapat Fattah (2008:23) yaknievaluasi diri satuan/program pendidikan merupakansalah satu kegiatan pengukuran ketercapaianstandar acuan mutu pada satuan/programpendidikan.

Faktor pendukung implementasi QAS dalampembelajaran adalah adanya SDM yangberkompeten dan memiliki komitmen sertasemangat tinggi untuk ikut serta memajukanmadrasah, adanya kerjasama yang baik antarakepala madrasah dan seluruh jajaran guru sertastaf, terjalinnya kerjasama yang harmonis antaramadrasah dengan pihak eksternal. MenurutRiduwan (2012:104) faktor-faktor yangmendukung keberhasilan program peningkatankualitas sekolah mencakup kurikulum danpembelajaran, administrasi dan manajemensekolah, organisasi kelembagaan sekolah,organisasi kelembagaan sekolah, sarana prasarana,ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran sertamasyarakat dan lingkungan serta budaya sekolah.Faktor penghambat implementasi QAS dalampembelajaran di MAN 3 Malang sebagian besarberasal dari dalam madrasah sendiri yaknikurangnya kesiapan sebagian guru beradaptasi

terhadap program QAS dan adanya sebagian gurubelum memiliki kecukupan kompetensi,keterbatasan anggaran madrasah, dan kendalamenjadwalkan agenda supervisi.

Upaya mengatasi hambatan implementasiQAS dalam pembelajaran yaitu peningkatankompetensi guru melalui pelatihan/workshopdengan pendampingan pakar yakni oleh dosen atauguru besar perguruan tinggi sertamenyelenggarakan MGMP internal, menggalangdana melalui M3M Community dan usahamadrasah, melakukan monitoring melalui CCTV.Hal ini senada dengan pendapat Sallis (dalamSyafaruddin, 2002:116), untuk menjadi organisasiyang berhasil diperlukan adanya proses didalampengembangan strategi peningkatan mutu salahsatunya yakni melibatkan seluruh pihak pemangkukepentingan baik pihak internal maupun eksternaldan memberdayakan seluruh bawahan gunameningkatkan kontribusi maksimal kepadalembaga melalui kelompok kerja efektif.

Beberapa kajian tersebut menunjukkanbahwa batasan subjek penelitian ini terfokus padamendeskripsikan QAS utamanya dalampembelajaran yang ada di madrasah serta segalaunsur yang terkait di dalamnya dalam usahaperbaikan dan peningkatan mutu MAN 3 Malang.Kualitas hasil yang diharapkan dari prosespendidikan di madrasah aliyah sama halnya denganproses yang terjadi pada lembaga pendidikanlainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah perencanaanQAS dalam pembelajaran dirumuskan melaluievaluasi diri madrasah dengan melibatkan seluruhkomponen madrasah yang terkait dan kemudianmenghasilkan rencana kerja madrasah, rencanakerja dan anggaran madrasah, dan rencanapembelajaran yakni workshop penyusunan silabusdan RPP. Implementasi QAS dalam pembelajarandikategorikan dalam 2 aspek yakni prasyaratpelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaanpembelajaran. Adapun prasyarat pelaksanaanpembelajaran dibagi dalam 3 ranah yaitu standarbeban mengajar guru, penggunaan RPP dansilabus, dan ketersediaan sumber belajar sertamedia pembelajaran. Pelaksanaan pembelajarandilakukan sesuai dengan silabus dan RPP yangtelah dirancang. Pelaksanaan pembelajaran

Mawardi dkk, Implementasi Quality Assurance System dalam Pembelajaran 303

Page 42: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatanakhir. Hasil implementasi QAS dalampembelajaran di MAN 3 Malang yaitupembelajaran lebih teratur dan fasilitas memadai.Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakansecara lesson study. Pelaksanaan monitoringdilakukan secara internal dan eksternal,monitoring internal dilakukan oleh kepalamadrasah dan P2M2. Pelaksanaan monitoringeksternal dilakukan oleh tim pengawas dariKementerian Agama Kota Malang. Hasilmonitoring dievaluasi dan ditindaklanjut dalamforum/rapat untuk refleksi. Hasil evaluasi untukacuan penyusunan program P2M2 periodeselanjutnya. Faktor pendukung implementasi QASdalam pembelajaran adalah: adanya SDM yangberkompeten dan memiliki komitmen sertasemangat tinggi untuk ikut serta memajukanmadrasah, adanya kerjasama yang baik antarakepala madrasah dan seluruh jajaran guru sertastaf, terjalinnya kerjasama yang harmonis antaramadrasah dengan pihak eksternal. Faktorpenghambat implementasi QAS dalampembelajaran di MAN 3 Malang sebagian besarberasal dari dalam madrasah sendiri yaknikurangnya kesiapan sebagian guru beradaptasiterhadap program QAS dan adanya sebagian gurubelum memiliki kecukupan kompetensi,keterbatasan anggaran madrasah, dan kendalamenjadwalkan agenda supervisi. Upaya mengatasihambatan implementasi QAS dalam pembelajaranyaitu mengadakan workshop dan MGMP Internal,

menggalang dana melalui M3M Community danusaha madrasah, melakukan monitoring melaluiCCTV.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian iniadalah (1) Kepala MAN 3 Malang hendaknyamembuat kebijakan terkait pembagian jammengajar guru agar sesuai dengan standar yangtelah ditetapkan dan diharapkan juga melakukanpengawasan secara holistik terhadap kinerja stafyang ada di MAN 3 Malang, (2) Guru MAN 3Malang selalu melakukan inovasi atau strategipembelajaran terbaru sehingga menciptakankondisi pembelajaran secara optimal, (3) KetuaP2M2 MAN 3 Malang hendaknya melakukansosialisasi program-program QAS secaramenyeluruh dan diimplementasikan secara optimalserta pelaksanaan supervisi juga perludilaksanakan kepada guru secara menyuluruhguna memaksimalkan QAS dalam pembelajaransecara utuh, (4) Mahasiswa Jurusan AdministrasiPendidikan agar senantiasa dapat meningkatkanpemahaman dan wawasan akan implementasiQAS di sekolah dan diharapkan mampumengaplikasikan teori manajemen mutu pendidikansecara nyata, (5) Peneliti lain dapat dijadikan bahanrujukan atau acuan untuk melaksanakan penelitiansejenis dengan substansi dan latar yang berbedasehingga dapat bermanfaat bagi peningkatankualitas pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Fattah, N. 2013. Sistem Penjaminan MutuPendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Kompas. 2013. Kualitas Pendidikan IndonesiaRefleksi 2, (Online), (http://edukasi.kompa-siana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei-552591.html),diakses 18 Desember 2013.

Moleong, L.J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif.Edisi Revisi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Pedoman Pemenuhan Standar NasionalPendidikan Pada Sekolah MenengahAtas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) .2012. Jakarta: Badan PengembanganSumberdaya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan Dan Penjaminan MutuPendidikan.

Pulungan, I. 2001. Manajemen Mutu Terpadu.Jakarta: PAU-PPAI-Universitas Terbuka.

Riduwan. 2012. Kepemimpinan Berbasis Nilaidan Pengembangan Mutu Madrasah .Bandung: Alfabeta.

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu TerpaduDalam Pendidikan (Konsep, Strategi,Aplikasi) . Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.

304 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 300-304

Page 43: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENGELOLAAN EKSTRAKURIKULER JURNALISTIKUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA

Risca ApriliyandariAli Imron

Email: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study was to describe the management of extracurricular journalism,management constraints and supporting extracurricular journalism, as well as efforts to overcomeobstacles and empowering management support extracurricular journalism. This study used aqualitative approach with a case study. The results of this study indicate that there are constraintsand support, as well as efforts to overcome obstacles and support the empowerment of extracurricularjournalism SMAN 1 Garum Blitar.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik,kendala dan pendukung pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik, serta upaya mengatasi kendala danpemberdayaan pendukung pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaterdapat kendala dan pendukung, serta upaya mengatasi kendala dan pemberdayaan pendukungekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garum-Blitar.

Kata kunci: pengelolaan, ekstrakurikuler, jurnalistik

Pendidikan sebagai investasi jangka panjangmemerlukan pengelolaan pendidikan secara baikdan cermat. Menurut Kurniadin dan Machali(2012:126) fungsi manajemen ada empat, yakni“planning, organizing, directing, dancontrolling”. Selain fungsi manajemen, Kurniadindan Machali (2012:119) menambahkan sumberdaya dalam manajemen yang perlu diperhatikan,yaitu: “man (manusia), money (uang), materials(bahan/alat-alat), methods (teknik/cara), machines(mesin), market (pasar), dan minutes (waktu) yangbiasa disebut ‘7M’ “. Tanpa pelaksanaan danpengelolaan hal-hal tersebut, pendidikan hanyaakan sia-sia karena akan didapati pendidikanberkualitas rendah dengan biaya yang tinggi. Halini akan merugikan dan mengakibatkan rendahnyaproduktivitas SDM. Manajemen dapat berjalandengan baik apabila dikelola oleh pemimpin yangberkompeten dan berjiwa manajerial. Hal ini akanmembuat organisasi mudah mencapai tujuansecara optimal serta meningkatkan mutu. Sejalandengan pendapat Terry (1986:4) yang menyatakan“manajemen merupakan sebuah proses yang khas,yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan,yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melaluipemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain”.

Sektor terkecil pendidikan adalah sekolah danmelalui sekolah inilah awal mula pendidikan dapatditingkatkan. Sekolah Menengah Atas (SMA)Negeri 1 Garum merupakan salah satu sekolahyang berusaha meningkatkan mutu pesertadidiknya. Sekolah ini berusaha mewadahikebutuhan peserta didiknya untuk mengasahkemampuan dan mengeksplorasi diri. Sekolah inimemberikan dukungan penuh kepada peserta didikuntuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki.

Wujud nyata SMA Negeri 1 Garum sebagaiwadah untuk mengembangkan potensi pesertadidiknya dengan meningkatkan mutu dari segiakademik dan non-akademik. Segi akademiknya,sekolah berusaha melengkapi sarana prasarana,meningkatkan hubungan sekolah denganmasyarakat, meningkatkan kualitas pendidik, danmeningkatkan proses pembelajaran. Sedangkandari segi non-akademiknya adalah meningkatkankegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler adalahsuatu kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolahuntuk mengembangkan potensi diri peserta didik.Sejalan dengan pendapat Hamalik (2008:181)

305

Page 44: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

ekstrakurikuler adalah “kegiatan pendidikan di luarketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapibersifat paedagogis dan menunjang pendidikandalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah”.

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskanpada kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik.Ekstrakurikuler jurnalistik merupakan wadah bagipeserta didik untuk mengembangkan potensi dirimelalui suatu karya, baik tulisan maupun karyayang lain. Dalam era modern seperti sekarang,kehidupan masyarakat tidak dapat dilepaskan darijurnalistik dan pers. Manusia sekarang ini tidakdapat hidup tanpa mendapatkan suguhan pers.Menurut Assegaf (1985:9) “jurnalistik adalahkegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulisuntuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya”.

Jurnalis sekolah mempelajari keahlian yangbisa dipakai pada kehidupan dewasa kelak danjuga mengembangkan kemampuan berpikir kritis,logis, dan keahlian berorganisasi serta melakukanwawancara. Menurut sebuah riset pada 1994 yangbertajuk Journalism Kids Do Better, penulis JackDvorak, Larry Lain dan Tom Dickson (dalamRolnieki, 2008:157) menemukan bukti, bahwaketerampilan jurnalisme amat bermanfaat bagipeserta didik. Temuan dalam studi itu adalah anak-anak jurnalisme lebih unggul di 10 sampai 12 bidangakademis, anak-anak jurnalisme menulis denganlebih baik di dalam 17 dari 20 perbandingan dengantulisan mahasiswa, anak-anak jurnalisme lebihmenghargai jurnalisme sekolah daripada pelajaranbahasa, dan terakhir anak-anak jurnalisme adalah‘pelaku aktif ’ di sekolah. Berdasarkan hasilpenelitian tersebut terlihat bahwa peserta didik yangmemiliki keterampilan jurnalistik lebih unggul darisegi akademisnya dan hasil tulisannya lebih baikdaripada tulisan mahasiswa. Berarti, keterampilanmenulis bisa dimiliki oleh siapapun tidak tergantungpada umur asalkan giat berlatih dan rajin membaca,sehingga dapat menghasilkan tulisan yang bagus.

Menjadi jurnalis memiliki banyak kelebihandiantaranya, mempunyai pengetahuan yang lebihbanyak daripada profesi lain karena mempelajariberbagai bidang ilmu, menghasilkan karya tulisanuntuk menambah ilmu bagi orang lain, danmemperoleh pengalaman baru ketika mencariinformasi untuk bahan berita. Kelebihan menjadijurnalis dibanding profesi lain menurut Audinovic(2013:1) adalah “bertualang, keragaman, bertemuorang penting, memberi wawasan padamasyarakat, dan menjadi pribadi tangguh”. Jurnalismemiliki kesempatan untuk berkunjung ke tempatyang baru guna mengumpulkan berita. Dari hal

inilah jurnalis memiliki kesempatan untukbertualang. Profesi jurnalis juga membuka peluangbesar untuk bertemu orang-orang penting termasukpresiden, pejabat, direktur, dan aparatur negaraguna mengumpulkan berita. Seorang jurnalismempunyai pengetahuan yang luas untuk memberiwawasan kepada masyarakat. Dunia jurnalistikyang keras menuntut jurnalis untuk bekerjaprofessional dalam kondisi dan situasi apapun. Halinilah yang membuat jurnalis memiliki pribadi yangtangguh.

Pada era globalisasi sekarang kegiatanjurnalistik penting, sebab semua orang tidak bisamengatur dan berbuat sesuatu bagi dirinya tanpamemperoleh informasi terlebih dahulu. Sedangkansemua informasi tentang hal yang tersedia danterjadi saat ini merupakan produk jurnalistik sepertiyang tersedia di surat kabar, radio, dan televisi.Informasi yang dibutuhkan bisa dalam hal politik,ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pendidikan, dankesehatan. Inilah yang mendorong SMA Negeri 1Garum memberikan fasilitas pengembangan bakatdan minat peserta didik dalam dunia jurnalistikkhususnya keterampilan menulis. Dengan adanyaketerampilan menulis, peserta didik dapatberekspresi dan menuangkan segala yang ada dipikirannya melalui suatu karya berupa tulisan yangdapat ditunjukkan kepada khalayak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, karenapeneliti berusaha untuk mengeksplorasi secaramendalam terhadap suatu program atau subjekpenelitian lainnya. Dalam penelitian studi kasus,peneliti melakukan penelitian secara menyeluruhdan mendalam di satu sekolah yang meneliti tentangsatu kegiatan ekstrakurikuler. Seluruh konteksmenjadi pusat penelitian dan ditelaah secaramenyeluruh dan mendalam. “Studi kasusmerupakan serangkaian kegiatan penyelidikanuntuk mendeskripsikan dan menganalisis secaraintensif dan terperinci suatu gejala atau unit sosialtertentu, seperti individu, kelompok, komunitasatau lembaga” (Wiyono, 2007:77). Peneliti dalampenelitian ini bertindak sebagai instrumen kunciyang langsung terjun ke lapangan. Oleh karenaitu, peran peneliti di lapangan merupakan kuncikeberhasilan, sehingga dalam pelaksanaannyadibutuhkan keseriusan dalam penelitian. Penelitimengumpulkan data dari situasi dan kondisi yang

306 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 305-314

Page 45: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

sebenarnya. Berdasarkan data dari lapangan ditarikkesimpulan yang bersifat utuh.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1Garum. Lokasinya di Jalan Raya Bence GarumBlitar. Sumber data penelitian ini antara lain:Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah BidangKesiswaan, Pembina Dalam, Pembina Luar,Pengurus BPH Ekstrakurikuler jurnalistik, dananggota ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1Garum. Prosedur pengumpulan data yangdilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi,wawancara, dan dokumentasi. Analisis datadilakukan dengan reduksi data, display data, danverifikasi data. Hasil analisis data selanjutnya dicek keabsahannya melalui perpanjanganpengamatan, peningkatan ketekunan dalampenelitian, dan triangulasi. Proses pengumpulandata dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan,yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dantahap pelaporan.

HASIL

Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistikdilakukan dengan menyusun program kerjatahunan. Awalnya ekstrakurikuler jurnalistikmengadakan rapat untuk menyusun program kerja,jadwal setiap program kerja, dan keuangan setiapprogram kerja. Program kerja disusun olehpembina dan anggota pada awal tahunkepengurusan. Selanjutnya, program kerjadilaporkan kepada sekolah untuk mendapatkanpersetujuan. Program kerja yang disetujui akandilaksanakan sedangkan yang tidak disetujuikemungkinan akan diupayakan dilaksanakan tahundepan.

Langkah selanjutnya setelah menyusunperencanaan adalah pengorganisasian. OrganisasiJunega dibawahi langsung oleh Kepala SMANegeri 1 Garum yang bertindak sebagaipenanggungjawab. Junega memiliki dua pembinakarena itu perlu adanya kerjasama antarakeduanya. Selain itu, Junega memiliki pengurusBPH yang bertindak langsung terhadap kemajuanorganisasi. Dalam BPH terdapat komisi-komisiyang masing-masing memiliki tugas dan fungsiyang berbeda. Pengorganisasian ekstrakurikulerjurnalistik terdiri dari kualifikasi pembina,perekrutan anggota, pemilihan pengurusekstrakurikuler, pembagian jabatan pengurus, danpembagian tugas setiap pengurus.

Setelah kegiatan pengorganisasian terlaksana,kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan kegiatan

dalam program kerja ekstrakurikuler jurnalistik diSMA Negeri 1 Garum. Program kerja yangdisetujui akan dilaksanakan sedangkan programkerja yang t idak disetujui akan ditundapelaksanaannya. Kemungkinan akan dilaksanakantahun depan atau menyesuaikan dengan situasi dankemampuan ekstrakurikuler maupun kemampuansekolah.

Program kerja yang telah dilaksanakan hinggabulan Pebruari 2014 adalah PAB, Katalissma,Diefest, Peta Junega, praktek reportase,pembuatan mading, dan pembuatan majalahsemester ganjil. Bulan Desember lalu Junega jugamengikuti lomba membuat mading 2 dimensi dancerpen se-Mataraman yang diadakan STIKIPBlitar dan mendapatkan juara. Selanjutnya, Junegasedang mempersiapkan pembuatan film.Pelaksanaan program kerja terdiri dariimplementasi program kerja, evaluasi programkerja, dan perubahan program kerja. Disampingitu, ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garumtelah menghasilkan karya berupa mading danmajalah sekolah. Prestasi yang didapat beragammulai dari tingkat daerah maupun karisidenan.

Kegiatan evaluasi diperlukan untukmengetahui kekurangan dan hambatan dalampelaksanaan kegiatan. Hal ini dimaksudkan untukmemperbaiki kekurangan dan hambatan sehinggadapat meningkatkan kinerja dalam kegiatanmendatang. Kegiatan evaluasi ekstrakurikulerjurnalistik dilakukan oleh pembina dan sekolah.Pembina Luar memberikan nilai kepada anggotasedangkan Pembina Dalam memberikan arahandan saran dalam melakukan penilaian. Sekolahmelakukan evaluasi dengan cara mengawasipelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yangdilakukan setiap bulan. Kegiatan pengawasandilihat dari jurnal kegiatan ekstrakurikuler dandaftar hadir. Selain itu, dilihat dari proposal kegiatandan laporan pertanggungjawaban setiapekstrakurikuler.

Kendala ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum adalah keaktifan anggota danpublikasi. Beberapa anggota ada yang mengikutiles, belajar kelompok, bergabung dengan OSIS,atau mengikuti ekstrakurikuler lain. Anggota yangmemiliki kegiatan banyak di luar ekstrakurikulerjurnalistik cenderung kurang aktif dalam mengikutisetiap kegiatan ekstrakurikuler. Kendala keduaadalah publikasi, sejauh ini publikasi hasil karyaanggota melalui mading, majalah dan blog. Untukmading dan majalah sudah terkelola dengan baik,namun lingkupnya hanya dalam sekolah. Untuk

Apriliyandari dan Imron, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 307

Page 46: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

blog lingkupnya sudah masyarakat luas namun,kurang aktif sehingga tidak bisa menampilkankarya terbaru.

Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum berasal dari sarana prasarana,biaya, pembina, dan wali murid. Ketikaekstrakurikuler jurnalistik mengadakan kegiatansekolah bersedia untuk memberikan bantuan danadan meminjamkan gedung sekolah. Pembinamemberikan motivasi dan arahan dalampelaksanaan program kerja. Wali murid juga turutmembantu pelaksanaan program kerja terbuktidengan bersedia menjadikan rumahnya untukpelaksanaan kegiatan anjangsana.

Upaya mengatasi kendala dan pemberdayaanpendukung diperlukan untuk memperbaiki kinerjaanggota ekstrakurikuler jurnalistik setiap tahunnya.Upaya mengatasi kendala yang pertama denganmemberikan izin apabila ada anggota yang tidakmasuk ekstrakurikuler karena memiliki kesibukandi luar. Sedangkan untuk mengatasi kendalapublikasi dengan mengaktifkan kembali blogekstrakurikuler dan mengirimkan karya ke medialain seperti koran.

Pemberdayaan pendukung dilakukan denganmengadakan kegiatan secara optimal, kerjasamadengan berbagai pihak, dan mengelola keuangansecara baik. Mengadakan kegiatan secara optimalperlu dilakukan agar manfaatnya bisa dirasakananggota dan pihak yang diajak kerjasama.Pengelolaan keuangan secara baik diperlukansetiap mengadakan kegiatan agar tidak terjadiminus.

PEMBAHASAN

Perencanaan merupakan langkah pertamayang perlu dilakukan dalam manajemen sebagaidasar dalam melaksanakan kegiatan. Berdasarkanhasil temuan peneliti di SMA Negeri 1 Garum,langkah yang dilakukan sebelum prosesperencanaan ekstrakurikuler adalah mengadakanrapat untuk menyusun program kerja. Rapattersebut diadakan untuk memperoleh kesepakatantentang kegiatan yang akan dilakukan pada masayang akan datang untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan. Sesuai dengan pendapat Sobri (2009:3)bahwa “perencanaan merupakan keseluruhanproses pemikiran dan penentuan secara matangterhadap hal yang akan dikerjakan pada masa yangakan datang dalam rangka mencapai tujuan yangtelah ditetapkan”.

Rapat ini dilaksanakan oleh anggotaekstrakurikuler beserta pembina. Rapat digunakanuntuk membahas kegiatan yang dilakukan selama1 tahun kepengurusan beserta jadwalpelaksanaannya. Di samping itu juga menetapkananggaran setiap kegiatan beserta sumberanggarannya. Dalam rapat dibahas jalannyakegiatan tersebut dan orang-orang yang dilibatkandalam kegiatan tersebut. Sesuai dengan pendapatKurniadin dan Machali (2012:129) perencanaansebagai “aktivitas pengambilan keputusan tentangsasaran (objectives) yang akan dicapai, tindakanyang akan diambil dalam rangka mencapai tujuanatau sasaran tersebut, dan siapa yang akanmelaksanakan tugas tersebut”.

Program kerja ekstrakurikuler jurnalistikterdiri dari program tetap dan tidak tetap. Programtetap adalah program yang harus dilaksanakansetiap tahun. Sedangkan program tidak tetap adalahprogram yang tidak harus dilaksanakan setiaptahun. Disesuaikan dengan situasi, kondisi dankemampuan sekolah serta ekstrakurikuler untukmelaksanakan kegiatan tersebut. Sesuai denganpendapat Lutan (1986:73) mengemukakan, bahwa“pada ekstrakurikuler memerlukan perencanaan,terutama disesuaikan dengan kebijaksanaanpendidikan atau sekolah yang bersangkutantermasuk dukungan sumber-sumber seperti alatdan fasilitas, biaya, serta tenaga pembina”.

Program kerja yang telah disusun olehPembina Luar dan anggota ekstrakurikulerjurnalistik kemudian, disampaikan kepada PembinaDalam. Program kerja tersebut akan didiskusikanoleh Pembina Dalam dan Pembina Luar untukbahan pertimbangan kira-kira sekolah mampumembantu pelaksanaan program kerja tersebut atautidak. Kalau tidak akan dihapus dari program kerjadan akan dilaksanakan pada tahun mendatang.Sesuai dengan pendapat Terry (2009:48)merumuskan penggunaan tahapan waktu untukmembantu berbagai kegiatan perencanaan diantaranya: “(1) Membagi rencana ke dalamserangkaian tindakan yang sederhana; (2)Mempertahankan pelaksanaan rencana sesuaijadwalnya; (3) Mengkoordinir kegiatan-kegiatanyang terpisah ke dalam perencanaan; dan (4)Rencana tersebut dapat diterima oleh semua pihakyang berkepentingan”.

Berdasarkan paparan di atas dapatdisimpulkan, bahwa perencanaan merupakankegiatan awal yang dilaksanakan sebagai dasarpelaksanaan kegiatan pada masa yang akan datang

308 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 305-314

Page 47: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dalam perencanaan membahas tentang kegiatanyang akan dilaksanakan, jadwal pelaksanaankegiatan tersebut serta anggaran setiappelaksanaan kegiatan. Selain itu, juga membahastentang sasaran yang akan dicapai, tindakan yangakan diambil, dan orang yang terlibat. Kegiatanperencanaan menghasilkan program kerja yangmana dalam menyusun program kerja harusmempertimbangkan berbagai hal yang disesuaikandengan kemampuan sekolah dan ekstrakurikuler.Kemampuan bisa dilihat dari dukungan sumber-sumber seperti alat dan fasilitas, biaya, serta tenagaanggota dan pembina.

Pengorganisasian ekstrakurikuler jurnalistikdigunakan untuk koordinasi dalam menjalankansuatu kegiatan dalam organisasi. Untuk salingkoordinasi diperlukan beberapa orang yangmemiliki tujuan yang sama. Seperti halnyaorganisasi ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum memiliki anggota dan pembina yangmemiliki hubungan kerja satu sama lain. Sesuaidengan pendapat Terry (2009:77) menyebutkankomponen-komponen yang diperlukan dalampengorganisasian, yaitu: “pekerjaan, pegawai,hubungan kerja, dan lingkungan”.

Struktur organisasi ekstrakurikuler jurnalistikSMA Negeri 1 Garum di bawah tanggungjawabkepala sekolah dan pembina. Dalam pemilihan danpenunjukkan pembina ekstrakurikuler merupakantanggungjawab sekolah. Sedangkan pemilihan danpenunjukkan pengurus organisasi dari anggotaekstrakurikuler jurnalistik, merupakan wewenganPembina Luar dibantu anggota senior.

Pengorganisasian dalam ekstrakurikulerjurnalistik di SMA Negeri 1 Garum yaitumenentukan BPH inti untuk selanjutnyamenentukan masing-masing anggota dalam setiapkomisi. Pembina dan anggota senior menetapkanlima calon ketua BPH. Selanjutnya, dilakukanvoting untuk memilih satu dari lima calon tersebutdan yang mendapatkan suara terbanyak menjadiketua BPH. Keempat calon lainnya akan menepatiposisi Ketua 1, Sekretaris Umum, Sekretaris 1, danBendahara 1. Kelima orang terpilih selanjutnyamenetapkan ketua dari lima komisi. Kemudian,ketua komisi memilih anggota komisi. Pemilihanpengurus ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum dilakukan secara terbuka dan melibatkananggota. Pemilihan pengurus yang terbukanantinya akan memudahkan bekerjasama untukmelaksanakan tugas sehingga menciptakan sistempekerjaan yang terstuktur. Sesuai dengan pendapat

Fattah (2006:2) pengorganisasian adalah“mengelompokkan, mengatur serta membagi tugas,kewenangan, dan tanggungjawab, sehinggatercipta suatu sistem pekerjaan yang terstruktur”.

Selanjutnya membahas pembagian tugas danwewenang sesuai dengan pengurus atau jabatandalam struktur organisasi. Jabatan dalam strukturorganisasi tersebut terdiri dari kepala sekolahselaku penanggungjawab, pembina selakupembimbing pelaksanaan program kegiatan, dananggota yang menempati posisi sebagai ketua,sekretaris, bendahara, dan ketua komisi. Anggotaekstrakurikuler jurnalistik berperan ganda yaitusebagai pengurus sekaligus pelaksana programkegiatan. Keseluruhan orang yang tertera dalamstruktur organisasi tersebut saling membentukhubungan kerja untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan. Sesuai dengan pendapat Sobri (2009:4)mengemukakan, bahwa “pengorganisasianmerupakan aktivitas menyusun dan membentukhubungan-hubungan kerja antara orang-orangsehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalammencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapatdisimpulkan, dalam pengorganisasian diperlukanbeberapa komponen yaitu pekerjaan, pegawai,hubungan kerja, dan lingkungan. Keempatkomponen tersebut berguna untuk menjalankanorganisasi. Namun, komponen pegawai mutlakdiperlukan untuk saling koordinasi menjalankankegiatan organisasi. Orang-orang yang bergabungdalam organisasi menempati jabatan tertentu yangtertera dalam struktur organisasi yang manamasing-masing orang memiliki tugas, wewenang,dan tanggungjawab yang berbeda. Masing-masinganggota organisasi saling membentuk hubungankerja sehingga terwujud suatu kesatuan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan merupakan bentuk realisasi dariperencanaan dan pengorganisasian yang telahdisusun sebelumnya. Pelaksanaan sama denganpengarahan dan termasuk pemberdayaan anggotaorganisasi untuk melaksanakan kegiatan sesuaidengan yang direncanakan. Pelaksanaanekstrakurikuler jurnalistik melibatkan anggota,pembina, sekolah, dan masyarakat untukmemenuhi tujuan organisasi itu sendiri. Sesuaidengan pendapat Terry (2009:138) mendefinisikanpengarahan sebagai “suatu kegiatan untukmengintegrasikan usaha-usaha anggota-anggotadari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugasmereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dankelompoknya”.

Apriliyandari dan Imron, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 309

Page 48: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistikdimulai dengan implementasi program kerja.Program kerja yang disetujui akan langsungdilaksanakan sedangkan yang tidak disetujui akanditunda pelaksanaannya disesuaikan dengankemampuan ekstrakurikuler dan sekolah.

Program kerja yang akan dilaksanakandisertai dengan rapat antara Pembina Luar dananggota. Rapat tersebut membahas tentangmenentukan ketua pelaksana beserta panitianyalalu menyusun jalannya kegiatan. Panitia yang telahterbentuk segera menentukan hal-hal yangdibutuhkan termasuk pembuatan proposal,perijinan, sarana prasarana yang dibutuhkan,konsumsi, transportasi dan segala hal yangmenunjang pelaksanaan kegiatan sesuai denganyeng telah direncanakan. Sesuai dengan pendapatSuyudi (2006:17) menjelaskan pelaksanaanekstrakurikuler sebagai berikut:

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuleryang terdiri dari kegiatan ekstra-kurikuler yang bersifat rutin, spontan danketeladanan dilaksanakan secaralangsung oleh guru, konselor, dan tenagakependidikan di sekolah/madrasah,kegiatan ekstrakurikuler yang terpogramdilaksanakan sesuai dengan sasaran,substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat,dan pelaksana sebagaimana telahdirencanakan.

Berdasarkan paparan di atas dapatdisimpulkan, pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistikditunjukkan dengan implementasi program kerjayang telah disetujui. Program kerja yang tidakdisetujui akan ditunda pelaksanaannya. Pelaksanaprogram kerja adalah anggota dan pembina dibantusekolah dan masyarakat yang saling bekerja samauntuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil karya ekstrakurikuler jurnalistik berupatulisan yang biasanya dipaparkan dalam madingdan majalah sekolah. Untuk itu, anggotaekstrakurikuler jurnalistik dilatih untuk membuattulisan yang bagus sehingga menghasilkan suatukarya yang berkualitas. Untuk membuat tulisanyang bagus memerlukan berbagai bahan tulisandan pengalaman penulisnya.

Anggota ekstrakurikuler jurnalistik dilatihuntuk mencari berita yang tertera dalam kegiatanreportase. Kegiatan tersebut menuntut anggotauntuk mencari narasumber untuk diwawancaraikemudian dibuat laporan berupa tulisan. Dengan

adanya kegiatan tersebut jelas bahwa anggotaekstrakurikuler jurnalistik dilatih untuk bisamenulis, menggunakan bahasa yang tepat agar bisamenghasilkan suatu karya bagus yang dapatdinikmati masyarakat luas.

Keterampilan menulis itu tidaklah mudahmemerlukan latihan, pengalaman, dan pengetahuanyang banyak. Melalui tulisan anggota dapatmengekspresikan pendapat dan perasaan melaluitulisan. Sesuai dengan pendapat Sartinah (1988:85)menulis adalah “mengabdikan bahasa dengantanda-tanda grafis. Aspek-aspek di luar bahasa pundapat diabadikan dalam suatu tulisan seperti kesan-kesan subjektif seseorang, pendapat, perasaan, dansebagainya”.

Anggota ekstrakurikuler jurnalistik bisadikatakan sebagai wartawan sekolah karenamereka mengumpulkan berita untuk disampaikankepada semua warga sekolah. Anggotaekstrakurikuler jurnalistik menyuguhkan beragaminforrmasi seputar teknologi, kesehatan,keagamaan, hiburan, dan pariwisata. Bukan hanyaitu anggota ekstrakurikuler jurnalistik jugamenyuguhkan berita terbaru seputar sekolahsehingga semua warga sekolah mengetahuiperkembangan terbaru di sekolah. Anggotaekstrakurikuler jurnalistik mengumpulkan informasidari beberapa narasumber untuk bahan berita.Sesuai dengan pendapat Djuroto (2004:22)mendefinisikan wartawan sebagai “seseorangyang bertugas mencari, mengumpulkan, danmengolah informasi menjadi berita untuk disiarkanmelalui media massa”.

Mading dikerjakan oleh kelas X ketikasemester genap. Pembuatan mading dikoordiniroleh komisi D. Dalam pengerjaan mading kelas Xdibagi menjadi kelompok-kelompok dan bergilirmengerjakan mading. Mading di perbarui setiapdua minggu. Sedangkan majalah sekolah dikerjakanoleh kelas XI. Majalah sekolah terbit setiapsemester. Dengan demikian, secara garis besarhasil karya anggota ekstrakurikuler jurnalistikberupa tulisan yang diterbitkan dalam mading danmajalah sekolah. Sesuai dengan pendapat Doyin(2011:1), menjabarkan “dunia jurnalistik dalamdunia peserta didik mencakupi dunia tulis-menulisdan dunia penerbitan”.

Secara umum fungsi adanya mading danmajalah sekolah untuk memberi wawasan danpengetahuan kepada pembaca. Apabila orang inginmemiliki pengetahuan yang luas harus rajinmembaca. Sumber bacaan tidak terikat pada bukupelajaran tetapi bisa bersumber dari majalah,

310 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 305-314

Page 49: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

tabloid, koran, dan semua media cetak. Bacaanyang tersebar luas di masyarakat memiliki manfaatmemberikan informasi dan hiburan. Sesuai denganpendapat Willing (2011:16) fungsi media yaitu: “(a)memberi informasi; (b) mendidik; (c) memberihiburan; dan (d) melaksanakan kontrol sosial”.

Prestasi yang ditorehkan anggotaekstrakurikuler jurnalistik banyak. Prestasidiperoleh dari tingkat daerah dan regional. Prestasiyang didapatkan selama ini diguakan untukmemacu semangat untuk menorehkan prestasiyang lebih banyak lagi.

Hasil karya anggota ekstrakurikuler jurnalistikyang berupa tulisan dipublikasikan melalui madingdan majalah. Publikasi hasil karya juga dilakukanmelalui blog ekstrakurikuler jurnalistik yang dikelolaoleh komisi C.

Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik dilakukanuntuk mengetahui kekurangan dan kelebihan darisetiap program yang dijalankan. Kekurangan yangada dijadikan pembelajaran untuk memperbaikipada kegiatan berikutnya. Sedangkan kelebihandipertahankan atau ditingkatkan pada kegiatanberikutnya. Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistikdilakukan oleh ekstrakurikuler itu sendiri dansekolah.

Evaluasi oleh ekstrakurikuler menyangkut tigahal yakni, aspek yang dinilai, yang memberikan nilai,dan waktu pemberian nilai. Aspek yang dinilaiberagam mulai dari sikap, tugas, dan kerjasama.Sedangkan yang memberikan nilai adalah PembinaLuar saja. Waktu pemberian nilai dilakukan setiapsaat. Untuk penilaian tugas dilakukan di depankelas di hadapan semua anggota secara langsung.Sedangkan evaluasi kegiatan dilakukan di tempatberlangsungnya kegiatan pada hari itu juga. Namun,setiap akhir semester semua nilai yang didapatanggota di rekap untuk dimasukkan ke dalamrapor. Sesuai dengan pendapat Saputra (1999:163)yaitu: 1) Kosmetik atau penilaian di tempat,penilaian baik atau tidaknya pada saat programdilaksanakan, tidak perlu memperhatikan tujuanatau mengumpulkan bukti-bukti mengenai tingkatperkembangan anak; 2) Kardiak, program evalua-si dengan memperhatikan anak ketika terlibatdalam suatu program kegiatan yang baru, namunketerlibatan anak tersebut jumlahnya tidak jauhberbeda dibandingkan dengan kegiatansebelumnya; 3) Diskusi, unit-unit kegiatandipadukan dengan suatu program untukmendiskusikan secara efektif. Hasil keputusankelompok akan dapat diterima daripada keputusansatu orang; 4) Kurikuler, yaitu suatu cara tidak

langsung mengenai evalusi program.Memfokuskan evaluasi dalam satu program tanpamengadakan suatu program baru yang dapatmenghadirkan masalah; dan 5) Perhitungan, yaitumengumpulkan beberapa bukti dari penampilananak dalam suatu program. Keberhasilan suatuprogram bukan pada data yang tujuannya tercapainamun data yang telah dianalisis oleh dua orangatau lebih dengan hasil yang sama.

Evaluasi oleh sekolah menyangkut waktupenilaian dan penilaian kegiatan. Waktu penilaianmaksudnya adalah kegiatan pengawasan yangdilakukan setiap bulan oleh Waka Kesiswaan danBK yang mengawasi daftar hadir dan jurnalkegiatan ekstrakurikuler. Setiap akhir kegiatan dankepengurusan ekstrakurikuler juga harus membuatlaporan pertanggungjawaban yang dismpaikankepada sekolah. Sesuai dengan pendapatKurniadin dan Machali (2012:132) mendefinisikanpengawasan sebagai “pengukuran dan koreksiterhadap segenap aktivitas anggota organisasi gunameyakinkan, bahwa semua tingkatan tujuan danrancangan yang dibuat benar-benar dilaksanakan”.

Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum terdapat beberapa kendala danpendukung yang menyertainya. Kendala yangterdapat pada ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum adalah keaktifan anggota danpublikasi. Beberapa anggota ekstrakurikulerjurnalistik memiliki kegiatan di luar sepertibimbingan belajar, kelompok belajar, dan mengikutiOSIS atau ekstrakurikuler lain. Hal ini tentumenyita waktu, tenaga, dan pikiran anggota. Untukitu, anggota ekstrakurikuler jurnalistik harus pandaimembagi waktu, tenaga, dan pikiran untukmelaksanakan semua kegiatan tersebut. Meskipundemikian, pembina merasa anggota yang memilikikegiatan di luar kurang maksimal dalam mengikutikegiatan ekstrakurikuler jurnalistik.

Kendala berikutnya adalah publikasi. Hasilkarya anggota ekstrakurikuler jurnalistik selamaini publikasinya melalui mading, majalah, dan blog.Untuk mading dan majalah sudah terkelola denganbaik. Namun, untuk blog kurang terkelola denganbaik. Sangat disayangkan, hasil karya yang baikkurang diketahui banyak orang.

Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik adalahsarana prasarana, biaya, pembina, wali murid.Setiap pelaksanaan program kerja ekstrakurikulerjurnalistik sekolah membantu menyediakan saranaprasarana dan membantu biaya. Ketika anggotamembutuhkan gedung untuk melaksanakankegiatan dengan senang hati sekolah memberikan

Apriliyandari dan Imron, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 311

Page 50: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

izin menggunakan gedung tersebut asalakan adayang bertanggungjawab. Ketika ekstrakurikulerjurnalistik mengajukan proposal, kepala sekolahmenyutujuinya dan memberikan bantuan dana.

Pendukung selanjutnya adalah pembina danwali murid. Ketika anggota memiliki ide baru dalampelaksanaan kegiatan, pembina selalu memberikanpersetujuan dan motivasi. Pembina berusahamemfasilitasi kebutuhan dan keinginan anggotaekstrakurikuler jurnalistik demi kemajuanekstrakurikuler jurnalistik. Selain itu, wali murid jugasenantiasa membantu dan mendukung pelaksanaanprogram kerja ekstrakurikuler jurnalistik. Terbuktidengan pelaksanaan kegiatan anjangsana,walimurid bersedia menyediakan tempat untukkegiatan tersebut.

Apabila disimpulkan dukunganekstrakurikuler jurnalistik berupa sarana prasarana,biaya, pembina, dan wali murid. Sekolahmemberikan dukungan berupa penyediaan saranaprasarana dan biaya. Pembina memberikanmotivasi kepada anggota dan memberi dukungansecara penuh untuk mengembangkan potensianggota. Sedangkan wali murid turut sertamembantu dalam pelaksanaan program kerjaekstrakurikuler jurnalistik. Dari paparan di atasdapat diketahui bahwa ekstrakurikuler jurnalistikmenjalin kerjasama dengan semua warga sekolahdan masyarakat untuk kemajuan organisasiekstrakurikuler jurnalistik. Sesuai dengan pendapatMustiningsih (2005:34) yaitu “untuk meningkatkanefektivitas kerjasama antara siswa, guru, danpegawai tata usaha; menyatukan berbagaikegiatan di sekolah; mengisi waktu luang;memotivasi siswa; meningkatkan hubungan antarasekolah dan masyarakat serta untuk mendorongperhatian masyarakat terhadap sekolah”.

Kendala yang ada dalam pelaksanaanekstrakurikuler perlu di atasi agar kegiatan dapatberjalan dengan lancar. Salah satu kendalaektrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garumadalah keaktifan anggota. Beberapa anggotamemiliki kesibukan di luar sehingga anggotatersebut harus absen dari kegiatan ekstrakurikulerjurnalistik. Upaya mengatasi kendala tersebutdengan memberikan izin kepada anggota. Pembinamemberikan izin kepada anggota yang sibukasalkan memiliki alasan yang jelas. Namun, apabilaanggota telah melewati batas terakhir perijinan,maka pembina tidak akan memberikan izin lagikepada anggota tersebut.

Upaya mengatasi kendala berikutnya adalahmelakukan penegasan. Apabila anggota tersebut

jelas bergabung dengan OSIS atau ekstrakurikulerlain pembina akan menindak tegas anggotatersebut. Karena anggota tersebut akan kurangmaksimal dalam mengerjakan majalah. Hal ini tentutidak diharapkan. Pembina akan mengarahkananggota tersebut untuk memilih satu dari kegiatanyang diikuti. Karena ekstrakurikuler jurnalistiksangat padat kegiatannya sehingga tidak bisadikesampingkan. Semua kegiatan yang diikutipeserta didik hendaknya dijalani secara optimalbaik dari segi individual dan sosial agat terlihatpotensinya. Sesuai dengan pendapat Nasihin danSururi, (2012:206), “sebagai wahana bagi pesertadidik untuk mengembangkan potensi diri se-optimalmungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segiindividualitas, segi sosial, aspirasi, kebutuhan, dansegi-segi potensi peserta didik lainnya”.

Kendala kedua adalah publikasi. Hasil karyaanggota ekstrakurikuler jurnalitik kurang bisadinikmati masyarakat luas. Penikmat hasil karyasebatas warga sekolah dan anggota ekstrakurikulerjurnalistik tetangga sekolah. Hal ini sangatdisayangkan karena ada banyak cara untukmengenalkan hasil karya kepada masyarakat luas.Upaya mengatasinya dengan mengaktifkan blogdan mengirimkan karya ke media. Meskipunekstrakurikuler jurnalistik sudah memiliki blognamun, kurang terkelola dengan baik. Untuk itu,perlu adanya peningkatan pengelolaan untukpublikasi hasil karya. Pembina juga menyarankananggota untuk mengirimkan tulisannya ke mediacetak koran. Namun, sampai saat ini belum adakarya yang dimuat.

Pemberdayaan pendukung dilakukan denganmengadakan kegiatan secara optimal, kerjasamadengan berbagai pihak, dan mengelola keuangansecara baik. Ketika mengadakan kegiatanekstrakurikuler jurnalistik selalu melakukannyasecara total tidak pernah setengah-setengah.Semua tenaga dikerahkan semua orang yangberkepentingan dilibatkan demi kesuksesan suatukegiatan. Melakukan kerjasama dengan berbagaipihak juga dilakukan. Termasuk dengan walimurid,sekolah lain, dinas pendidikan setempat, danmasyarakat. Ekstrakurikuler jurnalistik berusahamengelola keuangan dengan baik ketikamengadakan suatu kegiatan. Meskipun denganbiaya sedikit asalkan kegiatan bisa sukses. Sesuaidengan pendapat Saputra (1999:13) prinsippelaksanaan ekstrakurikuler yaitu: “ Prinsipefisiensi, berkenaan dengan waktu yang digunakan,tenaga yang dikeluarkan, biaya yang dialokasikandapat melahirkan hasil kegiatan yang optimal.

312 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 305-314

Page 51: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Perbandingan antara hasil yang dicapai denganpengeluaran yang diharapkan paling tidakmenunjukkan hasil yang seimbang”.Ekstrakurikuler jurnalistik memberdayakankeseluruhan pendukung dengan jalanmemanfaatkan waktu yang ada, melakukankerjasama dengan berbagai pihak, mengerahkansemua tenaga yang ada, dan menggunakan biayaseminimal mungkin untuk melaksanakan kegiatansecara optimal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum yang didalamnya terdapatpenyusunan program kegiatan tetap dan tidak tetapyang disusun oleh pembina beserta anggota.Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik terdiri dari:(a) rapat; (b) menyusun program kerja; (c)perencanaan jadwal setiap program kerja; (d)perencanaan keuangan setiap program kerja; (e)konsultasi program kerja dengan sekolah.Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum sudah baik. Hal itu terlihat dariperencanaan program kerja dikonsultasikan kepadasekolah.

Pengorganisasian ekstrakurikuler jurnalistikdiawali dengan pemilihan BPH. Kemudian,pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawabmasing-masing BPH. Terlaksananya programkerja dan tercapainya tujuan merupakan bentukkerjasama antara pembina, anggota, sekolah, danpihak terkait. Pengorganisasian ekstrakurikulerjurnalistik termasuk baik karena setiap anggota danpembina malaksanakan pekerjaan sesuai denganyang tertera pada struktur organisasi.

Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMANegeri 1 Garum merupakan bentuk implementasidari program kerja yang telah disusun. Namun,tidak semua program kerja yang disusundilaksanakan. Program kerja dikaji lebih lanjutdisesuaikan dengan situasi dan kondisiekstrakurikuler maupun sekolah. Hasil karyaanggota ekstrakurikuler jurnalistik berupa madingdan majalah. Prestasi yang didapatkan pun cukupbanyak baik tingkat kabupaten maupunkarisidenan.

Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik dilakukanoleh sekolah dan ekstrakurikuler itu sendiri.

Evaluasi oleh sekolah dilihat dari jurnal kegiatan,presensi, dan laporan pertanggungjawabansedangkan evaluasi oleh ekstrakurikuler dilihat darikemampuan, sikap, keaktifan, keredaksian,reportase, dan keorganisasian. Penilaiansepenuhnya dilakukan oleh Pembina Luar karenayang mengetahui secara teknis di lapangan.

Kendala ekstrakurikuler jurnalisik SMANegeri 1 Garum adalah keaktifan anggota danpublikasi. Pendukung ekstrakurikuler jurnalistikSMA Negeri 1 Garum adalah sarana prasarana,biaya, pembina, dan wali murid. Keempatkomponen tersebut saling melengkapi untukkemajuan ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri1 Garum.

Upaya mengatasi kendala keaktifan anggotadengan memberikan izin kepada anggota tersebutapabila ada kepentingan di luar. Selain itu, denganmemberikan ketegasan kepada anggota yangsibuk. Pemberdayaan pendukung dilakukan denganmelaksanakan kegiatan secara maksimal,memanfaatkan semua sumber daya yang ada, danmengelola keuangan secara baik.

SARAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, agarpelaksanaan pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistikSMA Negeri 1 Garum dapat terlaksana denganbaik dan lancar disarankan: (1) Kepala SMANegeri 1 Garum untuk melakukan evaluasiterhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikulersehingga dapat meningkatkan pelayanan kepadapeserta didik; (2) Wakil Kepala Sekolah BidangKesiswaan untuk meningkatkan keterampilanpeserta didik khususnya kepenulisan, sehinggadapat meningkatkan mutu ekstrakurikuler jurnalistikdi SMA Negeri 1 Garum; (3) AnggotaEkstrakurikuler Jurnalistik meningkatkan motivasiuntuk lebih giat belajar membuat tulisan yangberkualitas; (4) Dosen dan Ketua JurusanAdministrasi Pendidikan, hasil penelitian inidiharapkan sebagai penambah kualitas dankuantitas referensi bidang Administrasi Pendidikan,secara khusus tentang manajemen peserta didikterutama ekstrakurikuler; dan (5) Peneliti Lain, hasilpenelitian ini diharapkan sebagai sumber referensidan inspirasi dalam mengembangkan ilmupengetahuan, terutama dalam hal penelitian sejenisyaitu manajemen peserta didik.

Apriliyandari dan Imron, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 313

Page 52: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

DAFTAR RUJUKAN

Assegaf, D. H. 1985. Jurnalistik Masa Kini.Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Audinovic, V. 2013.5 Kelebihan MenjadiJurnalis Dibanding Profesi Lain, (Online),(http://www.merdeka.com/gaya/-kelebihan-menjadi-jurnalis-dibanding-profesi-lain.html), diakses 3 November 2013.

Djuroto, T. 2004. Manajemen Penerbitan Pers.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Doyin, M. 2011. Pendidikan Karakter MelaluiEkstrakurikuler Jurnalistik. Yogyakarta:Multi Pressindo.

Fattah, N. 2006. Landasan ManajemenPendidikan. Bandung: Remaja Rosda-karya.

Hamalik, O. 2008. Manajemen PengembanganKurikulum. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Kurniadin, D. dan Machali, I. 2012. ManajemenPendidikan Konsep dan PrinsipPengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media.

Lutan, R. 1986. Buku Materi Pokok Penge-lolaan Interaksi Belajar MengajarIntrakurikuler, Kokurikuler, danEkstrakurikuler. Jakarta: Karunika.

Mustiningsih. 2005. Manajemen LayananKhusus di Lembaga Pendidikan. Malang:Universitas Negeri Malang, Fakultas IlmuPendidikan.

Nasihin dan Sururi. 2012. Manajemen PesertaDidik. Riduwan (Ed). ManajemenPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rolnieki, T. E. 2008. Pengantar DasarJurnalisme. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.

Saputra, Y. 1999. Pengembangan Kegiatan Kodan Ekstrakurikuler. Bandung: DepdikbudDirjen Dikti.

Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip PengajaranBahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Sobri, A., J. & Rochman, C. 2009. PengelolaanPendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Suyudi. 2006. Panduan Model PengembanganDiri untuk Satuan Pendidikan Dasar danMenengah. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.

Terry, G., R. 1986. Asas-Asas Manajemen.Bandung: PT. Alumni.

Terry, G., R. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen.Jakarta: Bumi Aksara.

Willing, B. S. 2011. Jurnalistik Petunjuk TeknisMenulis Berita. Jakarta: Erlangga.

Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research). Malang: DepartemenPendidikan Nasional Universitas NegeriMalang Fakultas Ilmu Pendidikan.

314 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 305-314

Page 53: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENGARUH KINERJA GURUTERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK

Vinda Afrilia

Email: [email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang

Abstract: The purpose of this study was to describe the performance of teachers and learnersdiscipline and determine the influence of teacher performance to student discipline. This study usesa quantitative approach to the type of descriptive correlational. The results of this research thatteacher performance significant positive effect on the discipline of students at SMK in the city ofMalang.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang kinerja guru dan kedisiplinan pesertadidik dan mengetahui pengaruh kinerja guru terhadap kedisiplinan peserta didik. Penelitian inimenggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif korelasional. Hasil penelitian ini yaitukinerja guru berpengaruh positif signifikan terhadap kedisiplinan peserta didik di SMKN se-KotaMalang.

Kata Kunci: kinerja guru, kedisiplinan peserta didik.

Dunia pendidikan merupakan tempatberlangsungnya proses investasi sumber dayamanusia (SDM). Oleh karena itu, suatu organisasiperlu memperhatikan pengelolaan sumber dayamanusia karena akan mempengaruhi seluruhaktivitas atau kegiatan organisasi. Pendidikanmerupakan salah satu penentu mutu sumber dayamanusia, dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidaklagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam,melainkan pada keunggulan sumber daya manusia.Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkanguru yang profesional. Guru mempunyai peranyang sangat strategis dalam pembentukanpengetahuan, keterampilan, dan karakter pesertadidik.

Mewujudkan SDM yang mempunyaiketerampilan, pengetahuan, dan karakter pesertadidik diperlukan sikap disiplin. Menurut Rochim(2004:14) kedisiplinan merupakan “Suatu keadaanyang positif dan wajib dilaksanakan sejak dini”.Kedisiplinan akan terwujud jika kinerja guru dalamhal pengajarannya sesuai dengan standar yangberlaku di sekolah, sehingga dapat menjadipedoman siswa. Oleh karena itu, kedisiplinan perludilaksanakan agar pencapaian tujuan dapattercapai secara efektif dan efisien. Faktorkedisiplinan peserta didik sebagai sarana untukmenciptakan peserta didik yang berkualitas dan

faktor pendidikan sebagai sarana untukmengembangkan kemampuan para guru.

Disiplin sangat penting bagi peserta didik. Olehkarena itu, kedisiplinan harus ditanamkan secaraterus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplinditanamkan secara terus menerus, maka disiplinakan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yangtinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnyatidak disiplin. Menurut Huda (2010:109) pengertiandisiplin peserta didik adalah “Suatu keadaan tertibdan teratur yang dimiliki oleh peserta didik disekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yangmerugikan baik secara langsung maupun tidaklangsung terhadap peserta didik sendiri danterhadap sekolah secara keseluruhan”. Jadi setiapSDM harus mampu menyiapkan diri dalam halkedisiplinan.

Menurut Undang-Undang Sistem PendidikanNasional Nomor 20 Tahun 2003, pengertianpendidikan sebagai berikut:

Pendidikan merupakan wahana yangsangat strategis dalam meningkatkankualitas sumber daya manusia yangmerupakan faktor utama dalam bidangpendidikan. Pendidikan adalah usaha

315

Page 54: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

sadar untuk menyiapkan peserta didikmelalui kegiatan bimbingan, pengajaran,dan latihan bagi peranannya di masayang akan datang.

Agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkandan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkansuatu manajemen kiner ja (performancemanagement). Komponen guru merupakan salahsatu faktor yang sangat mendasar (esensi) dalamhal menciptakan kedisiplinan pada peserta didik.Menyadari bahwa peran dan tugas yang diembanguru, maka dibutuhkan kinerja yang berkualitas.

Menurut Yamin (2010:87) “kinerja(performance) dapat diartikan sebagai prestasi kerjaatau hasil kerja (output) baik kualitas maupunkuantitas yang dicapai SDM dalam melaksanakantugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yangdiberikan”. Guru adalah sosok yang dapat membentukdan memberi contoh bagi peserta didik untuksenantiasa menampilkan pribadi yang unggul sebagaisosok yang kreatif, mandiri, jujur, dan memilikikedisiplinan yang tinggi. Guru dituntut memiliki kinerjayang mampu memberikan dan merealisasikanharapan dan keinginan semua pihak terutamamasyarakat umum yang telah mempercayai sekolahdan guru dalam membina peserta didik. Dalam meraihpendidikan yang efektif dan efisien sangat dipengaruhioleh kinerja guru dalam melaksanakantugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutanpenting untuk mencapai keberhasilan pendidikan.

Pasal 40 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 dinyatakan lebih lanjut bahwa pendidikdan tenaga kependidikan memiliki kewajibansebagai berikut:

a) Menciptakan suasana pendidikanyang bermakna, menyenangkan,kreatif, dinamis, dan dialogis;

b) Mempunyai komitmen secaraprofesional untuk meningkatkanmutu pendidikan; dan

c) Memberikan teladan dan menjaganama baik lembaga, profesi, dankedudukan sesuai dengankepercayaan yang diberikankepadanya.

Memahami faktor yang berpengaruh terhadapkinerja guru, maka dapat dicarikan alternatifpemecahannya sehingga faktor tersebut bukanmenjadi hambatan bagi peningkatan kinerja gurumelainkan mampu meningkatkan dan mendorong

kinerja guru ke arah yang lebih baik. Untuk itu,faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja gurudipandang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikajisecara mendalam agar dapat memberikangambaran yang jelas faktor yang lebih berperan danpenting (urgen) yang mempengaruhi kinerja guru.

Keterkaitan kinerja guru dengan kedisiplinanpeserta didik, merupakan hal sangat mendasar(esensi). Seorang guru harus bisa melaksanakantugas dan kewajibannya dengan baik kepadapeserta didik. Sesuai dengan Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2010 tentangStandar Kualifikasi Akademik dan KompetensiGuru. Penguasaan kompetensi dan penerapanpengetahuan serta ketrampilan guru, sangatmenentukan tercapainya kualitas prosespembelajaran atau pembimbingan peserta didik.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan penelitian yangbersifat deskriptif korelasional. Data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah angketdengan populasi guru di SMKN se-Kota Malang.Pengambilan sampel menggunakan teknik AreaProportional Random Sampling dengan jumlahresponden sebanyak 268 guru. Teknik analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisisdeskriptif dengan analisis korelasional denganmenggunakan program SPSS 16,0 for windows.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitukinerja guru sebagai variabel bebas (X) dankedisiplinan peserta didik variabel terikat (Y).

Angket dalam penelitian ini menggunakan skalapengukuran yang disebut skala Likert. Sugiyono(2013:105) menyatakan “Skala Likert digunakanuntuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsiseseorang atau kelompok orang tentang fenomenasosial”. Melalui skala Likert ini, variabel yang akandiukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudianindikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak dalammenyusun item-item instrumen yang dalam penelitianini berupa pernyataan.

Tabel 1 Alternatif Jawaban Angket

Alternatif Jawaban Angka KeteranganST 4 Sangat TinggiT 3 TinggiS 2 SedangR 1 Rendah

316 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 315-324

Page 55: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Bentuk jawaban dari skala Likert tersebutmasih berupa data ordinal, untuk keperluan analisisyang mengisyaratkan data berupa interval makadata ordinal tersebut harus diubah menjadi interval.Untuk mengubah data ordinal menjadi intervaldiperlukan suatu metode yaitu Method ofSuccesive Interval (MSI).

Sebelum melaksanakan penelitian perludiadakannya uji coba terhadap instrumen penelitianyang akan digunakan. Tujuan uji coba yaitu untukmencari validitas dan reliabilitas instumen.Instrumen yang akan digunakan dalam penelitianini yaitu angket, sehingga untuk uji cobainstrumennya adalah dengan mengujicobakanangket kepada sejumlah responden. Jumlahresponden untuk uji coba ini sebanyak 30 guru diSMKN 1 Singosari Kabupaten Malang.

Penelitian ini menggunakan validitas butir danpengujian validitas instrumen dengan menggunakantaraf signifikasi 5% maka taraf kepercayaannyaadalah 95% yaitu (a) item instrumen dikatakanvalid jika thitung lebih besar atau sama dengan t0,05 ; maka item instrumen tersebut dapatdigunakan, dan (b) item instrumen dikatakan tidakvalid jika thitung lebih kecil dari t 0,05; maka iteminstrumen tersebut tidak dapat digunakan. Tingkatvaliditas dalam penelitian ini diukur dengan rumusKorelasi Product Moment Pearson denganmenggunakan SPSS (Statistical Product andService Solution) 16.0 for Windows dan ujireliabilitas dalam penelitian ini menggunakanformula Alpha Cronbach, setelah diketahuivaliditas dan reliabilitasnya kemudian dasarpengambilan keputusan reliabilitas yaitu jika rAlpha bernilai positif kemudian disesuaikan dengantabel koefisien korelasi. Perhitungan nilai reliabilitasakan dilakukan dengan program SPSS 16.0 forWindows. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilaireliabilitasnya sesuai dengan pengkategoriannya.

Teknik analisis data dalam penelitian inimenggunakan teknik deskriptif, teknik persentasedan teknik analisis korelasi. Teknik analisisdeskriptif digunakan untuk menganalisis datadengan cara “menggambarkan ataumendeskripsikan data yang telah terkumpulsebagaimana adanya tanpa bermaksud membuatkesimpulan yang berlaku untuk umum ataugeneralisasi” (Sugiyono, 2013:207).

Menentukan panjang kelas interval

Keterangan:R = Range (kelas interval)

= Peluang skor tertinggi= Peluang skor terendah

N = Jumlah interval (Sugiyono, 2013:172).

Menentukan mean (rata-rata) pada masing-masingvariabel

Keterangan:M = Mean (rata-rata hitung)

= Jumlah jawabanN = Jumlah responden (Riduwan dan Akdon,

2008:28)

Menentukan Persentase

Keterangan:P = PersentaseFx = FrekuensiN = Jumlah responden (Bungin, 2005:172)

Setelah di analisis dengan menggunakananalisis deskriptif selanjutnya di analisis denganteknik korelasi yang digunakan untuk mengetahuiada tidaknya hubungan kinerja guru (X) terhadapkedisiplinan peserta didik (Y). Teknik analisiskorelasional yang digunakan dalam penelitian iniKorelasi Product Moment dari Pearson yaitusebagai berikut:

Keterangan:

xyr = Koefisien korelasi butir dan skor totalX = Skor butirY = Skor totaln = Jumlah sampel (Riduwan dan Akdon,

2008:124).

Kriteria penarikan kesimpulan dalampenelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis.Jika Sig F atau Sig t menunjukkan angka < 0,05,maka kesimpulannya adalah signifikan. Atau

Afrilia, Pengaruh Kinerja Guru terhadap Kedisiplinan Peserta Didik 317

XtXr

Fx

Page 56: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dengan kata lain, jika Fhitung/thitung = Sig F/Sig t £0,05 pada taraf kepercayaan 0,05 atau P < á 0,05,maka H0 ditolak (rejected). Sebaliknya, jika Fhitung/thitung = Sig F/Sig t ³ 0,05 pada taraf kepercayaan0,05 atau P > á 0,05, maka kesimpulannya adalahtidak signifikan atau H0 tidak ditolak (not rejected).

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian denganmengambil responden sebanyak 268 guru diSMKN se-Kota Malang, maka hasil dari penelitiantersebut diperoleh deskripsi sebagai berikut.

Kinerja Guru SMKN se-Kota Malang

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan PersentaseKinerja Guru di SMKN se-Kota Malang

No Rentang Kategori Freku- Persen-Skor ensi tase

1. 79 - 97 SangatTinggi 233 87 %2. 61 - 78 Tinggi 35 13 %3. 43 - 60 Sedang 0 0 %4. 24 - 42 Rendah 0 0 %

Total 268 100%

Kedisiplinan Peserta Didik SMKN se-Kota Malang

Tabel 3 Klasifikasi dan Persentase KedisiplinanPeserta Didik

No Rentang Kategori Freku- Persen-Skor ensi tase

1. 48- 58 Sangat Tinggi 234 87 %2. 37- 47 Tinggi 34 13 %3. 26- 36 Sedang 0 0 %4. 24 - 42 Rendah 0 0 %

Total 268 100%

Kedisiplinan Peserta Didik Subvariabel Disiplin Sikap

Tabel 4 Klasifikasi dan Persentase SubvariabelDisiplin Sikap Peserta Didik SMKN se-Kota Malang

No Rentang Kategori Freku- Persen-Skor ensi tase

1. 17- 21 Sangat Tinggi 237 88 %2. 13- 16 Tinggi 31 12 %3. 9- 12 Sedang 0 0 %4. 5- 8 Rendah 0 0 %

Total 268 100 %

Kedisiplinan Peserta Didik Subvariabel DisiplinTugas

Tabel 5 Klasifikasi dan Persentase SubvariabelDisiplin Tugas Peserta Didik di SMKN se-Kota Malang

No Rentang Kategori Freku- Persen-Skor ensi tase

1. 12- 14 Sangat Tinggi 267 99,7 %2. 9- 11 Tinggi 1 0,3 %3. 6- 8 Sedang 0 0 %4. 3- 5 Rendah 0 0 %

Total 268 100 %

Kedisiplinan Peserta Didik Subvariabel Disiplin Kelasdan Sekolah

Tabel 6 Klasifikasi dan Persentase SubvariabelDisiplin Kelas dan Sekolah peserta didikSMKN se-Kota Malang

No Rentang Kategori Freku- Persen-Skor ensi tase

1. 20- 24 Sangat Tinggi 251 94%2. 15- 19 Tinggi 17 6 %3. 10-14 Sedang 0 0 %4. 5- 9 Rendah 0 0 %

Total 268 100 %

Langkah selanjutnya dari kegiatan penelitiansetelah mendiskripsikan masing-masingsubvariabel, adalah melakukan uji normalitas data.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakahdata yang diperoleh telah terdistribusi normal atautidak. Uji normalitas dilakukan denganmenggunakan bantuan SPSS (Statistical Productand Service Solution) 16.00 for Windows.Kriteria pengujian pada uji normalitas ini adalahjika signifikan < 0,05 maka data tidak berdistribusinormal, sedangkan dapat dilakukan pengujian lebihlanjut karena asumsi kenormalan data telahterpenuhi. Pada penelitian ini dapat diketahuivariabel kinerja guru (X) memiliki nilai Kolmogorov1.217, sedangkan signifikansinya adalah 0,103 >0,05 maka data variabel X berdistribusi normal.Pada variabel kedisiplinan peserta didik (Y)memiliki nilai Kolmogorov 1.509, sedangkansignifikansinya adalah 0,210 > 0,05 maka datavariabel Y berdistribusi normal. Hasil uji normalitastersaji pada Tabel 6.

Dasar pengambilan keputusan padapenelitian ini yakni dengan melihat bagian One-

318 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 315-324

Page 57: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Apabila nilaiprobabilitas Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 makadistribusi data adalah tidak normal. Sedangkanapabila nilai probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) >0,05 maka distribusi data adalah normal.

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesisdiperoleh dari hasil analisis data yang akandilakukan yaitu analisis data dari variabel kinerjaguru (X) dan variabel kedisiplinan peserta didik(Y) SMKN se-Kota Malang. Adapun hipotesispenelitian ini yaitu: a) Jika rxy > rtabel maka H0 ditolakdan H1 diterima, berarti terdapat pengaruh antaravariabel X dan Y; b) Jika rxy d” rtabel maka H0diterima dan H1 ditolak, berarti tidak terdapatpengaruh antara variabel X dan Y.

Selain itu, dasar pengambilan keputusan jugamenggunakan signifikansi sebagai berikut: a) Jika

nilai signifikansi > nilai probabilitas 0,05 maka H0diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada pengaruhyang signifikan (ada pengaruh negatif) antaravariabel X dan Y; b) Jika nilai signifikansi d” nilaiprobabilitas 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,artinya ada pengaruh yang signifikan secara positifantara variabel X dan Y.

Berikut disajikan tabel uji korelasi hipotesismenggunakan analisis korelasi Product MomentPearson, dengan bantuan komputer menggunakanprogram SPSS (Statistical Product and ServiceSolution) 16.00 for Windows. Hasil uji korelasihipotesis penelitian tersaji pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7 tersebut menunjukkanbahwa harga rhitung yang dibandingkan denganharga rtabel dengan N = 268 dan taraf kesalahan

untuk uji korelasi variabel X dan variabel

Afrilia, Pengaruh Kinerja Guru terhadap Kedisiplinan Peserta Didik 319

Tabel 6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kinerja Guru Kedisiplinan(X) Peserta Didik (Y)

N 268 268Normal Parametersa Mean 85,7463 52.0858 Std. Deviation 6.07159 2.85284Most Extreme Differences Absolute 0,074 0,092 Positive 0,67 0,070 Negative -0,074 -0,092Kolmogorov-Smirnov Z 1.217 1.509Asymp. Sig. (2-tailed) 0,103 0,210

a. Test distribution is Normal;b. Calculated from data.

Tabel 7 Uji Korelasi Hipotesis Penelitian

Item Validitas Keputusan KesimpulanKorelasi (r) Signifikan

X Y 0,701 0,000 Tolak H0 Antara X dan Y ada pengaruhyang signifikan

Tabel 8 Hasil Analisis Uji Korelasi Hipotesis

Kinerja Guru Kedisiplinan Peserta Didik(X) (Y)

Kinerja guru (X) Pearson Corellation 1 701Sign. (2-tailed) 246N 268 268

KedisiplinanPeserta Didik (Y) Pearson Corellation 701 1

Sign. (2-tailed) 246N 268 268

Page 58: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Y, berdasarkan N = 268 dan taraf kesalahandiketahui harga rtabel = 0,126. Karena harga rhitung(0,701) > rtabel (0,126) maka H0 ditolak dan H1diterima. Harga rtabel yang ada yaitu untuk hargaN = 200 dengan harga 0,138 dan N = 300 denganharga 0,113 sedangkan untuk N = 268 tidak ada.Oleh karena itu, dilakukan dengan interpolasi,sehingga ditemukan harga rtabel 0,126.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa adapengaruh yang signifikan antara variabel (X)Kinerja guru (rhitung = 0,701 dengan p = 0,000)terhadap variabel (Y) Kedisiplinan peserta didik,karena nilai probabilitas (signifikan) < 0,05 yakni0,000 dan rhitung (0,701) > rtabel (0,126) maka H0ditolak dan H1 diterima yakni terdapat pengaruhyang signifikan antara kinerja guru terhadapkedisiplinan peserta didik. Artinya semakin tinggivariabel kinerja guru (X) maka variabel kedisiplinanpeserta didik (Y) akan semakin tinggi pula.

PEMBAHASAN

Kinerja guru di SMKN se-Kota Malangdapat dikategorikan tinggi yaitu tentang kuantitasdan kualitas yang dicapai oleh seorang guru dalammelaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Pernyataan ini dapatdigunakan berdasarkan hasil penelitian yangdilaksanakan pada 2 sekolah menengah atas. Hasiltersebut dapat dibuktikan dari jawaban respondententang kinerja guru yaitu terdapat 233 orang(87%) menyatakan sangat tinggi, 35 orang (13%)menyatakan tinggi, dan tidak ada responden yangmewakili untuk kategori sedang dan rendah.

Kinerja yang tinggi diharapkan dapatmemberikan sumbangan yang sangat berarti bagikinerja dan kemajuan sekolah khususnya mutupendidikan, serta untuk mewujudkan kedisiplinanpara peserta didik. Menurut Supriadi (1999:11)bahwa guru yang memiliki kinerja baik adalah guruyang profesional dan guru yang memilikipengetahuan serta kemampuan profesional. Selainitu, juga kompetensi guru sangat penting untukpengembangan dirinya sebagai profesinya danmenunjang dalam pembelajaran. Komunikasidalam melaksanakan tugas pembelajaran kepadapeserta didik juga sangat diperlukan. Terjalinnyaproses komunikasi yang baik antara kepala sekolahdengan guru, guru dengan peserta didik dalamproses pembelajaran dapat lebih mempercepatpemahaman peserta didik terhadap materi yangdisampaikan oleh guru, dan hal ini merupakan suatusistem kinerja yang memberi nilai tambah bagi

sekolah dalam meningkatkan kualitas peserta didikdalam belajar. Adapun Mulyasa (2006:63)menyatakan ada empat tugas gugusan kemampuanyang harus dikuasai oleh seorang guru.Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorangguru, yaitu: (1) merencanakan program belajarmengajar, (2) melaksanakan dan memimpin prosesbelajar mengajar, (3) menilai kemajuan prosesbelajar mengajar, (4) membina hubungan denganpeserta didik.

Menurut Yamin (2010:129), kinerja gurumerupakan suatu konstruksi multidimensi yangmencakup banyak faktor yang mempengaruhinya.Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor intrinsikguru (personal/ individu) atau SDM (Sumber DayaManusia) dan entrinsik, yaitu kepemimpinan,sistem, tim, dan situasional. Uraian rincian faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: (1) faktorpersonal/individu, meliputi unsur pengetahuan,ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri,motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiapindividu guru, (2) faktor kepemimpinan, meliputiaspek kualitas manajer dan tim leader dalammemberikan dorongan, semangat, arahan, dandukungan kerja pada guru, (3) faktor tim meliputi,kualitas dukungan dan semangat yang diberikanoleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadapsesama anggota tim, kekompakan, dan keeratananggota tim, (4) faktor sistem, meliputi sistem kerja,fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah,proses organisasi (sekolah) dann kultur kerjadalam organisasi sekolah, dan (5) faktor kontektual(situasional), meliputi tekanan dan perubahanlingkungan eksternal dan internal.

Penilaian kinerja guru tidak semata-matamenilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaansecara keseluruhan yang menyangkut berbagaibidang seperti kemampuan, kerajinan, hubungankerja atau hal-hal khusus sesuai bidang tugasnyasemua layak untuk dinilai. Menurut Suparlan(2005:94) Standar Kinerja Guru (SKG)menetapkan 7 kompetensi dasar sebagai guruprofesional, yaitu: (a) penyusunan rencanapembelajaran, (b) pelaksanaan interaksi belajarmengajar, (c) penilaian prestasi peserta didik, (d)pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian pesertadidik, (e) pengembangan profesi, (f) pemahamanwawasan kependidikan, dan (g) penguasaan bahankajian akademik (sesuai mata pelajaran yangdiajarkan).

Hasil penelitian menunjukkan kinerja gurudalam kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa guruSMKN se-Kota Malang melakukan kewajibannya

320 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 315-324

Page 59: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

sebagai tenaga pengajar yang bermutu denganmenggunakan segenap pengetahuan, kemampuan,ketrampilan, kedisiplinan, tanggung jawab,sosialisasi, sikap serta kepribadian yang dapatditeladani bagi peserta didiknya dan sesuai standarkerja yang ditetapkan.

Penilaian kinerja bertujuan agar dapatmendorong mereka untuk bersemangat bekerjayang kemudian diberi tindak lanjut. Tindak lanjutpenilaian guru ini memungkinkan untukmemperoleh kenaikan pangkat dan guru dapatmempertahankan kinerjanya. Untuk itu, guru yangmemiliki kinerja yang baik serta tanggung jawabakan menjadi contoh bagi peserta didiknya dalammencapai dan meningkatkan sikap kedisiplinanterhadap sekolah. Karena kinerja guru merupakanpedoman bagi peserta didik dalam melaksanakanaspek-aspek kedisiplinan dan mewujudkan tujuandisiplin yang sesuai dengan harapan.

Berdasarkan penjabaran hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa kinerja guru SMKN se-KotaMalang dalam kualifikasi sangat tinggi, hal iniditunjukan dari frekuensi sebanyak 233 respondendengan persentase responden sebanyak 87%menggambarkan bahwa kinerja guru yang ada diSMKN se-Kota Malang termasuk pada kualifikasisangat tinggi.

Kedisiplinan peserta didik di SMKN se-KotaMalang dapat dikategorikan tinggi yaitumenyangkut disiplin tugas, disiplin sikap, dan disiplinsekolah/kelas yang telah dilaksanakan oleh pesertadidik sehari-hari. Sesuai hasil penelitian pada BabIV yaitu, dari 268 responden terdapat 234 orang(87%) menyatakan sangat tinggi, 34 orang (13%)menyatakan tinggi, namun tidak ada respondenyang menyatakan dalam kategori sedang danrendah. Hal ini berarti peserta didik SMKN se-Kota Malang kedisiplinannya sangat tinggi.Umumnya kedisiplinan peserta didik seringkalidiabaikan, tetapi dengan adanya bukti tersebut diatas ternyata kedisiplinan peserta didik sangatdijunjung t inggi agar peserta didik selalumemperhatikan sikap disiplin untuk masa yang akandatang.

Menurut Nanang (2003:2) sekolah sebagaiinstitusi pendidikan merupakan wadah prosespendidikan yang kompleks dan dinamis. Olehkarena itu, sekolah dipandang sebagai organisasiyang mengikat anggotannya dalam berbagai sistemdan tata aturan. Sehingga diharapkan dengan tataaturan itu sekolah dapat menciptakan suasana,iklim, dan lingkungan yang kondusif untukpembelajaran yang efisien.

Huda (2010:109) menyatakan, “kedisiplinandapat membantu peserta didik agar merekaberkembang menjadi orang dewasa yangbertanggungjawab, patuh pada hukum, norma, danmampu menghadapi kegagalan/hambatan ataukesulitan hidup yang lain”. Menurut Rochim(2004:33) “para peserta didik yang terbiasaberdisiplin akan membuahkan hasil yang positif darikedisiplinannya dan membantu menggapai cita-citanya”. Berdasarkan hasil penelitian kedisiplinanpeserta didik di SMKN se-Kota Malang termasukdalam kategori sangat tinggi, hal ini karena pesertadidiknya mematuhi peraturan yang berlaku padasekolah dan menjunjung tinggi nilai kedisiplinan.Selain itu, kedisiplinan merupakan hal yang sangatpenting bagi peserta didik untuk senantiasameningkatkan disiplinnya yang berguna untukdirinya sendiri. Tujuan disiplin peserta didik adalahuntuk menciptakan keamanan dan lingkunganbelajar yang nyaman pada peserta didik terutamadi kelas dan sekolah serta para peserta didikmenaati peraturan yang berlaku di sekolah.

Imron (2011:172) menyatakan pengertiantentang kedisiplinan peserta didik sebagai berikut:(1) proses atau hasil pengarahan atau pengendaliankeinginan, dorongan, dan kepentingan gunamencapai tujuan atau tindakan yang lebih efektif,(2) mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif, dandiarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan,(3) pengendalian perilaku secara langsung danotoriter dengan hukuman atau hadiah, dan (4)pengekangan dorongan dengan cara yang taknyaman dan bahkan menyakitkan.

Hasibuan (2002:197) menyatakan ada tigamacam disiplin yaitu, pertama, disiplin yangdibangun berdasarkan konsep ototarian. Menurutkonsep ini, peserta didik di sekolah dikatakanmempunyai disiplin yang tinggi manakala maududuk tenang sambil memperhatikan uraian guruketika sedang mengajar. Dengan demikian, pesertadidik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginioleh guru. Kedua, disiplin yang dibangunberdasarkan konsep permissive. Menurut konsepini peserta didik diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Ketiga, disiplinyang dibangun berdasarkan konsep kebebasanyang bertanggung jawab. Disiplin bukan berartimemberikan kebebasan seluas-luasnya kepadapeserta didik untuk berbuat apa saja, tetapikonsekuensinya dari perbuatan itu haruslahdipertanggungjawabkan.

Hasibuan (2002:190) mengemukakan bahwakedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari

Afrilia, Pengaruh Kinerja Guru terhadap Kedisiplinan Peserta Didik 321

Page 60: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

manajemen sumber daya manusia yang merupakankesadaran dan kesediaan seseorang mentaatisemua peraturan sekolah dan norma-norma sosialyang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkanbesarnya tanggungjawab seseorang terhadaptugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal inimendorong semangat dan gairah belajarterwujudnya tujuan pendidikan dan sekolah. Olehkarena itu, setiap manajemen selalu berusaha agarpara siswa mempunyai disiplin yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkankedisiplinan peserta didik dalam kategori sangattinggi. Hal ini berarti bahwa kedisiplinan pesertadidik SMKN se-Kota Malang sudah menunjukkansikap disiplin yang tinggi dan sesuai denganperaturan yang telah berlaku di sekolah. Selain itu,kedisiplinan peserta didik yang tinggi berpedomanpada kinerja guru yang telah menunjukkankonsistensinya sebagai guru yang profesional danbekerja sesuai standar kerja yang telah ditetapkan.

Subvariabel disiplin sikap peserta didik rata-rata juga sangat tinggi dengan 237 orang (88 %),dalam kategori tinggi dengan 31 orang (212%),namun tidak ada responden yang menyatakandalam kategori sedang dan rendah Jadi, disiplinsikap peserta didik di SMKN se-Kota Malangtermasuk dalam kategori sangat tinggi. Disiplinsikap peserta didik yang demikian diharapkanpeserta didik lebih meningkatkan danmempertahankan disiplin sikap di sekolah.

Subvariabel disiplin tugas peserta didik rata-rata sangat tinggi dengan 267 orang (99,7%), dalamkategori tinggi dengan 1 orang (0,3%), namun tidakada responden yang menyatakan dalam kategorisedang dan rendah. Jadi, dapat disimpulkan disiplintugas peserta didik di SMKN se-Kota Malangtermasuk dalam kategori sangat tinggi. Disiplintugas peserta didik yang sangat tinggi diharapkantetap melaksanakan tugas sesuai perintah yangdiberikan guru dan mengerjakan danmenyelesaikannya sesuai dengan waktu yang telahdisepakati.

Subvariabel disiplin kelas dan sekolah pesertadidik rata-rata sangat tinggi dengan 251 orang(94%), dalam kategori tinggi dengan 17 orang (6%),namun tidak ada responden yang menyatakandalam kategori sedang dan rendah. Jadi dapatdisimpulkan bahwa disiplin kelas dan sekolahpeserta didik SMKN

se-Kota Malang termasuk kategori yangsangat tinggi. Disiplin kelas dan sekolah yang tinggidiharapkan peserta didik mematuhi peraturan dantata tertib yang berlaku di sekolah.

Berdasarkan penjabaran hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa kedisiplinan peserta didikSMKN se-Kota Malang dalam kualifikasi sangattinggi. hal ini ditunjukan dari frekuensi sebanyak234 responden dengan persentase respondensebanyak 87% menggambarkan bahwakedisiplinan peserta didik yang ada di SMKN se-Kota Malang termasuk pada kualifikasi sangattinggi.

Berdasarkan hasil pengujian denganmenggunakan korelasi Product Moment Pearsonmenunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikansecara positif dan kuat antara variabel (X) kinerjaguru (rhitung = 0,701 dengan p = 0,000) denganvariabel (Y) kedisiplinan peserta didik SMKN se-Kota Malang. Artinya dengan tingginya kinerjaguru (X) secara nyata akan meningkatkankedisiplinan peserta didik (Y) SMKN se-KotaMalang. Demikian sebaliknya, apabila kinerja guru(X) rendah maka menurunkan kedisiplinan pesertadidik (Y) SMKN se-Kota Malang. Dapatdisimpulkan untuk dapat meningkatkan kedisiplinanpeserta didik, maka diperlukan upaya untukmenciptakan kinerja guru yang baik, sehinggadiharapkan dapat meningkatkan kedisiplinanpeserta didik secara maksimal. Selain itu hal inididukung oleh harga rhitung (0,701) > rtabel (0,126)maka H0 ditolak dan H1 diterima, terdapat pengaruhantara kinerja guru terhadap kedisiplinan pesertadidik.

Yamin (2010:7) menyatakan “standar kinerjaguru adalah suatu ukuran yang ditetapkan ataudipersyaratkan dalam bentuk penguasaanpengetahuan dan berperilaku layaknya seorangguru untuk menduduki jabatan fungsional sesuaibidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.Dalam melaksanakan tugas sebagai guru, jugadiperlukan penilaian dalam kinerja. Penilaian kinerjaguru dinilai berdasarkan bidangnya masing-masingdan sesuai dengan pekerjaannya. Sesuaipernyataan tersebut, dengan kinerja guru yangtinggi akan dapat memupuk sikap kedisiplinan bagipeserta didik baik di lingkungan sekolah maupunluar sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakanbahwa guru di SMKN se-Kota Malangmenunjukkan kinerja yang tinggi, maka dalam halini akan menjadi pedoman bagi peserta didiknyauntuk memiliki kedisiplinan yang tinggi. Jika kinerjaguru menunjukkan kategori tinggi, akanmempengaruhi pada sikap disiplin peserta didik.Meskipun kinerja guru sangat tinggi, diperlukansikap untuk meningkatkan kinerja tersebut dengan

322 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 315-324

Page 61: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

maksimal. Dengan memperhatikan aspek-aspekyang berkaitan dengan kinerja guru dan kedisiplinanpeserta didik. Oleh karena itu, peserta didik jugaharus mengaplikasikan sikap kedisiplinan padadirinya di sekolah dengan berpedoman terhadapkinerja guru yang menunjukkan kategori sangattinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telahdilakukan dalam penelitian ini maka dapatdisimpulkan bahwa (1) kinerja guru SMKN se-Kota Malang rata-rata termasuk dalam kategorisangat tinggi, dengan frekuensi sebanyak 233 orangdan persentase sebesar (87%). Hal ini menjelaskanbahwa guru melaksanakan tugas sesuai standardan kriteria guru adalah tinggi, (2) kedisiplinanpeserta didik SMKN se-Kota Malang rata-ratatermasuk dalam kategori sangat tinggi, denganfrekuensi sebanyak 234 orang dan presentase(87%). Hal ini menjelaskan bahwa peserta didikmelaksanakan tanggung jawabnya sesuaiperaturan yang berlaku pada sekolah tersebut danmenunjukkan sikap kedisiplinan yang tinggi, dan(3) kinerja guru berpengaruh secara signifikanterhadap kedisiplinan peserta didik di SMKN se-Kota Malang, dengan nilai signifikansi antaravariabel (X) Kinerja guru (rhitung = 0,701 dengan p= 0,000) terhadap variabel (Y) Kedisiplinan pesertadidik, karena nilai probabilitas (signifikan) < 0,05yakni 0,000 dan rhitung (0,701) > rtabel (0,126) makaH0 ditolak dan H1 diterima yakni terdapat pengaruhyang signifikan antara kinerja guru terhadapkedisiplinan peserta didik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telahdipaparkan di atas, maka dapat disampaikan saransebagai berikut, bagi: (1) kepala SMKN se-KotaMalang, hasil penelitian ini menunjukan adanyapengaruh yang signifikan dari kinerja guru terhadap

kedisiplinan peserta didik SMKN se-Kota Malang.Oleh karena itu, penilaian kinerja guru yangbertujuan untuk meningkatkan kemampuanprofesional, kinerja, dan mutu pengajaran guruhendaknya dipertahankan baik secara kualitasmaupun secara kuantitas mengingat tingginyaintensitas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,sehingga guru sebagai seseorang yangberhubungan langsung dengan peserta didik akansemakin matang dan cakap, yang nantinya akanberdampak kepada tercapainya tujuan pendidikanyang telah ditetapkan dan untuk meningkatkankinerja guru dan mendorong guru-guru supayameningkatkan kinerjanya meski sudah mencapaistandar kinerja yang telah disesuaikan, (2) guruSMKN se-Kota Malang, tetap mempertahankankinerja yang sudah ada dengan lebih baik sesuaidengan kompetensi-kompetensi dan kemampuanyang dimiliki walaupun kinerja sudah tinggi, namunakan lebih baik apabila selalu berusahameningkatkan kinerjanya agar peserta didik dapatberpedoman terhadap kinerja guru dalam halkedisiplinannya di sekolah, (3) peserta didik SMKNse-Kota Malang, hendaknya bagi peserta didikSMKN se-Kota Malang tetap mempertahankankedisiplinan baik dari aspek sikap, tugas, dandisiplin kelas dan sekolah dengan berpedoman padaaturan-aturan yang berlaku di sekolah, (4) KetuaJurusan Administrasi Pendidikan, hasil daripenelitian ini hendaknya bisa memberikantambahan referensi dan kajian ilmu yang relevanguna kemajuan dan peningkatan kualitasperkuliahan dan dapat mengembangkan ilmumanajemen pendidikan yang berhubungan dengankepegawaian dan sumber daya manusia, dan (5)peneliti lain, hasil penelitian ini hendaknya bisadigunakan sebagai acuan dalam penelitian tentangkinerja guru dan kedisiplinan peserta didik,tentunya menggunakan teknik dan instrumen yanglebih baik dan sempurna. Penelitian ini memilikiketerbatasan, maka diharapkan peneliti lain untukmelakukan penelitian selanjutnya dengan variabelyang berbeda yang memiliki kaitan denganpenilaian kinerja guru.

DAFTAR RUJUKAN

Bungin, B. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hasibuan, M. 2002. Kedisiplinan dan SumberDaya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.

Huda, M. 2010. Kajian Filosofis OtonomiDaerah Bidang Kajian Pendidikan .Malang: UM Fakultas Ilmu Pendidikan.

Imron, A. 2011. Manajemen Peserta DidikBerbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Afrilia, Pengaruh Kinerja Guru terhadap Kedisiplinan Peserta Didik 323

Page 62: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolahyang Profesional . Bandung: RemajaRosdakarya.

Nanang, E. 2003. Institusi Pendidikan, ProsesPendidikan yang Kompleks dan Dinamis.Jakarta: Pustaka setia.

Riduwan dan Akdon, 2008. Rumus dan Datadalam Analisis Statistika (UntukPenelitian Administrasi Pendidikan,Bisnis, Pemerintahan, Sosial, Kebijakan,Ekonomi, Hukum, Manajemen,Kesehatan). Bandung: Alfabeta.

Rochim, A. 2004. Membangun Disiplin DiriMelalui Kecerdasan Emosional. Jakarta:Penerbit Batavia Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR & D. Bandung: Alfabeta.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru yang Efektif.Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Supriadi, D. 1999. Mengajar Citra dan MartabatGuru. Yogyakarta: Adi Cipta Karya Nusa.

Yamin, M. 2010. Standart dan Penilaian KinerjaGuru. Jakarta: Gaung Persada.

324 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 315-324

Page 63: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

STRATEGI PENINGKATAN DAN PEMANFAATANSUMBER PEMBIAYAAN MANDIRI DI PONDOK PESANTREN

Ainur RifqiMustiningsih

Email: [email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The aim of this research is to describe: (1) kinds and characteristics of funding resources;(2) methods of getting funding resources; (3) institution or individuals formulate the methods; (4) theutilization and obstacles in getting funding resources at Pondok Pesantren Sidogiri. By meansqualitative case study design, the research found: (1) 3 kinds of funding resources: students’ fee,donation, and Pondok Pesantren’s business; (2) methods of getting funding resources: (3) theutilization of funding resources and obstacles in finding them. Generally, the strategies were well andsystematically implemented by the Pondok Pesantren, by using effective and efficient formulationand implementation.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) macam dan sifat sumber pembiayaan,2) langkah yang dilakukan untuk memperoleh sumber pembiayaan, 3) orang yang berperan dalamformulasi, dan 4) pemanfaatan sumber pembiayaan dan kendala yang dihadapi dalam memperolehsumber pembiayaan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Dengan menggunakan pendekatankualitatif dan desain studi kasus, penelitian ini menemukan: (1) 3 macam sumber pembiayaan, yaitupungutan, sumbangan, dan usaha pesantren; (2) langkah yang digunakan dalam memperoleh sumberpembiayaan; (3) pemanfaatan sumber pembiayaan dan kendala yang dihadapi dalam memperolehnya.Secara umum, strategi yang diterapkan Pondok Pesantren telah dilaksanakan dengan baik dansistematis, dengan menggunakan formulasi dan implementasi yang efektif dan efisien.

Kata Kunci: strategi peningkatan sumber pembiayaan, pemanfaatan sumber pembiayaan, kualitaspenyelenggaraan pendidikan.

Pembiayaan memiliki fungsi integral dalampelaksanaan kegiatan lembaga pendidikan.Kegiatan lembaga pendidikan tidak akan berjalanjika sekolah tidak memiliki biaya operasionalkegiatan. Pengembangan sumber pembiayaanlembaga pendidikan berfungsi untukmengembangkan kegiatan lembaga pendidikanyang berkualitas. Strategi peningkatan sumberpembiayaan lembaga pendidikan menjadi salah satusolusi dalam mengembangkannya. Namun dibeberapa lembaga pendidikan, strategi peningkatansumber pembiayaan tidak berjalan dengan baik,bahkan ada beberapa lembaga pendidikan yangmengandalkan bantuan pemerintah. PondokPesantren Sidogiri adalah salah satu lembagapendidikan yang pembiayaannya berasal dariusaha pesantren dengan menerapkan strategi.Strategi pembiayaan menurut Sunarto (2005:24)adalah sekumpulan pilihan dasar atau kritis

mengenai tujuan dan cara dari peningkatanpembiayaan.

Strategi peningkatan pembiayaan lembagapendidikan dibagi menjadi dua, yaitu formulasistrategi dan pelaksanaan strategi. Formulasistrategi berada pada kegiatan perencanaan,sedangkan pelaksanaannya berada pada fungsiactuating dalam fungsi manajemen pendidikan.Menurut Sagala (2013:131) kegiatan formulasistrategi terdiri dari 4 bagian yaitu: penetapan misiorganisasi, assesment lingkungan, menetapkanarah dan sasaran, dan menentukan strategi. Prinsipyang digunakan dalam pelaksanaan strategi adalah:1) Penterjemahan strategi ke operasional, 2)Menyejajarkan organisasi sekolah ke strategi, 3)Strategi menjadi pekerjaan harian bagi setiap orang,4) Jadikan strategi proses yang berkelanjutan, dan5) Perbanyak perubahan melalui pimpinaneksekutif.

325

Page 64: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan teknik studi kasus. Kehadiranpeneliti dalam penelitian ini mutlak diperlukankarena peneliti merupakan instrumen kunci.Sumber data yang digunakan adalah sumber dataprimer berupa informasi dari beberapa informan,dan sumber data sekunder berupa dokumenpesantren yang berkaitan dengan keuangan danpeningkatan keuangan pesantren. Informan kuncidalam penelitian ini adalah Bendahara I PondokPesantren Sidogiri, Abdullah Karim. Penelitiandilaksanakan di Pondok Pesantren SidogiriPasuruan karena Sidogiri merupakan salah satulembaga pendidikan yang berhasil dalammenerapkan strategi peningkatan sumberpembiayaan, serta tidak mengandalkan pemerintahdalam pemasukan pesantren.

Teknik pengumpulan data yang digunakanadalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.Peneliti menganalisis data dengan beberapatahapan, yaitu reduksi data, display atau penyajiandata, verifikasi data, dan penarikan kesimpulan.Keabsahan data dilakukan dengan mengecekkredibilitas data yang didapatkan. Teknikpengecekan kredibilitas data dilakukan melaluitriangulasi sumber, triangulasi metode, danperpanjangan waktu pengamatan. Hal inisebagaimana yang diungkapkan Ulfatin (2013:233),dalam melihat kredibilitas data diperluka beberapacara, diantaranya triangulasi dan perpanjanganwaktu pengamatan. Penelitian ini dilakukan denganbeberapa tahap, antara lain tahap persiapan,pelaksanaan, dan pelaporan.

HASIL

Pondok Pesantren Sidogiri memiliki empatsumber pembiayaan, yaitu sumber pembiayaanyang berasal dari peserta didik, pemerintah daerah,Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), dan usahapesantren. Sumber pembiayaan yang berasal daripeserta didik/santri adalah I’anah Maslahah(sumbangan pembinaan pendidikan/SPP), Herregistrasi madrasah, retribusi ijazah madrasiah,retribusi ijazah ma’hadiah, sisa uang semester danIMNI (Imtihan Niha’i/Setingkat Ujian Nasionalyang diadakan oleh pesantren), pendaftaran santridan murid baru (PSMB), pembuatan kartu tandasantri (KTS), dan legalisir ijazah. Pemasukan daripemerintah berasal dari BOSDA, sedangkanpemasukan BMT berasal dari BMT-Usaha

Gabungan Terpadu (BMT-UGT) dan BMTMaslahah. Pesantren mengusahakanpemasukannya melalui kegiatan kewirausahaan,persewaan, dan pengembangan instansi yangberada di bawah pesantren.

Peningkatan sumber pembiayaan pesantrendilaksanakan melalui kegiatan formulasi danimplementasi strategi. Formulasi strategiditentukan pada saat rapat pleno, disahkan padarapat perumus. Selain itu, penentuan strategi jugadilaksanakan pada rapat instansi peningkatanpembiayaan pesantren. Kegiatan formulasi diawalidengan kegiatan evaluasi, pengajuan anggaran, danpenentuan strategi. Pelaksanaan strategidilaksanakan melalui komunikasi, door to door,membagi anggota koperasi menjadi anggota umumdan anggota basmalah, pembuatan SOP,pendidikan, menjaga dan menjalin kerjasama.Evaluasi dilaksanakan setiap bulan dan terjadwal.Pendampingan dilakukan pada cabang kopontrenyang membutuhkan.

Dalam peningkatan keuangan pesantren,beberapa pengurus memiliki peran. Pengasuh danmajelis keluarga berperan dalam menentukan danmengesahkan kebijakan. Pengurus harian danpengurus pleno melaksanakan rapat pleno untukmerumuskan formulasi strategi, danpengesahannya pada rapat perumus yang dihadirimajelis keluarga, pengurus harian, dan perwakilanpengurus pleno. Pengembang keuangandilaksanakan oleh bendahara I, bendahara II,bendahara III, kopontren Sidogiri, pustaka Sidogiri,AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), dankoperasi agro. Selain itu, peningkatan keuanganjuga berasal dari pengembangan instansi yang gariskoordinasinya berada di bawah pesantren. Instansidi luar pesantren yang memiliki peran dalampengembangan keuangan pesantren adalahpemerintah, dan BMT-UGT, serta BMT Maslahah.

Pemanfaatan pembiayaan pesantren dibagimenjadi 7 bagian, sesuai dengan garis koordinasipesantren harian. Secara terperinci pembiayaanpendidikan digunakan untuk gaji/kesejahteraan,pembinaan guru, pengadaan alat pelajaran,perawatan, pengadaan sarana kelas, pengadaansarana sekolah, pembinaan siswa, dan pengelolaansekolah, serta biaya yang digunakan untuk modal.Selain itu pemanfaatan pembiayaan juga digunakanuntuk pengembangan pribadi santri, yang dilakukanmelalui kursus dan pelatihan-pelatihan.

Ada tiga permasalahan utama yang dihadapioleh pesantren dalam mengembangkan keuangan

326 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 325-328

Page 65: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

pesantren, yaitu: 1) ketidakmenentuan jumlahpemasukan pesantren, permasalahan ini diatasioleh pesantren dengan menginvestasikanpemasukan disaat keuangan pesantren surplus, danmengambilnya ketika keuangan pesantren sedangminus; 2) tidak berkembangnya Air Minum DalamKemasan (AMDK), usaha yang dilakukanpesantren dalam mengatasi permalasahan tersebutadalah melalui cara mensosialisasikan keberadaanAMDK Sidogiri kepada masyarakat; dan 3)terhambatnya ekspansi retail yang disebabkanlegalitas serta peningkatan kerjasama.

PEMBAHASAN

Pondok pesantren Sidogiri memiliki dua jenissumber pembiayaan, yaitu sumber pembiayaanyang berasal dari pungutan dan sumberpembiayaan yang berasal dari sumbangan.Menurut Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 44 Tahun 2012 TentangPungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan PadaSatuan Pendidikan Dasar Pasal 1 Ayat 1, sumberpembiayaan pungutan merupakan sumberpembiayaan yang diwajibkan kepada peserta didik/santri yang ditentukan jumlah dan waktunya.Pembiayaan tersebut dibayarkan satu tahun sekali.Sedangkan yang dimaksud sumbangan adalahpembiayaan yang didapatkan pesantren yang tidakditentukan nominalnya dan waktunya, dan bersifatsukarela. Pembiayaan sumbangan berasal daripemerintah daerah (BOSDA), BMT-UGT, danBMT Maslahah.

Formulasi strategi yang dilakukan pesantrendengan cara membuat misi organisasi, melakukanassessment yang dilaksanakan dalam evaluasi,menetukan kapabilitas yang dimiliki pesantren,menentukan sasaran dan arah peningkatankeuangan pesantren untuk tingkat kopontren,koperasi agro, pustaka sidogiri, dan pengembangkeuangan lainnya, kemudian menetapkan strategiyang akan dilaksanakan pada masing-masinginstansi pengembang keuangan pesantren. Hal inisesuai dengan yang dikatakan Sagala (2013:131)yang membagi formulasi strategi menjadi 4 bagian,yaitu: penetapan misi organisasi, assesmentlingkungan, menetapkan arah dan sasaran, danmenentukan strategi. Sedangkan pelaksanaanstrategi ditekankan pada komunikasi, baik secarainternal maupun eksternal. Selain itu, pelaksanaanstrategi juga berdasarkan prinsip manajemenstrategik, yaitu 1) penterjemahan strategi keoperasional, 2) menyejajarkan organisasi sekolah

ke strategi, 3) strategi menjadi pekerjaan harianbagi setiap orang, 4) jadikan strategi proses yangberkelanjutan, dan 5) perbanyak perubahan melaluipimpinan eksekutif.

Dalam mengembangkan keuangan, pesantrenmemiliki beberapa komponen, yaitu komponeneksekutif dan komponen pelaksana. Komponeneksekutif terdiri dari majelis keluarga dan pengurusharian yang melakukan formulasi strategi pada saatrapat perumus. Selain itu, ada juga tim pelaksanayang berada di bawah koordinasi pengurus harian.Dalam pengembang keuangan, tim pelaksanaterdiri dari bendahara I, bendahara II, bendaharaIII, kopontren Sidogiri, pustaka Sidogiri, AMDK(Air Minum Dalam Kemasan),dan koperasi agro.Selain itu, ada juga dana yang berasal daripengembangan instansi, seperti LPBAA(Lembaga Pengembangan Bahasa Arab danAsing), UGT. Instansi di luar pesantren yangmemiliki peran dalam pengembangan keuanganpesantren adalah pemerintah, dan BMT-UGT,serta BMT-MMU.

Pemanfaatan sumber pembiayaan pendidikandibagi menjadi tiga jenis berdasarkan sifatnya.Pemanfaatan sumber pembiayaan yang digunakanuntuk gaji/kesejahteraan, pembinaan guru,pengadaan alat pelajaran, perawatan, pengadaansarana kelas, pengadaan sarana sekolah,pembinaan siswa, dan pengelolaan sekolah, sertabiaya yang digunakan untuk modal. Selain itupemanfaatan pembiayaan juga digunakan untukpengembangan pribadi santri, yang dilakukanmelalui kursus dan pelatihan-pelatihan.

Ada tiga permasalahan utama yang dihadapioleh pesantren dalam mengembangkan keuanganpesantren, yaitu ketidakmenentuan jumlahpemasukan pesantren, tidak berkembangnya usahaAMDK, dan terhambatnya ekspansi retail yangdisebabkan legalitas serta peningkatan kerjasama.Ketidakmenentuan jumalah pemasukan pesantrendapat diatasi dengan perbaikan penyusunananggaran dengan memperhatikan prinsip-prinsippenyusunan anggaran. Terhambatnyaperkembangan usaha AMDK dapat diatasi denganmenerapkan konsep penjualan yang baik.Terhambatnya ekspansi retail yang disebabkan olehlegalitas dapat diatasi dengan mengurusi legalitasusaha. Sedangkan terhambatnya ekspansi retailyang disebabkan kerjasama dapat diatasi denganpembangunan kepercayaan terhadap masyarakat,melalui menyenangkan penerima franchisedengan melaksanakan beberapa langkah.

Rifqi dan Mustiningsi, Strategi Peningkatan dan Pemanfaatan Sumber Pembiayaan Mandiri di Pondok Pesantren 327

Page 66: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada paparan data, temuanpenelitian, dan pembahasan mengenai strategipeningkatan dan pemanfaatan sumber pembiayaandi Pondok Pesantren Sidogiri, dapat disimpulkanbahwa strategi peningkatan dan pemanfaatansumber pembiayaan berjalan dengan efektif.Sumber pembiayaan pesantren berasal daripeserta didik, pemerintah, sumbangan BMT-UGT,BMT Maslahah, dan usaha kreatif pesantren.Penyusunan/formulasi strategi peningkatankeuangan dilakukan pada rapat pleno, rapatperumus, dan rapat peningkatan keuanganpesantren. Pada rapat pleno dihadiri oleh penguruspleno, pada rapat perumus dihadiri oleh majeliskeluarga, pengurus harian, dan perwakilan daripengurus pleno. Selain itu, formulasi secara khususdisusun pada rapat instansi pengembang keuanganpesantren. Pada tahap pelaksanaan strategi,kegiatan inti yang dilaksanakan denganmeningkatkan komunikasi pesantren, sertamenerapkan prinsip strategi.

Pemanfaatan sumber pembiayaan pendidikandibagi menjadi tiga jenis berdasarkan sifatnya.Pemanfaatan sumber pembiayaan yang digunakanuntuk gaji/kesejahteraan, pembinaan guru,pengadaan alat pelajaran, perawatan, pengadaansarana kelas, pengadaan sarana sekolah,pembinaan siswa, dan pengelolaan sekolah, sertabiaya yang digunakan untuk modal. Selain itupemanfaatan pembiayaan juga digunakan untukpengembangan pribadi santri, yang dilakukanmelalui kursus dan pelatihan-pelatihan.Permasalahan yang dihadapi oleh pesantren dalammengembangkan keuangan pesantren, yaitu

ketidakmenentuan jumlah pemasukan pesantren,tidak berkembangnya usaha AMDK, danterhambatnya ekspansi retail yang disebabkanlegalitas serta peningkatan kerjasama. Solusi yangdapat diterapkan dalam mengatasi permasalahantersebut adalah dengan perbaikan penyusunananggaran, menerapkan konsep penjualan yangbaik, mengurusi legalitas usaha, dan membangunkepercayaan terhadap masyarakat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penelitimemberikan saran kepada: (1) Pengasuh PondokPesantren Sidogiri hendaknya membuat kebijakanyang disesuaikan dengan kondisi instansipengembang keuangan pesantren, (2) KetuaUmum Pondok Pesantren Sidogiri hendaknyamemberikan pendidikan dan atau pelatihan kepadaorang yang terkait dengan peningkatan pembiayaanpesantren sesuai dengan kompetensi yang harusdimiliki di bidang keuangan, (3) Kepala kementerianAgama Daerah Pasuruan hendaknya memilikiwawasan mengenai pengembangan keuanganlembaga pendidikan, untuk memberikan wawasankepada lembaga pendidikan, (4) Ketua JurusanAdministrasi Pendidikan hendaknya membuatprogram untuk mahasiswa dalam menyusunstrategi peningkatan keuangan terutama untuklembaga pendidikan swasta, (5) Peneliti lainhendaknya melakukan penelitian yang lanjut danlebih mendalam mengenai strategi pengembangansumber pembiayaan lembaga pendidikan sertapemanfaatannya, dan (6) Wali Santri/Muridhendaknya ikut berperan serta terhadappengembangan keuangan pesantren secara lebihaktif

DAFTAR RUJUKAN

Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 44 Tahun 2012tentang Pungutan dan SumbanganBiaya Pendidikan Pada SatuanPendidikan Dasar. KementerianPendidikan dan Kebudayaan. (Online),(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/sites/default/files/Permendikbud-nomor-44-tahun-2012.pdf.), diakses 13 Oktober 2013.

Sagala, S. 2013. Manajemen Strategik dalamPeningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:CV. Alfabeta.

Sunarto. 2005. MSDM Strategik. Yogyakarta:Penerbit Amus.

Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatifdi Bidang Pendidikan: Teori danAplikasinya: Studi Kasus, Etnografi,Interaksi Simbolik, dan Peneli tianTindakan Pada Konteks ManajemenPendidikan. Malang: FIP UniversitasNegeri Malang.

328 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 325-328

Page 67: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

MANAJEMEN KELAS VIDEO BROADCASTING

Desiana SunarwatiM. Huda A.Y.

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang Nomor 5 Malang

Abstract: This research aims to describe classroom management of video broadcasting. The researchuses qualitative approach and case study as a design. Data are collected by interview, observation,and documentation. Result of this research are (1) planning of classroom management of videobroadcasting doing with students engage; (2) the technique are teacher give challenge, friendly, andflexible; (3) most of problem coming from student; (4) solutions just doing by teacher, and (5) andsuccessfull indicator are there is communication and interaction, guidance in out of class, facilitiesused by maximal, and students can finish the task in correct procedure.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manajemen kelas video broadcasting. Pendekatanpenelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus sebagai rancangannya. Pengumpulandatanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini meliputi: (1)perencanaan manajemen kelas video broadcasting dilakukan dengan melibatkan partisipasi siswa;(2) tekniknya guru dapat memberi tantangan, akrab, dan bersikap luwes; (3) kendala-kendalanyaberasal dari peserta didik; (4) upaya mengatasinya hanya dilakukan oleh guru; (5) dan indikatorkeberhasilanny ada komunikasi dan interaksi, ada bimbingan di luar kelas, fasilitas digunakan denganmaksimal, dan siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai prosedur.

Kata Kunci: manajemen kelas, video broadcasting, program keahlian bisnis dan industri

Setiap lembaga pendidikan di era globalisasimenuntut tersedianya Sumber Daya Manusia(SDM) yang handal dan mampu bersaing baiksecara nasional maupun internasional denganmenggunakan teknologi. Oleh karena itu, lembagapendidikan berlomba-lomba mencetak SDM yangmemiliki kemampuan tersebut. Upaya mencetakSDM yang berkualitas dapat dicapai denganpendidikan yang maksimal dan peran serta yangmaksimal pula dari pendidik, peserta didik, sertapengolahan materi. Untuk itu, diperlukanmanajemen kelas dalam mewujudkan prosesbelajar-mengajar.

Manajemen kelas merupakan usaha yangdilakukan oleh tenaga pengajar untuk menciptakan,mengatur, menata, dan memelihara situasi dankondisi dalam kelas agar dapat berjalan secaraoptimal dan dapat mencapai tujuan secara efektifdan efisien. Penelitian ini dilakukan di kelas videobroadcasting Program Keahlian Bisnis danIndustri (PKBI) Universitas Negeri Malang (UM)Jalan Semarang Nomor 5 Malang, komplekskampus UM Gedung I-6. PKBI merupakanlembaga pendidikan nonformal yang

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihanselama satu dan dua tahun. Pemilihan PKBIdikarenakan banyak lulusan yang direkrut di stasiuntelevisi swasta, bekerjasama dengan microsoftlearning solution, beasiswa bebas biaya kuliahselama 1 tahun bagi rangking 1 sampai 5 selamamasa studinya, dan mudahnya akses jalan menujuPKBI.

Saat ini, kebutuhan dan daya tarik masyarakatdalam bidang video broadcasting sangat banyakkhususnya dunia pertelevisian. Oleh sebab itu,banyak lembaga pendidikan yang membuka jurusantersebut dan mencetak SDM dengan kemampuanbroadcast, sa lah satunya adalah PKBI.Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan manajemenkelas yang baik. Tenaga pengajar perlu membuatperencanaan terlebih dahulu sebelum menerapkanteknik yang tepat dalam manajemen kelas. Sejalandengan itu, masalah-masalah yang muncul danmenjadi kendala dalam manajemen kelas seringpula terjadi. Oleh sebab itu diperlukan upaya yangtepat untuk menangani masalah tersebut.Sedangkan kelas yang berhasil pasti ada indikator-indikatornya. Indikator keberhasilan itu juga turut

329

Page 68: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

memberikan sumbangsih bagi mutu keluaranpeserta didik.

METODE

Pendekatan kualitatif dipilih untuk mengkajilebih dalam mengenai fenomena menarik dalammanajemen kelas video broadcasting danmendeskripsikannya secara lugas denganmenggunakan narasi tertulis yang informasinyadiperoleh dari informan, pengamatan, dandokumentasi di lapangan. Jenis penelitian yangdigunakan adalah studi kasus karena subjek yangditeliti adalah lembaga dan individu-individu yangmelakukan aktivitas di lembaga tersebut. Studikasus menurut Wiyono (2007:77) merupakanserangkaian kegiatan penyelidikan untukmendeskripsikan dan menganalisis secara intensifdan terperinci suatu gejala atau unit sosial tertentu,seperti individu, kelompok, komunitas ataulembaga.

Kehadiran peneliti di lapangan selain untukmengumpulkan data, juga sekaligus sebagai upayadalam menciptakan hubungan yang baik dengansubjek penelitian. Seluruh kegiatan dalam prosespengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri.Oleh sebab itu, peneliti disebut sebagai instrumenkunci. Hal ini seperti pendapat Ulfatin (2013:31)yaitu dalam penelitian kualitatif, manusialah yangbertindak sebagai instrumen kunci atau alatpengumpul data utama. Yang bertindak sebagaiinstrumen kunci ini umumnya peneliti sendiri.

Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2013sampai dengan Januari 2014, dengan melakukanwawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitianini dilakukan di PKBI kelas video broadcasting.PKBI adalah lembaga pendidikan nonformal dannon gelar yang menyelenggarakan pendidikan danpelatihan selama satu tahun dan dua tahun.Terletak di Jalan Semarang No.5 Malang 65145tepatnya di Gedung I-6 kompleks kampus UM.

Sumber data penelitian ini adalah data primerdan data sekunder. Data primer diperoleh dariinforman dan pengamatan secara langsung. Datasekunder adalah dokumen berupa satuan acarapembelajaran, foto-foto kegiatan manajemen kelas,dan peraturan kelas.Teknik pengumpulan datanyadilakukan dengan wawancara, observasi, dandokumentasi. Proses analisis data dilakukan selamadan setelah penelitian yaitu dengan cara reduksidata, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Pengecekan keabsahan temuan dilakukan denganmenggunakan triangulasi (sumber dan metode),

perpanjangan waktu pengamatan, dan pengecekananggota.

Tahap-tahap penelitian adalah persiapan,pelaksanaan, dan pasca penelitian. Tahappersiapan adalah studi pendahuluan, menyusunrancangan penelitian, mengurus surat pengantarpenelitian, dan membuat pedoman pengumpulandata. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatanmengumpulkan data, menganalisis data, mengecekkeabsahan temuan, dan menarik kesimpulan.Tahap pasca penelitian adalah menyusun karyatulis ilmiah dari hasil yang diperoleh di lapangan.

HASIL

Hasil penelitian ini meliputi perencanaanmanajemen kelas video broadcasting adalah (1)mengatur posisi tempat duduk peserta didik menjadilesehan dan membentuk huruf U; (2) mengaturkegiatan belajar di kelas dengan melibatkanpartisipasi peserta didik; (3) membuat aturanpenggunaan ruangan dalam bentuk tata tertib yangditempel di dinding kelas; dan (4) membuatpersiapan belajar di luar kelas (menentukan lokasidan peralatan yang digunakan untuk belajar).

Teknik manajemen kelas videobroadcasting adalah (1) pengajar duduk membaurdengan peserta didik sehingga tidak terlihat batasanlayaknya pengajar dengan peserta didik; (2)menjadikan peserta didik sebagai teman dan tidakmenganggap bahwa dirinya adalah bapak atauorang yang lebih pintar; (3) memberi motivasi dangambaran dunia kerja di bidang broadcasting; (4)melakukan pendekatan ke seluruh peserta didik,dan pendekatan personal lebih kepada mereka yangnilainya kurang; dan (5) menerapkan sistempembagian kelompok.

Kendala-kendala manajemen kelas videobroadcasting adalah (1) peserta didik sulitmempertahankan konsentrasinya; (2) sebagianbesar peserta didik pasif; (3) beberapa peserta didikkurang percaya diri; dan (4) beberapa peserta didiktidak disiplin. Upaya mengatasi kendalamanajemen kelas video broadcasting adalah (1)diberikan tes sesuai topik kelas, diajak konsentrasisecara lisan, diberikan teguran bagi yang tetapramai, dan menutup pintu kelas secara perlahan;(2) mengubah metode mengajar menjadi lebihbervariasi, diberikan kuis, diajak sharing, danmelemparkan pertanyaan ke peserta didik lain; (3)diberikan motivasi dan diberikan cerita inspiratif;dan (4) diberikan sanksi berupa pengurangan nilai.

330 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 329-335

Page 69: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Indikator keberhasilan manajemen kelasvideo broadcasting adalah (1) adanya komunikasidan interaksi yang ditunjukkan saat diskusi; (2)adanya pemberian bimbingan kepada peserta didikdi luar kelas; (3) dimanfaatkannya fasilitas yangada secara optimal untuk mendukung belajar; (4)peserta didik dapat mengerjakan tugas sesuaiprosedur dan dapat mengembangkan tugastersebut; dan (5) tercipta rasa saling menghargaidan menghormati.

PEMBAHASAN

Perencanaan Manajemen Kelas Video Broadcasting

Perencanaan manajemen kelas videobroadcasting yang dilakukan adalah dosenpengajar mengatur tempat duduk menjadi lesehanuntuk membuat suasana kelas menjadi baru danberbeda dari biasanya serta mengantisipasi agarpeserta didik tidak merasa bosan belajar di dalamkelas. Pengaturan ini seperti menurut Khanifatul(2013:28) dimaksudkan untuk mendapatkansuasana baru. Ruangan diatur sedemikian rupaagar muncul suatu kenyamanan dalam belajar. Disamping itu, mengubah posisi tempat duduk pesertadidik menjadi lebih bervariasi menurut Wiyani(2013:132) memiliki banyak manfaat, diantaranyamenghindari kejenuhan dalam belajar, menjadikanfokus belajar tetap terjaga, meningkatkankonsentrasi belajar, dan memudahkan guru danpeserta didik dalam bergerak dan berinteraksi saatbelajar-mengajar di dalam kelas.

Jones dan Jones (2012:120) mengatakanbahwa agar produktif, siswa dapat dilibatkan dalamdiskusi tentang perencanaan kelas. Demikian jugayang terjadi di kelas video broadcasting.Pengaturan tentang kegiatan belajar dilakukandengan melibatkan partisipasi peserta didik. Upayamelibatkan partisipasi peserta didik yang dilakukandosen pengajar di kelas video broadcasting jugasesuai dengan pendapat Anwar (2011:33), yaitupada pembuatan peraturan kelas dapat diwujudkandengan kegiatan melibatkan partisipasi siswadengan cara meminta saran kepada mereka.Dengan demikian, peserta didik akan merasadihargai keberadaannya sebagai warga kelas yangsedang belajar.

Selanjutnya adalah membuat aturan tentangpenggunaan ruangan yang diwujudkan dalambentuk sistem tanda dan menempelkannya didinding agar dapat memberikan informasi kepadapara pengguna ruangan terkait hal-hal yang tidak

boleh dilakukan di dalam ruangan. Hal ini sesuaipendapat Safanayong (2006:69) bahwa sistemtanda (sign system) yang berupa larangan atauperhatian dimaksudkan untuk memberikaninformasi mengenai apa yang tidak bolehdikerjakan atau dilarang. Sistem tanda dapatdiletakkan di dinding, di tiang, di pintu, maupun dilantai.

Perencanaan lainnya adalah mempersiapkanbelajar di luar ruangan dengan menentukan lokasidan mempersiapkan peralatan belajar. Hal ini dapatmembuat peserta didik lebih siap dalam mengikutibelajar. Bagi mereka yang tidak memiliki peralatanbelajar, diberikan kesempatan untuk meminjam diPKBI sehingga peserta didik dapat merasa bahwadirinya diberikan solusi untuk belajarnya.

Teknik Manajemen Kelas Video Broadcasting

Dosen pengajar dalam mengelola kelasmenempatkan dirinya pada tempat duduk yangsama dengan peserta didik. Cara ini menjadikankeduanya lebih akrab, tentunya dengan suasanayang akrab dapat tercipta iklim belajar yangmenyenangkan. Seperti menurut Rusydie (2011:35)bahwa hubungan akrab yang terjalin antara gurudan peserta didik dapat menumbuhkan sikaphangat, rasa simpati, dan kegiatan belajar-mengajar akan terasa lebih mengasyikkan.

Teknik berikutnya dosen pengajar menjadikanpeserta didik sebagai teman dan tidak menganggapbahwa dirinya adalah seorang bapak ataupun orangyang lebih pintar. Seperti menurut Rusydie(2011:42) bahwa di dalam kelas, guru tidak harusmemposisikan dirinya sebagai orang yang serbatahu. Sesekali, dalam waktu tertentu, guru jugaharus mampu menempatkan dirinya sebagaiseorang saudara, orang tua, maupun sahabat bagisiswanya. Menjadikan peserta didik sebagai teman,sekaligus dapat menciptakan komunikasi yang baikdi antara keduanya.

Teknik yang dilakukan dosen pengajarselanjutnya adalah memberikan motivasi di sela-sela mengelola kelas. Jika dikaji dengan teori,pemberian motivasi merupakan teknik yang baikuntuk memelihara semangat belajar peserta didik.Melalui motivasi, selain dapat memeliharasemangat belajar peserta didik juga dapatmeningkatkan gairah mengajar dosen pengajar.

Selebihnya memberikan gambaran tentangdunia kerja yang terkait dengan bidang videobroadcasting juga merupakan hal yang tepat.Peserta didik dapat mempunyai gambaran bidang-

Sunarwati dan Huda, Manajemen Kelas Video Broadcasting 331

Page 70: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

bidang apa saja yang berkaitan dengan broadcast.Mereka juga dapat lebih antusias dalam belajar.Mengaitkan materi di kelas dengan dunia luar yangbersifat praktis menurut Rusydie (2011:40) jugadapat menjadi pilihan yang baik bagi para guruuntuk memunculkan tantangan pada diri siswa.Selain itu juga dapat menambah wawasan barubagi siswa dan membuat mereka lebih antusias.

Teknik lain yang juga diterapkan adalahmelakukan pendekatan kepada peserta didik.Pendekatan secara umum dilakukan kepadaseluruh peserta didik tetapi pendekatan personaldilakukan bagi peserta didik yang dirasa memilikinilai kurang. Melakukan pendekatan kepadapeserta didik jika menurut teori dapat meningkatkanhubungan baik antara dosen pengajar dan pesertadidik. Dengan demikian, komunikasi dan interaksipositif di antara keduanya dapat terjaga sehinggahubungan antarpribadi yang akrab dapat terpeliharadengan baik (Rusydie, 2011:54).

Sistem pembagian kelompok dalam prosesbelajar-mengajar juga menjadi pilihan dosenpengajar dalam menerapkan teknik pengelolaankelas. Menerapkan sistem belajar secaraberkelompok menurut Thoifuri (2008:69) adalahmetode dimana siswa dikelompokkan berdasarkanjumlah siswa yang ada dan disesuaikan dengankebutuhan. Melalui kerja kelompok dapatmenumbuhkan kebersamaan, toleransikesetiakawanan dan siswa menjadi lebih aktif.

Kendala-kendala Manajemen Kelas VideoBroadcasting

Kendala manajemen kelas videobroadcasting yang pertama adalah peserta didiksulit mempertahankan konsentrasinya ketika dikelas. Mempertahankan konsentrasi merupakanhal yang tidak mudah. Begitu juga peserta didik dikelas video broadcasting. Konsentrasi merekatidak dapat dipertahankan ketika ada orang lainmasuk maupun keluar kelas. Suara pintu yangterbuka dan tertutup membuat sebagian pesertadidik menoleh ke arah pintu dan mereka menjaditidak fokus. Kendala ini jika dikaji lebih lanjutdengan teori, sesuai dengan pendapat Rusydie(2011:82) bahwa tanda-tanda siswa sulitberkonsentrasi di antaranya pandangan selalumengarah ke luar kelas, menutup buku, berbicaradengan teman sebangkunya, gelisah, dan selalumenoleh ke berbagai arah. Peserta didik sepertiitu sulit menangkap materi pelajaran dan guru

dengan adanya hal ini tidak dapat menyampaikanmateri secara maksimal.

Apabila konsentrasi peserta didik sudah tidakdapat dipertahankan atau berkurang, yang terjadiadalah peserta didik merasa bosan. Kebosananmereka sering dialihkan kepada hal-hal sepertibermain handphone. Hal ini jika tetap dibiarkanmaka mereka dapat mempengaruhi temannyasehingga tidak menutup kemungkinan kelas akanberubah menjadi ramai dan kegiatan belajar-mengajar di kelas akan terganggu. Sepertidikatakan oleh Rusydie (2011:86) bahwamenurunnya semangat siswa tentu saja juga akanturut mempengaruhi kondisi dan suasana belajardi dalam kelas. Ekspresi dan perilaku dari siswayang kurang semangat dalam belajar dapat denganmudah menular dan mempengaruhi siswa-siswayang lain.

Kendala kedua adalah sebagian besar pesertadidik pasif. Peserta didik yang pasif menyulitkandosen pengajar dalam mengelola kelas. Merekaada kemungkinan tidak mengerti terhadap materiyang sedang dibahas. Juga ada kemungkinanmereka malu untuk mengungkapkan pendapat.Siswa dengan kharakteristik seperti itu menurutRusydie (2011:99) jika disuruh untukmempresentasikan sesuatu, maka kebanyakanmereka memilih diam atau menghindar.

Kendala ketiga adalah beberapa peserta didikkurang percaya diri. Peserta didik yang kurangpercaya diri membuat mereka t idak dapatmengikuti kegiatan belajar di kelas dengan lancar.Mereka cenderung malu untuk melakukantindakan atau mengerjakan kegiatan belajar dikelas. Oleh karena itu sikap kurang percaya dirioleh peserta didik ini dapat menghambat dosenpengajar dalam memberikan penilaian terhadapmereka. Siswa yang pemalu menurut Rusydie(2011:99) akan sulit untuk diketahui kemampuanatau potensinya di antara siswa-siswa yang lain.

Kendala keempat adalah beberapa pesertadidik tidak disiplin. Peserta didik yang tidak disiplinmemungkinkan mereka mempengaruhi ataumemberikan dampak kepada peserta didik yanglain untuk bertindak tidak disipin pula.Ketidakdisiplinan ini jika dibiarkan secara berlarut-larut dapat membuat kelas tidak patuh padaperaturan. Ketidakdisiplinan peserta didik di kelasvideo broadcasting adalah tugas yang tidakdikerjakan dan tidak dikumpulkan tepat waktu.Kendala tersebut jika dikaji sesuai teori termasukkendala yang berasal dari peserta didik. Dimanapeserta didik kurang memiliki kesadaran dalam

332 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 329-335

Page 71: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

memenuhi tugasnya sebagai warga kelas,kurangnya keinginan untuk bersaing dalampelajaran di kelas, dan rendahnya pemikiran akancita-cita di masa depan (Mulyadi, 2009:6).

Upaya Mengatasi Kendala Manajemen Kelas VideoBroadcasting

Upaya untuk mengatasi kendala peserta didiksulit mempertahankan konsentrasi adalah denganmemberikan tes, mengajak kembali konsentrasisecara lisan, memberikan teguran, dan menutuppintu kelas secara perlahan. Upaya memberikantes kepada peserta didik khususnya bagi merekayang tidak lagi berkonsentrasi disesuaikan denganmateri yang sedang dibicarakan di kelas.Pemberian tes ini menurut Wiyani (2013:118) dapatmembuat siswa yang semula tidak berkonsentrasimenjadi berkonsentrasi. Paling tidak walaupunmereka tetap sulit berkonsentrasi, perhatianmereka akan tertuju pada guru karena pemberiantes tersebut.

Selain memberikan tes, mengajak merekauntuk kembali fokus di kelas juga merupakan halyang tepat. Ajakan yang dilakukan secara lisandapat membuat dosen pengajar tidak terkesan acuh.Dibandingkan dengan hanya memberikan tes saja,peserta didik dapat menjadi tegang. Setelahdiberikan tes dan ajakan secara lisan peserta didiktetap tidak dapat berkonsentrasi, dosen pengajardapat memberikan teguran kepada mereka.Teguran diberikan secara langsung danmemberikan perintah agar mereka maumemperhatikan penjelasan dosen pengajar. Jikadikaji dengan teori, memberikan teguranmerupakan langkah yang tepat asalkan tidakmengarah untuk memojokkan peserta didik.Menurut Teguran menurut Rusydie (2011:83) dapatdilakukan dengan menjelaskan apa saja akibat-akibat yang akan diterima siswa jika ia kurangberkonsentrasi.

Upaya mengatasi kendala peserta didik pasifadalah menerapkan metode mengajar yangbervariasi, memberikan kuis, mengajak sharing,dan melemparkan pertanyaan kepada peserta didiklain. Upaya mengubah metode mengajar darimetode ceramah, berdiskusi, hingga melakukankegiatan belajar di luar ruangan dapat membuatsiswa yang pasif menjadi aktif. Apabila denganmetode mengajar di dalam kelas peserta didik pasif,dosen mengganti kegiatan belajar di luar kelas danmenuntut peserta didik melakukan praktik. Guruharus dapat melakukan variasi dalam mengajar

dengan cara bersikap rileks, mengajak siswa untukbelajar di luar ruangan, dan mengungkapkan ceritainspiratif (Rusydie, 2011:41).

Menghadirkan variasi dalam mengajar selainmembuat peserta didik aktif juga dapat membuatdosen pengajar menjadi semakin menikmati prosesmengajarnya di dalam kelas. Seperti pendpatKhanifatul (2013:39) bahwa metode pembelajaran/mengajar yang bervariasi sesungguhnya tidakhanya menjadikan siswa senang, tetapi kita punsebagai guru juga akan menikmati aktivitasmengajar. Selain itu upaya memberikan kuis jugamemungkinkan peserta didik untuk bertanyamaupun menjawab pertanyaan. Serta kegiatanmelemparkan pertanyaan kepada peserta didikdapat memberikan rangsangan kepada merekauntuk berpikir dan menemukan jawaban ataspertanyaan tersebut. Meskipun terkadang jawabanyang diberikan kurang sesuai, namun hal ini dapatmenjadi langkah awal untuk menjadikan pesertadidik aktif di kelas.

Memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk bertanya adalah langkah yang baikuntuk menjadikan mereka berani berbicara. Upayamengatasi kendala peserta didik kurang percayadiri adalah dengan memberikan motivasi dan ceritainspiratif. Motivasi diberikan untuk seluruh pesertadidik tetapi lebih dikhususkan bagi mereka yangkurang percaya diri. Memberikan motivasi kepadapeserta didik jika dikaji sesuai dengan teori adalahupaya yang tepat. Seperti pendapat Rusydie(2011:99) bahwa guru tidak boleh lelah untuk terusmemberikan semangat kepada siswa yangbersangkutan. Motivasi dan perhatian yangdiberikan secara terus-menerus, lama-kelamaanakan menimbulkan rasa percaya diri pada siswadan mereka dapat memiliki keberanian.

Selain motivasi, dosen pengajar jugamembagikan cerita inspiratif yang di dalamnyamengandung semangat untuk tidak mudahmenyerah. Membagikan cerita inspiratif ketikamengajar di kelas merupakan hal yang tepat.Melalui cerita inspiratif, peserta didik dapatmemetik makna positif yang terkandung di dalamcerita. Makna positif tersebut dapat diterapkandalam diri mereka untuk menggapai cita-citanya.

Selanjutnya upaya mengatasi peserta didikyang tidak disiplin adalah menerapkan konsekuensiberupa pengurangan nilai. Dosen pengajar dapatbertindak tegas tehadap mereka dengan caramemberikan konsekuensi atau hukuman yangsesuai. Konsekuensi atau hukuman yang diberikan

Sunarwati dan Huda, Manajemen Kelas Video Broadcasting 333

Page 72: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

bukanlah mengarah kepada hukuman fisik. Akantetapi sanksi berupa pengurangan nilai.

Selain itu, Imron (2011:169) juga menjelaskanbahwa hukuman sebagai suatu sanksi yangditerima oleh peserta didik sebagai akibat daripelanggaran terhadap aturan yang ditetapkan.Hukuman dapat diterapkan asalkan t idakmengarah kepada hukuman fisik. Akan tetapi lebihdiarahkan kepada hal-hal yang bersifat edukatifatau mendidik. Melalui pemberian konsekuensitersebut dapat sekaligus membantu dosen pengajaruntuk mempertahankan iklim belajar yang kondusif.

Indikator Keberhasilan Manajemen Kelas VideoBroadcasting

Tanda-tanda atau indikator yang dapatmenunjukkan bahwa kelas video broadcastingberhasil adalah adanya komunikasi dan interaksidi dalam kelas. Melalui komunikasi dan interaksi,hubungan interpersonal antara peserta didik danpeserta didik maupun guru dengan peserta didikdapat terjalin dengan baik. Selain itu melaluikomunikasi dan interaksi juga dapat menjadikankelas sebagai lingkungan belajar yangmemungkinkan peserta didik untukmengembangkan kemampuannya semaksimalmungkin. Selain itu kelas dapat efektif dan berhasilmenurut Khanifatul (2013:33) apabila di dalamproses pembelajaran tersebut harus terjadi interaksiyang intensif antar berbagai komponen sistempembelajaran (guru, siswa, materi, lingkungan).

Berikutnya yang juga menjadi tanda bahwakelas berhasil adalah adanya bimbingan yangdiberikan dosen pengajar di luar kelas. Pemberianbimbingan ini dapat memacu agar peserta didiktetap memiliki semangat belajar. Bimbingandimaksudkan agar ketercapaian dalam kelas dapatdiperoleh secara optimal. Selain bimbingan di luarkelas, dimanfaatkannya fasilitas yang ada secaraoptimal juga menjadi indikator keberhasilan dalammengelola kelas video broadcasting. Fasilitasyang ada tetapi jika tidak dimanfaatkan denganoptimal juga kurang baik. Namun, apabila fasilitasyang menunjang kegiatan belajar tersebutdimanfaatkan dengan optimal sesuai fungsi dankegunaannya, maka hal ini dapat menjadi tandabahwa pengelolaan kelas berhasil.

Indikator keberhasilan selanjutnya adalahpeserta didik mampu mengerjakan tugas sesuaidengan prosedur yang telah ditetapkan oleh dosenpengajar. Hal ini sesuai pendapat Rusydie (2011:32)bahwa sebuah manajemen kelas dapat dikatakan

berhasil apabila sesudah itu setiap siswa mampuuntuk terus belajar dan bekerja.

Sebagai indikator keberhasilan berikutnyaadalah adanya rasa saling menghargai. Baikpeserta didik menghargai dosen pengajar maupundosen pengajar menghargai peserta didik. Sikapsaling menghargai adalah dampak dari kegiatanbelajar di kelas. Tentunya dalam mengelola kelas,dosen pengajar juga memberikan hal-hal positifyang dapat dilakukan peserta didik. Seperti sikapsaling menghargai, menghormati, menerimapendapat orang lain, bersikap sopan dan santunkepada sesama maupun orang yang lebih tua.Sikap berupa rasa hormat, peduli, salingmenghormati, dan bertanggung jawab inilah yangkemudian dicerminkan oleh peserta didik dan jugamenjadi indikator keberhasilan dalam mengelolakelas video broadcasting.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perencanaan manajemen kelas videobroadcasting dilakukan dengan mengatur tempatduduk, mengatur kegiatan belajar di dalam dan diluar kelas, dan mengatur penggunaan ruangandengan melibatkan partisipasi peserta didik. Teknikyang diterapkan adalah bersikap hangat danantusias, memberikan tantangan, dan bersikapluwes. Kendala yang dihadapi adalah peserta didiksulit berkonsentrasi, sebagian besar pasif, kurangpercaya diri, dan tidak disiplin. Upayanya adalahdiberikan tes dan teguran, diajak sharing danmelemparkan pertanyaan, diberikan motivasi, dandiberikan sanksi pengurangan nilai. Indikatorkeberhasilannya adalah terbentuknya komunikasidan interaksi dalam kegiatan belajar di kelas, adanyapemberian bimbingan di luar jam kelas melalui smsdan telepon, fasilitas yang menunjang kegiatanbelajar dimanfaatkan secara optimal, peserta didikmampu mengerjakan tugas sesuai prosedur yangditetapkan dan dapat terus mengembangkan tugastersebut, seluruh warga kelas mampumempertahankan rasa saling menghargai.

Saran

Saran yang diberikan peneliti adalah: (1)Direktur PKBI melakukan koordinasi denganKetua Bidang Keahlian untuk meningkatkanketerampilan mengelola kelas para dosen pengajar;(2) Ketua Bidang Keahlian video broadcasting

334 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 329-335

Page 73: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

melakukan pendekatan personal pada semua dosenpengajar, melakukan kontrol secara rutin danberkelanjutan, dan memberikan feedback; (3) Paradosen pengajar lebih meningkatkan ilmupengetahuan tentang manajemen kelas terkaitperencanaan dan teknik mengelola kelas; (4)Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan membuatdan melaksanakan kebijakan untuk lebihmengembangkan ketrampilan para dosen dalam

memberikan motivasi dan cerita inspiratif di sela-sela pengelolaan kelas pada setiap matakuliah diJurusan Administrasi Pendidikan; (5) MahasiswaJurusan Administrasi Pendidikan hendaknya dapatmengembangkan penelitian sejenis denganmetodologi yang berbeda atau mengembangkanfokus penelitian menjadi lebih luas; (6) Peneliti laindapat melakukan penelitian sejenis dengan subjekyang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN

Imron, A. 2011. Manajemen Peserta DidikBerbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Jones, V. dan Jones L. 2012. Manajemen KelasKomprehensif Edisi Kesembilan.Terjemahan Intan Irawati. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif:Strategi Mengelola Kelas Secara Efektifdan Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia.

Mulyadi. 2009. Classroom Management. Malang:UIN Malang Press.

Rusydie, S. 2011. Prinsip-Prinsip ManajemenKelas. Yogyakarta: Diva Press.

Safanayong, Y. 2006. Desain Komunikasi VisualTerpadu. Jakarta: Arte Intermedia.

Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator.Semarang: RaSAIL Media Group.

Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatifdi Bidang Pendidikan: Teori danAplikasinya (Studi Kasus, Etnografi,Interaksi Simbolik, dan Peneli tianTindakan pada Konteks ManajemenPendidikan). Malang: BayumediaPublishing.

Wiyani, N.A. 2013. Manajemen Kelas: Teoridan Aplikasi untuk Menciptakan Kelasyang Kondusif. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.

Wiyono, B.B. 2007. Metodologi Penelitian(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research). Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Sunarwati dan Huda, Manajemen Kelas Video Broadcasting 335

Page 74: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENYELENGGARAAN DIGITAL LIBRARY DALAMMENINGKATKAN LAYANAN PERPUSTAKAAN BAGI PARA

PEMUSTAKA

Lillah Pamikat TrisnaAhmad Yusuf Sobri

Email: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose this research was to describe extent to which the implementation of digitallibrray in assisting the costomers librray acquire library materials at SMKN 4 Malang. This researchuses a qualitative approach with case study type. Resume of this research is the implementation ofdigital library that consist of the providing of resources, maintenance of digital library, the activitiesof digital library at the technical services unit, and the activities of digital library at services of thereader to support library services.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh mana penyelenggaraan digitallibrary dalam membantu para pemustaka memperoleh bahan pustaka di SMKN 4 Malang. Penelitianini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Hasil penelitian ini adalahpenyelenggaraan digital library yang terdiri dari penyediaan sumber daya, perawatan digital library,kegiatan digital library di unit pelayanan teknis, dan kegiatan digital library di pelayanan pembacadalam menunjang layanan perpustakaan.

Kata Kunci: digital library, layanan perpustakaan

Informasi dibutuhkan oleh semua kalanganmasyarakat, termasuk kalangan pelajar. Salah satuupaya memperoleh informasi, yaitu denganmembaca. Namun, penduduk Indonesia lebihbanyak mencari informasi dari televisi dan radiodaripada buku atau media baca lainnya. Haltersebut diperkuat dengan hasil penelitian BadanPusat Statistik (dalam Asri, 2012:1) menyatakan“data yang dikeluarkan Badan Pusat StatistikTahun 2006 menunjukkan, bahwa pendudukIndonesia yang menjadikan membaca sebagaisumber informasi baru sekitar 23,5%, sedangkanyang menonton televisi 85,9%, dan mendengarkanradio 40,3%”. Fakta tersebut selaras dengankemajuan teknologi saat ini.

Salah satu cara sekolah dalam mengikutiperkembangan teknologi untuk menciptakanbudaya membaca peserta didik adalah tersedianyalayanan perpustakaan. Layanan perpustakaansekolah ditunjang melalui kelengkapan sarana danprasarana sekolah, yaitu keberadaan perpustakaansekolah. Perpustakaan sebagai salah satu penyediainformasi yang sangat penting kedudukannya dansepatutnya dapat menjawab tantangan pada era

globalisasi. Jawaban dari tantangan tersebut, yaituadanya inovasi dalam pengembanganperpustakaan.

Pesatnya pertumbuhan teknologi masa kinitelah membawa masyarakat ke dalam era digital.Hampir setiap aspek dalam kehidupan sehari-hariperlahan berubah menjadi serba digital, mulai dariinternet banking, toko online sampai bukuelektronik, dan lain-lain. Sesuai denganperkembangan teknologi, perpustakaan sudahselayaknya mengaplikasikan komputer besertajaringan internet dalam pelayanannya. Digitallibrary menjadi salah satu inovasi perpustakaandalam menyediakan data baik berupa tulisan,gambar, maupun suara dalam bentuk elektronikuntuk dapat diakses dengan cepat dan tidak terikatlintas batas waktu.

Digital library di sekolah diselenggarakanuntuk memenuhi kebutuhan dalam mencarireferensi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Penyelenggaraan digital librarymembutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yangtidak hanya menguasai manajemen perpustakaan,tetapi juga menguasai teknologi. Hal tersebut

336

Page 75: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dikarenakan pustakawan akan menghadapitantangan yang lebih besar dalam mendapatkan,menyimpan, atau menelusuri kembali informasiyang berbentuk elektronik. Adanya perkembangandan kemajuan Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) menuntut pustakawan untukmemahami dan memanfaatkan secara positif dankreatif dalam mengelola bahan pustaka.

METODE

Penelitian ini menggunkan pendekatankualittaif dengan jenis studi kasus. Kehadiranpeneliti diketahui secara penuh oleh warga sekolah.Peneliti mengikuti secara langsung beberapakegiatan yang dilaksanakan mengenaipenyelenggaraan digital library. Peneliti jugamelakukan pendekatan dan pengenalan terhadapkepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik.Lokasi penelitian di Jalan Tanimbar 22 Malang.Sumber data diperoleh dari kata-kata, tindakan,dan dokumentasi. Sumber data berupa kata-katadiperoleh dari kegiatan wawancara denganbeberapa subjek penelitian. Peneliti menggunakaninforman kunci untuk memperoleh data ketikamelakukan wawancara yaitu Bapak Rukhan,karena beliau selaku Kepala Perpustakaan SMKNegeri 4 Malang.

Sumber data lain yang membantu penelitidalam memperoleh informasi yaitu: (1) kepalasekolah, (2) tenaga perpustakaan, (3) tenagateknisi, (4) guru, (5) peserta didik SMK Negeri 4Malang, (6) peserta didik sekolah lain yangmemanfaatkan layanan perpustakaan SMKNegeri 4 Malang. Selain itu, sumber data berupatindakan berasal dari orang-orang atau suatu halyang menjadi subjek penelitian yang diamati olehpeneliti secara langsung, dan dilengkapi dengandokumen, seperti profil perpustakaan, foto kegiatandi unit pelayanan teknis maupun pembaca, koleksibahan pustaka pada digital library, dan dokumenlainnya yang terkait dengan penyelenggaraandigital library di SMK Negeri 4 Malang. Teknikyang digunakan untuk mengumpulkan data berupawawancara, observasi, dan dokumentasi. Prosesuntuk menganalisis data yang digunakan adalahmelakukan reduksi data, penyajian data dalambentuk naratif teks, kemudian ditarik kesimpulan.Cara yang digunakan untuk mengecek keabsahantemuan adalah triangulasi sumber data dan teknik,kecukupan bahan referensi, perpanjanganpengamatan, dan pengecekan anggota.

HASIL

Temuan penelitian terdiri dari empat aspek,yaitu penyediaan sumber daya dalammenyelenggarakan digital library, perawatandigital library dalam meningkatkan layananperpustakaan bagi para pemustaka, kegiatandigital library di unit pelayanan teknis, danpelayanan pembaca dalam menunjang layananperpustakaan di SMKN 4 Malang. Pertama,komponen yang disediakan dalam penyelenggaraandigital library di SMK Negeri 4 Malang, yaituakses internet, perangkat keras, serta tenagaperpustakaan. Berkaitan dengan penyediaan aksesinternet, SMK Negeri 4 Malang bekerjasamadengan Provider dari Telkom dan Data Utama,sedangkan perangkat keras penunjang pelayananperpustakaan elektronik adalah komputer yangdipergunakan untuk server, layanan penelusuranbuku, dan layanan sirkulasi. Peralatan tersebutyang menyediakan dari sekolah dan yangbertanggungjawab dari waka sarana prasaranaSMK Negeri 4 Malang. Kualifikasi pengeloladigital library yaitu harus memahami TIK dansering mengikuti pelatihan terkait pengembanganperpustakaan. Pihak sekolah menyediakananggaran untuk pengembangan perpustakaansekitar 5 persen atau lebih dari anggaran belanjaoperasional sekolah. Digital librarydiselenggarakan dalam rangka memenuhikebutuhan informasi pemustaka yang sejalandengan perkembangan jaman denganmendayagunakan teknologi, salah satu contohbahan pustaka yang harus dilestarikan adalah bukugrafika. Ada hal penting yang perlu diperhatikandalam penyelenggaraan digital library yaitu padapengaturan yang dijadikan sebagai admin dalamartian tidak mengijinkan pihak luar untuk menjadiadmin.

Kedua, aspek perawatan digital librarydilakukan oleh kepala perpustakaan SMK Negeri4 Malang dengan bantuan tiga orang teknisi. Tenagateknisi bertanggungjawab dalam perawatanhardware maupun software, sedangkan BapakRukhan bertanggungjawab dalam perawatankoleksi bahan pustaka pada digital library SMKNegeri 4 Malang. Perawatan dilaksanakan secararutin dan berkala. Perawatan rutin dilakukan terkaitkomputer yang selalu dalam keadaan nyala, jadiperlu di-restrat beberapa hari sekali, perawatanterhadap koleksi digital karena adanya pihak luaryang diperbolehkan mejadi admin, sehingga koleksiyang tersedia harus terus diperiksa. Pihak luar

Trisna dan Sobri, Penyelenggaraan Digital Library dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan Bagi Para Pemustaka 337

Page 76: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

memposting tulisan dengan bahasa yang kurangdimengerti, sehingga pihak perpustakaan harussering mengontrol dan menghapus postingantersebut. Perawatan berkala yang dilakukan yaitumeng-update anti virus, memeriksa memori sertakomponen komputer lainnya. Pemeriksaan tersebutdilaksanakan satu atau dua bulan sekali.

Ketiga, proses kegiatan pelayanan teknis yangpertama yaitu pengadaan buku. Proses pengadaanbuku dengan pengajuan beberapa judul bukukepada kepala sekolah untuk di acc berapa persen.Setelah pengadaan buku, dilakukan kegiatanpengolahan buku. Proses pengolahan buku baruyang dimulai dari kegiatan menyetempel hinggapengentrian ke dalam database yang terhubungdengan jaringan internet. Proses selanjutnya adalahpengkatalogan, katalog yang digunakan secaraonline. Pelaksanaan digitalisasi dokumen. Unsuryang digunakan dalam digitalisasi dokumen adalahalat scan, komputer, serta jaringan internet.Terdapat kriteria bahan pustaka yang diubah kedalam format digital adalah adanya permintaan daripemustaka, bahan pustaka tersebut merupakaninformasi terbaru, bahan pustaka yang tersedia diperpustakaan sedikit, serta buku-buku yangdianggap langka. Penyimpanan bahan pustakadigital dapat dilakukan pada semua format,misalnya PDF, Powerpoint, JPEG, media yangberfungsi menjalankan video, dan lainnya. Kegiatanselanjutnya yaitu meng-upload dan meng-updatebahan pustaka dilaksanakan untuk terusmemperbarui bahan pustaka, jadi bahan pustakayang terbaru akan tersedia pada digital librarySMK Negeri 4 Malang.

Aspek selanjutnya adalah kegiatan digitallibrary di unit pelayanan pembaca yang dimulaidari sistem sirkulasi menggunakan e-library, yaitudari sistem peminjaman, pengembalian, hinggaperpanjangan buku. Selain itu, kegiatan pelayananpembaca dengan adanya digital library yaitupemustaka yang tidak hanya dari warga SMKNegeri 4 Malang dapat mengunduh sendiri bahanpustaka yang diinginkan di mana saja dan kapansaja. Kegiatan sosialisasi adanya digital libraryjuga dilaksanakan untuk mrningkatkan antusiaspeserta didik dalam memanfaatkan layanan digitallibrary. Digital library di sana, belum terdapatpencatatan jumlah pengunjung, jadi untukmengetahui jumlah pengunjung, dapat dilihat darijumlah komentar pada digital library. Komentaryang terdapat pada digital library SMK Negeri4 Malang, tercatat hingga Tanggal 4 Januari 2014yaitu enam puluh ribu tiga ratus sembilan puluh

delapan komentar.Bahan pustaka yang sudah di-publish dalam digital library SMK Negeri 4Malang tercatat dua puluh ribu sembilan puluhempat karya hingga Tanggal 4 Januari 2014. Bahanpustaka yang terdapat dalam digital library masihharus terus diperbarui, agar wawasan yangdiperoleh pemustaka semakin banyak.

PEMBAHASAN

Digital library menjadi alternatif pilihanmedia pembelajaran peserta didik. Terdapatbeberapa komponen yang disediakan dalammenunjang penyelenggaran digital library diSMK Negeri 4 Malang, yaitu akses internet dariProvider Telkom dan Data Utama, perangkatkeras, serta tenaga perpustakaan. Penelitiantersebut diperkuat oleh pendapat Supriyanto danMuhsin (2008:151), “unsur-unsur yang digunakandalam perpustakaan digital antara lain pengguna,perangkat keras, perangkat lunak, data, network,dan prosedur penjelasan”. Temuan penelitiantersebut sudah cukup sesuai dengan teori yaituadanya pengguna baik dari pemustaka maupuntenaga perpustakaan, perangkat keras, sertajaringan internet. Penyelenggaraan digital librarytidak akan berjalan jika tidak didukung denganadanya anggaran, oleh karena itu pihak sekolahmenyediakan anggaran untuk pengembanganperpustakaan lebih dari 5 persen dari anggaranbelanja operasional sekolah. Sesuai denganpendapat Darmono (2013:110), “anggaran adalahunsur utama dalam menjalankan perpustakaan,tanpa anggaran perpustakaan tidak mungkinberjalan sempurna meskipun sistemnya bagus danpustakawan bermutu”. Dapat dikatakan, bahwaanggaran merupakan sumber daya utama dalammenyelenggarakan maupun mengembangkanperpustakaan. Penyediaan anggaran yang sesuaidengan kebutuhan akan memperlancar program-program yang dijalankan perpustakaan.

Selanjutnya, mengenai perawatan yangdilaksanakan secara rutin yaitu pada komputersebagai server yang selalu berada dalam keadaanmenyala dengan cara di-restrat beberapa harisekali, serta perawatan pada koleksi digital denganmemeriksa keberadaan bahan pustaka yang sudahdi-upload dan menghapus postingan yangdianggap kurang sesuai. Kegiatan meng-upgradehardware maupun software juga dilakukan. Haltersebut berkaitan dengan pelaksanaan sistemback up. Misalnya, ada aplikasi yang sudah di-upgrade, ketika di-upgrade versi yang

338 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 336-340

Page 77: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

sebelumnya bisa berjalan tetapi versi yangselanjutnya tidak, mungkin yang upgrade barumasih versi percobaan, sehingga kembali ke versilama dan data dalam sistem back up tadidimasukkan lagi, dan tetap dapat mengoperasikandata kembali. Penelitian ini selaras dengan pendapatWulandari (2013:1), “upgrade dan modifikasihardware maupun software perlu dilakukan secaracermat, sehingga memudahkan dalam prosesperawatan”.

Adanya back up (cadangan data) dilakukanagar dapat digunakan kembali sebagai penggantidata yang telah hilang /rusak/ terhapus. Penelitianini sesuai dengan pendapat Daryanto (2010:144),“back up data bertujuan untuk menyelamatkandata yang penting, dengan memperbanyak data dikomputer atau tempat lain sehingga apabila datatersebut hilang di komputer satu maka datatersebut ada di komputer atau tempat lainnya”.Dapat dikatakan, bahwa sepatutnya perludilakukan upgrade hardware dan software danpemilihan hal tersebut perlu dilakukan secara hati-hati dan teliti, karena masih ada versi-versi baruyang belum sempurna. Selain itu, perlumelaksanakan kegiatan back up data untukmelindungi dokumen digital karena lebih mengacupada faktor keamanan dan kenyamanan dalammenggunakan komputer, sehingga terciptamanajemen koleksi yang jelas untuk perawatankoleksi. Perawatan lainnya yaitu terkait softwareberupa update antivirus yang dilakukan secaraberkala dilakukan satu atau dua bulan sekali, selainitu untuk perawatan hardware yaitu memeriksamemori dan memeriksa komponen komputerlainnya. Diperkuat oleh pendapat Yaskur (2012:1),“update antivirus adalah cara sederhana untukmengatasi virus, agar tidak terjadi kerusakan padakomputer”. Adanya temuan penelitian dan kajianteori di atas dapat disimpulkan, bahwa perawatanberupa update antivirus penting untukdilaksanakan agar tidak terdapat virus padakomputer sebagai server dalam menunjangpenyelenggaraan digital library yang dapatmenghilangkan data.

Setelah perawatan, terdapat kegiatan digitallibrary di unit pelayanan teknis yang menunjanglayanan perpustakaan yaitu kegiatan digitalisasidokumen. Bahan pustaka yang semula dalambentuk cetak diubah ke dalam bentuk digital.Penelitian ini sesuai dengan pendapat Darmono(2007:102), “digital preservation adalah carapelestarian isi dokumen (koleksi perpustakaan)dengan cara dialihkan ke dalam bentuk digital”.

Dapat disimpulkan, bahwa kegiatan digitalisasidokumen merupakan upaya untuk melestarikandokumen, agar koleksi perpustakaan tetap terjaga.Unsur yang digunakan dalam digitalisasi dokumendi digital library SMK Negeri 4 Malang adalahalat scan, komputer, serta online. Diperkuatdengan pendapat Saleh (2010:11), “peralatan yangperlu dipersiapkan agar pembuatan dokumen digitallancar yaitu tersedianya perangkat keras sepertikomputer dan scanner, serta perangkat lunak.Berdasarkan kajian teori dan temuan penelitian,kesimpulan yang dapat diambil dalammelaksanakan digitalisasi dokumen, adalahmempersiapkan peralatan seperti komputer danscanner, sedangkan agar dokumen tersebut dapatdiakses pemustaka di mana saja dan kapan saja,jadi memerlukan jaringan internet.

Tidak hanya terdapat kegiatan digital librarydi unit pelayanan teknis, namun juga terdapat diunit pelayanan pembaca. Jika dikaitkan denganpenyelenggaraan digital library, maka temuan yangdidapat peneliti pada kegiatan pada unit pelayananpembaca yaitu pelaksanaan sistem pelayanan e-library, dari sistem peminjaman, pengembalian,hingga perpanjangan buku sudah menggunakansistem elektronik, sedangkan pelayanan pembacadengan adanya digital library di SMK Negeri 4Malang yaitu pemustaka dapat mengunduh sendiribahan pustaka yang diinginkan. Penelitian ini sesuaidengan pendapat Bafadal (2009:10), “unitpelayanan pembaca adalah melayani peminjamandan pengembalian buku, pemberian bimbinganmembaca, pembinaan minat baca bagi murid-murid,dan memberikan bantuan informasi kepada siapasaja yang memerlukan khususnya warga sekolah”.Kajian teori dan temuan penelitian di atas dapatdisimpulkan, bahwa unit pelayanan pembacaperpustakaan meliputi layanan peminjaman danpengembalian buku, pembinaan minat baca bagimurid-murid, dan pemustaka dapat mengunduhbahan pustaka yang diinginkan dengan mengakseswebsite digital library SMK Negeri 4 Malangtanpa dibatasi waktu dan tempat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada paparan data, temuanpenelitian dan pembahasan mengenaipenyelenggaraan digital library dalam mening-katkan layanan perpustakaan bagi para pemustakadi SMKN 4 Malang dapat disimpulkan bahwa

Trisna dan Sobri, Penyelenggaraan Digital Library dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan Bagi Para Pemustaka 339

Page 78: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

penyelenggaraan digital library sesuai denganpemenuhan kebutuhan membaca pemustakadengan mendayagunakan teknologi sesuai denganperkembangan jaman. Sumber daya yangdisediakan dalam menyelenggarakan digitallibrary yaitu perangkat keras, internet, tenagaperpustakaan, dan anggaran. Setelah komponentersedia, maka dilaksanakan perawatan digitallibrary secara rutin dan berkala. Perawatandigital library penting untuk dilakukan agardigital library dapat terus berjalan sesuai denganharapan. Selanjutnya, terdapat kegiatan digitallibrary di unit pelayanan teknis yang meliputipengadaan buku, pengolahan buku, katalogisasionline, digitalisasi dokumen, uploading, danupdating bahan pustaka ke alamat website digitallibrary SMK Negeri 4 Malang. Selain itu, kegiatandigital library di unit pelayanan pembaca yaitupelayanan perpustakaan dengan sistem elektronikdan pemustaka dapat mengunduh sendiri bahanpustaka yang diinginkan kapan dan di mana pun.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penelitimemberikan saran kepada: (1) kepala perpusta-

kaan SMKN 4 Malang sebaiknya senantiasamelakukan pembinaan bagi tenaga perpustakaanmelalui berbagai pelatihan dalam rangkameningkatkan layanan perpustakaan, sehinggadapat menjadi pedoman sekolah lain dalammengembangkan perpustakaan sekolah, (2) kepalaSMKN 4 Malang, Sebaiknya lebih meningkatkansistem keamanan pada digital library, agar padadigital library tidak terdapat bahan pustaka yangkurang sesuai (spam) untuk diakses pemustaka.Dalam hal ini, dibutuhkan kecakapan yang lebihdari pihak admin digital library, (3) ketua JurusanAdministrasi Pendidikan FIP UM, sebaiknya kajianmengenai digital library lebih diperbanyak lagiuntuk menjadi tambahan referensi bagi jurusan APdan dapat mengembangkan perpustakaanlaboratorium AP, (4) mahasiswa AdministrasiPendidikan, hendaknya lebih meningkatkanpemahaman konsep dari digital library, karenabanyak manfaat yang diperoleh dari layanantersebut, dan (5) peneliti lain agar dapatmelanjutkan penelitian yang sejenis pada berbagaiaspek lain dengan latar yang berbeda, sehinggapenelitian ini mempunyai nilai guna dalammeningkatkan kualitas digital library, khususnyadi lembaga pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Asri, N. 2012. Fakta Minat Baca di Indonesia,(Online), (http://sahabatguru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-diindonesia/), diakses 15 September 2013.

Bafadal, I. 2009. Pengelolaan PerpustakaanSekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah:Pendekatan Aspek Manajemen dan TataKerja. Jakarta: PT Grasindo.

Darmono. 2013. Manajemen PerpustakaanSekolah. Malang: Banyumedia Publishing.

Daryanto. 2010. Teknik Jaringan Komputer.Bandung: Alfabeta.

Saleh, A. R. 2010. Membangun PerpustakaanDigital. Jakarta: Sagung Seto.

Supriyanto, W. & Muhsin, A. 2008. TeknologiInformasi Perpustakaan: StrategiPerancangan Perpustakaan Digital .Yogyakarta: Kanisius.

Wulandari, D. 2013. Jaringan PerpustakaanDigital di Indonesia Hambatan danWacana Pengembangannya, (Online),(http://perpustakaan.bapeten.go.id/jaringan-perpus takaan-digita l-di-indones ia -h a mb a t a n - d a n - w a c a n a - p e n g e m -bangannya), diakses 10 September 2013.

Yaskur, D. 2012. Virus Komputer: Pengertian,Cara Penyebaran, dan Dampaknya ,(Online), (http://www.kompinia.com/virus-komputer/), diakses 5 Maret 2014.

340 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 336-340

Page 79: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAPKOMITMEN PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN

Anis Mustikasari

Email: [email protected] Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The objectives of this research to describe the organizational culture, and to describe theemployees commitment, with the impact of organizational culture on employees commitment. Theresearcher applies descriptive correlational method with quantitative approach. The results of theresearch, the condition of organizational culture at education office was strong and the employeescommitment was strong with there were direct significant impact of organizational culture on employeescommitment at Education Office Batu City.

Abstrak: Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan budaya organisasi dan untuk mendeskripsikankomitmen pegawai serta pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen pegawai. Penelitimenggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif korelasional. Hasil penelitianini yaitu kondisi budaya organisasi di dinas pendidikan adalah kuat dan komitmen pegawai dinaspendidikan adalah kuat serta terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadapkomitmen pegawai Dinas Pendidikan Kota Batu.

Kata kunci: budaya organisasi, komitmen pegawai

Manusia merupakan individu yang memerlukaninteraksi sosial dalam menjalani hidupnya. Selaluterjadi kontak dan komunikasi antar sesamamanusia yang terlibat dalam interaksi sosial.Manusia saling berinteraksi untuk mencapai tujuanyang telah ditetapkan, baik itu tujuan manusiasebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.Manusia sebagai makhluk sosial memiliki hak untukberkumpul dalam suatu wadah yang dinamakanorganisasi. Selain itu, manusia merupakan motoratau penggerak dari sebuah organisasi.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sunarsih(2006:161) bahwa manusia merupakan salah satuunsur yang sangat penting dalam suatu organisasi.

Setiap organisasi memiliki karakteristikkhusus yang berbeda satu sama lain yang menjadiciri khas organisasi tersebut, ciri khas itu dapatdisebut dengan istilah budaya organisasi. Budayaorganisasi merupakan suatu sistem nilai atau apayang dinilai penting dan menjadi kepercayaan(bagaimana sesuatu berjalan) yang membentukorang-orang dalam organisasi, struktur organisasi,dan sistem pengendalian organisasi untukmemproduksi norma-norma keyakinan untukmelakukan segala sesuatu dalam organisasi(Sagala, 2008:111). Membahas tentang budayamerupakan suatu hal mendasar bagi suatu

organisasi, karena berhubungan dengan kehidupansekelompok orang yang ada di dalam organisasitersebut. Budaya organisasi menurut Wahab(2008:212) merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasi yang dipahami, dijiwai,dan dipraktikkan oleh organisasi, sehingga polatersebut memberikan arti tersendiri dan menjadidasar aturan berperilaku dalam organisasi. Olehkarena itu, budaya organisasi dijadikan sebagaipengendali dan arah dalam membentuk sikap danperilaku manusia yang ada dalam organisasi.

Budaya organisasi diharapkan akanmemberikan pengaruh yang positif terhadap pribadianggota organisasi maupun terhadap organisasisebagai lembaga kerja. Selain budaya organisasi,satu hal penting yang harus ada dalam sebuahorganisasi yaitu komitmen pegawai terhadaporganisasi dalam hal mencapai visi dan misi sertatujuan organisasi. Komitmen pegawai terhadaporganisasi yang kuat dalam setiap diri pegawaimenjadikan organisasi dapat dengan mudah dantepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Komitmen pegawai terhadap organisasi yangmerupakan salah satu unsur penting dalamkesuksesan organisasi. Pengertian komitmenmenurut Krisna (2007:2) yakni merujuk padakesetiaan dan loyalitas pegawai. Komitmen

341

Page 80: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

merupakan kekuatan relatif dari identifikasi danketerlibatan individu kepada organisasi tertentu.Kata komitmen diart ikan sebagai suatukarakteristik intelektual, sifat pribadi sepertikejujuran, yang tidak dapat dimandatkan ataudipaksa dari luar.

Berdasarkan beberapa paparan tersebutdapat disimpulkan bahwa komitmen berasal daridalam diri pribadi berupa kesadaran yang tinggiterhadap organisasi. Pegawai yang memilikikomitmen tinggi akan mempunyai kepedulian yangtinggi pula terhadap kondisi organisasi, baik padasaat organisasi mengalami kemajuan ataupunsebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitan yangdilakukan oleh Gaustamam (2011:58) yangmenyatakan bahwa berdasarkan nilai signifikansi0,043 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabelbudaya organisasi berpengaruh positif terhadapkomitmen organisasi.

Dinas pendidikan merupakan salah satulembaga pemerintah dalam bidang pendidikan.Dinas pendidikan mempunyai tugas dan fungsimelaksanakan urusan pemerintahan daerah dalambidang pendidikan. Dinas pendidikan sebagailembaga penyelenggara pendidikan tidak dapatdilepaskan dari peran sumber daya manusia sebagaimotor untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,sedangkan mencapai tujuan organisasi secaraefektif dan efisien diperlukan komitmen daripegawai yang berada dalam organisasi tersebut.Dinas Pendidikan Kota Batu terdiri dari beberapabidang kerja. Beberapa bidang tersebut adalahBidang Pendidikan Dasar (DIKDAS), BidangPendidikan Menengah (DIKMEN), BidangPendidikan Non-Formal (PNF), Pengawas, BidangPemuda dan Olah Raga (PORA), Bidang TenagaPendidik dan Kependidikan (TPK), danSekretariat.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif, yaitu deskriptif korelasional. Penelitiandeskriptif lebih mendeskripsikan atau menjelaskankeadaan subjek penelitian, sedangkan penelitiankorelasional lebih mengetahui hubungan danpengaruh antara dua subjek atau lebih.

Penelitian deskriptif dalam hal ini, yaitumengetahui dan mendeskripsikan budayaorganisasi dan komitmen pegawai di DinasPendidikan Kota Batu, sedangkan penelitiankorelasional, yakni untuk mengetahui pengaruh

budaya organisasi terhadap komitmen pegawai diDinas Pendidikan Kota Batu.

Rancangan penelitian merupakan strategimengatur latar penelitian agar peneliti memperolehdata yang valid sesuai dengan karakteristik variabeldan tujuan penelitian. Terdapat dua variabel dalampenelitian ini, yaitu budaya organisasi (X) dankomitmen pegawai (Y).

HASIL

Budaya Organisasi

Deskripsi data tentang budaya organisasidiperoleh melalui angket yang diajukan kepadaresponden yang berjumlah 88 pegawai. Angketuntuk variabel budaya organisasi terdiri dari 25 itempernyataan. Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan tentang budaya organisasi dapatdiketahui bahwa budaya organisasi di DinasPendidikan Kota Batu tertanam sangat kuat pada29 orang responden (32,96 %), sebanyak 58 orangresponden (65,90 %) menggambarkan bahwabudaya organisasi yang ada termasuk padakualifikasi kuat, 1 orang responden (1,14 %)menunjukkan bahwa budaya orgasnisasi di DinasPendidikan Kota Batu pada kategori lemah,sedangkan 0 orang responden (0,00%) termasukpada kualifikasi budaya organisasi yang sangatlemah. Penjabaran hasil analisis sub-variabelbudaya organisasi di Dinas Pendidikan Kota Batuterdapat dalam Tabel 1.

Komitmen Pegawai

Deskripsi data tentang komitmen pegawaidiperoleh melalui angket yang diajukan kepadaresponden yang berjumlah 88 pegawai. Angketuntuk variabel komitmen pegawai terdiri dari 26item pernyataan. Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan tentang komitmen pegawai dapatdiketahui bahwa sebanyak 13 orang responden(14,77 %) mempunyai komitmen pegawai yangsangat kuat, sebanyak 68 orang responden (77,27%) mempunyai komitmen yang kuat, 7 orangresponden (7,96 %) menunjukkan bahwa komitmenpegawai Dinas Pendidikan Kota Batu lemah,sedangkan 0 orang responden (0,00%) termasukpada kualifikasi komitmen pegawai yang sangatlemah. Penjabaran hasil analisis sub-variabelkomitmen pegawai Dinas Pendidikan Kota Batuterdapat dalam Tabel 2.

342 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 341-349

Page 81: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Berdasarkan penjabaran hasil analisis sub-variabel pada Tabel 2 dapat diketahui bahwasebagian besar komitmen pegawai DinasPendidikan Kota Batu termasuk dalam kualifikasikuat, akan tetapi ada beberapa indikatormenunjukkan komitmen pegawai yangmenunjukkan bahwa komitmen pegawai termasukdalam kategori lemah di antaranya meliputikesimbangan antara sasaran organisasi dansasaran pribadi, upaya untuk memaksimumkankontribusi kerja, serta tanggung jawab moralpegawai untuk tetap tinggal dalam organisasi.

Uji Asumsi Data

Hasil penelitian ini dapat diketahui variabelbudaya organisasi (X) memiliki nilai Kolmogorov0,953, sedangkan signifikansinya yaitu 0,324 > 0,05maka data variabel X berdistribusi normal. Variabelkomitmen pegawai (Y) memiliki nilai Kolmogorov0,789, sedangkan signifikansinya adalah 0,562 >0,05 maka data variabel Y berdistribusi normal.Hasil uji normalitas tersaji pada Tabel 3.

Dasar pengambilan keputusan padapenelitian ini yakni dengan melihat bagian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Apabila nilai

Mustikasari, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Pegawai Dinas Pendidikan 343

Tabel 1. Penjabaran Hasil Analisis Sub-Variabel Budaya Organisasi di Dinas Pendidikan Kota Batu

Sub-Variabel IndikatorFrekuensi (Orang)/Persentase (%)SK K L SL

1.1 Unsur-Unsur 1.1.1 Sebagai pedoman berperilaku; 23/26,14 60/68,18 5/5,68 0/0,00BudayaOrganisasi 1.1.2 Pewarisan budaya kepada anggota- 20/22,72 56/63,64 11/12,50 1/1,14

anggota baru;1.1.3 Sebagai pedoman menyelesaikan 16/18,18 69/78,41 3/3,41 0/0,00

permasalahan organisasi.1.2 Dimensi Budaya 1.1.1 Tanggung jawab seorang pegawai 9/10,23 48/54,55 31/35,22 0/0,00

Organisasi terhadap tugas-tugasnya dalamorganisasi;

1.1.2 Kemampuan pegawai melakukan 2/13,64 70/79,55 6/6,81 0/0,00inovasi dan mengambil risikodalam mencapai tujuan organisasi;

1.1.3 Tujuan organisasi sebagai arah 17/19,32 67/76,14 4/4,54 0/0,00pegawai dalam menjalankan tugasorganisasi;

1.1.4 Kerjasama antar unit kerja dalam 10/11,36 49/55,68 28/31,82 1/1,14melaksanakan tugas-tugasnya;

1.1.5 Manajer/pemimpin organisasi 7/7,95 55/62,50 26/29,55 0/0,00dalam memberikan motivasi, dankomunikasi yang jelas padabawahannya;

1.1.6 Peraturan dan pengawasan langsung 22/25,00 57/64,77 9/10,23 0/0,00oleh pimpinan organisasi terhadapbawahan;

1.1.7 Perasaan bangga yang dimiliki para 6/6,82 64/72,73 18/20,45 0/0,00pegawai terhadap organisasi secarakeseluruhan;

1.1.8 Kompensasi/imbalan yang diberikan 5/5,68 76/86,32 7/7,96 0/0,00kepada pegawai;

1.1.9 Dorongan terhadap pegawai untuk 7/7,95 64/72,73 17/19,32 0/0,00mengemukakan kritik dan masukanuntuk kemajuan organisasi;

1.1.10 Pola-pola komunikasi yang ada 20/22,73 59/67,05 9/10,22 0/0,00dalam organisasi.

Page 82: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

344 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 341-349

Tabel 2. Penjabaran Hasil Analisis Sub-Variabel Komitmen Pegawai di Dinas Pendidikan Kota Batu.

Sub-Variabel IndikatorFrekuensi (Orang)/Persentase (%)SK K L SL

1.1 Ciri-Ciri 1.1.1 Upaya untuk menyukseskan 7/7,95 55/62,50 26/29,55 0/0,00Komitmen organisasi;Pegawai 1.1.2 Mencari informasi tentang 4/4,55 50/56,81 33/37,50 1/1,14

organisasi;1.1.3 Mencari kesimbangan antara sasaran 8/9,10 31/35,22 45/51,13 4/4,55

organisasi dan sasaran pribadi;1.1.4 Upaya untuk memaksimumkan 5/5,68 29/32,96 47/53,41 7/7,95

kontribusi kerja;1.1.5 Menaruh perhatian pada hubungan 20/22,73 50/56,81 12/13,64 6/6,82

kerja antar unit organisasi;1.1.6 Berpikir positif terhadap kritik dari 6/6,82 58/65,91 24/27,27 0/0,00

teman kerja;1.1.7 Memprioritaskan kepentingan 10/11,36 64/72,73 14/15,91 0/0,00

organisasi di atas kepentingan dirinya;1.1.8 Tidak melihat organisasi lain sebagai 74/84,10 14/15,90 0/0,00 0/0,00

unit yang lebih menarik;1.1.9 Memiliki keyakinan bahwa organisasi 5/5,68 60/68,18 23/26,14 0/0,00

akan berkembang;1.1.10 Berpikir positif pada pimpinan puncak 5/5,68 69/78,41 14/15,91 0/0,00

organisasi.1.2 Dimensi 1.2.1 Kecenderungan pegawai untuk 13/14,77 57/64,77 18/20,46 0/0,00

Komitmen tetap berada dalam organisasi karenaPegawai mempercayai sepenuhnya terhadap

misi organisasi;1.2.2 Kecenderungan pegawai untuk 8/9,10 43/48,86 37/42,02 0/0,00

tetap berada dalam organisasi karenakekhawatiran akan kehilangansesuatu yang diperolehnya selamaberada di organisasi;

1.2.3 Tanggung jawab moral pegawai untuk 9/10,23 34/38,64 39/40,91 6/6,82tetap tinggal dalam organisasi.

Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Budaya Organisasi Komitmen Pegawai(X) (Y)

N 88 88Normal Parametersa Mean 78,6591 76,5455 Std. Deviation 7,86362 8,57812Most Extreme Differences Absolute 0,102 0,084 Positive 0,102 0,084 Negative -0,072 -0,078Kolmogorov-Smirnov Z 0,953 0,789Asymp. Sig. (2-tailed) 0,324 0,562

a. Test distribution is Normal;b. Calculated from data.

Page 83: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) 0,05 makadistribusi data adalah tidak normal. Sedangkanapabila nilai probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) >0,05 maka distribusi data adalah normal.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis diperoleh dari hasil analisisdata yang akan dilakukan yaitu analisis data darivariabel budaya organisasi (X) dan variabelkomitmen pegawai (Y) Dinas Pendidikan KotaBatu. Adapun hipotesis penelitian ini yaitu “AdaPengaruh Budaya Oranisasi terhadap KomitmenPegawai Dinas Pendidikan Kota Batu”.

Tabel 4 menyajikan uji korelasi hipotesismenggunakan analisis korelasi Product MomentPearson, dengan bantuan komputer menggunakanprogram SPSS (Statistical Product and ServiceSolution) 16.00 for Windows.

Berdasarkan Tabel 1.4 tersebut menunjukkanbahwa harga rhitung yang dibandingkan denganharga rtabel dengan N = 88 dan taraf kesalahan

untuk uji korelasi variabel X dan variabelY, berdasarkan N = 88 dan taraf kesalahandiketahui harga rtabel = 0,210. Karena harga rhitung(0,750) > rtabel (0,210) maka H0 ditolak dan H1diterima. Tabel nilai-nilai r product momentHalaman 134, harga rtabel yang ada yaitu untukharga N = 85 dengan harga 0,213 dan N = 90dengan harga 0,207 sedangkan untuk N = 88 tidakada. Oleh karena itu, dilakukan dengan interpolasi,sehingga ditemukan harga rtabel 0,210.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa adapengaruh yang signifikan secara positif antaravariabel (X) budaya organisasi (rhitung = 0,750dengan p = 0,000) terhadap variabel (Y) komitmenpegawai Dinas Pendidikan Kota Batu, karena nilaiprobabilitas (signifikan) 0,05 yakni 0,000 dan rhitung(0,750) > rtabel (0,210) maka H0 ditolak dan H1diterima yakni terdapat pengaruh yang positifsehingga terjadi pengaruh yang signifikan antarabudaya organisasi terhadap komitmen pegawai.Artinya semakin tinggi variabel budaya organisasi

(X) maka variabel komitmen pegawai (Y) akansemakin tinggi pula.

PEMBAHASAN

Budaya Organisasi Pegawai Dinas Pendidikan KotaBatu

Budaya organisasi pegawai Dinas PendidikanKota Batu rata-rata berada dalam kualifikasi kuat,yaitu meliputi unsur-unsur dan dimensi budayaorganisasi. Pernyataan ini dapat dibuktikan darihasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 29responden (32,96%) menggambarkan bahwabudaya organisasi yang sangat kuat, sebanyak 58responden (65,90%) menggambarkan bahwabudaya organisasi yang ada termasuk padakualifikasi kuat, 1 responden (1,14%) menunjukkanbahwa budaya organisasi di Dinas Pendidikan KotaBatu pada kategori lemah, sedangkan 0 responden(0,00%) termasuk pada kualifikasi budayaorganisasi yang sangat lemah.

Tentang unsur-unsur budaya organisasi yangdapat dijadikan sebagai pedoman/pola keyakinanyang dianut oleh anggota maupun kelompok dalamorganisasi untuk berperilaku dan budaya organisasisebagai unsur pewarisan budaya kepada anggota-anggota baru, serta dijadikan sebagai pedomanmenyelesaikan permasalahan organisasi termasukpada kualifikasi kuat. Hasil penelitian tersebutsesuai dengan pendapat Wahab (2008:212) yangmenyatakan bahwa “budaya organisasi merupakanpola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasiyang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan olehorganisasi, sehingga pola tersebut memberikan artitersendiri dan menjadi dasar aturan berperilakudalam organisasi”. Hasil penelitian budayaorganisasi dijadikan sebagai pedomanmenyelesaikan permasalahan organisasi sejalandengan pendapat Mantja (2008:19) yangmenyatakan bahwa budaya organisasi berperanuntuk membantu organisasi menetapkan apa yangseharusnya dilakukan, dan selanjutnya mengecekapakah hal-hal yang telah dilakukan itu berjalansebagaimana mestinya.

Tabel 4. Uji Korelasi Hipotesis Penelitian

Item Validitas Keputusan Kesimpulan

Korelasi (r) Signifikan

X Y 0,750 0,000 Tolak H0 Antara X dan Y ada pengaruh yang signifikan

Mustikasari, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Pegawai Dinas Pendidikan 345

Page 84: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Tentang dimensi budaya organisasi meliputitanggung jawab seorang pegawai terhadap tugas-tugasnya dalam organisasi, kemampuan pegawaimelakukan inovasi dan mengambil risiko dalammencapai tujuan organisasi, dan budaya organisasisebagai arah yang diinginkan organisasi denganmenciptakan dan menentukan tujuan organisasisecara jelas dengan harapan mencapai prestasi,serta kerjasama antar unit kerja dalammelaksanakan tugas-tugasnya termasuk dalamkualifikasi kuat. Kemampuan melakukan inovasitersebut merupakan suatu hal penting yang harusdilakukan dalam sebuah organisasi untuk mengatasimasalah yang terjadi dalam organisasi, baik yangberasal dari dalam maupun dari luar organisasi.Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkanadanya hasil yang positif tentang budaya organisasisebagai arah yang diinginkan organisasi, sehinggapegawai mengetahui apa yang harus dilakukanpada saat bekerja agar mencapai tujuan organisasidan meningkatkan prestasi kerja setiap pegawai,serta pegawai harus senantiasa mampu untukbekerjasama antar satu sama lain dalammenyelesaikan setiap pekerjaannya.

Manajer/pemimpin organisasi dalammemberikan motivasi, komunikasi yang jelas, dandukungan terhadap para bawahannya, sertaadanya peraturan dan pengawasan langsung yangdilakukan pimpinan organisasi dalammengendalikan perilaku bawahannya termasukpada kualifikasi kuat. Pada kenyataannya seorangpemimpin organisasi harus memiliki kemampuanyang baik dalam melakukan komunikasi untukmemberikan motivasi kerja dan mampu untukmelakukan pengawasan langsung terhadap setiapkinerja setiap bawahanya.

Perasaan bangga yang dimiliki para pegawaiterhadap organisasi secara keseluruhan,kompensasi/imbalan yang diberikan kepadapegawai berdasarkan prestasi kerja, dan doronganterhadap pegawai untuk mengemukakan kritik danmasukan secara terbuka, ser ta pola-polakomunikasi yang ada dalam organisasi termasukdalam kategori kuat. Hasil penelitian tersebutmenunjukkan bahwa perasaan bangga terhadaporganisasi sangat diperlukan sebagai dasar parapegawai untuk semangat melaksanakan tugas,karena hal ini akan menumbuhkan semangat kerjadalam diri setiap pegawainya untuk menyelesaikantugas/pekerjaan dengan baik. Selain itu, kebebasanpegawai untuk mengemukakan kritik dan masukansangat diperlukan untuk menumbuhkan konsidikerja yang demokratis sehingga pegawai mampu

mengembangkan potensi yang mereka miliki. Hasilpenelitian tersebut juga menunjukkan bahwakomunikasi yang ada dalam organisasi sudahterjalin baik.

Berdasarkan penjabaran hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasiDinas Pendidikan Kota Batu berada dalamkualifikasi kuat. Hal ini ditunjukkan dari frekuensisebanyak 58 responden dengan persentaseresponden sebesar 65,90% menggambarkanbahwa budaya organisasi yang ada termasuk padakualifikasi kuat.

Komitmen Pegawai Dinas Pendidikan Kota Batu

Komitmen pegawai Dinas Pendidikan KotaBatu rata-rata berada dalam kualifikasi kuat, yaitumeliputi unsur-unsur dan dimensi budayaorganisasi. Pernyataan ini dapat dibuktikan darihasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 13responden (14,77 %) menggambarkan bahwakomitmen pegawai yang sangat kuat, sebanyak 68responden (77,27 %) menggambarkan bahwakomitmen pegawai yang ada termasuk padakualifikasi kuat, 7 responden (7,96 %)menunjukkan bahwa komitmen pegawai di DinasPendidikan Kota Batu pada kategori lemah,sedangkan 0 responden (0,00%) termasuk padakualifikasi budaya organisasi yang sangat lemah.

Tentang ciri-ciri komitmen pegawai yangberkembang di Dinas Pendidikan Kota Batu yaituupaya untuk menyukseskan organisasi dan mencariinformasi tentang organisasi telah dimiliki olehsebagian besar pegawai sesuai dengan hasilpenelitian yang menunjukkan pada kualifikasi kuat.

Upaya mencari keseimbangan antara sasaranorganisasi dan sasaran pribadi, serta upaya untukmemaksimumkan kontribusi kerja termasuk padakualifikasi lemah. Pada kenyataannya upaya untukmenyeimbangkan antara sasaran organisasi dansasaran pribadi sulit untuk dilakukan oleh sebagianbesar pegawai, mereka beranggapan bahwamereka sudah berupaya untuk senantiasaberupaya untuk menyeimbangkan tujuan merekadengan tujuan organisasi, akan tetapi terkadangtujuan organisasi yang tidak dapat selaras dengantujuan pegawai. Hal tersebut juga berpengaruhterhadap kontribusi kerja pegawai.

Menaruh perhatian pada hubungan kerjaantar unit organisasi, berpikir positif terhadap kritikdari teman kerja, dan memprioritaskan kepentinganorganisasi di atas kepentingan dirinya termasukdalam kualifikasi kuat. Berdasarkan hasil penelitian

346 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 341-349

Page 85: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besarpegawai sudah bekerja secara terkoordinasisebagai suatu tim. Para pegawai juga senantiasabepikir positif terhadap kritik yang disampaikan olehrekan kerja, karena dengan adanya kritik pegawaimampu mengetahui apa kesalahan mereka dan apayang seharusnya mereka lakukan. Selain itu, hasilpenelitian ini juga menunjukkan bahwa pegawaimemiliki loyalitas yang kuat dalam melaksanakantugas yang diberikan kepada mereka.

Melihat organisasi (tempat kerja) sebagai unityang lebih menarik daripada organisasi lain, danmemiliki keyakinan bahwa organisasi akanberkembang, serta berpikir positif pada pimpinanpuncak organisasi termasuk dalam kualifikasi kuat.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwasebagian besar pegawai tetap fokus untukmenyelesaikan setiap tugas yang diberikan darilembaga tempat mereka bekerja. Selain itu, untukmewujudkan keyakinan pegawai bahwa organisasiakan berkembang dapat dilakukan dengan caraselalu melayani masyarakat sesuai dengankebutuhan mereka. Pada kenyataannya parapegawai juga harus senantiasa berpikir positifterdahap sesuatu, karena hal ini dapatmeningkatkan komitmen terhadap apa yangmereka kerjakan.

Tentang dimensi komitmen pegawai yangmeliputi kecenderungan pegawai untuk tetapberada dalam organisasi karena mempercayaisepenuhnya terhadap misi organisasi dan karenakekhawatiran akan kehilangan sesuatu yangdiperolehnya selama berada di organisasi termasukdalam kualifikasi kuat, sedangkan hasil penelitiantentang tanggung jawab moral pegawai untuk tetaptinggal dalam organisasi termasuk pada kategorilemah. Pada kenyataannya setiap pegawai harussenantiasa mampu untuk beradaptasi dengan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi agar tujuandan kenginannya untuk tetap di organisasi dapatterwujud. Komitmen kelanjutan dari hasil penelitiandiperoleh bahwa pegawai mendapatkan gaji,fasilitas, dan lainnya sesuai dengan pekerjaan yangmereka kerjakan sehingga dapat meningkatkankomitmen dalam bekerja.

Berdasarkan penjabaran hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen pegawaiDinas Pendidikan Kota Batu berada dalamkualifikasi kuat. Hal ini ditunjukkan dari frekuensisebanyak 68 responden dengan persentaseresponden sebesar 77,27 % yang menggambarkanbahwa komitmen pegawai yang ada termasukpada kualifikasi kuat. Akan tetapi, ada beberapa

sub-variabel yang menunjukkan bahwa komitmenpegawai berada dalam kualifikasi lemah. Beberapasub-variabel tersebut yaitu mencari keseimbanganatara sasaran organisasi dan sasaran pribadi, upayauntuk memaksimumkan kontribusi kerja, dantanggung jawab moral pegawai untuk tetap tinggaldalam organisasi.

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap KomitmenPegawai Dinas Pendidikan Kota Batu

Berdasarkan hasil pengujian denganmenggunakan korelasi Product Moment Pearsonmenunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikansecara positif dan kuat antara variabel (X) budayaorganisasi (rhitung = 0,750 dengan p = 0,000) denganvariabel (Y) komitmen pegawai Dinas PendidikanKota Batu. Artinya kuatnya budaya organisasi (X)secara nyata akan meningkatkan komitmenpegawai (Y) Dinas Pendidikan Kota Batu.Demikian sebaliknya, apabila budaya organisasi(X) lemah maka menurunkan komitmen pegawai(Y) Dinas Pendidikan Kota Batu. Jadi, dapatdisimpulkan untuk dapat meningkatkan komitmenpegawai Dinas Pendidikan Kota Batu, makadiperlukan upaya untuk menciptakan budayaorganisasi yang baik, sehingga diharapkan dapatmeningkatkan komitmen pegawai secaramaksimal. Selain itu, hal ini didukung oleh hargarhitung (0,750) > rtabel (0,210) maka H0 ditolak danH1 diterima.

Salah satu fungsi budaya organisasi yaitumemudahkan komitmen kolektif, sehingga apabilabudaya organisasi suatu lembaga dapat tertanamkuat dalam setiap diri pegawainya maka haltersebut akan menumbuhkan komitmen pada dirisetiap pegawai terhadap lembaga tempat merekabekerja. Komitmen pegawai merupakan suatusikap kesetiaan pegawai yang timbul dari dalamdiri sendiri terhadap organisasi sebagai tempatpegawai itu bekerja. Selain itu, komitmen pegawaiterhadap organisasi juga menunjukkan bahwapegawai bersedia melaksanakan setiap tugas yangdiberikan oleh organisasi dengan senang hati, danmereka memiliki rasa bangga terhadap organisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Anggraini (2011) yangmenunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsungyang positif dan signifikan budaya organisasiterhadap kepuasan kerja. Selain itu, terdapatpengaruh langsung yang positif dan signifikanbudaya organisasi terhadap komitmen karyawan.Begitu juga hasil penelitian ini selaras dengan

Mustikasari, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Pegawai Dinas Pendidikan 347

Page 86: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

penelitian yang dilakukan oleh Astrini (2011)menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerjamempunyai pengaruh yang signifikan terhadapvariabel komitmen organisasi. Begitu juga variabelmotivasi dan kepuasan kerja mempunyai pengaruhyang signifikan terhadap variabel komitmenorganisasi. Selain itu, hasil penelitian ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan oleh Gaustamam(2011) menunjukkan bahwa budaya organisasisecara langsung berpengaruh signifikan terhadapkomitmen karyawan. Demikian pula denganpenelitian Diansyah (2013) bahwa lingkungan kerjafisik berpengaruh langsung terhadap kepuasankerja, kepuasan kerja berpengaruh terhadapkomitmen, lingkungan kerja fisik dan motivasi kerjaberpengaruh tidak langsung terhadap komitmenmelalui kepuasan kerja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaituvariabel budaya organisasi (X) dan variabelkomitmen pegawai (Y). Berdasarkan hasilpenelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Budayaorganisasi pegawai Dinas Pendidikan Kota Baturata-rata berada pada kategori kuat; (2) Komitmenpegawai Dinas Pendidikan Kota Batu rata-rataberada pada ketegori kuat, akan tetapi sub-variabeltentang upaya untuk mencari keseimbangan atarasasaran organisasi dan sasaran pribadi, upayauntuk memaksimumkan kontribusi kerja, dan

tanggung jawab moral pegawai untuk tetap tinggaldalam organisasi; dan (3) Ada pengaruh yangsignifikan secara positif antara budaya organisasiterhadap komitmen pegawai Dinas PendidikanKota Batu.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penelitimemberikan saran kepada Kepala DinasPendidikan Kota Batu agar mempertahankanbudaya organisasi yang ada denganmempertahankan unsur dan dimensi budayaorganisasi untuk menciptakan budaya organisasiyang lebih kondusif sehingga karyawan memilikikomitmen yang tinggi terhadap organisasi, sertamampu mampu menjalin hubungan yang baikdengan setiap pegawai.

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampuuntuk meningkatkan kontribusi kerja setiappegawai, tanggung jawab moral pegawai untuktetap tinggal dalam organisasi tanpa khawatir akankehilangan sesuatu yang telah diperoleh selamaberada dalam organisasi.

Ketua Jurusan Administrasi Pendidikanhendaknya dapat menjadikan hasil penelitian inisebagai bahan untuk memperkaya kajian tentangpengaruh budaya organisasi terhadap komitmenpegawai. Serta bagi peneliti lain apabila inginmelakukan penelitian yang sejenis sebaiknyamengembangkan lagi dengan subjek yang berbedaserta mengembangkan variabel, sub-variabel, danindikatornya.

DAFTAR RUJUKAN

Anggraini, E. 2011. Budaya Organisasi terhadapKomitmen Organisasi Melalui KepuasanKerja (Studi pada Karyawan LotusGarden Hotel & Restaurant Kediri).Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FakultasEkonomi Universitas Negeri Malang.

Astrini, P. K. 2011. Pengaruh Lingkungan Kerjadan Motivasi Kerja terhadap KomitmenOrganisasi Melalui Kepuasan Kerja(Studi pada PT. Pos Indonesia (Persero)Kota Malang). Skripsi tidak diterbitkan.Malang: Fakultas Ekonomi UniversitasNegeri Malang.

Diansyah, R. 2013. Pengaruh Lingkungan KerjaFisik dan Motivasi Kerja terhadapKomitmen Organisasi melalui Kepuasan

Kerja (Studi pada Karyawan PT.Anugerah Abadi Cahaya SejatiSurabaya) . Skripsi tidak diterbitkan.Malang: Fakultas Ekonomi UniversitasNegeri Malang.

Gaustamam, H. 2011. Pengaruh BudayaOrganisasi terhadap KomitmenOrganisasi Melalui Kepuasan Kerja(Studi pada Karyawan Terminal BBMMalang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Fakultas Ekonomi Universitas NegeriMalang.

Krisna, N.L. 2007. Komitmen Pegawai, (online),(sdm-teor i . b logs pot . com/2 007/ 05/komitmen-pegawai_27.html?m=1), diakses02 Desember 2013.

348 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 341-349

Page 87: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Mantja, W. 2008. Etnografi Desain PenelitianKualitatif Pendidikan dan ManajemenPendidikan. Malang: Elang Mas.

Sagala, S. 2008. Budaya dan ReinventingOrganisasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Sunarsih, N. 2006. Hubungan Iklim Organisasi danMotivasi Kerja dengan Kinerja Pegawai.

Jurnal Manajemen Pendidikan, 19 (2):161.

Wahab, A. A. 2008. Anatomi Organisasi danKepemimpinan Pendidikan (Telaahterhadap Organisasi dan PengelolaanOrganisasi Pendidikan). Bandung:Alfabeta.

Mustikasari, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Pegawai Dinas Pendidikan 349

Page 88: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

KEEFEKTIFAN PERAN GURU SEBAGAI PENDIDIK DANBENDAHARA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

Purwanti Wahyuningtyas

Email: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The research to know the level effectiveness role of teacher in carrying out in major role aseducator and additional role as BOS treasurer. Analysis techniques using quantitative descriptiveanalysis. The result of research is teachers as educators and BOS treasurer not effevtive becausewhen performing both the task not going to well.

Abstrak: Penelitian ini untuk mengetahui tingkat keefektivan peran guru dalam melaksanakan peranutama sebagai pendidik dan peran tambahan sebagai bendahara BOS. Teknik analisis datamenggunakan teknik analisis kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah guru sebagai pendidikdan bendahara BOS tidak efektif dikarenakan saat melakukan kedua tugas tersebut tidak berjalandengan baik.

Kata Kunci : keefektifan, peran guru, pendidik, bendahara BOS

Sekolah merupakan instansi pendidikan yangmempunyai keterkaitan antar komponen yang adadi sekolah. Salah satu komponen penting yangmenunjang berlangsungnya proses pembelajarandi sekolah adalah guru. Menurut Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen Pasal 1 Ayat 1, “guru adalahpendidik profesional yang mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan anakusia dini pada jalur formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah”. Peran yang tidak kalahpenting dan dibutuhkan dalam memperlancarproses pembelajaran di sekolah adalah TenagaAdministrasi Sekolah (TAS), meskipunkeberadaan TAS tidak secara langsungberhubungan dengan proses pembelajaran, namunTAS sangat membantu guru dan kepala sekolahdalam melaksanakan tata administrasi yangdilakukan oleh sekolah. Namun masih banyaksekolah yang belum mempunyai TAS yang secarakhusus menangani proses administrasi di SekolahDasar (SD), terutama dalam pengeloalaan danaBantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana BOSdiberikan oleh pemerintah sejak bulan Juli tahun2005, merupakan program percepatan danpenuntasan Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu.

Dengan tidak adanya TAS secara khususuntuk proses administrasi sekolah, maka guru saat

ini tidak hanya berperan sebagai pendidik tetapijuga mempunyai tugas tambahan sebagai TAS.Tugas TAS yang paling terlihat adalah guru sebagaibendahara BOS. Tugas bendahara BOS tidakhanya mengambil dana BOS dari rekening sekolahmelainkan membuat laporan pertanggungjawabantentang penggunaan dana tersebut. Oleh karenaitu sekolah membutuhkan petugas khusus untukmengelola dana BOS, sehingga guru diberi tugastambahan untuk mengelola dana tersebut. Selainsebagai bendahara BOS guru di SD jugamempunyai tugas administratif lainnya, sepertimemasukkan data siswa ke dalam buku induksekolah, membuat RPP, merekap absensi siswa,melakukan proses penerimaan siswa baru, danmendata jumlah siswa.

Dalam mengelola dana tersebut terkadangguru yang mengerjakannya kurang memahamiformat dari pelaporan BOS, dikarenakan guru yangditunjuk untuk mengelola dana BOS merupakanguru yang kurang memahami tentang pembukuankeuangan, sehingga dalam membuat laporan gurumengalami kendala-kendala. Tidak hanyamembuat laporan tentang penggunaan dana BOS,guru juga masih mempunyai tugas yang lain sebagaipendidik, sehingga terkadang saat laporan BOSdiminta guru belum dapat menyelesaikannya.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkanpeneliti terdorong untuk melakukan penelitian

350

Page 89: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

dengan judul ‘Keefektivan Peran Guru sebagaiPendidik dan Bendahara BOS di SDN KecamatanBangil Kabupaten Pasuruan’.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif, yaitu menggunakan jenis penelitiandeskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah peranguru dengan sub variabel peran guru sebagaipendidik dan peran guru sebagai bendahara BOS.Populasi dan sampel pada penelitian ini adalahbendahara BOS di SDN Kecamatan BangilKabupaten Pasuruan. Metode pengambilan sampelmenggunakan adalan Sampling Jenuh. Dikarenakanjumlah responden dalam penelitian ini kurang dari30, maka semua populasi dijadikan sampel.

Metode pengumpulan data menggunakankuisioner yang diolah dengan teknik analisisdeskriptif dengan bantuan SPSS 17.0 forwindows. Berdasarkan hasil tersebut dapatdiketahui tingkat keefektivan peran guru sebagaipendidik dan bendahara BOS. Analisis datamenggunakan analisis deskriptif.

HASIL

Penyajian tabel hasil analisis deskriptif inidimaksudkan untuk memberi gambaran distribusimasing-masing variabel yang telah diidentivikasidalam penelitian. Hasil analisis deskriptif padapenelitian ini terdapat pada Tabel 2 berikut.

Berdasarkan data dari Tabel 2 dapatdiketahui untuk peran guru sebagai pendidik

mempunyai rata-rata 59, berada pada interval 59-76 temasuk dalam kategori sering artinyaresponden sering melaksanakan tugasnya sebagaipendidik meskipun terkadang ada tugas yangtidak dapat dilaksanakan namun hal tersebut tidakmempengaruhi proses pembelajaran di kelas.Untuk peran guru sebagai bendahara BOSmempunyai rata-rata 54,07, berada pada interval49-63 termasuk dalam kategori sering artinyasecara umum resonden sering melaksakantugasnya sebagai bendahara BOS. Untukkeefektivan peran guru sebagai pendidik danbendahara BOS mempunyai rata-rata 113,3,berada pada interval 106-137 artinya secaraumum responden sering melaksanakan tugasnyasebagai pendidik dan bendahara BOS.

Peran Guru sebagai Pendidik

Peran guru sebagai pendidik diukur melaluiinstrumen penelitian yang dituangkan dalam 23butir soal. Pengukuran dilakukan berdasarkanempat interval kelas yaitu tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu. Selain itu jugapengukuran dilakukan dengan menggunakan rubrikpenilaian, rubrik dibagi dalam lima kategori yaitusangat efektif, efektif, cukup efektif, tidak efektif, dan sangat tidak efektif. Nilai rubrik untuk kategorisangat efektif sebesar 81-100, efektif sebesar 61-80, cukup efektif sebesar 41-60, tidak efektifsebesar 21-40, dan sangat tidak efektif sebesar 1-20. Analisis deskriptif untuk peran guru sebagaipendidik dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 2 Hasil Analisis Deskriptif

Kategori Min Max Mean Interval Kualifikasi Frekuensi PersentaseGuru sebagai 23 92 59 23-40 Tidak Pernah 1 3,7

Pendidik 41-58 Kadang-kadang 9 33,359-76 Sering 17 63,077-94 Selalu 0 0

Guru sebagai 19 76 54,07 19-33 Tidak Pernah 0 0Bendahara BOS 34-48 Kadang-kadang 2 7,4

49-63 Sering 25 92,664-78 Selalu 0 0

Keefektivan 42 168 113,3 42-73 Tidak Pernah 0 0Peran Guru 74-105 Kadang-kadang 4 14,8

106-137 Sering 23 85,2138-169 Selalu 0 0

Wahyuningtyas, Keefektifan Peran Guru sebagai Pendidik dan Bendahara Bantuan Operasional Sekolah 351

Page 90: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Gambar 1. Diagram Frekuensi dan PersentasePeran Guru sebagai Pendidik

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui dari27 responden yang merupakan guru danmempunyai tugas tambahan sebagai bendaharaBOS1 responden menjawab tidak pernah, 9responden menjawab kadang-kadang, 17responden menjawab sering, dan 0 respondenmenjawab selalu. Jawaban terbanyak adalah seringdengan persentase sebesar 63,0% dan jawabanterendah adalah selalu dengan persentase sebesar0%. Untuk nilai rubrik pada peran guru sebagaipendidik sebesar 61 termasuk dalam kategoriefektif artinya guru dapat melaksanakankeseluruhan tugasnya sebagai pendidik denganbaik, meskipun ada yang terabaikan namun dapatdiatasi sehingga tugasnya terselesaikan serta tidakmengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas.

Peran Guru sebagai Bendahara BOS

Peran guru sebagai bendahara BOS diukurmelalui instrumen penelitian yang dituangkan dalam19 butir soal. Pengukuran dilakukanberdasarkanempat interval kelas yaitu tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu. Selain itu jugapengukuran dilakukan dengan menggunakan rubrikpenilaian, rubrik dibagi dalam lima kategori yaitusangat efektif, efektif, cukup efektif, tidak efektif,dan sangat tidak efektif. Nilai rubrik untuk kategorisangat efektif sebesar 81-100, efektif sebesar 61-80, cukup efektif sebesar 41-60, tidak efektifsebesar 21-40, dan sangat tidak efektif sebesar 1-20. Analisis deskriptif untuk peran guru sebagaipendidik dapat dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui dari27 responden yang merupakan guru danmempunyai tugas tambahan sebagai bendaharaBOS 0 responden menjawab tidak pernah danselalu, 2 responden menjawab kadang-kadang,serta 25 responden menjawab sering. Jawabanterbanyak adalah sering dengan persentase 92,6%serta jawaban terendah adalah tidak pernah danselalu dengan persentase 0%. Untuk nilai rubrik

peran guru sebagai bendahara BOS sebesar 83termasuk dalam kategori sangat efektif artinya gurudalam melaksanakan tugas sebagai bendaharaBOS berjalan dengan baik, serta dapatmelaksanakan dan menyelesaikan tugasnyadengan benar, teliti, dan tepat waktu.

Keefektivan Peran Guru sebagai Pendidik danBendahara BOS

Keefektivan peran guru sebagai pendidikbendahara BOS diukur melalui instrumen penelitianyang dituangkan dalam 42 butir soal. Pengukurandilakukanberdasarkan empat interval kelas yaitutidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu.Selain itu juga pengukuran dilakukan denganmenggunakan rubrik penilaian, rubrik dibagi dalamlima kategori yaitu sangat efektif, efektif, cukupefektif, tidak efektif, dan sangat tidak efektif. Nilairubrik untuk kategori sangat efektif sebesar 81-100, efektif sebesar 61-80, cukup efektif sebesar41-60, tidak efektif sebesar 21-40, dan sangat tidakefektif sebesar 1-20. Analisis deskriptif untukkeefektivan peran guru dapat dilihat pada Gambar3.

Gambar 3. Diagram Frekuensi dan PersentaseKeefektivan Peran Guru sebagaiPendidik dan Bendahara BOS

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui dari27 responden yang merupakan guru dan

352 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 350-356

Gambar 2. Diagram Frekuensi dan PersentasePeran Guru sebagai Bendahara BOS

Page 91: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

mempunyai tugas tambahan sebagai bendaharaBOS 0 responden menjawab tidak pernah danselalu, 4 responden menjawab kadang-kadang,serta 23 responden menjawab sering. Jawabanterbanyak adalah sering dengan persentase 85,2%serta jawaban terendah adalah tidak pernah danselalu dengan persentase 0%. Untuk nilai rubrikkefektivan peran guru sebagai pendidik danbendahara BOS sebesar 37 termasuk dalamkategori tidak efektif artinya guru dalammelaksanakan tugas sebagai pendidik danbendahara BOS tidak berjalan dengan baik danmenemukan kendala dalam menyelesaikan tugastersebut, serta mengganggu tugas yang telahdiberikan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahuibahwa responden guru dalam melaksanakantugasnya sebagai pendidik dalam kategori baik. Halini terlihat dari hasil penelitian dari 27 responden,sebanyak 17 (63%) responden menjawab seringartinya guru melaksanakan tugasnya secara baikmeskipun tidak rutin, sebanyak 9 (33,3%)responden menjawab kadang-kadang artinya gurujarang melaksanakan tugasnya dengan baik, dan1 (3,7%) responden menjawab tidak pernah artinyaguru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

Nilai rubrik untuk peran guru sebagai pendidiksebesar 61, hal ini menunjukkan bahwa guru dalammelaksanakn tugasnya sebagai pendidik termasukdalam kategori efektif. Mean dari peran gurusebagai pendidik sebesar 59 berada pada interval59-76, berarti secara umum responden seringmelaksanakan tugasnya sebagai pendidik.Gurumelaksanakan tugasnya sebagai pendidikdenganbaik meskipun menemui kendala dalammelaksanakan tugas tersebut, namun guru dapatmenagatasinya serta tidak mengganggu jalannyaproses pembelajaran di kelas.

Peran guru sebagai pendidik adalah guru tidakhanya memberikan pengajaran kepada para siswa,tetapi guru harus mampu memberikan pemahamankepada siswa terhadap materi yang sedangdipelajari, selain itu guru juga harus mampumenguasai keadaaan di kelas agar pada saatproses pembelajaran berlangsung siswa tidak ramaidan mengganggu jalannya proses pembelajaran.Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentangSisdiknas Bab XI Pasal 39 Ayat 2, “pendidikmerupakan tenaga profesional yang bertugasmerencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, sertamelakukan penelitian dan pengabdian kepadamasyarakat, terutama pendidik pada perguruantinggi”. Menurut Moon (dalam Uno, 2010: 22-25)adalah “Guru sebagai perancang pembelajaran,pengelola pembelajaran, pengarah pembelajaran,evaluator, konselor, dan pelaksana kurikulum”.Selain tugas tersebut guru juga mempunyai tugassebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,penasihat, pembaharu, model, peneliti, danevaluator (Mulyasa, 2011:35-61).

Tugas utama guru adalah sebagai pendidik,jadi memang sudah seharusnya guru dalammelaksankan tugas utamanya berjalan denganbaik. Meskipun menemui kendala dalammelaksanakan tugasnya namun guru dapatmengatasinya dan tidak mengganggu jalannyaproses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahuibahwa guru dalam melaksanakan tugasnya sebagaibendahara BOS terlaksana dengan baik. Hal itudapat terlihat dari 27 responden 25 (92,6%)responden menjawab sering dan 2 (7,4%)responden menjawab kadang-kadang. Nilai rubriksebesar 83 termasuk pada kategori sangat efektif.Sementara itu untuk nilai mean 54,07 berada padainterval kelas 49-63 berarti secara umum respondensering melakukan tugasnya sebagai bendaharaBOS.

Pengelola keuangan di sekolah dikenalsebagai bendahara. Dalam lingkup sekolah dasarterdapat tugas tambahan yang diberikan kepadaguru yaitu sebagai bendahara Bantuan OperasionalSekolah (BOS). BOS adalah program pemerintahuntuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonaliabagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaanprogram wajib belajar (Rugaiyah dan Sismiati,2011:68). Pada dasarnya tugas penatausahaankeuangan sekolah berada di tangan kepala sekolah/madrasah sebagai penanggungjawab utama, dalampelaksanaannya kepala sekolah dibantu olehbendahara dan juru buku (jika ada) (KementerianPendidikan Nasional dan Kementerian Agama RI,2011: 167). Dalam pelaksanaannya bendaharaBOS mempunyai tugas dan tanggungjawab yangtelah dijelaskan oleh Kementerian PendidikanNasional dan Kementerian Agama RI pada materipelatihan BOS (2011:170) yaitu (a) membantukepala sekolah/madrasah menyusun RAPBS; (b)menyiapkan daftar penggunaan uang sehari-hari;(c) menyetujui bukti traksaksi dan kodenya; (d)memeriksa dan menyetujui pembukuan; (e)memerikasa dan menyetujui laporan internal

Wahyuningtyas, Keefektifan Peran Guru sebagai Pendidik dan Bendahara Bantuan Operasional Sekolah 353

Page 92: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

pengeluaran dana BOS dan laporan eksternalpenerimaan dan pengeluaran dana BOS, sertamenyusun SPJ; (f) melakukan pengecekanrekonsiliasi antara berbagai format pembukuan danpenutupan buku/format tersebut pada waktunya,sebelum diperiksa kepala sekolah/madrasah; (e)menghitunh, memungut, dan menyetor PPh (Pasal21 dan 23) dan PPN.

Menurut jabaran tugas di atas dapatdijelaskan, bahwa tugas guru yang menjadibendahara BOS tidaklah mudah karena guru harusmenguasai pembukuan dengan baik, jika guru tidakmemahami pembukuan dengan baik tentu sajadalam membuat laporan keuangan yang berasaldari dana BOS guru akan merasa kesulitan. Dalammelakukan administrasi dana BOS, terdapat alurpenerimaan, pengeluaran dan pelaporanpenggunaan dana BOS.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tugasutama guru sebagai pendidik, namun dalammelaksanakan tugas tambahan yang diberikanguru melakukannya dengan sangat baik. Meskipunguru pada awalnya tidak memahami bagaimanacara menyusun laporan keuangan dengan baik,namun dengan kesungguhannya dalammelaksanakan tugas yang diberikan dan agar tidakmenghambat proses pembelajaran yangberlangsung guru dapat melaksanakan tugastambahan yang diberikan dengan baik.

Berdasarkan keterangan yang telah diuraikandapat diketahui bahwa tugas tambahan sebagaibendahara BOS bukanlah hal yang mudah karenaguru harus menguasai pelaksanaan administrasidana BOS yang cukup rumit dan menyita waktu,namun hal tersebut dapat dilaksanakan oleh guruyang mendapat tugas tambahan sebagai bendaharaBOS. Serta dalam melaksakan tugas tersebut gurujuga melaksanakannya dengan sungguh-sungguhsehingga administrasi keuangan yang bersumberdari dana BOS dapat berjalan dengan baik.

Berasarkan hasil penelitian dapat diketahuibahwa keefektivan peran guru sebagai pendidikdan bendahara BOS sebanyak 27 responden yangmerupakan guru sebagai pendidik dan bendaharaBOS, sebanyak 23 (85,2%) responden menjawabsering dan 4 (14,8%) responden menjawabkadang-kadang. Nilai rubrik sebesar 37 termasukpada kategori tidak efektif. Nilai mean 113,3 beradapada interval kelas 106-137 berarti secara umumresponden sering melakukan tugasnya sebagaipendidik dan bendahara BOS.

Menurut The Liang Gie (dalam Citra, 2011)“efektivitas adalah keadaan atau kemempuan

suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untukmemberikan guna yang diharapkan” . Efektivitaskerja menurut Siagian (dalam Pratama, 2012)“efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepatpada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakahpelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak sangattergantung pada cara melaksanakannnya danberapa biaya yang dikeluarkan untuk itu”. Tugasyang berjalan efektif adalah tugas yang terlaksanadengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telahdikehendaki.

Seiring dengan berjalan waktu, tugas guruyang dulu sebagai pendidik kini bertambah sebagaipengelola keuangan sekolah dalam hal ini yangterlihat jelas adalah mengelola keuangan yangbersumber dari dana BOS. Saat ini bagi sebagianbesar sekolah dan madarasah dana BOSmerupakan pemasukan terbesar yang diterima.Untuk memaksimalkan pemanfaatan dana BOSdan dana sekolah yang lain perlu peningkatanketerampilan untuk menyusun keuangan sekolah.Hal ini yang mendorong adanya tugas tambahanyang diberikan kepada guru untuk menjadibendahara dalam mengelola keuangan sekolah,terutama yang bersumber dari dana BOS.

Menurut hasil tersebut dapat diketahui bahwaguru yang melaksanakan tugas ganda (pendidikdan bendahara BOS) tidak dapat berjalan denganbaik, tugas yang diberikan menjadikan guruterbebani dan mengganggu kinerja guru dalammelaksanakan keduanya. Hal ini dikarenakantugas utama guru sebagai pendidik sudah cukupmenyita waktu, tenaga, dan pikiran guru. Ditambahlagi dengan tugas sebagai bendahara BOS yangmenyangkut dengan keuangan, guru terkadangtidak memahami format-format laporan keuanganyang telah ditentukan.

Pembahasan hasil penelitian sebelumnya jugamenunjukkan bahwa saat melaksanakan tugasnyasebagai pendidik mempunyai nilai pada rubriksebesar 61 yang termasuk dalam kategori baik.Sedangkan untuk tugas sebagai bendahara BOSmempunyai nilai rubrik sebesar 83 yang termasukdalam kategori sangat baik. Dari hasil tersebutdapat diketahui bahwa dalam melaksanakantugasnya sebagai pendidik dan bendahara, gurumelaksanakan tugas tambahannya sebagaibendahara BOS lebih baik daripada melaksanakantugas utamanya sebagai pendidik. Karena gurumerasa lebih banyak beban dan tekanan saatmelaksanakan tugasnya sebagai bendahara BOS,sehingga guru harus mampu berusaha untukmelakukan tugas tersebut dengan teliti agar tidak

354 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 350-356

Page 93: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

terjadi kesalahan dalam setiap penggunaan danayang bersumber dari dana BOS tersebut sertadalam melakukan tugas ini guru tidak dapatdigantikan atau dibantu oleh guru lain yang tidakditunjuk langsung oleh kepala sekolah untukmembantu menyelesaikan laporan keuangantersebut.

Selain itu juga dalam melaksakan tugastambahan sebagai bendahara BOS guru dituntutuntuk melakukan pelaporan secara tepat waktu,hal ini pula yang menyebabkan tugas utama gurusebagai pendidik menjadi terabaikan. Pada satuminggu di akhir bulan guru yang mempunyai tugastambahan sebagai bendahara BOS akan sangatsibuk, karena guru harus mengerjakan laporanpertanggungjawaban untuk penggunaan danaBOS. Guru yang mempunyai tugas tambahansebagai bendahara BOS terkadang memangmengesampingkan tugas utamanya sebagaipendidik, saat monitoring dilakukan guru harusmeninggalkan tugasnya sebagai pendidik. Darihasil wawancara dengan Bapak Wahyudi yangmerupakan bendahara BOS monitoring terjadi duakali tiap 3 bulan monitoring dilakukan oleh DinasPendidikan dan 6 bulan sekali dilakukan oleh pihakInspektorat. Saat melaksanakan tugas sebagaibendahara BOS banyak menyita waktu guru dalammelaksanakan tugasnya sebagai pendidik, sertawaktu istirahat karena saat mengerjakan laporankeuangan guru harus membawa tugas tersebutpulang ke rumah agar dapat selesai dengan tepatwaktu, tambahan gaji yang diberikan kepada gurusebesar antara Rp100.000,00- Rp 200.000,00tergantung kemampuan sekolah. Meskipun saatini setiap sekolah mempunyai operator untukmelakukan pelaporan dana BOS secara online,namun disebagian besar sekolah peran operatorhanya sebatas membantu bendahara BOS dalammelakukan pelaporan tidak dalam pengerjaanlaporan hanya beberapa sekolah peran operatordapat membantu sebagian besar tugas guru sebagaibendahara BOS.

Banyak pengorbanan yang dilakukan oleh gurusaat melaksanakan tugasnya sebagai bendaharaBOS dari pada sebagai pendidik. Terkadang guruharus meninggalkan kegiatan pembelajaran di kelasuntuk menyerahkan laporan atau melakukanpencairan dana BOS ke bank yang telahditentukan, selain itu saat ada pengawasanterhadap dana BOS guru juga harus meninggalkankelas dan mengikuti kegiatan tersebut. Seharusnya

guru yang mempunyai tugas utama sebagaipendidik tidak diberikan tugas tambahan yangmembebani dan menyita banyak waktu guru untukkegiatan pembelajaran serta untuk diri guru itusendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa: (1)guru sebagai pendidik mempunyai tugas sebagaiperancang pembelajaran, pengelola pembelajaran,pengarah pembelajaran, pelaksana kurikulum,model atau teladan, evaluator, dan konselor telahmelaksankan tugasnya dengan efektif; (2) gurusebagai bendahara BOS mempunyai tugas yaitumembantu kepala sekolah/madrasah menyusunRAPBS, menyiapkan daftar penggunaan uangsehari-hari, menyetujui bukti-bukti transaksi,memeriksa dan menyetujui pembukuan, memeriksadan menyetujui laporan serta menyusun SPJ,melakukan pengecekan rekonsiliasi, menghitung,memungut, dan menyetor Pphdan PPN telahmelaksanakan tugasnya dengan sangat efektif; (3)guru sebagai pendidik dan bendahara BOS tidakefektif dikarenakan saat melakukan kedua tugastersebut berjalan dengan tidak baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, makadisarankan kepada: (1) Dinas PendidikanKabupaten Pasuruan dari hasil penelitian agardapat dijadikan bahan pertimbangan untukpengadaan tenaga administrasi dalam bidangkeuangan, khusunya di tingkat sekolah dasar,sehingga guru dapat melaksanakan tugasnyadengan baik serta tidak merasa tertekan denganbeban pekerjaan tambahan yang diberikan; dan (2)Kepala Sekolah agar dapat mengetahui bahwatugas tambahan sebagai bendahara BOS bukanlahhal yang mudah untuk dilaksanakan oleh guru,sehingga kepala sekolah dapat membantu gurumenyelesaikan tugasnya sebagai bendahara BOSmisalnya dengan memberi tugas kepada guru lainuntuk membantu atau lebih memaksimalkan peranoperator sekolah yang tidak hanya membantubendahara dalam pelaporan online tetapi jugadalam pengerjaan laporan.

Wahyuningtyas, Keefektifan Peran Guru sebagai Pendidik dan Bendahara Bantuan Operasional Sekolah 355

Page 94: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

DAFTAR RUJUKAN

Citra. 2011. Konsep Efektivitas Organisasi,(Online), (http://citrahutabarat.blogspot.com/ 2 0 11 / 1 0 / kons ep -e fekt iv i t a s -organisasi.html), diakses tanggal 8 April2014.

Kementerian Pendidikan Nasional dan KementrianAgama RI. 2011. Materi PelatihanSekolah/Madrasah: PeningkatanManajemen Melalui Penguatan TataKelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah, Bantuan OperasionalSekolah. Jakarta: Kementrian PendidikanNasional

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional(Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan) . Bandung: PT.Rosdakarya Offset.

Pratama, D.T. 2012. Pengertian EfektivitasKerja Pegawai, (Online), (http://danu-suryani.blogspot.com/2012/01/pengertian-efektivitas-kerja-pegawai.html) diaksestanggal 8 April 2014

Rugaiyah dan Sismiati, A. 2011. ProfesiKependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. (Online), (www.dikti.go.id)diakses tanggal 15 September 2012.

Uno, H. B. 2010. Profesi Kependidikan(Problema, Solusi, dan ReformasiPendidikan di Indonesia). Jakarta: BumiAksara.

356 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 4, SEPTEMBER 2014: 350-356

Page 95: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 4

Petunjuk bagi (Calon) Penulis

1. Artikel yang ditulis untuk JMP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang menejeman pendidikan. Naskahdiketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 minimal 20halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta Compact Disk (CD). Berkas (file) dibuatdengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: [email protected].

2. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail dan nomortelepon/hand phone untuk memudahkan komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecualibagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besardi tengah-tengah, denganhuruf sebesar 24 poin.Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenishuruf yang berbeda (semua judul bagian dan subbagian dicetak tebal atau tebal danmiring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempatatas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latarbelakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-bagian); penutupatau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirajuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempat atas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

6. Sumber Rujukans edapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakansumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalamjurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipanlangsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67)

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Contoh Daftar Rujukan

Hitccock, s., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Jurnals, 1990-1995: The Calm before the Storm,(Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses12 Juni 1996)

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,h\.3.Kansil, C.L. 2002. Orientasi BaruP enyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan

Dunia lndustri. Transpor, XX (4): 57-61.Robbins, S. P. & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1).Malang: UM

Press.Sumarsono, R.B. & Kusumaningrum, D.E. 2005. Pengaruh Persepsi, Sikap terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa

Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang Lemlit UniversitasNegeri Malang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: TamitaUtama.

Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan Artikeldan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11Agustus.

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Universitas Negeri Malang, 2010) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidangkepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepadapenulis sebelum penerbitan.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikelyang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskahatau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yangmungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.

13. Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.