Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

96

Transcript of Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Page 1: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5
Page 2: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

MPMANAJEMEN PENDIDIKAN

ISSN 0852-1921Volume 23 Nomor 5 Maret 2012

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting

Wakil Ketua Penyunting

Penyunting Pelaksana

Mitra Bestari

Pelaksana Tata Usaha

Mustiningsih

Desi Eri Kusumaningrum

SunarniAsep Sunandar

R. Bambang SumarsonoTeguh TriwiyantoWildan Zulkarnain

Dwi Deswari (UNJ)Rusdinal (UNP)Ali Imron (UM)

Aan Komariyah (UPI)

Ahmad Nurabadi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. : [email protected] 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapatdikirimkan melalui rekening tabungan ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

E-mail

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh JurusanAdministrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"), Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

Page 3: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

MANAJEMEN PENDIDIKANVOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012

DAFTAR ISI

Program Peningkatan Mutu Guru Berbasis Kebutuhan, 395-402Dwi Esti Andriani

Keterhubungan Struktur dan Budaya Organisasi, 403-410Asep Sunandar

Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Layanan Laboratorium, 411-417Raden Bambang Sumarsono

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif di SMAN Se-Kabupaten Lmajang, 418-423Firzha Tri Aningtyas Putri

Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Kualitas Sekolah, 424-433Irma Septiani

Bambang Budi Wiyono

Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full Day School Terhadap Motivasi Belajar, 434-438Tiara Rosalina

Manajemen Pengembangan Kerjasama Antara Sekolah dan Dunia Usaha dalamUpaya Peningkatan Mutu Pendidikan, 439-444

Nikko Edistya PurnantoAli Imron

Strategi Peningkatan Mutu Manajemen melalui Pengembangan Program Sekolah, 445-453Ida Ayu Yoni Septi

Peran Warga Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup, 454-459Kurnia Cia Lusty

Maisyaroh

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolahdengan Prestasi Belajar, 460-466

Nur Widia WardaniNurul Ulfatin

Analisi Satuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Universitas Negeri Malang, 467-478Ahmad Rahman Budiman

Bambang Setyadin

Manajemen Layanan Khusus Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Pasuruan, 479-486Nora Lorentia Febirauqa

Page 4: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

PROGRAM PENINGKATAN MUTU GURUBERBASIS KEBUTUHAN

Dwi Esti Andriani

E-mail: [email protected] Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No. 1 Sleman Yogyakarta

Abstract: Quality Teacher Improvement Programs Based on Need Assessment. Effective qualityteacher improvement programs should be based on need assessment.This study aims to describeteacher quality improvement programs based on teachers’ needs. The research findings showedthere are two programs needed to improve the quality of Junior High School teachers in Banyumas.Teachers need a program to improve their academic qualification. Based on teachers’ need, theprogram should consider following aspects. Firstly, the program should offer undergraduate program(S1) and graduate program (S2) in education field and relevant with the subjects that teachers teach.Secondly, the program should take place near or within location in which teachers live. Thirdly, theprogram needs to provide supports for teachers such as funding for studying – tuition fee andoperational costs – , and study permit or dispensation for teachers to be free of or to reduce theirteaching hours. The other program is programs to improve teachers’ competencies. The programsalsoshould be conducted in a locationwhere teachers live in or near by. Besides that, teachers need somesupports such as money and also permit to join the programs.

Abstrak: Program peningkatan mutu guru yang efektif harus didasarkan pada need assessment.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan program peningkatan kualitas guru berdasarkan kebutuhanguru. Temuan penelitian menunjukkan ada dua program yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitasguru-guru SMP di Banyumas. Guru membutuhkan sebuah program untuk meningkatkan kualifikasiakademik mereka. Berdasarkan pada kebutuhan guru, program ini harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut. Pertama, program harus menawarkan program sarjana (S1) dan program pascasarjana(S2) di bidang pendidikan dan relevan dengan mata pelajaran yang guru mengajar. Kedua, programharus mengambil tempat di dekat atau di dalam lokasi di mana guru tinggal. Ketiga, program harusmemberikan dukungan bagi guru seperti pendanaan untuk mempelajari - biaya kuliah dan biayaoperasional, dan izin belajar atau dispensasi bagi guru untuk bebas dari atau untuk mengurangi jammengajar mereka. Program lainnya adalah program untuk meningkatkan kompetensi guru. Programyang harus dilakukan di lokasi di mana guru tinggal di atau dekat. Selain itu, guru perlu beberapamendukung seperti uang dan juga mengizinkan untuk bergabung dengan program.

Kata kunci: guru, kualitas guru, peningkatan guru

Pendidikan merupakan kunci kemajuan dankeunggulan bangsa. Melalui pendidikan akandihasilkan manusia-manusia cakap yangdibutuhkan dalam proses pembangunan. HasilstudiHeyneman dan Loxley dalam (Supriadi,1999)di 29 negara menemukan bahwa di antaraberbagai masukan (inputs) yang menentukan mutupendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajarsiswa), ditentukan oleh guru. Peranan gurusangatlah penting dalam keterbatasan sarana danprasarana di negara berkembang. Terbukti pada16negara berkembang guru memberikan kontribusiterhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkanmanajemen 22%, waktu belajar 18%, sarana fisik

26%. Sedangkan 13 negara industri kontribusi guruadalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22%dan sarana fisik 19%

Pemerintah mengembangkan dan menetap-kan standar mutu guru melalui UU Nomor 14 tahun2005 tentang Guru dan Dosen. Berlandaskan UUtersebut, seorang guru profesional harus memiliki:kualifikasi akademik yang memadai, menguasaistandar kompetensi guru, lolos sertifikasi, sehatjasmani dan rohani, serta kemampuan untukmewujudkan pencapaian tujuan pendidikan.Standar kualifikasi akademik dan kompetensi gurudijabarkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun2007. Seorang guru yang memenuhi standar mutu

395

Page 5: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

guru diharapkan mampu mewujudkanpembelajaran yang efektif dan juga menjadipembelajar sepanjang karir dalam rangkamewujudkan mutu pendidikan.

Guna memenuhi standar mutu guru tersebut,pemerintah perlu mengembangkan programpeningkatan mutu guru. Terlebih, berdasarkan hasilpenelitian, Joni (2006) mengungkapkan bahwajumlah guru serta kelayakan mengajar gurusekolah menengah dilihat dari tingkat pendidikandan juga bidang spesialisasinya ataukompetensinyamasih belum memenuhi standarmutu guru. Kondisi ini diperburuk denganterjadinyasalah kamar dalam penugasan guru. Programpeningkatan mutu guru seperti pendidikan,pengembangan dan pelatihan guru membutuhkanbiaya besar sehingga perlu diupayakankeefektifannya dengan melakukan analisiskebutuhan. Analisis kebutuhan memberikaninformasi tentang pengetahuan dan keterampilanguru yang perlu ditingkatkan. Analisis kebutuhanakan menghindarkan terjadinya programpeningkatan mutu guru yang tidak tepat, baik dilihatdari sasaran, materi, maupun tujuan.

Berdasarkan analisis situasi tersebut, makadirumuskan masalah penelitian yaitu: 1) Bagaimanapenguasaan kompetensi guru SMP se-KabupatenBanyumas? dan 2) Seperti apakah programpeningkatan mutu guru berdasarkan kebutuhanguru SMP se-Kabupaten Banyumas? Tujuannyauntuk memperoleh peta kompetensi guru SMP se-Kabupaten Banyumas dan alternatif programpengembangan yang sesuai dengan kebutuhanguru.

KAJIAN PUSTAKA

Guru Profesional Abad 21

Guru profesional abad 21 bukanlah guru yangsekedar mampu mengajar dengan baik. Guruprofesional abad 21 adalah guru yang mampumenjadi pembelajar sepanjang karir untukpeningkatan keefekfifan proses pembelajaransiswa seiring dengan perkembangan lingkungan;mampu bekerja dengan, belajar dari, dan mengajarkolega sebagai upaya menghadapi kompleksitastantangan sekolah dan pengajaran; mengajarberlandaskan standar profesional mengajar untukmenjamin mutu pembelajaran; serta memilikiberkomunikasi baik langsung maupunmenggunakan teknologi secara efektif denganorang tua murid untuk mendukung pengembangansekolah (Hargreavas, 1997, 2000; Darling, 2006).

Berkembangnya tuntutan profesionalitas gurutersebut dipicu oleh perubahan lingkungan sekolahyang begitu cepat. Pada abad 21, ter jaditransformasi besar pada aspek sosial, ekonomi,politik, dan budaya (Hargreaves, 1997, 2000) yangdidorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang pesat, perubahan demografi,globalisasi dan lingkungan (Hargreaves, 1997,2000; Beare, 2001; Mulford, 2008). Akibatnya,guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebihbesar dari era sebelumnya. Guru menghadapi klienseperti orang tua murid, siswa, warga masyarakatyang jauh lebih beragam, materi pelajaran yanglebih kompleks dan sulit, standard prosespembelajaran dan juga tuntutan kompetensi lulusanyang lebih tinggi (Darling, 2006).

Selain itu, sejak akhir abad 20 hampir sebagianbesar negara di dunia memilih pendekatan ekonomipasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah (Beare,2001). Sekolah diperlakukan layaknya perusahaanyang menyediakan produk (pembelajaran) kepadakonsumennya (siswa dan orang tua). Sekolahdiharapkan memberikan kontribusi pada dayakompetisi ekonomi bangsa. Sekolah harus ‘menjualdiri mereka’, menemukan ‘tempat’ di pasar danberkompetisi. Sekolah dituntut responsif padakomunitas lokal mereka melalui beragampendekatan yang memungkinkan konsumenmemilih layanan sekolah yang akan mereka beli.Sekolah diperlakukan sebagai perusahan yangberdiri sendiri - privatisasi pendidikan- yang diberikewenangan mengelola sekolah mereka secaramandiri (self managing) dan mempertanggungja-wabkan pengelolaannya secara profesional kepadastakeholders. Sekolah-sekolah berkompetisi untukmemperoleh sumber dana terutama daripemerintah. Sekolah yang menyediakan ‘produk’yang laku di pasar dinilai lebih layak untukberkembang, dan sebaliknya, sekolah yangmenyediakan ‘produk’ yang buruk – tidak laku-akan ditinggalkan. Implikasinya bagi para guru yaitutuntutan kemampuan memberikan layananpendidikan yang bermutu dan menghasilkan nilaitambah pada siswa-siswanya agar sekolahnyakompetitif dan unggul.

Kebijakan Peningkatan Mutu Guru

Guru merupakan salah satu komponen sistempendidikan yang menentukan keberhasilanpendidikan. Seburuk apapun kualitas sumber dayasekolah, proses belajar mengajar masih tetap bisaberjalan sepanjang ada guru yang mengajar dan

396 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 395-402

Page 6: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

siswa yang belajar. Proses belajar mengajar yangberjalan akan berkualitas jika guru mampu kreatifmendayagunakan sumber daya sekolah danlingkungannya guna menunjang keefektifan prosesbelajar siswa-siswanya.

Menyadari peran penting guru danberkembangnya tuntutan profesionalitas guru diabad 21, pemerintah menetapkan berbagaikebijakan yang ditujukan untuk peningkatan mutuguru. Salah satu kebijakan yang mendasar yangmemayungi berbagai kebijakan peningkatan mutuguru adalah penetapan standar mutu guru melaluiUndang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen dan Permendiknas Nomor 17Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan StandarKompetensi Guru. Mengacu pada perundang-undangan tersebut, kriteria kompetensi guruprofesional tidak lagi terbatas pada penguasaankompetensi mengajar atau pedagodik, namun jugapada kemampuan untuk mengembangkanprofesionalitas secara terus menerus, kemampuanmenjadi agen pembelajar, membuat karya ilmiahbidang pendidikan, dan sebagainya sebagaimanatertuang dalam kompetensi profesional. Guru jugadituntut mampu menjalin komunikasi yang efektifdengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,orang tua, dan masyarakat sebagaimanadisyaratkan dalam kompetensi sosial serta memilikikepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikanpada kompetensi pribadi.

Selain itu, guru juga harus memiliki kualifikasiakademik atau latar belakang pendidikan yangmemadai dan relevan dengan bidang ajarnya.Kualifikasi akademik adalah jenjang dan bidangstudi tertentu yang dimiliki guru untuk mampumenjalankan tugas keprofesionalannya denganbaik. Adapun standar kualifikasi akademik untukguru SMP yaitu minimum diploma empat (D-IV)atau sarjana (S1), latar belakang pendidikan tinggidengan program pendidikan yang sesuai denganmata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat profesiguru untuk SMP/MTS.

Penguasaan standar kompetensi guru dan jugapemenuhan standar kualifikasi guru dibuktikandengan kepemilikian sertifikat pendidik. Sertifikatpendidik adalahpengakuan formal bahwa seorangguru telah memenuhi kualifikasi akademik dankompetensi guru. Sertifikat pendidik diperoleh darisertifikasi yang diperoleh melalui programpendidikan profesi yang diselenggarakan oleh PTyang memiliki program pengadaan tenagakependidikan yang terakreditasi (pemerintah,masyarakat). Bagi guru yang telah memegang

sertifikat pendidik, ia berhak menyandang statusguru profesional yang diharapkan mampumenyelenggarakan proses belajar mengajar yangefektif.

Pengembangan Program Peningkatan Mutu Guru

Guru bermutu adalah guru yang memenuhiatau melampaui standar kualifikasi akademik dankompetensi guru dan mampu mengakualisa-sikannya dalam pelaksanaan tugas profesionalnya.Ketersediaan guru bermutu perlu diupayakanmelalui berbagai program seperti pendidikan (studilanjut), pengembangan dan pelatihan guru. Sondang(2002) mengatakan pengembangan mutu sumberdaya manusia penting dilakukan untuk memberikanpengetahuan dan keterampilan yang memadaiuntuk melaksanakan tugas; memberikan berbagaipengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkanpegawai untuk dapat fleksibel dan adaptif denganstrategi dan teknologi baru; memberikanpengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkanpersonel jika diberi tugas yang belum pernahdilakukannya; meng-upgrade pengetahuan danketerampilan personel yang telah usang akibat dariperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Supaya efektif, peningkatan mutu guruseperti pendidikan, pelatihan dan pengembanganhendaknya menjadi bagian integral dalam prosesmanajemen ketenagaan guru sebagaimanadiilustrasikan pada Gambar 1.

Perencanaan pengadaan guru merupakankegiatan mengidentifikasi jumlah dan kualifikasiguru yang dibutuhkan organisasi serta penetapanberbagai kebijakan/program untuk memenuhinya.Rekrutmen dan seleksi merupakan proses untukmengadakan dan mendapatkan guru dengankualifikasi sesuai yang dibutuhkan. Perencanaanpengadaan, rekrutmen, dan juga seleksimenghasilkan informasi tentang kondisi guru barumaupun lama dari aspek jumlah dan juga mutunya.Informasi ini sangat bermanfaat sebagai dasardalam mendesain program pengembangan danpelatihan guru. Selanjutnya peningkatanpengetahuan dan kompetensi guru karenapartisipasi guru dalam kegiatan peningkatan mutuguru hendaknya diperhatikan dalam kegiatanpenempatan, penugasan, penghargaan, pemberiankompensasi, dan penilaian kinerja guru.

Program peningkatan mutu guru hendaknyadidesain berdasarkan analisis kebutuhan yangdilaksanakan sebelum implementasi program. Halini penting dilakukan agar program peningkatan

Andriani, Program Peningkatan Mutu Guru Berbasis Kebutuhan 397

Page 7: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

mutu guru tepat sasaran, efektif dan efisien, dilihatdari materi, metode, tempat, pendekatanpembelajaran, dan sumber daya (Castetter, 1996).Gambar 2 mengilustrasikan kerangka desainprogram pelatihan dan pengembangan guru yangkomperhensif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian surveyyang dilaksanakan di Kabupaten Banyumas.Sampel penelitian dipilih secara acak pada 607guru SMP se-Kabupaten Banyumas. Pengumpulandata dilakukan dengan angket tertutup dan terbuka.Untuk validasi instrumen, dilakukan validasi isi dankonsultasi pada ahli. Data yang terkumpul dianalisisdengan teknik deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penguasaan Kompetensi Guru SMP se-KabupatenBanyumas

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui profilguru SMP se-Kabupaten Banyumas sebagaiberikut. Dilihat dari masa kerja dan karir guru,semua guru mulai dari yang masa kerjanya belumlama, yaitu 1-7 tahun hingga yang masa kerjanyatelah lama, yaitu e” 31 tahun masih mengalamikesulitan untuk naik golongan e” IV/b. Mengacu

pada peraturan kenaikan pangkat dan jabatanfungsional guru, kenaikan golongan dari IV/a keIV/b mensyaratkan karya tulis ilmiah guru. Dengankata lain, data tersebut mengindikasikan bahwamasih banyak guru yang mengalami kesulitanmembuat karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, paraguru membutuhkan program/kegiatan diklat,shourcourse, dan sejenisnya untuk meningkatkankompetensi membuat karya ilmiah. Terlebih,capaian kompetensi penulisan karya ilmiah gurumasih berada dalam kategori kurang kompeten.

Dilihat dari kualifikasi akademik, sebagianbesar responden, yaitu 566 orang (93,2%) telahmemenuhi kualifikasi akademik yang disyaratkan,yaitu berpendidikan minimal D4/S1, 13 orangdiantaranya (2,1%) telah melampaui standar yangditetapkan, yaitu berpendidikan S2 518 orang(85,3%) berpendidikan sesuai persyaratan danrelevan dengan bidang ajarnya. Dikaitkan denganmasa kerja, diketahui bahwa guru yang masakerjanya sebentar (1-7 tahun) telah berpendidikanS1. Hal ini mengindikasikan bahwa penerimaanguru saat ini telah memperhatikan standarkualifikasi guru. Hal ini mungkin agak sulitdilakukan di masa lalu disaat jumlah lulusan gurubelum banyak, dan masih sedikit orang yangberminat menjadi guru di daerah. Oleh karenanya,ditemukan guru-guru lama yang berusia tua belummemenuhi standar kualifikasi akademik.

398 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 395-402

Manajemen Guru

Perencanaan Pengadaan

Rekrutmen dan Seleksi

Penempatan dan Penugasan

Penilaian Kinerja Kompensasi

Lingkungan Internal

Kebijakan Pimpinan Teknologi

UU/PP/Permen

Analisis Kebutuhan

Organisasi Jabatan Individu

Kualifikasi Akademik dan Kompentesi Guru

Pelatihan dan Pengembangan Guru

Tujuan

Kinerja Profesional Kepuasan Kerja

Evaluasi dan Revisi

Desain Pelatihan dan Pengembangan1.Sasaran pelatihan

3.Materi Pelatihan4.Strategi Pelatihan5.Personel6.Penyelenggara

2.Setting

Gambar 1 Hubungan antara Pengembangan dan Pelatihan dengan Manajemen Ketenagaan Guru(Dimodifikasi dari Schuller: 1989)

Page 8: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Dilihat dari kesesuaian kualifikasi akademikdengan bidang ajar, sebagian besar guru, yaitu 518orang (85,3%) memiliki kualifikasi akademik yangsesuai dengan bidang ajarnya. Ketidaksesuaiankualifikasi akademik dengan bidang ajar lebihbanyak ditemukan pada guru yang masa kerjanyatelah lama yaitu 24 sampai dengan 30 tahun yaitusebanyak 31 guru (5,1%). Hal ini mungkindisebabkan karena di masa lalu jumlah dankualifikasi guru yang tersedia tidak cukupmemenuhi kebutuhan sekolah. Akibatnya, prinsipthe right man on the right place dalampenempatan dan penugasan guru sulitdiimplemetasikan. Namun, dilihat dari jammengajar guru per minggu, diketahui bahwasebagian besar responden, yaitu 248 guru (56,1%)memiliki jam mengajar 24 jam per minggu. Inimengindikasikan bahwa ada kesesuaian antarajumlah guru dan kebutuhan guru di sekolah.

Penguasaan kompetensi guru guru SMP se-Kabupaten Banyumas

Penguasaan kompetensi guru berada padakategori cukup. Data menunjukkan bahwa 15orang (2,5%) berada pada kategori sangat kurangkompeten, dan 72 orang (11,9%) kurang kompeten,dan tak seorang pun guru berada dalam kategorisangat kompeten. Walaupun demikian, sebagianbesar guru yaitu 125 orang (20,6%) termasukdalam kategori kompeten, dan 395 (65,1%)termasuk dalam kategori cukup kompeten.Penguasaan kompetensi guru ini dilihat dari tiga

aspek kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,kompetensi profesional, dan kompetensipembuatankarya tulis ilmiah.

Penguasaan guru terhadap kompetensipedagogik berada pada kategori cukup. Hanyasedikit guru, yaitu 5 orang (0,8%) berada padakategori sangat kurang kompeten. Kompetensipedagogik merupakan salah satu kompetensi yangdibutuhkan guru untuk mampu mewujudkan prosesbelajar mengajar yang berkualitas.Kompetensipedagogik diasah oleh guru ketika melaksanakantugas mengajarnya. Kompetensi pedagogik guruyang berada pada kategori cukup mengindikasikanguru telah cukup mampu memahami karakter dankemampuan belajar siswanya, merancang danmenyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,meningkatkan kualitas proses belajar mengajar,memanfaatkan TIK untuk keperluan prosesbelajar mengajar, dan berkomunikasi simpatikdengan orang lain, khususnya siswa dan rekan guru.Guru cukup mampu mengatasi permasalahan-permasalahan dan kesulitan yang dihadapi dalammenjalankan tugas mengajarnya walaupun solusiatau tindakan yang diambil kadang kala belumcukup efektif.

Penguasaan kompetensi pedagogik yang baikmembutuhkan pemahaman tentang ilmupengetahuan dan teknologi pendidikan sepertifilsafat pendidikan, ilmu pendidikan, teoriperkembangan psikologi peserta didik, berbagaipendekatan dalam mengajar, model-modelpembelajaran, inovasi pendidikan, pengembangankurikulum, keterampilan dasar mengajar, dan lain-

Andriani, Program Peningkatan Mutu Guru Berbasis Kebutuhan 399

Framework Pengembangan

Mendesain Rencana Pelatihan dan

Pengetahuan (Teori, Konsep, Prinsip)

Aplikasi Teori Konsep, Prinsip

Kombinasi,

(1)Apa yang harus dipelajari

(Materi)

Bimbingan

Belajar Kelompok Kombinasi

MandiriTutorial/

(2)Cara

Metode)Mempelajari

(

Kombinasi

On the jobOff the job

(3) Fokus

(Setting)Program

(4)Partisipasi

(Pendekatan)

SukarelaFormal - WajibInformal - SukarelaInformal - Wajib

Formal -

Kombinasi

ManusiaNon Manusia

(5)Sumber Daya (Alat)

Gambar 2 Framework Desain Rencana Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

Page 9: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

lain disertai kemampuan mengaplikasikannyadalam proses belajar mengajar. Untuk itu, gurumembutuhkan peluang dan kesempatan mengikutiberbagai bentuk kegiatan pendidikan dan ataupelatihan guna meng-’update’ dan mengembang-kanilmupengetahuan dan keterampilannya.

Penguasaan kompetensi profesionalgurujugatermasuk dalam kategori cukup. Sebagianbesar guru yaitu 352 orang (58,0%) berada padakateori cukup, dan 140 guru (23.5%) berada padakategori kompeten. Kompetensi profesionalmerupakan kompetensi yang berkaitan denganpenguasaan substansi materi mata pelajaran yangdiampu dan keprofesionalan guru. Kategori cukupkompeten mengindikasikan bahwa guru telahcukup: 1) menguasai substansi (materi, struktur,konsep dan pola pikir ilmiah) mata pelajaran yangdiampu, 2) memahami ilmu pengetahuan bidanglain yang relevan dengan mata pelajaran yangdiampu, 3) mengembangkan dan mengolah materisesuai dengan perkembangan siswa danlingkungan, 4) memahami kompetensi dan tujuanyang akan dicapai dari mata pelajaran yangdiajarkan, dan 5) melakukan penelitian tindakankelas. Khusus untuk kemampuan mengembangkankeprofesionalan secara mandiri, hasil penelitianmenunjukkan berada pada kategori cukupkompeten.

Penguasaan kompetensi profesional tersebutteraktualisasikan pada saat guru mengajar.Dengan pencapaian kompetensi profesional padakategori cukup, guru kadang-kadang masihmengalami kesulitan dalam upaya merancang danjuga melaksanakan proses belajar mengajar yangberkualitas yang dapat mendorong kreativitas danperkembangan kecerdasan siswa secara optimal.Jika kondisi ini berlangsung terus menerus,pencapaian tujuan pendidikan belum dapat tercapaisecara optimal.

Untuk menguasai kompetensi profesional,guru perlu mengikuti berbagai program diklat,seminar, workshop, dan sebagainya dan jugaprogram pendidikan formal minimal S1 yangrelevan dengan mata pelajaran yang diampu bagiyang belum sarjana. Program pendidikan formalminimal S1 ini sangat dibutuhkan untuk pencapaiankemampuan memahami substansi mata pelajaranyang diampu dan juga ilmu pengetahuan bidanglain yang relevan dengan mata pelajaran yangdiampu. Penguasaan substansi mata pelajaran danpengetahuan bidang lain yang relevan sangatdibutuhkan guru terutama saat mengembangkandan mengorganisir materi yang dilanjutkan dengan

menyusun rencana pelaksanaan pengajaran,memilih model, strategi, media pendidikan yangtepat, mengembangkan instrumen evaluasi belajar,dan juga melakukan penelitian yang relevan denganmata pelajaran yang diampu.

Guru profesional dan berprestasi disyaratkanmemiliki kompetensi membuat karya tulis ilmiah.Hasil penelitian menunjukkan kompetensi gurumembuat karya tulis ilmiah berada dalam kategorikurang. Dari jumlah total responden, hanyasebagian kecil guru yaitu 70 orang (11,5%) memilikikompetensi membuat karya ilmiah. 235 orang(38.7%) berada dalam kategori kurang kompeten.Data ini mendukung data profil guru pada aspekkarir guru (golongan dan ruang) yang menunjukkanbahwa tidak satupun guru (0%) mencapai golongane” IV/b. Hal ini karena untuk dapat mencapai IV/b, seorang guru dituntut mampu membuat karyatulis ilmiah.

Program peningkatan mutu guru berbasis kebutuhanguru

Program peningkatan mutu guru SMP se-kabupaten Banyumas dalam kurun waktu 3 tahunberagamseperti: Rintisan Sekolah BertarafInternasional (RSBI), pelatihan contextualteaching and learning, diklat multimedia, diklatsekolah berstandar nasional, dan bintek kepalasekolah. Namun, frekwensi, tujuan, dan sasaranpeserta pelatihan dalam penyelenggaraanprogram-program tersebut masih perlu peninjauankembali dan penyesuaian dengan kondisi dankebutuhan guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanyasebagian kecil guru yaitu 67orang (11%) yangmengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensimengajar e” 4 kali dalam satu tahun; dan angkayang lebih kecil ditemukan pada keikutsertaandalam pelatihan pembuatan karya tulis ilmiah yaitu9 orang (1,5%). Sebagian besar guru mengikutikegiatan pelatihan dan pengembangan kompetensimengajar hanya 2 kali dalam 1 tahun dan < 1 kalisetahun. Peluang guru untuk mengikuti programpeningkatan mutu guru yang masih sedikit ini perluditingkatkan. Terlebih, beban mengajar 24 jam perminggu memungkinkan guru mengikuti programpeningkatan mutu guru.

Selain itu, relevansi program/kegiatanpeningkatan mutu guru dengan kebutuhan guru jugamasih perlu ditingkatkan agar efektif.Lebih dariseparuh guru yaitu 399 orang (65.8%) mengatakanbahwa program/kegiatan peningkatan mutu guru

400 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 395-402

Page 10: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

SMP se-Kabupaten tidak pernah relevan dengankebutuhan mereka, hanya 7 orang (1.2%)mengatakan kadang-kadang relevan, dan taksatupun guru (0%) mengatakan selalu relevan.

Semua guru, yaitu 607 orang (100%)mengatakan membutuhkan program peningkatanmutu guru. Bentuk program mulai dari yang palingdiminati hingga kurang diminati yaitu diklatoleh 523guru (59,8%), kemudian lokakarya oleh 121 orang(13,8%), seminar oleh 106 orang (12,1%),shortcourse (1-3 bulan) oleh 77 orang (8,8%), danlain-lain. Adapun sasaran kompetensi yangdibutuhkan sebagian besar guru yaitu 281 orang(46,4% ) adalah peningkatan penguasaan substansibidang studi/mapel yang diajarkan. 229 orang(37,9%) membutuhkan pengembangan pada aspekpenguasaan kompetensi keguruan atauketerampilan mengajar, dan hanya 95 orang(15,7%) menginginkan peningkatan kompetensipembuatan karya tulis ilmiah. Terkait dengan aspekperizinan mengikuti program peningkatankompetensi guru, sebagian besar guru yaitu 547(74,6%) tidak mendapatkan kesulitan. Hanyasebagian kecil guru, yaitu 50 orang (8,3%) yangmengatakan tidak mendapatkan ijin.Pelaksanaanprogram peningkatan kompetensi guru diharapkanoleh sebagian besar guru, yaitu 546 orang (91%)berlokasi di daerah sendiri. Adapun dukunganutama yang sebagian besar guru harapkan adalahdana sebesar 452 guru (75,3%) dan sebagian besarguru yaitu 437 orang (72%) mendapatkan bantuandana dari sekolahnya ketika mengikuti pendidikandan pelatihan.

Perluasan informasi dan tawaran studi lanjutS1 dan S2 bagi guru masih perlu ditingkatkan.Hanya 20% guru yang mengatakan diberi tawaranuntuk melanjutkan studi S1. Padahal sebagianbesar guru yang masih berpendidikan SMA yaitu381 orang (62.3%) mengatakan perlu studi lanjutS1 dan hal yang perlu mendapatkan perhatianbahwa tak ada satu pun guru (0%) yang memilikikeinginan meningkatkan kualitas akademik kejenjang S2. Program studi lanjut bagi gurusebaiknya memilih perguruan tinggi yang lokasinyaberada dekat atau satu wilayah dengan guru agarefektif dan efisien. Hasil penelitian menunjukkanbahwa sebagian besar guru yaitu, 538 orang(90,0%) memilih studi lanjut di daerah sendiri.Selain itu, mereka juga membutuhkan beragamdukungan seperti dana studi, pemberian ijin tugasbelajar, dan juga fasilitas studi misalnya biayaoperasional selama studi dan juga dispensasi tugasmengajar jika masih harus mengajar. Dari ketiga

bantuan yang diharapkan tersebut, bantuan danastudi merupakan bantuan yang paling diharapkanoleh sebagian besar guru yaitu 525 orang (87%).

Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut,dapat diidentifikasi dua program peningkatan mutuguru SMP se-kabupaten Banyumasyangdibutuhkan yaitu: a) program peningkatankualifikasi akademik guru SMP, dan b) programpeningkatan kompetensi guru SMP.

Program peningkatan kualifikasi akademik guruSMP

Program peningkatan kualifikasi akademikmelalui studi lanjut dibutuhkan oleh sebagian besarguru SMP se-Kabupaten Banyumas. Berdasarkandata dari guru, komponen-komponen programpeningkatan kualifikasi akademik guru mencakup:jenjang pendidikan, program studi, lokasi, dansumber daya pendukung. Studi lanjut yangdibutuhkan guru yaitu kelanjutan studi D3 ke S1,studi S1 bagi yang masih berijazah SMA, dan studilanjut S2 bagi yang telah S1. Adapun program studiyang dibutuhkan adalah program studikependidikan sesuai bidang ajar guru. Lokasi studilanjut adalah universitas/institut pendidikan yangdekat dengan daerah dimana guru tinggal.Sumberdaya pendukung yang dibutuhkan mencakup:bantuan dana pendidikan dan dana operasionalselama studi lanjut, serta izin studi.

Program peningkatan kompetensi guru

Program peningkatan kompetensi gurudibutuhkan oleh semua guru SMP se-KabupatenBanyumas. Berdasarkan data dari guru,komponen-komponen program kompetensi guruyang perlu diperhatikan mencakup:sasarankompetensi, bentuk program, lokasi, dan sumberdaya pendukung. Sasaran kompetensi yang perluditingkatkan pada diri guru mencakup kompetensipedagogik, profesional, dan pembuatan karya tulisilmiah. Memperhatikan variasi tingkat penguasaankompetensi guru dan juga aspek kompetensi yangperlu dikembangkan, penetapan peserta programhendaknya didahului dengan analisis kebutuhan.Bentuk program dapat berupa diklat, shortcource(1 s.d. 3 bulan), workshop, lokakarya, penataran,seminar, dan sebagainya dengan prioritas pilihanyaitu diklat. Program pelatihan dilaksanakan didaerah guru tinggal. Peserta mendapatkan izin danbantuakn dana untuk mengikuti pelatihan.

Andriani, Program Peningkatan Mutu Guru Berbasis Kebutuhan 401

Page 11: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

KESIMPULAN

Program peningkatan mutu gurudibutuhkan oleh para guru SMP se-KabupatenBanyumas. Program ini hendaknya berbasis padakebutuhan guru agar efektif. Program PeningkatanMutu Guru SMP se-Kabupaten Banyumas yangdibutuhkanguru mencakup 1) program peningkatankualifikasi akademik dan 2) program peningkatankompetensi guru. Komponen-komponen yang perludiperhatikan mencakup: bentuk program, relevansiprogram, dan sumber daya pendukung bagi pesertauntuk mengikuti program.

Program peningkatan kualifikasi akademikguru SMP berbasis kebutuhan mencakup: programpenyetaraan D3 ke S1, studi lanjut S1 dan S2. Studilanjut dilaksanakan di daerah sendiri dan pesertamendapatan bantuan biaya pendidikan, biayaoperasional selama mengikuti pendidikan, dan ijin/penugasan studi lanjut. Sedangkan programpeningkatan kompetensi guru SMP berbasis

kebutuhan ditujukan untuk meningkatkankompetensi pedagogik, profesional, dan didasarkanpada hasil analisis kebutuhan. Bentuk programyang diprioritaskan adalah diklat yang dilaksanakandi daerah guru. Dukungan izin dan bantuan danaakan membantu peserta mengikuti program denganbaik. Penelitian ini memberikan rekomendasi agarpengembangan dan implementasi programpeningkatan mutu guru selalu melalui tahap-tapahanalisis kebutuhan, kemudian pengembangandesain atau rencana, implementasi, evaluasi dantindak lanjut, serta dipadukan dengan manajemenguru. Oleh karenanya, perlu koordinasi dankerjasama antar lembaga penyelenggara programpeningkatan mutu guru. Sekolah-sekolahhendaknya memberikan dukungan baik morilmaupun materil bagi para guru mereka yangberkeinginan melanjutkan studi dan mengikutiprogram peningkatan penguasaan kompetensiguru.

DAFTAR RUJUKAN

Beare, H. 2001. Creating the Future School.London. Rouutledge Falmer.

Castetter, W. B. 1996. The Personnel Functionin Education Administration SixthEdition. New York: Mac Millan PublishingCo.

Darling, L. H. 2006. Constructing 21st CenturyTeacher Education. Journal of TeacherEducation, 57: 300-314.

Supriadi, D. 1999. Mengangkat Citra danMartabat Guru. Jakarta: Adicita KaryaNusantara.

Dessler, dan Gary. 2006. Manajemen SumberManusia Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta:Indeks.

Direktorat Profesi Pendidikan Dirjen PMPTKDepdiknas. 2007. Pedoman PemilihanGuru Berprestasi Tingkat Nasional .Jakarta: Depdiknas.

Hargreaves, A. 1997. The Four Ages ofProfessionalism and Professional Learning.Unicorn, 23(2): 86-114.

Hargreaves, A., & Fullan, M. 2000. Mentoring inthe New Millennium. ProQuest EducationJournals, 39(1): 50-56.

Joni, R. T. 2006. Revitalisasi PendidikanProfesional Guru. Jakarta: Depdiknas.

Mulford, B. 2008. The Leadership Challenge:Improving Learning in Schools. AustralianEducation Review. Victoria: ACER Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16Tahun 2007 tentang Standar KualifikasiAkademik dan Kompetensi Guru.

Schuller, R., & Jackson, S. E. 1987. Personal andHuman Resources Management. NewYork: West Publishing Company.

Siagian, P. S. 2002. Manajemen Sumber DayaManusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.

402 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 395-402

Page 12: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

KETERHUBUNGAN STRUKTUR DANBUDAYA ORGANISASI

Asep Sunandar

E-mail: [email protected] Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The organizational structure is the formal system of task and reporting connectednessbetween supervision, coordination and motivation of employees so that they can unite and worktogether to achieve organizational goals. Five organizational structure that is used to distinguishtheir activities and to classify people into a function or division are: function, product, market,geography and structure of the matrix. Meanwhile, to unify the activities, organizations develop ahierarchy of authority, and define how to allocate responsibility for decision-making.

Abstrak: Struktur organisasi merupakan sistem tugas formal dan laporan keterhubungan diantarapengawasan, koordinasi dan motivasi pegawai sehingga mereka dapat bersatu dan bekerja bersamauntuk mencapai tujuan organisasi. Lima struktur organisasi yang digunakan untuk membedakankegiatan-kegiatan mereka dan untuk mengelompokkan masyarakat ke dalam fungsi atau devisi yaitu:fungsi, produk, pasar, geografi dan struktur matriks. Sementara itu untuk menyatukan kegiatan,organisasi mengembangkan sebuah hirarki kewenangan, dan menetapkan bagaimana mengalokasikantanggung jawab pembuatan keputusan.

Kata kunci: Struktur orgnanisasi, budaya organisasi

Organisasi merupakan suatu wadah tempatsekumpulan orang saling bekerjasama berdasarkantugas dan fungsinya masing-masing demitercapainya tujuan organisasi. Sebagai sebuahwadah organisasi terdiri dari komponen-komponenyang satu sama lain memiliki perbedaan fungsi,peran, komposisi anggota dan lingkup kerja.Dimana masing-masing komponen tersebut harusdiorganisasi dan diatur dengan ketetapan yang bakusehingga tidak menimbulkan tumpang tindihdiantara masing-masing komponen.

Selain terdapat komponen-komponen yangsifatnya kasat mata juga terdapat komponen yangtidak kasat mata yaitu norma, nilai atau kebiasaanorganisasi. Dalam konteks organisasional, nilai dannorma yang dibakukan sebagai ciri khas organisasidisebut budaya organisasi. Lahirnya suatu budayatidak bisa terlepas dari pribadi-pribadi sebagaianggota organisasi dan secara notabene merekamerupakan orang-orang yang mengisi strukturorganisasi. Robbins (2007) menyatakan bahwabudaya organisasi berkaitan dengan carakaryawan mempersepsikan karakteristik budayaorganisasi. Dengan demikian dapat dinyatakanbahwa budaya organisasi menunjukkan persepsibersama yang dianut oleh anggota organisasi.

Penulis menginterpretasikan bahwa budayaorganisasi itu merupakan hasil dari persepsianggota atas nilai yang sudah ada dikompilasikandengan nilai yang dibawanya sehingga menjadinilai kesatuan dalam organisasi. Artinya budayaitu dapat diciptakan dan diperbaharui sesuai denganpersepsi anggota organisasi terhadap kondisi,tantangan dan peluang dalam memajukanorganisasi.

Budaya dan struktur organisasi laksanasebuah siklus yang terus bergerak saling mengisidan saling melahirkan. Sebuah struktur akantercipta akibat adanya nilai-nilai budaya organisasi,dan nilai budaya organisasi sendiri tercipta sebagaihasil dari interaksi para personil yang mengisistruktur organisasi. Hal inilah yang dalam hematpenulis merupakan suatu siklus organisasional yangakan mejadikan organisasi selalu berubah danmengembangkan inovasi demi kemajuanorganisasi. Tulisan ini akan mendeskripsikan aspek-aspek yang menentukan lahirnya budayaorganisasi, proses pengembangan budayaorganisasi, desain struktur organisasi danpengembangan struktur searah denganperkembangan budaya organisasi.

403

Page 13: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

BUDAYA ORGANISASI

Adam Smith menyatakan ketika suatumasyarakat berbeda khususnya berbeda tugas,mereka akan menjadi lebih produktif dan dapatmenampilkan tingkat yang lebih tinggi yang dapatmembantu organisasi untuk mencapai tujuan.Perbedaan dalam suatu organisasi akanmelahirkan suatu kebiasaan dan pola kerja yangberbeda juga. Kebiasaan dan pola kerja tersebutsetelah melewati perjalanan waktu yang cukuppanjang dan terjadi berulang-ulang maka akanmenjadi karakter dan ciri khas suatu organisasiyang selanjutnya dapat dikatakan sebagai budayaorganisasi.

Untuk pemahaman yang lebih detailberkenaan dengan budaya organisasi berikutdikutip dua definisi dari dua orang ahli yangberbeda. Osborn dan Plastic (2000) menjelaskanbudaya organisasi sebagai seperangkat perilaku,perasaan dan kerangka psikologis yangterinternalisasi sangat mendalam dan dimilikibersama oleh anggota organisasi. Sedangkandalam pandangan yang berbeda Robbins (2003)menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakanpersepsi bersama yang dianut anggota organisasisebagai suatu sistem yang dimaknai bersama.

Budaya organisasi adalah nilai-nilai informaldan norma yang mengontrol bagaimana individudan kelompok dalam organisasi saling berinteraksiserta berhubungan dengan masyarakat diluarorganisasi. Didalam budaya organisasi terdapatdua jenis nilai yaitu nilai terminal dan nilaiinstrumental nilai terminal adalah penentuan tujuanorganisasi yang akan dicapai sementara itu nilaiinstrumental adalah menentukan model perilakuorganisasi yang menjadi cerminan anggotaorganisasi. Secara operasional nilai instrumentalakan membantu oragnisasi dalam mencapai nilai-nilai terminal. Dalam sebuah budaya organisasidikenal adanya budaya etik, yang diartikan sebagainilai-nilai moral dan norma yang ditetapkan secaratepat sebagai cara organisasi dan anggotanyabersepakat satu dengan yang lainnya serta denganorang-orang yang ada di luar organisasi. Budayayang berikutnya adalah budaya kuat dan lemah.Beberapa peneliti telah mengidentifikasi perbedaanorganisasi dari sisi budaya kuat dan budaya lemah,budaya kuat diidentifikasikan dengan adanya satukesatuan nilai dan norma yang menjadi peganganbersama anggota organisasi untuk mendorongterbentuknya komitmen pegawai dalam mencapaitujuan organisasi. Sementara itu budaya lemah

hanya menyajikan satu panduan kecil kepada parapegawai tentang bagaiman seharusnya merekaberperilaku.

Budaya organisasi merupakan polakeyakinan dan nilai-nilai dalam organisasi yangdipahami, dijiwai dan dipraktekan oleh anggotaorganisasinya sehingga pola tersebut memberikanmakna tersendiri bagi organisasi yangbersangkutan dan menjadi dasar aturan berperilaku(Sobirin, 2005). Hal ini berarti setiap organisasimempunyai sistem makna yang berbeda.Perbedaan ini menyebabkan setiap organisasimempunyai karakteristik yang unik dan berbedaserta respon yang berbeda ketika menghadapimasalah yang sama. Disamping itu perbedaansistem makna ini dapat menyebabkan perbedaanperilaku para anggota organisasi dan perilakuorganisasi itu sendiri. Akar perbedaan ini bersumberpada asumsi-asumsi dasar yang meliputi keyakinan,nilai-nilai, filosofi atau ideologi organisasi yangdigunakan dalam memecahkan persoalanorganisasi.

Berdasarkan atas argumentasi di atas dapatdiambil suatu kesimpulan tentang pemahamanbudaya organisasi sebagai satu kesatuan nilai-nilaiinformal dan norma-norma yang mengontrol caramasyarakat dan kelompok berinteraksi di dalamorganisasi dengan yang lainnya serta denganmasyarakat yang ada di luar organisasi. Budayaorganisasi sebagai identitas dari suatu organisasitentunya dapat dikenali, walaupun yangbersangkutan belum menceritakan asalorganisasinya. Sebagai contoh ciri khas akademisiUniversitas Negeri Malang adalah low profile,kalem, dan berpikir sistematis. Maka begitumemberikan materi dalam sebuah seminar orangsudah bisa menebak kalau pematerinya dari UM.

Agar penganalisaan sebuah budayaorganisasi terkenali dengan tepat, Robbins (2003)memberikan penjelasan tentang karakteristikbudaya organisasi, yaitu: (1) inovasi dan keberanianmengambil risiko, yaitu sejauhmana organisasimendorong para pegawai untuk bersikap inovatifdan berani mengambil risiko serta bagaimanaorganisasi menghargai tindakan pengambilan risikooleh pegawai dan membangkitkan ide pegawai;(2) perhatian terhadap detail, yaitu sejauhmanaorganisasi mengharapkan pegawai memperlihatkankecermatan, analisis dan perhatian terhadaprincian; (3) berorientasi pada hasil, yaitusejauhmana manajemen memusatkan perhatianpada hasil dibandingkan perhatian terhadap tekhnikdan proses yang digunakan untuk meraih hasil

404 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 403-410

Page 14: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

tersebut; (4) berorientasi pada manusia, yaitusejauhmana keputusan manajemenmemperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi; (5) berorientasi padatim, yaitu sejauhmana penekanan diberikan padakerja tim dibandingkan dengan kerja individual; (6)agresivitas, yaitu sejauhmana orang-orang dalamorganisasi itu agresif dan kompetitif untukmenjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya;dan (7) stabilitas yaitu sejauhmana kegiatanorganisasi menekankan status quo sebagai kontrasdari pertumbuhan.

Budaya dalam organisasi setidaknyamemainkan t iga peranan penting, yaitumemberikan identitas bagi anggotanya,meningkatkan komitmen terhadap visi dan misiorganisasi serta memperkuat standar perilaku.Ketika budaya organisasi melekat kuat, makamasing-masing anggota akan merasa bahwamereka adalah bagian dari organisasi. Perasaansebagai bagian dari organisasi akan memperkuatkomitmennya terhadap visi dan misi organisasi.Budaya juga akan mengarahkan perilaku anggotaorganisasi. Budaya organisasi memberikan banyakpengaruh kepada individu dan proses organisasi.Budaya memberikan tekanan pada individu untukbertindak ke arah tertentu, berfikir serta bertindakdengan cara yang konsisten dengan budayaorganisasinya. Tidak ada satupun tipe budayaorganisasi yang terbaik yang dapat berlakuuniversal. Yang terpenting adalah organisasi harusmengetahui potret budaya organisasi saat ini danmengevaluasinya apakah budaya yang berlakutersebut dapat mendukung program perubahanorganisasi.

Untuk membangun budaya organisasi yangdapat mendukung perubahan organisasi dibutuhkanalat. Alat utamanya adalah komunikasi yang efektifyaitu komunikasi yang sifatnya segala arah tidakhanya dari atas ke bawah saja, sehingga akanmemperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi.

KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI

Karakteristik Budaya Organisasi Robert danAngelo (2005) menyebutkan t iga definisikarakteristik budaya organisasi yang penting.Pertama, budaya organsasi diberikan kepada parakaryawan baru melalui proses sosialisasi. Kedua,budaya organisasi mempengaruhi perilaku kita ditempat kerja. Ketiga, budaya organisasi berlakupada dua tingkat yang berbeda. Misalkan, bilasebuah perusahaan benar-benar menyediakan

layanan berkualitas tinggi, para karyawan akanlebih cenderung menyesuaikan perilaku meresponsprotes konsumen dengan cepat. Para karyawandapat memberikan layanan berkualitas tinggikarena pengalamannya saat mereka berinteraksidengan para pelanggan.

KOMITMEN ORGANISASI

Meyer et al, (dalam Rospida, 2005),menyatakan komitmen organisasi adalah derajatsejauh mana keterlibatan seseorang dalamorganisasinya dan kekuatan identifikasinyaterhadap suatu organisasi tertentu, komitmenditandai dengan tiga hal yaitu 1) Suatu kepercayaanyang kuat terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilaiorganisasi; 2) Kesiapan dan kesediaan untukmengerahkan usaha keras demi kepentinganorganisasi; 3) Keinginan yang kuat untukmemelihara hubungan yang kuat denganorganisasi.

Allen dan Meyer (1990) membagi komitmenorganisasi menjadi tiga komponen yaitu: (1)komitmen afektif yang menjelaskan bahwaseseorang memiliki keterkaitan secara emosionaluntuk mengidentifikasi diri dan merasakanketerlibatan secara langsung dalam suatuorganisasi. Komitmen ini disifati oleh kepercayaanyang kuat terhadap tujuan organisasi, dan keinginanuntuk melaksanakan usaha-usaha dengan baikyang dipertimbangkan akan memberi manfaat bagikepentingan organisasi; (2) komitmen kontinuanini mengacu pada biaya-biaya yang timbulsehubungan dengan persepsi pegawai tentangkerugian yang akan dihadapinya jika pegawaitersebut meninggalkan organisasinya. Dengan katalain karyawan tersebut tinggal di organisasi tersebutkarena dia membutuhkan organisasi tersebut; (3)komitmen normatif ini mengacu pada kewajibanmoral yang dirasakan pegawai untuk tetap beradadalam suatu organisasi. Dengan kata lain karyawanbertahan menjadi anggota suatu organisasi karenamemiliki kesadaran bahwa komitmen terhadaporganisasi memang seharusnya dilakukan.Komitmen organisasi akan tercipta jika adanyatanggung jawab yang besar dari personil organisasiterhadap pekerjaan yang diberikan padanya, Olehkarena itu komitmen organisasi akan menimbulkanrasa ikut memiliki (sense of belonging) bagipekerja terhadap organisasi (Abdullah, 2005).Luthans (1998) menyebutkan jika seorang individumemiliki komitmen organisasi yang tinggi, makapencapaian tujuan organisasi menjadi hal penting

Sunandar, Keterhubungan Struktur dan Budaya Organisasi 405

Page 15: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

bagi organisasi tersebut, sebaliknya individu dengankomitmen organisasi yang rendah akan memilikiperhatian yang rendah pula dan cenderung untukmemenuhi kepentingan pribadi. Dapat disimpulkanbahwa dengan adanya komitmen yang tinggi dalamdiri individu maka semakin tinggi kepeduliannyaterhadap organisasi sehingga individu tersebut akanterus berusaha untuk menjadikan organisasinyakearah yang lebih baik.

STRUKTUR ORGANISASI

Keheterogenan dalam sebuah organisasimembutuhkan adanya penataan danpengorganisasian yang tepat. Suatu organisasi tidakmungkin dapat berjalan dengan baik dan mampumelayani konsumen dengan optimal tanpa adanyastruktur organisasi. Keberadaan struktur organisasiditujukkan untuk memperjelas pembagian kerja,menempatkan potensi dan keahlian anggota,menyajikan suatu layanan yang tepat, danmengoptimalkan kinerja organisasi. Untukmemperjelas pemaknaan dari struktur organisasi,struktur organisasi menurut Goerge dan Jones(1996) adalah sistem formal tugas dan laporanketerhubungan yang meliputi kontrol, koordinasidan pemotivasian pegawai sehingga bekerjabersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan Terry (Winardi: 2006)mengemukakan struktur organisasi dengan istilahpengorganisasian diartikan mempersatukansumber daya pokok dengan cara yang teratur danmengatur orang-orang dalam pola yang demikianrupa, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yangditetapkan. Kedua definisi tersebut menyatakanbahwa struktur atau pengaorganisasian sebagaiproses untuk mengatur seluruh perangkatorganisasi guna bekerja secara sistematis demitercapainya tujuan organisasi. Struktur organisasimerupakan suatu cara pembagian tugas pekerjaanyang kemudian dikelompokkan sertadikoordinasikan secara formal. Robbins (2003)mengemukakan 6 (enam) unsur yang perludiperhatikan dalam pembentukan suatu strukturorganisasi, yaitu: 1) Spesialisasi atau pembagiantenaga kerja. Merupakan pemecahan suatu alurpenyelesaian pekerjaan menjadi sejumlah langkahpenyelesaian yang diselesaikan dengan kualifikasitertentu; 2) Departementalisasi, dapat didasarkanpada kesamaan kelompok pekerjaan maupunberdasarkan teritor i agar tugas dapatdikoordinasikan; 3) Rantai komando, merupakan

alur perintah dan kewenangan berkaitan dengantanggung jawab dari tingkatan-tingkatan dalamsuatu organisasi; 4) Rentang kendali, menentukanbanyaknya tingkatan dan manajer yang harusdimiliki oleh suatu organisasi; 5) Sentralisasi dandesentralisasi, merupakan suatu cara pengambilankeputusan berdasarkan kewenangan manajerial.;6) Formalisasi, merupakan suatu tingkatanpekerjaan dalam suatu organisasi yang dibakukanberdasarkan aturan.

Keenam unsur tersebut memberikankejelasan dalam proses penyusunan danmemahami sebuah struktur organisasi. Prosespenetapan struktur ini harus melalui sebuahpertimbangan panjang mengingat hal tersebut akanmenentukan efektivitas kerja organisasi. Semakinjelas struktur organisasi dan semakin objektifnyapenetapan personil dalam sebuah struktur makadapat dipastikan kerja organisasi akan menjadi lebihbaik.

TIGA JENIS STRUKTUR

Setiap struktur yang didesain dalam sebuahorganisasi memiliki makna dan tujuan tersendiri,setiap organisasi akan menentukan bentuk struktursesuai dengan keadaan dan kebutuhan organisasi.Sebagai contoh struktur pada organisasi pemerintahtentu akan berbeda dengan struktur organisasiusaha (swasta), atau struktur yang ada di pusatpasti berbeda dengan struktur yang ada di daerah.George dan Jonses (1996) membagi struktur kedalam tiga kelompok, yaitu struktur berdasarkanfungsi, struktur berdasarkan devisi dan strukturmatrik.

Struktur berdasarkan fungsi adalah strukturyang mengutamakan fungsi kerja dari setiapanggota organisasi. Pembagian kerja dilakukanatas dasar keahlian dan kemampuan serta nilai gunapada setiap komponen organisasi. Dalam strukturfungsi setiap komponen bisa terdiri dari anggotayang memiliki kehalian desain produk, produksi,sekaligus pemasaran. Contoh perusahaan yangmenerapkan struktur fungsi adalah perusahaanApple Computer pada masa awal-awalperusahaan tersebut berdiri.

Kelemahan dari struktur fungsi adalah tidakmampu memberikan layanan berkualitas pada saatpermintaan semakin besar dan tuntutan kebutuhanmasyarakat akan produk yang semakin beragam.Namun keuntungannya adalah memudahkankomunikasi diantara anggota struktur organisasikarena mereka berada dalam satu lingkungan

406 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 403-410

Page 16: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

tempat pekerjaan. Gambar 1 adalah contoh strukturberdasarkan fungsi.

Struktur yang ke dua adalah strukturberdasarkan devisi, struktur ini didasarkan ataspembagian wilayah atau bagian keahlian tertentusebagai komponen organisasi. Semisal dalamsebuah organisasi terdiri dari devisi-devisi sepertibagian desain produk, bagian produksi dan bagianpemasaran terpisah satu dengan yang lainnya.Keuntungan dari sistem ini adalah pembagian kerjaorganisasi menjadi jelas, setiap bagian bekerjasesuai dengan keahlian dan fungsi bagian tersebut.Sedangkan kelemahannya adalah organisasimenjadi gemuk karena setiap devisi membutuhkankaryawan, biaya yang dibutuhkan untukpenggajihan juga menjadi besar, dan komunikasidiantara anggotaorganisasi terjadi kurang harmonismengingat setiap orang terpisahkan oleh devisi-devisi tersebut. Gambar 2 adalah contoh strukturdevisi.

Struktur yang ketiga adalah struktur matriks,model struktur ini merupakan gabungan antaramodel fungsi dengan model devisi. Sebagai sebuahpenggabungan maka terjadi kompilasi unsur-unsurdiantara kedua model tersebut. Model matriksmemberikan ruang yang lebih leluasa dalam halpengembangan bidang dan fungsi dari setiap devisi.Berikut ini disajikan gambar 3 struktur matriks.

Gambar 3 tersebut menjelaskan keterhu-bungan antara fungsi dari suatu organisasi dengankomponen devisi dari sebuah organisasi. Masing-masing komponen menunjukkan fungsinya danberperan sesuai dengan devisi masing-masing.Kesesuaian antara devisi dan fungsi tersebutmenyajikan hasil kerja yang lebih tinggi dibandingdengan salah satu model saja. Optimalisasi setiapdevisi dan fungsi menjadikan produktivitas menjadisemakin tinggi.

KETERHUBUNGAN STRUKTUR DAN BUDAYAORGANISASI

Budaya organisasi dan struktur organisasimemiliki hubungan yang sangat kuat, dimana budayaakan menjadi bahan pertimbangan dalammenentukan sebuah struktur organisasi. Sebagaisebuah sistem keberadaan budaya dan struktur akansaling melengkapi dan saling menciptakan. Budayamenghasilkan sebuah struktur yang dapat diterimasemua pihak sementara itu struktur organisasi yangtelah baku akan menghasilkan nilai-nilai kerja danpola kerja yang selanjutnya akan menghasilkanbudaya baru. Dalam sebuah argumentasi yangdiilustrasikan dalam bentuk gambar, George danJones (1996) menjelaskan hubungan budaya danstruktur seperti pada gambar 4.

Sunandar, Keterhubungan Struktur dan Budaya Organisasi 407

Gambar 1 Struktur Berdasarkan Fungsi

Gambar 2 Struktur Berdasarkan Devisi

CEO

CorporateManagement

Corporate customers

Small business customers

Individual customers

Individual customers

CEO

Manufacturing function

Materials management

function

Research and

development function

Engineering function

Product development manager

Operation manager

Finance and

accounting function

Marketing function

Information services function

Page 17: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Robbins (2007: 250) menjelaskan bahwaorganisasi yang memiliki budaya yang kuat dapatmempunyai pengaruh yang bermakna bagi perilakudan sikap anggotanya. Nilai inti organisasi itu akandipegang secara insentif dan dianut secara meluasdalam suatu budaya yang kuat. Suatu budaya kuatmemperlihatkan kesepakatan yang tinggidikalangan anggota tentang apa yang harusdipertahankan oleh organisasi tersebut. Kebulatanmaksud semacam ini akan membina kohesifitas,kesetiaan dan komitmen organisasional. Kualitasini selanjutnya akan mengurangi kecenderungankaryawan untuk meninggalkan organisasi. Suatuorganisasi untuk mencapai keberhasilan perlumeningkatkan faktor kinerja organisasi denganmembentuk dan mengembangkan suatu budayaorganisasi yang mendukung terciptanya komitmenkaryawan.

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN ORGANISASI

Peters dan waterman berpendapat tentangkeberhasilan organisasi didasarkan pada tigakesatuan nilai: 1) Kesuksesan perusahaanditekankan pada nilai otonomi dan kewirausahaanserta adanya kesadaran tentang risiko; 2) Satukesatuan nilai yang dialami organisasi yang meliputiapa yang akan oragnisasi lakukan dan bagaimanaorganisasi mencoba melakukan hal tersebut. Petersdan Waterman meyakini bahwa manajerseharusnya menerapkan nilai-nilai organisasi untukmelakukan hal-hal yang terbaik dan mengontrolkegiatan-kegiatan inti; 3) Satu kesatuan nilai yangdidasarkan kepada proses jalanya organisasi.Sebuah perusahaan seharusnya mencobamenetapkan nilai dan norma yang memotivasi parapegawai melakukan hal yang terbaik.

408 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 403-410

Gambar 3 Struktur Berdasarkan Matriks

Gambar 4 Struktur dan Budaya Organisasi

Research and development

function

Engineering function

Product development

function

Manufacturing function

Product team alpha

Product team beta

Product team gamma

Ketergantungan Organisasi -Lingkungan-Teknologi dan tugas-Strategi

Struktur organisasi dirancang untuk keterhubungan kegiatan dan motivasi kerja (fungsi devisi atau matrik)

Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang lahir dalam organisasi dan menjadi bagian perilaku pegawai nilai kewirausahaan profesionalisme dan norma-norma produktivitas dan layanan

Bersama-sama struktur budaya organisasi berpengaruh terhadap tingkat tampilan organisasi baik secara kelompok maupun individu

Page 18: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Budaya professional dan Budaya produktif.Dalam budaya professional pegawai akanmenerima gaji berdasarkan kinerja mereka dankinerja perusahaan secara keseluruhan budayaprofesional menekankan kepada kewirausahaandan kemungkinan pegawai menggunakan strukurorganisasi. Seperti halnya funsi struktur yangmemberikan kewenangan kepada pegawai untukmembuat keputusan dan motivasi untuk meraihkesuksesan.

KESIMPULAN

Struktur organisasi adalah sistem tugas formaldan laporan keterhubungan diantara pengawasan,koordinasi dan motivasi pegawai sehingga merekadapat bersatu dan bekerja bersama untuk mencapaitujuan organisasi. Perbedaan dan persatuan akanmenjadi dasar-dasar pembangunan strukturorganisasi. Lima struktur organisasi yangdigunakan untuk membedakan kegiatan-kegiatanmereka dan untuk mengelompokkan masyarakatke dalam fungsi atau devisi fungsi, produk, pasar,geografi dan struktur matrik. Untuk menyatukankegiatan, organisasi mengembangkan sebuah

hirarki kewenangan, dan menetapkan bagaimanamengalokasikan tanggung jawab pembuatankeputusan.

Dua pilihan yang sangat penting bahwamereka harus membuat bagaimana menetapkantingkat desentralisasi kewenangan. Untukmelakukan integrasi, organisasi mengembangkanmekanisme untuk memperkenalkan mutualadjustment ( komunikasi informal dan interaksidiantara masyarakat dan fungsi). Mekanismemutual adjustment termasuk: kontrak langsung,peran hubungan, kelompok, dorongan tugas, timfungsional penyatuan peran dan struktur matrikorganisasi menggunakan standar untukmengintegrasikan kegiatan mereka, yang secaraspesifik menjelaskan bagaimana individu dan fungsiberkoordinasi dalam kegiatan mereka untukmencapai tujuan organisasi. organisasi dapatmenstandarkan kegiatan input, thoughputs, danoutput. Budaya organisasi adalah satu kesatuannilai informal dan norma untuk mengontrol caraindividu dan kelompok saling berinteraksi satu samalain dan dengan masyarakat diluar organisasi.budaya organisasi mempunyai dua jenis nilai yaitunilai terminal dan instrumental.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmed, P. K. 1998. Culture and Climate forInnovation. Eroupean Journal ofInnovation Management.

Aldr ich, H. R. 1979. Organizational andenvironment. Prentice-Hall, EnglewoodCliffs, New York.

Aldrich, H. E., and Whetten, D. A. 1981.Organization-sets, Action-sets, andNetworks: Making the Most of Simplicity.In Nystrom, P. C., & Starbuck, W. H. (Eds.),Handbook of Organizational Design,Vol. 1. New York: Oxford University Press.

Alliance Management International Ltd. 1999.Creating Strong Alliances. (Online), (http://www.amiltd.com/NewCreating).

Alves, J. R. 1982. The Prediction of SmallBusiness Failure Utilizing Financial andNonfinancial Data. In Richard B. RobinsonJr. Academy of Management Journal,25(1): 82-112.

Anderson, C. R. 1988. Management: Skills,Functions, and OrganizationPerformance. Needham Heights, MA:Allyn and Bacon, Inc.

Anggraini, N. 1995. Analisis Hubungan antaraBudaya Perusahaan dan KepuasanKerja: Studi Kasus pada Kantor PusatPendidikan dan Pelatihan Perum KeretaApi Bandung. Laporan Internship.Yogyakarta: Program Studi MagisterManajemen Universitas Gadjah Mada.

Budiwibowo, T. 2004. Pengaruh StrategiKompetitif, Motivasi, dan Budaya Kerjaterhadap Hubungan antara KomitmenOrganisasi kepada Karyawan denganKinerja Organisasi.

Goerge, dan Jones. 1996. Understanding andManaging Organizational Behavior.Massachusetts: Wesley Publising Company.

Luthans, F. 1998. Organizational Behavior. EightEdition. Singapore: Mc.Growth-Hill BookCo.

Makmuri, M. 2005. Perilaku Organisasi .Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Robbins, S. P. 2007. Perilaku Organisasi. AlihBahasa Benyamin Molan. Jakarta. PTIndeks.

Sunandar, Keterhubungan Struktur dan Budaya Organisasi 409

Page 19: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Soetopo, H. 2010. Perilaku Organisasi Teori danPraktek di Bidang Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

Sweeney, P., dan Mcfarlin, D. B. 2002.Organizational Behavior: Solution for

Management. New York: McGrow Hill.International Edition.

Terry, G. R. 2007. Asas-Asas Manajemen. AlihBahasa Winardi. Bandung: PT Alumni.

Veitzhal. 2003. Kepemimpinan dan PerilakuOrganisasi. Jakarta: Grafindo Persada.

410 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 403-410

Page 20: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MAHASISWATERHADAP KUALITAS LAYANAN LABORATORIUM

Raden Bambang Sumarsono

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: Factors Affecting Student Satisfaction on the Quality of Laboratory Services. This studyaims: to determine the factors affecting student satisfaction towards the AP department laboratoryservices, the level of student satisfaction towards the AP department laboratory services, and themost dominant factor in influencing student satisfaction towards the AP department laboratoryservices. The approach used in this research is quantitative, with the type of exploratory research.While the entire student population AP Programs, for sampling is done by using random sampling.The results of this study include: the factors of service quality AP laboratory personnel FIP UM isgood, the students looked at the quality of products/physical laboratory UM AP FIP are goodenough and need to increase, students looked at the performance of laboratory personnel FIP APUM is good, and the factor most dominant in influencing student satisfaction on the quality oflaboratory services Programs UM is a factor AP FIP Quality Services Laboratory Staff.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasanmahasiswa terhadap layanan laboratorium jurusan AP, tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layananlaboratorium jurusan AP, dan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan mahasiswaterhadap layanan laboratorium jurusan AP. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahkuantitatif, dengan jenis penelitian eksploratori. Sedangkan populasinya yaitu seluruh mahasiswaJurusan AP, untuk pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan random sampling. Hasilpenelitian ini antara lain: faktor kualitas layanan jasa pegawai laboratorium AP FIP UM sudah baik,mahasiswa memandang kualitas produk/fisik laboratorium AP FIP UM sudah cukup baik dan perluadanya peningkatan, mahasiswa memandang performansi pegawai laboratorium AP FIP UM sudahbaik, dan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap kualitaslayanan Laboratorium Jurusan AP FIP UM adalah faktor Kualitas Layanan Jasa Pegawai Laboratorium.

Kata kunci: kepuasan, kualitas, dan layanan

Lembaga Pendidikan Tinggi tumbuh danberkembang sebagaimana layaknya industri jasa,dan setiap saat berubah seiring dengan prosesglobalisasi, oleh karenanya perlu dipasarkan danberorientasi kepada mahasiswa sebagai salah satupelanggan lembaga, dan itu konsisten dengankepentingan pemasaran dunia industri sektorpendidikan. Perhatian pada mutu layananpendidikan yang menekankan pada kepuasansiswa/mahasiswa muncul dalam rangka menarikpara calon siswa/mahasiswa, melayani danmempertahankan mereka.

Peningkatan mutu pendidikan tinggi termasukdi dalamnya mutu layanan akademik dan mutupengajaran merupakan upaya-upaya yang harusdilakukan agar kepuasan mahasiswa sebagai

pelanggan lembaga pendidikan dapat diberikansecara optimal. Namun demikian ada beberapamasalah yang akan dihadapi oleh lembagapendidikan tinggi di Indonesia pada umumnya,antara lain adalah: rendahnya mutu layananpendidikan pada sebagian besar lembagapendidikan tinggi di Indonesia menjadi kendaladalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, dilain pihak mutu layanan pendidikan mempunyaihubungan dengan kepuasan mahasiswa sebagaipelanggan lembaga. Adanya perubahan paradigmadalam proses pembelajaran, yaitu dari teachercentre learning menjadi student centre learningberdampak pada bagaimana upaya lembagapendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.Jurusan Administrasi Pendidikan (AP) merupakansalah satu jurusan yang ada di lingkungan Fakultas

411

Page 21: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Ilmu Pendidikan (FIP), terus berupaya membenahiaspek-aspek yang dapat membantu dalammeningkatkan mutu lulusannya. Salah satu upayayang sedang dilakukan yaitu denganmengoptimalkan layanan laboratorium kepadamahasiswa dan dosen.

Laboratorium Jurusan AP telah mengupaya-kan memberikan layanan untuk memenuhikebutuhan mahasiswa dan dosen akan sumberbelajar (buku, kamus, ensiklopedi, jurnal ilmiah),dan sarana yang lainnya (komputer, laptop,wireless, ruang serba guna, ruang lab bahasa, TV,CD/DVD), namun dalam perjalanannya seringmendapat keluhan dari mahasiswa dan dosen.Keluhan-keluhan yang sering mucul yaitu tentangpetugas laboratorium datang agak siang, padahaldosen akan mengunakan laptop untuk mengajarpada jam pagi (07.00 WIB) sehingga kadangkaladosen kesulitan dalam menggunakan laptop.Keluhan yang muncul dari mahasiswa hampirsama dengan keluhan yang disampaikan olehdosen. Di samping itu keluhan yang muncul,ditengarai dari prosedur peminjaman saranalaboratorium. Pengukuran kepuasan pelangganmerupakan elemen penting dalam menyediakanpelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebihefektif. Apabila mahasiswa merasa tidak puasterhadap suatu pelayanan yang disediakan, makapelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektifdan tidak efisien.

Di satu pihak permintaan mahasiswa dandosen akan layanan laboratorium semakinmeningkat, namun kualitas pelayanan yangdiberikan ditengarai belum sebanding denganpemenuhan permintaan mahasiswa dan dosentersebut. Penanganan keluhan memberikanpeluang untuk mengubah seorang pelanggan(mahasiswa dan dosen) tidak puas menjadipelanggan yang puas. Proses penanganan keluhanyang efektif mulai identifikasi disertai denganpenentuan sumber yang menyebabkan pelanggantidak puas dan mengeluh. Menurut Tjiptono(1997:138) paling tidak ada empat aspek untukmenangani keluhan, yaitu: (1) empati terhadappelanggan yang marah; (2) kecepatan dalampenanganan keluhan; (3) kewajaran atau keadilandalam memecahkan permasalahan atau keluhan;dan (4) kemudahan bagi konsumen untukmenghubungi lembaga. Terciptanya kualitaspelayanan tentunya akan menciptakan kepuasanterhadap pengguna pelayanan. Seperti pendapat(Thoha, 1998) yang mengatakan bahwa untukmeningkatkan kualitas pelayanan publik, organisasi

publik (birokrasi publik) harus mengubah posisi danperan (revitalisasi) dalam memberikan layananpublik. Dari yang suka mengatur dan memerintahberubah menjadi suka melayani, dari yang sukamenggunakan pendekatan kekuasaan berubahmenjadi suka menolong menuju ke arah yangfleksibel kolaburatis dan dialogis serta dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yangrealistis pragmastis dan efisien sehingga tercapaiapa yang dinamakan “good local governance”dan terhindar dari mal-administrasi.

Pelayanan kepada mahasiswa dan dosen bisadikatakan baik (profesionalisme) bila mahasiswadan dosen dapat dengan mudah mendapatkanpelayanan dan dengan prosedur yang tidak panjang,waktu cepat dan hampir tidak ada keluhan yangdiberikan kepadanya. Kondisi tersebut dapatterwujud bilamana laboratorium Jurusan APdidukung oleh sumber daya manusia yang mumpunibaik dari kualitas maupun kuantitas, disamping jugaadanya sumber daya peralatan dan sumber dayakeuangan yang memadai.

METODE

Peneliti dalam melakukan sebuah prosesilmiah tidak terlepas dari cara-cara ataupun teknikyang akan digunakan untuk memecahkan masalahyang akan diteliti. Cara-cara atau teknik tersebutdalam dunia penelitian disebut dengan metodepenelitian. Arikunto (1990:134) berpendapatmetode penelitian sebagai cara yang digunakanoleh peneliti untuk mengumpulkan data. Di sampingmemerlukan metode, dalam kegiatan penelitiandiperlukan pula adanya sebuah rancangan yangdigunakan sebagai pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti. Rancanganpenelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti untukmelakukan penelitiannya (Sugiono, 2006:323).Lebih lanjut diungkapkan bahwa dalam menyusunrancangan penelitian, perlu diantisipasi tentangberbagai sumber yang dapat digunakan untukmendukung dan yang menghambat terlaksananyapenelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifaktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswaterhadap kualitas layanan laboratorium Jurusan APFIP UM. Dengan melihat tujuan tersebut, makajenis rancangan penelitian ini adalah penelitianeksploratori. Menurut Setyadin (2003) penelitianeksploratori bertujuan untuk memperoleh danmenggali gejala alam atau sosial, dengan

412 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 411-417

Page 22: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

merumuskan gejala tersebut secara rinci. Populasiadalah objek dari suatu penelitian yang akandijadikan sumber dalam penelitian yang akandilakukan. Menurut Sugiono (2006:90) populasiadalah “wilayah generalisasi yang terdiri atasobyek/subyek yang mempunyai kualitas dankarakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya”. Sedangkan menurut Asyari(1983:69) populasi adalah “keseluruhan objekpenelitian, mungkin berupa manusia, gejala–gejala,benda-benda, pola sikap, tingkah laku dansebagainya yang menjadi objek penelitian”. Jadiyang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhanobjek yang akan diteliti dan menjadi sumberpengambilan sampel.

Dalam penelitian ini populasinya adalahpopulasi terhingga karena terdiri atas responsdenyang dapat diketahui jumlahnya secara pasti.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhmahasiswa Jurusan AP FIP UM. Sampel adalahbagian dari populasi, atau wakil populasi yangdupandang representatif dari objek yang diteliti.Menurut Sugiono (2006:91), “sampel adalah bagiandari jumlah dan karakteristik yang dimiliki olehpopulasi tersebut”. Dalam penelitian ini diambilsampel sebanyak 25% dari populasi atau sejumlah95,5 (96) responsden, hal ini didasarkan kepadabeberapa pertimbangan diantaranya, yaitu: (1)adanya keterbatasan waktu yang dimiliki olehpeneliti, (2) dapat mempercepat prosespelaksanaan penelitian, dan (3) memperoleh hasilpenelitian yang dapat dianggap tepat (akuratkarena wilayah penelitian yang dibatasi akan lebihmemungkinkan peneliti dapat memperoleh danmengolah data lebih detail. Adapun teknik dalampengambilan sampel dengan menggunakanRandom Sampling.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalamberbagai setting, berbagai sumber, dan berbagaicara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapatdikumpulkan pada setting alamiah (naturalsetting), pada laboratorium dengan metodeeksperimen, di rumah dengan berbagai responsden,pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain-lain.Bila dilihat dari sumber datanya, makapengumpulan data dapat menggunakan sumberprimer, dan sumber skunder. Selanjutnya bila dilihatdari segi cara atau teknik pengumpulan data, makateknik pengumpulan data dapat dilakukan denganwawancara, angket, observasi, dan gabunganketiganya. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini dengan menggunakan teknik angket.Alasan peneliti menggunkan teknik ini, dikarenakanteknik angket lebih efisien. Hal ini sejalan denganpendapat Sugiono (2006:162) yang menyatakanangket merupakan teknik pengumpulan data yangefisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yangakan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkandari responsden.

Analisis data merupakan kegiatan setelah datadari seluruh responsden atau sumber data lainterkumpul. Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah teknik analisis faktor.Teknik ini digunakan untuk mengungkap faktor-faktor kepuasan mahasiswa terhadap pelayananlaboratorium jurusan AP. Selain itu, dalampenelitian ini juga menggunakan teknik analisisdeskriptif. Teknik analisis deskriptif dilakukan untukmengungkapkan gambaran yang ada di lapanganyang terkumpul secara deskriptif dengan caramenginterpretasikan hasil pengolahan data melaluitabulasi frekuensi.

HASIL

Hasil penelitian ini dengan menggunakan ujideskriptif terhadap beberapa faktor, yaitu:

Faktor I (kualitas layanan jasa pegawai laboratoriumAP FIP UM)

Hasil analisis deskriptif dari 96 responsdenterdiri dari 11 item. Jawaban dari responsdenmendapatkan nilai terendah 11 x 1 = 11, nilaitertinggi 11 x 5 = 55, dan interval 9. Hasil ini dapatdilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Deskriptif Faktor I

No. Interval Jawaban Freku- %ensi

1 11-19 Sangat Tidak Baik 0 02 20-28 Tidak Baik 4 4,23 29-37 Cukup 25 26,04 38-46 Baik 52 54,25 47-55 Sangat Baik 15 15,6

Jumlah 96 100

Dari tabel tersebut terlihat bahwa, sebanyak52 responsden atau 54,2% merespons baikterhadap kualitas layanan jasa pegawaiLaboratorium AP FIP UM. Dengan demikianmahasiswa memandang kualitas layanan jasapegawai Laboratorium AP FIP UM sudah baik.

Sumarsono, Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Layanan Laboratorium 413

Page 23: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Faktor II (kualitas produk/fisik laboratorium AP FIPUM)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor kedua terdiri dari 7 item. Jawabandari responsden mendapatkan nilai terendah 7 x 1= 7, dan nilai tertinggi 7 x 5 = 35, sedangkan interval6. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Deskriptif Faktor II

No. Interval Jawaban Freku- %ensi

1 7-12 Sangat Tidak Baik 4 4,22 13-18 Tidak Baik 4 4,23 19-24 Cukup 48 50,04 25-30 Baik 33 34,45 31-36 Sangat Baik 7 7,3

Jumlah 96 100

Dari tabel tersebut terlihat bahwa, sebanyak48 responsden atau 50% merespons cukupterhadap kualitas produk/fisik laboratorium AP FIPUM. Dengan demikian mahasiswa memandangkualitas produk/fisik laboratorium AP FIP UMsudah cukup baik dan perlu adanya peningkatan.

Faktor III (performansi pegawai laboratorium AP FIPUM)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor ketiga yang terdiri dari 3 item.Jawaban dari responsden mendapatkan nilaiterendah 3 x 1 = 3, nilai tertinggi 3 x 5 = 15, danintervalnya 2,6. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel3.

Tabel 3 Hasil Deskriptif Faktor III

No. Interval Jawaban Freku- %ensi

1 3-4,6 Sangat Tidak Baik 1 1,02 5,6-7,2 Tidak Baik 0 03 8,2-9,8 Cukup 13 13,54 10,8-12,4 Baik 69 71,95 13,4-15 Sangat Baik 13 13,5

Jumlah 96 100

Dari tabel tersebut terlihat bahwa, sebanyak69 responsden atau 71,9% merespons baikterhadap performansi pegawai laboratorium AP FIPUM. Dengan demikian mahasiswa memandangperformansi pegawai laboratorium AP FIP UMsudah baik.

Faktor IV (peralatan laboratorium)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor keempat terdiri dari 2 item. Nilaiterendah 2 x 1 = 2, nilai tertinggi 2 x 5 = 10, daninterval 1,8. Jawaban mahasiswa Jurusan AP FIPUM dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Deskriptif Faktor IV

No. Interval Jawaban Freku- %ensi

1 2-2,8 Sangat Tidak Baik 0 02 3,8-4,6 Tidak Baik 0 03 5,6-6,4 Cukup 8 8,34 7,4-8,2 Baik 68 70,85 9,2-10 Sangat Baik 20 20,8

Jumlah 96 100

Dari tabel tersebut terlihat bahwa, sebanyak68 responsden atau 70,8% merespons baikterhadap peralatan laboratorium AP FIP UM.Dengan demikian mahasiswa memandangperalatan laboratorium AP FIP UM sudah baik.

Faktor V (estetika ruangan)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor kelima terdiri dari 1 item saja,didapat jawaban mahasiswa Jurusan AP FIP UMdapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil Deskriptif Faktor V

No. Jawaban Freku- %ensi

1 Sangat Tidak Baik 0 02 Tidak Baik 7 7,33 Cukup 30 31,34 Baik 54 56,35 Sangat Baik 5 5,2

Jumlah 96 100

Paparan tabel tersebut memperlihatkanbahwa sebanyak 54 atau 56,3% responsdenmemberikan respons baik terhadap estetikaruangan laboratorium AP FIP UM. Dengandemikian dapat diartikan bahwa mahasiswamemberikan AP FIP UM.

Faktor VI (jaminan layanan)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor keenam terdiri dari 2 item. Nilai

414 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 411-417

Page 24: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

terendah 2 x 1 = 2, nilai tertinggi 2 x 5 = 10, danintervalnya 1,8. Jawaban mahasiswa Jurusan APFIP UM dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Deskriptif Faktor VI

No. Interval Jawaban Freku- %ensi

1 2-2,8 Sangat Tidak Baik 0 02 3,8-4,6 Tidak Baik 0 03 5,6-6,4 Cukup 14 14,64 7,4-8,2 Baik 59 61,55 9,2-10 Sangat Baik 23 24,0

Jumlah 96 100

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebanyak59 atau 61,5% responsden memberikan responsbaik terhadap jaminan layanan laboratorium APFIP UM.

Faktor VII (prosedur/manajemen layanan)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor ketujuh terdiri dari 2 item. Nilaiterendah 2 x 1 = 2, nilai tertinggi 2 x 5 = 10, danintervalnya 1,8. Jawaban mahasiswa Jurusan APFIP UM dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Deskriptif Faktor VII

No. Interval Jawaban Freku- %ensi

1 2-2,8 Sangat Tidak Baik 0 02 3,8-4,6 Tidak Baik 0 03 5,6-6,4 Cukup 19 19,84 7,4-8,2 Baik 70 72,95 9,2-10 Sangat Baik 7 7,3

Jumlah 96 100

Gambaran Tabel 7 memperlihatkan bahwasebanyak 70 atau 72,9% responsden memberikanrespons baik terhadap prosedur/manajemenlayanan.

Faktor VIII (ketepatan waktu layanan)

Hasil analisis deskriptif yang dikelompokkanmenjadi faktor kedelapan terdiri dari 1 item, didapatjawaban mahasiswa Jurusan AP FIP UM dapatdilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Deskriptif Faktor VIII

No. Jawaban Freku- %ensi

1 Sangat Tidak Baik 0 02 Tidak Baik 12 12,53 Cukup 32 33,34 Baik 37 38,55 Sangat Baik 15 15,6

Jumlah 96 100

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwasebanyak 59 atau 38,5% responsden memberikanrespons baik terhadap ketepatan waktu layananlaboratorium AP FIP UM.

PEMBAHASAN

Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaandimana keinginan, harapan dan kebutuhanpelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilaimemuaskan bila pelayanan tersebut dapatmemenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.Pengukuran kepuasan pelanggan merupakanelemen penting dalam menyediakan pelayananyang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadapsuatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanantersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidakefisien. Hal ini terutama sangat penting bagipelayanan publik. Tingkat kepuasan pelangganterhadap pelayanan merupakan faktor yang pentingdalam mengembangkan suatu sistim penyediaanpelayanan yang tanggap terhadap kebutuhanpelanggan, meminimalkan biaya dan waktu sertamemaksimalkan dampak pelayanan terhadappopulasi sasaran.

Kepuasan pelanggan dalam hal ini kepuasanmahasiswa sangat tergantung dari beberapafaktor. Hal ini sesuai dengan Barkelay dan Saylor(1994:82), dan Juran (1993:3) yang menyebutkankepuasan pelanggan (Customer Satifaction) atausering disebut juga dengan Total CustomerSatisfaction yang merupakan fokus dari prosesCostomer-Driven Project Management(CDPM), bahkan dinyatakan pula bahwakepuasan pelanggan adalah kualitas.

Sedangkan menurut Kotler yang dikutipTjiptono (1997:146) bahwa kepuasan pelangganadalah tingkat perasaan seseorang setelahmembandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakandengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah

Sumarsono, Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Layanan Laboratorium 415

Page 25: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakandengan harapan. Kualitas termasuk semua elemenyang diperlukan untuk memuaskan tujuanpelanggan, baik internal maupun ekternal, jugatermasuk tiap-tiap item dalam produk kualitas,kualitas layanan, performance, availibility,durability, aesthetic, reability, maintainability,logistic, supportability, costomer service,training, delivery, billing, shipping, repairing,marketing, warranty, dan life cycle cost. Jikapelanggan merasa puas akan jasa/produk, makapelanggan akan menggunakan jasa/produk kembali,dan sebaliknya jika tidak sesuai dengan harapan,maka pelanggan (konsumen) akan kecewa, tidakloyal, dan tidak puas.

Dari hasil analisis faktor kepuasan mahasiswadalam teori ada 5 sub variabel yang menentukankepuasan pelanggan, antara lain: Keandalan(Reliability); Ketanggapan (Responsivenes);Keyakinan (Assurance); Empati (Emphaty); danBerwujud (Tangible). Setelah dianalisis, hasilnyamenjadi 8 faktor dan diberi nama faktor baru,antara lain: (1) Kualitas Layanan Jasa PegawaiLaboratorium AP FIP UM, (2) Kualitas Produk/Fisik Laboratorium AP FIP UM, (3) PerformansiPegawai Laboratorium AP FIP UM, (4) PeralatanLaboratorium, (5) Estitika Ruangan, (6) JaminanPelayanan, (7) Prosedur/Manajemen Layanan, dan(8) Ketepatan Waktu Pelayanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Faktor kepuasan mahasiswa dalam teori ada5 sub variabel, antara lain: Keandalan (Reliability);Ketanggapan (Responsivenes); Keyakinan(Assurance); Empati (Emphaty); dan Berwujud(Tangible). Setelah dianalisis faktor hasilnyamenjadi 8 faktor dan diberi nama faktor: (1)Kualitas Layanan Jasa Pegawai laboratorium APFIP UM, (2) Kualitas Produk/Fisik l;aboratoriumAP FIP UM, (3) Performansi PegawaiLaboratorium AP FIP UM, (4) PeralatanLaboratorium, (5) Estitika Ruangan, (6) JaminanPelayanan, (7) Prosedur/Manajemen Layanan, dan(8) Ketepatan Waktu Pelayanan.

Tingkat kepuasan mahasiswa terhadapkualitas layanan Laboratorium Jurusan AP FIP UMantara: (1) faktor Kualitas Layanan Jasa PegawaiLaboratorium AP FIP UM sudah baik . (2) KualitasProduk/Fisik Laboratorium AP FIP UM adalahcukup baik. (3) Performansi Pegawai Labora-torium AP FIP UM sudah baik. (4) PeralatanLaboratorium sudah baik. (5) Estitika Ruangansudah bik. (6) Jaminan Pelayanan sudah baik. (7)Prosedur/Manajemen Layanan sudah baik. Dan(8) Ketepatan Waktu Pelayanan sudah baik.

Faktor yang paling dominan dalammempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadapkualitas layanan Laboratorium Jurusan AP FIP UMadalah faktor Kualitas Layanan Jasa PegawaiLaboratorium AP FIP UM. Sebanyak 96 sampelmahasiswa merespons baik, dengan frekuensi 52(54,2%).

Saran

Mahasiswa, hendaknya menggunakanperalatan Laboratorium AP FIP UM dengan baik,bijaksana, dan menjaganya. Diharapkan jugamahasiswa mematuhi prosedur yang telahditetapkan oleh Jurusan AP FIP UM. Denganbegitu diharapkan keberadaan Laboratorium APFIP UM dapat terjaga dengan baik dan dapatdigunakan dalam jangka waktu panjang.

Pegawai Laboratorium Jurusan AP FIP UM,diharapkan dapat mempertahankan kualitaslayanan jasa dan performansi pegawai karena inimerupakan faktor yang sangat dominan dandominan bagi mahasiswa dalam penggunaanlayanan Laboratorium AP FIP UM. Sedangkanfaktor yang perlu ditingkatkan adalah: estitika,jaminan pelayanan, serta ketepatan waktupelayanan.

Jurusan Administrasi Pendidikan, hendaknyamemperhatikan: kualitas produk/fisik LaboratoriumAP FIP UM, peralatan moderen, prosedur/manajemen layanan, karena faktor ini jugamempengaruhi mahasiswa dalam penggunaanlayanan Laboratorium AP FIP UM yang akanmendorong mahasiswa untuk selalu mengunjungiLaboratorium AP FIP UM sebagai salah satusumber belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta: PT RinekaCipta.

Barkley, B. T and James, H.S. 1994. CustomerDriven Project Management, A New

416 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 411-417

Page 26: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Paradigm in Total Quolity Implementa-tion. Singapore: Mc-Graw Hill, Inc.

Juran J.M. dan Griya, F.M. 1993. QualityPlanning and Analysis. 3 ED. Singapore:Mc-Graw Hill, Inc.

Lukman. 1999. Pengukuran Tingkat KepuasanPelanggan untuk Menaikkan PangsaPasar. Jakarta: PT Renika Cipta.

Munir. 1998. Manajemen Pelayanan UmumIndonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Parasuraman A, 1998. Assesment of Expectationsas A Comparison Standart in Measure ofQuality: Implications for Further Research.Journal Organisasi Market Services,Januari, pp.111-124.

Rasyid, R. 1998. Desentralisasi dalamMenunjang Pembangunan Daerahdalam Pembangunan Administrasi diIndonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Setyadin, B. 2003. Reduksi Data melalui AnalisisFaktor Eksploratori. Makalah disajikan

dalam Lokakarya Penelitian Kuantitatif diMalang tanggal 8-12 Desember 2003.Malang: Tidak diterbitkan.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Administrasi.Bandung: Alfabet.

Sumartono. 2007. Reformasi Administrasi Publikdalam Pelayanan Publik. PidatoPengukuhan Guru Besar di UniversitasBrawijaya Malang, 3 Maret 2007 (tidakditerbitkan).

Thoha, M.. 1996. Pembinaan Organisasi (ProsesDiagnosa dan Intervensi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Tjiptono, F. 1997. Manajemen Jasa. Yogyakarta:Andi Ofset.

Tjiptono F. 2000. Prinsip-prinsip Total QualityService. Yogyakarta: Andi.

Zeithmal, V. A. 2004. Service Marketing. NewYork: Prentice-Hall.

Sumarsono, Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Layanan Laboratorium 417

Page 27: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIFDI SMAN SE-KABUPATEN LUMAJANG

Firzha Tri Aningtyas PutriSunarni

E-mail: [email protected] Administrasi Sekolah di SMA 3 Pasuruan

Abstract: The objective of this research is to determine the effectiveness of school leadership. Datawere collected through questionnaire. This research used Quantitative approach and analyzed bydescriptive analysis. The Population is 12 people, and the sample was 12. The subjects in this studyare high school principals in Lumajang regency. Based on the the result of the analysis obtainedthrough questionnaires to the 12 respondents which is the high school principal in Lumajang regency,the overall data obtained on leadership effective principals. Consists of 35 statements and fivealternative answers, it’s indicated that the data about the level of quality of school leadership ingeneral are effective in either category. The results of this study indicate that the level of quality ofschool leadership that can effectively be qualified either by 9 respondents or 75%.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan kepemimpinan kepala sekolah. Metodepengumpulan data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket. Analisis data kuantitatif denganmenggunakan analisis deskriptif. Populasi berjumlah 12 orang, sampel penelitian berjumlah 12 orang.Subyek dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah seluruh SMA Negeri se-Kabupaten Lumajang.Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui penyebaran angket atau kuesioner pada 12 respondenyaitu kepala sekolah SMAN se-Kabupaten Lumajang diperoleh data secara keseluruhan tentangkepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Terdiri dari 35 pernyataan dan 5 alternatif jawaban,menunjukkan bahwa data tentang tingkat kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang efektif secaraumum berada pada katagori baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas kepemimpinankepala sekolah yang efektif dapat dikualifikasikan baik dengan 9 responden atau 75%.

Kata Kunci: kepala sekolah, kepemimpinan

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapioleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutupendidikan pada setiap jenjang dan satuanpendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untukmeningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnyapengembangan kurikulum nasional dan lokal,peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan,pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan danperbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sertapeningkatan mutu manajemen sekolah dengan carameningkatkan kualitas kepala sekolah.

Kemudian salah satu aspek kepemimpinandi dunia pendidikan adalah kepemimpinan di suatusekolah. Sekolah sebagai unit kerja dipimpin olehseorang kepala sekolah. Tak luput sorotan tentangkepala sekolahpun mulai tajam. Untuk dapatbersaing di era globalisasi, maka diperlukan kepalasekolah–kepala sekolah yang profesional. Kepalasekolah yang profesioanl tak terlepas dari

paradigma kepemimpinan pada umumnya.Kepemimpinan itu sendiri diterjemahkan ke dalamistilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruhterhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungankerja sama antar peran, kedudukan dari satujawaban administratif, dan persepsi dari lain-laintentang legitimasi pengaruh.

Pemimpin adalah seorang yang karenakecakapan-kecakapan pribadinya dengan atautanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhikelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkanusaha bersama ke arah pencapaian sasaran atautujuan bersama (Winardi, 2004:304). Dari pendapattersebut pengertian pemimpin mewujudkan adanyakemampuan untuk menggerakkan, membimbing,memimpin dan memberi kegairahan kerja terhadaporang lain. Jadi bila ditarik kesimpulan daripendapat di atas, pemimpin adalah orang yangdapat mempengaruhi, menggerakkan, menumbuh-

418

Page 28: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

kan perasaan ikut serta dan tanggung jawab,memberikan fasilitas, tauladan yang baik sertakegairahan kerja terhadap orang lain. Namunbanyak faktor penghambat tercapainya kualitaskeprofesionalan kepemimpinan kepala sekolahseperti proses pengangkatannya tidak transparan,rendahnya mental kepala sekolah yang ditandaidengan kurangnya motivasi dan semangat sertakurangnya disiplin dalam melakukan tugas, danseringnya datang terlambat, wawasan kepalasekolah yang masih sempit, serta banyak faktorpenghambat lainnya yang menghambat tumbuhnyakepala sekolah yang professional untukmeningkatkan kualitas pendidikan. Inimengimplikasikan rendahnya produktivitas kerjakepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu(input, proses, dan output).

Kepala sekolah merupakan salah satukekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yangberperan bertanggung jawab dalam menghadapiperubahan agar para guru, staf dan siswamenyadari akan tujuan sekolah yang telahditetapkan, dengan kesadaran tersebut para guru,staf dan siswa dengan penuh semangatmelaksanakan tugas masing-masing dalammencapai tujuan sekolah. Menurut Wahjosumidjo(2007) kepala sekolah merupakan dua gabungankata, kedua kata terebut adalah “kepala” dan“sekolah”. Kata kepala dapat diartikan “ketua”atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atausebuah lembaga. Sedangkan “sekolah” adalahsebuah lembaga dimana menjadi tempat menerimadan memberi pelajaran.

Dari definisi di atas dapat menarik kesimpulanbahwa kepala sekolah adalah seorang yangditunjuk sebagai pemimpin di satuan pendidikan.Pemimpin ada dua macam, yaitu pemimpin formaldan pemimpin nonformal. Pemimpin formal, artinyadia diangkat secara formal (formally designatedleader) oleh organisasi yang bersangkutan atauorganisasi yang menjadi atasannya. Sehinggasecara organisatoris mempunyai tugas membina,membimbing, memberi bantuan dan dorongankepada staf sekolah untuk mencapai tujuan yangingin dicapai. Siapapun yang akan diangkat menjadikepala sekolah harus ditentukan melalui prosedurserta persyaratan-persyaratan tertentu.

Kepemimpinan diterjemahkan kedalamistilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruhterhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungankerja sama antar peran, kedudukan dari suatujabatan administratif, dan persepsi lain tentanglegitimasi pengaruh (Wahyosumidjo:2007). Dapat

disimpulkan bahwa pengertian kepemimpinanadalah suatu kegiatan dalam membimbing suatukelompok sedemikian rupa sehingga tercapailahtujuan kelompok itu. Tujuan tersebut merupakatujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapaitujuan berama itu, pemimpin dan kelompok yangsatu bergantung pada kelompok dan pemimpinyang lain. Seseorang t idak dapat menjadipemimpin terlepas dari kelompok. Kepemimpinanmerupakan suatu sifat dari kelompok. Setiaporang sebagi anggota suatu kelompok dapatmemberikan sumbangannya untuk kesuksesankelompoknya.

Indrafachrudi (2006) menyatakankepemimpinan adalah suatu kegiatan dalammembimbing suatu kelompok sedemikian rupasehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuantersebut merupakan tujuan bersama. Kepemim-pinan dapat didefinisikan sebagai kategori perilakuyang dapat membuat seseorang (pemimpin)mampu mempengaruhi orang lain (Hanurawan,2002:34). Mengingat tugas kepemimpinan yangkompleks, pengertian kepemimpinan tidak dapatdibatasi secara pasti, termasuk pengertiankepemimpinan efektif di sekolah. Namun, sejumlahrujukan menjelaskan bahwa kepemimpinan efektifdi sekolah dapat berkait dengan kepemimpinankepala sekolah di sekolah yang efektif. Atas dasarpandangan ini, maka kepemimpinan efektif disekolah dapat dimengerti sebagai bentukkepemimpinan yang menekankan kepadapencapaian prestasi akademik dan non akademiksekolah.

Sebagai pemimpin pendidikan di sekolah,kepala sekolah memiliki tanggungjawab legal untukmengembangkan staf, kurikulum, dan pelaksanaanpendidikan di sekolahnya. Efektifitas kepemimpin-an kepala sekolah tergantung kepada kemampuanbekerjasama dengan guru dan staf, sertakemampuannya mengendalikan pengelolaananggaran, pengembangan staf, scheduling,pengembangan kurikulum, paedagogi, danassessmen. Membekali kepala sekolah memilikiseperangkat kemampuan ini dirasa sangat penting.Indrafacrudi (2006: 3), pada dasarnya dapat fungsikepemimpinan pendidik dibagi atas dua macam,yaitu: a) fungsi yang bertalian dengan tujuan yanghendak dicapai, b) fungsi yang bertalian denganpenciptaan suasana pekerjaan yang sehat danmenyenangkan sambil memeliharanya. Hasilpenyelidikan Tead (dalam Indrafachrudi, 2006)dianggap penting sekali bagi kepemimpinanpendidikan. Ia menyarankan sifat kepemimpinan

Putri dan Sunarni, Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif di SMAN Se-Kabupaten Lumajang 419

Page 29: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

pendidikan sebagai berikut: (a) memiliki kesehatanjasmaniah dan rohaniah yang baik, (b) berpegangteguh pada tujuan yang hendak dicapai, (c)bersemangat, (d) jujur, (e) cakap dalam memberibimbingan, (f) cepat serta bijaksana dalammengambil keputusan, (g) cerdas, dan (h) cakapdalam hal mengajar dan menaruh kepercayaanpada yang baik dan berusaha mencapainya.

Cara-cara seorang pemimpin melaksanakankepemimpinannya berbeda-beda. Berdasarkankonsep official leadership, dapat dibedakanempat tipe kepemimpinan, yaitu: (a) kepemimpinanotokratis, (b) kepemimpinan pseudo-demokratis,(c) kepemimpinan laisses-faire, (d) kepemimpinandemokratis (Indrafachrudi, 2006). Kepala sekolahdalam melaksanakan kepemimpinan hendaklahmenggunakan pengetahuan, pengalaman, dan sifatkepemimpinan. Sehubungan dengan itu, kepalasekolah dituntut memiliki kemahiran danketerampilan dalam mengelola lembaga pendidikan(Indrafachrudi, 2006). Ada beberapa macamketerampilan, yaitu: (1) keterampilan memimpin,(2) keterampilan menjalin hubungan kerja samadengan sesama manusia, (3) keterampilanmenguasai kelompok, (4) keterampilan mengelolaadministrasi personalia, (5) keterampilan menilai.

Tiap-tiap teori dan definisi di atas sinkrondengan pendekatan-pendekatan yangdiusahakannya. Pendekatan-pendekatan itu adalahuntuk memecahkan masalah-masalahkepemimpinan yang telah lama dilakukan dandiselidiki oleh para ahli (Indrafachrudi, 2006). Padadasarnya, ada 2 macam pendekatan dalamkepemimpinannya, yaitu: (1) pendekatan sifat-sifat,(2) pendekatan sifat.

Betapa perlunya kualitas kepemimpinankepala sekolah, maka selalu ditekankan pentingnyatiga kemampuan dasar yang perlu dimiliki olehkepala sekolah, yaitu conceptual skills, human skills,technical skills. Dengan memiliki tiga macamketerampilan dasar tersebut, kepala sekolahdiharapkan mampu dalam hal: a) menentukantujuan sekolah, b) mengorganisasikan ataumengatur sekolah, c) menanamkan pengaruh ataukewibawaan kepemimpinannya, d) memperbaikipengambilan keputusan, dan e) melaksanakanperubahan (perbaikan) pendidikan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitiandeskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan

untuk mendapatkan informasi tentang suatu gejalapada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptifmenghasilkan hasil penelitian yang tarafnya dalammemberikan penjelasan mengenai masalah yangditeliti. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwapenelitian ini adalah penelitian deskriptif. Karenapenelitian menggunakan perhitungan angka(bilangan) terhadap data yang diperoleh untukpengujian hipotesis.

Arikunto (1996:115) mendifinisikan “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.Berdasarkan definisi tersebut, sesuai denganjudul penelitian ini yang menjadi populasi dalampenelitian ini adalah semua kepala SMAN se-Kabupaten Lumajang. Berdasarkan definisitersebut, sesuai dengan judul penelitian ini makayang menjadi populasi dalam penelitian iniadalah semua kepala SMAN se-kabupatenLumajang. Jumlah populasi yang ditetapkansebagai objek penelitian adalah sebanyak 12kepala sekolah menengah atas negeri. Sampelpenelitian menurut Arikunto (1993:104) adalah“sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.Sementara Hadi (1987:221) mengartikan sampelsebagai “sejumlah penduduk yang jumlahnyakurang dari populasi”. Penentuan besarnyasampel masih belum didapatkan kesepakatanyang jelas, besarnya sampel yang harus diambilagar diperoleh sampel yang representatif. Halini sesuai pendapat yang mutlak berapa persensuatu sampel harus diambil dari populasi. Dalampenelitian ini sampelnya adalah seluruh kepalaSMAN se-kabupaten Lumajang.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitianmengambil semua kepala sekolah sebagai sampelyang berjumlah 12 orang. Menurut Arikunto(2006:160) mengemukakan bahwa instrumenpenelitian adalah alat atau fasilitras yangdigunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dataagar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebihbaik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dansistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumenyang digunakan dalam penelitian ini adalahangket. Angket merupakan suatu carapengumpulan data dengan menyebarkan sejumlahpertanyaan atau pernyataan. Angket ataukuesioner menurut Arikunto (1996: 139) adalah“sejumlah pertanyaan yang digunakan untukmemperoleh informasi dari responden dalam artilaporan tentang pribadinya atau hal hal lain yangia ketahui”.

420 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 418-423

Page 30: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

HASIL

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Berdasarkan angket yang telah disebarkepada kepala sekolah SMAN se-KabupatenLumajang diperoleh data keseluruhan tentangkepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Terdiridari 35 pernyataan dan 5 alternatif jawaban.Berdasarkan dari seluruh data mengenaikepemimpinan kepala sekolah yang efektifsebanyak 9 responden atau 75% tergolong kategoribaik, sedangkan yang tergolong cukup sebanyak3 responden atau 25%, pada kualifikasi rendahsebanyak 0 responden atau 0%. Jadi dapatdisimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolahyang efektif tergolong baik.

Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah MenengahAtas

Deskripsi data tentang fungsi kepala sekolahpada penelitian ini dibuat angket yang terdiri dari 8item pernyataan yang kemudian diukur dengan skor1 sampai 5, dengan angket disebarkan kepadaresponden sebanyak 12 orang kepala sekolah yangmenjadi responden dalam penelitian.

Diketahui dari 12 responden, jumlah respondenyang ada pada kualifikasi baik sebanyak 1 respondenatau 8,33%, pada kualifikasi cukup sebanyak 11responden atau 91,67%, pada kualifikasi rendahsebanyak 0 responden atau 0,00%.

Syarat kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas

Deskripsi data tentang syarat kepemimpinankepala sekolah pada penelitian ini dibuat angketyang terdiri dari 10 item pernyataan yang kemudiandiukur dengan skor 1 sampai 5, dengan angketdisebarkan kepada responden sebanyak 12 orangkepala sekolah yang menjadi responden dalampenelitian.

Dapat diketahui dari 12 responden, jumlahresponden yang ada pada kualifikasi tinggisebanyak 9 responden atau 75,00%, pada kualifikasisedang sebanyak 3 responden atau 25,00%, padakualifikasi rendah sebanyak 0 responden atau0,00%.

Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah MenengahAtas

Deskripsi data tentang tipe-tipekepemimpinan kepala sekolah pada penelitian ini

dibuat angket yang terdiri dari 4 item pernyataanyang kemudian diukur dengan skor 1 sampai 5,dengan angket disebarkan kepada respondensebanyak 12 orang kepala sekolah yang menjadiresponden dalam penelitian.

Dapat diketahui dari 12 responden, jumlahresponden yang ada pada kualifikasi tinggisebanyak 0 responden atau 0,00%, pada kualifikasisedang sebanyak 10 responden atau 83,33%, padakualifikasi rendah sebanyak 2 responden atau16,67%.

Keterampilan Kepemimpinan Kepala SekolahMenengah Atas

Deskripsi data tentang keterampilankepemimpinan kepala sekolah pada penelitian inidibuat angket yang terdiri dari 13 item pernyataanyang kemudian diukur dengan skor 1 sampai 5,dengan angket disebarkan kepada respondensebanyak 12 orang kepala sekolah yang menjadiresponden dalam penelitian.

Diketahui dari 12 responden, jumlahresponden yang ada pada kualifikasi baik sebanyak3 responden atau 25,00%, pada kualifikasi cukupsebanyak 9 responden atau 75,00%, pada kualifikasirendah sebanyak 0 responden atau 0,00%.

PEMBAHASAN

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Berdasarkan hasil analisis yang diperolehmelalui penyebaran angket atau kuesioner pada12 responden yaitu kepala sekolah SMAN se-Kabupaten Lumajang diperoleh data secarakeseluruhan tentang kepemimpinn kepala sekolahyang efektif yaitu pada kategori baik. Dengandemikian, pemimpin pendidikan efektif selaluberkonsentrasi untuk menggerakkan faktor-faktorpotensial bagi ketercapaian tujuan sekolah. Sebagaipemimpin pendidikan pula, kepala sekolah efektifmampu menunjukkan kemampuannyamengembangkan potensi-potensi sekolah, guru, dansiswa untuk mencapai prestasi maksimal. dapatditegaskan bahwa kepemimpinan efektif adalahkepemimpinan kepala sekolah yang memfokuskepada pengembangan instruksional,organisasional, staf, layanan murid, serta hubungandan komunikasi dengan masyarakat. Sajian materiini akan mendeskripsikan kepemimpinan efektifkepala sekolah, ditinjau dari aktifitasnya dalam

Putri dan Sunarni, Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif di SMAN Se-Kabupaten Lumajang 421

Page 31: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

berkomunikasi, membangun teamwork, mengambilkeputusan, menangani konflik, dan memeliharabudaya kerja di sekolah.

Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil analisis yang diperolehmelalui penyebaran angket atau kuesioner pada12 responden yaitu kepala sekolah SMAN se-Kabupaten Lumajang, menunjukkan bahwa datatentang fungsi kepala sekolah secara umum beradapada katagori baik. Fungsi kepala sekolah ini telahmemenuhi kriteria pada teori yaitu terdapatbeberapa fungsi kepemimpinan: pertama, agarorganisasi dapat berjalan secara efektif makaharus ada semua faktor (dalam hal ini adalahkepemimpinan) sehingga perilaku individu dapatdiarahkan pada orientasi penyelesaian tugas.Kedua, kepemimpinan dapat membantu stabilitassuatu organisasi dalam lingkungan yang selaluberubah dengan melakukan penyesuaian danadaptasi untuk merubah kondisi-kondisi lingkungan.Ketiga, dalam konteks dinamika organisasi,kepemimpinan dapat membantu melakukankoordinasi diantara unit-unit organisasi yangberbeda-beda terutama dalam masa pertumbuhandan perubahan. Keempat, kepemimpinan memilikiperan penting dalam memelihara kestabilan guguskerja dengan memfasilitasi kebutuhan danpencapaian tujuan personal, menurut Katz danKahn (dalam Hanurawan, 2002:34).

Syarat Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil analisis yang diperolehmelalui penyebaran angket atau kuesioner pada 12responden yaitu kepala sekolah SMAN se-Kabupaten Lumajang, menunjukkan bahwa datatentang syarat pemimpin pendidikan berada padakategori tinggi. Kepala sekolah, sebagai pemimpinharus mengakui bahwa bekerja sama berarti bahwamasinng-masing harus memberi sumbangan yangsebaik mungkin sesuai dengan kesanggupan dalammelaksanakan rencana pendidikan di sekolah. Agarpelaksanaan tugas dan pekerjaanya berjalan lancar,seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti mauberinisiatif, percaya diri, setia, tekun, dan jujur.Kepercayaan akan terwujud apabila kita memilikidan menunjukan sifat seperti ikhlas, tulus hati, danterus terang. Alangkah baiknya apabila syarat-syaratkepemimpinan tersebut ditunjang juga oleh keahliandalam profesinya, yang mencakup penguasaan

pengetahuan, terutama dalam bidangnya,pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya.

Tipe-Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil analisis yang diperolehmelalui penyebaran angket atau kuesioner pada12 responden yang disini kepala sekolah SMANse-Kabupaten Lumajang, menunjukkan bahwadata tentang tipe-tipe kepemimpinan pendidikansecara umum berada pada katagori tinggi. Tipe-tipe kepemimpinan yang diuraikan adalah tipe-tipeyang sangat berkaitan dengan sifat dan watakpribadi seorang pemimpin. Di dalam praktikternyata tipe-tipe itu bervariasi tergantung padasituasi kematangan bawahan (terpimpin) yangdibinanya.

Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil analisis yang diperolehmelalui penyebaran angket atau kuesioner pada12 responden yang disini kepala sekolah SMANse-Kabupaten Lumajang, menunjukkan bahwadata tentang syarat pemimpin pendidikan beradapada katagori sangat cukup. Ada beberapa macamketerampilan menurut Indrafachrudi (2006), antaralain sebagai berikut: (a) keterampilan Memimpin,(b) keterampilan Menjalin Hubungan Kerja denganSesama Manusia, (c) keterampilan MenguasaiKelompok, (d) Keterampilan MengelolaAdministrasi Pesonalia, (e) Keterampilan Menilai.Berdasarkan teori diatas, kepala sekolah telahmemenuhi semua keterampilan yang disebutkandiatas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektifsecara keseluruhan dinilai dalam kategori baik. Jadikeseluruhan kepala sekolah telah memenuhi segalakriteria yang ada. Fungsi kepala sekolah SMANse-Kabupaten Lumajang secara keseluruhansudah baik, dengan segala perhitungan dan analisisyang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkanadalah baik. Syarat kepemimpinan kepala sekolahdalam penelitian ini secara keseluruhan cukup.Semua kepala sekolah sudah memenuhi syaratpemimpin pendidikan ini. Tipe-tipe kepemimpinankepala sekolah secara umum berada pada katagorisedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwatingkat kualitas tipe-tipe kepemimpinan kepalasekolah dapat dikualifikasikan sedang.

422 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 418-423

Page 32: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Keterampilan kepemimpinan kepala sekolah hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa syarat pemimpinpendidikan dikualifikasikan cukup.

Sebagai acuan untuk menjadi lebih baik,menambah wawasan dan pengetahuan. Dapatdigunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuandalam mengembangkan pola pengelolaan programsekolah. Dan untuk lebih meningkatkan fungsi, tipedan keterampilan kepemimpinan kepala sekolahmenengah atas di Kabupaten Lumajang. Sebagai

bahan wacana bagi guru, untuk meningkatkanprofesionalisme guru untuk melangkah lebih baiklagi. Sebagai bahan pembanding dan penambahreferensi demi pengembangan ilmu, terutamasumber daya manusia. Sebagai bahan pengetahuanbekal dan keterampilan di kemudian hari, sertadapat dijadikan bahan referensi dan memberiwawasan yang banyak tentang kepemimpinankepala sekolah yang efektif.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, M. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedurdan Strategi. Bandung: Angkasa.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Bungin, B. 2008. Metodologi Peneli tianKuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, danKebijakan Publik serta Ilmi-Ilmu SosialLainnya. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.

Hadi, S. 1987. Statistik II. Yogyakarta: YPFPUGM.

Hanurawan, F. 2002. Psikologi Sosial Terapan.Malang: Triumvat Press.

Indrafachrudi, S. 2006. Bagaimana MemimpinSekolah yang Efektif . Bogor: GhaliaIndonesia.

Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Umar, H. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsidan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan KepalaSekolah. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Winardi, J. 2004. Manajemen PerilakuOrganisasi. Jakarta: Prenada Media.

Putri dan Sunarni, Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif di SMAN Se-Kabupaten Lumajang 423

Page 33: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

MANAJEMEN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DALAMMENINGKATKAN KUALITAS SEKOLAH

Irma SeptianiBambang Budi Wiyono

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This research was conducted with the aim to find out about the management functions ofextracurricular activities at SMAN 1 Malang and the supporting factors and obstacles in theimplementation of the extracurricular activities. This study is a descriptive study using qualitativeresearch approach with a case study research design in terms of research focused on one phenomenonselected and to be understood in depth, regardless of the other phenomena. This research wascarried out directly by using field notes and a camera for documentation. Data was collected throughin-depth interviews and participant observation. To maintain the validity of the data, this study usesparticipatory extension techniques, persistence / constancy observation and triangulation. The resultsof this study are: the existence of extra-curricular activities program conducted by the school for oneschool year, the existence of organizational structures on any type of extracurricular activities, includingthe mobilization process or execution of extra-curricular activities held in school after school hoursintra ends at 2:00 p.m. to 5:00 p.m.

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tentang fungsi manajemenkegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1 Malang dan faktor pendukung serta penghambatdalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifdengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus dalamarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam,dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Penelitian ini dilakukan secara langsung denganmenggunakan catatan lapangan dan kamera untuk dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan denganmetode wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Untuk menjaga keabsahan data, penelitianini menggunakan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan/keajegan pengamatan dantrianggulasi. Hasil dari penelitian ini yaitu: adanya program kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukanoleh pihak sekolah untuk satu tahun ajaran, adanya struktur organisasi pada setiap jenis kegiatanekstrakurikuler, meliputi proses penggerakan atau pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakandi sekolah setelah jam pelajaran intrakurikuler berakhir yaitu pada pukul 14.00-17.00 WIB.

Kata Kunci: manajemen, kegiatan ekstrakurikuler, kualitas

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasionalsetiap sekolah perlu melakukan manajemensekolah agar tujuan kegiatan belajar mengajardapat berlangsung secara teratur, efektif danefisien. Sekolah merupakan lembaga pendidikan,yang menampung peserta didik dan dibina agarmereka memiliki kemampuan, kecerdasan danketerampilan. Dalam proses pendidikan diperlukanpembinaan secara terkoordinasi dan terarah.Selama menempuh pendidikan di sekolah selainmenerima jenis pendidikan yang bersifatintrakurikuler, yaitu program pendidikan danpengajaran yang terdiri dari matapelajaran-matapelajaran yang susuai dengan muatan kurikulum

pendidikan, sekolah juga perlu menyelenggarakanprogram ekstrakurikuler yang berfungsi untukmembina dan mengembangkan secara optimalbakat dan minat yang dimiliki siswa. Dengandemikian siswa diharapkan dapat mencapaiprestasi belajar yang maksimal sehinggatercapainya tujuan pendidikan. Kegiatanekstrakurikuler dalam pendidikan dimaksudkansebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan pesertadidik, membantu mereka yang kurang,memperkaya lingkungan belajar dan menstimulasimereka agar lebih kreatif.

Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyakwadah atau program yang dijalankan demi

424

Page 34: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

menunjang proses pendidikan yang kemudian atasprakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan,keterampilan ke arah pengetahuan yang lebihmaju. Salah satu wadah pembinaan siswa disekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler. Melaluikegiatan ekstrakurikuler inilah pembinaan danpengembangan bakat dan minat siswa sebagaibagian dari generasi muda diupayakan dandirealisasikan di sekolah. Kegiatan ekstrakurikulermerupakan lahan untuk beraktualisasi diri yangkadang tidak ditemui dalam kegiatan belajarmengajar sehari-hari, baik dalam kepemimpinan,olahraga, kesenian, dan religi. Pengembanganekstrakurikuler dapat bermanfaat bagi sekolahyaitu sebagai sarana untuk promosi sekolah kepadamasyarakat khususnya masyarakat sekitarsekolah. Dengan prestasi yang diperoleh sekolahmaka akan meningkatkan derajat sekolah dimatamasyarakat. Kegiatan-kegiatan yang diadakandalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuandari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatanekstrakurikuler yang beragam siswa dapatmengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.

Pendidikan bertujuan untuk menyediakanlingkungan yang memungkinkan siswa untukmengembangkan potensi, bakat dankemampuannya secara optimal, sehingga merekamampu mewujudkan dirinya dan berfungsisepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinyamaupun kebutuhan masyarakat. Kegiatanekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhikebutuhan yang diminati siswa untuk memperolehpengetahuan dan pengalaman terhadap berbagaimata pelajaran yang pada suatu saat nantibermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan ekstrakurikuler akanmemberikan sumbangan yang berarti bagi siswauntuk mengembangkan minat-minat baru,menanamkan tanggung jawab sebagai warganegara, melalui pengalaman-pengalaman danpandangan-pandangan kerja sama dan terbiasadengan kegiatan mandiri.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatanpendidikan di luar matapelajaran dan pelayanankonseling untuk membantu pengembangan pesertadidik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat danminat mereka melalui kegiatan yang secara khususdiselenggarakan oleh pendidik dan tenagakependidikan yang berkemampuan dan berwenangdi sekolah/madrasah. Kegiatan ekstrakurikulerbukan sekedar tempat menyalurkan hobi siswabelaka. Jika disalurkan secara efektif terutamayang berbasis kegiatan fisik, dapat membentuk

karakter seorang siswa. Selain itu, kegiatanekstrakurikuler ini merupakan salah satu unsurpenting dalam membangun kepribadian siswa.Pengembangan kepribadian siswa merupakan intidari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.Karena itu, profil kepribadian yang matangmerupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler.Pengembangan kepribadian yang matang dalamkonteks pengembangan kegiatan ekstrakurikulertentunya dalam tahap-tahap kemampuan siswa.Mereka dituntut untuk memiliki kematangan dankeutuhan dalam lingkup dunia hunian merekasebagai anak yang tengah belajar. Mereka mampumengembangkan bakat dan minat, menghargaiorang lain, bersikap kritis, terhadap suatukesenjangan, berani mencoba hal-hal positif yangmenantang, peduli terhadap lingkungan, sampaipada melakuan kegiatan-kegiatan intelektual danritual keagamaan.

Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1Malang, dapat ditilik dari beberapa aspek yaitu daritujuan ekstrakurikuler menekankan padapenyaluran dan pemupukan bakat atau potensiperorangan melalui kegiatan yang intensif, dariketerlibatan siswa, bahwa kegiatan ekstrakurikulerwajib ditempuh masing-masing siswa berdasarkankebutuhan mereka sendiri dan dari sudut kegiatanyang dilakukan, program ekstrakurikuler dapatmencakup berbagai macam kegiatan yang menarikpara siswa. Dengan semakin berkembangnyakegiatan ekstrakurikuler di sekolah, perlu adanyatindakan manajemen dan tindakan pembinaan yangbaik sehingga kegiatan tersebut benar-benarbermanfaat bagi siswa. Selain memiliki berbagaimacam jenis kegiatan ekstrakurikuler yang darisegi proses menejmennya bagus, SMA Negeri 1Malang ini juga mempunyai kulaitas yang sangatbagus dari segi manajemen sekolahnya. Hal ituterbukti dari diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008.Selain keunggulan tersebut, SMA Negeri 1 Malangjuga mempunyai keunggulan yang berbeda darisekolah lain dilihat dari segi kegiatanekstrakurikulernya.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifdengan menggunakan pendekatan penelitiankualitatif dengan menggunakan desain penelitianstudi kasus. Penelitian kualitatif berusahamengungkapkan gejala secara menyeluruh dansesuai dengan konteks (holistik-kontekstual)melalui pengumpulan data dari latar alami dengan

Septiani dan Wiyono, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Kualitas Ssekolah 425

Page 35: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumenkunci. Menurut Wiyono (2007), penelitian yangbersifat deskriptif yaitu penelitian yang diusahakanmengumpulkan data deskriptif yang banyakdituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahuludilakukan studi pendahuluan informal, hal inidilakukan agar peneliti mengetahui tentangkeadaan sekolah secara keseluruhan dan secaraobjektif. Studi pendahuluan ini dilakukan penelitiagar mempermudah dalam menyusun rencanapenelitian. Untuk mendapatkan data yangdiperlukan dalam penelitian ini, peneliti terjunlangsung ke lapangan untuk mengamati secaralangsung berbagai macam kegiatan yang dilakukanoleh informan dilokasi penelitian danmewawancarai secara langsung dengan cara yanginformal.

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalahberusaha untuk berinteraksi dengan subjekpenelitiannya secara alamiah, tidak menonjol dandengan cara yang tidak memaksa. Penelitian inidilakukan pada SMA Negeri 1 Malang yang beradadi Jalan Tugu Utara No. 1 Malang. Penelitian inidilaksanakan selama 4 bulan. Menurut Lofland danLofland (dalam Moelong, 2007:157) sumber datadalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dantindakan, selebihnya adalah data tambahan sepertidokumen dan lain-lain. Sumber penelitian inimenggunakan kata-kata dan tindakan, selain itujuga menggunakan sumber tertulis seperti bukureferensi dan buku pedoman serta foto.

Pengumpulan data dalam penelitian inidengan menggunakan observasi partisipasi danwawancara mendalam. Yang digunakan dalamobservasi ini adalah observasi partisipasi nihil yaituobservasi penuh tanpa partisipasi. Wiyono(2007:78) menyatakan, bahwa “observasimerupakan dasar untuk memperoleh fakta,sebelum menggunakan teknik pengumpulan datalainnya”. Beberapa tahap yang dilalui dalammelakukan penelitian kualitatif ini adalah tahapobservasi partisipasi nihil, observasi partisipasisedang, observasi partisipasi aktif dan observasipartisipasi penuh. Dengan observasi partisipan ini,maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat maknadari setiap perilaku yang tampak. Dalam hal ini,peneliti bertindak sebagai penonton mengamatisasaran tanpa menimbulkan perhatian sasaran.Wawancara mendalam digunakan sebagai teknikpengumpulan data pada saat peneliti inginmelakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan inginmengetahui hal-hal dari responden yang lebihmendalam. Tujuan dari wawancara tersebut adalahuntuk memperoleh informasi yang lebih dalam,mengkonstruksi dan memproyeksikan mengenaiorang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Sumber data dalam penelitian ini adalahKepala Sekolah, wakil kepala sekolah bagiankesiswaan, Pembina kegiatan ekstrakurikuler, danpara siswa SMA Negeri 1 Malang. Dalampenelitian ini data yang diperoleh kemudiandianalisis dengan menggunakan analisis domain,analisis tema, dan interpretasi data. Analisi domainpada umumnya dilakukan untuk memperolehgambaran yang umum dan menyeluruh tentangsituasi sosial yang diteliti atau objek penelitian.Analisis tema merupakan seperangkat proseduruntuk memahami secara holistik pemandanganyang sedang diteliti sebab setiap kebudayaanterintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebihluas. Interpretasi data merupakan upaya untukmemperoleh arti dan makna yang mendalam danluas terhadap hasil yang sedang dilakukan.Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengancara meninjau hasil penelitian yang dilakukan diSMA Negeri 1 Malang secara kritis dengan teoriyang relevan dan informasi akurat yang diperolehdari SMA Negeri 1 Malang. Analisis data menurutPatton (dalam Moleong 2007:249), adalah prosesmengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulanbahwa maksud dari analisis data adalahmengorganisasikan data.

Pengecekan keabsahan hasil penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakanperpanjangan keikutsertaan, keajegan/ketekunanpengamatan, dan triangulasi.Tahap-tahap dalampenelitian ini yaitu dengan 1) tahap pra-lapangan,2) tahap pekerjaan lapangan, 3) tahap penulisanlaporan.

HASIL

Proses Perencanaan Kegiatan Ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang

Langkah-langkah yang dilakukan dalamproses perencanaan kegiatan ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang yaitu dengan melakukaninventarisir jumlah kegiatan ekstrakurikuler,menyebarkan angket kepada semua siswa untuk

426 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 424-433

Page 36: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

mengetahui bakat dan minat para siswa, danpenyusunan program kegiatan ekstrakurikulerdalam jangka waktu satu tahun. Selain tentangproses penyusunan program kerja kegiatanekstrakurikuler, maka ada pula penyusunan tentangjadwal latihan untuk para siswa setiap hari danada pula penyusunan tata tertib dalam mengikutikegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Jadwalkegiatan ekstrakurikuler harus dimanfaatkandengan baik oleh siswa agar latihan dan tujuanorganisasi dari kegiatan ekstrakurikuler dapatberjalan dengan lancar. Penyusunan tata tertibdalam mengikuti kegiatan ekstrakurikulermerupakan suatu prinsip yang perlu diperhatikandalam penyusunan rencana kegiatanekstrakurikuler untuk siswa.

Prinsip dalam proses perencanaan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malangberhubungan dengan tata tertib. Proses pembuatanrancangan kegiatan ekstrakurikuler yaitumelakukan inventarisir jenis kegiatanekstrakurikuler, menyusun jadwal pelaksanaankegiatan, menyusun pedoman pelaksanaankegiatan, mengadakan rapat untuk menentukanPembina kegiatan, mensosialisasikan rancanganprogram tersebut kepada guru dan komite sekolah.Pihak yang telibat dalam proses pembuatanrancangan program kegiatan ekstrakurikuler yaituKepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagianKesiswaan, tim tata tertib dari bagian kurikulum,dan Pembina kegiatan ekstrakurikuler. Pihak yangtelibat dalam proses pembuatan rancanganprogram kegiatan ekstrakurikuler yaitu KepalaSekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan,tim tata tertib dari bagian kurikulum, dan Pembinakegiatan ekstrakurikuler. Hasil dari prosesperencanaan dalam kegiatan ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang yaitu berupa programkegiatan ekstrakurikuler. Dengan adanyaperencanaan yang matang dapat memudahkandalam setiap kegiatan yang telah ditentukanbersama guna mencapai tujuan secara efektif danefisien.

Proses Pengorganisasian Kegiatan Ekstrakurikulerdi SMA Negeri 1 Malang

Pengorganisasian (Organizing) merupakansuatu cara pengaturan pekerjaan danpengalokasian pekerjaan diantara para anggotaorganisasi sehingga tujuan pengorganisasian dapatdicapai secara efektif dan efisien. Salah satuprinsip pengorganisasian adalah terbaginya semua

tugas dalam berbagai unsur organisasi secaraproporsional, dengan kata lain pengorganisasianyang efektif adalah membagi habis danmensturkturkan tugas-tugas kedalam sub-sub ataukomponen-komponen organisasi. Prosespengorganisasian yang dilakukan oleh pihaksekolah yaitu dengan mengkoordinir semuakomponen yang terlibat dalam kepengurusankegiatan ekstrakurikuler, membagi tugas kepadakomponen yang terlibat dalam menangani ataumengelola kegiatan ekstrakurikuler dan melakukanpendelegasian terhadap tugas dalam pelaksanaankegiatan ekstrakurikuler. Pada prosespengorganisasian di SMA Negeri 1 Malang strukturorganisasi yang berfungsi memudahkan setiappembagian tugas dan melatih tanggung jawabsetiap anggota kegiatan ekstrakurikuler danmempermudah koordinasi dan komunikasi paraanggota kegiatan ekstrakurikuler. Prosespengorganisasian yang dilakukan oleh pihaksekolah sudah berjalan optimal. Semua itu dapatberjalan dengan lancar atas bantuan dari berbagaipihak sesuai dengan bidang yang digeluti olehmasing-masing komponen. Pihak sekolah dengantegas melakukan pengkoordinasian terhadapkegiatan ekstrakurikuler di sekolah agarmendapatkan hasil dengan baik sesuai dengantujuan yang telah ditetapkan. Prosespengkoordinasian tersebut dilaksanakanberdasarkan kebijakan atau surat keputusan darikepala sekolah.

Komponen atau pihak yang terlibat dalamproses pengorganisasian di SMA Negeri 1 Malangyaitu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolahbagian Kesiswaan, Pembina kegiatanekstrakurikuler dan para pengurus kegiatanekstrakurikuler (siswa) agar prosespengorganisasian dapat berjalan dengan lancar.Dengan adanya proses pengorganisasian terhadapkegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapatmemudahkan dalam proses koordinasi dankerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalamimplementasi kegiatan dalam sebuah organisasi.

Proses Penggerakan Kegiatan Ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang

Penggerakan adalah sebagai keseluruhanusaha, cara, teknik dan metode untuk mendoronganggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerjadengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuanorganisasi dan efisien, efektif dan dinamis.Penggerakan atau pelaksanaan kegiatan harus

Septiani dan Wiyono, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Kualitas Ssekolah 427

Page 37: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

diatur sedemikian rupa agar apa yang ingindilaksanakan dapat terpacai sesuai dengan tujuanyang telah disepakati bersama. Prosespenggerakan atau pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang yaitudiatur dan disusun secara tertulis agar kegiatanyang dijalankan dapat terarah dan berjalan denganlancar sesuai dengan pedoman, penggerakan ataupelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dimulai dariawal tahun pelajaran. Penggerakan ataupelaksanaan selanjutnya yaitu dilaksanakan setiaphari setelah jam pelajaran intrakurikuler berakhirdan proses penggerakan tersebut diadakan disekolah serta untuk waktu, hari dan tempatpelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masinganggota kegiatan ekstrakurikuler atas kesepakatandengan Pembina kegiatan ekstrakurikuler.

Pihak yang terlibat dalam prosespenggerakan atau pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang yaituPembina kegiatan dan anggota kegiatanekstrakurikuler (siswa). Komponen yang harusdiperhatikan dalam proses penggerakan ataupelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMANegeri 1 Malang yaitu sarana dan prasarana sertasurat permohonan izin yang digunakan untukmenunjang dan mendukung kelancaran prosespenggerakan kegiatan ekstrakurikuler. Di SMANegeri 1 Malang proses penggerakan diatur dandikelola oleh pihak sekolah, bekerja sama denganpihak luar yang membantu dalam pelaksanaanpelatihan kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa.Pihak sekolah menerapkan prosedur tertentu untukmengetahui atau mengukur keberhasilan kegiatanekstrakurikuler yang dilakukan oleh siswa.

Hasil dari proses penggerakan ataupelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMANegeri 1 Malang yaitu siswa harus mendapat nilaidari kegiatan tersebut B, tingkat kehadiran 80%dan dengan melihat juara-juara yang diraih olehmasing-masing kegiatan ekstrakurikuler. Denganadanya proses penggerakan atau pelaksanaanterhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah,semua kegiatan yang telah disusun atau diatur dapatberjalan sesuai yang diinginkan atas kesepakatanbersama secara efektif dan efisien.

Proses Pengawasan Kegiatan Ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang

Pengawasan adalah proses mengarahkanseperangkat variabel /unsur (manusia, peralatan,

mesin, organisasi) kearah tercapainya suatu tujuanatau sasaran manajemen. Pengendalian danpengawasan diperlukan untuk mengetahui apakahpelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasisesuai dengan rencana dan tujuan yang telahdigariskan atau ditetapkan. Pengawasan(controlling) merupakan fungsi manajemen yangtidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi.Proses pengawasan pada kegiatan ekstrakurikulerdi SMA Negeri 1 Malang yaitu dilakukan oleh pihaksekolah dan kegiatan pengawasan tersebutberlangsung pada saat latihan kegiatanekstrakurikuler berlangsung serta pada saat adakegiatan kompetisi kegiatan ekstrakurikuler. Tujuandari proses pengawasan kegiatan ekstrakurikulerdi SMA Negeri 1 Malang yaitu agar kegiatanekstrakurikuler yang dilakukan oleh siswa dapatterlaksana dan terkendali dengan baik, serta jikaada kekurangan atau penyimpangan, maka akansegera dibenahi dan dicari jalan keluarnya. Tidakada tahapan khusus dalam melakukan pengawasanterhadap kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri1 Malang. Semua kegiatan pengawasan berjalansecara fleksibel yaitu pada setiap diadakannyakegiatan latihan atau pada saat lomba kegiatanekstrakurikuler.

Orang-orang yang terlibat dalam prosespengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang yaitu Pembina kegiatanekstrakurikuler dan wakil kepala sekolah bagiankesiswaan yang senantiasa membina agar prosespengawasan berjalan lancar. Manfaat dari prosespengawasan terhadap kegiatan ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang yaitu mengontrol kegiatanyang dilakukan siswa, melakukan pembinaanpengembangan kualitas terhadap proses dan hasildari kegiatan yang dilakukan siswa dan agarkegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan dapatberjalan dan berkembang lebih baik untuk kedepannya.

Pengawasan terhadap kegiatanekstrakurikuler sangat penting. Dengan adanyapengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolahdapat mengetahui apakah pelaksanaan terhadapkegiatan ekstrakurikuler telah berjalan sesuaidengan aturan yang berlaku dan tidak adapenyimpangan. Sehingga apabila ter jadipenyimpangan terhadap kegiatan ekstrakurikulerdapat segera diperbaiki guna meningkatkan danmengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dimasayang akan datang.

428 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 424-433

Page 38: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam KegiatanEkstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang, serta caraMengatasi Hambatan yang Terjadi

Faktor pendukung dan penghambat dalamsetiap kegiatan tentu ada. Tanpa faktor pendukungkegiatan yang dijalankan akan terhambat dan tidakdapat berjalan dengan lancar. Begitu pula denganadanya faktor penghambat. Tanpa adanya faktorpenghambat dalam setiap kegiatan maka kegiatanyang dilaksanakan tidak akan berkembang jikapenghambat tersebut tidak diatasi dengan carayang tepat. Faktor pendukung dalam kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang yaitusarana dan prasarana, dana kegiatan, siswa yangberkompeten, dan guru. Faktor penghambat dalamkegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malangyaitu kurangnya dana, sarana yang sudah tidaklayak pakai dan cuaca yang terkadang mengganguproses kegiatan ekstrakurikuler. Cara mengatasihambatan tersebut pihak sekolah melakukanberbagai hal yaitu membantu siswa dalam mencaridana atau donatur agar kegiatan ekstrakurikulerdapat terlaksana, memberikan izin dalampenggunaan ruangan apabila kegiatanekstrakurikuler yang dilaksanakan di luar ruangmendapat gangguan dan pihak sekolah senantiasamelakukan perbaikan terhadap sarana yang sudahtidak layak pakai atau rusak.

PEMBAHASAN

Proses Perencanaan Kegiatan Ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang

Perencanaan merupakan tahapan yang palingpenting dari suatu kegiatan terutama dalammenghadapi lingkungan yang dapat berubah.Sebelum memulai suatu kegiatan ada hal yangharus direncanakan terlebih dahulu. Begitu pula diSMA Negeri 1 Malang yang menangani dalamsetiap kegiatan ekstrakurikuler yang disajikan untukpara siswa. yang telah ditetapkan. Sebagai suatualat ukur di dalam membandingkan antara hasilyang dicapai dengan harapan. Perencanaan dapatdikatakan sebagai proses persiapan dari berbagaikegiatan yang akan dilakukan. Menurut Sudjana(2004:58), perencanaan berkaitan denganrangkaian tindakan atau kegiatan yang akandilaksanakan untuk mencapai tujuan di masa yangakan datang. Dalam proses seluruh kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang,perencanaan merupakan salah satu langkah awalyang harus dilakukan agar semua kegiatan dapat

dilaksanakan dengan baik. Proses perencanaankegiatan di SMA Negeri 1 Malang ini berada dibawah tanggung jawab Kepala Sekolah dandidelegasikan kepada Wakil Kepala Sekolah BagianKesiswaan dan Pembina kegiatan ekstrakurikuler.

Perencanaan terhadap kegiatanekstrakurikuler ini dilaksanakan oleh pihak sekolah.Perencanaan terhadap kegiatan ekstrakurikuleruntuk siswa tersebut dikelola dengan baik, tujuanyang diharapkan dapat tercapai dengan baik pula.Kegiatan yang dilakukan dalam prosesperencanaan tersebut yaitu mulai darimenginventarisir jumlah kegiatan ekstrakurikulermelalui angket yang disebarkan kepada seluruhsiswa, yang kemudian disosialisasikan kepadaPembina kegiatan ekstrakurikuler yang telahditunjuk oleh pihak sekolah, pembuatan proposalkegiatan, promosi kegiatan ekstrakurikuler yangdilakukan oleh anggota kegiatan ekstrakurikuleryang senior kemudian pemilihan anggota kegiatanekstrakurikuler setiap kelas. Rencana kegiatanekstrakurikuler tersebut dimulai pada awal tahunajaran baru selama satu periode. Selain itu pihaksekolah juga membuat program kerja kegiatanekstrakurikuler untuk jangka waktu satu periodeyang akan dijalankan. Program kerja tersebutdikelola dengan baik oleh pihak sekolah, agarkegiatan yang akan dilaksanakan dapat terarah danberjalan sesuai dengan tujuan. Jenis kegiatanekstrakurikuler atau yang disebut pengembangandiri di SMA Negeri 1 Malang ini memiliki bidangkegiatan yang wajib diikuti oleh semua siswa.Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah salah satusyarat dalam kenaikan kelas siswa. Siswa yangmengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut harusmendapat nilai minimal B untuk naik kelas. Olehsebab itu, diharapkan seluruh siswa dapat antusiasdan berpartisipasi aktif dalam kegiatanekstrakurikuler di sekolah.

Proses Pengorganisasian Kegiatan Ekstrakurikulerdi SMA Negeri 1 Malang

Fungsi pengorganisasian sangatlah pentingkarena fungsi tersebut dapat memberi kerangkakerja untuk melaksanakan rencana-rencana yangtelah ditetapkan. Pengorganisasian merupakanpengelompokan aktivitas tersebut yang pentinguntuk mencapai sasaran-sasaran yang telahditetapkan. Proses pengorganisasian terhadapkegiatan ekstrakurikuler siswa yangdikoordinasikan oleh pihak sekolah dilihat darisemua komponen yang terlibat dalam kegiatan

Septiani dan Wiyono, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Kualitas Ssekolah 429

Page 39: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

ekstrakurikuler tersebut. Pengkoordinasianterhadap kegiatan ekstrakurikuler, yang dilakukanoleh pihak sekolah hanya sebatas membagi tugaskepada orang-orang yang terlibat dalam menanganiatau mengelola kegiatan ekstrakurikuler untuksiswa. Proses pengaturan atau pengorganisasiansangat diperlukan dalam suatu kelompok organisasikesiswaan, hal ini dibuktikan dengan pembagiantugas dan tanggung jawab setiap anggota kegiatanekstrakurikuler guna memperlancar dalamimplementasi kegiatan ekstrakurikuler secara lebihefektif dan efisien.

Menurut Barnard (dalam Fattah, 2004)organisasi mengandung tiga elemen yaitu, 1)kemampuan untuk bekerja sama, 2) tujuan yangingin dicapai, 3) komunikasi. Pengorganisasiansebagai proses membagi kerja dalam tugas-tugasyang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itukepada orang yang sesuai dengan kemampuannya,dan mengalokasikan sumber daya, sertamengkoordinasikannya dalam rangka efektivitaspencapaian tujuan organisasi. Prosespengorganisasian yang dilakukan oleh pihak SMANegeri 1 Malang sudah berjalan optimal. Semuaitu dapat berjalan dengan lancar atas bantuan dariberbagai pihak sesuai dengan bidang yang digelutioleh masing-masing komponen, dimulai dari KepalaSekolah, Wakil Kepala sekolah bagian kesiswaan,Pembina atau pelatih kegiatan ekstrakurikuler dansiswa yang mengikuti kegiatn ekstrakurikulertersebut. Pihak sekolah dengan tegas melakukanpengkoordinasian terhadap kegiatanekstrakurikuler di sekolah agar mendapatkan hasildengan baik sesuai dengan tujuan yang telahditetapkan. Proses pengkoordinasian tersebutdilaksanakan berdasarkan kebijakan atau suratkeputusan dari kepala sekolah. Prosespengorganisasian terhadap kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang ini tidakterlepas dari campur tangan semua pihak yangberkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler yangdiadakan oleh pihak sekolah. Semua komponendalam pengorganisasian kegiatan yangbekerjasama sangat membantu terhadappeningkatan kegiatan ekstrakurikuler ke depan.

Proses Penggerakan Kegiatan Ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang

Penggerakan atau pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang sudahberjalan dengan optimal, hanya saja masihmemerlukan perbaikan sedikit pada proses

pelaksanaannya agar menjadi lebih optimalsehingga tujuan yang hendak dicapai daripelaksanaan kegiatan dapat terwujud. Mengingataneka ragamnya unit kegiatan ekstrakurikuler, carapenyajiannya hendaknya memanfaatkan berbagaisarana penunjang seperti lapangan, halamansekolah, kelas, masyarakat, serta sumber-sumbersetempat. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang dilaksanakan di Aula Tugu,Ruangan Laboraturium IPA, Ruang Kelas,Lapangan Voli, Lapangan Basket. Sarana tersebutdapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untukpencapaian tujuan dan sasaran kegiatan, Karenakegiatan ekstrakurikuler lebih banyak dilakukan diluar kelas, penetapan jadwal harus fleksibel.

Husein (2009:3) menyatakan pelaksanaanmerupakan implementasi dari perencanaan yangtelah ditetapkan dengan melakukan tahapanpekerjaan yang sesungguhnya secara fisik maupunnon fisik sehingga produk akhir sesuai sasaran dantujuan yang ditetapkan. Dalam pelaksanaankegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malangini sangat mendukung dalam peningkatan kualitassekolah dimata masyarakat. Hal ini juga terlihatdari partisipasi dan antusias para siswa dalammengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakanoleh pihak sekolah. Dengan adanya pelaksanaankegiatan ekstrakurikuler dapat melatih para anggotaatau siswa dalam hal kepemimpinan karenamereka dituntut untuk bertanggung jawab ataskegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Siswa dalam melaksanakan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang ini sangatmendukung upaya meningkatkan kualitas sekolahdimata masyarakat. Hal ini juga terlihat daripartisipasi dan antusias para siswa dalam mengikutikegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh pihaksekolah. Dalam penggerakan atau pelaksanaankegiatan kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri1 Malang tersebut ada jadwal yang telah disusunoleh pihak sekolah. Pelaksanaanya dilakukansetelah para siswa pulang sekolah, agar tidakmenggangu jam pelajaran intrakurikuler. Untukwaktu dan hari pelaksanaannya diatur oleh parasiswa atau para anggota kegiatan eksrakurikuleryang kemudian disepakati oleh Pembina darikegiatan ekstrakurikuler itu sendiri. Waktupelaksanaan itu diatur sedemikian rupa oleh pihakSMA Negeri 1 Malang, jadwalnya itu dari jam14.00 sampai jam 17.00 WIB. Setelah para siswamengikuti jam pelajaran intrakurikuler, merekalangsung melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler

430 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 424-433

Page 40: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

agar tidak mengganggu jam pelajaranintrakurikuler.

Proses Pengawasan Kegiatan Ekstrakurikuler diSMA Negeri 1 Malang

Proses pengawasan yang ada di SMA Negeri1 Malang yaitu dilakukan oleh pihak sekolahtepatnya diawasi oleh Pembina kegiatanekstrakurikuler. Pihak yang berkewajibanmengawasai jalannya kegaiatan ekstrakurikuler disekolah yaitu Pembina kegiatan ekstrakurikulerdibawah pengarahan dari wakil kepala sekolahbagian kesiswaaan. Pengawasan tersebutdilakukan pada saat kegiatan ekstrakurikulerberlangsung yaitu setelah jam pelajaran berakhir.Pada saat masing-masing kegiatan ekstrakurikulerberlangsung, maka Pembina pun mengawasaijalannya kegiatan latihan kegiatan eksrtakurikuler,agar pihak sekolah dapat mengetahui sampaisejauh mana kegiatan ekstrakurikuler dapatberjalan dengan baik dan jika ada penyimpanganyang terjadi dalam kegiatan tersebut, akan segeradiperbaiki untuk menghasilkan kegiatan yang lebihbaik dan kegiatan menjadi optimal.

Menurut Murdick (dalam Fattah, 2004)pengawasan merupakan proses dasar yang secaraesensial tetap diperlukan bagaimana pun rumit danluasnya suatu organisasi. Pengawasan harusdikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yangdipergunakan dalam sistem pendidikan, yaiturelevansi, efektivitas, efisiensi dan produktivitas.Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifatdan kebutuhan organisasi. Pengawasan hendaknyamengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidakhanya mengungkap penyimpangan dari standar,tetapi penyediaan alternatif perbaikan danmenentukan tindakan perbaikan.

Kegiatan pengawasan itu sangat bermanfaat.Dengan adanya pengawasan terhadap kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang ini dapatmengontrol kegiatan yang dilakukan oleh siswa,melakukan pembinaan pengembangan kualitasterhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dandapat melakukan penilaian terhadap proses danhasil dari kegiatan yang dilakukan siswa,agarkegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan dapatberjalan dan berkembang lebih baik untukkedepannya. Selain itu pengawasan yang dilakukanpada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1Malang, bertujuan agar kegiatan yang dilakukanoleh siswa dapat terlaksana dan terkendali denganbaik dan jika ada kekurangan atau permasalahan

maka akan segera dibenahi dan dicaripenyelesaiannya.

Pengawasan yang dilakukan oleh Pembinakegiatan ekstrakurikuler semaksimal mungkin harusberjalan dengan optimal. Oleh sebab itu dibutuhkanbantuan dan kerjasama antara pihak yangmemberikan pengawasan dan yang diberipengawasan. Agar kegiatan pengawasan untukkedepannya dapat berjalan secara optimal sesuaidengan tujuan dan kesepakatan bersama. Untukmengoptimalisasikan proses pengawasan terhadapkegiatan ekstrakurikuler tersebut, pihak sekolahmenyerahkan sepenuhnya kepada Pembinamasing-masing kegiatan ekstrakurikuler. Cara yangdikembangkan oleh Pembina agar kegiatanekstrakurikuler ini dapat berjalan dengan lancaryaitu dengan memperhatikan semua kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh masing-masingkegiatan ekstrakurikuler.

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam KegiatanEkstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang, serta CaraMengatasi Hambatan yang Terjadi

Faktor pendukung dan faktor penghambat.Dengan adanya faktor pendukung, semua kegiatanekstrakurikuler akan berjalan lancar sesuai denganharapan yang diinginkan. Dengan adanya faktorpenghambat dalam pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang, dapatmeningkatkan kualitas dan kelancaran apabiladitangani dan dikelola secara baik dan benar. Faktorpendukung dalam pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang ini yaitusarana dan prasarana yang sangat menunjangkeberhasilan dalam pencapaian pelaksanaankegiatan ekstrakurikuler di sekolah, dana yangdigunakan untuk membiayai semua kebutuhan ataukeperluan dari pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler, dan para siswa yang sangatantusias dalam mengikuti atau melaksanakankegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Selain adanyafaktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatanekstrakurikuler ini ada pula faktor penghambat yangdapat menghambat jalannya kegiatan yangdilakukan oleh siswa. Faktor yang menghambatjalannya kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri1 Malang biasanya kekurangan dana untukmengadakan atau melaksanakan kegiatan suatukegiatan ekstrakurikuler. Selain itu ada juga faktorcuaca. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler yangmembutuhkan tempat yang luas seperti basket,paskibra, voli, dan climbing.

Septiani dan Wiyono, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Kualitas Ssekolah 431

Page 41: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Faktor penghambat yang menggangujalannya suatu kegiatan dapat diatasi atau ditanganisecara baik dan benar. Dengan penanganan yangbaik dan benar, dapat menjadikan kegiatanekstrakurikuler lebih berkembang dan meningkatmenjadi lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan yang dilakukan dalam prosesperencanaan tersebut yaitu mulai daripembentukan panitia yang terlibat dalamkepengurusan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah,menginventarisir jumlah kegiatan ekstrakurikulermelalui angket yang disebarkan kepada seluruhsiswa, yang kemudian disosialisasikan kepadaPembina kegiatan ekstrakurikuler yang telahditunjuk oleh pihak sekolah, pembuatan proposalkegiatan, promosi kegiatan ekstrakurikuler yangdilakukan oleh anggota kegiatan ekstrakurikuleryang senior kemudian pemilihan anggota kegiatanekstrakurikuler setiap kelas. Rencana kegiatanekstrakurikuler tersebut dimulai pada awal tahunajaran baru selama satu per iode. Prosespengorganisasian terhadap kegiatanekstrakurikuler siswa yang dikoordinasikan olehpihak sekolah dilihat dari semua komponen yangterlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.Pengkoordinasian terhadap kegiatanekstrakurikuler, yang dilakukan oleh pihak sekolahhanya sebatas membagi tugas kepada orang-orangyang terlibat dalam menangani atau mengelolakegiatan ekstrakurikuler untuk siswa.

Pelaksanaan kegiatan kegiatanekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Malang adajadwal yang telah disusun oleh pihak sekolah.Pelaksanaanya dilakukan setelah para siswa pulangsekolah, agar tidak menggangu jam pelajaranintrakurikuler. Untuk waktu dan haripelaksanaannya diatur oleh para siswa atau paraanggota kegiatan eksrakurikuler yang kemudiandisepakati oleh Pembina dari kegiatanekstrakurikuler itu sendiri. Waktu pelaksanaan itudiatur sedemikian rupa oleh pihak SMA Negeri 1Malang, jadwalnya itu dari jam 14.00 sampai jam17.00 WIB. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikulerini banyak dilaksanakan di sekolah. Pihak sekolahmenyediakan tempat yang memungkinkan merekauntuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengansebaik mungkin.

Proses pengawasan yang ada di SMA Negeri1 Malang yaitu dilakukan oleh pihak sekolahtepatnya diawasi oleh Pembina kegiatanekstrakurikuler. Pihak yang berkewajibanmengawasai jalannya kegaiatan ekstrakurikuler disekolah yaitu Pembina kegiatan ekstrakurikulerdibawah pengarahan dari wakil kepala sekolahbagian kesiswaaan. Pengawasan dilakukan padasaat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung yaitusetelah jam pelajaran berakhir. Pada saat masing-masing kegiatan ekstrakurikuler berlangsung, makaPembina pun mengawasai jalannya kegiatanlatihan kegiatan eksrtakurikuler, agar pihak sekolahdapat mengetahui sampai sejauh mana kegiatanekstrakurikuler dapat berjalan dengan baik dan jikaada penyimpangan yang terjadi dalam kegiatantersebut, akan segera diperbaiki untukmenghasilkan kegiatan yang lebih baik dankegiatan menjadi optimal.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka saranyang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Kepadakepala sekolah SMA Negeri 1 Malang disarankanagar sistem pengelolaan terhadap programkegiatan ekstrakurikuler di sekolah hendaknyaselalu diunggulkan dan ditingkatkan agar selalubertahan dan berkualitas sehingga menjadi lebihbaik dan sempurna dalam program kegiatanekstrakurikuler selanjutnya. Kepada wakil kepalasekolah bagian kesiswaan SMA N 1 Malangdisarankan hendaknya meningkatkan danmemaksimalkan kegiatan pengarahan kepadaPembina agar kegiatan ekstrakurikuler yangdilakukan oleh siswa lebih terarah dan terkeloladengan baik.

Kepada orangtua siswa disarankan agarsenantiasa memberikan dukungan dan motivasiyang tinggi terhadap kegiatan ekstrakurikuler yangdiselenggarakan oleh sekolah agar siswa lebihberprestasi tidak hanya di bidang akademik, tetapidi bidang non akademik juga. Kepada siswadisarankan agar lebih memaksimalkan danmemanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler di SMANegeri 1 Malang dengan baik agar kualitas sekolahdan prestasi non akademik siswa lebih meningkat.Kepada peneliti lain disarankan agar dapatmemberikan wawasan dan informasi mengenaipenelitian yang sejenis sehingga lebihmemaksimalkan hasil yang diperoleh penelitiselanjutnya.

432 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 424-433

Page 42: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

DAFTAR RUJUKAN

Akhmad. (2010). Makalah Manajemen TentangDasar dan Teknik Pengawasan, (Online).(http://www.bloggingbucks.info/2010/01/makalah-manajemen-tentang-dasar-dan-teknik-pengawasan-controling.html),diakses 13 November 2010).

Hendri, A. (2008). Ekskul Olahraga UpayaMembangun Karakter Siswa, (Online).(http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&task= view&id=16421&Itemid=46. Saturday, 1 November 2009).

Arifin, I. 2003. Manajemen Pendidikan. Malang:AP FIP UM.

Burhanuddin, dkk. 2002. ManajemenPendidikan: Wacana, Proses, danAplikasinya di Sekolah. Malang:Universitas Negeri Malang.

Bush, T. & Mariane, C. 2006. ManajemenStrategis Kepemimpinan Pendidikan.Terjemahan Farrurozi. Yogyakarta:IRCiSoD.

Fattah, N. 2004. Landasan ManajemenPendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset.

Goetsch, D. L dan David, B. S. 2000. QualityManagement: Introduction to TotalQuality Management for Production,Processing, and Service, New Jersey:Prentice Hall

Herujito. 2001. Dasar-dasar Manajemen.Jakarta: Graspindo.

Husein, A. 2009. Manajemen Proyek.Yogyakarta: Andi Offset.

Lutan, R. 1986. Pengelolaan Interaksi BelajarMengajar Intrakurikuler, Kokurikuler,dan Ekstrakurikuler. Jakarta: IKIPJakarta.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi PenelitianKualitatif . Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mustiningsih. 2005. Buku Ajar ManajemenLayanan Khusus. Malang: UniversitasNegeri Malang.

Sagala, S. 2008. Administrasi PendidikanKontemporer. Bandung: Alfabeta.

Salis, E. 2008. Total Quality Management inEducation, Manajemen MutuPendidikan. Yogyakarta: IRCisoD.

Samsuri. 2009. Pembelajaran KegiatanEkstrakurikuler. (online) (http//samsuri.gmail.com), diakses tanggal 19 april2010).

Saroni, M. 2006. Manajemen Sekolah, KiatMenjadi Pendidik yang Kompeten. Ar-Ruzz. Jogyakarta.

Sudjono, S. 2004. Manajemen ProgramPendidikan (untuk PendidikanNonformal dan Pengembangan SumberDaya Manusia). Bandung: FalahProduction.

Sugiyono. 2010. Metodologi Peneli tianPendidikan (Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D). Bandung. PTRemaja Rosdakarya Offset.

Sukmadinata, N. Syaodih. 2008. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung. PTRemaja Rosdakarya Offset.

Suyudi. 2006. Panduan Model PengembanganDiri: untuk Satuan Pendidikan Dasardan Menengah. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.

Waseso, M. G. dan Saukah, Ali. 2010. PedomanPenulisan Karya Ilmiah. Edisi Kelima.Malang: Universitas Negeri Malang.

Widjajanto.2007. Ekskul Picu Siswa Berprestasi,(Online). (http://www.co.id serba-serbi/k r ea s i / ek s ku l -p i cu s i s wa b e r p r es -tasi.html19k), diakses 27 Oktober 2010).

Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danAction Reserch). Malang: Rasindo Malang.

Septiani dan Wiyono, Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Kualitas Ssekolah 433

Page 43: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOLTERHADAP MOTIVASI BELAJAR

Tiara Rosalina

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Surabaya 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study was to determine: (1) The implementation of full day schoolmanagement in SMP Bustanul Makmur; (2) The level of student motivation in participating in full dayschool in SMP Bustanul Makmur Genteng, Banyuwangi; (3) The effect of full day school learningmanagement to junior high school students’ motivation in Makmur Genteng, Banyuwangi. Thetechnique used is stratified proportional random sampling. Data were collected by questionnaires,and then analyzed by simple linear regression correlation techniques. The full day school learningmanagement in SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi is excellent, junior high school students’motivation in Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi is high, based on the results of correlationanalysis using simple linear regression technique obtained significant relationship between full dayschool management learning and junior high school students’ motivation Bustanul Makmur GentengBanyuwangi.

Abstrak: Tujuan penelitian ini, adalah untuk mengetahui: (1) Penerapan manajemen pembelajaranfull day school di SMP Bustanul Makmur; (2) Tingkat motivasi belajar siswa dalam mengikutipembelajaran full day school di SMP Bustanul Makmur Genteng, Banyuwangi; (3) Pengaruhmanajemen pembelajaran full day school terhadap motivasi belajar siswa di SMP Makmur Genteng,Banyuwangi. Teknik yang digunakan adalah stratified proportional random sampling. Datadikumpulkan dengan angket, selanjutnya dianalisis dengan teknik korelasi regresi linier sederhana.Manajemen pembelajaran full day school di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bustanul MakmurGenteng Banyuwangi tergolong sangat baik, motivasi belajar siswa di SMP Bustanul Makmur GentengBanyuwangi tergolong tinggi, berdasarkan hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik regresilinier sederhana diperoleh hasil ada pengaruh yang signifikan antara manajemen pembelajaran fullday school dan motivasi belajar siswa SMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi.

Kata kunci: manajemen pembelajaran, full day school, motivasi belajar siswa

Manusia membutuhkan pendidikan dalamkehidupannya, pendidikan merupakan usaha sadardan terencana agar manusia dapat mengembangkanpotensi dirinya melalui prosespembelajaran.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalmenyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehatberilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi wargaNegara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Terdapat bermacam-macam cara yang dapatdigunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan,misalnya dengan menerapkan sistem pembelajaranyang lebih dikenal dengan nama full day school.Miller (2005:1) menyatakan, full day school

adalah sebuah program dimana siswa datang kesekolah sejak pagi hingga sore untuk belajar danbersosialisasi. Jadi, siswa selama sehari penuhberada dalam sekolah dan melakukan segalaaktivitas pembelajaran di sekolah. Dalampenerapan pembelajaran sistem full day schoolpara guru memberikan keleluasaan kepada siswauntuk mengembangkan kreatifitas belajar sesuaidengan mata pelajaran yang diajarkan denganmengacu pada standar nasional. Prosespembelajaran terdapat satu kesatuan yang tidakdapat terpisahkan antar siswa yang belajar denganguru yang mengajar. Guru memiliki peranan yangstrategis dan penting dalam menentukan kualitaspembelajaran yang akan dilaksanakannya(Sanjaya, 2008:198). Proses belajar siswa memilikimotivasi belajar yang berbeda-beda, maka guru

434

Page 44: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

harus dapat mengarahkan siswa untuk selalubelajar agar mencapai keberhasilan. MenurutSardiman (2011:84) fungsi motivasi ada 3, yaitu:1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagaipenggerak atau motor yang melepas energi.Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak darisetiap kegiatan yang dikerjakan; 2) Menentukanarah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendakdicapai. Dengan demikian motivasi dapatmemberikan arah dan kegiatan yang harusdikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; 3)Menyeleksi perbuatan-perbuatan yang harusdikerjakan serasi guna mencapai tujuan, denganmenyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak adamanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Elicker dan Marthur (dalamPriyono, 2009:1) anak yang sekolah full daymemiliki kesiapan belajar yang lebih tinggi daripadaanak-anak yang sekolah setengah hari, sehinggasecara tidak langsung hal ini akan berpengaruhpada prestasi anak. Pembelajaran sekolah yangrelatif lama terkadang siswa merasa bosan dantidak antusias dalam mengikuti pembelajaran, olehkarena itu guru membuat suatu manajemenpembelajaran full day school yangmenyenangkan. Kabupaten Banyuwangimempunyai beberapa sekolah yang menerapkanfull day school, salah satunya adalah SMPBustanul Makmur yang berada di KecamatanGenteng. Penelitian yang diamati oleh penelitiadalah SMP Bustanul Makmur karena mempunyaiprestasi akademik dan non akademik yang baikserta motivasi-motivasi belajar, sekolah ini selaluberupaya melakukan perbaikan-perbaikan dalammutu pendidikan dengan melakukan inovasi dalambidang pengajarannya.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitiankorelasional. Wiyono (2004:24) menyatakan,penelitian korelasional adalah penelitian yangbertujuan untuk mengetahui hubungan antara duaatau lebih variabel yang dapat diukur secarakuantitatif. Terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas(X) adalah manajemen pembelajaran full dayschool dan variabel terikat (Y) adalah motivasibelajar siswa. Populasi yang digunakan dalampenelitian ini secara khusus adalah siswa KelasVII dan VIII tahun ajaran 2011/2012 karena waktupeneliti mengadakan penelitian di sekolah siswakelas IX sudah menghadapi UAN (UjiaN AkhirNasional) dan mempersiapkan diri untuk masuk

ke tingkat sekolah selanjutnya. Sugiyono (2006:117)mengatakan, bahwa populasi adalah wilayahgeneralisasi yang terdiri atas objek/subjek yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah Populasikelas VII 121 siswa dan kelas VIII 120 siswa.

Penelitian ini menggunakan teknik stratifiedsampling yang populasinya terdiri atas kelompokyang memiliki susunan bertingkat, dalam hal inisusunan bertingkat. Teknik yang digunakan dalampengumpulan data adalah teknik kuesioner atauangket. Menurut Arikunto (2006:160), instrumenpenelitian adalah alat/fasilitas yang digunakan olehpeneliti dalam mengumpulkan data agarpekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematissehingga mudah diolah. Model penyusunan angketpada penelitian ini didasarkan pada skala Likert.Sugiyono (2008:93) menyatakan, bahwa jikadengan skala Likert, maka variabel yang akandiukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudianindikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untukmenyusun instrumen yang berupa pertanyaan ataupernyataan.

Pengukuran data untuk variabel manajemenpembelajaran full day school terhadap motivasibelajar siswa berdasarkan skala Likert dilakukandengan memberi skor tiap butir pertanyaan.Validitas adalah sebagai ukuran seberapa cermatinstrumen melakukan fungsinya (Wiyono, 2007:53).Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapatmengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat.Untuk mengukur validitas digunakan rumuskorelasi Product Moment Pearson. Selainmemenuhi persyaratan validitas, suatu instrumenyang baik juga harus memenuhi persyaratanreliabilitas. Menurut Arikunto (2006:178) realibilitasadalah suatu instrumen yang cukup dapatdipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpuldata, karena instrumen tersebut sudah baik. Ujireliabilitas dapat dilakukan dengan rumus AlphaCronbach. Hasil uji coba reliabilitas diperolehtingkat reliabilitas 0. 884 untuk variabel x yaituManajemen Pembelajaran Full day school dan0.875 untuk variabel y Motivasi Belajar. Penelitianini menggunakan teknik analisis statistik deskriptifdan Regresi Linier Sederhana.

HASIL

Hasil penelitian ini akan mendeskripsikan 2variabel. Variabel X, yaitu: manajemen

Rosalina, Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full Day School Terhadap Motivasi Belajar 435

Page 45: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

pembelajaran full day school dan variabel Y, yaitu:motivasi belajar. Deskripsi data penelitian inidiperoleh dari angket yang berisi tentang kualifikasimotivasi belajar. Angket yang digunakan untukmenjaring data manajemen pembelajaran full dayschool terdiri dari 25 pertanyaan. Motivasi belajarsiswa di SMP Bustanul Makmur sebanyak 21%dengan jumlah responden 32 menyatakan sangattinggi, sebanyak 68% dengan jumlah responden102 menyatakan tinggi, sebanyak 6,7% denganjumlah responden 10 menyatakan rendah, dansebanyak 4,0% dengan responden 6 menyatakansangat rendah.

Berdasarkan hasil penghitungan standartdeviasi atau simpangan baku yang menggunakanSPSS 16.00 for Windows dapat diketahui hasiluntuk variabel motivasi belajar (Y) adalah 6,98,hasil ini adalah hasil keseluruhan dari variabel xdan y. Artinya, semakin kecil simpangan baku ataustandart deviasi maka semakin kecil tingkatkesalahan atau semakin baik model penelitian.Analisis deskriptif data motivasi belajar siswadiperoleh rata-rata sebesar 75,80.

Deskripsi data penelitian ini diperoleh dariangket yang berisi tentang kualifikasi manajemenpembelajaran full day school. Angket yangdigunakan untuk menjaring data manajemenpembelajaran full day school terdiri dari 28pertanyaan. Manajemen pembelajaran full dayschool di SMP Bustanul Makmur sebanyak 58,7%dengan responden 88 menyatakan sangat baik,sebanyak 38,7% dengan responden 58 menyatakanbaik, sebanyak 0,7% dengan responden 1menyatakan cukup baik, dan sebanyak 2,0%dengan responden 3 menyatakan kurang baik.

Berdasarkan hasil penghitungan standartdeviasi atau simpangan baku yang menggunakanSPSS 16.00 for Windows dapat diketahui hasiluntuk variabel manajemen pembelajaran full dayschool (X) adalah 6,98, hasil ini adalah hasilkeseluruhan dari variabel x dan y. Artinya, semakinkecil simpangan baku atau standart deviasi makasemakin kecil tingkat kesalahan atau semakin baikmodel penelitian. Analisis deskriptif, datamanajemen pembelajaran full day school makadiperoleh rata-rata sebesar 112.

Pengujian hipotesis yang dilakukan olehpeneliti untuk mengetahui ada tidaknya pengaruhantara manajemen pembelajaran full day schoolterhadap motivasi belajar siswa di SMP BustanulMakmur Genteng Banyuwangi. Uji normalitas iniuntuk pengambilan keputusan yaitu jika tarafsignifikan kurang dari 0,005 (<0,005), maka data

terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jikasignifikan lebih dari 0,005 (>0,005), maka datatidak terdistribusi secara normal.

Data yang diperoleh peneliti dianalisis denganmenggunakan analisis regresi linier sederhanadengan bantuan komputer program SPSS 16.00for Windows. Berdasarkan perhitungan analisisdata dilakukan dengan menggunakan korelasiregresi linier sederhana. Dengan demikianpengujian hipotesis tersebut dapat diketahui bahwahipotesis nihil (H0) ditolak karena rhitung lebihbesar daripada rtabel yaitu 0,587>0,344. Hal iniberarti ada pengaruh yang signifikan antaramanajemen pembelajaran full day schoolterhadap motivasi belajar siswa di SMP BustanulMakmur Genteng Banyuwangi.

Normal probability plot dapat dilihat bahwadata tidak berselisih jauh dari regresinya dan jugatampak koefisien residu tidak membentuk suatusistem tertentu. Dengan melihat gambar tersebutdapat disimpulkan bahwa variabel-variabelpenelitian tersebut memiliki hubungan linier.

Analisis regresi ini digunakan untukmengetahui signifikan antara manajemenpembelajaran full day school dan motivasi belajar.Menurut Sugiyono (2010:2261), regresi sederhanadidasarkan pada hubungan fungsional ataupunkausal satu variabel independen dengan satuvariabel dependen. Formula yang digunakan untukmenguji persamaan regresi antara variabelmanajemen pembelajaran full day school (X) danmotivasi belajar (Y).

Berdasarkan hasil persamaan regresi yangdiperoleh bahwa manajemen pembelajaran full dayschool memiliki hubungan yang signifikan dengandan motivasi belajar siswa, hal tersebut ditunjukkandari nilai manajemen pembelajaran full day schoolß dengan signifikan 0,000 > 0,05 (p>0,005), dilihatdari nilai koefisian regresi (ß), nilai ini menunjukkanadanya hubungan dari variabel antara manajemenpembelajaran full day school dan motivasi belajar.

Pengujian koefisien determinasi (R2)digunakan untuk mengukur proporsi ataupersentase kemampuan model dalammenerangkan variabel terikat. Jika R2 semakinbesar (mendekati satu), maka dapat dikatakanbahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besarterhadap variabel terikat (Y).

Berdasarkan tabel dapat terlihat bahwaoutput SPSS memiliki nilai Adjusted R Squaresebesar 0,340. Artinya sebesar 34% motivasibelajar dijelaskan oleh variabel bebas berupamanajemen pembelajaran full day school dan

436 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 434-438

Page 46: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

sisanya sebesar 66% (100%-34%) dipengaruhioleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalampenelitian ini.

PEMBAHASAN

Manajemen Pembelajaran Full day school

Dari hasil penelitian diketahui bahwamanajemen pembelajaran full day school di SMPBustanul Makmur Genteng, Banyuwangidikategorikan sangat baik. Berarti guru telahmelaksanakan manajemen pembelajaran, mulaidari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaandan evaluasi, karena keberhasilan suatupembelajaran sangat tergantung pada bagaimanaupaya guru dalam mengatur suatu pembelajaran.Sebanyak 58,7% dengan responden 88menyatakan sangat baik, sebanyak 38,7% denganresponden 58 menyatakan baik, sebanyak 0,7%dengan responden 1 menyatakan kurang baik, dansebanyak 2,0% dengan responden 3 menyatakansangat kurang baik.

Sanjaya (2008:198) menyatakan, bahwadalam pelaksanaan manajemen pembelajaranbahwa, guru memiliki peranan yang strategis danpenting dalam memanajemen pembelajaran yangakan dilaksanakan. Pada pembelajaran full dayschool siswa merupakan bagian dari proses belajar,tidak hanya sekedar objek yang hanya diberi teori,tetapi siswa juga diajak terlibat langsung dengankegiatan belajarnya. Full day school merupakanpengembangan dari kurikulum yang sudah ada,dengan adanya penambahan jam belajar, makadiperlukan suatu modifikasi pada kurikulumnasional.

Motivasi Belajar Siswa

Berdasakan hasil analisis deskriptif tentangmotivasi belajar siswa menunjukan sebanyak 21%dengan jumlah responden 32 menyatakan sangattinggi, sebanyak 68% dengan jumlah responden102 menyatakan tinggi, sebanyak 6,7% denganjumlah responden 10 menyatakan rendah, dansebanyak 4,0% dengan responden 6 menyatakansangat rendah. Motivasi belajar merupakan faktorpsikis yang bersifat nonintelektual (Sardiman, 2007:75). Di dalam motivasi belajar terdapat 2 macammotivasi belajar, menurut Hamalik (2005:12),motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul tanpapengaruh dari luar.

Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakankebalikan dari motivasi intrinsik. Menurut

Djamarah (2002:117) motivasi ekstrinsik adalahmotif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanyaperangsang dari luar. Dengan adanya motivasibelajar yang tinggi maka akan menambahsemangat dan dorongan siswa untuk mempelajarisesuatu hal sehingga tujuan belajar yang diinginkanakan tercapai secara maksimal.

Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full day schoolterhadap Motivasi Belajar Siswa

Hasil analisis deskriptif tentang pengaruhmanajemen pembelajaran full day schoolmenggunakan teknik korelasi regresi liniersederhana antara variabel manajemenpembelajaran full day school (X) dan variabelmotivasi pembelajaran (Y) diperoleh rhitung lebihbesar dari rtabel.Sehingga dalam penelitian ini rhitung sebesar 0,587. Kemudian harga rhitungdibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikan0,05 dengan N=150 yaitu sebesar 0,344.

Hal ini menunjukkan bahwa manajemen fullday yang diimplementasikan oleh guru dengan baikdapat memotivasi siswa dalam belajar. Hal inisejalan dengan pendapat Safinatunnajah (2010:1),bahwa persoalan motivasi bukan hanya berkaitandengan psikologis siswa, tetapi juga berkaitandengan manajemen pembelajaran.

Pada dasarnya tiap siswa memiliki motivasiyang berbeda-beda, oleh sebab itu padapelaksanaan pembelajaran menumbuhkan motivasibelajar siswa merupakan salah satu tugas dantanggungjawab guru (Sanjaya, 2008:251). Sehinggadengan adanya manajemen pembelajaran full dayyang tepat maka pembelajaran guru akan lebihmenarik dan menyenangkan sehingga siswatermotivasi untuk mengikuti pembelajaran danproses kegiatan belajar mengajar dapat berjalandengan lancar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian iniyang terkait dengan rumusan masalah dan tujuanpenelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:(1) Manajemen pembelajaran full day school padaSMP Bustanul Makmur Genteng Banyuwangidiklasifikasikan pada kategori rata-rata “ sangatbaik”. Hal ini berarti manajemen pembelajaranyang dilakukan guru mulai dari perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan sampai padaevaluasi berjalan dengan baik; (2) Motivasi belajarsiswa pada SMP Bustanul Makmur genteng

Rosalina, Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full Day School Terhadap Motivasi Belajar 437

Page 47: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Banyuwangi tergolong pada kategori rata-rata“tinggi”. Hal ini ditinjau dari motivasi belajar siswabaik intrinsik dan ekstrinsik; (3) Ada pengaruh yangsignifikan antara manajemen pembelajaran fullday school dan motivasi belajar siswa. Hal iniberarti semakin baik manajemen pembelajaran fullday school maka akan semakin tinggi pula motivasibelajar siswa. Semakin tinggi tingkat kualitasmanajemen pembelajaran full day school ,semakin tinggi motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang telah dikemukakan maka penelitimemberikan beberapa saran sebagai berikut: (1)Kepala SMP Bustanul Makmur GentengBanyuwangi: Sebaiknya pada kegiatanpembelajaran lebih kreatif dalam membuat suatumanajemen pembelajaran sehingga pembelajaran

yang dilakukan lebih bervariasi, memaksimalkanpenggunaan metode, strategi, media pembelajaran,pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelastetapi di luar kelas serta lebih memberikan motivasipada siswa; (2) Akademisi Jurusan AdministrasiPendidikan: Hasil penelitian ini diharapkan dapatdigunakan untuk mengembangkan IlmuManajemen Pendidikan; (3) Bagi siswa-siswi fullday school: Sebaiknya siswa mempertahankanmotivasi belajarnya sehingga tujuan belajar yangdiinginkan akan tercapai secara maksimal; (4)Peneliti lain Hasil: Penelitian ini dapat dijadikanacuan apabila peneliti lain berminat meneliti lebihlanjut mengenai manajemen pembelajaran full dayschool dan motivasi belajar siswa, dengan variabel,populasi, dan instrumen yang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta.

Djamarah, S. B. 2002. Rahasia Belajar Sukses.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.

Miller, A. 2005. Full Day or Half DayElementary, (Online), (htpp://www.askeric.org, diakses 23 Oktober2011).

Priyono, E. 2009. Balances Full Day School.(Online), (htpp://www.klub-guru.com/30/08/09/, diakses 15 Oktober).

Safinatunnajanah. 2010. Fungsi-FungsiManajemen Pembelajaran. (Online),(htpp://www.wordpress.com/01/04/10/,diakses 22 Oktober 2011).

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Fajar Interpratama Offset.

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi & MotivasiBelajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R &D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Wiyono, B. B. 2004. Penelitian Kuantitatif.Malang: Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang.

Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian(Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, danAction Research). Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. 2003. Bandung:Citra Umbara.

438 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 434-438

Page 48: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTARASEKOLAH DAN DUNIA USAHA DALAM UPAYA

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Nikko Edistya PurnantoAli Imron

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this research to find out management development cooperation betweenthe school and the business world in the effort to improve the quality of education, barriers anddisabilities arising be handled in the development of cooperation between the school and the worldof business, gains and losses arising as a result of cooperation between the school and the businessworld, cooperatif aspects and impacts for both sides, and the conflicts that occur, and how to splitthe conflict. Type is a research study used a case study with a qualitative approach. The resultsshowed, that: SMKN 3 Boyolangu management system ISO 2001:2008 as the mold in the developmentof cooperation with the business world; there are some obstacles in the implementation of developmentcooperation do SMKN 3 Boyolangu the corporate world / industry as a partner; gains and lossesarising over the years can still be overcome by various efforts made, that the result is a positiveimpact or a mutual benefit for both parties; cooperatif various aspects of SMKN 3 Boyolangu thecorporate world / industry is very influential in improving the quality of education in SMKN 3Boyolangu; and to avoid conflicts that arise in this collaboration, both parties bind themselves inappropriate cooperation memorandum of work done.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manajemen pengembangan kerjasama antara sekolahdan dunia usaha dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, kendala-kendala yang timbul sertaupaya penanggulangannya dalam pengembangan kerjasama antara sekolah dan dunia usaha,keuntungan serta kerugian yang ditimbulkan akibat kerjasama antara pihak sekolah dan dunia usaha,aspek-aspek yang dikerjasamakan dan dampak bagi kedua belah pihak, dan konflik-konflik yangterjadi, serta cara pemecahan konflik tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitianstudi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: SMKN3 Boyolangu menggunakan sistem manajemen ISO 2001:2008 sebagai acuan dalam pengembangankerjasama dengan dunia usaha; ada beberapa kendala dalam pelaksanaan pengembangan kerjasamayang dilakukan SMKN 3 Boyolangu dengan dunia usaha/industri sebagai mitra; keuntungan dankerugian yang timbul selama ini masih bisa diatasi dengan berbagai upaya yang dilakukan, sehinggahasilnya berdampak positif atau saling menguntungkan bagi kedua belah pihak; berbagai aspekyang dikerjasamakan antara SMKN 3 Boyolangu dengan dunia usaha/industri sangat berpengaruhdalam peningkatan mutu pendidikan di SMKN 3 Boyolangu; dan untuk menghindari konflik yangtimbul dalam kerjasama ini, kedua belah pihak mengikatkan diri pada kerjasama sesuai nota kesepakatankerja yang telah dibuat.

Kata kunci: manajemen, kerjasama sekolah dan dunia usaha, mutu pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek pentingdalam meningkatkan mutu sumber daya manusiadan taraf hidup bangsa Indonesia dalam persainganglobal agar tidak tertinggal jauh dengan bangsa lain.Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolahkhususnya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri(SMKN) 3 Boyolangu sebagai lembagapenyelenggara pendidikan, haruslah mampu

menjalin kerjasama dengan berbagai pihakkhususnya dengan dunia usaha yang bersifat salingmenguntungkan, sehingga peningkatan mutupendidikan di sekolah dapat tercapai secara optimaldan berkualitas. Agar proses kerjasama tersebutdapat berjalan dengan baik, tentunya diperlukansuatu pengelolaan yang baik agar kedepan,kerjasama ini senantiasa berkembang. Berkaitan

439

Page 49: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

dengan itu, diperlukan pembahasan mengenaimanajemen pengembangan kerjasama antarasekolah dan dunia usaha dalam upaya peningkatanmutu pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu upayauntuk meningkatkan taraf hidup bangsa indonesiasupaya dalam persaingan global tidak tertinggaljauh dengan bangsa lain. Dalam perspektif sejarahpersekolahan, kebermaknaan sekolah selalu dilihatdalam alasan ‘kehadirannya’ sebagai institusimasyarakat, yaitu untuk memenuhi kebutuhannya(Satori, 2002:1). Salah satu kebutuhan tersebutadalah kemampuan lulusan yang dihasilkan suatulembaga pendidikan tersebut dalam memenuhikeinginan masyarakat. Tentunya hal tersebutmembutuhkan kerjasama dari berbagai elemen,salah satunya masyarakat, dimana peran sertamasyarakat dalam pendidikan sudah menjadikebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dalamkeberhasilan dunia pendidikan. Kerjasama yangdilakukan untuk mendukung proses tersebutharuslah bersifat saling menguntungkan, sehinggapada akhirnya dapat bermuara pada pendidikanyang optimal dan berkualitas. Hal tersebut dapatdilihat dalam Pasal 54 Ayat 1 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi: “Peran sertamasyarakat dalam pendidikan meliputi peran sertaperorangan, kelompok, lembaga, organisasi profesi,pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalampenyelenggaraan dan pengendalian mutupelayanan pendidikan”. Dengan adanya partisipasidari masyarakat tersebut, kualitas terbaik darisuatu sekolah atau lembaga pendidikan dapatdicapai sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sekolah sebagai lembaga penyelenggarapendidikan merupakan tempat dimanatransformasi nilai dan budaya kepada peserta didikberlangsung dan merupakan suatu wadah yangmemiliki berbagai aspek pendukung dari luar selaindari dalam sekolah itu sendiri. Aspek tersebutadalah masyarakat sebagai lingkungan, dimanapihak sekolah melakukan hubungan denganmasyarakat melalui suatu hubungan yang positifdan saling mendukung, dimana peran sertamasyarakat sangat penting dalam duniapendidikan. Oleh karenanya masyarakat sebagaikonsumen dari lembaga pendidikan dan sekaligussebagai mitra dari lembaga pendidikan berhakmengetahui tentang lembaga pendidikan sekolahmelalui pembinaan hubungan masyarakatumumnya.

Penyelenggaraan pendidikan bukan hanyaperanserta masyarakat secara umum saja yang

menjadi penunjang, namun peran perusahaanswasta sangat penting keberadaannya, khususnyabagi peserta didik di sekolah kejuruan. Untukmewujudkan peran serta tersebut, pihak sekolahbanyak bermitra dengan dunia usaha dandituangkan dalam bentuk kerjasama salingmenguntungkan, dimana peserta didik dapatmengapresiasikan ilmu yang didapat pada bangkusekolah kedalam dunia praktik yang sebenarnya.Salah satu keuntungan yang didapat pihak sekolah,yaitu sekolah dapat terbantu secara moral danmaterial, sedangkan keuntungan dari pihakperusahaan juga sangat besar khususnya dalamhal penyiapan tenaga kerja, karena “bila lulusanitu baik, mereka sebagai tenaga menengah maupunsebagai tenaga ahli tidak membutuhkan latihan lagisebelum bekerja, melainkan secara langsung dapatmelaksanakan pekerjaan dalam bidangnya secararelatif baik” (Pidarta, 1988:197).

Kerjasama yang dilakukan pihak sekolah,khususnya sekolah kejuruan dengan pihak duniausaha dilakukan secara berkala dan terus-menerussehingga mencapai hasil yang maksimal. Pihakdunia usaha menyediakan sarana dan tenagapraktisi yang sekaligus dapat membimbing anakdidik, sedangkan pihak sekolah membekali anakdidik dengan teori-teori, sehingga nantinya terdapatsinergi antara keduanya.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalahpenelitian studi kasus dengan menggunakanpendekatan kualitatif. Dalam penelitian studi kasus,peneliti terjun langsung ke lapangan untukmengamati dan menggali data-data dari objekpenelitian secara langsung. Data penelitian yangdiperoleh berupa kata-kata dan tindakan yangdiperoleh dari informan dengan menggunakanteknik sample purposif. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan teknikwawancara, observasi, dan dokumentasi.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkandata berupa instrumen manusia, yaitu penelitisendiri. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukankegiatan trianggulasi data. Ada tiga tahapan dalampenelitian ini, meliputi tahap persiapan,pelaksanaan, dan pelaporan. Analisis data dimulaidari tahap penelaahan data, tahap identifikasi danklasifikasi data, dan tahap evaluasi data.

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagaiinstrument sekaligus pengumpul data. MenurutMoleong (2005:163), ciri khas penelitian kualitatif

440 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 439-444

Page 50: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peran penelitilah yang menentukankeseluruhan skenarionya. Mengingat penelitian inimerupakan penelitian kualitatif sehingga penelitiharus terjun langsung ke lapangan untukmengamati serta menggali data-data dari objekpenelitian secara langsung, sehingga dapatdiperoleh data-data secara valid. Sebagai instrumenkunci, tentunya peneliti harus mampu menelaahsetiap kasus yang terjadi sesuai dengan fokuspenelitian yang ada. Setelah peneliti mendapatkandata-data yang diperlukan, selanjutnya penelitiharus segera mengolah dan menganalisisnyadengan segera, sehingga penarikan kesimpulanakan mudah dilakukan.

Teknik pengambilan informan dalampenelitian ini menggunakan teknik samplepurposif, orang-orang yang dianggap memilikiinformasi yang mendalam mengenai fokuspenelitian. Sehingga selain dari informan kuncipemilihan layak atau tidaknya informan jugaditentukan oleh pengetahuan dan pengalamanpeneliti. Wawancara dilakukan dengan informanadalah jenis wawancara baku terbuka, dimanainforman mengetahui maksud dan tujuanwawancara. Selain hal ini, peneliti juga mencarisumber data baik berupa foto maupun dokumen-dokumen sekolah yang kemudian dicocokandengan hasil wawancara, sehingga diperoleh datayang valid.

Prosedur pengumpulan data menggunakanwawancara, observasi, dan dokumentasi. Prosedurpengumpulan data merupakan suatu langkah yangsangat penting dalam sebuah penelitian. Jeniswawancara yang digunakan dalam penelitian iniadalah jenis wawancara tidak terstruktur danterbuka. Wawancara dilakukan secara santainamun terfokus pada pokok-pokok masalah,karena sebelum kegiatan wawancara berlangsungterlebih dahulu meminta proposal yang telah penelitibuat sehingga beliau mengerti informasi apa yangpeneliti perlukan sesuai fokus penelitian.

Pemeriksaan keabsahan data dilakukan agarditemukan temuan dan interpretasi yang absah,maka perlu diteliti kredibilitasnya denganmenggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalahteknik pemeriksaan data yang memanfaatkansesuatu yang lain di luar data untuk keperluanpengecekan atau sebagai pembanding terhadapdata itu (Moleong, 2002:178). Trianggulasi yangdigunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasisumber data dan teknik pengumpulan data.Trianggulasi sumber data dilakukan dengan cara,

menanyakan topik yang sama kepada informanlainnya, contoh, data yang berasal dari WakasekHumas mengenai sasaran mutu program Humas,kemudian dibandingkan dengan data yang samadari Kepala Sekolah. Trianggulasi pengumpulandata, membandingkan data yang diperoleh melaluiteknik lainnya.

HASIL

Manajemen Pengembangan Kerjasama Sekolah danDunia Usaha

Manajemen pengembangan kerjasama diSMKN 3 Boyolangu terdapat struktur organisasi,7 sasaran mutu (100% siswa dapat melaksanakanPrakerin, Lomba Kompetensi Siswa/LKS tingkatJatim satu bidang lomba juara 1, mengadakanhubungan industri 50 skala regional dan 10 skalanasional, nilai rata-rata uji kompetensi praktik 8,50,70% peserta ujian sertifikasi dinyatakan lulus, 30%lulusan bekerja di industri, dan 30% lulusan dapatditelusuri keberadaannya), 6 strategi pencapaianmutu (mengoptimalkan kerja dari Kelompok KerjaPraktik Kerja Industri/Prakerin bersama KepalaDepartemen, melakukan seleksi danmengintensifkan pembimbingan calon pesertaLKS, melakukan kunjungan dan kerjasama denganDunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI), bersamaKadep melaksanakan uji kompetensi,melaksanakan tamatan ke DU/DI, danmengoptimalkan pemanfaatan data dan sumberinformasi yang ada untuk penelusuran tamatan, 21DU/DI yang bersedia berkerjasama, 525 siswamelaksanakan Prakerin, alur pelaksanaanPrakerin, dan alur penyaluran tamatan ke duniausaha/industri.

Kendala dan Penanggulangan dalam PengembanganKerjasama

Kendala yang timbul dalam kerjasama,seperti sulit mencari DU/DI yang bersediamembuat perjanjian tertulis sebagai tandaterjalinnya kemitraan antara sekolah dengan DU/DI, pihak DU/DI hanya bersedia membantu dalampenyediaan tempat dalam pelaksanaan Prakerin,namun tidak bersedia membuat per janjiankerjasama secara tertulis, kurangnya minat DU/DI untuk menjalin kemitraan dengan sekolah,bentuk kerjasama yang ditawarkan sekolah tidakdapat meyakinkan DU/DI untuk menjalinkerjasama yang saling menguntungkan. Haltersebut ditanggulangi dengan merevisi bentuk

Purnanto dan Imron, Manajemen Pengembangan Kerjasama Antara Sekolah dan Dunia Usaha 441

Page 51: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

kerjasama, melakukan analisis kegiatan, danmeyakinkan DU/DI dengan cara promosi yanglebih meyakinkan.

Keuntungan dan Kerugian dalam PengembanganKerjasama

Keuntungan bagi sekolah, dapat terbantudalam penyediaan fasilitas penunjang pendidikan,terbantu dalam penyediaan tempat praktik kerjabagi siswa, dapat terbantu dalam kegiatanpenyaluran lulusan, terbantu dalam penyediaandana pendidikan, baik bagi siswa dan sekolah,membantu membentuk sikap profesional padasiswa. Keuntungan bagi perusahaan, mudah dalammelakukan pencarian dan perekrutan tenaga kerja,dapat mengetahui karakter tenaga kerja yangsesuai dengan DU/DI melalui Prakerin, sehinggaseleksi tenaga kerja lebih mudah, dapat dijadikansarana promosi DU/DI. Terkait dengan aspekkerugian, tidak ada data atau informasi yangmampu mendeskripsikan kerugian kerjasama inibagi sekolah, namun dari informasi yang didapatdari salah satu DU/DI yang menjadi mitra sekolah,dapat diketahui kerugian bagi DU/DI khususnyadalam program Prakerin, yaitu terganggunyaproses produksi karena pembimbingan yangdilakukan kepada siswa.

Aspek-aspek yang Dikerjasamakan dan Dampak bagiKedua Pihak

Aspek-aspek yang dikerjasamakan, meliputi:pelaksanaan Prakerin, penyaluran tamatan,pengadaan uji kompetensi, pengadaan fasilitaspenunjang, biaya pendidikan serta penyesuaianprogram sekolah dengan kebutuhan DU/DI. Dariuraian yang ada diketahui, kerjasama yang terjalinberdampak positif bagi perkembangan perusahaanmaupun bagi sekolah, untuk itu kerjasama ini perluuntuk terus dikembangkan dalam pelaksanaannya.

Konflik-Konflik dan Pemecahan dalam Pengembang-an Kerjasama

Konflik-konflik dan pemecahan dalamkerjasama sekolah dengan DU/DI ini, meliputi:konflik yang terjadi dalam kerjasama yangdilakukan sekolah dengan DU/DI cenderungmengacu pada perbedaan tujuan, dimana sekolahbertujuan mendidik sedangkan DU/DI berorientasipada hasil produksi. Dalam upaya penyelesaiankonflik ini, sekolah perlu melakukan kegiatan

pendekatan yang lebih baik dan mendiskusikandengan DU/DI sebagai mitra, untuk memperolehjalan terbaik agar kerjasama ini salingmenguntungkan dan terus dapat berkembang.

PEMBAHASAN

Manajemen Pengembangan Kerjasama antaraSekolah dan Dunia Usaha dalam Upaya PeningkatanMutu Pendidikan

SMKN 3 Boyolangu merupakan salah satulembaga pendidikan kejuruan di Tulungagung yangberupaya terus melakukan perubahan secarabertahap untuk memenuhi tuntutan kesiapan lulusanyang siap kerja, serta berdedikasi tinggi untukmeraih kesempatan kerja. Salah satu upayanya,SMKN 3 Boyolangu melakukan pengembangankerjasama dengan dunia usaha yang dari tahun-ketahun mengalami perubahan dan peningkatan,guna tercapainya sasaran-sasaran mutupendidikan yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai sasaran mutu ini, SMKN 3Boyolangu mengacu pada penerapan sistemmanajemen ISO 2001:2008 yang realisasinyameliputi kebijakan mutu, sasaran mutu, dan strategipencapaian mutu. Untuk mencapai sasaran mutuyang telah ditetapkan, diperlukan keterlibatan duniausaha dalam setiap kegiatan di SMKN 3Boyolangu. Untuk itu perlu adanya suatumanajemen pengembangan kerjasama yang baikantara sekolah dengan dunia usaha.

Kendala dan Penanggulangan dalam PengembanganKerjasama

Kendala atau hambatan yang dihadapiSMKN 3 Boyolangu dalam pengembangankerjasama sekolah dengan dunia usaha, terletakpada kurangnya pendekatan yang dilakukansekolah terhadap dunia usaha, sehingga pihak duniausaha/industri tidak tertarik untuk melakukanperjanjian tertulis dengan SMKN 3 Boyolangu,namun bersedia menerima siswa yangmelaksanakan Prakerin di tempat kerjanya. Bagidunia industri, pecapaian produksi barang lebihpenting dari pada melaksanakan kerjasamadengan sekolah yang nantinya dapat menggangguproses atau kegiatan di dunia usaha/industritersebut. Wena (1997:93) menarik kesimpulansebagai berikut:

Berbeda dari sekolah, dunia usaha tidaksecara khusus dirancang sebagai tempat

442 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 439-444

Page 52: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

belajar, siswa kurang tahu secara jelasapa yang harus dilakukan dan bagaimanamelakukannya karena kurikulum yangada di dunia usaha lebih sederhana darikurikulum sekolah, kegiatan di duniausaha bersifat produksi barang, sehinggaapabila tidak perencanaan usaha belajaryang tersistematis, dapat mengganggukelancaran produksi barang, duniausaha merupakan dunia orang dewasa,sedangkan dunia sekolah merupakandunia remaja, sehingga kondisi dansituasi tersebut dapat menggangguproses belajar siswa di industri, adanyakonflik tujuan, yaitu dunia usaha dengankepentingan produksi sedangkansekolah dengan kepentingan latihanyang bersifat mendidik, instruktur dalamkegiatan praktik di dunia usaha kurangmemahami metode pembelajaran, danperbedaan tempat belajar dapatmempengaruhi situasi belajar.

Penaggulangan kendala tersebut, pihaksekolah khususnya unit kerja Humas akan terusmelakukan perbaikan-perbaikan dengan jalanmelakukan sosialisasi dan pendekatan lebihmendalam terhadap dunia usaha/industri yangditargetkan mampu untuk menjadi mitra sekolah.

Keuntungan dan Kerugian dalam PengembanganKerjasama

Keuntungan yang di peroleh dari hasilkerjasama ini dirasakan oleh pihak-pihak yangmelaksanakan kerjasama, baik sekolah maupundunia usaha. Pihak SMKN 3 Boyolangu, sangatterbantu dalam peningkatan mutu pendidikan,pelaksanaan Prakerin, penyaluran tamatan, dapatmengetahui perkembangan yang terjadi di duniausaha/industri. Hal ini sesuai dengan pendapatSoewandito dalam (Wena, 1997:54) yangmengatakan, manfaat tersebut meliputi: (1)terjaminnya relevansi program pendidikan; (2)mengetahui kecenderungan teknologi baru yangakan digunakan di industri; (3) mendapatpengetahuan mengenai teknik dan metode yangditerapkan di industri; (4) mendapatkanpengalaman industri baik bagi siswa maupun stafpengajar; dan (5) menciptakan afiliasi kerja.

Dalam Proses kerjasama ini pihak duniausaha juga merasa diuntungkan, karena dapat

mencari tenaga-tenaga terampil yang dapatdirekrut untuk menjadi tenaga kerja di perusahaantersebut. Namun ada sedikit yang menjadi kerugianbagi pihak dunia usaha, yaitu proses pembimbinganakan berpengaruh pada proses produksi diperusahaan tersebut, karena waktu yang digunakanpada proses produksi di dunia usaha tersita denganbimbingan yang dilakukan.

Aspek-Aspek yang Dikerjasamakan dan Dampak bagiKedua Pihak

Setiap kegiatan yang dilakukan SMKN 3Boyolangu, seringkali melibatkan dunia usaha/industri dalam pelaksanaannya. Dalam upayapeningkatan mutu pendidikan, SMKN 3 Boyolangumelakukan kerjasama di berbagai aspek dengandunia usaha/industri yang menjadi mitra sekolah.Dalam kerjasama tersebut antara lain meliputipelaksanaan Prakerin, penyaluran tamatan,pengadaan uji kompetensi, pengadaan fasilitaspenunjang kegiatan belajar-mengajar, serta dalampenyusunan program-program sekolah. Hal yangdisarankan oleh pihak dunia usaha dalampelaksanaan kerjasama adalah melibatkan duniausaha dalam perencanaan, pelaksanaan, danpenilaian program pendidikan sekolah menengahkejuruan serta Mempersiapkan pengalaman kerjasebagai bagian dari pendidikan kejuruan (Caslin,1984:19).

Dari aspek-aspek yang dikerjasamakan,Tentunya akan dirasakan dampak yang positifmaupun negatif yang dirasakan oleh pihak yangberkerjasama. Dalam pelaksanaannya, dampaknegatif jarang dirasakan oleh kedua belah pihak,hal ini dikarenakan adanya rasa salingmembutuhkan yang mendasari program kerjasamaini. Dampak postif yang dapat dirasakan keduabelah pihak tersebut dapat dideskripsikan sebagaiberikut. Bagi pihak SMKN 3 Boyolangu, dampakyang dirasakan adalah sekolah dapat menekanbiaya pendidikan dengan adanya bantuan-bantuanyang diberikan dunia usaha, siswa lebih terampil,sekolah mampu menyesuaikan program-programsesuai kebutuhan dunia usaha yang semakinberkembang, sekolah tidak selalu mengandalkandana dari negara, namun dengan adanyasumbangan dari dunia usaha peningkatan kualitaspendidikan dapat berjalan lebih cepat sedangkanbagi dunia usaha,dapat mempermudah dalampencarian tenaga ker ja yang terampil danberdedikasi tinggi.

Purnanto dan Imron, Manajemen Pengembangan Kerjasama Antara Sekolah dan Dunia Usaha 443

Page 53: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Konflik-Konflik dan Pemecahan dalamPengembangan Kerjasama

Konflik-konflik yang terjadi dalampengembangan kerjasama antara SMKN 3Boyolangu dengan dunia usaha antara lain adalahadanya konflik tujuan dimana sekolah yangberorientasi untuk mendidik siswa, sedangkandunia usaha/industri berorientasi pada pencapaianhasil produksi. Dalam pelaksanaannya, duniausaha/industri sulit diajak kerjasama denganmembuat perjanjian tertulis dengan pihak sekolah,namun bersedia sebagai tempat pelaksanaanPrakerin.

Salah satu upaya yang dilakukan adalahdengan adanya penataan yang sistematis perludilakukan pada industri, agar konflik tujuan antarakepentingan produksi dan kepentingan latihan/praktik tidak saling merugikan satu dengan yanglainnya. Selain itu, upaya yang dapat dilakukansekolah adalah dengan menciptakan rasa percayabagi dunia usaha/industri bahwa kegiatan yangdilakukan dalam mendidik siswa ini, tidak akanmenggu berjalannya proses produksi di duniausaha/industri tersebut.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat ditarikkesimpulan, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri3 Boyolangu (SMKN 3 Boyolangu) menggunakansistem manajemen ISO 2001:2008 sebagai acuandalam pengembangan kerjasama dengan duniausaha. Pelaksanaan pengembangan kerjasamayang dilakukan SMKN 3 Boyolangu dengan duniausaha/industri sebagai mitra, masih banyak

ditemukan berbagai kendala. Keuntungan dankerugian yang timbul selama ini masih bisa diatasidengan berbagai upaya yang dilakukan, sehinggahasilnya berdampak positif atau salingmenguntungkan bagi kedua belah pihak. Berbagaiaspek yang dikerjasamakan antara SMKN 3Boyolangu dengan dunia usaha/industri sangatberpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikandi SMKN 3 Boyolangu.

Untuk menghindari konflik yang timbul dalamkerjasama ini, kedua belah pihak mengikatkan diripada kerjasama sesuai nota kesepakatan kerjayang telah dibuat.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saranyang diajukan dirumuskan sebagai berikut: kepalasekolah hendaknya meningkatkan terus kerjasamaantara SMKN 3 Boyolangu, Tulungagung danpihak dunia usaha/industri dengan manajemen ataupengelolaan yang baik, sehingga dapat dicapaimanfaat yang lebih besar di masing-masing pihak,Wakasek Humas hendaknya selalu mencariterobosan baru dalam pengembangan kerjasamaini, sehingga kedepan sekolah dapat lebih cepatdalam mencapai peningkatan mutu pendidikan,Wakasek Humas lebih meningkatkan kinerjanyadalam menjalin kerjasama-kerjasama baru dengandunia usaha/industri, sehingga hasil yang dicapaisesuai dengan yang diharapkan, dan Kepala duniausaha/industri hendaknya bersikap terbukaterhadap pihak sekolah mengenai masalah-masalah yang terkait dengan kerjasama ini,sehingga dapat dicari solusi terbaik dalampenyelesaiannya.

DAFTAR RUJUKAN

Caslin M. C. 1984. Using the commuity as aresource. Collaboration VocationalEducational And Private Sector. p. 167-175. Arlington, VA: The AmericanVocational Association.

Moleong, L. J. 2002. Metode Peneli tianKualitatif . Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Moleong, L. J. 2005. Metode Peneli tianKualitatif. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Pidarta, M. 1988. Manajemen PendidikanIndonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Satori, D. 2002. Implementasi Life Skills dalamKonteks Pendidikan di Sekolah, (Online),(http://www.depdiknas.go.id, diakses 12Desember 2010).

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jaringan Dokumentasi Bandung: CitraUmbara.

Wena, M. 1997. Pendidikan Kejuruan SistemGanda. Malang: IKIP Malang.

444 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 439-444

Page 54: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

STRATEGI PENINGKATAN MUTU MANAJEMENMELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM SEKOLAH

Ida Ayu Yoni Septi

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this research to describe some of the things that include strategic planningprocess to improve the quality of management through school programs, the implementation of theschool program, school program evaluation process, the constraints and solving problems encounteredin the implementation of quality improvement strategies through the management of the schoolprogram. This type of research is a case study using a qualitative approach. In the case study, theresearchers plunge directly into the field to observe and explore the data of the object of research.The data was collected using interview techniques, observation, field notes and documentation.Based on the results of data analysis, it is concluded as follows. First, strategic planning activities toimprove the quality of management through the school program are designed to follow the programcreated after the previous program evaluation. Second, there are programs that include religiousguidance, coaching smart kids, coaching sympathetic teachers, and creating a beautiful environment.Third, the implementation of the monitoring program carried out internally and externally. Fourth,constraints faced in the implementation of school programs to improve the quality of educationmanagement is the management of human resources and administrative in school facilities andinfrastructure are still weak so it is necessary to evaluate the implementation of school programs andmake improvements to better regulate the management of human resources and administrative inschool facilities and infrastructure.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan beberapa hal yang mencakup proses perencanaanstrategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah, proses pelaksanaan program sekolah,proses evaluasi program sekolah, kendala-kendala serta pemecahan masalah yang dihadapi dalampelaksanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah. Jenis penelitian yangdigunakan adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitianstudi kasus, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menggali data dari objekpenelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan, catatanlapangan dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.Pertama, kegiatan perencanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolahmerupakan rancangan untuk menindaklanjuti program-progam terdahulu setelah dilakukan evaluasiprogram. Kedua, program-program yang ada antara lain pembinaan keagamaan, pembinaan anakcerdas, pembinaan guru simpatik, dan penciptaan lingkungan asri. Ketiga, pengawasan pelaksanaanprogram dilakukan secara internal dan ekternal. Keempat, Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaanprogram sekolah untuk meningkatkan mutu manajemen pendidikan adalah pengelolaan sumber dayamanusia serta pengelolahan sarana dan prasarana sekolah yang masih lemah sehingga perlu dilakukanevaluasi pada pelaksanaan program sekolah dan melakukan perbaikan-perbaikan dengan lebihmenertibkan pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolahan sarana dan prasarana sekolah.

Kata Kunci: strategi, mutu manajemen, dan program sekolah

Pendidikan merupakan bagian penting dari prosespembangunan nasional yang ikut menentukanpertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikanjuga merupakan investasi dalam pengembangansumberdaya manusia, dimana peningkatankecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktorpendukung upaya manusia dalam mengarungi

kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian(Mulyasa, 2009). Dalam Undang-undang SistemPendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003disebutkan bahwa “pendidikan adalah usaha sadardan terencana untuk menciptakan suasana belajaragar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

445

Page 55: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, sikap sosial, dan ketrampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa danNegara”. Dengan demikian diketahuibahwapendidikan merupakan suatu sistem terencanauntuk menciptakan manusia seutuhnya.

Sekolah merupakan sebuah institusi tempatdibentuknya sumber daya manusia untuk menjadimanusia-manusia yang berkepribadian unggul dimasa sekarang dan di masa yang akan datang.Sekolah Dasar sebagai tingkat pendidikan dasarbertujuan untuk memberikan dasar pengetahuan,sikap dan keterampilan bagi peserta didik.Pendidikan dasar inilah yang selanjutnyadikembangkan untuk meningkatkan kualitas diripeserta didik. Untuk menjadi sekolah dasar yangmampu memenuhi kebutuhan pendidikan yangbermutu, sekolah dasar harus memiliki strategimanajemen yang bermutu pula.

Strategi peningkatan manajemen mutu dalampendidikan adalah suatu kesatuan rencana yangdirancang secara berkelanjutan oleh lembagapendidikan (sekolah) dengan tujuan meningkatkanpengelolaan lembaga pendidikan (sekolah) secaralebih efektif, efisien, dan berkeadilan untukmewujudkan mutu atau keunggulan. Strategipeningkatan manajemen mutu pendidikan juga dapatdiartikan sebagai suatu rencana bagaimana sebuahpendidikan persekolahan harus dikelolah secaraefektif, efisien, dan berkeadilan untuk mewujudkanmutu pendidikan sebagaimana yang diharapkan.Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usahayang terencana dan terprogram dengan jelas dalamagenda sekolah dalam upaya penyelenggaraanpendidikan. Umaedi (1999:1) menyatakan:

Sekolah sebagai unit pelaksanapendidikan formal terdepan denganberbagai keragaman potensi anak didikyang memerlukan layanan pendidikanyang beragam, kondisi lingkungan yangberbeda satu dengan lainnya, makasekolah harus dinamis dan kreatif dalammelaksanakan perannya untukmengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. Hal ini akan dapatdilaksanakan apabila sekolah denganberbagai keragamannya itu, diberikankepercayaan untuk mengatur danmengurus dirinya sendiri sesuai dengankondisi lingkungan dan kebutuhan anakdidiknya. Walaupun demikian, agar mututetap terjaga dan proses peningkatan

mutu tetap terkontrol, harus ada standaryang diatur dan disepakati secaranasional untuk dijadikan indikatorevaluasi keberhasilan peningkatan mututersebut. Pemikiran ini telah mendorongmunculnya pendekatan baru, yaknipengelolaan peningkatan mutupendidikan di masa mendatang harusberbasis sekolah sebagai institusi palingdepan dalam kegiatan pendidikan.

Berdasarkan dari pendapat di atas dapatdiketahui bahwa dalam melaksanakan peningkatanmutu, proses peningkatan mutu tersebut haruslahterkontrol dan sesuai dengan standar denganNasional atau lebih dikenal dengan manajemenpeningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah.Dalam melaksanakan peningkatan mutu berbasissekolah, sekolah sebagai sebuah organisasipendidikan harus memiliki visi, misi dan tujuan yangjelas. Visi, misi serta tujuan tersebut dapatdiimplementasikan melalui program-programsekolah. Alma (2008:64) mendefinisikan “strategimerupakan suatu kesatuan rencana yang luas danterintegrasi yang menghubungkan antara kesatuaninternal organisasi dengan peluang dan ancamanlingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untukmemastikan tujuan organisasi dapat dicapai melaluiimplementasi yang tepat. Substansi strategi padadasarnya adalah rencana”. Sedangkan Sagala(2009:130) menyatakan bahwa “manajemenstrategi adalah proses formulasi dan implementasirencana dan kegiatan-kegiatan yang berhubungandengan hal-hal vital, dapat menembus (pervasif),dan berkesinambungan bagi suatu organisasisecara keseluruhan”.

Program-program sekolah tersebutmerupakan kumpulan kegiatan nyata sekolah yangdirancang secara sistematis dan terpadu untukmencapai tujuan sekolah. Sekolah Dasar (SD)Muhammadiyah 9 Malang saat ini sedang berupayadan berusaha menjadi sekolah yang berkarakter danberbasis keunggulan. SD Muhammadiyah 9 Malangmerupakan salah satu Amal Usaha Muhammadiyah(UAM) di Kota Malang dan manajemennya dibinaoleh Tim Pengembang dari UniversitasMuhammadiyah Malang. Sebagai sekolah swasta,SD ini ingin membuktikan keberadaan dankeunggulannya sebagai sekolah yang bermutudimata pendidikan dan masyarakat luas khususnyadi Kota Malang. Hal ini terbukti pada tahun 2007SD Muhammadiyah memperoleh akreditasi “A”dari Badan Akreditasi Nasional-Sekolah/Madrasah

446 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 445-453

Page 56: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

(BAP-S/M). SD Muhammadiyah 9 Malang terusberupaya mempertahankan dan mengembangkanprestasi yang telah diraih. Prestasi tersebut antaralain dengan tercapainya kelulusan Ujian AkhirNasional (UAN) oleh seluruh siswa kelas 6 padatiap tahunnya dan dimenangkannya berbagaipenghargaan bagi siswa pada saat mengikutiolympiade dan event perlombaan baik tingkat lokalmaupun Nasional. Salah satu strategi dalammempertahankan dan meningkatkan prestasi yangtelah diraih adalah dengan mengembangkanprogram-program sekolah yang berpotensi untukmembentuk peserta didik menjadi manusia-manusiayang unggul dan berkarakter di masa sekarang danmasa mendatang.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif yang nantinya akan menghasilkan datadeskriptif yang bisa berbentuk lisan maupun tulisandari informan dan nara sumber. Bogdan dan Taylor(dalam Ulfatin, 2004:3), mendefinisikan “metodologikualitatif sebagai prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-katatertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yangdiamati. Pendekatan kualitatif diarahkan pada suatulatar atau individu yang diamati secara holistic atauutuh”. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitianyang berusaha dan mencoba mengungkap rahasia,fenomena, ataupun permasalahan di suatu tempatatau lokasi penelitian. Data yang dihasilkan berupadata natural sesuai keadaan yang sebenarnya dilokasi. Penelitian kualitatif ini sangat mementingkannaturalistik dan keaslian data yang diperoleh melaluimetode yang digunakan.

Pendekatan yang dipakai pada penelitian iniadalah pendekatan kualitatif untuk mengungkapfenomena yang ada. Rancangan penelitian yangdigunakan adalah studi kasus, yang merupakansalah satu bentuk rancangan kualitatif denganmenekankan pada pengungkapan secara rinci danmendalam terhadap suatu objek dan peristiwa, gunamemperoleh pengetahuan tentang subjek dansuatu peristiwa tertentu. Pendekatan kualitatif jenisstudi kasus sering digunakan untuk penyelidikansecara mendalam terhadap individu, kelompok atauinstitusi tujuannya adalah untuk mempertahankanunsur dari objek dan untuk mengetahui tentangbagaimana dan mengapa bisa terjadi. Studi kasusdapat diartikan sebagai suatu pendekatan denganmemusatkan perhatian pada suatu kasus secaraintensif dan rinci.

Lokasi penelitian ini adalah SDMuhammadyah 9 “Panglima Sudirman” Malangyang beralamatkan di Jalan Tumenggung SuryoNo. 5 Malang, Jawa Timur. Dari segi fisik, SDMuhammadyah 9 Malang terdiri dari bangunanyang bagus dan simple. Letaknya strategis beradadi dekat jalan raya serta berdekatan dengankawasan lembaga pendidikan lain seperti TamanKanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TKABA) 10, Sekolah Menengah Pertama (SMP)Negeri 5 Malang, SMP Negeri 20 Malang, SekolahMenengah Atas (SMA) Arjuna Malang, SMPTaman Siswa dan SMA Taman Dewasa, SekolahMenengah Ilmu Perhotelan (SMIP) PratnyaParamita Malang, dan SMA CokroaminotoMalang. SD Muhammadiyah 9 Malang merupakansalah satu sekolah favorit dan memiliki prestasiakademik dan non-akademik. Peneliti tertarikmelakukan penelitian karena SD Muhammadiyah9 Malang meskipun sebagai sekolah swasta dantidak berlokasi di tengah kota tetapi merupakansalah satu tujuan orangtua dalam menyekolahkananaknya untuk menempuh pendidikan dasar.Bahkan SD Muhammadiyah 9 Malang ini mampumenonjolkan diri sebagai sekolah swasta favoritdibandingkan sekolah-sekolah lain di sekitarnya.

Sumber data dari penelitian ini adalah kepalasekolah yang telah memberikan wewenang kepadawakil kepala sekolah bidang akademik, kepalaurusan kesiswaan, guru kelas, guru bidang studi,dan pembina ektrakurikuler. Peneliti menggunakanprosedur pengumpulan data dengan menggunakanteknik pengamatan atau observasi, wawancara,catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis datadilakukan selama dan sesudah penelitimendapatkan data dari subjek penelitian, denganmelakukan pemilihan data yang sesuai denganfokus penelitian. Bogdan dan Biklen (dalamMoleong, 2009) menyatakan “analisis data adalahupaya yang dilakukan dengan jalan bekerja denganmengorganisasikan data, memilah-milah menjadisatuan yang dapat dikelolah, mensisntesiskannya,mencari dan menemukan pola, menemukan apayang penting dan apa yang dipelajari, danmemutuskan apa yang dapat diceritakan kepadaorang lain”. Data yang didapat langsung dianalisisdan dipilih sesuai dengan permasalahan yangdibutuhkan. Melalui wawancara akan diketahuitentang apa yang terkandung di dalam pikiran/hatiorang, pandangan orang tentang sesuatu, maknamenurut perkataan atau hal lain yang tidakdiketahui melalui observasi.

Septi, Strategi Peningkatan Mutu Manajemen melalui Pengembangan Program Sekolah 447

Page 57: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

HASIL

Kegiatan Perencanaan Strategi Peningkatan MutuManajemen Melalui Program Sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang

Kegiatan perencanaan strategi peningkatanmutu melaui program sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang dilakukan 6 bulansebelum awal tahun ajaran baru yang dihadiriKepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, seluruhkepala urusan sekolah serta bendahara. Pada saatrapat pimpinan ini program-program dibahas danjika ada masukkan pada program-program makaakan ditambahkan serta disesuaikan dengankondisi dan anggaran yang ada.

Perumusan program-program adalah analisisdari evaluasi pelaksanaan program pada tahun lalu.Pada proses perencanaan, majelis Ta’lim sebagaiperwakilan dari wali murid beserta seluruh gurudan karyawan dimintai pendapat bagaimanaperencanaaan atau program pendukung apa yangbisa dihadirkan pada tahun ajaran baru berikutnya.Hal tersebut dilakukan baik secara pertemuanmaupun dengan mengedarkan angket.

Pada kegiatan perencanaan, ada kerjasamaantara sekolah dengan Tim Pengembang dariUniversitas Muhammadiyah Malang. Pada prosesperencanaan, selalu ada pertemuan rutin olehKepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah denganTim Pengembang untuk mengemukakanperencanaan tahunan. Apabila ada hal baru yangberhubungan dengan program-program di sekolah,Tim pengembang mengadakan pertemuan denganKepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah untukmemberitahukan hal tersebut kemudian KepalaSekolah menyampaikan kepada seluruh komponensekolah.

Kegiatan Pelaksanaan Strategi Peningkatan MutuManajemen Melalui Program Sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang

Program-program yang dilaksanakan di SDMuhammadiyah 9 Malang sesuai dengan visi, misidan tujuan sekolah adalah pembinaan keagamaandan kepribadian Islami, pembinaan anak cerdas,pembinaaan guru simpatik dan penciptaanlingkuangan asri. Program-program sekolah jugadidukung dengan adanya small class (kelas kecil);team teaching; thematic teaching and learning;moving class; multiple intelegence denganmengembangkan pembelajaran secara utuh dariaspek intelektual emosional, spiritual dan physical;

creativecurriculum; PAKEMI (Pembelajaran,Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan danInovatif); program pembelajaran keluar melaluistudi ekskursi atau outbond; multil ingualmethods (Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa,Bahasa Inggris dan Bahasa Arab); berkaloborasidengan Universitas Muhammadiyah untukmembentuk guru profesional.

Orangtua murid berperan aktif dalampelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah.Partisipasi wali murid ini diwadahi dalampaguyuban yang dinamakan majelis Ta’lim yangmenyelenggarakan kegiatan-kegiatan keislamanorangtua murid. Pada saat pemilihanektrakurukuler yang akan diambil siswa, pemilihanmelibatkan orangtua murid. Semuanya sesuaidengan persetujuan wali murid. Kemudian bila adalomba, orangtua harus meberikan izin anaknya ikutdalam lomba tersebut melalui surat tertulis. Jikaada lomba yang diikuti siswa, selalu ada pertemuandan latihan yang akan dipantau dan didukung olehorangtua siswa yang ikut lomba.

Kemudian, orangtua ikut mengevaluasipalaksanaan. Baik lomba maupun kegiatanektrakurikuler rutin. Orangtua memantau secaralangsung dan bisa melaporkan jika ada kekurangankepada sekolah untuk sama-sama diperbaiki.Partisipasi wali murid juga termasuk untuk urusandana dan kegiatan pada tiap program-program.Paguyuban mengatur sendiri uang untuk membantuprogram-program sekolah. Pada kegiatanpelaksanaan program-program, sekolah juga seringbekerja sama dengan pihak luar seperti, Primagamadalam kegiatan Try Out kelas 6, dengan susu Milodalam pelaksanaan lomba-lomba dan pengetahuanmengenai pentingnya minum susu bagi pertumbuhan,mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyahdalam acara cuci tangan dan potong kuku serta adapula guru tamu, yaitu pembelajaran tematik yangpematerinya adalah orangtua murid dan materinyasesuai dengan profesi orangtua murid tersebut. SDMuhammadiyah 9 Malang sebagai pelopor programClean Green Higiens (CGH) yang bekerja samadengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM).

Kegiatan Pengawasan Strategi Peningkatan MutuManajemen Melalui Program Sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang

Pengawasan program-program di SDMuhammadiyah 9 Malang oleh dilakukan denganpemantauan pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah. Evaluasi dan penilaian

448 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 445-453

Page 58: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

dilakukan pada saat rapat-rapat mingguan, bulanandan tahuan. Kepala sekolah memberikan arahandan petunjuk pelaksanaan jika ada sesuatu yangkurang sesuai dengan tujuan dilaksanaankanprogram. Pada saat rapat pimpinan akhir tahunkepala sekolah memberikan evaluasi untukperbaikan program ke depan. Dari hasil evaluasitersebut maka bisa digunakan sebagai acuan dalamperumusan penyususnan program tahun depanapakah ada penambahan atau penguranganprogram. Akan lebih mudah dalam merumuskanpogram karena sudah mempunyai acuan danmelihat dari hasil pelaksanaan program tahunsebelumnya.

Evaluasi juga dilakukan oleh Majelis Ta;limsebagai paguyuban yang mewadahi partisipasi walimurid dengan memberikan penilaian daripengawasan wali murid secara langsung pada saatpelaksanaan program berlangsung. Wali muridmemberikan masukkan dan saran untuk perbaikkanprogram tahun depan. Semua kritik dan saran sertahasil evaluasi dan penilaian akan dijadikan acuanjuga dalam merumuskan program selanjutnya.

Kendala dan Penanggulangan Pelaksanaan ProgramSekolah dalam Strategi Peningkatan MutuManajemen di SD Muhammadiyah 9 Malang

Kendala dalam pelaksanaan program sekolahmeliputi: kedisiplinan guru maupun murid secarapersonal yang mengganggu jalannya suatu kegiatan,dan kendala teknis dari sarana atau prasaranasekolah yang di luar dugaan kurang atau tidak bisadigunakan pada saat kegiatan berlangung.Penanggulangan kendala dalam pelaksanaanprogram sekolah meliputi: mengevaluasi kembalitata tertib sekolah baik bagi guru maupun siswa,mengevaluasi adanya sarana dan prasaranasekolah yang masih baik dan sudah rusak, dan lebihmenanamkan kesadaran diri tentang tanggungjawab dan kedisplinan baik bagi guru maupunsiswa.

PEMBAHASAN

Kegiatan Perencanaan Strategi Peningkatan MutuManajemen Melalui Program Sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang

Rencana program-program yang telah dibuatdi SD Muhammadiyah 9 Malang sebagian besarmerupakan rancangan untuk menindaklanjutiprogram-progam terdahulu. Hal ini terlihat daribanyaknya perbaikan-perbaikan teknis pada

pelaksanaan saat kegiatan berlangsung. Akan tetapiprogram-program di SD Muhammadiyah 9 Malangbelum ada yang memfokuskan pada peningkatanmutu untuk tenaga pendidikan yaitu program khususuntuk karyawan dan pegawai. Program yang adadi SD Muhammadiyah 9 Malang ini perlu sedikitperbaikkan atau penambahan guna peningkatanmutu terutama pada bidang yang masih sedikit sekalimandapatkan perhatian seperti pada tenagapendidikan, sehingga dari penelitian ini akandiberikan masukkan dan saran mengenaiperencanaan program-program di SDMuhammadiyah 9 Malang dengan memberitambahan program yang baru guna peningkatanmutu manajemen sekolah dengan adanya perogramkhusus untuk tenaga pendidikan. Perencanaanprogram di SD Muhammadiyah 9 Malang seluruhsteakholder dimulai dari 6 bulan sebelum tahunajaran baru yaitu:setiap kepala urusan melakukanevaluasi programnya tahun lalu dengan rinci. Prosesevaluasi untuk mencari seberapa jauh programtersebut berhasil mencapai tujuan dan dapatbermanfaat bagi sekolah. Evaluasi tersebut dijadikandasar dalam penentuan dan perumusan program-program sekolah yang akan datang. Sedangkan kritikdan saran dari wali murid, akan dilakukanpengurangan atau penambahan pelaksanaanprogram-program yang ada.

Program-program yang telah disusun olehtiap-tiap kepala urusan kemudian dibahas di rapattahunan yang dihadiri oleh kepala sekolah, wakilkepala sekolah, para kepala urusan dan bendahara.Pada rapat ini semua program disampaikan dandiberi kesempatan untuk saling memberikanmasukan dan kritik. Seluruh masukkan dan kritikakan ditampung oleh kepala sekolah dan para wakilkepala urusan serta bendahara untuk dicarikesimpulannya. Setelah mendapatkan hasil padarapat tersebut, bendahara akan melaksanakantugasnya dengan cara penganggaran dana untukpelaksanaan program. Pelaksanaan disesuaikandengan anggaran dana yang ada.

Perencanaan dan pelaksanaan program-program sekolah tidak dilakukan sendiri oleh parakepala urusan akan tetapi juga dibantu oleh seluruhkomponen sekolah melaui angket serta kritik dansaran. Para orangtua murid juga dilibatkan dalamhal ini melalui pengawasan secara langsungpelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah yangkemudian dapat disampaikan pada sekolah gunamengevaluasi pelaksanaan program yang adauntuk kemudian evaluasi tersebut sebagai bahanperencanaan program kedepan.

Septi, Strategi Peningkatan Mutu Manajemen melalui Pengembangan Program Sekolah 449

Page 59: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Rencana yang telah disepakai pada rapattahunan kemudian akan diajukan pada TimPengembang Universitas Muhammadiyahkemudian diteruskan pada Majelis DikdasmenMuhammadiyah untuk disetujui. Jatmiko (2004:17)mengungkapkan bahwa “manajemen stratejikdikembangkan dari fungsi perencanaanmanajemen. Perencanaan (Planning) adalahproses penentu sasaran-sasaran yang akan dicapaidalam periode waktu tertentu dimasa mendatangdan bagaimana mencapai sasaran-sasarantersebut”. Selain itu ia juga mengemukakan bahwa:

Perencanaan stratejik adalah suatuproses yang teratur dimana manajemenpuncak menentukan atau menetapkansasaran organisasional, strategi-strategiyang diperlukan untuk mencapaisasaran-sasaran tersebut, jangka waktuyang diperlukan untuk mencapaisasaran, serta aktivitas dan tindakan-tindakan para manajemen puncak yangdiperlukan untuk melaksanakan strategisecara tepat.

Sementara itu Dirgantoro (2004:7) menyatakanformulasi strategi yakni penekanan pada aktivitas-aktivitas utama yakni, (1) menyiapkan strategialternatif; (2) pemilihan strategi; dan (3) menetapkanstrategi yang akan digunakan. Perencanaan strategimanajemen peningkatan mutu pendidikanmerupakan fungsi dari perencanaan manajemenyang di dalamnya mencakup pelaksanaan,penyiapan dan penetapan dalam jangka waktutertentu sebuah strategi yang akan digunakan untukmelakukan perubahan dalam pendidikan.Sedangkan Heruzzuddin (2010:1) menyatakandalam merumuskan program kerja sekolah, adabeberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) Programkerja sekolah merupakan implemantasi dari tujuandan strategi sekolah, jadi dalam merumuskannyaharus seirama dengan tujuan dan strategi yang telahditetapkan; (2) Dalam merumuskan programsekolah harus ditentukan siapa yang akan menjadipenanggungjawab masing-masing program kerjasekolah dan kapan langkah tersebut selesai.

Kegiatan Pelaksanaan Strategi Peningkatan MutuManajemen Melalui Program Sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang

Program-program yang dilaksanakan di SDMuhammadiyah 9 Malang sesuai dengan visi, misi

dan tujuan sekolah adalah pembinaan keagamaandan kepribadian Islami, pembinaan anak cerdas,pembinaaan guru simpatik dan penciptaanlingkuangan asri. Dalam pengimplementasianstrategi peningkatan mutu manajemen, sekolahmemiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinyaberkaitan dengan permasalahan administrasi,keuangan dan fungsi setiap personel sekolah didalam kerangka arah dan kebijakan yang telahdirumuskan oleh pemerintah.

Bersama-sama dengan orangtua danmasyarakat, sekolah harus membuat keputusan,mengatur skala prioritas di samping harusmenyediakan lingkungan kerja yang lebihprofesional bagi guru, dan meningkatkanpengetahuan dan kemampuan serta keyakinanmasyarakat tentang sekolah/pendidikan. Kepalasekolah harus tampil sebagai koordinator darisejumlah orang yang mewakili berbagai kelompokyang berbeda di dalam masyarakat sekolah dansecara profesional harus terlibat dalam setiapproses perubahan di sekolah melalui penerapanprinsip-prinsip pengelolaan kualitas total denganmenciptakan kompetisi dan penghargaan di dalamsekolah itu sendiri maupun sekolah lain.

Dirgantoro (2004:14) mengungkapkan bahwatahap implementasi strategi menekankan padaaktivitas sebagai berikut: menetapkan tujuantahunan, menetapkan kebijakan (policy),memotivasi karyawan, mengembangkan budayayang mendukung, menetapkan struktur organisasiyang efektif, menyiapkan budget, mendayagu-nakan sistem infromasi, menghubungkankompensasi karyawan dengan performanceperusahaan, tanggngjawab, dan dedikasi dalampekerjaan.

Kegiatan Pengawasan Strategi Peningkatan MutuManajemen Melalui Program Sekolah di SDMuhammadiyah 9 Malang

Keefektifan pelaksanaan strategi peningkatanmutu manajemen pendidikan dapat diketahui ataudilihat melalui evaluasi strategi. Dirgantoro(2004:14) menuturkan bahwa aktivitas-aktivitasutama dalam evaluasi strategi mencakup (1) reviewfaktor eksternal dan internal yang merupakan dasardari strategi yang sudah ada; (2) menilaiperformance strategi; dan (3) melakukan langkahkoreksi. Sementara itu Jatmiko (2004:259)menyatakan bahwa “pengendalian didefinisikansebagai suatu aktivitas membuat sesuatu agarmenjadi sesuai dengan apa yang direncanakan

450 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 445-453

Page 60: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

untuk terjadi. Pengendalian strategi dilakukan olehmanajer yang tujuannya adalah untuk memastikanbahwa rencana-rencana menjadi kenyataan,sehingga mereka perlu memahami dengan jelastentang apa realitas atau kenyataan yangdirencanakan”. Tujuan pengendalian dan evaluasistrategi adalah untuk memonitor sertamengevaluasi kemajuan terhadap usaha-usahapencapaian sasaran organisasi yang dalam hal iniadalah sekolah sebagai lembaga pendidikan.Evaluasi dan pengendalian untuk mengarahkanatau memperbaiki proses strategi, atau mengubahrencana strategi yang lebih tepat agar sesuaidengan situasi lingkungan dan tujuan semula.

Evaluasi juga dilakukan secara bertahap padasetiap harian, mingguan, dan bulanan. Pada bidangkurikulum, guru kelas secara internal dankeseluruhan mengadakan rapat dari hari Seninsampai Sabtu pada saat kegiatan belajar mengajarselesai. Kemudian tiap akhir minggu dilakukanrapat bersama kepala urusan tiap-tiap bagian.Permasalah yang dibahas dimulai dari yang kecil-kecil agar bisa segera ditangani.

Pada program pembinaan keagamaan dankepribadian Islami, pengawasan pertama dilakukandengan presensi. Selain itu seluruh siswa dalamberaktifitas selalu didampingi oleh guru dan adajuga guru yang berkeliling dari kelas ke kelas untukmelakukan pengawasan. Setiap akir bulan selaluada evaluasi berupa tes untuk berwudhu, sholatdan mengaji. Periode panilaiannya berdasarkankesepakatan kelas yaitu harian, mingguan ataubulanan. Penilaian dari pengawasan tertangkumpada raport untuk dievaluasikan semester depan.SD Muhammadiyah 9 Malang memiliki 4 raporyaitu, kuantitatif, kualitati, raport ektrakurikuler danraport ISMUBA.

Pengawasan tiap kegiatan yang ada disekolah tidak bisa hanya dilakukan oleh pihaksekolah saja, oleh karena itu sekolah juga bekerjasama dengan orangtua siswa. Orangtua ikut sertamengawasi tingkahlaku dan perkembangan belajaranak yang bisa dilaporkan kepada sekolah untukdibenahi jika ada permasalahan pada anaknya.Melalui laporan, saran atau kritik dari orang tuasiswa tersebut, sekolah akan mengadakan evaluasiatau pembenahan. Secara internal pengawasanterhadap program-program di SD Muhammadiyah9 Malang dilakukan secara langsung oleh kepalasekolah. Pada pelaksanaannya, wakil kepalasekolah dan para kepala urusan besarta wali muridselalu memantau. Kemudian dilaksanakanpertemuan mingguan antara kepala sekolah dan

waka. Sedangkan pertemuan bulanan dan tahunanhanya untuk evaluasi bersama.

Pada t iap-tiap per temuan tiap bagianmenuturkan permasalahan masing-masing untukdiketahui kemudian dicari bersama solusinya.Pertemuan harian hanya dilakukan pada saat adakebutuhan informasi yang harus segeradisampaikan. Jadi tiap-tiap bagian membuat jadwalpertemuan sendiri-sendiri untuk melakukanevaluasi. Semua rapat yang dilakukan oleh tiapbagian akan dilaporkan pada saat pertemuanbulanan dan tahunan. Menjelang akhir tahunpelajaran kepala sekolah melakukan penilaianterhadap keseluruhan program yang telahdilaporkan oleh seluruh kepala urusan denganmenggunakan standar operasioal prosedur.Evaluasi dilakukan dengan melihat sejauh manaketercapaian tujuan dari perencanaan yang telahdibuat. Jika pada evaluasi masih diketahui tidaksesuai dengan tujuan-tujuan tiap program, makaakan ditindaklanjuti dengan melakukan penanganlebih serius dan mencari tahu permasalahankemudian mencari solusinya. Sedangkan secaraekternal yang pengawasan dilakukan oleh MajelisDikdasmen Muhammadiyah.

Kendala dan Penanggulangan Pelaksanaan ProgramSekolah dalam Strategi Peningkatan MutuManajemen di SD Muhammadiyah 9 Malang

Kendala atau hambatan yang dihadapi SDMuhammadiyah 9 Malang pada pelaksanaanprogram sekolah untuk meningkatkan mutumanajemen pendidikan terletak di pengelolaansumber daya manusia dan juga pengelolahan saranadan prasarana sekolahnya yang kurang baik.Adanya ketidakdisplinan diri guru dan karyawandi sekolah akan berdampak berkurangnya kinerjaguru dan karyawan. Hal ini hal ini tampak padaketidakdisplinan peserta didik dan kurangkontrolnya kualitas sarana dan prasarana sekolahsehingga menghambat jalannya kegiatan sekolah.Meskipun hal ini menurut sekolah bukan hambatanyang besar yang bisa segera ditangani, namunperbaikan masalah hendaknya dimulai dari halyang kecil sebelum menjadi masalah yang besar.Menurut Imron dalam Fauzi (2009:1) disiplin guruadalah:”suatu keadaan tertib dan teratur yangdimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpaada pelanggaran-pelanggaran yang merugikanbaik secara langsungmaupun tidak langsungterhadap dirinya, teman sejawatnya, dan terhadapsekolah secara keseluruhan”.

Septi, Strategi Peningkatan Mutu Manajemen melalui Pengembangan Program Sekolah 451

Page 61: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Berdasarkan pandangan dari pendapattersebut, dan dilihat dari kondisi yang ada dilapangan terdapat kesamaan fakta bahwakedisplinan diri merupakan hal penting dalamorganisasi agar tercapai tujuan. Peneliti dapatmenyimpulkan bahwa hambatan pelaksanaanprogram sekolah berupa ketidakdisiplinan guru dankaryawan di SD Muhammadiyah 9 Malangmerupakan awal dari datangnya hambatan lainberupa ketidakdisplinan peserta didik danpermasalahan teknis pada sarana dan prasaranayang ada di sekolah. Berdasarkan permasalahandi atas, maka untuk menanggulangi kendalatersebut pihak sekolah, khususnya Kepala Sekolahbeserta Wakil dan Kepala

Urusan akan terus melakukan evaluasipelaksanaan program sekolah dan melakukanperbaikan-perbaikan dengan jalan lebih menegakantata tertib bagi guru/karyawan dan peserta didikserta selalu menanamkan kesadaran diri mengenaitaanggung jawab dan kedisplinan misalnya denganmendisiplinkan diri sendiri agar menjadi contoh.

Penyelenggaraan manajemen pendidikan diSD Muhammadiyah 9 Malang dilakukan agarseluruh kegiatan di sekolah dapat terencana secarasistematis dan dapat dievaluasi dengan benar danakurat. Tujuan diadakan proses manajemenpendidikan di SD Muhammadiah 9 Malang ini agarseluruh sumber daya yang ada produktif,berkualitas, efektif dan efisien. Peningkatan mutumanajemen pendidikan di SD Muhammadiyah 9Malang ini telah terlaksana dengan baik dengandengan menggunakan strategi pengadaanprogram-program sekolah. Meskipun begitu bukanberarti tidak ada kekurangan dan kendala-kendalaselama proses menjadi sebuah manajemen sekolahatau manajemen pendidikan yang bermutu sepertiyang diharapkan. Namun sekolah telah menyadariakan pentingnya penanganan masalah sejak dinisebelum terjadi masalah yang lebih besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil sejalandengan fokus penelitian dan pembahasan dalampenelitian ini sebagai berikut. Pertama, kegiatanperencanaan strategi peningkatan mutumanajemen melalui program sekolah di SDMuhammadiyah 9 pertama merupakan rancanganuntuk menindaklanjuti program-progam terdahulu

setelah dilakukan evaluasi program. Kedua,program-program yang dilaksanakan di SDMuhammadiyah 9 Malang bercermin dari visi, misidan tujuan sekolah. Pedoman pembuatanprogramprogram yang ada adalah pembinaankeagamaan, pembinaan anak cerdas, pembinaanguru simpatik dan penciptaan lingkungan asri yangsetiap tahunnya selalu dilakukan perbaikkan-perbaikkan pada pelaksanaannya. Ketiga,pengawasan pelaksanaan program di SDMuhammadiyah 9 Malang dilakukan secarainternal dan ekternal. Kemepat, Kendala yangdihadapi SD Muhammadiyah 9 Malang padapelaksanaan program sekolah untuk meningkatkanmutu manajemen pendidikan adalah pengelolaansumber daya manusia serta pengelolahan saranadan prasarana sekolah yang masih lemah sehinggaperlu dilakukan evaluasi pada pelaksanaan programsekolah dan melakukan perbaikan-perbaikandengan lebih menertibkan pengelolaan sumberdaya manusia serta pengelolahan sarana danprasarana sekolah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, perludisampaikan beberapa saran kepada beberapapihak, yaitu bagi: (1) Kepala SD Muhammadiyah9 Malang, dapat memelihara dan meningkatkankedisplinan dalam pelaksanaan manajemenpendidikan di SD Muhammadiyah 9 Malang melaluiperencanaan, pelaksanaan serta pengawasan yangbaik dan menyeluruh sehingga, seluruh komponensekolah dapat merasakan perbaikan danpeningkatan mutu manajemen yang telahdilakukan; (2) Kepala urusan bidang-bidang selalumeningkatkan kerjasama dan profesionalismedalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabserta lebih tertib sebagai kepala bidang. Para kepalaurusan juga diharapkan mampu memimpinanggotanya dalam menjalankan program-programnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsiuntuk membantu kepala sekolah mencapai tujuansekolah; (3) Peneliti lain, dapat dijadikan bahanreferensi dan informasi awal untukmengembangkan dan melaksanakan penelitiansejenis mengenai strategi peningkatan mutumanajemen pendidikan khususnya, penelitian untukmeningkatkan mutu manajemen bagi tenagakependidikan (tata usaha) di sekolah yang belummampu dilakukan oleh peneliti.

452 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 445-453

Page 62: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

DAFTAR RUJUKAN

Alma, B. 2008. Manajemen Corporate danStrategi Pemasaran Jasa Pendidikan,Fokus pada Mutu dan Layanan Prima.Bandung: Alfabeta.

Dirgantoro, C. 2004. Manajemen Stratejik,Konsep, Kasus dan Implementasi .Jakarta: PT. Grasindo.

Fauzi, A. M. R. 2009. Proses PengembanganDisiplin Guru, (Online), (http://dakir.wordpress.com/2009/12/05/proses-pengembangan-disiplinguru-html, diakses11Juni 2011).

Heruizzuddin. 2010. Merumuskan Visi, Misi,Tujuan dan Program Sekolah, (Online),(http://heruizzuddin.blogspot.com/2010/04/merumuskan-visimisi-tujuan-dan-program-html, diakses 18 Februari 2011).

Jatmiko, R. D. 2004. Manajemen Stratejik.Malang: Universitas MuhammadiyahMalang.

Moleong, L. J. 2009. Metodologi PenelitianKualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sagala, S. 2009. Manajemen Stratejik dalamPeningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 Tahun 2003, tentang SistemPendidikan Nasional . Bandung:Fokusmedia.

Ulfatin, N. 2004. Penelitian Kualitatif. Malang:Jurusan Administrasi Pendidikan, FakultasIlmu Pendidikan UM.

Umaedi. 1999. Manejemen Peningkatan MutuBerbasis Sekolah, Sebuah PendekatanBaru dalam Pengelolahan Sekolah untukPeningkatan Mutu, (Online), (http://www.ssep.net/director.html, diakses 18Februari 2011).

Septi, Strategi Peningkatan Mutu Manajemen melalui Pengembangan Program Sekolah 453

Page 63: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

PERAN WARGA SEKOLAH DALAM PENERAPAN PENDIDIKANLINGKUNGAN HIDUP

Kurnia Cia LustyMaisyaroh

E-mail: [email protected],Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: Role of School Community in the Implementation of Environmental Education. The aim ofthis study include:(1) the role ofthe principal,(2) the role ofthe teacher, (3) the role of students in theapplication of environmental education in SDN Dinoyo 2 Malang, and (4) supporting factorsandobstacles in the implementation of environmental education in SDN Dinoyo 2 Malang. This studyused a qualitative approach with a design case study. Results of this studys howed that the knowledge,understanding, perception and motivation of school principals, teachers and students as wellasparental support, affecting the implementation of environmental education. Environmental educationimplementation developed is a conceptual form that shows the relationship mutually beneficialcooperation between two or more parties (schools, government, private and community) to achievethe learning objectives.

Abstrak: Peran Warga Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (Studi Kasus diSDN Dinoyo 2 Malang). Penelitian ini bertujuan: (1) peran kepala sekolah, (2) peran guru, (3) peransiswa dalam penerapan pendidikan lingkungan hidup di SDN Dinoyo 2 Malang, dan (4) faktorpendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan lingkungan hidup di SDN Dinoyo 2 Malang.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa pengetahuan, pemahaman, persepsi dan motivasi kepala sekolah, guru dansiswa serta dukungan orangtua, mempengaruhi penerapan PLH. Penerapan PLH yang dikembangkanadalah suatu bentuk konseptual yang menunjukkan hubungan kerjasama saling menguntungkanantar dua pihak atau lebih (sekolah, pemerintah, swasta dan masyarakat) untuk mencapai tujuanpembelajaran PLH.

Kata kunci: peran warga sekolah, pendidikan lingkungan hidup

Sumber daya yang penting dalam suatu organisasiadalah sumber daya manusia, yang memberikantenaga, bakat, kreativitas dan usaha merekaterhadap organisasi, begitu juga dalam duniapendidikan. Oleh sebab itu, pengembangansumber daya manusia harus ditingkatkan agarmampu mencapai tujuan di masa depan.Pendidikan adalah suatu proses pelatihan danpengajaran untuk memberikan pengetahuan danmengembangkan keterampilan seseorang.Pendidikan merupakan salah satu kebutuhanmanusia agar dapat mengembangkan potensi dirimanusia itu sendiri melalui pembelajaran yangtelah ditentukan oleh undang-undang. MenurutUndang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diper lukan dir inya,masyarakat, bangsa dan negara.

Lingkungan alam saat ini telah berubahmenjadi lebih buruk dengan adanya banjir yangdikarenakan penyumbatan sampah di selokan-selokan, bertambahnya polusi udara dikarenakanbertambahnya kendaraan, sehingga mengakibat-kan kurangnya udara segar serta cuaca semakinpanas, bertambahnya jumlah penduduk yang adadi Kota Malang membuat lahan untuk melestarikanlingkungan hidup semakin berkurang. Kerusakanlingkungan hidup sebagian besar disebabkan olehulah manusia. Perilaku hidup manusia yang lalai,egois, dan tidak bertanggung jawab dalam

454

Page 64: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

mengeksploitasi lingkungannya sangat merugikankehidupan manusia.

Permasalahan lingkungan hidup tidak dapatdipisahkan secara teknis semata, namun yang lebihpenting adalah pemecahan yang dapat mengubahmental serta kesadaran akan pengelolaanlingkungan. Untuk mengatasi dampak kerusakanlingkungan hidup diperlukan suatu perubahan sikapdan perilaku pada masyarakat serta perbaikanmoral melalui pendidikan. Pendidikan lingkunganhidup adalah suatu proses untuk membangunpopulasi manusia di dunia yang sadar dan peduliterhadap lingkungan dan segala masalah yangberkaitan dengannya, dan masyarakat yangmemiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dantingkah laku, untuk dapat memecahkan berbagaimasalah lingkungan saat ini, dan mencegahtimbulnya masalah baru di lingkungan sekitar.

Pendidikan lingkungan hidup dapat diterapkanke dalam pendidikan formal dengan menyisipkanmateri pendidikan lingkungan hidup ke dalammateri-materi pelajaran mulai dari konseppemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yangdapat dilakukan. Proses belajar-mengajar tidak lagimenggunakan metode ceramah, tetapi lebihapresiatif dan aplikatif serta peduli denganpersoalan-persoalan lingkungan hidup. SekolahDasar Negeri (SDN) Dinoyo 2 Malang telahbekerja sama dengan Dinas Pendidikan KotaMalang dan Dinas Pertamanan Kota Malanguntuk dapat mewujudkan dan mendukung kegiatanPLH yang diadakan di sekolah tersebut. Pihaksekolah membentuk suatu organisasi kecil yangdinamakan Laskar Hijau yang bertujuan untukmelestarikan lingkungan dan dapat memberikancontoh terhadap siswa lainnya untuk lebih pekaterhadap lingkungan, cara merawat pohon, tidakmembuang sampah pada tempatnya, dapatmemanfaatkan barang-barang bekas untukdijadikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagikehidupan manusia.

Usaha yang dilakukan oleh SDN Dinoyo 2Malang adalah dengan mengadakan kegiatanpenanaman seribu pohon yang ditanam disepanjang jalan dekat lokasi sekolah yang didukungoleh seluruh orangtua siswa. Dengan adanyakegiatan tersebut dapat dikatakan, bahwakepedulian terhadap lingkungan menjadikansekolah ini disebut sebagai sekolah AdiwiyataMandiri. Program Adiwiyata ini adalah sebagaisalah satu strategi pemberian pendidikanlingkungan yang dilakukan pemerintah denganmaksud agar tercipta sekolah yang peduli dan

berbudaya lingkungan. SDN Dinoyo 2 Malangtelah memenangkan Adiwiyata sebanyak tiga kalisejak Tahun 2009, dan mendapat penghargaanlangsung dari Presiden Republik Indonesia. Padatahun 2011 merupakan tahun terakhir sekolahtersebut mendapat gelar sebagai SekolahAdiwiyata Mandiri.

SDN Dinoyo 2 Malang telah berhasilmenerapkan pendidikan lingkungan hidup dalamkegiatan sehari-hari di sekolah dan menciptakansekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Halini tidak terlepas dari kerjasama seluruh wargasekolah, terutama kepala sekolah. Karena kepalasekolah bertanggung jawab atas jalannya lembagasekolah dan kegiatannya. Kepala sekolah beradadi posisi terdepan dan dapat diukur keberhasilan-nya. Pencapaian visi, misi, maupun tujuan harusdijalankan secara bersama. Semua sumber dayamanusia yang ada harus dilibatkan, dan semuanyaharus bertanggung jawab untuk menjalankan danmenerapkan perilaku yang peduli lingkungan baiksebagai individu maupun sebagai bagian dariorganisasi sekolah. Diharapkan dengan memahamiperanan masing-masing warga sekolah dapatmeningkatkan kepedulian dan menciptakan budayacinta lingkungan bagi masyarakat secara luas.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatifdengan jenis penelit ian deskriptif untukmenjelaskan fenomena yang terjadi di lapangan.Melalui penelitian kualitatif, peneliti bermaksudmendeskripsikan atau menggambarkan dalambentuk kata-kata dan bahasa secara alamimengenai fenomena dan latar subjek. Berdasarkanfokus penelitiannya, peneliti memanfaatkanpenelitian kualitatif dengan rancangan studi kasusdi SDN Dinoyo 2 Malang.

Informan dalam penelitian ini yaitu: (1) KepalaSDN Dinoyo 2 Malang; (2) Guru SDN Dinoyo 2Malang; dan (3) Siswa SDN Dinoyo 2 Malang.Penelitian ini menggunakan teknik-teknik dalamrangka pengumpulan data di lapangan. Beberapateknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (1)teknik observasi adalah pengamatan secaralangsung terhadap gejala yang diselidikimenggunakan alat-alat bantu yang sudahdipersiapkan sebelumnya maupun yang diadakankhusus untuk keperluan tersebut. Beberapainformasi yang diperoleh dari hasil observasi adalahruang (tempat), pelaku, kegiatan, perbuatan, kejadianatau peristiwa, waktu, dan perasaan. Observasi

Lusty dan Maisyaroh, Peran Warga Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup 455

Page 65: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

yang dilakukan peneliti dengan mengamatikegiatandan kebiasaan siswa maupun guru mengenaikegiatan PLH; (2) teknik wawancara, merupakanteknik pengumpulan data yang dilakukan melaluitatap-muka dan tanya-jawab secara langsung antarapeneliti terhadap narasumber atau sumber data.Wawancara yang digunakan peneliti adalahwawancara semi terstruktur, karena selain mengacupada pertanyaan yang sudah dirancang namun bisasaja ada pertanyaan tambahan apabila diperlukan;(3) teknik dokumentasi, dikumpulkan dalampenelitian ini adalah dokumen yang berkaitan denganfokus penelitian, yaitu mengenai peran wargasekolah serta faktor pendukung dan penghambatdalam penerapan PLH di sekolah. Hasil daridokumentasi ini akan dijadikan sebagai bukti darihasil wawancara maupun hasil observasi, sehinggadata yang diperoleh akan semakin akurat.

Analisis data dilakukan setelah penelitimendapatkan data dari subjek penelitian, denganmelakukan pemilihan data yang sesuai denganfokus penelitian. Penelitian kualitatif membutuhkananalisis data secara sistematis artinya analisis datadilakukan dalam suatu proses. Proses analisis datadimulai dengan reduksi data atau mengurangi datayang tidak penting, penyajian data atau penarikankesimpulan sementara, dan penarikan kesimpulandari meninjau ulang catatan-catatan lapangan hasilpenelitian sehingga memperoleh kesimpulan yangkuat.

Guna menghasilkan kesimpulan yang tepatdibutuhkan dukungan data yang tepat dandiperlakukan pengecekan keabsahan data temuanagar data yang diperoleh benar-benar valid.Beberapa teknik pengecekan keabsahan data yangdigunakan adalah perpanjangan keikutsertaan,ketekunan pengamatan, dan trianggulasi, yangmenggunakan triangulasi teknik dan triangulasisumber.

HASIL

Peran kepala sekolah di SDN Dinoyo 2Malang dalam Pendidikan Lingkungan Hidupmeliputi (1) peran sebagai pemimpin; (2) peransebagai manajer; (3) peran sebagai edukator; dan(4) peran sebagai motivator. Kepala SDN Dinoyo2 Malang selalu berusaha dengan memanfaatkanwaktu upacara pada hari senin untuk mengingatkanpentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.Selain itu, kepala sekolah juga selalu memberikancontoh terhadap guru, siswa, maupun wargasekolah lainnya untuk selalu menjaga kebersihan.

Peran guru di SDN Dinoyo 2 Malang dalamPendidikan Lingkungan Hidup meliputi (1) peransebagai pendidik; dan (2) peran sebagaipembimbing. Guru SDN Dinoyo 2 Malang memilikiperan aktif dalam kegiatan PLH di sekolah, denganmemberikan bimbingan kepada siswa-siswanyadalam berbagai kegiatan, yaitu pada saat kegiatanekstrakurikuler, kegiatan aksi sekolah yangdiadakan setiap hari jumat, penanaman pohon,pendaurulangan sampah, sampai mengikuti lomba-lomba yang bertemakan lingkungan.

Siswa memiliki peran yang sangat pentingdalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.Tanpa adanya partisipasi aktif dari siswa, segalabentuk kegiatan sekolah tidak akan mungkinberhasil tercapai. Berbagai peran siswa dalampenerapan PLH antara lain sebagai subjekpelaksana kegiatan atau program-program sekolahdalam menyalurkan kreativitas dan pendapat,sebagai pelaku untuk mewujudkan tujuan sekolahberwawasan lingkungan.

Faktor pendukung dalam penerapan PLH disekolah adalah dengan dijadikannya SekolahAdiwiyata, SDN Dinoyo 2 Malang menjalinkerjasama dengan Pemerintah Kota Malang dalampenyelenggaraan sekolah Adiwiyata, DinasKebersihan Kota Malang membantu dalamsosialisasi kebersihan lingkungan, Lembaga TunasHijau mengadakan organisasi cinta lingkunganLaskar Hijau, UPT Puskesmas Dinoyo memantaukebersihan dan kesehatan makanan yang dijual disekolah. Faktor yang dapat menghambat prosespelaksanaan penerapan PLH di SDN Dinoyo 2Malang adalah lahan sekolah yang sempit dankurangnya sarana dan prasarana yang memadaisehingga kegiatan yang berkaitan dengan PLHsedikit mengalami kendala. Kurangnya kesadaranbaik dari siswa maupun dari guru akan kebersihanjuga menjadi penghambat dalam kegiatan PLH disekolah.

PEMBAHASAN

Peran kepala sekolah Pendidikan LingkunganHidup di SDN Dinoyo 2 Malang meliputi (1) peransebagai pemimpin; (2) peran sebagai manajer; (3)peran sebagai edukator; dan (4) peran sebagaimotivator. Peran kepala sekolah sebagai pemimpinyang dimaksud yaitu menjadi panutan yang baikbagi seluruh warga sekolah agar dapatmenjalankan tugasnya masing-masing denganmaksimal demi tercapainya tujuan sekolah yangdiinginkan. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus

456 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 454-459

Page 66: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

memiliki kepribadian yang kuat, mampu memahamikondisi guru, karyawan, dan siswa denganbaik, memiliki kemampuan mengambil keputusan,dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baikdengan seluruh warga sekolah. Terdapat tiga jenispendekatan pembinaan yang dilakukan oleh kepalasekolah yaitu pendekatan ilmiah yang merupakansuatu pendekatan pembinaan guru, dimana dalampendekatan yang dipandang dapat memberikanrespon atas kekurangan-kekurangan untuk menilaiefektivitas pengajaran. Pendekatan artistik yangmerupakan suatu pendekatan pembinaan yangmenyadarkan pada kepekaan, persepsi danpengetahuan supervisor sebagai saran untukmengapresiasikan kejadian pengajaran yangbersifat subtleties (halus, lembut) dan sangatbermakna di dalam kelas. Pendekatan klinik yaitusuatu bentuk profesional yang diberikan kepadacalon guru ataupun guru berdasarkan kebutuhannyamelalui siklus yang sistematis dalam perencanaan,pengamatan yang cermat, dan pemberian balikanyang segera secara objektif.

Peran kepala sekolah sebagai manajer adalahmenyusun program sekolah, termasuk programyang berkaitan dengan PLH, seperti mengadakanprogram peduli lingkungan, pengembanganprogram adiwiyata mandiri, dan sebagainya,menyusun organisasi kepegawaian di sekolah,menggerakkan staf (guru dan karyawan), danmengoptimalkan sumber daya sekolah. Perankepala SDN Dinoyo 2 Malang dalam pelestarianlingkungan sangat baik. Dengan adanya programAdiwiyata tersebut, kepedulian warga sekolahmeningkat. Sesuai dengan pendapat dari Danim(dalam Alfandi, 2011:9-10) menjelaskan bahwakepala sekolah sebagai manajer perlu memilikikemampuan menyusun program,mengorganisasikan personalia, memberdayakanguru dan tenaga kependidikan sertamendayagunakan sumber daya sekolah secaramaksimal.

Peran kepala sekolah sebagai pendidik yaitumemberikan supervisi dan nasehat yangmembangun kepada guru sesuai dengan hambatan-hambatan yang didapatkan saat mengajar di kelas.Selain itu kepala sekolah juga memberikan saranamelalui pelatihan yang dapat membantu gurudalam meningkatkan kinerjanya. Pendapat di atassesuai dengan Mulyasa (2007:98-99) yaitu dalammelakukan fungsinya sebagai edukator, kepalasekolah harus memiliki strategi yang tepat untukmeningkatkan profesionalisme tenagakependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim

sekolah yang kondusif, memberikan nasehatkepada warga sekolah, memberikan dorongankepada seluruh tenaga kependidikan, sertamelaksanakan model pembelajaran yang menarik,seper ti team teaching, moving class, danmengadakan program akselerasi (acceleration)bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

Dalam rangka melakukan perannya sebagaimotivator, hendaknya kepala sekolah bersikap adilbagi semua warga sekolahnya, terlebih harusmengetahui kemampuan dan karakteristik setiapanggotanya, untuk memberikan dorongan agarseluruh anggota sekolah mendapat perhatian dandukungan khusus dari atasannya. Sehingga dapatdisimpulkan peran kepala sekolah sebagaimotivator yaitu memberikan motivasi dan dorongankepada seluruh warga sekolah.

Guru PLH khususnya dan bahkan semua gurumemiliki peran penting di dalam mensukseskanprogram PLH di sekolah, membangun gaya hidup,menanamkan prinsip-prinsip, dan menerapkanetika lingkungan hidup. Upaya agar guru mencapaitujuan. Menurut Wrightman (dalam Usman,2006:4) peranan guru adalah terciptanyaserangkaian tingkah laku yang saling berkaitanyang dilakukan dalam suatu situasi tertentu sertaberhubungan dengan kemajuan perubahan tingkahlaku dan perkembangan siswa yang menjaditujuannya. Guru adalah pendidik, yang menjaditokoh dan panutan bagi para peserta didik, danlingkungannya. Oleh karena itu, guru harusmemiliki standar kualitas tertentu, yang mencakuptanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.Peran guru sebagai pendidik merupakan peranyang berkaitan dengan tugas memberi bantuan dandorongan, pembinaan serta tugas-tugas yangberkaitan dengan mendisiplinkan anak agar menjadipatuh terhadap aturan-aturan sekolah, keluarga danmasyarakat.

Guru SDN Dinoyo 2 Malang memiliki peranyang penting dalam setiap kegiatan di sekolah,karena mereka dapat mendorong siswa untukmemperluas kemampuan dalam menerapkanprinsip-prinsip dan etika lingkungan hidup denganmemberikannya contoh. Prosedur ini merupakansuatu metode pembelajaran yang menekankanpada keter libatan siswa agar mampumengembangkan pengetahuan dan keterampilan.Dulu, guru berperan sebagai penyampai materi ajardan merupakan satu-satunya sumber belajar.Namun kini guru sudah berubah peran menjadipembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih.Beratnya tanggung jawab bagi guru menyebabkan

Lusty dan Maisyaroh, Peran Warga Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup 457

Page 67: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

pekerjaan guru harus memerlukan keahlian khusus.Untuk itu pekerjaan guru tidak dapat dilakukan olehsembarang orang di luar bidang pendidikan.

Dapat disimpulkan peran guru sebagaipembimbing dalam penelitian ini adalah memberitekanan kepada tugas, memberikan bantuankepada siswa dalam pemecahan masalah yangdihadapinya. Sehingga dapat mendorong siswauntuk memperluas kemampuan dalam menerapkanprinsip-prinsip dan etika lingkungan hidup denganmemberikannya contoh.

Contoh-contoh kegiatan kecil yang dapatdilakukan oleh siswa adalah kegiatan buangsampah pada tempatnya, kegiatan cuci tangansebelum dan sesudah makan, kegiatan penyuluhantentang makanan sehat (himbauan jangan membelimakanan di sembarang tempat), himbauan dilarangmerokok, karena anda telah memasuki area bebasrokok, biasakan sarapan sebelum berangkatsekolah, kegiatan penghijauan lingkungan sekolah.Pada hakikatnya, perilaku manusia mencerminkanproses interaksi melalui pembiasaan. Sesuai denganpendapat Hanurawan (2007:9) mengatakanseseorang individu belajar dari model melaluipengamatan tentang kemungkinan untuk meniruperilaku orang yang ada di sekitarnya. Pendapattersebut menjelaskan bahwa dengan adanyaperilaku cinta lingkungan dari orangtua maupunguru, siswa pasti akan cenderung akan melakukanhal yang sama. Peran siswa SDN Dinoyo 2 Malangantara lain sebagai subjek pelaksana kegiatan atauprogram-program sekolah dalam menyalurkankreativitas dan pendapat, contohnya siswa dituntutuntuk aktif dalam setiap kegiatan yang diadakandi sekolah yang berkaitan dengan PLH, yaitu ikutdalam kegiatan Adiwiyata, dokter kecil yangbekerja sama dengan Puskesmas, dan lainsebagainya. Pelaku untuk mewujudkan tujuansekolah berwawasan lingkungan, contohnya ikutmenjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dengantidak membuang sampah sembarangan, mematikanair jika tidak digunakan dan sebagainya.

Faktor pendukung dalam penerapan kegiatanPLH dalam temuan penelitian ini adalah denganmenjalin kerjasama dengan Pemerintah KotaMalang dalam penyelenggaraan sekolahAdiwiyata, Dinas Kebersihan Kota Malangmembantu dalam sosialisasi kebersihan lingkungan,Lembaga Tunas Hijau mengadakan organisasicinta lingkungan Laskar Hijau, UPT PuskesmasDinoyo memantau kebersihan dan kesehatanmakanan yang dijual di sekolah, dan orangtuasiswa membantu dalam memberikan dukungan

dalam pelaksanaan program-program sekolah danpengadaan tanaman yang ada di sekolah. Ashari(2008) menegaskan hubungan kerjasama sekolahdengan masyarakat bisa berjalan dengan baikapabila didukung oleh beberapa faktor, yakni: (1)adanya program dan perencanaan yang sistematis,(2) tersedianya basis dokumentasi yang lengkap,(3) tersedianya tenaga ahli, terampil, sarana sertadana yang memadai, (4) kondisi organisasi sekolahyang memungkinkan untuk meningkatkanhubungan sekolah dengan masyarakat.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkanbahwa SDN Dinoyo 2 Malang mampubekerjasama dengan baik terhadap lembaga-lembaga dan juga sekolah lain, terlebih dalamkegiatan peduli lingkungan hidup.Sedangkan untukfaktor penghambat dalam penerapan kegiatanPLH yang ditemukan dalam penelitian adalah lahansekolah yang sempit dan kurangnya sarana danprasarana yang memadai sehingga kegiatan yangberkaitan dengan PLH sedikit mengalami kendala.Kurangnya kesadaran baik dari siswa maupun dariguru akan kebersihan juga menjadi penghambatdalam kegiatan PLH di sekolah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, sebagai berikut.Pertama, peran kepala sekolah sebagai pemimpinyaitu menjadi panutan bagi seluruh warga sekolah,memiliki kepribadian yang kuat, mampu memahamikondisi guru, karyawan, dan siswa denganbaik, memiliki kemampuan mengambil keputusan,mampu berkomunikasi yang baik, dan menjadipembimbing yang baik bagi seluruh wargasekolah.Kedua, peran kepala sekolah sebagaimanajer adalah menyusun progransekolah, termasuk program yang berkaitan denganPLH seperti mengadakan program pedulilingkungan pengembangan program adiwiyatamandiri, menyusun organisasi kepegawaian disekolah, menggerakkan staf (guru dan karyawan),mengoptimalkan sumber daya sekolah,meningkatkan kinerja dan mampu menyusunprogram sekolah maupun organisasi kepegawaiandi sekolah, mampu menggerakkan guru dankaryawan, dan mengoptimalkan sumber dayasekolah.Ketiga, peran kepala sekolah sebagaipendidik yaitu memberikan supervisi kepada guru,memberikan nasehat yang membangun, danmemberikan sarana untuk meningkatkan kinerja

458 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 454-459

Page 68: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

guru.Keempat, peran kepala sekolah sebagaimotivator yaitu memberikan motivasi dan dorongankepada seluruh warga sekolah.

Peran guru dalam PLH adalah sebagaipendidik dan pembimbing. Peran guru sebagaipendidik berkaitan dengan tugas memberi bantuandan dorongan, pembinaan serta tugas-tugas yangberkaitan dengan mendisiplinkan anak agar menjadipatuh terhadap aturan-aturan sekolah, keluarga danmasyarakat, mengontrol setiap aktivitas siswa, baikpada saat jam pelajaran maupun di luar jampelajaran. Sedangkan peran guru sebagaipembimbing dalam penelitian ini adalah memberitekanan kepada tugas, memberikan bantuankepada siswa dalam pemecahan masalah yangdihadapinya.

Peran siswa yaitu sebagai subjek pelaksanakegiatan atau program-program sekolah dalammenyalurkan kreativitas dan pendapat, dan sebagaipelaku untuk mewujudkan tujuan sekolahberwawasan lingkungan.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan PLHdi sekolah diantaranya, adanya dukungan dari pihakPemerintah Kota Malang, Dinas Pendidikan KotaMalang, Dinas Kebersihan Kota Malang, lembagasosial Tunas Hijau serta dari orangtua siswa danmasyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor

penghambat dalam pelaksanaan PLH adalahkurangnya lahan sekolah, kurangnya sarana danprasarana yang mampu mendukung kegiatanpelestarian lingkungan, kurangnya kesadaran darisiswa untuk membuang sampah di tempat sampah,dan sebagainya.

Saran

Beberapa saran dikemukakan penulis sebagaiimplikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.Saran yang dapat diberikan dari kesimpulan di atassebagaai berikut. Pertama, bagi kepala sekolahmampu memberikan program-program yangmenunjang kemajuan sekolah, terutama dalambidang lingkungan hidup dan meningkatkan lebihbanyak kerjasama dengan berbagaipihak.Kedua,bagi guru diharapkan guru lebihmampu menguasai materi pendidikan lingkunganyang mengandung nilai-nilai peduli dan berbudayalingkungan. Guru lebih aktif dan tanggap dalampermasalahan lingkungan.Ketiga, bagi peneliti laindiharapkan untuk dapat dijadikan bahan acuanuntuk mengembangkan penelitian sejenis, terutamamengenai tentang faktor pendukung danpenghambat dalam pelaksanaan kegiatan PLHsehingga memiliki referensi lebih banyak.

DAFTAR RUJUKAN

Alfandi, H. 2011. Persepsi Guru TentangKepemimpinan Kepala Sekolah di MIKecamatan Pakisaji Malang. Skripsi tidakditerbitkan. Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Ashari. 2008. Hubungan Sekolah denganMasyarakat. (Online) (http://asharikeren.wordpress.com/2008/06/15/hubungan-sekolah-dengan-masyarakat,diakses pada 12 Oktober 2012).

Hanurawan, F. 2007. Pengantar PsikologiSosial. Malang: Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang.

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala SekolahProfesional. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional(Sisdiknas). 2006. Bandung: Fermana.

Usman, M. U. 2006. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lusty dan Maisyaroh, Peran Warga Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup 459

Page 69: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMENPENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI

BELAJAR

Nur Widia WardaniNurul Ulfatin

E-mail: [email protected],Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The Correlation Between Student Perception on School Based Quality Management andStudent Achievement. The purpose of this study is: 1) Knowing the students ‘perceptions aboutMPMBS; 2) Determine the level of student achievement; 3) Knowing the relationship betweenstudents’ perceptions of MPMBS with learning achievement. The study design used is descriptivecorrelational study population based on data from as many as 741 school students. The sample inthis study was 260 students, while the data collection techniques using a questionnaire that providesfour alternative answers. The population in this study were all grade level students of SMP Negeri 1Kertosono Nganjuk. The data results showed rhitung value = 0.542 and rtabel value = 0.124, from thesedata it can be seen that rhitung > rtabel. Interpretation of these data Ho rejected and H1 is accepted, itmeans there is a positive correlation (+0.542) between students ‘perceptions of MPMBS variable (X)and academic achievement (Y), the higher the students’ perceptions of MPMBS (X), the higher theacademic achievement students (Y) in SMP Negeri 1 Kertosono.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah:(1) Mengetahui persepsi siswa tentang MPMBS; (2) Mengetahuitingkat prestasi belajar siswa; (3) Mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap MPMBSdengan prestasi belajar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional, jumlahpopulasi penelitian berdasarkan data dari sekolah sebanyak 741 siswa. Sampel dalam penelitian inisebesar 260 siswa, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan angket yang memberikanempat jawaban alternatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tingkat kelas siswa SMP Negeri1 Kertosono Kabupaten Nganjuk. Data hasil penelitian menunjukkan nilai rhitung = 0,542 dan nilai rtabel= 0,124, dari data tersebut dapat diketahui bahwa rhitung> rtabel. Interpretasi dari data tersebut Ho ditolakdan H1 diterima, artinya ada hubungan positif (+0,542) antara variabel persepsi siswa terhadap MPMBS(X) dan prestasi belajar (Y), semakin tinggi persepsi siswa terhadap MPMBS (X), maka semakintinggi pula prestasi belajar siswa (Y) di SMP Negeri 1 Kertosono.

Kata kunci: persepsi siswa, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, prestasi belajar

Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamisdalam kehidupan manusia di masa depan.Pendidikan dapat mengembangkan berbagaipotensi yang dimiliki individu secara optimal, yaitupengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional,sosial dan spiritual, sesuai dengan tahapperkembangan serta karakteristik lingkungan fisikdan lingkungan sosial budaya. Pendidikanmerupakan fenomena manusia yang sangatkompleks, karena sifatnya yang komplekspendidikan terus akan mencapai dan menghasilkansuatu produk atau kualitassehingga perlu dilakukanpengukuran kualitas mutu mereka, prestasi belajar

mereka apakah semakin ada peningkatan ataupenurunan, sehingga lembaga pendidikan atausekolah mempunyai peran penting dalam hal ini,yaitu memberikan pelayanan untuk pengukurankualitas pendidikan dan prestasi siswa.

Manajemen mutu pendidikan merupakanaplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikandengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasakemanusiaan (pembinaan potensi pelajar) melaluipengembangan pembelajaran berkualitas, agarmelahirkan lulusan yang sesuai dengan harapanorangtua, masyarakat, dan pelanggan pendidikanlainnya.”Mutu merupakan sebuah cara yangmenentukan apakah produk terakhir sesuai dengan

460

Page 70: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

standar atau belum” (Sallis, 2008: 53). Mutu dalamkonteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasiyang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktutertentu (apakah tiap akhir semester, akhir tahun,2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun).

Syafaruddin (2002: 36) menarik kesimpulansebagai berikut, “upaya untuk meningkatkan mutupendidikan merupakan hal yang sangat penting,sehingga dalam melaksanakan program-programpeningkatan mutu pendidikan diperlukan dasaryang kuat”. Hal ini dijelaskan berdasarkanpendapat Sukmadinata, dkk. (2008: 9) tentangdasar-dasar program mutu pendidikan diantaranyaadalah: “(a) Komitmen pada perubahan; (b)Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada;(c) Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan;(d) Mempunyai rencana yang jelas”. Hal ini untukmenerapkan mutu diperlukan komitmen atau tekaduntuk berubah ke arah yang lebih baik.

Manajemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah (MPMBS) memiliki karakteristik yang perludipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya.Dalam menguraikan karakteristik MPMBS,pendekatan sistem yaitu input-proses-output yangdidasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakansebuah sistem, sehingga penguraian karakteristikMPMBS mendasarkan kepada input, proses, danoutput. Selanjutnya, uraian berikut dimulai darioutput dan diakhiri input, mengingat output memilikitingkat kepentingan tertinggi, sedangkan prosesmemiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendahdari output, dan input memiliki tingkat lebih rendahdari output.

Sekolah yang mempunyai tujuan untukmeningkatkan mutu pendidikannya harusmemperhatikan komponen mutu pendidikan yangakan membawa dampak baik bagi sekolah. Pesertadidik yang memiliki kesiapan belajar dan motivasiyang tinggi serta kemampuan profesional guruyang mengantarkan mereka menggali ilmupengetahuan dan didukung dengan adanyakurikulum yang terencana akan dapat membantusekolah meningkatkan mutu prestasi siswa yangbaik dan dapat bersaing secara global dalam duniapendidikan melalui prestasi akademik.

Siswa dalam pendidikan di sekolah akanmendapatkan berbagai ilmu pengetahuan jikamereka mampu memahami dan mencernamaknanya, maka akan dapat mengimplementasikanpengetahuannya dalam kehidupan baik dalam bentukkarya maupun prestasi lainnya. Menurut Syah(2008:141) mendefinisikan “Prestasi sebagai tingkatkeberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan dalam sebuah program”. Belajar adalah“kegiatan yang kompeks, dan hasil belajar berupakapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: (1)stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2)proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar” (Gagne,dalam Sagala, 2006), sehingga menghasilkanperubahan pada diri siswa yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif,maupun psikomotorik, yang diperoleh melaluiinteraksi individu dengan lingkungannya.

Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapaioleh sekolah terutama yang menyangkut aspekkemampuan akademik maupun nonakademik dapatdilakukan evaluasi terhadap seluruh hasilpendidikan sebagai evaluasi diri sekolah dengantujuan memperbaiki target mutu yang akan dicapaipada tahun berikutnya. Berdasarkan hasil evaluasiakan diketahui kekuatan dan kelemahan sekolahdalam penyusunan rencana program pembelajaran,sehingga pada waktu yang akan datang sekolahdapat merumuskan rencana program sekolah yangbaik lagi untuk mencapai pendidikan di sekolahyang bermutu. Kegunaan prestasi belajar yangdicapai siswa adalah sebagai umpan balik bagisekolah untuk menentukan kebijakan yang lebihbaik lagi, sehingga dapat bersaing secara sehatdengan sekolah lain dengan tujuan utamapeningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, selama siswamelaksanakan proses belajar mengajar di sekolah,maka akan berkembang pengetahuan,keterampilan, dan pengalaman suatu materi secarailmiah pada diri siswa, sehingga mempunyaipersepsi dengan kapasitas nilai akademis. JikaMPMBS yang diterapkan oleh sekolah mencapaikualitas yang baik, maka akan berpengaruhterhadap prestasi belajar siswa yang baik pula.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalahdeskriptif korelasional, dimana penelitian deskriptifbertujuan untuk menggambarkan persepsi siswaterhadap MPMBS. Sedangkan penelitiankorelasional bertujuan untuk mengetahui hubunganantara variabel bebas dan variabel terikat. Populasidalam penelitian ini adalah seluruh tingkat kelassiswa SMP Negeri 1 Kertosono KabupatenNganjuk. Untuk mendapatkan jumlah populasipenelitian, terlebih dahulu peneliti melakukanobservasi ke sekolah dengan mengambil datajumlah keseluruhan siswa. Kegiatan observasi inidilakukan karena penyebaran angket nantinya akan

Wardani dan Ulfatin, Persepsi Siswa Terhadap Manajemen Peningkatan Muutu Berbasis Sekolah dengan Prestasi Belajar 461

Page 71: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

dilakukan pada waktu siswa sebelum memulaipelajaran. Jumlah populasi penelitian berdasarkandata dari sekolah sebanyak 741 siswa. Sampeldalam penelitian ini sebesar 260 siswa, sedangkanteknik pengumpulan data menggunakan angket yangmemberikan empat jawaban alternatif. Populasidalam penelitian ini adalah siswa yang terbagi dalam27 kelas yaitu Kelas VII terdapat 9 kelas, KelasVIII terdapat 9 kelas, dan Kelas IX terdapat 9 kelasdengan banyak siswa setiap kelasnya berbeda makapengambilan sampel dilakukan secara ProportionalRandom Sampling.

Penelitian ini menggunakan rancanganpenelitian deskriptif . Pengumpulan data dalampenelitian ini menggunakan teknik penyebarankuesioner.Kuesioner (questionnaire) adalah salahsatu teknik pengumpul data yang bisa digunakandalam penelitian untuk memperoleh informasitentang responden dengan cara mengajukanserangkaian pertanyaan secara tertulis, sehinggadiperoleh informasi yang lebih luas dan mendalamtentang responden. Uji coba instrumen penelitianperlu dilakukan sebagai langkah awal untukmendapatkan data. Data hasil uji coba instrumenpenelitian diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilaksanakandi SMP Negeri 1 Kediri dengan jumlah responden180 siswa dari seluruh tingkat kelas danmenggunakan teknik analisis deskriptif dan korelasiProduct Moment.

HASIL

Berdasarkan data yang telah dianalisis, hasilyang diperoleh sebagai berikut.

Tabel 1 Deskripsi Data tentang Persepsi Siswaterhadap MPMBS

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Baik 91 35%63-81 Baik 157 60,4%44-62 Tidak Baik 12 4,6%25-43 Sangat Tidak Baik 0 0%

Total 260 100%

Berdasarkan Tabel 1 terdapat 91 siswa(35%) menyatakan bahwa MPMBS termasukdalam kualifikasi sangat baik, 157 siswa (60,4%)menyatakan bahwa MPMBS termasuk dalamkualifikasi baik, 12 siswa (4,6%) menyatakanbahwa MPMBS termasuk dalam kualifikasi tidakbaik, dan terdapat 0 siswa (0%) menyatakan

bahwa MPMBS termasuk dalam kualifikasi sangattidak baik. Nilai rata-rata variabel persepsi siswaterhadap MPMBS sebesar 77,1000. Nilai tersebutkedudukannya berada pada interval 63-81 sehinggamasuk dalam kualifikasi baik, artinya siswamempunyai persepsi baik terhadap MPMBS diSMP Negeri 1 Kertosono.

Deskripsi tentang prestasi belajar siswa diSMP Negeri 1 Kertosono Kabupaten Nganjukdapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Deskripsi Data Tingkat Prestasi BelajarSiswa

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Tinggi 162 63,4%63-81 Tinggi 88 32,6%44-62 Rendah 10 4%25-43 Sangat Rendah 0 0%

Total 260 100%

Berdasarkan Tabel 2 tersebut terdapat 162siswa (63,4%) menyatakan prestasi belajar siswatermasuk dalam kualifikasi sangat tinggi, 88 siswa(32,6%) menyatakan prestasi belajar siswatermasuk dalam kualifikasi tinggi, 10 siswa (4%)menyatakan prestasi belajar siswa termasuk dalamkualifikasi rendah, dan 0 siswa (0%) menyatakanprestasi belajar siswa termasuk dalam kualifikasisangat rendah. Nilai rata-rata variabel prestasibelajar siswa sebesar 85,1542 sehingga dibulatkanmenjadi 85. Nilai rata-rata tersebut berada padainterval 82-100, sehingga dapat diinterpretasikanbahwa prestasi belajar siswa SMP Negeri 1Kertosono tergolong sangat tinggi.

Deskripsi tentang persepsi siswa terhadapMPMBS dan prestasi belajar berdasarkantingkatan di SMP Negeri 1 Kertosono KabupatenNganjuk dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Deskripsi Data Tentang Persepsi SiswaKelas VII terhadap MPMBS

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Baik 58 65%63-81 Baik 29 32,7%44-62 Tidak Baik 2 2,3%25-43 Sangat Tidak Baik 0 0%

Total 89 100%

Berdasarkan Tabel 3 tersebut terdapat 58siswa (65%) menyatakan bahwa persepsi siswaterhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasisangat baik, 29 siswa (32,7%) menyatakan bahwa

462 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 460-466

Page 72: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

persepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi baik, 2 siswa (2,3%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi tidak baik, dan 0 siswa (0%)menyatakan bahwa persepsi siswa terhadapMPMBS termasuk dalam kualifikasi sangat tidakbaik. Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwapersepsi siswa Kelas VII terhadap MPMBStergolong sangat baik.

Deskripsi tentang prestasi belajar siswaKelas VII di SMP Negeri 1 Kertosono KabupatenNganjuk dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Deskripsi Data Tingkat Prestasi BelajarSiswa Kelas VII

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Tinggi 10 11%63-81 Tinggi 49 54,5%44-62 Rendah 30 34,5%25-43 Sangat Rendah 0 0%

Total 89 100%

Berdasarkan Tabel 4 tersebut terdapat 10siswa (11%) menyatakan prestasi belajar siswaKelas VII termasuk dalam kualifikasi sangat tinggi,49 siswa (54,5%) menyatakan prestasi belajarsiswa termasuk dalam kualifikasi tinggi, 30 siswa(34,5%) menyatakan prestasi belajar siswatermasuk dalam kualifikasi rendah, dan 0 siswa(0%) menyatakan prestasi belajar siswa termasukdalam kualifikasi sangat rendah. Sehingga, dapatdiinterpretasikan bahwa prestasi belajar siswaKelas VII tergolong tinggi.

Deskripsi tentang persepsi siswa kelas VIIIterhadap MPMBS di SMP Negeri 1 KertosonoKabupaten Nganjuk dapat dilihat pada Tabel 5berikut.

Tabel 5 Deskripsi Data tentang Persepsi SiswaKelas VIII terhadap MPMBS

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Baik 25 26,1%63-81 Baik 59 71,5%44-62 Tidak Baik 2 2,4%25-43 Sangat Tidak Baik 0 0%

Total 86 100%

Berdasarkan Tabel 5 tersebut terdapat 25siswa (26,1%) menyatakan bahwa persepsi siswaterhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasisangat baik, 59 siswa (71,5%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalam

kualifikasi baik, 2 siswa (2,4%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi tidak baik, dan 0 siswa (0%)menyatakan bahwa persepsi siswa terhadapMPMBS termasuk dalam kualifikasi sangat tidakbaik. Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwapersepsi siswa Kelas VIII terhadap MPMBStergolong baik.

Deskripsi tentang prestasi belajar siswaKelas VIII di SMP Negeri 1 Kertosono KabupatenNganjuk dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Deskripsi Data Tingkat Prestasi BelajarSiswa Kelas VIII

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Tinggi 72 83,6%63-81 Tinggi 14 16,4%44-62 Rendah 0 0%25-43 Sangat Rendah 0 0%

Total 86 100%

Berdasarkan Tabel 6 tersebut terdapat 72siswa (83,6%) menyatakan prestasi belajar siswaKelas VIII termasuk dalam kualifikasi sangattinggi, 14 siswa (16,4%) menyatakan prestasibelajar siswa termasuk dalam kualifikasi tinggi, 0siswa (0%) menyatakan prestasi belajar siswatermasuk dalam kualifikasi rendah, dan 0 siswa(0%) menyatakan prestasi belajar siswa termasukdalam kualifikasi sangat rendah. Sehingga, dapatdiinterpretasikan bahwa prestasi belajar siswaKelas VIII tergolong sangat tinggi.

Deskripsi tentang persepsi siswa kelas IXterhadap MPMBS di SMP Negeri 1 KertosonoKabupaten Nganjuk dapat dilihat pada Tabel 7berikut.

Tabel 7 Deskripsi Data tentang Persepsi SiswaKelas IX terhadap MPMBS

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Baik 8 9,8%63-81 Baik 69 80,5%44-62 Tidak Baik 8 9,7%25-43 Sangat Tidak Baik 0 0%

Total 85 100%

Berdasarkan Tabel 7 tersebut terdapat 8 siswa(9,8%) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadapMPMBS termasuk dalam kualifikasi sangat baik,69 siswa (80,5%) menyatakan bahwa persepsisiswa terhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasi

Wardani dan Ulfatin, Persepsi Siswa Terhadap Manajemen Peningkatan Muutu Berbasis Sekolah dengan Prestasi Belajar 463

Page 73: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

baik, 8 siswa (9,7%) menyatakan bahwa persepsisiswa terhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasitidak baik, dan 0 siswa (0%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi sangat tidak baik. Sehingga, dapatdiinterpretasikan bahwa persepsi siswa Kelas IXterhadap MPMBS tergolong baik.

Deskripsi tentang prestasi belajar siswaKelas IX di SMP Negeri 1 Kertosono KabupatenNganjuk dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Deskripsi Data Tingkat Prestasi BelajarSiswa Kelas IX

Interval Kualifikasi Frekuensi Persentase82-100 Sangat Tinggi 24 29,4%63-81 Tinggi 61 70,6%44-62 Rendah 0 0%25-43 Sangat Rendah 0 0%

Total 85 100%

Berdasarkan Tabel 8 tersebut terdapat 24siswa (29,4%) menyatakan prestasi belajar siswaKelas IX termasuk dalam kualifikasi sangat tinggi,61 siswa (70,6%) menyatakan prestasi belajarsiswa termasuk dalam kualifikasi tinggi, 0 siswa(0%) menyatakan prestasi belajar siswa termasukdalam kualifikasi rendah, dan 0 siswa (0%)menyatakan prestasi belajar siswa termasuk dalamkualifikasi sangat rendah. Sehingga, dapatdiinterpretasikan bahwa prestasi belajar siswaKelas IX tergolong tinggi.

Data hasil penelitian menunjukkan nilai rhitung= 0,542 dan nilai rtabel = 0,124, dari data tersebutdapat diketahui bahwa rhitung> rtabel. Interpretasidari data tersebut Ho ditolak dan H1 diterima,artinya ada hubungan positif (+0,542) antaravariabel persepsi siswa terhadap MPMBS (X) danprestasi belajar (Y), semakin tinggi persepsi siswaterhadap MPMBS (X), maka semakin tinggi pulaprestasi belajar siswa (Y) di SMP Negeri 1Kertosono.

PEMBAHASAN

Berdasarkan angket penelitian yangdisebarkan kepada 260 responden tentang persepsisiswa terhadap MPMBS yang meliputi input,proses, dan output memperoleh hasil bahwa rata-rata persepsi siswa terhadap MPMBS termasukdalam kualifikasi baik. “Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah (MPMBS) adalah suatukonsep pendidikan yang dilaksanakan oleh

kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat,dan pemerintah dengan tanggungjawab masing-masing untuk mendirikan sekolah mencapaikualitas” (Depdiknas, 1999:4).

Sekolah yang menerapkan MPMBS salahsatunya adalah memiliki tanggungjawab terhadapsiswa yaitu sebagai pelanggan artinya semua inputdan proses yang dilaksanakan sekolah terutamauntuk meningkatkan mutu dan kepuasan siswa,sehinga dalam proses belajar mengajar harusbenar-benar mewujudkan mutu dan kepuasansiswa. Sedangkan siswa harus memiliki motivasiuntuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasisesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sekolahharus mengetahui akan kebutuhan siswa untukmemenuhi kepuasan belajarnya, misalnya denganmenciptakan suasana belajar yang menyenangkandan melibatkan semua indera serta menciptakantantangan agar siswa tumbuh dan berkembangsecara intelektual dengan menguasai ilmupengetahuan, terampil, bijaksana, berkarakter, danmemiliki kematangan emosional.

Berdasarkan nilai rata-rata siswa padasemester gasal tahun ajaran 2012/2013 denganjumlah 260 siswa yang meliputi nilai prestasiakademik maupun nonakademik memperoleh hasilbahwa rata-rata tingkat prestasi belajar siswatermasuk dalam kualifikasi tinggi. Menurut Syah(2008: 141) mendefinisikan “Prestasi sebagaitingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuanyang ditetapkan dalam sebuah program”. Jikaprestasi siswa masih tergolong sangat rendah,maka perlu diadakan evaluasi program belajaruntuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.Program-program belajar yang disusun hendaknyamengarah pada peningkatan mutu pendidikanberbasis sekolah dimana peran kepala sekolahdalam mengelola manajemen pendidikan sekolahuntuk peningkatan prestasi siswa baik akademikmaupun non-akademikberdasarkan perkembanganilmu pengetahuan.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian melaluipengukuran atas pengetahuan, ketrampilan, sikapyang dapat dicapai siswa selama mengikuti prosesbelajar dalam jangka waktu tertentu yangditunjukkan dengan nilai tes atau angka.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 58siswa (65%) menyatakan bahwa persepsi siswaterhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasisangat baik, 29 siswa (32,7%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi baik, 2 siswa (2,3%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalam

464 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 460-466

Page 74: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

kualifikasi tidak baik, dan 0 siswa (0%)menyatakan bahwa persepsi siswa terhadapMPMBS termasuk dalam kualifikasi sangat tidakbaik. Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwapersepsi siswa Kelas VII terhadap MPMBStergolong sangat baik.

Sedangkan prestasi belajar siswa Kelas VIIterdapat 10 siswa (11%) menyatakan prestasibelajar siswa Kelas VII termasuk dalam kualifikasisangat tinggi, 49 siswa (54,5%) menyatakanprestasi belajar siswa termasuk dalam kualifikasitinggi, 30 siswa (34,5%) menyatakan prestasibelajar siswa termasuk dalam kualifikasi rendah,dan 0 siswa (0%) menyatakan prestasi belajarsiswa termasuk dalam kualifikasi sangat rendah.Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwa prestasibelajar siswa Kelas VII tergolong tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarikkesimpulan bahwa persepsi siswa kelas VIIterhadap MPMBS termasuk dalam kategori sangatbaik, dan prestasi belajar siswa kelas VII termasukdalam kategori tinggi dengan interval nilai antara63-81 sehingga terdapat 49 siswa termasuk dalamkualifikasi prestasi belajar yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 25 siswa(26,1%) menyatakan bahwa persepsi siswaterhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasi sangatbaik, 59 siswa (71,5%) menyatakan bahwa persepsisiswa terhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasibaik, 2 siswa (2,4%) menyatakan bahwa persepsisiswa terhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasitidak baik, dan 0 siswa (0%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi sangat tidak baik. Sehingga, dapatdiinterpretasikan bahwa persepsi siswa Kelas VIIIterhadap MPMBS tergolong baik.

Sedangkan prestasi belajar siswa Kelas VIIIterdapat 72 siswa (83,6%) menyatakan prestasibelajar siswa Kelas VIII termasuk dalamkualifikasi sangat tinggi, 14 siswa (16,4%)menyatakan prestasi belajar siswa termasuk dalamkualifikasi tinggi, 0 siswa (0%) menyatakanprestasi belajar siswa termasuk dalam kualifikasirendah, dan 0 siswa (0%) menyatakan prestasibelajar siswa termasuk dalam kualifikasi sangatrendah. Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwaprestasi belajar siswa Kelas VIII tergolong sangattinggi. Prestasi belajar siswa Kelas VIII termasukdalam kualifikasi sangat tinggi karena berada padainterval 82-100.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8 siswa(9,8%) menyatakan bahwa persepsi siswaterhadap MPMBS termasuk dalam kualifikasi

sangat baik, 69 siswa (80,5%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi baik, 8 siswa (9,7%) menyatakan bahwapersepsi siswa terhadap MPMBS termasuk dalamkualifikasi tidak baik, dan 0 siswa (0%)menyatakan bahwa persepsi siswa terhadapMPMBS termasuk dalam kualifikasi sangat tidakbaik. Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwapersepsi siswa Kelas IX terhadap MPMBStergolong baik.

Sedangkan prestasi belajar siswa Kelas IXterdapat 24 siswa (29,4%) menyatakan prestasibelajar siswa Kelas IX termasuk dalam kualifikasisangat tinggi, 61 siswa (70,6%) menyatakanprestasi belajar siswa termasuk dalam kualifikasitinggi, 0 siswa (0%) menyatakan prestasi belajarsiswa termasuk dalam kualifikasi rendah, dan 0siswa (0%) menyatakan prestasi belajar siswatermasuk dalam kualifikasi sangat rendah.Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwa prestasibelajar siswa Kelas IX tergolong tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarikkesimpulan bahwa persepsi siswa kelas IXterhadap MPMBS tergolong baik, sedangkanprestasi belajar kelas IX tergolong tinggi.Prestasibelajar siswa Kelas IX termasuk dalam kualifikasitinggi karena berada pada interval 63-81 denganjumlah siswa 61 dari 85 siswa.

Berdasarkan persepsi siswa terhadapMPMBS ada kaitannya dengan perkembangantingkat prestasi belajar dimana siswa terlibatlangsung dan merasakan melalui proses belajarmengajar, perkembangan ilmu pengetahuan yangbaru, dan kegiatan ketrampilan lainnya melaluibidang non-akademik yang membantu untukmembangun kreativitasnya. Menurut Arikunto(2010: 11) “belajar merupakan komponen ilmupendidikan yang berkenaan dengan tujuan danbahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisitmaupun implisit (tersembunyi)”. Artinya untukmenangkap isi dan pesan belajar melalui ranahkognitif yaitu kemampuan yang berkenaan denganpengetahuan, afektif yaitu kemampuan yangberkenaan dengan perasaan, partisipasi, sikap, danpsikomotorik yaitu kemampuan yangmengutamakan ketrampilan jasmani yang terdiridari persepsi, kesiapan, kreativitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperolehdan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “adahubungan yang signifikan antara persepsi siswaterhadap MPMBS dengan prestasi belajar di SMPNegeri 1 Kertosono”.

Wardani dan Ulfatin, Persepsi Siswa Terhadap Manajemen Peningkatan Muutu Berbasis Sekolah dengan Prestasi Belajar 465

Page 75: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalampenelitian ini dapat disusun kesimpulan sebagaiberikut: (1) persepsi siswa terhadap MPMBS diSMP Negeri 1 Kertosono termasuk dalamkualifikasi baik, (2) tingkat prestasi belajar siswa diSMP Negeri 1 Kertosono termasuk dalamkualifikasi tinggi, dan (3) ada hubungan yangsignifikan antara persepsi siswa terhadap MPMBSdengan prestasi belajar di SMP Negeri 1 Kertosono.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, makadisarankan kepada: (1) kepala SMP Negeri 1Kertosono, hendaknya dalam mengelolamanajemen sekolah lebih ditingkatkan lagi,khususnya dalam bidang akademik., selain itu

perlu adanya suatu pendekatan terhadap siswaagar lebih memahami kebutuhan belajar siswa,(2) guru SMP Negeri 1 Kertosono, hendaknyadalam mengajar lebih menerapkan metode positifuntuk memotivasi siswa, sehingga siswa merasanyaman dalam belajar, (3) siswa SMP Negeri 1Kertosono, hendaknya lebih meningkatkanprestasi belajar khususnya bidang akademik agarsekolah memiliki mutu pendidikan yang lebih baiklagi, (4) jurusan Administrasi Pendidikan,hendaknya menambah wacana keilmuanmengenai manajemen mutu sekolah agar dapatdijadikan bahan referensi bagi mahasiswaAdministrasi Pendidikan. (5) peneliti lain,disarankan agar melakukan penelitian secaraberkesinambungan yang lebih komprehensiftentang berbagai aspek yang berkaitan denganmutu pendidikan sekolah serta memilih metodeyang tepat.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta: RinekaCipta.

Depdiknas. 1999. Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah. Jakarta: ProyekPeningkatan Mutu, Depdiknas.

Sagala, S. 2006. Konsep dan MaknaPembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. 2008.Total Quality Management inEducation. Yogyakarta: IRCiSoD.

Sukmadinata, N. S., Jami’at A. N. & Ahman.2008. Pengendalian Mutu PendidikanSekolah Menengah (Konsep, Prinsip,dan Instrumen). Bandung: PT RefikaAditama.

Syafaruddin.2002. Manajemen Mutu Terpadudalam Pendidikan. Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.

Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan denganPendidikan Baru Edisi Revisi. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

466 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 460-466

Page 76: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

ANALISIS SATUAN BIAYA PENDIDIKAN MAHASISWAUNIVERSITAS NEGERI MALANG

Ahmad Rahman BudimanBambang Setyadin

E-mail: [email protected] AP FIP UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145,

Abstract: This study aimed to determine: (1) The amount of direct costs per year UM students; (2)The amount of indirect costs UM students per year; (3) The amount of the cost of education per yearUM students. Data collection was conducted using a questionnaire and supporting documentation.Analysis using descriptive statistical analysis techniques. The results of this study indicate thepercentage proportion of the cost of education UM student is 21.45% of direct costs and indirectcosts amounted to 78.55%.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Besarnya biaya langsung mahasiswa UMper tahun; (2) Besarnya biaya tidak langsung mahasiswa UM per tahun; (3) Besarnya biaya pendidikanmahasiswa UM per tahun. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dokumentasisebagai penunjang. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Hasilpenelitian ini menunjukkan persentase proporsi biaya pendidikan mahasiswa UM yaitu biaya langsungsebesar 21,45% dan biaya tidak langsung sebesar 78,55%.

Kata Kunci: analisis, satuan biaya pendidikan, mahasiswa UM

Pendidikan tidak dapat terlepas dari adanya biaya.“Biaya pendidikan merupakan komponen yangsangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan”(Supriadi, 2004:3). Tanpa dukungan biaya, prosespendidikan tidak dapat berjalan dengan lancar.Hampir semua kegiatan pendidikan memerlukanbiaya. Menurut Anwar (dalam Supriadi, 2004:4),biaya pendidikan dapat dikategorikan sebagaiberikut: (1) Biaya langsung (direct cost); (2) biayatidak langsung (indirect cost). Biaya langsung,adalah segala pengeluaran yang secara langsungmenunjang penyelenggaraan pendidikan. Biayatidak langsung, adalah pengeluaran yang secaratidak langsung menunjang proses pendidikan tetapimemungkinkan proses pendidikan tersebut terjadidi sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biayatransportasi ke sekolah, biaya jajan, biayakesehatan, dan harga kesempatan (opportunitycost).

Pendanaan pendidikan di Indonesia telahdiatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) RepublikIndonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentangPendanaan Pendidikan Pasal 2 Ayat 1 dan 2sebagai berikut: (1) Pendanaan pendidikan menjaditanggung jawab bersama antara pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat; (2)Masyarakat sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)meliputi: a. Penyelenggara atau satuan pendidikanyang didirikan masyarakat; b. Peserta didik, orangtua atau wali peserta didik; dan c. Pihak lain selainyang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yangmempunyai perhatian dan peranan dalam bidangpendidikan

Dari PP No 48 Tahun 2008 Ayat 2 poin bdijelaskan, bahwa masyarakat yang dimaksudadalah peserta didik, orangtua atau wali pesertadidik, sehingga dapat disimpulkan, bahwa biayapendidikan di perguruan tinggi juga merupakantanggung jawab mahasiswa, orangtua atau walimahasiswa. Tidak sedikit masyarakat yangmengeluhkan akan tingginya biaya kuliah.

Pendidikan merupakan hak semuamasyarakat, tapi kenyataan untuk bisa sekolah dijenjang perguruan tinggi termasuk di perguruantinggi negeri (PTN) semakin hari semakin mahal.Contoh kasus, untuk kuliah di Institut TeknologiBandung (ITB), seorang mahasiswa harusmerogoh kocek hingga Rp100 juta agar bisa lulus,atau sekitar Rp25 juta per tahun. (Rimanews, 26Mei 2011)

467

Page 77: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Pemerintah belum bisa memastikan biayapendidikan di perguruan tinggi yang ideal danmasyarakat mengeluhkan akan tingginya biayapendidikan di perguruan tinggi, namun keluhanmereka tidak rasional karena tidak menyertakanrincian seberapa besar biaya pendidikan yangdiperlukan. Sudah banyak studi, diskusi, danperhitungan biaya pendidikan yang berbasis danapemerintah dengan mengabaikan dana darimahasiswa itu sendiri dan masyarakat, sehinggadana yang berasal dari non-pemerintah (iuranmahasiswa dan masyarakat) dianggap hanyasebagai penunjang dalam penyelenggaraanpendidikan. Mungkin kontribusi dana mahasiswadan masyarakat yang dicantumkan dalamanggaran hanya berupa biaya SumbanganPembinaan Pendidikan (SPP) dan biayaSumbangan Pembinaan Sarana Akademik(SPSA). Sementara, dana yang dibelanjakansecara langsung oleh mahasiswa, misalnya untukmembeli buku kuliah, membayar sewa kamar,biaya konsumsi sehari-hari, dan lain-lain) tidakpernah dihitung secara komprehensif.

Supriadi (2004:27) menyatakan, bahwa “Studiyang berbasis dana pemerintah mengandungkelemahan untuk memprediksikan jumlah riil biayayang benar-benar digunakan untuk mendukungpenyelenggaraan pendidikan, karena mengabaikankontribusi orang tua untuk membiayai pendidikananak-anaknya”. “Jatah dari Direktorat JenderalPendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) sebesar Rp500.000,00 per bulan dirasakan sangat kecil untukbiaya hidup penerima beasiswa Bidik Misi”(Pikiran Rakyat, 28 Oktober 2010). Berdasarkanpernyataan di atas, dapat dikatakan bahwamahasiswa dan orangtua atau wali mahasiswatidak hanya mengeluarkan biaya pendidikan yangdibayarkan ke universitas untuk dapat mengikutiproses pendidikan di perguruan tinggi. Mereka jugamengeluarkan biaya lain yang tidak dibayarkanlangsung melalui pihak universitas dalam bentukbiaya SPP atau sumbangan lainnya (misalnya,SPSA, iuran Himpunan Orangtua Mahasiswa -HOTMA), dan lain-lain.

Menurut Setyadin (2009:8) bagi orangtua,biaya pendidikan dapat dipilah menjadi tiga bagian,yaitu: 1) Biaya Pokok Secara empirik, yangtermasuk dalam biaya pokok, yaitu: (a) Ongkosregistrasi, (b) Uang pangkal, (c) Belanja seragam,(d) Ongkos herregistrasi, (e) SumbanganPembinaan Pendidikan (SPP), (f) Ongkospraktikum, (g) Ongkos ujian teori (dan ujianpraktek), (h) Belanja buku pelajaran dan Lembar

Kerja Siswa (LKS), (i) Belanja buku tulis, (j)Belanja alat-alat tulis, (k) Ongkos fotocopy, (l)Biaya aktivitas intrakulikuler, (m) Ongkostransportasi, (n) Ongkos wisuda, (o) Ongkos ambilijazah, (p) Ongkos legalisir ijazah; 2) Biaya EkstraAdapun yang termasuk dalam biaya ekstra, antaralain: (a) Belanja buku pengayaan, (b) Ongkos sewabuku, (c) Ongkos sewa komputer, (d) Ongkosinternet, (e) Ongkos komunikasi, (f) Ongkos ekstratransportasi, (g) Biaya ekstra aktivitasekstrakurikuler, (h) Ongkos kursus/les, (i) Ongkosremidi, (j) Iuran bakti sosial, (k) Sumbangan keKomite Sekolah; 3) Living Cost, Sedangkan yangtermasuk living cost adalah: (a) Ongkos pondokan,(b) Biaya makan/minum/jajan, (c) Biaya rekreasi/hiburan, (d) Ongkos kesehatan, (e) Belanjakosmetik, (f) Belanja sandang, (g) Dan lain-lain.

Supriadi (2004:27) juga menyatakan, bahwa“sebagian besar biaya pendidikan yangmemungkinkan siswa tetap berada di sekolahditanggung oleh keluarga siswa yang digunakanuntuk membiayai berbagai komponen kegiatanpendidikan …. biaya-biaya tersebut dikeluarkankeluarga siswa untuk mendukung prosespendidikan anaknya”. Berdasarkan pendapat paraahli dapat disimpulkan, bahwa biaya pendidikandapat digolongkan menurut keperluan yangdibutuhkan. Biaya pendidikan dalam penelitian ini,yaitu biaya langsung (biaya pokok) dan biaya tidaklangsung yang terdiri dari biaya ekstra dan biayahidup/living cost. Biaya langsung merupakanbiaya yang dibebankan pihak universitas kepadamahasiswa untuk dapat menempuh prosespendidikan. Biaya tidak langsung terdiri dari biayaekstra yang merupakan biaya yang berkaitandengan proses pendidikan dan biaya hidup yangmerupakan biaya yang secara tidak langsungmenunjang proses pendidikan itu terjadi.

Biaya pendidikan yang dikeluarkan untukpenyelenggaraan pendidikan tidak akan tampakhasilnya secara nyata dalam waktu relatif singkat.Masyarakat telah menyadari akan pentingnyapendidikan, mereka menjadikan pendidikan sebagaikebutuhan primer sehingga masyarakat akan selaluberusaha memenuhi biaya pendidikan agar anak-anaknya mendapat pendidikan yang bermutu.Dengan harapan di waktu yang akan datangmendapatkan manfaat dari pendidikan. Uang yangdikeluarkan untuk pendidikan dipandang sebagaisuatu investasi. Investasi berarti akanmendatangkan keuntungan di masa yang akandatang. Sesuai dengan pernyataan Todaro(2000:395), “Bagi sebagian besar masyarakat

468 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 467-478

Page 78: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

menginginkan pendidikan bukan karena manfaatyang bersifat nonekonomis (reputasi, gengsi,pengaruh atau kepuasan batin) melainkanekonomis.

Mereka menginginkan pendidikan sebagaisuatu wahana dalam rangka mengamankankesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaandi sector modern”. Sedangkan menurut Walter W.McMahon dan Terry G. Geske (dalam Nurkolis,2002:1) Pendidikan adalah sebagai investasi sumberdaya manusia yang memberi manfaat moneterataupun non-moneter. Manfaat nonmeneter daripendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yanglebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi,kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaathidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dankesehatan. Manfaat moneter adalah manfaatekonomis, yaitu berupa tambahan pendapatanseseorang yang telah menyelesaikan tingkatpendidikan tertentu dibandingkan denganpendapatan lulusan pendidikan di bawahnya.

Penyataan di atas berarti, bahwa pendidikanbermanfaat baik manfaat moneter maupun non-moneter bagi individu yang bersangkutan danmasyarakat. Manfaat itu, antara lain: menambahmobilitas sosial, mendapat gaji/pendapatan yanglebih baik, mempunyai status pekerjaan yang tinggisehingga dapat dikatakan mempunyai kondisi kerjayang lebih baik, lebih menghargai seni dan budaya,dan mempunyai kemampuan berpartisipasi dalamproses demokrasi.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitiankuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalahjenis penelitian deskriptif karena berusahamendeskripsikan besarnya biaya langsung, biayatidak langsung, dan biaya pendidikan mahasiswaUM. Variabel penelitian ini adalah rincian biayapendidikan mahasiswa UM. Populasi dalampenelitian ini adalah mahasiswa UM tahunangkatan 2007 – 2010 yang berjumlah 19645 orang.Digunakan rumus Sample Size Formula Slovin,sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 392orang mahasiswa. Penelitian ini subjeknyaberjenjang mulai mahasiswa tahun angkatan 2007,2008, 2009, dan 2010 serta S1, S2, S3 sehinggateknik penarikan sampel yang digunakan adalahteknik proportional stratified random sampling.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesionerdan dokumentasi sebagai pendukung. Jeniskuesioner yang digunakan adalah kuesioner

terbuka sehingga responden memiliki kesempatanuntuk memberikan jawaban tentang jumlah biayapendidikan yang dikeluarkan.

Kuesioner digunakan untuk mendapatkandata mahasiswa UM dalam mengeluarkanuangnya atau uang orangtua mahasiswa selamamengikuti proses pendidikan di UM. Uji validitasyang digunakan yaitu validitas isi dengan tipe facevalidity, sesuai dengan pendapat Setyadin (1994:5)“Face validity menyangkut pemeriksaan terhadapbutir-butir pertanyaan sehingga instrumen tersebutmengukur aspek yang relevan. Tolok ukur untukmenyimpulkannya didasarkan akal sehat sehinggadiperlukan expert judgement”. Sedangkan ujireliabilitas dengan menggunakan teknik test-retest.Koefisien korelasi mempunyai rentangan 0 – 1.Responden memberikan jawaban pada penyebaranangket pertama kemudian dilakukan penyebaranangket kedua dan hasil dari pengisian angketpertama dan kedua dikorelasikan pasangan setiapitem antara ujicoba 1 dan 2. Koefisien korelasi yangdiperoleh dari seluruh pasangan item kemudiandijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Respondenyang digunakan untuk ujicoba instrument sebanyak32 orang. Hasil uji reliabiltas instrumen sebesar0,827 sehingga instrumen tersebut memiliki tingkatreliabilitas yang tinggi. Jenis data yang digunakandalam penelitian ini adalah data nominal yaituberupa besarnya biaya pendidikan mahasiswa UMyang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisioleh responden yaitu mahasiswa UM Setelah dataterkumpul, dilakukan analisiswa data dengan teknikanalisis deskriptif. Langkah pertama yaitu denganmenentukan kualifikasi terhadap variabelpenelitian.

HASIL

Hasil Analisis Deskriptif

Deskripsi data menggambarkan tentangkategori biaya langsung, biaya tidak langsung, danbiaya pendidikan mahasiswa UM pada Tabel 1.

Dari tabel 1 dapat dijelaskan, bahwa meanbiaya langsung sebesar 7.263.292,10, biaya tidaklangsung sebesar 7.917.224,49 dan biayapendidikan sebesar 15.180.516,58. Nilai maksimalbiaya langsung sebesar 14.830.000,00. biaya tidaklangsung sebesar 28.620.000,00 dan biayapendidikan sebesar 34.880.000,00. Nilai minimalbiaya langsung sebesar 0,00, biaya tidak langsungsebesar 404.000,00, dan biaya pendidikan sebesar

Budiman dan Setyadin, Analisis Satuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Universitas Negeri Malang 469

Page 79: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

1.195.000,00. Sedangkan untuk interval kategoribiaya pendidikan akan disajikan pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat dijelaskan persentaseuntuk biaya langsung, kategori rendah sebesar10,46%, kategori sedang sebesar 71,17%, dankategori tinggi sebesar sebesar 18,37%. Persentaseuntuk biaya tidak langsung, kategori rendahsebesar 71,43%, kategori sedang sebesar 27,04%,dan kategori tinggi sebesar 1,53%. Persentaseuntuk biaya pendidikan, kategori rendah sebesar25,51%, kategori sedang sebesar 70,15%, dankategori tinggi sebesar 4,34%.

Besar Biaya Langsung Mahasiswa UM per Tahun

Dari 13 item biaya langsung (x1-x13)memiliki waktu pengeluaran yang berbeda-beda.

Perhitungan rata-rata biaya langsung mahasiswaUM akan disajikan secara ringkas pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan, bahwarata-rata biaya langsung per tahun tertinggi yaitumahasiswa Program Doktor, yaitu sebesar Rp14.022.223,00; Program Magister sebesar Rp13.695.001,00; FT sebesar Rp 3.716.440,30; FEsebesar Rp 3.490.977,00; FMIPA sebesar Rp3.546.817,20; FIS sebesar Rp 3.293.600,50; FIKsebesar Rp 3.289.586,00; FS sebesar Rp3.270.756,50; dan terendah mahasiswa FIPsebesar Rp 3.064.061,50.

Besar Biaya Tidak Langsung Mahasiswa UM perTahun

Dari 29 item biaya tidak langsung (y1-y29)memiliki waktu pengeluaran yang berbeda-beda.

470 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 467-478

Tabel 1. Ringkasan Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive StatisticsN Range Minimum Maximum Mean

Totalx (Biaya Langsung) 392 14.830.000,00 0.00 14.830.000,00 7.263.292,10Totally (Biaya Tidak Langsung) 392 28.216,000,00 404.000,00 28.620.000,00 7.917.224,49Totalxy (Biaya Pendidikan) 392 33.685.000,00 1.195.000,00 34.880.000,00 15.180.516,58

Tabel 2. Interval Kategori Biaya Langsung, Tidak Langsung dan Biaya Pendidikan

Interval Kategori Rendah Kategori Sedang Kategori TinggiBiaya Langsung 0 - 4.943.333,67 4.943.334,67 - 9.886.668,33 9.886.669,33 - 14.830.003,00Persentase 10,46 % 71,17 % 18,37 %Biaya Tidak Langsung 404.000,00 - 9.809.333,67 9.809.334,67 - 19.214.668,33 19.214.669,33 - 28.620.003,00Persentase 71,43 % 27,04 % 1,53 %Biaya Pendidikan 1.195.000,00 - 12.423.333,67 12.423.334,67 - 23.651.668,33 23.651.669,33 - 34.880.003,00Persentase 25,51 % 70,15 % 4,34 %

Tabel 3 Perhitungan Rata-Rata Biaya Langsung Mahasiswa UM

Rata-Rata Biaya Rata-Rata Biaya LangsungNo Mahasiswa Langsung per Tahun Berdasarkan Waktu Studi

(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)4 tahun 2 tahun 3 tahun

1. FE 3.490.977,00 13.963.908,00 - -2. FIK 3.289.586,00 13.158.344,00 - -3. FIP 3.064.061,50 12.256.246,00 - -4. FIS 3.293.600,50 13.174.402,00 - -5. FMIPA 3.546.817,20 14.187.269,80 - -6. FS 3.270.756,50 13.083.026,00 - -7. FT 3.716.440,30 14.865.761,20 - -8. Program Magister 13.695.001,00 27.390.002,00 - -9. Program Doktor 14.022.223,00 42.066.669,00 - -

Page 80: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Perhitungan rata-rata biaya tidak langsungmahasiswa UM akan disajikan secara ringkaspada Tabel 4.

Dari Tabel 4 dapat dijelaskan, bahwa rata-rata biaya tidak langsung per tahun tertinggimahasiswa Program Magister, yaitu sebesar Rp27.721.252,00; Program Doktor sebesar Rp26.651.369,00 ; FIK sebesar Rp 16.691.089,25;FT sebesar Rp 16.588.784,00; FE sebesar Rp16.207.815,00; FS sebesar Rp 15.443.430,00; FISsebesar Rp 15.378.289,00; FIP sebesar Rp14.948.188,00; dan terendah mahasiswa FMIPAsebesar Rp 13.434.437,00. Namun, jika dilihatberdasarkan waktu studi mahasiswa ProgramDoktor memiliki rata-rata biaya tidak langsungtertinggi. Serta terdapat biaya lain-lain yangdikeluarkan mahasiswa UM selama mengikutiproses pendidikan di UM antara lain: (1)Menghadiri undangan pernikahan teman kuliah; (2)Pulang kampung/pulang pergi ke rumah; (3)Keperluan untuk motor; (4) Servis barangelektronik; (5) Traktir Teman; (6) Laundry; (7) Beli

obat luka; (8) Konsumsi lain-lain (kue,rokok,susu/kopi/coklat); (9) Beli peralatan mandi (10) Iurankas kelas, Iuran KKN, Iuran PPL, (11) Biayabualanan bagi cewek; (12) Pembelian bahan danalat untuk pembuatan tugas (mediap pembelajarandan patung/karya seni); (13) Kado ulang tahunteman; (14) Nonton bioskop; (15) Beli makananhewan peliharaan; (16) Urusan lalu-lintas; (17)Denda pinjam buku; (18) Perabot kamar kost; (19)Kencan (20) Pangkas rambut (21) membeli CDdan merchandise, (22) Hutang piutang; dan (23)Urusan dinas.

Besar Biaya Pendidikan Mahasiswa UM per Tahun

Biaya pendidikan merupakan hasilpenjumlahan antara biaya langsung dan tidaklangsung yang telah dijelaskan sebelumnya.Persentase proporsi biaya pendidikan mahasiswaUM dapat dilihat pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 dapat dijelaskan, bahwa rata-rata persentase proporsi biaya langsung mahasiswa

Budiman dan Setyadin, Analisis Satuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Universitas Negeri Malang 471

Tabel 4 Perhitungan Rata-Rata Biaya Tidak Langsung Mahasiswa UM

Rata-Rata Biaya Rata-Rata Biaya LangsungNo Mahasiswa Langsung per Tahun Berdasarkan Waktu Studi

(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)4 tahun 2 tahun 3 tahun

1. FE 16.207.815,00 64.831.260,00 - -2. FIK 16.691.089,25 66.764.357,00 - -3. FIP 14.948.188,00 59.792.752,00 - -4. FIS 15.378.289,00 61.513.156,00 - -5. FMIPA 13.434.437,00 53.737.748,00 - -6. FS 15.443.430,00 61.773.720,00 - -7. FT 16.588.784,00 66.355.136,00 - -8. Program Magister 27.721.252,00 55.442.504,00 - -9. Program Doktor 26.651.369,00 79.954.107,00 - -

Tabel 5 Persentase Proporsi Biaya Pendidikan Mahasiswa UM

No Mahasiswa Persentase (%)Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Biaya Pendidikan

1. FE 17,72 82,28 1002. FIK 16,46 83,54 1003. FIP 17 83 1004. FIS 17,64 82,36 1005. FMIPA 20,89 79,11 1006. FS 17,48 82,52 1007. FT 18,30 81,70 1008. Program Magister 33,07 66,93 1009. Program Doktor 34,48 65,52 100

Rata-Rata 21,45 78,55 100

Page 81: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

UM sebesar 21,45% dan biaya tidak langsungsebesar 78,55%. Sedangkan Tabel 6 berikut akanmenjelaskan rata-rata biaya pendidikan mahasiswaUM. Untuk perhitungan rata-rata biaya pendidikanmahasiswa UM per tahun akan disajikan padaTabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan, bahwarata-rata biaya pendidikan per tahun tertinggimahasiswa Program Magister, yaitu sebesar Rp41.416.253,00; Program Doktor sebesar Rp40.673.592,00; FT sebesar Rp 20.305.224,30; FIKsebesar Rp 19.980.675,25; FE sebesar Rp19.698.792,00; FS sebesar Rp 18.714.186,50; FISsebesar Rp 18.671.890,50; FIP sebesar Rp18.012.250,50; dan terendah mahasiswa FMIPAsebesar Rp 16.981.254,20. Namun, jika dilihatberdasarkan waktu studi mahasiswa ProgramDoktor memiliki rata-rata biaya pendidikantertinggi.

PEMBAHASAN

Besar Biaya Langsung Mahasiswa UM per Tahun

Dalam penelitian ini yang dimaksud biayalangsung adalah biaya pokok yang dibayarkanmahasiswa UM kepada pihak universitas untukbisa mengikuti proses pendidikan, misalnya biayapendaftaran, SPSA, SPP, dan lain-lain. Anwar,dkk(dalam Supriadi, 2004:4) menyatakan, “Biayalangsung (direct cost) adalah segala pengeluaranyang secara langsung menunjang penyelenggaraanpendidikan”.

Terdapat berbagai jenis biaya yangdikeluarkan mahasiswa UM untuk bias mengikutiproses pendidikan di UM dengan sifat pembayaranyang berbeda-beda. Komponen biaya langsung

mahasiswa UM di tingkat fakultas terdiri dari: (1)Biaya pendaftaran yang terdiri dari biaya tes tulisdan uji ketrampilan khusus; (2) Biaya pokok studiyang terdiri dari biaya SPSA/SPGG, biaya SPP/BPP, biaya KPMB, biaya KKP/KKL, biayaDKPMB, biaya program semester pendek, BiayaPPL/PKL, Biaya KKN, Iuran HOTMA. Untukbiaya kegiatan praktikum, ujian teori, dan ujianpraktik tidak ditemukan adanya pengeluaran yangdilakukan oleh mahasiswa di tingkat fakultas.Sedangkan komponen biaya langsung di tingkatProgram Pascasarjana, yaitu: (1) Biayapendaftaran hanya terdapat biaya tes tulis karenatidak ditemukan adanya pengeluaran biaya olehmahasiswa Pascasarjana untuk biaya ujiketerampilan khusus; (2) Biaya pokok studi yangterdiri dari biaya SPSA, biaya SPP, biaya BPP,biaya program Pra Pascasarjana, biaya KKP/KKL, biaya PPL/PKL, Iuran FKM, dan biayakegiatan praktikum. Untuk biaya uji keterampilankhusus, Biaya program semester pendek, ujianteori, dan ujian praktik tidak ditemukan adanyapengeluaran yang dilakukan oleh mahasiswaProgram Pascasarjana.

Berdasarkan Tabel 2, biaya langsungmahasiswa UM termasuk kategori sedang. Biayayang dibayarkan oleh mahasiswa/orang tuamahasiswa ke pihak kampus UM tidaklah sedikit.Berdasarkan Tabel 3, rata-rata biaya langsung pertahun mahasiswa FE sebesar Rp 3.490.977,00; FIKsebesar Rp 3.289.586,00; FIP sebesar Rp3.064.061,50; FIS sebesar Rp 3.293.600,50;FMIPA sebesar Rp 3.546.817,20; FS sebesar Rp3.270.756,50; FT sebesar Rp 3.716.440.30;Program Magister sebesar Rp 13.695.001,00; danProgram Doktor sebesar Rp 14.022.223,00.

472 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 467-478

Tabel 6. Perhitungan Rata-Rata Biaya Pendidikan Mahasiswa UM

Rata-Rata Biaya Rata-Rata Biaya PendidikanNo Mahasiswa Pendidikanper Tahun Berdasarkan Waktu Studi

(dalam Rupiah) (dalam Rupiah)4 tahun 2 tahun 3 tahun

1. FE 19.698.792,00 78.795.168,00 - -2. FIK 19.980.675,25 79.922.701,00 - -3. FIP 18.012.250,50 72.048.998,00 - -4. FIS 18.671.890,50 74.687.558,00 - -5. FMIPA 16.981.254,20 67.925.016,80 - -6. FS 18.714.186,50 74.856.746,00 - -7. FT 20.305.224,30 81.220.897,20 - -8. Program Magister 41.416.253,00 82.832.506,00 - -9. Program Doktor 40.673.592,00 122.020.776,00 - -

Page 82: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Bastian (2007:173) menyatakan, bahwa“biaya pokok untuk pendidikan tinggi di Malaysiaberkisar Rp 18 juta per mahasiswa per tahun”.Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan denganrata-rata biaya langsung mahasiswa UM yangtelah dijelaskan di atas. Jika dibandingkan denganhasil penelitian Sunarni (2007), biaya pendidikanyang dikeluarkan siswa SMAN di Jawa Timurrata-rata per tahun biaya langsung ± Rp7.726.667,00. Hasil penelitian Sunarni lebih tinggikarena terdapat perbedaan komponen biayalangsung dari masing-masing penelitian. Biaya yangmenjadi komponen dalam biaya langsung sesuaidengan Katalog UM (2009:33), “biaya studi yangdibebankan UM, antara lain: biaya tes tulis, ujiketerampilan khusus, SPP/SPSA, SPP/BPP,DKPMB, program semester pendek, iuran(HOTMA), PPL/PKL, dan KKN”. Begitu jugadengan hasil penelitian Gihartik (2004) yangmembagi biaya langsung di perguruan tinggi, antaralain biaya pendaftaran, biaya SPP, biaya SPSA,biaya HOTMA/orang tua wali, biaya PPL, danbiaya KKN.

Besar Biaya Tidak Langsung Mahasiswa UM perTahun

Selain biaya langsung yang telah dijelaskansebelumnya, juga terdapat biaya di luar pungutankampus yang dikeluarkan oleh mahasiswa UMselama mengikuti proses pendidikan di UM.Menurut Anwar (dalam Supriadi, 2004:4), “biayatidak langsung adalah pengeluaran yang secaratidak langsung menunjang proses pendidikan tetapimemungkinkan proses pendidikan tersebut terjadidi sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biayatransportasi ke sekolah, biaya jajan, biayakesehatan, dan harga kesempatan (opportunitycost)”. Biaya tidak langsung dalam penelitian iniadalah biaya yang dikeluarkan mahasiswa (di luarpungutan kampus) yang secara tidak langsungmenunjang proses pendidikan. Biaya tidak langsungterdiri dari biaya ekstra dan biaya hidup.

Biaya ekstra terdiri dari: (1) Biaya untukperlengkapan studi yang terdiri dari biaya bukuperkuliahan, buku tulis, alat-alat tulis, sewa bukuteks, fotokopi buku; (2) Biaya penyelesaian tugaskuliah yang terdiri dari biaya untuk membeli kertasdan tinta/pencetakan, jasa rental komputer/pengetikan, penjilidan, fotokopi tugas; (3) Biayawawasan ilmu yang terdiri dari biaya aksesinternet, kegiatan intra/ekstra kampus, kursus/les/privat, seminar/diklat/workshop. Biaya hidup/

living cost terdiri dari: (1) Biaya penginapan/kost;(2) Biaya makan/minum/jajan; (3) Biaya pembelianbarang elektronik pribadi yang terdiri dari biayapembelian handphone, laptop/notebook/komputer, modem, printer, flashdisk/removabledisk; (4) Biaya komunikasi yang terdiri dari biayatelepon/sms, surat menyurat, chatting; (5) Biayatransportasi ke kampus; (6) Biaya rekreasi; (7)Biaya kesehatan; (8) Biaya belanja yang terdiridari biaya belanja tas/sepatu/assesoris dan belanjakosmetik/perawatan tubuh; dan (9) Biaya pedulisosial/amal.

Sesuai dengan pendapat Setyadin (2009:8)yang menjelaskan tentang klasifikasi biaya tidaklangsung sebagai berikut: 1. Biaya Ekstra, adapunyang termasuk dalam biaya ekstra, antara lain: (1)Belanja buku pengayaan, (2) Ongkos sewa buku,(3) Ongkos sewa komputer, (4) Ongkos internet,(5) Ongkos komunikasi, (6) Ongkos ekstratransportasi, (7) Biaya ekstra aktivitasekstrakurikuler, (8) Ongkos kursus/les, (9) Ongkosremidi, (10) Iuran bakti sosial, (11) Sumbangan keKomite Sekolah. 2. Living Cost, Sedangkan yangtermasuk living cost adalah: (1) Ongkos pondokan,(2) Biaya makan/minum/jajan, (3) Biaya rekreasi/hiburan, (4) Ongkos kesehatan, (5) Belanjakosmetik, (6) Belanja sandang, (7) Dan lain-lain.

Selama mengikuti proses pendidikan di UM,mahasiswa melakukan kegiatan belanja dankonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya dalamperiode waktu tertentu. Misalnya, untuk dapatmengikuti perkuliahan dengan lancar mahasiswaharus menjaga kesehatannya dengan istirahat yangcukup, makan makanan yang bergizi, sehinggakondisi fisik dan mental mahasiswa mampu untukmencerna ilmu/materi yang diajarkan dosen dalamperkuliahan. Agar bisa melakukan istirahat yangcukup mahasiswa membutuhkan tempat tinggal/kost yang memadai. Jadi, mahasiswa melakukanpengeluaran biaya untuk menyewa kamar kost.Pengeluaran biaya mahasiswa untuk hal-hal sepertiini tidaklah sedikit, bahkan bisa melebihi biaya SPPyang dibayarkan ke kampus. Sesuai denganpernyataan Supriadi (2004:27) “Sebagian besarbiaya pendidikan yang memungkinkan siswa tetapberada di sekolah ditanggung oleh keluarga siswayang digunakan untuk membiayai berbagaikomponen kegiatan pendidikan.

Biaya-biaya tersebut dikeluarkan keluargasiswa untuk mendukung proses pendidikananaknya”. Berdasarkan Tabel 2, biaya tidaklangsung mahasiswa UM termasuk kategorirendah. Untuk rata-rata biaya tidak langsung

Budiman dan Setyadin, Analisis Satuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Universitas Negeri Malang 473

Page 83: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

mahasiswa UM bervariasi, berdasarkan Tabel 4,rata-rata biaya tidak langsung per tahun mahasiswaFE sebesar Rp 16.207.815,00; FIK sebesar Rp16.691.089,25; FIP sebesar Rp 14.948.188,00; FISsebesar Rp 15.378.289,00; FMIPA sebesar Rp13.434.437,00; FS sebesar Rp 15.443.430,00; FTsebesar Rp 16.588.784,00; Program Magistersebesar Rp 27.721.252,00; dan Program Doktorsebesar Rp 26.651.369,00. Rata-rata biaya tidaklangsung per tahun Program Magister lebih tinggidaripada Program Doktor dikarenakan faktor masastudi yang mempengaruhi nilai pengeluaran yangbersifat sekali (3 tahun sekali) misalnya biayapembelian buku perkulia-han, seminar/diklat/workshop, dan biaya pembelian barang elektronikpribadi. Biaya-biaya tersebut menjadi lebih rendahkarena faktor pembagi yang lebih besar.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitianSunarni (2007), biaya tak langsung yangdikeluarkan siswa SMAN di Jawa Timur rata-rataper tahun ± Rp 3.213.333,00. Juga terdapat biayalain-lain yang dikeluarkan mahasiswa UM dalammengikuti proses pendidikan di UM yang dapatdilihat kembali pada Tabel 4.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwabiaya tidak langsung mahasiswa UM sangat variatifyang merupakan suatu kegiatan belanja dankonsumsi. Menurut Suryani (2003:1) tingkatkonsumsi seseorang akan dipengaruhi olehbeberapa faktor sebagai berikut: 1. Kemampuanmasyarakat dalam menyediakan barang-barangkonsumsi; 2. Besarnya penghasilan, khususnyayang tersedia untuk dibelanjakan, dan; 3. Tingkatharga barang-barang.

Sedangkan secara khusus, tingkat konsumsibagi mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktorantara lain: (1) Besarnya uang saku dari orangtua;(2) Lokasi tempat tinggal/kost yang akanmempengaruhi tingkat harga barang; dan (3) Gayahidup/ lifestyle yang mempengaruhi seleraterhadap konsumsi. Semakin tinggi pendapatanseseorang, maka semakin tinggi pula biaya yangharus dikeluarkan untuk kegiatan konsumsi.Besarnya tingkat konsumsi mahasiswa dapatmencerminkan tingkat kemakmuran mahasiswa.

Besar Biaya Pendidikan Mahasiswa UM per Tahun

Untuk mengetahui biaya pendidikanseharusnya dihitung secara komprehensif, tidakhanya biaya-biaya yang dibayarkan kepada pihakkampus saja. Karena selain biaya yang dibebankankampus, juga mahasiswa juga mengeluarkan biaya

yang secara tidak langsung menunjangperkuliahannya. Biaya pendidikan merupakanpenjumlahan dari biaya langsung dantidaklangsung. Sesuai dengan pernyataan Setyadin(2009:8) “bagi orangtua, biaya sekolah itu dapatdipilah menjadi tiga bagian, yaitu biaya pokok, biayaekstra, dan living cost”.

Berdasarkan hasil Tabel 2, biaya pendidikanmahasiswa UM termasuk kategori sedang. Danuntuk hasil perhitungan rata-rata biaya pendidikanmahasiswa UM pada Tabel 7 dapat dijelaskanbahwa rata-rata biaya pendidikan per tahunmahasiswa FE sebesar Rp 19.698.792,00; FIKsebesar Rp 19.980.675,25; FIP sebesar Rp18.012.249,50; FIS sebesar Rp 18.671.889,50;FMIPA sebesar Rp 16.981.254,20; FS sebesar Rp18.714.186,50; FT sebesar Rp 20.305.224,30;Program Magister sebesar Rp 41.416.253,00; danProgram Doktor sebesar Rp 40.673.592,00. Rata-rata biaya pendidikan mahasiswa ProgramMagister lebih tinggi daripada Program Doktor jugadikarenakan faktor masa studi yang mempengaruhinilai pengeluaran yang bersifat sekali (3 tahunsekali) misalnya, biaya tes tulis, SPSA, FKM,pembelian buku perkuliahan, seminar/diklat/workshop, pembelian barang elektronik pribadi.Selain itu, jika dibandingkan dengan ProgramMagister, di Program Doktor tidak ditemukanadanya pengeluaran biaya program prapascasarjana, KKP/KKL, PPL/KKL, kegiatanpraktikum, dan chatting.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitianGihartik (2004) biaya pendidikan mahasiswaprogram Strata 1 reguler Perguruan Tinggi Negeridi Kota Malang sebesar ± Rp 14.830.000,00.Sementara itu Kementerian Pendidikan Nasional(dalam Rurit, 2011:1) telah mengeluarkan standarbiaya satuan pendidikan tinggi (unit cost) padaTahun 2011 untuk universitas negeri di seluruhIndonesia. Biaya rata-rata setiap mahasiswamencapai Rp 27 juta per tahun sedangkansebelumnya pada tahun 2002 sebesar Rp 18,1 jutaper tahun. Dari penjelasan tersebut, makaditemukan adanya kenaikan biaya pendidikansetiap tahunnya. Burrup, dkk (1993:310)menyatakan, bahwa “Kenaikan biaya pendidikandipengaruhi oleh beberapa faktor: kenaikan danpenambahan siswa yang mengikuti pendidikan,penambahan program dan penyediaan pelayananmisalnya literatur dengan program komputer danteknologi, inflasi, dan jumlah serta kualitas layananyang disediakan oleh pemerintah”. Sesuai denganpendapat Soemarto (2011:1), “Faktor terbesar yang

474 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 467-478

Page 84: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

paling mempengaruhi kenaikan biaya pendidikanadalah tingginya inflasi di Indonesia, baik inflasibiaya hidup maupun inflasi biaya pendidikan”.Menurut Tim Redaksi Kamus Besar BahasaIndonesia (2002:380), inflasi adalah “Penambahanbanyak uang yang diperedarkan (terutama uangkertas) hingga melampaui dari jaminan logam(emas), akibatnya ialah menyebabkan hargabarang-barang menjadi naik”. Denganmeningkatnya harga barang-barang maka jugaakan berdampak terhadap biaya pendidikan yangtentunya mengikuti kenaikan tersebut.Namunkenaikan biaya pendidikan harusnya disikapidengan bijak karena pendidikan mempunyai nilaiinvestasi yang akan didapatkan di kemudian hari.

Berdasarkan masa studi, biaya pendidikanyang dikeluarkan mahasiswa FE sebesar Rp78.795.168,00; FIK sebesar Rp 79.922.701,00; FIPsebesar Rp 72.048.998,00; FIS sebesar Rp74.687.558,00; FMIPA sebesar Rp 67.925.016,80;FS sebesar Rp 74.856.746,00; FT sebesar Rp81.220.897,20; Program Magister sebesar Rp82.832.506,00; dan Program Doktor sebesar Rp122.020.776,00. Jika dibandingkan dengan hasilpenelitian Ajizah (2009) biaya pendidikan di SLTPNegeri selama 3 tahun sebesar ± Rp 15.815.700,00dan Sunarni (2007), biaya pendidikan di SMANegeri selama 3 tahun sebesar ± Rp 32.820.000,00.Hal ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi jenjangpendidikan, semakin tinggi pula biaya yangdikeluarkan untuk pendidikan. Dalam pendidikan,sangat diperlukan suatu biaya demi kelancaranproses pendidikan itu sendiri. Masyarakatkhususnya orangtua telah menyadari akanpentingnya pendidikan, mereka menjadikanpendidikan sebagai kebutuhan primer sehinggaakan selalu berusaha memenuhi biaya pendidikanagar anak-anaknya mendapat pendidikan yangbermutu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Prof.Dr. Fasli Jalal, Ph.D, selaku Wakil MenteriPendidikan Nasional (dalam Herdani, 2010:1)mengatakan bahwa, Biaya pendidikan diPerguruan Tinggi Indonesia, masih terhitung sangatmurah di bandingkan negara-negara lainnya,walaupun begitu beliau pun mengatakan pada sisilain, keterlibatan orangtua dalam pembiayaanpembelajaran masih besar. Indonesia pada urutan6 besar negara yang keterlibatan orang tua dalampembiayaan pendidikan sangat besar.

Dengan harapan di waktu yang akan datangmendapatkan manfaat dari pendidikan. Uang yangdikeluarkan untuk pendidikan dipandang sebagaisuatu investasi. Investasi berarti akan

mendatangkan keuntungan di masa yang akandatang. Dalam operasionalnya, pendidikan tidakbisa terhindar dari biaya, biaya pendidikan yangdikeluarkan tidak akan tampak hasilnya dalamwaktu yang relatif singkat.

Investasi untuk pendidikan tinggi untukmahasiswa program Sarjana (S1) selama 5 tahunmenghabiskan dana berkisar Rp 95.000.000,00.Nilai ini sangat besar jumlahnya dan lebih daricukup jika digunakan sebagai modal usaha. NamunTodaro (2000:395) menyatakan, bahwa “Bagisebagian besar masyarakat menginginkanpendidikan bukan karena manfaat yang bersifatnon-ekonomis (reputasi, gengsi, pengaruh ataukepuasan batin) melainkan ekonomis. Merekamenginginkan pendidikan sebagai suatu wahanadalam rangka mengamankan kesempatan merekauntuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern”.Sedangkan menurut Walter W. McMahon danTerry G. Geske (dalam Nurkolis, 2002:1)Pendidikan adalah sebagai investasi sumber dayamanusia yang memberi manfaat moneter ataupunnon-moneter. Manfaat nonmoneter dari pendidikanadalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik,kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasanmenikmati masa pensiun dan manfaat hidup yanglebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan.Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaituberupa tambahan pendapatan seseorang yang telahmenyelesaikan tingkat pendidikan tertentudibandingkan dengan pendapatan lulusanpendidikan di bawahnya.

Mengenai manfaat-manfaat yang didapatkandari pendidikan, Burrup, dkk (1993:21-22)menyatakan:

There is proof that education helpsthe individual, and those who pointto the cost of education oftenconsider only individual benefits. Itis true that an individual gains socialmobility, a better paying, higherstatus job, more appreciation for artand culture, and the ability toparticipate more fully in thedemocratic procces. In addition,benefits accrue to the individual’sfamily, neighborhood, business,society, and culture.

Mahasiswa/orang tua mahasiswamengeluarkan biaya untuk kuliah yang cukup besartersebut tentunya dengan harapan mendapatkan

Budiman dan Setyadin, Analisis Satuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Universitas Negeri Malang 475

Page 85: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

manfaat-manfaat dari pendidikan itu sendiri yangakan didapatkannya di masa yang akan datang.Manfaat itu antara lain: menambah mobilitas sosial,mendapat gaji/pendapatan yang lebih baik,mempunyai status pekerjaan yang tinggi sehinggadapat dikatakan mempunyai kondisi kerja yanglebih baik, lebih menghargai seni dan budaya, danmempunyai kemampuan berpartisipasi dalamproses demokrasi. Dari beberapa pembahasandapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan terdiridari biaya langsung dan tidak langsung, biaya tidaklangsung jauh lebih tinggi daripada biaya langsung.Rata-rata persentase proporsi biaya tidak langsungsebesar 78,55% sedangkan biaya langsung sebesar21,45%. Hal ini dikarenakan biaya tidak langsungmemiliki jenis biaya yang lebih banyak daripadabiaya langsung. Dan mayoritas biaya tidaklangsung memiliki sifat pengeluaran yang rutin danberintensitas lebih tinggi daripada biaya langsung,misalnya dalam 1 tahun pengeluaran biaya makan/minum/jajan memiliki nilai lebih besar daripadabiaya SPP/BPP. Hal ini dikarenakan biaya makan/minum/jajan merupakan pengeluaran rutin setiaphari sedangkan pengeluaran biaya SPP/BPP hanyadilakukan setiap 6 bulan sekali. Meskipun nilai tiapsekali pengeluaran lebih besar biaya SPP/BPP,namun jika diakumulasikan dalam 1 tahun biayatidak langsung memiliki nilai lebih tinggi daripadabiaya langsung.

Berdasarkan Tabel 2, nilai minimum biayalangsung sebesar 0,00 sedangkan nilai minimumbiaya tidak langsung sebesar 404.000,00. Sesuaidengan pernyataan Setyadin (2009:6), “meskikebutuhan langsung (pokok) orangtua/anak untukbersekolah dipenuhi oleh pemerintah, bukan berartimereka tidak lagi mengeluarkan biaya untukbersekolah karena masih banyak kebutuhanpenunjang bersekolah dan opportunity cost yangbelum diperhitungkan”. Misalnya, mahasiswamendapatkan keringanan dengan pembebasanbiaya pokok studi namun bukan berarti mahasiswatersebut tidak mengeluarkan biaya sama sekaliuntuk kuliahnya. Mahasiswa tersebut pastimengeluarkan biaya untuk menunjangperkuliahannya seperti membeli buku perkuliahan,alat-alat tulis, dan sebagainya. Jika biaya studi perunit cost per mahasiswa program Sarjana (S1)sebesar Rp 19.000.0000,00 per tahun, selama 5tahun menghabiskan dana sebesar Rp95.000.000,00 dan lost of opportunity costsejumlah itu pula. Opportunity cost merupakanpotensi pendapatan bagi mahasiswa selama iamenyelesaikan studi di perguruan tinggi.

Diharapkan mahasiswa dapat menekanopportunity cost dengan kuliah sambil bekerja.Wali Kota Malang, Peni Suparto (dalamAntarajatim, 5 Januari 2011) menetapkan UpahMinimum Kerja (UMK) Kota Malang sebesar Rp1.079.887,00 per bulan. Maka opportunity costuntuk mahasiswa program Sarjana (S1) dapatdiperhitungkan, Rp 1.079.887,00 x 12 (bulan) x 5(tahun), yaitu sebesar Rp 64.793.220,00. Nilaitersebut memiliki nilai persentase sebesar 68% daribiaya pendidikan program Sarjana selama 5 tahun.Dengan adanya penghasilan tersebut , makamahasiswa dalam mengikuti pendidikan diperguruan tinggi tidak kehilangan opportunity costbahkan bisa dipergunakan untuk membiayaipendidikannya meskipun terkadang masih diberikiriman uang oleh orangtua. Setidaknya dapatmeringankan beban orangtua dalam membiayaikuliahnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Biaya langsung mahasiswa UM termasukkategori sedang. Dan besarnya biaya langsungyang dikeluarkan mahasiswa UM per tahun untukmahasiswa FE sebesar Rp 3.490.977,00; FIKsebesar Rp 3.289.586,00; FIP sebesar Rp3.064.061,50; FIS sebesar Rp 3.293.600,50;FMIPA sebesar Rp 3.546.817,20; FS sebesar Rp3.270.756,50; FT sebesar Rp 3.716.440.30;Program Magister sebesar Rp 13.695.001,00; danProgram Doktor sebesar Rp 14.022.223,00. Biayatidak langsung mahasiswa UM termasuk kategorirendah. Dan besarnya biaya tidak langsung yangdikeluarkan mahasiswa UM per tahun untukmahasiswa FE sebesar Rp 16.207.815,00; FIKsebesar Rp 16.691.089,25; FIP sebesar Rp14.948.188,00; FIS sebesar Rp 15.378.289,00;FMIPA sebesar Rp 13.434.437,00; FS sebesar Rp15.443.430,00; FT sebesar Rp 16.588.784,00;Program Magister sebesar Rp 27.721.252,00; danProgram Doktor sebesar Rp 26.651.369,00;

Biaya pendidikan mahasiswa UM termasukkategori sedang. Biaya pendidikan merupakanpenjumlahan dari biaya langsung dan tidaklangsung. Biaya pendidikan yang dikeluarkanmahasiswa UM per tahun untuk mahasiswa FEsebesar Rp 19.698.792,00; FIK sebesar Rp19.980.675,25; FIP sebesar Rp 18.012.249,50; FISsebesar Rp 18.671.889,50; FMIPA sebesar Rp16.981.254,20; FS sebesar Rp 18.714.186,50; FT

476 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 467-478

Page 86: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

sebesar Rp 20.305.224,30; Program Magistersebesar Rp 41.416.253,00; dan Program Doktorsebesar Rp 40.673.592,00.

Saran

Hasil penelitian menunjukkan biayapendidikan mahasiswa UM sangat variatif dengankata lain antara mahasiswa satu dengan yang laintidak sama. Hal ini dapat digunakan sebagaipertimbangan adanya penetapan tariff pendidikanberdasarkan kemampuan finansial mahasiswa danfasilitas atau layanan yang disediakan. Mahasiswaatau orangtua mahasiswa UM serta calonmahasiswa UM, hendaknya mahasiswa juga harusberkreasi meciptakan lapangan kerja sendiri

(wirausaha) atau kuliah sambil bekerja untukmenekan biaya ekstra, karena biaya pendidikanmengalami kenaikan setiap tahun, hendaknyaorangtua menyisihkan pendapatannya, misalnyadengan mengikuti program asuransi pendidikan.Dosen Universitas Negeri Malang hendaknyadalam melaksanakan perkuliahan (baik materimaupun tugas perkuliahan) yang saat ini sudahberbasis teknologi, memanfaatkan teknologitersebut dengan memberikan materi atau tugasperkuliahan kepada mahasiswa dalam bentuk softcopy sehingga terjadi efisiensi biaya ekstra. Penelitilain untuk mengadakan penelitian lebih lanjuttentang hilangnya biaya kesempatan (lost ofopportunity cost) yang disebabkan oleh adanyapendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Ajizah, I. 2009. Analisis Perbandingan BiayaSekolah pada Siswa Sekolah LanjutanTingkat Pertama (SLTP) di Kota Batu.Skripsi tidak diterbitkan. Malang: JurusanAdministrasi Pendidikan Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Antarajatim. 5 Januari 2011. UMK Malang 2011.(Online). (http://zuma.staff. umm.ac.id/2011/01/ 05/umk-malang-2011/), diakses 19April 2011.

Bastian, I. 2007. Akuntansi Pendidikan. Jakarta:Erlangga.

Biaya Kuliah di Perguruan Tinggi NegeriMakin Mahal Dan Mencekik Rakyat.Pemerintah Mesti Tanggung Jawab!. 26Mei 2011. (Online). (http://www.rimanews.com/read/20110115/12701/biaya-kuliah-diperguruan-tinggi-negeri-makin-mahal-dan-mencekik-rakyat), diakses 26 Mei2011.

Burrup, P.E., Brimley, V., and Garfield, R.R. 1993.Financing Education in A Climate ofChange. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Gihartik. 2004. Analisis Perbedaan ExpenditureMahasiswa Program Sarjana (Strata-1)Reguler Angkatan Tahun Akademik2000/2001 Perguruan Tinggi Negeri diKota Malang. Skripsi tidak diterbitkan.Malang: Jurusan Administrasi PendidikanFakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriMalang.

Herdani, Y. 2010. Upaya Kemdiknas diPembiayaan Pendidikan Tinggi. (Online).

(http://forum.isi-dps.ac.id), diakses 19 April2011.

Katalog Universitas Negeri Malang (UM) .2009. Malang: Biro Administrasi Akademik,Kemahasiswaan, Perencanaan, dan SistemInformasi (BAAKPSI) Universitas NegeriMalang (UM).

Nurkolis. 2002. Pendidikan Sebagai InvestasiJangka Panjang. (Online). (http://re-searchengines.com/nurkolis5.html), diakses18 April 2011.

Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2008Tentang Pendanaan Pendidikan. 2008.(Online). (http://www.bapsi.undip.ac.id/id/i m a g e s / D o w n l o a d / D o k u m e n /pp%20no.48%20thn%202008.pdf, diakses8 Februari 2011.

Resyalia, F. 28 Oktober 2010. DaerahDiharapkan Bantu Biaya HidupMahasiswa. Pikiran Rakyat. (Online).(http://dikti.go.id), diakses 29 Oktober 2010.

Rurit, B. 8 Maret 2011. Biaya Kuliah SemakinMelangit. TEMPO Interaktif. (Online).(http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/03/08/brk,20110308-318602,id.html), diakses 26 Mei 2011.

Setyadin, B. 1994. Analisis Instrumen. Makalahdisajikan dalam Lokakarya Statistik danAnalisis Data Penelitian dengan KomputerAngkatan Tahun 1993/1994 di IKIPMalang. Lembaga Penelitian IKIP Malang.

Setyadin, B. 2009. Pendidikan Gratis danProblematikanya. Makalah disampaikan

Budiman dan Setyadin, Analisis Satuan Biaya Pendidikan Mahasiswa Universitas Negeri Malang 477

Page 87: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

dalam Seminar dan Sarasehan PendidikanHMI Cabang Malang Komisariat SastraUniversitas Negeri Malang di Gedung KNPIKota Malang, Jurusan AdministrasiPendidikan FIP UM, 14 Maret 2009.

Soemarto, L. 2011. Apakah Benar BiayaPendidikan diLuar Negeri LebihMahal?. (Online). (http://www.lisasoe-marto.com/2011/02/apakah-benarbiaya-pendidikan-diluar-negeri-lebih-mahal/),diakses 26 Mei 2011.

Sunarni. 2007. Analisis Perbedaan PembiayaanPendidikan Siswa Sekolah MenengahAtas Negeri Berdasarkan GeografiEkonomi di Propinsi Jawa Timur. Tesistidak diterbitkan. Malang: Program Studi

Manajemen Pendidikan Universitas NegeriMalang.

Supriadi, D. 2004. Satuan Biaya PendidikanDasar dan Menengah. Bandung; PTRemaja Rosdakarya.

Suryani. 2003. Konsep Konsumsi. (Online). (http://id.wikipedia.org), diakses 3 November2010.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi diDunia Ketiga (Munandar, H., Ed.) Jakarta:Erlangga.

Winarsunu, T. 2002. Statistik Dalam PenelitianPsikologi dan Pendidikan. Malang: UMMPress.

478 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 467-478

Page 88: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS BIMBINGAN DAN KONSELINGDI SMK NEGERI 1 PASURUAN

Nora Lorentia Febirauqa

E-mail: [email protected]@yahoo.comJurusan AP FIP UM, Jalan Semarang nomor 05 Malang 65145,

Abstract: The purpose of this study is to know the role of management in improving specializedservices BK's in SMK Negeri 1 Pasuruan. This study used a qualitative approach with case studyresearch. Conclusion The management of special services BK SMK Negeri 1 Pasuruan specializedservices include program planning BK, BK organizing a special service programs, special servicesprogram implementation and evaluation of programs BK BK specialized services. There are fourareas of arable and nine types of specialized services BK. Factors supporting the implementation ofthe programs and activities of special services BK derived from the principal, all personnel, BK, vice-principal, teacher lesson, homeroom, students, parents and the community. While the factors inhibitingthe implementation of programs and activities of special services personnel BK BK coming from aless assertive, less room BK qualified, many new teachers, student's social environment and economiccondition of parents.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peran manajemen dalam peningkatan layanan khususBK yang ada di SMK Negeri 1 Pasuruan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif denganjenis penelitian studi kasus. Kesimpulan manajemen layanan khusus BK di SMK Negeri 1 Pasuruanmencakup perencanaan program layanan khusus BK, pengorganisasian program layanan khususBK, pelaksanaan program layanan khusus BK dan evaluasi program layanan khusus BK. Terdapatempat bidang garapan dan sembilan jenis layanan khusus BK. Faktor pendukung pelaksanaan programdan kegiatan layanan khusus BK berasal dari kepala sekolah, seluruh personil BK, wakil kepalasekolah, guru matapelajaran, wali kelas, siswa, orang tua dan masyarakat. Sedangkan faktorpenghambat pelaksanaan program dan kegiatan layanan khusus BK berasal dari personil BK yangkurang tegas, ruangan BK yang kurang memenuhi syarat, banyaknya guru baru, lingkungan sosialsiswa serta kondisi ekonomi orang tua siswa.

Kata kunci: manajemen, layanan khusus, bimbingan dan konseling.

Pendidikan adalah usaha sadar yang sengajadirancang untuk suatu tujuan yang telah ditetapkansebelumnya, dan bertujuan untuk menyiapkankualitas calon Sumber Daya Manusia (SDM).Sedangkan pendidikan nasional merupakan satukesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalampembangunan, karena pendidikan memegangperanan penting dalam pembinaan SDM yangmemiliki pengetahuan dan keterampilan, serta SDMyang mempunyai sikap terhadap segala hal.Peserta didik merupakan salah satu calon SDMyang mempunyai peranan penting dalam duniapendidikan, karena peserta didik merupakan sentrallayanan pendidikan di sekolah. Semua kegiatanyang ada di sekolah, baik yang berkenaan denganmanajemen pengajaran, tenaga kependidikan,sarana prasarana, keuangan, hubungan sekolah

dengan masyarakat maupun layanan khususpendidikan, semuanya diarahkan agar peserta didikmendapatkan layanan pendidikan yang maksimal.

Di sekolah terdapat beberapa layanan khususbagi siswa, dan salah satunya adalah layanan khususBimbingan dan Konseling (BK). Layanan BK disekolah pada dasarnya adalah untuk membantupeserta didik mengembangkan diri, sikap dankebiasaan belajar yang baik, menguasai kemampuandan keterampilan serta menyiapkan diri untukmelanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.BK dilaksanakan dari manusia, untuk manusia, danoleh manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, danseiring dengan penyelenggaraan pendidikan padaumumnya. Layanan khusus BK ini mempunyai perantersendiri dalam memberikan bimbingan kepadapeserta didik. Selain itu, pelaksanaan layanan khusus

479

Page 89: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

BK tidak lepas dari peranan kepala sekolah,koordinasi antara guru pembimbing dengan gurubidang studi, pegawai/staf, orang tua siswa, instansiyang terkait dan masyarakat.

Kebutuhan akan bimbingan merupakan haltidak terbatas pada masa anak dan remaja saja,karena manusia dilahirkan di dunia membutuhkanbimbingan dan arahan agar dapat tumbuh danberkembang menjadi manusia yang mandiri.Pentingnya bimbingan yaitu untuk mengambil suatukeputusan dan penyesuaian atau memecahkanmasalah-masalah yang dihadapi oleh manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa siswa jugamenghadapi berbagai masalah yang terjadi dalamkehidupannya, dan masing-masing siswa memilikikemampuan yang berbeda dalam menyelesaikanmasalahnya tersebut. Oleh karena itu diperlukanBK untuk menghindari dan atau mengatasimasalah-masalah yang dihadapi oleh siswa baikmasalah akademik maupun non-akademik. Padaakhirnya siswa setelah menamatkan sekolah dapatmerasakan manfaat layanan khusus BK dalamrangka pengembangan kecerdasan dan potensiyang dimilikinya dalam kehidupannya dimasyarakat di masa yang akan datang.

Sebagai salah satu Sekolah MenengahKejuruan Negeri (SMKN) favorit di KotaPasuruan, SMK Negeri 1 Pasuruan memilikiprogram layanan khusus BK. Seperti kebanyakanpersepsi yang ada, seringkali siswa masihmenganggap, bahwa BK merupakan tempat untukmendisiplinkan dan terkesan menakutkan. Olehkarena itu, diperlukan adanya perbaikan dalammanajemen pelaksanaan layanan khusus BK diSMK Negeri 1 Pasuruan. Selama ini kepalasekolah dan seluruh personel yang terlibat, terusberusaha untuk meningkatkan fungsimanajemennya sehingga program kerja BK yangtelah disusun sebelumnya dapat tercapai. Selainitu siswa-siswa SMK Negeri 1 Pasuruan dapatmerubah pandangan mereka tentang BK danmemanfaatkan layanan BK yang ada di sekolah.

METODE

Penelitian ini mengkaji dan mendiskripsikantentang manajemen layanan khusus BK, bidangdan jenis layanan, serta faktor-faktor yang menjadipenghambat dan pendukung program layanankhusus BK. Sesuai dengan fokus penelitiantersebut maka penelitian ini menggunakanpendekatan deskriptif-kualitatif dengan jenispenelitian studi kasus.

Sumber data utama penelitian ini dilakukandengan mencari informasi yang berasal dariperkataan dan tindakan. Sumber data primerberasal dari perkataan yang diperoleh melaluiwawancara dengan kepala sekolah, Waka danpersonil BK SMK Negeri 1 Pasuruan, sedangkanuntuk sumber data berupa tindakan akan diperolehmelalui kegiatan observasi atau pengamatansecara langsung. Selain sumber data primer penelitijuga menggunakan sumber data sekunder sepertifoto-foto yang dapat mendukung data yangdiperoleh dari sumber data utama, arsip sekolah,serta dokumen BK yang berkaitan denganmanajemen layanan khusus BK. Data sekunderyang berupa arsip-arsip serta dokumen BKdiperoleh peneliti dengan meminta ijin kepadakoordinator BK yang melalui persetujuan dariWakil Manajemen Mutu (WMM) dan Wakabidang kesiswaan.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalampenelitian ini, yaitu teknik wawancara, teknikobservasi, dan teknik dokumentasi. Data yang telahdianalisis kemudian dicek keabsahanya,pengecekkan dilakukan dengan cara ketekunanpengamatan, triangulasi sumber data dan triangulasimetode pengumpulan data, dan kecukupanreferensial.

HASIL

Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Pasuruan

SMK Negeri 1 Pasuruan bermula dariSekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP)yang berdomisili di Jalan Veteran 11 Pasuruan,telepon 0343-421380. Dibangun di atas tanahseluas 8950 m2 berdasarkan sertifikat No. 886/1985, pada tahun 1977 dengan Surat Keputusan(SK) No 0278/U/1976 dari SMEP diintegrasikanmenjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yangdisempurnakan. Pada tahun pelajaran baru 1978ditingkatkan menjadi Sekolah Menengah EkonomiAtas (SMEA) Negeri Pasuruan dengan lampiranKeputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaantanggal 30 Juli 1980 No. 0209/0/1980. Pada tahun2000 SMEA Negeri Pasuruan diubah namamenjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)Negeri 1 Pasuruan untuk kelompok bisnis danmanajemen dan kelompok teknologi.

Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Pasuruan

Visi dari SMK Negeri 1 Pasuruan adalahmewujudkan insan yang berakhlak mulia, kreatif,

480 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 479-486

Page 90: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

inovatif, mandiri, dan peduli lingkungan. Sementaramisi SMK Negeri 1 Pasuruan yaitu (a)meningkatkan nilai keimanan dan ketaqwaankepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) menumbuh-kembangkan jiwa nasionalisme; (c) meningkatkanprestasi dalam ilmu, teknologi, seni budaya danolahraga; (d) menumbuhkembangkan kreatifitas,inovatif dan produktivitas dalam peningkatan mutupendidikan; (e) menumbuhkembangkan kemandi-rian dan peduli lingkungan.

Tujuan yang ingin dicapai SMK Negeri 1Pasuruan adalah (a) mempersiapkan peserta didikmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwakepada Allah SWT melalui pemahaman danpengamalan ajaran agama; (b) mempersiapkanpeserta didik agar menjadi manusia yang berakhlakmulia, jujur, berkepribadian, cerdas, terampil,berkualitas dan berprestasi dalam segala aspekkehidupan; (c) menciptakan suasana pembelajaranyang menyenangkan (enjoy learning) agarpeserta didik dapat mengembangkan dirinya secaraoptimal sehingga memiliki keunggulan dalamsegala bidang (IPTEK, penelitian dan karya ilmiah,organisasi dan kepemudaan, kesenian dan budaya,olah raga dan kesehatan); (d) meningkatkanpenguasaah peserta didik dan wartga sekolah dibidang IPTEK agar mampu bersaing dalam duniaglobal; (e) menanamkan peserta didik bersikap uletdan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi denganlingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas;(f) membekali peserta didik dengan berbagai ilmupengetahuan dan teknologi agar memilikiketerampilan dan mampu bersaing serta dapatmelanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi;(g) membekali peser ta didik agar mampumengembangkan potensi dan karakteristik daerah,serta sosial budaya masyarakat Kota Pasuruan.

Profil SMK Negeri 1 Pasuruan

SMK Negeri 1 Pasuruan merupakan salahsatu sekolah menengah kejuruan favorit dikawasanKota Pasuruan yang menjadi rujukan masyarakatKota Pasuruan untuk menyekolahkan putraputrinya. SMK Negeri 1 Pasuruan merupakansekolah berstandar ISO 9001:2000, yang memilikibeberapa program keahlian diantaranya: Tek.Komputer dan Jaringan, Multimedia, RekayasaPerangkat Lunak, Kimia Industri, Analisis Kimia,Akuntansi, Manajemen Bisnis, AdministrasiPerkantoran. Setiap tahun ajaran baru jumlahcalon siswa yang mendaftar relatif lebih banyakdibandingkan dengan siswa yang akan diterima.

Seperti pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah calonsiswa yang mendaftar mencapai 1383 orang,sedangkan yang diterima hanya 739 orang untuksemua jurusan. SMK Negeri 1 Pasuruan yang saatini berdiri di areal lahan seluas 13.962,33 m2 denganluas bangunan 11.654,49 m2, luas taman 635,14m2, luas lapangan olahraga 1672,7 m2, dengan batassebelah utara Jalan Balai Kota, sebelah selatanberbatasan dengan Jalan Pahlawan, sebelah baratberbatasan dengan Jalan Kusuma Bangsa, dansebelah timur berbatasan dengan Jalan Ir. Juanda.

Manajemen Layanan Khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan

Perencanaan program layanan khusus BK SMKNegeri 1 Pasuruan

Kegiatan awal sebelum melaksanakanprogram dan kegiatan layanan khusus BK di SMKNegeri 1 Pasuruan yaitu: 1) Mempersiapkanformat biodata siswa dan pendataan kebutuhanlayanan konseling kepada siswa; 2) Rapatkoordinasi yang diikuti oleh personil BK, kepalasekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan gurumata pelajaran; 3) Hal-hal yang dibahas dalamrapat koordinasi adalah struktur kurikulum, jenispenanganan siswa, serta sarana dan prasaranayang menunjang pelaksanaan program layanankhusus BK nantinya; dan 4) Dihasilkan rancanganatau rumusan program yang akan dilaksanakan,jadwal pelaksanaan, pengadaan fasilitas penunjangpelaksanaan, perencanaan anggaran, dankerjasama dengan instansi terkait.

Hasil dari rapat koordinasi tersebut dijadikanbahan referensi untuk penyusunan programlayanan khusus BK, penyusunan dilakukan olehpersonil BK bersama dengan kepala sekolah.Dihasilkan program layanan khusus BK yang terdiridari: 1) Program tahunan; 2) Program semesteran;3) Program bulanan; dan 3) Program mingguan.Selanjutnya program-program tersebutdisosialisasikan kepada semua pihak yang terkaitdalam proses pelaksanaannya.

Pengorganisasian program layanan khusus BK SMKNegeri 1 Pasuruan

Proses pengorganisasian pada layanan khususBK di SMK Negeri 1 Pasuruan terkait dengan: 1)Posisi atau kedudukan BK beradasarkan strukturorganisasi yang ada di SMK Negeri 1 Pasuruanyaitu berada di bawah tanggungjawab waka bidangkesiswaan yang terkait dengan penanganan siswa,

Febirauqa, Manajemen Layanan Khusus Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Pasuruan 481

Page 91: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

dimana tugas, tanggungjawab dan wewenang BKdipertanggungjawabkan kepada waka kesiswaan;dan 2) Pemilihan anggota dan penentuan kedudukanatau posisi jabatan, serta pembagian tugas danwewenang dari masing-masing anggota dalampelaksanaan program layanan khusus BK di SMKNegeri 1 Pasuruan menjadi wewenang koordinatorBK.

Pelaksanaan program layanan khusus BK SMKNegeri 1 Pasuruan

Pelaksanaan program layanan khusus BK diSMK Negeri 1 Pasuruan terdiri dari beberapabentuk kegiatan yang meliputi: 1) Sosialisasiprogram kepada siswa baru; 2) Pemberian materidan layanan baik yang bersifat individu maupunkelompok; dan 3) Penanganan siswa yangbermasalah, baik yang terkait dengan masalahakademik, pribadi maupun pelanggaran.

SMK Negeri 1 Pasuruan memiliki duaprosedur dalam hal penanganan siswa, yaitu: 1)Prosedur penanganan siswa dengan tindakanpreventif; dan 2) Prosedur penanganan siswadengan tindakan kuratif.

Evaluasi program layanan khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan

Proses evaluasi pelaksanaan program dankegiatan layanan khusus BK yang terlibat langsungadalah personil BK dan kepala sekolah. Adapunhal-hal yang perlu dievaluasi dalam pelaksanaanprogram BK di SMK Negeri 1 Pasuruan adalahmeliputi: 1) Cara penanganan siswa; 2) Personilpelaksana program; 3) Materi dan informasi yangdisampaikan kepada siswa; 4) Sarana dan prasana;dan 5) Program BK secara keseluruhan.

Bidang dan jenis layanan khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan

Layanan khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan memiliki bidang garapan yang terdiridari: 1) Pengembangan kehidupan pribadi; 2)Pengem-bangan kehidupan sosial; 3)Pengembangan kemampuan belajar; dan 4)Pengembangan karir. Selain itu adapula jenislayanan yang dimiliki yaitu: 1) Layanan orientasi;2) Layanan informasi; 3) Layanan penempatandan penyaluran; 4) Layanan penguasaan konten;4) Layanan konseling perorangan; 5) Layananbimbingan kelompok; 6) Layanan konseling

kelompok; 7) Layanan konsultasi; dan 8)Layanan mediasi.

Faktor pendukung pelaksanaan program layanankhusus BK SMK Negeri 1 Pasuruan

Faktor pendukung dalam pelaksanaanprogram layanan khusus BK di SMK Negeri 1Pasuruan yaitu berasal dari: 1) Dukungansepenuhnya dari kepala sekolah; 2) Seluruhpersonil BK yang memiliki dedikasi tinggi danmempunyai keinginan untuk sepenuh hatimemberikan pelayanan yang terbaik bagi siswa;3) Wakil kepala sekolah, guru matapelajaran danwali kelas yang ikut berpartisipasi dalampelaksanaan program layanan khusus BK; dan 4)Siswa, orang tua siswa dan masyarakat.

Dalam memberdayakan segala hal yangmenjadi faktor pendukung, dengan menjagahubungan baik dengan seluruh komponen sekolah,siswa, orangtua siswa dan masyarakat. Dengantetap menjaga hubungan baik, diharapkan padapelaksanaan program selanjutnya tidak akanditemukan kesulitan atau bahkan hambatan dalammelaksanakannya.

Faktor penghambat pelaksanaan program layanankhusus BK SMK Negeri 1 Pasuruan

Ada beberapa faktor penghambat dalampelaksanaan program layanan khusus BK di SMKNegeri 1 Pasuruan baik yang berasal dari: Faktorinternal yang terdiri dari: Personil BK, RuanganBK, dan Banyaknya guru-guru baru.

Upaya yang diambil untuk mengatasi masalahtersebut adalah meningkatkan kerjasama dankoordinasi dengan semua pihak yang terkait,melakukan sosialisasi dan memberikan pengertiankepada guru-guru secara terus-menerus baikkepada guru-guru baru maupun guru-guru lama,pemberian layanan dapat dilaksanakan dimana saja,tidak hanya di ruangan BK tetapi bisa juga ditempat lain atau dengan kata lain lebih fleksibel.Faktor eksternal yang nantinya akanmempengaruhi tingkah laku siswa, yaitu terdiri dari:Lingkungan sosial siswa dan kondisi ekonomi dariorang tua siswa. Upaya yang diambil untukmengatasi masalah tersebut adalah melakukanpendekatan dan menjalin hubungan yang baikdengan orang tua siswa dan masyarakat karenahal ini erat hubungannya dengan lingkunganbergaulnya siswa yang akhirnya mempengaruhitingkah laku siswa.

482 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 479-486

Page 92: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

PEMBAHASAN

Manajemen Layanan Khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan

Perencanaan program layanan khusus BK SMKNegeri 1 Pasuruan

Perencanaan merupakan proses awal sebelummasuk dalam proses pelaksanaan program. Programdirencanakan dan disusun secara sistematis,terorganisir, dan terkoordinasi dalam jangka waktutertentu, yaitu harian, mingguan, bulanan, dan satutahunan. Berdasarkan hasil temuan penelitian di SMKNegeri 1 Pasuruan, bahwa langkah awal yangdilakukan sebelum proses pelaksanaan layananpersonil BK harus mempersiapkan format biodatasiswa dan pendataan kebutuhan layanan konselingkepada siswa atau yang biasa disebut dengan istilahstudi kelayakan. Sesuai dengan pendapat Tohirin(2007: 260) studi kelayakan dilakukan untukmenentukan bidang-bidang dan program layanan yangsesuai bagi siswa.

Setiap aktivitas program atau kegiatan dimulaidengan perencanaan, karena perencanaanmerupakan pondasi dasar dalam melakukan suatukegiatan. Dalam menjalankan suatu kegiatan atauprogram diperlukan perencanaan yang matang danjelas untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.Perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikirandan penentuan secara matang hal-hal yang akandikerjakan pada masa yang akan datang untukpencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian,1980). Perencanaan program layanan khusus BKharus dilaksanakan secara optimal dan jugamelibatkan semua pihak yang terkait, seperti kepalasekolah, guru BK, guru bidang studi, pegawai/staff,orang tua siswa, komite sekolah, dan tokohmasyarakat. Perencanaan program layanan khususBK merupakan suatu proses untuk membuat suatukeputusan mengenai tujuan yang ingin dicapai,program dan jenis layanan apa saja yang diberikankepada siswa, serta siapa saja yang ikut serta dalampelaksanaan programnya nanti. Hal ini dilakukanuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secaraefektif dan efisien.

Pengorganisasian program layanan khusus BK SMKNegeri 1 Pasuruan

Menurut Terry (dalam Burhanuddin,1994:195) “pengorganisasian adalah kegiatanmengalokasikan seluruh pekerjaan yang harusdilaksanakan antara kelompok kerja dan

menetapkan wewenang dan tanggung jawabmasing-masing setiap komponen kerja danmenyediakan lingkungan kerja yang sesuai dantepat”. Menurut Fattah (2004:01) menjelaskanbahwa organisasi memiliki dua pengertian umum.Pertama, organisasi diartikan sebagai suatulembaga atau kelompok fungsional. Kedua,organisasi merujuk pada proses pengorganisasianyaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikandi antara para anggota, sehingga tujuan organisasidapat tecapai secara efektif. Sedangkan dalamPetunjuk Teknis Pengelolaan BK dijelaskan bahwapengorganisasian adalah bentuk kegiatan yangmengatur cara kerja, prosedur kerja dan pola ataumekanisme kerja kegiatan BK.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatdijelaskan bahwa pengorganisasian adalah untukmendeskripsikan tentang pemilihan anggota danmenentukan kedudukan atau posisi jabatan, sertapembagian tugas dan wewenang dari masing-masing anggota dalam pelaksanaan programlayanan BK. Pengorganisasian sangat pentinguntuk dilakukan karena dalam pengorganisasiansudah dijelaskan tentang posisi atau kedudukanserta tugas dan wewenang dari masing-masinganggota pelaksana program. Setiap anggota yangterlibat dalam proses pelaksanaan program layanankhusus BK, hendaknya selalu berkoordinasi danbekerja sama dengan baik agar tujuan yang telahditetapkan dapat tercapai dengan baik juga.

Pelaksanaan program layanan khusus BK SMKNegeri 1 Pasuruan

Mulyasa (2009:21) mengemukakan, bahwapelaksanaan merupakan “kegiatan untukmerealisasikan rencana menjadi tindakan nyatadalam rangka mencapai tujuan secara efektifdan efisien”. Dari seluruh rangkaian prosespengelolaan, pelaksanaan merupakan fungsipengelolaan yang paling utama. Dalam fungsiperencanaan dan pengorganisasian lebih banyakberhubungan dengan aspek-aspek abstrak prosespengelolaan, sedangkan fungsi pelaksanaanjustru lebih menekankan pada kegiatan yangberhubungan langsung dengan orang-orangdalam organisasi. Proses pelaksanaan programBK merupakan realisasi dari program BK yangsudah direncanakan dan disusun sebelumnyauntuk dilaksanakan secara efektif dan efisienagar program yang dijalankan berjalan denganlancar.

Febirauqa, Manajemen Layanan Khusus Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Pasuruan 483

Page 93: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Evaluasi program layanan khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan

Evaluasi merupakan proses analisis ataupenilaian dari hasil pelaksanaan program yangsudah dilakukan. Evaluasi menurut Sahertian(1987:224) adalah suatu proses menentukan nilaisesuatu berkenaan dengan kegiatan yang sudahterlaksana atau belum, hal ini berhubungan dengantujuan yang telah ditetapkan dan program yangtelah direncanakan. Pada dasarnya evaluasi adalahmemberikan pertimbangan atau nilai berdasarkankriteria tertentu. Sedangkan evaluasi pelaksanaanprogram BK menurut Sukardi (2000:185) adalahsuatu usaha untuk menilai efisiensi dan efektifitaspelayanan BK demi peningkatan mutu programBK. Evaluasi program BK dapat dikatakan sebagaiusaha penelitian, dengan cara mengumpulkan datasecara sistematis, menarik kesimpulan atas dasardata yang diperoleh secara objektif, mengadakanpenafsiran dan merencanakan langkah-langkahperbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.

Maka dari itu, evaluasi perlu dilakukan untukmengetahui dampak atau hasil tertentu daripelaksanaan program terhadap siswa, atau dengankata lain evaluasi dilakukan untuk mengetahuikeberhasilan dari program BK itu sendiri. Selainitu untuk juga sebagai perbaikan sistem manajemenyang masih kurang dan program BK selanjutnyasehingga mutu atau kualitas dari BK itu sendiridapat ditingkatkan.

Bidang dan Jenis Layanan Khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan

Pelaksanaan layanan khusus BK atau biasadisebut dengan proses pelayanan merupakankegiatan yang apabila dilakukan secara langsungdengan klien dalam hal ini adalah siswa yangmemerlukan bantuan serta secara langsungberkenaan dengan permasalahan yang tengahdihadapinya. Layanan khusus BK SMK Negeri 1Pasuruan memiliki bidang garapan yang terdiri dari:1) Pengembangan kehidupan pribadi; 2)Pengembangan kehidupan sosial; 3)Pengembangan kemampuan belajar; dan 4)Pengembangan karir.

Selain bidang garapan, adapula jenis layanandan kegiatan layanan khusus BK. Menurut Sukardi(2000:43) jenis layanan khusus BK terdiri dari: 1)Layanan orientasi; 2) Layanan informasi; 3)Layanan penempatan dan penyaluran; 4) Layananbimbingan belajar; 5) Layanan konseling individu;

6) Layanan bimbingan kelompok; dan 7) Layanankonseling kelompok.

Sedangkan untuk jenis layanan yang dimilikioleh layanan khusus BK SMK Negeri 1 Pasuruanmeliputi: 1) Layanan Orientasi; 2) LayananInformasi; 3) Layanan Penempatan danPenyaluran; 4) Layanan Penguasaan Konten; 5)Layanan Konseling Perorangan; 6) LayananBimbingan Kelompok; 7) Layanan KonselingKelompok; 8) Layanan Konsultasi; dan 9)Layanan Mediasi.

Bidang garapan diperlukan untuk untukmemenuhi tujuan dari proses layanan BK, selainbidang garapan perlu dilaksanakan kegiatanlayanan khusus yang ditujukan kepada siswasebagai wujud untuk memenuhi fungsi dan tujuandari program layanan khusus BK. Kegiatan yangdilaksanakan BK baik yang terkait dengan bidanggarapan maupun jenis layanan, semuanya ditujukankepada siswa. Kegiatan tersebut dilaksanakanuntuk mewujudkan fungsi dan tujuan dari programlayanan khusus BK yang sudah direncanakan dandisusun sebelumnya.

Faktor Pendukung Pelaksanaan Program LayananKhusus BK SMK Negeri 1 Pasuruan

Pada setiap kegiatan tentunya mempunyaibeberapa faktor-faktor yang menjadi pendukungkeberhasilan kegiatan tersebut. Hal ini juga telahdialami oleh BK SMK Negeri 1 Pasuruan dalampelaksanaan program layanan khusus BK. Berikutini merupakan faktor-faktor yang menjadipendukung setiap kegiatan pelaksanaan programlayanan khusus BK di SMK Negeri 1 Pasuruan.

Setelah diketahui faktor yang menjadipendukung pelaksanaan program layanan khususBK di SMK Negeri 1 Pasuruan maka BK berusahauntuk tetap menjaga hubungan baik dengan seluruhkomponen sekolah, siswa, orangtua siswa danmasyarakat. Dengan tetap menjaga hubungan baik,diharapkan pada pelaksanaan program selanjutnyatidak akan ditemukan kesulitan atau bahkanhambatan dalam melaksanakannya.

Faktor Penghambat Pelaksanaan Program LayananKhusus BK SMK Negeri 1 Pasuruan

Selain adanya faktor pendukung dalampelaksanaan program layanan khusus BK di SMKNegeri 1 Pasuruan, ada pula faktor penghambatyang apabila tidak dapat mengatasi akanmengurangi pencapaian tujuan secara efektif dan

484 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 479-486

Page 94: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

efisien. Faktor-faktor yang menjadi penghambatdalam pelaksanaan program layanan khusus BKdi SMK Negeri 1 Pasuruan diantaranya adalahsebagai berikut: 1) Faktor internal: Personil BKyang dirasa kurang tegas dalam menangani siswa;ruangan BK yang dirasa kurang memenuhistandar; dan banyaknya guru-guru baru yangmasih belum paham cara untuk menangani siswa.2) Faktor eksternal: lingkungan sosial siswa yangmempengaruhi tingkah laku dan pergaulan siswadi luar sekolah; dan kondisi ekonomi orang tua

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktorpenghambat dari internal yang ada yaitu: 1)Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengansemua pihak yang terkait; 2) Melakukan sosialisasidan memberikan pengertian kepada guru-gurusecara terus-menerus baik kepada guru-guru barumaupun guru-guru lama; dan 3) Pemberianlayanan dapat dilaksanakan dimana saja, tidakhanya di ruangan BK tetapi bisa juga di tempatlain atau dengan kata lain lebih fleksibel.

Sedangkan untuk mengatasi faktorpenghambat eksternal, upaya yang dilakukanadalah melakukan pendekatan dan menjalinhubungan yang baik dengan orang tua siswa danmasyarakat karena hal ini erat hubungannyadengan lingkungan bergaulnya siswa yang akhirnyamempengaruhi tingkah laku siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Manajemen layanan khusus BK di SMKNegeri 1 Pasuruan mencakup perencanaanprogram layanan khusus BK, pengorganisasianprogram layanan khusus BK, pelaksanaanprogram layanan khusus BK, evaluasi programlayanan khusus BK. Kegiatan pada prosesperencanaan terdiri dari: (a) mempersiapkanformat biodata siswa dan pendataan kebutuhanlayanan konseling kepada siswa; (b) rapatkoordinasi yang diikuti oleh personil BK, kepalasekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan gurumata pelajaran; (c) sosialisasi program.

Proses pengorganisasian pada layanankhusus BK di SMK Negeri 1 Pasuruan terkaitdengan posisi atau kedudukan BK beradasarkanstruktur organisasi yang ada di SMK Negeri 1Pasuruan yaitu berada di bawah tanggungjawabwaka bidang kesiswaan, serta pemilihan anggotadan penentuan kedudukan atau posisi jabatan, sertapembagian tugas dan wewenang dari masing-masing anggota dalam pelaksanaan programlayanan khusus BK di SMK Negeri 1 Pasuruanmenjadi wewenang koordinator BK. Pelaksanaanprogram layanan khusus BK di SMK Negeri 1Pasuruan terdiri dari beberapa bentuk kegiatanyang meliputi sosialisasi program kepada siswabaru, pemberian materi dan layanan baik yangbersifat individu maupun kelompok, penanganansiswa yang bermasalah, baik yang terkait denganmasalah akademik, pribadi maupun pelanggaran.

Saran

Meningkatkan kerjasama dan koordinasidengan personil BK untuk melakukan sosialisasimengenai program BK secara terus meneruskepada guru-guru, baik guru-guru baru maupunguru-guru lama. Diharapkan dapat dijadikansebagai bahan acuan untuk memaksimalkan kinerjadan perhatian dalam memberikan layanan khususBK kepada siswa. Sebagai pelaksana utamaprogram BK, diharapkan personil BK dapatmeningkatkan kerjasama dan selalu menjalin sertamenjaga hubungan baik dengan semua pihak yangterkait dalam pelaksanaan program BK.Diharapkan juga personil BK selalu meningkatkankinerja dan keahliannya dalam memberikanpelayanannya kepada siswa. Diharapkan dapatlebih meningkatkan kerjasama dan koordinasidalam pelaksanaan program layanan khusus BKdi sekolah, sehingga dapat program yang telahdisusun dapat terlaksana dengan maksimal, karenapelaksanaan program BK bukan hanya tanggungjawab dari personil BK dan kepala sekolah saja,melainkan seluruh komponen yang ada di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Burhanuddin. 1994. Analisis AdministrasiManajemen dan KepemimpinanPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sahertian, P. A. 1987. Dimensi AdministrasiPendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Siagian, S. P. 1980. Filsafat Administrasi. Jakarta:Gunung Agung.

Febirauqa, Manajemen Layanan Khusus Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 1 Pasuruan 485

Page 95: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Sukardi, D. K. 2000. Pengantar PelaksanaanProgram Bimbingan dan Konseling diSekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling diSekolah dan Madrasah (BerbasisIntregasi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

486 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET 2012: 479-486

Page 96: Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 23 no. 5

Petunjuk bagi (Calon) Penulis

1. Artikel yang ditulis untuk JMP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang menejeman pendidikan. Naskahdiketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 minimal 20halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta Compact Disk (CD). Berkas (file) dibuatdengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: [email protected].

2. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail dan nomortelepon/hand phone untuk memudahkan komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecualibagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besardi tengah-tengah, denganhuruf sebesar 24 poin.Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenishuruf yang berbeda (semua judul bagian dan subbagian dicetak tebal atau tebal danmiring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempatatas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latarbelakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-bagian); penutupatau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirajuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempat atas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

6. Sumber Rujukans edapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakansumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalamjurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipanlangsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67)

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Contoh Daftar Rujukan

Hitccock, s., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Jurnals, 1990-1995: The Calm before the Storm,(Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses12 Juni 1996)

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,h\.3.Kansil, C.L. 2002. Orientasi BaruP enyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan

Dunia lndustri. Transpor, XX (4): 57-61.Robbins, S. P. & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1).Malang: UM

Press.Sumarsono, R.B. & Kusumaningrum, D.E. 2005. Pengaruh Persepsi, Sikap terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa

Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang Lemlit UniversitasNegeri Malang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: TamitaUtama.

Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan Artikeldan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11Agustus.

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Universitas Negeri Malang, 2010) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidangkepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepadapenulis sebelum penerbitan.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikelyang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskahatau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yangmungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.

13. Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.