Jurnal Las Lengkap

34
MAKALAH LAS LISTRIK & LAS GAS DISUSUN OLEH ANDRIANTON ARAFIC MARFREDDY MUH.AKBAR AGUDA

description

JURNAL LAS

Transcript of Jurnal Las Lengkap

  • MAKALAH

    LAS LISTRIK & LAS GAS

    DISUSUN OLEH

    ANDRIANTON

    ARAFIC

    MARFREDDY

    MUH.AKBAR AGUDA

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah las listrik dan las gas ini. Penulis juga tidak

    lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak karena telah banyak membantu

    sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.

    Makalah las listrik dan las gas ini disusun berdasarkan apa yang penulis dapatkan dari

    pembelajaran las listrik dan las gas serta dari berbagai referensi yang penulis dapatkan.

    Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar kiranya ini dapat digunakan

    sebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Disamping itu penulis

    mengharapkan bahwa makalah ini tidak hanya sebagai pelengkap tugas saja melainkan dapat

    disebut sebagai hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan digunakan sebagaimana mestinya.

    Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu demi

    kesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis sangat mengharapkan saran

    serta dukungan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sehingga dengan

    semua itu kesempurnaan makalah ini dapat tercapai.

    Penulis

    _______

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat ini, tidak bisa

    mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi

    suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga

    hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan

    pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi

    semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan

    peradaban manuasia tidak mungkin terjadi.

    Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat

    bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan

    lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan

    akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan

    tersebut adalah dengan pengelasan.

    Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar,

    yaitu :

    1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang

    dapat dilepas kembali.

    2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan

    cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam

    pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan.

    Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam

    seperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las

    listrik dan las gas.

    B. SASARAN Sasaran dari pembuatan makalah ini adalah semua sector dimana orang-orang yang

    terkait dalam praktik industry khususnya dalam lingkup Akademi Teknik Soroako.

    Dengan sasaran utama adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berperan penting dalam

    kegiatan praktik di bengkel khususnya Pengelasan yakni Las listrik dan las gas.

  • C. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini merupakan tugas utama dalam mengisi

    nilai akademik pelajaran teknologi manufaktur yakni las listrik dan las gas. Selain itu,

    sesuai sasaran yang dikemukakan diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya makalah ini

    ialah membagi pengetahuan serta membantu rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi

    Akademi Teknik Soroako yang kurang memahami mengenai las listrik dan las gas,

    dimana diharapkan dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingga

    nantinya dapat diaplikasikan dalam proses praktik di bengkel.

  • BAB II

    ISI MAKALAH

    A. LAS LISTRIK 1. Pengertian las listrik

    Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu

    akibat panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari

    metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-

    atom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari

    gas yang terserap atau oksida-oksida.

    2. Mesin las listrik Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang

    diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatulengkung

    listrik las.

    Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari:

    9 Motor bensin atau diesel 9 Gardu induk

    Tegangan pada mesin las listrik biasanya :

    9 110 volt 9 220 volt 9 380 volt

    Antara jaringandengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus. Mesin las

    digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel

    yang tidak mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak

    tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan ke benda

    kerja.

    Jenis-jenis mesin las las listrik terbagi atas :

    0 Mesin las listrik Transformator arus bolak-balik (AC) Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik

    dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung

    listrik.

  • Keuntungan keuntungan mesin las AC antara lain :

    9 Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las

    9 Perlengkapan dan perawatan lebih murah 0 Mesin las listrik Rectifier arus searah (DC)

    Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC)

    yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC)

    keluar.

    Pada mesin AC, kabel masa dan kabel

    elektroda dapat dipertukarkan tanpa

    mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.

    Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain :

    9 Busur nyala stabil 9 Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut 9 Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut 9 Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP 9 Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit

    3. Pengkutuban elektroda 9 Pengkutuban Langsung

    Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan .

    kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebegai

    sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).

    9 Pengkutuban terbalik

    Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan

    kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut

    sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)

  • 4. Pengaruh pengkutuban pada hasil las

    Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :

    9 Jenis bahan dasar yang akan dilas 9 Jenis elektroda yang dipergunakan

    Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya.

    Pengkutuban langsung akan

    menghasilkan penembusan yang

    dangkal sedangkan Pada

    pengkutuban terbalik akan terjadi

    sebeliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.

    5. Tegangan dan arus listrik pada mesin las Volt adalah suatu satuan tegangan listrik yang dapat diukur

    dengan suatu alat voltmeter. Tegangan diantara elektroda

    dan bahan dasar menggerakkan electron-elektron melintasi

    busur.

    Ampere adalah jumlah arus listrik yang mengalir yang

    dapat diukur dengan amperemeter. Lengkung listrik yang

    panjang akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan.

    6. Perlengkapan Las listrik

    9 Kabel Las Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet

    isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :

  • kabel elektroda kabel massa kabel tenaga

    Kabel elektroda adalah kabel

    yang menghubungkan

    pesawat las dengan

    elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel

    tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik

    dengan pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC -

    DC.

    9 Pemegang elektroda Ujung yang tidak berselaput dari elektroda

    dijepit dengan pemegang elektroda.

    Pemegang elektroda terdiri dari mulut

    penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh

    bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau

    selesai mengelas, bagian pegangan yang

    tidak berhubungan dengan kabel

    digantungkan pada gantungan dari bahan

    fiber atau kayu.

    9 Palu Las Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias

    dengan jalan memukulkan atau menggoreskan

    pada daerah las.

    Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan

    palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke

    mata atau ke bagian badan lainnya.

  • 9 Sikat Kawat Dipergunakan untuk :

    Membersihkan benda kerja yang akan dilas Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.

    9 Klem Massa

    Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.

    Biasanya klem massa

    dibuat dari bahan dengan

    penghantar listrik yang

    baik seperti Tembaga

    agar arus listrik dapat

    mengalir dengan baik,

    klem massa ini

    dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja .

    Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem

    massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat,

    minyak.

    9 Tang Penjepit Penjepit (tang) digunakan untuk

    memegang atau memindahkan benda

    kerja yang masih panas.

  • 7. Teknik dasar Pengelasan 9 Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan

    Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan

    mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).

    Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui

    proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda)

    dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan

    pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif.

    Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah,

    maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda

    didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada

    jarak yang pendek (garis tengah elektroda).

    Kawat inti Selubung elektroda Busur listrik Pemindahan logam Gas pelindung Terak Kampuh las

    Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan

    dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu

    arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan

    elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya

    diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu

    busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan

    lokasi pengelasan.

    Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah

    sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri

    terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda

    yang terus menerus menetes.

  • 9 Proses Penyulutan Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan

    disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah

    elektroda).

    9 Menyalakan busur listrik Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang

    tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat

    dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni :

    Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat gambar.

    Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada gambar.

    Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan

    pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan

    pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika

    busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk

    melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit

    dari pekerjaan hingga jaraknya sama dengan diameter elektroda. Untuk

    elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan

    dasar 3,25 mm.

    Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :

    Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya

    ke sisi logam induk.

    Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk.

    Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi.

  • 9 Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu

    penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik

    sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi

    lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.

    9 Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.

    Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik.

    Hasilnya :

    0 rigi-rigi las yang halus dan baik. 0 tembusan las yang baik 0 perpaduan dengan bahan dasar baik 0 percikan teraknya halus.

    Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola dari cairan

    elektroda.

    Hasilnya :

    0 rigi-rigi las kasar

    0 tembusan las dangkal

    0 percikan teraknya

    kasar dan

    keluar dari

    jalur las.

    Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). hasilnya :

    0 rigi las tidak merata 0 tembusan las tidak baik 0 percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

  • 9 Pengaruh Besar Arus Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu

    rendah akan menyebabkan

    sukarnya penyalaan busur

    listrik dan busur listrik yang

    terjadi tidak stabil. Panas

    yang terjadi tidak cukup

    untuk melelehkan elektroda

    dan bahan dasar sehingga

    hasilnya merupakan rigi-rigi

    las yang kecil dan tidak rata

    serta penembusan yang

    kurang dalam.

    Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu

    cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang

    dalam.

    Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai,

    posisi pengelasan serta tebal bahan dasar.

    9 Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti

    elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-

    lainnya. Dalam hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi

    berbanding lurus dengan arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukan

    arus las yang tinggi.

    Bila tegangan dan arus dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan

    dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi di

    samping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan akan

    memperbesar penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka

    masukan panas per satuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan

    akan berjalan terlalu cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ

    Pada umumnya dalam pelaksanaan kecepatan selalu diusahakan setinggi-

    tingginya tetapi masih belum merusak kwalitas manik las. Pengalaman juga

    menunjukkan bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan bentuk yang

    terjadi.

  • Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang

    banyak dan pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya lipatan

    manik. Sedangkan kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan

    menyebabkan terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik, terlihat seperti

    gambar dibawah ini.

    9 Pendinginan

    Lamanya pendinginan

    dalam suatu daerah temperatur

    tertentu dari suatu siklus termal las

    sangat mempengaruhi kwalitas

    sambungan. Karena itu banyak

    sekali usaha-usaha pendekatan

    untuk menentukan lamanya waktu

    pendinginan tersebut. Pendekatan

    ini biasanya dinyatakan dalam

    bentuk rumus empiris atau

    nomograf atau tabel seperti yang

    terlihat dalam tabel dibawah ini.

    Struktur mikro dan sifat

    mekanik dari daerah HAZ

    sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 800 oC samapi 500

    oC. Sedangkan retak dingin, dimana hidrogen memegang peranan penting, terjadinya

    sangat tergantung oleh lamanya pendinginan dari temperatur 800 oC sampai 300 oC atau

    100 oC

  • 9 Elektroda Klasifikasi Elektroda

    Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut

    klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX

    yang artInya sebagai berikut :

    E menyatakan elaktroda busur listrik

    XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan

    Ib/in2 lihat table.

    X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.

    angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di

    bawah tangan

    X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai

    untuk pengelasan lihat table.

    Contoh : E 6013

    Artinya:

    Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2

    Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi

    Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC +

    atau DC

    Elektroda Baja Lunak 1. E 6010 dan E 6011

    Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai

    untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada

    segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan.

    Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat

    dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa

    dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas

    pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan

    busur listrik bila dipakai arus AC.

    . E 6012 dan E 6013 Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan

    penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala

    posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi

  • pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai

    pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang

    mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage

    mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai

    untuk pangelasan pelat tipis.

    3. E 6020 Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan

    teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama

    mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan

    mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari

    pada bawah tangan atau datar pada las sudut.

    Elektroda Berselaput Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan

    komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat

    dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti

    dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-

    jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca

    C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi,

    serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang

    berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.

    Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter

    elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput

    elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi

    cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara

    luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari

    logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku

    melapisi permukaan las yang masih panas.

    Elektroda dengan selaput serbuk besi Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028

    mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan.

    Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya

    persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya

    selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.

  • Elektroda Hydrogen rendah Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari

    0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini

    dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas,

    misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan

    Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E

    7018.

    Elektroda untuk besi tuang Elektroda baja

    Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan

    menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan

    mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan

    lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai

    pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

    Elektroda Nikel Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih

    dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala

    posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi

    tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik.

    Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Elektroda Perunggu Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga

    panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu

    fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.

    Elektroda untuk aluminium Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam

    yang sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan

    didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda

    aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan

    pasawat las DC kutub terbalik dimana pemakaian arus dinyatakan dalam

    tabel berikut.

  • Elektroda untuk pelapis keras Elektroda tahan kikisan

    Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan

    serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm

    dipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

    Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong

    yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau.

    Elektroda tahan pukulan Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

    Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.

    Elektroda tahan keausan Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung

    Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras

    permukaan katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan

    sangat tinggi.

    9 Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk

    mengatur jarak busur listrik agar tetap.

    Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.

    Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan

    kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan

    keatas lebih dangkal daripada ayunan kehawah.

    Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk

    mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.

    Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titik-

    titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada

    tempat tersebutL untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi

    celah sambungan.

    Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik

    dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun

    lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari

  • bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus

    memperhatikan tebal bahan dasar.

    Alur Spiral

    Alur Zig-zag

    Alur segitiga

    9 Posisi pengelasan

    Posisi di bawah tangan Posisi bawah tangan

    merupakan posisi

    pengelasan yang paling

    mudah dilakukan. Oleh

    sebab itu untuk

    menyelesaikan setiap

    pekerjaan pengelasan

    sedapat meungkin di

    usahakan pada posisi dibawah tangan.

    Kemiringan elektroda 10 derajat 20 derajat terhadap garis vertical kea rah

    jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.

    Posisi tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

    atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena

    bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil

  • dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan

    70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.

    Posisi datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

    kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal.

    Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat 10 derajat

    terhadap garis vertical dan 70 derajat 80 derajat kearah benda kerja.

    Posisi di atas kepala (Overhead) Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak

    berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan

    yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada

    bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat 20 derajat

    terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.

    9 Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan

    setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua

    sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar

    (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material

    pipa dengan jalan pipa diputar.

    9 Posisi horizontal (2G)

  • Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan

    posisi horizontal, yaitu pipa pada

    posisi tegak dan pengelasan dilakukan

    secara horizontal mengelilingi pipa.

    Kesulitan pengelasan posisi horizontal

    adalah adanya gaya gravitasi akibatnya

    cairan las akan selalu kebawah.

    Adapun posisi sudut electrode

    pengelasan pipa 2G yaitu 90 Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter

    elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las.

    Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu kali diameter elektrode las.

    Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan

    dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat.

    Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.

    9 Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan

    pada material plate. Posisi 3G ini

    dilaksanakan pada plate dan

    elektrode vertikal. Kesulitan

    pengelasan ini hampir sama dengan

    posisi 2G akibat gaya gravitasi

    cairan elektrode las akan selalu

    kebawah.

    9 Posisi horizontal pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi

    menjadi 2, yaitu :

    1. Pengelasan naik

    Biasanya dilakukan pada pipa

    yang mempunyai dinding teal

    karena membutuhkan panas yang

    tinggi. Pengelasan arah naik

    kecepatannya lebih rendah

    dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap

  • satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan

    5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan

    mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las

    kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam

    5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam

    5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las

    akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur kali diameter

    elektrode.

    2. Pengelasan turun

    Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas

    bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih

    cepat dan lebih ekonomis.

    9 Pengelasan posisi Fillet Pengelasan fillet juga disebut

    sambungan T.joint pada posisi

    cairan las-lasan diberikan pada

    posisi menyudut. Pada

    sambungan ini terdapat diantara

    material pada posisi mendatar

    dan posisi tegak. Posisi

    sambungan ini termasuk posisi

    sambungan yang relative

    mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah

    kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan

    operator las.

  • 8. Perlengkapan Keselamatan Kerja 9 Helm Las

    Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi

    kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan

    ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm

    las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat

    mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut.

    Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat

    dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus

    mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran

    kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan

    kaca las adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk

    pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10

    untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai

    400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kaca

    penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.

    9 Sarung Tangan (Welding Gloves) Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk

    memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu

    mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.

    9 Apron Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau

    dari asbes.

    Ada beberapa jenis/bagian apron :

    0 apron lengan 0 apron lengkap 0 apron dada

    9 Sepatu Las Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api,

    Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat

    juga dipakai

  • 9 MaJik

    yan

    dar

    9 KaKa

    9 JakJak

    asker Las

    ka tidak mem

    ng baik, ma

    ri asap dan d

    amar Las

    mar Ias dib

    ket Las

    ket pelindung

    mungkinkan

    aka gunakan

    debu las yang

    buat dari b

    g badan+tan

    adanya kam

    nlah masker

    g beracun.

    ahan tahan.

    disekitarn

    Untuk me

    dangan si

    meja Ias.

    mudah

    terjadinya

    api.

    ngan yang teb

    mar las dan v

    las, agar te

    .api. Kamar

    nya tidak terg

    engeluarkan

    istim ventila

    . Meja las h

    terbakar a

    a kebakaran

    buat dari kul

    ventilasi

    erhindar

    r las pentin

    ganggu oleh

    gas, sebaikn

    asi: Didalam

    harus bersih

    gar terhind

    n oleh percik

    lit/asbes

    ng agar ora

    h cahaya las.

    nya kamar l

    m kamar las

    h dari bahan

    dar dari

    kan terak la

    ang yang ad

    las dilengkap

    s ditempatka

    n-bahan yan

    kemungkina

    as dan bung

    da

    pi

    an

    ng

    an

    ga

  • B. LAS GAS ( OKSI - ASETILIN ) 1. Pengertian Las Oksi-Asetilin

    Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis

    gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini,

    gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas

    bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak

    digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen ( dari kata acetylene, dan memiliki

    rumus kimia C2H2 ). Gas ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan

    bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature

    nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara

    ataupun Oksigen.

    2. Bahan Bakar Gas 9 Asetilin ( C2H2 )

    Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong

    kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling

    sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada

    asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing

    atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini

    menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan

    sudut C-C-H sebesar 180.

    9 Propan Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam

    keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan

    dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum

    lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan

    sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah.

    3. Peralatan Las Oksi Asetilin 9 Tabung Gas

    Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau

    gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya

    tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini

  • sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas

    tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung

    ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga

    jenis gas yang ditampung.

    Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau

    gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.

    9 Katup Tabung Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini

    ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup

    biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup

    ini terbuat dari material Baja.

    9 Regulator Regulator atau lebih tepat dikatakan

    Katup Penutun Tekan, dipasang pada

    katub tabung dengan tujuan untuk

    mengurangi atau menurunkan tekann

    hingga mencapai tekana kerja torch.

    Regulator ini juga berperan untuk

    mempertahankan besarnya tekanan kerja

    selama proses pengelasan atau

    pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam

    tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator.

    Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan

    kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan

    kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.

    9 Selang gas Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju

    torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi

    persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan

    tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam

    pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas

    yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana

  • membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode

    warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang

    perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam selang.

    9 Torch ( Pembakar ) Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya

    diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya

    dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk

    nyala api. Dari keterangan diatas, toch

    memiliki dua fungsi yaitu :

    Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.

    Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.

    Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :

    Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur. Dibedakan atas :

    Injector torch (tekanan rendah) Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari

    tekanan gas oksigen.

    Equal pressure torch (torch bertekanan sama) Pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi

    saluran masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang

    pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.

    Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas : Toch normal Torch ringan/kecil

    Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas : Torch nyala api tunggal Torch nyala api jamak

    Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas : Torch untuk gas asetilen Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.

    Menurut aplikasi. Dibedakan atas :

  • Torch manual Torch otomatik/semi otomatik

    9 Pematik api Las Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.

    9 Tip Cleaner Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang mulut

    pembakar.

    4. Proses Pengelasan Oksi Acetilin 9 Menentukan nyala api

    Nyala api Karburasi Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen

    yang digunakan maka di antara kerucut dalam

    dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru

    berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala

    dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan,

    yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan

    menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan

    dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam

    bahan pengerasan permukaan non-ferous.

  • Nyala api Netral Nyala ini terjadi bila perbandingan antara

    oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri

    atas kerucut dalam yang berwarna putih

    bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru

    bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini

    berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada

    ujung nyala kerucut.

    Nyala api oksidasi Bila gas oksigen lebih daripada yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan nyala

    netral maka nyala api menjadi pendek

    dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan

    terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat

    oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan

    perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

    9 Teknik Pengelasan Posisi pengelasan di bawah tangan

    Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah

    tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar

    (brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan

    sudut antara 30 - 40 dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut

    sambungan dengan jarak 2 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan.

    Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan

    gerakannya adalah lurus.

    Posisi pengelasan datar ( horizontal ) Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan

    arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu

    ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda

    kerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkan

    kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.

  • Posisi pengelasan tegak ( vertical ) Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau

    ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan

    yang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.

    Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead ) Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi

    lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari

    bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari garis

    vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.

    Pengelasan arah ke kiri ( maju ) Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri

    dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerja sedangkan

    sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak

    digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang

    sulit saat mengelas.

    Pengelasan arah ke kanan ( mundur ) Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.

    Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5

    mm ke atas.

    Operasi Branzing ( Flame Brazing ) Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpa

    mencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnya

    saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las dari

    kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( 1550 C) lebih tinggi dari kuningan (

    sekitar 1080C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih

    mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.

    Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut ) Kasus pemotongan logam sebenarnya dap at

    dilakukan dengan berbagai cara. Proses

    penggergajian (sewing) dan menggunting

    (shearing) merupakan contoh dari proses

    pemotongan logam dan lembaran logam. Proses

  • menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya

    tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi

    memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pelat

    tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini

    dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel

    menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan

    suplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada

    torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

    Operasi Perluasan ( Flame Gauging ) Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen

    logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum

    ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk

    tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur

    hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan

    logam las.

    Operasi Pelurusan ( Flame Straightening ) Operasi pelurusan dilaksanakan dengan

    memberikan panas pada komponen

    dengan bentuk pola pemanasan tertentu.

    Ilustrasi dibawah ini menunjukkan

    prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan

    pada suatu logam batang.

    Batang lurus dipanaskan dengan pola

    pemanasan segitiga. Logam cenderung

    memuai pada saat dipanaskan. Daerah

    pemanasan tersebut menghasilkan

    pemuaian yang besar. Logam mengkerut

    pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.

  • 9 Keuntungan mengelas Oksi Asetilin peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan

    yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.

    Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana

    Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

  • BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan dari

    penyusunan makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

    9 Pada akhirnya penulis mengetahui Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi pengelasan laslstrik, tingkat kesususahan

    dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja yang semestinya dilaksanakan

    dalam proses pengelasan las listrik.

    9 Penulis akhirnya dapat mengetahui pengertian las gas, perlengkapan yang digunakan pada praktik las gas, jenis-jenis nyala api, serta posisi pengelasan pada proses las

    gas.

    B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai berikut :

    9 Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.

    9 Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi

  • DAFTAR PUSTAKA

    www.lab teknologi mekanik.com

    http://kamissore.blogspot.com/2009/06/kerja-las-listrik-dan-gas.html

    Cary Howard B, Modern Welding Technology Prentice Hall, Englewood Cliffs, New

    Jersey Q7632, USA, 1994.

    Messler R.W, Jr., Principles of Welding John Wiley & Sons, Inc. USA, 1999.

    http://laslistrik.blogspot.com/2009/06/.html

    http://materi-kuliah.blogspot.com/2009/06/.html

    http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html