Jurnal Kucuran Kredit.docx

22
KAJIAN POTENSI UMKM DENGAN DUKUNGAN KUCURAN KREDIT DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Helmi Adam 1) , Imam Santoso 1) , Dodyk Pranowo 1) , Dhita Morita Ikasari 1) , Rizky L.R Silalahi 1) , Danang Triagus Setiyawan 1) , Wendra G. Rohmah 1) 1) Universitas Brawijaya Malang Abstrak Salah satu faktor penting sekaligus hambatan yang sering dihadapi oleh UMKM adalah modal, dalam bentuk finansial maupun non-finansial. Dinamika penyaluran atau kucuran kredit terhadap UMKM dan pengaruhnya terhadap pengembangan daya saing UMKM tersebutlah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penyaluran kredit harus diprioritaskan pada UMKM yang berpotensi berkembang baik serta menyokong perekonomian daerah Jawa Timur dan nasional, khususnya dalam menyongsong AEC. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui profil tingkat kesiapan UMKM potensial dalam menghadapi era AEC, 2) Mengetahui model manajemen UMKM yang telah menerima kucuran kredit dalam meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC, dan 3) Mengetahui tingkat pembinaan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM.Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi, yang diolah dengan metode Partial Least Square (PLS) dan SWOT. Variabel eksogen (X) dalam penelitian ini terdiri dari kucuran kredit, pemasaran, produktivitas tenaga kerja, teknologi, dan sistem pengembangan produk. Variabel endogen (Y) dalam penelitian ini adalah manajemen usaha dan kinerja.

description

kucuran kredit umkm

Transcript of Jurnal Kucuran Kredit.docx

Page 1: Jurnal Kucuran Kredit.docx

KAJIAN POTENSI UMKM DENGAN DUKUNGAN KUCURAN KREDITDALAM MENINGKATKAN DAYA SAING MENGHADAPI

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)

Helmi Adam1), Imam Santoso1), Dodyk Pranowo1), Dhita Morita Ikasari1), Rizky L.R Silalahi1), Danang Triagus Setiyawan1), Wendra G. Rohmah1)

1) Universitas Brawijaya Malang

Abstrak

Salah satu faktor penting sekaligus hambatan yang sering dihadapi oleh UMKM adalah modal, dalam bentuk finansial maupun non-finansial. Dinamika penyaluran atau kucuran kredit terhadap UMKM dan pengaruhnya terhadap pengembangan daya saing UMKM tersebutlah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penyaluran kredit harus diprioritaskan pada UMKM yang berpotensi berkembang baik serta menyokong perekonomian daerah Jawa Timur dan nasional, khususnya dalam menyongsong AEC. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui profil tingkat kesiapan UMKM potensial dalam menghadapi era AEC, 2) Mengetahui model manajemen UMKM yang telah menerima kucuran kredit dalam meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC, dan 3) Mengetahui tingkat pembinaan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM.Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi, yang diolah dengan metode Partial Least Square (PLS) dan SWOT. Variabel eksogen (X) dalam penelitian ini terdiri dari kucuran kredit, pemasaran, produktivitas tenaga kerja, teknologi, dan sistem pengembangan produk. Variabel endogen (Y) dalam penelitian ini adalah manajemen usaha dan kinerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, UMKM di 5 kabupaten sudah memiliki produk yang dikembangkan untuk siap berkompetisi di pasar ASEAN. Namun dukungan untuk meningkatkan kualitas melalui fasilitasi kucuran kredit, teknologi dan pengembangan pasar masih tetap dibutuhkan.Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen usaha dan kinerja UMKM yaitu faktor pemasaran dan teknologi.Peran pemerintah yang dapat dilakukan dalam mengembangkan UMKM di lima kabupaten untuk menghadapi MEA antara lain perlindungan UMKM dari produk asing, memberikan bantuan permodalan dan sarana prasarana.Kata kunci : kredit, manajemen usaha, modal, MEA, UMKM

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

UMKM telah berkembang pesat menjadi salah satu penyokong ekonomi negara dan penyerap tenaga kerja dalam

satu dekade terakhir. Dalam perkembangannya yang pesat dan menjanjikan, masih banyak permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh UMKM. Salah satu faktor penting

Page 2: Jurnal Kucuran Kredit.docx

sekaligus hambatan yang sering dihadapi oleh UMKM adalah modal, dalam bentuk finansial maupun non-finansial. Modal tersebut dapat diperoleh salah satunya melalui hutang atau kredit, yang biasanya diperoleh melalui bank. Kesulitan permodalan tersebut yang sering menghambat perkembangan UMKM, khususnya akses untuk mendapatkan kredit atau pinjaman. Permasalahan-permasalahan UMKM yang telah dikemumakan tersebut tentu harus menjadi fokus perhatian dalam pengembangan UMKM. Dalam menghadapi AEC 2015, UMKM dinilai memiliki potensi yang cukup kuat dalam persaingan pasar, tentunya dengan inisiatif UMKM sendiri dan sinergi dengan institusi terkait, khususnya perbankan (Anonim 1, 2014; Anonim 2; 2014).

Walaupun sebagian besar UMKM mengandalkan kemampuan sendiri untuk modal awal dan belanja modal kerja awal, beberapa UMKM telah mendapatkan kredit seperti dalam bentuk KUR (Kredit Usaha Rakyat). Dalam menjalankan bisnisnya, UMKM bisa mengalami keberlangsungan dan keberlanjutan yang berbeda, baik yang memiliki modal sendiri maupun mendapatkan kredit. Dukungan kredit yang diperoleh tidak menjamin usaha yang dijalankan berjalan lancar. Beberapa UMKM yang mendapatkan kredit tetap mengalami kendala dalam usahanya sehingga harus berhenti beroperasi. Kasus-kasus keterlambatan atau ketidakmampuan UMKM dalam mengembalikan kredit juga tidak jarang terjadi. UMKM yang berjalan dengan modal sendiri juga dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan UMKM yang mendapatkan kredit. Dinamika

penyaluran atau kucuran kredit terhadap UMKM dan pengaruhnya terhadap pengembangan daya saing UMKM tersebutlah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penyaluran kredit harus diprioritaskan pada UMKM yang berpotensi berkembang baik serta menyokong perekonomian daerah Jawa Timur dan nasional, khususnya dalam menyongsong AEC.

1.2 Tujuan Penelitiana. Mengetahui profil tingkat kesiapan

UMKM potensial dalam menghadapi era AEC

b. Mengetahui model manajemen UMKM yang telah menerima kucuran kredit dalam meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC

c. Mengetahui tingkat pembinaan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM

2. Metode Penelitian2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Desember 2014, di lima lokasi penelitian yaitu Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto.

2.2 Prosedur Penelitian2.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan pada penlitian ini teridiri dari variabel eksogen (X) dan variabel endogen (Y). Variabel eksogen (X) dalam penelitian ini terdiri dari kucuran kredit, pemasaran,

Page 3: Jurnal Kucuran Kredit.docx

produktivitas tenaga kerja, teknologi, dan sistem pengembangan produk. Variabel endogen (Y) dalam penelitian ini adalah manajemen usaha dan kinerja UMKM. Indikator dari variabel kucuran kredit (X1) yaitu kemudahan (X11), besarnya kredit (X12), lama pemberian (X13), dan besar bunga (X14). Indikator dari variabel pemasaran (X2) yaitu kualitas produk (X21), luas pasar (X22), promosi (X23), dan harga (X24). Indikator dari variabel produktivitas tenaga kerja (X3) yaitu omset penjualan (X31) dan ketepatan waktu (X32). Indikator dari variabel teknologi (X4) yaitu aplikasi teknologi (X41) dan dukungan manejemen puncak (X42). Indikator dari variabel sistem pengembangan produk (X5) yaitu perluasan lini produk (X51), inovasi produk (X52), perbaikan produk (X53), dan inovasi teknis (X54). Indikator dari variabel manejemen produksi (Y1) yaitu perencanaan (Y11), pengorganisasian (Y12), pelaksanaan (Y13), dan pengendalian (Y14). Indikator dari variabel kinerja UMKM (Y2) yaitu kapasitas (Y21), laba (Y22), tenaga kerja (Y23), dan luas pasar (Y24).

2.2.2 Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari dua jenis yakni kuesioner pendahuluan dan kuesioner penelitian. Kuesioner pertama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk pemetaan profil potensi dan daya saing UMKM. Kuesioner kedua adalah kuesioner PLS untuk mengamati pengaruh kucuran kredit dan model manajemen UMKM. Pengukuran variabel dan indikator yang

digunakan dalam penelitian ini dirancang dalam bentuk skala likert.

2.2.4 Pengolahan dan Analisi DataData yang telah diperoleh kemudian

dianalisis menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). Partial Least Square (PLS) digunakan untuk menguji model dengan hubungan-hubungan yang dikembangkan. Pengujian model struktural dalam PLS dilakukan dengan bantuan software SmartPLS ver 2 for windows.

2.2.5 Hipotesis PenelitianPengujian hipotesis dilakukan

dengan metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistic t atau uji t. untuk menguji hipotesis, nilai tstatistik yang dihasilkan dari output PLS dibandingkan dengan nilai ttabel. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : ϒi = 0 lawanH1 : ϒi ≠ 0

1) Hipotesis variabel kucuran kredit terhadap manajemen usaha

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara kucuran kredit terhadap manajemen usaha

H1 : Terdapat pengaruh antara kucuran kredit kredit terhadap manajemen usaha

2) Hipotesis variabel pemasaran terhadap kinerja UMKM

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara pemasaran terhadap kredit terhadap manajemen usaha

H1 : Terdapat pengaruh antara pemasaran terhadap kredit terhadap manajemen usaha

Page 4: Jurnal Kucuran Kredit.docx

3) Hipotesis variabel produktivitas tenaga kerja terhadap manajemen usaha

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara produktivitas tenaga kerja terhadap manajemen usaha

H1 : Terdapat pengaruh antara produktivitas tenaga kerja terhadap manajemen usaha

4) Hipotesis variabel teknologi terhadap manajemen usaha

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara teknolgogi terhadap manajemen usaha

H1 : Terdapat pengaruh antara teknologi terhadap manajemen usaha

5) Hipotesis variabel sistem pengembangan produk terhadap manajemen usaha

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara sistem pengembangan produk terhadap manajemen usaha

H1 : Terdapat pengaruh antara sistem pengembangan produk terhadap manajemen usaha

6) Hipotesis variabel manajemen usaha terhadap kinerja UMKM

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara manajemen usaha terhadap kinerja UMKM

H1 : Terdapat pengaruh antara manajemen usaha terhadap kinerja UMKM

3. Hasil dan Pembahasan3.1 Kondisi Umum UMKM3.1.1 Kabupaten Probolinggo

Secara keseluruhan jumlah UMKM sebanyak 8005 yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Probolinggo, jumlah UMKM ditargetkan akan terus bertambah sekitar 10% atau 100 UMKM baru yang akan menjadi binaaan Dinas Koperasi UMKM

Kabupaten Probolinggo. Pada setiap UMKM memiliki rata-rata tenaga kerja sebanyak 5 sampai dengan 18 orang. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing UMKM berbeda-beda berdasarkan jenis dan usaha dan produk yang dihasilkan UMKM tersebut. Produk yang dihasilakan oleh UMKM di Kabupaten Probolinggo sangat bermacam-macam. Mulai dari makanan dan minuman, kerajinan dan manufaktur. Pemasaran produk UMKM kabupaten Probolinggo sebagian besar dilakukan secara offline.

Kabupaten Probolinggo memiliki beberapa UMKM utama yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam menghadapi MEA sebagai berikut :1) UD Tepung Ikan

UMKM yang memproduksi ikan asap kering ini telah mapan berdiri dan menjalankan usaha selama 24 tahun, dengan pendapatan mencapai Rp 200.000.000,00 tiap bulannya. Selain itu, kepercayaan pemberian kredit dari bank karena telah mapannya UD Tepung Ikan akan mendukung finansial ketika berhadapan dengan MEA.

2) UD Abdul RofikUD Abdul Rofik yang memproduksi mebel telah mapan berdiri yang menjalankan usaha selama 28 tahun, dengan pendapatan bulanan mencapai Rp 75.000.000,00. Produk mebel juga seringkali mendapat minat tinggi dari pasar luar negeri, dikarenakan produk mebel Indonesia yang unik. Hal ini dapat menjadi peluang bagi UD Abdul Rofik dalam menghadapi MEA.

3.1.2 Kabupaten PasuruanData Dinas Koperasi dan UMKM

Kabupaten Pasuruan menunjukkan terdapat berbagai macam jenis usaha kecil

Page 5: Jurnal Kucuran Kredit.docx

dan menengah yang berkembang di Kabupaten Pasuruan. Data Dinas Koperasai dan UMKM Kab. Pasuruan mencatat terdapat 64 usaha kecil maupun menegah yang tersebar dibeberapa kecamatan sebagai penerima dana hibah pada tahun 2014. Kondisi UMKM di kab pasuruan yang telah dikunjungi, secara umum hampir sama baik dari sisi tenaga kerja, kondisi proses produksi, kondisi pendanaan maupun kondisi pemasarannya. UMKM berbentuk usaha perorangan, kelompok usaha serta KUB. Jumlah tenaga kerja rata-rata di tiap UMKM berkisar antara 2-10 orang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kondisi pemasaran UMKM yang dikunjungi juga hampir sama. Umumnya pemasaran hanya dilakukan secara offline dengan menjual produk secara langsung dan menjual produk melalui retail, namun ada juga sebagian usaha yang menjual produknya kepada reseller dan pemasaran secara online.

Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa UMKM utama yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam menghadapi MEA sebagai berikut :1) UD Jaya

UMKM yang bergerak di produksi gabah beras ini memiliki omset yang mencapai tujuh miliar rupiah pada tahun 2013. Selain omset yang besar yang berarti kuat finansial, produk beras memiliki peluang besar dalam pasar MEA. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara eksportir beras di regional ASEAN.

2) CV Vita LestariCV Vita Lestari yang bergerak di produksi mebelair memiliki omset yang mencapai empat miliar rupiah pada

tahun 2013. Produk mebel juga seringkali mendapat minat tinggi dari pasar luar negeri, dikarenakan produk mebel Indonesia yang unik. Hal ini dapat menjadi peluang bagi UD Abdul Rofik dalam menghadapi MEA.

3.1.3 Kabupaten MojokertoPada kabupaten Mojokerto

terdapat ± 100.000 UKM baik agroindustry maupun non agroindstri. Dari UKM tersebut dibagi lagi menjadi jasa dan pengolahan. UKM yang ada di kabupaten mojokerto di bidang agroindustry diantaranya UKM krupuk ikan tengiri, krupuk rambak, kripik kedelai, kripik usus, sepatu, kripik singkong, emping singkong dan lain-lain. Kondisi UMKM di kab mojokerto yang telah dikunjungi, secara umum hampir sama baik dari sisi tenaga kerja, kondisi proses produksi, kondisi pendanaan maupun kondisi pemasarannya. Jumlah tenaga kerja rata-rata di tiap UMKM awal berdiri berkisar antara 2-20 orang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kemudian setelah mendapatkan bantuan modal jumlah tenaga kerja berkembang menjadi 5-90 orang dengan pendidikan rendah. Penentuan produksi UKM ada yang berdasarkan pesanan, ada yang dari perkiraan sendiri dan ada yang dari pesanan dan perkiraan sendiri.

Kabupaten Mojokerto memiliki beberapa UMKM utama yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam menghadapi MEA sebagai berikut :

1) UKM Afi JayaUKM Afi Jaya yang memproduksi krecek rambak telah berdiri 20 tahun dan sudah dapat menembus pasar

Page 6: Jurnal Kucuran Kredit.docx

ekspor, diantara ke Malaysia dan Arab Saudi. Omset bulanan UKM Afi Jaya mencapai Rp 500.000.000,00. Kemampuan menembus pasar ekspor tentu menjadikan UKM Afi Jaya memiliki potensi dan daya saing yang kuat dalam menghadapi MEA di lingkung ASEAN. Selain itu produk makanan krecek rambak UKM Afi Jaya juga tergolong unik, yang menjadikannya berpeluang mendapatkan target pasar tersendiri.

2) UD Kulama JayaProduksi di bidang kulit sapi UD Kulama Jaya bisa mencapai omset satu miliar rupiah per bulannya, yang secara umum menunjukkan kekuatan finansial dalam usaha. UD Kulama Jaya juga telah menjalankan usahanya selama 24 tahun. Produk kulit sapi yang dapat diolah menjadi produk olahan lanjutan dalam berbagai jenis, menjadikan UD Kulama Jaya memiliki peluang pasar tinggi dalam MEA.

3.1.4 Kabupaten SidoarjoKabupaten Sidoarjo merupakan

salah satu daerah yang memiliki potensi perkembangan industri yang menunjukkan perkembangan baik Kebijakan pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk menerapkan program “one village, one product” dapat dikatakan berhasil. Hal tersebut terbukti dengan adanya 82 sentra industri yang tersebar di masing-masing kecamatan dimana dalam satu kecamatan memiliki minimal 1 atau lebih produk unggulan. UMKM yang dikunjungi beberapa telah berbadan hukum seperti UD meskipun masih usaha mikro dan kecil. Disamping itu juga terdapat usaha yang tergolong usaha menengah dan telah lama berdiri

namun belum berbadan hukum. Jumlah tenaga kerja yang terdapat di UMKM Kabupaten Sidoarjo bervariasi, paling sedikit sebanyak 2 orang dan paling banyak 50 orang. Pemasan yang dilakukan oleh sebagian besar UMKM di Kabupaten Sidoarjo adalah offline yaitu dengan menjual produk secara langsung ke konsumen dan menjual produk melalui reseller. Hanya beberapa UMKM yang mulai mencoba untuk melakukan pemasaran online, namun belum optimal penggunaannya.

Kabupaten Sidoarjo memiliki beberapa UMKM utama yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam menghadapi MEA sebagai berikut :1) UD Dimas

UD Dimas merupakan salah satu UMKM yang memproduksi tas dan dompet wanita di Kecamatan Tanggulangin. Lama jalannya usaha selama 19 tahun, kapasitas produksi besar (6.000 tas per bulan), dan jumlah tenaga kerja banyak (50 orang) menjadi modal kuat UD Dimas untuk menghadapi pasar MEA. Didukung inovasi produk dan penguatan pasar, UD Dimas dan UMKM kerajinan tas dan dompet di Kecamatan Tanggulangin memiliki potensi daya saing kuat di pasar MEA.

2) Batik NamiroBatik Namiro merupakan UMKM batik tulis yang telah berdiri selama 61 tahun. Citra produk batik tulis yang baik dan eksklusif, serta produk batik Indonesia yang dikenal luas oleh mancanegara, menjadi modal kuat bagi Batik Namiro untuk bersaing di pasar MEA.

Page 7: Jurnal Kucuran Kredit.docx

3.1.5 Kabupaten NganjukAdanya usaha kecil menengah

sangat membantu dalam mengurangi jumlah penggangguran yang ada di Kabupaten Nganjuk. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing UMKM berbeda-beda berdasarkan jenis dan usaha serta produk yang dihasilkan UMKM masing-masing. Pada setiap UMKM memiliki rata-rata tenaga kerja sebanyak 3 sampai dengan 20 orang. Pemasaran merupakan masalah utama yang dihadapi oleh semua UMKM untuk memberikan informasi mengenai produk akhir yang berkaitan dengan kepuasan kebutuhan masyarakat. Sebagian UMKM di Kabupaten Nganjuk dalam sistem pemasaran hanya dilakukan secara offline dengan menjual produk secara langsung dan menjual produk melalui retail, namun ada juga sebagian usaha yang menjual produknya kepada reseller. Wilayah pemasaran terbanyak masih di daerah Nganjuk dan sekitarnya, distribusi yang paling jauh sudah sampai ke Malaysia.

Kabupaten Nganjuk memiliki beberapa UMKM utama yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam menghadapi MEA sebagai berikut :1) Penyulingan minyak cengkeh

UMKM yang dipimpin oleh Bapak Djiman dan berlokasi di Kecamatan Sawahan ini baru delapan tahun berdiri, namun sudah dapat meraup omset hingga Rp 90.000.000,00 tiap bulannya. Minyak cengkeh merupakan produk yang memiliki tren pasar bagus beberapa tahun terakhir, dikarenakan unsur inovatif dan kegunaannya yang tinggi. Pasar MEA dapat menjadi peluang besar bagi UMKM ini, dengan inovasi produk minyak cengkeh.

2) CV Sumber TaniUMKM CV Sumber Tani yang bergerak di bidang pupuk seperti urea dan ZA ini telah berjalan sembilan tahun, dengan omset mencapai Rp 84.000.000,00 per bulannya. Produk pupuk merupakan salah satu produk yang selalu dicari dalam pasar pengolahan pertanian atau perkebunan. Hal tersebut menjadikan CV Sumber Tani dengan produk pupuknya memiliki peluang bagus dalam pasar MEA, dengan melihat potensi ekspor di regional ASEAN.

3.2 Analisis Model Manajemen UMKM3.2.1 Analaisa Model PLS3.2.1.1 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen dilakukan dengan uji validitas dan reabilitas. %. Uji validitas instrumen ini menggunakan analisa korelasi dengan program SPSS version 17.0 for Windows, dimana nilai koefisien korelasi rhitung > rtabel dinyatakan valid. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui bahwa seluruh ítem indicator valid, yang berarti bahwa kuisoner dapat mengukur permaslahan dalam penelitian dengan baik. Untuk mengetahui apakah didalam pengujian instrumen reliabilitas atau tidak, maka menggunakan metode Cronbach Alpha yang mana diukur berdasarkan skala Alpha yang berkisar antara 0-1. Dimana semakin mendekati 1 mengindikasikan semakin tinggi reliabilitasnya. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh >0,60 (Ghozali, 2002). Berdasarkan hasil uji dapat diketahui bahwa terdapat dua variable yang tidak reliable. Hal ini berarti bahwa konsistensi dari variable tersebut sangat

Page 8: Jurnal Kucuran Kredit.docx

rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk penelitian yang berbeda.

3.2.2.2 Pemodelan Partial Least Square (PLS)

Konstruksi dari diagram jalur pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Konstruksi Diagram Jalur Hasil Permodelan PLS

Dari hasil analisa permodelan PLS pada penelitian ini terdapat indikator yang tidak memenuhi rule of thumb dari convergent validity yang dimana memiliki nilai loading factor dibawah 0,5 sehingga

dilakukan modifikasi model terhadap indikator tersebut. Diagram jalur hasil dari modifikasi model analisa PLS dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 9: Jurnal Kucuran Kredit.docx

Gambar 4. Konstruksi Diagram Jalur Hasil Permodelan PLS Setelah Dimodifikasi

3.2.3 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit3.2.3.1 Hasil Evaluasi Goodness of Fit Outer Model1. Convergent Validity

Convergent validity merupakan keandalan yang mempersoalkan kemampuan instrument mengukur variabel-variabel yang berkorelasi kuat dengan variabel yang seharusnya diukur. Nilai dari outer loading dikatakan tinggi apabila memiliki nilai >0,7 namun nilai 0,5 sampai 0,6 sudah dianggap cukup (Wiyono, 2011). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini nilai outer loading pada indikator-indikator pada model pengukuran telah memenuhi convergent validity.

2. Discriminant ValidityMenurut Wiyono (2011),

discriminant validity ditunjukkan oleh nilai cross loading dengan variabel latennya harus lebih besar dibandingkan

dengan korelasi terhadap variabel laten yang lain. Hasil uji menunjukkan bahwa discriminant validity terpenuhi karena nilai cross loading indikator terhadap konstruknya lebih besar daripada nilai cross loading indikator terhadap konstruk atau variabel laten lainnya.

3. Composite ReliabilityComposite reliability merupakan uji

reliabilitas dalam PLS dimana menunjukkan akurasi, konsistensi dari ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Jogiyanto, 2009). Hasil menunjukkan seluruh variabel memiliki nilai lebih dari 0,7. Variabel tersebut meliputi variabel internal, eksternal dan keputusan pembelian. Seluruh variabel laten memiliki akurasi dan konsistensi yang baik. Composite reliability yang baik apabila memiliki nilai lebih dari 0,7 (Wiyono, 2011).

Page 10: Jurnal Kucuran Kredit.docx

3.2.3.2 Evaluasi Goodness Of Fit Model Struktural (Inner Model)

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui kekuatan pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen dalam model. Hasil dari evaluasi goodness of fit inner model atau nilai R-Square dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai R-SquareVariabel   R Square

X1  0

X2 0

X3  0

X4  0

X5  0

Y1 0.326638

Y2 0.093033

Berdasarkan kedua nilai R-square tersebut dapat ditentukan nilai Q2

predictive relevan sebagai berikut:Q2 = 1 – (1 - 0,327) (1 - 0,093) =

0,234Hasil dari perhitungan tersebut diperoleh Q-square (Q2) adalah 0,234, sehingga dapat dikatakan nilai Q2 telah memenuhi syarat. Menurut Ghozali (2008), suatu konstruk memiliki relevansi prediksi yang baik apabila memiliki nilai Q2 > 0, sebaliknya model tidak memiliki prediktif relevan jika nilai Q2 ≤ 0.

3.2.4 Pengujian HipotesisKriteria pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai thitung < ttabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima

b. Jika nilai thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak

1. Variabel kucuran kredit (X1), produktivitas tenaga kerja (X3), sistem pengembangan produk (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen usaha (Y1). Hal ini dikarenakan nilai tstatistic < ttable (1,66), sehingga hipotesis ditolak.

2. Variabel kucuran kredit (X1), produktivitas tenaga kerja (X3), sistem pengembangan produk (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM (Y2). Hal ini dikarenakan nilai tstatistic < ttable (1,66), sehingga hipotesis ditolak.

3. Variabel pemasaran (X3) berpengaruh signifikan terhadap manajemen usaha (Y1) dan kinerja UMKM (Y2). Hal ini dikarenakan nilai tstatistic > ttable (1,66), sehingga hipotesis diterima.

4. Variabel teknologi (X4) berpengaruh signifikan terhadap manajemen usaha (Y1) dan kinerja UMKM (Y2). Hal ini dikarenakan nilai tstatistic > ttable (1,66), sehingga hipotesis diterima.

3.3 Strategi Pengembangan Usaha Menghadapi MEA

Alternatif strategi pengembangan didapatkan melalui Matriks SWOT dengan menformulasikan strategi berdasarkan penggabungan antara faktor internal dan eksternal. Matriks SWOT bertujuan untuk memberikan alternatif strategi utama diantaranya strategi S-O (Strength-Opportunity), W-O (Weakness-Opprtunity), S-T (Strenght-Threat), W-T (Weakness-Threat). Berdasarkan matrik SWOT telah didapatkan beberapa alternatif strategi untuk pengembangan UMKM yang dapat dilihat pada Tabel 6

.

Page 11: Jurnal Kucuran Kredit.docx

Tabel 6. Matriks SWOT

Internal

Eksternal

STRENGTHS (S)1. Varian produk yang diolah2. Kualitas produk3. Penetapan harga sesuai

pasar4. Standardisasi pangan5. Inovasi produk6. Jenis produk tergolang baru

di pasar

WEAKNESSES (W)1. Stok produk tidak dapat

memenuhi pasar2. Bahan baku yang musiman3. Kurangnya media iklan4. Kemasan yang sama persis

dengan produk sejenis5. Belum ada sertifikasi halal6. Kurangnya tenaga kerja

terampil7. Permodalan yang kurang kuat

OPPORTUNITIES (O)1. Bahan baku yang

melimpah2. Peningkatan

pendapatan dan daya beli masyaakat

3. Perubahan gaya hidup masyarakat

4. Peluang untuk ekspor produk terbuka

STRATEGI S-O1. Menjaga dan

mempertahankan kualitas produk

2. Melakukan inovasi pada varian produk yang diolah

3. Melebarkan pasar ke wilayah lain dan ekspor

STRATEGI W-O1. Menetapkan kuota persediaan

tertinggi 2. Membuat kemasan yang unik3. Meningkatkan kualitas

sumber daya manusia4. Memperkuat akses, kerja

sama, dan advokasi ke dinas pemerintah atau pihak terkait lain untuk perolehan permodalan.

THREATS (T)1. Fluktuasi harga bahan

baku, listrik, dan dollar2. Keadaan alam yang

tidak dapat diprediksi3. Pesaing sejenis4. Pendatang baru

STRATEGI S-T1. Mengoptimalkan bahan

baku serta minimasi biaya produksi

2. Melakukan kerjasama dengan produsen/ pemasok penghasil buah

3. Bekerjasama dengan institusi perusahaan/ universitas

STRATEGI W-T1. Meningkatkan promosi

melaui event-event dengan menonjolkan ciri khas produk

2. Mengurus sertifikasi halal

3.4 Analisis Peran PemerintahDari analisis situasi, analisis

responden penelitian, analisis model manajemen, dan analisis strategi pengembangan, beberapa peran pemerintah yang dapat dilakukan dalam mengembangkan UMKM di lima kabupaten untuk menghadapi MEA adalah:1. Perlindungan UMKM dari produk

asing

Diberlakukannya MEA pada dasarnya akan memudahkan pelaku UKM untuk melakukan aktivitas ekspor maupun impor barang ke sembilan negara ASEAN lainnya (Kaban, 2014). Namun sebaliknya, MEA berpotensi besar menyebabkan pasar produk agroindustri nasional dibanjiri produk asing dari luar negeri. Perlindungan dilakukan dengan melakukan hal-hal seperti :

Page 12: Jurnal Kucuran Kredit.docx

a. Pemberlakuan bea masuk atau kuota produk impor

b. Pemberlakuan standar kualitas produk lokal/UMKM yang dapat bersaing dengan produk luar negeri

c. Pembebasan atau meminimalkan bea ekspor produk lokal

d. Pemberlakuan Harga Eceran Terendah untuk produk lokal/UMKM

2. PermodalanBeberapa tahun terakhir pemerintah sudah menjalankan program-program pemberian modal bagi UMKM, dan cukup efektif dalam meningkatkan daya saing UMKM. Sebagai contoh adalah Bank Rayat Indonesia (BRI) yang mengambil segmen utama (core business) pada UMKM, dengan fungsi utama menyalurkan kredit program pemerintah implementasi kebijakan ekonomi makro pemerintah di bidang perkreditan (Hadinoto dan Retnadi, 2007). Walaupun pemerintah sudah menjalankan program-program bantuan modal, namun masukan-masukan perbaikan tetap ada dari penerima bantuan. ). Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan adalah :a. Jumlah bantuan bagi UMKM yang

lebih besar dengan mempertimbangkan kondisi UMKM

b. Kemudahan syarat mendapatkan bantuan dengan tetap memperhatikan aspek kemandirian UMKM

c. Memberlakukan jangka waktu pengembalian dan bunga pembelian yang memperhatikan kemampuan UMKM

3. Sarana dan PrasaranaSalah satu masalah utama yang menghambat perkembangan UMKM adalah sarana dan prasarana. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah memperhatikan beberapa hal berikut :a. Perbaikan akses transportasi darat,

laut, dan udara dengan biaya yang dapat dijangkau oleh pelaku UMKM

b. Memastikan dana pengembangan sarana dan prasarana UMKM tepat sasaran

c. Mengembangkan teknologi tepat guna, bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi, untuk pengembangan UMKM

d. Melakukan pengembangan sarana dan prasarana secara berkelanjutan dan berkesinambungan

4. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini yaitu:1. Secara umum, UMKM di 5 kabupaten

sudah memiliki produk yang dikembangkan untuk siap berkompetisi di pasar Asean. Namun dukungan untuk meningkatkan kualitas melalui fasilitasi kucuran kredit, teknologi dan pengembangan pasar masih tetap dibutuhkan. Beberapa UMKM unggulan yang berpotensi daya saing dalam menghadapi MEA adalah :a. Kabupaten Probolinggo : UD

Tepung Ikan (ikan asap) dan UD Abdul Rofik (mebelair)

b. Kabupaten Pasuruan : UD Jaya (gabah beras) dan CV Vita Lestari (mebelair)

c. Kabupaten Mojokerto : UKM Afi Jaya (krecek rambak) dan UD Kulama Jaya (kulit sapi)

Page 13: Jurnal Kucuran Kredit.docx

d. Kabupaten Sidoarjo : UD Dimas (tas dan dompet wanita) dan Batik Namiro (batik tulis)

e. Kabupaten Nganjuk : CV Sumber Tani (pupuk pertanian) dan UMKM penyulingan minyak cengkeh

2. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen usaha dan kinerja UMKM yaitu faktor pemasaran dan teknologi.

3. Strategi yang dapat diterapkan oleh UMKM dalam menghadapi MEA yaitu:a. Menjaga dan mempertahankan

kualitas produk b. Melakukan inovasi pada varian

produk yang diolah c. Melebarkan pasar ke wilayah lain

dan ekspor d. Menetapkan kuota persediaan

tertinggi e. Membuat kemasan yang unikf. Meningkatkan kualitas sumber daya

manusiag. Memperkuat akses, kerja sama, dan

advokasi ke dinas pemerintah atau pihak terkait lain untuk perolehan permodalan.

h. Mengoptimalkan bahan baku serta minimasi biaya produksi

i. Melakukan kerjasama dengan produsen/ pemasok penghasil buah

j. Bekerjasama dengan institusi perusahaan/ universitas

k. Meningkatkan promosi melaui event-event dengan menonjolkan ciri khas produk

l. Mengurus sertifikasi halal4. Peran pemerintah yang dapat dilakukan

dalam mengembangkan UMKM di lima kabupaten untuk menghadapi

MEA antara lain perlindungan UMKM dari produk asing, memberikan bantuan permodalan dan sarana prasarana.

DAFTAR PUSTAKAAnonim 1. 2014. Perkembangan Data

Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB). www.depkop.go.id. Diakses 29 Agustus 2014.

Anonim 2. 2014. Perkembangan Baki Debet Kredit Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah (UMKM) Perbankan. www.bi.go.id. Diakses 1 September 2014.

Sanusi, S. R. 2005. Beberapa Uji Validitas Dan Reliabilitas Pada Instrumen Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square Edisi 3. UNDIP. Semarang

Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 dan SmartPLS 2.0. UPPSTIM YKPN. Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M dan Willy, A. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk Penelitian Empiris. BPFE Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Yogyakarta

Kaban, J. 2014. Meningkatkan Daya Saing UKM Jelang Pasar Bebas 2015 (5 Maret 2014). http://bisnisukm.com. Diakses 12 Desember 2014.

Hadinoto, S. dan Retnadi, D. 2007. Micro Credit Challenge. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.