Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU -...

71
DAFTAR ISI Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga, Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani ............................... 71 Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa Kering Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Yogyakarta, Fita Supriyanik dan Sri Handayani ..................................................................................... 81 “Pengalaman Perubahan Kesadaran Pada MARQI”, Sarka A.S. dan Maryana ..................... 90 Hubungan Tingkat Pengetahuan, Dan Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Madegondo, Kabupaten Sukoharjo, Iis Lestari ................................ 105 Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan Kompres Daun Kembang Sepatu Pada Anak Demam Di Ruang Cempaka RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Ike Rahayuningsih, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani ....................................................................................................... 115 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dan Perilaku Ibu Dalam Mendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Posyandu Cempaka I Dusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul 2011, Fitria Melina ...................................................................... 121 Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum Di Yogyakarta, Ida Nursanti ................................................................................................ 130 Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV Persalinan Di Klinik Bps Ny. Endang Purwati - Mergangsan - Yogyakarta, Ni Made Maria Sari dan Sri Handayani ............................................................................................................. 135 Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU SAMODRA ILMU Volume 03, Nomor 02, Juli 2012

Transcript of Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU -...

Page 1: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

DAFTAR ISI

Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat KecemasanSebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr. R. GoethengTarunadibrata Purbalingga, Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani ............................... 71

Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa KeringTerhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Yogyakarta,Fita Supriyanik dan Sri Handayani ..................................................................................... 81

“Pengalaman Perubahan Kesadaran Pada MARQI”, Sarka A.S. dan Maryana ..................... 90

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Dan Lingkungan Dengan Kejadian Demam BerdarahDengue (DBD) Di Desa Madegondo, Kabupaten Sukoharjo, Iis Lestari ................................ 105

Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan KompresDaun Kembang Sepatu Pada Anak Demam Di Ruang Cempaka RSUD Dr. R. GoetengTaroenadibrata Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Ike Rahayuningsih, Sodikin,dan Mustiah Yulistiani ....................................................................................................... 115

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dan Perilaku Ibu DalamMendapatkan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Posyandu Cempaka I Dusun 08 JantenNgestiharjo Kasihan Bantul 2011, Fitria Melina ...................................................................... 121

Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus NeonatorumDi Yogyakarta, Ida Nursanti ................................................................................................ 130

Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Jumlah Perdarahan Kala IV PersalinanDi Klinik Bps Ny. Endang Purwati - Mergangsan - Yogyakarta, Ni Made Maria Saridan Sri Handayani ............................................................................................................. 135

Jurnal Kesehatan

SAMODRA ILMUSAMODRA ILMUVolume 03, Nomor 02, Juli 2012

Page 2: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

72 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Page 3: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

73

PENDAHULUAN

Anak adalah karunia Allah SWT yang palingberharga di dunia ini. Kita akan merasa bahagiajika dikaruniai anak yang sehat dan lucu.Kehidupan masa kanak-kanak sangat berkesandan merupakan dasar kehidupan yang selan-jutnya. Anak adalah individu yang unik dan

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI DANORIGAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SEBAGAI

EFEK HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DIRSUD dr. R. GOETHENG TARUNADIBRATA

PURBALINGGA

Suryanti1, Sodikin2, Mustiah Yulistiani3

ABSTRACT

Background: The impact of hospitalization one of which is anxiety. It can also occur in preschoolchildren who were hospitalized, so it can disturb the process of care and treatment given.One way to reduce the anxiety that is with play therapy.

Objective: To determine the level of anxiety due to hospitalization that occurs in preschoolersand the effect of play therapy to decrease levels of anxiety due to hospitalization.

Methods: This study used an experimental design with one group pre test-post test design.Sampling technique using non probality sampling technique by quota sampling. The sample inthis study amounted to 30 preschoolers of boys and girls. Play therapy is used that is coloringan origami.

Results: The results of bivariate analysis indicate that there is a difference between the levelof anxiety experienced by children before and after play therapy with a significant p = 0.0001at á = 0.05. Levels of anxiety prior to play therapy showed score of 21.13, including the levelof moderate anxiety, while the level of anxiety after the play therapy showed score of 14.00,including the level of mild anxiety.

Conclusion: There are significant differences in anxiety levels before and after play therapy.Play therapy can reduce anxiety levels pre-school age children, from moderate anxiety tomild anxiety.

Keywords: Playing, Coloring, Origami, Preschool Age, Hospitalization, Anxiety

bukan orang dewasa mini. Anak bukan hartaataupun kekayaan orang tua yang dapat dinilaisecara sosial ekonomi. Anak sebagai generasimasa depan suatu bangsa mereka berhakmendapatkan pelayanan kesehatan yang me-madai secara individual. Anak adalah individuyang masih memiliki ketergantungan pada

1 Perawat RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga

2 Staf Akademik Bagian Keperawatan Anak FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

3 Staf Akademik FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Page 4: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

74 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

orang dewasa dan lingkungan sekitarnya. Anakmemerluhkan lingkungan yang dapat mem-fasilitasi dalam pememenuhan kebutuhandasar serta belajar mandiri.1

Anak akan mulai belajar hidup mandirisemenjak usia prasekolah. Pada usia pra-sekolah, anak belajar mengembangkan kemam-puan dalam menyusun bahasa, berinteraksidengan orang lain sebagai kehidupan sosialanak. Anak prasekolah adalah anak dengan usia3-6 tahun.2

Saat anak yang mengalami sakit dan men-jalani perawatan di rumah sakit, mereka akanterpaksa berpisah dari lingkungan yang dirasa-kannya aman, penuh kasih sayang, dan me-nyenangkan, yaitu rumah, permainan, danteman sepermainannya. Proses ini dikatakansebagai proses hospitalisasi. Hospitalisasimerupakan suatu proses, dimana karena suatualasan tertentu baik darurat atau berencanamengharuskan anak tinggal di rumah sakitmenjalani terapi dan perawatan sampai pe-mulangan kembali ke rumah.1a

Proses hospitalisasi pada anak usia pra-sekolah akan berdampak sangat serius.Perawatan di rumah sakit juga membuat anakkehilangan kontrol terhadap dirinya. Selamaproses hospitalisasi anak dan orang tua dapatmengalami beberapa pengalaman yang sangattraumatik dan penuh dengan kecemasan, halini akan berdampak negatif bagi anak.

Dampak negatif dari efek hospitalisasisangat berpengaruh terhadap upaya perawatandan pengobatan yang sedang dijalani padaanak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akanberbeda antara satu dengan lainnya. Anak yangpernah mengalami perawatan di rumah sakittentu akan menunjukkan rekasi berbeda biladibandingkan dengan anak yang baru pernah.Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telahmemiliki pengalaman akan kegiatan yang adadi rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampakterhadap tingkat kecemasan yang dialami.Sedangkan anak yang baru pernah dirawatmungkin mengalami kecemasan yang lebih

tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukansuatu tindakan yang dapat menurunkan tingkatkecemasan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untukmenurunkan kecemasan adalah melalui ke-giatan terapi bermain. Bermain merupakansalah satu alat komunikasi yang natural bagianak-anak. Bermain merupakan dasar pen-didikan dan aplikasi terapeutik yang mem-butuhkan pengembangan pada pendidikananak usia dini.3 Bermain dapat dilakukan olehanak yang sehat maupun sakit. Walaupun anaksedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akanbermain tetap ada.

Salah satu fungsi bermain adalah sebagaiterapi dimana dengan melakukan permainananak akan terlepas dari ketegangan dan stressyang dialaminya. Melalui kegiatan bermain,anak dapat mengalihkan rasa sakitnya padapermainannya (distraksi) dan relaksasi melaluikesenangannya melakukan permainan.1b

Pemilihan jenis permainan harus disesuai-kan dengan usia anak. Usia prasekolah per-mainan yang cocok dilakukan antara lainmewarnai dan origami, dimana anak mulaimenyukai dan mengenal warna serta mengenalbentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Me-warnai memilki manfaat untuk kegiatanmenyenangkan sekaligus melatih saraf mo-torik, kreativitas, dan daya imajinasi anak.4

Fungsi warna dan bentuk yang berbeda dalambermain dapat memberikan stimulus perkem-bangan anak.

Origami adalah seni melipat kertas yangberasal dari Jepang. Origami sendiri berasal darioru yang artinya melipat, dan kami yang artinyakertas. Ketika dua kata itu bergabung menjadiorigami yang artinya melipat kertas.5 Origamibermanfaat untuk melatih motorik halus, sertamenumbuhkan motivasi, kreativitas, kete-rampilan serta ketekunan. Latihan origamidapat membantu anak-anak memahami ukuranyang relatif lebih lengkap dengan menggunakanstrategi yang lebih efektif untuk perbandinganukuran.6

Page 5: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 75

Sebuah penelitian menunjukkan ada pe-ngaruh signifikan antara terapi bermain ter-hadap stres hospitalisasi.7 Penelitian lainmenybutkan ada pengaruh bermakna sosiali-sasi anak selama berada di rumah sakit setelahdilakukan terapi bermain.8

Ruang Cempaka di Rumah Sakit UmumDaerah dr. R. Goetheng Taroenadibrata Pur-balingga merupakan bangsal perawatan pasienanak yang merawat anak umur 9 hari sampaidengan 14 tahun. Di ruang Cempaka belumditerapkan kegiatan yang dapat menurunkantingkat kecemasan yang terdapat pada pasien-pasien selama dirawat di rumah sakit. Pasien-pasien yang dirawat masih sesuai dengankeadaan mereka pada waktu masuk dan pulang.Pada pasien-pasien dengan tingkat kecemasanyang tinggi belum dilakukan tindakan yangdapat mengurangi kecemasan.

Berdasarkan data yang diperoleh selama 3bulan (Desember 2010, Januari 2011, danFebruari 2011) di ruang perawatan anak RumahSakit Umum Daerah dr. R. Goetheng Taroena-dibrata Purbalingga, jumlah pasien 395 anak.Rata-rata jumlah 132 pasien tiap bulannya.Pasien dengan usia prasekolah rata-rata tiapbulannya 30 anak. Selama 3 bulan terakhirjumlah pasien yang pulang atas permintaansendiri mencapai 39 pasien, dan 5,85% pasienpulang dengan alasan rewel. Artikel penelitianini akan melaporkan tentang pengaruh terapibermain mewarnai dan origami terhadaptingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasipada anak usia prasekolah.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini adalah pre eksperimen (preexperimental design). Rancangan digunakanuntuk melihat pengaruh variabel independenterhadap variabel dependen.9 Pada penelitianini, peneliti menggunakan rancangan one grouppre test-post test design. Rancangan ini di-lakukan dengan cara sebelum diberikan per-lakuan (treatment), variabel diobservasi ataudiukur terlebih dulu (pre-test) setelah itudilakukan perlakuan dan setelah treatment

dilakukan pengukuran atau observasi denganpost test.

Tehnik pengambilan sampel non probabilitysampling yaitu tehnik pengambilan sampeldengan tidak memberikan peluang yang samadari setiap anggota populasi atau samplingquota. Sampling quota merupakan cara pe-ngambilan sampel dengan menentukan ciri-ciritertentu sampai jumlah quota yang telahditentukan. Ciri tersebut adalah anak usiaprasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat diruang rawat anak RSUD dr. R. Goeteng T.Purbalingga

Metode pengumpulan data yang digunakanyaitu observasi atau pengamatan. Observasimerupakan cara melakukan pengumpulan datapenelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Populasi pada penelitianadalah: anak prasekolah (3-6 tahun) yangsedang dirawat di ruang rawat anak RSUD dr. R.Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.

Hasil penelitian ini akan diuji dengankomparasi (paired simple t test) yang memer-lukan data berdistribusi normal. Salah satusyarat data berdistribusi normal adalah jumlahminimal sampel 30. Penelitian ini meng-gunakan sampel 30 anak usia prasekolah yangdirawat di rumah sakit dr. R. Goeteng Taruna-dibrata Purbalingga.

Analisis hasil penelitian menggunakananalisis univariat dan bivariat. Analisis univariatbertujuan untuk melihat gambaran distribusifrekuensi. Sedangkan analisis bivariat di-gunakan untuk mengetahui adanya perbedaantingkat kecemasan sebelum dilakukan terapibermain dan sesudah dilakukan terapi bermaindengan menggunakan uji statistic pre eks-perimen jenis one group pre test post test.

Uji kemaknaan menggunakan tingkat ke-percayaan (tingkat kemaknaan) 95%, di manap-value (tingkat kepercayaan) = 0,05. Dasarpengambilan keputusan pada uji T (paired tsampel test) adalah bila diperoleh nilai p value< á = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)yang artinya terdapat hubungan antara variabel

Page 6: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

76 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila pvalue > α = 0,05 maka Ho diterima (Ha ditolak)yang berarti tidak ada hubungan antara variabelbebas dan variabel terikat.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dr.R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011dengan sampel berjumlah 30 responden.

1. Analisis univariabel

Analisis univariat penelitian ini dapatdilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristikresponden di Rumah Sakit dr. R. GoethengTaroenadibrata Purbalingga

Berdasarkan tabel di atas menunjukkanbahwa responden terbanyak pada kelom-pok usia 3 tahun yaitu sebanyak 11 anak(36,7%), kemudian usia 4 tahun sebanyak 8anak (26,7%), lalu usia 6 tahun sebanyak 6anak (20,0%), dan sisanya responden berusia5 tahun sebanyak 5 anak (16,7%). Untukfrekuensi jenis kelamin laki-laki sebanyak16 anak (53,3%), dan perempuan sebanyak14 anak (46,7%).

Frekuensi urutan/posisi anak dalamkeluarga terbanyak yaitu anak pertamasebanyak 17 anak (56,7%), kemudian anakkedua sebanyak 11 anak (36,7%), sisanyaanak ketiga dan kelima masing-masing 1anak (3,3%). Pada frekuensi orang tuabekerja terdapat 19 anak (63,3%) dan 11 anakdengan orang tua tidak bekerja (36,7%).Untuk jenis terapi bermain mewarnaidilakukan sebanyak 15 anak (50%) dandengan terapi bermain origami sebanyak(50%). Kemudian frekuensi tingkat ke-cemasan yang diderita responden yaituterbanyak dengan tingkat kecemasan se-dang sebanyak 16 anak (53,3%), tingkatkecemasan ringan sebanyak 11 anak(36,7%), tingkat kecemasan berat sebanyak2 anak (6,7%), dan terdapat pasien yang tidakmengalami tingkat kecemasan sebanyak 1anak (3,3%).

2. Analisis bivariat

Hasil variabel independen dan variabeldependen, dilanjutkan dengan analisisbivariat yaitu untuk mengetahui hubunganantara dua variabel. Dalam penelitian inidigunakan analisis paired samples t testdengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perbedaan skor kecemasan sebelum dansesudah dilakukan dilakukan terapibermain mewarnai dan origami

Ket : Analisis dari responden 30 ( n = 30 )*Signifikan pada α = 0,05

Dari tabel di atas diperoleh nilai p=0,0001< α = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)yang berarti ada perbedaan tingkat ke-cemasan sebelum dan sesudah dilakukanterapi bermain dengan tehnik mewarnaimaupun origami. Tingkat kecemasan sebe-lum dilakukan terapi bermain pada tabel diatas menunjukkan skor rata-rata 21,13 yangartinya termasuk tingkat kecemasan sedang,

Page 7: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 77

sedangkan tingkat kecemasan sesudahterapi bermain menunjukkan skor rata-rata14,00 yang artinya termasuk tingkat ke-cemasan ringan.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa darivariabel independen berpengaruh terhadapvariabel dependen, dari analisis ditemukanbahwa terdapat pengaruh antara terapi bermainmewarnai dan origami terhadap penurunantingkat kecemasan. Hasil uji statistik didapatkanresponden terbanyak pada kelompok usia 3tahun yaitu sebanyak 11 anak (36,7%), ke-mudian responden paling sedikit adalah res-ponden dengan usia 5 tahun sebanyak 5 anak(16,7). Pada usia 3 tahun anak mulai belajarmeloncat, memanjat, melompat dengan satukaki, mampu menyusun kalimat, menggambarlingkaran, bermain bersama dengan anak laindan menyadari adanya lingkungan lain di luarkeluarganya.

Menurut teori perkembangan SigmundFreud pada usia 3 tahun (fase phallic) anak akansenang memegang genetalia, kecenderungananak dekat dengan orang tua yang berlawananjenis kelamin. Misalnya anak laki-laki akanlebih dekat dengan ibunya, sedangkan anakperempuan lebih dekat dengan ayahnya. Usia3 tahun merupakan fase praoperasional, dimana anak mulai menyadari bahwa pema-hamannya tentang benda-benda sekitarnyatidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatansensori motori, akan tetapi dapat dilakukanmelalui kegiatan yang bersifat simbolis.10 Umurpaling rawan adalah masa balita, karena padamasa ini anak mudah terkena sakit dan mudahterkena kekurangan gizi.11

Untuk frekuensi jenis kelamin, respondenlaki-laki lebih dominan yaitu dengan jumlah 16anak (53,3%), sisanya perempuan sebanyak 14anak (46,7 %). Hal ini terjadi karena respondenterbanyak adalah anak laki-laki. Anak laki-lakilebih sering sakit dibandingkan anak perem-puan, tetapi belum diketahui secara pastimengapa demikian.12 Meskipun jenis kelamin

bukan faktor dominan terhadap munculnyakecemasan, tetapi ada penelitian yang me-ngatakan bahwa tingkat kecemasan yang tinggiterjadi pada wanita dibanding laki-laki yaitu2:1.13

Frekuensi urutan/posisi anak dalam ke-luarga terbanyak yaitu anak ke-1 sebanyak 17anak (56,7%), sedangkan frekuensi terkecilyaitu anak ke-3 dan ke-5 masing-masing 1 anak(3,3%). Jumlah saudara yang banyak akanmengakibatkan berkurangnya perhatian dankasih sayang yang diterima anak.12a Anakpertama biasanya mendapat perhatian penuhkarena belum ada saudara yang lain. Segalakebutuhan dipenuhi, tetapi di lain pihakbiasanya orang tua dengan anak pertama belummemiliki banyak pengalaman dalam mengasuhanak dan cenderung terlalu melindungi se-hingga sering kali anak tumbuh menjadi anakyang perfeksionis dan cenderung pencemas.1c

Pada frekuensi orang tua bekerja terdapat19 anak dengan orang tua bekerja (63,3%) dan11 anak dengan orang tua tidak bekerja (36,7%).Anak yang berada pada sosial ekonominyarendah , bahkan punya banyak keterbatasanuntuk memberi makanan bergizi, dan meme-nuhi kebutuhan primer lainnya, tentunyakeluarga akan mendapat kesulitan untukmembantu anak mencapai tingkat pertum-buhan dan perkembangan anak yang optimalsesuai dengan tahapan usianya.1d Pendapatankeluarga yang memadai akan menunjangtumbuh kembang anak, karena orang tua dapatmenyediakan semua kebutuhan anak baik yangprimer maupun yang sekunder.12b

Untuk jenis terapi bermain yang dilakukansebanyak masing-masing 15 anak dengan terapibermain mewarnai (50%) dan 15 anak denganterapi bermain origami (50%). Pada saat dirawatdi rumah sakit, anak akan mengalami berbagaiperasaan yang sangat tidak menyenangkan,seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.1e

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampumengembangkan kreativitasnya dan sosialisasisehingga sangat diperlukan permainan yang

Page 8: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

78 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

dapat mengembangkan kemampuan menya-makan dan membedakan, kemampuan ber-bahasa, mengembangkan kecerdasan, menum-buhkan sportivitas, mengembangkan koor-dinasi motorik, mengembangkan dalam me-ngontrol emosi, motorik kasar dan halus,memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmupengetahuan dan memperkenalkan suasanakompetisi serta gotong royong.13 Sehingga jenispermainan yang dapat digunakan pada anakusia ini seperti benda-benda sekitar rumah,buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar,kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

Bermain memungkinkan anak mengalamikemenangan dengan menyelesaikan teka-teki,berlatih peranan orang dewasa, meniru peranpenyerang bukannya korban, meniru kekuatansuper (memainkan pahlawan super) dan men-dapatkan hal-hal yang ditolak dalam kehidupannyata (membuat percaya teman atau binatangkesayangan). Menggambar, mewarnai danaktivitas artistik lainnya (origami) adalahbentuk permainan yang menunjukkan motivasikreatif yang lebih jelas.14 Bermain merupakanalat komunikasi yang natural bagi anak-anak,oleh karena itu bermain merupakan dasarpendidikan dan aplikasi terapeutik yangmembutuhkan pengembangan pada pendi-dikan anak usia dini.3a

Kemudian frekuensi tingkat kecemasanyang diderita responden yaitu terbanyakdengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 16anak (53,3%), sedangkan tingkat kecemasanterkecil yaitu tidak mengalami cemas sebanyak1 anak (3,3%). Sebagian besar stress yangterjadi pada bayi diusia pertengahan sampaianak periode prasekolah adalah cemas karenaperpisahan, kehilangan kendali, luka dan rasanyeri.15 Ancaman terhadap system diri sese-orang dapat membahayakan identitas, hargadiri, dan fungsi sosial yang terintegrasi se-seorang.16

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0001 <á = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak) yangberarti ada perbedaan tingkat kecemasan

sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain( mewarnai dan origami ). Terapi bermain(mewarnai dan origami) dapat menurunkantingkat kecemasan anak usia prasekolah, daritingkat kecemasan sedang menjadi tingkatkecemasan ringan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yangmenunjukkan terdapat pengaruh yang sig-nifikan antara terapi bermain terhadap stresshospitalisasi.7a Hospitalisasi merupakan suatuproses yang karena suatu alasan yang beren-cana atau darurat, mengharuskan anak untuktinggal di rumah sakit, menjalani terapi danperawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orangtua dapat mengalami berbagai kejadian yangmenurut beberapa penelitian ditunjukkandengan pengalaman yang sangat traumatik danpenuh dengan stres. Pada penelitian yang lainmenyebutkan latihan origami dapat membantuanak-anak memahami ukuran yang relatif lebihlengkap dengan menggunakan strategi yanglebih efektif untuk perbandingan ukuran.6a

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitianyang menyebutkkan ada pengaruh yang ber-makna antara intervensi terapi bermain puzzledengan dampak hospitalisasi.17 Perawatan dirumah sakit mengharuskan adanya pembatasanaktivitas anak sehingga anak merasa kehilangankekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering-kali dipersepsikan anak prasekolah sebagaihukuman, sehingga anak akan merasa malu,bersalah atau takut. Alat permainan yangdianjurkan untuk usia prasekolah diantaranyaadalah bermain puzzle.10c Penelitian yang lainjuga menyebutkan bahwa terdapat perbedaanyang signifikan terhadap kepatuhan lamanyaterapi pada pre dan post terapi bermain.18

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitianyang telah dilakukan, bahwa setelah dilakukanterapi bermain ada pengaruh terapi bermainterhadap tingkat kooperatif pada anak usia 3 –5 tahun.19 Pada saat dirawat di rumah sakit, anakakan mengalami berbagai perasaan yang sangattidak menyenangkan, seperti marah, takut,

Page 9: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 79

cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebutmerupakan dampak dari hospitalisasi yangdialami anak karena menghadapi beberapastressor yang ada di lingkungan rumah sakit.Untuk itu dengan melakukan permainan anakakan terlepas dari ketegangan dan stress yangdialaminya karena dengan melukukan per-mainan, anak akan dapat mengalihkan rasasakitnya pada permainannya (distraksi) danrelaksasi melalui kesenangannya melakukanpermainan.10g Penelitian ini didukung sebuahpenelitian yang menyebutkan ada pengaruhterapi bermain terhadap tindakan kooperatifanak sebelum dan sesudah terapi bermain.20

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini membuktikan terdapatperbedaan antara tingkat kecemasan yangdialami anak sebelum dilakukan terapi bermain(mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukanterapi bermain (mewarnai dan origami) yaitudengan p=0,0001 pada signifikan á = 0,05. Terapibermain (mewarnai dan origami) dapat me-nurunkan tingkat kecemasan anak usia pra-sekolah, dari tingkat kecemasan sedang men-jadi tingkat kecemasan ringan.

SARAN

Mengacu pada hasil penelitian ini, berikutini disarankan beberapa hal:

1. Bagi rumah sakit

Dengan hasil penelitian yang telah ditun-jukkan, diharapkan dibuat suatu standardoperating procedure (SOP) tentang terapibermain di RSUD dr. R. GoethengTaroenadibrata Purbalingga, sehinggadapat menurunkan tingkat kecemasanakibat hospitalisasi, yang pelaksanannyabisa mengoptimalkan mahasiswa praktikankeperawatan anak, sehingga programbermain yang sesuai standard operatingprosedur (SOP) dapat berjalan secarateratur dan rutin dilakukan perawat ruangCempaka.

2. Bagi perawat

Perlu adanya pelatihan-pelatihan bagiperawat terutama tentang terapi bermain,agar pelaksanaan terapi bermain lebihterprogram dan terarah.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian serupa denganjumlah responden yang lebih banyak lagi,agar didapatkan hasil yang lebih baik,dengan menggunakan metode eksperimenmurni.

4. Bagi responden

Perlu adanya partisipasi aktif dari orang tuauntuk mendampingi pasien anak usiaprasekolah saat dilakukan tindakan pe-rawatan dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Supartini Y. (2004). Buku Ajar Konsep DasarKeperawatan Anak. EGC, Jakarta.

2. Hawadi & Akbar, R. (2001). PsikologiPerkembangan Anak. Grasindo,Jakarta.

3. Tekin G. & Sezer O. (2010). Applicability ofplay therapy in Turkish earlychildhood education system:today and future’, Procedia Socialand Behavioral Sciences, vol. 5, hal.50-54, diakses 24 Mei 2011, <http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042810014230>

4. Ranuhandoko N. (2008). Teknik DasarMewarnai Dengan Cat Air “SeriBuah-Buahan”. PT Wahyu Media,Jakarta.

5. Hirai M. (2006). Origami untuk SekolahDasar. Kawan Pustaka, Jakarta.

6. Yuzawa M. & Bart W.M. (2002). Youngchildren’s learning of sizecomparison strategies: effect oforigami exercises. The Journal of

Page 10: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

80 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Genetic Psychology, vol. 163 (4),hal. 459-78, diakses tanggal 24 Mei2011, <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12495231>

7. Mulyono, A. (2008). Pengaruh TerapiBermain Terhadap Tingkat StresHospitalisasi Pada Anak UsiaTodler Studi di Ruang EmpuTantular RSUD KanjuruhanKepanjen, KTI. Abstrak.Diterbitkan. UniversitasMuhammadiyah Malang. Malang.

8. Pangaribuan,H. (2005). Pengaruh TerapiBermain Terhadap Sosialisasi padaAnak Prasekolah Selama Dirawat diLontara iv Perjan RSU dr. WahidinSudirohusodo Makassar. Abstrak.Diterbitkan. UniversitasHasanuddin. Makassar.

9. Hidayat. (2010). Metode PenelitianKesehatan Paradigma Kualitatif.Health Books Publishing, Surabaya.

10. Jamaris, M. (2006). Perkembangan danPengembangan Anak Usia TamanKanak-kanak. PT. Gramedia WidiaSarana Indonesia, Jakarta.

11. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit,E/2. EGC, Jakarta.

12. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh KembangAnak. EGC, Jakarta.

13. Hawari D. (2001). Manajemen Stres Cemasdan Depresi. FKUI, Jakarta.

14. Behrman, Kliegman & Arvin. (1996). IlmuKesehatan Anak Nelson Vol.1, E/15. EGC, Jakarta.

15. Hidayat. (2005). Pengantar IlmuKeperawatan Anak . SalembaMedika, Jakarta.

16. Stuart & Sundeen. (1998). Buku SakuKeperawatan Jiwa Edisi 3. EGC,Jakarta

17. Marasaoly, S. (2009). Pengaruh TerapiBermain Puzzle Terhadap DampakHospitalisasi Pada Anak UsiaPrasekolah di Ruang Anggrek IRumah Sakit Polpus R.S. Sukanto.Skripsi Diterbitkan. UniversitasPembangunan Nasional Veteran.Jakarta.

18. Ray. (2007). Impact of play therapy on parentchild relationship stress at a mentalhealth training setting. BritishJournal of Guidance & Cuonsellingvol.36, no.2. University of NorthTexas, Texas.

19. Handayani & Puspitasari (2008). PengaruhTerapi Bermain Terhadap TingkatKooperatif Selama MenjalaniPerawatan Pada Anak Usia PraSekolah (3-5 tahun) Di Rumah SakitPanti Rapih Yogyakarta. JurnalKesehatan Surya Medika,Yogyakarta.

20. Simanjuntak & Ferdina. (2010). PengaruhTerapi Bermain Terhadap TindakanKooperatif Anak Dalam MenjalaniPerawatan di Rumah SakitUmum Pusat Haji Adam MalikMedan. http://repository.usu.ac. id/hand le/123456789/17841.

Page 11: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

81

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT DENGANMENGGUNAKAN ASI DAN DENGAN KASSA KERING

TERHADAP LAMA PELEPASAN TALI PUSAT BAYI BARULAHIR DI BPS ENDANG PURWATI YOGYAKARTA

Fita Supriyanik1, Sri Handayani2

ABSTRACT

Background: Based on data from Human Development Report 2010, shows the infantmortality rate for 31/1.000 Indonesia lives births, although this figure is still high in Asia.Maternal mortality rate in Karawang Country for the year 2011 according regent deputy ofKarawang as 48 case live births, while infant mortality rate of 160 infant live births. In WestJava maternal mortality rate for his moment is 321 case live births, while infant mortality rateis 446 case. National infant mortality rate in 2010 is 35/1.000 live births.

Method: This study is an experimental study that researcher conduct treatment interventions,treatment group I (the group that performed treatment using umbilical cord with breastmilk) and treatment group II (treatment group performed the umbilical cord with a drygauze). Sampling was done by purposive sampling technique with a number of sample 30infants. Statistical tests are using the Independent T-test.

Result: The study obtained t count of 4.181 while the t table with a 2.042 significance level of5% is 2.042, so 4.181> 2.042 (t count> t table) thus Ho was rejected, it means there issignificant difference between treatments using umbilical cord care breast milk and dry gauzewith long time release cord.

Conclussion: There is significant difference that umbilical cord care using breast milk (4 days3 hours) more rapidly than dry gauze treatment (6 days 4 hours) with a gap of 2 days 1 hourwith a significant level of 95%.

Keywords: Nursing umbilical cord, breast milk, dry gauze Care, and Long time release of theumbilical cord.

1 Fita Supriyanik (STIKes Surya Global Yogyakarta)

2 Sri Handayani (Ketua STIKes Yogyakarta)

PENDAHULUAN

Pembanguan nasional pada hakekatnyaadalah pembanguan manusia yang seutuhnyadan pembangunan seluruh masyarakat. Pem-bangunan di bidang kesehatan sebagai bagianintegral pembangunan nasional, dengan sen-dirinya akan diarahkan untuk mendukungterwujudnya manusia yang terbangun se-

utuhnya. Upaya membangun manusia se-utuhnya sangat tergantung pada pembinaanmutu fisik dan no fisik dalam masa dinikehidupannya, yaitu sejak masa dalam kan-dungan dan masa balita. Sedangkan upayapeningkatan kesehatan bayi agar dapat tumbuhdan berkembang secara optimal harus di-lakukan sejak janin masih dalam kandunganibu, selama proses persalinan dan perawatan

Page 12: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

82 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

yang baik segera setelah lahir. Masa neonatusmerupakan masa yang rawan hingga memer-lukan perhatian dan penanganan sebaik-baiknya, mencegah hal-hal negatif yang mung-kin timbul, misalnya mengatasi masalah-masalah dalam perawatan neonatus, termasukjuga akibat perlakuan tangan manusia, pence-gahan infeksi dan masalah gizi (Kardi N, SuradiR, 1986)

Tujuan perawatan tali pusat adalah untukmencegah terjadinya penyakit infeksi sepertitetanus neonatorum pada bayi baru lahir.Penyakit ini disebabkan karena masuknya sporakuman tetanus ke dalam tubuh melalui talipusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang di-taburkan ke tali pusat sehingga dapat meng-akibatkan infeksi (Depkes RI, 2009). Perawatantali pusat secara umum bertujuan untukmencegah terjadinya infeksi dan mempercepatputusnya tali pusat. Bila tali pusat basah, berbaudan menunjukkan tanda-tanda infeksi, haruswaspada terhadap infeksi tali pusat.

Berdasarkan Human Development Reporttahun 2010, menunjukkan angka kematian bayidi Indonesia sebesar 31/1.000 kelahiran hidup,meskipun demikian angka tersebut masih tinggidi Asia. Angka kematian ibu di karawang untuktahun 2011 menurut Wakil Bupati Karawangsebesar 48 kasus kelahiran hidup, sementaraangka kematian bayi 160 bayi kelahiran hidup.Di Jawa Barat angka kematian ibu untuk saatini sebasar 321 kasus kelahiran hidup, sedang-kan angka kematian bayi 446 kasus. Angkakematian bayi nasional tahu 2010 sebesar 35/1.000 kelahiran hidup.

Perempuan di KwaZulu-Natal, Kenyatelah menggunakan ASI (kolostrum) untukmerawat tali pusat bayi baru lahir. Air Susu Ibu(ASI) khususnya kolostrum sudah lama terbuktimengandung faktor-faktor bioaktif antara lainimmunoglobulin, enzim, sitokin dan sel-selyang memiliki fungsi efektif sebagai anti infeksidan anti inflamasi. Dengan berbagai macamkandungan zat yang bermanfaat tersebutkolostrum menjadi bahan alternatif untuk

perawatan tali pusat disamping biayanya yangmurah, bersifat steril, tekniknya mudah dila-kukan oleh ibu dan memberikan kepuasanpsikologis bagi ibu dalam merawat bayi.

WHO (2000), merekomendasikan perawatantali pusat berdasarkan prinsip-prinsip aseptikdan kering serta tidak lagi dianjurkan untukmenggunakan alkohol namun dengan pe-rawatan terbuka. Tali pusat juga tidak bolehditutup rapat dengan apapun, karena akanmembuatnya menjadi lembab. Selain mem-perlambat puputnya tali pusat, juga menim-bulkan risiko infeksi. Kalaupun terpaksa di-tutup, menurut Taylor (2003) tutup atau ikatdengan longgar pada bagian atas tali pusatdengan kain kassa steril. Sebelum tali pusatnyapuput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengancara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap sajadengan air hangat. Alasannya, untuk menjagatali pusat tetap kering. Intinya adalah mem-biarkan tali pusat terkena udara agar cepatmengering dan lepas (Paisal,2007).

Studi pendahuluan yang dilakukan padatanggal 6-20 Juli 2011 di BPS Endang Purwatitelah memilih melakukan perawatan tali pusatdengan metode kering dengan ditutup kainkassa kering. Dari hasil wawancara denganbidan pelaksana, dari 4 bayi baru lahir dilakukanperawatan kering tertutup dua kali sehari.Sedangkan dari hasil observasi perawatan yangdilakukan ketika melakukan perawatan talipusat, penggantian kain kassa dilakukansetelah mandi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidanpelaksana dan bidan pembantu dengan caraperawatan kering tertutup dengan kain kassatali pusat puput sekitar 5 sampai 7 hari. Hasil inididapatkan dari pemeriksaan rutin setelah 1minggu pasca kelahiran ketika kembali ke BPSuntuk melakukan kontrol perkembangan bayi.Salah satu yang dikontrol oleh bidan adalahkondisi tali pusat (sudah puput/belum, adainfeksi/tidak). Tali pusat keempat bayi tersebutpuput kering setelah 6 hari kehidupan pertama.Tidak terdapat sepsis/infeksi pada tali pusatkeempat bayi tersebut dengan perawatan

Page 13: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 83

kering tertutup. Dari hasil wawancara tersebut,bidan di BPS tersebut belum pernah mendengartentang perawatan tali pusat dengan meng-gunakan kolostrum/ASI.

Berdasarkan latar belakang tersebut, pe-neliti tertarik untuk melakukan penelitianmengenai pengaruh perawatan tali pusatmenggunakan ASI dengan kassa kering ter-hadap lama pelepasan tali pusat bayi baru lahirdi BPS Endang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eks-perimen menggunakan metode ExperimentalDesign-Equivalent Time Sampel Design.

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semuabayi yang lahir pada 3 bulan terakhir yaitu50 bayi.

b. Sampel

Pengambilan sampel ini menggunakanteknik Accidental Sampling, yaitu penen-tuan sampel berdasarkan kebetulanbertemu dengan peneliti dapat diguna-kan sampel, bila dipandang orang yangkebetulan cocok sebagai sumber data (Saryono, 2008). Sampel penelitian iniadalah 30 responden.

2. Pengumpulan data

Data diperoleh langsung dari respondenmelalui pengisian lembar observasi tentangwaktu puput tali pusat berupa data primerdan dari catatan rekam medik, sumberpustaka berupa data sekunder.

3. Analisa data

a. Analisis Univariat

Pada penelitian ini analisis univariateyang digunakan untuk jenis data kate-gorik, sehingga menghasilkan suatudistribusi dan prosentase dari tiapkarakteristik responden

b. Anlisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihathubungan kedua variabel yang meliputivariabel perawatan tali pusat denganmenggunakan ASI dan dengan kassakering dan variabel lama pelepasan talipusat BBL di BPS Endang Purwati. Untukmendapatkan beda kedua variabel yangada pada penelitian skala yang digunakanadalah skala nominal dan interval. Ujistatistik yang digunakan untuk mengujihipotesis dalam penelitian ini adalahIndependent Sample T Test. IndependentSample T Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Karakteristik Responden

Table 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Respon-den Berdasarkan Berat Badan Bayi BaruLahir Di Bidan Praktik Swasta EndangPurwati Pada Bulan September-Oktober2011

Sumber data : data primer

Berdasarkan tabel di atas didapatkanhasil bahwa pada kelompok ASI berat lahirbayi yang memiliki frekuensi terbanyakdengan berat badan 3000-3500 gram se-banyak 10 bayi atau 66,67% dan yang palingsedikit adalah berat lahir bayi 2500-3000gram sebanyak 5 bayi atau 33,33%. Untukperawatan kassa kering didapatkan hasilbahwa frekuensi terbanyak dengan beratbadan bayi baru lahir 3000-3500 gram se-banyak 9 bayi atau 60% dan frekuensi palingsedikit adalah berat lahir bayi 2500-3000gram sebanyak 6 bayi atau 40%. Sedangkan

Page 14: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

84 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

bayi yang memiliki berat lahir > 3500 gramtidak terdapat pada kedua kelompok pe-rawatan ASI maupun kassa kering.

Table 2. Distribusi Frekuensi KarakteristikResponden Berdasarkan Diameter TaliPusat Bayi Baru Lahir Di Bidan PraktikSwasta Endang Purwati Pada Bulan Sep-tember-Oktober 2011

Sumber data : data primer

Berdasarkan tabel di atas didapatkanhasil bahwa pada kelompok ASI mayoritasmemiliki diameter kecil sebanyak 15 res-ponden atau 100% bayi baru lahir. Sedang-kan pada kelompok perawatan kassa keringresponden terbanyak adalah 12 respondenatau 80% bayi baru lahir memiliki diameterkecil dan yang paling sedikit adalah 3responden atau 20% bayi baru lahir memilikidiameter besar.

b. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan ASI

Table 3. Kategori Lama Pelepasan Tali Pusat BayiBari Lahir Menggunakan ASI Di BidanPraktik Swasta Endang Purwati Pada BulanSeptember-Oktober 2011

Sumber data : data primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahuibahwa responden di Bidan Praktik SwastaEndang Purwati yang terbanyak adalah 10responden atau 66,67% termasuk kategorisedang dan paling sedikit adalah 2 respondenatau 13,33% termasuk kategori lama.

c. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan perawatankassa kering

Tabel 4. Kategori Lama Pelepasan Tali Pusat BayiBari Lahir Menggunakan ASI Di BidanPraktik Swasta Endang Purwati Pada BulanSeptember-Oktober 2011

Sumber data: data primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahuibahwa responden di Bidan Praktik SwastaEndang Purwati yang terbanyak 14 res-ponden atau 93,33% termasuk kategorisedang dan yang paling sedikit 1 respondenatau 6,67% termasuk kategori lama.

d. Rata-rata lama pelepasan tali pusatmenggunakan ASI dan dengan kassakering

Table 5. Hasil Uji Statistik Mean lama Lepas TaliPusat Perawatan Menggunakan ASI danKassa Kering Di Bidan Praktik SwastaEndang Purwati Pada Bulan September-Oktober 2011

Berdasarkan hasil analisis statistic daridata yang telah didapatkan maka diperolehhasil rata-rata lama lepas tali pusat padakelompok perawatan ASI adalah 4 hari 3 jamdan perawatan kassa kering adalah 6 hari 4jam. Dan seslisih lama pelepasan tali pusat

Page 15: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 85

antara perawatan ASI dengan kassa kering adalah 2 hari 1 jam.

e. Perbedaan perawatan tali pusat menggunakan ASI dan kassa kering dengan lamapelepasan tali pusat bayi baru lahir

Tabel 6. Uji statistic Perbedaan Perawatan Tali Pusat Menggunakan ASI dan Perawatan kassa Kering denganLama pelepasan Tali pusat pada bayi baru lahir di BPS Endang Purwati Pada Bulan September-Oktober 2011

Perawatan tali pusat dengan meng-gunakan ASI memiliki beberapa manfaatbagi ibu dan bayinya. Keuntungan dariperawatan ini adalah teknik perawatanmudah dilakukan oleh ibu, berrsifat bersih,biaya murah, dan memberikan kepuasanpsikologis bagi ibu dalam perawatan talipusat bayinya.

b. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan perawatankassa kering

Berdasarkan analisis kategori diketahuibahwa responden terbanyak adalah pele-pasan tali pusat kategori sedang sebanyak14 responden atau 93,33% bayi baru lahir.Dan yang paling sedikit adalah respondenyang pelepasan tali pusat kategori lamasebanyak 1 responden atau 6,67% bayi barulahir. Mayoritas responden dengan kategorisedang disebabkan karena perawatan talipusat yang tertutup dan rata-rata diametertali pusat yang besar. WHO merekomen-dasikan perawatan tali pusat dengan caraterbuka, namun tidak direkomendasikan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabeldi atas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,181sedangkan t tabel dengan taraf signifikasi5% adalah 2,042, sehingga 4,181 > 2,042 (thitung > t table) dengan demikian Ho ditolak,artinya ada perbedaan yang signifikan antaraperawatan tali pusat menggunakan ASI danperawatan kassa kering dengan lama pele-pasan tali pusat.

2. Pembahasan

a. Lama pelepasan tali pusat bayidengan menggunakan ASI

Berdasarkan analisis kategori diketahuibahwa responden terbanyak adalah pele-pasan tali pusat kategori sedang sebanyak10 responden atau 66,67% bayi baru lahir.Dan yang paling sedikit adalah respondenyang pelepasan tali pusat kategori lamasebannyak 2 responden atau 13,33% bayibaru lahir. Mayoritas responden dengankategori sedang disebabkan karena ASImengandung anti infeksi dan anti inflamasisehingga cepat dalam pelepasan tali pusat(Smith, et al., 2007)

Page 16: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

86 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

perawatan dengan alkohol karena tidakmampu membunuh spora, dan kurangefektif mengontrol kolonisasi bakteri daninfeksi pada kulit.

c. Rata-rata lama pelepasan tali pusatmenggunakan ASI dan dengan kassakering

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwarata-rata waktu pelepasan tali pusat padakelompok ASI adalah 4 hari 3 jam, padakelompok perawatan kassa kering adalah 6hari 4 jam, sehingga ada perbedaan yangbermakna antara kedua intervensi kepe-rawatan. Waktu pelepasan tali pusat biasa-nya rata-rata antara 6-15 hari setelah lahir(WHO, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian menun-jukkan bahwa waktu pelepasan yang diberiperawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepatdaripada dengan perawatan kassa keringselama 6 hari 4 jam. Kandungan gizi yang baikdi dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak,mineral, dan vitamin di dalam ASI memilikiefek secara langsung ke dalam sel. ASImempunyai kandungan protein cukup ting-gi. Protein berfungsi sebagai pembentukikatan isensial tubuh, bereaksi terhadap asambasa agar pH tubuh seimbang, membentukantibodi, serta memegang peran penting

dalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan.

d. Perbedaan perawatan tali pusatmenggunakan ASI dan perawatan kassakering dengan lama pelepasan tali pusatpada bayi baru lahir

Setelah dilakukan analisa data denganmenggunakan uji statistik Independentsample t-test diketahui nilai t hitung sebesar4,181 sedangkan t table dengan taraf signi-fikasi 5% adalah 2,042, sehingga 4,181 > 2,042(t hitung > t table) dengan demikian Hoditolak, artinya ada perbedaan yang signi-fikan antara perawatan tali pusat meng-gunakan ASI dan perawatan kassa keringdengan lama pelepasan tali pusat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwarata-rata waktu pelepasan tali pusat padakelompok ASI adalah 4 hari 3 jam, padakelompok perawatan kassa kering adalah 6hari 4 jam, sehingga ada perbedaan yangbermakna antara kedua intervensi kepe-rawatan. Waktu pelepasan tali pusat biasa-nya rata-rata antara 6-15 hari setelah lahir(WHO, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-kan bahwa waktu pelepasan yang diberiperawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepatdaripada dengan perawatan kassa keringselama 6 hari 4 jam. Kandungan gizi yang baikdi dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak,mineral, dan vitamin di dalam ASI memilikiefek secara langsung ke dalam sel. ASImempunyai kandungan protein cukup ting-gi. Protein berfungsi sebagai pembentukikatan isensial tubuh, bereaksi terhadap asambasa agar pH tubuh seimbang, membentukantibodi, serta memegang peran pentingdalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan.

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, dapat dirumuskanhasil kesimpulan sebagai berikut.

1. Lama pelepasan tali pusat menggunakan ASIdi Bidan Praktik Swasta Endang Purwatiadalah sebanyak 3 responden atau 20%termasuk kategori cepat, 10 responden atau66,67% termasuk kategori sedang dan 2responden atau 13,33% termasuk kategorilama. Sehingga secara mayoritas lamapelepasan tali pusat responden termasukkategori sedang.

2. Lama pelepasan tali pusat menggunakankassa kering di Bidan Praktik Swasta EndangPurwati adalah sebanyak 14 respondenatau 93,33% termasuk kategori sedang dan1 responden atau 6,67% termasuk kategorilama. Sehingga secara mayoritas lamapelepasan tali pusat responden termasukkategori sedang.

Page 17: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 87

3. Hasil rata-rata lama pelepasan tali pusatpada kelompok perawatan ASI adalah 4 hari3 jam dan perawatan kassa kering adalah 6hari 4 jam. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa waktu pelepasan yang diberi pe-rawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepat daripadadengan perawatan kassa kering selama 6hari 4 jam.

4. Ada perbedaan yang signifikan antaraperawatan tali pusat dengan menggunakanASI dan dengan kassa kering terhadap lamapelepasan tali pusat bayi baru lahir di BidanPraktik Swasta Endang Purwati.

b. Saran

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disarankanbeberapa hal sebagai berikut.

1. Bagi Profesi Keperawatan PPNI

Hal ini dapat dijadikan masukan dan me-nambah wawasan bagi perawat untukmeningkatkan perawatan tali pusat bayibaru lahir untuk mencegah infeksi dankompikasi yang mungkin muncul.

2. Bagi Mahasiswa STIKES Surya GlobalYogyakarta

Menambah kepustakaan dalam pengem-bangan ilmu keperawatan khususnya ten-tang perbedaan perawatan tali pusatmenggunakan ASI dan dengan kassa keringterhadap lama pelepasan tali pusat bayibaru lahir. Dan dapat dijadikan acuan bagimahasiswa dalam pembelajaran tentangperawatan tali pusat.

3. Bagi bidan di BPS Endang Purwati Yogyakarta

Hal ini dapat djadikan masukan dan evaluasitentang pentingnya perawatan tali pusatbayi baru lahir yang efektif dan tidakmenimbulkan infeksi dan dapat dijadikanacuan untuk perawatan tali pusat meng-gunakan ASI.

4. Bagi Ibu bayi baru lahir di BPS EndangPurwati Yogyakarta

Dapat dijadikan masukan dan memberikanwawasan bagi ibu dalam perawatan tali

pusat secara mandiri dan dalam memiihperawatan tali pusat yang baik untukbayinya.

KEPUSTAKAAN

Anderson Pediatric Clinic, Nort America,1985;32:335-52

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek.Jakarta. Rineke Cipta.

Bobak, L & Jensen. (2004). Buku AjarKeperawatan Maternitas (Edisi 4).Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. Manajemen Laktasi.ISBN : 979-8166-02-7

Dep. Kes. RI, 1991, prosedur Perawatan AnakDirumah Sakit, Cet.2 DirektoratRumah Sakit Jenderal PelayananMedik Dep Kees RI, Jakarta

Fatah, Syaiful. 2009. Perbedaan LamaPelepasan tali Pusat Antaraperawatan Tertutup denganDibiarkan Terbuka. Tesis FKKedokteran UMY. Yogyakarta

Ganong,William F. 2002. Buku Ajar Fisiologikedokteran. Ed.20. EGC. Jakarta

Golombek SG, Brill PE, Salice AL. RandomizedTrial of Alcohol Versus Tripple DyeFor Umbilical Cord Care. ClinPediatr 2002;41(6):419-23

Hapsari, Dwi.2009.Telaah Berbagai Faktor yangBerhubungan dengan PemberianASI Pertama (Kolostrum).Availabeonline: hhtp://www.ekologi.l i t b a n g . d e p k e s . g o . i d / d a t a /abstrak/DwiHapsari.pdf, diakses19 Juni 2011

Hidayat, AAA. 2009. Metode PenelitanKeperawatan dan Teknik AnalisisData. Jakarta. Salemba Medika.

Page 18: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

88 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Kadri N, Suradi R. Standar pelayanan rawatgabung ditinjau dari Ilmu Kese-hatan Anak. Dalam: KumpulanNaskah Lengkap Kongres NasionalPerinasia II. Surabaya: KongresNasional Perinasia II.1986; 98-107.

Linda.2006. Perawatan tali pusat menggunakanASI. Tesis Maternal dan Perinatal.UGM. Yogyakarta

Pilliteri A. 2002. Buku Saku PerawatanKesehatan Ibu Dan Anak. PenerbitEGC. Jakarta

Riordan J, Auerbach K. Breastfeeding andHuman lactation. 2nd ed.Massachutetts : Jones ang BartlettPublisher, 1999: 133-51

Riyanto, Agus.2009. Pengolahan dan AnalisisData Kesehatan. Medical Book.Yogyakarta

Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan.Mitra Cendikia Press Yogyakarta.Yogyakarta

Saifuddin, A.B., Adrianz, G., Wiknjosastro, G.H.& Waspodo, D. (2002). Buku AcuanNasional Pelayanan KesehatanMaternal Dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjo.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian KesehatanPenuntun Praktis Bagi Pemula.Mitra Cendikia Press Yogyakarta.Yogyakarta

Smith LJ. Allergenic Protection And DefenceAgent System In Human Milk.Dalam: Walker M. Core Curriculumfor lactation consultant practice.Massachusetts : Jones and BartlettPublisher, 2002:118-41

Sodikin. 2009.Buku Saku perawatan tali pusat.EGC.Jakarta.

Subagio I. 2003. Lama Pelepasan Tali Pusat Padaperawatan Tali PusatMenggunakan Air SterilDibandingkan Dengan Alkohol 70%Dan Yodium Polidon 10% Di RSUPDR Sardjito. Tesis PPDS I UGM.Yogyakarta

Subekti, Titis.2011.PerbedaanPerawatan taliPusat menggunakan Kolostrumdengan Kering Terbuka TerhadapLama Waktu Puput Tali Pusat BayiBaru Lahir di BPS Dwi HastutiPrambanan. Skripsi SSG.Yogyakarta

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. CVAlfabeta. Bandung

Sumiyarti, Sri. 2006. Perbedaan WaktuPelepasan tali Pusat dan kejadianOmphalitis Pada Perawatan taliPusat Dengan ASI, Alkohol 70% DanPerawatan Kering Terbuka Di RBSakinah Idaman, RS PKUMuhammadiyah Kota gede, danRB Queen Latifa Yogyakarta. TesisKeperawatan FK-UI. Jakarta

Utami, Deffi Gita Budhi. 2010. Perbedaan LamaLepas Tali Pusat Perawatandengan Menggunakan Kasa SterilDibandingkan Kasa Alkohol Di DesaBowan Kecamatan Delanggu.Skripsi thesis UMS. Surakarta.

Varney, Helen.1987. Maternity Care. 2/E. AlihBahasa Hartono, A.1996.Perawatan Maternitas. 2/E. EGC.Jakarta

Wihono, Prima Agus. 2010. Gambaran CaraPerawatan Tali Pusat dan LamaWaktu Pelepasan Tali Pusat diW ilayah Kerja PuskesmasKecamatan Baki Sukoharj. Skripsithesis UMS. Surakarta.

Page 19: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 89

World Health Organization. Care Of UmbilicalCord; A Review Of The Evidence.WHO/RHT/MSM/98.4

Widowati, T. 2003. Efektivitas dan keamanankolostrum untuk perawatan talipusat. Tesis. Tidak dipublikasikan

Wijayanti Ratri. 2006. Perbedaan lamapelepasan tali pusat pada BBLRyang dirawat denganmenggunakan air sterildibandingkan dengan alkohol 70%di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Skripsi. Yogyakarta

World Health Organization. Management ofNewborn Problems. Umbilicalcorrd problem.wpd.2002

World Health Organization. Konselingmenyusui: Pelatihan untuk tenagakesehatan. WHO/CDR/93.4;UNICEF/NUT/93.2

WHO/RHT/MSM/1998.4. 1998. Maternal AndNewborn Health safe mptherhood-care of the umbilical cord : a reviewof the evidence. http://www.who.int. Diperoleh 19 mei2011

WHO. 2005. Make mother and child count. TheWorld Health report, p. 8-10

Zupan J, Garner P. Routine Topical Umbilical CordCare At Birth. Dalam : The CochraneLibrary, issue 2 Oxford : uptadesoftwer, 1998

Zupan J, Garner P.,Omari, A.A. 2004. TopicalUmbilical Cord Care At Birth. http://www.rhlibrary.com, diperoleh 19Juni 2011

Page 20: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

90

“PENGALAMAN PERUBAHAN KESADARAN PADAMARQI”

Sarka A.S.1 & Maryana 2

ABSTRACT

Background: Altered state of consciousness (ASC) become important theme specially in theworld of psychotherapy. Considering life complexity affecting at problems of human beingalso complicated progressively. To that of development of psychotherapy being based onreligion cultural social was progressively required one of them is therapy of “ruqyah”. Variousdisplaying and mass media news, making therapy not even is progressively recognized butalso by dozens which the was searching of to the reason of healing.

Methods: Objective of this research is to study experience of ASC subjective at “marqi” byusing approach of fenomenology and executed at in coming “marqi” in two clinic of ruqyahKota Gede and Kajor Gamping, Sleman, Jogjakarta. In-depth interview and used as by directobservation of data collecting technique at 7 taken subject technique of theoretical samplingand also 11 informan people. Four step of explication data: transcript, IFD (IndividualFenomenology Description), compile and theme of sintesis theme.

Result & Conclusion: Result of this research show that all of the subject of ASC but in charactertend to unpleasantly. They mean the experience of which was reflection in themes whichemerge in three episode. First, named of pre episode of ruqyah, theme in essence concerningproblems of having the character of psychosomatic which was perception as “Jin” trouble.The second, named of experience episode of ruqyah in essence theme is experience which donot and reaction of “jin” (genie). The third named by healing episode which is essence themeis to regarding religion transformation.

Keywords: Altered state of consciousness (ASC), therapy of ruqyah, Religion transformation.

1 Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Yogyakarta

2 Poltekkes Kemenkes Jurusan Keperawatan Yogyakarta

PENDAHULUAN

Kesurupan adalah fenomena yang dapatditemukan dalam banyak agama dan di ber-bagai masyarakat di seluruh dunia. Di Indonesiakhususnya Jawa, kesurupan tidak bisa dilepas-kan dari sejarah mistik (Springate, 2009). Untukitulah, fenomena kesurupan (possession)dikaitkannya dengan gangguan dari makhlukhalus (jin) yang merasuki tubuh korban dan

mengambil alih tubuh itu selama beberapa saathingga tidak menyadari apa yang dilakukannya.

Akhmad (2005) menyebutkan, masalah yangditimbulkan akibat gangguan jin adalah masalahkesehatan yang tidak kunjung sembuh denganterapi modern maupun alternatif, masalahibadah atau spiritual dalam hubungan denganTuhan: malas ibadah, perasaan hampa, pera-saan diri kotor, hidup tidak tenang (Qadri, 2005).

Page 21: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 91

Oleh karena itu, gangguan jin sifatnya lebih luasdaripada kesurupan yang cenderung insidental,temporer dan bahkan ceremonial (Ng, 2000).

Khalifa dan Hardie (2005) menyebut geja-lanya: kepala pusing, bicara kacau, tidak bisaberpikir atau berbicara sesuai dengan kemauan-nya. Ahmad (2005) menjelaskan secara rincigejala dari gangguan jin dalam manifestasi fisik:rasa berat dan sesak dada atau sakit, terasapanas, dingin, getaran, kedutan, kesemutan,sensasi ada yang berjalan, pada bagian tubuhtertentu, berdebar, sesak nafas saat men-dengar atau membaca Al-Qur’an, rasa sakit padabagian tubuh tertentu, diagnosis dan obat tidakada respon baik, mengantuk, banyak tidur ataubahkan insomnia, cepat merasa lapar, padawaktu tertentu tubuh terasa begitu lemas dantidak ada tenaga sama sekali, adanya ucapan-ucapan tertentu yang tiba-tiba saja meluncurtanpa disadari, adanya gerakan tertentu padasalah satu anggota tubuh atau keseluruhansecara mendadak dan tidak disadari. Manifes-tasi psikis: emosional, mudah marah, danmembesar-besarkan masalah, rasa malas untukshalat atau mengerjakan ibadah lainnya, lupaakan sesuatu hal secara tiba-tiba, seringmerinding secara tiba-tiba, suka menyendiri,tidak nyaman atau tidak senang/benci jika adayang membaca Al-Qur’an, atau ingin menjauh,adanya luapan emosi atau perasaan yang datangtiba-tiba, melihat sosok makhluk, adanyaperasaan “hening”, merasakan suasana yangberbeda/aneh, adanya bisikan-bisikan ter-tentu, ketika tidur: Mengalami tindihan (tidakbisa bergerak) dan mengigau, ada gerakan aneh,seperti suara gigi yang beradu, terbangun tanpasebab, mimpi buruk dan seram, berdiri,berjalan padahal sedang tidur, ketika tidurhampir terlelap, terkejut dan merasa jatuh kebawah ranjang, mimpi melihat binatang ular,kalajengking, anjing, dan lainnya yang seakan-akan menyerangnya, mimpi ditemui seseorangatau arwah (orang yang sudah meninggal), saattidur merasa ada yang mengganggunya seperti:mencekik, mengusap atau memukulnya.

Diagnosis permasalahan possession maupun

gangguan jin, dalam psikologi dan psikiatrimasih kontroversi (Cardena & Gleaves, 2007).Sementara kebutuhan masyarakat terhadappenyembuhan masalah tersebut tidak dapatditunda-tunda. Untuk itulah keberadaan terapialternatif salah satunya terapi ruqyah menjadijawaban, meskipun kajian dan penelitian yangberkaitan dengan masalah-masalah tersebut,terutama dihubungkan dengan sensitifitaskultural, religius, spiritual, maupun trans-personal masih terbatas dilakukan (Johnson &Friedman, 2008).

Terapi ruqyah yaitu terapi dengan mem-bacakan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa yangberasal dari Nabi Saw, yang pembacaannyadiniatkan sebagai ibadah kepada Allah dandilakukan dengan cara serta asas yang benar(Dwiyati, 2008), Khalifa dan Hardie (2005)menyatakan sebagai mengingat Allah danmembaca Qur’an; meniup, menghardik, danmemerintahkan jin untuk meninggalkannya;memohon perlindungan Allah dengan menye-but, mengingat, dan memperhatikan ciptaan-Nya.

Kata ruqyah berasal dari bahasa Arab yangsecara etimologi berarti mantra atau jampi.Menurut istilah syariat Islam, ruqyah adalahbacaan yang terdiri dari ayat al-Qur’an danhadits yang shahih untuk memohon kepadaAllah untuk kesembuhan orang yang sakit,(Bishri, 2005) dan itulah yang disebut sebagairuqyah syariyyah. Memohon kesembuhankepada selain Allah dengan menggunakanbacaan-bacaan atau lainnya dan bukan dari ayatal-Qur’an dan hadits disebutnya sebagai ruqyahsyirkiyyah (Munir, 2005).

Terapi ruqyah merupakan salah satu bentukdari metode spiritualitas (terapi transpersonal,image work, meditasi dan do’a) sebagaimanadikatakan oleh Midasari dan Prabowo (2007),karena dalam terapi ruqyah juga dilakukan do’a-do’a. Istilah terapi (psikoterapi), menurutRowan (1993) berkaitan dengan seseorang yangingin membuka sesuatu dalam dirinya. Psiko-terapi merupakan praktek spiritual dan seba-liknya, hanya yang membedakannya, tindakan

Page 22: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

92 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

spiritual lebih menekankan pada apa yangsesungguhnya terjadi dalam diri, bukan padaapa yang seharusnya terjadi atau apa yangdiinginkan terjadi (Midasari & Prabowo,2007).

Metode spiritualitas adalah cara atau teknikyang digunakan salah satunya untuk mencapaiperubahan kesadaran atau Altered State ofConscoiusness (ASC). ASC dicirikan denganperubahan dalam berpikir, persepsi, danpengendalian prilaku diri (Martindale, 1981;Tart, 1997). Kjellgren, Lyden, dan Norlander(2008) menyatakan selama ASC terjadi penga-laman transpersonal, yaitu semua pengalamanyang terjadi diluar tingkat ego termasuk penga-laman spiritual. Seperti istilah pernyataan“pengalaman yang tak terlukiskan”, ataupengalaman berhubungan dengan sesuatu atauadanya perasaan tertentu berkaitan denganalam semesta. Untuk itulah ASC dalam banyakliteratur yang membahas mengenai psikoterapidan diyakini memiliki fungsi terapeutik ataupenyembuhan (Kaspersen & Hårklau, 2008;Woods, 2009). Atwater (1997) sebelumnya telahmembuktikan, bahwa ASC memiliki pengaruhterhadap penurunan stress, meditasi, mening-katkan tidur, kreatifitas dan penyembuhan.

Hasil studi pendahuluan di Klinik RuqyahKota Gede Yogyakarta pada November 2009,sedikitnya ada 5 orang yang diruqyah dalamsehari dengan berbagai keluhan. Sementara itu,munculnya praktek-praktek ruqyah sepertiustadz Haryono di Bekasi, Tim Majalah Ghoibdi Jakarta, Tim Pemburu Hantu, Ustadz Irvan,Ustadz Zainun di Semarang, Pondok RuqyahTerpadu Fatahillah di Cibubur Jawa Barat,menunjukkan besarnya harapan dan kebutuhanmasyarakat. Penelitian ini dimaksudkan untukmengkaji makna pengalaman subjektif peru-bahan kesadaran (ASC) marqi yang datang diKlinik Ruqyah.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatanfenomenologi yang memfokuskan pada penga-laman subjektif perubahan kesadaran marqi(orang yang diruqyah). Menurut Moleong (2009)

fenomenologi merupakan pandangan berpikiryang menekankan fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan inter-pretasi-interpretasi dunia.

Eksplikasi analisis data mencakup beberapaprosedur. Pertama, menuangkan hasil wawan-cara dan observasi dalam tulisan atau transkripyang bertujuan untuk memahami data secarakeseluruhan. Kedua, menyusun DFI (DeskripsiFenomenologi Individual), yang merupakandeskripsi dari transkrip wawancara. Ketigaadalah mengidentifikasi fase-fase umum disetiap DFI yang selanjutnya membuat eksplikasitema-tema dalam setiap fase, melalui prosesrefleksi peneliti terhadap DFI dan transkripsi.Tahap terakhir adalah membuat sintesis temaberdasarkan penjelasan tema-tema dalamsetiap fase sekaligus integrasinya sebagaiesensi pengalaman dari fenomena secarakeseluruhan.

Subjek penelitian ini adalah marqi yangdatang di klinik ruqyah yang berlokasi di KotaGede dan Kajor, Gamping, Jogjakarta. Denganmenggunakan teknik purposive samplingdalam memilih subjek sebagai sumber datadiperoleh 6 orang ditambah dengan 8 oranginforman. Pengumpulan data subjek denganwawancara mendalam (in-depth interview),dan observasi langsung, terus dilakukansampai inti dari makna pengalaman marqisudah tidak bisa diketahui lagi dan mengalamiexhausted (habis). Ketika subjek tidak lagimemberikan data baru tentang pengalamanini, maka theoretical saturation (titik jenuh)sudah tercapai dan pengumpulan data tidakdiperlukan lagi (Strauss & Corbin, 1990). Dari 6marqi yang menjadi subjek penelitian, penelitipaling sedikit membutuhkan 4 kali pertemuansecara langsung, beberapa kali melalui hu-bungan tilpun dan pesan pendek, disampingjuga melakukan pertemuan langsung denganinforman.

HASIL

Hasil penelitian ini ditunjukkan dalam tema-tema umum subjek (Maman, Daman, Ahmad,

Page 23: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 93

Yani, Tari, dan Lisa) yang muncul pada tigaepisode:

A. Episode Pra Ruqyah

Ada dua tema pokok pada episode praruqyah ini: Pertama, permasalahan, pe-nyakit atau gangguan yang dialami subjekpada umumnya bersifat psikosomatis. Hal initerlihat secara jelas pada semua subjekkecuali Tari, yang memang didiagnosis medisdengan Ca mamae stadium III (kankerpayudara dengan metastase/penyebaran),meskipun dirinya juga mengalami mimpiburuk bertemu dengan makhluk aneh yangmempunyai tanduk dikepalanya yang kebe-tulan tepat dengan posisi tumor yangdialaminya.

Daman, Ahmad, Yani, maupun Lisa,kesemuanya memiliki keluhan fisik padakepalanya seperti terasa berat, ada yangmengikat, sedangkan Ahmad disamping itusecara khusus juga memiliki keluhan rasasakit di dada seperti di tusuk-tusuk khusus-nya daerah jantung, yang dengan pemerik-saan EKG, tidak ditemukan adanya kelainan.Lisa juga memiliki keluhan fisik lainnya yanglokasinya sama dengan Ahmad, yaitu dada-nya terasa berdebar-debar.

Maman sendiri tidak mengeluh tentangpermasalahan fisiknya, tetapi lebih menga-rah ke psiko-spiritual/religius dan supra-natural termasuk untuk permasalahan iniyaitu Daman, Ahmad, Yani, dan Lisa. Khususuntuk Lisa sebenarnya ia telah diagnosisdepresi oleh pihak medis, hanya karenadengan pengobatan justru bertambah parahakhirnya memilih terapi ruqyah.

Secara spesifik Maman menggambarkanpermasalahan dirinya khususnya dari sisiemosi yang sering meledak-ledak danberlebihan. Emosi tersebut tidak saja terjadikarena masalah yang dianggapnya sepelesaja sebetulnya, baik itu di rumah maupundi tempat kerja. Ia menyatakan, hawanyauntuk marah tidak bisa dibendung. Lebih dari

itu, dorongan untuk melawan siapa saja yangberani termasuk atasan secara fisik, demi-kian mendominasinya. Terkait denganmasalah ibadah Maman juga menyampai-kan, terutama untuk solat subuh selaluterlambat dikerjakan karena malasnyauntuk bangun sampai terbit matahari, dankeluhan anehnya adalah setiap kali solatdikerjakan imaginasinya selalu pada sex(teringat hubungan badan).

Kedua, adanya keterkaitan yang bersifatmistik sebagai penyebab dari permasa-lahan. Subjek yang sejak awal sudah men-duga bahwa permasalahannya kemungkinandisebabkan oleh gangguan jin (denganragam istilahnya masing-masing) adalahMaman, Daman, Ahmad, dan Yani. Sedang-kan Lisa dan Tari baru kemudian merekamenghubungkannya setelah proses ruqyahdilakukan.

Maman menghubungkannya dengangangguan jin dalam istilahnya adalah kha-dam, karena memang ia menyadari telahmemiliki 11 ilmu kesaktian atau kanuragan.Daman mengkaitkannya dengan istilah onosing gawe, menurutnya istilah itu sudahlazim di masyarakatnya, sedangkan istilahgangguan jin, santet, maupun sihir, me-nurutnya terlalu kasar. Ahmad menduganyabahwa gangguan jin yang dialaminya berasalkemungkinan dari tiga sumber, pertamapengalaman pernah belajar tenaga dalamwaktu SMP, kedua, riwayat ibunya yangkental dengan dunia mistik, dan ketiga,menghubungkannya karena sering dirinyamengantar dan mendampingi orang di-ruqyah. Sementara Yani, menduganya daridua sumber, yaitu sihir pelet yang awalnyaditujukan pada suaminya tetapi dirinyaterkena imbasnya, dan mendapat waris darisalah seorang penyembuh yang kebetulansemua anaknya penyembuh menolaknya,sementara dirinya meskipun pada awalnyatidak berniat menjadi pewaris, denganterpaksa tidak dapat menolaknya.

Page 24: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

94 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

B. Episode Pengalaman Ruqyah

Ada dua tema pokok pada episode pe-ngalaman ruqyah ini adalah:

1. Tema pengalaman unusual

Tema pengalaman unusual ini padaumumnya berkaitan perlakuan-perlakuanyang terjadi selama dalam proses terapiruqyah. Dimana selama ruqyah, begitumasuk dalam proses terapi, raqi selalumemulainya dengan memperdengarkanbacaan-bacaan qur’an yang telah ditentukandan begitu seterus sampai selesai bacaan.Didalam proses terapi, raqi biasanya akanmengulang-ulang bacaan, memperdengar-kan dengan lebih keras, lebih mendekat-kannya pada telinga marqi, atau bahkanmemberikan tepukan atau pukulan dengantangannya atau tusukan dengan sesuatubenda yang sudah dipersiapkannya (terbuatdari kayu), dan semua perlakuan raqi ter-sebut sangat tergantung dari reaksi marqiyang terjadi dalam proses terapi.

Pengalaman unusual tersebut dapatdikategorikan sebagai pertama, perubahanfisiologis seperti mual-mual, muntah, danmalaise (perasaan tidak enak badan). Kedua,perubahan persepsi sensori seperti sensasihangat, hembusan angin, sensasi nyeri atausakit, kepala berat, dan halusinasi. Ketiga,perubahan emosi seperti menangis, pe-rasaan plong, dan perasaan lepas seperti adayang keluar. Keempat, perubahan tingkatkesadaran seperti mengantuk, tidur, danpingsan. Kelima, perubahan identitas diriseperti ada sesuatu makhluk yang lain selaindirinya. Keenam, perubahan orientasi waktuseperti perasaan waktu berjalan begitu lamadan singkat atau sebentar saja. Ketujuh,perubahan kontrol diri terhadap peristiwayang dialaminya.

Semua subjek mengalami pengalamanunusual tersebut meskipun dengan kadarASC yang berbeda-beda. Subjek yang palingkompleks mengalami ASC adalah Yani danyang sangat minimal adalah Daman. Dan

yang paling khas atau unik ada 4 subjek yaituLisa, Tari, Maman, dan Yani.

Lisa mengalami perubahan emosi yangtidak satupun subjek yang lain mengalami-nya yaitu berupa menangis. Peneliti yangkebetulan dapat mendampingi Lisa saat diruqyah, menilai tangisannya seperti orangyang kesakitan dan bersedih, suara seper-tinya ada kesan bukanlah suara tangisan Lisasebenarnya. Ia sendiri mengisahkan peris-tiwa tersebut datang tiba-tiba dan diluarkendali dirinya. Menangis pada umumnyamenurut pengalaman Lisa, tentu ada sebab-nya yang menghantarkan sehingga kemu-dian menangis. Pada saat diruqyah yangpertama tersebut, benar-benar tidak adasebab musababnya. Pada ruqyah kedua, Lisamenyatakan tidak lagi menangis sepertiruqyah pertama, karena begitu akan me-nangis, mampu mengendalikannya untuktidak menangis, karena ia sadar dan menge-tahui tidak ada alasannya untuk menangis.Lisa tidak mengetahui saat bacaan apakemudian menangis, tetapi atas hasilwawancara peneliti dengan raqiyah (pe-ruqyah wanita), saat dibacakan berulang ayatkursi.

Subjek unik kedua adalah Tari. Ia satu-satunya subjek yang mengalami perubahanpersepsi sensori khas dan tidak dialami olehyang lain, yaitu Tari menggambarkannyaseperti sebuah cahaya putih berbentuk bulatyang keluar dari tumor maupun kankerpayudaranya, meskipun ia sendiri tidakmelihatnya secara kasat mata karena waktuitu dalam keadaan mata terpejam sambilberdzikir. Tari tidak dapat menjelaskan saatperlakuan apa dari raqi, apakah sepertibacaan ayat atau surat tertentu, ia menga-takan tidak mengetahuinya. Tetapi yangdiingatnya adalah, saat raqi menanyakanpada dirinya, apakah mb Tari merasakan adasesuatu? Tari menjawab Ya, dan menggambar-kan sesuatu itu seperti di atas dijelaskan.

Subjek berikutnya yang khas ada duaorang dengan pengalaman yang sama na-

Page 25: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 95

mun dinamika psikologisnya berbeda, yaituMaman dan Yani. Pengalaman yang dimaksudadalah semacam dialog meskipun singkat.Biasanya dalam proses ruqyah, jika raqinyaberpengalaman, ketika ia menangkap adatanda atau gejala yang mencurigakan padadiri marqinya, seperti gerakan terlokalisiryang berpindah-pindah, maka raqi akanmemberikan tepukan atau pukulan, ataumemerintahkannya (yang dipersepsikanraqi sebagai Jin) untuk keluar dari diri marqi,dengan mengatakan: ukhruj!, ukhruj! ataukeluar! keluar!

Maman maupun Yani, mendengar suararaqi yang memerintahkan untuk keluar, dankeduanya menjawab, tidak mau...tidakmau..setiap kali raqi memerintahkanseperti itu. Maman menyatakan peristiwaitu terjadi pada ruqyah yang pertama danYani pada ruqyah yang kedua. Yang perludiketahui, bahwa keduanya baik Mamanmaupun Yani, merasa bukan dirinya yangmenjawab, tidak mau, apalagi Mamanmenyatakan waktu itu dirinya dalamkeadaan pingsan.

2. Tema harapan, pertarungan danpelepasan

Tema ini berkaitan erat dengan motivasiawal marqi dan pemahaman yang diberikanoleh raqi. Subjek yang sejak awal memahamibahwa permasalahannya diakibatkan olehpenguasaan ilmu kotor (ilmu kesaktian-kanuragan) yang esesnsinya adalah refleksibantuan dan kekuatan makhluk gaib ber-nama Jin, maka momen ASC selama prosesterapi ruqyah benar-benar diharapkan.Subjek Maman misalnya, ia menunggu-nunggu reaksi yang terjadi sejak awal prosesruqyah dimulai. Baginya, pengalaman me-lihat orang lain diruqyah dengan komplek-sitas reaksi merupakan indikasi bahwadalam dirinya ada makhluk lain dan ia punmerefleksikan pada dirinya seperti itu. Danpemahaman demikian juga tidak disalahkanoleh raqi.

Pikiran Maman terus berkecamuk, du-gaan mungkin sudah tidak ada lagi Jinnyakarena merasa sampai lama menurutnyabelum juga ada reaksi, silih bergantinyadorongan akan kekhawatiran kalau lepasilmunya bagaimana dirinya menghadapiberbagai kemungkinan kekerasan khusus-nya terkait dengan pekerjaannya dengandorongan pikiran bahwa “kan ada Allah”Yang Maha Kuasa, satu sisi do’a permohonanselama diruqyah juga terus dilantunkan agardilepaskan ilmu yang dimilikinya, sementaraitu juga telinga terus memperhatikan ba-caan raqi sebagaimana dimintanya.

Sampailah akhirnya sebuah penantiandisaat-saat akhir proses ruqyah, begitu iateringatkan akan sesuatu ayat yang pernahdibacanya pada suatu waktu, dan bersamaandengan itu langsung timbul mual-mual yangia rasakan, dan segera pula Maman seolahmenghardik Jin yang ada dalam dirinya: nah,kena lo..! Dan seketika itu pula dugaanpikiran bahwa dalam dirinya sudah tidak adaJin langsung berubah, wah ternyata adaya...munajat kepada Allah agar dikeluarkanJinnya terus pula ia lakukan.

Maman menyakini, bahwa upaya dirinyatidaklah dengan serta merta tidak mendapatperlawanan, karena reaksi mual-mual di-mana Maman berharap untuk segera diakhiridengan muntah yang menurutnya sebagaisimbol lepasnya ilmu yang dimilikinyaternyata seperti ada yang menahannya.Begitulah sampai akhirnya ruqyah punselesai tidak sampai muntah hanya mual-mual saja. Proses dinamika yang terjadi,Maman memaknainya sebagai sebuah per-tarungan-perlawanan-harapan agar dapatmelepaskan ilmunya, yang ia katakan sampaidirinya mengalami malaise dan berkeringat.

C. Episode Penyembuhan

Episode ini dimulai saat berakhirnyaruqyah sampai subjek kembali dalam kehi-dupan sehari-harinya. Ada satu tema pokokyang muncul dalam episode ini, yang me-

Page 26: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

96 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

nandai terjadinya perubahan-pemulihandan pembaharuan kehidupan subjek, yaitutema perubahan-kedekatan.

Semua subjek dengan pengalamannyamasing-masing menyatakan adanya per-ubahan menjadi lebih baik begitu selesairuqyah dibandingkan sebelum memulairuqyah. Termasuk mereka juga melaporkanterjadinya perbaikan atau pemulihan se-telah beberapa waktu kemudian. Bahkan adapula subjek yang menggambarkan terjadinyapembaharuan dalam kehidupannya.

Subjek pada umumnya menyatakantimbulnya kedekatan hubungan denganAllah, seperti yang diungkapkan Tari, Ahmad,Maman, Lisa, maupun Yani. Tari mengatakanbahwa setelah ruqyah tidak saja dirinyasembuh dari penyakit kankernya, tetapi jugatelah mendekatkannya kembali kepadaAllah, dimana kala itu ia pernah menjalanikehidupan di Pondok Pesantren sebagaisimbol bahwa dirinya sebetulnya pernahdekat dengan Allah. Karena kehidupansemasa kuliahlah menurutnya, khususnyakehidupan kos-kosan yang telah melalaikan-nya. Satu hal baru yang menurut Tari iadapatkan dan aplikasikan sebagaimananasehat dari raqinya, bahwa segala urusanapapun serahkanlah kepada Allah. Ung-kapnya, bahwa ini sebagai hal mendasardalam hidupnya. Sampai ia menceritakanperistiwa terakhir semasa kuliah S2 di-semester 2 yang membuat dirinya sampaidown, tidak tahu kemudian apa jadinya jikabenar-benar saya tidak menerapkan prinsiphidup menyerahkan urusan kepada Allah,katanya. Termasuk dirinya menjadi dapatmemahami berbagai hikmah (wisdom)dibalik kejadian-kejadian buruk yang me-nimpanya.

Yani menyatakan, begitu selesai ruqyahdirinya merasa menjadi ringan, tadinyabegitu berat rasanya kepala ini. Yani menjadilebih yakin dan berani untuk menghadapiberbagai godaan pada dirinya pribadi mau-

pun keluarganya. Kala itu, khususnya jikatengah malam bangun dan ingin solattahajud, takutnya luar biasa sampai mrin-ding, kini ia menjadi yakin dan berani bahwasemakin ia takut justru akan senang danbertambah kuat godaan Jinnya, katanya.Yani juga menjadi mengetahui apa kele-mahan dirinya, dan oleh karenanya ia tidakakan larut dengannya. Dalam rumah tang-ganya, kini ia seolah menjadi penasehatspiritual khususnya menghadapi berbagaiujian hidup yang menimpa dan lebih khususlagi pada suaminya, termasuk kini ia lebihberani mendorong dan menfasilitasi agarsuami mempunyai forum pengajian sebagaisalah satu sumber kekuatan psikososial-spiritual.

PEMBAHASAN

Ada dua bagian yang menjadi diskusi ataupembahasan dalam penelitian ini, yaituperubahan kesadaran (ASC) dan terapi ruqyah.

Bagian pertama:Perubahan Kesadaran (ASC)

Diskusi fenomena ASC dalam penelitian inimenggunakan beberapa paradigma atau pers-pektif (Freeman, 2006) dengan mendasarkanpada tema-tema pokok yang muncul sesuaidengan perspektif subjek yaitu sebagai berikut:

A. Pengalaman yang tidak biasa

Pengalaman yang tidak biasa (unusualexperience) terjadi pada subjek dalampenelitian ini, baik pada episode pertama(pra ruqyah) maupun pada episode kedua(pengalaman ruqyah). Subjek menter-jemahkan pengalaman tersebut dalamistilah mereka seperti “aneh”, dan “tidakbiasanya”.

Konteks aneh terkait pengalaman, karenapengalaman tersebut baru sekali itu terjadidalam masa hidupnya. Termasuk jugadikatakan aneh karena pengalaman itukemungkinan kecil terjadi. Misalnya, me-lihat dengan makhluk yang bersifat gaib

Page 27: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 97

dapat dianggap pengalaman yang aneh.

Konteks tidak biasa terkait penga-laman, dikatakan salah seorang subjekkarena biasanya jika ada gejala seperti yangdirasakannya, dengan cara yang sama dapatsembuh, tetapi ini tidak sembuh-sembuhbahkan bertambah gejala lain yang tidakbiasanya. Tart (1997) menyebut pengalamanyang tidak biasa (unusual experience)sebagai bentuk dari altered state of con-sciousness (ASC). Tidak biasa dalam mem-persepsi dirinya, seperti yang dikatakansubjek di atas bentuknya “aneh” maupun“tidak biasanya”. Kata atau istilah aneh dantidak biasanya, sebenarnya ini merupakansimbolisasi (symbolization) dari cara merekamempersepsi pengalaman yang tidak biasadialaminya tetapi tidak mampu mengung-kapkannya dalam kata-kata yang dapatmewakilinya (Tinnin, 1990; Tart, 1997).

Dilihat dari sisi kejadiannya, ASC dapatterjadi secara spontan atau alamiah maupunmelalui suatu induksi tertentu atau di-sengaja. Vaitl et al (2005) menyebutkan salahsatu bentuk ASC yang terjadi secara spontanatau alamiah adalah lamunan atau melamun(daydreaming)dan mimpi atau bermimpi(dreaming).

B. Fenomena “Jin”

Fenomena Jin sebagaimana diungkapkandalam penelitian ini memiliki kesamaandengan karakteristik atau manifestasi gang-guan jin yang diuraikan dalam berbagailiteratur. Meskipun manifestasi yang diuraikandalam literatur tidak semuanya dapat ditemuipada fenomena yang diungkapkan subjek.Beberapa diantaranya termanifestasikansecara fisik: rasa berat, rasa sakit bagian tubuhtertentu, tubuh terasa begitu lemas, termasukinsomnia. Manifestasi psikis: emosional,mudah marah, rasa malas ibadah, amnesia-demensia yang mendadak, merinding, sukamenyendiri, mimpi buruk, mimpi melihatbinatang, termasuk tindihan (Aqila, 2002;Akhmad, 2005).

Perspektif etic memandang bahwa fe-nomena tersebut merupakan perwujudandari adanya gangguan disosiasi (DissociationDisorder) meskipun diagnosis tersebutmasih terjadi kontroversi atau belum adanyakesepakatan (Ng, 2000; Cardena & Gleaves,2007). Diagnostic and Statistical Manual ofMental Disorders (DSM-IV) mengkategori-kan fenomena tersebut sebagai gangguandisosiasi berdasarkan pada dua aspekkriteria, yaitu adanya gangguan atau per-ubahan kesadaran dan adanya gangguankognitif khususnya memori (Ng, 2000).Somer (2006) menambahkannya denganadanya perubahan atau gangguan identitasdiri.

Kontrovesi diagnosis sebagaimana dike-mukakan oleh Cardena dan Gleaves (2007)semakin jelas lagi, ketika ditempatkandalam perspektif lintas budaya atau kultural(cross cultural perspective). Untuk itulah,dalam pemahaman tersebut memandangbahwa fenomena ASC seperti di atas bukandikatakan sebagai gangguan disosiasi yangdisebutnya lebih bersifat klinis, tetapisebagai cultural bound syndrom atau cul-tural bound dissociation (Somer, 2006).Dimana dalam konteks budaya maupunagama, masing-masing memiliki karakte-ristik tersendiri.

Hampir semua subjek mempersepsikanadanya manifestasi gangguan yang merekaalami dengan sesuatu yang bersifat supra-natural, mistik, atau sejenisnya yang diwakilidalam istilah yang sudah membudayadimasyarakat yaitu Jin. Sebagai perban-dingan, pada masyarakat Amerika dimanapandangan biomedis sebagai pandanganyang dominan, mereka memandang gang-guan psikologis maupun masalah-masalahpsikologis berkaitan erat dengan adanyaketidakseimbangan kimiawi otak, dan olehkarenanya mereka mencari pertolongannyapada pihak medis (Good, 1992; Myers, 1998,dalam Edman & Koon, 2000 ). Di India,gangguan atau penyakit jiwa termasuk

Page 28: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

98 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

epilepsi yang dihubungkan dengan adanyakarma, gangguan jin, serta pengaruh roh ataumakhluk halus, maka penyembuh lokal(indigenous healer) menjadi pilihan utamamereka (Banerjee & Roy, 1998, dalam Edman& Koon, 2000). Oleh karenanya, keyakinanagama dan sosial budaya menjadi faktorpenting yang berpengaruh dalam mem-persepsi penyakit atau suatu gangguan baikitu gejala, penyebab, maupun pertolonganatau penyembuhannya (Casto & Eroza, 1998;Csordas & Lewton, 1998; Elliot, Pitts &McMaster, 1992; Garro, 1998, dalam Edman& Koon, 2000). Dapat dipahami, dimanasemua subjek dalam penelitian ini ber-agama Islam, dan dengan latar belakangsosial-budaya yang tidak lepas dari warisandan telah mengakar kuat di masyarakat hal-hal yang bersifat mistik-supernatural mau-pun istilah sejenis lainnya (Springate, 2009).

Perspektif masyarakat sendiri yangdalam hal ini tercermin dalam subjek pene-litian (meskipun secara kuantitatif tidakmemadai), masalah diagnosis atau apapenyakitnya, apa sebabnya, tidak terlalupenting. Kebutuhan mereka adalah, ketikamempunyai masalah, ditangani dalam kadarkemampuan mereka dan sembuh. Untukitulah Bohart (2000) menyatakan, bahwadunia terapi khususnya psikoterapi semakinmemperhatikan aspek-aspek yang berkaitandengan kliennya seperti latar belakangsosial ekonomi kultural, agama, nilai-nilai,dan kemampuannya.

C. Efek terapeutik

Efek terapeutik atau pengaruh penyem-buhan dalam penelitian ini, tidak sajadikandung oleh makna dari terapi ruqyah,tetapi juga terefleksi dari simbolisasi katayang digunakan oleh subjek terhadap prosesterapi yang mereka alami. Ada beberapakata atau istilah dalam bahasa subjek yangdimaksud seperti, “lepas”, “keluar”, “hi-lang”, “berubah”, “tenang”, dan “plong”.Mereka merasakan efek terapeutik tersebut

terutama pada episode ketiga yaitu penye-mbuhan.

Ada beberapa pandangan yang dapatdigunakan untuk memahami fenomenaterapeutik dari terapi ruqyah:

1. Sifat bacaan qur’an

Setiap agama-agama besar dunia me-miliki kitab suci yang mencatat bahwaTuhannya adalah pemilik kekuatan supre-masi dan diyakini oleh pemeluknya.(McCasland, Cairns, & Yu, 1969; Smart, 1994;Whiting, 1983, dalam Richard & Bergin, 2007).Athar (2009) menyatakan, dalam Islam caratuhan Allah memberikan penyembuhansecara langsung melalui kalam-Nya (Al-Qur’an) salah satunya adalah dengan tilawah(pembacaan ayat suci qur’an). Dan terapiruqyah, bentuk perlakuan utamnya adalahtilawah, meskipun semacam dibatasi secarasyari’at pada beberapa surat dan ayattertentu.

Athar (2009) lebih lanjut menjelaskan,bahwa dimensi tilawah secara ilmiah meka-nisme kerjanya berdasarkan prinsip echo(gema suara). Tuntunan islam pun secaraumum sesuai dengan hadist nabi, menga-njurkan agar membaca qur’an dilakukansecara tartil (dibaca secara benar sesuaihukum tajwid: kaidah pembacaan qur’an)dan disuarakan. Artinya, prinsip echo se-sungguhnya telah menyatu dalam kaidah-kaidah tilawah qur’an itu sendiri.

Dalam dunia medis (pengobatan ke-dokteran) prinsip echo ini telah lazimdigunakan sebagai salah satu cara dalamteknologi penyembuhan. Bentuk penyem-buhan yang dimaksud yaitu yang dinamakanlithotripsy. Teknik atau cara ini digunakanbagi pasien yang mengalami batu ginjal,dimana dengan cara ini tidak lagi harusdilakukan operasi secara konvensional,tetapi cukup dengan mengarahkan echopada sasarannya di ginjal, maka batu gin-jalnya akan hancur. Athar (2009) juga mela-

Page 29: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 99

porkan hasil riset mengenai tilawah (pem-bacaan kitab suci Qur’an) terhadap muslimarab, muslim non arab, dan juga pada nonmuslim, dan hasilnya, terjadi penurunantekanan darah, detak jantung, dan menye-babkan relaksasi otot halus.

2. Nilai ibadah

Tidak diragukan lagi, bahwa orang yangberibadah dengan keyakinannya, ditolongbaik secara fisik maupun psikis. Keadaan inidapat dijelaskan dengan prinsip efekplacebo, respon relaksasi, kekuatan yangmengkoneksi jiwa dan raga atau suatupengaruh penyembuhan transenden(Benson, 1996; Borysenko, 1993; Dossey, 1993;Mc Cullough, 1995, dalam Richard & Bergin,2007). Juga ada beberapa bukti, bahwaperbedaan bentuk praktek ibadah memilikiefek yang berbeda pula pada kesejahteraansecara emosional maupun kepuasan hidup(Duckro & Magaletta, 1994; D.G. Richard, 1991;Butler et al., 2002; McCullough & Larson, 1999,dalam Richard & Bergin, 2007). Sebagai contohorang yang hanya melaksanakan ibadahsebatas ritual semata, mereka tampak sedih,menyendiri, depresif, dan tegang. Lain halnyaorang yang melaksanakan ibadah denganpenuh keyakinan (khusyu, tawakal, ikhlas),mereka tampak sejahtera dan bahagia (Poloma & Pendleton, 1991, dalam Richard &Bergin, 2007).

3. Sifat kontemplatif-meditatif

Hasil studi yang dilakukan Benson (1996,dalam Richard & Bergin, 2007) dalam praktekkliniknya, menunjukkan bahwa merekadengan keyakinan/pendirian (convictions)keagamaan dan spiritual lebih dalam, me-miliki respon relaksasi rata-rata lebih tinggi.Carlson et al (1998, dalam Richard & Bergin,2007) juga menemukan bukti pada studiempiriknya yang membandingkan efek-tifitas meditasi ibadah-kebaktian denganrelaksasi otot progressif. Mereka yang serius(khusyu) dengan meditasi ibadahnya, di-

laporkan berkurang prilaku marahnya,kecemasan, maupun ketegangan ototnyadaripada mereka yang serius dalam relaksasiotot progressifnya. Ini sebagai alasan bagikeyakinan atau kepercayaan bahwa praktekspiritual seperti meditasi, kontemplasi danimaginasi keagamaan memiliki kekuatanpenyembuhan yang lebih powerfull denganagama dan spiritual pasien daripada tinda-kan yang memisahkan (secular) atau mem-bersihan keterlibatan aspek keagamaan.

4. Dimensi psikologis

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (Munir, 2005)menuliskan tentang pengaruh ruqyah: “Dengan ruqyah hati menyadari akanfungsinya yang utama yaitu mengenalTuhan Penciptanya. Pengenalan ini akanmembangkitkan harapan akan kesembuhanpenyakit yang diderita, karena sudah me-yakini akan kasih sayang Allah kepadamakhluk-Nya. Keyakinan akan kemurahanAllah, pada gilirannya akan memperkuatketahanan tubuh dan seluruh jaringantubuh akan terangsang untuk menolakpenyakit yang telah menimpa dirinya”. Dariungkapan tersebut tercermin dari siner-gisitas dalam proses terapi ruqyah, dimanaraqi pada beberapa ayat akan melakukanpengulangan-pengulangan bacaan, denganintonasi suara tertentu, memberikan te-pukan (ada stimulus tertentu yang men-stimulasi sistem neurovaskuler), semen-tara itu marqi diminta untuk memper-hatikannya.

Pentingnya pencapaian sinergisitasdalam terapi ruqyah juga tampak, bahwaraqi akan memberikan upaya dan marqi jugamengupayakan diri untuk tidak masuk ataubergeser dalam tingkat kesadaran tidur ataumengantuk. Karena jika terjadi hal demikian,dimensi psikologis pencapaian sinergisitasuntuk memberikan optimalisasi terapeutik,tidak akan berjalan secara efektif. Dan halini telah ditunjukkan beberapa subjek dalampenelitian ini.

Page 30: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

100 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

D. Transformasi religius

Istilah transformasi religius telah digu-nakan oleh Subandi (2009) untuk menggam-barkan pengalaman keagamaan secara lebihluas yang mencakup dari meningkatnyakomitmen terhadap agama yang dianut,transformasi kesadaran (transformation ofconsciousness) dan transformasi diri (trans-formation of the sense of self). Prosestransformasi religius telah ditunjukkandalam penelitian ini oleh sebagian besarsubjek, dan berikut beberapa diantaranyasecara naratif: Pertama, diawali denganhilangnya beban psikologis berupa kepalamenjadi ringan, kaki mudah untuk melang-kah, kemudian kemauan dan realisasiaktifitas keseharian tidak lagi terganggu,akhirnya aktifitas seperti sediakala khu-susnya terjadi peningkatan kuantitas dankualitas aktifitas ibadah lebih khusus lagisolat malam, baca qur’an dan dzikir sebagaikekuatan utama, dan bersamaan dengan itudisadari bahwa pemicu awalnya adalahstressor orang tua, kini terjadi perubahandimana subjek berani menghadapi stressordisamping dukungan lingkungan untukreduksi stressor.

Kedua, diawali dengan lepas-keluarnyasimbolisasi kanker, hilangnya kanker, danbersamaan serta terus dengan itu meme-lihara-meningkatnya amal ibadah sepertipuasa sunah, solat dhuha, solat lima waktupada waktunya, dan tahajud, disampingtotalitas penyerahan segala urusan kepadaAllah. Ketiga, diawali hilangnya bebankepala berat dan sakit, pulihnya kembaliingatan-perhatian dalam solat, timbulnyakeberanian atas ketakutan yang tidakberalasan (diganggu jin), lebih percaya diri,mengetahui kelemahan diri, semangatdalam ibadah. Terakhir, diawali secaralangsung dengan perasaan menjadi lebihtenang, secara bertahap ketika menghadapimasalah biasanya tensi emosi naik, kinimenjadi santai, lebih memahami bawahan,hubungan dengan istri dan anak juga men-

jadi lebih tenang, dan dari aspek ibadahkhususnya solat subuh menjadi tepat waktuyang biasanya molor bangun setelah terbitmatahari.

Bagian kedua:Exorcism, Psikoterapi, dan Terapi Ruqyah

Sebagaimana diketahui bahwa, terapi ruq-yah merupakan suatu bentuk exorcism dalamtradisi agama Islam. Terapi ruqyah ini memilikikesamaan maupun perbedaan dengan exorcismdalam tradisi agama lain. Salah satu kesamaan-nya adalah bahwa terapi ruqyah digunakansebagai cara atau metode untuk mengeluarkanmakhluk lain yang bernama Jin dalam diriseseorang yang telah “mengganggunya”.Seperti ditunjukkan dalam penelitian ini, terapiruqyah yang telah dilakukan pada sejumlahsubjek, dimana mereka sebelumnya menyata-kan bahwa dalam dirinya ada Jin atau men-dapat gangguan Jin, setelah diterapi ruqyahmenyatakan merasakan ada sesuatu yang keluaratau hilangnya gangguan tersebut. Begitu puntradisi penyembuhan exorcism yang dikenaldalam agama Yahudi dan Nasrani, sebagai carauntuk mengeluarkan spirits, demons atau satanyang ada dalam diri seseorang baik untuk tujuanpenyembuhan maupun untuk tujuan sanctityatau kesucian (Pfeifer, 1994). Sementara dalamagama lainnya seperti Budha dan Hindu,peneliti tidak menemukan cara atau teknikdalam pengeluaran Jin. Yoga dan meditasisebagaimana dikenal, lebih merupakan cara-cara peribadatan pada asalnya, meskipunperkembangannya kedua cara tersebut jugadigunakan untuk tujuan kesehatan.

Kesamaan lainnya antara ruqyah denganexorcism adalah dasar pemahamannya meman-dang makhluk yang namanya Jin. Islam danYahudi, Nasrani, dimana dikenal ketiganyasebagai agama samawi (agama langit-ber-ketuhanan esa asalnya), menempatkan Jindalam landasan keyakinan atau keimanan,karena dalam ketiga kitab sucinya, makhlukbernama Jin tersebut memang sudah ada(Pfeifer, 1994).

Page 31: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 101

Adapun perbedaannya, bahwa terapi ruqyahtidak hanya sebagai cara untuk mengeluarkanjin, tetapi juga sebagai metode penyembuhanuntuk berbagai macam penyakit, baik fisikmaupun mental (Munawar & Umar, 1994; Bisri,2005). Dan untuk itu telah ditunjukkan dalampenelitian ini, dimana salah seorang subjekmengalami penyakit fisik berupa Ca MamaeStadium III, dan dinyatakan sembuh secaramedis. Perbedaan lainnya tentu saja dari sisiprosedur dalam proses pengeluaran Jin,disamping juga medianya berbeda.

Berkaitan dengan teknik-teknik dalampsikoterapi khususnya psikoterapi transper-sonal, terapi ruqyah berdasarkan penelitian inijuga ditemukan adanya pengalaman perubahankesadaran (ASC) pada semua subjek. Artinya,jika dikatakan bahwa psikoterapi transpersonalsebagai cara penyembuhan dengan meng-gunakan prinsip pencapaian perubahan kesa-daran, maka terapi ruqyah pun dalam carapenyembuhannya juga terjadi ASC.

Ada dua perbedaan yang mendasar antaraterapi ruqyah dengan psikoterapi transpersonalyang selama ini dikenal, seperti meditasi, yoga,terapi musik, modifikasi perilaku, maupunlainnya. Pertama, sifat ASC-nya, jika dalampsikoterapi transpersonal pengalaman-penga-laman subjektif menunjukkan adanya perasaanyang cenderung positif atau menyenangkan,temuan dalam penelitian ini justru sebaliknya.

Kedua, jika terapi ruqyah yang dilakukan didalam konteks agama, teknik-teknik psikoterapitranspersonal yang beberapa diadopsi daritimur seperti yoga dan meditasi khususnyacenderung dipisahkan dari fondasinya yaituagama atau keimanan. Hal tersebut sebagai-mana ditegaskan oleh Wulff (1992, dalamSubandi, 2009) bahwa meditasi dilakukandalam konteks sekuler tanpa gagasan apa puntentang kekuatan atau kekuasaan Tuhan atauAllah. Padahal dalam terapi ruqyah, hal inisangat ditekankan secara mendasar bahkan baikraqi maupun marqi diwajibkan untuk menyakinibahwa yang menyembuhkan semata adalahAllah.

Terkait dengan makna pengalaman ASC,peneliti sepakat dengan Subandi (2009), tanpadasar keagamaan atau keimanan yang me-madai, pengalaman tersebut menjadi kurangbermakna. Diperkuat dalam penelitian ini,bahwa subjek yang melakukan terapi ruqyahyang awalnya semata untuk tujuan penyem-buhan, tidak saja itu yang mereka dapatkan,tetapi juga memberikan makna atau arti bagikehidupan mereka yang ditunjukkan dalambentuk terjadinya transformasi religius.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa:

1. Telah terjadi perubahan kesadaran padaorang yang diruqyah khususnya selamadiruqyah yaitu beragam dari “normal state”(sadar), “sleepy state”(mengantuk), hingga“sleep state” (tertidur).

2. Perubahan kesadaran yang terjadi setelahdiruqyah:

a. Jangka pendek

Perubahan kesadaran yang terjadi begituselesai ruqyah berupa perasaan tenangyang sebelumnya diliputi kegelisahan,lega atau plong, perasaan menjadi ringanyang sebelumnya seperti ada yang mem-bebani, maupun seperti perasaan ter-lepas dari ikatan.

b. Jangka panjang

Perubahan kesadaran yang terjadi be-berapa waktu setelah ruqyah sepertiperubahan sikap menjadi lebih bersabaryang sebelumnya penuh dengan kema-rahan dan emosi, menjadi lebih beranimenghadapi stressor yang sebelumnyadipenuhi ketakutan, menyadari keku-rangan diri, dan perubahan kondisikeagamaan yang sebelumnya cenderungIslam abangan menjadi Islam taat.

3. Perubahan kesadaran yang terjadi dimaknaisebagai proses penyembuhan dan transfor-masi keagamaan (transformation of religius).

Page 32: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

102 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu:

1. Kepada masyarakat luas khususnya yangmemanfaatkan ruqyah sebagai terapi:

a. Untuk penyembuhan gangguan jiwakhususnya depresi yang tidak responsifdengan pengobatan medis, direkomen-dasikan menjalani terapi ruqyah minimaldua kali.

b. Penyembuhan penyakit fisik khususnyakanker dan lebih khusus lagi kankerpayudara yang tidak memilih untukterapi medis, direkomendasikan menja-lani terapi ruqyah minimal 5 kali.

c. Keluhan yang bersifat psikosomatis dantidak memilih terapi medis, direkomen-dasikan menjalani terapi ruqyah minimal2 kali.

d. Gejala gangguan jiwa yang tidak res-ponsif dengan terapi medis dan diyakinikarena sihir, direkomendasikan men-jalani terapi ruqyah minimal 2 kali.

e. Mereka yang menginginkan melepaskekuatan tenaga dalam atau kesaktian-nya, direkomendasikan menjalani terapiruqyah minimal juga 2 kali.

2. Bagi dunia akademik khususnya kalanganyang bergerak dibidang psikologi trans-personal maupun kedokteran jiwa:

a. Diperlukan penelitian lebih lanjut khu-susnya dengan pendekatan eksperi-mental untuk membuktikan efektifitasterapi ruqyah khususnya dengan masalahatau gangguan jiwa.

b. Perlunya kajian-kajian ilmiah lainnyaseperti diskusi atau seminar mengenaiterapi ruqyah, karena terapi ruqyahmerupakan salah satu modalitas terapiyang berbasis kultural religius dan terusberkembang di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, P. (2005). Ruqyah Syar’iyyah vs RuqyahGadungan, seri PsikoterapiRuqyah. Yogyakarta: QuranicMedia Pustaka.

Aqila (2002). Kesaksian Raja Jin: MeluruskanPemahaman Alam Gaib denganSyariat. Jakarta: Senayan Abadi.

Athar, S. (2009). Prayer and Healing. AAMOTimes, 06,4-6, www.aamo-net.org.Diakses tanggal, 23 Juni 2010.

Atwater, F. H. (1997). Inducing Altered State ofConsciousness with Bineural BeatTechnology. Proceeding of the 8th

International Symposium on NewScience, 11-15.

Bisri, H. (2005). 53 Penjelasan Lengkap tentangruqyah Terapi gangguan sihir & jinsesuai syariat Islam. Jakarta: GhoibPustaka.

Bohart, A. C. (2000). The client is the mostimportant common factor: clients’self-healing capacities andpsychotherapy. Journal ofPsychotherapy Integration, 10 (2),127-149.

Cardena, E., & Gleaves, D. H. (2007). DissociativeDisorders, www.psychology.lu.se/psyk/...%20annat/EC%20E%20I-1%20c13.pdf

Dwiyati (2008). Terapi Ruqyah Syar’iyyah untukMengusir Gangguan Jin:Studi Kasusdi Baitur Ruqyah Asy-Syar’iyyahKotagede Yogyakarta. Skripsi. UINSunan Kalijaga, Yogyakarta.

Edman, J. L., & Koon, T. Y. (2000). Mental illnessbeliefs in Malaysia: ethnic andintergenerational comparisons.International Journal of SocialPsychiatry, 46 (2), 101-109.

Page 33: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 103

Freeman, A. (2006). A daniel come tojudgement?: dennett and therevisioning of transpersonaltheory. Journal of ConsciousnessStudies, 13 (3), 95–109.

Johnson, C. V., & Friedman, H. L. (2008).Enlightened or delusional? :diffrentiating religious, spiritual,and transpersonal experiencesfrom psychopatology. Journal ofHumanistic Psychology, 48 (4), 505-527.

Kaspersen, M., & Hårklau, H., (2008). Emotionalprocessing - psychotherapy andaltered states of consciousness:principles, therapeuticpossibilities and challenges.Article. Psykologisk Tidsskrift, NR.3,19-25.

Khalifa, N., & Hardie, T. (2005). Possession andjinn. Journal of The Royal Societyof Medicine, 98, 351-353.

Kjellgren, A., Lyden, F., & Norlander, T. (2008).Sensory isolation in flotation tanks:altered states of consciousnessand effects on well-being. TheQualitative Report, 13 (4), 636-656.

Martindale, C. (1981). Cognition andconsciousness. Homewood. IL:Dorsey Press.

Midasari, Y.B., dan Prabowo, H., (2007). AlteredState of Consciousness, Afirmasi,dan Visualisasi untuk MengatasiMasalah Obesitas, ProceedingPESAT(Psikologi, Ekonomi, Sastra,Arsitek dan Sipil), 2, B78-B82.

Moleong, L. J. (2009). Metode PenelitianKualitatif. Edisi Revisi. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.

Munawar, S.A.H., & Umar, A.R. (1994). SistemKedokteran Nabi Kesehatan danPengobatan menurut PetunjukNabi Muhammad SAW. Semarang:Penerbit Dina Utama Semarang.

Munir, A.A. (2005). Hukum Ruqyah Dalam Islam.Hukum Islam, 12 (10), 96-97.

Ng, Y.B. (2000). Phenomenology of Trance StatesSeen at a Psychiatric Hospital inSingapore: A Cross-Cultural,Transcultural Psychiatry,( Article),37 (4), 560–579.

Pfeifer, S. (1994). Beliefs in Demons andExorcism in Psychiatric Patient inSwitzerland. British Journal ofMedical Psychology, 67, 247-258.

Qadri, M.A. (2005). Spiritual Healing in Islam.Islamic Educational and CulturalResearch Center (IECRC).www.iecrcna.org/publications/.Diakses tanggal, 23 Juni 2010.

Richard, P.S., & Bergin, A.E. (2007). A SpiritualStrategy for Counsling andPsychotherapy. Second Edition.APA. Washington, DC.

Rowan, J. (1993). The Transpersonal:Psychotherapy and Counseling.New York: Routledge.

Somer, E. (2006). Culture-BoundDissociation:AComparativeAnalysis. PsychiatricClinics North America, 29, 213–226.

Springate, L. (2009). Kuda Lumping danFenomena Kesurupan Massal: DuaStudi Kasus Tentang KesurupanDalam Kebudayaan Jawa. Skrips,Australian Consortium for in-Country Indonesian Studies(ACICIS)- Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik UniversitasMuhammadiyah Malang.

Page 34: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

104 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Strauss, A.L. & Corbin, J. (1990). Basic ofQualitative Research: GroundedTheory Procedurs and Techniques.Newbury Park: Sage Publications.

Subandi. (2009). Psikologi Dzikir, PublikasiFakultas Psikologi UGM,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tinnin, L. (1990). Mental Unity, Altered State ofConsciousness and Dissociation.Dissociation, III (3), 154-159.

Tart, C.T. (1997). Six Studies of Out-of-the-BodyExperiences. Article (Journal ofNear Death Studies), http://w w w . t h e g o d 7 2 0 . c o m /Six%20Studies%20of%20%28

O B E % 2 9 % 2 0 -%20Charles%20Tart.pdf, diunduhtgl. 31 Juli 2010.

Vaitl, D., Birbaumer, N., Gruzelier, J., Jamieson,G.A., Kotchoubey, K.B., Ku ¨bler, A.,Lehmann, D., Miltner, W.H.R., Ott,U., Pu ¨tz, P., Sammer, G., Strauch,I., Strehl, U., Wackermann, J., &Weiss, T. (2005). Psychobiology ofaltered states of consciousness.Psychological Bulletin, 131 (1),98–127.

Woods A. (2009). The Use and Function ofAltered States of Consciousnesswithin Dance/Movement Therapy.Thesis, Drexel University.

Page 35: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

105

ABSTRACT

Background.The high variety of disease outbreaks indicate that preventive programs thatapplied in the community has not been implemented properly, such as disease outbreaks orDengue Hemorrhagic Fever. The purpose of this study is to determine the level of knowledgeabout dengue, knowing Village neighborhood, find out the relationship between the level ofknowledge of respondents with the incidence of DHF, knowing the relationship between theenvironment and the occurrence of DHF.

Methodology. This research was conducted in the Village Madegondo, Sukoharjo district inAugust 2010. This research method using Correlational descriptive study, using cross sectionalapproach. The sampling method was accidental sampling.

Result and discussion.The results of this study based on the Pearson chi-square test resultsis 11.669> 5.99 (chi-square table with df 2), and p value (0.003) below 0.05. so the conclusionthere was a correlation between the level of knowledge of the incident, while based on thePearson chi-square test results is 11.760> 5.99 (chi-square tables with df 2), and p value(0.001) below 0.05 so that there is a relationship between the conclusions drawn environmentand the occurrence of DHF.

Recommemdation. Suggestions from this study are intended for the public to seek moresources of information or add to knowledge, particularly about the DHF (Dengue HemorrhagicFever) held by health workers or health centers, educational institutions in order to add to theliterature on DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) as study material for students in conductinghealth education to the public.

Keywords: Dengue, Environment, Knowledge Level

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, DANLINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI DESA MADEGONDO, KABUPATENSUKOHARJO

Iis Lestari*)

PENDAHULUAN

Indonesia sehat tahun 2010 difokuskan padaupaya preventif yaitu pencegahan penyakit.Tingginya berbagai wabah penyakit menun-jukan bahwa program preventif yang diapli-kasikan di masyarakat belum dilaksanakandengan benar. Diantaranya adalah wabahpenyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD.

Sampai saat ini di tiap pelosok baik kotamaupun desa selalu ada kematian yang ditim-bulkan oleh penyakit tersebut (Depkes RI,2000).

Penyakit demam berdarah dengue adalahpenyakit yang disebabkan oleh infeksi virusdengue. Virus ini mempunyai 4 serotipe yangdisebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

* Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKES Yogyakarta

Page 36: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

106 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Keempat serotipe ini terdapat di Indonesia.Penyebab terberat penyakit dengue diIndonesia adalah disebabkan oleh serotipeDEN-3. Bila seseorang terinfeksi salah satuserotipe virus dengue tersebut biasanyamenimbulkan demam dengue (DD). Orang yangterkena DD akan kebal seumur hidup terhadapinfeksi serotipe tersebut, namun hanya kebalsementara terhadap serotipe lainya. Bilakemudian orang tersebut mendapat infeksivirus dengue untuk kedua kali dari serotipelainya, maka orang tersebut dapat menderitapenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Olehkarena itu pada suatu daerah yang mempunyaidua atau lebih serotipe virus dengue mem-punyai resiko timbulnya penyakit dengue yanglebih berat (Anwar, 2007).

Di Indonesia, penyakit DBD termasuk salahsatu penyakit menular yang dapat menim-bulkan wabah. Sampai saat ini DBD di Indonesiamasih merupakan penyakit yang sering ber-jangkit dan merupakan penyakit musiman(September - Februari), sedangkan daerahurban yang berpenduduk padat, puncak pen-derita sekitar bulan Juni-Juli bertepatan denganawal musim kemarau. Meskipun begitu padamusim penghujan (Februari-April) juga seringberjangkit DBD seperti pada pasca banjir dikawasan Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Depok-Bekasi) (Misnadiarly, 2009).

Sampai saat ini penyakit Demam BerdarahDengue masih menjadi masalah kesehatanmasyarakat di Indonesia. Angka kesakitan dankematian DBD di berbagai negara sangatbervariasi. Jumlah kasus penyakit dengue diseluruh dunia meningkat dari tahun ketahun.Peningkatan ini sejalan dengan semakin baik-nya transportasi yang memungkinkan ber-pindahnya virus dengue dan nyamuk aedesaegypti sebagai vektor penular dari satu daerahke daerah lain, bahkan dari satu negara kenegara lainya. Disamping itu semakin majunyateknologi semakin banyak digunakan wadahdari plastik, karet, botol, atau kaleng yang tidakdibarengi dengan pendidikan yang memadaikepada masyarakat tentang bagiamana mem-

buang wadah bekas tersebut, dapat menjaditempat yang ideal bagi berkembang biaknyanyamuk penyebar penyakit dengue (Anwar,2007)

Menurut Laporan Dinas KesehatanSukoharjo, tahun 2010, Penyakit DBD semakinmeningkat di wilayah Sukoharjo. Hal ini di-sampaikan oleh Rustiningsih selaku KepalaBidang Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)Sukoharjo bahwa pada pekan ke-13 atau padabulan April, 2 orang warga kembali menjadikorban dan dinyatakan meninggal akibatpenyakit tersebut. Total warga yang meninggalakibat DBD pada 2010 ini sebanyak 4 orang.Sementara 24 korban lainnya dinyatakan ter-kena Dengue Shock Syndrom (DSS) dan 80lainnya positif terjangkit DBD.

Menurut Laporan Puskesmas Grogol, tahun2010, Daerah wilayah Puskesmas Grogol,Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 8 desa. Padabulan Januari sampai bulan Maret 2010,Puskesmas telah merawat 38 pasien yangterdiagnosa Demam Berdarah dengan 1 pasienmeninggal, pada tahun sebelumnya DB terjadi243 kasus, paling banyak di desa madegondodengan jumlah penderita 56 orang dan yangpaling sedikit di desa pandeyan dengan jumlahpenderita 5 orang. Dari keseluruhan kasusterjadinya DBD di daerah wilayah puskesmasGrogol.

Pengetahuan tentang DBD sangat pentingbagi masyarakat. Hal ini erat kaitanya dengancara dan pola pikir masyarakat mengenai DBDdan cara menaggulanginya. Pengetahuanmerupakan hasil proses keinginan untukmengerti, dan ini terjadi setelah seseorangmelakukan penginderaan terutama inderapendengaran dan penglihatan terhadap obyektertentu yang menarik perhatian terhadapsuatu objek. Dari 2 keluarga yang mendapatpertanyaan tentang Demam Berdarah daripeneliti, dapat di simpulkan pengetahuanmasyarakat sudah cukup baik, karena daripertanyaan yang di sampaikan peneliti, keba-nyakan dapat dijawab dengan benar, sedangkan

Page 37: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 107

gambaran lingkungan di Desa Madegondo,Kabupaten Sukoharjo mempunyai lingkunganyang cukup bersih, tetapi masih didapatkankebiasaan masyarakat yang masih terlihatmembuang sampah sembarangan, kebiasaanmenggantung pakaian, frekuensi pengurasantempat penampungan air yang tidak berkala,kurangnya peran serta masyarakat dalampelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk(PSN), juru pemantau jentik yang tidak berjalan(JUMANTIK), dan kurangnya penyuluhan ten-tang DBD.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan me-tode penelitian Analitik Correlational, yaitusuatu metode penelitian yang dilakukan untukmengetahui antara gejala satu dengan gejalayang lain atau variabel satu dengan variabel lain(Notoatmojo S, 2005), dengan menggunakanpendekatan cross sectional yaitu suatu pen-dekatan penelitian dimana variabel-variabelyang termasuk diobservasi sekaligus dalamwaktu yang sama (Notoatmodjo, 2002).

Populasi yang digunakan dalam penelitianini adalah seluruh Kepala Keluarga yang tinggaldi desa Madegondo Kabupaten Sukoharjo padabulan agustus 2010 yang berjumlah 1447 KK.Adapun sampel yang diambil pada penelitianini adalah sebanyak 94 KK.

Data hasil penelitian dianalisis secaraunivariat dan bivariat kemudian disajikandalam bentuk tabel distribusi frekuensi padamasing-masing variabel penelitian.analisisbivariat bertujuan untuk mengetahui hubunganantara vatiabel bebas dan variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini di dasarkan pada datayang telah diperoleh dari pemberian kuesionersecara langsung kepada responden yangberjumlah 94 responden di Desa Madegondo,dan hasil tersebut peneliti sajikan dalambentuk tabel dan narasi.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Tingkat Pengetahuan TentangDBD (Demam Berdarah Dengue) di DesaMadegondo Kabupaten Sukoharjo

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwatingkat pengetahuan tentang DBD warga DesaMadegondo Kabupaten Sukoharjo sebagianbesar mempunyai pengetahuan sedang ber-jumlah 60 responden (63,8%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi BerdasarkanLingkungan di Desa Madegondo KabupatenSukoharjo

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwagambaran lingkungan di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo sebagian besar tidak adalingkungan yang menyebabkan terjadinya DBDdengan jumlah 63 responden (67,0%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Kejadian DBD (DemamBerdarah Dengue) di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo

Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Dari tabel di atas, gambaran kejadian DBD

Page 38: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

108 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

(Demam Berdarah Dengue) di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwasebanyak 86 responden (91,5%) tidak men-derita DBD.

Tabel 4 Distribusi Menurut Tingkat Pengetahuandan Kejadian DBD di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo

Chi square = 11,669 p value = 0,003

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwasebagian besar warga Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo yang menderita DBDdengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak4 responden (6,7%), tingkat pengetahuankurang 3 responden (42,9%), dan tingkatpengetahuan tinggi 1 responden (3,7%).Sedangkan yang tidak menderita DBD dengantingkat pengetahuan sedang sebanyak 56responden (93,3%), dengan tingkatpengetahuan tinggi 26 responden (96,3%) dantingkat pengetahuan kurang 4 responden(57,1%).

Berdasarkan pearson chi-square, didapatkannilai 11,669 > 5,99 (chi-square tabel dengan df2), dan p value (0,003) kurang dari 0,05. sehinggadiambil kesimpulan ada hubungan antaratingkat pengetahuan dengan kejadian DBD(Demam Berdarah Dengue) di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Lingkungan danKejadian DBD di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo

Chi square = 11,760 p value = ,001

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwalingkungan di Desa Madegondo KabupatenSukoharjo, yang tidak menyebabkan terjadinyakejadian DBD sebanyak 62 responden yang tidakmenderita dan yang menderita DBD sebanyak1 responden, sedangkan lingkungan yang dapatmenyebabkan terjadinya DBD dengan res-ponden yang tidak menderita DBD sebanyak 24dan yang menderita DBD sebanyak 7 res-ponden.

Berdasarkan pearson chi-square, didapatkannilai 11,760 > 5,99 (chi-square tabel dengan df2), dan p value (0,001) kurang dari 0,05. sehinggadiambil kesimpulan ada hubungan antaralingkungan dengan kejadian DBD (DemamBerdarah Dengue) di Desa Madegondo Kabu-paten Sukoharjo.

PEMBAHASAN

A. Tingkat Pengetahuan tentang DemamBerdarah Dengue

Dari hasil penelitian yang diperoleh,gambaran tingkat pengetahuan tentangDBD di Desa Madegondo KabupatenSukoharjo sebagian besar mempunyaitingkat pengetahuan sedang, yaitu sebesar63,8% atau 60 responden dari 94 respondenyang diteliti. Pengetahuan yang luas tentangDBD akan mempengaruhi sikap dan perilakuseseorang tentang bagaimana mencegah,memberantas dan menghadapi masalahDBD. Pengetahuan tentang DBD itu sendiri

Page 39: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 109

dapat didapatkan dengan berbagai caradiantaranya melalui media elektronikseperti radio, televisi, internet, media cetakseperti Koran, majalah, tabloid, liflet, ataudengan cara bertanya langsung kepadapetugas kesehatan atau tenaga kesehatansetempat, dan lain-lain.

Dari kuesioner yang telah di isi olehreponden, sebanyak 7,4% responden mem-punyai pengetahuan yang kurang, yaitudalam hal pengetahuan mengenai tempat-tempat yang disukai nyamuk Aedes Aegeptyuntuk beristirahat dan resiko terbesar yangdapat terjadi apabila terkena Demam Ber-darah. Pengetahuan itu sendiri di pengaruhioleh tingkat pendidikan, dimana pengeta-huan kesehatan akan berpengaruh kepadaperilaku sebagai hasil jangka menengah(intermediate impact) dari pendidikankesehatan, selanjutnya perilaku kesehatanakan berpengaruh pada meningkatnyaindikator kesehatan masyarakat sebagaikeluaran dari pendidikan. Pengetahuan jugadapat di pengaruhi oleh sosial ekonomi,informasi, budaya atau agama dan penga-laman. Lingkungan sosial akan mendukungtingginya pengetahuan seseorang, sedang-kan ekonomi, apabila seseorang mempunyaiekonomi yang baik diharapkan akan mampumemenuhi kebutuhan gizi yang baik pulasehingga dapat meningkatkan daya tahantubuh yang tidak mudah terserang penyakit,disamping itu dengan ekonomi yang tinggidiharapkan masyarakat dapat meraih pen-didikan yang tinggi, sehingga tingkat penge-tahuan akan tinggi pula.

Pengetahuan atau kognitif merupakandomain yang sangat penting untuk terben-tuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan merupakan responsseseorang terhadap stimulus atau rang-sangan yang masih bersifat terselubung,atau tindakan nyata seseorang yang belumterwujud (overt behavior).

Dari keseluruhan kuesioner tingkatpengetahuan yang telah di berikan dan telah

di isi oleh responden, di dapatkan palingbanyak responden tidak bisa menjawabatau menjawab salah pada pernyataan no 9tentang masalah pencegahan agar tidakterjadi gigitan oleh nyamuk Aedes Aegeptydengan menggunakan pencegahan pema-kaian kelambu. Hal ini di sebabkan karenamenurut beberapa responden yang telahditanya oleh peneliti, kebanyakan respon-den berpendapat apabila ada pemakaiankelambu di dalam rumah atau kamar-kamar,maka kelambu tersebut akan menjaditempat hinggap atau istirahat bagi nyamukpenular Demam Berdarah. Pendapat masya-rakat tesebut bertentangan dengan teoriKandun (2005) yang menyebutkan bahwapemakaian kelambu dapat mencegah darigigitan Nyamuk Penyebab Demam Ber-darah. Pengetahuan masyarakat akan haltersebut harus di ubah guna pencegahanterjadinya kasus Demam Berdarah yanglebih banyak dengan cara memberikanpenyuluhan atau komunikasi edukasi daninformasi kepada masyarakat, agar terjadiperubahan pola pikir tersebut diatas.

B. Lingkungan di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo

Dari hasil penelitian yang diperoleh,gambaran lingkungan di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo, sebagian besar ling-kungannya tidak menyebabkan terjadinyaDBD, yaitu sebesar 67,0% dari 94 responden.Lingkungan disini, yang erat kaitannyadengan DBD (Demam Berdarah Dengue)adalah tempat penampungan air, keadaansekitar rumah meliputi banyaknya tanamanhias, kaleng-kaleng bekas yang tidak diber-sihkan secara berkala, kelembaban ruangandan ventilasi yang kurang, kebiasaan meng-gantung pakaian yang sudah dipakai, sertaselokan yang tidak mengalir dan tidakdibersihkan secara teratur. Dari kuesioneryang dibagikan kepada responden, sebanyak33% responden menyatakan ada lingkunganyang dapat memnyebabkan Demam Ber-darah. Adapun lingkungan yang dapat

Page 40: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

110 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

menyebabkan Demam Berdarah tersebutantara lain kebiasaan masyarakat meng-gantung pakaian yang sudah di pakai, ba-nyaknya selokan dan kaleng-kaleng bekasyang tidak dibersihkan secara teratur danadanya tempat penampungan air yang tidakdi kuras secara berkala.

Menurut Satari dan Meiliasari, (2004)menunjukkan bahwa kondisi tempat penam-pungan air yang tidak di bersihkan secaraberkala dapat memberikan kesempatanpada nyamuk untuk hidup dan berkembang-biak. Hal ini dikarenakan tempat penam-pungan air masyarakat Indonesia umumnyalembab, kurang sinar matahari dan sanitasiatau kebersihannya yang tidak terjagakarena pengetahuan masyarakat yangkurang dalan pencegahan lingkungan pe-nyebab Demam Berdarah.

C. Hubungan Tingkat PengetahuanDengan Kejadian DBD (DemamBerdarah Dengue) di Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo

Berdasarkan penelitian terhadap 94warga Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjotentang Hubungan Tingkat Pengetahuandengan Kejadian DBD (Demam BerdarahDengue) diperoleh data sebagai berikut:

Sebagian besar warga Desa MadegondoKabupaten Sukoharjo yang menderita DBDdengan tingkat pengetahuan sedang seba-nyak 4 responden (6,7%), tingkat pengeta-huan kurang 3 responden (42,9%), dantingkat pengetahuan tinggi 1 responden(3,7%). Sedangkan yang tidak menderita DBDdengan tingkat pengetahuan sedang seba-nyak 56 responden (93,3%), dengan tingkatpengetahuan tinggi 26 responden (96,3%)dan tingkat pengetahuan kurang 4 res-ponden (57,1%).

Berdasarkan pearson chi-square, di-dapatkan nilai 11,669 > 5,99 (chi-square tabeldengan df 2), dan p value (0,003) dibawah0,05. sehingga diambil kesimpulan adahubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kejadian DBD (Demam BerdarahDengue) di Desa Madegondo KabupatenSukoharjo.

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengeta-huan merupakan hasil proses keinginanuntuk mengerti, dan ini terjadi setelahseseorang melakukan penginderaan ter-utama indera pendengaran dan pengeli-hatan terhadap obyek tertentu yang me-narik perhatian terhadap suatu objek.

Dari hasil penelitian di dapatkan bahwamasyarakat di Desa Madegondo KabupatenSukoharjo, sudah mempunyai pengetahuanyang baik tentang penyakit Demam Berdarahbaik gejala, cara penularan, pencegahan dancara pemberantasannya. Diharapkan daripengetahuan yang dimiliki tersebut, masya-rakat dapat menerapkan dan menjalankandalam perilaku sehari-hari.

Walaupun sebagian responden sudahmempunyai pengetahuan yang cukup,tetapi masih ada 7,4% responden yangmempunyai pengetahuan yang kurangmengenai Demam Berdarah Dengue. Hal inidisebabkan karena sebagian masyarakatsedah merasa cukup dengan pengetahuanyang dipunyai dan tidak mau mencari infor-masi baik melalui bertanya dengan tenagakesehatan atau sumber yang lain.

Hal ini sesuai dengan penelitian Florida(2008), tentang hubungan antara tingkatpengetahuan kepala keluarga dengan keja-dian Demam Berdarah Dengue di DesaGondang Tani Kabupaten Sragen denganhasil penelitian ada hubungan antara ting-kat pengetahuan kepala keluarga dengankejadian Demam Berdarah Dengue di DesaGondang Tani Kabupaten Sragen.

Tingkat pengetahuan pada masyarakatterbentuk dan di pengaruhi beberapa hal,diantaranya pendidikan ,budaya, sosialekonomi, informasi dan pengalaman. Me-nurut penelitian yang dilakukan oleh Rogers(2002), tingkat pengetahuan mencakup 6tingkatan, yaitu tahu, memahami,

Page 41: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 111

mengaplikasi, menganalisis, sintesis, evaluasi.Setelah terjadi proses diatas yang didasaridengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapyang positif, maka perilaku tersebutakanberlangsung lama. Sebaliknya, apabilaperilaku tersebut tidak didasari denganpengetahuan, maka kesadaran tidak akanberlangsung lama. Pengetahuan seseorangdipengaruhi tingkat kematangan perkem-bangan yang di proses melalui motivasi daridalam dalam dirinya sesuai dengan penga-laman yang telah dilaluinya.

D. Hubungan Lingkungan Dengan KejadianDBD (Demam Berdarah Dengue) di DesaMadegondo Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan penelitian terhadap 94warga Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjotentang Hubungan Lingkungan denganKejadian DBD (Demam Berdarah Dengue)diperoleh data sebagai berikut:

Sebagian besar lingkungan di DesaMadegondo Kabupaten Sukoharjo, tidak adalingkungan yang menjadi penyebab DBDdengan responden yang tidak menderitasebanyak 62 (98,4%) dan yang menderitaDBD sebanyak 1 responden (1,6%), sedang-kan lingkungan yang dapat menyebabkanDBD ada 24 responden (77,4%) yang tidakmenderita dan ada 7 responden (11,7%)yang menderita.

Berdasarkan pearson chi-square, di-dapatkan nilai 11,760 > 5,99 (chi-square tabeldengan df 2), dan p value (0,001) dibawah0,05. sehingga diambil kesimpulan adahubungan antara lingkungan dengan keja-dian DBD (Demam Berdarah Dengue) di DesaMadegondo Kabupaten Sukoharjo.

Lingkungan adalah tempat dimana suatumakhluk hidup itu tumbuh dimana meliputiunsur unsur penting seperti tanah air danudara, lingkungan sendiri memiliki arti pentingdalam kehidupan setiap makhluk hidup.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwafaktor lingkungan mempunyai pengaruh

terhadap kejadian Demam Berdarah. Seba-nyak 33% responden di Desa Madegondomenyatakan ada lingkungan yang dapatmenyebabkan kejadian DBD, antara lainbanyaknya masyarakat yang mempunyaikebiasaan menggantung pakaian yang habisdipakai, tidak teraturnya pengurasan tem-pat penampungan air dan banyaknya se-lokan dan kaleng-kaleng bekas yang tidakdibersihkan secara berkala. Hal ini eratkaitanya dengan perilaku masyarakat yangmasih kurang dalam menjaga kebersihanlingkungan, terutama yang berhubungandengan kejadian DBD. Dalam merubahprilaku seseorang memang sangat sulit.Perilaku dibentuk oleh keboasaan yangdipengaruhi oleh adat (budaya), tatanannorma yang berlaku di masyarakat (sosial),dan kepercayaan (agama). Dan perilakuumumnya tidak terjadi secara tiba-tiba (PERINASIA, 2004). Dan menurutNotoatmodjo, 2003 domain perilaku sendiriada 3 yaitu pengetahuan, sikap dan praktekatau tindakan.

Hal ini sesuai dengan penelitianWidayana (2008) di Pacitan, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBDantara lain:

1. Kebiasaan menggantung pakaian

2. Siklus pengurasan tempat penampunganair >1 minggu sekali

3. Tempat penampungan air yang berjentikdan halaman yang tidak bersih

Perilaku seperti kebiasaan menggantungpakaian pada masyarakat umumnya sulituntuk diubah. Untuk merubah perilakuseseorang agar menjaga kebersihan ling-kunganya harus melalui penegetahuan dansikap. Pada penelitian ini didapatkan tingkatpengetahuan yang sudah cukup baik se-hingga diharapkan dengan pengetahuanyang dimiliki, masyarakat dapat menerapkanperilaku guna menjaga kebersihan ling-kungan sekitar supaya tidak menjadi tempatyang dapat menyebabkan Demam Berdarah.

Page 42: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

112 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Menurut Yatim (2007), nyamuk lebihmenyukai benda-benda yang tergantungdidalam rumah, seperti gorden, kelambudan baju atau pakaian. Maka dari itu pakaianyang tergantung sebaiknya dilipat dandisimpan dalam almari, karena nyamukAedes Aegepty senang hinggap dan ber-istirahat ditempat-tempat gelap dan kainyang tergantung untuk beristirahat, sehingganyamuk berpotensi untuk menggigit manusia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan tentang DBD diDesa Madegondo Kabupaten Sukoharjosebagian besar mempunyai tingkatpengetahuan sedang sebesar 60 res-ponden (63,8%), tingkat pengetahuantinggi sebesar (28,7%), dan tingkat pe-ngetahuan rendah sebesar (7,4%).

2. Lingkungan di Desa Madegondo Kabu-paten Sukoharjo sebagian besar tidak adalingkungan yang menyebabkan DBDberjumlah 63 responden (67,0%), se-dangkan lingkungan yang dapat menye-babkab Demam Berdarah sebesar(33,3%).

3. Kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue)di Desa Madegondo Kabupaten Sukoharjosebagian besar tidak menderita ber-jumlah 86 responden (91,5%), sedangkanyang menderita sebanyak 8 responden(8,5%).

4. Berdasarkan pearson chi-square, di-dapatkan nilai x hasil 11,669 > 5,99 (chi-square tabel dengan df 2), dan p value(0,003) dibawah 0,05. sehingga diambilkesimpulan ada hubungan antara tingkatpengetahuan dengan kejadian DBD(Demam Berdarah Dengue) di DesaMadegondo Kabupaten Sukoharjo.

5. Berdasarkan pearson chi-square,didapatkan nilai 11,760 > 5,99 (chi-squaretabel dengan df 2), dan p value (0,001)

dibawah 0,05. sehingga diambil kesim-pulan ada hubungan antara lingkungandengan kejadian DBD (Demam BerdarahDengue) di Desa Madegondo KabupatenSukoharjo.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Dianjurkan kepada masyarakat supayalebih banyak mencari sumber informasiatau menambah pengetahuan khususnyatentang DBD (Demam Berdarah Dengue)yang diadakan oleh tenaga kesehatanatau puskesmas.

2. Bagi Istitusi Pendidikan

Menambah literatur tentang DBD(Demam Berdarah Dengue) sebagaibahan studi bagi mahasiswa dalammelakukan pendidikan kesehatankepada masyarakat.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan penelitian inibisa dijadikan referensi dan pengetahuanuntuk dapat diterapkan dalam penelitianlain dan dalam pelayanan di lahan kepadamasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A .2002. Riset keperawatan dan teknikpenelitian ilmiah. Surabaya:salemba Medika.

Anwar, Rengganis. dkk . 2007. Bunga RampaiMasalah Kesehatan Dari DalamKandungan Sampai LanjutUsia.Jakarta: Balai PenertbitFakultas Kedokteran UI.

Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta:RINEKA CIPTA

Arsin AA dan Wahiduddin. 2004. Faktor-faktoryang Berpengaruh TerhadapKejadian Demam Berdarah

Page 43: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 113

Dengue Di Kota Makasar. JurnalKedokteran

Azwar, S. (2005). Sikap manusia, teori, danpengukurannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis. Jakarta:Depkes RI Dirjen P2M dan P2L.

Depkes RI.2000. Petunjuk Teknis StandarPelayanan Minimal BidangKesehatan Di Kabupaten/Kota.Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M danP2L.

Depkes RI, 2005. Pencegahan danPemberantasan Demam BerdarahDengue Di Indonesia. Jakarta:Depkes RI.

Djunaedi D. 2006. Demam Berdarah [DengueDBD] Epidemiologi, Imunopatologi,Patogenesis, Diagnosis danPenatalaksanaannya. Malang:UMM Press.

Fathi, Keman S., Wahyuni CU. 2005. Peran FaktorLingkungan dan Perilaku terhadapPenularan Demam BerdarahDengue di Kota Mataram. JurnalKesehatan Lingkungan. Vol. 2. No.1. Juli 2005: 1-10.

Hadinegoro S., Soegijanto S., Wuryadi S., SerosoT. 2001. Tatalaksana DemamBerdarah Dengue Di Indonesia.Jakarta: Depkes RI.

Hadinegoro dan Satari. 2001. Demam BerdarahDengue Naskah Lengkap Pelatihanbagi Pelatih Dokter Spesialis Anak& Dokter Spesialis Penyakit Dalamdalam Tatalaksana Kasus DBD.Jakarta: FK UI.

Huda AH. 2004. Selayang Pandang Penyakit-Penyakit Yang diTularkan OlehNyamuk Di Propinsi Jawa Timur

Tahun 2004. Diakses : 8 Oktober2008.

Iqbal H. 2008. Analisa Data Penelitian DenganStatistik. Jakarta: Bumi A

Kandun I. (ed.). 2000. Manual PemberantasanPenyakit Menular. Jakarta:Infomedika.

Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004. KajianMasalah Kesehatan DemamBerdarah Dengue. Diakses: 8September 2008. http://www.litbang.depkes.go.id.

Misnadiarly . 2009. Demam Berdarah Dengue(DBD) .Jakarta. Pustaka PopulerObor

Murti B. 1997. Prisip dan Metode RisetEpidemiologi. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Nadezul, H. 2007. Cara Mudah MengalahkanDemam Berdarah. Jakarta:Penerbit Buku Kompas

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu KesehatanMasyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S .2005. Metodologi penelitiankesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso G. 2005. Fundamental MetodePenelitian Kuantitatif danKualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Soegijanto S.2003. Demam Berdarah Dengue.Surabaya. Airlangga UniversityPress.

Sugiyono . 2007. Statistika untuk Penelitian.Bandung: ALFABETA

Sumekar DW. 2007. Faktor-Faktor yangBerhubungan dengan KeberadaanJentik Nyamuk Aedes di Kelurahan

Page 44: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

114 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

RajaBasa. Seminar HasilPenelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat. Unila.

Satari HI dan Meiliasari M. 2004. DemamBerdarah. Jakarta: Puspa Swara.

Sutaryo. 2005. Dengue. Yogyakarta: Medika FKUGM.

Suroso T dan Umar AI. Tanpa Tahun. Epidemiologidan Penanggulangan Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) diIndonesia saat ini. Salatiga:Perpustakaan B2P2VRP.

Widyastuti P., (ed). 2005. Epidemiologi SuatuPengantar, edisi 2. Jakarta: EGC.

Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam PenyakitMenular dan CaraPencegahannya. Jilid 2. Jakarta:Pustaka Obor Populer.

Page 45: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

115

EFEKTIVITAS PENURUNAN SUHU TUBUHMENGGUNAKAN KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRESDAUN KEMBANG SEPATU PADA ANAK DEMAM DI RUANG

CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATAKABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

Ike Rahayuningsih1 Sodikin2 Mustiah Yulistiani3

ABSTRACT

Background: Fever is one of the main complaint that often to be told by parents when theybring their children to doctor or other medical centers. Some times, parent fares “feverphobia” so they make a body temperature checking to their children and give medicine fordecreasing body temperature in every couple hours.

Objective: Based on some research, the trial to decrease the body temperature can beimplemented by body compressing method (warm water compress and hibiscus rosa sinensiscompress).

Methods: The aim of research is to find out the effectiveres of compressing method bothwith warm water and hibiscus rosa sinensis compress. The research is a type of experimentalquation with the t- paried test (in pairs). Whit the accidental sampling chosen to choose thesampling. This research also involves.

Results: The result of the research is that from two variables (warm water compress andhibiscus rosa sinensis compress) shows difference influence to the decreasing of bodytemperature of the children while hibiscus rosa sinensis compress only decreasing for about0,24 0C in average the warm water compress decreasing until 0,550C in average (p<0,05). Thetreatment of giving both warm water and hibiscus rosa sinensis compress are very effective inRSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata hospital Purbalingga.

Key words : Fever, Warm Water Compress and Hibiscus Rosa Sinensis Compress

PENDAHULUAN

Visi Departemen Kesehatan yaitu masya-rakat yang mandiri untuk hidup sehat dan untukmewujudkan derajat kesehatan yang optimalbagi masyarakat, maka diselenggarakan upayakesehatan dengan pemeliharaan peningkatankesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif), pencegahan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yangdilaksanakan secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan dan diselenggarakan ber-sama antara pemerintah dan masyarakat. Untukmencapai tujuan tersebut, upaya kesehatanharus dilakukan secara integral oleh seluruhkomponen, baik pemerintah, tenaga kesehatanmaupun masyarakat. Masyarakat harus ber-peran aktif dalam mengupayakan kesehatannya

1 Program Studi Keperawatan S1 FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

2 Staf Akademik Bagian Keperawatan Anak FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

3 Staf Akademik FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Page 46: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

116 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

sendiri. Upaya masyarakat untuk mengobatidirinya sendiri dikenal dengan istilah swa-medikasi. Swamedikasi ini menjadi alternativeyang diambil masyarakat untuk meningkatkanketerjangkauan pengobatan. Swamedikasibiasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyakdialami masyarakat, seperti demam.1

Demam merupakan salah satu keluhanutama yang sering disampaikan oleh orang tuapada saat membawa anaknya pergi ke tenagakesehatan atau ke tempat pelayanan ke-sehatan. Berbagai macam penyakit memangdimulai dengan manifestasi demam, terutamapenyakit infeksi pada umumnya, dehidrasi,gangguan pusat pengatur panas, keracunanoleh obat, proses imun, dan sebagainya.Umumnya demam tidak berbahaya tetapidemam tinggi dapat membahayakan anak.Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkanbahwa 95% ibu merasa khawatir bila anaknyademam.2

Sikap orang tua inilah yang sering ber-lebihan menghadapi demam pada anak. Padatahun 1980, Schmitt menciptakan istilah fobiademam untuk mendefinisikan ketakutan dankehawatiran yang berlebihan pada saat anaknyademam. Orang tua biasanya akan memberikanobat penurun panas yang berbahan dasar kimiaseperti golongan parasetamol, asam salisilat,ibuprofen dan aspirin, untuk menurunkan suhutubuh anaknya.3

Banyak dari orang tua yang langsung mem-berikan obat penurun panas saat anak merekademam. Hal ini kemungkinan disebabkankarena kemudahan dalam mencari obat pe-nurunan panas, atau mereka berpikir lebihpraktis bila dibandingkan dengan cara-cara yanglain. Seperti memberikan kompres hangat ataumemanfaatkan cara-cara lain yang lebih amantanpa menimbulkan bahaya kelebihan dosisobat.

Orang tua jarang sekali langsung teringatmenggunakan kompres dan obat-obatan tra-disional. Kompres yang di gunakan adalah

kompres dengan air suam-suam kuku atau airhangat.4 Selain kompres hangat cara lain adalahdengan memanfaatkan tanaman (obat tra-disional) mudah di dapat contohnya tempel.Kata tempel biasa di gunakan di kalangan orangJawa. Berasal dari kata “tempel” yang berartilekat, karena ramuan tradisional tersebutditempelkan atau dibalurkan di atas kulit.5

Salah satunya pengobatan secara tradisionaldengan menggunakan daun kembang sepatu.Daun kembang sepatu memiliki beberapamacam kandungan yang bermanfaat untukmenurunkan suhu tubuh pada anak saat de-mam.6 Prevalensi demam di RSUD dr. R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga khususnyadi Cempaka (ruang anak) sebanyak 223 kasusdari bulan November sampai Desember 2010.Tindakan yang dilakukan selama ini dalammenurunkan demam pada anak lebih meng-utamakan penggunan antipiretik tanpa mem-perhatikan perbedaan suhu pada saat anakdemam.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Penelitian ini, menggunakan metode quasieksperimen yaitu, rancangan penelitian epide-miologi yang bukan merupakan eksperimenmurni dan bisa disebut juga dengan namapenelitian semu. Rancangan eksperimen semuini dengan menggunakan jenis rancangan pretest dan post test group desain (pengukurandilakukan sebelum dan sesudah perlakuan).7

Populasi dalam penelitian ini adalah semuaanak yang berada di ruang Cempaka RSUD dr. R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Sampelyang diikutkan dalam penelitian ini adalah anakdengan demam. Besarnya sampel pada pene-litian ini sebanyak 50 responden yang kemudiandibagi menjadi dua kelompok perlakuan 25pertama mendapatkan perlakuan kompres airhangat sedangkan 25 kedua diberikan kompresdaun kembang sepatu.

Variabel independen dalam penelitian iniadalah kompres air hangat dan kompres daunkembang sepatu. Sedangkan variabel dependen

Page 47: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 117

dalam penelitian ini adalah penurunan suhutubuh anak yang mengalami demam. Data yangdikumpulkan berupa data primer dan datasekunder. Data primer adalah data yang dikum-pulkan secara langsung pada saat penelitianberlangsung. Data sekunder adalah data yangdiperoleh dari sumber lain selain penurunansuhu responden. Alat pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah lembarobservasi yaitu untuk mencatat hasil pengu-kuran suhu tubuh sebelum dan sesudah per-lakuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian di ruang Cempaka RSUD dr.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga JawaTengah. Pemilihan kasus demam dilakukandengan mempertimbangkan tingginyaprevalensi kejadian demam di ruang Cempaka.

1. Karakteristik responden

Responden dalam penelitian ini adalahanak berusia >7 hari sampai 14 tahun dirawatdi ruang Cempaka RSUD dr. R. GoetengTaroenadibrata Purbalingga Jawa Tengah.Penelitian ini merupakan penelitian quasieksperimen dengan menggunakan ran-cangan pre test dan post test group desain.Penelitian untuk mengetahui pengaruhpenurunan suhu tubuh sebelum dan se-sudah dilakukan kompres air hangat sertakompres daun kembang sepatu. Hasilunivariat tentang karakteristik respondenterdiri dari jenis kelamin, umur dan diag-nose medik. Hal ini dapat dicermati daritabel 1.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari50 responden berjenis kelamin laki-lakisebanyak 23 (46%) sedangkan perempuan27 (54%). Bila dilihat berdasarkan kelompokusia maka ada lima kelompok yaitu bayi (0sampai dengan 1 tahun) yaitu 14 (28%),toddler 23 (46%), pra sekolah 5 (10%), usiasekolah 6 (12%), dan remaja usia 11-18tahun 2 (4%). Ada empat diagnosa penyakityang sering disertai gejala demam yaitu OFatau Obeservasi Febris 18 (36%), GEA(Gastrointestinal Akut) 11 (22%), DCA (DiareCair Akut) 19 (38%), sedangkan FT (FebrisTypoid) 2 (4%).

2. Efektivitas kompres air hangat dan kompresdaun kembang sepatu

Untuk mengetahui perbedaan suhu tubuhpada anak demam sebelum dan sesudahdilakukan kompres air hangat dapat dilihathasil uji t-paried dibawah ini.

Tabel 2. Distribusi statistic rata-rata penurunansuhu tubuh

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan per-lakuan kompres air hangat 37,830C setelahdiberikan perlakuan menjadi 37,270C atau

Page 48: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

118 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

dapat diartikan ada selisih sebesar 0,560C.Berdasarkan perhitungan dengan meng-gunakan uji t-paired diperoleh t hitung16,626 (p-value 0,0001). Rata-rata suhutubuh sebelum diberi perlakuan kompresdaun kembang sepatu 37,690C. Penurunansuhu tubuh sesudah perlakuan sebesar37,450C dengan selisih sebesar 0,240C.Setelah dilakukan perhitungan mengguna-kan uji t-paired diperoleh t hitung 16,171dan (p= 0,0001). Berdasarkan hasil pene-litian secara statistik dapat disimpulkanbahwa kompres air hangat lebih efektifdalam menurunkan suhu tubuh dibanding-kan kompres daun kembang sepatu.

PEMBAHASAN

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwaresponden terbanyak berjenis kelamin perem-puan 27 (54%). Sedangkan bila dilihat dari usiatoddler berjumlah lebih banyak 23 (46%). Secarafisik dan psikis usia toddler, merupakan usiarentan terhadap serangan berbagai penyakityang menimbulkan masalah dan dapat mem-pengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kese-hatan anak tidak ditangani secara baik .8

Diare cair akut (DCA) merupakan diagnosamedik yang paling banyak ditemukan 19 (38%).DCA mungkin disertai gejala klinis berupademam infeksi, dan juga demam fisiologis. 9

Demam infeksi ini terjadi akibat adanya virusdan juga bakteri. DCA di akibatkan oleh bakteriEscherichia coli, Salmonella thyposa, Vibriocholera (kolera), dan serangan bakteri lain yangjumlahnya berlebihan. DCA dikatakan demamfisiologis karena DCA pada balita menyebabkankehilangan garam (natrium) dan air secaracepat, yang sangat penting untuk hidup. Jikaair dan garam tidak digantikan secara cepat,tubuh akan mengalami dehidrasi.10

Hasil penelitian menunjukan bahwa kom-pres air hangat efektif dalam menurunkan suhutubuh pada anak demam (p-value 0,0001).Kompres air hangat merupakan salah satu cara(metode) fisik untuk menurunkan suhu tubuhyang bersifat non farmakoterapi.11 Tehnik

kompres air hangat, dilakukan dengan caramelakukan kompres air hangat ke seluruh tubuhanak. Panas dari air tersebut merangsangvasodilatasi yang akan mempercepat evaporasiserta konduksi, pada akhirnya dapat menurun-kan suhu tubuh.12

Selain menggunakan kompres air hangat,cara lain merupakan teknik tradisional denganmenggunakan kompres daun kembang sepatu.Daun kembang sepatu yang merupakan bagiandari tanaman hias dan apotek hidup. Pengo-batan tradisonal herbalis adalah suatu ilmu danseni mengatasi berbagai penyakit denganmenggunakan tumbuhan berkhasiat yang tidakmenimbulkan efek negatif.

Tehnik pengobatan tradisional dengan caramemanfaatkan semua bahan yang dapat di-gunakan. Bahan-bahan tersebut dapat berasaldari bahan yang biasa digunakan di dapurkeluarga ataupun tumbuhan-tumbuhan. Ba-nyak jenis tumbuh-tumbuhan tersebut yangtumbuh disekitar tempat tinggal, sepertidihalaman, dipinggir jalan dan di kebun.13

Kembang sepatu yang memiliki kandunganflavonoida, saponin, dan polifenol. Flavonoidamempunyai kandungan enzim siklooksigenasepada biosintesis prostaglandin sehingga mem-punyai efek antipiretik. Saponin mempunyaimanfaat sebagai antivirus, antifungi danantialergenik. Polifenol sendiri mempunyaimanfaat antioksidan dan anti mikroba.

Kompres daun kembang sepatu dilakukandengan menggunakan daun kembang sepatuyang dicampur dengan VCO atauVirgin CoconutOil.6a Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lapbersih, panaskan sebentar di atas api agarlemas. Remas-remas sehingga lemas, olesidengan minyak kelapa, kompreskan pada perutdan kepala. Dari hasil penelitian menunjukkanbahwa adanya penurunan suhu pada anakdengan demam (p value 0,0001).

Dari hasil penelitian menunjukan bahwabaik kompres air hangat ataupun kompresdengan daun kembang sepatu sama-samaefektif dalam menurunkan demam, dengan

Page 49: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 119

hasil yang berbeda-beda. Penurunan suhutubuh dengan kompres air hangat sebesar0,560C, sedangkan kompres daun kembangsepatu 0,240C. Hal ini dapat diartikan bahwasecara statistik kompres dengan air hangat lebihefektif bila dibandingkan dengan kompres daunkembang sepatu dalam menurunkan suhutubuh pada anak demam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahuibahwa dari dua variabel yaitu kompres airhangat (penurunan 0,560C; p-value =0,0001), dankompres daun kembang sepatu (penurunan0,240C; p-value =0,0001) secara umum keduajenis kompres efektif untuk menurunkan suhutubuh pada anak dengan demam. Tetapikompres air hangat lebih efektif untuk menu-runkan suhu tubuh dibandingkan kompres daunkembang sepatu.

Berdasarkan hasil penelitian ini pihak RumahSakit disarankan untuk menyusun suatu StandarOperating Procedure (SOP) tentang cara pem-berian kompres air hangat untuk anak demam,sebelum diberikan antipiretik dan adanyatermometer kids untuk setiap anak yangpertama dirawat di Rumah Sakit. Petugaskesehatan khususnya perawat agar dapatmenjalankan perannya sebagai educator ter-utama dalam hal tindakan kompres air hangatpada anak dengan demam (>37,20C) danmengajarkan keluarga tentang tata cara meng-gunakan termometer.

Kepada keluarga yang memiliki anak balitadiharapkan mempunyai termometer untukmengukur suhu badan anak saat terjadi demam.Bila anak mengalami demam dianjurkan untukmelakukan kompres air hangat sebagai tin-dakan preventif mengurangi kejadian kejangdemam. Pemberian obat harus dilakukan sesuaianjuran tenaga kesehatan. Bagi peneliti laindapat meneliti efektifitas kompres secaraherbal dengan herbal.

KEPUSTAKAAN

1. Muchid, A., dkk. (2008). Kompendia obatbebas. Jakarta : DepartemenKesehatan RI.

2. Purwoko, Djauhar I., & Soetaryo. (2003).Demam pada anak: perabaan kulit,pemahaman dan tindakan ibu.Berkala Ilmu Kedokteran. 35 (2).

3. Walsh, A., Edwards & Frase, J. (2008).Attitudes and subjective norms:determinants of parents’intenttions to reduce childhoodfever with medications. HealthEducation Research. pp 1-15.

4. Rudianto, S. (2010). Demam Pada Anak.Jakarta : Gramedia.

5. Hari. (2011). Beberapa tanaman yang dapatdijadikan pertolongan pertamajika anak sakit. Diakses padatanggal 16 Maret 2011 dari http://artikelkesehatan.onsugar.com/search/hari%27s?page=48.

6. Departemen Kesehatan (DepKes). (2010).Kembang sepatu. Available: http:// jurnal .d ikt i .go. id/war intek/a r t i k e l / t t g _ t a n a m a n _ o b a t /depkes/buku1/1-146.pdf. Diaksespada tanggal 12 April 2011.

7. Notoatmodjo, S. (2010). MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.

8. Nasution, Z., S. (2003). Asuhankeperawatan keluarga dengananak balita dan pras e k o l a h . A v a i l a b l e : h t t p : / /repository.usu.ac.id/bitstream/1 2 3 4 5 6 7 8 9 / 3 5 8 7 / 1 /keperawatansiti%20zahara.pdf.Diakses pada tanggal 22 Juli 2011.

Page 50: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

120 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

9. Sodikin. (2011). Keperawataan anakgangguan sistem gastrointestinaldan hepatobilier. Salemba Medika.Jakarta.

10. Rahayu, U., S. (2011). Obat tradisionalpengusir demam pada anak.Available: http://nasional.kompas.com/read/2008/0 8 / 2 1 / 0 9 3 0 3 7 4 0 /obat.tradisional.pengusir.demam.anak.Diakses pada tanggal 14 maret2011.

11. Wang, D., Bukutu, C., Thompson, A. & Vohra,S. (2009). Complementary, Holisticand Integrative Medicine : Fever.Pediatrics in review vol.30 No.2. Doi: 10.1543/pir.36-2-75.

12. Guyton, A., C. & Hall J., E. (2008). Buku ajarfisiologi kedokteran Edisi 11.Jakarta : EGC.

13. Supriadi. (2001). Tumbuhan obat Indonesia:penggunaan dan khasiatnya.Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.

Page 51: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

121

ABSTRACT

Background: Toddlers and children have a higher risk of infectious disease that can be deadly,such as: Diphtheria, Tetanus, Hepatitis B, typhoid, meningitis, pneumonia and many otherdiseases. For it’s one of the best and prevention are vital to this risk group is protectedthrough immunization (Profile of Indonesia, 2009). Immunization is one of the forms of highlyeffective medical interventions in order to reduce the IMR (Infant Mortality Rate). The purposeof the immunization program is to reduce morbidity caused by diseases that can be preventedby immunization with getting complete immunization in infants before the age of 1 year (DIYProvincial Health Office, 2008).

The research objective: to know the relationship maternal knowledge immunization withmaternal behavior in getting basic immunization of children in Posyandu Cempaka I Dusun 08Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul in 2011.

The research method: using analytical descriptive method with cross sectional approach.Sampling using a purposive sample.

The results: The results showed a majority of respondents aged 20-35 years by 53 respondents(88.3%), high school education by 33 respondents (55%), the majority of the work as the IRTby 48 respondents (80%), had parity 2-3 by 33 respondents (55%) had a level of knowledgewas by 34 respondents (56.7%), have good behavior in getting basic immunization of 35respondents (58.3%). There was a significant association of maternal knowledge aboutimmunization with maternal behavior in getting basic immunization. Indicated by the valuep value 0.003, There was a significant association of maternal knowledge about the behaviorof maternal immunization with BCG in immunized. Indicated by the value p value 0.015,there was significant association with maternal knowledge about the behavior of maternalimmunization in the immunized DPT/HB3. Indicated by the value p value 0.003, there was noassociation of maternal knowledge about the behavior of maternal immunization in theimmunized polio4. Indicated by the value p value 0.101, there was no association of maternalknowledge about the behavior of maternal immunization in the immunized against measles.Indicated by the value p value 0.101.

Conclusion: There was a significant association of maternal knowledge about immunizationwith maternal behavior in getting basic immunization of children in Posyandu Cemapaka IDusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul in 2011.

Key words: Knowledge, attitudes, basic immunization

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANGIMUNISASI DAN PERILAKU IBU DALAM MENDAPATKAN

IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI POSYANDU CEMPAKAI DUSUN 08 JANTEN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

TAHUN 2011

Fitria Melina1

* Dosen D-3 Kebidanan STIKes Yogyakarta

Page 52: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

122

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO)2005 proporsi kematian Balita di dunia sangattinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematianBalita per tahun dan 1,4 juta kematian Balitabaru lahir pada bulan pertama di Asia Tenggara.Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yangmempunyai sistem registrasi kelahiran yangbaik sehingga tidak diperoleh data yang akurattentang jumlah kematian Balita baru lahirataupun kematian Balita pada bulan pertama.Dalam kenyataanya, penurunan angka kema-tian Balita (AKABA) di setiap negara di AsiaTenggara masih sangat lambat (Depkes, 2007).

Balita dan anak-anak memiliki risiko yanglebih tinggi terserang penyakit menular yangdapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus,Hepatitis B, Typhus, radang selaput otak, radangparu-paru dan masih banyak penyakit lainnya.Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaikdan sangat vital agar kelompok berisiko initerlindungi adalah melalui imunisasi. (ProfilIndonesia, 2009)

Universal Child Imunization (UCI) adalahsuatu kondisi dimana Balita yang ada di dalamsuatu wilayah telah mendapatkan imunisasidasar lengkap. Target Nasional tahun 2010sebesar 100%. Berdasarkan data Profil Kese-hatan Kabupaten/Kota tahun 2007 sebesar87,21%, meningkat 5% dibanding tahun 2006.Akan tetapi hasil cakupan immunisasi Balitayang diimmunisasi lengkap mencapai 94.43%.Imunisasi lengkap di masing-masing kabupatenmelebihi 94% seperti terlihat pada gambarberikut. (Dinkes Propinsi DIY, 2008)

Program imunisasi telah dijalankan sejaklama di seluruh wilayah Indonesia dan telahmencapai hasil yang cukup baik. PropinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakanwilayah yang memiliki tingkat pencapaiankinerja dalam program imunisasi yang terbaikdi Indonesia. Hampir seluruh desa (96,57%)yang ada di Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta (DIY) telah masuk dalam kategoridesa UCI yaitu suatu indikasi yang meng-gambarkan bahwa desa tersebut penduduknyatelah menjalankan imunisasi. Hasil penca-paian program imunisasi juga terlihat dariberbagai kasus penyakit yang bisa dicegahdengan imunisasi yang relatif kecil diban-dingkan dengan wilayah lain. Laporankabupaten / kota memperlihatkan bahwa padatahun 2008 ditemukan satu kasus penyakitdifteri di Kabupaten Gunungkidul. (DinkesPropinsi DIY, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan diPosyandu Cempaka I jumlah balita sebanyak148 balita yaitu 0-11 bulan sebanyak 23 balita,12-35 sebanyak 64 balita dan 36-59 sebanyak 61balita, berdasarkan hasil wawancara yangdilakukan kepada 15 ibu hanya terdapat 2 ibu(13,3%) yang bisa menjawab secara benartentang imunisasi sehingga masih ada 13 ibu(86,6%) yang mempunyai pengetahuan tentangimunisasi yang rendah. Dan terdapat 2 balita(13,3%) yang belum mendapatkan imunisasisecara lengkap serta terdapat 4 balita (26,6%)yang mendapatkan imunisasi tidak sesuaidengan jadwal yang telah ditentukan dikarena-kan balita sedang sakit dan ibu khawatirterhadap efek samping yang timbul terhadappemberian imunisasi hal ini berkaitan denganperilaku ibu terhadap program imunisasi sertakurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi.

Berdasarkan hasil uraian diatas penulistertarik untuk melakukan penelitian di Pos-yandu Cempaka I Dusun 08 Janten NgestiharjoKasihan Bantul periode 2011 dengan judulHubungan antara Pengetahuan Ibu TentangImunisasi dan Perilaku Ibu Dalam MendapatkanImunisasi Dasar Pada Balita.

Page 53: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 123

BAHAN DAN CARA

Jenis penelitia ini adalah deskriptif analitik.Penelitian deskriptif adalah suatu penelitianyang dilakukan dengan tujuan untuk membuatgambaran tentang suatu keadaan secaraobyektif, sedangkan analitik adalah penelitianyang mencoba menggali bagaimana dan me-ngapa fenomena kesehatan itu terjadi. Meng-gunakan pendekatan cross sectional yaitu suatupenelitian di mana variabel-variabel diobser-vasi sekaligus pada waktu yang bersamaan.

Penelitian ini dilaksanakan pada 08 Mei 2011di Posyandu Cempaka I Dusun 08 JantenNgestiharjo Kasihan Bantul. Teknik samplingyang digunakan adalah Purposive Sample yaitucara pengambilan subyek bukan didasarkanatas strata, random atau daerah tetapi didasar-kan atas adanya tujuan tertentu. (Arikunto,2006).

Variabel dalam penelitian ini menggunakanskala pengukuran ordinal untuk variabel bebasdan skala ordinal untuk variabel terikat. Penge-tahuan ibu diukur dengan kuisioner berupapertanyaan tertutup sebanyak 40 item. Perilakuibu diukur dengan menggunakan rekap datayang dibuat oleh peneliti, rekap kolom datadigunakan untuk mengambil data imunisasi daribuku KMS atau kartu menuju sehat.

Dalam proses pengolahan data terdapatlangkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:editing, coding, scoring dan tabulating. Kemu-dian dilanjutkan dengan analisa univariat danbivariat yang menggunakan rumus Kendall Tau.

HASIL

Hasil yang diperoleh dari penelitian hu-bungan pengetahuan ibu tentang imunisasidengan perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi dasar di Posyandu Cemapaka I Dusun08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun2011 adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah ibu yangmemiliki balita yang berumur 9-36 bulan yang

berada di wilayah kerja Posyandu Cempaka IDusun 08 Janten Ngestiharjo Kasihan Bantulsejumlah 60 orang. Karakteristik respondendapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Distribusi Frekuensi KarakteristikResponden

Sumber: Data Primer 2011

Berdasarkan tabel 1. Mayoritas respondenberumur 20-35 tahun sebanyak 53 responden(88,3%), dari kelompok pendidikan yangtebanyak yaitu SLTA sebanyak 33 responden(55%), dari kelompok pekerjaan yang terbanyakyaitu IRT sebanyak 48 responden (80%), dankelompok paritas yang terbanyak adalah paritas2-3 sebanyak 33 responden (55%).

2. Hasil Analisis Data

a. Analisis Univariat

1) Tingkat Pengetahuan Ibu TentangImunisasi.

Tabel 2. Responden menurut tingkat pengetahuan

Sumber: Data Primer 2011

Page 54: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

124 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Tabel di atas menunjukkan sebagianbesar responden yaitu sebanyak 34responden (56,7%) mempunyai penge-tahuan sedang.

2) Perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi dasar.

Tabel 3. Responden menurut perilaku dalammendapatkan imunisasi

Sumber: Data primer 2011

Tabel diatas menunjukkan sebagian besarresponden yaitu sebanyak 35 responden(58,3%) mempunyai perilaku baik dalammendapatkan imunisasi dasar.

3) Perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi BCG

Tabel 4. Responden menurut perilaku dalammendapatkan imunisasi

Sumber: Data primer 2011

Tabel diatas menunjukkan sebagian besarresponden yaitu sebanyak 55 responden(91,7%) mempunyai perilaku baik dalammendapatkan imunisasi BCG.

4) Perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi DPT/HB3

Tabel 5. Responden menurut perilaku dalammendapatkan imunisasi

Sumber: Data primer 2011.

Tabel diatas menunjukkan sebagian besarresponden yaitu sebanyak 35 responden(58,3%) mempunyai perilaku baik dalammendapatkan imunisasi DPT/HB3.

5) Perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi polio4

Tabel 6. Responden menurut perilaku dalammendapatkan imunisasi polio4

Sumber: Data primer 2011

Tabel diatas menunjukkan sebagian besarresponden yaitu sebanyak 43 responden(71,7%) mempunyai perilaku baik dalammendapatkan imunisasi polio4.

6) Perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi campak

Tabel 7. Responden menurut perilaku dalammendapatkan imunisasi

Sumber: Data primer 2011

Page 55: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 125

Tabel diatas menunjukkan sebagian besarresponden yaitu sebanyak 43 responden(71,7%) mempunyai perilaku baik dalammendapatkan imunisasi campak.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menge-tahui hubungan antara pengetahuan ibutentang imunisasi dengan perilaku ibu dalammendapatkan imunisasi dasar di PosyanduCempaka I Dusun 08 Janten NgestiharjoKasihan Bantul dengan menggunakan ujiKendall Tau. Dapat dilihat dari tabel 8 beriku:

Tabel 8. Hubungan pengetahuan ibu tentangimunisasi dengan perilaku ibu dalammendapatkan imunisasi dasar.

Sumber : Data primer 2011

Tabel 8. di atas menunjukkan respondenyang mempunyai pengetahuan tinggidengan perilaku baik sebanyak 13 res-ponden (81,3%). Memiliki pengetahuansedang dengan perilaku baik sebanyak 20responden (58,8%). Memiliki pengetahuanrendah dengan perilaku cukup sebanyak 8responden (80%). Hasil pengolahan datadengan menggunakan uji Kendal Tau me-nunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar0,368 dengan nilai signifikansi (p value)sebesar 0,003. berdasarkan nilai p value <0,05 Hal ini berarti ada hubungan yangsignifikan pengetahuan ibu tentang imu-nisasi dengan perilaku ibu dalam mendapat-kan imunisasi dasar.

Tabel 9. Hubungan pengetahuan ibu tentangimunisasi dengan perilaku ibu dalammendapatkan BCG.

Sumber : Data primer 2011

Tabel 9 diatas menunjukkan respondenyang mempunyai pengetahuan tinggi de-ngan perilaku baik sebanyak 16 responden(100%), memiliki pengetahuan sedangdengan perilaku baik sebanyak 32 res-ponden (94,1%), memiliki pengetahuanrendah dengan perilaku baik sebanyak 7responden (70%). Hasil pengolahan datadengan menggunakan uji Kendal Tau me-nunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar0,302 dengan nilai signifikansi (p value)sebesar 0,015. berdasarkan nilai p value <0,05 Hal ini berarti ada hubungan yangsignifikan pengetahuan ibu tentang imu-nisasi dengan perilaku ibu dalam mendapat-kan imunisasi BCG.

Tabel 10. Hubungan pengetahuan ibu tentangimunisasi dengan perilaku ibu dalammendapatkan DPT/HB3

Sumber : Data primer 2011

Tabel 10 diatas menunjukkan respondenyang mempunyai pengetahuan tinggidengan perilaku baik sebanyak 13responden (81,3%), memiliki pengetahuansedang dengan perilaku baik sebanyak 20responden (58,8), dan yang memiliki penge-tahuan rendah dengan perilaku cukupsebanyak 8 responden (80%).

Page 56: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

126 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Hasil pengolahan data dengan meng-gunakan uji Kendal Tau menunjukkan nilaikoefisien korelasi sebesar 0,368 dengan nilaisignifikansi (p value) sebesar 0,003. ber-dasarkan nilai p value < 0,05 Hal ini berartiada hubungan yang signifikan pengetahuanibu tentang imunisasi dengan perilaku ibudalam mendapatkan imunisasi DPT/HB3.

Tabel 11. Hubungan pengetahuan ibu tentangimunisasi dengan perilaku ibu dalammendapatkan polio4

Sumber : Data primer 2011

Tabel 11 diatas menunjukkan respondenyang mempunyai pengetahuan tinggi de-ngan perilaku baik sebanyak 14 responden(87,5%), memiiki pengetahuan sedangdengan perilaku baik sebanyak 23 respon-den (67,6%), dan yang memiliki penge-tahuan rendah dengan perilaku baik se-banyak 6 responden (60%). Hasil pengolahandata dengan menggunakan uji Kendal Taumenunjukkan nilai koefisien korelasi se-besar 0,204 dengan nilai signifikansi (p value)sebesar 0,101. berdasarkan nilai p value >0,05 Hal ini berarti tidak ada hubunganpengetahuan ibu tentang imunisasi denganperilaku ibu dalam mendapatkan imunisasipolio4.

Tabel 12. Hubungan pengetahuan ibu tentangimunisasi dengan perilaku ibu dalammendapatkan campak

Sumber : Data primer 2011

Tabel 12 diatas menunjukkan respondenyang mempunyai pengetahuan tinggidengan perilaku baik sebanyak 14responden (87,5%), memiiki pengetahuansedang dengan perilaku baik sebanyak 23responden (67,6%), dan yang memilikipengetahuan rendah dengan perilaku baiksebanyak 6 responden (60%). Hasil pengo-lahan data dengan menggunakan uji KendalTau menunjukkan nilai koefisien korelasisebesar 0,204 dengan nilai signifikansi (pvalue) sebesar 0,101. berdasarkan nilai pvalue > 0,05 Hal ini berarti tidak ada hu-bungan pengetahuan ibu tentang imunisasidengan perilaku ibu dalam mendapatkanimunisasi campak.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan mayoritasresponden berada pada kelompok umur 20 –35 tahun sebanyak 53 responden (88,3%). Halini menjelaskan bahwa banyak ibu dalam usiamuda/produktif yaitu antara 20–35 tahun.Pendidikan responden menunjukkan sebagianbesar memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitusejumlah 33 responden (55%), dengan pen-didikan ini mencerminkan bahwa para ibumemiliki bekal pendidikan yang baik dalammengimunisasikan bayinya. Responden se-bagian besar adalah IRT. Hal ini menggambarkanbahwa para ibu memiliki waktu yang cukupbanyak dalam memberikan perhatian kepadaanaknya khususnya dalam hal mengimuni-sasikan anaknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa se-bagian besar responden mempunyai tingkatpengetahuan sedang sebanyak 34 responden(56,7%). Faktor yang mempengaruhi tingkatpengetahuan seseorang salah satunya pen-didikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwaresponden paling banyak mempunyai tingkatpendidikan SLTA yaitu sebanyak 33 orang (55%).Tingkat pendidikan dalam kategori ini menjadifaktor yang cukup berperan dalam pemben-tukan tingkat pengetahuan karena akan mem-pengaruhi kemampuan seseorang dalam me-

Page 57: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 127

nyerap sebuah informasi, sementara ituinformasi juga merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi pengetahuan. Hal ini sesuaidengan pendapat (Notoatmodjo, 2007) yangmenyatakan bahwa dengan memberikan infor-masi atau pesan-pesan kesehatan kepadamasyarakat diharapkan msyarakat, kelompok,atau individu dapat memperoleh pengetahuantentang kesehatan yang lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa res-ponden yang berperilaku baik dalam men-dapatkan imunisasi dasar mencapai 35 respon-den (58,3%). Responden yang berperilaku baikdalam mendapatkan imunisasi BCG sebesar 55responden atau (91,7%). Responden yangberperilaku baik dalam mendapatkan imunisasiDPT/HB3 sebesar 35 responden atau (58,3%).Responden yang berperilaku baik dalammendapatkan imunisasi polio 4 sebesar 43responden atau (71,3%). Responden yangberperilaku baik dalam mendapatkan imunisasicampak sebesar 43 responden atau (71,3%).Keadaan ini salah satunya dipengaruhi olehfaktor pendidikan dimana sebagian besarresponden masuk dalam kategori pendidikantingkat SLTA 33 responden (55%), sehinggaresponden mampu mempertimbangkan manayang baik dan mana yang kurang baik untukdirinya sendiri termasuk kemampuan untukmenimbang baik buruknya imunisasi sehinggasampai pada pemikiran bahwa imunisasi akanmemberikan dampak yang lebih baik bagibayinya daripada tidak diimunisasi. Pengaruhtingkat pendidikan terhadap perilaku sese-orang sesuai dengan teori yang diungkapkanoleh Lawrence Green (1980) cit Notoatmodjo(2007) yang menyatakan bahwa perilakudipengaruhi oleh tiga faktor utama yang salahsatunya yaitu predisposisi (predisposing fak-tors) yang meliputi tingkat pendidikan,ekonomi, sosial dan sikap masyarakat terhadapprogram kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan tidak semuaibu yang memiliki pengetahun tinggi akanberperilaku baik, begitupun sebaliknya ibuyang memiliki pengetahuan rendah tidak

semuanya berperilaku cukup. Dari imunisasiBCG, DPT/HB3, polio 4 dan campak, ibu yangmemiliki pengetahuan rendah mampu ber-perilaku baik dikarenakan ibu berkomunikasidengan baik kepada kader dan tenaga kese-hatan ibu memperioritaskan anaknya karenaibu mempunyai waktu yang banyak , hal inidipengaruhi juga dari pekerjaan ibu yangsebagian besar adalah IRT sebesar 48 respon-den (80%). Ibu yang memiliki pengetahuantinggi tetapi perilakunya kurang baik dalammendapatkan imunisasi hal ini dikarenakan ibusibuk dengan pekerjaan yang dilakukanya danjuga ibu kurang memprioritaskan kesehatananaknya khususnya imunisasi. Hasil penelitianini sedikit berbeda dengan penelitian susanti(2008) yang berjudul “ Hubungan TingkatPengetahuan Ibu tentang Imnunisasi Poliodengan Perilaku Ibu Terhadap Program Imu-nisasi IPV di Puskesmas Sewon I, SewonBantul”. Hasil penelitian Susanti mengatakansemakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentangimunisasi polio maka semakin baik perilaku ibuterhadap program imunisasi IPV. Tidak adanyahubungan dari hasil yang didapat karenapengetahuan bukan satu-satunya faktor yangdapat mempengaruhi perilaku ibu, akan tetapiperilaku ibu dipengaruhi oleh banyak faktorseperti pendidikan, kepercayaan, sarana danprasarana, sikap dan perilaku tokoh masyarakatdan petugas kesehatan. . Jarak imunisasi polio4 dan campak dengan imunisasi DPT/HB3 yangrelatif lama mengakibatkan ibu sering lalaiterhadap jadwal yang telah ditentukan olehpetugas kesehatan sehingga ibu datang untukmengimunisasikan anaknya tidak sesuai jadwalyang telah ditentukan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaituibu yang bekerja mempunyai kesibukan yanglebih banyak dibandingkan ibu yang tidakbekerja. Sehingga dalam mengimunisasikananaknya ibu tidak memiliki waktu yang cukupbanyak hal ini merupakan salah satu faktor yangmengakibatkan perilaku ibu yang tidak baikterhadap imunisasi. Hasil penelitian ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan Muhammad

Page 58: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

128 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Ali (2002) yang berjudul “pengetahuan, sikapdan perilaku ibu bekerja dan tidak bekerjatentang imunisasi di PT. Olagafood IndustriMedan”. Hasil penelitian Muhammad yaitutidak terdapat perbedaan pengetahuan tentangimunisasi antara ibu yang bekerja dengan ibuyang tidak bekerja, dimana tingkat pengetahuantentang imunisasi ini masih sangat kurang.Begitupun, walau tanpa dasar pengetahuanyang memadai ternyata di kalangan ibu tidakbekerja sikap dan perilaku mereka tentangimunisasi lebih baik dibanding ibu yangbekerja.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diPosyandu cempaka I Dusun 08 JantenNgestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2011 dapatdibuat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Responden di Posyandu Cempaka I Dusun08 Janten mayoritas mempunyai tingkatpengetahuan sedang sebanyak 34responden (56,7%).

2. Reponden di Posyandu Cempaka I Dusun08 Janten mayoritas mempunyai perilakubaik dalam mendapatkan imunisasi dasarsebanyak 35 responden (58,3%).

3. Terdapat hubungan yang signiifikan antarapengetahuan ibu tentang imunisasi denganperilaku ibu dalam mendapatkan imunisasiBCG ditunjukkan dengan nilai p-value 0,015dimana p-value < 0,05.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antarapengetahuan ibu tentang imunisasi denganperilaku ibu dalam mendapatkan imunisasiDPT/HB3 ditunjukkan dengan nilai p-value0,003 dimana p-value <0,05.

5. T idak terdapat hubungan antarapengetahuan ibu tentang imunisasi denganperilaku ibu dalam mendapatkan imunisasipolio 4 ditunjukkan dengan nilai p-value0,101 dimana p-value > 0,05.

6. T idak terdapat hubungan antarapengetahuan ibu tentang imunisasi dengan

perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasicampak ditunjukkan dengan nilai p-value0,101 dimana p-value > 0,05.

7. Terdapat hubungan yang signifikan antarapengetahuan ibu tentang imunisasi denganperilaku ibu dalam mendapatkan imunisasidasar pada balita ditunjukkan dengan nilaip-value 0,003 dimana p-value <0,05.

SARAN

1. Bagi Posyandu Cempaka I

Hasil penelitian ini diharapkan dapatmenjadi acuan dan bahan pertimbanganguna meningkatkan pengetahuan ibu ten-tang imunisasi misalnya dengan cara mem-bagikan leaflet, memasang poster-posterimunisasi di posyandu, dan kegiatan lain dimasyarakat.

2. Bagi petugas kesehatan

Agar selalu memberikan pendidikan kese-hatan tentang imunisasi pada masyarakatkhususnya ibu yang mempunyai bayi mi-salnya melalui penyuluhan, konseling sertapendekatan pada masyarakat dan mela-kukan kunjungan rumah bila ada ibu yangtidak mau mengimunisasikan bayinya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mela-kukan penelitian dengan rancangan kohortdan jumlah sampel yang banyak sehinggahasil penelitian lebih valid. Penelitianselanjutnya diharapakan untuk menelitibalita yang mendapatkan imunisasi campakdengan umur > 9 bulan dilihat 1 tahunkedepan apakah mengalami campak atautidak

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2002. Pengetahuan, Sikap dan PerilakuIbu Bekerja dan Tidak BekerjaTentang Imunisasi di PT. OlagafoodIndustri Medan: UniversitasSumatra Utara.

Page 59: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 129

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Depkes RI. 2007. Materi Ajar PenurunanKematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: WHO-FKM UI.

Dinkes Propinsi DIY. 2008. Profil KesehatanPropinsi DIY. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan MasyarakatIlmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanti, K. 2008. Hubungan TingkatPengetahuan Ibu TentangImunisasi Polio dengan PerilakuIbu Terhadap Program IPV diPuskesmas Sewon I, Sewon Bantul:Poltekes Yogyakarta.

www.depkes.go.id, Profil Indonesia 2009. http://www.dinkes.jogjaprov.go.id/i n d e x . p h p / c d o w n l o a d . h t m l .Diakses tanggal 15 Februari 2011.

Page 60: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

130

PENGARUH FREKUENSI MENYUSUI TERHADAP RISIKOTERJADINYA IKTERUS NEONATORUM DI YOGYAKARTA

Ida Nursanti1

ABSTRACT

Background: Sixty percents of healthy infants born full term are at risk of neonatal jaundiceand 5-12% of breastfed infants are at risk of developing severe jaundice. Bilirubinencephalopathy causes severe jaundice/kernicterus and the baby suffering from kernicteruswill experience impaired growth and development. Kernicterus can be prevented throughsufficient intake of breastfeeding or as needed, namely the provision of at least 8 times in 24hours. Adequacy of breast milk ensures adequate intake of calories and fluid and reduce therisk of neonatal jaundice in infants.

Objective: to know the incidence of neonatal jaundice in breastfed infants, to determine thepostpartum mothers’ breastfeeding frequency, to determine the effect of breastfeedingfrequency on the risk of neonatal jaundice

Methods: This study was an observational study with a prospective cohort design. The studywas conducted with quantitative and qualitative approaches. Sampling used purposivesampling. The sample size was 92 pairs of mother-infant who met the inclusion and exclusioncriteria. The data was collected using monitoring sheets and check lists. Hypothesis test usedchi-square with p<0.05 and 95% Confidence Interval. Analysis of data used univariable andbivariable.

Results: The study found the majority of mothers had breastfed their babies with sufficientfrequency (76.1%). There was a significant relationship between the frequency of breastfeedingand the risk of neonatal jaundice, based on the analysis with p = 0.03, RR 2.1 and CI95% 1.12-3.98. Infants who received inadequate intake of breast milk were more likely to have chancesof neonatal jaundice by 2.0 times compared with infants who received adequate intake ofbreast milk.

Conclusion: Infants who received inadequate intake of breast milk had a higher risk forneonatal jaundice to occur compared with those who received adequate intake of breastmilk.

Keyword: breastfeeding frequency, healthy born baby, neonatal jaundice

PENDAHULUAN

Hiperbilirubinemia (ikterus neonatorum)merupakan fenomena biologis akibat tingginyaproduksi dan rendahnya ekskresi bilirubinselama masa transisi pada neonatus. Bayi lahir

cukup bulan memiliki risiko terjadi ikterusneonatorum mencapai 60% dan bayi yangdisusui 5-12% mengembangkan risiko ikterusneonatorum berat. Ikterus neonatorum beratmenyebabkan ensefalopati bilirubin/kernikterus, akibat yang dapat ditimbulkan pada

1 Staf pengajar STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

Page 61: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 131

bayi ialah retardasi mental, serebral palsy dangangguan pendengaran.(1-5)

Kernikterus dapat dicegah melalui pem-berian ASI dengan asupan yang cukup atausesuai kebutuhan bayi, yaitu minimal 8 kalipemberian dalam 24 jam.(3, 6) Menyusui segerasetelah lahir dengan frekuensi dan asupan yangcukup terbukti dapat menstimulasi perkem-bangan flora usus yang membantu konversibilirubin dan mempercepat eliminasi meko-nium. Mekonium sendiri banyak mengandungbilirubin, adanya keterlambatan pengeluarankemungkinan terjadinya penyerapan oleh ususdan meningkatkan kadar bilirubin dalamsirkulasi enterohepatik.(7-8)

Menyusui secara naluri dilakukan ibu padabayinya, kebijakan manajemen menyusuisecara optimal sudah diterapkan di setiapfasilitas pelayanan kesehatan di Yogyakarta.Oleh karena itu penelitian untuk mengetahuifrekuensi menyusui berkaitan pencegahanterjadinya risiko ikterus neonatorum adalah halyang perlu dilakukan.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Jenis penelitian adalah observasionaldengan rancangan prospektif kohort. Variabeldalam penelitian ini yaitu frekuensi menyusui(variabel bebas) dan ikterus neonatorum(variabel terikat). Subjek penelitian adalahpasangan ibu-bayi melahirkan di 3 RSUD diprovinsi D.I Yogyakarta (RS Jogja KotaYogyakarta, RSUD Panembahan Senopati Bantuldan RSUD Morangan Sleman). Kriteria subjekdalam penelitian adalah bayi lahir sehatdengan berat lahir > 2500 gram, usia kehamilan> 37 minggu, lahir normal/pervagina, dilakukanInisiasi menyusu dini dan rawat gabung selamadi rumah sakit, dipulangkan dalam 48 jam.Subjek tidak diikutkan apabila bayi kuningdalam 24 jam setelah lahir, bayi lahir dengantindakan vacum ektraksi atau lahir denganinduksi pitocin, bayi lahir kembar dan ibumenderita sakit. Jumlah sampel 92 pasanganibu dan bayi yang dilakukan observasi dari bayibaru lahir sampai hari ke 5.

Frekuensi menyusui dikategorikan cukupapabila ibu menyusui e”8 kali dalam 24 jam.Frekuensi menyusui dihitung pada hari pertamadan kedua setelah bayi lahir dan ibu- bayi masihdirumah sakit. Ikterus neonatorum diketahui darimemeriksa secara visual dengan menggunakanpedoman menurut klasifikasi Kramer (derajat 1-5). Observasi dilakukan pada semua subjekpenelitian dan dilanjutkan dengan kunjunganrumah sampai hari ke lima setelah lahir.

Analisis data penelitian ini menggunakananalisis univariabel dan bivariabel. Uji statistikyang digunakan adalah uji chi-square dengannilai signifikasi p<0,05 dan tingkat kemaknaanCI 95%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis univariabel

Hasil analisis ini digunakan untuk mengam-barkan karakteristik data masing-masingvariabel dengan menggunakan distribusi fre-kuensi dan prosentase dari masing-masingkelompok variabel. Dari tabel 1 diketahuisebagian besar ibu yang melahirkan sudahmempunyai usia yang cukup untuk usia repro-duktif. Ibu primipara berjumlah sepertiga darikeseluruhan responden. Bayi laki-laki yang lahirlebih sedikit dibandingkan bayi perempuan dansebagian besar lahir dengan usia kehamilankurang dari 40 minggu. Sebagian besar bayi lahirdengan berat lahir e”3000 gram. Sebagian besarbayi mendapatkan kecukupan ASI denganfekuensi baik (76.1%) dan bayi yang menun-jukkan tanda terjadi ikterus sebesar 41.3%.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik subjekpenelitian

Sumber: data primer 2011

Page 62: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

132 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Analisis Bivariat

Dari uji chi-square diketahui adanya per-bedaan proporsi kejadian ikterus neonatorumantara bayi yang mendapatkan frekuensimenyusui baik dan kurang dengan nilai p=0,003(p<0,05). Persentase kejadian ikterus neo-natorum semakin besar pada bayi yang men-dapatkan frekuensi menyusui kurang diban-dingkan yang mendapatkan frekuensimenyusui baik.

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariabel FrekuensiMenyusui dengan Ikterus Neonatorum

Keterangan: n=jumlah sampel RR= risk ratio *=signifikan (p<0,05)

Hasil analisis bivariabel menunjukkan bayiyang mendapatkan frekuensi menyusui kurang2.1 lebih besar untuk terjadi ikterus neo-natorum dibandingkan bayi yang mendapatkanfrekuensi menyusui baik. Hasil penelitian yangdilakukan Maisels(9) menyebutkan pemberianASI sesuai dengan permintaan bayi ataumemberikan ASI dengan frekuensi sering(paling sedikit 8 kali sehari) akan meningkatkanasupan ASI dan bayi mempunyai kadar bilirubinserum lebih rendah. Penelitian lain denganhasil yang sama dilakukan Yamauchi andYamanouchi(10) bahwa frekuensi menyusui padabayi berhubungan dengan percepatan penge-luaran mekonium hari pertama setelah lahir,penurunan insidensi hiperbilirubinemia padahari ke 6 dan meningkatkan asupan ASI padahari ke 3. Asupan ASI yang cukup memungkinkanbayi terhindar dari situasi “kelaparan” yaitukekurangan kalori dan dehidrasi. Asupan ASIsejak awal setelah bayi lahir dengan volumesesuai kebutuhan bayi akan membantu proseskonversi bilirubin, baik pada hepar maupuntingkat intestinal dan pengeluaran bilirubin

yang sudah dalam bentuk urobilin/sterkobilinatau masih dalam bentuk bilirubin indirek yangterkandung dalam mekonium.(11)

Sebelum lahir, suplai oksigen pada janin100% berasal dari ibu yang dibawa melaluieritrosit sehingga pada bayi baru lahir terdapatjumlah eritrosit lebih banyak tetapi denganumur lebih pendek dibandingkan eritrosit orangdewasa. Kondisi tersebut menyebabkan ter-jadinya hemolisis berlebihan sehingga produksibilirubin sampai 8-10 mg/kg/hari, lebih daridua kali lipat produksi bilirubin orang dewasa.Proses konjugasi dan eliminasi yang seimbangmerupakan cara untuk mencegah hiper-bilirubinemia.(12) Upaya yang dapat dilakukanuntuk mencapai keseimbangan tersebut dapatdilakukan dengan pemberian ASI sejak awalsetelah bayi lahir dengan volume yang sesuaikebutuhan (frekuensi 8-12 kali per hari).(3, 6, 13-

15) Asupan ASI yang cukup membantu prosesmetabolisme bilirubin, menunjang maturasimukosa usus, memacu perkembangan florausus dan menstimulasi motalitas intestinalsehingga konversi dan ekresi bilirubin dapatoptimal. Bilirubin diusus yang tidak segeradikeluarkan akan terabsorbsi kembali danmeningkatkan kadar bilirubin dalam sirkulasienterohepatik.(7-8, 10, 16-17)

KESIMPULAN DAN SARAN

Frekuensi menyusui yang baik berperandalam menurunkan risiko terjadinya ikterusneonatorom sehingga mencegah kemungkinanterjadinya ikterus neonatorum berat/kernik-terus. Hasil penelitian ini telah membuktikanhipotesis yang telah ditetapkan sebelumnyayaitu peluang untuk terjadi ikterus neonatorumlebih tinggi pada bayi yang mendapatkanfrekuensi menyusui kurang daripada bayi yangmendapatkan frekuensi menyusui baik. Di-harapkan setiap ibu menyusui harus mem-berikan kecukupan asupan ASI dengan fre-kuensi menyusui yang baik pada bayinya.

Page 63: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 133

KEPUSTAKAAN

1. Bhutani VK, Johnson LH, Schwoebel A,Gennaro S. A systems approach forneonatal hyperbilirubinemia interm and near-term newborns. JObstet Gynecol Neonatal Nurs.2006 Jul-Aug;35(4):444-55.

2. Dewey KG, Nommsen-Rivers LA, Heinig MJ,Cohen RJ. Risk factors forsuboptimal infant breastfeedingbehavior: Delayed onset oflactation, and excess neonatalweight loss. Pediatrics.2003;112:607-19.

3. Eglash A, Montgomery A, Wood J.Breastfeeding. Dis Mon. 2008Jun;54(6):343-411.

4. National Institute for Health and ClinicalExcellence. Neonatal Jaundice.MidCity Place, London: Universityof South Alabama; 2010.

5. Smitherman H, Stark AR, Bhutani VK. Earlyrecognition of neonatalhyperbilirubinemia and itsemergent management. SeminFetal Neonatal Med. 2006Jun;11(3):214-24.

6. American Academy of Pediatrics.Management ofHyperbilirubinemia in theNewborn Infant 35 or More Weeksof Gestation. Pediatrics.2004a;114:297-316.

7. Maisels MJ. Screening and early postnatalmanagement strategies to preventhazardous hyperbilirubinemia innewborns of 35 or more weeks ofgestation. Semin Fetal NeonatalMed. 2010 Jun;15(3):129-35.

8. Oddy WH. The impact of breastmilk oninfant and child health.Breastfeeding Review. 2002;10:5-8.

9. Maisels MJ, Vain N, Acquavita AM, deBlanco NV, Cohen A, DiGregorio J.The effect of breast-feedingfrequency on serum bilirubinlevels. Am J Obstet Gynecol. 1994Mar;170(3):880-3.

10. Yamauchi Y, Yamanouchi I. Breast-feedingfrequency during the first 24 hoursafter birth in full-term neonates.Pediatrics. 1990 Aug;86(2):171-5.

11. Gartner LM. Breastfeeding and jaundice. JPerinatol. 2001 Dec;21 Suppl 1:S25-9; discussion S35-9.

12. Cohen SM. Jaundice in the full-termnewborn. Pediatr Nurs. 2006 May-Jun;32(3):202-8.

13. Kent JC, Mitoulas LR, Cregan MD, RamsayDT, Doherty DA, Hartmann PE.Volume and Frequency ofBreastfeeding and Fat Content ofBreast Milk Throughout the Day.Pediatrics. 2006;117:e387-e95.

14. Smith JW, Tully MR. Midwiferymanagement of breastfeeding:using the evidence. J MidwiferyWomens Health. 2001 Nov-Dec;46(6):423-38.

15. The Academy of Breastfeeding Medicine.ABM Clinical Protocol #22:Guidelines for Management ofJaundice in the BreastfeedingInfant Equal to or greater Than 35Weeks’ Gestasion. BreastfeedingMedicine. 2010;5(2).

16. Gartner LM, Herschel M. Jaundice andbreastfeeding. Pediatr Clin NorthAm. 2001 Apr;48(2):389-99.

Page 64: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

134 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

17. Zuppa AA, Sindico P, Antichi E, Carducci C,Alighieri G, Cardiello V, et al.Weight loss and jaundice in healthyterm newborns in partial and full

rooming-in. J Matern FetalNeonatal Med. 2009 Sep;22(9):801-5.

Page 65: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 135

1). STIKes Surya Global Yogyakarta

2). Ketua STIKes “Yogyakarta”

PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAPJUMLAH PERDARAHAN KALA IV PERSALINAN DI KLINIK

BPS Ny. ENDANG PURWATI - MERGANGSAN -YOGYAKARTA

Ni Made Maria Sari1 dan Sri Handayani2

ABSTRACT

Background: Mortalitas and of morbiditas at pregnant woman to represent serious problemto the world. Cause of death of mother bear to represent a matter which enough complex,which can classified byreproduction factors, obstetri complication, service of health andsocioeconomic. Governmental program that is early suckle initiation or suckle postnatal firstat can give many benefit to baby and mother so that mother mortality and baby can decreasewith existence of initiation program suckle early.

This research aim to determine the effect of early suckle initiation for amount of blood onlabor of stage IV at Klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati A.Md., keb. Mergangsan Yogyakarta.

Methods: The type of this study quantitative research by using experiment pre desain withapproach of comparison group static / design group control only posttest, and analysed byusing test of t-test independent. The data collecting use primary and scunder data. Therespondents of this study amount to 30 mother who are bearing in Klinik BPS Ny. Hj. EndangPurwati A.Md., keb. Mergangsan Yogyakarta.

Result. The result of this study indicate that there are difference in mean of amount of bloodlabor of stage IV between the mother which given by treatment of early suckle initiation andmother which do not be given by treatment of early suckle initiation where obtained thevalue p=0,000 so that p< 0,05, then Ho refused and Ha accepted.

Conclusion: There is effect of early suckle initiation for amount of blood on labor of stage IVat Klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati A.Md., keb. Mergangsan Yogyakarta.

Keywords: Early Suckle Initiation, Amount of Blood, Labor of Stage IV

PENDAHULUAN

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamildan bersalin merupakan masalah serius bagidunia. Hal tersebut terbukti dengan diadakan-nya konfrensi-konfrensi internasional yangmenekankan perlu dipercepatnya penurunanangka kematian ibu (Prawirohardjo, 2002).Pelayanan kesehatan maternal merupakansalah satu unsur penentu status kesehatan.

Berdasarkan kesepakatan internasional, tingkatkematian maternal (Maternal Mortality Rate)didefinisikan sebagai jumlah kematian mater-nal selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiranhidup (Wiknjosastro, 2007).

Di negara miskin berkembang, kematianmaternal merupakan masalah besar, namunsejumlah kematian yang cukup besar tidakdilaporkan dan tidak tercatat di statistik resmi

Page 66: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

136 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

(Wikjosastro, 2007). Indonesia merupakan salahsatu Negara berkembang yang hingga kini AngkaKematian Ibu (AKI) yang melahirkan di Indo-nesia masih tergolong tinggi dan termasuktinggi diantara negara-negara di Asia. Tahun2002 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematianibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia, bahkan2,5 kali lipat dari indeks Filipina (Harian Terbit,2010).

Berdasarkan hasil Survei Demografi danKesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro PusatStatistik (BPS), angka kematian ibu dalamkehamilan dan persalinan di seluruh duniamencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berartiseorang ibu meninggal hampir setiap menitkarena komplikasi kehamilan dan persalinannya(Nugraha, 2007). Di Indonesia angka yangdihimpun dari SDKI tahun 2003 menunjukkansekitar 15 ribu ibu meninggal karena melahir-kan setiap tahun atau 1.279 setiap bulan, atau172 setiap pekan atau 43 ibu setiap hari, atauhampir dua ibu meninggal setiap jam (http://nasional.kompas.com).

Faktor medis yang menjadi penyebablangsung kematian utama ibu adalah per-darahan 30 persen, keracunan kehamilan(eklamsia) 25 persen, keguguran (abortus) 5persen, infeksi 12 persen, persalinan macet(partus lama) 5 persen, komplikasi pada masapuerpureum 8 persen dan penyebab lain 12persen. Sedangkan penyebab non medis yaknistatus nutrisi ibu hamil yang rendah, anemiapada ibu hamil, terlambat mendapat pelayanan,serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan,terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarakmelahirkan (http://nasional.kompas.com).

Kebijakan pemerintah Indonesia dalamprogram peningkatan pemberian Air Susu Ibudan mencegah kematian ibu pasca bersalindengan menetapkan minimal 80% dari ibudapat memberikan ASI eksklusif, tetapi kenya-taannya sampai saat ini masih memprihatinkan.Menurut survey demografi dan kesehatanIndonesia 2002-2003, pemberian ASI eksklusifbayi berumur 2 bulan hanya 64% pada bayi

berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur4-5 bulan. Keadaan ini yang memprihatinkanadalah 13% dari bayi berumur 2 bulan telahdiberi susu formula dan 15% diberikan makanantambahan. Pada tahun 2007 melalui pekan ASIsedunia, diharapkan jumlah ibu bersalin yangmenyusui pada menit-menit pertama sampaisatu jam (inisiasi menyusui dini) meningkat,karena inisiasi menyusui dini (IMD) mem-berikan banyak manfaat bagi bayi dan ibu.Apabila segera menyusui setelah melahirkandapat menurunkan kematian sebesar 17-22%(DepKes RI, 2008).

Inisiasi menyusui dini menimbulkan kontakkulit ibu dan kulit bayi dengan optimal.Menurut Cox (2006) dalam penelitiannyamengemukakan apabila saat 1 jam pertamasetelah lahir bayi diletakkan pada dada ibu, bayiakan mengikuti pola yang sama dengan gerakantangan untuk menemukan dan merangsangpayudara ibuya sehingga akan lebih banyakoksitosin yang dikeluarkan. Oksitosin sangatpenting karena menyebabkan rahim berkon-traksi dengan baik sehingga membantu menge-luarkan plasenta dan mengurangi perdarahan.Oksitosin juga berperan untuk merangsanghormon lain yang membuat ibu menjadi lebihtenang, rileks, mencintai bayi, lebih kuatmenahan sakit dan timbul rasa bahagia sertamerangsang pengaliran ASI dari payudara,sehingga ASI lebih cepat keluar. Apabila inisiasimenyusui dini tidak dilakukan maka manfaatyang begitu luar biasa tidak akan didapatkanbaik untuk ibu atau bayi (Roesli, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang di-lakukan peneliti pada tanggal 1 Desember 2011di klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati, A.Md.,Keb.Mergangsan Yogyakarta dimana jumlah kela-hiran pada periode Januari hingga Novembertahun 2011 adalah 469 ibu melahirkan, dan 11(2,3%) ibu mengalami perdarahan post par-tum,4 diantaranya di rujuk ke RSUP SardjitoYogyakarta karena tidak bisa ditangani di klinikBPS Ny. Hj. Endang Purwati, A.Md.,Keb.Mergangsan Yogyakarta. Ibu mengalamiperdarahan karena berbagai indikasi, salah

Page 67: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 137

satunya adalah ibu gagal untuk menyusukanbayinya dan tidak menyusui bayinya karenakurang pengetahuan pada ibu tentang inisisasimenyusui dini (IMD). Sebagian besar ibu postpartum tidak mau melakukan inisiasi menyusuidini karena beranggapan jika dilakukan IMDbayinya akan kedinginan dan menangis, selainitu sebagian besar ibu mengeluhkan masihmerasa sakit saat dilakukan jahitan padarobekan perineum sehingga tidak sanggupuntuk menyusui.

Berdasarkan wawancara pada managerklinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati, A.Md.,Keb.Mergangsan Yogyakarta dikatakan bahwaprogram inisiasi menyusui dini sudah digalakanmulai tahun 2010, tetapi program ini belum bisadilaksanakan secara optimal karena tidak bisadipaksakan untuk pemberian inisiasi menyusuidini, akan tetapi setiap ibu telah diberikanpengetahuan tentang pentingnya inisiasimenyusui dini dan keputusan untuk melakukaninisiasi menyusui dini tetap terserah pada ibumengingat faktor budaya dan kepercayaan darisetiap ibu post partum.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuan-titatif dengan menggunakan desain pra eks-perimen dengan pendekatan static groupcomparison/posttest only control group designyaitu suatu rancangan penelitian yang meng-gunakan dua kelompok subyek diantaranyakelompok perlakuan dan kelompok kontroldilakukan pengukuran setelah diberikan per-lakuan. Efek perlakuan dilihat dari perbedaanpengukuran kedua kelompok (Saryono, 2008).

Populasi dari penelitian ini adalah ibu yangmelahirkan di klinik BPS Ny. Hj. Endang Purwati,A.MD.,Keb Mergangsan Yogyakarta pada bulanJanuari-Februari 2012 yang berjumlah 36.Tekniksampel yang digunakan dalam penelitian iniadalah purposive sampling yaitu suatu teknikpengambilan sampel yang berdasarkan pertim-bangan atau tujuan tertentu (Alimul, 2007).Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak30, dimana 15 responden sebagai kelompok

perlakuan dan 15 orang responden sebagaikelompok kontrol.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data adalah denganintervensi langsung melalui pengamatan,pengukuran dan pemeriksaan langsung padaibu bersalin baik yang dilakukan inisiasimenyusui dini maupun yang tidak dilakukaninisiasi menyusui dini, kemudian dilakukanpenghitungan volume darah yang keluar dengancara menimbang pembalut yang digunakan.

INSTRUMENT PENELITIAN

Istrumen dalam pengumpulan data padapenelitian ini adalah berupa timbangan elektrikuntuk menimbang berat pembalut yang berisidarah, pembalut maternitas merk soffie dengandaya tampung 250 ml untuk menampung darahpada kala IV dan lembar observasi yang berisitentang biodata responden yang ditanyakanpenelititi kepada responden, serta lembarobservasi untuk pencatatan jumlah perdarahanpada kala IV persalinan baik yang dilakukaninisiasi menyusui dini maupun yang tidakdilakukan.

TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Teknik pengolahan data terdiri empat tahapyakni :

a. Editing adalah tahap pengolahan data yangdilakukan oleh peneliti untuk mengoreksi/ memeriksa kembali data-data yang sudahterkumpul sehingga hasil yang diperolehtidak bias atau error.

b. Coding adalah tahap pengolahan data yangdilakukan untuk pemberian kode berupaangka sehingga memudahkan untuk pengo-lahan data.

c. Tabulating adalah tahap pengolahan datayang dilakukan untuk pemindahan data-data hasil penelitian ke dalam lembarformulir sesuai kriteria guna memper-mudah pembacaan.

d. Input data adalah memasukan data yang

Page 68: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

138 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

telah diedit dan dinilai menggunakanfasilitas komputer, atau dengan programSPSS.

Analisa data dilakukan dalam dua tahapyaitu:

1. Dilakukan analisis univariat variabel yangada pada penelitian ini untukmenghitungdistribusi, frekuensi, ukuran tendensisentral atau gravik. Dalam penelitian iniperlakuan Inisiasi menyusui Dini termasukdalam skala nominal dimana 0 untuk tidakdilakukan inisiasi menyusui dini dan 1untuk dilakukan inisiasi menyusui dini.Sedangakan jumlah perdarahan kala IVpersalinan merupakan skala data interval,dilakukan pengukuran pemusatan (centraltendency) yang dikategorikan menjadikategori banyak, sedang, dan sedikitdimana ketentuan tersebut menggunakanaturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean), dan simpangan baku (standarddeviasi). Adapun menggunakan parametersebagai berikut :

a. Banyak : (x) > mean + 1 SD

b. Sedang : mean – 1 SD d” x d” mean + 1 SD

c. Sedikit : (x) < mean – 1 SD

2. Dilakukan analisis bivariat Analisa bivariatyang digunakan untuk pengujian statistikadalah dengan menggunakan t-test inde-pendent untuk mengetahui perbedaan nilairata-rata antara satu kelompok dengankelompok yang lain, dimana bertujuanuntuk membandingkan nilai rata-rata daridua perlakuan yang ada.

Hasil penelitian

1. Gambaran umum

Klinik Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Hj.Endang Purwati, A.Md., Keb. merupakanklinik yang terletak di Jalan KolonelSugiyono No. 122 mergangsan Yogyakartadengan telepon (0274) 371098. Klinik BPS iniberdiri pada tanggal 1 januari 1991 denganSIPB Nomor : 503/1433 yang merupakan

klinik yang memberikan pelayanan per-salinan 24 jam dengan standar Bidan Delimadan APN (Asuhan Persalinan Normal).

2. Karakteristik responden

a. Usia

Untuk kriteria responden berdasarkantingkat usia, responden dalam penelitianini terbagi ke dalam 3 kelompok usia.

b. Paritas

Untuk kriteria responden berdasarkanparitas dibedakan dalam dua kelompok.

c. Gizi

Untuk kriteria responden berdasarkanstatus gizi dibedakan dalam tiga kelompok.

3. Jumlah perdarahan kala IV persalinan

4. Pengaruh Inisiasi menyusui dini terhadapjumlah perdarahan kala IV persalinan

Page 69: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 139

PEMBAHASAN

1. Jumlah Perdarahan Kala IV pada KelompokPerlakuan

Hasil analisa univariat menunjukkan rata-rata jumlah perdarahan pada kala IV per-salinan pada kelompok perlakuan (ibu yangmelakukan inisiasi menyusui) adalah76,33cc.

2. Jumlah Perdarahan Kala IV pada KelompokKontrol

Hasil analisa univariat menunjukkan rata-rata jumlah perdarahan pada kala IV per-salinan pada kelompok kontrol (ibu yangtidak melakukan inisiasi menyusui) adalah131,00cc.

3. Perbandingan rata-rata jumlah perdarahankala IV persalinan pada ibu yang melakukaninisiasi menyusui dini dengan yang tidakmelakukan inisiasi menyusui dini adalah54,67cc.

4. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini TerhadapJumlah Perdarahan Kala IV

Hasil analisa bivariat yang menggunakkanuji t-test independent menunjukan bahwaInisiasi Menyusui Dini mempunyai hubu-ngan yang bermakna dengan jumlah per-darahan Kala IV.Pengaruh perlakuan InisiasiMenyusui Dini terhadap jumlah perdarahankala IV dapat dilihat dari hasil uji statistikyang menggunakan uji t-test independentdiperoleh nilai t hitung adalah sebesar 9,610sedangkan Signifikansinya 0,000 hal inimenunjukan Ho ditolak atau dengan katalain hipotesis yang menyebutkan adapengaruh inisiasi menyusui dini terhadapjumlah perdarahan kala IV persalinan dapatditerima yang mana dapat dibuktikandengan rata-rata jumlah perdarahan kala IVpada ibu bersalin dengan inisiasi menyusuidini lebih sedikit dibandingkan rata-ratajumlah perdarahan kala IV pada ibu bersalintanpa inisiasi menyusui dini.

KESIMPULAN

1. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV per-salinan pada ibu yang melakukan inisiasimenyusui dini di Klinik BPS Ny.Hj. EndangPurwati, A.Md.,Keb. Mergangsan Yogyakartaadalah 76,33cc.

2. Rata-rata jumlah perdarahan kala IV per-salinan pada ibu yang tidak melakukaninisiasi menyusui dini di Klinik BPS Ny.Hj.Endang Purwati, A.Md.,Keb. MergangsanYogyakarta adalah 131,00cc.

3. Perbandingan rata-rata jumlah perdarahankala IV persalinan pada ibu yang melakukaninisiasi menyusui dini dengan yang tidakmelakukan inisiasi menyusui dini adalah54,67cc.

4. Ada pengaruh inisiasi menyusui dini ter-hadap jumlah perdarahan kala IV persalinandi Klinik BPS Ny.Hj. Endang Purwati,A.Md.,Keb. Mergangsan Yogyakarta. Hasilpenelitian menunjukan perbedaan sig-nifikan antara kelompok perlakuan dengankelompok kontrol, dengan nilai t hitungadalah sebesar 9,610 sedangkan Signifikan-sinya 0,000.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. (2003). Riset Keperawatan danTeknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :Salemba Medika.

Alimul, Azis. (2007). Metode PenelitianKeperawatan dan Teknik AnalisisData. Jakarta : Salemba Medika.

Ambarwati, Eny. (2009). Asuhan KebidananNifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Ari Sulistyawati. (2009). Buku Ajar AsuhanKebidanan pada Ibu Nifas.Yogyakarta. Penerbit Andi.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Kebidanan NifasNormal. Jakarta:EGC

Page 70: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

140 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”

Bobak, Lowderwis. (2004). Buku AjarKeperawatan Meternitas. Jakarta :EGC

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan:Persalinan dan Kelahiran. Jakarta :EGC.

Cuningham, et al. (2003). Obstetri Williams,Vol.1,Ed. 21. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2007). Asuhan Persalinan NormalEsensial Persalinan, Ed.3. Jakarta :JNPKKR-POGI.

__________. (2008). Keluarga Berencana DanUpaya Penurunan AngkaKematian Bayi Dan Balita. Jakarta :Ditjen Binkesmas.

Evayanti. (2011). Pengaruh Inisiasi Menyusui Diniterhadap Percepatan inggi Fun dusUteri Periode Pasca Persalinan diKlinik dan Rumah Bersalin GandiMengwi Badung Bali. Yogyakarta :Skripsi. STIKes Surya Global.

Farrer, Helen. (2001). Menyusui Bayi Baru LahirNormal Dalam PerawatanMaternitas, Ed. 2. Jakarta : EGC.

Hacker, Neville F. (2001). Esensial Obstetrik danGinekologi. Jakarta : Hipokrates.

Harian Terbit. (2010). Angka Kematian Ibu diIndonesia Tertinggi di Asia.[Internet]. Tersedia dalam : http://www.menegpp.go.id. [Diakses 28november 2011].

Kompas. (2007). Kesehatan. [Internet]. Tersediadalam : http://www.kompas.com.[Diakses 28 November 2011].

Legawati. (2010). Pengaruh Inisiasi MenyusuiDini terhadap Praktik Menyusuidalam Satu Bulan Pertama Di KotaPalangkaraya. Yogyakarta : Skripsi.Universitas gajah Mada.

Machfoedz, Ircham. (2008). StatistikaNonparametrik. Yogyakarta :Fitramaya

Manuaba, Ida Badus Gde. (1998). IlmuKebidanan, penyakit Kandungandan Keluarga Berencana UntukPendidikan Kebidanan. Jakarta :EGC.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi.Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodelogi PenelitianKesehatan. Jakarta : PT. RinekaCipta.

Nursalam. (2003). Konsep & PenerapanMetodelogi Penelitian IlmuKeperawatan : Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen PenelitianKeperawatan. Jakarta : SalembaMedika.

Panjaitan. (2010). Faktor Resiko perdarahan PostPartum Dini Di RS Gunungsitoli Kab.Nias. Yogyakarta : Skripsi.Universitas gajah Mada.

Prawirohardjo, S. (2002). Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan MaternalNeonatal, Ed. 2. Jakarta : JNPKKR-POGI dan YBPSP.

Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik KesehatanBelajar Mudah teknik Analisis dataDalam penelitian Kesehatan (plusaplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Roesly Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini danAsi Eksklusif. Yogyakarta. PustakaBunda.

Saryono. (2008). Metodelogi PenelitianKesehatan Penuntun Praktis BagiPemula. Yogyakarta : MitraCendikia.

Page 71: Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU - fmipa.umri.ac.idfmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/jurnal-edisi-VI.pdf · Pengaruh Frekuensi Menyusui Terhadap Risiko Terjadinya Ikterus Neonatorum

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” 141

Sears, Zemanky. (2002). Fisika Universitas,Ed.10. Bandung : PenerbitErlangga.

Siswosudarmo, Risanto, et al. (2008). ObstetriFisologi. Yogyakarta: PustakaCendikia

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian KuantitatifKualitatif Dan R&D. Bandung: CVAlphabeta

Susilawati. (2010). Pengaruh Inisiasi MenyusuiDini terhadap KelangsunganPemberian ASI Eklslusif diKabupaten Kampar Riau.Yogyakarta : Skripsi. UniversitasGajah Mada.

Varney, Helen, et al. (2006). Buku Ajar AsuhanKebidanan. Jakarta : EGC.

Verrals, Sylvia. (2003). Anatomi Dan FisiologiTerapan Dalam Kebidanan, Ed.3,Cet.2. Jakarta: EGC

Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar KebidananKomunitas. Jakarta : EGC.

Wikjosastro, Hanifa, et al. (2000). Ilmu BedahKebidanan, Ed.1, Cet.5. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.

_____________________. (2006). IlmuKebidanan, Ed.3, Cet.8. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.

_____________________. (2007). IlmuKebidanan, Ed.3, Cet.9. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.