JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat...

123
Tunjangan Penghasilan Untuk Orang Lanjut Usia Di India dan Indonesia (Income Support For Elderly Popula tion In India and Indonesia) Kebijakan Pendidikan Di Indonesia Dan Mesir: Perbandingan Antara Dua Negara Berkembang Muslim (Educational Policy In Indonesia And Egypt: A Comparison Between Two Developing Muslim Countries) Studi Komparatif: Reformasi Kebijakan Sosial Dalam Menghadapi Ageing Population Di Jepang dan Italia (Comparative Study: Social Policy Reforms On Facing The Ageing Population In Japan and Italy) Kebijakan-Kebijakan Sosial Untuk Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Di Indonesia Dan Australia (Policies For Disabled Labor Force Between Indonesia And Australia) JURNAL INSTITUT BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018 Institut BPJS Ketenagakerjaan, 2018

Transcript of JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat...

Page 1: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

Tunjangan Penghasilan Untuk Orang Lanjut Usia Di India dan Indonesia(Income Support For Elderly Popula tion In India and Indonesia)

Kebijakan Pendidikan Di Indonesia Dan Mesir:Perbandingan Antara Dua Negara Berkembang Muslim

(Educational Policy In Indonesia And Egypt:A Comparison Between Two Developing Muslim Countries)

Studi Komparatif: Reformasi Kebijakan SosialDalam Menghadapi Ageing Population Di Jepang dan Italia

(Comparative Study: Social Policy Reforms OnFacing The Ageing Population In Japan and Italy)

Kebijakan-Kebijakan Sosial Untuk Tenaga KerjaPenyandang Disabilitas Di Indonesia Dan Australia

(Policies For Disabled Labor Force Between Indonesia And Australia)

JURNALINSTITUTBPJS Ketenagakerjaan

Volume 3 No. 1November 2018

Institut BPJS Ketenagakerjaan, 2018

Page 2: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2018 Volume 3 i

JURNAL INSTITUT BPJS KETENAGAKERJAAN

Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan diterbitkan oleh Deputi Direktur Bidang Learning BPJS Ketenagakerjaan. Artikel yang diterbitkan pada jurnal ini adalah berupa hasil penelitian dan non penelitian (ilmiah/populer) yang meliputi jaminan sosial, ketenagakerjaan, pengembangan sumber daya manusia, ekonomi, keuangan dan kebijakan publik.

Penanggung Jawab Abdur Rahman Irsyadi

Mitra Bestari Falikhul Isbah

Redaktur Pelaksana

Mohamad Irvan

Pelaksana Administrasi M. Purnama Winandi Saputra

Yulianti Arihdya Caesar Pratikta

Dian Safrina Putri

Alamat Redaksi dan Administrasi Deputi Direktur Bidang Learning

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Pusat Jl. Jendral Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930.

Telp: 021 5207797 Fax: 021 5260443. Website: www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Email: [email protected] Redaksi menerima sumbangan artikel yang belum pernah atau akan diterbitkan dalam media lain. Syarat-syarat, format dan tata aturan tata tulis artikel dapat dilihat pada Ketentuan Penulisan di lembaran belakang jurnal ini. Artikel yang masuk ditelaah mitra bestari/reviewer untuk dinilai kelayakannya. Redaksi dapat memodifikasi artikel untuk keseragaman format, istilah dan kepentingan teknis lainnya tanpa merubah substansi artikel.

iiiJurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 3: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

DAFTAR ISI

JURNAL 1 Tunjangan Penghasilan Untuk Orang Lanjut Usia Di India Dan Indonesia

Income Support For Elderly Population In India And Indonesia

Anna Wijayanti……………………………………………………………………………

1

JURNAL 2 Kebijakan Pendidikan Di Indonesia Dan Mesir: Perbandingan Antara Dua Negara Berkembang Muslim

Educational Policy In Indonesia And Egypt: A Comparison Between Two Developing Muslim Countries

Riza Guntur Prakoso…………………………………………………………………..

27

JURNAL 3 Studi Komparatif: Reformasi Kebijakan Sosial Dalam Menghadapi Ageing Population Di Jepang Dan Italia

Comparative Study: Social Policy Reforms On Facing The Ageing Population In Japan And Italy

Shandika Putra Damayana……………………………………………………………

63

JURNAL 4 Kebijakan-Kebijakan Sosial Untuk Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Di Indonesia Dan Australia

Policies For Disabled Labor Force Between Indonesia And Australia

Zicko Varianto…………………………………………………………………………….

95

vJurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 4: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

TUNJANGAN PENGHASILAN UNTUK ORANG LANJUT USIA DI INDIA DAN

INDONESIA

Anna Wijayanti

A. PENDAHULUAN

Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di

banyak negara di seluruh dunia. Harapan

hidup seluruh dunia juga meningkat dari 70

tahun menjadi 77 tahun pada tahun 2050

sebagaimana disebutkan dalam laporan oleh

divisi populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

(Perserikatan Bangsa-Bangsa, n.d.). Masalah

ini mempengaruhi semua aspek

perkembangan populasi dunia, termasuk

jaminan sosial, tunjangan penghasilan,

kesehatan, pensiun, dan ikatan antar generasi.

Baik Indonesia dan India memiliki masalah

besar terkait dengan populasi lanjut usia dan

kemiskinan. Kedua negara ini telah

melaksanakan beberapa skema

kesejahteraan untuk mengatasi kemiskinan

pada populasi lanjut usia.

Dalam makalah ini, saya meneliti skema-

skema kesejahteraan untuk populasi lanjut

usia di kedua negara. Saya terutama

mengamati National Old Age Pension Scheme

(NOAPS / Skema Pensiun Nasional untuk

Orang Lanjut Usia) India dan Social

Assistance for Neglected Elderly (ASLUT /

Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar)

Indonesia. India telah menerapkan dana

INCOME SUPPORT FOR ELDERLY POPULATION IN INDIA AND INDONESIA

Anna Wijayanti A. INTRODUCTION

The number of old age population are

increasing in most countries in the world. The

world’s life expectancy also increases from 70

years to 77 years by 2050 as mentioned in the

report by United Nations population division

(United Nations, n.d.). This issue affects all

development aspects of the world’s population,

including social protection, income support,

health, pensions and inter-generational ties.

Both Indonesia and India have a serious

problem concerning elderly population and

poverty. These two countries have

implemented several welfare schemes to tackle

elderly poverty.

In this essay, I examine the welfare schemes for

elderly population in both countries. I look in

particular at India’s National Old Age Pension

Scheme (NOAPS) and Indonesia’s Social

Assistance for Neglected Elderly (ASLUT).

India has applied a social pension for elderly

since 1995 under NOAPS. The program has

helped the elderly to provide their necessities.

Indonesia has also tried to provide income

1Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 5: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

2

pensiun sosial untuk lanjut usia sejak tahun

1995 menurut NOAPS. Program tersebut telah

membantu orang lanjut usia dengan

menyediakan kebutuhan mereka. Indonesia

telah mencoba untuk menyediakan tunjangan

penghasilan untuk orang lanjut usia. Di bawah

program ASLUT pada tahun 2006, Indonesia

telah memberikan bantuan kepada orang

lanjut usia dengan skema yang serupa dengan

India. Kedua program kesejahteraan

menyasar pada orang lanjut usia yang berada

di bawah garis kemiskinan sebagai penerima

manfaat dengan menyediakan bantuan

langsung tunai setiap bulannya.

Program-program ini menarik perhatian

karena program-program ini tidak hanya

bertujuan untuk mencegah kemiskinan tapi

juga membantu orang lanjut usia untuk meraih

kembali harga diri mereka di tengah

masyarakat. Kedua negara masih harus

menempuh jalan panjang untuk

mengembangkan tunjangan dan cakupan

yang lebih luas, walaupun India telah

mencakup hampir sebagian besar populasi

lanjut usia yang miskin. Oleh karena itu,

penelitian guna mengetahui seberapa

signifikan program ASLUT dan NSAP dalam

membantu populasi lanjut usia yang miskin

dan apakah program yang serupa ini akan

memiliki hasil yang sama di kedua negara,

merupakan penelitian yang bisa berguna.

support for elderly. Under ASLUT program

started in 2006, Indonesia has given assistance

to elderly with similar scheme to India. Both

welfare programs have targeted poor elderly as

beneficiaries by giving monthly cash.

These programs deserve attention because

they aim not just to prevent poverty but also to

help the elderly retain their dignity in society.

Both countries still have a long way to develop

more benefits and coverage, although India has

covered almost majority of poor elderly. So it is

worth examining how significant ASLUT and

NSAP help poor elderly and whether these

similar programs will produce the same result in

both countries.

2 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 6: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

2

pensiun sosial untuk lanjut usia sejak tahun

1995 menurut NOAPS. Program tersebut telah

membantu orang lanjut usia dengan

menyediakan kebutuhan mereka. Indonesia

telah mencoba untuk menyediakan tunjangan

penghasilan untuk orang lanjut usia. Di bawah

program ASLUT pada tahun 2006, Indonesia

telah memberikan bantuan kepada orang

lanjut usia dengan skema yang serupa dengan

India. Kedua program kesejahteraan

menyasar pada orang lanjut usia yang berada

di bawah garis kemiskinan sebagai penerima

manfaat dengan menyediakan bantuan

langsung tunai setiap bulannya.

Program-program ini menarik perhatian

karena program-program ini tidak hanya

bertujuan untuk mencegah kemiskinan tapi

juga membantu orang lanjut usia untuk meraih

kembali harga diri mereka di tengah

masyarakat. Kedua negara masih harus

menempuh jalan panjang untuk

mengembangkan tunjangan dan cakupan

yang lebih luas, walaupun India telah

mencakup hampir sebagian besar populasi

lanjut usia yang miskin. Oleh karena itu,

penelitian guna mengetahui seberapa

signifikan program ASLUT dan NSAP dalam

membantu populasi lanjut usia yang miskin

dan apakah program yang serupa ini akan

memiliki hasil yang sama di kedua negara,

merupakan penelitian yang bisa berguna.

support for elderly. Under ASLUT program

started in 2006, Indonesia has given assistance

to elderly with similar scheme to India. Both

welfare programs have targeted poor elderly as

beneficiaries by giving monthly cash.

These programs deserve attention because

they aim not just to prevent poverty but also to

help the elderly retain their dignity in society.

Both countries still have a long way to develop

more benefits and coverage, although India has

covered almost majority of poor elderly. So it is

worth examining how significant ASLUT and

NSAP help poor elderly and whether these

similar programs will produce the same result in

both countries.

3

Makalah ini akan membahas skema

kesejahteraan di kedua negara, perbandingan

program kesejahteraan dan seberapa

signifikan program-program ini untuk

mengentaskan kemiskinan.

B. METODOLOGI

Artikel ini adalah studi pustaka. Penelitian ini

pada dasarnya mengumpulkan data sekunder.

Untuk artikel ini, penulis menggunakan

berbagai sumber daya untuk menyediakan

data dan analisis, seperti laporan tahunan

pemerintah, Biro Pusat Statistik, laporan Bank

Dunia, dan masih banyak lagi. Sifat makalah

ini adalah deskriptif dan eksploratif yang

bertujuan untuk meneliti dan membandingkan

program-program bantuan sosial secara kritis C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tren Sosial Ekonomi di Indonesia dan India Indonesia dan India adalah dua negara

berkembang yang dikategorikan sebagai

negara dengan penghasilan menengah ke

bawah dan memiliki populasi terbesar di dunia.

Data yang didapatkan dari Bank Dunia pada

tahun 2016 menyebutkan bahwa Pendapatan

Bruto Nasional Indonesia adalah

US$3.400.000 dan India adalah

US$1.680.000.

Baik Indonesia dan India diprediksi akan

memiliki pertumbuhan demografik yang positif.

Populasi India di tahun 2017 adalah

This paper will discuss the welfare schemes in

both countries, the welfare programs

comparison and how significant these programs

to alleviate poverty.

B. METHODOLOGY

This article is a desktop study. It basically

involves secondary data collection. For this

article, I use various resources to provide the

data and analysis such as from government

annual report, the bureau of statistic, the World

Bank report and many more. The natures of this

paper are descriptive and exploratory which aim

to critically examine and compare the social

assistance programs.

C. RESULTS AND DISCUSSION Socio-Economic Trend in Indonesia and India Indonesia and India are both developing

countries categorized as lower middle income

countries with huge population in the world. The

data retrieved from World Bank in 2016 that

Gross National Income for Indonesia was

US$3,400,000 and India was US$1,680,000.

Both Indonesia and India are predicted to have

a positive demographic development. India’s

population in 2017 is 1,339,180,000 which

3Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 7: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

4

1.339.180.000 yang setara dengan 17,74

persen dari seluruh populasi dunia dan

menduduki peringkat ke-2 untuk negara

dengan jumlah penduduk terbanyak.

Sementara itu, populasi Indonesia adalah

263.991.000, yang setara dengan 3,5 persen

dari seluruh populasi dunia dan menduduki

peringkat ke-4 untuk negara dengan jumlah

penduduk terbanyak (Worldometers, n.d.).

Pada tahun 2011, India adalah populasi

terbesar kedua untuk usia 60 tahun ke atas di

dunia. Populasi lanjut usia juga meningkat di

masa depan. Jumlah ini memberikan

pandangan kepada kita bahwa negara ini

memiliki situasi demografi yang serupa.

Karena populasi lanjut usia meningkat, maka

keharusan agar Pemerintah menciptakan

kebijakan dan layanan publik yang inovatif dan

menyasar orang lanjut usia, semakin

mendesak, termasuk kebijakan perawatan

medis, infrastruktur, jaminan sosial, pekerjaan,

dan penghasilan pasca pensiun. Agar tetap

memiliki penghasilan yang memenuhi

pengeluaran dasar minimal setelah pensiun,

kebijakan pensiun negara dapat membantu

warga negara menyediakan sejumlah dana

dengan cara yang sistematis melalui investasi

jangka panjang. Kebijakan pensiun dapat

membantu mengurangi kerentanan terhadap

populasi lanjut usia di masa depan.

Situasi yang semakin mendesak terkait

dengan tantangan dan peluang dalam

equivalent to 17.74 percent of total world

population and ranked at number 2 as the most

populous country. Meanwhile, Indonesia

population is 263,991,000, this is equivalent to

3.5 percent of total world population and ranked

at number 4 (Worldometers, n.d.). In 2011,

India is the second largest of population age 60

and above in the world. The older population

also increasing in the future. The number give

us a glance that this countries have similar

demographic situation.

As populations of older people increased, it is

necessary than ever that Governments create

innovative policies and public services

specifically targeted to older persons, including

health care policy, infrastructure, social

protection, employment and post retirement

income. To have some income in the post

retirement period to meet the minimum basic

expenses, state pension policy can help the

citizens to provide some money in a systematic

way through a long term investment. Pension

policy can help to reduce vulnerability for older

population in future.

The growing sense of urgency associated with

the challenges and opportunities in

4 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 8: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

4

1.339.180.000 yang setara dengan 17,74

persen dari seluruh populasi dunia dan

menduduki peringkat ke-2 untuk negara

dengan jumlah penduduk terbanyak.

Sementara itu, populasi Indonesia adalah

263.991.000, yang setara dengan 3,5 persen

dari seluruh populasi dunia dan menduduki

peringkat ke-4 untuk negara dengan jumlah

penduduk terbanyak (Worldometers, n.d.).

Pada tahun 2011, India adalah populasi

terbesar kedua untuk usia 60 tahun ke atas di

dunia. Populasi lanjut usia juga meningkat di

masa depan. Jumlah ini memberikan

pandangan kepada kita bahwa negara ini

memiliki situasi demografi yang serupa.

Karena populasi lanjut usia meningkat, maka

keharusan agar Pemerintah menciptakan

kebijakan dan layanan publik yang inovatif dan

menyasar orang lanjut usia, semakin

mendesak, termasuk kebijakan perawatan

medis, infrastruktur, jaminan sosial, pekerjaan,

dan penghasilan pasca pensiun. Agar tetap

memiliki penghasilan yang memenuhi

pengeluaran dasar minimal setelah pensiun,

kebijakan pensiun negara dapat membantu

warga negara menyediakan sejumlah dana

dengan cara yang sistematis melalui investasi

jangka panjang. Kebijakan pensiun dapat

membantu mengurangi kerentanan terhadap

populasi lanjut usia di masa depan.

Situasi yang semakin mendesak terkait

dengan tantangan dan peluang dalam

equivalent to 17.74 percent of total world

population and ranked at number 2 as the most

populous country. Meanwhile, Indonesia

population is 263,991,000, this is equivalent to

3.5 percent of total world population and ranked

at number 4 (Worldometers, n.d.). In 2011,

India is the second largest of population age 60

and above in the world. The older population

also increasing in the future. The number give

us a glance that this countries have similar

demographic situation.

As populations of older people increased, it is

necessary than ever that Governments create

innovative policies and public services

specifically targeted to older persons, including

health care policy, infrastructure, social

protection, employment and post retirement

income. To have some income in the post

retirement period to meet the minimum basic

expenses, state pension policy can help the

citizens to provide some money in a systematic

way through a long term investment. Pension

policy can help to reduce vulnerability for older

population in future.

The growing sense of urgency associated with

the challenges and opportunities in

5

masalah demografi terbukti dalam

perkembangan terbaru dalam upaya kebijakan

terkait dengan penuaan di berbagai

sektor (Perserikatan Bangsa-Bangsa,

2015). Guna mengatasi masalah tersebut,

banyak pemerintah berusaha meningkatkan

cakupan dan manfaat yang diberikan melalui

sistem pensiun.

Mayoritas orang India atau sekitar 82,2 persen

pada tahun 2012 melakukan pekerjaan

informal dengan upah rendah dan tidak

memiliki tunjangan pensiun (ILO,

2017). Sementara itu, Indonesia memiliki

sekitar 60 persen dari seluruh angkatan kerja

yang juga bekerja di sektor informal dan juga

tidak memilikitunjangan pensiun (BPS,

2017). Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang

lebih besar bagi orang-orang lanjut usia di

masa depan, karena mereka mungkin hidup

tanpa penghasilan pensiun karena mereka

tidak termasuk dalam skema pensiun

formal. Pada tahun 2016, berdasarkan pada

Data Bank Dunia, rasio ketergantungan orang

lanjut usia di India yang sebelumnya telah

meningkat 4 poin menjadi 9 persen dari tahun

sebelumnya. Indonesia juga memiliki

kecenderungan yang sama, sedangkan

jumlahnya naik 2 poin menjadi 8 persen (Bank

Dunia, 2016). Angka ini menggambarkan

bahwa populasi yang lebih muda harus

menanggung lebih banyak lansia di masa

depan.

demographic issues is evident in the recent

proliferation of ageing-related policy initiatives

across a wide range of sectors (United Nations,

2015). In response to such issue many

governments are trying to improve the coverage

and benefits provided through pension

systems.

A majority of Indians or around 82.2 percent in

2012 engaged in informal works with low wages

and no pension benefits (ILO, 2017). While

Indonesia, around 60 percent of total labor force

also work in informal sector and also no pension

benefits (BPS, 2017). This is raise more

concern for future older people, as they are

likely to live without retirement earning as they

are excluded from formal pension scheme. In

2016, based on The World Bank Data, India’s

old dependency ratio has increased by 4 point

into 9 percent from the previous year. Indonesia

also has similar trend, whereas the number

went up 2 point into 8 percent (The World Bank,

2016). This is illustrates that younger population

should support more elderly in the future.

5Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 9: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

6

Dalam hal sektor kesejahteraan, menurut

Gough (2013), Indonesia terletak di kelompok

E. Kelompok ini ditandai dengan bantuan luar

negeri yang tinggi, tingkat pendidikan anak

perempuan yang rendah tapi tingkat

keaksaraan pemuda yang tinggi. Sementara

itu, India termasuk dalam kelompok F dengan

tingkat buta huruf yang tinggi tapi memiliki

tingginya tingkat program sosial yang

menyasar suatu kelompok tertentu dan

mekanisme jaminan informal. Gough

menggunakan teori Esping-Andersen yang

menggabungkan hasil gabungan

kesejahteraan dan kesejahteraan untuk

menentukan kelompok.

Konsep Populasi Lanjut Usia

Populasi lanjut usia telah menjadi masalah

global. Populasi lanjut usia adalah perubahan

demografis saat semakin banyak orang

mencapai usia lanjut. Menurut Costa (1998),

pada tahun 1910 Komisi Massachusetts untuk

Pensiun Hari Tua menetapkan “lansia”

sebagai mereka yang berusia enam puluh lima

tahun atau lebih. Namun di Indonesia, menurut

Undang-Undang No. 13/1998 pasal 1,

penduduk usia lanjut adalah orang yang

berusia 60 tahun ke atas. India juga

mendefinisikan 'usia lanjut' sebagai orang

yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke

atas (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,

2011). Masih menurut Costa (1998), pada

awal abad kedua puluh, orang-orang yang

mencapai usia lanjut dianggap sebagai

In term of welfare regime, according to Gough

(2013), Indonesia is located in cluster E. This

cluster is characterized with high foreign aid,

low level of girls’ schooling but high levels of

youth literacy. While India is located in cluster F

with high level of illiteracy but high level of

targeted social programs and informal security

mechanism. Gough used Esping-Andersen

theory combining of welfare mix and welfare

outcomes to determine the cluster.

The Concept of Aging Population

The aging population is become global issue.

Aging population is demographic changes

where more and more people reach old age.

According to Costa (1998), in the 1910

Massachusetts Commission on Old Age

Pensions was entitled “the old” as those who

age sixty-five or older. However in Indonesia,

according to law No. 13/1998 article 1, elderly

population is entitled for people who age 60

years and above. India also define ‘old age’ as

individual who have scored the age of sixty

years and above (National Human Rights

Commision, 2011). Still according to Costa

(1998) in early twentieth century, people who

reach old age considered as a useless indicator

in labor force due to loss of productivity (Costa,

1998).

6 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 10: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

6

Dalam hal sektor kesejahteraan, menurut

Gough (2013), Indonesia terletak di kelompok

E. Kelompok ini ditandai dengan bantuan luar

negeri yang tinggi, tingkat pendidikan anak

perempuan yang rendah tapi tingkat

keaksaraan pemuda yang tinggi. Sementara

itu, India termasuk dalam kelompok F dengan

tingkat buta huruf yang tinggi tapi memiliki

tingginya tingkat program sosial yang

menyasar suatu kelompok tertentu dan

mekanisme jaminan informal. Gough

menggunakan teori Esping-Andersen yang

menggabungkan hasil gabungan

kesejahteraan dan kesejahteraan untuk

menentukan kelompok.

Konsep Populasi Lanjut Usia

Populasi lanjut usia telah menjadi masalah

global. Populasi lanjut usia adalah perubahan

demografis saat semakin banyak orang

mencapai usia lanjut. Menurut Costa (1998),

pada tahun 1910 Komisi Massachusetts untuk

Pensiun Hari Tua menetapkan “lansia”

sebagai mereka yang berusia enam puluh lima

tahun atau lebih. Namun di Indonesia, menurut

Undang-Undang No. 13/1998 pasal 1,

penduduk usia lanjut adalah orang yang

berusia 60 tahun ke atas. India juga

mendefinisikan 'usia lanjut' sebagai orang

yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke

atas (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,

2011). Masih menurut Costa (1998), pada

awal abad kedua puluh, orang-orang yang

mencapai usia lanjut dianggap sebagai

In term of welfare regime, according to Gough

(2013), Indonesia is located in cluster E. This

cluster is characterized with high foreign aid,

low level of girls’ schooling but high levels of

youth literacy. While India is located in cluster F

with high level of illiteracy but high level of

targeted social programs and informal security

mechanism. Gough used Esping-Andersen

theory combining of welfare mix and welfare

outcomes to determine the cluster.

The Concept of Aging Population

The aging population is become global issue.

Aging population is demographic changes

where more and more people reach old age.

According to Costa (1998), in the 1910

Massachusetts Commission on Old Age

Pensions was entitled “the old” as those who

age sixty-five or older. However in Indonesia,

according to law No. 13/1998 article 1, elderly

population is entitled for people who age 60

years and above. India also define ‘old age’ as

individual who have scored the age of sixty

years and above (National Human Rights

Commision, 2011). Still according to Costa

(1998) in early twentieth century, people who

reach old age considered as a useless indicator

in labor force due to loss of productivity (Costa,

1998).

7

indikator yang tidak berguna dalam angkatan

kerja karena hilangnya produktivitas (Costa,

1998).

Kecenderungan penurunan kesuburan dan

meningkatnya harapan hidup adalah

penyebab utama penuaan populasi.

Fenomena ini terjadi di seluruh

dunia. Indonesia dan India tidak

terkecuali. Populasi lanjut usia bisa menjadi

masalah karena usia tua sering berkorelasi

dengan ketergantungan dan kerentanan yang

menjadi lebih buruk ketika orang mencapai

usia tua, sehingga mereka membutuhkan lebih

banyak perawatan dan sokongan (Gupta,

2013). Perserikatan Bangsa-Bangsa (2015)

menyatakan bahwa “Kerentanan orang tua

lebih besar jika tidak ada sumber dukungan

pendapatan yang dapat diandalkan, seperti

melalui mekanisme perlindungan sosial, yang

dapat berupa pensiun, asuransi keterbatasan

diri atau tunjangan kesehatan bagi orang

tua”. Oleh karena itu, kerentanan dan

ketergantungan orang yang lebih tua harus

menjadi ukuran dasar untuk menciptakan

kebijakan yang mendukung mereka.

Konteks Indonesia dalam Dukungan Penghasilan

Dalam rangka untuk mendapatkan pandangan

yang lebih baik mengenai perubahan yang

telah terjadi pada kebijakan pensiun

dalam menyikapi masalah demografi, langkah

dasar yang harus diambil adalah menganalisis

The declining trend of fertility and increasing of

life expectancy are the main cause of

population aging. This phenomenon happens

everywhere in the world. Indonesia and India

are no exception either. The aging population

can be a problem because old age often

correlated with dependency and vulnerability

which exacerbate when people reach old age,

thus they need more care and support (Gupta,

2013). United Nations (2015) stated that “Older

people’s vulnerability is greater where there is

no reliable source of income support, such as

through social protection mechanisms, which

may take the form of pensions, disability

insurance or health care benefits for older

persons”. Hence the vulnerability and

dependency of older people should be the basic

measure to create policies that support them.

Indonesia Context on Income Support

In order to get a better view on the way pension

policies have transformed in addressing the

demographic issue, the basic step is to analyze

a general trend on how much the society has

changed. In 2014, the population of people age

7Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 11: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

8

kecenderungan umum mengenai seberapa

banyak masyarakat telah berubah. Pada tahun

2014, populasi penduduk usia 60 tahun ke atas

adalah 8% dari seluruh populasi (Priebe &

Howell, 2014). Jumlah tersebut naik menjadi

8,6% pada tahun 2016 dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 25% pada tahun 2050.

Priebe & Howell (2014) menulis dalam laporan

mereka bahwa hanya sebagian kecil (sekitar 8

persen) dari populasi lansia di Indonesia yang

termasuk dalam skema pensiun formal,

sementara sisanya tidak termasuk. Populasi

lansi yang tercakup dalam skema pensiun

sebagian besar berasal dari PNS, TNI, dan

karyawan badan usaha milik negara.

Ada beberapa undang-undang dan keputusan

yang mengatur pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat sebagai berikut: undang-undang

dasar Indonesia pada Pasal 28H, undang-

undang nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan orang lanjut usia, undang-

undang nomor 40 tahun 2004 (Undang-

Undang mengenai Sistem Jaminan Sosial

Nasional, atau SJSN), undang-undang nomor

11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial

dan Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun

2004 tentang peningkatan kesejahteraan

orang lanjut usia.

Kata-kata dalam pasal undang-undang dasar

Indonesia, yaitu pasal 28H, menyatakan

bahwa 'hak atas jaminan sosial untuk

mengembangkan diri sepenuhnya sebagai

60 years and above were 8 % of the total

population (Priebe & Howell, 2014), the number

went up to 8.6% in 2016 and predicted will

increase to 25% in 2050. Priebe & Howell

(2014) wrote in their report that in Indonesia

only a small portion (around 8 percent) of the

elderly population covered by the formal

pension scheme, while the other left behind.

The older population who covered by pension

scheme mostly came from civil servant workers,

armed forces, and employees of state own

enterprises.

There are several laws and decrees which

regulate the fulfilment of people’s basic needs

as follow: Indonesian constitution in Article 28H,

law number 13 of 1998 on the welfare of older

persons, law number 40 of 2004 (Law on

Sistem Jaminan Sosial Nasional, or SJSN), law

number 11 of 2009 on social welfare and

Government regulation number 43 of 2004 on

improving elderly welfare.

The articulation in the Indonesian constitution

article 28H stated ‘the right to social security in

order to develop oneself fully as a dignified

human being’. This constitution is a foundation

8 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 12: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

8

kecenderungan umum mengenai seberapa

banyak masyarakat telah berubah. Pada tahun

2014, populasi penduduk usia 60 tahun ke atas

adalah 8% dari seluruh populasi (Priebe &

Howell, 2014). Jumlah tersebut naik menjadi

8,6% pada tahun 2016 dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 25% pada tahun 2050.

Priebe & Howell (2014) menulis dalam laporan

mereka bahwa hanya sebagian kecil (sekitar 8

persen) dari populasi lansia di Indonesia yang

termasuk dalam skema pensiun formal,

sementara sisanya tidak termasuk. Populasi

lansi yang tercakup dalam skema pensiun

sebagian besar berasal dari PNS, TNI, dan

karyawan badan usaha milik negara.

Ada beberapa undang-undang dan keputusan

yang mengatur pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat sebagai berikut: undang-undang

dasar Indonesia pada Pasal 28H, undang-

undang nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan orang lanjut usia, undang-

undang nomor 40 tahun 2004 (Undang-

Undang mengenai Sistem Jaminan Sosial

Nasional, atau SJSN), undang-undang nomor

11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial

dan Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun

2004 tentang peningkatan kesejahteraan

orang lanjut usia.

Kata-kata dalam pasal undang-undang dasar

Indonesia, yaitu pasal 28H, menyatakan

bahwa 'hak atas jaminan sosial untuk

mengembangkan diri sepenuhnya sebagai

60 years and above were 8 % of the total

population (Priebe & Howell, 2014), the number

went up to 8.6% in 2016 and predicted will

increase to 25% in 2050. Priebe & Howell

(2014) wrote in their report that in Indonesia

only a small portion (around 8 percent) of the

elderly population covered by the formal

pension scheme, while the other left behind.

The older population who covered by pension

scheme mostly came from civil servant workers,

armed forces, and employees of state own

enterprises.

There are several laws and decrees which

regulate the fulfilment of people’s basic needs

as follow: Indonesian constitution in Article 28H,

law number 13 of 1998 on the welfare of older

persons, law number 40 of 2004 (Law on

Sistem Jaminan Sosial Nasional, or SJSN), law

number 11 of 2009 on social welfare and

Government regulation number 43 of 2004 on

improving elderly welfare.

The articulation in the Indonesian constitution

article 28H stated ‘the right to social security in

order to develop oneself fully as a dignified

human being’. This constitution is a foundation

9

manusia yang bermartabat'. Undang-undang

dasar ini merupakan dasar dari empat undang-

undang lainnya. Undang-undang nomor 13

tahun 1998 mengatur tentang

kesejahteraan orang lanjut usia. Undang-

undang ini mewajibkan pemberian

perlindungan sosial bagi orang lanjut usia

yang tidak memiliki potensi untuk menjadi

mandiri. Pemerintah mengatasi situasi ini

dengan program pensiun sosial yang disebut

ASLUT.

Kedua, undang-undang no. 40/2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

adalah komitmen pemerintah untuk

memberikan perlindungan sosial secara

universal untuk para warga negara dengan

skema iuran. Namun, orang miskin akan

disubsidi oleh pemerintah (Penerima Bantuan

Iuran). Karena rendahnya proporsi cakupan

dalam program pensiun, pemerintah

Indonesia mencoba untuk meningkatkan

jumlah dengan berbagai strategi yang

memungkinkan lebih banyak lansia untuk

mendapatkan tunjangan pensiun.

Undang-undang mengenai Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) yang telah diberlakukan pada

tahun 2004 adalah salah satu strategi untuk

meningkatkan cakupan. Undang-Undang

tentang SJSN terdiri dari lima program jaminan

sosial nasional - pertanggungan kesehatan

universal, tunjangan kematian, kecelakaan

kerja, tabungan hari tua dan pensiun (Muliati,

of the other four law. The law number 13 year

1998 regulate the welfare of the older person.

This law mandates to give social protection for

the older person who does not have potential to

become independent. The government

addressed this with a social pension program

called ASLUT.

The second, law no. 40/2004 about National

Social Security System (SJSN) is a government

commitment to give a universal social

protection for the citizens with contributory plan.

However, the poor will be subsidized by the

government (Penerima Bantuan Iuran). Due to

the low proportion of coverage in the pension

program, Indonesian government try to

increase the number with various strategy

which allowing more elderly to get pension

benefit.

The National Social Security law (SJSN) which

have been enacted in 2004 is one of the

strategies to increase the coverage. The SJSN

Law consist of five national social security

program – universal health coverage, death

benefit, work accident, old age saving and

pension (Muliati, 2003). This law was the

foundation for pension program for workers.

9Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 13: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

10

2003). Undang-undang ini menjadi dasar

untuk program pensiun bagi

pekerja. Meskipun demikian, Priebe & Howell

(2014) berpendapat bahwa Undang-Undang

tentang SJSN hanya menyediakan tunjangan

bagi generasi tua di masa depan - mereka

yang bekerja – orang dewasa pada usia kerja

yang akan mencapai usia tua dalam waktu 15-

40 tahun.

Upaya hukum ketiga adalah peraturan

pemerintah no. 43/2004 tentang pelaksanaan

untuk meningkatkan kesejahteraan orang

lansia. Pemerintah harus menyediakan

bantuan yang dapat berupa uang tunai atau

barang.

Undang-undang No. 11/2009 mengutamakan

pelaksanaan kesejahteraan social bagi orang-

orang yang tidak memiliki kehidupan

'layak', dengan beberapa kriteria sebagai

berikut: orang miskin, terabaikan, cacat,

dan/atau tinggal di daerah terpencil; korban

bencana; korban pelanggaran sosial; dan

korban kekerasan, eksploitasi, dan/atau

diskriminasi (Pasal 6).

Secara keseluruhan, Indonesia memiliki dua

skema dalam program jaminan sosial: Skema

jaminan sosial dengan iuran dan skema

bantuan sosial tanpa iuran (Adioetomo,

Howell, McPherson, & Priebe,

2014). Sementara itu, untuk orang lansia yang

saat ini tidak tercakup dalam skema pensiun

Even though, Priebe & Howell (2014) argue that

the SJSN Law just benefited for the future

elderly generation - those working-age adults

that will reach old age in 15-40 years.

The third legal initiative was the government

regulation no. 43/2004 regarding the

implementation to improve older person

welfare. The government should provide an

assistance which can be in cash or in kind.

The law No. 11/ 2009 prioritizes the

implementation of social welfare for people who

lack a ’decent’ life, with several criteria as

follow: poor, neglected, disabled, and/or remote

persons; disaster victims; victims of social

misconduct; and victims of violence,

exploitation, and/or discrimination (Article no.

6).

Overall, Indonesia has two scheme in social

security programs: Contributory social

insurance scheme and noncontributory social

assistance scheme (Adioetomo, Howell,

McPherson, & Priebe, 2014). Meanwhile, for

the current elderly who do not covered by formal

pension scheme as discussed above,

10 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 14: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

10

2003). Undang-undang ini menjadi dasar

untuk program pensiun bagi

pekerja. Meskipun demikian, Priebe & Howell

(2014) berpendapat bahwa Undang-Undang

tentang SJSN hanya menyediakan tunjangan

bagi generasi tua di masa depan - mereka

yang bekerja – orang dewasa pada usia kerja

yang akan mencapai usia tua dalam waktu 15-

40 tahun.

Upaya hukum ketiga adalah peraturan

pemerintah no. 43/2004 tentang pelaksanaan

untuk meningkatkan kesejahteraan orang

lansia. Pemerintah harus menyediakan

bantuan yang dapat berupa uang tunai atau

barang.

Undang-undang No. 11/2009 mengutamakan

pelaksanaan kesejahteraan social bagi orang-

orang yang tidak memiliki kehidupan

'layak', dengan beberapa kriteria sebagai

berikut: orang miskin, terabaikan, cacat,

dan/atau tinggal di daerah terpencil; korban

bencana; korban pelanggaran sosial; dan

korban kekerasan, eksploitasi, dan/atau

diskriminasi (Pasal 6).

Secara keseluruhan, Indonesia memiliki dua

skema dalam program jaminan sosial: Skema

jaminan sosial dengan iuran dan skema

bantuan sosial tanpa iuran (Adioetomo,

Howell, McPherson, & Priebe,

2014). Sementara itu, untuk orang lansia yang

saat ini tidak tercakup dalam skema pensiun

Even though, Priebe & Howell (2014) argue that

the SJSN Law just benefited for the future

elderly generation - those working-age adults

that will reach old age in 15-40 years.

The third legal initiative was the government

regulation no. 43/2004 regarding the

implementation to improve older person

welfare. The government should provide an

assistance which can be in cash or in kind.

The law No. 11/ 2009 prioritizes the

implementation of social welfare for people who

lack a ’decent’ life, with several criteria as

follow: poor, neglected, disabled, and/or remote

persons; disaster victims; victims of social

misconduct; and victims of violence,

exploitation, and/or discrimination (Article no.

6).

Overall, Indonesia has two scheme in social

security programs: Contributory social

insurance scheme and noncontributory social

assistance scheme (Adioetomo, Howell,

McPherson, & Priebe, 2014). Meanwhile, for

the current elderly who do not covered by formal

pension scheme as discussed above,

11

resmi sebagaimana dibahas di atas,

pemerintah Indonesia mencoba untuk

memberikan bantuan sosial dengan skema

transfer bantuan tunai yang bernama Asistensi

Sosial Lanjut Usia terlantar (ASLUT) 1

(Kemsos, 2016). Bantuan ini adalah skema

tanpa iuran. Undang-Undang No. 13/1998

adalah dasar untuk penciptaan

ASLUT. Dokumen pedoman yang dikeluarkan

oleh Kementerian Sosial mendefinisikan

bahwa ASLUT menyasar pada lansia terlantar

yang tidak tercakup dalam program pensiun,

tidak ada pendapatan, hanya mampu

berbaring di tempat tidur dan sebagian besar

perempuan. Cakupan untuk bantuan ini masih kecil. Pada

tahun 2011, ASLUT hanya

memberikan bantuan kepada 0,88 persen dari

seluruh penduduk lansia di Indonesia karena

APBN yang terbatas 2 (Kemsos, 2016, hal.

1). Orang lansia akan menerima sekitar

US$15 per bulan.

Indonesia memulai pensiun sosial bagi orang

lanjut usia dengan program percobaan JSLU

selama 5 tahun sejak tahun 2006 sampai

dengan 2011. Dalam waktu lima tahun

pertama, Indonesia hanya mencakup 13.250

Indonesian government try to give social

assistance with cash benefit transfer scheme

which name is Asistensi Sosial Lanjut Usia

Terlantar (ASLUT) 3 (Kemsos, 2016). This

assistance is a noncontributory scheme. Law

No. 13/1998 is foundation for ASLUT creation.

The guidance document issued by Ministry of

Social Affair defined that ASLUT targeting for

neglected elderly who do not covered by any

pension program, no income, bedridden and

mostly women.

The coverage for this assistance is still minor.

In 2011, ASLUT only gives assistance to 0.88

percent of total population of elderly in

Indonesia due to limited national budget 4

(Kemsos, 2016, p. 1). The elderly will receive

around US$15 per month.

Indonesia starts the social pension for elderly

with the trial program JSLU for 5 years since

2006 until 2011. Within the first five years,

Indonesia just covered 13.250 elderly in 33

provinces. After 2012, when ASLUT launched,

1 Pada tahun 2012, Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) diubah namanya menjadi ASLUT. 2 Pada tahun 2011, program ini hanya mendapatkan sekitar 0,53 persen dari anggaran nasional – Kementerian

Keuangan.

3 In 2012 Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) was renamed to ASLUT 4 In 2011, this program only get around 0.53 percent of national budget – Ministry of finance

11Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 15: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

12

lansia di 33 provinsi. Setelah tahun 2012,

ketika ASLUT diluncurkan, jumlah penerima

manfaat telah meningkat dua kali lipat. ASLUT

adalah satu-satunya program bantuan sosial

yang berfokus pada bantuan pendapatan bagi

lansia. Karena skema ini adalah skema tanpa

iuran, pendanaannya berasal dari pemerintah

pusat.

the number of beneficiaries has increased two-

fold. ASLUT is the only social assistance

program which focuses targeting income

support for elderly. As this scheme is non-

contributory, the funding is from central

government.

Tabel 1. Penerima Manfaat ASLUT Selama Lima Tahun Table 1. ASLUT Beneficiaries Over a Five Years Period

Tahun

Penerima manfaat

ASLUT Provinsi

2012 26500 33

2013 26500 33

2014 26500 34

2015 27000 34

2016 30000 34 Sumber: Kemsos 2017

Source: Kemsos 2017

Konteks India tentang Bantuan Penghasilan

Pada tahun 2016, populasi orang berusia 60

tahun ke atas berjumlah 9,4% dan pada tahun

2050 jumlah ini diprediksi akan meningkat

hingga 19,1%. Secara mengejutkan India dan

Indonesia memiliki angka populasi lansia yang

sangat mirip. Menurut Bhaduri (2013) “India

tidak memiliki sistem jaminan sosial

universal”. Cakupan pensiun juga rendah, dan

dengan demikian gagal untuk

memenuhi peran utamanya (Singh, Bharati, &

Sanyal, 2015). Sebagian besar tenaga kerja

informal India tidak memiliki ketentuan pensiun

formal (“Jan-Dhan Se Jan Suraksha,”

India Context on Income Support

In 2016, the population of people 60 years and

above were 9.4% and in 2050 the number is

predicted to increase up to 19.1%. The number

surprisingly similar between India and

Indonesia. According to Bhaduri (2013) “India

does not have a universal social security

system”. Pension coverage also low, and thus it

is failed to fulfill its main role (Singh, Bharati, &

Sanyal, 2015). The majority of the informal labor

force in India have no formal pension provision

(“Jan-Dhan Se Jan Suraksha,” 2016). This

condition is similar to Indonesia, as many

Indonesian citizens live without pension

12 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 16: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

12

lansia di 33 provinsi. Setelah tahun 2012,

ketika ASLUT diluncurkan, jumlah penerima

manfaat telah meningkat dua kali lipat. ASLUT

adalah satu-satunya program bantuan sosial

yang berfokus pada bantuan pendapatan bagi

lansia. Karena skema ini adalah skema tanpa

iuran, pendanaannya berasal dari pemerintah

pusat.

the number of beneficiaries has increased two-

fold. ASLUT is the only social assistance

program which focuses targeting income

support for elderly. As this scheme is non-

contributory, the funding is from central

government.

Tabel 1. Penerima Manfaat ASLUT Selama Lima Tahun Table 1. ASLUT Beneficiaries Over a Five Years Period

Tahun

Penerima manfaat

ASLUT Provinsi

2012 26500 33

2013 26500 33

2014 26500 34

2015 27000 34

2016 30000 34 Sumber: Kemsos 2017

Source: Kemsos 2017

Konteks India tentang Bantuan Penghasilan

Pada tahun 2016, populasi orang berusia 60

tahun ke atas berjumlah 9,4% dan pada tahun

2050 jumlah ini diprediksi akan meningkat

hingga 19,1%. Secara mengejutkan India dan

Indonesia memiliki angka populasi lansia yang

sangat mirip. Menurut Bhaduri (2013) “India

tidak memiliki sistem jaminan sosial

universal”. Cakupan pensiun juga rendah, dan

dengan demikian gagal untuk

memenuhi peran utamanya (Singh, Bharati, &

Sanyal, 2015). Sebagian besar tenaga kerja

informal India tidak memiliki ketentuan pensiun

formal (“Jan-Dhan Se Jan Suraksha,”

India Context on Income Support

In 2016, the population of people 60 years and

above were 9.4% and in 2050 the number is

predicted to increase up to 19.1%. The number

surprisingly similar between India and

Indonesia. According to Bhaduri (2013) “India

does not have a universal social security

system”. Pension coverage also low, and thus it

is failed to fulfill its main role (Singh, Bharati, &

Sanyal, 2015). The majority of the informal labor

force in India have no formal pension provision

(“Jan-Dhan Se Jan Suraksha,” 2016). This

condition is similar to Indonesia, as many

Indonesian citizens live without pension

13

2016). Kondisi ini mirip dengan Indonesia,

karena banyak warga negara Indonesia hidup

tanpa perlindungan pensiun untuk masa

pensiun mereka.

Pada tahun 2003, India telah membentuk

Badan Pengawasan dan Pengembangan

Dana Pensiun (PFRDA) untuk mengatur dan

memperkuat manajemen pensiun. India

memiliki sistem skema pensiun yang

kompleks. Skema pensiun untuk PNS adalah

skema yang paling berkembang. India telah

mengoperasikan skema pensiun untuk lebih

dari 20 juta pegawai negeri. Skema ini adalah

dana pensiun terbesar di dunia dalam hal

jumlah peserta (Pinheiro, 2004, hal. 4).

Reformasi kebijakan yang dilakukan baru-baru

ini pada tahun 2004 di India memperkenalkan

skema portabel DC (Iuran Pasti) untuk peserta

baru dari PNS, dengan iuran pemerintah yang

jumlahnya disamakan dengan iuran karyawan

(Pinheiro, 2004, hal. 4). Skema Pensiun Baru

ini (NPS) diluncurkan oleh PFRDA. Reformasi

ini berperan penting dalam sistem pensiun

India.

Secara keseluruhan, India memiliki empat

skema utama dalam menyediakan dana

pensiun bagi warganya. Skema pertama

adalah pensiun publik untuk lansia

miskin. Tipe kedua adalah penyediaan bagi

pegawai negeri berusia lanjut. Tipe ketiga

adalah skema untuk pekerja swasta, dan

protection for their retirement.

In 2003, India has established the Pension

Fund Regulatory and Development Authority

(PFRDA) in order to regulate and strengthen the

retirement management. India has a complex

system of pension schemes. The pension

scheme for the civil servant is the most

developed one. India has operated pension

scheme for over 20 million civil servants, it is the

world’s largest pension fund in terms of number

of participants (Pinheiro, 2004, p. 4).

Recent policy reforms in 2004 in India

introduced a portable DC (Defined Contribution)

scheme for new entrants of the civil servant,

with government contribution matching the

employees’ contribution. (Pinheiro, 2004, p. 4).

This New Pension Scheme (NPS) was

launched by PFRDA. This reform plays a

significant role in India’s pension system.

Overall, India has four major scheme in

providing pension for their citizens. The first

scheme is public pensions for elderly poor. The

second type is civil servant old age provision.

The third is for private workers, which scheme

is mandatory plans run by employees’ provident

fund institution. And the last scheme is a

13Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 17: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

14

skema tersebut adalah rencana wajib yang

dijalankan oleh lembaga dana hari tua

karyawan. Dan skema terakhir adalah pensiun

sukarela, yang tersedia untuk semua

karyawan seperti wiraswasta, pekerja formal

dan informal.

Sistem perlindungan sosial India memiliki

perubahan yang luar biasa dengan

pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan

baru-baru ini di negara itu (Garroway,

2013). Program Bantuan Sosial Nasional India

(NSAP) adalah program perlindungan sosial

yang penting dan diciptakan untuk

memberikan bantuan publik kepada orang-

orang yang hidup dalam kemiskinan karena

usia tua, masalah kesehatan, menjanda,

cacat, dan kematian.

NSAP pertama kali diberlakukan pada tahun

1995 dan pada awalnya berfokus

pada pensiun hari tua, pensiun janda dan

manfaat kematian. Pembentukan NSAP

diperintahkan oleh undang-undang dasar India

dalam pasal 41. NSAP meliputi tiga

komponen: skema pensiun hari tua nasional

(NOAPS)5; Skema Manfaat Keluarga Nasional

(NFBS); dan, Skema Manfaat Persalinan

Nasional (NMBS).

voluntary pension, which available for all

employee such as self-employed, formal and

informal worker.

India’s social protection system having a

tremendous change with the country’s recent

growth and poverty alleviation (Garroway,

2013). India’s National Social Assistance

Program (NSAP) is essential social protection

program created to provide public assistance to

people living in poverty due to old age, health

issue, widowhood, disability, and death.

The NSAP first enacted in 1995 and initially

focused on the old age pension, widow’s

pension and death benefit. The establishment

of NSAP directed by the India constitution in

article 41. The NSAP Includes three

component: National Old age pension Scheme

(NOAPS) 8 ; National Family Benefit Scheme

(NFBS); and, National Maternity Benefit

Scheme (NMBS).

5 Pada tahun 2007, NOAPS diperluas sehingga mencakup semua warga negara lanjut usia yang hidup di bawah garis

kemiskinan dan kemudian NOAPS diubah namanya menjadi Indira Gandhi National Old Age Pension Scheme

(IGNOAPS) / Skema Pensiun Hari Tua Nasional Indira Gandhi. 8 In 2007, the NOAPS is expanded to cover all elderly citizens who live below the poverty line and then NOAPS renamed to Indira Gandhi National Old Age Pension Scheme (IGNOAPS).

14 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 18: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

14

skema tersebut adalah rencana wajib yang

dijalankan oleh lembaga dana hari tua

karyawan. Dan skema terakhir adalah pensiun

sukarela, yang tersedia untuk semua

karyawan seperti wiraswasta, pekerja formal

dan informal.

Sistem perlindungan sosial India memiliki

perubahan yang luar biasa dengan

pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan

baru-baru ini di negara itu (Garroway,

2013). Program Bantuan Sosial Nasional India

(NSAP) adalah program perlindungan sosial

yang penting dan diciptakan untuk

memberikan bantuan publik kepada orang-

orang yang hidup dalam kemiskinan karena

usia tua, masalah kesehatan, menjanda,

cacat, dan kematian.

NSAP pertama kali diberlakukan pada tahun

1995 dan pada awalnya berfokus

pada pensiun hari tua, pensiun janda dan

manfaat kematian. Pembentukan NSAP

diperintahkan oleh undang-undang dasar India

dalam pasal 41. NSAP meliputi tiga

komponen: skema pensiun hari tua nasional

(NOAPS)5; Skema Manfaat Keluarga Nasional

(NFBS); dan, Skema Manfaat Persalinan

Nasional (NMBS).

voluntary pension, which available for all

employee such as self-employed, formal and

informal worker.

India’s social protection system having a

tremendous change with the country’s recent

growth and poverty alleviation (Garroway,

2013). India’s National Social Assistance

Program (NSAP) is essential social protection

program created to provide public assistance to

people living in poverty due to old age, health

issue, widowhood, disability, and death.

The NSAP first enacted in 1995 and initially

focused on the old age pension, widow’s

pension and death benefit. The establishment

of NSAP directed by the India constitution in

article 41. The NSAP Includes three

component: National Old age pension Scheme

(NOAPS) 8 ; National Family Benefit Scheme

(NFBS); and, National Maternity Benefit

Scheme (NMBS).

5 Pada tahun 2007, NOAPS diperluas sehingga mencakup semua warga negara lanjut usia yang hidup di bawah garis

kemiskinan dan kemudian NOAPS diubah namanya menjadi Indira Gandhi National Old Age Pension Scheme

(IGNOAPS) / Skema Pensiun Hari Tua Nasional Indira Gandhi. 8 In 2007, the NOAPS is expanded to cover all elderly citizens who live below the poverty line and then NOAPS renamed to Indira Gandhi National Old Age Pension Scheme (IGNOAPS).

15

India memiliki 'Pensiun Sosial' sebagai

program anti-kemiskinan di bawah program

IGNOAPS yang memberikan bantuan tunai

kepada orang lanjut usia6. IGNOAPS adalah

skema pensiun tanpa iuran yang didanai oleh

pemerintah pusat dan dikelola di bawah

Kementerian Pembangunan Pedesaan.

Tujuan dari IGNOAPS adalah untuk

memberikan bantuan sosial kepada lansia

yang memiliki pendapatan rendah atau tidak

memiliki bantuan lainnya7. Pemerintah pusat

mendorong setiap negara bagian di India

untuk turut memberikan kontribusi tambahan

bagi para penerima manfaat

IGNOAPS. Situasi ini berbeda dengan ASLUT

di Indonesia. Dana untuk bantuan tersebut

datang dari pusat. Sedangkan, IGNOAPS

adalah gabungan antara anggaran pusat dan

negara bagian.

Menurut Dutta (dkk.) (2010)

pada periode 2008-2009, pensiun sosial di

India hanya mengambil sekitar 4 persen dari

anggaran belanja pemerintah pusat. Jumlah

ini jauh lebih sedikit daripada makanan

bersubsidi (48 persen) dan pekerjaan umum

(33 persen). India menghabiskan 7 kali lebih

tinggi dari belanja Indonesia untuk

pensiun sosial.

India has ‘Social Pension’ as anti-poverty

programs under the IGNOAPS program which

gave cash transfer to elderly people 9 . The

IGNOAPS is a noncontributory pension scheme

funded by central government and administered

under the Ministry of Rural Development. The

objective of IGNOAPS is to provide social

assistance to elderly who do have little income

or no other support10. The central government

encourages every state in India to also give

extra contributions for the IGNOAPS

beneficiaries. This is make a difference to

Indonesia’s ASLUT where the fund for the

assistance come solely from central, IGNOAPS

is combination between central and state

budget.

According to Dutta (et al) (2010) in the 2008-

2009 period, social pension in India just took

around 4 percent of central government

spending. This number was far less than

subsidized food (48 percent) and public works

(33 percent). India spent 7 times higher than

Indonesia’s spending on the social pension.

6 Batas usia untuk IGNOAPS adalah 60 tahun ke atas. Warga negara yang berusia di atas 60 tahun dan berada di bawah

garis kemiskinan memenuhi syarat untuk mendaftar sebagai penerima manfaat. 7 Panduan Program Bantuan Sosial Nasional, Kementerian Pembangunan Pedesaan 9 The age limit for IGNOAPS is 60 years and above. Citizens above the age of 60 and live under poverty line are eligible to apply as beneficiaries. 10 National Social Assistance Program Guidelines, Ministry of Rural Development

15Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 19: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

16

Menurut Rajan (2001: 613), ada beberapa

kriteria untuk penerima manfaat IGNOAPS

sebagai berikut:

- Usia pendaftar (pria atau wanita) harus

berusia 65 tahun atau lebih, janda, dan

cacat.

- Pemohon harus memiliki penghasilan yang

minim atau tidak ada penghasilan tetap dari

sumbernya sendiri atau melalui beberapa

bantuan keuangan dari anggota keluarga

atau sumber lain.

Pada tahun 2007, jumlah penerima manfaat

untuk program tersebut adalah sekitar 8,5

persen dari seluruh penduduk miskin (Pal &

Palacios, 2008). Bantuan ini membantu

dengan memberikan sekitar US$3,1 per bulan

kepada orang lanjut usia untuk orang-orang

yang berusia antara 60-79 tahun dan orang

yang berusia 80 tahun ke atas agar memiliki

pensiun bulanan sekitar US$7,80.

Hingga tahun 2012, penerima manfaat

NOAPS (IGNOAPS) mencapai sekitar 27,8

juta lansia miskin. Jumlah ini meningkat sekitar

39% dibandingkan tahun

sebelumnya (Pemerintah India, 2012). Jumlah

tersebut meningkat karena usia yang

memenuhi syarat untuk pensiun hari tua di

bawah IGNOAPS telah dikurangi dari 65 tahun

menjadi 60 tahun, yang dimulai pada tahun

2011. Metode untuk menyasar penerima

IGNOAPS menggunakan BPL (Below Poverty

According to Rajan (2001: 613), there are some

criteria for the beneficiaries of the IGNOAPS as

follow:

- The age of the applicant (male or female)

should be 65 years or older, widow, and

disability

- The applicant should have little or no

regular income from his/ her own sources

or through some financial support from the

family member or other sources.

In 2007, the number of beneficiaries for such

program was around 8.5 percent from the total

poor population (Pal & Palacios, 2008). The

assistance helps by giving around US$3.1 per

month to elderly people for people age 60-79

and people who age 80 and above have

monthly pension around US$7.80.

Until 2012, the beneficiaries of the NOAPS

(IGNOAPS) about 27.8 million poor elderly.

This number has increased for around 39%

compared to previous year (Government of

India, 2012). The number increased because

the eligibility age for old age pension under

IGNOAPS has been deducted from 65 years to

60 years started in 2011. The method to

targeting the IGNOAPS beneficiaries is using

BPL (Below Poverty Line), but according to

Dutta (2008) using this method is lead to higher

16 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 20: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

16

Menurut Rajan (2001: 613), ada beberapa

kriteria untuk penerima manfaat IGNOAPS

sebagai berikut:

- Usia pendaftar (pria atau wanita) harus

berusia 65 tahun atau lebih, janda, dan

cacat.

- Pemohon harus memiliki penghasilan yang

minim atau tidak ada penghasilan tetap dari

sumbernya sendiri atau melalui beberapa

bantuan keuangan dari anggota keluarga

atau sumber lain.

Pada tahun 2007, jumlah penerima manfaat

untuk program tersebut adalah sekitar 8,5

persen dari seluruh penduduk miskin (Pal &

Palacios, 2008). Bantuan ini membantu

dengan memberikan sekitar US$3,1 per bulan

kepada orang lanjut usia untuk orang-orang

yang berusia antara 60-79 tahun dan orang

yang berusia 80 tahun ke atas agar memiliki

pensiun bulanan sekitar US$7,80.

Hingga tahun 2012, penerima manfaat

NOAPS (IGNOAPS) mencapai sekitar 27,8

juta lansia miskin. Jumlah ini meningkat sekitar

39% dibandingkan tahun

sebelumnya (Pemerintah India, 2012). Jumlah

tersebut meningkat karena usia yang

memenuhi syarat untuk pensiun hari tua di

bawah IGNOAPS telah dikurangi dari 65 tahun

menjadi 60 tahun, yang dimulai pada tahun

2011. Metode untuk menyasar penerima

IGNOAPS menggunakan BPL (Below Poverty

According to Rajan (2001: 613), there are some

criteria for the beneficiaries of the IGNOAPS as

follow:

- The age of the applicant (male or female)

should be 65 years or older, widow, and

disability

- The applicant should have little or no

regular income from his/ her own sources

or through some financial support from the

family member or other sources.

In 2007, the number of beneficiaries for such

program was around 8.5 percent from the total

poor population (Pal & Palacios, 2008). The

assistance helps by giving around US$3.1 per

month to elderly people for people age 60-79

and people who age 80 and above have

monthly pension around US$7.80.

Until 2012, the beneficiaries of the NOAPS

(IGNOAPS) about 27.8 million poor elderly.

This number has increased for around 39%

compared to previous year (Government of

India, 2012). The number increased because

the eligibility age for old age pension under

IGNOAPS has been deducted from 65 years to

60 years started in 2011. The method to

targeting the IGNOAPS beneficiaries is using

BPL (Below Poverty Line), but according to

Dutta (2008) using this method is lead to higher

17

Line / Di Bawah Garis Kemiskinan). Tetapi,

menurut Dutta (2008) penggunaan metode ini

menyebabkan kesalahan pengecualian dan

penyertaan yang lebih tinggi ketika Dutta

melakukan pengambilan contoh di

Rajasthan. Sekitar 70% dari penduduk

termiskin di Rajasthan tidak memiliki kartu

BPL. Angka ini menyiratkan bahwa kesalahan

pengecualian dan penyertaan dapat terjadi.

Hasil Kebijakan

Indonesia telah mencapai kemajuan yang

berhasil untuk menekan tingkat kemiskinan

dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun,

dalam beberapa kelompok, angka ini masih

tinggi. Menurut Priebe dan Howell (2014)

dalam laporan mereka tentang program

pengentasan kemiskinan di Indonesia,

lansia adalah kelompok yang paling rentan

karena tingkat kemiskinan meningkat sejalan

dengan usia mereka. Tingkat kemiskinan

penduduk yang lebih tua juga sedikit lebih

tinggi daripada populasi yang lebih

muda. Lebih lanjut, mereka menemukan

bahwa 2,5 juta orang lanjut usia di Indonesia

masih hidup dalam kemiskinan. Padahal

hanya sebagian kecil lansia yang termasuk

dalam sistem pensiun formal atau dukungan

bantuan sosial untuk penghasilan.

Dalam makalah yang ditulis oleh Adioetomo,

Howell, McPherson dan Priebe

(2013) mengenai studi empiris untuk

ASLUT, mereka menulis bahwa ASLUT relatif

exclusion and inclusion errors when she do the

sampling in Rajasthan. Around 70% of the

poorest in Rajasthan did not have BPL card.

This imply that the exclusion and inclusion

errors can occur. Result of Policy

Indonesia has achieved a successful progress

to suppress the poverty rate in past decades.

Although, in some group, the rate is still high.

According to Priebe and Howell (2014) in their

report of poverty alleviation program In

Indonesia, elderly are the most vulnerable

group as poverty rates increase in line with their

age. The poverty rate of older population also

slightly higher than the younger population.

Furthermore, they found that 2.5 million older

persons in Indonesia still lived in poverty.

Whereas only a small percentage of elderly

covered in the formal pension system or in

social assistance support for income.

In working paper written by Adioetomo, Howell,

McPherson and Priebe (2013) regarding the

empirical study for ASLUT, they wrote that

ASLUT is relatively effective in targeting poor

17Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 21: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

18

efektif dalam menyasar orang miskin dan

lansia yang diabaikan di Indonesia. Dana dari

ASLUT membantu para lansia untuk

membayar biaya kesehatan mereka dan

kebutuhan sehari-hari. Meskipun program ini

hanya mencakup tidak lebih dari 0,56% dari

lansia miskin (Adioetomo, Howell, McPherson,

& Priebe, 2013), ASLUT memiliki dampak

nyata pada pengurangan kemiskinan bagi

para penerima manfaat. Namun, karena

jumlah lansia juga meningkat dari tahun ke

tahun, cakupannya tampak sangat rendah

(Adioetomo, Howell, McPherson, &

Priebe 2014). Fakta ini harus dipertimbangkan

oleh Pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan anggaran nasional pada

pensiun sosial guna memperluas cakupan.

Berlawanan dengan Indonesia, India yang

merupakan rumah dari 13 persen lansia dunia,

tapi menurut Pal dan Palacios (2008) tingkat

kemiskinan lansia di India cenderung lebih

rendah daripada kelompok usia

lainnya. Rumah tangga dengan lansia tidak

ditemukan lebih miskin daripada rumah tangga

tanpa lansia.

Pada tahun 2014, NSAP telah menjangkau

sekitar 26 juta orang lanjut usia dan

menjadikannya “program transfer tunai tanpa

syarat yang sangat signifikan” (Chopra &

Pudussery, 2014, hlm. 73-74). Pada periode

2014-2015, alokasi anggaran untuk NSAP

meningkat dua kali lipat dibandingkan periode

and neglected older people in Indonesia. The

money from ASLUT helps the elderly to pay

their medical bill and daily necessities. Even

though this program just covered no more than

0.56% of the poor elderly population.

(Adioetomo, Howell, McPherson, & Priebe,

2013). The ASLUT has a real impact on

reducing poverty for the beneficiaries, but due

to the number of elderly also increasing over

year, the coverage seems very low (Adioetomo,

Howell, McPherson, & Priebe, 2014). This

should be highly considered by Government of

Indonesia to increase the national budget for

social pension in order to enlarge the coverage.

Opposite to Indonesia, India which home of 13

percent of the world’s older person, but

according to Pal and Palacios (2008) elderly

poverty rate in India tend to be lower than other

age groups. Households with elderly were not

found to be poorer than households without

elderly.

In 2014, the NSAP have covered around 26

million elderly people and making it “a highly

significant unconditional cash transfer program”

(Chopra & Pudussery, 2014, pp. 73-74). In

2014-2015 period, the budget allocations for

NSAP have doubled compare to 2009-2010

period. Allocations for NSAP accounted at

18 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 22: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

18

efektif dalam menyasar orang miskin dan

lansia yang diabaikan di Indonesia. Dana dari

ASLUT membantu para lansia untuk

membayar biaya kesehatan mereka dan

kebutuhan sehari-hari. Meskipun program ini

hanya mencakup tidak lebih dari 0,56% dari

lansia miskin (Adioetomo, Howell, McPherson,

& Priebe, 2013), ASLUT memiliki dampak

nyata pada pengurangan kemiskinan bagi

para penerima manfaat. Namun, karena

jumlah lansia juga meningkat dari tahun ke

tahun, cakupannya tampak sangat rendah

(Adioetomo, Howell, McPherson, &

Priebe 2014). Fakta ini harus dipertimbangkan

oleh Pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan anggaran nasional pada

pensiun sosial guna memperluas cakupan.

Berlawanan dengan Indonesia, India yang

merupakan rumah dari 13 persen lansia dunia,

tapi menurut Pal dan Palacios (2008) tingkat

kemiskinan lansia di India cenderung lebih

rendah daripada kelompok usia

lainnya. Rumah tangga dengan lansia tidak

ditemukan lebih miskin daripada rumah tangga

tanpa lansia.

Pada tahun 2014, NSAP telah menjangkau

sekitar 26 juta orang lanjut usia dan

menjadikannya “program transfer tunai tanpa

syarat yang sangat signifikan” (Chopra &

Pudussery, 2014, hlm. 73-74). Pada periode

2014-2015, alokasi anggaran untuk NSAP

meningkat dua kali lipat dibandingkan periode

and neglected older people in Indonesia. The

money from ASLUT helps the elderly to pay

their medical bill and daily necessities. Even

though this program just covered no more than

0.56% of the poor elderly population.

(Adioetomo, Howell, McPherson, & Priebe,

2013). The ASLUT has a real impact on

reducing poverty for the beneficiaries, but due

to the number of elderly also increasing over

year, the coverage seems very low (Adioetomo,

Howell, McPherson, & Priebe, 2014). This

should be highly considered by Government of

Indonesia to increase the national budget for

social pension in order to enlarge the coverage.

Opposite to Indonesia, India which home of 13

percent of the world’s older person, but

according to Pal and Palacios (2008) elderly

poverty rate in India tend to be lower than other

age groups. Households with elderly were not

found to be poorer than households without

elderly.

In 2014, the NSAP have covered around 26

million elderly people and making it “a highly

significant unconditional cash transfer program”

(Chopra & Pudussery, 2014, pp. 73-74). In

2014-2015 period, the budget allocations for

NSAP have doubled compare to 2009-2010

period. Allocations for NSAP accounted at

19

2009-2010. Alokasi untuk NSAP mencapai

US$1,6 miliar (Kapur, 2014).

Masih menurut Chopra & Puddussery (2014),

meskipun jumlah pensiun manfaat tunai tidak

mencukupi tetapi dana tersebut membantu

lansia untuk bertahan hidup dan meningkatkan

martabat mereka dalam keluarga. Studi dari

Kaushal (2014) yang meneliti dampak dari

IGNOAPS pada kesejahteraan lansia,

pengaturan hidup dan pola pengeluaran di

India dengan menggabungkan data dari tahun

2004-05 dan 2007-08 menemukan bahwa

pensiun mengarah pada pengeluaran keluarga

yang lebih tinggi. Pengeluaran sebagian besar

untuk kesehatan dan pendidikan.

Namun, sebuah studi yang dilakukan pada

tahun 2004 oleh peneliti National Bureau of

Economic Research menyimpulkan bahwa

untuk menurunkan risiko kemiskinan di

kalangan warga lansia, pemerintah India harus

meningkatkan jumlah manfaat

pensiun (Kaushal, 2014). Hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupta

(2013: 58). Gupta menyimpulkan bahwa

banyak penerima manfaat yang tidak lagi

menerima manfaat dari IGNOAPS menemui

kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

dasar. Oleh karena itu, banyak pihak menuntut

untuk meningkatkan manfaatnya.

Dalam hal kebocoran dan penetapan sasaran

IGNOAPS, ada beberapa penelitian yang

US$1.6 billion (Kapur, 2014).

Still according to Chopra & Puddussery (2014),

although the amount of cash benefit pension is

insufficient but it helps elderly to survive and

raise their dignity in the family. The study from

Kaushal (2014) which examined the impact of

the IGNOAPS on elderly wellbeing, living

arrangement and expenditure pattern in India

with the combining data from 2004-05 and

2007-08 found out that pension lead to higher

family expenditure. The expenditure mostly for

medical and education.

However, a 2004 study by researcher of

National Bureau of Economic Research

concludes that to lower the poverty risk among

elderly citizens the India’s government should

increase the amount of pension benefit

(Kaushal, 2014). This is also in line with

research conducted by Gupta (2013:58), he

concluded that many beneficiaries fell the

benefits of IGNOAPS are hard to fulfil the basic

necessities. Therefore many parties demands

to raise the benefits.

In term of leakages and targeting of the

IGNOAPS, there are some research supported

19Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 23: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

20

mendukung bahwa program tersebut tidak

mengalami banyak korupsi. Gupta (2013) dan

Dutta (dkk.) (2010) memberikan kesimpulan

yang sama bahwa program berjalan dengan

baik karena rendahnya tingkat korupsi

meskipun ada masalah dengan pencairan. Di

sisi lain, Indonesia masih memiliki sedikit

penelitian tentang kemungkinan korupsi dana

ASLUT.

D. KESIMPULAN

Dengan membandingkan sistem pensiun

antara Indonesia dan India, terlihat bahwa

kedua negara menyadari penduduk mereka

yang mengalami penuaan. Seperti yang

diperkirakan pada tahun 2050, akan ada

peningkatan jumlah lansia. India dan

Indonesia memiliki sistem pensiun terbatas

yang tidak mencakup populasi

negara. Cakupan sistem pensiun masih

tersegmentasi untuk pekerja sektor

formal. Para pekerja formal di Indonesia dan

India menikmati manfaat dari skema pensiun

formal. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

kedua negara telah mereformasi program

pensiun mereka untuk menjawab tantangan

populasi yang menua.

Jaminan sosial di Indonesia, terutama untuk

lansia, tidak mencukupi. Lansia miskin di

Indonesia baru mendapat bantuan sosial yang

hanya mencakup sebagian kecil dari seluruh

populasi lansia. Program untuk lansia yang

disebut sebagai ASLUT ini dikelola oleh

that the program are less of corruption. Gupta

(2013) and Dutta (et al) (2010) gave same

conclusion that the program run well due to the

low level of corruption although there was

problem with the disbursement. Indonesia on

the other hand, still lacks of study in possible

corruption on ASLUT money. D. CONCLUSION

Comparing the pension system between

Indonesia and India, it becomes visible that both

countries are aware of their aging society. As

predicted that in 2050, there will be an

increasing number of elderly. India and

Indonesia have a limited pension systems that

does not cover the country population. The

coverage of pension system is still segmented

for formal sector worker. The formal workers in

Indonesia and India benefited from the formal

pension scheme. In recent years both countries

have reformed their pension program to

respond the aging population.

Social security in Indonesia, especially for

elderly were insufficient. The poor elderly in

Indonesia just get social assistance which is

cover just a minority of the total elderly

population. This program for elderly called

ASLUT is managed by Ministry of Social Affair.

20 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 24: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

20

mendukung bahwa program tersebut tidak

mengalami banyak korupsi. Gupta (2013) dan

Dutta (dkk.) (2010) memberikan kesimpulan

yang sama bahwa program berjalan dengan

baik karena rendahnya tingkat korupsi

meskipun ada masalah dengan pencairan. Di

sisi lain, Indonesia masih memiliki sedikit

penelitian tentang kemungkinan korupsi dana

ASLUT.

D. KESIMPULAN

Dengan membandingkan sistem pensiun

antara Indonesia dan India, terlihat bahwa

kedua negara menyadari penduduk mereka

yang mengalami penuaan. Seperti yang

diperkirakan pada tahun 2050, akan ada

peningkatan jumlah lansia. India dan

Indonesia memiliki sistem pensiun terbatas

yang tidak mencakup populasi

negara. Cakupan sistem pensiun masih

tersegmentasi untuk pekerja sektor

formal. Para pekerja formal di Indonesia dan

India menikmati manfaat dari skema pensiun

formal. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

kedua negara telah mereformasi program

pensiun mereka untuk menjawab tantangan

populasi yang menua.

Jaminan sosial di Indonesia, terutama untuk

lansia, tidak mencukupi. Lansia miskin di

Indonesia baru mendapat bantuan sosial yang

hanya mencakup sebagian kecil dari seluruh

populasi lansia. Program untuk lansia yang

disebut sebagai ASLUT ini dikelola oleh

that the program are less of corruption. Gupta

(2013) and Dutta (et al) (2010) gave same

conclusion that the program run well due to the

low level of corruption although there was

problem with the disbursement. Indonesia on

the other hand, still lacks of study in possible

corruption on ASLUT money. D. CONCLUSION

Comparing the pension system between

Indonesia and India, it becomes visible that both

countries are aware of their aging society. As

predicted that in 2050, there will be an

increasing number of elderly. India and

Indonesia have a limited pension systems that

does not cover the country population. The

coverage of pension system is still segmented

for formal sector worker. The formal workers in

Indonesia and India benefited from the formal

pension scheme. In recent years both countries

have reformed their pension program to

respond the aging population.

Social security in Indonesia, especially for

elderly were insufficient. The poor elderly in

Indonesia just get social assistance which is

cover just a minority of the total elderly

population. This program for elderly called

ASLUT is managed by Ministry of Social Affair.

21

Departemen Sosial. Tujuan program ini adalah

untuk membantu warga yang terlantar, miskin

dan hanya bisa berbaring di tempat

tidur. Meskipun demikian, jumlah penerima

manfaat sangat rendah dan dianggap tidak

mencakup mayoritas.

India juga memiliki masalah yang sama, yaitu

manfaat pensiun dianggap tidak

cukup. Pemerintah India memberikan manfaat

dasar kepada lansia yang hidup di bawah

garis kemiskinan. Mayoritas lansia miskin di

India telah mendapat manfaat dari

IGNOAPS. India telah memiliki pensiun sosial

sejak tahun 1995, sementara Indonesia baru

memulai di tahun 2006. Jumlah penerima

manfaat juga menunjukkan kesenjangan yang

besar. Pada tahun 2012, India mencakup

sekitar 27,8 juta lansia dan Indonesia hanya

mencakup 26.500 lansia. Angka ini

disebabkan oleh alokasi anggaran nasional

Indonesia untuk pensiun sosial jauh lebih

rendah dari India.

Aspek lain yang sebanding dalam hal pensiun

sosial di antara negara-negara ini adalah

jumlah uang yang didapatkan oleh penerima

manfaat. Indonesia memberikan dana yang

sedikit lebih besar dibandingkan India. Lansia

miskin di Indonesia mendapatkan sekitar

US$15 per bulan, sementara India hanya

membantu lansia miskin mereka sebesar

US$3,1. Sistem pensiun sosial India

sepenuhnya didanai oleh pemerintah pusat,

This program objective is to help the neglected,

poor and bedridden citizen. Although the

number of beneficiaries is very low and

considered do not cover the majority.

India also has similar problem, where the

benefits of the pension considered as

insufficient. The Indian government provides

basic benefits for elderly below the poverty line.

India majority of poor elderly have benefitted

from IGNOAPS. India has started to have the

social pension in 1995 while Indonesia just

started at 2006. The number of beneficiaries

also show a huge gap. In 2012 India covered

around 27.8 million elderly and Indonesia only

covered 26.500 elderly people. This is because

Indonesia’s national budget allocation on social

pension is far less than India.

The other comparable aspect in term of social

pension between these countries is the amount

of money which beneficiaries get. Indonesia

gave slightly more money than India.

Indonesia’s poor elderly get around US$15 per

month while India only supports their poor

elderly with US$3.1. India’s social pension

system fully funded by central government,

however central government urge the states

government to give additional cash to elderly.

21Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 25: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

22

namun pemerintah pusat mendesak

pemerintah negara bagian untuk memberikan

dana tambahan kepada para lansia. Kebijakan

ini bisa membuat para lansia memiliki bantuan

penghasilan lebih banyak. Dengan

menggunakan metode ini, India telah berhasil

membantu orang miskin.

Pensiun, bahkan jumlah imbalan yang tampak

begitu kecil, dapat membantu para lansia

untuk mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan martabat mereka dalam rumah

tangga. Namun demikian, Indonesia dapat

belajar dari India untuk memberikan cakupan

yang lebih besar dalam pensiun

sosial. Karena cakupan ASLUT dan IGNOAPS

masih terbatas, dukungan keluarga atau sanak

keluarga dan komunitas lain sangat penting

untuk membantu para lansia.

This can make the elderly have more income

support. By using this method, India has

successfully helped the poor.

A pension, even the amount of benefit seem so

menial can help the elderly to less dependent

and raise their dignity in the household.

Nevertheless, Indonesia can learn from India to

provide a larger coverage in social pension.

Because the coverage of the ASLUT and

IGNOAPS are still limited, family support or

other relatives and communities are really

essential to help the elderly.

22 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 26: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

22

namun pemerintah pusat mendesak

pemerintah negara bagian untuk memberikan

dana tambahan kepada para lansia. Kebijakan

ini bisa membuat para lansia memiliki bantuan

penghasilan lebih banyak. Dengan

menggunakan metode ini, India telah berhasil

membantu orang miskin.

Pensiun, bahkan jumlah imbalan yang tampak

begitu kecil, dapat membantu para lansia

untuk mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan martabat mereka dalam rumah

tangga. Namun demikian, Indonesia dapat

belajar dari India untuk memberikan cakupan

yang lebih besar dalam pensiun

sosial. Karena cakupan ASLUT dan IGNOAPS

masih terbatas, dukungan keluarga atau sanak

keluarga dan komunitas lain sangat penting

untuk membantu para lansia.

This can make the elderly have more income

support. By using this method, India has

successfully helped the poor.

A pension, even the amount of benefit seem so

menial can help the elderly to less dependent

and raise their dignity in the household.

Nevertheless, Indonesia can learn from India to

provide a larger coverage in social pension.

Because the coverage of the ASLUT and

IGNOAPS are still limited, family support or

other relatives and communities are really

essential to help the elderly.

23

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY (n.d.). Diambil pada bulan November 26, 2017, dari Worldometers:

www.worldometers.info/world-population

Adioetomo, S. M., Howell, F., McPherson, A., & Priebe, J. (2013). Social Assistence for elderly in Indonesia: Empirical study for ASLUT. TNP2K.

Adioetomo, S. M., Howell, F., McPherson, A., & Priebe, J. (2014). Social Assistance For

The Elderly: The Role of Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar Programme In Fighting Old Age Poverty. TNP2K.

Bhaduri, R. (2013). Pension Reforms in India. COGNIZANT. Diambil dari

www.cognizant.com

Bodie, Z., Marcus, A. J., & Merton, R. C. (1988). Defined Benefit versus Defined

Contribution Pension Plans:What are the Real Trade-offs? In J. B. Zvi Bodie,

Pensions in the U.S. Economy (pp. 139-162). Chicago: University of Chicago Press.

BPS. (2017). Labor Force Situation In Indonesia : August 2017. Jakarta: BPS.

Chopra, S., & Pudussery, J. (2014). Social Security Pensions in India: An Assessment.

Economic and Political Weekly, Vol XLIX No 19, 68-74.

Costa, D. L. (1998). The Evolution of Retirement. In D. L. Costa, The Evolution of

Retirement: An American Economic History, 1880-1990 (pp. 6-31). University of

Chicago Press.

Dutta, P. V. (2008). The Performance of Social Pensions in India: The Case of Rajasthan. SASHD-SP.

Dutta, P., Howes, S., & Murgai, R. (2010). Small But Effective: India's Targeted

Unconditional Cash Transfers. ASARC.

23Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 27: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

24

Garroway, C. (2013). How much do small old age pensions and widows' pensions help the

poor in India? : An ex-post evaluation of the National Social Assistance Programme

and implication for its planned reform. United Nations ESCAP.

Gough, I. (2013). Social policy regimes in the developing world. In P. Kennett, A Handbook

of comparative social policy (pp. 205-224). Cheltenham UK: Edward Elgar

Publishing Ltd. Government of India. (2012). Annual Report 2011-2012. New Delhi: Ministry of Rural

Development.

Gupta, A. (2013). Old-Age Pension Scheme in Jharkhand and Chhattisgarh. Economic &

Political Weekly, 54-59.

Jan-Dhan Se Jan Suraksha. (2016, May 13). Diambil dari

https://www.india.gov.in/spotlight/jan-dhan-se-jan-suraksha-social-security-citizens

ILO. (2017). India Labour Market Update. ILO. Retrieved December 06, 2017, from

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok /---sro-

new_delhi/documents/publication/wcms_568701.pdf

Kapur, A. (2014). Accountability initiative. Budget briefs-NSAP, 6(7).

Kaushal, N. (2014, September 03). Ideas For India. Retrieved from Economics of public

pension : Analysing India's Old-age pension scheme: http://www.ideasforindia.in

Kemsos. (2016, April). Kemsos. Retrieved from Asistensi Sosial Lanjut Usia (ASLUT):

https://www.kemsos.go.id/content/aslut Muliati, I. (2003). PENSION REFORM EXPERIENCE IN INDONESIA. IMF Conference for

Designing Equitable and Sustainable Pension Post Crisis World. Tokyo.

National Human Rights Commision. (2011). Know Your Rights: Elderly People. NHRC.

OECD. (2015). Pensions at a Glance 2015: OECD and G20 indicators. Paris: OECD

Publishing. Diambil pada tanggal 26 November 2017, dari

http://dx.doi.org/10.1787/pension_glance-2015-en

24 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 28: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

24

Garroway, C. (2013). How much do small old age pensions and widows' pensions help the

poor in India? : An ex-post evaluation of the National Social Assistance Programme

and implication for its planned reform. United Nations ESCAP.

Gough, I. (2013). Social policy regimes in the developing world. In P. Kennett, A Handbook

of comparative social policy (pp. 205-224). Cheltenham UK: Edward Elgar

Publishing Ltd. Government of India. (2012). Annual Report 2011-2012. New Delhi: Ministry of Rural

Development.

Gupta, A. (2013). Old-Age Pension Scheme in Jharkhand and Chhattisgarh. Economic &

Political Weekly, 54-59.

Jan-Dhan Se Jan Suraksha. (2016, May 13). Diambil dari

https://www.india.gov.in/spotlight/jan-dhan-se-jan-suraksha-social-security-citizens

ILO. (2017). India Labour Market Update. ILO. Retrieved December 06, 2017, from

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok /---sro-

new_delhi/documents/publication/wcms_568701.pdf

Kapur, A. (2014). Accountability initiative. Budget briefs-NSAP, 6(7).

Kaushal, N. (2014, September 03). Ideas For India. Retrieved from Economics of public

pension : Analysing India's Old-age pension scheme: http://www.ideasforindia.in

Kemsos. (2016, April). Kemsos. Retrieved from Asistensi Sosial Lanjut Usia (ASLUT):

https://www.kemsos.go.id/content/aslut Muliati, I. (2003). PENSION REFORM EXPERIENCE IN INDONESIA. IMF Conference for

Designing Equitable and Sustainable Pension Post Crisis World. Tokyo.

National Human Rights Commision. (2011). Know Your Rights: Elderly People. NHRC.

OECD. (2015). Pensions at a Glance 2015: OECD and G20 indicators. Paris: OECD

Publishing. Diambil pada tanggal 26 November 2017, dari

http://dx.doi.org/10.1787/pension_glance-2015-en

25

Pal, S., & Palacios, R. (2008). Understanding Poverty among the Elderly in India:

Implications for Social Pension Policy. Germany: Brunel University and IZA.

Pinheiro, V. C. (2004). PENSION FUNDS FOR GOVERNMENT WORKERS IN OECD COUNTRIES. OECD, 4.

Priebe, J., & Howell, F. (2014). OLD-AGE POVERTY IN INDONESIA:Empirical Evidence

and Policy Options A Role for Social Pensions. Jakarta: Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Diambil pada tanggal 5 Desember 2017

Rajan, S. I. (2001). Social Assistance for Poor Elderly: How Effective? Economic & Political

Weekly, 36(8).

Singh, C., Bharati, K., & Sanyal, A. (2015). Ageing in India : Need for Universal Pension

Scheme. Economic & Political Weekly, 40-46.

The World Bank. (2016). Diambil pada tanggal 9 Desember 2017, dari rasio

ketergantungan menurut Usia:

https://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.DPND.OL

United Nations. (n.d.). Diambil pada tanggal 11 November 2017, dari Riwayat Penunaan

tahun 2017: https://population.un.org/ProfilesOfAgeing2017/index.html

United Nations. (2015). World population ageing 2015. United Nations, Department of

Economic and Social Affairs. New York: United Nations. Diambil pada tanggal 5

Desember 2017, dari

http://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/ageing/WPA2

015_Report.pdf

World Bank. (n.d.). Diambil pada tanggal 26 November 2017, dari Bank Dunia:

https://data.worldbank.org/country/india?view=chart

World Bank. (n.d.). Diambil pada tanggal 26 November 2017, dari Bank Dunia:

https://data.worldbank.org/country/indonesia?view=chart

25Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 29: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

26

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATION Anna Wijayanti

Female, 05 May 1991

Jl. Kimerogan Lr. Bahagia I Kertapati Palembang Sumatera-Selatan (Indonesia) (+62)85271358909

[email protected]

www.bpjsketenagakerjaan.go.id

EDUCATION AND TRAINING

Sep 2007– Sep 2011

Bachelor of Chemistry Education University of Sriwijaya, Indralaya (Indonesia)

www.unsri.ac.id ▪ Graduated with GPA of 3.14 of 4.00 scale

Jul 2017 – Present

Student of Master of Sociology and Master of Social Policy Gajah Mada University and University of Melbourne

WORK EXPERIENCE

1 Oct 2011– 31 Aug 2013 Marketing Staff KSP Nasari Jl. Kapt A. Rivai Palembang (Indonesia)

1 Oct 2013–Present Relationship Officer BPJS Ketenagakerjaan Jl. Gajah Mada Komplek Tiban Impian Blok A1-3 Batam Kepulauan Riau (Indonesia)

26 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 30: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

26

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATION Anna Wijayanti

Female, 05 May 1991

Jl. Kimerogan Lr. Bahagia I Kertapati Palembang Sumatera-Selatan (Indonesia) (+62)85271358909

[email protected]

www.bpjsketenagakerjaan.go.id

EDUCATION AND TRAINING

Sep 2007– Sep 2011

Bachelor of Chemistry Education University of Sriwijaya, Indralaya (Indonesia)

www.unsri.ac.id ▪ Graduated with GPA of 3.14 of 4.00 scale

Jul 2017 – Present

Student of Master of Sociology and Master of Social Policy Gajah Mada University and University of Melbourne

WORK EXPERIENCE

1 Oct 2011– 31 Aug 2013 Marketing Staff KSP Nasari Jl. Kapt A. Rivai Palembang (Indonesia)

1 Oct 2013–Present Relationship Officer BPJS Ketenagakerjaan Jl. Gajah Mada Komplek Tiban Impian Blok A1-3 Batam Kepulauan Riau (Indonesia)

27

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN MESIR: PERBANDINGAN ANTARA DUA NEGARA BERKEMBANG MUSLIM

Riza Guntur Prakoso

Abstrak

Penelitian ini membahas masalah kebijakan-

kebijakan pendidikan yang berbeda antara dua

negara berkembang dengan penduduk

mayoritas Muslim, yaitu Indonesia dan Mesir.

Kedua negara memiliki dasar politik yang

sama, dominasi Muslim, status sebagai

negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

wilayah masing-masing dan sebagai negara

berkembang, pengalaman masa lalu dengan

berada di bawah kepemimpinan militer yang

bersifat otoriter dan dijajah oleh bangsa-

bangsa Barat, status mereka sebagai negara

yang baru bertumbuh dan berkembang.

Tetapi, kedua negara ini memiliki jurang yang

cukup dalam dalam hasil kebijakan pendidikan

untuk membebaskan biaya pendidikan, seperti

yang dilakukan oleh Mesir. Indonesia masih

berjuang untuk melaksanakan pendidikan

gratis untuk semua warga negara. Oleh karena

itu, catatan historis mengenai kebijakan

pendidikan dari kedua negara telah dianalisa

untuk menemukan akar dari hasil kebijakan

pendidikan. Kebijakan-kebijakan sebelumnya

telah menjadi faktor utama dalam

mempengaruhi hasil kebijakan pendidikan

masa mendatang di kedua negara, terutama

Indonesia, karena negara tersebut bergantung

EDUCATIONAL POLICY IN INDONESIA AND EGYPT: A COMPARISON BETWEEN TWO

DEVELOPING MUSLIM COUNTRIES

Riza Guntur Prakoso

Abstract This study addresses the issue of diverge

educational policies between two developing

and Muslim-majority countries, Indonesia and

Egypt. Both countries share the similar political

stances, Muslim domination, status as the most

populous country in their regions and as

developing countries, past experiences under

authoritarian military leaders and colonialized

by western nations, their status as emerging

and developing countries. However, they come

up with considerable gaps in educational policy

outcomes of exempting tuition fees as in the

Egypt, while Indonesia still struggles to

implement free education for all citizens. As

such, historical records of educational policies

from both nations have been analysed to find

the roots of educational policy outcomes.

Previous policies have become a main factor in

affecting subsequent future educational policy

outcomes in both countries, especially for

Indonesia, since the country has relied on

charging tuition fees in academic institution as

a means to finance the education. This study

aims to provide main factors affecting

educational policy outcomes in Indonesia and

Egypt from welfare regime perspective.

27Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 31: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

28

pada biaya pendidikan di lembaga pendidikan

sebagai cara pembiayaan pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan

faktor-faktor utama yang mempengaruhi hasil

pendidikan kebijakan di Indonesia dan Mesir

dari sudut pandang rezim kesejahteraan.

Kata kunci: Perkembangan kebijakan pendidikan, negara-negara Muslim, analisis historis komparatif, Indonesia, Mesir.

Keywords: Educational policy development, Muslim countries, comparative historical analysis, Indonesia, Egypt.

28 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 32: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

28

pada biaya pendidikan di lembaga pendidikan

sebagai cara pembiayaan pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan

faktor-faktor utama yang mempengaruhi hasil

pendidikan kebijakan di Indonesia dan Mesir

dari sudut pandang rezim kesejahteraan.

Kata kunci: Perkembangan kebijakan pendidikan, negara-negara Muslim, analisis historis komparatif, Indonesia, Mesir.

Keywords: Educational policy development, Muslim countries, comparative historical analysis, Indonesia, Egypt.

29

A. PENDAHULUAN

Indonesia dan Mesir memiliki hubungan yang

sudah berjalan lama sejak Mesir menjadi

negara pertama yang mengakui kemerdekaan

Indonesia secara de facto dan de jure pada

tanggal 18 November 1946 (Hamdani, 2015).

Pengakuan ini secara resmi ditandatangani

pada tanggal 10 Juni 1947 (Kementerian Luar

Negeri Republik Arab Mesir, 2006). Hubungan

yang stabil ditunjukkan dengan sikap yang

sama dalam berbagai masalah global dan isu-

isu, seperti kerjasama dalam pembentukan

Gerakan Non-Aliansi dan Organisasi

Konferensi Islam. Mereka juga memiliki

kepentingan bersama dalam G77, G15 dan

G8. Kedua negara bekerja sama dalam bidang

pendidikan, budaya, transportasi, pariwisata,

ekonomi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Kementerian Luar Negeri Republik Arab

Mesir, 2006).

Penelitian yang bersifat perbandingan untuk

kebijakan sosial antara Indonesia dan Mesir

merupakan penelitian yang menarik karena

kemiripan kedua negara dalam empat aspek,

yaitu: populasi Muslim yang menonjol, status

mereka sebagai Negara yang paling padat

penduduknya di wilayahnya masing-masing,

pengalaman mereka di bawah rezim yang

otoriter (Brooks, 2011), status mereka sebagai

negara yang baru bangkit dan berkembang

(International Monetary Fund, 2015), dan

pernah dijajah oleh negara-negara Barat.

A. INTRODUCTION

Indonesia and Egypt have a longstanding

relation since Egypt became the first countries

that recognized Indonesia’s independence by

de facto and de jure in 18 November 1946

(Hamdani, 2015). This recognition was officially

signed in 10 June 1947 (Arab Republic of Egypt

Ministry of Foreign Affairs, 2006). The stable

relation is characterized by similar stances in

numerous global problems and issues such as

the cooperation in the initiation of the Non-

Alliance Movement and the Organization of the

Islamic Conference. They also have common

interests in G77, G15 and G8. Both nations

cooperate in education, culture, transportation,

tourism, economic, and science and technology

aspects (Arab Republic of Egypt Ministry of

Foreign Affairs, 2006).

Comparative social policy research between

Indonesia and Egypt is interesting because of

their close resemblances in four aspects: the

dominant Muslim population, their status as the

most populous country in the region, their

experiences under authoritarian regimes

(Brooks, 2011), their status as emerging and

developing countries (International Monetary

Fund, 2015), and once were colonized by

western nations. This paper will focus on the

disparities of educational policy between

Indonesia and Egypt because each apply

29Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 33: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

30

Makalah ini akan fokus pada kesenjangan

kebijakan pendidikan antara Indonesia dan

Mesir, karena masing-masing negara

menerapkan pendekatan yang berbeda, yaitu

Indonesia dengan pendidikan umum yang

bersifat bebas biaya sebagian, dan Mesir

dengan pendidikan umum bebas biaya di

semua tingkatan.

Penulis berpendapat bahwa jalan mereka

mulai menyimpang karena pengaruh dari

produk kebijakan rezim sebelumnya. Hal ini

menyebabkan rezim-rezim yang akan datang

mati-matian berkompromi dengan produk

kebijakan sebelumnya dan keberpihakan

politik saat ini. Oleh karena itu, penulis akan

membandingkan riwayat kebijakan pendidikan

mereka, terutama bagaimana Mesir bisa

menetapkan pendidikan gratis, sementara

Indonesia berjuang untuk mencapainya.

Ruang lingkup makalah ini adalah model

teoritis Ulriksen tentang perkembangan

kebijakan kesejahteraan, pentingnya

kebijakan pendidikan, perbandingan sejarah

kedua negara, dan identifikasi jenis rezim

kesejahteraan menurut Esping-Andersen.

B. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan

sosial yang bersifat komparatif dengan

menganalisis pelaksanaan historis model

teoritis pengembangan rezim kesejahteraan

Indonesia dan Mesir. Penelitian kebijakan

sosial yang bersifat komparatif antara

different approaches, Indonesia with its partially

free public education on basic level, in contrast

to Egypt’s free public education on all levels.

I argue that their paths start to diverge because

of the influence from earlier regimes’ policy

products. This causes future regimes to

desperately compromise with earlier policy

products and the current political alignments.

Therefore, I will compare the history of their

educational policies especially how Egypt ends

up with free education while Indonesia

struggles to achieve one. The scope of this

paper is Ulriksen’s theoretical model of welfare

policy development, the significance of

educational policy, the comparison of historical

trajectories of the two nations, and the

identification of welfare regime types according

to Esping-Andersen.

B. METHODOLOGY

This study employs comparative social policy

research by analysing historical trajectories of

Indonesia and Egypt from welfare regime

development theoretical model. Comparative

social policy research between Indonesia and

Egypt is interesting because of their close

30 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 34: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

30

Makalah ini akan fokus pada kesenjangan

kebijakan pendidikan antara Indonesia dan

Mesir, karena masing-masing negara

menerapkan pendekatan yang berbeda, yaitu

Indonesia dengan pendidikan umum yang

bersifat bebas biaya sebagian, dan Mesir

dengan pendidikan umum bebas biaya di

semua tingkatan.

Penulis berpendapat bahwa jalan mereka

mulai menyimpang karena pengaruh dari

produk kebijakan rezim sebelumnya. Hal ini

menyebabkan rezim-rezim yang akan datang

mati-matian berkompromi dengan produk

kebijakan sebelumnya dan keberpihakan

politik saat ini. Oleh karena itu, penulis akan

membandingkan riwayat kebijakan pendidikan

mereka, terutama bagaimana Mesir bisa

menetapkan pendidikan gratis, sementara

Indonesia berjuang untuk mencapainya.

Ruang lingkup makalah ini adalah model

teoritis Ulriksen tentang perkembangan

kebijakan kesejahteraan, pentingnya

kebijakan pendidikan, perbandingan sejarah

kedua negara, dan identifikasi jenis rezim

kesejahteraan menurut Esping-Andersen.

B. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan

sosial yang bersifat komparatif dengan

menganalisis pelaksanaan historis model

teoritis pengembangan rezim kesejahteraan

Indonesia dan Mesir. Penelitian kebijakan

sosial yang bersifat komparatif antara

different approaches, Indonesia with its partially

free public education on basic level, in contrast

to Egypt’s free public education on all levels.

I argue that their paths start to diverge because

of the influence from earlier regimes’ policy

products. This causes future regimes to

desperately compromise with earlier policy

products and the current political alignments.

Therefore, I will compare the history of their

educational policies especially how Egypt ends

up with free education while Indonesia

struggles to achieve one. The scope of this

paper is Ulriksen’s theoretical model of welfare

policy development, the significance of

educational policy, the comparison of historical

trajectories of the two nations, and the

identification of welfare regime types according

to Esping-Andersen.

B. METHODOLOGY

This study employs comparative social policy

research by analysing historical trajectories of

Indonesia and Egypt from welfare regime

development theoretical model. Comparative

social policy research between Indonesia and

Egypt is interesting because of their close

31

Indonesia dan Mesir merupakan suatu hal

yang menarik karena kemiripan kedua negara

ini dalam empat aspek, yaitu dominasi

mayoritas Muslim, status mereka sebagai

negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

wilayah mereka masing-masing, pengalaman

kedua negara berada di bawah kepemimpinan

rezim militer yang otoriter (Brooks, 2011),

status mereka sebagai negara yang baru

bertumbuh dan berkembang (International

Monetary Fund, 2015), dan pernah dijajah oleh

negara-negara barat. Makalah ini akan fokus

pada kebijakan pendidikan terkait Antara

Indonesia dan Mesir, membandingkan riwayat

kebijakan pendidikan, terutama bagaimana

Mesir dapat menerapkan pendidikan bebas

biaya, sedangkan Indonesia masih berjuang

untuk mencapainya. Cakupan makalah ini

adalah model teoritis perkembangan rezim

kesejahteraan, manfaat dari kebijakan

pendidikan, perbandingan pelaksanaan

historis kedua negara, analisis historis, dan

identifikasi jenis-jenis rezim kesejahteraan

menurut Esping-Andersen.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. PERBANDINGAN KEBIJAKAN

PENDIDIKAN ANTARA INDONESIA DAN MESIR

1.1 Model Teoritis: Keberpihakan Politik, Rezim Produksi, Dan Ketergantungan Jalur

Pendekatan yang digunakan dalam makalah

ini akan menggunakan model teoritis dari

resemblances in four aspects: the domination of

Muslim majority, their status as the most

populous country in the region, their

experiences under authoritarian regime of a

military leader (Brooks, 2011), their status as

emerging and developing countries

(International Monetary Fund, 2015), and once

colonized by western nations. This paper will

focus on related educational policies between

Indonesia and Egypt, comparing the history of

educational policies, especially how Egypt ends

up with free education while Indonesia

struggles to achieve one. The scopes of this

paper are the theoretical model of welfare

regime development, the significance of

educational policy, the comparison of historical

trajectories of two nations, historical analysis,

and identification of welfare regime types

according to Esping-Andersen.

C. RESULTS AND DISCUSSION 1. COMPARATIVE EDUCATIONAL

POLICY BETWEEN INDONESIA AND EGYPT

1.1 Theoretical Model: Political Alignments, Productions Regime, And Path Dependence

The approach used in this paper will employ the

theoretical model from Ulriksen, which consists

31Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 35: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

32

Ulriksen, yang terdiri dari tiga argumen teoritis:

keberpihakan politik, rezim produksi, dan

ketergantungan jalur. Pengembangan

kebijakan kesejahteraan di negara

berkembang terkait dengan distribusi sumber

daya kekuasaan dari berbagai kelompok,

kekuatan mereka untuk mempengaruhi

organisasi dan mobilisasi di dalam dan di luar

kelas mereka sendiri, yang dicakup dengan

keberpihakan politik. Argumen politik ini

berpendapat bahwa posisi kelas menengah di

negara berkembang sangat penting, bahkan

lebih dari elit ekonomi dan elit politik, karena

mereka adalah pendukung manfaat. Argumen

mengenai rezim produksi berkaitan dengan

karakter kebijakan ekonomi, lembaga, dan

organisasi ekonomi yang sesuai dengan

organisasi berbagai kepentingan. Argumen

ketergantungan jalur berpendapat bahwa

evolusi kebijakan kesejahteraan terikat dalam

loopback, sehingga kebijakan berikutnya tidak

akan diubah secara drastis oleh para pelaku.

of three theoretical arguments: political

alignments, production regime, and path

dependence. The development of welfare

policy in developing world is related to the

distribution of power resources of different

groups, their power to influence the

organization and mobilization of inside and

outside of their own class, which is covered by

political alignments. This political argument

argues that the position of middle class in

developing country is very important, even

more than economic elites and political elites,

as they are the advocates of the benefits.

Production regime argument relates to the

character of economic policies, institutions, and

economic organization which correspond to the

organization of various interests. Path

dependence argument argues that the

evolution of welfare policies chained in

loopback so that subsequent policies won’t

drastically change by the actors.

Gambar 1 Model Argumen Teoritis (Ulriksen, 2012) Figure 1 The Model of Theoretical Argument (Ulriksen, 2012)

32 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 36: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

32

Ulriksen, yang terdiri dari tiga argumen teoritis:

keberpihakan politik, rezim produksi, dan

ketergantungan jalur. Pengembangan

kebijakan kesejahteraan di negara

berkembang terkait dengan distribusi sumber

daya kekuasaan dari berbagai kelompok,

kekuatan mereka untuk mempengaruhi

organisasi dan mobilisasi di dalam dan di luar

kelas mereka sendiri, yang dicakup dengan

keberpihakan politik. Argumen politik ini

berpendapat bahwa posisi kelas menengah di

negara berkembang sangat penting, bahkan

lebih dari elit ekonomi dan elit politik, karena

mereka adalah pendukung manfaat. Argumen

mengenai rezim produksi berkaitan dengan

karakter kebijakan ekonomi, lembaga, dan

organisasi ekonomi yang sesuai dengan

organisasi berbagai kepentingan. Argumen

ketergantungan jalur berpendapat bahwa

evolusi kebijakan kesejahteraan terikat dalam

loopback, sehingga kebijakan berikutnya tidak

akan diubah secara drastis oleh para pelaku.

of three theoretical arguments: political

alignments, production regime, and path

dependence. The development of welfare

policy in developing world is related to the

distribution of power resources of different

groups, their power to influence the

organization and mobilization of inside and

outside of their own class, which is covered by

political alignments. This political argument

argues that the position of middle class in

developing country is very important, even

more than economic elites and political elites,

as they are the advocates of the benefits.

Production regime argument relates to the

character of economic policies, institutions, and

economic organization which correspond to the

organization of various interests. Path

dependence argument argues that the

evolution of welfare policies chained in

loopback so that subsequent policies won’t

drastically change by the actors.

Gambar 1 Model Argumen Teoritis (Ulriksen, 2012) Figure 1 The Model of Theoretical Argument (Ulriksen, 2012)

33

Model teoritis ini akan digunakan untuk

menemukan titik awal ketika jalur

menyimpang, yang berakibat pada kebijakan

pendidikan yang berbeda. Hal ini didasarkan

pada asumsi bahwa ketergantungan pada jalur

bersama dengan keberpihakan politik dan

rezim produksi menciptakan lingkaran umpan

balik, yang mana kebijakan kesejahteraan

yang dihasilkan dari keberpihakan politik dan

rezim produksi akan secara langsung

mempengaruhi keberpihakan politik dan rezim

produksi di tahap selanjutnya. Oleh karena itu,

kebijakan awal masih akan mempengaruhi

kebijakan masa depan (Ulriksen, 2012).

1.2. SIGNIFIKANSI KEBIJAKAN

PENDIDIKAN

Pentingnya kebijakan pendidikan berangkat

dari peran pendidikan dalam pembangunan

manusia dan masyarakat, yang mana manusia

adalah pelakunya. Pertimbangan yang paling

penting mungkin adalah pentingnya

pendidikan yang berkaitan dengan ekonomi,

sementara kebijakan pendidikan pada

dasarnya mengatur penyetaraan kesempatan.

Bagian ini akan membahas relevansi aspek-

aspek ini.

1.2.1 Pentingnya Pendidikan dalam Pertumbuhan Ekonomi

Gagasan terkait ekonomi telah dianggap

sebagai bahan yang paling penting untuk

mengemukakan pentingnya suatu masalah.

Menurut Wobbekind, tiga aspek utama untuk

This theoretical model will be used to find the

starting point when the path diverges, resulting

in different educational policies. This is based

on assumption that the path dependence along

with political alignments and production regime

creates a feedback loop where welfare policies

produced by political alignments and production

regime will directly affect political alignments

and production regime in the next iteration.

Therefore, initial policies will still affect future

policies (Ulriksen, 2012).

1.2 THE SIGNIFICANCE OF

EDUCATIONAL POLICY

The significance of educational policy springs

from the role of education in the development of

human being and society where human is the

actors. The most important consideration

perhaps the significance of education related to

economic while educational policy essentially

governs the equality of opportunity. This section

will discuss the relevance of these aspects.

1.2.1 The Importance of Educational in Economic Growth

Economic related notion has been considered

as the most important material to leverage the

importance of an issue. According to

Wobbekind, three key ingredients for growth

33Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 37: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

34

pertumbuhan adalah modal fisik, modal

manusia, dan kemajuan teknologi. Meskipun

pendidikan pada khususnya berdiri di bawah

modal manusia, pendidikan memiliki peran

penting dalam produksi dan inovasi, dengan

keterkaitan yang kompleks dan kuat dari aspek

utama. Meskipun terdapat kesulitan untuk

menilai kinerja di setiap faktor kunci dengan

kompleksitas tersebut, pendidikan telah

menyumbang hingga sepertiga dari

pertumbuhan produktivitas di Amerika dari

tahun 1950 hingga 1990-an, meningkatkan

standar hidup dan kualitas hidup. (Wobbekind,

2012).

1.2.1 Kebijakan Pendidikan dalam Penyetaraan Kesempatan

Kebijakan pendidikan menetapkan standar

“playing field” atau sebagaimana ditunjukkan

oleh istilah tersebut, menyediakan

penyetaraan kesempatan terlepas dari

keadaan di luar kendali siswa, memberikan

kesempatan yang sama untuk mencapai hasil

yang sama. Keadaan di luar kendali tersebut

adalah status sosial-ekonomi, stratifikasi

sosial, dan stratifikasi pendidikan. Hal -hal ini

tidak dapat diintervensi hanya dengan

kebijakan pendapatan. Itulah sebabnya

mengapa kebijakan pendidikan yang terdiri

dari berbagai kebijakan diperlukan untuk

mendapatkan kesempatan yang sama

(Beblavý, Thum, & Veselkova, 2011).

are physical capital, human capital, and

technological progress. Although education

exists specifically under human capital, it

possesses significant roles in the production

and innovation, by having strong complex

interrelation of key ingredients. Albeit the

difficulties to assess the performance in each

key factor with such complexity, education has

been credited with up to one third of productivity

growth in America from 1950s to the 1990s,

improving living standard and quality of life

(Wobbekind, 2012).

1.2.2 Educational Policy in the Equality of

Opportunity

Educational policy sets the standard of “the

playing field” or as the term suggests, giving

equality of opportunity regardless of

circumstances beyond the control of students,

granting an equal chance to achieve the same

result. Such out of control circumstances are

socio-economic status, social stratification, and

educational stratification. These things can’t be

intervened just by income policy. That is why

educational policies comprising a mix of policies

are needed to regain the equal opportunity

(Beblavý, Thum, & Veselkova, 2011).

34 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 38: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

34

pertumbuhan adalah modal fisik, modal

manusia, dan kemajuan teknologi. Meskipun

pendidikan pada khususnya berdiri di bawah

modal manusia, pendidikan memiliki peran

penting dalam produksi dan inovasi, dengan

keterkaitan yang kompleks dan kuat dari aspek

utama. Meskipun terdapat kesulitan untuk

menilai kinerja di setiap faktor kunci dengan

kompleksitas tersebut, pendidikan telah

menyumbang hingga sepertiga dari

pertumbuhan produktivitas di Amerika dari

tahun 1950 hingga 1990-an, meningkatkan

standar hidup dan kualitas hidup. (Wobbekind,

2012).

1.2.1 Kebijakan Pendidikan dalam Penyetaraan Kesempatan

Kebijakan pendidikan menetapkan standar

“playing field” atau sebagaimana ditunjukkan

oleh istilah tersebut, menyediakan

penyetaraan kesempatan terlepas dari

keadaan di luar kendali siswa, memberikan

kesempatan yang sama untuk mencapai hasil

yang sama. Keadaan di luar kendali tersebut

adalah status sosial-ekonomi, stratifikasi

sosial, dan stratifikasi pendidikan. Hal -hal ini

tidak dapat diintervensi hanya dengan

kebijakan pendapatan. Itulah sebabnya

mengapa kebijakan pendidikan yang terdiri

dari berbagai kebijakan diperlukan untuk

mendapatkan kesempatan yang sama

(Beblavý, Thum, & Veselkova, 2011).

are physical capital, human capital, and

technological progress. Although education

exists specifically under human capital, it

possesses significant roles in the production

and innovation, by having strong complex

interrelation of key ingredients. Albeit the

difficulties to assess the performance in each

key factor with such complexity, education has

been credited with up to one third of productivity

growth in America from 1950s to the 1990s,

improving living standard and quality of life

(Wobbekind, 2012).

1.2.2 Educational Policy in the Equality of

Opportunity

Educational policy sets the standard of “the

playing field” or as the term suggests, giving

equality of opportunity regardless of

circumstances beyond the control of students,

granting an equal chance to achieve the same

result. Such out of control circumstances are

socio-economic status, social stratification, and

educational stratification. These things can’t be

intervened just by income policy. That is why

educational policies comprising a mix of policies

are needed to regain the equal opportunity

(Beblavý, Thum, & Veselkova, 2011).

35

1.3 PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN MESIR 1.3.1 Situasi Pendidikan: Indonesia Indonesia: Suatu Pengantar Singkat

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar

di dunia yang terletak di Asia Tenggara, yang

terdiri dari 13.466 pulau. Indonesia terletak di

antara dua benua, Asia dan Australia, dan dua

samudera, yaitu Samudera Hindia dan

Samudra Pasifik. Negara ini membentang di

garis khatulistiwa (World Atlas, 2017), yang

membentang sekitar 5.000 kilometer dari titik

terjauh di bagian timur sampai dengan titik

terjauh di bagian barat di antara kedua

Samudera ini (OECD/Asian Development

Bank, 2015, hal. 52). Indonesia memiliki garis

pantai terpanjang kedua di dunia (Nag, 2017),

yang membentang sekitar 54.716 km, dan

memposisikannya tepat setelah Kanada

(Central Intelligence Agency, 2017). Indonesia

memiliki hutan tropis terbesar kedua di dunia

dan tingkat penebangan hutan tercepat

(International Business Publications, 2013,

hal. 30).

Indonesia adalah Negara Muslim terpadat di

dunia (OECD/Asian Development Bank, 2015,

p. 52). Pada bulan Juli 2017, penduduk

Indonesia mencapai sekitar 261 juta orang,

sehingga menempatkannya sebagai negara

terpadat keempat di dunia. Pada tahun 2010,

Muslim membentuk 87,2% dari seluruh

populasi. Populasi utama penduduk Indonesia

terkonsentrasi di pulau Jawa dan dianggap

1.3 COMPARISON OF EDUCATION IN INDONESIA AND EGYPT

1.3.1 The Situation of Education: Indonesia Indonesia: A Short Introduction

Indonesia is the world’s largest archipelagic

state located in the Southeast Asia, comprising

13,466 islands. Indonesia is situated between

two continents, Asia and Australia, and two

oceans, the Indian Ocean and the Pacific

Ocean. It straddles on the equator (World Atlas,

2017), stretching about 5,000 kilometers from

its far east to its far west between these Oceans

(OECD/Asian Development Bank, 2015, p. 52).

Indonesia has the second longest coastline in

the world (Nag, 2017), stretching about 54,716

km, positioned it after Canada (Central

Intelligence Agency, 2017). Indonesia has the

second largest tropical forest in the world and

the fastest deforestation rate (International

Business Publications, 2013, p. 30).

Indonesia is the world’s most populous Muslim

country (OECD/Asian Development Bank,

2015, p. 52). By July 2017, the Indonesia’s

population is about 261 million people, placed it

as the fourth most populous country in the

world. In 2010, Muslim occupies 87.2% of the

total population. Indonesia’s major population is

concentrated in the island of Java and

considered to be one of the most densely

35Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 39: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

36

sebagai salah satu wilayah yang paling padat

penduduknya di dunia (Central Intelligence

Agency, 2017). Indonesia memiliki lebih dari

300 kelompok etnis dan 742 dialek, dengan

Jawa sebagai kelompok etnis terbesar yang

mencakup 40,2% penduduk Indonesia

menurut sensus tahun 2011 (Misachi, 2017).

Sejarah Negara ini ditandai dengan lima

perubahan pemerintah: zaman penjajahan

Belanda (tahun 1600 - 1942), zaman

pendudukan Jepang (tahun 1942 - 1945),

rezim “Orde Lama” yang dipimpin oleh

Soekarno (tahun 1945-1965), rezim “Orde

Baru” yang dipimpin oleh Soeharto (tahun

1966 - 1998), dan era ”Reformasi” (tahun 1998

-sekarang) (Suratno, 2014). Reformasi terakhir

yang terjadi di Indonesia adalah reformasi

yang terjadi pada tahun 1998 setelah

pemberontakan besar-besaran yang

memaksa Presiden Soeharto untuk

mengundurkan diri saat kejadian krisis

keuangan Asia pada tahun 1997. Otoritas

demokrasi di era Reformasi ditandai dengan

demokrasi untuk mencapai mufakat dan

desentralisasi. Namun, masalah pada era ini

terletak pada proses politik, karena politik uang

yang digunakan dalam kampanye calon dan

partai guna membujuk para pemilih (Schaik,

2009).

Indonesia: Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan Indonesia didasarkan pada

sistem sekolah Amerika sejak era Orde Baru,

populated areas on earth (Central Intelligence

Agency, 2017). Indonesia has more than 300

ethnic groups and 742 dialects, with Javanese

as the largest ethnic group covering 40.2% of

the Indonesian population according to 2011

census (Misachi, 2017).

The country history is characterized by five

governmental changes: the Dutch colonial era

(1600s – 1942), Japanese invasion era (1942 –

1945), the “Old Order” regime led by Soekarno

(1945 – 1965), the “New Order” regime led by

Soeharto (1966 – 1998), and the “Reform” era

(1998 – present) (Suratno, 2014). Indonesia

recent reform was in 1998 after massive

uprising forcing president Soeharto’s to resign

in the event of Asian financial crisis in 1997. The

Reform era democratic authority is

characterized by consensus democracy and

decentralization. However, the issue of this era

lies in the political process because money

politics is involved in candidates’ and parties’

campaign to persuade the voters (Schaik,

2009).

Indonesia: The Education System

The Indonesian education system is based on

the American school system ever since the New

36 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 40: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

36

sebagai salah satu wilayah yang paling padat

penduduknya di dunia (Central Intelligence

Agency, 2017). Indonesia memiliki lebih dari

300 kelompok etnis dan 742 dialek, dengan

Jawa sebagai kelompok etnis terbesar yang

mencakup 40,2% penduduk Indonesia

menurut sensus tahun 2011 (Misachi, 2017).

Sejarah Negara ini ditandai dengan lima

perubahan pemerintah: zaman penjajahan

Belanda (tahun 1600 - 1942), zaman

pendudukan Jepang (tahun 1942 - 1945),

rezim “Orde Lama” yang dipimpin oleh

Soekarno (tahun 1945-1965), rezim “Orde

Baru” yang dipimpin oleh Soeharto (tahun

1966 - 1998), dan era ”Reformasi” (tahun 1998

-sekarang) (Suratno, 2014). Reformasi terakhir

yang terjadi di Indonesia adalah reformasi

yang terjadi pada tahun 1998 setelah

pemberontakan besar-besaran yang

memaksa Presiden Soeharto untuk

mengundurkan diri saat kejadian krisis

keuangan Asia pada tahun 1997. Otoritas

demokrasi di era Reformasi ditandai dengan

demokrasi untuk mencapai mufakat dan

desentralisasi. Namun, masalah pada era ini

terletak pada proses politik, karena politik uang

yang digunakan dalam kampanye calon dan

partai guna membujuk para pemilih (Schaik,

2009).

Indonesia: Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan Indonesia didasarkan pada

sistem sekolah Amerika sejak era Orde Baru,

populated areas on earth (Central Intelligence

Agency, 2017). Indonesia has more than 300

ethnic groups and 742 dialects, with Javanese

as the largest ethnic group covering 40.2% of

the Indonesian population according to 2011

census (Misachi, 2017).

The country history is characterized by five

governmental changes: the Dutch colonial era

(1600s – 1942), Japanese invasion era (1942 –

1945), the “Old Order” regime led by Soekarno

(1945 – 1965), the “New Order” regime led by

Soeharto (1966 – 1998), and the “Reform” era

(1998 – present) (Suratno, 2014). Indonesia

recent reform was in 1998 after massive

uprising forcing president Soeharto’s to resign

in the event of Asian financial crisis in 1997. The

Reform era democratic authority is

characterized by consensus democracy and

decentralization. However, the issue of this era

lies in the political process because money

politics is involved in candidates’ and parties’

campaign to persuade the voters (Schaik,

2009).

Indonesia: The Education System

The Indonesian education system is based on

the American school system ever since the New

37

yang didasari oleh Undang-undang Dasar

tahun 1945 Pasal 31. Pendidikan wajib yang

saat ini berjalan terdiri dari enam tahun

sekolah dasar yang diikuti dengan tiga tahun

sekolah menengah pertama. Siswa dapat

memilih sekolah kejuruan atau sekolah

menengah atas dan kemudian melanjutkan ke

universitas, setelah pendidikan wajib ini.

Sistem pendidikan juga mencakup lembaga

pendidikan Islam (Schaik, 2009). Wajib belajar

gratis baru diperkenalkan pada tahun 2005,

yang meningkatkan aksesibilitas yang lebih

baik ke pendidikan dasar (OECD/Asian

Development Bank, 2015).

Wajib belajar ini didasarkan pada Pasal 6 Ayat

1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Presiden

Republik Indonesia, 2003), yang merupakan

evolusi terbaru dari perubahan kebijakan

pendidikan terkait dengan wajib belajar.

Pertimbangan untuk meninjau Undang-

Undang dalam rangka meningkatkan program

wajib belajar 12 tahun telah diusulkan pada

bulan Juni 2013 (Natahadibrata, 2013), namun

usulan tersebut telah ditolak oleh Mahkamah

Konstitusi pada tahun 2015

(hukumonline.com, 2015).

1.3.2 Situasi Pendidikan: Mesir Mesir: Pengantar Singkat

Mesir terletak di bagian Timur Laut Afrika.

Negara ini berbatasan dengan Laut

Mediterania, Libya, Jalur Gaza, Laut Merah,

Order era, underlying by Constitutional Law of

1945 Article 31. The currently-run compulsory

education consists of six years of primary

school followed by three years of junior high

school. Students can choose a vocational

school or senior high school and then continue

to university, after this compulsory education.

The education system also covers Islamic

education institution (Schaik, 2009). Free

compulsory education has only been introduced

in 2005, increasing better accessibility to basic

education (OECD/Asian Development Bank,

2015).

This compulsory education is based on Article

No.6 Clause No.1 Law No.20/2003 about

National Education System (Presiden Republik

Indonesia, 2003) which is the latest evolution of

educational policy changes related to

compulsory education. The consideration to

review the Law in order to increase the

compulsory education program to 12 years had

been proposed in June 2013 (Natahadibrata,

2013), yet the proposal has been rejected by

the Constitutional Court in 2015

(hukumonline.com, 2015).

1.3.2 The Situation of Education: Egypt Egypt: A Short Introduction

Egypt is located in Northern-East of Africa. The

borders are the Mediterranean Sea, Libya, the

Gaza Strip, the Red Sea, and the Asian Sinai

37Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 41: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

38

dan Semenanjung Sinai Asia. Berbeda dengan

Indonesia, wilayahnya didominasi oleh

daratan, karena luas totalnya yaitu 1.001.450

km terdiri dari 995.450 km persegi daratan dan

6.000 km persegi perairan (Central Intelligence

Agency, 2017). Namun, pemukiman dan area

produktif hanya mencakup sekitar 3,5% dari

daratan. Gurun Sahara membentuk 75% dari

wilayah daratan Mesir. Sungai Nil

menyebabkan banjir tahunan yang diperlukan

untuk kegiatan pertanian (Encyclopedia.com,

2007).

Berdasarkan pada perkiraan di bulan Juli

2017, penduduk Mesir berjumlah 97 juta

orang, yang sebagian besar terdiri dari orang

Mesir (99,6%). Muslim (sebagian besar Sunni)

mendominasi 90% dari populasi. Mesir adalah

negara Arab terpadat dan juga negara

terpadat ketiga di Afrika. Hampir 95% dari

penduduknya menetap di wilayah sepanjang

20 km dari Sungai Nil dan deltanya. Sisa

daratan yang tidak ditinggali jarang digarap

dan tidak berpenghuni. Pertumbuhan

penduduk yang tinggi mencapai sebesar 46%

antara tahun 1994 hingga 2014, sehingga

mendorong keterbatasan sumber daya alam,

pekerjaan, tempat tinggal, sanitasi,

pendidikan, dan kesehatan (Central

Intelligence Agency, 2017).

Mesir: Sistem Pendidikan

Struktur pendidikan Mesir yang terbaru mirip

dengan system pendidikan di Indonesia, yang

Peninsula. In contrast to Indonesia, its territory

is dominated by land, as its total area of

1,001,450 km comprises 995,450 square km of

land and 6,000 square km of water (Central

Intelligence Agency, 2017). However,

settlement and productive area constitute only

about 3.5% of land; Sahara deserts account for

75% of Egypt’s land. The Nile River provides

necessary annual floods required for

agricultural activities (Encyclopedia.com,

2007).

Based on July 2017 estimates, the population

of Egypt is 97 million people, which consists

mostly of Egyptian (99.6%). Muslim (mostly

Sunni) dominates 90% of the population. Egypt

is the most populous Arab country and also the

third most populous country in Africa. Nearly

95% of its residents settle within 20 km of the

Nile River and its delta, remaining deserted land

are sparsely settled and uninhabited. High

population growth of 46% between the year of

1994 to 2014 pushes the limited natural

resources, jobs, dwellings, sanitation,

education, and healthcare (Central Intelligence

Agency, 2017).

Egypt: The Education System

The latest Egypt education structure is similar

to Indonesia, comprising 9 years of compulsory

38 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 42: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

38

dan Semenanjung Sinai Asia. Berbeda dengan

Indonesia, wilayahnya didominasi oleh

daratan, karena luas totalnya yaitu 1.001.450

km terdiri dari 995.450 km persegi daratan dan

6.000 km persegi perairan (Central Intelligence

Agency, 2017). Namun, pemukiman dan area

produktif hanya mencakup sekitar 3,5% dari

daratan. Gurun Sahara membentuk 75% dari

wilayah daratan Mesir. Sungai Nil

menyebabkan banjir tahunan yang diperlukan

untuk kegiatan pertanian (Encyclopedia.com,

2007).

Berdasarkan pada perkiraan di bulan Juli

2017, penduduk Mesir berjumlah 97 juta

orang, yang sebagian besar terdiri dari orang

Mesir (99,6%). Muslim (sebagian besar Sunni)

mendominasi 90% dari populasi. Mesir adalah

negara Arab terpadat dan juga negara

terpadat ketiga di Afrika. Hampir 95% dari

penduduknya menetap di wilayah sepanjang

20 km dari Sungai Nil dan deltanya. Sisa

daratan yang tidak ditinggali jarang digarap

dan tidak berpenghuni. Pertumbuhan

penduduk yang tinggi mencapai sebesar 46%

antara tahun 1994 hingga 2014, sehingga

mendorong keterbatasan sumber daya alam,

pekerjaan, tempat tinggal, sanitasi,

pendidikan, dan kesehatan (Central

Intelligence Agency, 2017).

Mesir: Sistem Pendidikan

Struktur pendidikan Mesir yang terbaru mirip

dengan system pendidikan di Indonesia, yang

Peninsula. In contrast to Indonesia, its territory

is dominated by land, as its total area of

1,001,450 km comprises 995,450 square km of

land and 6,000 square km of water (Central

Intelligence Agency, 2017). However,

settlement and productive area constitute only

about 3.5% of land; Sahara deserts account for

75% of Egypt’s land. The Nile River provides

necessary annual floods required for

agricultural activities (Encyclopedia.com,

2007).

Based on July 2017 estimates, the population

of Egypt is 97 million people, which consists

mostly of Egyptian (99.6%). Muslim (mostly

Sunni) dominates 90% of the population. Egypt

is the most populous Arab country and also the

third most populous country in Africa. Nearly

95% of its residents settle within 20 km of the

Nile River and its delta, remaining deserted land

are sparsely settled and uninhabited. High

population growth of 46% between the year of

1994 to 2014 pushes the limited natural

resources, jobs, dwellings, sanitation,

education, and healthcare (Central Intelligence

Agency, 2017).

Egypt: The Education System

The latest Egypt education structure is similar

to Indonesia, comprising 9 years of compulsory

39

terdiri dari 9 tahun wajib belajar. Wajib belajar

tersebut dibagi menjadi 6 tahun atau sekolah

dasar dan 3 tahun sekolah menengah

pertama, yang diikuti dengan 3 tahun sekolah

menengah atas. Struktur pendidikan

sebelumnya hanya berbeda di lamanya

sekolah dasar. Sebelum tahun 2005, lama

pendidikan dasar di Mesir adalah 5 tahun

(UNESCO IBE, 2012). Berbeda dengan sistem

pendidikan Indonesia, sekolah umum bebas

biaya di semua tingkatan, meskipun ada

sejumlah biaya kuliah yang mungkin

diberlakukan untuk universitas swasta

(OECD/The World Bank, 2010).

Sistem pendidikan di Mesir terdiri dari dua jenis

sebelum tahun 1950-an: sekolah tradisional

pra-Kolonial dan sekolah-sekolah modern

Kolonial. Sekolah-sekolah tradisional pra-

kolonial yang berfokus pada pendidikan publik

dalam studi agama membuka sedikit

kesempatan untuk pendidikan universitas dan

pekerjaan bukan kasar, sementara sekolah-

sekolah modern Kolonial melayani para elit

untuk pintu menuju pendidikan tinggi dan

pekerjaan formal. Pada awal tahun 1950-an,

pemerintah menggabungkan sekolah-sekolah

“dasar” tradisional dan sekolah “primer”

modern, yang menyebabkan transformasi

sekolah tradisional menjadi sekolah dasar

modern untuk membuka peluang menuju

pendidikan tinggi dan kesempatan kerja untuk

pekerjaan bukan kasar (Saleh, 2016).

education divided into 6 years or primary school

and 3 years of lower secondary school, followed

by 3 years of upper secondary school. Previous

education structure only differs in the length of

primary school, before 2005, it was 5 years.

(UNESCO IBE, 2012). In contrast to Indonesia

education system, public school is free at all

levels though some tuition fees may apply for

private universities (OECD/The World Bank,

2010).

The education system in Egypt comprised two

types prior to the 1950s: the pre-Colonial

traditional schools and the Colonial modern

schools. The pre-Colonial traditional schools

focused on public education in religious study

opening little chance to university education

and white-collar jobs, while the Colonial modern

schools served the elites for the gateway higher

education and formal jobs. In the early 1950s,

the government unified the traditional

“elementary” and modern “primary” schools,

transforming traditional schools to modern

primary schools to open the opportunities to

higher education and white-collar job

opportunities (Saleh, 2016).

39Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 43: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

40

1.4 ANALISIS HISTORIS MENGENAI SISTEM DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN 1.4.1 Lintasan Sejarah: Indonesia dan Mesir

1.4 HISTORICAL ANALYSIS OF

EDUCATION SYSTEM AND POLICIES

1.4.1 Historical Trajectories: Indonesia and Egypt

Tabel 1 Lintasan Sejarah Kebijakan Pendidikan di Indonesia Table 1 Historical Trajectories of Indonesia’s Educational Policies

Tanggal/Tahun

Date/Year Kejadian/Kebijakan

Event/Policy

1893

Belanda mendirikan dua jenis sekolah dasar: Sekolah Kelas

Satu dan Sekolah Kelas Dua, awal pendidikan yang

berdasarkan pada keturunan dan status sosial (Suwignyo,

2013)

The Dutch founded two types of primary schools: The First-

Class schools and the Second-Class schools, the beginning of

education based on descent and social status (Suwignyo, 2013)

1907 Belanda menambahkan jenis lain untuk sekolah dasar, sekolah

desa untuk penduduk pedesaan berdasarkan pada Kebijakan

Utang Kehormatan (Politik Etis) (Suwignyo, 2013) The Dutch added another type of primary school, the village

school for rural residents based on the Debt of Honor Policy (the

Ethical

1914 Belanda mengubah sekolah Kelas Satu menjadi 'Hollands

Inlandse scholen' (HIS, Sekolah Indonesia Belanda) dan

mengalihkan administrasi menjadi alur pendidikan

Barat (Suwignyo, 2013)

The Dutch changed the First-Class schools to ‘Hollands

Inlandse scholen’ (HIS, Dutch Indonesian Schools) and

transferred the administration to the Western education stream

(Suwignyo, 2013)

1916 - 1920 Pembentukan sekolah umum menengah Belanda di tingkat

40 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 44: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

40

1.4 ANALISIS HISTORIS MENGENAI SISTEM DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN 1.4.1 Lintasan Sejarah: Indonesia dan Mesir

1.4 HISTORICAL ANALYSIS OF

EDUCATION SYSTEM AND POLICIES

1.4.1 Historical Trajectories: Indonesia and Egypt

Tabel 1 Lintasan Sejarah Kebijakan Pendidikan di Indonesia Table 1 Historical Trajectories of Indonesia’s Educational Policies

Tanggal/Tahun

Date/Year Kejadian/Kebijakan

Event/Policy

1893

Belanda mendirikan dua jenis sekolah dasar: Sekolah Kelas

Satu dan Sekolah Kelas Dua, awal pendidikan yang

berdasarkan pada keturunan dan status sosial (Suwignyo,

2013)

The Dutch founded two types of primary schools: The First-

Class schools and the Second-Class schools, the beginning of

education based on descent and social status (Suwignyo, 2013)

1907 Belanda menambahkan jenis lain untuk sekolah dasar, sekolah

desa untuk penduduk pedesaan berdasarkan pada Kebijakan

Utang Kehormatan (Politik Etis) (Suwignyo, 2013) The Dutch added another type of primary school, the village

school for rural residents based on the Debt of Honor Policy (the

Ethical

1914 Belanda mengubah sekolah Kelas Satu menjadi 'Hollands

Inlandse scholen' (HIS, Sekolah Indonesia Belanda) dan

mengalihkan administrasi menjadi alur pendidikan

Barat (Suwignyo, 2013)

The Dutch changed the First-Class schools to ‘Hollands

Inlandse scholen’ (HIS, Dutch Indonesian Schools) and

transferred the administration to the Western education stream

(Suwignyo, 2013)

1916 - 1920 Pembentukan sekolah umum menengah Belanda di tingkat

41

menengah pertama, menengah atas, dan tinggi (Suwignyo,

2013)

The establishment of fully Dutch-medium general schools at

the junior, senior, and higher level (Suwignyo, 2013)

Akhir tahun 1920-an

End of the 1920s

Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kebijakan

konkordansi, mengintegrasikan bahasa Belanda dalam

pendidikan publik Indonesia bersamaan dengan peristiwa

Depresi Besar (Great Depression). Pemerintah Belanda juga

secara drastis memotong anggaran pendidikan dan mengubah

strategi jangka panjang untuk pendidikan (Suwignyo, 2013, hal.

466)

The Dutch Indies government enacted concordantie

(concordance) policy, integrating Dutch-language in Indonesia

public education alongside the event of the Great Depression.

The Dutch government also drastically cut the education budget

and changed its long-term strategy for education (Suwignyo,

2013, p. 466)

Juli 1931 July 1931

Pengesahan Peraturan tentang Pengurangan Subsidi untuk

Gaji Guru di Sekolah Swasta Bersubsidi (Suwignyo, 2013)

The enactment of the Regulation on the Reduction of the

Subsidy for Teacher’s Salary in Private Subsidized Schools

(Suwignyo, 2013)

1 Juli 1932 1 July 1932

Biaya tetap untuk semua penggunaan bahan belajar, menulis

dan menggambar di sekolah oleh siswa (Suwignyo, 2013)

Fixed charge for all student use of learning materials, and

writing and drawing at school (Suwignyo, 2013)

1 Juli 1932 1 July 1932

Penghapusan kelas persiapan (Suwignyo, 2013) The abolition of the preparatory class (Suwignyo, 2013)

1 Agustus 1934

1 August 1934

Pemerintah menetapakan Revisi Peraturan Pembayaran untuk

sekolah-sekolah negeri dan swasta bersubsidi (Suwignyo,

2013)

The government established The Revised Payment Regulation

to public and private subsidized Western schools (Suwignyo,

2013)

41Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 45: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

42

11 Juni 1936 11 June 1936

Diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 41 pada tanggal 11

Juni 1936 tentang pembayaran biaya tahunan dan pembayaran

dengan 10 kali cicilan (Suwignyo, 2013) The enactment of Government Decree No.41 in 11 June 1936

about payment of charge in annual basis and payment in 10

installments (Suwignyo, 2013)

1937 Penghapusan sekolah Kelas Dua (Suwignyo, 2013)

Pembentukan sekolah Muhammadiyah MULO di

Yogyakarta yang disubsidi oleh pemerintah

Belanda (Cribb & Kahin, 2004, hal. 135) The abolition of the Second-Class schools (Suwignyo,

2013)

The establishment of Muhammadiyah MULO school in

Yogyakarta subsidized by the Dutch government (Cribb

& Kahin, 2004, p. 135)

Maret 1942 March 1942

Jepang menyerbu Jawa, yang mengakhiri pemerintahan

Belanda (Suwignyo, 2013, hal. 466)

The Japanese invaded Java, ending Dutch rule (Suwignyo,

2013, p. 466)

1942-1945 Penghapusan diskriminasi dalam sistem pendidikan yang mana

sekolah menjadi fasilitas pelatihan untuk tentara dan pekerja

selama Perang Dunia II (Suratno, 2014)

The elimination of discrimination in education system where

school became a training facility for soldiers and workers during

World War II (Suratno, 2014)

17 Agustus 1945

17 August 1945

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, pendidikan

awal atau universal berdasarkan pada Pancasila (Suratno,

2014)

Indonesia proclaimed its independence, the beginning or

universal education based on Pancasila (Suratno, 2014)

1949 Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia (Suratno, 2014)

The Dutch acknowledged Indonesian independence (Suratno,

2014)

1950 Pengesahan Undang-Undang No. 4 tahun 1950 tentang

42 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 46: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

42

11 Juni 1936 11 June 1936

Diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 41 pada tanggal 11

Juni 1936 tentang pembayaran biaya tahunan dan pembayaran

dengan 10 kali cicilan (Suwignyo, 2013) The enactment of Government Decree No.41 in 11 June 1936

about payment of charge in annual basis and payment in 10

installments (Suwignyo, 2013)

1937 Penghapusan sekolah Kelas Dua (Suwignyo, 2013)

Pembentukan sekolah Muhammadiyah MULO di

Yogyakarta yang disubsidi oleh pemerintah

Belanda (Cribb & Kahin, 2004, hal. 135) The abolition of the Second-Class schools (Suwignyo,

2013)

The establishment of Muhammadiyah MULO school in

Yogyakarta subsidized by the Dutch government (Cribb

& Kahin, 2004, p. 135)

Maret 1942 March 1942

Jepang menyerbu Jawa, yang mengakhiri pemerintahan

Belanda (Suwignyo, 2013, hal. 466)

The Japanese invaded Java, ending Dutch rule (Suwignyo,

2013, p. 466)

1942-1945 Penghapusan diskriminasi dalam sistem pendidikan yang mana

sekolah menjadi fasilitas pelatihan untuk tentara dan pekerja

selama Perang Dunia II (Suratno, 2014)

The elimination of discrimination in education system where

school became a training facility for soldiers and workers during

World War II (Suratno, 2014)

17 Agustus 1945

17 August 1945

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, pendidikan

awal atau universal berdasarkan pada Pancasila (Suratno,

2014)

Indonesia proclaimed its independence, the beginning or

universal education based on Pancasila (Suratno, 2014)

1949 Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia (Suratno, 2014)

The Dutch acknowledged Indonesian independence (Suratno,

2014)

1950 Pengesahan Undang-Undang No. 4 tahun 1950 tentang

43

Undang-Undang Pendidikan Dasar (Suratno, 2014) The enactment of the Law No.4/1950 about the Basic Education

Law (Suratno, 2014)

1954 Undang-Undang yang menyatakan penerapan Undang-

Undang sebelumnya, yaitu No. 4 tahun 1950 setelah perubahan

pemerintah (Suratno, 2014) The Law stating the application of previous Law No.4/1950

following governmental change (Suratno, 2014)

1965 ”Orde Lama” mendekritkan generasi warga sosialis melalui

pendidikan, yang dipengaruhi oleh pengaruh komunisme

(Suratno, 2014)

The “Old Order” decreed of the generation of socialist citizens

through education, affected by the influence of communism

(Suratno, 2014)

Akhir 1965 Late 1965

Jatuhnya rezim “Orde Lama”, munculnya rezim “Orde Baru”

(Suratno, 2014)

The fall of “Old Order” regime, the rise of “New Order” regime

(Suratno, 2014)

1970-an 1970s

Pemerintah membangun puluhan ribu sekolah dasar di hampir

semua desa (Suratno, 2014)

The government constructed tens of thousands of primary

schools in almost all villages (Suratno, 2014)

1976 Penyatuan sekolah-sekolah agama untuk sistem pendidikan

nasional (Leer, 2016) The unification of religious schools to national education system

(Leer, 2016)

1984 Upaya pendidikan universal dengan 6 tahun pendidikan

dasar (Suratno, 2014) Universal education initiatives 6 years basic education (Suratno,

2014)

1994 Penetapan 9 tahun pendidikan dasar (Suratno, 2014) Establishment of 9 years basic education (Suratno, 2014)

1997 Krisis ekonomi Asia (OECD/Asian Development Bank, 2015)

Asian economic crisis (OECD/Asian Development Bank, 2015)

43Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 47: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

44

1998 Jatuhnya rezim Suharto (OECD/Asian Development Bank,

2015)

The fall of Suharto’s regime (OECD/Asian Development Bank,

2015)

2002 Amandemen ke-4 Undang-Undang Dasar 1945, yang

menekankan pada penetapan anggaran pendidikan sebesar

minimal 20% dari anggaran nasional, dan mengecualikan gaji

guru dari anggaran pendidikan (Rosser & Joshi, 2013) The Amendment 4 of Constitutional Law 1945, emphasizing on

setting the education minimum budget of 20% from national

budget, which excludes teachers’ wages from the education

budget (Rosser & Joshi, 2013)

2003 Pengesahan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional:

Pasal 34: Memastikan pendidikan dasar gratis

Pasal 50: Manajemen lokal lembaga pendidikan, dan

sekolah dasar berstandar internasional

Pasal 53: Privatisasi empat universitas negeri, yang

memberikan status baru Badan Hukum Milik Negara

kepada keempat universitas tersebut.

(Presiden Republik Indonesia, 2003)

The enactment of the Law No.20/2003 concerning National

Education System:

Article 34: Ensuring free basic education

Article 50: Local management of education institutions, and

the base of international standard schools

Article 53: Privatization of four public universities, giving

them new status of State Owned Legal Entities

(Presiden Republik Indonesia, 2003)

2004 Pengesahan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah:

Pemerintah menciptakan kerangka kerja guna pengelolaan dan

pelaksanaan desentralisasi secara keseluruhan untuk

44 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 48: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

44

1998 Jatuhnya rezim Suharto (OECD/Asian Development Bank,

2015)

The fall of Suharto’s regime (OECD/Asian Development Bank,

2015)

2002 Amandemen ke-4 Undang-Undang Dasar 1945, yang

menekankan pada penetapan anggaran pendidikan sebesar

minimal 20% dari anggaran nasional, dan mengecualikan gaji

guru dari anggaran pendidikan (Rosser & Joshi, 2013) The Amendment 4 of Constitutional Law 1945, emphasizing on

setting the education minimum budget of 20% from national

budget, which excludes teachers’ wages from the education

budget (Rosser & Joshi, 2013)

2003 Pengesahan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional:

Pasal 34: Memastikan pendidikan dasar gratis

Pasal 50: Manajemen lokal lembaga pendidikan, dan

sekolah dasar berstandar internasional

Pasal 53: Privatisasi empat universitas negeri, yang

memberikan status baru Badan Hukum Milik Negara

kepada keempat universitas tersebut.

(Presiden Republik Indonesia, 2003)

The enactment of the Law No.20/2003 concerning National

Education System:

Article 34: Ensuring free basic education

Article 50: Local management of education institutions, and

the base of international standard schools

Article 53: Privatization of four public universities, giving

them new status of State Owned Legal Entities

(Presiden Republik Indonesia, 2003)

2004 Pengesahan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah:

Pemerintah menciptakan kerangka kerja guna pengelolaan dan

pelaksanaan desentralisasi secara keseluruhan untuk

45

mekanisme pendidikan dan dana pendidikan (Rosser & Joshi,

2013)

The enactment of Law No.32/2004 on Regional Government

and Law No.33/2004 on Central-Regional Financial Balance:

The government created the overall decentralization

management and implementation framework for education and

education fund mechanism (Rosser & Joshi, 2013)

2005 Peluncuran program Bantuan Operasional Sekolah

(BOS), yang menawarkan pendidikan dasar

gratis (Rosser & Joshi, 2013)

Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005

tentang reformasi manajemen dan pengembangan

guru: Undang-Undang ini memberikan tunjangan baru

kepada guru yang memenuhi persyaratan sertifikasi

(Rosser & Joshi, 2013)

Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 47 dan 48,

masing-masing tentang Wajib Belajar dan Dana

Pendidikan: berfokus pada instruksi desentralisasi

pendidikan lebih lanjut guna memungkinkan pemerintah

daerah menetapkan peraturan daerah untuk

menerapkan pendidikan dasar gratis (Rosser & Joshi,

2013) The launch of School Operational Assistance (BOS)

program, offering free basic education (Rosser & Joshi,

2013)

The Law of Teacher and Lecturer No.14/2005 about the

reform of teacher management and development: The

law gives new allowances to teacher who met

certification requirements (Rosser & Joshi, 2013)

The enactment Government Regulations 47 and 48 on

Compulsory Education and Education Funding

respectively: focusing on further education

decentralization instructions to allow local government to

45Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 49: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

46

establish local regulation to implement free basic

education (Rosser & Joshi, 2013)

2008 Pengesahan Peraturan Pemerintah 48 tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan: pemberian izin untuk sekolah

berstandar internasional guna membebankan biaya untuk

membatasi pendidikan dasar gratis (Rosser & Joshi, 2013) The enactment of Government Regulation 48/2008 on

Education Funding: granting permission for international

standard schools to charge fees to limit free basic education

(Rosser & Joshi, 2013)

2009 Pemerintah mendirikan jenis badan hukum baru untuk

memberikan otonomi kepada pemerintah daerah, yang menjadi

dasar legalitas lembaga pendidikan daerah (Presiden Republik

Indonesia, 2009) The government established new types of legal entity to give the

autonomy to local government providing legality of local

educational institutions (Presiden Republik Indonesia, 2009)

Tabel 2 Lintasan Sejarah Kebijakan Pendidikan Mesir Table 1 Historical Trajectories of Egypt’s Educational Policies

Tanggal/Tahun Date / Year

Kejadian/Kebijakan Event / Policy

1816 Muhammad Ali Pasha memperkenalkan sekolah umum modern

di bawah pemerintahan raja muda Ottoman yang

otonom (Saleh, 2016, hal. 703)

Muhammad Ali Pasha introduced public modern schools under

the autonomous Ottoman viceroy (Saleh, 2016, p. 703)

1861 Pengesahan Surat Keputusan 10 Rajab yang memulai sistem

pendidikan negara (Jr. & Johnston, 2003, hal. xxiii) The enactment Decree of 10 Rajab starting state education

system (Jr. & Johnston, 2003, p. xxiii)

1907 Di bawah Penjajahan Inggris: Biaya pendidikan dibebankan

untuk sekolah dasar (Saleh, 2016, hal. 703)

46 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 50: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

46

establish local regulation to implement free basic

education (Rosser & Joshi, 2013)

2008 Pengesahan Peraturan Pemerintah 48 tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan: pemberian izin untuk sekolah

berstandar internasional guna membebankan biaya untuk

membatasi pendidikan dasar gratis (Rosser & Joshi, 2013) The enactment of Government Regulation 48/2008 on

Education Funding: granting permission for international

standard schools to charge fees to limit free basic education

(Rosser & Joshi, 2013)

2009 Pemerintah mendirikan jenis badan hukum baru untuk

memberikan otonomi kepada pemerintah daerah, yang menjadi

dasar legalitas lembaga pendidikan daerah (Presiden Republik

Indonesia, 2009) The government established new types of legal entity to give the

autonomy to local government providing legality of local

educational institutions (Presiden Republik Indonesia, 2009)

Tabel 2 Lintasan Sejarah Kebijakan Pendidikan Mesir Table 1 Historical Trajectories of Egypt’s Educational Policies

Tanggal/Tahun Date / Year

Kejadian/Kebijakan Event / Policy

1816 Muhammad Ali Pasha memperkenalkan sekolah umum modern

di bawah pemerintahan raja muda Ottoman yang

otonom (Saleh, 2016, hal. 703)

Muhammad Ali Pasha introduced public modern schools under

the autonomous Ottoman viceroy (Saleh, 2016, p. 703)

1861 Pengesahan Surat Keputusan 10 Rajab yang memulai sistem

pendidikan negara (Jr. & Johnston, 2003, hal. xxiii) The enactment Decree of 10 Rajab starting state education

system (Jr. & Johnston, 2003, p. xxiii)

1907 Di bawah Penjajahan Inggris: Biaya pendidikan dibebankan

untuk sekolah dasar (Saleh, 2016, hal. 703)

47

Under British Colonial: Tuition fees were charged on primary

schools (Saleh, 2016, p. 703)

1918 Pembentukan taman kanak-kanak pertama Mesir (Mohamed,

dkk., 2015) The establishment of Egypt’s first kindergarten (Mohamed, et

al., 2015)

1922 Kemerdekaan Mesir dari Inggris (BBC, 2017)

Egypt’s independence from Britain (BBC, 2017)

1944 Di bawah Penjajahan Inggris: Penghapusan biaya pendidikan

di sekolah dasar (Saleh, 2016, hal. 703)

Under British Colonial: The abolition of tuition fees on primary

schools (Saleh, 2016, p. 703)

1951-1953 Diberlakukannya Undang-Undang No. 143 tahun 1951 yang menyebabkan Reformasi Pendidikan populis: transformasi

sekolah-sekolah dasar tradisional (awwaliya) menjadi sekolah-

sekolah umum (ibtida'iya) modern, menyatukan pendidikan

tradisional dan modern (Saleh, 2016) The enactment of Law 143 of 1951 causing populist Educational

Reform: the transformation of traditional elementary (awwaliya)

schools into public modern primary (ibtida’iya) schools, unifying

the traditional and modern education (Saleh, 2016)

1950 Sekolah menengah dibuat bebas biaya (Saleh, 2016) The secondary schools were made free of charge (Saleh, 2016)

1952 Kudeta militer menggulingkan monarki (Saleh, 2016) A military coup overthrew the monarchy (Saleh, 2016)

1953 Pemimpin kudeta Muhammad Naguib menjadi presiden

Mesir (BBC, 2017) Coup leader Muhammad Naguib became Egypt’s president

(BBC, 2017)

1954 Gamal Abdul Nasser menjadi perdana menteri (BBC, 2017) Gamal Abdul Nasser became prime minister (BBC, 2017)

1956 Penjajahan Inggris berakhir secara de facto (Saleh,

2016)

Gamal Abdul Nasser menjadi presiden (BBC, 2017)

47Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 51: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

48

British Colonization ended de facto (Saleh, 2016)

Gamal Abdul Nasser became president (BBC, 2017)

1961 Penghapusan biaya kuliah perguruan tinggi negeri (Saleh,

2016) The abolition of public universities tuition fees (Saleh, 2016)

1961-1964 Jaminan pekerjaan bagi lulusan sekolah menengah dan

universitas di pemerintahan dan sektor publik, yang

berlangsung hingga lulusan tahun 1983. Jaminan ini dibuat

resmi dalam Undang-Undang 14 tahun 1964 (Saleh, 2016).

Employment guarantee for graduates of secondary schools and

universities in in the government and public sectors, lasted until

1983 graduates. This was formalized in Law 14 of 1964 (Saleh,

2016)

1967 Kekalahan Mesir pada perang melawan Israel (Saleh, 2016)

Egypt’s defeat on war against Israel (Saleh, 2016)

1970 Nasser meninggal, digantikan oleh Anwar al-Sadat (BBC, 2017)

Nasser died, replaced by Anwar al-Sadat (BBC, 2017)

1977 Pengesahan Undang-Undang Zaman Modern No. 50 tahun

1977 tentang pengaturan peran kementerian urusan sosial

untuk mengawasi taman kanak-kanak (Mohamed, dkk., 2015) The enactment of the Modern Age Law No.50/1977 about

organizing the role of the ministry of social affairs to supervise

nursery schools (Mohamed, et al., 2015)

1981 Pemerintah mengeluarkan undang-undang pendidikan No. 139

tahun 1981 tentang Kementerian Pendidikan Mesir yang

menjalankan tanggung jawab perencanaan dan pengelolaan

sumber daya. Undang-Undang ini juga menyatakan tanggung

jawab pemerintah daerah terkait dengan implementasi

kebijakan dan upaya mandiri untuk pendanaan guna

mendesentralisasikan implementasi (Mohamed, dkk., 2015)

The government issued education act No.139/1981 about the

Egyptian Ministry of Education undertook the responsibilities of

resources planning and management. This act also stated the

responsibilities of local government regarding policy

48 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 52: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

48

British Colonization ended de facto (Saleh, 2016)

Gamal Abdul Nasser became president (BBC, 2017)

1961 Penghapusan biaya kuliah perguruan tinggi negeri (Saleh,

2016) The abolition of public universities tuition fees (Saleh, 2016)

1961-1964 Jaminan pekerjaan bagi lulusan sekolah menengah dan

universitas di pemerintahan dan sektor publik, yang

berlangsung hingga lulusan tahun 1983. Jaminan ini dibuat

resmi dalam Undang-Undang 14 tahun 1964 (Saleh, 2016).

Employment guarantee for graduates of secondary schools and

universities in in the government and public sectors, lasted until

1983 graduates. This was formalized in Law 14 of 1964 (Saleh,

2016)

1967 Kekalahan Mesir pada perang melawan Israel (Saleh, 2016)

Egypt’s defeat on war against Israel (Saleh, 2016)

1970 Nasser meninggal, digantikan oleh Anwar al-Sadat (BBC, 2017)

Nasser died, replaced by Anwar al-Sadat (BBC, 2017)

1977 Pengesahan Undang-Undang Zaman Modern No. 50 tahun

1977 tentang pengaturan peran kementerian urusan sosial

untuk mengawasi taman kanak-kanak (Mohamed, dkk., 2015) The enactment of the Modern Age Law No.50/1977 about

organizing the role of the ministry of social affairs to supervise

nursery schools (Mohamed, et al., 2015)

1981 Pemerintah mengeluarkan undang-undang pendidikan No. 139

tahun 1981 tentang Kementerian Pendidikan Mesir yang

menjalankan tanggung jawab perencanaan dan pengelolaan

sumber daya. Undang-Undang ini juga menyatakan tanggung

jawab pemerintah daerah terkait dengan implementasi

kebijakan dan upaya mandiri untuk pendanaan guna

mendesentralisasikan implementasi (Mohamed, dkk., 2015)

The government issued education act No.139/1981 about the

Egyptian Ministry of Education undertook the responsibilities of

resources planning and management. This act also stated the

responsibilities of local government regarding policy

49

implementation and self-efforts for funding to decentralize the

implementation (Mohamed, et al., 2015)

1988 Diberlakukannya undang-undang No. 233 tahun 1988

yang diubah dengan undang-undang No. 139 tahun

1981, yang menyatakan pendidikan adalah hak dasar

bagi semua warga di sekolah umum secara gratis dan

tidak ada biaya yang dibebankan kepada mereka untuk

layanan pendidikan dan pelatihan (Mohamed, dkk.,

2015)

Pengesahan Keputusan Menteri Pendidikan No. 54

tahun 1988 untuk menyelenggarakan taman kanak-

kanak di sekolah umum dan persyaratan gedung sekolah

dan para anggotanya (Mohamed, dkk., 2015)

The enactment of act No.233/1988 amended act

No.139/1981 stating education is basic right to all

residents in the public schools for free and no pay fees

are charged to them for educational and instructional

services (Mohamed, et al., 2015)

The enactment of Ministry of Education Decree

No.54/1988 to organize kindergartens in public schools

and the requirements of the school buildings and its

members (Mohamed, et al., 2015)

1992 Gempa menghancurkan lebih dari seribu sekolah (Mohamed,

dkk., 2015) Earthquake destroyed more than one thousand schools

(Mohamed, et al., 2015)

1992 - 1997 Kementerian Pendidikan membuat rencana untuk membangun

7.500 sekolah, tapi hanya 500 sekolah yang

dibangun (Mohamed, dkk., 2015) Ministry of Education put a plan to build 7,500 schools, but 500

schools were built (Mohamed, et al., 2015)

1992 - 2006 14.000 sekolah dibangun (Mohamed, et al., 2015)

14,000 schools were built (Mohamed, et al., 2015)

49Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 53: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

50

2006 Penetapan Keputusan Presiden No. 82 tahun 2006 tentang

Otoritas Nasional untuk Jaminan Mutu dan Akreditasi guna

mengikuti laju standar internasional tentang

pendidikan (Mohamed, dkk., 2015)

Kerjasama dengan Departemen Produksi Militer untuk

menyediakan listrik bagi sekolah-sekolah tanpa sumber

daya listrik yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri No. 82

tahun 2006, menyalakan peralatan dan laboratorium yang

terkomputerisasi (Mohamed, dkk., 2015) The enactment the President Decree No.82/2006 on the

National Authority for Quality Assurance and Accreditation to

keep up with the pace of international standards on

education (Mohamed, et al., 2015)

Cooperation with Ministry of Military Production to provide

electricity to schools without electrical power sources

established by the Ministerial Decree No.82/2006, to power

computerized equipment and laboratories (Mohamed, et al.,

2015)

2007 Pembentukan Akademi Profesional untuk Para Guru sesuai

dengan Pasal 75 Undang-Undang No. 155 tahun

2007 (Mohamed, dkk., 2015)

The establishment of the Professional Academy for Teachers

according to the Article No.75 of the Act No.155/2007

(Mohamed, et al., 2015)

2011 Jatuhnya rezim Hosni Mubarak (Osman, 2015)

The fall of Hosni Mubarak’s regime (Osman, 2015)

1.5 ANALISIS DIFERENSIAL HISTORIS

Dengan melacak lintasan sejarah kedua

negara ini, perbedaan antara dua negara

dapat dilihat dari keberpihakan politik masing -

masing negara, yang mana Indonesia

dipengaruhi oleh Belanda dan Mesir

1.5 HISTORICAL DIFFERENTIAL ANALYSIS

By tracing their historical trajectories, the

differences between two states can be seen

from the political alignments of each nation,

where Indonesia influenced by the Dutch and

Egypt by the Ottoman. Their education tuition

50 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 54: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

50

2006 Penetapan Keputusan Presiden No. 82 tahun 2006 tentang

Otoritas Nasional untuk Jaminan Mutu dan Akreditasi guna

mengikuti laju standar internasional tentang

pendidikan (Mohamed, dkk., 2015)

Kerjasama dengan Departemen Produksi Militer untuk

menyediakan listrik bagi sekolah-sekolah tanpa sumber

daya listrik yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri No. 82

tahun 2006, menyalakan peralatan dan laboratorium yang

terkomputerisasi (Mohamed, dkk., 2015) The enactment the President Decree No.82/2006 on the

National Authority for Quality Assurance and Accreditation to

keep up with the pace of international standards on

education (Mohamed, et al., 2015)

Cooperation with Ministry of Military Production to provide

electricity to schools without electrical power sources

established by the Ministerial Decree No.82/2006, to power

computerized equipment and laboratories (Mohamed, et al.,

2015)

2007 Pembentukan Akademi Profesional untuk Para Guru sesuai

dengan Pasal 75 Undang-Undang No. 155 tahun

2007 (Mohamed, dkk., 2015)

The establishment of the Professional Academy for Teachers

according to the Article No.75 of the Act No.155/2007

(Mohamed, et al., 2015)

2011 Jatuhnya rezim Hosni Mubarak (Osman, 2015)

The fall of Hosni Mubarak’s regime (Osman, 2015)

1.5 ANALISIS DIFERENSIAL HISTORIS

Dengan melacak lintasan sejarah kedua

negara ini, perbedaan antara dua negara

dapat dilihat dari keberpihakan politik masing -

masing negara, yang mana Indonesia

dipengaruhi oleh Belanda dan Mesir

1.5 HISTORICAL DIFFERENTIAL ANALYSIS

By tracing their historical trajectories, the

differences between two states can be seen

from the political alignments of each nation,

where Indonesia influenced by the Dutch and

Egypt by the Ottoman. Their education tuition

51

dipengaruhi oleh Ottoman. Biaya pendidikan

mereka juga dipengaruhi oleh keberpihakan

politik, yang mana Indonesia membebankan

biaya untuk biaya pendidikan. Keadaan

berbeda dialami Mesir.

Sistem pendidikan awal Indonesia didirikan

oleh penjajah Belanda yang pada saat Depresi

Besar di akhir tahun 1920-an memaksa

pemerintah kolonial untuk memotong semua

pengeluaran pendidikan di Indonesia, memicu

pemerintah untuk membebankan biaya

pendidikan pada tahun 1932 (Suwignyo,

2013). Sejak kejadian ini, biaya pendidikan

dibebankan bahkan sampai beberapa

pemerintahan yang berubah (proklamasi

Kemerdekaan, Orde Lama, dan Orde Baru).

Sejak tahun 2001 saat era Reformasi,

kebijakan ini diubah karena pengaruh dari

pelaku internasional (Bank Dunia, JICA,

USAID, AUSAID, dan Kerajaan Belanda) yang

mendorong pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan pendidikan universal (Suratno,

2014, hal. 2). Akibatnya, serangkaian undang-

undang tentang pendidikan mulai diberlakukan

sejak tahun 2002, yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas, cakupan, dan

partisipasi dalam pendidikan. Perkembangan

tersebut tercermin pada Tabel 1 di atas, tapi

hanya mampu menghapuskan biaya

pendidikan dasar sebagaimana yang tertuang

dalam Pasal 34 Undang-Undang No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Presiden Republik Indonesia, 2003). Namun,

fees are also influenced by the political

alignments, where Indonesia charges for tuition

fees, in contrast to Egypt’s.

Indonesia’s early education system was

established by the Dutch colonial which at the

time of the Great Depression in the late 1920s

forced the colonial government to cut all

education spending in Indonesia, triggering the

government to charge tuition fees in 1932

(Suwignyo, 2013). From this, the tuition was

charged even until several governmental

changes (the proclamation of Independence,

the Old Order, and the New Order). Since 2001

in the Reform era this is altered, the influence

from international actors (World Bank, JICA,

USAID, AUSAID, and Kingdom of Netherlands)

encouraged Indonesian government to

leverage universal education (Suratno, 2014, p.

2). Consequently, a series of educational law

were enacted from 2002, intended to improve

education quality, coverage, and participation.

Such development is reflected in the Table 1

above, but only able to abolish the fees of basic

education as pointed in the Article 34 Law

No.20/2003 concerning National Education

System (Presiden Republik Indonesia, 2003).

However, in the Article 50, the base for

international standard schools was enacted,

privatizing public schools, allowing them to

charge fees from students. This becomes a

controversy and arguably discriminates other

51Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 55: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

52

dalam Pasal 50, dasar untuk sekolah

berstandar internasional diberlakukan, dan

juga privatisasi sekolah umum, yang

memungkinkan mereka untuk mengenakan

biaya kepada siswa. Hal ini menjadi

kontroversi dan bisa dibilang mendiskriminasi

siswa lain (Suratno, 2014, hal. 2). Undang-

undang pendidikan lebih lanjut memberikan

legalitas dan mekanisme untuk desentralisasi

pendidikan. Seperti disebutkan dalam

kerangka teoritis Ulriksen, penulis

berpendapat bahwa sistem sebelumnya

mengikuti model sistem pendidikan Belanda,

sementara era Reformasi mengikuti

keberpihakan politik pelaku internasional yang

mengusulkan reformasi dalam sistem

pendidikan.

Sebaliknya, sistem pendidikan Mesir

tampaknya dipengaruhi oleh Kekaisaran

Ottoman yang tercermin dalam perjalanan

sejarahnya. Muhammad Ali Pasha (1805 –

1848) di bawah raja muda Ottoman mendirikan

sekolah umum modern pertama yang tidak

membebankan biaya pendidikan sampai

dengan tahun 1907, di bawah Pendudukan

Inggris (Saleh, 2016, hal. 703). Pada tahun

1944, biaya pendidikan untuk pendidikan

dasar dihapuskan kembali (Saleh, 2016, hal.

703). Pada tahun 1961, biaya pendidikan

untuk perguruan tinggi negeri kemudian

dihapuskan (Saleh, 2016, hal. 704). Undang-

undang pendidikan lebih lanjut mengejar

desentralisasi dan memastikan pendidikan

students (Suratno, 2014, p. 2). Further

educational laws provide legalities and

mechanism for educational decentralization. As

mentioned in Ulriksen’s theoretical framework, I

argue than the earlier system follows the Dutch

model of education tuition system, while the

Reform era follows the political alignments of

international actors proposing a reform in

education system.

In contrast, Egypt education system seems to

be influenced by the Ottoman Empire which is

reflected in the historical timeline. Muhammad

Ali Pasha (1805–1848) under the Ottoman

viceroy established the first public modern

schools which were not imposed by tuition fees

until 1907, under the British Occupation (Saleh,

2016, p. 703). In 1944, tuition fees for basic

education were abolished again (Saleh, 2016,

p. 703). By 1961, the tuition fees for public

universities are continued to be abolished

(Saleh, 2016, p. 704). Further educational laws

pursue decentralization and ensure free

education as the rights for all, as well as action

to natural disaster and similar movement to

keep in pace with international standards.

52 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 56: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

52

dalam Pasal 50, dasar untuk sekolah

berstandar internasional diberlakukan, dan

juga privatisasi sekolah umum, yang

memungkinkan mereka untuk mengenakan

biaya kepada siswa. Hal ini menjadi

kontroversi dan bisa dibilang mendiskriminasi

siswa lain (Suratno, 2014, hal. 2). Undang-

undang pendidikan lebih lanjut memberikan

legalitas dan mekanisme untuk desentralisasi

pendidikan. Seperti disebutkan dalam

kerangka teoritis Ulriksen, penulis

berpendapat bahwa sistem sebelumnya

mengikuti model sistem pendidikan Belanda,

sementara era Reformasi mengikuti

keberpihakan politik pelaku internasional yang

mengusulkan reformasi dalam sistem

pendidikan.

Sebaliknya, sistem pendidikan Mesir

tampaknya dipengaruhi oleh Kekaisaran

Ottoman yang tercermin dalam perjalanan

sejarahnya. Muhammad Ali Pasha (1805 –

1848) di bawah raja muda Ottoman mendirikan

sekolah umum modern pertama yang tidak

membebankan biaya pendidikan sampai

dengan tahun 1907, di bawah Pendudukan

Inggris (Saleh, 2016, hal. 703). Pada tahun

1944, biaya pendidikan untuk pendidikan

dasar dihapuskan kembali (Saleh, 2016, hal.

703). Pada tahun 1961, biaya pendidikan

untuk perguruan tinggi negeri kemudian

dihapuskan (Saleh, 2016, hal. 704). Undang-

undang pendidikan lebih lanjut mengejar

desentralisasi dan memastikan pendidikan

students (Suratno, 2014, p. 2). Further

educational laws provide legalities and

mechanism for educational decentralization. As

mentioned in Ulriksen’s theoretical framework, I

argue than the earlier system follows the Dutch

model of education tuition system, while the

Reform era follows the political alignments of

international actors proposing a reform in

education system.

In contrast, Egypt education system seems to

be influenced by the Ottoman Empire which is

reflected in the historical timeline. Muhammad

Ali Pasha (1805–1848) under the Ottoman

viceroy established the first public modern

schools which were not imposed by tuition fees

until 1907, under the British Occupation (Saleh,

2016, p. 703). In 1944, tuition fees for basic

education were abolished again (Saleh, 2016,

p. 703). By 1961, the tuition fees for public

universities are continued to be abolished

(Saleh, 2016, p. 704). Further educational laws

pursue decentralization and ensure free

education as the rights for all, as well as action

to natural disaster and similar movement to

keep in pace with international standards.

53

gratis sebagai hak untuk semua warga negara,

serta tindakan terhadap bencana alam dan

gerakan serupa untuk dapat mengikuti standar

internasional. Sesuai dengan kerangka teoritis

Ulriksen tentang ketergantungan jalur rezim

kesejahteraan, hal ini mungkin disebabkan

oleh penerapan sebelumnya yang mendukung

kembali pendidikan gratis oleh Kerajaan

Ottoman di madrasah dan masjid, yang

tercermin dalam praktik saat ini (Ágoston &

Masters, 2009, hal. 199).

1.6 IDENTIFIKASI JENIS REZIM KESEJAHTERAAN ESPING-ANDERSEN

Indonesia dan Mesir berbagi sistem

pendidikan yang sama dengan fokus pada

program universal (Esping-Andersen, 1990,

hal. 28), karena kedua negara membebaskan

biaya pendidikan untuk pendidikan dasar

masyarakat. Namun, Indonesia menggunakan

pendekatan parsial dengan mengizinkan

sekolah berstandar internasional untuk

membebankan biaya, yang menciptakan

diskriminasi (Suratno, 2014, hal. 2). Selain itu,

universitas negeri diizinkan untuk

membebankan biaya sebagai tindakan

desentralisasi dan privatisasi untuk

mengurangi tekanan dalam perpajakan

(Rosser & Joshi, 2013, hal 178). Sebagai

perbandingan, hal-hal seperti itu tidak terjadi di

Mesir karena mereka menganggap pendidikan

sebagai hak dasar universal, mulai dari

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi

Following the Ulriksen’s theoretical framework

of welfare regime path dependence, this is

perhaps because of earlier implementation

rooting back to the Ottoman Empire of free

education in the madrasas and mosques,

reflected in current practices (Ágoston &

Masters, 2009, p. 199).

1.6 IDENTIFICATION OF ESPING-ANDERSEN’S WELFARE REGIME TYPES

The current Indonesian and Egypt share similar

educational system focusing on universalistic

program (Esping-Andersen, 1990, p. 28), since

both exempt tuition fees from public basic

education. However, Indonesia employs partial

approach by allowing international standard

schools to charge fees, creating discrimination

(Suratno, 2014, p. 2). In addition, public

universities are allowed to charge fees as the

act of decentralization and privatization to

reduce the stress in taxation (Rosser & Joshi,

2013, p. 178). In comparison, such things do not

happen in Egypt since they regard education as

universal basic rights from basic to higher

education for all as mentioned earlier. By

evaluating these aspects or universalism, both

employ social-democratic (Esping-Andersen,

1990, p. 27) type of welfare regime in education

although the case is partially true for Indonesia.

53Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 57: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

54

untuk semua warga negara seperti yang

disebutkansebelumnya.Dengan mengevaluasi

aspek-aspek atau universalisme ini, keduanya

menggunakan jenis rezim kesejahteraan

sosial-demokratis (Esping-Andersen,1990,

hal. 27) dalam pendidikan, meskipun keadaan

ini hanya benar sebagian untuk Indonesia.

D. KESIMPULAN

Singkatnya, perbandingan kebijakan

pendidikan Indonesia dan Mesir dapat

dijelaskan dengan model teoritis Ulriksen

melalui hubungan tiga aspek: keberpihakan

politik, rezim produksi, dan ketergantungan

jalur. Dalam praktiknya, model ini dilakukan

dengan menganalisis jalur sejarah bangsa-

bangsa. Dengan menganalisis catatan sejarah

kebijakan pendidikan, dan ide-ide politik di

balik peraturan tersebut, dan menelusuri

kembali ke akarnya, kita dapat menemukan

beberapa kesamaan dengan kebijakan

sebelumnya, seperti sistem pendidikan

Belanda dan pendidikan gratis Ottoman.

Kebijakan-kebijakan awal ini dapat muncul

kembali sebagai kebijakan yang penting di

masa depan, seperti di Mesir, atau dapat

diubah dengan adanya masalah ekonomi

seperti yang dialami para pelaku internasional

Indonesia dari beberapa program bantuan.

Mengatasi jenis-jenis rezim kesejahteraan,

bisa dibilang kedua negara memiliki jenis

rezim kesejahteraan sosial-demokratis yang

serupa, meskipun hanya sebagian yang benar

untuk Indonesia. Penulis percaya bahwa

D.CONCLUSION

To sum up, the comparison of Indonesia’s and

Egypt’s educational policies can be explained

by Ulriksen’s theoretical model through the

connection of three aspects: political

alignments, production regime, and path

dependency. In practices, this is conducted by

analyzing the historical trajectories of the

nations. By analyzing the historical records of

educational policies, and the political ideas

behind such enactments, and tracing back to its

roots, we can find some similarities to earlier

policies, such as the Dutch tuition system and

the Ottoman free education. These earlier

policies can regain importance in the future as

in Egypt, or can be changed by economic issue

as in Indonesia’s international actors of several

aid programs. Addressing welfare regime types,

arguably both nations share similar social-

democratic type of welfare regime, albeit only

partially true for Indonesia. I believe this study

hardly touch several important events in these

Muslim countries, but I hope it can cover the

education related ones.

54 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 58: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

54

untuk semua warga negara seperti yang

disebutkansebelumnya.Dengan mengevaluasi

aspek-aspek atau universalisme ini, keduanya

menggunakan jenis rezim kesejahteraan

sosial-demokratis (Esping-Andersen,1990,

hal. 27) dalam pendidikan, meskipun keadaan

ini hanya benar sebagian untuk Indonesia.

D. KESIMPULAN

Singkatnya, perbandingan kebijakan

pendidikan Indonesia dan Mesir dapat

dijelaskan dengan model teoritis Ulriksen

melalui hubungan tiga aspek: keberpihakan

politik, rezim produksi, dan ketergantungan

jalur. Dalam praktiknya, model ini dilakukan

dengan menganalisis jalur sejarah bangsa-

bangsa. Dengan menganalisis catatan sejarah

kebijakan pendidikan, dan ide-ide politik di

balik peraturan tersebut, dan menelusuri

kembali ke akarnya, kita dapat menemukan

beberapa kesamaan dengan kebijakan

sebelumnya, seperti sistem pendidikan

Belanda dan pendidikan gratis Ottoman.

Kebijakan-kebijakan awal ini dapat muncul

kembali sebagai kebijakan yang penting di

masa depan, seperti di Mesir, atau dapat

diubah dengan adanya masalah ekonomi

seperti yang dialami para pelaku internasional

Indonesia dari beberapa program bantuan.

Mengatasi jenis-jenis rezim kesejahteraan,

bisa dibilang kedua negara memiliki jenis

rezim kesejahteraan sosial-demokratis yang

serupa, meskipun hanya sebagian yang benar

untuk Indonesia. Penulis percaya bahwa

D.CONCLUSION

To sum up, the comparison of Indonesia’s and

Egypt’s educational policies can be explained

by Ulriksen’s theoretical model through the

connection of three aspects: political

alignments, production regime, and path

dependency. In practices, this is conducted by

analyzing the historical trajectories of the

nations. By analyzing the historical records of

educational policies, and the political ideas

behind such enactments, and tracing back to its

roots, we can find some similarities to earlier

policies, such as the Dutch tuition system and

the Ottoman free education. These earlier

policies can regain importance in the future as

in Egypt, or can be changed by economic issue

as in Indonesia’s international actors of several

aid programs. Addressing welfare regime types,

arguably both nations share similar social-

democratic type of welfare regime, albeit only

partially true for Indonesia. I believe this study

hardly touch several important events in these

Muslim countries, but I hope it can cover the

education related ones.

55

penelitian ini hampir tidak menyentuh

beberapa peristiwa penting di kedua negara

Muslim ini, tapi penulis berharap dapat

mencakup peristiwa yang terkait dengan

pendidikan.

55Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 59: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

56

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Ágoston, G., & Masters, B. (2009). Encyclopedia of the Ottoman Empire. New York: Facts

on FIle, Inc.

Arab Republic of Egypt Ministry of Foreign Affairs. (2006, April 3). Egypt's relations with

ASEAN countries. Retrieved from Arab Republic of Egypt Ministry of Foreign Affairs:

http://www.mfa.gov.eg/English/EgyptianForeignPolicy/EgyptianAsianRelation/New

s/Pages/NewsDetails.aspx?Source=6781921f-3993-444a-859e-

ee26ce851de8&newsID=b81c8bfc-cae6-46ff-9efb-d46d90870230

BBC. (2017, November 6). Egypt profile - Timeline. Retrieved from BBC:

http://www.bbc.com/news/world-africa-13315719

Beblavý, M., Thum, A.-E., & Veselkova, M. (2011, December 6). Education Policy and

Welfare Regimes in OECD Countries: Social Stratification and Equal Opportunity in

Education. Retrieved December 10, 2017, from University of Pittsburgh: Archive of

European Integration (AEI):

http://aei.pitt.edu/33008/1/WD_357_Beblavy_Thum__Veselkova.pdf?

Brooks, K. B. (2011, February 17). Indonesia’s Lessons for Egypt. Retrieved from Council

of Foreign Relations: https://www.cfr.org/expert-brief/indonesias-lessons-egypt

Central Intelligence Agency. (2017, November 14). The World Factbook: Egypt. Retrieved

from Central Intelligence Agency: https://www.cia.gov/library/publications/the-

world-factbook/geos/eg.html

Central Intelligence Agency. (2017, October 30). The World Factbook: Indonesia.

Retrieved November 5, 2017, from Central Intelligence Agency:

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html

Cribb, R., & Kahin, A. (2004). Historical Dictionary of Indonesia (2nd ed.). Oxford:

Scarecrow Press, Inc.

Encyclopedia.com. (2007). Egypt. Retrieved from Encyclopedia.com:

www.encyclopedia.com/places/africa/egyptian-political-geography/egypt

Esping-Andersen, G. (1990). The Three Worlds of Welfare Capitalism. Cambridge: Polity

Press.

56 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 60: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

56

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Ágoston, G., & Masters, B. (2009). Encyclopedia of the Ottoman Empire. New York: Facts

on FIle, Inc.

Arab Republic of Egypt Ministry of Foreign Affairs. (2006, April 3). Egypt's relations with

ASEAN countries. Retrieved from Arab Republic of Egypt Ministry of Foreign Affairs:

http://www.mfa.gov.eg/English/EgyptianForeignPolicy/EgyptianAsianRelation/New

s/Pages/NewsDetails.aspx?Source=6781921f-3993-444a-859e-

ee26ce851de8&newsID=b81c8bfc-cae6-46ff-9efb-d46d90870230

BBC. (2017, November 6). Egypt profile - Timeline. Retrieved from BBC:

http://www.bbc.com/news/world-africa-13315719

Beblavý, M., Thum, A.-E., & Veselkova, M. (2011, December 6). Education Policy and

Welfare Regimes in OECD Countries: Social Stratification and Equal Opportunity in

Education. Retrieved December 10, 2017, from University of Pittsburgh: Archive of

European Integration (AEI):

http://aei.pitt.edu/33008/1/WD_357_Beblavy_Thum__Veselkova.pdf?

Brooks, K. B. (2011, February 17). Indonesia’s Lessons for Egypt. Retrieved from Council

of Foreign Relations: https://www.cfr.org/expert-brief/indonesias-lessons-egypt

Central Intelligence Agency. (2017, November 14). The World Factbook: Egypt. Retrieved

from Central Intelligence Agency: https://www.cia.gov/library/publications/the-

world-factbook/geos/eg.html

Central Intelligence Agency. (2017, October 30). The World Factbook: Indonesia.

Retrieved November 5, 2017, from Central Intelligence Agency:

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html

Cribb, R., & Kahin, A. (2004). Historical Dictionary of Indonesia (2nd ed.). Oxford:

Scarecrow Press, Inc.

Encyclopedia.com. (2007). Egypt. Retrieved from Encyclopedia.com:

www.encyclopedia.com/places/africa/egyptian-political-geography/egypt

Esping-Andersen, G. (1990). The Three Worlds of Welfare Capitalism. Cambridge: Polity

Press.

57

Hamdani, M. I. (2015, June 25). Memori Histori Indonesia-Mesir. Retrieved December 8,

2017, from Kompasiana:

https://www.kompasiana.com/muhammadibrahimhamdani/memori-histori-

indonesia-mesir_55126f58a333114059ba7d81

hukumonline.com. (2015, October 7). MK Tolak Permohonan Wajib Belajar 12 Tahun.

Retrieved from hukumonline.com:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt561508d31c535/mk-tolak-permohonan-

wajib-belajar-12-tahun

International Business Publications. (2013). Indonesia Country Study Guide Volume 1

Strategic Informtion and Developments. Washington DC: International Business

Publications.

International Monetary Fund. (2015, April). World Economic Outlook Database—WEO

Groups and Aggregates Information. Retrieved December 9, 2017, from

International Monetary Fund:

http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2015/01/weodata/co.pdf

Jr., A. G., & Johnston, R. (2003). Historical Dictionary of Egypt (3rd ed.). Oxford: Scarecrow

Press, Inc.

Leer, J. (2016). After the Big Bang: Estimating the effects of decentralization on

educational outcomes in Indonesia through a difference-in-differences analysis. International Journal of Educational Development, 80-90.

doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.ijedudev.2016.02.005

Misachi, J. (2017, April 25). Largest Ethnic Groups In Indonesia. Retrieved November 6,

2017, from World Atlas: http://www.worldatlas.com/articles/largest-ethnic-groups-

in-indonesia.html

Mohamed, J. K., Ghoneim, S. E., Abdel-Sattar, R. M., Masood, A. S., Rabie, H. M., Salah, A. M., & Shawki, E. M. (2015). Education for All 2015 National Review Report:

Egypt. Cairo: UNESCO.

Nag, O. S. (2017, April 25). Countries With The Most Coastline. Retrieved November 6,

2017, from World Atlas: http://www.worldatlas.com/articles/countries-with-the-most-

coastline.html

57Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 61: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

58

Natahadibrata, N. (2013, June 26). RI kicks off 12-year compulsory education program.

Retrieved from The Jakarta Post:

http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/26/ri-kicks-12-year-compulsory-

education-program.html

OECD/Asian Development Bank. (2015). Education in Indonesia: Rising to the Challenge.

doi:http://dx.doi.org/10.1787/9789264230750-en

OECD/The World Bank. (2010). Higher Education in Egypt. doi:10.1787/9789264084346-

en

Osman, A. (2015). Past Contradictions, Contemporary Dilemmas: Egypt's 2013 Coup and Early Islamic History. Digest of Middle East Studies, 24(2), 303-326.

Presiden Republik Indonesia. (2003, July 8). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

Retrieved from peraturan.go.id:

http://peraturan.go.id/search/download/11e44c4ebd4cb9008216313231363139.ht

ml

Presiden Republik Indonesia. (2009, January 16). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009.

Retrieved from peraturan.go.id:

http://peraturan.go.id/search/download/11e44c4e782b8680b261313231343233.ht

ml

Rosser, A., & Joshi, A. (2013, February). From User Frees to Fee Free: The Politics of Realising Universal Free Basic Education in Indoneisa. Journal of Development

Studies, 49(2), 175-189. doi:http://dx.doi.org/10.1080/00220388.2012.671473

Saleh, M. (2016). Public Mass Modern Education, Religion, and Human Capital in

Twentieth-Century Egypt. The Journal of Economic History, 76(3), 697-735.

doi:10.1017/S0022050716000796

Schaik, B. v. (2009, August 5). Indonesia’s Education Policy: Enabling Innovation and

Growth. Retrieved from Delft University of Technology:

https://repository.tudelft.nl/islandora/object/uuid:661db69c-b21d-49f9-8a8b-

7ac01ca8220c/datastream/OBJ/download

Suratno, T. (2014, May 19). The education system in Indonesia at a time of significant

changes. Retrieved from OpenEdition: http://journals.openedition.org/ries/pdf/3814

58 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 62: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

58

Natahadibrata, N. (2013, June 26). RI kicks off 12-year compulsory education program.

Retrieved from The Jakarta Post:

http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/26/ri-kicks-12-year-compulsory-

education-program.html

OECD/Asian Development Bank. (2015). Education in Indonesia: Rising to the Challenge.

doi:http://dx.doi.org/10.1787/9789264230750-en

OECD/The World Bank. (2010). Higher Education in Egypt. doi:10.1787/9789264084346-

en

Osman, A. (2015). Past Contradictions, Contemporary Dilemmas: Egypt's 2013 Coup and Early Islamic History. Digest of Middle East Studies, 24(2), 303-326.

Presiden Republik Indonesia. (2003, July 8). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

Retrieved from peraturan.go.id:

http://peraturan.go.id/search/download/11e44c4ebd4cb9008216313231363139.ht

ml

Presiden Republik Indonesia. (2009, January 16). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009.

Retrieved from peraturan.go.id:

http://peraturan.go.id/search/download/11e44c4e782b8680b261313231343233.ht

ml

Rosser, A., & Joshi, A. (2013, February). From User Frees to Fee Free: The Politics of Realising Universal Free Basic Education in Indoneisa. Journal of Development

Studies, 49(2), 175-189. doi:http://dx.doi.org/10.1080/00220388.2012.671473

Saleh, M. (2016). Public Mass Modern Education, Religion, and Human Capital in

Twentieth-Century Egypt. The Journal of Economic History, 76(3), 697-735.

doi:10.1017/S0022050716000796

Schaik, B. v. (2009, August 5). Indonesia’s Education Policy: Enabling Innovation and

Growth. Retrieved from Delft University of Technology:

https://repository.tudelft.nl/islandora/object/uuid:661db69c-b21d-49f9-8a8b-

7ac01ca8220c/datastream/OBJ/download

Suratno, T. (2014, May 19). The education system in Indonesia at a time of significant

changes. Retrieved from OpenEdition: http://journals.openedition.org/ries/pdf/3814

59

Suwignyo, A. (2013, October). The Great Depression and the changing trajectory of public education policy in Indonesia, 1930-42. Journal of Southeast Asian Studies, 44(3),

465-489. doi:10.1017/S0022463413000337

Ulriksen, M. S. (2012). Welfare Policy Expansion in Botswana and Mauritius: Explaining

the Causes of Different Welfare Regime Paths. Comparative Political Studies, 1483-

1509. doi:10.1177/0010414012453026

UNESCO IBE. (2012, May). World Data on Education VII Ed. 2010/11. Retrieved

December 12, 2017, from UNESCO IBE:

http://www.ibe.unesco.org/fileadmin/user_upload/Publications/WDE/2010/pdf-

versions/Egypt.pdf

Wobbekind, R. L. (2012). On the Importance of Education. Business Economics, 47, 90–

96. doi:10.1057/be.2012.5

World Atlas. (2017, April 7). Indonesia. Retrieved November 6, 2017, from World Atlas:

http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/id.htm#page

59Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 63: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

60

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATIONRiza Guntur Prakoso Jl. Tanjung 19 Blok G No.22, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta, 12530 (Indonesia) (+62) 8551435139

[email protected]

rizatechtips.blogspot.com

Sex Male | Date of birth 9 Nov 1988 | Nationality Indonesian

www.bpjsketenagakerjaan.go.id ▪ Create application based on business requirements ▪ System integrator ▪ Web service developer

Business or sector Public administration and defence; compulsory social security

WORK EXPERIENCE

14 Jan 2010–28 Feb 2010 Freelance Web Developer Jakarta (Indonesia) Freelence web developer

1 Mar 2010–6 Oct 2011 Relationship Manager PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Kendari (Indonesia) www.bankmandiri.co.id ▪ Expanding market share in Business Banking segment (100 million to 1 billion credit segment) ▪ Maintaining relationship with existing customers ▪ Analyzing new and existing customer business rating

Business or sector Banking 1 Mar 2012–26 Aug 2013

Product Assistant, Product Development Division, Innovation and Technical Marketing Support PT. Indosat Tbk. Jl. Merdeka Barat No.21, Jakarta, Indonesia, 10110 Jakarta (Indonesia) https://indosatooredoo.com/ ▪ Creating new product based on user requirements ▪ Integrating user needs to existing product and/or available technology ▪ Testing finish product to ensure the conformance to user requirements ▪ Facilitating Quality Control and Quality Assurance for each product tariff

Business or sector Telecommunication

1 Oct 2013–Present Support Application and MIS Programmer BPJS Ketenagakerjaan Jl. Jendral Gatot Subroto No.79, Jakarta Selatan, Indonesia, 12930 Jakarta (Indonesia)

60 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 64: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

60

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATIONRiza Guntur Prakoso Jl. Tanjung 19 Blok G No.22, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta, 12530 (Indonesia) (+62) 8551435139

[email protected]

rizatechtips.blogspot.com

Sex Male | Date of birth 9 Nov 1988 | Nationality Indonesian

www.bpjsketenagakerjaan.go.id ▪ Create application based on business requirements ▪ System integrator ▪ Web service developer

Business or sector Public administration and defence; compulsory social security

WORK EXPERIENCE

14 Jan 2010–28 Feb 2010 Freelance Web Developer Jakarta (Indonesia) Freelence web developer

1 Mar 2010–6 Oct 2011 Relationship Manager PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Kendari (Indonesia) www.bankmandiri.co.id ▪ Expanding market share in Business Banking segment (100 million to 1 billion credit segment) ▪ Maintaining relationship with existing customers ▪ Analyzing new and existing customer business rating

Business or sector Banking 1 Mar 2012–26 Aug 2013

Product Assistant, Product Development Division, Innovation and Technical Marketing Support PT. Indosat Tbk. Jl. Merdeka Barat No.21, Jakarta, Indonesia, 10110 Jakarta (Indonesia) https://indosatooredoo.com/ ▪ Creating new product based on user requirements ▪ Integrating user needs to existing product and/or available technology ▪ Testing finish product to ensure the conformance to user requirements ▪ Facilitating Quality Control and Quality Assurance for each product tariff

Business or sector Telecommunication

1 Oct 2013–Present Support Application and MIS Programmer BPJS Ketenagakerjaan Jl. Jendral Gatot Subroto No.79, Jakarta Selatan, Indonesia, 12930 Jakarta (Indonesia)

61

EDUCATION AND TRAINING 1 Dec 2004–31 Mar 2005 Participant of preparation to Physics National Olympiad

Lembaga Olimpiade Sains Indonesia, Jakarta (Indonesia) Participation in preparation for Physics National Olympiad

1 Aug 2006–30 Jan 2010 Bachelor of Science in Computer Science University of Indonesia, Depok (Indonesia) www.ui.ac.id Computer Science ▪ Graduated with Cum Laude predicate with GPA of 3.53 of 4.00 scale in 3.5 years ▪ General programming (C, Java, PHP, HTML, Javascript) ▪ Database programming (SQL) ▪ High Performance Computing (HPC) using GPGPU on Radeon graphics card

12 Apr 2010–17 Apr 2010 Certificate of Modern Project Management for Banking Projects Training PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (workshop by PT. Indoprime), Jakarta (Indonesia) Project management training for banking projects for Bank Mandiri's Officer Development Program

3 May 2010–8 May 2010 Certificate of Managing a Bank's Branch "Resource Management" Training Program PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Jakarta (Indonesia) Managing a bank's branch training for Bank Mandiri's Officer Development Program

18 Aug 2010–8 Sep 2010 Certificate of Basic Commercial and Business Banking Academy PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (traing by Learning Center Group), Jakarta (Indonesia) Study of entire commercial and business banking group product line

10 Jan 2011–11 Jan 2011 Certificate of ILP for Business Banking Relationship Manager Training PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Training for Business Baking Relationship Manager of Bank Mandiri

1 Mar 2010–8 Mar 2011 Officer Development Program Graduate of Bank Mandiri PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Jakarta (Indonesia) Officer Development Program graduate of Bank Mandiri ▪ Completing PT. Bank Mandiri (Psersero) Tbk. management trainee program ▪ Has completed the entire learning curriculum about Bank Mandiri core operations ▪ Has completed Commercial and Business Banking curriculum and learn its business

19 Mar 2012–20 Mar 2012 Certificate of New Product Development Training PT. Indosat Tbk., Jatiluhur (Indonesia) Trainee for regular recruit of PT. Indosat Tbk. in Product Development Division

61Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 65: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

62

Other language(s)

English C2 C2 B2 B2 C2

Bachelor of Science in Computer Science Levels: A1 and A2: Basic user - B1 and B2: Independent user - C1 and C2: Proficient user

Common European Framework of Reference for Languages

Communication skills ▪ Good communication skills gained through my experience as relationship manager,

product assistant and channel developer

Organisational / managerial skills ▪ Project management gained through my career as application developer ▪ Relationship management through my experience as relationship manager

Job-related skills ▪ Basic office applications ▫ Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint, Visio,

Project) ▪ Software development tool ▫ Netbeans, Visual Studio, Eclipse, Android Studio

▪ Programming language ▫ C, Java, SQL, PHP, HTML, Javascript

▪ Project management ▪ Business administration ▪ Proficient in designing and developing web services for Machine-To-Machine

communication across different organization ▪ Channel management and transactional data support ▪ Various experience regarding banking and product development

Digital competence

Dec 2013–18 Dec 2013 Certificate of Completion in of Actuary and Satisfaction Measurement Training Jakart (Indonesia) Statistical methods to actuary and satisfaction measurement training

Mar 2016–18 Mar 2016 Certificate in Android Programming using Android Studio Inixindo, Jakart (Indonesia) Basic Android programming training

Mar 2016–24 Mar 2016 PERSONAL SKILLS

Certificate of Completion of Developing Java Web Services Training Inixindo, Jakarta (Indonesia) ▪ Training to develop web services using Java ▪ This training covering SOAP services

Mother tongue(s) Indonesian

UNDERSTANDING SPEAKING WRITING Listening Reading Spoken interaction Spoken production

SELF-ASSESSMENT

Information processing Communication Content

creation Safety Problem solving

Proficient user Proficient user Proficient user Proficient user Proficient user

62 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 66: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

62

Other language(s)

English C2 C2 B2 B2 C2

Bachelor of Science in Computer Science Levels: A1 and A2: Basic user - B1 and B2: Independent user - C1 and C2: Proficient user

Common European Framework of Reference for Languages

Communication skills ▪ Good communication skills gained through my experience as relationship manager,

product assistant and channel developer

Organisational / managerial skills ▪ Project management gained through my career as application developer ▪ Relationship management through my experience as relationship manager

Job-related skills ▪ Basic office applications ▫ Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint, Visio,

Project) ▪ Software development tool ▫ Netbeans, Visual Studio, Eclipse, Android Studio

▪ Programming language ▫ C, Java, SQL, PHP, HTML, Javascript

▪ Project management ▪ Business administration ▪ Proficient in designing and developing web services for Machine-To-Machine

communication across different organization ▪ Channel management and transactional data support ▪ Various experience regarding banking and product development

Digital competence

Dec 2013–18 Dec 2013 Certificate of Completion in of Actuary and Satisfaction Measurement Training Jakart (Indonesia) Statistical methods to actuary and satisfaction measurement training

Mar 2016–18 Mar 2016 Certificate in Android Programming using Android Studio Inixindo, Jakart (Indonesia) Basic Android programming training

Mar 2016–24 Mar 2016 PERSONAL SKILLS

Certificate of Completion of Developing Java Web Services Training Inixindo, Jakarta (Indonesia) ▪ Training to develop web services using Java ▪ This training covering SOAP services

Mother tongue(s) Indonesian

UNDERSTANDING SPEAKING WRITING Listening Reading Spoken interaction Spoken production

SELF-ASSESSMENT

Information processing Communication Content

creation Safety Problem solving

Proficient user Proficient user Proficient user Proficient user Proficient user

63

STUDI KOMPARATIF: REFORMASI KEBIJAKAN SOSIAL DALAM

MENGHADAPI AGEING POPULATION DI JEPANG DAN ITALIA

Shandika Putra Damayana

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis

kebijakan-kebijakan sosial yang diambil oleh

kedua negara yang berbeda, yaitu Jepang dan

Italia, dalam mengatasi masalah ageing

population. Jepang dan Italia diambil sebagai

obyek studi ini karena kedua negara memiliki

latar belakang kependudukan dan sosial

ekonomi yang serupa. Penelitian ini fokus

pada analisis pendekatan kebijakan dalam

mengatasi masalah ageing population,

terutama yang berkaitan dengan laju

kelahiran, ekonomi, dan tenaga kerja. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

dan membandingkan efektivitas kebijakan-

kebijakan sosial yang diambil di kedua negara.

Penelitian ini merupakan studi pustaka, yang

terutama menggunakan pendekatan analisis

data sekunder melalui publikasi daring,

laporan, dan peraturan dari pemerintah dan

organisasi terkait. Hasil dari penelitian ini

mengimplikasikan bahwa Jepang dan Italia

telah berhasil mengurangi dampak populasi

yang menua. Kedua negara memiliki

pendekatan kebijakan yang serupa, terkait

dengan masalah-masalah ini, seperti bantuan

COMPARATIVE STUDY: SOCIAL POLICY REFORMS ON FACING THE AGEING POPULATION IN JAPAN AND ITALY

Shandika Putra Damayana

Abstract

This study is conducted to analyze the social

policies taken from two different countries—

which are Japan and Italy—on facing the issue

of ageing population. Japan and Italy took as

the object of this study because both countries

have a similar demography and socio-economic

background. This study focused on analyzing

the policy approach on tackling the ageing

population issues especially related to birth

rate, economic, and labour force. The purpose

of this study is to identify and to compare the

effectiveness of these social policies taken in

both countries. This study is based on desktop

research, mostly uses a secondary data

analysis approach through online publications,

reports, and regulations from the government

and related organizations. The result of this

study implies that both Japan and Italy have

been successful in reducing the impacts of an

ageing population. Both countries have similar

policies approach related to these issues such

as the economic support for a family with

children, work-life balance policy for career

parents, and retirement age adjustment.

However, related to migration policy, Japan is

63Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 67: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

64

ekonomi untuk keluarga yang memiliki anak-

anak, kebijakan keseimbangan dunia kerja-

kehidupan untuk orangtua yang berkarir, dan

penyesuaian usia pensiun. Tetapi, terkait

degan kebijakan migrasi, Jepang memiliki

kebijakan yang lebih ketat daripada Italia.

Pemerintah Jepang memiliki preferensi untuk

mengembangkan investasi internasional

mereka, daripada meningkatkan angka

migrasi masuk.

Kata kunci: Ageing Population, Laju Kelahiran, Ekonomi, Tenaga Kerja, Jepang, Italia

more restricted than Italy. The Japan

government have a preference to expand their

international investments, rather than

increasing the migrant entrance.

Keywords: Ageing Population, Birth Rate, Economic, Labour Force, Japan, Italy

64 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 68: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

64

ekonomi untuk keluarga yang memiliki anak-

anak, kebijakan keseimbangan dunia kerja-

kehidupan untuk orangtua yang berkarir, dan

penyesuaian usia pensiun. Tetapi, terkait

degan kebijakan migrasi, Jepang memiliki

kebijakan yang lebih ketat daripada Italia.

Pemerintah Jepang memiliki preferensi untuk

mengembangkan investasi internasional

mereka, daripada meningkatkan angka

migrasi masuk.

Kata kunci: Ageing Population, Laju Kelahiran, Ekonomi, Tenaga Kerja, Jepang, Italia

more restricted than Italy. The Japan

government have a preference to expand their

international investments, rather than

increasing the migrant entrance.

Keywords: Ageing Population, Birth Rate, Economic, Labour Force, Japan, Italy

65

A. PENDAHULUAN

Pengelolaan komposisi demografi adalah

kebijakan yang penting untuk pembangunan

nasional suatu negara. Keadaan ini diperlukan

untuk menjaga produktivitas nasional berjalan

dan juga mendukung rasio ketergantungan

dari kelompok usia lainnya, sebagai contoh

lanjut usia dan warga negara di bawah umur.

Di beberapa negara, seperti Jepang dan Italia,

bukannya memiliki lebih banyak warga negara

yang produktif, negara-negara ini memiliki

proporsi warga lanjut usia yang lebih tinggi.

Sebaliknya, angka kelahiran generasi yang

lebih mudah juga stagnan. Guna menghadapi

masalah ini, pemerintah kedua negara harus

membuat beberapa kebijakan sosial terkait

dengan partisipasi angkatan kerja dan

ketersediaan generasi pengganti, guna

meminimalisir dampak keadaan yang kurang

menguntungkan ini. Secara keseluruhan,

kedua negara telah berhasil mengatasi

beberapa tantangan yang berasal dari

populasi yang menua, dengan melakukan

reformasi pada kebijakan sosial mereka,

seperti memberikan kebijakan cuti bagi

orangtua, insentif untuk anak, tunjangan

tenaga kerja lansia, dan kebijakan migrasi.

Makalah ini akan terdiri dari empat bagian.

Pada bagian pertama, akan dibahas kondisi

populasi yang menua di Jepang dan Italia.

Kedua, kebijakan sosial yang diberlakukan

oleh kedua negara terkait dengan masalah

partisipasi angkatan kerja, dan masalah

A. INTRODUCTION

Managing the demographic composition is an

important policy to national development of a

country. This condition is needed to keep the

national productivity runs as well as supports

dependency ratio from other age groups such

as elderly and underaged citizens. In several

countries such as Japan and Italy, in spite of

having more productive citizens, those

countries have a higher proportion of elderly

citizens. In contrast, the birth rate of their

younger generation is also stagnant. Facing this

issue, the government of both countries should

produce some social policies concerning the

participation of labour force and the availability

of successor generation, in order to minimize

the impact of this disadvantage condition.

Overall, both countries have been succeeding

on overcome several challenges of ageing

population, by reforming their social policy such

as proving parental leave policy, child incentive,

elderly labour benefit, and migration policy.

This paper will be delivered in four sections. In

the first section, it will analyse the condition of

ageing population in Japan and Italy. Second, it

will discuss the social policy enacted the

government of both countries related to the

issue of labour force participation, and low

65Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 69: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

66

kesuburan, akan dibahas. Dan ketiga,

perbandingan kebijakan-kebijakan sosial yang

diperkenalkan di kedua negara beserta

akibatnya akan dibandingkan.

B. METODOLOGI

Dalam pelaksanaan studi ini, penulis

menggunaan metode studi pustaka sebagai

sumber daya utama. Data dikumpulkan

terutama dari data sekunder yang diambil dari

berbagai peraturan, publikasi, dan laporan

digital lainnya yang dibuat oleh pemerintah,

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia,

OECD, dan organisasi terkait lainnya. Metode

analisis yang digunakan dalam artikel ini

adalah studi komparatif dengan menganalisis

kebijakan-kebijakan pemerintah di Jepang dan

Italia – yang memiliki beberapa ciri serupa –

dalam mengatasi masalah ageing population.

Ada tiga fokus analisis komparatif dalam artikel

ini, yaitu dampak ageing population, kebijakan-

kebijakan sosial saat ini dalam mengatasi

masalah ini, dan efektivitas serta dampak dari

kebijakan-kebijakan sosial ini

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. MENDESAKNYA POPULASI YANG

MENUA

Pada abad ke-21 ini, dunia telah mengalami

fenomena populasi yang menua di beberapa

wilayah, yang mengarah pada kenaikan yang

signifikan pada populasi lanjut usia (65 tahun

ke atas). Mengalami fenomena ini bisa berarti

pencapaian dan tantangan bagi pemerintah.

fertility issue. And the third, comparing those

social policies introduced in both countries as

well as their consequences. B. METHODOLOGY

In conducting this study, the writer uses a

desktop research method as the primary

resources. The data collection mainly uses

secondary data which are taken from various

regulations, publications and other digital

reports by the government, United Nation,

World Bank, OECD, and other related

organizations. Analysis method used in this

article is a comparative study by analyzing

government policies in Japan and Italy—which

have several similar characteristics—on

tackling the issue of ageing population. There is

three focuses of comparative analysis in this

article: the impacts of the ageing population, the

current social policies taken in tackling this

issue, and the effectiveness and the impacts of

these social policies. C. RESULTS AND DISCUSSION 1. THE URGENCY OF AGEING

POPULATIONS

In this 21st century, the world has experienced

the phenomena of ageing population in several

regions, which refers to significant rises on

elderly population (65 years old and over).

Having this phenomenon could means either an

achievement and a challenge for the

66 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 70: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

66

kesuburan, akan dibahas. Dan ketiga,

perbandingan kebijakan-kebijakan sosial yang

diperkenalkan di kedua negara beserta

akibatnya akan dibandingkan.

B. METODOLOGI

Dalam pelaksanaan studi ini, penulis

menggunaan metode studi pustaka sebagai

sumber daya utama. Data dikumpulkan

terutama dari data sekunder yang diambil dari

berbagai peraturan, publikasi, dan laporan

digital lainnya yang dibuat oleh pemerintah,

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia,

OECD, dan organisasi terkait lainnya. Metode

analisis yang digunakan dalam artikel ini

adalah studi komparatif dengan menganalisis

kebijakan-kebijakan pemerintah di Jepang dan

Italia – yang memiliki beberapa ciri serupa –

dalam mengatasi masalah ageing population.

Ada tiga fokus analisis komparatif dalam artikel

ini, yaitu dampak ageing population, kebijakan-

kebijakan sosial saat ini dalam mengatasi

masalah ini, dan efektivitas serta dampak dari

kebijakan-kebijakan sosial ini

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. MENDESAKNYA POPULASI YANG

MENUA

Pada abad ke-21 ini, dunia telah mengalami

fenomena populasi yang menua di beberapa

wilayah, yang mengarah pada kenaikan yang

signifikan pada populasi lanjut usia (65 tahun

ke atas). Mengalami fenomena ini bisa berarti

pencapaian dan tantangan bagi pemerintah.

fertility issue. And the third, comparing those

social policies introduced in both countries as

well as their consequences. B. METHODOLOGY

In conducting this study, the writer uses a

desktop research method as the primary

resources. The data collection mainly uses

secondary data which are taken from various

regulations, publications and other digital

reports by the government, United Nation,

World Bank, OECD, and other related

organizations. Analysis method used in this

article is a comparative study by analyzing

government policies in Japan and Italy—which

have several similar characteristics—on

tackling the issue of ageing population. There is

three focuses of comparative analysis in this

article: the impacts of the ageing population, the

current social policies taken in tackling this

issue, and the effectiveness and the impacts of

these social policies. C. RESULTS AND DISCUSSION 1. THE URGENCY OF AGEING

POPULATIONS

In this 21st century, the world has experienced

the phenomena of ageing population in several

regions, which refers to significant rises on

elderly population (65 years old and over).

Having this phenomenon could means either an

achievement and a challenge for the

67

Fenomena ini bisa dipandang sebagai

keberhasilan menyediakan standar kesehatan

dan kualitas hidup yang baik, atau bisa

menjadi bencana saat kebutuhan sosial dan

layanan yang lebih tinggi diperlukan, seperti

dana pension, yang tidak seimbang dengan

jumlah populasi aktif pengganti guna

memastikan siklus uang tetap berputar (Dana

Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2012,

hal. 11). Menurut laporan pengembangan

manusia oleh UNDP 11 , pada tahun 2050

populasi warga lansia tersebut akan menjadi

dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat

daripada hari ini (Schmid, 2017). Dengan kata

lain, masalah ini akan menjadi lebih

menantang di masa depan jika pemerintah

tidak mengambil tindakan dari sekarang.

Fenomena ini juga dibenarkan dalam laporan

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun

2017. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar

1, jumlah seluruh warga lansia di seluruh dunia

tercatat meningkat, dari hanya di bawah 0,4

miliar atau 6,16% dari total populasi di tahun

1990, menjadi kira-kira 0,6 miliar di tahun

2017. Selan itu, jumlah ini telah diprediksi akan

meningkat secara bertahap menjadi 2,5 miliar

atau 22,49% dari total populasi di tahun 2100

(yang juga diproyeksi dari total kesuburan dan

harapan hidup saat kelahiran).”

government. It can be seen as an achievement

on provides the health standard and quality of

life, or it might be a disaster when the higher

social and service needs such as pension funds

not come in balance with the number of active

successor population in keeping the money

cycle runs (United Nations Population Fund,

2012, p. 11). According to human development

report by UNDP12, in 2050 the population of

those elderly citizens will be doubled or even

tripled in size than today (Schmid, 2017). In

other words, this issue will become even more

challenging in the future if the government does

not take an action from now on.

This phenomenon is also justified by United

Nations report in 2017. As can be seen on figure

1, total elderly citizens around the world is

recorded to rise, from just under 0.4 billion or

6.16% of total population in 1990, to become

approximately 0.6 billion in 2017. Moreover, this

number has been predicted will gradually

increase to become 2.5 billion or 22.49% of total

population in 2100 (which also projected from

total fertility and life expectancy at birth)

11 Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa 12 United Nation Development Programme

67Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 71: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

68

Gambar 1: Prediksi Populasi Lansia Dunia di Masa Depan Figure 1: Future Prediction of Older Population in the World

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017) Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Tetapi, jika peningkatan populasi yang menua

tidak didukung dengan proporsi usia produktif

yang cukup, maka peningkatan populasi lansia

akan menyebabkan naiknya rasio

ketergantungan yang membebani warga

negara berusia produksi dan juga mengancam

stabilitas nasional, termasuk akibat ekonomi,

sosial, dan politik (Perserikatan Bangsa-

Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan

Sosial, Divisi Populasi, 2015, hal. 5). Lebih

lanjut, populasi yang menua cenderung

bergerak lebih cepat di wilayah yang lebih

maju sebagai akibat dari industrialisasi yang

bangkit daripada wilayah yang kurang

berkembang (Samorodov, 1999, hal. 3-4).

Sayangnya, saat ini baik Jepang dan Italia

adalah dua dari beberapa negara yang telah

menderita akibat masalah ini di dalam

masyarakat mereka.

Sebagai pencetak rekor Pendapatan Per

Kapita tertinggi kedua di Asia setelah China

(Bank Dunia, 2017), Jepang terbukti memiliki

However, when the increasing of ageing

population is not supported by enough

proportion of the productive one, it will rise the

dependency ratio which burden those

productive citizens and also threatened the

national stability including economic, social,

and political implications (United Nations,

Department of Economic and Social Affairs,

Population Division, 2015, p. 5). Moreover,

ageing population tend to surge faster in more

developed region as result of emerging

industrialisation than in underdeveloped one

(Samorodov, 1999, pp. 3-4). Unfortunately,

today, both Japan and Italy are the two of

several countries which have been suffered to

this issue in their society.

As the second highest GDP scorer in Asia after

China (World Bank, 2017), Japan evidently has

a struggling condition related to the lack of

68 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 72: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

68

Gambar 1: Prediksi Populasi Lansia Dunia di Masa Depan Figure 1: Future Prediction of Older Population in the World

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017) Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Tetapi, jika peningkatan populasi yang menua

tidak didukung dengan proporsi usia produktif

yang cukup, maka peningkatan populasi lansia

akan menyebabkan naiknya rasio

ketergantungan yang membebani warga

negara berusia produksi dan juga mengancam

stabilitas nasional, termasuk akibat ekonomi,

sosial, dan politik (Perserikatan Bangsa-

Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan

Sosial, Divisi Populasi, 2015, hal. 5). Lebih

lanjut, populasi yang menua cenderung

bergerak lebih cepat di wilayah yang lebih

maju sebagai akibat dari industrialisasi yang

bangkit daripada wilayah yang kurang

berkembang (Samorodov, 1999, hal. 3-4).

Sayangnya, saat ini baik Jepang dan Italia

adalah dua dari beberapa negara yang telah

menderita akibat masalah ini di dalam

masyarakat mereka.

Sebagai pencetak rekor Pendapatan Per

Kapita tertinggi kedua di Asia setelah China

(Bank Dunia, 2017), Jepang terbukti memiliki

However, when the increasing of ageing

population is not supported by enough

proportion of the productive one, it will rise the

dependency ratio which burden those

productive citizens and also threatened the

national stability including economic, social,

and political implications (United Nations,

Department of Economic and Social Affairs,

Population Division, 2015, p. 5). Moreover,

ageing population tend to surge faster in more

developed region as result of emerging

industrialisation than in underdeveloped one

(Samorodov, 1999, pp. 3-4). Unfortunately,

today, both Japan and Italy are the two of

several countries which have been suffered to

this issue in their society.

As the second highest GDP scorer in Asia after

China (World Bank, 2017), Japan evidently has

a struggling condition related to the lack of

69

keadaan yang sulit terkait dengan kurangnya

sumber daya manusia yang produktif di dalam

masyarakatnya. Dari laporan DESA13 (2017)

pada gambar 2, karena lebih tinggi daripada

persentase populasi lansia di median dunia,

total komposisi warga lansia di Jepang telah

meningkat dari kira-kira 12% di tahun 1990

sampai lebih dari 25% di tahun 2017. Oleh

karena itu, angka tersebut diprediksi akan

meningkat sampai dengan 35,49% jika

dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Keadaan ini membawa Jepang menduduki

tempat teratas dari semua negara dengan

proporsi usia 65 tahun ke atas yang tertinggi di

seluruh dunia (Dana Populasi Perserikatan

Bangsa-Bangsa, 2017).

Serupa dengan Jepang, Italia telah menjadi

salah satu negara Eropa dengan komposisi

warga lansia tertinggi dan juga menduduki

tempat kedua setelah Jepang dalam laporan

SWOP14 oleh UNFPA 15 (2017). Grafik pada

gambar 2 menunjukkan komposisinya sedikit

lebih tinggi sebesar 4% dari Jepang di tahun

1990. Tetapi, pertumbuhan lansia Jepang

lebih cepat dibandingkan di Italia pada tahun-

tahun sebelumnya dan diprediksi akan

berakhir di angka 35,59%, tapi masih jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

komposisi lansia di dunia yang hanya 22,49%.

productive human resources within its society.

From the reports by DESA16 (2017) on figure 2,

as higher than the percentage of older

population in the world’s median, the total

composition of elderly citizens in Japan has

surge from approximately 12% in 1990 to just

over 25% in 2017, thus, also predicted will

increases to 35.49% compared to other age

groups. This condition brings Japan to become

in the first list of all countries with the highest

proportion of aged 65 or older population in the

world (United Nations Population Fund, 2017).

Similar to Japan, Italy has become one of

European countries with the highest

composition of older age citizens and also

stands in the second list after Japan in SWOP17

report by UNFPA18 (2017). The line graph on

figure 2 shows their composition was slightly

higher by 4% than Japan in 1990. However, the

growth of Japanese elderly is faster than Italy in

previous years and predicted will ends up in

level 33.59%, but still much higher than average

elderly composition in the world which only

22.49%.

13 Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial (Perserikatan Bangsa-Bangsa) 14 Laporan Populasi Negara di Dunia 15 Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa 16 Department of Economic and Social Affairs (United Nations) 17 State of World Population report 18 United Nations Population Fund

69Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 73: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

70

Gambar 2: Pertumbuhan Populasi Lansia di Jepang dan Italia dibandingkan dengan Median Dunia

Figure 2: Elderly Population Growth in Japan and Italy Compared to the World’s Median

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017) Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Lebih lanjut, menurut UN ESCAP19 (2016, hal.

5-6), dua faktor utama dari fenomena populasi

yang menua ini adalah menurunnya laju

kesuburan dan juga meningkatnya harapan

hidup masyarakat. Terkait dengan Jepang dan

Italia, fenomena ini bisa dianalisa dari

komposisi demografik di tahun 1990 dan 2017

pada gambar 3. Warga usia aktif kedua negara

(di dalam kotak merah) menurun sebagai

akibat dari laju kelahiran yang stagnan dan

bahkan cenderung menurun dalam tahun-

tahun berikutnya. Namun, harapan hidup

masyarakat meningkat, sehingga meletakkan

warga lansia di tempat teratas pada piramida.

Pada akhirnya, keadaan ini akan mengarah

pada rasio ketergantungan yang lebih tinggi

dari kelompok usia tertinggi dan terendah,

yang secara tidak langsung membebani

mereka yang berada di dalam kotak merah.

Moreover, according to UN ESCAP20 (2016, pp.

5-6), the two key factors of this ageing

population phenomenon are declining fertility

rates and also increasing life expectancies in

society. Related to Japan and Italy, it can be

analysed from demographic composition in

1990 and 2017 on figure 3. Both countries’

active citizens (inside the red boxes) are

declining as a result of a birth rate stagnancy

which even tend to be lower in the next following

years, yet the higher life expectancy in society

pull-ups the elderly citizens in top of pyramids.

In the end, this condition will lead to higher

dependency ratio from both upper and lower

age groups, which indirectly burden those who

inside the red boxes.

19 Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik (Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa) 20 Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (United Nations Assembly)

70 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 74: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

70

Gambar 2: Pertumbuhan Populasi Lansia di Jepang dan Italia dibandingkan dengan Median Dunia

Figure 2: Elderly Population Growth in Japan and Italy Compared to the World’s Median

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017) Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Lebih lanjut, menurut UN ESCAP19 (2016, hal.

5-6), dua faktor utama dari fenomena populasi

yang menua ini adalah menurunnya laju

kesuburan dan juga meningkatnya harapan

hidup masyarakat. Terkait dengan Jepang dan

Italia, fenomena ini bisa dianalisa dari

komposisi demografik di tahun 1990 dan 2017

pada gambar 3. Warga usia aktif kedua negara

(di dalam kotak merah) menurun sebagai

akibat dari laju kelahiran yang stagnan dan

bahkan cenderung menurun dalam tahun-

tahun berikutnya. Namun, harapan hidup

masyarakat meningkat, sehingga meletakkan

warga lansia di tempat teratas pada piramida.

Pada akhirnya, keadaan ini akan mengarah

pada rasio ketergantungan yang lebih tinggi

dari kelompok usia tertinggi dan terendah,

yang secara tidak langsung membebani

mereka yang berada di dalam kotak merah.

Moreover, according to UN ESCAP20 (2016, pp.

5-6), the two key factors of this ageing

population phenomenon are declining fertility

rates and also increasing life expectancies in

society. Related to Japan and Italy, it can be

analysed from demographic composition in

1990 and 2017 on figure 3. Both countries’

active citizens (inside the red boxes) are

declining as a result of a birth rate stagnancy

which even tend to be lower in the next following

years, yet the higher life expectancy in society

pull-ups the elderly citizens in top of pyramids.

In the end, this condition will lead to higher

dependency ratio from both upper and lower

age groups, which indirectly burden those who

inside the red boxes.

19 Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik (Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa) 20 Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (United Nations Assembly)

71

Gambar 3: Piramida Demografi Jepang (atas) dan Italia (bawah) pada tahun 1990 dan 2017

Figure 3: Demographic Pyramid of Japan (up) and Italy (bottom) in 1990 and 2017

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017) Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Singkat kata, dalam menghadapi populasi

yang menua, adanya kebijakan sosial

pemerintah yang baru diperlukan untuk

meminimalisir dampak yang berasal dari

fenomena ini. Dengan mempertimbangkan hal

ini, dikategorikan sebagai negara

berpenghasilan tinggi dan juga menduduki dua

peringkat teratas di dunia dalam hal komposisi

lansia, membuat Jepang dan Italia menjadi

menarik untuk dianalisis. Selain itu, letak

kedua negara ini di dua wilayah yang berbeda

dan juga memiliki budaya yang berbeda paling

tidak dapat mempengaruhi pembuatan

kebijakan sosial.

2.KONTEKS JEPANG DALAM PENDEKATAN DAN REFORMASI KEBIJAKAN SOSIAL 2.1. Kebijakan Sosial terkait dengan Masalah Laju Kelahiran Sebagaimana disebutkan dalam bagian

sebelumnya, salah satu faktor yang menjadi

In short, on facing ageing populations, the

availability of both governments’ new social

policies is needed to minimize a build-up impact

of this phenomenon. Considering this,

categorised as the high-income countries as

well as the world two highest ranking in elderly

composition, makes Japan and Italy are

interesting to be analysed. Besides, located in

two different regions and also different cultures

at least might affected the social policy making.

2. JAPAN CONTEXT IN SOCIAL POLICY APPROACHES AND REFORMS

2.1. Social Policy Related to Birth Rate Issue

As mentioned in previous section, one of the

factors behind ageing population is birth rate

71Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 75: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

72

pemicu populasi yang menua adalah

menurunnya laju kelahiran. Terkait dengan

masalah ini, sebenarnya di masa lalu setelah

perang dunia kedua, Jepang mengalami

peningkatan tiba-tiba pada laju kelahiran.

Tetapi, bukannya tetap meningkat sepanjang

tahun 1950an seperti negara-negara maju

lainnya di Amerika dan Eropa, peningkatan

tersebut hanya berlangsung selama tiga tahun

dari tahun 1947 sampai dengan 1949 (Shmuel,

2016). Tidak diragukan lagi bahwa ada

penurunan tajam secara demografi di

komposisi usia kerja produktif Jepang saat ini.

Keadaan ini disebabkan oleh beberapa

perubahan sosial dalam masyarakat Jepang.

Ada gerakan kesetaraan partisipasi menurut

gender (danjo kyodosankaku) yang terjadi

setelah Perang Dunia II. Gerakan tersebut

merupakan gerakan untuk menerima

perempuan masuk ke angkatan kerja, yang

sebelumnya dibatasi dalam tradisi Jepang.

Pada saat itu, fokus utama pemerintaah

Jepang adalah membangun setelah krisis

ekonomi akibat pecahnya perang dan juga

memberdayakan perempuan agar bergabung

ke dalam angkatan kerja (Coulmas, 2007).

Pada tahun 1969, tercatat adanya 46% dari

seluruh populasi perempuan yang ambil

bagian dalam angkatan kerja. Kemudian, rasio

tersebut meningkat dengan stabil menjadi 64%

pada tahun 2014 (The Federal Reserve Bank

of St. Louis, 2013).

decline. Related to this issue, actually in the

past after second’s world war, Japan have a

sudden increase on birth rate. However, instead

of continued rising through 1950s like other

developed countries in America and Europe, it

only stays for three years from 1947 to 1949

(Shmuel, 2016). It is no doubt, there is a steep

demographic cliff in Japanese active workforce

age composition today.This condition is caused

by several social changes in Japan society.

There is a movement of equality on gender participation (danjo kyodosankaku) which

happened after World War II. It is a movement

to accept woman participation in labour force,

which previously was restricted in Japan

tradition. In that time Japan’s government main

focused is to build up economic crisis after war

crashed as well as empowering woman to join

the labour force (Coulmas, 2007). It recorded in

1969 there are 46% of total women population

participates in labour force. Then, the ratio

steadily increases to become 64% in 2014 (The

Federal Reserve Bank of St. Louis, 2013).

72 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 76: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

72

pemicu populasi yang menua adalah

menurunnya laju kelahiran. Terkait dengan

masalah ini, sebenarnya di masa lalu setelah

perang dunia kedua, Jepang mengalami

peningkatan tiba-tiba pada laju kelahiran.

Tetapi, bukannya tetap meningkat sepanjang

tahun 1950an seperti negara-negara maju

lainnya di Amerika dan Eropa, peningkatan

tersebut hanya berlangsung selama tiga tahun

dari tahun 1947 sampai dengan 1949 (Shmuel,

2016). Tidak diragukan lagi bahwa ada

penurunan tajam secara demografi di

komposisi usia kerja produktif Jepang saat ini.

Keadaan ini disebabkan oleh beberapa

perubahan sosial dalam masyarakat Jepang.

Ada gerakan kesetaraan partisipasi menurut

gender (danjo kyodosankaku) yang terjadi

setelah Perang Dunia II. Gerakan tersebut

merupakan gerakan untuk menerima

perempuan masuk ke angkatan kerja, yang

sebelumnya dibatasi dalam tradisi Jepang.

Pada saat itu, fokus utama pemerintaah

Jepang adalah membangun setelah krisis

ekonomi akibat pecahnya perang dan juga

memberdayakan perempuan agar bergabung

ke dalam angkatan kerja (Coulmas, 2007).

Pada tahun 1969, tercatat adanya 46% dari

seluruh populasi perempuan yang ambil

bagian dalam angkatan kerja. Kemudian, rasio

tersebut meningkat dengan stabil menjadi 64%

pada tahun 2014 (The Federal Reserve Bank

of St. Louis, 2013).

decline. Related to this issue, actually in the

past after second’s world war, Japan have a

sudden increase on birth rate. However, instead

of continued rising through 1950s like other

developed countries in America and Europe, it

only stays for three years from 1947 to 1949

(Shmuel, 2016). It is no doubt, there is a steep

demographic cliff in Japanese active workforce

age composition today.This condition is caused

by several social changes in Japan society.

There is a movement of equality on gender participation (danjo kyodosankaku) which

happened after World War II. It is a movement

to accept woman participation in labour force,

which previously was restricted in Japan

tradition. In that time Japan’s government main

focused is to build up economic crisis after war

crashed as well as empowering woman to join

the labour force (Coulmas, 2007). It recorded in

1969 there are 46% of total women population

participates in labour force. Then, the ratio

steadily increases to become 64% in 2014 (The

Federal Reserve Bank of St. Louis, 2013).

73

Faktor-faktor lain adalah tren menikah di usia yang lebih tua (bankonka) dan melahirkan di

usia yang lebih matang (bansanka) yang

terjadi pada pertengahan tahun 1980an, saat

banyak anak muda menunda perkawainan

mereka guna memiliki pendidikan dan juga

tujuan karir yang lebih tinggi. Rata-rata rasio

perkawinan di Jepang tercatat pada usia 29,6

tahun untuk laki-laki dan 27,8 untuk

perempuan (Coulmas, 2007, hal. 9-11).

Kemudian, menurut Miyamoto, dkk. (1997),

pada akhir tahun 1990an, tren generasi muda

Jepang adalah memiliki hidup tanpa beban

dan menghabiskan banyak uang, dan

bukannya menikah serta membangun

keluarga. Hal ini berarti lebih banyak

tantangan ke depan bagi pemerintah untuk

meningkatkan rasio kelahiran di masyarakat.

Untuk mengatasi masalah-masalah ini,

pemerintah memulai beberapa kebijakan

sosial dengan memberikan insentif untuk

kelahiran anak dan meningkatkan pemberian

cuti melahirkan dan perawatan anak (Tsuya,

2017). Di Jepang, kebijakan-kebijakan ini

dikelola oleh dua institusi yang berbeda, yaitu

Asuransi Sosial Jepang (kesehatan, pensiun

sosial, asuransi perawatan, dan pengasuhan

anak) serta Asuransi Ketenagakerjaan Jepang

(tidak bekerja dan kecelakaan kerja) (Tsuya,

2017).

Pada awalnya, program manfaat tunjangan

anak diluncurkan pada tahun 1972, yang diatur

The other factors are late marriage trend (bankonka) and late delivery trend (bansanka)

happened in the middle of 1980s, where many

of young people postpone their marriage in

case to have a higher level of education as well

as career goals. The average of marriage ratio

in Japan is recorded in the age of 29.6 for men

and 27.8 for women (Coulmas, 2007, pp. 9-11).

Moreover, according to Miyamoto, et.al (1997),

in the late 1990s, the trend of Japanese

younger generation is tend to have a carefree

live and spending a lot of money, instead of

getting married and building a family. This

means, more obstacles ahead for the

government in increasing birth ratio within

population.

To overcome these problems, the government

initiated several social policies which are by

giving child-bearing incentive and expanding

provision for maternity and childcare leave

(Tsuya, 2017). In Japan, these policies are

managed by two different institutions which are

Japan Social Insurance (health, social pension,

nursing insurance, and children upbringing) and

Japan Labour Insurance (unemployment and

working accident) (Tsuya, 2017).

Initially program of child allowance benefit

launched in 1972, which arranged for low-

73Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 77: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

74

untuk keluarga-keluarga berpenghasilan

rendah dan memiliki paling tidak tiga orang

anak. Manfaat tersebut (JYP3000) hanya

diberikan untuk anak ketiga dan selanjutnya,

dan dimulai dari kelahiran anak sampai anak

tersebut berusia 5 tahun. Tetapi, mulai dari

tahun 2010, manfaat telah mencakup semua

anak dalam keluarga, yang akan menerima

sampai dengan JPY13.000 sampai usia 16

tahun (Tokoro, 2010).

Pada tahun 1992, pemerintah juga

memberikan cuti kelahiran selama 12 minggu

kepada orangtua yang bekerja. Dan mulai dari

tahun 1995, mereka diberikan tunjangan

tambahan sebesar 50% dari gaji bulanan

mereka (Tsuya, 2017). Saat ini, manfaat

tersebut telah ditambah menjadi 14 minggu

dan mereka yang terdaftar sebagai anggota

Asuransi Sosial Jepang juga diberikan gaji

bersih tambahan sampai dengan 60% dari gaji

pokok mereka (Tsuya, 2017).

Di sisi lain, kedua orangtua berhak atas cuti

perawatan anak, yang memungkinkan mereka

meninggalkan tugas kantor mereka sejak anak

mereka dilahirkan sampai ulang tahun

pertama anak tersebut. Selain itu, Asuransi

Ketenagakerjaan Jepang akan menanggung

kompensasi gaji selama periode tersebut

dengan jumlah keseluruhan tidak melebihi

60% dari gaji pokok (Tsuya, 2017).

income families who have at least three

children. The benefit (JYP3000) only given to

their third to the next child, and started from the

child’s birth to under 5 years old. But, started

from 2010, the benefit has covered all child in

their family which will receive up to JPY13000

until aged 16 years old (Tokoro, 2010).

In 1992, the government also provides career-

parents with 12 weeks of maternity leave. And

started from 1995, they have been given

additional benefits for 50% of their salary

monthly (Tsuya, 2017). Today this benefit had

been increased to become 14 weeks in total

and those who registered as a member of

Japan Social Insurance also granted additional

take home pay up to 60% of their base salary.

(Tsuya, 2017).

In other hand, both parents also entitled to child

care leave, which allow them to leave their

office duty from the time their child born until

his/her first birthday. In addition, Japan Labour

Insurance will cover the salary compensation

during that period with total should not exceed

60% of the base salary (Tsuya, 2017).

74 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 78: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

74

untuk keluarga-keluarga berpenghasilan

rendah dan memiliki paling tidak tiga orang

anak. Manfaat tersebut (JYP3000) hanya

diberikan untuk anak ketiga dan selanjutnya,

dan dimulai dari kelahiran anak sampai anak

tersebut berusia 5 tahun. Tetapi, mulai dari

tahun 2010, manfaat telah mencakup semua

anak dalam keluarga, yang akan menerima

sampai dengan JPY13.000 sampai usia 16

tahun (Tokoro, 2010).

Pada tahun 1992, pemerintah juga

memberikan cuti kelahiran selama 12 minggu

kepada orangtua yang bekerja. Dan mulai dari

tahun 1995, mereka diberikan tunjangan

tambahan sebesar 50% dari gaji bulanan

mereka (Tsuya, 2017). Saat ini, manfaat

tersebut telah ditambah menjadi 14 minggu

dan mereka yang terdaftar sebagai anggota

Asuransi Sosial Jepang juga diberikan gaji

bersih tambahan sampai dengan 60% dari gaji

pokok mereka (Tsuya, 2017).

Di sisi lain, kedua orangtua berhak atas cuti

perawatan anak, yang memungkinkan mereka

meninggalkan tugas kantor mereka sejak anak

mereka dilahirkan sampai ulang tahun

pertama anak tersebut. Selain itu, Asuransi

Ketenagakerjaan Jepang akan menanggung

kompensasi gaji selama periode tersebut

dengan jumlah keseluruhan tidak melebihi

60% dari gaji pokok (Tsuya, 2017).

income families who have at least three

children. The benefit (JYP3000) only given to

their third to the next child, and started from the

child’s birth to under 5 years old. But, started

from 2010, the benefit has covered all child in

their family which will receive up to JPY13000

until aged 16 years old (Tokoro, 2010).

In 1992, the government also provides career-

parents with 12 weeks of maternity leave. And

started from 1995, they have been given

additional benefits for 50% of their salary

monthly (Tsuya, 2017). Today this benefit had

been increased to become 14 weeks in total

and those who registered as a member of

Japan Social Insurance also granted additional

take home pay up to 60% of their base salary.

(Tsuya, 2017).

In other hand, both parents also entitled to child

care leave, which allow them to leave their

office duty from the time their child born until

his/her first birthday. In addition, Japan Labour

Insurance will cover the salary compensation

during that period with total should not exceed

60% of the base salary (Tsuya, 2017).

75

2.2. Kebijakan Sosial terkait dengan Partisipasi dalam Ekonomi dan Angkatan Kerja

Meningkatnya harapan hidup di Jepang dapat

menciptakan kesempatan baru bagi tenaga

kerja. Menurut Ryuichi Kaneko 21 , keadaan

kesehatan dan kemampuan orang Jepang

yang berusia 75 tahun saat ini setara dengan

mereka yang berusia 65 tahun pada tahun

1960, yang dikategorikan sebagai usia

pensiun (Shmuel, 2016). Dalam hal ini, warga

negara yang berusia di bawah 65 tahun masih

mampu bergabung dalam angkatan kerja.

Pemerintah Jepang telah meningkatkan

persyaratan usia untuk menerima manfaat

pensiun dari usia 60 tahun menjadi 65 tahun

(OECD, 2004). Keadaan ini akan secara tidak

langsung mendorong warga lansia untuk tetap

berpartisipasi dalam angkatan kerja. Guna

mendukung kebijakan ini, pemerintah

memperkenalkan Manfaat Pendidikan dan

Pelatihan untuk pekerja lansia sejak tahun

2003, yang diharapkan dapat meningkatkan

kompetensi mereka di pasar tenaga kerja

(OECD, 2004). Guna mengatasi diskriminasi

usia pada lansia, persyaratan dalam Undang-

Undang Pengaturan Ketenagakerjaan telah

dibuat sejak tahun 2001 (OECD, 2004).

Program ini mendesak pemberi kerja untuk

memberikan kesempatan yang setara,

terlepas dari usia yang ditentukan dalam

2.2. Social Policy Related to Economic and Labour Force Participation

The increasing of life expectancy in Japan may

create new opportunities to labour force.

According to Ryuichi Kaneko 23 , the health

condition and capability of 75 years old

Japanese today is equal to those aged 65 years

old in 1960 whose categorised as the retirement

age (Shmuel, 2016). In this case, citizens under

65 years old are still capable to join the labour

force.

The government of Japan has increased the

age requirement to receive pension benefit from

60 years old to become 65 years old (OECD,

2004). This situation will indirectly encourage

the older citizens to keep participate in labour

force. To support this policy, the government

introduced the Education and Training Benefit

for the elderly workers since 2003, which

supposed to increase their competence in

labour market (OECD, 2004). In order to tackle

the age discrimination for the elderly, a

provision of Employment Measures Law has

been created since 2001 (OECD, 2004). This

program urges the employer to give equal

opportunities regardless of age on their

recruitment system.

21 Wakil Direktur Jenderal Institut Nasional untuk Populasi dan Jaminan Sosial 23 Deputy Director-general of the National Institute Population and Social Security

75Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 79: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

76

sistem rekrutmen mereka.

Cara lain untuk memecahkan kekurangan

tenaga kerja adalah menerima imigran ke

negara yang bersangkutan. Tetapi, di Jepang,

pemerintah mereka tercatat memiliki tradisi

anti migrasi di sejarah mereka. Hal tersebut

dapat dianalisis dari data statistik yang

dikeluarkan oleh OECD (2004), bahwa

persentase pekerja imigran di Jepang

cenderung stabil selama ini. Keadaan ini

disebabkan oleh budaya yang kental untuk

menjaga homogenitas etnis dalam tradisi

masyarakat mereka (Kasiwazaki & Akaha,

2006).

Untuk meningkatkan kondisi ekonomi di

Jepang yang terkait dengan kekurangan

sumber daya manusia mereka, pemerintah

fokus pada kerja sama dengan negara lain

melalui pertumbuhan investasi (Wall, 2015).

Sebagai contoh, dengan membuka cabang

perusahaan multinasional seperti perusahaan

otomotif di Asia Tenggara, upaya ini akan

membuat perusahaan tetap berjalan dengan

menggunakan sumber daya manusia di

negara tujuan, tanpa harus khawatir mengenai

kurangnya pekerja di negara mereka sendiri.

Dengan kata lain, kurangnya tenaga kerja

yang tersedia di negara mereka dapat

menekan pertumbuhan ekonomi, namun tidak

demikian dengan pertumbuhan investasi yang

bisa didapatkan dari kerja sama atau transaksi

internasional.

Another way to solve the shortage of labour

forces is by accepting immigrants into the

country. However, in Japan, their government

was recorded to have an anti-migration tradition

in their history. It can be analysed from the

statistical data from OECD (2004), that the

percentage of immigrant workers in Japan was

tend to stable in through this time. This

condition caused by the strong culture in

keeping ethnic homogeneity in their society

tradition (Kasiwazaki & Akaha, 2006).

To increase the economic condition in Japan

related to the shortage of their human

resources, the government focused to establish

cooperation with other nation through

investment growth (Wall, 2015). For example,

by opening multinational company branch such

as automotive companies in South-East Asia,

those will make the company still running by

using the host human resources, without

worrying about the lack of worker in their own

country. In other word, the shortage of available

worker within their border may squeeze the

economic growth but not investment growth

which can be receive from international

cooperation or transactions.

76 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 80: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

76

sistem rekrutmen mereka.

Cara lain untuk memecahkan kekurangan

tenaga kerja adalah menerima imigran ke

negara yang bersangkutan. Tetapi, di Jepang,

pemerintah mereka tercatat memiliki tradisi

anti migrasi di sejarah mereka. Hal tersebut

dapat dianalisis dari data statistik yang

dikeluarkan oleh OECD (2004), bahwa

persentase pekerja imigran di Jepang

cenderung stabil selama ini. Keadaan ini

disebabkan oleh budaya yang kental untuk

menjaga homogenitas etnis dalam tradisi

masyarakat mereka (Kasiwazaki & Akaha,

2006).

Untuk meningkatkan kondisi ekonomi di

Jepang yang terkait dengan kekurangan

sumber daya manusia mereka, pemerintah

fokus pada kerja sama dengan negara lain

melalui pertumbuhan investasi (Wall, 2015).

Sebagai contoh, dengan membuka cabang

perusahaan multinasional seperti perusahaan

otomotif di Asia Tenggara, upaya ini akan

membuat perusahaan tetap berjalan dengan

menggunakan sumber daya manusia di

negara tujuan, tanpa harus khawatir mengenai

kurangnya pekerja di negara mereka sendiri.

Dengan kata lain, kurangnya tenaga kerja

yang tersedia di negara mereka dapat

menekan pertumbuhan ekonomi, namun tidak

demikian dengan pertumbuhan investasi yang

bisa didapatkan dari kerja sama atau transaksi

internasional.

Another way to solve the shortage of labour

forces is by accepting immigrants into the

country. However, in Japan, their government

was recorded to have an anti-migration tradition

in their history. It can be analysed from the

statistical data from OECD (2004), that the

percentage of immigrant workers in Japan was

tend to stable in through this time. This

condition caused by the strong culture in

keeping ethnic homogeneity in their society

tradition (Kasiwazaki & Akaha, 2006).

To increase the economic condition in Japan

related to the shortage of their human

resources, the government focused to establish

cooperation with other nation through

investment growth (Wall, 2015). For example,

by opening multinational company branch such

as automotive companies in South-East Asia,

those will make the company still running by

using the host human resources, without

worrying about the lack of worker in their own

country. In other word, the shortage of available

worker within their border may squeeze the

economic growth but not investment growth

which can be receive from international

cooperation or transactions.

77

Terakhir, guna menghadapi kurangnya tenaga

kerja aktif di Jepang, banyak perusahaan

mengembangkan teknologi baru untuk

membantu produksi atau disebut sebagai

“otomatisasi” (Wall, 2015). Oleh karena itu,

mereka membutuhkan lebih sedikit sumber

daya manusia untuk mengoperasikan bisnis.

3. KONTEKS ITALIA DALAM PENDEKATAN DAN REFORMASI KEBIJAKAN SOSIAL 3.1. Kebijakan Sosial terkait dengan Masalah Laju Kelahiran

Italia adalah negara teratas kedua yang

memiliki warga lansia setelah Jepang.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya,

populasi kelompok usia ini akan meningkat

sampai dengan 35,59% pada tahun 2100. Di

Italia, masalah ini terutama disebabkan oleh

rendahnya tingkat kesuburan di antara warga

perempuan mereka, kurangnya kesempatan

dalam pasar tenaga kerja, mahalnya biaya

penitipan anak, dan sedikitnya rumah yang

terjangkau untuk kaum muda (BBC News,

2006).

Italia yang dikenal sebagai pusat agama

Katolik, membuat warganya menganut ajaran

dan tradisi Katolik. Anehnya, walaupun

memiliki laju kelahiran lebih tinggi dibanding

negara Katolik tradisional lainnya, seperti

Irlandia dan Perancis, Italia memiliki laju

kelahiran terendah kedua di Eropa setelah

Spanyol (Dillinaco, 2006). Menurut data Bank

Dunia (2017), laju kelahiran warga perempuan

Lastly, to facing the active labour shortage in

Japan, many companies develop a new

technology to help the production or called

“automation” (Wall, 2015). So, they need less

human resources to operate the business.

3. ITALY CONTEXT IN SOCIAL POLICY APPROACHES AND REFORMS 3.1. Social Policy Related to Birth Rate Issue

Italy is in the second top list countries on hosting

elderly citizens after Japan. As mentioned

before, population of this age group will

increase to 35.59% in 2100. In Italy, this issue

mainly caused by the lower fertility rate among

their women citizens, lack opportunities in the

labour market, expensive day care service

charge, and minimum of affordable housing for

the youth (BBC News, 2006).

Italy known as the centre of catholic religion,

which people have been taught by catholic

culture and tradition. Strangely, in spite of have

higher birth rate as other traditional catholic

country such as Ireland and France, Italy

becomes the second lowest birth rates in

Europe after Spain (Dillinaco, 2006). According

to World Bank data (2017), their women fertility

rate in 1964 is started at 2.65 children per

77Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 81: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

78

mereka di tahun 1964 dimulai pada angka 2,65

anak per perempuan. Kemudian, angka ini

menurun tajam dengan titik terendah pada

kurang dari 1,2 anak per perempuan pada

tahun 1995.

Ketidaktersediaan pekerjaan yang sesuai,

terutama untuk kaum muda di Italia, juga

menjadi masalah. Tercatat sampai dengan

43% generasi muda yang berusia 15-24 tahun

bekerja dengan kontrak sementara. Hal ini

berarti tidak ada gaji minimum, tidak ada

perlindungan jika kehilangan pekerjaan, dan

kurangnya tunjangan kesehatan serta cuti

melahirkan (East-West Center, 2017). Sebagai

akibatnya, lebih dari 44% penduduk yang

berusia 25-35 tahun masih membutuhkan

bantuan dan tinggal dengan orangtua mereka,

karena kurangnya kesempatan di pasar

tenaga kerja dan juga rumah yang tidak

terjangkau dan rendahnya perlindungan sosial

(East-West Centre, 2015).

Jadwal kerja yang tidak fleksibel biasanya

membuat mereka harus memilih antara karir

atau keluarga. Hal ini disebabkan oleh

minimnya kebijakan untuk orangtua, dan

kurangnya perawatan anak yang terjangkau di

seluruh Italia, sehingga membuat masalah ini

menjadi semakin buruk (East-West Centre,

2015). Dalam hal ini, semakin banyak

perempuan menikah yang cenderung

meninggalkan pekerjaan mereka setelah

mereka memiliki anak, atau meminta orangtua

mereka untuk membantu mereka dalam

merawat cucunya.

woman. Then, this rete has been dramatically

dipped with the lowest point at less than 1.2

children per woman in 1995.

Unavailability of suitable job especially for the

youth in Italy also become a problem. It

recorded up to 43% of young people aged 15-

24 work on temporary contract, which means no

minimum wage, no protection for job loss, and

less health benefit and maternity leave (East-

West Center, 2017). As a result, more than 44%

of people aged 25-35 still need a support and

live with their parents, because of the lack

opportunities in labour market as well as

unaffordable housing and low social protection

(East-West Centre, 2015).

Inflexible work schedule usually makes them

have to choose between their career or family.

It is caused by the minimum policy for parental

concerns, and the lack of affordable child cares

around Italy make this problem become more

worst (East-West Centre, 2015). In this case,

more married women tend to leave their job

after they have children, or have a parents help

to take care of their grandchild.

78 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 82: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

78

mereka di tahun 1964 dimulai pada angka 2,65

anak per perempuan. Kemudian, angka ini

menurun tajam dengan titik terendah pada

kurang dari 1,2 anak per perempuan pada

tahun 1995.

Ketidaktersediaan pekerjaan yang sesuai,

terutama untuk kaum muda di Italia, juga

menjadi masalah. Tercatat sampai dengan

43% generasi muda yang berusia 15-24 tahun

bekerja dengan kontrak sementara. Hal ini

berarti tidak ada gaji minimum, tidak ada

perlindungan jika kehilangan pekerjaan, dan

kurangnya tunjangan kesehatan serta cuti

melahirkan (East-West Center, 2017). Sebagai

akibatnya, lebih dari 44% penduduk yang

berusia 25-35 tahun masih membutuhkan

bantuan dan tinggal dengan orangtua mereka,

karena kurangnya kesempatan di pasar

tenaga kerja dan juga rumah yang tidak

terjangkau dan rendahnya perlindungan sosial

(East-West Centre, 2015).

Jadwal kerja yang tidak fleksibel biasanya

membuat mereka harus memilih antara karir

atau keluarga. Hal ini disebabkan oleh

minimnya kebijakan untuk orangtua, dan

kurangnya perawatan anak yang terjangkau di

seluruh Italia, sehingga membuat masalah ini

menjadi semakin buruk (East-West Centre,

2015). Dalam hal ini, semakin banyak

perempuan menikah yang cenderung

meninggalkan pekerjaan mereka setelah

mereka memiliki anak, atau meminta orangtua

mereka untuk membantu mereka dalam

merawat cucunya.

woman. Then, this rete has been dramatically

dipped with the lowest point at less than 1.2

children per woman in 1995.

Unavailability of suitable job especially for the

youth in Italy also become a problem. It

recorded up to 43% of young people aged 15-

24 work on temporary contract, which means no

minimum wage, no protection for job loss, and

less health benefit and maternity leave (East-

West Center, 2017). As a result, more than 44%

of people aged 25-35 still need a support and

live with their parents, because of the lack

opportunities in labour market as well as

unaffordable housing and low social protection

(East-West Centre, 2015).

Inflexible work schedule usually makes them

have to choose between their career or family.

It is caused by the minimum policy for parental

concerns, and the lack of affordable child cares

around Italy make this problem become more

worst (East-West Centre, 2015). In this case,

more married women tend to leave their job

after they have children, or have a parents help

to take care of their grandchild.

79

Guna mencegah dampak lebih jauh,

pemerintah Italia memiliki beberapa solusi,

seperti menawarkan insentif sebesar

EUR1000 yang dibayarkan sekaligus kepada

pasangan yang memiliki anak kedua. Insentif

ini sudah mulai berjalan pada tahun 2004

(Dillinaco, 2006). Solusi lain adalah

menawarkan cuti bagi orangtua yang sangat

longgar, mencakup 21 minggu cuti kelahiran

dengan 80% kompensasi gaji untuk ibu yang

diatur oleh INPS22 (Ray, 2008), dan satu hari

cuti dengan kompensasi gaji penuh bagi ayah

agar bisa mendampingi istri mereka. Selain itu,

pemerintah mereka juga memberikan cuti

perawatan anak selama enam bulan tanpa

gaji, kecuali mereka yang dikategorikan

sebagai orangtua tunggal diberikan cuti

perawatan anak sampai dengan sepuluh bulan

dengan tunjangan gaji sebesar 30% (Ray,

2008). Dengan menjalankan kebijakan-

kebijakan ini, pemerintah ingin mendorong

warganya untuk memiliki lebih banyak bayi di

masa depan.

3.2. Kebijakan Sosial Terkait dengan Ekonomi dan Partisipasi dalam Angkatan Kerja

Terkait dengan cakupan jaminan sosial untuk

lansia, pemerintah Italia telah mereforrmasi

tiga manfaat pensiun utama, yaitu: reformasi

Amato pada tahun 1992, reformasi Dini pada

tahun 1995, dan reformasi Fornero pada tahun

In preventing any further impact, Italian

government have several solutions such as

offering a EUR1000 incentive by lumpsum to a

couple who have their second child, which

started to run in 2004 (Dillinaco, 2006). Other

solution is by offering generous parental leave,

which cover 21 weeks of maternity leave with

80% compensation of salary for mother which

organized by INPS24 (Ray, 2008), and a one

day leave with full compensation of salary for

father in accompanying their wife. In addition,

their government also provides six months

child-care leave without salary, except the one

who categorized as single parent is granted up

to ten months child-care leave with 30% of

salary benefit (Ray, 2008). By enacting these

policies, the government want to encourage

their citizen to have more babies in the future.

3.2. Social Policy Related to Economic and Labour Force Participation

Related to social security coverage for ageing

people, the Italian government has reformed

three main pension benefits, which are: Amato

reform in 1992, Dini reform in 1995, and

Fornero reform in 2011 (Gabriele, Tundis, &

22 Instituto Nazzionale Previdenza Sociale – Institut Nasional untuk Jaminan Sosial 24 Instituto Nazzionale Previdenza Sociale – National Social Security Institute

79Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 83: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

80

2011 (Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017).

Pada reformasi pertama - Amato, usia pensiun

dinaikkan satu tahun setiap dua tahun sekali,

sampai mencapai maksimal 65 tahun untuk

laki-laki dan 60 tahun untuk perempuan

(Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017, hal. 7-8).

Tiga tahun kemudian pada tahun 1995, sistem

manfaat yang ditetapkan sebelumnya diganti

dengan sistem iuran tetap nasional, guna

menyeimbangkan manfaat yang diberikan

menurut rata-rata pertumbuhan pendapatan

per kapita nasional pada 5 tahun terakhir.

Tetapi, karena rendahnya dampak belanja

pensiun melalui reformasi ini, pada tahun

2011, pemerintah mempercepat transisi mellui

sistem iuran tetap nasional dan juga

menaikkan usia pensiun menjadi 66 tahun

untuk laki-laki dan 62 tahun untuk perempuan.

Ada juga kebijakan tambahan yang

memodifikasi sistem pensiun sebelumnya

yang hanya mempertimbangkan usia, guna

menggantikan partisipasi selama 42 tahun

dalam angkatan kerja (Gabriele, Tundis, &

Zaninotto, 2017). Karena menurunnya angka

warga usia aktif yang tersedia di Italia,

beberapa reformasi pada kebijakan manfaat

pensiun tersebut menyasar usia aktif di pasar

tenaga kerja, termasuk warga lansia.

Terkait dengan kebijakan migrasi, Italia lebih

terbuka untuk imigran. Migrasi dapat memiliki

dampak yang besar untuk memastikan jumlah

pekerja aktif yang tersedia di Italia dan juga

meningkatkan tingkat kesuburan, yang

Zaninotto, 2017). In the first reform - Amato, the

retirement age was increased by one year in

every two year periods, until it reach maximum

to 65 years old for man and 60 for women

(Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017, pp. 7-8).

Three years later in 1995, the previous defined

benefit system is replaced with national defined

contribution system, in order to balancing the

benefits given according to average growth of

national GDP in the last 5 years. However, due

to slow impact of pension spending through this

reform, in 20011, it accelerated the transition

toward national defined contribution system as

well as increased the retirement age to 66 years

old for males and 62 for females. There is also

additional policy which modified the previous

pension system which only considered the age,

to substituted with minimum 42 years

participation in labour force (Gabriele, Tundis, &

Zaninotto, 2017). Due to the decreasing

number of active ages citizens available in Italy,

those several reforms in pension benefit policy

is targeting higher active life span in the labour

market including the older ages citizens.

Related to migration policy, Italy is more open

to immigrants. Migration may have a strong

impact of granting such amount of active worker

available in the country as well as increase the

level of fertility rate, which is beneficial to Italy in

80 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 84: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

80

2011 (Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017).

Pada reformasi pertama - Amato, usia pensiun

dinaikkan satu tahun setiap dua tahun sekali,

sampai mencapai maksimal 65 tahun untuk

laki-laki dan 60 tahun untuk perempuan

(Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017, hal. 7-8).

Tiga tahun kemudian pada tahun 1995, sistem

manfaat yang ditetapkan sebelumnya diganti

dengan sistem iuran tetap nasional, guna

menyeimbangkan manfaat yang diberikan

menurut rata-rata pertumbuhan pendapatan

per kapita nasional pada 5 tahun terakhir.

Tetapi, karena rendahnya dampak belanja

pensiun melalui reformasi ini, pada tahun

2011, pemerintah mempercepat transisi mellui

sistem iuran tetap nasional dan juga

menaikkan usia pensiun menjadi 66 tahun

untuk laki-laki dan 62 tahun untuk perempuan.

Ada juga kebijakan tambahan yang

memodifikasi sistem pensiun sebelumnya

yang hanya mempertimbangkan usia, guna

menggantikan partisipasi selama 42 tahun

dalam angkatan kerja (Gabriele, Tundis, &

Zaninotto, 2017). Karena menurunnya angka

warga usia aktif yang tersedia di Italia,

beberapa reformasi pada kebijakan manfaat

pensiun tersebut menyasar usia aktif di pasar

tenaga kerja, termasuk warga lansia.

Terkait dengan kebijakan migrasi, Italia lebih

terbuka untuk imigran. Migrasi dapat memiliki

dampak yang besar untuk memastikan jumlah

pekerja aktif yang tersedia di Italia dan juga

meningkatkan tingkat kesuburan, yang

Zaninotto, 2017). In the first reform - Amato, the

retirement age was increased by one year in

every two year periods, until it reach maximum

to 65 years old for man and 60 for women

(Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017, pp. 7-8).

Three years later in 1995, the previous defined

benefit system is replaced with national defined

contribution system, in order to balancing the

benefits given according to average growth of

national GDP in the last 5 years. However, due

to slow impact of pension spending through this

reform, in 20011, it accelerated the transition

toward national defined contribution system as

well as increased the retirement age to 66 years

old for males and 62 for females. There is also

additional policy which modified the previous

pension system which only considered the age,

to substituted with minimum 42 years

participation in labour force (Gabriele, Tundis, &

Zaninotto, 2017). Due to the decreasing

number of active ages citizens available in Italy,

those several reforms in pension benefit policy

is targeting higher active life span in the labour

market including the older ages citizens.

Related to migration policy, Italy is more open

to immigrants. Migration may have a strong

impact of granting such amount of active worker

available in the country as well as increase the

level of fertility rate, which is beneficial to Italy in

81

menguntungkan Italia dalam mengatasi

populasi yang menua (Testa, 2000, hal. 8-9).

Kehadiran pekerja imigran dapat mengisi

pekerjaan yang diperlukan di beberapa sektor,

seperti pekerjaan dengan keahlian rendah di

Italia Utara, dan juga memenuhi permintaan di

sektor rumah tangga dan jasa pribadi, yang

tidak dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal

(Testa, 2000, hal. 8-9).

Tetapi, menurut penelitian sebelumnya, kunci

dari masalah populasi yang menua ini dapat

dinetralisir jika kesuburan dan usia ambang

batas disesuaikan dengan keadaan baru.

Imigrasi tidak akan menyelesaikan masalah

penuaan tapi hanya sedikit mengatasi

masalah yang dihadapi oleh pemerintah Italia

(Santis, 2011, hal. 60-61). Kemudian, dengan

menggabungkan kedua upaya untuk

meningkatkan tingkat kesuburan dan tenaga

kerja dari migran, maka pemerintah dapat

mengatasi keadaan di Italia (Santis, 2011).

4. PERBANDINGAN KEBIJAKAN SOSIAL ANTARA JEPANG DAN ITALIA

Dalam bagian sebelumnya, telah dibahas

bahwa Jepang dan Italia memiliki masalah

yang sama dalam menghadapi populasi yang

menua. Ada beberapa kebijakan sosial serupa

yang diakui oleh pemerintah kedua negara.

Terkait dengan rasio laju kelahiran, kedua

negara memiliki insentif keluarga dan

kebijakan cuti untuk orangtua. Di Italia,

pemerintah mereka memberikan insentif yang

countering ageing population (Testa, 2000, pp.

8-9). The presence of immigrant worker can fill

the job needed in several sector such as low-

skilled job in Northern Italy, as well as meets the

demand in housework sector and personal

services, which cannot be fulfilled with local

labour supply (Testa, 2000, pp. 8-9).

However, according to previous research, the

key of this ageing population issue is can be

neutralised if fertility and threshold ages adapt

to the new circumstances. Immigration will not

solve the aging problem but only make it slightly

more manageable for Italian government

(Santis, 2011, pp. 60-61). Then, by combining

both initiative to increase the fertility rate and

labour force from migrants it may solve the

condition in Italy (Santis, 2011).

3. SOCIAL POLICY COMPARISON

BETWEEN JAPAN AND ITALY

In the previous sections is already described

that Japan and Italy have a similar problem in

facing Ageing population. There are some

similar social policies introduced by the

government in the society of both countries.

Related to increase the birth rate ratio, both

countries over family incentives and parental

leave policies. In Italy, their government gives

one-time payment incentive up to USD1200 by

81Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 85: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

82

dibayarkan satu kali dan sekaligus hingga

berjumlah USD1200 untuk keluarga dengan

tanggungan dua anak. Sebagai perbandingan,

pemerintah Jepang lebih royal dengan

memberikan manfaat bulanan sampai dengan

JYP13.000 atau USD115 untuk semua anak

yang ditanggung di bawah 16 tahun (Tokoro,

2010). Kebijakan yang diajukan ini guna

memastikan akan ada generasi yang cukup

untuk mempertahankan kondisi ekonomi di

masa depan, tapi akibat dari kebijakan ini

mungkin menyebabkan alokasi yang lebih

tinggi untuk belanja publik.

Kebijakan lain adalah program keseimbangan

pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang terdiri

dari cuti melahirkan dan perawatan anak. Di

Jepang, jumlah seluruh cuti melahirkan dan

perawatan anak adalah 58 minggu, yang

semuanya dibayar sampai dengan 60% dari

gaji mereka, sedangkan di Italia totalnya

adalah 44 minggu cuti berbayar sampai

dengan 80% dari gaji mereka dan 20 minggu

cuti tanpa dibayar (Ray, 2008).

Menurut prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa

pada gambar 4, tingkat kesuburan Italia telah

meningkat dengan stabil sejak tahun 1995,

kemudian diikuti oleh Jepang pada tahun

2005, yang memprediksi kenaikan tersebut

akan terus berlangsung sampai dengan tahun

2100. Keadaan ini, yang disebabkan oleh

reformasi beberapa kebijakan terkait dengan

insentif anak dan program keseimbangan

lumpsum to a family with two child dependents.

In comparison, the government of Japan is

more generous by providing monthly benefit up

to JYP13000 or USD115 for all child

dependants under 16 years old (Tokoro, 2010).

This policy proposed to make sure there will be

an adequate generation to maintain the future

economic condition, but the consequences of

this policy might come to a higher allocation of

public spending.

Another policy is work-live balance programs

which consist of maternity leave and child-care

leave. In Japan, the total of maternity and child-

care leave are 58 weeks all together which paid

up to 60% of their salary, while in Italy the total

is 44 weeks of paid leave up to 80% of their

salary and 20 weeks of unpaid leave (Ray,

2008).

According to United Nations prediction on figure

4, Italian fertility rate has steadily increased

since 1995 then followed by Japanese in 2005,

which predicted to keep increase through 2100.

This condition, caused by several policies

reform related to child incentive and work-live

balance programs in those periods

82 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 86: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

82

dibayarkan satu kali dan sekaligus hingga

berjumlah USD1200 untuk keluarga dengan

tanggungan dua anak. Sebagai perbandingan,

pemerintah Jepang lebih royal dengan

memberikan manfaat bulanan sampai dengan

JYP13.000 atau USD115 untuk semua anak

yang ditanggung di bawah 16 tahun (Tokoro,

2010). Kebijakan yang diajukan ini guna

memastikan akan ada generasi yang cukup

untuk mempertahankan kondisi ekonomi di

masa depan, tapi akibat dari kebijakan ini

mungkin menyebabkan alokasi yang lebih

tinggi untuk belanja publik.

Kebijakan lain adalah program keseimbangan

pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang terdiri

dari cuti melahirkan dan perawatan anak. Di

Jepang, jumlah seluruh cuti melahirkan dan

perawatan anak adalah 58 minggu, yang

semuanya dibayar sampai dengan 60% dari

gaji mereka, sedangkan di Italia totalnya

adalah 44 minggu cuti berbayar sampai

dengan 80% dari gaji mereka dan 20 minggu

cuti tanpa dibayar (Ray, 2008).

Menurut prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa

pada gambar 4, tingkat kesuburan Italia telah

meningkat dengan stabil sejak tahun 1995,

kemudian diikuti oleh Jepang pada tahun

2005, yang memprediksi kenaikan tersebut

akan terus berlangsung sampai dengan tahun

2100. Keadaan ini, yang disebabkan oleh

reformasi beberapa kebijakan terkait dengan

insentif anak dan program keseimbangan

lumpsum to a family with two child dependents.

In comparison, the government of Japan is

more generous by providing monthly benefit up

to JYP13000 or USD115 for all child

dependants under 16 years old (Tokoro, 2010).

This policy proposed to make sure there will be

an adequate generation to maintain the future

economic condition, but the consequences of

this policy might come to a higher allocation of

public spending.

Another policy is work-live balance programs

which consist of maternity leave and child-care

leave. In Japan, the total of maternity and child-

care leave are 58 weeks all together which paid

up to 60% of their salary, while in Italy the total

is 44 weeks of paid leave up to 80% of their

salary and 20 weeks of unpaid leave (Ray,

2008).

According to United Nations prediction on figure

4, Italian fertility rate has steadily increased

since 1995 then followed by Japanese in 2005,

which predicted to keep increase through 2100.

This condition, caused by several policies

reform related to child incentive and work-live

balance programs in those periods

83

pekerjaan dan kehidupan pribadi di periode-

periode tersebut.

Gambar 4: Tingkat Kesuburan Perempuan di Jepang dan Italia Figure 4: Woman Fertility Rate in Japan and Italy

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017)

Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Terkait dengan partisipasi angkatan kerja,

kedua negara memiliki kebijakan yang sama

dalam menaikkan usia pensiun. Tetapi,

daripada menetapkan usia pensiun universal

sampai dengan 65 tahun seperti yang

Related to labour force participation, both

countries have similar policies in increasing the

retirement age, but instead of have universal

retirement age up to 65 years old such in Japan,

Italy have different age limit regarding the

83Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 87: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

84

dilakukan oleh Jepang, Italia memiliki batas

usia yang berbeda sesuai dengan jenis

kelamin, yaitu 66 tahun untuk laki-laki dan 62

tahun untuk perempuan (Gabriele, Tundis, &

Zaninotto, 2017). Memiliki pekerja lansia

mungkin berarti memastikan keahlian mereka

yang berharga tetap ada di perusahaan

selama masa karir yang panjang. Tetapi,

akibatnya juga bisa membebani biaya produksi

perusahaan lebih besar, karena mereka harus

membayarkan akomodasi dan gaji tambahan

serta tunjangan kesehatan untuk para pekerja

lansia yang masih bergabung dalam produksi

setelah usia pensiun (Shmuel, 2016).

Di sisi lain, terkait dengan kebijakan migrasi,

Jepang lebih ketat daripada Italia, karena

konsep tradisional untuk menjaga

homogenitas etnis (Kasiwazaki & Akaha,

2006). Di Italia, pemerintah menerima mereka

yang dapat mengisi peluang kerja yang

tersedia di negara mereka. Hal tersebut dapat

dilihat pada gambar 5. Laporan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menunjukkan persentase

imigran di Italia yang dimulai pada tahun 1990,

lebih tinggi daripada Jepang sebesar 1,63%

dari total populasi. Yang mengejutkan, tren

tersebut menurun tajam menjadi 9,68% dari

total populasi, yaitu tujuh kali lebih tinggi dari

komposisi imigran Jepang di tahun 2015.

gender which is 66 years old for men and 62 for

women (Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017).

Having older worker might means keep their

valuable skills in a company over a long career,

but the consequences it also may further

burden the companies’ production cost,

because they have to pay the accommodation

and extra salary and health benefits for those

elderly participants who still join in production

past the retirement age (Shmuel, 2016).

In the other hand, related to migration policy,

Japan is more restricted than Italy, due to

traditional concept of keeping ethnic

homogeneity (Kasiwazaki & Akaha, 2006). In

Italy, the government accept those who can

filling the available job opportunities in their

country. It can be seen on figure 5, United

Nation report shows the percentage of

immigrant in Italy started from 1990, is higher

than Japan by 1.63% difference from total

population. Surprisingly, the trend was

dramatically surge to become 9.68% of total

population, seven times higher than Japan’s

immigrant composition in 2015.

84 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 88: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

84

dilakukan oleh Jepang, Italia memiliki batas

usia yang berbeda sesuai dengan jenis

kelamin, yaitu 66 tahun untuk laki-laki dan 62

tahun untuk perempuan (Gabriele, Tundis, &

Zaninotto, 2017). Memiliki pekerja lansia

mungkin berarti memastikan keahlian mereka

yang berharga tetap ada di perusahaan

selama masa karir yang panjang. Tetapi,

akibatnya juga bisa membebani biaya produksi

perusahaan lebih besar, karena mereka harus

membayarkan akomodasi dan gaji tambahan

serta tunjangan kesehatan untuk para pekerja

lansia yang masih bergabung dalam produksi

setelah usia pensiun (Shmuel, 2016).

Di sisi lain, terkait dengan kebijakan migrasi,

Jepang lebih ketat daripada Italia, karena

konsep tradisional untuk menjaga

homogenitas etnis (Kasiwazaki & Akaha,

2006). Di Italia, pemerintah menerima mereka

yang dapat mengisi peluang kerja yang

tersedia di negara mereka. Hal tersebut dapat

dilihat pada gambar 5. Laporan Perserikatan

Bangsa-Bangsa menunjukkan persentase

imigran di Italia yang dimulai pada tahun 1990,

lebih tinggi daripada Jepang sebesar 1,63%

dari total populasi. Yang mengejutkan, tren

tersebut menurun tajam menjadi 9,68% dari

total populasi, yaitu tujuh kali lebih tinggi dari

komposisi imigran Jepang di tahun 2015.

gender which is 66 years old for men and 62 for

women (Gabriele, Tundis, & Zaninotto, 2017).

Having older worker might means keep their

valuable skills in a company over a long career,

but the consequences it also may further

burden the companies’ production cost,

because they have to pay the accommodation

and extra salary and health benefits for those

elderly participants who still join in production

past the retirement age (Shmuel, 2016).

In the other hand, related to migration policy,

Japan is more restricted than Italy, due to

traditional concept of keeping ethnic

homogeneity (Kasiwazaki & Akaha, 2006). In

Italy, the government accept those who can

filling the available job opportunities in their

country. It can be seen on figure 5, United

Nation report shows the percentage of

immigrant in Italy started from 1990, is higher

than Japan by 1.63% difference from total

population. Surprisingly, the trend was

dramatically surge to become 9.68% of total

population, seven times higher than Japan’s

immigrant composition in 2015.

85

Gambar 5: Populasi Migran di Jepang dan Italia Figure 5: Migrant Population in Japan and Italy

Sumber: (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, 2017) Source: (United Nations, Department of Economic and Social Affairs, 2017)

Tetapi, keadaan ini tidak membuat

pendapatan nasional Jepang menjadi stagnan.

Menariknya, menurut data OECD pada

gambar 6, pendapatan mereka tercatat

USD2.100 lebih tinggi daripada Italia, yang

tercatat sampai dengan USD33.710 per kapita

pada tahun 2016. Keadaan ini bisa terjadi

karena pemerintah Jepang mulai memperluas

produksi mereka ke negara lain, yang

mengurangi permintaan untuk tenaga kerja,

tapi menjaga agar perekonomian nasional

tetap stabil melalui investasi asing (Wall,

2015).

However, this condition does not make Japan

national income to become stagnant.

Interestingly, according to OECD data on figure

6, their income is recorded USD2100 higher

than Italy, which recorded up to USD33710 per

capita in 2016. This condition might happen

because the government of Japan started to

expand their production to another country,

which might reduce the demands of labour

force, but keep the national economic stable

through foreign investment (Wall, 2015).

85Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 89: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

86

Gambar 6: Pendapatan Netto Nasional di Jepang dan Italia Figure 6: Net National Income in Japan and Italy

Sumber: (OECD, 2017) Source: (OECD, 2017)

Terkait dengan teori Esping Andersen

mengenai rezim kesejahteraan (2012), dalam

menyediakan kebijakan sosial sebelumnya,

Italia dapat diklasifikasikan sebagai

konservatif. Sebaliknya, Jepang yang

sebelumnya juga dapat berkaitan dengan

rezim konservatif karena pemerintah mereka

berfokus pada pencapaian kesetaraan,

terutama untuk orang miskin, baru-baru ini

pemerintah mereka menyediakan beberapa

kebijakan yang sedikit berkaitan dengan

negara neo-liberalisme yang berfokus pada

memenuhi kebutuhan pasar, seperti tenaga

kerja dan memperluas investasi.

D. KESIMPULAN

Baik Jepang dan Italia saat ini menghadapi

masalah yang sama, yaitu populasi yang

menua dalam komposisi masyarakat mereka.

Rasio kesuburan yang stagnan dan harapan

Related to Esping Andersen theory of welfare

regimes (2012), in providing previous social

policy, Italy can be classified as conservative. In

contrast, Japan which previously also can be

related to conservative regime because their

government focus on achieving the equality

especially for the poor, recently their

government provide some policies which

slightly related to the neo-liberalism nation

which focus on fulfilling the market needs such

as labour force and expanding the investment. D. CONCLUSION

Both Japan and Italy now facing the same

problem of ageing population in their society

composition. The stagnancy of fertility ratio and

longer life expectancy, make the number of

86 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 90: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

86

Gambar 6: Pendapatan Netto Nasional di Jepang dan Italia Figure 6: Net National Income in Japan and Italy

Sumber: (OECD, 2017) Source: (OECD, 2017)

Terkait dengan teori Esping Andersen

mengenai rezim kesejahteraan (2012), dalam

menyediakan kebijakan sosial sebelumnya,

Italia dapat diklasifikasikan sebagai

konservatif. Sebaliknya, Jepang yang

sebelumnya juga dapat berkaitan dengan

rezim konservatif karena pemerintah mereka

berfokus pada pencapaian kesetaraan,

terutama untuk orang miskin, baru-baru ini

pemerintah mereka menyediakan beberapa

kebijakan yang sedikit berkaitan dengan

negara neo-liberalisme yang berfokus pada

memenuhi kebutuhan pasar, seperti tenaga

kerja dan memperluas investasi.

D. KESIMPULAN

Baik Jepang dan Italia saat ini menghadapi

masalah yang sama, yaitu populasi yang

menua dalam komposisi masyarakat mereka.

Rasio kesuburan yang stagnan dan harapan

Related to Esping Andersen theory of welfare

regimes (2012), in providing previous social

policy, Italy can be classified as conservative. In

contrast, Japan which previously also can be

related to conservative regime because their

government focus on achieving the equality

especially for the poor, recently their

government provide some policies which

slightly related to the neo-liberalism nation

which focus on fulfilling the market needs such

as labour force and expanding the investment. D. CONCLUSION

Both Japan and Italy now facing the same

problem of ageing population in their society

composition. The stagnancy of fertility ratio and

longer life expectancy, make the number of

87

hidup yang lebih panjang membuat jumlah

warga yang aktif dan menjadi motor utama

untuk produksi ekonomi, menurun selama

beberapa periode. Jika keadaan ini tetap

diabaikan, maka keadaan ini akan

menciptakan jarak yang tajam antara

kelompok usia tertanggung yang meningkat

(warga yang tidak produktif secara ekonomi)

dan menurunnya kelompok usia yang

menanggung (warga yang produktif secara

ekonomi), yang berakibat pada ketidakstabilan

nasional, termasuk akibat ekonomi, sosial, dan

politik.

Datang dari latar belakang yang berbeda,

pemerintah Jepang dan Italia menawarkan

beberapan kebijakan serupa untuk

meminimalisir masalah ini. Guna

meningkatkan laju kelahiran di antara warga

negara, kedua negara memberikan dukungan

insentif kepada keluarga yang memiliki anak

dan juga memberikan manfaat yang cukup

bagi orangtua yang bekerja (cuti sebagai

orangtua dan cuti melahirkan). Kemudian,

untuk meningkatkan tingkat partisipasi di pasar

tenaga kerja, kedua negara memberlakukan

kebijakan untuk memperpanjang batas usia

kerja warga mereka tanpa mengabaikan

kebutuhan dasar manfaat sosial, seperti

pensiun. Terkait dengan imigrasi, negara-

negara ini mengambil keputusan yang

berbeda. Tidak seperti Italia yang mendorong

lebih banyak imigran untuk masuk ke batas

negara mereka, Jepang sedikit membatasi

active citizens which become the main engine

for economy production, is declined though the

periods. If this condition is continued to be

ignored, it will create steep gap between

increasing dependent age groups (not

economically active citizens) and decreasing

supporting age groups (economically active

citizens), which result in national instability

including economic, social, and political

implications.

Come from such different backgrounds, both

governments of Japan and Italy offer some

similar policy to minimise this issue. In order to

increase the birth rate among citizen, both

countries provide the family with children

incentive support as well as giving adequate

benefit for those working parents (parental and

maternity leave). Then, to increase the labour

market participation level, both countries

enacting policy to expand the working age span

of their citizens without neglecting the basic

need of social benefits such as pension.

Related to immigration, these countries took

different decision. In spite of Italy which

encourage more immigrant to enter their

country border, Japan slightly limited those

action. In advance, Japan already replaced the

need of human resources with automation, due

to the shortage of available workers. Moreover,

instead of depending on their own limited

87Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 91: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

88

tindakan-tindakan tersebut. Sebagai tindakan

pencegahan, Jepang telah menggantikan

kebutuhan akan sumber daya manusia

dengan otomatisasi, karena kurangnya

pekerja yang tersedia. Kemudian, daripada

bergantung pada sumber daya manusia

mereka sendiri yang jumlah terbatas, Jepang

cenderung menaikkan GNI mereka dengan

berinvestasi dan memperluas perusahaan

multinasional mereka ke negara lain.

Menurut analisis ini, dapat digarisbawahi

bahwa kedua negara telah berhasil dalam

mengatasi beberapa tantangan populasi yang

menua, dengan melakukan reformasi pada

kebijakan sosial mereka. Dalam hal ini,

sebaiknya ada penyesuaian kebijakan sosial di

masa depan yang terkait dengan perubahan di

masyarakat.

number human resources they have, Japan

tend to increase their GNI by investing and

expanding their multinational companies to

other countries.

According to this analysis, it can be underlined

that both countries have been succeeding on

overcome several challenge of ageing

population, by reforming their social policy. In

this case, there should be a social policy

adjustment in the future related to other society

changes

88 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 92: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

88

tindakan-tindakan tersebut. Sebagai tindakan

pencegahan, Jepang telah menggantikan

kebutuhan akan sumber daya manusia

dengan otomatisasi, karena kurangnya

pekerja yang tersedia. Kemudian, daripada

bergantung pada sumber daya manusia

mereka sendiri yang jumlah terbatas, Jepang

cenderung menaikkan GNI mereka dengan

berinvestasi dan memperluas perusahaan

multinasional mereka ke negara lain.

Menurut analisis ini, dapat digarisbawahi

bahwa kedua negara telah berhasil dalam

mengatasi beberapa tantangan populasi yang

menua, dengan melakukan reformasi pada

kebijakan sosial mereka. Dalam hal ini,

sebaiknya ada penyesuaian kebijakan sosial di

masa depan yang terkait dengan perubahan di

masyarakat.

number human resources they have, Japan

tend to increase their GNI by investing and

expanding their multinational companies to

other countries.

According to this analysis, it can be underlined

that both countries have been succeeding on

overcome several challenge of ageing

population, by reforming their social policy. In

this case, there should be a social policy

adjustment in the future related to other society

changes

89

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

BBC News. (2006, March 24). News: Map - Parenthood Policies in Europe. Diambil pada

tanggal 13 Desember 2017, dari BBC News:

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4837422.stm

Coulmas, F. (2007). Population Decline and Ageing in Japan - the Social Consequences.

New York: Routledge.

Dillinaco, D. (2006, February 13). Articles: Italy - A LAnd of Low Birth Rate. Diambil pada

tanggal 10 Desember 2017, dari Article CIty: www.articlecity.com/articles/

web_design_and_development/article_859.shtml

East-West Center. (2017, April 10). East-West Wire News: Declining Birth Rates Raising

Concern in Asia. Diambil pada tanggal 13 Desember 2017, dari East-West Center:

https://www.eastwestcenter.org/news-center/east-west-wire/declining-birth-rates-

raising-concerns-in-asia

East-West Centre. (2015, Novemer 2-3). Low Fertility, Social Rigidity, and Government Policies in Italy. Population Division: Policy Brief No. 10, hal. 1-2.

Esping-Andersen, G. (2012). The Three Worlds of Welfare Capitalism. Cambridge: Polity

Press.

Gabriele, R., Tundis, E., & Zaninotto, E. (2017, September 23). Ageing Workforce and Profductivity: The Unintended Effects of Retirement Regulation in Italy. Springer, 1-

20.

Kasiwazaki, C., & Akaha, T. (2006, November 1). MPI Article: Japanese Immigration Policy

- Responding to Conflicting Pressures. Diambil pada tanggal 15 Desember 2017,

dari Migration Policy Institute: https://www.migrationpolicy. org/article/japanese-

immigration-policy-responding-conflicting-pressures/

Miyamoto, M., Iwagami, M., & Yamada, M. (1997). Parent-child Relations in a Society with

an Increasing Unmaried Population. Tokyo: Yuhikaku.

89Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 93: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

90

OECD. (2004). Ageing and Employment Policies in Japan. France: OECD Publication

Service. OECD. (2017). National Income: Net National Income. Diambil pada tanggal 20 Desember

2017, dari OECD Data: https://data.oecd.org/pop/fertility-rates.htm

Ray, R. (2008). A Detailed Look at Parental Leave Policies in 21 OECD Countries.

Washington: Center for Economic and Policy Research (CEPR).

Samorodov, A. (1999). Ageing and Labour Markets for Older Workers. Geneva:

International Labour Organization.

Santis, G. D. (2011). Can Immigration Solve the Aging Problem in Italy? Gnus, LXVII No.

3, 37-64.

Schmid, K. (2017, September 29). Human Development Report. Diambil pada tanggal 12

Desember 2017, dari Perserikatan Bangsa-Bangsa:

http://hdr.undhal.org/en/content/life-does-not-end-after-60-and-neither-should-data

Shmuel, J. (2016, August 16). Economy: Japan in Transition - the World's Biggest

Mobilization of Elderly Workers is Underway. Diambil pada tanggal 10 Desember

2017, dari Financial Post: http://business.financialpost.com/news/ economy/japan-

in-transition-how-older-workers-can-help-ease-japans-growing-labour-issues

Testa, M. R. (2000). Fewer and Older Italians, More Problems? - Looking for Solutions to

the Demographic Question. New York: Perserikatan Bangsa-Bangsa Secretariat.

The Federal Reserve Bank of St. Louis. (10 Juni 2013). Economic Research: Labour Force

Participation Rate for Women in Japan. Diambil pada tanggal 15 Desember 2017,

dari FRED Economic Data: https://fred.stlouisfed.org /series/JPNLFPWNA

Tokoro, M. (2010). Family Policy Under the New Government in Japan: the Case of New

Child Benefit. Osaka: Osaka City University.

90 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 94: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

90

OECD. (2004). Ageing and Employment Policies in Japan. France: OECD Publication

Service. OECD. (2017). National Income: Net National Income. Diambil pada tanggal 20 Desember

2017, dari OECD Data: https://data.oecd.org/pop/fertility-rates.htm

Ray, R. (2008). A Detailed Look at Parental Leave Policies in 21 OECD Countries.

Washington: Center for Economic and Policy Research (CEPR).

Samorodov, A. (1999). Ageing and Labour Markets for Older Workers. Geneva:

International Labour Organization.

Santis, G. D. (2011). Can Immigration Solve the Aging Problem in Italy? Gnus, LXVII No.

3, 37-64.

Schmid, K. (2017, September 29). Human Development Report. Diambil pada tanggal 12

Desember 2017, dari Perserikatan Bangsa-Bangsa:

http://hdr.undhal.org/en/content/life-does-not-end-after-60-and-neither-should-data

Shmuel, J. (2016, August 16). Economy: Japan in Transition - the World's Biggest

Mobilization of Elderly Workers is Underway. Diambil pada tanggal 10 Desember

2017, dari Financial Post: http://business.financialpost.com/news/ economy/japan-

in-transition-how-older-workers-can-help-ease-japans-growing-labour-issues

Testa, M. R. (2000). Fewer and Older Italians, More Problems? - Looking for Solutions to

the Demographic Question. New York: Perserikatan Bangsa-Bangsa Secretariat.

The Federal Reserve Bank of St. Louis. (10 Juni 2013). Economic Research: Labour Force

Participation Rate for Women in Japan. Diambil pada tanggal 15 Desember 2017,

dari FRED Economic Data: https://fred.stlouisfed.org /series/JPNLFPWNA

Tokoro, M. (2010). Family Policy Under the New Government in Japan: the Case of New

Child Benefit. Osaka: Osaka City University.

91

Tsuya, N. O. (2017, Juni). Analysis and Publications: Low Fertility in Japan - No End in

Sight. Diambil pada tanggal 13 Desember 2017, dari East-West Center:

https://www.eastwestcenter.org/publications/low-fertility-in-japan— no-end-in-sight

United Nation, Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP). (2016). Ageing in Asia and the Pacific Overview. Bangkok: Social Development Division.

Perserikatan Bangsa-Bangsa Population Fund. (2012). Ageing in the Twenty-First

Century: a Celebration and a Challenge. New York: UNFPA.

Perserikatan Bangsa-Bangsa Population Fund. (2017, October 17). State of World

Population Report (SWOP) 2017. Diambil pada tanggal 10 Desember 2017, dari

UNFPA Indonesia: https://indonesia.unfpa.org/en/publications/state-world-

population-report-swop-2017?page=2

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial. (2017). World

Population Prospects 2017. Diambil pada tanggal 10 Desember 2017, dari

Perserikatan Bangsa-Bangsa DESA/ Population Division: https://esa.un.org/

unpd/wpp/Graphs/Probabilistic/FERT/TOT/

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, Population Division. (2015). World Population Ageing 2015. New York: Perserikatan Bangsa-

Bangsa.

Wall, E. (2015, December 11). Funds: Japan's Ageing Population - Economic Drag or

Opportunity? Diambil pada tanggal 10 Desember 2017, dari Morningstar:

https://www.morningstar.com.au/funds/article/ageing-population/7453 Bank Dunia. (1 Juli 2017). Data Catalog: GDP Ranking. Diambil pada tanggal 10

Desember 2017, dari Grup Bank Dunia [AS]: https://data.worldbank.org/data-

catalog/gdp-ranking-table

Bank Dunia. (2017). The World Bank Data: Fertility Rate, Total (Births per Woman).

Diambil pada tanggal 15 Desember 2017, dari Grup Bank Dunia:

https://data.worldbank.org/indicator/SHAL.DYN.TFRT.IN?end=2015&locations=JP

&start=1960&view=chart

91Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 95: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

92

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATION Shandika Putra Damayana

Jalan Tambak Arum VII number 24, Surabaya 60142, East Java, Indonesia

+62 31 50513721 +62 857 327 99 292

[email protected] [email protected]

Google Hangout [email protected] / [email protected]

Sex Male | Date of birth 29/11/1989 | Nationality Indonesian

WORK EXPERIENCE

STUDIES APPLIED FOR Double Degree Master Program in Sociology Gadjah Mada University and University of Melbourne

June 2016 – Now Main Officer of Quality and Risk Management BPJS Ketenagakerjaan Regional Office of Central Java & Yogyakarta Jalan Pemuda number 130, Semarang 50132, T +62 24 3559563, www.bpjsketenagakerjaan.go.id

▪ Identifying, assessing, controlling, prioritizing, and monitoring the risks occurred in achieving the unit targets.

▪ Coordinating, guiding, and socializing the process of quality and risk management in the regional office and its branch offices.

▪ Making a review of business process quality and risk management process in the regional office and its branch offices, and recommend the preventive actions required.

▪ Analysing some samplings and evaluating the business process quality and risk management process in the regional office and its branch offices.

Business or sector: Government Legal Entity of Social Security

September 2013 – May 2016 Officer of Claim Verification and Services BPJS Ketenagakerjaan Branch Office of Semarang Majapahit

Jalan Brigjen Sudiarto number 4, Pedurungan, Semarang 50199, T +62 24 76747997

▪ Verifying the claim documents of all benefit programs and making sure the given benefit has been appropriate with the case and applied regulations.

▪ On-site investigating the work-related accident and death benefit cases. ▪ Monitoring and evaluating the service provided by the cooperating hospitals, clinics, and other third-

party providers. ▪ Marketing and socializing the program benefits to society.

Business or sector: Government Legal Entity of Social Security

September 2012 – August 2013 Main Architect Putra Surya Megah, PT

Jalan Rungkut Madya number 81, Surabaya 60293, T +62 31 8700557

▪ Designing the development of site for housing and commercial buildings. ▪ Designing and making the architectural drawing of all projects. ▪ Inspecting and monitoring the building construction process.

Business or sector: Contractor & Developer

92 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 96: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

92

CURRICULUM VITAE

PERSONAL INFORMATION Shandika Putra Damayana

Jalan Tambak Arum VII number 24, Surabaya 60142, East Java, Indonesia

+62 31 50513721 +62 857 327 99 292

[email protected] [email protected]

Google Hangout [email protected] / [email protected]

Sex Male | Date of birth 29/11/1989 | Nationality Indonesian

WORK EXPERIENCE

STUDIES APPLIED FOR Double Degree Master Program in Sociology Gadjah Mada University and University of Melbourne

June 2016 – Now Main Officer of Quality and Risk Management BPJS Ketenagakerjaan Regional Office of Central Java & Yogyakarta Jalan Pemuda number 130, Semarang 50132, T +62 24 3559563, www.bpjsketenagakerjaan.go.id

▪ Identifying, assessing, controlling, prioritizing, and monitoring the risks occurred in achieving the unit targets.

▪ Coordinating, guiding, and socializing the process of quality and risk management in the regional office and its branch offices.

▪ Making a review of business process quality and risk management process in the regional office and its branch offices, and recommend the preventive actions required.

▪ Analysing some samplings and evaluating the business process quality and risk management process in the regional office and its branch offices.

Business or sector: Government Legal Entity of Social Security

September 2013 – May 2016 Officer of Claim Verification and Services BPJS Ketenagakerjaan Branch Office of Semarang Majapahit

Jalan Brigjen Sudiarto number 4, Pedurungan, Semarang 50199, T +62 24 76747997

▪ Verifying the claim documents of all benefit programs and making sure the given benefit has been appropriate with the case and applied regulations.

▪ On-site investigating the work-related accident and death benefit cases. ▪ Monitoring and evaluating the service provided by the cooperating hospitals, clinics, and other third-

party providers. ▪ Marketing and socializing the program benefits to society.

Business or sector: Government Legal Entity of Social Security

September 2012 – August 2013 Main Architect Putra Surya Megah, PT

Jalan Rungkut Madya number 81, Surabaya 60293, T +62 31 8700557

▪ Designing the development of site for housing and commercial buildings. ▪ Designing and making the architectural drawing of all projects. ▪ Inspecting and monitoring the building construction process.

Business or sector: Contractor & Developer

93

EDUCATION AND TRAINING

PERSONAL SKILLS

June 2009 – May 2011 Lecturer Assistance in Digital Architecture Laboratory

Department of Architecture, Faculty of Engineering, Brawijaya University, Malang Jalan Veteran, Malang 65145, T +62 34 1551611

▪ Teaching and mentoring the junior students related to architectural drawing using digital computation. ▪ Providing and arranging workshop in digital architecture. ▪ Managing the digital architecture laboratory. ▪ Maintaining the digital laboratory software and hardware.

Business or sector: Education

December 2016 Certified Risk Management Officer (CRMO) Score: 8.5/10

Lembaga Sertifikasi Profesi Manajemen Risiko (LSPMR), South Jakarta

▪ Subjects: Business Quantitative, Risk Culture Awareness, Basic Risk, Risk Management Process & Technique.

June 2008 – July 2012 Bachelor of Engineering in Architecture GPA: 3.22/4

Architecture Department, Faculty of Engineering, Brawijaya University, Malang (Level ‘A’ National Accreditation)

▪ Undergraduate thesis: The Implementation of Folding Architecture Methods on the Design of Contemporary Art Gallery & Museum in Surabaya.

Mother tongue(s) Bahasa Indonesia & Javanese

Other language(s) UNDERSTANDING SPEAKING WRITING

Listening Reading Spoken interaction Spoken production

English C1 C2 B2 B2 C1 Levels: A1/2: Basic user - B1/2: Independent user - C1/2 Proficient user

Common European Framework of Reference for Languages

Communication skills ▪ Good communication and presentation skills: from the experience in interacting with customers, presenting the program benefits to companies and provider colleagues, and guiding all units in the region scope related to the risk management processes.

▪ Interpersonal skill: from the responsibility as lecturer assistant in university, and from approaching and building relation with prospected companies.

Organisational / managerial skills ▪ Critical thinking: from claims verification, cases investigation, and risk management process. ▪ Problem solving: from facing various problems and situations on claim process determination and

giving recommendation in preventing actions in risk management. ▪ Organisation: from active in some organisations and managing the digital laboratory during

undergraduate and coordinating some events in BPJS Ketenagakerjaan.

Job-related skills ▪ Risk management skills: from the certification as quality and risk management officer from CRMO. ▪ Good analysing: from the responsibility as clam verifier and as quality and risk management officer.

Computer skills ▪ Competent with Microsoft Office tools. ▪ Competent with graphic design programs such as CorelDraw and Photoshop. ▪ Competent with architectural drawing programs such as AutoCAD, 3D Sketchup, 3DsMax, and

Lumion. ▪ Experience with PC hardware and software.

93Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 97: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

94

ANNEXES

Other skills ▪ Architectural drawing ▪ Graphic designing ▪ Arts, music, and vocal

Driving licence ▪ I am a holder of Indonesian driving license for A and C category

▪ Recommendation letter ▪ Motivation letter. ▪ Copies of degrees and qualifications.

94 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 98: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

94

ANNEXES

Other skills ▪ Architectural drawing ▪ Graphic designing ▪ Arts, music, and vocal

Driving licence ▪ I am a holder of Indonesian driving license for A and C category

▪ Recommendation letter ▪ Motivation letter. ▪ Copies of degrees and qualifications.

95

PENELITIAN KOMPARATIF TENTANG

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN SOSIAL UNTUK TENAGA KERJA PENYANDANG

DISABILITAS DI INDONESIA DAN AUSTRALIA

Zicko Varianto

Abstrak

Tenaga kerja penyandang disabilitas memiliki

hak dan potensi yang sama untuk

berkontribusi pada kegiatan ekonomi, terlepas

dari keterbatasan dan ketidakmampuan

mereka. Makalah ini membandingkan jaminan

sosial tenaga kerja penyandang disabilitas

antara Indonesia dan Australia. Indonesia

masih menjadi sebuah negara berkembang

yang berbentuk kepulauan, sedangkan

Australia adalah satu wilayah besar dengan

beraneka ragam ekosistem. Kedua negara

memiliki keanekaragaman yang kuat karena

banyaknya ras yang hidup bersama.

Walaupun kedua negara mungkin memiliki

beberapa kesamaan dalam beberapa aspek,

namun untuk masalah kesejahteraan, kedua

negara ini sangat berbeda.

Kata kunci: Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas, Jaminan Sosial, Esping-Enderson, Indonesia, Australia

A COMPARATIVE STUDY ON SOCIAL POLICIES FOR DISABLED LABOR FORCE BETWEEN INDONESIA AND AUSTRALIA

Zicko Varianto

Abstract

Disabled labor force have the same rights and

potential to contribute to economic activities

regardless of their limitation and incapability.

This paper is comparing the social security of

disabled labor force between Indonesia and

Australia. Indonesia is still a developing country

with an archipelago form while Australia is one

massive area with vast array of ecosystem.

Both countries have strong diversity with many

races live together. While in some aspects both

of the countries might have some similarities,

but as for welfare states, both are very different.

Keywords: Disabled Labor Force, Social Security, Esping-Enderson, Indonesia, Australia

95Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 99: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

96

A. PENDAHULUAN

Sebagai manusia, setiap orang di dunia

ini, termasuk mereka yang merupakan

penyandang disabilitas, memiliki hak yang

yang sama untuk hidup, bersosialisasi dan

memberikan kontribusi kepada

masyarakat. Meskipun ada banyak undang-

undang yang mencoba untuk memberikan

perlindungan dan situasi yang sama untuk

tenaga kerja difabel, namun pada

kenyataannya masih banyak diskriminasi yang

terjadi pada orang-orang difabel. Mereka

memiliki hak dan potensi yang sama untuk

berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi,

terlepas dari keterbatasan dan

ketidakmampuan mereka. Pemerintah

memiliki tugas untuk menyediakan hukum dan

kebijakan sosial bagi penyandang disabilitas.

Indonesia memiliki sebagian kecil warga

Negara yang merupakan penyandang

disabilitas. Mereka membutuhkan kebijakan

sosial yang memberikan akses yang setara

kepada mereka untuk peluang kerja dan

melindungi mereka dari kerentanan dan risiko.

Makalah ini bertujuan untuk membandingkan

kebijakan jaminan social bagi angkatan kerja

difabel di Indonesia dan Australia. Tulisan

ini akan menilai apakah kebijakan tersebut

cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan

mereka. Melalui perbandingan tersebut,

makalah akan memunculkan pertanyaan

apakah Indonesia bisa menerapkan sistem

Australia untuk tenaga kerja difabelnya.

A. INTRODUCTION

As a human being, everyone in this world

including those who are diffable has the same

rights to live, socialize and contribute to the

community. While there are many laws that try

to provide protection and an equal situation for

disabled labor force, but in reality, there are still

a lot of discrimination pointed at the disabled

people. They have the same rights and potential

to contribute to economic activityies regardless

of their limitation and incapability. It is the

government’s task to provide the law and social

policy for disabled people. Indonesia have a

small portion of its citizens with disabilities.

They need social policies that provide them with

equal access to job opportinies and protect

them from vulnerabilities and risks. This paper

is aiming to compare social security policies for

disabled labor forces in Indonesia and

Australia. It will assess whether the policy are

adequate enough to fulfill their needs. Through

the comparison, the paper will raise a question

whether Indonesia can apply Australian system

for its disabled labor forces. I argue that even

though Indonesia and Australia has very

different welfare states, the government of

Indonesia could learn more about providing

good social policy and social security for

disabled labor force. This paper will explain the

background principle of Indonesia and the real

condition of disabled labor force with the laws,

social policy and social security that already

implemented. After that, I will explain about the

96 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 100: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

96

A. PENDAHULUAN

Sebagai manusia, setiap orang di dunia

ini, termasuk mereka yang merupakan

penyandang disabilitas, memiliki hak yang

yang sama untuk hidup, bersosialisasi dan

memberikan kontribusi kepada

masyarakat. Meskipun ada banyak undang-

undang yang mencoba untuk memberikan

perlindungan dan situasi yang sama untuk

tenaga kerja difabel, namun pada

kenyataannya masih banyak diskriminasi yang

terjadi pada orang-orang difabel. Mereka

memiliki hak dan potensi yang sama untuk

berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi,

terlepas dari keterbatasan dan

ketidakmampuan mereka. Pemerintah

memiliki tugas untuk menyediakan hukum dan

kebijakan sosial bagi penyandang disabilitas.

Indonesia memiliki sebagian kecil warga

Negara yang merupakan penyandang

disabilitas. Mereka membutuhkan kebijakan

sosial yang memberikan akses yang setara

kepada mereka untuk peluang kerja dan

melindungi mereka dari kerentanan dan risiko.

Makalah ini bertujuan untuk membandingkan

kebijakan jaminan social bagi angkatan kerja

difabel di Indonesia dan Australia. Tulisan

ini akan menilai apakah kebijakan tersebut

cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan

mereka. Melalui perbandingan tersebut,

makalah akan memunculkan pertanyaan

apakah Indonesia bisa menerapkan sistem

Australia untuk tenaga kerja difabelnya.

A. INTRODUCTION

As a human being, everyone in this world

including those who are diffable has the same

rights to live, socialize and contribute to the

community. While there are many laws that try

to provide protection and an equal situation for

disabled labor force, but in reality, there are still

a lot of discrimination pointed at the disabled

people. They have the same rights and potential

to contribute to economic activityies regardless

of their limitation and incapability. It is the

government’s task to provide the law and social

policy for disabled people. Indonesia have a

small portion of its citizens with disabilities.

They need social policies that provide them with

equal access to job opportinies and protect

them from vulnerabilities and risks. This paper

is aiming to compare social security policies for

disabled labor forces in Indonesia and

Australia. It will assess whether the policy are

adequate enough to fulfill their needs. Through

the comparison, the paper will raise a question

whether Indonesia can apply Australian system

for its disabled labor forces. I argue that even

though Indonesia and Australia has very

different welfare states, the government of

Indonesia could learn more about providing

good social policy and social security for

disabled labor force. This paper will explain the

background principle of Indonesia and the real

condition of disabled labor force with the laws,

social policy and social security that already

implemented. After that, I will explain about the

97

Penulis berpendapat bahwa meskipun

Indonesia dan Australia memiliki bentuk

kesejahteraan yang sangat berbeda,

pemerintah Indonesia dapat belajar lebih

banyak tentang penyediaan kebijakan sosial

dan jaminan sosial yang baik untuk tenaga

kerja difabel. Tulisan ini akan menjelaskan

latar belakang prinsip Indonesia dan kondisi

nyata tenaga kerja difabel dengan undang-

undang, kebijakan sosial dan jaminan sosial

yang telah dilaksanakan. Setelah itu, penulis

akan menjelaskan tentang kebijakan sosial

dan jaminan sosial bagi penyandang

disabilitas di Australia, yang nantinya akan

dibandingkan dan dipelajari apakah kebijakan

tersebut dapat diimplementasikan juga di

Indonesia. Untuk mempelajari lebih lanjut

tentang cara yang tepat untuk menyediakan

kebijakan sosial dan jaminan sosial yang baik

bagi angkatan kerja difabel, Pemerintah

Indonesia harus mengambil contoh dari

negara maju yang telah menerapkan jaminan

sosial yang layak bagi penyandang disabilitas.

Latar Belakang

Mengapa Indonesia dan Australia? Indonesia

dan Australia adalah dua negara yang sangat

berbeda dan hidup sangat

berdekatan. Indonesia masih negara

berkembang dengan bentuk kepulauan,

sementara Australia adalah salah satu daerah

yang luas dengan ekosistem yang sangat

beraneka ragama. Kedua negara memiliki

keragaman yang besar dengan banyak ras

social policy and social security for disabled

people in Australia, which later on will be

compared and studied whether such policies

can be implemented also in Indonesia. In order

to learn more about a proper way to provide a

good social policy and social security for

disabled labor force, The Government of

Indonesia should took an example from a

developed country that already implement a

decent social security for disabled people.

Background

Why Indonesia and Australia? Indonesia and

Australia is two very different countries and yet

live so closely together. Indonesia is still a

developing country with an archipelago form

while Australia is one massive area with vast

array of ecosystem. Both countries have strong

diversity with many races live together. While in

some aspects both of the countries might have

some similarities, but as for welfare states, both

97Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 101: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

98

yang hidup bersama.Sementara dalam

beberapa aspek kedua negara mungkin

memiliki beberapa kesamaan, tetapi untuk

bentuk kesejahteraan, keduanya sangat

berbeda. Jika kita melihat dari tipologi Esping-

Andersen, Indonesia dapat dikategorikan

sebagai “Sosial Demokratik”, sementara

Australia adalah “Liberal”. Dalam demokrasi

sosial, negara bertindak sebagai pengurus

untuk banyak hal atau sepenuhnya

terdekomodifikasi. Sedangkan, dalam kategori

liberal, negara memfokuskan terutama untuk

kelompok berpenghasilan rendah dan

mendorong kelompok yang lain untuk

mengambil perlindungan sosial pribadi

(Ebbinghaus, 2012). Inilah sebabnya mengapa

Pemerintah Indonesia menghadapi banyak

masalah untuk menerapkan kebijakan sosial di

seantero negeri. Negara mencoba untuk

mencakup semua kebijakan sosial bagi semua

provinsi, meskipun tidak semua provinsi dapat

menggunakan kebijakan yang sama seperti

yang lain. Dengan ratusan ras dan budaya

yang berbeda, sulit untuk memusatkan

kebijakan sosial untuk diterapkan di setiap

wilayah di Indonesia. Hal tersebut akibat

setiap pemerintah daerah di setiap daerah,

provinsi atau kabupaten harus mengikuti

perintah pemerintah pusat, walaupun setiap

daerah memiliki karakteristik warga yang

berbeda. Undang-undang dan kebijakan sosial

mungkin tidak cocok jika diterapkan di daerah

tertentu karena perilaku dan budaya warga

negara.

are very different. If we look from Esping-

Andersen typology, Indonesia can be

categorized as “Social Democratic” while

Australia is “Liberal”. In social democratic, the

state acts as caretaker for a lot of things or fully

decommodified while in liberal, the state

focused mainly for low income groups and push

other people to go with private social protection

(Ebbinghaus, 2012). This is why Indonesian

Government is facing a lot of problem to apply

social policies across the country. The state try

to cover all the social policies for all the

provinces even though not all of area can use

the same policy as well as the others. With

hundreds of races and with different cultures, it

is hard to centralized social policies to apply in

every area around Indonesia. Because each

local government in every area, province or

district have to follow central government orders

even though each area have different

characteristic of citizens. The law and social

policy might not be suitable if it implemented in

certain area because of the citizen’s behavior

and culture.

98 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 102: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

98

yang hidup bersama.Sementara dalam

beberapa aspek kedua negara mungkin

memiliki beberapa kesamaan, tetapi untuk

bentuk kesejahteraan, keduanya sangat

berbeda. Jika kita melihat dari tipologi Esping-

Andersen, Indonesia dapat dikategorikan

sebagai “Sosial Demokratik”, sementara

Australia adalah “Liberal”. Dalam demokrasi

sosial, negara bertindak sebagai pengurus

untuk banyak hal atau sepenuhnya

terdekomodifikasi. Sedangkan, dalam kategori

liberal, negara memfokuskan terutama untuk

kelompok berpenghasilan rendah dan

mendorong kelompok yang lain untuk

mengambil perlindungan sosial pribadi

(Ebbinghaus, 2012). Inilah sebabnya mengapa

Pemerintah Indonesia menghadapi banyak

masalah untuk menerapkan kebijakan sosial di

seantero negeri. Negara mencoba untuk

mencakup semua kebijakan sosial bagi semua

provinsi, meskipun tidak semua provinsi dapat

menggunakan kebijakan yang sama seperti

yang lain. Dengan ratusan ras dan budaya

yang berbeda, sulit untuk memusatkan

kebijakan sosial untuk diterapkan di setiap

wilayah di Indonesia. Hal tersebut akibat

setiap pemerintah daerah di setiap daerah,

provinsi atau kabupaten harus mengikuti

perintah pemerintah pusat, walaupun setiap

daerah memiliki karakteristik warga yang

berbeda. Undang-undang dan kebijakan sosial

mungkin tidak cocok jika diterapkan di daerah

tertentu karena perilaku dan budaya warga

negara.

are very different. If we look from Esping-

Andersen typology, Indonesia can be

categorized as “Social Democratic” while

Australia is “Liberal”. In social democratic, the

state acts as caretaker for a lot of things or fully

decommodified while in liberal, the state

focused mainly for low income groups and push

other people to go with private social protection

(Ebbinghaus, 2012). This is why Indonesian

Government is facing a lot of problem to apply

social policies across the country. The state try

to cover all the social policies for all the

provinces even though not all of area can use

the same policy as well as the others. With

hundreds of races and with different cultures, it

is hard to centralized social policies to apply in

every area around Indonesia. Because each

local government in every area, province or

district have to follow central government orders

even though each area have different

characteristic of citizens. The law and social

policy might not be suitable if it implemented in

certain area because of the citizen’s behavior

and culture.

99

“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” dan

“Keadilan Sosial untuk Seluruh Rakyat

Indonesia” adalah prinsip kedua dan kelima

Pancasila. Berdasarkan pada prinsip-prinsip

tersebut, setiap individu di Indonesia harus

memiliki hak dan kesempatan yang sama

untuk masuk sebagai angkatan kerja. Setiap

orang memiliki potensi yang sama untuk

berkontribusi kepada negara. Namun, pada

kenyataannya, beberapa warga penyandang

disabilitas memiliki lebih banyak masalah

untuk dihadapi. Sebagian besar penyandang

disabilitas menghadapi diskriminasi dan

perlakuan tidak adil dari perusahaan atau

pengusaha, meskipun mereka memiliki hak

yang sama seperti orang

lain. Ada banyak orang difabel yang merasa

dikucilkan dari masyarakat karena diskriminasi

dari masyarakat. Diskriminasi bisa berbentuk

sikap terhadap mereka atau infrastruktur yang

tidak memberikan akses bagi penyandang

disabilitas. Masalah lain bagi penyandang

disabilitas adalah kurangnya kesadaran dari

orang lain. Meskipun ada fasilitas yang sudah

diterapkan untuk membantu penyandang

disabilitas, tapi stigma di sekitar penyandang

disabilitas membuat fasilitas tersebut menjadi

tidak efektif.

Tetapi, apakah definisi penyandang disabilitas

itu sendiri? Penyandang disabilitas adalah

sekelompok warga negara yang memiliki

keterbatasan sehubungan dengan

keterbatasan fisik atau mental mereka, dan

“A Just and Civilized Humanity” and “Social

Justice for All Indonesian”. Those are the

second and the fifth principles of Pancasila.

Based on those principles, every individual in

Indonesia should have the same right and the

same opportunities to join the labor force.

Everyone have the same potential to contribute

for the country. However, in reality, some of the

citizens with disabilities have more problems to

handle. Most of people with disabilities faces

discrimination and unfair treatment from

companies or employers even though they

have the same right as everyone else. There

are many people with disability feel excluded

from the society because of the discrimination

from the society. The discrimination could be in

the form of attitude towards them or the

infrastructure that does not provide access for

people with disabilities. Another problem for the

disabled people is the lack of awareness from

other people. Even though there are facilities

that already implemented to help people with

disabilities, but the stigma around disabled

people made such facilities ineffective.

However, what is the definition of people with

disabilities itself? People with disabilities is

groups of citizens that have limitation regarding

to their physical or mental impairments and

made them struggle to join and participate in the

99Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 103: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

100

membuat mereka kesulitan untuk bergabung

dan ambil bagian dalam masyarakat.

Disabilitas membatasi seseorang untuk

berinteraksi dengan sekeliling mereka

(Kementerian Kesehatan Indonesia, 2015).

Disabilitas ini berkaitan dengan keterbatasan

fisik atau mental dan berakibat pada

keterbatasan dalam kehidupan seseorang.

Menurut Sophie Mitra, ada empat model

disabilitas: pertama adalah model Medis, yang

menjelaskan bahwa disabilitas disebabkan

oleh penyakit, kecelakaan, atau kondisi

kesehatan lainnya yang memerlukan

perawatan dan rehabilitas medis. Model kedua

adalah model Sosial, yaitu model yang

menetapkan bahwa disabilitas disebabkan

oleh masyarakat daripada sesuatu yang

melekat pada orang tersebut. Model ini

menjelaskan bahwa disabilitas terjadi karena

diskriminasi dari masyarakat. Model ketiga

adalah model Nagi yang juga dikenal sebagai

paradigm keterbatasan fungsional. Model ini

mengacu pada keterbatasan anatomi atau

fisiologis. Model yang terakhir adalah

International Classification of Functioning

(ICF) / Klasifikasi Internasional tentang

Kemampuan untuk Beraktivitas, yang

diklasifikasikan oleh WHO. Model ini

menjelaskan bahwa disabilitas terjadi dari

kondisi kesehatan seseorang, yang mengarah

pada keterbatasan aktivitas (Mitra, 2006).

Akibat keterbatasan ini, para penyandang

disabilitas memerlukan fasilitas dan bantuan

dari pemerintah agar bisa berpartisipasi dalam

community. The disabilities gave the person

limitation to interact with their surroundings.

(Indonesia Health Minister, 2015). These

disabilities are related to the physical or mental

impairments and resulting in a limitation in the

individual’s lives. According to Sophie Mitra,

there are four model of disability: First is the

Medical model, which explain that disability was

caused by a disease, an accident or other

health condition that need medical treatment

and rehabilitation. Second is the Social model;

this model find that disability is made by the

society rather than an attribute to a person. This

model explain that disability happens because

of discrimination from the society. The third is

the Nagi model which also known as the

functional limitation paradigm. This model

refers to anatomical or physiological

impairments. The final model is the

International Classification of Functioning (ICF)

which classified by the WHO. This model

explain that disability comes from health

condition of an individual, which lead to

limitation in activity (Mitra, 2006) Because of

this limitation, disabled people need facilities

and help from the government to be able to join

the labor market. Because of the lack access to

labor market, disabled people often related to

poverty.

100 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 104: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

100

membuat mereka kesulitan untuk bergabung

dan ambil bagian dalam masyarakat.

Disabilitas membatasi seseorang untuk

berinteraksi dengan sekeliling mereka

(Kementerian Kesehatan Indonesia, 2015).

Disabilitas ini berkaitan dengan keterbatasan

fisik atau mental dan berakibat pada

keterbatasan dalam kehidupan seseorang.

Menurut Sophie Mitra, ada empat model

disabilitas: pertama adalah model Medis, yang

menjelaskan bahwa disabilitas disebabkan

oleh penyakit, kecelakaan, atau kondisi

kesehatan lainnya yang memerlukan

perawatan dan rehabilitas medis. Model kedua

adalah model Sosial, yaitu model yang

menetapkan bahwa disabilitas disebabkan

oleh masyarakat daripada sesuatu yang

melekat pada orang tersebut. Model ini

menjelaskan bahwa disabilitas terjadi karena

diskriminasi dari masyarakat. Model ketiga

adalah model Nagi yang juga dikenal sebagai

paradigm keterbatasan fungsional. Model ini

mengacu pada keterbatasan anatomi atau

fisiologis. Model yang terakhir adalah

International Classification of Functioning

(ICF) / Klasifikasi Internasional tentang

Kemampuan untuk Beraktivitas, yang

diklasifikasikan oleh WHO. Model ini

menjelaskan bahwa disabilitas terjadi dari

kondisi kesehatan seseorang, yang mengarah

pada keterbatasan aktivitas (Mitra, 2006).

Akibat keterbatasan ini, para penyandang

disabilitas memerlukan fasilitas dan bantuan

dari pemerintah agar bisa berpartisipasi dalam

community. The disabilities gave the person

limitation to interact with their surroundings.

(Indonesia Health Minister, 2015). These

disabilities are related to the physical or mental

impairments and resulting in a limitation in the

individual’s lives. According to Sophie Mitra,

there are four model of disability: First is the

Medical model, which explain that disability was

caused by a disease, an accident or other

health condition that need medical treatment

and rehabilitation. Second is the Social model;

this model find that disability is made by the

society rather than an attribute to a person. This

model explain that disability happens because

of discrimination from the society. The third is

the Nagi model which also known as the

functional limitation paradigm. This model

refers to anatomical or physiological

impairments. The final model is the

International Classification of Functioning (ICF)

which classified by the WHO. This model

explain that disability comes from health

condition of an individual, which lead to

limitation in activity (Mitra, 2006) Because of

this limitation, disabled people need facilities

and help from the government to be able to join

the labor market. Because of the lack access to

labor market, disabled people often related to

poverty.

101

pasar tenaga kerja. Akibat kurangnya akses di

pasar tenaga kerja, para penyandang

disabilitas kerap kali dikaitkan dengan

kemiskinan.

B. METODOLOGI

Untuk makalah ini, penulis menggunakan studi

kepustakaan atau penelitian sekunder sebagai

metodologi. Metode tersebut memiliki tujuan

untuk mengkaji temuan-temuan penelitian

sebelumnya dan menggunakannya sebagai

pemahaman atau kerangka makalah.

Keuntungan dari studi pustaka adalah efisiensi

waktu dan lebih berfokus pada masalah

tertentu yang dipilih (Travis, 2016). Ada dua

jenis studi pustaka, yaitu studi pustaka internal

dan studi pustaka eksternal. Perbedaannya

adalah cakupan penelitian. Penelitian internal

melakukan penelitian di bawah batasan-

batasan tertentu, sebagai contoh, dalam suatu

organisasi. Penelitian eksternal melakukan

penelitian tanpa batasan-batasan sepanjang

data masih relevan untuk penelitian (Juneja,

2018).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Angkatan Kerja Difabel Indonesia

Memiliki disabilitas dalam masyarakat yang

memiliki sedikit kesadaran mengenai

disabilitas tersebut adalah suatu hal yang

sulit. Fasilitas umum untuk kaum difabel

masih minim dan tidak cukup layak. Bahkan

pusat rehabilitasi untuk orang-orang difabel

memiliki tingkat yang sama dengan fasilitas

B. METHODOLOGY

For this paper, writer is using desk research or

secondary research as a methodology. The

method have the purpose to review previous

research findings and use it as an

understanding or a framework of the paper. The

benefit of desk research is time efficiency and

more focused on certain issue that being

chosen (Travis, 2016). There are two types of

desk research, which is internal desk research

and external desk research. The difference is

about the coverage of research. Internal

research is doing the research inside certain

boundaries, for example inside an organization,

while external research is doing the research

without the boundaries as long as the data still

relevant for the research (Juneja, 2018). C. RESULTS AND DISCUSSION Indonesia Disabled Labor Force

Having disabilities in a society that have a little

awareness of them is hard. The public facilities

for disabled people are still minimal and not

decent enough. Even the rehabilitation center

for the disabled people have the same level as

the rehabilitation facilities for drug addicts as if

101Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 105: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

102

rehabilitasi untuk pecandu narkoba seolah-

olah disabilitas adalah semacam ”penyakit”

yang perlu disembuhkan dengan

segera (UNY, 2014).

Menurut Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS),

pada tahun 2015, dari total penduduk

Indonesia, ada 8,56 % warga negara yang

memiliki disabilitas (Badan Pusat Statistik,

2015). Meskipun jumlah ini tidak benar-benar

akurat menurut BPS karena keterbatasan staf

mereka, tapi data ini sudah memberikan

gambaran kasar kepada kami tentang orang-

orang difabel. Selain itu, dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa ada potensi

pertumbuhan ekonomi Indonesia jika tenaga

kerja difabel dapat bergabung dengan pasar

tenaga kerja.

Ada undang-undang tertentu yang dibuat

khusus untuk orang difabel. Undang-undang

Indonesia yang lama, yaitu Nomor 4 tahun

1997 tentang Penyandang disabilitas

menyatakan bahwa setiap perusahaan

setidaknya harus mempekerjakan satu pekerja

difabel untuk setiap 100 pekerja atau 1% dari

seluruh karyawan (BetterWork, 2012).

Undang-undang ini sudah usang dan tidak

relevan lagi di zaman modern ini. Ada

pembaruan tentang undang-undang tersebut

dari pemerintah, yaitu Undang-Undang

Indonesia Nomor 8 tahun 2016

tentang penyandang disabilitas. Undang-

undang yang baru menyatakan definisi baru

disabilities are some kind of “diseases” that

need to be cured immediately (UNY, 2014).

According to Central Bureau of Statistics

Indonesia (BPS), in 2015, from the total

population of Indonesia, there are 8, 56%

citizen that have disabilities (Central Bureau of

Statistic, 2015). Even though this number is not

really accurate according to BPS because of the

limitation from their staff, but this data already

gave us a rough description of people with

disabilities. Moreover, from the data we can

conclude that there are potential for Indonesia

economic growth if the disabled labor force

could join the labor market.

There are certain laws that have been made

specifically for disabled people. The old Law of

Indonesia Number 4 year 1997 about People

with disabilities stated that every company

should at least employ one disabled worker for

every 100 worker or 1% from the whole

employees (BetterWork, 2012). This law is

already outdated and no longer relevant in this

modern day. There is an update on that law

from the government, which is The Law of

Indonesia Number 8 year 2016 about people

with disabilities. The new law stated new

definition of disabled person which is ”any

person with longstanding physical, intellectual,

mental and / or sensory limitations in interacting

102 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 106: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

102

rehabilitasi untuk pecandu narkoba seolah-

olah disabilitas adalah semacam ”penyakit”

yang perlu disembuhkan dengan

segera (UNY, 2014).

Menurut Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS),

pada tahun 2015, dari total penduduk

Indonesia, ada 8,56 % warga negara yang

memiliki disabilitas (Badan Pusat Statistik,

2015). Meskipun jumlah ini tidak benar-benar

akurat menurut BPS karena keterbatasan staf

mereka, tapi data ini sudah memberikan

gambaran kasar kepada kami tentang orang-

orang difabel. Selain itu, dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa ada potensi

pertumbuhan ekonomi Indonesia jika tenaga

kerja difabel dapat bergabung dengan pasar

tenaga kerja.

Ada undang-undang tertentu yang dibuat

khusus untuk orang difabel. Undang-undang

Indonesia yang lama, yaitu Nomor 4 tahun

1997 tentang Penyandang disabilitas

menyatakan bahwa setiap perusahaan

setidaknya harus mempekerjakan satu pekerja

difabel untuk setiap 100 pekerja atau 1% dari

seluruh karyawan (BetterWork, 2012).

Undang-undang ini sudah usang dan tidak

relevan lagi di zaman modern ini. Ada

pembaruan tentang undang-undang tersebut

dari pemerintah, yaitu Undang-Undang

Indonesia Nomor 8 tahun 2016

tentang penyandang disabilitas. Undang-

undang yang baru menyatakan definisi baru

disabilities are some kind of “diseases” that

need to be cured immediately (UNY, 2014).

According to Central Bureau of Statistics

Indonesia (BPS), in 2015, from the total

population of Indonesia, there are 8, 56%

citizen that have disabilities (Central Bureau of

Statistic, 2015). Even though this number is not

really accurate according to BPS because of the

limitation from their staff, but this data already

gave us a rough description of people with

disabilities. Moreover, from the data we can

conclude that there are potential for Indonesia

economic growth if the disabled labor force

could join the labor market.

There are certain laws that have been made

specifically for disabled people. The old Law of

Indonesia Number 4 year 1997 about People

with disabilities stated that every company

should at least employ one disabled worker for

every 100 worker or 1% from the whole

employees (BetterWork, 2012). This law is

already outdated and no longer relevant in this

modern day. There is an update on that law

from the government, which is The Law of

Indonesia Number 8 year 2016 about people

with disabilities. The new law stated new

definition of disabled person which is ”any

person with longstanding physical, intellectual,

mental and / or sensory limitations in interacting

103

tentang penyandang disabilitas yaitu “setiap

orang dengan keterbatasan jangka panjang

dalam hal fisik, intelektual, mental, dan/atau

sensorik dalam berinteraksi dengan

lingkungan dapat mengalami hambatan dan

kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh

dan efektif dengan warga negara lain atas

dasar persamaan hak“. Undang-undang yang

baru memiliki tujuan untuk mengubah

paradigma tentang penyandang disabilitas

bahwa mereka memiliki hak yang sama dan

memiliki potensi yang sama untuk menjadi

kontributor bagi Negara (Ratnaningsih, 2016).

Undang-undang baru juga mengubah proporsi

tenaga kerja difabel di pasar tenaga kerja.

Sektor publik atau lembaga pemerintah harus

memenuhi ketentuan bahwa setidaknya 2%

dari pekerja mereka adalah tenaga kerja

difabel dan 1% untuk sektor swasta.

Perubahan ini adalah upaya untuk membuka

pasar tenaga kerja bagi penyandang

disabilitas. Undang-Undang nomor 8 tahun

2016 juga menyatakan bahwa pemerintah

memiliki kewajiban untuk menyediakan

jaminan sosial bagi orang difabel. Jaminan

sosial berupa transfer dana langsung,

pelatihan, dan penyuluhan.

Undang-undang lainnya adalah Undang-

Undang Indonesia nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan yang menyatakan bahwa

setiap layanan kesehatan bagi penyandang

disabilitas dimaksudkan untuk memastikan

umur panjang dan produktivitas mereka,

with the environment may experience barriers

and difficulties to participate fully and effectively

with other citizens on the basis of equal rights ".

The new law have the goal to change the

paradigm about disabled people that they have

the same right and have the same potential to

become a contributor for the country

(Ratnaningsih, 2016). The new law also change

the proportion of disabled labor force in labor

market. Public sector or government agencies

have to fulfill at least 2% of their workers are

disabled labor and 1% for private sector. These

changes are an attempt to open up the labor

market for the disabled. The law number 8 year

2016 also stated that government have the

obligation to provide social security for disabled

people. The social security come in a form of

direct money transfer, training, and counseling.

The other laws are the Law of Indonesia

number 36 year 2009 about health that stated

every health services for disabled people are for

maintaining their longevity and productivity so

they can socialize and economically active. It is

the government responsibilities to provide such

103Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 107: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

104

sehingga mereka dapat bersosialisasi dan aktif

secara ekonomi. Pemerintah bertanggung

jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan

bagi orang-orang cacat. Ada juga undang-

undang Indonesia nomor 39 tahun 1999

tentang hak asasi manusia, undang-undang

Indonesia nomor 40 tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional dan undang-

undang Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semua

undang-undang ini merupakan landasan bagi

setiap daerah untuk membuat hukum daerah

mereka sendiri guna menyediakan

infrastruktur dan layanan yang berkualitas

lebih baik bagi penyandang

disabilitas (PresidenRI, 2016).

Bahkan dengan semua undang-undang yang

mencoba untuk memberikan kualitas hidup

yang lebih baik bagi orang-orang difabel, pada

kenyataannya, kondisi bagi sebagian besar

orang difabel masih jauh dari layak. Menurut

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan

Masyarakat (LPEM), pada akhir tahun 2016,

ada 12,15% dari penduduk Indonesia yang

menyandang disabilitas. Dari angka itu,

setidaknya hanya 54,26% yang bisa

mengenyam bangku pendidikan, sementara

sisanya tidak menyelesaikan sekolah dasar

atau bahkan tidak mendapatkan pendidikan

sama sekali. Itulah salah satu

alasan mengapa orang-orang difabel

mengalami kesulitan untuk bergabung dengan

angkatan kerja. Dari semua penduduk difabel

health facilities for disabled people. There are

also law of Indonesia number 39 year 1999

about human rights, The law of Indonesia

number 40 year 2004 about National Social

Security System and The law of Indonesia

number 20 year 2003 about National Education

System. These laws are the basic foundation for

every regions to make their own local law to

provide a better quality infrastructures and

services for disabled people (PresidenRI,

2016).

Even with all the laws that try to provide a better

life quality for disabled people, in reality, the

condition for most of disabled people are far

from decent. According to Institute of Economic

and Community Inquiry (Lembaga Penyelidikan

Ekonomi dan Masyarakat or LPEM), in late

2016, there are 12.15% from the population of

Indonesia that have disabilities. From that

figure, only 54.26% can get into education

facilities, while the rest of them does not finish

elementary school or even does not get an

education at all. That is one of the reasons the

disabled people are having difficulties to join the

labor force. From all of the disabled population

in Indonesia, only 51.12% that joined in the

labor market while people with no disabilities

can get to 70.40% (Haniy, 2016). That means

104 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 108: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

104

sehingga mereka dapat bersosialisasi dan aktif

secara ekonomi. Pemerintah bertanggung

jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan

bagi orang-orang cacat. Ada juga undang-

undang Indonesia nomor 39 tahun 1999

tentang hak asasi manusia, undang-undang

Indonesia nomor 40 tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional dan undang-

undang Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semua

undang-undang ini merupakan landasan bagi

setiap daerah untuk membuat hukum daerah

mereka sendiri guna menyediakan

infrastruktur dan layanan yang berkualitas

lebih baik bagi penyandang

disabilitas (PresidenRI, 2016).

Bahkan dengan semua undang-undang yang

mencoba untuk memberikan kualitas hidup

yang lebih baik bagi orang-orang difabel, pada

kenyataannya, kondisi bagi sebagian besar

orang difabel masih jauh dari layak. Menurut

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan

Masyarakat (LPEM), pada akhir tahun 2016,

ada 12,15% dari penduduk Indonesia yang

menyandang disabilitas. Dari angka itu,

setidaknya hanya 54,26% yang bisa

mengenyam bangku pendidikan, sementara

sisanya tidak menyelesaikan sekolah dasar

atau bahkan tidak mendapatkan pendidikan

sama sekali. Itulah salah satu

alasan mengapa orang-orang difabel

mengalami kesulitan untuk bergabung dengan

angkatan kerja. Dari semua penduduk difabel

health facilities for disabled people. There are

also law of Indonesia number 39 year 1999

about human rights, The law of Indonesia

number 40 year 2004 about National Social

Security System and The law of Indonesia

number 20 year 2003 about National Education

System. These laws are the basic foundation for

every regions to make their own local law to

provide a better quality infrastructures and

services for disabled people (PresidenRI,

2016).

Even with all the laws that try to provide a better

life quality for disabled people, in reality, the

condition for most of disabled people are far

from decent. According to Institute of Economic

and Community Inquiry (Lembaga Penyelidikan

Ekonomi dan Masyarakat or LPEM), in late

2016, there are 12.15% from the population of

Indonesia that have disabilities. From that

figure, only 54.26% can get into education

facilities, while the rest of them does not finish

elementary school or even does not get an

education at all. That is one of the reasons the

disabled people are having difficulties to join the

labor force. From all of the disabled population

in Indonesia, only 51.12% that joined in the

labor market while people with no disabilities

can get to 70.40% (Haniy, 2016). That means

105

di Indonesia, hanya 51,12% yang bergabung

di pasar tenaga kerja, sementara orang tanpa

disabilitas dapat mencapai 70,40% (Haniy,

2016). Hal tersebut berarti fasilitas pendidikan

di Indonesia tidak mengakomodasi atau tidak

dapat diakses oleh orang-orang difabel.

Diskriminasi dalam fasilitas pendidikan

membuat para penyandang disabilitas

memiliki masalah kepercayaan diri sejak

mereka muda. Di Indonesia ada “sekolah luar

biasa” yang disediakan untuk orang-orang

berkebutuhan khusus, tapi jumlah sekolah itu

tidak cukup dan jarang dapat diakses oleh

orang-orang di daerah pedesaan.

Masalah aksesibilitas lainnya adalah

kurangnya transportasi umum atau

infrastruktur untuk memberikan layanan yang

lebih baik bagi penyandang disabilitas. Tidak

ada landaian yang cukup di gedung-gedung

publik untuk diakses oleh orang-orang difabel.

Ada banyak gedung perusahaan milik negara

yang bahkan tidak memiliki jalan untuk orang

difabel, meskipun mereka harus menyediakan

kesempatan kerja bagi orang difabel.

Diskriminasi terhadap penyandang disabilitas

jelas terlihat melalui infrastruktur bangunan

yang tidak menyediakan aksesibilitas bagi

mereka.

Menurut penulis, masalah utama bagi tenaga

kerja difabel adalah aksesibilitas dan

kesadaran. Aspek aksesibilitas dalam hal ini

adalah akses pada fasilitas pendidikan,

the education facilities in Indonesia does not

accommodate or accessible for disabled

people. The discrimination in education facilities

made people with disabilities have confident

issues since they were young. In Indonesia

there are “extraordinary school” that are

provided for people with special needs, but the

number of that school is not enough and rarely

accessible for people in rural areas.

The other accessibility problem is the lack of

public transport or infrastructures to provide

better services for disabled people. There are

not enough ramps in public buildings for people

with disabilities to access. There are a lot of

state owned corporate building that does not

even have ramps for disabled people even

though they have to provide employment

opportunities for disabled people. The

discrimination to people with disabilities are

clearly visible through the infrastructure of the

building that does not provide accessibility for

them.

The main problem for disabled labor force I

think are accessibility and awareness. The

accessibility aspect in this case is on education

facilities, health facilities, and public

105Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 109: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

106

fasilitas kesehatan, dan infrastruktur

publik. Sulit untuk menerapkan hukum dan

membantu orang-orang difabel di negara yang

sudah terbiasa dengan “keumuman”.

Kebutuhan penyandang disabilitas bukanlah

prioritas, meskipun memiliki potensi

pertumbuhan ekonomi. Kesadaran dari

masyarakat adalah sesuatu yang harus

diingatkan bahwa setiap penyandang

disabilitas adalah sama dan memiliki hak yang

sama seperti orang lain.

Jaminan Sosial Indonesia

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan

rakyat mereka adalah dengan menyediakan

jaminan sosial. Program-program ini memiliki

tujuan untuk mencakup tidak hanya pegawai

negeri sipil tapi juga sektor publik, sektor

swasta dan sektor informal. Pada bulan

September 2004, parlemen Indonesia

mengesahkan undang-undang tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-

undang tersebut terdiri dari beberapa program

wajib yang harus disediakan, antara lain:

asuransi kesehatan, tabungan hari tua,

pensiun pekerja, asuransi kecelakaan kerja,

dan tunjangan kematian. SJSN disusun

selama reformasi dan krisis moneter

Indonesia. Skema ini merupakan akibat dari

trauma ekonomi yang tidak stabil. Hal tersebut

dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar

Indonesia pasal 28H yang menyatakan bahwa

setiap warga negara Indonesia memiliki

infrastructure. It is hard for implement the laws

and help the disabled people in a country that

already used to “normality”. The disabled

people’s needs are not a priority even though it

has potential for economic growth. The

awareness from the society is something to be

reminded that every disabled person is equal

and have the same right as everyone else.

Indonesian Social Security One of Indonesia’s government attempt to

improve their people’s welfare and health is to

provide social security. These programs have

the purpose to cover not only civil servants but

also public sector, private sector and informal

sector. In September 2004, Indonesian

parliament passed the law concerning National

Social Security System (Sistem Jaminan Sosial

Nasional or SJSN). The law consists of

mandatory programs that has to be provided:

health insurance, old age savings, worker

pensions, work related accident insurance, and

death benefits. SJSN was framed during

Indonesia’s reformation and monetary crisis. It

was a result of instability economic trauma. It

stated in Indonesian Constitution, article 28H

that every Indonesian citizens have the right of

social security.

106 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 110: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

106

fasilitas kesehatan, dan infrastruktur

publik. Sulit untuk menerapkan hukum dan

membantu orang-orang difabel di negara yang

sudah terbiasa dengan “keumuman”.

Kebutuhan penyandang disabilitas bukanlah

prioritas, meskipun memiliki potensi

pertumbuhan ekonomi. Kesadaran dari

masyarakat adalah sesuatu yang harus

diingatkan bahwa setiap penyandang

disabilitas adalah sama dan memiliki hak yang

sama seperti orang lain.

Jaminan Sosial Indonesia

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan

rakyat mereka adalah dengan menyediakan

jaminan sosial. Program-program ini memiliki

tujuan untuk mencakup tidak hanya pegawai

negeri sipil tapi juga sektor publik, sektor

swasta dan sektor informal. Pada bulan

September 2004, parlemen Indonesia

mengesahkan undang-undang tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-

undang tersebut terdiri dari beberapa program

wajib yang harus disediakan, antara lain:

asuransi kesehatan, tabungan hari tua,

pensiun pekerja, asuransi kecelakaan kerja,

dan tunjangan kematian. SJSN disusun

selama reformasi dan krisis moneter

Indonesia. Skema ini merupakan akibat dari

trauma ekonomi yang tidak stabil. Hal tersebut

dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar

Indonesia pasal 28H yang menyatakan bahwa

setiap warga negara Indonesia memiliki

infrastructure. It is hard for implement the laws

and help the disabled people in a country that

already used to “normality”. The disabled

people’s needs are not a priority even though it

has potential for economic growth. The

awareness from the society is something to be

reminded that every disabled person is equal

and have the same right as everyone else.

Indonesian Social Security One of Indonesia’s government attempt to

improve their people’s welfare and health is to

provide social security. These programs have

the purpose to cover not only civil servants but

also public sector, private sector and informal

sector. In September 2004, Indonesian

parliament passed the law concerning National

Social Security System (Sistem Jaminan Sosial

Nasional or SJSN). The law consists of

mandatory programs that has to be provided:

health insurance, old age savings, worker

pensions, work related accident insurance, and

death benefits. SJSN was framed during

Indonesia’s reformation and monetary crisis. It

was a result of instability economic trauma. It

stated in Indonesian Constitution, article 28H

that every Indonesian citizens have the right of

social security.

107

hak atas jaminan sosial.

Undang-Undang tentang SJSN dibuat untuk

memberikan pedoman bagi lembaga Negara

untuk mengelola program jaminan sosial di

Indonesia. Semua program jaminan sosial

bersifat wajib. Iuran anggota didasarkan pada

persentase gaji atau pendapatan tetap bagi

pekerja sektor formal. Tenaga

kerja Indonesia yang bekerja di sektor informal

dapat membayarkan iuran dengan jumlah

biaya yang pasti. Pemerintah akan mensubsidi

iuran untuk orang miskin (Chophra,

2015). Namun, SJSN tidak memberikan

pedoman yang jelas untuk keputusan penting

– misalnya, SJSN tidak menentukan tingkat

iuran dan usia pensiun untuk pensiun pekerja.

Badan legislatif Indonesia membutuhkan

waktu tujuh tahun untuk mengeluarkan

undang-undang baru tentang “Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS”

setelah undang-undang tentang

SJSN. Pemerintah menunjuk lembaga negara

untuk mengelola program, menyediakan

layanan, dan mengumpulkan iuran dari

anggota. Undang-undang SJSN dan undang-

undang BPJS mengharuskan setiap individu

untuk bergabung dalam asuransi kesehatan

dan setiap perusahaan sektor swasta untuk

mendaftarkan karyawan mereka dalam

asuransi kerja. BPJS memiliki wewenang

untuk menghukum setiap pemberi kerja yang

menghindari kewajiban mereka dengan sanksi

SJSN law was made to provide state institution

guidelines for managing social security

programs in Indonesia. All the social security

programs are compulsory, client’s contribution

are based on percentage of salary or fixed

income for the formal sector worker. Indonesian

labor that work in informal sector could pay the

contribution with fix amount of fee. The

government will subsidize the contribution for

the poor (Chophra, 2015). However, SJSN

does not provide a clear guidelines for important

decision-for example, SJSN does not specify

the contribution rates and retirement age for

worker pension.

It took seven years for Indonesian legislative to

provide with new law of “Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial or BPJS” law following SJSN

law. The government appointed state institution

to manage the programs, provide the services,

and collect contribution from the clients. SJSN

law and BPJS law necessitate every individual

to join health insurance and every private sector

employer to register their employees in work

insurance. BPJS have the authority to punish

every employers who avoid their obligation with

administrative sanctions. Because of political

issue of presidential election, BPJS law was put

on hold and passed two years after its deadline

in 2011. BPJS law appointed two state

institution to become social security institution.

107Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 111: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

108

administratif. Karena masalah politik pemilihan

presiden, undang-undang BPJS ditunda dan

disahkan dua tahun setelah batas waktu pada

tahun 2011. Undang-Undang BPJS menunjuk

dua lembaga negara untuk menjadi lembaga

jaminan sosial. ”PT. Askes” akan menjadi

“BPJS Kesehatan” yang mengelola asuransi

kesehatan dan “PT. Jamsostek” akan menjadi

“BPJS Ketenagakerjaan” yang mengelola

asuransi tenaga kerja.

Meskipun sekitar 65 persen dari tenaga kerja

Indonesia bekerja di sektor ekonomi informal,

tapi baru pada tahun 2014, setiap warga

negara Indonesia yang bekerja di sektor

ekonomi informal tidak tercakup dalam

program-program ini dan bahkan angkatan

kerja difabel yang sebagian besar bekerja di

sektor informal. Tidak ada program jaminan

sosial khusus untuk angkatan kerja

difabel. BPJS Ketenagakerjaan memiliki satu

program untuk kecelakaan kerja yang terkait

dengan kecelakaan bagi pekerja yang

mengalami kecelakaan, yang mengarah pada

kerusakan fungsi tubuh atau

disability. Program “Kembali Bekerja” hanya

mencakup tenaga kerja yang sudah

bergabung dengan program dan tidak

mencakup orang-orang yang memiliki

disabilitas sejak mereka lahir. Program ini

memiliki tujuan untuk memastikan bahwa

setiap orang yang mengalami kecelakaan dan

menyebabkan kerusakan fungsi tubuh, akan

mendapatkan pekerjaannya kembali dan

“PT Askes” will become “BPJS Kesehatan” that

manage health insurance and “PT Jamsostek”

will become “BPJS Ketenagakerjaan” that

manage labor insurance.

Even though approximately 65 percent of

Indonesian labor are working within the informal

economy, but not until 2014, any Indonesian

citizen who work in informal economy does not

covered with these programs and yet alone the

disabled labor force whom mostly work in

informal sector. There are no specific social

security programs for disabled labor force.

BPJS Ketenagakerjaan have one program for

work related accident covering for workers that

got into an accident, which leads to impairment

or disabilities. The program “Return to Work”

only cover the labor force that already join the

programs and not cover people that have

disability since they were born. This program

has the goal to make sure that any person that

got into an accident that leads to impairment,

will get his/her job back and the company will

have to provide the employment for them.

108 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 112: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

108

administratif. Karena masalah politik pemilihan

presiden, undang-undang BPJS ditunda dan

disahkan dua tahun setelah batas waktu pada

tahun 2011. Undang-Undang BPJS menunjuk

dua lembaga negara untuk menjadi lembaga

jaminan sosial. ”PT. Askes” akan menjadi

“BPJS Kesehatan” yang mengelola asuransi

kesehatan dan “PT. Jamsostek” akan menjadi

“BPJS Ketenagakerjaan” yang mengelola

asuransi tenaga kerja.

Meskipun sekitar 65 persen dari tenaga kerja

Indonesia bekerja di sektor ekonomi informal,

tapi baru pada tahun 2014, setiap warga

negara Indonesia yang bekerja di sektor

ekonomi informal tidak tercakup dalam

program-program ini dan bahkan angkatan

kerja difabel yang sebagian besar bekerja di

sektor informal. Tidak ada program jaminan

sosial khusus untuk angkatan kerja

difabel. BPJS Ketenagakerjaan memiliki satu

program untuk kecelakaan kerja yang terkait

dengan kecelakaan bagi pekerja yang

mengalami kecelakaan, yang mengarah pada

kerusakan fungsi tubuh atau

disability. Program “Kembali Bekerja” hanya

mencakup tenaga kerja yang sudah

bergabung dengan program dan tidak

mencakup orang-orang yang memiliki

disabilitas sejak mereka lahir. Program ini

memiliki tujuan untuk memastikan bahwa

setiap orang yang mengalami kecelakaan dan

menyebabkan kerusakan fungsi tubuh, akan

mendapatkan pekerjaannya kembali dan

“PT Askes” will become “BPJS Kesehatan” that

manage health insurance and “PT Jamsostek”

will become “BPJS Ketenagakerjaan” that

manage labor insurance.

Even though approximately 65 percent of

Indonesian labor are working within the informal

economy, but not until 2014, any Indonesian

citizen who work in informal economy does not

covered with these programs and yet alone the

disabled labor force whom mostly work in

informal sector. There are no specific social

security programs for disabled labor force.

BPJS Ketenagakerjaan have one program for

work related accident covering for workers that

got into an accident, which leads to impairment

or disabilities. The program “Return to Work”

only cover the labor force that already join the

programs and not cover people that have

disability since they were born. This program

has the goal to make sure that any person that

got into an accident that leads to impairment,

will get his/her job back and the company will

have to provide the employment for them.

109

perusahaan harus menyediakan pekerjaan

untuk mereka.

Sedangkan, untuk asuransi kesehatan bagi

orang difabel, asuransi tersebut masih jauh

dari layak. Masih banyak kesenjangan yang

membedakan penyandang disabilitas.

Program ini hanya berfungsi pada penyandang

disabilitas berat dan masih tidak peka

terhadap kondisi orang difabel (Ika,

2013). Harus ada program jaminan sosial yang

lebih inklusif untuk penyandang disabilitas

yang dibuat khusus untuk mereka dan

memenuhi kebutuhan mereka.

Angkatan Kerja Difabel Australia

Australia adalah negara terbesar keenam di

dunia berdasarkan pada wilayah. Dengan

aneka agam budaya yang hidup bersama,

negara ini memiliki beberapa kesamaan

dengan Indonesia. Namun, Australia memiliki

bentuk-bentuk kesejahteraan yang sangat

berbeda pada umumnya. Menurut tipologi

Esping-Andersen, Australia dapat

dikategorikan sebagai liberal dalam bentuk

kesejahteraan. Negara berfokus pada

kelompok berpenghasilan rendah dan

mendorong warga lainnya untuk

menggunakan upaya yang bukan berasal dari

negara untuk perlindungan sosial.

Sebelum kita berbicara tentang kebijakan

sosial di Australia, pertama-tama kami akan

menyebutkan beberapa fakta tentang orang-

As for health insurance for disabled people, it is

far from decent. There are still a lot of gap that

discriminate people with disabilities. The

program only works on people with severe

disabilities and still insensitive to the condition

of disabled people (Ika, 2013). There should be

more inclusive social security program for

disabled people that made specific for them and

fulfill their needs.

Australia Disabled Labor force

Australia is the sixth largest country by area in

the world. With vast array of cultures that lives

together, it has some similarities with Indonesia.

However, they have very different welfare

states in general. According to Esping-

Andersen typology, Australia can be

categorized as liberal in welfare states. The

state focused on low income groups and

encouraged people to use non-state

alternatives for social protection.

Before we talk about social policies in Australia,

first we are going to mention some facts about

disabled people in Australia. According to

109Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 113: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

110

orang difabel di Australia. Menurut Biro

Statistik Australia (ABS) ada sekitar 24 juta

warga Australia dan dari angka itu, ada 17,9%

penyandang disabilitas atau 4,3 juta

orang. Hampir satu dari tiga orang memiliki

disabilitas berat atau parah dari populasi

orang-orang difabel di Australia. Dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki disabilitas,

hanya 53% penyandang disabilitas yang telah

bergabung dengan angkatan kerja, sementara

orang yang tidak memiliki disabilitas sekitar

83%. Kesenjangan tenaga kerja antara orang

yang tidak memiliki disabilitas dan orang yang

memiliki disabilitas cukup besar (Biro Statistik

Australia, 2016). Oleh karena itu, jika kita

melihat angka tersebut, ada angka yang mirip

dengan angka pekerja difabel di Indonesia.

Meskipun dalam hal kuantitas kesenjangannya

sangat besar, tapi secara proporsional, angka

tersebut menunjukkan bahwa jumlah orang

difabel di Indonesia adalah 12,15% jika

dibandingkan dengan 17,9% di Australia.

Namun, bagaimana jaminan sosial di Australia

jika dibandingkan dengan Indonesia?

Jaminan sosial di Australia adalah sistem

pembayaran kesejahteraan sosial yang

disediakan oleh Pemerintah Persemakmuran

Australia. Salah satu cabang dari Departemen

Layanan Kemanusiaan mengaturnya, yaitu

centrelink. Hukum tentang jaminan sosial di

Australia hanya berlaku untuk penduduk

Australia. Undang-undang yang ada saat ini

dan menyatakan tentang jaminan sosial

Australia Bureau of Statistics (ABS) there are

around 24 million citizen of Australia and from

that figure, there are 17.9% people with

disabilities or 4.3 million people. Almost one in

three people have profound or severe disability

from the population of disabled people in

Australia. Compared to people with no

disability, only 53% of disabled people have

joined the labor force while people with no

disability figured around 83%. The gap of labor

force between people with no disability and the

one who does have disability is quite big

(Australia Bureau of Statistics, 2016).

Therefore, if we look at the figure, there number

are similar to the disabled labor force figure in

Indonesia. Even though as a quantity the gap is

huge but as proportion, the figure shows that

the number of disabled people in Indonesia is

12.15% compared to 17.9% in Australia.

However, how the social security in Australia

compared to Indonesia?

The social security in Australia is a system of

social welfare payment that provided by the

Commonwealth Government of Australia. One

of the branch of the Department of Human

Services manages it, which is centrelink. The

law of social security in Australia applied only

for the resident of Australia. The current law that

stated about social security are the Law about

Social Security year 1991, the Law about

110 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 114: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

110

orang difabel di Australia. Menurut Biro

Statistik Australia (ABS) ada sekitar 24 juta

warga Australia dan dari angka itu, ada 17,9%

penyandang disabilitas atau 4,3 juta

orang. Hampir satu dari tiga orang memiliki

disabilitas berat atau parah dari populasi

orang-orang difabel di Australia. Dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki disabilitas,

hanya 53% penyandang disabilitas yang telah

bergabung dengan angkatan kerja, sementara

orang yang tidak memiliki disabilitas sekitar

83%. Kesenjangan tenaga kerja antara orang

yang tidak memiliki disabilitas dan orang yang

memiliki disabilitas cukup besar (Biro Statistik

Australia, 2016). Oleh karena itu, jika kita

melihat angka tersebut, ada angka yang mirip

dengan angka pekerja difabel di Indonesia.

Meskipun dalam hal kuantitas kesenjangannya

sangat besar, tapi secara proporsional, angka

tersebut menunjukkan bahwa jumlah orang

difabel di Indonesia adalah 12,15% jika

dibandingkan dengan 17,9% di Australia.

Namun, bagaimana jaminan sosial di Australia

jika dibandingkan dengan Indonesia?

Jaminan sosial di Australia adalah sistem

pembayaran kesejahteraan sosial yang

disediakan oleh Pemerintah Persemakmuran

Australia. Salah satu cabang dari Departemen

Layanan Kemanusiaan mengaturnya, yaitu

centrelink. Hukum tentang jaminan sosial di

Australia hanya berlaku untuk penduduk

Australia. Undang-undang yang ada saat ini

dan menyatakan tentang jaminan sosial

Australia Bureau of Statistics (ABS) there are

around 24 million citizen of Australia and from

that figure, there are 17.9% people with

disabilities or 4.3 million people. Almost one in

three people have profound or severe disability

from the population of disabled people in

Australia. Compared to people with no

disability, only 53% of disabled people have

joined the labor force while people with no

disability figured around 83%. The gap of labor

force between people with no disability and the

one who does have disability is quite big

(Australia Bureau of Statistics, 2016).

Therefore, if we look at the figure, there number

are similar to the disabled labor force figure in

Indonesia. Even though as a quantity the gap is

huge but as proportion, the figure shows that

the number of disabled people in Indonesia is

12.15% compared to 17.9% in Australia.

However, how the social security in Australia

compared to Indonesia?

The social security in Australia is a system of

social welfare payment that provided by the

Commonwealth Government of Australia. One

of the branch of the Department of Human

Services manages it, which is centrelink. The

law of social security in Australia applied only

for the resident of Australia. The current law that

stated about social security are the Law about

Social Security year 1991, the Law about

111

adalah Undang-Undang tentang Jaminan

Sosial tahun 1991, Undang-Undang tentang

Pensiun tahun 1992 dan Undang-Undang

tentang Pajak Keluarga tahun 1999.

Seperti Indonesia, ada lembaga yang

mengelola jaminan sosial untuk tenaga kerja

dan kesehatan di Australia. Perbedaannya

terletak pada adanya lembaga khusus yang

mengelola program jaminan sosial tertentu

daripada satu lembaga yang mengelola

beberapa program jaminan sosial seperti

BPJS Ketenagakerjaan di Indonesia.

Beberapa dari lembaga-lembaga tersebut

adalah Centrelink, Departemen Layanan

Kemanusiaan, Lembaga Kemanusiaan dan

Kesejahteraan Australia, Kantor Pajak

Australia, dan Departemen Layanan Sosial.

Pemerintah Australia menyediakan jaminan

sosial khusus untuk orang-orang difabel. Ada

pensiun disabilitas untuk orang difabel yang

merupakan penduduk Australia. Program

disediakan untuk membantu orang-orang

difabel terkait dengan biaya hidup, mobilitas,

perawatan, obat-obatan dan kebutuhan hidup

mereka lainnya. Departemen Layanan Sosial

Australia (DSS) membuka diskusi dengan para

pemangku kepentingan untuk

mengembangkan kebijakan ketenagakerjaan

yang didukung. Program ini dimaksudkan

untuk membuat kebijakan sosial yang sesuai

dengan pemberi kerja dan mendukung tenaga

kerja difabel untuk bergabung dengan pasar

tenaga kerja. Dengan diskusi terbuka ini, DSS

Superannuation Administration year 1992 and

the Law about Family Tax year 1999. Like

Indonesia, there are agencies that managed the

social security for labor and health in Australia.

the differences is there are specific agencies

that managed certain program of social security

rather than one agency that managed multiple

programs of social security like BPJS

Ketenagakerjaan in Indonesia. Some of the

agencies are Centrelink, the Department of

Human Services, Australia Institute of Human

and Welfare, Australia Taxation Office and

Department of Social Services.

Australian government provide social security

specific for disabled people. There is disability

pension for disabled people that are Australian

resident. The program provided to assist

disabled people with living costs, mobility,

caregiver, pharmaceutical and other utilities.

Australia’s Department of Social Services

(DSS) open up a discussion with the

stakeholders to develop a supported

employment policy. This program is for making

a social policy that suit the employer and

support disabled labor force to join the labor

market. With this open discussion, DSS can see

what the disabled labor force’s need and how

the employers can provide the infrastructure for

the disabled. DSS also developed city

111Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 115: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

112

dapat melihat apa sajakah kebutuhan tenaga

kerja difabel dan bagaimana pemberi kerja

dapat menyediakan infrastruktur bagi

penyandang disabilitas. DSS juga

mengembangkan infrastruktur kota untuk

memberikan lebih banyak akses bagi

penyandang disabilitas. Mulai dari transportasi

untuk penyandang disabilitas, sampai dengan

upaya pemerintah untuk menyediakan

transportasi umum yang layak guna

mengurangi atau melarang diskriminasi

kepada orang-orang difabel. Undang-undang

Diskriminasi Disabilitas tahun 1992

menetapkan standar untuk aksesibilitas bagi

penyandang disabilitas. Semua aspek dalam

angkutan umum atau layanan publik harus

memenuhi standar untuk menyediakan

infrastruktur dan tempat pendukung bagi para

penyandang disabilitas.

Pemerintah Australia sedang mencoba untuk

menempatkan kesetaraan bagi penyandang

disabilitas dengan membangun komunitas

yang lebih inklusif bagi orang difabel. Seperti

yang dilaporkan dalam Shut Out: The

Experience of People with Disabilities and their

Families in Australia (2009).

“Orang-orang difabel ingin mewujudkan

transformasi kehidupan mereka. Mereka ingin

hak asasi manusia mereka diakui dan

direalisasikan. Mereka menginginkan hal-hal

yang diinginkan oleh semua orang di

masyarakat. Mereka ingin tempat tinggal,

infrastructure to gain more access for disabled

people. Start from transport for disabled people,

the government provide decent public transport

to reduce or prohibits discrimination to the

disabled people. The Disability Discrimination

Act 1992 provide a standard to accessibility for

disabled people. All of the aspect in public

transports or public services must fulfil the

standard to provide supporting premises and

infrastructure for people with disabilities.

The government of Australia is trying to put

equality for the disabled people by building

more inclusive community for disabled people. As reported in Shut Out: The Experience of

People with Disabilities and their Families in

Australia (2009).

“People with disabilities want to bring about a

transformation of their lives. They want their

human rights recognised and realised. They

want the things that everyone else in the

community takes for granted. They want

somewhere to live, a job, better health care, a

112 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 116: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

112

dapat melihat apa sajakah kebutuhan tenaga

kerja difabel dan bagaimana pemberi kerja

dapat menyediakan infrastruktur bagi

penyandang disabilitas. DSS juga

mengembangkan infrastruktur kota untuk

memberikan lebih banyak akses bagi

penyandang disabilitas. Mulai dari transportasi

untuk penyandang disabilitas, sampai dengan

upaya pemerintah untuk menyediakan

transportasi umum yang layak guna

mengurangi atau melarang diskriminasi

kepada orang-orang difabel. Undang-undang

Diskriminasi Disabilitas tahun 1992

menetapkan standar untuk aksesibilitas bagi

penyandang disabilitas. Semua aspek dalam

angkutan umum atau layanan publik harus

memenuhi standar untuk menyediakan

infrastruktur dan tempat pendukung bagi para

penyandang disabilitas.

Pemerintah Australia sedang mencoba untuk

menempatkan kesetaraan bagi penyandang

disabilitas dengan membangun komunitas

yang lebih inklusif bagi orang difabel. Seperti

yang dilaporkan dalam Shut Out: The

Experience of People with Disabilities and their

Families in Australia (2009).

“Orang-orang difabel ingin mewujudkan

transformasi kehidupan mereka. Mereka ingin

hak asasi manusia mereka diakui dan

direalisasikan. Mereka menginginkan hal-hal

yang diinginkan oleh semua orang di

masyarakat. Mereka ingin tempat tinggal,

infrastructure to gain more access for disabled

people. Start from transport for disabled people,

the government provide decent public transport

to reduce or prohibits discrimination to the

disabled people. The Disability Discrimination

Act 1992 provide a standard to accessibility for

disabled people. All of the aspect in public

transports or public services must fulfil the

standard to provide supporting premises and

infrastructure for people with disabilities.

The government of Australia is trying to put

equality for the disabled people by building

more inclusive community for disabled people. As reported in Shut Out: The Experience of

People with Disabilities and their Families in

Australia (2009).

“People with disabilities want to bring about a

transformation of their lives. They want their

human rights recognised and realised. They

want the things that everyone else in the

community takes for granted. They want

somewhere to live, a job, better health care, a

113

pekerjaan, perawatan kesehatan yang lebih

baik, pendidikan yang baik, kesempatan untuk

menikmati hidup dengan teman-teman dan

keluarga, menonton sepakbola, dan pergi ke

bioskop. Mereka menginginkan kesempatan

untuk berpartisipasi secara berarti dalam

kehidupan komunitas. Dan mereka sangat

berharap. Mereka menginginkan perubahan

dan mereka ingin orang lain di komunitas untuk

berbagi visi dengan mereka. Mereka mengakui

bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri

dan mereka ingin orang lain melihat manfaat

dari membangun komunitas yang lebih

inklusif (ShutOut, 2009).”

Dengan dasar pemikiran tersebut sebagai

alasan, pemerintah Australia mencoba untuk

mengembangkan strategi guna membuat

masyarakat Australia menjadi inklusif yang

memungkinkan penyandang disabilitas untuk

memenuhi potensi mereka sebagai warga

negara yang setara”. Strategi Disabilitas

Nasional (NDS) dilaksanakan selama sepuluh

tahun sejak tahun 2010 hingga 2020. Pada

tahun 2008, pemerintah Australia meratifikasi

Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas

(CRPD) dari Perserikatan Bangsa-

Bangsa. Strategi ini akan menjadi

pedoman untuk melindungi, mempromosikan,

dan memenuhi hak asasi manusia

penyandang disabilitas. Strategi ini akan

memberikan pedoman dalam enam bidang

kebijakan, yaitu:

1. Komunitas yang Inklusif dan Dapat

good education, a chance to enjoy the company

of friends and family, to go to the footy and to

go to the movies. They want the chance to

participate meaningfully in the life of the

community. And they are hopeful. They desire

change and they want others in the community

to share their vision. They recognise that

governments cannot work in isolation and they

want others to see the benefits of building more

inclusive communities (ShutOut, 2009)”

With that as a reason, the government of

Australia try to develop a strategy to make “an

Inclusive Australian society that enables people

with disability to fulfil their potential as equal

citizens”. The National Disability Strategy

(NDS) is executed for ten years since 2010 to

2020. In 2008, Australian government ratified

the Convention on The Rights of Person with

Disabilities (CRPD) from United Nations. The

strategy will be guidelines to protect, promote

and fulfill the human rights of disabled people.

The strategy will provide guidelines in six policy

areas, which are:

1. Inclusive and Accessible Communities

2. Right Protection, Justice and Legislation

3. Economic Security

4. Personal and Community Support

5. Learning and Skills

6. Health and Wellbeing

113Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 117: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

114

Diakses

2. Perlindungan terhadap Hak, Keadilan,

dan Perundang-undangan

3. Jaminan Ekonomi

4. Bantuan Pribadi dan Komunitas

5. Pembelajaran dan Keterampilan

6. Kesehatan dan Kesejahteraan

Kebijakan semacam itu akan menyediakan

lingkungan yang inklusif bagi penyandang

disabilitas. Peluang yang lebih baik akan

memberikan manfaat tidak hanya bagi

penyandang disabilitas tapi juga keluarga dan

pengasuh mereka (Australian Disability

Enterprise, 2011).

Strategi tersebut menyadari bahwa orang-

orang memiliki disabilitas yang berbeda antara

satu sama lain. Mereka memiliki kebutuhan

dan prioritas khusus berdasarkan pada

disabilitas mereka. Karena keragaman

masyarakat, strategi ini akan menjadi

jembatan untuk menghubungkan kebutuhan

penyandang disabilitas dengan

persemakmuran guna menyediakan fasilitas

yang tepat bagi mereka. Strategi ini juga

mencoba untuk memfasilitasi penyandang

disabilitas di daerah pedesaan atau

terpencil. Masalah pada daerah pedesaan

adalah karena karakteristik daerah tersebut

dengan populasi berkepadatan rendah dan

kurangnya akses ke pusat layanan.

Such policies will provide an inclusive

environment for disabled people. The better

opportunities will give benefits for not only

people with disabilities but also their families

and their carers (Australian Disability

Enterprise, 2011).

The strategy realized that people have different

disabilities from each other. They have specific

needs and priorities based on their disabilities.

Because of the diversity of the society, the

strategy will be a bridge to connect disabled

people’s need with commonwealth to provide

the proper facilities for them. The strategy also

try to facilitate people with disability in rural or

remote areas. The problem with rural areas are

because of the characteristic of the area like

low-density population and the lack of access to

services center.

114 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 118: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

114

Diakses

2. Perlindungan terhadap Hak, Keadilan,

dan Perundang-undangan

3. Jaminan Ekonomi

4. Bantuan Pribadi dan Komunitas

5. Pembelajaran dan Keterampilan

6. Kesehatan dan Kesejahteraan

Kebijakan semacam itu akan menyediakan

lingkungan yang inklusif bagi penyandang

disabilitas. Peluang yang lebih baik akan

memberikan manfaat tidak hanya bagi

penyandang disabilitas tapi juga keluarga dan

pengasuh mereka (Australian Disability

Enterprise, 2011).

Strategi tersebut menyadari bahwa orang-

orang memiliki disabilitas yang berbeda antara

satu sama lain. Mereka memiliki kebutuhan

dan prioritas khusus berdasarkan pada

disabilitas mereka. Karena keragaman

masyarakat, strategi ini akan menjadi

jembatan untuk menghubungkan kebutuhan

penyandang disabilitas dengan

persemakmuran guna menyediakan fasilitas

yang tepat bagi mereka. Strategi ini juga

mencoba untuk memfasilitasi penyandang

disabilitas di daerah pedesaan atau

terpencil. Masalah pada daerah pedesaan

adalah karena karakteristik daerah tersebut

dengan populasi berkepadatan rendah dan

kurangnya akses ke pusat layanan.

Such policies will provide an inclusive

environment for disabled people. The better

opportunities will give benefits for not only

people with disabilities but also their families

and their carers (Australian Disability

Enterprise, 2011).

The strategy realized that people have different

disabilities from each other. They have specific

needs and priorities based on their disabilities.

Because of the diversity of the society, the

strategy will be a bridge to connect disabled

people’s need with commonwealth to provide

the proper facilities for them. The strategy also

try to facilitate people with disability in rural or

remote areas. The problem with rural areas are

because of the characteristic of the area like

low-density population and the lack of access to

services center.

115

“Strategi tersebut harus mengenali

kompleksitas kehidupan masyarakat dan

persinggungan dan kesalingtergantungan

banyak bidang (ShutOut, 2009)”

Tujuannya adalah untuk meningkatkan

kebijakan bagi penyandang disabilitas

dan menyelaraskannya dengan program yang

diterapkan pemerintah dalam kehidupan

nyata.

D. KESIMPULAN

Tidak ada satu orang pun yang ingin terlahir

cacat atau mengalami kecelakaan yang

memicu disabilitas. Sebagai manusia, mereka

sama seperti orang lain. Mereka memiliki hak

yang sama untuk memenuhi kebutuhan

mereka dan berkontribusi kepada masyarakat.

Tetapi, sayangnya karena “perbedaan”

mereka, mereka kadang-kadang diperlakukan

berbeda dan menghadapi diskriminasi dari

masyarakat. Mereka memiliki kemungkinan

yang lebih besar untuk mengalami layanan

kesehatan yang buruk, partisipasi yang rendah

dalam pendidikan dan pekerjaan, pengucilan

sosial dan kurangnya akses ke

infrastruktur. Penyandang disabilitas harus

memiliki potensi yang sama untuk

berkontribusi bagi masyarakat sebaik orang

lain dengan semua fasilitas dan layanan dari

pemerintah.

Dengan perbedaan yang mereka miliki,

pemerintah Indonesia harus mengambil

” the Strategy must recognise the complexity of

people’s lives and the intersection and

interdependence of many areas (ShutOut,

2009)”

The goal is to improve the policy for disabled

people and synchronize it with the programs

that the government applied in reality.

D. CONCLUSION

There is not one person that want to born with

disabilities or having an accident that leads to

disabilities. As a human being, they are as

equal as everyone else is. They have the same

rights to fulfill their needs and contribute to the

society, but unfortunately because of their

“differences”, they sometimes treated differently

and facing discrimination from the society. They

are more likely to experience poor health

services, low participation in education and

employment, social exclusion and lack of

accessibility to the infrastructures. People with

disabilities should have the same potential to

contribute for the society as good as other

people with all the facilities and services from

the government.

As different as they can be, the government of

Indonesia should take an example from some

115Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 119: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

116

contoh dari beberapa kebijakan sosial untuk

penyandang disabilitas yang diterapkan di

Australia. Aksesibilitas pada fasilitas dan

layanan publik adalah salah satu masalah

utama yang dihadapi orang-orang difabel.

Kesadaran dari masyarakat dan pengusaha

untuk memberikan kesempatan yang sama

bagi penyandang disabilitas. Karena bentuk

kesejahteraan Australia dianggap liberal,

pemerintah benar-benar dapat fokus pada

orang-orang dalam kelompok berpenghasilan

rendah. Badan-badan dalam pemerintahan

Australia bekerja sama dan mengintegrasikan

sistem untuk menciptakan kebijakan sosial

yang lebih baik bagi penyandang disabilitas.

Untuk membuat lingkungan yang inklusif bagi

penyandang disabilitas, pemerintah Indonesia

perlu bekerja sama satu sama lain, dengan

LSM dan tentu saja orang-orang penyandang

disabilitas itu sendiri. Masukan dari

penyandang disabilitas akan memberikan

perspektif yang lebih baik tentang apa yang

mereka butuhkan dan harus disediakan oleh

pemerintah. Poin utama dari kebijakan sosial

untuk orang cacat adalah memenuhi hak asasi

manusia mereka sebagai warga negara

karena mereka berhak mendapatkan

kesempatan yang sama seperti orang lain.

of the social policy for disabled people that

implemented in Australia. The accessibility in

public facilities and services are one of the main

problems that disabled people are facing. The

awareness from the society and employer to

give the same opportunities for people with

disabilities. Because of the welfare states of

Australia is considered as liberal, the

government can really focus on people in low-

income group. The departments of the

government of Australia are work together and

integrated a system to create a better social

policy for disabled people.

To make an inclusive environment for people

with disabilities, the government of Indonesia

need to work together with each other, NGOs

and of course people with disabilities

themselves. The input from disabled people will

give a better perspective on what they needs

that the government should provide. The main

point of the social policies for disabled people is

to fulfill their human rights as citizens because

they deserve equal opportunities as well as

other people.

116 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 120: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

116

contoh dari beberapa kebijakan sosial untuk

penyandang disabilitas yang diterapkan di

Australia. Aksesibilitas pada fasilitas dan

layanan publik adalah salah satu masalah

utama yang dihadapi orang-orang difabel.

Kesadaran dari masyarakat dan pengusaha

untuk memberikan kesempatan yang sama

bagi penyandang disabilitas. Karena bentuk

kesejahteraan Australia dianggap liberal,

pemerintah benar-benar dapat fokus pada

orang-orang dalam kelompok berpenghasilan

rendah. Badan-badan dalam pemerintahan

Australia bekerja sama dan mengintegrasikan

sistem untuk menciptakan kebijakan sosial

yang lebih baik bagi penyandang disabilitas.

Untuk membuat lingkungan yang inklusif bagi

penyandang disabilitas, pemerintah Indonesia

perlu bekerja sama satu sama lain, dengan

LSM dan tentu saja orang-orang penyandang

disabilitas itu sendiri. Masukan dari

penyandang disabilitas akan memberikan

perspektif yang lebih baik tentang apa yang

mereka butuhkan dan harus disediakan oleh

pemerintah. Poin utama dari kebijakan sosial

untuk orang cacat adalah memenuhi hak asasi

manusia mereka sebagai warga negara

karena mereka berhak mendapatkan

kesempatan yang sama seperti orang lain.

of the social policy for disabled people that

implemented in Australia. The accessibility in

public facilities and services are one of the main

problems that disabled people are facing. The

awareness from the society and employer to

give the same opportunities for people with

disabilities. Because of the welfare states of

Australia is considered as liberal, the

government can really focus on people in low-

income group. The departments of the

government of Australia are work together and

integrated a system to create a better social

policy for disabled people.

To make an inclusive environment for people

with disabilities, the government of Indonesia

need to work together with each other, NGOs

and of course people with disabilities

themselves. The input from disabled people will

give a better perspective on what they needs

that the government should provide. The main

point of the social policies for disabled people is

to fulfill their human rights as citizens because

they deserve equal opportunities as well as

other people.

117

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY Australia Bureau of Statistics. (2016). Profile of People with disability in Australia.

Canberra: ABS.

Australian Disability Enterprise. (2011). National Disability Strategy. Australian Disability Enterprise.

BetterWork. (2012). Memperkerjakan Penyandang Disabilitas. BetterWork.

Central Bureau of Statistic. (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil Supas 2015. Jakarta: Central Bureau of Statistic.

Chophra, S. (2015). Legislating Safety Nets: Comparing Recent Social Protection Laws in Asia. Creating “Cradle to Grave” Social Security Indonesia, 38.

Ebbinghaus, B. (2012). Comparing Welfare State Regime: Are Typologies an Ideal or Realistic Strategy?

Haniy, S. U. (2016, December 17). Mengapa Partisipasi Disabilitas Dalam Bursa Tenaga Kerja Minim ? Retrieved from Rappler: https://www.rappler.com/indonesia/berita/155758-sebab-solusi-partisipasi-penyandang-disabilitas-tenaga-kerja

Ika. (2013, January 3). Aturan Jaminan Kesehatan Bagi Difabel Perlu Direvisi. Retrieved from UGM: https://ugm.ac.id/id/berita/4821-aturan.jaminan.kesehatan.bagi.difabel.perlu.direvisi

Indonesia Health Minister. (2015). Situasi Penyandang Disabilitas. Jakarta: Indonesia Health Minister.

PresidenRI. (2016, April 26). Perda dan Bantuan Bagi Penyandang Disabilitas. Retrieved from PresidenRI.go.id: http:// presidenri.go.id/berita-aktual/perda-dan-bantuan-bagi-penyandang-disabilitas.html

Ratnaningsih, E. (2016, April). PERGESERAN PARADIGMA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DALAM UU NO. 8 TAHUN 2016. Retrieved from Business-Law Binus: http://business-law.binus.ac.id/2016/04/29/pergeseran-paradigma-tentang-penyandang-disabilitas-dalam-uu-no-8-tahun-2016/

ShutOut. (2009). The Experience of People with Disabilities and Their Families in Australia. DSS.

UNY. (2014). Ringkasan Pelayanan Publik Bagi Difabel di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: UNY.

117Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 121: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

118

CURRICULUM VITAE

Zicko Varianto

Address : Bukit Pamulang Indah Blok C 8/6, South Tangerang, Indonesia

Phone : 0415912792

Email :[email protected]

PERSONAL INFORMATION Full Name : Zicko Varianto

Place, Date of Birth : Jakarta, February 14th 1992 Gender : Male Height/Weight : 180 cm/95 kg Citizenship : Sunda, Indonesian Religion : Islam GPA : 3.3 (scale 4) 145 credits Strong Points :Hard worker, fast learner, focus, friendly, confident and capable to work independently or in a team

Interests :Learning the new things to get a new idea, challenges, management strategic, line balancing, quality control, sports and music.

Final Project : IT Staff BPJS Ketenagakerjaan (Indonesian National Social Security)

BPJS Ketenagakerjaan

Website : www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Social Security / National

September 2013 – Present

IT Staff

Directly Report to head of IT Department

My Objectives ;

Ensure that all system run well as well as interacting with customer about their difficulties with

the system.

118 Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 122: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari

118

CURRICULUM VITAE

Zicko Varianto

Address : Bukit Pamulang Indah Blok C 8/6, South Tangerang, Indonesia

Phone : 0415912792

Email :[email protected]

PERSONAL INFORMATION Full Name : Zicko Varianto

Place, Date of Birth : Jakarta, February 14th 1992 Gender : Male Height/Weight : 180 cm/95 kg Citizenship : Sunda, Indonesian Religion : Islam GPA : 3.3 (scale 4) 145 credits Strong Points :Hard worker, fast learner, focus, friendly, confident and capable to work independently or in a team

Interests :Learning the new things to get a new idea, challenges, management strategic, line balancing, quality control, sports and music.

Final Project : IT Staff BPJS Ketenagakerjaan (Indonesian National Social Security)

BPJS Ketenagakerjaan

Website : www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Social Security / National

September 2013 – Present

IT Staff

Directly Report to head of IT Department

My Objectives ;

Ensure that all system run well as well as interacting with customer about their difficulties with

the system.

119

FORMAL EDUCATION

SCHOOL YEAR

Melbourne University 2018-Now

Universitas Gadjah Mada 2018-Now

Bina Nusantara University 2009 - 2013

35 High School Jakarta 2006 - 2009

19 Junior High School Jakarta 2003 - 2006

05 Elementary School Jakarta 1997 - 2003

COMPUTER ABILITY

SPECIFICATION DESCRIPTION

Windows (XP, Vista, Seven, 10) Operating system

Microsoft Office (Office Visio,

Publisher, Word, Excel, Power Point)

Plant layout, Word processing, Spreadsheet and

Data calculation, Presentation design, etc.

Promodel Proffesional Modelling system

Powersim Modelling system

LANGUAGE ABILITY

LANGUAGE DESCRIPTION (ORAL AND WRITTEN)

Indonesian Excellent

English Excellent

119Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan Volume 3 No. 1 November 2018

Page 123: JURNAL INSTITUT - BPJS Ketenagakerjaan...A. PENDAHULUAN Jumlah orang lanjut usia saat ini meningkat di banyak negara di seluruh dunia. Harapan hidup seluruh dunia juga meningkat dari