Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

16
ISSN 1858-1226 JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN Volume 16, Nomor 2, Desember 2012 Diterbitkan Oleh : Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta

description

jurnal

Transcript of Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

Page 1: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

ISSN 1858-1226

JURNAL

ILMU-ILMU PERTANIAN Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

Diterbitkan Oleh :

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang

Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta

Page 2: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN ISSN 1858-1226

Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan

Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan

Ketua Penyunting

M. Adlan Larisu

Penyunting Pelaksana

R. Hermawan

Ananti Yekti

Miftakhul Arifin

Agus Wartapa

Mitra Bestari

Masyhuri (Universitas Gadjah Mada)

Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang)

Aziz Purwantoro (Universitas Gadjah Mada)

E. W. Tri Nugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa)

Sekretariat

Abdul Hamid

Rajiman

Sari Megawati

Ismadi

Alamat penyunting dan sekretariat : Redaksi Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi

Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No.

2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528 E-Mail:

[email protected]

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain.

Naskah diketik atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan

format seperti tercantum pada halaman kulit belakang bagian dalam (pedoman penulisan naskah).

Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata

penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan

lima eksemplar cetak lepas dan satu nomor bukti pemuatan. Artikel yang tidak dimuat tidak akan

dikembalikan.

Harga berlangganan termasuk ongkos kirim Rp. 50.000,00 per tahun untuk dua nomor penerbitan.

Page 3: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

JURNAL

ILMU-ILMU PERTANIAN Volume 16, Nomor 2, Desember 2012 ISSN 1858-1226

DAFTAR ISI

Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian 69 - 75

Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul

Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa 76 - 83

Yogyakarta

Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten 84 - 90

Bojonegoro

Suprapti Supardi, Erlyna Wida Riptanti, Aulia Qonita

Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai 91 - 99

Bahan Baku Es Krim

Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung 100 - 107

terhadap Efisiensi Pemupukan di Lahan Kering Kec. Bayan

Kab. Lombok Utara – NTB

Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan 108 - 113

Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren

Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)

Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer 114 - 120

Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Amie Sulastiyah

Page 4: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

76 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

TEKNIK PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Technical Development of Sustainable Food Household Area in Daerah Istimewa Yogyakarta)

Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

ABSTRACT

Sustainable Food Household Area (KRPL) is one of the programs the Ministry of

Agriculture in order to optimize the lawn yard in an region. The aim of KRPL program

is developing the ability of families and communities in self sufficient the food and

nutritions in a sustainable manner. The rapid development of KRPL depends on

appropriate development techniques. Development techniques of KRPL in Yogyakarta

through the stages (1) the formation of the group, (2) identification of group needs, (3)

the preparation of action plans, (4) training, (5) creation nurseries and (6) design of

KRPL area. Appropriate stages of the development techniques to realize replication

KRPL quickly and is able to provide real benefits for the family. KRPL in Daerah

Istimewa Yogyakarta has grown rapidly. In 2011, KRPL by one farmer group in

Gunungkidul district, in 2012 has been developed in 4 districts and 1 city. In 2012, the

number of KRPL groups in Yogyakarta as many as 12 groups, consisting of 8 women

farmer groups and 4 farmer groups. Each KRPL in Daerah Istimewa Yogyakarta have

characteristic such as having a nursery, carried out by number of RPL who joined the

group and stay in the region. The benefits for families is to get the cost savings for food

consumption which range between Rp. 50.000,00 to Rp.300.000,00 per month per

family. The value of savings is limited, due to the number of plants cultivated still

limited by each family.

Keywords: technical development, KRPL, DIY

PENDAHULUAN

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

merupakan salah satu program Kementerian

Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan

pekarangan yang ramah lingkungan dalam

suatu kawasan. Kawasan rumah dapat diwu-

judkan dalam satu wilayah antara lain wilayah

Rukun Tetangga (RT), beberapa RT, wilayah

Rukun Warga (RW), wilayah dusun/peduk-

uhan atau wilayah desa/kelurahan (Badan

Litbang Pertanian, 2012). Di dalam kawasan

termasuk juga keberadaan pagar lingkungan

rumah, jalan desa, lahan terbuka hijau dan

fasilitas umum lainnya yang ada di wilayah

tersebut.

Sasaran yang ingin dicapai KRPL ini

adalah berkembangnya kemampuan keluarga

dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

pangan dan gizi secara lestari, menuju keluar-

ga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera

(BBP2TP, 2011). Konsep kawasan rumah

pangan lestari tidak sekedar pemanfaatan la-

han pekarangan saja, namun termasuk konsep

kemandirian pangan, diversifikasi pangan ber-

basis sumber pangan lokal, pelestarian sumber

daya genetik pangan dan kebun bibit.

KRPL dapat berlangsung secara lestari,

jika para petugas lapang atau penyuluh lapang

sejak awal telah dilibatkan secara aktif dalam

pengembangan KRPL mulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatan (Wiendarti

dan Gunawan, 2012a). Untuk itu, keterlibatan

para petugas atau penyuluh lapang diperlukan

dalam memudahkan proses pengembangan

KRPL terutama didalam pembentukan dan

identifikasi kebutuhan kelompok serta penyu-

sunan rencana kegiatan kelompok.

Data pada tahun 2008 menunjukkan

bahwa pekarangan di Yogyakarta luasnya

mencapai 52.000 hektar dan belum dimanfaat-

Page 5: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 77

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

kan secara optimal untuk ketahanan pangan

(BPS Propinsi DIY, 2008). Pemanfaatan peka-

rangan di Daerah Istimewa Yogyakarta mela-

lui KRPL telah berkembang baik, dimulai

tahun 2011 oleh 1 kelompok tani di Kabupaten

Gunungkidul, namun pada tahun 2012 telah

dikembangkan di 4 kabupaten dan kota Yog-

yakarta (BPTP Yogyakarta, 2012). Jumlah

pelaku KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta

pada tahun 2012 sebanyak 12 kelompok, ter-

diri atas 8 kelompok wanita tani dan 4 kelom-

pok tani (Wiendarti dan Gunawan, 2012b).

Setiap KRPL yang ada di Daerah Istimewa

Yogyakarta memiliki ciri khas yaitu memiliki

kebun bibit, dilaksanakan oleh sejumlah ang-

gota (RPL) yang tergabung dalam kelompok

dan berada dalam suatu lingkungan atau

kawasan tertentu.

Pengembangan KRPL dapat dilakukan

dengan teknik yang tepat yaitu melalui pem-

bentukan kelompok, identifikasi kebutuhan,

penyusunan rencana kegiatan, penyelenggara-

an pelatihan, pembuatan kebun bibit dan

penataan lingkungan kawasan. Teknik pe-

ngembangan yang tepat mampu mewujudkan

replikasi KRPL secara cepat dan dapat mem-

berikan manfaat yang nyata bagi keluarga dan

lingkungannya.

M-KRPL selama ini telah terbukti ba-

nyak memberikan manfaat bagi masyarakat

baik bagi pelaku RPL maupun lingkungan ka-

wasan di sekitarnya. Bagi pelaku RPL, kegiat-

an ini dapat memberikan sumbangan pangan

untuk dikonsumsi bagi keluarga, menghemat

pengeluaran keluarga dalam memenuhi pangan

sehari-hari dan terjadinya diversifikasi kon-

sumsi pangan pada rumah tangga pelaku RPL.

Bagi lingkungan kawasan, kegiatan ini dapat

membuat suasana asri dan lingkungan lebih

nyaman.

TEKNIK PENGEMBANGAN KRPL

Teknik pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL) dilakukan melalui (1)

pembentukan kelompok, (2) identifikasi kebu-

tuhan, (3) penyusunan rencana kegiatan, (4)

pelatihan, (5) pembuatan kebun bibit dan (6)

penataan lingkungan kawasan.

1. Pembentukan kelompok

KRPL idealnya dilakukan oleh kelom-

pok sebagai kumpulan individu yang mempu-

nyai maksud yang sama dalam mencapai tuju-

an. Kelompok tersebut perlu dibentuk atau

menggunakan kelompok yang telah terbentuk

di wilayah tersebut. Jika merupakan organisasi

baru, petugas lapang atau penyuluh berkewa-

jiban membentuk dan membina kelompok

tersebut untuk menjadi kelompok tani yang

terdaftar pada Dinas Pertanian. Terbentuknya

kelompok akan menciptakan kawasan, meng-

ingat KRPL merupakan suatu kawasan. Ka-

wasan tersebut dapat diwujudkan dalam satu

atau beberapa rukun tetangga atau rukun

warga, bahkan dalam satu desa atau kelurahan.

Kelompok pelaku KRPL idealnya

memiliki (1) anggota yang sebagian berpenga-

laman di bidang budidaya tanaman, pengolah-

an dan pemasaran hasil, (2) lahan yang dapat

digunakan untuk membangun kebun bibit, (3)

anggota yang mempunyai lahan pekarangan

untuk pengembangan KRPL, (4) organisasi ke-

lompok yang berfungsi dengan baik, (5) parti-

sipasi dan semangat anggota tinggi terhadap

kegiatan KRPL. KRPL dikelola oleh kelom-

pok dengan organisasi dan struktur organisasi

yang jelas serta memiliki pengurus minimal

ketua, sekretaris, bendahara serta seksi penge-

lola kebun bibit dan pemasaran hasil.

Kelompok pengelola KRPL jika berada

di lokasi yang strategis maka akan mudah

dijangkau oleh petugas lapang maupun penyu-

luh. Sejak awal agar kelompok mendapat pen-

dampingan dari petugas lapang atau penyuluh.

Untuk itu, kelompok sebaiknya memiliki

jadwal rutin untuk pertemuan atau aktifitas

kelompok, sehingga petugas lapang atau

penyuluh dapat melakukan pembinaan pada

saat pertemuan tersebut.

2. Identifikasi kebutuhan

Identifikasi kebutuhan kelompok perlu

dilakukan sebagai salah satu langkah persiapan

sebelum melakukan pengembangan KRPL.

Identifikasi kebutuhan meliputi antara lain

kebutuhan sarana, prasarana dan teknologi,

serta komoditas tanaman dan air. Identifikasi

kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlu-

kan antara lain kebutuhan bibit tanaman,

kebun bibit, peralatan dan perlengkapan lain-

Page 6: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

78 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

nya. Informasi yang diperlukan termasuk luas

kebun bibit, penempatan kebun bibit dan sara-

na pendukung yang diperlukan untuk operasi-

onal kebun bibit. Data kebutuhan teknologi

digunakan sebagai dasar menentukan materi

pelatihan.

Identifikasi kebutuhan komoditas

tanaman dilakukan untuk mendapatkan data

berbagai jenis tanaman sumber pangan lokal

bernilai ekonomis tinggi yang dibutuhkan dan

disukai oleh masyarakat di kawasan tersebut.

Tanaman sayuran misalnya kangkung, bayam,

bunga kol, slada, sawi, pare, gambas, labu-

siam, terong atau lainnya. Tanaman rempah

dan obat yaitu jahe, kencur, temulawak, kunyit

atau lainnya. Buah-buahan meliputi pepaya,

jambu, belimbing, srikaya, sirsak atau lainnya.

Demikian juga pangan lokal berupa ubi jalar,

singkong, ganyong, garut atau lainnya. Sumber

pangan hewani yang banyak dikonsumsi sehari

hari dan akan dikembangkan adalah ayam

lokal, kelinci, ikan lele atau lainnya. Identifi-

kasi air terutama pada ketersediaan air yang

melimpah dan tersedia sepanjang waktu, serta

keberadaan sumber air yang tidak terlalu jauh

dan mudah diperoleh. Air sangat diperlukan

bagi kebun bibit yaitu penyiraman dan kelang-

sungan budidaya tanaman.

Identifikasi kebutuhan ini dapat diper-

oleh melalui diskusi dalam suatu pertemuan

kelompok atau pendalaman kepada beberapa

anggota kelompok pada pertemuan terbatas.

Dalam identifikasi juga digali permasalahan

dan solusi pemecahan terkait dengan rencana

pengembangan KRPL. Identifikasi kebutuhan

ini diperlukan untuk mendapatkan database

karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi

dan budaya di kawasan tersebut sebelum

dilakukan kegiatan KRPL.

Selain identifikasi kebutuhan fisik bagi

pengembangan KRPL, survei mengenai Pola

Pangan Harapan (PPH) untuk mengetahui pola

keberagaman konsumsi masyarakat di wilayah

tersebut juga dilakukan pada awal kegiatan.

Data yang terkumpul dalam identifikasi ini

merupakan database awal kegiatan, sehingga

kelak dapat diketahui peningkatan atau per-

ubahan data atau kondisi setelah menjalankan

kegiatan KRPL. Survei PPH dilakukan pada

pertengahan dan akhir kegiatan untuk menge-

tahui peningkatan skor PPH pola konsumsi di

kawasan tersebut.

3. Penyusunan rencana kegiatan Penyusunan rencana kegiatan dilakukan

dengan melibatkan pengurus dan anggota

kelompok dengan cara mengisi formulir

(blangko) secara bersama-sama yang dibim-

bing oleh petugas lapang atau penyuluh dan

pengarahan dari kelurahan setempat.

Formulir (blangko) isian dipaparkan

menggunakan fasilitas elektronik (laptop dan

LCD) atau menggunakan kertas koran, kemu-

dian petugas pendamping memfasilitasi pengi-

sian secara bersama-sama. Rencana kegiatan

yang disusun meliputi jenis kegiatan, lokasi,

waktu pelaksanaan, dan pelaksana. Jenis kegi-

atan meliputi kebun bibit, rumah pangan lesta-

ri, penataan kawasan, dan pengembangan.

Teknis penyusunan rencana kegiatan

dilakukan dengan mengisi satu persatu kegiat-

an dalam blangko isian, sehingga penetapan

jenis kegiatan, lokasi dan waktu pelaksanaan

sudah merupakan komitmen bersama dari

kelompok. Rencana kegiatan disusun untuk

periode waktu tertentu dengan target hasil

yang jelas, termasuk pelaksana yang bertang-

gung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan.

Rencana kegiatan tersebut merupakan

pedoman dalam melaksanaakan kegiatan

KRPL. Meskipun telah disusun disertai jadwal

yang telah ditentukan, namun bersifat fleksibel

dan menyesuaikan perkembangan pelaksanaan

kegiatan. Target hasil dari setiap jenis kegiat-

an merupakan acuan yang digunakan untuk

menentukan langkah selanjutnya. Rencana ke-

giatan tersebut juga disusun disesuaikan

dengan kondisi sumberdaya manusia di kelom-

pok dan keadaan sumberdaya alam di wilayah

setempat.

4. Pelatihan

Materi utama pelatihan adalah budidaya

tanaman sayuran, tanaman pangan dan bidang

peternakan, dan ditentukan berdasarkan hasil

identifikasi kebutuhan. Teknologi inovasi he-

mat lahan dan ramah lingkungan merupakan

teknologi utama yang akan di implementasi-

kan untuk pemanfaataan lahan pekarangan

secara optimal. Teknologi yang perlu disam-

paikan pada pelatihan untuk pengembangan

KRPL antara lain disajikan pada Tabel 1.

Page 7: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 79

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

Tabel 1. Teknologi pada pelatihan yang diperlukan dalam pengembangan KRPL

No Jenis Teknologi

1 Teknologi persemaian tanaman.

2 Teknologi membuat media tanam di polybag.

3 Teknologi kalender tanam.

4 Teknologi pemupukan dan pemeliharaan tanaman di polybag dan pot.

5 Teknologi vertikultur tanaman sayuran.

6 Teknologi pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT).

7 Teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan produksi.

8 Teknologi budidaya tanaman toga/biofarmaka.

9 Teknologi budidaya tanaman sayuran.

10 Teknologi budidaya tanaman pangan non beras.

11 Teknologi budidaya ternak ayam buras skala rumah tangga.

12 Teknologi budidaya ternak kelinci skala rumah tangga.

13 Teknologi pengolahan limbah dapur.

14 Teknologi pengelolaan kebun bibit.

15 Teknologi analisis usaha budidaya pertanian di lahan pekarangan.

Pelaksanaan pelatihan disesuaikan deng-

an tahapan pada jadwal rencana kegiatan dan

dilakukan secara intermitern dengan tenggang

waktu satu minggu antara materi ke materi se-

lanjutnya. Metode pelatihan adalah 30% teori

dan 70% praktek. Aplikasi teknologi ramah

lingkungan untuk tanaman sayuran, tanaman

buah, tanaman obat atau biofarmaka, tanaman

pangan non beras dan komoditas ternak

spesifik lokasi serta pengelolaan kebun bibit

merupakan karakteristik utama dalam pengem-

bangan KRPL.

5. Pembuatan dan pengelolaan kebun bibit

Kebun bibit merupakan salah satu

sumber bibit dalam pengembangan KRPL, se-

bagai upaya menuju terciptanya rumah pangan

lestari (RPL). RPL adalah rumah tangga yang

memanfaatkan pekarangan secara optimal un-

tuk budidaya tanaman sayuran, pangan, ternak

dan ikan, menggunakan teknologi hemat lahan

secara berkesinambungan untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan gizi sehari hari, serta

menambah pendapatan keluarga.

Kebun bibit dapat memberikan kesinam-

bungan usaha budidaya tanaman bagi anggota

dan keuntungan ekonomi bagi kelompok mela-

lui usaha penjualan bibit dan tanaman. Kebun

bibit adalah lahan untuk pembibitan yang

dilengkapi dengan beberapa peralatan dan

dikelola atas partisipasi aktif masyarakat untuk

memproduksi bibit agar dapat memenuhi

kebutuhan bibit tanaman bagi peserta RPL dan

warga masyarakat di kawasan. Lahan untuk

kebun bibit sebaiknya merupakan lahan terbu-

ka, dan banyak mendapat cahaya matahari

langsung, berdekatan dengan sumber air dan

lahan cukup luas di sekitarnya sehingga

mempermudah pengembangan kebun bibit di

masa datang. Ukuran kebun bibit tergantung

pada volume bibit yang akan di produksi dan

ukuran luas bangunan rumah bibit.

Kebun bibit dibangun untuk tujuan

memproduksi bibit tanaman untuk memenuhi

kebutuhan bibit anggota rumah tangga (RPL).

Agar kebun bibit sesuai kebutuhan dan pengu-

rus dapat mengelola dengan baik, maka disain

kebun bibit dibuat dengan memperhatikan tata

letak komponen kebun, antara lain (1) lokasi

rumah bibit, (2) tempat peletakan bibit muda,

(3) tempat penyimpanan bibit siap tanam, (4)

rak vertikultur, (5) kolam pembibitan, (6) kan-

dang ayam buras/kelinci/ ternak, (7) gudang

penyimpanan, (8) lokasi persemaian dan media

tanam, dan (9) tempat pengolahan sampah

rumah tangga. Contoh disain kebun bibit dapat

dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Rumah bibit adalah bangunan yang di-

buat untuk membuat pembibitan tanaman se-

suai kondisi yang diperlukan, sehingga meng-

hasilkan bibit yang sehat dalam waktu relatif

cepat. Rumah bibit diperlukan agar kegiatan

bercocok tanam tetap dapat dilakukan meski-

pun temperatur dan cuaca di luar rumah bibit

sangat tidak sesuai bagi tanaman. Rumah bibit

Page 8: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

80 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

sebaiknya dibangun pada lahan yang datar dan

tidak ternaungi, agar jika hujan tidak terge-

nang air dan mendapat sinar matahari yang

cukup. Pada musim penghujan rumah bibit

harus mendapat intensitas cahaya matahari dan

suhu yang cukup mendukung, dalam arti tidak

terlalu panas juga tidak terlalu dingin. Manfaat

rumah bibit adalah agar persemaian berlang-

sung dengan kondisi iklim mikro yang terken-

dali untuk pertumbuhan tanaman, terutama

bibit tanaman yang rentan terhadap pengaruh

langsung hujan, angin, serta mikroorganisme

yang dapat menyebabkan penyakit pada

tanaman.

Gambar 1. Contoh desain penataan kebun bibit KRPL

Pengelola kebun umumnya ditunjuk oleh

kelompok dengan berbagai pertimbangan ter-

utama ketersediaan waktu dan adanya kemam-

puan mengelola serta adanya pengalaman

dalam budidaya tanaman. Pengelola kebun bi-

bit mempunyai tugas : (a) bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan teknis kebun sehari-hari,

(b) mencatat pemasukan dan pengeluaran

barang atau bibit termasuk pembiayaannya dan

(c) pengelola bertanggungjawab kepada ketua

kelompok. Dalam pengelolaan kebun, berper-

an pula pengurus kelompok (ketua, sekretaris,

bendahara) dan para pembina. Ketua kelom-

pok umumnya sebagai manajer yang bertang-

gung jawab terhadap seluruh kegiatan kebun

bibit dan melaporkan kepada anggota. Sekre-

taris ikut membantu pencatatan dan adminis-

trasi lain yang diperlukan. Pembina adalah pa-

ra petugas lapang dari instansi terkait, misal-

nya PPL, penyuluh atau tim pengkaji BPTP.

Di dalam rumah bibit disediakan rak

dengan alas kasa bahan besi, bambu atau kayu

tergantung bahan yang banyak tersedia dan

mudah didapat pada lokasi untuk meletakkan

kotak persemaian. Kotak persemaian dibuat

dengan ukuran yang disesuaikan dengan rak

dalam rumah bibit.

Peralatan yang perlu tersedia dalam

kebun bibit antara lain (1) kotak persemaian,

(2) alat pemotong media persemaian sistem

lontong, (3) sumber air, aliran irigasi atau se-

lang air/gembor, (4) rak bibit /tanaman, (5)

springkel air untuk mengatur kelembaban ru-

mah bibit, (6) kereta dorong untuk angkut, (7)

cangkul atau skop, (8) gergaji untuk memoto-

ng lontong media persemaian dan (9) rak

vertikultur.

Peralatan yang perlu tersedia dalam

kebun bibit, (1) kotak persemaian, (2) alat pe-

motong media persemaian sistem lontong, (3)

sumber air, aliran irigasi atau selang air/

gembor, (4) rak bibit /tanaman, (5) springkel

air untuk mengatur kelembaban rumah bibit,

(6) kereta dorong untuk angkut, (7) cangkul

atau skop, (8) gergaji untuk memotong lontong

media persemaian dan (9) rak vertikultur.

U

S

1

3

3

2

4 4 4

4

4

4

4

4

4

5

5

8

7

6

9

Pintu Masuk

4

Page 9: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 81

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

Gambar 2. Rumah bibit dalam kebun bibit KRPL Kota Yogyakarta

Teknologi kalender tanam (Gambar 3)

digunakan dalam pengelolaan kebun bibit

untuk merencanakan dalam membuat

persemaian tanaman untuk memenuhi pesanan

maupun mengisi stok tanaman dan bibit dalam

kebun.

Kalender tanam disusun untuk waktu

selama satu tahun. Pada kalender tanam dapat

diagendakan untuk satu atau beberapa jenis

tanaman yang umur produksinya sama. Dalam

satu bulan dibagi dalam hitungan minggu,

sehingga pembagian waktu satu bulan

divisualisasikan dalam empat minggu.

Mengacu pada teknologi budidaya tanaman,

dapat menandai kalender tanam dengan

menggunakan perbedaan warna, untuk

tanaman mulai masuk persemaian, tanaman

remaja dan tumbuh, sampai berbuah dan

panen. Penggunaan perbedaan warna untuk

memudahkan dalam pengamatan kalender

sehingga dapat direncanakan sepanjang masa.

Gambar 3. Kalender tanam untuk pengelolaan kebun bibit

Page 10: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

82 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Volume 16, Nomor 2, Desember 2012

6. Penataan lingkungan kawasan

Lingkungan kawasan agar menjadi se-

juk, hijau dan dapat digunakan sebagai media

promosi kepada masyarakat maka perlu pena-

taan kawasan. Desain untuk penataan tanaman

pada lingkungan kawasan disusun secara ber-

sama-sama seluruh warga masyarakat dengan

memperhatikan estetika dan kepentingan war-

ga. Pemeliharaan tanaman pada lingkungan

kawasan menjadi tanggung jawab rumah

tangga atau RPL yang berdekatan. Beberapa

contoh desain / penataan tanaman dalam ling-

kungan kawasan RPL dapat dilihat sebagai

berikut (Gambar 4).

Gambar 4. Penataan RPL di lingkungan KRPL Kota Yogyakarta

Penataan lingkungan kawasan diperlu-

kan untuk mengatur RPL agar dapat memben-

tuk lingkungan asri dan nyaman, serta menjadi

daya tarik bagi orang lain untuk melakukan

replikasi. Penataan yang baik menjadi-kan

lingkungan yang indah dan menyenangkan.

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

DI YOGYAKARTA

Kawasan rumah pangan lestari di Daerah

Istimewa Yogyakarta terdapat pada 12 kelom-

pok, terdiri atas 8 kelompok wanita tani dan 4

kelompok tani (Tabel 2).

Tabel 2. Daftar kelompok pelaku KRPL di DIY

No Kabupaten/Kota Nama Kelompok Desa/Kelurahan Kecamatan

1 Kotamadya Yogyakarta 1. KTD Kencana Asri Kadipaten Kraton

2. KWT Mekarsari Bener Tegalrejo

2 Bantul 1. KWT Manunggal Pleret Pleret

2. KWT Sri Rejeki Banguntapan Pleret

3 Gunung Kidul 1. KT Sido Muncul Nglanggeran Patuk

2. KT Sinar Tani Wareng Wonosari

3. KWT Kantil Kedung Keris Nglipar

4 Sleman 1. KWT Mulya Raharja Wukir Sari Cangkringan

2. KT Margomulyo Bleberan Prambanan

5 Kulon Progo 1. KWT Putri Manunggal Srikayangan Sentolo

2. KWT Melati Hargotirto Kokap

3. KWT Lestari Wening Sidomulyo Pengasih

Rata-rata kelompok tersebut mampu

menampilkan kebun bibit, kawasan RPL dan

penataan lingkungan KRPL yang baik. Kebun

bibit dapat memenuhi kebutuhan bibit bagi

anggota kelompok secara kontinyu. Manfaat

KRPL bagi keluarga adalah diperolehnya

Page 11: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

Wiendarti Indri Werdhany - Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari 83

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

penghematan biaya/pengeluaran keluarga

untuk konsumsi pangan yakni berkisar antara

Rp. 50.000,00 s.d. Rp.300.000,00 per keluar-

ga. Besarnya nilai penghematan masih terba-

tas, karena masih terbatasnya jumlah tanaman

yang diusahakan masing-masing keluarga.

Beberapa kelompok telah mengelola ke-

bun bibit secara semi komersial yaitu dengan

menyediakan bibit tanaman bagi keperluan

pasar atau masyarakat luas. Disamping itu, di

sebagian besar kelompok telah melakukan rep-

likasi dengan peserta yang meningkat terutama

berasal dari luar kelompok yang berada di se-

kitar lokasi. Mungkin penataan dan pendataan

perlu dilakukan dengan cermat dalam pen-

gembangan KRPL ini.

PENUTUP

Teknik pengembangan KRPL di Daerah

Istimewa Yogyakarta dilakukan melalui

tahapan (1) pembentukan kelompok, (2) iden-

tifikasi kebutuhan, (3) penyusunan rencana ke-

giatan, (4) pelatihan, (5) pembuatan kebun bi-

bit dan (6) penataan lingkungan kawasan.

Teknik pengembangan sesuai tahapan tersebut

mewujudkan replikasi KRPL secara cepat dan

mampu memberikan manfaat nyata bagi

keluarga.

KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta

telah berkembang dengan cepat. Pada tahun

2011, KRPL baru dilakukan oleh 1 kelompok

tani di Kabupaten Gunungkidul, namun pada

tahun 2012 telah dikembangkan di 4 kabu-

paten dan 1 kota Yogyakarta. Jumlah pelaku

KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

tahun 2012 sebanyak 12 kelompok, terdiri atas

8 kelompok wanita tani dan 4 kelompok tani.

Setiap KRPL di Daerah Istimewa Yogyakarta

memiliki ciri khas yaitu memiliki kebun bibit,

dilaksanakan oleh sejumlah anggota (RPL)

yang tergabung dalam kelompok dan berada

dalam lingkungan atau kawasan tertentu.

Manfaat KRPL bagi keluarga adalah

diperolehnya penghematan biaya/pengeluaran

keluarga untuk konsumsi pangan yakni antara

Rp. 50.000,00 hingga Rp.300.000,00 per

keluarga. Besarnya nilai penghematan masih

terbatas, karena terbatasnya jumlah tanaman

yang diusahakan oleh masing-masing keluar-

ga. Diperkirakan jumlah minimal tanaman

yang dibudidaya oleh setiap rumah tangga

adalah 30 batang tanaman per keluarga agar

manfaat dari kegiatan KRPL ini dapat dira-

sakan bagi keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2012.

Pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL). Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Jakarta. 26 halaman.

Badan Litbang Pertanian. 2012. Panduan

Operasional Pengelolaan Kebun Bibit

Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI).

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Jakarta.

BBP2TP. 2011. Petunjuk Pelaksanaan

Pengembangan Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari. Balai Besar Perngkajian

dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Bogor. 43 halaman.

BPS Propinsi DIY. 2008. Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Dalam Angka.

Badan Pusat Staristik Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

BPTP Yogyakarta. 2012. Kunjungan Menteri

Pertanian ke M-KRPL Kota Yogyakarta.

Pers Rellease. Yogyakarta. 11 Juli 2012.

BPTP Yogyakarta. 2012. Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari Kota

Yogyakarta. Laporan Tengah Tahun.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Yogyakarta.

Wiendarti I.W. dan Gunawan. 2012. Petunjuk

Teknis Pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari Kota Yogyakarta. BPTP

Yogyakarta, BBP2TP, Badan Litbang

Pertanian, Kementerian Pertanian.

Wiendarti I.W. dan Gunawan. 2012. Petunjuk

Teknis Pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari Daerah Istimewa

Yogyakarta. BPTP Yogyakarta,

BBP2TP, Badan Litbang Pertanian,

Kementerian Pertanian.

Page 12: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

INDEKS PENGARANG

ILMU-ILMU PERTANIAN 2012

A

Pengambilan Keputusan Petani dalam Pergeseran Mata Pencaharian

Pasca Erupsi Merapi di Desa Gondowangi Kecamatan Sawangan

Kabupaten Magelang

Aji Riandri, Subejo, Roso Witjaksono, Ageng Setiawan Herianto

Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer

Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Amie Sulastiyah

B

Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan

Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren

Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)

Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

C

Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan

Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri

Cucuk Redono

D

Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung

terhadap Efisiensi Pemupukan Di Lahan Kering Kec. Bayan

Kab. Lombok Utara – NTB

Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

E

Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai

Bahan Baku Es Krim

Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

M

Peran Pemuka Pendapat dalam Adopsi Pupuk Organik pada Petani Padi

Sawah di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta

M. Adlan Larisu, Ravik Karsidi, Mahendra Wijaya

R

Prospek Bawang Merah Asal Biji di Bantul

Rajiman

Page 13: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

S

Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan

Hama Terpadu di Jawa Bagian Tengah Tahun 2012

Siti Astuti, Edhi Martono, Y. Andi Trisyono, Ageng Setiawan Herianto

Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian

Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul

Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

Implementasi Hasil Studi Banding Jagung di Kalangan Petani Kulon Progo

Sujono, Sunarru Samsi Hariadi, Mudiyono, Sri Peni Wastutiningsih

Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten

Bojonegoro

Suprapti S, Erlyna Wida R dan Aulia Qonita

W

Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa

Yogyakarta

Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

Page 14: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

INDEKS KOMULATIF

ILMU-ILMU PERTANIAN 2012

Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam Mewujudkan 1 - 10

Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri

Cucuk Redono

Pengambilan Keputusan Petani dalam Pergeseran Mata Pencaharian 11 - 22

Pasca Erupsi Merapi di Desa Gondowangi Kecamatan Sawangan

Kabupaten Magelang

Aji Riandri, Subejo, Roso Witjaksono, Ageng Setiawan Herianto

Peran Pemuka Pendapat dalam Adopsi Pupuk Organik pada Petani Padi 23 - 34

Sawah di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta

M. Adlan Larisu, Ravik Karsidi, Mahendra Wijaya

Prospek Bawang Merah Asal Biji di Bantul 35 - 44

Rajiman

Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan 45 - 54

Hama Terpadu di Jawa Bagian Tengah Tahun 2012

Siti Astuti, Edhi Martono, Y. Andi Trisyono, Ageng Setiawan Herianto

Implementasi Hasil Studi Banding Jagung di Kalangan Petani Kulon Progo 55 - 68

Sujono, Sunarru Samsi Hariadi, Mudiyono, Sri Peni Wastutiningsih

Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal melalui Penyuluhan Pertanian 69 - 75

Menuju Kedaulatan Pangan di Kabupaten Bantul

Sri Peni Wastutiningsih, Dyah Woro Untari, Tri Dyah Rahmawati, Agus Sulistyo

Teknik Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Daerah Istimewa 76 - 83

Yogyakarta

Wiendarti Indri Werdhany dan Gunawan

Pemetaan Kondisi Kerawanan Pangan di Tingkat Wilayah di Kabupaten 84 - 90

Bojonegoro

Suprapti Supardi, Erlyna Wida Riptanti, Aulia Qonita

Optimisasi Fermentasi pada Pembuatan Ekstrak Temulawak sebagai 91 - 99

Bahan Baku Es Krim

Endah Puspitojati dan Hadi Santoso

Pengaruh Asam Humat sebagai Pelengkap Pupuk pada Tanaman Jagung 100 - 107

terhadap Efisiensi Pemupukan di Lahan Kering Kec. Bayan

Kab. Lombok Utara – NTB

Dhoni Hermanto, Dharmayani N.K.T., Kurnianingsih R., Kamali S.R.

Page 15: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

Analisis Kelayakan Agribisnis Penggemukan Ternak Domba dengan Pakan 108 - 113

Fermentasi (Studi Kasus Penggemukan Ternak Domba, di Pesantren

Sunan Kalijaga, Desa Jomblangan, Wonocatur, Kabupaten Bantul)

Bharoto dan Sofia Rieni Apsari

Motivasi Peningkatan Kemampuan Penggunaan Komputer 114 - 120

Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Amie Sulastiyah

Page 16: Jurnal IIP Vol 16 No 2 Desember 2012 Wiendarti Indri Werdhany

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

DALAM JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN

Naskah dalam Jurnal Ilmu-ilmu

Pertanian ditulis dalam Bahasa Indonesia atau

Bahasa Inggris, dengan gaya bahasa efektif

dan akademis.

Naskah dapat berupa hasil penelitian

atau studi pustaka yang diketik komputer

(MS–Word atau yang kompatibel dengan MS-

Word) meggunakan spasi ganda, tulisan

disertai intisari (abstract). Panjang tulisan

berkisar antara 16 sampai dengan 20 halaman

kuarto (A4).

Naskah hasil penelitian mengikuti

susunan sebagai berikut; halaman judul, nama

penulis, alamat penulis, intisari, kata kunci,

pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan

pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar

pustaka. Naskah konseptual tersusun atas

halaman judul, pendahuluan, isi tulisan,

penutup, daftar pustaka.

Grafik dan gambar garis dapat gambar

dengan tinta cina atau menggunakan program

grafik (komputer), grafik dan gambar

diutamakan tidak berwarna (hitam putih).

Judul gambar diletakkan di bawah gambar,

diberi nomor urut sesuai dengan letaknya dan

dicetak tebal. Masing-masing gambar diberi

keterangan singkat dengan nomor urut yang

diletakkan di luar bidang gambar. Gambar dan

grafik diletakkan di dalam naskah.

Gambar fhotografis diutamakan tidak

berwarna (hitam putih) dan dicetak di atas

kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Nama

lain (binomial), kata asing, latin dan bukan

kata dalam Bahasa Indonesia dicetak miring.

Judul harus singkat dan jelas

menunjukkan identitas subyek, indikasi tujuan

studi dan memuat kata-kata kunci. Jumlah kata

seyogyanya berkisar antara 6 - 12 buah,

dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris. Nama atau nama-nama penulis (bukan

alias) ditulis tanpa gelar dan tidak disingkat.

Abstarct (intisari), harus dapat memberi

informasi mengenai seluruh isi karangan,

ditulis dengan singkat, padat dan jelas dan

tidak melebihi 250 kata, ditulis dalam Bahasa

Inggris (untuk naskah dalam Bahasa

Indonesia) dan Bahasa Indonesia (untuk

naskah dalam Bahasa Inggris), intisari disertai

keywords (kata kunci).

Pendahuluan, berisi latar belakang,

masalah dan tinjauan teori secara ringkas.

Metode penelitian, berisi penjelasan

mengenai bahan dan alat yang digunakan

dalam penelitian (kalau ada), waktu, tempat

dan rancangan percobaan (teknik analisis).

Hasil dan pembahasan, disajikan secara

ringkas (dapat dibantu dengan tabel, grafik

atau fhoto-fhoto). Pembahasan merupakan

tinjauan terhadap hasil penelitian secara

singkat tetapi jelas dan merujuk pada literatur

terkait.

Kesimpulan dan saran, berisi hasil nyata

ataupun keputusan dari penelitian yang

dilakukan dan saran tindakan lanjut untuk

bahan pengembangan penelitian berikutnya.

Daftar pustaka, memuat semua pustaka

yang digunakan dalam penulisan karangan.

Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad

secara kronologis (urut tahun).

Penulisan pustaka untuk buku dengan

urutan; nama pokok (keluarga) dan inisial

pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi,

nama penerbit dan tempat terbit. Setiap bagian

diakhiri dengan tanda titik.

Penulisan pustaka untuk karangan dalam

buku, majalah, surat kabar, proseding atau

terbitan lain bukan buku, ditulis dengan

urutan; nama pokok dan inisial pengarang,

tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama

editor, judul buku, halaman pertama dan akhir

karangan, nama penerbit dan tempat terbit.

Redaksi mempunyai hak untuk

mengubah dan memperbaiki ejaan, tata tulis

dan bahasa yang dimuat tanpa mengubah

esensi.

Naskah yang telah ditulis dan sesuai

dengan pedoman penulisan jurnal ilmu-ilmu

pertanian diterima paling lambat satu bulan

sebelum bulan penerbitan, dalam bentuk hard

printing (cetak printer) dan soft printing (file).

Naskah dikirimkan kepada M. Adlan

Larisu, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

(STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian

Yogyakarta, Jalan Kusumanegara Nomor 2

Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274)

373479 Faximile (0274) 375528. E-Mail:

[email protected]