Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

12
ANALISIS KEBIJAKAN PERMENDIKNAS NOMOR 40 TAHUN 2008 SEBAGAI ALTERNATIF UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Hendra Hidayat Mahasiswa Program Doktor (S3) Pendidikan Teknologi Kejuruan FT-UNP Abstrak: Permendikanas nomor 40 tahun 2008 tentang sarana prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), dalam pelaksanaannya ditemukan permasalahan yang umumnya diakibatkan ketidakpatuhan SMK terhadap permendiknas nomor 40 tahun 2008 tentang standar minimal SMK di seluruh Indonesia. Hal ini berdampak kepada 1) Motivasi belajar anak menjadi rendah, 2) kualitas lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Industri, 3) Pengangguran terdidik (jobless), 4) Kreativitas siswa SMK yang tidak berkembang. Pelaksanaan dari Permendikanas nomor 40 tahun 2008, berhubungan langsung dengan pemerintah dan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam menentukan dan mengawasi sarana prasarana untuk memenuhi kebutuhan SMK, namun masih terdapat juga SMK yang sarana prasarananya belum memenuhi kriteria standar minimal yang sudah ditetapkan pemerintah. Sehingga perlu dilakukan analisis kebijakan terhadap Permendiknas nomor 40 tahun 2008 khususnya pada implementasi di daerah, dari analisis kebijakan ini dihasilkan solusi dalam bentuk penerbitan perda kabupaten/kota yang sesuai dengan Permendiknas no 40 tahun 2008 karena lebih efisien dan efektif serta layak diterapkan untuk mengatur standar minimal sarana prasarana SMK, dalam upaya peningkatan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Sudah saatnya stakeholder dan pemangku kepentingan utama proaktif terhadap implementasi perda kabupaten/kota yang sesuai dengan Permendikanas no 40 tahun 2008. Kata Kunci: Permendiknas nomor 40 tahun 2008, lulusan SMK, Analisis Kebijakan

Transcript of Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

Page 1: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

ANALISIS KEBIJAKAN PERMENDIKNAS NOMOR 40 TAHUN 2008 SEBAGAI ALTERNATIF UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Hendra HidayatMahasiswa Program Doktor (S3) Pendidikan Teknologi Kejuruan FT-UNP

Abstrak: Permendikanas nomor 40 tahun 2008 tentang sarana prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), dalam pelaksanaannya ditemukan permasalahan yang umumnya diakibatkan ketidakpatuhan SMK terhadap permendiknas nomor 40 tahun 2008 tentang standar minimal SMK di seluruh Indonesia. Hal ini berdampak kepada 1) Motivasi belajar anak menjadi rendah, 2) kualitas lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Industri, 3) Pengangguran terdidik (jobless), 4) Kreativitas siswa SMK yang tidak berkembang. Pelaksanaan dari Permendikanas nomor 40 tahun 2008, berhubungan langsung dengan pemerintah dan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam menentukan dan mengawasi sarana prasarana untuk memenuhi kebutuhan SMK, namun masih terdapat juga SMK yang sarana prasarananya belum memenuhi kriteria standar minimal yang sudah ditetapkan pemerintah. Sehingga perlu dilakukan analisis kebijakan terhadap Permendiknas nomor 40 tahun 2008 khususnya pada implementasi di daerah, dari analisis kebijakan ini dihasilkan solusi dalam bentuk penerbitan perda kabupaten/kota yang sesuai dengan Permendiknas no 40 tahun 2008 karena lebih efisien dan efektif serta layak diterapkan untuk mengatur standar minimal sarana prasarana SMK, dalam upaya peningkatan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Sudah saatnya stakeholder dan pemangku kepentingan utama proaktif terhadap implementasi perda kabupaten/kota yang sesuai dengan Permendikanas no 40 tahun 2008.

Kata Kunci: Permendiknas nomor 40 tahun 2008, lulusan SMK, Analisis Kebijakan

Page 2: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Permendiknas nomor 40 tahun 2008,

tentang standar sarana dan prasarana untuk

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah

Kejuruan (SMK/MAK), dalam pelaksanaannya

ditemukan permasalahan yang umumnya

diakibatkan ketidakpatuhan SMK terhadap

permendiknas nomor 40 tahun 2008 tentang

standar minimal SMK di seluruh Indonesia.

Kenyataan dalam dalam prakteknya muncul

permasalahan yang terkait dengan (1) Standar

sarana dan prasarana untuk SMK mencakup

kriteria minimum sarana dan prasarana yang

diatur pemerintah, dan (2) Penyelenggara SMK

wajib menerapkan standar sarana prasarana SMK

sebagaimana diatur dalam peraturan menteri.

Pasal 2 menyatakan Standar sarana dan

prasarana untuk sekolah menengah

kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK)

mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria

minimum prasarana yang harus ada pada semua

SMK. Kenyataannya masih banyak juga SMK

yang sarana prasarananya dibawah standar yang

sudah ditetapkan oleh pemerintah dan masih

adanya sarana dan prasarana yang belum

terlaksana sesuai dengan fungsi yang disebutkan

diatas. Padahal hal ini sejalan dengan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 129a/u/2005 Tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan (SPM)

untuk SMK Pasal 4 ayat 2 (Keputusan Menteri,

2005:11) yang salah satu menjelaskan bahwa

90% SMK harus memiliki sarana dan prasarana

minimal sesuai dengan standar teknis yang

ditetapkan secara nasional. Disamping itu,

tuntutan pelaksanaan uji kompetensi keahlian

SMK merupakan bagian Ujian Nasional yang

diatur dalam permendiknas nomor 28 tahun 2009

tentang standar kompetensi lulusan untuk

mengharuskan melakukan uji kompetensi

keahlian yang tertuang pada pedoman

penyelenggaraan uji kompetensi keahlian SMK

yang salah satunya ujian praktek kejuruan.

Kenyataan yang terjadi jangankan untuk

tuntutan Ujian Kompetensi Nasional tentang

praktek kejuruan sedangkan untuk pelaksanaan

praktek keahlian kejuruan keseharian saja sarana

prasarana yang ada belum lengkap dan sudah

usang.

Pasal 4 menyatakan Penyelenggaraan

sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah

kejuruan (SMK/MAK) wajib menerapkan

standar sarana dan prasarana sekolah menengah

kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK)

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini,

selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah

Peraturan Menteri ini ditetapkan. Kenyataannya

kondisi sarana prasarana disebagian SMK untuk

peralatan bidang keahlian sudah tidak relevan

lagi dengan dunia usaha dan industri atau boleh

dikatakan sudah cocok untuk dimuseumkan.

Disamping itu, sampai sekarang masih ada SMK

yang belum memenuhi kewajiban sarana

prasarana SMK.

2. Identifikasi dan Dampak Masalah

Hasil dari permasalahan yang

menyangkut hal-hal diatas mengakibatkan:

Page 3: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

a. Motivasi belajar anak menjadi rendah karena

fasilitas praktikum tidak tersedia dengan

lengkap padahal tuntutan pembelajaran di

SMK menuntut 70% pembelajaran praktikum.

b. Ujian Nasional bagi SMK yaitu ujian praktek

akan melalui uji verifikasi sarana prasarana,

sehingga sarana prasarana yang tidak

lengkap, ujian praktikum belum bisa

dilaksanakan

c. Belum terjawabnya kebutuhan Dunia

Usaha/Dunia Industri (DUDI) terhadap

kualitas lulusan SMK dikarenakan sarana

prasarana yang uptodate dan berkualitas

kurang tersedia.

d. Pengangguran terdidik (jobless), karena

konsep SMK adalah Link and Match, antara

yang dipelajari (praktikum) dengan

kebutuhan dilapangan harus sesuai, namun

kondisi ini dipengaruhi oleh kualitas bengkel

praktikum keahlian kejuruan di SMK.

e. Kreativitas siswa SMK mati, padahal melalui

sarana prasarana yang berkualitas lulusan

SMK bukan saja dipersiapkan sebagai joob

seeker namun sebagai job creator yaitu

technopreneurship dengan sarana prasarana

berkualitas, lengkap dan uptodate.

f. Hal yang terkait dengan pemakaian, biaya

operasional, perawatan dan umur pakai dari

sarana prasarana SMK, belum dijelaskan dan

belum diatur secara lebih terperinci.

3. Penilaian Kebijakan Pelaksanaan

Penilaian pelaksanaan sarana prasarana

SMK sesuai dengan Peraturan Menteri Republik

Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan BAB I Pasal 1 Ayat 1 yang

dimaksud dengan: Standar nasional pendidikan

adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan Ayat 8 yang

dimaksud dengan: Standar sarana dan

prasarana adalah standar nasional pendidikan

yang berkaitan dengan kriteria minimal.

Dengan kata lain, setiap lembaga pendidikan

dituntut untuk memenuhi kriteria minimum yang

telah ditentukan. Disamping itu, hal ini terkait

juga dengan Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor

129a/u/2005 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pendidikan (SPM) untuk SMK

Pasal 4 ayat 2 (Keputusan Menteri, 2005:11)

yang salah satu menjelaskan bahwa 90% SMK

harus memiliki sarana dan prasarana minimal

sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan

secara nasional. Dalam implementasi sarana

prasarana Permendiknas no 40 tahun 2008

disinyalir bahwa belum adanya data yang

lengkap tentang pemetaan sarana prasarana SMK

se Indonesia, sehingga arah pendanaan dan

bantuan sarana prasrana dari pemerintah belum

sepenuhnya merata dan tepat sasaran. Disamping

itu, alokasi dana dilapangan sangat terkait

dengan pemerintah daerah.

4. Signifikansi Problematika Situasi

Ketidakpatuhan terhadap pelaksanaan

peraturan pemerintah nomor 40 tahun 2008 yang

terjadi di SMK, secara signifikan mengakibatkan

permasalahan terhadap pelaksanaan

pembelajaran praktikum kejuruan, bahkan akan

menjadi penghambat dalam upaya peningkatan

kualitas pendidikan, karena kegiatan

Page 4: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

pembelajaran praktikum di SMK lebih dominan

dari pada teori. Penyelesaian masalah ini dengan

melengkapi standar minimal sarana prasarana

yang ada di SMK.

B. Masalah Kebijakan

1. Pernyataan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah

yang telah disajikan di atas, masalah yang

dianalisis adalah “Ketidakpatuhan terhadap

pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 40

tahun 2008 yang terjadi di SMK”, yang terkait

dengan : (1) Standar sarana dan prasarana untuk

SMK mencakup kriteria minimum sarana dan

prasarana yang diatur pemerintah, yaitu: belum

terpenuhinya sarana prasarana minimum sebagai

sesuatu yang sangat penting dalam memenuhi

proses pembelajaran praktikum kejuruan dan (2)

Penyelenggara SMK wajib menerapkan standar

sarana prasarana SMK sebagaimana diatur dalam

peraturan menteri, yaitu: namun masih ada SMK

yang belum menerapkan standar prasarana yang

diatur pemerintah hal ini berdampak pada

kualitas pendidikan SMK yang konsepnya Link

and Match apa yang diajarkan akan sesuai

dengan kebutuhan dilapangan (DUDI), tetapi

justru kenyataannya menjadi terbalik.

Penyelesaian masalah ini harus segera disikapi

dengan serius dan melakukan kontrol terhadap

sarana prasarana yang ada dan yang akan

dilengkapi.

2. Pendekatan Analisis

Dalam mengkaji masalah pendidikan

digunakan pendekatan analisis pemeriksaan

sosial sebagai cara untuk memantau hubungan

antara unsur-unsur: masukan, proses, keluaran,

dan dampak sebagai usaha untuk mengikuti

masukan kebijakan (Dunn, 2003: 537). Dalam

penggunaan pendekatan ini, siswa SMK sebagai

masukan, pelaksanaan Permendiknas nomor 28

tahun 2010 sebagai proses, kualitas lulusan siswa

SMK sebagai keluaran, dan usaha mematuhi

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 sebagai

dampak.

3. Pemangku Kepentingan Utama

Pemangku kepentingan utama yang

mempengaruhi secara signifikan pelaksanaan

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 tentang

tentang standar sarana dan prasarana untuk

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah

Kejuruan (SMK/MAK) adalah: 1) Pemerintah

Provinsi, 2) Pemerintah Kabupaten/Kota, 3)

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

4. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kebijakan Permendiknas

nomor 40 tahun 2008 adalah sebagai acuan yang

digunakan pemangku utama untuk mengontrol

dan mengkoordinir sarana prasarana SMK yang

ada di daerah tersebut tentang kebutuhan sarana

prasarana dalam rangka peningkatan kualitas

pendidikan. Sasaran dari kebijakan ini adalah

untuk memberikan informasi tentang standar

sarana prasarana yang harus dipenuhi untuk

SMK se Indonesia.

5. Pengukuran Efektivitas

Untuk mengukur efektivitas dalam

pelaksanaan kebijakan ini, dapat digunakan

formula atau rumus: “perbandingan antara

banyaknya SMK dalam suatu kabupaten atau

kota dengan kriteria standar sarana prasarana

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 dengan

Page 5: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

banyaknya seluruh SMK yang ada dalam

kabupaten atau kota tersebut”. Hasil ini dapat

dinyatakan dalam bentuk persentasi. Dalam hal

ini, misalnya jika hasil tersebut lebih besar atau

sama dengan 75% dapatlah dikatakan

pelaksanaan kebijakan tersebut efektif.

6. Potensi Solusi

Potensi solusi dalam analisis ini adalah

setiap upaya untuk mencegah ketidakpatuhan

pemerintah provinsi, kabupaten/kota dalam

pelaksanaan Permendiknas nomor 40 tahun 2008

tentang tentang standar sarana dan prasarana

untuk Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah

Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) harus

memperhitungkan lamanya proses implementasi,

biaya implementasi dan tingkat efektivitasnya.

PEMBAHASAN

C. Alternatif Kebijakan

1. Deskripsi alternatif

Alternatif kebijakan untuk menjawab

ketersediaan sarana prasarana SMK se Indonesia

dalam paper ini, adalah sebagai berikut:

a. Menerbitkan peraturan daerah (perda)

kabupaten/kota yang mengatur pelaksanaan

pendidikan termasuk ketersediaan sarana

prasarana SMK.

b. Menerbitkan peraturan daerah (perda)

kabupaten/kota yang mengatur pelaksanaan

pendidikan tentang sarana prasarana SMK

sesuai Permendiknas nomor 40 tahun 2008.

c. Menerbitkan peraturan daerah Provinsi

yang mengatur pelaksanaan sarana

prasarana SMK sesuai Permendiknas nomor

40 tahun 2008.

d. Mengubah Permendiknas nomor 40 tahun

2008 menjadi Peraturan Pemerintah (PP)

yang mengatur pelaksanaan sarana

prasarana SMK.

2. Perbandingan alternatif

Selanjutnya perlu dilakukan

perbandingan antara alternatif-alternatif pilihan

a,b,c,atau d tersebut diatas, yaitu:

Alternatif a. kemungkinan membutuhkan waktu

lebih lama, biaya besar, dan hasil besar

Alternatif b. kemungkinan membutuhkan waktu

lebih singkat, biaya lebih murah, dan hasil lebih

besar

Alternatif c. kemungkinan membutuhkan waktu

sedang, biaya lebih sedang, dan hasil rendah

Alternatif d. kemungkinan membutuhkan waktu

lebih lama, biaya besar, dan hasil besar

3. Spillovers and Externalities

Alternatif a. yaitu: “Menerbitkan

peraturan daerah (perda) kabupaten/kota yang

mengatur pelaksanaan pendidikan termasuk

ketersediaan sarana prasarana SMK”. Alternatif

ini memerlukan waktu yang lebih lama, sebab

diperlukan pengkajian yang lebih serius pada

pemangku kepentingan (stakeholders: dinas

pendidikan, dan bupati atau walikota) dalam

rapat, pertemuan, dan diskusi atau seminar,

bahkan memerlukan studi banding ke daerah

lain, sampai kajian tentang sarana prasarana

SMK ini. Selanjutnya hasil pengkajian ini

dituangkan dalam rencana perda oleh eksekutif

(bupati atau walikota) diusulkan ke DPRD

sebagai legislatif, selanjutnya DPRD akan

membahas dalam berbagai kegiatan sampai jika

dibutuhkan studi banding maka akan dilakukan.

Page 6: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

Sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama

sampai terbitnya perda yang dimaksud, dan

legislatif dapat mengawasi implementasi perda

yang dibuat sendiri. Pada tahap implementasinya

akan lebih besar.

Alternatif b. yaitu: “Menerbitkan

peraturan daerah (perda) kabupaten/kota yang

mengatur pelaksanaan pendidikan tentang sarana

prasarana SMK sesuai Permendiknas nomor 40

tahun 2008”. Alternatif ini tidak memerlukan

waktu lama sebab hanya menuangkan kembali

“pelaksanaan Permendiknas nomor 40 tahun

2008 ” di daerah dalam bentuk peraturan daerah

oleh DPRD, sehingga legislatif dapat mengawasi

implementasi peraturan daerah yang dibuat

sendiri. Sehingga biaya tidak besar, dan hasil

besar karena selalu dalam pengawasan legislatif.

Perda ini akan mendapat dukungan besar karena

biaya lebih murah dan hasil maksimal.

Alternatif c. yaitu: “Menerbitkan

peraturan daerah Provinsi yang mengatur

pelaksanaan sarana prasarana SMK sesuai

Permendiknas nomor 40 tahun 2008”. Alternatif

ini, dalam pembahasannya tidak terlalu lama

sebab perda ini hanya mengatur implementasi

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 di daerah

provinsi, tetapi diperlukan waktu untuk

mengambil dan menampung masukan dari

seluruh daerah kabupaten/kota di provinsi yang

bersangkutan. Sehingga biaya tidak terlalu besar,

tetapi hasil kemungkinan tidak maksimal/rendah

karena otonomi daerah berada pada daerah

kabupaten/kota.

Alternatif d. yaitu: “Mengubah

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 menjadi

Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur

pelaksanaan sarana prasarana SMK.” Alternatif

ini, dalam penerbitannya akan mencakup waktu

yang lama, karena pemerintah memerlukan

masukan dari berbagai pihak dari seluruh daerah

otonomi dan provinsi, demikian juga untuk

implementasinya diperlukan sosialisasi ke

seluruh daerah, sehingga memerlukan biaya lebih

besar, namun hasil akan lebih besar karena

kekuatan lebih kuat PP dari pada Permendiknas.

4. Kendala

Secara umum alternatif a dan b.

kendalanya relatif kecil, hanya diperlukan

kemauan politik dari pemangku kepentingan

utama (bupati/walikota, dan DPRD); khusus

alternatif a. dalam studi banding tim perumus

peraturan daerah tentang pendidikan ini, belum

tentu ada daerah yang sudah ada perda

pendidikannya dan terimplementasi dengan baik.

Alternatif c. belum tentu dipatuhi oleh

bupati/walikota sebagai kepala daerah

kabupaten/kota, karena status otonomi daerah

berada pada daerah kabupaten/kota bukan pada

daerah provinsi. Sedangkan alternatif d. dalam

penerbitannya akan menjadi kendala karena

ruang lingkupnya terlalu sempit.

Kemungkinan alternatif a. akan

mendapat dukungan sangat besar dari pemangku

kepentingan, karena alternatif a. memiliki

kesesuaian dengan Permendiknas nomor 40

tahun 2008, dan atas usulan dan diterbitkan oleh

daerah yang bersangkutan, kondisi ini

memberikan pengaruh kepada pelaku utama

untuk mau mengimplementasikan. Kemungkinan

alternatif b. mendapatkan dukungan sangat besar

Page 7: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

dari pemangku kepentingan sangat besar, karena

pilihan b. memiliki kesesuaian dengan

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 dan atas

ulusan dan diterbitkan daerah yang bersangkutan.

Alternatif b. ini fokus pada pelaksanaan

Permendiknas nomor 40 tahun 2008 tentang

standar sarana dan prasarana untuk Sekolah

Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

(SMK/MAK). Hal ini memberikan pengaruh

kepada pemangku kepentingan utama untuk mau

mengimplementasikannya.

Kemungkinan alternatif c. mendapatkan

dukungan dari pemangki kepentingan utama,

karena alternatif c. sesuai dengan Permendiknas

nomor 40 tahun 2008. Hal ini memberikan

pengaruh kepada para pemangku kepentingan

utama untuk mau menerima pelaksanaannya.

Kemungkinan alternatif d. mendapatkan

dukungan dari pemangku kepentingan utama,

karena alternatif d. sesuai dengan Permendiknas

nomor 40 tahun 2008 dan tingkat kepatuhan

kepada peraturan pemerintah lebih tinggi

daripada permendiknas.

D. Rekomendasi Kebijakan

1. Kriteria Rekomendasi Alternatif

Beberapa tipe pilihan rasional dapat

ditentukan sebagai kiteria keputusan yang

digunakan untuk saran pemecahan masalah

kebijakan. Kriteria untuk merekomendasikan

suatu pilihan terdiri dari enam tipe utama yaitu:

efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan,

responsivitas, dan kelayakan (Dunn, 2003: 429).

Dalam analisis kebijakan ini digunakan kriteria:

efisiensi, efektifitas, dan kelayakan

2. Deskripsi Alternatif yang Dipilih

Direkomendasikan pilihan b.

Menerbitkan peraturan daerah (perda)

kabupaten/kota yang mengatur pelaksanaan

pendidikan tentang sarana prasarana SMK sesuai

Permendiknas nomor 40 tahun 2008, karena

lebih efisien dan efektif serta layak diterapkan

untuk mengatur standar minimal sarana

prasarana SMK.

3. Strategi Implementasi

Pilihan kebijakan supaya dapat

dilaksanakan pemerintah daerah, dalam hal ini

bupati/walikota dan dinas pendidikan daerah,

setelah terlebih dahulu ada usulan kebutuhan

sarana prasarana SMK dari sekolah

bersangkutan.

4. Pemantauan dan Evaluasi

Dilakukan kontrol bertingkat mulai dari

pemerintah daerah provinsi ke pemerintah daerah

kabupaten/kota selanjutnya ke SMK terhadap

kebutuhan sarana prasarana SMK.

5. Batasan dan Konsekuen yang tidak

terantisipasi

Keterbatasan dari kebijakan yang

direkomendasi yaitu: a). hanya terbatas pada

peraturan daerah, b). peluang untuk terjadi

kecurangan pada tataran pelaksanaan

dikarenakan alokasi dana untuk kelengkapan

sarana prasarana SMK termasuk anggaran yang

besar, c). adanya indikasi SMK yang sengaja

melaporkan kondisi sarana prasarana yang rusak

dan kurang (realitanya tidak) agar mendapatkan

dana bantuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Page 8: Jurnal Hendrahidayat Vol 11 No 1

Dari pemaparan tentang analisis

kebijakan Permendiknas no 40 tahun 2008

tentang standar minimal sarana prasarana SMK

seluruh Indonesia masih belum terlaksana sesuai

peraturan yang ditetapkan dikarenakan

pelaksanaan dari peraturan ini masih

berhubungan dengan otonomi daerah, sehingga

perlu upaya menerbitkan peraturan sebagai

perpanjangan tangan dari Permendiknas yang

ada, yaitu dalam bentuk perda kabupaten/kota

yang sesuai dengan Permendiknas no 40 tahun

2008 karena lebih efisien dan efektif serta layak

diterapkan untuk mengatur standar minimal

sarana prasarana SMK, dalam upaya peningkatan

kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di

Indonesia.

Sudah saatnya stakeholder dan

pemangku kepentingan utama proaktif terhadap

implementasi Permendikanas no 40 tahun 2008

dan mengusahakan untuk merealisasikan serta

mengimplementasikan perda kabupaten/kota

yang sesuai dengan Permendiknas no 40 tahun

2008.

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. [Penerjemah: Wibawa, Samudra, dkk], 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kemdikbud. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan..

Keputusan Menteri. 2005. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 129a/u/2005 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan.

Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2009 tentang standar kompetensi kejuruan sekolah menengah kejuruan.