Jurnal Guru Volume I. No. 2 Juli - Agustus (2015)

119
Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015) ISSN : 1234-5678 Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015) ISSN : 2459-9743 JurnalGuru JURNAL GURU Vol. I No. 2 Juli Agustus 2015 Hal. 1-114 Indralaya ISSN: 2459-9743 Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan – INDONESIA www.e-jurnalguru.com Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

description

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)

Transcript of Jurnal Guru Volume I. No. 2 Juli - Agustus (2015)

  • Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678

    Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015) ISSN : 2459-9743

    JurnalGuru

    JURNAL GURU Vol. I No. 2 Juli Agustus 2015 Hal. 1-114 Indralaya ISSN: 2459-9743

    Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA

    www.e-jurnalguru.com

    Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

  • Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678

    JurnalGuru

    Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)

    Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA 30862

    www.e-jurnalguru.com

    Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

    Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015) ISSN : 2459-9743

  • JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015)

    ii | ISSN : 2459-9743

    JURNAL GURU

    Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

    www.e-jurnalguru.com

    ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743

    PENERBIT

    Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)

    Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)

    Sumatera Selatan, INDONESIA

    Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)

    KETUA DEWAN PENYUNTING

    Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

    ANGGOTA DEWAN PENYUNTING

    Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

    Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

    Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

    Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang

    Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta

    MITRA BESTARI

    Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta

    Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

    Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang

    Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang

    Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara

    Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten

    Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta

    Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau

    Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat

    Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya

    Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung

    Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya

    Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

    ADMINISTRASI

    Karwan Sugiarto, S.A.P. STIA & P - ADS, Palembang

    ALAMAT PENYUNTINGAN

    Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,

    Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862

    Telp : +62 852-6731-4774

    Email : [email protected]

    Website : www.e-jurnalguru.com

    Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.

    Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman

    Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: [email protected]. Setiap

    naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan

    disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.

    Copyright 2015. All Right Reserved

    Backgroud Cover: http://wallpapers-pictures.irixpix.ru/tr/category/3d_renkli_kareler

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): iii -iv

    ISSN : 2459-9743 | iii

    DAFTAR ISI

    Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan

    Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu

    JOKO KUNCORO .................................................................................................................... 1-5

    Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar pada Guru

    di Gugus 7 Kecamatan Sekayu Melalui Kegiatan In-House Training

    SUZANA ..................................................................................................................................... 6-10

    Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

    dengan Mengubah Cerita pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu

    ROPITA ...................................................................................................................................... 11-14

    Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn

    Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui Metode Tanya Jawab

    pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu

    SUHURNI .................................................................................................................................. 15-19

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi

    Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas V

    SD Negeri Lumbajaya

    M. RASYID................................................................................................................................. 20-24

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Komposisi Fungsi

    Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok pada

    Siswa Kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Lais Tahun Pelajaran 2014/ 2015

    ZULGANDA ATMAJA ........................................................................................................... 25-30

    Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran

    Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan Melalui Metode Demonstrasi

    pada Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Sekayu

    NAZEMAH ................................................................................................................................ 31-35

    Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA

    Materi Tata Surya Melalui Penggunaan Alat Peraga Model Tata Surya

    pada Siswa Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu

    TAFTAZANI ............................................................................................................................. 36-39

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui

    Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12

    Sekayu

    NURDILAH ............................................................................................................................... 40-44

    Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan dengan

    Menggunakan Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu

    SUMARNI................................................................................................................................... 45-49

    Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian dengan

    Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri 3

    Kayuara

    ZUNAINI .................................................................................................................................... 50-56

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan

    Menggunakan Metode Penugasan pada Siswa Kelas III SD Negeri 3

    Lumpatan

    KHOSIAH ................................................................................................................................. 57-60

    Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan

    Agama Islam Pokok Bahasan Rasul-Rasul Allah Melalui Pendekatan

    Inquiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Lumpatan

    SUNESTRI ................................................................................................................................. 61-65

  • JurnalGuru | Daftar Isi

    iv | ISSN : 2459-9743

    Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

    Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan pada Siswa Kelas I

    SD Negeri 6 Lumpatan

    MAIZAH ..................................................................................................................................... 66-69

    Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Interaktif pada Siswa Kelas

    III SD Negeri 7 Sekayu

    ZULFAH ..................................................................................................................................... 70-73

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran

    Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi dan

    Kerja Kelompok di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate

    AKHMAD SYAMSURI .......................................................................................................... 74-78

    Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis

    Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas IV SD Negeri

    Lumban Jaya Kabupaten Musi Banyuasin

    MARIANA ................................................................................................................................. 79-83

    Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Pias-Pias

    Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri Lumban Jaya

    ELYAROSYA ............................................................................................................................ 84-87

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan

    Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2

    Sekayu

    ROSMAIDA ............................................................................................................................... 88-91

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam

    Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi Manusia

    Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas

    X.2 SMA Negeri 3 Sekayu

    ELFARINI .................................................................................................................................. 92-95

    Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada Peserta Didik Laki-

    Laki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu Melalui Layanan Bimbingan

    Konseling Kelompok

    SEJUTA ....................................................................................................................................... 96-101

    Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat

    Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X IIS.3 SMA

    Negeri 1 Sekayu

    MARLIANA ............................................................................................................................... 102-104

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation Kosa Kata Bahasa

    Inggris Melalui Media Lagu pada Peserta Didik Kelas X MIA.5 SMA Negeri

    1 Sekayu

    TAPSILA .................................................................................................................................... 107-107

    Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text

    dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Metode

    Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA

    Negeri 1 Sekayu

    SRI MAHARANI ..................................................................................................................... 108-111

    PEDOMAN PENULISAN JURNAL GURU

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5

    ISSN : 2459-9743 | 1

    Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan

    Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu

    Joko Kuncoro Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%, dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru dalam pembelajaran.

    Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang Masalah

    Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut

    kemampuan guru dalam mengelola proses

    pembelajarannya secara efektif dan efisien.

    Tingkat produktivitas sekolah dalam

    memberikan pelayanan secara efisien kepada

    pengguna kependidikan akan sangat

    tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga

    pendidik yang terlibat langsung dalam proses

    pembelajaran dan pada keefektifan mereka

    dalam melaksanakan tanggung jawab secara

    individual maupun kelompok.

    Supervisi klinis merupakan layanan

    professional dari kepala sekolah dan pengawas,

    karena adanya masalah yang belum

    terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi

    kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983)

    menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat

    top-down, artinya perbaikan pengajaran ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah,

    sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-down, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami

    para guru. Ketika seorang guru menjelaskan

    pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu

    terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam

    kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi

    kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.

    Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa

    rendahnya kualitas proses pembelajaran

    kerena penggunaan metode mengajar yang

    monoton dan tidak bervariasi.

    Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan

    para guru di SMA Negeri 4 Sekayu, diketahui

    bahwa rendahnya wawasan profesionalisme

    guru dimungkinkan karena beberapa alasan

    antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru

    untuk memperbaharui pengetahuannya

    meskipun telah lama diangkat menjadi guru,

    (2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti

    pelatihan-pelatihan profesional sangat

    terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari

    intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru

    sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan

    yang bertujuan memperbaiki proses

    pembelajaran cenderung menitikberatkan pada

    aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit

    jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk

    memacu kinerja guru pada prakteknya hanya

    bersifat formalitas.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di

    atas maka dapat dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut: apakah kemampuan guru SMA

    Negeri 4 Sekayu dalam mengefektifkan

    pembelajaran dapat ditingkatkan melalui

  • Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

    2 | ISSN : 2459-9743

    program pembinaan professional guru dan

    supervisi kelas?

    3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    a. Tujuan Penelitian

    1) Meningkatkan komitmen guru agar

    dapat mencurahkan waktu dan

    tenaga untuk mengembangkan sikap

    profesionalismenya.

    2) Meningkatkan kemampuan guru

    dalam memecahkan masalah dalam

    pembelajaran untuk mengefektifkan

    pembelajaran.

    b. Manfaat Penelitian

    1) Mengefektifkan pengelolaan

    pembelajaran yang berdampak pada

    peningkatan mutu sekolah.

    2) Meningkatkan wawasan profesional

    guru sehingga termotivasi untuk

    meningkatkan kinerjanya.

    B. Kajian Pustaka

    1. Profesionalisme Guru

    Proses belajar mengajar mempunyai

    makna dan pengertian yang lebih luas dari

    pada pengertian mengajar, dalam proses

    belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan

    kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa

    yang belajar dan guru yang mengajar, antara

    kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling

    menunjang. Untuk lebih memahami pengertian

    di atas maka guru memegang peranan penting

    dalam proses belajra mengajar.Wrightman

    (dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan

    guru adalah terciptanya serangkaian tingkah

    laku situasi tertentu serta berhubungan dengan

    kemajuan perubahan tingkah laku dan

    perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

    Guru merupakan jabatan atau profesi yang

    memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

    karena hal itu berkenaan dengan manusia yang

    belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni

    guru, dan berkaitan erat dengan manusia

    didalam masyarakat yang semuanya

    menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana

    kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan

    praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah

    dihayati oleh siapa saja.

    Mengajari pada prinsipnya membimbing

    siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau

    mengandung pengertian bahwa mengajar

    merupakan suatu usaha mengorganisasi

    lingkungan dalam hubungannya dengan

    peserta didik dan dahan pelajaran yang

    menimbulkan proses belajar, pengertian ini

    mengandung makna bahwa guru dituntut

    untuk dapat berperan sebagai organisator

    kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya

    mampu memanfaatkan lingkungan baik yang

    ada di kelas maupun diluar kelas yang

    menunjang kegiatan belajar mengajar.

    2. Supervisi Kelas

    Dalam organisasi pendidikan, istilah

    supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan.

    Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi

    utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang

    ditunjukkan untuk memperbaiki dan

    meningkatkan mutu proses dan prestasi

    akademik. Dengan kata lain supervisi kelas

    adalah kegiatan yang berurusan dengan

    perbaikan dan peningkatan proses dan hasil

    pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi

    kelas berkepentingan dengan upaya

    peningkatan mutu proses dan hasil

    pembelajaran. Dengan demikian fungsi

    supervisi kelas adalah salah satu mekanisme

    untuk meningkatkan kemampuan professional

    guru dalam upaya mewujudkan proses belajar

    peserta didik yang lebih melalui cara mengajar

    yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku

    supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar,

    dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan

    pada perbaikan penilaian perilaku mengajar

    guru yang berdampak terhadap perilaku

    belajar siswa.

    Sasaran supervisi kelas adalah proses

    pembelajaran peserta didik dengan tujuan

    meningkatkan mutu proses dan hasil

    pembelajaran. Proses pembelajaran

    dipengaruhi oleh banyak factor, seperti: guru,

    pesrta didik, kurikulum, alat dan buku-buku

    pelajaran, serta kondisi lingkungan social danj

    fisik sekolah. Sehingga mereka lebih mampu

    dalam melaksanakan dan meningkatkan proses

    dan hasil pembelajaran yang direfleksikan

    dalam kemampuan-kemampuan: (1)

    merencanakan kegiatan pembelajaran, (2)

    melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3)

    menilai proses dan hasil pembelajaran,(4)

    memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan

    layanan pembelajaran, (5) memberikan umpan

    balik secara tepat, teratur dan terus menerus

    kapada peserta didik, (6) melayani peserta

    didik yang mengalami kesulitan belajar, (7)

    menciptakan lingkungan belajar yang

    menyenangkan, (8) mengembangkan dan

    memanfaatkan alat bantu dan media

    pembelajaran, (9) memanfaatkan sumber-

    sumber belajar yang tersedia, (10)

    mengembangkan interaksi pembelajaran

    (strategi, metode dan teknik) yang tepat, dan

    (11) melakukan penelitian praktis bagi

    perbaikan pembelajaran.

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5

    ISSN : 2459-9743 | 3

    Pentingnya peningkatan kemampuan

    profesionalisme guru dapat ditinjau dari

    beberapa sudut pandang antara lain:

    a. Seiring dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang sangat

    pesat, berbagai metode dan media baru

    dalam pembelajaran telah berhasil

    dikembangkan. Demikian pula

    pengembangan materi, semua itu harus

    dikuasai oleh guru sehingga mampu

    mengembangkan pembelajaran yang

    dapat membawa peserta didik menjadi

    lulusan yang berkualitas.

    b. Peningkatan kemampuan professional

    guru sebenarnya merupakan hak setiap

    guru, karena itu bilamana pembinaan

    professional dirancang dan dilaksanakan,

    guru tidak hanya semakin mampu dan

    terampil dalam melaksanakan tugas-tugas

    profesionalnya, melainkan juga semakin

    puas, memiliki moral atau semangat kerja

    yang lebih tinggi dan disiplin.

    Pembinaan guru merupakan rangkaian

    usaha pemberian bantuan kepada guru

    terutama bantuan berupa pelayanan atau

    bimbingan professional untuk mengefektifkan

    pembelajaran. Bimbingan professional yang

    dimaksud adalah kegiatan yang dapat

    meningkatkan kemampuan guru dalam

    mengelola kegiatan belajar mengajar, kegiatan

    yang termasuk program pembinaan

    profesionalisme guru adalah: (1) pelatihan

    guru, (2) mengaktifkan musyawarah guru

    sejenis, (3) mengefektifkan supervisi

    pendidikan, dan (4) penilaian angka kredit

    jabatan fungsional guru.

    3. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian pustaka di atas maka

    dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai

    berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan

    profesionalisme guru dalam melaksanakan

    pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.

    C. Metode Penelitian

    1. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru

    dari 15 orang guru yang mengajar mata

    pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4

    Sekayu yang merupakan sekolah binaan

    peneliti sebagai pengawas sekolah.

    2. Setting Penelitian.

    Penelitian tindakan sekolah ini

    dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap

    siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto,

    2006:16) yaitu: 1) perencanaan, 2)

    pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi.

    Empat tahapan tersebut dilakukan secara

    berulang-ulang sampai mencapai indikator

    yang telah ditetapkan.

    3. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian tindakan sekolah ini

    dilaksanakan di SMA Negeri 4 Sekayu pada

    tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian

    dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulan

    Desember 2014 - Maret 2015 dengan jadwal

    sebagai berikut:

    Tabel 1. Jadwal Penelitian

    4. Analisa Data

    Analisis data mengguakan analisis

    deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk

    memberi gambaran tentang kecenderungan

    ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian

    yang meliputi:

    a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan

    pembelajaran,

    b. Kegiatan inti pembelajaran,

    c. Pemanfaatan media pembelajaran dan

    sumber belajar,

    d. Pembelajaran yang memicu dan

    memelihara keterlibatan siswa,

    e. Penilaian proses / hasil belajar dan

    penggunaan bahasa,

    f. Penutup kegiatan pembelajaran.

    D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil analisis deskriptif

    menunjukkan bahwa akhir siklus I masih ada

    guru yang memperoleh nilai cukup (C) yakni

    sebanyak 6 orang (7 persen). Namun demikian

    tidak terdapat guru yang memperoleh nilai

    kurang (D). Untuk memberikan gambaran yang

  • Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

    4 | ISSN : 2459-9743

    jelas mengenai komposisi komitmen guru pada

    akhir siklus I periksa tabel 2 berikut.

    Tabel 2.

    Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran

    pada Siklus I

    Dari data pada tabel diatas menyatakan

    bahwa guru yang komitmen terhadap tugas dan

    tanggung jawabnya, untuk katagori A masih

    beluam ada, katagori B terdapat 3% (3 guru),

    katagori C terdapat 7% (6 guru) sedangkan

    pada katagori D tidak ada.

    Tabel 3.

    Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran

    pada Siklus II

    Dari data siklus II terlihat adanya

    kenaikan komponen guru-guru yaitu yang

    memperoleh katagori A terdapat 4%, dan

    berkatagori B terdapat 4%, yang memperoleh

    katagori C menurun sebesar 2%. Jika dihitung

    individu yang mengalami kenaikan nilai

    (kualitatif) berdasarkan tabel 3 misalnya dari

    nilai B ke nilai A ada 4 orang, atau dari nilai C

    ke nilai B jumlahnya 4 orang (4%) dan masih

    di katagori C ada 2 orang.

    Tabel 4.

    Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran

    pada Siklus III

    Dari data siklus III terlihat adanya

    kenaikan komitmen guru-guru sehari-hari,

    yaitu yang memperoleh katagori A meningkat

    menjadi 8 %, yang memperoleh katagori B

    menjadi 2% sedangkan katagori C terdapat

    perubahan sebesar 100%. Jika dihitung

    individu yang mengalami kenaikan nilai

    (kualitatif) berdasarkan tabel 4 misalnya dari

    nilai B ke nilai A atau dari nilai C ke nilai B

    jumlahnya, adalah nilai A adalah 7 orang, nilai B

    adalah 2 orang, dan nilai C tidak ada sudah

    mengalami kemajuan.

    Grafik 1. Perubahan Tingkah Laku Guru

    Pada data grafik diatas dapat disimpulkan

    pada siklus 1 terdapat katagori B sebesar 3 %

    guru dan katagori C sebasar 7%, pada siklus 2

    terdapat katagori A sebesar 4%, katagori B

    sebesar 4%, dan katagori C sebesar 2%,

    sedangkan pada siklus 3 terdapat katagori A

    sebesar 7% dan katagori B sebesar 3%,

    sementara katagori C sudah tidak ada lagi. Ini

    berarti guru sudah mengalami perubahan

    tingkah laku dalam proses pembelajaran.

    E. Kesimpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian tindakan yang

    dipaparkan dapat disimpulkan sebagai berikut:

    a. Penerapan kombinasi pendekatan profesi

    dan supervisi kelas dengan menggunakan

    teknik pertemuan formal dan teknik

    menggunakan pendapat siswa dapat

    meningkatkan komitmen guru-guru di

    SMA Negeri 4 Sekayu dalam melaksanakan

    proses belajar mengajar. Melalui analisis

    deskriptif dari data pada Siklus 1 sampai

    dengan Siklus 3 didapat hasil sebanyak

    99% guru mengalami peningkatan

    komitmen dalam proses pembelajaran di

    kelasnya (dari nilai C ke nilai B atau dari

    nilai B ke nilai A).

    b. Tidak ada kendala yang berarti dalam

    penerapan supervisi dengan kombinasi

    pendekatan profesional dan klinis. Hampir

    tidak ada guru yang menunjukkan

    keberatan atau penolakan.

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5

    ISSN : 2459-9743 | 5

    2. Saran

    Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini

    yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guru-

    guru sebagai berikut:

    a. Pendekatan yang disajikan dalam

    penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan

    lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan

    variabel yang lebih spesifik pada masing-

    masing sekolah dengan berbagai inovasi

    yang ada.

    b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah

    sebaiknya dikembangkan untuk

    memfasilitasi munculnya kreativitas dan

    inovasi kepala sekolah dalam melakukan

    supervisi di lingkungan sekolahnya.

    Daftar Pustaka

    Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.

    Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum Depdiknas.

    Purwanto, N. 1998. Administrasi dan supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

    Rusyan, A.T., & Hamijaya, H.E. 1992.

    Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Nine Karya Jaya.

    Sahertian, P.A. 1992. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    Soekamto, T., & Udin S.W. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

    Soetopo, H. 1988. Kepemimpinan dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

  • Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

    6 | ISSN : 2459-9743

    Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

    Pada Guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu

    Melalui Kegiatan In-House Training

    Suzana Pengawas TK/ SD Kecamatan Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat 66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training. Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Salah satu masalah pokok yang dihadapi

    sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah

    hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal

    ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian

    nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun

    pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan

    prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui

    proses pembelajaran dengan sistem ganda

    sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri

    dan telah melalui proses penilaian secara

    berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru.

    Namun demikian tetap saja prestasi belajar

    peserta didik saat dievaluasi baik ulangan

    harian, ulangan tengah semester, maupun

    ulangan akhir semester, menurut data yang di

    inventarisir oleh bagian kurikulum masih

    cenderung rendah dan belum memuaskan.

    Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM

    berkisar antara 40 60%, sedangkan sisanya

    untuk menuntaskan harus menempuh

    remedial.

    Atas dasar hal tersebut dalam upaya

    meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di

    kawasan Gugus 7 Kecamatan Sekayu

    berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru

    karena guru merupakan salah satu kunci

    keberhasilan proses pendidikan. Ditangan

    guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan

    nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga

    penyelenggara pendidikan hingga visi-misi

    sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan

    mampu mengoptimalkan seluruh potensi

    sumber dan media belajar yang ada di

    lingkungannya untuk pembelajaran yang

    optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya

    peran guru pada sebuah lembaga pendidikan,

    maka sekolah gugus 7 Sekayu memberikan

    perhatian yang besar bagi terwujudnya guru

    profesional.

    Atas dasar hal tersebut di atas maka

    sekolah gugus 7 Sekayu menyatakan sangat

    perlu mengadakan In-House Training. Dengan adanya kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar ini diharapkan semua

    guru memiliki kelengkapan mengajar yang

    lengkap dan mengaplikasikannya dalam proses

    pembelajaran sehingga proses pembelajaran

    yang dilakukan akan lebih terarah karena

    tujuan pembelajaran, materi yang akan

    diajarkan, metode, dan penilaian yang akan

    digunakan telah direncanakan dengan berbagai

    pertimbangan.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka

    dapat dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut: apakah In House Training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

    menyusun kelengkapan mengajar?

    3. Tujuan Penelitian

    Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan

    untuk meningkatkan kemampuan guru dalam

    menyusun kelengkapan mengajar.

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 6 - 10

    ISSN : 2459-9743 | 7

    4. Manfaat Penelitian

    Penelitian tindakan sekolah ini

    diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

    kepala sekolah dalam memecahkan masalah

    guru, meningkatkan kemampuan guru dalam

    menyusun kelengkapan mengajar sehingga

    lebih profesional. Dengan demikian pada

    akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

    mutu pengajaran dan berdampak pada

    peningkatan mutu sekolah. Disamping itu

    dengan menemukan langkah yang tepat dalam

    meningkatkan kemampuan guru dalam

    menyusun kelengkapan mengajar maka akan

    dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama

    bagi peneliti lain.

    B. Kajian Pustaka

    1. Teori Mengajar

    Mengajar merupakan suatu perbuatan

    yang memerlukan tanggung jawab moral yang

    cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada

    siswa sangat bergantung pada

    pertanggungjawaban guru dalam

    melaksanakan tugasnya. Zamrani (dalam

    Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru

    adalah kreator proses belajar mengajar. Ia

    adalah orang yang akan mengembangkan

    suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa

    yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-

    ide dan kreativitasnya dalam batas-batas

    norma-norma yang ditegakkan secara

    konsisten. Dengan demikian dapat

    dikemukakan bahwa orientasi pengajaran

    dalam konteks belajar mengajar diarahkan

    untuk pengembangan aktivitas siswa dalam

    belajar.

    2. Kelengkapan Mengajar

    Komponen kurikulum tingkat satuan

    pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

    menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan

    sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3)

    kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP.

    Silabus dan RPP merupakan perencanaan

    proses pembelajaran yang memuat sekurang-

    kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,

    metode pengajaran, sumber belajar, dan

    penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah

    Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal

    tersebut diharapkan setiap pendidik pada

    Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang

    akan di implementasikan dalam kegiatan

    pembelajaran.

    a. Pengertian RPP

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    adalah rencana yang menggambarkan prosedur

    dan pengorganisasian pembelajaran untuk

    mencapai satu kompetensi dasar yang

    ditetapkan dalam Standar Isi dan telah

    dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan

    pembelajaran memuat sekurang-kurangnya

    tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

    metode pembelajaran, sumber belajar, dan

    penilaian hasil belajar. Lingkup Rencana

    Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)

    kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu)

    atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali

    pertemuan atau lebih. Untuk mata pelajaran

    Kelompok Program Produktif, RPP dapat

    mencakup lebih dari satu kompetensi dasar.

    RPP dijabarkan dari silabus untuk

    mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

    dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

    b. Tujuan Penyusunan RPP

    1) Memberi kesempatan kepada

    pendidik untuk merencanakan

    pembelajaran yang interaktif dan

    dapat digunakan untuk

    mengeksplorasi semua potensi

    kecakapan majemuk (multiple intellegence) yang dimiliki setiap peserta didik.

    2) Memberi kesempatan bagi pendidik

    untuk merancang pembelajaran

    sesuai dengan kebutuhan peserta

    didik, kemampuan pendidik, dan

    fasilitas yang dimiliki sekolah.

    3) Mempermudah pelaksanaan proses

    pembelajaran.

    4) Mempermudah pelaksanaan evaluasi

    proses pembelajaran, sebagai input

    guna perbaikan pada penyusunan

    RPP selanjutnya

    c. Manfaat

    1) Meningkatkan kemampuan guru

    dalam merancang pembelajaran

    sebagai bagian dari kompetensi

    padagogik yang harus dimiliki guru.

    2) Proses pembelajaran yang dilakukan

    akan lebih terarah karena tujuan

    pembelajaran, materi yang akan

    diajarkan, metode dan penilaian yang

    akan digunakan telah direncanakan

    dengan berbagai pertimbangan.

    3) Meningkatkan rasa percaya diri

    pendidik pada saat pembelajaran,

    karena seluruh proses sudah

    direncanakan dengan baik.

    d. Prinsip Pengembangan RPP

    RPP disusun berdasarkan rancangan yang

    terdapat pada silabus atau dengan kata lain

    RPP merupakan uraian lebih lanjut dari silabus.

    Oleh karena itu prinsip pengembangan silabus

  • Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

    8 | ISSN : 2459-9743

    juga merupakan prinsip pengembangan RPP

    yaitu:

    1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan

    yang menjadi muatan dalam RPP harus

    benar dan dapat dipertanggungjawabkan

    secara keilmuan.

    2) Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat

    kesukaran dan urutan penyajian rnateri

    dalam RPPsesuai dengan tingkat

    perkembangan fisik, intelektual, sosial,

    emosional, dan spiritual peserta didik.

    3) Sistematis, komponen-komponen RPP

    saling berhubungan secara fungsional

    dalam mencapai kompetensi.

    4) Konsisten, adanya hubungan yang

    konsisten (ajeg, taat asas) antara

    kompetensi dasar, indikator, materi

    pembelajaran, metode pembelajaran,

    kegiatan pembelajaran, sumber belajar,

    dan sistem penilaian.

    5) Memadai, cakupan indikator, materi

    pokok, kegiatan pembelajaran, sumber

    belajar, dan sistem penilaian cukup untuk

    menunjang pencapaian kompetensi dasar.

    6) Aktual dan kontekstual, cakupan

    indikator, materi pokok, kegiatan

    pembelajaran, sumber belajar, dan sistem

    penilaian memperhatikan perkembangan

    ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam

    kehidupan nyata dan peristiwa yang

    terjadi.

    7) Fleksibel, keseluruhan komponen RPP

    dapat mengakomodasi variasi peserta

    didik serta dinamika perubahan yang

    terjadi di sekolah dan tuntutan

    masyarakat.

    8) Menyeluruh, materi RPP mencakup

    keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,

    afektif, dan psikomotorik) yang akan

    dicapai untuk mendukung ketercapaian

    Standar Kompetensi dan Kompetensi

    Dasar.

    3. In-House Training

    Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT

    (In-House Training) dan PT (Public Training). In-House Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu,

    apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit.

    Istilah In-House Training sama pengertiannya dengan in-service training. Menurut Nawawi (dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa in-service training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

    guru dalam bidang tertentu sesuai dengan

    tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi

    dan produktivitas dalam bidang tersebut.

    C. Hasil dan Pembahasan

    1. Hasil Penelitian

    Tabel 1

    Sikap Guru terhadap Kelengkapan

    Mengajar

    No Sikap %

    1 Sangat Setuju 57

    2 Setuju 43

    3 Cukup Setuju 0

    4 Tidak Setuju 0

    5 Sangat tidak Setuju 0

    Jumlah 100

    Dari tabel di atas menyatakan bahwa 57%

    guru menyadari bahwa sebagai seorang guru

    sangat penting memiliki kelengkapan mengajar

    sebelum melaksanakan proses pembelajaran

    dan 43% menyatakan penting memiliki

    kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti

    secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan

    Sekayu menyatakan penting untuk memiliki

    kelengkapan mengajar.

    Tabel 2

    Sikap Guru terhadap In-House Training

    Penyusunan Kelengkapan Mengajar

    No Sikap %

    1 Sangat Setuju 23

    2 Setuju 48

    3 Cukup Setuju 11

    4 Tidak Setuju 18

    5 Sangat tidak Setuju 0

    Jumlah 100

    Tabel diatas mengindentifikasi bahwa

    hanya 18% saja guru yang menilai tidak perlu

    diadakan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar. Hal ini terjadi mungkin

    karena mereka merasa sudah cukup

    berpengalaman dalam mengajar, sehingga

    tanpa In-House Training mereka merasa sudah bisa menyusun kelengkapan mengajar. 11%

    menjawab cukup setuju/ ragu-ragu, mungkin

    mereka belum mengetahui dengan jelas

    tentang materi yang akan disampaikan dalam

    In-House Training sehingga mereka merasa tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa

    materi tersebut.

    Sedangkan sisanya 71% menyatakan perlu

    diadakan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian dapat

    dikatakan bahwa sebagian besar guru di Gugus

    7 Kecamatan Sekayu mengharapkan adanya In-House Training penyusunan kelengkapan

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 6 - 10

    ISSN : 2459-9743 | 9

    mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan

    sebagian besar guru menyadari bahwa dirinya

    belum memiliki kelengkapan mengajar dan

    merasa pengalaman mengajarnya masih

    kurang, serta mata pelajaran yang diajarkan

    kurang sesuai dengan latar belakang

    pendidikannya sehingga masih kesulitan dalam

    menyusun kelengkapan mengajar.

    Tabel 3

    Motivasi Guru Mengikuti In-House Training

    Penyusunan Kelengkapan Mengajar

    No Tingkat Motivasi %

    1 Sangat Tinggi 33

    2 Tinggi 67

    3 Cukup Tinggi 0

    4 Rendah 0

    5 Sangat Rendah 0

    Jumlah 100

    Dari tabel tersebut terlihat bahwa 100%

    guru memiliki motivasi yang tinggi untuk

    mengikuti In-House Training dan memiliki keinginan yang kuat untuk membuat

    kelengkapan mengajar bahkan akan

    menggunakan kelengkapan mengajar tersebut

    sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini

    berarti seluruh guru di Gugus 7 Kecamatan

    Sekayu menyadari pentingnya memiliki

    kelengkapan mengajar.

    Tabel 4

    Hasil In-House Training pada Siklus 1

    Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus

    1 ternyata ada dua hal yang perlu

    mendapatperhatian sebagai tindak lanjut yaitu:

    1. Prosentase guru yang menyelesaikan

    kelengkapan mengajar belum mencapai

    l00%

    2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun

    oleh guru ternyata masih belum

    sepenuhnya sesuai dengan panduan/

    pedoman sehingga masih perlu

    penyempurnaan.

    Pada siklus 2, In-House Training dilakukan untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh

    pada siklus I karena setelah dilakukan refleksi

    temyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan

    yaitu:

    1. Prosentase guru yang menyelesaikan

    kelengkapan mengajar belum mencapai

    100%

    2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun

    oleh guru temyata masih belum

    sepenuhnya sesuai dengan yang

    diharapkan, yaitu masih perlu

    penyempurnaan.

    Tabel 5

    Hasil In-House Training pada Siklus 2

    Dari table 5 di atas terlihat bahwa telah

    terjadi peningkatan prosentase guru yang

    berhasil menyelesaikan penyusunan

    kelengkapan mengajar rata-rata guru telah

    menyelesaikan tugas persentase yang didapat

    100%, namun masih ada satu orang guru yang

    mendapat persentase sebesar 83,3%. Hal ini

    terjadi karena kelengkapan mengajar guru

    tersebut belum lengkap. Tindak lanjut dari

    siklus 2 adalah peserta yang ada masalah

    keluarga tersebut diberi kebijakan berupa

    tambahan waktu untuk menyelesaikan

    penyusunan kelengkapan mengajar tersebut.

    2. Pembahasan

    Secara umum seluruh kelengkapan

    mengajar guru telah terjadi peningkatan

    kemampuan, namun dalam penyusunan

    kelangkapan mengajar masih ada satu orang

    guru belum menyelesaikan keseluruhan

    kelengkapan mengajar yang ditargetkan.

    Menurut pengamatan peneliti, satu orang guru

    tersebut dikarenakan ada masalah keluarga

    sehingga belum sempat menyelesaikan tugas

    yang diberikan. Secara keseluruhan guru telah

    memiliki kelengkapan mengajar, hal ini dapat

    dilihat dari grafik di bawah ini:

    Grafik 1

    Kelengkapan Mengajar

  • Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

    10 | ISSN : 2459-9743

    Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa

    terjadi peningkatan prosentase guru yang

    berhasil menyelesaikan penyusunan

    kelengkapan mengajar, yaitu dari 66,63%

    menjadi 98,13%. Dari tabel ini juga dapat

    dilihat bahwa seluruh guru telah melengkapi

    kelengkapan mengajar dengan melihat

    prosentase kelengkapan mengajar yang

    diselesaikan pada siklus 1 dan 2. Dari hasil

    observasi menyatakan bahwa 57.4% guru

    menyadari bahwa sangat penting memiliki

    kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan

    proses pembelajaran dan 42.6% menyatakan

    penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal

    tersebut berarti secara keseluruhan guru di

    Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan

    penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.

    D. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan data di

    atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru

    berhasil menyelesaikan penyusunan

    kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2

    terdapat 98,13% guru yang berhasil

    menyelesaikan penyusunan kelengkapan -

    mengajar. Jadi ada peningkatan

    kemampuan guru dalam menyusun

    kelengkapan mengajar sebesar 31,50%.

    2. Kemampuan guru dalam menyusun

    kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan

    melalui kegiatan In-House Training.

    Daftar Pustaka

    Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta: RinekaCipta

    Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Surabaya University Press UNESA.

    Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.

    Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

    Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang: IKIP Malang.

    Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

    Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta: Erlangga

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 11 - 14

    ISSN : 2459-9743 | 11

    Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita

    Melalui Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita

    pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu

    Ropita Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu. Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai

    dengan tujuan kurikulum cenderung kearah

    keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru

    harus dapat menciptakan seni mengajar pada

    pengajaran keterampilan menyimak, berbicara,

    membaca dan menulis. Baik pada bidang

    kebahasaan maupun pada bidang sastra.

    Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD)

    harus dapat menjadi bagian proses belajar

    mengajar yang menarik sebagai sebuah karya

    seni mengajar.

    Standar kompetensi yang menarik namun

    menjadi momok adalah keterampilan menulis.

    Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak

    ada SMA yang secara khusus melahirkan

    seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi

    menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi

    guru bahasa untuk menciptakan model-model

    pembelajaran yang menarik. Namun, banyak

    guru mengalami kesulitan untuk membiasakan

    siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan

    metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga

    menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit.

    Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan

    menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari

    diri sendiri.

    Problema yang terjadi di SMA PGRI

    Sekayu yakni kompetensi menulis masih

    mengecewakan, terutama pada SK menulis

    cerita, siswa sulit menuangkan gagasan secara

    runtun dan logis dalam bentuk karya sastra

    kreatif. Seandainya diselesaikan, waktu yang

    digunakan untuk meyelesaikan KD tersebut

    sangat lama. Oleh karena itu, perlu dipikirkan

    suatu model pengajaran menulis sastra yang

    aktif, inovatif, kreatif, efektif, menarik

    (PAIKEM), serta mudah dijalankan oleh guru.

    Model Copy The Master dengan mengubah cerita ditawarkan sebagai salah satu model

    pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi

    menulis sastra kreatif yang menyenangkan.

    2. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang di atas dapat

    dirumuskan permasalahan sebagai berikut,

    yaitu: apakah model Copy The Master dengan mengubah cerita dapat meningkatkan

    kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII

    IPA SMA PGRI Sekayu?

    3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    a. Tujuan Penelitian

    Untuk penelitian ini adalah untuk

    meningkatkan kompetensi menulis cerita pada

    siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui

    penggunaan model pembelajaran Copy The Master. b. Manfaat Penelitian

  • Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

    12 | ISSN : 2459-9743

    1) Bagi siswa: dapat meningkatkan

    kompetensi menulis sastra secara

    lebih kreatif.

    2) Bagi guru bahasa: sebagai salah satu

    model pembelajaran menulis dan

    masukan dalam memprediksi

    kelemahan menulis cerita siswa.

    3) Bagi sekolah: meningkatkan

    pembelajaran menulis khususnya

    menulis cerita.

    4) Bagi kepala sekolah: sebagai acuan

    dalam membuat kebijakan tentang

    peningkatan kualitas pembelajaran,

    melalui pelatihan guru tentang

    model-model pembelajaran yang

    kreatif.

    5) Bagi peneliti lain: sebagai rferensi

    dalam melakukan penelitian yang

    sejenis.

    B. Kajian Pustaka

    1. Keterampilan Menulis

    Menulis merupakan suatu proses yang

    dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan

    gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau

    lazim juga disebut mengarang merupakan

    kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa

    kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus

    memiliki pengetahuan tentang apa yang akan

    ditulis juga pengetahuan bagaimana

    menuliskannya. Pengetahuan pertama

    menyangkut isi karangan sedang yang kedua

    menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan

    teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek

    kebahasaan, maupun teknik penulisannya

    bertalian erat dengan proses berpikir,

    (Akhadiah, 1986).

    2. Sastra/ Cerita

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

    konsep sastra adalah karya tulis yang jika

    dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai

    keunggulan seperti: keartistikan, keindahan

    dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita

    adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk

    prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk

    menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1)

    teknik langsung menulis tanpa mengikuti

    aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2)

    teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang

    lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan

    setting ceritanya, dan 3) menentukan unsur-

    unsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga

    membentuk alur sambung-menyambung

    berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka

    jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)

    3. Model Pembelajaran Copy The Master

    Imitasi atau membuat tiruan merupan

    salah satu metode pengajaran retorika yang

    fundamental pada zaman Romawai Kuno dan

    Renaissance. Imitasi pada zaman itu yaitu

    menyalin murni pidato dari seorang penulis

    yang disediakan. Ketika menyalin, mereka

    diajari untuk menguraikan dan menemukan

    sarana-sarana dari berbicara dan menulis,yang

    membawa kepada bermacam jenis analisis

    retorika dari model-model mereka.

    Pelajaran menulis mengenal model,

    metode Copy The Master menuntut dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan

    master yang diberikan. Latihan dengan metode

    ini tidak mesti tulisan dari seorang penulis

    terkenal, tetapi dapat juga diambil dari sebuah

    tulisan yang berasal dari penulis biasa,setelah

    dilakukan modifikasi seperlunya. Caranya,

    master ini dibaca terlebih dahulu, dicermati isi

    dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan

    kerangkanya, serta dilakukan hal-hal lain yang

    dianggap perlu, baru sesudah itu tiba waktunya

    untuk menulis.

    C. Metode Penelitian

    1. Objek Tindakan

    Objek penelitian tindakan kelas ini adalah

    bagaimana guru mengajarkan menulis sastra

    (cerita) dengan menggunakan metode Copy The Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa

    cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu

    sangat banyak.

    2. Setting Penelitian.

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI

    Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera

    Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

    mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014

    sampai minggu ke-5 Maret 2015.

    3. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah siswa kelas XII

    IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang.

    D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Hasil Penelitian

    a. Siklus Pertama

    1) Perencanaan atau refleksi awal: Refleksi

    awal dilaksaanakaan dengan melakukan

    pengamatan pendahuluan untuk

    mengetahui kondisi awal dilakukan oleh

    peneliti.

    2) Tindakan/ Pelaksanaan: Pada tahap ini

    peneliti melakukan kegiatan pembelajaran

    di kelas dengan metode pembelajaran

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 11 - 14

    ISSN : 2459-9743 | 13

    model Copy The Master berdasarkan masalah sesuai dengan rencana pelajaran

    (RPP).

    3) Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh

    teman sejawat sebagai kolaborator,

    kolaborator mencatat semua aktivitas

    yang dilakukan oleh guru dan siswa

    selama proses pembelajaran

    menggunakan instrumen pengamatan.

    Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1

    ditemukan bahwa: a) guru kurang

    memberi motivasi, b) indikator kegiatan

    pendahuluan terlalu banyak, c) pada

    indikator ke-2 guru dan siswa berdiskusi

    terlalu lama, d) indikator perubahan dan

    master cerita terlalu banyak, e) siswa

    kesulitan mengadakan perubahan cerita

    alur dengan warna lokal dan mengubah

    sudut pandang penulisan, f) cerita yang

    dicopy siswa terlalu panjang, dan g) guru

    tidak memberikan pujian kepada siswa.

    4) Refleksi: a) guru kurang memberikan

    motivasi maka pada kegiatan awal,akhir

    dan tengah-tengah pembelajaran guru

    perlu memberi arahan yang jelas lagi agar

    siswa tahu persis yang akan dikerjakan, b)

    indikator kegiatan pendahuluan

    dipersingkat, c) apersepsi materi

    dipersingkat, d) indikator perubahan dan

    master cerita disesuaikan dengan jampel,

    e) guru harus menyederhanakan materi

    dan perintah perubahan cerita yang

    diimitasi, f) Panjang cerita yang dicopy

    atau diimitasi disesuaikan jam pelajaran

    yang tersedia, dan g) guru memberikan

    pujian kepada siswa. Berdasarkan hasil

    refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa

    masih sulit menuangkan gagasan dalam

    bentuk cerita.

    b. Siklus Kedua

    1) Perencanaan: a) menyusun dan

    mempersiapkan instrumen pembelajaran

    yang meliputi silabus dan RPP. Perbaikan

    RPP sesuai hasil refleksi pada siklus

    pertama, dan b) mempersiapkan alat-alat

    dan media yang digunakan, yaitu media

    pembelajaran cuplikan cerita sesuai hasil

    refleksi siklus ke-1.

    2) Pelaksanaan Tindakan: Pada tahap ini

    peneliti melakukan kegiatan

    pembelajaran dengan model

    pembelajaran Copy The Master dengan mengubah cerita sesuai RPP yang telah

    dilakukan perubahan sesuai repleksi

    siklus ke-1.

    3) Pengamatan: pengamatan dilakukan oleh

    teman sejawat sebagai kolaborator

    berpedoman pada instrumen observasi.

    Hasil pengamatan sebagai berikut: a)

    kondisi siswa menunjukan keaktifan dan

    percaya diri untuk menulis imitasi cerita

    berdasarkan master pada LKS, b) siswa

    lebih berani bertanya kepada guru, c) guru

    lebih sering melihat-lihat siswa berkerja

    sehingga siswa termotivasi atas kesulitan

    yang dihadapi, d) indikator dalam RPP

    telah dispesifikan dan cerita yang akan

    dicopy disesuaikan, e) suasana kelas jadi

    kondusif dan menyenangkan, f) guru telah

    memberi pujian dan penghargaan kepada

    siswa yang berhasil.

    4) Refleksi: a) pada siklus ke dua siswa lebih

    percaya diri dan termotivasi dalam

    pembelajaran, b) siswa tampak aktif,

    komunikatif berdiskusi baik dengan guru

    maupun dengan teman sebangku, c)

    setiap siswa telah memahami dan

    mengerti tugas imitasi cerita yang harus

    dibuat, d) guru telah sesuai dengan perananya sebagai motivator dan

    fasilitator yang baik, e) kegiatan pembelajaran menulis cerita dengan

    model Copy The Master secara keseluruhan sangat menarik dan

    memotivasi sehingga model ini dapat

    mengatasi kesulitan siswa dalam

    menuangkan gagasan dalam menulis

    cerita.

    2. Pembahasan

    Hasil dialog dan diskusi dengan teman

    sejawat pada data yang diperoleh dari hasil

    observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa

    Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita dapat meningkatkan keterampilan

    menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran

    bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal

    yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang

    mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu

    panjang cerita yang diubah disesuikan dengan

    waktu pembelajaran yang tersedia.

    Model pembelajaran Copy The Master dikembangkan dengan mengubah cerita siswa

    diberikan master: 1) panjang cerita

    disesuaikan waktu pelajaran, 2) siswa

    membaca cerita berulang-ulang untuk

    memahami isinya dengan cara menganalisis

    unsur-unsur intrinsik cerita, 3) siswa membuat

    imitasi cerita tersebut, dan 4) perubahan pada

    cerita imitasi dimulai dari yang sederhana ke

    unsur yang lebih komplek,.

  • Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

    14 | ISSN : 2459-9743

    Grafik 1

    Tingkat Keberhasilan Siswa

    Hasil pengamatan aktivitas guru selama

    siklus kedua yang diamati antara lain: a) pra-

    pebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan

    siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta

    apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti

    pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik

    kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias

    siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan

    pemberian reord kurang, dan c) penutup

    semuanya bernilai baik. Sedangkan untuk

    kegiatan siklus kedua yang diamati adalah: a) pra

    pembelajaran semua komponen bernilai baik; b)

    kegiatan inti pembelajaran semua komponen

    bernilai baik, dan c) penutup: semua komponen

    bernilai baik.

    E. Kesimpulan dan Saran

    Dari pembahasan hasil penelitian di atas,

    maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Berdasarkan penelitian pada siklus

    pertama/T1 prestasi belajar siswa rata-rata

    49,51 berarti daya serapnya 49,51%, dan

    pada siklus I yang tuntas 4 siswa (17,39%)

    yang tidak tuntas ada 19 siswa (82,6%).

    Sedangkan pada siklus kedua/T2 prestasi

    belajar siswa rata-rata 76,52 berarti daya

    serapnya 76,52%, dan pada siklus kedua

    yang tuntas ada 20 siswa (86,5%) yang

    tidak tuntas ada 3 siswa (13,05%).

    Berdasarkan kegiatan belajar mengajar

    pada siklus pertama/T1: a) tanggapan siswa

    dalam memperhatikan penjelasan umum

    tentang menulis cerita dengan model Copy

    The Master dengan mengubah cerita cukup,

    b) keterlibatan siswa dalam pembelajaran

    cukup, c) keberanian siswa dalam bertanya

    cukup, d) kemampuan siswa dalam

    berkomunikasi dengan teman cukup, e)

    keberanian siswa dalam mengemukakan

    pendapat cukup, dan f) kesungguhan siswa

    dalam mengerjakan tugas kurang.

    Sedangkan pada siklus kedua/T2 semua

    indikator pengamatan bernilai baik.

    2. Berdasarkan data Kuesioner minat siswa

    menunjukan 100% siswa menyukai

    pembelajaran menulis dengan model Copy The Master. Menulis cerita dengan cara

    membuat imitasinya ternyata 92% siswa

    menyatakan mudah, hanya 8% yang

    menyatakan sulit. Dari 5 perubahan cerita

    yang ditawarkan, mengubah akhir cerita

    100% siswa menjawab tidak sulit.

    Mengubah alur cerita 78% siswa

    menyatakan mudah, mengubah tokoh dan

    penokohan 65% mudah, mengubah setting

    dengan warna lokal 45% mudah, dan

    mengubah sudut pandang penulisan 87%

    siswa menyatakan sulit.

    3. Berdasarkan hasil pengamatan selama

    proses pembelajaran menunjukkan aktivitas

    guru selama siklus pertama yang diamat: (a)

    pra pembelajaran yang terdiri dari

    memeriksa kesiapan siswa bernilai baik dan bermotivasi serta apersepsi bernilai kurang. (b) kegiatan inti pembelajaran yang terdiri

    dari 1. Penguasan materi bernilai baik, 2. Strategi pembelajaran butir penguasaan

    kelas dan alokasi waktu bernilai cukup sedangkan yang lainnya bernilai baik, 3) Pemanfaatan sumber belajar/media

    pembelajaran butir penggunaan

    mediabernilai cukup dan butir yang lain bernilai baik, 4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siawa butir

    menumbuhkan parisifasi, keceriaan siswa

    bernilai baik, pemberian riword kurang 5)

    Penilaian proses dan hasil belajar yaitu

    bernilai baik, 6) Penampilan guru bernilai

    baik. (c) penutup kesemuanya bernilai baik. Sedangkan pada siklus kedu yang diamati

    antara lain: a) Pra pembelajaran semua

    komponen bernilai baik. b) Kegiatan inti

    pembelajaran semua komponen bernilai

    baik, dan c) Penutup semua komponen

    bernilai baik.

    4. Pembelajaran dengan Model Copy The Master menunjukan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar

    siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu.

    Ditemukan beberapa kelemahan pada siklus

    pertama. Namun pada siklus kedua

    prosentase secara klasikal sudah tercapai.

    Daftar Pustaka

    Akhadiah, Sabarti. 1986. Modul Menulis 1. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan

    Universitas Terbuka.

    Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

    Arief, Ermawati. 2006. Retorika Lisan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP Tahun Akademik 2005. (Tesis) Tidak diterbitkan. Padang: PPS UNP.

    Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19

    ISSN : 2459-9743 | 15

    Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

    Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat

    melalui Metode Tanya Jawab

    pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu

    Suhurni Kepala SD Negeri 1 Bailangu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya jawab. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bailangu Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 35 orang yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan pusat mengalami peningkatan dari rata-rata 56,57 pada siklus I menjadi 76,s7% pada siklus II. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu. Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan metode tanya jawab

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Pendidikan adalah salah satu bentuk

    perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

    dan sarat perkembangan. Oleh karena itu

    perubahan atau perkembangan pendidikan

    adalah hal yang memang seharusnya terjadi

    sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

    Perubahan dalam arti perbaikan pada semua

    tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai

    antisipasi kepentingan masa depan.

    Berdasarkan pengamatan peneliti di SD

    Negeri 1 Bailangu masih banyak terdapat

    kendala dalam proses pembelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), antara

    lain siswa kurang aktif dalam diskusi kelas, jika

    ada siswa yang terpaksa menjawab,

    jawabannya sering melenceng, sebagian besar

    jawaban siswa tidak benar, dan pemahaman

    siswa terhadap pelajaran rendah. Selain itu

    nilai yang diperoleh siswa juga masih kurang

    memuaskan, masih banyak siswa yang

    mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah

    ditentukan yaitu 65. Untuk itu dibutuhkan

    kesabaran dan keuletan serta kerja sama

    antara guru dan muridnya.

    Adanya kemauan keras guru untuk

    memperbaiki pelajaran PKn kelas IV untuk

    mengkaji strategi pembelajaran apa yang

    sangat tepat diterapkan, sehingga mampu

    memperbaiki kondisi tersebut. Oleh karena itu

    perlu penelitian tindakan kelas yang

    melibatkan kerjasama guru dan teman sejawat.

    Dengan demikian perlu diterapkan suatu

    strategi pembelajaran yang membantu guru

    mengaitkan materi yang diajarkan melalui

    metoda tanyajawab dengan diimbangi bentuk

    kegiatan lainnya. Dengan strategi ini, hasil

    pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

    siswa. Proses pembelajaran berlangsung

    alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja

    dan aktif bertanya (mengalami), bukan transfer

    pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi atau

    proses pembelajaran lebih dipentingkan guna

    mencapai hasil yang optimal.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka

    dapat dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut, yaitu: apakah metode tanya jawab

    dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

    PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada

    siswa kelas IV SDN 1 Bailangu?

    3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk

    meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn

    materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa

    kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan

    metode tanya jawab.

    4. Manfaat Penelitian

  • Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

    16 | ISSN : 2459-9743

    Penelitian ini diharapkan bermanfaat

    dalam meningkatkan motivasi siswa dalam

    belajar PKn sehingga dapat mendorong

    keaktifan siswa dalam belajar. Bagi guru sendiri

    penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

    rujukan dalam usaha meningkatkan hasil

    belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.

    Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini

    diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan

    mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.

    B. Kajian Pustaka

    1. Aktivitas Siswa

    Menurut Dierich (dalam Hamalik,

    2012:90-91) aktivitas siswa terbagi menjadi

    delapan kelompok yaitu :

    a. Kegiatan- kegiatan visual: membaca,

    melihat gambar-gambar, mengamati

    eksperimen, demonstrasi, pameran,

    mengamati orang lain berkerja, atau

    bermain.

    b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral):

    mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

    menghubungkan suatu kejadian,

    mengajukan pertanyaan, member saran,

    mengemukkan pendapat, berwawancara,

    diskusi.

    c. Kegiatan-kegiatan mendengar:

    mendengarkan penyajian bahan,

    mendengarkan percakapan atau diskusi

    kelompok, mendengarkan siaran radio.

    d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita,

    menulis laporan, memeriksa karangan,

    bahan-bahan kopi, membuat seketsa, atau

    rangkuman, mengerjakan tes, mengisi

    angket.

    e. Kegiatan-kegiatan menggambar:

    menggambar, membuat grafik, diagram,

    peta, pola.

    f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan

    percobaan, memilih alat-alat,

    melaksanakan pameran, membuat model,

    menyelenggarakan permainan (simulasi)

    menari, berkebun.

    g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,

    mengingat, memecahkan masalah,

    menganalisis faktor- faktor, menemukan

    hubungan-hubungan, membuat

    keputusan.

    h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat,

    membedakan, berani tenang, dan

    sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam

    kelompok ini terdapat pada semua

    kegiatan tersebut di atas, dan bersifat

    tumpang tindih.

    Penerimaan pelajaran akan lebih baik jika

    dengan aktivitas siswa sendiri, karena kesan itu

    tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan,

    diolah kemudian dikeluarkan lagi dikeluarkan

    lagi dalam bentuk yang berbeda (Slameto,

    2010:36).

    2. Hasil Belajar

    Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah

    suatu proses usah yang dilakukan seseorang

    untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

    laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

    hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungannya. Sedangkan menurut

    Gagne (dalam Slameto, 2010:13) belajar adalah

    suatu proses untuk memperoleh motivasi

    dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan

    dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan

    pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

    dari instruksi. Dengan demikian belajar

    merupakan suatu aktivitas mental yang

    berlangsung dalam interaksi aktif dengan

    lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-

    perubahan dalam pengetahuan, pengalaman,

    keterampilan, dan nilai sikap.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

    bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

    seseorang akibat belajar, dengan belajar

    seseorang dapat mengalami perubahan dari

    tidak tahu menjadi tahu, pengetahuan yang

    tidak hanya kecakapan tapi juga penghayatan

    pada individu pesera didik di sekolah yang

    biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yaitu

    nilai hasil tes. Biasanya hasil belajar dinyatakan

    dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik,

    sedang atau buruk.

    3. Materi Sistem Pemerintahan Tingkat

    Pusat

    Pemerintahan pusat adalah pemerintah

    yang berkedudukan di tingkat negara.

    Pemerintahan pusat terdiri atas perangkat

    Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

    terdiri dari presiden dan para pembantu

    presiden, yaitu wakil presiden, para mentri,

    dan lembaga-lembaga pemerintahan pusat.

    Lembaga negara dalam sistem pemerintahan

    pusat dibagi menjadi tiga kekuasaan, yaitu

    eksekutif. Pemerintahan pusat adalah

    pemerintah yang berkedudukan di tingkat

    negara.

    4. Metode Tanya Jawab

    Pembelajaran PKN yang terkesan

    membosankan dan membuat suntuk murid

    karena cara guru mengajarkan materi yang

    hanya bersifat informatif sehingga murid tidak

    turut terlibat dalam pembelajaran barawal dari

    sinilah peneliti ingin mencoba mensajikan

    teori-teori yang mudah-mudahan bisa

    menggugah para guru untuk mau terus

    berinovasi agar murid bisa menikmati belajar

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19

    ISSN : 2459-9743 | 17

    dengan perasaan senang dan semangat. maka

    dari itu peneliti disini akan mencoba

    mengadakan penelitian yang mudah-mudahan

    bisa menunjang pembelajaran PKN dan bisa

    menjadikan rujukan para guru untuk

    meningkatkan kegiatan belajar mengajar

    dengan menggunakan metode tanya jawab .

    C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV

    SDN 1 Bailangu semester genap tahun ajaran

    2014/2015, mulai tanggal 5 Januari s/d 31

    Maret. Jumlah siswa yang diteliti adalah 35

    orang, yang terdiri dari 17 orang perempuan

    dan 18 orang laki-laki. Penerapan metode tanya

    jawab ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan

    terdiri dari pertemuan pertama, dan kedua.

    Dimana dua kali pertemuan berlangsung

    selama 2 x 35 menit setiap diakhir pertemuan

    guru memberi tes yang terdiri dari 5 soal

    berbentuk isian setelah pembelajaran PKn

    menggunakan metode tanya jawab.

    Pada metode tanya jawab, siswa belajar

    dan bekerja dalam kelompok, kemudian pada

    akhir pertemuan siswa diberi post tes (tes

    akhir). Pada pertemuan pertama, dan

    pertemuan kedua observasi dilakukan untuk

    melihat aktivitas siswa, selama kegiatan

    pembelajaran. Pada akhir pertemuan untuk

    mengatahui hasil belajar siswa setelah

    diterapkannya metode tanya jawab, penulis

    memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 soal

    isian.

    Berdasarkan pada rencana pelaksanakan

    pembelajaran (RPP) yang telah di tetapkan

    sebelumnya, pembelajaran dibagi menjadi tiga

    tahap yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan

    penutup. Langkah-langkah pembelajaran yang

    dilaksanakan pada penelitian ini yaitu sebagai

    berikut:

    Pertama, berupa kegiatan pendahuluan

    yaitu penulis mengabsen siswa dan melakukan

    perkenalan singkat dengan siswa dan siswi

    serta menjelaskan tentang metode yang akan

    digunakan yaitu metode tanya jawab, diuraikan

    tahapan-tahapan yaitu: menjelaskan tujuan

    yang akan dicapai dalam mempelajari materi

    sistem pemerintahan tingkat pusat dan

    motivasi siswa belajar. Dalam kegiatan ini guru

    menyajikan informasi materi kepada siswa

    dengan cara menjelaskan materi sistem

    pemerintahan tingkat pusat.

    Kedua, guru membagi siswa kelas IV

    dalam beberapa kelompok yang heterogen,

    guru mengelompokkan siswa yang berjumlah

    35 orang menjadi 7 kelompok, 1 kelompok

    terdiri dari 5 orang. Setiap anggota kelompok

    diberi materi pelajaran, guru memberikan

    tugas kepada siswa untuk didiskusikan dengan

    anggota kelompok masing-masing.

    Ketiga, siswa mendiskusikan jawaban

    untuk menyelesaikan pertanyaan dan

    mengetahui jawaban sebenarnya. Dalam tahap

    ini guru mengarahkan siswa dalam berdiskusi

    dan berpikir bersama untuk menyatukan

    pendapatnya. Setelah selesai berdiskusi, siswa

    membuat kesimpulan. Selanjutnya guru

    memberikan soal tes 1 yang sesuai dengan

    materi.

    Pada pertemuan kedua secara umum

    sama, dengan kegiatan pada pertemuan

    pertama tetapi dengan materi yang berbeda

    sehingga kesulitan yang dialami siswa dalam

    berdiskusi berbeda hanya saja pada pertemuan

    kedua guru tidak mengadakan perkenalan

    singkat dengan siswa. Dimana pada pertemuan

    pertama guru menjelaskan lembaga

    pemerintahan pusat, sedangkan pada

    pertemuan kedua guru menjelaskan organisasi

    pemeritahan pusat.

    a. Deskripsi Data Observasi

    Pengambilan data observasi pada

    penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali,

    pertemuan I, dan II dengan mengamati

    aktivitas siswa selama penerapan metode tanya

    jawab. Observasi dilakukan oleh observer (teman sejawat), dengan memberikan tanda

    cek () pada lembar observasi yang sesuai

    dengan aktivitas siswa. Untuk memperoleh

    nilai rata-rata dari tiap indikator, maka

    dihitung terlebih dahulu persentase tiap-tiap

    deskriptor dengan menggunakan rumus yang

    telah ditentukan. Rata-rata persentase aktivitas

    siswa seperti tabel 1 berikut :

    Tabel 1

    Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa

  • Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

    18 | ISSN : 2459-9743

    Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat

    bahwa aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 1

    Bailangu pada setiap proses pembelajaran

    mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang

    memiliki persentase rata-rata paling tinggi

    yaitu keaktifan siswa pada akhir proses

    pembelajaran sebesar 91,97% dan aktivitas

    siswa yang memiliki persentase rata-rata

    paling rendah yaitu keaktifan siswa dalam

    kelompok sebesar 87,61%. Secara klasikal,

    tingkat aktivitas siswa termasuk dalam

    kategori baik.

    b. Deskripsi Data Tes

    Tes diperlukan untuk memperoleh data

    hasil belajar siswa. Pada setiap akhir proses

    pembelajaran dilakukan post tes untuk

    mengetahui tingkat penguasaan bahan ajar.

    Hasil post tes I menunjukkan bahwa nilai yang

    diperoleh siswa tergolong memuaskan dengan

    rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,57. Hal

    ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan

    siswa terhadap sistem pemerintahan tingkat

    pusat tergolong kurang. Berikut diagram hasil

    belajar siswa pada siklus 1 dengan

    menggunakan metode tanyajawab :

    Diagram 1

    Hasil belajar Siklus 1

    Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 2

    siswa adalah sebesar 76,5. Terjadi peningkatan

    dari siklus 1. Hal ini menunjukkan bahwa

    tingkat penguasaan siswa pada materi sistem

    pemerintahan tingkat pusat baik. Berikut

    diagram hasil belajar siswa siklus 2 dengan

    menggunakan metode tanyajawab

    Diagram 2

    Hasil belajar Siklus 2

    1. Pembahasan

    Berdasarkan data hasil observasi,

    diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami

    peningkatan pada setiap pertemuan.

    Peningkatan aktivitas ini terjadi karena,

    peneliti selalu memberikan motivasi sebelum

    pembelajaran berlangsung. Dengan adanya

    motivasi, siswa akan lebih aktif. Sehingga

    perlahan-lahan terciptalah suasana yang cukup

    aktif. Dari keseluruhan aktivitas yang

    dilakukan, ternyata aktivitas yang paling tinggi

    adalah keaktifan siswa pada akhir proses

    pembelajaran. Hal ini dikarenakana metode

    tanya jawab dapat menarik perhatian siswa

    dengan memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk bertanya mengenai hal hal yang

    mereka belum mengerti. Data hasil observasi

    pada siklus 1 dan siklus 2 jelasnya sebagaimana

    pada grafik dibawah ini.

    Diagram 3

    Aktivitas Belajar Siswa pada

    Siklus 1 dan Siklus 2

    Berdasarkan data hasil post tes yang

    telah dilaksanakan pada setiap akhir

    pertemuan, diperoleh rata-rata belajar yang

    bervariasi, secara berurutan rata-rata hasil post

    tes siswa adalah 76,57 dan 56,57. Dari nilai

    rata-rata yang diperoleh siswa tersebut

    menunjukkan adanya peningkatan pada

    pertemuan terakhir. Meskipun demikian, hasil

    belajar siswa masih tergolong baik. Berikut

    digram hasil tes siklus 1 dan siklus 2:

    Diagram 4

    Hasil Belajar Siswa

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19

    ISSN : 2459-9743 | 19

    D. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

    1. Aktivitas belajar siswa selama

    diterapkannya metode tanya jawab pada

    konsep sistem pemerintahan tingkat pusat

    meningkat setiap pertemuan.

    2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran

    PKn selama diterapkannya metode tanya

    jawab, adalah baik dengan nilai rata-rata

    kelas sebesar 76,57.

    Daftar Pustaka

    Gafur, A. 1986. DesainInstruksional: Langkah Sistematis Pengajaran. Solo: Tiga Serangkai.

    Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

    Sanjaya, W. 2007. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

  • M. Rasyid | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA

    20 | ISSN : 2459-9743

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi

    Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa

    Kelas V SD Negeri Lumbajaya

    M. Rasyid Kepala SD Negeri Lumbajaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

    Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Lumbanjaya dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet melalui penggunaan model pembelajaran interaktif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Lumbanjaya sebanyak 24 orang siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan pene