Jurnal Guru Volume I. No. 2 Juli - Agustus (2015)
-
Upload
jurnal-guru -
Category
Documents
-
view
199 -
download
11
description
Transcript of Jurnal Guru Volume I. No. 2 Juli - Agustus (2015)
-
Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678
Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015) ISSN : 2459-9743
JurnalGuru
JURNAL GURU Vol. I No. 2 Juli Agustus 2015 Hal. 1-114 Indralaya ISSN: 2459-9743
Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA
www.e-jurnalguru.com
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
-
Volume I, No. 1, Mei Juni (2015) ISSN : 1234-5678
JurnalGuru
Diterbitkan oleh: Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK) Sumatera Selatan INDONESIA 30862
www.e-jurnalguru.com
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015) ISSN : 2459-9743
-
JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015)
ii | ISSN : 2459-9743
JURNAL GURU
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran
www.e-jurnalguru.com
ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743
PENERBIT
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP)
Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan, INDONESIA
Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
KETUA DEWAN PENYUNTING
Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ANGGOTA DEWAN PENYUNTING
Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang
Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang
Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang
Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
MITRA BESTARI
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta
Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang
Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang
Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara
Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten
Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta
Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau
Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat
Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung
Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta
ADMINISTRASI
Karwan Sugiarto, S.A.P. STIA & P - ADS, Palembang
ALAMAT PENYUNTINGAN
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862
Telp : +62 852-6731-4774
Email : [email protected]
Website : www.e-jurnalguru.com
Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.
Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman
Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: [email protected]. Setiap
naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan
disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.
Copyright 2015. All Right Reserved
Backgroud Cover: http://wallpapers-pictures.irixpix.ru/tr/category/3d_renkli_kareler
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): iii -iv
ISSN : 2459-9743 | iii
DAFTAR ISI
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
JOKO KUNCORO .................................................................................................................... 1-5
Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar pada Guru
di Gugus 7 Kecamatan Sekayu Melalui Kegiatan In-House Training
SUZANA ..................................................................................................................................... 6-10
Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
dengan Mengubah Cerita pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
ROPITA ...................................................................................................................................... 11-14
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn
Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui Metode Tanya Jawab
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu
SUHURNI .................................................................................................................................. 15-19
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi
Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas V
SD Negeri Lumbajaya
M. RASYID................................................................................................................................. 20-24
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Komposisi Fungsi
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok pada
Siswa Kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Lais Tahun Pelajaran 2014/ 2015
ZULGANDA ATMAJA ........................................................................................................... 25-30
Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan Melalui Metode Demonstrasi
pada Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Sekayu
NAZEMAH ................................................................................................................................ 31-35
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA
Materi Tata Surya Melalui Penggunaan Alat Peraga Model Tata Surya
pada Siswa Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu
TAFTAZANI ............................................................................................................................. 36-39
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui
Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12
Sekayu
NURDILAH ............................................................................................................................... 40-44
Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu
SUMARNI................................................................................................................................... 45-49
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri 3
Kayuara
ZUNAINI .................................................................................................................................... 50-56
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan
Menggunakan Metode Penugasan pada Siswa Kelas III SD Negeri 3
Lumpatan
KHOSIAH ................................................................................................................................. 57-60
Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Pokok Bahasan Rasul-Rasul Allah Melalui Pendekatan
Inquiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Lumpatan
SUNESTRI ................................................................................................................................. 61-65
-
JurnalGuru | Daftar Isi
iv | ISSN : 2459-9743
Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan pada Siswa Kelas I
SD Negeri 6 Lumpatan
MAIZAH ..................................................................................................................................... 66-69
Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Interaktif pada Siswa Kelas
III SD Negeri 7 Sekayu
ZULFAH ..................................................................................................................................... 70-73
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi dan
Kerja Kelompok di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate
AKHMAD SYAMSURI .......................................................................................................... 74-78
Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis
Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Lumban Jaya Kabupaten Musi Banyuasin
MARIANA ................................................................................................................................. 79-83
Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Pias-Pias
Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri Lumban Jaya
ELYAROSYA ............................................................................................................................ 84-87
Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2
Sekayu
ROSMAIDA ............................................................................................................................... 88-91
Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi Manusia
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas
X.2 SMA Negeri 3 Sekayu
ELFARINI .................................................................................................................................. 92-95
Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada Peserta Didik Laki-
Laki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu Melalui Layanan Bimbingan
Konseling Kelompok
SEJUTA ....................................................................................................................................... 96-101
Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X IIS.3 SMA
Negeri 1 Sekayu
MARLIANA ............................................................................................................................... 102-104
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation Kosa Kata Bahasa
Inggris Melalui Media Lagu pada Peserta Didik Kelas X MIA.5 SMA Negeri
1 Sekayu
TAPSILA .................................................................................................................................... 107-107
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA
Negeri 1 Sekayu
SRI MAHARANI ..................................................................................................................... 108-111
PEDOMAN PENULISAN JURNAL GURU
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5
ISSN : 2459-9743 | 1
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
Joko Kuncoro Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%, dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru dalam pembelajaran.
Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut
kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajarannya secara efektif dan efisien.
Tingkat produktivitas sekolah dalam
memberikan pelayanan secara efisien kepada
pengguna kependidikan akan sangat
tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga
pendidik yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran dan pada keefektifan mereka
dalam melaksanakan tanggung jawab secara
individual maupun kelompok.
Supervisi klinis merupakan layanan
professional dari kepala sekolah dan pengawas,
karena adanya masalah yang belum
terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi
kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983)
menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat
top-down, artinya perbaikan pengajaran ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah,
sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-down, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami
para guru. Ketika seorang guru menjelaskan
pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu
terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam
kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi
kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.
Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa
rendahnya kualitas proses pembelajaran
kerena penggunaan metode mengajar yang
monoton dan tidak bervariasi.
Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan
para guru di SMA Negeri 4 Sekayu, diketahui
bahwa rendahnya wawasan profesionalisme
guru dimungkinkan karena beberapa alasan
antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru
untuk memperbaharui pengetahuannya
meskipun telah lama diangkat menjadi guru,
(2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan profesional sangat
terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari
intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru
sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan
yang bertujuan memperbaiki proses
pembelajaran cenderung menitikberatkan pada
aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit
jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk
memacu kinerja guru pada prakteknya hanya
bersifat formalitas.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: apakah kemampuan guru SMA
Negeri 4 Sekayu dalam mengefektifkan
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui
-
Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
2 | ISSN : 2459-9743
program pembinaan professional guru dan
supervisi kelas?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1) Meningkatkan komitmen guru agar
dapat mencurahkan waktu dan
tenaga untuk mengembangkan sikap
profesionalismenya.
2) Meningkatkan kemampuan guru
dalam memecahkan masalah dalam
pembelajaran untuk mengefektifkan
pembelajaran.
b. Manfaat Penelitian
1) Mengefektifkan pengelolaan
pembelajaran yang berdampak pada
peningkatan mutu sekolah.
2) Meningkatkan wawasan profesional
guru sehingga termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
B. Kajian Pustaka
1. Profesionalisme Guru
Proses belajar mengajar mempunyai
makna dan pengertian yang lebih luas dari
pada pengertian mengajar, dalam proses
belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan
kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa
yang belajar dan guru yang mengajar, antara
kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling
menunjang. Untuk lebih memahami pengertian
di atas maka guru memegang peranan penting
dalam proses belajra mengajar.Wrightman
(dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan
guru adalah terciptanya serangkaian tingkah
laku situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni
guru, dan berkaitan erat dengan manusia
didalam masyarakat yang semuanya
menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana
kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan
praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah
dihayati oleh siapa saja.
Mengajari pada prinsipnya membimbing
siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan
peserta didik dan dahan pelajaran yang
menimbulkan proses belajar, pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut
untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya
mampu memanfaatkan lingkungan baik yang
ada di kelas maupun diluar kelas yang
menunjang kegiatan belajar mengajar.
2. Supervisi Kelas
Dalam organisasi pendidikan, istilah
supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan.
Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi
utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang
ditunjukkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses dan prestasi
akademik. Dengan kata lain supervisi kelas
adalah kegiatan yang berurusan dengan
perbaikan dan peningkatan proses dan hasil
pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi
kelas berkepentingan dengan upaya
peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Dengan demikian fungsi
supervisi kelas adalah salah satu mekanisme
untuk meningkatkan kemampuan professional
guru dalam upaya mewujudkan proses belajar
peserta didik yang lebih melalui cara mengajar
yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku
supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar,
dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan
pada perbaikan penilaian perilaku mengajar
guru yang berdampak terhadap perilaku
belajar siswa.
Sasaran supervisi kelas adalah proses
pembelajaran peserta didik dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Proses pembelajaran
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti: guru,
pesrta didik, kurikulum, alat dan buku-buku
pelajaran, serta kondisi lingkungan social danj
fisik sekolah. Sehingga mereka lebih mampu
dalam melaksanakan dan meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang direfleksikan
dalam kemampuan-kemampuan: (1)
merencanakan kegiatan pembelajaran, (2)
melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3)
menilai proses dan hasil pembelajaran,(4)
memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan
layanan pembelajaran, (5) memberikan umpan
balik secara tepat, teratur dan terus menerus
kapada peserta didik, (6) melayani peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, (7)
menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, (8) mengembangkan dan
memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran, (9) memanfaatkan sumber-
sumber belajar yang tersedia, (10)
mengembangkan interaksi pembelajaran
(strategi, metode dan teknik) yang tepat, dan
(11) melakukan penelitian praktis bagi
perbaikan pembelajaran.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5
ISSN : 2459-9743 | 3
Pentingnya peningkatan kemampuan
profesionalisme guru dapat ditinjau dari
beberapa sudut pandang antara lain:
a. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat, berbagai metode dan media baru
dalam pembelajaran telah berhasil
dikembangkan. Demikian pula
pengembangan materi, semua itu harus
dikuasai oleh guru sehingga mampu
mengembangkan pembelajaran yang
dapat membawa peserta didik menjadi
lulusan yang berkualitas.
b. Peningkatan kemampuan professional
guru sebenarnya merupakan hak setiap
guru, karena itu bilamana pembinaan
professional dirancang dan dilaksanakan,
guru tidak hanya semakin mampu dan
terampil dalam melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya, melainkan juga semakin
puas, memiliki moral atau semangat kerja
yang lebih tinggi dan disiplin.
Pembinaan guru merupakan rangkaian
usaha pemberian bantuan kepada guru
terutama bantuan berupa pelayanan atau
bimbingan professional untuk mengefektifkan
pembelajaran. Bimbingan professional yang
dimaksud adalah kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar, kegiatan
yang termasuk program pembinaan
profesionalisme guru adalah: (1) pelatihan
guru, (2) mengaktifkan musyawarah guru
sejenis, (3) mengefektifkan supervisi
pendidikan, dan (4) penilaian angka kredit
jabatan fungsional guru.
3. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai
berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.
C. Metode Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru
dari 15 orang guru yang mengajar mata
pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4
Sekayu yang merupakan sekolah binaan
peneliti sebagai pengawas sekolah.
2. Setting Penelitian.
Penelitian tindakan sekolah ini
dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap
siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto,
2006:16) yaitu: 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi.
Empat tahapan tersebut dilakukan secara
berulang-ulang sampai mencapai indikator
yang telah ditetapkan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini
dilaksanakan di SMA Negeri 4 Sekayu pada
tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulan
Desember 2014 - Maret 2015 dengan jadwal
sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
4. Analisa Data
Analisis data mengguakan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk
memberi gambaran tentang kecenderungan
ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian
yang meliputi:
a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan
pembelajaran,
b. Kegiatan inti pembelajaran,
c. Pemanfaatan media pembelajaran dan
sumber belajar,
d. Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa,
e. Penilaian proses / hasil belajar dan
penggunaan bahasa,
f. Penutup kegiatan pembelajaran.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
menunjukkan bahwa akhir siklus I masih ada
guru yang memperoleh nilai cukup (C) yakni
sebanyak 6 orang (7 persen). Namun demikian
tidak terdapat guru yang memperoleh nilai
kurang (D). Untuk memberikan gambaran yang
-
Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
4 | ISSN : 2459-9743
jelas mengenai komposisi komitmen guru pada
akhir siklus I periksa tabel 2 berikut.
Tabel 2.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus I
Dari data pada tabel diatas menyatakan
bahwa guru yang komitmen terhadap tugas dan
tanggung jawabnya, untuk katagori A masih
beluam ada, katagori B terdapat 3% (3 guru),
katagori C terdapat 7% (6 guru) sedangkan
pada katagori D tidak ada.
Tabel 3.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus II
Dari data siklus II terlihat adanya
kenaikan komponen guru-guru yaitu yang
memperoleh katagori A terdapat 4%, dan
berkatagori B terdapat 4%, yang memperoleh
katagori C menurun sebesar 2%. Jika dihitung
individu yang mengalami kenaikan nilai
(kualitatif) berdasarkan tabel 3 misalnya dari
nilai B ke nilai A ada 4 orang, atau dari nilai C
ke nilai B jumlahnya 4 orang (4%) dan masih
di katagori C ada 2 orang.
Tabel 4.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran
pada Siklus III
Dari data siklus III terlihat adanya
kenaikan komitmen guru-guru sehari-hari,
yaitu yang memperoleh katagori A meningkat
menjadi 8 %, yang memperoleh katagori B
menjadi 2% sedangkan katagori C terdapat
perubahan sebesar 100%. Jika dihitung
individu yang mengalami kenaikan nilai
(kualitatif) berdasarkan tabel 4 misalnya dari
nilai B ke nilai A atau dari nilai C ke nilai B
jumlahnya, adalah nilai A adalah 7 orang, nilai B
adalah 2 orang, dan nilai C tidak ada sudah
mengalami kemajuan.
Grafik 1. Perubahan Tingkah Laku Guru
Pada data grafik diatas dapat disimpulkan
pada siklus 1 terdapat katagori B sebesar 3 %
guru dan katagori C sebasar 7%, pada siklus 2
terdapat katagori A sebesar 4%, katagori B
sebesar 4%, dan katagori C sebesar 2%,
sedangkan pada siklus 3 terdapat katagori A
sebesar 7% dan katagori B sebesar 3%,
sementara katagori C sudah tidak ada lagi. Ini
berarti guru sudah mengalami perubahan
tingkah laku dalam proses pembelajaran.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan yang
dipaparkan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Penerapan kombinasi pendekatan profesi
dan supervisi kelas dengan menggunakan
teknik pertemuan formal dan teknik
menggunakan pendapat siswa dapat
meningkatkan komitmen guru-guru di
SMA Negeri 4 Sekayu dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Melalui analisis
deskriptif dari data pada Siklus 1 sampai
dengan Siklus 3 didapat hasil sebanyak
99% guru mengalami peningkatan
komitmen dalam proses pembelajaran di
kelasnya (dari nilai C ke nilai B atau dari
nilai B ke nilai A).
b. Tidak ada kendala yang berarti dalam
penerapan supervisi dengan kombinasi
pendekatan profesional dan klinis. Hampir
tidak ada guru yang menunjukkan
keberatan atau penolakan.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 1 - 5
ISSN : 2459-9743 | 5
2. Saran
Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini
yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guru-
guru sebagai berikut:
a. Pendekatan yang disajikan dalam
penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan
lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan
variabel yang lebih spesifik pada masing-
masing sekolah dengan berbagai inovasi
yang ada.
b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah
sebaiknya dikembangkan untuk
memfasilitasi munculnya kreativitas dan
inovasi kepala sekolah dalam melakukan
supervisi di lingkungan sekolahnya.
Daftar Pustaka
Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum Depdiknas.
Purwanto, N. 1998. Administrasi dan supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Rusyan, A.T., & Hamijaya, H.E. 1992.
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Nine Karya Jaya.
Sahertian, P.A. 1992. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soekamto, T., & Udin S.W. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Soetopo, H. 1988. Kepemimpinan dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
-
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
6 | ISSN : 2459-9743
Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
Pada Guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu
Melalui Kegiatan In-House Training
Suzana Pengawas TK/ SD Kecamatan Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat 66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training. Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang dihadapi
sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah
hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal
ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian
nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun
pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan
prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui
proses pembelajaran dengan sistem ganda
sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri
dan telah melalui proses penilaian secara
berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru.
Namun demikian tetap saja prestasi belajar
peserta didik saat dievaluasi baik ulangan
harian, ulangan tengah semester, maupun
ulangan akhir semester, menurut data yang di
inventarisir oleh bagian kurikulum masih
cenderung rendah dan belum memuaskan.
Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM
berkisar antara 40 60%, sedangkan sisanya
untuk menuntaskan harus menempuh
remedial.
Atas dasar hal tersebut dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di
kawasan Gugus 7 Kecamatan Sekayu
berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru
karena guru merupakan salah satu kunci
keberhasilan proses pendidikan. Ditangan
guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan
nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga
penyelenggara pendidikan hingga visi-misi
sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan
mampu mengoptimalkan seluruh potensi
sumber dan media belajar yang ada di
lingkungannya untuk pembelajaran yang
optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya
peran guru pada sebuah lembaga pendidikan,
maka sekolah gugus 7 Sekayu memberikan
perhatian yang besar bagi terwujudnya guru
profesional.
Atas dasar hal tersebut di atas maka
sekolah gugus 7 Sekayu menyatakan sangat
perlu mengadakan In-House Training. Dengan adanya kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar ini diharapkan semua
guru memiliki kelengkapan mengajar yang
lengkap dan mengaplikasikannya dalam proses
pembelajaran sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan akan lebih terarah karena
tujuan pembelajaran, materi yang akan
diajarkan, metode, dan penilaian yang akan
digunakan telah direncanakan dengan berbagai
pertimbangan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah In House Training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 6 - 10
ISSN : 2459-9743 | 7
4. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kepala sekolah dalam memecahkan masalah
guru, meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar sehingga
lebih profesional. Dengan demikian pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
mutu pengajaran dan berdampak pada
peningkatan mutu sekolah. Disamping itu
dengan menemukan langkah yang tepat dalam
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar maka akan
dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama
bagi peneliti lain.
B. Kajian Pustaka
1. Teori Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan
yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Zamrani (dalam
Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru
adalah kreator proses belajar mengajar. Ia
adalah orang yang akan mengembangkan
suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-
ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma yang ditegakkan secara
konsisten. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran
dalam konteks belajar mengajar diarahkan
untuk pengembangan aktivitas siswa dalam
belajar.
2. Kelengkapan Mengajar
Komponen kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan
sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3)
kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP.
Silabus dan RPP merupakan perencanaan
proses pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal
tersebut diharapkan setiap pendidik pada
Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang
akan di implementasikan dalam kegiatan
pembelajaran.
a. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan telah
dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan
pembelajaran memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar. Lingkup Rencana
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu)
atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih. Untuk mata pelajaran
Kelompok Program Produktif, RPP dapat
mencakup lebih dari satu kompetensi dasar.
RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
b. Tujuan Penyusunan RPP
1) Memberi kesempatan kepada
pendidik untuk merencanakan
pembelajaran yang interaktif dan
dapat digunakan untuk
mengeksplorasi semua potensi
kecakapan majemuk (multiple intellegence) yang dimiliki setiap peserta didik.
2) Memberi kesempatan bagi pendidik
untuk merancang pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, kemampuan pendidik, dan
fasilitas yang dimiliki sekolah.
3) Mempermudah pelaksanaan proses
pembelajaran.
4) Mempermudah pelaksanaan evaluasi
proses pembelajaran, sebagai input
guna perbaikan pada penyusunan
RPP selanjutnya
c. Manfaat
1) Meningkatkan kemampuan guru
dalam merancang pembelajaran
sebagai bagian dari kompetensi
padagogik yang harus dimiliki guru.
2) Proses pembelajaran yang dilakukan
akan lebih terarah karena tujuan
pembelajaran, materi yang akan
diajarkan, metode dan penilaian yang
akan digunakan telah direncanakan
dengan berbagai pertimbangan.
3) Meningkatkan rasa percaya diri
pendidik pada saat pembelajaran,
karena seluruh proses sudah
direncanakan dengan baik.
d. Prinsip Pengembangan RPP
RPP disusun berdasarkan rancangan yang
terdapat pada silabus atau dengan kata lain
RPP merupakan uraian lebih lanjut dari silabus.
Oleh karena itu prinsip pengembangan silabus
-
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
8 | ISSN : 2459-9743
juga merupakan prinsip pengembangan RPP
yaitu:
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan
yang menjadi muatan dalam RPP harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
2) Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat
kesukaran dan urutan penyajian rnateri
dalam RPPsesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis, komponen-komponen RPP
saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang
konsisten (ajeg, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi
pembelajaran, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian.
5) Memadai, cakupan indikator, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan kontekstual, cakupan
indikator, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata dan peristiwa yang
terjadi.
7) Fleksibel, keseluruhan komponen RPP
dapat mengakomodasi variasi peserta
didik serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh, materi RPP mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) yang akan
dicapai untuk mendukung ketercapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
3. In-House Training
Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT
(In-House Training) dan PT (Public Training). In-House Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu,
apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit.
Istilah In-House Training sama pengertiannya dengan in-service training. Menurut Nawawi (dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa in-service training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
guru dalam bidang tertentu sesuai dengan
tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dalam bidang tersebut.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Tabel 1
Sikap Guru terhadap Kelengkapan
Mengajar
No Sikap %
1 Sangat Setuju 57
2 Setuju 43
3 Cukup Setuju 0
4 Tidak Setuju 0
5 Sangat tidak Setuju 0
Jumlah 100
Dari tabel di atas menyatakan bahwa 57%
guru menyadari bahwa sebagai seorang guru
sangat penting memiliki kelengkapan mengajar
sebelum melaksanakan proses pembelajaran
dan 43% menyatakan penting memiliki
kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti
secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan
Sekayu menyatakan penting untuk memiliki
kelengkapan mengajar.
Tabel 2
Sikap Guru terhadap In-House Training
Penyusunan Kelengkapan Mengajar
No Sikap %
1 Sangat Setuju 23
2 Setuju 48
3 Cukup Setuju 11
4 Tidak Setuju 18
5 Sangat tidak Setuju 0
Jumlah 100
Tabel diatas mengindentifikasi bahwa
hanya 18% saja guru yang menilai tidak perlu
diadakan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar. Hal ini terjadi mungkin
karena mereka merasa sudah cukup
berpengalaman dalam mengajar, sehingga
tanpa In-House Training mereka merasa sudah bisa menyusun kelengkapan mengajar. 11%
menjawab cukup setuju/ ragu-ragu, mungkin
mereka belum mengetahui dengan jelas
tentang materi yang akan disampaikan dalam
In-House Training sehingga mereka merasa tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa
materi tersebut.
Sedangkan sisanya 71% menyatakan perlu
diadakan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebagian besar guru di Gugus
7 Kecamatan Sekayu mengharapkan adanya In-House Training penyusunan kelengkapan
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 6 - 10
ISSN : 2459-9743 | 9
mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan
sebagian besar guru menyadari bahwa dirinya
belum memiliki kelengkapan mengajar dan
merasa pengalaman mengajarnya masih
kurang, serta mata pelajaran yang diajarkan
kurang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya sehingga masih kesulitan dalam
menyusun kelengkapan mengajar.
Tabel 3
Motivasi Guru Mengikuti In-House Training
Penyusunan Kelengkapan Mengajar
No Tingkat Motivasi %
1 Sangat Tinggi 33
2 Tinggi 67
3 Cukup Tinggi 0
4 Rendah 0
5 Sangat Rendah 0
Jumlah 100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 100%
guru memiliki motivasi yang tinggi untuk
mengikuti In-House Training dan memiliki keinginan yang kuat untuk membuat
kelengkapan mengajar bahkan akan
menggunakan kelengkapan mengajar tersebut
sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini
berarti seluruh guru di Gugus 7 Kecamatan
Sekayu menyadari pentingnya memiliki
kelengkapan mengajar.
Tabel 4
Hasil In-House Training pada Siklus 1
Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus
1 ternyata ada dua hal yang perlu
mendapatperhatian sebagai tindak lanjut yaitu:
1. Prosentase guru yang menyelesaikan
kelengkapan mengajar belum mencapai
l00%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru ternyata masih belum
sepenuhnya sesuai dengan panduan/
pedoman sehingga masih perlu
penyempurnaan.
Pada siklus 2, In-House Training dilakukan untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh
pada siklus I karena setelah dilakukan refleksi
temyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan
yaitu:
1. Prosentase guru yang menyelesaikan
kelengkapan mengajar belum mencapai
100%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru temyata masih belum
sepenuhnya sesuai dengan yang
diharapkan, yaitu masih perlu
penyempurnaan.
Tabel 5
Hasil In-House Training pada Siklus 2
Dari table 5 di atas terlihat bahwa telah
terjadi peningkatan prosentase guru yang
berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar rata-rata guru telah
menyelesaikan tugas persentase yang didapat
100%, namun masih ada satu orang guru yang
mendapat persentase sebesar 83,3%. Hal ini
terjadi karena kelengkapan mengajar guru
tersebut belum lengkap. Tindak lanjut dari
siklus 2 adalah peserta yang ada masalah
keluarga tersebut diberi kebijakan berupa
tambahan waktu untuk menyelesaikan
penyusunan kelengkapan mengajar tersebut.
2. Pembahasan
Secara umum seluruh kelengkapan
mengajar guru telah terjadi peningkatan
kemampuan, namun dalam penyusunan
kelangkapan mengajar masih ada satu orang
guru belum menyelesaikan keseluruhan
kelengkapan mengajar yang ditargetkan.
Menurut pengamatan peneliti, satu orang guru
tersebut dikarenakan ada masalah keluarga
sehingga belum sempat menyelesaikan tugas
yang diberikan. Secara keseluruhan guru telah
memiliki kelengkapan mengajar, hal ini dapat
dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik 1
Kelengkapan Mengajar
-
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
10 | ISSN : 2459-9743
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan prosentase guru yang
berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar, yaitu dari 66,63%
menjadi 98,13%. Dari tabel ini juga dapat
dilihat bahwa seluruh guru telah melengkapi
kelengkapan mengajar dengan melihat
prosentase kelengkapan mengajar yang
diselesaikan pada siklus 1 dan 2. Dari hasil
observasi menyatakan bahwa 57.4% guru
menyadari bahwa sangat penting memiliki
kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan
proses pembelajaran dan 42.6% menyatakan
penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal
tersebut berarti secara keseluruhan guru di
Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan
penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan data di
atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru
berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2
terdapat 98,13% guru yang berhasil
menyelesaikan penyusunan kelengkapan -
mengajar. Jadi ada peningkatan
kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar sebesar 31,50%.
2. Kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan
melalui kegiatan In-House Training.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta: RinekaCipta
Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Surabaya University Press UNESA.
Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang: IKIP Malang.
Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Waluyo, H. J. 1991. Teori dan Apresiasi. Jakarta: Erlangga
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 11 - 14
ISSN : 2459-9743 | 11
Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita
Melalui Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita
pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
Ropita Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu. Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai
dengan tujuan kurikulum cenderung kearah
keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru
harus dapat menciptakan seni mengajar pada
pengajaran keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Baik pada bidang
kebahasaan maupun pada bidang sastra.
Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD)
harus dapat menjadi bagian proses belajar
mengajar yang menarik sebagai sebuah karya
seni mengajar.
Standar kompetensi yang menarik namun
menjadi momok adalah keterampilan menulis.
Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak
ada SMA yang secara khusus melahirkan
seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi
menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi
guru bahasa untuk menciptakan model-model
pembelajaran yang menarik. Namun, banyak
guru mengalami kesulitan untuk membiasakan
siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan
metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga
menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit.
Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan
menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari
diri sendiri.
Problema yang terjadi di SMA PGRI
Sekayu yakni kompetensi menulis masih
mengecewakan, terutama pada SK menulis
cerita, siswa sulit menuangkan gagasan secara
runtun dan logis dalam bentuk karya sastra
kreatif. Seandainya diselesaikan, waktu yang
digunakan untuk meyelesaikan KD tersebut
sangat lama. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
suatu model pengajaran menulis sastra yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, menarik
(PAIKEM), serta mudah dijalankan oleh guru.
Model Copy The Master dengan mengubah cerita ditawarkan sebagai salah satu model
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi
menulis sastra kreatif yang menyenangkan.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu: apakah model Copy The Master dengan mengubah cerita dapat meningkatkan
kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII
IPA SMA PGRI Sekayu?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Untuk penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kompetensi menulis cerita pada
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui
penggunaan model pembelajaran Copy The Master. b. Manfaat Penelitian
-
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
12 | ISSN : 2459-9743
1) Bagi siswa: dapat meningkatkan
kompetensi menulis sastra secara
lebih kreatif.
2) Bagi guru bahasa: sebagai salah satu
model pembelajaran menulis dan
masukan dalam memprediksi
kelemahan menulis cerita siswa.
3) Bagi sekolah: meningkatkan
pembelajaran menulis khususnya
menulis cerita.
4) Bagi kepala sekolah: sebagai acuan
dalam membuat kebijakan tentang
peningkatan kualitas pembelajaran,
melalui pelatihan guru tentang
model-model pembelajaran yang
kreatif.
5) Bagi peneliti lain: sebagai rferensi
dalam melakukan penelitian yang
sejenis.
B. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan
gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau
lazim juga disebut mengarang merupakan
kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa
kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus
memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
ditulis juga pengetahuan bagaimana
menuliskannya. Pengetahuan pertama
menyangkut isi karangan sedang yang kedua
menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan
teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek
kebahasaan, maupun teknik penulisannya
bertalian erat dengan proses berpikir,
(Akhadiah, 1986).
2. Sastra/ Cerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsep sastra adalah karya tulis yang jika
dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai
keunggulan seperti: keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita
adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk
prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk
menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1)
teknik langsung menulis tanpa mengikuti
aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2)
teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang
lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan
setting ceritanya, dan 3) menentukan unsur-
unsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga
membentuk alur sambung-menyambung
berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka
jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)
3. Model Pembelajaran Copy The Master
Imitasi atau membuat tiruan merupan
salah satu metode pengajaran retorika yang
fundamental pada zaman Romawai Kuno dan
Renaissance. Imitasi pada zaman itu yaitu
menyalin murni pidato dari seorang penulis
yang disediakan. Ketika menyalin, mereka
diajari untuk menguraikan dan menemukan
sarana-sarana dari berbicara dan menulis,yang
membawa kepada bermacam jenis analisis
retorika dari model-model mereka.
Pelajaran menulis mengenal model,
metode Copy The Master menuntut dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan
master yang diberikan. Latihan dengan metode
ini tidak mesti tulisan dari seorang penulis
terkenal, tetapi dapat juga diambil dari sebuah
tulisan yang berasal dari penulis biasa,setelah
dilakukan modifikasi seperlunya. Caranya,
master ini dibaca terlebih dahulu, dicermati isi
dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan
kerangkanya, serta dilakukan hal-hal lain yang
dianggap perlu, baru sesudah itu tiba waktunya
untuk menulis.
C. Metode Penelitian
1. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah
bagaimana guru mengajarkan menulis sastra
(cerita) dengan menggunakan metode Copy The Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa
cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu
sangat banyak.
2. Setting Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI
Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera
Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan
mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014
sampai minggu ke-5 Maret 2015.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII
IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan atau refleksi awal: Refleksi
awal dilaksaanakaan dengan melakukan
pengamatan pendahuluan untuk
mengetahui kondisi awal dilakukan oleh
peneliti.
2) Tindakan/ Pelaksanaan: Pada tahap ini
peneliti melakukan kegiatan pembelajaran
di kelas dengan metode pembelajaran
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 11 - 14
ISSN : 2459-9743 | 13
model Copy The Master berdasarkan masalah sesuai dengan rencana pelajaran
(RPP).
3) Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh
teman sejawat sebagai kolaborator,
kolaborator mencatat semua aktivitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa
selama proses pembelajaran
menggunakan instrumen pengamatan.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1
ditemukan bahwa: a) guru kurang
memberi motivasi, b) indikator kegiatan
pendahuluan terlalu banyak, c) pada
indikator ke-2 guru dan siswa berdiskusi
terlalu lama, d) indikator perubahan dan
master cerita terlalu banyak, e) siswa
kesulitan mengadakan perubahan cerita
alur dengan warna lokal dan mengubah
sudut pandang penulisan, f) cerita yang
dicopy siswa terlalu panjang, dan g) guru
tidak memberikan pujian kepada siswa.
4) Refleksi: a) guru kurang memberikan
motivasi maka pada kegiatan awal,akhir
dan tengah-tengah pembelajaran guru
perlu memberi arahan yang jelas lagi agar
siswa tahu persis yang akan dikerjakan, b)
indikator kegiatan pendahuluan
dipersingkat, c) apersepsi materi
dipersingkat, d) indikator perubahan dan
master cerita disesuaikan dengan jampel,
e) guru harus menyederhanakan materi
dan perintah perubahan cerita yang
diimitasi, f) Panjang cerita yang dicopy
atau diimitasi disesuaikan jam pelajaran
yang tersedia, dan g) guru memberikan
pujian kepada siswa. Berdasarkan hasil
refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa
masih sulit menuangkan gagasan dalam
bentuk cerita.
b. Siklus Kedua
1) Perencanaan: a) menyusun dan
mempersiapkan instrumen pembelajaran
yang meliputi silabus dan RPP. Perbaikan
RPP sesuai hasil refleksi pada siklus
pertama, dan b) mempersiapkan alat-alat
dan media yang digunakan, yaitu media
pembelajaran cuplikan cerita sesuai hasil
refleksi siklus ke-1.
2) Pelaksanaan Tindakan: Pada tahap ini
peneliti melakukan kegiatan
pembelajaran dengan model
pembelajaran Copy The Master dengan mengubah cerita sesuai RPP yang telah
dilakukan perubahan sesuai repleksi
siklus ke-1.
3) Pengamatan: pengamatan dilakukan oleh
teman sejawat sebagai kolaborator
berpedoman pada instrumen observasi.
Hasil pengamatan sebagai berikut: a)
kondisi siswa menunjukan keaktifan dan
percaya diri untuk menulis imitasi cerita
berdasarkan master pada LKS, b) siswa
lebih berani bertanya kepada guru, c) guru
lebih sering melihat-lihat siswa berkerja
sehingga siswa termotivasi atas kesulitan
yang dihadapi, d) indikator dalam RPP
telah dispesifikan dan cerita yang akan
dicopy disesuaikan, e) suasana kelas jadi
kondusif dan menyenangkan, f) guru telah
memberi pujian dan penghargaan kepada
siswa yang berhasil.
4) Refleksi: a) pada siklus ke dua siswa lebih
percaya diri dan termotivasi dalam
pembelajaran, b) siswa tampak aktif,
komunikatif berdiskusi baik dengan guru
maupun dengan teman sebangku, c)
setiap siswa telah memahami dan
mengerti tugas imitasi cerita yang harus
dibuat, d) guru telah sesuai dengan perananya sebagai motivator dan
fasilitator yang baik, e) kegiatan pembelajaran menulis cerita dengan
model Copy The Master secara keseluruhan sangat menarik dan
memotivasi sehingga model ini dapat
mengatasi kesulitan siswa dalam
menuangkan gagasan dalam menulis
cerita.
2. Pembahasan
Hasil dialog dan diskusi dengan teman
sejawat pada data yang diperoleh dari hasil
observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa
Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita dapat meningkatkan keterampilan
menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran
bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal
yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang
mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu
panjang cerita yang diubah disesuikan dengan
waktu pembelajaran yang tersedia.
Model pembelajaran Copy The Master dikembangkan dengan mengubah cerita siswa
diberikan master: 1) panjang cerita
disesuaikan waktu pelajaran, 2) siswa
membaca cerita berulang-ulang untuk
memahami isinya dengan cara menganalisis
unsur-unsur intrinsik cerita, 3) siswa membuat
imitasi cerita tersebut, dan 4) perubahan pada
cerita imitasi dimulai dari yang sederhana ke
unsur yang lebih komplek,.
-
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
14 | ISSN : 2459-9743
Grafik 1
Tingkat Keberhasilan Siswa
Hasil pengamatan aktivitas guru selama
siklus kedua yang diamati antara lain: a) pra-
pebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan
siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta
apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti
pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik
kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias
siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan
pemberian reord kurang, dan c) penutup
semuanya bernilai baik. Sedangkan untuk
kegiatan siklus kedua yang diamati adalah: a) pra
pembelajaran semua komponen bernilai baik; b)
kegiatan inti pembelajaran semua komponen
bernilai baik, dan c) penutup: semua komponen
bernilai baik.
E. Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan hasil penelitian di atas,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian pada siklus
pertama/T1 prestasi belajar siswa rata-rata
49,51 berarti daya serapnya 49,51%, dan
pada siklus I yang tuntas 4 siswa (17,39%)
yang tidak tuntas ada 19 siswa (82,6%).
Sedangkan pada siklus kedua/T2 prestasi
belajar siswa rata-rata 76,52 berarti daya
serapnya 76,52%, dan pada siklus kedua
yang tuntas ada 20 siswa (86,5%) yang
tidak tuntas ada 3 siswa (13,05%).
Berdasarkan kegiatan belajar mengajar
pada siklus pertama/T1: a) tanggapan siswa
dalam memperhatikan penjelasan umum
tentang menulis cerita dengan model Copy
The Master dengan mengubah cerita cukup,
b) keterlibatan siswa dalam pembelajaran
cukup, c) keberanian siswa dalam bertanya
cukup, d) kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan teman cukup, e)
keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat cukup, dan f) kesungguhan siswa
dalam mengerjakan tugas kurang.
Sedangkan pada siklus kedua/T2 semua
indikator pengamatan bernilai baik.
2. Berdasarkan data Kuesioner minat siswa
menunjukan 100% siswa menyukai
pembelajaran menulis dengan model Copy The Master. Menulis cerita dengan cara
membuat imitasinya ternyata 92% siswa
menyatakan mudah, hanya 8% yang
menyatakan sulit. Dari 5 perubahan cerita
yang ditawarkan, mengubah akhir cerita
100% siswa menjawab tidak sulit.
Mengubah alur cerita 78% siswa
menyatakan mudah, mengubah tokoh dan
penokohan 65% mudah, mengubah setting
dengan warna lokal 45% mudah, dan
mengubah sudut pandang penulisan 87%
siswa menyatakan sulit.
3. Berdasarkan hasil pengamatan selama
proses pembelajaran menunjukkan aktivitas
guru selama siklus pertama yang diamat: (a)
pra pembelajaran yang terdiri dari
memeriksa kesiapan siswa bernilai baik dan bermotivasi serta apersepsi bernilai kurang. (b) kegiatan inti pembelajaran yang terdiri
dari 1. Penguasan materi bernilai baik, 2. Strategi pembelajaran butir penguasaan
kelas dan alokasi waktu bernilai cukup sedangkan yang lainnya bernilai baik, 3) Pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran butir penggunaan
mediabernilai cukup dan butir yang lain bernilai baik, 4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siawa butir
menumbuhkan parisifasi, keceriaan siswa
bernilai baik, pemberian riword kurang 5)
Penilaian proses dan hasil belajar yaitu
bernilai baik, 6) Penampilan guru bernilai
baik. (c) penutup kesemuanya bernilai baik. Sedangkan pada siklus kedu yang diamati
antara lain: a) Pra pembelajaran semua
komponen bernilai baik. b) Kegiatan inti
pembelajaran semua komponen bernilai
baik, dan c) Penutup semua komponen
bernilai baik.
4. Pembelajaran dengan Model Copy The Master menunjukan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu.
Ditemukan beberapa kelemahan pada siklus
pertama. Namun pada siklus kedua
prosentase secara klasikal sudah tercapai.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1986. Modul Menulis 1. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan
Universitas Terbuka.
Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Arief, Ermawati. 2006. Retorika Lisan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP Tahun Akademik 2005. (Tesis) Tidak diterbitkan. Padang: PPS UNP.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19
ISSN : 2459-9743 | 15
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat
melalui Metode Tanya Jawab
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu
Suhurni Kepala SD Negeri 1 Bailangu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya jawab. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bailangu Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 35 orang yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan pusat mengalami peningkatan dari rata-rata 56,57 pada siklus I menjadi 76,s7% pada siklus II. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu. Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan metode tanya jawab
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
dan sarat perkembangan. Oleh karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pada semua
tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD
Negeri 1 Bailangu masih banyak terdapat
kendala dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), antara
lain siswa kurang aktif dalam diskusi kelas, jika
ada siswa yang terpaksa menjawab,
jawabannya sering melenceng, sebagian besar
jawaban siswa tidak benar, dan pemahaman
siswa terhadap pelajaran rendah. Selain itu
nilai yang diperoleh siswa juga masih kurang
memuaskan, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah
ditentukan yaitu 65. Untuk itu dibutuhkan
kesabaran dan keuletan serta kerja sama
antara guru dan muridnya.
Adanya kemauan keras guru untuk
memperbaiki pelajaran PKn kelas IV untuk
mengkaji strategi pembelajaran apa yang
sangat tepat diterapkan, sehingga mampu
memperbaiki kondisi tersebut. Oleh karena itu
perlu penelitian tindakan kelas yang
melibatkan kerjasama guru dan teman sejawat.
Dengan demikian perlu diterapkan suatu
strategi pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkan melalui
metoda tanyajawab dengan diimbangi bentuk
kegiatan lainnya. Dengan strategi ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan aktif bertanya (mengalami), bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi atau
proses pembelajaran lebih dipentingkan guna
mencapai hasil yang optimal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah metode tanya jawab
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada
siswa kelas IV SDN 1 Bailangu?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn
materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa
kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan
metode tanya jawab.
4. Manfaat Penelitian
-
Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
16 | ISSN : 2459-9743
Penelitian ini diharapkan bermanfaat
dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar PKn sehingga dapat mendorong
keaktifan siswa dalam belajar. Bagi guru sendiri
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
rujukan dalam usaha meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
B. Kajian Pustaka
1. Aktivitas Siswa
Menurut Dierich (dalam Hamalik,
2012:90-91) aktivitas siswa terbagi menjadi
delapan kelompok yaitu :
a. Kegiatan- kegiatan visual: membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran,
mengamati orang lain berkerja, atau
bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral):
mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, member saran,
mengemukkan pendapat, berwawancara,
diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengar:
mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan-bahan kopi, membuat seketsa, atau
rangkuman, mengerjakan tes, mengisi
angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar:
menggambar, membuat grafik, diagram,
peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan
percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan (simulasi)
menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor- faktor, menemukan
hubungan-hubungan, membuat
keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat,
membedakan, berani tenang, dan
sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini terdapat pada semua
kegiatan tersebut di atas, dan bersifat
tumpang tindih.
Penerimaan pelajaran akan lebih baik jika
dengan aktivitas siswa sendiri, karena kesan itu
tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan,
diolah kemudian dikeluarkan lagi dikeluarkan
lagi dalam bentuk yang berbeda (Slameto,
2010:36).
2. Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah
suatu proses usah yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan menurut
Gagne (dalam Slameto, 2010:13) belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dari instruksi. Dengan demikian belajar
merupakan suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, dan nilai sikap.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
seseorang akibat belajar, dengan belajar
seseorang dapat mengalami perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, pengetahuan yang
tidak hanya kecakapan tapi juga penghayatan
pada individu pesera didik di sekolah yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yaitu
nilai hasil tes. Biasanya hasil belajar dinyatakan
dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik,
sedang atau buruk.
3. Materi Sistem Pemerintahan Tingkat
Pusat
Pemerintahan pusat adalah pemerintah
yang berkedudukan di tingkat negara.
Pemerintahan pusat terdiri atas perangkat
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri dari presiden dan para pembantu
presiden, yaitu wakil presiden, para mentri,
dan lembaga-lembaga pemerintahan pusat.
Lembaga negara dalam sistem pemerintahan
pusat dibagi menjadi tiga kekuasaan, yaitu
eksekutif. Pemerintahan pusat adalah
pemerintah yang berkedudukan di tingkat
negara.
4. Metode Tanya Jawab
Pembelajaran PKN yang terkesan
membosankan dan membuat suntuk murid
karena cara guru mengajarkan materi yang
hanya bersifat informatif sehingga murid tidak
turut terlibat dalam pembelajaran barawal dari
sinilah peneliti ingin mencoba mensajikan
teori-teori yang mudah-mudahan bisa
menggugah para guru untuk mau terus
berinovasi agar murid bisa menikmati belajar
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19
ISSN : 2459-9743 | 17
dengan perasaan senang dan semangat. maka
dari itu peneliti disini akan mencoba
mengadakan penelitian yang mudah-mudahan
bisa menunjang pembelajaran PKN dan bisa
menjadikan rujukan para guru untuk
meningkatkan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan metode tanya jawab .
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV
SDN 1 Bailangu semester genap tahun ajaran
2014/2015, mulai tanggal 5 Januari s/d 31
Maret. Jumlah siswa yang diteliti adalah 35
orang, yang terdiri dari 17 orang perempuan
dan 18 orang laki-laki. Penerapan metode tanya
jawab ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan
terdiri dari pertemuan pertama, dan kedua.
Dimana dua kali pertemuan berlangsung
selama 2 x 35 menit setiap diakhir pertemuan
guru memberi tes yang terdiri dari 5 soal
berbentuk isian setelah pembelajaran PKn
menggunakan metode tanya jawab.
Pada metode tanya jawab, siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok, kemudian pada
akhir pertemuan siswa diberi post tes (tes
akhir). Pada pertemuan pertama, dan
pertemuan kedua observasi dilakukan untuk
melihat aktivitas siswa, selama kegiatan
pembelajaran. Pada akhir pertemuan untuk
mengatahui hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode tanya jawab, penulis
memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 soal
isian.
Berdasarkan pada rencana pelaksanakan
pembelajaran (RPP) yang telah di tetapkan
sebelumnya, pembelajaran dibagi menjadi tiga
tahap yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup. Langkah-langkah pembelajaran yang
dilaksanakan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Pertama, berupa kegiatan pendahuluan
yaitu penulis mengabsen siswa dan melakukan
perkenalan singkat dengan siswa dan siswi
serta menjelaskan tentang metode yang akan
digunakan yaitu metode tanya jawab, diuraikan
tahapan-tahapan yaitu: menjelaskan tujuan
yang akan dicapai dalam mempelajari materi
sistem pemerintahan tingkat pusat dan
motivasi siswa belajar. Dalam kegiatan ini guru
menyajikan informasi materi kepada siswa
dengan cara menjelaskan materi sistem
pemerintahan tingkat pusat.
Kedua, guru membagi siswa kelas IV
dalam beberapa kelompok yang heterogen,
guru mengelompokkan siswa yang berjumlah
35 orang menjadi 7 kelompok, 1 kelompok
terdiri dari 5 orang. Setiap anggota kelompok
diberi materi pelajaran, guru memberikan
tugas kepada siswa untuk didiskusikan dengan
anggota kelompok masing-masing.
Ketiga, siswa mendiskusikan jawaban
untuk menyelesaikan pertanyaan dan
mengetahui jawaban sebenarnya. Dalam tahap
ini guru mengarahkan siswa dalam berdiskusi
dan berpikir bersama untuk menyatukan
pendapatnya. Setelah selesai berdiskusi, siswa
membuat kesimpulan. Selanjutnya guru
memberikan soal tes 1 yang sesuai dengan
materi.
Pada pertemuan kedua secara umum
sama, dengan kegiatan pada pertemuan
pertama tetapi dengan materi yang berbeda
sehingga kesulitan yang dialami siswa dalam
berdiskusi berbeda hanya saja pada pertemuan
kedua guru tidak mengadakan perkenalan
singkat dengan siswa. Dimana pada pertemuan
pertama guru menjelaskan lembaga
pemerintahan pusat, sedangkan pada
pertemuan kedua guru menjelaskan organisasi
pemeritahan pusat.
a. Deskripsi Data Observasi
Pengambilan data observasi pada
penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali,
pertemuan I, dan II dengan mengamati
aktivitas siswa selama penerapan metode tanya
jawab. Observasi dilakukan oleh observer (teman sejawat), dengan memberikan tanda
cek () pada lembar observasi yang sesuai
dengan aktivitas siswa. Untuk memperoleh
nilai rata-rata dari tiap indikator, maka
dihitung terlebih dahulu persentase tiap-tiap
deskriptor dengan menggunakan rumus yang
telah ditentukan. Rata-rata persentase aktivitas
siswa seperti tabel 1 berikut :
Tabel 1
Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa
-
Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
18 | ISSN : 2459-9743
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat
bahwa aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 1
Bailangu pada setiap proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang
memiliki persentase rata-rata paling tinggi
yaitu keaktifan siswa pada akhir proses
pembelajaran sebesar 91,97% dan aktivitas
siswa yang memiliki persentase rata-rata
paling rendah yaitu keaktifan siswa dalam
kelompok sebesar 87,61%. Secara klasikal,
tingkat aktivitas siswa termasuk dalam
kategori baik.
b. Deskripsi Data Tes
Tes diperlukan untuk memperoleh data
hasil belajar siswa. Pada setiap akhir proses
pembelajaran dilakukan post tes untuk
mengetahui tingkat penguasaan bahan ajar.
Hasil post tes I menunjukkan bahwa nilai yang
diperoleh siswa tergolong memuaskan dengan
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,57. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
siswa terhadap sistem pemerintahan tingkat
pusat tergolong kurang. Berikut diagram hasil
belajar siswa pada siklus 1 dengan
menggunakan metode tanyajawab :
Diagram 1
Hasil belajar Siklus 1
Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 2
siswa adalah sebesar 76,5. Terjadi peningkatan
dari siklus 1. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat penguasaan siswa pada materi sistem
pemerintahan tingkat pusat baik. Berikut
diagram hasil belajar siswa siklus 2 dengan
menggunakan metode tanyajawab
Diagram 2
Hasil belajar Siklus 2
1. Pembahasan
Berdasarkan data hasil observasi,
diketahui bahwa aktivitas siswa mengalami
peningkatan pada setiap pertemuan.
Peningkatan aktivitas ini terjadi karena,
peneliti selalu memberikan motivasi sebelum
pembelajaran berlangsung. Dengan adanya
motivasi, siswa akan lebih aktif. Sehingga
perlahan-lahan terciptalah suasana yang cukup
aktif. Dari keseluruhan aktivitas yang
dilakukan, ternyata aktivitas yang paling tinggi
adalah keaktifan siswa pada akhir proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakana metode
tanya jawab dapat menarik perhatian siswa
dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai hal hal yang
mereka belum mengerti. Data hasil observasi
pada siklus 1 dan siklus 2 jelasnya sebagaimana
pada grafik dibawah ini.
Diagram 3
Aktivitas Belajar Siswa pada
Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan data hasil post tes yang
telah dilaksanakan pada setiap akhir
pertemuan, diperoleh rata-rata belajar yang
bervariasi, secara berurutan rata-rata hasil post
tes siswa adalah 76,57 dan 56,57. Dari nilai
rata-rata yang diperoleh siswa tersebut
menunjukkan adanya peningkatan pada
pertemuan terakhir. Meskipun demikian, hasil
belajar siswa masih tergolong baik. Berikut
digram hasil tes siklus 1 dan siklus 2:
Diagram 4
Hasil Belajar Siswa
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 2, Juli Agustus (2015): 15 - 19
ISSN : 2459-9743 | 19
D. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas belajar siswa selama
diterapkannya metode tanya jawab pada
konsep sistem pemerintahan tingkat pusat
meningkat setiap pertemuan.
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran
PKn selama diterapkannya metode tanya
jawab, adalah baik dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 76,57.
Daftar Pustaka
Gafur, A. 1986. DesainInstruksional: Langkah Sistematis Pengajaran. Solo: Tiga Serangkai.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2007. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
-
M. Rasyid | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA
20 | ISSN : 2459-9743
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi
Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa
Kelas V SD Negeri Lumbajaya
M. Rasyid Kepala SD Negeri Lumbajaya, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Lumbanjaya dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat magnet melalui penggunaan model pembelajaran interaktif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lumbanjaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Lumbanjaya sebanyak 24 orang siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan pene