Jurnal Geografi Pertanian

21
KELOMPOK 20 IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN DESA PANUNDAAN DAN DESA LEBAKMUNCANG KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG ABSTRAK Pengamatan atas komoditas pertanian di Desa Lebakmuncang dan Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini adalah upaya identifikasi dan arsip komoditas pertanian yang ada di wilayah Bandung Raya. Selain itu perbedaan topografi, unsur klimatik dan faktor manusia yang mendiami wilayah tersebut menjadi faktor yang turut diperhatikan sebagai pembeda bagi wilayah-wilayah dalam hal komoditas pertanian. Komoditas- komoditas pertanian tersebut tidak hanya diidentifikasi dan dilihat perbedaannya, namun dianalisis faktor ekonomisnya bagi masyarakat. Seberapa besar memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal mata pencaharian, keuntungan dan jejaring produk di wilayah lain. Dalam artian, seberapa besar sumber daya alam ini diolah untuk dibudidayakan dan dimanfaatkan dalam proses tata niaga untuk keuntungan dan kesejahteraan masyarakatnya. Kata kunci : Komoditas Pertanian, tata niaga pertanian PENDAHULUAN Latar Belakang Geografi pertanian mencangkup banyak hal secara luas di bidang pertanian. Tidak hanya alam, manusia dan tanaman saja, tetapi juga geografi pertanian ini mencakup perbedaan kawasan yang dapat JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

description

Jurnal Geografi Pertanian, Matkul Geo Pertanian, SMT 4 @ Jurusan Pendidikan Geografi UPI

Transcript of Jurnal Geografi Pertanian

Page 1: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN DESA PANUNDAAN DAN DESA

LEBAKMUNCANG KECAMATAN CIWIDEY

KABUPATEN BANDUNG

ABSTRAK

Pengamatan atas komoditas pertanian di Desa Lebakmuncang dan Desa Panundaan

Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini adalah upaya identifikasi dan arsip

komoditas pertanian yang ada di wilayah Bandung Raya. Selain itu perbedaan

topografi, unsur klimatik dan faktor manusia yang mendiami wilayah tersebut menjadi

faktor yang turut diperhatikan sebagai pembeda bagi wilayah-wilayah dalam hal

komoditas pertanian. Komoditas-komoditas pertanian tersebut tidak hanya

diidentifikasi dan dilihat perbedaannya, namun dianalisis faktor ekonomisnya bagi

masyarakat. Seberapa besar memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal mata

pencaharian, keuntungan dan jejaring produk di wilayah lain. Dalam artian, seberapa

besar sumber daya alam ini diolah untuk dibudidayakan dan dimanfaatkan dalam

proses tata niaga untuk keuntungan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Kata kunci : Komoditas Pertanian, tata niaga pertanian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Geografi pertanian mencangkup banyak hal secara luas di bidang pertanian. Tidak hanya alam,

manusia dan tanaman saja, tetapi juga geografi pertanian ini mencakup perbedaan kawasan yang

dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang berhubungan dengan kondisi sosial dan

ekonominya.

Geografi pertanian merupakan gabungan dari kegiatan ekonomi dan sosial dan alam yang saling

berkaitan dan berkesinambungan. Perkembangan kegiatan pertanian yang dilakukan, meliputi

lahan pertanian dimana kebutuhan akan lahan pertanian yang produktif semakin lama semakin

meningkat. Meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat menyebabkan perluasan lahan

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 2: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20pertanian menjadi sangat penting. Geografi pertanian membahas bagaimana lahan pertanian agar

tetap produktif dan tersedia.

Produksi tanaman memenuhi kebutuhan akan pangan dengan meningkatkan produksi pertanian.

Proses budidaya yang dilakukan sampai proses ekonomi yaitu jual beli produk pertanian saling

berkaitan dan berhubungan.

Konservasi sumber daya alam dimana dalam penerapan geografi pertanian mencakup dalam

menunjang proses konservasi sumber daya alam. Menjaga kelestarian sumber plasma nutfah

yang penting dan berguna bagi manusia dan mencegah agar tidak terjadi kepunahan.

Dampak lingkungan dimana kerusakan lingkungan dapat disebabkan dari eksploitasi berlebihan

penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang.  Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat

menyebabkan resistensi dari hama dan akan menyebabkan terjadinya wabah atau serangan

terhadap lingkungan tersebut.

Penggunaan teknologi pertanian dimana dalam geografi pertanian, penggunaan teknologi

pertanian sangatlah penting.  Peningkatan jumlah produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan

adanya kemajuan teknologi pertanian ini.  Manusia mulai menciptakan peralatan dan mesin

pertanian yang lebih maju dan efektif yang dapat mempercepat waktu panen dan pengolahan.

Geografi pertaninan sebenarnya mencangkup banyak hal yang saling berkaitan. tidak hanya

manusia dan alam saja, nilai ekonomis dan sosialnya juga lebih diperhatikan. Jadi berdasarkan

latar belakang diatas kami ingin mengetahui apakah pertanian yang kami teliti mempengaruhi

kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, bagaimanakah hasil pertanian dan tata niaganya dan

adakah kebijakan pemerintah yang terlibat didalamnya.

Tujuan

Tujuan diadakannya pengamatan komoditas pertanian tersebut diantaranya adalah (1) Untuk

mengetahui komoditas utama pertanian di wilayah tersebut, (2) Untuk mengetahui hasil produksi

pertanian, (3) Untuk mengetahui tata niaga pertanian dan (4) Untuk mengetahui kebijakan

pemerintah di Desa Lebakmuncang dan Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey.

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 3: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan pengamatan yang kami lakukan ini mulai sejak tanggal 7 Mei 2012 sampai dengan

17 Mei 2012. Berikut rinciannya:

No Tanggal dan Waktu Tempat Kegiatan

1 Senin, 7 Mei 2012Kesbang Kab. Soreang Meminta Surat Perizinan Penelitian

Kantor Kec. Ciwidey Menyerahkan Surat Dari Kesbang

2 Rabu, 9 Mei 2012Kantor Desa Panundaan Menyerahkan Surat Dari Kesbang

Desa Panundaan Observasi Dan Wawancara

3 Jumat, 11 Mei 2012

Kantor Desa

Lebakmuncang Menyerahkan Surat Dari Kesbang

Desa Lebakmuncang Observasi Dan Wawancara

4 Jumat, 17 Mei 2012 Desa Panundaan Melengkapi Data

Alat dan bahan

Alat:

1. Alat tulis

2. GPS (global positioning system)

3. Digital Camera

4. Hand phone untuk merekam suara

Bahan:

1. Instrument penelitian

2. Data monografi Desa

3. Peta Rupa Bumi

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 4: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20Langkah kegiatan

Dalam melakukan pengataman, kami melakukan beberapa kegiatan diantaranya,

1. Mengkaji region yang diamati kemudian menentukan daerah-daerah yang akan diteliti.

dimana daerah yang kami kaji adalah kecamatan ciwidey dengan mengambil 2 sampel

desa yaitu desa Panundaan dan desa Lebakmuncang.

2. Membuat surat perizinan penelitian, surat izin dimulai dari surat pengantar dari Jurusan

ke Fakultas dan di stempel oleh Fakultas, kemudian surat itu digunakan untuk meminta

surat ke Kesbangpol Kabupaten Bandung, dan disalin untuk dibagikan di tiap desa yang

akan kami teliti.

3. Mendatangi kepala desa setempat, hal itu dilakukan untuk meminta izin penelitian

dengan menyerahkan surat dari Kesbangpol, selain itu kami meminta data monografi

desa dan rekomendasi daerah pertanian yang ada di sana.

4. Melakukan observasi dan wawancara dengan petani dan pihak-pihak yang terkait dengan

pertanian tersebut.

PEMBAHASAN

Deskripsi Wilayah Desa Lebakmuncang

1. Kondisi Fisik Wilayah

Luas : 800,026 Ha

Batas Wilayah

Sebelah Utara : Desa Rawabogo dan Nengkelan

Sebelah Selatan : Kecamatan Rancabali

Sebelah Barat : Kecamatan Sindangkerta

Sebelah Timur : Kecamatan Pasirjambu

Ketinggian : 1.200 mdpl

Topografi : Dataran tinggi

Curah Hujan : 60 mm / thn

Suhu Udara Rata-rata : 18⁰ – 20⁰ C

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 5: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20Data tersebut diambil berdasarkan Monografi Desa Lebakmuncang bulan Januari 2012. Seperti

yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi fisik Desa Lebakmuncang.

Desa Lebakmuncang berada di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Desa Lebakmuncang

merupakan salahsatu pusat kegiatan pemerintahan Kecamatan Ciwidey, karena 50 meter ke

sebelah utara Kantor Desa, terdapat Kantor Kecamatan Ciwidey. Sehingga kegiatan dari tingkat

desa menuju kecamatan langsung bisa diketahui. Begitupun ketika informasi dan kegiatan

tingkat kecamatan, akan mudah didapat untuk warga Desa Lebakmuncang ini.

Keberadaan Desa Lebakmuncang dan kantor Kecamatan Ciwidey cukup menjorok ke dalam.

Jarak dari Jalan Utama Kecamatan Ciwidey sekitar 3 km. Kami sendiri tidak mengetahui faktor

apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Namun bagi warga pendatang atau yang baru mendatangi

Kecamatan Ciwidey, dirasakan cukup jauh dan tidak strategis.

Penggunaan lahan berdasarkan pengamatan kami didominasi oleh lahan pertanian. Komoditas

pertanian selain Padi yang utama disini adalah seledri. Pembahasan mengenai seledri akan

dipaparkan pada sub bab selanjutnya.

2. Kondisi Sosial Wilayah

Jumlah Penduduk : 12.547 orang

Jumlah Kepala Keluarga 3902 kk

Laki – laki : 6.387 orang

Perempuan : 6.160 orang

Seperti yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi sosial di Desa

Lebakmuncang. Bila kita jabarkan lebih lanjut, dapat kita dapatkan pemahaman lebih jelas

mengenai data kependudukan tersebut.

Berdasarkan kewarganegaraan, penduduk Desa Lebakmuncang seluruhnya berkewarganegaraan

Indonesia. Dengan komposisi Agam Islam 12.535 orang dan agama Kristen sebanyak 12 orang.

Pada tingkat pendidikan, sebanyak 6.438 orang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar.

Sebanyak 1.173 orang mengenyam pendidikan SMP. Sebanyak 415 orang mengenyam

pendidikan SMA dan 98 orang lainnya lulus Diploma (D3).

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 6: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20Berdasarkan mata pencahariannya, sebanyak 2.871 orang bekerja sebagai buruh. 1.967 orang

bekerja sebagai petani, sebanyak 611 orang bekerja sebagai wiraswasta dan lainnya sebagai PNS,

pensiunan dan pedagang.

Deskripsi Wilayah Desa Panundaan

1. Kondisi Fisik Wilayah

Luas : 321.336 Ha

Batas Wilayah

Sebelah Utara : Desa Ciwidey

Sebelah Selatan : Desa Alamendah

Sebelah Barat : Desa Lebakmuncang

Sebelah Timur : Desa Sugihmukti

Ketinggian : 1.400 mdpl

Topografi : Perbukitan

Curah Hujan : 1800 mm / thn

Suhu Udara Rata-rata : 18⁰ – 21⁰ C

Data tersebut diambil berdasarkan Profil Desa Lebakmuncang bulan Desember 2011. Seperti

yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi fisik Desa Panundaan.

Desa Panundaam berada di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kantor Desa Panundaan

berada di pinggir jalan raya Ciwidey – Rancabali. Letaknya strategis dan mudah dijangkau.

Ketika kami melihat paparan desa, memang desa ini berbentuk perbukitan dengan ketinggian

1400 mdpl. Suhu yang kami rasakan lebih dingin dari Desa Lebakmuncang. Desanya memencar

dengan pusatnya berada di Kantor Desa tersebut. Pada daerah yang kami amati, jalannya

bergelombang naik turun dengan hamparan lahan pertanian.

Penggunaan lahan berdasarkan pengamatan kami didominasi oleh lahan pertanian. Komoditas

pertanian selain Padi yang utama disini adalah seledri. Pembahasan mengenai seledri akan

dipaparkan pada sub bab selanjutnya.

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 7: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

202. Kondisi Sosial Wilayah

Jumlah Penduduk : 11.647 orang

Jumlah Kepala Keluarga 3.467 kk

Laki – laki : 5.881 orang

Perempuan : 5.766 orang

Seperti yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi sosial di Desa

Panundaan. Bila kita jabarkan lebih lanjut, dapat kita dapatkan pemahaman lebih jelas mengenai

data kependudukan tersebut.

Berdasarkan kewarganegaraan, penduduk Desa Panundaan seluruhnya berkewarganegaraan

Indonesia. Dengan komposisi Agam Islam 11.612 orang dan agama Kristen sebanyak 19 orang.

Pada tingkat pendidikan, sebanyak 125 orang sedang bersekolah TK. Sebanyak 340 orang (usia

7-18 th) tidak mengenyam pendidikan dan 123 orang (usia 18-56 th) tidak pernah sekolah.

Sebanyak 1901 orang (usia 7-18 th) sedang sekolah.

Berdasarkan mata pencahariannya, sebanyak 4.792 orang bekerja sebagai buruh tani. 665 orang

bekerja sebagai petani, sebanyak 817 orang bekerja sebagai PNS dan lainnya sebagai pengrajin,

peternak, seniman dan pensiunan.

Komoditas Pertanian

Kecamatan Ciwidey seperti pada umumnya yang berada di daerah perbukitan, memiliki suhu

yang rendah dan kelembaban yang rendah. Penyinaran yang hampir merata dan curah hujan

besar sekitar 2.000-3000 mm/ tahun. Angin berhembus sedang dengan kesuburan tinggi.

Keadaan demikian memungkinkan pertanian holtikultura berkembang dengan baik disini. Hal itu

dimanfaatkan dengan baik oleh wilayah ini.

Kecamatan Ciwidey memang menjadi kawasan pertanian holtikultura untuk menunjang pasokan

pangan (daily goods) bagi warga Bandung Raya. Beberapa komoditas pertanian holtikulrura

seperti perkebunan buah, sayuran dan pertanian palawija tumbuh subur disini.

Untuk tanaman buah, terdapat strawberry yang menjadi unggulan utama pertanian holtikultura

daerah ini. Buah strawberry ini juga menjadi ciri khas daerah selatan Bandung ini. Di sepanjang

jalan kita dapat menyaksikan perkebunan strawberry dengan fasilitas petik sendiri oleh

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 8: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20pengunjung dan penjualan langsung komoditas tersebut baik dalam bentuk buah maupun produk

olahan seperti dodol, sirup, kerupuk, dan lainnya.

Mindset kami pada kawasan ini memang tertuju pada buah strawberry. Ketika kami ditempatkan

pada region ini, maka yang terpikir langsung oleh kami adalah, kami akan mendapati pertanian

ini sebagai yang utama. Namun ternyata banyak hal lain yang bisa ditemukan disini. Pada

perkembangannya, petani di daerah ini mulai mengembangkan kopi dan teh sebagai komoditas

percobaan untuk dapat dikembangkan disini. Terlihat dari pinggir jalan, mulai banyak penjual

dan petani kopi luwak.

Untuk tanaman sayuran, banyak jenisnya disini. Salahsatu yang menjadi unggulan adalah

tanaman seledri dan bawang daun. Tanaman lain yang dikembangkan juga disini ada tomat, kol,

dan tembakau. Seledri inilah yang kemudian menjadi fokus kami dalam pengamatan dan

observasi lapangan. Kami berpandangan bahwa tanaman ini mempunyai ciri khas dalam proses

produksinya, unik dan beda dengan kajian di wilayah lain juga menarik untuk diangkat ke

permukaan dalam ranah akademik untuk bersama-sama menjadi perhatian. Maka pada sub bab

selanjutnya, pembahasan akan dikhususkan pada tanaman seledri.

1. Mekanisme Tanam dan Produksi Pertanian

Pada bagian ini kita akan mengetahui bagaimana proses produksi pertanian pada tanaman

seledri. Akan dimulai dari sejak pembibitan. Untuk dapat membuka lahan pertanian seledri,

lahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Cukup beberapa puluh meter.

Gambar 1 Penyiangan Tanaman Seledri

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 9: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20Untuk dapat memulai usaha pertanian seledri, dibutuhkan modal sekitar 5 juta rupiah. Untuk

sewa lahan pertanian 1400 m2 sebesar 2,5 juta per musim dan bibit seledri sekitar Rp. 300 per

kilogramnya. Masa tanam seledri adalah 3 bulan. Dimulai dengan masa penyiangan 2 bulan dan

penanaman kembali 1 bulan dengan metode tumpang sari. Lahan dapat diolah oleh sekitar 25

orang dengan upah garapan Rp. 25.000 per orang.

Hal yang perlu diperhatikan sebagai petani seledri adalah hama tanaman yang sangat mudah

menyerang tanaman ini. Bahkan dari seluruh biaya yang digunakan untuk menggarap lahan

seledri, biaya obat hama lah yang terbesar menyedot biaya. Ini dimungkinkan karena seledri

memang rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca ekstrim. Sehingga pemupukan harus

dilakukan 3-4 kali dalam masa tanam.

Pupuk yang digunakan ada 2 macam. Pupuk dasar, yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia

(NPK). Dalam 1 kali masa tanam, pupuk yang dihabiskan bisa mencapai 250 kg per 100 tumbak/

1.400 m2 lahan. Sangat besar untuk ukuran tanaman sekecil seledri. Harga pupuk dan obat pun

sangat mahal. Dalam 1 kali masa tanam, biaya yang dikeluarkan untuk seluruh proses

pemupukan dan obat mencapai 3 juta rupiah. Lebih mahal dari harga sewa tanahnya sendiri.

Gambar 2 Seledri Varietas Bamby

Berbicara mengenai varietas, pada kedua Desa tersebut menanam varietas seledri yang sama.

Yaitu Bamby. Petani bisa mendapatkan bibit ini dari penjual bibit. Biasanya bandar petani, dan

ada pula petani yang menyisihkan hasil tanam seledrinya utnuk dijadikan bibit.

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 10: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20Kepemilikan lahan pertanian di Desa Lebakmuncang dimiliki oelh warga perorangan. Mereka

juga tidak dinaungi kelompok tani, sehingga penggarapan lahan hanya mengandalkan

pengetahuan dan pengalaman mereka yang sudah selama 15 tahun bertani seledri. Sedangkan di

Desa Panundaan kebanyakan dimiliki oleh warga pendatang yang menanamkan saham di lahan

pertanian tersebut. Sehingga warga hanya menyewa lahan atau menggarap lahan milik warga

mayoritas kaya. Di Desa Panundaan, petani seledrinya sudah dinaungi oleh kelompok tani.

Sehingga mereka mendapatkan informasi seputar perawatan tanaman dan pelatihan-pelatihan

dan pihak swasta.

Hambatan yang dirasakan selama bercocok tanam seledri ini adalah, tanaman seledri ini rentan

terhadap penyakit. Kebutuhan airnya cukup banyak dan harga jualnya yang cepat sekali berubah.

Maka dibutuhkan keuletan, strategi dan insting terhadap pasar akan kebutuhan seledri.

2. Tata Niaga Pertanian

Gambar 3 Proses distribusi Tanaman Seledri

Setelah melalui proses tanam selama 3 bulan, tibalah saatnya panen seledri. Panen seledri pada

dua desa tersebut dilakukan setiap hari. Tidak tergantung musim, karena permintaan seledri

memang datang setiap hari untuk kebutuhan rumah tangga. Hasil pertanian seledri dapat dijual

langsung ke pasar. Pasar yang menjadi tujuan utama distribusi tanaman ini adalah pasar Ciwidey,

Soreang, pasar Caringin dan pasar lainnya di kota Bandung. Selain itu, petani di Desa

Lebakmuncang mendapatkan pesanan dari Jakarta dan wilayah Lampung. Selain itu juga, seledri

dibeli oleh tengkulak. Harga jual seledri berkisar antara Rp. 3.000 – 15.000. perubahan harga

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 11: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20seledri cukup cepat karena memang permintaan datang setiap waktu. Kebutuhan seledri yang

diminta untuk Desa Lebakmuncang misalnya, pasar membutuhkan 60 ton per harinya. Sehingga

perputaran produk lebih cepat. Namun ketika produk terlalu banyak di pasaran, tentu akan

langsung terjadi penurunan harga. Dalam hal ini diperlukan kecerdikan dimana saat kita tahan

pasokan barang, dan dimana saat kita harus memberikan produk ke pasar.

Dari modal sekitar 5 juta tadi (yang sudah dijelaskan pada masa tanam), didapatkan laba sekitar

15 juta dalam setahun. Itu setidaknya yang kami dapatkan keterangannya dari Ketua Kelompok

Tani Caringin Asih, Bapak H. Mamat Rahmat. Untuk seledri, tidak dikembangkan pengemasan

produk lebih lanjut, karena kebutuhan hanya untuk sektor rumah tangga saja.

3. Kebijakan Pemerintah

Seperti yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, untuk di Desa Lebakmuncang tidak ada

lagi bantuan pemerintah. Entah berupa kebijakan tanam, pelatihan, penentuan harga dan bantuan

modal bagi petani. Sedangkan untuk Desa Panundaan cukup beruntung, karena di Desa mereka

telah dibentuk kelompok tani. Sehingga dapat dikumpulkan dan berbagi pengalaman. Utnuk

pelatihan dan sosialisasi, banyak diadakan oleh perusahaan swasta sekaligus untuk

mempromosikan produk pertanian mereka.

Dari analisis yang kami lakukan, tidak adanya campur tangan pemerintah karena memang usaha

dan karakteristik tanaman seledri ini hanya bisa ditangani oleh masyarakat penggarap tanah dan

pemiliknya. Kemudian, karena pertanian seledri ini telah lama dilakukan oleh masyarakat

sekitar, sehingga pemerintah merasa bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup

dalam mengolah lahan.

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 12: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

204. Komparasi Wilayah

Berikut ini hasil komparasi antar dua wilayah pengamatan :

Aspek Desa Lebakmuncang Desa Panundaan

Kepemilikan

lahanMilik perorangan

Sebagian milik warga

pendatang dan warga desa

Varietas Seledri Bamby Bamby

Masa tanam 3 bulan 3 bulan

Bibit Rp 300 / kgRp 300 / kg dan bisa

memakai hitungan per meter

Pupuk 3 kali 3 kali

Masa panen Setiap hari, siang dan malamSetiap hari hanya di siang

hari

Wilayah

distribusi

Ciwidey, Bandung Raya,

Jakarta dan LampungCiwidey dan Bandung Raya

Kelompok tani Tidak ada ada

Penyuluhan Tidak ada ada

Bantuan

pemerintahTidak ada Tidak ada

Bantuan swasta Ada Ada

Komoditas lainKopi, teh, tembakau, bawang

daun, kol, strawberry

Strawberry, kol, kembang

kol, bawang daun

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20

Page 13: Jurnal Geografi Pertanian

KELOMPOK

20SIMPULAN

Daerah Ciwidey merupakan daerah perbukitan tinggin dengan elevasi 1200-1400 mdpl.

Memiliki curah hujan 2500-3000 mm/thn. Keadaan Ciwideyn yang berada di daerah sejuk

memungkinkan berkembanganya budidaya tanaman Holtikultura. Hal ini dimanfaatkan dengan

baik dengan banyaknya tanaman pertanian dan perkebunan yang dikembangkan disini.

Salahsatunya seledri.

Seledri yang ditanam di Desa Lebakmuncang dan Panundaan merupakan varietas Bamby dengan

usia tanam sudah puluhan tahun digeluti oleh warga sekitar. Masa tanam seledri adalah 3 bulan.

Hanya dibutuhkan lahan kecil untuk memulai pertanian ini. Bibit dapat diperoleh dari bandar

petani seharga Rp. 300 per kg. Perawatan tanaman ini sangat kompleks. Dibutuhkan keuletan

untuk merawatnya, karena tanaman ini rentan terhadap penyakit. Kerentanan tersebut juga

menjadi pemicu hadirnya obat-obat dan pupuk yang sangat banyak dan harus digunakan untuk

menyelamatkan seledri hingga panen. Jumlah pupuk yang dibutuhkan sekitar 250 kg.

Dalam panennya, pada 100 tumbak tanah (setara 1400 m2) bisa menghasilkan 5-6 ton seledri

yang siap dijual. Harga jualnya berkisar Rp. 3.000 – 15.000. kebutuhan pasar akan produk

seledri sekitar 60 ton sehari. Distribusi dan penjualan hasil pertanian tidak begitu sulit. Karena

permintaan datang setiap hari dari pasar-pasar di Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Jawa

Barat, Jakarta hingga ke Lampung.

Hambatan yang ditemui di lapangan dalam pertanian seledri ini adalah, rentannya seledri

terhadap penyakit, mahalnya pupuk dan pestisida, cuaca tidak menentu dan harga yang cepat

sekali berubah.

Mengenai kebijakan pemerintah, tidak ada lagi bantuan modal bagi petani, tidak ada penentuan

harga, pelatihan-pelatihan dan kebijakan lainnya. Hal ini dikarenakan produk ini sudah ditanam

puluhan tahun sehingga sudah cukup paham mengenai perawatan seledri. Hal lainnya karena

tidak adanya saluran aspirasi lewat kelompok tani.

JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20