Jurnal Geiger Muller

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencacah ionisasi yang paling sederhana adalah tabung Geiger-Muller atau Pencacah Geiger, yang ditemukan pada tahun 1908 oleh Hans Geiger dan dimodifikasi oleh Wilhelm Muller. Pencacah Geiger terdiri dari kawat yang terisolasi listrik di dalam tabung berisi gas, biasanya campuran argon- alkohol. Tegangan listriknya yang dibutuhkan mencapai 1000 Volt. Ketika partikel bermuatan memasuki pencacah, ionisasi dihasilkan dalam gas dan menghasilkan arus listrik. Pencacah Geger ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi neutron, dengan mengisi tabung dengan Boron triflouride (BF3). Inti boron memiliki penampang lintang yang tinggi untuk menghasilkan partikel alpha ketika bertumbukan dengan neutron lambat. Tabung proporsional memanfaatkan ionisasi sekunder sedemikian rupa sehingga setiap radiasi yang datang menghasilkan satu pulsa yang tingginya sebanding dengan besar energi radiasi pengion. Tabung Geiger-Muller memanfaatkan ionisasi sekunder sehingga setiap radiasi pengion yang datang menghasilkan satu pulsa, dan tinggi pulsa tersebut tetap sama tinggi, tidak bergantung besar kecilnya energi radiasi pengion. Sehingga yang melatar belakangi percobaan ini adalah tentang bagaimanakah proses (prinsip kerja) dan karakteristik dari tabung Geiger Muller (GM).

description

Lab. Fisika Inti

Transcript of Jurnal Geiger Muller

Page 1: Jurnal Geiger Muller

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencacah ionisasi yang paling sederhana adalah tabung Geiger-Muller atau Pencacah

Geiger, yang ditemukan pada tahun 1908 oleh Hans Geiger dan dimodifikasi oleh

Wilhelm Muller. Pencacah Geiger terdiri dari kawat yang terisolasi listrik di dalam tabung

berisi gas, biasanya campuran argon-alkohol. Tegangan listriknya yang dibutuhkan

mencapai 1000 Volt. Ketika partikel bermuatan memasuki pencacah, ionisasi dihasilkan

dalam gas dan menghasilkan arus listrik. Pencacah Geger ini juga dapat digunakan untuk

mendeteksi neutron, dengan mengisi tabung dengan Boron triflouride (BF3). Inti boron

memiliki penampang lintang yang tinggi untuk menghasilkan partikel alpha ketika

bertumbukan dengan neutron lambat.

Tabung proporsional memanfaatkan ionisasi sekunder sedemikian rupa sehingga

setiap radiasi yang datang menghasilkan satu pulsa yang tingginya sebanding dengan

besar energi radiasi pengion. Tabung Geiger-Muller memanfaatkan ionisasi sekunder

sehingga setiap radiasi pengion yang datang menghasilkan satu pulsa, dan tinggi pulsa

tersebut tetap sama tinggi, tidak bergantung besar kecilnya energi radiasi pengion.

Sehingga yang melatar belakangi percobaan ini adalah tentang bagaimanakah proses

(prinsip kerja) dan karakteristik dari tabung Geiger Muller (GM).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik dari tabung GM

2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari tabung GM

3. Untuk mengetahui daerah plato dan kaitannya dengan percobaan

Page 2: Jurnal Geiger Muller

BAB II

LANDASAN TEORI

Gejala radioaktifitas tak dapat langsung diamati panca indra manusia. Untuk dapat

mengadakan pengukuran radioaktifitas diperlukan detektor yang dapat berinteraksi secara

cukup efisien dengan sinar radioaktif yang diselidiki. Ada bermacam-macam detektor yang

dapat dipakai untuk mendekteksi sinar- γ. Pada umumnya detektor radiasi dapat dibagi

menurut tiga golongan yaitu :detektor isi gas (gas-filled detector), detektor sintilator, detektor

semi-konduktor. Pemilihan detektor untuk suatu tujuan pengukuran tertentu misalnya

spektrometri- γ harus didasari oleh bermacam-macam pertimbangan.

Detektor isi gas tidak dipakai dalam spektrometri γ tetapi perlu dikemukakan disini

karena dapat diambil analogi prinsip-prinsip kerjanya menjelaskan detektor semi-konduktor

yang dipergunakan dalam spektrometri-γ. Detektor jenis ini biasanya terdiri dari sebuah

tabung berdinding logam yang diisi dengan gas dan mempunyai kawat ditengahnya. Dinding

tabung merangkap sebagai katoda sedang kawat yang ditengah itu sebagai anoda. Skema

sebuah detektor isi gas dapat dapat dilihat pada (Gambar 2.1). Apabila dikenakan suatu

tegangan sebesar V antara katoda (dinding tabung) dan anoda (kawat tengah) melalui tahanan

luar R maka akan timbul medan listrik dalam tabung yang berisi gas itu. Kapasitas elektroda

dan seluruh sistem adalah Co.

Gambar 2.1 Skema detektor isi gas [2]

Apabila sinar- γ melalui gas dalam tabung detektor, maka sinar- γ akan berinteraksi

dengan atom-atom gas melalui proses fotolistrik. Interaksi tersebut menghasilkan elektron

bebas dan ion positif. Apabila medan listrik tidak ada, elektron akan bergabung kembali

dengan ion positif tetapi jika ada medan listrik, elektron akan bergerak kawat anoda dan ion

positif menuju katoda . biasanya elektron bergerak dengan laju yang lebih tinggi

dibandingkan dengan ion positif. Sebagai akibatnya, di anoda (elektroda positif) akan

terkumpul muatan negatif netto sebesar Q yang akan menimbulkan perubahan potensial

sebesar Z/Co. Perubahan potensial sejenak ini menimbulkan signal pulsa listrik yang dapat

diproses lanjut oleh suatu penguat awal (preamplifier) dan seterusnya. Apabila tegangan

Page 3: Jurnal Geiger Muller

dinaikkan maka elektron dan ion positif akan bergerak lebih cepat masing-masing ke arah

elektroda yang berlawanan muatannya sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya

penggabungan kembali dan dengan demikian ada lebih banyak ion dan elektron yang

mencapai elektroda. Kalau tegangan dinaikkan terus, maka kemungkinan terjadinya

penggabungan kembali elektron dan ion positif dapat diabaikan. Ion-ion yang sampai pada

elektroda akan menghasilkan suatu signal pulsa. Daerah ini adalah daerah II, yang biasa

dinamakan daerah jenuh atau daerah kamar ionisasi. Detektor isi gas yang bekerja pada

daerah ini adalah detektor kamar ionisasi. Karena kenaikan tegangan pada daerah III, elektron

yang cukup besar untuk mengakibatkan ionisasi sekunder, yaitu mengionkan atom-atom gas

lainnya karena tumbukan dengan ion-ion primer. Hal ini menaikkan jumlah muatan yang

dikumpulkan pada elektroda dan dengan demikian menaikkan tinggi pulsa yang dihasilkan.

Pada awal daerah III, tinggi pulsa yang terjadi sangat tergantung pada tenaga sinar-γ (atau

zarah α dan β) yang tenaga radiasi memungkinkan penggunaan detektor yang bekerja pada

daerah ini untuk membedakan tenaga-tenaga radiasi yang dideteksi.

Daerah III ini dinamakan daerah kesebandingan dan detektor isi gas yang bekerja pada

daerah tegangan ini dinamakan detektor kesebandingan atau detektor proporsional. Dalam

daerah IV tegangan terus dinaikkan maka tidak ada lagi kesebandingan dan tinggi pulsa tidak

lagi bergantung pada besar tenaga radiasi yang dideteksi. Semua pulsa yang terjadi akan

mempunyai tinggi yang sama tidak peduli berapa besar tenaga radiasi yang menyebabkannya.

Daerah ini dinamakan daerah Geiger-Muller dan detektor yang digunakan disini adalah

detektor Geiger-Muller. Di atas daerah Geiger-Muller, apabila tegangan dinaikkan terus maka

terjadi lecutan listrik secara terus menerus dalam tabung gas dan sebagai akibatnya detektor

menjadi rusak. ( Wisnu, Susetyo. 1988) [2]

Detektor tabung ionisasi, tabung proporsional dan tabung Geiger-Muller adalah

sekeluarga, karena bentuk dasarnya sama. Pada tabung Geiger-Muller (GM) memanfaatkan

ionisasi sekunder sehingga setiap radiasi pengion yang datang menghasilkan satu pulsa, dan

tinggi pulsa tersebut tetap sama tinggi, tidak bergantung besar kecilnya energi radiasi

pengion. Daerah tegangan kerja tabung GM yang menghasilkan keadaan itudisebut daerah

GM dan lebih terkenal dengan sebutan plato. Lebar tegangan plato pada tabung GM yang baik

mencapai daerah 200 volt. Beda tegangan antara anoda dan katoda pada tabung GM jauh

lebih tinggi daripada tabung ionisasi untuk jenis campuran gas yang sama. Sebagai detektor

maka tabung GM hanya mampu mencacah saja, tetapi jauh lebih sensitif dibandingkan

dengan tabung ionisasi dan pencacah proporsional. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung GM

juga jauh lebih tinggi, yakni berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar dibandingkan

dengan pulsa tabung proporsional.

Page 4: Jurnal Geiger Muller

Pada dinding ruang tabung GM untuk sinar gamma dapat terbuat seluruhnya dari loga

atau dari gelas tebal. Tabung GM untuk zarah jenis elektron dan proton harus dilengkapi

dengan dinding yang sangat tipis agar elektron atau proton dapat masuk ke dalam ruang gas.

Tabung GM yang diberi tegangan dibawah daerah plato mempunyai sifat mendekati tabung

proporsional. Akan tetapi jika diberi tegangan lebih tinggi dari daerah tegangan plato, maka

akan terjadi lucutan kontinu yang dapat merusak susunan molekul gas di dalam ruang.

Cara kerja detektor GM jauh lebih rumit daripada pencacah proporsional yaitu jika

elektron-elektron dipercepat dalam madan listrik yang kkuat disekitar kawat, elektron-

elketronitu akan menghasilkan atom-atom dan molekul-molekul gas dalam keadaan

tereksitasi, disamping itu juga akan menghasilkan runtuhan elektron-elektron yang baru.

Atom-atom dan molkekul-molekul teriksitasi ini selanjutnya akan menghasilkan foton ketika

terjadi deeksitasi. Kemudian foto-foton itu menghasilkan fotoelektron-fotoelektron ditempat

lain di dalam detektor. Jadi runtuhan elektron yang mula-mula terjadi di sekitar kawat,

kemudian menyebar dengan cepat dalam sebagian besar volum ruang. Dalam selang waktu

tersebut elektron-elektron dikumpulkan secara terus-menerus oleh kawat anoda, sedangkan

ion-ion positif yang bergerak jauh lebih lambat masi berada dalam detektor dan membentuk

selubung positif disekitar anoda. pada saat elektron-elektron telah terkumpul, selubung positif

ini bekerja sebagai layar elektrostatis dan menurunkan medan listrik sedemikian hingga

lucutan seharusnya berhanti. Namun demikian peristiwa ini tidak terjadi karena ion-ion positif

melepaskan elektron jika akhirnya menumbuk katoda, dan karena menjelang saat itu medan

listrik telah dikembalikan pada nilai awal yang tinggi, runtuhan baru mulai terjadi lagi, dan

proses tersebut kembali. Oleh karen aitu diperlukan beberapa cara agar lucutan berhanti atau “

padam “ secara permanen. Ada dua macam metode pemadaman lucutan yakni, pemadaman

eksternal dan pemadaman diri.

Dalam pemadaman eksternal, tegangan operasipencacah diturunkan, setelah mulai

terjadi lucutan sampai ion-ion mancapai katoda. penurunan tegangan operasi dilakukan

sampai pada suatu nilai yang mengakibatkan faktor multiplikasi gas dapat

diabaikan.penurunan ini dapat dicapai dengan pemilihan rangkaian RC. Nilai resistor R

sedemikian tinggi sehingga terjadi penurunan tegangan padanya, karena arus yang

ditimbulkan oleh lucutan id menurunkan tegangan pencacah di bawah ambang yang

diperlukan untuk mengawali lucutan. Konstanta waktu RC adalah jauh lebih besar daripada

waktu yang diperlukan untuk pengumpulan ion-ion. Akibatnya pencacah tidak bekerja selama

periode waktu yang sangat panjang. Dengan perkataan lain, waktu matinya terlalu panjang.

Metode pemadaman diri diperoleh dengan menambahkan sedikit gas organik poliatomik atau

gas halogen pada gas utama dalam detektor.

Page 5: Jurnal Geiger Muller

Pada saat terionisasi molekul-molekul gas poliatomik akan kehilangan energinya

karena terjadi disosiasi daripada proses fotolistrik. Oleh karena itu jumlah foto elektron yang

akan menyebar dan melanjutkan runtuhan menjadi sanagt berkurang. Disamping itu pada saat

ion-ion organik menumbuk permukaan katoda, mereka lebih banyak terdisosiasi daripada

menyebabkan terlepasnya elektron-elektron baru. Oleh karena itu runtuhan-runtuhan baru

tidak terjadi. Detektor GM yang manggunakan gas organik sebagai bahan pemadam

mempunyai umur terbatas, karena adanya disosiasi molekul-molekul organik. Biasanya

detektor GM bertahan sampai 108 – 109 cacah. Umur detektor GM bertambah jika digunakan

gas halogen sebagaipemadam. Molekul-molekul halogen juga terdisosiasi selama proses

pemadaman, tetapi terdapat derajat regenerasi tertentu dari molekul-molekul ini, sehingga

umur pemakain detektor menjadi lebih lama. Pengamatn pulsa pada detektor GM dapat

dilakukan dengan menggunakan osiloskop.

Osiloskop yang digunakan harus trigered sweep osciloscope, yang memilki fasilitas

trigger level, trigger stability, pulse polarity seslection, dan sweep speed samapi dengan 1

mikrosekon tiap skala. Sumber bahan radioaktif dipilih yang mempunyai intensitas yang

cukup besar agar semua kejadian dapat diamati. Detektor GM harus dioperasikan pada

tegangan kerja, disekitar titik plato. Jika intensitas bahan radioaktif cukup besar dan

pemutaran knop tepat maka akan diperoleh pulsa listrik tabung GM. Penyebab terjadinya

pulsa adalah terkumpulnya elektron di anoda. oleh karen aitu polaritas tabung GM selalu

negatif. Jika N menyatakan jumlah elektron yang terkumpul di anoda dan e adalah muatan,

maka tinggi pulsa sama dengan (Ne)/C. Kedatangan elektron pada anoda bergantung pada

mobilitas masing-masing elektron sehingga jumlah elektron N sebenarnya merupakan fungsi

waktu N(t), oleh sebab itu maka bentuk pulsa digambarkan terhadap waktu. Daerah plato

detektor GM maupun pencacah proporsional dapat ditentukan yaitu bahan radioaktif yang

memancarkan zarah tertentu diletakkan pada jarak tertenu dari detektor.

Sinyal dari detektor diperkuat dengan bantuan preampifier (penguat awal) dan

amplifier (penguat). Sinyal ini kemudian dilewatkan melalui diskriminator, dan pulsa-pulsa

diatas tingkat diskriminator dicacah dengan penskala. Laju cacah penskla dicatat sebagai

fungsi tegangan tinggi. Untuk tegangan sangat rendah (V<VA) laju cacahnya nol. Ionisasi

terjadi pada pencacah, pulsa-pulsa dikirimkan ke amplifier dan diskrimonator, tetapi penskla

tidak menerima suatu sinyal karena semua pulsa di bawah diskriminator, oleh karena itu laju

cacahnya nol. Selam tegangan tinggi/ high voltage (HV) dinaikkan melebihi VA, makin

banyak ionisasi yang dihasilkan dalam pencacah. Beberapa tinggi pulsa yang dibangkitkan

melebihi tingkat diskriminator sehingga laju cacah mulai bertambah. Laju cacah bertambah

terhadap kenaikan tegangan tinggi, karen amakin banyak pulsa yang dihasilkan dengan

Page 6: Jurnal Geiger Muller

ketinggian diats tingkat diskriminator. Peristiwa ini berlanjut sampai tegangan V mendekati

VB. (Wiyatmo, Yusman. 2006) [3]

Dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi mengenai detektor

nuklir khususnya detektor Geiger Muller telah dilakukan beberapa dekade lalu namun

kinerjanya masih perlu ditingkatkan. Permasalahan yang selalu muncul dalam teknik

membuat detektor Geiger Muller selama ini adalah bahwa mempunyai umur relatifd pendek,

panjang plato pendek (daerah tegangan operasi), slope besar, tegangan operasi rendah.

Kelemahan tentunya merupakan tantangan yang harus dicari solusinya. Umur pendek tersebut

dimungkinkan karena adanya kebocoran sistem sambungan antara katode dan anode,

tegangan operasi tinggi dimungkinkan karena tepatnya pemilihan jenis gas isian ataupun

perbandingan tekanan total gas isian. Berdasarkan masalah tersebut dalam upaya peningkatan

spesifikasi kenerja detektor Geiger Muller dipandang perlu dilakukan penelitian untuk

penentuan jenis material katode untuk tabung detektor Geiger Muller yang terbaik

berdasarkan koefisien serapan linier.

Dalam kegiatan penelitian ini telah dilakukan pembuatan detektor Geiger Muller tipe

jendela samping dengan variasi material katode yaitu kuningan monel dan stainlees steel serta

gas isian menggunakan perbandingan 90% Argon dan 10% uap ethanol. Selanjutnya

dilakukan penelitian efek material katode terhadap karakteristik detektor Geiger Muller

meliputi penentuan koefisiensi serapan linier material katode, tegangan ambang, panjang

daerah tegangan plato, slope per 100 % dan resolving time. Diharapkan dari hasil penelitian

ini dapat mendukung kegiatan penelitian peningkatan kinerja spsesifikasi kinerja detektor

Geiger Muller yang akan digunakan untuk komponen sistem pencacah radiasi nuklir.

Untuk detektor yang berbentuk silinder dengan pusat muatan adalah poros silinder dan

jari-jari r serta beda potensial sbesar V pada jarak r, maka garis gaya yang menembus seluruh

selimut silinder akan berbanding lurus dengan kuat medan listriknya E (r) dinyatakan dalam

persamaan (2.1) :

E(r) =

V (r )

r lnba

..................................................................................................................

(2.1)

Dengan adanya beda potensial antara anoda dan katoda, maka timbul medan listrik yang dapat

memisahkan pasangan ion dan elektron yang terbentuk. Ion positip bergerak ke arah katoda

dan elektron bergerak ke arah anoda. Kecepatan gerak (w) ion dan elektron dinyatakan

sebagai fungsi linier. Hubungan dengan tekanan total gas isian, maka persamaan (2.1) untuk

bentuk silinder diformulasikan pada persamaan (2.2) :

Page 7: Jurnal Geiger Muller

W = μP

V

r lnba

.................................................................................................................

(2.2)

(Irianto,dkk. 2010) [1]

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan

1. Tabung Geiger Muler (GM)

Fungsi : sebagai alat pendeteksi radioaktif

2. Scaller dan Ratemeter

Fungsi : sebagai alat untuk membaca hasil cacahan

3. Stopwatch

Fungsi : untuk mengukur kecepatan waktu pencacahan dalam praktikum

4. Kabel koaksial

Fungsi : untuk menghubungkan Tabung Geiger Muller ke Scalar dan Ratemeter

5. Rak Geiger Muller

Fungsi : sebagai tempat meletakkan atau menyangga tabung Geiger-Muller dan unsur

radioaktif

6. Penjepit

Fungsi sebagai alat untuk mengambil sampel

7. Sarung tangan

Fungsi : sebagai alat penutup tangan agar tidak terkena Tabung Geiger Muller

8. Masker

Fungsi : untuk melindungi hidung dan mulut dari radiasi

9. Wadah radioaktif

Fungsi : sebagai tempat menyimpan radioaktif

3.2 Bahan

1. Sr – 90

Fungsi : sebagai sumber radiasi β

2. Tl – 240

Fungsi : sebagai sumber radiasi β

Page 8: Jurnal Geiger Muller

3.3 Prosedur

a. Karakteristik Tabung GM

1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan

2. Dihubungkan tabung GM pada alat pencacah ( ratemeter / scalar ) dengan

menggunakan kabel coaxial

3. Dihidupkan skalar

4. Diatur tegangan pada skalar dengan tegangan 50 Volt

5. Ditunggu selama 1 menit

6. Dicatat hasil yang didapatkan sebagai cacah per menit

7. Diulangi percobaan sebanyak 2 kali

8. Dilakukan percobaan yang sama sampai tegangan 500 volt dengan interval 25 volt

9. Dicatat hasil yang didapat

b. Dead Time Counter

1. Disiapkan semua peralatan yang digunakan dalam percobaan

2. Dihubungkan tabung GM pada alat pencacah (ratemeter/scalar) dengan

menggunakan kabel coaxial

3. Dihidupkan scalar

4. Diatur tegangan pengoperasional pada scalar 450 volt

5. Dihitung cacah background tanpa sumber radiasi

6. Dimasukkan Tl-204 pada rak tabung GM

7. Ditunggu selama 1 menit

8. Dicatat hasilnya sebagai cacah per menit

9. Diulangi percobaan sebanyak 2 kali

10. Dikeluarkan Tl-204 dan kembali dihitung cacah backgroundnya

11. Dimasukkan Sr-90 pada rak tabung

12. Ditunggu selama 1 menit

13. Dicatat hasilnya sebagai cacah per menit

14. Diulangi percobaan sebanyak 2 kali

15. Dikeluarkan Sr-90 dan kembali dihitung cacah backgroundnya

16. Dimasukan Tl-204 dan Sr-90 pada rak tabung

Page 9: Jurnal Geiger Muller

17. Ditunggu selama 1 menit

18. Dicatat hasilnya sebagai cacah per menit

19. Diulangi percobaan sebanyak 2 kali

20. Dikeluarkan Tl-204 dan Sr-90 dan kembali dihitung cacah backgroundnya

21. Dicatat hasilnya

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

4.1 Data Percobaan

(Terlampir)

4.2. Analisa Data

1. Membuat Grafik Daerah Plato

(Terlampir)

2. a. Menghitung Tegangan Plato

V = (V2- V1) / 2 + V1

= (475- 325 ) / 2 + 325

= 400 Volt

b. Menghitung Kemiringan Daerah Plato

Cpm / Hv = (cpm2 – cpm1 ) / (hv2 – hv1 )

= (5419 – 2878 ) / (474-325)

= 17,55

3. Menghitung Dead Time Counter

T = (n1 + n2 – n3) / (2n1 n2 )

= (3221 + 6303 – 4125) / (2 x 3221 x 6303)

= 0,000133 detik

Page 10: Jurnal Geiger Muller

Grafik Hubungan Antara Cpm – Vs – Hv

SLOOPE=(Cpm2−Cpm1 )

( Hv2−Hv1 )

¿(5419−2878 )

( 474−325 )=17,55

200 250 300 350 400 450 500 5500

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

Grafik Cpm-vs-Hv

Hv (Volt)

Cp

m

Page 11: Jurnal Geiger Muller

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Karakteristik dari tabung GM yaitu : detektor GM ditentukan oleh bentuk platonya.

Detektor GM yang baik mempunyai panjang plato sekitar 200 Volt, kemiringan atau

slopnya cukup kecil. Tegangan kerja detektor GM pada umumnya terletak antara 1,3

sampai 0,5 panjang plato, dihitung dari titik V1.Sebuah tabung Geiger-Müller terdiri

dari tabung yang diisi gas dengan tekanan rendah (0,1 ~ ATM) seperti helium, neon

atau Argon, dalam beberapa kasus pada Penning mixture dan uap organik atau halogen

berisi gas dan elektroda, diantaranya ada beberapa ratus tegangan volt, tapi tidak ada

arus listrik yang mengalir. Dinding dari tabung yang baik di dalam atau di luarnya

adalah logam, atau bagian dalammnya hanya dilapisi dengan logam atau grafit untuk

membentuk katoda sedangkan anode adalah kawat yang lulus dari pusat tabung.Ketika

ionisasi radiasi melewati tabung, beberapa molekul gas terionisasi, menciptakan ion

positif dan elektron. Kuatnya medan listrik dibuat oleh tabung elektroda yang

membuat ion-ion bergerak menuju katoda dan elektron menuju anode. Pasangan ion

yang cukup mendapatkan energi untuk mengionisasi molecules gas melalui tabrakan

pada prosesnya, menciptakan avalanche dari partikel. Hasilnya secara singkat, pulsa

yang saat ini yang lewat (atau cascades) dari elektroda negatif ke elektroda positif

diukur atau dihitung. Jumlah pulsa per detik menunjukan intensitas medan radiasi.

2. Prinsip keja tabung GM yaitu: Apabila tabung GM diisi dengan gas halogen atau gas

mulia, dan diberi tegangan tinggi pada kawat yang berada dalam tabung detektor dan

terjadilah perbedaan potensial pada kedua ujung kawat sehingga elektron (ion) positif

akan bergerak menuju katoda dan elektron (ion) negatif bergerak menuju anoda.Dan

terjadilah proses ionisasi yang menghasilkan pulsa listrik sehingga hasil pengukuran

laju cacah (pulsa listrik) akan terbaca pada scallar.

Page 12: Jurnal Geiger Muller

3. Pengertian daerah plato dan kaitannya dengan percobaan: Daerah plato adalah

tegangan dalam rentang counter Geiger-Müller beroperasi. Di wilayah ini, potensi

perbedaan di pencacahan cukup kuat untuk mengionisasi semua gas di dalam tabung,

tergantung pemicu radiasi ionisasi yang masuk (alfa, beta atau radiasi gamma).

Kaitannya dengan percobaan adalah karakteristik tabung GM akan nampak pada

daerah Plato. Dan hanya pada daerah Platolah laju pencacah per satuan waktu dapat

terbaca untuk unsur TI-204, Sr-90.

5.2 Saran

1. Sebaiknya, Praktikan saat meletakkan radioaktif pada rak tabung GM harus memakai

penjepit.

2. Sebaiknya, Praktikan teliti dalam melihat hasil pengukuran pada Scaller dan

Ratemeter.

3. Sebaiknya, Praktikan mengetahui prinsip kerja tabung GM.

Page 13: Jurnal Geiger Muller

GAMBAR PERCOBAAN

1. Gambar 1 sebelum dimasukkan bahan radioaktif ke rak tabung GM

Page 14: Jurnal Geiger Muller

2. Gambar 2 sesudah dimasukkan bahan radioaktif Sr-90 ke rak tabung GM

Page 15: Jurnal Geiger Muller

3. Gambar 3 sesudah dimasukkan bahan radioaktif Sr-90 dan TI-204 ke rak tabung GM

Page 16: Jurnal Geiger Muller

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Jurnal Geiger Muller

[1] Irianto,dkk. 2010. Efek Material Katode Terhadap Karakteristik Detektor Geiger Muller

Tipe Jendela Samping. Yogyakarta : Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

Badan Tenaga Nuklir Nasional. ISSN 0216 – 3128. Prosiding PPI - PDIPTN 2010.

Hal.147-153. Diakses pada tanggal : 10/11/2013. Pukul : 19.00 WIB.

[2] Susetyo,Wisnu. 1988. Spektrometri Gamma. Yogyakarta : Gajdah Mada University Press.

Hal.48 – 51.

[3] Wiyatmo,Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum. Cetakan

Pertama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hal.261 – 269.