jurnal fisika lingkungan

82
Posts Tagged ‘bahaya kimia’ Potensi Pemaparan Bahaya Kimia 09JUL ANALISIS JURNAL Bahan-bahan kimia telah menjadi bahan yang tak dapat terpisahkan, dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua industry menggunakan bahan-bahan kimia baik sebagai bahan utama maupun yang lain. Bahan kimia ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan bagi pengguna. Bahan kimia mempunyai potensi toxic pemaparan untuk pekerja. Risiko pemaparan bisa berasal dari paparan, produksi, penyimpanan, penggunaan, penggunaan, maupun kebocoran wadahnya. Dari kedua jurnal diatas, jelaslah terlihat bahwa

Transcript of jurnal fisika lingkungan

Page 1: jurnal fisika lingkungan

Posts Tagged ‘bahaya kimia’

Potensi Pemaparan Bahaya Kimia

09JUL

ANALISIS JURNAL

Bahan-bahan kimia telah menjadi bahan yang tak dapat terpisahkan,

dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua industry menggunakan

bahan-bahan kimia baik sebagai bahan utama maupun yang lain.

Bahan kimia ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan

bagi pengguna. Bahan kimia mempunyai potensi toxic pemaparan

untuk pekerja. Risiko pemaparan bisa berasal dari paparan, produksi,

penyimpanan, penggunaan, penggunaan, maupun kebocoran

wadahnya. Dari kedua jurnal diatas, jelaslah terlihat bahwa banyak

sekali zat kimia tersebut menimbulkan dampak negative yang tidaklah

sedikit. Misalnya pada para pekerja PT.Samiaji yang terpapar debu

asbes dan semen, mereka positif mengalami gangguan fungsi paru.

Karena debu asbes yang masuk kedalam tubuh mereka menyebabkan

3 penyakit paru yaitu penyakit asbestosis, kanker paru, dan kanker

Page 2: jurnal fisika lingkungan

pleura atau mesotelium. Penyakit tersebut seringkali fatal dan bahkan

dapat berujung kematian.

Lain halnya yang terjadi pada para pekerja di CV.Laksana walaupun

dari hasil menerangkan bahwa kadar keracunan benzene masih

relative kecil atau masih ditingkatan awal namun hal tersebut

sudahlah cukup untuk dapat mengganggu proses pembentukkan

eritrosit. Jika sudah berlanjut pada tingkatan yang cukup parah dan

jangka waktu lama (5-30 tahun), keracunan akibat benzene dapat

menyebabkan penderita mengalami leukemia yang juga dapat

menyebabkan kematian. Karakteristik dari benzene adalah bersifat

menguap, mudah terbakar, non polar, dan tidak berwarna. Benzena

merupakan cairan tidak berwarna dengan bau yang manis. mbang

benzena adalah sekitar 60 bagian per juta (ppm), meskipun ada

rentang yang cukup besar dalam nilai-nilai yang dilaporkan (0,78-160

ppm). Batas pemaparan benzena yang diperbolehkan, baik 8-jam

waktu eksposur rata-rata tertimbang dari 1 ppm atau jangka pendek

batas yang diperbolehkan dari 5 ppm selama menit 15 menit.

Page 3: jurnal fisika lingkungan

Dilihat dari cara terpaparnya pada kedua permasalahan diatas dapat

disimpulkan bahwa para pekerja terpapar bahan kimia tersebut

diantaranya melalui saluran pernapasan (inhalasi). Di Industri,

inhalasi merupakan jalan masuk paparan yang paling penting dan

paling sering terjadi terutama pada paparan bahan kimia. Selama

hidup manusia selalu bernafas di mana pun dan kapan pun tanpa perlu

tahu apakah udara yang dihirup merupakan udara yang bersih atau

tidak. Hal tersebut memungkinkan para pekerja yang selama 8 jam

per hari menghirup udara ± 8m3di lingkungan terpapar bahan kimia,

seperti benzene, setiap hari akan menghirup uap benzene atau bahan

kimia lain yang membahayakan kesehatannya.

Bahan-bahan kimia pada industry tersebut sangat berpengaruh bagi

kesehatan lingkungan terutama bagi kesehatan pekerja.  Menurut

berbagai sumber dan penelitian jika setiap hari para pekerja terpapar

bahan kimia berbahaya seperti benzena setidaknya selama 8 jam maka

sangat mungkin bila hal tersebut berimbas pada penurunan status

kesehatan mereka. Sehingga produktifitas pekerja menjadi menurun

dan membuat kualitas serta kuantitas kerja menjadi terganggu.

Sehubungan dengan status kesehatan, bahaya benzena ada yang

Page 4: jurnal fisika lingkungan

berefek jangka pendek (akut) dan ada pula yang berefek jangka

panjang (kronis). Efek Jangka pendek (akut), menghirup high level

benzena dapat menyebabkan kematian. Sedangkan menghirup low

level benzena dapat mengakibatkan depresi sistem saraf pusat (SSP)

yang ditandai dengan kantuk, pusing, sakit kepala, mual, kehilangan

koordinasi,kerusakan otak ireversibel,kebingungan &

ketidaksadaran/pingsan. Selain itu juga dapat menyebabkan iritasi

mata, iritasi kulit, iritasi hidung, iritasi tenggorokan, iritasi saluran

pernafasan, dan tremors.

Efek jangka panjang (kronis), dapat menyebabkan kerusakan pada

sumsum tulang dan menyebabkan gangguan dalam darah, seperti :

penurunan sel darah merah, anemia, & leukimia serta penyakit

lainnya yang berhubungan dengan kanker darah dan pra-kanker dari

darah. Juga dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan &

menurunkan sistem imun sehingga meningkatkan kesempatan infeksi.

Selain melalui pernafasan / inhalasi dapat juga melaui kulit atau

mukosa mata. Pekerja sering kali tidak memakai sarung tangan ketika

memegang bahan kimia hal ini berisiko terpapar zat kimia berbahaya

yang masuk melalui pori – pori kulit atau membran mukosa mata.

Page 5: jurnal fisika lingkungan

Berbeda halnya jika kita terhirup debu asbes dan semen, debu tersebut

tertinggal di paru-paru kita dan akan berubah menjadi “badan-badan

asbestos”, yang jika diperiksa menggunakan mikroskop tampak

seperti batang dengan panjang mencapai 200 mikron. Pada pekerja

yang telah lama terpapar debu asbes, retensi serat-serat asbesnya

cukup besar. Jika dibiarkan, serat tersebut secara perlahan-lahan akan

menimbulkan jaringan ikat pada paru yang progresif. Kelainan secara

radiologis atau dengan foto rontgen paru, mudah dikenali karena

menunjukkan gambaran khas. Berupa “ground glass appearance” atau

titik-titik halus di basis paru-paru dengan batas jantung dan diafragma

yang tidak jelas. Setelah masa laten yang panjang, antara 20-40 tahun,

serat tersebut bisa menimbulkan kanker paru. Selain terpapar melalui

jalur inhalasi, kedua bahan kimia tersebut juga dapat masuk ke tubuh

manusia melalui kulit atau mukosa mata ataupun mengonsumsi

makanan dan minuman yang mengandung sejumlah kecil serat-serat

tersebut (pada debu asbes dan semen).  Akibat lebih lanjutnya dapat

menimbulkan obtruksi saluran pernafasan para pekerja. Ada tiga

macam penyakit paru yang dapat menyerang para pekerja apabila

secara terus-menerus terpapar oleh debu yang ditimbulkan oles asbes

Page 6: jurnal fisika lingkungan

dan semen yaitu penyakit asbestosis, kanker paru, dan kanker pleura

(mesotelium).

Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko

terpapar bahan kimia tersebut yaitu  melalui pengendalian sumber,

pengendalian di sepanjang area yang terpapar, dan pengendalian pada

para pekerja. Pengendalian risiko pemaparan bahan kimia diantaranya

dengan melakukan pengecekan konsentrasi /nilai batas aman

pemakaian bahan kimia serta lama pemaparannya. Selanjutnya adalah

dengan pemeriksaan kesehatan para pekerja secara rutin dan berkala,

sehingga akan didapat data kesehatan pekerja sebagai bentuk

pendeteksian dini terhadap risiko paparan bahan kimia. Penempatan

tenaga ahli juga diperlukan untuk mengendalikan risiko bahan kimia.

Peningkatan pengetahuan para pekerja mengenai bahan kimia tersebut

beserta risikonya juga penting dalam mengendalikan risiko bahan

kimia. Selain itu pada pekerja yang terpapar debu asbes dan semen

untuk mengurangi tingginya konsentrasi debu asbes dan semen

dengan membuat pembatas yang tegas di antara ruang-ruang unit

operasi, penambahan sistem ventilasi udara setempat secara natural,

Page 7: jurnal fisika lingkungan

monitoring pengukuran lingkungan kerja secara rutin serta menjaga

kebersihan lingkungan kerja.

Dan hal yang tidak kalah penting dalam upaya mendukung

pengendalian risiko bahan kimia adalah penggunaanpersonal

protective equipment atau yang biasa disebut alat pelindung diri

(APD) terutama masker. Untuk benzene yang masuk ke dalam tubuh

terutama dalam bentuk gas/uap Tidak hanya sekedar masker, masker

yang tepat dan efektif untuk meminimalkan risiko tersebut seharusnya

berupa canister respirator yang dapat melindungi paparan partikel

gas toksik karena dilengkapi filter. Penempatan tenaga ahli juga

diperlukan untuk mengendalikan risiko bahan kimia. Peningkatan

pengetahuan para pekerja mengenai bahan kimia tersebut beserta

risikonya juga penting dalam menggendalikan risiko bahan kimia.

Karena bersifat toksik, sudah seharusnyalah penyimpanan dan

pengangkutannya dilakukan secara hati-hati dan sesuai prosedur

keamanan dan kesehatan kerja. Hal yang tidak kalah penting dalam

upaya mendukung pengendalian risiko bahan kimia adalah

penggunaan personal protective equipment atau yang biasa disebut

Page 8: jurnal fisika lingkungan

alat pelindung diri (APD). Untuk benzene yang masuk ke dalam

tubuh terutama dalam bentuk gas/uap melalui inhalasi/pernafasan,

maka dibutuhkan masker . Tidak hanya sekedar masker, masker yang

tepat dan efektif untuk meminimalkan risiko tersebut seharusnya

berupa canister respirator yang dapat melindungi paparan partikel

gas toksik karena dilengkapi filter. Selain kesesuaian fungsidan jenis

alat pelindung diri, maka juga harus diperhatikan kenyamanan

pemakaiannya dan tidak menimbulkan gangguan dalam bekerja

http://ermayani-da.students-blog.undip.ac.id/tag/bahaya-kimia/

PENGARUH KADAR KLORIDA PADA AIR SUMUR GALI

April 12, 2009

Filed under: lingkungan — Urip Santoso @ 2:10 am 

Tags: argentometri, klorida, sumur gali

Oleh Yurman

 Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Page 9: jurnal fisika lingkungan

 

ABSTRAK

           

. Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang

menyebabkan rasa asin dalam air bersih ( air sumur ). Kadar klorida

pada sampel air dengan menggunakan metode Argentometri di

dapatkan nilai kadar klorida 9,10 mg/ l, dan telah memenuhi

persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes, RI No 907/

Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagai mana kadar maksimal klorida yang

diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/ l.

Kata Kunci : Sumur Gali , Klorida, Argentometri

 

1.      PENDAHULUAN

 

Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di

lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta

menjalankan pola/ perilaku hidup bersih dan sehat.Lingkungan yang

Page 10: jurnal fisika lingkungan

sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan . Kesehatan

seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada disekitarnya

juga baik. Begitu juga sebaliknya , kesehatan seseorang  akan menjadi

buruk jika lingkungan yang ada disekitarnya kurang baik. Dalam

penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan

lingkungan yang sehat (Depkes,2002)

Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan

adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan

akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh

masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan

pada saluran / sungai. Hal tersebut meyebabkan

pendangkalan  saluran / sungai, tersumbatnya saluran / sungai karena

sampah pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan

menimbulkan penyakit.

Masalah air merupakan masalah yang utama, baik masalah

penyediaan air bersih di kota dan didesa . maupun masalah

penyaluran dan pngelolaan air buangan penduduk dan idusteri. Air

sangat dibutuhkan oleh semua mahluk di dunia. Oleh karen itu seiring

Page 11: jurnal fisika lingkungan

dengan meningkatnya kebutuhan manusia berbagai upaya dilakukan

untuk menyediakan air bersih yang aman bagi kesehatan . Adapun air

yang sehat harus memenuhi empat kretiria parameter. Parameter

pertama adalah parameter fisik yang meliputi padatan terlarut,

kekeruhan , warna, rasa, bau, dan suhu. Parameter kedua adalah

parameter kimiawi yang terdiri atas berbagai ion, senyawa beracun,

kandungan oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen kimia. Parameter

yang ketiga adalah parameter biologis meliputi jenis dan kandungan

mikrooganisme baik hewan maupun tumbuhan. Paramete yang

terakhir adalah parameter radioaktif meliputi kandungan bahan –

bahan radio aktif, ( Kursusiarni, 2002 ).

Air minum di sebagian besar daerah tempat tinggal penduduk

diperoleh dari beberapa sumber air, diantaranya sumber air tanah

yaitu air sumur. Air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan

fisik, kimia dan mikrobiologi berdasarkan Permenkes RI No. 907/

Menkes/SK/VII/2002 tentang kadar maksimal yang diperbolehkan

dalam air minum yaitu 250mg/l.

 

Page 12: jurnal fisika lingkungan

II. ISI

A.     Sumber Air

Mahkluk hidup tidak terlepas dari kebutuhan akan air.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk

berbagai keperluan mulai dari air minum, mencuci, mandi dan lain-

lain. Sumber-sumber air tersebut adalah:

1.      Air permukaan

Air permukaan pada hakikatnya banyak tersedia di alam.

Kondisi air permukaan sangat beragam karena dipengaruhi oleh

banyak hal yang berupa elemen meteorologi, dan elemen daerah

pengairan. Kualitas air permukaan tersebut, tergantung dari daerah

yang dilewati oleh aliran air. Pada umumnya kekeruhan air

permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempung

substansi organik.sehingga ciri air permukaan yaitu melebihi

padatan terendap (dissolved solid) rendah, dan bahan tersuspensi

(suspended solid) tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap dan

bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif lebih

rendah daripada kualitas air danau, pond, rawa, reservoar. Air

Page 13: jurnal fisika lingkungan

permukaan  tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat,

setelah melalui proses tertentu.

2.      Air tanah

Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat

diantara butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Air tanah

lebih banyak tersedia daripada air hujan. Ciri-ciri air tanah yaitu

memiliki suspended solids rendah dissvolved solids tinggi. Dengan

demikian maka permasalahan pada air tanah yang mungkin timbul

adalah tingginya angka kandungan total dissvolved solids (TDS),

besi, mangan, kesadahan. Air tanah dapat berasal dari mata air di

kaki gunung, atau sepanjang aliran sungai atau berasal dari air

tanah dangkal dengan kedalaman antara 15-30 meter, yaitu berupa

air sumur gali, sumur pantek, sumur bor tangan, atau bahkan

terkadang mencapai lebih dari 100 meter.

3.      Air angkasa

Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan

dan salju. Air hujan jumlahnya sangat terbatas, dipengaruhi antara

lain oleh musim, jumlah, intensitas dan distribusi hujan. Hal

Page 14: jurnal fisika lingkungan

tersebut juga dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah dan

lain-lain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara

atau atmosfir di daerah tersebut. Pencemaranyang mungkin timbul

antara lain berupa debu, dan gas. Pada umumnya kualitas air hujan

relatif baik, namun kurang mengandung mineral dan sifatnya mirip

air suling. Air hujan biasanya banyak dimanfaatkan apabila sukar

memperoleh dan atau terkendala dengan air tanah serta air

permukaan, pada daerah bersangkutan. Pemanfaatan air hujan

tersebut biasanya bersifat individual. Caranya, air hujan yang

berasal dari talang-talang rumah ditampung pada tandon-tandon air

yang telah dilengkapi dengan saringan sederhana. (Setijo, dkk.,

2002).

 Kualitas dari berbagai sumber air tersebut berbeda-beda

sesuai dengan alam, kondisi aktivitas manusia yang berbeda di

sekitarnya. (Suripin, 2002).

 

B.     Persyaratan Kualitas Air

 

Page 15: jurnal fisika lingkungan

Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan

manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi

persyaratan fisika, kimia, dan biologis (Notoatmodjo,2003).

1. Persyaratan Fisika Air

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan  fisika sebagai

berikut:

a.       Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran

koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid

maka air semakin keruh.

b.      Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang

berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang

berbahaya bagi kesehatan.

c.       Rasanya tawar

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa

asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak

Page 16: jurnal fisika lingkungan

baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam

tertentu  yang larut dalam air, sedangkan rasa asam

diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d.      Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh

maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung

bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi

(penguraian) oleh mikroorganisme air.

e.       Temperaturnya normal

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak

terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang

dapat membahayakan kesehatan dan menghambat

pertumbuhan mikro organisme.

f.        Tidak mengandung zat padatan

Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam

air.

 

Page 17: jurnal fisika lingkungan

1. Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia

seperti berikut:

a.       pH netral

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat

asam atau basa. Contoh air yang terasa asam adalah air

gambut. Air murni mempunyai pH 7. apabila pH di bawah 7

air bersifat asam, sedangkan di atas 7 berarti bersifat basa

(rasanya pahit).

b.      Tidak mengandung zat kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia

beracun seperti sianida, sulfida, fenolik.

Tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg,

Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr dan lain-lain.

c.       Kesadahan rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam

yang terlarut di dalam air terutama Ca dan Mg.

Page 18: jurnal fisika lingkungan

d.  Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi

zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan

organnik itu seperti NH4, H2S, SO42- dan NO3-

(Kusnaedi,2002).

 

C.     Sifat Kimia dan Fisika

1.   Kelarutan

Kebanyakan klorida larut dalam air, seperti

Merkurium                      ( I ) Klorida, (Hg2Cl2), Perak Klorida,

( AgCl), Timbel Klorida, (PbCl2) yang ini larut sangat sedikit

dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih,

sedangkan tembaga ( I ) klorida, (CuCl), bismut oksiklorida,

(BiOCl), stibium oksiklorida, (SbOCl), dan Merkurium ( II )

oksiklorida, (Hg2OCl2), tak larut dalam air. Untuk mempelajari

reaksi-reaksi ini, pakailah larutan natrium klorida, NaCl, 0,1M.

 

Page 19: jurnal fisika lingkungan

 

2.      Analisa Kualitatif

Analisa klorida secara kualitatif dapat dilakukan dengan

beberapa cara, diantaranya:

a.       Dengan larutan Perak Nitrat

Jika larutan encer suatu senyawa klorida direaksikan

dengan  larutan perak nitrat, akan terjadi endapan putih

bergumpal yang tidak larut dalam asam nitrt encer dan mudah

larut dalam amonia, dengan mengasamkan larutan amoniakal

ini dengan asam nitrat encer akan terbentuk endapan

kembali.endapan putih yang terjadi berupa perak klorida yang

tidak akan larut kembali dalam asam nitrat encer. Dengan

penambahan amonia, terjadi komplek perak diamonium yang

larut. Jika larutan yang mengandung ion klor ini diasamkan,

perak klorida akan terbentuk kembali dan akan mengendap.

b.     

13

Dengan Kalium Permanganat atau Mangan Dioksida

Page 20: jurnal fisika lingkungan

Jika suatu senyawa klorida dipanaskan dengan kalium

permanganat atau mangan dioksida, akan terjadi uap yang

berwarna hijau pucat dan menyebabkan kertas kanji-kalium

iodida berwarna biru. Dengan mengoksidasi kalium

permanganat atau mangan dioksida akan terjadi klor yang

akan mengoksidasi iodida dalam kertas kalium menjadi iod,

yang kemudian dengan amilum memberikan warna

biru               (Roth. H. J. 1998).

 

3.      Analisis Klorida Secara Kuantitatif

Analisa klorida secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

beberapa cara, diantaranya analisa secara titrimetri dengan

menggunakan metode argentometri. Metode yang sering

digunakan pada penetapan klorida adalah metode argentometri.

Metode argentometri (titrasi pengendapan) yang tergolong pada

pemeriksaan kimia secara titrimetri / volumetri.

 

a.  Pengertian

Page 21: jurnal fisika lingkungan

Titrimetri atau analisa volumetri adalah salah satu cara

pemerikasaan jumlah zat kimia yang luas penggunaannya. Cara

ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan

cepat, ketelitian dan ketepatan cukup tinggi, juga dapat

digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang

mempunyai sifat yang berbeda-beda.

 

b. Prinsip

Dalam larutan netral atau sedikit basa, kalium kromat

dapat menunjukan titik akhir titrasi klorida dengan perak nitrat.

Perak klorida yang terbentuk diendapkan secara kuantitatif

sebelum warna merah perak kromat terbentuk.

 

Reaksi

AgNO3  +  NaCl       AgCl  +  NaNO3

AgNO3  +  KCl         AgCl   +  KNO3

Dalam titrasi pengendapan zat yang ditentukan bereaksi

dengan zat pentiter membentuk senyawa yang sukar larut dalam

air, syarat-syaratnya:

Page 22: jurnal fisika lingkungan

a)      Terjadinya kesetimbangan serbaneka harus berlangsung

cukup cepat;

b)      4 Zat yang akan ditentukan akan bereaksi secara

stoikiometri dengan zat pentiter;

c)      Endapan yang terbentuk harus sukar larut sehingga

terjamin Harus tersedia cara penentuan  titik akhir yang

sesuai.

d)      kesempurnaan reaksi sampai 99,9%;

Beberapa cara titrasi pengendapan yang melibatkan ion

perak, diantaranya adalah cara mohr, cara volhard dan cara

fajans. Pada cara mohr ion-ion halida (Cl-, Br-, I-) ditentukan

dengan larutan baku perak nitrat, dengan memakai ion kromat

atau peralatan  yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi.

Titrasi larutan ion klorida 0,1 M dengan cara mohr, reaksinya

sebagai berikut:

               Ag -             +        Cl-         AgCl

Cara titrasi volhard dapat pula digunakan untuk menetukan

ion-ion halida dengan cara titrasi kembali. Penentuan ion klorida

agak rumit dengan titrasi ini, lantaran kelarutan AgCl lebih

Page 23: jurnal fisika lingkungan

tinggi daripada kelarutan AgSCN, maka pada penentuan ion

klorida dengan cara volhard, titrasi harus dihentikan pada saat

timbulnya warna merah pertama kali, atau titrasi kembali

dilakukan setelah   AgCl dipisahakan terlebih dahulu.

 

4.      Pemakaian Titrasi Pengendapan

Pada umumnya titrasi pengendapan didasarkan pada

penggunaan larutan baku perak nitrat sehingga cara titrasi ini

sering dinamakan titrasi argentometri. Pada titrasi ini biasanya

digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan baku

Kalium Tiosianat 0,1 M. Kedua pereaksi ini dapat diperoleh

sebagai zat baku utama, namun kalium tiosianat agak mudah

menyerap air sehingga larutannya perlu dibakukan dengan larutan

perak nitrat. Kedua larutan baku ini cukup mantap selama dalam

penyimpanan asalkan disimpan dalam wadah kedap udara dan

terlindung dari cahaya.

Pelarut yang dugunakan harus air betul-betul murni, atau air

suling. Kalau tidak kekeruhan akan muncul lantaran pengaruh ion

Page 24: jurnal fisika lingkungan

klorida yang ada di dalam air. Jika larutan itu disaring, kemudian

dibakukan dengan NaCl secara gravimetri.

Selain larutan kalium tiosianat, larutan amonium tiosianat

0,1 M sering pula dipakai sebagai larutan baku di dalam titrasi

argentometri. Namun, karena amonium tiosianat sangat mudah

menyerap air, maka harus dibakukan dulu dengan larutan baku

perak nitrat memakai cara titrasi volhard. (Rivai, H. 1995).

 

5.   Ion-ion Pengganggu

Ion-ion yang dapat mengganggu dalam penetapan kadar

klorida metode argentometri atau pengendapan adalah: Bahan-

bahan yang terdapat dalam air minum dalam jumlah yang normal

tidak mengganggu; Bromida, iodida, dan sianida ekivalen dengan

konsentrasi klorida; Ion sulfida, ferri sulfat dan sulfat menggaggu,

tetapi dapat dihilangkan dengan penambahan hidrogen peroksida;

Ion sulfida, ferri sulfat dan sulfat menggaggu, tetapi dapat

dihilangkan dengan penambahan hidrogen peroksida; Ortofosfat

yangn lebih dari 25 mg/L mengganggu dengan membentuk

Page 25: jurnal fisika lingkungan

endapan perak fospat; Besi yang lebih dari 10 mg/L mengaburkan

titik akhir.

 

IV . SIMPULAN  

Berdasarkan hasil telaah pustaka dari beberapa sumber bahwa

kadar klorida maksimal yang diperbolehkan pada air minum yaitu

250 mg/l.

 

 

 

V . UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis  mengucapkan terima kasih kepada semua penulis

buku yang dijadikan sumber pada telaah pustaka ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 26: jurnal fisika lingkungan

 

Bucke, KA. dkk. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.

 

Depkes Direktorat Laboratorium Kesehatan. 2002. Pedoman

Pemeriksaan Kimia Air Minum dan Air Bersih.

 

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga 1979. Jakarta.

 

Depkes RI. 2002. Petunjuk Pemeriksaan Air Minum / Air

Bersih. Edisi kedua. Jakarta.

 

Depkes RI. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Minum. Departemen Kesehatan. Jakarta.

 

Page 27: jurnal fisika lingkungan

Kursusiarini, M. 2002. Pemanfaatan Zeolit Alam Yang Diaktifkan

sebagai adsorben Untuk Mengurangi Kadar Mangan Terlarut

Dalam Air. Skripsi S1, FMIPA UNIB, Bengkulu.

 

Kusnaedi. 2002. Mengolah Air Gambut dan Air Kotoran untuk Air

Minum. Penerbit Swadaya. Jakarta.

 

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

 

Roth, H. J. 1988. Analisis Farmasi. Diterjemahkan Oleh Kisman, S.

Dr ; Ibrahim, S. Dr. Gadjah Mada University Press.

 

Soemirat, J. 1995. Kualitas Air dan Kesehatan. Departemen

Kesehatan RI. Bandung.

 

Page 28: jurnal fisika lingkungan

Sumiaty, E. 2003. Bimbingan Teknis Pengambilan Contoh dan

Analisis Kualitas Air. Serpedal Deputi VII. Jakarta.

 

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

 

Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

Semimikro, Edisi Kelima. Penerbit Kalmen Media Pusaka. Jakarta

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/12/pengaruh-kadar-

klorida-pada-air-sumur-gali/

KEBIJAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA

PADA TANAMAN July 24, 2011

Filed under: lingkungan — Urip Santoso @ 6:41 am 

Tags: pestisida, pestisida organik, tanaman

VERA IDA ROMANNA, SP

 

Page 29: jurnal fisika lingkungan

Abstrak

Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan

beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat.  Di mana

masyarakat semakin peduli tentang gaya hidup sehat. Keadaan ini

disebabkan karena semakin dirasakannya (dampak negatif yang

besar bagi lingkungan mengenai penggunaan bahan-bahan kimia

untuk meningkatkan produktivitas tanaman).  Bahan-bahan kimia

yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi

ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif

daripada dampak positifnya, baik bagi kehidupan manusia dan

lingkungan sekitarnya.

(Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus

menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan

penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral

beberapa komoditi sayuran dan buah.  Hal ini tentunya jika

dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus

kelangsungan kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah yang

telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus

menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan

Page 30: jurnal fisika lingkungan

kematian). Untuk itu pemerintah dan pihak swasta terus menerus

(memberikan penyuluhan kepada petani untuk memilih pestisida

sebagai alternatif terakhir dalam pembasmi hama dan penyakit

tanaman.)

 

(Kata Kunci : Pestisida, dosis dan penggunaan pestisida organic)

 

Pendahuluan

(Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik

dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.)

Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga,

tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang

disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian

nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis),

siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

(Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain

yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau

bagian-bagian tanaman, (e-petani, 2010).)

Page 31: jurnal fisika lingkungan

Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan

pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh

hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama

sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi

atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida

sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya.

Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal

ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil

pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani

menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut,

pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian.

Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang

penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak

mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh

pemerintah, akibatnya

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk

membunuh hama-hama tanaman.( Dalam konsep Pengendalian

Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen

pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:

Page 32: jurnal fisika lingkungan

* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti

komponen hayati

*   efisien untuk mengendalikan hama tertentu

*   meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan

*   tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai

* dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan,

labeling) harus memenuhi  persyaratan keamanan yang maksimum

*   harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut

*   sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota

*   relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)

*   harga terjangkau bagi petani.)

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi

sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida

masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat.

Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk

program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu

mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan

Page 33: jurnal fisika lingkungan

populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan

kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.

Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan

menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada

tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat

menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan

catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan

hasil 50 persen pada tanaman kapas.

Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat

diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan

bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana

penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha

intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan

berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas

unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan

perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya

problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha

ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru,

yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti

Page 34: jurnal fisika lingkungan

dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan

tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad

pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang

tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan,

kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya

yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang

tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih

berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang

disebabkan oleh jasad pengganggu.

 

(PEMBAHASAN)

(Kandungan Pestisida)

Sebagai daerah tropis, Indonesia kaya sumber daya alam yang bisa

dijadikan pengendali hama secara hayati. Tentu langkah ini lebih

ramah lingkungan ketimbang pengendali berbahan kimiawi

sintetik. Pestisida acap kali dituding sebagai perusak lingkungan.

Zat kimiawi buatan manusia ini mengandung efek yang

berbahaya. (Di Indonesia, perkembangan industri pestisida lebih

banyak didominasi oleh para pemegang pendaftaran). Mereka,

Page 35: jurnal fisika lingkungan

baik yang punya pabrik formulasi maupun tidak, sekaligus

memasarkan produknya.

(Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan

diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah perusahaan pemegang

pendaftaran pestisida terus bertambah. Saat ini, tak kurang dari

511 formulasi pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan beredar

untuk pertanian dan kehutanan. Umumnya berbahan bahan aktif

senyawa kimia sintetik.)

Dari angka tadi, lima puluh persennya dipakai untuk

mengendalikan serangga dan 24 persen membunuh jamur.

Sisanya sebagaipengendali gulma.

(Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu.

Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik

bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke

formulator lain.) Oleh formulator baru diberi nama. (Berikut ini

beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:

1. (Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible

concentrates)

Page 36: jurnal fisika lingkungan

Pestisida yang berformulasi cairan emulsi( meliputi pestisida yang

di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable

solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan

S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka

yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka

tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong

murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga

komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida

golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan

pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk

emulsi.

1. ( Butiran (granulars)

Formulasi butiran biasanya hanya (digunakan pada bidang

pertanian sebagai insektisida sistemik.) Dapat digunakan

bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur

awal.( Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan

aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta

bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25

Page 37: jurnal fisika lingkungan

persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh). Aplikasi pestisida

butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain.

(Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya

tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).)

1. (Debu (dust))

Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya (terdiri atas

bahan aktif dan zat pembawa seperti talek). Dalam bidang

pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan,

karena kurang efisien. (Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila

pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran

(tanaman).)

4.         (  Tepung (powder))

(Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas

bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek

(biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi

tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan

WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).)

1. (Oli (oil))

Page 38: jurnal fisika lingkungan

Pestisida formulasi oli biasanya dapat( dikenal dengan singkatan

SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan

larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat

digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan

menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada

tanaman kapas.)

1. 6.         (  Fumigansia (fumigant)

Pestisida ini (berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas,

bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya

digunakan di gudang penyimpanan.)

(Dosis Penggunaan Pestisida pada Tanaman)

Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu

tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping

merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan

hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat

timbulnya resistensi.

Page 39: jurnal fisika lingkungan

Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang

digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu

atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau

lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida

yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan

untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan

aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk

keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. (Besarnya suatu

dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.

(Sebelum membeli, baca dahulu kegunaan dari pestisida tersebut

pada labelnya. )Ada jenis pestisida yang khusus diperuntukkan

untuk hama tertentu saja (selective pesticide). Jika dipakai untuk

hama lainnya mungkin tidak akan efektif. Pilih yang sesuai

dengan keperluannya.

(Sebelum mencampur, ukur takaran secara akurat sesuai dosis

pada petunjuk pemakaiannya.) Jika seharusnya 1 sendok teh

untuk 1 liter air misalnya, jangan ditambah menjadi 2 sendok

teh dengan maksud agar lebih ampuh. Hama tentunya tetap akan

mati, tetapi juga akan mempengaruhi/membahayakan yang lain

Page 40: jurnal fisika lingkungan

seperti tanaman yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya

(manusia dan hewan).

(Sebelum menggunakannya, periksa dengan seksama waktu,

kondisi lingkungan, target dll.Jangan menggunakannya pada

siang hari karena akan membakar daun, jangan lakukan pada

saat anak-anak sedang berada pada lingkungan tersebut, dll.)

(Sebelum melakukan penyemprotan, gunakan pelindung seperti

yang tertera pada label,) seperti : sarung tangan, kacamata,

pakaian khusus, dll.

(Sebelum menyimpan atau membuang sisa bahan, ikuti petunjuk

cara penyimpanan dan pembuangan yang terdapat pada label.)

Jangan lupa untuk mencuci ber-ulang2 wadah/botol nya

sebelum dibuang ke tempat sampah.

(Buang air bekas cucian wadah tersebut ketempat yang aman

sesuai dengan petunjuk pada label.)

(Simpan pestisida :

jauh dari jangkauan anak2

Page 41: jurnal fisika lingkungan

o pada tempat aslinya (jangan dituang/dipindahkan ke

wadah lain).

o jauh dari binatang peliharaan.

o ditempat yang terkunci dan kering.

Setelah melakukan penyemprotan, jangan lupa untuk mencuci

tangan dengan sabun atau mandi untuk menghilangkan sisa-sisa

pestisida.

Ganti dan cuci dengan bersih pakaian dan peralatan lainnya

yang digunakan untuk penyemprotan.

Jika terjadi keracunan, segera lakukan tindakan sesuai dengan

petunjuk pada kemasan atau konsultasi dengan dokter.)

(Dampak yang Ditimbulkan bila Menyalahi  Aturan

Pemakaian  Pestisida)

(Kesalahan dalam memilih jenis pestisida berakibat tidak

efektifnya pestisida tersebut, misalnya OPT tidak terkendali dan

tanaman tidak “sembuh”. Hal ini mendorong pengulangan aplikasi

pestisida berkali-kali dalam jangka waktu pendek yang

Page 42: jurnal fisika lingkungan

dampaknya antara lain residunya tinggi, percepatan resistensi,

pemborosan, dan pencemaran lingkungan hidup.)

(Ditemukan bahwa sisa pemakaian pestisida dapat merusak

ekosistem air yang berada di sekitar lahan pertanian. )Mengapa

demikian? (Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa

air yang mengandung pestisida. air yang mengandung pestisida ini

akan mengalir melalui sungai atau aliran irigasi dan dapat

menyuburkan ganggang di perairan tempat sungai atau irigasi tadi

bermuara.

Dengan suburnya ganggang, dapat mengakibatkan cahaya

matahari sulit untuk masuk ke dalam danau. Ini mengakibatkan

hewan-hewan ataupun fitoplankton tidak mendapat cahaya. Jika

fitoplankton tidak mendapat cahaya, maka tidak akan dapat

berfotosintesis dan tidak dapat lagi menghasilkan makanan untuk

hewan-hewan air.)

Selain merusak ekosistem, (pestisida juga dapat mengganggu

kesehatan terutama kesehatan petani.) Dengan seringnya

menggunakan pestisida, maka kontak kulit dengan pestisida juga

akan semakin sering dan dapat (mengakibatkan iritasi kulit). (Atau

Page 43: jurnal fisika lingkungan

jika pestisida terhirup dan masuk paru-paru, dapat mengganggu

kesehatan pernafasan.)

Pada dasarnya penggunaan pestisida  merupakan alternatif terakhir

dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Bahkan

pemerintah telah menghilangkan subsidi atas pestisida dan

bersama-sama pihak swasta sering memberikan penyuluhan-

penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang baik dan benar.

(Penelitian lain juga menyebutkan bahwa resiko kanker pada

orang-orang yang merokok disebabkan oleh penggunaan pestisida

pada saat menanam tembakau.) Jika kita membandingkan orang-

orang zaman dahulu, walaupun mereka perokok, tetapi mereka

tetap sehat dan tidak mengalami penyakit kanker. Kemungkinan

ini disebabkan karena zaman dahulu belum digunakannya

pestisida saat menanam tembakau.

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad

pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan

dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan

hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah

tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia

Page 44: jurnal fisika lingkungan

dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang

perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan

serangga yang lain.

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian

jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja

dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan

pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek

samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan

lingkungan pada umumnya.

 

(Upaya Pemerintah dalam Mengatur Penggunaan Pestisida)

Saat ini( penggunaan pestisida di Indonesia harus memenuhi unsur

standar mutu yang ditetapkan Undang-Undang Tentang Sistem

Budidaya Tanaman No. 12 Tahun 1992). Sebab terkadang di

lapangan, marak beredar pestisida-pestisida yang kurang aman

bagi kesehatan ketika diaplikasikan. Untuk mencegah maraknya

hal tersebut, maka dibuatlah pasal-pasal yang mengatur tentang

peredaran pestisida yang aman. Dan tentunya, dalam pasal-pasal

tersebut ada peran serta pemerintah dalam mengawasi peredaran

Page 45: jurnal fisika lingkungan

serta penggunaan pestisida dengan menentukan standar mutu yang

aman bagi manusia dan lingkungan.

(Pada pasal 38 (1) disebutkan bahwa : Pestisida yang akan

diedarkan di dalam wilayah negara RI wajib terdaftar, memenuhi

standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan

lingkungan hidup, serta diberi label.)

Dalam hal ini, untuk menjamin kualitas dan mutu pestisida,

pestisida tersebut harus terdaftar di Komisi Pestisida dan

dilakukan pengujian mutu pestisida agar aman digunakan oleh

masyarakat Indonesia khususnya petani. Sedangkan efektivitas

yang dimaksud adalah kemampuan pestisida membunuh OPT

secara spesifik dan tepat sasaran terhadap OPT yang ingin

dibunuh.

(Pada pasal 38 (2) berbunyi : Pemerintah menetapkan standar

mutu pestisida sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan jenis

pestisida yang boleh diimpor.)

Hal ini terkait dalam tanggung jawab pemerintah atas keamanan

penggunaan pestisida bagi lingkungan. Kemudian ada( pasal 39

Page 46: jurnal fisika lingkungan

yang menyebutkan : Pemerintah melakukan pendaftaran dan

mengawasi pengadaan, peredaran, serta penggunaan pestisida.)

Pemerintah dalam hal ini melalui Menteri Pertanian membentuk

suatu komisi yang memberikan kebijakan tentang pendaftaran dan

uji kelayakan yang dinamakan Komisi Pestisida. KP ini yang

merupakan suatu lembaga non-struktural yang bertugas membantu

Menteri Pertanian dalam menentukan kebijakan pengelolaan

pestisida di Indonesia. Pestisida yang didaftarkan akan dicek

kembali oleh lembaga penguji yang telah diakreditasi oleh Komite

Akreditasi Nasional, BSN atau laboratorium uji mutu pestisida

yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian disampaikan kepada Dirjen

Bina Sarana Pertanian dalam waktu 7 hari kerja telah melakukan

evaluasi dengan menggunakan metode standar yang telah

ditetapkan oleh Dirjen BSP atas saran dan pertimbangan dari KP.

Setelah hal tersebut terpenuhi, barulah Menteri Pertanian dapat

memutuskan pemberian ijin peredaran pestisida di Indonesia

setelah mendapat masukan dan kebijakan teknis dari KP tersebut.

Sehingga pengguna pestisida bagi konsumen khususnya petani

Page 47: jurnal fisika lingkungan

terjamin keamanannya dan tentunya penggunaan pestisida itu

tidak merusak lingkungan.

 

(KESIMPULAN)

Penggunaan pestisida di lingkungna pertanian khususnya untuk

mengendalikan hama yang menyerang tanaman di persemaian dan

tanaman muda pada saat ini masih menimbulkan dilema.

(Penggunaan pestisida khususnya pestisida sintetis/kimia memang

memberikan keuntungan secara ekonomis, namun memberikan

kerugian diantaranya : Residu yang tertinggal tidak hanya pada

tanaman, tapi juga pada air, tanah dan udara. )Penggunaan secara

terus menerus akan mengakibatkan efek resistensi berbagai jenis

hama.

(Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah  memusnahkan

55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karena itu,

diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu

alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati

tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan

dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri pada dasarnya

Page 48: jurnal fisika lingkungan

kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan

alami terhaddap penganggunya.) Bahan pestisida yang berasal dari

tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di

tanah (biodegradable) dan tidak membahayakan  hewan, manusia

dan serangga non sasaran.

(Alternatif lainnya adalah penggunaan pestisida nabati. Pestisida

nabati  adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat

digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu

tumbuhan (PPT). Pestisida nabati ini berfungsi sebagai penolak,

penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.)

Pemerintah sudah gencar menerapkan pasal-pasal mengenai

penggunaan pestisida yang baik dan benar, dengan antara lain

memperketat pengeluaran izin distribusi pestisida bahkan telah

menghilangkan subsidi mengenai pestisida. Pemerintah juga lebih

giat untuk mencetak tenaga-tenaga penyuluh pertanian yang

handal, yang bisa mengajak para petani di Indonesia untuk lebih

memperhatikan komposisi yang tepat bagi penggunaan pestisida

yang ramah lingkungan, atau sebisa mungkin para petani tersebut

lebih dicerdaskan dalam  aspek pengenalan lingkungan sehingga

Page 49: jurnal fisika lingkungan

dapat memproduksi produk pertanian yang lebih mementingkan

kesehatan manusia sebagai konsumen utamanya juga hewan dan

lingkungan sekitarnya dibanding keuntungan pribadi ataupun

kelompok tertentu.

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pertanian

Provinsi Bengkulu yang telah memberikan kemudahan

mendapatkan informasi dalam penulisan jurnal ini. Ucapan

terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman satu

angkatan PSL yang telah banyak memberikan masukan dan

kritikan yang membangun sehingga menambah wawasan yang

sangat bernilai bagi penulis.

 

(DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 1987. Kelompok Resiko Tinggi

Keracunan Pestisida Anti Chlinesterase pada Para Petani. Medika

No. 10 Oktober 1987. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Page 50: jurnal fisika lingkungan

Atmosoeharjo, Suprapto. 1991. Suatu Upaya Pengendalian

Penggunaan Pestisida Melalui Pendekatan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM. Yogyakarta

Ardiwinanta, A.N, S.Y.Jatmiko, and E.S Harsanti. 1999.

Monitoring Residue at West Java, Proceeding for GreenHouse

Gasses emulsion Research & Increasing Rice Productivity in Law

and Rice research Station for Agricultral Environment

Preventation. Jakenan.

Direktorat Jenderal P2PM. 2003. Pedoman Penggunaan Pestisida.

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Djajadi., Sholeh, M dan Nunung Sudibyo. 2002. Jurnal Penelitian

Tanaman Industri Volume 8 No. 1 : Pengaruh Pupuk Organik dan

Anorganik ZA dan SP 36 terhadap Hasil dan Mutu Tembakau

Temanggung pada Tanah Andisol. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Faesal.,Najamuddin, A dan M. Akil. 2006. Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan Volume 25 No. 2 : Pengaruh Cara Pemberian

dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Hasil Biomas Tanaman

Page 51: jurnal fisika lingkungan

Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Bogor.

Handojo, D. 2009. Blog : Sedikit Tentang Pestisida. Dinas

Kesehatan Jawa Tengah. Semarang

Munaf, S. 1997.  Bahaya Pestisida. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta

Keputusan Menteri. 2002. Pengawasan Pupuk dan Pestisida.

Jakarta.

Keputusan Menteri Pertanian. 1997. Nomor

887/Kpts/OT.210/9/97 Tentang Pedoman Pengendalian OPT.

Jakarta.

Petani, E. 2010. Apa itu Pestisida. Distribusi Biotis Agrindo.

Jakarta.

Peraturan Menteri Perdagangan RI. 2008. Lampiran IV

Permenrindag Tanggal 24 Juni 2008. Jakarta.

Peraturan Pemerintah. 1995. PP  No. 6 Tahun 1995 tentang

Perlindungan Tanaman. Jakarta.

Page 52: jurnal fisika lingkungan

Soetikno S. Sastroutomo, M.Sc., D.Sc., Ir. 1992. Pestisida dan

Dampak Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Ilmiah. Jakarta.

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2011/07/24/kebijakan-

penggunaan-pestisida-pada-tanaman/)