JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50...

64
JURNAL FARMASINDO JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667 VOLUME 1 Nomor 1, Desember 2015 UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DENGAN METODE PENANGKAP RADIKAL DPPH (1,1- diphenyl-2-pikryhydrazyl) Hendra Budiman, M.Si.,Apt (1-5) FORMULASI SEDIAAN TABLET SALBUTAMOL SULFAT DENGAN VARIASI KONSENTRASI EXPLOTAB DENGAN METODE GRANULASI KERING Ricky Era Liudianto, M.Si.,Apt (7-12) ANALISIS PENILAIAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN IFRS RAWAT JALAN BERDASARKAN KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RAWAT JALAN RS BRAYAT MINULYA Umi Nafisah, MM.,Apt (13-26) ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT TERHADAP KINERJA KARYAWAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM YARSIS SURAKARTA Siti Ma’rufah, M.Sc.,Apt (27-34) PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH SERTA PENETAPAN KADAR FENOLIKNYA PADA TANAMAN Andrographis Paniculata (Burm.F.) Nees (SAMBILOTO) Praptanti Sinung AN.,M.Sc (35-42) PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MATOA (Pometia pinnata J.R. & G. Forst) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA Aptika Oktaviana T.D.,M.Si (43-55)

Transcript of JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50...

Page 1: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

JURNAL FARMASINDO

JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN ISSN : 2548-6667

VOLUME 1 Nomor 1, Desember 2015

i

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT BUAH BELIMBING MANIS

(Averrhoa carambola L.) DENGAN METODE PENANGKAP RADIKAL DPPH (1,1-

diphenyl-2-pikryhydrazyl)

Hendra Budiman, M.Si.,Apt (1-5)

FORMULASI SEDIAAN TABLET SALBUTAMOL SULFAT DENGAN VARIASI

KONSENTRASI EXPLOTAB DENGAN METODE GRANULASI KERING

Ricky Era Liudianto, M.Si.,Apt (7-12)

ANALISIS PENILAIAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN IFRS RAWAT JALAN

BERDASARKAN KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RAWAT JALAN

RS BRAYAT MINULYA

Umi Nafisah, MM.,Apt (13-26)

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT TERHADAP KINERJA KARYAWAN INSTALASI FARMASI RUMAH

SAKIT ISLAM YARSIS SURAKARTA

Siti Ma’rufah, M.Sc.,Apt (27-34)

PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH SERTA

PENETAPAN KADAR FENOLIKNYA PADA TANAMAN Andrographis Paniculata

(Burm.F.) Nees (SAMBILOTO)

Praptanti Sinung AN.,M.Sc (35-42)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MATOA (Pometia pinnata

J.R. & G. Forst) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT

PUTIH JANTAN (Mus musculus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA

Aptika Oktaviana T.D.,M.Si (43-55)

Page 2: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

ii

ISSN : 2548-6667

JURNAL

FARMASINDO

Penanggung Jawab:

Umi Nafisah, MM.,Apt

Ketua Dewan Editor

Praptanti Sinung Adi Nugroho.,M.Sc.

Editor Ahli

1. Hendra Budiman.,M.Si.,Apt

2. Riyan Setiyanto.,S.Farm.,Apt

Mitra Bestari

1. Dr. Haryoto.,M.Sc

(Fakultas Farmasi UMS)

2. Mufarrihah.,M.Sc.,Apt

(Fakultas Farmasi UNAIR)

Pelaksana Tata Usaha

UPPM Politenik Indonusa

Surakarta

PENGANTAR

Pembaca yang terhormat

Jurnal Farmasindo merupakan jurnal ilmiah

disiplin ilmu Farmasi dan kesehatan bersifat terbuka

yang memuat hasil penelitian. Jurnal ini diterbitkan

oleh Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa

Surakarta. Jurnal akan terbit 1 kali dalam setahun,

yakni bulan Desember.

Dalam terbitan Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 ini

memuat 6 artikel hasil penelitian. Artikel pertama Uji

Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat Buah

Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) Dengan

Metode Penangkap Radikal Dpph (1,1-Diphenyl-2-

Pikryhydrazyl) oleh Hendra Budiman., M.Si., Apt.

Artikel kedua Formulasi Tablet Salbutamol Sulfat

Dengan Variasi Konsentrasi Explotab dengan metode

granulasi kering oleh Ricky Era Liudianto., M.Si.,

Apt. Artikel ketiga Analisis Penilaian Motivasi Kerja

Karyawan IFRS Rawat Jalan Berdasarkan Kualitas

Pelayanan Kefarmasian di IFRS Rawat Jalan RS

Brayat Minulya oleh Umi Nafisah MM., Apt. Artikel

keempat Analisis Pengauh Gaya Kepemimpinan

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Terhadap

Kinerja Karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Yarsis Surakarta oleh Siti Ma’rufah, M.Sc., Apt.

Artikel kelima Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Dengan Metode DPPH Serta Penetapan Kadar

Fenoliknya pada Tanaman Andrographis Paniculata

(BURM.F.)Nees (Sambiloto) oleh Praptanti Sinung

AN., M.Sc. Artikel keenam Pengaruh Pemberian

Ekstrak Etanol 96% Daun Matoa (Pometia

Pinnata J.R. & G. Forst) Terhadap Penurunan

Kadar Glukosa Darah Mencit Putih Jantan (Mus

Musculus) Yang Diberi Beban Glukosa oleh

Aptika Oktaviana T.D., M.Si.

Ketua Dewan Editor.

Ketua Dewan Editor Jurnal FARMASINDO

Sekretariat UPPM Politeknik Indonusa Surakarta.

Kampus Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi No 31 Mangkuyudan Surakarta

Telp : 0271-743479

Fax : 0271-743479

Email ke: [email protected]

Page 3: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT BUAH BELIMBING

MANIS (Averrhoa carambola L.) DENGAN METODE PENANGKAP RADIKAL

DPPH (1,1-diphenyl-2-pikryhydrazyl) (Hendra Budiman., M.Si.,Apt)............................1

FORMULASI SEDIAAN TABLET SALBUTAMOL SULFAT DENGAN VARIASI

KONSENTRASI EXPLOTAB DENGAN METODE GRANULASI KERING (Ricky

Era Liudianto.,M.Si.,Apt)..................................................................................................7

ANALISIS PENILAIAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN IFRS RAWAT JALAN

BERDASARKAN KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RAWAT

JALAN RS BRAYAT MINULYA (Umi Nafisah, MM.,M.Sc.,Apt...............................13

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA INSTALASI

FARMASI RUMAH SAKIT TERHADAP KINERJA KARYAWAN INSTALASI

FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM YARSIS SURAKARTA (Siti Ma’rufah,

M.Sc.,Apt.........................................................................................................................27

PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH SERTA

PENETAPAN KADAR FENOLIKNYA PADA TANAMAN Andrographis Paniculata

(BURM.F) Nees (SAMBILOTO) (Praptanti Sinung AN,

M.Sc)...............................................................................................................................35

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MATOA (Pometia

pinnata J.R. & G. Forst) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH

MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA

(Aptika Oktaviana T.D.,M.Si).........................................................................................43

Page 4: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

1

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan

yang beriklim tropis. Beberapa keuntungan

negara yang memiliki iklim tropis adalah

memiliki curah hujan yang tinggi, kaya akan

fauna dan flora yang menyebabkan

keanekaragaman hayati melimpah. Salah

satunya adalah keanekaragaman hayati tingkat

gen tumbuhan yaitu sayuran, bunga dan buah-

buahan. Antioksidan merupakan senyawa

pemberi elektron (elektron donor) yang

memiliki berat molekul kecil.

Antioksidan mampu mengaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara

mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan

juga merupakan senyawa yang dapat

menghambat reaksi oksidasi dengan cara

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat

reaktif (Winarsi, 2007). Sejauh ini, masih jarang

dilakukan penelitian tentang antioksidan dengan

kombinasi dua bahan secara bersamaan.

Kombinasi ini diharapkan dapat menjadi

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT

BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DENGAN METODE

PENANGKAP RADIKAL DPPH

(1,1-diphenyl-2-pikryhydrazyl)

HENDRA BUDIMAN [email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) yang memiliki berat

molekul kecil, tetapi mampu mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah

terbentuknya radikal. Salah satu sumber makanan yang diduga mengandung antioksidan adalah

belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dan buah jambu biji (Psidium guajava L.). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi fraksi etil asetat buah belimbing manis dan buah jambu

biji terhadap efektivitas antioksidan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Buah belimbing

manis dan jambu biji dimaserasi metanol dan dilanjutkan dengan fraksinasi bertingkat menggunakan n-

heksan dan etil asetat sampai didapatkan fraksi etil asetat kental. Penentuan aktivitas antioksidan

dilakukan dengan metode DPPH. Data absorbansi yang didapat digunakan untuk mencari nilai %

inhibisi yang dianalisis secara statistik menggunakan Two Way Anova. Kombinasi fraksi etil asetat

selalu diawali dengan buah jambu biji (Psidium guajava L.) dan buah belimbing manis (Averrhoa

carambola L.). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan kombinasi lebih baik

dibandingkan dengan fraksi etil asetat bentuk tunggalnya. Aktivitas antioksidan kombinasi 1:2, 1:1, 2:1

berturut-turut dengan nilai IC50 49,37 ppm, 51,39 ppm, 60,94 ppm sedangkan fraksi etil asetat tunggal

belimbing manis dengan nilai IC50 54.00 ppm dan fraksi etil asetat jambu biji dengan nilai IC50 86,84

ppm.

Kata kunci : Antioksidan, Belimbing manis, Jambu biji, DPPH

Page 5: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 2

alternatif yang mudah didapat dan lebih efektif

dalam melindungi radikal bebas.

BAHAN DAN METODE

Bahan : buah belimbing manis (Averrhoa

carambola L.) 6 kg, buah jambu biji (Psidium

guajava L.) 6 kg, metanol, etanol p.a, aquabides,

n-heksan, etil asetat, kristal vitamin C, kristal

DPPH.

Alat : blender, bejana stainles still, kain saring,

rotary evaporator vaccum, neraca analitik,

alumunium foil, botol vial, mikropipet, blue tip,

yellow tip, Spektrofotometri UV-Vis.

METODE

Penyiapan Bahan

Buah belimbing manis yang digunakan

diambil di kebun buah Mangunan, Imogiri,

Bantul, Yogyakarta dan buah jambu biji yang di

ambil di kebun buah jambu biji daerah Klaten

Penyarian

Buah belimbing manis dan buah jambu

bisi masing-masing 6 kg yang sudah dipanen di

sortasi basah, dicuci, dirajang kemudian

diblender kasar. Daging buah yang sudah

diblender dimaserasi metanol 15 L selama 5

hari. Maserat kemudian di evaporasi dengan

rotary evaporator vaccum hingga didapat ekstrak

kental.

Masing-masing ekstrak kental

disuspensi dengan aquades kemudian

difraksinasi bertingkat. Fraksinasi pertama

dengan n-heksan 3x (1 kalinya 100 ml) dan

dilanjutkan dengan fraksi etil asetat 4x (1

kalinya 100 ml). Hasil fraksinasi kemudian

diuapkan sampai didapatkan fraksi etil asetat

kental.

Uji aktivitas antioksidan

Sejumlah larutan sampel belimbing

manis (Averrhoa carambola L.), jambu biji

(Psidium guajava L.) dan vitamin C ditempatkan

dalam labu 10 ml. Kemudian dilarutkan dalam

10 mL etanol p.a. dan ditambahkan 1 ml DPPH

0,15 mM, tambahkan etanol p.a sampai tanda

batas, sonikator selama 15 menit.

Absorbansi sampel dihitung terhadap

blangko dan diukur pada panjang gelombang

maksimum 519.8 dan dibaca selama operating

time pada menit ke 45. Absorbansi sampel yang

didapat dihitung % inhibisinya dengan rumus :

Nilai % inhibisi yang didapat digunakan

untuk mencari kurva persamaan regresi linier %

inhibisi (sumbu x) dan konsentrasi (sumbu y).

Nilai IC50 dihitung dari persamaan regresi linier.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi

Metode maserasi dipilih untuk

mencegah kerusakan zat yang tidak tahan

terhadap pemanasan. Maserasi dilakukan dengan

pelarut metanol 80 %. Maserat hasil maserasi

yang didapatkan diuapkan dengan rotary

evaporator vaccum merk Heidolph pada suhu

70-80˚C hingga pelarut metanol menguap.

Tujuan dari evaporasi yaitu untuk menguapkan

pelarut metanol sehingga hanya tersisa senyawa

aktif atau ekstrak yang masih bercampur dengan

air karena prinsip dari alat vacuum rotary

evaporator adalah dengan adanya penurunan

tekanan udara maka titik didih larutan akan

semakin menurun. Penurunan titik didih akan

mempercepat penguapan pelarut metanol.

Ekstrak belimbing manis dihasilkan ekstrak

kental sebanyak 13.35 gr, warna coklat

kekuningan dan buah jambu biji dihasilkan

ekstrak kental sebanyak 15 gr, warna coklat

kehijauan.

Fraksinasi

Fraksinasi dilakukan bertingkat dengan

pelarut n-heksan, kemudian dilanjutkan dengan

pelarut etil asetat. Masing-masing ekstrak kental

yang sudah didapat disuspensi dengan aquadest

dengan volume 100 ml, hasil suspensi yang

didapat difraksinasi dengan menggunakan

pelarut n-heksan dalam corong pisah. Pelarut n-

heksan digunakan untuk menarik senyawa non

polar yang terkandung dalam ekstrak. Fraksinasi

dengan n-heksan dilakukan sebanyak 3 kali,

Page 6: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 3

setiap kalinya dengan 100 ml n-heksan.

Fraksinasi dihentikan saat pelarut n-heksan

berwarna jernih yang menunjukkan semua zat

sudah tersari.

Pada proses fraksinasi jambu biji terjadi

pemisahan yang tidak maksimal yaitu

terbentuknya emulsi, emulsi terjadi karena

pengojogan yang terlalu kuat sehingga sebagian

fraksi n-heksan masih tercampur dengan fraksi

air. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan

pengojogan pelan dan berulang sehingga fraksi

etil asetat terpisah dengan fraksi air. Fraksi n-

heksan dipisahkan dalam wadah tersendiri dan

fraksi air selanjutnya difraksinasi lagi

menggunakan pelarut etil asetat.

Pada proses fraksinasi dilakukan

sebanyak 4 kali, tiap kalinya dengan 100 ml etil

asetat dan dihentikan saat fraksi etil asetat sudah

berwarna jernih. Pada fraksinasi buah belimbing

manis dengan etil asetat terbentuk emulsi. Hasil

rendemen fraksi, uji oranoleptis dan uji kadar air

dapat dilihat pada tabel 1,2 dan 3.

Tabel 1. Rendemen fraksi etil asetat

Fraksi etil

asetat

Buah

segar

(kg)

Ekstrak kental

fraksi etil

asetat (gr)

Rendemen %

Belimbing

manis

6 3, 478 0, 058

Jambu

biji

6 2, 760 0, 046

Tabel 2. Uji organoleptis fraksi etil asetat

Sampel

fraksi etil

asetat

Warna Bentuk Aroma

Belimbing

manis

Coklat

kekuningan

Pasta khas buah

Jambu biji Hijau

kecoklatan

Pasta khas buah

Tabel 3. Uji kadar air fraksi

Sampel fraksi etil

asetat

Kadar air (%)

Belimbing manis 24,03

Jambu biji 8,10

Data diatas menunjukkan bahwa kadar

air fraksi buah belimbing manis lebih tinggi

yaitu 24,03% sedangkan fraksi etil asetat buah

jambu biji 8,10%. Dimana kadar air normal

fraksi adalah <10%. Tingginya kandungan kadar

air dalam belimbing manis disebabkan karena

buah segar belimbing manis memiliki

kandungan air yang sangat tinggi sehingga

mempengaruhi hasil fraksinasi yang didapat.

Uji aktivitas antioksidan

Uji aktivitas antioksidan bertujuan untuk

mengetahui aktivitas antioksidan pada fraksi etil

asetat buah belimbing manis dan buah jambu

biji fraksi tunggal dan aktivitas antioksidan

kombinasi dengan perbandingan fraksi etil asetat

yaitu dengan perbandingan (1:1), (1:2), dan (2:1)

dengan masing-masing perbandingan dilakukan

seeri konsentrasi sebanyak 5 variasi (20, 40, 60,

80, 100 ppm). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode DPPH

Pengukuran absorbansi dilakukan pada

panjang gelombang maksimum 519,8 nm dan

dibaca pada operating time menit ke 45. Hasil

uji aktivitas antioksidan dapat dilihat pada tabel

4.

Tabel 4. Hasil uji aktivitas antioksidan

Sampel

Hasil nilai IC50

(ppm)

Aktivitas

antioksidan

Sangat kuat <50

Kuat 50-100

Sedang 100-150

Lemah >150

Vitamin C 4,00 Sangat kuat

(0:1) 54,00 Kuat

(1:0) 86,84 Kuat

(1:2) 49,37 Sangat Kuat

(1:1) 51,39 Kuat

(2:1) 60,94 Kuat

Kontrol positif digunakan dalam

penelitian ini adalah vitamin C. Kurva regresi

linier dihasilkan dari memasukkan konsentrasi

dan % inhibisi sehingga didapatkan persamaan

Page 7: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 4

regresi linier. Kurva regresi linier dapat dilihat

pada gambar 1.

Gambar 1.

Kurva regresi linier vitamin C

Dari kurva diatas didapatkan persamaan

regresi linier yaitu y=6,81x+22,73. Dari

persamaan tersebut digunakan untuk mencari

nilai IC50 sehingga nilai IC50 vitamin C adalah

4.00 ppm.

Gambar 2.

Kurva regresi linier belimbing manis

Kurva diatas menunjukkan hasil regresi

linier dari fraksi etil asetat buah belimbing

manis. Semakin tinggi konsentrasi fraksi etil

asetat buah belimbing manis maka semakin

tinggi kemampuan peredaman radikal bebas.

Persamaan regresi yang didapatkan adalah

y=0,596x+19,27 sehingga nilai IC50 yang

didapatkan adalah 54,00 ppm yang berarti fraksi

etil asetat buah belimbing manis mempunyai

aktivitas antioksidan yang kuat.

Gambar 3.

Kurva regresi linier buah jambu biji

Nilai IC50 dihitung dengan persamaan

regresi linier dengan memasukkan persen

inhibisi dan konsentrasi pada suatu rumus

sehingga didapatkan persamaan y=0,486x+7,794

sehingga diperoleh nilai IC50 pada fraksi etil

asetat tunggal buah jambu biji adalah 86,84

ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi etil

asetat buah jambu biji tunggal tergolong

antioksidan yang kuat.

Setelah dilakukan pengujian antioksidan

tunggal kemudian dilanjutkan dengan uji

aktivitas antioksidan kombinasi. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui dan membandingan

nilai aktivitas antioksidan lebih baik antara

fraksi etil asetat tunggal dan fraksi etil asetat

kombinasi. Perbandingan fraksi etil asetat selalu

diawali dengan fraksi jambu biji dan bagian dua

dalah fraksi belimbing manis. Hasil kurva

regresi linier dapat dilihat pada gambar 4,5 & 6.

Gambar 4

Kurva regresi linier (1:1)

Kombinasi perbandingan (1:1) terdiri

dari 1 bagian fraksi etil asetat buah jambu biji

dan fraksi etil asetat buah belimbing manis. Dari

kurva diatas didapatkan persamaan regresi linier

y=0,524x+23,07 sehingga diperoleh nilai

aktivitas antioksidan sebesar 54,68 ppm yang

tergolong dalam antioksidan kuat.

Gambar 5.

Kurva regresi linier (1:2)

Kurva hubungan perbandingan (1:2)

membentuk kurva regresi linier dengan

persamaan y=0,511x+24,77 sehingga memiliki

aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan

nilai IC50 49,37.

Gambar 6.

Kurva regresi linier (2:1)

Page 8: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 5

Kombinasi dengan perbandingan (2:1)

menghasilkan persamaan regresi linier

y=0,538x+17,21 sehingga didapatkan nilai IC50.

60,94 ppm.

Hasil pengujian fraksi etil asetat

kombinasi dengan berbagai perbandingan

ternyata aktivitas antioksidan kombinasi

memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi

dari kemampuan fraksi etil asetat

tunggalnya.Aktivitas antioksidan yang sangat

kuat yaitu kombinasi fraksi etil asetat dengan

perbandingan (1:2) dengan nilai IC50 yang

didapatkan adalah 49,37 ppm, diikuti dengan

kombinasi fraksi etil asetat dengan perbandingan

(1:1) dengan nilai IC50 yang didapatkan adalah

51,39 ppm yang memiliki aktivitas antioksidan

tergolong kuat dan selnjutnya kombinasi fraksi

etil asetat dengan perbandingan (2:1) dengan

nilai IC50 yang didapatkan adalah 60,94 pmm

yang menunjukkan aktivitas antioksidan yang

tergolong kuat.

Pada penelitian ini hasil aktivitas

antioksidan masih tergolong dengan nilai yang

besar dan tergolong antioksidan kuat (50-100

ppm). Hal ini disebabkan oleh suhu yang tinggi

pada saat proses evaporasi dimana suhu

evaporasi (70-80˚C) melebihi titik didih metanol

(64-65˚C) sehingga menyebabkan senyawa aktif

yang terkandung dalam sampel seperti flavonoid

teroksidasi dan teruai. Selain itu, pada saat

proses fraksinasi dengan pelarut n-heksan buah

jambu biji dan fraksi etil asetat buah belimbing

manis terjadi emulsi yang agak sulit dipisahkan

yang disebabkan karena pengojogan yang kuat.

Emulsi dapat terjadi karena adanya kandungan

saponin didalam sari metanol (Matsuda et al.,

2001) sehingga kemungkinan senyawa yang

seharusnya larut dalam pelarut n-heksan dan etil

asetat sebagian tersari kedalam fraksi air. Hal

ini terlihat dari meningkatnya volume fraksi air

yang didapatkan.

KESIMPULAN

1. Aktivitas antioksidan kombinasi fraksi etil

asetat buah belimbing manis (Averrhoa

carambola L.) dan buah jambu biji (Psidium

guajava L.) lebih baik dibandingkan dengan

fraksi etil asetat bentuk tunggalnya.

2. Perbandingan kombinasi fraksi etil asetat

menunjukkan nilai aktivitas antioksidan. Hal

ini terlihat dari hasil fraksi etil asetat

kombinasi perbandingan 1:2 yaitu dengan

nilai IC50 49,37 ppm yang tergolong sangat

kuat dilanjutkan dengan perbandingan 1:1

yaitu 51,39 ppm yang tergolong kuat dan

perbandingan 2:1 yaitu 60,94 ppm yang

tergolong kuat sedangkan fraksi etil asetat

tunggal belimbing manis dengan nilai IC50

54.00 yang tergolong kuat dan fraksi etil

asetat jambu biji dengan nilai IC50 86,84 yang

tergolong antioksidan kuat.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tidak

hanya fraksi etil asetat, melaikan ekstrak,

fraksi n-heksan dan fraksi air

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang aktivitas antioksidan kombinasi

dengan menggunakan bahan yang berbeda.

3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya

benar-benar memperhatikan untuk suhu dan

cara kerja pada saat pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman

Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup.

Jakarta : Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia.

Fessenden, J. 1982. Kimia Organik. Edisi ke-4.

Jilid II. Jakarta : Erlangga

Matsuda et al. 2001. Phytoestrogens from the

roots of Polygonum cuspidatum

(Polygonaceae): structure-requirement

of hydroxyanthraquinones for

estrogenic activity. Bioorganic &

Medicinal Chemistry Letters. 11.

1839-1842.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal

Bebas. Yogyakarta : PT Kanisius.

Page 9: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 6

Page 10: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 7

PENDAHULUAN

Asma atau bengek merupakan penyakit

kronik saluran napas yang memerlukan

pengobatan dalam jangka waktu tertentu dan

cukup lama. Pasien asma memiliki kepekaan

saluran pernapasan yang berlebih sehingga mudah

bereaksi dengan zat yang masuk ke saluran napas.

Reaksi terhadap benda asing berupa penyempitan

saluran napas, ditandai dengan dada terasa berat,

mengi dan batuk tersengal-sengal. Gejala-gejala

asma menimbulkan gangguan aktivitas sehari-

hari, penurunan kualitas hidup, peningkatan biaya

kesehatan, bahkan kematian (Depkes, 2007).

Salah satu obat asma adalah salbutamol.

Salbutamol merupakan obat asma yang

sangat efektif untuk mencegah maupun

meniadakan serangan asma. Salbutamol salah satu

derivat isoprenalin yang merupakan adrenergik

pertama dengan daya lebih kurang spesifik

reseptor-β2 pada dosis biasa. Waktu paruh

salbutamol relatif pendek yaitu 4-6 jam, maka

pasien harus mengkonsumsi obat tersebut dengan

frekuensi yang cukup sering. Dosis oral

salbutamol 3-4 kali sehari 2-4 mg (Tjay dan

Rahardja, 1978).

FORMULASI SEDIAAN TABLET SALBUTAMOL SULFAT DENGAN

VARIASI KONSENTRASI EXPLOTAB DENGAN METODE GRANULASI

KERING

RICKY ERA LIUDIANTO [email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakartaa

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Salbutamol merupakan salah satu obat asma yang efektif untuk mencegah maupun meniadakan

serangan asma. Salbutamol pada penelitian ini dibuat dalam sediaan tablet, karena untuk memudahkan

masyarakat dalam penggunaannya. Untuk mendukung sediaan tablet dibutuhkan bahan pengikat dan

penghancur .Bahan pengikat dan penghancur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Polivinil

pirolidon dan Explotab.

Sediaan tablet salbutamol dibuat dengan Variasi explotab berbagai konsentrasi. Analisis statistik

dilakukan dengan metode Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan program

SPSS 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salbutamol dapat dibuat sediaan tablet dengan

menggunakan bahan pengikat polivinil pirolidon danpeng hancur explotab. Dari uji waktu hancur

menunjukkan bahwa formula I memberikan hasil yang paling baik diabandingkan dengan formula II dan

formula III.

Kata kunci: Tablet, Salbutamol, Polivinil pirolidon, Explotab, Granulasi kering.

Page 11: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 8

Salbutamol pada penelitian dibuat dalam

bentuk sediaan tablet. Tablet merupakan sediaan

obat yang paling banyak digunakan serta digemari

masyarakat. Hal ini disebabkan karena mudah

dalam penggunaanya, stabil dalam penyimpanan

dengan jangka waktu yang cukup lama, ketapatan

dosis yang lebih terjamin serta harganya yang

relatif murah (Voigt, 1994). Pembuatan tablet

salbutamol memerlukan bahan tambahan yang

meliputi bahan pengisi, bahan pengikat, bahan

penghancur, dan bahan pelicin. Salah satu bahan

tambahan yang berperan penting adalah bahan

pengikat dan bahan penghancur. Bahan pengikat

yang digunakan pada penelitian ini adalah

Polivinil pirolidon (PVP), dan bahan penghancur

yang digunakan adalah Explotab.

Polivinil pirolidon merupakan bahan

pengikat yang berwarna putih, tidak berbau, tidak

berasa, bersifat higroskopis, dapat berfungsi

sebagai disintegrant, serta dapat membantu

disolusi. Menurut Banker dan Anderson (1986)

Polivinil pirolidon dapat digunakan dalam bentuk

larutan dalam air maupun alkohol, Polivinil

pirolidon juga sebagai pengikat kering. Granul

dengan Polivinil pirolidon mempunyai sifat alir

yang baik, sudut diam minimum, serta

menghasilkan fines lebih sedikit dan daya

kompaktibilitas yang lebih baik (Ridhani, 2013).

USP (1985) menjelaskan bahwa explotab

merupakan bahan penghancur yang berwarna

putih, tidak berbau, tidak berasa dan merupakan

serbuk yang mudah mengalir (free Flowing).

Kelarutan 2% b/v dalam air dingin membentuk

dipersi, tidak larut dalam alkohol (Triyono, 2012).

Explotab juga disebut sodium starch glycolate

atau primogel yang merupakan garam sodium dari

karboksiimetil amilum yang berasal dari amilum

solani. Explotab merupakan salah satu super

disintegrant yang efektif dalam pembuatan tablet

secara granulasi maupun cetak langsung. Bahan

penghancur ini sangat baik karena kemampuan

mengembangnya yang cukup besar sehingga

dapat membantu proses pecahnya tablet (Edge

and Miller, 2006).

METODE PENELITIAN

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

sediaan tablet salbutamol yang dibuat dengan

kombinasi bahan pengikat Polivinil pirolidon dan

Explotab.

Sampel yang digunakan pada penelitian

ini adalah sejumlah sediaan tablet salbutamol

yang dibuat dengan kombinasi Polivinil pirolidon

sebagai bahan pengikat dan Explotab sebagai

bahan penghancur dengan kombinasi Polivinil

pirolidon 5% dan Explotab 3%, Polivinil

pirolidon 4% dan Explotab 4% , serta Polivinil

pirolidon 3% dan Explotab 5%.

Variabel Penelitian

Identifikasi variabel utama

Variabel utama adalah kombinasi

Poliviniil pirolidon sebagai bahan pengikat dan

Explotab sebagai bahan penghancur terhadap

mutu fisik tablet salbutamol.

Klasifikasi variabel utama

Variabel bebas adalah variabel yang

sengaja dirancang untuk diteliti pengaruhnya

terhadap variabel tergantung. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah sediaan tablet

salbutamol yang dibuat dengan kombinasi

Polivinil pirolidon dan Explotab dengan

perbandingan konsentrasi Polivinil pirolidon 5%

dan Explotab 3%, Polivinil pirolidon 4% dan

Explotab 4%, Polivinil pirolidon 3% dan Explotab

5%

Variabel tergantung merupakan variabel

yang dianggap berpengaruh selain variabel bebas.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah

keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan

waktu hancur tablet salbutamol.

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini

adalah mesin tablet single punch, hardnes tester,

friabilation tester, disintegration tester, neraca

Page 12: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 9

analitik, stop watch, mortir, stamper, jangka

sorong, blender, dan alat penunjang lainnya.

Bahan

Zat aktif yang digunakan pada penelitian

ini adalah Salbutamol. Bahan pengikat yang

digunakan adalah Polivinil pirolidon, dan untuk

bahan penghancur yang digunakan adalah

Explotab, serta untuk bahan tambahan lainnya

yang digunakan yaitu laktosa, Mg stearat dan

aqudest.

Jalannya Penelitian

Formulasi sediaan tablet

Sediaan tablet salbutamol dibuat secara

granulasi basah dengan bahan pengikat Polivinil

pirolidon dan bahan penghancur Explotab dengan

formula sebagai berikut:

Tabel 2. Rancangan Formulasi tablet salbutamol

Komposisi

tiap tablet

Formula (mg)

F1 F2 F3

(3%:5%) (4%:4%) (5%:3%)

Salbutamol 4 4 4

Explotab 10 8 6

Polivinil

pirolidon

6 8 10

Mg stearat 2 2 2

Laktosa 178 178 178

Berat tablet 200 200 200

Keterangan: F I Polivinil pirolidon 3% : Explotab 5%

F II Polivinil pirolidon 4% : Explotab 4%

F III Polivinil pirolidon 5% : Explotab 3%.

Pembuatan granul

Salbutamol, explotab, polivinil pirolidon

dan laktosa dimasukkan kedalam alat pencampur,

ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit,

diaduk hingga homogen dan massa siap

digranulasi. Massa yang terbentuk diayak dengan

ayakan no 16 kemudian dioven hingga kering.

Granul yang telah kering diayak dengan ayakan

no 18, kemudian ditambah Mg stearat dan

dicampur hingga homogen.

Pengempaan tablet

Granul yang telah diuji sifat fisiknya

kemudian dikempa dengan menggunakan mesin

tablet single punch sesuai dengan berat tablet

yang telah ditentukan dalam formula.

Metode Analisis

Sediaan tablet salbutamol yang telah diuji

sifat fisiknya yang meliputi uji: keseragaman

bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur,

kemudian dilakukan evaluasi dengan

membandingkan persyaratan yang terdapat pada

pustaka dengan hasil pengujian yang telah

dilakukan. Analisis statistik dilakukan dengan

metode Anova one way dengan taraf kepercayaan

95% dengan menggunakan program SPSS 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul

Pengujian kualitas granul dilakukan pada

granul yang telah dikeringkan. Pembuatan granul

sangat berpengaruh terhadap proses pentabletan

dan mutu fisik tablet agar memenuhi persyaratan

sehingga dapat menghasilkan mutu fisik tablet

yang baik. Pengujian yang biasa dilakukan untuk

mengetahui mutu fisik granul yaitu waktu alir dan

susut pengeringan.

Waktu alir granul

Waktu alir merupakan parameter sifat alir

yang nantinya akan berpengauh pada proses

pentabletan. Semakin kecil harga waktu alir maka

sifat alirnya akan semakin baik. Hasil

pengamatan waktu alir granul dapat dilihat

pada tabel 3 dan lampiran 5.

Page 13: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 10

Tabel 3. Hasil uji waktu alir granul

Formula Konsentrasi PVP :

Explotab

Waktu alir

(detik) ± SD

I 3% : 5% 6,895 ±

0,5081

II 4% : 4% 5,162 ±

0,4201

III 5% : 3% 4,743 ±

0,5603

Berdasarkan pemeriksaan waktu alir diperoleh

hasil sebagai berikut: penggunaan polivinil

pirolidon dan explotab dengan perbandingan

konsentrasi 3% : 5% mempunyai waktu alir

(6,895 ± 0,5081 detik); penggunaan polivinil

pirolidon dan explotab dengan perbandingan

konsentrasi 4% : 4% mempunyai waktu alir

(5,162 ± 0,4201 detik); penggunaan polivinil

pirolidon dan explotab dengan perbandingan

konsentrasi 5% : 3% mempunyai waktu alir

(4,743 ± 0,5603 detik).

Hasil pemeriksaan uji waktu alir granul

ketiga formula dengan perbedaan konsentrasi

antara bahan pengikat polivinil pirolidon dengan

bahan penghancur explotab memenuhi

persyaratan. Hasil uji ini menunjukan bahwa

waktu alir granul dibawah 10 detik untuk setiap

100 gram granul. Formula III mempunyai waktu

alir yang paling baik dibandingkan dengan

formula I dan II, karena formula III mengandung

lebih banyak bahan pengikat Polivinil pirolidon.

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi

konsentrasi bahan pengikat maka waktu alir

semakin cepat.

Hasil uji statistik anova terhadap waktu

alir granul menunjukan bahwa penggunaan bahan

pengikat polivinil pirolidon dan bahan

penghancur Explotab memberikan nilai

signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,016 yang

berarti hasil ada beda yang bermakna pada taraf

kepercayaan 95%. Hasil uji statistik scheffe

menunjukkan bahwa formula I dengan formula II

dan formula III memberikan nilai signifikansi

kurang dari 0,05 yaitu 0,000 yang berarti hasil

dari formula I dengan formula III dan formula II

ada beda yang bermakna, ini dikarenakan

perbedaan konsentrasi bahan pengikat polivinil

pirolidon antara formula I dengan formula II dan

formula III. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 5.

Susut pengeringan

Susut pengeringan granul dilakukan

setelah granul siap untuk ditablet dengan

menimbang 2 gram granul kemudian dimasukkan

dalam alat moisture balance ditunggu hingga

bobot konstan. Hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa susut pengeringan granul

LOD dapat dilihat pada tabel 4 dan lampiran 6.

Table 4. Hasil uji susut pengeringan

A. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

Granul yang telah diuji sifat fisiknya

dan telah memenuhi persyaratan, kemudian

dilakukan pencetakan dengan menggunakan

Formula Konsentrasi

PVP : Explotab

Susut

pengeringan

granul

LOD (%)

I

II

III

3 % : 5%

4 % : 4%

5 % : 3%

4,00 %

4,50 %

3,50 %

Page 14: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 11

mesin pencetak tablet. Tablet yang telah dibuat,

kemudian dilakukan pengujian terhadap kualitas

tablet meliputi keseragaman bobot.

Keseragaman bobot.

Keseragaman bobot dilakukan

berdasarkan atas banyaknya penyimpangan bobot

tablet rata-rata yang masih diperbolehkan menurut

persyaratan yang ditentukan. Variasi bobot tablet

dipengaruhi oleh distribusi ukuran granul dan

sifat alir granul. Hasil pemeriksaan keseragaman

bobot tablet dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji keseragaman bobot

Formula Konsentrasi

PVP :

Explotab

Bobot

tablet (mg)

± SD

CV (%)

I 3% : 5% 199,45 ±

2,0384

1,02%

II 4% : 4% 202,60 ±

2,1254

1,04%

III 5% : 3% 200,60 ±

2,0875

1,04%

Berdasarkan pengujian keseragaman

bobot diperoleh hasil sebagai berikut: penggunaan

polivinil pirolidon dan explotab dengan

konsentrasi 3% : 5% mempunyai bobot (199,45 ±

2,0384 ); penggunaan polivinil pirolidon dan

explotab dengan konsentrasi 4% : 4% mempunyai

bobot (202,60 ± 2,1254); penggunaan polivinil

pirolidon dan explotab dengan konsentrasi 5% :

3% mempunyai bobot (200,60 ± 2,0875).

Hasil pemeriksaan keseragaman bobot

tablet salbutamol dengan perbandingan

konsentrasi bahan pengikat polivinil pirolidon dan

penghancur explotab menunjukkan hasil yang

baik karena koefisien variasi kurang dari 7,5%

dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang

kurang lebih 15% dari bobot rata-rata. Hal ini

dikarenakan granul memiliki sifat alir yang baik

sehingga pengisisan ruang kompresi konstan dan

menghasilkan berat tablet yang seragam.

Hasil uji statistik anova terhadap

keseragaman bobot tablet dengan kombinasi

konsentrasi bahan pengikat polivinil pirolidon dan

bahan penghancur explotab dengan perbandingan

konsentrasi 3% : 5%, 4% : 4% dan 5% : 3%

memberikan nilai signifikansi di atas 0,05 yaitu

0,277, yang berarti hasil tidak ada beda yang

bermakna pada taraf kepercayaan 95 %.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan

hasil penelitian dan data statistik terhadap uji sifat

fisik tablet adalah:

Salbutamol dapat dibuat menjadi sediaan tablet

dengan bahan pengikat polivinil pirolidon dan

bahan penghancur explotab yang memenuhi

persyaratan mutu fisik menurut Farmakope

Indonesia dan pustaka lainnya.

SARAN

Saran dari penulis untuk penelitian

pembuatan sediaan tablet salbutamol dengan

perbandingan konsentrasi polivinpirolidon dan

explotab adalah:

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang

pembuatan tablet salbutamol dengan metode yang

berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Banker, G.S., and Anderson, N.R. 1986. Tablet In

Lachman. L, Lieberman, H.A., Kaning, J.L.

Teori dan Praktek Farmasi Industri.

Diterjemahkan oleh Sutami, S., Aisyah L.

Vol II. Edisi III. University Press. Jakarta.

Hlm 231-235, 241-244.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Direktorat Bina

Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:

Hlm 27-30.

Edge and Miller. 2006. sodium strach glycolate.

In rowe, RC Sheskey, PJ and owen SC(Eds),

Page 15: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 12

Handbook of pharmaceutical Exipients. 5th

Ed. London : Pharmceutical Press. Hlm 701-

703.

Ridhani, M.J. 2013. Formulasi Sediaan Kapsul

Kulit Apel Rome Beauty (Malussylvestris,

Mill) Sebagai Antioksidan dengan Variasi

Pengikat Polivinilpirolidon. [KTI].

Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas

Setia Budi.

Tjay H.J., Kirana R. 1978. Obat-obat Penting.

Edisi IV. Jakarta: Hlm 638-651.

Triyono. 2012. Formulasi Tablet Herba Meniran

(Phyllantus niruri L) Dengan Bahan

Pengikat Polivinilpirolidon. [KTI].

Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas

Setia Budi.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi

Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada. Hlm. 165-167, 201-210, 215-218.

Page 16: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 13

PENDAHULUAN

Meningkatnya kesadaran masyarakat

akan kesehatan, akan mengakibatkan tuntutan

peningkatan pelayanan kefarmasian. Salah satu

upaya mengantisipasi keadaan tersebut dengan

menjaga kualitas pelayanan, sehingga perlu

dilakukan upaya terus menerus agar dapat

diketahui kelemahan dan kekurangan jasa

pelayanan kefarmasian. Semakin meningkatnya

tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan

kefarmasian, maka fungsi pelayanan perlu

ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien.

Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk

penilaian pasien terhadap tingkat pelayanan yang

diterima dengan tingkat layanan yang diharapkan.

Mutu pelayanan kefarmasian yang diberikan

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan

kefarmasian dalam memenuhi kebutuhan dan

tuntutan setiap pasien, makin sempurna

kebutuhan dan tuntutan setiap pasien, makin baik

pula mutu pelayanan kefarmasian (Bata dkk,

2013).

Karyawan termotivasi untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasiaan

karena adanya dorongan yang kuat untuk

ANALISIS PENILAIAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN IFRS RAWAT

JALAN BERDASARKAN KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

DI IFRS RAWAT JALAN RS BRAYAT MINULYA

UMI NAFISAH

[email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Lajunya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik

menyebabkan masyarakat lebih selektif memilih jasa pelayanan medis yang akan dimanfaatkan guna

meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, karyawan IFRS dituntut untuk memiliki motivasi kerja

sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian kepada pasien. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui penilaian motivasi kerja berdasarkan waktu peracikan, jumlah obat yang diberikan,

jumlah obat yang diberi etiket dengan tepat dan pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat. Penelitian

ini merupakan penelitiaan survey dengan menggunakan kuesioner dengan pengambilan sampel sebanyak

32responden (karyawan) dan 254 responden (pasien). Pengukuran variabel kualitas pelayanan

kefarmasian menggunakan standar yang dikeluarkan oleh World Healh Organization. Penilaian variabel

kualitas pelayanan kefarmasian untuk mengetahui apakah waktu peracikan, jumlah obat yang diberikan,

jumlah obat yang diberi etiket dengan tepat dan pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat sesuai

dengan standar yang dikeluarkan oleh World Health Organization. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh kesimpulan bahwa penilaian motivasi kerja berdasarkan waktu peracikan, jumlah obat yang

diberikan, jumlah obat yang diberi etiket dengan tepat dan pengetahuan pasien tentang dosis yang

tepatmemberikan nilai yang positif sebesar101,32%; 100,70%; 102,80% dan 99,81%.

Kata kunci: motivasi kerja, kualitas pelayanan kefarmasian

Page 17: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 14

memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi serta

sebagai proses aktualisasi diri karyawan yang

dibuktikan lewat kemampuan dalam mengemban

tugas dan pekerjaan yang dibebankan

(Andiyanto, 2011).

Pelayanan kefarmasian yang berkualitas

merupakan pelayanan kefarmasian yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa sesuai dengan

tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta

pelaksanaannya sesuai dengan kode etik dan

standar pelayanan yang telah ditetapkan (Azwar,

2003).

Karakteristik atau sifat suatu pelayanan

berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan

dalam memenuhi kualitas pelayanan kefarmasian

terhadap pasien. Macam-macam karakteristik

dalam pelayanan kefarmasian yakni dispensing

time (waktu peracikan/pembuatan), percentage of

drugs actually dispensed (jumlah obat yang

diberikan), percentage of drugs adequately

labelled (jumlah obat yang diberi etiket dengan

tepat), dan patients knowledge of correct dosage

(pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat)

(WHO,1999).

Penilaian pasien terhadap kualitas

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit

merupakan hal penting sebagai acuan dalam

pembenahan pelayanan sehingga terciptanya

suatu kualitas pelayanan kefarmasian kepada

pasien yang lebih baik. Pasien umumnya

mengharapkan produk berupa barang/jasa yang

dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya

dengan pelayanan yang baik (Puti, 2013).

Pelayanan kefarmasian merupakan salah

satu kebutuhan yang diperlukan pasien. Instalasi

farmasi rumah sakit adalah salah satu bagian

penunjang medis di rumah sakit yang berfungsi

sebagai penyedia pelayanan kefarmasian.

Instalasi farmasi di rumah sakit bertujuan untuk

menjamin kelancaran dan ketertiban dalam

penyelenggaraan kegiatan yang diperlukan untuk

menunjang pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Kualitas pelayanan kesehatan di instalasi

farmasi rumah sakit dapat meliputi waktu tunggu

pelayanan obat jadi, waktu tunggu pelayanan obat

racikan, tidak adanya kejadian kesalahan

pemberian obat, serta penulisan resep sesuai

dengan formulariun (Depkes, 2008).

Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta

merupakan rumah sakit tipe C di Surakarta.

Rumah sakit ini mengalami perkembangan yang

cukup pesat sejak didirikan. Tingkat kunjungan

pasien yang tinggi dan termasuk rumah sakit

pilihan bagi masyarakat Surakarta. Jumlah

kunjungan pasien yang tinggi tersebut harusnya

menjadi dorongan serta tantangan bagi rumah

sakit khususnya bagian instalasi farmasi untuk

meningkatkan dan memberikan pelayanan

kefarmasian yang berkualitas bagi pasien

disamping karena tingginya tuntutan pasien akan

pelayanan yang memuaskan. Menurut survey

awal yang dilakukan peneliti dengan melakukan

wawancara kepada beberapa pasien terdapat

keluhan mengenai pelayanan kefarmasian yang

diberikan oleh instalasi farmasi Rumah Sakit

Brayat Minulya.Salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan melakukan

perbaikan terhadap motivasi kerja karyawan

instalasi farmasi rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu

tentang motivasi kerja karyawan dan kualitas

pelayanan kefarmasian antara lain :

1. Hasil penelitian Makta dkk pada tahun 2013

dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Unit

Rawat Inap RS. Stella Maris Makasar tahun

2013”, menunjukkan bahwa faktor motivasi

kerja merupakan faktor yang berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja perawat

pelaksana di unit rawat inap RS. Stella Maris

Makasar tahun 2013.

2. Hasil penelitian Suaib dkk pada tahun 2012

dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan

terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat

Inap RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa

Page 18: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 15

tahun 2012”, menunjukkan bahwa faktor

kualitas pelayanan merupakan faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD

Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2012.

3. Hasil penelitian Rimawati pada tahun 2014

dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas

Pelayanan Kefarmasian terhadap Kepuasan

Pasien Rawat Jalan di Apotek Puskesmas

Tirtomoyo Wonogiri April 2014”,

menunjukkan bahwa faktor kualitas

pelayanan kefarmasian merupakan faktor

yang berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan pasien rawat jalan di Apotek

Puskesmas Tirtomoyo Wonogiri April 2014.

Dikarenakan belum adanya penelitian

terdahulu mengenai penilaian motivasi kerja

karyawan berdasarkan kualitas pelayanan

kefarmasian, sehingga berdasarkan latar belakang

tersebut guna dapat meneliti lebih dalam sudut

pandang motivasi kerja karyawan terhadap

kualitas pelayanan kefarmasian, maka peneliti

merasa tertarik untuk mengajukan penelitian

dengan judul yang dipilih tentang “ANALISIS

PENILAIAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN

IFRS BERDASARKAN KUALITAS

PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS

RAWAT JALAN DI RS BRAYAT MINULYA.”

Penelitian tentang penilaian motivasi

kerja karyawan instalasi farmasi rumah sakit

berdasarkan kualitas pelayanan kefarmasian yang

akan dilakukan di IFRS Brayat Minulya dengan

tujuan mengetahui seberapa besar pengaruh

motivasi kerja terhadap kualitas pelayanan

kefarmasian.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penilaian motivasi kerja karyawan berdasarkan

kualitas pelayanan kefarmasian yang meliputi

waktu peracikan, jumlah obat yang diberikan,

jumlah obat yang diberi etiket dengan tepat, dan

pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat,

dengan memacu beberapa penelitian terdahulu.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang

hendak dikenai generalisasi hasil penelitian.

Wilayah generalisasi tersebut terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Azwar, 2004). Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien atau pendampingnya yang mendapat

pelayanan kefarmasian di IFRS Brayat Minulya

tahun 2014.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Azwar, 2004). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagian pasien atau

pendampingnya yang mendapat pelayanan

kefarmasian di IFRS Brayat Minulya yang terpilih

dan bersedia mengisi alat penelitian yang berupa

angket atau kuesioner tanpa paksaan dari pihak

peneliti tahun 2014.

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non probabilitas sampling

dengan cara total sampling dan purposive

sampling.

1. Pengukuran variabel

Penelitian ini menggunakan pengukuran

terstruktur dengan kuisioner. Pengukuran variabel

motivasi kerja dan kualitas pelayanan kefarmasian

menggunakan skala Likert. Skala Likert yaitu

skala penlitian, yang mengukur tingkat

persetujuan responden dari sangat tidak setuju

sampai sangat setuju. Skala Likert termasuk skala

interval (Nazir, 1999). Skala Likert yang dipakai

Page 19: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 16

dalam pengukuran penelitian ini disajikan dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Skala Pengukuran Menurut Likert

Skala Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Sangat

setuju

Setuju

Tidak Tahu

Setuju

Sangat

Tidak

setuju

5

4

3

2

1

1

2

3

4

5

Sumber : Nazir (1999)

Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2,

dan 1, sedangkan pernyataan negatif diberi skor 1,

2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala Likert terdiri

dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,

dan sangat tidak setuju (Nazir, 1999).

Pengukuran variabel-variabel dapat dijelaskan

dalam tabel 2.

Tabel 2. Pengukuran variabel penelitian

Variabel Indikator

Motivasi Kerja - Higiene

- Motivator

- Ekspektasi

- Instrumentalis

- Valensi

Waktu Peracikan - Waktu peracikan

- Jumlah racikan

- Ketepatan dalam meracik

Jumlah Obat

yang Diberikan

- Jumlah obat yang

diresepkan

- Jumlah obat yang

diberikan

- Informasi obat yang

diberikan

Jumlah Obat

yang Diberi

Etiket dengan

Tepat

- Adanya nama pasien

- Adanya aturan pakai

- Kesesuaian pemberian

etiket

Pengetahuan

Pasien tentang

Dosis yang Tepat

- Dosis yang diterima

pasien

- Aturan pemakaian obat

- Kesesuaian dosis

(Sumber: WHO, 1999)

1. Standar Kualitas Pelayanan Kefarmasian

Pengukuran variabel kualitas pelayanan

kefarmasian menggunakan standar yang

dikeluarkan oleh World Health Organization.

Standar yang dipakai dalam penelitian ini

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Standar Kualitas Pelayanan

Kefarmasian

Variabel Standar Kualitas Pelayanan

Keafarmasian

Waktu

Peracikan

- Mengukur waktu penyiapan,

peracikan dan penyerahan

obat kepada pasien

- Rata-rata: jumlah kumulatif

waktu peracikan obat dibagi

dengan total jumlah resep

- Standar waktu peracikan: 15

menit

Jumlah Obat

yang

Diberikan

- Mengukur ketersediaan obat

yang diresepkan

- Persentase: jumlah kumulatif

obat yang diberikan (dalam

%) dibagi dengan jumlah

resep

- Persentase standar jumlah

obat yang diberikan: 90%

Jumlah Obat

yang Diberi

Etiket

- Mengukur kesesuaian

pemberian label/etiket pada

obat

- Persentase: jumlah obat yang

Page 20: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 17

dengan

Tepat

diberi etiket dikurangi

dengan jumlah obat yang

tidak diberi etiket kemudian

dibagi dengan jumlah resep

dan dikalikan 100%

- Persentase standar kesalahan

obat yang tidak diberi etiket

dengan tepat: 10,2%

Pengetahuan

Pasien

tentang

Dosis yang

Tepat

- Mengukur efektivitas

informasi yang diberikan

kepada pasien

- Persentase: jumlah kumulatif

kemampuan pasien

mengevaluasi dibagi jumlah

resep dan dikalikan 100%

- Persentase standar pasien

yang tidak mampu

mengevaluasi: 80%

(Sumber: WHO, 1999)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Pelayanan Kefarmasian

Pasien atau keluarga yang mewakili

pasien mendapatkan pelayanan kefarmasian dari

IFRS Brayat Minulya. Data penelitian diperoleh

dari menyebar kuesioner tentang motivasi kerja

karyawan terhadap kualitas pelayanan

kefarmasian di IFRS Brayat Minulya.

Uji instrumen

Uji validitas. Penelitian ini menggunakan uji

validitas untuk mengukur ketepatan suatu item

dalam kuesioner atau skala, apakah item-item

pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam

mengukur apa yang diukur. Uji validitas dan uji

reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan

terhadap motivasi kerja karyawan IFRS Brayat

Minulya karyawan dan keempat dimensi kualitas

pelayanan kefarmasian yang teridiri dari waktu

peracikan, jumlah obat yang diberikan, jumlah

obat yang diberi etiket dengan tepat dan

pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat.

Setiap dimensi kualitas pelayanan kefarmasian

terdiri dari lima butir pernyataan dan motivasi

kerja karyawan terdiri dari tujuh butir pernyataan,

sehingga total alat ukur kuesioner teradapat 27

butir. Penilaian langsung terhadap koefisien

korelasi bisa digunakan batas nilai minimal

korelasi 0,2407 untuk uji coba 32 responden.

Teknik pengujian yang digunakan untuk uji

validitas pada program SPSS version17 yaitu

dengan Corrected Item-Total Correlation.

Hasil uji validitas dari butir-butir

pernyataan kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Alat ukur kuesioner motivasi kerja, hasil

validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 4 . Hasil uji validitas motivasi kerja

karyawan

Variabel

Butir

pernya

-taan

r-

hitung r-tabel Ket.

Motivasi

Kerja

1

2

3

4

5

6

0,421

0,450

0,267

0,492

0,430

0,196

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Tidak

Valid

Sumber: Data primer yang diolah (2014)

Hasil uji validitas motivasi kerja

berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa

lima butir pernyataan memiliki nilai r-hitung

lebih besar dari r-tabel (0,2407) dan satu butir

pernyataan memiliki r-hitung lebih kecil dari r-

tabel (0,2407) maka demikian hanya lima butir

pernyataan yang dikatakan valid dan dapat

digunakan untuk pengujian sampel.

Page 21: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 18

b. Alat ukur kuesioner waktu peracikan, hasil

validitas kuesioner sebagai berikut:

Tabel 5 . Hasil uji validitas waktu peracikan

Variab

le

Buti

r

pern

yata

an

r-

hitung r-tabel

Keteran

gan

Waktu

Peracik

an

1

2

3

4

5

0,371

0,333

0,292

0,577

0,458

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber: Data primer yang diolah (2014)

Hasil uji validitas waktu peracikan

berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa lima

butir pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih

besar dari r-tabel (0,2407) maka demikian semua

butir pernyataan tersebut dikatakan valid dan

dapat digunakan untuk pengujian sampel.

c. Alat ukur kuesioner jumlah obat yang

diberikan, hasil validitas kuesioner sebagai

berikut:

Tabel 6. Hasil uji validitas jumlah obat

yang diberikan

Varia

ble

Buti

r

pern

yata

an

r-

hitung r-tabel

Ketera

ngan

Jumlah

Obat

yang

1

2

0,315

0,398

0,2407

Valid

Valid

Diberi

kan

3

4

5

0,436

0,353

0,326

Valid

Valid

Valid

Sumber: Data primer yang diolah (2014)

Hasil uji validitas jumlah obat yang

diberikan berdasarkan tabel 6 dapat diketahui

bahwa lima butir pernyataan memiliki nilai r-

hitung lebih besar dari r-tabel (0,2407) maka

demikian semua butir pernyataan tersebut

dikatakan valid dan dapat digunakan untuk

pengujian sampel.

d. Alat ukur kuesioner jumlah obat yang diberi

etiket dengan tepat, hasil validitas kuesioner

sebagai berikut

Tabel 7. Hasil uji validitas jumlah obat

yang diberi etiket dengan tepat

Variable

Butir

perny

ataan

r-

hitung r-tabel

Ketera

ngan

Jumlah

Obat

yang

Diberi

Etiket

dengan

Tepat

1

2

3

4

5

0,628

0,551

0,434

0,400

0,315

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber: Data primer yang diolah (2014)

Hasil uji validitas jumlah obat yang

diberi etiket dengan tepat berdasarkan tabel 7

dapat diketahui bahwa lima butir pernyataan

memiliki nilai r-hitung lebih besar dari r-

tabel (0,2407) maka demikian semua butir

pernyataan tersebut dikatakan valid dan

dapat digunakan untuk pengujian sampel.

Page 22: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 19

e. Alat ukur kuesioner pengetahuan pasien

tentang dosis yang tepat, hasil validitas

kuesioner sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil uji validitas pengetahuan

pasien tentang dosis yang tepat

Variable

Butir

perny

ataan

r-

hitung

r-

tabel

Ketera

ngan

Pengetah

uan

Pasien

tentang

Dosis

yang

Tepat

1

2

3

4

5

0,336

0,551

0,415

0,598

0,240

0,2407

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber: Data primer yang diolah (2014)

Hasil uji validitas jumlah pengetahuan

pasien tentang dosis yang tepat berdasarkan

tabel 8 dapat diketahui bahwa lima butir

pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih

besar dari r-tabel (0,2407) maka demikian

semua butir pernyataan tersebut dikatakan

valid dan dapat digunakan untuk pengujian

sampel.

1.1. Uji reliabilitas. Uji reliabilitas

digunakan untuk mengetahui konsistensi alat

ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat

diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran

diulang. Uji ini menggunakan metode pengujian

Cronbach’s Alpha (α), suatu alat ukur dikatakan

reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha (α) > 0,6.

Hasil uji reliabilitas dari butir-butir pernyataan

kuesioner sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil uji reliabilitas alat ukur

kuesioner

N

o

Alat ukur

pertanya

an

Cronb

ach’s

Alpha

Reliab

ilitas

Kritis

Ketera

ngan

1

2

3

4

5

Motivasi

Kerja

Waktu

peracikan

Jumlah

obat yang

diberikan

Jumlah

obat yang

diberi

etiket

dengan

tepat

Pengetahu

an pasien

tentang

dosis yang

tepat

0,640

0,640

0,602

0,706

0,668

0,6

0,6

0,6

0,6

0,6

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber: Data primer yang telah diolah (2014)

Hasil uji reliabiltas di atas menyatakan

bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk harapan

yang terdiri dari waktu peracikan, jumlah obat

yang diberikan, jumlah obat yang diberi etiket

dengan tepat dan pengetahuan pasien tentang

dosis yang tepat masing-masing memiliki

Cronbach’s Alpha sebesar 0,640; 0,602; 0,706;

0,668 dimana nilai positif lebih besar dari 0,6

sehingga dinyatakan bahwa alat ukur kuesioner

kualitas pelayanan kefarmasian dinyatakan

reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

Untuk perhitungan reliabilitas juga

menyatakan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk

motivasi kerja adalah sebesar 0,640 dimana

Page 23: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 20

nilainya positif dan lebih dari 0,6 sehingga

dinyatakan bahwa alat ukur kuesioner untuk

motivasi kerja dinyatakan reliabel dan dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

A. Jumlah Sampel untuk Penelitian

Rumus yang digunakan untuk

menghitung sampel (s) dari populasi yang sudah

diketahui jumlahnya dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Q . P . 1 - N d

Q . P . N . s

22

2

Diketahui

N = 941

s = jumlah sampel 2 = dengan dk = 1, taraf kesalahan 5% =

3,481

P = Q = 0,5 (50%) merupakan proporsi

populasi

d = 0,05

0,5x 0,5x 481,3 1 -941 05,0

0,5x 0,5x 941x 481,3 s

2

254 22025,3

818,90525

87025,035,2

818,90525 s

Berdasarkan hasil perhitungan sesuai

dengan rumus penentuan jumlah sampel maka

diperoleh s = 254, sehingga sampel yang

digunakan untuk penelitian adalah 254 responden.

Deskripsi Responden

Responden

Responden pada pengambilan data

tentang motivasi kerja yaitu karyawan IFRS

Brayat Minulya sebanyak 32 responden.

Responden pada oengambilan data tentang

kualitas pelayanan kefarmasian yaitu pasien di

IFRS Brayat Minulya sebanyak 254 responden.

a. Pekerjaan responden. Distribusi responden

berdasarkan pekerjaan responden dapat

dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Responden

menurut pekerjaan (Karyawan)

Pekerjaan Frekuensi Persentase

(%)

Apoteker 1 3,125

Asisten

Apoteker

18 56,25

Lain-lain 13 40,625

Jumlah 32 100

Sumber : Data primer yang telah diolah (2014)

Berdasarkan data dari 32 responden,

didapat bahwa responden paling sedikit adalah

apoteker (tenaga kefarmasian) dengan persentase

3,125%. Sedikitnya responden apoteker

menunjukkan bahwa rumah sakit membutuhkan

lebih banyak apoteker (tenaga kefarmasian) di

instalasi farmasi.

Tabel 11. Distribusi Responden menurut

pekerjaan (Pasien)

Pekerjaan Frekuensi Persentase

(%)

PNS 18 7,0

Pegawai Swasta 113 44,4

Petani 10 3,9

Pelajar/Mahasiswa 49 19,2

Pedagang 12 4,7

Lain-lain 52 20,4

Jumlah 254 100

Sumber : Data primer yang telah diolah (2014)

Berdasarkan data dari 254 responden,

didapat bahwa responden paling banyak adalah

pegawai swasta dengan persentase 44,4%

Page 24: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 21

dikarenakan orang yang bekerja ditempat

usahanya sendiri dapat meninggalkan

pekerjaannya tanpa ijin dari kepala kantor dan

sejumlah 52 responden atau 20,4% mempunyai

pekerjaan yang lain selain PNS, petani,

pelajar/mahasiswa dan pedagang.

b. Pendidikan terakhir responden. Salah satu

karakteristik populasi dapat dilihat dari

distribusi tingkat pendidikan terakhir

responden dalam tabel 12:

Tablel 12. Jumlah dan Persentase Responden

Menurut Pendidikan

Pendidikan Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

SD 21 8,2

SMP 73 28,7

SMA 127 50

Akademi/Diploma 15 5,9

Sarjana 18 7,0

Jumlah 254 100

Sumber : Data primer yang telah diolah (2014)

Berdasarkan data pada tabel 12 dapat

dilihat bahwa responden terbanyak adalah

responden dengan tingkat pendidikan SMA

dengan persentase 50% dan responden paling

sedikit adalah tingkat Akademi/Diploma dengan

persentase 5,9%. Banyaknya responden SMA

dimungkinkan karena sudah mengertinya

masyarakat dengan peranan dan fungsi Instalasi

Farmasi di sekitarnya.

Hasil Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis

menggunakan standar atau parameter kualitas

pelayanan kefarmasian berdasarkan WHO dalam

upaya membuktikan hipotesis penelitian. Hasil

analisis dapat di deskripsikan sebagai berikut:

Waktu Peracikan

Mengukur waktu penyiapan, peracikan dan

penyerahan obat kepada pasien, rata-rata dihitung

sebagai berikut:

Rata-rata=

menit

Jumlah rata-rata waktu yang dibutuhkan

tenaga teknis kefarmasian untuk melakukan

peracikan atau pembuatan resep sebesar 8,14

menit, dimana nilai tersebut lebih kecil dari

standar yang dikeluarkan oleh WHO (15 menit),

maka demikian waktu peracikan tersebut

dinyatakan sesuai dengan standar pelayanan

kefarmasian WHO. Hal ini memberikan makna

bahwa pelayanan waktu peracikan obat di IFRS

Brayat Minulya sudah baik.

Jumlah Obat yang Diberikan

Mengukur ketersediaan obat yang

diresepkan, persentase dihitung sebagai berikut:

Persentase

Persentase jumlah obat yang tersedia dan

jumlah obat yang diberikan kepada pasien sebesar

89,5%, dimana nilai tersebut lebih kecil dari

standar yang dikeluarkan oleh WHO (90%), maka

demikian jumlah obat yang diberikan dinyatakan

sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian

WHO. Hal ini memberikan makna bahwa

pelayanan jumlah obat yang diberikan kepada

pasien di IFRS Brayat Minulya sesuai dengan

yang diresepkan.

Jumlah Obat yang Diberi Etiket dengan Tepat

Page 25: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 22

Mengukur kesesuaian pemberian label atau

etiket pada obat, persentase dihitung sebagai

berikut:

Persentase=

Persentase jumlah obat yang diberi etiket

dengan tepat oleh tenaga teknis kefarmasian

sebesar 100%, dimana nilai tersebut lebih besar

dari standar yang dikeluarkan oleh WHO

(10,2%), maka demikian semua obat yang

diserahkan kepada pasien seluruhnya telah diberi

etiket dengan tepat. Hal ini memberikan makna

bahwa jumlah obat yang diberi etiket dengan tepat

di IFRS Brayat Minulya sudah baik.

Pengetahuan Pasien tentang Dosis yang Tepat

Mengukur kesesuaian pengetahuan pasien

tentang dosis yang tepat, persentase dihitung

sebagai berikut:

Persentase=

Persentase pengetahuan pasien tentang dosis

yang tepat oleh tenaga teknis kefarmasian sebesar

100%, dimana nilai tersebut lebih besar dari

standar yang dikeluarkan oleh WHO (80%), maka

demikian pasien mampu mengevaluasi informasi

yang diberikan oleh tenaga teknis kefarmasian.

Hal ini memberikan makna bahwa pelayanan

informasi tentang dosis yang tepat kepada pasien

di IFRS Brayat Minulya sudah baik.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan

terhadap motivasi kerja karyawan IFRS Brayat

Minulya dan keempat dimensi kualitas pelayanan

kefarmasian. Hasil uji hipotesis menggunakan

Descriptive Statistics sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil uji descriptif.

Sumber: Data primer yang telah diolah (2014)

Hasil uji hipotesis menggunakan descriptive

statistics berdasarkan tabel 13 dapat diketahui

bahwa rata-rata (mean) dari motivasi kerja

karyawan sebesar 21,13 dan standar deviasi

sebesar 1,737. Nilai standar deviasi motivasi

kerja lebih besar dari dimensi kualitas pelayanan

kefarmasian yang berupa waktu peracikan, jumlah

obat yang diberikan, jumlah obat yang diberi

etiket dengan tepat dan pengetahuan pasien

tentang dosis yang tepat

(0,979;1,143;0,958;1,146). Bila standar deviasi

memiliki nilai kurang dari 20% dari mean, maka

menunjukkan variasinya kecil. Hal ini

memberikan makna sebagai berikut:

a. Penilaian Motivasi Kerja berdasarkan Waktu

Peracikan

Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 13 dapat

diketahui bahwa standar deviasi dari

motivasi kerja dan waktu peracikan sebesar

1,737 dan 0,979, dimana nilai tersebut

No Variabel Mean SD %

1

2

3

4

5

Motivasi

Kerja

Waktu

peracikan

Jumlah obat

yang

diberikan

Jumlah obat

yang diberi

etiket

dengan tepat

Pengetahuan

pasien

tentang dosis

yang tepat

21,13

21,41

21,28

21,72

21,09

1,737

0,979

1,143

0,958

1,146

-

98,69

99,29

97,28

100,19

Page 26: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 23

kurang dari 20% dari mean. Besarnya

persentase dari motivasi kerja berdasarkan

waktu peracikan memberikan nilai sebesar

98,69%. Hal ini menunjukan bahwa

motivasi kerja berdasarkan waktu peracikan

memiliki variasi yang kecil.

b. Penilaian Motivasi Kerja berdasarkan Jumlah

Obat yang Diberikan

Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 13 dapat

diketahui bahwa standar deviasi dari

motivasi kerja dan jumlah obat yang

diberikan sebesar 1,737 dan 1,143, dimana

nilai tersebut kurang dari 20% dari mean.

Besarnya persentase dari motivasi kerja

berdasarkan jumlah obat yang diberikan

memberikan nilai sebesar 99,29%. Hal ini

menunjukan bahwa motivasi kerja

berdasarkan jumlah obat yang diberikan

memiliki variasi yang kecil.

c. Penilaian Motivasi Kerja berdasarkan Jumlah

Obat yang Diberi Etiket dengan Tepat

Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 13 dapat

diketahui bahwa standar deviasi dari

motivasi kerja dan jumlah obat yang diberi

etiket dengan tepat sebesar 1,737 dan 0,958,

dimana nilai tersebut kurang dari 20% dari

mean. Besarnya persentase dari motivasi

kerja berdasarkan jumlah obat yang diberi

etiket dengan tepat memberikan nilai sebesar

97,28%. Hal ini menunjukan bahwa

motivasi kerja berdasarkan jumlah obat yang

diberi etiket dengan tepat memiliki variasi

yang kecil.

d. Penilaian Motivasi Kerja berdasarkan

Pengetahuan Pasien tentang Dosis yang

Tepat. Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel

13 dapat diketahui bahwa standar deviasi dari

motivasi kerja dan pengetahuan pasien

tentang dosis yang tepat sebesar 1,737 dan

1,146, dimana nilai tersebut kurang dari 20%

dari mean. Besarnya persentase dari

motivasi kerja berdasarkan pengetahuan

pasien tentang dosis yang tepat memberikan

nilai sebesar 100,19%. Hal ini menunjukan

bahwa motivasi kerja berdasarkan

pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat

memiliki variasi yang kecil.

e. Penilaian Motivasi Kerja

Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel 13 dapat

diketahui bahwa standar deviasi dari

motivasi kerja sebesar 1,737, dimana nilai

tersebut kurang dari 20% dari mean. Hal ini

menunjukan bahwa motivasi kerja memiliki

variasi yang kecil dan tingginya nilai standar

deviasi dari motivasi kerja memberikan hasil

yang positif terhadap dimensi kualitas

pelayanan kefarmasian yakni waktu

peracikan, jumlah obat yang diberikan,

jumlah obat yang diberi etiket dengan tepat

serta pengetahuan pasien tentang dosis yang

tepat di IFRS Brayat Minulya.

Penilaian motivasi kerja berdasarkan

waktu peracikan memberikan penilaian yang baik,

karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik

dengan cara mendisiplinkan diri untuk bekerja

lebih cekatan dalam hal waktu peracikan.

Penilaian motivasi kerja berdasarkan jumlah obat

yang diberikan memberikan penilaian kinerja

karyawan yang optimal, karyawan termotivasi

untuk bekerja lebih optimal dengan cara

memberikan jumlah obat sesuai dengan resep

kepada pasien. Penilaian motivasi kerja

berdasarkan jumlah obat yang diberi etiket

dengan tepat memberikan penilaian kinerja

karyawan yang optimal, karyawan termotivasi

untuk bekerja lebih baik dengan cara memberikan

etiket pada obat yang diserahkan pasien dengan

cepat dan tepat. Penilaian motivasi kerja

berdasarkan pengetahuan pasien tentang dosis

yang tepat memberikan penilaian yang optimal,

karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik

dengan cara mengikuti seminar guna

mengembangkan ilmu kefarmasian.

Page 27: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang telah

dianalisis maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Motivasi kerja karyawan IFRS memberikan

penilaian yang positif berdasarkan kualitas

pelayanan kefarmasian yang berupa waktu

peracikan di IFRS Brayat Minulya dengan

waktu rata-rata 8,14 menit < 15 menit.

2. Motivasi kerja karyawan IFRS memberikan

penilaian yang positif berdasarkan kualitas

pelayanan kefarmasian yang berupa jumlah

obat yang diberikan di IFRS Brayat Minulya

dengan persentase 89,5% < 90%.

3. Motivasi kerja karyawan IFRS memberikan

penilaian yang positif berdasarkan kualitas

pelayanan kefarmasian yang berupa jumlah

obat yang diberi etiket dengan tepat di IFRS

Brayat Minulya dengan persentase 100% >

89,8%.

4. Motivasi kerja karyawan IFRS memberikan

penilaian yang positif berdasarkan kualitas

pelayanan kefarmasian yang berupa

pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat

di IFRS Brayat Minulya dengan persentase

100% > 80%.

Saran

Berdasarkan analisis data dan kesimpulan,

maka untuk pengembangan data dan peningkatan

motivasi kerja berdasarkan kualitas pelayanan

kefarmasian di IFRS Brayat Minulya penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk karyawan IFRS rawat jalan RSU

Brayat Minulya yang memiliki motivasi

rendah dan sedang harap ditambah guna

meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian

menjadi lebih baik.

2. Hasil positif yang sudah diraih harus

dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini

dikembangkan dengan indikator lain sesuai

kondisi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Andiyanto W. 2011. Pengaruh Motivasi

Kerja dan Kepemimpinan terhadap

Kinerja Pegawai pada Badan

Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan

Kabupaten Manggarai-Flores Nusa

Tenggara Timur. [Skripsi].

Universitas Diponegoro. Semarang.

Azwar S. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azwar S. 2004. Metode Penelitian.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bata, Arifin, dan Darmawansyah. 2013.

Hubungan Kualitas Pelayanan

Kesehatan dengan Kepuasan Pasien

Pengguna Askes Sosial pada

Pelayanan Rawat Inap di RSUD

Lakipadada Kabupaten Tana Toraja

Tahun 2013. Jurnal Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan. Universitas

Hasanudin. Makasar.

Makta, Noor, dan Kapalawi. 2013. Pengaruh

Motivasi Kerja dengan Kinerja

Perawat Pelaksana di Unit Rawat

Inap RS. Stella Maris Makasar

Tahun 2013. Jurnal Manajemen

Rumah Sakit. Universitas

Hasanudin. Makasar.

Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta:

Graha Indonesia.

Puti WC. 2013. Pengaruh Kualitas

Pelayanan dan Kepuasan terhadap

Loyalitas Pasien Rawat Jalan dan

Rawat Inap Rumah Sakit Otorita

Page 28: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 25

Batam. [Skripsi]. Universitas

Widyatama. Batam.

Rimawati YA. 2014. Analisis Pengaruh

Pelayanan Kefarmasian terhadap

Kepuasan Pasien Rawat Jalan

Apotek Puskesmas Tirtomoyo

Wonogiri April 2014. [Skripsi].

Universitas Setia Budi. Surakarta.

Suaib, Indar, dan Jafar. 2012. Pengaruh

Kualitas Pelayanan terhadap

Kepuasan Pasien di Ruang Rawat

Inap RSUD Syekh Yusuf Kabupaten

Gowa. Jurnal Administrasi

Kebijakan Kesehatan. Universitas

Hasanudin. Makasar.

World Health Organization. 1999. Medicine

Access and Rational Use.

Page 29: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 26

Page 30: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 27

PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan suatu

proses dengan berbagai cara mempengaruhi

orang atau sekelompok orang untuk mencapai

suatu tujuan bersama (Mangunhardjana,

1986). Kepemimpinan tercermin dari adanya

pendayagunaan pengaruh dan semua aspek

hubungan antar manusia, dan mengandung

unsur komunikasi yang akan berpengaruh

terhadap pikiran, tingkah laku dan hasil kerja

para pengikut (Subanegara, 2005).

Pelaksanaan tugas kepemimpinan

mempengaruhi orang atau sekelompok orang

menuju ke tujuan tertentu yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu

berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita

terhadap manusia, keadaan kelompok dan

situasi waktu kepemimpinankita laksanakan.

Faktor-faktor yang berasal dari diri kita

sendiri, yang mempengaruhi kepemimpinan

kita adalah pengertian kita tentang pemimpin,

nilai atau hal yang kita kejar dalam

kepemimpinan, cara kita berhasil menduduki

pangkat kepemimpinan dan pengalaman yang

telah kita miliki di bidang kepemimpinan

(Mangunhardjana, 1986).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

dapat didefinisikan sebagai suatu departemen

atau unit di suatu rumah sakit di bawah

pimpinan seorang apoteker yang didampingi

oleh apoteker pendamping dan dibantu oleh

tenaga teknis kefarmasian yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan kompeten secara

profesional, tempat atau fasilitas

penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT TERHADAP KINERJA

KARYAWAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM

YARSIS SURAKARTA

SITI MA’RUFAH

[email protected]

Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Gaya kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja. Gaya

kepemimpinan mempengaruhi kondisi motivasi dan semangat kerja karyawan. Jika gaya

kepemimpinan sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam organisasi atau unit kerja, maka

akan membuat suasana kerja menjadi kondusif, dan pada akhirnya memberi motivasi yang

tinggi bagi karyawan untuk memberikan yang terbaik dalam mencapai target kerja.

Pada suatu organisasi, kerjasama yang kuat antara setiap anggota merupakan suatu

hal penting yang harus dimiliki untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena

itu kerjasama antara pimpinan dan bawahan perlu mendapat perhatian, agar pelaksanaan

aktivitas perusahaan berjalan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan

Kepala Instalasi Farmasi yang baik harus mampu mengatur, membimbing, mengarahkan, dan

memotivasi karyawan untuk bergerak bersama-sama sesuai dengan pembagian tugas yang

telah ditetapkan bagi masing-masing karyawan.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, kinerja karyawan

Page 31: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 28

kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan

paripurna, mencakup perencanaan, mencakup

perencanaan, pengadaan, produksi,

penyimpanan perbekalan kesehatan atau

sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan

resep bagi penderita rawat inap dan rawat

jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian

distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan

kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi

klinik umum dan spesialis, mencakup

pelayanan langsung pada penderita dan

pelayanan klinik yang merupakan program

rumah sakit secara keseluruhan (Anonim,

2010).

Motivasi berasal dari bahasa latin

yaitu Movere, yang berarti menggerakkan.

Motivasi merupakan hasil sejumlah proses

yang bersifat internal atau eksternal bagi

seorang individu, yang dapat menimbulkan

sikap antusias dalam hal melaksanakan hal-

hal tertentu. Motivasi dalam suatu kelompok

atau organisasi dimaksudkan sebagai kemauan

untuk berjuan atau berusaha ketingkay yang

lebih tinggi menuju tercapainya tujuan dari

suatu kelompok atau organisasi tersebut,

dengan syarat tidak mengabaikan kemampuan

seseorang (Anonim, 2009).

Motivasi dapat didefinisikan dari sisi

perilaku yang ditampilkan seseorang. Orang-

orang yang termotivasi akan melakukan usaha

yang lebih besar dari pada yang tidak.

Definisi ini bersifat relatif dan hanya

memberikan sedikit penjelasan pada kita.

Sebuah definisi yang lebih deskriptif namun

kurang substantive mengatakan bahwa

motivasi adalah keinginan untuk melakukan

sesuatu dan menentukan kemampuan

bertindak untuk memuaskan kebutuhan

individu. Suatu kebutuhan, dalam terminologi

kami, berarti suatu kekurangan secara fisik

atau psikologis yang membuat keluaran

tertentu terlihat menarik (Pratama, 2011).

Motivasi sering kali diartikan dengan

istilah dorongan. Dorongan atau tenaga

tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani

untuk berbuat. Motivasi merupakan suatu

proses psikologis yang mencerminkan

interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan

keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Pengertian yang dikemukakan oleh Wexley

dan Yukli adalah pemberian atau penimbulan

motif. Jadi, motivasi kerja karyawan adalah

sesuatu yang menimbulkan semangat atau

dorongan kerja. Motivasi sebagai sesuatu

yang dirasakan sangat penting, hal ini

disebabkan karena beberapa alasan, antara

lain: motivasi sebagai suatu yang penting dan

motivasi sebagai sesuatu yang sulit (Ulfa,

2010).

Motivasi kerja karyawan merupakan

suatu dorongan bagi karyawan dan organisasi

agar mau bekerja secara berhasil sehingga

para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus

tercapai. Beberapa orang memiliki motivasi

yang sangat kuat untuk sukses, namun mereka

berusaha keras untuk meraih prestasi

perorangan dari pada mendapat penghargaan

karena keberhasilan yang diraihnya. Orang

yang berprestasi membedakan diri mereka

dengan yang lainnya dari hasrat mereka untuk

melakukan segala sesuatu dengan lebih baik.

Motivasi sering kali diartikan dengan

istilah Penelitian tentang pengaruh gaya

kepemimpinan kepala instalasi farmasi

terhadap motivasi kerja karyawan yang akan

dilakukan di Instalasi Farmasi RS.Islam

Yarsis Surakarta dengan tujuan mengetahui

seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan

seorang pemimpin terhadap memotivasi

karyawannya.

Kepemimpinan merupakan salah satu

topik yang menarik dan dianggap penting

dalam menjalankan suatu instalasi farmasi di

rumah sakit bagi pencapaian visi, misi, dan

tujuan suatu rumah sakit. Kualitas dari

pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor

terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan

suatu organisasi (Raharjo dan Nafisah, 2006).

Menurut Hersey dan Blanchard ada 4

tipe gaya kepemimpinan, yaitu: (a) Tipe

Direktif; (b) Tipe Konsultatif; (c) Tipe

Page 32: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 29

Partisipatif; (d) Tipe Delegatif (Handayani,

2010).

Kinerja menurut Mangkunegara

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai tanggung

jawab yang diberikan kepadanya (Zainudin,

2013), sedangkan kinerja menurut Gibson

merupakan hasil kriteria efektifitas

kemampuan organisasi dalam ketaatan

mencapai tujuan, guna memberikan keluaran

yang diminta lingkungan. Kinerja pegawai

dapat diukur secara individu menurut Jhon

Bernadin dengan menggunakan 5 kriteria

yaitu antara lain: (a) Kemampuan kerja sama;

(b) Inisiatif; (c) Keandalan; (d) Kualitas; (e)

Kuantitas (Handayani, 2010).

Berdasarkan uraian latar belakang

penelitian, menunjukkan bahwa semakin

besarnya pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan, oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Kepala Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Terhadap Kinerja Karyawan

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Yarsis

Surakarta”.

METODE PENELITIAN

Uraian Metode Penelitian

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek dan subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untu dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh karyawan instalasi farmasi di

RS. Islam Yarsis Surakarta.

Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti.

Secara umum, sampel diartikan sebagai

sejumlah karyawan yang jumlahnya lebih

kecil daripada populasi. Jadi yang dimaksud

dengan sampel adalah sebagian populasi yang

akan diteliti yang jumlahnya lebih kecil dari

populasi. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah karyawan instalasi

farmasi yang ada di RS.Islam Yarsis

Surakarta.

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu sampel nonprobabilitas yang

memenuhi kriteria tertentu. Penelitian ini

dilakukan di Instalasi Farmasi RS. Islam

Yarsis Surakarta.

Definisi Operasional Variabel

Gaya kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi dan memusatkan

perhatian pada bawahan agar kembaga,

instansi atau perusahaan yang dipimpin dapat

menjadi lebih maju. Pengukuran variabel

menggunakan skala likert 5 point berdasarkan

indikator:

Tabel 1. Indikator gaya kepemimpinan

Variabel Indikator

Gaya Kepemimpinan Memotivasi

Kredibilitas

Percaya diri

Intelegensia

Menguasai

Permasalahan

Pengawasan Diri

Ramah

Bersahabat

Bertanggung jawab

Sumber: Susmiyatun 2011

Motivasi kerja adalah keinginan yang ada

dalam diri seseorang pada suatu kondisi yang

mendorong dan mengarahkan perilakunya

atau yang menjadi sebab seseorang

melakukan suatu perbuatan guna untuk

memenuhi tujuan tertentu. Pengukuran

variabel menggunakan skala likert 5 point

berdasarkan indikator:

Page 33: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 30

rxy =

Tabel 2. Indikator motivasi kerja

karyawan

Variabel Indikator

Motivasi Kerja

Karyawan

Bersemangat

Rajin

Ulet

Sopan

Teliti

Disiplin

Rapi

Patuh

Bertanggung jawab

Sumber: Susmiyatun 2011

Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan

pengukuran terstruktur dengan kuisioner.

Pengukuran variabel gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja karyawan menggunakan skala

Likert. Skala Likert yaitu skala penlitian,yang

mengukur tingkat persetujuan responden dari

sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

Skala Likert termasuk skala ordinal yaitu

skala yang digunakan apabila atribut yang

diukur menunjukkan beberapa derajat urutan

atau peringkat yang diakui untuk diukur

(Nazir, 1999). Skala Likert yang dipakai

dalam pengukuran penelitian ini disajikan

dalam tabel 3.

Tabel 3. Skala Pengukuran Menurut Likert

Skala Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Sangat

setuju

Setuju

Tidak

Tahu

Setuju

Sangat

Tidak

setuju

5

4

3

2

1

1

2

3

4

5

Sumber : Kotler (2001)

Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3,

2, dan 1, sedangkan pernyataan negatif diberi

skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Bentuk jawaban skala

Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-

ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju

(Nazir, 1999).

Teknik Analisis

Teknik analisis merupakan proses

yang terdiri dari dua tahapan uji yaitu uji

instrumen penelitian dan analisi regresi.

Uji instrumen meliputi dua tahapan yaitu

uji validitas dan uji reabilitas kuesioner.

Uji instrumen

Uji validitas instrumen penelitian.

Instrumen ini digunakan untuk mengukur

sikap maupun gejala sesuai yang telah

didefinisikan. Penelitian ini menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner serta

wawancara dengan kepala instalasi farmasi

serta bawahannya. Secara teoritik, prosedur

uji validitas dapat dituliskan sebagai beriku:

a. Merumuskan hipotesis. Ho : p = 0

(artinya, skor butir / faktor tidak berkorelasi

dengan skor total faktor atau konstruk),

dimana r adalah koefisien korelasi populasi.

b. Menentukan taraf nyata α. Umumnya

taraf nyata yang digunakan dalam penelitian

sebesar 0, 01 atau 0, 05. Dalam penelitian

ini taraf nyata yang digunakan sebesar 0,

05.

c. Menentukan r hitung dengan rumus

dapat dirumuskan sebagai berikut:

.......(1)

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi product moment

Y = Skor total tiap responden

X = Skor tiap butir pertanyaan

N = Jumlah sampel d. Menentukan kriteria uji. Uji hipotesis

merupakan uji satu arah, sehingga H1 diterima

(ada korelasi positif) bila r hitung lebih besar

daripada r kritisnya (nilai r yang ditentukan

dalam tabel korelasi product moment).

2222 ) ( - N ) ( - N

)( )( - N

Page 34: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 31

e. Mengambil kesimpulan, yaitu bila H0

diterima, maka dapat disimpulkan skor butir /

faktor tidak berkorelasi positif dengan skor

total faktor / kosntruknya. Bila H1 yang

diterima, maka dapat disimpulkan skor butir /

faktor korelasi positif dengan total skor faktor

/ konstruknya.

1.2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan dalam

oenelitian ini adalah uji reliabilitas

berdasarkan metode Alpha (α). Nilai alpha

dirumuskan sebagai berikut:

................ (2)

Keterangan:

r11 = Nilai reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir instrumen

= Jumlah varian butir

= Varians skor

Nilai reliabilitas dianggap memuaskan

bila mencapai lebih besar dari 0,90. Secara

teoritik instrumen pengukuran suatu variabel

dinyatakan reliabel bila nilai alphanya lebih

besar dari 0,5. Secara umum nilai alpha lebih

besar dari 0,6 dapat diterima dan digunakan

untuk menyatakan reliabilitas suatu kuesioner

(Azwar, 2000). Kuesioner yang tidak

memenuhi persyaratan maka tidak dapat

digunakan dalam penelitian. Nilai reliabilitas

penelitian ini digunakan untuk mengetahui

adanya perubahan gaya kepemimpinan dalam

kurun waktu tertentu yang mempengaruhi

motivasi kerja karyawan.

2. Uji analisis regresi sederhana

Hubungan pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap motivasi kerja dapat

dirumuskan dalam model regresi sebagai

berikut:

Y = bo + b1x + e ................. (3)

Keterangan:

bo = konstanta regresi

b1 = koefisien regresi

y = motivasi kerja

x = gaya kepemimpinan

e = error (variabel pengganggu)

Dalam analisis regresi ada tiga hal utama yang

perlu diketahui, yaitu:

Estimasi koefisien dan uji signifikasi model

regresi. Estimasi koefisien regresi pada

dasarnya adalah menentukan besarnya

konstanta dan koefisien regresi, yaitu bo dan

b1. Koefisien regresi dikatakan signifikan bila

nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05,

sebaliknya koefisien regresi dikatakan tidak

signifikan bila nilai signifikansi (sig. ) nya

lebih besar dari 0,05.

Uji signifikan koefisien dan model regresi

meliputi tahapan:

Uji t (individual test). Uji ini digunakan

untuk menguji signifikansi bo dan b1. Bila bo

dan b1 signifikan, maka gaya kepemimpinan

berpengaruh terhadap motivasi kerja

karyawan. t hitung ditentukan dengan rumus:

t = bi

Se (bi) ...................... (4)

Uji signifikansi model (overall test). Uji

signifikansi model ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah model regresi signifikan

untuk memprediksi variasi yang terjadi pada

variabel terikat yaitu motivasi kerja karyawan.

uji signifikasi model menggunakan uji F

(Anova).

Koefisien Determinasi (R2). Koefisien

determinasi adalah suatu nilai yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar pengaruh

gaya kepemimpinan terhadap variasi dalam

variabel motivasi kerja. Nilai R2 terletak

antara 0 dan 1. Bila koefisien determinasi

sebesar 1, berarti model menjelaskan seratus

persen variasi dalam variabel tak bebasnya.

Sebaliknya, jika koefisien variasi sebesar 0,

berarti model tidak menjelaskan sedikitpun

variasi dalam variabel tak besarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Obyek analisis yang diteliti sebagai populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai

organisasi tersebut sebanyak 200 orang. Kita

Page 35: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 32

dapat mengasumsikan karakteristik populasi

adalah homogen, artinya semua pegawai

mendapatkan pelayanan yang sama dari pihak

manajemen organisasi. Jumlah sampel yang

dapat dianggap representatif dapat dilakukan

melalui penyebaran kuesioner kepada 50

responden (William Emory:1999).

Pada dua tahun terakhir pencapaian kinerja

pegawai organisasi ini belum

memuaskan.Indikasi tersebut antara lain

memperlihatkan bahwa pelayanan organisasi

ini dinilai kurang memuaskan oleh pemangku

kepentingan dan masyarakat dengan

banyaknya komplain yang masuk. Hasil

Penelitian Deskripsi Responden Jenis

Kelamin Berdasarkan pengamatan terhadap

50 responden dalam penelitian ini, ternyata

didominasi responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebesar 68 % dan selebihnya 32 %

berjenis kelamin perempuan.

Usia

Berdasarkan pengamatan terhadap 50

responden dalam penelitian ini, ternyata

didominasi responden yang berusia 20-30

tahun sebesar 54 %, responden yang berusia

31-40 tahun sebesar 22 %, responden yang

berusia 41-50 tahun sebesar 22 % dan

selebihnya 2 % responden yang berusia diatas

50 tahun.

Pendidikan

Berdasarkan pengamatan terhadap 50

responden dalam penelitian ini, ternyata

didominasi responden yang berpendidikan S1

sebesar 74 %, responden yang berpendidikan

SMU sebesar 14 % responden yang

berpendidikan Diploma sebesar 8 % dan

selebihnya 4 % responden yang berpendidikan

S2.

Masa Kerja

Berdasarkan pengamatan terhadap 50

responden dalam penelitian ini, ternyata

didominasi responden dengan masa kerja 1-10

tahun sebesar 80 %, responden dengan masa

kerja lebih dari 20 tahun sebesar 12 % dan

selebihnya 8 % responden dengan masa kerja

11-20 tahun.

Bahasan Penelitian Pengaruh Parsial

Faktor Gaya Kepemimpinan Terhadap

Kinerja

Pada tahap awal, dilakukan analisa parsial

untuk masing-masing variabel, variabel gaya

kepemimpinan akan memberikan kontribusi

yang

berbeda terhadap kinerja pegawai dari pada

etos kerja.

Dari hasil pengolahan SPPS dapat kita lihat

jelas bahwa gaya kepemimpinan memberikan

kontribusi yang relatif besar dan signifikan

terhadap peningkatan kinerja pegawai.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan perolehan

parameter Rho=0,811 (81,10%) dan dengan

kontribusi R2= 0,657 (65,70%). Demikian

juga prediksi model, yaitu eXyˆ11+β+α=,

adalah positif yaitu eX393,0841,25yˆ1++=,

dan mampu memberikan kontribusi sebesar

81,10%, penduga parameternya pun

signifikan. Perhatikan Nilai F-hitung > F-

Signifikan atau 111,283 > 0,000, untuk

a=0,05. Kemudian dapat diamati, bahwa

parameter penduga ganda tersebut telah

memenuhi beberapa asumsi "BLUE"

(Penduga yang Best Linier Unbiased

Estimator). Perhatikan dan Probability (p) < a

atau p 0,000 < 0,05. Yang memberikan arti

dari kedua variabel independent variabel tidak

terjadi homoskedasitas, (t.hitung constanta > t.

signifikan atau 19,433> 0,000). Dengan

demikian, penduga parameter tersebut diatas

dapat dipastikan secara parsial mampu

memprediksikan perubahan yang positif

terhadap kinerja pegawai.

Kontribusi variabel gaya kepemimpinan

dalam penelitian ini sangat nyata dijadikan

sebagai indikator yang mempengaruhi kinerja

pegawai. Kemudian apabila diamati lebih jauh

Page 36: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 33

keberadaan nilai konstanta model (α=25,841)

adalah dapat diimplikasikan bahwa kinerja

individu pegawai telah terbentuk pada

organisasi tersebut.

Pengaruh Parsial Faktor Etos Kerja

Terhadap Kinerja

Berdasarkan hasil olahan data kuesioner

dengan

software SPSS pada penelitian ini ternyata

variabel etos kerja kurang memberikan

kontribusi

dan masih signifikan terhadap peningkatan

kinerja pegawai. Hal itu, dapat ditunjukkan

dengan perolehan penduga parameter

eXyˆ22+β+α=,yaitu eX179,0659,32yˆ2++=,

dan hanya memberikan kontribusi sebesar

22,20%, walaupun penduga parameternya

signifikan. Perhatikan Nilai F-hitung > F-

Signifikan atau 2,999 > 0,089, untuk a=0,05.

Kemudian dapat diamati, bahwa parameter

penduga ganda tersebut telah memenuhi

beberapa asumsi "BLUE" (Penduga yang Best

Linier Unbiased Estimator). Perhatikan R2=

4,90% (Multikolinieritas yang relatif tinggi)

dan Probability (p) < a atau p 0,089 < 0,05.

Yang

memberikan arti dari kedua variabel

independent variabel tidak terjadi

homoskedasitas, (t.hitung constanta > t.

signifikan atau 8,053> 0,089). Dengan

demikian, penduga parameter tersebut diatas

dapat dipastikan secara simultan mampu

memprediksikan perubahan yang positif

terhadap kinerja pegawai. kontribusi variabel

etos kerja dalam penelitian ini dilakukan

kurang namun masih signifikan dijadikan

sebagai indikator yang mempengaruhi kinerja

pegawai. Kemudian apabila diamati lebih jauh

keberadaan nilai konstanta model (α=32,659)

adalah dapat diimplikasikan bahwa kinerja

individu pegawai telah terbentuk pada

organisasi tersebut.

Pengaruh Simultan Faktor Gaya

Kepemimpinan dan Etos Kerja Terhadap

Kinerja Setelah analisa parsial kemudian

dilakukan analisa pengaruh simultan gaya

kepemimpinan dan etos kerja terhadap kinerja

pegawai. Berdasarkan hasil olahan data

kuesioner pada penelitian ini ternyata kedua

variabel tersebut secara simultan mampu

memberikan kontribusi yang relatif semakin

besar dan signifikan terhadap peningkatan

kinerja pegawai. Hal itu, dapat ditunjukkan

dengan perolehan penduga parameter

eXXyˆ2211+β+β+α=, adalah positif yaitu

eX004,0X396,0641,25yˆ21+++=, dan mampu

memberikan kontribusi sebesar 81,20%,

penduga parameternya pun signifikan.

Perhatikan Nilai F-hitung > F-Signifikan atau

45,362 > 0,000, untuk a=0,05.Kemudian dapat

diamati, bahwa parameter penduga ganda

tersebut telah memenuhi beberapa asumsi

"BLUE" (Penduga yang Best Linier Unbiased

Estimator). Perhatikan R2=65,90%

(Multikolinieritas yang relatif tinggi) dan

Probability (p) < a atau p 0,000 < 0,05. Yang

memberikan arti dari kedua variabel

independent

variabel tidak terjadi homoskedasitas,

(t.hitung constanta > t. signifikan atau 9,451>

0,000). Dengan demikian, penduga parameter

tersebut

diatas dapat dipastikan secara simultan

mampu memprediksikan perubahan yang

positif terhadap kinerja pegawai. Lebih

jelasnya, pendistribusian data-data tersebut

dapat diamati melalui tampilan

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Faktor gaya kepemimpinan memberikan

kontribusi yang relatif besar dan sangat

signifikan terhadap peningkatan kinerja

pegawai pada organisasi tersebut. Sehingga

dalam program pengembangan organisasi

ke depan harus lebih diarahkan pada

pengembangan gaya kepemimpinan

(kepemimpinan) organisasi.

2. Faktor etos kerja memberikan kontribusi

yang relatif kecil namun masih signifikan

dijadikan sebagai indikator yang

Page 37: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 34

mempengaruhi kinerja pegawai organisasi

tersebut.

3. Namun bila kedua faktor tersebut secara

simultan mampu memberikan kontribusi

yang relatif semakin besar dan sangat

signifikan terhadap peningkatan kinerja

pegawai. Dalam hal ini pengembangan

organisasi juga perlu meningkatkan gaya

kepemimpinan dan etos kerja secara

simultan memberikan peningkatan

pencapaian kinerja pegawai yang

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2010. Instalasi Farmasi Rumah

Sakit.http://siscia.wordpress.com/instalas

i-farmasi-rumah-sakit. [Agustus 2014].

Azwar S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kotler P. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran.

Edisi 8. Diterjemahkan oleh Sihombing.

Erlangga. Jakarta.

Mangunhardjana AM. 1986. Kepemimpinan

Teori dan Pengembangannya. Kanisius.

Yogyakarta, 9-18.

Nazir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta:

Graha Indonesia.

Pratama SE. 2011. Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan PSA Terhadap Motivasi

Kerja Karyawan Apotek Se Kabupaten

Rembang Tahun 2010. Universitas Setia

Budi. Surakarta.

Raharjo ST, Nafisah D. 2006. Jurnal Studi

Manajemen dan Organisasi. Analisis

Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen

Organisasi dan Kinerja Karyawan (Studi

Empiris pada Departemen Agama

Kabupaten Kendal dan Departemen

Agama Kota Semarang) 3:69.

Subanegara HP, 2005. Diamond Head Drill

dan Kepemimpinan dalam Manajemen

Rumah Sakit. Andi Yogyakarta.

Yogyakarta.

Susmiyatun. 2011. Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Pemilik Saran Apotek

(PSA) pada Motivasi Kerja Karyawan

Apotek di Kabupaten Blora. Universitas

Setia Budi. Surakarta.

Ulfa F. 2010. Analisis Pengaruh Gaya

Kepemimpinan PSA Terhadap Motivasi

Kerja Karyawan Apotek Se Kabupaten

Grobogan Tahun 2010. Universitas Setia

Budi. Surakarta.

Page 38: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 35

PENDAHULUAN

Dekade belakangan ini, perhatian

banyak ditujukan terhadap peran radikal bebas

pada berbagai patogenesis penyakit termasuk

proses aging. Radikal bebas secara normal

merupakan hasil sampingan metabolisme sel.

Dalam keadaan normal, tubuh manusia telah

dilengkapi dengan potensi antioksidan yang

cukup banyak. Keseimbangan sulit terdeteksi

terjadi antara produksi radikal bebas dengan

sistem pertahanan antioksidan pada tingkat sel

untuk mengatasi stres oksidatif. Adanya faktor

yang mendorong pergeseran keseimbangan ke

arah produksi radikal bebas yang berlebih

akan menyebabkan kerusakan berbagai

jaringan dan penyakit. Oleh karena itu,

masalah akan mulai muncul pada saat

mekanisme pertahanan kurang apabila

dibandingkan dengan kelebihan produksi

radikal bebas (Achmad, 2004).

Radikal bebas adalah molekul yang

tidak stabil dan menyerang struktur molekul

yang stabil. Dalam keadaan kronis dan dalam

ketiadaan pertahanan, serangan ini

menyebabkan kerusakan pada jaringan sehat,

organ, selaput sel, pembuluh darah, protein,

lemak, karbohidrat dan untai DNA bahkan di

dalam sel. Kerusakan yang dihasilkan

memiliki efek kumulatif dan dapat

menyebabkan banyak penyakit. Kerusakan sel

PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE

DPPH SERTA PENETAPAN KADAR FENOLIKNYA PADA

TANAMAN Andrographis Paniculata (BURM.F.) Nees

(SAMBILOTO)

PRAPTANTI SINUNG AN [email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Penggunaan bahan pengawet dan antioksidan sintetis tidak direkomendasikan oleh

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena diduga dapat menimbulkan penyakit

kanker (carcinogen agent). Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi ekstrak herba

sambiloto sebagai bahan acuan untuk mendapatkan antioksidan dari bahan alam yang

mempunyai tingkat keamanan yang lebih baik dibanding antioksidan sintetik, serta melihat

kontribusi total senyawa fenolik yang terdapat dalam masing-masing ekstrak herba terhadap

aktivitas antioksidannya yang ditentukan dengan menggunakan metode DPPH.

Penetapan aktivitas antiradikal dilakukan dengan mengukur penurunan serapan

DPPH oleh ekstrak sampel sedangkan kandungan fenol total ditetapkan dengan metode Folin

Ciocalteu.

Potensi ekstrak untuk kadar fenol total dalam herba yang dinyatakan dalam GAE

(Gallic Acid Eqivalent) berturut-turut 17,121 ± 21,593 mg/g sampel ekstrak. Koefisien korelasi

dari persamaan regresi linier antara IC50 dan kadar total fenol dalam GAE memberikan

gambaran bahwa 61% aktivitas antiradikal ekstrak tanaman disumbangkan oleh kandungan

fenoliknya.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, herba sambiloto, DPPH, kadar fenol total

Page 39: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 36

DNA dalam sel yang disebabkan oleh radikal

bebas memiliki konsekuensi biologis yang

serius seperti mutasi, transformasi

karsinogenik, patologi dan penuaan selular.

Pernah dilaporkan bahwa radikal bebas dapat

menyebabkan kematian sel yang terprogram

(apoptosis). Sebuah radikal bebas dapat

merusak enzim, molekul protein, atau seluruh

sel, tetapi lebih buruk lagi, dalam nano-detik

dapat melepaskan reaksi berantai yang sangat

banyak dalam tubuh kita. Setiap radikal bebas

dapat berinisiasi dan melancarkan jutaan

radikal bebas lain, mengatur rantai perusakan

secara biologis reaksi yang dapat terjadi pada

tingkat selular dan molekular (Hetrick, 2003).

Menurut National Cancer Institute,

radikal bebas adalah molekul dengan elektron

tidak lengkap yang membuatnya secara

kimiawi lebih reaktif daripada yang tidak

memiliki kulit elektron yang tidak lengkap.

Pada manusia bentuk yang paling umum dari

radikal bebas adalah oksigen. Ketika sebuah

molekul oksigen (O2) menjadi bermuatan

listrik atau teradikalisasi, maka dia akan

mencoba untuk mencuri elektron dari molekul

lain, menyebabkan kerusakan DNA dan

molekul lain. Dengan berjalannya waktu,

kerusakan tersebut kemungkinan menjadi

kerusakan yang tidak bisa diperbaiki lagi dan

menyebabkan penyakit termasuk kanker.

Terdapat banyak faktor internal dan

eksternal yang membentuk radikal bebas: asap

rokok, alkohol yang berlebihan, radiasi

termasuk radiasi ultraviolet dari matahari,

knalpot mobil, pestisida, herbisida, polusi,

penggunaan obat, kemoterapi, pembedahan,

kerusakan bakteri oleh sel darah putih, infeksi

mikroba atau virus, metabolisme racun, proses

peradangan, produk sampingan dari

metabolisme oksigen, stres, shock, trauma,

hipoksia, reaksi enzimatik, konsumsi kalori,

pola makan yang buruk dan kebanyakan

bahan makanan terutama pengoksidasi

minyak yang terhidrogenasi (Hetrick, 2003).

Peran antioksidan adalah untuk

berinteraksi dengan radikal bebas dan

memadamkannya atau membuatnya menjadi

tidak berbahaya (Hetrick, 2003). Antioksidan

dapat menetralisir radikal bebas sehingga

atom dengan elektron yang tidak berpasangan,

mendapat pasangan elektron sehingga lebih

stabil (Barus, 2009).

Pada saat ini penggunaan bahan

pengawet dan antioksidan sintetis tidak

direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM) karena diduga dapat

menimbulkan penyakit kanker (carcinogen

agent). Karena itu perlu dicari alternatif lain

yaitu bahan pengawet dan antioksidan alami

yang bersumber dari bahan alam (Barus,

2009).

Antioksidan alami adalah senyawa

fenolik pada tanaman yang kemungkinan

berada pada semua bagian tanaman (Gordon,

2003). Polifenol memainkan peranan penting

dalam tanaman maupun dalam makanan

(Murkovic, 2003). Keberadaan gugus pemberi

elektron pada posisi orto dan para dalam fenol

menambah aktivitas antioksidannya dengan

efek penginduksi (Madhafi et al., 1996).

Herba sambiloto merupakan tanaman

asli Indonesia dan berpotensi untuk

dikembangkan sebagai antioksidan alami.

Kandungan total fenol berkorelasi

kuat dan searah dengan aktivitas antioksidan

pada herba sambiloto. Akan tetapi menurut

penelitian yang dilakukan oleh (Dai et al.

(2005), kadar total fenolik berkorelasi negatif

dengan aktivitas penangkap radikal tanaman

keladi tikus (Thyponium divaricatum (Linn)

Decne). Hal ini disebabkan karena selain

senyawa fenolik, aktivitas penangkap radikal

dari ekstrak tumbuhan juga disumbangkan

oleh senyawa-senyawa seperti minyak

menguap, karotenoid dan vitamin C.

Kandungan-kandungan kimia dalam

tanaman kelas Magnoliopsida salah satunya

adalah senyawa polifenol (Ahmeda et al.,

2009, Pittella et al., 2009, Awal et al., 2009,

Widyastuti, 2010, Ramchoun et al., 2009).

Senyawa fenolik mempunyai korelasi positif

dengan aktivitas antioksidan (Huda, 2009),

Page 40: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 37

sehingga polifenol kemungkinan merupakan

senyawa yang paling berpotensi

menyumbangkan aktivitas antiradikal pada

kelima ekstrak herba kelas Magnoliopsida.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi

dari kelima ekstrak herba tersebut sebagai

bahan acuan untuk mendapatkan antioksidan

dari bahan alam yang mempunyai tingkat

keamanan yang lebih baik dibanding

antioksidan sintetik, serta melihat kontribusi

total senyawa fenolik yang terdapat dalam

masing-masing ekstrak herba terhadap

aktivitas antioksidannya yang ditentukan

dengan menggunakan metode DPPH.

Kandungan-kandungan kimia dalam

tanaman kelas Magnoliopsida salah satunya

adalah senyawa polifenol (Ahmeda et al.,

2009, Pittella et al., 2009, Awal et al., 2009,

Widyastuti, 2010, Ramchoun et al., 2009).

Senyawa fenolik mempunyai korelasi positif

dengan aktivitas antioksidan (Huda, 2009),

sehingga polifenol kemungkinan merupakan

senyawa yang paling berpotensi

menyumbangkan aktivitas antiradikal pada

kelima ekstrak herba kelas Magnoliopsida.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi

dari dari ekstrak herba tersebut sebagai bahan

acuan untuk mendapatkan antioksidan dari

bahan alam yang mempunyai tingkat

keamanan yang lebih baik dibanding

antioksidan sintetik, serta melihat kontribusi

total senyawa fenolik yang terdapat dalam

masing-masing ekstrak herba terhadap

aktivitas antioksidannya yang ditentukan

dengan menggunakan metode DPPH.

METODE PENELITIAN

Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu alat-alat

gelas, corong Buchner, vortex, mikropipet,

spektrofotometer UV-Vis.

Bahan yang digunakan. Ekstrak herba

sambiloto, DPPH (2,2-diphenyl--

picrylhidrazyl), etanol p.a. (E. Merck), plate

silica gel GF 254 (E. Merck), vitamin E

(Sigma Co.), asam galat p.a, Folin-Ciocalteu

p.a dan Natrium karbonat p.a.

Jalannya penelitian

Pengumpulan bahan

Ekstrak herba sambiloto diperoleh

dari laboratorium Biologi Farmasi Politeknik

Indonusa Surakarta.

Uji kualitatif

Uji kualitatif aktivitas antioksidan

Ekstrak etanol herba sambiloto serta

pembanding Vitamin E ditotolkan sebanyak

masing-masing 2µl ke dalam plat KLT.

Setelah kering, plat disemprot dengan larutan

DPPH dan diamati bercak yang timbul.

Bercak kuning menandakan positif adanya

aktivitas antioksidan.

Uji kualitatif senyawa fenol

Ekstrak etanol herba sambiloto serta

pembanding asam galat ditotolkan sebanyak

masing-masing 2µl ke dalam plat KLT.

Setelah kering, plat disemprot dengan larutan

FeCl3 dan diamati bercak yang timbul.

Senyawa fenol ditunjukkan oleh warna hijau,

merah ungu, biru, atau hitam yang kuat

(Harborne, 1987).

Uji kualitatif senyawa flavonoid

Ekstrak etanol herba Sambiloto serta

pembanding quersetin ditotolkan sebanyak

masing-masing 2µl ke dalam plat KLT.

Setelah kering, plat diuapi dengan uap amonia

dan disemprot dengan sitroborat. Plat

kemudian dioven selama 10 menit dan diamati

bercak yang timbul pada lampu UV 366nm.

Warna/fluoresensi yang terbentuk sebagai

indikasi adanya flavonoid adalah fluoresensi

kuning kehijauan di bawah sinar UV366 nm

(Pramono, 1989).

Uji aktivitas antioksidan (metode DPPH)

Aktivitas antiradikal dalam ekstrak

herba sambiloto ditentukan dengan metode

DPPH sesuai yang dilakukan Rohman dan

Riyanto (2004).

Page 41: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 38

Pembuatan larutan pereaksi DPPH

Ditimbang seksama DPPH 15,77 mg,

kemudian dilarutkan dengan etanol p.a sampai

tanda pada labu takar 100,0 mL, sehingga

diperoleh konsentrasi 0,4 mM dan disimpan

dalam wadah gelap di almari es.

Penentuan panjang gelombang maksimum

(maks)

DPPH 0,7 mL ditempatkan dalam

labu takar 5,0 mL, ditambah etanol p.a sampai

tanda, diukur absorbansinya pada panjang

gelombang 450-545 nm terhadap blanko 5,0

mL etanol p.a, diplotkan harga absorbansi

maksimum. Panjang gelombang maksimum

adalah panjang gelombang dimana larutan

cuplikan memiliki absorbansi maksimum.

Pembuatan larutan stok ekstrak herba

sambiloto.

Sampel ekstrak herba sambiloto

ditimbang 10,00 mg dalam botol timbang,

ditambah pelarut etanol p.a, divortek sampai

homogen, dimasukan dalam labu takar 10,0

mL, sehingga didapat larutan dengan

konsentrasi 0,1 %.

Pembuatan larutan stok vitamin E

Vitamin E ditimbang 10,00 mg dalam

botol timbang, ditambah pelarut, divortek

sampai homogen, dimasukan dalam labu takar

10,0 mL, ditambah pelarut sampai tanda,

didapat larutan dengan konsentrasi 0,1 %.

Penentuan IC50 ekstrak herba sambiloto.

Sejumlah larutan stok ekstrak herba

sambiloto serta vitamin E dengan lima seri

konsentrasi, ditempatkan dalam labu takar 5,0

mL. Sampel selanjutnya ditambah dengan 0,7

mL DPPH 0,4 mM dan ditambah etanol

hingga tanda. Campuran tersebut divorteks

selama 30 detik dan diinkubasi selama 30

menit. Absorbansi sampel diukur terhadap

blangko yang terdiri dari sejumlah larutan

stok dalam etanol pada λmaks. Selain itu,

dibandingkan dengan kontrol yang terdiri dari

0,7 mL DPPH 0,4 mM dalam etanol p.a.

Dihitung % aktivitas antiradikal. Dibuat kurva

regresi linier antara konsentrasi melawan %

aktivitas antiradikal. Didapatkan rumus

regresi linier dan ditentukan konsentrasi

sampel pada aktivitas 50%. Percobaan uji

aktivitas antiradikal direplikasi sebanyak tiga

kali. Setiap sekali percobaan, pembuatan stok

dan pengenceran sampel juga direplikasi

sebanyak tiga kali.

Penentuan kadar total fenolik dalam

sampel

Kandungan fenolik total dalam ekstrak dan

fraksi ditentukan dengan metode Folin-

Ciocalteau sesuai dengan yang dilakukan oleh

Lee et al. (2003) dengan beberapa modifikasi.

Penentuan operating time (OT)

Sebanyak 75,0 μL asam galat 0,04%

direaksikan dengan 200,0 μL reagen Folin-

Ciocalteu (diencerkan dengan aquabidest

sebanyak 1:1). Campuran divorteks hingga

homogen dan didiamkan selama 5 menit,

kemudian ditambahkan 2,0 mL Na2CO3 7%

dan ditepatkan volumenya hingga 5,0 mL

dengan aquabidest dalam labu takar.

Selanjutnya, campuran tersebut divorteks

selama 30 detik dan absorbansinya diukur

terhadap blangko setiap interval waktu 5

menit pada λmaks referen 750 nm hingga

diperoleh absorbansi stabil. Blangko terdiri

dari 200,0 μL reagen Folin-Ciocalteu

ditambah 2,0 mL Na2CO3 7% dan ditepatkan

volumenya dengan aquabidest dalam labu

takar.

Penentuan panjang gelombang maksimal

(λmaks).

Penentuan dilakukan dengan

mereaksikan seperti pada OT kemudian

didiamkan selama OT dan diamati

absorbansinya pada rentang panjang

gelombang 600-800 nm.

Page 42: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 39

Penentuan kurva baku asam galat

Penentuan kurva baku dilakukan

dengan mengambil larutan standar asam galat

0,04% yaitu 60,0μL; 70,0μL; 80,0μL; 90,0μL

dan 100,0μL, selanjutnya seri konsentrasi

tersebut direaksikan seperti pada penentuan

OT kemudian didiamkan selama OT dan

diamati absorbansinya pada λmaks. Penentuan

dilakukan dengan 3 kali replikasi.

Penetapan kadar fenol total

Larutan stok ekstrak dibuat

konsentrasi 0,1% dan diambil sejumlah

tertentu, kemudian direaksikan seperti pada

OT, kemudian didiamkan selama OT dan

diamati absorbansinya pada λmaks. Penentuan

dilakukan dengan 3 kali replikasi.

Cara Analisis

Penentuan aktivitas antiradikal

dilakukan melalui perhitungan inhibitory

concentration (IC50). IC50 adalah konsentrasi

ekstrak dan vitamin E yang memberikan %

aktivitas antiradikal sebesar 50% dibanding

kontrol melalui suatu persamaan garis regresi

linier antara kadar terhadap % penangkapan

radikal (Rohman dan Riyanto, 2004).

% A. antiradikal = (abs kontrol-abs sampel) x 100 %

(abs kontrol )

Kandungan fenol total dalam ekstrak

etanol ekstrak herba sambiloto dihitung

dengan memasukkan data absorbansi dalam

persamaan kurva baku asam galat sebagai

nilai y, di mana nilai x yang diperoleh

merupakan ekivalensi miligram asam galat

dalam tiap gram eksrak (GAE).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kualitatif DPPH, Fenolik, dan

Flavonoid Ekstrak Herba.

Uji kualitatif DPPH, fenolik, dan

flavonoid ekstrak etanol herba sambiloto

dilakukan dengan cara KLT. Totolan tidak

dielusi dengan fase gerak tertentu,

melainkan hanya dilakukan uji

pendahuluan menggunakan pereaksi

semprot tertentu.

6 5 4 3 2 1

uji fenolik

C1c23456

hasil penampakan dengan pereaksi sitroborat

6 5 4 3 1a

Hasil penampakan dengan pereaksi DPPH

6 5 4 3 2 1b

hasil penampakan dengan pereaksi FeCl3

A

C

B

2

Gambar 2. Hasil Uji Kualitatif sampel (1a)

Vitamin E, (1b) asam galat, (1c) quersetin,

(2) herba sambiloto,

Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Sampel

No

. Sampel

Uji

DPPH

(A)

Sinar

tampa

k

Uji

Fenoli

k (B)

Sinar

tampa

k

Uji

Flavonoi

d (C)

UV

366nm

1A Vitamin

E +++ - -

1B Asam

Galat - + -

1C Querseti

n - - +

3

Herba

Sambilot

o

+ + +

Keterangan: + = intensitas kecil

++ = intensitas sedang

+++ = intensitas tinggi

Page 43: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 40

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa semua ekstrak dan vitamin E

mempunyai aktivitas antioksidan. Hal ini

ditunjukkan pada pengamatan dengan

adanya bercak kuning (Tabel 1). Herba

sambiloto mempunyai bercak kuning

dengan intensitas rendah, sehingga

kemungkinan herba tersebut sedikit

memiliki aktivitas antioksidan.

Senyawa fenol dapat dideteksi

dengan menambahkan larutan besi (III)

klorida dalam air atau etanol ke dalam

cuplikan, yang menimbulkan warna hijau,

merah ungu, biru, atau hitam yang kuat

(Harborne, 1987). Herba Seledri dan

pembanding asam galat menunjukkan

secara positif adanya fenolik (Gambar 2

dan Tabel 1). Besarnya kadar senyawa

fenolik dalam kelima ekstrak tersebut

dapat ditentukan dengan uji kuantitatif

menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu.

Uji flavonoid dinyatakan positif

apabila memberikan bercak fluoresensi

kuning kehijauan di bawah sinar UV366

nm (Pramono, 1989), sehingga sampel

ekstrak herba seledri serta pembandingnya

quersetin mengandung flavonoid.

Penentuan Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Herba Sambiloto dengan

Metode DPPH.

Uji aktivitas antiradikal dengan

metode DPPH dilakukan pada panjang

gelombang 517,6 nm dengan waktu

inkubasi 30 menit. Penentuan aktivitas

antiradikal dilakukan melalui perhitungan

inhibitory concentration (IC50). IC50

adalah konsentrasi ekstrak dan standar

yang memberikan % aktivitas antiradikal

sebesar 50% dibanding kontrol melalui

suatu persamaan garis regresi linier antara

kadar terhadap % penangkapan radikal

(Rohman dan Riyanto, 2004). Semakin

besar nilai IC50, semakin kecil aktivitas

antioksidannya dan sebaliknya semakin

kecil nilai IC50, semakin besar pula

aktivitas antioksidannya.

Pada herba sambiloto hanya

sedikit sekali mempunyai aktivitas

antioksidannya. Akan tetapi dilakukan

juga penentuan kandungan fenolik

totalnya agar diketahui hubungan korelasi

antara aktivitas antioksidan dan

kandungan fenoliknya.

Penentuan Kandungan Fenolik Total

Penentuan kandungan fenolik total

dilakukan dengan menggunakan pereaksi

Folin-Ciocalteu dan sebagai standar

digunakan asam galat. Asam galat

digunakan sebagai standar karena asam

galat termasuk ke dalam senyawa fenolik

dan memiliki aktivitas antioksidan yang

kuat (Lee et al., 2003).

Pengukuran dilakukan pada

panjang gelombang 742,5 nm dan pada

menit ke-50. Kurva baku asam galat yang

diperoleh untuk pengukuran kandungan

fenolik total adalah y = 0,110x+0,018

dengan R2 = 0,999 (Tabel 3, Gambar 4).

Tabel 3. Data Penentuan Kurva Baku

Standar Asam Galat

Kad

ar

(µg/

mL)

Abs

Rerata Abs

± SD R.1 R.2

2

0,247 0,232 0,235 ±

0,0161 0,213 0,247

3

0,345 0,374 0,349 ±

0,0231 0,319 0,357

4

0,446 0,493 0,466 ±

0,0198 0,459 0,464

5

0,557 0,57 0,570 ±

0,0090 0,576 0,576

6

0,654 0,675 0,675 ±

0,0230 0,664 0,707

Page 44: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 41

Gambar 4. Profil Penetapan Kurva Baku

Asam Galat

Kadar polifenol total masing-

masing ekstrak dinyatakan dalam GAE

(Gallic Acid Equivalent). GAE merupakan

jumlah kesetaraan miligram asam galat

dalam 1 gram sampel (Lee et al., 2003).

Tabel 4. Hasil Penentuan Kandungan

Fenolik Total Ekstrak

Sampel GAE ± SD

(mg/g sampel)

Sambiloto 17,121 ± 21,593

Kandungan fenolik total pada

ekstrak herba menunjukkan bahwa herba

sambiloto (17,121 ± 21,593).

Hasil pengamatan menunjukkan

nilai R2 = 0,610. Hal ini menunjukkan

61% aktivitas antiradikal pada ekstrak uji

disumbangkan oleh senyawa fenolik

antara lain berupa golongan flavonoid,

turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol

dan asam-asam organik polifungsional

(Istiani, 2010), sehingga 49% aktivitas

antiradikal disumbangkan oleh senyawa

lain seperti minyak menguap, karotenoid

dan vitamin C (Javanmardi, 2003),

alkaloid (Erol, 2009), saponin, kuinon

(Sharma dan Prasad, 20011), serta

triterpen (Chang dan Ling, 2011) yang ada

pada herba uji.

Terdapat perbedaan yang

bermakna antara nilai IC50 dan kandungan

fenolik total ekstrak herba dibandingkan

dengan referensi. Perbedaan aktivitas pada

herba sambiloto kemungkinan disebabkan

karena perbedaan metode pengukuran

aktivitas antioksidan (Widyastuti, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Kandungan fenolik total ekstrak herba

sambiloto 17,121 ± 21,593 mg/g

sampel ekstrak, mempunyai korelasi

positif dengan aktivitas antioksidan

dengan nilai R2 = 0,610.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai fraksi-fraksi ekstrak

meniran terhadap aktivitas

antioksidannya. Berdasarkan potensinya

yang sangat tinggi, disarankan untuk

mendayagunakan herba meniran sebagai

salah satu sumber antioksidan dari bahan

alam yang lebih aman dari antioksidan

sintetik.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T. H., 2004, Biomolecular

Mechanism of Antioxidant Activity on

Aging Process, Padjadjaran

University Bandung, Department of

Biochemistry, Medical School

Ahmeda, A., Hossain, M.A. dan Ismail, Z.,

2009, Antioxidant properties of the

isolated flavonoids from the

medicinal plant Phyllanthus niruri,

Asian Journal of Food and Agro-

Industry, 2(03), 373-381.

Awal, P., M., Rohmat, dan W., Yuli, 2009,

Uji Potensi Antioksidan Herba Seledri

(Apium graveolens L.) secara In Vitro,

Seminar Nasional Tumbuhan Obat

Indonesia XXXVII 11-12 November

2009, UNIB.

Chang, C. L. dan Lin, C. S., 2011,

Phytochemical Composition,

Antioxidant Activity and

Neuroprotective Effect of Terminalia

Page 45: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 42

chebula Retzius Extracts, Research

Institute of Biotechnology

HungKuang University, Taiwan

Da’i, M., Nurwaini, S., dan Robithoh N., I.,

2005, Uji Aktivitas Antiradikal

dengan Metode DPPH dan Penetapan

Kadar Fenol Total Ekstrak Daun

Keladi Tikus (Thyphonium

divaricatum (Linn) Decne),

Pharmacon, 6 (2), 51-56.

Erol, T. N., Sari, F., dan Velioglu, S., 2009,

Polyphenols, Alkaloids And

Antioxidant Activity Of Different

Grades Turkish Black Tea, Uludag

University, Ankara.

Gordon, M. H., 2003, Natural Antioxidants,

Elsevier Science Ltd, UK.

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia

Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, ITB, Bandung.

Hetrick, Daniel, 2003, Cantron: Its Beneficial

Role Against Health Damaging Free

Radicals, Medical Research Product

Inc, Miami.

Huda, F. N., Noriham, A., Norrakiah, A. S.,

dan Babji, A. S., 2009, Antioxidant

activity of plants methanolic extracts

containing phenolic compounds,

African Journal of Biotechnology, 8

(3), 484-489.

Istiani, Y., 2010, Karakterisasi Senyawa

Bioaktif Isoflavon dan Uji Aktivitas

Antioksidan dari Ekstrak Etanol

Tempe Berbahan Baku Koro pedang

(Canavalia ensiformis), Program

Pasca Sarjana Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

Javanmardi, J., Stushnoff, C., Locke, E., dan

Vivanco, J.M., 2003, Antioxidant

Activity and Total Phenolic Content

of Iranian Ocimum accessions, J.

Food Chem., 83, 547-550.

Lee, K.I., Kim, Y.J., Lee, H.J., dan Lee, C.H.,

2003, Cocoa Has More Phenolic

Phytocemical And Higher Antioxidan

Capacity Then Teas and Red Wine, J.

Agric. Food Chem., 51, 7292-7295.

Madhavi, D. L., Deshpande, S.S., dan

Salunkhe, D.K., 1996, Food

Antioxidants, New York: Marcel

Dekker, Inc.

Pittella, F., Dutra, R.C., Junior, D.D., Lopes,

M.T.P. dan Barbosa, N.R., 2009,

Antioxidant and Cytotoxic Activities

of Centella asiatica (L) Urb.,

International Journal of Molecular

Sciences, 10, 3713-3721.

Ramchoun, M., Harnafi, H., Alem, C.,

Benlyas, M., Elrhaffari, L., dan

Amrani, S., Study on Antioxidant and

hypolipidemic effect of polyphenol-

rich extracts from Thymus vulgaris

and Lavendula multifida,

pharmacognosy research, 1 (3), 106-

112.

Rohman, A. dan Riyanto, S., 2006, Aktivitas

Antiradikal Bebas Ekstrak Kloroform

Buah Mengkudu (Morinda citrifolia,

L.) dan Fraksi-fraksinya. Artocarpus,

6 (1), Maret 2006, 39

Sharma, K. L., dan Prasad, Ramasare, 2011,

Saponin glycosides as natural

antioxidant from Aegle marmelos and

their protective role in oxidative

damage to protein, Department of

Biotechnology, Indian Institute of

Technology Roorkee, Roorkee –

Widyastuti, N., 2010, Pengukuran Aktivitas

Antioksidan dengan Metode

CUPRAC, DPPH, dan FRAP serta

Korelasinya dengan Fenol dan

Flavonoid pada Enam Tanaman,

Page 46: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 43

Pendahuluan

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang

ditandai dengan kadar glukosa darah di atas

normal (CDC, 2012). Diabetes melitus atau

kencing manis disebabkan karena kekurangan

hormon insulin yang berfungsi

memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel

untuk dibakar dan dimanfaatkan sebagai

sumber energi. Jika tubuh kekurangan

hormone insulin maka glukosa bertumpuk di

dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya

disekresikan lewat kemih tanpa digunakan

(Tan & Rahardja, 2007).

Pengobatan DM telah dilakukan

dengan berbagai cara, seperti latihan teratur

dan diet. Pengobatan dapat pula dengan

pemberian insulin maupun menggunakan

obat-obatan antidiabetes yang dijual secara

komersil atau lebih dikenal sebagai obat

sintetis. Pengobatan ini memerlukan biaya

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% DAUN

MATOA (Pometia pinnata J.R. & G. Forst) TERHADAP

PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT PUTIH

JANTAN (Mus musculus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA

APTIKA OKTAVIANA T. D. [email protected]

Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

ABSTRAK

Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya

tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup. Pengobatan diabetes mellitus menggunakan

obat konvensional, harganya relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak

diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, pengobatan diabetes beralih ke pengobatan tradisional.

Salah satu obat sebagai alternatif yang berefek sebagai antidiabetes mellitus adalah daun

matoa

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak etanol kulit buah manggis

terhadap penurunan kadar glukosa darah. Metode Pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode toleransi glukosa dengan cara hewan uji dipuasakan selama 16 jam,

diperiksa kadar gula darah awal (T0), setelah itu diberi beban glukosa dan selang 5 menit

diberi perlakuan yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol (CMC 1%), kelompok II adalah

kelompok pembanding (Glibenklamid), kelompok III (ekstrak etanol daun matoa

2,8mg/20gBB), kelompok IV (ekstrak etanol daun matoa 5,6mg/20gBB), dan kelompok V

(ekstrak etanol daun matoa 8,4mg/20Gbb), lalu diperiksa kadar glukosa darah pada menit

30,60,90, dan 120. Hasil data dianalisa dengan ANAVA satu arah dilanjutkan uji SNK test

pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak etanol daun matoa

(Pometia pinnata J.R & G Forst) dapat memberikan efek penurun glukosa darah pada mencit

jantan galur swiss efektif pada dosis 5,6mg/20Gbb.

Kata kunci : daun matoa (Pometia pinnata J.R & G Forst), ekstrak etanol, penurun kadar

glukosa darah

Page 47: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 44

yang mahal dan menimbulkan efek samping.

Beberapa obat bahkan dibekukan izin edarnya

oleh BPOM karena mempertimbangkan resiko

yang ditimbulkan obat tersebut (BPOM,

2010).

Berdasarkan hal tersebut, pengobatan

diabetes beralih ke pengobatan tradisional.

Faktor pendorong terjadinya peningkatan

penggunaan obat tradisional di negara maju

adalah usia harapan hidup yang lebih panjang,

adanya kegagalan penggunaan obat modern

untuk penyakit tertentu, dan semakin luasnya

akses informasi mengenai obat herbal di

seluruh dunia (Sukandar, 2006). Faktor

pendorong lainnya adalah kondisi Indonesia

yang beriklim tropis memiliki

keanekaragaman tumbuhan yang dapat

digunakan sebagai obat tradisional.

Pengobatan secara tradisional didasarkan pada

faktor-faktor empiris, kebiasaan dan

pengalaman. Umumnya mekanisme

pengobatan jenis ini tidak dapat dijelaskan

secara rinci seperti pengobatan sintetik

(Wijayakusuma, 2004).

Menurut Malviya et al. (2010),

terdapat banyak tumbuhan obat yang

dilaporkan bermanfaat dan digunakan sebagai

agen antidiabetes secara empiris. Kandungan

senyawa kimia dalam tumbuhan dilaporkan

aman untuk penderita diabetes mellitus.

Penelitian tentang penemuan agen

antidiabetes baru dari tumbuhan masih terus

dilakukan, walaupun telah diketahui lebih dari

400 tumbuhan memiliki aktivitas

hipoglikemik (Purwatresna, 2012).

Senyawa antioksidan sintetik maupun

alami (dari berbagai tanaman) mampu

mengontrol kadar glukosa darah dan

mencegah komplikasi diabetes, senyawa aktif

golongan polifenol pada tanaman mempunyai

aktivitas antioksidan dan hipoglikemik

(Widowati, 2011). Senyawa lain yaitu

Flavonoid dapat bersifat sebagai

antidiabeteskarena flavonoid mampu berperan

sebagai senyawa yang dapat menetralkan

radikal bebas, sehingga dapat mencegah

kerusakan sel beta pankreas yang

memproduksi insulin (Situmorang, 2012).

Matoa (Pometia pinnata J.R. & G.

Forst) merupakan salah Salah satu tanaman

buah asli papua (Santoso, 2010).Secara

empiris tanaman matoa (Pometia pinnata J.R.

& G. Forst) telah banyak digunakan dalam

pengobatan di beberapa daerah. Daun matoa

dapat digunakan sebagai obat demam, sakit

kulit dan bengkak kesleo. Kulit pohon matoa

(Pometia pinnata J.R. & G. Forst) juga dapat

digunakan sebagai tuba ikan (Sangat et al,

2000). Buah matoa (Pometia pinnata J.R. & G.

Forst) mempunyai kandungan vitamin C dan

E yang berkhasiat untuk kesehatan (Irawan,

2013).

Hasil penelitian dari Rahimah et al.

(2013) telah mengiidentifikasi senyawa hasil

isolat yang diperoleh dari daun matoa

(Pometia pinnata J.R. & G. Forst) dan

didapatkan senyawa golongan flavonoid.

Kandungan lain yang terdapat pada daun

matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst)

adalah saponin dan tanin (Variany, 1999).

Matoa (Pometia pinnata J.R. & G.

Forst) merupakan tanaman yang termasuk

dalam keluarga Sapindaceae (Santoso, 2010).

Salah satu tanaman yang telah diuji

khasiatnya sebagai antidiabetes yang berasal

dari keluarga Sapindaceae adalah rambutan

(Nephelium lappaceum L.). Hasil penelitian

dari Kusuma (2008) menunjukkan adanya

pengaruh pemberian ekstrak etanol daun

rambutan dan ekstrak dengan dosis 200

mg/kgBB memiliki kemampuan yang sama

dengan glibenklamid dalam menurunkan

KGD puasa. Daun dari tanaman rambutan

(Nephelium lappaceum L.) mengandung

saponin dan tanin (Dalimartha, 2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut

memungkinkan bahwa kandungan dalam daun

matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst)

memiliki kandungan yang hampir sama

dengan daun rambutan (Nephelium lappaceum

L.) sehingga dapat digunakan sebagai

antidiabetes atau penurun kadar glukosa

Page 48: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 45

darah. Maka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh ekstrak daun matoa

(Pometia pinnata J.R. & G. Forst) terhadap

penurunan kadar gula darah mencit jantan

menggunakan beban glukosa.

Diabetes melitus adalah sekelompok

sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia,

perubahan metabolisme lipid, karbohidrat,dan

protein serta peningkatan resiko komplikasi

penyakit pembuluh darah. Sebagian besar

pasien secara klinis dapat diklasifikasi sebagai

penderita diabetes melitus tipe 1 (diabetes

bergantung insulin atau IDDM), atau diabetes

melitus tipe 2 (diabetes tidak bergantung

insulin atau NIDDM). Diabetes melitus atau

intoleransi karbohidrat juga menyebabkan

kondisi atau sindrom tertentu lainnya

(Goodman & Gilman, 2007). Terapi dengan

obat-obat antidiabetik oral berguna dalam

pengobatan penderita DM tipe 2 (Mycek et al.

2001).

Penelitian ini menggunakan ekstraksi

dengan cara maserasi, karena cara pengerjaan

dan peralatan yang digunakan sederhana dan

mudah diusahakan. Maserasi adalah sediaan

cair yang dibuat dengan merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari selama 5 hari.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia

yang mengandung zat aktif yang mudah larut

dalam cairan penyari. Cairan penyari yang

digunakan dapat berupa air, etanol, air etanol,

atau pelarut lain (Depkes, 1986).

Prosedur percobaan untuk uji toleransi

glukosa oral hewan dengan cara mengoralkan

ekstrak pada hewan uji yaitu mencit putih

jantan dengan berat 15-20 gram dan berimur

2-3 bulan. Dipilih mencit kelamin jantan

karena memiliki kondisi biologis tubuh lebih

stabil dibandingkan mencit kelamin betina

(Smith dan Mangkoewidjaja, 1988).

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daun dari tanaman matoa

(Pometia pinnata J.R. & G. Forst) yang

terdapat di daerah Cengklik, Nusukan,

Surakarta, Jawa Tengah. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah daun

matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst) yang

diperoleh di daerahCengklik, Nusukan,

Surakarta, Jawa Tengah. Sampel diambil pada

bulan November 2013 dengan sistem

sampling dengan daun yang berwarna hijau,

saat daun matang, belum terlalu tua, sehat,

dan tidak berpenyakit

Variabel Penelitian

Identifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini

adalah ekstrak etanol daun matoa (Pometia

pinnata J.R. & G. Forst). Variabel utama kedua

dalam penelitian ini adalah mencit jantan

(Mus musculus) sebagai hewan percobaan

Klasifikasi variabel utama

Variabel utama memuat identitas dari

semua variabel yang diteliti langsung yang

telah diidentifikasi terlebih dahulu dapat

diklasifikasikan ke dalam ebrbagai variabel

yaitu variabel bebas, variabel tergantung dan

variabel terkendali. Variabel bebas yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah variabel

yang sengaja diubah-ubah untuk dipelajari

pengaruhnya terhadap variabel tergantung.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

ekstrak daun matoa dalam berbagai variasi

dosis yang diberikan pada mencit.

Variabel tergantung adalah variabel

akibat dari variabel utama. Variabel

tergantung dalam penelitian ini adalah

penurunan glukosa darah pada hewan uji

setelah perlakuan, dengan diberi ekstrak

etanol daun matoa pada dosis yang berbeda-

beda sebagai kelompok uji, kelompok

pembanding, dan kelompok kontrol negatif.

Variabel terkendali adalah variabel

yang mempengaruhi variabel tergantung

sehingga perlu dinetralisir atau ditetapkan

kualifikasinya agar hasil yang didapatkan

tidak tersebar dan dapat diulang oleh peneliti

lain secara tepat. Variabel kendali dalam

penelitian ini adalah kondisi fisik hewan uji

Page 49: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 46

yang meliputi berat badan, usia, jenis kelamin

dan lingkungan hidup.

Daun matoa adalah daun dari tanaman

matoa yang diambil dari daerah Cengklik,

Nusukan, Surakarta, Jawa Tengah.

Ekstrak etanol 96% daun matoa

(Pometia pinnata J.R. & G. Forst) adalah

ekstrak yang diperoleh dengan cara maserasi

dengan pelarut etanol 96%, kemudian

diuapkan dalam evaporator 40oC sampai

diperoleh ekstrak kental.

Kadar glukosa darah adalah kadar

glukosa darah yang diambil melalui vena

lateralis ekor mencit putih jantan dan diambil

saat puasa yang telah ditetapkan kadarnya

dengan alat Glucometer Gluco Dr BioSensor

AGM-2100.

Alat dan Bahan

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Pisau untuk merajang simplisia

b. Mesin penggiling

c. Ayakan no.40.

d. Seperangkat alat maserasi

e. Evaporator

f. Glucometer GlucoDr BioSensor AGM-

2100.

g. Jarum oral

h. Neraca analitik

i. Alat-alat gelas.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Sampel yang digunakan adalah daun

matoa yang diambil dari tanaman matoa

yang diperoleh di daerah Cengklik,

Nusukan, Surakarta, Jawa Tengah.

b. Bahan kimia yang digunakan dalam

penelitian ini adalah etanol 96%, larutan

CMC Na 1%, aquadest, glukosa yang

diperoleh di Laboratorium Farmakologi

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Surakarta, obat

c. Glibenklamid sebagai kontrol pesitif

yang diperoleh di apotek.

d. Hewan percobaan dalam penelitian ini

adalah mencit putih jantan yang berumur

2-3 bulan dengan berat 15-20 gram.

Jalannya Penelitian

Determinasi tanaman

Tahap pertama yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah melakukan determinasi

matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst).

Determinasi ini dimaksudkan untuk

menetapkan kebenaran sampel yang

digunakan dalam penelitian ini. Determinasi

tanaman matoa dilakukan di Laboratorium

Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Setia Budi Surakarta

Pembuatan serbuk daun matoa

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah serbuk daun matoa

(Pometia pinnata J.R. & G. Forst). Serbuk

daun matoa diperoleh dengan cara daun yang

sudah matang dicuci dengan air mengalir

untuk menghilangkan kotoran yang masih

menempel kemudian ditiriskan dan dipotong

untuk memperkecil ukuran. Timbang daun

basah kemudian dikeringkan dengan cara di

oven pada suhu 50oC hingga kering. Daun

yang telah kering kemudian dibuat serbuk dan

diayak dengan ayakan no 40.

Penetapan kadar kelembaban serbuk daun

matoa

Penetapan kadar kelembaban serbuk

daun matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst)

dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi

dengan menggunakan alat moisture balance

yaitu dengan cara menimbang dengan

seksama serbuk daun matoa sebanyak 2 gram

menggunakan alat moisture balance.

Kemudian alat ditutup dan ditunggu sampai

memberikan tanda atau bunyi, kemudian

dicatat angka pada alat moisture balance.

Pembuatan ekstrak etanol 96% daun

matoa

Serbuk daun matoa 200 gram

dimasukkan ke dalam botol berwarna gelap,

kemudian tambahkan etanol 96% sebanyak 75

bagian yaitu 1,5 liter. Tutup dan diamkan

selama 5 hari dengan pengocokan berulang.

Page 50: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 47

Setelah 5 hari maserat disaring dan residu

diperas. Tambahkan etanol 96% ke residu,

aduk dan serkai hingga diperoleh seluruh sari

sebanyak 100 bagian. Sari yang diperoleh

dipekatkan dengan evaporator hingga

didapatkan ekstrak kental. Pelarut yang masih

tertinggal diuapkan di atas penangas air

hingga bebas pelarut (Depkes, 1986).

Pekatkan dengan evaporator

Gambar

2. Skema Pembuatan Ekstrak Etanol

96% Daun Matoa

Tes bebas etanol ekstrak daun matoa

Tes bebas etanol ini dilakukan untuk

mengetahui bahwa ekstrak etanol daun matoa

sudah tidak mengandung etanol, yaitu dengan

cara melakukan reaksi esterifikasi alkohol.

Etanol termasuk senyawa alkohol sehingga

dapat dilakukan reaksi esterifikasi alkohol.

Tidak adanya bau ester yang khas senyawa

etanol menunjukkan bahwa ekstrak tersebut

sudah bebas dari senyawa etanol.

Identifikasi kualitatif

Identifikasi flavoniod. Ekstrak daun matoa

yang diencerkan dengan sedikit air ditambah

serbuk Mg alkohol-HCl (1:1) dan pelarut

amyl alkohol dikocok kuat agar memisah.

Reaksi positif ditunjukkan adanya warna

merah/kuning/jingga pada lapisan amyl

alkohol (Robinson, 1995)

Identifikasi saponin. Ekstrak daun matoa

encer ditambah air panas 10 ml, didinginkan

lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik.

Saponin positif bila terbentuk buih yang

mantap setinggi 1-10 cm. Pada penambahan 1

tetes asam klorida 2N buih tidak hilang

(Robinson, 1995)

Identifikasi tanin.Ekstrak daun matoa

ditambah dengan 5 tetes FeCl3 b/v jika positif

akan menghasilkan warna coklat kehitaman

(Anonim,1979)

Pembuatan larutan stok

Larutan CMC 1%. Larutan CMC

konsentrasi 1% b/v dibuat dengan cara

melarutkan 1 gram CMC sedikit demi sedikit

dalam air suling hingga volume 100ml.

Suspensi Glibenklamid. Suspensi

glibenklamid dibuat dengan cara

mensuspensikan glibenklamid dalam larutan

CMC-Na 1%.

Larutan glukosa. Larutan glukosa dengan

konsentrasi 50% dibuat dengan cara 25 gram

glukosa dilarutkan dengan air suling hingga

volume 50 ml.

Penetapan dosis

Dosis uji serbuk daun matoa.Dosis serbuk

daun matoa diambil berdasarkan dosis hasil

penelitian sebelumnya dari daun rambutan

dengan beberapa dosis. Dosis yang digunakan

adalah 2,8 mg/20g BB mencit, 5,6 mg/20g BB

mencit dan 8,4 mg/20g BB mencit

Dosis glibenklamid.Dosis glibenklamid

dihitung dari dosis lazim. Faktor konversi

manusia dengan berat badan 70 kg ke mencit

dengan berat badan 20 gram adalah 0,0026.

Dosis terapi glibenklamid untuk manusia

dengan berat badan 70 kg adalah 5 mg. Dosis

glibenklamid untuk mencit sebesar 0,013

mg/20 g BB.

Dosis glukosa. Dosis glukosa untuk manusia

dengan berat badan 70kg adalah 75 gram.

Faktor konversi manusia dengan berat badan

70 kg ke mencit dengan berat badan 20 g

adalah 0,0026. Dosis glukosa untuk mencit

sebesar 200 mg/20 g BB.

Pengujian efek penurun gula darah

Hewan uji yang digunakan adalah

mencit putih jantan yang berumur 2-3

bulan dengan berat 18-20 gram. Jenis kelamin

yang dipilih adalah jantan, sebab kadar gula

darah dipengaruhi oleh hormon, dimana

hormon pada betina umumnya tidak stabil,

maka lebih baik tidak menggunakan mencit

200 gram serbuk daun

matoa

Ekstrak etanol

96%

Ekstrak Kental

residu

Page 51: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 48

betina. Mencit ditimbang dan masing-masing

diberi tanda pengenal, mencit yang digunakan

sebanyak 25 ekor secara acak dibagi menjadi

5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 kelompok.

Mencit yang telah ditimbang dan

dikelompokkan, dipuasakan terlebih dahulu

selama 16 jam. Pengambilan darah awal

dilakukan sebelum mencit diberi perlakuan

yang diambil melalui vena lateralis ekor

mencit (T0). Sebelum semua mencit diberikan

larutan glukosa secara oral, masing-masing

kelompok mendapat perlakuan yang berbeda

yaitu: kelompok 1 diberi larutan CMC-Na,

kelompok 2 diberi glibenklamid 0,013 mg/20

g BB mencit, kelompok 3 diberi ekstrak

etanol daun matoa 2,8 mg/20g BB mencit,

kelompok 4 diberi ekstrak etanol daun matoa

5,6 mg/20g BB mencit, dan kelompok 5 diberi

ekstrak etanol daun matoa 8,4 mg/20g

BB mencit secara oral. Lima menit setelah

pemberian sediaan uji, diberikan larutan

glukosa 200mg/20 g BB mencit secara oral.

Pengambilan sampel darah dilakukan pada

menit ke-30 (T1), 60 (T2), 90 (T3), dan 120

(T4) setelah pemberian larutan glukosa untuk

selanjutnya diukur masing-masing kadar

glukosa.

Metode Analisis

Anilisa statistik yang digunakan

dalam penelitian ini terlebih dahulu dilihat

apakah data tersebut terdistribusi normal atau

tidak dengan menggunakan uji distribusi

normal (Kolmogorov-Smirnov), jika data

tidak terdistribusi normal (p < 0,05)

dilanjutkan dengan metode uji non

parametrik, sedangkan jika data terdistribusi

normal (p > 0,05) dilanjutkan dengan uji

parametrik (ANOVA). Uji dilanjutkan dengan

Post Hoc test untuk melihat apakah terdapat

perbedaan diantara masing-masing kelompok

perlakuan. Analisa statistik pada penelitian ini

menggunakan ANOVA satu jalan.

Gambar 3. Skema metode pengujian

penurunan kadar glukosa darah beban glukosa

Kelompok

I

Kontrol

CMC 1%

Kelompok

II

Pembandi

ng

Glibenkla

mid

Kelompok

III

Ekstrak

etanol daun

matoa 2,8

mg/ g BB

mencit

Kelompok

III

Ekstrak

etanol daun

matoa 5,6

mg/ g BB

mencit

Kelompok

III

Ekstrak

etanol daun

matoa 8,4

mg/ g BB

mencit

Kelompok mencit (25

ekor)

Dipuasakan 16 jam

Diperiksa kadar glukosa

darah T0

Diberikan larutan glukosa 200mg/20 g

BB mencit secara oral

Pemeriksaan kadar glukosa darah

Pada menit ke-30 (T1), 60 (T2), 90

(T3), dan 120 (T4)

Page 52: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 49

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Determinasi tanaman matoa

Penelitian ini menggunakan daun

matoa yang diperoleh dari daerah

Cengklik, Nusukan, Surakarta, Jawa

Tengah. Determinasi ini bertujuan untuk

mengetahui kebenaran tanaman yang akan

digunakan sebagai objek penelitian

dengan cara mencocokkan ciri-ciri

tanaman yang tercantum dalam literatur.

Tujuan yang lain yaitu untuk menghindari

kesalahan dalam mengumpulkan bahan

dan menghindari kemungkinan

tercamournya bahan dengan tanaman lain.

Hasil Penelitian

Determinasi tanaman matoa

Penelitian ini menggunakan daun

matoa yang diperoleh dari daerah

Cengklik, Nusukan, Surakarta, Jawa

Tengah. Determinasi ini bertujuan untuk

mengetahui kebenaran tanaman yang akan

digunakan sebagai objek penelitian

dengan cara mencocokkan ciri-ciri

tanaman yang tercantum dalam literatur.

Tujuan yang lain yaitu untuk menghindari

kesalahan dalam mengumpulkan bahan

dan menghindari kemungkinan

tercamournya bahan dengan tanaman lain.

Pengumpulan bahan baku dan

pembuatan serbuk daun matoa

Daun matoa yang digunakan

berasal dari daerah Cengklik, Nusukan,

Surakarta, Jawa Tengah. Setelah diambil,

daun matoa dicuci bersih dengan air kran

untuk menghilangkan kotoran yang

melekat seperti tanah, hama, atau

pestisida. Jumlah bahan yang digunakan

sebanyak 2,5 kg daun matoa segar.

Proses selanjutnya adalah daun

matoa dimasukkan ke dalam oven 400C

selama 3 hari sehingga didapatkan daun

yang benar-benar kering dengan tujuan

untuk menghilangkan kadar air, sehinnga

mencegah terjadinya pembusukan oleh

jamur dan bakteri, bekerjanya enzim dan

terjadinya perubahan kimia yang dapat

menurunkan kualitas simplisia. Daun yang

sudah kering dihaluskan dengan cara

digiling kemudian diayak dengan ayakan

no 40 dan ditimbang. Perhitungan

pengeringan serbuk daun matoa dapat

dilihat di lampiran 4.

Tabel 1. Hasil pengeringan serbuk daun matoa

Berat

basah (g)

Berat

kering (g)

Prosentase

(%)

2000 975 48,75

Hasil pemeriksaan prosentase kadar

lembab serbuk daun matoa

Pengukuran prosentase kadar lembab

menggunakan alat Moisture Balance

No Serbuk daun matoa

(g)

% kadar

lembab

1. 2,00 6,1

2. 2,00 6

3. 2,00 6,3

Prosentase rata-rata

kadar lembab

6,13

Tabel 2. Hasil pemeriksaan prosentase kadar

lembab serbuk daun matoa.

Hasil rata-rata kadar lembab

serbuk daun matoa adalah 6,13%. Kadar

serbuk daun matoa ini sudah memenuhi

pustaka, reaksi enzimatik tidak

berlangsung pada kadar air kurang dari

Page 53: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 50

10% (Depkes, 1985). Perhitungan kadar

lembab dapat dilihat pada lampiran 5.

Hasil Pembuatan Ekstrak Maserasi

Daun Matoa

Bobot

sampel (g)

Berat

ekstrak (g)

% Rendemen

200 15,47 7,73%

Tabel 3. Hasil prosentase rendemen ekstrak

maserasi daun matoa

Hasil rata-rata prosentase rendemen

ekstrak maserasi daun matoa adalah

7,73%b/b. Perhitungan rendemen ekstrak

maserasi daun matoa dapat dilihat pada

lampiran 6.

Hasil identifikasi senyawa kimia dalam

sediaan ekstrak etanolik daun matoa

Ekstrak yang diperoleh dari

maserasi kemudian dilarutkan dengan

etanol kemudian larutan tersebut

diidentifikasi kandungan kimianya.

Berdasarkan hasil identifikasi

kualitatif kandungan kimia ekstrak daun

matoa dapat dilihat bahwa saponin,

flavonoid, dan tanin dinyatakan positif

karena terdapat kesesuaian hasil

pengamatan dengan pustaka. Uji

kandungan kimia ini dilakukan di

Laboratorium Kimia Analisa Politeknik

Indonusa Surakarta. Dapat disimpulkan

bahwa ekstrak daun matoa mengandung

saponin, flavonoid, dan tanin. Hasil ini

sesuai dengan studi fitokimia yang pernah

dilakukan oleh Variany (1999).

Hasil identifikasi bebas alkohol

Ekstrak yang diperoleh dari

maserasidipekatkan dengan evaporator

hingga didapatkan ekstrak kental

kemudian diidentifikasi kandungan

alkoholnya.

Tabel 4. Hasil identifikasi bebas alkohol

Pengujian Pustaka Hasil

Kesim

pulan

Ekstrak +

asam asetat

kemudian

dipanaskan

Tidak

bau ester

alkohol

(Anonim

, 1985)

Tidak

berbau

ester

khas

alkohol

Neg

atif

Hasil Pengujian Kadar Glukosa Darah

dengan Metode Beban Glukosa

Pengujian dilakukan untuk

mengetahui efek penurun kadar glukosa

darah dari ekstrak etanol daun matoa

dengan membandingkan glibenklamid

sebagai kelompok pembanding dan CMC

sebagai kelompok kontrol. Uji efek

penurun glukosa darah dilakukan dengan

menggunakan hewan uji mencit jantan

yang berumur 2-3 bulan dengan berat 20-

30 g dalam kondisi sehat dengan

menggunakan metode toleransi glukosa.

Lampiran mengenai surat pembelian

mencit dapat dilihat pada lampiran 2.

Metode beban glukosa merupakan

metode yang lebih sensitif untuk dapat

mengetahui adanya kelainan dalam

metabolisme glukosa dengan cara

mengukur kadar glukosa plasma setelah

suatu pemberian beban glukosa. Bila

beban glukosa diberikan pada seorang

penderita diabetes melitus, glukosa

plasma meningkat lebih tinggi dan

kembali ke nilai normal lebih lambat

daripada yang terjadi pada orang normal,

sehingga bisa digunakan secara klinis

untuk mendiagnosis diabetes (Ganong,

2002). Pengukuran kadar glukosa darah

Page 54: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 51

dilakukan dengan menggunakan

Glucometer GlucoDr BioSensor AGM-

2100. Data kuantitatif hasil pengukuran

kadar glukosa darah pada berbagai

kelompok perlakuan dilihat pada tabel 5

Tabel 5. Hasil rata-rata pengukuran kadar

glukosa darah tiap kelompok perlakuan

Keterangan:

Kelompok I : Kelompok kontrol (CMC 1%)

Kelompok II : Kontrol pembanding

(Glibenklamid 0,013 mg/20gBB)

Kelompok III : Ekstrak daun matoa dosis I

(2,8mg/20gBB)

Kelompok IV : Ekstrak daun matoa dosis II

(5,6mg/20gBB)

Kelompok V : Ekstrak daun matoa dosis III

(8,2mg/20gBB)

*(p<0,05) : terdapat perbedaan bermakna

terhdap kelompok kontrol

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa

setelah pemberian beban glukosa semua

kelompok perlakuan mengalami kenaikan

rata-rata kadar glukosa darah pada menit

ke-30. Hal ini dikarenakan pada menit

tersebut, glukosa yang diinduksi pada

mencit mulai bekerja untuk meningkatkan

kadar glukosa darah. Pada menit ke-60,

90, dan 120 semua kelompok mengalami

penurunan kadar glukosa darah.

Perbedaan penurunan kadar

glukosa darah dari semua kelompok

perlakuan dapat diketahui dengan

melakukan analisis statistik anova satu

jalan. Hasil analisis statistik dapat dilihat

pada lampiran 16 . Efek penurun glukosa

darah yang memiliki evektifitas yang

lebih baik dapat diketahui rata-rata kadar

glukosa darah dari menit ke-30, 60, 90,

dan 120 pada mencit jantan. Grafik

ekstrak etanol daun matoa dalam

menurunkan kadar glukosa darah dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik hubungan rata-rata kadar

glukosa darah (mg/dL) dosis

ekstrak etanol daun matoa

dibandingkan dengan kelompok

pembanding (glibenklamid) dan

kelompok kontrol (CMC).

Berdasarkan grafik pada gambar 2

terlihat adanya kenaikan kadar glukosa

darah dari tiap kelompok pada menit ke-

30. Peningkatan kadar glukosa darah

terjadi karena glukosa yang diberikan

Kelompok

Rata-rata kadar glukosa darah (mg/dL)

Menit ke

0 30 60 90 120

I 142,2

±24,2

7

334,6±

132,80

302,4±

80,31

206,8±

73,09

135,2±

22,52

II 131,6

±21,6

7

298,4±

105,47

89,20±

44,16

84,2±2

2,21

68,8±1

0,40*

III 110,6

±13,1

8

347,6±

93,99

189,2±

90,12

148,8±

52,81

94,2±2

8,29

IV 141,6

±49,1

5

311,8±

117,34

249,6±

64,21

163±7,

45

80,4±1

8,11*

V 117,4

±28,1

5

346,8±

113,25

229,8±

148,83

127,

±40,82

108±38

,73 0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 30 60 90 120

Kad

ar gl

ukos

a da

rah

(mg/

dL)

Waktu perlakuan (menit)

Kelompok

kontrolKelompok

pembandingDosis I

Dosis II

Dosis III

Page 55: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 52

diabsorbsi oleh sistem pencernaan dan

diedarkan melalui darah (Zulhipri et al,

2007).

Pada menit ke-60 sampai menit

ke-120 semua kelompok perlakuan

mengalami penurunan kadar glukosa

darah. Glibenklamid mengalami

penurunan yang paling tinggi

dibandingkan kelompok kontrol. Dari

hasil analisi statistik kelompok

glibenklamid menunjukkan penurunan

kadar glukosa darah pada menit ke-60 dan

120 berbeda secara bermakna (p<0,05)

dengan kelompok. Penurunan kadar

glukosa darah mencit pada pemberian

ekstrak etanol daun matoa dosis

2,8mg/20gBB dan 8,4mg/20Gbb tidak

bermakna (p>0,05) secara statistik

terhadap kelompok kontrol, dan pada

dosis 5,6mg/kgBB menit ke-120

menunjukkan perbedaan bermakna

(p<0,05) dengan kelompok kontrol.

PEMBAHASAN

Penelitian berupa kadar glukosa

darah yang dianalisa terlebih dahulu

secara statistik dengan one-sample

Kolmorgorov-Smirnov untuk mengetahui

apakah data tersebut terdistribusi normal

atau tidak normal ditandai dengan

diperoleh signifikansi > 0,05. Apabila data

tersebut terdistribusi normal baru

dilakukan uji ANOVA satu arah’

Statistik ANOVA satu jalan pada

taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji

Post Hoc Tukey HSD. Berdasarkan uji

statistik yang dilakukan, pada menit ke-

120 kadar glukosa darah pada kelompok

pembanding (glubenklamid) menunjukkan

perbedaan bermakna dibandingkan

kelompok kontrol. Perbedaan ini

disebabkan karena pada kelompok

pembanding diberikan glibenklamid yang

merupakan senyawa antidiabetes yang

dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari rata-

rata kadar glukosa darah kelompok

kontrol lebih tinggi dibandingkan

kelompok pembanding.

Berdasarkan grafik pada menit ke-

30 terjadi peningkatan kadar glukosa

darah pada semua perlakuan. Penurunan

kadar glukosa darah ini terjadi karena

penggunaan glukosa oleh mencit untuk

pembentukan energi dan terjadinya

absorbsi glukosa darah ke dalam sel.

Pada menit ke-60 sampai menit

ke-120 semua kelompok perlakuan

mengalami penurunan kadar glukosa

darah. Kelompok pembanding

(Glibenklamid) mengalami penurunan

yang paling tinggidan dari hasil statistik

menunjukkan perbedaan bermakna

(p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol.

Hal ini dikarenakan glibenklamid mampu

menstimulir sekresi insulin pada setiap

pemasukan glukosa(Tjay & Rahardja,

2007). Mencit yang diberi beban glukosa

merangsang tubuh untuk merespon

glukosa tersebut dengan mensekresi

insulin. Sehingga dalam menurunkan

kadar glukosa darah untuk kembali ke

keadaan normal dibutuhkan zat yang

mempunyai mekanisme kerja dalam

meningkatkan sekresi insulin. Menurut

Malole danPramono (1989) kadar glukosa

dalam darah pada mencitnormal adalah

62-175 mg/dl (Utami et al, 2009)

Uji analisis terhadap data

menunjukkan bahwa penurunan kadar

glukosa darah mencit pada pemberian

ekstrak etanol daun matoa dosis

2,8mg/20gBB, 5,6mg/20gBB, dan

8,4mg/gBB pada menit ke-60 tidak ada

perbedaan bermakna secara statistik

dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini

Page 56: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 53

bisa disebabkan karena beberapa faktor,

antara lain: variasi hewan uji, besarnya

standar deviasi data, serta pengaruh hewan

uji seperti makanan, berat badan, dan

kondisi fisik hewan uji. Namun jika dilihat

dari grafik, pada dosis tersebut sudah ada

penurunan kadar glukosa darah.

Hasil analisis pada menit ke-120 pada

pemberian ekstrak etanol daun matoa dosis

2,8mg/20Gbb, dan 8,4mg/gBB masih

menunjukkan tidak adanya perbedaan

bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok

kontrol negatif. Hasil yang berbeda

ditunjukkan pada dosis 5,6mg/gBB pada

menit ke-120 menunjukkan adanya perbedaan

bermakna (p<0,05) dibandingkan kontrol

negatif dan jika dilihat dari grafik pada dosis

tersebut menunjukkan penurunan terbesar

dibanding dosis 2,8mg/20gBB, dan

8,4mg/gBB. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa ekstrak etanol daun matoa dengan

dosis 5,6mg/20gBB efektif menurunkan kadar

glukosa darah.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari

hasil penelitian ini yaitu :

1. Ekstrak etanol daun matoa (Pometia

pinnata J.R. & G. Forst) mempunyai

efek penurun glukosa darah terhadap

mencit putih jantan yang diberi beban

glukosa.

2. Ekstrak etanol daun matoa (Pometia

pinnata J.R. & G. Forst) yang dapat

memberikan efek penurun glukosa darah

efektif terhadap mencit putih jantan

adalah pada dosis 5,6mg/20gBB.

SARAN

Dalam penelitian ini masih banyak

kekurangan, maka perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai:

1. Kandungan dari daun matoa (Pometia

pinnata J.R. & G. Forst) yang berperan

sebagai antidiabetes.

2. Variasi dosis yang paling aman dan

efektif pada daun matoa sebagai penurun

kadar glukosa darah.

3. Uji toksisitas akut, sub akut, sub kronis

maupun kronis untuk mengetahui efek

toksik daun matoa yang diharapkan daoat

memberikan informasi mengenai dosis

maksimal yang aman dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Jakarta. 2010. Acuan Sediaan

Herbal, volume 5 edisi 1. Jakarta:

Direktorat OAI BPOMRI.

[CDC] Centres for Disease Control and

Prevention. 2012. Diabetes Public

Health Resource.

http://www.cdc.gov/diabetes/consu

mer/learn.htm. [24, November,

2013].

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 1986. Sediaan Galenik.

Jakarta: Depkes RI.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 1995. Farmakope

Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes

RI

Dalimartha S, Adrian F. 2005. Makanan dan

Herbal Untuk Penderita Diabetes

Melitus. Jakarta:Penabur Swadaya.

Hapsari. 2013. Efek Antidiabetes Kombinasi

Infus Biji Oyong (Luffa acutangula

(L) Roxb.) Dengan Glibenklamid

Maupun Metformin Pada Mencit

Dengan Metode Beban Glukosa

[Skripsi]. Surakarta: Fakultas

Farmasi, Universitas Setia Budi.

Hendarta DS. 2011. Diabetes Mellitus Dan

Pengobatannya.

http://medicine.uii.ac.id [14,

Oktober, 2013]

Page 57: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 54

Irawan F. Khasiat Buah Matoa Untuk

Kesehatan.

http://khasiat.net/khasiat-buah-

matoa/ [3, Januari, 2014].

Kusuma TM. 2008. Potensi Ekstrak Etanol

Daun Rambutan (Nephelium

Lappaceum L.) Sebagai Penurun

Kadar Glukosa Darah Pada Tikus

Jantan Yang Diinduksi Aloxxan

[Skripsi]. Yogyakarta : Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Islam Indonesia.

Mycek MJ, Richard RA, Champe PC, Fisher

BD. 2001. Farmakologi Ulasan

Berganbar. Jakarta: Widya Medika.

Hlm 259-265

Price SA dan Wilson LMC. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Pendit BU et al,

penerjemah; Hartanto H et al, editor.

Michigan: Phatophysiology

Instructor, Eastern Michigan

University. Terjemahan dari:

Pathophysiology: Clinical Concepts

of Disease Procces.

Purwatresna E. 2012. Aktivitas Antidiabetes

Ekstrak Etanol Daun Sirsak Secara

In Vitro melalui inhibisi Enzim α-

Glukosidase [Skripsi]. Bogor :

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.

Rahimah, Sayekti E, Jayuska A. 2013.

Karakterisasi Senyawa Flavonoid

Hasil Isolasi Dari Fraksi Etil Asetat

Daun Matoa (Pometia Pinnata

J.R.Forst & G.Forst). JKK 2(2): 84-

89.

Robinson t. 1995. Kandungan Organik

Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan

oleh Padmawinata K. ITB. Bandung

Sangat HM et al. 2000. Kamus Penyakit dan

Tumbuhan Obat Indonesia

(Etnofitomedika). Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

.

Sukandar et al. 2008. ISO Farmakoterapi.

Jakarta: PT ISFI

Sukandar EY. 2006. Tren dan Paradigma

Dunia Farmasi, Industri-Klinik-

Teknologi Kesehatan [terhubung

berkala]. http://itb.ac.id/focus/

focus_file/orasiilmiah-dies-45.pdf

[25, Oktober, 2013].

Tan HT dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat

Penting. Edisi VI. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Variany G. 1999. Isolasi dan Identifikasi

Flavonoid dari Daun Pometia

pinnata J.R. & G. Forst [Skripsi].

Yogyakarta : Fakultas Farmasi,

Universitas Gajah Mada.

Widowati. 2011. Potensi Antioksidan sebagai

Antidiabetes. Bandung : Fakultas

Kedoteran, Universitas Kristen

Maranatha.

Wijayakusuma H. 2004. Atasi Diabetes

Mellitus dengan Tanaman Obat.

Jakarta: Puspa Sehat.

Page 58: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 55

Page 59: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 56

FORMAT PENULISAN ARTIKEL

JURNAL FARMASINDO

Jurnal FARMASINDO adalah jurnal yang mengkaji dan mempublikasikan berbagai

bidang ilmu, terbit secara berkala satu kali setahun (Desember). Jurnal

FARMASINDO berisi artikel hasil penelitian, hasil kajian pustaka dan pengabdian

masyarakat yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal atau majalah ilmiah lain.

1. Artikel hasil penelitian: Berisi artikel mengenai hasil penelitian orisinal dalam

berbagai bidang ilmu, selanjutnya disebut artikel penelitian.

2. Artikel hasil penelaahan: merupakan hasil penelaahan, atau hasil kajian pustaka

mengenai berbagai bidang ilmu, selanjutnya disebut artikel ilmiah.

3. Artikel hasil pengabdian masyarakat, merupakan hasil pengabdian masyarakat

dalam berbagai bidang kegiatan.

Format Penulisan

1. Artikel Penelitian: Judul, Abstrak dan kata kunci, Pendahuluan: Berisi latar

belakang, masalah, tujuan, rencana pengembangan, harapan tentang aplikasi

hasil penelitian, dan landasan teoritis, Metode Penelitian: Berisi metode yang

digunakan, tempat dan waktu, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data, Hasil dan Pembahasan: Hasil dapat disajikan dalam

bentuk tekstular, tabular, atau grafikal. Berikan kalimat pengantar untuk

menjelaskan tabel atau gambar tetapi tidak mengulang apa yang telah

ditampilkan dalam tabel/gambar. Pembahasan berisi penjelasan hasil-hasil

penelitian yang ditemukan dan argumentasi yang mendukung, Kesimpulan:

Berisi pernyataan singkat, padat, dan relevan dengan hasil penelitian, Saran:

Dapat dicantumkan apabila memang diperlukan berkaitan dengan hasil

penelitian dan dipandang berguna bagi perbaikan atau pengembangan lebih

lanjut, Ucapan Terima Kasih: Dapat dicantumkan apabila memang

diperlukan, khususnya pada para profesional yang membantu pelaksanaan

penelitian, penyusunan makalah, termasuk pemberian dukungan, teknis, dana,

dan dukungan umum dari suatu institusi, Daftar Pustaka.

Page 60: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 57

2. Artikel Ilmiah: Judul, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan: Berisi latar

belakang, masalah tujuan, rencana pengembangan dan harapan tentang

aplikasinya, Tinjauan Pustaka: berisi tentang teori atau kerangka konsep yang

dijadikan landasan berpikir, Pembahasan: berisi pemaparan dan argumentasi

tentang materi yang dibahas. Dapat dicantumkan tabel/gambar yang diperlukan.

Kalimat penjelas tabel/gambar tidak mengulang apa yang telah disajikan dalam

tabel/gambar. Apabila dianggap saling menjelaskan, tinjauan pustaka dan

pembahasan dapat digabung dengan judul pembahasan, Kesimpulan: Berisi

pernyataan singkat, padat dan relevan dengan hasil pembahasan artikel, Saran:

dapat dicantumkan apabila memang diperlukan berkaitan dengan hasil

pembahasan dan dipandang berguna bagi perbaikan atau pengembangan lebih

lanjut, Daftar Pustaka.

3. Artikel Pengabdian Masyarakat, Judul, Abstrak dan kata kunci,

Pendahuluan: Berisi latar belakang, masalah, tujuan, rencana pengembangan,

harapan tentang aplikasi hasil pengabdian, dan landasan teoritis, Metode

Pelaksanaan: Berisi metode yang digunakan, tempat dan waktu, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, Hasil dan

Pembahasan: Hasil dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, atau

grafikal. Berikan kalimat pengantar untuk menjelaskan tabel atau gambar tetapi

tidak mengulang apa yang telah ditampilkan dalam tabel/gambar. Pembahasan

berisi penjelasan hasil-hasil pengabdian yang ditemukan dan argumentasi yang

mendukung, Kesimpulan: Berisi pernyataan singkat, padat, dan relevan dengan

hasil penelitian, Saran: Dapat dicantumkan apabila memang diperlukan

berkaitan dengan hasil penelitian dan dipandang berguna bagi perbaikan atau

pengembangan lebih lanjut, Ucapan Terima Kasih: Dapat dicantumkan apabila

memang diperlukan, khususnya pada para profesional yang membantu

pelaksanaan pengabdian, penyusunan makalah, termasuk pemberian dukungan,

teknis, dana, dan dukungan umum dari suatu institusi.

Penulisan Artikel

Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, abstrak ditulis dalam bahasa

Inggris atau bahasa Indonesia. Panjang tulisan 7 – 10 halaman dalam format dua kolom.

Isi artikel termasuk tabel/gambar harus diketik satu spasi pada kertas A4, menggunakan

Page 61: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 58

huruf Times New Romance (11pt). Margin pengetikan kiri 3,0 cm kanan 2,0 cm, atas

3,0 cm dan bawah 2,5 cm.

Judul

Dibuat singkat, jelas dan informatif diawali dengan kata benda (bold 14 pt). Di bawah

judul dicantumkan nama penulis (bold dan italic 12pt), nama dan alamat lembaga

(italic 11pt). Nama penulis tidak disertai gelar akademik. Untuk artikel hasil

pemikiran dan editorial, dianjurkan agar jumlah penulis dibatasi sampai 2 orang.

Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak dibuat dalam bahasa Inggris/Indonesia dengan jumlah maksimal 200 kata

(italic 12 pt). Artikel hasil penelitian harus berisi permasalahan, tujuan, metode

penelitian, hasil utama, dan kesimpulan utama. Kata kunci termasuk bagian dari

abstrak, dan dicantumkan di bawah abstrak.Tetapkan 3 – 5 buah kata atau free.

Penulisan Rujukan

Rujukan yang dijadikan landasan teoritis atau tinjauan pustaka ditulis dengan urutan

nama belakang pengarang, tahun terbit, halaman yang dikutip, Contoh:

Kleden (1999: 156) menegaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai

makna yang lebih dalam dari yang sering diduga: dia mengakui heteregonitas etnis,

budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut persatuan dalam komitmen politik.

Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai makna yang lebih dalam dari yang sering

diduga: dia mengakui heteregonitas etnis, budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut

persatuan dalam komitmen politik (Kleden, 1999: 156).

Catatan kaki

Rujukan tidak menggunakan catatan kaki. Catatan kaki dapat digunakan untuk

memberi definisi atau menjelaskan konsep dari istilah atau kata yang dianggap

penting. Dalam artikel catatan kaki ditulis dengan nomor. Catatan kaki juga dapat

digunakan untuk menjelaskan singkatan dalam tabel. Contoh:

1 Mindsift merupakan kesadaran intelektual yang menjadi awal bagi upaya

reformasi bidang pendidikan.

Page 62: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 59

Penulisan Ilustrasi

Ilustrasi bersifat alat bantu, dibuat untuk menjelaskan sesuatu. Ilustrasi dapat berupa

tabel dan gambar. Berikan kalimat pengantar untuk menampilkan tabel atau gambar

tetapi tidak mengulas apa yang telah ditampilkan dalam tabel atau gambar.

Tabel dan gambar diberi judul, judul tabel ditempatkan di atas tengah dan dicetak

tegak dan judul gambar ditempatkan di bawahnya, disusun menurut urutan penyajian

dan pembahasan dalam teks dan tidak ada tambahan tulisan lain.

Tabel

Tabel dibuat dan disiapkan dalam halaman terpisah dari teks dan diberi nomor urut

mengikuti angaka arab. Disediakan tiga garis horizontal, yaitu dua pada bagian atas

(judul kolom) dan pada penutup tabel. Garis vertikal tidak ditampilkan. Data sejenis

dikelompokkan dalam satu tabel. Jika tidak mewakili satu halaman, data dibuat dalam

tabel yang berurutan dimulai dengan nomor urut baru.

Sistem penulisan satuan peubah ditabulasikan dalam tanda kurung. Untuk

menunjukan pengaruh utama atau interaksi, diberikan simbol * atau ** untuk P <

0.05 atau P > 0.01. Bila ada singkatan dalam tabel, jelaskan singkatan tersebut dalam

catatan kaki. Bila tabel hasil kutipan, dicantumkan sumbernya di bawah tabel.

Gambar

Gambar meliputi grafik, foto, diagram, bagan, peta, denah, dan gambar lainnya.

Gambar diberi nomor sesuai urutan dalam teks, mengikuti angka arab dicetak pada

halaman terpisah. Gambar harus jelas posisi atas dan bawahnya. Gambar yang tidak

langsung kelihatan mana atas dan mana bawah ditunjukkan di margin gambar

tersebut dengan pensil. Simbol – simbol yang digunakan dalam gambar dijelaskan

dalam judul tetapi tidak dicantumkan di dalam gambar. Beri judul sumbu x dan y

serta satuannya. Grafik dicetak hitam putih. Kontras gambar seperti hasil foto

langsung atau mikrograf harus jelas dan huruf berkualitas laser.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka ditulis menurut abjad. Acuan yang tidak diketahui pengarangnya

ditulis dengan sebutan Anonimus. Penulisan nama pengarang dimulai dari nama

belakang.

Buku: nama pengarang, tahun terbit, judul buku, jilid/edisi (bila ada), kota

terbit, nama penerbit.

Page 63: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 60

Contoh:

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Penerbit Penanda Media.

Karangan dalam buku: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan, nama

editor, judul buku, jilid/edisi (bila ada), kota terbit, nama perbit, halaman.

Contoh:

Husein, Martani. 1992. Tantangan Marketing Menghadapi Era Globalisasi, di dalam

ramelan (Ed). Manajemen Indonesia Memasuki Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka

Binaman Pressindo, Hlm. 183 – 202.

Jurnal/Majalah Ilmiah: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan (tidak

diberi tanda petik), nama jurnal, volume, kota dan bulan terbit, halaman.

Contoh:

Suryanto. 2002. Etika dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, Di dalam

Majalah Ragam : Pengembangan Humaniora. 2: 42-50. Semarang, Maret 2002.

Karangan yang dibawakan dalam pertemuan ilmiah, dan sejenisnya: nama

pengarang, tahun, judul karangan,nama pertemuan ilmiah, atau judul laporan

ilmiah, tanggal, kota tempat pertemuan.

Contoh:

Kusumanegara, Moelyono. 2002. Perana Dosen Kewarganegaraan di Abad XXI,

Makalah disampaikan pada Penataran Dosen Kewarganegaraan se-Jabotabek, 19

Desember 2002. Jakarta: Aula Sudirman MAKODAM JAYA.

Website: nama pengarang, tahun, judul karangan, nama website/e-mail,

halaman. Bila tidak ada nama pengarang cantumkan nama institusi atau kata

internet.

Contoh:

Pudjiastutik, Titik. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah Nusantara Koleksi Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya UI, [email protected]., Desemer 2002.

Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah

Nusantara Koleksi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, www.Ipui.or.id.,

Desember 2002.

Page 64: JURNAL FARMASINDO - poltekindonusa.ac.id dihitung % inhibisinya dengan rumus : ... Hasil nilai IC50 (ppm) Aktivitas antioksidan Sangat kuat 150

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 1 Nomor 1, Desember 2015 61

Pengiriman Artikel

Kirimkan sebuah artikel asli berupa soft copy. Tulis nama file dan gunakan

program Microsoft Word 1997/2003/2007. Artikel yang dikirim untuk Jurnal

Farmasindo harus disertai data tentang penulis dan surat pengantar yang

ditandatangani penulis, dan dikirimkan kepada:

Ketua Dewan Editor Jurnal Farmasindo

Sekretariat UPPM Politeknik Indonusa Surakarta.

Kampus Politeknik Indonusa Surakarta

Jl. KH. Samanhudi No 31 Mangkuyudan Surakarta

Telp : 0271-743479

Fax : 0271-743479

Email ke: [email protected]