Jurnal Evan
-
Upload
evannaratama -
Category
Documents
-
view
39 -
download
1
Embed Size (px)
Transcript of Jurnal Evan
-
1
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO PADA PROYEK PERANCANGAN
PRODUK N219 DI PT DIRGANTARA INDONESIA
Evan Naratama
Program Studi Manajemen Rekayasa Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Bandung Indonesia
___________________________________________________________________________
Abstrak
Makalah ini berisi identifikasi dan analisis risiko pada proyek perancangan produk N219 di PT
Dirgantara Indonesia dengan menggunakan proses manajemen risiko ISO 31000. Implementasi
proses manajemen risiko ini mencakup tahapan-tahapan yang ada pada proses manajemen
risiko ISO 31000 yaitu komunikasi dan konsultasi, menentukan konteks, identifikasi risiko,
analisis risiko, evaluasi risiko serta perlakuan risiko. Tahapan monitoring dan review tidak
diulas pada makalah ini. Ditemukan 39 butir risiko dengan 7 risiko dengan prioritas tinggi, 27
risiko dengan prioritas menengah dan 5 risiko dengan prioritas rendah. Untuk 7 risiko prioritas,
diberikan perlakuan risiko sejumlah 19 butir perlakuan risiko dalam bentuk mitigasi,
mengalihkan risiko, dan berbagi risiko.
Kata kunci: risiko, proyek, manajemen risiko, ISO 31000, Risk Breakdown Matrix
___________________________________________________________________________
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang terdiri dari
ribuan pulau. Indonesia membutuhkan alat
transportasi yang dapat menghubungkan
satu daerah ke daerah lain. Salah satu alat
transportasi yang dibutuhkan adalah
pesawat terbang. Kebutuhan tersebut
menjadi peluang bisnis tersendiri bagi PT
Dirgantara Indonesia yang merupakan
perusahaan yang bergerak di industri
manufaktur penerbangan. Untuk menjawab
peluang tersebut, PT Dirgantara Indonesia
meluncurkan Program N219 yang terdiri
dari proyek perancangan produk pesawat
N219 hingga fase penjualan dari produk
pesawat tersebut.
Proyek adalah kegiatan yang memiliki
risiko tinggi. Merna dan Al-Thani (2005)
mengatakan bahwa semua proyek memiliki
risiko dan proyek yang tak berisiko tidak
bernilai layak untuk dikerjakan [1]. Atas
adanya risiko tersebut, diperlukan
pengelolaan risiko. Carbone dan Tippett
mengatakan bahwa pengelolaan risiko yang
efektif adalah elemen utama dari
manajemen proyek yang berhasil [2].
Seperti proyek pada umumnya, proyek
perancangan produk N219 juga tak lepas
dari paparan risiko yang dapat mengancam
tujuannya. Oehmen dkk (2010)
mengatakan bahwa manajemen risiko
adalah hal yang penting dalam proyek
perancangan produk [3]. Sebagai
perusahaan di bawah naungan Kementerian
Badan Usaha Milik Negara, PT Dirgantara
Indonesia perlu melakukan manajemen
risiko dalam rangka program Good
Corporate Governance seperti tertulis pada
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik
Negara nomor PER-01/MBU/2011[4].
Saat ini, PT Dirgantara Indonesia memiliki
unit manajemen risiko yang ditugaskan
untuk menjalankan fungsi manajemen
risiko di seluruh lini bisnis PT Dirgantara
Indonesia. Fungsi manajemen risiko belum
berjalan secara merata di PT Dirgantara
Indonesia karena keterbatasan sumber daya
-
2
manusia yang ada pada unit manajemen
risiko. Manajemen risiko pada proyek ini
belum berjalan dengan baik sehingga
diperlukan identifikasi dan analisis risiko
proyek. Manajemen risiko yang dilakukan
perlu mengikuti suatu kerangka kerja yang
baik sehingga dapat diimplementasikan
dengan baik. Untuk itu, dilakukan
identifikasi dan analisis risiko proyek
dengan menggunakan kerangka kerja
proses manajemen risiko ISO 31000.
2. Metode
Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada proses
manajemen risiko ISO 31000.
2.1. Studi Pendahuluan
Tahap ini dilakukan agar masalah
penelitian dapat dipahami dengan baik, Hal
yang dilakukan pada tahap ini adalah studi
terhadap proyek perancangan produk N219
di PT Dirgantara Indonesia yang akan
diteliti.
2.2. Penetapan Jalur Komunikasi dan
Konsultasi
Penetapan jalur komunikasi dan konsultasi
dilakukan pada tiap tahapan proses
manajemen risiko agar peran tiap
pemangku kepentingan diketahui. Tools
yang digunakan untuk menetapkan jalur
komunikasi dan konsultasi adalah matriks
RACI. Pengumpulan data untuk mengisi
matriks RACI dilakukan dengan metode
brainstorming
2.3.Penetapan Konteks
Dilakukan penetapan konteks internal,
konteks eksternal, dan konteks manajemen
risiko. Penetapan konteks internal,
eksternal dan manajemen risiko dilakukan
dengan metode wawancara kepada tim
proyek dan studi literatur terhadap
dokumen-dokumen proyek.
2.4. Pemetaan Work Breakdown
Structure
Pemetaan work breakdown structure
dilakukan dengan cara wawancara terhadap
tim proyek serta kajian terhadap dokumen
perencanaan proyek yang sudah ada.
2.5.Pemetaan Risk Breakdown Structure
Tahap ini dilakukan untuk mengenali
sumber-sumber risiko pada proyek secara
terstruktur dan logis. Pemetaan Risk
Breakdown Structure dilakukan dengan
kombinasi metode wawancara dengan
kepala proyek, brainstorming, dan studi
literatur mengenai Risk Breakdown
Structure dan sumber risiko.
2.6.Identifikasi Risiko dengan
Menggunakan Risk Breakdown
Matrix
Risk Breakdown Matrix adalah matriks
kombinasi antara aktivitas proyek dari
Work Breakdown Structre dan Risk
Breakdown Structure. Masing-masing
aktivitas dan sumber risiko dipertemukan
dan diisi dengan item risiko bila ada potensi
risiko dari pertemuan WBS dan RBS.
Metode pengumpulan data yang dilakukan
adalah menggunakan expert judgment dan
brainstorming.
2.7.Penyusunan Daftar Risiko
Dilakukan penyusunan daftar risiko. Daftar
risiko disajikan dalam bentuk tabel yang
berisi ID risiko, item risiko, aktivitas yang
terlibat, sumber risiko, dan dampak dari
risiko.
2.8.Penentuan Tingkat Probabilitas
Risiko dan Tingkat Dampak Risiko
Dilakukan penentuan tingkat probabilitas
dan dampak dari tiap risiko yang telah
teridentifikasi dengan menggunakan
metode kuesioner.
2.9.Penentuan Matriks Probabilitas dan
Dampak Risiko
-
3
Dilakukan pemetaan tiap risiko pada
matriks probabilitas dan dampak risiko.
2.10. Evaluasi Nilai Risiko
Dilakukan evaluasi terhadap nilai risiko
yang telah dapat pada tahap sebelumnya.
Risiko yang akan dilanjutkan ke tahap
berikutnya adalah risiko-risiko prioritas
yaitu risiko dengan tingkat prioritas tinggi.
2.11. Perancangan Tindakan
Perlakuan Risiko
Dilakukan perancangan tindakan perlakuan
risiko untuk menanggulangi dan
meminimalisasi kemungkinan serta
dampak dari risiko yang dapat menghambat
pencapaian tujuan proyek. dengan metode
wawancara, studi literatur dan
brainstorming
2.12. Analisis Tindakan Perlakuan
Risiko
Pada tahap ini, risiko yang memiliki
prioritas tinggi akan dianalisis lebih dalam
lagi dengan membahas tindakan perlakuan
risiko yang telah dibuat
2.13. Kesimpulan Dan Saran
Dilakukan penarikan kesimpulan, saran dan
rekomendasi pengembangan yang
berhubungan dengan analisis risiko proyek
N219 di PT Dirgantara Indonesia.
3. Hasil
3.1. Komunikasi dan Konsultasi
Pemetaan jalur komunikasi dan konsultasi
yang dilakukan dalam penerapan proses
manajemen risiko di proyek perancangan
produk N219 ditunjukkan pada matriks
RACI pada tabel 1. Dengan matriks RACI
ini, dapat diketahui siapa saja pihak yang
bertanggung jawab, dikomunikasikan dan
dikonsultasikan untuk tiap tahapan proses
manajemen risiko ISO 31000.
3.2.Penetapan Konteks
Dalam tahap ini dilakukan penentuan
terhadap konteks eksternal, internal dan
manajemen risiko untuk proyek ini.
3.2.1. Konteks Eksternal
Pada penetapan konteks eksternal
dilakukan penentuan stakeholder proyek
dan faktor perubahan eksternal yang dapat
mempengaruhi proyek. Stakeholder dari
proyek ditunjukkan pada tabel 2. Faktor
perubahan eksternal yang dapat
mempengaruhi proyek antara lain adalah
Aspek Ekonomi
Perubahan pada aspek ekonomi dapat
mempengaruhi keberjalanan proyek.
Bentuk perubahan pada aspek ekonomi
antara lain adalah inflasi dan perubahan
nilai tukar.
Aspek Alam
Perubahan pada aspek alam yang dapat
mempengaruhi keberjalanan proyek antara
lain adalah perubahan iklim atau cuaca
yang dapat mengganggu aktivitas proyek
terutama pada saat flight testing
3.2.2. Konteks Internal
Pada penentuan konteks internal, dilakukan
penentuan aktivitas-aktivitas proyek
dengan Work Breakdown Structure dan
pihak-pihak yang mengerjakan proyek
dengan struktur organisasi proyek.
Aktivitas utama proyek yang tercantum
dalam Work Breakdown Structure adalah
sebagai berikut
a. Feasibility Study, yaitu pengkajian
kelayakan dari proyek yang akan
dijalankan.
b. Design Requirement And Objective,
yaitu kegiatan pengumpulan
kebutuhan dari pasar yang akan
diterjemahkan menjadi atribut teknis
produk yang akan dirancang.
-
4
Tabel 1 Matriks RACI
Tahap Proses
Manajemen Risiko Penulis
Kepala
Proyek
N219
Chief
Engineering Chief Operational
Unit
Manajemen
Risiko PT
Dirgantara
Indonesia
1. Menentukan Konteks
a. Menentukan Konteks Eksternal
R C - - C
b. Menentukan Konteks Internal
R C C C -
c. Menentukan Konteks
Manajemen Risiko
R A - - C
2. Identifikasi Risiko R CA C C I
3. Analisis Risiko R RA R R I
4. Evaluasi Risiko R CA I I I
5. Rencana Perlakuan Risiko
R CA I I I
Keterangan: R = Responsible, A = Approver, C = Consulted, I = Informed
Tabel 2 Stakehoder Proyek
-
5
Directorate Of Technology
And Development
Program Manager
N219
Project Management
Business Development
And Marketing
Airwortiness
Office
Procurement
Finance And
Adimnistration Support
Quality
Assurance
BOD
1. Directorate Of Technology And
Development
2.Directorate Of Production
3. Directorate Of Commerce &
Restructurization
4.Directorate Of Finance
5. Drectorate Of General Affair and Human
Capital
Chief Engineering
Chief Operation
Program Support
Gambar 1 Struktur Organisasi Proyek
-
6
c. Training Sumber Daya Manusia, yaitu
pelatihan bagi tim proyek untuk
melakukan tugas-tugas yang ada dalam
proyek
d. Design And Development, yaitu
aktivitas perancangan produk pesawat
N219 mulai dari komponen terkecil
sampai perakitan produk. Terdiri dari
Conceptual Desigm, Preliminary
Design, dan Detail Design.
e. Procurement, yaitu kegiatan
pengadaan barang yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan proyek
f. Fabrication And Assembly, yaitu
proses transformasi bahan baku
menjadi sebuah komponen.
Komponen-komponen tersebut
kemudian akan dirakit satu sama lain
hingga membentuk produk jadi.
g. Testing, yaitu pengujian komponen
atau subasssembly yang telah dibuat
h. Certification, yaitu rangkaian kegiatan
penilaian rancangan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan.
Struktur organisasi proyek ditampilkan
pada gambar 1.
3.2.3. Konteks Manajemen Risiko
Pada bagian ini dilakukan pemetaan
konteks manajemen risiko yang terdiri dari
kriteria risiko. Kriteria risiko yang
digunakan adalah kriteria milik PT
Dirgantara Indonesia sendiri. Terdapat
kriteria probabilitas risiko, kriteria dampak
risiko dan selera risiko PT Dirgantara
Indonesia. Masing-masing ditunjukkan
pada tabel 3,4, dan 5.
3.3.Proses Identifikasi Risiko
Pada bagian ini dilakukan proses
identifikasi risiko untuk proyek ini.
Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu
Risk Breakdwon Sttructure dari proyek
berdasarkan konteks eksternal dan
internalnya. Risk Breakdwon Sttructure
adalah RBS merupakan struktur hirarkis
dari sumber risiko [5]. Risk Breakdown
Structure proyek ini ditunjukkan pada
gambar 2 berikut
Gambar 2 Risk Breakdown Structure
Proyek
Setelah Risk Breakdown Structure
ditentukan, identifikasi risiko dengan tools
Risk Breakdown Matrix. Risk Breakdown
Matrix.adalah matriks kombinasi antara
aktivitas proyek yang ada pada Work
Breakdown Structure dan sumber risiko
yang ada pada Risk Breakdown Structure.
Dari identifikasi yang dilakukan terdapat
39 butir risiko. Tiap risiko diberikan ID
untuk memudahkan pengenalan risiko. ID
yang digunakan adalah Rx dimana x adalah
nomor risiko. Risiko yang teridentifikasi
berdasarkan sumbernya ditunjukkan pada
gambar 3.
1. Risiko Proyek
1.1 Risiko Eksternal
1.1.1 Risiko Stakeholder
1.1.2Risiko Alam
1.1.3 Risiko Ekonomi
1.2 Risiko Internal
1.2.1 Risiko ManajemenProyek
1.2.2 Risiko Pemasaran
1.2.3 Risiko Teknis
1.2.4 Risiko Pengadaan
1.2.5 Risiko Keuangan danAdministrasi
1.2.6 Risiko Kualitas
1.2.7 Risiko Engineering
1.2.8 Risiko Operasional
1.2.9 Risiko Faktor Manusia
-
7
Tabel 3 Kriteria Probabilitas Risiko
Probabilitas Risiko
Tingkat
(Level) Sebutan Uraian
1 Sangat Rendah
Jarang terjadi/hampir tidak pernah terjadi, walau terjadi hanya pada situasi luar biasa atau tertentu
Probabilitas < 1%
2 Rendah
Jarang terjadi atau bisa terjadi tapi pada saat tertentu, pada suasana/keadaan yang tepat
Probabilitas antara 1% sampai dengan 15%
3 Sedang
Kadang-kadang terjadi, bisa terjadi pada saat tertentu pada suasana yang normal
Probabilitas antara 15% sampai dengan 50%
4 Tinggi
Sering terjadi dalam setiap keadaan atau
Kemungkinan besar akan terjadi pada suasana yang normal
Probabilitas antara 50% sampai dengan 70%
5 Sangat Tinggi
Hampir pasti/sering terjadi dalam setiap keadaan atau dipastikan akan terjadi pada suasana apapun
Probabilitas >70%
Tabel 4 Kriteria Dampak Risiko
Dampak Risiko
Tingkat Sebutan Uraian
1 Sangat Kecil Dampak kecil terhadap sasaran, dapat diabaikan
Kerugian finansial sangat kecil atau hampir tidak kerugian keuangan
Tidak mengganggu operasional organisasi/proyek/program
Penanggulangannya cukup dengan penanganan internal perusahaan/organisasi
2 Kecil Kerusakan kecil dan mudah diperbaiki
Kerugian keuangan kecil-sedang
Penanggulangannya cukup dengan penanganan internal perusahaan
3 Sedang Mempengaruhi pencapaian beberapa sasaran
Kerugian keuangan sedang-besar
Penanggulangannya tidak perlu bantuan dari luar perusahaan
4 Besar Sasaran-sasaran penting tidak dapat tercapai
Kehilangan kemampuan berproduksi
Kerugian finansial besar
Ancaman serius bagi organisasi/proyek/program
Penanggulangannya perlu bantuan dari luar perusahaan, tapi tidak mengakibatkan kerusakan
6 Sangat besar Merupakan malapetaka/bencana besar, semua sasaran tidak dapat tercapai
Kerugian finansial sangat besar atau luar biasa
Sangat membahayakan organisasi/proyek/program
-
8
Tabel 5 Selera Risiko PT Dirgantara Indonesia
Matriks Probabilitas dan Dampak
Dampak
Sangat
Kecil Kecil Sedang Besar
Sangat
Besar
Probabilitas 1 2 3 4 6
Sangat tinggi 5 LOW
RPN=5
MEDIUM
RPN=10
HIGH
RPN=15
HIGH
RPN=20
HIGH
RPN=30
Tinggi 4 LOW
PRN=4
MEDIUM
RPN=8
MEDIUM
RPN=12
HIGH
RPN=16
HIGH
RPN=24
Sedang 3 LOW
RPN=3
MEDIUM
RPN=6
MEDIUM
RPN=9
MEDIUM
RPN=12
HIGH
RPN=18
Rendah 2 LOW
RPN=2
LOW
RPN=4
MEDIUM
RPN=6
MEDIUM
RPN=8
MEDIUM
RPN=12
Sangat
Rendah 1
LOW
RPN=1
LOW
RPN=2
LOW
RPN=3
LOW
RPN=4
MEDIUM
RPN=6
Gambar 3 Risiko Berdasarkan Sumbernya
3.4 Analisis Risiko
Setelah risiko pada proyek teridentifikasi,
dilakukan analisis risiko. Risiko-risiko
yang telah teridentifikasi dianalisis agar
diketahui tingkat probabilitas dan
dampaknya. Analisis risiko dilakukan oleh
ahli dengan metode kuesioner kepada 7
orang responden yang merupakan pihak
yang terlibat dengan proyek. Responden
tersebut antara lain adalah Kepala Proyek,
Chief Engineering, Chief Operational, dan
Supervisor proyek. Para responden menilai
tiap risiko berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan pada tabel 3 dan 4. Setelah
penilaian tiap responden didapat, dilakukan
penentuan modus untuk menentukan
tingkat probabilitas dan dampak yang
digunakan untuk menghitung Risk Priority
Number (RPN). Setelah RPN didapat,
dilakukan pemetaan matriks probabilitas
dan dampak untuk risiko-risiko yang telah
teridentifikasi. Matriks probabilitas dan
dampak pada proyek ini ditunjukkan pada
tabel 6 berikut.
8
3
4
3
3
4
3
2
2
3
2
2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Risiko Manajemen Proyek
Risiko Pasar
Risiko Faktor Manusia
Risiko Engineering
Risiko Koordinasi Stakeholder
Risiko Ekonomi
Risiko Pengadaan
Risiko Keuangan dan Administrasi
Risiko Operasional
Risiko Teknis
Risiko Alam
Risiko Kualitas
Risiko Berdasarkan Sumbernya
-
9
Tabel 6 Matriks Probabilitas dan Dampak
Matriks Probabilitas dan Dampak
Dampak
Sangat
Kecil Kecil Sedang Besar
Sangat
Besar
Probabilitas 1 2 3 4 6
Sangat
tinggi 5
Tinggi 4 R5;R7;R8;R10;R12;
R20;R21
Sedang 3 R4;R6R15;R2
3;R26;R33;R3
6;R39
R18;R22;R28
Rendah 2 R1;R13
R2;R3;R9;R14
;R16;R17;R27
;R29;R30;R34
;R35
R11;R19;R32;R37;R
38
Sangat
Rendah 1 R31 R24;R25
Tabel 7 Risiko dengan Prioritas Tinggi
ID
Risiko Butir Risiko P D RP N Kategori
R5 Perdebatan yang panjang dalam penentuan
desain 4 4 16 HIGH
R7 Terlambatnya hasil conceptual design 4 4 16 HIGH
R8 Terlambatnya hasil preliminary design 4 4 16 HIGH
R10 Kejenuhan pada tim proyek 4 4 16 HIGH
R12 Terlambatnya hasil detail design 4 4 16 HIGH
R20 Barang terlambat datang 4 4 16 HIGH
R21 Pendanaan yang terhambat 4 4 16 HIGH
3.5 Evaluasi Risiko
Setelah matriks probabilitas dan dampak
didapat, dilakukan evaluasi risiko untuk
menyaring risiko mana saja yang perlu
diberikan perlakuan lebih lanjut. Risiko
yang perlu diberi perlakuan lebih lanjut
adalah risiko dengan kategori prioritas
tinggi. Terdapat 7 buah risiko dengan
prioritas tinggi dan dapat dilihat pada tabel
7.
3.6 Perlakuan Risiko
Dari evaluasi risiko yang telah dilakukan,
terdapat tujuh butir risiko dengan prioritas
tinggi. Pilihan perlakuan risiko yang dapat
dilakukan antara lain adalah (Susilo dan
Victor, 2010) [6]
a. Menghindari risiko (risk avoidance),
b. Berbagi atau mengalihan risiko (risk
sharing/transfer).
c. Mitigasi risiko (mitigation).
d. Menerima risiko (risk acceptance).
Perlakuan yang diberikan terhadap tujuh
risiko prioritas tinggi yang ada pada proyek
ditunjukkan pada tabel 8 berikut.
-
10
Tabel 8 Perlakuan Risiko Prioritas
ID Risiko Butir Risiko Penyebab Jenis
Perlakuan Bentuk Perlakuan
R5
Perdebatan
yang panjang
dalam
penentuan
desain
Kurangnya
jam terbang
tim proyek
Mitigasi
Tingkatkan
pengetahuan dan
keahlian tim proyek
Tidak ada
figur yang
menjadi role
model dalam
pekerjaan
Bentuk dewan
pengawas yang dapat
menjadi rujukan tim
bila terjadi perdebatan
Perbedaan
latar belakang,
pengetahuan,
dan persepsi
antara tim
proyek
Rapat rutin untuk
menyamakan visi
dalam pekerjaan
proyek
R7
Terlambatny
a hasil
conceptual
design
Kurangnya
sumber daya
manusia
Mitigasi
Crashing Project
Dengan Penambahan
sumber daya manusia
dari PT Dirgantara
Indonesia
Sistem
Pemantauan
dan
pengendalian
kurang efektif
Peningkatan
pemantauan dan
pengendalian
R8
Terlambatny
a hasil
preliminary
design
Kurangnya
sumber daya
manusia
Mitigasi
Crashing Project
Penambahan sumber
daya manusia dari PT
Dirgantara Indonesia
Sistem
Pemantauan
dan
pengendalian
kurang efektif
Peningkatan
pemantauan dan
pengendalian
R10
Kejenuhan
pada tim
proyek
Beban kerja
yang terlalu
berat
Mitigasi
Penambahan sumber
daya manusia dari PT
Dirgantara Indonesia
Mengalihkan
risiko
Pengalihan pekerjaan
non inti ke pihak
ketiga
Kurangnya
motivasi Mitigasi
Melakukan evaluasi
sistem kompensasi
-
11
Tabel 8 Perlakuan Risiko Prioritas (Lanjutan)
ID
Risiko Butir Risiko Penyebab Jenis Perlakuan Bentuk Perlakuan
R12
Terlambatnya
hasil detail
design
Kurangnya
sumber daya
manusia
Mitigasi
Crashing Project dengan
Penambahan sumber daya
manusia dari PT Dirgantara
Indonesia
Mengalihkan
risiko
Crashing Project dengan
Pengalihan pekerjaan non
inti ke pihak ketiga
Sistem
Pemantauan dan
pengendalian
kurang efektif
Mitigasi Peningkatan pemantauan
dan pengendalian
R20 Barang datang
terlambat
Proses Birokrasi
Berbelit-belit Mitigasi Perbaikan Proses Bisnis
Kesalahan dalam
penyusunan
kontrak
Mitigasi
Pengawasan dan
pengendalian pembuatan
kontrak
Permasalahan
pada transportasi
barang
Mengalihkan
risiko
Klausul untuk mengalihkan
kegiatan transportasi
kepada pihak ketiga
Force Majeur
yang membuat
barang terlambat
Berbagi risiko
Menyertakan klausul
berbagi risiko dengan
supplier bila terjadi force
majeur
R21 Pendanaan
yang terhambat
Anggaran dari
sponsor tidak
turun seperti
yang
direncanakan Mitigasi
Mencari sumber pendanaan
baru
Anggaran dari
sponsor
terlambat
Penggajuan permohonan
dana sementara kepada
direksi PT Dirgantara
Indonesia
4. Analisis
4.1.Risiko Perdebatan yang Panjang
dalam Penentuan Desain
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
untuk dilakukan dalam penanganan risiko
ini. Pilihan menghindari risiko tidak
mungkin dilakukan karena aktivitas
conceptual design dan preliminary design
merupakan aktivitas utama dalam sebuah
pengembangan produk termasuk proyek
pada proyek N219 ini. Tanpa conceptual
design dan preliminary design, tidak ada
alternatif konsep dan konsep terpilih yang
akan dilanjutkan ke tahap detail design.
Pilihan pengalihan risiko dengan
mengalihkan kegiatan ini ke pihak lain
tidak tepat untuk dilakukan. Kegiatan
conceptual design dan preliminary design
adalah salah satu kompetensi utama dari PT
Dirgantara Indonesia yang tidak dapat
dialihkan ke pihak lain. Pilihan menerima
-
12
risiko tidak dapat diambil karena dapat
mengakibatkan keterlambatan yang tidak
diinginkan pada aktivitas-aktivitas
berikutnya.
4.2.Risiko Terlambatnya Hasil
Conceptual Design
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
untuk dilakukan dalam penanganan risiko
ini. Pilihan menghindari risiko tidak
mungkin dilakukan karena aktivitas
conceptual design merupakan aktivitas
utama dalam sebuah pengembangan produk
termasuk proyek pada proyek N219 ini.
Tanpa conceptual design tidak ada
alternatif konsep akan dilanjutkan ke
pemilihan alternatif pada preliminary
design dan selanjutnya ke tahap detail
design. Pilihan pengalihan risiko dengan
mengalihkan kegiatan ini ke pihak lain
tidak tepat untuk dilakukan. Kegiatan
conceptual design design adalah salah satu
kompetensi utama dari PT Dirgantara
Indonesia yang tidak dapat dialihkan ke
pihak lain. Pilihan menerima risiko tidak
dapat diambil karena dapat mengakibatkan
keterlambatan yang tidak diinginkan pada
aktivitas-aktivitas berikutnya.
4.3.Risiko Terlambatnya Hasil
Preliminary Design
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
untuk dilakukan dalam penanganan risiko
ini. Pilihan menghindari risiko tidak
mungkin dilakukan karena aktivitas
preliminary design merupakan aktivitas
utama dalam sebuah pengembangan produk
termasuk proyek pada proyek N219 ini.
Tanpa preliminary design tidak ada konsep
yang akan dilanjutkan ke tahap detail
design. Pilihan pengalihan risiko dengan
mengalihkan kegiatan ini ke pihak lain
tidak tepat untuk dilakukan. Kegiatan
preliminary design design adalah salah satu
kompetensi utama dari PT Dirgantara
Indonesia yang tidak dapat dialihkan ke
pihak lain. Pilihan menerima risiko tidak
dapat diambil karena dapat mengakibatkan
keterlambatan yang tidak diinginkan pada
aktivitas-aktivitas berikutnya
4.4.Risiko Kejenuhan pada Tim Proyek
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
dilakukan untuk menangani risiko ini.
Pilihan untuk menghindari risiko dengan
tidak melakukan aktivitas sama sekali tidak
bisa dipilih. Aktivitas design dan
development beserta subtask di bawahnya
merupakan bagian inti dari proyek ini.
Pengalihan risiko hanya dapat dilakukan
pada tahap detail design untuk komponen
non inti. Pilihan menerima risiko tidak
dapat diambil karena dampak yang
ditimbulkan berada di luar batas selera
risiko PT Dirgantara Indonesia.
4.5.Risiko Terlambatnya Detail Design
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
dilakukan untuk menangani risiko ini.
Pilihan untuk menghindari risiko dengan
tidak melakukan aktivitas sama sekali tidak
bisa dipilih. Aktivitas detail design beserta
subtask di bawahnya merupakan bagian inti
dari proyek ini. Pilihan menerima risiko
tidak dapat diambil karena dampak yang
ditimbulkan berada di luar batas selera
risiko PT Dirgantara Indonesia.
4.6.Risiko Barang Datang Terlambat
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
dilakukan untuk menangani risiko ini.
Pilihan untuk menghindari risiko dengan
tidak melakukan aktivitas sama sekali tidak
bisa dipilih. Aktivitas procurement beserta
subtask di bawahnya merupakan bagian inti
dari proyek ini. Pilihan pengalihan risiko
dengan mengalihkan kegiatan ini ke pihak
lain tidak dapat dilakukan untuk kegiatan
yang tidak dapat dialihkan untuk pihak
ketiga dan harus dilakukan oleh PT
Dirgantara Indonesia sendiri. Pilihan
menerima risiko tidak dapat diambil karena
dampak yang ditimbulkan berada di luar
batas selera risiko PT Dirgantara Indonesia.
-
13
4.7.Risiko Pendanaan yang Terhambat
Pilihan perlakuan risiko lain tidak tepat
dilakukan untuk menangani risiko ini.
Pilihan untuk menghindari risiko dengan
tidak melakukan aktivitas sama sekali tidak
bisa dipilih. Aktivitas yang dipengaruhi
adalah aktivitas yang berkaitan dengan
transaksi barang dan jasa untuk kebutuhan
proyek. Pilihan pengalihan risiko dengan
mengalihkan kegiatan ini ke pihak lain
tidak dapat dilakukan untuk kegiatan yang
tidak dapat dialihkan untuk pihak ketiga.
Pilihan menerima risiko tidak dapat diambil
karena dampak yang ditimbulkan berada di
luar batas selera risiko PT Dirgantara
Indonesia. Bila PT Dirgantara Indonesia
menerima risiko ini, proyek akan terhambat
dan tidak dapat berjalan hingga dana
didapat.
4.8.Analisis Perlakuan Risiko Prioritas
Menengah dan Rendah
Dari pengolahan data dilakukan, didapat 27
butir risiko dengan prioritas menengah.
Risiko-risiko dengan prioritas menengah
ini terbagi menjadi 4 jenis berdasarkan
Risk Priority Number (RPN) yang didapat.
Jenis-jenis tersebut adalah risiko prioritas
menengah dengan RPN 6,8,9, dan 12.
Selain itu, terdapat juga risiko prioritas
rendah dengan RPN 3 dan 4. Risiko-risiko
tersebut masih berada di bawah selera
risiko yang ditentukan oleh PT Dirgantara
Indonesia.
Perlakuan yang perlu diberikan adalah
pemantauan dan evaluasi terhadap butir-
butir risiko tersebut. Di antara risiko-risiko
prioritas menegah tersebut, pemantauan
dan evaluasi yang diutamakan adalah risiko
prioritas menengah dengan RPN 12.
Risiko-risiko dengan RPN 12 berjumlah 3
butir. Risiko-risiko dengan RPN 12 ini
perlu diutamakan dibandingkan dengan
risiko menengah lainnya karena pada
matriks probabilitas dan dampak, risiko-
risiko tersebut berbatasan langsung dengan
risiko-risiko yang berada di luar toleransi
risiko yaitu risiko yang memiliki prioritas
tinggi. Adanya perubahan baik dari konteks
eksternal maupun internal dapat membuat
risiko-risiko ini bergeser menjadi risiko
yang berada di luar toleransi risiko yang
telah ditetapkan.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Terdapat 7 tahap utama pada proyek
perancangan produk N219 di PT
Dirgantara Indonesia yaitu feasibility
study, design requirements & objective,
training SDM, design & development,
procurement, fabrication and assembly,
testing, dan certification.
Dengan menggunakan tools Risk
Breakdown Matrix, didapat 39 butir
risiko pada fase perancangan produk
proyek N219.
Terdapat 7 butir risiko yang melebihi
batas toleransi risiko pada proyek ini
yaitu perdebatan yang panjang dalam
penentuan desain, terlambatnya hasil
conceptual design, terlambatnya hasil
preliminary design, terlambatnya detail
design, barang terlambat datang, dan
pendanaan yang terhambat. Risiko yang
berada di luar batas toleransi
merupakan risiko prioritas tinggi.
Risiko prioritas tersebut ditindaklanjuti
dengan perlakuan risiko sedangkan
risiko yang berada di dalam batas
toleransi tidak ditindaklanjuti dengan
perlakuan risiko.
Terdapat 19 perlakuan risiko dalam
bentuk mitigasi, mengalihkan risiko,
dan berbagi risiko untuk menanggapi 7
butir risiko prioritas tinggi yang
mengancam keberjalanan proyek.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
-
14
Saran Bagi Perusahaan
Membahas rencana implementasi
perlakuan risiko yang telah dibuat
Melakukan pemantauan terhadap
risiko-risiko dengan prioritas menengah
dan rendah
Melakukan analisis risiko dalam selang
waktu tertentu karena perubahan dapat
terjadi sewaktu-waktu dan risiko yang
telah teridentifikasi dapat berkembang
Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut
Persempit penelitian dengan melakukan
identifikasi, analisis, dan pembahasan
strategi perlakuan risiko yang lebih
rinci.
Lakukan analisis kuantitatif agar
dampak potensial risiko dapat diukur
dengan satuan uang dan waktu. Dengan
melakukan analisis kuantitatif, dapat
dilihat pengaruh risiko terhadap
performa finansial dan waktu dari suatu
proyek.
Pada proses perancangan strategi
perlakuan risiko, lakukan cost-benefit
analysis untuk mengukur kelayakan
strategi perlakuan risiko dari sisi
finansial. Strategi perlakuan risiko yang
baik memberikan lebih banyak
keuntungan dibandingkan dengan
pengorbanan yang dikeluarkan.
Tindakan perlakuan risiko juga
memiliki risiko tersendiri. Risiko ini
disebut dengan risiko residu.
Pembahasan tentang risiko residu pada
rancangan perlakuan risiko merupakan
hal yang sangat disarankan
6. Referensi
[1] Merna, T., dan Al-Thani, F. F. (2005).
Corporate risk management: an
organisational perspective. West
Sussex: John Wiley & Sons.
[2] Carbone, Thomas A. and Tippett,
Donald D. (2004). Project Risk
Management Using The Project
Risk FMEA. Engineering
Management Journal.
[3] Oehmen, Josef et al. (2010). Risk
Management in Product Design:
Current State, Conceptual Model
and Future Research. ASME
[4] Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara. (2011). Salinan Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor: PER-
01/MBU/2011 Tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(Good Corporate Governance)
Pada Badan Usaha Milik Negara.
Jakarta: Kementerian Badan Usaha
Milik Negara
[5] Hillson, David et al. (2006). Managing
Project Risks Using A Cross Risk
Breakdown Matrix. Hampshire.
[6] Susilo, L. J., & Victor, R. K. (2011).
Manajemen Risiko Berbasis ISO
31000 Untuk Industri Non
Perbankan. Jakarta: PPM