Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

21
PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGKAJI VOLUME SAMPAH SEBAGIAN DAERAH MAGUWOHARJO DAN CATURTUNGGAL Oleh: Edwin Renada Taufan, Sarash Amalia Pridasari, Fonna Mauliddiyah, Intan Sania Nurmalasari, dan Anggini Nur Azizah Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Abstrak Sampah menjadi masalah yang dialami oleh hampir seluruh negara, khususnya negara berkembang. Indonesia termasuk negara berkembang, sehingga masalah sampah tak luput dari perhatian. Karena itulah, dibutuhkan penghitungan terhadap volume sampah, khususnya terhadap sumber sampah dari kawasan permukiman dan komersil. Volume sampah dapat diprediksi dari data penginderaan jauh melalui pengukuran terhadap ukuran rumah mukim serta pola dan kualitas permukiman. Jumlah penghuni permukiman dapat diketahui melalui ukuran rumah mukim, sedangkan karakteristik penghuni tampak dari pola dan kualitas permukiman. Lalu volume sampah diketahui melalui pembuatan blok permukiman, cek lapangan terhadap hasil interpretasi citra, dan wawancara. Metode stratified sampling digunakan dalam pengukuran. Formula volume sampah diaplikasikan dalam mengestimasi volume sampah permukiman dan komersil. Tempat Penampungan Sementara (TPS) dapat ditentukan lokasinya berdasrkan variabel yang dilakukan, yaitu fisik lahan dan estimasi volume sampah, dan prosedur, yakni pemodelan spasial, menafsir karakteristik permukiman dan komersil serta volume sampah, dan penentuan lokasi TPS. Fisik lahan dapat dibedakan dari lokasi bukan daerah genangan, jarak dari permukiman, jalan, dan sumber sampah, hingga dari segi estetika. Estimasi volume sampah yang diperoleh membuktikan bahwa semakin luas rumah mukim, semakin teratur pola permukiman, semakin baik kualitas permukiman, dan 1

description

Penginderaan jauh untuk kota

Transcript of Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

Page 1: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

UNTUK MENGKAJI VOLUME SAMPAH SEBAGIAN DAERAH MAGUWOHARJO DAN

CATURTUNGGAL

Oleh:

Edwin Renada Taufan, Sarash Amalia Pridasari, Fonna Mauliddiyah,

Intan Sania Nurmalasari, dan Anggini Nur Azizah

Jurusan Sains Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah

Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Sampah menjadi masalah yang dialami oleh hampir seluruh negara, khususnya negara berkembang. Indonesia termasuk negara berkembang, sehingga masalah sampah tak luput dari perhatian. Karena itulah, dibutuhkan penghitungan terhadap volume sampah, khususnya terhadap sumber sampah dari kawasan permukiman dan komersil. Volume sampah dapat diprediksi dari data penginderaan jauh melalui pengukuran terhadap ukuran rumah mukim serta pola dan kualitas permukiman. Jumlah penghuni permukiman dapat diketahui melalui ukuran rumah mukim, sedangkan karakteristik penghuni tampak dari pola dan kualitas permukiman. Lalu volume sampah diketahui melalui pembuatan blok permukiman, cek lapangan terhadap hasil interpretasi citra, dan wawancara. Metode stratified sampling digunakan dalam pengukuran. Formula volume sampah diaplikasikan dalam mengestimasi volume sampah permukiman dan komersil. Tempat Penampungan Sementara (TPS) dapat ditentukan lokasinya berdasrkan variabel yang dilakukan, yaitu fisik lahan dan estimasi volume sampah, dan prosedur, yakni pemodelan spasial, menafsir karakteristik permukiman dan komersil serta volume sampah, dan penentuan lokasi TPS. Fisik lahan dapat dibedakan dari lokasi bukan daerah genangan, jarak dari permukiman, jalan, dan sumber sampah, hingga dari segi estetika. Estimasi volume sampah yang diperoleh membuktikan bahwa semakin luas rumah mukim, semakin teratur pola permukiman, semakin baik kualitas permukiman, dan semakin luas penggunaan lahan komersil, maka volume sampah yang dihasilkan semakin tinggi karena tingkat konsumsi penghuni maupun komersil semakin meningkat, sehingga volume sampah yang dihasilkan semakin meningkat.

Kata kunci: penginderaan jauh, volume sampah, interpretasi visual, Sistem Informasi Geografis,

pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang.

1

Page 2: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

A. LATAR BELAKANGSampah kota diartikan sebagai

sampah yang dibuang oleh masyarakat kota. Permasalahan sampah kota salah satunya bermula dari adanya produksi sampah yang besar. Volume sampah yang besar yang diproduksi daerah kota timbul akibat banyaknya kegiatan dan jumlah penduduknya. Semakin banyak jumlah penduduk kota, maka volume sampah yang dihasilkan dari kegiatan mereka yang bermacam-macam akan semakin besar pula. Masalah persampahan kota kemudian menjadi semakin kompleks ketika volume sampah yang dihasilkan oleh kegiatan para penduduknya mampu melebihi daya tampung tempat pembuangan akhir (Mulasari, Husodo dan Muhadjir, 2014).

Keberadaan sampah memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan. Umumnya dampak tersebut bersifat negatif, sehingga manusia menghindari sampah meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah (Hakim, Wijaya dan Sudirja, 2006). Oleh karena itu, sampah perlu dikelola dengan baik dan professional.

Pengelolaan sampah dapat dibantu dengan kontribusi dari penginderaan jauh. Penginderaan jauh dapat menafsir kegiatan penduduk perkotaan dari gambaran fisik lingkungan permukimannya. Kegiatan yang bersifat komersial dan non komersial akan memiliki volume sampah yang berbeda. Dengan menafsir volume sampah, maka dapat dianalisis daerah mana yang volume sampahnya banyak dan dihasilkan rekomendasi solusi terhadap permasalahan volume sampah tersebut.

a. RUMUSAN MASALAHPertanyaan yang muncul dan menjadi rumusan masalah penelitian persampahan permukiman adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hasil penyadapan citra Quickbird untuk memperoleh data kegiatan komersial dan non komersial di lingkungan permukiman Kelurahan Maguwoharjo?

2. Bagaimana proses pemetaan bangunan komersial dan non komersial di lingkungan permukiman Kelurahan Maguwoharjo?

3. Seberapa banyak volume sampah yang dihasilkan dari kegiatan komersial maupun non komersial di lingkungan permukiman Kelurahan Maguwoharjo dan bagaimana persebarannya?

b. TUJUAN PENELITIANTujuan yang ingin dicapai dari penelitian persampahan permukiman adalah sebagai berikut.

1. Mengaplikasikan teknik interpretasi citra penginderaan jauh (Citra Quickbird) untuk menyadap kegiatan komersial dan non komersial di lingkungan permukiman Kelurahan Maguwoharjo.

2. Menerapkan sistem informasi geografis (SIG) untuk memetakan bangunan komersial dan non komersial di lingkungan permukiman Kelurahan Maguwoharjo.

3. Melakukan analisis dan pemetaan volume sampah permukiman Kelurahan Maguwoharjo.

c.MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai persampahan permukiman diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.1. Data spasial kegiatan komersil dan non komersial di lingkungan permukiman Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dapat tersedia.2. Adanya perkembangan teknologi aplikatif terkait penginderaan jauh untuk studi persampahan perkotaan.3. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam perencanaan penataan ruang kota

2

Page 3: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

serta pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan.

d. TINJAUAN PUSTAKA

1. KotaKota merupakan bagian kecil muka bumi

yang mengalami perubahan-perubahan yang cepat sehubungan dengan fungsinya sebagai pusat kegiatan penduduk dengan tata guna lahan dan fungsi sosial ekonomi yang beraneka. Perubahan yang cepat tersebut menyebabkan petugas kota selalu tertinggal dalam menyajikan peta yang mutakhir dimana hal ini kurang menguntungkan bagi perencana dan pengelola kota (Sutanto, 1981).

Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman 11 perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan Perkotaan Yogyakarta adalah kawasan strategis provinsi yang merupakan kesatuan ruang mencakup Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan sebagian Kabupaten Bantul selanjutnya disebut kawasan.2. Pemetaan

Pembuatan peta kota memerlukan pengukuran atau survey terrestrial. Pengukuran tersebut perlu menggunakan teknik tertentu agar dapat dilakukan secara cepat, lengkap dan terpercaya hingga ke penyajiannya. Teknik baru tersebut berupa penginderaan jauh atau remote sensing, yakni ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala yang menganalisa data yang direkam oleh sensor tanpa berhubungan langsung dengan objek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand, Th.M & Kiefer, R.W, 1979 dalam Sutanto, 1981).3. Sampah

Sampah tidak dapat lepas dari kehidupan manusia karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia menghasilkan bahan sisa-sisa yang telah diambil bagian utamanya karena pengolahan atau karena sudah tidak ada manfaatnya bila ditinjau dari segi ekonomi,

sebab sudah tidak ada harganya dan dari segi lingkungan hidup dapat menimbulkan berbagai pencemaran dan gangguan kelestarian. (((Hadiwiyoto,1998) dalam Hidayati dkk,2010:200) dalam Fajria,2013)

Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota besar di Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam. Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan 1.02% di perdesaan (Tuti Kustiah, 2005: 3), sehingga diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah yang di perkotaan khususnya tidak menyimpan potensi permasalahan yang akan berdampak di masa mendatang.

Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunya 2 disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber (Tuti Kustiah, 2005: 3).

Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan (Tuti Kustiah, 2005: 1). Lebih jauh lagi, penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar warga dan pemblokiran fasilitas TPA (Hadi, 2004).

Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 3 jenis sampah yang harus dikelola: Sampah rumah tangga

Merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, namun tinja dan sampah spesifik tidak termasuk di dalamnya.

Sampah sejenih sampah rumah tanggaMerupakan sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya.

Page 4: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

Sampah spesifiki. Sampah yang mengandung bahan

berbahaya dan beracunii. Sampah yang mengandung limbah

bahan berbahaya dan beracuniii. Sampah yang timbul akibat bencanaiv. Puing bongkaran bangunanv. Sampah yang secara teknologi belum

dapat diolahvi. Sampah yang timbul secara periodik

3.1 Istilah Mengenai SampahPersampahan/sampah adalah limbah yang

berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupu bukan logam yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar.

Pewadahan Sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara yang dilakukan oleh penghasil sampah (sumber sampah) dengan menggunakan tempat sampah yang besarnya disesuaikan dengan volume sampah yang dihasilkan.

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI, 2002).

Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.

Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari surnber sampah menuju tempat pembuangan akhir.(Nugrahadi,2014)3.2 Perhitungan Volume Sampah

Hidayati dkk,2000 dalam Fajriati,2013 menjelaskan bahwa volume sampah perkotaan dihitung berdasarkan sumber sampah, yaitu sampah domestik atau sampah rumah tangga serta sampah komersial atau sampah non rumah tangga. Perhitungan volume sampah domestik, terdapat beberapa faktor mempengaruhi

besarnya volume sampah domestik yang dihasilkan faktor tersebut antara lain.a. Jumlah Penghuni

Jumlah penghuni akan mempengaruhi volume sampah yang dihasilkan pada sebuah rumah. Semakin banyak jumlah penghuni maka sampah yang dihasilkan akan semakin banyak. Jumlah penghuni pada sebuah rumah tidak dapat diekstrak secara langsung melalui citra, melainkan dengan asumsi tertentu. Asumsi yang digunakan adalah jumlah penghuni dapat dicerminkan oleh ukuran rumah mukim, dimana semakin besar ukuran rumah mukim maka akan semakin banyak penghuninya dan sebaliknya.b. Karakteristik Penghuni

Karakteristik penghuni yang dimaksud berhubungan dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki penghuni. Kekuatan ekonomi akan mempengaruhi tingkat daya beli serta jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin baik kekuatan ekonomi maka kemampuan menghasilkan sampah semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya. Namun karakteristik penghuni ini juga tidak dapat diekstrak melalui citra, melainkan menggunakan asumsi tertentu. Asumsi yang digunakan adalah karakteristik penghuni yang dicerminkan dari pola permukiman huniannya. Masyarakat dengan perekonomian baik cenderung menghuni permukiman dengan pola teratur dan sebaliknya.4. Citra

Citra merupakan gambaran hasil perekaman suatu objek di permukaan bumi yang digambarkan dengan cara optik maupun elektronik. Citra penginderaan jauh dapat dimanfaatkandalam berbagai macam bidang seperti pembangunan, pertanian, kehutanan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Salah satu citra yang cocok digunakan untuk analisa permasalahan permukiman adalah Citra Quickbird. Quickbird merupakan satelit pengindraan jauh yang diluncurkan pada 18 Oktober 2001 di Amerika Serikat dan mulai memproduksi data pengindraan jauh pada bulan Mei 2002. Sensor yang digunakan pada satelit ini nadalah dengan model pushbroom scanner.

Page 5: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

Quickbird memiliki kemampuan dapat menyimpan data dalam ukuran besar dengan resolusi tertinggi. Satelit Quickbird menghasilkan data multispektral pada saluran spektral biru, hijau, merah, dan inframerah dekat serta pankromatik. Quickbird dapat digunakan pada berbagai aplikasi terutama dalam hal perolehan data yang memuat infrastruktur, sumber daya alam bahkan untuk keperluan pengelolaan tanah seperti manajemen dan pajak.5. SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem pengelolaan data secara digital yang dapat digunakan untuk memanipulasi, menganalisis, dan memonitoring data bereferensi geografi. Saat ini SIG dimanfaatkan untuk memecahkan beberapa macam masalah dalam bebragai macam bidang kehidupan melalui pengelolaan datanya salah satunya dalam bidang kesehatan lingkungan dan masyarakat.

B. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian berada di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Data yang digunakan adalah citra Quickbird perekaman tahun 2010 dan data volume tempat sampah permukiman dan komersial di Desa Maguwoharjo yang diperoleh melalui survei terestrial. Peralatan yang digunakan berupa seperangkat komputer, alat cetak dan perangkat lunak pengolah pembuatan peta berupa ArcGIS 10.2. Tahapan penelitian adalah sebagai berikut.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, di mana pada penelitian ini lebih menekankan pada perhitungan mengenai volume sampah yang dihasilkan oleh permukiman dan komersial seperti warung makan dan hotel. Penelitian ini dilengkapi dengan teknik interpretasi visual citra penginderaan jauh (Quickbird) untuk penyadapan informasi faktor fisik dan lingkungan seperti blok permukiman dan variabel fisik lahan seperti jarak tempat sampah terhadap permukiman, jarak tempat sampah terhadap jalan, dan jarak terhadap

sumber sampah. Survei tererstrial digunakan untuk memenuhi data variabel fisik lahan lainnya adanya genangan, estetika keberadaan tempat sampah, dan koreksi citra. Metode analisis SIG yang digunakan adalah metode kuantitatif yang memasukkan rumus penghitungan volume sampah permukiman dan volume sampah komersial.

Interpretasi visual dilakukan dengan melakukan proses digitasi penggunaan lahan permukiman dan industri komersial. Setelah melakukan proses interpretasi visual, maka dilakukanlah proses penghitungan yang meadukan antara data citra dan data yang diperoleh di lapangan seperti ukuran tempat sampah. Penghitungan ini dilakukan untuk mendapatkan estimasi volume sampah permukimna dan komersial di Desa Maguwoharjo. Selain melakukan penghitungan, dilakukan pula proses skoring untuk mengetahui tingkatan komersial yang ada di daerah tersebut. Tingkatan komersial tersebut ada yang usaha komersial rendah, sedang, dan tinggi. Skoring tersebut merupakan skoring kualitatif dilakukan berdasarkan persepsi dari peneliti dan belum ada sistem skoring mutlak, sehingga persepsi antara satu peneliti dengan peneliti lainnya dimungkinkan berbeda. Perbedaan tersebut bergantung pada pengetahuan peneliti terhadap suatu permasalahan yang dihadapi.

Tahap selanjutnya adalah layouting peta. Layouting peta dilakukan untuk mendapatkan Peta Estimasi Volume Sampah di Desa Maguwoharjo.

Page 6: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah kajian penelitian kelompok 3 adalah sebagian desa Maguwoharjo dan sebagian desa Caturtunggal. Jika dilihat pada citra, daerah kajian kelompok 3 seperti gambar yang ada di bawah ini.

Gambar Citra QuickbirdKajian perhitungan volume sampah pada

sebagian desa Maguwoharjo dan Caturtunggal bertujuan untuk melakukan analisis tentang

volume sampah. Sampah merupakan masalah yang hampir dialami oleh hampir seluruh negara yang ada di berbegai belahan dunia termasuk negara Indonesia mengingat negara ini adalah negara yang penduduknya sangat padat sehingga permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah lingkungan yang harus mendapatkan perhatian lebih.

Asumsi awal yang diterapkan dalam perhitungan volume sampah rumah tangga ialah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi volume sampah yaitu, jumlah penghuni, karakteristik penghuni, dan kegiatan penghuni. Beberapa faktor diatas dapat disadap dan diestimasi dari citra penginderaan jauh.

Tahap awal kajian perhitungan volume sampah dalam penelitian ini ialah tahap interpretasi visual citra. Citra yang diinterpretasi ialah citra digital Quickbird, dengan lokasi kajian berupa sebagian timur-selatan Desa Maguwoharjo. Quickbird merupakan salah satu citra penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk studi perkotaan karena kemampuannya dalam memetakan fenomena perkotaan dengan resolusi spatial yang tinggi. Hasil interpretasi visual citra hanya mampu menjawab ukuran rumah mukim dan karakteristik penghuni yang berkaitan dengan kekuatan ekonomi penghuni. Asumsi untuk jumlah penghuni yang merepresentasikan ukuran rumah mukim ialah semakin banyak penghuni maka produksi sampah akan lebih tinggi daripada rumah dengan jumlah penghuni sedikit. Asumsi yang digunakan untuk mengetahui jumlah penghuni adalah memperhatikan ukuran bangunan, semakin besar ukuran rumah mukim maka kemungkinan jumlah penghuni di dalamnya cukup banyak begitu juga sebaliknya. Asumsi untuk karakteristik penghuni (pola dan kualitas) adalah semakin baik kekuatan ekonomi maka kemampuan untuk memproduksi sampah akan semakin tinggi daripada penduduk dengan dengan kekuatan ekonomi rendah, untuk membedakan kekuatan ekonomi ini hal yang perlu diperhatikan ialah pola dan kualitas pemukiman yang ada. Asumsi – asumsi dalam

Page 7: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

menghitung produksi volume rumah tangga ini perlu dilakukan pembuktian dengan melakukan survey pada daerah kajian dengan metode resampling yaitu mengambil beberapa sample data untuk mewakili beberapa data yang lain.

Pembedaan klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya seperti yang diketahui didalamnya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya faktor produksi sampah, kesemua itu akan digunakan dalam pembuatan satuan pemetaan yaitu blok pemukiman, setiap blok nantinya akan dihitung volume sampahnya, dengan cara sebagai berikut :

a. Membuat blok pemukiman

Membuat blok pemukiman utama dengan batas jalan utama. Kemudian dalam blok ini akan dipecah menjadi blok yang lebih kecil. Hal pertama yang harus dibedakan ialah rumah mukim dan rumah komersil. Informasi ini dapat disadap melalui citra penginderaan jauh atau citra foto udara beresolusi tinggi.b. Melakukan cek hasil interpretasi

Melakukan hasil interpretasi terhadap blok pemukiman mengenai ketepatannya ialah dengan melakukan perhitungan tingkat akurasi pemetaan dan selanjutnya dilakukan revisi.

c. Melakukan survei lapangan untuk mengetahui volume sampah

Survei dilakukan dengan menggunakan metode stratified sampling yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara wawancara terhadap pemilik bangunan mengenai berapa volume sampah yang dihasilkan dalam sehari. Cara ini efektif dilakukan dengan alat bantu takaran sampah, sehingga hasil konversi nilai rerata produksi perbangunan dapat dilakukan dengan mudah, selain itu masyarakat lebih mudah menjawab dengan orienatasi alat takar. Alat takar dapat berupa tempat sampah, plastik sampah, dll. Setelah semua informas yang dibutuhkan didapatkan, barulah informasi tersebut diolah dengan menggunakan perhitungan volume sampah dengan beberapa

rumus. Rumus yang pertama untuk mengetahui volume sampah suatu daerah kajian adalah dengan mengkalikan jumlah rumah mukim dengan rerata produksi sampah per rumah mukim. Akan tetapi rumus tersebut mengalami revisi mengingat karakteristik antar rumah mukim satu dengan yang lainnya pasti berbeda sehingga rumus yang tepat untuk digunakan ialah jumlah rumah mukim tipe satu , dua, tiga dan seterusnya (tergantung jumlah variasi rumah mukim) dikalikan dengan rerata volume sampah per tipe rumah mukim. Selanjutnya perhitungan volume sampah juga dilihat dari segi volume sampah komersil dimana dalam menilai volume sampah komersi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu jumlah / luas objek yang dikaji, jenis kegiatan dan volume rerata.

Jumah atau luas objek yang dikaji dapat diukur dari citra penginderaan jauh namun akan lebih baik hasilnya jika melakukan pengukuran atau suver secara langsung. Jenis kegiatan tertentu akan menentukan jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan, contoh jika rumah mukim nya termasuk kategori komersil ialah jika bangunan tersebut merupakan restoran atau rumah makan, tentu saja produksi sampahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan rumah mukim jenis kegiatan rumah tangga. Informasi jenis kegiatan sangat terbatas sekali jika diambil dari data penginderaan jauh oleh sebab itu perlu diadakannya survey. Volume dihitung secara langsung di lapangan dengan menggunakan alat takar, bahkan pada bangunan komersil tertentu terkadang dapat dimintai data seberapa besar volume sampah yang dihasilkan dalam sehari. Perhitungan volume sampah komersil yaitu dengan menggunakan aplikasi rumus luas objek komersil tipe satu, dua , tiga san seterusnya dikalikan dengan rerata volume sampah per objek satu, dua, tiga dan seterusnya.

Tempat penampungan sementara merupakan tempat yang bersifat statis sekaligus permanen. Sebenarnya dengan mengetahui volume sampah yang terdapat pada TPS , dapat diketahui seberapa besar produksi sampah pada blok pemukiman tertentu, asalkan TPS tersebut

Page 8: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

jelas menampung sampah daerah mana saja dan tidak keluar dari area blok pemukiman yang akan diestimasi produksi sampahnya. Penentuan lokasi tempat penampungan sampah sementara harus memperhatikan beberapa hal yaitu : variabel yang digunakan , jenis fisik lahan, volume sampah (estimasi). Prosedur yang digunakan adalah yang pertama melakukan pendekatan kuantitatif (berjenjang, binary) dengan membuat pemodelan spasial selain itu prosedur yang harus dilakukan adalah menafsir karakteristik pemukiman dan kegitaan komersil , menafsir volume sampah dan penentuan lokasi TPS.

Tempat pembuangan sementara harus memenuhi standar tertentu agar lokasinya tepat dan tidak mengganggu pemandangan atau keindahan area sekitarnya oleh sebab itu perlu diadakannnya penilaian variabel fisik lahan. Variabel fisik lahan dapat dinilai dari jarak pemukiman, jarak terhadap jalan, jarak terhadap sumber sampah, estetika (buan di pinggir jalan), bukan merupakan daerah genangan.

Hasil survey lapangan menyatakan bahwa pemukiman sebagian daerah Maguwoharjo dan Caturtunggal di bagi menjadi komersial dan non komersial. Non komersial berarti bangunan tersebut merupakan rumah mukim (rumah penduduk) sedangkan komersial dibagi lagi atau diklasifikasikan lagi menjadi fasilitas pendidikan, hotel dan toko. Dari data yang didapatkan dengan menggunakan metode sampling diperoleh produksi sampah untuk rumah mukim sebesar 67.80 liter per hari atau sekitar satu kantong plastik besar sehari. Toko menghasilkan 57.75 liter sampah per hari dan fasilitas pendidikan sebesar 50.00 liter per hari. Jumlah produksi sampah per rumah mukim atau per hotel pasti juga berbeda tergantung dari luasan bangunan dan kegiatan didalamnya. Oleh sebab itu pada citra sebagian daerah Maguwoharjo dan Caturtunggal terdapat hotel yang amat luas dengan produksi sampah per hari nya 976 liter per hari. Mengetahui jumlah produski volume sampah suatu area kajian dapat dilakukan dengan mengkalikan jumlah atap

rumah dengan jumlah produksi sampah, pada daerah Maguwoharjo terhitung atap permukiman sebanyak kurang lebih 3.450. jumlah atap rumah sebesar 3.450 dikalikan dengan 67,80 sedangkan fasilitas pendidikan (sekolah) teridentifikasi terdapat tujuh buah dikalikaan dengan 50 liter selanjutnya terdapat kurang lebih 100 toko (warung, laundry, ruko), rata-rata menghasilkan sampah sekitar 57,75 liter dan terkhir terdapat dua hotel pada area kajian kami yang lumayan luas. Hotel pertama tidak begitu luas dan kegiatannya juga minim sedangkan hotel satunya yang terletak di jalan Solo sangatlah luas dan memiliki banyak pengunjung sehingga dimungkinkan aktivitasnya juga banyak. Hasil wawancara yang didapat hasil produksi sampah pada kedua hotel terebut masing-masing adalah 144 dan 976 liter

Hasil survey yang telah dilakukan kelompok tiga memungkinkan untuk dibuatnya klasifikasi apakah blok pemukiman tersebut memiliki jumlah produksi sampah yang sedikit, sedang ataupun tinggi. Hal ini disesuaikan dengan padanya pemukiman dan juga sampah yang diproduksi suatu bangunan dalam sehari dari hasil perhitungan kesemuanya didpati volume sampah area kajian kelompok tiga atau sebagian daerah Maguwoharjo sebesar 241.155 liter per hari

Daerah Maguwoharjo dan Caturtunggal terbilang memiliki kepadatan pemukiman yang tinggi termasuk adanya bangunan komersial seperi hotel , toko , warung , laundry dll. Diharapkan dari kegiatan penelitian ini didapatkan estimasi volume sampah yang dihasilkan oleh rumah mukim (komersial dan non komersial) per hari.

Page 9: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

D. KESIMPULANAnalisis tentang volume sampah dapat

dilakukan dengan cara mengumpulkan data penginderaan jauh, membuat blok permukiman, dan melakukan cek lapangan terhadap hasil interpretasi blok permukiman. Lalu formula atau rumus volume sampah permukiman dan komersil diaplikasikan terhadap pengukuran, sehingga volume sampah permukiman dan komersil dapat diketahui. Semakin luas suatu penggunaan lahan komersil, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Semakin besar ukuran rumah mukim, dan semakin teratur pola permukiman rumah mukim, semakin besar volume sampah yang dihasilkan. Dari hasil penelitian kami didapati volume sampah per hari pada daerah kajian yaitu sebagian daerah Maguwoharjo adalah sebesar kurang lebih 241.155

Page 10: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

DAFTAR PUSTAKA

Fajria, Ine.2013.Skripsi : Pemanfaatan Citra Geoeye untuk Kajian Tempat

Penampungan Sementara Sampah di Kecamatan Depok, Kabupaten

Sleman. Yogyakarta : FGE UGM

Hadi, Sudharto P. 2001.Dimensi Lingkungan Perencanaan

Pembangunan.Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Hidayati, Iswari Nur. 2015. Modul Praktikum Penginderaan Jauh untuk Studi

Perkotaan (GKP 0209). Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.

Nugrahadi, Aria.2014.Skripsi : Evaluasi Kebijakan dan Strategi Pengeolaan Smapah

di Kawasan Perkotaan Yogyakarta.Yogyakarta : UGM

Sutanto. 1981. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DALAM PERENCANAAN KOTA.

Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM

Tuti Kustiah.2005.Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

Bandung : Pusat Penelitian & Pengembangan Permukiman, Balitbang

Departemen Pekerjaan Umum

Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Hakim, Memet, Joice Wijaya dan Rija Sudirja. 2006. Mencari Solusi Penanganan

Masalah Sampah Kota. Bandung : Fakultas Pertanian UNPAD dengan Direktorat

Jenderal Hortikultura DEPTAN RI

Mulasari, Surahma Asti, Adi Heru Husodo dan Noeng Muhadjir. 2014. Kebijakan

Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah Domestik. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014.

10

Page 11: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH UNTUK STUDI PERKOTAAN

(GKP 0209)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

UNTUK MENGKAJI VOLUME SAMPAH SEBAGIAN DAERAH

MAGUWOHARJO DAN CATURTUNGGAL

Disusun oleh :

Intansania Nurmalasari 13/348120/GE/07580

Fonna Maulidyah 13/348102/GE/07574

Edwin Renada Taufan 13/350037/GE/07658

Sarash Amalia Pridasari 13/350049/GE/07660

Anggini Nur Azizah 13/352872/GE/07677

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 12: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo
Page 13: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo

13

Page 14: Jurnal Estimasi volume sampah sebagian daerah Maguwoharjo