Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

79
JURNAL EKONOMI ISSN:16935233 EQUILIBRIUM Analisis Persepsi Pelanggan Telpon terhadap Mutu Pelayanan P.T. Telkom Cabang Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Zalviwan Analisa Prosedur Pelaporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Jaurino Analisis Prilaku Konsumen terhadap Minuman Lidah Buaya “Saviera” di Kota Pontianak Uray Mustakim Z. Analisis Finansial Pembangunan Tempat Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas Sigit Sugiardi Evaluasi Penerapan PSAK No 27 Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi di Kota Pontianak Sartono Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Daerah pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Sanggau Adi Mursalin FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PANCA BHAKTI PONTIANAK EQUILIBRIUM VOLUME IV NOMOR 1 APRIL 2007

description

Jurnal Equilibrium Volume IV No 1 Diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak

Transcript of Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Page 1: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

JURNAL EKONOMI      ISSN:1693‐5233 

EQUILIBRIUM   

 Analisis Persepsi Pelanggan Telpon terhadap Mutu Pelayanan P.T. Telkom Cabang Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Zalviwan Analisa Prosedur Pelaporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Jaurino Analisis Prilaku Konsumen terhadap Minuman Lidah Buaya “Saviera” di Kota Pontianak Uray Mustakim Z. Analisis Finansial Pembangunan Tempat Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas Sigit Sugiardi Evaluasi Penerapan PSAK No 27 Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi di Kota Pontianak Sartono  Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Daerah pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Sanggau Adi Mursalin

  

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PANCA BHAKTI 

PONTIANAK  EQUILIBRIUM VOLUME IV NOMOR 1 APRIL 2007

Page 2: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

JURNAL EKONOMI EQUILIBRIUM

Ketua Penyunting: Hartono Azas L.

Wakil Ketua: M. Agusman

Penyunting Pelaksana:

Aisyah Febriati

Ery Niswan Usman Rumapea

Reni Dwi Widyastuti

Penyunting Ahli: Ny. Hj. Irene A. Musli (Universias Tanjungpura)

JG Nirbito (Universitas Negeri Malang) Anwar Sanusi (Universitas Merdeka Malang)

Yusuf Imam S (Universitas Islam Malang)

Mistra Bestari: Supriyanto (Universitas Negeri Malang)

Bambang Suyono (Universtas Negeri Malang)

Penyunting Tamu: Tuharjo (Universitas Negeri Malang)

Sunaryanto (Universitas Negeri Malang) Sulastri (Universitas Negeri Padang)

Indra Safri (Universitas Riau)

Pelaksana Tata Usaha: Syarif Nuh

Alamat penyunting dan tata usaha: Gedung D, Fakultas Ekonomi, Universitas Panca Bhakti Pontianak, Jl. Kom Yos Sudarso, Pontianak 78113 telepon (0561) 772627, 776820. Langganan 2 nomor setahun Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) Uang langganan dapat dikirimkan dengan wesel poske alamat tata usaha

Jurnal Ekonomi Equilbrium diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak. Dekan : Jaurino. Pembantu Dekan I : Adi Mursalin. Pembantu Dekan II: M.Zalviwan. Pembantu Dekan III. Naiyun Untung Utama

Page 3: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

JURNAL EKONOMI

EQUILIBRIUM

Volume IV, Nomor 1, April 2007

DAFTAR ISI

Zalviwan Analisis Persepsi Pelanggan Telpon terhadap Mutu Pelayanan P.T. Telkom Cabang Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat ....................……………………..

1-14

Jaurino Analisa Prosedur Pelaporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat ................................................……….

15-25

Uray Mustakim Z. Analisis Prilaku Konsumen terhadap Minuman Lidah Buaya “Saviera” di Kota Pontianak ......................................................

26-40

Sigit Sugiardi Analisis Finansial Pembangunan Tempat Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas ....................……………

41-50

Sartono Evaluasi Penerapan PSAK No 27 Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi di Kota Pontianak ..........................

52-63 Adi Mursalin Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Daerah

Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau .........................................................

64-75

Page 4: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, akhirnya Jurnal Ekonomi Equilibrium Volume IV, Nomor 1, April 2007 dapat diterbitkan. Pada terbitan kali ini sudah ada penulis dari Universitas Tanjungpura yang mengirimkan tulisan untuk diterbitkan di jurnal ini. Kedepan dengan semakin eksisnya jurnal ini diharapkan banyak pihak-pihak lain baik di Kalimantan Barat ataupun dari luar daerah yang menyumbangkan tulisannya untuk diterbitkan pada Jurnal Ekonomi Equilibrium.

Dalam terbitan kali ini, lingkupan tulisan meliputi beberapa kabupaten dan kota serta Provinsi Kalimantan Barat. Ragam materi tulisan meliputi Manajemen Strategi dan Kebijakan Publik.

Akhirnya diucapkan terimakasih yang tak terhingga bagi semua pihak yang telah membantu penerbitan jurnal ini. Semoga jurnal ini bermanfaat.

Penyunting

Page 5: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

1

ANALISIS PERSEPSI PELANGGAN TELPON TERHADAP MUTU PELAYANAN PT. TELKOM CABANG KABUPATEN SANGGAU

KALIMANTAN BARAT

M. Zalviwan*)

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel-variabel : reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati), dan tangible (nyata) serta kepuasan pelanggan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 responden pelanggan telepon rumah, teknik pengambilan sampel ditentukan dengan Incidental Sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tingkat kesesuaian dan penggujian dengan menggunakan sign test dengan taraf signifikansi α = 5%, yang menggunakan program spss for windows versi 15.0. Hasil dari penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian antara pelayanan yang diberikan oleh PT. TELKOM Cabang Kabupaten Sanggau dengan harapan pelanggan kesemua dimensi jasa serta indikator masing dimensi tidak satupun sama dengan 100% atau lebih. Untuk uji kinerja pelayanan jasa PT. TELKOM Cabang Kabupaten Sanggau terhadap kepentingan pelanggan telepon kesemua dimensi ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kinerja pelayanan dengan tingkat kepentingan pelanggan telepon, dimana pelanggan merasa tidak puas atas kinerja pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Kabupaten Sanggau.

Kata kunci : Kepuasan pelanggan, kualitas pelayanan, tingkat kesesuaian

Dewasa ini kebutuhan akan jasa telekomunikasi sangat dibutuhkan oleh

masyarakat sehingga timbul fenomena dimasyarakat dimana kebutuhan jasa telekomunikasi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat. Jasa telekomunikasi dianggap lebih efisien dalam menyampaikan pesan, selain tidak perlu menggunakan waktu yang lama dalam menyampaikan pesan yang diinginkan juga bisa melakukan interaksi dua arah. Persaingan didalam dunia telekomunikasi khususnya untuk Indonesia cukup ketat ini dikarenakan bermunculan operator-operator selular yang menawarkan jasa telekomunikasi.

Sebagai salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang telekomunikasi PT. TELKOM menyediakan berbagai produk jasa telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas yang dikelola dengan manajemen modern dan professional serta memanfaatkan teknologi muktahir sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

*) M. Zalviwan, SE, MM adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak

Page 6: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

2 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Karakteristik perusahaan telekomunikasi di Indonesia hampir sama, yaitu mempunyai keterbatasan dalam kemampuan penyedian jasa telekomunikasi telepon rumah (supplay) yang biasanya lebih kecil dibandingkan dengan permintaan (demand). Untuk dapat menyediakan sambungan telepon rumah memang menerlukan investasi yang sangat besar, dan butuh persiapan yang cukup panjang. Sehingga laju pertumbuhan permintaan lebih cepat bila dibandingkan supply jaringannya.

Pada dasarnya setiap produk barang atau jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, demikian pula dengan produk jasa telekomunikasi dalam pembangunannya selalu diawali dengan survey kebutuhan dan keinginan konsumen untuk mengevaluasi apakah layak untuk mengadakan produk dan jasa sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Demikian halnya PT. TELKOM tetap juga harus memperhatikan keinginan konsumen dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya untuk menghindari kekecewaan dari pelanggan meskipun PT. TELKOM merupakan salah satu perusahaan jasa telekomunikasi yang umumnya banyak diketahui oleh masyarakat.

Setiap perusahaan berorientasi untuk mencari keuntungan yang maksimal dengan berbagai cara yang wajar. Hal ini membuat perusahaan untuk terus meningkatkan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan atau dikelola secara efisien dan efektif dengan tetap memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi pelanggan agar keuntung dapat terus meningkat. Untuk itu pelayanan yang terbaik yang diberikan oleh perusahaan merupakan cara yang paling jitu untuk dapat meyakinkan konsumen akan komitmen yang ditawarkan serta sesuai dengan keinginan keinginan mereka sehingga kosumen menjadi puas, dan pada akhirnya memciptakan keuntungan jangka panjang pada perusahaan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yaitu “Bagaimana Persepsi Konsumen Terhadap Mutu Pelayanan Diberikan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau ?”.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui tentang persepsi terhadap mutu pelayanan yang diberikan

oleh PT. Telkom (Persero) Cabang Sanggau Kalimantan Barat. b. Menguji perbedaan pencapaian kinerja pelayanan PT. TELKOM (Persero)

terhadap kepentingan konsumen. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk :

a. Sebagai pertimbangan perusahaan dalam menentukan strategi pemasaran diwaktu yang akan datang.

b. Dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang mengambil topik yang sama.

c. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang manajemen pemasaran.

Page 7: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 3

Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder untuk

pengumpulan data, adapun yang dimaksud dengan kedua data tersebut adalah : a) Data Primer

Dalam hal ini penulis langsung mengambil data dengan cara penyebaran pengisian kuisioner oleh para responden.

b) Data Sekunder Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dari PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau Kalimantan Barat, data yang tersedia dari literature, internet yang berkaitan tentang jasa telekomunikasi, service quality, dan kepuasan pelanggan.

Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2006 selama 6 bulan dari bulan dari bulan Januari sampai dengan juni. Adapun lokasi penelitian adalah kabupaten Sanggau Kalimantan Barat

Menurut Sugiyono (2000:57) ’’Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan’’. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan telepon rumah PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber data yang sesungguhnya dalam penelitian. (Sudjana, 1997:5). Adapun banyaknya sampel yang diambil peneliti adalah berjumlah 50 orang responden pelanggan telepon rumah PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau. Pemilihan sampel dengan cara sengaja dengan menggunakan insident sampling.

Tehnik analisis data merupakan salah satu alat untuk menganalisa data. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja (Importance–performance

Analisis) Untuk mengetahui sejauh mana tingkatan kepuasan pelanggan

terhadap PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau, maka digunakan Importance-Performance Analysis atau analisis tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan. Dalam hal ini, digunakan skala 5 tingkat (Likert) untuk kepentingan pelanggan yaitu: sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting dan sangat tidak penting. Sedangkan untuk tingkat kepuasan pelanggan terdiri dari: sangat baik, baik, cukup baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Dari kelima penilaian tersebut diberi bobot agar didapatkan nilai dari perhitungan, yaitu:

Tingkat Kinerja Pelayanan Tingkat Kepentingan Pelanggan - Sangat Baik : bobot 5 - Baik : bobot 4 - Cukup Baik : bobot 3 - Kurang Baik : bobot 2 - Tidak Baik : bobot 1

- Sangat Penting : bobot 5 - Penting : bobot 4 - Cukup Penting : bobot 3 - Kurang Penting : bobot 2 - Tidak Penting : bobot 1

Page 8: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

4 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variable yang diwakili oleh huruf X dan Y dimana variable X merupakan variable tingkat kinerja (kepuasan) PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau sedangkan variable Y merupakan tingkat kepentingan Konsumen PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau.

Adapun rumus yang dipergunakan menurut (Nasution : 42) adalah :

Dimana : Tki : Tingkat kesesuaian responden. Xi : Skor kinerja perusahaan Yi : Skor nilai kepentingan para konsumen.

Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut yaitu : Metode R = 1 atau R = 100% Dimana R adalah tingkat kinerja dan tingkat kepentingan PT.TELKOM (Persero) Cabang Sanggau. Jika Tki < 100 % : Maka konsumen belum mencapai tingkat kepuasan

seperti yang diharapkan. Jika Tki ≥ 100 % : Maka konsumen sudah mencapai tingkat kepuasan seperti

yang diharapkan 2. Hipotesis dan Uji Beda Tanda (Sign Test)

Hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat kepentingan konsumen dengan kinerja

pelayanan dari tiap-tiap dimensi terhadap kepuasan pelanggan. Ha : Terdapat perbedaan berarti (significance) tingkat kepentingan

konsumen dengan kinerja pelayanan yang diberikan oleh PT. TELKOM (Persero) kepada konsumen dari tiap-tiap dimensi terhadap kepuasan pelanggan.

Untuk mengujinya hipotesis tersebut di atas menggunakan uji statistik non parametrik. Ini dikarenakan penelitian ini menggunakan data ordinal sehingga lebih baik menggunakan alat-alat statistik non parametrik. Jenis Uji yang dipergunakan penelitian ini adalah uji sign test, dimana score pencapaian masing-masing responden tentang kinerja pelayanan dan kepentingan dibandingkan untuk tiap-tiap dimensi mutu pelayanan. Adapun rumus yang dipergunakan adalah : ( X ± 0,5 ) - μ Z = σ Dimana X = jumlah beda yang bertanda positif µ = n . p σ = √ n . p . q Bila X < µ gunakan ( X – 0,5 ) Bila X > µ gunakan ( X + 0,5 )

Xi Yi

Tki = x 100%

Page 9: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 5

Variabel Penelitian Variabel penelitian mutu pelayanan jasa telekomunikasi dari PT. Telkom

(Persero) Cabang Sanggau Kalimantan Barat Adalah : (a) Keandalan (Reliability); (b) Ketanggapan (Responsiveness); (c) Kepastian (Assurance); (d) Empati (Emphaty); (e) Berwujud (Tangibles)

Hasil dan Pembahasan Analisis Mutu Pelayanan Pada PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau

Penelitian yang dilakukan mengenai tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan di PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau berfokus pada dimensi servequal. Berdasarkan hasil kuisioner yang diseberkan dianalisis tingkat kepentingan pelanggan dan tingkat kinerja PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dan kemudian penulis akan membandingkan atau menilai tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pelanggan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau untuk melihat tingkat kesesuaian (Tki) pencapaian kinerja terhadap kepentingan setiap dimensi mutu pelayanan, dapat dilihat tabel-tabel berikut (secara lengkap, lihat lampiran), dan dilakukan penggujian dengan mengunakan uji sign test untuk melihat apakah kinerja yang dinilai keseluruhan responden (pelanggan) berbeda terhadap kepentingannya.

Keandalan (Reliability). Keandalan disini merupakan kemampuan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Tanggapan responden terhadap dimensi keandalan sebagai berikut:

Tabel 1. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM

Dimensi Keandalan No.

Pertanyaan Penilaian Kinerja

Penilaian Kepentingan X Y Tki

1 192 208 3,84 4,16 92,31% 2 179 215 3,58 4,30 83,26% 3 176 201 3,52 4,02 87,56% 4 179 208 3,58 4,16 86,06% 5 173 222 3,46 4,44 77,93% 899 1054 3,60 4,22 85,29%

Sumber : Data Olahan, 2006 Dari Tabel 1 tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan

mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi keandalan dari pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan pelanggannya. Untuk total dari kelima indikator juga menunjukan tingkat kesesuaiannya juga masih dibawah 100%. Pencapaian

Page 10: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

6 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

kinerja yang cukup baik dicapai pada kemampuan PT. TELKOM Cabang Sanggau dalam memproses pemasangan telepon baru yaitu 92,31%.

Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi keandalan, dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows sebagai berikut: Frequencies N Kepentingan - Kinerja Negative

Differences(a) 6

Positive Differences(b) 41

Ties(c) 3Total 50

a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan = Kinerja Test Statistics(a) Kepentingan - Kinerja Z -4,959Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a Sign Test Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 6

responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 3 responden mempunyai score yang sama dan 41 responden menilai kinerja masih dibawah atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil perhitungan sebesar -4,959 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini berarti – 4,956 < - 1,96 atau significance 0,000 < 0,05 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian terbukti bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimendi keandalan masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.

Ketanggapan/Daya Tanggap (Responsiveness). Daya tanggap merupakan kecepatan dan kemampuan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam melihat atau mengatasi suatu kendala atau keluhan yang datang dari konsumen. Palayanan jasa yang diberikan kepada konsumen dapat berdampak positif dan juga berdampak negatif. Daya tanggapan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau yang mungkin terjadi meliputi tanggapan terhadap kemampuan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam menangani keluhan atau permintaan yang disampaikan untuk konsumen dan keterbukaan karyawan dalam menanggapi keluhan dan masalah pelanggan.

Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu daya tanggap PT TELKOM Cabang Sanggau sebagai berikut:

Page 11: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 7

Tabel 2. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM

Dimensi Daya Tanggap No

Pertanyaan Penilaian Penilaian X Y Tki Kinerja Kepentingan

1 180 196 3,60 3,92 91,84% 2 188 219 3,76 4,38 85,84% 3 176 201 3,52 4,02 87,56% 4 171 200 3,42 4 85,50% 5 188 219 3,76 4,38 85,84% 903 1035 3,61 4,14 87,25%

Sumber: Data Olahan, 2006

Dari Tabel 2 tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi daya tanggap dari pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan pelanggannya. Untuk total dari kelima indikator menunjukan tingkat kesesuaiannya juga masih dibawah 100%. Pencapaian kinerja yang cukup baik dicapai pada keluangan waktu petugas administrasi PT. TELKOM Cabang Sanggau menanggapi keluhan pelanggan yaitu 91,84%.

Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi daya tanggap, dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut: Frequencies N Kepentingan - Kinerja Negative

Differences(a) 8

Positive Differences(b) 37

Ties(c) 5Total 50

a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan = Kinerja Test Statistics(a) Kepentingan - Kinerja Z -4,174Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a Sign Test

Page 12: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

8 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 8 responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 5 responden mempunyai score yang sama dan 37 responden menilai kinerja masih dibawah atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil perhitungan sebesar -4,959 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini berarti – 4,174 < - 1,96 atau significance test 0,000 < 0,05 level of significance, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi daya tanggap masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.

Kepastian (Assurance). Kenyataan merupakan kepastian yang memiliki seseorang terhadap kinerja yang di lakukan oleh pihak PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau memberikan pelayanan kepada konsumen dengan cara memberikan pengetahuan dan kecakapan, sikap sopan santun yang harus ditunjukkan, penciptaan rasa aman diruangan pelayanan, peranan karyawan dalam menanamkan kepercayaan kepada pelanggannya dan keramahtamahan karyawan dalam melayani pelanggan.

Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu pelayanan PT TELKOM Cabang Sanggau berkaitan dengan dimensi kepastian sebagai berikut:

Tabel 3. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan

Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM Dimensi Kepastian

No. Pertanyaan

Penilaian Penilaian X Y Tki Kinerja Kepentingan 1 189 201 3,78 4,02 94,03% 2 193 209 3,86 4,18 92,34% 3 204 225 4,08 4,50 90,67% 4 178 199 3,56 3,98 89,45% 5 195 224 3,9 4,48 87,05% 959 1058 3,84 4,23 90,64%

Sumber : Data Olahan, 2006

Sama halnya dengan dimensi keandalan dan daya tanggap, pelayanan jasa PT. TELKOM Cabang Sanggau dimensi kepastian juga menunjukkan tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi kepastian dari pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan pelanggannya atau tidak seperti yang diharapkan. Pencapaian kinerja yang cukup baik dicapai pada pengetahuan dan kecakapan karyawan pelayanan PT. TELKOM Cabang Sanggau dalam memberikan pelayanan pada pelanggan yaitu

Page 13: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 9

94,03%, Sikap sopan yang ditunjukkan karyawan sebesar 92,34% dan Penciptaan rasa aman diruangan pelayanan sebesar 90,67%.

Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi kepastian, dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut: Frequencies N Kepentingan - Kinerja Negative

Differences(a) 6

Positive Differences(b) 40

Ties(c) 4Total 50

a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan = Kinerja Test Statistics(a)

Kepentingan -

Kinerja Z -4,866Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a Sign Test

Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 6 responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 4 responden mempunyai score yang sama dan 40 responden menilai kinerja masih dibawah atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil perhitungan sebesar -4,866 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini berarti – 4,866 < - 1,96 atau significance test 0,000 < 0,05 level of significance, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi kepastian masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.

Empati (Emphaty). Empati merupakan sikap atau perhatian yang diberikan seseorang dalam memberikan pelayanan. Empati dapat ditunjukkan dari kesabaran karyawan, perhatian individu karyawan, waktu beroperasi untuk melayani, kesungguhan PT. TELKOM (Persero) Cabang Sanggau dalam memperhatikan kebutuhan karyawan serta kemampuan karyawan memberikan solusi atas keluhan dan masalah pelanggan.

Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu pelayanan PT TELKOM Cabang Sanggau berkaitan dengan dimensi kepastian sebagai berikut:

Page 14: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

10 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Tabel 4. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM

Dimensi Empati No.

Pertanyaan Penilaian Penilaian X Y Tki Kinerja Kepentingan

1 186 187 3,72 3,74 99,47% 2 172 195 3,44 3,90 88,21% 3 183 199 3,66 3,98 91,96% 4 180 190 3,60 3,8 94,74% 5 181 208 3,62 4,16 87,02% 902 979 3,61 3,92 92,13%

Sumber : Data Olahan, 2006 Pada Table 4 hasil jawaban responden, pelayanan jasa PT. TELKOM

Cabang Sanggau dimensi empati tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih termasuk juga reratanya. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi empati dari pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan pelanggannya atau tidak seperti yang diharapkan. Pencapaian kinerja yang cukup baik dicapai pada Kesabaran karyawan PT. TELKOM Cabang Sanggau dalam melayani pelanggan dengan tingkat kesesuaian 99,47%, waktu beroperasi perusahaan dalam pelayanan sebesar 91,96%, dan kesungguhan perusahaan dalam memperhatikan kebutuhan pelanggan.

Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi empati, dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut: Frequencies N Kepentingan - Kinerja Negative

Differences(a) 8

Positive Differences(b) 34

Ties(c) 8Total 50

a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan = Kinerja

Page 15: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 11

Test Statistics(a)

Kepentingan -

Kinerja Z -3,858Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a Sign Test Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 8

responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 8 responden mempunyai score yang sama dan 36 responden menilai kinerja masih dibawah atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil perhitungan sebesar -4,866 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini berarti – 3,858 < - 1,96 atau significance test 0,000 < 0,05 level of significance, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi empati masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya.

Berwujud. Berwujud adalah bentuk fisik yang dimiliki oleh perusahaan meliputi : perlengkapan dan peralatan diruang pelayanan, penampilan dan cara berpakaian karyawan perusahaan, desain ruang dan meja kerja petugas pelayanan, kebersihan, kerapian serta kenyamanan diruang pelayanan dan tempat parkir kendaraan.

Adapun hasil tanggapan responden tentang mutu pelayanan PT TELKOM Cabang Sanggau berkaitan dengan dimensi kepastian sebagai berikut:

Tabel 5. Score, Rata-rata, dan Tingkat Kesesuaian, Kinerja dan Kepentingan Tanggapan Konsumen Tentang Pelayanan Dari PT. TELKOM

Dimensi Keberwujudan No.

Pertanyaan Penilaian Penilaian X Y Tki Kinerja Kepentingan

1 201 220 4,02 4,4 91,36% 2 193 197 3,86 3,94 97,97% 3 213 222 4,26 4,44 95,95% 4 217 224 4,34 4,48 96,88% 5 216 235 4,32 4,7 91,91% 1040 1098 4,16 4,39 94,72%

Sumber : Data Olahan, 2006 Pada Table 5 hasil jawaban responden, pelayanan jasa PT. TELKOM

Cabang Sanggau dimensi keberwujudan tidak ada satupun dari kinerja yang dinilai oleh pelanggan mempunyai rata-rata pencapaian di atas atau sama dengan tingkat kepentingan pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat kesesuaian (Tki), tidak ada satupun yang nilainya 100% atau lebih termasuk juga reratanya. Hal ini mengindikasikan bahwa dimensi empati dari pelayanan yang diberikan

Page 16: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

12 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

PT. TELKOM Cabang Sanggau masih belum dapat seluruh memuaskan pelanggannya atau tidak seperti yang diharapkan. Namun demikian dari sisi pencapaian kinerja dimensi keberwujudan sudah cukup baik dimana tingkat kesesuaian (Tki) diantara 90% sampai dengan 100%.

Untuk mengetahui apakah berbeda nyata ataukah tidak tingkat pencapaian score dari kinerja terhadap kepentingan pelayanan dimensi empati, dilakukan pengujuan dengan menggunakan sign test sebagai berikut:

Frequencies N Kepentingan - Kinerja Negative

Differences(a) 12

Positive Differences(b) 25

Ties(c) 13Total 50

a Kepentingan < Kinerja b Kepentingan > Kinerja c Kepentingan = Kinerja Test Statistics(a)

Kepentingan -

Kinerja Z -1,973Asymp. Sig. (2-tailed) ,049

a Sign Test Dari hasil pengujian dengan significance α = 0,05 dapat dilihat hanya 12

responden yang menilai tingkat kinerja lebih tinggi dari kepentingan, 13 responden mempunyai score yang sama dan 25 responden menilai kinerja masih dibawah atau lebih rendah dari tingkat kepentingan pelanggan (responden). Nilai Z hasil perhitungan sebesar -1,973 sedangkan Z tabel ( Z α/2 = Z 0,05/2) sebesar ± 1,96 ini berarti – 1,973 < - 1,96 atau significance test 0,049 < 0,05 level of significance, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terbukti bahwa tingkat kinerja PT. TELKOM Cabang Sanggau dirasakan pelanggan pada dimensi empati masih dibawah dari yang diharapkan berdasarkan kepentingannya. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah: 1. Lima dimensi mutu pelayanan jasa yaitu Keandalan (Reliability),

Ketanggapan (Responsiveness), kepastian (Assurance), empati (Emphaty), berwujud (Tangibles) PT. TELKOM berdasarkan tanggapan responden, dimana dinilai kinerja yang dirasakan oleh pelanggan masih di bawah atau

Page 17: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

M. Zalviwan, Analisis Persepsi Pelanggan ……… 13

masih rendah dari tingkat kepentingan yang diharapakan, sehingga tidak semua konsumen merasa puas atas kinerja dari pelayanan jasa perusahaan PT. TELKOM Cabang Sanggau.

2. Hasil pengujian lima dimensi mutu jasa pelayanan yang dilakukan PT. TELKOM Cabang Sanggau dengan menggunakan sign test menunjukan tidak satupun dimensi dari hasil pengujian jawaban responden menerima hipotesis nihil (Ho). Hanya dimensi keberwujudan yang significance (0,049) mendekati level of significance test (0,05). Dengan demikian dimensi keberwujudan yang hampir memenuhi harapan dari pelanggan PT. TELKOM Cabang Sanggau. Ini juga terlihat dari tingkat kesesuaiannya diatas 90% dibawah 100% berarti pencapaiannya cukup baik. Pencapaian indicator dari dimensi-dimensi jasa pelayanan lainnya yang cukup baik antara lain :

- Kemampuan dalam memproses pemasangan telepon baru - keluangan waktu petugas administrasi menanggapi keluhan pelanggan - Pengetahuan dan kecakapan karyawan pelayanan dalam memberikan

pelayanan pada pelanggan. - Sikap sopan yang ditunjukkan karyawan - Penciptaan rasa aman diruangan pelayanan - Kesabaran karyawan dalam melayani pelanggan dengan tingkat

kesesuaian. - Waktu beroperasi perusahaan dalam pelayanan. - Kesungguhan perusahaan dalam memperhatikan kebutuhan pelanggan.

Saran yang diberikan berkenaan dengan penelitian ini adalah: 1. PT. TELKOM Cabang Sanggau hendaknya memperbaiki pelayanan pada

kelima dimensi jasa pelayanan, khususnya pada indicator yang pencapaiannya dibawah 90%. Khususnya pada dimensi keandalan dan daya tanggap. Ini dikarenakan dari 5 indicator yang ditanyakan kepada responden hanya 1 indicator yang diatas 90% atau cukup baik yaitu Kemampuan dalam memproses pemasangan telepon baru dan keluangan waktu petugas administrasi menanggapi keluhan pelanggan dengan demikian keempat indicator dari dimensi keandalan dan daya tanggap dibawah 90%, jadi diperlukan perbaikan mutu pelayanannya.

2. Untuk dimensi yang indicatornya mencapai 90% keatas harus dipertahankan dan ditingkatkan agar pelanggan merasa harapan kepentingan mereka dapat terpenuhi dan pada akhirnya mereka merasa puas atas pelayanan yang diberikan PT. TELKOM Cabang Sanggau diwaktu yang akan datang.

Daftar Pustaka

Zeithaml, V. A., M. J. Bitner, 1996. Service Marketing, New Jersey: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Parasuraman, A; Zeithaml, Valarie A. & Berry, Leonard L. (1998) Serqual : A. Multiple-Items Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing. Volume 64, number 1, p 12 – 37.

Page 18: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

14 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Kotler, Philip & Amstrong, Garry. (1997) Dasar-dasar Pemasaran. Jilid I. Alih Bahasa Alexander Sindoro. Prenhallindo, Jakarta.

Sudjana, 1997, Statistik Untuk Ekonomi. Penerbit : Tarsito, Bandung. Sugiono, Prof, Dr. 1999, Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta, Bandung Hawkins, et all. (1980) Consumer Implication For Marketing Strategy. Business

Publications, Georgetown Craven, W. David. (1996) Pemasaran Strategis. Alih Bahasa Lina Salim, MBA

Jilid 1, Edisi ke empat, Penerbit Erlangga, Jakarta. Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Penerbit Ekonisa,

Yokyakarta. Simamora, Bilson, 2003. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Penerbit

Prenhallindo, Jakarta. Nasution, M.N, M.Sc. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Penerbit : Ghalia

Indonesia, Jakarta Lampiran 1 : Dimensi pelayanan jasa (reliability, responsiveness, assurance,

empathy, dan tangible) Beserta Indicator No Dimensi Indicator 1 Keandalan

(Reability) 1. Kemampuan perusahaan dalam proses pemasangan telepon baru

2. Ketepatan jadwal dalam pemasangan telepon baru 3. Kemudahan layanan administrasi dalam pemasangan telepon baru

4. Keakuratan system administrasi pembayaran rekening yang diberikan pihak perusahaan

5. Keakuratan jumlah yang dibayarkan dengan jumlah pemakaian telepon 2 Daya

Tanggap (Responsivene

ss)

1. Keluangan waktu petugas administrasi menanggapi keluhan pelanggan 2. Kejelasan informasi yang disampaikan petugas administrasi kepada pelanggan

3. Respon karyawan terhadap masalah yang dialami pelanggan

4. Kesediaan karyawan membantu kesulitan yang dialami pelanggan 5. Keterbukaan karyawan terhadap menanggapi masalah-masalah pelanggan 3 Kepastian

(assurance) 1. Pengetahuan dan kecakapan karyawan dalam memberikan pelayanan

2. Sikap sopan yang ditunjukkan karyawan terhadap pelanggan 3. Penciptaan rasa aman diruangan pelayanan 4. Peranan karyawan dalam menanamkan kepercayaan kepada pelanggan 5. Keramah tamahan karyawan dalam melayani pelanggan 4 Empati

(empathy) 1. Kesabaran karyawan dalam melayani pelanggan

2. Perhatian individu karyawan terhadap pelanggan 3. Waktu beroperasi perusahaan untuk melayani pelanggan 4. Kesungguhan perusahaan dalam memperhatikan kebutuhan pelanggan 5. Kemampuan karyawan memberikan solusi atas keluhan dan masalah pelanggan 5 Berwujud

(tangable) 1. Kelengkapan perlengkapan dan peralatan diruang pelayanan

2. Penampilan dan cara berpakaian karyawan perusahaan 3. Desain ruang dan meja kerja petugas pelayanan 4. Kebersihan, kerapian dan kenyaman diruang pelayanan 5. Tempat parkir yang luas dan aman

Persepsi Kinerja : Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik, Tidak Baik Kepentingan : Sangat Penting, Penting, Cukup Penting, Kurang Penting, Tidak Penting

Page 19: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

15

ANALISIS PROSEDUR PELAPORAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ) PADA DINAS PEKERJAAN UMUM

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Jaurino*)

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Pelaporan SPJ oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan Pelaporan SPJ. Alat analisis yang digunakan adalah kuesioner, laporan SP2D yang diterbitkan serta jumlah SPJ yang dilaporkan pada tahun 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaporan SPJ telah berjalan dengan efektif namun tidak efesien. Kata Kunci : Permendagri No 13 Tahun 2006, efektif, efesien, Surat

Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem dengan berbagai pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang mencerminkan rencana dan tindakan dari tiap-tiap pertanggungjawaban tersebut dengan cara membebankan tanggung jawab kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada daerah-daerah ditujukan agar tidak terjadi tumpang tindih tanggung jawab dalam melaksanakan program-program yang telah di rencanakan, serta dapat melaksanakan program secara sungguh-sungguh dan dapat dipertanggungjawabkan.

Setiap Bendahara Pengeluaran wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya dengan menyampaikan surat pertanggungjawaban ( SPJ ) pengeluaran kepada PPKD ( Pejabat Pengelola keuangan Daerah ) selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban bendahara pengeluaran secara fungsional dilaksanakan setelah diterbitkan surat pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran / kuasa pengguna anggaran. Laporan SPJ yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran kepada PPKD adalah laporan yang telah direkap dari SPJ yang dilaporkan oleh Pembantu Bendahara. Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Jika terdapat penyimpangan di setiap satuan kerja itu merupakan tanggungjawab pimpinan

*) Drs. Jaurino, M.Si adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak

Page 20: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

16 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

satuan kerja / pengelola keuangan daerah / pengguna anggaran bukan tanggung jawab kepala daerah.

Bendahara Pengeluaran Pembantu Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat harus menyampaikan Laporan SPJ pada Bendahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5 setelah diterbitkan SP2D dan Laporan SPJ tersebut harus dipertanggungjawabkan minimal 75 % dari nilai SP2D. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas Pelaporan SPJ oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran. Kerangka Teoritik Kinerja Akuntansi Sektor Publik Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (Sektor Publik) adalah value for money yang meliputi penilaian efesiensi, efektifitas, dan ekonomis. Efesiensi dan efektifitas anggaran belanja merupakan salah satu prinsip utama dalam penyelenggaraan anggaran belanja suatu organisasi sektor publik agar dapat memberikan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal. Indikator kinerja dalam suatu organisasi yang menggunakan value for money harus menggambarkan pencapaian tingkat pelayanan pada biaya ekonomis yang terbaik (economical cost). Ini berarti unit biaya yang terendah tidak selalu menggambarkan value for money yang terbaik, karena dengan biaya termurah tidak selalu merupakan yang terbaik. Untuk lebih jelasnya, efesiensi, efektifitas dan ekonomis akan diuraikan sebagai berikut: • Efesiensi adalah hubungan antara input dan output di mana barang dan jasa

yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. • Efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan, di mana efektifitas

diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

• Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input di mana barang dan jasa dibeli pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang dimungkinkan.

Konsep value for money sangat penting bagi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat karena pemakaian konsep tersebut akan memberi manfaat berupa : 1) Efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan tepat sasaran. 2) Meningkatkan mutu pelayanan publik 3) Dengan menghilangkan setiap inefesiensi dalam seluruh tindakan

pemerintaah maka biaya pelayanan yang diberikan menjadi murah dan selalu dilakukan penghematan dalam pemakaian sumber daya.

4) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik. 5) Meningkatkan public cost awarenes sebagai akar dari akuntabilitas

Page 21: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 17

Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai karena value for money mempunyai kaitan yang erat dengan pengukuran output dan input. Permasalahan yang sering muncul adalah tidak tersedianya data yang lengkap terutama data output tidak tersedianya data output yang lengkap tidak berarti analisis value for money tidak dapat dilakukan.

Outcome Pelayanan Publik Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkali lebih sulit

dibanding penetapan dan pengukuran terhadap input maupun output. Ada berapa hal yang menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur: 1) Outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana

yang memudahkan proses monitoring (pemantauan) 2) Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Misal: untuk

mengubah pola pembiayaan sektor publik sangat tergantung pada siapa yang berkuasa, bagaimana arah kebijakan politiknya.

3) Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi kualitas.jika input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah meningkat, operasi sudah lebih ekonomis dan efesien, tetapi apa yang dihasilkan ternyata tidak berkualitas, tentu akan merugikan organisasi yang bersangkutan.

value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik antara lain: a. Meningkatkan efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang

diberikan tepat sasaran; b. Meningkatkan mutu pelayanan publik; c. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefesiensi dan

terjadinya penghematan dalam penggunaan input; d. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan e. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (publik costs awarenes) sebagai

akar pelaksanaan akuntabilitas publik. Sistem Pengendalian Intern Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern

Menurut Hartadi (1999:3)”Sistem pengendalian intern dalam hubungannya dengan manajemen dan audit dijelaskan tentang pengertian sistem pengendalian intern dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, pengendalian intern sama dengan pengertian internal check yang merupakan prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian data-data administrasinya. Sedangkan dalam arti luas,

Page 22: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

18 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial yang mempunyai makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur alat-alat fisik, dokumentasi organisasi yang berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk: 1) Melindungi harta perusahaan 2) Menjamin ketelitian data akuntasi 3) Dapat diperoleh operasi secara efesien 4) Menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan.

Menurut Widjajanto (2001:18)”Pengendalian intern (internal control) adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk : 1) Mengamankan harta perusahaan 2) Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi 3) Meningkatkan efesiensi 4) Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran

organisasi. Menurut H.Bodnar dan S.Hopwood (2001:11) ”Pengendalian intern adalah

yang ditetapkan untuk memberikan jaminan tercapainya tujuan:(a) keandalan laporan keuangan, (b) efektivitas dan efesiensi operasi, (c) ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Unsur-Unsur Pengendalian Intern Menurut Widjajanto (2001:18)”Agar dapat berjalan baik, suatu sistem

pengendalian intern harus memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut : a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara

tegas. b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan

perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. c. Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap

unit organisasi. d. Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab yang

dipikulnya. Metode Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian, penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat. Adapun yang ingin dikaji adalah Prosedur, Efektivitas Laporan Surat Pertanggungjawaban dari Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran, yang meliputi jumlah SP2D yang diterbitkan dan jumlah SPJ yang dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2006, yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat.

Page 23: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 19

Model Analisis Analisis data dilakukan dengan cara kualitatif deskriptif, yaitu :

Analisis Efektifitas Untuk menganalisis efektifitas Pelaporan SPJ dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah SPJ x 100 % Jumlah SP2D + Sisa Panjar

Dimana : Jumlah SPJ = Jumlah yang dipertanggungjawabkan berdasarkan

SP2D yang diterbitkan Jumlah SP2D = Jumlah SP2D yang diterbitkan oleh Pemda Sisa Panjar = Jumlah SP2D dikurangi SPJ periode sebelumnya

Pembahasan Prosedur Pelaporan SPJ

Berdasarkan prosedur pelaporan SPJ yang berlaku pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat, maka analisis yang didapat penulis adalah sebagai berikut:

1) Alur Dokumen Alur dokumen Pelaporan SPJ pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi

Kalimantan Barat telah berjalan dengan memadai. Dimana dokumen SP2D untuk pencairan dana telah dibuat sebanyak 4 rangkap, dimana rangkap pertama untuk Bank yang ditunjuk, rangkap kedua untuk Pengguna Anggaran, rangkap ketiga untuk arsip BUD dan rangkap keempat untuk pihak ketiga (Bendahara Pengeluaran Pembantu). Dengan demikian tujuan dari pengendalian intern dapat terlaksana dengan baik yaitu mengamankan harta perusahaan dan mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi.

2) Dokumen / Formulir yang digunakan a. SP2D ( Surat Perintah Pencairan Dana ) b. Buku Kas Umum Pengeluaran c. Buku Kas Umum Pengeluaran Pembantu d. Buku Pembantu panjar e. Buku Pembantu Pajak

3) Bagian – bagian yang terlibat Bagian yang terlibat dalam prosedur pelaporan SPJ adalah :

a. Pengguna Anggaran Pengguna Anggaran bertugas untuk mengotorisasi SPJ sebelum diserahkan ke Bendahara Pengeluaran.

b. Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran bertugas untuk mengotorisasi SPJ setelah dibukuhkan oleh Pembantu Bendahara Pengeluaran Pencatat dokumen

c. Pembantu Bendahara Pengeluaran Pencatat Dokumen

Page 24: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

20 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Bendahara Pengeluaran Pembantu Bertugas untuk memeriksa kebenaran terima panjar pada Laporan SPJ dengan SP2D yang telah diterbitkan sebelumnya, memeriksa kelengkapan laporan SPJ, mencatat SPJ yang diserahkan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu masing-masing proyek ke dalam Buku Kas Umum Pengeluaran, mencatat Panjar kegiatan ke dalam Buku Pembantu Panjar dan mencatat pajak ke dalam Buku Pembantu Pajak

d. Pembantu Bendahara Pengeluaran Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Bagian ini bertugas untuk mencatat SPJ yang telah dibukuhkan ke Buku Kas Umum ke Rekap Laporan SPJ dan Menyerahkan Laporan SPJ ke Pemda/BUD.

e. Bendahara Pengeluaran Pembantu Proyek Bagian ini bertugas untuk membuat laporan SPJ dan mencatat ke dalam Buku Kas Umum Pengeluaran Pembantu atas penggunaan SP2D yang telah digunakan dan menyampaikannya ke Bagian Keuangan

f. BUD Memeriksa SPJ yang telah diserahkan oleh Bagian Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalbar.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur Pelaporan SPJ yang diterapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat telah berjalan dengan memadai karena pada alur dokumen telah dibuat rangkap sesuai dengan bagian yang terlibat langsung pada pelaporan, dokumen yang digunakan sudah mencantumkan tanda tangan orang yang bertanggungjawab atas transaksi atau kejadian yang telah terjadi dan bagian yang terlibat menjalani tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta fungsi pencatatan, pelaksanaan dan penyimpanan telah terpisah.

Efektivitas Pelaporan SPJ

Tabel 1. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalbar Tingkat Efektifitas SPJ Tahun 2006

Uraian SP2D Sisa Panjar Jumlah

Panjar SPJ Efektifitas

(%) Ket

Bidang TU Aparatur dan Umum Biaya Perangko, Materai Terima Panjar I

939,200 -

939,200 939,000

99.98 Efektif

Terima Panjar II 3,658,800

200

3,659,000 3,657,000

99.95 Efektif

Terima Panjar III 2,299,000

2,000

2,301,000 2,298,000

99.87 Efektif

Terima Panjar IV 1,799,000

3,000

1,802,000 1,802,000

100.00 Efektif

Biaya Listrik, Air dan Telepon Terima Panjar I

45,316,400 -

45,316,400 36,352,762

80.22 Efektif

Terima Panjar II 68,383,600

8,963,638

77,347,238 24,553,428

31.74 Tidak Efektif

Terima Panjar III 52,793,810 64.25 Tidak

Page 25: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 21

- 52,793,810 33,918,301 Efektif Terima Panjar IV

- 18,875,509

18,875,509 16,036,922

84.96 Efektif

Terima Panjar V 67,963,000

2,838,587

70,801,587 42,045,713

59.39 Tidak Efektif

Biaya Cetak dan Penggandaan Terima Panjar I

13,275,000 -

13,275,000 13,275,000

100.00 Efektif

Terima Panjar II 12,777,313

-

12,777,313 12,776,100

99.99 Efektif

Terima Panjar III 13,026,156

1,213

13,027,369 13,024,400

99.98 Efektif

Terima Panjar IV 1,998,431

2,969

2,001,400 1,998,400

99.85 Efektif

Perencanaan Umum Penyusunan & Pengumpulan Data

Terima Panjar I 81,240,057

-

81,240,057 80,112,725

98.61 Efektif

Terima Panjar II 60,000,000

1,127,332

61,127,332 59,935,450

98.05 Efektif

Terima Panjar III 63,152,250

1,191,882

64,344,132 63,363,550

98.48 Efektif

Terima Panjar IV 52,838,400

980,582

53,818,982 52,838,400

98.18 Efektif

Penyelenggaraan Forum SKPD Terima Panjar I

33,930,000 -

33,930,000 33,830,000

99.71 Efektif

Terima Panjar II 9,950,000

100,000

10,050,000 9,950,000

99.00 Efektif

Terima Panjar III 1,056,000

100,000

1,156,000 1,056,000

91.35 Efektif

Penyusunan Laporan Semester Terima Panjar I

16,767,550 -

16,767,550 16,767,200

100.00 Efektif

Terima Panjar II 5,000,000

350

5,000,350 5,000,250

100.00 Efektif

Terima Panjar III 22,609,750

100

22,609,850 22,609,600

100.00 Efektif

Terima Panjar IV 19,691,700

250

19,691,950 19,691,700

100.00 Efektif

Bidang SDA Pelaksanaan Normalisasi Sungai

Terima Panjar I 71,251,550

-

71,251,550 59,271,550

83.19 Efektif

Terima Panjar II 28,480,504

11,980,000

40,460,504 28,678,000

70.88 Tidak Efektif

Terima Panjar III 14,101,525

11,782,504

25,884,029 14,981,525

57.88 Tidak Efektif

Rehab Jaringan Irigasi & Rawa Terima Panjar I

123,214,180 -

123,214,180 75,584,180

61.34 Tidak Efektif

Terima Panjar II 53,294,245

47,630,000

100,924,245 70,874,145

70.23 Tidak Efektif

Terima Panjar III 31,271,575

30,050,100

61,321,675 51,401,475

83.82 Efektif

Rehab Petani Pemakai Air Terima Panjar I

88,658,480 -

88,658,480 31,998,480

36.09 Tidak Efektif

Terima Panjar II 74,286,920

56,660,000

130,946,920 97,306,920

74.31 Tidak Efektif

Page 26: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

22 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Terima Panjar III 20,354,600

33,640,000

53,994,600 50,864,600

94.20 Efektif

Bidang UPMKL Belanja Telepon Terima Panjar I

6,000,000 -

6,000,000 5,267,368

87.79 Efektif

Terima Panjar II 4,600,000

732,632

5,332,632 1,342,969

25.18 Tidak Efektif

Belanja Listrik Terima Panjar I

6,000,000 -

6,000,000 5,414,700

90.25 Efektif

Terima Panjar II -

585,300

585,300 585,300

100.00 Efektif

Belanja Surat Kabar Terima Panjar I

900,000 -

900,000 490,000

54.44 Tidak Efektif

Terima Panjar II -

410,000

410,000 350,000

85.37 Efektif

Bidang Bindal Monitoring, Evaluasi & Pelaporan

Rencana Tata Ruang Terima Panjar I

48,556,000 -

48,556,000 47,726,000

98.29 Efektif

Terima Panjar II 34,879,000

830,000

35,709,000 34,589,000

96.86 Efektif

Terima Panjar III 16,565,000

1,120,000

17,685,000 17,165,000

97.06 Efektif

Pelaksanaan Pengendalian Pengawasan Bidang Ke-Puan Terima Panjar I

38,338,100 -

38,338,100 36,650,000

95.60 Efektif

Terima Panjar II 42,122,000

1,688,100

43,810,100 43,560,100

99.43 Efektif

Terima Panjar III 31,609,000

250,000

31,859,000 27,020,000

84.81 Efektif

Penyusunan Laporan Progress Terima Panjar I

12,510,000 -

12,510,000 12,302,650

98.34 Efektif

Terima Panjar II 6,720,000

207,350

6,927,350 6,520,000

94.12 Efektif

Terima Panjar III 5,770,000

407,350

6,177,350 5,770,000

93.41 Efektif

Sosialisasi dan Desiminasi Peraturan Perundangan Jaskon Terima Panjar I

26,935,000 -

26,935,000 19,825,000

73.60 Tidak Efektif

Terima Panjar II 18,370,000

7,110,000

25,480,000 12,210,000

47.92 Tidak Efektif

Terima Panjar III 9,050,000

13,270,000

22,320,000 21,970,000

98.43 Efektif

Pengawasan Terhadap Perijinan Jaskon Terima Panjar I

49,730,000 -

49,730,000 45,355,000

91.20 Efektif

Terima Panjar II 21,905,000

4,375,000

26,280,000 25,260,000

96.12 Efektif

Bidang Bina Marga P2TPROP Terima Panjar I

78,999,000 -

78,999,000 67,752,600

85.76 Efektif

Terima Panjar II 66,187,292 97.38 Efektif

Page 27: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 23

54,940,892 11,246,400 64,451,792 Terima Panjar III

65,620,900 1,735,500

67,356,400 57,856,000

85.90 Efektif

Akses Jembatan kapuas II Terima Panjar I

29,228,500 -

29,228,500 26,123,435

89.38 Efektif

Terima Panjar II 15,500,000

3,105,065

18,605,065 14,952,800

80.37 Efektif

Terima Panjar III 17,271,500

3,652,265

20,923,765 17,264,100

82.51 Efektif

Sei Durian- Rasau Jaya Terima Panjar I

56,793,054 -

56,793,054 55,091,750

97.00 Efektif

Terima Panjar II 38,890,753

1,701,304

40,592,057 38,770,500

95.51 Efektif

Terima Panjar III 32,979,192

1,821,557

34,800,749 32,690,900

93.94 Efektif

Terima Panjar IV 31,433,446

2,109,849

33,543,295 31,165,692

92.91 Efektif

Kebimargaan Terima Panjar I

323,619,100 -

323,619,100 273,446,020

84.50 Efektif

Terima Panjar II 166,259,775

50,173,080

216,432,855 60,815,920

28.10 Tidak Efektif

Terima Panjar III 12,089,250

156,616,935

168,706,185 -

-

Terima Panjar IV 13,337,000

181,043,185

194,380,185 170,887,920

87.91 Efektif

Terima Panjar V 160,638,225

10,155,265

170,793,490 166,994,200

97.78 Efektif

Imam Bonjol - Adi Sucipto Terima Panjar I

42,356,160 -

42,356,160 41,998,230

99.15 Efektif

Terima Panjar II 22,806,460

357,930

23,164,390 -

-

Terima Panjar III 6,612,920

29,777,310

36,390,230 29,765,100

81.79 Efektif

Terima Panjar IV 22,806,460

12,210

22,818,670 21,968,070

96.27 Efektif

Bidang Cipta Karya Rehab Rumah JabatanKetua DPR

Terima Panjar I 11,879,250

-

11,879,250 10,526,300

88.61 Efektif

Terima Panjar II 8,149,250

1,352,950

9,502,200 9,302,050

97.89 Efektif

Terima Panjar III 18,553,500

200,000

18,753,500 18,635,800

99.37 Efektif

Kerja Tata Bangunan Terima Panjar I

10,548,750 -

10,548,750 1,920,000

18.20 Tidak Efektif

Terima Panjar II -

8,628,450

8,628,450 6,340,000

73.48 Tidak Efektif

Terima Panjar III 51,541,250

2,288,450

53,829,700 24,200,750

44.96 Tidak Efektif

Terima Panjar IV 7,240,000

29,628,950

36,868,950 32,021,500

86.85 Efektif

Program Air Minum Provinsi kalbar

Terima Panjar I 12,266,250

-

12,266,250 2,621,800

21.37 Tidak Efektif

Terima Panjar II -

9,644,450

9,644,450 8,365,000

86.73 Efektif

Page 28: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

24 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Terima Panjar III 44,773,750

1,279,450

46,053,200 26,001,450

56.46 Tidak Efektif

Terima Panjar IV

4,380,000 20,051,750

24,431,750 21,070,000

86.24 Efektif

Infrastruktur Rumah Akibat Bencana Alam Terima Panjar I

15,154,250 -

15,154,250 7,296,900

48.15 Tidak Efektif

Terima Panjar II -

7,857,350

7,857,350 7,296,900

92.87 Efektif

Terima Panjar III 20,124,250

1,679,350

21,803,600 19,563,750

89.73 Efektif

Terima Panjar IV 4,545,000

2,239,850

6,784,850 4,545,000

66.99 Tidak Efektif

Program Air Minum dan Limbah

Terima Panjar I 16,154,250

-

16,154,250 8,876,450

54.95 Tidak Efektif

Terima Panjar II -

7,277,800

7,277,800 5,508,000

75.68 Efektif

Terima Panjar III 20,124,250

1,769,800

21,894,050 11,712,000

53.49 Tidak Efektif

Terima Panjar IV 4,545,000

10,182,050

14,727,050 14,125,000

95.91 Efektif

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari beberapa kegiatan

masih banyak Pelaporan SPJ yang kurang dari 75 %. Sekitar 26 % Pelaporan SPJ belum berjalan dengan efektif. Hal ini diakibatkan karena belum adanya sanksi tegas dari Bendahara Pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu atas Pelaporan SPJ yang belum mencapai 75 %.

Faktor-faktor yang menyebabkan prosedur Pelaporan SPJ berjalan tidak efektif antara lain :

1) Tidak ditaatinya batas waktu Pelaporan SPJ oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Bendahara Pengeluaran yaitu paling lambat tanggal 5 bulan berjalan sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006.

2) Tidak adanya dasar hukum berupa tindakan tegas dari Bendahara Pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu terhadap Pelaporan SPJ yang kurang dari 75 % dan terhadap pelaporan yang terlambat dilaporkan.

3) Prosedur penerbitan SPJ yang bertele-tele dimana bagian yang terlibat dan dokumen pendukung yang diperlukan banyak sehingga memerlukan waktu yang lama dan untuk kerja tim untuk penerbitan SPJ kurang berjalan dengan efektif karena kurangnya kerja sama diantara mereka.

Penutup Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa: 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur Pelaporan SPJ telah berjalan

dengan memadai

Page 29: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Jaurino, Analisis Prosedur Pelaporan ……… 25

2. Pelaporan SPJ Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat belum berjalan dengan efektif dalam arti Pelaporan SPJ belum dipertanggung jawabkan lebih dari 75 % dari SP2D.

3. faktor-faktor penyebab ketidakefektifan Pelaporan SPJ adalah : 1) tidak adanya dasar hukum mengenai sanksi yang tegas untuk Laporan SPJ yang kurang dari 75%, 2) Prosedur Birokrasi yang sulit atau bertele-tele, 3) Tidak diberitahukan mengenai batas waktu pelaporan SPJ.

Daftar Pustaka Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Bastian, Indra, 2001, Akuntansi Sektor Publik, Edisi pertama, Penerbit Salemba

Empat, Jakarata. Nordiawan, Deddi, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta. Romney, Marshall B & Paul John Steinbart. 2004, Accounting Information

System, Edisi 9, PenerbitSalemba Empat, Jakarta. Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga,

Jakarta Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Kedua, Penerbit Salemba

Empat, Jakarata. H Bodnar, George & William S.Hopwood, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi

kedelapan, Penerbit PT. Indeks kelompok gramedia.

Page 30: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

26

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP MINUMAN LIDAH BUAYA “SAVIERA” DI KOTA PONTIANAK;

Uray Mustakim Z*)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian minuman lidah buaya “Saviera” di kota Pontianak. Penelitian dilakukan di kota Pontianak. Peneliti menetapkan 30 orang responden untuk sampel yang memiliki kriteria yang pernah membeli dan mengkonsumsi minuman lidah buaya “Saviera” sebanyak dua kali berturut-turut atau lebih. Untuk keperluan analisis diguanakan methode Fishbein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai perilaku atau nilai maksud perilaku yang terbentuk terhadap produk minuman lidah buaya merek saviera adalah baik. Perusahaan CV. Madinah sebaiknya memperluas jalur distribusi pemasaran untuk mencari pengecer baru hingga ke wilayah yang belum terjangkau atau sebaiknya melakukan promosi dengan melakukan demo agar konsumen mengetahaui secara jelas kegunaan dari minuman lidah buaya.

Kata Kunci: Perilaku Konsumen, Minuman Lidah Buaya

Lidah buaya sering dikenal dengan nama aloe vera atau aloe. Karena

penyebarannya cukup luas, lidah buaya memiliki nama lokal yang beragam diantaranya ghai kunwar, gwar-patha, yaa dam, lou-houey, zambila dan lain-lain. Tanaman lidah buaya termasuk dalam Divisi Spermatophyta, Kelas Monocotyledoneae, Famili Liliales, Ordo Liliaceae, Genus Aloe, Species Aloe vera.

Untuk daerah Kalimantan Barat, walaupun berstatus kota, Pontianak bukanlah wilayah yang tidak memungkinkan orang mengusahakan usaha agribisnis. Justru salah satu andalan kota Pontianak pada saat ini adalah agribisnis khususnya lidah buaya (Aloe Vera). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa pada saat ada kecenderungan masyarakat untuk beralih ke bahan-bahan alami, peluang tanaman obat sebagai komoditas perdagangan menjadi sumber besar.

Meskipun lidah buaya sudah banyak dilakukan pengusaha dalam bentuk dodol dan teh lidah buaya, namun baru-baru ini pengusaha mulai memperkenalkan minuman lidah buaya (Nata de Aloe), CV. Madinah misalnya, perusahaan ini memperkenalkan minuman lidah buaya (Nata de Aloe) dengan merek “Saviera”. Untuk pemasaran minuman lidah buaya ini pangsa pasarnya

*) Uray Mustakim Z, SE, MM adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak

Page 31: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 27

sudah mulai dipasarkan pada supermarket, minimarket, pasar buah-buahan di kota Pontianak. Banyaknya permintaan akan minuman lidah buaya ini beragam tiap bulannya.

Berdasarkan data penjualan dari CV. Madinah Pontianak dari bulan Januari 2006 sampai Januari 2007 yang naik turun disebabkan oleh permintaan konsumen yang tidak menentu sehingga proses pembuatan menjadi terhambat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Data penjualan minuman lidah buaya “Saviera” periode Januari 2006

sampai Januari 2007

Bulan Jumlah (kardus)

Bulan Jumlah (kardus)

Januari2006 29 Juli 101 Februari 30 Agustus 301 Maret 100 September 155 April 111 Oktober 331 Mei 143 November 101 Juni 14 Desember 95 Januari2007 70 Total 1.581

Sumber : CV. Madinah Pontianak 2007

Pada Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, Juli, Agustus, dan Oktober 2006 penjualan minuman lidah buaya “Saviera” mengalami peningkatan, dimana pada bulan Januari terjual sebanyak 29 kardus, Pebruari sebanyak 30 kardus, April sebanyak 111 kardus, Mei sebanyak 143 kardus, Juli sebanyak 101 kardus, Agustus sebanyak 301 kardus, dan pada bulan Oktober yang terjual sebanyak 331 kardus.

Pada bulan Juni penjualan minuman lidah buaya “Saviera”mengalami penurunan, dimana yang terjual hanya berjumlah 14 kardus, begitu juga pada bulan November, Desember 2006 dan Januari 2007, penjualan minuman lidah “Saviera” terus mengalami penurunan. Pada bulan November 2006 yang terjual sebanyak 101 kardus, Desember 2006 yang terjual sebanyak 95 kardus dan pada bulan Januari 2007 terus turun, yang terjual hanya 70 kardus.

Setiap jenis usaha pada umumnya didirikan mempunyai tujuan atau sasaran yang sama yaitu berupa volume penjualan yang tinggi, tingkat laba yang memadai serta pertumbuhan usaha yang terus meningkat. Tujuan tersebut tidak dapat dicapai dengan mudah, tetapi memerlukan usaha keras dari pengusaha, mengingat semakin banyak produk yang ditawarkan oleh pengusaha lain kepada masyarakat baik produk berupa barang ataupun produk yang berupa jasa. Produk tersebut sama-sama menawarkan manfaat berupa pemuas kebutuhan konsumen, sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian terjadi persaingan yang semakin ketat dikarenakan produk-produk tersebut ditujukan untuk merebut konsumen

Page 32: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

28 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

yang sama-sama untuk mencapai tujuan di atas, dilakukan berbagai macam strategi/kebijaksanaan oleh pengusaha.

Perilaku konsumen merupakan salah satu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk baik berupa barang ataupun jasa termasuk proses keputusan konsumen untuk membeli atau tidak produk tersebut. Tetapi perlu diingat bahwa memahami perilaku konsumen tidak pernah sederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka, namun bertindak sebaliknya. Untuk itu pemasar harus dapat mengidentifikasikan siapa yang merupakan pencetus, pengambil keputusan, pembeli dan pemakai.

Pada prinsipnya, upaya memuaskan kebutuhan pelanggan/konsumen selalu dilakukan oleh setiap perusahaan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kinerja pelayanan dan kualitas produk, juga harus mempertimbangkan penetapan harga dengan harapan konsumen merasa puas.

Perilaku konsumen terhadap suatu produk berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga terjadi pada konsumen yang membeli minuman lidah buaya. Konsumen yang membeli minuman lidah buaya mempunyai alasan yang berbeda, bisa dikarenakan ingin bersantai sambil menghilangkan stress, ada juga yang mengkonsumsi minuman lidah buaya hanya ingin mencoba, ada juga dengan alasan mengkonsumsi minuman lidah buaya badan terasa segar.

Dengan mengetahui perilaku konsumen maka suatu perusahaan akan dapat mengetahui produk yang digunakan oleh konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen serta dengan melalui konsumen akan mempermudah pemasar untuk mengambil keputusan dalam menentukan rasa, daya tahan, harga, kemasan atau tampilan dan ukuran kemasan.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian minuman lidah buaya “Saviera” di kota Pontianak; (2) Mendeskripsikan perilaku konsumen minuman lidah buaya “Saviera” melalui variabel keyakinan membeli, evaluasi, keyakinan normatif, dan motivasi. (3) Menganalisis perilaku konsumen, apakah baik, netral atau tidak baik apabila diukur melalui rasa, daya tahan, harga, kemasan atau tampilan dan ukuran kemasan di kota Pontianak. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di kota Pontianak. Peneliti menetapkan 30 orang responden untuk sampel yang memiliki kriteria yang pernah membeli dan mengkonsumsi minuman lidah buaya “Saviera” sebanyak dua kali berturut-turut atau lebih, dengan usia diatas 17 tahun yang diharapkan sudah dapat mengambil keputusan dan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah dengan studi lapang atau studi pustaka. Dalam studi lapang itu data-data yang diperlukan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data yang dikumpulkan langsung melalui obyek. Dalam hal ini data

Page 33: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 29

diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada konsumen. Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi dan literatur yang mendukung dalam penelitian ini.

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini meliputi empat variabel yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Keyakinan Membeli. Atribut yang digunakan sebagai berikut : a. Rasa minan lidah buaya “Saviera” b. Kualitas minuman lidah buaya “Saviera” c. Harga minuman lidah buaya “Saviera” d. Kemasan atau tampilan minuman lidah buaya “Saviera” e. Ukuran kemasan minuman lidah buaya “Saviera” 2. Variabel Evaluasi. Atribut yang digunakan :

a. Rasa minuman lidah buaya “Saviera” b. Kualitas minuman lidah buaya “Saviera” c. Harga minuman lidah buaya “Saviera” d. Kemasan atau tampilan minuman lidah buaya “Saviera” e. Ukuran kemasan minuman lidah buaya “Saviera”

3. Variabel Keyakinan Normatif 4. Variabel Motivasi

Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan jumlah pemilik tiap atribut dan diolah sehingga menghasilkan tabel-tabel. Tiap-tiap pertanyaan di beri skala internal yang masing-masing di beri nilai skor +2 sampai -2. Skala internal dari +2 sampai -2 dipilih agar responden/konsumen dapat memberikan jawaban yang lebih spesifik.

Menurut Husein Umar (2003) dalam penelitian ini alat analisis yang dapat digunakan adalah analisis model multi atribut yaitu sebagai berikut :

1. Model Sikap

n AB = ∑ (bi) (ei) i=1 dimana : AB : Sikap total individu terhadap objek tertentu. bi : Kekuatan keyakinan konsumen bahwa objek memiliki \ atribut i ei : Evaluasi kepercayaan individu mengenai atribut i n : Jumlah criteria atribut yang relevan

2. Mencari nilai SN (norma subjektif)

m SN = ∑ (NBj) (MCj) i=1

Page 34: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

30 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dimana : SN : Norma subjektif NBj : Keyakinan normatif individu MCj : Motivasi konsumen m : banyaknya referen yang relevan

3. Model maksud perilaku B ~ BI = W1 (AB) + W2 (SN) Dimana : B : Perilaku BI : Maksud perilaku AB : Sikap terhadap pelaksanaan perilaku B SN : Norma subjektif

W1,W2 : Bobot yang ditentukan secara empiris yang menggambarkan pengaruh relatif dari komponen.

Bobot W1 dan W2 dapat ditentukan dengan cara : Gm AB W1 = --------------- Gm AB + Gm SN Gm SN W2 = --------------- Gm AB + Gm SN Dimana : Total bj + Total ej Gm AB : ---------------------- 2 × Jumlah Atributnya

Total Nbj + Total MCj GM SN : ----------------------------- 2 × Jumlah Atributnya

Keterangan : Gm AB = Great mean nilai sikap Gm SN = Great mean nilai normatif subjektif Dengan kriteria keputusan Jika B > 0, maka perilaku konsumen yang terbentuk adalah baik

B = 0, maka perilaku konsumen yang terbentuk adalahnetral. B < 0, maka perilaku konsumen yang terbentuk adalah tidak baik.

Page 35: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 31

Hasil dan Pembahasan Pengetahuan Responden Tentang Minuman Lidah Buaya Merek

Saviera. Pengetahuan responden tentang minuman lidah buaya merek saviera merupakan pengetahuan dan keyakinan responden mengenai minuman lidah buaya merek saviera bahwa minuman lidah buaya ini sangat bermanfaat bagi tubuh.

Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Minuman

Lidah Buaya Merek Saviera Keterangan Jumlah Responden Persentase (%)

Tahu 6 20 Netral 20 66,7

Tidak tahu 4 13,3 Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2007 Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa dari 30 responden dalam penelitian

ini terlihat sebanyak 21 orang atau 66,7 % responden memilih netral tentang pengetahuan mereka terhadap minuman lidah buaya merek saviera.

Analisis Sikap Konsumen Terhadap Minuman Lidah Buaya Merek Saviera a. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan Membeli

Dalam penelitian ini variabel keyakinan membeli adalah tanggapan responden sebelum mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera. Tanggapan responden terhadap keyakinan membeli ini dilihat dari atributnya yang meliputi rasa, daya tahan, harga, kemasan dan ukuran kemasan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 3. Tanggapan Responden Terhadap Kepentingan Dari Keyakinan

Membeli Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

No Atribut

Sikap responden terhadap kepentingan

atribut keyakinan membeli minuman lidah

buaya

Jumlah Rata-rata tertimbang

2 1 0 -1 -2 1 Rasa 20 8 - 2 - 46 1,53 2 Daya tahan 18 11 1 - - 47 1,56 3 Harga 12 11 3 4 - 31 1,03 4 Kemasan 3 15 5 7 - 14 0,46 5 Ukuran kemasan 3 15 5 7 - 14 0,46

Jumlah 5,04 Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Page 36: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

32 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Berdasarkan Tabel diatas, hasil tanggapan responden terhadap atribut minuman lidah buaya sebagian besar menyatakan sangat penting untuk rasa, daya tahan dan harga. Hal ini disebabkan karena rasa mempengaruhi minat seseorang untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera. Daya tahan harus diperhatikan karena apabila suatu produk sudah melebihi daya tahannya maka produk tersebut akan mengandung racun sehingga tidak layak untuk dikonsumsi lagi. Sedangkan harga sangat penting dikarenakan banyaknya produk yang menawarkan manfaat yang sama sehingga terjadi persaingan.

Untuk kemasan dan ukuran kemasan merupakan atribut yang penting yang juga dipertimbangkan oleh konsumen pada pemilihan dan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, karena kemasan yang menarik dan ukuran kemasan yang besar akan semakin menambah minat konsumen untuk membelinya.

b. Tanggapan Responden Terhadap Evaluasi Atribut minuman Lidah

Buaya Merek Saviera Variabel evaluasi merupakan tanggapan responden setelah mengkonsumsi

minuman lidah buaya merek saviera. Evaluasi responden terhadap minuman lidah buaya merek saviera dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6,7.dan 8 di bawah ini :

Tabel 4. Evaluasi Responden Terhadap Rasa Minuman

Lidah Buaya Merek Saviera Rasa Skor Evaluasi Responden Terhadap Rasa

Minuman Lidah Buaya Merek Saviera Sangat enak 2 1

Enak 1 20 Netral 0 -

Tidak enak -1 9 Sangat tidak enak -2 -

Jumlah - 30 Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Untuk rasa, responden memberikan penilaian enak sebanyak 20 orang atau

66,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai rasa dari minuman lidah buaya merek saviera, sebanyak 9 orang atau 30 % responden memberikan penilaian tidak enak yang artinya responden tidak menyukai rasa minuman lidah buaya merek saviera yang agak berbau lidah buaya (maung), dan 1 orang atau 3,3 % responden memberikan penilaian sangat enak yang artinya responden sangat menyukai rasa minuman lidah buaya yang manis dan agak berbau lidah buaya (maung).

Page 37: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 33

Tabel 5. Evaluasi Responden Terhadap Daya Tahan Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

SDaya Tahan Skor Evaluasi Responden Terhadap Daya Tahan Minuman Lidah Buaya Merek

Saviera Sangat tahan 2 1

Tahan 1 16 Netral 0 7

Tidak tahan -1 6 Sangat tidak tahan -2 -

Jumlah - 30 Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Untuk daya tahan, responden memberikan penilaian tahan lama sebanyak

16 orang atau 53,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa puas dengan kualitas dari produk minuman lidah buaya merek saviera yang mereka konsumsi, 7 orang atau 23,3 % responden memberikan penilaian netral terhadap daya tahan, sebanyak 6 orang atau 20 % responden memberikan penilaian tidak tahan lama, sebanyak 1 orang atau 3,3 % responden memberikan penilaian sangat tahan lama terhadap daya tahan minuman lidah buaya merek saviera yang mereka konsumsi.

Tabel 6. Evaluasi Responden Terhadap Harga Minuman

Lidah Buaya Merek Saviera Harga Skor Evaluasi Responden

Terhadap Harga Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

Sangamurah 2 - Murah 1 8 Netral 0 5 Mahal -1 15

Sangat mahal -2 2 Sumber : Analisis Data Primer, 2007.

Untuk harga, sebagian responden memberikan penilaian mahal sebanyak 15

orang atau 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen merasa keberatan saat penjual menetapkan harga minuman lidah buaya merek saviera, seharga Rp 1.800,-/aqua gelas. Sebanyak 8 orang atau 26,7 % responden memberikan penilaian murah, sebanyak 5 orang atau 16,7 % responden memberikan penilaian netral, serta sebanyak 2 orang atau 6,6 % responden memberikan penilaian sangat mahal terhadap harga minuman lidah buaya merek saviera yang pernah mereka konsumsi.

Page 38: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

34 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Tabel 7. Evaluasi Responden Terhadap Kemasan Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

Kemasan Skor Evaluasi Responden Terhadap Ukuran Kemasan Minuman Lidah Buaya Merek

Saviera Sangat menarik 2 1

Menarik 1 20 Netral 0 6

Tidak menarik -1 3 Sangat tidak menarik -2 -

Sumber : Analisis Data Primer, 2007.

Untuk kemasan, sebagian besar responden memberikan penilaian menarik terhadap kemasan produk minuman lidah buaya merek saviera yang pernah mereka konsumsi yaitu sebanyak 20 orang atau 66,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa puas terhadap kemasan minuman lidah buaya merek saviera dalam bentuk aqua gelas yang pernah mereka konsumsi. Sebanyak 6 0rang atau 20 % responden memberikan penilaian netral, sebanyak 3 orang atau 10 % responden memberikan penilaian tidak menarik, serta 1 orang atau 3,3 % responden memberikan penilaian tidak menarik terhadap minuman lidah buaya merek saviera yang pernah mereka konsumsi.

Tabel 8. Evaluasi responden terhadap ukuran kemasan

minuman lidah buaya merek saviera Ukuran kemasan

Skor Evaluasi responden terhadap ukuran kemasan minuman lidah

buaya merek saviera Sangat besar 2 -

Besar 1 - Netral 0 8 Kecil -1 20

Sangat kecil -2 2 Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Untuk ukuran kemasan, responden lebih memilih memberikan penilaian

kecil terhadap minuman lidah buaya merek saviera yaitu sebanyak 20 orang atau 66,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak puas terhadap ukuran kemasan yang pernah mereka konsumsi. Sebanyak 8 orang atau 26,7% responden memberikan penilaian netral, dan sebanyak 2 orang atau 6, 66 % responden memberikan penilaian sangat kecil terhadap ukuran kemasan yang pernah mereka konsumsi.

Page 39: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 35

c. Sikap Responden Terhadap Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

Tabel 9. Sikap responden terhadap minuman lidah buaya merek saviera Atribut Keyakinan (bi) Evaluasi (ei) Total AB Rasa 1,53 0,43 0,6579

Daya tahan 1,56 0,40 0,624 Harga 1,03 0,36 0,3708

Kemasan 0,46 0,63 0,2898 Ukuran kemasan 0,46 -0,80 -0,368

Jumlah 5,04 1,02 1,5745 Sumber : Analisis Data Primer, 2007.

Dari hasil analisis didapatkan nilai AB atau nilai sikap sebesar 1,5745. Hasil sikap responden terhadap atribut minuman lidah buaya merek saviera sebesar 1,5745 berada pada kategori baik, diatas rentang nilai sikap maksimum sebesar 2,04. hal ini menunjukkan bahwa responden/konsumen memiliki minat yang besar untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera, konsumen dapat menerima atribut yang dibuat oleh penjual. Dengan sikap responden/konsumen yang baik ini maka untuk sementara penjual tidak perlu mengadakan pembaharuan atribut dari minuman lidah buaya merek saviera (Lampiran I)

Analisis Perilaku Individu Konsumen Dalam Membeli Minuman Lidah Buaya Merek Saviera. Untuk mengetahui bagaimana konsumen bertindak maka dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara sikap konsumen terhadap objek dan norma subjektif (Sn) untuk mempengaruhi keinginan berperilaku konsumen. a. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan Normatif

Variabel keyakinan normatif merupakan referensi personal organisasi yang menginginkan subjek sikap untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Tanggapan responden terhadap variabel keyakinan normatif ini dilihat dari referensi pihak ekstern atau faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti yang tertera pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Tanggapan responden terhadap referensi pihak ekstern atau

faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen

No Atribut Pengaruh norma subjektif individu lain

terhadap perilaku konsumen Jumlah Rata-rata tertimbang 2 1 0 -1 -2

1 Keluarga 1 14 15 - - 16 0,53 2 Orang lain - 6 22 2 - 4 0,13 3 Teman - 15 1 14 - 1 0,03 4 Penjual 8 12 10 - - 28 0,93

Jumlah 1,62 Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Page 40: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

36 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dari hasil analisis responden terhadap referensi pihak ekstern atau faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti terlihat pada Tabel 10, sebanyak 15 orang atau 50 % responden bersikap netral yang artinya pihak keluarga menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada responden untuk mengkonsumsi atau tidak pada minuman lidah buaya merek saviera. Sebanyak 14 orang atau 46,7% responden dianjurkan mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera oleh pihak keluarga, sebanyak 1 orang atau 3,3 % responden sangat dianjurkan oleh keluarga untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera.

Dari pihak orang lain sebagian besar bersikap netral atau responden tidak dipengaruhi oleh orang lain sebanyak 22 orang atau 73,3 %, sebanyak 6 orang atau 20 % responden dianjurkan oleh orang lain, dan 2 orang atau 6,7% responden tidak dianjurkan oleh orang lain untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera.

Dari pihak teman, 15 orang atau 50 % responden memilih dianjurkan yang artinya dari teman mendukung keputusan responden untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera. Sebanyak 14 orang atau 46,7 % responden tidak dianjurkan oleh teman untuk mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera dan 1 orang (3,3 %) dari responden memilih netral atau tidak mengikuti anjuran teman.

Dari pihak penjual, sebanyak 12 orang atau 40 % responden dianjurkan oleh pihak penjual dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, 10 orang atau 33,3 % responden memilih netral atau tidak dipengaruhi oleh pihak penjual, sedangkan 8 orang atau 26,7 % responden sangat dianjurkan oleh pihak penjual dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera.

b. Tanggapan Responden TerhadapVariabel Motivasi

Variabel motivasi merupakan motivasi individu untuk meneliti anjuran referensi personal atau kelompok. Variabel motivasi dapat dilihat dari motivasi responden terhadap pihak ekstern atau faktor sosial dalam mengkonsumsi minuman lidah buaya merek savira dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Motivasi Responden Terhadap Pihak Ekstern Atau Faktor Sosial

Dalam Mengkonsumsi Minuman Lidah Buaya Merek Saviera

No Atribut Pengaruh norma subjektif individu lain

terhadap perilaku konsumen Jumlah Rata-rata tertimbang 2 1 0 -1 -2

1 Keluarga 1 2 22 5 - 1 -0,03 2 Orang lain - 1 23 6 - -5 -0,16 3 Teman - 2 21 7 - -5 -0,16 4 Penjual - 2 20 7 1 7 -0,23

Jumlah -0,58 Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Page 41: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 37

Berdasarkan Tabel 11 dari pihak keluarga terlihat sebanyak 22 orang atau 73,3 % dari responden memilih netral untuk mengikuti anjuran dari pihak keluarga dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, 5 orang atau 16,7 % dari responden tidak untuk mengikuti anjuran, 2 orang atau 6,7 % dari responden besar kemungkinannya untukmenuruti anjuran dan sebanyak 1 orang atau 3,3 % responden kemungkinan besar sekali untuk mengikuti anjuran dari pihak keluarga dalam melakukan pembelian terhadap minuman lidah buaya merek saviera.

Sebanyak 23 orang atau 76,7 % dari responden memilih netral untuk mengikuti anjuran orang lain dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, sebanyak 6 orang atau 20 % dari responden kemungkinan tidak mengikuti anjuran dari orang lain, dan 1 orang atau 3,3 % responden kemungkinan besar mengikuti anjuran dari orang lain dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera.

Terlihat 21 orang atau 70 % responden memilih netral untuk mengikuti anjuran teman dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, sebanyak 7 orang atau 23,3 % dari responden tidak akan mengikuti anjuran, sedangkan 2 orang atau 6,7 % responden besar kemungkinan untuk mengikuti anjuran dari teman dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera.

Terlihat sebanyak 20 orang atau 66,7 % responden memilih netral untuk mengikuti anjuran penjual dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera, 7 orang atau 23,3 % responden tidak mengikuti anjuran, 2 orang atau 6,7 % responden besar kemungkinan untuk mengikuti anjuran dan 1 orang atau 3,3 % responden tidak sama sekali untuk mengikuti anjuran dari pihak penjual dalam melakukan pembelian terhadap minuman lidah buaya merek saviera.

c. Analisi Nilai Norma Subjektif

Data mengenai nilai norma subjektif terdapat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Nilai Norma Subjektif Atribut Keyakinan normatif (Nbj) Motivasi (Mcj) Total SN

Keluarga 0,53 -0,03 -0,0159 Orang lain 0,13 -0,16 -0,0208

Teman 0,3 -0,16 -0,0048 Penjual 0,93 -0,23 -0,2139 Jumlah 1,62 -0,58 -0,2554

Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Berdasarkan hasil analisis perilaku responden (Lampiran II) dalam mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera dengan penentuan bobot W1 dan W2 dari nilai norma subjektif yang ada didapatkan nilai W1 > W2, yang berarti bahwa pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan oleh konsumen sendiri, yaitu W1 = 0,823 > W2 = 0, 176.

Page 42: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

38 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Setelah mendapatkan penentuan bobot W1 dan W2, selanjutnya untuk mengetahui nilai perilaku atau nilai maksud perilaku responden/konsumen dengan menggunakan rumus : B~BI = W1 (AB) + W2 (SN). Berdasarkan pada Lampiran II didapatkan hasil nilai B = 1,25. karena nilai positif (lebih besar dari nol) maka berdasarkan kriteria keputusan, jika B > 0 maka perilaku konsumen yang terbentuk terhadap minuman lidah buaya merek saviera adalah baik. Ini berarti bahwa produk minuman lidah buaya merek saviera dapat diterima konsumen dengan baik pada saat ini sehingga pengusaha atau penjual untuk sementara waktu tidak perlu mengadakan pembaharuan produk dan harga.

Hal ini juga menunjukkan bahwa responden/konsumen memiliki minat yang besar untuk terus mengkonsumsi produk minuman lidah buaya merek saviera dalam bentuk aqua gelas sehingga membentuk suatu perilaku konsumen yang baik.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden maka yang paling banyak mengkonsumsi minuman lidah buaya merek saviera dalam kemasan aqua gelas adalah responden yang berumur antara 20-29 tahun yaitu sebanyak 19 orang (63,4%), yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan tamatan SMU sebanyak 18 orang (60%), bekerja sebagai mahasiswa/pelajar sebanayak 11 orang (36,7%), dan sebanyak 10 orang (33,4%) memiliki penghasilan perbulan sebesar Rp 500.000 – Rp 750.000 dengan jumlah pengeluaran tiap kali membeli minuman lidah buaya merek saviera sebesar < Rp 10.000 sebanyak 18 orang (60%). Rata-rata mereka menganggap bahwa minuman lidah buaya merek saviera ini baik untuk kesehatan, praktis dan rasanya enak.

2. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Minuman Lidah Buaya Merek Saviera a. Variabel keyakinan membeli responden menunjukkan rasa, daya tahan dan

harga minuman lidah buaya merek saviera sangat penting karena rasa yang enak, tahan lama dan harga yang murah akan membuat konsumen merasa puas terhadap minuman lidah buaya merek saviera yang mereka konsumsi. Kemasan dan ukuran kemasan dianggap penting oleh konsumen karena kemasan yang menarik dan ukuran kemasan yang besar akan membuat konsumen tertarik terhadap yang mereka beli.

b. Dari hasil analisis sikap responden terhadap minuman lidah buaya merek saviera didapatkan nilai AB atau nilai sikap sebesar 1,5745, yang artinya sikap konsumen adalah baik dimana rentang nilai sikap maksimum adalah 2,04.

c. Tanggapan responden terhadap variabel keyakinan normatif dilihat dari faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen, responden dalam melakukan pembelian minuman lidah buaya merek saviera netral atau

Page 43: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Uray Mustakim, Analisis Prilaku Konsumen ……… 39

tidak dipengaruhi (menuruti) pendapat keluarga, orang lain, teman dan penjual.

d. Hasil analisis nilai norma subjektif yang ada didapatkan nilai W1>W2, di mana W1 = 0,823 > W2 = 0,176 yang berarti bahwa pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan oleh konsumen sendiri.

e. Dari analisis data didapatkan bahwa nilai perilaku atau nilai maksud perilaku didapatkan nilai B = 1,25 (positif) maka berdasarkan kriteria keputusan, jika B > 0 maka perilaku konsumen yang terbentuk terhadap produk minuman lidah buaya merek saviera adalah baik.

Dari hasil penelitian diberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perusahaan CV. Madinah Pontianak hendaknya lebih meningkatkan produk

dengan memperhatikan harga, ukuran kemasan yang lebih diminati konsumen serta bentuk yang lebih menarik sehingga konsumen merasa puas terhadap produk yang mereka konsumsi.

2. Perusahaan CV. Madinah sebaiknya memperluas jalur distribusi pemasaran untuk mencari pengecer baru hingga ke wilayah yang belum terjangkau atau sebaiknya melakukan promosi dengan melakukan demo agar konsumen mengetahaui secara jelas kegunaan dari minuman lidah buaya.

DAFTAR PUSTAKA

Della Bitta dan David Loudon,1993. Consumer Behavior : Concept and

Applicatios. Singapore : McGraw-Hill Internationall Editions. Hansen Flemming,1972, Consumer Behavior : A Cognitive Behavior Theory.

New York : The Free Press. Husein, Umar, 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Penerbit : Ghalia

Indonesia. Jakarta. James F. Engel et. Al,. 1968. Consumer Behavior. Illinois : The Dryden Press. Malo, Manasse, 1998. Metode Penelitian Sosial, Modul 1-5. Penerbit : Karunika.

Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005. Perilaku Konsumen Edisi Revisi. Penerbit :

PT. Refika Aditama. Bandung. Minor, Michael dan Johan C Mowen, 2002. perilaku Konsumen Jilid II. Penerbit

: Erlangga. Jakarta. Nauli, Eva, 2000. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Jagung

Manis Pipilan Pada Kota Pontianak. Pontianak. Profil Aloe Vera Center, 2004. Agribisnis Aloe Vera di Kta Pontianak Propinsi

Kalimantan Barat. Pontianak Stanton, J. William, 1993. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta Swastha, Basu dan Sukotjo W. Ibnu, 1996. Pengantar Bisnis Modern, Edisi

Ketiga. Penerbit : Liberty. Yogyakarta. Sudjana, 1993. Metode Penelitian Survey. Penerbit : LP3ES. Jakarta. Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Praktis. Penerbit : Alpabeta. Bandung.

Page 44: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

40 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Sukirno, Sadono, 1985. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Penerbit : Bima Grafika. Jakarta.

Sutisna, 1999. Perilaku Konsumen, Teori dan Aplikasi. Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Bandung.

Yohanes, K., 2005. Olahan Lidah Buaya. Penerbit : Trubus Agrisarana. Surabaya.

Page 45: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

41

ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN TEMPAT PENDARATAN IKAN DI KECAMATAN SELAKAU KABUPATEN SAMBAS

Sigit Sugiardi*)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial pembangunan Tempat Pendarata Ian (TPI) di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas. Dalam penelitian ini alat analisis finansial yang digunakan adalah: Net Present Value(NPV), Anuity Factor, Internal Rate of Retunr (IRR), Benevit Cost Ratio (BCR), Pay Back Periode (PBP) dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis finansial menunjukan bahwa pembangunan Tempat Pendaratan Ikan di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas ini layak untuk dilaksanakan, karena semua indikatornya menunjukkan demikian. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas dalam rencana pembangunan TPI ini juga memperhatikan aspek teknis dan sosial.

Kata Kunci: Analisis Finansial, Pembangunan, Tempat Pendaratan

Ikan

Wilayah pesisir kabupaten Sambas secara khusus dan Kalimantan bagian Barat menurut Margono dan Sanyoto (1996) serta menurut Rustandi dan De Keyser (1993), keduanya dalam Yudhicara dkk (2000), menyebutkan bahwa wilayah ini terdiri dari beberapa satuan batuan yang berumur Resen sampai Mesozoikum yaitu aluvium dan endapan rawa, batu pasir Serutu, garnit Sukadana dan batuan malihan Pinoh. Berdasarkan kajian geologi wilayah pesisir dan lautan di perairan Nusantara, perairan laut Kalimantan Bagian Barat termasuk kedalam lempengan benua perairan dangkal (Paparan) yang disebut Paparan Sunda. Paparan ini merupakan paparan benua yang terluas di dunia yang meliputi luas sekitar 1,8 juta km persegi. Paparan ini menghubungkan pulau-pulau Jawa, Sumatra dengan daratan Asia dan mencakup Laut Cina, Teluk Thailand, Selat Malaka dan Laut Jawa (Nontji, 1987).

Peningkatan hasil perikanan menjadi penting untuk diperhatikan mengingat kedudukannya yang merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan hasil perikanan atau pun peningkatan nilai tambahnya dapat dicapai antara lain dengan cara meningkatkan fasilitas dan metode penangkapan, meningkatkan fasilitas yang diperlukan oleh suatu pangkalan pendaratan ikan, peningkatan hasil dan mutu pengolahan ikan dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan peningkatan hasil perikanan di kabupaten Sambas, pembangunan

*) Ir. Sigit Sugiardi, MP adalah dosen Program Studi Agribisnis Universitas Panca Bhakti Pontianak

Page 46: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

42 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Pangkalan Pendaratan Ikan di Selakau dan Paloh memang menjadi alternatif yang tidak bisa dikesampingkan.

Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan infrastruktur yang memfasilitasi kegiatan usaha penangkapan ikan, yaitu sebagai pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, pusat penyuluh dan pengumpul data, pusat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan serta pusat pelayanan informasi.

Pangkalan Pendaratan Ikan merupakan perpaduan antara bangunan darat dan bangunan laut yang disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan, sehingga mulai dari perencanaan sampai ke pengembangan dan pengawasan pembangunan, serta pemeliharaan merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam merencanakan Pangkalan Pendaratan Ikan guna perkembangan ekonomi serta mengantisipasi perkembangan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat, diperlukan adanya Studi Kelayakan Pembangunan Pangkalan Ikan (PPI). Hal ini untuk memperoleh data yang akurat dalam rangka pembangunan PPI yang nantinya akan menjadi acuan dalam penyusunan detail PPI sekaligus sinkronisasi dengan perkembangan sektor-sektor lainnya dimasa yang akan datang. Dengan adanya studi kelayakan ini diharapkan PPI yang direncanakan nantinya dapat beroperasi secara optimal dan dapat mengakomodasikan perkembangan perikanan di Kabupaten Sambas.

Metode Penelitian

Analisis Net Present Value. Formula yang sering digunakan dalam menganalisis proyek adalah menghitung net present value (NPV) dari proyek tersebut. NPV menentukan present value dari net benefit. Formula yang digunakan adalah:

dimana: Bt = Benefit/penerimaan pada tahun t

Ct = Cost/ Biaya pada tahun t r = discount rate t = tahun Bt – Ct = arus kas / net benefit

Nilai faktor anuity dapat dihitung dengan rumus

( )∑= +

−=

n

tttt

rCBNPV

1 1

( )[ ]( )n

n

rrrorAnuityFact+

−+=

111

Page 47: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 43

IRR adalah discount rate yang menghasilkan zero net present value untuk suatu proyek. Jika IRR lebih besar dari bunga bank maka proyek tersebut menguntungkan untuk dibiayaai, dan sebaliknya.

Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

dimana: r1 = discount rate yang lebih kecil

r2 = discount rate yang lebih besar NVP1 = NVP pada r1 NVP2 = NVP pada r2

Kretiria analisis adalah jika IRR > r maka proyek menguntungkan dan layak, jika IRR < r maka proyek tidak menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Jika IRR = r maka proyek adalah break event point.

Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). BCR diturunkan dari NPV dengan rumus sebagai berikut:

Rasio ini membandingkan benefit yang telah didiskont dan cost yang juga

telah didiscont. Jika nilai BCR sama dengan 1, maka proyek menghasilkan zero net benefit sepanjang proyek tersebut berjalan – benefit yang telah didiskont sama dengan cost yang telah didiscont. BCR yang mempunyai nilai kurang dari satu menyatakan bahwa proyek tersebut merugi dan tidak layak dilaksanakan.

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis PBP dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.

p

pp B

BITPBP ∑ ∑ −

−+= 1

1

Break even Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya titik pulang pokok terantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasional dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.

( )1221

11 rr

NPVNPVNVPrIRR −−

+=

( )

( )∑

=

=

+

+= n

tt

t

n

tt

t

rC

rB

BCR

1

1

1

1

Page 48: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

44 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

p

ppp B

BCTBEP ∑ ∑ −−

−+= 11

1

Hasil dan Pembahasan

Jenis Investasi. Dari proyeksi pengembangannya direncanakan akan memindahkan TPI/PPI Selakau dari tempat semula ketempat baru yang lebih representatif. Pemindahan TPI/PPI ketempat baru selain menunjang program pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi disektor perikanan, juga memberikan dampak positip pada masyarakat dan lingkungan setempat seperti: • Membuka kesempatan kerja atau mengurangi pengangguran di daerah

tersebut. • Menambah pedapatan nelayan di kecamatan Selakau dan sekitarnya. • Memperbaiki keadaan sosial ekonomi di sekitarnya.

Jumlah Biaya Investasi. Biaya proyek investasi pembangunan Pangkalan

Pendaratan Ikan Selakau secara keseluruhan terdiri dari: a. Biaya investasi langsung (fixed asset) b. Biaya operasional

Biaya Investasi dapat dilihat pada Tabel 1. Berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Tempat pendaratan Ikan Selakau

No. Uraian Pekerjaan Volume Harga Satuan

(Rp.) Jumlah Harga

(Rp.) a. Fasilitas Dasar

1. Dermaga bongkar / muat 660 m2 2.000.000 1,320,000,000 2. Jalan penghubung 5.600 m2 155,654 871,662,400 3. Jalan komplek 2.100 m2 155,654 326,873,400 4. Jembatan 434 m2 1,400,000 607,600,000 5. Lahan Parkir 750 m2 155,654.00 116,740,500

b. Fasilitas Fungsional 1. Kantor Administrasi 150 m2 2,187,488 328,123,200 2. Pasar ikan 200 m2 1,829,421 365,884,160 3. UPMB 120 m2 1,829,421 219,530,496 4. Gudang 300 m2 1,829,421 548,826,240 5. bak tampung air & instalasinya 50 M3 4,000,000 200,000,000 6. bengkel 100 m2 1,829,421 182,942,080 7. TPI 230 m2 1,829,421 420,766,784 8. Cold Storage 25 m2 2,187,488 54,687,200

Jumlah 5,563,636,460 Catatan : - Untuk harga satuan bangunan Kantor, Pasar Ikan, UPMB, Bengkel,

TPI,dan Cold Storage menggunakan harga satuan bangunan per m2

Page 49: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 45

sesuai Keputusan Walikota Pontianak Tahun Anggaran 2007 disesuaikan dengan koefisien Jarak ke Kabupaten Sambas

- Untuk bangunan lainnya seperti Jembatan, Dermaga, dll di estimasi dengan analisa (terlampir)

Biaya operasional meliputi gaji pegawai dan biaya operasional lainnya.

Biaya operasional terlihat sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Jumlah Biaya Operasional Uraian Jumlah (Rp)

Per bulan 5.000.000,- Per tahun 60.000.000,-

Perkiraan Penerimaan. Pindahnya TPI/PPI Selakau ketempat yang baru

akan memberikan potensi penerimaan dari berbagai pos, antara lain penghasilan tambat, sewa tempat pelelangan dan lain-lainnya. Perkiraan penerimaan TPI/PPI Selakau dalam satu tahun diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkiraan Penerimaan dalam satu tahun

No Jenis Penerimaan Jumlah

1 Potensi Penghasilan Tambat 966.000.000 2 Sewa Tempat Pelelangan Ikan 180.000.000 3 Potensi Pendapatan Parkir 54.000.000 4 Air Minum 900.000.000

Jumlah 2.100.000.000

Perkiraan Arus Kas. Untuk dapat menilai profitabilitas dari suatu proyek investasi dalam rangka pengambilan keputusan investasi, diperlukan data mengenai cash flow (arus kas) dari proyek investasi yang bersangkutan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai arus kas (cash flow) suatu pryek investasi dari suatu perusahaan, diperlukan data yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan itu sendiri, yang dalam hal ini adalah Laporan Rugi/Laba. Perkiraan rugi/laba pada proyek investasi pemindahan TPI/PPI Selakau ini disusun secara taksasi atau taksiran yang diproyeksikan hingga beberapa tahun ke depan.

Perkiraan cash flow dari proyek investasi pemindahan TPI Selakau dapat dilihat pada Tabel 4.berikut:

Page 50: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

46 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Tabel 4. Perkiraan Net Benefit Proyek Investasi Pemindahan TPI Selakau (Jutaan Rupiah)

Tahun Biaya Investasi Biaya Operasional Penerimaan Penyusutan Net Benefit

0 5.563.636.460 60.000.000 0 0 -5.623.636.460 1 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 2 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 3 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 4 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 5 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 6 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 7 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 8 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 9 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 10 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 11 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 12 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 13 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 14 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 15 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 16 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 17 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 18 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 19 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 20 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 21 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 22 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 23 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814 24 0 60.000.000 2.100.000.000 231.818.186 1.808.181.814

Dari Tabel 5 di bawah diperoleh hasil bahwa nilai NPV pada discount rate

24% adalah bernilai nilai positif. Karena nilai suku bunga investasi pada bank umum paling besar adalah sebesar 24% maka proyek ini adalah layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan.

Analisis ini menunjukkan bahwa pemilihan discount rate merupakan hal yang penting. Jika bunga pinjaman yang dikenakan di atas 33% maka hasilnya sangat jelas bahwa proyek adalah tidak layak. Lebih jauh, dengan suku bunga 33% akan menyebabkan tambahan hasil yang negatif. Jika bunga pinjaman yang dikenakan di bawah 33% maka proyek memberikan hasil yang layak.

Untuk discount rate 14% dan pada periode 25 tahun, nilai dari faktor anuity

adalah sebagai berikut

( )[ ]( )

1474,424,0124,0

124,0125

25

=+

−+=

orAnuityFact

orAnuityFact

Page 51: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 47

Present value untuk setiap tahun (A) adalah dapat didapatkan dari 1.867.311.425 = 4,1474 x A

Hasilnya adalah A = 450.233.941,-

Artinya benefit yang hilang karena adanya proyek (external environmental costs) harus lebih dari Rp 450.233.941,- agar proyek dapat dinyatakan tidak layak secara ekonomi.

Tabel 5. Analisis Net Present Value (Rupiah)

Tahun Net Benefit Discount Faktor 24 %

NVP 24 % Discount Faktor 33

% NVP 33 %

0 -5.623.636.460 1,00000 -5.623.636.460 1,00000 -5.623.636.460 1 1.808.181.814 0,80645 1.458.211.140 0,75188 1.359.535.199 2 1.808.181.814 0,65036 1.175.976.726 0,56532 1.022.206.916 3 1.808.181.814 0,52449 948.368.328 0,42505 768.576.629 4 1.808.181.814 0,42297 764.813.167 0,31959 577.877.164 5 1.808.181.814 0,34111 616.784.812 0,24029 434.494.109 6 1.808.181.814 0,27509 497.407.107 0,18067 326.687.300 7 1.808.181.814 0,22184 401.134.764 0,13584 245.629.549 8 1.808.181.814 0,17891 323.495.777 0,10214 184.683.871 9 1.808.181.814 0,14428 260.883.691 0,07680 138.860.054 10 1.808.181.814 0,11635 210.390.074 0,05774 104.406.055 11 1.808.181.814 0,09383 169.669.414 0,04341 78.500.793 12 1.808.181.814 0,07567 136.830.173 0,03264 59.023.153 13 1.808.181.814 0,06103 110.346.913 0,02454 44.378.310 14 1.808.181.814 0,04921 88.989.446 0,01845 33.367.151 15 1.808.181.814 0,03969 71.765.683 0,01387 25.088.083 16 1.808.181.814 0,03201 57.875.550 0,01043 18.863.221 17 1.808.181.814 0,02581 46.673.831 0,00784 14.182.873 18 1.808.181.814 0,02082 37.640.186 0,00590 10.663.814 19 1.808.181.814 0,01679 30.354.989 0,00443 8.017.905 20 1.808.181.814 0,01354 24.479.830 0,00333 6.028.500 21 1.808.181.814 0,01092 19.741.798 0,00251 4.532.707 22 1.808.181.814 0,00880 15.920.805 0,00188 3.408.050 23 1.808.181.814 0,00710 12.839.359 0,00142 2.562.444 24 1.808.181.814 0,00573 10.354.322 0,00107 1.926.649

Total 37.772.727.080 1.867.311.425 -150.135.961 Sumber : Pengolahan data

Analisis Internal Rate of Return (IRR). Dalam analisis kita ini IRRnya

adalah IRR = 32,33 %

Karena suku bunga investasi pada bank umum yang paling tinggi adalah sebesar 24% maka proyek tersebut adalah layak dan menguntungkan.

( )2433961.135.1504251.867.211.

4251.867.211.24 −+

+=IRR

Page 52: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

48 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dari Tabel 6.10. di bawah diperoleh hasil sebagai berikut:

Nilai BCR lebih dari satu, artinya proyek pemindahan TPI/PPI Selakau ini layak untuk dilaksanakan.

Tabel 6. Analisis Benefit Cost Ratio (Rupiah)

Tahun Cost Benefit Discount Faktor (14%) PV Benefit PV Cost 0 5.623.636.460 0 1,00000 0 5.623.636.460 1 291.818.186 2.100.000.000 0,80645 1.693.548.387 235.337.247 2 291.818.186 2.100.000.000 0,65036 1.365.764.828 189.788.102 3 291.818.186 2.100.000.000 0,52449 1.101.423.249 153.054.921 4 291.818.186 2.100.000.000 0,42297 888.244.555 123.431.388 5 291.818.186 2.100.000.000 0,34111 716.326.254 99.541.442 6 291.818.186 2.100.000.000 0,27509 577.682.463 80.275.356 7 291.818.186 2.100.000.000 0,22184 465.872.954 64.738.191 8 291.818.186 2.100.000.000 0,17891 375.703.995 52.208.218 9 291.818.186 2.100.000.000 0,14428 302.987.093 42.103.402 10 291.818.186 2.100.000.000 0,11635 244.344.430 33.954.356 11 291.818.186 2.100.000.000 0,09383 197.051.960 27.382.545 12 291.818.186 2.100.000.000 0,07567 158.912.871 22.082.698 13 291.818.186 2.100.000.000 0,06103 128.155.541 17.808.627 14 291.818.186 2.100.000.000 0,04921 103.351.243 14.361.796 15 291.818.186 2.100.000.000 0,03969 83.347.776 11.582.094 16 291.818.186 2.100.000.000 0,03201 67.215.949 9.340.398 17 291.818.186 2.100.000.000 0,02581 54.206.410 7.532.579 18 291.818.186 2.100.000.000 0,02082 43.714.847 6.074.661 19 291.818.186 2.100.000.000 0,01679 35.253.909 4.898.920 20 291.818.186 2.100.000.000 0,01354 28.430.572 3.950.742 21 291.818.186 2.100.000.000 0,01092 22.927.880 3.186.082 22 291.818.186 2.100.000.000 0,00880 18.490.226 2.569.421 23 291.818.186 2.100.000.000 0,00710 14.911.473 2.072.114 24 291.818.186 2.100.000.000 0,00573 12.025.381 1.671.059

Total 12.627.272.920 50.400.000.000 8.699.894.245 6.832.582.820

Analisis Pay Back Period (PBP) dan Break Event Point (BEP). Pay

Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis PBP dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.

p

pp B

BITPBP ∑ ∑ −

−+= 1

1

Dari persamaan diatas akan diperoleh PBP pada 4 tahun 9 bulan 19 hari. Break even Point (BEP) adalah titik pulang pokok di mana total revenue

sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek,

2733,1820.582.832.6245.892.699.8

=

=

BCR

BCR

Page 53: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sigit Sugiardi, Analisis Finansial Pembangunan ……… 49

terjadinya titik pulang pokok terantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasional dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.

p

ppp B

BCTBEP ∑ ∑ −−

−+= 11

1

Dari persamaan diatas akan diperoleh BEP pada 6 tahun 1 bulan 20 hari. Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 1. di bawah

Gambar 1. Analisis PBP dan BEP

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil pembahasan di atas didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk analisis finansial nilai NPV masih bernilai positif pada discount rate

24%, artinya secara finansial proyek tersebut layak untuk dikerjakan karena nilai NPV lebih besar dari bunga pinjaman bank.

2. Demikian juga untuk nilai IRR untuk analisis finansial, dimana IRR sama dengan 32,33%. Nilai ini lebih besar dari bunga bank. Artinya proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.

3. Nilai external cost tahunan (A) tidak boleh lebih dari Rp 450.233.941,- agar proyek layak dijalankan dengan discount rate 24%.

4. Nilai BCR analisis finansial memberikan hasil lebih dari 1 yaitu sebesar 1,2733. Artinya benefit yang didapatkan lebih besar daripada cost yang dikeluarkan.

0

1.000.000.000

2.000.000.000

3.000.000.000

4.000.000.000

5.000.000.000

6.000.000.000

7.000.000.000

8.000.000.000

9.000.000.000

10.000.000.000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

InvetasiTRTC

Page 54: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

50 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

5. Pay back Periode pada 4 tahun 9 bulan 19 hari dan Break Event Point pada 6 tahun 1 bulan 20 hari.

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas bahwa untuk membangun Tempat Pendaratan Ikan perlu juga dipertibangkan masalah-masalah teknis dan sosial, sehingga pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar.

Daftar Putaka Choliq, Abdul et al. 1999. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar). Pioner Jaya.

Bandung Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Nitiseniro, Alek S dan M. Umar Burhan. Wawasan Studi Kelayakan dan

Evaluasi Proyek. Bumi Aksara. Jakarta. Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisis

Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 55: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

51

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO 27 DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI DI KOTA

PONTIANAK

Sartono dan Yuni Artilawati*)

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengehatahui persepsi pengurus koperasi terhadap pentingnya penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No 27 dan untuk melihat bagaimana perananan penyajian laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 27 tersebut terhadap penilaian kinerja koperasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah 61 koperasi yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan menggunakan analisis korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengurus koperasi terhadap penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah penting. Kemudian berdasarkan analisis korelasi Spearman diketahui bahwa laporan keuangan hanya berperan penting untuk penilaian kinerja neraca dan laporan arus kas, sedangkan perhitungan hasil usaa, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan tidak berperan penting untuk menilai kinerja koperasi. Kata Kunci: PSAK No 27, Laporan Keuangan, Koperasi

Koperasi sebagai dasar badan usaha ekonomi rakyat yang

memprioritaskan pelayanannya kepada para anggota, mempunyai tujuan utama meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 3 yang menyebutkan “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

Untuk mencapai tujuan itu, koperasi menyelenggarakan berbagai usaha yang bermanfaat dan menguntungkan para anggotanya baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen. Sebagai badan usaha, koperasi harus dikelola dengan baik sebagai layaknya bentuk badan usaha yang lain. Disamping itu, sebagai organisasi ekonomi, koperasi harus mengikuti hukum-hukum ekonomi nasional serta norma-norma dan kebiasaan yang lazim berlaku dalam dunia usaha. Dengan cara ini kepentingan anggota maupun pihak ketiga dapat dilindungi. *) Drs. Ak. Sartono, MM, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti, Pontianak Yuni Artilawati, SE., Alumni Fakultas Ekonomi Pontianak

Page 56: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

52 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Dalam tata kehidupan ekonomi Indonesia, koperasi diharapkan dapat berkembang sebagai badan usaha yang sehat dan kuat. Demikian pula peranan koperasi dalam perekonomian diharapkan akan semakin meningkat. Tidak kalah pentingnya adalah makin bertambahnya dampak manfaat koperasi terhadap anggota dan masyarakat luas.

Dengan makin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, tuntutan agar pengelolaan dilaksanakan secara lebih profesional, akan makin besar. Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggung jawaban yang baik dan informasi yang relevan dan dapat diandalkan guna pengambilan keputusan, perencanaan maupun pengendalian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting yang sekaligus berperan sebagai alat penilaian kinerja, disamping dapat digunakan sebagai alat pertanggung jawaban. Tetapi agar dapat dimanfaatkan secara optimal laporan keuangan tersebut harus disusun berdasarkan standar akuntansi tertentu.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi yang berwenang mengatur tentang akuntansi diIndonesia telah menyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk berbagai jenis organisasi atau perusahaan termasuk perkoperasian. Oleh sebab itu, IAI mengharapkan agar perkoperasian dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dapat mengunakan PSAK sebagai pedoman. Dengan demikian laporan keuangan yang disusun dan disajikan dapat lebih komprehensif dan informatif, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai persepsi dan interpretasi yang sama dalam menganalisis laporan keuangan.

Pemahaman dan dapat diperbandingkannya laporan keuangan antar perusahaan dalam hal ini koperasi akan semakin meningkat apabila laporan keuangan disajikan dalam format yang seragam dan menggunakan deskripsi yang sama untuk pos-pos yang sejenis. Namun demikian dalam kenyataannya keseragaman tersebut sulit diterapkan bahkan dapat menghalangi perusahaan untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tentang informasi keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 diatur tentang kewajiban koperasi untuk membuat laporan keuangan neraca, perhitungan sisa hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan. Standar ini merupakan suatu acuan/pedoman bagi badan usaha koperasi dalam menyusun laporan keuangan, agar terdapat keseragaman persepsi dalam menginterpretasikan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan koperasi. Namun pada kenyataannya hal ini masih belum bisa sepenuhnya diterapkan. Ini ditandai dengan adanya penyajian laporan keuangan yang masih mengacu kepada pedoman laporan keuangan yang lama yaitu Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia.

Selain itu diperoleh informasi dari Kantor Urusan Koperasi & UKM kota Pontianak bahwa dari 474 koperasi kota Pontianak yang masih aktif, hanya 192

Page 57: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 53

koperasi yang melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai bentuk pertanggungjawaban pengurus pada anggota sedangkan sisanya 248 koperasi belum melaksanakan Rapat anggota Tahunan (RAT).

Keterbatasan penyusunan laporan keuangan koperasi sesuai standar akuntansi mendorong penulis untuk mengkaji lebih detil lagi tentang “Bagaimana Persepsi Pengurus Koperasi Terhadap Pentingnya Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Sesuai Standar Akuntansi Untuk Menilai Kinerja Koperasi”.

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.

27 dalam penyajian laporan keuangan ? 2. Bagaimana peranan penyajian laporan keuangan sesuai Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 terhadap penilaian kinerja koperasi ? Untuk mencegah penyimpangan dalam pembahasan masalah, maka

analisis difokuskan pada persepsi pengurus koperasi terhadap penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai standar akuntansi untuk menilai kinerja koperasi di Pontianak.

Metode Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu : penulis langsung terjun ke lapangan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden sebagai instrumen penelitiannya

Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Wawancara dan studi dokumenter

Populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen dari suatu objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi dikota pontianak. Setiap koperasi diwakili oleh salah satu pengurus inti. Jumlah populasi koperasi yang masih aktif pada saat penulis mengadakan penelitian ini adalah 474 koperasi. Sampel adalah bagian populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengambilan sampel terhadap koperasi kota Pontianak yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Jumlah sampel yang ditetapkan akan diteliti berjumlah 61 koperasi.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Persepsi pengurus koperasi terhadap pentingnya penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai standar akuntansi untuk menilai kinerja koperasi. Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur tentang perlakuan akuntansi didalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Sedangkan laporan keuangan merupakan sumber informasi yang berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban dan penilaian kinerja yang meliputi : (1) Neraca, (2) Perhitungan Hasil Usaha, (3)

Page 58: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

54 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Laporan arus Kas, (4) Laporan Promosi ekonomi/anggota, (5) Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pernyataan ini dikembangkan dengan skala Likert yang masing-masing butir pernyataan diberi skor 1 sampai 5. Deskripsi sebagai gambaran dari desain penelitian yang mana untuk mengetahui persepktif atau suatu kerangka acuan dan memandang suatu teori dalam penelitian melalui pengujian hipotesis dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, catatan atas laporan keuangan terhadap penilaian kinerja. Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun (1989:46) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang meliputi: Neraca (X1), Perhitungan Hasil Usaha (X2), Laporan Arus Kas (X3), Laporan Promosi Ekonomi Anggota (X4), Catatan Atas Laporan Keuangan (X5), Penilaian Kinerja (Y) , merupakan bagian dari sistem pengendalian yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas koperasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Spearman yaitu bentuk pengujian untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan dua variabel dan untuk mengetahui tingkat kecocokan dari dua variabel atau lebih terhadap group yang sama. Rumus Korelasi Spearman yang digunakan yaitu :

Dimana : Rs = Nilai Korelasi Spearman d2 = Perbedaan skor antar dua variabel n = Jumlah kelompok (Taraf nyata yang digunakan adalah 0,05)

Sulaiman Wahid mengatakan (2002:137) bahwa kaidah pengambilan keputusan didasarkan pada uji signifikasi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X dan Y. Ketentuannya adalah apabila taraf signifikasi lebih kecil daripada 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, begitu juga sebaliknya jika taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengambilan sampel terhadap koperasi kota Pontianak yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 61 koperasi. Dari kuesioner yang telah diberikan kepada 61 koperasi yang diwakili oleh salah satu pengurus sebagai responden, menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 100 % diperoleh data mengenai jenis dan karakteristik koperasi kota Pontianak seperti tabel berikut ini.

Page 59: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 55

Tabel 1. Koperasi Kota Pontianak Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Koperasi

Jenis Koperasi Jumlah Persentase (%) Koperasi Pegawai Negeri Koperasi Karyawan Koperasi ABRI/Kepolisian Koperasi Serba Usaha Koperasi Simpan Pinjam Koperasian Kerajinan Koperasi Wanita Koperasi Mahasiswa

26 6

14 8 3 1 1 2

42,62 9,84

22,95 13,11 4,92 1,64 1,64 3,28

Total 61 100 Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa responden yang berjumlah 61

orang sebagian beswar berasal dari koperasi pegawai negeri sebanyak 26 orang, dengan persentase sebesar 42,63% dari total sampel, selanjutnya koperasi ABRI/Kepolisian sebanyak 14 orang dengan persentase 22,95% dan koperasi serba usaha sebanyak 8 orang dengan persentase 9,84%, koperasi simpan pinjam sebanyak 3 orang dengan persentase 4,92%, kemudian koperasi mahasiswa sebanyak 2 orang dengan persentase 3,28%, koperasi kerajinan dan koperasi wanita masing-masing sebanyak 1 orang dengan persentase yang sama yaitu 1,64%.

Berdasarkan implementasi penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 pada koperasi kota Pontianak, dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 2. Koperasi Kota Pontianak Jumlah Koperasi Yang Telah

Mengimplemantasikan Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan Jumlah Koperasi Persentase (%)

Neraca Perhitungan Hasil Usaha Laporan Arus Ks Laporan Promosi Ekonomi Anggota Catatan Atas Laporan Keuangan

61 61 43 12 59

100 100

70,49 19,67 96,72

Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa tingkat implementasi

komponen laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 berupa neraca dan perhitungan hasil usaha memiliki persentase yang sangat tinggi yaitu masing-masing sebesar 100%. Itu berarti seluruh koperasi dari total sampel yaitu 61 koperasi telah mengimplementasikan PSAK No. 27 sedangkan laporan arus kas tingkat implementasinya hanya sebesar 70,49%. Itu berarti hanya 43 koperasi yang telah mengimplementasikan PSAK No. 27. kemudian catatan atas laporan keuangan memiliki tingkat implementasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 96,72%. Itu berarti hanya ada 2 koperasi yang belum mengimplementasikan PSAK No 27.

Page 60: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

56 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Selanjutnya laporan keuangan promosi ekonomi anggota memiliki tingkat implementasi paling rendah yaitu sebesar 19,67%. Itu berarti hanya 12 koperasi saja yang telah mengimplementasikan sedangkan sisanya 49 koperasi belum mengimplementasikan PSAK No. 27.

Persepsi pengurus koperasi mengenai tingkat pentingnya penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 ditinjau dari 5 komponen laporan keuangan koperasi yaitu : neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan. Penilaian terhadap hal tersebut di atas akan disajikan pada tabel berikut.

Neraca sebagai salah satu komponen laporan keuangan juga sering disebut sebagai laporan posisi keuangan karena merupakan neraca merupakan daftar seluruh daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu entitas.

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa 5 responden (8,2 %) menyatakan penyajian neraca sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 50 responden (81,97 %) menyatakan penting, 6 responden (9,83 %) menyatakan cukup penting, tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.

Dari tabel 3.4 dapat diketahui persentase nilai secara keseluruhan untuk neraca sebesar 86,74 % sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian neraca sesuai PSAK No. 27 adalah penting.

Tabel 3. Tingkat Pentingnya Penyajian Laporan Keuangan

Sesuai PSAK No.27 Neraca

Perhitungan Hasil Usaha

Laporan Arus Kas

Laporan Promosi Ekonomi Anggota

Catatan Atas Laporan

Keuangan

Responden

% Res pon den

% Res pon den

% Res pon den

% Responden

%

Sangat Penting Penting Cukup penting Kurang penting Tidak penting

5

50 6 - -

8,2

81,97 9,83

- -

23

36 2 - -

37,70

59,02 3,28

- -

11

43 7 - -

18,03

70,49 11,48

- -

14

37 10 - -

22,95

60,66 16,39

- -

20

34 6 1 -

32,79

55,74 9,84

1,63

-

Jumlah 61 100 61 100 61 100 61 100 61 100

Page 61: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 57

Tabel 4 Persentase Pentingnya Penyajian Laporan keuangan

Sesuai PSAK No. 27 Per Faktor Persepsi Komponen Laporan Keuangan Nilai

Maksimum Nilai

Pengamatan Persentase

(%) Neraca Perhitungan Hasil Usaha Laporan Arus Kas Laporan Promosi Ekonomi Anggota Catatan Atas Laporan Keuangan

2.135 915 1.20 610

610

1.825 844

1.070 519

526

86,74 92,24 87,70 85,08

86,23

Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk

menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai posisi keuangan. Informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.

Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No. 1 (2004:9) “Perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dengan kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalm SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya”. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian neraca sesuai PSAK No.27

Perhitungan Hasil Usaha adalah istilah lain dari laporan rugi laba yang dipergunakan oleh gerakan perkoperasian. Hal ini sesuai dengan sistem dan standar akuntansi keuangan koperasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Secara umum, dapat digambarkan perhitungan hasil usaha atau laporan rugi laba merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran (beban) suatu entitas pada jangka waktu tertentu.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 23 responden (37,70%) menyatakan penyajian perhitungan hasil usaha sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting 36 responden (59,02%) menyatakan penting, 2 responden (3,28%) menyatakan cukup penting, tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.

Kemudian dari Tabel 4 diketahui persentase nilai perhitungan hasil usaha secara keseluruhan sebesar 92,24 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian perhitungan hasil usaha sesuai PSAK No. 27 adalah penting

Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai profitabilitas atau prestasi

Page 62: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

58 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

keuangan koperasi selama satu periode. Informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.

Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No. 27 (2004:12) “Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode waktu tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha”. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian perhitungan hasil usaha sesuai PSAK No.27.

Laporan arus kas sering juga disebut laporan perubahan posisi keuangan, karena menyajikan informasi mengenai saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode waktu tertentu.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 11 responden (18,03%) menyatakan penyajian laporan arus kas sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 43 responden (70,46%) menyatakan penting, 7 responden (11,48%) cukup penting, tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.

Kemudian dari Tabel 4 diketahui persentase nilai laporan arus kas secara keseluruhan sebesar 87,70 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian laporan arus kas sesuai PSAK No. 27 adalah penting.

Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai perubahan posisi keuangan. Informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.

Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No. 27 (2004:12) “ Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, sumber pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode waktu tertentu”. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian laporan arus kas sesuai PSAK No.27

Laporan promosi ekonomi anggota digunakan untuk menilai manfaat ekonomi yang diberikan kepada anggota sekaligus digunakan untuk mengevaluasi kemajuan koperasi. Melalui laporan ini dapat diketahui faktor-faktor yang menunjukan keberpihakan koperasi terhadap anggotanya.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 14 responden (22,95%) menyatakan penyajian laporan promosi ekonomi anggota sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 37 responden (60,66%) menyatakan penting, 10 responden (16,39%) menyatakan cukup penting tidak ada yang menyatakan kurang penting dan tidak penting.

Page 63: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 59

Kemudian dari Tabel 4 diketahui nilai laporan promosi ekonomi anggota secara keseluruhan sebesar 85,08 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian laporan promosi anggota sesuai PSAK No. 27 adalah penting.

Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu periode, informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.

Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No.27 (2004:13) “ Manfaat tersebut manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan dari transaksi pelaporan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan. Laporan promosi anggota ini disesuaikan dengan jenis dan usaha yang dijalankannya “. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian laporan promosi ekonomi anggota sesuai PSAK No.27.

Catatan atas laporan keuangan merupakan informasi tambahan yang sangat diperlukan untuk memperjelas sistem dan standar akuntansi yang dipergunakan sehungungan dengan laporan keuangan yang disajikan. Dengan adanya catatan atas laporan keuangan tersebut semakin mempermudah pihak internal maupun eksternal dam membaca laporan keuangan yang ada..

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 20 responden (32,79%) menyatakan penyajian atas laporaan keuangan sesuai PSAK No. 27 adalah sangat penting, 34 responden (55,74%) menyatakan penting, 6 responden (9,84%) menyatakan cukup penting, 1 responden (1,63%) menyatakan kurang penting, tidak ada yang menyatakan tidak penting.

Kemudian dari Tabel 4 diketahui persentase nilai catatan atas laporan keuangan secara keseluruhan sebesar 86,23 %.sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian catatan atas laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 adalah penting.

Secara umum, Laporan keuangan koperasi disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pemakai utama dan pemakai lainnya guna pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Untuk dapat menyajikan informasi yang dipercaya mengenai pengungkapan atas laporan keuangan, informasi tersebut harus disusun dan disajikan sesuai standar akuntansi, dalam hal ini badan usaha koperasi yaitu PSAK No.27.

Sebagaimana dikatakan IAI dalam PSAK No.27 (2004:17) “ Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan rugi laba, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan”. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian sesuai dengan konsep laporan keuangan dan

Page 64: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

60 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

terdapat persepsi yang sama antara teori dengan hasil penelitian yang menyatakan pentingnya penyajian catatan atas laporan keuangan sesuai PSAK No.27

Permasalahan yang diungkapkan dalam pembahasan ini adalah untuk mengetahui persepsi pengurus koperasi tentang peranan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 terhadap penilaian kinerja, dengan hipotesis yang menyatakan penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 27 ditinjau dari neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi.

Pada penelitian ini, data dianalisa dengan menggunakan analisa Korelasi Spearman, yaitu bentuk pengujian yang digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui tingkat kecocokan dari dua variabel atau lebih terhadap group yang sama. Ringkasan hasil perhitungan dapat dilihat di bawah ini (tabel hasil perhitungan dapat dilihat di lampiran).

Tabel 5. Ringkasan Hasil Perhitungan Antar Variabel

Variabel Korelasi X Terhadap Y

Sig.(2-Tailed) α Kaidah Keputusan

X1 X2 X3 X4 X5

0,022 0,0757 0,004 0,19 0,35

0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak

Ho diterima Ho diterima

Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan

penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang neraca. Dari tabel korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara neraca (X1) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,292 dengan taraf signifikasi 0,022. Itu berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima (artinya ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel). Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuan laporan keuangan yang memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja, neraca dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan. Maka dari itu, laporan keuangan hendaknya disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK No.27 agar dapat menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.

Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 tidak memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang perhitungan hasil

Page 65: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 61

usaha. Dari tabel korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara perhitungan hasil usaha (X2) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,40 dengan taraf signifikasi 0,0757. Itu berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Artinya tidak ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan tujuan laporan keuangan, seharusnya perhitungan hasil usaha lebih menggambarkan kinerja koperasi karena laporan tersebut mencerminkan profitabilitas yang diperoleh dalam periode tertentu.

Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang laporan arus kas. Dari tabel korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara laporan arus kas (X3) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,362 dengan taraf signifikasi 0,004. Itu berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima (artinya ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel).

Hasil penelitian sejalan dengan tujuan laporan keuangan.Selain itu, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan dan struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas). Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja, laporan arus kas dapat digunakan untuk melihat bagaimana saldo kas dan setara kas yang disajikan dalam neraca perusahaan berubah dari awal hingga akhir suatu periode dan apa pengaruhnya bagi perusahaan apakah menunjukkan prestasi kerja yang positif atau negatif. Maka dari itu, laporan keuangan hendaknya disususn dan disajikan sesuai dengan PSAK No. 27 agar dapat menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.

Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 tidak memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang laporan promosi ekonomi anggota. Dari tabel korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara laporan promosi ekonomi anggota (X4) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,300 dengan taraf signifikasi 0,19. Itu berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Artinya tidak ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel). Hasil penelitian tidak sejalan dengan tujuan laporan keuangan. Selain itu laporan ini seharusnya dapat digunakan untuk menilai manfaat ekonomi yang diberikan kepada anggota sekaligus digunakan untuk mengevaluasi kemajuan koperasi

Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukan bahwa penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No. 27 tidak memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi berdasarkan persepsi tentang catatan atas laporan keuangan. Dari tabel Korelasi di peroleh nilai Korelasi Spearman antara catatan atas laporan keuangan (X5) dan penilaian kinerja (Y) sebesar 0,270 dengan taraf signifikasi 0,35. Itu berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan ketentuan apabila taraf signifikasi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Artinya

Page 66: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

62 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

tidak ada korelasi yang kuat dan searah diantara dua variabel). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan laporan keuangan. Selain itu, catatan atas laporan keuangan seharusnya dapat digunakan untuk menilai akuntabilitas pelayanan yang diberikan kepada anggota. Kesimpulan dan Saran

Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari studi ini adalah: 1. Pada penelitian ini, penulis melakukan pengambilan sampel terhadap koperasi

kota Pontianak yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 61 koperasi. Dari kuesioner yang telah diberikan diperoleh data mengenai jenis koperasi kota Pontianak yang dalam hal ini khusus dibentuk oleh golongan fungsional yang terdiri dari koperasi pegawai negeri, koperasi karyawan, koperasi ABRI/Kepolisian, koperasi serba usaha, koperasi kerajinan, koperasi simpan pinjam, koperasi wanita dan koperasi mahasiswa. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti mengklasifikasikan laporan keuangan menjadi 5 komponen, yaitu : neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan. Komponen laporan keuangan yang paling tinggi tingkat implementasinya adalah neraca dan perhitungan hasil usaha, kemudian catatan atas laporan keuangan dan laporan arus kas. Sedangkan laporan promosi ekonomi anggota memiliki tingkat implementasi yang paling kecil dibandingkan komponen laporan keuangan yang lain.

2. Berdasarkan analisis data kuesioner dapat diketahui persentase tingkat pentingnya penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No.27 secara keseluruhan untuk lima komponen laporan keuangan, yaitu: Neraca dinyatakan penting dengan persentase sebesar 86.74%, perhitungan hasil usaha dinyatakan penting dengan persentase 92.24%, kemudian laporan arus kas dinyatakan penting dengan persentase sebesar 87.70%, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan juga sama-sama dinyatakan penting dengan persentase masing-masing sebesar 85.08% dan 86.23%. Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa lima komponen laporan keuangan dipersepsikan sama atau dengan kata lain dapat disimpulkan penyajian laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 27 adalah penting.

3. Berdasarkan pengujian hipotesis ternyata penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai PSAK No.27 berupa neraca dan laporan arus kas tidak memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi. Dari tabel korelasi diperoleh taraf signifikasi untuk neraca dan laporan arus kas masing-masing sebesar 0.022 dan 0.004. Hal mini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara komponen laporan keuangan neraca dan laporan arus kas dengan penilaian kinerja (Ho ditolak). Sedangkan komponen keuangan yang lain menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara komponen laporan keuangan yang lain meliputi perhitungan hasil usaha, laporan promosi ekonomi anggota dan catatan atas laporan keuangan memiliki peranan penting untuk menilai kinerja koperasi. Dari tabel korelasi diperoleh taraf

Page 67: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Sartono dan Yuni Artilawati, Evaluasi Penerapan ……… 63

signifikasi untuk perhitungan hasil usaha, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan yakni masing-masing sebesar 0.0757, 0.19 dan 0.35. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komponen laporan keuangan perhitungan hasil usaha, laporan promosi ekonomi anggota dean catatan atas laporan keuangan dengan penilaian kinerja (Ho diterima)

Dari hasil pembahasan diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Studi mendatang diharapkan dapat menyempurnakan hasil penelitian ini dan

dilakukan secara lebih mendalam dengan desain penelitian yang lebih baik lagi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pengurus koperasi untuk menggunakan PSAK No. 27 sebagai acuan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan sehingga terdapat keseragaman persepsi dalam menginterpretasikan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan.

Daftar Pustaka Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. Standar Akuntasi Keuangan. Buku 1 dan 2.

Selemba Empat. Jakarta. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan,

Implementasi dan Kontrol. Jilid 1 dan 2. Prehallindo. Jakarta. Niswonger. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 19 Jilid 1. Erlangga.

Jakarta. Robin, Steven. 1996. Perilaku Organisasi. Prehallindo. Jakarta. Stanton, William. 1993. Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Siegel, Gary dan Helena Ramanauskas. 1989. Behavioral Acconting. South

Wetern Publishing Co. Chicago.

Page 68: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

64

ANALISIS PENJAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE) PELAYANAN PADA PUSKESMAS TANJUNGSARI SINTANG

Adi Mursalin*)

Abstract

This research is conducted to analyze the service quality assurance delivered by The Public Healt Centre of Tanjungsari Sintang .This research variables analyzed include the clinic aspects, the efficiency aspect, the effectivity aspects, and the patients safety aspects.The research design used is descriptive. The researcher describe the research object related to the four aspects researched. The research output shown that the Public Health Centre of Tanjungpuri Sintang has paid full attentions to the four aspects of efficiency,effectivity, clinics, and the patient’s safety . And the service quality assurance on the Public Health Centre of Tanjungpuri can be said to be good.

Key words : analysis, quality assurance, service, and the Public

Health Centre of Tanjungsari Sintang

Pertumbuhan ekonomi saat ini berkembang sangat pesat. Kemajuan dalam bidang ekonomi yang begitu pesat mengakibatkan semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, baik di bidang industri maupun jasa. Produk tersebut menawarkan manfaat yang dapat memuaskan konsumen. Kondisi persaingan saat ini berfokus pada cara merebut konsumen yang sama.

Salah satu produk yang dapat ditawarkan pada masyarakat adalah kesehatan, karena kesehatan merupakan produk yang diinginkan konsumen yang setiap saat harus diperhatikan oleh manusia disamping kebutuhan-kebutuhan primer lainnya. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah dikenal adalah puskesmas (pusat kesehatan masyarakat).

Puskesmas Tanjung Puri Sintang merupakan salah satu fasilitas pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan. Produk yang dihasilkan oleh puskesmas ini berupa produk yang dapat menyembuhkan konsumen (pasien) dari permasalahan medis. Puskesmas menawarkan jasa pengobatan kepada konsumen (pasien) dalam membantu masalah yang dihadapi pasien, yaitu penyakit. Disamping itu, puskesmas juga menawarkan jasa bersalin, pengobatan penyakit, pengobatan kecelakaan, pencegahan keluarga berencana / tetanus / imunisasi, rawat inap serta pelayanan poli gigi.

Ada beberapa tujuan yang dimiliki oleh puskesmas Tanjung Puri dalam menjalankan kegiatan operasinya, diantaranya yaitu : mempertahankan kelangsungan hidup operasinya, stabilitas dan kemampuan memberikan

*) Adi Mursalin, SE, MM adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak.

Page 69: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 65

pelayanan yang bermutu kepada pasien. Puskesmas Tanjung Puri dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas berupa tempat parkir yang luas, ruang tunggu yang nyaman, ruang periksa yang dilengkapi dengan tempat tidur pemeriksaan, ruang perawatan yang dilengkapi dengan tempat tidur perawatan, box bayi lengkap, alas tempat tidur lengkap, lemari/meja kecil, ventilasi dan penerangan yang cukup pada semua ruangan, dan tempat sampah di setiap ruangan.

Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disajikan jumlah konsumen pada Puskesmas Tanjung Puri Sintang selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Pasien Puskesmas Tanjung Puri Sintang

Tahun 2004 – 2006

Pelayanan Jasa Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

Rawat Inap Rawat Jalan Gangguan Jiwa

25 13.697

3

32 13.775

4

27 17.251

1 Jumlah 13.725 13.811 17.279

Sumber : Puskesmas Tanjung Puri Sintang, 2007

Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa jumlah konsumen (pasien) yang datang ke Puskesmas Tanjung Puri Sintang dari tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan . Jumlah pasien tahun 2005 meningkat sebesar 78 pasien atau sebesar 0,57 %. Dan dari tahun 2006 juga mengalami kenaikan sebesar 3476 pasien atau sebesar 25,23% .Jika dilihat secara kuantitatif dan kualitatif, terdapat kenaikan jumlah pasien yang berkunjung ke Puskesmas Tanjung Puri. Sementara itu, jumlah pasien yang rawat inap di Puskesma Tanjung Puri Sintang dari tahun 2005-2007 mengalami fluktuasi . Pada tahun 2005, jumlah pasien yang rawat inap naik sebesar 7 orang pasien atau 28%, kemudian pada tahun 2006 turun menajdi 27 orang pasien atau turun sebesar 15,63%. Demikian juga ,pasien yang mengalami gangguan jiwa berfluktuasi dari tahun 2004-2006. Pada tahun 2005 jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa meningkat sebesar 1 orang atau 33,33% dan menurun menjadi 1 orang pasien atau turun sebesar 75%.

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi masalah Puskesmas Tanjung Puri Sintang adalah Bagaimana Quality Assurance pelayanan terhadap pasien yang diterapkan oleh Puskesmas Tanjung Puri Sintang selama ini ? Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan fenomena yang terjadi pada objek yang diteliti mengenai bagaimana jaminan mutu pelayanan yang ada pada Puskesmas Tanjung Puri

Page 70: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

66 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Sintang. Adapun objek penelitian yang diambil adalah Puskesmas Tanjung Puri Sintang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari: (a) Primer, yaitu data yang penulis kumpulkan sendiri berdasarkan informasi atau masukan-masukan yang diperoleh melalui Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mendatangi objek penelitian, kemudian melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek guna mendapatkan data yang subjektif mungkin; Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan wawancara langsung dengan pimpinan beserta staf serta beberapa responden mengenai berbagai hal yang menyangkut masalah yang sedang diteliti; (b) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui informasi laporan yang didapat dari pimpinan Puskesmas Tanjung Puri Sintang. Data sekunder diambil melalui : studi Dokumenter, yaitu meminta data dokumen perusahaan yang diteliti yang ada kaitannya dengan permasalahan yang peneliti lakukan pada Puskesmas Tanjung Puri Sintang.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian adalah Analisis Data Kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan mentabulasi hasil jawaban responden, kemudian dipresentasikan dan dianalisis lebih lanjut. Hasil dan Pembahasan

Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang merupakan salah satu fasilitas pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan. Puskesmas menawarkan jasa pengobatan kepada pasien dalam membantu masalah yang sedang dihadapi pasien. Puskesmas juga menawarkan jasa bersalin, pengobatan penyakit, pengobatan kecelakaan, pencegahan keluarga berencana / tetanus / imunisasi, rawat inap serta pelayanan poli gigi. Adapun quality assurance yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

Quality Assurance. Dalam bentuk pelayanan yang berkembang saat ini, mutu pelayanan semakin rumit dan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dalam hal ini kerja sama dan saling pengertian akan berperan penting. Quality Assurance atau menjaga mutu atau menjamin mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematik memantau dan menilai mutu dan kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap. Mutu pelayanan puskesmas dapat pula dilihat dari segi aspek yang berpengaruh. Aspek berarti hal-hal yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap penilaian.

Keempat aspek tersebut adalah: 1. Aspek klinis, yaitu menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan

teknis medis. 2. Efisiensi dan efektifitas, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tak ada

diagnosa dan terapi berlebihan. 3. Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan terhadap pasien. 4. Kepuasan pasien, yaitu yang berhubungan dengan kenyamanan, keramahan

dan kecepatan pelayanan.

Page 71: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 67

Quality Assurance yang dimiliki puskesmas dapat dilihat dari segi pelayanan yang diberikan oleh puskesmas tersebut. Hanya saja pada puskesmas belum ada atau belum diketahui standar mutu puskesmas.

Jasa Bersalin. Dalam era KB (Keluarga Berencana) yang telah memasyarakat, maka mutu bayi yang dilahirkan diharapkan lebih baik. Pelayanan yang bermutu diperlukan bila memang kemajuan dan kepuasan masyarakat yang diharapkan. Dari sekian banyak hal yang berpengaruh pada mutu pelayanan, maka kemauan dan kesediaan untuk melaksanakan Quality Assurance akan merupakan modal yang besar bagi keberhasilan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian diantaranya: 1. Aspek Klinis

Aspek klinis yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dapat dilihat dengan adanya alat medis yang siap pakai, adanya petugas terlatih seperti dokter, bidan dan perawat, sterilisasi peralatan medis yang terjamin kebersihannya, sarana persalinan yang cukup lengkap dan adanya prosedur persalinan yang tetap.. Agar hal ini tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada setiap pasien yang berobat, khususnya ibu hamil , pihak puskesmas berusaha memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk terus konsultasi kehamilan pada dokter dan memberikan vitamin kepada ibu hamil sehingga pada saat persalinan ibu dan anak sehat dan kuat.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dapat dilihat dengan adanya alat medis yang rusak akibat salah pakai, adanya alat yang hilang, hal ini dicoba ditanggulangi oleh pihak puskesmas dengan mengganti alat yang rusak dan hilang dengan alat yang baru dan pihak puskesmas harus lebih hati-hati dalam menggunakan alat medis tersebut. Kemudian pemeriksaan penunjang yang dilakukan tidak pernah telat dan persalinan yang dilakukan tidak pernah telat.

3. Aspek Keamanan Pasien Keamanan pasien pada jasa persalinan sudah tergolong aman, karena pada jasa persalinan petugas menggunakan seragam dan identitas, data bayi yang diberikan kepada pasien lengkap, box bayi jelas identitasnya, hanya di puskesmas box bayi satu kamar dengan ibunya dirawat sehingga keluarga pasien bebas kapanpun melihat si bayi namun demikian keamanan si bayi dan ibunya tetap dalam pengawasan pihak puskesmas, pada malam hari ditentukan jam besuk, karena pasien dan bayinya harus istirahat.

4. Aspek Kepuasan Pasien Pasien Puskesmas Tanjung Puri kiranya sudah sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dimana adanya petugas yang ramah, petugas sigap terhadap keluhan pasien, petugas memberikan informasi tentang penyakit yang diderita atau informasi tentang hal-hal yang ditanyakan pasien, ruangan yang nyaman, dan tidak lupa pihak puskesmas mengingatkan kepada pasien bersalin untuk membuat akte kelahiran.

Page 72: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

68 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Kalau kita lihat dari penjelasan diatas, sepertinya quality assurance yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dari tahun 2008-2007 pada jasa bersalin termasuk cukup baik. Hanya pada aspek efisiensi pihak puskesmas harus lebih hati-hati dalam menggunakan alat medis yang dinilai penting untuk proses persalinan.

Pengobatan Penyakit 1. Aspek Klinis

Aspek klinis yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dapat dilihat dengan adanya alat yang siap pakai, perugas yang terlatih seperti dokter bidan dan perawat, sterilisasi alat-alat medis terjamin, sarana pengobatan cukup, adanya prosedur pengobatan yang tetap. Pada pengobatan penyakit tidak pernah terjadi komplikasi dan tidak pernah terjadi infeksi.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dapat dilihat dari adanya alat rusak karena sudah lama, adanya alat medis yang hilang, dan pihak puskesmas tidak pernah melakukan pemeriksaan atau pengobatan yang telat.

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien pada jasa pengobatan penyakit dapat dilihat dari adanya petugas berseragam, petugas seperti dokter, bidan dan perawat yang menggunakan identitas, namun di puskesmas belum ada kereta dorong yang lengkap dengan gantungan infus, puskesmas hanya mempunyai kereta dorong biasa, gantungan infus hanya ada pada kamar rawat inap. Puskesmas juga telah memberikan petunjuk pemakaian obat yang jelas.

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dapat dilihat dari adanya petugas yang ramah, namun petugas masih belum sigap dalam menangani penyakit pasien, petugas memberikan informasi yang jelas, ruangan yang nyaman dan biaya yang wajar.

Quality assurance pada jasa pengobatan penyakit di Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dari tahun 2004-2006 masih belum baik, hal ini disebabkan kurangnya alat pengobatan yang dimiliki puskesmas sehingga puskesmas agak lamban dalam memberikan rujukan ke Rumah Sakit. Masalah ini harus dapat diselesaikan oleh pihak puskesmas dengan lebih teliti dan lebih sigap dalam menangani pasien, pihak puskesmas juga berusaha untuk melengkapi alat medis yang digunakan.

Jasa Pengobatan Kecelakaan 1. Aspek Klinis

Aspek klinis yang dimiliki oleh puskesmas yaitu adanya alat medis yang siap pakai, alat medis yang terjamin sterilisasinya, adanya petugas yang terlatih, adanya sarana pengobatan yang cukup dan prosedur pengobatan yang tetap.

Page 73: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 69

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi yang dimiliki oleh puskesmas yaitu dengan adanya alat yang rusak karena sudah lama, tidak adanya alat yang hilang, pengobatan yang tidak pernah telat pelaksanaannya.

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien dapat dilihat dari adanya petugas yang berseragam, petugas yang menggunakan identitas, petunjuk pemakaian obat yang teratur.

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dapat dilihat dari petugas yang ramah, petugas yang sigap, ruangan yang nyaman, dan biaya yang wajar.

Pasien kecelakaan dianjurkan untuk rawat inap jika luka yang di derita parah, tapi jika luka yang diderita biasa saja atau tidak parah, pasien boleh langsung pulang. Dari penjelasan keempat aspek di atas dapat dikatakan bahwa quality assurance puskesmas sudah baik.

Jasa Pencegahan Keluarga Berencana / Tetanus / Imunisasi

1. Aspek Klinis Aspek klinis yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang dapat dilihat dari alat medis yang siap pakai, petugas yang terlatih, sterilisasi peralatan medis dan obat yang terjamin, sarana yang cukup, adanya prosedur tetap.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi dapat dilihat dengan adanya alat yang rusak, tidak adanya alat yang hilang, keluarga berencana, tetanus dan imunisasi selalu dilakukan tepat waktu.

3. Aspek Keamanan Pasien Seperti jasa-jasa yang lain jasa pencegahan keluarga berencana / tetanus / imunisasi juga dapat dilihat aspek keamanannya melalui petugas yang berseragam, petugas dengan identitas, petunjuk pemakaian dosis obat yang jelas.

4. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien dilihat dari petugas yang ramah, petugas yang sigap, petugas memberikan informasi yang jelas, petugas juga selalu mengingatkan kapan lagi pasien harus dating ke puskesmas untuk suntik KB, tetanus atau pemberian imunisasi kepada balita, ruangan yang nyaman, dan biaya yang wajar.

Quality assurance yang dilakukan oleh pihak puskesmas sudah baik. Namun demikian pihak puskesmas harus lebih meningkatkan pelayanan kepada pasien, sehingga pasien akan merasa yakin untuk menggunakan jasa pada puskesmas tersebut.

Page 74: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

70 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

Jasa Rawat Inap 1. Aspek Klinis

Aspek klinis pada jasa rawat inap dapat dilihat dari tidak pernah terjadi infeksi suntikan, persediaan infus di puskesmas sehingga tidak pernah kehabisan, serta pemasangan infus tidak pernah gagal.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi yang dimiliki puskesmas yaitu tidak adanya thermometer yang pecah, alkohol, betadin yang tumpah akibat kurang hati-hati dan sembarangan menyimpan, alat yang hilang, dan alat yang rusak.

3. Aspek Keamanan Pasien Pihak puskesmas tidak pernah salah memberikan obat atau salah pemberian dosis obat kepada pasien, pihak puskesmas juga tidak pernah salah memberikan jenis penyuntikan kepada pasien, pasien juga tidak pernah jatuh dari tempat tidurnya.

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dapat dilihat dari pemberian informasi yang akurat, keramahan petugas, kenyamanan ruangan, kebersihan ruangan, dan kecepatan penanganan petugas terhadap pasien.

Quality assurance pada Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang pada jasa rawat inap sudah baik.

Jasa Poli Gigi 1. Aspek Klinis

Aspek klinis pasa poli gigi dapat dilihat dari alat yang siap pakai, sterilisasi alat terjamin, adanya petugas terlatih, sarana yang cukup namun belum lengkap, adanya prosedur pemeriksaan yang tetap.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi pada jasa poli gigi dilihat dari alat yang rusak karena sudah lama, adanya alat yang hilang, pemeriksaan dilakukan tidak pernah telat.

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien dilihat dari petugas berseragam, petugas yang menggunakan identitas, petunjuk pemeriksaan yang jelas, dan petunjuk pemberian dosis obat yang jelas.

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dilihat dari adanya petugas yang petugas yang ramah, petugas yang sigap, petugas memberikan informasi yang jelas, ruangan yang nyaman, dan biaya yang wajar.

Quality assurance pada jasa poli gigi sudah baik. Selain jasa-jasa pelayanan di atas yang diberikan oleh Puskesmas Tanjung

Puri Kabupaten Sintang , quality assurance dapat juga dilihat dari pelayanan pendukung lainnya seperti:

Gawat Darurat. Pelayanan gawat darurat akan merupakan salah satu pintu masuk puskesmas yang pertama, maka berpengaruh pada kepuasan pasien dan keluarganya, mutu pelayanan pada gawat darurat perlu dijaga dan dikembangkan secara terus menerus.

Page 75: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 71

Selain itu pelayanan gawat darurat yang dilakuakn selama 24 jam penuh, akan melibatkan petugas, sehingga banyak petugas akan terkait, maka semua petugas diharapkan dapat secara berkesinambungan menjalankan menjaga mutu. 1. Aspek Klinis

Aspek klinis terdiri dari dokter yang terlatih, alat UGD yang lengkap, persediaan obat untuk keadaan darurat yang cukup, persediaan oksigen yang cukup.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi dilihat dari tidak adanya alat yang hilang maupun yang rusak karena salah pakai, namun alat yang rusak karena sudah lama itu ada, tidak ada obat-obatan yang hilang.

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien dilihat dari tidak pernah pasien jatuh dari tempat tidur, adanya identitas petugas, adanya gantungan infus di ruangan UGD.

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dilihat dari kecepatan pelayanan dalam menangani gawat darurat, keramahan petugas, informasi yang jelas mengenai penyakit pasien kepada keluarga atau pasien itu sendiri, waktu tunggu petugas yang jelas sehingga pasien tidak ditinggal sendirian dan ruangan yang nyaman.

Farmasi. Pelayanan farmasi berperan penting dalam kesembuhan pasien, terutama pasien yang membutuhkan obat, tetapi bila kesalahan terjadi akan merupakan racun yang berbahaya, maka quality assurance pelayanan ini perlu agar secara jelas dapat menjamin hasil yang diharapkan dan sekaligus menjaga keamanan. Banyaknya merk obat akan menambah beban pemilihan, sekaligus harus hati-hati agar jangan salah baca yang dapat fatal, selain itu obat punya nilai ekonomis, maka menjaga agar jangan sampai penggunaan yang salah terjadi sudah secara otomatis mengurangi biaya bagi pasien. 1. Aspek Klinis

Aspek klinis pada farmasi dilihat dari kesesuaian identitas petugas, pemberian dosis yang sesuai dengan resep dari dokter, kemasan obat yang sesuai dengan standar kesehatan, pemberitahuan mengenai cara pemakaian obat yang sesuai dan kesesuaian jumlah obat yang diminta.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi dilihat dari pihak farmasi pada Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang tidak pernah memberikan obat yang sudah kadaluarsa kepada pasien, adanya obat yang sudah 1 (satu) tahun tidak digunakan namun obat tersebut dihancurkan lalu dibuang, adanya obat yang rusak dalam penyimpanan, ada permintaan obat yang tidak ada obatnya di puskesmas, ada permintaan obat yang habis persediaannya.

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien pada bagian farmasi dilihat dari bentuk obat yang sesuai dengan ketentuan dinas kesehatan, pemberian petunjuk dosis yang jelas, kejelasan cara pemakaian, kejelasan petunjuk bahaya obat, kejelasan petunjuk identitas pasien.

Page 76: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

72 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dilihat dari keramahan petugas, kecepatan pelayanan, penjelasan yang menyakinkan, kantong obat yang rapih, kemasan obat yang baik.

Penerimaan Pasien. Penerimaan pasien akan merupakan salah satu wajah puskesmas yang memberikan kesan pertama baik bagi pasien atau keluarganya, maka pelayanan yang cepat, tepat, ramah dan profesional perlu secara tegas ditetapkan dan dikembangkan agar berjalan sesuai harapan. 1. Aspek Profesionalisme

Petugas penerimaan pasien adalah petugas / perawat yang bekerja di Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang , mereka bertugas berdasarkan jadwal piket yang sudah ditentukan. Petugas penerimaan pasien merupakan petugas yang terlatih, dilihat dengan adanya data pasien dan penguasaan tarif oleh petugas.

2. Aspek efisiensi Aspek efisiensi dilihat dari waktu tunggu pasien untuk mendaftar di Puskesmas Tanjung Puri Kabupaten Sintang tidak terlalu lama, pasien mudah menemukan meja pendaftaran, adanya petunjuk yang jelas mengenai tempat pemeriksaan yang harus pasien tuju sesuai dengan maksud kedatangan pasien tersebut ke puskesmas.

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien dilihat dari adanya petugas keamanan, namun petugas keamanan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Puri masih kurang karena pihak puskesmas hanya mempunyai 1 orang petugas keamanan yang sekaligus sebagai penjaga malam, kurangnya alat pemadam kebakaran, hal ini karena pihak puskesmas beranggapan kalau letak puskesmasnya dekat dengan kantor pemadam kebakaran, seharusnya pihak puskesmas juga mempunyai alat pemadam kebakaran untuk mengantisipasi sebelum petugas pemadam kebakaran tiba, lorong puskesmas terang dan lantai tidak licin.

4. Aspek Kepuasan Pasien Aspek kepuasan pasien dilihat dari kecepatan pelayanan, keramahan petugas, ketepatan informasi, ruangan yang nyaman dan bersih, pakaian petugas yang menarik, bersih dan rapi.

Administrasi Keuangan 1. Aspek Profesionalisme

Petugas administrasi keuangan semuanya mempunyai ijazah dan mereka mayoritas lulusan S1 Akuntansi. Mereka selalu memberikan bukti-bukti pembayaran yang dapat diterima menurut hukum, membuat perincian pengeluaran dan beban utang dapat diketahui.

2. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi dilihat dari pihak puskesmas tidak pernah melakuakn kesalahan dalam menghitung biaya yang harus dikeluarkan pasien, tidak adanya biaya yang berlebihan, pihak puskesmas tidak pernah melakukan kesalahan penulisan nama pasien.

Page 77: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 73

3. Aspek Keamanan Pasien Aspek keamanan pasien dilihat dari tulisan yang jelas pada buku kas puskesmas, petugas menggunakan seragam, adanya nama petugas, adanya alat hitung untuk memudahkan menghitung biaya sehingga tidak terjadi kesalahan penghitungan biaya.

4. Aspek Kepuasan Pasein Aspek kepuasan pasien dilihat dari kecepatan petugas dalam melayani pasien yang hendak membayar, keramahan petugas, informasi yang jelas mengenai pengeluaran pasien, melakukan tindakan yang tepat, memberikan jalan keluar bagi pasien yang kesulitan untuk membayar.

Parkir. Pada hal-hal tertentu pelayanan parkir akan memegang peranan penting, yaitu : saat datang kemudahan mencari sangat penting, keamanan kendaraan yang diparkir terjamin, kendaraan mudah diapantau sehingga aman. Maka parkir harus diatasi agar dapat melanjutkan keindahan, keamanan dan keteraturan, sebab akan memberikan citra tertib, mulai saat masuk. Namun sayangnya di Puskesmas Tanjung Puri belum ada petugas parkir, sehingga pasien datang memarkir kendaraannya sendiri. Walaupun pasien yang menggunakan kendaraan sedikit bila dibandningkan dengan pasien yang jalan kaki atau menggunakan kendaraan umum, namun alangkah baiknya jika Puskesmas Tanjung Puri mempunyai petugas parkir.

Quality assurance berdasarkan pelayanan-pelayanan penunjang diatas yang dimiliki oleh puskesmas sudah tergolong baik, hanay pada bagian pelayanan parkir jelek, karena tidak adanya petugas yang mengatur kendaraan pasien dan menjamin keamanan kendaraan pasien. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dari bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Quality Assurance yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Suri Sintang

belum sepenuhnya berhasil. Hal ini dikarenakan masih belum puasnya pasien akan kinerja pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Tanjung Suri Sintang.

2. Empat Aspek Kepuasan Pasien. Berdasarkan mutu pelayanan pasien, posisi tiap-tiap variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut : a) Kenyamanan, adapun indikatornya adalah kebersihan ruangan, kebisingan,

bebas dari nyamuk, kesegaran ruangan, kebersihan tempat tidur, kenyamanan tempat tidur, perapihan tempat tidur, penggantian seprei, penerangan di kamar pemeriksaan, kelengkapan alat-alat di kamar pemeriksaan, kebersihan kamar mandi/wc, persediaan air di kamar mandi/wc, tersedianya tempat sampah di setiap ruangan, kecukupan peralatan di Puskesmas Tanjung Suri Sintang, tersedianya oksigen, obat-obatan dan lain-lain pada waktu mendadak, kelengkapan obat oleh puskesmas.

b) Hubungan pasien dengan petugas puskesmas, adapun indikatornya adalah kecepatan penerimaan pasien oleh petugas pendaftaran, keramahan

Page 78: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

74 Jurnal Equilibrium, Vol IV. No.1 April 2007

petugas pendaftaran, kecepatan Dokter dalam menangani keluhan penyakit pasien, keramahan Dokter, tanggapan Dokter terhadap keluhan-keluhan pasien, kejelasan informasi tentang penyakit pasien dari Dokter, kecepatan perawat untuk memberikan bantuan ketika pasien memerlukan, keramahan perawat, kejelasan informasi tentang tindakan-tindakan perawat yang akan dilakukan, kecepatan petugas dalam melayani administrasi, keramahan petugas administrasi.

c) Kompetensi teknis petugas, adapun indikatornya adalah keterampilan petugas pendaftaran, keterampilan Dokter, keterampilan perawat.

d) Biaya, adapaun indikatornya adalah kewajaran biaya dokter, kesesuaian harga obat-obatan.

Adapun saran-saran yang diberikan kepada Puskesmas Tanjung Suri Sintang ini, adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya puskesmas lebih memperhatikan hal-hal yang dapat

mengakibatkan ketidakpuasan pasien dan berusaha untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga pasien merasa tidak kecewa atau pasien merasa puas.

2. Hendaknya puskesmas meningkatkan kinerjanya, sehingga diharapkan kinerja puskesmas lebih besar dari kepentingan responden, dengan demikian kepuasan pasien akan terpenuhi dan pasien tidak akan merasa kecewa dan percaya untuk datang ke puskesmas tersebut.

Daftar Pustaka Alma, Buchari. 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung.

Penerbit : Alfabeta. Angipora, Marius P. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta. Penerbit : PT. Raja

Grafindo Persada. Byod dkk. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-2. Jilid 1. Jakarta. Penerbit :

Erlangga. Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Kontrol, Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta : Penerbit PT. Prenhellindo.

Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Penerbit PT. Prenhellindo.

Nasution, M.n, M.Sc. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta : Penerbit Graha Indo.

Malo, Manase. 1999. Buku Materi Pokok Penelitian Sosial. Modul 1-5. Jakarta. Penerbit : Karunia.

Sabarguna, Boy S, MARS. 2004. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Surakarta : Penerbit Konsorsium Rumah Sakit Islam Jawa Tengah – Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 79: Jurnal Equilibrium Volume IV Nomor 1

Adi Mursalin, Analisis Penjaminan Mutu ……… 75

Swastha, Basu. 1999. Azas-Azas Marketing. Yogyakarta : Penerbit Liberty. Tjiptono, Fandy. 2001. Manajemen Jasa”. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Penerbit

Andi Offset. Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Edisi II. Yogyakarta. Penerbit :

Andi Offset. Wahyudi, Agustinus Sri. 1996. Manajemen Strategik. Jakarta. Penerbit : Binarupa

Aksara.