Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

download Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

of 23

Transcript of Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    1/23

    JURNAL EKONOMI DAN MANAJEMEN

    PENGARUH PENERAPAN ANALISIS JABATAN TERHADAP PENCAPAIAN

    KINERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN KUTAI

    KARTANEGARA

    Oleh Heru Suprapto, SE.,M.Si

    (Kata Kunci: Uraian Jabatan, Persyaratan Jabatan, Kinerja Proses, Kinerja Output)

    ABSTRAC

    Penelitianini bertujuanuntukmengetahuihubunganantara Job Analysyangterdiridari Job

    Discription (X1)dan Job Spesification (X2) dengan Kinerja Organisasiyangterdiridari Kinerja

    Proses (Y1) dan Kinerja Ourput (Y2). Responden berasaldaripejabateselonpada SKPD di

    Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa Job Spesification

    tidakmempunyaihubunganyangsignificanterhadap KinerjaProses maupun Kinerja Output.

    Permodelan Structuralyangterbentukadalah bahwa Kinerja Outputdipengaruhi oleh Job

    Discriptionsetelan melalui KinerjaProses.

    I. Pendahuluan

    Hingga saat ini pegawai negeri sipil (PNS) Indonesia berjumlah 4.732.472 orang, terdiri

    dari PNS Daerah sebanyak 3.778.635 orang dan PNS Pusat sebanyak 953.837 orang dan masih

    perlu ditata distribusinya, kualitasnya, serta kuantitasnya (Karim,2011). Sementara PNS di

    kabupaten Kutai Kartanegara berjumlah 17.244 orang (Balitbangda,2010). Permasalahan

    aparatur negara yang dihadapi pemerintah saat ini menurut Karim (2011) antara lain adalah :

    1. Belum mantapnya sistem pengembangan PNS.

    2. Peran dan fungsi aparatur daerah belum jelas.

    3. Rendahnya kapasitas aparatur daerah.

    4. Sistem RewardsandPunishment belum jalan sepenuhnya

    Bagi organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara kendala yang dihadapi

    secara nasional tersebut di atas juga terjadi di daerah ini. Namun kendala-kendala seperti yang

    diungkapkan di atas hingga kini belum sepenuhnya dapat di atasi. Salah satu kendala yang harus

    segera memerlukan pembenahan adalah menyangkut rendahnya kapasitas aparatur daerah.

    Selain itu masih adanya aparatur daerah yang Job Descriptionya tidak jelas, ditunjang dengan

    pendidikan formal dan diklat yang kurang memadai atau mismatch. Akibatnya masih ditemui

    adanya kekurang-tepatan dalam pendistribusian pegawai. Kekurang-tepatan ini tentunya akan

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    2/23

    berakibat fatal khususnya bagi kelangsungan karier pegawai yang bekerja. Pola kerja yang

    demikian ini pada akhirnya akan berdampak terhadap penciptaan profesionalisme pegawai dan

    kinerja organisasi.

    Pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan yang terus meningkat saat ini

    menuntut kemampuan profesional yang semakin tinggi dari jajaran pemerintahan Kabupaten

    Kutai Kartanegara sesuai bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Oleh karena itu

    setiap jabatan yang ada dalam organisasi dilingkungan pemerintahan Kabupaten Kutai

    Kartanegara setidaknya diisi oleh tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian dan pengetahuan

    yang tinggi, kecakapan yang memadai, wawasan yang luas, dedikasi yang tinggi dan minat serta

    perhatian yang besar terhadap tugas pekerjaan dalam jabatan yang dipangkunya.

    Jabatan-jabatan yang ada dalam organisasi pemerintah pada umumnya dikelompokkan

    dalam dua golongan besar, yaitu jabatan struktural yang bobot tugas pekerjaannya bersifat

    menejerial, dan jabatan fungsional yang bersifat non manajerial. Hal ini berarti bahwa

    profesionalisme di lingkungan aparatur pemerintah dapat dikembangkan melalui analisis jabatan.

    Dengan kata lain analisis jabatan dalam pengelolaan sumber daya aparatur menjadi penting

    dalam organisasi. Sumber daya aparatur adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

    dalam mewujudkan eksistensinya.

    Analisis jabatan merupakan prosedur untuk menetapkan tugas dan tuntutan keterampilan

    dari suatu jabatan/pekerjaan (job description) dan orang macam apa yang akan melaksanakan

    pekerjaan tersebut atau job specification (Dessler:1997). Pengertian ini, pada dasarnya

    menekankan pada dua aspek, yaitu meyangkut isi pekerjaan dan orang yang melaksanakan

    pekerjaan. Dengan kata lain bahwa analisis jabatan merupakan bagian dari proses-proses

    administrasi maupun manajemen sumber daya aparatur dalam meningkatkan kinerja organisasi.

    Dengan demikian kinerja organisasi dalam hal ini merupakan produk dari kegiatan

    administrasi dan manajemen sumber daya aparatur. Sebagai produk dari kegiatan administrasi

    dan manajemen sumber daya aparatur, kinerja organisasi selain dipengaruhi oleh faktor-faktor

    input juga sangat dipengaruhi oleh proses-proses administrasi dan manajemen sumber daya

    aparatur yang berlangsung. Sebaik apapun input yang tersedia tidak akan menghasilkan suatu

    produk kinerja yang diharapkan secara memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan

    manajemen sumber daya aparaturnya tidak bisa berjalan dengan baik.

    Berangkat dari pemahaman kondisi tersebut maka studi ini berusaha menganalisis dan

    mengkaji permasalahan pokok yaitu apakah analisis jabatan yang telah dilaksanakan selama ini

    memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja organisasi (SKPD) di lingkungan pemerintah

    kabupaten Kutai Kartanegara.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    3/23

    II. TINJAUAN PUSATAKA

    2.1. Konsep Analisis Jabatan

    Dessler (1997), mengungkapkan bahwa analisa jabatan merupakan prosedur untuk

    menetapkan tugas dan tuntutan keterampilan dari suatu jabatan dan orang macam apa yang akan

    melaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam pengertian ini, Dessler menekankan pada dua aspek,

    yaitu menyangkut isi pekerjaan dan orang yang melaksanakan pekerjaan. Dalam konsep lain,

    Mathis dan Jakson (2000) mengartikan analisis pekerjaan sebahai berikut; A Systematic mayto

    gatherandanalyzeinformationaboutthecontentandthehumanrequirements ofjobs,andthe

    context in which jobs are performed. (analisis jabatan merupakan cara sistematik untuk

    mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang isi dan personal yang dipersyaratkan dalam

    jabatan, dan dalam hubungannya dengan prestasi jabatan).

    Mathis dan Jackson memisahkan antara jabatan (jobs) dan posisi (position). Jabatan, dalam

    pengertiannya adalah sekelompok tugas, kewajiban, dan tangggung jawab. Sedangkan position

    diartikan sebagai prestasi jabatan yang dilakukan oleh seseorang.Informasi yang diperoleh dari

    analisa jabatan tersebut dapat digunaan untuk menentukan karakteristik apa yang harus dimiliki

    seseorang yang akan menduduki jabatan tertentu. Adapun hasil dari analisa jabatan tersebut

    dapat berupa deskripsi jabatan (job description) dan spesifikasi jabatan (job specification).

    Deskripsi jabatan adalah suatu pernyataan tertulis yang menguraikan fungsi, tugas-tugas,

    tanggung jawab, wewenang, kondisi kerja dan aspek-aspek pekerjaan tertentu lainnya.

    Sedangkan spesifikasi jabatan merupakan pernyataan tertulis yang menunjukkan siapa yang akan

    melakukan pekerjaan itu dan persyaratan yang diperlukan terutama menyangkut keterampilan,

    pengetahuan dan kemampuan individu.

    2.2. Dimensi Analisis Jabatan

    Suatu organisasi dengan melaksanakan analisis jabatan secara tepat dapat mengetahui

    dengan pasti rincian tugas masing-masing bagian dalam organisasi dan dapat mengetahui

    persyaratan yang dibutuhkan dari seorang karyawan/pegawai untuk dapat melaksanakan tugas-

    tugas tersebut. Hal ini berdampak pada kemampuan organisasi untuk menetapkan dan

    menerapkan strategi sumber daya manusia yang tepat sehingga dapat menghasilkan sumberdaya-

    sumberdaya manusia yang berkualitas bagi kegiatan operasional organisasi dan peningkatan

    kinerja organisasi. Faktor sumber daya manusia merupakan salah satu elemen kunci dalam

    mencapai kinerja organisasi yang diharapkan untuk mencapai kondisi tersebut.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    4/23

    Berangkat dari pemikiran tersebut, analisis jabatan sangat diperlukan dalam rangka

    menentukan strategi sumber daya manusia yang tepat guna menghadapi dinamisnya

    perkembangan organisasi. Hal tersebut diperlukan terutama guna menghindari terjadinya

    overlapping dengan cara merancang struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan serta

    pembagian tanggung jawab dari tiap-tiap bagian secara jelas dan menyeluruh.

    Berdasarkan fakta tersebut, nampak bahwa analisis jabatan sangat diperlukan guna

    menentukan strategi sumber daya manusia yang tepat dalam rangka menghadapi perkembangan

    organisasi. Sementara itu, perspektif karyawan sebagai pelaksana hasil dari analisis jabatan

    sangatlah penting untuk diperhatikan. Efektivitas penerapan analisis jabatan akan menimbulkan

    persepsi di dalam diri karyawan mengenai penerapan analisis jabatan tersebut, yang akan

    berdampak pada motivasikerja karyawan yang bersangkutan.

    Analisis jabatan sebagai dasar atau pedoman untuk melakukan perencanaan sumber daya

    manusia. Analisis jabatan merupakan suatu bentuk pengembangan uraian terperinci dari tugas-

    tugas yang harus dilakukan dalam suatu jabatan, penentuan hubungan dari suatu jabatan dengan

    jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pengetahuan, keterampilan dan kemampuan-

    kemampuan lain yang diperlukan karyawan untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan

    efisien (Robbins, 2002).

    Analisis jabatan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh organisasi sebagai dasar dalam

    penentuan strategi sumber daya manusia yang tepat dalam menghadapi perkembangan organisasi

    yang semakin dinamis. Berangkat dari konsep analisis jabatan di atas maka berikut ini dapatlah

    disusun dimensi variabel serta indikator analisis jabatan sebagai berikut :

    a. Uraian jabatan (Job Description), dengan sub dimensi:

    1) Wewenang, dengan indikator :(1) Kewenangan terdefinisikan secara jelas(2) Tidak overlapping dengan posisi lain(3) Kesesuaian wewenang dengan posisi

    2) Tanggung Jawab karyawan, dengan indikator :(1) Memperoleh kejelasan mengenai tanggung jawab yang diemban secara keseluruhan(2) Arah pertanggungjawaban jelas

    (3) Kompensasi yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan

    3) Kondisi pekerjaan, dengan indikator :(1) Peraturan atau kebijaksanaan perusahaan dapat dipahami(2) Adanya kejelasan koordinasi dalam melaksanakan pekerjaan

    4) Fasilitas kerja, dengan indikator :(1) Kelengkapan fasilitas untuk mendukung kelancaran pekerjaan(2) Kesesuaian fasilitas dengan kebutuhan pekerjaan

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    5/23

    5) Standar hasil kerja, dengan indikator :(1) Kejelasan mengenai target yang diharapkan(2) Kesesuaian target dengan bidang pekerjaan

    b. Persyaratan Jabatan (Job Specification), dengan sub dimensi:

    6) Pendidikan dan pelatihan, dengan indikator :(1) Kesesuaian tanggung jawab pekerjaan dengan latar belakang pendidikan(2) Kesesuaian tanggung jawab pekerjaan dengan latar belakang pengalaman kerja(3) Efektivitas pelatihan dalam menunjang pekerjaan

    7) Kompetensi, dengan indikator :(1) Kesesuaian pekerjaan dengan pengetahuan(2) Kesesuaian pekerjaan dengan keahlian(3) Kesesuaian pekerjaan dengan keterampilan(4) Kesesuaian pekerjaan dengan minat(5) Pengetahuan yang dimiliki dapat menunjang pekerjaan secara efektif(6) Keahlian yang dimiliki dapat menunjang pekerjaan secara efektif

    (7) Keterampilan yang dimiliki dapat menunjang pekerjaan secara efektif(8) Minat yang dimiliki dapat menunjang pekerjaan secara efektif

    2.3. Konsep Kinerja Organisasi

    Kinerja dapat dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang

    dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan

    (input). Kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk

    mencapai tujuan tertentu organisasi. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai

    sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban

    1995). Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana

    organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan

    sebelumnya. Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara

    anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sederhananya,

    kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai

    tujuan yang pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen. Sebagai produk dari kegiatan

    organisasi dan manajemen, kinerja organisasi selain dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga

    sangat dipengaruhi oleh proses-proses administrasi dan manajemen yang berlangsung. Dengan

    kata lain bahwa sebaik apapun input yang tersedia tidak akan menghasilkan suatu produk kinerja

    yang diharapkan secara memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan manajemennya tidak

    bisa berjalan dengan baik.

    Antara input dan proses mempunyai keterkaitan yang erat dan sangat menentukan dalam

    menghasilkan suatu output kinerja yang sesuai harapan atau tidak. Seperti telah kita ketahui

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    6/23

    bersama bahwa proses manajemen yang berlangsung tersebut, merupakan pelaksanaan dari

    fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing,actuating, dan controlling (POAC) atau

    lebih detailnya adalah planning, organizing,staffing, directing, coordinating, regulating, dan

    budgetting(POSDCoRB).

    Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor input dan proses-

    proses manajemen dalam organisasi, maka upaya peningkatan kinerja organisasi juga terkait erat

    dengan peningkatan kualitas faktor input dan kualitas proses manajemen dalam organisasi

    tersebut. Analisis terhadap kondisi input dan proses-proses administrasi maupun manajemen

    dalam organisasi merupakan analisis kondisi internal organisasi.

    2.4. Indikator Kinerja Organisasi

    Keban (2004:191) menyebutkan istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance

    yang sering diartikan sebagai penampilan, unjuk kerja, atau prestasi. Bernardin dan Russel

    (dalam Keban, 2004:192) menyebutkan bahwa, kinerja sering diartikan sebagai tingkat

    pencapaian hasil atau thedegree ofaccomplishment. Rue and Byar (dalam Samudra Wibowo,

    1994:35) menyebutkan bahwa kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat pencapaian

    hasil atau the degree of accomplishment atau kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan

    organisasi secara berkesinambungan. Sementara itu, Rogers (dalam Mahmudi, 2004:6)

    menyebutkan bahwa kinerja didefinisikan sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work),

    karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik

    organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi. Donald dan Lawton (dalam Keban,

    1995:11) mengatakan bahwa penilaian kinerja organisasi dapat digunakan sebagai ukuran

    keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu dan penilai tersebut juga dapat

    dijadikan input bagi perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi.

    Meskipun penilaian kinerja telah berkembang dengan pesat, akan tetapi penggunaan

    penilaian kinerja dalam organisasi publik belum berkembang sebagaimana yang telah terjadi

    dalam sektor swasta. Berdasarkan data empiris menunjukkan bahwa penilaian terhadap kinerja

    di organisasi publik belum merupakan tradisi yang populer (Keban, 1995:11), dan bahkan

    terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai kriteria kinerja pelayanan publik yang

    disebabkan tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya sangat kabur akan tetapi

    juga bersifat multi dimensional (Dwiyanto, 2002:47). Donald dan Lawton (dalam Ratminto,

    2005:174) mengatakan bahwa, Outputorientedmeasuresthroughput,efficiency,effectiveness.

    Sedangkan Selim dan Woodward (dalam Ratminto, 2005:174) mengatakan bahwa kinerja dapat

    diukur dari beberapa indikator antara lain, economy, efficiency, effectiveness, dan equity.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    7/23

    Lenvinne (dalam Ratminto, 2005:175) mengusulkan tiga konsep yang bisa dipergunakan untuk

    mengukur kinerja birokrasi publik/organisasi non bisnis yaitu : Responsiveness, responsibility

    dan accountability. Responsivitas (responsiveness) disini adalah kemampuan organisasi untuk

    mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

    mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

    masyarakat. Responsibilitas (responsibility) disini menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

    organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai

    dengan kebijaksanaan organisasi baik yang implisit atau eksplisit. Akuntabilitas (accountability)

    publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para

    pejabat politik yang dipilih oleh rakyat (elected officials). Zeithaml, Parasuraman dan Berry

    (dalam Ratminto, 2005:175) untuk mengukur kinerja digunakan indikator : tangibles,reliability,

    responsiveness, assurance, empathy. Sedangkan Gibson, Ivancevich dan Donnely

    mengemukakan bahwa kinerja organisasi dapat diukur dari beberapa indikator antara lain :

    kepuasan, efisiensi, produksi, perkembangan, keadaptasian dan kelangsungan hidup. Dari

    indikator-indikator tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator kinerja organisasi

    yang berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil.

    Berangkat dari pendekatan dan indikator tersebut di atas, maka untuk menganalisis

    kinerja organisasi dalam studi ini digunakan dua jenis indikator, yaitu indikator yang

    berorientasi pada proses dan indikator yang berorientasi pada hasil. Adapun indikator-indikator

    tersebut adalah sebagai berikut :

    1) Indikator yang berorientasi pada proses.

    (1)Responsivitas, dalam hal ini yang diukur dari daya tanggap organisasi terhadap harapan,keinginan dan aspirasi serta tuntutan customer.

    (2)Responsibilitas dalam hal ini yang diukur dari tingkat kesesuaian antara penyelenggaraanpelayanan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

    (3)Akuntabilitas, dalam hal ini yang diukur dari tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimilikistakeholders.

    (4)Keadaptasian, dalam hal ini yang diukur dari daya tanggap organisasi terhadap tuntutanperubahan yang terjadi di lingkungannya.

    (5)Kelangsungan hidup, dalam hal ini yang diukur dari sejauh mana organisasi atau program pelayanan dapat berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan organisasi

    atau program lain.

    (6)Keterbukaan/transparansi, dalam hal ini yang diukur dari proses pelayanandiinformasikan secara terbuka.

    (7)Empati, dalam hal ini yang diukur dari tingkat perhatian organisasi terhadap isu-isuaktual yang sedang berkembang di masyarakat.

    2) Indikator yang berorientasi pada hasil.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    8/23

    (1)Efektivitas, dalam hal ini yang diukur dari sejauh mana tercapainya tujuan yang telahditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

    Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus mengacu pada visi organisasi.(2)Produktivitas, dalam hal ini yang diukur dari sejauh mana kemampuan organisasi untuk

    menghasilkan keluaran yang dibutuhkan masyarakat.

    (3)Efisiensi, dalam hal ini yang diukur dari perbandingan terbaik antara keluaran dan

    masukan.(4)Kepuasan, dalam hal ini yang diukur dari sejauh mana organisasi dapat memenuhi

    kebutuhan pegawai dan masyarakat.

    (5)Keadilan, dalam hal ini yang diukur dari sejauh mana organisasi mengusahakan seluasmungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil jangkauan kegiatan

    dan pelayanan.

    2.6. Kerangka Berfikir dan Hipotesis

    Studi analisis jabatan dan kinerja organisasi berdasarkan data primer sebagai berikut:

    Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir

    H2

    H1

    H5

    H3 H4

    Berdasarkan dari uraian teoritisasi dan kerangka berfikir , maka dapat ditarik suatu

    kesimpulan sementara hipotesis sebagai berikut :

    1. Uraian jabatan (job description) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja

    Proses pada organisasi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (H1).

    2. Uraian jabatan (job description) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja

    Output pada organisasi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (H2).

    3. Persyaratan jabatan (job specification) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    Kinerja Proses pada organisasi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara

    (H3).

    JobDiscription

    (X1)

    KinerjaProses

    (Y1)

    JobSpecificatio

    n (X2)

    KinerjaOutput(Y2)

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    9/23

    4. Persyaratan jabatan (job specification) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

    Kinerja Output pada organisasi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara

    (H4).

    5. Kinerja Proses mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Output pada

    organisasi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (H5).

    III. Metode Penelitian

    3.1. Jenis Penelitian, Data dan Sampel

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu

    penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui

    pengujian hipotesa. (Singarimbun dan Effendi, 1987).

    Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan komputer perangkat lunak program

    Smart PLS 2.0. Data yang digunakan dalam kajian ini merupakan data primer. Data primer

    diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan penyebaran kuesioner yang

    berkaitan dengan persepsi para pegawai terhadap analisis jabatan (Uraian jabatan/job description

    dan Persyaratan jabatan/jobspecification) dan kinerja SKPD. Responden untuk data primer yaitu

    para PNS ( 4 orang) dari berbagai strata/eselon kepegawaian yang diambil secara random di

    masing-masing SKPD (sebanyak 40 SKPD) yang di survei. Dengan demikian jumlah seluruh

    sampel adalah 160 orang.

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu

    penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui

    pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 1987). Alat yang bantu softwere statistik yang

    sesuai adalah menggunakan Partial Least Square (PLS) (Ghozali, 2006). Dalam analisis

    menggunakan PLS dengan tahapan sebagaimana diuraikan dibawah ini.

    Diskripsi data dengan menggunakan perhitungan rata-rata, prosentase, maksiman, minimal

    dari sebaran data. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least

    Square (PLS) dengan menggunakan solfware Smart PLS. PLS adalah model persamaan

    struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance). Menurut Ghozali (2006) PLS

    merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis covariance

    menjadi berbasis varian. SEM yang berbasis covariance umumnya menguji kausalitas/teori

    sedangkan PLS lebih bersifat predictive model.

    3.2. Definisi Operasional Variabel

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    10/23

    Analisis jabatan pada hakekatnya adalah analisis organisasi. Sesuai dengan hakekatnya,

    maka aspek pokok yang dikaji dalam analisis jabatan dalam konteks studi ini adalah

    produk/hasil dari analisis jabatan yaitu berupa peta jabatan dan penjabaran dari fungsi pokok

    organisasi/SKPD.

    Dalam analisis data sekunder digunakan data Peta jabatan sebagai variable independen)

    dalam hal ini di lihat dari jumlah jabatan struktural yang ada di masing-masing

    organisasi/SKPD. Sedangkan data sekunder bidang urusan yang merupakan penjabaran dari

    fungsi pokok organisasi/SKPD di lihat dari jumlah lingkup bidang urusan di masing-masing unit

    kerja organisasi/SKPD. Penjabaran fungsi ini nampak pada pelaksanaan tugas oleh semua

    pegawai yang berada di unit kerja organisasi/SKPD tersebut. Dengan demikian variabel bebas

    (independen) dalam studi ini adalah peta jabatan dan bidang urusan. Sedangkan variabel terikat

    (dependen) dalam studi ini adalah kinerja organisasi/SKPD, yang di lihat dari realisasi

    penggunaan anggaran pelaksanaan program dan kegiatan.

    Selanjutnya dalam analisis data primer, data untuk variabel uraian jabatan/job description

    dan persyaratan jabatan/job specification serta kinerja organisasi/SKPD, digunakan instrumen

    sebagaimana nampak pada tabel 2.

    Tabel 3.1. Operasional variabel independen (Analisis Jabatan)

    Konsep Variabel Dimensi Sub Dimensi Indikator

    Analisis

    Jabatan

    (Job

    analysis)

    Penerapan

    Analisis

    Jabatan

    Uraian

    jabatan

    (Job

    Description)

    (X1)

    1. Wewenang1. Kewenangan terdefinisikan secara jelas (X1.1)

    2.Tidak overlapping dengan posisi lain (X1.2)

    3.Kesesuaian wewenang dengan posisi (X1.3)

    2. Tanggung

    jawab

    karyawan

    1.Memperoleh kejelasan mengenai tanggung jawabyang diemban secara keseluruhan (X1.4)

    2.Arah pertanggungjawaban jelas (X 1.5)3.Kompensasi yang diberikan sesuai dengan

    tanggung jawab pekerjaan (X 1.6)

    3. Kondisi

    pekerjaan

    1.Peraturan atau kebijaksanaan organisasi dapatdipahami (X 1.7)

    2.Adanya kejelasan koordinasi dalammelaksanakan pekerjaan (X 1.8)

    4. Fasilitas

    kerja

    1.Kelengkapan fasilitas untuk mendukungkelancaran pekerjaan (X1.9)

    2. Kesesuaian fasilitas dengan kebutuhan pekerjaan(X 1.10)

    5. Standar

    hasil kerja

    1.Kejelasan mengenai target yang diharapkan (X1.11)

    2.Kesesuaian target dng. bidang pekerjaan (X 1.12)

    Konsep Variabel Dimensi Sub Dimensi Indikator

    Analisis

    Jabatan

    (Job

    analysis)

    Penera-pan

    Analisis

    Jabatan

    Persyaratan

    Jabatan

    (Job Specifi-

    cation) (X2)

    1. Pendidikan

    dan

    pelatihan

    1.Kesesuaian tanggung jawab pekerjaan denganlatar belakang pendidikan (X 2.1)

    2.Kesesuaian tanggung jawab pekerjaan denganlatar belakang pengalaman kerja (X 2.2)

    3.Efektivitas pelatihan dalam menunjang pekerjaan(X 2.3)

    2. Kompetensi

    1. Kesesuaian pekerjaan dengan pengetahuan (X

    2.4)

    2. Kesesuaian pekerjaan dengan keahlian (X 2.5)

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    11/23

    3. Kesesuaian pekerjaan dengan keterampilan (X2.6)

    4. Kesesuaian pekerjaan dengan minat (X 2.7)5. Pengetahuan yang dimiliki dapat menunjang

    pekerjaan secara efektif (X 2.8)

    6. Keahlian yang dimiliki dapat menunjangpekerjaan secara efektif (X2.9)

    7. Keterampilan yang dimiliki dapat menunjangpekerjaan secara efektif (X 2.10)

    8. Minat yang dimiliki dapat menunjang pekerjaansecara efektif (X 2.11)

    Sumber: diolah dari Billyawan Sugiantoro yg.mengolah data penelitian dari Gomes (1995) dan

    Sofyandi (2008)

    Berangkat dari uraian teoritik yang dikemukakan sebelumnya maka, kinerja organisasi pada

    dasarnya dapat diukur dari beberapa indikator antara lain : kepuasan, efisiensi, produksi,

    perkembangan, keadaptasian dan kelangsungan hidup. Dari indikator-indikator tersebut dapat

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses dan indikator

    kinerja yang berorientasi pada hasil. Dengan demikian variabel kinerja organisasi/SKPD dalam

    studi ini diukur dari pengelompokan indikator-indikator tersebut. Secara rinci nampak pada tabel

    3.2

    Tabel 3.2. Operasional variabel dependen (kinerja organisasi/SKPD)

    Konsep Variabel Dimensi Sub Dimensi Indikator/Simbol

    Kinerja

    Kinerja

    Organisasi/

    SKPD

    Kinerja

    berorientasi

    pd. Proses

    (Y1)

    1. Responsivitas1. daya tanggap organisasi terhadap harapan,

    keinginan dan aspirasi serta tuntutan customer

    (Y 1.1)

    2. Responsibilitas 2. tingkat kesesuaian antara penyelengga-raanpelayanan dng.hukum atau peraturan danprosedur yang telah ditetapkan. (Y 1.2)

    3. Akuntabilitas

    3. tingkat kesesuaian antara penyelenggaraanpelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yangada di masyarakat dan dimiliki stakeholders (Y

    1.3)

    4. Keadaptasian4. daya tanggap organisasi terhadap tuntutan

    perubahan yang terjadi di lingkungannya (Y 1.4)

    5. Kelangsunganhidup

    5. kemampuan organisasi atau program pelayanandapat berkembang dan bertahan hidup dalam

    berkompetisi dengan organisasi atau program

    lain. (Y 1.5)

    6. Keterbukaan/

    transparansi

    6.proses pelayanan diinformasikan secara terbuka.

    (Y 1.6)

    7. Empati7. tingkat perhatian organisasi terhadap isu-isu

    aktual yang sedang berkembang di masyarakat

    (Y 1.7)

    Kinerja

    Kinerja

    Organisasi/

    SKPD

    Kinerja

    berorientasi

    pd. hasil

    (Y2)

    8. Efektivitas 8. tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,

    baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka

    panjang maupun misi organisasi.. (Y 2.1)

    9. Produktivitas 9. kemampuan organisasi untuk menghasilkan

    keluaran yang dibutuhkan masyarakat. (Y 2.2)

    10.Efisiensi 10. perbandingan terbaik antara keluaran dan

    masukan. (Y 2.3)

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    12/23

    11.Kepuasan 11.dipenuhinya kebutuhan pegawai dan masyarakat

    (Y 2.4)

    12.Keadilan 12. perlakuan secara merata dan adil jangkauan

    kegiatan dan pelayanan (Y 2.5)

    Sumber : diolah dari sumber, http://eprints.undip.ac.id/18042/1/KURNIA_SANIADI.pdf.

    IV. Analisis Data Dan Pembahasan

    4.1. Validitas dan Reliabilitas Data

    Validitas data dapat diketahui dari hasil analisis PLS pada table Outer Loading. Outer

    loading (measurement model) atau validitas konveregen digunakan untuk menguji

    unidimensionalitasdari masing-masing konstruk. Nilai indicatorloadingfactoryang lebih besar

    atau sama dengan 0,5 dapat dikatakan valid. (Chin, 1998; Pirouz, 2006). Selain kriteria diatas,

    perlu juga diuji secara statistic dengan uji-t, yang didapat dari resultforouterloading.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 77 indikator yang dimasukkan, berdasarkan tingkat

    kepercayaan 95 % atau dengan uji t dengan = 0,05 hanya terdapat 62 indikator yang

    dinyatakan loadingfactor diatas 0,5 atau valid. Validnya suatu indikator juga dapat diketahui

    nilai loadingnya dan t hitungnya, untuk penelitian yang bersifat eksploratif loading factor

    sebesar 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup dan t hitung lebih dari 1,960 (Chin, 1998; Pirouz, 2006).

    Berikut disampaikan disampaikan hasil uji validitas, berdasarkan outpus Smart PLS. Hubungan

    antara indikator dengan variabel laten ditunjukkan dengan anak panah menuju indikator, hal ini

    menunjukkan hubungan bersifat reflektif. Adapun nama variabel laten yang dimasukkan dalam

    program smart PLS disingkat sebagai berikut:y Jobdis = Job Discription (Uraian Jabatan)

    y Jobspec = Job Spesification (Persyaratan Jabatan)

    y Kinpros = Kinerja Proses

    y Kinout = Kinerja Output

    4.1.1. X1 (Job Discription) Indikator

    1."x11"

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    13/23

    10."x17"

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    14/23

    32.y125

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    15/23

    54.y174

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    16/23

    74."y251"

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    17/23

    4.2. Hubungan Antar Konstruk

    Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada semua variable laten yang hasil

    analisisnya valid dan reliable, maka variable laten tersebut dapat dilanjutkan dalam analisisi

    hubungan antar konstruk. Hal ini dapat dilihat dari Inner weight (struktur model) tabel

    dibawah ini.

    Tabel 4.2.Innerweight

    Hubungan Antar KonstrukPara-

    meter

    Original

    Sample

    (O)

    Sample

    Mean

    (M)

    Standard

    Deviation

    (STDEV)

    Standard

    Error

    (STERR)

    T Statistics

    (|O/STERR|)

    Keterangan

    Uji Hipotesis

    JOBDIS(X1) -> KINOUT(Y2) 0.4614 0.4865 0.1153 0.1153 4.003 Diterima

    JOBDIS(X1) -> KINPROS(Y1) 0.4399 0.4651 0.0964 0.0964 4.563 Diterima

    JOBSPEC (X2) -> KINOUT(Y2) 0.0544 0.0591 0.1078 0.1078 0.5046 Ditolak

    JOBSPEC (X2) -> KINPROS(Y1) 0.1327 0.1422 0.0966 0.0966 1.3739 Ditolak

    KINPROS(Y1) -> KINOUT(Y2) 0.8108 0.8139 0.0461 0.0461 17.5894 Diterima

    Sumber : Output Smart PLS 2.0 Diolah

    Keterangan:

    y Untuk data yang berjumlah 109, ttabel sebesar 1,983.

    y JOBDIS = Job discription (Uraian jabatan)

    y JOBSPEC = Job Spesification (Spesifikasi jabatan)

    y KINPROS = Kinerja Proses

    y KINOUT = Kinerja Output

    Inner Weight menunjukkan hubungan antar konstruk variabel laten, sebagaimana

    ditampilkan dalam tabel 5.8 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Pengaruh variabel Job Discription terhadap kinerja proses sebesar 0,4399 dengan t hitung

    sebesar 4,563 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

    b. Pengaruh variabel Job Discription terhadap Kinerja output sebesar 0,4614 dengan t

    hitung sebesar 4,003 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

    c. Pengaruh variabel Job Specification terhadap Kinerja Proses sebesar 0,044 dengan t

    hitung sebesar 1,3739 atau tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

    d. Pengaruh variabel Job Specification terhadap Kinerja Output sebesar 0,1327 dengan t

    hitung sebesar 0,5046 atau tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

    e. Pengaruh Kinerja Proses terhadap Kinerja Output sebesar 0,8108 dengan t hitung sebesar

    17.5894atau signifikan pada taraf kepercayaan 95%.

    Dalam penjelasan gambar sebagaimana model struktural yang diajukan dalam hipotesis

    dapat digambarkan dibawah ini:

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    18/23

    Gambar 4.1. Hubungan Antar Konstruk

    Sumber : Diolah dari Output PLS

    Keterangan Gambar:

    y Garis yang dicetak tebal menunjukkan hubungan yang signifikan

    y Garis yang dicetak tipis menunjukan hubungan yang tidak signifikan

    Pada gambar 4.1 tersebut diatas menunjukkan bahwa Kinerja Output dipengaruhi penerapan

    Uraian jabatan (Job Discription) setelah melalui Kinerja Proses. Sedangkan pengaruh penerapan

    Uraian jabatan (Job Discription) terhadap Kinerja Output hasilnya lebih rendah, sehingga model

    yang relevan adalah Kinerja Output dipengaruhi oleh Uraian jabatan setelah melalui Kinerja

    Proses.

    4.3. Persamaan Struktural

    Secara matematis persamaan struktural yang terbentuk adalah sebagai berikut :

    a. 1 = 1 + 1

    = 0.4614 + 1

    b. 2 = 2 + 2 1 + 2

    = 0.4399 + 0.8108 1 + 2

    Keterangan notasi :1. =Eta, vektor variabel laten endogen(dependen)

    2. =Ksi, vektor variabel laten exsogen(independen)

    3. = Gamma, koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

    4. =Beta, koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen.

    5. 1, 2 = Zeta, galat (error) pengukuran model.

    Bentuk lain dapat dinyatakan sebagai berikut :

    a. Kinerja Output = 0.4614 Job Discription + 1

    b. Kinerja Output = 0.4399 Job Discription + 0.8108 Kinerja Proses + 2

    = 0.8108

    = 0.1327

    3= 0.0544

    1= 0.4399

    2= 0.4614

    Job

    Discription

    Kinerja

    Proses

    JobSpesification

    KinerjaOutput

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    19/23

    Dari dua permodelan tersebut, dapat diketahui permodelan struktural yang baik yaitu pada

    model b, dimana 2 = 0.4399 + 0.8108 1 + 2 yang menghasilkan nilai kofisien lebih

    besar dibanding dengan model a.

    V. Penutup

    5.1. Kesimpulan

    Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

    1. Bahwa dari 77 indikator baik dari variabel eksogen maupun variabel endogen yang

    dimasukkan, berdasarkan tingkat kepercayaan 95 % atau dengan uji t dengan = 0,05

    hanya terdapat 62 indikator yang dinyatakan loadingfactordiatas 0,5 atau valid, hal ini

    berarti terdapat 15 indikator yang di drop karena tidak signifikan.

    2. Setelah indikator yang tidak valid dikeluarkan, seluruh variabel laten memiliki

    reliabilitas yang baik, hal ini ditunjukkan oleh empat variabel laten memiliki nilai

    composite reliability diatas 0,8. Nilai reliabilitas komposit seluruh variabel yang ada

    lebih besar dari nilai batas penerimaan reliabilitas. Dalam menghitung reliabilitas

    menggunakan composite (construk) reliabilitydengan cutoffvalueadalah minimal 0,7.

    3. Dari 5 hipotesis yang diajukan terdapat 3 hipotesis yang diterima dan 2 hipotesis yang

    ditolak, berikut kelima hipotesis tersebut :

    a. Pengaruh variabel Job Discription terhadap kinerja proses sebesar 0,4399 dengan t

    hitung sebesar 4,563 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95%, hipotesis diterima.

    Dengan demikian bahwa pernyataan tertulis yang menguraikan wewenang,

    tanggungjawab, kondisi pekerkerjaan, fasilitas kerja, standar hasil kerja,

    mempengaruhi kinerja proses dengan sub dimensi Responsivitas, Responsibilitas,

    Akuntabilitas, Keadaptasian, Kelangsungan hidup, Keterbukaan/transparansi, dan

    Empati.

    b. Pengaruh variabel Job Discription terhadap Kinerja output sebesar 0,4614 dengan t

    hitung sebesar 4,003 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis diterima.

    Dengan demikian bahwa pernyataan tertulis yang menguraikan wewenang,

    tanggungjawab, kondisi pekerkerjaan, fasilitas kerja, standar hasil kerja,

    mempengaruhi kinerja proses dengan sub dimensi Efektivitas, Produktivitas, Efisiensi,

    Kepuasan, dan Keadilan.

    c. Pengaruh variabel Job Specification terhadap Kinerja Proses sebesar 0,0544 dengan t

    hitung sebesar 1,3739 atau tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    20/23

    ditolak. Maknanya adalah dalam SKPD Spesifikasi Jabatan dengan dimensi

    Pendidikan dan Pelatihan serta Kompetensi tidak berpengaruh dalam pertimbangan

    penempatan jabatan untuk meningkatkan Kinerja Proses.

    d. Pengaruh variabel Job Specification terhadap Kinerja Output sebesar 0,1327 dengan t

    hitung sebesar 0,5046 atau tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis

    ditolak. Pendidikan dan pelatihan serta kompetensi tidak mempunyai pengaruh

    terhadap kinerja output dengan sub dimensi Efektivitas, Produktivitas, Efisiensi,

    Kepuasan, dan Keadilan.

    e. Pengaruh Kinerja Proses terhadap Kinerja Output sebesar 0,8108 dengan t hitung

    sebesar 17.5894 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis diterima.

    Dengan demikian bahwa Kinerja Proses dengan sub dimensi Responsivitas,

    Responsibilitas, Akuntabilitas, Keadaptasian, Kelangsungan hidup,

    Keterbukaan/transparansi, dan Empati mempengeruhi Kinerja Output dengan sub

    dimensi Efektivitas, Produktivitas, Efisiensi, Kepuasan, dan Keadilan

    4. Dari hasil penelitian dapat diperoleh persamaan struktural sebagai berikut :

    2 = 2 + 2 1 + 2

    = 0.4399 + 0.8108 1 + 2

    Kinerja Output = 0.4399 Job Discription + 0.8108 Kinerja Proses + 2.

    Dengan kata lain bahwa Kinerja Output dipengaruhi oleh Penerapan Uraian jabatan (Job

    Discription) setelah melalui Kinerja Proses.

    5. Evaluasi Konstruk Dependen Dari dua variabel, yang memiliki R2 tinggi adalah Kinerja

    Output sebesar 0.7208 lebih dari 0,5 jadi kemampuan variabel endogen (tidak bebas)

    dalam menjelaskan variabel endogen (tidak bebas) lainnya tinggi, sedangkan Kinerja

    Proses sebesar 0.2708 jadi kemampuan eksogen (variabel bebas) dalam menjelaskan

    variabel endogen (tidak bebas) terbatas. Nilai R2 kecil tidak berarti model salah.

    Umumnya model struktural menghasilkan nilai R2

    kecil karena model menjadi komplek

    dengan hubungan intervening.

    6. Evaluasi Predictive Relevance Hasil Q-Square diatas sebesar 0.796407 menunjukan

    bahwa model mempunyaipredictive relevance dimana semakin mendekati 1 berarti

    model semakin baik. Dengan demikian model yang diperoleh dari hasil analisis ini dapat

    digunakan untuk mengintervensi Kinerja Output pada SKPD yang ada di Kabupaten

    Kutai Kartanegara.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    21/23

    5.2. Rekomendasi

    Setelah diperoleh suatu kesimpulan sebagaimana diuraikan diatas dan guna

    memperbaiki kinerja organisasi/ SKPD dapat disusun rekomendasi sebagai berikut:

    1.Dalam Penerapan Job Discription (Uraian Jabatan) perlu memperbaiki penerapan uraian

    jabatan yang sesuai dengan bidang/ bagian yang meliputi :

    a. Definisi kewenangan sesuai dengan bidang pekerjaan agar tidak tumpang tindihdengan jabatan lain

    b. Kejelasan tanggung jawab dan kejelasan alur pertanggungjawabanc. Penerapan kompensasi sesuai dengan tanggung jawabd. Peraturan dan kebijakan organisasi dapat dipahamie. Pelaksanaan kejelasan alur koordinasif. Fasilitas yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerjaang. Kejelasan mengenai target kinerja sesuai dengan bidang pekerjaan

    2.Sebagaimana hasil dalam riset ini, kinerja proses sebagai variabel endogen, namun

    sekaligus merupakan variabel eskoden yang mempengaruhi variabel eksogen lainnya yaitu

    kinerja output, terhadap variabel ini bisa dilakukan intervensi, perbaikan kinerja proses

    meliputi :

    a. Peningkatan daya tanggap organisasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi sertatuntutan konsumen internal (lingkup organisasi /SKPD) dan eksternal (luar

    organisasi/ SKPD).

    b. Kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan hukum atau peraturan danprosedur yang telah ditetapkan.

    c. Kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yangada di masyarakat dan dimiliki stakeholders.

    d. Peningkatan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi dilingkungannya.

    e. Peningkatan kemampuan organisasi atau program pelayanan dapat berkembang danbertahan hidup dalam berkompetisi dengan organisasi atau program lain.

    f. Keterbukaan proses pelayanan, khusus untuk SKPD yang langsung berhubungandengan masyarakat bisa melalui penerbitan brosur serta kejelasan biaya dan waktu.

    g. Tingkat perhatian organisasi terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang dimasyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Chin, W.W, Marcolin,B.L dan Newsted, P.R.1996. A Partial Least Squares Laten Variabel

    Modeling Approach for Measuring Interaction Efects: Results From A Monte Carlo

    Simulation Study And Voice Mail Emotion/Adoption Study. Proceedings Of The

    Seventeenth International Conference On Information Systems. December 16-18.

    Cleveland. Ohio.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    22/23

    Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, terjemahan Be-nyamin Molan, PT.Prenhallindo, Jakarta.

    Dwiyanto, Agus, 1999, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, Makalah Seminar

    Kinerja Organisasi Sektor Publik Kebijakan dan Persiapannya, Jurusan Ilmu

    Administrasi Negara Fisipol UGM, Yogyakarta.

    Falk R. F. & Miller, N. B. 1992. A Primer for Soft Modeling. Akron, Ohio: The University ofAkron Press.

    http://www.humanikaconsulting.com/index.php?action=artikel. Pentingnya Analisis Jabatan

    dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

    Karim, Tarmizi A.2011. Kebijakan Diklat Aparatur Di Lingkungan Kementerian Dalam NegeriDan Pemerintah Daerah, Makalah Kepala Badan Pendidikan Dan Pelatihan

    Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Disampaikan Dalam: Pertemuan

    Perencanaan Program Diklat Aparatur Tahun 2011 Pusdiklat Aparatur Bppsdm

    Kesehatan Bandung, 31 Maret 2011.

    Keban, T. Yeremias, 1994, Pengantar Administrasi Publik, Modul untuk Matrikulasi

    Administrasi publik, MAP- UGM, Yogyakarta.

    .........., 1995, Kinerja Organisasi Publik, Bahan seminar sehari dalam rangka

    purna tugas Drs. Sediyono, Fisipol- UGM, Yogyakarta.

    ............................., 1998, Cara Pengukuran Variabel Penelitian, UGM.Yogyakarta.

    Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Keputusan Nomor: KEP/ 61/M.PAN/ 6/ 2004Tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan.

    Ghozali, Imam. 2006. Structural Equaation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial LeastSquare (PLS). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

    Jaya, IGNM et al. 2008. Partial Least Square-Mixed Ammi Dalam Analisis Interaksi Genotipe XLingkungan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas

    Lampung. Lampung.

    Osborne, David dan Ted Gaebler. 1992. Mewirausahakan Birokrasi, terjemahan Abdul Rosyid,

    Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Pedoman Analisis Jabatan Di

    Llngkungan Departemen Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah.

    Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

    Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

    Pirouz, Dante, M. 2006. An Overview of Partial Least Squares. The Paul Merage School ofBusiness University of California. Irvine.

    Robbins, Stephen. P. 1996. Perilaku Or-ganisasi, Terjemahan Hadyana Pu-jaatmaka,

    Prenhallindo, Jakarta.

  • 5/13/2018 Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Anjab 2012

    23/23

    Sugiantoro, Billyawan.2010. Persepsi Karyawan tentang Penerapan Analisis Jabatan, Bisnis &

    Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, JanApr 2010 hlm. 61-69,ISSN 0854-3844, Volume 17, Nomor 1,Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.

    Undang-Undang No 12 Tahun 2008. Jo. No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    Werther, William B, Jr, Keith Davis. 1996. Human Resources and Personal Management, Fifth

    Edition, Mc. Grow-Hill, Singapore.