JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

8
1 Pengaruh Upah Minimum Regional Terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten Tahun 2010-2011 Hadi Setiawan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Miftachul Ulum Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pembimbing Tony S Chendrawan, ST., SE., M.Si Abstract Poverty is formed as a result of unemployment. Unemployment created one due to changes in the minimum wage that makes the firm fired workers. Changes in the minimum wage affect poverty. This paper uses panel data with a data pool method. The purpose of this paper is to see how big the effect of minimum wages on poverty in Banten province in 2010-2011. From the results of regression, the minimum wage significant effect on poverty of 54.7%.. Keyword: Poverty, minimum wage Pendahuluan Akhir-akhir ini sering sekali terjadi demonstrasi dari para buruh yang menyuarakan tuntutannya agar pemerintah menetapkan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR). Hampir disetiap daerah terjadi demostrasi, tidak ketinggalan para buruh yang berada di provinsi banten. Hal ini dipicu dari ketidakpuasan para buruh akan upah minimum yang ditetapkan pemerintah daerah. Para buruh merasa upah yang mereka terima terlalu kecil. Ini diperparah dengan inflasi yang terjadi yang menyebabkan harga barang pokok melambung tinggi, sedangkan upah yang diterima para buruh tetap. Dengan upah yang kecil para buruh dipaksa agar dapat mencukupi kebutuhan hidupnya yang kian berat, ditambah dengan beban keluarga. Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawa n atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum(Wikipedia). UMR tiap daerah atau provinsi di Indonesia berbeda- beda besarannya. Ini disebabkan karena biaya hidup atar daerah tersebut berbeda pula. UMR suuatu daerah ditetapkan berdasarkan komponen-komponen untuk kehidupan hidup layak, yang kemudian dikalkukasikan guna memperoleh besaran yang pantas untuk dibayarkan kepada para pekerja. Kembali ke fenomena tuntutan buruh terhadap kenaikan UMR. Pemerintah yang dalam hal ini pemerintah daerah sebenarnya dalam menyelesaikan persoalan ini bagaikan makan buah simalakama,

Transcript of JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

Page 1: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

1

Pengaruh Upah Minimum Regional Terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten

Tahun 2010-2011

Hadi Setiawan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Miftachul Ulum Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembimbing

Tony S Chendrawan, ST., SE., M.Si

Abstract

Poverty is formed as a result of unemployment. Unemployment created one due to changes in the

minimum wage that makes the firm fired workers. Changes in the minimum wage affect poverty.

This paper uses panel data with a data pool method. The purpose of this paper is to see how big

the effect of minimum wages on poverty in Banten province in 2010-2011. From the results of

regression, the minimum wage significant effect on poverty of 54.7%..

Keyword: Poverty, minimum wage

Pendahuluan

Akhir-akhir ini sering sekali terjadi

demonstrasi dari para buruh yang

menyuarakan tuntutannya agar pemerintah

menetapkan kenaikan Upah Minimum

Regional (UMR). Hampir disetiap daerah

terjadi demostrasi, tidak ketinggalan para

buruh yang berada di provinsi banten. Hal

ini dipicu dari ketidakpuasan para buruh

akan upah minimum yang ditetapkan

pemerintah daerah. Para buruh merasa upah

yang mereka terima terlalu kecil. Ini

diperparah dengan inflasi yang terjadi yang

menyebabkan harga barang pokok

melambung tinggi, sedangkan upah yang

diterima para buruh tetap. Dengan upah

yang kecil para buruh dipaksa agar dapat

mencukupi kebutuhan hidupnya yang kian

berat, ditambah dengan beban keluarga.

Upah Minimum Regional adalah

suatu standar minimum yang digunakan oleh

para pengusaha atau pelaku industri untuk

memberikan upah kepada pegawai, karyawa

n atau buruh di dalam lingkungan usaha atau

kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan

melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang

Upah Minimum(Wikipedia). UMR tiap

daerah atau provinsi di Indonesia berbeda-

beda besarannya. Ini disebabkan karena

biaya hidup atar daerah tersebut berbeda

pula. UMR suuatu daerah ditetapkan

berdasarkan komponen-komponen untuk

kehidupan hidup layak, yang kemudian

dikalkukasikan guna memperoleh besaran

yang pantas untuk dibayarkan kepada para

pekerja.

Kembali ke fenomena tuntutan

buruh terhadap kenaikan UMR. Pemerintah

yang dalam hal ini pemerintah daerah

sebenarnya dalam menyelesaikan persoalan

ini bagaikan makan buah simalakama,

Page 2: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

2

dimana apabila pemerintah menuruti apa

yang diminta para buruh, maka akan ada

masalah baru lain yang timbul yaitu

keberatan dan ketidakmampuan dari para

pengusaha untuk membayarkan upah para

buruh. Hal pertama yang paling ditakutkan

oleh pemerintah adalah para investor atau

pengusaha akan melakukan PHK

(pemutusan hubungan kerja) besar-besaran

guna terjadinya keseimbangan atara

pengeluaran dan pendapatan perusahaanya

dalam hal ini perusahaan tetap mendapatkan

keuntungan. Yang kedua adalah para

investor menarik investasinya di Indonesia

dan memindahkan pabrinya ke negara lain

karena menganggap pemerintah tidak

memperhatikan kelanjutan usaha mereka

dan cost yang terlalu besar bila usaha tetap

dijalankan di indonesia.

Dari kedua hal diatas masalah PHK

yang disebabkan dari penetapan kenaikan

UMR akan menyebabkan permasalahan

lanjutan yaitu meningkatnya pengangguran

di Indonesia. Banyaknya pengangguran akan

menyebabkan masalah baru lainnya yaitu

meningkatnya kemiskinan. Masalah

kemiskinan merupakan fenomena yang tidak

dapat hilang dari kehidupan manusia di

muka bumi, di seluruh negara pada umunya

dan di Indonesia pda khusnya. Kemiskinan

seolah menjadi persoalan yang tidak dapat

dicari jalan keluarnya. Ini seperti sudah

menjadi takdir yang tidak bisa dirubah lagi.

Lanjut kita bahas masalah UMR,

PHK, Pengangguran dan Kemiskinan.

Disatu sisi sebenarnya kenaikan UMR yang

ditetapkan pemerintah diharapkan dapat

menaikan taraf hidup para buruh sehingga

kemiskinan diharapkan dapat berkurang.

Melihat fenomena yang telah kami jabarkan

diatas maka kami mencoba untuk meneliti

pengaruh besaran UMR (Upah Minimum

Regional) provinsi banten terhadap

persentase kemiskinan di banten periode

tahun 2010-2011.

Kerangka Teoritis

1. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan

dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan

, pakaian , tempat berlindung, pendidikan,

dan kesehatan. Kemiskinan dapat

disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh

kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kemiskinan merupakan masalah global.

Sebagian orang memahami istilah ini secara

subyektif dan komparatif, sementara yang

lainnya melihatnya dari segi moral dan

evaluatif, dan yang lainnya lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang telah

mapan,dll.

-Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk

Miskin

Emil Salim (1976) mengemukakan lima

karakteristik kemiskinan, kelima

karakteristik kemiskinan tersebut adalah :

Penduduk miskin pada umumnya

tidak memiliki faktor produksi

sendiri.

Tidak mempunyai kemungkinan

untuk memperoleh aset produksi

dengan kekuatan sendiri.

Tingkat pendidikan pada umumnya

sendiri.

Banyak diantara mereka tidak

mempunyai fasilitas.

Diantara mereka berusaha relatif

muda dan tidak mempunyai

keterampilan atau pendidikan yang

memadai.

Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin, yaitu

:

Rata-rata tidak mempunyai faktor

produksi sendiri seperti tanah,

modal, peralatan kerja dan

keterampilan.

Mempunyai tingkat pendidikan

yang rendah.

Page 3: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

3

Kebanyakan bekerja atau berusaha

sendiri dan bersifat usaha kecil

(sektor informal), setengah

menganggur atau menganggur

(tidak bekerja).

Kebanyakan berada di pedesaan

atau daerah tertentu perkotaan (slum

area).

Kurangnya kesempatan untuk

memperoleh (dalam jumlah yang

cukup), bahan kebutuhan pokok,

pakaian, perumahan, fasilitas

kesehatan sosial lainnya.

Kelompok penduduk miskin yang

berada pada masyarakat pedesaan dan

perkotaan, pada umumnya dapat

digolongkan pada buruh tani, petani gurem,

pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil,

buruh, pedagang kaki lima, pedagang

asongan, pemulung, gelandangan, pengemis,

dan pengangguran.

Teori Kemiskinan

Pada dasarnya, kemiskinan

merupakan persoalan klasik yang telah ada

sejak umat manusia ada. Kemiskinan

merupakan persoalan kompleks, berwajah

banyak, dan tampaknya akan terus menjadi

persoalan aktual dari masa ke masa.

Meskipun sampai saat ini belum ditemukan

suatu rumusan ataupun formula penanganan

kemiskinan yang dianggap paling

berdayaguna, signifikan, dan relevan,

pengkajian konsep dan strategi penanganan

kemiskinan harus terus menerus diupayakan.

Pengupayaan tersebut tentu sangat berarti

hingga kemiskinan tidak lagi menjadi

masalah dalam kehidupan manusia.

Seperti diketahui, terdapat banyak teori dan

pendekatan dalam memahami kemiskinan.

Namun jika disederhanakan, setidaknya

dalam untuk keperluan penelitian ini, maka

terdapat dua paradigma atau teori besar

(grand theory) mengenai kemiskinan: yakni

paradigma neo-liberal dan sosial demokrat.

Kedua paradigama tersebut pertama yang

memandang kemiskinan dari kacamata

struktural, dan yang kedua secara individual.

Pandangan ini kemudian menjadi basis

dalam menganalisis kemiskinan ataupun

dalam merumuskan kebijakan dan program-

program yang berusaha mengatasi

kemiskinan.

a. Teori Neo-Liberal; Shannon,

Spicker, Cheyne, O‟Brien dan Belgrave

mengatakan bahwa kemiskinan merupakan

persoalan individu yang bersangkutan.

Kemiskinan akan hilang jika pertumbuhan

ekonomi dipacu setinggi-tingginya. Ini

berarti strategi penanggulangan kemiskinan

bersifat “residual” sementara, yang

melibatkan keluarga, kelompok swadaya

atau lembaga keagamaan. Negara akan turut

campur ketika lembaga-lembaga di atas

tidak lagi mampu menjalankan tugasnya.

b. Teori Demokrasi Sosial; Teori ini

memandang bahwa kemiskinan bukanlah

persoalan individu, melainkan struktural.

Kemiskinan disebabkan oleh adanya

ketidakadilan dan ketimpangan dalam

masyarakat akibat tersumbatnya akses

kelompok kepada sumber-sumber

kemasyarakatan. Teori Demokrasi Sosial

menekankan pentingnya manajemen dan

pendanaan negara dalam pemberian

pelayanan sosial dasar (pendidikan,

kesehatan, perumahan, dan jaminan sosial)

bagi seluruh warga negara. Karena

meskipun teori ini tidak anti sistem ekonomi

kapitalis, namun merasa perlu ada sistem

negara yang mengupayakan kesejahteraan

bagi rakyatnya.

c. Teori Marjinal

Teori Marjinal berasumsi bahwa

kemiskinan di perkotaan terjadi

dikarenakan adanya „kebudayaan

kemiskinan‟ (culture of poverty) yang

tersosialisasi di kalangan masyarakat atau

komunitas tertentu.

Oscar Lewis (1966) adalah tokoh dari aliran

teori Marjinal, konsepnya yang terkenal

adalah Culture of Poverty . Menurut Lewis,

masyarakat di Dunia Ketiga menjadi miskin

karena adanya Culture of Poverty

(Kebudayaan Kemiskinan) , dengan

karakter:

Page 4: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

4

Apatis, menyerah pada nasib

Sistem-sistem keluarga yang tidak

mantap

Kurang pendidikan

Kurang ambisi untuk membangun masa

depan

Kejahatan dan kekerasan merupakan hal

yang lumrah

Ada 2 (dua) pendekatan pererencanaan yang

bersumber dari pandangan Teori Marjinal:

Prakarsa harus datang dari luar

komunitas.

Perencanaan harus berfokus pada

perubahan nilai, karena akar masalah

ada pada nilai.

d. Teori Development

Teori Developmental (bercorak

pembangunan) muncul dari teori-teori

pembangunan terutama neo liberal. Teori

ini mencari akar masalah kemiskinan pada

persoalan ekonomi dan masyarakat sebagai

satu kesatuan . Ada 3 (tiga asumsi dasar dari

teori ini:

Negara menjadi miskin karena ketiadaan

atribut industrialisasi, modal,

kemampuan menajerial, dan prasarana

yg di perlukan untuk peningkatan

ekonomi .

Pertumbuhan ekonomi adalah kriteria

utama pembangunan yang dianggap

dapat mengatasi masalah-masalah

ketimpangan.

Kemiskinan akan hilang dengan sendiri

bila pasar diperluas sebesar-besaranya

dan pertumbuhan ekonomi dipacu

setinggi-tingginya.

e. Teori Struktural

Tepri ini didasari oleh pemikiran yang

berasal dari Teori Dependency (Teori

Ketergantungan) yang diperkenalkan oleh

Andre Gunder Frank (1967) “Capitalism and

the Underdevelopment in Latin America”,

dan juga oleh Teothonio Dos Santos, dan

Samir.

Teori Struktural berasumsi bahwa

kemiskinan dikota-kota Dunia Ketiga terjadi

bukan karena persoalan budaya, dan juga

bukan bukan persoalan pembangunan

ekonomi, melainkan persoalan struktural,

yang hanya dapat dijelaskan dalam

konstelasi politik-ekonomi Dunia.

2. Upah Minimum Regional

Upah Minimum Regional adalah

suatu standar minimum yang digunakan oleh

para pengusaha atau pelaku industri untuk

memberikan upah kepada pegawai,

karyawan atau buruh di dalam lingkungan

usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur

pengupahan melalui Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29

Mei 1989 tentang Upah Minimum.

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun

melalui proses yang panjang. Mula-mula

Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang

terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan

pengusaha mengadakan rapat, membentuk

tim survei dan turun ke lapangan mencari

tahu harga sejumlah kebutuhan yang

dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan

buruh. Setelah survei di sejumlah kota

dalam propinsi tersebut yang dianggap

representatif, diperoleh angka Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) - dulu disebut

Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).

Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah

minimum regional (UMR) kepada Gubernur

untuk disahkan. Komponen kebutuhan hidup

layak digunakan sebagai dasar penentuan

upah minimum.

Pemberian upah kepada tenaga kerja

dalam suatu kegiatan produksi pada

dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari

para produsen kepada tenaga kerja atas

prestasinya yang telah disumbangkan dalam

kegiatan produksi.

Upah tenaga kerja yang diberikan

tergantung pada:

o Biaya keperluan hidup minimum

pekerja dan keluarganya.

o Peraturan undang-undang yang

mengikat tentang upah minimum

pekerja

o Produktivitas marginal tenaga kerja.

Page 5: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

5

o Tekanan yang dapat diberikan oleh

serikat buruh dan serikat pengusaha.

o Perbedaan jenis pekerjaan.

Upah yang diberikan oleh para

pengusaha secara teoritis dianggap sebagai

harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja

untuk kepentingan produksi. Sehubungan

dengan hal itu maka upah yang diterima

pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:

o Upah Nominal, yaitu sejumlah upah

yang dinyatakan dalam bentuk uang

yang diterima secara rutin oleh para

pekerja.

o Upah Riil , adalah kemampuan upah

nominal yang diterima oleh

para pekerja jika ditukarkan dengan

barang dan jasa, yang diukur

berdasarkan banyaknya barang dan

jasa yang bisa didapatkan dari

pertukaran tersebut.

Untuk mendapatkan gambaran yang

jelas dalam hal upah dan pembentukan harga

upah tenaga kerja, berikut akan

dikemukakan beberapa teori yang

menerangkan tentang latar belakang

terbentuknya harga upah tenaga kerja.

- Teori Upah Wajar (alami) dari David

Ricardo

Teori ini menerangkan:

o Upah menurut kodrat adalah upah

yang cukup untuk pemeliharaan

hidup pekerja dengan keluarganya.

o Di pasar akan terdapat upah

menurut harga pasar adalah upah

yang terjadi di pasar dan ditentukan

oleh permintaan dan penawaran.

Upah harga pasar akan berubah di

sekitar upah menurut kodrat. Oleh

ahli-ahli ekonomi modern, upah

kodrat dijadikan batas minimum

dari upah kerja.

- Teori Upah Besi

Teori upah ini dikemukakan oleh Ferdinand

Lassalle. Penerapan sistem upah kodrat

menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh,

karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam

posisi yang sulit untuk menembus kebijakan

upah yang telah ditetapkan oleh para

produsen. Berhubungan dengan kondisi

tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah

“Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle

menganjurkan untuk menghadapi kebijakan

para produsen terhadap upah agar dibentuk

serikat pekerja.

- Teori Dana Upah

Teori upah ini dikemukakan oleh John

Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah

tergantung kepada permintaan dan

penawaran tenaga kerja. Sedangkan

penawaran tenaga kerja tergantung pada

jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang

disediakan perusahaan untuk pembayaran

upah. Peningkatan jumlah penduduk akan

mendorong tingkat upah yang cenderung

turun, karena tidak sebanding antara jumlah

tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja.

- Teori Upah Etika

Menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki

idealis masyarakat yang ideal) tindakan para

pengusaha yang memberikan upah hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan

minimum, merupakan suatu tindakan yang

tidak “etis”. Oleh karena itu sebaiknya para

pengusaha selain dapat memberikan upah

yang layak kepada pekerja dan keluarganya,

juga harus memberikan tunjangan keluarga.

Pendapatan adalah nilai maksimal yang

dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam

suatu periode dengan mengharapkan

keadaan yang sama pada akhir periode

seperti keadaan semula, pendapatan

merupakanbalas jasa yang diberikan kepada

pekerja atau buruh yang punya majikan tapi

tidak tetap.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Upah minimum regional tidak

berpengaruh signifikan terhadap

Kemiskinan.

2. Upah minimum regional

berpengaruh signifikan terhadap

Kemiskinan

Page 6: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

6

Upah

Minimum

Regional

Kemiskinan

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran, dijelaskan

bahwa dalam penelitian ini, Kemiskinan

dipengaruhi oleh faktor kemiskinan.

Pembahasan

Secara umum gambaran kondisi

kemiskinan di suatu wilayah menjadi sebuah

tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam

usaha menyejahterakan masyarakat.

Permasalahan kemiskinan tidak bisa

dilepaskan dengan kependudukan . Dalam

hal ini, jika kemiskinan di suatu wilayah

terlihat sedikit jumlahnya dapat dikatakan

tingkat kesejahteraannya baik. Permasalahan

kemiskinan telah menjadi ranah pemerintah

untuk menatanya.

Di Provinsi Banten menurut data

yang didapat dari BPS Provinsi Banten

menunjukkan angka yang baik dalam

presentase penduduk miskin. Data

presentase penduduk miskin tahun 2010-

2011 di 8 kabupaten/kota yang ada di

wilayah Banten menunjukkan angka rata-

rata 6,51%. Dalam data tersebut angka

presentase penduduk miskin terbesar adalah

di Pandeglang pada tahun 2010 dengan

11,4%, dan yang terkecil Tangerang Selatan

pada tahun 2011 dengan 1,5%. Berikut

tabel presentase penduduk miskin di Banten.

Su

mber: BPS Provinsi Banten

Berdasarkan data tersebut tercermin

bahwa presentase penduduk miskin di

Banten tergolong kecil. Namun hal ini tidak

serta merta dijadikan potret sebenarnya di

lapangan.

Dalam teori development yang

telah dijelaskan sebelumnya dijelaskan

bahwa salah satu asumsi terjadinya

kemiskinan adalah karena Negara menjadi

miskin karena ketiadaan atribut

industrialisasi, modal, kemampuan

menajerial, dan prasarana yg di perlukan

untuk peningkatan ekonomi. Dalam hal ini,

dapat kita soroti bahwa kemampuan Negara

untuk menyokong peningkatan ekonomi

melalui sektor industri.

Jika lebih mengerucut dapat

dikatakan sebagai negara yang memiliki

sumber daya manusia yang melimpah

seperti Indonesia, ada baiknya peningkatan

Kab/Kota Tahun

presentase

penduduk

miskin

(%)

Pandeglang 2010 11.4

2011 9.8

Lebak 2010 10.38

2011 9.2

Kab.Tangerang 2010 7.18

2011 6.42

Serang 2010 6.34

2011 5.63

Kota Tangerang 2010 6.88

2011 6.14

Cilegon 2010 4.46

2011 3.98

Kota Serang 2010 7.03

2011 6.25

Tangerang

Selatan 2010 1.67

2011 1.5

Rata-Rata 6.51625

Page 7: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

7

ekonomi masyarakat tercipta dengan

pengembangan sektor industri. Itulah yang

menjadi peluang sumber daya manusia di

negeri ini untuk keluar dari jeratan

kemiskinan dengan menjadi tenaga kerja di

sektor industri.

Di Banten sendiri telah menjadi

salah satu wilayah potensial industri dimana

didalamnya terdapat beberapa wilayah

industri dengan skala besar. Di wilayah ini

juga bercokol perusahaan besar yang

mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Contohnya Krakatau Steel di Cilegon dan

Nike di Tangerang dan masih banyak

lainnya. 2 contoh pabrik besar dengan merk

yang tersohor itu menjadi cerminan Banten

memiliki kemampuan untuk menyerap

banyak tenaga kerja di wilayahnya guna

mengurangi angka kemiskinan

masyarakatnya.

Akan tetapi hal ironis yang terjadi

belakangan seperti yang telah dibahas

sebelumnya dimana gerakan buruh yang

meminta untuk kenaikan upah minimum

regional sehingga memaksa perusahaan

yang tidak mampu untuk membayar upah

melakukan pengurangan tenaga kerja

sebagai bentuk menghindari kerugian. Hal

tersebut secara langsung menjadikan tingkat

kemiskinan bertambah akibat bertambahnya

jumlah pengangguran. Padahal berdasarkan

teori upah yang telah dijelaskan sebelumnya

seharusnya hal tersebut dapat dihindari.

Menurut teori dana upah

dikemukakan oleh John Stuart Mill

dijelaskan bahwa sebenarnya tinggi upah

tergantung kepada permintaan dan

penawaran tenaga kerja. Sedangkan

penawaran tenaga kerja tergantung pada

jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang

disediakan perusahaan untuk pembayaran

upah. Peningkatan jumlah penduduk akan

mendorong tingkat upah yang cenderung

turun, karena tidak sebanding antara jumlah

tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja.

Dalam teori ini menekankan penentuan upah

tidak terlepas dari kemampuan perusahaan

untuk menyediakan upah untuk tenaga

kerjanya. Terlebih jika menurut teori ini

faktor kependudukan yaitu peningkatan

jumlah penduduk justru mengakibatkan

tingkat upah yang turun. Cerminan dari teori

ini yang sebenarnya terjadi di Indonesia.

Namun apa yang terjadi adalah para buruh

hanya berpikir dari sudut pandang tuntutan

kebutuhan layak mereka. Dalam teori upah

alami yang dikemukakan David Ricardo

disebutkan juga bahwa upah yang diterima

sebatas kebutuhan pemeliharaan hidup

pekerjanya dan juga lagi-lagi teori ini

menekankan upah diberikan sesuai

permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Jika melihat keadaan di Provinsi

Banten, kondisinya tidak jauh berbeda

dengan wilayah lain di Indonesia yang

menuntut kenaikan upah tiap tahunnya.

Berikut tabel UMR Provinsi Banten tahun

2010-2011.

Kab/Kota Tahun UMR

Pandeglang 2010 964.500

2011 1.015.000

Lebak 2010 959.500

2011 1.007.500

Kab.Tangerang 2010 1.117.245

2011 1.285.000

Serang 2010 1.101.000

2011 1.189.000

Kota

Tangerang 2010 1.118.009

2011 1.290.000

Cilegon 2010 1.174.000

2011 1.224.000

Kota Serang 2010 1.050.000

2011 1.156.000

Tangerang

Selatan 2010 1.117.245

2011 1.290.000

Rata-Rata 1.128.624

Sumber: BPS Provinsi Banten

Secara gamblang dapat dilihat

bahwa di seluruh wilayah Banten terjadi

kenaikan UMR dari tahun sebelumnya. Hal

yang terjadi adalah para investor yang

Page 8: JURNAL Demografi Miftachul Ulum-Hadi Setiawan

8

perlahan mulai berpikiran untuk hengkang

dari wilayah ini. Setelah mereka telah

berusaha menyelamatkan kestabilan

keuangan mereka dengan memangkas cost

dari PHK tenaga kerja justru memaksa

pergerakan buruh lain untuk menentang

kebijakan ini. Kondisi yang terjadi adalah

sering terjadinya demo untuk menuntut

kenaikan upah dan penghapusan PHK justru

membuat produktivitas perusahaan yang

menurun dan mengakibatkan kerugian yang

besar. Hal itulah yang memaksa mereka

mencabut investasinya dan memaksa tenaga

kerja untuk menjadi pengangguran yang

selanjutnya akan menambah angka

kemiskinan.

Analisis Hasil

Data yang digunakan ini adalah data

panel dengan metode pool. Hasil analisis

dengan menggunakan Eviews7 sebagai

berikut:

Dependent Variable: KEMISKINAN?

Method: Pooled Least Squares

Date: 12/20/13 Time: 12:54 Sample: 2010 2011

Included observations: 2

Cross-sections included: 8 Total pool (balanced) observations: 16

Variable Coefficien

t Std. Error t-Statistic Prob.

C 27.70196 5.193785 5.333674 0.0001

UMR? -1.88E-05 4.58E-06 -4.097274 0.0011

R-squared 0.545272 Mean dependent var 6.516250

Adjusted R-squared 0.512792 S.D. dependent var 2.804161

S.E. of regression 1.957313 Akaike info criterion 4.297491 Sum squared resid 53.63503 Schwarz criterion 4.394064

Log likelihood -32.37993 Hannan-Quinn criter. 4.302436

F-statistic 16.78766 Durbin-Watson stat 0.808955 Prob(F-statistic) 0.001088

Dari

output

Dari output diatas dapat dilihat nilai

R-squared sebesar 54,5% yang berarti model

tersebut dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 54,5%. Dari output

diatas dapat dilihat nilai probabilitas sebesar

0,0011 (<0,005) yang model tersebut

signifikan dan terdapat pengaruh yang

signifikan antara independen dan dependen.

Dengan kata lain UMR berpengaruh

signifikan terhadap kemiskinan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan dan

analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, .

pengaruh upah minimum regional terhadap

kemiskinan di Provinsi Banten tahun 2010-

2011 dapat dijelaskan sebesar 54,7%. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa upah minimum

regional berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan.

Setelah melihat pembahasan dan

analisis tersebut, penulis menyarankan

kepada pemerintah sebagai pemegang

kebijakan untuk memperhatikan dan

mengontrol setiap perubahan upah minimum

regional dikarenakan setiap perubahan yang

terjadi pada sisi upah minimum regional

akan berpengaruh pada kemiskinan di

Provinsi Banten.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.

Indikator Penduduk. 2010-2011

BPS Provinsi Banten, Banten.

Mankiw, G. 2000. Teori

Makroekonomi. Edisi Keempat.

Erlangga: Jakarta.

Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi

Kedelapan. Penerbit Erlangga:

Jakarta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989

tentang Upah Minimum.

Salim, Emil. 1976. Masalah

Pembangunan Ekonomi

Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi

Teori Pengantar. PT Raja

Grafindo Persada: Jakarta.