Jurnal DB Edisi53 Jan 2014 - LPDB

3
No. 53 • Januari • Tahun VI • 2014 43 program pembelajaran yang diberikan seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Musik, Seni Menggambar dan lain-lain. Komunitas ini percaya bahwa budaya membaca itu penting untuk membangun karakter anak bangsa yang positif. Intinya mereka ingin ‘membaca’ jadi buday- anya anak Indonesia. Sayangnya, tidak semua anak Indonesia punya akses yang mudah terhadap buku. Ada yang tinggal di pelosok sehingga jauh dari akses perpustakaan yang disediakan pemerintah, beberapa mungkin terlalu miskin untuk sekedar membeli buku dan masih banyak pula yang menganggap buku dan perpustakaan itu membosankan. Untuk mengubah persepsi miring itu, komunitas ini mem- buat konsep perpustakaan yang lebih ‘fun’, dan diisi dengan kegiatan-kegiatan me- narik namun tetap bermanfaat. Misalnya, kegiatan mengenal budaya daerah, mengenal perpustakaan dan museum di seluruh dunia, membuat mainan dari barang bekas dan lain sebagainya. Bagi mereka yang tertarik membuka cabang Komunitas Jendela di daerahnya, dapat menghubungi Prie di lewat akun Twitter: @prienzeast. Bagi yang tertarik mendaftar sebagai relawan, bisa hubungi Yanti di @heriyantieya. Sedangkan yang ingin meliput kegiatan kami atau men- gajak kerjasama dapat menghubungi Gilang lewat akun Twitter: @satriyogumilang). (San) Komunitas saskiasalnab.blogspot.com komunitasjendela.org Fokus kegiatan Komunitas Jendela adalah pengembangan pendidikan anak terutama pada minat baca. Namun tak jarang mereka juga mengadakan program untuk orang tua seperti diskusi dengan warga yang bertujuan untuk membangun kesadaran orang tua akan perlunya pendampingan menonton televisi untuk anak dan pentingnya mendon- geng atau membaca buku bersama anak- anak. Dewasa ini Komunitas Jendela telah ada di beberapa kota. Salah satunya di Jakarta. Untuk yang di Jakarta konsep kegiatan Komunitas Jendela masih sama, tetapi sasarannya adalah anak-anak dari keluarga pemulung yang tidak memiliki kesempatan bersekolah. Di sini anak-anak belajar membaca, menu- lis dan berhitung, sambil tetap diperkenalkan buku ke anak-anak tersebut. Kegiatan yang dilakukan tetap pada koridor pendidikan anak-anak melalui baca dengan berbagai selingan bermain dan workshop. Volunteer Selain di Yogyakarta (pusat) dan Jakarta, Komunitas Jendela juga berkembang di Bandung. Komunitas Jen- dela Jakarta dikelola dan digerakkan oleh para volunteer yang berasal dari berbagai latar belakang dan bekerja secara sukarela. Fokus kegiatan komunitas ini pada segi pengembangan pendidikan dan mental anak, terutama pada anak-anak yang kurang beruntung di Manggarai. Berawal dari perpustakaan yang sederhana, Komu- nitas ini berusaha menghidupkan minat baca adik-adik Manggarai agar senantiasa menghargai pentingnya buku untuk menggapai cita-cita mereka. Beberapa LPDB_53_Jan_2013.indd 43 2/1/2014 1:08:22 AM

Transcript of Jurnal DB Edisi53 Jan 2014 - LPDB

Page 1: Jurnal DB Edisi53 Jan 2014 - LPDB

/P�����t�+BOVBSJ�t�5BIVO�7*�t����� 43

program pembelajaran yang diberikan seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Musik, Seni Menggambar dan lain-lain.

Komunitas ini percaya bahwa budaya membaca itu penting untuk membangun karakter anak bangsa yang positif. Intinya mereka ingin ‘membaca’ jadi buday-anya anak Indonesia. Sayangnya, tidak semua anak Indonesia punya akses yang mudah terhadap buku. Ada yang tinggal di pelosok sehingga jauh dari akses perpustakaan yang disediakan pemerintah, beberapa mungkin terlalu miskin untuk sekedar membeli buku dan masih banyak pula yang menganggap buku dan perpustakaan itu membosankan.

Untuk mengubah persepsi miring itu, komunitas ini mem-buat konsep perpustakaan yang lebih ‘fun’, dan diisi dengan kegiatan-kegiatan me-narik namun tetap bermanfaat. Misalnya, kegiatan mengenal budaya daerah, mengenal perpustakaan dan museum di seluruh dunia, membuat mainan dari barang bekas dan lain sebagainya.

Bagi mereka yang tertarik membuka cabang Komunitas Jendela di daerahnya, dapat menghubungi Prie di lewat

akun Twitter: @prienzeast. Bagi yang tertarik mendaftar sebagai relawan, bisa hubungi Yanti di @heriyantieya. Sedangkan yang ingin meliput kegiatan kami atau men-gajak kerjasama dapat menghubungi Gilang lewat akun Twitter: @satriyogumilang). (San)

Kom

unit

as

sask

iasa

lnab

.blo

gspo

t.com

komunitasjendela.org

Fokus kegiatan Komunitas Jendela adalah pengembangan pendidikan anak terutama pada minat baca. Namun tak jarang mereka juga mengadakan program untuk orang tua seperti diskusi dengan warga yang bertujuan untuk membangun kesadaran orang tua akan perlunya pendampingan menonton televisi untuk anak dan pentingnya mendon-geng atau membaca buku bersama anak-anak.

Dewasa ini Komunitas Jendela telah ada di beberapa kota. Salah satunya di Jakarta. Untuk yang di Jakarta konsep kegiatan Komunitas Jendela masih sama, tetapi sasarannya adalah anak-anak dari keluarga pemulung yang tidak memiliki kesempatan bersekolah. Di sini anak-anak belajar membaca, menu-lis dan berhitung, sambil tetap diperkenalkan buku ke anak-anak tersebut. Kegiatan yang dilakukan tetap pada koridor pendidikan anak-anak melalui baca dengan berbagai selingan bermain dan workshop.

VolunteerSelain di Yogyakarta (pusat) dan Jakarta, Komunitas

Jendela juga berkembang di Bandung. Komunitas Jen-dela Jakarta dikelola dan digerakkan oleh para volunteer yang berasal dari berbagai latar belakang dan bekerja secara sukarela. Fokus kegiatan komunitas ini pada segi pengembangan pendidikan dan mental anak, terutama

pada anak-anak yang kurang beruntung di Manggarai.Berawal dari perpustakaan yang sederhana, Komu-

nitas ini berusaha menghidupkan minat baca adik-adik Manggarai agar senantiasa menghargai pentingnya buku untuk menggapai cita-cita mereka. Beberapa

LPDB_53_Jan_2013.indd 43 2/1/2014 1:08:22 AM

Page 2: Jurnal DB Edisi53 Jan 2014 - LPDB

/P�����t�+BOVBSJ�t�5BIVO�7*�t�����44

Her

itag

e

Situs Gunung Padang

Kontroversi Piramida yang terkubur

Misteri situs megalitikum Gunung Padang perlahan mulai terkuak. Gunung berbentuk segitiga sempurna itu diyakini sebagai pi-ramida raksasa yang terkubur oleh perjala-nan waktu. Usianya ditaksir puluhan ribu tahun sebelum masehi. Fantastis!

http://martmorradventure.wordpress.com

“SEBAIKNYA jangan menggunakan Sedan Pak, jalannya gak bagus, pakai mobil off road jauh lebih nyaman,” begitu saran seorang teman ketika saya mencoba mencari informasi jalan menuju Gunung Padang, Cianjur Jawa Barat.

Saya tertarik mengunjungi obyek wisata alam di kawasan Jawa Barat itu, lantaran gunung yang semula tampak biasa-biasa saja itu belakangan makin gencar dibicarakan. Gundukan tanah seting-gi 885 meter di atas permukaan laut itu diyakini hanyalah bentuk luar atau penutup dari ujud bangunan yang sebenarnya yaitu sebuah piramida raksasa. Bullshitt! Ya, ada tuduhan menganggap isu piramida itu hanya isapan jempol, cuma promosi

pariwisata agar banyak orang datang ke Cianjur. Kon-troversi pun merebak, berbagai diskusi yang melibat-kan pakar sejarah dan geologi dari dalam maupun luar negeri terus digelar dan hasilnya Gunung Padang tetap misteri namun dugaan bahwa di lokasi tersebut pernah ada bangunan besar peninggalan jaman batu besar megalitikum tak terbantah.

Sebuah penelitian yang dipimpin yang dipimpin Andi Arief dari TTRM (Tim Terpadu Riset Mandiri) menunjukkan bahwa bentuk bangunan yang ter-dapat dibalik Gunung Padang terdiri atas empat lapisan, dengan waktu pembangunan yang berbeda-beda. Lapisan paling luar, ditaksir berusia 600 tahun SM. Kemudian ada lapisan kedua yang berusia 4.900 SM, di lapisan ketiga usianya mencapai 11.500 SM dan lapisan paling dalam yang berhasil diketahui usianya diperkirakan sekitar 25.000 tahun SM.

Situs prasejarah ini pernah dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga menyinggungnya pada 1949. Setelah sempat “terlupakan”, pada 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma dan Abidin, melaporkan ke-

LPDB_53_Jan_2013.indd 44 2/1/2014 1:08:24 AM

Page 3: Jurnal DB Edisi53 Jan 2014 - LPDB

/P�����t�+BOVBSJ�t�5BIVO�7*�t����� 45

He

rita

ge

foru

m.ja

lan2

.com

pada Edi, penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, ia mengadakan pengecekan dan tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.

Gunung Padang dapat ditempuh 1,5 jam atau 45 km dari kota Cianjur. Dari Jakarta jaraknya 165 km dan dari Bandung sekitar 110 km. Perjalanan melalui jalur naik-turun, kadang aspalnya mulus dan kadang jalanan berlubang dan berbatu. Cara praktis untuk menuju lokasi ini adalah dengan mengendarai mobil SUV, seperti Land Cruiser, Fortuner atau Kijang.

Situs ini tampak berbukit curam. Tapi gak usah khawatir jatuh ke jurang karena telah tersedia anak tangga untuk mencapai puncaknya setinggi 95 meter. Tangga tersebut tersusun dari 468 anak tangga dari batu andesit yang direkonstruksi. Ada dua bagian anak tangga, satu tangga berbahan batu alami dan yang satunya lagi tangga berbahan semen dan pasir.

Situs Gunung Padang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemung-kinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunung Padang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum.

Namun situs ini masih mengundang kontoversi. Ini terjadi karena munculnya sejumlah pendapat dan kepercayaan kalau situs gunung padang memi-liki keterkaitan dengan situs piramida yang ada di Mesir. Sebab bentuknya yang mirip dengan ruang dindalamnya dan karena umurnya yang jauh lebih tua dibandingkan piramida yang ada di mesir. Akhirnya situs Gunung Padang berada dalam masa pengkajian lebih lanjut.

Namun pembuktian belum maksimal, dan ini me-nyebabkan pakar geologi masih ragu terhadap situs Gunung Padang yang usianya jauh lebih tua diband-ing piramida di Mesir .

Kontroversi merebak setelah arkeolog Andi Arief merilis ada sejenis piramida di bawah Gunung Padang pada awal tahun lalu. “Dia tidak tahu dengan pasti seperti apa bentuknya, yang jelas di bawah gunung itu ada ruang-ruang. Selintas tak seperti gunung tapi seperti karya manusia (man-made).

Jika penelitian itu berlanjut dan hasilnya terbukti benar bahwa ada seonggok bangunan raksasa yang terkubur lebih dari 10 ribu tahun lalu, maka Indonesia boleh mengklaim diri sebagai bangsa dengan sejarah kebudayaan tertua di dunia. Kita tunggu saja. (Bhas)

jakartagreater.com

Sketsa Imaginer Situs Gunung Padang.

LPDB_53_Jan_2013.indd 45 2/1/2014 1:08:25 AM