Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01)....

32
Jurnal KOMUNIKASI DALAM KONFLIK MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Tentang Dialektika Relational dalam Konflik yang Terjadi Antara Jamaah Masjid Dukuh Pakis Kelurahan Panekan, Magetan) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Oleh: Ade Uli Fitriyani D0216002 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2020

Transcript of Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01)....

Page 1: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Jurnal

KOMUNIKASI DALAM KONFLIK MASYARAKAT PEDESAAN

(Studi Kasus Tentang Dialektika Relational dalam Konflik yang Terjadi Antara

Jamaah Masjid Dukuh Pakis Kelurahan Panekan, Magetan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh:

Ade Uli Fitriyani

D0216002

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020

Page 2: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

KOMUNIKASI DALAM KONFLIK MASYARAKAT PEDESAAN

(Studi Kasus Tentang Dialektika Relational dalam Konflik yang Terjadi Antara

Jamaah Masjid Dukuh Pakis Kelurahan Panekan, Magetan)

Ade Uli Fitriyani

Dwi Tiyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Social changes in the community of Dukuh Pakis have an impact on the balance of

community life for its residents. One of them is the conflict of divisions in the congregation

praying Jum’at followed by indications of a split in the daily activities of the people in Pakis

community. The division of the Jum’at congregation included divisions in other religious

practices such as the implementation of Idul adha and Eid prayers, the formation of

sacrificial committees, and other religious activities. It is not yet clear why the eastern

congregation made it difficult to move congregations after for approximately 11 years

agreeing to the agreement to procure a mosque in the west mosque. This decision is

considered sudden by other communities, resulting in assumptions that actually make things

worse. Several reasons cited by the east were not accepted by the west community.

In this conflict the researchers looked more at the conflicts that occurred internally,

namely the connection between the rejection of the congregation and the west congregation,

the difference in views between the west and eastern congregations and the form of

expressions about acceptance and rejection in the conflict. Researchers use relational

dialectic theory. This paper is a research conducted on the community of Dukuh Pakis Rt 01

and Rt 02 with reference to the dialectical concept proposed by Baxter and Montgomery

using a qualitative descriptive type case study as a research method. Sources of research are

the pros and cons of society. Data collection was carried out by in-depth interviews and

documentation of sampling techniques using nonprobability sampling snowball sampling.

The results showed that the dynamics or conflicts occurring internally between west

and eastern congregations did not maximize the role of communication between them. Each

party has a strong belief in carrying out Friday prayers and other religious activities. This

study shows that the Theory of Relational Dialectics can be used to explain more complex

dynamic relationship phenomena such as dynamics in a traditional society. Dialogic

communication can also be verified and its role and application can be identified.

Keyword: social Conflict, Dialectica Internal, Dialogis communications

Page 3: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Pendahuluan

Salah satu kegiatan yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan manusia dalam

bermasyarakat adalah berkomunikasi. Sebagian besar aktivitasnya diisi dengan kegiatan

berkomunikasi, mulai dari mengobrol, membaca koran, mendengarkan radio, menonton

televisi atau bioskop, dan sebagainya. Sehingga komunikasi menjadi bagian penting

masyarakat terlebih lagi ketika seorang individu harus memulai hidup bermasyarakat.

Berkomunikasi pada dasarnya ditempuh seseorang untuk memenuhi fungsi sosial dan fungsi

pengambilan keputusan (Mulyana, 2012, hal. 4). Dalam fungsi pengambilan keputusan,

seseorang memutuskan untuk berkomunikasi ketika mereka sedang berada di tengah berbagai

pilihan, misalnya saja pilahan untuk melakukan atau tidak melakukan. Dalam tahap Fungsi

sosial inilah, seseorang melakukan komunikasi dengan tujuan untuk menunjukan ikatan

dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. (Mulyana, 2012, hal. 6).

Komunikasi memainkan peranan penting bagi semua aspek interaksi sosial, sehingga

memunculkan suatu kenyataan bahwa komunikasi bisa menciptakan bentuk-bentuk

pengalaman positif dan negatif (Berger, 2003, hal. 257).

Judy C. Pearseon menambahkan bahwa fungsi komunikasi bagi manusia adalah

terbagi menjadi dua hal yaitu untuk melangsungkan kehidupan (keselamatan fisik,

meningkatkan kesadaran pribadi, menampilakn diri kita sendiri kepada orang lain, dan

mencapai ambisi pribadi. Fungsi kedua adalah kelangsungan hidup masyarakat, yaitu

memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Dalam

fungsi kedua inilah kajian komunikasi erat kaitannya dengan kajian sosiologi, salah satunya

tentang konflik masyarakat. Intensitas komunikasi masyarakat nyaris tidak bisa terukur lagi

bagi sebuah masyarakat yang tinggal di lingkungan bersama seperti misalnya dalam sebuah

desa.

Desa sendiri didefinisikan sebagai cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan

pemerintahan jauh sebelum negara Indonesia terbentuk (Jamaludin, 2015, hal. 5). Sebuah

desa identik dengan kemasyarakatannya, gotong royong dan segalanya.. Di sisi lain Pola

hubungan dan tingkat komunikasi pada masa itu masih sangat rendah, terutama di daerah

pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain

masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya adalah: Sederhana, mudah

curiga,menjunjung tinggi “unggah-ungguh” atau tata kram ,guyub dan kekeluargaan, lugas

atau berbicara apa adanya, tertutup dalam hal keuangan, perasaan “minder” terhadap orang

Page 4: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

kota, menghargai (“ngajeni”) orang lain, maasyarakat yang mengingat janji, Suka gotong-

royong, Demokratis, Religius (Waluya, 2012, hal. 2-4)

Dari ciri dan identifikasi yang telah para ahli sampaiakan terkait masyarakat desa,

jika kita kaitkan dengan komunikasi, maka seharusnya komunikasi masyarakat desa

setidaknya memiliki tingkat beberhasilan yang tinggi, mengingat sikap toleransi dan gotong

royong serta kepedulian satu sama lain yang cukup tinggi. Selain itu masyarakat desa

cenderung statis sehingga lebih bersifat homogen, sehingga sangat minim terjadinya

kesenjangan pendapat yang berakibat pada selisih faham dan berujung konflik. Pada

kenyataanya, konflik tetaplah menjadi hal yang sangat wajar tumpuh di masyarakat rural.

Berdasarkan data Podes periode tahun 2011-2018 jumlah desa/kelurahan yang

menjadi ajang konflik massal cenderung meningkat, dari sekitar 2.500 desa pada tahun 2011

menjadi sekitar 2.800 desa/kelurahan pada tahun 2014, dan kembali meningkat menjadi

sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun 2018 (BPS, 2018). Beberapa kasus konflik lahir

atas kesalahan masyarakat dalam menjalin komunikasi yang baik. Wirawan (Arumsari,

Paradita, & Wijayanti, 2020, hal. 25) mengungkapkan bahwa kemungkinan kualitas dan

kuantitas konflik di Indonesia cenderung mengalami kenaikan beriringan dengan indikasi

perkembangan masyarakat sipil.

Konflik masyarakat beberapa waktu lalu terjadi di Dukuh Pakis dan berimbas hingga

saat ini. Dukuh Pakis merupakan salah satu dukuh yang terletak di Kecamatan Panekan.

Memiliki setidaknya sekitar 80 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 250 an.

Dukuh ini terbagi menjadi dua RT yang lebih akrab disebut dengan Pakis Utara (untuk RT

02) dan Pakis Selatan (untuk RT 01). Keberagaman warga tidak begitu nampak jika dilihat

dari karakter masyarakat di dukuh ini. Mulai dari agama, jenis pekerjaan, dan adat istiadat

yang dianut. Sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan sebagai petani. Dominasi

jenis pekerjaan yang ke dua adalah pengusaha Bawang merah. Pengusaha bawang merah

merupakan sebutan bagi mereka para tengkulak bawang merah yang membeli bawang

merah dari sawah warga Pakis sendiri, dan beberapa daerah luar Pakis baik daerah dalam

Kabupaten Magetan maupun daerah luar kabupaten Magetan seperti Kabupaten Ngawi,

Ponorogo, dan beberapa daerah lainnya. Dalam hal kepercayaan agama, 98% penduduknya

menganut agama islam.

Fenomena terpecahnya jamaah masjid akhir tahun 2019 di desa Pakis memiliki

dampak yang panjang dalam kehidupan masyarakat dukuh Pakis. Fenomena ini sempat

muncul 12 Tahun silam dengan jenis penyebab yang berbeda. Pada masa itu masyarakat dan

tokoh agama desa memutuskan melakukan perpindahan masjid yang diperuntukkan sholat

Page 5: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Jumat dan sholat hari raya karena pertimbangan syariat islam sholat Jumat itu sendiri.

Masyarakat melakukan renovasi terhadap salah satu mushola dan membangunnya menjadi

sebuah masjid yang berukuran besar agar mampu menampung seluruh jamaah. dan

semenjak saat itu mushola tersebut diresmikan menjadi masjid. Tepat pertengahan 2019

hingga saat ini dengan sebuah permasalahan baru, beberapa jamaah secara diam-diam

melakukan perpindahan sholat jumat secara tiba-tiba atau membentuk kelompok jamaah

baru yang beranggtakan keluarga besar salah satu tokoh agama di dukuh Pakis yang tinggal

di daerah timur. Masyarakat Dusun Pakis sendiri menyemaskan kejadian ini karena

berkaitan dengan jumlah makmum sholat jum’at. Ini yang kemudian mengakibatkan

kegelisahan antar warga Desa Pakis.

Indikasi konflik agama lain kemudian bermunculan setelah pemisahan masjid

tersebut, diantaranya kelompok pengajian setiap malam jumat. Beberapa warga yang

melakukan perpindahan sholat Jumat memilih memisahkan diri dan membentuk kelompok

pengajian rutin sendiri. Hal tersebut kemudian mengakibatkan terganggunya keharmonisan

hubungan antar tetangga di dusun Pakis. Selain beberapa hal di atas nampak beberapa

sindirian dilayangkan antar warga yang berakibat pada terbengkalainya beberapa kegiatan

rutin dan sikap gotong royong warga. Sebagai masyarakat yang memiliki kepercayaan

religius yang kuat masyarakat Dusun pakis terbiasa menyelesaikan konflik dengan agama.

Terlihat dari fenoma ini justru urusan agama menjadi dampak akibat adanya salah satu

konflik. Selama ini belum ada upaya komunikasi yang intens dalam menghadapi persoalan

ini. Seperti yang diungkapkan dalam kajian yang dilakukan oleh Hasenclever dan

Ritterberger bahwa sesungguhnya keberadaan agama dalam beberapa kondisi bisa menjadi

fasilitator dalam penyelesaian konflik. (Hasenclever & Rittberger, 2000, hal. 642). Pada

kenyataanya dalam kasus Desa Pakis ini justru intoleransi masyarakat yang muncul selama

konflik adalah dalam hal beribadah atau urusan agama lainnya. Fakta ini kemudian menjadi

menarik untuk dilakukan analisis, khususnya dalam prespektif komunikasi yang terjadi di

dalamnya.

Keterkaitan antara dua jenis konflik itu kini masih menjadi sebuah pertanyaan bagi

masyarakat umumnya khususnya. Simpang siur informasi serta minimnya komunikasi yang

terjalin antara warga yang terlibat menjadikan masalah ini berlarut-larut. Pada akhirnya

konflik ini terkesan didiamkan dan diserahkan kepada masing-masing individu masyarakat

untuk menyikapinya. Ujaran kebencian semakin terjadi manakala beberapa masyarakat

mengaku mendapatkan intimadasi tertentu. Konflik ini akhirnya mengarah pada konflik

Page 6: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

antara RT 01 dan RT 02. Situasi ini sangat erat kaitanyya dengan dinamika komunikasi yang

terbentuk dalam masyarakat selama konflik ini terjadi.

Berdasarkan fakta di atas salah satu faktor besar yang sangat memungkinkan

menjadi penyebab sekaligus penyelesaian konflik tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah

komunikasi. Kesalahfahaman yang timbul akibat komunikasi menjadikan beberapa warga

pada akhirnya mudah terprovokasi dan mempengaruhi warga lainnya mengingat salah satu

ciri masyarakat desa adalah kepedulian satu sama lainnya yang cukup tinggi. Pada akhirnya

penulis tertarik untuk melakukan sebuah kajian komunikasi atas konflik yang terjadi di

Dukuh Pakis tersebut. Penulis ingin meneliti bagaimana peran komunikasi dalam konflik

antar masyarakan rural dengan kriteri yang sedemikian rupa. Penulis merasa bahwa unsur

komunikasi menjadi salah satu penyebab konflik ini. Peneliti akan menggunakan pisau

analisis sesuai dengan latar belakang studi penulis sebagai mahasiswa komunikasi yaitu teori

dialektika rasional (Rasional Dialectic Theory atau RDT), dibantu dengan beberapa teori

dari ranah sosiologi berupa teori konflik. Peneliti akan mencari data secara kualitatif dengan

metode observasi dan wawancara secara mendalam kepada pihak terkait dalam konflik.

Pemeliti menganalisis peristiwa berdasarkan asumsi dan elemen dari toeri Dialektika

relasional yang merupakan teori bidang ilmu komunikasi yang merujuk pembahasan

mengani konflik dalam hubungan individu secara khusus.

Terjadinya konflik dalam masyarakat tentu bukanlah merupakan hal baru. Beberapa

kolompok masyarakat yang tinggal di kawasan lain mungkin juga pernah melakukan dan

terlibat dalam sebuah pertentangan pendapat terhadap tokoh masyarakat tertentu, tetapi tidak

semua bentuk komunikasi yang menjadi latarbelakang konflik dengan antar tokoh

masyarakat dan masyarakat pada umumnya dapat disamakan dengan komunikasi konflik di

masyarakat lain. Secara Sederhana, selalu ada keunikan tersendiri yang terdapat dalam

komunikasi yang dilakukan suatu kelompok masyarakat yang sebenarnya tidak dapat

disamaratakan dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat lain. Perbedaan dan

keunikan komunikasi di suatu kelompok masyarakat kemungkinan besar membawa

pengaruh luas bagi perbedaan-perbedaan bentuk perselisihan atau konflik serta resolusi

konflik. Keunikan-keunikan dalam kelompok tersebut mungkin sedikit banyak dipengaruhi

oleh faktor-faktor demografis dan kondisi sosial masyarakat yang berbeda-beda antara satu

daerah dengan yang lain.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran konflik masyarakat dukuh Pakis secara Umum ?

Page 7: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

2. Bagaimana komunikasi dialektis antara ke dua belah pihak terhadap pemberlakuan

dua kelompok jumatan ?

3. Bagaimana komunikasi dialektis internal antara ke dua belah pihak terhadap

pemberlakuan dua kelompok jumatan ?

4. Bagaimana komunikasi dialogis antara pihak kelompok jumatan timur dan kelompok

jumatan barat dalam menyelesaikan konflik pemberlakuan dua kelompok jumatan ?

Kajian Pustaka

A. Konflik dalam kajian ilmu sosial dan Ilmu komunikasi

Menurut Moore (Poloma, 1994, hal. 148) seharusnya sebagai suatu mekanisme

yang menjelaskan fungsi masyarakat, di dalamnya harus mendistribusikan anggota ke

dalam berbagai posisi sosial dan mengajarkan mereka agar melaksanakan kewajiban

yang sesuai dengan posisi itu. Ashley Crossman dalam salah satu artikelnya membahas

tentang teori konflik. Dalam artikelnya menjelaskan bahwa ketegangan dan konflik

muncul ketika sumber daya, status, dan kekuasaan didistribusikan secara tidak merata

antara kelompok-kelompok dalam masyarakat dan bahwa konflik ini menjadi mesin

untuk perubahan sosial. Dalam konteks ini, kekuasaan dapat dipahami sebagai kontrol

terhadap sumber daya material dan akumulasi kekayaan, kontrol politik dan institusi

yang membentuk masyarakat, dan status sosial seseorang relatif terhadap orang lain

(ditentukan bukan hanya berdasarkan kelas tetapi juga oleh ras, gender, seksualitas,

budaya , dan agama, antara lain) (Crossman, 2019).

Bentuk dan prinsip kegagalan komunikasi di atas seringkali berperan besar

sebagai penyebab konflik. Secara sederhana pertumbuhan konflik dalam proses

komunikasi, terjadi akibat pelemparan pesan yang tidak memuaskan antara komunikan

dengan komunikator. Kembali pada sebuah konsep dasar komunikasi secara umum yang

melibatkan bentuk-bentuk pertukaran pesan dari komunikator ke kemunikan yang

membutuhkan beberapa unsur penyusun komunikasi seperti komunikator, komunikan

dan media atau channel, seharusnya keberlangsungan komunikasi dapat dipandang

sederhana. Terlepas dari konsep sederhana tersebut pada kenyataanya proses pertukaran

pesan tersebut bisa menjadi proses rumit tatkala unsur penyusun komunikasi gagal

menyampaikan pesan dan meneruskan pesan dengan baik..Sehingga apabila proses

komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik, maka hal itu dapat dipandang sebagai

salah satu bentuk kegagalan komunikasi.

Page 8: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Selain ketidaksempurnaanya unsur penyusun komunikasi seperti yang dijelaskan

dalam konsep dasar komunikasi, dalam upaya menjelaskan mengenai konflik dari

prespektif komunikasi, dimana komunikasi dianggap sebagai salah satu penyebab konflik

maka secara lebih detail lagi dibahas mengenai kegagalan komunikasi secara lebih rinci

dan detail. Charles Berger kemudiam menjelaskan kajiannya, secara umum ia

menyatakan bahwa sebenarnya komunikasi dan beragam tujuannya berada dalam

wilayah interaksi sosial yang terbentang dalam rutinitas yang unik, yang semakin besar

sepanjang waktu. Sebagai bentuk interaksi sosial maka semua pihak yang terlibat di

dalamnya dapat merasakan hubungan serta pengalaman yang positif dan negatif (Berger,

2003, hal. 257). Paparan Charles Berger sebenernya lebih terfokus pada bagaimana

sebuah komunikasi berperan dalam interaksi sosial yang terjadi. Temuan Berger ini

kemudian dapat dihubungkan dengan penyebab konflik.

Secara teoritik menurut Robbins terdapat dua tipe konflik, yaitu konflik

fungsional dan konflik disfungsional (Stephen P. Robbins, 1996, hal. 438). Konflik

fungsional merupakan sebuah konfrontasi antara kelompok yang menambah keuntungan

di akhirnya. Konflik disfungsional adalah konfrontasi atau interaksi di antara kelompok

yang merugikan organisasi atau sekedar menghalangi pencapaian tujuan. Perbedaan

istilah kemudian disampaiakan Steven A. Beebe dan Susan J. Beebe yang merupakan

dua orang pakar komunikasi dari Amerika Serikat membagi konflik menjadi dua kategori

besar yaitu, konflik konstruktif dan konflik destruktif. Konflik konstruktif merupakan

bentuk konflik yang memiliki sifat saling kerjasama (Beebe, 2001, hal. 221-222).

Pengklasifikasian yang diutarakan dua pakar Steven A. Beebe dan Susan J. Beebe ini

memberikan gambaran konflik dari pengaruhnya mengatasi perbedaan dan sifat yang

melekat pada perselisihan tersebut.

Pembahasan mengenai tipe tipe konflik di atas kemudian berimplikasi pada

identifikasi mengenai sifat-sifat konflik. Salah satu identifikasi mengenai sifat konflik

juga diutarakan oleh ilmuwan dengan latar belakanag ilmu komunikasi. Adalah Adler

dan Rodman (2006: 236-237), ia membagi sifat konflik menjadi empat sifat umum yaitu

ekspresi perjuangan, ketidakcocokan, merasakan hadiah yang sangat langka, dan yang

terakhir saling ketergantungan. Ekspresi perjuangan merupakan bentuk ekspresi

kebencian yang diberikan oleh seseorang karena orang lain melakukan sesuatu yang

tidak sepantasnya. Kedua, merasakan ketidakcocokan tujuan merupakan sifat konflik

yang muncul karena ada pihak-pihak tertentu yang merasakan munculnya

ketidaksesuaian tujuan dengan bentuk tujuan pihak lain, sehingga pada beberapa kasus

Page 9: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

tidak ada bentuk penyelesaian yang tersedia. Ketiga, merasakan hadiah yang sangat

langka merupakan bentuk sifat konflik yang membuat pihak-pihak yang terlibat

merasakan adanya hadiah yang akan mereka dapatkan jika memenangkan konflik

tersebut. Keempat, saling ketergantungan menjadi sifat konflik yang membuat pihak-

pihak yang bertikai merasakan adanya perasaan saling tergantung dan saling

membutuhkan.

Setelah mengetahui tipe dan sifat konflik hal selanjutnya adalah mengetahui tentang

karakteristik konflik. Karakteristik konflik ini diajukan oleh Miall digunakan oleh Celina

Del Felice, Secara umum Miall (2004) membagi karaketeristik konflik menjadi tiga sifat

yang spesifik. Pertama, konflik biasanya bersifat asimetris terutama yang berhubungan

dengan kekuatan dan status. Kedua, bentuk-bentuk konflik yang ada biasanya

diperpanjang, sehingga digambarkan dalam bentuk siklus atau lonceng. Ketiga, bentuk-

bentuk konflik yang diperpanjang biasanya mengganggu sisi kemasyarakatan secara

lokal dan global (Del Felice, 2008, hal. 76).

Dari ketiga pembahasan diatas yaitu mngenai, tipe, sifat serta karaktersitik konflik

memberikan penegasan bahwa ilmu sosial memiliki keterjangkauan yang luas dan saling

memiliki ketersinambungan satu sama lainnya. Ilmu komunikasi turut menjadi satu

cabang ilmu yang mendalami konflik dari segi komunikasi. Ilmu komunikasi

memandang konflik merupakan dampak dari adanya interaksi sosial yang terjadi dala

sebuah masyarakat.

B. Teori Dialektika Relasional

Salah Satu Teori yang dapat digunakan untuk manganalisis konflik dalam

prespektik ilmu komunikasi adalah teori hubungan dialektis. Teori hubungan dialektis

menjadi salah satu bagian tradisi sosiokultural. Tradisi sosiokultural lebih condong

terhadap analisis mengenai hubungan interaksi antar individu di dalam lingkup

masyarakat (Littlejohn & Foss, 2018). Jika Teori Hubungan Dialektis dilihat melalui

pandangan awam, maka teori tersebut tampak sederhana. Pada dasarnya teori ini

mengupas lebih dalam tentang hubungan seseorang dalam bermasyarakat. Sebuah

hubungan lahir melalui dialog. Maka menurut teori ini kehidupan masyarakat erat

kaitannya dengan dialog dan dialektis. Dialektis mengacu pada sebuah tekanan antara

kekuatan-kekuatan yang berlawanan dalam sebuah sistem, sedangkan dialog dapat

diistilahkan sebagai suara-suara yang berbeda yang menyatu dalam sebuah percakapan

(Littlejohn & Foss, 2018, hal. 302)

Page 10: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Tentang dialektika, mengutip penjelasan Griffin pada penelitiannya tahun 2012

silam, terdapat tiga jenis dialektif yang memengaruhi hubungan antar individu, yaitu:

a) Menyatu dan terpisah (intregration and saparation) ini mengacu pada keadaan

dimana seseorang memiliki keinginan untuk terpisah dengan orang lain, di sisi

lain ia juga ingin akrab dengan orang lain (others).

b) Stabilitas dan perubahan (stability and change), keadaan yang diupayakan

untuk menjaga kenyamanan tapi juga mengharapkan adanya sebuah

perubahan.

c) Keterbukaan dan proteksi (expressions and non-expressions), dualisme antara

sikap protektif dan ekspresif. (Fahrudin, Hatjarjo, & Satyawan, 2018)

Sementara untuk Proses dialogis, proses ini digunakan untuk menentukan arah

serta aliran komunikasi dalam sebuah hubungan yang terjalin di tengah adanya

dinamika-dinamika yang membuat beberapa perubahan. Dengan dialog dapat

didefinisaikan ulang hubungan yang muncul serta bagaimana bentuknya. Menurut Mixail

Baxtin (Griffin, 2012) terdapat lima pengertian dialog dalam sebuah hubungan, yaitu

dialog sebagai unsur pokok komunikasi yang membangun dan mendasari hubungan.

Yang ke dua dialog sebagai rantai ucapan, selanjutnya dialog bersifat tidak terduga.

Dialog juga sebagai moment estis, dimana dalam tahapan orang-orang merasa saling

memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Selain itu dialog juga merupakan sarana ekspresi

sikap kritis.

Teori Dialektika relasional ini memiliki dua tipe, yaitu dialektika internal

(internal dialectical) dan dialektika eksternal (eksternal dialectical). Tipe tersebut

didasarkan pada kedudukan seorang individu dalam berkomunikasi. Pada dialektika

internal merujuk pada komunikasi dalam sebuah komunitas, sedangkan pada dialektika

eksternal merujuk pada komunikasi antar individu dalam sebuah komunitas disertai

dengan ketegangan yang terjadi dalam kelompok atau pihak lainnya. Berikut sajian

gambar tipologi dua tipe dialektika rasional (Griffin, 2012, hal. 156):

Internal Dialectic

(within the relationship)

External Dialectic

(between couple and community

intregration and saparation

Coonection-Autonomy Inclusion-seclution

stability and

change Certainty-Uncertainty Conventionally-Uniquennes

expressions and Opennes-Closedness Revelation-Concealment

Page 11: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

non-expressions

ITabel 2. 1

Tipologi dialektika internal dan eksternal

Teori Hubungan Dialektis sebenarnya berusaha memanfaatkan semaksimal

mungkin peranan komunikasi dalam hubungan antarmanusia untuk mengurangi

kerenggangan dan ketegangan yang muncul karena perbedaan tujuan dan pandangan,

seperti yang telah dipaparkan (Baxter & Montgomery, 1996). Konsep Teori dialektis

menafsirkan bahwa sebuah hubungan pribadi atau interaksi yang dilakukan secara terus

menerus akan memungkinkan muncul simpul kontradiksi yaitu keadaan berkebalikan

atau kecenderungan menetang (Griffin, 2012, hal. 153). Sederhanaya Teori ini

membahas tentang bagaimana perubahan dalam sebuah hubungan yang terjalin dalam

waktu yang cukup lama pada akhirnya harus dihadapkan pada beberapa pertentangan

yang berkaitan dengan perbedaan keinginan masing-masing. Dialektika relasional sendiri

mendefinisikan tentang pola komunikasi hubungan antara mitra sebagai akibat dari

endemik dialektis ketegangan. Ketegangan tersebut muncul akibat dari adanya

kebutuhan-kebutuhan emosional yang saling bertentangan yang dirasakan oleh para

pelaku komunikasi. Ketika beberapa orang berkomunikasi mereka akan selalu berusaha

untuk berdamai dengan keinginan bertolak belakang yang pasti muncul, sedangkan di

sisi lain mereka tidak bisa menghapuskan kebutuhan tersebut. Hal teersebut yang pada

akhirnya mengakibatkan munculnya beberapa perubahan secara konstan. Perubahan akan

senantiasa terjadi seiring intensitas lamanya berhubungan sebuah masyarakat. Perubahan

dalam hal ini adalah tingkat kedekatan dalam hubungan tersebut akan memengaruhi

perbedaan dalam cara mengungkapkan kebersamaan dan kemandirian (Rawlins, 1988,

hal. 27).

Kontradiski ini dimungkinkan muncul di dalam sebuah hubungan, makan dari itu

orang akan berupaya untuk mengelola ketegangan tersebut dan oposisi dalam hubungan.

Komunikasi sangat penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-

kontradiksi dalam hubungan. Peran komunikasi adalah untuk memberikan solusi dan

penyelesaian atas suatu masalah dalam hubungan. Masih di dalam sebuah buku yang

sama, disebutkan bahwa dalam teroi dialektika rasional ini terdapat empat elemen yang

menjadi subtansi penting dalam analisis dialektika. Empat elemen tersebut adalah

Totallity (totalitas), contradictition (Kontradiksi), motion (pergerakan), dan praxis

(Praksis) (West, 2008, pp. 191-192). Totalitas berarti bahwa dialektika mengakui adanya

saling ketergantungan dalam sebuah hubungan. Kontradiksi diasumsikan sebagau dua

Page 12: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

oposisi dua elemen yang bertetangan. Sedangkan pergerakan (motion) adalah sebuah

proses berhubungan. Praksis adalah kapasitas yang dimiliki oleh manusia sebagai

pembuat pilihan.

C. Komunikasi Dialogis

Dalam Tesis Ngebu tahun 2017 yang membahas tentang konflik antar masyarakat

Benteng raja, mengutip gagasan yang disampaiakn oleh Baxter yang diberi nama

generasi ke dua Komunikasi dialektis dan dialogisnya. Dalam pernyataanya Baxter dan

Grifin menyebutkan fungsi dialog dalam upaya penyelesaian konflik (Ngebu, 2017)

a. Dialog sebagai proses yang membangun (dialogue as constitutive process)

komunikasi menciptakan suatu hubungan dan pada praktiknya suatu individu berubah,

maka hubungan mereka juga ikut berubah. Dalam hal ini dialogis mempertimbangkan

bahwa perbedaan dan kesamaan pada orang menjadi sama pentingnya. Perbedaan

memusatkan pada apa arti dari perbedaan ini bagi pasnagan dan bagaiaman mereka

bertindak atas arti-arti tersebut. Sementara persamaan akan sikap-sikap, latar belakang,

dan minat dapat menyatukan bersama orang-orang secara positif.

b. Dialog sebagai aliran dilektis (dialogue as dialectical flux) Seluruh kehidupan sosial

merupakan produk dari “penyatuan yang dikuasai kontradiksi dan penuh ketegangan

dari dua hasrat yang berperang” Ini memperjelas bahwa bebrbagai bentuk kotradiksi

semakin diakui keberadaanya. Hal demikian berarti bahwa proses mengembangkan dan

mempertahankan hubungan menjadi sulit ditebak, tidak bisa terselesaikan, dan tidak bisa

dipastikan.

c. Dialog sebagai momen estetis (dialogue as an aesthetic moment) Baxter

menggambarkan sensansi timbal balik tersebut dari penyempurnaan, perlengkapan atau

keseluruhan ditengah pengalaman yang terfragmentasi tersebut tidak berlangsung lama.

Akan tetapi, kenangan saat – saat indah dapat mendukung pasangan melalui turbulensi

yang terjadi pada hubungan akrab.

d. Dialog sebagai ungkapan (dialog as utterance) Ungkapan digambarkan sebagai

penghubung ekspresif yang membentuk rantai dialog. Oleh karena itu, ungkapan yang

disetuji dipengaruhi kata-kata yang keluar sebelumnya dan kata-kata yang akan

digunakan. Baxter menekankan pada apakah ungkapan memberi kepercayaan pada

suara-suara kedua belah pihak dalam suatu hubungan atau tidak.

e. Dialog sebagai sensibilitas kritis (dialogue as a critical sensibility) Suatu kewajiban

untuk mengkritik suara yang dominan, khususnya mereka yang menekan pandangan-

pandangan yang bertentangan.

Page 13: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

D.

Kerangka berfikir

Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian kualitaitif studi kasus, Bodgan dan Taylor dalam

Basrowi mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati (Basrowi,

2008 ) .Kemudian masih dalam Basrowi menurut Miles dan Huberman, metode kualitatif

adalah metode yang berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat dalam

individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara

menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Basrowi, 2008).

Penelitian studi kasus bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan

sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat ( (Husnaini

& Akbar, 2017). Metode Kualitatif deskriptif analitik yang dipakai dalam penelitian ini

Masyarakat

Dukuh Pakis RT 02

dan RT 01

Perpindahan dan

atau perpecahan

Sholat Jum’at

Dialektis Dialogis

Dialektika Internal - Dialog sebagai proses

yang membangun

(Dialogue is a

constitutiy process)

- Dialog sebagai aliran

dialektis

- Dialog sebagai momen

estetis

- Dialog sebagai

ungkapan

- Dialog sebagai

sensibilitas kritik

Contra

- Autonomy

- Uncertaint

- Closedness

Pro

- Connection

- Certainty

- Openess

Page 14: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

adalah untuk mendapatkan data yang mendalam berupa data-data yang mengandung makna

(Sugiyono, 2010)

Peneliti belum mengetahui secara pasti bagaimana seluk beluk konflik yang terjadi

anatra warga dusun Pakis dan beberapa pihak pengusaha bawang merah. Peneliti ingin secara

menggali factor-faktor yang melekat dalam konflik tersebut. Selain kepada pihak tokoh

masyarakat dan pengusaha secara langsung, peneliti juga akan menggali informasi

mendalam melalui wawancara kepada warga sekitar yang terkena dampak atas konflik

tersebut.

Secara epistimologis fenomena ini merupakan sebuah fenomena jamak, dengan

kriteria banyak factor yang membentuk konflik tersebut sekaliapun hanya dilihat dari

prespektif komunikas. Pertimbangan segi ontologisnya adalah peneliti akan berusaha

membaur dalam suatu percakapan intens yang sering dinamakan indepht interview. Peneliti

akan terlibat secara emosional dalam melahkukan penelitian ini. Dari segi aksiologis, peneliti

berusaha mengikuti nilai yang dianut oleh responden.

- Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Pengertian Purposive Sampling adalah: teknik mengambil sampel dengan tidak

berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan

yang berfokus pada tujuan tertentu (Arikunto, 2006, hal. 131). Teknik purposive sampling

menekankan pada kepemilikan informasi dari sumber tentang suatu topik tertentu yang

menjadi fokus penelitian ini. Teknik purposive juga digunakan sebagai prosedur untuk

menentukan informan yang hendak memberikan informasinya (Gerring, 2007, hal. 88).

Penelitian ini didesain dengan populasi adalah masyarakat dusun Pakis RT 02 / RW 02.

Setelah diketahui popoulasi tersebut teknik pengambilan sample digunakan teknik purposif

sample. Jenis penelitian studi kasus semacam ini akan mendapatkan hasil berupa deskripsi

peritiwa khusus yang informasinya dapat diperoleh dari beberapa narasumber dengan

kriteria tertentu.

Sample atau narasumber yang akan diwawancarai antara lain adalah beberapa tokoh

masyarakat, yang mampu menjelaskan lebih rinci bagaimana seluk beluk peristiwa yang

terjadi di masyaraktnya. Selain tokoh masyarakat, penelitian ini akan menggali data dari

beberapa tokoh agama untuk mendapatkan pertimbangan data, hingga beberapa warga dusun

itu sendiri. Dalam keberjalanan penelitian, peneliti memadukan teknook snowball sampling

guna menambah kekayaan data. Teknik cuplikan snow ball sampling. Snow ball sampling

merupakan teknik cuplikan yang mengalir bagaikan bola salju yang semakin besar. Teknik

Page 15: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

ini mengharuskan peneliti menemukan seorang informan kunci yang dapat menunjukkan

informan-informan lain yang lebih memahami tentang peristiwa yang menjadi objek

penelitian (Pawito, 2007: 92). Namun demikian peneliti akan menutupi kekurangan pada

teknik snow ball dengan observasi untuk menangkap semua fakta dan peristiwa yang terjadi

secara insidental.

- Data dan Sumber Data

1) Sumber atau informan data yang berasal darinya manjadi sumber data paling penting dan

utama dalam penelitian ini, karena objek penelitian yang berupa konflik benar-benar

objek penelitian yang bersifat insidental. Sumber data menjadi penting apabila sumber

data lain berupa foto atau dokumen tidak bisa ditemukan. Penelitian ini akan berusaha

mewawancarai beberapa orang yang terkait dengan konflik yang menjadi objek

penelitian ini, Penelitian ini mewawancarai sebanyak mungkin informan dari berbagai

kalangan, mulai dari warga pada umumnya, ketua Rt, hingga tokoh masyarakat, serta

beberapa pemuka agama di dusun tersebut yang terlibat konflik. Jumlah sumber yang

akan diwawancarai tidak dapat ditentukan. Peneliti akan membatasi jumlah sumber

ketika peneliti merasa data yang diperoleh telah cukup dan menemukan data jenuh.

2) Peristiwa yang terjadi, merupakan sumber data yang dapat digunakan untuk memperkuat

pernyataan masyarakat yang berupa hasil wawancara. Namun demikian, dalam penelitian

ini peristiwa konflik dan komunikasi interpersonal untuk menyelesaikannya atau

sejenisnya tidak akan banyak membantu, karena sumber data berupa peristiwa penelitian

ini merupakan sesuatu yang sangat insidental. Terdapat kemungkinan bahwa peristiwa

yang menjadi objek penelitian ini telah terjadi atau belum terjadi. Dalam mengatasi

pemahaman terhadap masalah konflik dan komunikasi yang berlaku, maka informan

menjadi sumber data yang sangat penting untuk mendapatkan gambaran tentang konflik

dan komunikasi yang terlibat.

3) Dokumen, merupakan sumber data pendukung yang dapat digunakan untuk memperkuat

sumber data lainnya. Akan tetapi, hanya dapat menjadi sumber data apabila yang

menjadi objek penelitian benar-benar terdokumentasi. Apabila objek penelitian tersebut

telah terdokumentasi maka sumber data berupa dokumen akan dapat digunakan.

Dokumen ini bisa dalam bentuk surat menyurat, maupun gambar yang menerangkan

peristiwa tersebut.

- Teknik Pengumpulan Data

Page 16: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Secara metodologis, penelitian ini akan dirancang dengan teknik wawancara secara

mendalam, observasi, serta dokumentasi terhadap sampling yang terpilih melalui metode

purposive sampling Unit analisis yang diteliti adalah seluruh pihak terkait atas terjadinya

konflik, yaitu pengusaha, karyawan, tokoh masyarakat, serta beberapa warga dusun Pakis RT

02 dan Rt 01.

Untuk pengembangan atau pengujian validitas penelitian diperlukan sebuah teknik yang

mampu mengkur derajat reliabilitas dari data yang diperoleh dari lapangan. Penelitian ini

menggunakan teknik uji validitas trianggulasi. Triangulasi merupakan salah satu metode yang

tepat untuk mengukur derajat reliabilitas dari sumber data yang akan diperoleh.

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan bentuk trianggulasi sumber.

Dilakukan dengan metode menggali data yang sama melalui sumber-sumber yang berbeda.

Karena sifat dari objek penelitian ini yang bersifat insidental maka trianggulasi sumber

menjadi syarat mutlak untuk menggali data. Trianggulasi sumber yang akan diterapkan

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan tentang suatu peristiwa

yang telah terjadi kepada seorang informan, lalu mengulangi pertanyaan yang sama kepada

informan yang berbeda. Dengan demikian maka penelitian ini akan mencapai tingkat

intersubjektivitas yang lebih baik.

- Teknik Analisis Data

Proses analisis data secara sederhana dapat ditampilkan dengan tabel sebagai berikut :

(Miles dan Hubberman, 1992: 20)

Pengumpulan data

Kesimpulan:

Penarikan/Verifikasi

Reduksi Data

Penyajian Data

Bagan 3. 1 Kompenen-Komponen Analisis Data

Page 17: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya
Page 18: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Hasil dan Diskusi

1. Komunikasi Dialektis Antara Jamaah Barat dan Jamaah Timur

Masyarakat Dukuh Pakis merupakan msyarakat tradisonal yang tinggal berdampingan

dalam kurun waktu yang cukup lama. mereka membentuk komunitas yang terdiri dari dua

RT, yaitu RT 01 (Pakis Selatan) dan RT 02 (Pakis Timur). Masyarakatnya hidup

berdampingan dengan gotong royong dan melaukan kegiatan bersama meskipun secara

administratif terpisah menjadi dua RT. Beberapa warga yang mengadakan hajatan atau

tertimpa musibah secara guyub rukun akan melibatkan para warga lainnya. Melihat fakta

demikian warga dukuh Pakis menjalin interaksi sosial yang cukup intens, baik secara

asosiatif (Kerja sama ) maupun disaositif (persaingan). Komunikasipun menjadi kompenen

yang sangat lekat dalam menjalin berbagai interaksi sosial tersebut.

Komunikasi berperan besar dalam hal menjaga keterikatan anggota masyarakat sama

lain, sehingga menentukan terbentuknya harmonisasi dan tingkat solidaritas individu di

dalamnya. Masyarakat Dukuh Pakis bukanlah hidup dalam masyarakat yang statis, beberapa

perubahan sosial dan perkembangan zaman membuatnya turut menjadi masyarakat yang

dinamis dalam mengikuti alur perubahan. Dalam knsep Teori dialektis menjelaskan bahwa

sebuah hubungan pribadi atau interaksi yang dilakukan secara terus menerus akan

memungkinkan muncul simpul kontradiksi yaitu keadaan berkebalikan atau kecenderungan

menetang (Griffin, 2012, hal. 153). Hal Serupa juga dialami oleh masyarakat dukuh Pakis

pada beberapa bulan terakhir ini. Masyarakat dukuh Pakis mengalami beberapa selisih

pendapat yang mengakibatkan saat ini masyarakat terbagi atau terpecah menjadi dua kubu,

yaitu kubu jamaah barat dan jamaah timur. Jamaah barat merupakan sekelompok orang yang

melaksanakan jumatan dan ibadah sholat idul adha di masjid barat, sementara jamaah timur

merupakan sekelompok kecil masyarakat yang secara tiba-tiba pindah jumatan dan ibadah

lainnya ke masjid Timur. Hal tersebut menjadi permsalahan karena jumlah minimum

makmum dalam pelaksanaan sholat jumat kurang memenuhi syarat rukun jika masyarakat

dukuh pakis yang jumlahnya sedikit ini terdapat dua jamaah sholat. Selain itu dalam literatur

lainnya dijelaskan bahwa dalam dialektika relasional akan muncul beberapa tekanan.

Bermula dari permasalahan tersebut akhirnya terjadi beberapa kontradiksi yang muncul

antara e dua belah pihak. Pihak timur meyakini alasan perpindahannya adalah demi menjaga

dan melestarikan peninggalan nenek moyang berupa masjid Timur yang 11 tahun lalu sempat

ditinggalkan jamaahnya termasuk dirinya dan kelompoknya. Sementara masyarakat barat

meyakini bahwa masyarakat timur memiliki alasan dan tujuan lain dalam rangka

Page 19: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

perpindahannya tersebut. Beberapa indikasi perpbedaan yamg muncul khirnya berdampak

pada kelangsungan bermasyarakat warga dukuh Pakis. Saat ini keberadaan dua kubu tersebut

makin terlihat jelas termasuk dalam hal kegiatan sosial dan keagamaan lainnya. Dialetika

relationship muncul dalam hubungan masyarakat Dukuh Pakis.

Berdasarkan siapa saja yang terlibat dalam konflik serta bagaimana Kedudukan

individu di sana, terjadi Dialektika internal. Pada dialektika internal analisis melihat

komunikasi yang terjadi dalam sebuah komunitas. Konflik yang terjadi dalam masyarakat

Dukuh Pakis melihat seorang individu sebagai sebuah komunitas, yaitu sebagai masayarakat

dukuh Pakis Baik itu jamaah barat maupun jamaah timur. Konflik ini juga tidak melibatkan

pihak lain sebagai pihak ketiga di luar masyarakat dukuh Pakis. Berbeda dengan kejadian 11

tahun silam yang melibatkan beberapa tokoh dari kecamatan dan Kantor Ursan Agama

(KUA) sebagai mediator, konflik ini murni menjadi permasalahan masyaraat Dukuh Pakis.

Meskipun telah ada upaya melibatkan pihak ke tiga namun upaya tersebut belum terealisasi.

Secara teori dalam dialektika Internal semacam ini tergolong dalam internal dialectic.

Kontradiksi hadir di tengah sebuah komunitas yaitu masyarakat dukuh Pakis RT 01 dan RT

02. Dalam tipologi dialektika relaionship yang dikemukakan oleh Griffin yang membagi

dialektika relasional menjadi dua kategori yaitu internal dan eksternal dialectic. Dua hal

tersebut kemudian dianalisis berdasarkan pada dialektif yang memengaruhi hubungan antar

individu, yaitu intregration and saparation, stability and change expressions and non-

expressions. Dalam iinternal dialectic, menurut tipologi yang disampaiakn oleh griffin

terdapat setidaknya tiga hal diperhatikan yaitu perasaan Terhubung dan tidak terhubung

(Coonection-Autonomy), kemudian berkaitan dengan keyakinan dan keraguan (Certainty-

Uncertainty) jamaah dalam menentukan pilihan tempat beribadah, serta cara mengungkapkan

pendapat yang terbuka atau tertutup (Opennes-Closedness).

a) Perasaan terhubung dan tidak terhubung (Coonection-Autonomy) antar jamaah

Pihak yang memisahkan diri dari jamaah barat adalah pihak-pihak yang menganggap

dirinya sebagai pihak yang sadar dan peduli terhadap peninggalan nenek moyang

masyarakat Dukuh Pakis. Sementara pihak barat atau jamaah barat merupakan masyarakat

yang berfikiran maju serta lebih open minded dengan memberikan pengertian yang lebih

luas perihal melesetarikan budaya nenek moyang itu sendiri. Pihak barat sekaligus adalah

pihak yang memegang teguh prinsip musyawarah serta mempertanggungjawabkan hasil

musyawarah. Sementara di pihak lain, yaitu pihak jamaah timur merupakan pihak yang

lebih mengedepankan keputusan dalam lingkup kecilkeluarganya. Mereka beranggapan

bahwa sudah menjadi resiko akan di tolak beberapa pihak jika mengambil keputusan

Page 20: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

secara tiba-tiba, maka dari itu sebisa mungkin pihak jamaah timur bersikap diam dan

berusaha saling menguatkan antara anggota jamaah lain.

Menurut pihak barat, hal tersebut bukanlah hal yang baik dalam kehidupan

bermasyarakat. Keputusan yang diambil pihak jamaah timur minceiderai prinsip

kesepakatan yang telah di bangun sebelas tahun silam. masyarakat jamaah barat menggap

kejadian ini merupakan bentuk dari pengkhianatan. sementara Pihak timur justru

menganggap hal demikian merupakan urusan sederhana, yaitu masalah keyakinan semata,

yang seharusnya tidak perlu dikaitkan dengan permasalahan bermasyarakat.

Pertentangan yang demikian merupakan salah satu identifikasi bentuk pertentangan

antara Coonecctivity-autonomy. Menurut baxter sendiri, (Littlejohn & Foss, 2018)

kontradiksi Coonecctivity-autonomy merupakan bentuk kontradiksi yang paling inti yang

tumbuh dalam sebuah hubungan yang terjalin. Pihak di dalamnya merupakan beberapa

individu yang memiliki sifat otonom. Dimana seorang individu mash memiliki kebebasan

untuk menentukan arah hidupnya, termasuk dalam kasus perpecahan jamaah yang terjadi

di Dukuh Pakis ini. Jamaah timur menganggap ini merupakan bentuk autonomy atas

dirinya sebagai seorang individu. Baxter menambahkan bahwa jika dalam sebuah

hubungan masih terdapat individu atau kelompok yang memiliki perasaan sebagai

individu yang autonom maka dapat dimungkinkan bahwa hubungan tersebut berada dalam

tahap akan rusak atau perbaikan.

b) Keyakinan dan Keraguan (Certainty-Uncertainty) jamaah

Bentuk keyakinan yang diiringi keraguan muncul pada perasaan masing-masing pihak

yang terlibat. Pihak yang pada mulanya yakin atas keputusannya yang kontra terhadap

pihak lain mengalami tekanan tertentu yang mengakibatkan muncul keraguan. Pihak

jamaah timur yang tegas memilih pindah jumatan ke masjid timur dan berusaha membuat

dirinya exlusive mengalami keraguan ketika pihak barat kemudian berlaku berbeda dan

membentuk jarak setelah tidak berhasilnya ajakan bermusyawarah. Sementara hal yang

terjadi pada pihak barat yang yakin untuk tetap menjadi bagian jamaah barat kemudian

mengalami keraguan ketika beberapa pihak yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan

kesempatan untuk keperluan pribadinya dengan mengintimidasi pihak yang masih jumatan

di masjid barat. Beberapa pernyataan kemudian muncul dan menimbulkan

kesalahfahaman antar pihak.

Perasaan yakin dan percaya diri menjadi hal yang penting dalam keberlanjutan

keputusan yang diambil oleh seseorang. Ketika pihak timur mendapat dukungan dari

keluarga besar dalam hal materiil berupa masjid, serta moril berupa saran dan masukan,

Page 21: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

maka keyakinan tumbuh di tengah jamaah timur untuk berdiri sendiri. Adanya perubahan

sikap beberapa pihak utamanya pihak barat menjadikan beban tersendiri bagi pihak

jamaah timur. Akan tetapi pihak timur misalnya saja Pak Kusnon telah mengantisipasi hal

tersebut dan tetap membangun keyakinan di tengah keluarga besarnya.

Pihak barat menindaklanjuti dengan hal berbeda, saat ini beberapa tokoh mencoba

membangun keyakinan atas alasan perpindahan sholat jumat yang dilakukan oleh pihak

timur untuk melestarikan warisan nenek moyang. Hal demikian sesuai dengan yang

disampaiakan langsung pihak timur, akan tetapi munculnya tokoh lain yang datang dari

pengusaha bawang merah RT 01 yang mencoba memberikan dukungan fasilitas lain agar

makin banyak jamaah yang pindah, membuat warga jamaah barat merasa ragu atas alasan

tersebut. Mereka meragukan alasan awal yang mereka terima. Hal tersebut membuat

asumsi-asumsi yang salah memperkeruh suasana. Beberapa hal di atas merupakan bentuk

bentuk perasaan yakin dan ragu atas perpecahan jumatan yang timbul.

c) Metode menyampaikan pendapat terbuka dan tertutup (Opennes-Closedness)

Dalam mengungkapkan pendapat, pihak jamaah barat dan pihak jamaah timur

memilikimetodenya masing-masing. Pihak barat merupakan pihak mayoritas, yang artinya

jumlahnya lebih dominan atau lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jamaat timur.

Bahkan prosentasnya 75% lebih dari keselurhan warga RT 01 dan 02 warga dukuh pakis.

Dalam posisinya sebagai mayoritas, pihak barat memiliki lebih banyak tokoh yang

bertindak sebagai opinion leader. Dalam menyampaiakn pendapatnya pihak barat lebih

nampak terbuka. Pihak barat secara terbuka menolak secara baik-baik keputusan beberapa

orang yang mendirikan sholat jumat di masjid timur atau secara tidak langsung memecah

jamaah.

Rasa keberatan dan penolakan tersebut disampaiakn dalam beberapa kesempatan, baik

yang melibatkan pihak jamaah timur secara lansgung maupun beberapa kesempatan yang

tidak dihadiri langsung oleh jamaah timur. Forumnya pun juga dalam formal maupun

informal. Informasi yang disampaiakan pihak barat kurang lebih berkenaan dengan

kesepakatan sebelas tahun silam yang juga melibatkan jamaah timur saat ini. Pihak barat

secara terbuka mengatakan bahwa jika pihak timur masih bersikukuh untuk mendirikan

jumatan di masjid timur atau membentuk jamaah baru, itu artinya mereka telah

menghianati kesepakatan yang melibatkannya dalam sebelas tahun silam.

Sementara dalam forum atau kesempatan tersebut, pihak timur lebih memilih diam

dan minimberpendapat. Pihak timur belum berkesempatan mengikuti forum yang lebih

luas yang melibatkan seluruh masyarakat mayoritas dukuh Pakis. Sejauh ini mereka hanya

Page 22: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

terlibat dalam acara jamaah yasinan rutin dulu sebelum mereka kemudian memilih keluar

dari jamaah dan membentuk jamaah yasinan sendiri. Saat itu beberapa tokoh keagamaan

dan takmir masjid secara terbuka menawarkan untuk diadakan acara keagamaan di masjid

timur guna memenuhi kehendak jamaah timur untuk melestarikan masjid. Akan tetapi

jamaah timur tidak memberikan jawaban iya dan tidak. Mereka terkesan memilih diam

untuk mencari posisi yang aman. Hal tersebut berlangsung sampai saat ini. Akan tetapi

setelah peneliti menanyakan secara detail orientasi kedepan jamaah timur, dirinya

mengaku tetap ada keinginan untuk menyatukan kembali jamaah, Pak Wito dan Pak

Kusnonberharap warga sadar secara sendirinya akan pentingnya jumatan di masjid

peninggalan ennek moyang warga Pakis. Sayangnya niatan tersebut belum

dikomunikasikan secara detail dan terbuka, khususnya kepada warga RT 02 jamaah barat.

Maksud dan tujuan itu justru secara jelas dan detai disampaiakan langsung dalam sebuah

forum di RT 01 tanpa mengundang RT 02.

Sikap individu dalam perpendapat seringkali dipengaruhi oleh tekanan-tekanan

tertentu. Dalam Griffin (2011) mengungkapkan bahwa dalam dialektika relasional hal ini

termasuk pada bagian keterbukaan dan proteksi (expressions and non-expressions), yang

merupakan dualisme antara sikap protektif dan ekspresif dalam berpendapat. Dalam

dialektika internal diistilahkan sebagai closedness dan openess fase ini dikatakan sebagai

fase pasang surutnya keinginan masyarakat atau individu. Dalam masyarakat ini juga

terjadi hal serupa, ke dua pihak ada keenderungan bersikap terbuka atau terus terang dan

terkadang tertutup dalam menyampaikan keinginannya.

Semakin seseorang tersebut bersikap terbuka atau terus terang atas ketidaksetujuan dan

keyakinannya dalam mengambil sebuah keputusan maka identifikasi terhadap konflik

yang terjadi lebih mudah untuk dilakukan. Sebaliknya, ketika beberapa individu terkesan

ragu dan kurang terbuka, maka akan menyulitkan untuk dilakukan identifikasi konflik.

Konflik justru bersifat meluas karena munculnya asumsi-asumsi dari pihak lawan yang

diragukan kebenarannya. Asumsi tersebut kemungkinan akan menimbulkan pihak lawan

menyimpulkan atas presepsi mereka sendiri. Pihak jamaah timur dalam memberikan

informasi seringkali tidak lengkap kepada pihak barat. Pihak barat menginginkan

informasi lebih yang mengarah pada penyelesaian konflik, akan tetapi sejaih ini pihak

timur masih bersikap tertutup dan membatasi informasi.

Tekanan expression dan non-expression yang di alami jamaah timur membuatnya gagal

menyampaikan pesan dengan cara yang bagus dan dapat diterima oleh jamaah barat.

Misalnya alasan melestarikan warisan nenek moyang yang kemudian di tanggapi baik

Page 23: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

warga jamaah barat dengan tawaran mengadakan kegiatan lain guna melestarikan masjid

kecuali jumatan. Warag jamaah timur tidak berkeinginan melanjutkan diskusi dan justru

tetap pada pendiriannya. Alasan lain seperti status dan sayarat bangunan masjid, waqaf

pemilik lahan yang di bangun masjid belum disampaiakan masyarakat jamaah timur. Hal

itu membuat pihak jamaah barat belum memahami sepenuhnya alasan perpindahan

tersebut.

Sementara pihak timur saat itu terlanjur menganggap dirinya terkucilkan. Dirinya tidak

dilibatkan secara langsung dalam acara keagamaan. Dirinya juga tidak mendapat

penjelasan mengenai status masjid barat ke depannya, serta maksud dan tujuan jamaah

barat tidak ingin mengikuti langkahnya. Dari sini pihak timur berasumsi pihak barat

bersikap lalai dan terkesan membiarkan darinya dan kelompoknya hendak berbuat apapun.

Padahal pihak barat beberapa kali melakukan diskusi untuk menyatukan kembali jamaah

ini.

Keterusterangan dan intensitas pertentangan menjadi dimensi konflik yang relefan

dalamkonteks budaya. Sementara konteks budaya sendiri dapat memengaruhi dinamika

konflik dalam 3 cara (1) bagaimanan seseorang memilih untuk mengekpresikan

pertentangan (2) bagaimana orang melihat kemudian berekspresi atas pertentangan

tersebut (3) kemudahan orang-orang bersengketa untuk menyelesaiakan konflik (Ngebu J.

F., 2019, hal. 63)

Desain komunikasi yang dibentuk antar tokoh sebgai masyarakat tradisional adalah

dimana para tokoh membiasakan diri dengan keadaan yang demikian ini. Para tokoh

memberikan saran kepada wargamasyrakat agar tetap bersilaturahmi dengan baik

meskipun di tengah perbedaan dan perpecahan ini. Sehingga permasalahan utama dalam

konflik ini kemudian tidak pernah muncul ke perpukaan untuk dilakukan pembahasan

lanjutan. Di suasana semacam ini warga masih dibingungkan dengan alasan-alasan yang

sebenarnya dan kenyataan yang dihadapi masing-masing anggota. Akbat dari

ketidakjelasan informasi mengenai konflik membuat pihak-pihak terkait tdak memahami

secara utuh apa yang menjadi keinginan masng-masing pihak. Kondisi ini mencirikan

tekanan openess dan closedness dalam dinamika expression non espression.

2. Komunikasi Dialogis Antara Jamaah Barat dan Jamaah Timur

Dijelaskan bahwa dialog merupakan sarana yang efisien untuk membangun sebuah

hubungan di tengah konflik.Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dialog juga tidak

jarang menimbulkan ketegangan akibat tekanan dialektis yang muncul saat berinteraksi

Page 24: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

tersebut. Pihak jamaah barat berusaha memberikan kesempatan berdialog dengan pihak

jamaah timur, meskipun pada akhirnya tidak sepenuhnya usulan dari jamaah timur untuk

kemudian diterima jamaah barat. Pihak jamah timur memanfaatkan dialog sebagai

saranan untuk meminimalisir dampak konflik, dengan misalnya tetap menjalin dialog

dalam topik lain di luar konflik untuk menciptakan suasana harmonis. Tidak dipungkiri

ketegangan tetap muncul meskipun di tempuh cara yang demikian.

Beberapa faktor membuat dialog yang seharusnya menjadi hal utama dalam

penyelesaian konflik dan mencapai moment estetis, justru dialog pada akhirnya dihindari

untuk meminimalisir munculnya tekanan dialektik antara masing-masing pihak. Para

tokoh barat dan timur mengungkpan bahwa dirinya memilih pasrah saja. Keinginan

untuk membuka diri masyarakat timur menjadi kendala dalammenjalin sebuah dialog

yang diharapkan mampu mencapai moment estetis. Menurut hasil penelitian dapat

ditemukan bahwa hanya beberapa peran dari 5 peran dialog yang diekmukakan oleh

baxter yang terealisasi dalam dinamika masyarakat dukuh pakis, berikut pembahasannya

a. Berdialog bertujuan untuk memberikan pengaruh satu sama lain

Dalam Teori yang dikemukakan Baxter dan Griffin, dialog sebagai sensibilitas kritis

(dialogue as a critical sensibility). Menjadi bagian dari uatu kewajiban untuk mengkritik

suara yang dominan, khususnya mereka yang menekan pandangan-pandangan yang

bertentangan. Dialog yang dimaksud adalah dialog yang bertujuan untuk

menyampaiakan keinginan beberapa masyarakat minoritas dalam hal ini adalah jamaah

timur yang berasal dari RT 02, dan jamaah barat yang berasal dari RT 01. Fungsi ini

belum terealisasi dan berdampak baik dalam konflik. Beberapa dialog yang membahas

tetntang keinginan masing-masing pihak belum pernah terjadi dalam forum yang

melibatkan duabelah pihak. Dialog semacam ini hanya dilakukan secara sepihak oleh

masing-masing pihak. Beberapa individu yang merasa terbebani untuk menympaikan

hasil diskusi seperti misalnya tokoh masyarakat, menyampaikan hanya secara general

saja karena minimnya informasi yang mereka dapatkan juga. Akan tetapi pihak timur

pada dasarnya telah menyadari bahwa pihak barat menginginkan bersatunya kembali

jamaah mengingat beberapa kali mencoba mengajaknya diskusi. Dirinya merasa bahwa

jika dalam bentuk diskusi demikian dan merasa telah mengutarakan dengan jelas maksud

dan tujuan perpindahan mereka.

Di lain pihak pak samsuri kemudian memberikan keterangan bahwa dialog yang

diutarakan untuk mengetahui maskud yang sebenanrnya sampai saat ini belum

Page 25: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

mendapatkan respon yang positif. Ketidakpuasan atas jawaban yang disampaiakan pihak

timur membuat pihak barat mengalamai sedikit kekesalan dan menganggap jawaban

tersebuthanyalah sebatas jawaban dalamrangka mencarijalan aman saja sebagai

minoritas. Jadi fungsi dialog ini belum terealisasi dalam konflikmasyarakat dukuh Pakis.

b. Kesadaran berdialog yang minim menghambat momen estetis

Pada dasarnya Baxter menggambarkan sensansi timbal balik tersebut dari

penyempurnaan, perlengkapan atau keseluruhan ditengah pengalaman yang

terfragmentasi tersebut tidak berlangsung lama. Akan ada masa di mana dialog

mengembalikan beberapa memori kebersamaan yang akhirnya timbul perasaan saling

membutuhkan kembali. Di desa Pakis masayrakat yang masih tradisional memiliki

inisiatif yang rendah untuk bersikap saling terbuka dan memberanikan diri berbisacara

terlebih dahulu. Keberanian berpendapat hanya dimiliki beberapa tokoh saja. Dalam

sikap manusiawinya beberapa tokoh memiliki kberpihakan tertentu sehingga akan sulit

untuk berdialog secara netral dan penuh keternbukaan. Dalam hal ini adalah dialog yang

mgningatkan kembali masyarakat dukuh pakis atas kesepakatan 11 tahun silam yang

membutuhkan proses dan kerja keras yang cukup panjang.

Masyarakat jamaah barat hanya mengatakan bahwa masyarakat jamaah timur

menghianai kesepakatan. Cara berdialog dengan kalimat tersebut cenderung membuat

jamaah timur merasa perlu melakukan pembelaan. Padahal secara ideal dialog

seharusnya bertujuan untuk mencapai moment estetis. Di mana masyarakat jamaah timur

kembali mengingat perjuangan sebelas tahun silam dan kembali merenungi

keputusannya untuk pindah jamaah. tujuan dialog ini belum bisa teralsiasi dalam konflik

ini. Dalam sesi wawancara yang di lakukan oleh peniliti, peneliti menemukan ungkapan

pengkhianatan muncul dari pihak jamaah barat ditujukan kepada pihak timur. Pihak barat

mengakui pihak timur pada dasarnya telah mengetahui hal tersebut dan maksuda

tersebut. Pihak timur memang telah mengetahui beberapa dialog tersebut dan pihaknya

tidak ambil pusing dengan pernyataan sebelas tahun silam tersebut.

c. Dialog tidak mengungkap permasalahan konflik

Dialog sebagai ungkapan (dialog as utterance) Ungkapan digambarkan sebagai

penghubung ekspresif yang membentuk rantai dialog. Oleh karena itu, ungkapan yang

disetuji dipengaruhi kata-kata yang keluar sebelumnya dan kata-kata yang akan

digunakan. Baxter menekankan pada apakah ungkapan memberi kepercayaan pada

suara-suara kedua belah pihak dalam suatu hubungan atau tidak. Kenyataan yang muncul

adalah pihak barat dan pihak timur tidak pernah membawa topik ini dalam dialog sehari-

Page 26: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

hari mereka. Mereka beranggapan jika membawa topik ini ke ranah masayarakat dengan

dialog sama saja mereka mengungkit-ungkit konflik dan memperparah kondisi konflik.

Masayarakat dari dua belah pihak memilih tetap berdialog dengan sesama dan membahas

hal-hal di luar konflik. Mereka mengaku mereka ingin memperbaiki keadaan akan tetapi

bukan dengan jalan saling meributkan perpecahan sholat jumat. Padahal penyebab

kesenjangan konflik tidak lain dan tidak bukan adalah perpecahan sholat jumat itu

sendiri. Pihak tokoh masyarakat merasa sudah pasrah dan mengembalikan keputusan

kepada masing-masing pribadi dengan syarat masyarakat dilarang melakukan ajakan

yang bersifat profokatif dan memaksa kehendak individu.

Sampai pada penelitian berlangsung, dialog antar masyarakat masih terjadi dengan

intensitas yang cukup rendah, khusunya antar masing-masing pihak yang berbeda

pendapat yaitu antar pihak jamaah timur dan jamaah barat. Hal tersebut semakin terlihat

lebih jelas perbedaannya pada masing-masng tokoh jamaah barat dan timur. Mereka

mengaku sudah tidak pernah berdialog lagi. Akan tetapi mereka masing-masing berpesan

kepada jamaah yang lain untuk senantiasa berdialog tanpa menyinggung masalah jamaah

agar keteganagan tidak semakin memuncak.

d. Dialog membangun masyarakat melalui interaksi

Dialog sebagai proses yang membangun (dialogue as constitutive process) pada

prinsipnya komunikasi menciptakan suatu hubungan individu berubah. Pada prakteknya

komunikasi justru menjadi salah satu dampak dari adanya konflikmasyarakat ini.

Komunikasi yang terjadi antara warga masyarakat dukuh pakis mengalami beberapa

berubahan dan kemudian berlanjut pada proses interaksi lainnya. Dapat diindikasikan

bahwa masyarakat dukuh pakis melakukan komunikasi dan dialog sebagai sarana untuk

menjaga hubungan baik di tengahkonflik. Dalam kasus semacam ini dapat diketahui

bahwa terjadi dialog yang berperan sebagai sebuah proses membagun hubungan.

Terlepas dari dialog formalitas yang mereka uayakan, hubungan mereka juga ikut

berubah. Dalam teori dikatakan bahwa hubungan dialogis mempertimbangkan

perbedaan dan kesamaan pada orang menjadi sama pentingnya. Kenyataan yang timbul

dalam masyarakat Dukuh Pakis sedikit berbeda, dalam hal ini terjadi proses interaksi

yang berusaha menutup-nutupi keadaan konflik yang sebenarnya tengah terjadi. Dalam

artian warga meminimalisir pembahasan mengenai kontradiksi-kontradiksi yang ada di

tengah masyarakatnya. Seharusnya perbedaan memusatkan pada apa arti dari perbedaan

ini bagi pasnagan dan bagaiaman mereka bertindak atas arti-arti tersebut. Sementara

Page 27: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

persamaan akan sikap-sikap, latar belakang, dan minat dapat menyatukan bersama orang-

orang secara positif.

Melihat jenis topikyang sering mereka diskusikan dalam keadaan formal dan non-formal

yang melibatkan ke dua belah pihak, atau antar personal dari masing-masing pihak, hal

tersebut di atas tidak terjadi dalam masyarakat dukuh pakis. Pada akhirnya harapan yang

muncul darimasing-masing pihak adalah kebebasan mengambil keputusan tanpa ada

paksaan satu sama lain sehingga hal semacam ini bisa dikategorikan bukan konflik,

melainkan output dari kebebasan individu.

e. Dialog masyarakat mengandung topik kesamaan

dalam sebuah konflik akan muncul kontradiksi-kontradiksi antara beberapa pihak yang

terlibat. Pada dasarnya seharusnya dialog hadir sebagai aliran dilektis (dialogue as

dialectical flux) yang artinya dialog menjadi sebuah sarana untuk mempertemukan jenis-

jenis dilaektis dalam sebuah hubungan tanpa terkecuali. Kemudian perlu diingat bahwa

kehidupan sosial merupakan produk dari “penyatuan yang dikuasai kontradiksi dan

penuh ketegangan dari dua hasrat yang berperang” maka menjadi sebuahkewajran jika

kontradisi seringkali menjadi hal yang diakui keberadaanya dan dimaklumi. Dampak

yang kemudian muncl adalah proses mengembangkan dan mempertahankan hubungan

menjadi sulit ditebak, tidak bisa terselesaikan, dan tidak bisa dipastikan.

Dalam kondisi masyarakat dukuh pakis sendiri, peran dialog untuk mewadahi aliran

kontradiksibelum begitu nampak. Dikatakan demikian karena masyarakat pihak tmur

cenderung mengalah dan memilih diam untuk tidak menyampaiakan pendapat yang

bertetangan dengan masyarakat barat. Tanggapan masyarakat barat kemudian

membiarkan semuanya berlalu dengan begitu saja. Beberapa tokoh yang berusaha

menjalin dialog tidak begitu menghasilkan hasil yang signifikan. Seharusnya dalam hal

ini di bahas pandangan masing-masing yang melandasi perpecahan shlat jumat terjadi.

Masyarakat biasa cenderung menyembunyikan perasaan mereka ketika saling bertemu

antar pihak lain. Akan tetapi dalam lingkup pihaknya pembicaraan dan dialog sering

terjadai. Dialog yang muncul justru dialog yang memperuncing kontradiktif. Jadi

pernyataan bahwa seharusnya dialog menjadi aliran berkomunikasi masalah kontradiktif

yang muncul belum aplikatif dalam kasus konflik masyarakat tradisonla didukuh Pakis.

Alassan mendasarnya adalah rasa tidak enakan dan usaha kerasa untuk terlihat rukun.

Page 28: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Kesimpuan

- Kesimpulan

1. Konflik yang terjadi dalammasyarakat dukuh Pakis RT 01 dan RT 02 adalah tentang

perpecahan jamaah masjid yang disebabkan oleh perbedaan pandangan, alasan

perpecahan, serta kesalahfahaman yang berlarut-larut karena antara kedua belah pihak

yang saling berasumsi dan masih belum memaksimalkan upaya dalam mengelola

konflik secara komunikasi dialektis maupun dialogis.

2. Dalam komunikasi dialektis, pihak masng-masing jamaah menyampaikan perbedaan

pandangan yang telah mereka hasilkan dalam masing-masing kelompoknya. Mereka

berperan sebagai komunikan dan komunikator. Komunikasi yang terjalin cenderung

komunikasi interpersonal. Konflik ini merupakan konflik internal. Konflik ini terjadi

antar beberapa individu dalam kelompok jamaah barat dan jamaah timur yang masih

berada dalam suatu wilayah tanpa melibatkan individu atau kelompok lain dari luar.

3. internal dialectic yang terjadi adalah: masyarakat Dukuh Pakis memilih memanfaatkan

kebebasanya sebagai individu yang bebas untuk menentukan di mana dirinya harus

beribadah dan melakukan cara beribadahnya sendiri akan tetapi di sisi lain keputusan dan

keyakinan tersebut datang berirngan dengankeraguan akibat dampak dari keputusan yang

mereka ambil. Beberapa masyarakat meragukan akan keputusannya setelah mereka

mendapatkan dampak sosial di tengahmasyarakat yang sedang mengalami perpecahan.

Dalam kondisi yang demikian komunikas sangat diharapkan mampu menemukan titik

temu, masyarakat Dukuh Pakis mengalami ketimpangan komunikasi dimana hanya

tokoh-tokoh penting saja yang mereka anggap mampu mengomunikaskan endapat

dengan baik, sementara pihak jamaah timur yang terdiri dari kelompok minoritas

dmemilih diam dan lebih tertutup untuk bebrpendapat bahkancenderung menghindari

forum musyawarah.

4. Komunikasi dialogis antara masyarakat jamaah barat dan jamaah timur terhadap

keputusan perpecahan sholat jumat yang kenudian diikuti dengan kegiatan keagamaan

lainnya sangat minim terjadi. Hal demikian membuat arah resolusi konflik menuju

masalah inti penyebab masalah, melainkan lebih kepada unsur yang bertujuan untuk

meningkatkan intensitas kesadaran saling membutuhkan dalam sebuah kehidupan

berkomunitas. Masyarakat Pakis lebih sering melakukan dialog membahas permasalahan

sehari-hari daripada berdialog mengenai perpecahan jamaah yang saat ini tengah terjadi.

Berdasarkan tiga kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa masih ada sikap ingin bersatu

yang timbul dalam masyarakat. Di sisi lain keinginan bersatu bagi masyarakat masing-

Page 29: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

masing pihak memiliki definisi yang berbeda bahkan bertolak belakang. Pihak jamaah

timur bersikeras menginginkan bahwa jika sebuah keputusan untuk bersatu kemabli,

maka tempat yang paling layak dan tepat adalah masjid timur yang tidak lainmerupakan

masjid peninggalan nenek moyang yang telah ditinggalkan belasan tahun lamanya. Di

pihak lain, jamaah barat justru tetap mempertahankan membentuk jamaah barat di masjid

barat, dengan alasan bahwa sebuah keputusan besar yang disepakati sebelas tahun silam

tidak bisa dengan mudah dipermainkan apalagi dihiananti. Ke dua belah pihak sama-

sama memiliki sisi egosime dan menjunjung hak otonomi yang melekat atas dirinya

masing-masing.

- Saran

1. Perlu adanya kegiatan mengidentifikasi konflik yang dapat dilakukan oleh beberapa

tokoh perangkat desa terkait asal-usul konflik dan jenis konflik serta individu atau

kelompok yang terlibat secara aktif dalam konflik. hal tersebut seharusnya ditempuh

untuk menentukan strategi yang efektif dan efisien penyusunan dan penyampaian

pesan dalam upaya meredakan konflik yang terjadi antara dua belah pihak jamaah.

setelah ditemukan hasil identifikasi konflik secara keseluruhan dan dilakukan secara

obyektif, implementasi dalam sebuah forum musyawarah menjadi strategi yang

efektif untuk menyampaikan hasil identifikasi tersebut.

2. Ketegangan yang terjadi dalam sebuah komunitas tanpa melibatkan pihak luar

seharusnya memberlakukan fungsi dan peran gatekeeper ata seseorang yang mampu

mengelola informasi yang baik dan memiliki sikap tidak memihak, menurut penulis

dengan adanya peran tersebut, akan meminimalisir adanya disinformasi atau jenis

kesalahan penerimaan pesan yang sering terjadi dalam keadaan masyarakat yang

sedang berkonflik.

3. Pengadaan kegiatan-kegiatan dan forum diskusi seharusnya dimaksimalkan untuk

membiasakan masyarakat bernai berpendapat dan bersifat terbuka satu sama lainnya.

Masyarakat yang terbiasa dengan ikllim berdiskusi sehat diharapkan juga mampu

menyesuaikan diri dengan baik saat terjadi kontradiski-kontradiksi yang pasti hadir

dalam sebuah masyarakat. Hal ini bisa ditempuh dengan memanfaatkan teknlogi

komunikasi yang efektif dan efisien. Selain itu masyarakat seharusnya

memaksimalkan peran remaja dukuh untuk berpartisipasi secara aktif dalam

menyusun kegiatan-kegiatan dukuh demi memperbanyak frekuensi kebersamaan antar

masyarakat.

Page 30: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

4. Hingga penelitian ini dilakukan belum ada upaya musyawarah yang melibatkan

seluruh pihak dalam konflik, menurut peneliti forum musyawarah yang bisa

mempertemukan pendapat-pendapat masng-masng pihak perlu diadakan untuk saling

menemukan jalan tengah agar konflik ini tidak meluas menuju aspek kehidupan

bermasyarakat lainnya.

Daftar Pustaka

Amin, A. S. (2017). Komunikasi Sebagai Penyebab dan Solusi Konflik Sosial. Jurnal

Common, 01, 101-109.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. : PT. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Arumsari, N., Paradita, W. D., & Wijayanti, T. (2020). Strategi Komunikasi dalam Upaya

Penyelesaian Konflik Nelayan Pantai Utara di Kabupaten Batang. Integralistik, 31(1),

22-29.

Astrid. (1999). omunikasi dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Bina Cipta.

Barzam. (2018, Januari). Psikologi Komunikasi. Retrieved from Pakarkomunikasi.com:

https://pakarkomunikasi.com/perbedaan-4-konsep-karakteristik-komunikan-dalam-

psikologi-komunikasi

Basrowi. (2008 ). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Baxter, L., & Montgomery, B. (1996). . Relating: Dialogues and dialectics. The Guilford

communication series.

Beebe, S. J. (2001). Communication, Principles for A Lifetime. . Allyn and Bacon: Neddham

Heights.

Berger, C. R. (2003). Message Production Skill in Social Interaction. In J. O. Burlesson,

Handbook of Communication and Sosial Interaction Skill (pp. 257-289). New Jersey:

Lawrence Erlbaum Associates.

BPS. (2018). Statistika Kriminal 2018. Jakarta: BPS.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Muda.

Bungin, H. M. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Creswell, J. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five

Tradition. London: Sage Publication.

Crossman, A. (2019, Juli 3). Social Science. Retrieved from ToughtCo.:

https://www.thoughtco.com/conflict-theory-3026622

Page 31: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Del Felice, C. (2008). Youth Criminality and Urban Social Conflict in the city of Rosario,

Argentina: Analiysis and Proposal for Conflict Transformation. International journal

Of Conflict and Violance, 3(1), 72-91.

Fahrudin, N., Hatjarjo, S., & Satyawan, A. (2018, Juni). Komunikasi Dialektis Masyarakat

Beda Agama di Bojonegoro. Jurnal Komunikasi Islam, 08(01), 67-76.

Gerring, J. (2007). Case Study Research, Principles and Practices. Cambridge: Cambridge

University Press.

Griffin, E. (2012). Relational Dialectis. In E. Griffin, First Look At Communication Theory

(p. 153). New York: MC Graw Hill.

Hasenclever, A., & Rittberger, V. (2000). Does Religion Make a Difference? Millennium:

Millenium: Journal of International Studies ISSN 0305-8298 No. 3., 29, 641-674.

Husnaini, U., & Akbar, P. S. (2017). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jamaludin, A. N. (2015). Sosiologi Perdesaan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta.

Larry A. Samavor, e. a. (2007). Communication between Cultures. Belmont: Wadsworth.

Liliweri, A. (1994). Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi Suatu Pendekatan Kearah

Psikologi. Bnadung: Citra Adi Bakti.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2018). Teori Komunikasi edisi 9. Jakarta: Salemba.

Milles, M. B. (1992). Analisis Data Kualitatif (Terjemahan). Jakarta: UI Press.

Mulyana, D. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bndung: CV Remaja Rosda Karya.

Ngebu, J. F. (2017). Dialektika Internal Dalam Dinamika Budaya Pesta Sekolah. Surakarta:

FISIP UNS.

Ngebu, J. F. (2019). Thesis (Dialektika Internal dalam Dinamika Budaya Sekolah).

Surakarta: Universitas Sebalas Maret.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Jakarta .

Nurhadi, Z. F. (2017). Kajian Tentang Efektifitas Pesan dalam Komunikasi. Jurnal

Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Volume. 3 No. 1, 90-96.

Poloma, M. (1994). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Grafindo Persada.

Puntmant, L. (2009). Conflict Management and Mediation. In W. F, Century Communication,

Refference Handbook (pp. 211-219). Thousand Oak: Sage Publication.

Rakhmat, J. (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung: Radja Karya.

Rawlins, W. K. (1988). Adolescents Interactions with Parents and Friends: Dialectics of

Temporal Perspective and Evaluation. Journal of Social and Personal Relationships,,

5, Page 27-46.

Page 32: Jurnal D0216002.pdf · 2020. 11. 25. · pedesaan terpencil dan pedalaman (Sumpeno, 2011, hal. 01). Selain itu beberapa ciri lain masyarakat rural dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya

Sinaga., D. (1988 ). Sosiologi dan Antropologi. Klaten: PT. Intan Pariwara. .

Stephen P. Robbins. (1996). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi danAplikasi. Jakarta:

Bhuana Ilmu Populer.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,.

Bandung: Alfabeta.

Sumpeno, W. (2011). Perencanaan Desa Terpadu Edisi Kedua, Read (Reinforcament Action

and Development. Yogyakarta: Read Indonesia.

Sutopo, H. B. (2006). Metodologi Penelitian Kulaitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Uchjana, E. (2007). LMU KOMUNIKASI – Teori dan Praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Waluya, B. (2012, Maret 08). Rural Community. Retrieved from Direktori File UPI:

http://file.upi.edu

West, R. d. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: PT. Salemba

Humanika.