Jurnal CBT pelajar

36
  urnol Pendidikan dan fkbud~yann No. 056 Tahun Ke-11 September 2005 Penggunaan Cognitive ehavior The rapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan iswa melalui Peningkatan PerceivedSelfEfficacy er he nt i Merok ok Mohammad Efendi*) Abstrah: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektiuitas penggununn cognitiue behauior therapy terapiperilaku kognitifl untuk meningkatkan perceived self efficacy PSE) berhenti merokok di kalangan siswa SLTF? Penelitian ini menggunakan rancangun non randomized control group pretest and posttest design. Hasilnya menunjukkan bahwa: 1)pendehta n cognitiue beha uwr therap y efektif meningkatkan sumberperceiued self eficacy SPSE) berhenti merokok @ersuasiue experience, vicarious experience, enactiue experience), 2) pendekatan cognitiue behavior therapy efektif meningkatk an indikator perceived selfefficacy IPSE) berhenti merokok choice behauior,per- formance, persistence), 3) model analisis hubungan antara SPSE dengan IPSE diperoleh koefisien gamma 0,86, t 2,84 @<0.05 , berarti SP SE memberikan kon trib wi signzfikan terhadnppeningkutan IP SE berhenti merokok di kalangansiswa . Atasda sar temuan tersebut disarankan pada sekolah yangsederajat untuk mempertimbangkan penggunaan cognitiue behauior therapy sebagai alternutif program pencegahanperilaku merokok di kalangan siswa Kata hunci Cog nitiue behnuior therapy, Perceiued selfefficacy, Siswa SLTP, berhenti merokok. 1 Pendahuluan pubertas) adalah munculnya 1 1 Latar Belakang salah satu gejala perilaku negatif Penomena perilaku yang tampak kebiasaan merokok). Perilaku mencolok dalam kehidupan anak merokok di kalangan remaja ketika memasuki fase remaja hingga kini masih menjadi Dr. Mohammad Efendi MPd. MKes. adaloh Staf Fungsionol Akadernik uruson Teknologi Pendidd ran FakultosIlmu. Pendidikan. Uniuersitos NegeriMalang

Transcript of Jurnal CBT pelajar

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 1/35

 

Jurnol Pendidikan d an fk bu d~ yan n, No. 056, Tah un Ke-11, September 2005

Penggunaan Cognitive Behavior Therapy

untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok

di Kalangan Siswa melalui PeningkatanPerceivedSelfEfficacyBerhenti Merokok

Mohammad Efendi*)

A b s t ra h : T u ju an pene li tian in i un tuk meng anal i s is e fek tiui tas

penggunu nn cognitiue behauior therapy (terapiperilaku ko gn itifl un tuk

m enin gka tkan perceived sel f eff icacy (P SE ) berhent i merokok d ikalan gan siswa SLTF? Peneli tian in i m engg una kan ranca ngun no n

ran dom ized control gro up pretest an d posttest design. Hasilnya

me nunjukka n bahwa: (1 )p e n d e h ta n cognitiue behauwr therapy efek tif

men ingkatkan sumberperceiued self e ficac y (S P S E )berhenti merokok

@ersuasiue experience, vicarious experience, enactiue experience), (2 )

pendekatan cognitiue behavior therapy efektif me ning katka n indika tor

perceived selfefficacy(I P S E ) berhenti merokok (choice behauior,per-formance, persistence), (3) model analisis hubunga n antara S P SE

dengan IP SE diperoleh koefisien g am m a = 0,86, t = 2,84 @<0.05),

berarti S P SE memberikan k on trib wi signzfikan terhadnppeningkutan

IP SE berhenti merokok di kalangansiswa. Atasda sar temua n tersebut

disarankan pada sekolah yangsederajat untu k m emp ert imbangkan

pen ggu naa n cognitiue behauior therapy sebagai alte rn utif pro gra m

pencegahanperilaku merokok di kalang an siswa

K a t a hunci: Cognitiue behnuior therapy , Perceiued selfeffica cy, Siswa

SL TP , berhenti merokok.

1. Pen dah ulu an (pubertas) adalah munculnya

1.1 Latar Be lakang salah satu gejala perilaku negatif

Penomena perilaku yang tampak (kebiasaan merokok). Perilakumencolok dalam kehidupan anak merokok di ka la ngan remaja

ketika memasuki fase remaja hingga ki ni masih menjadi

Dr. Mohammad Efendi MP d., MK es. ad al oh Staf Fungsionol Akadernik Juruson

Teknologi Pen didd ran Faku ltosIlmu. Pendidikan. Uniuersitos NegeriM alang

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 2/35

 

masalah endemik. Berdasarkan

bukti empiris, secara kuantitatif

dari penelitian terdahulu dike-

tahui bahwa angka prevalensi

perokok di kalangan remaja

(setaraf siswa sekolah lanjutan

dan menengah) dari tahun ke

tahun terus meningkat. Bahkan

data terkini menunjukkan sudah

sampai pada tahap yang sangat

memprihatinkan.

Secara nasional Departemen

Pendidikan Nasional (2001)

mencatat bahwa jumlah perokok

di kalangan remaja dengan usia

ra ta-ra ta an tar a 15-24 tahun

sekitar 26,56%.Yayasan Kese-

hatan Indonesia secara khusus

mencatat bahwa 18% remaja

yang duduk di bangku SLTP

diketahui mulai merokok, dan

11%di antaranya mampu meng-

habiskan 10 batang per hari.

Hasil penelitian lain ditemukan

bahwa pengalaman pertama kalianak mulai merokok, dari 19,s

% siswa perokok yang diteliti

(21% laki-laki dan 15,5%perem-

puan) ternyata dimulai dari

tingkat SLTP (Bawazeer,

Hattab, Morales, 1999). Bebe-

rapa penelitian sejenis umumnyamenegaskan bahwa untuk per-

tama kalinya remaja merokok

pada usia antara 11-13 tahun

(setingkat SD kelas 6 sampai

dengan SLTP 1-2),dan 85%-90%

remaja perokok dimulai sebelum

usia 18 tahun (Smet, 1994).Hasil

survei tentang k eb ia ~a an uruk

para penurnpang angkutan

umum di Kota Malang mene-

mukan bahwa 54,24%penum-

pang suka merokok di angkutan

umum. Dari jumlah tersebut,

13,55% di an taranya adalah

pelajar SLTP dan SLTA dengan

rata-rata usia 12 - 19 t ahun

(Jawa Pos, 2 Juni 2003).

Dari hasi l s tudi penda-

huluan yang dilakukan secara

acak terhadap beberapa Sekolah

Menengah Kejuruan di Kota

Malang, diperoleh kesimpulan

bahwa dari 120orang siswa yang

menjadi responden 59,17%

diketahui merokok. Dari jumlah

perokok tersebut, 67,60%siswa

diketahui mulai merokok sejak

duduk di tingkat SLTP, dengan

spesifikasi 35,21% dari jumlahtersebut mulai merokok sejak

duduk di kelas I11 SLTP. Secara

kuan ti ta s f rekuensi yang

dikonsumsi, 67,87%responden

mengaku mampu menghabis-

kan 1-3 batanglhari, 25,35%

responden mampu menghabis-ka n 4-6 batanglhari , 4,23%

responden mampu menghabis-

kan 7-10 batanglhari , serta

2,55% responden sisanya

634 Ju m al Pendidikan do n Kebudayaan. No. 056, Tahun Ke-11, September 2005

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 3/35

 

Mohornrnad Efendi

mam~u'men~habiskani atas 10

batanglhari (Efendi, 2003).

Ada kekhawatiran terhadap

perilaku merokok pada remajatersebut, yakni semakin muda

seseorang mulai menjadi pero-

kok, makin besar kemungkinan

yang bersangkutan menjadi

perokok berat di usia dewasa

(Leventhal, 1988; Dbuyvettere,

1990). Dampak pengiring lainyang sangat mengkhawatirkan

adalah keberadaan per i laku

merokok bisa menjadi pin tu

masuk pertama (first s t e p )

terh ada p perilaku negatif

lainnya, seperti: minum alkohol,

penyalahgunaan obat-ohatanterlarang atau narkoba, perilaku

agresif dan destruktif. Kom-

binasi perilaku negatif antara

merokok dan minum alkohol

dibenarkan oleh Smet (1994)

berdasarkan hasil penelitiannya

di kota Semarang dan seki-

tarnya, babwa perilaku merokok

ternyata memiliki korelasi positif

dengan kebiasaan minum

alkohol di kalangan remaja.

Berdasarkan fakta empirik

di atas, upaya pencegahan awal

atau lanju tan harus te tapmenjadi agenda pendidikan

remaja. Jika perilaku merokok

pada remaja atau siswa tersebut

dibiarkan terus berkembang

tanpaadanyaupayapencegahan

secara sistematis maka akan

sangat membahayakan kehi-

dupannya kelak. Dari visikesehatan, risiko yang ditimbul-

kan akibat perilaku merokok

tersebut tidak hanya berakibat

pada diri perokok (perokok

aktif) , mel aink an juga ber-

pengaruh pada orang yang berada

di sekitarnya (perokok pasif. Halitu akan tampak setelah terjadi

akumulas i 5, 10, 20 atau 30

tabun, atau bahkan lebih, setelah

terpapar zat karsionogenik.

Secara kuantitatif , rokok

menyebabkan 3 juta penduduk

dunia mati lebih awal. DiAmerika Serikat 30 % perokok

lebih mudah terkena penyakit

jantung koroner, atau 2 sampai

dengan 4 kali risiko kematian

daripada mereka yang bukan

perokok (Weiss & .. onquist,

1997).

Determinan t imbulnya

seseorang menjadi perokok

memang sangat bervar iat i f .

Secara teoritikprediktor perilaku

seseorang dapat bermuara pada

norma subyektif da n sika p

terhadap perilaku target (DeVries, 1988; Smet, 1994). Dalam

perkembangannya, eksistensi

kedua variabel sebagai prediktor

perilaku dalam beberapa

Jurnal Pendidikan dun Kebudayuun, N o 056, TohunKe-11. September 2005 635

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 4/35

 

Penggunaan CognitiveBehauior Th eropy

peneli 'tian t er se bu t tid ak

menunjukkan hubungan yang

konsisten (Baron & Byrne, 1991;

Abdullah & Sudjarwo, 1993).

Selain dua prediktor tersebut,

ternyata ada prediktor psikologis

lainnya yang cukup signifikan

sebagai pendorong perilaku

seseorang yaitu perceived self

efficacy.

Perceived self efficacy atau

perceived behavioral control

(Glanz, Lewis, dan Rimer, 1997)

ada lah kemampuan yang d i -

rasakan atau rasa percaya diri

untuk membentuk perilaku yang

relevan pada tugas at au situasi

khusus (Smet, 1994), atau

keyakinan dan pengharapan

untuk menguasai beberapa

tindakan yang dibutuhkan untuk

mendapatkan has i l t e r ten tu

(Sull ivan & Mahalik, 2000).

Kedudukanperceiued self efficacy

dalam diri individu merupakanunsur s t ra teg i s untuk mela-

hirkan suatu tindakan, karena

perceiued self efficacy merupakan

predik tor yang ba ik untuk

menentukan kapan suatu t in-

dakan yang tepat itu dilakukan,

atau sebaliknya (Niven, 2002).Dalam penel i t ian tentang

"Prediction of condom use

among high STI (sexually

transmitted infection) risk

group", te rnyata perceiued self

efficacy menjadiprediktor penting

terhadap penggunaan kondom

dalam berhubungan dengan

pasangannya (casual partner d an

regular partner) (Glanz, Lewis,

Rimer, 1997).

Dengan memahami secara

kontekstual pada kasus merokok

yang terjadi di kalangan siswa

maka promosi pencegahan yang

perlu dilakukan adalah promosi

yang diarahkan untuk mening-

katkan perceiued self efficacy

berheuti merokok. I nila h in ti

permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini. Dalam wacana

terdahulu, penggunaan strategi

kognitif sa ng at dimungkinkan

untuk meningkatkan perceiued

self efficacy berhenti merokok

(Beccona, 1988; Wajcik, 1988

dalam Hjelle & Ziegler, 1992).

Secara spesifik, kelebihan

pendekatan cognitive behaviortherapy untuk mencapai maksud

di atas yaitu menekankan pada

variasi pengalaman belajar siswa

lewat berbagai metode dan media

antara l a in : ana l i s i s kasus ,

evaluasi diri, diskusi, pengajaran

langsung, uj i pemahaman,modeling, dan latihan menuang-

kan gagasan. Semua materi dan

metode tersebut dipresentasikan

lewat ' berbagai peng alam an

636 Jumal Pendrd~ kon on Kebudoyoon, No 056, Tahun Ke-11, September 2005

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 5/35

 

belajar 'secara terpadu. Inilah

yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya.

Apa pun keistimewaan yang

pada pendekatan cognitive

behavior therapy sebagai sarana

pengendalian perilaku merokok

di kalangan siswa melalui

peningkatan perceived self

efficacy, sejauh ini masih

merupakan wacana konseptual.

Oleh karena itu, untuk kepen-

tingan implementasinya perlu

penjabaran secara operasional.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasi l pemikiran

sebelumnya, inti rnasalah yang

akan dijawab dalam dalam pene-litian ini dapat dirumuskan:

"Apakah pendekatan cognitive

behavior therapy (CBT) efektif

dalam merestrukturisasi kete-

rampilan kognitif untuk mening-

katkan perceived self efficacy

(PSE) berhenti merokok dikalangan siswa, khususnya

siswa tingkat SLTP?".

Rumusan masalah tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Apakah pendekatan cognitive

behavior therapy (CBT)efektif

untuk meningkatkan sumber

perceived self efficacy (SPSE)

berhenti merokok di kalangan

siswa SLTP?

(2) Apakah pendekatan cognitive

behavior therapy (CBT) efektif

untuk meningkatkan indi-

kator perceiued self efficacy

(IPSE) berhenti merokok dikalangan siswa SLTP?.

(3) Apakah sumber perceiued self

efficacy (SPSE) berhenti

merokok hasil terapi efektif

untuk meningkatkan indi-

kator perceived self efficacy

(IPSE) berhenti merokok di

kalangan siswa SLTP?.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian

ini adalah menganalisis efek-

tivitas pendekatan cognitive

behavior therapy untuk mening-

katkan perceiued self efficacy

berhenti merokok di kalangan

siswa SLTP. Secara khusus

penelitian ini untuk memperoleh

gambaran riil: (1) efektivitas

penerapan pendekatan cognitive

behavior therapy te rh ad ap

peningkatan sumber dar i

perceived self efficacy berhenti

merokok di kalangan siswa

SLTP, (2) efektivitas penerapan

pendekatan cognitive behavior

therapy terapi peningkatan

indikator perceived self efficacy

berhenti merokok di kalangan

siswa SLTP, (3). kontribusi

sumljer perceived self efficacy

Jurnal Pendidikon dan Kebudqaan , No. 56 , TTam Ke-11, September 2005 637

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 6/35

 

Penggunaan Cognitive Behauiar Therap y

hasil terapi terhadap indikator

perceived self efficacy berhenti

merokok di kalangan siswa

SLTP.

2. Ka jian Teor i

2.1. Perspektif Teoritik dan

Emp ir ik Per i laku

Merokok

Secara teoritik etiologi tumbuh-

kembangnya perilaku pada

manusia disimak dari motifnya

mengandung 3 unsur, yang

masing-masing unsur berada

pada tahap beruru tan : (1)

motivating state yaitu perilaku

itu terjadi karena terangsang

stimulasi atau sekresi hormonal

dalam diri manusia, (2)

motivating behavior yaitu

per i laku i tu te r jadi semata

untuk memenuhi kepuasan

kebutuhan dan bersifat instru-

mental (sadar atau tidak sadar),

(3) satisfied condition yaitu agarterpel ihara homeostas is

(Makmun, 2003). Atas dasar

itulah, hampir setiap tindakan

ata u perbuatan apapun yang

dilakukan oleh seseorang

senantiasa memiliki tendensi

tertentu, baik perbuatan i tuhanya sekedar untuk memenuhi

kebutuhan sesaa t maupun

untuk mencapai tujuan yang

telah direncanakan.

Mekanisme perilaku individu

te r jad i ka rena adanya sua tu

determinan ter t ent u , baik

biologis, psikologis, maupun yang

berasal dari lingkungan. Deter-

minan akan merangsang timbul-

nya suatu keadaan biolpsikologis

tertentu dalam tubuh (kebutuh-

an), selanjutnya menciptakan

keadaan tegang (tension).

Keadaan tegang i tu lah yang

mendorong timbulnya perilaku

untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, begitu seterusnya setiap

kal i muncul kebutuhan baru

(Irwanto, 1989). Namun, kadang-

kadang un tuk menentukan

refleksi dari gejala kejiwaan

manakah seseorang i tu be r -

perilaku tertentu, memang cukup

suli t . Deskripsi peri laku i t u

sendi r i hanya dapa t d iukur

melalui terminologi, frekuensi,

duras i , dan la tens i (Grant &

Evans, 1994). Salah satu karak-teristik perilaku manusia yang

menarik adalah sifat deferen-

s ias inya, yai tu satu s t imulus

tertentu dapat menimbulkan

lebih dari satu respons yang

berbeda, dan beberapa stimulus

yang berbeda dapat saja menim-bulkan satu respons yang sama

(Azwar, 2002).

Dalam pandangan behavi-

oristik, perilaku manusia terjadi

638 J w n d Pendidikon do n Kebudoyaon,No. 056, Ta hun Ke-11, Seplernber 2005

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 7/35

 

Mo hornna d Efendi

menurut paradigma stimulus-

respons yaitu suatu proses

pemberian respons tertentu

terhadap stimulasi yang datang

dari luar individu. Parameter

perilaku individu adalah terletak

pada respous perilaku yang

teramati dan bukan apa yang

terjadi dalam diri atau pikiran

individu. Atas dasar itulah maka

proses perilaku menurut

padangan behaviorist& dianggap

sebagai su at u proses yang

bersifat mekanistik dan otomatis.

Implikasi pernyataan tersebut,

bahwa tindakan organisme

dalam lingkungan akan menim-bulkan berbagai konsekuensi,

baik negatif maupun positif.

Berbagai konsekuensi itulah

yang harus dikendalikan untuk

menimbulkan perilaku yang

diinginkan (Hjelle & Ziegler,

1992; Gr an t & Evans, 1994;

Shahib, 2003).

Pandangan kognitif berang-

gapan bahwa dalam otak

organisme, khususnya manusia,

memiliki fungsi kognitif yang

akan mengelola informasi yangberasal dari lingkungannya. Di

dalamnya termasuk berbagai

pengalaman yang diperoleh

organisme. Oleh karena its,

semua perilaku atau tindakan

manusia ditentukan oleh persepsi

dan pemahamannya tentan g

si tuasi yang berhubungan

dengan tujuannya. Bisa juga

sebagian besar tindakan individu

ditentukan oleh bagaimana

individu dalam membentuk

dunianya. Berbagai pikiran yang

dimiliki individu akan menen-

tukan bagaimana perasaan dan

reaksinya (Soekamto, 1992;

Gunarsa, 2001).

Secara biologis perilaku

manusia merupakan hasil proses

dan dinamika syaraf-faali. Hal

itu disebabkan di dalam tubuh

manusia dibekali dengan banyak

sel syaraf yang berfungsi sebagaipenerima rangsang (sensory

neuron), sel syaraf yang berfungsi

sebagai penerus rangsang

(connector neuron) dan sel syaraf

yang berfungsi sebagai penang-

gap rangsang (motor neuron)

(Hardy & Heyes, 1988; Rakhmat,

2004). Dengan berfungsinya

secara harmonis ketiga struktur

neuron tersebut, maka setiap

rangsang yang diterima oleh

organisme dapat diteruskan atau

ditanggapi secara tepat. Misal-nya, ketika organisme menerima

rangsang bunyi (musik), serta

merta setelah rangsang tersebut

diteruskan oleh syaraf pengatur

bunyi secara tepat ke otak,

organisme ak an menanggapi

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 8/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 9/35

 

Secara empirik peri laku

merokok di kalangan siswa atau

remaja sejauh ini masih menjadi

fenomena yang cukup mem-

pr ihat inkan. Ha l i tu dapat

dil ihat secara kuanti tas pre-

valensinya dari tahun ke tahun

t idak pernah menunjukkan

penurunan secara signifikan,

meskipun berbagai cara pen-

cegahan terus diu~ayakan .Hasil

survey di Amerika, jumlah

perokok pada tahun 1965 sekitar

52,1% pria dan 3 4 2 % wanita

tercatat sebagai perokok aktif

(Prokop, 1991; Taylor, 1995).

Salehi dan Elder (1995) menyim-

pulkan hasil penelitiannya, lebih

dari 50% siswa sekolah lanjutandan menengah di Oregon

diketahui mencoba merokok, dan

39% siswa menjadi perokok aktif.

Di Inggris, dari 6522 orang siswa

sekolah lanjutan yang diberikan

angket, 49% mengaku pernah

merokok, dan 17% di antaranyamenjadi perokok aktif sampai

s a a t ini , 23% siswa mulai

mencoba merokok sejak usia 7

tahun (Molyneux dkk., 2002). Di

Hongkong, hasil survei terhadap

9598 orang siswa sekolah dasar

dengan rentang usia 8 - 13tahun. diketahui 12% diketahui

pernah merokok, 15% anak laki-

laki d an 7% ana k perempuan

diketahui menjadi perokok aktif

(Peters, 1997). Di Beijing, 16996

anak sekolah dasar yang di

survei, tenyata 28% anak laki-

laki dan 3% anak perempuan

diketahui merokok (Zhu, 1996),

demikian pula hasil survei di

Henan (China) sedikitnya 15,1%

anak laki-laki dan 1,4% wanita

diketahui merokok sejakusia 10-

14 tahun (Zhang dkk., 2000).

Di Indonesia , indikasi

perilaku merokok masih menjadi

epidemi yang serius di kalangan

remaja (siswa usia sekolah

lanjutan dan menengah). Hasil

penelitian yang lain, Kristanti

(1995) yang mengambil sampel

remaja usia 13-19 ta hu n dan

lokasi peneli t ian di Propinsi

Jabar (922 responden) dan Bali

(1189 responden) menyimpulkan

bahwa 25,4% remaja di Jab ar

yang merokok 3,8% di antaranya

adalah wanita, sedangan 18,8%

remaja di Bali yang merokok1,1% di a nt ar an ya berjenis

kelamin wanita. Dari kedua

wilayah populasi tersebut

ditemukan, 35,2% laki-laki dan

5,7% wanita diketahui selain

merokok mereka juga mengkon-

sumsi minuman alkohol.Sinergi zat kimia hasi l

pembakaran rokok secara

simultan yang diabsorbsi oleh

Jurnol Pendidikan d m Kebudoyoo,~,No. 056, Tahun Ke-11, Seprember 2005 641

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 10/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 11/35

 

Mohammad Efendi

target memiliki korelasi tinggi,

dan sebaliknya. Tidak demikian

halnya dengan variabel perceived

self efficacy.Perceiued Self Efficacy

untuk pertama kalinya diper-

kenalkan oleh Bandura, ternyata

menjadi kontributor yang pen-

ting untuk membentuk intensi

dan aksi dari perilaku(Smet,

1994; Glanz, Lewis, Rimer,1997). Elliot dkk. (2000) menge-

mukakan bahwa perceived self

efficacy adalah keyakinan

individu terhadap kemam-

puannya untuk mengontrol

kehidupan perilakunya. Lebih

lanjut, dapat dijelaskan bahwaperceiued self efficacy t id ak

hanya berkai tan dengan se-

jumlah keterampilan yang

dimiliki seseorang, melainkan

menyangkut keyakinan untuk

melakukan sesuatu dengan

kemampuan yang dimiliki dalamberbagai kondisi "... is concerned

not with the number of skills you

have, but with what you believe

you can do with that you have

under a uariety of circumstances"

(Bandura, 1997). Kedudukan

perceived self efficacy yang tinggidapat menjadi faktor pembangkit

motivasi untuk bertindak atau

pengontrol penyesuaian diri

seseorang, sebaliknya perceived

self efficacy yang rendah bisa

menjadi penghambat u tama

dalam pencapaian tujuan

perilaku tertentu (Schwazer &Renner, 2000; Brown, 2002).

Perceived self efficacy

sebagai pendorong terjadinya

in tens i peri laku dan aks i

per i laku , kual i tasnya akan

tumbuh dan berkembang melalui

salah satu atau kombinasi daribeberapa sumber dari perceived

self efficacy yang berpengaruh,

yaitu: pencapaian pengalaman

secara aktif (enactive mastery

experience), belajar dari

pengalaman orang lain (uicarious

experience), d an pengala ma npersuasif verbal (persuasive

experience). Se ca ra eksp lis it

keberadaanperceived self efficacy

sebagai pengontrol dan pengarah

tindakan individu dapat dilihat

pada indikatornya, yaitu: (1)

pi l ihan untuk melakukantindakan (choice behavior), (2)

usaha atau unjuk kerja untuk

merealisasikan tindakan (effort/

performance), dan (3) kegigihan

berusaha untuk merealisasikan

tindakan (persistence) (Bandura,

1986; 1997; Smet, 1994).

Jurnal Pendidikon d an Kebudayoan, No. 056, Tahun Ke-11, September 2005 643

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 12/35

 

Penggunaan C ogniliveBehauior Therapy

2.3 penerap&n Cognitive

Behavior Therapy u n t u k

Meningkatkan Per-ceived Sel f Efficacy

Berhenti meroko k

Secara teoritik salah satu

karakteristik dasar siswa usia

S L T P yang menjadi sasaran

pelaksanaan treatment ini yaitu

mereka yang memiliki kemam-puan berpikir rasional dan

irrasional dengan berbagai

kelebihan dan keterbatasan unik

yang dibawanya sejak lahir.

Dengan potensi yang ada mereka

di tuntu t untuk memil ik i

kemampuan berpikir danbertindak secara rasional dan

realistik, agar mereka dapat

melakukan adaptasi dengan baik

terhadap lingkungannya. Seiring

dengan munculnya pemikiran

irrasional tersebut (misalnya,

"merokok lebih jantan", "merokoklebih macho", dan lain-lainnya)

memang perlu ada upaya yang

sistematis dan realistik untuk

menggiriug mereka agar mampu

berpikir rasional dan propor-

sional dalam memahami suatu

konteks masalah.

Esensi peuggunaan cogni-

tive behavior therapy sebagai

instrumen untuk mengubah pola

pikir siswa yang irrasional

didasarkan pada alasan: ( 1 )

evaluasi perubahannya dapat

dilakukan dengan segera, (2) se t -

ting perilaku yang ing inditampilkan dapat dirumuskan

dalam serangkaian program

atau aktivitas yang harus

diperankan, (3) membantu siswa

agar mereka dapat berpikir

secara rasional atas dasar fakta

empirik. Secara teoritik cognitivebehavior therapy pada dasarnya

meyakini bahwa pola pemikiran

manusia terbentuk melalui

proses rangkai an St imu lu s-

Kognisi-Respons (SKR) , yang

saling berkaitan dalam

memb ent uk jaringan di otakmanusia, di mana proses kognitif

akan menjadi faktor penentu

dalam menjelaskan bagaimana

manusia berpikir, merasa dan

bertindak (Oemarjoedi, 2004).

Kemampuan seseorang untuk

menilai situasi dan caramenginterpretasi suatu kejadian

sangat berpengaruh terhadap

kondisi emosional, selanjutnya

akan mempengaruhi terhadap

tindakannya.

Hasil penelitian yang

mengkaitkan fungsi kognisi dan

emosi dan suatu perilaku, dapat

dijelaskan bahwa respons psiko-

fisiologis yang dialami seseorang

terjadi karena suatu peristiwa

emb bang kit yang menyebabkau

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 13/35

 

penilaian kognitif dan rang-

sangan otonomik. Dari penilaian

kognitif dan rangsangan oto-

nomik masing-masing akanmenghasilkan rangsangan yang

terhayati dan keyakinan emo-

sional atas peristiwa pembangkit

tersebut , dar i s in i lah akan

terjadi situasi emosional yang

dialami individu (Atkinson,

1999).Dalam perspektif pendi-

dikan, jika cognitive behauior

therapy ini dipandang sebagai

proses pendidikan, maka terapis

berfungsi sebagai guru yang

mengajarkan s t ra teg i untuk

berpikir logis, sedangkan klienberperan sebagai siswa yang

mempraktikkan keterampilan

yang didapat dari terapi dalam

kehidupan sehari-hari (Corey,

1991). Sebagaimana telah di-

uraikan pada bagian sebelum-

nya, cognitive behavior therapyini dibangun atas dasar bahwa

manusia memiliki potensi

berpikir, baik yang rasional

maupun irrasional. Berangkat

dari anggapan bahwa manusia

t idak sempurna tersebut ,

cognitive behauior therapyberusaha menolong mereka agar

mau menerima dirinya sebagai

makhluk yang akan selalu

membuat kesalahan. namun

pada saat yang bersamaan juga

tumbuh sebagai orang yang bisa

belajar hidup damai dengan diri

sendiri. Jadi, cognitive behauiortherapy secara eksplisi t me-

nekankan bahwa manusia

memil ik i kemampuan untuk

berpikir dan bertindak secara

simultan (Cottone, 1992).

Manfaat cognitive behavior

therapy sebagai sa ra na modi-fikasi perilaku yakni mengajak

klien untuk menentang pikiran

(dan emosi) yang salah, dengan

menampi lkan bukt i yang

bertentangan dengan keyakinan

mereka tentang masalah yang

dihadapi. Oleh karena i tn,peranan te rap is a ta u pem-

bimbing diharapkan mampu

menolong mereka untuk mencari

keyakinan yang s ifatnya

dogmatis dalam dirinya dan

secara kuat mencoba meng-

uranginya (Oemarjoedi, 2004).Yanglebih penting dariitu, dalam

proses ini terapis dapat bekerja

pada s ta tu s kognitif masa kini

unt uk d iubah dar i negati f

menjadi positif, dengan menyer-

takan referensi masa lalu.

Memper hatikan beberapapokok pikiran yang diuraikan

bagian sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa terapi untuk

mengubah perilaku merokok

Jumal Pendidikon d m Kebudayaan,No. 056,Takun Ice-11, September 2005 645

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 14/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 15/35

 

sesuatu dengan lebih efektif dan

mempraktikkan dalam situasi

kehidupan nyata.

Dalam implementasinya,

pendekatan cognitive behavior

therapy memberikan banyak

keleluasaan untuk menentukan

pilihannya. Diyakini bahwa

setiap orang dapat mengalami

perubahan melalui banyak jalan

yang berbeda, seperti belajarpengalaman orang la in,

hubungan dengan terapis,

menonton film, mendengarkan

rekaman, memprakt ikkan

pekerjaan rumah secara spesifik,

korespondensi , berpikir dan

bermeditasi. Hal-ha1 yangdisebutkan sebelum ini, meru-

pakan cara untuk menentukan

perubahan perilaku yang tahan

lama. Perubahan peri laku

merokok menjadi berhenti

merokok akan lebih efektif jika

terjadi melalui proses inter-nalisasi , di mana peri laku

berhent i merokok tersebut

dianggap bernilai positif bagi diri

individu sendiri dan diinte-

grasikan dengan nilai lain dari

hidupnya (Solita, 1997)

Parameter keberhasi lanpenerapan cognitive behavior

therapy dalam kaitannya dengan

peningkatan perceived self effi-

cacy herhenti merokok (choice

behavior, performance, persis-

tence) manakala terjadi peru-

bahan yang signifikan dari "Ican't do that" menjadi "May be IcanWsetelahmelalui suatu proses

terapi (Hjelle & Ziegler, 1992).

Secara ekspl i s i t indika tor

efektivitas perubahan tersebut

dideskripsikan dalam beberapa

tanda, seperti mampu menim-

bulkan pengertian yang men-dalam, menumbuhkan kese-

nangan, berpengaruh pada sikap

(dan ef ikasi di r i) , hubun gan

sosial yang makin baik, dan

tindakan (Rakhmat, 2004)

Pengert ian mendalam

setelah melewatiproses cognitivebehavior therapy yaitu peneri-

maan ce rmat da r i i s i t e rap i

sebagaimana yang dimaksud

oleh komunikator (penyampai

pesan). Menumbuhkan kese-

nangan yaitu semua pesan yang

dikomunikasikan kepada oranglain menimbulkan keakraban,

ke-hangatan dan menyenangkan

sehingga terjadi anallsis tran-

saksional "Saya Oke - Kamu

Oke". Berpengaruh pada sikap

(dan self efficacy) yang dimaksud

adalah semua proses persuasiflewat manipulasi psikologis

(terapi) mampu mempengaruhi

pendapat, sikap dan tindakan

a t as kehendak send ir i.

J u rm l Pendidikon d m ebudnyaon, No. 056. Tahun Ke-11,Seplernber ZOOS 647

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 16/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 17/35

 

perceibed self eff icacy tersebut,

meliputi: pengembangan kisi-

kisi , penulisan pernyataan,

validasi instrumen penilaian, ujicoba, analisis dan seleksi

pernyataan.

3.3 Populas i d a n Subyek

Pene l i t i an

Populasi penelitian ini adalah

siswa kelas 111 SLTP yang adadi kabupaten Malang yang

memiliki karakterist ik: (a)

terdaftar aktif sebagai siswa

SLTP penelitian, (b) jenis ke-

lamin pria, (c) pernah merokok,

dan (d) . t idak sedang atau

menderita sakit psikis dan fisik.

Untuk menentukan subyek

en el it an (kelompok eksperimen

dan kontrol) ditentukan 2 SLTP

di kabupaten Malang yang

memiliki karakteristik sebagai-

mana yang disebutkan dalam

kriteria populasi . Dengan

pertimbangan beherapa ha1 di

atas, ditetapkan SLTP PGRI 02

dan SLTP 03 Wonosari Malang

sebagai sekolah penelitian.

3.4 Anal is i s Dat a

Analisis data. Data validasi

instrumen yang dilakukan: (a)

ahli bersifat justifikasi kecen-

derungan untuk mendapatkan

penilaian dari sisi konstruk dan

cakupan isi instrumen, yakni

seberapa jauh semua materi yang

ditampilkan dalam instrumen

re levan dengan tu juan yangakhir yang hendak dicapai, (b)

kelompok sasaran untuk mem-

peroleh gambaran riil seberapa

besar n i la i va l id i tas dan

re liabil i tas ins t rum en yang

digunakan, sehingga mampu

memprediksi aspek psikologisda r i per i laku yang hendak

diukur. Analisis data untuk uji

validitas dan reliabilitas, se rta

analisis data hasil eksperimen

dilakukan menggunakan pro-

gram statistik komputer.

4. Hasi l Penel i t ian dan

B a h a s a n

4.1 Hasi l Pene l i t i an

Secara keseluruhan para vali-

dator menilai bahwa beberapa

aspek yang menjadi perhatian

para penila i un tu k meni la i

instrumen stimulasi ini, antara

lain: penulisan rasional, tujuan

terapi , m ater i te rapi , media

penunjang kegiatan terapi ,

sumber rujukau, evaluasi dan

koherensi antara berbagai aspek

yang disajikan dalam panduan

kegiatan terapi memberikan

justifikasi baik, layak, relevan,

memadai, dan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai.

J u r w l Pendrd~kon m iebudayoan. No. 056, Tohv ,~ce-Jl . Seplember 2005 649

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 18/35

 

Penggunnan CognitiucBehouior Thera py

Hasil 'Uji Validitas da n

reliabilitas instrumen penelitian

ini meliputi: (1) instrumen untuk

menilai pengalaman persuasif

(persuasive experience) yang

di lakukan lewat la t ihan

intervensi kognit if setelah

dianalisis dengan titik kritis

@<0,05) nilai r,*,, = 0,316 dan

reliabilitas=0,8086, ternyata

tersis a 16 i tem soal yangmencapai t i t ik kri t is, (2)

instrumen untuk menilai respons

belajar dari pengalaman orang

lain (vicarious experience) lewat

la t i ha n modeling, se tela h

diaualisis dengan titik kritis (p

< 0,05) nilai r,,, sebesar 0,316,ternyata hanya tersisa 18 item

soal memenuhi syarat validitas

sebuah a la t ukur , dengan

rel iabi l i tas i tem tes sebesar

0,8271, dan (3) instrumen untuk

menilai perceived self efficacy

berhent i merokok setelah

dianalisis dengan titik kritis (p

< 0,05) nilair,,,=0,334 ternyata

hanya tersisa 32 item soal yang

memenuhi syarat val idi tas

sebuah a la t ukur , dengan

rel iabi l i tas i tem tes sebesar

0,9199.

Untuk memperoleh hasil

peneli t ian yang meyakinkan

maka langk ah awal yang

dilakukan sebelum pelaksanaan

ter ap i (perlakuan), a da lahmenyamakan kondisi awal. Ada

beberapa variabel yang diper-

kirakan cukup rawan terhadap

hasi l peneli t ian da n perlu

dikontrol secara seksama, yaitu:

usia responden, prestasi aka-

demik responden, klasifikasiperokok responden, pendidikan

dan penghasi lan orang tu a

responden. Hasil analisis sta-

tistik homogenitas distribusi

responden selengkapnya (kelom-

pok perlakuan dan kelompok

kontrol), dapat disimak pada

tabel 1.

Tabel 1Distribusi usia kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

No

I2.

3 .

4.

6 5 0 Jurnal Pendidikan d an Kebudoyoan, No. 056, Tahun Ke-11. September 2005

Uji statistik

I-lesl

M om - Whilney l a 1

I I ( ~ > 0 , 0 5 ) I I

Ketemngan

Tidak signifikan

Tidak signifikan

Variabel

Umur

Prestasi belajar

Klmif. Perokok

Penghasil. Onu

Titik kritis

P=0,492

(p>0,05)

P=0,754

5 .

(p>0,05)P=O,dI I(p>0,05)P=0,751

P=0,574

(p>O,OS)

Penddk.an"

Mann-Whilney lest

Monn- Whilney tes t

M mn - W hrlney lest

Tidak signifikan

Tidak signifikan

T~ da k ignifikan

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 19/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 20/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 21/35

 

perb6daan masing-masing se-

kitar 15,38 %; 11,11% dan

16,00%.

Hasil analisis statistik ujimodel structural equation mod-

eling hubungan sumber per-

ceived self efficacy yang dibentuk

dari unsur persuasive informa-

tion, vicarious information, dan

enactive information dengan

indikator perceived self efficacyberhenti merokok, secara

kuantitatif diketahui bahwa

hubungan kedua variabel ter-

sebut dapat dibuktikan dengan

Nlai koefisien strukturalgamma

sebesar 0,86, Nlai t sebesar 2,84

@<0,05).Hal ini berarti sumberperceiued self efficacy memberi-

kan kontribusi yang signifikan

terhadap peningkatan indikator

perceived self efficacy berhenti

merokok di kalangan siswa.

73,96% kontribusi te rse but

murni ditentukan oleh karenaperubahan yang terjadi pada

variabel antara dan selebihnya

yaitu sekitar 26,04% oleh karena

variabel lainnya. Selintas

diketahui hahwa pada model

tersebut tampak indicator

variabel persuasive experiencememiliki hubungan yang kuat

dengan indikator variabelpersis-

tence daripada indikator variabel

lainnya.

4.2 Bahasan

(1) Efektivitas pendekatan cogni-

tive behavior therapy (CBT)

untuk meningkatkan sum-ber perceived self efficacy

(SPSE) berhenti merokok di

kalangan siswa SLTP.

Ada tiga sumber yang diper-

kirakan menjadi penentu tinggi-

rendahnya perceived self efficacy

terhadap tindakan atau perilakumerokok, yaitu persuasive expe-

rience, vicarious experience,

enactive ezperience (Bandura,

1986; 1997). Berdasarkan

analisis statistik terhadap ketiga

komponen variabel dari sumber

perceived self efficacy setelah~ e m b e r i a n t er ap i t ern ya ta

menunjukkan hasil yang sig-

nifikan (p < 0,05). Hal ini berarti

pendekatan cognitive behavior

therapy yang dirancang dengan

pola terpadu melalui latihan

intervensi kognitif, latihan mod-eling, dan latihan kapabilitas

bertindak, efektif dalam mening-

katkan persuasive experience,

vicarious experience, enactiue

experience. Dalam parameter

komunikasi, kriteria efektif

secara deskriptif dapat digam-barkan dalam beberapa tanda

seperti: mampu menimbulkan

pengertian yang mendalam,

memumbuhkan kesenangan,

Jurnol Pendidlkon don Kebudayoon,No. 056, Tohun Ice-21. September 2005 653

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 22/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 23/35

 

Mohammad E fendi

nilai vicarious experience yang

diraih kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol terdapat

perbedaan yang signifikan(p<0,05), baik dalam nji nilai

rata-rata antarkelompok mau-

pun dalam uji pra dan pasca

terapi. Selisih perbedaan

vicarious experience hasil

cognitive behavior therapy pada

kelompokeksperimendan kontrolmencapai 11,ll %.

Untuk mengembangkan

belajar dari pengalaman orang

lain (vicarious experience),

bentuk latihan untuk mengem-

bangkan indikator var iabel

tersebut digalang melalui latihanmodeling dengan memanfaatkan

karakter is t ik dasar per i laku

manusia, yaitu kecenderungan

meniru (imitation) model. Esensi

model yang ditampilkan sebagai

pembentuk per i laku dalam

penelitian ini digambarkan :"...as described here is firsts of

all a method for producing new

learning' (Gazda, 1993). Dapat

pula digambarkan sebagai

prosedur untuk mencapai

perilaku baru yang diinginkan

melalui peniruan terhadap orang

lain (Cormier & Cormier, 1985).

Adapun hasil peningkatan

pengaruh model kepada sese-

orang yang mengamati, sangat

tergantung pada frekuensi ,

rentangan, dan in tens i tas

kesesuaian dari respon model

yang diamati (Gunarsa, 2001).Dar i pengamatan te rhadap

model kemungkinan diperoleh

hasil sehagai berikut: (1)Mereka

akan memperoleh pengalaman

baru yang tidakpernah diperoleh

sebelumnya, (2) Mereka akan

memperoleh pengalaman yangdapat melengkapi pengalaman

sebelumnya, dengan cara

memadukannya menjadi kete-

rampi lan yang baru dalam

perilakunya, dan (3 ) Mereka

akan memperoleh pengalaman

yang bertentangan, misalnyadokterlpetugas kesehatanlguru

yang menganjurkan pada

pasiennya supaya berhent i

merokok, akan tetapi yang

bersangkutan sendiri merokok.

Hasil penelitian terhadap

indikator enactive experienceyang diintrodusir melalui

cognitive behavior therapy

menunjukkan bahwa cognitive

behavior therapy terbukti cukup

efekt i f untuk meningkatkan

enactive experience dalam

rangka menghindari perilakumerokok. lndikasi ini dapat

dibuktikan dari hasil analisis

statistik yang diketahui bahwa

nilai enactive experience yang

Jurnol Pendidikon dan Kebudayoan,No. 056, Tahun Ke-11. September 2005 655

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 24/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 25/35

 

basil ;rang signifikan @ < 0,05).

Hal ini berarti cognitiue behau-

ior therapy yang dirancang

dengan pola terpadu melalui:latihan intervensi kognitif,

latihan modeling, dan latihan

kapabilitas tindakan, sangat

efektif dalam rangka mening-

katkan pilihan bertindak (choice

behauior), unjuk kerja (perfor-

mance), kegigihan (persistence)untuk berhenti merokok di

kalangan siswa SLTP.

Hasil penelitian terhadap

pilihan bertindak (choice behau-

ior) yang diintrodusir melalui

cognitiue behauior therapy,

menunjukkan bahwa cognitivebehauior therapy terbukti efektif

dalam rangka menumbuhkan

pertimbangan tindakan berhenti

merokok. Indikasi ini dapat

dibuktikan dari hasil analisis

statistik yang diketahui bahwa

pilihan bertindak (choice behau-

ior) antara kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol terdapat

perbedaan yang signifikan

(p<0,05), baik dalam uji nilai

rata-rata antarkelompok mau-

pun dalam uji pra dan pasca

terapi pada masing-masing

kelompok. Secara kuantitaspeningkatan pilihan bertindak

(choice behauior) hasil cognitiue

behauior therapy mencapai

30,90%.

Telaah kajian pada segmen

choice behauior didasarkan pada

perspektif aktualisasi manusia

dalam kehidupan sehari-hari.Dalam ha1 ini, mereka selalu

hekutat pada persoalan "tiada

har i tanpa di l ibatkan pada

pembuatan keputusan yang

terus menerus tentang tindakan

apa yang harus dilakukan, dan

berapa lama tindakan itu harusmereka lakukan". Keputusan

seseorang terhadap t indakan

selalu dikaitkan dengan ling-

kungan sosial tertentu, sebagian

lainnya d iten tuka n oleh per-

timbangan keyakinan personal-

nya. Orang cenderung meng-hindari tugas-tugas yang

mereka anggap melebihi

kemampuannya. Mereka akan

melakukan dan melaksanakan

aktivitas yang mereka anggap

mampu melakukannya dengan

penuh keyakinan (Bandura,1986).

Oleh karena itu penilaian

secara akurat terhadap kemam-

puan di r i seseorang sangat

bermanfaat dalam memfungsi-

kan keberhasilannya. &ka salah

dalam menilai keyakinanpersonal, akan berakibat dalam

banyak hal. Misalnya, orang

yang ter la lu yakin dengan

kefuampuan dasar untuk

Jurnol Pendidikon dan Kebudayaon. No. 056.Tahun Ke-11, Seplernber 2005 657

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 26/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 27/35

 

at au 'sebaliknya. Pen ilai an

kemampuan diri sebagai salah

~ a t u omponen persistence,

akan menentukan seberapa

besar usaha yang akan di-

lakukan dan bagaimana cara

mengatasi hambatan yang tidak

menyenangkan. Semakin kuat

pilar perceived self efficacy yang

mereka rasakan, semakin besar

kemampuan uutuk mewujud-

kan. Pengaruh cognitive behav-

ior therapy berimplikasi pada

kegigihan atau keuletan (persis-

tence). Hal itu terbukti cukup

efektif untuk menumbuhkan

kegigihan atau keuletan

terhadap t indakan berhent i

merokok. Indikasi ini dapat

dibuktikan dari hasil analisis

statistik yang diketahui bahwa

persistence kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol terdapat

perbedaan yang signifikan

@<0,05baik dalam uji nilai rata-

rata antar kelompok maupun

dalam uji pra dan pasca terapi.

Secara kuan titas peningkatan

kegigihan atau keuletan (persis-

tence) hasil cognitiue behavior

therapy mencapai 8,00%.

Ketika seseorang dihadap-kan pada suatu tantangan atau

kesul i tan te r tentu , ada dua

kemungkinan yang akan terjadi

pada yang bersangkutan. Jika

meragukan kemampuannya, dia

akan mengurangi usahanya

bahkan ak an menghent ikan

sama seka l i usahanya Seba-

liknya, jika memiliki kemam-

puan diri yang kuat, dia akan

berusaha yang besar untuk

menguasa i tan tangan . Jad i ,

keraguan akan mendorong

menghalangi seseorang bila yang

bersangkutan ingin menggu-

nakan kecakapan yang ter -

bentuk sebelumnya, sedangkan

ketekunan dan usaha yang kuat

biasanya ak an menghasilkan

kegigihan yang tinggi untuk

berusaha mewujudkan t in-

dakannya. Salomon (1984)

memberikan suatu bukti tentang

keyakinan diri yang tinggi pada

an ak sebagai pese r ta didik

sangat berhubungan dengan

usaha kognitif dalam dirinya

(dalam Bandura, 1986).

(3) Kontribusi sumber perceived

self efficacy (SPSE) hasi l

ter api perilaku kognitif

terhadap peningkatan indi-

kator perceived self efficacy

(IPSE) berhenti merokok di

kalangan siswa SLTP.

Penilaian terhadap karakteristik

per i laku yang di tampilkan

manusia, menunjukkan bahwa

segala sesuatunya dapat diubah

Jurnal Pendidikon don Xebudoyoan, No. 056,Tahun Ke-11, September 2005 659

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 28/35

 

Pe na un aa n CogniliveBehaoior Therapy

dan berubah, serta berkembang

sesual dengan interaksinya

dengan lingkungan. Atas dasaritulah, cognitive behavior

therapy sebagai media terapi

dipredihsikan dapat memberikan

kontribusi terhadap perubahan

perilaku merokok menjadi tidak

atau berhenti merokok. Untuk

itu harus melewati serangkaiankegiatan yang bernuansa pada

restrukturisasi keterampilan

kognitif. Berdasarkan analisis

statistik diketahui bahwa terapi

perilaku kognitif yang menjadi

basis terbentuknya sumber per-

ceived self efficacy berhenti

merokok mampu memberikan

kontribusi yang signifikan

terhadap perubahan indikator

perceived self efficacy berhenti

merokok.

Secara kuantitatif kebera-

daan sumber perceived self effi-

cacy berhenti merokok yang

dibangun dari unsur persuasive

experience, vicarious experience,

enactive experience seca ra

signifikan mampu memberikan

kontribusi terhadap indikator

perceived self efficacy (choice be-

havior, performance, persis-

tence) be rh ent i merokok di

kalangan siswa SLTP sebesar

73,96%. dan 26,04% ditentukan

oleh faktor-faktor lain yang tidak

diketahui dalam penelitian ini.

Meskipun secara kuanti tas

kontribusi sumber perceived selfefficacy belum mampu mem-

berikan kontribusi terhadap

indikator perceived self efficacy

secara maksimal , namun

perolehan hasi l tersebut se-

t idaknya memberikan bukti

bahwa cognitive behaviortherapy sebagai salah satu

pendekatan dalam mengelimi-

nasi perilaku merokok cukup

efektif melalui peningkatan per-

ceived self efficacy berhenti

merokok.

Secara eksplisit perubahan

perilaku pada seseorang dengan

menyimak determinan perilaku

berdasarkan gejalanya dapat

diidentifikasi. Akan tetapi untuk

memastikan keberadaan faktor

yang melatarbelakangi perilaku

secara spesiiik masih sangat sulit

dipastikan. Sebagaimana per-

ubahan yang terjadi dari pene-

litian ini, memang ada bagian

yang tidak bisa dijelaskan, ha1

itu disebabkan bahwa perilaku

manusia pada dasarnya meru-

pakan resultansi dari berbagai

faktor (Notoatmodjo, 2003), baik

faktor internal ( individu)

maupun eksternal (lingkungan

individu). Dengan demikian,

keberadaannya tergantung pada

660 Jurnal Pendidikan don Kebudayaan, No. 056, Tahun Ke-II . Seplember 2005

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 29/35

 

konteks di mana dan kapan

peri lak~tu terjadi.

Perilaku manusia sebagai

refleksi da ri berbagai gejala

kejiwaan, seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat

motivasi, persepsi, sikap, dan

lain-lainnya dalam paradigma

Lewin merupakan fungsi dari

personal dan stimulas i ling-

kungan (Bandura, 1997,

Rachmat, 2004). Lebih jauh

Snehandu menjelaskan bahwa

perilaku manusia merupakan

perwujudan dari intention

behavior, social support,

accessibility of information,

personal autonomy, action

situation (Notoatmodjo, 2003).Oleh karena i tu , perubahan

apapun pada perilaku individu

harus mengacu pada aspek-

aspek tersebut.

Untuk menganalisis kasus

perubahan kapabilitas perilaku

berhenti merokok pada siswadapat menggunakau acuan

tersebut, baik secara parsial

maupun kombinasi di antara

kelimanya. Misalnya, seseorang

yang ingin mengubah kebiasaan

merokok menjadi berhenti

merokok. Untuk mewujudkanperilaku tersebut, harus sudah

ada minat dan niat dari dalam

diri yang bersangkutan untuk

merealisasikan (intention behau-

ior) atau adanya dukungan dari

orang atau lingkungan sekitar-

nya (social support). Jika kedua

determinan te rsebut t idak

di temukan dalam anal isis

perubahan perilaku tersebut,

secara sengaja atau tidak sengaja

perubahan itu terjadi karena dia

mendapatkan informasi yang

kua t tentang keburukan atau

efek negatif merokok (accessibil-ity of information). Kemung-

kinan lain adalah karena adanya

otonomi atau kebebasan pribadi

dalam dirinya untuk menen-

tukan semua t indakan a tau

keputusan (personal autonomy).

Bi la perubahan i tu t idakditemukan pada keempat faktor

tersebut , faktor la in yang

diperkirakan dapat memicu

perubahan kapabilitas perilaku

seseorang untuk berhent i

merokok adalah akibat dari

situasi dan kondisi yang tidakmemungkinkan, seperti alasan

kesehatan, pergaulan, l ing-

kungan, dan lain-lainnya (action

situation).

5. S im p ul an d a n S a r a n

5.1 SimpulauBerdasarkan te laah hasi l

penelitian yang diuraikan pada

bagian sebelumnya, secara

Jurnol Pendidikon d m ebudayaan,No.056. Tahun I(e-11, Seplember 2005 661

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 30/35

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 31/35

 

Kolelasi an ta ra persuasive

experience dengan choice be-

havior dan persuasive experi-

ence dengan persistencememiliki hubungan yang pal-

ing kuat diantara hubungan

antar indikator variabel yang

lainnya.

5.2 S a r a n

Berdasarkan hasil temuan yangditampilkan pada bagian se-

belumnya, dis ara nk an pada

sekolah, peneliti berikutnya, dan

pengguna prototipe berikutnya

adalah sebagai berikut.

(1)Sekolah peneli t ian atausekolah lain yang setingkat.

Sekolah agar mempertimbang-

kan penggunaan paket kegiatan

cognitive behavior therapy

sebagai perang kat alternati f

program pencegahan perilaku

merokok di kalangan siswasecara kontinu. Hal i tu di-

sebabkan karena biaya sangat

efisien dan pelaksanaannya

dapat dilakukan sesuai kebu-

tuhan tanpa harus mengganggu

kegiatan belajar mengajar yang

diprogramkan secara rutin, sertahasi l pendekatan in i lebih

akomodatif sesuai dengan

karakteristik siswa.

(2) Peneliti berikutnya

Prototipe program terapi ini

dirancang dan diimplemen-

tas ikan dengan waktu dansetting lingkungan yang terbatas

maka kemungkinan ter jadi

kekurang-sempurnaan di sana-

sini. Oleh karena i tu, peneliti

berikutnya dapat melanjutkan

penggunaan prototipe cognitive

behavior therapy ini sebagaiperangkat untuk mengeliminasi

perilaku merokok di kalangan

remaja a tau s iswa, dengan

variabel dan sampel dalam skala

yang lebih luas. Selain itu, dapat

juga diterapkan dalam format

situas i yang berbeda, misalnyapenggunaan sistem block time

atau non-block time, dan

operasionalisasinya dapat

diintegrasikan dalam bentuk

kegiatan terpadu dengan dengan

mata pelajaran (integrated) lain

a t au terpisah berdir i sendir i(segregated).

(3)Pengguna prototipe ini

berikutnya.

Khusus untuk pengguna

prototipe ini , sar an yang

di tampilkan ber ikut dapatdijadikan acuan ata u rambu-

rambu teknis yang per lu

dilakukan yaitu; penggunaan

seca'ra fleksibel interaksi terapisl

Jurnal Pendidikon d on Kebudnyoan, No. 056, TohunKe-11, Seplernber 2005 663

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 32/35

 

Penggunaan C ogniliueBehavior Therapy

pembimbing dengan siswa

bervariasi, limit waktu tidak

kurang dari 20 jamlsemesterpertemuan @ 45 menit, dapat

dikombinasikan dengan strategi

instruksional atau konseling yang

lain serta penyajian materi harus

beruru tan d imulai la t ihan

intervensi kognitif, latihan

modeling, danlatihan kapabilitastindakan.

Pustaka Acuan

Abdullah, AK & Sudjarwo

1993. Beberapa yang Ber-

hubungan Dengan Minat

dan Motiuasi Siswa Menjadi

Guru S D Melalui LPTK.

Lampung: Pusat Penelitian

Universitas Lampung

Atkinson, R.L. 1999. Introduc-

tion to Psychologx Pengan-

t a r Psikologi 11 ed.) ter-

jemahan Lyndon Saputra.

Batam Centre: Interaksara

Azwar, Saifuddin. 2002. Sikap

Manusia: Teori dun Peng-

ukurannya, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Bandura, A. 1986. Social Foun-

dation of Thought a n Ac-

tion: A Social Cognitive

Theory. New York: PrenticeHall Inc.

Bandura, A. 1997. Self Efficacy:

The Exercise of Control.

New York: W.H. Freeman

Company.

Baron, R.A. & D. Byrne, 1991.

Social Psychology: Under-

stz nd Hum an Interaction

(6 ed.). Boston: Allyn &

Bacon.

Bawazeer, AA., ASHat t ab , E.

Morales 1999. First ciga-

re tt e smoking experience

among secondary school stu-

dent in Aden. East

Mediteran Health JournalMay, 5 (3):440-9.

Beaglehole,R. 1997. Dasar-dasar

Epidemiologi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University

Press.

Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983.

Educational Ry a r c h : An

Introduction (4 ed.).New York: Longman.

Brooks, J.G. & Brooks, M.T.

1993. The Case for

Cinstructiuist Classrooms.

Alexandria: Assocation for

Supervision an Curriculum

Development

Brown, D 2002. The Role of Workand Cultural Values in Oc-

cupational Choice, Satisfac-

tion & Success: A Theoritical

Statement. Journal of Coun-

seling Development, 80 (I),

48-56

Corey, B. 1991. Konseling dan

Psikoterapi: Teori d a n

Praktek (terjemahan).

Semarang: IKIP Semarang

Press.

Cormier, W.H. & L.S. Cormier

1985. Interviewing Strategy

664 Jurnol Pendidikon don Kebudaymn, No. 056, Tahun Ke-11. Seplernber 2005

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 33/35

 

Mohommad Efendi

fo i Helpers: FundamentalSki l l a nd Cognit ive Beh av-i o r I n t e rv e n t i ons . Pac i f i cGrove : Brooks Pu b l i sh ingCompany

Cosby, P.C. 1985. Methods inBehavioral Research. Palo

Alto: M ayfieldPublishing Company

Cottone, R.R. 1992. Theories andparad i gm s o f C ounse l i ng

and psychotherapy. Boston:Allyn & Bacon.Cresw el l , J.W. 1994. Research

Design: Q ualitative & Quan-t i tat ive Approach. London:SAGE Publications.

De V rie s, H. 1998. Se l f e ff i cacy:T h e third factor besides a tt i-

tud e and subjective no rm asa predictor o f behavioral in -tent ions. Heal th Educat ionResearch. Vo1.3 No.3, p.273-

282.

Dhu yvet tere , H. 1991. S m o k -i n g B e h au io r a n d ( a n t i )S m o k i n g C l im a t e A m o n g

S t u d e n t P sy c ho lo g y. B e l -g iu m : U n i v e r s i t y o f G e n t

(Unpubl ished) .E f e nd i , M . 2003. Kebiasaan

merokok di kalangan siswa

(s tud i kasus ti ga SM K d ikota Malang) . Jurnal I lmu

P e n d i d i k a n , t a h u n 30, 2,

Juli 2003, hal. 136-144.

E f e n d i , M , 2000. K e b i s i n g a nS e b a g a i D e t e r m i n a nA m b a n g P e n d e n g a r a nM a s i n i s K e r e t a A p i .

Surabay a : T e s i s Pasc asar-jana U niv er sita s Airlangga

Elliot, S.N. et. al. 2000. Educa-tional Psychology: EffectiveTeaching , Effect ive Learn-i n g . B o s t o n : M c G r a w H i l lHigher Education

Gazda, R. 1993 Group Counsel-i n g : A D e v e l o p m e n t A p -proach, Boston: Allyn & Ba-

con Inc

G l a n z , K., L e w i s F .M . , B . K .Rimer . 1997.Hea lth Behau-ior & Health Education.

S a n Frans is c o : J ose B ar P ub -l isher

G r a n t L. & A. E v a n s 1994.

Pr i n c i p l e s of Be ha v i o rAnalysis . New Yo rk : Harper

Collin's College PublishersGun arsa, S .D. 2000. Dasar dan

Teori Perkembangan A na k.Jakarta: PT BPKGu nung M ulia

Gu narsa , S.D. 2001. Konselingd u n P s ik o te r ap i . J a k a r t a :PT BPK G un ung Mul ia.

Hardy, M. & Heyes, S. 1988.P e n g a n t a r P s i k o l o g i .

Jakarta: ErlanggaHjelle, L A . D.J. Ziegler 1992.

Personality theories: Basic,assumpt ions, research, andapplicat ions. New Yo rk: McGra w-H ill Inc.

Irwanto, 1989. PsikologiUmum.Ja ka rta: PT Gram edia.

K r i s t a n t i . 1998. P e r i l a k uM e r o k o k d a n M i n u mAlkohol di Jabar da n Bal i .

Jumal Pendid ikan da n Kebudayoon, No.056, Tahun Ke-11. September 2005 665

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 34/35

 

Penggunaan CognitiueBehavior Therapy

Journal %pidenaiologi 1998

2:3: 35-42

Leventhal, H. 1988. A Cognitive

Developmental Approach in

Smoking Intervention.

Topic in Health Psychology.

New York: John Wiley &

Sons Ltd.

Luthans, F. 1995 Organiza-

tional Behavior, New York:

McGrawHil~ nc.Makmun, Abin S . 2003.

Psikologi Kependidikan.

Bandung: Rosda Karya

Malyneux, A. 2002. Is smok-

ing a countable disease? :

Effect of exposure to ever

smoker tutor group on the

risk of incident smoking in

the iirst years of Secondary.

Tobacco Control 2002, Sept

11 (3) 224-245

Nasution , S. 1992. Berbaga i

Pendekatan Dalam Belajar

Mengajar. Jakarta: Ehmi

Aksara.Niven, Neil. 2002. Health Psy-

chology: An Introduction

For Nurses and Other

Health Care Profesionals

(Psikologi Kesehatan:

Pengantar untuk Perawat

dan Profesional Kesehatan

Lain). Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo 2003.

Pendidikan da n perilaku

kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Oemarjoedi, Kasandra 2004.

Cognitive Behavior dalam

Pesikoterapi. Jakarta: Cre-

ative Media.

Peters,J. 1997.A Comprehensive

study of smoking in primary

school children in Hongkong:

Implication for preventive.

Epidemiology Community

Health , 1997 Jun 5 (3)239-

245.Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-

dasar Metodologi Penelitian

Kedokteran dun Kesehatan

Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Prokop, C..K. 1991. Health Psy-

chology: Clinical Methods

and Research

New York: MacMillan Pub-

lishing Company.

Rakhmad, J. 2004. Psikologi

Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Sadiman, Arief 2001. Pengaruh

Televisi Terhadap Perubah-a n Perilaku. Jak arta :

Pustekkom.

Schwarzer, R. & B. Renner

2000. Social cognitive Pre-

dictor of Health Behavior:

Action Self Efficacy & Cop-

ping Self Efficacy. Health

Psychology. 19 (5), 487-495.

Shahib, M.N. 2003. Pembinaan

Kreativitas Menuju Era Glo-

bal. Bandung: Alumni.

Soekamto, T. 1992. Prinsip

Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Dirjen Dikt i

5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 35/35

 

DepdiknasSolita, Sarwono1997. Sosiologi Kesehatan:Beberapa Konsep BesertaAplikasinya. Jogyakarta:

Gajah Mada UniversityPress

Sulivan, K.R. & Mahalik R.2000. Increasing self efficacyfor woman: Evaluating aGroup intervention. Journalof Counseling and Develop-ment, 7, 8: 54-61.

Smet , Bar t . 1994. PsikologiKesehatan. Jakarta:Grasindo

Taylor, S.E. 1995. Health Psy-

chology (3th ed.). New York:Mc GrawHill Inc.

Tubbs, S. L. & Moss, S. 1996.

Human Communication.Singapore: McGraw-Hill Inc.

Weiss, G.L. & Lonquist, L.E.1997 . The Sociology ofHealth Healing, an Illness.New Jersey: Ptentice-HallInc.

YKI . 1999. Tembakau. Jakarta:

Bulletin Sehat Tanpa

Merokok No. 15 Agustus1999.

Zhu, B.P. 1996. Cigarette Smok-ing and i ts Risk Factors

among Elementary SchoolStudent in Beijing. Ameri-can Journa l Public Health.

Mar, 86 (3):368-75.

Zhang et . al. 2000. Psychosocialpredictors of smoking amongsecondary school student in

Henan, China. Health Edu-cation Res. Augt. 15 (4) 415-

422

, 2001. Perokok

Remaja Kian Memprihatin-kan. Jakarta: HURepublika

4 April 2001.hal. 8.

, 2001. Departemen

Pendidikan MeluncurkanWebsite Bebas Rokok.com.Jakarta: Depdiknas

, 2003. Kebiasaan

merokok di angkutan umumdi kota Malang. H U J a w aPos 2 Juni 2003, hal. 29-39

I Jurnal Pendidikon don Kebudoyoan. No.056, Tohun Ke-11, September 2005 667