Jurnal CBT pelajar
Transcript of Jurnal CBT pelajar
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 1/35
Jurnol Pendidikan d an fk bu d~ yan n, No. 056, Tah un Ke-11, September 2005
Penggunaan Cognitive Behavior Therapy
untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok
di Kalangan Siswa melalui PeningkatanPerceivedSelfEfficacyBerhenti Merokok
Mohammad Efendi*)
A b s t ra h : T u ju an pene li tian in i un tuk meng anal i s is e fek tiui tas
penggunu nn cognitiue behauior therapy (terapiperilaku ko gn itifl un tuk
m enin gka tkan perceived sel f eff icacy (P SE ) berhent i merokok d ikalan gan siswa SLTF? Peneli tian in i m engg una kan ranca ngun no n
ran dom ized control gro up pretest an d posttest design. Hasilnya
me nunjukka n bahwa: (1 )p e n d e h ta n cognitiue behauwr therapy efek tif
men ingkatkan sumberperceiued self e ficac y (S P S E )berhenti merokok
@ersuasiue experience, vicarious experience, enactiue experience), (2 )
pendekatan cognitiue behavior therapy efektif me ning katka n indika tor
perceived selfefficacy(I P S E ) berhenti merokok (choice behauior,per-formance, persistence), (3) model analisis hubunga n antara S P SE
dengan IP SE diperoleh koefisien g am m a = 0,86, t = 2,84 @<0.05),
berarti S P SE memberikan k on trib wi signzfikan terhadnppeningkutan
IP SE berhenti merokok di kalangansiswa. Atasda sar temua n tersebut
disarankan pada sekolah yangsederajat untu k m emp ert imbangkan
pen ggu naa n cognitiue behauior therapy sebagai alte rn utif pro gra m
pencegahanperilaku merokok di kalang an siswa
K a t a hunci: Cognitiue behnuior therapy , Perceiued selfeffica cy, Siswa
SL TP , berhenti merokok.
1. Pen dah ulu an (pubertas) adalah munculnya
1.1 Latar Be lakang salah satu gejala perilaku negatif
Penomena perilaku yang tampak (kebiasaan merokok). Perilakumencolok dalam kehidupan anak merokok di ka la ngan remaja
ketika memasuki fase remaja hingga ki ni masih menjadi
Dr. Mohammad Efendi MP d., MK es. ad al oh Staf Fungsionol Akadernik Juruson
Teknologi Pen didd ran Faku ltosIlmu. Pendidikan. Uniuersitos NegeriM alang
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 2/35
masalah endemik. Berdasarkan
bukti empiris, secara kuantitatif
dari penelitian terdahulu dike-
tahui bahwa angka prevalensi
perokok di kalangan remaja
(setaraf siswa sekolah lanjutan
dan menengah) dari tahun ke
tahun terus meningkat. Bahkan
data terkini menunjukkan sudah
sampai pada tahap yang sangat
memprihatinkan.
Secara nasional Departemen
Pendidikan Nasional (2001)
mencatat bahwa jumlah perokok
di kalangan remaja dengan usia
ra ta-ra ta an tar a 15-24 tahun
sekitar 26,56%.Yayasan Kese-
hatan Indonesia secara khusus
mencatat bahwa 18% remaja
yang duduk di bangku SLTP
diketahui mulai merokok, dan
11%di antaranya mampu meng-
habiskan 10 batang per hari.
Hasil penelitian lain ditemukan
bahwa pengalaman pertama kalianak mulai merokok, dari 19,s
% siswa perokok yang diteliti
(21% laki-laki dan 15,5%perem-
puan) ternyata dimulai dari
tingkat SLTP (Bawazeer,
Hattab, Morales, 1999). Bebe-
rapa penelitian sejenis umumnyamenegaskan bahwa untuk per-
tama kalinya remaja merokok
pada usia antara 11-13 tahun
(setingkat SD kelas 6 sampai
dengan SLTP 1-2),dan 85%-90%
remaja perokok dimulai sebelum
usia 18 tahun (Smet, 1994).Hasil
survei tentang k eb ia ~a an uruk
para penurnpang angkutan
umum di Kota Malang mene-
mukan bahwa 54,24%penum-
pang suka merokok di angkutan
umum. Dari jumlah tersebut,
13,55% di an taranya adalah
pelajar SLTP dan SLTA dengan
rata-rata usia 12 - 19 t ahun
(Jawa Pos, 2 Juni 2003).
Dari hasi l s tudi penda-
huluan yang dilakukan secara
acak terhadap beberapa Sekolah
Menengah Kejuruan di Kota
Malang, diperoleh kesimpulan
bahwa dari 120orang siswa yang
menjadi responden 59,17%
diketahui merokok. Dari jumlah
perokok tersebut, 67,60%siswa
diketahui mulai merokok sejak
duduk di tingkat SLTP, dengan
spesifikasi 35,21% dari jumlahtersebut mulai merokok sejak
duduk di kelas I11 SLTP. Secara
kuan ti ta s f rekuensi yang
dikonsumsi, 67,87%responden
mengaku mampu menghabis-
kan 1-3 batanglhari, 25,35%
responden mampu menghabis-ka n 4-6 batanglhari , 4,23%
responden mampu menghabis-
kan 7-10 batanglhari , serta
2,55% responden sisanya
634 Ju m al Pendidikan do n Kebudayaan. No. 056, Tahun Ke-11, September 2005
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 3/35
Mohornrnad Efendi
mam~u'men~habiskani atas 10
batanglhari (Efendi, 2003).
Ada kekhawatiran terhadap
perilaku merokok pada remajatersebut, yakni semakin muda
seseorang mulai menjadi pero-
kok, makin besar kemungkinan
yang bersangkutan menjadi
perokok berat di usia dewasa
(Leventhal, 1988; Dbuyvettere,
1990). Dampak pengiring lainyang sangat mengkhawatirkan
adalah keberadaan per i laku
merokok bisa menjadi pin tu
masuk pertama (first s t e p )
terh ada p perilaku negatif
lainnya, seperti: minum alkohol,
penyalahgunaan obat-ohatanterlarang atau narkoba, perilaku
agresif dan destruktif. Kom-
binasi perilaku negatif antara
merokok dan minum alkohol
dibenarkan oleh Smet (1994)
berdasarkan hasil penelitiannya
di kota Semarang dan seki-
tarnya, babwa perilaku merokok
ternyata memiliki korelasi positif
dengan kebiasaan minum
alkohol di kalangan remaja.
Berdasarkan fakta empirik
di atas, upaya pencegahan awal
atau lanju tan harus te tapmenjadi agenda pendidikan
remaja. Jika perilaku merokok
pada remaja atau siswa tersebut
dibiarkan terus berkembang
tanpaadanyaupayapencegahan
secara sistematis maka akan
sangat membahayakan kehi-
dupannya kelak. Dari visikesehatan, risiko yang ditimbul-
kan akibat perilaku merokok
tersebut tidak hanya berakibat
pada diri perokok (perokok
aktif) , mel aink an juga ber-
pengaruh pada orang yang berada
di sekitarnya (perokok pasif. Halitu akan tampak setelah terjadi
akumulas i 5, 10, 20 atau 30
tabun, atau bahkan lebih, setelah
terpapar zat karsionogenik.
Secara kuantitatif , rokok
menyebabkan 3 juta penduduk
dunia mati lebih awal. DiAmerika Serikat 30 % perokok
lebih mudah terkena penyakit
jantung koroner, atau 2 sampai
dengan 4 kali risiko kematian
daripada mereka yang bukan
perokok (Weiss & .. onquist,
1997).
Determinan t imbulnya
seseorang menjadi perokok
memang sangat bervar iat i f .
Secara teoritikprediktor perilaku
seseorang dapat bermuara pada
norma subyektif da n sika p
terhadap perilaku target (DeVries, 1988; Smet, 1994). Dalam
perkembangannya, eksistensi
kedua variabel sebagai prediktor
perilaku dalam beberapa
Jurnal Pendidikan dun Kebudayuun, N o 056, TohunKe-11. September 2005 635
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 4/35
Penggunaan CognitiveBehauior Th eropy
peneli 'tian t er se bu t tid ak
menunjukkan hubungan yang
konsisten (Baron & Byrne, 1991;
Abdullah & Sudjarwo, 1993).
Selain dua prediktor tersebut,
ternyata ada prediktor psikologis
lainnya yang cukup signifikan
sebagai pendorong perilaku
seseorang yaitu perceived self
efficacy.
Perceived self efficacy atau
perceived behavioral control
(Glanz, Lewis, dan Rimer, 1997)
ada lah kemampuan yang d i -
rasakan atau rasa percaya diri
untuk membentuk perilaku yang
relevan pada tugas at au situasi
khusus (Smet, 1994), atau
keyakinan dan pengharapan
untuk menguasai beberapa
tindakan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan has i l t e r ten tu
(Sull ivan & Mahalik, 2000).
Kedudukanperceiued self efficacy
dalam diri individu merupakanunsur s t ra teg i s untuk mela-
hirkan suatu tindakan, karena
perceiued self efficacy merupakan
predik tor yang ba ik untuk
menentukan kapan suatu t in-
dakan yang tepat itu dilakukan,
atau sebaliknya (Niven, 2002).Dalam penel i t ian tentang
"Prediction of condom use
among high STI (sexually
transmitted infection) risk
group", te rnyata perceiued self
efficacy menjadiprediktor penting
terhadap penggunaan kondom
dalam berhubungan dengan
pasangannya (casual partner d an
regular partner) (Glanz, Lewis,
Rimer, 1997).
Dengan memahami secara
kontekstual pada kasus merokok
yang terjadi di kalangan siswa
maka promosi pencegahan yang
perlu dilakukan adalah promosi
yang diarahkan untuk mening-
katkan perceiued self efficacy
berheuti merokok. I nila h in ti
permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini. Dalam wacana
terdahulu, penggunaan strategi
kognitif sa ng at dimungkinkan
untuk meningkatkan perceiued
self efficacy berhenti merokok
(Beccona, 1988; Wajcik, 1988
dalam Hjelle & Ziegler, 1992).
Secara spesifik, kelebihan
pendekatan cognitive behaviortherapy untuk mencapai maksud
di atas yaitu menekankan pada
variasi pengalaman belajar siswa
lewat berbagai metode dan media
antara l a in : ana l i s i s kasus ,
evaluasi diri, diskusi, pengajaran
langsung, uj i pemahaman,modeling, dan latihan menuang-
kan gagasan. Semua materi dan
metode tersebut dipresentasikan
lewat ' berbagai peng alam an
636 Jumal Pendrd~ kon on Kebudoyoon, No 056, Tahun Ke-11, September 2005
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 5/35
belajar 'secara terpadu. Inilah
yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya.
Apa pun keistimewaan yang
pada pendekatan cognitive
behavior therapy sebagai sarana
pengendalian perilaku merokok
di kalangan siswa melalui
peningkatan perceived self
efficacy, sejauh ini masih
merupakan wacana konseptual.
Oleh karena itu, untuk kepen-
tingan implementasinya perlu
penjabaran secara operasional.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasi l pemikiran
sebelumnya, inti rnasalah yang
akan dijawab dalam dalam pene-litian ini dapat dirumuskan:
"Apakah pendekatan cognitive
behavior therapy (CBT) efektif
dalam merestrukturisasi kete-
rampilan kognitif untuk mening-
katkan perceived self efficacy
(PSE) berhenti merokok dikalangan siswa, khususnya
siswa tingkat SLTP?".
Rumusan masalah tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
(1) Apakah pendekatan cognitive
behavior therapy (CBT)efektif
untuk meningkatkan sumber
perceived self efficacy (SPSE)
berhenti merokok di kalangan
siswa SLTP?
(2) Apakah pendekatan cognitive
behavior therapy (CBT) efektif
untuk meningkatkan indi-
kator perceiued self efficacy
(IPSE) berhenti merokok dikalangan siswa SLTP?.
(3) Apakah sumber perceiued self
efficacy (SPSE) berhenti
merokok hasil terapi efektif
untuk meningkatkan indi-
kator perceived self efficacy
(IPSE) berhenti merokok di
kalangan siswa SLTP?.
1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian
ini adalah menganalisis efek-
tivitas pendekatan cognitive
behavior therapy untuk mening-
katkan perceiued self efficacy
berhenti merokok di kalangan
siswa SLTP. Secara khusus
penelitian ini untuk memperoleh
gambaran riil: (1) efektivitas
penerapan pendekatan cognitive
behavior therapy te rh ad ap
peningkatan sumber dar i
perceived self efficacy berhenti
merokok di kalangan siswa
SLTP, (2) efektivitas penerapan
pendekatan cognitive behavior
therapy terapi peningkatan
indikator perceived self efficacy
berhenti merokok di kalangan
siswa SLTP, (3). kontribusi
sumljer perceived self efficacy
Jurnal Pendidikon dan Kebudqaan , No. 56 , TTam Ke-11, September 2005 637
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 6/35
Penggunaan Cognitive Behauiar Therap y
hasil terapi terhadap indikator
perceived self efficacy berhenti
merokok di kalangan siswa
SLTP.
2. Ka jian Teor i
2.1. Perspektif Teoritik dan
Emp ir ik Per i laku
Merokok
Secara teoritik etiologi tumbuh-
kembangnya perilaku pada
manusia disimak dari motifnya
mengandung 3 unsur, yang
masing-masing unsur berada
pada tahap beruru tan : (1)
motivating state yaitu perilaku
itu terjadi karena terangsang
stimulasi atau sekresi hormonal
dalam diri manusia, (2)
motivating behavior yaitu
per i laku i tu te r jadi semata
untuk memenuhi kepuasan
kebutuhan dan bersifat instru-
mental (sadar atau tidak sadar),
(3) satisfied condition yaitu agarterpel ihara homeostas is
(Makmun, 2003). Atas dasar
itulah, hampir setiap tindakan
ata u perbuatan apapun yang
dilakukan oleh seseorang
senantiasa memiliki tendensi
tertentu, baik perbuatan i tuhanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan sesaa t maupun
untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan.
Mekanisme perilaku individu
te r jad i ka rena adanya sua tu
determinan ter t ent u , baik
biologis, psikologis, maupun yang
berasal dari lingkungan. Deter-
minan akan merangsang timbul-
nya suatu keadaan biolpsikologis
tertentu dalam tubuh (kebutuh-
an), selanjutnya menciptakan
keadaan tegang (tension).
Keadaan tegang i tu lah yang
mendorong timbulnya perilaku
untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, begitu seterusnya setiap
kal i muncul kebutuhan baru
(Irwanto, 1989). Namun, kadang-
kadang un tuk menentukan
refleksi dari gejala kejiwaan
manakah seseorang i tu be r -
perilaku tertentu, memang cukup
suli t . Deskripsi peri laku i t u
sendi r i hanya dapa t d iukur
melalui terminologi, frekuensi,
duras i , dan la tens i (Grant &
Evans, 1994). Salah satu karak-teristik perilaku manusia yang
menarik adalah sifat deferen-
s ias inya, yai tu satu s t imulus
tertentu dapat menimbulkan
lebih dari satu respons yang
berbeda, dan beberapa stimulus
yang berbeda dapat saja menim-bulkan satu respons yang sama
(Azwar, 2002).
Dalam pandangan behavi-
oristik, perilaku manusia terjadi
638 J w n d Pendidikon do n Kebudoyaon,No. 056, Ta hun Ke-11, Seplernber 2005
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 7/35
Mo hornna d Efendi
menurut paradigma stimulus-
respons yaitu suatu proses
pemberian respons tertentu
terhadap stimulasi yang datang
dari luar individu. Parameter
perilaku individu adalah terletak
pada respous perilaku yang
teramati dan bukan apa yang
terjadi dalam diri atau pikiran
individu. Atas dasar itulah maka
proses perilaku menurut
padangan behaviorist& dianggap
sebagai su at u proses yang
bersifat mekanistik dan otomatis.
Implikasi pernyataan tersebut,
bahwa tindakan organisme
dalam lingkungan akan menim-bulkan berbagai konsekuensi,
baik negatif maupun positif.
Berbagai konsekuensi itulah
yang harus dikendalikan untuk
menimbulkan perilaku yang
diinginkan (Hjelle & Ziegler,
1992; Gr an t & Evans, 1994;
Shahib, 2003).
Pandangan kognitif berang-
gapan bahwa dalam otak
organisme, khususnya manusia,
memiliki fungsi kognitif yang
akan mengelola informasi yangberasal dari lingkungannya. Di
dalamnya termasuk berbagai
pengalaman yang diperoleh
organisme. Oleh karena its,
semua perilaku atau tindakan
manusia ditentukan oleh persepsi
dan pemahamannya tentan g
si tuasi yang berhubungan
dengan tujuannya. Bisa juga
sebagian besar tindakan individu
ditentukan oleh bagaimana
individu dalam membentuk
dunianya. Berbagai pikiran yang
dimiliki individu akan menen-
tukan bagaimana perasaan dan
reaksinya (Soekamto, 1992;
Gunarsa, 2001).
Secara biologis perilaku
manusia merupakan hasil proses
dan dinamika syaraf-faali. Hal
itu disebabkan di dalam tubuh
manusia dibekali dengan banyak
sel syaraf yang berfungsi sebagaipenerima rangsang (sensory
neuron), sel syaraf yang berfungsi
sebagai penerus rangsang
(connector neuron) dan sel syaraf
yang berfungsi sebagai penang-
gap rangsang (motor neuron)
(Hardy & Heyes, 1988; Rakhmat,
2004). Dengan berfungsinya
secara harmonis ketiga struktur
neuron tersebut, maka setiap
rangsang yang diterima oleh
organisme dapat diteruskan atau
ditanggapi secara tepat. Misal-nya, ketika organisme menerima
rangsang bunyi (musik), serta
merta setelah rangsang tersebut
diteruskan oleh syaraf pengatur
bunyi secara tepat ke otak,
organisme ak an menanggapi
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 9/35
Secara empirik peri laku
merokok di kalangan siswa atau
remaja sejauh ini masih menjadi
fenomena yang cukup mem-
pr ihat inkan. Ha l i tu dapat
dil ihat secara kuanti tas pre-
valensinya dari tahun ke tahun
t idak pernah menunjukkan
penurunan secara signifikan,
meskipun berbagai cara pen-
cegahan terus diu~ayakan .Hasil
survey di Amerika, jumlah
perokok pada tahun 1965 sekitar
52,1% pria dan 3 4 2 % wanita
tercatat sebagai perokok aktif
(Prokop, 1991; Taylor, 1995).
Salehi dan Elder (1995) menyim-
pulkan hasil penelitiannya, lebih
dari 50% siswa sekolah lanjutandan menengah di Oregon
diketahui mencoba merokok, dan
39% siswa menjadi perokok aktif.
Di Inggris, dari 6522 orang siswa
sekolah lanjutan yang diberikan
angket, 49% mengaku pernah
merokok, dan 17% di antaranyamenjadi perokok aktif sampai
s a a t ini , 23% siswa mulai
mencoba merokok sejak usia 7
tahun (Molyneux dkk., 2002). Di
Hongkong, hasil survei terhadap
9598 orang siswa sekolah dasar
dengan rentang usia 8 - 13tahun. diketahui 12% diketahui
pernah merokok, 15% anak laki-
laki d an 7% ana k perempuan
diketahui menjadi perokok aktif
(Peters, 1997). Di Beijing, 16996
anak sekolah dasar yang di
survei, tenyata 28% anak laki-
laki dan 3% anak perempuan
diketahui merokok (Zhu, 1996),
demikian pula hasil survei di
Henan (China) sedikitnya 15,1%
anak laki-laki dan 1,4% wanita
diketahui merokok sejakusia 10-
14 tahun (Zhang dkk., 2000).
Di Indonesia , indikasi
perilaku merokok masih menjadi
epidemi yang serius di kalangan
remaja (siswa usia sekolah
lanjutan dan menengah). Hasil
penelitian yang lain, Kristanti
(1995) yang mengambil sampel
remaja usia 13-19 ta hu n dan
lokasi peneli t ian di Propinsi
Jabar (922 responden) dan Bali
(1189 responden) menyimpulkan
bahwa 25,4% remaja di Jab ar
yang merokok 3,8% di antaranya
adalah wanita, sedangan 18,8%
remaja di Bali yang merokok1,1% di a nt ar an ya berjenis
kelamin wanita. Dari kedua
wilayah populasi tersebut
ditemukan, 35,2% laki-laki dan
5,7% wanita diketahui selain
merokok mereka juga mengkon-
sumsi minuman alkohol.Sinergi zat kimia hasi l
pembakaran rokok secara
simultan yang diabsorbsi oleh
Jurnol Pendidikan d m Kebudoyoo,~,No. 056, Tahun Ke-11, Seprember 2005 641
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 11/35
Mohammad Efendi
target memiliki korelasi tinggi,
dan sebaliknya. Tidak demikian
halnya dengan variabel perceived
self efficacy.Perceiued Self Efficacy
untuk pertama kalinya diper-
kenalkan oleh Bandura, ternyata
menjadi kontributor yang pen-
ting untuk membentuk intensi
dan aksi dari perilaku(Smet,
1994; Glanz, Lewis, Rimer,1997). Elliot dkk. (2000) menge-
mukakan bahwa perceived self
efficacy adalah keyakinan
individu terhadap kemam-
puannya untuk mengontrol
kehidupan perilakunya. Lebih
lanjut, dapat dijelaskan bahwaperceiued self efficacy t id ak
hanya berkai tan dengan se-
jumlah keterampilan yang
dimiliki seseorang, melainkan
menyangkut keyakinan untuk
melakukan sesuatu dengan
kemampuan yang dimiliki dalamberbagai kondisi "... is concerned
not with the number of skills you
have, but with what you believe
you can do with that you have
under a uariety of circumstances"
(Bandura, 1997). Kedudukan
perceived self efficacy yang tinggidapat menjadi faktor pembangkit
motivasi untuk bertindak atau
pengontrol penyesuaian diri
seseorang, sebaliknya perceived
self efficacy yang rendah bisa
menjadi penghambat u tama
dalam pencapaian tujuan
perilaku tertentu (Schwazer &Renner, 2000; Brown, 2002).
Perceived self efficacy
sebagai pendorong terjadinya
in tens i peri laku dan aks i
per i laku , kual i tasnya akan
tumbuh dan berkembang melalui
salah satu atau kombinasi daribeberapa sumber dari perceived
self efficacy yang berpengaruh,
yaitu: pencapaian pengalaman
secara aktif (enactive mastery
experience), belajar dari
pengalaman orang lain (uicarious
experience), d an pengala ma npersuasif verbal (persuasive
experience). Se ca ra eksp lis it
keberadaanperceived self efficacy
sebagai pengontrol dan pengarah
tindakan individu dapat dilihat
pada indikatornya, yaitu: (1)
pi l ihan untuk melakukantindakan (choice behavior), (2)
usaha atau unjuk kerja untuk
merealisasikan tindakan (effort/
performance), dan (3) kegigihan
berusaha untuk merealisasikan
tindakan (persistence) (Bandura,
1986; 1997; Smet, 1994).
Jurnal Pendidikon d an Kebudayoan, No. 056, Tahun Ke-11, September 2005 643
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 12/35
Penggunaan C ogniliveBehauior Therapy
2.3 penerap&n Cognitive
Behavior Therapy u n t u k
Meningkatkan Per-ceived Sel f Efficacy
Berhenti meroko k
Secara teoritik salah satu
karakteristik dasar siswa usia
S L T P yang menjadi sasaran
pelaksanaan treatment ini yaitu
mereka yang memiliki kemam-puan berpikir rasional dan
irrasional dengan berbagai
kelebihan dan keterbatasan unik
yang dibawanya sejak lahir.
Dengan potensi yang ada mereka
di tuntu t untuk memil ik i
kemampuan berpikir danbertindak secara rasional dan
realistik, agar mereka dapat
melakukan adaptasi dengan baik
terhadap lingkungannya. Seiring
dengan munculnya pemikiran
irrasional tersebut (misalnya,
"merokok lebih jantan", "merokoklebih macho", dan lain-lainnya)
memang perlu ada upaya yang
sistematis dan realistik untuk
menggiriug mereka agar mampu
berpikir rasional dan propor-
sional dalam memahami suatu
konteks masalah.
Esensi peuggunaan cogni-
tive behavior therapy sebagai
instrumen untuk mengubah pola
pikir siswa yang irrasional
didasarkan pada alasan: ( 1 )
evaluasi perubahannya dapat
dilakukan dengan segera, (2) se t -
ting perilaku yang ing inditampilkan dapat dirumuskan
dalam serangkaian program
atau aktivitas yang harus
diperankan, (3) membantu siswa
agar mereka dapat berpikir
secara rasional atas dasar fakta
empirik. Secara teoritik cognitivebehavior therapy pada dasarnya
meyakini bahwa pola pemikiran
manusia terbentuk melalui
proses rangkai an St imu lu s-
Kognisi-Respons (SKR) , yang
saling berkaitan dalam
memb ent uk jaringan di otakmanusia, di mana proses kognitif
akan menjadi faktor penentu
dalam menjelaskan bagaimana
manusia berpikir, merasa dan
bertindak (Oemarjoedi, 2004).
Kemampuan seseorang untuk
menilai situasi dan caramenginterpretasi suatu kejadian
sangat berpengaruh terhadap
kondisi emosional, selanjutnya
akan mempengaruhi terhadap
tindakannya.
Hasil penelitian yang
mengkaitkan fungsi kognisi dan
emosi dan suatu perilaku, dapat
dijelaskan bahwa respons psiko-
fisiologis yang dialami seseorang
terjadi karena suatu peristiwa
emb bang kit yang menyebabkau
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 13/35
penilaian kognitif dan rang-
sangan otonomik. Dari penilaian
kognitif dan rangsangan oto-
nomik masing-masing akanmenghasilkan rangsangan yang
terhayati dan keyakinan emo-
sional atas peristiwa pembangkit
tersebut , dar i s in i lah akan
terjadi situasi emosional yang
dialami individu (Atkinson,
1999).Dalam perspektif pendi-
dikan, jika cognitive behauior
therapy ini dipandang sebagai
proses pendidikan, maka terapis
berfungsi sebagai guru yang
mengajarkan s t ra teg i untuk
berpikir logis, sedangkan klienberperan sebagai siswa yang
mempraktikkan keterampilan
yang didapat dari terapi dalam
kehidupan sehari-hari (Corey,
1991). Sebagaimana telah di-
uraikan pada bagian sebelum-
nya, cognitive behavior therapyini dibangun atas dasar bahwa
manusia memiliki potensi
berpikir, baik yang rasional
maupun irrasional. Berangkat
dari anggapan bahwa manusia
t idak sempurna tersebut ,
cognitive behauior therapyberusaha menolong mereka agar
mau menerima dirinya sebagai
makhluk yang akan selalu
membuat kesalahan. namun
pada saat yang bersamaan juga
tumbuh sebagai orang yang bisa
belajar hidup damai dengan diri
sendiri. Jadi, cognitive behauiortherapy secara eksplisi t me-
nekankan bahwa manusia
memil ik i kemampuan untuk
berpikir dan bertindak secara
simultan (Cottone, 1992).
Manfaat cognitive behavior
therapy sebagai sa ra na modi-fikasi perilaku yakni mengajak
klien untuk menentang pikiran
(dan emosi) yang salah, dengan
menampi lkan bukt i yang
bertentangan dengan keyakinan
mereka tentang masalah yang
dihadapi. Oleh karena i tn,peranan te rap is a ta u pem-
bimbing diharapkan mampu
menolong mereka untuk mencari
keyakinan yang s ifatnya
dogmatis dalam dirinya dan
secara kuat mencoba meng-
uranginya (Oemarjoedi, 2004).Yanglebih penting dariitu, dalam
proses ini terapis dapat bekerja
pada s ta tu s kognitif masa kini
unt uk d iubah dar i negati f
menjadi positif, dengan menyer-
takan referensi masa lalu.
Memper hatikan beberapapokok pikiran yang diuraikan
bagian sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa terapi untuk
mengubah perilaku merokok
Jumal Pendidikon d m Kebudayaan,No. 056,Takun Ice-11, September 2005 645
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 15/35
sesuatu dengan lebih efektif dan
mempraktikkan dalam situasi
kehidupan nyata.
Dalam implementasinya,
pendekatan cognitive behavior
therapy memberikan banyak
keleluasaan untuk menentukan
pilihannya. Diyakini bahwa
setiap orang dapat mengalami
perubahan melalui banyak jalan
yang berbeda, seperti belajarpengalaman orang la in,
hubungan dengan terapis,
menonton film, mendengarkan
rekaman, memprakt ikkan
pekerjaan rumah secara spesifik,
korespondensi , berpikir dan
bermeditasi. Hal-ha1 yangdisebutkan sebelum ini, meru-
pakan cara untuk menentukan
perubahan perilaku yang tahan
lama. Perubahan peri laku
merokok menjadi berhenti
merokok akan lebih efektif jika
terjadi melalui proses inter-nalisasi , di mana peri laku
berhent i merokok tersebut
dianggap bernilai positif bagi diri
individu sendiri dan diinte-
grasikan dengan nilai lain dari
hidupnya (Solita, 1997)
Parameter keberhasi lanpenerapan cognitive behavior
therapy dalam kaitannya dengan
peningkatan perceived self effi-
cacy herhenti merokok (choice
behavior, performance, persis-
tence) manakala terjadi peru-
bahan yang signifikan dari "Ican't do that" menjadi "May be IcanWsetelahmelalui suatu proses
terapi (Hjelle & Ziegler, 1992).
Secara ekspl i s i t indika tor
efektivitas perubahan tersebut
dideskripsikan dalam beberapa
tanda, seperti mampu menim-
bulkan pengertian yang men-dalam, menumbuhkan kese-
nangan, berpengaruh pada sikap
(dan ef ikasi di r i) , hubun gan
sosial yang makin baik, dan
tindakan (Rakhmat, 2004)
Pengert ian mendalam
setelah melewatiproses cognitivebehavior therapy yaitu peneri-
maan ce rmat da r i i s i t e rap i
sebagaimana yang dimaksud
oleh komunikator (penyampai
pesan). Menumbuhkan kese-
nangan yaitu semua pesan yang
dikomunikasikan kepada oranglain menimbulkan keakraban,
ke-hangatan dan menyenangkan
sehingga terjadi anallsis tran-
saksional "Saya Oke - Kamu
Oke". Berpengaruh pada sikap
(dan self efficacy) yang dimaksud
adalah semua proses persuasiflewat manipulasi psikologis
(terapi) mampu mempengaruhi
pendapat, sikap dan tindakan
a t as kehendak send ir i.
J u rm l Pendidikon d m ebudnyaon, No. 056. Tahun Ke-11,Seplernber ZOOS 647
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 17/35
perceibed self eff icacy tersebut,
meliputi: pengembangan kisi-
kisi , penulisan pernyataan,
validasi instrumen penilaian, ujicoba, analisis dan seleksi
pernyataan.
3.3 Populas i d a n Subyek
Pene l i t i an
Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas 111 SLTP yang adadi kabupaten Malang yang
memiliki karakterist ik: (a)
terdaftar aktif sebagai siswa
SLTP penelitian, (b) jenis ke-
lamin pria, (c) pernah merokok,
dan (d) . t idak sedang atau
menderita sakit psikis dan fisik.
Untuk menentukan subyek
en el it an (kelompok eksperimen
dan kontrol) ditentukan 2 SLTP
di kabupaten Malang yang
memiliki karakteristik sebagai-
mana yang disebutkan dalam
kriteria populasi . Dengan
pertimbangan beherapa ha1 di
atas, ditetapkan SLTP PGRI 02
dan SLTP 03 Wonosari Malang
sebagai sekolah penelitian.
3.4 Anal is i s Dat a
Analisis data. Data validasi
instrumen yang dilakukan: (a)
ahli bersifat justifikasi kecen-
derungan untuk mendapatkan
penilaian dari sisi konstruk dan
cakupan isi instrumen, yakni
seberapa jauh semua materi yang
ditampilkan dalam instrumen
re levan dengan tu juan yangakhir yang hendak dicapai, (b)
kelompok sasaran untuk mem-
peroleh gambaran riil seberapa
besar n i la i va l id i tas dan
re liabil i tas ins t rum en yang
digunakan, sehingga mampu
memprediksi aspek psikologisda r i per i laku yang hendak
diukur. Analisis data untuk uji
validitas dan reliabilitas, se rta
analisis data hasil eksperimen
dilakukan menggunakan pro-
gram statistik komputer.
4. Hasi l Penel i t ian dan
B a h a s a n
4.1 Hasi l Pene l i t i an
Secara keseluruhan para vali-
dator menilai bahwa beberapa
aspek yang menjadi perhatian
para penila i un tu k meni la i
instrumen stimulasi ini, antara
lain: penulisan rasional, tujuan
terapi , m ater i te rapi , media
penunjang kegiatan terapi ,
sumber rujukau, evaluasi dan
koherensi antara berbagai aspek
yang disajikan dalam panduan
kegiatan terapi memberikan
justifikasi baik, layak, relevan,
memadai, dan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
J u r w l Pendrd~kon m iebudayoan. No. 056, Tohv ,~ce-Jl . Seplember 2005 649
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 18/35
Penggunnan CognitiucBehouior Thera py
Hasil 'Uji Validitas da n
reliabilitas instrumen penelitian
ini meliputi: (1) instrumen untuk
menilai pengalaman persuasif
(persuasive experience) yang
di lakukan lewat la t ihan
intervensi kognit if setelah
dianalisis dengan titik kritis
@<0,05) nilai r,*,, = 0,316 dan
reliabilitas=0,8086, ternyata
tersis a 16 i tem soal yangmencapai t i t ik kri t is, (2)
instrumen untuk menilai respons
belajar dari pengalaman orang
lain (vicarious experience) lewat
la t i ha n modeling, se tela h
diaualisis dengan titik kritis (p
< 0,05) nilai r,,, sebesar 0,316,ternyata hanya tersisa 18 item
soal memenuhi syarat validitas
sebuah a la t ukur , dengan
rel iabi l i tas i tem tes sebesar
0,8271, dan (3) instrumen untuk
menilai perceived self efficacy
berhent i merokok setelah
dianalisis dengan titik kritis (p
< 0,05) nilair,,,=0,334 ternyata
hanya tersisa 32 item soal yang
memenuhi syarat val idi tas
sebuah a la t ukur , dengan
rel iabi l i tas i tem tes sebesar
0,9199.
Untuk memperoleh hasil
peneli t ian yang meyakinkan
maka langk ah awal yang
dilakukan sebelum pelaksanaan
ter ap i (perlakuan), a da lahmenyamakan kondisi awal. Ada
beberapa variabel yang diper-
kirakan cukup rawan terhadap
hasi l peneli t ian da n perlu
dikontrol secara seksama, yaitu:
usia responden, prestasi aka-
demik responden, klasifikasiperokok responden, pendidikan
dan penghasi lan orang tu a
responden. Hasil analisis sta-
tistik homogenitas distribusi
responden selengkapnya (kelom-
pok perlakuan dan kelompok
kontrol), dapat disimak pada
tabel 1.
Tabel 1Distribusi usia kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
No
I2.
3 .
4.
6 5 0 Jurnal Pendidikan d an Kebudoyoan, No. 056, Tahun Ke-11. September 2005
Uji statistik
I-lesl
M om - Whilney l a 1
I I ( ~ > 0 , 0 5 ) I I
Ketemngan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Variabel
Umur
Prestasi belajar
Klmif. Perokok
Penghasil. Onu
Titik kritis
P=0,492
(p>0,05)
P=0,754
5 .
(p>0,05)P=O,dI I(p>0,05)P=0,751
P=0,574
(p>O,OS)
Penddk.an"
Mann-Whilney lest
Monn- Whilney tes t
M mn - W hrlney lest
Tidak signifikan
Tidak signifikan
T~ da k ignifikan
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 21/35
perb6daan masing-masing se-
kitar 15,38 %; 11,11% dan
16,00%.
Hasil analisis statistik ujimodel structural equation mod-
eling hubungan sumber per-
ceived self efficacy yang dibentuk
dari unsur persuasive informa-
tion, vicarious information, dan
enactive information dengan
indikator perceived self efficacyberhenti merokok, secara
kuantitatif diketahui bahwa
hubungan kedua variabel ter-
sebut dapat dibuktikan dengan
Nlai koefisien strukturalgamma
sebesar 0,86, Nlai t sebesar 2,84
@<0,05).Hal ini berarti sumberperceiued self efficacy memberi-
kan kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan indikator
perceived self efficacy berhenti
merokok di kalangan siswa.
73,96% kontribusi te rse but
murni ditentukan oleh karenaperubahan yang terjadi pada
variabel antara dan selebihnya
yaitu sekitar 26,04% oleh karena
variabel lainnya. Selintas
diketahui hahwa pada model
tersebut tampak indicator
variabel persuasive experiencememiliki hubungan yang kuat
dengan indikator variabelpersis-
tence daripada indikator variabel
lainnya.
4.2 Bahasan
(1) Efektivitas pendekatan cogni-
tive behavior therapy (CBT)
untuk meningkatkan sum-ber perceived self efficacy
(SPSE) berhenti merokok di
kalangan siswa SLTP.
Ada tiga sumber yang diper-
kirakan menjadi penentu tinggi-
rendahnya perceived self efficacy
terhadap tindakan atau perilakumerokok, yaitu persuasive expe-
rience, vicarious experience,
enactive ezperience (Bandura,
1986; 1997). Berdasarkan
analisis statistik terhadap ketiga
komponen variabel dari sumber
perceived self efficacy setelah~ e m b e r i a n t er ap i t ern ya ta
menunjukkan hasil yang sig-
nifikan (p < 0,05). Hal ini berarti
pendekatan cognitive behavior
therapy yang dirancang dengan
pola terpadu melalui latihan
intervensi kognitif, latihan mod-eling, dan latihan kapabilitas
bertindak, efektif dalam mening-
katkan persuasive experience,
vicarious experience, enactiue
experience. Dalam parameter
komunikasi, kriteria efektif
secara deskriptif dapat digam-barkan dalam beberapa tanda
seperti: mampu menimbulkan
pengertian yang mendalam,
memumbuhkan kesenangan,
Jurnol Pendidlkon don Kebudayoon,No. 056, Tohun Ice-21. September 2005 653
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 23/35
Mohammad E fendi
nilai vicarious experience yang
diraih kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol terdapat
perbedaan yang signifikan(p<0,05), baik dalam nji nilai
rata-rata antarkelompok mau-
pun dalam uji pra dan pasca
terapi. Selisih perbedaan
vicarious experience hasil
cognitive behavior therapy pada
kelompokeksperimendan kontrolmencapai 11,ll %.
Untuk mengembangkan
belajar dari pengalaman orang
lain (vicarious experience),
bentuk latihan untuk mengem-
bangkan indikator var iabel
tersebut digalang melalui latihanmodeling dengan memanfaatkan
karakter is t ik dasar per i laku
manusia, yaitu kecenderungan
meniru (imitation) model. Esensi
model yang ditampilkan sebagai
pembentuk per i laku dalam
penelitian ini digambarkan :"...as described here is firsts of
all a method for producing new
learning' (Gazda, 1993). Dapat
pula digambarkan sebagai
prosedur untuk mencapai
perilaku baru yang diinginkan
melalui peniruan terhadap orang
lain (Cormier & Cormier, 1985).
Adapun hasil peningkatan
pengaruh model kepada sese-
orang yang mengamati, sangat
tergantung pada frekuensi ,
rentangan, dan in tens i tas
kesesuaian dari respon model
yang diamati (Gunarsa, 2001).Dar i pengamatan te rhadap
model kemungkinan diperoleh
hasil sehagai berikut: (1)Mereka
akan memperoleh pengalaman
baru yang tidakpernah diperoleh
sebelumnya, (2) Mereka akan
memperoleh pengalaman yangdapat melengkapi pengalaman
sebelumnya, dengan cara
memadukannya menjadi kete-
rampi lan yang baru dalam
perilakunya, dan (3 ) Mereka
akan memperoleh pengalaman
yang bertentangan, misalnyadokterlpetugas kesehatanlguru
yang menganjurkan pada
pasiennya supaya berhent i
merokok, akan tetapi yang
bersangkutan sendiri merokok.
Hasil penelitian terhadap
indikator enactive experienceyang diintrodusir melalui
cognitive behavior therapy
menunjukkan bahwa cognitive
behavior therapy terbukti cukup
efekt i f untuk meningkatkan
enactive experience dalam
rangka menghindari perilakumerokok. lndikasi ini dapat
dibuktikan dari hasil analisis
statistik yang diketahui bahwa
nilai enactive experience yang
Jurnol Pendidikon dan Kebudayoan,No. 056, Tahun Ke-11. September 2005 655
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 25/35
basil ;rang signifikan @ < 0,05).
Hal ini berarti cognitiue behau-
ior therapy yang dirancang
dengan pola terpadu melalui:latihan intervensi kognitif,
latihan modeling, dan latihan
kapabilitas tindakan, sangat
efektif dalam rangka mening-
katkan pilihan bertindak (choice
behauior), unjuk kerja (perfor-
mance), kegigihan (persistence)untuk berhenti merokok di
kalangan siswa SLTP.
Hasil penelitian terhadap
pilihan bertindak (choice behau-
ior) yang diintrodusir melalui
cognitiue behauior therapy,
menunjukkan bahwa cognitivebehauior therapy terbukti efektif
dalam rangka menumbuhkan
pertimbangan tindakan berhenti
merokok. Indikasi ini dapat
dibuktikan dari hasil analisis
statistik yang diketahui bahwa
pilihan bertindak (choice behau-
ior) antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol terdapat
perbedaan yang signifikan
(p<0,05), baik dalam uji nilai
rata-rata antarkelompok mau-
pun dalam uji pra dan pasca
terapi pada masing-masing
kelompok. Secara kuantitaspeningkatan pilihan bertindak
(choice behauior) hasil cognitiue
behauior therapy mencapai
30,90%.
Telaah kajian pada segmen
choice behauior didasarkan pada
perspektif aktualisasi manusia
dalam kehidupan sehari-hari.Dalam ha1 ini, mereka selalu
hekutat pada persoalan "tiada
har i tanpa di l ibatkan pada
pembuatan keputusan yang
terus menerus tentang tindakan
apa yang harus dilakukan, dan
berapa lama tindakan itu harusmereka lakukan". Keputusan
seseorang terhadap t indakan
selalu dikaitkan dengan ling-
kungan sosial tertentu, sebagian
lainnya d iten tuka n oleh per-
timbangan keyakinan personal-
nya. Orang cenderung meng-hindari tugas-tugas yang
mereka anggap melebihi
kemampuannya. Mereka akan
melakukan dan melaksanakan
aktivitas yang mereka anggap
mampu melakukannya dengan
penuh keyakinan (Bandura,1986).
Oleh karena itu penilaian
secara akurat terhadap kemam-
puan di r i seseorang sangat
bermanfaat dalam memfungsi-
kan keberhasilannya. &ka salah
dalam menilai keyakinanpersonal, akan berakibat dalam
banyak hal. Misalnya, orang
yang ter la lu yakin dengan
kefuampuan dasar untuk
Jurnol Pendidikon dan Kebudayaon. No. 056.Tahun Ke-11, Seplernber 2005 657
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 27/35
at au 'sebaliknya. Pen ilai an
kemampuan diri sebagai salah
~ a t u omponen persistence,
akan menentukan seberapa
besar usaha yang akan di-
lakukan dan bagaimana cara
mengatasi hambatan yang tidak
menyenangkan. Semakin kuat
pilar perceived self efficacy yang
mereka rasakan, semakin besar
kemampuan uutuk mewujud-
kan. Pengaruh cognitive behav-
ior therapy berimplikasi pada
kegigihan atau keuletan (persis-
tence). Hal itu terbukti cukup
efektif untuk menumbuhkan
kegigihan atau keuletan
terhadap t indakan berhent i
merokok. Indikasi ini dapat
dibuktikan dari hasil analisis
statistik yang diketahui bahwa
persistence kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol terdapat
perbedaan yang signifikan
@<0,05baik dalam uji nilai rata-
rata antar kelompok maupun
dalam uji pra dan pasca terapi.
Secara kuan titas peningkatan
kegigihan atau keuletan (persis-
tence) hasil cognitiue behavior
therapy mencapai 8,00%.
Ketika seseorang dihadap-kan pada suatu tantangan atau
kesul i tan te r tentu , ada dua
kemungkinan yang akan terjadi
pada yang bersangkutan. Jika
meragukan kemampuannya, dia
akan mengurangi usahanya
bahkan ak an menghent ikan
sama seka l i usahanya Seba-
liknya, jika memiliki kemam-
puan diri yang kuat, dia akan
berusaha yang besar untuk
menguasa i tan tangan . Jad i ,
keraguan akan mendorong
menghalangi seseorang bila yang
bersangkutan ingin menggu-
nakan kecakapan yang ter -
bentuk sebelumnya, sedangkan
ketekunan dan usaha yang kuat
biasanya ak an menghasilkan
kegigihan yang tinggi untuk
berusaha mewujudkan t in-
dakannya. Salomon (1984)
memberikan suatu bukti tentang
keyakinan diri yang tinggi pada
an ak sebagai pese r ta didik
sangat berhubungan dengan
usaha kognitif dalam dirinya
(dalam Bandura, 1986).
(3) Kontribusi sumber perceived
self efficacy (SPSE) hasi l
ter api perilaku kognitif
terhadap peningkatan indi-
kator perceived self efficacy
(IPSE) berhenti merokok di
kalangan siswa SLTP.
Penilaian terhadap karakteristik
per i laku yang di tampilkan
manusia, menunjukkan bahwa
segala sesuatunya dapat diubah
Jurnal Pendidikon don Xebudoyoan, No. 056,Tahun Ke-11, September 2005 659
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 28/35
Pe na un aa n CogniliveBehaoior Therapy
dan berubah, serta berkembang
sesual dengan interaksinya
dengan lingkungan. Atas dasaritulah, cognitive behavior
therapy sebagai media terapi
dipredihsikan dapat memberikan
kontribusi terhadap perubahan
perilaku merokok menjadi tidak
atau berhenti merokok. Untuk
itu harus melewati serangkaiankegiatan yang bernuansa pada
restrukturisasi keterampilan
kognitif. Berdasarkan analisis
statistik diketahui bahwa terapi
perilaku kognitif yang menjadi
basis terbentuknya sumber per-
ceived self efficacy berhenti
merokok mampu memberikan
kontribusi yang signifikan
terhadap perubahan indikator
perceived self efficacy berhenti
merokok.
Secara kuantitatif kebera-
daan sumber perceived self effi-
cacy berhenti merokok yang
dibangun dari unsur persuasive
experience, vicarious experience,
enactive experience seca ra
signifikan mampu memberikan
kontribusi terhadap indikator
perceived self efficacy (choice be-
havior, performance, persis-
tence) be rh ent i merokok di
kalangan siswa SLTP sebesar
73,96%. dan 26,04% ditentukan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
diketahui dalam penelitian ini.
Meskipun secara kuanti tas
kontribusi sumber perceived selfefficacy belum mampu mem-
berikan kontribusi terhadap
indikator perceived self efficacy
secara maksimal , namun
perolehan hasi l tersebut se-
t idaknya memberikan bukti
bahwa cognitive behaviortherapy sebagai salah satu
pendekatan dalam mengelimi-
nasi perilaku merokok cukup
efektif melalui peningkatan per-
ceived self efficacy berhenti
merokok.
Secara eksplisit perubahan
perilaku pada seseorang dengan
menyimak determinan perilaku
berdasarkan gejalanya dapat
diidentifikasi. Akan tetapi untuk
memastikan keberadaan faktor
yang melatarbelakangi perilaku
secara spesiiik masih sangat sulit
dipastikan. Sebagaimana per-
ubahan yang terjadi dari pene-
litian ini, memang ada bagian
yang tidak bisa dijelaskan, ha1
itu disebabkan bahwa perilaku
manusia pada dasarnya meru-
pakan resultansi dari berbagai
faktor (Notoatmodjo, 2003), baik
faktor internal ( individu)
maupun eksternal (lingkungan
individu). Dengan demikian,
keberadaannya tergantung pada
660 Jurnal Pendidikan don Kebudayaan, No. 056, Tahun Ke-II . Seplember 2005
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 29/35
konteks di mana dan kapan
peri lak~tu terjadi.
Perilaku manusia sebagai
refleksi da ri berbagai gejala
kejiwaan, seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat
motivasi, persepsi, sikap, dan
lain-lainnya dalam paradigma
Lewin merupakan fungsi dari
personal dan stimulas i ling-
kungan (Bandura, 1997,
Rachmat, 2004). Lebih jauh
Snehandu menjelaskan bahwa
perilaku manusia merupakan
perwujudan dari intention
behavior, social support,
accessibility of information,
personal autonomy, action
situation (Notoatmodjo, 2003).Oleh karena i tu , perubahan
apapun pada perilaku individu
harus mengacu pada aspek-
aspek tersebut.
Untuk menganalisis kasus
perubahan kapabilitas perilaku
berhenti merokok pada siswadapat menggunakau acuan
tersebut, baik secara parsial
maupun kombinasi di antara
kelimanya. Misalnya, seseorang
yang ingin mengubah kebiasaan
merokok menjadi berhenti
merokok. Untuk mewujudkanperilaku tersebut, harus sudah
ada minat dan niat dari dalam
diri yang bersangkutan untuk
merealisasikan (intention behau-
ior) atau adanya dukungan dari
orang atau lingkungan sekitar-
nya (social support). Jika kedua
determinan te rsebut t idak
di temukan dalam anal isis
perubahan perilaku tersebut,
secara sengaja atau tidak sengaja
perubahan itu terjadi karena dia
mendapatkan informasi yang
kua t tentang keburukan atau
efek negatif merokok (accessibil-ity of information). Kemung-
kinan lain adalah karena adanya
otonomi atau kebebasan pribadi
dalam dirinya untuk menen-
tukan semua t indakan a tau
keputusan (personal autonomy).
Bi la perubahan i tu t idakditemukan pada keempat faktor
tersebut , faktor la in yang
diperkirakan dapat memicu
perubahan kapabilitas perilaku
seseorang untuk berhent i
merokok adalah akibat dari
situasi dan kondisi yang tidakmemungkinkan, seperti alasan
kesehatan, pergaulan, l ing-
kungan, dan lain-lainnya (action
situation).
5. S im p ul an d a n S a r a n
5.1 SimpulauBerdasarkan te laah hasi l
penelitian yang diuraikan pada
bagian sebelumnya, secara
Jurnol Pendidikon d m ebudayaan,No.056. Tahun I(e-11, Seplember 2005 661
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 31/35
Kolelasi an ta ra persuasive
experience dengan choice be-
havior dan persuasive experi-
ence dengan persistencememiliki hubungan yang pal-
ing kuat diantara hubungan
antar indikator variabel yang
lainnya.
5.2 S a r a n
Berdasarkan hasil temuan yangditampilkan pada bagian se-
belumnya, dis ara nk an pada
sekolah, peneliti berikutnya, dan
pengguna prototipe berikutnya
adalah sebagai berikut.
(1)Sekolah peneli t ian atausekolah lain yang setingkat.
Sekolah agar mempertimbang-
kan penggunaan paket kegiatan
cognitive behavior therapy
sebagai perang kat alternati f
program pencegahan perilaku
merokok di kalangan siswasecara kontinu. Hal i tu di-
sebabkan karena biaya sangat
efisien dan pelaksanaannya
dapat dilakukan sesuai kebu-
tuhan tanpa harus mengganggu
kegiatan belajar mengajar yang
diprogramkan secara rutin, sertahasi l pendekatan in i lebih
akomodatif sesuai dengan
karakteristik siswa.
(2) Peneliti berikutnya
Prototipe program terapi ini
dirancang dan diimplemen-
tas ikan dengan waktu dansetting lingkungan yang terbatas
maka kemungkinan ter jadi
kekurang-sempurnaan di sana-
sini. Oleh karena i tu, peneliti
berikutnya dapat melanjutkan
penggunaan prototipe cognitive
behavior therapy ini sebagaiperangkat untuk mengeliminasi
perilaku merokok di kalangan
remaja a tau s iswa, dengan
variabel dan sampel dalam skala
yang lebih luas. Selain itu, dapat
juga diterapkan dalam format
situas i yang berbeda, misalnyapenggunaan sistem block time
atau non-block time, dan
operasionalisasinya dapat
diintegrasikan dalam bentuk
kegiatan terpadu dengan dengan
mata pelajaran (integrated) lain
a t au terpisah berdir i sendir i(segregated).
(3)Pengguna prototipe ini
berikutnya.
Khusus untuk pengguna
prototipe ini , sar an yang
di tampilkan ber ikut dapatdijadikan acuan ata u rambu-
rambu teknis yang per lu
dilakukan yaitu; penggunaan
seca'ra fleksibel interaksi terapisl
Jurnal Pendidikon d on Kebudnyoan, No. 056, TohunKe-11, Seplernber 2005 663
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 32/35
Penggunaan C ogniliueBehavior Therapy
pembimbing dengan siswa
bervariasi, limit waktu tidak
kurang dari 20 jamlsemesterpertemuan @ 45 menit, dapat
dikombinasikan dengan strategi
instruksional atau konseling yang
lain serta penyajian materi harus
beruru tan d imulai la t ihan
intervensi kognitif, latihan
modeling, danlatihan kapabilitastindakan.
Pustaka Acuan
Abdullah, AK & Sudjarwo
1993. Beberapa yang Ber-
hubungan Dengan Minat
dan Motiuasi Siswa Menjadi
Guru S D Melalui LPTK.
Lampung: Pusat Penelitian
Universitas Lampung
Atkinson, R.L. 1999. Introduc-
tion to Psychologx Pengan-
t a r Psikologi 11 ed.) ter-
jemahan Lyndon Saputra.
Batam Centre: Interaksara
Azwar, Saifuddin. 2002. Sikap
Manusia: Teori dun Peng-
ukurannya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bandura, A. 1986. Social Foun-
dation of Thought a n Ac-
tion: A Social Cognitive
Theory. New York: PrenticeHall Inc.
Bandura, A. 1997. Self Efficacy:
The Exercise of Control.
New York: W.H. Freeman
Company.
Baron, R.A. & D. Byrne, 1991.
Social Psychology: Under-
stz nd Hum an Interaction
(6 ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Bawazeer, AA., ASHat t ab , E.
Morales 1999. First ciga-
re tt e smoking experience
among secondary school stu-
dent in Aden. East
Mediteran Health JournalMay, 5 (3):440-9.
Beaglehole,R. 1997. Dasar-dasar
Epidemiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Press.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983.
Educational Ry a r c h : An
Introduction (4 ed.).New York: Longman.
Brooks, J.G. & Brooks, M.T.
1993. The Case for
Cinstructiuist Classrooms.
Alexandria: Assocation for
Supervision an Curriculum
Development
Brown, D 2002. The Role of Workand Cultural Values in Oc-
cupational Choice, Satisfac-
tion & Success: A Theoritical
Statement. Journal of Coun-
seling Development, 80 (I),
48-56
Corey, B. 1991. Konseling dan
Psikoterapi: Teori d a n
Praktek (terjemahan).
Semarang: IKIP Semarang
Press.
Cormier, W.H. & L.S. Cormier
1985. Interviewing Strategy
664 Jurnol Pendidikon don Kebudaymn, No. 056, Tahun Ke-11. Seplernber 2005
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 33/35
Mohommad Efendi
fo i Helpers: FundamentalSki l l a nd Cognit ive Beh av-i o r I n t e rv e n t i ons . Pac i f i cGrove : Brooks Pu b l i sh ingCompany
Cosby, P.C. 1985. Methods inBehavioral Research. Palo
Alto: M ayfieldPublishing Company
Cottone, R.R. 1992. Theories andparad i gm s o f C ounse l i ng
and psychotherapy. Boston:Allyn & Bacon.Cresw el l , J.W. 1994. Research
Design: Q ualitative & Quan-t i tat ive Approach. London:SAGE Publications.
De V rie s, H. 1998. Se l f e ff i cacy:T h e third factor besides a tt i-
tud e and subjective no rm asa predictor o f behavioral in -tent ions. Heal th Educat ionResearch. Vo1.3 No.3, p.273-
282.
Dhu yvet tere , H. 1991. S m o k -i n g B e h au io r a n d ( a n t i )S m o k i n g C l im a t e A m o n g
S t u d e n t P sy c ho lo g y. B e l -g iu m : U n i v e r s i t y o f G e n t
(Unpubl ished) .E f e nd i , M . 2003. Kebiasaan
merokok di kalangan siswa
(s tud i kasus ti ga SM K d ikota Malang) . Jurnal I lmu
P e n d i d i k a n , t a h u n 30, 2,
Juli 2003, hal. 136-144.
E f e n d i , M , 2000. K e b i s i n g a nS e b a g a i D e t e r m i n a nA m b a n g P e n d e n g a r a nM a s i n i s K e r e t a A p i .
Surabay a : T e s i s Pasc asar-jana U niv er sita s Airlangga
Elliot, S.N. et. al. 2000. Educa-tional Psychology: EffectiveTeaching , Effect ive Learn-i n g . B o s t o n : M c G r a w H i l lHigher Education
Gazda, R. 1993 Group Counsel-i n g : A D e v e l o p m e n t A p -proach, Boston: Allyn & Ba-
con Inc
G l a n z , K., L e w i s F .M . , B . K .Rimer . 1997.Hea lth Behau-ior & Health Education.
S a n Frans is c o : J ose B ar P ub -l isher
G r a n t L. & A. E v a n s 1994.
Pr i n c i p l e s of Be ha v i o rAnalysis . New Yo rk : Harper
Collin's College PublishersGun arsa, S .D. 2000. Dasar dan
Teori Perkembangan A na k.Jakarta: PT BPKGu nung M ulia
Gu narsa , S.D. 2001. Konselingd u n P s ik o te r ap i . J a k a r t a :PT BPK G un ung Mul ia.
Hardy, M. & Heyes, S. 1988.P e n g a n t a r P s i k o l o g i .
Jakarta: ErlanggaHjelle, L A . D.J. Ziegler 1992.
Personality theories: Basic,assumpt ions, research, andapplicat ions. New Yo rk: McGra w-H ill Inc.
Irwanto, 1989. PsikologiUmum.Ja ka rta: PT Gram edia.
K r i s t a n t i . 1998. P e r i l a k uM e r o k o k d a n M i n u mAlkohol di Jabar da n Bal i .
Jumal Pendid ikan da n Kebudayoon, No.056, Tahun Ke-11. September 2005 665
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 34/35
Penggunaan CognitiueBehavior Therapy
Journal %pidenaiologi 1998
2:3: 35-42
Leventhal, H. 1988. A Cognitive
Developmental Approach in
Smoking Intervention.
Topic in Health Psychology.
New York: John Wiley &
Sons Ltd.
Luthans, F. 1995 Organiza-
tional Behavior, New York:
McGrawHil~ nc.Makmun, Abin S . 2003.
Psikologi Kependidikan.
Bandung: Rosda Karya
Malyneux, A. 2002. Is smok-
ing a countable disease? :
Effect of exposure to ever
smoker tutor group on the
risk of incident smoking in
the iirst years of Secondary.
Tobacco Control 2002, Sept
11 (3) 224-245
Nasution , S. 1992. Berbaga i
Pendekatan Dalam Belajar
Mengajar. Jakarta: Ehmi
Aksara.Niven, Neil. 2002. Health Psy-
chology: An Introduction
For Nurses and Other
Health Care Profesionals
(Psikologi Kesehatan:
Pengantar untuk Perawat
dan Profesional Kesehatan
Lain). Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo 2003.
Pendidikan da n perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Oemarjoedi, Kasandra 2004.
Cognitive Behavior dalam
Pesikoterapi. Jakarta: Cre-
ative Media.
Peters,J. 1997.A Comprehensive
study of smoking in primary
school children in Hongkong:
Implication for preventive.
Epidemiology Community
Health , 1997 Jun 5 (3)239-
245.Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-
dasar Metodologi Penelitian
Kedokteran dun Kesehatan
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Prokop, C..K. 1991. Health Psy-
chology: Clinical Methods
and Research
New York: MacMillan Pub-
lishing Company.
Rakhmad, J. 2004. Psikologi
Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Sadiman, Arief 2001. Pengaruh
Televisi Terhadap Perubah-a n Perilaku. Jak arta :
Pustekkom.
Schwarzer, R. & B. Renner
2000. Social cognitive Pre-
dictor of Health Behavior:
Action Self Efficacy & Cop-
ping Self Efficacy. Health
Psychology. 19 (5), 487-495.
Shahib, M.N. 2003. Pembinaan
Kreativitas Menuju Era Glo-
bal. Bandung: Alumni.
Soekamto, T. 1992. Prinsip
Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Dirjen Dikt i
5/8/2018 Jurnal CBT pelajar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-cbt-pelajar 35/35
DepdiknasSolita, Sarwono1997. Sosiologi Kesehatan:Beberapa Konsep BesertaAplikasinya. Jogyakarta:
Gajah Mada UniversityPress
Sulivan, K.R. & Mahalik R.2000. Increasing self efficacyfor woman: Evaluating aGroup intervention. Journalof Counseling and Develop-ment, 7, 8: 54-61.
Smet , Bar t . 1994. PsikologiKesehatan. Jakarta:Grasindo
Taylor, S.E. 1995. Health Psy-
chology (3th ed.). New York:Mc GrawHill Inc.
Tubbs, S. L. & Moss, S. 1996.
Human Communication.Singapore: McGraw-Hill Inc.
Weiss, G.L. & Lonquist, L.E.1997 . The Sociology ofHealth Healing, an Illness.New Jersey: Ptentice-HallInc.
YKI . 1999. Tembakau. Jakarta:
Bulletin Sehat Tanpa
Merokok No. 15 Agustus1999.
Zhu, B.P. 1996. Cigarette Smok-ing and i ts Risk Factors
among Elementary SchoolStudent in Beijing. Ameri-can Journa l Public Health.
Mar, 86 (3):368-75.
Zhang et . al. 2000. Psychosocialpredictors of smoking amongsecondary school student in
Henan, China. Health Edu-cation Res. Augt. 15 (4) 415-
422
, 2001. Perokok
Remaja Kian Memprihatin-kan. Jakarta: HURepublika
4 April 2001.hal. 8.
, 2001. Departemen
Pendidikan MeluncurkanWebsite Bebas Rokok.com.Jakarta: Depdiknas
, 2003. Kebiasaan
merokok di angkutan umumdi kota Malang. H U J a w aPos 2 Juni 2003, hal. 29-39
I Jurnal Pendidikon don Kebudoyoan. No.056, Tohun Ke-11, September 2005 667