Jurnal Capung

6
JENIS-JENIS CAPUNG SEKITAR SUNGAI TADAH ANGIN CAGAR ALAM DAN TAMAN WISATA PANGANDARAN, JAWA BARAT Andes Sachran, Musdalifah, Pratiwi Widyamurti, dan Singgih K.D Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis capung apa saja yang terdapat di Pangandaran. Diharapkan dari data ini dapat dilihat keanekaragaman jenis capung di sana.. Penelitian ini berlangsung tanggal 30 September dan 19 Oktober 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Kata kunci : Capung, Pengandaran. PENDAHULUAN Capung merupakan jenis serangga yang hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm. Capung merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik. Mata capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012 1

description

Ekologi hewan "Capung"

Transcript of Jurnal Capung

Page 1: Jurnal Capung

JENIS-JENIS CAPUNG SEKITAR SUNGAI TADAH ANGIN CAGAR ALAM DAN TAMAN WISATA PANGANDARAN, JAWA BARAT

Andes Sachran, Musdalifah, Pratiwi Widyamurti, dan Singgih K.D

Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis capung apa saja yang terdapat di Pangandaran. Diharapkan dari data ini dapat dilihat keanekaragaman jenis capung di sana.. Penelitian ini berlangsung tanggal 30 September dan 19 Oktober 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey.

Kata kunci : Capung, Pengandaran.

PENDAHULUAN

Capung merupakan jenis serangga yang hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.

Capung merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi memiliki berbagai

bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik.

Mata capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung mampu melihat ke segala arah dan dengan mudah dapat mencari mangsa atau meloloskan diri dari musuhnya, bahkan dapat mendeteksi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya berada.

Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis capung ada yang mempunyai warna tubuh mengkilap (metalik).

Kedua pasang sayap capung berurat-urat. Para ahli capung dapat mengidentifikasi dan membedakan kelompok capung dengan melihat susunan urat-urat pada sayap. Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri.

Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan kakiknya bukan untuk berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat membentuk

Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012 1

Page 2: Jurnal Capung

kurungan untuk membawa mangsanya. Capung biasa dapat menangkap mangsa dan memakannya sambil terbang, sedangkan capung jarum makan sewaktu hinggap.

Habitat Capung. Capung menghabiskan sebagian

besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat bergantung pada habitat perairan seperti sawah, sungai, danau, kolam atau rawa. Tidak ada satu jenis pun capung yang hidup di laut, namun ada beberapa jenis yang tahan terhadap tigkat kadar garam tertentu. Ada juga nimfa capung hutan tropis yang lembab hidup di darat.

Capung melakukan kegiatannya pada siang hari, saat matahari bersinar. Oleh karena itu, pada hari yang panas capung akan terbang sangat aktif dan sulit untuk didekati. Sedangkan pada dini hari atau di sore hari saat matahari tenggelam kadang-kadang capung lebih mudah didekati.

Capung merupakan hewan yang mudah ditemui di sekitar kita, salah satunya di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran memiliki kekayaan sumber daya alam berupa flora, fauna dan keanekaragaman hayat ilainnya yang didukung dengan potensi keindahan alam. TWA dan CA Pananjung Pangandaran secara administratif terletak di Desa Pangandaran, KecamatanPangandaran dan terletak di Kabupaten Ciamis. Secara geografis terletak pada108º40' BT dan 7º43' LS dengan geomorfologi bergelombang dan datar berbentuk seperti tanjung yang menjorok ke laut (BKSDA JABAR,2011).

Capung pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga seperti contohnya capung, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah capung dapat dijadikan sebagai indicator kualitas ekosistem (Jhon, 2001). Hal ini

dikarenakan capung memiliki 2 habitat : airdan udara. Odonata dewasa betina dalam melakukan oviposisi memilih habitat perairan yang jernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap kualitas air terpolusi (Borror et al., 1992; Jhon, 2001).Selain itu capung ternyata bermanfaat langsung bagi manusia karena nimfa capung memakan berbagai jenis binatang air termasuk jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit malaria dan dmam berdarah. Di beberapa Negara-negara asia timur baru-baru ini teah terungkap bahwa capung dapat digunakan sebagai pembasmi efektif terhaap nyamuk penyebab penyakit..

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis capung yang terdapat pada pangandaran.

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan dengan

membagi atas dua kloter, yakni kloter 1 dan kloter 2. Kloter 1 dilaksanakan pada tanggal 29, dan 30 September 2012, sedangkan kloter 2 dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2012. Lokasi tempat pengamatan adalah Taman Wisata Alam Pangandaran. Untuk daerah spesfik pengamatan dilakukan di sungai Tadah Angin

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tiga buah insect net,buku identifikasi,kamera digital, jangka sorong, indikator pH universal, turbidimeter dan weathermeter.

Metode yang digunakan pada pengamatan ini adalah metode tangkap langsung jenis capung yang ditemui di lapangan. Dalam penelitian ini, capung yang terlihat selama pengamatan ditangkap dengan menggunakan insectnet, kemudian diamati karakteristik dari morfologinya. Capung yang teramati diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi.. Capung yang diamati diukur panjang abdomen dan panjang sayap belakangnya.

Selain itu dalam pengamatan, keadaan lingkungan juga dicatat.

Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012 2

Page 3: Jurnal Capung

Keadaan lingkungan yang harus diperhatikan anatara lain pH sumber air, kekeruhan, salinitas, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara, . pH diukur dengan menggunakan indikator universal,.

Kekeruhan air dihitung dengan menggunakan turbidimeter. Sedangkan suhu, kecepatan angin, dan kelembaban diukur dengan menggunakan weathermeter.

HASIL DAN PEMBAHASAN

No JenisFrekuensi

Perjumpaan

Panjang

sayap/Panjang

abdomen (dlm cm)

Aktivitas Lokasi

1. Pseudogrion sp. 4 1,41-2,11/2,55-3,67 - -

2. Rhynocypha sp. 2 2,22/1,68-1,83 - -

3. Euphaea sp. 1 2,8/3,4 - -

4. Orthetrum

testacum

1 3,35/3,0 - -

5. Pantalla asiatica 1 3,93/2,99 - -

6. Neurothermis sp. 1 3,63/2,96 - -

7. Euphaea

variegata

1 2,85/30,3 bertengger Diatas

pohon

8. Neurothermis

terminata

1 -/- terbang Diatas

pohon

- : tidak terdapat dalam data laporan

Dari hasil pengamatan selama kurun waktu yang di tentukan diperoleh 8 spesies dengan frekuensi perjumpaan yang berbeda-beda. Frekuensi perjumpaan yang paling banyak adalah dari jenis Pseudogrion sp. yaitu sebanyak 4 kali. Pseudogrion sp yang ditemukan tersebut bukanlah capung yang sama, untuk itu panjang sayap dan abdomennya menggunakan tanda kisaran sampai

dengan (-). Disusul oleh Rhynocypha sp.dengan frekuensi perjumpaan sebanyak 2 kali. Dan 6 jenis lainnya yaitu Euphaea sp., Orthetrum testacum, Pantalla asiatica, Neurothermis sp., Euphaea variegate, Neurothermis terminate dijumpai sebanyak masing-masing 1 kali.

Menurut Maramis (2005), Besarnya populasi di alam maupun

Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012 3

Page 4: Jurnal Capung

kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut.

Sungai Tadah angin mempunyai data fisik pH netral, salinitas 0%, kekeruhan air berkisar 25,49-27,3, kecepatan angin 0,4-0,9%, kelembaban udara 42-68% dengan suhu berkisar 28,3-32,1oC, pada ketinggian lokasi 102–163 mdpl.

Capung, Serangga air dan komponen biota aquatik lainnya dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai tingkat pencemaran (Sudariyanti et al, 2001 dalam Aswari, 2001). Ketika lingkungan habitatnya bersih atau tercemar, keanekaragaman dan kelimpahan serangga air di dalamnya dapat menjelaskan hal tersebut. Kehadiran spesies-spesies tertentu dalam

suatu habitat mengindikasikan bahwa parameter fisik-kimia tersebut berada pada batas toleransi untuk setiap spesies di dalamnya (Salmah, 1999).

Distribusi jenis invertebrata air dalam ekosistem air tidak tersebar luas dan tidak juga seragam. Kebanyakan dari mereka memiliki kebutuhan khusus dan hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah atau tempat dimana kebutuhankebutuhan khusus tersebut dapat terpenuhi. Dengan demikian, distribusi spesies yang hidup di lingkungan pasti mencerminkan aspek kualitas lingkungan tersebut. Komunitas serangga juga mencerminkan tingkatan dan struktur habitatnya (Barbern & Kavern, 1973; Hawkins, 1984; Minshall & Minshall, 1977; Minshall et al, 1985; Shaldon & Walker, 1998 dalam Salmah et al, 1999)

KESIMPULAN

Ditemui sebanyak 8 jenis capung pada lokasi sungai Tadah Angin Cagar Alam dan Taman Wisata Pengandaran yang dapat digunakan sebagai bioindikator yang berhubungan dengan kondisi fisik dan kimia yang terdapat dalam lokasi tersebut

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami ingin ucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini; Allah SWT atas segalanya yang indah yang ada dimuka bumi ini, kedua orangtua kami atas dukungan doa dan finansialnya, kepada teman-teman atas kerjasamanya selama kuliah lapangan Ekologi Hewan, para asisten yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan serta pak Paskal atas

bimbingannya selama mata kuliah Ekologi Hewan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, Redsway. 2005. Kontribusi dari Berbagai Spesies Parasitoid Generalis yang Berasal dari Serangga Inang Erionota thrax (L.)(Lepidoptera : Hesperiidae) pada Habitatnya. Departemen Biologi ITB. Bandung.

Salmah, Che et. al. 1999. Aquatic insect diversities in Kedah, Pinang and Bongor rivers and their potential use as indicator of environmental stress. InProceedings of River 99, Chan Ngai Weng (Ed.), University Sains Malaysia

Susanti, syanti.1998. Mengenal Capung. Bogor : Puslitbang LIPI.

Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012 4

Page 5: Jurnal Capung

Biologi Universitas Negeri Jakarta 2012 5