Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan...

137
Journal of Business and Entrepreneurship ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship Volume 1, No 1, January 2013 Contents PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, STRATEGI BISNIS DAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIK PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN INDONESIA, 2005-2008 Pulung Peranginangin ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN MELALUI ALIANSI STRATEJIK INTERNASIONAL Chandra Alamsyah NET INTEREST MARGIN: BANK PUBLIK DI INDONESIA Adler Haymans Manurung dan Anugraha Dezmercoledi PELUANG KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MELALUI KREATIVITAS DAN INOVASI Hendra Manurung KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA Bayu Bandono, Noer Azzam A, Nunung Nuryartono, dan Adler H. Manurung Sampoerna School of Business Building D. Mulia Business Park Jl. Letjen MT. Haryono Kav. 58-60 Jakarta 12780 Telepon + 62 21 794 2340 Fax + 62 21 794 2330 [email protected] www.ssb.ac.id

Transcript of Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan...

Page 1: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan

Journal of Business and Entrepreneurship

Volume 1, No 1, January 2013

Contents

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, STRATEGI BISNIS DAN KEBIJAKAN

TEKNOLOGI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIK PERUSAHAAN

TEKSTIL DAN GARMEN INDONESIA, 2005-2008 Pulung Peranginangin

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN MELALUI ALIANSI STRATEJIK

INTERNASIONAL

Chandra Alamsyah

NET INTEREST MARGIN: BANK PUBLIK DI INDONESIA Adler Haymans Manurung dan Anugraha Dezmercoledi

PELUANG KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MELALUI KREATIVITAS DAN INOVASI Hendra Manurung

KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA Bayu Bandono, Noer Azzam A, Nunung Nuryartono, dan Adler H. Manurung

Sampoerna School of Business Building D. Mulia Business Park

Jl. Letjen MT. Haryono Kav. 58-60

Jakarta 12780

Telepon + 62 21 794 2340

Fax + 62 21 794 2330

[email protected]

www.ssb.ac.id

Page 2: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

ISSN: 2302 4119

Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan diterbitkan atas kerjasama Sampoerna School of Business, dengan frekuensi terbit

tiga kali setahun, pada bulan Januari, Mei, Oktober.

Editor In Chief

Prof. Dr. Adler Haymans Manurung Sampoerna School of Business

Managing Editor Romora Edward Sitorus, M.Sc. Sampoerna School of Business

Advisory Board

Budi Widjaja Soetjipto, Ph.D Sampoerna School of Business

Dr. Chandra Alamsyah Sampoerna School of Business

Prof. Dr. Paulina Pannen Sampoerna School of Education

Prof. Rositsa Bateson Universitas Siswa Bangsa Internasional

Peer Reviews

Prof. Ferdinand D. Saragih Universitas Indonesia

Hilda Rosieta Argawal Ph.D Universitas Indonesia

Bambang Setiono, Ph. D Sampoerna School of Business

Dr. Siti Nurwahyuningsih Harahap Universitas Indonesia

Tatang Ary Gumanti, Ph.D University of Jember

Dr. Koes Pranowo, SE., MSM PT Transocean Maritime

Dr. Andam Dewi PT Bursa Berjangka, Jakarta

Wahyu Soedarmono, S.Si, DEA Ph.D Sampoerna School of Business

Ir. Muhril Ardiansyah, M.Sc., Ph.D Sampoerna School of Business

Hoetomo Lembito, MBA., PT. United Total Support

Dr. Pulung Peranginangin PT Vivere Multi Kreasi Dr. Arlan Septia A. R. PT. Reka Raga Resources

Dr. Sjamsul Arifin Bank Indonesia

Editorial Board

Ir. Hilarius Bambang Winarko, MM. Sampoerna School of Business

Lufina Mahadewi, S.Kom, MM, M.Sc. Sampoerna School of Business

Nuruzzaman Arsyad, M.Sc. Sampoerna School of Business

Anugraha Dezmercoledi, M.Sc. Sampoerna School of Business

Editorial Office

Redaksi Bisnis dan Kewirausahawan

Sampoerna School of Business Building D. Mulia Business Park

Jl. Letjen MT. Haryono Kav. 58-60

Jakarta 12780

Telepon + 62 21 794 2340

Fax + 62 21 794 2330

[email protected]

www.ssb.ac.id

Page 3: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan

Journal of Business and Entrepreneurship

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, STRATEGI BISNIS DAN KEBIJAKAN

TEKNOLOGI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIK PERUSAHAAN

TEKSTIL DAN GARMEN INDONESIA, 2005-2008

Pulung Peranginangin

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN MELALUI ALIANSI STRATEJIK

INTERNASIONAL

Chandra Alamsyah

NET INTEREST MARGIN: BANK PUBLIK DI INDONESIA Adler Haymans Manurung dan Anugraha Dezmercoledi

PELUANG KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MELALUI KREATIVITAS DAN INOVASI

Hendra Manurung

KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA Bayu Bandono, Noer Azzam A, Nunung Nuryartono, dan Adler H. Manurung

Page 4: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

i

Dari Redaksi

Perkenankan kami dari Journal of Business and Entrepreneurship mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak atas terbitnya jurnal ini. Jurnal ini diterbitkan 3 edisi dalam setahun

atau satu volume oleh Sampoerna School of Business. Topik yang menjadi pembahasan dalam

jurnal ini sangat beragam mengingat nama jurnal juga mengandung semua aspek.

Pada Jurnal pertama ini, kami memuat lima tulisan yang dimulai oleh Sdr. Pulung

Peranginangin dari PT PT Vivere Multi Kreasi dan juga Dosen di Sampoerna School of Business

dengan judul yaitu: PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, STRATEGI

BISNIS DAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN:

STUDI EMPIRIK PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN INDONESIA, 2005-2008.

Penelitian ini ingin melihat gambaran perusahaan tekstil dan garmen Indonesia pada bulan

September 2008 sampai November 2008. Penelitian menggunakan analisis ANOVA untuk

melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok responden bidang usaha yang terbagi tiga,

yakni “tekstil, garmen dan produk campuran tekstil/garmen (mixed textiles and garment)” dalam

empat aspek yaitu: environment uncertainty, business strategy, technology policy dan firm

performance, menganalisa ada tidak perbedaan antara Area (Wilayah) Pemasaran yaitu:

“domestik, ekspor dan campuran domestik/ekspor (mixed domestic/export)” untuk aspek-aspek

yang sama. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu perusahaan tekstil yang

memiliki penjualan rata-rata 100-500 miliar rupiah/tahun, dengan jumlah pegawai 100-3000

orang, mempunyai kontribusi paling besar yang dihasilkan dari area pemasaran domestik, dan

terdapat perbedaan antara kelompok bidang usaha campuran (mixed textiles/garment) dengan

garmen saja pada satu variable yakni technology policy dan antara bidang usaha mixed dengan

tekstil saja pada satu variable firm performance, sedangkan untuk aspek lainnya tidak terdapat

perbedaan. Selain itu, ditemukan pula perbedaan antara kelompok area pemasaran “ekspor-saja”

dengan “area pemasaran campuran (mixed domestic/export) dan dengan area pemasaran

domestik-saja” pada satu variable yakni firm performance, sedangkan untuk aspek lainnya tidak

terdapat perbedaan.

Tulisan kedua berjudul “ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN MELALUI

ALIANSI STRATEJIK INTERNASIONAL” ditulis oleh Sdr. Chandra Alamsyah, Dosen di

Sampoerna School of Business. Tulisan ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan gambaran

secara deskriptif mengenai karakteristik perusahaan yang melakukan alih pengetahuan tacit

melalui aliansi stratejik internasional antara negara maju dengan negara berkembang ditinjau dari

sudut pandang negara berkembang sebagai penerima pengetahuan. Sampel penelitian dilakukan

terhadap 101 responden yang terdiri dari para CEO atau TMT dari perusahan lokal. Adapun hasil

penelitian ini mengindikasikan masih terdapatnya kesenjangan terhadap ‘technical skill’ serta

gaya manajemen yang berbeda antara negara maju sebagai pemberi pengetahuan dengan negara

berkembang sebagai penerima pengetahuan. Namun demikian walaupun R&D masih lemah,

beberapa perusahaan lokal juga telah mampu mengembangkan ide baru menuju ke inovasi.

Untuk itu kepercayaan merupakan salah satu faktor kunci yang sangat penting untuk

keberhasilan alih pengetahuan serta mendapatkan pengetahuan yang berkualitas.

Page 5: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

ii

Tulisan ketiga ditulis oleh Adler Haymans Manurung dan Anugraha Dezmercoledi,

Pengajar dari Sampoerna School of Business dengan judul “NET INTEREST MARGIN:

BANK PUBLIK DI INDONESIA.” Tulisan ini bertujuan mempelajari determinan dari Net

Interest Margin di Indonesia dengan sampel bank yang menjadi perusahaan publik. Adapun

sampel yang menjadi penelitian yaitu bank yang mempunyai pendapatan positif selama lima

tahun 2007 sampai dengan 2011. Penelitian ini menggunakan metode panel data dalam

menganalisis determinan net interest margin. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa NIM

bank yang sahamnya diperdagangkan di BEI sebesar 6,04% dan variasinya 2,46 persen. Peubah

yang signifikan secara statistik mempengaruhi NIM yaitu peubah BOPO, kekuatan pasar (MPR)

dan size bank tersebut. BOPO dan kekuatan pasar mempunyai hubungan positif dengan Net

Interest Margin sementara size mempunyai hubungan negative.

Tulisan keempat berjudul “PELUANG KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MELALUI

KREATIVITAS DAN INOVASI” ditulis Sdr. Hendra Manurung, Dosen dari Universitas

Presiden. Tulisan ini membahas pengembangan kewirasusahaan sekolah yang dilakukan dengan

kreatifitas dan invovasi. Adapun pemikiran yang disampaikan dalam tulisan dalam rangka

pengembangan kewirausahaan bahwa semangat dan jiwa wirausaha tidak hanya dimiliki oleh

pengusaha tetapi juga semua orang, minimal mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk

meningkatkan nilai tambah (manfaat) dari hasil usahanya. Oleh karenanya diharapkan adanya

upaya aktualisasi jiwa dan semangat kewirausahaan dalam sikap dan perilaku kepala sekolah

bersama warga sekolah. Pada akhirnya, berkembang good practice kewirausahaan sekolah dan

tata kelola sekolah yang baik (good school governance) bernuansa kewirausahaan.

Tulisan kelima berjudul “KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA”

ditulis oleh Bayu Bandono dari Bapepam; Noer Azzam A dan Nunung Nuryartono dari Institut

Pertanian Bogor, dan Adler H. Manurung dari Sampoerna School of Business. Tujuan paper ini

membahas kinerja Reksa Dana Terproteksi dengan menggunakan risk adjusted return yang

diperkenalkan Treynor, Sharpe dan Jensen. Adapun hasil penelitian ini memberikan kesimpulan

yaitu hasil tingkat pengembalian Reksa Dana Terporteksi dapat melebihi patokanya tingkat

pengembalian SBI bahkan tingkat pengembalian IHSG.

Kami dari redaksi melalui pengantar editorial ini kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang membantu terbitnya jurnal ini. Kami berharap teman-teman pengajar di

seluruh penjuru dunia dapat mengirimkan tulisan untuk dipublikasikan pada jurnal ini.

Hormat kami,

Prof. Dr.Adler Haymans Manurung

Chief Editor

Page 6: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

iii

Daftar Isi

DARI REDAKSI ……………………………………………………………………… i – ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. iii

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN, STRATEGI BISNIS DAN KEBIJAKAN

TEKNOLOGI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIK PERUSAHAAN

TEKSTIL DAN GARMEN INDONESIA, 2005-2008 Pulung Peranginangin.............................................................................................................................1 - 27

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN MELALUI ALIANSI STRATEJIK

INTERNASIONAL Chandra Alamsyah ………...………………………. ……………………………………….........…28 - 63

NET INTEREST MARGIN: BANK PUBLIK DI INDONESIA Adler Haymans Manurung dan Anugraha Dezmercoledi ……………………………………...……64 - 79

PELUANG KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MELALUI KREATIVITAS DAN INOVASI Hendra Manurung ……………………………………………………………………......................80 - 119

KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA

Bayu Bandono, Noer Azzam A, Nunung Nuryartono, dan Adler H. Manurung………………..120 - 130

Page 7: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

1

Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Strategi Bisnis dan Kebijakan

Teknologi terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Empirik Perusahaan Tekstil

dan Garmen Indonesia, 2005-2008

Pulung Peranginangin

PT Vivere Multi Kreasi

The purpose of this paper is to examine the textile and garment companies in Indonesia

between September 2008 and November 2008. This study use ANOVA analysis, to find out

whether there is a difference existed between three types of respondents, such as “textile only”,

“garments only”, and “mixed textiles and garments” in 4 aspects which are: environment

uncertainty, business strategy, technology policy dan firm performance, and to analyze the

difference between Marketing areas such as: “domestic only”, “export only”, and “mixed

domestic/export” for the same aspects.

The result of this study is that the textile companies have average sales between 100-500

million rupiahs/year, with the number of employee 100-3000 persons, and the largest

contribution is performed by the domestic sales area, and the difference exists between “mixed

textiles/garment” and “garments only” exists in a variable (technology policy) and the

difference between “mixed” and “textiles only” on one variable (firm performance), and for

other aspects the difference does not exist. Moreover, the study finds the difference between

marketing area of “export only” and marketing area of “mixed domestic/export” and the

difference between sales area of “export only” and “domestic only” exist on one variable which

is firm performance, and for other aspects the difference does not exist.

Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis, kebijakan teknologi, kinerja perusahaan,

product-market, cost leadership dan process automation.

Page 8: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

2

Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Strategi Bisnis dan Kebijakan

Teknologi terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Empirik Perusahaan Tekstil

dan Garmen Indonesia, 2005-2008

Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini perusahaan berkompetisi tidak hanya di pasar lokal namun juga di pasar

global sehingga diakui ada kebutuhan terhadap peningkatan peran teknologi untuk determinasi

sukses pemasaran (Council on Competitiveness, 1991; Franko, 1989; Fusfeld, 1989; Mitchell,

1990). Sebagai respon terhadap pengakuan tersebut di atas, banyak perusahaan termasuk

perusahaan dalam industri pertekstilan (Ghemawat dan Nueno, 2006) selain meningkatkan

pengadaan teknologi maju (advanced technology) untuk proses, juga memperkenalkan

produknya yang berteknologi mutahir (technologically sophisticated products), misalnya produk

tekstil untuk kesehatan. Perubahan yang terjadi ini merupakan sinyal tentang perlunya kebijakan

teknologi (technology policy) yang konsisten dan sesuai dengan strategi bisnis (Clark dan Hayes,

1985; Collier, 1985).

Firm Technology policy yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kebijakan teknologi

untuk level perusahaan yang merupakan proses pemilihan teknologi yang hendak digunakan,

dikembangkan dan ditempatkan dalam perusahaan untuk mendukungstrategi bisnis (Adler, 1989;

Zahra dan Covin, 1993). Kesesuaian (fit)dimaksudkan di atas untuk memastikan suksesnya

penempatan (deployment) dari pada kapabilitas teknologi diantara sumber daya perusahaan

secara keseluruhan untuk mencapai tujuan (goal) yang telah ditetapkan. Suatu penempatan

sumber daya teknologikal yang effektif akan membantu membangun daya saing unggul

berkesinambungan (sustainable competitive advantage - SCA) yang akhirnya akan

menghasilkan peningkatan kinerja finansial perusahaan (Porter, 1985).

Namun sejauh ini belum ada kesepakatan dari para peneliti1 manajemen stratejik tentang

isi (content) daripada firm technology policytersebut sehingga tidak mudah mengungkapkan

1Maidique dan Patch (1988) mengusulkan technology policy terdiri dari 6 dimensi yakni: type of technology,

desired level of technology competence (closeness to state of the art), internal vs external sources of technology,

R&D investment, timing of technology introduction dan R&D Organization; Hambrick, MacMillan dan Barbosa

(1983) hanya mengusulkan technology policy yaitu intensity of product innovation yang diuji kecocokannya dengan

strategi bisnis dan Miller (1988) mengusulkan technology policy dalam 3 konstruk yakni; production methods, rate

of innovation dan product sophistication.

Page 9: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

3

tentang kontribusi kebijakan tersebut sebagai satu sumber daya yang dikatakan dapat

meningkatkan kinerja untuk keunggulan bersaing (Adler, 1989; Zahra dan Covin, 1993).

Strategi adalahsalah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan kinerja

perusahaan (Hambrick, 1980;Hatten dan Schendel, 1977; Hatten, Schendel dan Cooper, 1978;

Parnell, 1997, 2002, 2006;Porter, 1980, 1985, 1996; Schendel dan Patton, 1978).Oleh sebab itu

penelitian manajemen stratejik tentang pengaruh strategi terhadap kinerja perusahaan,paling

banyak mendapat perhatian (Ghobadian, O’Regan, Gallear, dan Viney,2004; Hambrick, 1980;

Henderson dan Mitchell, 1997; Parnell, Wright dan Tu, 1996; Parnell, 1997, 2002, 2006). Salah

satu pemikiran sentral dalam manajemen stratejik menekankan bahwa strategi perusahaan yang

dirumuskan untuk mencapai kinerja yang diinginkan harus memperhatikan dan menyesuaikan

(fit) dengan perubahan lingkungan yang dihadapi baik lingkungan makro (general environment)

maupun lingkungan mikro (Ansoff, 1982; Bourgeois III, 1980; Dess dan Miller, 1993; Glueck

dan Jauch, 1980; Porter, 1996; Sapp dan Smith, 1984). Penelitian tentang pengaruh strategi

terhadap kinerja perusahaan belum mencapai suatu konklusi yang final (Henderson dan Mitchell,

1997; Morgan dan Strong, 2003;Parnell, 1997) dikarenakan antara lain masih adanyaperdebatan

tentang sejauh mana teori strategi Market Based (MBV) versusteori strategi Resource Based

(RBV) yang lebih berperan dalam menjelaskan pengaruh strategi terhadap kinerja perusahaan

(Henderson dan Mitchell, 1997; Parnell, 2002, 2006).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut: (1) Melihat gambaran perusahaan tekstil

dan garmen Indonesia pada bulan September 2008 sampai November 2008, dengan

menggunakan analisis ANOVA , (2) melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok responden

bidang usaha yang terbagi tiga, yakni “tekstil, garmen dan mixed” dalam empat aspek yaitu:

environment uncertainty, business strategy, technology policy dan firm performance, (3)

menganalisa ada tidak perbedaan antara Area (Wilayah) Pemasaran yaitu: Mixed

(domestik/ekspor) untuk aspek-aspek yang sama.

Page 10: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

4

Tinjauan Literature

Strategi2 dan kinerja perusahaan merupakan topik yang paling banyak diteliti hingga kini

(Hambrick, 1980; Parnell, 1997, 2002, 2006). Pengaruh strategi terhadap kinerja perusahaan

menurut berbagai literatur tidak berdiri sendiri namun dipengaruhi oleh berbagai faktor

kontinjensi baik eksternal maupun internal (Ginsberg dan Venkatraman, 1985; Lenz, 1981;

Parnellet al.,2000;Tvorik dan McGivern, 1997). Secara spesifik DeSarbo et al. (2005)

danHenderson dan Mitchell (1997)menyatakan bahwa pengaruh strategi terhadap kinerja

perusahaan ditentukan oleh lingkungan dan kapabilitas.

Pembahasan tentang pengaruh lingkungan persaingan (eksternal) terhadap strategi dan

implikasinya pada kinerja perusahaan termasuk di dalamteori utama dalam ranah manajemen

stratejik yakni Market Based View (MBV), sedangkan pembahasan pengaruh kebijakan

teknologiyang merupakan kebijakan salah satu kapabilitas atau sumber daya internal serta

implikasinya pada kinerja perusahaan (DeSarbo et al., 2005; Henderson dan Micthell,

1997)termasuk di dalamteori utama lainnya yaitu Resource Based View(RBV).

Konsep Strategi Product-Market dan Teknologi

Di dalam literatur diungkapkan bahwa perusahaan yang menawarkan dan membawa

produk dan jasanya (products) ke pasar (market) harus didukung oleh teknologi3 yang

digunakan (Burgelman, Maidique dan Wheelwright, 2001; Sriram dan Anikeeff, 1991).Untuk

lebih jelasnya, di Figur-1 berikut ini ditunjukkan bagaimana hubungan (matrix)product-market

dengan teknologi tersebut.

2Strategi adalah cara bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuan. Strategy is the psychological sense defined as a

sequence of means to achieve a goal (Miller, Galanter & Pribram, 1960). 3a). Hard technology (Engineering and Manufacturing function of the firms):

Suatu perangkat atau sistem yang melekat (embodied) di mesin atau peralatan yang berfungsi untuk

memacu produktifitas, out-put, kualitas dan keakuratan hasil.

b). Technology (extends beyond Engineering and Manufacturing function of the firms):

(1) Refers to the theoretical and practical knowledge, skillsand artifacts that can be used to developed

products and services as well as their production and delivery systems (Burgelman, Maidique dan

Wheelwright, 2001).

(2) The process by which organization transforms labor, capital, materialsand information into products and

services (Christensen dan Bower, 1996).

Definisi (b) nomor 1 dan 2: merupakan definisi teknologi yang digunakan dalam penelitian ini.

Page 11: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

5

Product A Product B ••• Product N

Technology 1

Technology 2

Technology K

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Figur-1. Product/Technology Matrix

Sumber: Fusfeld, “How to Put Technology into Corporate Planning,”Technology Review,

May 1978 dalam Burgelman, Maidique dan Wheelwright (2001).

Dari matrix diatas dapat dijelaskan bahwa setiap produk yang hendak dibuat dan

dipasarkan yang terdiri mulai dari Produk-A sampai Produk-N sebenarnya mempunyai pilihan

teknologi yang mendukungnya yakni mulai Teknologi-1 sampai Teknologi-K. Suatu teknologi

dapat digunakan untuk produk tertentu namun tak tertutup kemungkinan menggunakan

satuteknologi saja untuk semua produk yang dipasarkan pada segmen yang berbeda. Teknologi

yang dipakai tersebut seharusnya dapat dibandingkan (bench-marked) dengan teknologi yang

dipakai oleh rival dan juga denganteknologi yang paling canggih (state-of-the-art) disegmennya

(market segment). Secara lebih luas strategi ‘product-market’ yang oleh Porter (1983)

diterjemahkan ke dalam‘generic competitve strategy’dihubungkan dengan ‘technology policy’.4

Teknologi produk maupun untuk proses harus berubah (technological change) ke arah

yangsesuai dengan strategi bisnis sehinggateknologi yang digunakan mendukung strategi bisnis

tersebut. Posisi unik untuk memperoleh keunggulan daya saing dan kinerja superior menurut

Porter(1980, 1983 dan 1996) hanya dapat diperoleh dengan menerapkan salah satu strategi

generik tersebut yaitu biaya rendah (cost leadership),diferensiasi(differentiation) atau fokus

(focus). Untuk penelitian ini,strategi bisnis bukan diadopsi dari strategi generik Porter seperti

disebutkan sebelumnya karena untuk industri tekstil dan garmen yang telah termasuk industri

4Technology policy dan Generic competitve strategy oleh Porter (1983) digambarkan pengaruhnya

secara lengkap yakni antara masing-masing strategi generik terpilih dengan teknologi yang digunakan

yang berubah sesuai strategi tersebut.

Page 12: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

6

yang mature sehingga strategi bisnis yang dijelaskan berikut ini adalah yang lebih sesuai (Zahra

dan Covin, 1993). Adapun strategi bisnis tersebut terdiri dari: Specialty Product, Marketing

intensity, Cost leadership dan breadth, serta Firm Technology Policy adalah Aggressive

Technology Posture, Process Automation dan Innovation and R&D yang kedua-duanya

bersumberdari Zahra dan Covin (1993) yang telah disesuaikan untuk perusahaan tekstil dan

garmen. Strategi bisnis ‘product-market’ yang dikemukakan di atas notabene termasuk dalam

salah satu teori besar dalam ranah ilmu manajemen stratejik yaitu MBV5.

MBV menyatakan bahwa kinerja ditentukan oleh posisi unik stratejik (unique strategic

positioning) perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar (Hoskisson, Hitt dan Ireland, 2004;

Porter, 1980, 1985, 1996). MBV menekankan pentingnya peran pasar yang kompetitif sebagai

penentu perilaku perusahaan yang kemudian memberikan implikasi pada kinerja perusahaan.

Teori ini merupakan modifikasi teori Organisasi Industri (O/I)6 ke dalam ranah

manajemen stratejik (Spanos dan Liokas, 2001). Lingkungan kompetitif serupa dengan

lingkungan kerja yang dimaksud oleh Dill (1976) dan Dess dan Beard (1984) yaitu elemen

lingkungan yang memiliki pengaruh langsung terhadap kehidupan perusahaan melalui sumber

informasi maupun sumber daya (Kreiser dan Marino, 2002; Tan dan Litschert, 1994).

Berbagai pemikiran MBVdalam riset manajemen stratejik mengarah pada paradigma

Environment – Strategy – Performance atau ESP (Luo dan Park, 2001). Posisi unik perusahaan

bisajuga berupa kombinasi pola perilaku yang unik (Venkatraman, 1989b) seperti yang

ditunjukkan oleh penelitian (Lukas, Tan dan Hult,2001;Tan dan Litschert, 1994; Tan dan Tan,

2005).

5MBV,berpandangan bahwa kinerja dan keunggulan daya saing tergantung pada posisi unik stratejik

perusahaan dalam lingkungan persaingan (Hokisson, Hitt dan Ireland, 2004; Porter, 1980, 1985, 1996)

6Teori O/I sangat dikenal dengan rerangka pemikiran Structure – Conduct – Performance yaitu struktur industri

menentukan perilaku dan kinerja industri (Bain, 1956; Mason, 1939). Struktur industri dimaksud terdiri dari: entry

barriers, jumlah pembeli dan penjual, struktur biaya, diferensiasiproduk,integrasi vertikal dan diversifikasi (Scherer,

1980). Perilaku dimaksud terdiri dari strategi produk, perilaku harga, advertensi dan promosi, riset dan inovasi,

investasi pabrik dan taktik legal (Scherer, 1980).

Menurut Porter (1981), modifikasi yang dimaksud di atas adalah unit analisis,yang dalam teori O/I fokus pada

tingkat industri sedangkandalam MBV fokus pada unit analisis di tingkat perusahaan. Modifikasi teori O/I ke dalam

teori MBV dipelopori oleh Porter (1980,1981,1996) dengan mengajukanFive forces frameworkyang intinya

menyatakan bahwa kinerja superior tergantung pada posisi unik perusahaan dalam lingkungan kompetitif yang

terbentuk dari lima kekuatan persaingan yakni: pembeli, pemasok, ancaman pesaing baru, ancaman substitusi dan

intensitas persaingan.

Page 13: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

7

Berbagai penelitian terdahulu tentang strategi mengindikasikan kesimpulan bahwa

kinerja perusahaan ditentukan oleh strategi yang berupa kombinasi unik berbagai langkah

stratejik sebagai respon terhadap konteks lingkungan tertentu. Namun demikian berbagai

literatur manajemen stratejik mengatakan bahwa pengaruh strategi terhadap kinerja perusahaan

tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan eksternal saja namun dipengaruhi juga oleh lingkungan

internal (Parnell, 2002, 2006; Parnel et al., 2000). Lingkungan internal dimaksud (DeSarbo et al.,

2005; Henderson dan Micthell, 1997) adalah kapabilitas organisasi atau kapabilitas perusahaan

yang salah satu diantaranya dan penting yaitu kapabilitas teknologi (Itami dan Numagami, 1992).

Kebijakan Teknologi Perusahaan dan Kapabilitas

Di dalam literatur diungkapkan bahwa firm’s value activities sangat dipengaruhi oleh

teknologi (Porter, 1985) dan technological know-how dapat meningkatkan firm’s value (Robins

dan Wiersema, 1995).Sejak tahun 1980 peneliti manajemen stratejik mulai mengenal teknologi

sebagai satu elemen penting di dalam bisnis dan strategi bersaing (Burgelman, Maidique dan

Wheelwright, 2001). Kapabilitas teknologi adalah salah satu dari dimensi utama kapabilitas

stratejik selain dimensi kapabilitas manajemen/ sumber daya manusia dan dimensi kapabilitas

pemasaran serta teknologi merupakan faktor paling utama dalam menentukan aturan persaingan

atau rules of competition (Porter, 1983). Selain itu, teknologi diketahui sebagai satu dimensi

yang esensial di dalam bisnis dan tercatat sebagai satu karakter yang menambah kedinamisan

dunia bisnis karena suatu teknologi yang digunakan cepat atau lambat akan digantikan oleh

teknologi lain (Abell, 1980).Konsep Value-Chain yang dikemukakan pertama kali oleh Porter

yang terdiri dari aktivitas utama (prime activities) dan aktivitas pendukung (support activities)

mempunyai komponen dan dipengaruhi oleh teknologi yang dipilih dan digunakan oleh

perusahaan. Konsep Value-Chain mempunyai komponen atau aktivitas yang hampir seluruhnya

berasal dan di drive dari internal perusahaan sehingga tak dapat dipungkiri bahwa konsep ini

adalah termasuk di dalam RBV.

Page 14: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

8

Teori RBV7mengatakankeunggulan daya saing dan kinerja superior bertumpu pada

kapabilitas spesifik perusahaan (Barney, 1991; Dierickx dan Cool, 1989; Penrose, 1959;

Prahalad dan Hamel, 1990;Wernerfelt, 1984).Sekalipun para peneliti menggunakan berbagai

terminologi yang berbeda untuk kapabilitas namun semuanya memiliki pengertian yang mirip

satu sama lain (Lenz, 1980; Stalk, Evansdan Shulman, 1992)yaitu kemampuan yang

memberikan keunggulan daya saing dan kinerja unggul (superior) bagi perusahaan. Barney

(1991, 2002) mengemukakan sumber daya yang merupakan kapabilitas tersebut dengan rerangka

(frameworks) VRIO8. Kapabilitas bukan hanya menjadi basis keunggulan daya saing dan kinerja

superior tetapi juga merupakan basis dalam menentukan strategi perusahaan (Barney, 1991;

Collis, 1991; Conner, 1991; Grant, 1991;Lawless, Berg dan Wilsted, 1989).

Teori Resource Advantage (R-A) yang termasuk dan merupakan turunan RBV

didasarkan pada pendapat bahwa persaingan dalam dunia usaha tidak sempurna (imperfect

competition). Oleh sebab itu teori R-A (Hunt dan Morgan, 1995) menyatakan bahwa penguasaan

perusahaan terhadap sumber daya tertentu (merupakan advantage) akan mendatangkan

keunggulan kompetitif yang menghasilkan posisi pasar lebih unggul dibanding pesaing yang

pada akhirnya akan menciptakan kinerja unggul perusahaan. RBV menekankan pada sumber

daya yang dimiliki perusahaan (a bundle of productive resources) sedangkan R-A menekankan

pada advantage dibanding pesaing dari segi resources yang dimiliki perusahaan. Sumber daya

yang dimaksud adalah sesuatu yang bersifat tangible dan intangible dimiliki perusahaan dalam

memproduksi produk yang mempunyai nilai unggul bagi konsumennya dan merupakan fungsi

dari keunggulan sumber daya yang dimiliki tersebut. Sesuatu resources yang bersifat tangible

antara lain adalah peralatan fisik perusahaan, seperti: lahan, peralatan pabrik/mesin-mesin

berikut teknologinya dan bahan baku produksi disamping kemampuan finansial, sumber daya

manusia dan kemampuan pemasaran. 7Teori Resource Based View (RBV) diperkenalkan melalui karya seminal Penrose (1959) yakni Teori Pertumbuhan

Perusahaan (Theory of the Growth of the Firm), berpandangan bahwa keunggulan daya saing dan kinerja

perusahaan bertumpu pada sumber daya atau kapabilitas perusahaan (Barney, 1991; Penrose, 1959; Wernerfelt,

1984).Ini disanggah oleh Rugman dan Verbeke (2002) dan uraian tentang RBV dapat dilihat di Barney (1991,

2002); Mahoney dan Pandian (1992); Peteraf (1993) dan Collies dan Montgomery (1995).

8VRIO berarti:bernilai (Valuable), langka (Rare), tidak bisa ditiru sepenuhnya (Imitable imperfectly) dan tidak bisa

digantikan karena secara kombinasi melekat di organisasi (Organizational combined capabilities).

Page 15: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

9

Sesuai dengan sifat teknologi yang sama dengan resources, bisa berbentuk tangible dan

intangible maka teknologi tersedia juga di luar perusahaan dalam arti tidak harus dikembangkan

sendiri secara internal akan tetapi dapat diakses langsung terhadap teknologi itu sendiri (Hunt,

1995). Teknologi pada umumnya juga dapat diperoleh melalui proses ‘make’ or ‘buy’ (Capon

dan Glazer, 1987; Khalil, 2000). Proses ‘make’ berarti teknologi tersebut dikembangkan sendiri

sedangkan proses ’buy’ berarti teknologi tersebut dibeli, disewa atau dipakai dengan membayar

lisensi teknologi proses maupun produk. Karena proses persaingan sifatnya dinamis dan terus

menerus maka kapabilitas termasuk teknologi yang dibangunpun seharusnya juga dinamis

(Teece, Pisano dan Shuen, 1997). Kebijakan teknologi dalam penelitian ini seperti telah

dikemukakan sebelumnya adalah proses memilih teknologi yang hendak

digunakan/dikembangkan/ditempatkan di dalam perusahaan (firm technology policy) sehingga

tidak membahas proses ‘make or buy’.

Konsep Kebijakan Teknologi dan Dinamika Persaingan

Salah satu dimensi utama dari kapabilitas stratejik adalah teknologi (Itami dan

Numagami, 1992). Perubahan teknologi adalah salah satu forces penting yang mempengaruhi

kinerja dan posisi daya saing perusahaan (Afuah, 2000; Ahuja, 2000; Khalil, 2000; Kilmann,

1991; Narayanan, 2001). Oleh sebab itu inovasi dan perubahan teknologi yang pada mulanya

dilakukan oleh satu perusahaan (technology leader), apabila berhasil akan dapat merubah

lanskap persaingan karena akan terjadi dinamika kompetisi (Teece, Pisano dan Shuen, 1997)

berupa aksi dan reaksi antar pelaku bisnis (competitive dynamics). Peluang mendapatkan untung

besar (high-profit opportunity) akan menarik para pesaing untuk berusaha menetralisir,

menandingi bahkan mengalahkan keunggulan dari pada leader (Day dan Reibstein, 1997).

Banyak inovasi yang terjadi berbasis teknologi, seperti contoh: disposable diapers dalam bidang

tekstil kesehatan (non-woven medical textiles), electronic fuel injections untuk otomotif dan

personal computers, disamping inovasi yang terjadi difasilitasi oleh teknologi, yakni penemuan

dan pengembangan produk baru melalui kegiatan R&D, antara lain dalam bisnis retail dan

services, yaitu teknologi elektronika dan data processing (Maidique, Burgelman dan

Wheelwright, 2001).

Page 16: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

10

Karena sekarang perusahaan berkompetisi tidak hanya di pasar lokal namun juga global

maka diakui ada kebutuhan terhadap peningkatan peran teknologi untuk determinasi sukses

persaingan bidang pemasaran (Council on Competitiveness, 1991; Franko, 1989; Fusfeld, 1989;

Mitchell, 1990). Sebagai respon terhadap pengakuan tersebut di atas danagar dapat bersaing di

pasar global, banyak perusahaan termasuk perusahaan tekstil dan garmen telah menggunakan

teknologi terkini (advanced technology) untuk teknologi proses maupun produk.Teknologi

pertekstilan bukan termasuk dalam kategori teknologi high-tech (Dickens, 2003) namun

perubahan yang terjadi tersebut merupakan indikator atau sinyal tentang perlunya kebijakan

teknologi perusahaan (firm technology policy) yang konsisten dan sesuai dengan strategi bisnis

(Clark dan Hayes, 1985; Collier, 1985).

Menurut Fusfeld (1978), pada dasarnya yang diperlukan adalah tentang seberapa penting

elemen teknologi dalam penyusunan perencanaan strategis sebuah perusahaan. Kebanyakan

perusahaan terkecuali yang bidang bisnis intinya in-line secara langsung dengan teknologi, tidak

memuat elemen teknologi secara eksplisit dalam perencanaan strategisnya atau dengan perkataan

lain tidak mempunyai konsep kebijakan teknologi. Akibatnya banyak perusahaan (termasuk

perusahaan tekstil dan garmen Indonesia) tidak dapat mengantisipasi perubahan teknologi yang

pada kenyataannya berdampak sangat luas. Bahkan para manajer dan eksekutif perusahaan

akhirnya harus rela dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa mereka sama sekali tidak memiliki

kemampuan yang memadai dibidang technological frameworks. Seharusnya menurut Teece,

Pisano dan Shuen (1997) perusahaan harus selalu berada dalam situasi membangun kapabilitas

yang dinamis (firm must remain in a dynamic capability building-mode), termasuk di dalam hal

teknologi. Atas dasar ini timbul dorongan agar perusahaan mempersiapkan langkah antisipatif

dengan menempatkan elemen teknologi sebagai bagian penting (konsep kebijakan teknologi)

dalam perumusan perencanaan perusahaan (corporate planning). Beberapa alasan perlu

dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan teknologi dalam perusahaan (firm technology

policies), yaitu memilih dan menentukan jenis ataupun cakupan teknologi apa yang relevan bagi

perusahaan sehingga perlu dituangkan dalam corporate planning.

Implikasi kepemimpinan dalam teknologi (technology leadership) telah dieksplorasi

terlebih dahulu dalam teknologi dan strategi antara lain oleh: Ansoff dan Stewart (1967) serta

Maidique dan Patch (1979). Keagresifan dalam postur teknologi (aggressive technology

Page 17: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

11

posture) sering dihubungkan dalam hal timing of entry dari pengadaan dan penggunaan teknologi

yang dimaksud secara komersial relatif terhadap pesaing dalam bisnis. Julukan pemimpin dalam

teknologi didapatkan oleh satu perusahaan sebagai hasil dari pada komitmen untuk selalu

berperan sebagai “pioneer” dalam mengembangkan teknologinya (Rosenbloom dan Cusumano,

1987). Pemimpin teknologi mempunyai kapasitas untuk selalu menjadi yang pertama (to be first

movers) untuk mendapatkan first mover advantages- FMA, namun dia juga dapat memilih untuk

tidak melakukannya. Insentif sebagai first-movers (Hitt, Hoskisson dan Ireland, 2007) yakni bisa

mendapatkan; (1) customers loyalty karena pelanggan akan tetap (committed) pada produk atau

jasa yang pertama mereka dapatkan yaitu dari first-movers, (2) pangsa pasar (market share) yang

telah didapatoleh first-movers dalam kompetisi selanjutnya akan sulit direbut oleh followers atau

late-entrants terutama bila first-movers terus mempertahankan posisinya sehingga mencapai

level unggul berkesinambungan (sustainable competitive advantage- SCA). Para first-movers

atau technology leaders akan dapat mempertahankan posisinya bila dapat menaikkan entry-

barriers, antara lain dengan; (1) beroperasi pada skala-ekonomi (economies of scale)

menjadikan biaya per unit produk sangat rendah (lowest-cost) sehingga tidak tertandingi, (2)

mempertinggi tingkat keunikan (differentiation) produk yang ditawarkan, (3) Switching-cost

dibuat setinggi mungkin sehingga perlu biaya mahal untuk mensubstitusi produk yang sudah

dipasok first-movers, (4) Membangun distribution channel yang kuat sehingga pesaing sulit

mendapatkan akses pasar, (5) Mendaftarkan “paten” proses, teknologi dan brand produk kepada

pemerintah sehingga sampai waktu tertentu terlindungi dan tidak dapat ditiru (costly to imitate)

dan (6) melakukan Inovasi dan R&D terus menerus, bahkan kalau perlu melakukan apa yang

disebut Schumpeter (1934) sebagai ‘creative-destruction’ agar sulit dikejar oleh pesaing.

Schumpeter menggunakan kata creative-destruction untuk menjelaskan siklus hidup dari inovasi

(the life cycle of innovations) yang dari perspektif dinamis mengartikan bahwa inovasi-baru akan

menggantikan/ menghilangkan yang lama (new innovations drive-out old ones) termasuk

sumber daya, profesi, keuntungan bahkan perusahaan dari pengusaha sebelumnya (previous

entrepreneur). Tingkat keuntungan akan mengalir mengikuti siklus kontinual (continual cycle)

yang tinggi pada tahap inovasi lalu menurun pada waktu imitasi mulai merebak dan diikuti siklus

declining.

Page 18: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

12

Keunggulan kompetitif dan kinerja superior perusahaan yang agresif menggunakan

teknologi (technology leader),disamping yang telah dikemukakan di atas yakni membangun

barriers to entry, bisa juga didapatkan dari aspek keunikan teknologi yang dimiliki yang apabila

berlangsung dalam jangka waktu lama akan menjadi keunggulan yang sukar ditiru. Kemampuan

mempertahankan keunikan yang dimiliki perusahaan yang agresif dalam teknologi mengandung

implikasi yaitu; perusahaan harus secara terus menerus mengamati apa yang dilakukan oleh

pesaing dan tidak boleh mengisolasi diri namun sebaliknya berorientasi “outward dan sekaligus

inward-looking”. Sebagai first-movers disamping mempunyai insentif namun juga mempunyai

resiko, yakni biaya untuk melakukan inovasi dan R&D yang signifikan jumlahnya belum tentu

sesuai dengan apa yang diharapkan didapatkan dari penjualan dan apabila hasil inovasi gagal

dipasarkan maka cadangan dana (slack) yang sebelumnya selalu tersedia akan berkurang

sehingga kemampuan melakukan inovasi selanjutnya menurun dan tak mampu seterusnya

menjadi first-movers (Hitt, Hoskisson dan Ireland, 2007). Disamping itu second-movers dapat

memanfaatkan jalan yang telah dibuka oleh first-mover yang telah melakukan customer’s

education tentang produk sehingga memudahkan bagi second-mover untuk memasuki

persaingan. Sebagai contoh first-mover yang pernah kehilangan keunggulan kompetitifnya pada

tahun 1980-an adalah Macintosh PC dari Apple Computer (Yoffie dan Slind, 2008). Selanjutnya

persaingan akan terjadi kalau ada pesaing yang bereaksi terhadap first-movers dengan strategi

imitasi dan perbaikan fitur (imitated and improved).

Analisis Hasil Penelitian

Gambaran Umum dan Profil Responden

Tahap awal penelitian lapangan adalah melakukan Pre-Test dengan mengukur validitas

instrumen utama penelitian yakni kuesioner yang berjumlah 80 buah pertanyaan, yang masing-

masing pertanyaan mewakili dimensi dari variabel laten serta variabel terukur model penelitian

disertasi. Pertanyaan kuesioner dinilai valid jika nilai Standard Loading Factor (SLF)> 0.50.

Jika nilai SLF <0.50, maka pertanyaan kuesioner tersebut tidak valid atau dapat dikatakan tidak

mengukur apa yang ingin diukur pada penelitian disertasi ini. Hasil dari Pre-Test terdapat 5

buah pertanyaan yang tidak valid sehingga tersisa 75 buah pertanyaan kuesioner yang valid

untuk selanjutnya digunakan sebagai instrumen penelitian ini.

Page 19: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

13

Survei penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2008 sampai dengan November

2008 terhadap 580 perusahaan tekstil dan garmen diseluruh Indonesiadengan mengirimkan

kuesioner yang dipakai sebagai instrumen. Jumlah kuesioner yang dikirim dan kembali dari

responden serta persentasenya ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Sampel dan tingkat pengembalian

Total kuesioner yang dikirim 580

Perusahaan yang menolak berpartisipasi 3

Pengembalian keseluruhan 158

Total kuesioner kembali yang diolah 153

Tingkat pengembalian keseluruhan 158/580x100% = 27.2 %

Tingkat pengembalian berdasarkan kuesioner yang diolah 153/580x100% = 26.4 %

Sumber data: Diolah oleh penulis (2008)

Dari 580 kuesioner yang dikirim ada 3 perusahaan yang mengatakan mereka tidak

bersedia berpartisipasi. Total pengembalian 158 dengan 5 kuesioner dijawab tetapi kurang

lengkap sehingga ada 153 sampel yang dapat diolah selanjutnya. Tingkat pengembalian

kuesioner yang mencapai lebih 26 % dapat dikatakan sangat baik bila dibandingkan dengan

tingkat pengembalian survei penelitian manajemen stratejik dengan target responden adalah

pimpinan perusahaan sebagai key informant yang berkisar 20 – 25 % (Barringer dan Bluedorn,

1999; Kreiser et al., 2002b; Miller dan Friesen, 1982; Morgan dan Strong, 2003; Robinson dan

Pearce, 1988).

Jumlah sampel yang berkisar antara 100- 200 untuk penelitian yang bila mengolah data

dengan SEM adalah jumlah yang baik (appropriate) khususnya dari segi overall fit measures

yang fundamental yakni likelihood-ratio chi-square statistic (Hair et al., 1998). Profil

perusahaan dan responden ditunjukkan di Tabel- 2 berikut ini.

Tabel -2 Profil Responden Perusahaan tekstil dan garmen

Deskripsi Frekuensi Persentase

Aset Perusahaan

10 – 100 Miliar rupiah 61 40%

>100 – 500 Miliar rupiah 63 42%

>500 Miliar rupiah 28 18%

Page 20: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

14

Jumlah 152 100%

Penjualan Pertahun

10 – 100 Miliar rupiah 51 34%

>100 – 500 Miliar rupiah 79 52%

>500 Miliar rupiah 22 14%

Jumlah 152 100%

Bidang Usaha

Terintegrasi (mixed tekstil dengan garmen) 22 15%

Tekstil saja 95 62%

Garmen saja 34 23%

Jumlah 151 100%

Jumlah pegawai

30- 300 orang 42 28%

>300 – 3000 orang 97 64%

>3000 orang 12 8%

Jumlah 151 100%

Usia Perusahaan

3 – 10 tahun 21 14%

>10 – 20 tahun 73 48%

>20 tahun 57 38%

Jumlah 151 100%

Area Pemasaran

Domestik dan Ekspor (mixed) 117 76%

Domestik 100% 27 18%

Ekspor 100 % 9 6%

Jumlah 153 100%

Kontribusi Pemasaran

Total Domestik NA 58%

Total Ekspor NA 42%

Jumlah NA 100%

Jabatan Responden

Manajer Senior 64 42%

GM/Direktur 76 50%

Presiden Direktur 12 8%

Jumlah 152 100%

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki 132 86%

Perempuan 21 14%

Jumlah 153 100%

Sumber: Diolah oleh penulis dari data-data survei (2008)

Page 21: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

15

Profil responden dalam bentuk “pie diagram” ditunjukkan pada gambar berikut beserta

penjelasannya masing-masing.

Aset Perusahaan dalam Miliar Rupiah

40%

42%

18%

10-100 M

>100-500 M

>500 M

Penjualan Rata-rata Pertahun (Miliar Rupiah)

34%

52%

14%

10-100 M

>100-500 M

>500 M

Gambar-1 Profil Aset Perusahaan Gambar-2 Profil Penjualan Pertahun

Dari Gambar-1 terlihat bahwa dari jumlah aset, perusahaan yang memiliki aset > 100 –

500 Miliar (42%) hampir berimbang dengan yang memiliki aset 10-100 Miliar (40%) sedangkan

sisanya (18%) adalah perusahaan yang memiliki aset > 500 Miliar.

Berdasarkan jumlah penjualan yang ditunjukkan di Gambar-2 perusahaan dengan

penjualan >100 – 500 Miliar mendominasi (52%) disusul oleh perusahaan dengan jumlah

penjualan 10- 100 Miliar (34%) dan sisanya dengan jumlah penjualan >500 Miliar. Terlihat

pattern yang mirip antara profil yang memiliki jumlah aset dan penjualanper tahun yang

seimbang.

Bidang Usaha

15%

62%

23%Mixed Teks & Gar

Tekstile

Garmen

Jumlah Pegawai

28%

64%

8%

30-300 Org

>300-3000 Org

>3000 Org

Gambar-3 Profil Bidang Usaha Gambar-4 Profil Jumlah Pegawai

Dari Gambar-3 tentang profil responden berdasarkan bidang usaha terlihat bahwa

perusahaan tekstil mendominasi (62%) sampel, disusul oleh perusahaan garmen (23%) dan yang

terakhir dan paling sedikit adalah bidang usaha terintegrasi (mixed) atau mempunyai bisnis

tekstil dan juga garmen (15%).

Page 22: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

16

Dari profil jumlah pegawai seperti ditunjukkan di Gambar-4, responden didominasi oleh

perusahaan yang memiliki >300 - 3000 pegawai (64%) disusul oleh perusahaan dengan 30 - 300

pegawai (28%) dan yang terakhir adalah perusahaan yang memiliki > 3000 pegawai (8%).

Usia Perusahaan

14%

48%

38% 3-10 th

>10-20 th

>20 th

Gambar-5 Profil Usia Perusahaan

Berdasarkan usia perusahaan dari sejak didirikan seperti ditunjukkan di Gambar-5,

perusahaan yang telah berusia > 10 – 20 tahun berjumlah paling banyak (48%) lalu disusul oleh

perusahaan yang telah berusia > 20 tahun (38%) dan yang paling kecil (14%) adalah perusahaan

yang relatif masih muda yakni berusia 3-10 tahun. Dari profil tersebutdi atas terlihat bahwa

jumlah perusahaan yang telah berusia > 10 tahun berjumlah 86% yang dapat diartikan positif

karena telah berpengalaman namun dari sisi negatif seperti telah dikemukakan sebelumnya

bahwa mesin-mesin yang digunakan kemungkinan sudah ketinggalan zaman sehingga

produktifitasnya relatif rendah dibanding yang baru.

Area Pemasaran

18%

6%

76%

Domestik

Ekspor

Mixed

Kontribusi Pemasaran

58%

42%Domestik

Ekspor

Gambar-6 Profil Area Pemasaran Gambar -7 Profil Kontribusi Pemasaran

Page 23: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

17

Di Gambar-6 terlihat bahwa dari profil area pemasaran, jumlah responden (perusahaan)

didominasi oleh yang melayani kedua-duanya (mixed) baik pasar domestik maupun ekspor

(76%) lalu disusul oleh perusahaan yang khusus melayani pemasaran domestik (18%) dan paling

kecil (6%) adalah perusahaanyang hanya untuk melayani pemasaran ekspor. Dari profil ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa dari segi jumlah (frekuensi) perusahaan yang menjadi responden

ternyata lebih banyak yang melayani kedua-duanya yakni pasar domestik dan ekspor.

Khusus untuk Profil Kontribusi Pemasaran yang ditunjukkan di Gambar-7, data-datanya

didapatkan dari jawaban setiap responden terhadap pertanyaan tentang berapa persen penjualan

untuk wilayah pemasaran domestik dan berapa persen untuk ekspor, lalu masing-masing

persentase tersebut dijumlahkan dan dibagi jumlah perusahaan, yang ternyata 58% untuk

domestik dan sisanya 48% untuk ekspor. Berbeda dengan persentase wilayah pemasaran yang

berdasarkan frekuensi atau jumlah perusahaan, dalam hal kontribusi pemasaran yang dihitung

adalah berapa persentasi jumlah yang diekspor dan berapa besar yang dijual di pasar domestik

oleh masing-masing perusahaan. Dengan demikian angka rerata (mean) untuk hal ini menjadi

tidak relevan.

Jabatan

42%

50%

8%Manajer Senior

GM/ Direktur

Presiden Direktur

Jenis Kelamin

86%

14%

Male

Female

Gambar-8 Profil Jabatan Gambar-9 Profil Jenis Kelamin

Dari segi jabatan responden seperti yang ditunjukkan di Gambar-8, walaupun kuesioner

untuk perusahaan tekstil dan garmen Indonesia ditujukan kepada para CEO/Presiden Direktur

dengan tembusan kepada GM/Direktur dan Manajer Senior, kuesioner tersebut lebih banyak

dijawab oleh para GM/Direktur (50%) disusul oleh Manajer Senior (42%) dan terakhir oleh

CEO/Presiden Direktur (8%) atau sebanyak 12 orang dari 153 responden. Disadari bahwa dari

ketiga kelompok jabatan (posisi) responden tersebut terdapat perbedaan namun khusus di

industri tekstil dan garmen, para Manajer Senior, GM/Direktur dan CEO/Presiden pada

Page 24: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

18

umumnya telah berkecimpung lama di industri tersebut sehingga dari heterogenitas kompetensi

dan pengalaman tidak terlalu berbeda.

Untuk profil jenis kelamin responden yang terdiri dari pimpinan unit bisnis hampir sama

dengan industri manufaktur lainnya yang pada umumnya didominasi oleh laki-laki, dalam

perusahaan tekstil dan garmen juga demikian. Di Gambar-9 terlihat bahwa responden laki-laki

masih mendominasi (86%) dan perempuan hanya selisihnya (14%). Karena posisi pimpinan yang

menjadi responden penelitian ini masih didominasi laki-laki (86%), maka respon yang diberikan

oleh responden perempuan (14%) tidak akan berbeda jauh sehingga dapat mempengaruhi hasil

secara keseluruhan.

Analisis Deskriptif

Berikut di Tabel-3 ditunjukkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan berdasarkan nilai

rerata (mean) dari jawaban responden atas pertanyaan yang berhubungan dengan komponen

utama/variabel laten penelitian.

Tabel-3 Analisis Statistik Deskriptif Skor Komponen Utama / Variabel Laten

No. Komponen Utama / Variabel Laten Nilai Rerata (Mean)

2nd-Order Mid 1st-Order

1 Environment Uncertainty 3.75

1a Environment Complexity (EnvComp) 3.86

1.a1. Diversity (Diver) 4.01

1.a2. Heterogenity (Hetero) 3.70

1b Environment Dynamic (EnvDyn) 3.79

1b1 Variability (Variab) 3.87

1b2 Predictability (Predict) 3.70

1c Environment Hostility (EnvHost) 3.62

1c1 Criticality (Critic) 3.73

1c2 Resources Capacity (ResCap) 3.50

2 Business Strategy (BStrat) 3.92

2a Specialty Product (Sp) 3.93

2b Marketing Intensity (MarkIn) 3.56

2c Cost Leadership (CostLD) 4.23

2d Product Linebreadth (ProdLB) 3.97

3 Technology Policy (TechPol) 3.66

3a Aggressive Technology Posture (AggTP) 3.78

Page 25: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

19

3b Process Automation (PAuto) 3.68

3c Innovation and Reasearch & Development

(InRD)

3.53

4 Firm Performance (FirmPerf) 4.17

4a Financial Performance (FinPerf) 3.73

4b Non-Financial Performance (NonFin)

4.60

Sumber: Diolah oleh penulis dari data-data survei (2008)

Jawaban kuesioner yang menggunakan skala6-angka, sesuai konteksnya berarti:

Skala 1: sangat sedikit, sangat homogen, sangat rendah dan sangat mudah.

Skala 2 : sedikit, homogen, rendah dan mudah.

Skala 3 : agak sedikit, agak homogen, agak rendah dan agak mudah.

Skala 4 : agak banyak, agak heterogen, agak tinggi dan agak sulit.

Skala 5 : banyak, heterogen, tinggi dan sulit.

Skala 6 : sangat banyak, sangat heterogen, sangat tinggi dan sangat sulit.

Dari data-data yang tertera di Tabel-3 tersebut diatas terlihat bahwa semua

variabel/komponen menunjukkan skor rerata jawaban: mulai 3.50 sampai 4.60 dari skala

maksimum 6.0.

Analisis ANOVA dari Data Pengukuran antar Kelompok Perusahaan

Analisis ANOVA ditujukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata hitung antara

kelompok responden bidang usaha tekstil dan bidang usaha garmen serta antara kelompok

responden area pemasaran ekspor dan pemasaran domestik sesuai dengan yang dikemukakan di

depan. Dengan menggunakan ANOVA (One wayAnalysis of Variance) diuji perbedaan rerata

(mean difference) variabel pengukuran utama penelitian.

Perbedaan Rerata (mean) menurut kelompok Bidang Usaha

ANOVA dilakukan untuk analisis apakah terdapat perbedaan antara kelompok responden

bidang usaha yang terbagi tiga, yakni: Mixed –‘tekstil dan garmen’ sebanyak 22 unit perusahaan

(15%),Tekstilsebanyak 97 unit perusahaan (62%) dan Garmen sebanyak 33 unit perusahaan

(23%)yang didasarkan pada mean difference dari setiap variabel laten; Environment Uncertainty

(EnvUnc),Business Strategy (BStrat), Technology Policy (TechPol) dan Firm Performance

(FirmPerf) dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Data-data perhitungan ANOVA

Page 26: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

20

menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan antara kelompok bidang usaha campuran (mixed)

dengan garmen pada satu variabel yakni technology policydan antara bidang usaha campuran

(mixed) dengan tekstil pada satu variabel firm performance, sedangkan yang lainnya tidak ada

perbedaan. Rangkuman analisis antar kelompok bidang usaha dapat dilihat pada Tabel-4

sebagai berikut:

Tabel-4.Rangkuman Hasil ANOVA Berdasarkan kelompok Bidang Usaha

Variabel Bidang

Usaha (I)

Bidang

Usaha (J)

Mean Difference

(I – J)

Keterangan

EnvUnc

MIXED TEKSTIL

GARMEN

0.13743

0.16273

Tidak terdapat perbedaan

Tidak terdapat perbedaan

TEKSTIL GARMEN 0.02530 Tidak terdapat perbedaan

BStrat

MIXED TEKSTIL

GARMEN

0.20333

0.11439

Tidak terdapat perbedaan

Tidak terdapat perbedaan

TEKSTIL GARMEN -0.08894 Tidak terdapat perbedaan

TechPol

MIXED TEKSTIL

GARMEN

0.35361

0.56061*

Tidak terdapat perbedaan

Ada perbedaan

TEKSTIL GARMEN 0.20700 Tidak terdapat perbedaan

FirmPerf

MIXED TEKSTIL

GARMEN

0.32847*

0.27000

Ada perbedaan

Tidak terdapat perbedaan

TEKSTIL GARMEN -0.05847 Tidak terdapat perbedaan

* Keterangan: “Mean Difference” Signifikan pada level 0.05

Perbedaan Rerata (mean) menurut kelompok Area Pemasaran

ANOVA dilakukan untuk analisis apakah terdapat perbedaan antara Area (Wilayah)

Pemasaran yaitu: Mixed (domestik/ekspor) sebanyak 117 perusahaan (76%), domestik saja

sebanyak 27 perusahaan (18%) dan ekspor saja sebanyak 9 perusahaan (6%). Analisis didasarkan

pada mean difference dari setiap variabel laten: Environment Uncertainty (EnvUnc), Business

Strategy (BStrat), Technology Policy (TechPol) dan Firm Performance (FirmPerf) dengan

menggunakan SPSS versi 16.0. Data-data perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa

ditemukan perbedaan antara kelompok area pemasaran ekspor dengan area pemasaran campuran

(mixed) dan dengan area pemasaran domestik pada satu variabel yakni firm performance,

sedangkan yang lainnya tidak ada perbedaan. Rangkuman analisis antar kelompok area

pemasaran dapat dilihat pada Tabel-5. sebagai berikut:

Page 27: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

21

Tabel -5. Rangkuman Hasil ANOVA Berdasarkan kelompok Area Pemasaran

Variabel Area

pasar(I)

Area

pasar (J)

Mean Difference

(I – J)

Keterangan

EnvUnc

MIXED DOMESTIK

EKSPOR

0.21313

-0.11316

Tidak terdapat

perbedaan

Tidak terdapat

perbedaan

DOMESTIK EKSPOR -0.32630 Tidak terdapat

perbedaan

BStrat

MIXED DOMESTIK

EKSPOR

0.08621

-0.13564

Tidak terdapat

perbedaan

Tidak terdapat

perbedaan

DOMESTIK EKSPOR -0.22185 Tidak terdapat

perbedaan

TechPol

MIXED DOMESTIK

EKSPOR

0.01538

0.30427

Tidak terdapat

perbedaan

Tidak terdapat

perbedaan

DOMESTIK EKSPOR 0.28889 Tidak terdapat

perbedaan

FirmPerf

MIXED DOMESTIK

EKSPOR

0.00501

-0.53128*

Tidak terdapat

perbedaan

Ada perbedaan

DOMESTIK EKSPOR -0.53630* Ada perbedaan

* Keterangan: “Mean Difference” Signifikan pada level 0.05

Kesimpulan

Berdasarkan kombinasi interaksi dari seluruh variabel dan dimensi penelitian ini, dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan akhir sebagai berikut:

Pertama, melihat gambaran perusahaan tekstil dan garmen Indonesia pada bulan

September 2008 sampai November 2008, penelitian menggunakan analisis ANOVA,

perusahaan tekstil yang memiliki penjualan rata-rata 100-500 miliar rupiah, dengan jumlah

pegawai 100-3000 orang dan mempunyai kontribusi penjualan paling besar yang datang dari

pasar domestik .

Page 28: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

22

Kedua, ditemukan adanya perbedaan antara kelompok bidang usaha campuran (mixed)

dengan garmen pada satu variable yakni technology policy dan antara bidang usaha campuran

(mixed) antara tekstil pada satu variable firm performance, sedangkan untuk aspek lainnya tidak

terdapat perbedaan.

Ketiga, terdapat perbedaan antara kelompok area pemasaran ekspor dengan area

pemasaran campuran (mixed) dan dengan area pemasaran domestik pada satu variable yakni firm

performance, sedangkan untuk aspek lainnya tidak terdapat perbedaan.

Daftar Pustaka

Abell, D. (1980), Defining the Business: The Starting Point in Strategic Planning, Prentice Hall,

Englewood Cliffs, NJ.

Adler, P. (1989), Technology Strategy: ‘Guide to the literature’, Dalam R.S. Rosenbloom and

R.A. Burgelman (eds), Research on Technological Innovation, Management and Policy, JAI

Press, Greenwich, CT, 1-25.

Afuah, A. (2000), How much do your co-opetitors capabilities matter in the face of technological

change?, Strategic Management Journal, Special Issue, 21, 387-404.

Ahuja, G. (2000), The duality of collaboration: Inducements and opportunities in interfirm

linkages, Strategic Management Journal, 21: 317-343.

Ansoff, I.(1965),Corporate Strategy: An Analytical Approach to Business Policy for Growth and

Expansion, McGraw Hill, New York.

Barney, J. B. (1991), Firm resources and sustained competitive advantage, Journal of

Management, 17: 99-120.

Bourgeois, L. J. III. (1980),Strategy and environment: a conceptual integration,Academy of

Management Review, 5(1): 25-39.

Burgelman, R. A., Maidique, M. A., dan Wheelwright, S.C. (2001), Strategic Management

of Technology and Innovation, McGraw-Hill Irwin, Singapore.

Capon, N., dan Glazer, R. (1987), Marketing and Technology: A strategic coalignment, Journal

of Marketing, 51: 1-14.

Clark, K., dan Hayes, R. (1985), ‘Exploring factors affecting innovation and productivity

growth within the business unit’, Dalam K. Clark and C. Lorenz (eds.), The Uneasy Alliance:

Page 29: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

23

Managing the Productivity Technology Dilemma, Harvard Business School Press, Boston, MA,

365-384.

Collis, D. (1991), A resource-based analysis of global competition: the case of the bearings

industry,Strategic Management Journal, 12: 49-68.

Conner, K. R. (1991), A historical comparison of resource-based theory and five schools of

thought within industrial organization economics: do we have a new theory of the firm?,Journal

of Management, 17(1): 121-154.

Council on Competitiveness, (1991), Gaining New Ground: Technology Priorities for America’s

Future, Council on Competitiveness, Washington, DC.

Day, G. S., dan Reibstein, D. J. (1997), Wharton on Dynamic Competitive Strategy, John Wiley

& Son, Inc.

DeSarbo, W., Di Benedetto, C. A., Song, M., dan Sinha, I. (2005),Revisiting the Miles and Snow

strategic framework: Uncovering interrelationships between strategic types,

capabilities,environmental uncertainty and firm performance,Strategic Management Journal,

26:47-74.

Dess, G. G., dan Beard, D. (1984), Dimensions of organizational task

environments,Administrative Science Quarterly, 29: 52-73.

Dicken, P. (2003), Global Shift, Reshaping the Global Economic Map in the 21st Century, 4th

ed., The Guilford Press, New York.

Dierickx, I., dan Cool, K. (1989), Asset stock accumulation and sustainability of competitive

advantage,Management Science, 35: 1504-1511.

Dill, W. R. (1976), Environment as an influence on managerial autonomy, Administrative

Science Quarterly, 409-443.

Domicone, H.A. (1997), Management Characteristics, Business Strategy and TechnologyPolicy:

An Empirical Investigation, Unpublished Dissertation, UMI 1996.

Franko, L.G. (1989), Global corporate competition: Who’s winning, who’s losing and the R&D

factor as one reason why, Research Management, 29 (4): 17-20.

Fusfeld, A. (1978), Technology Review, MIT Alumni Association.

Fusfeld, A. (1989), Formulating technology strategies to meet the global challenges of the 1990s,

International Journal of Technology Management, 4(6): 601-612.

Page 30: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

24

Ghobadian, A., O’Regan, N., Gallear, D., dan Viney, H. (2004),Strategy and Performance

Achieving Competitive Advantage in the Global Markets, Palgrave, New York.

Ghemawat, P., dan Nueno, J. L. (2006), ZARA: Fast Fashion, Harvard Business School

Publishing, Boston, MA.

Ghemawat, P., Collis, D. J., Pisano, G.P., dan Rivkin, J.W. (2001), Strategy and the Business

Lanscape, Prentice Hall, New Jersey.

Ginsberg, A., dan Venkatraman, N. (1985),Contingency perspectives of organizational

strategy: a critical review of the empirical research,Academy of Management Review, 10(3):

421-434.

Grant, R. M. (1991),The resource-based theory of competitive advantage: implications for

strategy formulation,California Management Review, Spring: 114-135.

Hambrick, D. (1980), Operationalizing the concept of business-level strategy in

research,Academy of Management Review, 5(4): 567- 575.

Hatten, K. J., dan Schendel, D. E. (1977), Heterogenenity within industry: firm conduct in the

U.S brewing industry, 1952-71,The Journal of Industrial Economics, 26(2): 97-113.

Hatten, K. J., Schendel, D. E., dan Cooper, A. C. (1978),A strategic model of the U.S. brewing

industry: 1952-1971, Academy of Management Journal, 21(4): 592-610.

Henderson, R., dan Mitchell, W. (1997),The interactions of organizational and competitive

influences on strategy and performance,Strategic Management Journal, 18: 5-14.

Hitt, M. A., Hoskisson, R. E., dan Ireland, R. D. (2007), Management Strategy: Concepts and

Cases,Thomson South-Western, Mason.

Hoskisson, R. E., Hitt, M. A., dan Ireland, R.D. (2004),Competing for Advantage, Thomson,

Ohio.

Hunt, S. D., dan Morgan, R.M. (1995), The Comparative Advantage Theory of Competition,

Journal of Marketing, 59(4): 1-15.

Itami, H., dan Numagami, T. (1992), Dynamic Interaction Between Strategy and Technology,

Strategic Management Journal 13 (Winter, 1992): 119-136.

Khalil, T. M. (2000), Management of Technology:The Key to Competitiveness and Wealth

Creation, Singapore: McGraw-Hill Companies Inc.

Page 31: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

25

Kilmann, R. H; Kilmann, I and Associates. (1991), Making organizations competitive:

Enhancing networks and relationships accross tradidional boundaries, California: Jossey- Bass

Inc.

Kreiser, P. M., Marino,L. D., dan Weaver, K. M. (2002a), Assessing the psychometric properties

of the entrepreneurial orientation scale: a multi-country analysis,Entrepreneurship Theory and

Practice,Summer: 71-94.

Lawless, M. W., Bergh, D., dan Wilsted, W. D. (1989), Performance variations among strategic

group members: an examination of individual firm capability,Journal of Management, 15(4):

649-661.

Lenz, R. T. (1980), Strategic capability: a concept and framework for analysis,Academy of

Management Review, 5(2): 225-234.

Lenz, R. T. (1981), ‘Determinants’ of organizational performance: an interdisciplinary

review,Strategic Management Journal, 2: 131-154.

Maidique, M,A., dan Patch, P. (1988), ‘Corporate strategy and technology policy’, Dalam M.L.

Tushman., dan W.L. Moore (eds), Reading in management of Innovation (2nd ed), Balringer,

Cambridge, MA: 236-248.

Mitchel, G. (1990), ‘Alternative frameworks for technology strategy’, European Journal of

Operational Research, 47 (4):153-161.

Narayanan, V. K. (2001), Managing technology and Innovation for competitive advantage,New

Jersey: Prentice Hall, Inc.

Pangestu, M., dan Sato. Y.(1997), Wave of change in Indonesia’s manufacturing industry,

Institute of developing economies, IDE, ASEDP Series no 42, Tokyo.

Parker, A.R. (2000), Impact on the Organizational Performance of the Strategy – Technology

Policy Interaction, Journal of Business Research, 47: 55-64.

Parnell, J. A. (1997), New evidence in the generic strategy and business performance debate: a

research notes,British Journal of Management, 8:175-181.

Parnell, J. A. (2002), Competitive strategy research,Journal of Management Research, 2(1): 1-

12.

Parnell, J. A. (2006), Generic strategies after two decades: A re-conceptualization of competitive

strategy,Management Decision, 44(8): 1139-1154.

Page 32: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

26

Parnell, J. A, Wright, P., dan Tu, H. S. (1996), Beyond the strategy-performance linkage: the

impact of the strategy-organization-environment fit on business performance,American Business

Review, June: 41-50.

Penrose, E. (1959),The Growth of the Firm, Basil Blackwell, Oxford.

Porter, M. (1980),Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and competitors,

Free Press, New York.

Porter, M., (1983),’ The technological dimension of competitive strategy’ dalam R.S.

Rosenbloom (ed), Research on Technological Innovation, Management and Policy, 1, JAI Press,

Greenwich, CT: 1-33.

Porter, M. (1985),Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance, Free

Press, New York.

Porter, M. (1996),On Competition, Harvard Business Review Book, Boston.

Prahalad, C. K .,dan Hamel, G. (1990), The core competence of the corporation,Harvard

Business Review, 64: 79-91.

Robins, J. A., dan Wiersema, M. (1995), A resource-based approach to the multibusiness firm:

emprical analysis of portfolio interrelationships and corporate financial performance, Startegic

Management Journal, 24 (1): 39-59.

Schendel, D., dan Patton, G. R. (1978),A simultaneous equation model of corporate

strategy,Management Science, 24(15): 1611-1621.

Schumpeter, J. A. (1934), The Theory of Economic Development. Cambridge, MA: Harvard

University Press.

Spanos, Y. E., dan Lioukas, S. (2001),An examination into the causal logic of rent generation:

contrasting Porter’s competitive strategy framework and the resource-based

perspective,Strategic Management Journal, 22: 907-934.

Sriram, V., dan Anikeeff, M. A. (1991), Product-market strategies among development firms,The

Journal of Real Estate Research, 7(1): 99-114.

Stalk, G., Evans, P., dan Shulman, L. E. (1992), Competing on capabilities: the new rules of

corporate strategy,Harvard Business Review, March-April: 57-69.

Tan, J dan Litschert, R. (1994),Environment-strategy relationship and its performance

implications: an empirical study of the Chinese electronics industry,Strategic Management

Journal, 15: 1-20.

Page 33: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

27

Tan, J., dan Tan, D. (2005),Environment-strategy co-evolution and co-alignment: a staged model

of Chinese SOEs under transition,Strategic Management Journal, 26: 141-157.

Teece, D. J., Pisano, G., dan Shuen, A. (1997),Dynamic capabilities and strategic

management,Strategic Management Journal, 18(8): 509-533.

Tvorik, S., dan McGivern, M. (1997), Determinants of organizational performance,Management

Decision, 35(6): 417-435.

Wernerfelt, B. (1984),A resource-based view of the firm,Strategic Management Journal, 5: 171-

180.

Yoffie, B.D., dan Slind, M. (2008), Apple Inc, Harvard Business School, 9: 708-480.

Zahra, S. A., dan Covin, J. G. (1993), Business Strategy, Technology Policy and Firm

Performance, Strategic ManagementJournal, 14: 451-478.

Page 34: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

28

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

MELALUI ALIANSI STRATEJIK INTERNASIONAL

Chandra Alamsyah

Sampoerna School of Business

Knowledge transfer through strategic alliance has thrived from years to years and has

been perceived very important by practitioners and academics. The reason of this is because, in

the era of knowledge-based economy, the demand of knowledge as a factor of production as a

source of competitiveness can not be generated internally by company, so it requires cooperation

with other firms. Therefore, the main purpose of this paper is to get a descriptive picture about

company characteristics that has performed tacit knowledge transfer through international

strategic alliance between developed and developing countries from the point of view of

developing company as the recipient of knowledge. The study was done for 101 respondents,

consisted of CEOs and TMTs of local companies. The result of this study indicates that there is a

gap existed between ‘technical skill’ and different management style between developed

company as the source of knowledge and developing country as the recipient of knowledge.

Eventhough R&D is weak, several local companies have been able to develop new ideas into

innovation. Thus, trust becomes a key factor that is very important for the success of knowledge

transfer process and to acquire good quality knowledge.

Keywords: Knowledge transfer, Competitiveness, technical skill, management style, trust.

Page 35: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

29

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

MELALUI ALIANSI STRATEJIK INTERNASIONAL

Pendahuluan

Pengetahuan sebagai komponen utama untuk memperoleh keunggulan daya saing

perusahaan (Hitt, Hoskisson, & Ireland, 2007), telah memperoleh perhatian yang semakin besar

dari para akademisi maupun praktisi (Chiva & Alegre, 2005; Chen, 2006). Berhubung tidak ada

satu perusahaanpun yang dapat memenuhi atau menghasilkan semua pengetahuan yang

dibutuhkan secara mandiri (Dussauge, Garrette, & Mitchell, 2000), maka alih pengetahuan antar

perusahaan melalui aliansi stratejik (Chen, 2006) menjadi penting.9 Dengan mentransfer

(mengalihkan) pengetahuan antar perusahaan, maka keunggulan daya saing yang dibangun dari

pengetahuan dapat dimaksimalkan (Murray, 2003) melalui akses ke sumber daya unik utamanya

pengetahuan yang bersifat tacit (tersembunyi, sulit untuk dikomunikasikan dan diartikulasikan)

(Amit & Schoemaker, 1993).

Penggunaan aliansi stratejik internasional terus meningkat dengan salah satu motivasi

untuk mendapatkan akses pengetahuan (know-how) serta menginternalkan teknologi baru secara

cepat (Lam, 2004). Walaupun popularitasnya terus meningkat, namun tingkat kegagalan aliansi

stratejik juga tinggi hingga 70% dengan outcome yang dikehendaki tidak tercapai (Das & Teng,

2000). Alih pengetahuan internasional khususnya apabila menyangkut mitra dengan latar

belakang budaya yang berbeda merupakan sebuah proses yang kompleks (Yin & Bao, 2006),

dimana keberhasilan atau kegagalan alih pengetahuan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

karakteristik pengetahuan, karakteristik pengirim pengetahuan, karakteristik penerima

pengetahuan, dan konteks alih pengetahuan (Szulanski, 1996). Sehingga penting untuk mengkaji

berbagai karakteristik perusahaan baik di awal aliansi stratejik maupun selama proses alih

pengetahuan untuk mendapatkan outcome/performance yang dikehendaki.

Namun demikian, sebagian besar penelitian terdahulu hanya meneliti berbagai

karakteristik perusahaan secara terpisah dan terisolasi (Westphal & Shaw, 2005). Padahal,

sebagai suatu proses multi tahap (Inkpen & Dinur, 1998), alih pengetahuan dapat dipahami

9 Bentuk kerjasama selain aliansi stratejik adalah merger dan akuisisi (M&A), namun di luar lingkup penelitian ini.

Page 36: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

30

secara lengkap apabila dilakukan analisis secara komprehensif yang melibatkan anteseden

(struktur), mekanisme (conduct) dan kinerja (outcome) (Becker & Knudsen, 2006, Klint &

Sjoberg, 2003). Selain itu, alih pengetahuan melalui aliansi stratejik umumnya dikaji dari sudut

pandang pemberi dan bukan penerima pengetahuan (Yin & Bao, 2006), dan terpusat pada

perusahaan di negara maju, sehingga aplikasinya di negara berkembang menjadi kurang

diketahui, yang menjadikannya kesenjangan penelitian (Murray, Kotabe, & Zhou, 2005).

Untuk mengatasi kesenjangan penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

berbagai karakteristik perusahaan yang melakukan alih pengetahuan tacit melalui aliansi stratejik

internasional antara negara maju dengan negara berkembang dari persepsi negara berkembang

sebagai penerima pengetahuan. Melalui kajian komprehensif, karakteristik perusahaan yang

terdiri dari faktor struktural berupa kecocokan mitra aliansi (partner fit), faktor mekanisme

berupa proses kognitif (interorganizational learning) serta behavioral (relational capital), dan

faktor outcome (kualitas pengetahuan alihan) dianalisis secara deskriptif disamping

menggunakan juga analisis varians dan korelasi. Rangkuman statistik deskriptif dinyatakan

sebagai salah satu bagian terpenting dari laporan setiap hasil penelitian serta dapat digunakan

sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan (Agung, 2004).

Bagian berikut dari artikel ini akan menguraikan karakteristik perusahaan yang

melakukan aliansi stratejik diikuti dengan metode penelitian yang melibatkan 101 perusahaan

lokal sebagai responden yang beraliansi dengan perusahaan asing. Selanjutnya diakhiri dengan

diskusi, kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan penelitian lanjutan yang disarankan.

Karakteristik Perusahaan

Karakteristik perusahaan merupakan elemen penting untuk keberhasilan alih pengetahuan

(Reid, Bussiere, & Greenaway, 2001). Berdasarkan telaah literatur (Becker & Knudsen, 2006),

karakteristik perusahaan untuk penelitian ini dapat disarikan menjadi tiga kelompok yaitu:

pertama, faktor struktural meliputi kecocokan mitra (partner fit) (Kale et al., 2000; Sucahyo et

al., 2005) yang terdiri dari komplementaritas sumber daya, kompatibilitas operasi dan

kompatibilitas budaya (Parkhe, 1991; Sarkar et al., 2001). Kedua, faktor mekanisme yang

meliputi faktor kognitif berupa pembelajaran terdiri dari learning intent, receptivity, dan

transparansi (Larsson et al., 1998; Hamel, 1991) dan faktor behavioral berupa relational capital

Page 37: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

31

(Kale et al., 2000; Sucahyo et al., 2005) yang terdiri dari kepercayaan (trust), reciprocity,

komunikasi, dan ketertarikan (Sarkar et al., 2001; Muthusamy & White, 2005). Ketiga, kinerja

(outcome) yakni kualitas pengetahuan alihan (quality of knowledge transferred) dengan dimensi

fitness for use dan applicability (Juran, 1992; Dalkir, 2005).

Kecocokan Mitra

Dalam melakukan alih pengetahuan melalui aliansi stratejik, seringkali perusahaan tidak

mempunyai informasi latar belakang yang memadai, serta mengalami ketidaksamaan bahasa dan

ketidaksamaan kepentingan, sehingga membatasi kemampuan untuk mengakses dan membagi

pengetahuan secara signifikan (Carlile, 2004). Perbedaan karakteristik perusahaan akan

membatasi kemampuan perusahaan untuk bekerjasama (Parkhe, 1991), sehingga diperlukan

adanya kecocokan mitra agar dapat terjadi sinergi. Dengan demikian kecocokan karakteristik

perusahaan yang bermitra yang terdiri dari tiga komponen yaitu komplementaritas sumber daya,

kompatibilitas operasi dan kompatibilitas budaya merupakan salah satu faktor penentu sukses

atau gagalnya alih pengetahuan melalui aliansi (Kale et al., 2002).

Komplementaritas sumber daya

Komplementaritas sumber daya merupakan tingkat penggabungan sumber daya yang

unik dan berharga, tidak identik tapi saling melengkapi yang dibawa oleh masing-masing pihak

ke dalam kolaborasi yang tidak mungkin untuk dikembangkan sendiri (Sarkar et al., 2001; Hitt,

Ireland, & Harrison, 2001). Komplementaritas sumber daya menciptakan ketergantungan, yang

mendorong timbulnya komitmen dan interaksi yang tinggi sehingga meningkatkan potensi

pembelajaran antara satu sama lainnya dan menciptakan kondisi menguntungkan untuk

terjadinya alih pengetahuan (Dussauge et al., 2000). Selain itu juga timbul sinergi, yang

meningkatkan core capabilities perusahaan (Murray, 2001) dan masing-masing pihak dapat

mempelajari kapabilitas pihak lain (Hitt et al., 2001).

Kompatibilitas operasi

Kompatibilitas operasi merupakan tingkat kesesuaian dalam operasi perusahaan (Sarkar

et al., 2001). Kompatibilitas operasi menyebabkan mitra aliansi berkooperasi lebih efektif, lebih

Page 38: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

32

komunikatif dan lebih mudah berbagi sumber daya yang dapat meningkatkan kualitas hubungan

(Sarkar et al., 2001) dan kapabilitas (Hitt et al., 2001). Perusahaan dengan kapabilitas teknis

yang kompatibel akan meningkatkan proses pembelajaran antar mitra (Cohen & Levinthal,

1990). Sebaliknya perbedaan keahlian akan menghalangi proses pembelajaran (Crossan &

Inkpen, 1995). Demikian juga perusahaan dengan bisnis yang sama memiliki dasar kompetensi

yang sama, karena menggunakan teknologi serta memenuhi kebutuhan pelanggan yang sama dan

oleh karenanya memiliki dominant logic yang sama, sehingga dapat belajar lebih mudah

(Dussauge & Garrette, 2000).10

Kompatibilitas budaya

Kompatibilitas budaya yang merupakan tingkat kesesuaian dalam budaya perusahaan

akan meningkatkan saling pengertian, kepercayaan antar mitra aliansi (Holtbrugge, 2004),

komitmen dan pertukaran informasi serta berdampak terhadap pembelajaran (Sarkar et al.,

2001). Perusahaan yang memiliki kesamaan dalam budaya organisasi akan memiliki kualitas

hubungan yang lebih baik. Sebaliknya budaya organisasi yang tidak kompatibel akan membawa

hubungan kerja yang kontra-produktif karena objektif yang tidak kompatibel dapat menimbulkan

konflik ataupun kecurigaan dan perselisihan (Sarkar et al., 2001). Kurangnya keahlian atau

kesalahan dalam menginterpretasikan sesuatu disebabkan perbedaan budaya atau kurangnya

pemahaman terhadap lintas budaya antar mitra, akan mengganggu kemampuan pembelajaran dan

pengembangan kepercayaan (Nielsen, 2001).

Pembelajaran

Pembelajaran antar organisasi pada dasarnya merupakan alih pengetahuan dari satu

perusahaan ke perusahaan lain (Hitt, Lee, & Yucel, 2002; Muthusamy & White, 2005) atau

definisi lain berupa proses penciptaan pengetahuan secara bersama-sama melalui interaksi antar

perusahaan (Larsson et al., 1998; Lubatkin, Florin, & Lane, 2001). Pengetahuan yang dialihkan

dapat berbentuk pengetahuan eksplisit, pengetahuan tacit atau keduanya. Pembelajaran selain

10

Dominant Logic merupakan mindset atau konseptualisasi bisnis yang menjadi alat administratif untuk

memenuhi sasaran (goal) dan membuat keputusan bisnis (Prahalad & Bettis, 1986).

Page 39: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

33

menghasilkan private benefit juga menghasilkan common benefit (Khanna et al., 1998; Inkpen,

2000). Apabila pada transfer pengetahuan yang ada membutuhkan mitra untuk berlaku sebagai

”teacher atau expert”, maka pada penciptaan pengetahuan baru secara bersama, para mitra

bertindak sebagai co-reseacher atau co-inventor (Lubatkin et al., 2001). Dimensi pembelajaran

antar perusahaan terdiri dari learning intent, transparansi dan receptivity (Hamel, 1991; Larsson

et al., 1998).

Learning intent.

Dalam konteks pembelajaran melalui aliansi stratejik, learning intent (Hamel, 1991)

merupakan hasrat (desire) dan kemauan (will) untuk belajar serta menginternalisasikan keahlian

dan kompetensi mitra atau belajar dari lingkungan yang kolaboratif (Simonin, 2004). Dengan

demikian learning intent merupakan kecenderungan untuk melihat kolaborasi sebagai peluang

pembelajaran sehingga menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.

Learning intent akan mempengaruhi komitmen dan alokasi sumberdaya terhadap proses

pembelajaran dan khususnya akan mempengaruhi putusan untuk mengawali mekanisme

pembelajaran (Inkpen, 2000a) dengan memperhitungkan sifat kompetitif dan kooperatif kegiatan

pembelajaran antar perusahaan (Wu & Cavusgil, 2006). Sehingga apabila perusahaan

menganggap pengetahuan yang dimiliki mitra aliansinya menarik atau bernilai tinggi, hal

tersebut yang mendorong keinginan (learning intent) perusahaan untuk mempelajarinya (Inkpen,

2000b; Pak & Park, 2004).

Receptivity.

Hamel (1991) memperkenalkan konsep receptivity sebagai kapasitas organisasi untuk

belajar dari mitra aliansi, dan bersama-sama dengan intent (desire to learn) dan transparansi

(learning opportunity) merupakan dogma dalam proses pembelajaran. Receptivity berkenaan

dengan motivasi dan kemampuan untuk menyerap kecakapan (skill) atau pengetahuan yang

dikemukakan oleh mitra. Dengan kata lain organisasi harus mempunyai kapasitas untuk

menyerap input untuk menghasilkan output (Tsai, 2001). Dalam studinya, Lyles & Salk (1996)

mengamati bahwa kapasitas pembelajaran (diukur dengan fleksibilitas joint venture, kreativitas

dan pengetahuan tentang pegawai) mempengaruhi secara signifikan tingkat akuisisi pengetahuan.

Page 40: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

34

Perusahaan dapat meningkatkan receptivity pembelajaran dengan cara memaksimalkan jumlah

akses potensial ke dalam perusahaan mitra, mengkaji bahasa mitra, melakukan benchmarking

terhadap keahlian mitra, dan melakukan kesetaraan dalam fasilitas dan peralatan (Doz & Hamel,

1998).

Transparansi.

Transparansi merupakan tingkat keterbukaan perusahaan terhadap mitra sehingga

menentukan potensi mitra terhadap pembelajaran dan peluangnya (Hamel, 1991). Transparansi

penting, karena tanpa peluang untuk mengamati perbedaan (discrepancy) keahlian mitra, maka

tidak ada insentif untuk pembelajaran. Transparansi juga merupakan kesiapan membuka diri

terhadap pengujian menerima umpan balik (feedback) (Popper & Lipshitz, 2000) dimana

komunikasi secara terbuka dan jujur diperlukan (Nielsen, 2001). Sebuah perusahaan akan lebih

mudah belajar dari mitra aliansi apabila tingkat keterbukaan atau transparansi tinggi (Hamel,

1991; Doz & Hamel, 1998). Ketidaktransparansian akan mengakibatkan semakin besarnya

ambiguity dan secara langsung menghalangi alih pengetahuan (Simonin, 2004). Terdapat

paradoks di satu sisi perusahaan harus transparan terhadap pengetahuan yang dialihkan agar

aliansi berhasil, namun di sisi lain perusahaan mempertahankan keunggulan kompetitifnya

apabila pesaing tidak dapat mengakuisisi kapabilitas yang merupakan basis keunggulan

perusahaannya (Amit & Schoemaker, 1993).

Relational Capital

Kale et al. (2000) mendefinisikan relational capital sebagai tingkat saling percaya

(mutual trust), hormat (respect) dan bersahabat (friendship) antara anggota aliansi. Relational

capital yang kuat akan melahirkan interaksi yang kuat, yang memfasilitasi pertukaran dan

transfer informasi dan know-how antar mitra aliansi, dan akan mengekang perilaku oportunis dari

mitra aliansi yang secara sepihak menyerap atau mencuri informasi atau know-how yang dimiliki

mitra lainnya. Relational capital memberikan akses pengetahuan serta motivasi bagi mitra untuk

melakukan pembelajaran (Nahapiet, Gratton, & Rocha, 2005) serta saling bertukar informasi dan

know-how (Kale et al., 2000). Tiga aspek kunci relational capital yaitu mutual trust yang

merupakan tingkat kepercayaan (confidence) satu pihak terhadap integritas pihak lain, mutual

Page 41: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

35

commitment yaitu tingkatan dimana kedua pihak bersedia menanamkan sumberdaya masing-

masing dalam aliansi dan information exchange yang merupakan komunikasi formal maupun

informal (Sarkar et al., 2001). Gelfand et al. (2006) menambahkan mutual attraction yang

terbentuk apabila mitra aliansi mengembangkan saling ketertarikan satu sama lainnya. Dengan

merangkum dimensi relational capital kedua penelitian terdahulu, maka elemen berikut ini yaitu

kepercayaan (trust), reciprocity (mutual commitment), komunikasi (information exchange), dan

ketertarikan (attraction) diasumsikan merupakan dimensi relational capital.

Kepercayaan

Agar alih pengetahuan melalui aliansi berjalan lancar, dibutuhkan adanya saling percaya

(Davenport & Prusak, 1998). Satu pihak akan berkenan membagi pengetahuannya kepada pihak

lain apabila memiliki kepercayaan (Davenport & Prusak, 1998) dan alih pengetahuan akan lebih

berhasil dengan adanya kepercayaan antar kedua pihak (Ford, 2002). Kepercayaan sedemikian

pentingnya untuk pertukaran hubungan (relational exchange) sehingga dianggap sebagai kriteria

sentral kemitraan stratejik (Mohr & Spekman, 1994). Menurut Ring & Van de Ven (1992), dua

definisi yang berbeda terhadap kepercayaan sering digunakan dalam literatur yaitu keyakinan

(confidence) atas ekspektasi satu pihak dan confidence pihak tersebut terhadap goodwill pihak

lain. Dengan adanya kepercayaan maka diharapkan mitra aliansi cenderung tidak melakukan

tindakan oportunis. Dengan kata lain kepercayaan antar mitra aliansi merupakan sebuah

ekspektasi bahwa mitra akan bertindak/berlaku secara jujur (Hamel, 1991; Inkpen & Currall,

2004).

Reciprocity

Reciprocity atau saling berkomitmen dalam sebuah pertukaran (exchange)

dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban moral (moral obligation) satu pihak untuk

memberikan kepuasan kepada pihak lain (Muthusamy & White, 2005). Sebuah komitmen

bersama untuk bekerjasama adalah kritikal (Doz & Hamel, 1998), dan komitmen tersebut harus

dimiliki oleh seluruh jajaran perusahaan. Komitmen perlu untuk membina hubungan jangka

panjang agar mitra membatasi kehendaknya mencari alternatif lain ataupun komitmen jangka

pendek untuk memperkuat hubungan jangka panjang. Adanya komitmen bersama yang kuat

Page 42: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

36

dapat menghindari terjadinya konflik antar anggota aliansi, sehingga kestabilan dan kontinuitas

aliansi stratejik dapat terpelihara (Soetjipto, 2003). Keterlibatan pimpinan puncak dalam aliansi

menunjukkan bahwa perusahaan memandang penting hubungan antar mitra dan menggalakkan

tumbuhnya perilaku timbal balik dengan mitra (Yoshino & Rangan, 1995).

Komunikasi

Komunikasi dapat didefinisikan secara luas sebagai berbagi (sharing) informasi yang

berarti dan tepat waktu antar perusahaan baik secara formal maupun informal (Sarkar et al.,

2001; Yao & Murphy, 2005). Komunikasi memungkinkan satu pihak mempelajari

kespesifikasian pihak lain, mengembangkan sikap saling pengertian (Young-Ybarra & Wiersma,

1999) serta sangat penting untuk keberhasilan aliansi stratejik internasional (Wahyuni, 2003).

Terdapat tiga aspek penting komunikasi yang akan meningkatkan hubungan (relationship) antar

mitra yaitu aspek kualitas informasi (termasuk di dalamnya aspek keakurasian, ketepatan waktu,

keabsahan dan kredibilitas dari informasi yang dipertukarkan), aspek pertukaran informasi secara

efektif yang akan meningkatkan nilai informasi tersebut dan pada akhirnya meningkatkan

kepercayaan serta komitmen dan mengurangi potensi terjadinya konflik, dan peran serta

keterlibatan mitra dalam penyusunan perencanaan dan sasaran aliansi (Kauser & Shaw, 2004).

Ketertarikan

Ketertarikan (attraction) dapat didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana satu pihak

memandang pihak lain mempunyai daya tarik profesional dalam hal kemampuan untuk

memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi, akses kedalam sumberdaya yang utama dan

kompatibilitas sosial (Harris, O’Malley & Patterson, 2003). Ketertarikan menjadi landasan untuk

interaksi ke depan (Jacobs, 1991). Ketertarikan merupakan persyaratan awal untuk terjadinya

interaksi dan selanjutnya menentukan apakah kedua pihak termotivasi untuk memelihara

hubungan tersebut (Harris et al., 2003). Menurut Blau (1964), terjalinnya mutual attraction

merupakan kekuatan yang merangsang para pihak untuk berinteraksi.

Page 43: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

37

Kualitas Pengetahuan Alihan

Paradigma knowledge-based view menekankan pentingnya pengelolaan pengetahuan

sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan keunggulan daya saing, dengan alih pengetahuan

menjadi faktor yang kritikal baik untuk keberhasilan maupun keunggulan daya saing perusahaan.

Davenport & Prusak (1998) mengatakan bahwa alih pengetahuan baru bernilai apabila alih

pengetahuan membawa beberapa perubahan perilaku, atau pengembangan ide yang

menghasilkan perilaku baru dan digunakan. Dengan adanya perilaku yang membawa perubahan,

serta digunakan berarti alih pengetahuan harus menghasilkan suatu pengetahuan yang

berkualitas. Kualitas pengetahuan merupakan isu yang signifikan untuk pemecahan masalah

(problem solving) dan pembuatan keputusan (decision making). Menurut Dalkir (2005) kualitas

pengetahuan meliputi akurasi, pemahaman (understandability), aksesibilitas, keterkinian dan

kredibilitas. Dari definisi tersebut, untuk keperluan penelitian ini, maka kualitas pengetahuan

yang dialihkan mempunyai dua dimensi yaitu tingkat kecocokan penggunaan (fitness for use)

serta tingkat aplikasi (applicability).

Fitness for use

Berangkat dari Dalkir (2005) dan Juran (1992), fitness for use dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai tingkat kecocokan pengetahuan yang meliputi tingkat akurasi,

understandability, aksesibilitas, kredibilitas dan pengkodifikasian. Pengetahuan dikatakan

memiliki keakurasian apabila pernyataan, kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan

berdasarkan informasi/pengetahuan yang relevan dan sesuai (Pawson et al., 2003).

Understandability artinya dapat dipahami secara jelas, bermakna dan tidak mendua. Aksesibilitas

artinya pengetahuan menjadi sumber daya perusahaan yang berharga hanya apabila dapat

diakses. Selain itu nilainya meningkat sejalan dengan tingkat aksesibilitasnya (De Pablos, 2004).

Kredibilitas artinya dapat dipercaya dan kodifikasi artinya dapat didokumentasikan.

Pengkodifikasian penting untuk menterjemahkan pengetahuan ke dalam bentuk eksplisit agar

memudahkan penyebaran (Dalkir, 2005) dan menjadikannya memori organisasi yang dapat

diakses (Daghfous, 2004).

Page 44: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

38

Applicability

Pengetahuan yang dialihkan baru akan bernilai apabila dapat diaplikasikan sebagaimana

dikatakan oleh Alavi & Leidner (2001) bahwa aspek penting dalam pengelolaan pengetahuan

adalah mengalihkan pengetahuan ke lokasi yang membutuhkan dan dapat digunakan.

Keberhasilan alih pengetahuan bukan terbatas apabila pengetahuan tersebut telah terkirim tapi

tingkat aplikasinya. Pengetahuan bisa saja diakses dan diasimilasikan namun tidak diaplikasikan,

karena beberapa hal seperti tidak mempercayai sumber pengetahuan tersebut, kurangnya waktu

atau peluang menggunakan pengetahuan tersebut, atau menghindari risiko (Alavi & Leidner,

2001). Kogut & Zander (1995) mengatakan bahwa alih teknologi berhasil apabila penerima

pengetahuan menerapkan teknik baru produksi. Perusahaan belajar dari aliansi apabila

pengetahuan tersebut dapat diinternalisasikan dan diaplikasikan di luar kegiatan aliansi yang

berjalan (Harrison et al., 2001).

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Target populasi penelitian ini adalah perusahaan lokal dalam sektor industri berbasis

pengetahuan (knowledge-intensive industry) yang melakukan aliansi stratejik dengan perusahaan

asing. Termasuk dalam sektor industri berbasis pengetahuan adalah industri farmasi, kimia,

elektronik, telekomunikasi, otomotif dan perminyakan. Sebagai responden dipilih para eksekutif

puncak dari perusahaan lokal. Sebagaimana Hambrick & Mason (1984) menyatakan bahwa

outcome organisasi baik berupa strategi maupun efektivitas dapat direfleksikan dari persepsi

eksekutif (manager) puncaknya. Demikian juga kualitas informasi dari eksekutif puncak cukup

kaya untuk membangun teori (Tsang, 2002), disamping juga sebagai pembuat keputusan utama

yang menentukan orientasi stratejik perusahaan (Lohrke, Kreiser & Weaver, 2006).

Metode pemilihan sampel dilakukan dengan menerapkan metode pemilihan sukarela atau

”convenient sampling” (Agung, 2004). Hal ini dilakukan mengingat tidak mudah untuk

mendapatkan data primer dari para eksekutif puncak yang pada umumnya sangat sibuk dan

mempunyai waktu yang terbatas. Selain itu juga dilakukan random sampling dengan memilih

perusahaan yang terdaftar dalam Standard Trade & Industry Directory of Indonesia 2004.

Page 45: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

39

Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam penelitian ini terdapat 12 (dua belas) karakteristik perusahaan yang merupakan

variabel laten berdasarkan himpunan variabel terukur (indikator) seperti disajikan dalam tabel 1.

Kedua belas variabel tersebut terdiri dari komplementaritas sumber daya, kompatibilitas operasi,

kompatibilitas budaya, learning intent, receptivity, transparansi, kepercayaan, reciprocity,

komunikasi, ketertarikan, fitness for use dan applicability. Kedua belas variabel tersebut

membentuk empat variabel laten utama yaitu kecocokan mitra, pembelajaran, relational capital

dan kualitas pengetahuan alihan (tabel 1). Sesuai Agung (2004), berhubung penelitian ini

menggunakan variabel berukuran subjektif, dan untuk mempersingkat waktu maka sebagai alat

ukur untuk variabel yang telah ada pengukurannya, dimanfaatkan kuesioner yang telah

dikembangkan oleh para peneliti/ilmuwan lain dengan modifikasi seperlunya sesuai substansi.

Selanjutnya, variabel berukuran subjektif tersebut diukur oleh responden yang kebetulan

terpilih dalam bentuk persepsi terhadap himpunan pernyataan berskala Likert dengan alternatif

jawaban 1 sampai dengan 6, sehingga para responden dapat diklasifikasi secara tepat menjadi

dua kelompok (Agung, 2004). Namun tidak semua instrumen yang dikembangkan oleh peneliti

terdahulu tersedia untuk penelitian ini, sehingga instrumen baru untuk fitness for use dan

applicability dikembangkan sendiri berdasarkan literatur yang ada.

Untuk itu dihitung skor rerata berdasarkan masing-masing himpunan variabel terukur

yang dipakai sebagai nilai/ukuran dari variabel laten yang bersangkutan (contoh: skor

komplementaritas sumber daya dihitung berdasarkan skor rerata dari variabel terukur yang terdiri

dari lima pertanyaan). Berdasarkan skor masing-masing variabel, dipakai nilai batas (cut-off

point) 4 dari rentang 1 sampai 6, sehingga perusahan yang memberi nilai variabel laten lebih

kecil dari 4, dinyatakan sebagai memberikan jawaban ”tidak” terhadap variabel laten tersebut.

Page 46: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

40

Tabel 1. Rangkuman Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Laten

Utama

Variabel Laten Indikator Referensi

Kecocokan

Mitra

Komplementaritas

sumber daya

Lima pertanyaan mencakup tingkat

komplementaritas sumberdaya seperti tingkat

perbedaan, sinergi dan saling menguntungkan.

Sarkar et al. (2001)

Kompatibilitas

operasi

Lima pertanyaan mencakup tingkat kompatibilitas

operasi seperti tingkat kemampuan teknis, prosedur

organisasi, gaya manajemen dan mekanisme operasi.

Sarkar et al. (2001)

Kompatibilitas

budaya

Lima pertanyaan mencakup tingkat kompatibilitas

budaya seperti nilai, norma, filosofi, tujuan dan visi

perusahaan.

Sarkar et al. (2001)

Pembelajaran

Learning intent

Lima pertanyaan mencakup seberapa besar tekad,

peluang pembelajaran dan sarana pengembangan

ide baru.

Simonin (2004);

Wu & Cavusgil (2006)

Receptivity

Lima pertanyaan mencakup tingkat karyawan yang

terlatih, latar belakang akademis, program

pendidikan dan komitmen.

Simonin (2004);

Pak & Park (2004)

Transparansi

Lima pertanyaan mencakup tingkat keterbukaan

dalam hal informasi teknis/pemasaran/strategis serta

komunikasi di lini karyawan.

Norman (2002)

Relational

capital

Kepercayaan

Lima pertanyaan mencakup tingkat kepercayaan

terhadap pengambilan keputusan, perjanjian dan

ketrampilan teknologi.

Norman (2002); Aulakh et

al. (1996);

Mohr & Spekman (1994)

Reciprocity

Lima pertanyaan mencakup komitmen terhadap

keberhasilan, investasi, upaya serta kepedulian

terhadap aliansi.

Muthusamy & White (2005)

Komunikasi

Lima pertanyaan mencakup frekwensi bertukar

informasi, bertatap muka secara informal, dan

ketepatan waktu.

Young-Ybarra & Wiersema

(1999); Paulraj & Chen

(2005)

Ketertarikan

Lima pertanyaan yang merefleksikan keakraban,

hubungan profesionalisme, saling mengisi dan

hormat.

Jacobs (1991); Soetjipto

(2002)

Kualitas

pengetahuan

alihan

Fitness for use

Lima pertanyaan mencakup tingkat akurasi,

pemahaman, aksesibilitas, kredibilitas dan

pendokumentasian.

Dalkir (2005); Norman

(2002)

Applicability Enam pertanyaan mencakup tingkat aplikasi serta

peningkatan kualitas produksi/SDM/ R&D, kinerja

bisnis dan pengembangan ide baru.

Simonin (2004)

Page 47: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

41

Sebelum dilakukan pengukuran ke lapangan dilakukan terlebih dahulu pre-test agar

diketahui sejauh mana kuesioner tersebut dapat diterima serta dimengerti dengan jelas, dan

dipastikan tidak ada permasalahan dalam hal terminologi atau interpretasi terhadap kuesioner

(Yli-Renko et al., 2001; Thietart et al., 2001). Cronbach’s α bervariasi dari nilai tertinggi 0.8802

untuk fitness for use hingga nilai terendah 0.7217 untuk komplementaritas sumber daya.

Proses Pengumpulan Data

Dari 441 perusahaan yang dikirim kuesioner, yang mengembalikan sebanyak 110

perusahaan dan yang valid sebanyak 101 responden terdiri dari sektor industri farmasi (15),

kimia (19), elektronik (24), telekomunikasi (13), otomotif (8) dan perminyakan (22) sehingga

memberikan 23% response rate. Sebagian besar responden (89.1%) merupakan bagian dari TMT

(Top Management Team) yaitu CEO, Vice President, Direktur atau General Manager. Mereka

telah terlibat secara langsung dengan aliansi yang diteliti untuk jangka waktu rata-rata sembilan

tahun, sehingga cukup mempunyai keahlian berkaitan dengan kerjasama tersebut. Ukuran

perusahaan menunjukkan bahwa sekitar 30.7% responden mempekerjakan kurang dari 100 orang

dan 30.7% responden mempekerjakan antara 100 hingga 500 orang. Sisanya sekitar 38.6%

mempunyai karyawan lebih dari 500 orang. Periode aliansi yang dilakukan kurang dari 5 tahun

sebanyak 20.5 % dan lebih dari 10 tahun sebanyak 48.9%. Mayoritas mitra asing aliansi berasal

dari Asia (khususnya Jepang, Korea, China, Singapura) (41.6%) diikuti oleh Amerika (29.7%),

Eropa (19.8%) dan Australia (2%).

Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menyajikan rangkuman statistik

dalam bentuk tabulasi, berdasarkan kelompok-kelompok variabel yang terpilih (Agung, 2004).

Rangkuman hasil analisis tersebut menyajikan rerata (mean), standar deviasi (S.D), nilai

minimum, nilai maksimum, dan frekuensi untuk kedua belas variabel laten. Selain analisis

deskriptif dilakukan juga analisis varians untuk menguji hipotesis tentang perbedaan rerata kedua

Page 48: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

42

belas variabel laten antar ketiga negara mitra aliansi (Amerika, Eropa dan Asia11

) dan analisis

korelasi bivariat untuk mempelajari pengaruh linier dari masing-masing variabel laten terhadap

variabel laten lainnya.

Hasil Penelitian

Selanjutnya analisis deskriptif serta uji hipotesis antar negara mitra dilakukan untuk

mengkaji karakteristik perusahaan yang melakukan aliansi melalui dimensi kecocokan mitra,

pembelajaran, relational capital dan kualitas pengetahuan alihan.

Analisis Berdasarkan Dimensi Kecocokan Mitra

Tabel 2 menyajikan rangkuman statistik untuk ketiga dimensi kecocokan mitra

(komplementaritas sumber daya, kompatibilitas operasi dan kompatibilitas budaya) dan

pengujian hipotesis tentang perbedaan parameter rerata antar ketiga negara mitra aliansi.

Tabel 2. Perbedaan Rerata Dimensi Kecocokan Mitra

Variabel

Negara Asal Mitra Aliansi Frekuensi

≥ 4

(%)

Amerika

(N= 30)

Eropa

(N=20)

Asia

(N=42)

F Sig. Min Maks

Komplementaritas

sumber daya

Mean*)

S.D

Sig.

5.240

.6021

.392

5.200

.4634

.629

5.129

.5316

.386 .681 3.6 6.0 98

Kompatibilitas

operasi

Mean*)

S.D

Sig.

4.393

.7017

.466

4.290

.8620

.891

4.262

.7305

.277 .758 2.2 5.8 67

Kompatibilitas

budaya

Mean*)

S.D

Sig.

5.087

.6678

.601

5.100

.6207

.593

5.005

.6574

.206 .814 3.0 6.0 94

*) Nilai mean diperoleh dengan merata-ratakan skor total kuesioner untuk masing-masing variabel.

11

Negara Australia diabaikan karena ukuran sampel yang hanya dua, sementara ukuran sampel sebaiknya ≥ 5

(Agung, 2006).

Page 49: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

43

Untuk ketiga dimensi kecocokan mitra, walaupun terlihat rerata (mean) skor yang

berbeda antar ketiga negara mitra, namun berdasarkan statistik uji F (p = 0.681; 0.758; 0.814

semuanya > 0.05) perbedaan rerata skor antara ketiga negara asal mitra aliansi tidak signifikan.

Demikian juga berdasarkan statistik uji-t disimpulkan parameter rerata skor Amerika (p = 0.392;

0.466; 0.601) dan Eropa (p = 0.629; 0.891; 0.593) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan

dengan rerata skor Asia. Namun demikian statistik deskriptif kompatibilitas operasi

memperlihatkan frekuensi yang hanya 67% (skor ≥ 4) (tabel 3), dengan dua butir pernyataan

yang mempunyai skor rata-rata kurang dari empat yaitu technical skill dengan rata-rata 3.85

(37.6% dengan skor <4) dan management style dengan rata-rata 3.63 (43.6% dengan skor <4)

sebagaimana disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Kompatibilitas Operasi

a. Technical Skill1 b. Management Style

2

Skor Frequency Percent

Cumulative Percent

Skor Frequency Percent Cumulative

Percent

1 2 2.0 2.0 1 2 2.0 2.0

2 14 13.9 15.8 2 16 15.8 17.8

3 22 21.8 37.6 3 26 25.7 43.6

4 28 27.7 65.3 4 32 31.7 75.2

5 29 28.7 94.1 5 23 22.8 98.0

6 6 5.9 100.0 6 2 2.0 100.0

Total 101 100.0 Total 101 100.0 1

Mean = 3.85 2 Mean = 3.63

Analisis Berdasarkan Dimensi Pembelajaran

Tabel 4 menyajikan rangkuman statistik untuk ketiga dimensi pembelajaran (learning

intent, receptivity, dan transparansi) dan pengujian hipotesis antar ketiga negara mitra aliansi.

Page 50: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

44

Tabel 4. Perbedaan Rerata Dimensi Pembelajaran

Variabel

Negara Asal Mitra Aliansi Frekuensi

≥ 4

(%)

Amerika

(N= 30)

Eropa

(N=20)

Asia

(N=42)

F Sig. Min Maks.

Learning

Intent

Mean*)

S.D

Sig.

5.280

.5108

.341

5.170

.5322

.930

5.157

.5562

.498 .609 3.4 6.0 96

Receptivity

Mean*)

S.D

Sig.

5.200

.4909

.118

4.940

.6621

.398

4.814

.5196

1.291 .280 3.0 6.0 96

Transparansi

Mean*)

S.D

Sig.

4.647

.7385

.258

4.540

.7570

.626

4.438

.7905

.650 .524 2.4 6.0 82

*) Nilai mean diperoleh dengan merata-ratakan skor total kuesioner untuk masing-masing variabel.

Untuk ketiga dimensi kecocokan mitra, walaupun terlihat rerata (mean) skor yang

berbeda antar ketiga negara mitra, namun berdasarkan statistik uji F (p = 0.609; 0.280; 0.524

semuanya > 0.05) perbedaan rerata skor antara ketiga negara asal mitra aliansi tidak signifikan.

Demikian juga berdasarkan statistik uji-t disimpulkan parameter rerata skor Amerika (p = 0.341;

0.118; 0.258) dan Eropa (p = 0.930; 0.398; 0.626) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan

dengan rerata skor Asia.

Analisis Berdasarkan Dimensi Relational Capital

Tabel 5 menyajikan rangkuman statistik untuk keempat dimensi relational capital

(kepercayaan, reciprocity, komunikasi dan ketertarikan) dan pengujian hipotesis antar ketiga

negara mitra aliansi.

Page 51: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

45

Tabel 5. Perbedaan Rerata Dimensi Relational Capital

Variabel

Negara Asal Mitra Aliansi Frekuensi

≥ 4

(%)

Amerika

(N= 30)

Eropa

(N=20)

Asia

(N=42)

F Sig Min Maks.

Kepercayaan

Mean*)

S.D

Sig.

5.187

.6301

.028

5.040

.6636

.250

4.829

.7048

2.548 .084 3.2 6.0 96

Reciprocity

Mean*)

S.D

Sig.

5.153

.5818

.942

4.850

.7536

.077

5.143

.5324

1.912 .154 3.2 6.0 94

Komunikasi

Mean*)

S.D

Sig.

4.767

.6172

.974

4.610

.5999

.337

4.771

.6209

.526 .593 2.6 6.0 94

Ketertarikan

Mean*)

S.D

Sig.

5.100

.6074

.839

4.930

.6530

.377

5.071

.5352

.557 .575 3.4 6.0 96

*) Nilai mean diperoleh dengan merata-ratakan skor total kuesioner untuk masing-masing variabel.

Dari rangkuman statistik tersebut, untuk kepercayaan, Amerika mempunyai rerata skor

tertinggi dan Asia terendah. Berdasarkan statistik uji F (p = 0.084) perbedaan rerata skor antara

ketiga negara mitra aliansi tidak signifikan. Tetapi, berdasarkan statistik uji-t, rerata skor

Amerika (p= 0.028) mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rerata skor Asia sedangkan

rerata skor Eropa (p = 0.250) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rerata skor

Asia.

Selanjutnya, untuk ketiga dimensi lainnya (reciprocity, komunikasi, ketertarikan),

walaupun terlihat rerata (mean) skor yang berbeda antar ketiga negara mitra, namun berdasarkan

statistik uji F (p = 0.154; 0.575; 0.593 semuanya > 0.05) perbedaan rerata skor antara ketiga

negara asal mitra aliansi tidak signifikan. Demikian juga berdasarkan statistik uji-t disimpulkan

parameter rerata skor Amerika (p = 0.942; 0.839; 0.974) dan Eropa (p = 0.077; 0.377; 0.337)

tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rerata skor Asia.

Analisis Berdasarkan Dimensi Kualitas Pengetahuan Alihan

Tabel 6 menyajikan rangkuman statistik untuk kedua dimensi kualitas pengetahuan alihan

(fitness for use dan applicability) dan pengujian hipotesis antar ketiga negara mitra aliansi.

Page 52: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

46

Tabel 6. Perbedaan Rerata Dimensi Kualitas Pengetahuan Alihan

Variabel

Negara Asal Mitra Aliansi

Amerika

(N= 30)

Eropa

(N=20)

Asia

(N=42) F Sig. Min Max

Frekuensi

≥ 4

(%)

Fitness for

Use

Mean*)

S.D

Sig.

4.567

.6305

.181

4.320

.6437

.858

4.352

.6982

1.170 .315 2.0 6.0 80

Applicability

Mean*)

S.D

Sig.

4.410

.6493

.283

4.295

.9350

.706

4.219

.6940

.585 .559 2.0 5.5 75

*) Nilai mean diperoleh dengan merata-ratakan skor total kuesioner untuk masing-masing variabel

Untuk kedua dimensi kualitas pengetahuan alihan, walaupun terdapat rerata skor yang

berbeda antar ketiga negara mitra, namun berdasarkan statistik uji F (p = 0.315; 0.559 keduanya

> 0.05) perbedaan rerata skor antara ketiga negara asal mitra aliansi tidak signifikan. Demikian

juga berdasarkan statistik uji-t disimpulkan parameter rerata skor Amerika (p = 0.181; 0.283) dan

Eropa (p = 0.858; 0.706) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rerata skor Asia.

Selanjutnya, statistik deskriptif applicability menunjukkan frekuensi yang hanya 75%

(skor ≥ 4) (tabel 6), dengan satu butir pernyataan yang menyangkut R&D mempunyai skor

rata-rata 3.96 (32.7% dengan skor <4) (tabel 7a). Butir pernyataan lain yang perlu mendapat

perhatian adalah kemampuan untuk melakukan ide/produk baru (79.1% > 3) (tabel 7b).

Page 53: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

47

Tabel 7. Kemampuan Menerapkan Pengetahuan Alihan

pada R&D dan Ide/Produk Baru

a. R&D1 b. Ide/Produk Baru

2

Skor Frequency Percent

Cumulative

Percent

Skor Frequency Percent

Cumulative

Percent

1 1 1.0 1.0 1 3 3.0 3.0

2 10 9.9 10.9 2 6 5.9 8.9

3 22 21.8 32.7 3 12 11.9 20.8

4 30 29.7 62.4 4 36 35.6 56.4

5 35 34.7 97.0 5 40 39.6 96.0

6 3 3.0 100.0 6 4 4.0 100.0

Total 101 100.0 Total 101 100.0

1Mean = 3.96

2 Mean = 4.15

Analisis Korelasi Bivariat

Korelasi Pearson.

Sebelum melakukan analisis deskriptif, pertama-tama diperiksa korelasi Pearson

(bivariat) antar seluruh dimensi dari variabel karakteristik perusahaan yang terdiri dari

komplementaritas sumber daya, kompatibilitas operasi, kompatibilias budaya, kepercayaan,

reciprocity, komunikasi, ketertarikan, learning intent, receptivity, transparansi, fitness for use

dan applicability sebagaimana disajikan pada Tabel 8.

Page 54: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

48

Tabel 8. Matriks Korelasi Pearsona

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Komplemen.

Sumber daya

2. Kompatibilitas

Operasi .250(*)

.012

3. Kompatibilitas

Budaya .434(**) .556(**)

.000 .000

4. Kepercayaan .358(**) .317(**) .633(**)

.000 .001 .000

5. Reciprocity .442(**) .337(**) .592(**) .548(**)

.000 .001 .000 .000

6. Komunikasi .391(**) .342(**) .624(**) .519(**) .621(**)

.000 .000 .000 .000 .000

7. Ketertarikan .439(**) .430(**) .701(**) .662(**) .664(**) .686(**)

.000 .000 .000 .000 .000 .000

8. Learning

Intent .289(**) .312(**) .337(**) .440(**) .381(**) .295(**) .502(**)

.003 .001 .001 .000 .000 .003 .000

9. Receptivity .363(**) .502(**) .448(**) .384(**) .424(**) .343(**) .345(**) .301(**)

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002

10. Transparansi .371(**) .447(**) .563(**) .663(**) .430(**) .540(**) .628(**) .490(**) .444(**)

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

11. Fit for Use .343(**) .399(**) .329(**) .452(**) .288(**) .347(**) .487(**) .554(**) .379(**) .636(**)

.000 .000 .001 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000

12. Applicability .191 .312(**) .246(*) .344(**) .107 .189 .298(**) .401(**) .336(**) .522(**) .628(**)

.056 .001 .013 .000 .287 .058 .003 .000 .001 .000 .000

a n = 101, tingkat signifikansi tertera di bawah korelasi

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa hampir setiap pasangan

variabel mempunyai koefisien korelasi positif yang signifikan pada α = 0.01 dan 0.05.

Page 55: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

49

Diskusi

Memiliki sumber daya yang saling digabungkan ataupun saling dipertukarkan serta

bersifat komplementaritas dipandang penting oleh perusahaan Indonesia sebagai negara

berkembang yang melakukan aliansi. Artinya perusahaan melakukan link alliance dengan tujuan

utama mencapai sinergi antar mitra dalam penciptaan nilai dan bukan untuk mencapai skala

ekonomi.12

Hal ini mendukung penelitian Shenkar & Li (1999) yang menyimpulkan bahwa

perusahaan lokal dalam beraliansi, cenderung memilih mitra asing dengan pengetahuan yang

bersifat komplementer. Dengan penggabungan sumber daya komplementer tersebut maka

perusahaan lokal dapat memperoleh keunggulan daya saing (Harrison et al., 2001).

Namun demikian penelitian ini mengindikasikan kalau kompatibilitas operasi masih

rendah, terlihat adanya kesenjangan kemampuan teknis (technical skill) yang cukup besar dan

gaya manajemen perusahaan yang berbeda. Walau telah banyak mengalami perubahan, gaya

manajemen lokal bersifat konvensional seperti pengutamaan hirarkhi, otoritas, pengutamaan

keluarga/teman, dan lebih banyak menggunakan intuisi (Widjaja & Yip, 2000). Dalam hal

kompatibilitas budaya perusahaan, walaupun mitra aliansi mempunyai tujuan dan sasaran

individu yang berbeda, terhadap aliansi kedua belah pihak mempunyai sasaran dan tujuan yang

kompatibel sehingga konflik kepentingan dapat terhindarkan. Hal ini menerangkan mengapa

sebagian besar aliansi telah berlangsung relatif lama (lebih dari 5 tahun). Apabila sasaran dan

tujuan tidak kompatibel, maka konflik akan muncul disebabkan oleh perbenturan kepentingan

yang menimbulkan oportunistik dan kurangnya kepercayaan (Sivadas & Dwyer, 2000).

Berkaitan dengan pembelajaran, penelitian ini mengindikasikan kalau perusahaan

Indonesia umumnya mempunyai motivasi dan hasrat (learning intent) yang kuat untuk

mempelajari pengetahuan mitra asing. Sejalan dengan praktik bisnis negara Barat yang lebih

menekankan pengetahuan eksplisit melalui kecakapan analisis dan bentuk konkrit presentasi

visual dan lisan seperti dokumen, manual, dan database komputer (Nonaka & Takeuchi, 1995),

12

Dussage, Garrette & Mitchell (2000) membagi bentuk aliansi menjadi dua macam, pertama yang disebutnya

dengan link alliance dan yang kedua adalah scale alliance. Pada link alliance, perusahaan yang bermitra saling

mengkombinasikan sumber daya dan keahlian yang berbeda dan bersifat komplementer. Sedangkan pada scale

alliance, perusahaan yang bermitra menyumbangkan sumber daya yang sama. Dengan demikian, link alliance

memberikan potensi serta peluang lebih besar terhadap pembelajaran dibandingkan scale alliance.

Page 56: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

50

dijumpai hasrat belajar dengan mitra Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan mitra Asia

(Tabel 5). Prosedur, manual dan percakapan yang umumnya berbahasa Inggris dengan mitra

Amerika, nampaknya lebih memudahkan bagi perusahaan lokal, dibandingkan umpamanya

dengan manual ataupun signal lain yang berbahasa Jepang, Korea atau China.

Berikutnya faktor receptivity penting, sebagaimana dinyatakan oleh Leonard-Barton

(1995) dan Gooderham & Nordhaug (2003) kapasitas untuk menerima akan menentukan tingkat

kapasitas perusahaan dalam mengakuisisi pengetahuan.13

Kemampuan menyerap pengetahuan

yang dialihkan terindikasi cukup tinggi, terlihat mitra lokal memiliki banyak karyawan yang

terlatih, berlatar belakang akademis, serta aktif menyelenggarakan berbagai program pendidikan

dan pelatihan dan menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Selanjutnya dalam penelitian

ini terlihat mitra asing cukup transparan sehingga meningkatkan peluang pembelajaran mitra

lokal. Mitra Amerika terindikasi lebih transparan dari mitra asing lainnya sebagaimana Park &

Ungson (2001) menyatakan Amerika diketahui bersifat lebih transparan dibandingkan Jepang

atau Korea. Uniknya separuh dari mitra lokal yang menyatakan mitra asing tidak transparan,

telah beraliansi lebih dari 5 tahun dan dengan kinerja keuangan perusahaan yang rendah. Sesuai

teori resource dependency, maka berlangsungnya aliansi hingga sedemikian lamanya

kemungkinan disebabkan adanya saling ketergantungan terhadap sumber daya masing-masing.

Berkaitan dengan tingkat kepercayaan (trust), mitra lokal yakin mitra asing akan

mematuhi kerjasama yang telah disepakati (artinya tidak akan bertindak oportunistik) serta yakin

bahwa kebijakan/tindakan mitra asing serta teknologi yang dialihkan akan membawa manfaat

bagi perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu di industri perminyakan, juga didapati

perusahaan Indonesia mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap mitra asing.

(Alamsyah et al., 2006). Namun kepercayaan terhadap mitra Asia lebih rendah dibandingkan

dengan mitra Amerika (lihat Tabel 6). Pengetahuan dari negara Amerika lebih bersifat eksplisit,

dengan manual, standard operating procedure, visi serta objektif yang jelas (Takeuchi &

Nonaka, 2004; Burrows et al., 2005). Hal tersebut berakibat perilaku oportunistik dapat

13

Leonard-Barton (1995) dan Gooderham & Nordhaug (2003) membagi empat kapasitas (in-transfer capacity)

perusahaan dalam mengakuisisi pengetahuan yang terdiri dari level 1 sampai dengan level 4.

Page 57: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

51

dihindarkan karena sesuatunya jelas serta mudah dipahami bahkan tanpa kontrak sekalipun, yang

berdampak tingginya tingkat kepercayaan kepada mitra dari Amerika.

Sebaliknya pengetahuan dari Asia lebih bersifat tacit (Takeuchi & Nonaka, 2004),

sehingga peluang untuk bertindak oportunistik cukup besar. Untuk mengatasinya perlu ada

kontrak yang jelas. Namun dengan keterbatasan manusia (bounded rationality), tidak mungkin

membuat kontrak yang sangat lengkap (Williamson, 2001) sehingga perlunya monitoring atau

kontrol yang lebih ketat. Hal ini yang menyebabkan tingkat kepercayaan perusahaan lokal

terhadap negara Asia lebih rendah dibandingkan Amerika. Karena apabila perusahaan melihat

adanya perilaku oportunis dari mitra, persepsi tersebut akan menurunkan tingkat kepercayaan

(Young-Ybarra & Wiersema, 1999).

Hal di atas juga dapat diterangkan melalui pembagian masyarakat dunia menjadi

individualist dan collectivist (Hofstede, 1991). Termasuk dalam masyarakat individualist

umumnya Amerika dan Eropa. Sedangkan Asia yang dalam penelitian ini diwakili oleh Jepang,

Korea dan China merupakan masyarakat collectivist (Hofstede, 1991), dimana masyarakat

kolektif mempunyai perilaku yang kurang percaya terhadap kelompok di luar anggota kelompok

mereka sendiri (Zaheer & Zaheer, 2006). Hal ini membuat hubungan saling percaya dengan

mitra luar menjadi lebih sulit. Sebaliknya Amerika yang merupakan masyarakat individu lebih

mudah membina saling percaya dengan mitra luarnya (Huff & Kelley, 2003). Faktor lain yang

cukup beralasan adalah pendapat umum di masyarakat kalau orang kulit putih (Amerika)

dianggap jauh lebih mampu dari orang kulit berwarna (Asia) yang menyebabkan tingkat

kepercayaan yang tinggi terhadap orang Barat. Temuan ini mendukung penelitian terdahulu yang

menyatakan bahwa tingkat kepercayaan terhadap Jepang (Holtbrugge, 2004), Asia (Zaheer &

Zaheer, 2006) serta China dan Korea rendah (Anonymous, 2006).

Reciprocity atau saling berkomitmen menjadi persyaratan dasar untuk keberhasilan

aliansi (Aulakh et al., 1996), sebagaimana juga perusahaan Indonesia memandang mitra asing

(dan mitra lokal itu sendiri) memiliki komitmen yang tinggi terhadap kelangsungan serta

keberhasilan aliansi. Komitmen yang tinggi ini akan menghindari terjadinya konflik dan

kontinuitas aliansi terjaga (Soetjipto, 2003), yang juga merupakan salah satu alasan dapat

berlangsung lamanya aliansi perusahaan Indonesia dengan mitra asingnya. Komunikasi intensif

dalam industri berbasis pengetahuan sangat diperlukan mengingat pengetahuan yang umumnya

Page 58: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

52

cukup kompleks, spesifik dan tacit, melalui kontak personal, tatap muka dan informal (Yao &

Murphy, 2005). Dalam hal ini, umumnya perusahaan Indonesia menjalin komunikasi yang baik

dengan mitra asingnya. Meskipun menurut teori social exchange tingkat dan kualitas komunikasi

antar mitra aliansi berhubungan positif dengan tingkat kepercayaan (Young-Ybarra & Wiersma,

1999), namun penelitian ini mengindikasikan tingkat komunikasi justru lebih tinggi dengan mitra

Asia dibandingkan dengan mitra negara Amerika. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat

Asia (contoh Jepang) yang lebih suka berdiskusi (Park & Ungson, 2001) dan lebih sering

melakukan interaksi (Nonaka & Takeuchi, 1995).

Ketertarikan merupakan kekuatan yang akan merangsang orang untuk berinteraksi (Blau,

1964) dan menentukan apakah kedua pihak termotivasi untuk memelihara hubungan (Harris,

O’Malley & Patterson, 2003). Adanya ketertarikan tersebut membuat perusahaan Indonesia

menjalin hubungan yang akrab dan bersifat profesional serta hormat terhadap mitra asingnya,

sekaligus mendukung asumsi penelitian ini bahwa hubungan perusahaan Indonesia dengan mitra

asingnya dalam hal pengalihan teknologi adalah hubungan lebih bersifat teacher-student.

Berkaitan dengan kualitas pengetahuan alihan, terindikasi tidak semua pengetahuan yang

dialihkan tersebut cocok (fit for use). Hal ini diduga karena technological know-how yang

dialihkan bersifat tacit, sementara kemampuan sebagian mitra lokal masih terbatas pada

pengetahuan eksplisit. Jadi pengetahuan tacit tersebut belum bisa diserap ataupun dimanfaatkan

seluruhnya, sebagaimana dinyatakan oleh Akyuz (2003) bahwa umumnya alih pengetahuan ke

negara berkembang terbatas pada tahap perakitan saja. Meskipun pengetahuan teknologi

umumnya sarat dengan kompleksitas, spesifisitas dan tacit, namun kemampuan negara

berkembang dalam alih teknologi sebagaimana studi Gooderham & Nordhaug (2003) dan

Leonard-Barton (1995) pada umumnya masih sebatas eksplisit saja (level 1 atau level 2).

Dalam hal penerapan pengetahuan yang dialihkan (applicability), teridentifikasi banyak

perusahaan Indonesia yang belum mampu meningkatkan kualitas R&D (lihat Tabel 8a). Hal ini

terjadi karena adanya kesenjangan yang cukup besar dalam kemampuan teknis sebagaimana

temuan dalam penelitian ini, dan pada lingkup yang lebih luas, kemampuan negara berkembang

termasuk Indonesia masih rendah untuk menerima pengetahuan bersifat tacit, dan belum mampu

untuk mencapai tingkat 3 atau 4 sebagaimana tingkat kemampuan alih pengetahuan dari

Leonard-Barton (1995). Namun demikian, terdapat juga mitra lokal (Tabel 8b) yang telah

Page 59: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

53

mampu mengembangkan ide/produk baru, yang mencerminkan kemampuan melakukan inovasi.

Jadi, walaupun pada umumnya negara berkembang baru terbatas pada level 1 dalam kemampuan

alih pengetahuannya (Gooderham & Nordhaug, 2003), namun berdasarkan temuan penelitian ini,

terdapat perusahaan-perusahaan yang telah mampu mencapai level 2 menuju ke level 3.14

Kesimpulan

Sebagaimana yang lazim dilakukan oleh kerjasama aliansi antar negara berkembang

dengan negara maju (Shenkar & Li, 1999), perusahaan Indonesia lebih memilih melakukan

aliansi yang bersifat link alliances dengan tujuan mencapai sinergi. Namun terdapat kesenjangan

kemampuan teknis yang cukup besar antara karyawan lokal dengan mitra asing. Demikian juga

terdapat gaya manajemen yang berbeda. Berdasarkan kelompok perusahaan yang diobservasi,

perusahaan Indonesia memandang mitra asing dari Amerika sebagai mitra yang paling dapat

dipercaya, sebaliknya tingkat kepercayaan terhadap mitra dari negara Asia lebih rendah.

Walaupun merupakan negara berkembang yang kemampuan alih pengetahuan tacit masih

terbatas, sebagaimana terlihat R&D yang masih lemah, namun sebagian perusahaan Indonesia

telah mampu meningkatkan kapabilitasnya dalam melakukan inovasi.

Implikasi

Penelitian ini memberikan implikasi teoritis pentingnya mengkaji berbagai karakteristik

perusahaan yang melakukan aliansi stratejik yaitu kecocokan mitra (struktur), pembelajaran dan

relational capital (proses) serta kualitas pengetahuan alihan (outcome) secara bersama-sama.

Temuan ini memperkuat penelitian Taylor (2005) yang mencoba mengkaji mana yang lebih

penting struktur atau proses aliansi dalam pencapaian kinerja perusahaan.

Kesenjangan technical skill antara mitra lokal dengan mitra asing akan mempengaruhi

tingkat pembelajaran, khususnya kemampuan untuk menyerap pengetahuan yang dialihkan, dan

14

Hal ini tentunya didukung oleh upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

dengan meningkatkan investasi barang modal dan teknologi tinggi serta lebih terbuka terhadap masuknya

investasi asing dan pekerja asing untuk bekerja pada perusahaan lokal (Widjaja & Yip, 2000).

Page 60: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

54

berdampak terhadap kualitas pengetahuan alihan. Untuk mengatasi hal tersebut, selain merekrut

karyawan muda yang berpendidikan akademis, perlu pula pengrekruitan senior staff yang

berkualitas. Karyawan yang potensial haruslah diberikan berbagai pendidikan tambahan atau

pelatihan. Di samping itu diupayakan mengurangi turnover karyawan khususnya yang telah

terlatih. Selain itu penting sejak awal sebelum melakukan aliansi untuk memeriksa secara

seksama kecocokan mitra (melakukan due dilligence) yaitu komplementaritas sumber daya,

kompatibilitas operasi, dan kompatibilitas budaya. Kecocokan mitra ini sangat berguna untuk

mengatasi ataupun mengurangi berbagai permasalahan seperti perselisihan/kesalahpahaman yang

mungkin timbul dalam perjalanan aliansi seperti sasaran (goal) yang bertentangan.

Penelitian ini menunjukkan pentingnya memelihara kepercayaan dengan mitra aliansi

sebagai faktor keberhasilan. Kepercayaan akan berfungsi untuk mengurangi transaction cost

antara lain dengan mengurangi kontrol serta penulisan kontrak yang sangat rinci, dan akan dapat

mencegah tindakan untuk kepentingan diri sendiri (opportunis). Dengan adanya saling percaya,

iklim pembelajaran akan menjadi kondusif dan efektif. Melalui kepercayaan, mitra asing akan

bersedia untuk mengalihkan dan berbagi pengetahuan tanpa ada kekhawatiran terhadap tindakan

opportunis. Berhubung kepercayaan dibangun melalui interaksi dengan mitra secara terus

menerus, maka penting di awal aliansi untuk memilih mitra yang mempunyai reputasi baik.

Dengan adanya kepercayaan, maka transparansi mitra asing akan meningkat sehingga

meningkatkan peluang pembelajaran mitra lokal. Tanpa adanya transparansi dari mitra asing

(ataupun tingkat transparansi rendah), sulit bagi mitra lokal untuk mendapatkan akses

kepengetahuan. Perusahaan yang mempunyai kepercayaan terhadap mitranya akan lebih

transparan. Hal ini didasari tidak adanya kekhawatiran bahwa mitra akan bertindak oportunis,

sehingga mitra asing akan lebih berkenan untuk membagi pengetahuan terutama yang bersifat

tacit mengingat pengetahuan tacit hanya dapat dialihkan melalui interaksi serta hubungan yang

harmonis. Disamping itu juga terdapat kondisi reciprocal, kalau mitra asing lebih transparan

maka mitra lokal juga akan semakin lebih percaya kepada mitra asingnya yang telah bersedia

memberikan akses sedemikian luas ke dalam pengetahuannya. Dengan demikian, sebagaimana

Cohen & Prusak (2001) menyebutnya kepercayaan membangun kepercayaan.

Page 61: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

55

Keterbatasan dan Penelitian Mendatang

Keterbatasan penelitian ini adalah bersifat nodal dengan hanya mengkaji sisi mitra lokal

(satu arah) dan tidak mengkaji secara dyadic (dua arah) untuk mendapatkan pandangan mitra

asing terhadap aliansi. Selain itu, kuesioner yang dalam penelitian ini hanya menggunakan

persepsi satu responden untuk setiap perusahaan yang terdiri dari CEO atau TMT (top

management team), bisa menimbulkan resiko bias terhadap persepsi tersebut. Oleh karenanya,

untuk penelitian mendatang penelitian bersifat dua arah (dyadic) perlu dilakukan agar dapat

dikaji persepsi kedua belah pihak yang melakukan aliansi, serta menggunakan responden pada

tingkat yang lebih rendah dan yang terlibat langsung dengan kegiatan alih pengetahuan serta

aliansi, dengan jumlah lebih dari satu untuk setiap perusahaan agar didapatkan hasil yang lebih

relevan dan mengurangi resiko bias.

Daftar Pustaka

Agung, I. G. N. (2004), Manajemen penulisan skripsi, tesis dan disertasi: Kiat-kiat untuk

mempersingkat waktu penulisan karya ilmiah yang bermutu, Bahan kuliah S3 Universitas

Indonesia.

Agung, I. G. N. (2006), Statistika penerapan model rerata-sel multivariat dan model

ekonometri dengan SPSS. Yayasan SAD Satria Bhakti, Jakarta.

Akyuz, Y. (2003), Developing Countries and World Trade, Unctad, Switzerland.

Alamsyah, C., Supratikno, H., & Wijanto, S. H. (2006), Peranan ambiguity dalam proses alih

pengetahuan melalui aliansi stratejik: Studi empiris di Indonesia, Journal Ekonomi & Bisnis

Indonesia, 21(2), 156-174.

Alavi, M., & Leidner, D. E. (2001), Review: Knowledge management and knowledge

management systems: Conceptual foundations and research issues, MIS Quarterly, 25(1), 107-

136.

Amit, R., & Schoemaker, P. J. H. (1993), Strategic assets and organizational rent, Strategic

Management Journal, 14, 33-46.

Anonymous. (2006), Trust across border, PRweek, 9(14).

Page 62: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

56

Aulakh, P. S., Kotabe, M., & Sahay, A. (1996), Trust and performance in cross-border

marketing partnerships: A behavioral approach, Journal of International Business Studies, 27(5),

1005-1032.

Becker, M. C., & Knudsen, M. P. (2006), Intra and inter-organizational knowledge transfer

processes: identifying the missing links, DRUID Working Paper No. 06-32.

Blau, P. M. (1964), Exchange and power in social life, New York: John Wiley & Sons, Inc.

Burrows, G. R., Drummond, D. L., & Martinsons, M. G. (2005), Knowledge management in

China, Communication of the ACM, 48(4), 73-76.

Carlile, P. R. (2004), Transferring, translating, and transforming: An integrative framework for

managing knowledge across boundaries, Organization Science, 15(5), 555-568.

Chen, L - Y. (2006), Effect of knowledge sharing to organizational marketing effectiveness in

large accounting firms that are strategically aligned, Journal of American Academy of Business,

Cambridge, 9(1), 176-182.

Chiva, R., & Alegre, J. (2005), Organizational learning and organizational knowledge. Towards

the integration of two approaches, Management Learning, 36(1), 49-68.

Cohen, W. M., & Levinthal, D. A. (1990), Absorptive capacity: A new perspective on learning

and innovation, Administrative Science Quarterly, 35(1), 128-152.

Cohen, D., & Prusak, L. (2001), In good company: How social capital makes organizations

work, Boston: Harvard Business School Press.

Crossan, M. M., & Inkpen, A. C. (1995), The subtle art of learning through alliances, Business

Quarterly Winter, 69-78.

Daghfous, A. (2004), Knowledge management as an organizational innovation: An absorptive

capacity perspective and a case study, International Journal Innovation and Learning, 1(4), 409-

422.

Dalkir, K. (2005), Knowledge management in theory and practice, Burlington, USA: Elsevier

Butterworth-Heinemann.

Davenport, T. H., & Prusak, L. (1998), Working knowledge, How organizations manage what

they know, Boston: Harvard Business School Press.

De Pablos, P. O. (2004), Knowledge flow transfers in multinational corporations: knowledge

properties and implications for management, Journal of Knowledge Management, 8(6), 105-116.

Page 63: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

57

Doz, Y. L., & Hamel, G. (1998), Alliance advantage: The art of creating value through

partnering, Harvard Business School Press.

Dussauge, P., Garrette, B., & Mitchell, W. (2000), Learning from competing partners: Outcomes

and durations of scale and link alliances in Europe, North America and Asia, Strategic

Management Journal, 21(2), 99-126.

Ford, D. P. (2002), Trust and Knowledge Management.

Http://business.queensu,ca/kbe/consortium2002/TrustAndKM.pdf.

Gelfand, M. J., Major, V. S., Raver, J. L., Nishii, L. H., & O’Brien, K. (2006), Negotiating

relationally: The dynamics of the relational self in negotiations, Academy of Management

Review, 31(2), 427-451.

Gooderham, P. N., & Nordhaug, O. (2003), International management: Cross-Boundary

Challenges, USA: Blackwell Publishing.

Hambrick, D. C., & Mason, P. A. (1984), Upper echelons: The organization as a reflection of its

top managers, Academy of Management Review, 9(2), 193-206.

Hamel, G. (1991), Competition for competence and inter partner learning within international

strategic alliances, Strategic Management Journal, 12, 83-103.

Harris, L. C., O’Malley, L., & Patterson, M. (2003), Professional interaction: exploring the

concept of attraction, Marketing Theory, 3(1), 9-36.

Harrison, J. S., Hitt, M. A., Hoskisson, R. E., & Ireland, R. D. (2001), Resource

complementarity in business combinations: extending the logic to organizational alliances,

Journal of Management, 27, 679-690.

Hitt, M. A., Hoskisson, R. E., & Ireland, R. D. (2007), Management of strategy, concepts and

cases, China: Thomson South-Western.

Hitt, M. A., Ireland, R. D., & Harrison, J. S. (2001), Mergers and acquitions: a value creating or

value destroying strategy? In Hitt, M.A., Freeman, R. E., & Harrison, J. S (Ed.), Blackwell

Handbook of Strategic Management, Oxford, U.K.: Blackwell Pubishers, 384-408.

Hitt, M. A., Lee, H., & Yucel, E. (2002), The importance of social capital to the management of

multinational enterprises: relational networks among Asian and Western firms, Asia Pacific

Journal of Management, 19, 353-372.

Hofstede, G. (1991), Cultures and organizations: software of the mind, London, McGraw-Hill.

Page 64: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

58

Holtbrugge, D. (2004), Management of international strategic business cooperation: Situational

conditions, performance criteria and success factor, Thunderbird International Business

Review.

Huff, L., & Kelley, L. (2003), Levels of organizational trust in individualist versus collectivist

societies: A seven-nation study, Organization Science, 14(1), 81-90.

Inkpen, A. C. (2000a), A note on the dynamic of learning alliances: competition, cooperation

and relative scope, Strategic Management Journal, 21(7), 775-779.

Inkpen, A. C. (2000b), Learning through Joint Venture: A framework of knowledge acquisition,

Journal of Management Studies, 37(7), 1019-1043.

Inkpen, A. C., & Currall, S. C. (2004), The coevolution of trust, control, and learning in joint

ventures, Organization Science, 15(5), 586-599.

Inkpen, A. C., & Dinur, A. (1998a), Knowledge management processes and international joint

ventures, Organization Science, 9(4), 454-468.

Jacobs, R. S. (1991), Understanding marketing relationships: The role of self - disclosure

reciprocity in buyer - seller interactions, Doctoral Dissertation, Arizona State University, 1991.

Juran, J. M. (1992), Juran on quality by design, New York: The Free Press.

Kale, P., Dyer, J. H., & Singh, H. (2002), Alliance capability, stock market response, and long-

term alliance success: The role of the alliance function, Strategic Management Journal, 23, 747-

767.

Kale, P., Singh, H., & Perlmutter, H. (2000), Learning and protection of proprietary assets in

strategic alliances: Building relational capital, Strategic Management Journal, 21, 217-237.

Kauser, S., & Shaw, V. (2004), The influence of behavioral and organizational characteristics

on the strategic alliances, International Marketing Review, 21(1), 17-52.

Khanna, T., Gulati, R., & Nohria, N. (1998), The dynamics of learning alliances: Competition,

cooperation, and relative scope, Strategic Management Journal, 19(3), 193-210.

Klint, M. B. & Sjoberg, U. (2003), Towards a comprehensive SCP-model for analyzing strategic

neworks/alliances, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management,

33(5), 408-426.

Kogut, B., & Zander, U. (1995), Knowledge, market failure and the multinational enterprise: A

reply , Journal of International Business Studies, 26(2), 417-426.

Lam, M. D. (2004), Why alliances fail, Pharmaceutical Executive, 24(6), 56-66.

Page 65: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

59

Larsson, R., Bengtsson, L., Henriksson, K., & Sparks, J. (1998), The interorganizational learning

dilemma: Collective knowledge development in strategic alliances, Organization Science, 9(3),

286-301.

Leonard-Barton, D. (1995), Wellsprings of knowledge, Building and sustaining the sources of

innovation, Boston: Harvard Business School Press.

Lubatkin, M., Florin, J., & Lane, P. (2001), Learning together and apart: A model of reciprocal

interfirm learning, Human Relations, 54(10), 1353-1382.

Lyles, M. A., & Salk, J. E. (1996), Knowledge acquisition from foreign partners in international

joint ventures: An empirical examination in the Hungarian context, Journal of International

Business Studies, 27(5), 877-904.

Mohr, J., & Spekman, R. (1994), Characteristics of partnership success: partnership attributes,

communication behavior, and conflict resolution techniques, Strategic Management Journal, 15,

135-152.

Murray, J. Y. (2001), Strategic alliance-based global sourcing strategy for competitive

advantage: A conceptual framework and research propositions, Journal of International

Marketing, 9(4), 30-58.

Murray, S. R. (2003), A quantitative examination to determine if knowledge sharing activities

given the appropriate media richness, lead to knowledge transfer and if implementation factors

influence the use of these knowledge sharing activities, Doctoral dissertation, Mississippi State

University.

Muthusamy, S. K., & White, K. M. (2005), Learning and knowledge transfer in strategic

alliances: a social exchange view, Organization Studies, 26(3), 415-441.

Nahapiet, J., Gratton, L., & Rocha, H. O. (2005), Knowledge and relationships: when

cooperation is the norm, European Management Review, 2, 3-14.

Nielsen, B. B. (2001), Trust and learning in international strategic alliances, Working Paper 8.

Nonaka, I., & Takeuchi, H. (1995), The knowledge-creating company, New York: Oxford

University Press, Inc.

Norman, P. M. (2002), Protecting knowledge in strategic alliances: Resource and relational

characteristics, Jurnal of High Technology Management Research, 13, 177-202.

Pak, Y. S., & Park, Y. (2004), A framework of knowledge transfer in cross-border joint

ventures: An empirical test of the Korean context, Management International Review, 44, 417-

434.

Page 66: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

60

Park, S. H., & Ungson, G. R. (2001), Interfirm rivalry and managerial complexity: A conceptual

framework of alliance failure, Organization Science, 12(1), 37-53.

Parkhe, A. (1991), Interfirm diversity, organizational learning, and longevity in global strategic

alliances, Journal of International Business Studies, 22, 579-601.

Paulraj, A., & Chen, I. J. (2005), Strategic supply management and dyadic quality performance:

A path analytical model, Journal of Supply Chain Management, 41(3), 4-18.

Popper, M., & Lipshitz, R. (2000), Organizational learning: mechanisms, culture, and feasibility,

Management Learning, 31(2), 181-196.

Pawson, R., Boaz, A., Grayson, L., Long, A., & Barnes, C. (2003), Types and quality of

knowledge in social care, UK: The Policy Press.

Prahalad, C. K., & Bettis, R. A. (1986), The dominant logic: A new linkage between diversity

and performance, Strategic Management Journal, 7(6), 485-501.

Reid, D., Bussiere, D., & Greenaway, K. (2001), Alliance formation issues for knowledge-based

enterprises, International Journal of Management Reviews, 3(1), 79-100.

Ring & Van de Ven. (1992), Structuring cooperative relationships between organizations,

Strategic Management Journal, 13(7), 483-498.

Sarkar, M. B., Echambadi, R., Cavusgil, S. T., & Aulakh, P. S. (2001), The influence of

complementarity, compatibility, and relationship capital on alliance performance, Academy of

Marketing Science Journal, 29(4), 358-373.

Saxton, T. (1997), The effects of partner and the relationship characteristics on alliance

outcomes, Academy of Management Journal, 40: 443-461.

Shenkar, O., & Li, J. (1999), Knowledge search in international coperative ventures,

Organization Science, 10(2), 134-143.

Simonin, B. L. (2004), An empirical investigation of the process of knowledge transfer in

international strategic alliances, Journal of International Business Studies, 35, 407-428.

Sivadas, E., & Dwyer, F. R. (2000), An examination of organizational factors influencing new

product success in internal and alliance-based processes, Journal of Marketing, 64(1), 31-49.

Soetjipto, B. W. (2003), The dynamics of power in strategic alliances, Dalam kumpulan artikel

mata kuliah organization theory, S3 Universitas Indonesia.

Page 67: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

61

Soetjipto, B. W. (2002), Downward influence in leader-member relationships, Doctoral

dissertation, Cleveland State University.

Sucahyo, D., Scheela, W., & Huseini, M. (2005), Do strategic alliances sustain competitiveness

for pharmaceutical firms in Asia? Jurnal Manajemen Indonesia, II (1), 29-47.

Szulanski, G. (1996), Exploring internal stickiness: impediments to the transfer of best practice

within the firm, Strategic Management Journal, 17, 27-43.

Takeuchi, H., & Nonaka, I. (2004), Knowledge creation and dialectics. In Takeuchi, H., &

Nonaka, I (Ed.), Hitotsubashi on knowledge management, USA: John Wiley & Sons.

Thietart, R. (2001), Doing management research. A comprehensive guide, London, UK: SAGE

Publication Ltd.

Tsai, W. (2001), Knowledge transfer in intraorganizational networks: effect of network position

and absorptive capacity on business unit innovation and performance, Academy of Management

Journal, 44(5), 996-1004.

Tsang, E. W. K. (2002b), Sharing international joint venturing experience: a study of some key

determinants, Management International Review, 42, 183-205.

Wahyuni, S. (2003), Strategic alliance development. A study on alliances between competing

firms, Doctoral dissertation Rijksuniversiteit Groningen.

Westphal, T. G., & Shaw, V. (2005), Knowledge transfers in acquisitions – An exploratory study

and model, Management International Review, 2, 75 -100.

Widjaja, A., & Yip, G. S. (2000), Indonesia- finding ways to take off. In Yip, G. S (Ed.), Asian

advantage, Key strategies for winning in the Asia-Pacific region, UK: Perseus Books.

Williamson, O.E. (2001), Transaction-cost economics: the governance of contractual relations.

In Buckley, P. J., & Michie, J (Ed.), Firms organizations and contracts, UK: Oxford University

Press.

Wu, F., & Cavusgil, S. T. (2006), Organizational learning, commitment, and joint value creation

in interfirm relationships, Journal of Business Research, 59, 81-89.

Yao, Y., & Murphy, L. (2005), A state-transition approach to application service provider client-

vendor relationship development, Database for Advances in Information Systems, 36(3), 8-25.

Yin, E., & Bao, Y. (2006), The acquisition of tacit knowledge in China: An empirical analysis of

the ‘supplier-side individual level’ and ‘recepient-side’ factors, Management International

Review, 46(3), 327-348.

Page 68: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

62

Yli-Renko, H., Autio, E., & Sapienza, H. J. (2001), Social capital, knowledge acquisition, and

knowledge exploitation in young technology-based firms, Strategic Management Journal,

22(6/7), 587-613.

Yoshino, M. Y., & Rangan, U. S. (1995), Strategic alliances: An entrepreneurial approach to

globalization, Boston: Harvard Business School Press.

Young-Ybarra & Wiersma. (1999), Strategic flexibility in information technology alliances:

The influence of transaction cost economics and social exchange theory, Organization Science,

10(4), 439-459.

Zaheer, S., & Zaheer, A. (2006), Trust across borders, Journal of International Business Studies,

37, 21-9.

Page 69: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

63

Net Interest Margin: Bank Publik di Indonesia

Adler Haymans Manurung

dan

Anugraha Dezmercoledi

Sampoerna School of Business

This paper has objective to explore the net interest margin and its determinants for

Public company has listed in BEI. Panel Data used to explore determinan net interest margin

which data period is 2007 to 2011. This paper found that ratio BOPO, market power and size

significantly affected net interest margin, which BOPO and market power has positive

relationship with net interest margin and size has negative relationship.

Keywords: Net Interet Margin, Market Power, BOPO, Loan to deposits ratio, Non performing

loan; size, data panel.

Page 70: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

64

Net Interest Margin: Bank Publik di Indonesia

Pendahuluan

Bank Sentral (Bank Indonesia) menetapkan bunga SBI pada bulan September tetap pada

tingkat bunga sebesar 5,75 persen. Artinya, bunga SBI pada bulan Oktober tidak berubah dari

bunga SBI sebelumnya yang ditetapkan sebesar 5,75 persen. Tidak adanya perubahan tingkat

bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan berpengaruh terhadap tingkat bunga yang

ditetapkan oleh bank-bank sebagai pelaksana atau intermediary institution di perekonomian

nasional. Biasanya penurunan atau kenaikan tingkat bunga SBI akan berpengaruh terhadap

tingkat bunga tabungan dan pinjaman pada perbankan. Tingkat bunga yang ditentukan Bank

Indonesia melalui SBI menjadi salah satu faktor yang menentukan perbankan untuk menentukan

tingkat bunganya.

Pada sisi lain, Bank Indonesia juga meminta kepada bank-bank untuk mengumumkan

tingkat bunga yang diberikan kepada konsumen baik itu tingkat bunga tabungan dan juga tingkat

bunga pinjaman. Transparansi atas tingkat bunga yang diminta oleh Bank Indonesia menjadi

sebuah fenomena terbaru pada perbankan nasional. Adanya transparansi tingkat bunga ini

membuat bank harus jelas menentukan tingkat bunganya. Penentuan tingkat bunga tersebut juga

akan memasukkan penentuan net interest margin. Walaupun Bank bisa melakukan pengenaan fee

atas transaksi yang dilakukan investor di bank.

Salah satu variabel yang sering digunakan bank untuk menentukan net interest margin

bank yang bersangkutan yaitu besarnya pinjaman yang diberikan oleh bank tersebut. Bila

pinjaman yang diberikan kepada konsumen seluruha dana yang didapatkan maka net interest

margin bisa lebih kecil, tetapi bank juga harus memikirkan risiko pinjaman yang diberikan.

Penelitian mengenai net interest margin ini cukup bervariasi yang telah dilakukan,

misalnya Saunders dan Schumacher (2000); Afanasieff dkk (2002); Doliente (2003); Ben-Ameur

dkk (2006); Gambacorta (2008); Ozdemir (2009); Dia dan Giuliodori (2009); Khawaja (2011);

Sharma dan Gounder (2011); Nasab dan Roomi (2012); Saad dan El-Moussawi (2012); dan

Hamadi dan Awdeh (2012). Penelitian tersebut merupakan penelitian yang dilakukan diluar

Indonesia. Sementara penelitian di Indonesia seperti Sidabalok dan Viverita (2011). Artinya

masih terbatasnya penelitian mengenai penentuan net interest margin di Indonesia.

Page 71: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

65

Sangat terbatasnya penelitian mengenai net interest margin di Indonesia membuat sebuah

alasan dilakukannya penelitian ini. Adanya penelitian ini memberikan masukan kepada

perbankan di Indonesia dan juga regulator dalam rangka menentukan net interest margin. Oleh

karenanya, penelitian ini sangat berguna bagi semua pihak dalam kerangka memahami

penentuan tingkat bunga.

Tujuan Penelitian

Paper ini mencoba membahas sebagai berikut:

1. Mempelajari Net Interest Margin untuk perusahaan publik di BEI

2. Mempelajari determinan net interest margin perusahaan publik di BEI

Tinjauan Teori

Determinan margin bunga bersih dapat diketahui melalui dua pendekatan yaitu

pendekatan tradisional dan pendekatan modern. Pendekatan tradisional dilihat dari variabel yang

mempengaruhi margin bunga bersih dan bisa dilakukan dengan memperhatikan neraca

perusahaan. Sementar pendekatan modern dengan memperhatikan permintan dan penawaran

tingkat bunga yang didekati dengan struktur mikro dari bank tersebut.

Net interest margin merupakan selisih antara bunga yang diperoleh (interest income)

dengan bunga yang dibayarkan (interest expense) dimana dibuat persamaanya sebagai berikut:

DiLrni ** −= (1)

dimana

ni = net interest

L = pinjaman yang diberikan

D = deposits

E = ekuitas

r = tingkat bunga pinjaman yang diberikan kepada nasabah

i = bunga yang dibayarkan kepada pihak ketiga.

Page 72: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

66

Selanjutnya, L = D + E , dan umumnya jumlah L merupakan persentase dari (D+E) dikarenakan

adanya tuntutan cadangan dari Bank Sentral, maka persamaan (1) dapat ditulis kembali menjadi

sebagai berikut:

[ ] DiEDrni *)(*)1(* −+−= α (2)

[ ] DirErni **)1(*)1(* −−+−= αα (3)

Jika persamaan (3) diturunkan pada turunan pertama terhadap D, maka diperoleh sbb:

irD

ni−−=

∂*)1( α (4)

Bila turunan pertama sama dengan nol maka terjadi nilai r sebagai berikut:

)1( α−

=i

r (5)

Persamaan (5) memberikan arti bahwa bank bisa menarik atau mengumpulkan dana pihak ketiga

sebanyak-banyaknya bila tingkat bunga yang dikenakan pada pinjaman merupakan hasil bagi

dari tingkat nybunga yang diberikan kepada dana pihak ketiga dengan rasio dana yang bisa

dipinjamkan.

Ho dan Saunders (1981) mengemukakan determinan margin bunga bank dengan pendekatan bid-

ask spread dimana modelnya sebagai berikut:

QRbas I

2

2

β

α+=+=

dimana

β

α= mengukur kekuatan pasar (market power)

Page 73: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

67

R = bank risk aversion

2

Iσ =varians dari tingkat bunga deposit dan pinjaman

Q = size transaksi bank.

Teori Ho dan Saunders ini menjadi dasar penelitian bagi akademis dalam membuat model

margin bunga bank.

Penelitian Sebelumnya

Dalam kerangka pembahasan penelitian net interest margin maka perlu dipahami

penelitian sebelumnya dan sekaligus mempelajari peubah yang dipergunakan untuk menentukan

net interest margin. Penelitian mengenai net interest margin telah banyak dilakukan dan sangat

bervariasi dan sangat sedikit yang dilakukan di Indonesia. Angbazo (1997) melakukan

penelitian menenai margin bunga bersih bank, risiko default, risiko tingkat bunga dan off-

balance sheet. Penelitian ini menggunakan data periode tahun 1989 sampai dengan tahun 1993.

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa margin bunga bersih dipengaruhi risiko default

tetapi tidak dengan risiko tingkat bunga dimana konsisten dengan besarnya konsentrasi pada aset

jangka pendek dan instrument pelindung nilai yang dicatat pada neraca yang terpisah (off-

balance sheet). Bank regional sangat sensitif terhadap risiko tingkat bunga tetapi tidak pada

risiko default.

Maudos dan de Guevara (2004) melakukan penelitian faktor yang menguraikan margin

bunga pada sektor perbankan di uni Eropa (Jerman, Perancis, UK, Itali dan Spanyol). Penelitian

menggunakan data panel sebanyak 15.888 sampel data untuk periode 1993 sampai dengan 2000.

Metodologi yang dipergunakan model Ho dan Saunders (1981). Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa turunnya margin di sistim perbankan Eropa sesuai dengan relaksisasi kondisi kompetisi

(peningkatan pada kekuatan pasar dan konsentrasi) sebagai pengaruh untuk menghadapi

penurunan risiko tingkat bunga, risiko kredit dan biaya operasional bank.

Gambacorta (2008) melakukan penelitian mengenai bank menentukan tingkat bunga

untuk bank di Italia. Penelitian ini menggunakan data pada periode 1993 Q3 sampai dengan

2001 Q3 dengan jumlah bank sebanyak 73 bank. Penelitian ini memberikan kesimpulan yaitu

Page 74: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

68

keragaman bank membuat tingkat bunga yang disampaikan kepada konsumen tergantung kepada

likuiditas, kapitalisasi bank dan hubungan bank dalam pinjaman.

Valverde dan Fernandez (2007) melakukan penelitian determinan margin bank untuk

negara Eropa. Penelitian ini mempergunakan model Ho dan Saunders (1981). Sampel penelitian

ini sebanyak 19.322 bank di Eropa dengan data tahunan pada periode tahun 1994 sampai dengan

tahun 2001. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bank-bank di Eropa lebih bagus sebagai

laboratorium dibandingkan bank di Amerika Serikat . Penelitian ini juga menyatakan bahwa

kekuatan pasar meningkat sesuai ouput menjadi lebih terdiversifikasi menuju aktifitas non-

tradisional pada perbankan Eropa.

Claeys dan Vennet (2008) melakukan penelitian mengenai determinan margin bunga

bank pada pusat dan Timur Eropa dengan perbandingan bagian barat Eropa. Penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 1.130 bank selama periode tahun 1994 sampai dengan 2001 di

Eropa Barat dan Timur. Penelitian ini memberikan hasil yaitu hipotesis Structure-conduct-

performance (SCP) tidak dapat ditolak di pasar bank Eropa Barat dan Negara yang mempunyai

peraturan kuat (accession countries). Adanya pengendalian terhadap keberadaan bank asing,

penelitian ini tidak menemukan keberadaan hipotesis SCP dan RMP di kedua Negara tersebut.

Keberadaan bank asing secara efektif mengurangi margin bunga bank dikarenakan tuntutan

besarnya pangsa pasarnya.

Hawtrey dan Liang (2008) melakukan penelitian mengenai margin bunga bank untuk

negara-negara OECD. Penelitian ini menggunakan data periode 1987 sampai dengan 2001 dan

model panel data yang dipergunakan dalam menganalisisnya. Penelitian ini menemukan bahwa

market power, biaya operasi, risiko aversion, volatilitas tingkat bunga , risiko kredit dan cost

opportunity dan pembayaran bunga berhubungan positif dengan margin bunga bersih. Penelitian

ini juga menyatakan bahwa model Efek Tetap lebih baik dibandingkan model Efek Acak.

Maudos dan Solis (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan bersih bunga (net

interest income) di system perbankan Negara Mexico dengan model terintegrasi. Periode data

yang dipergunakan dalam penelitian tersebut yaitu tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 dengan

pendekatan Ho dan Saunders (1981). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa margin yang tinggi

dapat diterangkan oleh rata-rata biaya operasi dan kekuatan pasar. Pendapatan non-bunga cukup

mengalami peningkatan tetapi pengaruhnya terhadap ekonomi cukup kecil.

Page 75: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

69

Sharma dan Gounder (2011) melakukan penelitian untuk menentukan margin bunga bank

di Negara Fiji. Penelitian ini menggunakan data pada periode tahun 2000 sampai dengan 2010.

Penelitian ini menggunakan model Ho dan Saunders (1981) tetapi dengan pendekatan data panel.

Penelitian ini mempunyai hasil yaitu NIM mempunyai hubungan positif dengan pembayaran

bunga, biaya operasi dan kekuatan pasar dan risiko kredit. Tetapi, NIM mempunyai hubungan

negatif dengan kualiatas manajemen dan risiko likuiditas.

Sidabalok dan Viverita (2011) melakukan penelitian terhadap determinan margin bunga

bersih bank di Indonesia dengan pendekatan dinamis. Penelitian ini menggunakan data periode

2003 sampai dengan 2009 dimana metodologinya panel data yang dinamis. Penelitian ini sangat

mendukung penelitian sebelumnya yaitu adanya persisten dan tingginya margin bunga bersih di

Indonesia. Tingginya margin bunga bersih bank dikarenakan luas spread bunga tersebut, faktor

spesifik bank dan juga kekuatan pasar. Disamping itu, margin bunga bersih sebelumnya juga

turut mempengaruhi atau sebagai determinan margin bunga bersih sekarang ini dan penelitian

tidak mengkonfirmasi perilaku pro-cyclical bank.

Espinosa dkk (2011) melakukan penelitian mengenai margin bunga bersih bank di tahun

2000 untuk 15 Negara maju dan Negara sedang berkembang. Penelitian ini menggunakan data

akuntansi , keuangan dan makroekonomi periode 1999 sampai 2008 untuk 15 negara yaitu

Argentinga, Belgium, Brazil, Perancis, Jerman, Indonesia, Jepang, Mexico, Belanda, Polandia,

Republik Korea, Rusia, Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat. Penelitian ini menemukan bahwa

pengenalan IFRS (International Financial Reporting Standards) memberikan kontribusi terhadap

lebih kecilnya variasi margin bunga bersih yang tidak dijelaskan oleh peubah akuntansi baku.

Volatilitas tingkat bunga juga ditemukan mempunyai hubungan positif dan sangat kuat

hubungannya terhadapa margin bunga bersih dinamis. Risiko Inflasi ditemukan sangat relevan

yang mendorong perbedaan margin bunga bersih antar Negara yang diteliti.

Fungacova dan Poghosyan (2011) melakukan penelitian mengenai margin bunga bersih

di Rusia dan pengaruh kepemilikan bank. Penelitian ini menggunakan data bank di Rusia untuk

periode 1999 sampai dengan 2007. Penelitian ini menemukan struktur pasar, risiko likuiditas,

size dan pengendali seperti pemerintah, swasta dan asing sebagai determinan dari margin bunga

bersih di Rusia dimana peubah tersebut juga merupakan peubah yang biasa digunakan dalam

penelitian. Tetapi, penelitian ini juga menemukan biaya operasional dan aversion risk homogeny

Page 76: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

70

terhadap semua kelompok kepemilikan bank. Penelitian ini menekankan bahwa bentuk

kepemilikan bank sangat dibutuhkan dipertimbangkan dalam menganalisa determinan margin

bunga bersih bank.

Saad dan El-Moussawi (2012) melakukan penelitian juga mengenai determinan net

interest margin untuk bank komersil do Libanon. Adapun periode penelitian ini yaitu tahun

2000 sampai dengan tahun 2010 untuk 39 bank komersil. Model yang dipergunakan dalam

menganalisis determinan net interest margin yaitu model fixed effect. Peubah risiko kredit,

kapitalisasi bank, struktur pasar, off-balance, size; pertumbuhan ekonomi dan biaya kesempatan

(opportunity cost) sebagai peubah yang menentukan (determinan) net interest margin.

Lin dkk (2012) melakukan penelitian terhadap determinan margin bunga dan

pengaruhnya kepada diversifikasi bank di bank-bank Asia. Penelitian ini menggunakan data

bank komersil untuk sembilan Negara di Asia yaitu Cina, India, Indonesia, Jepang, Filipina,

Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Tailand dengan periode data tahun 1997 sampai dengan

tahun 2005. Model regressi switching endogen dipergunakan dalam menganalisis penelitian ini

dalam mengkategorisasi bank ke dalam diversifikasi regime tinggi dan rendah. Hasil penelitian

ini yaitu margin bunga bersih bisa sedikit lebih sensitif terhadap fluktuasi pada factor risiko bank

untuk bank yang mendifersifikasikan secara fungsional dibandingkan dengan kepada bank yang

lebih special. Adanya diversifikasi sumber pendapatan membuat bank dapat mengurangi

goncangan kepada margin bunga bersih yang ditimbulkan dari risiko idiosunkratik.

Metodologi

Adapun model yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu model data panel dimana modelnya

(Gujarati, 2011) sebagai berikut:

itititititiit DMXXXXY µββββββ ++++++= 6554433221 (1)

i = 1,2,...,k ; t = 1,2,....,n

Yit dalam penelitian ini peubah net interest margin (NIM). Peubah bebas yang dipergunakan

untuk mempengaruhi NIM yaitu Loan to Deposits Ratio (LDR); Non-performing loan (NPL)

dipergunakan Espinosa dkk (20110 dan Fungacova dan Poghosyan (2011), Size bank

Page 77: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

71

dipergunakan Fungacova dan Poghosyan (2011); rasio biaya operasional terhadap pendapatan

operasional (BOPO) dipergunakan Hawtrey dan Liang (2008); konsentrasi bank terhadap kredit

yang dikenal dengan kekuatan pasar (MPR) digunakan Wong (1997) dan juga diperkenalkan Ho

dan Saunders (1981). Pada penelitian ini dimasukkan sebuah variabel boneka untuk menyatakan

selama periode ada timbul periode krisis.

Data

Penelitian ini menggunakan data keuangan perbankan yang dipublikasikan setiap

tahunnya oleh perusahaan sebagai kewajiban dari perusahaan publik, terutama sahamnya

ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian yang dipergunakan yaitu tahun 2007

sampai dengan tahun 2011. Bank yang mempunyai laba bersih negatif selama periode penelitian

dikeluarkan dari sampel penelitian ini dan bank harus mempunyai data lengkap selama 5 tahun.

Peubah

Dalam penelitian ini dipergunakan peubah sebagai berikut:

Net Interest Margin (NIM) = (Pendapatan Bunga – Biaya Bunga) / Earning Asset

BOPO = biaya operasional / pendapatan operasional

SIZE = Ln Total Asset

Non Performing Loan (NPL) = jumlah kredit macet / Total kredit

Loan Deposits Ratio (LDR) = loan / deposits

Market Power (MPR) = kredit yang diberikan / Kredit Nasional

Lima peubah (Size, NPL, BOPO, LDR dan MPR) dipergunakan sebagai peubah bebas

untuk mempengaruhi peubah tak bebas NIM.

Hasil Pembahasan

Hasil pembahasan ini akan menguraikan dua pembahasan yang dimulai dengan analisis

statistik deskriptif dan dilanjutkan dengan analisis determinan net interest margin.

Page 78: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

72

Statistik Deskriptif

Sesuai uraian sebelumnya maka analisis yang dilakukan pada bagian ini mengenai

statistik deskriptif. Tabel 1 memperlihatkan statistik deskriptif dari peubah NIM, Size, NPL,

LDR, BOPO, dan MPR untuk semua periode dan sampel yang dilakukan. Adapun rata-rata NIM

bank yang sahamnya diperdagangkan di Bursa sebesar 6,04% dimana maksimum senilai 12,37

persen dan minimum senilai 1,77%. Variasi data peubah NIM ini sebesar 2,46 persen dan

merupakan variasi terkecil ketiga dari seluruh data variasi peubah yang dipakai dalam penelitian

ini. Atas hasil pengujian terhadapan distribusi data NIM ini maka ditemukan data NIM tidak

berdistribusi normal. Tidak berdistribusi normal data NIM didukung oleh nilai Skewness dan

Kurtosis yang tidak sesuai dengan nilai normal. Rata-rata Size perbankan sebagai sampel

penelitian bernilai10,93 dimana size minimum senilai 7,3 dan maksiumum bernilai 13,22.

Tingginya nilai rata-rata tersebut dikarenakan sampel yang mempunyai asset tertingi pada

perbankan ikut menjadi sampel. Variasi size ini mempunyai variasi yang juga cukup kecil dan

merupakan urutan kedua untuk semua variasi peubah yang dipergunakan dalam penelitian ini.

Pengujian distribusi normal terhadap data peubah size memberikan kesimpulan bahwa data

peubah size tidak berdistribusi normal.

Rata Min Max STDEV SKEW Kurtosis JB-TEST

NIM 6.04% 1.77% 12.37% 2.46% 90.66% 0.16595 35.3746**

SIZE 10.4913 7.2883 13.2211 1.7543 -0.1799 -1.28361 57.7464**

NPL 2.75% 0.48% 8.20% 1.52% 109.07% 1.85196 18.9888*

LDR 74.67% 40.22% 103.88% 14.96% -20.99% -0.56693 40.3099**

BOPO 73.30% 41.60% 102.64% 18.59% -52.44% -1.26791 60.3592**

MPR 3.93% 0.09% 14.38% 4.62% 113.27% -0.07607 45.6069**

Sumber: Hasil Olahan

Tabel 1: Statistik Deskriptif NIM, Size, NPL, LDR, BOPO dan MPR

Rata-rata NPL perusahaan yang menjadi sampel penelitian sebesar 2,75 persen dimana

nilai minimumnya senilai 0,48 persen dan nilai maksimum sebesar 8,2 persen. Variasi dari data

peubah NPL cukup kecil sebesar 1,52 persen dan merupakan nilai paling kecil dari seluruh

Page 79: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

73

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian terhadap distribusi data peubah NPL

ditemukan bahwa datanya tidak berdistribusi normal.

LDR sebagai peubah penelitian mempunyai nilai rata-rata sebesar 74,67 persen dimana

nilai minimum sebesar 40,22 persen dan nilai maksimum sebesar 103,88 persen. Adapun variasi

data LDR ini sebesar 14,96 persen dan merupakan nilai variasi terbesar kedua dari seluruh

peubah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan pengujian distribusi normal

terhadap data peubah LDR maka disimpulkan bahwa data peubah LDR tidak berdistribusi

normal.

Rata-rata BOPO sampel perbankan pada penelitian sebesar 73,3 persen dimana nilai

minimum sebesar 41,6 persen dan nilai maksimum 102,64 persen. Angka ini menyatakan bahwa

terdapat bank yang kurang efisien dikarenakan BOPOnya melebihi 100 persen. Variasi BOPO

dari sampel penelitian ini cukup tinggi senilai 18,59 persen dan merupakan nilai variasi tertinggi

dari seluruh variasi peubah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Data peubah BOPO ini

ditemukan tidak berdistribusi normal dengan pengujian kai-kuadrat.

Konsentrasi pasar yang disimbol dengan MPR mempunyai rata-rata sebesar 3,93 persen

dimana nilai minimum sebesar 0,09 persen dan maksimum sebesari 14,38 persen. Pada data asli

terlihat bahwa konsentrasi pasar dikuasai oleh Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dimana

nilai konsentrasi pasar bergantian untuk tertinggi bagi kedua bank. Variasi MPR senilai 4,62

persen dan merupakan nilai variasi tertinggi ketiga dari seluruh peubah yang digunakan dalam

penelitian ini. Data peubah MPR disimpulkan tidak berdistribusi normal dengan menggunakan

pengujian kai-kuadrat.

Determinan NIM

Sesuai dengan judul penelitian ini maka bagian ini akan menyelidiki peubah yang

mempengaruhi NIM. Analisis dimulai dengan pengujian model panek acak atau model panel

tetap dan dilanjutkan menganalisis peubah yang mempengaruhi NIM.

Tabel berikut ini memperlihatkan pengujian Hausman untuk menentukan model panel

yang akan dipergunakan. Pada tabel berikut diperlihatkan nilai statistik Kai-Kuadrat sebesar 0

dimana nilai Tabel kai kuadrat dengan derajat kebebasan 6 diperoleh nilai yang lebih tinggi dari

nol.

Page 80: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

74

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.000000 6 1.0000 * Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.

Hasil yang dapat disimpulkan berdasarkan pengujian dengan menggunakan Kai-Kuadrat

maka model yang dapat dipergunakan yaitu model panel acak (Model of Random Effect).

Tabel berikut memperlihatkan model panel efek acak untuk NIM dimana peubah

bebasnya DM, LDR, NPL, Size, BOPO, MPR.

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f.corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.132154 0.038992 3.389247 0.0012

DM -0.000936 0.001399 -0.669162 0.5057

BOPO? -0.027284 0.011275 -2.419875 0.0182

LDR? 0.018908 0.012880 1.468048 0.1467

MPR? 0.242108 0.101689 2.380860 0.0201

SIZE? -0.007045 0.003440 -2.047967 0.0444

NPL? -0.041736 0.038972 -1.070927 0.2880

Random Effects

(Cross)

_1—C 0.003350

_2—C 0.027869

_3—C -0.030955

_4—C 0.004928

_5—C -0.010398

_6—C -0.013622

_7—C 0.006361

_8—C -0.020995

_9—C -0.019862

_10—C 0.033575

_11—C -0.020006

_12—C 0.005738

_13—C -0.000754

Page 81: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

75

_14—C 0.042674

_15—C -0.007904

R-squared 0.142539 Mean dependent var 0.009551

Adjusted R-squared 0.066881 S.D. dependent var 0.007310

S.E. of regression 0.007062 Sum squared resid 0.003391

F-statistic 1.883984 Durbin-Watson stat 1.541561

Prob(F-statistic) 0.096160

Pada Tabel diatas terlihat bahwa koefisien determinasi (R-squared) sebesar 14,25 persen

yang menyatakan bahwa variasi seluruh peubah BOPO, LDR, NPL. Size dan MPR dapat

menjelaskan variasi peubah NIM hanya sebesar 14,25 persen dan 85,75 persen dijelaskan oleh

peubah lain. Hasil ini juga menjelaskan bahwa banyak peubah yang menjelaskan NIM yang

belum termasuk dalam penelitian ini.

Pada Tabel terlihat bahwa DM mempunyai hubungan negative dengan NIM yang

memberikan arti bila ada krisis maka NIM menurun dan secara kebetulan tidak signifikan.

BOPO mempunyai hubungan negatif dengan NIM yang memberikan arti bila BOPO mengalami

peningkatan maka NIM mengalami penurunan yang besarannya 0,027 unit untuk satu unit

BOPO. Peubah ini signifikan mempengaruhi NIM pada level signifikansi 5 persen. LDR

mempunyai hubungan positif terhadap NIM dimana kenaikan satu unit LDR mempengaruhi

kenaikan NIM sebesar 0,019 unit. Peubah LDR ini tidak signifikan mempengaruhi NIM.

Kekuatan pasar (MPR) mempunyai hubungan positif dengan NIM dimana MPR naik satu unit

mempengaruhi NIM naik 0,24 unit demikian juga kebalikannya. Peubah MPR ini signifikan

mempengaruhi NIM pada level signifikansi 5 persen. Size bank sebagai satu peubah yang

diikutkan serta untuk menyatakan besaran bank, maka size mempunyai hubungan negatif dengan

NIM. Bila size perusahaan naik satu unit maka nilai NIM turun sebesar 0,007 unit. Size ini

secara statistic signifikan mempengaruhi peubah NIM pada level signifikansi 5 persen. NPL

mempunyai hubungan dengan negatif dengan NIM tetapi secara statistik tidak signifikan pada

level signifikansi 5 persen bahkan 10 persen.

Selanjutnya, pembahasan terhadap besaran koefisien dari masing-masing sampel

ditunjukkan oleh tabel diatas. Model panel efek acak diatas memperlihatkan bahwa nilai intersep

tetap sebesar 0,132154 dan nilai intersep efek acak pada bagian bawah dari model. Intersep acak

Page 82: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

76

sangat bervariasi dan nilainya bisa mengurangi dan menambah intersep tetap. Untuk sampel

pertama maka nilai intersep sebesar 0,132154 + 0,003350 = 0,135504. Untuk sampel 8 maka

nilai intersepnya sebesar 0,132154 – 0,020995 = 0,111159. Sedangkan untuk sampel terakhir

(sampel 15) maka nilai intersep yaitu 0,132154 – 0,007904 = 0,124250.

Model panel efek acak ini dapat dipergunakan dengan level signifikansi sebesar 10

persen dimana probabilita (F-Statistic) sebesar 9,6.

Kesimpulan

Sesuai dengan uraian sebelumnya dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. NIM bank yang sahamnya diperdagangkan di BEI sebesar 6,04% dan variasinya 2,46

persen.

2. Peubah yang signifikan secara statistik mempengaruhi NIM yaitu peubah BOPO,

kekuatan pasar (MPR) dan size bank tersebut.

Daftar Pustaka

Afanasieff, T. S.; Lhacer, P. M. V. and M. I. Nakane (2002); The Determinants of Bank Interest

Spread in Brazil; Working Paper – Banco Central do Brasil.

Angbazo, Lazarus (1997); Commercial Bank Net Interest Margins, Default Risk, Interest-rate

Risk, and off-balance Sheet Banking; Journal of Banking and Finance, Vol. 21; pp. 55 -87.

Beck, Thorsten and Heiko Hesse (2009); Why are Interest Spread so High in Uganda; Journal of

Development Economics, Vol. 88; pp. 192 – 204.

Ben-Ameur, H.; Breton, M.; Karoui, L. and P. L’Ecuyer (2006); A Dynamic Programming

Approach for Pricing Options Embedded in Bonds; Journal of Economic Dynamics & Control,

Claeys, Sophie and Rudi V. Vennet (2008); Determinants of Bank Interest Margins in Central

and Eastern Europe: A Comparison with the West; Economic Systems, Vol. 32; pp. 197 – 216.

Davies, George R. (1920); Factors Determining the Interest Rate; Quarterly Journal of

Economics, Vol. 34, No. 3; pp. 445 – 461.

Dia, Enzo and M. Giuliodori (2009); The Determinants of Bank Interest Margins: Estimates of a

Dynamic Model; Working Paper of Departments of Economics, University of Milan - Bicocca

Page 83: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

77

Dietrich, A.; Wanzenried, G. and Rebel A. Cole (2009); Why are net-interest margins across

countries so different ?; Working paper

Doliente, Jude S. (2003); Determinants of Bank Net Interest Margin of Southeast Asia; Working

Paper University of the Philippones.

English, William B. (2002); Interest Rate Risk and Bank Net Interest Margins; BIS Quarterly

Review, Desember; pp. 67 – 82.

Espinosa, G. Lopez; Moreno, Antonio and Fernando Perez de Gracia (2011); Banks’ Net Interest

Margin in the 2000s: A Macro-Accounting International Perspective; Journal of International

Money and Finance, Vol. 30; pp. 1214 – 1233.

Fellows, James A. (1978); A Theory of the Banking Firm; American Economist. Vol. 22, No. 1;

pp. 22 – 25.

Fungacova, Zuzana and Tigran Poghosyan (2011); Determinants of Bank Interest Margins in

Russia: Does Bank Ownership Matter; Economic Systems, Vol. 35; pp. 481 – 495.

Gambacorta, Leonardo (2008); How do Banks set Interest rates ?; European Economics Review,

Vol. 52; pp. 792 – 819.

Hamadi, Hassan and Ali Awdeh (2012); The Determinants of Bank Net Interest Margin:

Evidence from the Lebanese Banking Sector; Journal of Money, Investment and Banking, Issue

23;

Hawtrey, Kim and Hanyu Liang (2008); Bank Interest Margins in OCED Countries; North

American Journal of Economics and Finance, VOl. 19; pp. 249 – 260.

Ho, Thomas S. Y. and Anthony Saunders (1981); The Determinants of Bank Interest Margins:

Theory and Empirical Evidence; Journal of Financial and Quantitative Analysis, VOl. 6, No. 4;

pp. 581 – 600.

Horvath, R. and Anca Podpiera (2012); Heterogeneity in Bank Pricing Policies: The Czech

Evidence; Economic Sytems, Vol. 36; pp. 87 – 108.

Khawaha, Idrees (2011); Interest Margin and Banks’ Asset-Liability Composition; Lahore

Journal of Economics; Vol. 16; pp. 255 – 270.

Klein, Michael A. (1971); A Theory of Banking Firm; Journal of Money, Credit and Banking,

Vol. 3, No. 2; pp. 205 – 218.

Liebeg, David and M. S. Schwaiger ( ); Determinants of the Interest Rate Margins of Austrian

Banks; Financial Stability Report, Vol. 12; pp. 104 – 116.

Page 84: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

78

Lin, Jane-Raung, Chung, Huimin; Hsieh, Ming-Hsiang and Soushan Wu (2012); The

Determinants of Interest Margins and Their Effect on Bank Diversification: Evidence from Asian

Banks; Journal of Financial Stability, Vol. 8; pp. 96 – 106.

Lin, Jyh-Horng; Lin, Jyh-Juan and Pai-Chou Huang (2010); Modeling Bank Interest Margin and

Loan Quality under Troubled Asset Relief Program: An Option-Pricing Approach; WSEAS

TRANSACTIONS on CIRCUITS and SYSTEMS, Issue 11, Vol. 9; pp. 689 – 699.

Maudos, Joaquin and Juan F. de Guevara (2004); Factor Explaining the interest margin in the

Banking Sectors of the European Union; Journal of Banking and Finance, Vol. 28; pp. 2259 –

2281.

Maudos, Joaquin and Liliana Solis (2009); The Determinants of Net Interest Income in the

Mexican Banking System: An Integrated Model; Journal of Banking and Finance, Vol. 33; pp.

1920 – 1931.

Nasab, A. A. and A. S. Roomi (2012); An Analysis of Effective Factors on Bank Interest Margin

Rate: A Case Study Ansar Bank; Interdisciplinary Journal and Contemporary Research in

Business, Vol. 4, No. 2; pp. 1084 – 1090.

O’Hara, Maureen (1983); A Dynamic Theory of Banking Firm; Journal of Finance, Vol. 38, No.

1; pp. 127 – 140.

Ozdemir, Bilge Kagan (2009); Retail Bank Interest Rate Pass-Through: The Turkish Experience;

International Research Journal of Finance and Economics, Issue 28.

Saad, Wadad and Chawki El-Moussawi (2012); The Determinants of Net Interest Margin of

Commercial Banks in Lebanon; Journal of Money, Investment Banking, Issue 23.

Santomero, A. M. (1984); Modeling the Banking Firm: A Survey; Journal of Money, Credit and

Banking, Vol. 16, No. 4; pp. 576 – 602.

Saunders, A. and L. Schumacher (2000); The Determinants of Bank Interest Rate Margins: An

International Study; Journal of International Money and Finance, Vol. 19; pp. 813 – 832.

Schwaiger, M. S. and D. Lieberg ( ); Determinants of Bank Interest Margins in Central and

Eastern Europe; Financial Stability Report, Vol. 14; pp. 68 – 84

Scott, J. W. and J. C. Arias (2011); Banking Profitability Determinants; Business Intelligence

Journal, Vol. 4, No. 2; pp. 209 - 230.

Page 85: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

79

Sharma, P. and N. Gounder (2011); Determinants of Bank Net Interest Margins in a Small Island

Developing Economy: Panel Evidence from Fiji; Discussion Papers Finance, Griffith Business

School.

Sidabalok, L. R. and Viverita (2011); The Determinants of Banks’ Net Interest Margin in

Indonesia: A Dynamic Approach; http://ssrn.com/abstract=1990175

Valverde, Santiago C. and Francisco R. Fernandez (2007); The Determinants of Bank Margins in

European Banking; Journal of Banking and Finance, Vol. 31; pp. 2043 – 2063.

Wong, Kit P. (1997); On the Determinants of Bank Interest Margins under Credit and Interest

rate risks; Journal of Banking & Finance, Vol. 21; pp. 251 – 271.

Page 86: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

80

Peluang Kewirausahaan Sekolah Melalui Kreativitas dan Inovasi

Hendra Manurung

Universitas Presiden

Understanding the entrepreneurship as a way to increase the quality of life. Even though

until now, there is no terminology which is exactly the same with entrepreneurship, but in

general, it has the same characteristics that refer to features that attached to someone who has

strong will to realize the innovative ideas in a real world and could develop it with efforts (Peter

F. Drucker 1994). The entrepreneurship development in the school is a new trend that supports

the development of education in many levels. This is based on the reality that the spirit and the

entrepreneurship spirit that is not owned by the businessman but also to everybody who is

minimal, and can think creatively and act innovatively to increase value-added from its effort.

The expected result is the actualization effort and entrepreneurship spirit in the spirit and

behavior of the head of the school with the students. Therefore, the good practice of

entrepreneurship in the school and the good school governance in the school with

entrepreneurship spirit develops very well

Keywords: kewirausahaan, kualitas hidup, kreativitas dan inovasi, good school governance,

sekolah mandiri.

Page 87: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

81

Peluang Kewirausahawan Sekolah Melalui Kreativitas dan Inovasi

Pendahuluan

A high level of entrepreneurship in every components of the nation can generate a

domino effect for the social economy transformation of the country.15

Dalam kehidupan sehari-

hari masih banyak yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa

yang dimiliki baru dilakukan “usahawan“ atau “wirausaha“ pandangan tersebut kurang tepat,

karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan16

,

namun dapat dimiliki oleh setiap orang yang berfikir kreatif, dan bertindak inovatif baik

kalangan pemerintah swasta, mahasiswa, guru, dosen, dan pimpinan organisasi lainnya.17

Pertumbuhan yang signifikan dalam jumlah usaha kecil dan menengah (UKM) di

Indonesia telah tumbuh terus menerus, menunjukkan persentase dari total pertumbuhan sebesar

10% dengan pertumbuhan awal sebesar 7,9% menjadi 17,9% pada tahun 2006-2008.

Berdasarkan data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia terus

meningkat secara signifikan karena pada tahun 2006 jumlah UKM berkisar 48.611.233 unit,

2007 naik menjadi 49.824.123 unit, dan 2008 sedangkan secara drastis meningkat menjadi

51.257.537 unit.18

Dari data ini dapat dilihat pertumbuhan UKM meningkat signifikan sebesar

5,4% dilihat dari pertumbuhan UKM pada tahun 2006 dan dibandingkan dengan pertumbuhan

UKM pada tahun 2008,19

kontribusi UKM terhadap perekonomian cukup signifikan.20

Karena itu

membuktikan adanya perkembangan pesat yang membutuhkan organisasi yang baik dan

manajemen dalam rangka memasuki pasar ASEAN Economic Community pada tahun 2015.21

15

Paper on Entrepreneurship by DR. Ciputra, Bandung, 2009. 16

Akib, Haedar. 2005. Kreativitas Dalam Organisasi, Disertasi Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia,

Jakarta. 17

Ibid. 18

Data Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2006-2008 19

Ibid. 20

Ibid. 21

Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: The President Post, Edisi Oktober 2012

No.5, h. A3.

Page 88: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

82

Kewirausahaan adalah22

: “Kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kitar dan

sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses inti dari kewirausahaan adlaah

kemampuan utnuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan

bertidak inovatif untuk menciptakan peluang”.

Setelah mengalami sistem pendidikan di berbagai negara dan melihat sistem pendidikan

di Indonesia, ada sejumlah masalah yang dihadapi.23

Sistem pendidikan yang berlaku selama ini

di Indonesia ternyata tidak dapat menempa sumber daya manusia Indonesia yang memiliki

potensi yang tidak kalah dibanding dengan sumber daya manusia dari negara lain, termasuk

negara maju sekalipun.24

Potensi yang ada pada sumber daya manusia,25

tidak akan mempunyai arti yang

signifikan dan maksimal bila penempaan atas mereka melalui sistem pendidikan tidak dilakukan

secara benar.26

Tulisan ini mencoba mengidentifikasi sejumlah problem yang dihadapi oleh sistem

pendidikan di Indonesia menyikapi berbagai kreatifitas dan inovasi sebagai peluang

kewirausahaan di sekolah, sehingga manfaatmya belum maksimal dalam menyiapkan sumber

daya manusia yang handal.

Permasalahan

Krisis global dunia telah menggagalkan, bahkan membangkrutkan banyak bisnis di

dunia.27

Di tengah krisis global yang melanda dunia tahun 2008-2009, Indonesia menjadi salah

satu negara korban krisis global,28

walaupun kita telah belajar dari pengalaman sebelumnya

bahwa sektor UKM tahan krisis, namun tetap saja harus ada kewaspadaan akan dampak krisis ini

22

Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc. 23

Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta. 24

Kasim, Azhar. Reformasi Administrasi Negara, Bisnis & Ekonomi Politik, Vol. 2 (4), Oktober 1998, h. 43. 25

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta. 26

Isaak, Robert A., Ekonomi Politik Internasional, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995. 27

Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta. 2828

Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: The President Post, Edisi Oktober

2012 No.5, h. A3.

Page 89: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

83

terhadap sektor UKM.29

Mudradjad Kuncoro mengatakan ada tujuh tantangan yang harus

dihadapi UKM dalam era krisis global, yaitu:30

1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi.

Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus

pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat

dekatnya.

2) Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal, sehingga mereka

cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber lain,

seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

3) Sebagian besar kegiatan usaha kecil menengah ditandai dengan belum memiliki status

badan hukum yang jelas. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak

berakta notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7%

yang sudah memiliki badan hukum (PT/ NV, CV, Firma, atau Koperasi).

4) Tren nilai ekspor menunjukkan betapa sangat berfluktuatif dan berubah-ubahnya

komoditas ekspor Indonesia selama periode 1999-2006.

5) Persoalan pengadaan bahan baku merupakan masalah utama yang dihadapi dalam

pengadaan bahan baku adalah mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan, dan jarak yang

relatif jauh. Ini karena ketersediaan bahan baku bagi UKM yang berorientasi ekspor

sebagian besar berasal dari luar daerah usahan tersebut berlokasi.

6) Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah tidak

terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin dan pekerja terampil relatif

lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk

sektor tertentu. (October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran

University, Bandung).

7) Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang bergerak

dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan bahasa asing sebagai suatu

hambatan dalam melakukan negosiasi, dan penetrasi pasar di luar negeri.

29

Ibid. 30

Bisnis Indonesia, Edisi 21 Agustus 2008.

Page 90: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

84

Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian pendahuluan, salah satu langkah strategis

untuk mengamankan UKM dari ancaman dan tantangan krisis global adalah dengan melakukan

penguatan pada multi-aspek.31

Salah satu yang dapat berperan adalah aspek kewirausahaan.32

Seorang wirausaha dapat mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki, dengan

proses yang kreatif dan inovatif, menjadikan usaha kecil dan menengah (UKM) siap menghadapi

tantangan krisis global.33

Beberapa peran kewirausahaan dalam mengatasi tantangan di UKM

adalah:34

1) Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi:

a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki

perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (stratejik).

b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan

saran untuk masukan pengembangan UKM.

2) Bertindak inovatif, yaitu:

a. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap

aspek kegiatan UKM.

b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

3) Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan

manfaat dari suatu bisnis.35

UKM harus memiliki manajemen resiko dalam segala

aktivitas usahanya. Sementara untuk mengatasi masalah yang ada di UKM saat ini, tidak

saja dibutuhkan 3 (tiga) sikap di atas, namun juga diperlukan langkah-langkah pendukung

dari manajemen UKM, dalam aspek penataan manajemen UKM .

a. Stigma Masyarakat

Pendidikan di Indonesia penuh dengan stigma yang dapat berpengaruh pada kualitas

pendidikan yang dimiliki oleh individu.36

Sumber daya manusia Indonesia yang menyimpan

31

Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 2-6. 32

Ibid. 33

Ibid. 34

Ibid. 35

Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: The President Post, Edisi Oktober 2012 No.5, h. A3. 36 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.

Page 91: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

85

banyak potensi ternyata tidak terdidik secara baik dan terarah.37

Perbedaan antara IPA/Eksakta

dengan pilihan lain sejak di SMA. Bagi orang tua dan individu mereka harus masuk IPA meski

bukan menjadi keinginan.38

Akibatnya mereka yang memasuki bidang studi ilmu sosial di

perguruan tinggi bukanlah orang-orang pilihan.39

Hal ini berpengaruh dalam jangka panjang

terhadap sumber daya manusia yang memasuki sektor-sektor bidang pekerjaan ilmu sosial,

seperti hukum.40

Stigma di masyarakat pada pendidikan adalah perbedaan pendidikan universitas dan

pendidikan vokasi.41

Pasca kelulusan di sekolah menengah banyak yang memilih pendidikan di

universitas daripada vokasi.42

Kalaupun ada yang memasuki bidang vokasi ini sekedar jembatan

untuk masuk universitas. Ini semua karena terdapat beragam perbedaan bagi mereka yang lulus

pendidikan universitas dengan pendidikan vokasi, mulai dari status sosial hingga perbedaan

gaji.43

Sistem pendidikan nasional belum mampu mendayagunakan segala sumber daya manusia

yang dimiliki, dengan adanya proses yang kreatif dan inovatif, menjadikan peserta didik siap

mengelola usaha kecil dan menengah (UKM) dalam menghadapi tantangan krisis global.44

b. Persepsi Salah

Selain pengaruh stigma pendidikan, terdapat pula persepsi yang salah terkait dengan

pendidikan kewirausahaan reatif dan inovatif di Indonesia.45

Masyarakat sendiri cenderung

memiliki persepsi yang salah dalam membedakan pendidikan vokasi dengan pendidikan

profesi.46

Ini terlihat dalam peraturan perundang-undangan yang mempersamakan antara

pendidikan vokasi dengan profesi.47

Persepsi salah lainnya adalah label gelar pendidikan,

terutama melalui pemberian gelar diploma dan sarjana, dianggap sebagai penentu utama rendah

tingginya status sosial seseorang di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya banyak masyarakat

37 Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta. 38

Ibid. 39

Ibid. 40

Ibid. 41

Boon, Rolf J. Cultural Creativity: the Importance of Creativity in Organizational and Educational Contexts, May 4 1997,

http://www.lobstrick.com/BOON.HTM, diakses 25 Mei 2003. 42

Ibid. 43

Ibid. 44 Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 6-8. 45

Ibid. 46

Ibid. 47

Ibid.

Page 92: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

86

hanya mengejar gelar sarjana, bukan bagaimana penerapan ilmu pendidikannya untuk

kepentingan masyarakat luas. Munculnya berbagai lembaga pendidikan yang menjual ijazah pun

sangat diminati oleh masyarakat.

Mereka yang mengikuti pendidikan sejak dini (Pendidikan Anak Usia Dini, PAUD)

hingga pendidikan tinggi bukan untuk mendapatkan ilmu melainkan lebih memperhatikan

formalitas, seperti kehadiran (absensi), nilai, hingga ijazah. Persepsi yang salah tentang

pendidikan ini yang mengakibatkan kualitas pendidikan sama sekali tidak berkolerasi dengan

kemajuan bangsa.

c. Pendidikan Kewirausahaan Menentukan Kualitas Sumber Daya Manusia

Pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada tercapainya target materi muatan

daripada menumbuhkan dan merangsang keingin-tahuan dari peserta didik.48

Pada akhirnya

keinginan untuk berinovasi dan berimprovisasi oleh peserta didik (sense of innovation and

improvisation) sangat rendah,49

terutama pendidikan kewirausahaan. Ketiadaan instruksi

pendidikan kewirausahaan yang terangkum dalam kurikulum sekolah dan sistem pendidikan

nasional membuat kemampuan berinovasi dan berimprovisasi mengalami kemandekan.50

Padahal sumber daya manusia di Indonesia menyimpan berbagai potensi luar biasa.

Ketiadaan keingin-tahuan tidak semata-mata bisa ditimpakan pada pengajar atau

kurikulum, tetapi juga pada infrastruktur yang jauh dari memadai. Bila berbagai lembaga

pendidikan tidak mampu menyedikan perpustakaan ataupun akses ke internet, maka sangat sulit

mengharapkan peserta didik untuk memenuhi rasa ingin tahunya di bidang pendidikan dan

penerapan kewirausahaan.

Sistem pendidikan nasional yang menekankan pada target pencapaian materi ajar akan

menghasilkan manusia-manusia yang kehabisan energi ketika justru energi memberdayakan

kewirausahaan mandiri sangat dibutuhkan. Seringkali mereka memeroleh materi bahan ajar yang

mereka tidak tahu manfaatnya. Individu yang pandai bukan berarti individu yang harus tahu

semua. Individu yang pandai adalah individu yang secara mudah mencerna materi pengajaran.

48 Dharma, Surya dan Haedar Akib. Budaya Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN Indonesia, No. 03/TH. XXXIII Maret 2004a, h. 22-27. 49

Ibid. 50

Ibid.

Page 93: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

87

Oleh karenanya pandai tidak perlu digantungkan pada materi tetapi pada keinginan individu

untuk mengetahui lebih banyak.

d. Terlalu Berorientasi pada Indonesia

Orientasi sistem pendidikan di Indonesia sangat Indonesia.51

Meskipun tidak sedikit

jumlah orang Indonesia yang berhasil untuk bekerja di luar Indonesia namun keberhasilan

sebenarnya tidak ditunjung pada sistem pendidikan yang mereka peroleh ketika berada di

Indonesia.52

Keberhasilan lebih ditunjang karena kemampuan diri untuk mau belajar hal baru.

Harus diakui sistem pendidikan yang berorientasi pada Indonesia tidak membekali

peserta didik untuk dapat bersaing secara global.53

Padahal saat ini pasar kerja tidak hanya

terpaku pada pasar kerja domestik, tetapi internasional. Disinilah indikasi mengapa jumlah

pekerja tidak terampil (unskilled workers) lebih banyak bekerja di luar negeri daripada pekerja

terampilnya (skilled workers). Sistem pendidikan di Indonesia pun kurang dapat diminati oleh

para peserta didik asing. Padahal saat ini lembaga pendidikan Indonesia yang berorientasi pada

Indonesia harus bersaing dengan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pendidikan asing.

Negara seperti Singapura mempunyai kepercayaan yang tinggi sistem pendidikannya diminati

oleh masyarakat Indonesia. Merekapun membuka sekolah Singapura.

Di sejumlah negara pendidikan mulai dari dasar, menengah dan tinggi diorientasikan

tidak hanya untuk negaranya sendiri. Mereka telah mampu mengembangkan sistem pendidikan

yang diminati oleh berbagai warga masyarakat yang berasal dari berbagai negara.

e. Pentingnya Otonomi Universitas

Permasalahan lain yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Indonesia adalah pada level

Universitas. Universitas kurang diberi otonomi sehingga masih dalam kendali pemerintah.

Pemerintah seolah masih ingin mengatur, tidak pada level yang sangat umum, tetapi juga hal-hal

yang bersifat teknis. Di sejumlah perguruan tinggi peran pemerintah dalam menentukan

adminstrator, mulai dari Rektor hingga para pembantu dekan sangat dominan. Tidak heran bila

51

Dharma, Surya dan Haedar Akib. Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM, Manajemen

USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH. XXXIII Juni 2004b, h. 29-36. 52

Ibid. 53

Ibid.

Page 94: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

88

universitas di Indonesia tidak mampu bersaing dengan universitas-universitas luar negeri.

Mereka terikat oleh berbagai peraturan perundang-undangan dan birokrasi.

f. Kurang Relevannya Pendidikan dengan Kebutuhan Industri

Masalah lain yang kerap dilontarkan sebagai kritik adalah sistem pendidikan kurang

sesuai dengan kebutuhan industri. Para peserta didik harus menyesuaikan diri dan menempuh

pendidikan lanjutan agar benar-benar diterima oleh industri.54

Bila ditelusuri ada dua sumber

masalah. Pertama, para pengambil kebijakan ketika mengambil kebijakan memiliki ide apa yang

baik untuk peserta didik tanpa memperhatikan apa yang diinginkan oleh sektor industri.55

Kedua, industri memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi dari para peserta didik. Padahal

peserta didik tidak mungkin diajarkan atau diberi materi yang sangat spesifik yang dibutuhkan

oleh industri. Sistem pendidikan hanya dapat memberikan pengetahuan dasar (basic) kepada

peserta didiknya untuk kemudian dikembangkan oleh peserta didik tersebut atau oleh industri

yang membutuhkan.56

Pembahasan

Mencermati berbagai kelemahan sistem pendidikan di Indonesia dan penerapan

pendidikan kewirausahaan57

, kesimpulan yang dapat diambil adalah diperlukan pembenahan

yang bersifat fundamental.58

Pembenahan tidak bisa sepotong-sepotong (piece meal) sehingga

dapat memberikan dampak tidak dalam satu, lima atau sepuluh tahun mendatang tetapi pada

satu, dua bahkan generasi-generasi berikut bagi sumber daya manusia Indonesia.59

Apa yang

dilakukan pada hari ini merupakan investasi untuk masa mendatang.60

Apa yang dilakukan pada

54

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai

Kepala Sekolah. 55

Eoh, Jeni. 2001. Pengaruh Budaya Perusahaan, Gaya Manajemen, dan Pengembangan Tim Terhadap Kinerja

Karyawan, Disertasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta. 56

Ibid. 57

Kasim, Azhar. Reformasi Administrasi Negara, Bisnis & Ekonomi Politik, Vol. 2 (4), Oktober 1998, h. 43. 58

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 59

West, Michael A. 2000. Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, terjemahan, Kanisius, Yogyakarta. 60

Ibid.

Page 95: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

89

hari ini adalah langkah awal untuk memulai suatu perubahan yang signifikan bagi generasi

mendatang.61

Menurut M. P. Todaro, bahwa ada empat bidang luas yang terbuka bagi intervensi

pemerintah masing-masing berkaitan erat dengan keempat element pokok yang merupakan

faktor-faktor penentu utama atau baik tidaknya kondisi-kondisi distribusi pendapatan di sebagian

negara berkembang. Adapun keempat elemen pokok tersebut adalah :62

(1) Distribusi fungsional;

(2) Distribusi ukuran; (3) Program redistribusi pendapatan; (4) Peningkatan distribusi pendapatan

langsung, terutama bagi kelompok-kelompok masyarakat yang berpenghasilan relatif rendah.

Menurut Adler Manurung, melebarnya kesenjangan kedua kelompok sosial ekonomi

diakibatkan oleh belum terarahnya distribusi belanja pemerintah. Ketidakterarahan ini

menyebabkan belanja investasi menjadi tersendat. Akibatnya, meski secara nilai pertumbuhan

ekonomi cukup tinggi, namun secara realitas kurang berkualitas. Pada gilirannya, ini

memerlukan optimalisasi belanja pemerintah. Ini akan mampu memberikan suntikan investasi

bagi yang lain. Perbaiki itu jalan jalan. Itu akan mendorong rakyat kecil mendapatkan

pendapatan. Kalau mereka dapat uang, daya beli mereka akan naik.63

Namun demikian ada sejumlah elemen yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan

pembenahan sistem pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Berikut akan diuraikan elemen-

elemen dimaksud.

a. Kesabaran

Kesabaran merupakan hal terpenting dalam melakukan suatu perubahan yang berkaitan

dengan manusia. Kesabaran dibutuhkan karena perubahan tidak dilakukan atas sistem, tetapi

yang terpenting adalah cara berpikir (mindset) dari setiap manusia yang ada dalam sistem.

Dalam sistem pendidikan ada sejumlah manusia yang berperan. Ada pengambil

kebijakan, ada pengajar, ada mahasiswa, ada orang tua dan ada pula manusia yang berperan

dalam mendukung proses belajar mengajar.

61

Ibid. 62

Todaro, MP. 2004. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga, h. 262-269. 63

Manurung, Adler. Kompas, 18 Desember 2005.

Page 96: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

90

Perubahan yang dilakukan atas sistem pendidikan tidak berada dalam suatu kekosongan

atau kevakuman. Perubahan juga tidak dapat menafikan apa yang pernah ada. Oleh karenanya

perlu masa transisi yang sedapat mungkin tidak dirasakan oleh para pemangku kepentingan.

b. Konsistensi kebijakan

Disamping kesabaran juga dibutuhkan suatu konsistensi dalam menjalankan kebijakan.

Bagi Indonesia ini merupakan suatu masalah besar. Pengambil kebijakan dari tingkat yang

tertinggi hingga paling bawah kerap tidak konsisten. Setiap pimpinan baru ingin melakukan

perubahan yang sebenarnya tidak terlalu signifikan tetapi harus melalui suatu proses yang

melelahkan.

Bagi sebagian besar pemimpin di Indonesia berlaku pemikiran bahwa saat menjadi

pemimpin harus mampu untuk melakukan perubahan. Perubahan diartikan sebagai sesuatu yang

berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Padahal cara berpikir seperti ini tidak membawa

kebaikan bagi bangsa dan negara. Bukannya pembangunan sistem yang dilakukan tetapi yang

terjadi adalah memindahkan pendelum dari satu ekstrim ke ekstrim yang lainnya. Oleh

karenanya konsistensi dalam melakukan perubahan sangat penting bagi Indonesia sebagai negara

yang sedang membangun. Pemimpin harus dianggap berhasil bila mampu meneruskan apa yang

telah diletakkan oleh para pendahulunya. Sebaliknya pemimpin dianggap tidak berhasil ketika ia

tidak mampu membaca visi para pendahulunya. Dalam implementasi kebijakan di bidang

pendidikan kerap yang terjadi adalah ganti menteri ganti kebijakan. Bahkan ganti Direktur

Jenderal ganti pula kebijakan atas sistem pendidikan yang menjadi tanggung jawabanya.

Tidak heran bila satu generasi akan mengalami sistem pendidikan yang berbeda dengan

generasi terdahulu dan generasi sesudahnya. Oleh kareanya konsistensi merupakan elemen yang

perlu mendapat perhatian bagi para stakeholders dan mereka harus mengawal konsistensi

perubahan sistem pendidikan yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan.64

c. Kemampuan mengidentifikasi Masalah

64 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Page 97: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

91

Elemen lain yang perlu mendapat perhatian adalah kemampuan untuk mengidentifikasi

masalah dari pengambil kebijakan. Memang dalam makalah ini telah disampaikan sejumlah

masalah seputar pendidikan di Indonesia. Namun masalah yang telah disampaikan tidak hanya

itu saja. Masih banyak masalah yang harus diidentifikasi dalam rangka pembenahan sistem

pendidikan di Indonesia. Salah satu yang penting adalah kondisi Indonesia yang harus diakui

antara satu propinsi, bahkan kabupaten dan kotamadya yang berbeda, baik infrastruktur,

masyarakat maupun kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan pendidikan kepada

masyarakatnya.

Masalah lain adalah koordinasi antar instansi yang kerap sangat lemah. Pembenahan

sistem pendidikan bukanlah tanggung jawab dan beban dari Kementerian Pendidikan Nasional,

namun melibatkan sejumlah instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang perlu mendapat

koordinasi adalah instansi dilevel horizontal maupun vertikal.

d. Pelibatan Stakeholders

Perubahan dalam sistem pendidikan harus muncul sense of ownership dari seluruh

pengambil kebijakan, tetapi juga masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Oleh karenanya perlu pelibatan para stakeholders di Indonesia atas perubahan yang akan

dilakukan. Proses pengambil keputusan yang memperhatikan ciri-ciri demokrasi harus

diperhatikan. Namun demikian ketika keputusan oleh mayoritas telah diambil maka semua harus

tunduk pada keputusan tersebut. Perlu dihindari proses yang memojokkan satu kelompok yang di

kemudian hari kelompok ini menjadi oposisi untuk tidak membenarkan terjadinya perubahan.

Dalam pelibatan stakeholders, peran media massa sangat penting. Media massa harus mampu

menterjemahkan kebijakan yang diambil dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami

kepada masyarakat.

e. Keterbatasan anggaran

Satu hal yang tidak kalah penting dalam pembenahan sistem pendidikan di Indoensia

adalah anggaran. Anggaran yang dibutuhkan sangatlah besar. Oleh karenanya anggaran harus

memadai demi suksesnya perubahan yang akan dilakukan.

Page 98: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

92

Dalam kaitan dengan anggaran hal yang perlu mendapat perhatian adalah mencegah

kebocoran atau terjadinya korupsi. Korupsi mempunyai dampak yang luar biasa terhadap upaya-

upaya pembenahan bangsa dan negara. Korupsi telah mampu melumpuhkan reformasi dan

restorasi yang dilakukan oleh berbagai komponen.

Oleh karenanya, maka pemanfaatan anggaran yang cukup besar bagi pembenahan sistem

pendidikan harus dapat diawasi agar tidak mudah disalahgunakan. Proses kreatif dan inovatif

tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.65

Kewirausahaan merupakan suatu kemampuan

dalam menciptakan nilai tambah melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru

dan berbeda melalui :66

1. Pengembangan teknologi baru

2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru

3. Perbaikan Produk barang dan jasa yang ada

4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya

yang lebih efisien.

Kreativitas adalah :67

Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara

baru yang dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang atau dengan kata lain

kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda.

Inovasi adalah :68

Kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka pemecahan

masalah dan menemukan peluang serta kemampuan untuk sesuatu yang baru dan berbeda.

Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa dan

bias dalam bentuk proses seperti ide, metode dan cara.

Jiwa Dan Sikap Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan

sikap kewirausahan, yaitu :69

65

Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc. 66

Ibid. 67

Ibid. 68

Ibid. 69

Ibid.

Page 99: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

93

1) Orang-orang yang percaya diri yakni, optimis dan penuh komitmen, berinisiatif,

enerjik dan pecaya diri;

2) Memiliki motif berperstasi, berorientasi hasil dan berwawasan kedepan;

3) Memiliki jiwa kepemimpinan, berani tambil beda;

4) Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan, karena itu suatu tantangan.

Proses Kewirausahaan

Kewirausahaan diawali dengan :70

1. Proses imitasi dan duplikasi

2. Proses pengembangan

3. Proses menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi)

Pada tahap proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap

kewirausahaan.

Faktor pribadi yang memicu kewirausahan :71

5) Motif berprestasi

6) Komitmen

7) Nilai-nilai pribadi

8) Pendidikan dan Pengalaman

Faktor lingkungan sebagai pemicu pada masa inovasi :72

9) Peluang

10) Model Peran

11) Aktivitas

Fungsi dan Peran Wirausaha

Secara umum wirausaha memiliki dua peran yaitu :73

1. Sebagai Penemu ( Innovator )

70

Ibid. 71

Adiwarman Karim, EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI MAKRO. Kanin Bisnis Consultan, Jakarta; 2002. 72

Ibid. 73

Ibid.

Page 100: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

94

Wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi, dan cara baru, ide

baru, dan organisasi usaha baru.

2. Sebagai Perencana (Planner)

Wirausaha berperan merancang usaha baru merencanakan strategi perusahaan baru,

menanamkan ide-ide dan berbagai peluang dalam peusahaan dan menciptakan

organisasi perusahaan baru.

Peluang Kewirausahaan

Ide dapat menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap

peluang secara terus menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda,

mengamati pintu peluang, menganalisa proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko

yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha harus memiliki berbagai

kemampuan dan pengetahuan seperti :74

1) Kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa baru

2) Menghasilkan nilai tambah baru

3) Merintis usaha baru

4) Melakukan proses atau teknik baru

5) Mengembangkan organisasi baru

Pengetahuan dan keterampilan Kewirausahaan

Selain bekal kemampuan, wiraushaa juga perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan.

Modal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha meliputi :75

1. Bekal pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki / dirintis dan lingkungan usaha

yang ada.

2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.

3. Bekal pengetahuan tentang manajemen dan organiasi bisnis.

Modal keterampilan yang harus dimiliki wirausaha meliputi :76

74

Boone and Curtz, 2007. Contemporary Business. New York: Thomson Learning 75

Ibid. 76

Ibid.

Page 101: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

95

1. Bekal keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko

2. Bekal keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah

3. Bekal Keterampilan dalam memimpin dan mengelola

4. Bekal keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi

5. Bekal keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan.

Bagaimana Merintis Usaha Baru

Pada umumnya ada 3 cara yang dikenal untuk memasuki suatu usaha bisnis :77

1. Merintis Usaha baru sejak dari awal

2. Membeli perusahaan yang ada

3. Kerjasama manajemen ( Franchising )

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru antara lain:78

1. Bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis

2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan usaha yang akan dipilih

3. Tempat atau lokasi usaha yang akan dipilih

Untuk mengelola usaha tersebut harus diwali dengan :79

1. Perencanaan Usaha

2. Pengelolaan Keuangan Hasil Usaha

3. Aksi Strategis Usaha

4. Teknik Pengembangan Usaha

Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu

(personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja, kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan

yang selalu ingin dicapainya80

.

a. Intelectual Capital = Competency x Commitment

77

Griffin and Ebert. 2005. Business Essential. New Jersey: Prentice Hall. 78

Ibid. 79

Ibid. 80

Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc.

Page 102: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

96

Artinya meskipun seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi apabila tidak

disertai dengan komitmen tinggi, maka wirausaha tersebut tidak akan dapat

menggunakan modal intelektualnya.81

b. Competence = Capability x Authority

Artinya bahwa wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yagn memiliki kemampuan

dan wewenang sendiri dalam pengelolaan usahanya (kemandirian) wirausaha selalu

bebas menentukan usahanya, tidak hanya tergantung pada orang lain.82

c. Capability = Skill x knowledge

Artinya bahwa kapabilitas wirausaha sangat ditentukan oleh pengetahuan dan

keterampilan atau kecakapan.83

Perubahan yang terjadi secara multidimensional dalam dunia pendidikan mensyaratkan

kemampuan kepala sekolah yang handal untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara

optimal.84

Pengetahuan dan keterampilan yang pernah diserap kepala sekolah ketika mengikuti

pendidikan dan latihan seringkali dianggap terbatas dan kurang sesuai dengan tuntutan

persyaratan pekerjaannya saat ini.85

Oleh karena itu, para calon/kepala sekolah perlu selalu

melakukan pembelajaran agar dapat mengikuti dinamika perkembangan IPTEKS dan dunia

pendidikan, serta peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Beberapa peraturan seperti PP Nomor

19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,86

Kepmen Nomor 162 tentang Pedoman

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah87

, dan PP Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga

Kependidikan pasal 20 ayat (4)88

pada intinya menyebutkan bahwa tenaga kependidikan yang

akan ditugaskan untuk bekerja mengelola satuan pendidikan dipersiapkan melalui pendidikan

khusus.89

Meskipun di dalam PP tersebut tidak disebutkan tentang pendidikan khusus

81

Ibid. 82

Ibid. 83

Ibid. 84

Kwik Kian Gie, Surat Kabar Harian Kompas, 5 Mei 2003. 85

Ibid. 86

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 87

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai

Kepala Sekolah. 88

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 Tentang Tenaga Kependidikan. 89

Bisnis Indonesia, Edisi 21 Agustus 2008

Page 103: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

97

kewirausahaan bagi calon/kepala sekolah, namun di sini ada komitmen kuat dari pemerintah

untuk mempersiapkan, secara khusus, pendidikan dan latihan bagi pengelola satuan

pendidikan.90

Pendidikan khusus yang bermuatan kewirausahaan bagi para calon/kepala sekolah

diperlukan agar nantinya mereka dapat lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya dan

aset yang dimiliki dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah yang

dipimpinnya.91

Kelemahan manajemen kewirausahaan lembaga pendidikan kita saat ini sebagian besar

disebabkan oleh ketidakmampuan pengelola sekolah maupun universitas menjalankan fungsinya

manajerialnya secara profesional.92

Efek lanjutan dari kelemahan sistem manajemen

kewirausahaan yang berkepanjangan adalah semakin tertinggalnya kemajuan pendidikan

kewirausahaan dilihat dari sudut kemajuan di sektor ekonomi, industri dan perdagangan.93

Sentuhan kreativitas dan inovasi dalam berbagai bidang pendidikan kewirausahaan seperti

kurikulum, sarana dan prasarana, pola pendidikan kepada anak didik, dan sebagainya tidak akan

banyak manfaatnya tanpa kemampuan wirausaha yang memadai dari para pengelolanya.

Pengembangan kewirausahaan berbasis kreativitas dan inovasi ini bertujuan untuk membekali

calon/kepala sekolah dengan wawasan kewirausahaan dalam menjalankan tugasnya, khususnya

dalam mempersiapkan “sekolah mandiri” yang menjadi roh dari otonomi sekolah.94

Oleh karena

itu, pemahaman komprehensif dan aplikatif tentang kompetensi kewirausahaan sangat penting

diberikan bagi peserta dalam pelatihan calon/kepala sekolah. Pada akhirnya, diharapkan supaya

perumusan dan implementasi kebijakan atau keputusan kepala sekolah dapat dikembangkan

secara kreatif dan inovatif untuk mendukung penanaman jiwa kewirausahaan bagi semua warga

sekolah.

Kewirausahaan : Kreativitas dan Inovasi

Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan atau kesen-jangan ekonomi dan

tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, termasuk

90

Ibid. 91

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta. 92

Ibid. 93

Ibid. 94

Ibid.

Page 104: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

98

Indonesia. Berawal dari distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu

terjadinya kesenjangan pendapatan sebagai dampak dari kemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat

serius apabila kedua masalah tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, yang pada

akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang berdampak negatif.

Pada pertengahan tahun 1997 dan 1998 terjadi krisis moneter yang merupakan

pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan orang, dampak dari

krisis yang terparah dan langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan

1998 inflasi meningkat dari 6% menjadi 78%, sementara upah riil turun menjadi hanya sekitar

sepertiga dari nilai sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Pada tahun 1996 dan

1999 proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24%

dari jumlah penduduk.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat menjadikan tingkat kemiskinan,

pengangguran, dan ketimpangan yang semakin menurun dalam pembagian pendapatan

(ketimpangan relatif). Akan tetapi hal itu tentu tidak akan mengherankan bagi ahli-ahli ekonomi

pembangunan yang dimulai dari Adam Smith, Ricardo, Marx, sampai pada Kuznets, telah

mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang tidak merata.

Seperti telah dikatakan secara ironis oleh Arthur Lewis, “kalau ada yang mengherankan, ialah

keheranan tersebut (bahwa proses per-tumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang tidak

merata ).”(Thee Kian Wie, 1981 : 21 ).95

Kreativitas merupakan salah satu aset organisasi yang terbesar di tempat kerja, misi

setiap kegiatan dan pusat keberhasilan organisasi (Kilby, 2001). Hal ini didasarkan pada

kenyataan bahwa kreativitas merupakan esensi dan orientasi pengembangan sumber daya

manusia (Dharma dan Akib, 2004b). Kreativitas dapat mencirikan perkembangan dan

keunggulan daya saing organisasi (Ford dan Gioia, 2000). Kreativitas merupakan ramuan dalam

pelayanan publik, pengembangan produk dan strategi serta berbagai proses dan perilaku yang

lebih baik, unik, baru, asli, berbeda atau bermanfaat. Kreativitas mendasari semua praktik

organisasi tanpa memandang rutinitasnya (DeGraff, 2003).

95

Thee Kian Wie. 1983. Pembangunan Ekonomi Dan Pemerataan. Jakarta: LP3ES, h. 1-3.

Page 105: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

99

Kreativitas terlihat melalui gagasan, produk, pelayanan, usaha, mode atau model baru

yang dihasilkan dan perilaku yang diperankan oleh individu, kelompok dan organisasi. Tujuan

akhir pengembangan kreativitas dalam organisasi ialah menciptakan berbagai bentuk nilai

(manfaat), termasuk pertumbuhan, produktivitas, efektivitas, efisiensi dan inovasi. Sejumlah

pakar sepakat bahwa kreativitas merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja organisasi

selain efisiensi, efektivitas dan kepuasan kerja (Kasim, 1998; Scott dalam Eoh, 2001; French et

al, 2000). Kreativitas bersifat alamiah, dapat dikembangkan dan berlangsung seumur hidup

(Kilby, 2001; Akib, 2005).

Pada mulanya, kreativitas hanya dipahami sebagai proses berpikir dengan

menggunakan teknik berpikir kreatif (Ivanyi dan Hoffer, 1999). Kreativitas diartikan sebagai

proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk melahirkan gagasan baru, asli, unik, berbeda

atau bermanfaat (Couger, 1996; Linberg, 1998; Oldham dan Cummings, 1996). Saat ini,

kreativitas juga dipahami sebagai kemampuan melahirkan, mengubah dan mengembangkan

gagasan, proses, produk, mode, model dan pelayanan serta perilaku tertentu. Dalam definisi

kreativitas terkandung ciri keaslian (baru, tidak lazim, tidak terduga) dan potensi utilitas

(berguna, baik, adaptif, sesuai) gagasan, produk, mode atau model dan proses yang dihasilkan

serta perilaku yang diperankan oleh aktornya. Ciri kreativitas dideskripsikan dalam pendekatan

atau model 4-P Kreativitas, yakni Produk, Proses, Person (perilaku individu dan kelompok) dan

Pers (lingkungan) kreatif (Bostrom dan Nagasundaram, 1998; Barlow, 2000; Henry, 1991).96

Selain itu, fokus tulisan ini diarahkan pada person atau perilaku individu dan

kelompok kreatif dalam menciptakan produk, proses dan pers atau lingkungan kreatif. State of

the science kreativitas (Anderson et al, 2003) termasuk ke dalam bidang studi manajemen

sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004b; Timpe, 2000) dan perilaku organisasi (Szilagyi

Jr dan Wallace Jr, 1990; Robbins, et.al. 1994) yang dikaji pada tingkat individu, kelompok dan

organisasi. Perspektif tersebut diakui oleh Boon (1997) bahwa fenomena kreativitas dan proses

kreatif merupakan objek kajian yang sangat luas,97

namun sedikit sekali hasil penelitian ilmiah

96

Henry, Jane (ed.). 1991. Creative Mangement, Sage Publications London, p. 50-56 97

Ibid.

Page 106: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

100

dalam areal transfer konsep kreativitas ke dalam perilaku organisasi,98

sementara kreativitas dan

proses kreatif sangat krusial bagi pengembangan individu, tim, organisasi dan masyarakat.99

Dalam konteks persekolahan, seorang (calon) kepala sekolah tidak cukup hanya

memiliki kreativitas yang tinggi, melainkan juga harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk

melaksanakannya.100

Untuk melaksanakan ide-ide baru tersebut diperlukan kemampuan inovatif

yang merupakan konsep pembaharuan baik sistem, prosedur dan cara maupun aturan untuk

menghasilkan produk, proses, perilaku dan lingkungan kreatif yang optimal.101

Seorang kepala

sekolah yang inovatif harus mampu melahirkan cara baru untuk “menerapkan” ide kreatifnya

sehingga berdaya guna dan berhasil guna bagi lembaganya.102

Dalam implementasi praktis

kreativitas dapat dilakukan mulai dari lingkungan (kecil) di dalam kelas sampai pada manajemen

sekolah yang lebih kompleks.

Berdasarkan pemahaman konsep kreativitas tersebut inovasi dipahami sebagai proses

penerapan kreativitas secara faktual ke dalam kehidupan sehari-hari.103

Inovasi merupakan

proses pengenalan cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal dalam lembaga

pendidikan (sekolah).104

Dengan definisi yang lebih kompleks, inovasi merupakan pengenalan

dan penerapan ide,105

proses,106

produk atau prosedur baru secara sengaja dalam suatu

pekerjaan,107

tim kerja atau organisasi pendidikan dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih

baik dan menguntungkan bagi tim kerja atau lembaga tersebut.108

Ada hubungan erat antara konsep kreativitas dan inovasi yang keduanya sangat

diperlukan dalam mengembangkan sekolah. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan pisau tajam yang

tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi tanpa dilandasi kreativitasi tidak menghasilkan sesuatu

yang baru bagi organisasi sekolah. Kreativitas umumnya akan terlihat pada proses kognitif

98

Ibid. 99

Ibid. 100

Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta. 101

Ibid. 102

Ibid. 103

Henry, Jane (ed.). 1991. Creative Mangement, Sage Publications London, p. 60-63. 104

Ibid. 105

Kilby, Jan. Creativity is one of the greatest assets in the workplace http://www.bizjournals.com/css, From the

July 13, 2001, diakses 19 Maret 2003. 106

Ibid. 107

Ibid. 108

Ibid.

Page 107: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

101

seseorang, di mana pikiran dan ide-ide kreatifnya terlihat dalam proses, perilaku, produk dan

lingkungan pembelajaran. Misalnya, strategi pembelajaran kreatif dengan memanfaatkan sumber

belajar yang ada di lingkungannya (contextual learning)109

atau penataan ruangan kelas yang

memungkinkan peserta didik mendapatkan akses yang sama dengan guru atau sumber belajar

lainnya atau pola administrasi kelas dengan pola komputerisasi.

Pada tataran implementasi, inovasi terbatas pada usaha sengaja (sadar) untuk

memperoleh keuntungan atau hasil yang lebih baik dengan melakukan perubahan,110

di mana

perubahan tersebut meliputi aspek ekonomis,111

pengembangan pribadi,112

kepuasan kerja,113

kohesi kelompok dan komunikasi organisasional (lembaga sekolah) yang lebih baik,114

maupun

produktivitas,115

efisiensi,116

efektivitas dan profitabilitas kelembagaan.117

Inovasi tidak selalu

berwujud perubahan radikal lembaga pendidikan namun dapat berupa perubahan kecil dan

sederhana yang melibatkan berbagai komponen sekolah.118

Inovasi tidak harus didominasi

perubahan dengan teknologi tinggi, namun sentuhan teknologi hanyalah merupakan salah satu

faktor inovasi dalam mengelola sekolah.119

Contoh, dikenalkannya layanan pendidikan yang

lebih menekankan pada faktor potensi/kemampuan anak dengan melakukan pembelajaran semi-

individual (tidak selalu klasikal).120

Ilustrasi lain yang lebih canggih dapat dilakukan melalui

pengenalan layanan pendukung komputer baru di sekolah. Inovasi bisa juga ditemukan dalam

perubahan administratif sekolah dengan menerapkan model database baik untuk guru dan siswa

maupun tenaga pendukung sekolah lainnya (tenaga administrasi). Inovasi dapat dikembangkan

dalam upaya menerapkan strategi baru peningkatan sumber daya manusia, kebijakan sekolah

atau pengenalan kerja tim guru pada bidang-bidang yang spesifik.

109

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 110

Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta. 111

Ibid. 112

Ibid. 113

Ibid. 114

Ibid. 115

Ibid. 116

Depdiknas, 2002. 117

Ibid. 118

Dharma, Surya dan Haedar Akib. Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM, Manajemen

USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH. XXXIII Juni 2004b, h. 29-36. 119

Ibid. 120

Ibid.

Page 108: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

102

Dalam bahasa yang lebih eksplisit inovasi tidak selalu mengisyaratkan atau

mengharuskan pembaharuan absolut. Perubahan dapat dipandang sebagai suatu inovasi apabila

perubahan tersebut baru bagi seseorang, kelompok atau organisasi kelembagaan yang

memperkenalkannya. Kerja tim atau manajemen partisipatif yang diperkenalkan dalam suatu

lembaga pendidikan juga dianggap sebagai suatu inovasi jika baru dalam lembaga tersebut,

terlepas dari apakah model kerja tim tersebut pernah disosialisasikan pada lembaga lain. Dengan

demikian, proses inovasi tidak selalu menuntut hal-hal yang canggih. Persepsi demikian kadang-

kadang justru menghambat proses inovasi, karena selalu takut melangkah untuk berinovasi.

Dalam proses implementasi kreativitas di sekolah, inovasi bisa bervariasi dari inovasi

yang relatif ‘ringan’ hingga inovasi yang dapat merombak sistem kelembagaan sekolah yang

dianggap sangat penting. Inovasi tidak harus setara dengan proses penemuan modul

pembelajaran Quantum Learning121

misalnya. Inovasi adalah segala usaha yang menghasilkan

produk, proses, prosedur yang lebih baik, atau cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan

berbagai hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau institusi sekolah. Beberapa

inovasi bisa diperkenalkan dalam waktu yang singkat (misalnya, memutuskan untuk menerapkan

model Classroom Management122

yang baru dengan mengubah posisi duduk siswa dan guru),

sementara bentuk inovasi lainnya mungkin memerlukan waktu yang cukup lama, sebagaimana

diterapkan dalam pendidikan dewasa ini dengan istilah Community Based Education.123

Penerapan Ilmu Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,

kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk

memperoleh peluang dan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis,

menurut Thomas W. Zimmer ( 1996 ), kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses

sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang dipasar.

Dahulu, kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di

lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat

dipelajari dan diajarkan sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi

121

Depdiknas, 2002. 122

Ibid. 123

Ibid.

Page 109: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

103

merupakan disiplin ilmu yang dapat dipeljari dan diajarkan. Artinya kewirausahaan tidak hanya

bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan tetapi juga dapat dipelajari dan

diajarkan. Seorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakat melalui

pendidikan.

Objek Studi Kewirausahaan

Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaya124

, kemampuan

seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi :

1. Kemampuan Merumuskan Tujuan Hidup / Usaha

Dalam merumuskan tujuan hidup / usaha tersebut perlu perenungan koreksi, yang

kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi

kemauannya.

2. Kemampuan Memotivasi diri

Untuk melahrikan suatu tekad yang menyala-nyala perlu dilakukan bagi seorang

wirausaha.

3. Kemampuan untuk Berinisiatif

Mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah, yang dilakukan berulang-ulang

sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

4. Kemampuan berinovasi

Inovasi melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang-ulang akan

melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari

berbagai kemungkinan baru atau komvinasi baru apa saja yang dapat dijadikan peran

dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.

5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal

6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membaisakan diri selalu tepat waktu dalam

segala tindakan melalui kebiasaan selalu menunda pekerjaan.

7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama

124

Soeparman Soemahamidjaya, 1997, hal. 14 – 15

Page 110: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

104

8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dan pengalaman baik

maupun menyakitkan

Hakekat Kewirausahaan

Pada dasarnya kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada

individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif

dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai.125

Jiwa dan sikap kewirausahaan

tidak hanya dimiliki oleh usahawan,126

melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif

dan bertindak inovatif.127

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan

dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses.128

Inti

kewirausahaan menurut Drucker (1959) yang dikutip oleh Alma (2006),129

adalah kemampuan

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan

inovatif demi terciptanya peluang. Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri

yakni:130

1) Penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan

bertanggung jawab;

2) Memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif;

3) Memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke

depan;

4) Memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan

tangguh dalam bertindak;

5) Berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.

Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya tantangan dalam berpikir kreatif

dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang diusahakan. Ide kreatif

dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian

berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang

125

Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 15-18. 126

Ibid. 127

Ibid. 128

Ibid. 129

Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 22-35. 130

Ibid.

Page 111: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

105

baru, berbeda dan bermakna.131

Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna

inilah yang disebut tahap kewirausahaan.132

Berikut ini dapat digambarkan dalam tabel tentang

ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti dibawah ini :133

Ciri – ciri Watak

(1) Percaya Diri

(2) Berorientasi Pada

Tugas Dan Hasil

(3) Pengambilan Resiko

Dan Suka Tantangan

(4) Kepemimpinan

(5) Keorisinilan

(6) Berorientasi kemasa

depan

Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimis

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,

ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras

mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif

Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar

Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,

menanggapi saran-saran dan kritik

Inovatif, kreatif, dan fleksibel

Belajar dari pengalaman masa lalu dan selalu memiliki

pandangan untuk kemajuan dan pencapaian tujuan.

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem

kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain.134

Sebagian besar pendorong

perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah

yang memiliki jiwa wirausaha. Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki kemampuan

untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan dinamika kegiatan di lembaganya.

Sampai pada tataran tertentu keberhasilan seorang wirausaha tergantung pada kesediaan untuk

bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri.

131

Ivanyi, Attila Szilard and Ilona Hoffer. 1999. The Role of Creativity in Innovation, Society and Economy Vol.

XXI No. 4, http://www.lib.bke.hu/gt/1999-4e/994-06.html, diakses 7 Mei 2003. 132

Ibid. 133

Ibid.

134Ivanyi, Attila Szilard and Ilona Hoffer. 1999. The Role of Creativity in Innovation, Society and Economy Vol.

XXI No. 4, http://www.lib.bke.hu/gt/1999-4e/994-06.html, diakses 7 Mei 2003.

Page 112: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

106

Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika bermaksud mencapai tujuan

yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam kehidupannya.135

Kekuatan seorang wirausaha

datang dari dirinya sendiri dan bukan dari tindakan orang lain.136

Meskipun risiko kegagalan

selalu mengintip, wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas

tindakannya. Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam belajar. Beberapa

wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah mengalami rintangan dan kegagalan.

Belajar dari pengalaman akan membantu wirausaha menyalurkan kegiatan untuk mencapai hasil

yang lebih produktif dan positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak

mengenal lelah.

Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam

petualangan inovatif.137

Wirausaha juga memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi

dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.138

Menurut McClelland, terdapat sembilan ciri

wirausahawan, yaitu:139

1) Keinginan untuk berprestasi

2) Bertanggung jawab

3) Preferensi kepada risiko menengah

4) Persepsi pada kemungkinan berhasil

5) Rangsangan oleh umpan balik

6) Enerjik dalam beraktivitas

7) Berorientasi ke masa depan

8) Terampil dalam pengorganisasian

9) Sikap positif terhadap uang.140

Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, di mana dalam proses inovasinya

menunjukkan cara-cara baru yang berbeda, lebih baik dan bermanfaat dalam mengerjakan

135

Robbins, Stephen P, Terry Waters-Marsh, Ron Cacioppe, Bruce Millett. 1994. Organizational Behaviour,

Prentice-Hall of Australia Pty Ltd, Sydney, h. 22, 50 dan 704. 136

Ibid. 137

Ibid. 138

Ibid. 139

Ibid. 140

Depdiknas, 2002

Page 113: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

107

pekerjaan.141

Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak

menyadari keragaman dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya untuk memajukan

sekolah.

Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal dalam

mengejar tujuan,142

tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala

sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah yang realistik, hasil yang dapat diterima

lebih penting daripada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif

dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik.

Pada umumnya, setiap orang termasuk kepala sekolah memiliki pengalaman masa lampau yang

bervariasi. Pengalaman dan pengetahuan masa lampau kepala sekolah yang memiliki jiwa

wirausaha biasanya unik dan kadang-kadang tidak dimiliki orang lain. Namun, kebanyakan

kepala sekolah yang berjiwa wirausaha juga memiliki kemauan untuk meniru dan mengkiblat

pada keberhasilan kepala sekolah lain yang lebih berhasil mengelola sekolah. Model meniru dan

mengikuti peran kepala sekolah lain yang berhasil mengembangkan sekolah dengan prinsip

kewirausahaan menghasilkan sosok wirausaha yang memiliki keterampilan mengelola sekolah.

Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya mempunyai tujuan dan

pengharapan tertentu yang dijabarkan ke dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang

realistik. Realistik berarti tujuannya disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki.

Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan

demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur

dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka

visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur

untuk masing-masing aspek atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan

menjadi program dan subprogram yang lebih memudahkan implementasinya dalam

pengembangan sekolah.

141

Robbins, Stephen P, Terry Waters-Marsh, Ron Cacioppe, Bruce Millett. 1994. Organizational Behaviour,

Prentice-Hall of Australia Pty Ltd, Sydney, h. 22, 50 dan 704. 142 Robbins, Stephen P, Terry Waters-Marsh, Ron Cacioppe, Bruce Millett. 1994. Organizational Behaviour, Prentice-Hall of Australia Pty Ltd,

Sydney, h. 22, 50 dan 704.

Page 114: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

108

Dalam pencapaian keberhasilannya, seorang wira usaha memiliki ciiri-ciri tertentu pula.

dalam’’entrepreneurship and small enterprise development report’’[1986] yang dikutip oleh

M.Scarborough dan Thomas W.zimmerer[1993:5] dikemukakan beberapa karakteristik kewira

usahaan yang berhasil,di antara nya memiliki ciri-ciri:

1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (proactive)

2) Beriorentasi pada prestasi (achievement oriented)

Yang tercermin dalam pandangan dan tindakan [sees and acts] terhadap peluang, orientasi

efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana dan mengutamakan monitoring.

3) Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis

(commitment).

Nilai-nilai Kewirausahaan

Milton Rockoach (1973: 4) membedakan konsep nilai menjadikan dua yaitu nilai

sebagai:

1. Sesuatu yang dimiliki oleh manusia ( person has a value )

2. Sesuatu yang berkaitan dengan objek ( an object has value )

Pandangan pertama manusia memiliki nilai yaitu sesuatu yang dijadikan ukuran baku

bagi prinsipnya terhadap dunia luar. Menurut Sidharta Poespadibrata (1993 : 91) untuk

seseorang merupakan perilaku yang melekat pada kewirausahaan dan menjadi ciri-ciri

kewirausahaan dapat dipandang sebagai system nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan

diatas identik dengan system nilai yang melekat pada system nilai manajer. Sejuti Yahya ( 1977 )

membagi nilai-nilai kewirausahaan kedalam dua dimensi nilai yang berpasangan yaitu :

1. Sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan berorientasi non materi

2. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.

Ada empat nilai dengan orientasi dan cirri masing-masing dan dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi

Ciri-cirinya :

a) Pengambil resiko

b) Terbuka terhadap teknologi

Page 115: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

109

c) Mengutamakan materi

1. Kewirausahaan yang berorientasi kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi

Ciri-cirinya :

a) Hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab

b) Pelayanan

c) Sikap positif

d) Kreativitas

2. Wirausaha yang berorientasi materi

Berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha kira-kira

sering menghadap kerarah tertentu (fengshui maupun hongshui) supaya berhasil

3. Wirausaha yang berorientasi non materi

Ciri-cirinya :

a) Bekerja berdasarkan kebiasaan

b) Tergantung pada pengalaman

c) Berhitung dengan menggunakan mistik

d) Taat pada tata cara leluhur

Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada focus dan tujuan masing-masing

wirausaha. Dari beberapa ciri kewirausahaan diatas ada nilai hakiki penting dari kewirausahaan

yaitu :

1. Percaya diri

Kepercayaan diri adalah sikap dalam keyakinan seseroang dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugas-tugasnya.

Kepercayaan diri dari berpengaruh pada gagasa, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian,

ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya.

2. Beroritentasi tugas dan hasil

Seorang yang sellau mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu

mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan

ketabahan, tekad dan kerja keras, enerjik dan berinisiatif.

3. Keberanian mengambil resiko

Page 116: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

110

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama

dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai

atau berinisiatif. Keberanian menanggung resiko tergantung pada :

1. Daya tarik setiap alternatif

2. Kesediaan untuk rugi

3. Kemungkinan relative untuk sukses atau gagal

Untuk bisa memilih sangat tergantung atau ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk

mengambil resiko. Selanjutnya kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh :

1. Keyakinan pada diri sendiri

2. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan

kemungkinan untuk memperoleh keuntungan

3. Kemampuan untuk nilai situasi resiko secara realistis

Diatas ditemukan bahwa pengambilan resiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri,

artinya semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan diri sendiri, maka semakin besar

keyakinan orang tersebut akan keanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keptuusan, dan

semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai

resiko (Meredith 1996: 39). Jadi pengaruh seorang wirausaha dalam pengambilan resiko

berkaitan erat dengan adanya tantangan dan peluang bisnis. Oleh sebab itu, maka seringkali

pengambil resiko ditemukan pada orang-orang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian yang

terpenting dari perilaku kewirausahaan.

4. Kepemimpinan

Seseorang wirausaha yang berhail selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepelaporan,

keteladangan, selalu ingin tambil berbeda lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan

kemampuan kreativitas dan inovasi ial selalu menampilkan barang dan jasa yang

dihasilkannya dengna lebih cepat lebih dulu dan segera berada dipasar.

5. Berorientasi ke masa depan

Berorientasi kemasa depan adalah selalu mencari peluang tidak cepat puas dengan

keberhasilan dan berpandangan jauh kemasa depan. Pandangan yang jauh kemasa depan,

Page 117: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

111

membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh

karena itu, selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

6. Keorsinilan Kreativitas dan inovasi

Nilai inovasi kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorsinilan seseorang. Wirausaha

yang inovatif adlah orang yang kreatif dan yakin dengna adanya cara-cara baru yang lebih

baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7) ciri-cirinya adalah :

a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini meskipun cara tersebut

cukup baik

b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya

c. Selalu ingin tambil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan

Fungsi Kreativitas, Inovatif & Jiwa Kewirausahaan dalam Organisasi

Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting dimiliki karena merupakan

kemampuan yang sangat berguna dalam proses kehidupan manusia. Makna dan posisi kreativitas

dan inovasi dinyatakan oleh Treffinger (1986) bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki

kreativitas. Sementara itu, Timpe (2000: 59) menjelaskan bahwa setiap individu kreatif dengan

cara-cara dan derajat yang berbeda. Dengan demikian, setiap orang memiliki dasar kreativitas

dan inovasi pada dirinya. Masalahnya adalah bagaimana cara potensi kreativitas dan inovasi

tersebut dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan riil sesuai dengan wawasan

kewirausahaan dalam organisasi, khususnya di sekolah.

Suatu karya kreatif dan inovatif sebagai hasil kreasi kepala sekolah dapat mendorong

potensi kerja dan kepuasan pribadi yang tak terhingga besarnya. Dengan terobosan kreatif kepala

sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengubah tantangan menjadi

peluang dan untuk memajukan sekolah. Hal ini menunjukkan terjadinya perwujudan diri

sepenuhnya yang merupakan salah satu esensi dalam kehidupan manusia (Munandar, 1992).

Menurut Maslow (1968),143

dalam perwujudan diri manusia kreativitas dan inovasi merupakan

manifestasi dari individu yang memiliki fungsi penuh. Di sini terlihat bahwa potensi kreativitas

143

Depdiknas, 2002

Page 118: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

112

dan inovasi penting untuk mengembangkan prestasi kerja, termasuk prestasi kerja kepala sekolah

bersama warga sekolah.

Pada masa sekarang di mana otonomi daerah tengah digalakkan, konsekuensi logis

pergeseran kebijakan tersebut adalah perlunya dipersiapkan tenaga handal dalam mengelola

sistem pemerintahan, termasuk sistem ketenagaan di sektor pendidikan. Disadari bahwa pola

rekruitmen tenaga kependidikan di daerah masih sangat lemah dan satu di antaranya adalah

kompetensi kepala sekolah. Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan fungsi kreativitas,

inovasi dan kewirausahaan dalam organisasi pendidikan (calon) kepala sekolah menjadi salah

satu kajian pokok dalam peningkatan aspek tersebut. Kewirausahaan berbasis kreativitas dan

inovasi juga penting dipahami oleh para guru dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pendidik dan pengajar yang membimbing dan mengantar anak didik ke arah pertumbuhan dan

perkembangan prestasinya secara optimal. Di sisi lain, kepala sekolah karena kelemahan

rekuritmen kadang-kadang tidak memiliki kemampuan tersebut. Padahal, kedudukan kepala

sekolah menjadi sangat sentral dan penting dalam mengoptimalkan fungsi kreativitas, inovasi

dan wawasan kewirausahaan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Selain makna kreativitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan perlu pula dipelajari

kepentingannya dalam kehidupan di masyarakat dan di tempat kerja. Kreativitas yang merupakan

pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu dan organisasi.

Semiawan (1997)144

menguraikan konsep Treffinger (1986) bahwa ada empat alasan penting

mengapa seseorang (termasuk kepala sekolah) perlu belajar menjadi lebih kreatif, yaitu: 1)

belajar kreatif membantu seseorang (kepala sekolah) menjadi lebih berhasil guna dalam

melakukan pekerjaan; 2) belajar kreatif menciptakan kemungkinan untuk memecahkan masalah

yang tidak mampu diramalkan yang timbul di masa kini dan di masa depan; 3) belajar kreatif

menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan dapat

mengubah karir pribadi serta menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang; 4) belajar kreatif

dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar kreatif dapat

menimbulkan ide, cara dan hasil yang baru, unik dan bermanfaat.

144

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta, h.

16-19.

Page 119: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

113

Dalam kaitannya dengan perwujudan fungsi kreativitas, inovasi dan wawasan

kewirausahaan perlu ada komitmen yang tinggi dari para kepala sekolah dan guru dalam

mengembangkan proses pembelajaran di sekolah.145

Bagi guru sebagai salah satu pilar

pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS),146

perlu memiliki

kemampuan dan kesanggupan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar siswa

terangsang untuk lebih ingin mengetahui materi pelajaran, senang bertanya dan berani

mengajukan pendapat serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman baru.147

Hal ini

penting dipahami dan dipraktekkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan harapan

agar siswa mendapat kesempatan mengukir prestasi. Selanjutnya, yang lebih penting adalah

peran kepala sekolah, yang juga merupakan salah satu pilar dari tiga pilar pelaksanaan MPMBS

agar memiliki kepedulian yang lebih tinggi dari sisi manajemen sekolah.

Strategi Memperkenalkan Inovasi

Banyak cara yang dapat dipilih dalam mensosialisasikan konsep kreativitas dan inovasi,

dari cara yang radikal sampai pada cara halus dan tersamar. Pada prinsipnya, apapun strategi

yang diterapkan memiliki tujuan yang sama agar perubahan dan pembaruan terjadi dalam

organisasi. West (2000) mengemukakan empat strategi memperkenalkan inovasi, yakni strategi

pengaruh minoritas, strategi partisapatif, strategi eklektik dan strategi pemaksaan kekuasaan

(Depdiknas, 2002). Tiga strategi yang erat kaitannya dengan pengembangan kreativitas dan

inovasi dalam konteks pendidikan diuraikan berikut ini.

Strategi partisipatif peserta didik, ini cocok dikembangkan apabila kebutuhan akan

inovasi dirasakan oleh personil kelembagaan dan tersedia cukup waktu dan sumber daya untuk

menggalakkan partisipasi khususnya bagi kelompok yang dianggap tidak terlibat langsung dalam

proses inovasi. Sebagai ilustrasi pada konteks persekolahan, strategi partisipasi melibatkan tiga

unsur, yakni 1) kepala sekolah, guru dan warga sekolah, 2) mensosialisasikan informasi kepada

mereka, dan 3) melibatkan kepala sekolah, guru dan warga sekolah termasuk komite sekolah,

orang tua siswa, pengusaha, penguasa dan masyarakat selaku pemangku kepentingan dalam

145

Ibid. 146

Ibid. 147

Ibid.

Page 120: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

114

pembuatan keputusan. Strategi partisipasi dapat diterapkan apabila basis untuk tim sudah ada di

sekolah tersebut.

Strategi Ekletik, menurut Daft (1992) merupakan gabungan dari beberapa metode dalam

mengimplementasikan inovasi. Pendekatan ini melibatkan tujuh teknik mengubah implementasi,

yakni 1) diagnosis kebutuhan akan perubahan; 2) memenuhi ide-ide yang sesuai kebutuhan; 3)

mendapatkan dukungan manajemen puncak; 4) merancang perubahan untuk implementasi

bertahap; 5) mengembangkan rencana untuk mengatasi resistansi terhadap perubahan; 6)

membentuk tim perubahan; dan 7) merangkul dan membina personil yang kaya ide.

Strategi Pemaksaan Kekuasaan, ini lazim digunakan untuk perubahan paradigma yang

radikal dan tidak mungkin dilakukan dengan cara lain. Pemaksaan kekuasaan dilakukan jika

kelompok organisasi memiliki kemampuan berpikir yang timpang antara kelompok pimpinan

dengan kelompok yang dikenai inovasi. Di samping itu, pemaksaan kekuasaan diterapkan

apabila tidak ada waktu yang cukup untuk menjalankan konsultasi, komunikasi atau partisipasi

dalam menerapkan inovasi. Perlu diingat bahwa strategi pemaksaan hanya efektif digunakan oleh

aktor yang memiliki kekuasaan dan pengaruh cukup besar dalam organisasi untuk mendesak

implementasi inovasi. Konsekuensi penggunaan strategi pemaksaan kekuasaan adalah adanya

kecenderungan memunculkan sikap permusuhan yang cukup besar di antara anggota organisasi.

Pemaksaan kekuasaan merupakan satu-satunya cara untuk mewujudkan perubahan yang tidak

popular. Contoh, perampingan kelembagaan akan sangat mungkin menimbulkan resistansi besar-

besaran, bahkan proses konsultasi, komunikasi dan partisipasi tidak akan efektif. Program

perubahan kultur juga seringkali menuntut pemaksaan kekuasaan untuk mengatasi resistansi

terhadap perubahan dalam diri orang yang sudah begitu lama menggeluti “kultur lama.”

Misalnya, kepala sekolah sering menentang pengenalan participative management atau

participative leadership karena melihat bahwa kewenangan, kekuasaan dan kontrol

manajemennya akan dipangkas.

“Good Practice” Semangat Kewirausahaan Sekolah

Berdasarkan trend selama ini dapat dikatakan bahwa di masa datang banyak sekolah

swasta yang maju dan kualitasnya lebih baik dibanding sekolah negeri, bahkan di kota-kota besar

fenomena tersebut sudah mulai terlihat. Sekolah negeri yang selama ini terlalu mengandalkan

Page 121: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

115

subsidi pemerintah lambat laun akan mulai ketinggalan apabila cara berpikirnya tidak segera

diubah. Pada saat itu, jika sekolah negeri ingin maju harus dikelola secara profesional dan tidak

hanya bergantung pada arahan kebijakan dan alokasi dana pemerintah melainkan juga harus

mampu “mandiri” seperti sekolah swasta. Kepala sekolah harus memahami prinsip

kewirausahaan untuk diaplikasikan dalam mengelola sekolah.

Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha adalah orang yang memiliki sikap dan perilaku

kreatif dan inovatif dalam memimpin dan mengelola organisasi sekolah dengan cara mencari dan

menerapkan cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya prinsip “good

school governance” (pengelolaan sekolah yang baik). Adapun contoh bentuk kewirausahaan

sekolah ada enam, yaitu 1) penggunaan sarana dan prasarana secara optimal untuk bisnis di

lingkungan sekolah dengan dasar kebutuhan akan peningkatan kemampuan dan kebutuhan

kehidupan bersama warga sekolah dan masyarakat; 2) membangun kerja sama dan kemitraan

usaha dengan dunia usaha dan industri, masyarakat, pemerintah daerah dan lain-lain; 3)

melakukan restrukturisasi organisasi sekolah dengan cara membentuk tim kerja untuk bisnis dan

memilih tenaga yang profesional untuk mendukung pelaksanaan kewirausahaan; 4) mengadakan

pelatihan kemampuan dan keterampilan tambahan yang sesuai dengan kemajuan ipteks dan

imtak untuk meningkatkan kemampuan SDM sekolah; dan 5) mengembangkan usaha produktif

dengan cara bekerja sama dengan lembaga penyandang dana, investor, kontraktor dan lain-lain

yang bermanfaat bagi warga dan dapat mengembangkan modal serta keuntungan unit produksi

atau koperasi secara berlipat ganda.

Contoh good practice kewirausahaan sekolah adalah simulasi Business Takesover Your Class

yang diselenggarakan oleh Sekolah Bisnis Prasetya Mulya (kemampuan melipatgandakan

modal), model bisnis sekolah dasar kota pada SD Negeri Banjarsari I di Kota Bandung (pola

aktivitas bisnis yang menekankan produksi, dengan berorientasi pada pembelajaran bermutu

untuk memupuk kepercayaan masyarakat), dan KPN SMPN 138 (unit usaha simpan pinjam,

pengadaan alat sekolah, konsumsi dan kantin, jasa percetakan, tabungan anggota) (dikutip dari

Sarbini, 1994).

Page 122: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

116

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Pengembangan kreativitas dan inovasi sebagai basis kewirausahaan sekolah merupakan

ikon baru bagi kepala sekolah bersama warga sekolah. Kewirausahaan sekolah dipahami sebagai

kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan

memanfaatkan peluang menuju sukses. Inti kewirausahaan sekolah adalah kemampuan kepala

sekolah bersama warga sekolah untuk menciptakan sesuatu yang baru, unik, berbeda atau

bermakna (bernilai) melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang,

ruang dan uang. Tiga dari empat strategi pengembangan kreativitas dan inovasi, selain strategi

pengaruh minoritas relevan diterapkan di sekolah yakni strategi eklektif, strategi pemaksaan

kekuasaan dan strategi partisipatif.

Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia yang diandalkan untuk menempa sumber

daya manusia ternyata belumlah sempurna. Masih banyak kelemahan yang menjangkiti sistem

pendidikan. Oleh karena itu perubahan terhadap sistem pendidikan perlu untuk dilakukan.

Perubahan yang dilakukan harus memperhatikan berbagai elemen yang dapat membuat

kebijakan tersebut gagal.

Melalui peran generasi muda diharapkan ada satu visi untuk melakukan pembenahan dan

pengawalan terhadap sistem pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan yang handal akan

menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi kompetisi global yang semakin

hari semakin kompetitif.

Saran

Agar kepala sekolah dapat meraih sukses menerapkan pola kewirausahaan di sekolah,

kepala sekolah bersama guru dan tenaga kependidikan lainnya berpikir kreatif dan bertindak

inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang diusahakan. Kepala sekolah perlu

memberi pembelajaran kepada guru dan staf untuk memahami dan mengaktualisasikan semangat

dan jiwa kewirausahaan sekolah dengan cara menyesuaikan dengan bidang tugasnya masing-

masing. Kepala sekolah diharapkan mampu menyakinkan semua pihak bahwa sekolah adalah

“lahan garapan bersama” dan maju mundurnya sekolah menjadi tanggung jawab bersama. Jika

sekolah maju, maka kemajuan itu menjadi “milik bersama” artinya semua pihak mendapatkan

Page 123: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

117

manfaat dalam segala bentuknya. Manajemen partisipatif yang diterapkan di sekolah akan

memberikan kepercayaan kepada guru dan staf sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Sekolah harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan mengoptimalkan peran

serta masyarakat sebagai salah satu pilar dalam pengembangan sekolah berbasis kewirausahaan.

Daftar Pustaka

Akib, Haedar. 2005. Kreativitas Dalam Organisasi, Disertasi Ilmu Administrasi FISIP

Universitas Indonesia, Jakarta.

Anderson, Neil, Carsten K.W. De Dreu, and Bernard A. Nijstad. The Routinization of Innovation

Research: A Constructively Critical Review of the State-of-the-Science, Department of Work and

Organizational Psychology University of Amsterdam Nederland,

http://users.fmg.uva.nl/nanderson/JOBSI.pdf, diakses 11 September 2003, h. 3.

Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung.

Barlow, Cgristopher M. Deliberate Insight in Team Creativity, Journal of Creative Behaviour

2nd qtr 2000, h. 101-117.

Bostrom, Robert P and Murli Nagasundaram. Research in Creativity and GSS, Proceedings of

the Thirty-First Hawaii International Conference on System Science, Januari 6-9, Vol. 6, h. 391-

505, http://www.idbsu.edu/business/murli/, diakses 2 Agustus 2003.

Boon, Rolf J. Cultural Creativity: the Importance of Creativity in Organizational and

Educational Contexts, May 4 1997, http://www.lobstrick.com/BOON.HTM, diakses 25 Mei

2003.

Couger, J.D. 1996. Creativity and Innovation in Information System Organization, Boyd and

Fraser Publishers, Danvers MA.

Daft, Richard L. 1992. Organization Theory and Design, West Publishing Company Singapore.

DeGraff, Jeff. Creating Value through Creativity, Copyright 2003, h. 1; Creativity at Work,

http://www.creativity-at-work.com.pdf, diakses 15 Sept 2003, h. 1.

Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan,

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat

Pertama, Jakarta.

Page 124: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

118

Dharma, Surya dan Haedar Akib. Budaya Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN

Indonesia, No. 03/TH. XXXIII Maret 2004a, h. 22-27.

Dharma, Surya dan Haedar Akib. Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM,

Manajemen USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH.

XXXIII Juni 2004b, h. 29-36.

Eoh, Jeni. 2001. Pengaruh Budaya Perusahaan, Gaya Manajemen, dan Pengembangan Tim

Terhadap Kinerja Karyawan, Disertasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta.

Ford, Cameron M and Dennis A. Gioia. Factors Influencing Creativity in the Domain of

Managerial Decision Making, Journal of Management, Vol. 26, No. 4, 2000, p. 705-732.

French, Wendell L, Cecil H. Bell, Jr, Robert A. Zawacki (ed.) 2000. Organization Development

and Transformation, Irwin McGrall-Hill Singapore.

Henry, Jane (ed.). 1991. Creative Mangement, Sage Publications London.

Ivanyi, Attila Szilard and Ilona Hoffer. 1999. The Role of Creativity in Innovation, Society and

Economy Vol. XXI No. 4, http://www.lib.bke.hu/gt/1999-4e/994-06.html, diakses 7 Mei 2003.

Kasim, Azhar. Reformasi Administrasi Negara, Bisnis & Ekonomi Politik, Vol. 2 (4), Oktober

1998, h. 43.

Kilby, Jan. Creativity is one of the greatest assets in the workplace

http://www.bizjournals.com/css, From the July 13, 2001, diakses 19 Maret 2003.

Linberg, Kurt R. 1998. Managing the Creative Organization, KAM IV,

http://ourworld.compuserve.com/homepages/linberg/pdf, diakses 5 Juni 2003.

Manurung, Adler. 2005. Kompas, 18 Desember 2005.

Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia. Jakarta: The President Post,

Edisi Oktober 2012 No.5.

Munandar, Utami. 1992. Anak-anak Berbakat, Rajawali Jakarta.

Oldham, Grey R and Anne Cummings. Employee Creativity, Academy of Management Journal,

Vol. 39 No. 3 June 1996.

Robbins, Stephen P, Terry Waters-Marsh, Ron Cacioppe, Bruce Millett. 1994. Organizational

Behaviour, Prentice-Hall of Australia Pty Ltd, Sydney, h. 22, 50 dan 704.

Sarbini, H. Makmur dalam Majalah Warta Koperasi, No. 57 Thn XIII, 1994.

Page 125: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

119

Szilagyi Jr, Andrew D and Marc J. Wallace, Jr. 1990. Organizational Behaviour and

Performance, HarperCollins Publishers, h. 757.

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana

Indonesia, Jakarta.

Timpe, Dale A. 2000. Creativity, alih bahasa Sofyan Cikmat, PT Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Todaro, MP. 2004. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga

Treffinger, D. J. 1986. Research on Creativity, Gifted Child Quarterly. Allyn & Bacon, Boston.

West, Michael A. 2000. Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, terjemahan, Kanisius,

Yogyakarta.

Peraturan:

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan

Guru sebagai Kepala Sekolah.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 Tentang Tenaga Kependidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Page 126: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

120

KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA

Bayu Bandonoa, Noer Azzam A

b, Nunung Nuryartono

c, Adler H. Manurung

d

a Bapepam;

b, c Institut Pertanian Bogor;

d Sampoerna School of Business

A protected mutual fund is a type of mutual fund that provides protection for the initial

investment value of trust unit holders through the mechanisme of portfolio management.

Protected mutual funds expected relatively safer than other types of mutual funds. This study

refers to previous studies, such as Markowitz (1952), Sharpe (1964), Mossin (1966), Lintner

(1966), Treynor (1966), Jensen (1968) and Chen, Roll dan Ross (1986). The objectives of this

study are to measure the performance of protected mutual funds in Indonesia compared to the

benchmark. Data to answer objectives of the research is secondary data which is monthly time

series data of Net asset Value (NAV), Indonesia Stock Price Composite Index (IHSG), and

Certificate of Bank Indonesia (SBI). The method of analysis used in this study is hhe adjusted

Return that introduced by Sharpe, Treynor and Jensen. Based on the analysis can be seen that

protected mutual funds in Indonesia is able to beat its bencmark of Certificate of Bank Indonesia

(SBI), even overcome Indonesia Stock Price Composite Index (IHSG).

Keywords: Protected Mutual Fund, Net Asset Value (NAV), Indonesia Stock Price Composite

Index (IHSG), Certificate of Bank Indonesia (SBI).

Page 127: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

121

KINERJA REKSA DANA TERPROTEKSI DI INDONESIA

Pendahuluan

Perkembangan industri Reksa Dana cukup pesat di Pasar Modal Indonesia. Menurut data e-

monitoring Reksa Dana Bapepam-LK, pada tahun 2004 terdapat 246 Reksa Dana yang terdiri

dari 4 (empat) jenis Reksa Dana yaitu Reksa Dana Saham, Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana

Campuran dan Reksa Dana Pendapatan Tetap. Sampai dengan Juni 2012, jumlah Reksa Dana

telah bertambah menjadi 685 Reksa Dana dengan tambahan 6 (enam) jenis Reksa Dana baru

yaitu Reksa Dana Terproteksi, Reksa Dana Indeks, Reksa Dana Exchange Trade Fund (ETF)

Saham, Reksa Dana Exchange Trade Fund (ETF) Pendapatan Tetap, Reksa Dana Penyertaan

Terbatas, serta Reksa Dana Syariah.

( Sumber : e-monitoring Reksa Dana Bapepam-LK )

Gambar 1. Perkembangan NAB Reksa Dana 2004 – Oktober 2012

Menurut Gambar 1 di atas, Total Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana (NAB) pada Oktober

2012 mencapai Rp 176.63 triliun atau meningkat 98 % jika dibandingkan dengan NAB pada

Desember 2004 yang jumlahnya sebesar Rp 89,15 triliun. .

Reksa Dana Terproteksi adalah jenis Reksa Dana yang memberikan proteksi atas nilai

investasi awal pemegang Unit Penyertaan melalui mekanisme pengelolaan portofolionya dan

penjaminan pihak lain. Reksa Dana Terproteksi hadir di pasar modal Indonesia saat krisis

keuangan menghantam industri Reksa Dana tahun 2005. Pada saat itu, menurut data e-

Page 128: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

122

monitoring Reksa Dana Bapepam-LK, para pemegang Unit Penyertaan melakukan redemption

secara masif sehingga menyebabkan penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) keseluruhan Reksa

Dana dari Rp 113,7 triliun pada Februari 2005 menjadi hanya Rp 29,41 triliun pada Desember

2005.

Bapepam-LK sebagai regulator pada awalnya mengeluarkan produk Reksa Dana

Terproteksi sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada awalnya,

tujuan dari munculnya Reksa Dana Terproteksi ini adalah untuk menerima limpahan investor

Reksa Dana Pendapatan Tetap yang NAB-nya terus anjlok, sebagai akibat dari adanya

gelombang redemption. Perkembangan Reksa Dana Terproteksi ini cukup menggembirakan.

Menurut data e-monitoring Reksa Dana Bapepam-LK pada bulan Oktober 2005, NAB

keseluruhan Reksa Dana Terproteksi adalah Rp 2,8 triliun. Jumlah ini semakin meningkat tajam

dimana pada akhir November 2012, NAB Reksa Dana Terproteksi telah mencapai Rp 42,7

triliun atau 23,5 % dari jumlah seluruh NAB Reksa Dana yang ada.

Menurut Manurung (2008) Reksa Dana Terproteksi diminati oleh investor karena

Manajer Investasi (MI) memberikan target tingkat pengembalian bila melakukan investasi yang

terbaik serta transparan untuk struktur investasi nilai pokok sehingga investor dapat menilai

resikonya. Dima, Bogdan, Barna dan Nachescu (2006) melakukan penelitian di pasar modal

Rumania dengan variabel dependen kinerja Reksa Dana dan variabel independennya variabel

ekonomi makro dan Indeks Saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa indeks harga

saham merupakan main determinant yang secara positif mempengaruhi kinerja Reksa Dana.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sharpe (1966) pada Pasar Modal Amerika Serikat

dengan variabel dependen kinerja Reksa Dana sedangkan variabel independennya adalah biaya

Reksa Dana, ukuran perusahaan, dan kinerja sebelumnya, pemilihan asset/alokasi asset dan biaya

transaksi. Hasil penelitiannya menunjukan hubungan antara ukuran perusahaan dan kinerja

Reksa Dana adalah tidak signifikan (pengaruhnya hanya 3% -5%) sedangkan rasio biaya dan

kinerja sebelumnya dianggap sebagai variabel yang mampu mengukur kinerja Reksa Dana. Oleh

karena itu perlu adanya suatu penelitian yang lebih spesifik mengenai Kinerja Reksa Dana

Terproteksi Di Indonesia .

Berdasarkan penjelasan di atas , maka tujuan Penelitian ini adalah untuk: Mengukur

kinerja Reksa Dana Terproteksi dibandingkan dengan benchmark. Adapun ruang lingkup

Page 129: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

123

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Reksa Dana Terproteksi yang mendapat ijin dari

Bapepam-LK dari tahun 2008- 2010. (2) Manajer Investasi yang telah mendapatkan ijin dari

Bapepam-LK.

Metode Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BapepamLK Departemen Keuangan RI dan Bank Indonesia di

Jakarta. Penelitian ini berlangsung pada April 2010 hingga Desember 2010.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data time series bulanan NAB Reksa Dana Terproteksi dari Manajer Investasi yang

mendapat izin dari BapepamLK mulai Januari 2008 sampai Desember 2010, data time series

IHSG dari Bursa Efek Indonesia dan data SBI dari Bank Indonesia.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data langsung di BapepamLK

Departemen Keuangan RI dan Bank Indonesia di Jakarta.

Teknik Analisis Data

Pengukuran Kinerja Reksa Dana dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Ukuran Sharpe: S = (ARp – ARf ) /

2. Ukuran Treynor: T = ( ARp – ARf ) / βp

3. Ukuran Alfa Jensen: Rpt – Rft = αp + βp(Rmt – Rft) + εpt

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Statistik Data Variabel

Dari Tabel di bawah dapat diuraikan bahwa IHSG mempunyai nilai rata-rata 0,0128 dan

median 0,0331. IHSG mempunyai ukuran skwness sebesar -1.1714, ukuran kurtosis 6.2522 dan

Page 130: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

124

ujji Jarque-Bera sebesar 24.0988 menunjukan data tidak terdistribusi normal. Sedangkan nilai

terendah adalah -0,3142 dan tertinggi 0,2013.

SBI mempunyai nilai rata-rata 0,0062 dan median 0,0057. SBI mempunyai ukuran

skwness sebesar 0,5925 ukuran kurtosis 1,8572 dan ujji Jarque-Bera sebesar 4,0650 menunjukan

data tidak terdistribusi normal. Sedangkan nilai terendah adalah 0,0052 dan tertinggi 0,0079.

Tabel 1

Deskripsi Statistik Data Variabel

IHSG SBI

Mean 0.0128 0.0062

Median 0.0331 0.0057

Maximum 0.2013 0.0079

Minimum -0.3142 0.0052

Std. Dev. 0.0906 0.0010

Skewness -1.1714 0.5925

Kurtosis 6.2522 1.8572

Jarque-Bera 24.0988 4.0650

Probability 0.0000 0.1310

Sum 0.4604 0.2234

Sum Sq. Dev. 0.2874 0.0000

Sumber : Hasil Olahan

Tidak normalnya data tingkat bunga SBI dan juga tingkat pengembalian IHSG memberikan

implikasi model penelitian selanjutnya dalam kerangka penggunaan metode untuk mengestimasi

parameter model yang digunakan.

Kinerja Reksa Dana Terproteksi

Pembahasan kinerja Reksa dilakukan dengan beberapa tahapan, pertama-tama adalah

menghitung return periodik masing-masing Reksa Dana Terproteksi. Kemudian menghitung

resiko, ukuran resiko yang digunakan adalah deviasi standar dari return periodik. Dalam

penelitian ini untuk mengukur Kinerja Reksa Dana Terproteksi di Indonesia periode 2008 – 2010

akan menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Sharpe (1964), Treynor (1966) dan

Jensen (1968). Pada penelitian ini memasukan benchmark pasar yaitu IHSG dan SBI. Adapun

berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 131: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

125

Ukuran Sharpe

Dari hasil penelitian terdapat 16 Reksa Dana yang memiliki Sharpe Index diatas SBI

bahkan terdapat 13 Reksa Dana yang mampu memiliki Sharpe Index diatas IHSG. Hal ini

membuktikan bahwa berdasarkan perhitungan Sharpe Index, Reksa Dana Terproteksi di

Indonesia mampu mengalahkan kinerja pembandingnya yaitu SBI, bahkan mengalahkan IHSG.

Hipotesis penelitian untuk model ini adalah Reksa Dana Terproteksui yang diteliti memiliki

kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pembanding, dengan mengasumsikan variabel lain

konstan. Maka berdasarkan Penelitian diatas maka hipotesa tersebut terbukti dimana Reksa Dana

Terproteksi yang diteliti memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pembanding.

Ukuran Treynor

Dari hasil penelitian terdapat 10 Reksa Dana yang mampu memiliki Treynor Iindex

diatas SBI dan 10 Reksa Dana yang memiliki Treynor Iindex diatas IHSG. Hal ini

membuktikan bahwa berdasarkan perhitungan Treynor Iindex, Reksa Dana Terproteksi di

Indonesia Mampu mengalahkan Benchmark nya yaitu SBI, bahkan mengalahkan IHSG.

Hipotesis penelitian untuk model ini adalah Reksa Dana Terproteksui yang diteliti memiliki

kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pembanding, dengan mengasumsikan variabel lain

konstan. Maka berdasarkan Penelitian diatas maka hipotesa tersebut terbukti dimana Reksa Dana

Terproteksi yang diteliti memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pembanding.

.

Tabel 2: Ranking Kinerja Reksa Dana Terproteksi

Portofolio Averege

Return STDEV Beta Sharpe Treynor Jensen Total Rank

BNIS PROTEKSI I 0.69% 0.03% 0.57 207.2% 0.1% 0.1% 207.4% 1

MEGA DANA TERPROTEKSI I 0.91% 0.31% -0.55 93.8% -0.5% 0.3% 93.5% 2

TERPROTEKSIMAHANUSA

DANA KENCANA 1.33% 1.09% 0.29 65.2% 2.4% 0.7% 68.3% 3

NET DANA PROTEKSI II 0.87% 0.71% -0.84 35.2% -0.3% 0.3% 35.1% 4

TERPROTEKSI TRIMEGAH

LESTARI 2 1.43% 3.23% -1.14 25.2% -0.7% 0.8% 25.3% 5

TERPROTEKSI BNIS PROTEKSI

II 0.78% 0.78% -0.88 20.1% -0.2% 0.2% 20.1% 6

RD TERPROTEKSI IDR REG.

INCOME PLAN I 0.84% 1.38% 0.24 16.1% 0.9% 0.2% 17.2% 7

TERPROTEKSI OPTIMA

PROTECTED FUND 1.29% 5.78% 0.29 11.7% 2.3% 0.7% 14.6% 8

Page 132: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

126

Portofolio Averege

Return STDEV Beta Sharpe Treynor Jensen Total Rank

NET DANA PROTEKSI I 0.96% 2.62% -2.37 12.9% -0.1% 0.3% 13.1% 9

TERPROTEKSI MAHANUSA

DRAGON PROTECT 1.49% 7.15% -5.65 12.1% -0.2% 0.9% 12.8% 10

DANAMAS TERPROTEKSII 0.85% 1.50% -0.06 15.3% -3.7% 0.2% 11.9% 11

TERPROTEKSI MAHANUSA

SOVEREIGN BOND FUND 1.07% 5.02% -8.12 8.9% -0.1% 0.4% 9.3% 12

CAPITAL PROTEKSI-I 0.73% 1.24% 0.67 8.6% 0.2% 0.1% 8.8% 13

IHSG 1.28% 9.06%

-

30.12 7.3% 0.0% 0.7% 7.9% 14

SI DANA PROTEKSI GLOBAL

BOND FUND 0.93% 4.81% -7.01 6.5% 0.0% 0.3% 6.7% 15

TERPROTEKSI DANAREKSA

PROTEKSI DINAMIS FLEKSIBEL 0.68% 0.81% -0.30 6.8% -0.2% 0.1% 6.6% 16

TERPROTEKSI SCHRODER IDR

REGULAR DIVIDEND PLAN I 0.78% 4.17% -1.26 3.7% -0.1% 0.2% 3.8% 17

SBI 0.62% 0.10% 1.00 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 18

TERPROTEKSI BAHANA

OPTIMA PROTECTED FUND 5 0.31% 4.94% -4.82 -6.3% 0.1% -0.3% -6.5% 19

TERPROTEKSI SI DANA

PROTEKSI GLOBAL BOND

FUND II 0.34% 4.45% -5.39 -6.4% 0.1% -0.3% -6.6% 20

TERPROTEKSI MANDIRI

PROTECTED REGULAR

INCOME FUND 3 0.13% 3.15% -2.52 -15.7% 0.2% -0.5% -15.9% 21

BATAVIA PROTEKSI

NUSANTARA SERI VI 0.15% 2.88% -6.35 -16.2% 0.1% -0.5% -16.5% 22

RD TERPROTEKSI BGPF2 -0.21% 3.66%

-

10.48 -22.7% 0.1% -0.8% -23.4% 23

Sumber : Hasil Olahan

Ukuran Jensen

Dari hasil penelitian terdapat 17 Reksa Dana yang mampu memiliki Jensen Index diatas

SBI dan 4 Reksa Dana yang memiliki Jensen Index diatas IHSG. Hal ini membuktikan bahwa

berdasarkan perhitungan Jensen index, Reksa Dana Terproteksi di Indonesia Mampu

mengalahkan kinerja pembandingnya yaitu SBI, bahkan mengalahkan IHSG. Hipotesis

penelitian untuk model ini adalah Reksa Dana Terproteksui yang diteliti memiliki kinerja yang

lebih baik dari pada kinerja pembanding, dengan mengasumsikan variabel lain konstan. Maka

berdasarkan Penelitian diatas maka hipotesa tersebut terbukti dimana Reksa Dana Terproteksi

yang diteliti memiliki kinerja yang lebih baik dari pada kinerja pembanding.

Page 133: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

127

Kesimpulan

Adapun hasil kinerja Reksa Dana Terproteksi sesuai analisis dapat di simpulkan sebagai

berikut:

1. 16 Reksa Dana Terproteksi yang memiliki sharpe index di atas SBI bahkan terdapat 13 Reksa

Dana yang mampu memiliki sharpe index di atas IHSG. Hal ini membuktikan bahwa

berdasarkan perhitungan sharpe index, Reksa Dana Terproteksi di Indonesia mampu

mengalahkan Benchmark nya yaitu SBI, bahkan mengalahkan IHSG.

2. 10 Reksa Dana yang mampu memiliki Treynor Index di atas SBI dan 10 Reksa Dana yang

memiliki Treynor Index di atas IHSG. Hal ini membuktikan bahwa berdasarkan perhitungan

Treynor Index, Reksa Dana Terproteksi di Indonesia mampu mengalahkan Benchmark nya

yaitu SBI, bahkan mengalahkan IHSG.

3. Dari hasil penelitian terdapat 17 Reksa Dana yang mampu memiliki Jensen Index di atas SBI

dan 4 Reksa Dana yang memiliki Jensen Index di atas IHSG. Hal ini membuktikan bahwa

berdasarkan perhitungan Jensen Index, Reksa Dana di Indonesia mampu mengalahkan

Benchmark nya yaitu SBI, bahkan mengalahkan IHSG.

Daftar Pustaka

Bapepam. 1997. Himpunan Peraturan Pasar Modal. Bapepam. Jakarta

Bodie, Z. Kane, A. Marcus, A.1999. Investment. 4th

edition, Irwin McGraw Hill.

Brown, F. and Vicker, D. 1963. Mutual Fund Portofolio Activity, Performance and Market

Impact. The Journal OF Finance, Vol 18

Carhat, M.1997. On Persistence In Mutual Fund Performance, Journal of Finance

Chan, N. Roll, R. Ross, S.1986. Economic Forces and stock market. Journal of Business, Vol

59.

Chen, J., Hong, H., Huang, M., and Kubik, J.2004. Does Fund Size Erode Mutual Fund

Performance ? The Role of Liquidity and Organization. The American Economic Review.

Page 134: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

128

Collins, S. and Mack, P. 1997. The Optimal Amount of Asset Under management in Mutual

Fund. Financial Analysis Journal.

Darrat, A.1990. Stock Returns, Money, and Fiscal Deficits. Journal of Financial and

Quantitative Analysis 25.

Dima, Bogdan, Barna, Flavia and Nachesu.2006. Macroeconomic Determinants of The

Investment Funds Market, The Romanian Case.

Edelen, R. and Warner, J.1999. Aggregate Price Effects of Institutional Trading : A Study of

Mutual Fund Flow and Market Returns.

Elton, L., Martin J. Gruber, and Christoper R.1996. The Persistence of Risk-Adjusted Mutual

Fund Performance. Journal Of Business, Vol 69.

Enders, W.2000. Applied Economic Time Series. John Wiley & Son, Ltd, New York.

Engel F., Roger D., Paul W,.1994. Consumer Behaviour, The Dryden Press.

Fama, E. F. and K. R. French.1992. The Cross-Section of Expected Stock Returns. Journal of

Finance, Vol. 47.

Frimpong, J. 2009. Economic Forces and the Stock Market in a Developing Economy:

Cointegration Evidence from Ghana. European Journal of Economics, Finance and

Administrative Sciences

Giambona, E and Golec, J.2009. Mutual Fund Volatility Timing and Management Fees. Journal

of banking & Finance.

Gibson J., John I., James H,. 1996. Organizations 8. Richard D. Irwin Inc.

Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics, Mc. Graw Hill, Singapore.

Gudikunst, Arthur and McCarthy Joseph. 1992. Determinants of Bond Mutual Fund

Performance. Journal of Fix Income Vol 2.

Grinblatt, M. and S. Titman. 1992. The Persistance of Mutual Fund performance. Journal Of

Finance.

Grinblatt, M. and S. Titman. 1994. The Study of Monthly Mutual Fund Returns and Performance

Evaluation Techniques. Journal of Financial and Quantitatif Analysis.

Haslem, J., Kent, B., and David, S. 2008. Performance and Characteristic of Actively Managed

Retail Equity Mutual Fund with Diverse Expense Ratios. Financial Services Review.

Page 135: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

129

Henrikson, Roy D. & Robert C. Merton. 1981. On Market Timing and Investment Performance,

Statistical Procedures for Evaluating Forecasting Skills, Journal of Business.

Indro, D., Christine X., Minchael Hu, and Wayne Lee. Mutual Fund Performance: Does Fund

Size Matter? Association for Investment Management and Research.

Jiranyakul, K. 2009. Economic Forces and Thai Stock Market 1993-2007. NIDA Economic

Review, Vol 4.

Jensen, Michael. 1968. The Performance of Mutual Fund in the Period 1945 – 1964. Journal

of Finance.

Kumar, G. and Dash, M. 2008. A study on The Effect of Macroeconomic Variables On Indian

Mutual Fund. Aliance Business Academy.

Lintner, J. 1965. The Valuation of Risk Asset and the Selection of Risky Investment in Stock

Portfolios and capital budget. Review of Economic and Statistic.

Maghayereh, A. 2003. Causal Relations Among Stock Prices And Macroeconomic Variables In

The Small, Open Economy Of Jordan. Econ. & Adm., Vol. 17.

Manurung, Adler. 2005. Siklus Bursa Saham: Sebuah Penelitian Empiris di BEJ Januari 1988

– 2004. Jurnal Bisnis & Birokrasi No. 01, Vol. 13.

Manurung, Adler. 2010. Ekonomi Finansial. PT Adler Manurung Press.

Manurung, Adler. 2008. Panduan Lengkap Reksa Dana Investasiku. Penerbit Buku Kompas,

Jakarta.

Markowitz, H. 1952. Portofolio Selection. The Journal of Finance. Vol 7.

Mishkin, F.S. 2004. The Economic of Money, Banking, and Financial Market, Seventh Edition.

Addison Wesley, New york.

Mukherjee, T.K. and A. Naka,1995, Dynamic Relationas Between Macroeconomic Variables

and The Japanese Stock Market An Application of A Vector Error Correction Model, The

Journal of Financial Research, Vol. XVIII

Reily, F. and Brown, K. 1997. Investment Analysis and Portofolio Management. 5th

Edition. The

Dryden Press, Florida.

Rhee, S. anf Wang, J. 2009. Foreign Institutional Ownership and Stock Market Liquidity:

Evidence From Indonesia. Journal of banking & Finance.

Page 136: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

130

Ross, Stephen A. 1976. The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing. Journal of Economic

Theory, Vol. 13

Shanken, J. and Weinstein, M. 2006. Economic Forces And The Stock Market Revisited. Journal

of Empirical Finance 13.

Sharpe, William F. 1966. Mutual Fund Performance. Journal of Business.

Treynor, J. 1965. How to Rate Management Investment Fund, Harvard Business Review Vol 43.

Treynor, J. and Mazuy K. 1966. Can Mutual Fund Outgess The Market. Harvard Business

Review Vol 43.

Page 137: Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan - usbi.ac.id · PDF fileJurnal Bisnis dan Kewirausahaan Journal of Business and Entrepreneurship ... Keywords: ketidakpastian lingkungan, strategi bisnis,

Journal of Business and Entrepreneurship

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013

131

KETENTUAN PENULISAN JURNAL

1. Substansi Artikel. Artikel yang diserahkan merupakan tulisan ilmiah dengan desain kuantitatif

maupun kualitatif berupa: studi pustaka, studi empiris, ataupun studi kasus, sebagai hasil

pengembangan Ilmu Bisnis dan Kewirausahaan. Artikel yang disumbangkan adalah artikel orisinil

yang belum pernah dipublikasikan di media lain dan menggunakan pustaka acuan mutakhir,

proposi terbitan 15 tahun terakhir.

2. Gaya penulisan. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baku. Artikel

memuat judul, nama penulis beserta keterangan dan alamat kerja yang jelas. Penulisan abstrak

dibatasi maksimum sampai 300 kata, untuk artikel Indonesia, abstrak ditulis Inggris dan sebaliknya,

disertai kata kunci (keyword). Bagian utama artikel ditulis dengan sistematika: Pendahuluan,

Tujuan Penelitian, Tinjauan Teori, Metodologi, Analisis dan Pembahasan, Kesimpulan, Saran,

Daftar Pustaka. Setiap judul baik sub judul tulisan perlu diberikan HURUF TEBAL SEMUA.

Penyajian Gambar, tabel, bagan, dan pendukung lain harus disertai dengan nomor urut, judul, dan

sumber yang konsisten.

2.1 Contoh Daftar Pustaka Andrew Winton and Yerramilili, Y. (2008). Entrepreneurial Finance: Bank versus venture

capital, Journal of Financial Economics, Vol.88, Issue 1, Published by Elsevier.

Manurung, Adler Haymans, (2011). Metode Riset: Keuangan, Investasi dan Akuntansi Empiris,

PT Adler Manurung Press, Jakarta.

3. Seleksi Artikel. Artikel yang masuk ke redaksi akan diseleksi dan direview oleh anggota dewan

redaksi dan ada kemungkinan untuk diedit dan/atau dikembalikan untuk diperbaiki dan/atau

dilengkapi. Artikel yang tidak dimuat tidak dikembalikan. Artikel yang dimuat merupakan hak

redaksi dan dapat ditampilkan dalam media lain untuk akademik. Isi artikel di luar tanggung-jawab

redaksi.

4. Penyerahan Artikel. Artikel yang akan dimuat dapat dikirim/diserahkan berupa print-out ketikan

dan dalam bentuk file Microsoft Word yang bisa dibuka dengan baik. Artikel dicetak pada kertas

A4 atau folio, spasi ganda, huruf dengan Times New Roman 12, dimana jumlah halaman 15- 45

halaman. Adapun alamat Redaksi Jurnal sebagai berikut:

Redaksi Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan

Staff Sirkulasi & Administrasi

Editorial Office

Redaksi Bisnis dan Kewirausahawan

Sampoerna Shool of Business

Building D. Mulia Business Park

Jl. Letjen MT. Haryono Kav. 58-60

Jakarta 12780

Telepon + 62 21 794 2340

Fax + 62 21 794 2330

[email protected]