JURNAL - Beranda - AKPER … · Pada Penderita TB Di Poli Paru RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2017...
Transcript of JURNAL - Beranda - AKPER … · Pada Penderita TB Di Poli Paru RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2017...
ISSN : 2089-0400
JURNAL
COLUMBIA ASIA
Volu m e X N o : 19 Januari 2019
Hubungan Motivasi Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa
Di SMK Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan,Sumatera Utara,
Tahun 2018
Sontina Saragih
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu ( MP- ASI ) Pada Bayi Usia < 6 Bulan
Henni Safrida Sitompul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Asupan Gizi
Pada Penderita TB Di Poli Paru RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2017
Corry Nova Adelina
Hubungan Kerjasama dalam Unit Rumah Sakit dengan Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Delly Tunggal Febri Suryanto
Diterbitkan Oleh:
AKADEMI KEPERAWATAN COLUMBIA ASIA MEDAN
Jalan Bangau No 2 Sei Sikambing, Medan Sunggal
Website: uca.ac.id
Email: [email protected]
Jurnal Columbia Asia
Volume X No: 19 Januari 2019
JURNAL COLUMBIA ASIA
Penanggung Jawab Yayasan Gleni
Pimpinan Umum Henni Safrida Sitompul, SST, SKM., M. Kes
Pimpinan Redaksi Sontina Saragih S. Kep, Ners., MKM
Sekretaris Redaksi Isabella T. Sembiring, S. Sos
Alamat Redaksi:
AKADEMI KEPERAWATAN COLUMBIA ASIA MEDAN
Jalan Bangau No 2 Sei Sikambing, Medan Sunggal
Website: uca.ac.id
Email:
Jurnal Columbia Asia
Volume X No: 19 Januari 2019
DAFTAR ISI
Hubungan Motivasi Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa
Di SMK Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan,Sumatera Utara,
Tahun 2018
Hal 1 - 7
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu ( MP- ASI ) Pada Bayi Usia < 6 Bulan
Hal 8 - 13
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Asupan Gizi
Pada Penderita TB Di Poli Paru RSUP H. ADAM MALIK Medan Tahun 2017
Hal 14 - 17
Hubungan Kerjasama dalam Unit Rumah Sakit dengan Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Hal 18 - 26
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 1
Hubungan Motivasi Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Di SMK Kesehatan
Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan,Sumatera Utara, Tahun 2018
*Riama Ulianta Silalahi **Sontina Saragih
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Di Indonesia yakni sebagai Negara berkembang, masalah pendidikan adalah masalah yang berat, karena berkaitan
dengan kualitas dan efisiensi pendidikan dan di Indonesia mutu pendidikan sangat rendah (Sardiman, 2011). Hasil
observasi awal yang dilakukan pada bulan April dengan siswa di SMK Kesehatan Wirahusada Medan yaitu
kuesioner berupa pernyataan yang dibagikan kepada 16 orang siswa jurusan perawat menunjukkan bahwa
hasilnya adalah 14 siswa dari 16 orang siswa tidak memliki hubungan yang baik tentang Motivasi Menjadi
Perawat dengan Prestasi Belajar Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan motivasi
menjadi perawat dengan prestasi belajar siswa di SMK Kesehatan Wirahusada, Kec Medan Tuntungan, Sumatera
Utara Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 35 orang dan sampel yang digunakan
sebanyak 35 orang dengan teknik Total Sampling dan menggunakan kelas 2 dan kelas 3 jurusan Keperawatan.
Analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai signifikan
sebesar <0,5 yang menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar pada
siswa di SMK Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan Tahun 2018. Hasil penelitian yang telah dilakukan
di SMK Kesehatan Wirahusada Kec.Medan Tuntungan Tahun 2018 mayoritas motivasi berada di tingkat motivasi
yang cukup sebanyak 18 orang (51,4%) dan yang memiliki mayoritas prestasi yang berada di tingkat prestasi yang
sangat kurang sebanyak 16 orang (45,8%). Diharapkan bagi pengajar supaya perlu meningkatkan motivasi bagi
siswa agar prestasi belajar yang dicapai akan baik.
Kata kunci : Motivasi, Prestasi Perawat
Relationship between Motivation to Be a Nurse and Learning Achievement in Students at Wirahusada
Health Vocational School, Kec. Medan Tuntungan, North Sumatra, 2018
ABSTRACT
Indonesia as a developing country, the problem of education is a serious problem, because it relates to the quality
and efficiency of education and in Indonesia the quality of education is very low (Sardiman, 2011). The results of
preliminary observations conducted in April with students at Wirahusada Medan Health Vocational School
namely questionnaires in the form of statements distributed to 16 nursing departments showed that the results
were 14 students from 16 students who did not have a good relationship about Motivation to Become Nurses with
Prestası Learning. The purpose of this study is to find out whether there is a relationship between motivation to
become nurses with student learning achievement at Wirahusada Health Vocational School, Medan Tuntungan
Sub-District, North Sumatra in 2018. The research design used in this study is descriptive correlation with Cross
Sectional approach. the person and sample used were 35 people using the Total Sampling technique and using
the second and third grade of the Nursing department. Analysis of data using Chi-Square, Based on the results of
statistical tests obtained a significant value of c0,5 which indicates that there is a relationship between motivation
to be a nurse and learning achievement in students at Wirahus Health Vocational School, Kec. U18 Medan
Tuntungan Year Wirahusada Medan Editing in the year 2018 the majority of the motivation is at a sufficient level
of motivation as many as 18 people (51.4%) and those who have the majority of achievements are at very poor
levels of 16 people (45.89). so you need to increase motivation for students so that the learning achievements
achieved will be good. The research results that have been carried out at the Health Vocational School.
Keyword :Motivation, Nurse Achievements.
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 2
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu usaha yang
memberikan hasil yang diharapkan seseorang
dalam mengikuti kegiatan belajar, tercapainya
tujuan dari individu dapat terlihat dari prestasi
belajar yang dicapai oleh individu itu sendiri
(Sardiman, 2011). Di Indonesia yakni sebagai
Negara berkembang masalah pendidikan
adalah masalah yang berat, karena berkaitan
dengan kualitas dan efisiensi pendidikan dan di
Indonesia mutu pendidikan sangat rendah
(Sardiman, 2011).
Menurut Education For All Global
Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan
UNESCO setiap tahunnya, pendidikan
Indonesia berada di peringkat ke 64 untuk
pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara,
dan data Education Development Index (EDI)
Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di
peringkat ke 69 dari 127 negara (Dwik, 2013).
Berdasarkan data UNESCO tahun 2011 yang
berisi pemantauan pendidikan dunia dari 127
negara, Education Development Index (EDI)
Indonesia berada diperingkat 69. Kondisi ini
mencerminkan perkembangan pendidikan di
Indonesia masih tertinggal dibandingkan
dengan Negara berkembang lainnya
(UNESCO, 2011).
Perawat adalah seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik didalam maupun diluar
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (Undang-undang RI No.23 tahun
2014). Jumlah tenaga perawat di Indonesia saat
ini sekitar 220.575 orang perawat. Jika dilihat
dari rasio standar yang ditetapkan oleh World
Health Organizations (WHO), seharusnya
jumlah ini sudah mencukupi. Namun, \pada
kenyataannya di Indonesiasaat ini perawat
belum memaksimalkan pekerjaannya (Nisya,
Hartanti, 2013).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) mengungkapkan pelayanan
keperawatan merupakan sektor pelayanan jasa
yang senantiasa mengikuti perkembangan
global. Salah satu tenaga professional yang
sering mengikuti perkembangan global dunia
adalah tenaga keperawatan (Supriyanti, 2015).
Di Indonesia Kemajuan pada Keperawatan
sangat bermakna dan menjadi suatu lompatan
yang lebih baik, ini karena tercapainya
kesepakatan dengan Loka Karya Nasional
Keperawatan pada bulan Januari 1983 sebagai
pelayanan Profesional serta pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi
(Tien,dkk,2009). Pendidikan keperawatan
diselenggarakan berdasarkan kepada
kebutuhan pelayanan keperawatan, seperti
yang tercantum dalam undang- undang
kesehatan No. 23 pasal 32 ayat 3 dan 4, tahun
1992 yang antara lain menyebutkan bahwa
pengobatan dan atau perawatan serta
pelaksanaannya dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, dan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
Motivasi adalah dorongan individu
atau seseorang untuk berbuat atau mengerjakan
sesuatu dengan tujuan memenuhi
kebutuhannya. Motivasi berupa kekuatan dari
dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya (Uno, 2011).
Menurut Fathurrohman & Sulistyorini
(2012) Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang
telah diperoleh atau dicapai dari aktivitas yang
telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi belajar
dapat mengetahui kedudukan siswa yang
pandai, sedang atau kurang, dalam memperoleh
hasil belajar yang baik perlu didukung oleh
dorongan atau motivasi yang kuat. Sehingga,
antara motivasi dan prestasi belajar merupakan
hal yang tidak bisa terpisahkan, keduanya harus
seimbang karena akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Hal ini berlaku juga kepada
setiap siswa yang tidak bisa melepaskan
motivasi belajar untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik, dan tidak menjadikan alasan
atas kesibukkannya dalam hal
berorganisasi.(Sugito Adi Purnawan, 2014).
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 3
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yoseph Kea Embu & Lina
Mahayati (2012) di Akademi Keperawatan
William Booth Surabaya menunjukkan bahwa
siswa memiliki tinggi motivasi untuk menjadi
perawat sebanyak 17 orang (18,48%),
sedangkan sebanyak 53 orang (57,61%), dan
rendah total 22 orang (23,91%). Prestasi belajar
diperoleh oleh prestasi belajar yang terpuji
sebagai sebanyak 7 orang (7,60%), sangat
memuaskan sebanyak 39 orang (42,40%),
memuaskan sebanyak 32 orang (34,78%),
hanya sebanyak 8 orang (8,70%), dan tidak
lulus sebanyak 6 orang (6,52%).
Hasil observasi awal yang dilakukan
dengan siswa di SMK Kesehatan Wirahusada
Medan yaitu berupa kuesioner pernyataan yang
dibagikan kepada 16 orang siswa jurusan
perawat menunjukkan bahwa hasilnya adalah
14 siswa dari 16 orang siswa tidak memliki
hubungan yang baik tentang motivasi menjadi
perawat dengan prestasi belajar pada yang
ditekuni mereka disekolah itu tersebut.
Berdasarkan data,buku atau jurnal, dan
penelitian yang mendukung yaitu memiliki
masalah hubungan motivasi menjadi perawat
dengan prestasi belajar pada siswa tahun 2018,
maka dari itu penulis tertarik mengambil judul
tersebut dan ingin mengetahui untuk
selanjutnya. Apakah setelah diberikan
kuesioner dan sebagian kecil dapat berubah
ketika sudah mengetahui hubungan motivasi
menjadi perawat dengan prestasi belajar.
.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah Deskriptif
Kolerasi. Desain ini digunakan untuk
mengetahui Hubungan Motivasi Menjadi
Perawat dengan Prestasi Belajar Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa jurusan
Keperawatan di SMK Kesehatan Wirahusada
Kec.Medan Tuntungan, Medan dengan jumlah
Populasi 35 oorang siswa dari kelas XI dan XII
. Dengan menggunakan teknik Total sampling.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden Berdasarkan
Kelas
Dari 35 responden siswa yang
mendapat motivasi menjadi perawat di
distribusikan karakteristik responden
beradasarkan kelas yang dapat dilihat dari
dibawah ini
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Kelas Yang
Mendapatkan Motivasi Menjadi Perawat
Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Di SMK
Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan
Tuntungan Tahun 2018.
Kelas Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
XI
XII
14
21
40%
60%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa karakteristik responden berdasarkan
kelas menunjukkan bahwa mayoritas
responden kelas XII (Dua belas) sebanyak 21
orang (60%), dan minoritas reponden kelas XI
(Sebelas) sebanyak 14 orang (40%).
Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur Yang Mendapatkan Motivasi
Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar
Pada Siswa Di SMK Kesehatan Wirahusada,
Kec. Medan Tuntungan Tahun 2018.
Umur Frekuensi
(f)
Persentase(%))
<14 1 2,9%
15-16 18 51,4%
>17 16 45,7%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa karakteristik responden berdasarkan
umur menunjukkan bahwa mayoritas
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 4
responden yang berdasarkan umur 15-16 tahun
sebanyak 18 0rang (51,4%), dan minoritas
responden umur <14 tahun sebanyak 1orang
(2,9%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Siswa Yang Mendapatkan Motivasi
Menjadi Perawat Di SMK Kesehatan
Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan 2018.
Jenis Kelamin Frekuen
si (f)
Persenta
se (%)
Laki-laki
Perempuan
23
12
65,7%
34,3%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas
responden laki-laki sebanyak 23 orang (65,7%),
dan minoritas responden perempuan sebanyak
12 orang (34,3%).
Motivasi Menjadi Perawat pada siswa
Dari 35 responden didistribusikan
motivasi menjadi perawat pada Siswa/I di SMK
Kesehatan Wirahusada Medan yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Motivasi
Menjadi Perawat Pada Siswa Di SMK
Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan
Tuntungan Tahun 2018.
Motivasi
Menjadi
Perawat
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Sangat
Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat
Baik
-
2
18
14
1
-
5,7%
51,4%
40,0%
2,9%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa yang mayoritas motivasi menjadi
perawat pada siswa yang cukup sebanyak 18
orang (51,6%), dan minoritas motivasi menjadi
perawat pada siswa yang baik sebanyak 1
orang (2,9%).
Prestasi Belajar Pada Siswa
Dari 35 responden didistribusikan
Prestasi Belajar pada Siswa/I di SMK
Kesehatan Wirahusada Medan yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Prestasi
Belajar Di SMK Kesehatan Wirahusada,
Kec. Medan Tuntungan Tahun 2018.
Prestasi
Belajar
Frekuensi (f) Persentase
(%)
Sangat
Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat
Baik
16
6
8
2
3
45,8%
17,1%
22,8%
5,8%
8,5%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa yang mayoritas prestasi belajar pada
siswa yang sangat kurang sebanyak 16 orang
(45,8%), dan minoritas prestasi belajar pada
siswa yang baik sebanyak 2 orang (5,8%)..
Tabel 6 Hasil Uji Kolerasi Motivasi menjadi
Perawat Dengan Prestasi Belajar Pada
Siswa/I Di SMK Kesehatan Wirahusada,
Kec. Medan Tuntungan, Kel. Kemenangan
Tani Tahun 2018.
Prestasi Belajar
Sangat
Kurang
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik
Motivasi
Menjadi
Perawat
Kurang 2 0 0 0 0
Cukup 14 4 0 0 0
Baik 0 2 8 2 2
Sangat
Baik
0 0 0 0 1
Total 16 6 8 2 3
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 5
Hasil analisa hubungan motivasi
menjadi perawat dengan prestasi belajar pada
Siswa/I di SMK Kesehatan Wirahusada, Kec.
Medan Tuntungan, Tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel diatas. Berdasarkan hasil uji statistik
Chi Square dilakukan untuk mengetahui
adanya hubungan motivasi menjadi perawat
dengan prestasi belajar pada siswa. Pada
motivasi menjadi perawat didapat sig = 0,00
dimana sig<0,05. Hal ini menunjukkan secara
statistik bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara motivasi menjadi perawat
dengan prestasi belajar pada siswa.
PEMBAHASAN
Motivasi Menjadi Perawat Dengan Prestasi
Belajar Pada Siswa/I Di SMK Kesehatan
Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan Tahun
2018
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan kepada 35 responden yang memiliki
motivasi menjadi perawat di SMK Kesehatan
Wirahusada, Kec. Medan Tuntungan Tahun
2018 hasil menunjukkan bahwa mayoritas
memilki motivasi menjadi perawat dikategori
cukup sebanyak 18 orang (51,4%), dan
minoritas berada dikategori sangat baik
sebanyak 1 orang (2,9%).
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa
motivasi yang dimiliki siswa berada dikategori
cukup. Peneliti berpendapat bahwa siswa yang
ada di SMK Kesehatan Wirahusada yang
memiliki motivasi menjadi perawat berada
dikategori yang cukup dan prestasi dikategori
yang sangat kurang disebabkan karna
kurangnya minat siswa terhadap pelajaran dan
sehingga mengalami kesulitan dalam mencapai
beberapa mata pelajaran dengan nilai yang
baik.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor dan salah satunya adalah adanya
keterlibatan orang tua dan lingkungan yang
tidak mendukung. Keterlibatan orang tua dalam
arti bahwa orang tua siswa menginginkan
anaknya memilih jurusan keperawatan dan
bukan dari keinginan responden itu sendiri oleh
karna itu kondisi ini bisa membuat tidak
baiknya prestasi belajar responden pada jurusan
yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-
citakannya.
Prestasi Belajar Pada Siswa Di SMK
Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan
Tuntungan Tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan dari 35
responden siswa yang memiliki prestasi belajar
yang mayoritas sangat kurang dengan jumlah
sebanyak 16 orang (45,8%).
Menurut peneliti prestasi belajar yang
sangat kurang dapat diakibatkan karna tidak
adanya motivasi pada siswa tersebut seperti
tidak memperhatikan jadwal pembelajaran
yang menyebabkan ketidak teraturan dan
kurang disiplin dalam proses belajar khususnya
pada saat belajar di rumah.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Atkinson dalam Hamzah B. Uno (2012) yang
mengemukakan bahwa kecenderungan sukses
ditentukan oleh motivasi, peluang, serta
intensitas, begitu pula sebaliknya dengan
kecenderungan untuk gagal.
Hubungan Motivasi Menjadi Perawat
Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Di SMK
Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan
Tuntungan Tahun 2018
Berdasarkan hasil uji Chi-square
didapatkan nilai signifikan (p) dengan dengan
nilai 0.00 (< 0.05) yang artinya berarti Ha
diterima.
Penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara motivasi menjadi perawat
dengan prestasi belajar pada siswa hal ini
sangat signifikan apabila siswa mempunyai
motivasi menjadi perawat yang sangat baik
maka dapat mempengaruhi prestasi belajar
pada siswa akan sangat baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Alimuddin (2012) terhadap
mahasiswa keperawatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara motivasi menjadi
perawat dengan prestasi akademik.
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 6
Dan berdasarkan penelitian (Yoseph
Kea Embu,dkk, 2012) terdapat hubungan antara
motivasi menjadi perawat denga prestasi
belajar siswa yang keberadaan baik dukungan
dari keluarga, dosen, dan lembaga untuk
meningkatkan motivasi para mahasiswa agar
bisa prestasi belajar mereka baik.
Maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa motivasi merupakan faktor penting yang
perlu dikembangkan oleh siswa dengan
meningkatkan kemampuan yang ada didalam
dirinya baik pengetahuan, sikap maupun
perilaku, yang akan meningkatkan prestasi
belajar yang baik.
Dengan demikian maka diperlukan
pula upaya untuk membangkitkan motivasi
dengan berbagai macam cara, seperti
memberikan apresiasi kepada siswa agar siswa
yang memiliki motivasi tinggi bisa
mempertahankan prestasi belajar yang dimiliki.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada
siswa yang memiliki motivasi menjadi perawat
di SMK Kesehatan Wirahusada, Kec. Medan
Tuntungan Tahun 2018, maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara motivasi menjadi perawat
dengan prestasi belajar P value = 0,00 dimana
p<0,05 yang berarti Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, (2013). Hubungan Antara
Motivasi Belajar, Kemandirian
Belajar dan Bimbingan Akademik
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
di Stikes Ahmad Yani Yogyakarta.
Alimuddin. (2012). Hubungan Motivasi
Menjadi Perawat dengan Prestasi
Akademik pada Mahasiswa S1
Keperawatan Universitas
Dwik. (2013). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Motivasi Menjadi Perawat
Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Klaten.
Farwati, Ida. (2015). Hubungan Motivasi
Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Masa
Nifas (Askeb III) Mahasiswa D.III
Kebidanan Stikes ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
Fathurrohman,M.,& Sulistyorini. (2012).
Belajar & Pembelajaran :Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Sesuai Standar
Nasional. Yogyakarta: Teras.
Hartanti, Niscaya.(2013). Hubungan Tingkat
Motivasi Menjadi Perawat Dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (Ipk)
Mahasiswa.
Haris, Mujiman, (2009). Manajemen Pelatihan
Berbasis Belajar Mandiri.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hamzah. (2007). Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Kurniawan, Adi. (2014). Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Jakarta: PT.
BumiAksara.
Kusbiantoro, Dadang. (2014). Hubungan
Motivasi Belajar Dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Semester I
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan Tahun
Akademik 2013/2014.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana. 2003. Landasan Psikologi
Proses Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019 7
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurani, Okti. (2013). Hubungan Motivasi
Belajar Mahasiswa Dengan Prestasi
Akademik Mahasiswa D.IV Bidan
Pendidik Jalur Aanvulen Di STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Purnawan, Sugito Adi. (2014). Hubungan
Antara Motivasi Belajar Mahasiswa
Aktivis Dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Program Studi
S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rumanti. (2009). Hubungan Motivasi Menjadi
Perawat Dengan Prestasi
Akademik Pada Mahasiswa S1 Ilmu
Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Rondhianto. (2012) Hubungan antara Faktor
Motivasi dan Supervisi dengan
Kinerja Perawat dalam
Pendokumentasian Discharge
Planning di RSUD Gambiran Kota
Kedir.
Saam, Zulfan. 2012. Psikologi Keperawatan.
Jakarta : Rajawali Pers.
Sardiman. A.M. 2015. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
GrafindoPersada.
Tien.2009.Buku Ajar Pendidikan Dalam
Keperawatan.Jakarta : EGC.
Syah, M. (2016). Psikologi Belajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Slavin, R.E. (2009). Psikologi Pendidikan:
Teori dan Praktik Edisi Kedelapan,
Jilid 2. Jakarta: PT Macanan Jaya
Cemerlang.
Suhardi.(2013). Hubungan Motivasi Belajar
Dengan Indeks Prestasi
Akademik Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Unsyiah Banda Aceh.
Taufik. 2014. Peran Disiplin Pada Perilaku
dan Prestasi Siswa. PT. Gramedia
Widiasarana. Jakarta.
Uno. 2011. Teori Motivasi dan
Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP- ASI ) Pada Bayi Usia < 6 Bulan
* Cut Nilam Sari ** Henni Safrida Sitompul
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009 lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak
benar, kurang dari 15% bayi di seluruh dunia diberikan ASI ekslusif selama 4 bulan dan sering kali
pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia <6 bulan. Menggunakan data primer yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dengan
sampling jenuh yang berjumlah 30 reponden. Hasil penelitian, mayoritas responden perpengetahuan
cukup sebanyak 14 orang (43,1%). Karakteristik umur mayoritas responden dengan umur 20-35 tahun
sebanyak 27 orang (70,6%), karakteristik pendidikan mayoritas pendidikan dasar sebanyak 19 orang
(56,9%), karakteristik sumber informasi mayoritas dari masyarakat sebanyak 22 orang (64,70%),
karakteristik paritas mayoritas paritas primipara 12 orang (37,3%), karakteristik pekerjaan mayoritas
yang tidak bekerja sebanyak 25 orang (71%). Diharapkan kepada bapak kepala desa dapat
mengistruksikan kader posyandu dan petugas kesehatan agar selalu memberikan bimbingan dan
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang dampak pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
pada bayi usia <6 bulan sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci : Pengetahuan, MP - ASI
Mother's Knowledge About the Impact of Giving Breast Milk Complementary Food to 6-Months-
Old Babies
ABSTRACT
Data from United Nations Children's Fund (UNICEF) and the World Health Organization (WHO) in
2009 approximately 1.5 million children died from improper feeding. Less than 15% of babies worldwide
are given exclusive breastfeeding for 4 months and often provide complementary and unsafe
breastfeeding. This study is descriptive in order to describe the knowledge of mothers about the effects
of breastfeeding (MP-ASI) feeding on infants aged 6 months. Using primary data obtained directly from
respondents using a questionnaire. Sampling techniques with saturated sampling amounted to 30
respondents. The results of the study, the majority of respondents knowledgeable as many as 14 people
(43.1%). Age characteristics of the majority of respondents aged 20-35 years as many as 27 people
(70.6%) the education characteristics of the majority of basic education as many as 19 people (56.9%),
the characteristics of information sources were mostly from the community as many as 22 people
(54.70%), parity characteristics the majority of parity in terms of 12 people (37.3%) job characteristics
of the majority who do not work as much as 2: people (71%). It is expected that the head of the village
can instruct posyandu cadres and health workers to always provide guidance and counseling to mothers
about the impact of providing complementary breast milk (MP-ASI) to infants aged 6 months so that
they can apply it in their daily lives.
Keywords: Knowledge, Weaning Food
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
PENDAHULUAN
Masa bayi dan balita merupakan fase
terpenting dalam membangun fondasi
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Fase
ini sangat menentukan masa depan anak.
Dengan memperhatikan proses tumbuh
kembang anak, juga menjaga kesehatannya.
Proses tumbuh kembang anak ini berkaitan erat
dangan kebutuhan nutrisi pada bayi
(Sulistijani, 2007).
Kebutuhan nutrisi merupakan
kebutuhan yang sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan anak mengingat
manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu
proses pertumbuhan, serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam
tubuh (Hidayat, 2007).
MP-ASI adalah makanan yang
mengandung zat gizi yang diberikan kepada
bayi diatas 6 bulan. Menurut data United
Nations Children's Fund (UNICEF) dan World
Health Organization (WHO) pada tahun 2009
lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena
pemberian makanan yang tidak benar, kurang
dari 15% bayi di seluruh dunia diberikan ASI
ekslusif selama 4 bulan dan sering kali
pemberian makanan pendamping ASI tidak
sesuai dan tidak aman (Lucha, 2010).
Di Indonesia 80-90% para ibu di
daerah pedesaan masih menyusui anaknya
sampai umur lebih dari dua tahun, tetapi di
kota-kota ASI sudah banyak diganti dengan
susu botol. Banyak faktor yang menyebabkan
penurunan penggunaan ASI ini. Di kota-kota
banyak ibu-ibu ikut bekerja untuk mencari
nafkah, sehingga tidak dapat menyusui anaknya
dengan baik dan teratur (Asrit, 2009).
Di Finlandia dampak pemberian MP-
ASI terlalu dini dapat menyebabkan alergi
65%,), dan di Jerman pemberian MP-ASI
terlalu dini dapat meningkatkan risiko
kelebihan berat badan (obesitas) 8,4%. Di
Kanada bayi yang mendapatkan ASI terutama
selama 12 bulan pertama kehidupan dan bayi
yang mendapatkan MP-ASI terlalu dini selama
tiga bulan atau kurang, menemukan bahwa
penyakit diare dua kali lebih tinggi untuk bayi
yang diberikan MP-ASI terlalu dini
dibandingkan mereka yang disusui ASI (Widji,
2012).
Data dari Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2005 menunjukan
bahwa 40% bayi kurang dari 2 bulan diberikan
MP-ASI secara dini dengan makanan cair
21,25%, dan dengan makanan lembek 19,75%,
sedangkan bayi usia 3-5 bulan mencapai 39,5%
sudah diberikan makanan lumat dan padat. Dari
beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan
kurang gizi pada bayi disebabkan karena
pemberian MP-ASI yang tidak tetap karena
para ibu tentang tidak tahu manfaat dan cara
pemberian MP-ASI yang benar, sehingga
berpengaruh pada pemberian MP-ASI dini
(Depkes RI, 2006).
Berdasarkan data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) secara dini cukup besar, yaitu sebanyak
12% pada bayi usia kurang dari 2 bulan dan
sebanyak 27% pada bayi usia 2-3 bulan. Hanya
32% bayi di Indonesia mendapatkan ASI
eksklusi selama 6 bulan (Yunarto, 2009).
Di Semarang dari 26 orang ibu yang
memberikan makanan pendamping ASI
sebelum usia 6 bulan sebanyak 14 orang 53%,
sedangkan hasil penelitian Puji Listiyowanti
(2008) di Makasar menunjukan balita yang
diberi makanan pendamping ASI sebelum usia
6 bulan sebanyak 73,3% (Natallisa, 2008).
Berdasarkan Profil Kesehatan
Provinsi Lampung jumlah bayi usia 0-4 yang
telah bayi mendapatkan MP-ASI, tahun 2006
(29,54%), tahun 2007 (34,53%) dan tahun 2008
(42,83%) (Purnama, 2009).
Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010, persentase jenis
makanan pendamping ASI yang di berikan
kepada bayi baru lahir menurut Provinsi
Sumatera Utara, susu formula 73,5%, susu non
formula 3,7%, air putih 30,7%, air gula
7,3%,air tajin7,3% air kelapa 1,4%, sari buah
0,0%, teh manis 0,5%, madu 20,2%, pisang
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
4,1%, nasi atau bubur 7,8%, lainya 0,9%
(Riskesdas, 2012).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara tahun 2007, jumlah
bayi yang diberi ASI eksklusif 1,51%, dan
tahun 2008, cakupan ASI eksklusi tertinggi
terdapat di Kecamatan Medan Labuhan
(14,38%), kemudian Kecamatan Medan Area
(11,75%) dan Kecamatan Medan Polonia
(11,49%). Sedangkan Kecamatan Medan
Maimun, Kecamatan Medan Baru, dan
Kecamatan Medan Perjuangan dengan angka
cakupan masing-masing (0%). Dari data-data
tersebut diketahui bahwa cakupan ASI ekslusif
masih cukup rendah dan belum mencapai target
yang diharapkan (80%) (Mutiara, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian
Ismailandibaso tentang masalah MP-ASI
diwilayah kerja Pukesmas Separi 72% bayi
kurang dari 6 bulan sudah diberi makanan
pendamping ASI, salah satu penyebabnya
adalah ibu tidak mempunyai pengetahuan yang
baik tentang mekanisme laktasi dan akibat
pemberian MP-ASI dini sejak dini sebelum
bayi berusia 6 bulan (Ismailandibaso, 2006).
Penelitian yang dilakukan Irawan dari
pusat penelitian dan pengembangan Gizi dan
Makanan Departemen Kesahatan, diperoleh
data bahwa 50% bayi di Indonesia sudah
mendapatkan MP-ASI pada umur kurang dari
satu bulan. Bahkan pada umur 2 – 3 bulan bayi
sudah mendapatkan makanan padat. Dan bayi
yang mendapatkan MP-ASI dini lebih banyk
terserang diare, batuk, pilek, alergi, dan
berbagai penyakit infeksi yang menyebabkan
mereka kurang gizi (malnutrisi) (Salim, 2011).
ASI adalah cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui
proses menyusui. ASI merupakan makanan
yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ia
mengalami kehamilan. ASI merupakan sumber
gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan
bayi yang paling sempurna baik secara kualitas
maupun kuantitas. ASI sebagai makanan
tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6
bulan (Khasanah, 2011).
Makanan pendamping ASI adalah
makanan atau minuman yang mengandung
gizi diberikan kepada bayi/anak untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI
merupakan proses transisi dari asupan yang
semata berbasis susu menuju ke makanan yang
semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan
ketrampilan motorik oral. Keterampilan
motorik oral berkembang dari refleks
menghisap menjadi menelan makanan yang
berbentuk bukan cairan dengan memindahkan
makanan dari lidah bagian depan ke lidah
bagian belakang. Pengenalan dan pemberian
MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi atau anak
(Maryunani, 2012).
Makanan pendamping ASI bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi/anak,
penyesuaian kemampuan alat cerna dalam
menerima makanan tambahan dan merupakan
masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi
terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan
tambahan merupakan salah satu proses
pendidikan dimana bayi diajar mengunyah dan
menelan makanan padat dan membiasakan
selera-selera baru (Taharuddin, 2012).
MP-ASI diberikan terlalu cepat pada bayi
usia < 6 bulan akan menimbulkan :
a. Dapat menyebabkan Diare. Diare
merupakan keadaan di mana seseorang
menderita mencret- mencret, tinjanya encer,
dapat bercampur darah dan lendir kadang
disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat
menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melelui tinja.
b. Susah BAB, karena bayi yang usianya
masih dibawah 6 bulan usunya belum
siap untuk mengolah makanan, dia
hanya bisa untuk mencerna ASI.
c. Obesitas merupakan dampak jangka
panjang dari pemberian MPASI
terlalu dini, karena pola makan yang
tidak sesuai dengan tubuh bayi dan
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
bayi akan terbiasa dengan makan
banyak atau berlebih Bayi yang diberi
ASI memiliki kadar lemak yang lebih
rendah dibandingkan bayi dengan
susu formula.
d. Kram Usus, karena usus yang belum
siap untuk mencerna makanan dipaksa
untuk mengolah MP-ASI. Kram usus
pada bayi dapat disebabkan oleh
berbagai faktor adalah kesulitan
sistem alat pencernaan bayi dalam
menerima laktosa atau zat gula yang
terkandung dalam susu yang
dikonsumsinya. Bisa juga karena tidak
tahapn terhadap susu sapi yang
menyebabkan usus bayi harus bekerja
keras sehingga terjadi ketegangan.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan
pengetahuan ibu tentang dampak pemberian
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
pada bayi usia < 6 bulan
Hasil Penelitian
Tabel 1.
No Pengetahuan F %
1 Baik 10 31,4
2 Cukup 14 43,1
3 Kurang 6 25,5
Total 30 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa, mayoritas responden berpengetahuan cukup
sebanyak 14 responden (43,1%) dan minoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 6
responden (25,5%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia < 6 Bulan
No Karakteristik Frekuensi %
1.
2.
3.
4.
5.
Umur
a. <20 tahun
b. 20-35 tahun
c. >35 tahun
Pendidikan
a. Dasar
b. Menengah
c. Per.tinggi
Sumber Informasi
a. Ten. Kesehatan
b. Masyarakat
Paritas
a. Primipara
b. Secudipara
c. Multipara
d. Grandemultipara
Pekerjaan
a. Bekerja
b. Tdk. bekerja
2
27
1
19
10
1
8
22
12
10
6
2
5
25
17,6
70,6
11,8
56,9
35,3
7,8
35,3
64,70
37,3
35,3
21,6
5,8
29
71
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
Berdasarkan tabel .2. dapat diketahui bahwa,
karakteristik umur mayoritas responden
dengan umur 20-35 tahun sebanyak 27 orang
(70,6%), dan minoritas responden dengan
umur >35 tahun sebanyak 1 orang (11,8%).
Karakteristik pendidikan mayoritas responden
berpendidikan dasar sebanyak 19 orang
(56,9%), dan minoritas responden
berpendidikan tinggi sebanyak 1 orang
(7,8%). Karakteristik sumber informasi
mayoritas dari masyarakat sebanyak 22 orang
(64,70%), dan minoritas dari tenaga kesehatan
sebanyak 8 orang (35,3%). Karakteristik
paritas mayoritas reponden dengan paritas
primipara sebanyak 12 orang (37,3%), dan
minoritas responden dengan paritas
grandemultipara sebanyak 2 orang (5,8%).
Karakteristik pekerjan mayoritas reponden
yang tidak bekerja sebanyak 25 orang (71%),
dan minoritas responden yang bekerja 5 orang
(29%).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitia mayoritas responden
berpengetahuan cukup sebanyak 14 responden
(43,1%) dan minoritas responden
berpengetahuan kurang sebanyak 6 responden
(25,5%).
DAFTAR PUSTAKA
Arif Nurhaeni (2009), ASI dan Tumbuh
Kembang Bayi, Media Pressindo,
Yogyakarta.
Depkes RI (2006), Profil Departemen
Kesehatan Sumatera Utara,
http://www .depkes.go.id/profil
departemen kesehatan sumatera
utara.
Dian (2009), Pengertian Pengetahuan,
http://ekoagoes.com/2009/01/peng
ertian- pengetahuan-
pengetahuan.html
.Hidayat A. Aziz Alimun (2009),
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak
1, Salemba Medika, Jakarta, 2011
(2011),
Metode Penelitian Kebidanan
Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta.
Hidayat (2009), Fungsi Karbohidrat,
http://hidayat.wordpress.com/200
9/06/08/ fungsi.karbodrat,.
Ismailandibaso, (2006), Dampak
pemberian MP-ASI,
http://www.scribd .com
/dot/59322901/bab 1
Khasanah Nur (2011), ASI atau Susu
Formula, Flass Books,
Yogyakarta.
Lucha (2010), Mengapa Perkenalan ASI
Harus Dimulai Pada Usia 6 Bulan,
Htt://kelurgasehat.wordpress.com/
2010/11/21/mengapa-perkenalan-
pendamping-asi-harus-dimulai-
pada-usia-6-bulan/,
Maryunani Anik (2010), Ilmu Kesehatan
Anak Dalam Kebidan, CV Trans
Info Media, Jakatra.
Maulana Mirza (2009), Seluk Beluk
Merawat Bayi dan Balita, Graha
Ilmu, Jogyakarta.
Mutiara (2011), Air Susu Ibu (ASI),
http://repositor.usu.ac.id/bitstream
/ 12345
6789/22648/5/chapter%201.pdf
Natallisa (2008), Makanan Pendamping
ASI,
http://www.rumahkelurga.com/
2008/07/25/makanan-
pendamping-asi
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
Nikha (2012), Dampak MP-ASI Terlalu
Dini, http://sahabatkelurga.com/
2012/03/dampak-pemberian-
mpasi-terlalu dini.htlm, diakses
pada
Nursalam (2001), KTI ASI,
http:/bejocommunity.com/2010/0
5/kti asi.html,
Notoatmodjo Soekidjo (2007), Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka
Cipta, Jakarta.
(2010),
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta.
Prabantini Dwi (2010), Makanan
Pendamping ASI, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Purnama Dewi (2009), Pengenalan
Makanan Pendamping ASI Pada
Bayi,
http://bidanku.com/index.php/mak
anan-bayi-pengenalan-makanan-
pendamping-asi-pada-bayi
Rahim Saiful (2011), Fungsi Protein (
Dasar-Dasar Ilmu Gizi ),
http://id.shoong.
com/2011/medicine-and-
heald/epidemiologi-public-
health/fungsi-proten-dasar-dasar-
ilmu/,
Rani (2011), Angka Kejadian Susah
BAB, http://id.shvoong.com/
medicine-and-
health/epidemiology-public-
health/2164789-bahaya-susah-
bab/#ixzzIu ZMjx3D8
Riskesdas (2010), Prestase Jenis Makanan
Tambahan Yang Diberikan
Kepada Bayi Baru lahir Menirut
Propinsi,
www.litbang.depkes.go.id/riskesd
as 2010/laporan-riskes,
Salim (2011), Pemberian MP-ASI,
http://repository.usu.ac.id/123456
789/ 27396/ pemberian-asi
Shofiyya umum (2011), Makanan Kolik
Menghampiri Bayi Anda,
http://ummu
shofiyya.wordpress.com/2011/02/
16/manakala-kolik-menghampiri-
bayi-anda
Soraya Luluk lely (2005), Resiko
Pemberian MP-ASI Terlalu Dini,
http:// cerpene
ddelweissnaqiyyah.com/2011/06/r
esiko-pemberian-mp-asi-terlalu-
dini. Html
Sulistijani D.A (2007), Menjaga
Kesehatan Bayi dan Balita,
Cetakan I, Pustaka Swara, Jakarta.
Taharuddin (2012), Manfaat dan Tujuan
Pemberian MP-ASI,
http://taharuddin .com/manfaat-
dan-tujuan-pemberian-mp-
asi.html,
Tinia Stell (2012), Peranan ASI Dalam
Mencegah Obesitas Anak,
http://prodia-kegiatan/roadshow-
seminar-obesitas-anak-q-
menggemaskan-atau-
mencemaskan-medan,
Triatmodjo (2008), Diare Pada Anak,
http://www.samsunisarma.com/20
11/ 11/diare-pada-anak.htlm
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
TENTANG ASUPAN GIZI PADA PENDERITA TB DI POLI PARU RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN TAHUN 2017
*Adri Raja Pratama**Corry Nova Adelina
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pada penderita TBC penurunan berat badan dapat mencapai 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang dengan status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat dibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kuasi Experiment dengan disain One Group Pretest Posttest, populasi dalam penelitian ini
sebanyak 30 orang, sedangkan sampel diambil dengan menggunakan tehnik total sampling yaitu
sebanyak 30 orang. Analisis data dengan menggunakan uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test.
Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai signifikasinya
sebesar 0,00, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang asupan gizi
terhadap tingkat pengetahuan penderita TB di Poli Paru RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2017.
Diharapkan perawat lebih sering memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien penderita TBC guna
menambah pengetahuan klien tentang asupan gizi yang sangat berpengaruh dalam penyembuhan
penderita TBC.
Kata Kunci : Tubercolosis (TBC), asupan gizi, pendidikan kesehatan
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON KNOWLEDGE LEVEL OF NUTRITIONAL
INFLUENCE IN TB PATIENTS IN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN, 2017
ABSTRACT
In patients with tuberculosis, weight loss can reach 10%. The results showed that people with nutritional
status lacked 3.7 times the risk of suffering from severe pulmonary TB compared to people who had
enough or more nutritional status. The type of research used in this study was Quasi Experiment with
the design of One Group Pretest Posttest, the population in this study were 30 people. While the sample
was taken by using total sampling technique that is as many as 30 people. Data analysis using the
Wilcoxon Signed Rank Test non parametric test. Based on the results of the non parametric statistical
tests of Wicoxon Signed Rank Test, the significance value was 0.00, the results showed that there was
an effect of health education on nutrient intake on the level of knowledge of TB patients in Lung Poly
RSUP. H Adam Mabik Medan in 2017. It is expected that nurses more often provide health education
to patients with TB to increase the patient's knowledge of nutritional intake which is very influential in
healing key TB patients
Keywords : Tuberculosis (TBC) nutrition intake, health education
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
PENDAHULUAN
Pada penderita TBC Penurunan Berat
Badan dapat mencapai 10%. Kondisi penderita
TB dapat dipulihkan dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Pengaturan ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein
yang meningkat untuk mencegah dan
memperbaiki kerusakan jaringan
tubuh.Menambah berat badan hingga mencapai
normal dan diusahakan berupa badan
seimbaang dengan tinggi (Supriyo dkk, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang dengan status gizi kurang mempunyai
resiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat
dibandingkan dengan orang yang status gizinya
cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan
daya tahan tubuh dan respon immunologik
terhadap penyakit (Patiung F dkk, 2014).
Status gizi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi konversi sputum pada
pengobatan fase awal, penderita dengan status
gizi kurus memiliki risiko terjadinya kegagalan
konversi 3.5 kali lebih besar dibanding
penderita dengan status gizi normal dengan
nilai perbandingan < 0.001 (Amaliah, 2012).
penderita TB paru dengan status gizi kurus
(BMI : 17-18.5) berisiko gagal konversi 8 kali
lebih besar dari penderita dengan status gizi
normal (BMI 18.5-25). Peningkatan dan
perbaikan status gizi dengan memberikan
makanan dengan asupan seimbang pada
penderita TB Paru yang sedang menjalani
pengobatan DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse) merupakan faktor
penentu keberhasilan konversi sputum BTA
penderita TB paru (Khariroh dalam Amaliah,
2012).
Dalam penelitian yang dilakukan di
poliklinik paru bagian Penyakit Dalam RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou terdapat 22 pasien yang
memenuhi kriteria penelitian. Variabel pertama
yang dinilai untuk menentukan status gizi
adalah IMT, dari hasil pemeriksaan dan
perhitungan yaitu sebagian besar pasien TB
memiliki status gizi dibawah normal
(underweight) yaitu 77,8% (Patiung F dkk,
2014).
Berdasarkan survey pendahuluan yang
dilakukan oleh peniliti pada bulan April di
dapatkan data pada tahun 2016 yang
berkunjung sebanayak 5.711 orang dan data
pasien yang berobat sebanyak 1.489 orang di
poli klinik paru RSUP H. Adam Malik Medan.
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan
secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,
baik individu, kelompok, atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau
promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat
unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain) dan output
(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari
promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012).
Gizi adalah proses organisme menggunakan
bahan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energy (Almatsier, 2016).
Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat –zat gizi. Dibedakan antara
status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status
gizi dapat di artikan juga sebagai keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Di bedakan atas gizi
kurang baik, atau lebih (Almatsier, 2016).
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan de
sain penelitian eksperimen yaitu dengan meng
gunakan desain One Group Pretest Posttest ya
itu melihat hasil observasi sebelum dan sesudah
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
dilakukan perlakuan dengan tidak
menggunakan kelompok pembanding
(kelompok control) dan di dalam penelitian ini
digunakan alat untuk mengumpulkan data yaitu
menggunakan kuesioner dengan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi pertanyaan tertulis kepada responden.
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita TB
sebanyak 30 orang yang ada di Poli Rsup H
Adam Malik Medan
Sample
Sample adalah objek yang diteliti yang
dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2014).
Sample dalam penelitian ini adalah
total sampling dari populasi sebanyak 30 orang
penderita TB di Poli Rsup H Adam Malik
Medan. Adapun kriteria sample dalam
penelitian ini adalah :
1. Klien yang terkena TB
2. Bersedia menjadi responden atau
sample dalam penelitian
3. Mengerti bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa nilai rata – rata (mean)
pengetahuan sebelum intervensi adalah 20,20
dengan standar deviation 1,901 dan mean
setelah intervensi adalah 39,17 dengan standar
deviation 9,363, dengan nilai signifikan (p) uji
Wilcoxon adalah 0,00 dimana p < 0,05, hasil ini
menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0
ditolak yaitu ada pengaruh pendidikan
kesehatan tentang Asupan gizi terhadap tingkat
pengetahuan penderita TB sebelum dan setelah
melakukan intervensi di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2017. Data hasil perhitungan
Wilcoxon dengan p sebesar 0,00, dimana p
value lebih kecil dari nilai batas kritis 0,05 (p <
α).
Status gizi merupakan bagian penting
dalam menentukan tingkat kesehatan seseorang,
status gizi disamping akan mempengaruhi
sistem imun secara langsung juga berperan
dalam proses penyembuhan penyakit termasuk
pasien yang menderita TB paru (Depkes,2008).
Manfaat Gizi Untuk Penderita TB
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi yang
telah hilang akibat penyakit
2. Mencegah atau mengurangi
kerusakan jaringan tubuh
3. Mencegah komplikasi lebih lanjut
sebagai akibat dari penurunan imun
penderita (Patiung F dkk, 2014).
Kebutuhan Gizi Untuk TB
Prinsip yang diberikan energi yang
tinggi (2500-3000 kal/hari) untuk mencapai
berat badan ideal, protein tinggi (75-100
gram/hari) untuk meng-gantikan sel-sel yang
rusak dan mening-katkan kadar serum,
suplementasi vitamin yang tinggi seperti
vitamin C, vitamin E, vitamin B kompleks dan
mineral yang cukup, serta makanan yg mudah
dicerna (Patiung, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rhinerka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan
Kesehatan. Jakarta: Rhinerka Cipta.
Patiung dkk, 2014. Hubungan Status Gizi
Dengan Cd4 Pada Pasien Tb Paru. Manado:
Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 2, Nomor 2.
Sunaryati. 2014. 14 Penyakit Paling Sering
Menyerang Dan Sangat Mematikan.
Yogyakarta: Flash Books.
Supriyo dkk. 2014. Pengaruh Perilaku dan
Status Gizi terhadap Kejadian TB Paru Di
Kota Pekalongan. Jawa tengah.
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
Wawan & Dewi. 2015. Teori Dan
Pengukuran, Sikap, Dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Numed.
Tien & Ratna.2015 Karakterisik Penderita TB
Paru Pengguna Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Di Indonesia.Banjar Baru.
Siti & Sumarni Pengaruh Pendidikan Gizi
Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan
Konsumsi Zat Besi. Sukoharjo: Jurnal Gizi
Klinik Indonesia Vol,12,No 2,Oktober 2015
Elsa dkk.2016 Gambaran Status Gizi Pada
Pasien Tuberkulosis paru Yang Menjalani
Rawat Jalan Di Rsud Arifin Achmad Pekan
Baru. JOM FK Volume 3 No, 2 Oktober 2016
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
TENTANG ASUPAN GIZI PADA PENDERITA TB DI POLI PARU RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN TAHUN 2017
*Adri Raja Pratama**Corry Nova Adelina
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pada penderita TBC penurunan berat badan dapat mencapai 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang dengan status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat dibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kuasi Experiment dengan disain One Group Pretest Posttest, populasi dalam penelitian ini
sebanyak 30 orang, sedangkan sampel diambil dengan menggunakan tehnik total sampling yaitu
sebanyak 30 orang. Analisis data dengan menggunakan uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test.
Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai signifikasinya
sebesar 0,00, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang asupan gizi
terhadap tingkat pengetahuan penderita TB di Poli Paru RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2017.
Diharapkan perawat lebih sering memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien penderita TBC guna
menambah pengetahuan klien tentang asupan gizi yang sangat berpengaruh dalam penyembuhan
penderita TBC.
Kata Kunci : Tubercolosis (TBC), asupan gizi, pendidikan kesehatan
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON KNOWLEDGE LEVEL OF NUTRITIONAL
INFLUENCE IN TB PATIENTS IN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN, 2017
ABSTRACT
In patients with tuberculosis, weight loss can reach 10%. The results showed that people with nutritional
status lacked 3.7 times the risk of suffering from severe pulmonary TB compared to people who had
enough or more nutritional status. The type of research used in this study was Quasi Experiment with
the design of One Group Pretest Posttest, the population in this study were 30 people. While the sample
was taken by using total sampling technique that is as many as 30 people. Data analysis using the
Wilcoxon Signed Rank Test non parametric test. Based on the results of the non parametric statistical
tests of Wicoxon Signed Rank Test, the significance value was 0.00, the results showed that there was
an effect of health education on nutrient intake on the level of knowledge of TB patients in Lung Poly
RSUP. H Adam Mabik Medan in 2017. It is expected that nurses more often provide health education
to patients with TB to increase the patient's knowledge of nutritional intake which is very influential in
healing key TB patients
Keywords : Tuberculosis (TBC) nutrition intake, health education
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
PENDAHULUAN
Pada penderita TBC Penurunan Berat
Badan dapat mencapai 10%. Kondisi penderita
TB dapat dipulihkan dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Pengaturan ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein
yang meningkat untuk mencegah dan
memperbaiki kerusakan jaringan
tubuh.Menambah berat badan hingga mencapai
normal dan diusahakan berupa badan
seimbaang dengan tinggi (Supriyo dkk, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang dengan status gizi kurang mempunyai
resiko 3,7 kali untuk menderita TB paru berat
dibandingkan dengan orang yang status gizinya
cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan
daya tahan tubuh dan respon immunologik
terhadap penyakit (Patiung F dkk, 2014).
Status gizi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi konversi sputum pada
pengobatan fase awal, penderita dengan status
gizi kurus memiliki risiko terjadinya kegagalan
konversi 3.5 kali lebih besar dibanding
penderita dengan status gizi normal dengan
nilai perbandingan < 0.001 (Amaliah, 2012).
penderita TB paru dengan status gizi kurus
(BMI : 17-18.5) berisiko gagal konversi 8 kali
lebih besar dari penderita dengan status gizi
normal (BMI 18.5-25). Peningkatan dan
perbaikan status gizi dengan memberikan
makanan dengan asupan seimbang pada
penderita TB Paru yang sedang menjalani
pengobatan DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse) merupakan faktor
penentu keberhasilan konversi sputum BTA
penderita TB paru (Khariroh dalam Amaliah,
2012).
Dalam penelitian yang dilakukan di
poliklinik paru bagian Penyakit Dalam RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou terdapat 22 pasien yang
memenuhi kriteria penelitian. Variabel pertama
yang dinilai untuk menentukan status gizi
adalah IMT, dari hasil pemeriksaan dan
perhitungan yaitu sebagian besar pasien TB
memiliki status gizi dibawah normal
(underweight) yaitu 77,8% (Patiung F dkk,
2014).
Berdasarkan survey pendahuluan yang
dilakukan oleh peniliti pada bulan April di
dapatkan data pada tahun 2016 yang
berkunjung sebanayak 5.711 orang dan data
pasien yang berobat sebanyak 1.489 orang di
poli klinik paru RSUP H. Adam Malik Medan.
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan
secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,
baik individu, kelompok, atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau
promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat
unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain) dan output
(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari
promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012).
Gizi adalah proses organisme menggunakan
bahan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energy (Almatsier, 2016).
Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat –zat gizi. Dibedakan antara
status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status
gizi dapat di artikan juga sebagai keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Di bedakan atas gizi
kurang baik, atau lebih (Almatsier, 2016).
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan de
sain penelitian eksperimen yaitu dengan meng
gunakan desain One Group Pretest Posttest ya
itu melihat hasil observasi sebelum dan sesudah
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
dilakukan perlakuan dengan tidak
menggunakan kelompok pembanding
(kelompok control) dan di dalam penelitian ini
digunakan alat untuk mengumpulkan data yaitu
menggunakan kuesioner dengan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi pertanyaan tertulis kepada responden.
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita TB
sebanyak 30 orang yang ada di Poli Rsup H
Adam Malik Medan
Sample
Sample adalah objek yang diteliti yang
dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2014).
Sample dalam penelitian ini adalah
total sampling dari populasi sebanyak 30 orang
penderita TB di Poli Rsup H Adam Malik
Medan. Adapun kriteria sample dalam
penelitian ini adalah :
1. Klien yang terkena TB
2. Bersedia menjadi responden atau
sample dalam penelitian
3. Mengerti bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa nilai rata – rata (mean)
pengetahuan sebelum intervensi adalah 20,20
dengan standar deviation 1,901 dan mean
setelah intervensi adalah 39,17 dengan standar
deviation 9,363, dengan nilai signifikan (p) uji
Wilcoxon adalah 0,00 dimana p < 0,05, hasil ini
menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0
ditolak yaitu ada pengaruh pendidikan
kesehatan tentang Asupan gizi terhadap tingkat
pengetahuan penderita TB sebelum dan setelah
melakukan intervensi di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2017. Data hasil perhitungan
Wilcoxon dengan p sebesar 0,00, dimana p
value lebih kecil dari nilai batas kritis 0,05 (p <
α).
Status gizi merupakan bagian penting
dalam menentukan tingkat kesehatan seseorang,
status gizi disamping akan mempengaruhi
sistem imun secara langsung juga berperan
dalam proses penyembuhan penyakit termasuk
pasien yang menderita TB paru (Depkes,2008).
Manfaat Gizi Untuk Penderita TB
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi yang
telah hilang akibat penyakit
2. Mencegah atau mengurangi
kerusakan jaringan tubuh
3. Mencegah komplikasi lebih lanjut
sebagai akibat dari penurunan imun
penderita (Patiung F dkk, 2014).
Kebutuhan Gizi Untuk TB
Prinsip yang diberikan energi yang
tinggi (2500-3000 kal/hari) untuk mencapai
berat badan ideal, protein tinggi (75-100
gram/hari) untuk meng-gantikan sel-sel yang
rusak dan mening-katkan kadar serum,
suplementasi vitamin yang tinggi seperti
vitamin C, vitamin E, vitamin B kompleks dan
mineral yang cukup, serta makanan yg mudah
dicerna (Patiung, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rhinerka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan
Kesehatan. Jakarta: Rhinerka Cipta.
Patiung dkk, 2014. Hubungan Status Gizi
Dengan Cd4 Pada Pasien Tb Paru. Manado:
Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 2, Nomor 2.
Sunaryati. 2014. 14 Penyakit Paling Sering
Menyerang Dan Sangat Mematikan.
Yogyakarta: Flash Books.
Supriyo dkk. 2014. Pengaruh Perilaku dan
Status Gizi terhadap Kejadian TB Paru Di
Kota Pekalongan. Jawa tengah.
Jurnal Columbia Asia
VOLUME X NO : 19 JANUARI 2019
Wawan & Dewi. 2015. Teori Dan
Pengukuran, Sikap, Dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Numed.
Tien & Ratna.2015 Karakterisik Penderita TB
Paru Pengguna Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Di Indonesia.Banjar Baru.
Siti & Sumarni Pengaruh Pendidikan Gizi
Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan
Konsumsi Zat Besi. Sukoharjo: Jurnal Gizi
Klinik Indonesia Vol,12,No 2,Oktober 2015
Elsa dkk.2016 Gambaran Status Gizi Pada
Pasien Tuberkulosis paru Yang Menjalani
Rawat Jalan Di Rsud Arifin Achmad Pekan
Baru. JOM FK Volume 3 No, 2 Oktober 2016
Jurnal Columbia Asia
Volume IX No : 19 Januari 2019
PANDUAN UNTUK PENULIS NASKAH JURNAL
Jurnal Columbia Asia hanya menerima naskah asli yang belum diterbitkan di dalam maupun di luar
negeri. Naskah dapat berupa hasil penelitian, konsep-konsep pemikiran inovatif hasil tinjauan pustaka
yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktik keperawatan profesional.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dalam bentuk narasi dengan gaya bahasa yang
efektif dan akademis. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika sebagai berikut:
• Judul
o Menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas
o Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, judul dalam bahasa Indonesia dicetak
dengan huruf besar di tengah-tengah menggunakan font 11 Times New Roman. Judul
dalam bahasa Indonesia dan tidak semua diketik dengan huruf besar, hanya disetiap awal
kata kecuali kata penghubung.
• Nama penulis
o Diketik tanpa gelar dan konsisten dalam ejaan nama.
• Alamat
o berupa instansi tempat penulis bekerja atau alamat pribadi dilengkapi dengan alamat E-
mail (untuk penulis korespondensi)
• Abstrak
o Diketik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh
tulisan
o Di bawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords).
• Pendahuluan
o Meliputi latar belakang masalah.
• Bahan dan Metode
o Berisi penjelasan tentang rancangan, populasi, sampel, variabel, alat-alat yang digunakan,
waktu, tempat, dan teknik.
o Metode harus dijelaskan selengkap mungkin agar peneliti lain dapat melakukan uji coba
ulang.
o Acuan (kepustakaan) diberikan pada metode yang kurang jelas.
• Hasil
o Dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan berkaitan
dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan, gambar, grafik,
diagram), tabel atau foto yang mendukung data
o Sederhana dan tidak terlalu besar.
o Hasil yang telah dijelaskan dengan tabel atau ilustrasi tidak perlu dijelaskan panjang lebar
dalam teks.
• Pembahasan
Menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi: fakta, teori dan opini.
• Kesimpulan
Jurnal Columbia Asia
Volume IX No : 19 Januari 2019
o Berupa kesimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi tidak diperinci dalam poin-poin
yang mengacu pada tujuan penelitian.
• Pengutipan
o Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Contoh
: (Nursalam, 2008).
• Kepustakaan
o Sumber rujukan (kepustakaan) sedapat mungkin merupakan pustaka terbitan 10 tahun
terakhir diutamakan adalah hasil laporan penelitian (skripsi, thesis dan disertasi) dan
artikel ilmiah dalam jurnal/majalah ilmiah.
• Persamaan Matematis
Dikemukakan dengan jelas. Angka Desimal ditandai dengan koma untuk bahasa
Indonesia dan titik untuk bahasa Inggris.
• Tabel
o Sesederhana mungkin, dikirim dalam format MS Word.
o Tabel diberi nomor dan diacu berurutan dalam teks.
o Penomoran tabel diikuti dengan tanda titik (.)
o Judul di tulis di bagian atas tabel, harap ditulis dengan singkat dan jelas dan diawali
dengan huruf besar yang hanya diawal judul tabel.
o Catatan atau keterangan bila diperlukan (di bagian bawah tabel, untuk menjelaskan
singkatan-singkatan dalam tabel).
o Semua singkatan pada tabel harap dijelaskan pada catatan kaki.
o Garis-garis pada tabel hanya menggunakan garis horisontal tidak menggunakan garis
vertikal.
o Tabel harus diacu dalam pembahasan.
• Ilustrasi
o Berupa lukisan, gambar, grafik atau diagram diberi nomor dan diacu berurutan pada teks.
o Judul diberikan dengan singkat dan jelas dibawah ilustrasi (tidak di dalam ilustrasinya).
o Keterangan Pada ilustrasi atau foto dibuat tanpa menggunakan border.
• Foto hitam-putih/berwarna
Kontras, tajam, jelas dan sebaiknya diambil dalam format JPEG, atau format digital lain
yang bisa diedit.
Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan pada kertas HVS
dengan salah satu program pengolah data MS Word, ukuran A4 (210 x 297 mm) dengan jarak 1.15 spasi,
font 11 Times New Roman
Jurnal Columbia Asia
Volume IX No : 19 Januari 2019
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a : ………………………………………………….......................
I n s t a n s i : ………………………………………………….......................
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Jurnal yang berjudul : ………………
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Jurnal
tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku dan hal ini tidak menjadi tanggung jawab penerbit dalam hal ini
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan,
Yang membuat pernyataan,
Materei
Rp. 6.000,-
------------------------------------------