Jurnal Bandung Klit

12
LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMINYAKAN (FATLIQUORING) PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT KAMBING Endah Murpi Ningrum Staf Pengajar Jurusan Produksi Ternak, FAPET UNHAS ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah hasil pemotongan ayam ras pedaging berupa lemaknya sebagai bahan peminyakan dan minyak kelapa dalam proses penyamakan kulit kambing. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan ulangan tiga kali. Faktor pertama adalah jenis bahan peminyakan, terdiri dari : L 1 = Lemak ayam dan L 2 = Minyak kelapa. Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi bahan peminyakan, terdiri dari : K 1 = 4 %, K 2 = 6 % dan K 3 = 8 %. Data diolah dengan analisis ragam dan bila menunjukkan hasil nyata maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 0,05 %. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi jenis bahan peminyakan dan konsentrasi bahan peminyakan tidak berpengaruh nyata dalam proses penyamakan kulit kambing. Kata kunci : lemak ayam, minyak kelapa dan kulit kambing. ABSTRACT The aim of the research was to exploit waste of processed cutting broiler viz broiler fat as fatliquoring

Transcript of Jurnal Bandung Klit

Page 1: Jurnal Bandung Klit

LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN

PEMINYAKAN (FATLIQUORING) PADA PROSES PENYAMAKAN

KULIT KAMBING

Endah Murpi Ningrum

Staf Pengajar Jurusan Produksi Ternak, FAPET UNHAS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah hasil pemotongan ayam ras

pedaging berupa lemaknya sebagai bahan peminyakan dan minyak kelapa dalam proses

penyamakan kulit kambing. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan ulangan tiga kali. Faktor pertama adalah jenis

bahan peminyakan, terdiri dari : L1 = Lemak ayam dan L2 = Minyak kelapa. Sedangkan

faktor kedua adalah konsentrasi bahan peminyakan, terdiri dari : K1 = 4 %, K2 = 6 % dan

K3 = 8 %. Data diolah dengan analisis ragam dan bila menunjukkan hasil nyata maka

dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 0,05 %. Hasil sidik ragam

menunjukkan bahwa interaksi jenis bahan peminyakan dan konsentrasi bahan peminyakan

tidak berpengaruh nyata dalam proses penyamakan kulit kambing.

Kata kunci : lemak ayam, minyak kelapa dan kulit kambing.

ABSTRACT

The aim of the research was to exploit waste of processed cutting broiler viz broiler

fat as fatliquoring material and coconut oil in the tanning process of goat leather. The

experiment was arranged in completely randomized factorial design with two factor and

three replication in each treatment. The first factor consist of two levels, namely

L1 = broiler fat and L2 = coconut oil. The second factor consist of three levels the

concentrate of fatliquoring material, namely K1 = 4 %, K2 = 6 % and K3 = 8 %. The data

was processed with type analysis, and if it showed evident it was then continued with

Duncan Multiple Range Test (DMRT) 0,05. The result of this experiment indicated that

interaction broiler fat and coconut oil not significant in the tanning process of goat leather.

Key word : chicken fat, coconut oil and goat leather.

Page 2: Jurnal Bandung Klit

PENDAHULUAN

Kambing merupakan salah satu jenis ternak kecil di Indonesia, yang mempunyai

peran penting bagi manusia. Kambing dapat dimanfaatkan oleh manusia melalui

konsumsi daging yang mempunyai protein tinggi dan kulitnya dapat dijadikan bahan baku

dalam industri kulit. Daging kambing umumnya digunakan untuk berbagai acara dan

pemanfaatan kulit ini masih sangat kurang. Untuk itu pengetahuan tentang tehnik

pengawetan dan pengolahan kulit perlu disebarluaskan kepada masyarakat. Salah satu

produk hasil olahan kulit kambing adalah penyamakan kulit kambing.

Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas

mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap

pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan

tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga

terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit. Dalam proses penyamakan

tahap peminyakan merupakan tahap yang penting karena mempunyai pengaruh vital pada

hasil akhir kulit jadinya.

Ayam ras pedaging adalah salah satu jenis unggas yang dagingnya paling banyak

dikonsumsi masyarakat dan hampir sebagian besar dari tubuh ayam sudah dimanfaatkan

orang. Kotoran ayam sudah dimanfaatkan sebagai pupuk tetapi masih ada yang dianggap

sebagai limbah yaitu lemak ayam, karena lemak tersebut banyak mengandung asam lemak

jenuh yang relatif tinggi. Banyaknya lemak ayam yang tersedia merupakan salah faktor

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan peminyakan pada kulit samak kambing.

Penggunaan minyak nabati (minyak kelapa) pada proses peminyakan dalam

penyamakan kulit bertujuan memperbaiki kualitas kulit samak yang dihasilkan (Purnomo,

1985). Penggunaan minyak kelapa bila dibandingkan dengan minyak sintesis sebagai

bahan peminyakan secara ekonomis terbilang lebih murah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat seberapa

besar manfaat lemak ayam ras pedaging dan minyak kelapa sebagai bahan peminyakan

(fatliquoring) dalam proses penyamakan kulit kambing.

Page 3: Jurnal Bandung Klit

METODOLOGI

Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL), pola faktorial

2 x 3 (Gaspersz, 1991). Faktor pertama adalah Jenis bahan peminyakan, terdiri dari

L1 = Lemak ayam ras pedaging dan L2 = Minyak kelapa. Sedangkan faktor kedua adalah

Konsentrasi bahan peminyakan (persentase dari berat kulit), terdiri dari K1 = 4 %,

K2 = 6 %, dan K3 = 8 %. Sedangkan untuk kulit kontrol = Remsynol OCS (6 %).

Penelitian ini menggunakan kulit kambing kacang jantan umur ± 1 tahun. Terbagi

dalam 6 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Peubah yang diukur adalah kekuatan jahit

(kg/cm) dan kekuatan sobek (kg/cm). Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan

analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekuatan Jahit (kg/cm)

Besarnya kekuatan jahit pada kulit akan menentukan ketahanan produk terhadap

besarnya gaya mekanik yang diberikan sejalan dengan tarikan benang jahit (Anonim,

1995). Kesempurnaan peminyakan dalam penelitian ini dapat diketahui dari tingginya

nilai kekuatan jahit kulit samak kambing yang dihasilkan.

Rata-rata nilai kekuatan jahit kulit samak kambing berdasarkan konsetrasi bahan

peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) dan lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Nilai Kekuatan Jahit Kulit Samak Kambing (kg/cm) berdasarkan Konsentrasi Bahan dan Lama Peminyakan.

Konsentrasi BahanPeminyakan

Lama Peminyakan Rata-rata1 Jam 2 Jam

4 %6 %8 %

189,59201,58188,94

195,99182,72165,05

192,79192,15176,99

Rata-rata 193,37 181,25 187,31

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kekuatan jahit kulit samak kambing

berdasarkan konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) masing-masing memberikan

nilai kekuatan jahit sebesar 192,79 kg/cm, 192,15 kg/cm dan 176,99 kg/cm. Hasil nilai

kekuatan jahit kulit samak kambing ini lebih tinggi daripada nilai kekuatan jahit kulit

kontrolnya yaitu 129,4 kg/cm. Tingginya nilai kekuatan jahit menunjukkan bahwa kulit

hasil penelitian ini telah sesuai untuk bahan baku barang kulit seperti dompet, tas dan kulit

sepatu wanita bagian atas karena apabila nilai kekuatan jahitnya rendah maka berpengaruh

Page 4: Jurnal Bandung Klit

kepada kualitas barang tersebut dimana kulit tersebut nantinya akan mengalami perubahan

bentuk (semakin mulur). Nilai kekuatan jahit pada semua perlakuan tersebut dapat

digunakan untuk bahan baku produk seperti dompet walaupun SNI belum ada. Sedangkan

SNI kekuatan jahit untuk bahan baku produk sarung tangan yaitu minimal 50 kg/cm

(Anonim, 1995).

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi bahan

peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) dan lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) tidak berpengaruh

nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa kombinasi

kedua perlakuan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai kekuatan jahit kulit

samak kambing.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %,

8 %) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hasil ini

berarti bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) masing-masing memberikan

nilai kekuatan jahit sebesar 192,79 kg/cm, 192,15 kg/cm dan 176,99 kg/cm yang

digunakan mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam mempengaruhi jumlah

minyak yang dapat terikat oleh kulit sehingga menyebabkan kekuatannya bertambah

termasuk kekuatan jahit. Hal ini sejalan dengan pendapat Thorstensen (1985) bahwa

penggunaan minyak yang tepat dapat mempengaruhi sifat fisik seperti tegangan putus,

kekuatan jahit, kekuatan tarik, pegangan kulit dan pemakaian minyak yang berlebihan akan

menghasilkan kulit yang lemas, tetapi apabila jumlahnya kurang/penyerapan minyak yang

tidak tepat akan menghasilkan kulit yang keras dan dapat retak apabila diterapkan pada

barang jadi.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hal ini berarti

bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) masing-masing sebesar 193,37 kg/cm dan

181,25 kg/cm yang digunakan memberikan nilai kekuatan jahit yang tidak jauh berbeda.

Hal ini disebabkan jarak antara lama peminyakan yang digunakan masih terlalu dekat

sehingga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak

kambing. Didukung oleh pernyataan Sharphouse (1983) bahwa waktu putar yang efisien

dari peminyakan adalah 1-2 jam, karena lebih dari waktu itu tidak efektif lagi sebab jumlah

lemak atau minyak yang terikat pada kulit tidak bertambah.

Page 5: Jurnal Bandung Klit

Kekuatan Sobek (kg/cm)

Kekuatan sobek adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menyobek

kulit tersebut (Anonim, 1995). Indikasi kesempurnaan proses peminyakan dalam penelitian

ini dapat diketahui dari tingginya nilai kekuatan sobek kulit samak kambing yang

dihasilkan.

Rata-rata nilai kekuatan sobek samak kambing berdasarkan jenis bahan

peminyakan (lemak ayam dan minyak kelapa) dan konsetrasi bahan peminyakan (4 %,

6%, 8%) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Nilai Kekuatan Sobek Kulit Samak Kambing (kg/cm) berdasarkan

Jenis dan Konsentrasi Bahan Peminyakan.

Jenis Bahan

Peminyakan

Konsentrasi Bahan Peminyakan Rata-rata

4 % 6 % 8 %

Lemak Ayam

Minyak Kelapa

22,76

26,20

19,45

28,49

21,18

25,30

21,13b

26,66a

Rata-rata 24,48 23,97 23,24 23,90

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kekuatan sobek kulit samak

kambing berdasarkan jenis bahan peminyakan yaitu lemak ayam 21,13 kg/cm dan minyak

kelapa sebesar 26,66 kg/cm. Konsentrasi bahan peminyakan (4%, 6%, 8%) masing-masing

memberikan nilai kekuatan jahit sebesar 24,48 kg/cm, 23,97 kg/cm dan 23,24 kg/cm.

Hasil nilai kekuatan sobek kulit samak kambing ini lebih kecil daripada nilai kekuatan

sobek kulit kontrolnya yaitu 26,72 kg/cm. Rendahnya nilai kekuatan sobek menunjukkan

bahwa kulit tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku barang kulit seperti dompet, tas

dan kulit sepatu wanita bagian atas yang tidak membutuhkan nilai kekuatan sobek terlalu

tinggi. Selain itu, kulit hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku

sarung tangan karena sarung tangan mempunyai SNI yaitu minimal 20 kg/cm (Anonim,

1995).

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara jenis bahan

peminyakan (lemak ayam dan minyak kelapa) dan konsentrasi bahan peminyakan (4%,

6%, 8%) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal

ini berarti bahwa kombinasi kedua perlakuan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap

nilai kekuatan sobek kulit samak kambing.

Page 6: Jurnal Bandung Klit

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada kulit samak kambing, perbedaan

jenis bahan peminyakan (lemak ayam dan minyak kelapa) berpengaruh sangat nyata

terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa nilai kekuatan

sobek pada kulit samak kambing sangat dipengaruhi oleh jenis bahan peminyakan dalam

proses peminyakan dimana menghasilkan nilai kekuatan sobek yang berbeda yaitu lemak

ayam sebesar 21,13 kg/cm dan minyak kelapa sebesar 26,66 kg/cm. Hal ini diduga karena

lemak ayam lebih kental dibanding minyak kelapa sehingga lemak ayam sukar masuk ke

dalam serat-serat kulit sedangkan minyak kelapa mudah masuk ke dalam serat-serat kulit.

Selain itu, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi proses peminyakan, misalnya

pengaruh temperatur dan pH. Purnomo (1992) mengemukakan bahwa temperatur yang

tinggi membantu minyak untuk terdispersi lebih baik, sehingga minyak dapat tersebar lebih

merata dan mempunyai penetrasi yang baik tetapi temperatur yang tinggi akan

menyebabkan pecahnya emulsi minyak, sehingga minyak tidak mampu masuk ke dalam

kulit dan suhu air yang ideal pada suhu peminyakan adalah 50-60 ºC. Sedangkan untuk pH

dikemukakan pula bahwa setiap minyak memiliki sifat sendiri terhadap asam maupun basa.

Apabila pH minyak rendah maka emulsi minyak cendrung pecah sebelum masuk ke dalam

kulit. Keadaan ini diduga karena pada proses pengamplasan, ada bagian kulit yang

diamplas terlalu tipis sehingga ketebalan kulit tidak sama pada seluruh bagian kulit

sehingga kulit yang terlau tipis akan cepat putus ketika diuji karena serat-serat kulitnya

agak longgar. Hal ini dapat juga disebabkan karena sampel kulit yang diuji mempunyai

cacat seperti bekas sayatan pisau.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4 %,

6 %, 8 %) tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak

kambing. Hal ini diduga bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4%, 6%, 8%) masing-

masing memberikan nilai kekuatan sobek sebesar 24,47 kg/cm, 23,97 kg/cm dan 23,24

kg/cm yang digunakan mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam melumasi serat-

serat kulit tersebut. Keadaan ini disebabkan karena konsentrasi bahan yang digunakan

masih terlalu dekat sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai kekuatan sobek. Sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan Maulinawati (2000) dalam penyamakan kulit

biawak awet kering menggunakan kombinasi minyak sawit dan telur ayam sebagai bahan

peminyakan, menyatakan bahwa peminyakan menyebabkan kekuatan jahit, kekuatan tarik

dan tahan sobek akan diperbesar karena minyak memegang peranan dalam menentukan

Page 7: Jurnal Bandung Klit

sifat lunak, liat mulur, lembut dan kemampuan untuk menolak atau menyerap air pada

kulit.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal ini berarti

bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) dengan nilai kekuatan sobek masing-masing

sebesar 24,19 kg/cm dan 23,61 kg/cm yang digunakan memberikan nilai kekuatan sobek

yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan lama peminyakan (waktu) yang dilakukan

tidak begitu jauh berbeda jaraknya sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai kekuatan

sobek. Didukung oleh pernyataan Sharphouse (1983) bahwa waktu putar yang efisien dari

peminyakan adalah 1-2 jam, karena lebih dari waktu itu tidak efektif lagi sebab jumlah

lemak atau minyak yang terikat pada kulit tidak bertambah.

KESIMPULAN

Lemak ayam dan minyak kelapa dapat digunakan sebagai bahan peminyakan pada

proses kulit samak kambing, konsentrasi lemak ayam dan minyak kelapa (4%, 6 %, 8 %)

dapat menghasilkan kualitas kulit yang sama baiknya sebagai bahan baku barang kulit.

Lama peminyakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda antara 1 jam dan

2 jam karena memberikan kualitas kulit yang sama baiknya sebagai bahan baku barang

kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Komoditi Kulit Kelompok Peneliti Standardisasi dan Normalisasi Kulit dan Produk Kulit. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, Yogyakarta.

Biro Pusat Statistik. 2005. Data Statistik Peternakan. Dinas Peternakan Profinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Gaspersz, Vincent. 1991. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung.

Maulinawati, Y. 2000. Daya Peminyakan Beberapa Kombinasi Minyak Sawit dan Telur Ayam dalam Penyamakan Kulit Biawak Awet Kering. Skripsi Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Purnomo, E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta.

Purnomo, E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Page 8: Jurnal Bandung Klit

Sharphouse, J. H. 1983. Leather Technician’s Association. Vernon Lock Ltd, London.

Thorstensen, T. C. 1985. Practical Leather Technology. Robert E. Krieger Publishing Company Malabar. Florida.