Jurnal Asnawati Junta

27

Click here to load reader

Transcript of Jurnal Asnawati Junta

Page 1: Jurnal Asnawati Junta

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TSTS dan Tipe STAD

(Studi Eksperimen dengan Menggunakan RPP Berkarakter pada Siswa Kelas VII SMP

Negeri 5 Kendari)

Oleh:Moh. Salam dan Asnawati Junta

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) perbedaan hasil belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai kelas perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) sebagai kelas kontrol baik dilihat dalam grup maupun tanpa memandang grup dan (2) kecenderungan perilaku berkarakter dari masing-masing siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.Hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan: Pertama: secara empiris rerata hasil belajar matematika baik dalam grup maupun tanpa memandang, siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) relatif lebih rendah dibandingkan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Kedua: rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) baik dalam grup maupun tanpa memandang grup tidak mempunyai perbedaan yang signifikan pada α=0,05. Ketiga: secara umum, melalui penerapan RPP berkarakter siswa telah menunjukkan karakter dapat dipercaya, menghargai orang lain, bertanggung jawab secara individu, bertanggung jawab secara sosial, adil dan peduli.

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang sangat pesat menuntut adanya

sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas yang juga berfungsi sebagai

salah satu faktor penentu keberhasilan

pembangunan. Untuk meningkatkan

sumberdaya manusia tersebut, pendidikan

memiliki peran yang sangat penting

sebagaimana UU No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 3, yang menyebutkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Page 2: Jurnal Asnawati Junta

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab

(Anon, 2007:5). Untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional tersebut perlu

dilaksanakan program pendidikan secara

sistematis dan terarah sehingga memiliki

kemampuan berkompetisi dalam kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Hal

tersebut berkaitan dengan pembentukan

karakter peserta didik sehingga mampu

bersaing, menjadi manusia dewasa,

beradab dan berkualitas serta dapat

berinteraksi dengan masyarakat.

Rendahnya kulitas pendidikan

Indonesia salah satunya dapat dilihat dari

sarana dan prasarana yang ada disetiap

jenjang pendidikan yang kurang memadai

sehingga tidak mendukung pelaksanaan

pembelajaran. Rendahnya kualitas

pendidikan menyebabkan rendahnya hasil

belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi

oleh proses pembelajaran yang

berlangsung. Pembelajaran sebagai proses

pendidikan memerlukan siasat, metode,

teknik dan pendekatan yang tepat sehingga

peserta didik dapat menguasai materi

dengan baik. Dalam hal ini diperlukan

peran guru, kemampuan dan minat peserta

didik terhadap bidang studi yang diajarkan

salah satunya adalah pelajaran matematika.

Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa

dalam proses pembelajaran matematika

peserta didik terlihat kurang antusias, daya

kreativitasnya rendah dan siswa bersikap

acuh tak acuh. Hal ini terjadi karena

kurangnya motivasi guru dan strategi

pembelajarannya kurang memiliki daya

dukung terhadap hasil belajar siswa. Guru

pelajaran matematika perlu tampil disetiap

kesempatan baik sebagai pendidik,

pengajar, pelatih, inovator, fasilisator

maupun sebagai dinamisator dengan cara

menerapkan model pembelajaran

matematika yang variatif dan tepat sesuai

materi yang diajarkan sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar matematika

siswa.

Page 3: Jurnal Asnawati Junta

Salah satu upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa adalah

dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif. Pada dasarnya model

pembelajaran kooperatif mengandung

pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu di antara sesama dalam struktur

kerjasama yang teratur dalam kelompok,

yang terdiri dari dua orang atau lebih

dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap

anggota kelompok itu sendiri

(Akrismanto,2003:14). Pembelajaran

koperatif diterapkan agar siswa benar-

benar menerima ilmu dari pengalaman

belajar bersama teman-temannya, baik

yang sudah dikatakan pandai maupun yang

masih lemah dalam memahami konsep

atau materi pelajaran. Salah satu ciri dalam

pembelajaran koperatif adalah adanya

pembagian kelompok belajar yang

diarahkan untuk mencapai keberhasilan

dalam  menguasai suatu konsep yang

diajarkan. Dalam pembelajaran kooperatif

dikenal beberapa tipe di antaranya adalah

tipe Think Pair Share (TPS), tipe Jigsaw,

tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan

Student Team Achievement Divisions

(STAD).

Teknik belajar dua tinggal dua

tamu (two stay two stray) dikembangkan

oleh spencer kagan (1992). Teknik ini

bisa digunakan disemua mata pelajaran

dan untuk semua tingkatan anak didik.

Struktur dua tinggal dua tamu

memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lain. Adapun

langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS ini adalah (a) siswa

bekerjasama dalam kelompok berempat

seperti biasa, (b) setelah selesai, dua orang

masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-

masing bertamu ke kelompok yang lain,

(c) dua orang yang tinggal dalam

kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu

mereka, (d) tamu mohon diri dan kembali

Page 4: Jurnal Asnawati Junta

ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari

kelompok lain dan (e) kelompok

mencocokkan dan membahas hasil-hasil

kerja mereka (Lie, 2007:62) .

Ciri-ciri model pembelajaran

TSTS, yaitu (a) siswa bekerja dalam

kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya, (b)

kelompok dibentuk dari siswa yang

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah, (c) bila mungkin anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin yang berbeda dan (d)

penghargaan lebih berorientasi pada

kelompok dari pada individu (Yusiriza,

2010).

Student Team Achievement

Divisions (STAD) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim

belajar beranggotakan 4-5 orang yang

merupakan campuran menurut

kemampuan akademik, tingkat kinerja dan

jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam tim untuk

memastikan bahwa seluruh anggota tim

telah menguasai pelajaran tersebut.

Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis

tentang materi itu dengan catatan, saat kuis

mereka tidak boleh saling membantu

(Andayani,2007).

Selain dengan model pembelajaran

yang tepat, masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran di sekolah dapat ditangani

melalui pembelajaran dengan

menggunakan RPP berkarakter, karena

pembelajaran yang menggunakan RPP

berkarakter selain menguraikan secara

rinci materi yang disajikan juga terdapat

tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Siswa ditanyakan kejujurannya dalam

melakukan tugas-tugas yang diberikan

oleh guru, baik secara berkelompok

maupun secara perorangan (Maonde,

2012:1).

Model pembelajarn kooperatif

merupakan salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan dalam pelaksanaan

RPP berkarakter. Dalam pelaksanaannya

Page 5: Jurnal Asnawati Junta

RPP berkarakter digunakan dalam kegiatan

belajar secara berkelompok. RPP

berkarakter merupakan salah satu bagian

dari pembelajaran berkarakter. RPP

berkarakter juga salah satu solusi untuk

memotivasi siswa untuk menekuni

pembelajaran matematika karena di

dalamnya terdapat berbagai macam

pendekatan yang berpusat pada siswa

dengan berbagai macam penilaian yang

dimulai: (1) penilaian kognitif di dalamnya

terdapat penilaian produk yang berkaitan

dengan penilaian hasil belajar dan

penilaian proses yang berkaitan dengan

keaktifan siswa dalam kerja kelompok

setelah guru memberikan lembar kerja

siswa (LKS); (2) penilaian proses dalam

kerja kelompok dalam pembelajaran yang

berpusat pada siswa, sambil

mengembangkan perilaku berkarakter

yang meliputi: teliti, tekun, tanggung

jawab, jujur, kerja sama, kesabaran,

terbuka dan mendengarkan pendapat

teman, penilaian afektif juga

mengembangkan keterampilan sosial

meliputi: bertanya, menyumbangkan ide

atau pendapat, menjadi pendengar yang

baik, berlatih berkomunikasi verbal dan

tulisan, berpikir kreatif dan sistematis; dan

(3) penilaian psikomotor berkaitan dengan

keterampilan siswa di dalam memanipulasi

media yang berkaitan dengan materi yang

sedang dipelajari .

METODE

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VII di SMP

Negeri 5 Kendari yang terdiri dari 9 kelas

paralel dengan jumlah 323 orang siswa.

Sampel dalam penelitian ini diperoleh

melalui random bertingkat. Diawali

dengan random kelas yang dilakukan

berdasarkan nilai rata-rata mata pelajaran

matematika semester 1. Dalam penelitian

ini dibutuhkan sampel sebanyak 2 kelas

paralel, di mana 1 kelas dibutuhkan

sebagai unit eksperimen dan 1 kelas akan

dipilih sebagai unit kontrol.

Page 6: Jurnal Asnawati Junta

Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Kendari Setelah Random

Setelah dilakukan random

kelas selanjutnya dilakukan

pembentukan grup. Setiap grup

terdiri atas 4 siswa untuk kelas

eksperimen dan 5 siswa untuk

kelas kontrol dengan kemampuan

yang heterogen. Selanjutnya

dilakukan random grup. Dalam

penelitian ini dibutuhkan 10

sampel grup yang terdiri dari 5

grup dari kelas eksperimen dan 5

grup dari kelas kontrol.

Pelaksanaan random grup

dilakukan setelah data hasil

penelitian dikumpulkan

Jumlah Grup Penelitian Kelas VII SMP Negeri 5 Kendari(Setelah Dilakukan Random)

A1 A2

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10

n11 n12 n13 n14 n15 n16 n17 n18 n19 n110

n21 n22 n23 n24 n25 n26 n27 n28 n29 n210

n31 n32 n33 n34 n35 n36 n37 n38 n39 n310

n41 n42 n43 n44 n45 n46 n47 n48 n49 n410

- - - - - n56 n57 n58 n59 n510

Di mana :A = Model pembelajaran kooperatif, (A1= Tipe TSTS dan A2= Tipe STAD)G = Grupn = Nilai setiap responden

Penelitian ini menggunakan Randomized

Control Group Desain (Djaali, 1986:5), di

mana populasi dibagi atas dua kelompok

secara random, yaitu kelompok pertama

sebagai unit eksperimen untuk perlakuan

dan kelompok kedua sebagai unit kontrol

Ukuran Data

Kelas

VIIB

(Eksperimen)VIIH

(Kontrol)Rata-Rata 66,86 66,79

Page 7: Jurnal Asnawati Junta

untuk pembanding, sebagaimana tergambar pada pola berikut:

R E T O1

R K - O2

Keterangan: R = random grupE = eksperimen (kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS)K = kontrol (kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD)T = true eksperimen

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan instrumen hasil

belajar, yang terdiri dari: (1) definisi konsep,

(2) definisi operasional, (3) kisi-kisi dan (4)

soal essay. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan perangkat program siap pakai

spss versi 15.0 yang terdiri dari analisis

deskriptif dan analisis inferensial.

HASIL

1. Analisis Deskriptif Grup-Grup pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (A1) dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (A2)

Analisis deskriptif ini dimaksudkan

untuk memberikan gambaran

karakteristik grup 1 sampai grup 5

pada model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS (A1) dan memberikan

gambaran karakteristik grup 6 sampai

grup 10 pada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (A2) terhadap

hasil belajar matematika (Y),

sebagaimana yang ditunjukkan pada

tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1Hasil Analisis Deskriptif Antara Grup Terhadap Hasil Belajar (Y)

Page 8: Jurnal Asnawati Junta

Statistics

4 4 4 4 4 5 5 5 5 5

1 1 1 1 1 0 0 0 0 0

63,75 60,00 59,50 70,75 60,75 71,00 60,00 71,60 81,00 71,60

64,00 52,00 61,50 70,00 61,50 77,00 62,00 67,00 73,00 71,00

30a 52 20a 48a 36a 37a 35a 54a 67a 66

27,945 27,713 31,480 19,363 21,407 20,236 20,457 13,903 14,370 6,580

30 36 20 48 36 37 35 54 67 66

97 100 95 95 84 89 86 89 98 82

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Minimum

Maximum

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15.0

Keterangan:G1-G5 = Grup yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSG 6-G10= Grup yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Berdasarkan hasil analisis

tabel di atas dapat dikemukakan

bahwa: (a) Secara empiris ternyata

rerata hasil belajar matematika

grup 1 yaitu untuk siswa yang

diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS lebih rendah

dibandingkan dengan hasil belajar

matematika pada grup 6 yaitu

untuk siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, (b) Secara empiris rerata

hasil belajar matematika grup 2

yaitu untuk siswa yang diajar

dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS sama dengan

rerata hasil belajar matematika

pada grup 7 yaitu untuk siswa yang

diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, (c) Secara

empiris ternyata rerata hasil belajar

matematika grup 3 yaitu untuk

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS

lebih rendah dibandingkan dengan

hasil belajar matematika pada grup

8 yaitu untuk siswa yang diajar

dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. (d) Secara

empiris ternyata rerata hasil belajar

matematika grup 4 yaitu untuk

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS

lebih rendah dibandingkan dengan

Page 9: Jurnal Asnawati Junta

hasil belajar matematika pada grup

9 yaitu untuk siswa yang diajar

dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan (e)

Secara empiris ternyata rerata hasil

belajar matematika grup 5 yaitu

untuk siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

TSTS lebih rendah dibandingkan

dengan hasil belajar matematika

pada grup 10 yaitu untuk siswa

yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

Begitupula berdasarkan baris

Tukey HSD pada tabel di bawah

ditunjukkan bahwa rerata hasil belajar

matematika dalam grup yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS (grup 1 sampai grup 5) relatif

lebih rendah dibandingkan grup yang

diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (grup 6 sampai grup

10).

Tabel 2Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Antar Grup

(I) G (J) GMean

Difference (I-J)

Tukey HSD 1 6 -7,850

2 7 0,00

3 8 -12,100

4 9 -10,25

5 10 -10,85

2. Analisis Deskriptif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (A1) dan Tipe STAD (A1) Terhadap Hasil Belajar Matematika (Y) Tanpa Memandang Grup

Secara empiris, tanpa memandang

grup pun, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa rerata hasil belajar model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS (A1)

lebih rendah dibandingkan dengan rerata

hasil belajar model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (A2), sebagaimana

yang ditunjukkan pada tabel 3 di bawah

ini.

Page 10: Jurnal Asnawati Junta

Tabel 3Hasil Analisis Deskriptif Antara Model Pembelajaran Kooperatif (A)

Terhadap Hasil Belajar (Y)

Statistics

20 25

5 0

62,95 71,04

62,00 72,00

23,471 16,064

20 35

100 98

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

A1 A2

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Keterangan: A1 = model pembelajaran kooperatif tipe TSTS A2 = model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

Untuk mengetahui secara

inferensial pengaruh perlakuan sebagai

realisasi dari pengujian hipotesis dilakukan

uji normalitas dan homogenitas terlebih

dahulu.

1. Syarat pengujian hipotesis 1

Hipotesis statistik untuk menguji

sifat homogenitas varians hasil belajar

matematika grup 1 sampai grup 10 pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah:

H0: σ2G1= σ2

G2= σ2G3= σ2

G4 = σ2G5= σ2

G6 = σ2G7 = σ2

G8 = σ2G9 = σ2

G10 = 0H1: Bukan H0 (paling tidak ada satu parameter yang tidak sama dengan 0)

Tabel. 4Uji Homogenitas Varians Hasil Belajar Matematika

Grup-Grup Pada Kelas Kontrol dan Kelas EksperimenTest of Homogeneity of Variances

Y

1,061 9 35 ,415

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima,

berdasarkan Levene Statistic dengan df1=

9 dan df2 = 35 Fhit = 1,061 < Ftab=2,16

dengan nilai–p = 0,415> α = 0,05. H0

diterima berarti hasil belajar matematika

grup 1 sampai grup 10 pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol memiliki

varians yang homogen. Selanjutnya

dilakukan uji hipotesis 1.

Page 11: Jurnal Asnawati Junta

Hipotesis 1 dengan pernyataan

“rerata hasil belajar matematika secara

grup antara siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

dengan tipe STAD mempunyai perbedaan

yang signifikan.”

Hipotesis statistiknya adalah sebagai

berikut:

H 0 : μG1=μG 2=μG3=μG 4=μG 5=μG6=μG7=μG 8=μG9=μG10=0 H1: Bukan H0 (paling tidak ada satu parameter yang tidak sama dengan 0) .

Tabel 5Hasil Analisis One Way (anova) Rerata Hasil Belajar Matematika Dalam Grup

ANOVA

Y

2183,461 9 242,607 ,558 ,821

15203,650 35 434,390

17387,111 44

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Berdasarkan hasil analisis one way

(anova) dengan menggunakan Between

Groups dan Within Groups pada tabel 5 di

atas diperoleh nilai F = 0,558 dengan db=

9/35 dengan nilai p=0,821> α=0,05,

sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya

H0 dapat disimpulkan bahwa rerata hasil

belajar matematika dalam grup antara

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan.

Karena pengujian perbedaan antar

grup menerima H0 maka pengujian secara

parsial yaitu membandingkan rerata

masing-masing grup dengan grup lainnya

yang terkecil tidak perlu dilakukan.

2. Syarat pengujian hipotesis 2

Hipotesis statistik untuk menguji

sifat homogenitas varians hasil belajar

Page 12: Jurnal Asnawati Junta

matematika kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah:

H0: σ2A1 = σ2

A2 vs H1: σ2A1 ≠ σ2

A2

Tabel. 6Uji Homogenitas Varians Hasil Belajar Matematika

Kelas Kontrol dan Kelas EksperimenTest of Homogeneity of Variances

Y

5.045 1 43 .030

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak,

berdasarkan Levene Statistic dengan df1=1

dan df2=43, diperoleh nilai–p = 0,030 < α

= 0,05. H0 ditolak berarti hasil belajar

matematika kelas eksperimen dan kelas

kontrol memiliki varians yang tidak

homogen. Selanjutnya dilakukan uji

hipotesis 2.

Hipotesis 2 dengan pernyataan

”rerata hasil belajar matematika antara

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan

tipe STAD mempunyai perbedaan yang

signifikan.“Hipotesis statistiknya adalah

sebagai berikut:

H 0 : μA1=μA 2 vs H 1: μ A1≠ μA 2 ,

Berdasarkan hasil analisis one way

(anova) dengan menggunakan Between

Groups dan Within Groups pada tabel 7

berikut nilai diperoleh F = 1,877 dengan

db= 1/43 dengan nilai p=0,187> α=0,05,

maka H0 diterima. Dengan H0 diterima

dapat disimpulkan bahwa rerata hasil

belajar matematika antara siswa yang

diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD

tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan.

Tabel 7Hasil Analisis One Way (anova) Rerata Hasil Belajar Matematika Tanpa Memandang Grup

Page 13: Jurnal Asnawati Junta

ANOVA

Y

727.201 1 727.201 1.877 .178

16659.910 43 387.440

17387.111 44

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS 15

Berdasarkan hasil uji F dari tabel 7 pula, hipotesis 3 tidak perlu dianalisis, karena

rerata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

PEMBAHASAN

Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Dalam Grup Antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Perbedaan rerata hasil belajar

matematika secara grup antara siswa yang

diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri

dari 6 hipotesis. Hasil analisis tabel 5

berdasakan statistik uji F, H0 diterima. Hal

ini mengandung arti bahwa rerata hasil

belajar matematika dalam grup antara

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan

siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan menggunakan RPP berkarakter

tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan.

Tidak signifikannya perbedaan

rerata hasil belajar matematika secara grup

ini diduga disebabkan oleh setiap grup

memiliki anggota dengan kemampuan

akademik yang heterogen dan penerapan

RPP berkarakter dalam proses

pembelajaran. Keheterogenan kemampuan

akademik dari anggota setiap grup

membuat setiap grup memiliki potensi

yang sama. Setiap grup memiliki siswa

yang berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Adapun dalam penerapan RPP

berkarakter baik di kelas eksperimen

Page 14: Jurnal Asnawati Junta

maupun di kelas kontrol, pada setiap

pembelajaran dilakukan penyajian materi

se\cara berulang-ulang, yaitu sebanyak tiga

kali. Penyajian pertama yaitu ketika guru

menjelaskan secara singkat, kedua melalui

pengerjaan LKS secara berkelompok

dimana LKS dilengkapi contoh soal serta

kunci, dan terakhir pengerjaan LP-1 atau

lembar kognitif produk oleh semua siswa

secara individu. LP1 diberikan untuk

menguji pemahaman siswa tentang materi

yang telah diajarkan. Pemberian materi

secara berulang-ulang membuat siswa

lebih mudah mengingat dan memahami

materi yang diajarkan.

Secara empiris ternyata rerata hasil

belajar matematika dalam grup yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS relatif lebih rendah

dibandingkan dengan hasil belajar

matematika pada grup yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Rendahnya rerata hasil belajar

matematika dalam grup yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS

diduga akibat kurangnya waktu diskusi di

dalam grup masing-masing karena dua

orang dari setiap grup harus bertamu ke

grup lain.

Dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan

tipe STAD, secara umum membuat siswa

lebih aktif dalam mengemukakan pendapat

dalam kegiatan diskusi dan bertanya

kepada teman dan guru jika ada hal-hal

dalam LKS yang kurang dipahami.

Anggota setiap grup juga berusaha saling

bekerja sama dalam menyelasaikan soal-

soal dalam LKS walaupun ada beberapa

siswa yang kurang memperhatikan ketika

guru ataupun anggota grup lainnya sedang

menjelaskan.

1. Perbedaan Rerata Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (A1) dengan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (A2)

Perbedaan rerata hasil belajar

matematika antara siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS dengan siswa yang diajar

Page 15: Jurnal Asnawati Junta

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD tanpa memandang grup terdiri

dari dua hipotesis yaitu hipotesis 2 dan

hipotesis 3. Hasil analisis pada tabel 7

berdasakan statistik uji F, H0 diterima. Hal

ini mengandung arti bahwa rerata hasil

belajar matematika antara siswa yang

diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS dengan tipe STAD

tanpa memandang grup tidak mempunyai

perbedaan yang signifikan.

Tidak signifikannya perbedaan

rerata hasil belajar matematika tanpa

memandang grup ini juga diduga

disebabkan oleh penerapan RPP

berkarakter dalam proses pembelajaran.

Dari bentuk perlakuan yang diberikan pada

kelas yang diajar dengan TSTS dan kelas

yang diajar dengan STAD dalam

memahami konsep matematika, siswa dari

kedua kelas tersebut cenderung berhasil

dalam mengedepankan kerja kelompok

dan dalam mengedepankan kerja individu.

Sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya, dalam penerapan RPP

berkarakter, baik di kelas eksperimen

maupun kelas kontrol, pada setiap

pembelajaran dilakukan penyajian materi

secara berulang-ulang, yaitu melalui

penjelasan guru, pengerjaan LKS secara

kelompok dan pengerjaan LP1 secara

individu.

Jadi, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS

dan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan menggunakan

RPP berkarakter mempunyai

kualitas yang relatif sama antara

setiap kelompok A1 dan A2,

demikian juga terhadap perbedaan

dalam grup mengajarkan

matematika. Ini merupakan suatu

temuan dengan melaksanakan RPP

berkarakter.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Page 16: Jurnal Asnawati Junta

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan di atas dapat disimpulkan

bahwa:

Pertama: secara empiris rerata

hasil belajar matematika baik dalam grup

maupun tanpa memandang grup, siswa

yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS relatif lebih rendah

dibandingkan siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

Kedua: rerata hasil belajar

matematika antara siswa yang diajar

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS dengan tipe STAD baik dalam

grup maupun tanpa memandang grup tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan.

Ketiga: secara umum, melalui

penerapan RPP berkarakter siswa telah

menunjukkan karakter dapat dipercaya,

menghargai orang lain, bertanggung jawab

secara individu, bertanggung jawab secara

sosial, adil dan peduli.

Saran

Berdasarkan hasil analisis,

pembahasan dan kesimpulan dalam

penelitian ini, dapat dikemukakan saran-

saran sebagai berikut.

Pertama: Model

pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray (TSTS) dan model

pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement

Division (STAD) dapat digunakan

sebagai alternatif pembelajaran.

Kedua: Dalam

melaksanakan pembelajaran di

kelas, guru sebaiknya

menggunakan RPP berkarakter

agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dan juga dapat

menilai karakter siswa.

Ketiga: Dalam

melaksanakan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS dan tipe

STAD hendaknya guru membuat

perencanaan dengan baik agar

Page 17: Jurnal Asnawati Junta

dalam pelaksanaan kedua model

pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah yang hendak

diterapkan.

DAFTAR RUJUKAN

Andayani, Sutrisni. 2007. STAD dalam Matematika.http://trisnimath.blogspot.com/ .

Anon. 2007. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No.14 Th 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: visimedia,2007.

Djaali. 1986. Disain Eksperimen dan Analisisnya. Ujung Pandang: BPLP.

Krismanto, Al. 2003. Beberapa Tekhnik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Depdiknas.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia.

Maonde, Faad.2012. Laporan Pengabdian dan Pencerahan kepada Masyarakat (Workshop Pengembangan RPP Berkarakter Tingkat SMP pada Mahasiswa Pendidikan Matematika). Kendari : Unhalu.

Yusiriza. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). (http://yusiriza.blogspot.com).