Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

19
Menikmati (Ruang) Pertunjukan : Kajian mengenai Kehadiran Pengalaman dan Apresiasi dalam Ruang Pertunjukan Seni Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan Yohanes Oktavianus Siagian, Sri Riswanti 1. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 2. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok Email : [email protected] Abstrak Arsitektur seringkali hanya dilihat dari elemen fisiknya yang terlihat yaitu bangunan sehingga elemen ruang sebagai salah satu pembentuknya seringkali terabaikan. Elemen ruang tidak terbatas hanya pada arsitektur juga tetapi juga terdapat pada berbagai seni seperti seni pertunjukan. Skenografi adalah contoh bagaimana pengaturan elemen ruang dapat menghasilkan pengalaman dalam sebuah pertunjukan.Dalam seni pertunjukan terdapat penonton dan pelaku pertunjukan yang menikmati pertunjukan dan juga ruangan sebagai lingkungannya. Skripsi ini menjabarkan dan menyimpulkan bagaimana pengalaman dapat muncul dalam sebuah pertunjukan dan bagaimana penonton sebagai sebuah grup sosial mengapresiasinya dalam bentuk tindakan, tidak hanya pertunjukan karya seni pertunjukan tapi juga elemen ruang didalamnya Abstract Experiencing performing art(‘s space) : study of the existence and appreciation of performing art’s space Architecture oftenly seen just by its physical element which is building so space as one of its element was neglected. Actually, Space as element is not limited in architecture but also in art like performing art. Scenography is a example how setting space element can produce experience in a performance. In performing art there are audiences and performer who not only enjoy and experiencing the show buat also the stages and auditorium as the enviroment. This Thesis ini describes dan concludes how experience is created in a performance and how audience as the consumer appreciate not only the show but also the spatial element within it, by their responses in action, Keywords : Space, Spatial Element, Performing Art, Experience, Appreciation Pendahuluan Menurut buku Architecture, Space and Order terdapat dua elemen dalam arsitektur yaitu bentuk (form) dan ruang (space). Bentuk (form) merupakan hal yang disusun oleh titik, garis , bidang dan volume. Biasanya ini adalah yang sering kita anggap sebagai arsitektur karena mudah untuk dilihat keberadaannya dan lebih bersifat konkret padahal ruang (space) sebagai elemen lain juga penting walaupun sulit untuk ditunjukkan karena bersifat lebih abstrak. (Ching, 1975) Dalam Arsitektur juga terdapat dua istilah penting yaitu Space and Place yang biasanya disebut sama dalam bahasa Indonesia yaitu ruang tapi sebenarnya memiliki arti yang cukup berbeda. Dalam bukunya Space and Place : The Perspective of Experience, (Tuan, 1977) menyebutkan

Transcript of Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Page 1: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Menikmati (Ruang) Pertunjukan : Kajian mengenai Kehadiran

Pengalaman dan Apresiasi dalam Ruang Pertunjukan Seni

Kasus : JKT48 Theater di fX Sudirman, Jakarta Selatan

Yohanes Oktavianus Siagian, Sri Riswanti

1. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok

2. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok

Email : [email protected]

Abstrak

Arsitektur seringkali hanya dilihat dari elemen fisiknya yang terlihat yaitu bangunan sehingga elemen ruang

sebagai salah satu pembentuknya seringkali terabaikan. Elemen ruang tidak terbatas hanya pada arsitektur juga

tetapi juga terdapat pada berbagai seni seperti seni pertunjukan. Skenografi adalah contoh bagaimana pengaturan

elemen ruang dapat menghasilkan pengalaman dalam sebuah pertunjukan.Dalam seni pertunjukan terdapat

penonton dan pelaku pertunjukan yang menikmati pertunjukan dan juga ruangan sebagai lingkungannya.

Skripsi ini menjabarkan dan menyimpulkan bagaimana pengalaman dapat muncul dalam sebuah pertunjukan dan

bagaimana penonton sebagai sebuah grup sosial mengapresiasinya dalam bentuk tindakan, tidak hanya

pertunjukan karya seni pertunjukan tapi juga elemen ruang didalamnya

Abstract

Experiencing performing art(‘s space) : study of the existence and appreciation of

performing art’s space

Architecture oftenly seen just by its physical element which is building so space as one of its element was

neglected. Actually, Space as element is not limited in architecture but also in art like performing art. Scenography

is a example how setting space element can produce experience in a performance. In performing art there are

audiences and performer who not only enjoy and experiencing the show buat also the stages and auditorium as the

enviroment.

This Thesis ini describes dan concludes how experience is created in a performance and how audience as the

consumer appreciate not only the show but also the spatial element within it, by their responses in action,

Keywords : Space, Spatial Element, Performing Art, Experience, Appreciation

Pendahuluan

Menurut buku Architecture, Space and Order terdapat dua elemen dalam arsitektur yaitu

bentuk (form) dan ruang (space). Bentuk (form) merupakan hal yang disusun oleh titik, garis ,

bidang dan volume. Biasanya ini adalah yang sering kita anggap sebagai arsitektur karena

mudah untuk dilihat keberadaannya dan lebih bersifat konkret padahal ruang (space) sebagai

elemen lain juga penting walaupun sulit untuk ditunjukkan karena bersifat lebih abstrak.

(Ching, 1975)

Dalam Arsitektur juga terdapat dua istilah penting yaitu Space and Place yang biasanya disebut

sama dalam bahasa Indonesia yaitu ruang tapi sebenarnya memiliki arti yang cukup berbeda.

Dalam bukunya Space and Place : The Perspective of Experience, (Tuan, 1977) menyebutkan

Page 2: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

bahwa pengalaman (experience) ruang kita ditentukan oleh sensasi, persepsi dan konsepsi yang

kita rasakan ketika berada di ruang tersebut, bagaimana mengubah sebuah space menjadi

sesuatu yang lebih familiar yaitu place. Hal ini nantinya yang menentukan bagaimana kita

merasakan space maupun place dan membedakan keduanya.

Dalam kehidupan manusia, seni adalah satu media ekspresi, salah satu jenisnya adalah seni

pertunjukan. Seni pertunjukan berbeda dengan karya seni lain karena seni pertunjukan bukanlah

karya yang diam seperti halnya seni rupa dan sastra yang berbentuk objek statis. (Willson, 1991)

dalam The Theater Experience menyebutkan bahwa seni pertunjukan memberikan pengalaman

dan emosi bukan dalam sebuah objek melainkan melainkan dalam sebuah peristiwa yang

bergerak seiring jalannya waktu. Sebagai sebuah peristiwa tentunya ada berbagai elemen yang

meembentuknya, hal ini dijelaskan oleh (Riantiarno, 2011) dalam bukunya Kitab Teater :

Tanya jawab seputar seni pertunjukan yang menyebutkan bahwa ada tiga kekuatan utama yang

bersinergi dalam membentuk sebuah peristiwa teater yaitu pekerja teater, tempat dan komunitas

penikmat. Disini terlihat peranan ruang dan arsitektur dalam seni pertunjukan.

Tinjauan teoritis

Apa itu space dan bagaimana mengetahui kehadirannya? Menurut (Locke, 1999) dalam

bukunya An Essay on Human Understanding , space hadir dari posisi tubuh kita yang

terdefinisi dalam ungkapan “ this piece is this distance from that piece is this distance from that

piece dan is this long, this wide, etc.” (Locke, 1999, hal. 169) yang menunjukkan bahwa posisi

spasial terbentuk dari penglihatan dan perabaan (sight and touch).

Gambar 1 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Locke

Sumber :Ilustrasi pribadi, 2013

Page 3: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Gambar 2 Ilustrasi pembentukan ruang menurut Levefbre

Sumber: Ilustrasi Pribadi, 2013

Di sisi lain terdapat pemikiran yang berbeda dari (Lefebvre, 1991) tentang pembentukan space.

Henry Levebfre menyatakan bahwa space adalah sebuah produk sosial, yang berarti bahwa

space terbentuk (atau dibentuk) oleh seseorang yang melakukan intervensi, interaksi, maupun

melakukan hubungan dengan orang lain.

(Kurniawan, 2009) dalam papernya yang berjudul Kita Memproduksi Ruang, membahas

mengenai pemikiran Levebfre mengenai space ini. Henry Levefbre mengatakan bahwa “space

is socially produced” sementara “we are spatially produce”, disini telihat bagaimana manusia

sebagai objek yang menentukan space terbentuk sementara manusia itu sendiri terbentuk dan

teridentifikasi karena interaksinya dengan ruang.

Lebih lanjut Kemas Ridwan menjelaskan pemikiran Levefbre mengenai 3 proses yang terjadi

ketika kita berinteraksi dengan sebuah space, atau lebih tepatnya berbagai elemen yang ada

dalam sebuah space tersebut. Beliau menjelaskan bahwa tahap pertama adalah ketika kita

melakukan praktik meruang (spatial practice) terhadap sebuah ruang, bagaimana kita

memahami tentang aspek fisikal. Tahap selanjutnya adalah pengolahan secara mental tentang

persepsi yang kita terima sehingga ada representasi secara sadar dari ruang. Di tahap terakhir

mengacu pada pengalaman sub-conscious terhadap ruang dan bagaimana kita menentukan

hidup dan melakukan berbagai tindakan kita di dalam ruang tersebut. Tahap ini adalah tahap

tersulit karena berbicara tentang pemahaman dan penentuan respon terhadap ruang yang tentu

saja dipengaruhi oleh personal pelaku dan bersifat sangat subjektif.

Page 4: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Secara ringkas ketiga tahap itu dapat dituliskan dalam diagram berikut :

Physical – Perceived—Spatial Practice

Mental---Conceived—Representasions of Space

Social---Lived---Spaces of Representation.

Gambar 3 Ilustrasi hubungan Perceived Space,Conceived Space dan Lived Space

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Menurut (Appleton, 2008) dalam Building for The Performing Arts dalam merancang sebuah

ruang1 pertunjukan haruslah terlebih dahulu memperhitungkan berbagai macam faktor yang

terkait seperti konsep pertunjukan, site, jenis pertunjukan, kapasitas dan lain sebagainya.

Mengenai jenis petunjukan yang berhubungan dengan desain bangunan, (Appleton, 2008)

menyatakan bahwa setidaknya dapat dibagi menjadi Musik klasik, Opera, Tari, Pertunjukan

Musikal, Jazz, Musik Pop/Rock, dan Drama. Jenis pertunjukan tentunya memerlukan

konfigurasi elemen arsitektur dan interior yang berbeda baik dari zoning, akustik, pencahayaan

dan lain sebagainya.

Dalam menciptakan lingkungan pertunjukan dan suasana yang diinginkan untuk mendukung

sebuah pertunjukan yang sukses diperlukan penataan berbagai hal pendukung lain tidak hanya

1 Atau gedung,bangunan

1

2

3

Page 5: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

pentas saja tetapi mulai dari set panggung, properti, pencahayaan hingga ke para pelaku

pertunjukan dari busana, rias wajah dan rambut. Penataan berbagai hal tersebut disesuaikan

dengan konsep dan pertunjukan yang akan ditampilkan agar memberikan pengalaman yang

nyata dan lebih jelas dirasakan oleh penonton.

Dalam seni pertunjukan ada yang dikenal dengan skenografi. Berdasarkan etimologinya

Scenograph berasal dari bahasa Yunani ,skēnē, yang berarti panggung atau lingkungan; grapho,

yang berarti menjelaskan , jadi dapat diambil kesimpulan bahwa skenografi adalah sesuatu yang

menjelaskan lingkungan di pentas. Buku What is Scenography menunjukkan pendapat banyak

ahli yang memberi mengenai definisi skenografi misalnya :

a) Josef Svoboda (Czech Republic) : The interplay of space, time, movement and light on

stage

b) Tali Itzhaki (Israel) : Everything on stage that is experienced visually—in essence, a

human being in a human space.

c) Miodrag Tabacki (Yugoslavia) : The visual space of the performance conceived through

an idea, shaped into a physical and architectural whole.

(Howard, 2002, hal. 8)

Metode Penelitian

Untuk melakukan penelitian mengenai kehadiran ruang dan apresiasi ruang seni pertunjukan

maka penulis memilih untuk memilih JKT48 Theater yang berlokasi di fX Sudirman, Jakarta

Selatan. JKT48 Theater dipilih karena beberapa alasan antara lain karena intensitas pertunjukan

yang tinggi, konsep pertunjukan yang berbeda, tipikal penonton dan apresiasi penonton yang

berbeda dari pertunjukan pada umumnya sehingga menarik untuk diteliti.

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penulis akan

mencoba berada di ruang pertunjukan untuk menonton pertunjukan yang ada dan menempatkan

diri sebagai penonton sehingga bisa merasakan pengalaman yang diberikan kemudian

memberikan laporan mengenai apa yang saya rasakan. Selain itu penulis juga akan

menyebarkan angket dan melakukan wawancara dengan penonton lain untuk mendapatkan

perbandingan dan menjaga objektifitas penulisan. Pengukuran ruangan, analisa serta

dokumentasi lain akan digunakan untuk mendukung landasan teori yang digunakan.

Page 6: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Hasil Penelitian

Lingkungan fisik dapat memberikan persepsi dalam berbagai bentuk baik itu visual, audio,

maupun lainnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Skenograf(i) untuk bisa membentuk

pengalaman dari berbagai dekorasi spasial.

JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage yang merupakan “gabungan” antara

Proscenium dan Arena. Dengan bentuk stage seperti ini maka penonton dapat melihat seluruh

performer, dan begitu juga sebaliknya. Namun penonton akan mendapatkan pandangan yang

berbeda tergantung posisi dimana dia duduk. Bandingkan dengan stage bentuk arena dimana

performer bisa saja membelakangi penonton.

Lingkungan fisik dapat memberikan persepsi dalam berbagai bentuk baik itu visual, audio,

maupun lainnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Skenograf(i) untuk bisa membentuk

pengalaman dari berbagai dekorasi spasial.

JKT48 Theater menggunakan sistem thrust Stage yang merupakan “gabungan” antara

Proscenium dan Arena. Dengan bentuk stage seperti ini maka penonton dapat melihat seluruh

performer, dan begitu juga sebaliknya. Namun penonton akan mendapatkan pandangan yang

berbeda tergantung posisi dimana dia duduk. Bandingkan dengan stage bentuk arena dimana

performer bisa saja membelakangi penonton.

Gambar 3 & 4 Perbandingan orientasi penonton dan performer dalam Thrust Stage, dalam hal ini JKT48

Theater (kiri) dan Arena Stage (kanan)

Sumber : Ilustrasi pribadi (kiri); http://www.Theaterintheround.org/about-trp/unique-stage.html (kanan), 2013,

telah diolah kembali

Page 7: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Dalam sebuah pertunjukan elemen sosial yang terbentuk di dalamnya terbagi ke dalam 2 bagian

utama yaitu performer yang memberi pertunjukan dan penonton yang menikmatinya. Dalam

kesempatan kali ini penulis akan fokus terhadap penonton di dalam sebuah pertunjukan dan

bagaimana mereka berinteraksi.Dalam pertunjukan di JKT48 Theater, penonton tidak hanya

menjadi penikmat tetapi juga memberikan respon yang justu menjadi sebuah pertunjukan

tersendiri. Teriakan Chant, member call,dan gerakan-gerakan lain menjadi pertunjukan menarik

yang menambah pengalaman dalam setiap pertunjukan dalam JKT48 Theater. Lightstick yang

bergoyang seiring irama lagu menjadi pemandangan yang menarik untuk dilihat. Walaupun

berupa aspek fisik tetapi elemen yang diberikan oleh para penonton ini dapat dianggap sebagai

lingkungan sosial karena bersifat sangat relatif terhadap penonton yang hadir dan bukan bagian

dari elemen bangunan yang dipersiapkan.

Berdasarkan angket yang disebar oleh penulis terlihat bahwa 63 % penonton membawa atribut

ketika menonton pertunjukan dalam JKT48 Theater baik yang berupa lightstick, neckstrap, dan

lain sebagainya. Atribut-atribut ini tentunya memberi sebuah identitas tempat dan memberi

penegasan ruang pertunjukan ini sebagai markas JKT48. Disisi lain berbagai atribut yang

digunakan ini sebenarnya memberi sebuah tanda bahwa penonton sengaja menempatkan

dirinya di luar pertunjukan (utama) tapi tidak terpisah. Mungkin hampir sama seperti seorang

penari latar dalam sebuah lakon pertunjukan. Tentu berbeda dengan penonton dalam sebuah

opera yang menempatkan dirinya dalam posisi observer atau penonton dalam sebuah

pertunjukan drama yang menempatkan diri sebagai orang yang ikut dalam cerita.

Dalam menikmati sebuah ruang arsitektur dan pengalaman didalamnya, relevansinya dengan

penikmat dan kondisi budaya/masyarakat sekitar sangat berpengaruh seperti dikatakan oleh

Steen E. Rasmussen

“ That which may be quite right and natural in one cultural environment can easily be

wrong in another; whats is fitting and proper in one generation become ridiculous in the

next when people have acquiref new tastes and habit (Rasmussen, 1959, hal. 10)

Menurut (Willson, 1991) dalam Theater Experience, hal-hal yang mempengaruhi bagaimana

penonton menikmati sebuah pertunjukan bersifat sangat subjektif karena berhubungan dengan

ekpektasi dan latar belakang penonton masing-masing. Lebih lanjut hal ini dibagi menjadi ke

dalam lima poin yaitu adanya simpati terhadap karakter dalam perform, pengetahuan dan

pengalaman pribadi, kepekaan terhadap kondisi sosial, politik saat karya ditulis, pengetahuan

spesifik terhadap karya dan ekspektasi individual terhadap pertunjukan. Berdasarkan angket

Page 8: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

yang disebar oleh penulis dalam rentang waktu April-Mei 2013 dan mendapatkan 275

responden terlihat bahwa 90% penonton dalam JKT48 Theater adalah pria dengan mayoritas

usia berkisar antara 16-20 tahun. Jika dibandingkan dengan performer yang merupakan wanita

dengan kisaran umur yang hampir sama, terlihat bahwa ada semacam simpati(atau empati) dari

penonton terhadap performer. Hal ini didukung pula dengan status hubungan para fans yang

sebagian besar single, dimana para performer juga diwajibkan untuk tidak memiliki hubungan

asmara.

Gambar 5 & 6 Data Jenis kelamin dan status hubungan fans JKT48

Sumber : Dokumentasi pribadi berdasarkan kuesioner yang disebar, 2013

Hal ini kemudian menjadi penting karena kemudian performernya menjadi lebih utama

dibanding performance yang dibawakan yang tentu saja akan mempengaruhi bagamana

penonton beraksi dan menikmati pertunjukan tersebut. Hal ini terlihat ketika selanjutnya

diberikan pertanyaan mengenai hal yang menarik dari JKT48 sebagai performer. 23% fans yang

disurvei menyatakan bahwa member adalah aspek yang paling disukai, mengalahkan

performance yang hanya memperoleh suara 18%.

90%

10%

Jenis Kelamin

Pria

Wanita87%

12%1%

Status Hubungan

Single

In Relationship

Married

Page 9: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Member sebagai elemen utama dalam pertunjukan JKT48 juga terlihat ketika ditanyakan

mengenai alasan para fans datang ke JKT48 Theater. 43% fans mengaku alasan utamanya

datang ke JKT48 Theater untuk mendukung member, sama besar dengan untuk mencari

hiburan yang juga 43 % dan 14% lainnya datang untuk berkumpul bersama fans. Penemuan ini

cukup menarik karena 43% merupakan jumlah yang cukup besar untuk menjadi alasan datang

ke sebuah pertunjukan untuk mendukung performer dibanding menikmati pertunjukannya.

Gambar 7 & 8 Pie Chart Apa yang disukai fans dari JKT48 (kiri) dan alasan menonton (kanan)

Sumber :Dokumentasi Pribadi

Pertunjukan yang diberikan dalam JKT48 Theater adalah pertunjukan yang sama setiap

kalinya, kalaupun ada yang berbeda paling hanya di line up performer atau topik MC yang

dibawakan. Lalu kenapa banyak penonton yang berkali-kali menonton pertunjukan ini bahkan

hingga sampai lebih dari 20 kali (18%) ? Tentunya ada ekspektasi lain yang diharapkan dari

penonton ketika menyaksikan pertunjukan. Melihat member yang berbeda membawakan

sebuah setlist atau sekadar melihat member favorit saja sepertinya menjadi alasan yang utama.

Interaksi antara penonton dan performer selama pertunjukan tidak hanya sebatas pelaku

pertunjukan dan penikmat saja tetapi juga ada interaksi dua arah yang diberikan. Member

biasanya memberikan berbagai interaksi berupa eyelock, senyuman, atau sekadar gestur tubuh

untuk merespon teriakan panggilan dari penonton. Bahkan interaksi ini kemudian yang menjadi

kekuatan utama dari pertunjukan yang dihadirkan, lebih dari pertunjukan musik dan tari itu

sendiri.

Jadi bagaimana sebenarnya penonton bereaksi terhadap petunjukan dan ruang pertunjukan

dalam JKT48 Theater? Bagaimana penonton menempatkan dirinya terhadap grup sosial yang

ada ketika menikmati pertunjukan tersebut ?

14%

43%

43%

Alasan menonton JKT48 Theater

Berkumpulfans

Hiburanaternatif

SupportMember

23%

10%

19%10%

20%

18%

Apa yang disukai dari JKT48?

Member

Fandom

Konsep

Kostum

Liriknya

FanService

Page 10: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Sebagai sebuah grup sosial, penonton dalam JKT48 Theater terbagi kedalam beberapa

kelompok kecil lain. Penulis membaginya ke dalam 3 jenis yaitu newbie fans yaitu fans yang

baru beberapa kali menonton dan ikut dalam fandom, Casual Fans yaitu fans yang sudah sering

menonton dan berkecimpung cukup lama dan Wota yaitu mereka yang sudah benar benar

terobsesi dengan idol dan segala pertunjukannya. Penggolongan ini penting karena ketika

membahas sebuah personal space dan grup sosial berarti juga berbicara tentang kesamaan dan

bagaimana kita menempatkan diri di dalam sebuah grup tersebut.

Berdasarkan angket yang disebar terlihat bahwa hanya 24% penonton yang diam menikmati

pertunjukan yang diberikan. Sisanya menonton pertunjukan sambil melakukan kegiatan lain

seperti chanting (38%), sing along (18%), live report via tweet (8%) dan lain sebagainya seperti

terlihat dalam chart dibawah ini.

Gambar 9 Pie chart tindakan yang dilakukan oleh penonton sambil menyaksikan pertunjukan di JKT48 Theater

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013

Tindakan yang berbeda seperti ini tentunya membutuhkan ruang yang berbeda beda juga. Live

tweet hanya membutuhkan ruang gerak yang kecil, lain halnya dengan furicopy atau misalnya

menarik perhatian member dengan mengangkat benda atau aksesoris lainnya.

Dari angket yang disebar mengenai pentingnya row duduk didapatkan hasil bahwa 40%

responden menganggap sangat penting, 50% menganggap cukup penting dan 9% menganggap

tidak penting. 60% fans memberikan alasan pentingnya Row duduk karena lebih jelas, 30%

8%

38%

18%

5%2%5%

24%

Apa yang dilakukan saat menonton ?

Live Tweet

Chanting

Sing along

Looking for memberattentionTake Notes

Furicopy

Diam

Page 11: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

memberi alasan lebih dekat dan 10% sisanya membahas masalah akustik. Jika melihat layout

dari JKT48 Theater hal ini sebenarnya cukup beralasan karena tidak adanya leveling dalam

pengaturan kursi di area auditorium. Dari alasan tersebut terlihat bahwa akses visual lebih

penting dibanding dengan jarak fisik terhadap performer.

Gambar 10 Tampilan potongan samping stage dan auditorium JKT48 Theater

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013

Dalam setiap pertunjukan JKT48 dan grup 48 lainnya, pemilihan tempat duduk dilakukan

dengan cara undian atau biasa dikenal dengan istilah bingo. Tiap tiket memiliki nomor yang

kemudian akan diundi untuk menentukan urutan masuk ke dalam ruang pertunjukan dan

memilih tempat duduk. Disini terlihat bahwa pihak penyelenggara pertunjukan sendiri sudah

mengetahui pentingnya tempat duduk bagi penonton oleh karena itu menerapkan sistem ini agar

tidak terjadi keributan saat memilih tempat duduk.

17% responden mengaku lebih memilih berdiri dibandingkan duduk padahal berdiri lebih

melelahkan dan lebih jauh dari stage. Angka ini cukup besar karena biasanya manusia

menginginkan kenyamanan dan menghindari kesulitan. Dilihat dari alasan berdiri2, bebas

berekspresi dan bergerak sebesar 18%, bersama teman 16% dan lebih jelas terlihat 16% dapat

disimpulkan bahwa beberapa penonton mengorbankan kenyamanan duduk untuk hal yang

dianggap lebih penting. Hal ini didukung dengan kondisi tempat duduk yang sebenarnya tidak

terlalu nyaman.

Menurut situs resmi Chitose yang beralamat di http://www.chitose-indonesia.com , kursi

dengan nama produk Flora H ini memang diperuntukkan untuk Cafe, Food court dan teras. Hal

ini berarti memang penggunaan kursi ini bukan untuk jangka waktu lama, hanya sekitar 30

2 dengan mengabaikan alasan “terpaksa” yang berarti tidak memilih berdiri

Page 12: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

menit hingga 1 jam sebelum badan menjadi sakit dan pegal karena sandaran punggung yang

hanya berupa sebuah batang tanpa landasan.

Alasan lain pemilihan standing area sebagai tempat menikmati pertunjukan adlaah rasa bosan.

Penonton yang datang berkali kali untuk menikmati pertunjukan yang sama akan mencoba

mencari pengalaman baru untuk menikmati,ketika dia tidak bisa mengubah pertunjukan yang

diberikan maka dia pun akan mengganti cara menikmatinya misalnya mencoba furicopy, chant

sekencang-kencangnya,dan lain sebagainya, 8% responden secara terang–terangan menyatakan

hal ini

.Menikmati pertunjukan di standing area bisa lebih bebas karena lebih luas dan jarak

perorangnya yang lebih besar jika dibandingkan dengan di area duduk. Gerakan wotagei,

furicopy dapat dilakukan dengan bebas tanpa harus takut mengenai kepala dan badan orang di

depan atau samping kita. Meneriakkan chant sekeras-kerasnya tanpa harus takut mengganggu

dan memekakkan telinga orang di sekitar juga dapat dilakukan di standing area.

Gambar 11 Ilustrasi perbandingan ketika menonton diam dan melakukan wotagei

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Page 13: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Selain itu dengan berdiri di standing area maka melihat area stage akan lebih jelas

dibandingkan dengan duduk, apalagi jika duduk di bagian belakang. Dengan akses visual yang

jelas maka interaksi visual akan terjadi sehingga dapat merasakan koneksi yang lebih dengan

performer. Dengan berada di standing area juga penonton dapat bebas memperlihatkan

aksesoris atau tulisan lain kepada performer tanpa takut melanggar peraturan yang melarang

mengangkat papan atau apapun yang menghalangi penonton lain.

Gambar 12 Ilustrasi melihat di tempat duduk dan standing area

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Apa atau mungkin lebih tepat siapa sebenarnya yang diharapkan oleh penonton untuk dilihat

dalam sebuah pertunjukan ? 37% penonton mendasarkan pilihannya untuk memilih tempat

duduk karena ingin melihat satu atau beberapa member secara khusus.

Gambar 13 & 14 Sudut pandang vertikal (Kiri), dan sudut pandang Horizontal saat menonton pertunjukan

(kanan)

Sumber : (Appleton, 2008, hal. 132)

Page 14: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Terkadang pemilihan tempat ini tidak berarti berada di tempat yang paling sentral karena tidak

jarang berarti tempat duduk paling pinggir. Ditambah dengan keinginan untuk berada lebih

dekat dan jelas melihat member tersebut yang berarti akan menyulitkan untuk melihat

pertunjukan semua member secara keseluruhan.

Gambar 15 Ilustrasi blocking member dan jarak pandang jika ingin melihat 1 atau beberapa member secara

khusus.

Sumber : Ilustrasi Pribadi, 2013

Perhatikan dalam ilustrasi diatas bahwa berada dibagian tengah (posisi 1) adalah posisi yang

paling ideal untuk melihat semua performer. Akan tetapi jika ingin melihat member B secara

khusus dan lebih nyaman maka posisi 2 akan lebih menjadi pilihan.

Auditorium dalam JKT48 Theater terdiri dari standing area yang tersusun dari susunan kursi

15x 5 x 4 sebagai berikut. Berdasarkan angket yang disebar terlihat bahwa mayoritas memilih

untuk duduk di row ke 3-5 . Mengapa penonton lebih memilih row tersebut? Jika perhatikan

dari gambar potongan samping dibawah ini terlihat jarak antara tempat duduk penonton dan

stage yang cukup dekat.

1

2

Page 15: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Gambar 16 Ilustrasi seberapa tinggi kepala harus mendongak untuk bisa melihat performer di tiap baris tempat

duduk

Sumber : Ilustrasi pribadi, 2013

Dengan mengasumsikan bahwa tinggi peformer dan penonton sebagai 160 cm dan tinggi saat

duduk menjadi 120 cm, dan jarak tiap kursi 50 cm, kita dapat mengukur berapa derajat kepala

harus mendongak untuk bisa melihat performer. Berada di posisi A (baris pertama) memaksa

penonton untuk mendongak sebesar 45°, di posisi B (baris kedua) 33°, posisi C (baris ketiga)

26,5°, posisi D (baris keempat) 21°, dan posisi E (baris kelima ) 18°. Sedangkan ketika berada

di standing area kita harus mendongak 13° untuk bisa melihat performer.

Peletakan speaker di dalam JKT48 Theater juga sangat berpengaruh terhadap bagaimana

pertunjukan bisa kita nikmati dan pengalaman tersebut bisa terbentuk. Jika kita perhatikan

potongan samping penyusunan speaker dibawah ini terlihat bahwa sudut 20° ke bawah ini

mengarah tepat ke row 3. Dengan penyusunan seperti itu maka arah penyebaran akan tidak

merata seperti yang diperlihatkan dalam gambar 4.24.

Gambar 17 Tampak samping sudut peletakan Speaker di JKT48 Theater

Sumber : Ilustrasi pribadi, 2013

160cm

160cm 100cm

A B C D E

F

50cm

Page 16: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Semakin jauh jarak dari sumber bunyi maka akan semakin kecil juga suara yang didengar

apalagi jika sumber suaranya terpusat seperti JKT48 Theater. Hal ini menjadi penting karena

dalam pertunjukan yang dihadirkan merupakan pertunjukan tari dan musik dimana aspek

akustik adalah elemen krusial.

Elemen lain yang menjadi perhatian oleh penonton ketika menikmati pertunjukan terlihat dalam

diagram dibawah ini.

Gambar 18 Elemen yang menganggu kenyamanan menonton

Sumber : dokumentasi pribadi

47% penonton mengeluh sempitnya kursi yang ada di JKT48 Theater dan tidak leluasanya

untuk bergerak. Dimensi kursi yang sangat pas-pasan bahkan sangat menjepit tentu saja

menganggu kenyamanan ketika menonton. Hal ini didukung pula dengan jarak antar kursi yang

sangat dekat sehingga sulit untuk melakukan kecha dan lain sebagainya.

Seni pertunjukan sebagai salah satu seni yang memiliki tiga elemen utama yaitu performer,

penonton dan lingkungan tempat pertunjukan diadakan memperlihatkan bagaimana peranan

sebuah arsitektur dapat membantu sebuah pertunjukan dalam menyampaikan pesan kepada

pada penontonnya. Tiap seni prtunjukan tentu memerlukan spesifikasi ruangan yang berbeda

beda sehingga memerlukan desain arsitektur dan interior yang berbeda juga sehingga hasilnya

bisa maksimal.

Dalam sebuah seni pertunjukan dan ruang pertunjukan sebagai sebuah bentuk arsitektur maka

elemen penikmat juga harus diperhatikan dengan seksama. Beragamnya penonton dan

penikmat pertunjukan dan ruang yang ada tersebut haruslah menjadi faktor yang diperhitungkan

31%

47%

17%5%

Elemen yang mengganggu kenyamanan menonton

Tiang

Kursi Sempit

jarak jauh

chant dan fans lain

Page 17: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

dalam mendesain sebuah ruang pertunjukan. Tiap individu penikmat ruang dan pertunjukan

tidak bisa digeneralisir dan dipaksakan untuk menikmati keadaan yang ada.

Kesimpulan

Dari pembahasan saya mengenai JKT48 Theater banyak hal yang penulis peroleh dalam

kaitannya dengan bagaimana ruang, penonton dan performer bisa saling berkaitan dan

mempengaruhi bagaimana menikmati sebuah sebuah pertunjukan. Penulis mendapatkan bahwa

skenografi adalah hal penting dalam sebuah pertunjukan, bagaimana penataan panggung,

dekorasi dapat mempengaruhi mental image dalam sebuah pertunjukan.

Seperti yang dikatakan oleh Goldblatt (1990) bahwa “A special event recognises an unique

moment in time with ceremony and ritual to satisfy specific needs” (Berridge, 2007, hal. 6).

maka harus diteliti juga ekspektasi dan keinginan dari penonton ketika menikmati sebuah

pertunjukan. Ketika yang mereka inginkan adalah audio maka akustik yang harus diperhatikan,

jika visual yang mereka inginkan maka harus perhatian lebih di sisi ini misalnya dengan

mengadakan proyektor dan sebagainya.

Dalam menjual sebuah pertunjukan harus diperhatikan apa sebenarnya yang diinginkan oleh

(calon) penonton. Joanne Scheff Bernstein (2007) dalam Arts Marketing Insights: The

Dynamics o f Building and Retaining Performing Arts Audiences menjelaskan bahwa

pemahaman penonton dalam menyingkapi sebuah pertunjukan tidaklah sama, “People tend to

make a sharp distinction between art and entertainment and have a strong, even exclusive

preference for one or the other. “ (Bernstein, 2007, hal. 12)

Penonton di JKT48 Theater ternyata tidak semuanya bertujuan untuk mendapatkan hiburan dari

pertunjukan yang disajikan, sebagian justru malah betujuan untuk berkumpul dengan teman

teman atau malah untuk melihat dan mendukung si performer saja. Hal ini tentu saja berakibat

ke bagaimana penonton menempatkan dirinya ke dalam sebuah pertunjukan. Penonton tidak

hanya sebagai penikmat pertunjukan yang pasif tetapi juga melakukan respon terhadap

pertunjukan yang dinikmati dan tidak jarang justru menjadi sebuah pertunjukan tersendiri.

Ruang pertunjukan di JKT48 Theater cenderung kosong dan minim dengan dekorasi dengan

warna dominan hitam. Pertunjukan yang didominasi oleh warna warna cerah dari pakaian

performerlah yang memberi kehidupan terhadap ruangan tersebut selain pertunjukan cahaya

yang maksimal. Di sisi lain para penonton juga memberi andil untuk memberikan kesan dalam

Page 18: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

pertunjukan dengan meneriakkan chant atau member call dan juga membawa lightstick yang

dilambai-lambaikan selama menonton pertunjukan.

Pengalaman ruang baik lingkungan secara fisik maupun sosial mempengaruhi bagaimana orang

– orang bereaksi dan hidup di dalamnya. Di JKT48 Theater terlihat bagaimana mereka yang

memang ingin untuk melakukan kegiatan yang berbeda akan memilih spot tertentu untuk

melakukannya sehingga dapat berkumpul dengan orang – orang dengan tujuan yang sama dan

tidak mengganggu yang berbeda, contohnya orang yang memang ingin untuk mengangkat

sebuah banner,poster dan semacamnya akan lebih memilih untuk berdiri di belakang di

standing area sehingga tidak mengahalangi pandangan orang. Terbentuknya grup-grup yang

memiliki perbedaan tujuan ini sangat berpegaruh ke bagaimana kita bisa menikmati

pertunjukan, dan bagaimana kita bisa bersifat toleran kepada orang lain dalam kaitannya dengan

personal space dan semacamnya. Dari kuesioner yang disebut terlihat bahwa banyak fans yang

terganggu dengan kelakuan fans lain ketika menonton pertunjukan yang sama. Oleh karena itu

zoning menjadi penting dalam sebuah ruangan, dalam hal ini ruang pertunjukan.

Saran

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai sebuah sumbangan acuan dan contoh tentang bagaimana

desain sebuah pertunjukan haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dari pertunjukan itu sendiri.

Penonton sebagai penikmat pertunjukan dan bagaimana mereka akan menikmatinya harus

menjadi pertimbangan ketika mendesain sebuah ruang pertunjukan. Konsep pertunjukan dan

bagaimana pertunjukan diadakan harus menjadi bahan riset oleh si arsitek. Penulis hanya

membahas sebuah ruang pertunjukan dengan satu konsep, pembahasan lebih luas dengan

membandingkannya dengan pertunjukan lain dengan konsep dan perilaku penikmat yang

berbeda sangat dianjurkan untuk dilakukan sehingga diperoleh pemahaman menyeluruh

terhadap pertunjukan dan ruang pertunjukan.

Page 19: Jurnal Apresiasi dan Kehadiran ruang dalam JKT48 Theater

Daftar Referensi

Appleton, I. (2008). Building for the Performing Arts. Oxford: Architectural Press.

Bernstein, J. S. (2007). Art marketing Insights: The Dynamics of Building and Retaining

Performing Arts Audiences. San Fransisco: Jossey-Bass.

Berridge, G. (2007). Event Design and Experience. Oxford: Butterworth-Heinemann.

Ching, F. D. (1975). Architecture: Form, Space, and Order. New York: John Wiley.

Howard, P. (2002). What is Schenography ? London: Routledge.

Kurniawan, K. R. (2009). Kita memproduksi Ruang. LILIN LESTARI 72 Tahun IR.Siti Utamini

Departemen Arsitektur FTUI.

Lefebvre, H. (1991). The production of space (Vol. 30). Oxford: Blackwell.

Locke, J. (1999). An Essay on Human Understanding Book II, (First published 1690).

Pennsylvania: Pennsylvania State University.

Rasmussen, S. E. (1959). Experiencing Architecture. Dalam S. E. Rasmussen, Experiencing

Architecture (hal. 9). Cambridge: The Massachutes Institute of Technology.

Riantiarno, N. (2011). Kitab Teater : Tanya jawab seputar seni pertunjukan . Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Tuan, Y. F. (1977). Space and Place: The Perpective of Experience (4th ed.). London:

University of Minnesota Press.

Willson, E. (1991). The Theatre Experience. New YorkThe City University of New York.