JURNAL AKTIVITAS PROMOSI KARTU TELEPON … ERLINA YUNI ASTUTIK D02100… · Telepon seluler atau...

21
JURNAL AKTIVITAS PROMOSI KARTU TELEPON SELULER LOOP (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Aktivitas Promosi PT. Telkomsel dalam Memasarkan LOOP sebagai Kartu Telepon Seluler Baru Tahun 2015 di Surakarta) Oleh : Erlina Yuni Astutik D0210039 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Transcript of JURNAL AKTIVITAS PROMOSI KARTU TELEPON … ERLINA YUNI ASTUTIK D02100… · Telepon seluler atau...

JURNAL

AKTIVITAS PROMOSI KARTU TELEPON SELULER LOOP

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Aktivitas Promosi PT. Telkomsel dalam

Memasarkan LOOP sebagai Kartu Telepon Seluler Baru Tahun 2015 di

Surakarta)

Oleh :

Erlina Yuni Astutik

D0210039

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

1

AKTIVITAS PROMOSI KARTU TELEPON SELULER LOOP

(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Aktivitas Promosi PT. Telkomsel dalam

Memasarkan LOOP sebagai Kartu Telepon Seluler Baru Tahun 2015 di

Surakarta)

Erlina Yuni Astutik

Aryanto Budhy Sulihyantoro

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract The development of science and technology provides a major influence on the ease of doing communication. Today, the communication process will no longer be done by way of face to face directly. Communication can be done with a mobile phone media, each of which requires a mobile phone sim card to activate it. The various needs of users demanding a mobile phone card company provider creates the latest innovations of their products. As in Telkomsel companies that are creating new mobile card products have a segmentation of young people (12-19 years old) as the target market. This research was conducted in Telkomsel Solo branch, to find out how the promotional activities of PT. Telkomsel as the LOOP in marketing new mobile phone cards in 2015 in Surakarta. The conclusion of this study is the use of promotional activities in marketing Telkomsel LOOP branch Solo in Surakarta is through advertising activities (bottom line media), personal selling, and word of mouth marketing. Because the elements such as advertising (on-line media), sales promotion, event marketing and sponsorship strategy has been set centrally by the Office of Central Telkomsel. So that Telkomsel branch Solo only forward the draft were to be implemented locally. Keywords: promotion, promotion mix, new cell phone cards

Pendahuluan

Di era modern dengan perkembangan teknologi saat ini telah membawa kita

pada kemudahan dalam melakukan komunikasi dan bertukar informasi secara

cepat dengan orang lain. Saat ini proses komunikasi tidak lagi harus dilakukan

2

dengan cara bertatap muka secara langsung (face to face) antara komunikator

dengan komunikan. Hal tersebut yang telah memicu diciptakannya alat untuk

berkomunikasi yang memudahkan seseorang berkomunikasi dengan mudah

walaupun dengan jarak yang berbeda. Telepon seluler adalah solusi dalam

mempermudah komunikasi tanpa membatasi ruang gerak kita.

Telepon seluler atau yang biasa disebut dengan handphone (telepon

genggam) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai

kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun

dapat dibawa ke mana-mana (portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan

dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless)1. Telepon seluler

tidak dapat terlepas dari kartu SIM (Subscriber Identity Module) yang digunakan

oleh para operator telepon seluler. Kartu SIM adalah sebuah kartu pintar seukuran

prangko yang ditaruh di telepon genggam yang menyimpan kunci pengenal jasa

telekomunikasi2. Ada dua jenis kartu SIM yaitu kartu SIM GSM (Global System

for Mobile Communication) dan kartu SIM CDMA (Code Divisions Multiple

Access). Di Indonesia sampai saat ini telah beroperasi 9 operator seluler. Beberapa

operator menggunakan teknologi jaringan GSM dan beberapa operator lain

menggunakan jaringan CDMA3. Antara lain :

1. GSM (Global System for Mobile Communication) a. Telkomsel

• Pascabayar: KartuHALO • Prabayar: SimPATI, Kartu AS, LOOP

b. Indosat • Pascabayar: Matrix • Prabayar: IM3, Mentari

c. XL Axiata • Prabayar dan Pascabayar: XL, Axis • Prabayar: Hauraa

d. Hutchison 3 (Tri) Indonesia • Prabayar dan Pascabayar: 3 (Tri)

2. CDMA (Code Division Multiple Acces) a. Bakrie Telecom

1http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggam 2http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_SIM 3http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_produk_telekomunikasi_di_Indonesia

3

• Prabayar dan Pascabayar: Esia, Wifone. (Nomor Prefix berdasarkan Kode Area/PSTN)

b. Indosat • Prabayar dan Pascabayar: StarOne, (Nomor Prefix berdasarkan Kode

Area/PSTN) c. Telkom

• Prabayar dan Pascabayar: Flexi, (Nomor Prefix berdasarkan Kode Area/PSTN)

d. Sampoerna Telekom • Prabayar dan Pascabayar: Ceria - no. awalan 0828 dan PSTN

e. Smartfren Telecom • Prabayar dan Pascabayar: smartfren, Kartu Ummat - no. awalan 0881,

0882, 0883, 0884, 0885, 0886, 0887, 0888, 0889 dan PSTN.

Dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi yang telah menjadi

kebutuhan primer seseorang, menyebabkan peningkatan jumlah pengguna kartu

provider dari tahun ke tahun. Menurut hasil penelusuran berita online detik.com

mengenai jumlah pelanggan telepon seluler prabayar dari tahun 2012 – 2015

adalah sebagai berikut ini :

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pelanggan Kartu Provider 2012-2015

Provider 2012 2013 2014 2015

Telkomsel 125 juta

pelanggan

131,5 juta

pelanggan

139,2 juta

pelanggan

140 juta

pelanggan

Indosat 58,5 juta

pelanggan

56,5 juta

pelanggan

54,3 juta

pelanggan

66,5 juta

pelanggan

XL Axiata 45 juta

pelanggan

60,5 juta

pelanggan

58,3 juta

pelanggan

52,1 juta

pelanggan

Sumber: http://inet.detik.com

Meningkatnya jumlah pengguna kartu telepon seluler menyebabkan

persaingan yang semakin ketat antar perusahaan telekomunikasi. Agar mampu

bersaing dengan kompetitornya, perusahaan telekomunikasi dituntut untuk lebih

kreatif dan inovatif dalam meningkatkan mutu produk/jasa mereka. Selain untuk

memenuhi permintaan pasar, juga untuk meningkatkan kepuasan pelanggan,

menjaga loyalitas pelanggan, dan untuk menarik perhatian para calon pelanggan

baru. Caranya bisa dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik, fasilitas

4

yang membuat pelanggan merasa terpuaskan, keragaman produk, sampai dengan

kualitas produk yang lebih unggul dibandingkan dengan produk yang lain.

Saat ini telepon seluler tidak lagi semata-mata digunakan untuk telepon dan

mengirim SMS saja, namun pengguna telepon seluler yang didominasi oleh kaum

anak muda juga menggunakan sebagai alat untuk bersosialisasi di dunia maya atau

jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Yahoo, Path dan lain sebagainya.

Dengan demikian dalam pasar di Indonesia dapat terlihat mulai tumbuh berbagai

jenis kartu telepon seluler dengan berbagai merek dan juga adanya inovasi

layanan komunikasi pada produk yang sudah ada.

Sehubungan dengan hal tersebut, Telkomsel menciptakan sebuah produk

kartu telepon seluler terbaru dengan menyasar segmentasi kaum anak muda

dengan umur 12-19 tahun. Produk kartu telepon seluler tersebut adalah LOOP.

LOOP diluncurkan pada tanggal 9 Maret 20014 di Jakarta4. Selama ini Telkomsel

terkenal dengan perusahaan kartu telepon dengan mayoritas pengguna dari

kalangan orang dewasa. Hal ini dikarenakan Telkomsel memiliki tarif cukup

mahal bagi kantong saku anak remaja. Untuk menyasar pengguna dari segmentasi

anak muda tersebut, Telkomsel meluncurkan produk baru dengan keuntungan

harga yang lebih ekonomis.

Sebagai produk baru di pasar, Telkomsel perlu mempromosikan LOOP agar

lebih dikenal masyarakat terutama target segmen yang dituju. Dengan membawa

pesan bahwa Telkomsel telah memiliki produk yang lebih ekonomis. Sehingga

Telkomsel perlu merancang komunikasi pemasaran atau promosi, untuk

memperkenalkan LOOP ini agar masyarakat khususnya segmentasi LOOP yakni

anak muda usia 12-19 tahun untuk mengetahui bahwa Telkomsel memiliki produk

kartu telepon seluler yang lebih ekonomis daripada produk Telkomsel lainnya.

Atas uraian-uraian singkat diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai aktivitas promosi PT. Telkomsel yang dilakukan oleh

Telkomsel branch Solo untuk memperkenalkan produk LOOP sebagai kartu

telepon seluler baru tahun 2015 di Surakarta.

4http://www.telkomsel.com/about/news/1068-Telkomsel-Hadirkan-Brand----LOOP----Untuk-Segmen-Youth

5

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka rumusan masalah yang akan diuraikan adalah Bagaimanakah pelaksanaan

aktivitas promosi PT. Telkomsel dalam memasarkan LOOP sebagai kartu telepon

seluler baru tahun 2015 di Surakarta ?

Tujuan Penulisan

Bertolak dari rumusan masalah yang diungkapkan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan aktivitas promosi PT.

Telkomsel dalam memasarkan LOOP sebagai kartu telepon seluler baru tahun

2015 di Surakarta.

Tinjauan Pustaka

a. Komunikasi

Secara estimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin

“communication”. Istilah ini bersumber dari kata “communis” yang berarti

sama. Kata sama yang dimaksud disini adalah sama makna atau sama arti.

Wilbur Schramm mengatakan komunikasi dapat dianggap proses penciptaan

suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim

dan penerima. Sementara itu menurut Harold Laswell, cara yang baik untuk

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut:

“Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect?” .

Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar komunikasi,

yaitu:

1. Siapa yang menyampaikan? (komunikator, pengirim pesan atau sumber)

2. Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)

3. Dengan saluran mana? (media atau sarana)

4. Kepada siapa? (komunikan atau penerima pesan)

5. Dengan pengaruh bagaimana? (dampak, efek, hasil komunikasi)

6

b. Elemen-Elemen Komunikasi Pemasaran atau Bauran Promosi

Dalam memperkenal suatu produk kepada khalayak, sebuah

perusahaan perlu mengimplementasikan beberapa elemen komunikasi

pemasaran atau sering disebut dengan bauran promosi (promotion mix).

Menurut Kotler ada 8 elemen bauran komunikasi pemasaran5 yaitu periklanan

(advertising), promosi penjualan (sales promotion), acara khusus dan

pengalam atau sponsorship (sponsorship/event marketing), hubungan

masyarakat (public relation), pemasaran langsung dan pemasaran interaktif

(direct marketing), penjualan tatap muka atau personal (personal selling), dan

pemasaran dari mulut ke mulut (marketing word of mouth).

1. Periklanan

Periklanan adalah bentuk komunikasi berbayar yang menggunakan

media massa dan media interaktif untuk menjangkau audiensi yang luas

dalam rangka menghubungkan sponsor yang jelas dengan pembeli

(audiensi sasaran) dan memberikan informasi tentang produk (barang,

jasa, dan gagasan)6. Menurut Widyatama, media yang digunakan dalam

kegiatan periklanan secara umum dapat dikelompokkan dalam dua jenis7,

yaitu :

a. Media lini atas (above the line) : media surat kabar, majalah, radio,

televise, internet, dan film. Media lini atas memiliki beberapa karakter

yang khas antara lain :

1) Informasi yang disebarkan bersifat serempak. Artinya, dalam

waktu yang sama, informasi yang sama dapat disebarkan luaskan

secara sama pula.

2) Khalayak penerima pesan cenderung anonym (tidak dikenali secara

personal oleh komunikator)

3) Mampu menjangkau khalayak secara luas.

5Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 2. (Jakarta: Erlangga).Hal. 174 6Sandra Moriarty, Nancy Mitchell, William Wells. Advertising. (Jakarta: Kencana). Hal. 9 7Rendra Widyatama. Pengantar Periklanan. (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher). Hal. 21

7

b. Media lini bawah (bellow the line) : poster, leaflet, spanduk, baliho,

balon udara, directmail, Point of Purchase (POP), kemasan produk sisi

luar dan kemasan dalam, bus stop, bus panel, flyers, dan sebagainya.

Media lini bawah memiliki beberapa karakter yang khas antara lain :

a) Komunikan yang dijangkau terbatas, baik dalam jumlah maupun

luas wilayah sasaran.

b) Mampu menjangkau khlayak yang dijangkau media lini atas

c) Cenderung tidak serempak.

2. Promosi Penjualan

Menurut Kotler promosi penjualan adalah berbagai intensif jangka

pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa8.

Maksudnya adalah peningkatan penjualan yang dilakukan dengan

menggunakan alat promosi (sampel, diskon, kupon, dan lain-lain) guna

mendorong pelanggan dan calon pelanggan baru untuk mencoba atau

melakukan pembelian produk/jasa yang ditawarkan dalam waktu yang

singkat. Melalui promosi penjualan perusahaan dapat menarik pelanggan

baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru,

mendorong pelanggan membeli lebih banyak, meningkatkan impulse

buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya), dan dapat menciptakan

loyalitas pelanggan.

3. Acara Khusus dan Pengalaman atau Pemasaran Sponsorship

(Sponsorship/Event Marketing)

Menurut Shimp, pemasaran sponsorship adalah aplikasi dalam

mempromosikan perusahaan dan merek mereka dengan mengasosiasikan

perusahaan atau salah satu merek dengan kegiatan tertentu atau melalui

suatu kegiatan sosial9. Kotler mengatakan acara dan pengalaman adalah

kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk

menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan

8Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Op.Cit. Hal. 174. 9Terence A. Shimp. Periklanan dan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jilid I. (Jakarta: Erlangga). Hal. 163

8

merek tertentu10. Jadi pemasaran sponsorship berarti perusahaan yang

mendukung sebuah kegiatan baik secara finansial atau menyumbangkan

produk/jasanya, dengan tujuan agar perusahaan mampu membangun

kesadaran merek masyarakat yang datang dalam kegiatan tersebut.

Misalnya saja suatu perusahaan mensponsori atau menyelenggarakan acara

olahraga, konser musik, kegiatan sosial, penggalangan dana bantuan

sosial, dan sebagainya.

Sedangkan event marketing menurut Moriarty adalah membuat

program pemasaran produk berdasarkan acara yang disponsori

perusahaan11. Perusahan berusaha membuat kegiatan dan program-

program khusus seperti menyelenggarakan kompetisi olahraga, ajang

kreatifitas, dan sebagainya. Tujuannya agar perusahaan mampu

membangun kesadaran merek masyarakat terutama segmen sasaran. Agar

pemasaran dengan menyelenggarakan event marketing tersebut bisa

dikatakan berhasil, event harus sesuai dengan brand dan gaya hidup orang

yang menjadi pasar sasaran.

4. Hubungan Masyarakat (public relations) dan Publisitas (publicity)

Philip Kotler mendefinisikan public relations sebagai berbagai

program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra

perusahaan atau produk individualnya12. Public Relations merupakan

aktivitas komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi

manajemen untuk memperoleh goodwill, understanding, image/reputasi

yang positif di mata public, baik publik internal maupun eksternal.

Publisitas merupakan hasil dari publikasi yang menjadi bagian dari

kegiatan public relations. Setiap fungsi dan tugas public relations adalah

menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui

kerjasama dengan pihak pers atau wartawan lewat berbagai media tentang

aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk

diketahui khalayak publik.

10Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Op.Cit. Hlm 174 11Sandra Moriarty, Nancy Mitchell, William Wells. Op.Cit. Hlm 599 12Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Op.Cit. Hal. 174

9

5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing) dan Pemasaran Interaktif

Pemasaran langsung adalah upaya perusahaan atau organisasi

untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran

dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan/atau transaksi

penjualan13. Pemasaran langsung terjadi ketika perusahaan akan

menfokuskan komunikasinya secara langsung kepada konsumen. Media

yang digunakan dalam pemasaran langsung seperti pengiriman surat dan

katalog melalui pos, telemarketing (outbond telemarketing dan inbound

telemarketing), Iklan respons langsung untuk media cetak (majalah, surat

kabar) dan media elektronik (radio dan televisi) dan internet.

Telemarketing (penggunaan telepon untuk memasarkan produk)

ada dua macam telemarketing14, yakni outbond telemarketing dan inbound

telemarketing. Outbond telemarketing adalah usaha pemasar untuk

mengontak konsumen dalam mempromosikan produknya. Di sini, pemasar

yang aktif menghubungi konsumen melalui telepon. Sedangkan inbound

telemarketing adalah penyediaan nomor bebas pulsa oleh perusahaan agar

konsumen tertarik menelpon produsen tanpa harus dibebani biaya.

Telemarketing memiliki keunggulan menjadi media yang personal dan

interaktif. Sebagai media komunikasi dua arah, telemarketing merupakan

alat perusahaan yang mampu mendengarkan pelanggan15.

6. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling)

Penjualan tatap muka atau personal adalah suatu bentuk

komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya

(person to person communication). Dalam hal ini, penjual berupaya untuk

membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan16.

Penjualan personal merupakan cara yang paling efektif untuk

menanamkan pilihan pembeli, keyakinan pembeli, dan tindakan pembeli

13Morissan. Periklanan. Komunikasi Pemasaran Terpadu.(Jakarta: Kencana). Hal. 22 14Ujang Sumarwan. Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. (Bogor:Ghalia Indonesia). 2011. Hal. 381 15Agus Hermawan. Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Erlangga). Hal. 195 16Ibid. Hal. 34

10

pada tingkat tertentu dalam proses pembelian. Penjualan personal

mempunyai tiga kualitas khusus17 yaitu:

a. Berhadapan langsung secara pribadi.

Penjualan tatap muka melibatkan hubungan sesuatu yang hidup,

langsung dan interaktif antar dua orang atau lebih.Setiap pihak bisa

melihat dari dekat kebutuhan dan ciri masing-masing dan bisa segera

melakukan penyesuaian.

b. Keakraban

Penjualan tatap muka memungkinkan berkembangnya segala macam

hubungan, bermula dari sekedar hubungan penjualan ke suatu

hubungan pribadi yang lebih dalam. Seorang wiraniaga yang efektif

biasanya mengingat-ingat kesenangan pembeli bila mereka

menghendaki hubungan itu berlangsung lama.

c. Tanggapan.

Penjualan tatap muka membuat pembeli merasa wajib mendengarkan

pembicaraan penjual. Pembeli mempunyai kebutuhan lebih besar

untuk memperhatikan dan menanggapi, walaupun tanggapannya hanya

sekedar ucapan terima kasih.

7. WOM atau Word of Mouth Marketing

Pada umumnya informasi yang diperoleh dari orang-orang terdekat

seperti orang tua, saudara, dan teman dianggap lebih relevan dan dapat

dipercaya jika dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan

dan kegiatan penjualan lainnya. Informasi yang diperoleh dari seseorang

yang pernah mengkonsumsi suatu merek tertentu dapat mengurangi resiko

pembelian. Sebab orang bisa lebih dulu melihat dan mengamati produk

yang dibeli dari teman atau orang yang sudah pernah membelinya.

Sehingga informasi dari mulut ke mulut jauh lebih mudah terjangkau oleh

ingatan dan mempunyai pengaruh yang relatif lebih besar terhadap

keputusan pembelian oleh konsumen. Seperti hasil Survei Global Nielsen

17Philip Kotler. Manajemen Pemasaran Indonesia Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid II. (Jakarta: Erlangga). Hal. 259

11

mengenai “Kepercayaan Terhadap Iklan” yang terlihat pada grafik

dibawah ini :

Gambar 1.3 Kepercayaan akan Format iklan vs Tindakan pada Konsumen

Asia Tenggara

Sumber : http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2015/REKOMENDASI-WORD-OF-

MOUTH-MASIH-MENJADI-IKLAN-PALING-DIPERCAYA-OLEH-KONSUMEN-

ASIA-TENGGARA.html

Hasil survei ini untuk mengidentifikasi format iklan yang paling

diingat oleh konsumen dan format iklan apa yang memiliki potensi untuk

terus bertumbuh. Di Asia Tenggara, 88% konsumen menempatkan tingkat

tertinggi kepercayaan mereka pada rekomendasi Word of Mouth dari orang

yang mereka kenal. Responden yang mempercayai rekomendasi dari orang

yang mereka kenal mengaku bahwa mereka seringkali mengambil

tindakan berdasarkan pendapat orang-orang yang mereka kenal tersebut

(Tindakan 91% vs Kepercayaan 88%).

Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data pada

penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dari wawancara dan observasi. Kemudian untuk data sekunder didapat dari

12

informasi-informasi yang ada pada akun resmi media sosial dan website PT.

Telkomsel, website LOOP, dokumentasi-dokumentasi kegiatan promosi, acara

dan sponsorhip yang diselenggarakan LOOP. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan kecenderungan

peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan

permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber

data yang mantap18. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan

Supervisor dan Staf Divisi Youth and Community, pelanggan atau pengguna kartu

LOOP. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan model

Interaktif Miles dan Huberman yang terdapat tiga komponen yaitu reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kemudian dalam upaya

mendapatkan validitas data, hasil temuan data dianalisis dengan menggunakan

trianggulasi sumber, dimana dalam mengumpulkan data memanfaatkan jenis

sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis untuk

membahas permasalahan yang sama. Data dapat diperoleh dari wawancara

mendalam, observasi aktivitas di lokasi, dokumen yang memuat catatan yang

berkaitan dengan permasalahan yang dibahas peneliti.

Sajian Data

Adapun kegiatan atau elemen-elemen komunikasi pemasaran yang

diterapkan oleh Telkomsel branch Solo adalah sebagai berikut :

1. Periklanan

Kegiatan periklanan LOOP menggunakan media televisi, radio,

internet, dan mengirimkan SMS. Iklan melalu media lini atas seperti iklan

televisi dan radio sudah dirancang, ditetapkan, dan diurus secara terpusat.

Seperti yang disampaikan oleh Dini Rinintyasari, Staff Youth and Community

Telkomsel branch Solo bahwa :

“Televisi itu lebih kenasional ya, jadi tayangnya sudah diurus semua

dari pusat” (wawancara tanggal 18 September 2015)

18 H.B. Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. (Sebelas Maret University Press Surakarta). Hal. 56

13

Kemudian pada media lini bawah, Telkomsel branch Solo

menggunakan media iklan melalui spanduk, poster, flyer, stand banner.

Penggunaan media lini bawah terutama spanduk bertujuan untuk meng-cover

target khalayak yang tidak terkena paparan iklan yang ditayangkan secara

nasional. Seperti yang disampaikan oleh Ricky Fardian, Supervisor Divisi

Youth and Community Telkomsel branch Solo bahwa :

“Di Solo ini sebenernya lebih dimaksimalkan ke spanduk-spanduk.

Supaya lebih masuk ke pelosok-pelosok lagi. Siapa tahu dia jarang

lihat televisi.” (wawancara tanggal 18 September 2015)

2. Promosi Penjualan

Sesuai dengan jenis barang yang bisa dijadikan alat promosi,

Telkomsel branch Solo mengimplementasikan cara promosi penjualan yakni

dengan pemberian sampel produk kepada target marketnya, dan membagikan

merchandise. Seperti yang disampaikan Ricky Fardian, Supervisor Divisi

Youth and Community Telkomsel branch Solo sebagai berikut :

“Setiap kegiatan event atau apapun kita selalu membagikan

merchandise dalam penjualan sebagai gimmick. Terus pemberian

produk sampel ini, karena kendala kita susah sekali anak muda anak

sekolah untuk berganti. Jadi kita kasihlah sampel. Coba dululah pake,

10 pcs ke 10 anak. Coba kamu lakuin telfon sms gimana rasanya,

gratis gak gitu.” (wawancara tanggal 18 September 2015)

3. Acara Khusus dan Pengalaman atau Pemasaran Sponsorship

(Sponsorship/Event Marketing)

Elemen promosi ini memiliki kemampuan untuk menciptakan dan

memperkuat brand awarenness dalam benak khalayak. Hal ini disadari

Telkomsel dalam memberikan sponsor kepada acara-acara yang potensial,

seperti pada acara Honda DBL (Development BasketBall League) yang

diselenggarakan oleh PT. DBL (Deteksi Basket Lintas) Surabaya. Honda DBL

ini memiliki pengunjung acara yang merupakan segmentasi dari LOOP.

Telkomsel telah menjadi official partner event DBL ini semenjak

tahun 2011, namun di tahun 2011-2013 produk yang dibawa adalah Kartu AS.

14

Setelah LOOP diluncurkan ini pada tahun 2014, produk inilah yang dibawa

Telkomsel untuk mensponsori DBL tahun 2014-2015 ini. Seperti yang

disampaikan oleh Ricky Fardian, Supervisor Divisi Youth and Community

Telkomsel branch Solo sebagai berikut :

“Jadi kalo sudah ngomong ke youth segmen yang kita bawa brandnya

LOOP. Bukan Simpati bukan As. Karena kita kan sudah ngomongnya

LOOP nih, LOOP untuk youth segmen ya brarti ya harus LOOP yang

harus kita bawa terus. Dan kalo semisal kalau ada yang ngajuin

proposal sponsor ke Telkomsel, kita lihat kegiatannya seperti apa.

Kalau kegiatannya untuk anak muda ya yang kita bawa LOOP ini.”

(wawancara tanggal 18 September 2015)

Ditambahkan pula oleh Dini Rinintyasari, Staff Divisi Youth and

Community Telkomsel branch Solo bahwa :

“Dia mewakili apa yang jadi habitnya anak-anak muda sekarang.

Contohnya nih, anak-anak SMA suka basket kemarin itu ada event

DBL, kita adain juga kompetisi LOOP3x3 disitu, trus untuk yang

paling baru ini anak muda kan sukanya kepo. Kepo kan singkatan dari

apah Knowing Every Particular Object ya, pengen tahu aja.”

(wawancara tanggal 18 September 2015)

Selain membuat acara khusus dan sponsorship, Telkomsel branch

Solo juga mendukung kegiatan-kegiatan sekolah sebagai media berpromosi.

Seperti mendukung acara yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas

Maret (UNS yakni Seminar Nasional (SEMNAS) dan Musyawarah Nasional

(MUNAS) IV Tahun 2015 dan acara penerimaan siswa baru seperti di SMA

Ksatrian, SMK N 5 Surakarta, dan SMA Batik.

4. Penjualan Tatap Muka atau Personal (personal selling)

Penjualan pribadi biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan

komunikasi pemasaran lainnyam, namun kegiatan ini lebih banyak dilakukan

dengan bekerja sama dengan pihak mitra distributor Telkomsel. Seperti yang

disampaikan oleh Ricky Fardian, Supervisor Divisi Youth and Community

Telkomsel branch Solo sebagai berikut :

15

“Pernah dan sering. Sangat sering. Di semua sekolah. Jadi AOC AOC

kita yang ada di masing-masing kabupaten itu, mereka mempunyai

permanent journey plan setiap hari. Yang dimana dia itu setiap minggu

itu harus dateng ke sekolah-sekolah. Dia akan presentasi ke kelas-

kelas, dia mempresentasikan LOOP seperti apa. itu setiap hari

dilakukan sampe sekarang.” (wawancara tanggal 18 September 2015)

5. WOM atau Word of Mouth Marketing

Komunikasi dari mulut ke mulut menjadi elemen pendukung dari

segala elemen komunikasi pemasaran yang diterapkan LOOP. Cara paling

mudah memanfaatkan keampuhan komunikasi dari mulut ke mulut ini melalui

karyawan, konsumen, masyarakat, dan wartawan. Seperti yang disampaikan

oleh Ricky Fardian, Supervisor Divisi Youth and Community Telkomsel

branch Solosebagai berikut :

“Promosi kan juga tidak harus selalu ATL, BTL, kaya spanduk, poster,

gak melulu itu kan. Gini, masyarakat Indonesia itu kebanyakan lebih

suka marketing yang paling bagus itu kan Getok Tular. Apa istilahnya

itu yaa marketing melalui mulut lah. Karena dia sudah merasakan dan

cerita ke oranglain.” (wawancara tanggal 18 September 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen juga diketahui mereka

mengetahui LOOP dari orang terdekat mereka yang pernah memakai dan

menggunakan LOOP sebagai kartu providernya. Seperti yang disampaikan

Lucky Noor Raharjanti, salah satu pengguna LOOP berikut :

“Dari rekomendasi temen. Ya awalnya dulu itu cuma cerita, sambat

gitu gitu pake provider lain lemot. Terus direkomendasiin, disuru

nyoba pake LOOP.” (wawancara tanggal 16 September 2015)

Hal ini juga disampaikan oleh Nur Indah Komalasari, salah satu

pengguna LOOP bahwa :

“Saya taunya dari temen. Pertamanya sih gara-gara dulu pake provider

yang lain tapi kok lama-lama sering lemot, sering pending, trus temen

bilang nyuruh pake LOOP aja. Selain dapet sinyalnya yang bagus, trus

murah katanya.” (wawancara tanggal 16 September 2015)

16

Analisis Data

Analisis yang dilakukan peneliti berfungsi untuk melihat apakah aktivitas

promosi Telkomsel branch Solo dalam memasarkan LOOP sebagai kartu telepon

baru di Surakarta pada prakteknya sudah sesuai dengan teori-teori strategi

komunikasi pemasaran yang ada atau tidak. Juga untuk melihat bagaimanakah

aktivitas promosi apa sajakah yang diterapkan oleh Telkomsel branch Solo dalam

memasarkan LOOP periode 2015 di Surakarta. Berdasarkan hasil sajian data yang

telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa Telkomsel dalam

memasarkan LOOP di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Periklanan

Iklan LOOP menggunakan 2 media yakni media lini atas (above the

line) dan media lini bawah (below the line). Pada media lini atas seperti media

elektronik dan media cetak, LOOP beriklan melalui iklan televisi, iklan radio,

dan iklan internet. Media lini atas memiliki karakteristik19 seperti informasi

yang disebarkan bersifat serempak. Artinya, dalam waktu yang sama,

informasi yang sama dapat disebarkan luaskan secara sama pula dan Mampu

menjangkau khalayak secara luas. Sesuai dengan karakteristik tersebut, maka

pembuatan materi dan pemilihan spot iklan di televisi, radio, internet, dan

koran dilakukan dalam skala nasional yang sudah dikelola dan ditayangkan

oleh Kantor Telkomset Pusat. Sehingga pada Telkomsel branch Solo tidak ada

produksi dan tidak ada penetapan pemasangan iklan melalui media lini atas

seperti televisi, radio, dan internet ini.

Tidak hanya beriklan di media lini atas, Telkomsel juga memanfaatkan

media lini bawah sebagai media informasi dan promosi produk LOOP. Sesuai

dengan karakteristik dari media lini bawah yakni mampu menjangkau

khalayak yang tidak dijangkau media lini atas, maka pemasangan spanduk

bertujuan untuk meng-cover target audience yang tidak terkena paparan iklan

yang ditayangkan secara nasional. Media yang digunakan pada media lini

bawah salah satunya adalah spanduk dan flyer. Konsep pada materi pembuatan

19Rendra Widyatama. Op. Cit. Hal. 21

17

spanduk dan flyer juga dilakukan secara terpusat. Namun secara lokal pun

Telkomsel branch Solo juga membuat spanduk dan flyer dengan mendesain

materi isi spanduknya sendiri. Spanduk ini bisa terlihat ketika LOOP

memberikan dukungan terhadap kegiatan lokal seperti SEMNAS dan MUNAS

IV di UNS. Sedangkan untuk flyer bisa dilihat pada kegiatan acara LOOP 3x3

Competition yang dilaksanaan secara lokal di Kota Surakarta.

2. Promosi Penjualan

Telkomsel branch Solo dalam aktivitas promosi melalui elemen ini

adalah adanya penggunaan sampel produk yang diberikan kepada target

konsumen. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada calon

konsumen bagaimana keuntungan dari tarif yang ditawarkan LOOP. Setelah

calon konsumen merasakan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan

LOOP, diharapkan konsumen akan tertarik menggunakan LOOP dan untuk

seterusnya akan menggunakan LOOP sebagai kartu operator seluler mereka.

Penggunaan sampel sebagai media promosi penjualan ini telah ditetapkan oleh

Telkomsel Pusat. Sehingga Telkomsel branch Solo hanya meneruskan konsep

tersebut sebagai strategi berpromosi di Kota Surakarta.

3. Acara Khusus dan Pengalaman atau Pemasaran Sponsorship

(Sponsorship/Event Marketing)

Penggunaan elemen promosi ini bertujuan untuk menciptakan

kesadaran meningkatkan kesadaran perusahaan atau nama produk dan

menciptakan atau memperkuat persepsi konsumen tentang asosiasi citra

merek. Maka dari itu LOOP berusaha untuk menjadi sponsor atau

mengadakan acara yang sesuai dengan segmentasinya. Sama halnya dengan

aktivitas promosi melalui periklanan, kegiatan sponsorship dan pengadaan

acara khusus yakni LOOP 3x3 Competition, LOOP KePo (Kreatif Project)

sudah dirancang dari Telkomsel Pusat. Telkomsel branch Solo hanya tinggal

meneruskan kegiatan tersebut secara lokal.

4. Penjualan Tatap Muka atau Personal (Personal Selling)

Penjualan tatap muka atau yang lebih dikenal dengan istilah personal

selling adalah suatu bentuk interaksi penjualan yang dilakukan secara

18

langsung antara penjual dan pembeli20. Penjualan personal merupakan cara

yang paling efektif untuk menanamkan pilihan pembeli, keyakinan pembeli,

dan tindakan pembeli pada tingkat tertentu dalam proses pembelian. Sesuai

dengan pengertian diatas, maka aktivitas promosi melalui elemen ini Tim

Divisi Youth and Community dari Telkomsel branch Solo dibantu oleh AOC

untuk melakukan promosi ke target konsumen. AOC (Account Officer for

Community) ini adalah perwakilan dari mitra dealer Telkomsel (Grapari

Telkomsel) yang tersebar di 6 Kabupaten area Solo ini. Masing-masing

Grapari Telkomsel ini memiliki minimal 2 orang AOC. Setiap AOC ditiap-

tiap Grapari Telkomsel ini memiliki PJP (Permanent Journey Plan) yang

bertugas setiap harinya mendatangi sekolah-sekolah untuk melakukan

presentasi dan promosi tentang LOOP.

5. WOM atau Word of Mouth Marketing

Selain menggunakan kelima elemen komunikasi pemasaran tersebut,

Telkomsel branch Solo juga mengandalkan strategi promosi melalui

pemasaran dari mulut ke mulut atau biasa disebut dengan word of mouth.

Strategi ini dinilai lebih ampuh dan efektif dilakukan karena lebih banyak

mempengaruhi target konsumen. Maka dari itu Telkomsel memanfaatkan

aktivitas promosi ini melalui brand ambassador, para karyawan Telkomsel,

dan tentunya konsumen sebagai pengguna LOOP. Mereka akan

merekomendasikan orang-orang disekitarnya untuk menggunakan LOOP

sebagai kartu telepon seluler mereka.

WOM merupakan satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, karena

dengan bertanya kepada teman, tetangga atau keluarga, informasinya lebih

dapat dipercaya21. Berdasarkan wawancara dengan pengguna LOOP, rata-rata

mereka mengetahui LOOP dan akhirnya mau mencoba menggunakan LOOP

sebagai operator seluler mereka memang dari rekomendasi orang terdekat.

Rekomendasi yang mereka terima adalah dengan mencoba LOOP keutungan

20Morissan. Op. Cit. Hlm 34 21Sutisna. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal 185

19

yang diperoleh selain berasal dari provider yang terkenal luas jaringannya,

LOOP juga diluncurkan dengan harga yang lebih ekonomis.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

penulis dapat menyimpulkan beberapa hal terkait akvititas promosi PT. Telkomsel

(dalam hal ini Telkomsel branch Solo) terhadap produk LOOP. Kesimpulan yang

diperoleh oleh peneliti antara lain :

1. Aktivitas promosi LOOP melalui elemen komunikasi pemasaran seperti

periklanan, sales promotion, acara khusus dan sponsorship, penetapan

strateginya sudah dirancang, diatur, dan ditetapkan secara terpusat. Telkomsel

branch Solo tinggal meneruskan konsep tersebut untuk dilaksanakan secara

lokal. Karena secara lokal dalam penerapan elemen komunikasi pemasaran ini,

Telkomsel lebih mengutamakan tingkat penjualan produk LOOP.

2. Pada skala lokal Telkomsel branch Solo dalam memasarkan LOOP melalui

kegiatan periklanan (media lini bawah), personal selling, dan word of mouth

marketing.

Saran

Berdasarkan hasil dari analisis maupun kesimpulan, maka penulis dapat

memberikan beberapa saran dalam aktivitas komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh Telkomsel branch Solo dalam mempromosikan produk LOOP,

antara lain :

1. Walaupun pemasaran dalam lingkup lokal Kota Surakarta, diharapkan

Telkomsel tidak hanya memprioritaskan pada tingkat penjualan saja tetapi

juga menerapkan elemen komunikasi pemasaran sebagai media promosi

dalam skala lokal. Misalnya Pihak Telkomsel memproduksi yang sesuai

dengan kebiasaan anak muda Kota Surakarta dan menayangkan iklan di radio

lokal lebih intens sehingga dapat meningkatkan kesadaran merek kepada

20

pendengar secara lokal. Lebih banyak memasang media luar ruang seperti

billboard, spanduk, poster di sekitar sekolah dan kampus.

2. Memperbanyak kegiatan sponsor, mendukung kegiatan-kegiatan anak muda,

dan membuat sebuah kegiatan atau kompetisi dalam skala lokal seperti

pertandingan futsal, acara Hello Market (mencoba memadukan unsur fashion,

bazaar, musik, kuliner serta donasi amal dalam satu wadah komunitas), dan

sebagainya.

Daftar Pustaka Hermawan, Agus. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip. (1992). Manajemen Pemasaran Indonesia Analisis Perencanaan,

Implementasi, dan Pengendalian. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi 13.

Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Moriarty, Sandra., Nancy Mitchell, and William Wells. (2011). Advertising. Edisi

Kedepalan. Jakarta: Kencana. Morissan. (2010). Periklanan. Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:

Kencana. Shimp, Terence A. (2003). Periklanan dan Promosi Aspek Tambahan

Komunikasi Pemasaran Terpadu.Jilid I dan II. Jakarta: Erlangga. Sumarwan, Ujang. (2001). Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sutisna. (2002). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian. Sebelas Maret University Press Surakarta. Widyatama, Rendra Widyatama. (2007). Pengantar Periklanan. Yogyakarta:

Pustaka Book Publisher http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggam. Diakses tanggal 14 Februari 2015

pukul 16.05 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_SIM. Diakes tanggal 14 Februari 2015 pukul

16. 10 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_produk_telekomunikasi_di_Indonesia.

Diakses tanggal 15 Februari 2015 pukul 10.39 WIB. http://www.telkomsel.com/about/news/1068-Telkomsel-Hadirkan-Brand----

LOOP----Untuk-Segmen-Youth. Diakses tanggal 21 Maret 2015 pukul 19.02 WIB

http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2015/REKOMENDASI-WORD-OF-MOUTH-MASIH-MENJADI-IKLAN-PALING-DIPERCAYA-OLEH-KONSUMEN-ASIA-TENGGARA.html. Diakses tanggal 6 Juni 2015 pukul 20.10 WIB