Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

16
30 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020 EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL BERBASIS KOMPETENSI SEBAGAI WAY OF LIFE WARGA BELAJAR Oleh : Rasid Larasi Pamong Belajar BP PAUD dan Dikmas Sulawesi Tenggara e-mail: [email protected] Abstrak: Pendidikan keaksaraan adalah way of life (arah) pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kompetensi warga belajar atau peserta didik. Metode penelitian menggunakan studi evaluasi yang bertujuan mengetahui kompetensi pesert a didik. Penelitian dilaksanakan di Sulawesi T enggara dengan metode penyampelan berjenjang, random sampling, sampel 125 orang. Waktu penelitian adalah Januari—Maret 2020. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran keaksaraan orang dewasa berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi kehidupan peserta didik . Kata kunci: pembelajaran, keaksaraan untuk kehidupan. EVALUATION OF FUNCTIONAL LITERACY EDUCATION LEARNING BASED ON COMPETENCE AS A WAY OF LIFE LEARNED CITIZENS Abstract: Literacy education is a way of life (direction) of learning. The research goals are to reveal competencies of learning. The research method used is evaluation studies aims at knowing the competencies of learning citizens. The study was conducted in Southeast Sulawesi, a tiered sampling method, random sampling, a sample of 125 people. Research time is January—March 2020. The results of the study stated that adult literacy learning had a significant effect on the life competencies of participants. Keywords: learning, literacy for life. ARTIKEL PENDAHULUAN Pembangunan sumber daya manusia di Indonesia dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal. Namun pada kenyataannya, tidak semua warga negara dapat memperoleh akses untuk menempuh pendidikan formal akibat berbagai faktor penghambat, terutama faktor kemiskinan. Karena itulah, dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) pengetasan permasalahan kemiskinan dan pelayanan pendidikan yang bermutu menjadi prioritas dari tujuh belas target lainnya. Karena itulah, pendidikan keaksaraan diharapkan menjadi solusi alternatif bagi mereka yang tidak memperoleh layanan pendidikan formal di masa lalunya supaya bisa meningkatkan keberdayaa dirinya, sehingga bisa keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu kehidupannya di masa sekarang dan yang akan datang. Layanan pembelajaran pada pendidikan keaksaraan diharapkan memberikan latihan pengenalan dasar- dasar kebahasaan dalam bahasa Indonesia, sehingga tercipta pemahaman mikro dasar dalam mengenal dasar-dasar bahasa Indonesia sebagai media komunikasi. Hal ini mengandung makna bahwa kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan bukan sekedar membaca huruf, bukan hanya kemampuan berhitung, bukan hanya kemampuan berkomunikasi, melainkan juga kemampuan membaca alam, kemampuan membaca kemajuan dan peradaban masyarakat (Masykur, dkk., 2014: 597)

Transcript of Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

Page 1: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

30 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEAKSARAAN FUNGSIONAL BERBASIS KOMPETENSI

SEBAGAI WAY OF LIFE WARGA BELAJAROleh : Rasid Larasi

Pamong Belajar BP PAUD dan Dikmas Sulawesi Tenggarae-mail: [email protected]

Abstrak: Pendidikan keaksaraan adalah way of life (arah) pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kompetensi warga belajar atau peserta didik. Metode penelitian menggunakan studi evaluasi yang bertujuan mengetahui kompetensi peserta didik. Penelitian dilaksanakan di Sulawesi Tenggara dengan metode penyampelan berjenjang, random sampling, sampel 125 orang. Waktu penelitian adalah Januari—Maret 2020. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran keaksaraan orang dewasa berpengaruh secara signifi kan terhadap kompetensi kehidupan peserta didik.

Kata kunci: pembelajaran, keaksaraan untuk kehidupan.

EVALUATION OF FUNCTIONAL LITERACY EDUCATION LEARNING

BASED ON COMPETENCE AS A WAY OF LIFE LEARNED CITIZENS

Abstract: Literacy education is a way of life (direction) of learning. The research goals are to reveal competencies of learning. The research method used is evaluation studies aims at knowing the competencies of learning citizens. The study was conducted in Southeast Sulawesi, a tiered sampling method, random sampling, a sample of 125 people. Research time is January—March 2020. The results of the study stated that adult literacy learning had a signifi cant effect on the life competencies of participants.

Keywords: learning, literacy for life.

ARTIKEL

PENDAHULUANPembangunan sumber daya manusia di Indonesia

dilakukan melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal. Namun pada kenyataannya, tidak semua warga negara dapat memperoleh akses untuk menempuh pendidikan formal akibat berbagai faktor penghambat, terutama faktor kemiskinan. Karena itulah, dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) pengetasan permasalahan kemiskinan dan pelayanan pendidikan yang bermutu menjadi prioritas dari tujuh belas target lainnya. Karena itulah, pendidikan keaksaraan diharapkan menjadi solusi alternatif bagi mereka yang tidak memperoleh layanan pendidikan formal di masa lalunya supaya bisa meningkatkan keberdayaa dirinya, sehingga bisa

keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu kehidupannya di masa sekarang dan yang akan datang.

Layanan pembelajaran pada pendidikan keaksaraan diharapkan memberikan latihan pengenalan dasar- dasar kebahasaan dalam bahasa Indonesia, sehingga tercipta pemahaman mikro dasar dalam mengenal dasar-dasar bahasa Indonesia sebagai media komunikasi. Hal ini mengandung makna bahwa kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan bukan sekedar membaca huruf, bukan hanya kemampuan berhitung, bukan hanya kemampuan berkomunikasi, melainkan juga kemampuan membaca alam, kemampuan membaca kemajuan dan peradaban masyarakat (Masykur, dkk., 2014: 597)

Page 2: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

31Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

Menurut survei yang dilakukan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara di dunia pada level literasi. Menanggapi hasil survei ini, Rhenald Kasali mengatakan bahwa survei yang menyatakan minat baca masyarakat Indonesia terendah kedua di dunia masih tergolong angka rata-rata keseluruhan. (https://www.genpi.co/berita/33356/ha-minat- baca-indonesia-terendah-kedua-di-dunia-kok-bisa, diakses 18 Januari 2020)..

Untuk memiliki kemampuan membaca, manusia perlu memiliki hard skills dan soft skills, sebagai media untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Kemampuan hard skills diperoleh melalui penguasaan kompetensi belajar dan latihan keterampilan yang dapat diamati dan kemampuan soft skills diperoleh melalui kegiatan membaca dan pembelajaran akademis secara teoritis. Kegiatan membaca sebagai kegiatan pengembangan diri berfungsi untuk mengetahui jendela dunia ilmu pengetahuan, seni, dan peradaban. Kiranya setiap warga negara Indonesia perlu menggiatkan diri dalam membaca sebagai aktivitas dalam berliterasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan kompetensi memotivasi diri peserta didik program pendidikan keaksaraan. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi menjalankan kehidupan bagi peserta didik pendidikan keaksaraan di Sulawesi Tenggara setelah melalui proses pembelajaran?

Untuk menjawab permasalahan di atas, pertanyaan penelitiannya adalah apakah pembelajaran peserta didik pendidikan keaksaraan berpengaruh terhadap: (1) motivasi diri peserta didik; (2) inkubasi usaha mikro keluarga; (3) belajar keterampilan praktis; (4) akses lapangan kerja; (5) pola hidup sehat; (6) komunikasi bahasa Indonesia;

(7) penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari; (8) pelestarian lingkungan; (9) mitigasi bencana; (10) kewajiban dan hak sebagai warga negara; (11) pelestarian budaya; serta (12) kesegaran jasmani dan rekreasi.

METODE PENELITIAN

Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian evaluatif

dengan pendekatan survei eksploratif (Ali, 2017), bertujuan untuk mengukur seberapa baik kompetensi peserta didik atau warga belajar pendidikan keaksaraan yang berusia dewasa.

Instrumen Pengumpulan DataInstrumen pengumpulan data mengacu pada

skala Likert dengan opsi sebagai berikut: penilaian kompetensi peserta didik (a) sangat baik, skor 5; (b) baik, skor 4; (c) cukup baik, skor 3; (d) kurang baik, skor 2; (e) tidak baik, skor 1.

Populasi dan SampelPengambilan sampel dalam penelitian ini

berdasarkan pendapat (Borg 1979: 293—294; Ali, 2017: 276), yaitu teknik berjenjang dengan sistem random sampling. Data pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara ada sebanyak tujuh belas kabupaten/kota. (http://www.depdagri.go.id, diakses 13 Januari 2020. Dengan menggunakan teknik berjenjang secara acak atau random, populasi 1250 orang, sampel jumlah peserta didik sebanyak 125 orang responden, sebagaimana grafi k Krejchi dan Morgan dalam Ali (2011:264).

Teknik Pengumpulan DataPeneliti menyebarkan angket kepada pendidik

terpilih berdasarkan sampel, untuk memberikan penilaian kepada peserta didik pada saat melakukan evaluasi sumatif. Penilaian dilakukan setiap peserta didik berdasarkan kemampuan secara fungsional terhadap dua belas kompetensi.

Page 3: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

32 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

Teknik Pengolahan Data Pengolahan data untuk mencari reliabilitas

dengan rumus

→ (Product Moment) Spearman Brown

(Ekosusilo, 2017:54).

Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 25, untuk mendapatkan nilai kompetensi peserta didik pendidikan keaksaraan orang dewasa. Pengolahan data dilakukan untuk mencari validitas dan reliabilitas data, yakni content validity (validitas isi): (1) materi atau bahan yang diteskan sesuai dengan isi kurikulum; (2) untuk menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau tidak dapat dilakukan dengan cara membandingkan materi tes dengan analisis rasional terhadap bahan/ materi yang ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengkajian silabus pembelajaran dan pertanyaan permasalahan penelitian yang terurai dalam bentuk instrumen.

Reliabilitas tes dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap dan konsisten atau tetap (Ekosusilo, 20017:54) dengan menggunakan teknik ulangan, atau tes dua kali pada waktu yang berbeda dan hasilnya dikorelasikan. Instrumen, selain dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 25, juga di validasi ahli atau pembimbing penelitian yang bertujuan untuk mendapatan kesahihan kualitas dan keterhubungan analisis bahasa dan ketepatan pencapaian tujuan penjaringan data.

Kriteria keputusan validitas:Jika sig. (2-tailed) < 0,05 = validJika sig.(2-tailed) > 0,05 = tidak valid.

Kriteria keputusan reliabilitas:

Jika nilai koefi sien reliabilitas Cronbach Alpha ≥ 0,8, maka instrumen cukup reliable; ada yang menyatakan 0,6, ada pula yang berpendapat apabila makin mendekati 1, reliabilitas makin baik (www.azuarjuliandi.com, diakses 2 Mei

2020; Sugiyono dkk. (2014: 220—236); Buana (2016: 87—107), Ruswandi (2019: 62—62), Supranto (2014:11).

Untuk mengetahui daya pembeda, digunakan analisis kovarians, untuk menguji signifi kansi perbedaan rata-rata (Ali, 2011: 347). Jika nilai kovarians < t (1%), maka dikatakan tidak ada perbedaan, sehingga instrumen layak untuk penjaringan data penelitian (Arikunto, 2012: 596).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil 1. Kompetensi memotivasi dirir1. Kompetensi memotivasi dirir

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 26,094, yang berarti bahwa minat belajar (X), maka nilai konsisten kehadiran peserta didik (Y) adalah sebesar 26,094.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar 0,005 yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat minat belajar, minat belajar akan meningkat sebesar 0,005. Dengan demikian, kehadiran pada kelompok belajar berpengaruh positif pada minat belajar.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .003a .000 -.008 1.48321

a. Predictors: (Constant), Minat Belajar

Dari output di atas, diketahui nilai R Square sebesar 0,000 yang mengandung arti bahwa minat belajar (X) dan kehadiran (Y) sama saling memengaruhi atau konstan.

Page 4: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

33Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

2. Kompetensi mengelola inkubasi usaha mikro keluargamikro keluarga

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 24,094, yang berarti bahwa minat belajar (X) maka nilai konsisten kehadiran peserta didik (Y) adalah sebesar 24,509.

Angka koefi sien korelasi regresi nilainya adalah sebesar 0,072, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat minat belajar, maka minat belajar akan meningkat sebesar 0,072. Dengan demikian, kehadiran pada kelompok belajar berpengaruh positif pada minat belajar.

Berdasarkan nilai signifi kansi (Sig.) sebesar 0,977 lebih besar dari > probabilitas 0,05, sehingga disimpulkan bahwa Ho diterima dan ha ditolak, yang berarti bahwa ada pengaruh kehadiran terhadap minat belajar.

Dari output di atas diketahui nilai R Square sebesar 0,002 yang mengandung arti bahwa minat merintis usaha mikro keluarga (X) terhadap pelaksanaan usaha keluarga (Y) sebesar 2%, sedangkan pelaksanaan usaha (Y) sebesar 88% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

3. Kompetensi mempelajari keterampilan praktispraktis

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 25,416, yang berarti bahwa minat belajar (X) maka nilai konsisten kehadiran peserta didik (Y) adalah sebesar 25,416.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar 0,005, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat minat belajar, maka minat belajar akan meningkat sebesar 0,072. Dengan demikian, kehadiran pada kelompok belajar berpengaruh positif pada minat belajar keterampilan praktis.

Dari output di atas diketahui nilai R Square sebesar 0,021, yang mengandung arti bahwa minat merintis usaha mikro keluarga (X) terhadap keikutsertaan dalam pelatihan (Y) sebesar 2,1%, sedangkan 89,9% pelaksanaan usaha dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

4. Kompetensi mempelajari lapangan kerja4. Kompetensi mempelajari lapangan kerja

Angka konstan dari unstandardized coeffi -cients dalam kasus ini sebesar 28,101, yang berarti bahwa belajar mengakses lapangan kerja (X), maka nilai konsisten mengakses lapangan kerja (Y) adalah sebesar 28,101.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar -0,070 yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat belajar mengakses lapangan kerja (X), maka mengakses lapangan kerja (Y) akan meningkat sebesar -0,070. Karena nilai koefi sien regresi bernilai minus (-) maka dikatakan mengakses belajar lapangan

Page 5: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

34 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,004 yang mengandung arti bahwa belajar mengolah makanan sehat bergizi (X) terhadap pelaksanaan pengolahan makanan sehat bergizi (Y) sebesar 4%, sedangkan 96% pelaksanaan pengolahan makan sehat bergizi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

6. Kompetensi melakukan komunikasi dengan bahasa Indonesia.g

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 27,803, yang berarti bahwa melakukan diskusi (X) maka nilai konsisten kemampuan membahas materi bersama tutor dan peserta didik lain (Y) adalah sebesar 27,803.

Angka konstan dari unstandardized coeffi -cients dalam kasus ini sebesar 27,803, yang berarti bahwa belajar mengakses lapangan kerja (X) maka nilai konsisten mengakses lapangan kerja (Y) adalah sebesar 27,803.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar -0,059, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat belajar melakukan diskusi materi (X) maka kemampuan membahas materi bersama tutor dan pesert a didik lainnya (Y), akan meningkat sebesar -0,059. Karena nilai koefi sien regresi bernilai minus (-), maka dikatakan mengakses belajar lapangan kerja (X) berpengaruh negatif terhadap kemampuan peserta didik melakukan diskusi bersama pendidik dan peserta didik lainnya (Y), sehingga Y = 27,803 -0,059.

kerja (X) berpengaruh negatif terhadap pengaksesan lapangan kerja (Y), sehingga Y = 28,101 - 0,070.

Dari output di atas diketahui nilai R Square sebesar 0,002 yang mengandung arti bahwa belajar mengakses lapangan kerja (X) terhadap pengaksesan lapangan kerja (Y) sebesar 2%, sedangkan 98% pengaksesan lapangan kerja dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

5. Kompetensi mempelajari pola dasar makanan sehatmakanan sehat

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 23,355, yang berarti bahwa belajar makan sehat bergizi (X) maka nilai konsisten kemampuan mengolah makan sehat bergizi (Y) adalah sebesar 23,355.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar 0,005 yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat minat belajar, maka minat belajar akan meningkat sebesar 0,121. Dengan demikian, belajar mengolah makanan sehat bergizi berpengauh positif pada kegiatan mengolah makanan bergizi.

Page 6: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

35Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,007, yang mengandung arti bahwa belajar melakukan diskusi materi (X) terhadap pelaksanaan diskusi bersama tutor dan peserta didik lainnya (Y) sebesar 7%, sedangkan 93% pelaksanaan diskusi bersama pendidik dan peserta didik lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

7. Kompetensi mempelajari teknologi dalam kehidupan sehari-hari.kehidupan sehari hari.

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 24,547, yang berarti bahwa minat belajar (X) maka nilai konsisten kehadiran peserta didik (Y) adalah sebesar 24,547.

Angka koefi sien korelasi regresi, nilainya sebesar 0,072, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat mempelajari teknologi sederhana dalam kehidupan (X), maka kemampuan menggunakan teknologi sederhana dalam kehidupan akan meningkat sebesar 0,072%.

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,002, yang mengandung arti bahwa belajar teknologi sederhana (X) terhadap penggunaan teknologi sederhana (Y) sebesar 2%, sedangkan 98% penggunaan teknologi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

8. Kompetensi mempelajari pelestarian lingkungan

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 22,509, yang berarti bahwa belajar melestarikan lingkungan (X) maka nilai konsisten melestarikan lingkungan (Y) adalah sebesar 22,509.

Angka koefi sien korelasi regresi, nilainya sebesar 0,157, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat mempelajari pelestarian lingkungan (X), maka kemampuan melestarikan lingkungan (Y) meningkat sebesar 0,157 %.

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,008, yang mengandung arti bahwa belajar melestarikan lingkungan (X) terhadap kegiatan melestarikan lingkungan (Y) sebesar 8%, sedangkan 92% kemampuan melestarikan lingkungan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

9. Kompetensi mempelajari mitigasi bencana 9. Kompetensi mempelajari mitigasi bencana

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 22,478, yang berarti bahwa belajar cara pembangunan fi sik saat bencana (X)

Page 7: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

36 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

maka nilai konsisten penyadaran diri saat bencana (Y) adalah sebesar 22,478.

Angka koefi sien korelasi regresi, nilainya sebesar 0,157, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % tingkat mempelajari cara pembangunan fi sik saat bencana (X), maka kemampuan penyadaran diri saat bencana (Y) meningkat sebesar 0,157 %.

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,007, yang mengandung arti bahwa belajar pembangunan fi sik saat bencana (X) terhadap kegiatan penyadaran diri saat bencana (Y) sebesar 7%, sedangkan 93% kemampuan penyadaran diri saat bencana dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

10. Kompetensi mempelajari kewajiban dan hak sebagai warga negarahak sebagai warga negara

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 25,154, yang berarti bahwa belajar kewajiban membayar pajak (X) maka nilai konsisten belajar hak-hak warga negara (Y) adalah sebesar 25,164.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar 0,149, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat mempelajari kewajiban membayar pajak (X), maka kemampuan mempelajari hak-hak sebagai warga negara (Y) meningkat sebesar 0,049%.

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,001, yang mengandung arti bahwa belajar kewajiban membayar pajak (X) terhadap belajar hak-hak sebagai warga negara (Y) sebesar 1%, sedangkan 99% kemampuan belajar hak-hak sebagai warga negara dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

11. Kompetensi mempelajari pelestarian budayabudaya

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 19,079, yang berarti bahwa belajar budaya lokal (X), maka nilai konsisten belajar melestarikan budaya lokal (Y) adalah sebesar 19,079.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar 0,296, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat mempelajari budaya lokal (X), maka kemampuan melestarikan budaya lokal (Y) meningkat sebesar 0,296%.

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,025, yang mengandung arti bahwa belajar budaya lokal (X) terhadap

Page 8: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

37Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

belajar melestarikan budaya lokal (Y) sebesar 2,5%, sedangkan 97,5% kemampuan belajar melestarikan budaya lokal dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

12. Kompetensi mempelajari kesegaran jasmani dan rekreasijasmani dan rekreasi

Angka konstan dari unstandardized coeffi cients dalam kasus ini sebesar 20,974, yang berarti bahwa belajar kesegaran jasmani (X), maka nilai konsisten belajar rekreasi pada wisata lokal (Y) adalah sebesar 20,974.

Angka koefi sien regresi, nilainya sebesar 0,218, yang mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat mempelajari kesegaran jasmani (X), maka kemampuan rekreasi pada obyek wisata lokal (Y) meningkat sebesar 0,218%.

Dari output di atas diketahui nilai R-Square sebesar 0,018, yang mengandung arti bahwa belajar kesegaran jasmani (X) terhadap belajar rekreasi pada objek wisata lokal (Y) sebesar 1,8%, sedangkan 99,2% kemampuan belajar rekreasi pada objek wisata lokal dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Melihat hasil belajar keaksaraan, pelaksanaan pembelajaran dari segi waktu pembelajaran perlu ditingkatkan menjadi tiga kali dari kuota waktu

yang disediakan atau tiga kali 114 jam, sama dengan 342 jam. Waktu pembelajaran secara konvensional tiga kali seminggu @2 jam selayaknya ditingkatkan menjadi empat kali seminggu @4 jam, selama enam bulan. Selain itu, kualitas tutor harus ditingkatkan minimal berpendidikan diploma dua yang telah mengikuti pelatihan dan memenuhi kualifi kasi kompetensi tutor pembelajaran keaksaraan orang dewasa.

Pembahasan Kompetensi peserta didik pendidikan

keaksaraan orang dewasa sebagai kemampuan untuk mempertahankan hidup diri dan keluarganya memerlukan beberapa kemampuan, tidak hanya baca-tulis-hitung dan berbahasa Indonesia, tetapi juga kemampuan lain seiring dengan kemajuan peradaban umat manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara korehen maupun inheren.

Di sisi lain, pergeseran tata nilai sosial, ekonomi, dan budaya serta pergaulan yang makin kompleks menuntut peserta didik sebagai bagian dari masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan, bukan hanya kebutuhan primer, berupa makan, minum, pakaian, kesehatan, rasa aman, dan pengakuan atas dirinya oleh orang lain.

Mencermati fenomena ini, pembelajaran pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa perlu lebih komprehesif sesuai dengan kebutuhan eksistensi diri, keluarganya, kondisi urgen, kewajiban dan hak sebagai warga negara, serta kepedulian terhadap budaya dan kebugaran diri.

Di sisi lain, peserta didik pendidikan keaksaraan telah memiliki konsep diri sebagai orang dewasa. Dengan demikian, muatan pembelajaran adalah konteks yang dapat mendukung pemecahan permasalahan dalam kehidupan diri, keluarga, dan lingkungannya.

Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik pendidikan keaksaraan memerlukan dukungan sehingga tercipta motivasi ekstrinsik melalui dukungan

Page 9: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

38 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

tutor, fasilitator, dan pemerhati lainnya. Dukungan bersifat ekstrinsik kepada peserta didik setelah melalui perubahan sikap dan peningkatan minat terhadap kebutuhan belajar, akan berubah menjadi motivasi intrinsik, sehingga kesadaran untuk belajar merupakan bagian dari kehidupannya.

Mencermati hasil penelitian ini, koefi sien regresi terhadap minat belajar dan kehadiran peserta didik meningkat sebesar 0,005, dan rata-rata minat dan kehadiran untuk mengikuti pembelajaran secara linier saling memengaruhi, yakni nilai R-square sebesar 0,000. Artinya, minat dan kehadiran saling memberi pengaruh atau mencapi titik impas. Oleh karena konten pembelajaran mencakup kompetensi mendukung kehidupan, maka minat dan kehadiran peserta didik merupakan kebutuhan mendasar kedua setelah makan, pakaian, dan papan atau setara dengan kebutuhan rasa aman (Maslow dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Hierarki_ kebutuhan_Maslow, diakses 3 Januari 2020).

Hal ini bisa dihubungkan dengan pembelajaran orang dewasa, yaitu bahwa seseorang yang berminat untuk belajar pada hakikatnya ia akan ikut menghadiri kegiatan pembelajaran sebab merupakan kebutuhan. Menurut Beekr (1993:208), the social economic gain from education, the again to society as opposed to individuals, could diff er from the private gain because of diff erences between social and private cases and returs. Economicsts (and others) have generally had little success in estimating the social, eff ects of diff erent investments, and unfortunately, education is no exception.

Pendidikan berpengaruh terhadap seseorang, yaitu mendapatkan dampak ekonomi, sebaliknya masyarakat mendapatkan dampak sosial. Pembelajaran kepada peserta didik pendidikan keaksaraan menekankan asas pemecahan masalah sehingga materi pembelajaran bermakna bagi kehidupannya. Kompetensi pembelajaran inkubasi usaha mikro keluarga merupakan usaha yang diharapkan dapat menopang ekonomi keluarga peserta didik pendidikan keaksaraan.

Dalam penelitian ini dihasilkan nilai koefi sien regresi sebesar 0,072, artinya pada setiap pembelajaran inkubasi usaha mikro keluarga, minat peserta didik naik sebesar 0,072%. Nilai R-Square sebesar 0,002, yang mengandung arti bahwa minat merintis usaha mikro keluarga (X) terhadap pelaksanaan usaha keluarga (Y) sebesar 2%, sedangkan pelaksanaan usaha (Y). Hal ini menandakan bahwa dalam setiap pelaksanaan proses pembelajaran, minat peserta didik terhadap pelaksanaan usaha mikro meningkat sebesar 2%. Salah satu faktor yang memengaruhi minat peserta didik untuk mengembangkan usaha mikro keluarga adalah kebutuhan ekonomi yang makin variatif. Sebagai contoh, kebutuhan pengisian pulsa ponsel, sebab alat ini telah memasuki berbagai kalangan masyarakat, termasuk kalangan bawah.

Selain itu, persaingan hidup di bidang ekonomi telah memengaruhi pola hidup keluarga. Artinya, pada setiap kepala keluarga sekalipun di daerah pelosok dipastikan ada ponsel sebagai alat komunikasi, baik ada sinyal di lokasi rumah maupun tidak, yang dapat dicari pada lokasi tertentu. Kompetensi pembelajaran keterampilan praktis merupakan usaha yang diharapkan dapat menopang ekonomi keluarga peserta didik pendidikan keaksaraan. Hasil penelitian ini menunjukkan koefi sien regresi dengan nilai sebesar 0,072. Artinya, pada setiap pembelajaran inkubasi usaha mikro keluarga, minat peserta didik naik sebesar 0,072%. Nilai R-Square sebesar 0,021 mengandung arti bahwa minat belajar keterampilan praktis (X) terhadap pelaksanaan usaha keluarga (Y) sebesar 2,1%, sedangkan mengikuti pelatihan keterampilan praktis (Y). Hal ini menandakan bahwa setiap pelaksanaan pembelajaran, minat peserta didik terhadap setiap pembelajaran keterampilan praktis naik sebesar 2,1%.

Salah satu faktor yang memengaruhi minat peserta didik adalah untuk mempelajari keterampilan, sebagai salah satu kebutuhan hidup bagi peserta didik pendidikan keaksaraan. Gagne, Brigs, Wager (1992-53) menyatakan we have seen that the answer to this question may in any

Page 10: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

39Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

given instance fall into one of the general classes: (1) intellectual skills, (2) cognitive strategies, (3) information, (4) motor skills, or (5) atittudes. Tujuan pembelajaran keterampilan dicapai melalui tahapan (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi, (4) keterampilan motorik, atau (5) dampak pelaksanaan keterampilan motorik

Pembelajaran keterampilan memerlukan analisis kebutuhan pasar, jangkauan harga yang bersaing. Selain itu, persaingan hidup di bidang ekonomi telah memengaruhi pola hidup keluarga. Artinya, setiap peserta didik harus memiliki keterampilan praktis walaupun kategori sederhana. Kompetensi pembelajaran mengakses lapangan kerja diharapkan dapat menopang ekonomi keluarga peserta didik pendidikan keaksaraan.

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefi sien regresi sebesar -0,070. Artinya, setiap pembelajaran mengakses lapangan kerja bagi peserta didik naik sebesar -0,070% yang bernilai negatif. Nilai R-Square sebesar 0,021 mengandung arti bahwa minat belajar mengakses lapangan (X) terhadap pelaksanaan akses lapangan kerja (Y) sebesar 2%, sedangkan mengikuti pelatihan keterampilan parktis (Y) menandakan bahwa setiap peserta didik pendidikan keaksaraan untuk belajar mengakses lapangan kerja naik sebesar 2 %. Salah satu faktor yang memengaruhi minat mereka untuk mempelajari akses lapangan kerja adalah untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup; sebagai orang dewasa mereka mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Selain itu, persaingan hidup di bidang ekonomi telah memengaruhi pola hidup keluarga. Artinya, dalam setiap peserta didik harus memiliki keterampilan praktis dan dapat mengakses lapangan kerja walaupun kategori pekerjaan kasar.

Kompetensi pembelajaran komunikasi bahasa Indonesia diharapkan dapat menopang interaksi peserta didik kepada pendidik, sesama peserta didik, maupun masyarakat pada umumnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan koefi sien regresi dengan nilai sebesar -0,059. Artinya, setiap

pembelajaran komunikasi bahasa Indonesia bagi peserta didik naik sebesar -0,059%, yang bernilai negatif. Nilai R-Square sebesar 7% mengandung arti bahwa minat belajar berkomunikasi bahasa Indonesia (X) terhadap pelaksanaan diskusi bersama pendidik dan peserta didik (Y), sedangkan melakukan diskusi bersama pendidik dan sesama peserta didik (Y) sebesar 7%.

Hal ini menandakan bahwa setiap peserta didik pendidikan keaksaraan belajar berkomunikasi bahasa Indonesia sebesar 7%. Salah satu faktor yang memengaruhi minat mereka untuk mempelajari komunikasi bahasa Indonesia adalah untuk memenuhi tuntutan pergaulan pada masyarakat. Dalam hal ini, sebagai orang dewasa sebagaimana masyarakat pada umumnya, mereka mempunyai hak untuk melakukan interaksi dengan sesama masyarakat di lingkungannya.

Sastradipoera (2006:114) menyatakan bahwa tanggapan perilaku yang diharapkan hanya akan terjadi jika pekerja memahami informasi yang telah disampaikan kepadanya. Oleh karenanya, untuk berkomunikasi secara efektif, penyampaian informasi harus mewaspadai pelbagai rintangan, seperti semantik, minat, struktur organisasi, lingkungan, dan kebutuhan manusia, yang dapat mengganggu bukan hanya transmisi informasi, melainkan juga pengaruh pemahaman dan penerimaan informasi tersebut.

Persaingan hidup dalam interaksi sosial dan ekonomi telah memengaruhi pola hidup keluarga. Artinya, setiap peserta didik harus memiliki keterampilan praktis dan dapat mengakses lapangan kerja walaupun dalam kategori pekerjaan kasar. Kompetensi pembelajaran teknologi dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat menopang kegiatan sosial dan ekonomi keluarga peserta didik pendidikan keaksaraan.

Hasil penelitian ini menunjukkan koefi sien regresi sebesar 0,005, artinya setiap pembelajaran teknologi dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik naik sebesar 0,005%. Nilai R-Square sebesar

Page 11: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

40 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

0,002 mengandung arti bahwa minat belajar teknologi sederhana (X) terhadap penggunaan teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-hari (Y) adalah sebesar 2%.

Hal ini menandakan bahwa setiap pelaksanaan proses pembelajaran teknologi sederhana, kemampuan peserta didik terhadap penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sebesar 2%. Salah satu faktor yang memengaruhi minat peserta didik adalah untuk mempelajari keterampilan, sebagai salah satu kebutuhan hidup bagi peserta didik pendidikan keaksaraan. Selain itu, persaingan hidup di bidang ekonomi telah memengaruhi pola hidup keluarga. Artinya, setiap peserta didik harus memiliki keterampilan praktis walaupun kategorinya sederhana.

Halevy (1981:99—100) menyatakan the development of science and techonologi-cal knowledge and their application to product have also brought about a massive increase in such production and consequently, unprecen-dentet, long term economic growth. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan penerapannya membawa dampak terhadap peningkatan produk sehingga menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang makin maju.

Berkaitan dengan teori di atas, pembelajaran teknologi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik pendidikan keaksaraan dapat memberi kontribusi terhadap kompetensi dalam mencari nafkah sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

Kompetensi pembelajaran pelestarian lingkungan diharapkan dapat memberikan keseimbangan ekosistem, estetika dan keindahan lingkungan peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan koefi sien regresi dengan nilai sebesar 0,157. Artinya, setiap pembelajaran pelestarian lingkungan bagi peserta didik naik sebesar 0,157%.

Nilai R-Square sebesar 0,008 mengandung arti bahwa pembelajaran pelestarian lingkungan (X) terhadap pelaksanaan usaha keluarga (Y) adalah sebesar 8%. Hal ini menandakan bahwa setiap pelaksanaan proses pembelajaran pelestarian

lingkungan terhadap pelaksanaan pelestarian lingkungan naik sebesar 8%. Salah satu faktor yang memengaruhi minat melestarikan lingkungan bagi peserta didik adalah terciptanya suasana yang sejuk, sirkulasi udara antara manusia dan tumbuhan, serta adanya stabilitas lingkungan yang baik. Selain itu, dianjurkan pemanfaatan halaman rumah untuk didayagunakan dengan tanaman obat keluarga, sayuran, dan kembang sebagai hiasan halaman rumah bagi setiap peserta didik.

Kompetensi pembelajaran mitigasi bencana merupakan keterampilan untuk mengetahui cara membangun fi sik pada saat bencana, yang diharapkan dapat menunjang kesiapsiagaan peserta didik pendidikan keaksaraan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

Hasil penelitian menunjukkan koefi sien regresi dengan nilai sebesar 0,157, artinya setiap pembelajaran mitigasi bencana naik sebesar 0,157%. Nilai R-Square sebesar 0,008 mengandung arti bahwa pembelajaran pembuatan fi sik bangunan pada saat bencana (X) terhadap penyadaran diri saat bencana (Y) sebesar 8%. Hal ini menandakan bahwa setiap pelaksanaan proses pembelajaran mitigasi bencana terhadap setiap pembelajaran penyadaran diri naik sebesar 8%. Salah satu faktor yang memengaruhi minat peserta didik untuk mempelajari mitigasi bencana adalah seringnya terjadi bencana alam di wilayah Sulawesi Tenggara, yang dapat berfungsi sebagai sarana latihan untuk mengetahui penanggulangan bencana dan trauma healing bagi anak-anak korban bencana alam.

Bruner dalam Silbermen (2006: 30) menyatakan kebutuhan mendalam manusia adalah untuk merespons orang lain dan untuk bekerja sama dengan mereka guna mencapai tujuan yang disebut resiprositas, yakni sumber motivasi yang dimanfaatkan oleh pendidik untuk menstimulasi kegiatan belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap orang perlu menunjukkan kepedulian terhadap sesama, terutama pada saat seseorang atau sekelompok orang mengalami bencana.

Page 12: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

41Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

Kompetensi pembelajaran kewajiban dan hak sebagai warga negara berfungsi untuk proses penyadaran peserta didik pendidikan keaksaraan sebagai warga negara yang taat menunaikan kewajiban, misalnya membayar pajak, patuh pada aturan lalu lintas, serta dapat mengetahui hak-haknya sebagai warga negara, terutama dalam perlindungan hukum, mendapatkan layanan pendidikan, dan layanan kesehatan.

Zaini (2016: 2) menyatakan atribut hukum dimiliki oleh negara dalam rangka melaksanakan kewajiban konstitusional untuk warga negaranya. Warga negara dijamin dan dilindungi oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Beberapa kewajiban negara yang merupakan bagian melekat hak-hak warga negara (rakyat Indonesia) sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah hak untuk merdeka atau terbebas dari penjajahan, hak bahagia dan sentosa sebagai rakyat, hak kedaulatan, keadilan, kemakmuran, hak kesejahteraan umum, perlindungan seluruh tumpah darah, hak pencerdasan kehidupan berbangsa, hak mendapatkan ketertiban, perdamaian abadi dan keadilan sosial, hak mendapatkan penyelenggaraan pemilihan pimpinan yang hikmat, dan kepemimpinan musyawarah dan keterwakilan.

Kompetensi pembelajaran pelestarian budaya merupakan bentuk kepedulian peserta didik terhadap karya-karya para leluhur, sehingga masih dapat dilestarikan sampai sekarang sebagai bukti monumental peradaban manusia pada zamannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai koefi sien regresi sebesar 0,296. Artinya, pada setiap pembelajaran budaya lokal dan pelestariannya diperoleh nilai sebesar 0,296%. Nilai R-Square sebesar 0,025 mengandung arti bahwa pembelajaran tentang budaya (X) terhadap pelestarian budaya (Y) sebesar 2,5%. Hal ini menandakan bahwa setiap pelaksanaan budaya terhadap usaha pelestarian budaya naik sebesar 2,5

%. Salah satu faktor yang memengaruhi pelestarian budaya adalah perlunya promosi pada peristiwa tertentu, atau promosi pada kawasan wisata.

Dove dalam Suwarson dan So (1994:114) menyatakan bahwa budaya tradisional tidak harus berarti terbelakang, sebab budaya tradisional sangat dan selalu terkait dengan proses perubahan ekonomi, sosial, dan politik di masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik pendidikan keaksaraan memerlukan kompetensi untuk pelestarian budaya yang dilakukan dengan menampilkannya pada event lokal, lokasi wisata, dan tempat umum sesuai dengan tata nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat.

Kompetensi pembelajaran kesegaran jasmani dan rekreasi merupakan usaha untuk menjaga kebugaran peserta didik pendidikan keaksaraan sehingga tetap sehat dalam menjalankan segala kegiatannya sehari-hari.

Hasil penelitian ini nilai koefi sien regresinya sebesar 0,218. Artinya, setiap pembelajaran kesegaran jasmani dan rekreasi diperoleh nilai sebesar 0,218%. Nilai R-Square sebesar 0,218 mengandung arti bahwa pembelajaran kesegaran jasmani (X) terhadap rekreasi (Y) sebesar 21,8%. Hal ini menandakan bahwa setiap pelaksanaan pembelajaran kesegaran jasmani terhadap pembelajaran rekreasi adalah sebesar 21,8 %. Salah satu faktor yang memengaruhi minat mempelajari kesegaran jasmani adalah bahwa olahraga merupakan hal yang menyenangkan peserta didik pendidikan keaksaraan.

Wiradiharja dan Syarifudin (2016: 118—119) menyatakan bahwa unsur kebugaran jasmani atau physical fi tness mencakup kekuatan, kelenturan, keseimbangan, kecepatan, dan daya tahan, yakni sebagai kondisi seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan tertentu dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Bergerak atau move merupakan rangkaian gerak dinamis yang dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu, seperti jogging, senam aerobik, bersepeda, dan berenang. Mengangkat (lift) merupakan rangkaian gerak

Page 13: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

42 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

melawan beban, seperti mengangkat, mendorong, menarik beban, baik berat tubuh sendiri maupun beban dari suatu benda, seperti dambel, barbel, bola medicine yang model latihannya seperti weigth training, kalestenik (push up, backup sit, dan lain-lain).

Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik pendidikan keaksaraan memerlukan variasi pelaksanaan kebugaran sehingga dapat menjaga stabilitas kesehatan dan kebugarannya serta dapat melakukan rekreasi di tempat wisata lokal.

Kemampuan peserta didik mengembangkan usaha ekonomi keluarga dilakukan secara simultan dengan pelaksanaan pembelajaran tutorial melalui kelompok belajar sebagai basis kegiatan usaha. Pendidikan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi (Smith dalam Ali, 2009:207) walaupun dalam kategori inkubasi usaha mikro.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik mempunyai kompetensi ekonomi keluarga dengan kategori yang sangat baik (32,5%) sebagai pendorong dalam pencapaian kompetensi keterampilan, dengan kategori sangat baik (10%), dan kompetensi lapangan kerja dengan kategori sangat baik (20%) di daerah Kendari. Begitu pula wilayah penelitian lainnya menunjukkan bahwa makin tinggi motivasi pengembangan ekonomi keluarga akan makin tinggi usaha pencapaian kompetensi keterampilan dan akses lapangan kerja.

Kompetensi ekonomi keluarga pada peserta didik di Kendari dengan kategori sangat baik (32,5%) berpengaruh pada kompetensi akses lapangan kerja dengan kategori baik (20,0%), selanjutnya lebih menonjol kompetensi akses komunikasi sosial dengan katetogi sangat baik (34,1%).

Kompetensi ekonomi keluarga pada peserta didik di Kota Kendari dengan kategori sangat baik (40,0%) berpengaruh pada kompetensi keterampilan dengan kategori sangat baik (30,0%); kompetensi akses lapangan kerja dengan kategori baik (22,5%), selanjutnya lebih menonjol kompetensi akses komunikasi sosial dengan kategori sangat baik (41,5%).

Berdasarkan data di atas, kompetensi peserta didik terhadap pengembangan ekonomi mikro pada sektor infomal didukung oleh adanya kemampuan mengakses lapangan kerja, penguasaan keterampilan, dan membangun relasi usaha.

Kompetensi ekonomi keluarga pada peserta didik di Muna Barat dengan kategori sangat baik (30,0%) berpengaruh pada kompetensi keterampilan dengan kategori sangat baik (7,5%), kompetensi akses lapangan kerja dengan kategori baik (7,5%); selanjutnya yang lebih menonjol kompetensi akses komunikasi sosial dengan kategori sangat baik (20,0).

Hasil penelitian Nasution dkk. (2017: 295—297) menyatakan bahwa untuk mengembangkan usaha dilakukan manajemen dan e-marketing. Berdasarkan hal ini, usaha peserta didik pendidikan keaksaraan diarahkan untuk melaksanakan manajemen serta pembuatan produk atau layanan jasa.

Kompetensi vokasional peserta didik yang berkategori sangat baik mencapai 30%. Artinya, untuk mencapai perolehan ekonomi yang sangat baik diperlukan peningkatan latihan keterampilan praktis bagi peserta didik.

Kompetensi peserta didik terhadap pola hidup sehat diberikan dalam proses pembelajaran yang dipadukan dengan pengetahuan. Asupan gizi seperti makanan kedelai, kacang tanah, kemiri, banyak mengandung boron (sebagai satu-satunya mineral yang berfungsi memelihara kepadatan tulang) (Vallerie dalam Nugroho, 2017) (https:// e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/5055, diakses 7 Januari 2020).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin berpendidikan seseorang maka makin tinggi kesadaran akan pola hidup sehat. Kesadaran terhadap budaya pola hidup sehat tercermin pada diri dan anggota keluarga peserta didik.

Kompetensi peserta didik terhadap pola hidup sehat dengan kategori baik 37,5%, berkontribusi pada kompetensi jasmani dan rekreasi dengan

Page 14: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

43Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

kategori baik 22,5% di Kolaka Timur. Kompetensi peserta didik di daerah ini lebih dominan pada kemampuan pelaksanaan pola hidup sehat dibandingkan dengan kompetensi pelaksanaan kesegaran jasmani dan rekreasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sucipto dan Suryanto (2015) menyatakan bahwa perilaku sehat memiliki lima faktor, yaitu perilaku terhadap makan dan minum, perilaku terhadap kebersihan diri, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit, serta perilaku hidup yang teratur yang diarahkan oleh peserta didik sebagai motivator.

Berkaitan dengan peserta didik pendidikan keaksaraan, pola pembelajaran melakukan demonstrasi bagaimana berperilaku seperti di atas, sehingga terwujud pola hidup sehat baik untuk diri dan keluarganya maupun untuk lingkungannya. Dengan demikian, terjadi transmisi dan transformasi pengetahuan dan pola perilaku hidup sehat yang baik.

Komunikasi merupakan pendidikan berkelanjutan yang dapat mempercepat proses pencerdasan dan pemberdayaan masyarakat. Proses pencerdasan dan pemberdayaan masyarakat bagi peserta didik pendidikan keaksaraan dilaksanakan melalui pembelajaran membaca, menulis, berhitung, dan latihan berkomunikasi bahasa Indonesia.

Pembelajaran keaksaraan untuk memiliki kompetensi dasar penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan pengenalan pesawat komunikasi handphone yang tidak asing bagi kehidupan manusia pada saat ini. Melalui media ini pembelajaran dapat efektif dan menimbulkan motivasi besar bagi peserta didik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2017) menyatakan bahwa terjadi perubahan besar, sumber kekuatan dan kemakmuran suatu masyarakat atau negara tidak lagi ditentukan oleh luas witayahnya atau kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, tetapi telah berpindah kepada

penguasaan dan pemanfatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Proses pembelajaran keaksaraan berbasis kompetensi diarahkan pada bagaimana peserta didik dapat mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan pelestarian lingkungan. Peserta didik berkewajiban menjaga kelestarian lingkungan, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotic (Chairs, 1991, dalam Hayati, 2007).

Kampung Sukadaya memelihara lingkungan terutama dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan. Terdapat nilai tanggung jawab dan nilai kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan kebersihan lingkungan. Masyarakat merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dengan cara membangun tempat pembuangan sampah.

Bencana dikategorikan menjadi dua, yaitu bencana alam dan bencana akibat kelalaian manusia. Bencana alam hanya dapat dihindari, seperti gunung meletus, angin topan, tsunami, dan petir; sedangkan bencana akibat kelalaian manusia misalnya adalah kebakaran dan banjir.

Kewajiban peserta didik atau warga negara pada umumnya adalah membayar pajak, memiliki kartu tanda penduduk, membela negara dari ancaman dari dalam dan luar negeri, dan menaati peraturan lalu lintas. Sementara itu, hak peserta didik termasuk warga negara pada umumnya adalah mendapat perlindungan dan kepastian hukum, mendapat layanan pendidikan dasar, hak bertanya, dan hak mengeluarkan pendapat.

Kompetensi pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai warga negara bagi peserta didik dengan kategori sangat baik (17,1%) berkontribusi pada kompetensi komunikasi sosial dengan kategori sangat baik (34,1%) di Kota Kendari.

Kompetensi penanggulangan bencana bagi peserta didik dengan katergori sangat baik (19,6%) berkontribusi pada kompetensi komunikasi sosial dengan kategori sangat baik (41,5%) di Konawe.

Page 15: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

44 Jurnal AKRAB! Volume XI Edisi 1/Mei/2020

Kompetensi penanggulangan bencana bagi peserta didik dengan kategori sangat baik (22,1%) berkontribusi pada kompetensi komunikasi sosial dengan kategori sangat baik (39,1%) di Konawe Selatan.

Artikel yang ditulis oleh Notonagoro tentang hak dan kewajiban warga negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa hak adalah kuasa untuk menerima atau melaksanakan sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga, yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi, terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Misalnya, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.

Kemampuan peserta didik mengenal dan melestarikan budaya dapat dilakukan dengan memanfaatkan taman bacaan masyarakat (TBM), perpustakaan desa, perpustakaan daerah, perpustakaan rumah ibadah, corner layanan baca pada fasilitas umum, dan lain-lain. Selain itu, untuk memelihara pelestarian budaya peserta didik diarahkan menyelenggarakan festival budaya bekerja sama dengan pihak terkait yang memungkinkan terselenggaranya event budaya masyarakat setempat.

Kompetensi pelaksanaan kesegaran jasmani dan rekreasi bagi peserta didik pendidikan keaksaraan berdasarkan data berkategori sangat baik sejumlah 27 orang (8%), berkategori baik sejumlah 239 orang (48%), berkategori cukup sejumlah 74 orang (21%), dan berkategori kurang sejumlah 10 orang (3%).

Pendekatan pembelajaran dilaksanakan melalui senam kesegaran jasmani secara bersama- sama sebelum dan sesudah proses pembelajaran, dengan tetap memperhatikan kondisi fi sik, usia, dan denyut

nadi peserta didik. Hal ini sejalan dengan Hamber (dalam Suharto, 2016) dengan metode pengkajian desa secara cepat dan melalui rembuk sehingga menjadi program pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Hal tersebut berkontribusi pada kompetensi komunikasi sosial peserta didik dengan kategori baik (22,1%) di Konawe. Kompetensi peserta didik terhadap kesegaran jasmani dan rekreasi dengan kategori baik (71,0%), berkontribusi pada kompetensi komunikasi sosial peserta didik dengan kategori baik (27%) di Konawe Selatan.

Kompetensi peserta didik terhadap kesegaran jasmani dan rekreasi dengan kategori baik(51,2%), berkontribusi pada kompetensi pola hidup sehat peserta didik dengan kategori baik (45%) di Muna.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Listyasari (2019: 32) menyatakan bahwa setiap sebelum melakukan kegiatan senam, perlu dilakukan tes awal dan tes akhir berisikan butir-butir tes kesegaran jasmani Indonesia (TKJI) dari kelompok a (latihan senam Jumsihat 1) dan kelompok b (latihan senam jumsihat 2).

Pembelajaran bagi peserta didik pendidikan keaksaraan mengintegrasikan materi kesegaran jasmani dan rekreasi, yakni setiap memulai kegiatan belajar-mengajar, melaksanakan tes kesegaran jasmani dan usaha untuk mengenalkan tempat rekreasi sekaligus sebagai unsur motivasi bagi peserta didik.

PENUTUP

KesimpulanKompetensi peserta didik pendidikan keaksaraan

setelah proses penilaian mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Perkembangan itu adalah:

1. Motivasi diri dengan minat belajar bersifat linear, nilai R-Square sebesar 0% setiap unit pembelajaran;

2. Kompetensi pembelajaran inkubasi usaha mikro keluarga, nilai R-Square sebesar 2% setiap unit pembelajaran;

Page 16: Jurnal Akrab edisi-1-Mei 2020-online-okk

45Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kompetensi sebagai Way of Life Warga BelajarRasid Larasi

3. Kompetensi pembelajaran keterampilan praktis, nilai R-Square sebesar 2,1% setiap unit pembelajaran;

4. Kompetensi pembelajaran mengakses lapangan kerja, nilai R-Square sebesar 1% setiap unit pembelajaran;

5. Kompetensi pembelajaran pola hidup sehat, nilai R-Square sebesar 4% setiap unit pembelajaran;

6. Kompetensi pembelajaran berkomunikasi bahasa Indonesia, nilai R-Square sebesar 7% setiap unit pembelajaran;

7. Kompetensi pembelajaran teknologi sederhana, nilai R-Square sebesar 2% setiap unit pembelajaran;

8. Kompetensi pembelajaran pelestarian lingkungan, nilai R-Square sebesar 8% setiap unit pembelajaran;

9. Kompetensi pembelajaran mitigasi bencana, R-Square sebesar 7% setiap unit pembelajaran;

10. Kompetensi pembelajaran kewajiban dan hak sebagai warga negara, nilai R-Square sebesar 1% setiap unit pembelajaran;

11. Kompetensi pembelajaran pelestarian budaya, nilai R-Square sebesar 2,5% setiap unit pembelajaran; dan

12. Kompetensi pembelajaran kesegaran jasmani dan rekreasi, nilai R-Square sebesar 1,8% setiap unit pembelajaran.

SaranPelaksanaan pembelajaran pada program pendi-

dikan keaksaraan perlu gerakan baru membaca untuk mengetahui jende la dunia dan ilmu pengetahuan, perkembangan individu, kelompok, masyarakat lokal, serta nasional dan global.

DAFTAR PUSTAKAAli. (2001). Memahami Riset Perilaku dan Sosial. Bandung:

Pustaka Cendekia.Beekr. (1993). Human Capital a Theoretical and Empirical

Analysis With Special Reference to Education. Third Edition, The University Chicago Press, Chicago and London).

Budiman (2017). “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, Mei 2017 P. ISSN: 20869118 E-ISSN: 2528-2476 75. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dalam https://media.neliti.com/media/publications/ 177430-ID-peran-teknologi-informasi-dan-komunikasi.pdf.

Suwarson dan So (1994). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Ekosusilo. 2001. Metode Analisis Data Kuantititaif. Offl ine. [CD].

Gagne, Brigs, Wager. (1992). Principles of Instruction Design (Fourth Edition). USA: Florida University.

Halevy. (1981). Social Change (The Advent and Maturation of Modern Society). London, Boston, and Henley: Routledge & Kegan Paul Ltd.

Masykur, dkk. (2014). Almuamayyaz Al-Qur’an, Tajwid Warna, Transliterasi Perkata, dan Terjemahan Perkata.

Kemdikbud, Wiradiharja, dan Syarifudin. (2016). Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Kemdikbud.

Listyasari. (2019). Pratiwi. (2019). Dalam Jurnal Puslit Kemdikbud. 53—60.Sastradipoera. (2006). Pengembangan dan Pelatihan (Suatu

Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia). Bandung: Kappa-Sigma.

Sari, dkk. (2019: 104).Silberman. Active Learning (101) Cara Belajar Siswa Aktif.

Diterjemahkan oleh Muttaqien. Bandung: Nusamedia.

Sucipto dan Suryanto. (2015).Sudjana. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung dan Asa). Bandung: Fallah Foundation.

Sugyono dkk. (2014). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2016). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refi ka Aditama.

Zaini. (2016). Dalam Jurnal Panorama Hukum, Vol. 1 No. 2 Desember 2016.

Vallerie dalam Nugroho. (2017). https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/5055, diakses 7 Januari 2020.

Chairs. (1991, dalam Hayati 2007). http://sejarahjagat.blogspot.com/2016/01/sejarah-

lahirnya-sustainable.html online: tersedia], diakses 13 Januari 2020.

https://id. wikipedia.org/wiki/Literasi, [online: tersedia], diakses 12 Januari 2020.

https://www.genpi.co/berita/33356/ha-minat-baca-indonesia-terendah-kedua-di-dunia-kok-bisa, diakses 18 Januari 2020.

www.azuarjuliandi.com, diakses 2 Mei 2020. Sugiyono dkk. (2014: 220—236), Buana (2016:87—107), Ruswandi (2019: 62—63), Supranto (2014:11).

Maslow dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Hierarki_ kebutuhan_Maslow, [online: tersedia], diakses 3 Januari 2020.

(http://www.depdagri.go.id. [online:tersedia], diakses 13 Januari 2020.