jurnal acuan isue
-
Upload
hefny-humaeda -
Category
Documents
-
view
8 -
download
3
description
Transcript of jurnal acuan isue
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 30
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI METODE PENDIDIKAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN KEHAMILAN TAK
DIINGINKAN (KTD) DI SMKN 15 KOTAMADYA BANDUNG
Iryanti
ABSTRACT
Background: Reproductive health is very important for youth to understand as unawareness of right reproductive healt may lead youth to free sex before marriage leading to unwanted pregnancy and increasing abortion, STDs, HIV/AIDS. Youth needs right reproductive health educational service and it is better for youth classmates to give this sort of service. Classmates are more open and easy to communicate with compared to parents and teachers. However, this attempt is still disagreed in Indonesia. Objectives: To find out the effect of reproductive health education through peer education method on youths knowledge and attitude in preventing them from unwanted pregnancy and its benefits. Method: This was an ex post facto quasi experimental study with posttest-only control group design. There were 144 samples consisting 72 students as treatment group of total sampling and 72 students as control group of simple random sampling. Data were gathered through questionnaires, FGD and interviews. Data analysis for comparing the treatment and control groups was Mann-Whitney test. The decision of hypothesis test was based on significant level of 5% or p = 0.05; while the qualitative data analysis was done by data management using card. Result: Youths ksowledge on unwanted pregnancy prevention in both treatment and control groups showed significant difference with p =0.000 (p
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 31
merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD). Di Amerika Serikat, berdasarkan hasil penelitian pada
tahun 1995, 40 persen remaja perempuan usia 15 sampai 19 tahun telah melakukan hubungan
seksual (Singh et al., 1999). Di Indonesia hasil survey Field Epidemiology Training Program,
Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 1996 di Jakarta Utara ditemukan, bahwa 54 persen dari 657
responden remaja berusia 15 sampai 19 tahun, menyatakan sudah pernah dan sering melakukan
hubungan seks dengan lawan jenis, dengan alasan karena dorongan nafsu (Depkes, 1996). Keadaan
tersebut menunjukkan tentang perilaku seksual remaja yang cenderung permisif dan berani.
Menurut Wirawan dan Amisiamidar (1996), factor yang banyak mengakibatkan perilaku seks
yang tidak sehat dengan segala akibatnya adalah: 1) remaja banyak mengetahui tentang seks, akan
tetapi pengetahuannya tidak lengkap dan banyak justru menyesatkan, 2) remaja karena sifat
kemudaannya kurang dapat mengendalikan diri, terutama kalau yang harus dikendalikan adalah
perasaannya termasuk perasaan tentang seks, dan 3) pengetahuan yang setengah-setengah
mendorong gairah seks tidak bisa dikendalikan yang akhirnya akan memperbesar kemungkinan
tingkah laku seksual yang menjurus kepada sanggama.
Berdasarkan hasil rekaman Forum Konsultasi Lentera Sahaja Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta periode 1997 1999, jumlah remaja di Yogyakarta yang
hamil diluar nikah cenderung meningkat, rata-rata 30 orang perbulan. Remaja hamil ini sedikit yang
berkatagori diperkosa, yang lebih banyak akibat pacaran (Al-Mukaffi, 2002). Berita yang dimuat Harian
Republika tanggal 8 Agustus 2000, menyatakan angka aborsi jumlahnya sangat mencengangkan
menurut data dari PKBI, setiap tahun 2 juta aborsi terjadi di Indonesia, 750 ribu atau sepertiga
diantaranya remaja (Al-Mukaffi, 2002). Melihat kenyataan ini sangat memprihatikan karena dari tahun
ketahun jumlah KTD dan aborsi semakin meningkat.
Perilaku seks yang bebas dikalangan remaja dapat mengakibatkan KTD. Menurut International
Conference on Population and Development (ICPD), kehamilan remaja mempunyai empat resiko yaitu:
1) pengguguran illegal dengan komplikasi yang menyertai; 2) morbiditas dan mortalitas persalinan; 3)
kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah; dan 4) kemungkinan tertular penyakit menular seksual
(United Nation, 1995). Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan usia remaja
dua sampai empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan berusia 20 sampai 35 tahun
(Widijanti, dkk, 1997).
Kesehatan reproduksi sangat penting untuk dipahami oleh semua remaja, karena bila tidak
memahami kesehatan reproduksi dengan benar, maka dapat mengakibatkan remaja melakukan
hubungan seksual secara bebas pra nikah sehingga mengakibatkan terjadinya KTD. Hal tersebut
mendorong terjadinya peningkatan aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS). Human
Immunodefesiensi Virus/Acquared Immunodefesiensi Syndrome (HIV/AIDS). Remaja memerlukan
pelayanan pendidikan kesehatan reproduksi yang benar, hal ini semakin baik bila diberikan disekolah.
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 32
Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Bandung berusaha meningkatkan kesehatan reproduksi remaja
dengan melaksanakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya
dibeberapa sekolah, namun di Indonesia upaya pemberian pendidikan seks pada remaja masih
banyak ditentang.
Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu mengkaji bagaimana pengaruh pendidikan
kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja
dalam pencegahan kehamilan tak diinginkan. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan pada MCR PKBI Bandung dan instansi terkait untuk dapat menetapkan alternatif yang baik
untuk penyebaran informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar sehingga para remaja terhindar
dari penyakit seks, khususnya untuk pencegahan dampak negatif yang tidak diharapkan seperti KTD.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metoda quasi eksperimen tipe ex post facto, dengan rancangan
posttest-only control group design (Campbell and Stanley, 1966). Dalam sesign ini pengumpulan data
dilakukan sebanyak satu kali pada kelompok setelah perlakuan (01) dan sebanyak satu kali pada
kelompok control (02). Perbedaan antara 01 dan 02 yaitu 01 - 02 diasumsikan merupakan efek dari
perlakuan pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya. Model rancangannya
sebagai berikut (Burns and Grove, 1993)
Keterangan:
X = Perlakuan, yang dalam hal ini adalah program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode
pendidikan sebaya yang telah dilaksanakan oleh pendidik sebaya yang ada di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 15 Kotamadya Bandung yang sudah dimulai sejak tahun
2002.
O1 = Hasil pengukuran post test pada kelompok perlakuan
O2 = Hasil pengukuran pada kelompok kontrol
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yakni untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui
metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah kehamilan tak
diinginkan, sedangkan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengetahui manfaat dari metode tersebut.
Rancangan kelompok perlakuan
Rancangan kelompok kolntrol
X O1
- O2
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 33
Lokasi penelitian kelompok perlakuan dilaksanakan di SMKN 15 Kotamadya Bandung dengan
alasan SMKN tersebut memiliki pendidik sebaya dan melaksanakan program pendidikan kesehatan
reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, dimana program tersebut sampai saat ini berjalan
dengan baik, sedangkan lokasi penelitian kelompok control dilaksanakan di SMKN 1 Kotamadya
Bandung dengan alasan SMKN tersebut tidak memiliki pendidik sebaya dan status sekolahnya
sebanding dengan SMKN 15 yaitu sama-sama sekolah milik pemerintah, kurikulumnya hampir sama,
berlokasi sama yaitu di Kotamadya Bandung, selain itu kondisi latar belakang siswanya hampir sama
dimana sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah. Sampel penelitian adalah siswa
kelas tiga, dengan kriteria: 1) sudah menarche pada perempuan dan nocturnal ejaculation pada pria;
2) bertempat tinggal di Kotamadya Bandung; 3) memiliki orang tua kandung lengkap; 4) aktif sebagai
kelompok dampingan dan didampingi oleh pendidik sebaya yang ada di sekolah tersebut; 5) agama
Islam dan Suku Sunda. Berdasarkan kriteria sampel, maka subjek yang memenuhi kriteria berjumlah
72 orang (total sampling), sedangkan kelompok control diambil 72 orang siswa SMKN 1 yang
mempunyai karakteristik sama dengan kelompok perlakukan yang diambil secara simple random
sampling.
Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui penegtahuan dan sikap remaja tentang
pencegahan KTD digunakan kuesioner yang telah diuji, sedangkan untuk mengetahui manfaat
pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya digunakan panduan diskusi
kelompok terarah (DKT) dan wawancara. Data yang diperoleh di analisa dengan menggunakan tiga
cara: 1) untuk menganalisa data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner diolah menggunakan
bantuan program SPSS 10 for windows dengan uji statistik Mann-Whitney. Keputusan pengujian
hipotesis penelitian didasarkan pada p = 0,05; 2) untuk menganalisa data kualitatif yang diperoleh
dari DKT dan wawancara diolah menggunakan analisis isi (content); 3) untuk membandingkan data
kuantitatif dan kualitatif digunakan analisis triangulasi.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap
pengetahuan remaja dalam pencegahan KTD
Pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada kedua kelompok menunjukkan
perbedaan dimana nilai P = 0,000 (p < 0,05). Pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD
pada kelompok perlakuan mempunyai mean rank atau peringkat nilai rata-rata pengetahuan
96,91 sedangkan peringkat nilai rata-rata pengetahuan kelompok control 48,09, berarti pada alpa
lima persen terdapat perbedaan yang signifikan peringkat nilai rata-rata pengetahuan remaja
tentang pencegahan KTD antara ke dua kelompok. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa
pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat mempengaruhi atau
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 34
meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada siswa SMKN 15 Kotamadya
Bandung.
Tabel 1. Peringkat Nilai Rata-rata (Mean Rank) Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan KTD Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Variabel Mean
Rank Mean +SD P Value Mann-Whitney U n
Pengetahuan
Kel. Perlakuan
Kel. Kontrol
96,91
48,09
21,84+3,56
0,000
834,500
72
72
SD = Standar deviasi
Peningkatan pengetahuan tersebut dikarenakan adanya proses belajar atau pemberian
pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dipengaruhi oleh
faktor :
a. Materi
Materi yang diberikan meliputi anatomi fisiologi reproduksi, perkembangan seksualitas dan
permasalahannya, kehamilan dan KTD. Selain materi yang diberikan dirasakan bermanfaat,
baik oleh siswa dampingan maupun oleh sekolah karena sesuai dengan kebutuhan dan
masalah kesehatan yang mereka hadapi, juga dalam penyampaiannya dilengkapi dengan
leaflet dan booklet walaupun jumlahnya terbatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa
dampingan pada saat dilaksanakan DKT dan wawancara dengan guru.
b. Lingkungan
Lingkungan ini terdiri dari lingkungan fisik yaitu kondisi tempat belajar serta lingkungan sosial
yang meliputi manusia dengan segala interaksinya. Pendidikan kesehatan reproduksi melalui
metode pendidikan sebaya di SMKN 15 Kotamadya Bandung dilaksanakan di ruangan-
ruangan kelas, dengan ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara baik. Satu ruangan
biasanya ditempati oleh satu kelompok peserta diskusi yang terdiri dari lima sampai enam
orang, apabila yang diskusi lebih dari satu kelompok maka memakai lebih dari satu ruangan,
demikian juga dengan lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala interaksinya sangat
mendukung karena proses belajar dilaksanakan mengacu pada prinsip dari, oleh dan untuk
mereka, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondustif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Shanta et al. (1996) bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan peserta secara aktif
dapat meningkatkan pengetahuan.
c. Instrumental
Instrumental meliputi perangkat keras dan lunak. Perangkat keras dalam penelitian ini yang
digunakan yaitu booklet dan leaflet, booklet dan leaflet yang diberikan sebelum proses belajar
dimulai akan sangat membantu dalam pemberian pendidikan kesehatan agar pesan dapat
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 35
disampaikan lebih jelas dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan benar.
Sedangkan perangkat lunak, dalam hal ini adalah isi materi untuk pendidikan kesehatan
reproduksi diambil dari modul kesehatan reproduksi remaja yang dibuat oleh PKBI kerjasama
dengan International Planned Parenthood Federation (IPPF), Badan Koordinasi Keluarga
Berencana (BKKBN) dan United Nation Fund for Population Activities (UNFPA). Perangkat
lunak lainnya adalah metode belajar mengajar, menurut Notoatmodjo (1993) apabila peserta
kegiatan kurang dari 15 orang maka disebut kelompok kecil, metode yang sesuai untuk
kelompok kecil ini antara lain: diskusi kelompok, curah pendapat, role play dan simulasi.
Dalam penelitian ini jumlah responden dalam setiap pertemuan berkisar lima sampai enam
orang , maka metode belajar mengajar yang digunakan oleh pendidik sebaya adalah
ceramah, diskusi dan tanya jawab.
d. Kondisi individu subjek belajar
Kondisi individu subjek belajar seperti tingkat intelegensi/kecerdasan responden. Meskipun
tingkat kecerdasan responden tidak diteliti pengaruhnya dalam penelitian ini, namun tingkat
kecerdasan responden mempunyai pengaruh dan memberi sumbangan yang cukup besar
dalam meningkatkan prestasi belajar seseorang. Hal tersebut didukung oleh pendapat yang
dikatakan oleh Jensen dalam Widodo (1998) bahwa kecerdasan mempunyai sumbangan
yang cukup bermakna bagi prestasi belajar seseorang.
Dengan adanya peningkatan pengetahuan tersebut diasumsikan bahwa responden
sebagai remaja mampu melaksanakan pengetahuan KTD secara baik dan benar. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (1993) bahwa pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pernyataan tersebut juga didukung oleh
Rogers dalam Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pendidikan kesehatan reproduksi/seks yang benar
pada remaja perlu dikembangkan di institusi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena
institusi SLTA merupakan sekolah dimana tempat belajar sekelompok individu remaja sebaya,
termasuk didalamnya remaja yang sedang mengalami perubahan pada aspek fisik, psikis,
maupun sosial yang cukup rawan terhadap terjadinya KTD. Bila pendidikan kesehatan
reproduksi/seks yang benar tidak diberikan di institusi SLTA, dapat terjadi pada remaja yang ada
di SLTA tersebut akan mengadopsi perilaku seks yang tidak benar melalui bernbagai media yang
dapat mereka akses dengan mudah pada saat ini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Carolyn Thomson, bahwa sangat penting bagi pihak sekolah melakukan
pendidikan seksual untuk motivasi pilihan yang sehat bagi siswa dalam perilaku seksualnya
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 36
(Thomson et al., 1999), pendapat tersebut juga didukung oleh hasil survey Litbangkes Depkes RI
yang menunjukkan bahwa 66,4 persen siswa SLTA dan mahasiswa perguruan tinggi yang
diambil sebagai subjek penelitian di DKI dan Yogyakarta mengusulkan perlunya pendidikan seks
secara resmi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah (Bandy, dkk., 1991).
2. Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap
sikap remaja dalam pencegahan KTD
Sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan
di mana nilai p = 0,000 (p < 0,05). Sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada kelompok
perlakuan mempunyai peringkat nilai rata-rata sikap 91,96, sedangkan peringkat nilai rata-rata
sikap kelompok control 53,04. Berarti pada alpa lima persen terdapat perbedaan yang signifikan
peringkat nilai rata-rata sikap antara kedua kelompok. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa
pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat mempengaruhi atau
meningkatkan sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada siswa SMKN 15 Kotamadya
Bandung.
Tabel 2. Peringkat Nilai Rata-rata (Mean Rank) Sikap Remaja Tentang Pencegahan KTD Pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Variabel Mean
Rank Mean +SD P Value Mann-Whitney U n
Sikap
Kel. Perlakuan
Kel. Kontrol
91,96
53,04
82,92+7,25
0,000
1191,000
72
72
SD = Standar deviasi
Peningkatan ini dikarenakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode
pendidikan sebaya yang dilaksanakan di SMKN 15 Kotamadya Bandung sudah cukup baik
walaupun belum optimal. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dalam proses belajar atau
pendidikan terdapat factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, yaitu factor materi, lingkungan,
instrumental dan individu subjek belajar. Pada penelitian ini factor-faktor tersebut saling mendukung
sehingga pelaksanaan pendidikan tersebut dapat berpengaruh atau meningkatkan sikap remaja
SMKN 15 Kotamadya Bandung dalam pencegahan KTD, sehingga terjadi perubahan kedewasaan
dan kematangan pada diri individu remaja tersebut.
Muchlas (1997) berpendapat bahwa pembentukan sikap diperoleh melalui proses belajar
yang dapat terjadi karena pengalaman pribadi terhadap orang, benda maupun peristiwa, dan
melalui proses belajar sosial seperti informasi yang diperoleh dari orang lain. Pendapat tersebut
juga didukung oleh Stanley (1987) yang menyatakan bahwa proses belajar atau pendidikan dapat
meningkatkan sikap, karena melalui pendidikan akan terjadi komunikasi, baik antara fasilitator
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 37
dengan peserta maupun peserta dengan peserta. Melalui komunikasi peserta akan dapat
menyampaikan pendapat dan ide atau pikirannya, begitu juga sebaliknya fasilitator akan dapat
menyampaikan informasi dan naehatnya.
Dengan adanya peningkatan sikap pada remaja kelompok perlakuan tersebut, hal ini sesuai
dengan tujuan umum dari program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan
sebaya, yakni meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan
reproduksi yang berperspektif gender secara benar dan proporsional melalui pemberdayaan remaja
itu sendiri, sehingga memiliki sikap dan perilaku seksual dan sosial yang sehat dan bertanggung
jawab.
3. Manfaat pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan KTD
Berdasarkan hasil DKT dan wawancara diperoleh data bahwa kegiatan pendidikan
kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, dinilai dan dirasakan oleh siswa
dampingan dan guru sangat bermanfaat, karena kegiatan tersebut selain dapat menambah
wawasan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sangat
dibutuhkan oleh remaja saat ini, juga kegiatan tersebut sangat menunjang kurikulum sekolah.
Masukan dari siswa dampingan dan guru, yang bertujuan agar pelaksanaan program
pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dibina oleh MCR PKBI
Bandung ini dapat mencapai tujuan yang lebih optimal, maka perlu: 1) adanya peningkatan
wawasan pendidikan sebaya agar dapat memberikan jawaban tentang masalah diluar topik yang
disampaikan; 2) fasilitator atau pendidik sebaya sebaiknya ada pria dan perempuan agar baik pria
maupun perempuan bisa lebih leluasa lagi dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi; 3)
adanya jadwal terstruktur agar program lebih terarah; 4) program pelatihan pendidik sebaya
sebaiknya tiap tahun ada, sehingga program tersebut dapat berkesinambungan dan jangkauan
kegiatan yang telah dilakukan dapat diperluas; 5) adanya koordinasi dan komunikasi yang baik
antara siswa, pendidik sebaya, MCR PKBI dan guru sebelum program dimulai; 6) semua yang
terlibat harus lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab; 7) untuk memperjelas materi selain booklet
dan leaflet diberikan sebelumnya juga sebaiknya jumlahnya memadai sesuai jumlah peserta dan
juga perlu dilengkapi dengan alat peraga lainnya.
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 38
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan reproduksi
melalui metoda pendidikan sebaya berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan nilai
pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan KTD.
2. Saran
Bertitik tolak dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran sebagai
berikut, pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat dijadikan
salah satu metode pembelajaran yang baik untuk dikembangkan di Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA), namun pelaksanaannya perlu ditunjang oleh rasa tanggung jawab dan disiplin yang
tinggi dari semua pihak yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mukkafi, A. 2002. Pacaran Dalam Kacamata Islam. Edisi revisi Media Dawah, Jakarta. Burns, N. and Grove, S.K. 1993. The Practice of Nursing Research Conduct, Critique & Utilization. Second
edition. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Campbell, D.T. and Stanley, J.C. 1966. Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Rand
Mc. Nally Collage Publishing Company John Hopkins University, Chicago. Departemen Kesehatan, R.I. 1996. Baseline STD/HIV Risk Behaviuor Surveillance Survey. Result From
The Cities of North Jakarta, Surabaya and Manado. Hambali. 2000. Mensosialisasikan Pendidikan Seks untuk Remaja. Jender dan Kesehatan Berita
Berkala. Vol., no. 6 Juni, hal. 29-30. Kollmann, N. 1998. Program Seri Lokakarya Kesehatan Perempuan: Kesehatan Reproduksi Remaja.
Edisi 1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia & The Ford Foundation, Jakarta. Muchlas, M. 1997. Perilaku Organisasi I (Organizational Behaviour). PT. Karipta, Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi offset,
Yogyakarta. Sadik, N. 1997. The State of World Population. UNFPA, New York. Singh, M.M., Devi, R., Gupta, S.S. 1999. Awareness and Health Seeking Behaviourof Rural Adolescent
School Girl on Menstrual and Reproduktive Health Problems. Institute of Human Behaviour and Allied Sciences, Shahadara, Delhi.
Shanta, S., Eknath, N., Reddy and Singh, K.P. 1996. Impact of School-Based HIV and AIDS Education
for Adolescent in Bombay India, South Asian Journal Medical Public Health. 27 (4): 693-695.
-
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 39
Stanley, A.L. 1987. Guide to Evaluation of Training. ICPE Training and Development Series, Netherlands. Thomson, C., Currie, C., Todd, J., Elton, R.1999. Changes in HIV/AIDS Education, Knowledge and
Attitudes Among Scottish 15-16 year olds, 1990-1994: finding from the WHO: Health Behaviour in School-Aged Children Study (HBSC). Health Education Research. Vol. 14, no. 3.
United Nations. 1995. Report of The International Conference on Population and Development (ICPD).
Cairo, 5-13 September 1994, New York. Widijanti, W., Fasibah, I.S., Madjid, Q.A.1997. Kehamilan Usia Remaja, Majalah Obstetri Ginekologi
Indonesia. Widodo, A.H.B.1998. Perbandingan Pelatihan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader UKGMD dalam Meningkatkan Cakupan Kegiatan. Tesis Tidak diterbitkan.
Wirawan, S. dan Amisiamidar. 1996. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Seks. Rajawali Press,
Jakarta.