jurnal acuan isue

10
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 30 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI METODE PENDIDIKAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN KEHAMILAN TAK DIINGINKAN (KTD) DI SMKN 15 KOTAMADYA BANDUNG Iryanti ABSTRACT Background: Reproductive health is very important for youth to understand as unawareness of right reproductive healt may lead youth to free sex before marriage leading to unwanted pregnancy and increasing abortion, STDs, HIV/AIDS. Youth needs right reproductive health educational service and it is better for youth classmates to give this sort of service. Classmates are more open and easy to communicate with compared to parents and teachers. However, this attempt is still disagreed in Indonesia. Objectives: To find out the effect of reproductive health education through peer education method on youth’s knowledge and attitude in preventing them from unwanted pregnancy and its benefits. Method: This was an ex post facto quasi experimental study with posttest-only control group design. There were 144 samples consisting 72 students as treatment group of total sampling and 72 students as control group of simple random sampling. Data were gathered through questionnaires, FGD and interviews. Data analysis for comparing the treatment and control groups was Mann-Whitney test. The decision of hypothesis test was based on significant level of 5% or p = 0.05; while the qualitative data analysis was done by data management using card. Result: Youth’s ksowledge on unwanted pregnancy prevention in both treatment and control groups showed significant difference with p =0.000 (p<0.05). The youth’s attitude on unwanted pregnancy prevention showed significant difference with p = 0.000 (p < 0.05). The FGD with students and interviews with teachers showed that the program was very useful but it needs improvement in delivering the materials, number of media, coordination, discipline, and responsibility of all related parties. Conclusion: It was proven that reproductive health education through peer education may affect or improve youth’s knowledge and attitude in preventing unwanted pregnancy, and the method was useful. Keywords: reproductive health education, peer education, and health A. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa perkembangan seksual, pada masa ini idealnya remaja telah memperoleh pengetahuan yang memadai tentang seks. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan dalam dirinya termasuk dorongan seks mulai meningkat dan sulit dikendalikan, tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik pada diri remaja (Kollmann, 1998). Situasi tersebut diperburuk dengan adanya kemudahan remaja dalam mengakses informasi tentang seks yang salah melalui media cetak maupun elektronik. Banyak remaja yang tidak tahu bagaimana mencari informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar, di sekolah dan di rumah kesempatan untuk diskusi tentang reproduksi masih sangat terbatas, bahkan masih banyak orang tua yang menganggap tabu seks untuk dibicarakan (Hambali, 2000). Sejalan dengan arus globalisasi informasi dan teknologi yang terus berjalan, terjadi perubahan besar pada norma perilaku seks, utamanya pada remaja. Menurut Sadik (1997) di seluruh dunia diperkirakan 200 juta perempuan hamil setiap tahunnya dan 75 juta atau sepertiga dari jumlah tersebut

description

v

Transcript of jurnal acuan isue

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 30

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI METODE PENDIDIKAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN KEHAMILAN TAK

    DIINGINKAN (KTD) DI SMKN 15 KOTAMADYA BANDUNG

    Iryanti

    ABSTRACT

    Background: Reproductive health is very important for youth to understand as unawareness of right reproductive healt may lead youth to free sex before marriage leading to unwanted pregnancy and increasing abortion, STDs, HIV/AIDS. Youth needs right reproductive health educational service and it is better for youth classmates to give this sort of service. Classmates are more open and easy to communicate with compared to parents and teachers. However, this attempt is still disagreed in Indonesia. Objectives: To find out the effect of reproductive health education through peer education method on youths knowledge and attitude in preventing them from unwanted pregnancy and its benefits. Method: This was an ex post facto quasi experimental study with posttest-only control group design. There were 144 samples consisting 72 students as treatment group of total sampling and 72 students as control group of simple random sampling. Data were gathered through questionnaires, FGD and interviews. Data analysis for comparing the treatment and control groups was Mann-Whitney test. The decision of hypothesis test was based on significant level of 5% or p = 0.05; while the qualitative data analysis was done by data management using card. Result: Youths ksowledge on unwanted pregnancy prevention in both treatment and control groups showed significant difference with p =0.000 (p

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 31

    merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD). Di Amerika Serikat, berdasarkan hasil penelitian pada

    tahun 1995, 40 persen remaja perempuan usia 15 sampai 19 tahun telah melakukan hubungan

    seksual (Singh et al., 1999). Di Indonesia hasil survey Field Epidemiology Training Program,

    Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 1996 di Jakarta Utara ditemukan, bahwa 54 persen dari 657

    responden remaja berusia 15 sampai 19 tahun, menyatakan sudah pernah dan sering melakukan

    hubungan seks dengan lawan jenis, dengan alasan karena dorongan nafsu (Depkes, 1996). Keadaan

    tersebut menunjukkan tentang perilaku seksual remaja yang cenderung permisif dan berani.

    Menurut Wirawan dan Amisiamidar (1996), factor yang banyak mengakibatkan perilaku seks

    yang tidak sehat dengan segala akibatnya adalah: 1) remaja banyak mengetahui tentang seks, akan

    tetapi pengetahuannya tidak lengkap dan banyak justru menyesatkan, 2) remaja karena sifat

    kemudaannya kurang dapat mengendalikan diri, terutama kalau yang harus dikendalikan adalah

    perasaannya termasuk perasaan tentang seks, dan 3) pengetahuan yang setengah-setengah

    mendorong gairah seks tidak bisa dikendalikan yang akhirnya akan memperbesar kemungkinan

    tingkah laku seksual yang menjurus kepada sanggama.

    Berdasarkan hasil rekaman Forum Konsultasi Lentera Sahaja Perkumpulan Keluarga

    Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta periode 1997 1999, jumlah remaja di Yogyakarta yang

    hamil diluar nikah cenderung meningkat, rata-rata 30 orang perbulan. Remaja hamil ini sedikit yang

    berkatagori diperkosa, yang lebih banyak akibat pacaran (Al-Mukaffi, 2002). Berita yang dimuat Harian

    Republika tanggal 8 Agustus 2000, menyatakan angka aborsi jumlahnya sangat mencengangkan

    menurut data dari PKBI, setiap tahun 2 juta aborsi terjadi di Indonesia, 750 ribu atau sepertiga

    diantaranya remaja (Al-Mukaffi, 2002). Melihat kenyataan ini sangat memprihatikan karena dari tahun

    ketahun jumlah KTD dan aborsi semakin meningkat.

    Perilaku seks yang bebas dikalangan remaja dapat mengakibatkan KTD. Menurut International

    Conference on Population and Development (ICPD), kehamilan remaja mempunyai empat resiko yaitu:

    1) pengguguran illegal dengan komplikasi yang menyertai; 2) morbiditas dan mortalitas persalinan; 3)

    kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah; dan 4) kemungkinan tertular penyakit menular seksual

    (United Nation, 1995). Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan usia remaja

    dua sampai empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan berusia 20 sampai 35 tahun

    (Widijanti, dkk, 1997).

    Kesehatan reproduksi sangat penting untuk dipahami oleh semua remaja, karena bila tidak

    memahami kesehatan reproduksi dengan benar, maka dapat mengakibatkan remaja melakukan

    hubungan seksual secara bebas pra nikah sehingga mengakibatkan terjadinya KTD. Hal tersebut

    mendorong terjadinya peningkatan aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS). Human

    Immunodefesiensi Virus/Acquared Immunodefesiensi Syndrome (HIV/AIDS). Remaja memerlukan

    pelayanan pendidikan kesehatan reproduksi yang benar, hal ini semakin baik bila diberikan disekolah.

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 32

    Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Bandung berusaha meningkatkan kesehatan reproduksi remaja

    dengan melaksanakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya

    dibeberapa sekolah, namun di Indonesia upaya pemberian pendidikan seks pada remaja masih

    banyak ditentang.

    Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu mengkaji bagaimana pengaruh pendidikan

    kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja

    dalam pencegahan kehamilan tak diinginkan. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    masukan pada MCR PKBI Bandung dan instansi terkait untuk dapat menetapkan alternatif yang baik

    untuk penyebaran informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar sehingga para remaja terhindar

    dari penyakit seks, khususnya untuk pencegahan dampak negatif yang tidak diharapkan seperti KTD.

    B. METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan metoda quasi eksperimen tipe ex post facto, dengan rancangan

    posttest-only control group design (Campbell and Stanley, 1966). Dalam sesign ini pengumpulan data

    dilakukan sebanyak satu kali pada kelompok setelah perlakuan (01) dan sebanyak satu kali pada

    kelompok control (02). Perbedaan antara 01 dan 02 yaitu 01 - 02 diasumsikan merupakan efek dari

    perlakuan pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya. Model rancangannya

    sebagai berikut (Burns and Grove, 1993)

    Keterangan:

    X = Perlakuan, yang dalam hal ini adalah program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode

    pendidikan sebaya yang telah dilaksanakan oleh pendidik sebaya yang ada di Sekolah

    Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 15 Kotamadya Bandung yang sudah dimulai sejak tahun

    2002.

    O1 = Hasil pengukuran post test pada kelompok perlakuan

    O2 = Hasil pengukuran pada kelompok kontrol

    Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

    Pendekatan kuantitatif yakni untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui

    metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah kehamilan tak

    diinginkan, sedangkan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengetahui manfaat dari metode tersebut.

    Rancangan kelompok perlakuan

    Rancangan kelompok kolntrol

    X O1

    - O2

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 33

    Lokasi penelitian kelompok perlakuan dilaksanakan di SMKN 15 Kotamadya Bandung dengan

    alasan SMKN tersebut memiliki pendidik sebaya dan melaksanakan program pendidikan kesehatan

    reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, dimana program tersebut sampai saat ini berjalan

    dengan baik, sedangkan lokasi penelitian kelompok control dilaksanakan di SMKN 1 Kotamadya

    Bandung dengan alasan SMKN tersebut tidak memiliki pendidik sebaya dan status sekolahnya

    sebanding dengan SMKN 15 yaitu sama-sama sekolah milik pemerintah, kurikulumnya hampir sama,

    berlokasi sama yaitu di Kotamadya Bandung, selain itu kondisi latar belakang siswanya hampir sama

    dimana sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah. Sampel penelitian adalah siswa

    kelas tiga, dengan kriteria: 1) sudah menarche pada perempuan dan nocturnal ejaculation pada pria;

    2) bertempat tinggal di Kotamadya Bandung; 3) memiliki orang tua kandung lengkap; 4) aktif sebagai

    kelompok dampingan dan didampingi oleh pendidik sebaya yang ada di sekolah tersebut; 5) agama

    Islam dan Suku Sunda. Berdasarkan kriteria sampel, maka subjek yang memenuhi kriteria berjumlah

    72 orang (total sampling), sedangkan kelompok control diambil 72 orang siswa SMKN 1 yang

    mempunyai karakteristik sama dengan kelompok perlakukan yang diambil secara simple random

    sampling.

    Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui penegtahuan dan sikap remaja tentang

    pencegahan KTD digunakan kuesioner yang telah diuji, sedangkan untuk mengetahui manfaat

    pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya digunakan panduan diskusi

    kelompok terarah (DKT) dan wawancara. Data yang diperoleh di analisa dengan menggunakan tiga

    cara: 1) untuk menganalisa data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner diolah menggunakan

    bantuan program SPSS 10 for windows dengan uji statistik Mann-Whitney. Keputusan pengujian

    hipotesis penelitian didasarkan pada p = 0,05; 2) untuk menganalisa data kualitatif yang diperoleh

    dari DKT dan wawancara diolah menggunakan analisis isi (content); 3) untuk membandingkan data

    kuantitatif dan kualitatif digunakan analisis triangulasi.

    C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap

    pengetahuan remaja dalam pencegahan KTD

    Pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada kedua kelompok menunjukkan

    perbedaan dimana nilai P = 0,000 (p < 0,05). Pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD

    pada kelompok perlakuan mempunyai mean rank atau peringkat nilai rata-rata pengetahuan

    96,91 sedangkan peringkat nilai rata-rata pengetahuan kelompok control 48,09, berarti pada alpa

    lima persen terdapat perbedaan yang signifikan peringkat nilai rata-rata pengetahuan remaja

    tentang pencegahan KTD antara ke dua kelompok. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa

    pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat mempengaruhi atau

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 34

    meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada siswa SMKN 15 Kotamadya

    Bandung.

    Tabel 1. Peringkat Nilai Rata-rata (Mean Rank) Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan KTD Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

    Variabel Mean

    Rank Mean +SD P Value Mann-Whitney U n

    Pengetahuan

    Kel. Perlakuan

    Kel. Kontrol

    96,91

    48,09

    21,84+3,56

    0,000

    834,500

    72

    72

    SD = Standar deviasi

    Peningkatan pengetahuan tersebut dikarenakan adanya proses belajar atau pemberian

    pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dipengaruhi oleh

    faktor :

    a. Materi

    Materi yang diberikan meliputi anatomi fisiologi reproduksi, perkembangan seksualitas dan

    permasalahannya, kehamilan dan KTD. Selain materi yang diberikan dirasakan bermanfaat,

    baik oleh siswa dampingan maupun oleh sekolah karena sesuai dengan kebutuhan dan

    masalah kesehatan yang mereka hadapi, juga dalam penyampaiannya dilengkapi dengan

    leaflet dan booklet walaupun jumlahnya terbatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa

    dampingan pada saat dilaksanakan DKT dan wawancara dengan guru.

    b. Lingkungan

    Lingkungan ini terdiri dari lingkungan fisik yaitu kondisi tempat belajar serta lingkungan sosial

    yang meliputi manusia dengan segala interaksinya. Pendidikan kesehatan reproduksi melalui

    metode pendidikan sebaya di SMKN 15 Kotamadya Bandung dilaksanakan di ruangan-

    ruangan kelas, dengan ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara baik. Satu ruangan

    biasanya ditempati oleh satu kelompok peserta diskusi yang terdiri dari lima sampai enam

    orang, apabila yang diskusi lebih dari satu kelompok maka memakai lebih dari satu ruangan,

    demikian juga dengan lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala interaksinya sangat

    mendukung karena proses belajar dilaksanakan mengacu pada prinsip dari, oleh dan untuk

    mereka, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondustif. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Shanta et al. (1996) bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan peserta secara aktif

    dapat meningkatkan pengetahuan.

    c. Instrumental

    Instrumental meliputi perangkat keras dan lunak. Perangkat keras dalam penelitian ini yang

    digunakan yaitu booklet dan leaflet, booklet dan leaflet yang diberikan sebelum proses belajar

    dimulai akan sangat membantu dalam pemberian pendidikan kesehatan agar pesan dapat

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 35

    disampaikan lebih jelas dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan benar.

    Sedangkan perangkat lunak, dalam hal ini adalah isi materi untuk pendidikan kesehatan

    reproduksi diambil dari modul kesehatan reproduksi remaja yang dibuat oleh PKBI kerjasama

    dengan International Planned Parenthood Federation (IPPF), Badan Koordinasi Keluarga

    Berencana (BKKBN) dan United Nation Fund for Population Activities (UNFPA). Perangkat

    lunak lainnya adalah metode belajar mengajar, menurut Notoatmodjo (1993) apabila peserta

    kegiatan kurang dari 15 orang maka disebut kelompok kecil, metode yang sesuai untuk

    kelompok kecil ini antara lain: diskusi kelompok, curah pendapat, role play dan simulasi.

    Dalam penelitian ini jumlah responden dalam setiap pertemuan berkisar lima sampai enam

    orang , maka metode belajar mengajar yang digunakan oleh pendidik sebaya adalah

    ceramah, diskusi dan tanya jawab.

    d. Kondisi individu subjek belajar

    Kondisi individu subjek belajar seperti tingkat intelegensi/kecerdasan responden. Meskipun

    tingkat kecerdasan responden tidak diteliti pengaruhnya dalam penelitian ini, namun tingkat

    kecerdasan responden mempunyai pengaruh dan memberi sumbangan yang cukup besar

    dalam meningkatkan prestasi belajar seseorang. Hal tersebut didukung oleh pendapat yang

    dikatakan oleh Jensen dalam Widodo (1998) bahwa kecerdasan mempunyai sumbangan

    yang cukup bermakna bagi prestasi belajar seseorang.

    Dengan adanya peningkatan pengetahuan tersebut diasumsikan bahwa responden

    sebagai remaja mampu melaksanakan pengetahuan KTD secara baik dan benar. Hal tersebut

    sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (1993) bahwa pengetahuan merupakan domain yang

    sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pernyataan tersebut juga didukung oleh

    Rogers dalam Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman dan

    penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pendidikan kesehatan reproduksi/seks yang benar

    pada remaja perlu dikembangkan di institusi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena

    institusi SLTA merupakan sekolah dimana tempat belajar sekelompok individu remaja sebaya,

    termasuk didalamnya remaja yang sedang mengalami perubahan pada aspek fisik, psikis,

    maupun sosial yang cukup rawan terhadap terjadinya KTD. Bila pendidikan kesehatan

    reproduksi/seks yang benar tidak diberikan di institusi SLTA, dapat terjadi pada remaja yang ada

    di SLTA tersebut akan mengadopsi perilaku seks yang tidak benar melalui bernbagai media yang

    dapat mereka akses dengan mudah pada saat ini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

    dikemukakan oleh Carolyn Thomson, bahwa sangat penting bagi pihak sekolah melakukan

    pendidikan seksual untuk motivasi pilihan yang sehat bagi siswa dalam perilaku seksualnya

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 36

    (Thomson et al., 1999), pendapat tersebut juga didukung oleh hasil survey Litbangkes Depkes RI

    yang menunjukkan bahwa 66,4 persen siswa SLTA dan mahasiswa perguruan tinggi yang

    diambil sebagai subjek penelitian di DKI dan Yogyakarta mengusulkan perlunya pendidikan seks

    secara resmi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah (Bandy, dkk., 1991).

    2. Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap

    sikap remaja dalam pencegahan KTD

    Sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan

    di mana nilai p = 0,000 (p < 0,05). Sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada kelompok

    perlakuan mempunyai peringkat nilai rata-rata sikap 91,96, sedangkan peringkat nilai rata-rata

    sikap kelompok control 53,04. Berarti pada alpa lima persen terdapat perbedaan yang signifikan

    peringkat nilai rata-rata sikap antara kedua kelompok. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa

    pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat mempengaruhi atau

    meningkatkan sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada siswa SMKN 15 Kotamadya

    Bandung.

    Tabel 2. Peringkat Nilai Rata-rata (Mean Rank) Sikap Remaja Tentang Pencegahan KTD Pada

    Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

    Variabel Mean

    Rank Mean +SD P Value Mann-Whitney U n

    Sikap

    Kel. Perlakuan

    Kel. Kontrol

    91,96

    53,04

    82,92+7,25

    0,000

    1191,000

    72

    72

    SD = Standar deviasi

    Peningkatan ini dikarenakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode

    pendidikan sebaya yang dilaksanakan di SMKN 15 Kotamadya Bandung sudah cukup baik

    walaupun belum optimal. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dalam proses belajar atau

    pendidikan terdapat factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, yaitu factor materi, lingkungan,

    instrumental dan individu subjek belajar. Pada penelitian ini factor-faktor tersebut saling mendukung

    sehingga pelaksanaan pendidikan tersebut dapat berpengaruh atau meningkatkan sikap remaja

    SMKN 15 Kotamadya Bandung dalam pencegahan KTD, sehingga terjadi perubahan kedewasaan

    dan kematangan pada diri individu remaja tersebut.

    Muchlas (1997) berpendapat bahwa pembentukan sikap diperoleh melalui proses belajar

    yang dapat terjadi karena pengalaman pribadi terhadap orang, benda maupun peristiwa, dan

    melalui proses belajar sosial seperti informasi yang diperoleh dari orang lain. Pendapat tersebut

    juga didukung oleh Stanley (1987) yang menyatakan bahwa proses belajar atau pendidikan dapat

    meningkatkan sikap, karena melalui pendidikan akan terjadi komunikasi, baik antara fasilitator

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 37

    dengan peserta maupun peserta dengan peserta. Melalui komunikasi peserta akan dapat

    menyampaikan pendapat dan ide atau pikirannya, begitu juga sebaliknya fasilitator akan dapat

    menyampaikan informasi dan naehatnya.

    Dengan adanya peningkatan sikap pada remaja kelompok perlakuan tersebut, hal ini sesuai

    dengan tujuan umum dari program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan

    sebaya, yakni meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan

    reproduksi yang berperspektif gender secara benar dan proporsional melalui pemberdayaan remaja

    itu sendiri, sehingga memiliki sikap dan perilaku seksual dan sosial yang sehat dan bertanggung

    jawab.

    3. Manfaat pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dalam

    meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan KTD

    Berdasarkan hasil DKT dan wawancara diperoleh data bahwa kegiatan pendidikan

    kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, dinilai dan dirasakan oleh siswa

    dampingan dan guru sangat bermanfaat, karena kegiatan tersebut selain dapat menambah

    wawasan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sangat

    dibutuhkan oleh remaja saat ini, juga kegiatan tersebut sangat menunjang kurikulum sekolah.

    Masukan dari siswa dampingan dan guru, yang bertujuan agar pelaksanaan program

    pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dibina oleh MCR PKBI

    Bandung ini dapat mencapai tujuan yang lebih optimal, maka perlu: 1) adanya peningkatan

    wawasan pendidikan sebaya agar dapat memberikan jawaban tentang masalah diluar topik yang

    disampaikan; 2) fasilitator atau pendidik sebaya sebaiknya ada pria dan perempuan agar baik pria

    maupun perempuan bisa lebih leluasa lagi dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi; 3)

    adanya jadwal terstruktur agar program lebih terarah; 4) program pelatihan pendidik sebaya

    sebaiknya tiap tahun ada, sehingga program tersebut dapat berkesinambungan dan jangkauan

    kegiatan yang telah dilakukan dapat diperluas; 5) adanya koordinasi dan komunikasi yang baik

    antara siswa, pendidik sebaya, MCR PKBI dan guru sebelum program dimulai; 6) semua yang

    terlibat harus lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab; 7) untuk memperjelas materi selain booklet

    dan leaflet diberikan sebelumnya juga sebaiknya jumlahnya memadai sesuai jumlah peserta dan

    juga perlu dilengkapi dengan alat peraga lainnya.

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 38

    D. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan reproduksi

    melalui metoda pendidikan sebaya berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan nilai

    pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan KTD.

    2. Saran

    Bertitik tolak dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran sebagai

    berikut, pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat dijadikan

    salah satu metode pembelajaran yang baik untuk dikembangkan di Sekolah Lanjutan Tingkat

    Atas (SLTA), namun pelaksanaannya perlu ditunjang oleh rasa tanggung jawab dan disiplin yang

    tinggi dari semua pihak yang terlibat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Mukkafi, A. 2002. Pacaran Dalam Kacamata Islam. Edisi revisi Media Dawah, Jakarta. Burns, N. and Grove, S.K. 1993. The Practice of Nursing Research Conduct, Critique & Utilization. Second

    edition. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Campbell, D.T. and Stanley, J.C. 1966. Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Rand

    Mc. Nally Collage Publishing Company John Hopkins University, Chicago. Departemen Kesehatan, R.I. 1996. Baseline STD/HIV Risk Behaviuor Surveillance Survey. Result From

    The Cities of North Jakarta, Surabaya and Manado. Hambali. 2000. Mensosialisasikan Pendidikan Seks untuk Remaja. Jender dan Kesehatan Berita

    Berkala. Vol., no. 6 Juni, hal. 29-30. Kollmann, N. 1998. Program Seri Lokakarya Kesehatan Perempuan: Kesehatan Reproduksi Remaja.

    Edisi 1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia & The Ford Foundation, Jakarta. Muchlas, M. 1997. Perilaku Organisasi I (Organizational Behaviour). PT. Karipta, Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi offset,

    Yogyakarta. Sadik, N. 1997. The State of World Population. UNFPA, New York. Singh, M.M., Devi, R., Gupta, S.S. 1999. Awareness and Health Seeking Behaviourof Rural Adolescent

    School Girl on Menstrual and Reproduktive Health Problems. Institute of Human Behaviour and Allied Sciences, Shahadara, Delhi.

    Shanta, S., Eknath, N., Reddy and Singh, K.P. 1996. Impact of School-Based HIV and AIDS Education

    for Adolescent in Bombay India, South Asian Journal Medical Public Health. 27 (4): 693-695.

  • Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 39

    Stanley, A.L. 1987. Guide to Evaluation of Training. ICPE Training and Development Series, Netherlands. Thomson, C., Currie, C., Todd, J., Elton, R.1999. Changes in HIV/AIDS Education, Knowledge and

    Attitudes Among Scottish 15-16 year olds, 1990-1994: finding from the WHO: Health Behaviour in School-Aged Children Study (HBSC). Health Education Research. Vol. 14, no. 3.

    United Nations. 1995. Report of The International Conference on Population and Development (ICPD).

    Cairo, 5-13 September 1994, New York. Widijanti, W., Fasibah, I.S., Madjid, Q.A.1997. Kehamilan Usia Remaja, Majalah Obstetri Ginekologi

    Indonesia. Widodo, A.H.B.1998. Perbandingan Pelatihan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap

    Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader UKGMD dalam Meningkatkan Cakupan Kegiatan. Tesis Tidak diterbitkan.

    Wirawan, S. dan Amisiamidar. 1996. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Seks. Rajawali Press,

    Jakarta.