Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

16
1 ANALISIS PENGAKUAN AKUNTANSI KREDIT USAHA RAKYAT BERMASALAH PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG SEKAYU Endang, S.E.,M.M Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pengakuan akuntansi kredit usaha rakyat (KUR) bermasalah PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM-K yang feasible tapi belum bankable. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis data sekunder yaitu data kredit usaha rakyat bermasalah tahun 2012 s.d. 2013. Hasil ini menunjukkan bahwa dasar pengakuan akuntansi kredit usaha rakyat (KUR) bermasalah (nonperforming loan) pada PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu diakui pada saat tunggakan angsuran masuk golongan III dan seterusnya atau lebih dari 90 hari. Berdasarkan analisa data diperoleh terjadinya peningkatan jumlah nasabah kredit macet dari 47 nasabah kredit macet pada tahun 2012 dan tahun 2013 meningkat menjadi 108, hal ini menunjukkan PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu masih kurang maksimal dalam melaksanakan perannya sebagai lembaga intermediasi. Dampak dari NPL ini adalah terjadinya kerugian yang sangat potensial bagi bank, oleh karena itu diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan. Kata kunci: Perlakuan Akuntansi Kredit, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah 1.1 Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting dan strategis dalam sistem perekonomian. Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Bank berfungsi untuk menjembatani kedua kelompok masyarakat yang saling membutuhkan. Masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan uang mereka dalam bentuk tabungan, deposito atau giro pada bank, sedangkan masyarakat yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau untuk memenuhi kebutuhan lainnya dapat memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit yang disalurkan oleh bank. Pendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha atas kredit yang disalurkan, namun dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan sesuai dengan yang diharapkan. Hampir semua bank yang beroperasi di Indonesia mengalami kredit bermasalah. Kredit bermasalah atau kredit macet memberi dampak yang kurang baik bagi perbankan Indonesia. Resiko yang ditimbulkan atas kredit macet yakni tidak terbayarnya kembali kredit yang diberikan baik sebagian maupun seluruhnya. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan nota kesepahaman bersama antara

Transcript of Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

Page 1: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

1

ANALISIS PENGAKUAN AKUNTANSI KREDIT USAHA RAKYAT

BERMASALAH PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG SEKAYU

Endang, S.E.,M.M

Dosen Tetap STIE Rahmaniyah Sekayu

Email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pengakuan akuntansi kredit

usaha rakyat (KUR) bermasalah PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu. Kredit

Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh

perbankan kepada UMKM-K yang feasible tapi belum bankable. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis data sekunder yaitu

data kredit usaha rakyat bermasalah tahun 2012 s.d. 2013. Hasil ini menunjukkan

bahwa dasar pengakuan akuntansi kredit usaha rakyat (KUR) bermasalah

(nonperforming loan) pada PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu diakui pada saat

tunggakan angsuran masuk golongan III dan seterusnya atau lebih dari 90 hari.

Berdasarkan analisa data diperoleh terjadinya peningkatan jumlah nasabah kredit

macet dari 47 nasabah kredit macet pada tahun 2012 dan tahun 2013 meningkat

menjadi 108, hal ini menunjukkan PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu masih

kurang maksimal dalam melaksanakan perannya sebagai lembaga intermediasi.

Dampak dari NPL ini adalah terjadinya kerugian yang sangat potensial bagi

bank, oleh karena itu diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan.

Kata kunci: Perlakuan Akuntansi Kredit, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah

1.1 Latar Belakang

Industri perbankan memegang peranan penting dan strategis dalam sistem

perekonomian. Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perbankan menyebutkan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Bank

berfungsi untuk menjembatani kedua kelompok masyarakat yang saling

membutuhkan. Masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan uang

mereka dalam bentuk tabungan, deposito atau giro pada bank, sedangkan masyarakat

yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau untuk memenuhi kebutuhan lainnya

dapat memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit yang disalurkan oleh bank.

Pendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian hasil

usaha atas kredit yang disalurkan, namun dalam pelaksanaannya tidak semua dana

yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan sesuai dengan yang diharapkan.

Hampir semua bank yang beroperasi di Indonesia mengalami kredit bermasalah.

Kredit bermasalah atau kredit macet memberi dampak yang kurang baik bagi

perbankan Indonesia. Resiko yang ditimbulkan atas kredit macet yakni tidak

terbayarnya kembali kredit yang diberikan baik sebagian maupun seluruhnya.

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Inpres Nomor 6 tanggal 8 Juni

2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan nota kesepahaman bersama antara

Page 2: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

2

Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan Kredit atau

Pembiayaan kepada UMKM. Selanjutnya pada tanggal 5 November 2007,

Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kredit bagi UMKM

dengan pola penjaminan dengan nama Kredit Usaha Rakyat dan di dukung oleh

Inpres Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi untuk menjamin

implementasi atau percepatan pelaksanaan kredit usaha rakyat ini.

Tahap awal program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini disediakan hanya

terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu : Bank

Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank

Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank Bukopin. Penyaluran pola

penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu pertanian, perikanan dan

kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan perdagangan. Kredit Usaha

Rakyat ini ditujukkan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil dengan cara

memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya.

Salah satu bank yang mengeluarkan kredit usaha rakyat adalah bank BRI

cabang Sekayu yang melayani sebagaian besar kebutuhan kredit masyarakat

Kabupaten Musi Banyuasin. BRI merupakan bank nasional yang pertama kali berdiri

di kota Sekayu, sehingga sangat besar kontribusinya bagi pembangunan

perekonomian di kota itu. Kontribusi tersebut dapat dilihat besarnya aliran modal

usaha dalam bentuk kredit yang telah dikucurkan oleh pihak bank kepada sektor

usaha produktif masyarakat kota Sekayu. Berikut Pertumbuhan kredit usaha rakyat

dari tahun 2012-2013 dalam Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1

Nilai Kredit Macet (Non Performing Loan) KUR

BRI Cabang Sekayu

Tahun 2012

NO Nama Debitur Jumlah Piutang Bunga (%) Tertagih Macet

1 Zulkarnedi 20.000.000 1,04 1.300.000 26.188.000

2 M.yusuf 20.000.000 1,04 1.037.000 26.451.000

3 Rudi Nopriansyah 20.000.000 1,04 1.314.200 26.173.800

4 Akbar Darmawan 15.000.000 1,02 778.000 17.894.000

5 Arie Sulistya 20.000.000 1,03 1.567.000 20.893.000

6 Arief Adnan 5.000.000 1,015 433.200 7.451.467

7 Budi Mulyawan 13.000.000 1,02 745.000 15.437.400

8 Budi Setiawan 10.000.000 1,015 765.800 11.061.200

9 Armia Putriana 10.000.000 1,02 5.430.000 7.018.000

10 Andy Kurniawan 20.000.000 1,04 1.359.000 26.129.000

11 Febri Adi Saputra 8.000.000 1,015 6.043.000 3.418.600

12 Dewi Kartika Sari 14.000.000 1,02 7.790.000 8.658.000

13 Eko Suistiono 12.000.000 1,015 6.600.000 7.592.400

14 Alwin Wicaksono 6.500.000 1,02 3.200.000 3.300.000

15 Nan Nurhayati 20.000.000 1,04 1.678.300 25.809.700

Page 3: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

3

16 Iwan Purnawan 20.000.000 1,02 7.650.000 17.246.000

17 Mariati 15.000.000 1,04 667.800 19.948.200

18 Anwar Budi 17.000.000 1,02 13.421.000 7.740.600

19 Selamet Riadi 6.000.000 1,03 579.000 6.159.000

20 Kurnia 13.000.000 1,015 10.000.000 5.375.100

21 Romfaizi 20.000.000 1,04 4.320.000 23.168.000

22 Yulianingsih 8.000.000 1,03 4.798.000 4.186.000

23 Joko Supriyanto 15.000.000 1,03 12.450.000 79.395.000

24 Warni 20.000.000 1,015 1.567.000 22.087.000

25 Edi Supriyadi 20.000.000 1,02 4.670.000 20.226.000

26 Sri Harjani 10.000.000 1,04 6.650.000 3.350.000

27 Joko pamungkas 20.000.000 1,04 7.543.000 19.945.000

28 David Ismunandar 15.000.000 1,02 12.378.000 6.294.000

29 Usman Muksin 9.000.000 1,03 5.000.000 5.107.000

30 Masdaranti 20.000.000 1,04 6.549.000 20.939.000

31 Tarto Wiyono 20.000.000 1,015 5.780.000 17.874.000

32 Doddy setiawan 20.000.000 1,03 13.450.000 9.010.000

33 Ahmad Dahlan 20.000.000 1,02 5.678.000 19.218.000

34 Supratman 6.000.000 1,015 3.300.000 3.796.200

35 Parno 20.000.000 1,04 16.900.000 10.588.000

36 Yenny Meldayanti 7.000.000 1,02 3.790.000 4.923.600

37 Puspita Sari 15.000.000 1,015 4.679.000 13.061.500

38 Anis Tyarini 20.000.000 1,04 5.000.000 22.488.000

39 Zundan Faidarti 20.000.000 1,04 7.690.000 19.798.000

40 Shinta Anggraini 20.000.000 1,015 4.321.000 19.333.000

41 Ahmad Dwi Kurnia 5.000.000 1,03 1.100.000 4.515.000

42 Rizkan Hadi 8.000.000 1,02 3.754.000 6.204.400

43 Sigit Nugroho 10.000.000 1,03 4.670.000 6.560.000

44 Yastra Andika 15.000.000 1,04 3.000.000 17.616.000

45 Aryadi Amin 20.000.000 1,02 14.688.000 10.208.000

46 Heriansyah 10.000.000 1,03 7.500.000 3.730.000

47 Sarjoni Dasayanda 20.000.000 1,015 14.989.000 8.665.000

Jumlah 697.500.000

258.572.300 692.230.167

Sumber : PT BRI Cabang Sekayu

Tabel 2

Nilai Kredit Macet (Non Performing Loan) KUR

BRI Cabang Sekayu

Tahun 2013

NO Nama Debitur Jumlah Piutang Bunga (%) Tertagih Macet

Page 4: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

4

1 Dede Damhudi 5.000.000 1,03 1.200.000 4.415.000

2 Heriyanto 6.000.000 1,015 3.500.000 3.596.200

3 Subandian 20.000.000 1,03 10.000.000 12.460.000

4 Redi 19.000.000 1,03 10.000.000 11.337.000

5 Heri Santoso 5.500.000 1,015 2.500.000 4.004.850

6 Kristinawati 13.000.000 1,04 10.000.000 7.867.200

7 Yogi Komar 17.000.000 1,02 11.000.000 10.161.600

8 M. Syafrudin 12.000.000 1,015 4.000.000 10.192.400

9 Hari Santoso 11.000.000 1,03 7.000.000 5.339.800

10 M. Seto Rianto 10.000.000 1,02 3.500.000 8.948.000

11 Eli Darsiana 20.000.000 1,03 15.000.000 7.460.000

12 Evi Dianti 15.000.000 1,04 7.000.000 13.616.000

13 Nuzula 20.000.000 1,02 15.000.000 9.872.000

14 Sarah Hilda 16.000.000 1,03 10.000.000 7.968.000

15 Jumiatun 10.000.000 1,02 6.000.000 6.448.000

16 Octa Rizka 15.000.000 1,03 8.000.000 8.845.000

17 Ahmad Yasir 18.000.000 1,015 15.000.000 6.288.600

18 Harjono 15.000.000 1,02 6.000.000 12.672.000

19 Jonizar 20.000.000 1,04 15.000.000 12.488.000

20 Sunoko 6.000.000 1,03 2.000.000 4.738.000

21 Acep Mandala 5.000.000 1,03 3.000.000 2.615.000

22 Ratna Sari 12.000.000 1,02 9.000.000 5.937.600

23 Robby Perdana 20.000.000 1,02 17.000.000 7.896.000

24 Yuliana 15.000.000 1,015 10.000.000 7.740.500

25 Nurhayati 13.000.000 1,02 5.000.000 11.182.400

26 Mariska 20.000.000 1,015 6.500.000 17.154.000

27 Regi Renggano 10.000.000 1,02 6.000.000 6.448.000

28 Hari Mukti 6.000.000 1,03 4.000.000 2.738.000

29 Ana Mariana 8.000.000 1,02 3.200.000 6.758.400

30 Wawan Kusuma 4.000.000 1,03 2.000.000 2.492.000

31 Jefry Aryansyah 9.000.000 1,03 5.000.000 5.107.000

32 Ilham Candra 18.000.000 1,02 10.000.000 12.406.400

33 Dwi Lestari 12.000.000 1,03 2.300.000 11.176.000

34 Sunarmi 20.000.000 1,02 15.000.000 9.896.000

35 Okta Rian 10.000.000 1,015 7.000.000 4.827.000

36 Mayangsari 20.000.000 1,02 19.000.000 5.896.000

37 Cici Purnama 10.000.000 1,03 2.500.000 8.730.000

Page 5: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

5

38 Rohman 8.000.000 1,03 3.400.000 5.584.000

39 Dedek septiawan 20.000.000 1,02 16.000.000 8.896.000

40 Yoni Zalwi 7.000.000 1,03 5.000.000 2.861.000

41 Lukman Apriatna 5.000.000 1,03 2.500.000 3.115.000

42 Yozi Zaihendra 20.000.000 1,04 10.000.000 17.488.000

43 Andrian Yanuar 15.000.000 1,015 5.000.000 16.412.500

44 Jamilah Yunus 10.000.000 1,015 5.000.000 6.827.000

45 Solihin Mochtar 5.000.000 1,03 1.500.000 4.115.000

46 Irma Hartanty 8.000.000 1,03 3.000.000 5.984.000

47 Ana Agustina 14.000.000 1,02 9.500.000 7.927.200

48 Ade Ansorulah 20.000.000 1,02 4.500.000 20.396.000

49 Endang Mulyawan 5.000.000 1,015 1.000.000 4.913.500

50 Deri Setiawan 10.000.000 1,02 4.000.000 8.448.000

51 Isep Alisandy 20.000.000 1,03 12.000.000 10.460.000

52 Yeyet Supriati 15.000.000 1,04 5.000.000 15.616.000

53 Fitriawan Nugraha 10.000.000 1,04 5.000.000 8.744.000

54 Eris Sugriwa 6.000.000 1,03 2.000.000 4.738.000

55 Yogie Indraprastha 20.000.000 1,04 4.300.000 23.188.000

56 Ardiansyah Sanjaya 5.000.000 1,03 2.000.000 3.609.000

57 Dewi Sartika 8.000.000 1,03 3.500.000 5.484.000

58 Hidayattulah 10.000.000 1,02 8.000.000 4.448.000

59 Febriansyah 5.000.000 1,03 2.500.000 3.115.000

60 Andika Pratama 8.000.000 1,03 3.000.000 5.984.000

61 Risandi 10.000.000 1,015 1.400.000 10.427.000

62 Indra Pohan 5.000.000 1,02 1.300.000 4.924.000

63 Akhmadyani 20.000.000 1,015 7.000.000 16.654.000

64 Heru Septibrata 5.600.000 1,03 3.000.000 3.288.800

65 Arif Dwi Santoso 7.000.000 1,02 5.000.000 3.713.600

66 Riko Sanjaya 15.000.000 1,015 4.000.000 13.740.500

67 Doni Adi Pratama 17.000.000 1,04 8.000.000 15.364.800

68 Bagus Setiawan 14.000.000 1,015 1.000.000 15.557.800

69 Juwita Kartika 10.000.000 1,02 5.500.000 6.948.000

70 Thamrin 6.000.000 1,03 1.500.000 5.238.000

71 Santoso 12.000.000 1,015 3.500.000 10.692.400

72 Ricky Saputra 7.000.000 1,015 4.000.000 4.278.900

73 Hauriah Husnah 15.000.000 1,02 5.000.000 13.672.000

74 Rio Akbar Wijaya 18.000.000 1,015 8.000.000 13.288.600

Page 6: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

6

Sumber : Bank BRI Cabang Sekayu tahun 2015

75 Kartini 10.000.000 1,03 4.000.000 7.230.000

76 Fery Setiawan 2.000.000 1,03 500.000 1.746.000

77 Zuraidah 14.000.000 1,04 2.000.000 17.241.600

78 Iskandar 6.000.000 1,03 3.000.000 3.738.000

79 Jhon Kanedi 13.000.000 1,03 1.000.000 13.599.000

80 Irawan 9.000.000 1,015 3.000.000 7.644.300

81 Sapri 10.000.000 1,02 6.000.000 6.448.000

82 Suparman 15.000.000 1,04 5.000.000 15.616.000

83 Imam Saputra 16.000.000 1,03 3.000.000 14.968.000

84 Andi Nugraha 7.000.000 1,03 3.200.000 4.661.000

85 Angga Puja Kesuma 15.000.000 1,02 6.000.000 12.672.000

86 Nurdin 10.000.000 1,04 7.000.000 6.744.000

87 Alamsyah 20.000.000 1,03 15.000.000 7.460.000

88 Hariyadi 14.000.000 1,03 2.000.000 13.722.000

89 Sahidin 15.000.000 1,04 6.000.000 14.616.000

90 Sucipto 17.000.000 1,015 4.000.000 16.105.900

91 Antoni 6.000.000 1,03 1.000.000 5.738.000

92 Suherman 5.000.000 1,03 2.000.000 6.422.500

93 Melpan Setiawan 9.000.000 1,04 5.500.000 6.869.600

94 Januar 18.000.000 1,02 10.000.000 12.406.400

95 Karisma 8.000.000 1,02 4.000.000 5.958.400

96 Agus Sulaiman 16.000.000 1,015 10.000.000 11.990.400

97 Parnandi 5.000.000 1,015 2.000.000 3.913.500

98 Basri 17.000.000 1,03 10.000.000 9.091.000

99 Theo Wahyu 20.000.000 1,015 15.000.000 8.654.000

100 Jasuma 13.000.000 1,03 6.000.000 8.599.000

101 Sita Rahayu 15.000.000 1,03 5.000.000 11.845.000

102 Sudarta 15.000.000 1,03 1.000.000 15.845.000

103 Cahyono 16.000.000 1,04 10.000.000 11.990.400

104 Candra 20.000.000 1,02 5.000.000 19.896.000

105 Hendra 12.000.000 1,015 9.000.000 5.192.400

106 Bian Andika 10.000.000 1,03 3.000.000 8.230.000

107 Wardoyoh 20.000.000 1,03 8.000.000 14.460.000

108 Safril Efendi 15.000.000 1,03 12.000.000 4.845.000

Jumlah 1.334.100.000 653.300.000 970.017.950

Page 7: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

7

Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat sebagian besar pinjaman bermasalah kredit

usaha rakyat dilakukan oleh nasabah bank BRI mengalami peningkatan selama dua

tahun terakhir. Dari jumlah piutang yang dimiliki oleh 130 nasabah sebanyak 47

nasabah kredit macet pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi

peningkatan kredit macet dari jumlah piutang yang dimiliki oleh 167 nasabah

sebanyak 108 nasabah kredit yang bermasalah. Semakin besar KUR bermasalah yang

dihadapi, akan berpegaruh pada profitabilitas dan modal sendiri yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih judul ”ANALISIS

PENGAKUAN AKUNTANSI KREDIT USAHA RAKYAT BERMASALAH

PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG SEKAYU ”.

1.2 Perumusan Masalah

Banyaknya kredit yang disalurkan Bank ke masyarakat yang bermasalah,

maka penulis dapat perrmasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : ”Analisis

pengakuan akuntansi kredit usaha rakyat bermasalah pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Sekayu?”

2. LANDASAN TEORI

2.1 Kredit

2.1.1 Pengertian dan Peranan Kredit

Hasibuan (2006:124) menyatakan bahwa Kredit berasal dari bahasa yunani

”credere” yang berarti kepercayaan dan bahasa latin ”creditum” yang artinya

kepercayaan akan kebenaran. Dengan kata lain maka kredit mengandung pengertian

adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada

seseorang atau badan lainnya bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang

akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.

Setiap transaksi kredit selalu berkaitan dengan angsuran pokok dan bunga

yang harus dibayar debitur. Bank Berperan menyalurkan dana kepada masyarakat.

Peran bank sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari masalah kredit. Bahkan

kegiatan bank sebagai lembaga keuangan pemberian kredit merupakan kegiatan

utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan

bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun

dari simpanan banyak maka menyebabkan bank tersebut rugi.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kredit Fungsi dari suatu kredit bagi masyarakat menurut Kasmir (2002:107) sebagai

berikut:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

4. Meningkatkan peredaran barang

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

6. Untuk meningkatkan kegairan berusaha

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Page 8: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

8

Menurut Kasmir (2002:105) mengemukakan tujuan pemberian suatu

kredit, yaitu:

1) Untuk mencari keuntungan.

Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut

terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya

administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2) Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur.

Untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi

maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan

dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3) Untuk membantu Pemerintah.

Bahwa dengan banyaknya kredit yang disalurkan oleh bank-bank, hal ini.berarti

dapat meningkatkan pembangunan disegala sektor, khususnya disektor ekonomi.

Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu

fasilitas kredit menurut Kasmir ( 2002:103) adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

b. Kesepakatan

c. Jangka waktu

d. Resiko

e. Balas jasa

2.2 Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008

tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, KUR adalah kredit atau

pembiayaan kepada UMKM-K (Usaha Mikro, Kecil, Menengah-Koperasi) dalam

bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan

untuk usaha produktif.

Berdasarkan Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjelaskan bahwa Usaha

Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-undang ini. Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menerangkan kriteria usaha mikro

adalah sebagai berikut :

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus

juta rupiah).

Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria usahakecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini”. Kriteria

Page 9: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

9

usaha kecil dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang tersebut dijelaskan sebagai

berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000(tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000(dua milyar lima ratus

rupiah).

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan

oleh perbankan kepada UMKM-K yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya

adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki

kemampuan untuk mengembalikan. Usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi

(UMKM-K) yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di

sektor usaha produktif antaralain:pertanian, perikanan,dan kelautan, perindustrian,

kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. (Kredit Usaha Rakyat tanpa Jaminan.

http://kredit-usaha-rakyat.co.cc. 20 Desember 2009).

Peluncuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan tindak lanjut dari

ditandatanganinya nota kesepahaman bersama (MOU) pada tanggal 9 Oktober

2007 tentang Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada UMKM-K antara

Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri

Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan

Perikanan) Perusahaan Penjamin (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT.

Asuransi Kredit Indonesia) dan Perbankan (BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,

BNI, BTN, dan Bank Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara

BUMN, Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, serta Bank Indonesia.

2.3 Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan

bank. Nasabah dalam hal ini ada kalanya memberikan data-data fiktif, sehingga

mungkin saja kredit sebenarnya tidak layak, akan tetapi tetap diberikan. Kemudian

apabila salah menganalisa, maka kredit yang disalurkan yang sebenarnya tidak layak

menjadi layak sehingga akan berakibat sulit untuk ditagih atau macet (kredit

bermasalah).

Kredit bermasalah yaitu kredit yang dalam pelaksanaannya belum mencapai

atau memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank kemudian memiliki

kemungkinan timbulnya risiko kemudian hari bagi bank dalam arti luas, juga

mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajiban baik dalam

bentukpembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda

keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban debitur yang

bersangkutan.

Menurut Siamat (2001:174), menjelaskan kredit bermasalah atau problem

loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat

adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan

kendali debitur, sedangkan menurut PSAK Nomor 31 tahun 2009, kredit bermasalah

(nonperforming loan) pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran

Page 10: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

10

pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau

kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit

nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan, macet.

Jadi dapat disimpulkan, kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana

nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atas seluruh kewajibannya kepada

bank seperti yang telah diperjanjikan dan dapat menimbulkan kerugian potensial

kepada bank.

2.4 Perlakuan Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Menurut Ismail (2010:224), akuntansi kredit bermasalah terdiri dari:

a. Pengakuan pendapatan bunga kredit nonperforming

Nonperforming loan terjadi bila debitur tidak membayar angsuran pinjaman

pokok maupun bunga setelah 90 hari. Pendapatan bunga kredit untuk kredit

nonperforming diakui atas dasar cash basis, yaitu pengakuan pendapatan kredit

pada saat adanya pembayaran dari debitur. Pendapatan bunga kredit

nonperforming diakui sebagai pendapatan bunga dalam penyelesaian yang tidak

dicatat dalam laporan laba rugi akan tetapi dicatat dalam tagihan kontijensi.

b. Pembayaran kewajiban kredit nonperforming.

Dalam hal terdapat pembayaran kredit nonperforming, maka bila kredit termasuk

golongan kredit kurang lancar, maka prioritas pembayarannya adalah

pembayaran bunga, denda, dan lain-lain, kemudian sisanya digunakan untuk

pembayaran pinjaman pokok. Golongan kredit diragukan dan kredit macet,

prioritas pembayaran adalah untuk pembayaran pokok dan sisanya digunakan

untuk pembayaran bunga, denda, dan biaya lainnya.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 54 Tahun 2009

tentang Akuntansi Restrukturisasi Utang-Piutang Bermasalah terdiri dari:

a. Pelunasan utang melalui pengalihan aset

Sehubungan pelunasan utang melalui pengalihan aset berupa tanah, bangunan, aset

lain, dan piutang kepada kreditur untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya.

Debitur dapat mengakui keuntungan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi

kewajiban, keuntungan tersebut dihitung dari selisih lebih antara nilai tercatat

utang yang diselesaikan dengan nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.

b. Modifikasi persyaratan utang

Dalam pengajuan kredit melalui modifikasi persyaratan tanpa melakukan

pengalihan aset tetapi debitur harus mencatat dampak dari pengajuan kredit

tersebut secara prosfektif sejak saat pengajuan kredit dilaksakan dan tidak boleh

mengubah nilai tercatat pada saat pengajuan kredit, kecuali jika nilai tercatat

tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam

persyaratan baru. Jumlah pembayaran kasa masa depan harus mencakup jumlah

bunga dan jumlah pokok utang periode masa depan tanpa memperhitungkan nilai

tunainya.

c. Kombinasi cara restrukturisasi piutang

Restrukturisasi piutang bermasalah dapat dilakukan dengan penerimaan aset

sebagai penyelesaian piutang dan modifikasi terhadap sisa piutang. Kreditur

mencatat pengajuan kredit dengan pengakuan aset yang akan diterima sebesar nilai

Page 11: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

11

wajarnya. Kerugian dari pengurangan jumlah piutang yang tercatat dapat diakui

sebelum restrukturisasi dengan mengurangi taksiran jumlah penyisihan piutang,

kemudian menaikkan taksiran jumlah piutang tidak tertagih. Biaya-biaya lain yang

dikeluarkan oleh kreditur dalam restrukturisasi piutang bermasalah dicatat sebagai

biaya pada saat terjadinya kredit.

Menurut Hariyani (2010:41), apabila penyelamatan kredit yang dilakukan

oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan

berupa penyelesaian kredit macet melalui program penghapusan kredit macet (write-

off). Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku atau

penghapusan secara bersyarat atau conditionalwrite-off, dan hapus tagih atau

penghapusan secara mutlak atau absolutewrite-off.

Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga belum berhasil

mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat

menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui jalur litigasi (proses

peradilan) maupun jalur non-litigasi (diluar proses peradilan).Penyelesaian kredit

bermasalah dilakukan, menurut Hariyani (2010: 99) seperti pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1

Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet

Page 12: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

12

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Sekayu

yang beralamat di JL.Letnan Munandar No. 397 Kabupaten Musi Banyuasin.

3.2 Data yang digunakan

Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder,

yaitu data :

2) Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual

terjadinya peristiwa.

3) Data Sekunder

Data Sekunder berarti data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri

oleh peneliti.Dalam hal ini data sekunder yang diperoleh penulis berupa jumlah

Krediat Usaha Rakyat KUR) yang macet dari tahun 2012-2013 pada PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Sekayu.

3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan penulis untuk memperoleh dan mengumpulkan data

penelitian yang diperlukan menurut Subagyo (2004:37) adalah:

2. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah riset yang dilakukan dengan jalan mendatangi langsung ke

tempat yang berhubungan dengan objek penulisan. Penulisan menggunakan 2

(dua) teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan tanya

jawab langsung dengan pihak yang berwenang yang berkaitan dengan objek

penelitian. Dari teknik ini penulis mendapatkan informasi tentang perlakuan

akuntansi kredit bermasalah disektor KUR pada PT. Bank Rakyak Indonesia

Cabang Sekayu.

Dokumentasi, pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen

atau bukti tertulis atau catatan-catatan tertulis perusahaan guna melengkapi

penelitian informasi didapat penulis dari teknik ini adalah informasi tentang

sejarah perusahaan.

3. Studi kepustakaan

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan membaca buku-buku,

laporan-laporan serta referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah

perlakuan akuntansi kredit bermasalah disektor KUR pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Sekayu.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian diolah dengan menggunakan teknik

tertentu. Subagyo (2006:106), membagi teknik analisis data menjadi:

1. Teknik Analisis Kualitatif

Page 13: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

13

Suatu analisis yang dilakukan terhadap data yang berupa informasi uraian

kemudian dikaitkan dengan data yang lainnnya untuk mendapatkan penjelasan

terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya sehingga memperoleh gambaran baru

ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada atau sebaliknya.

2. Teknik Analisis Kuantitatif

Suatu analisis data yang dituangkan dalam bentuk angka untuk gambaran

sehingga menentukan suatu penjelasan dari angka-angka atau

memeperbandingkan dari beberapa gambaran sehingga memperoleh gambaran

baru kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk kalimat atau uraian.

Berdasarkan uraian diatas, maka teknik analisis data yang digunakan

dalam penyusunan skripsi ini adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.Data

yang berhasil dikumpulkan diolah dan disusun secara sistematik kemudian

dianalisis secara kuantitatif. Hasil analisis secara kuantitatif akan dijelaskan

secara kualitatif sehingga menghasilkan hasil dan kesimpulan dari penelitian

tersebut.

4. PEMBAHASAN

Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012 PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Mulai menerapakan PSAK Nomor 55 (Revisi 2011) tentang

pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, PSAK Nomor 50 (Revisi 2010)

tentang pengungkapan instrumen keuangan dan PSAK Nomor 60 tentang penyajian

instrument keuangan sebagai pengganti dari PSAK Nomor 55 (Revisi 2006) dan

PSAK Nomor 50 (Revisi 2006).

4.1. Analisis Kredit Bermasalah PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Sekayu

4.1.1. Pengakuan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Kategori kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia berdasarkan tunggakan

angsuran dibagi atas 5 golongan.Golongan I kredit lancar yaitu kredit yang tidak

terdapat tunggakan, setiap jatuh tempo angsuran debitur dapat membayar pijaman

pokok dan bunga. Golongan II kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan

kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman pokok dan pembayaran bunga akan

tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari (tidak melebihi 90 hari kalender).

Golongan III kredit kurang lancer terjadi apabila debitur tidak dapat membayar

angsuran pokok dan bunga antara 90 hari sampai dengan 180 hari. Golongan IV

kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran dan

pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Golongan V kredit macet

yaitu kredit yang terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut setelah

270 hari. Kredit bermasalah atau NPL diakui pada saat tunggakan angsuran masuk

golongan III dan seterusnya atau lebih dari 90 hari, Sedangkan untuk golongan I dan

III merupakan performing loan. Dan pada berdasarkan data yang saya dapat bahwa

terjadi peningkatan jumlah nasabah kredit macet dari 47 nasabah kredit macet pada

tahun 2012 dan tahun 2013 meningkat menjadi 108 (terjadi peningkatan 59 nasabah

kredit macet dari tahun 2012), adanya peningkatan kredit pada tahun 2013

Page 14: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

14

menunjukkan PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu kurang maksimal dalam

meningkatkan perannya sebagai lembaga intermediasi.

4.1.2. Pengukuran Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Sebelum 1 Januari 2010 bank rakyat Indonesia menggunakan dasar

pengukuran kredit bermasalah dengan konsep historical cost dimana asset dicatat

sebesar pengeluaran kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar yang dibayar

atausebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada

saat perolehan. Sejak januari 2010 kredit bermasalah diukur dengan penurunan nilai

yaitu kondisi dimana terdapat bukti objektif terjadinya peristiwa yang merugikan

akibat satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengukuran awal asset tersebut .

Pengukuran tentang kredit bermasalah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk tersebut telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (Revisi tahun 2011) tentang

pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan.

4.1.3. Penyajian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Penyajian kredit bermasalah (NPL) pada laporan keuangan disajikan di

neraca. Kredit bermasalah disajikan di neraca sebagai komponen dari aktiva dengan

nama rekening“kredit yang diberikan setelah dikurangi penyisihan kerugian

penurunan nilai”. Penyajian kredit bermasalah atau instrumen yang tergolong dalam

asset keuangan tidak diatur dalam PSAK Nomor 50 (revisi tahun 2010). PSAK

Nomor 50 (revisi tahun 2010) hanya mengatur tentang penyajian kewajiban dan

ekuitas.

4.1.4. Pengungkapan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Pengukuran tentang kredit bermasalah, beserta metode dan kebijakan

akuntansi yang digunakan oleh PT. BRI (Persero) diungkapkan dalam catatan atas

laporan keuangan. Kredit bermasalah diungkapkan dengan nilai wajar pada catatan

atas laporan keuangan PT. BRI (Persero) Tbk. PT.BRI (Persero) Tbk. Dalam

mengungkapkan kredit bermasalah telah sesuai dengan PSAK Nomor 60 dimana

telah mengungkapkan nilai tercatat kredit bermasalah yang merupakan komponen

dari kredit yang diberikan dan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh PT. BRI

(Persero) Tbk. Seperti pengakuan danpengukuran terhadap kredit bermasalah.

4.2 Dampak Pengakuan Kredit Usaha Rakyat yang Bermasalah bagi PT. BRI

(Persero) Cabang Sekayu

Dampak kredit bermasalah (Non Performing Loan) sangat besar. Jika kredit

bermasalah tidak ditangani dengan baik, maka kredit bermasalah merupakan sumber

kerugian yang sangat potensial bagi bank, oleh karena itu diperlukan penanganan

yang sistematis dan berkelanjutan. Peranan sektor perbankan adalah menjembati dua

kelompok kepentingan masyarakat, yaitu antara pemilik dana (surplus spending

units) dengan yang membutuhkan dana (deficit spending units).

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan

pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau

Page 15: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

15

mengalami kerugian yang potensial. Kredit menjadi bermasalah dapat disebabkan

oleh berbagai hal yang berasal dari nasabah, kondisi internal bank dan pemberi

kreditserta faktor eksternal yang tidak dapat diabaikan. Adapun dampak pengakuan

kredit usaha rakyat yang bermasalah bagi PT. BRI (Persero) Cabang Sekayu adalah

sebagai berikut:

1. Dampak terhadap Likuiditas Bank

Kredit usaha rakyat yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar

angsuran, namun tidak mampu mengangsur, karena kredit tidak lancar atau

bermasalah, maka PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Sekayu terancam tidak likuid.

2. Dampak terhadap Rentabilitas Bank

Kredit Usaha Rakyat yang bermasalah akan berdampak pada penghasilan

bunga yang akan diperoleh PT. Bank Rakyat Indonesia juga akan bermasalah atau

tidak akan diterima oleh perusahaan.

3. Dampak terhadap Modal Bank

Besar kecilnya ekspansi usaha bank sangat ditentukan dengan perkembangan

kredit. Jika kredit usaha rakyat yang bermasalah tidak tumbuh dengan baik, maka

bank juga tidak dapat berkembang dengan baik.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Pengakuan kredit bermasalah yang dilaksanakan PT BRI (persero) Cabang

Sekayu telah sesuai dengan aturan perbankan dan PSAK Nomor 50 (Revisi

tahun 2010) tentang Penyajian Instrumen Keuangan, PSAK Nomor 55 (Revisi

2011) tentang Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan dan PSAK

Nomor 60 tentang Pengungkapan Instrumen Keuangan. Ketiga standar tersebut

menggantikan PSAK Nomor 55 (Revisi 2006) dan PSAK Nomor 50 (Revisi

tahun 2006). Ketiga standar tersebut juga telah sesuai dengan International

Financial Reporting System (IFRS) yang sebelumya telah diterapkan oleh

perbankan internasional.

2. Pengakuan kredit usaha rakyat yang bermasalah bagi PT. BRI (Persero) Cabang

Sekayu berdampak pada Likuiditas, Rentabilitas dan Modal Sendiri.

5.2. Saran

1. Praktik perlakuan akuntansi kredit bermasalah yang telah sesuai dengan PSAK

Nomor 55 (Revisi tahun 2011) dan PSAK Nomor 60 (Revisi tahun 2010)

diharapkan terus konsisten untuk diterapkan supaya informasi yang dihasilkan

memiliki daya banding yang tinggi.

2. Dalam penyajian dan pengungkapan pendapatan bunga yang berasal dari

golongan non performing (kurang lancar, diragukan dan macet) yang

disajikan di neraca sebagai estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi

sebaiknya PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Agar menyajikan dan

mengungkapkan secara lebih rinci berapa pendapatan bunga yang diterima dari

Page 16: Jurnal acsy ganjil 2015-2016 (Endang)

16

kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet, sehingga akan

nampak jumlah sebenarnya kredit yang benar-benar tidak dapat ditagih yang

berpotensi menyebabkan kerugian bagi Bank.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian,Indra dan Suharjono.2006. Akuntansi Perbankan. EdisiPertama. Jakarta: Salemba

Empat

Dunia,Firdaus A. 2005. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Jakarta:Lembaga UI

Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. Edisi revisi. Jakarta:PT.Raja grafindo

Persada

Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta:PT. Elex

Media Komputindo

Hasibuan, Malayu. 2006. Dasar-dasar Perbankan. Edisi kelima.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi

2000.Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama dengan Bank Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).2008. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Jakarta:

Diterbitkan atas kerjasama dengan Bank Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Jakarta : Kencana

Kasmir.2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maria, Evi. 2007. Akuntansi Untuk Perusahaan Jasa. Ed.1 Yogyakarta:Gaya Media

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Bank Umum. Jakarta :Intermedia

Subagyo, Joko. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.