Jurnal 7 - Suwendi

download Jurnal 7 - Suwendi

of 12

description

Jurnal Kependidikan

Transcript of Jurnal 7 - Suwendi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK LURUS DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN LUNCUR BAGI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 GEYER PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Suwendi *)

Abstrak, salah satu tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA materi gerak lurus dengan strategi quantum teaching menggunakan media papan luncur bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan sejak februari sampai dengan mei 2015. Metode penelitian adalah tindakan kelas dengan dua siklus tindakan yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen pengumpulan data menggunakan alat tes untuk hasil belajar dan lembar observasi untuk aktivitas guru dan siswa. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan adanya perbaikan pembelajaran, aktivitas belajar siswa meningkat dari skor 2,3 di kondisi awal menjadi 3,3 di siklus I, dan naik menjadi 3,8 di siklus II. Berdasarkan KKM, hasil belajar siswa meningkat dari prasiklus 44,44% menjadi 88,89% di siklus I dan menjadi 100% tuntas di siklus II.

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, IPA, Quantum Teaching, Media Papan Luncur

1 PENDAHULUANIlmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006:5). Pendidikan fisika di SMP diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerap-kannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjela-jahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA fisika diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat mem-bantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

*) Guru SMPN 4 Geyer Kabupaten GroboganPembelajaran Fisika di SMP Negeri 4 Geyer seharusnya mampu membuat siswa lebih aktif dan terdorong untuk bekerja secara ilmiah. Selama ini pembelajaran IPA di SMP Negeri 4 Geyer lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Kenyataan menunjukkan data sebanyak 51,85% nilai IPA di kelas VII B dari hasil ulangan harian kurang dari KKM Individu yang ditentukan sekolah yaitu sebesar 72. Sedangkan rata rata nilai kelas adalah 71,85. Ini menunjukkan bahwa selama ini prestasi belajar siswa di kelas VII B dalam mata pelajaran IPA Fisika masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar fisika. Sehingga Perlu di terapkan suatu strategi pembelajaran inovatif yang dapat menambah motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar IPA sehingga mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Salah satu jenis strategi pembe-lajaran yang memberikan kesempatan siswa secara aktif berpartisipasi dalam pembela-jaran dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar adalah Pem-belajaran dengan menerapkan strategi Quantum Teaching. Dalam Quantum teaching, pembelajaran berusaha mengako-modir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa sehingga diharapkan siswa dapat melibatkan seluruh emosinya dalam belajar. Menurut Bobby De Porter dalam buku Quantum Teaching (Ani, 2003:3) menje-laskan Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menerap-kan quantum teaching dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat lebih menggairahkan suasana pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya dapat melejitkan prestasi belajar. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian mengambil judul : Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus dengan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Menggunakan Media Papan Luncur bagi Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Berasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan permasala-hannya sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan strategi quantum menggunakan media papan luncur dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gerak lurus bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015?;2. Seberapa banyak peningkatan hasil belajar IPA materi gerak lurus dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching menggu-nakan media papan luncur bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015?.Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami penelitian ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada materi pemahaman konsep gerak.Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menjelaskan proses pembelajaran IPA materi gerak lurus dengan menerapkan strategi Quantum Teaching menggunakan media papan luncur di kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015;2. Mengetahui besaran peningkatan hasil belajar IPA materi gerak lurus melalui strategi pembelajaran Quantum Teaching menggunakan media papan luncur bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pengertian Prestasi Belajar IPA Prestasi adalah pencapaian atau tingkat daya serap. Dalam Ensiklopedi Umum dijelaskan pengertian secara etimologis dari kata prestasi itu adalah : Hasil yang dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan. (Pringgodib-yo, 1993 :263)Prestasi belajar merupakan penca-paian atau perolehan yang didapat setelah suatu kegiatan pembelajaran pada suatu periode tertentu. Prestasi itu lebih lanjut tercermin pada adanya perubahan. Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, siswa dikondisikan untuk mengalami suatu proses interaksi dengan lingkungan. Pada aktivitas Interaksi tersebut siswa dihadapkan dengan nilai-nilai positif dalam suatu pembelajaran yang diharapkan akan berdampak pada perubahan perilaku yang mengarah pada nilai positif tersebut. Perubahan perilaku yang mengarah pada nilai positif itulah yang merupakan subtansi dari prestasi belajar itu.

6Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian yang berwujud perubahan yang terjadi pada diri siswa (seseorang) yang mengarah pada tingkat nilai positif tertentu. Dalam pembelajaran IPA Terpadu prestasi tersebut sering kali disimbolkan dengan angka yang berjenjang dalam skala tertentu yang menunjukkan tingkatan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu periodesasi pembelajaran. Prestasi belajar IPA Terpadu siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Aspek Dasar Prestasi BelajarAspek-aspek prestasi belajar bisa dilihat dari beberapa sudut pandang. Dalam hal ini S. Bloom dalam Abdullah (2008:42) mengemukakan bahwa aspek-aspek itu meliputi aspek kognitif (pemahaman, kecerdasan), pshychomotor (aspek ketrampilan) dan Afektif Domain yakni sikap.Demikian menyangkut aspek-aspek prestasi belajar. suatu contoh prestasi yang berkenaan dengan prestasi belajar IPA Terpadu tentu tinggallah mengaitkan dengan aspek-aspek tersebut misalnya dalam aspek kognitif ditandai dengan tingkat hafalan, pemahaman, analisis, sintesis, terhadap konsep-konsep IPA Terpadu khususnya fisika. Sedang Afektif misalnya sikapnya yang sesuai dengan kaidah ilmiah seperti jujur, disiplin, rendah hati, menghargai orang lain dan lain sebagainya. Dalam kaitan prestasi mapel IPA Terpadu ini justru antara aspek kognitif dan yang lainnya harus mempunyai suatu keseimbangan.

Materi Gerak Lurus dalam IPAPengertian gerak lurus berubah beraturan (GLBB) sangat beragam. Menurut sumber id.wikipedia.org, Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Sedangkan dikutip dari bebas.xlsm.org, Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan v yang berubah setiap saat karena adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau perlambatan (a= ). Sementara sumber lain dikutip dari sidikpurnomo.net, GLBB adalah gerak suatu benda pada lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Maksud dari percepatan tetap yaitu percepatan percepatan yang besar dan arahnya tetap. Jadi dapat disimpulkan, gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dengan lintasan garislurus dan memiliki kecepatan setiap saat berubah dengan teratur. Pada gerak lurus berubah beraturan gerak benda dapat mengalami percepatan atau perlambatan. Gerak benda yang mengalami percepatan disebut gerak lurus berubah beraturan dipercepat, sedangkan gerak yang mengalami perlambatan disebut gerak lurus berubah beraturan diperlambat. Benda yang bergerak semakin lama semakin cepat dikatakan benda tersebut mengalami percepatan. Sedangkan benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah percepatan selalu konstan setiap saat. Walaupun besar percepatan suatu benda selalu konstan tetapi jika arah percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan. Demikian juga sebaliknya jika arah percepatan suatu benda selalu konstan tetapi besar percepatan selalu berubah maka percepatan benda tidak konstan. Terdapat 3 rumus gerak lurus berubah beraturan, yaitu :

Keterangan:Vt = kecepatan akhir atau kecepatan setelah t sekon (m/s)V0 = kecepatan awal (m/s)a = percepatan (m/s2)t = selang waktu (s)

Dalam hubungannya dengan Matematika, GLBB dapat digunakan untuk menghitung jarak tempuh yang dialami benda yang bergerak lurus berubah beraturan dengan rumus luas matematika.

Pembelajaran Quantum Teaching Pengertian Quantum Teaching menurut Bobby De Porter (2003:3) adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan .Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan penga-jaran. Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose (2001:247) juga berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengako-modir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari kebera-gaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.Adapun asas quantum teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan pemahaman tentang isi dunia itu.Masih menurut Bobby (2003:4) tujuan dari quantum teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan Terdapat perbedaan antara tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih. Sedangkan prioritas merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar, dengan memadukan berbagai unsur-unsurnya serta melakukan penggubahan, merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas sebagai tujuan.Secara prinsip quantum teaching dijelaskan sebagai berikut:1) Segalanya berbicaraMenurut Bobby (2003:7) segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar; 2) Segalanya bertujuanSemua yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone (2004:7) membuat istilah yang memotivasi: tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya; 3) Pengalaman Sebelum Pemberian NamaOtak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari;4) Akui Setiap UsahaBelajar mengandung resiko. Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson ( dalam Yulianto Rahmat, 2005:7) bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif;5) Jika Layak Dipelajari, Layak Pula DirayakanPerayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden (2004:327) berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.

Quantum teaching merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran yang berorientasi untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan (Fun and Motivated Learning). Langkah-langkah dalam penerapan quantum teaching antara lain :1) TumbuhkanLangkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, memikat siswa dan menyertakan siswa secara langsung dalam pembelajaran. 2) AlamiLangkah kedua adalah member siswa pengalaman belajar dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. 3) NamaiLangkah ketika guru memberikan data saat siswa minat siswa telah mencapai maksimal. 4) DemonstrasikanLangkah keempat guru mengkaitkan pengalaman dengan data baru agar siswa menghayai pengetahuan yang telah di dapat.5) UlangiLangkah kelima guru mengajak siswa untuk mengulangi konsep yang telah di bahas dan juga dalam fase ini guru melaksanakan evaluasi 6) Rayakan Langkah terakhir guru dan siswa merayakan atau melakukan selebrasi terhadap kesuksesan pembelajaran yang telah dilakukan.

Media PembelajaranMedia pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran (Sukayati , 2003 :1). Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling sederhana dan murah hingga media yang canggih serta mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang berlangsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.Pada dasarnya media media yang banyak digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah media komunikasi (Azhar, 1997 : 21). Meskipun media banyak sekali ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Berbagai jenis media yang telah dimanfaatkan guru di sekolah antara lain gambar, Overhead Projektor (OHP), kaset audio, Video, VCD, slide (Film bingkai), program pembelajaran komputer dan presentasi meggunakan program microsof powerpoint dan program-program lain. Rudi & Cepi (2007: 13) mengelompokkan media melalui bentuk penyajiannya dan cara penyajiannya, yaitu meliputi tujuh kelompok media penyaji yaitu (a) Kelompok kesatu; grafis, bahan cetak, peralatan dan gambar diam, (b) kelompok kedua,; media proyeksi diam (c) kelompok ketiga; media audio, (d) kelompok keempat, media gambar hidup/film, (e) kelompok kelima, media televisi, (f) kelompok ketujuh multi media. Selain itu perlu kita ingat bahwa ada media lain yang tidak termasuk media penyaji, yaitu media obyek dan media interaktif.Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Kemp dan Dyaton (1985) dalam Aristo (2004:13), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu :a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkanb. Proses pembelajaran dapat lebih menarikc. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktifd. Efisiensi dalam waktu dan tenagae. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswaf. Media memungkinkan proses belajar dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukang. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajarh. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktfDengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar dan lain-lain.

Kerangka BerpikirMateri gerak lurus merupakan salah satu materi pokok pada mata pelajaran IPA Terpadu di SMP semester II. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapanya dalam kehidupan sehari-hari.Dengan menggunakan atau menerap-kan strategi Quantum Teaching pada Pembelajaran IPA Terpadu di SMP khususnya pada materi gerak diharapkan siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran dikemas dengan suasana yang menyenangkan.Guru sebagai peneliti berpikir bahwa setelah diberikan tindakan kelas dengan menerapkan strategi quantum teaching maka siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran dikemas dengan suasana yang menyenangkan, sehingga akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.

Hipotesis TindakanSetelah melihat permasalahan yang ada dan sesudah melakukan kajian pustaka, maka peneliti mengusulkan hipotesis tindakan sebagai berikut:Dengan penerapan pembelajaran quantum teaching menggunakan media papan luncur dapat meningkatkan hasil belajar IPA Terpadu materi gerak lurus bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

METODE PENELITIAN Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Geyer yang beralamat di Jl.banyuurip Desa Suru Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Penelitian berlangsung selama 4 (Empat) bulan yaitu dari bulan Februari 2015 sampai dengan Mei 2015.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer Kabupaten Grobogan yang sejumlah 27 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 12 perempuan dengan tingkat kemampuan belajar yang berbeda.Instrumen penelitian bersumber: a) Nilai hasil belajar dari instrumen tes yang didapatkan dari evaluasi pembelajaran di setiap akhir siklus; b) Aktivitas siswa dan guru, dari instrumen lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru yang didapatkan saat pembelajaran berlangsung.Data hasil belajar siswa atau nilai ulangan dianalisis secara deskriptif statistic kualitatif dengan teknik persentase berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Sesuai perhitungan KKM yang mempertimbangkan intake, daya dukung dan kompleksitas, dalam penelitian ini, siswa dikatakan tuntas secara individual apabila skornya mencapai 72 (sesuai penetapan KKM SMP Negeri 4 Geyer). Sedangkan secara klasikal, ketuntasan kelas dicapai apabila dalam satu kelas siswa yang mencapai tuntas secara individu mencapai 80% dari keseluruhan siswa. Sedangkan data pengamatan hasil aktivitas guru dan siswa digunakan teknik penskoran nilai untuk dijelaskan secara kualitatif dengan menggunakan indicator yang sudah disiapkan peneliti.Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 2 kegiatan tatap muka, dimana pada pertemuan pertama digunakan untuk kegiatan proses pembelajaran sedangkan pertemuan kedua digunakan untuk evaluasi hasil / penilaian, dengan masing masing tatap muka selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi. (Suharsimi Arikunto dkk, 2007:9)Disetiap siklus tindakan, guru mela-kukan prosedur tindakan/pelaksanaan sebagai berikut:1. Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitu penerapan strategi quantum teaching dalam materi gerak lurus .2. Guru melakukan pembentukan kelompok.3. Guru memotivasi siswa dengan cara menanyakan kepada siswa : Apakah kalian pernah bepergian dengan kereta api? (Fase Tumbuhkan) 4. Siswa melakukan percobaan tentang gerak lurus beraturan (Fase Namai)5. Tiap kelompok mendemonstrasikan gerak lurua beraturan (Fase Demonstrasikan) 6. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan (Fase Ulangi) 7. Guru mengevaluasi siswa (Fase Ulangi)8. Guru dan siswa merayakan keberhasilan pembelajaran dengan cara bertepuk tangan dan bernyanyi bersama (Fase rayakan)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN-NYA

Deskripsi Hasil Penelitian Kondisi Awal (Prasiklus)

Pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Februari 2015 untuk pertemuan pertama dan Kamis, 26 Februari 2015 untuk pertemuan kedua. Peneliti telah melakukan sejumlah perencanaan seperti, menyusun RPP, lembar kerja dan instrumen / indikator penilaian baik untuk tes kemampuan siswa maupun observasi pembelajaran (lembar observasi aktifitas guru dan siswa) yang diperlukan dalam proses pembelajaran.Pelaksanaan kegiatan prasiklus berjalan seperti pada kegiatan pembelajaran biasanya. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi materi gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Ditengan kegiatan guru juga membuka tanya jawab dan diskusi, dan guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan penjelasan secara singkat karena waktu yang tersedia telah habis. Sedangkan untuk kegiatan evaluasi dilaksanakan pada pertemuan kedua.Pengamatan di kondisi awal (prasiklus) ini menjelaskan keaktifan siswa masih belum optimal. Secara umum aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran cukup baik, dan terlihat pada hasil pengamatan di komponen pengamatan memiliki buku, membaca buku dan mengerjakan soal/latihan menunjukkan kategori baik. Guru masih belum menggunakan alat/media sementara pada komponen observasi penguasaan materi sudah urut dan sistematis. Dari olah data lembar observasi guru, didapatkan hasil rerata penilaian dengan skor 2,55 dengan kategori baik.Analisis data hasil belajar siswa, memperlihatkan kemampuan belajar siswa bervariasi/berbeda-beda seperti yang diperlihatkan grafik berikut.

Gambar 1. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Prasiklus

Selain itu, hasil olah data nilai pada kondisi awal (prasiklus) berdasarkan kriteria ketuntasan adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulsasi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus. Nilai KKMKriteriaFre-kuensiProsen-tase

> 72Tuntas1244,44%

< 72Tidak Tuntas1555,56%

Jumlah27100%

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan: 1) Secara individu, dari 27 siswa yang ada di kelas, sebanyak 12 siswa telah mampu mencapai KKM, sedangkan sisanya yaitu 15 orang atau sebanyak 55,56% belum mampu mencapai KKM yang ditentukan sebesar 72; 2) Secara klasikal, ketuntasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 80% belum terpenuhi, yaitu baru mencapai 44,44%. Analisis nilai juga memberikan informasi bahwa peserta didik mencapai nilai tertinggi di skor nilai 90, sedangkan nilai terendah pada skor 60, dan rerata nilai sebesar 71,48. Sedangkan nilai modus di skor nilai 75. Siklus I Pelaksanaan tindakan kelas atau pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2015 untuk pertemuan pertama jam ke 3 4, dan Kamis, 19 Maret 2015 untuk pertemuan kedua pada jam ke 5 6.Berdasarkan refleksi pada prasiklus, guru sekaligus peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran dengan strategi pembelajaran quantum teaching. Dengan mengacu pada prosedur pelaksanaan tindakan sesuai RPP, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran yang dapat digambarkan sebagai berikut : a) Pada kegiatan awal pembelajaran guru memberikan salam dan apersepsi materi, Kemudian guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 4 - 5 orang untuk melakukan percobaan; b) Pada kegiatan pembelajaran Inti, guru menugaskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan yang ada di modul belajar berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Guru meminta masing masing kelompok untuk memaparkan hasil dengan cara undian, kelompok yang mendapat giliran menyampaikan hasil pekerjaannya yang diwakili oleh dua orang siswa; c) Di kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah dibahas untuk memperkuat pemahaman siswa. Kegiatan ditutup dengan perayaan berupa tepuk tangan guru bersama siswa dan bernyanyi bersama.Pengamatan di siklus I ini memberitahukan bahwa dalam melakukan percobaan siswa masih terlihat belum mengerti dan meminta bantuan dari guru. Selian itu terlihat beberapa siswa dalam kelompok mengerjakan dengan lancar tetapi ada yang kesulitan dalam mengerjakan soal yang ada dalam modul belajar. Pada saat dibuka tanya jawab banyak siswa terdiam, sehingga guru harus mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, baru kemudian terjadi Tanya jawab. Hasil olah data lembar observasi aktifitas siswa pada siklus I, diperoleh hasil rerata penilaian dengan skor nilai 3,3 dalam kategori Baik, dan hasil pengamatan aktifitas guru mendapat skor nilai 3,45 yang juga masuk dalam kategori Baik.Pembelajaran yang lebih baik ini berdampak pada hasil belajar siswa. Dilihat dari distribusi frekuensi tergambarkan adanya peningkatan sebaran perolehan nilai siswa di rentang kelas atas na modus nilai yang lebih baik, seperti yang digambarkan pada grafik berikut.

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I

Kenaikan hasil belajar pada siklus I berdasarkan kriteria ketuntasan disajikan dalam tabel 4. berikut.

Tabel 2.Rekapitulsasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I. Nilai KKMKriteriaFrekuensiProsentase

> 72Tuntas2488,89%

< 72Tidak Tuntas 311,11%

Jumlah5827

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Sesuai tabel dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Secara individu, sebanyak 46 peserta didik atau 88,89% telah mampu mencapai KKM, sedangkan sisanya yaitu 3 peserta didik yang ada di kelas belum mampu mencapai KKM yang ditentukan sebesar 72; 2) Dan secara klasikal, ketuntasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 80% sudah terpenuhi, yaitu baru mencapai 89,89%. Selanjutnya analisis juga memberi informasi, bahwa di siklus I peserta didik berhasil mencapai nilai tertinggi pada skor nilai 100, sedangkan nilai terendah di skor 60, dan rerata nilai sebesar 84,26. Dari kegiatan refleksi siklus I, guru selaku peneliti memperoleh informasi sebagai berikut: 1) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dan siswa masih canggung untuk bekerja secara kelompok, 2) Beberapa siswa masih terlihat pasif dalam aktifitas kelompok, dan hanya mengandalkan satu atau dua orang saja untuk menyelesaikan tugas, 3) Siswa belum terampil dalam melakukan percobaan. Hal tersebut dapat dilihat pada saat pembelajaran, masih terdapat beberapa siswa yang melakukan aktivitas tidak relevan, masih banyak siswa yang kurang konsentrasi, kurang memperhatikan petunjuk. Guru selaku peneliti menyimpulkan, bahwa meskipun sudah ada peningkatan baik proses pembelajaran maupun hasil belajar, namun belum sesuai harapan maksimal perbaikan, oleh karenanya penelitian harus dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II Tindakan kelas atau pembelajaran pada Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 1 April 2015 untuk pertemuan pertama jam ke 3 dan 4, dan Kamis, 2 April 2015 untuk pertemuan kedua pada jam ke 5 dan 6.Pelaksanaan tindakan kelas di siklus II ini tidak beda dengan siklus I, akan tetapi sesuai refleksi pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran di siklus II ini lebih menekankan pada keaktifan siswa dan terlihat siswa mulai mendominasi kegiatan dengan tanyajawab dan bekerja secara kelompok, jika di siklus I siswa dalam kelompok hanya mengandalkan satu atau dua orang saja untuk menyelesaikan tugas, sekarang menjadi lebih aktif dengan peran serta semua anggota kelopok. Selain itu pada siklus II ini siswa sudah terampil dalam melakukan percobaan.Berdasarkan pengamatan observer, kegiatan pembelajaran di siklus 2 ini tampak lebih baik dari sebelumnya, aktifitas guru dan siswa juga dinilai lebih bagus dibanding pada siklus sebelumnya. Rerata nilai hasil olah data lembar observasi aktifitas siswa di siklus II sebesar 3,8 yang dikategorikan sangat baik, sedang aktivitas guru dinilai sebesar 3,91 yang juga dalam kategori sangat baik.Analisis data hasil belajar menginformasikan sebaran frekuensi hasil belajar yang cukup bervariasi. Untuk memudahkan dalam membedakan hasil belajar peserta didik di siklus II ini dapat diamati gambar grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siklus II

Dan berdasarkan kriteria ketuntasan (KKM) disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. Rekapitulsasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II. Nilai KKMKriteriaFrekuensiProsentase

> 73Tuntas27100 %

< 73Tidak Tuntas 00 %

Jumlah27100 %

Sumber Data : Olahdata Penelitian

Sesuai tabel dapat dijelaskan, seba-gai berikut : 1) Secara individu, sebanyak 27 peserta didik atau 100% siswa telah mampu mencapai yang ditentukan sebesar 73; 2) Secara klasikal, ketuntasan kelas yang ditetapkan sebelumnya sebesar 80% telah terpenuhi. Analisis data juga menjelaskan, siswa berhasil mencapai nilai tertinggi dengan skor nilai 100, sedangkan nilai terendah di skor 80 dengan nilai rata-rata sebesar 92,41. Refleksi siklus II menjelaskan, secara umum kegiatan pembelajaran sudah lebih baik dan kriteria ketuntasan individu maupun klasikal telah terpenuhi dengan rerata hasil belajar yang lebih baik. Hal ini disebabkan siswa sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran Quantum Teaching dengan baik, selain itu siswa juga sudah trampil melakukan percobaan. Perhatian dan bimbingan guru pada tiap kelompok membuat siswa cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dan dikarenakan aktivitas belajar dan hasil belajar telah meningkat baik siklus 1 maupun siklus 2, maka diputuskan untuk mengakhiri siklus penelitianPembahasan Hasil PenelitianSesuai uraian dimuka, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus ke siklus. Perbandingan hasil perbaikan ini sesuai hasil olahdata ditunjukkan tabel berikut.

Tabel 4.Perbandingan Pencapaian KKM per SiklusNilaiKri-teriaPra SiklusSiklus ISiklus II

FrekuensiProsentaseFrekuensiProsentaseFrekuensiProsentase

> 72Tuntas1244,44%2488,89%27100%

Berdasarkan data hasil belajar ini dapat dijelaskan sebagai berikut, secara klasikal prosentase ketuntasan individu dari kondisi awal ke siklus I meningkat sebesar 44,45%, selanjutnya ketuntasan individu dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 11,11%. Selain itu untuk mengukur keberhasilaan penelitian, data ditandingkan kembali dengan penetapan ketuntasan kelas yang sejak awal telah ditetapkan sebesar 80%. Hasil tandingan tersebut menghasilkan penilaian belum tuntas pada kondisi awal (prasiklus) yaitu pencapaian ketuntasan kelas sebesar 44,44%. Dan setelah adanya tindakan pada siklus I, pencapaian ketuntasan kelas sebesar 88,89% yang dinilai sudah tuntas, kemudian setelah perbaikan tindakan di siklus II, pencapaian ketuntasan kelas mencapai 100%. Dan untuk memudahkan dalam pemahaman peningkatan ini dapat digambarkan dalam grafik berikut.

Gambar 4.Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Materi Gerak Lurus

Berdasarkan data hasil belajar, jika dibandingkan kondisi awal (prasiklus), ada peningkatan rerata nilai sebesar 12,78% setelah diterapkan tindakan pada siklus I, pengamatan pada hasil belajar di siklus II menunjukkan adanya peningkatan rerata nilai kembali sebesar 20,93% dibandingkan pada kondisi awal (prasiklus), kemudian jika dibandingkan dengan hasil di siklus 1, hasil pada siklus II memperlihatkan adanya peningkatan rerata nilai kembali sebesar 8,15%.Dari pembahasan ini menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar terus meningkat dan setelah dibandingkan dengan standar ketuntasan baik individu maupun kelas menunjukkan bahwa, penerapan strategi pembelajaran quantum teaching menggunakan media papan luncur dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar materi gerak lurus bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer pada semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015. Dengan demikian hipotesis telah terbukti benar dan dapat diterima.

PENUTUP SimpulanBerdasarkan pembahasan dimuka dapat disimpulkan bahwa: a) Penerapan pem-belajaran quantum teaching pada mata pelajaran IPA materi gerak lurus dilakukan dengan cara mengorganisasi siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan 6 (enam) langkah berikut: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi dan 6) rayakan; b) Penerapan pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gerak lurus siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Geyer Kabupaten Grobogan pada Tahun Pelajaran 2014/2015 yang ditunjukkan dengan perolehan ketuntasan belajar sebesar 88,89% pada siklus I dan 100% pada siklus II dengan kemampuan rerata siswa dari kodisi awal 71,48% meningkat menjadi 84,26% di siklus I dan 92,41% di siklus II.

SaranPeneliti dapat memberikan saran-saran berikut : 1) Bagi Guru, sebaiknya strategi pembelajaran quantum teaching digunakan untuk melakukan usaha perbaikan pembelajaran di sekolah agar prestasi belajar siswa meningkat; 2) Bagi Sekolah, strategi pembelajaran quantum teaching dapat menjadi salah satu alternative bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah. Bandung: Maestro.Bobby De Porter. 2003. Quantum Teaching, Terjemahan oleh Ary Nilandari Cet. XI. Bandung : Kaifa.Dave Maier. 2001. Accelerated Learning (Cet.I), terjemahan oleh Astuti. Bandung : Kaifa.Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi mata pelajaran IPA SMP. Jakarta.Gordon Dryden. 2004. Revolusi Cara Belajar. Terjemahan Ari Nilandari Cet. VIII : Bandung: Kaifa.Joni , T. R. 1992. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta : Universitas Terbuka.Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.Rahadi, Aristo. 2004. Media dalam Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.Subyantoro. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.Semarang:Duta Publishing Indonesia.Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian, Bandung : Wacana Prima