Jurnal 1 Libre

12
1 PERAN CONSCIENTIOUSNESS DAN SELF EFFICACY TERHADAP STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA Nanik Purwanti Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya terdiri dari 220 mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala conscientiousness, skala self efficacy, dan skala stres yang disusun oleh peneliti dan menggunakan skala likert. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peran simultan yang signifikan antara conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Ada peran parsial yang signifikan antara conscientiousness terhadap stres. Ada peran parsial yang signifikan antara self efficacy terhadap stres. Kata kunci: conscientiousness, self efficacy, stres, mahasiswa tahun pertama ABSTRACT This study aims to determine the role of conscientiousness and self efficacy to stress in first year student. Subjects in this study were students of the first year student of Psychology Studies Program, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University consists of 220 students. The research instrument used in this study consisted of conscientiousness scale, self efficacy scale, and stress scale developed by the researchers and using a likert scale. This study used multiple linear regression analysis. The results showed that there was a simultaneous significant role between conscientiousness and self efficacy to stress in first year student of Psychology Studies Program, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University. There was a significant partial role between conscientiousness to stress. There was a significant partial role between self efficacy to stress. Keywords : conscientiousness, self efficacy, stress, first year student PENDAHULUAN Latar Belakang Seseorang akan mengalami peralihan atau transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi ketika memasuki dunia kuliah. Peralihan seseorang dari siswa senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi mengulang fenomena top-dog dari posisi sebagai siswa tertua dan terkuat menjadi siswa termuda dan

description

contoh jurnal

Transcript of Jurnal 1 Libre

  • 1

    PERAN CONSCIENTIOUSNESS DAN SELF EFFICACY TERHADAP STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

    Nanik Purwanti

    Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya terdiri dari 220 mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala conscientiousness, skala self efficacy, dan skala stres yang disusun oleh peneliti dan menggunakan skala likert. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peran simultan yang signifikan antara conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Ada peran parsial yang signifikan antara conscientiousness terhadap stres. Ada peran parsial yang signifikan antara self efficacy terhadap stres.

    Kata kunci: conscientiousness, self efficacy, stres, mahasiswa tahun pertama

    ABSTRACT

    This study aims to determine the role of conscientiousness and self efficacy to stress in first year student. Subjects in this study were students of the first year student of Psychology Studies Program, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University consists of 220 students. The research instrument used in this study consisted of conscientiousness scale, self efficacy scale, and stress scale developed by the researchers and using a likert scale. This study used multiple linear regression analysis. The results showed that there was a simultaneous significant role between conscientiousness and self efficacy to stress in first year student of Psychology Studies Program, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University. There was a significant partial role between conscientiousness to stress. There was a significant partial role between self efficacy to stress.

    Keywords : conscientiousness, self efficacy, stress, first year student

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Seseorang akan mengalami peralihan atau transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi ketika memasuki dunia kuliah. Peralihan seseorang dari siswa senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi mengulang fenomena top-dog dari posisi sebagai siswa tertua dan terkuat menjadi siswa termuda dan

  • 2

    terlemah (Santrock, 2007). Mahasiswa tahun pertama juga mengalami peralihan dari remaja ke dewasa. Masa remaja berlangsung sejak usia sekitar 10, 11, atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal (Papalia dkk, 2009). Sedangkan masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun yang berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007). Peralihan tersebut seringkali mengakibatkan perubahan dan stres bagi mahasiswa tahun pertama karena dihadapkan dengan lingkungan baru dan tidak sedikit mahasiswa tahun pertama kelimpungan untuk mengatasi masalah dan konflik yang dialami (Papalia dkk, 2009). Berdasarkan survei terhadap 300.000 mahasiswa tahun pertama di 500 sekolah tinggi dan universitas, mahasiswa tahun pertama lebih menunjukkan stres sebagai bentuk reaksi terhadap masa transisi mereka (Santrock, 2007). Mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres lebih tinggi apabila dibandingkan dengan mahasiswa lain karena mahasiswa tahun pertama akan dihadapkan dengan kejadian menekan seperti konflik hubungan dengan orang tua, pacar, dan teman serta prestasi akademik rendah dan masalah keuangan. Mahasiswa tahun pertama juga akan menghadapi perubahan budaya, gaya hidup, dan lingkungan. Selain itu, hubungan antara dosen dengan mahasiswa sangat berbeda apabila dibandingkan hubungan antara guru dengan siswa karena jumlah mahasiswa yang besar. Perhatian dosen terhadap mahasiswa juga lebih sedikit apabila dibandingkan perhatian guru terhadap siswa. Pada tahun pertama kuliah, mahasiswa dituntut untuk dapat mengatasi masalah dan konflik yang dialami serta menjalankan penyesuaian terhadap lingkungan baru. Kegagalan mahasiswa untuk mengatasi masalah dan konflik yang dialami serta menjalankan penyesuaian terhadap lingkungan baru maupun kejadian menekan akan memicu stres (Ross dkk, 1999). Stres merupakan kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara seseorang dengan lingkungan yang bersumber pada sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang (Sarafino dan Smith, 2011). Sedangkan stres merupakan keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa, dan respon interpretasi seseorang yang menimbulkan ketegangan di luar kemampuan seseorang untuk mengatasi (Rahardi dan Safaria, 2004). Hasil penelitian Hernawati (2006) pada mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Tahun Akademik 2005/2006 yang tinggal di asrama putra dan asrama putri kampus IPB Darmaga menunjukkan bahwa 62,7 % mahasiswa mengalami stres tingkat tinggi, 32,7 % mahasiswa mengalami stres tingkat sedang, dan 4,7 % mahasiswa mengalami stres tingkat ringan. Sedangkan hasil penelitian Silalahi (2010) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa 8 % mahasiswa mengalami stres tingkat tinggi, 46 % mahasiswa mengalami stres tingkat sedang, dan 46 % mahasiswa mengalami stres tingkat rendah.

    Stres dapat dipengaruhi oleh stressor. Stressor merupakan sesuatu yang terjadi pada diri seseorang dan memperkuat perasaan tidak dapat mengatasi daripada perasaan dapat mengatasi. Stressor terdiri dari stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal merupakan penyebab stres yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti keinginan diri sendiri dan karakteristik kepribadian. Sedangkan stressor eksternal merupakan penyebab stres yang berasal dari luar diri seseorang, seperti tuntutan tugas dan hubungan dengan lingkungan (Chadha, 2006). Kepribadian merupakan pola sifat dan karakteristik tertentu yang relatif permanen dan memberikan konsistensi bagi perilaku seseorang (Feist dan Feist, 2011). Sedangkan kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme dalam diri seseorang

  • 3

    yang diorganisasikan, relatif bertahan mempengaruhi interaksi dan adaptasi seseorang didalam lingkungan (Buss dan Larsen, 2002). Kepribadian dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan membagi karakteristik kepribadian menjadi lima dimensi utama dalam big five personality, antara lain: openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Agar lebih mudah dalam mengingat, dimensi tersebut disingkat menjadi OCEAN (Feist dan Feist, 2011). Big five personality memperlihatkan reliabilitas dan validitas yang dapat dipertanggungjawabkan dan hal ini relatif stabil sepanjang masa dewasa (Tavris dan Wade, 2008). Mahasiswa tahun pertama dihadapkan pada berbagai tuntutan tugas, baik tugas akademik maupun tugas lain dalam kehidupan sehari-hari. Stres akan terjadi ketika seseorang menganggap tuntutan tugas sebagai beban dan berpikir bahwa tuntutan tugas tidak sesuai dengan kemampuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama perlu memiliki conscientiousness dan self efficacy untuk menghindari stres. Berdasarkan hasil penelitian Ebstrub dkk (2011) menunjukkan bahwa self efficacy menjadi faktor penting untuk mengubah hubungan personality traits termasuk conscientiousness dengan stres.

    Conscientiousness merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur kompetensi seseorang dalam melaksanakan sesuatu, kemampuan seseorang dalam mengorganisasi, keeratan seseorang dalam memegang prinsip hidup, aspirasi seseorang dalam mencapai prestasi, kemampuan seseorang dalam mengatur diri sendiri, dan apakah seseorang berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak (Costa dan McCrae, 1992). Seseorang dengan conscientiousness tinggi merupakan seseorang yang dapat diandalkan, disiplin, hati-hati, pekerja keras, teliti, tepat waktu, teratur, dan rapi. Sedangkan seseorang dengan conscientiousness rendah merupakan seseorang yang hedonistic, malas, ceroboh, lalai, mudah putus asa, tidak memiliki tujuan, dan tidak dapat diandalkan (Cervone dan Pervin, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Alfred dkk (2013) pada mahasiswa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara stres pada mahasiswa dengan conscientiousness. Namun, hasil penelitian Ebstrup dkk (2011) pada mahasiswa menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara conscientiousness dengan stres. Semakin tinggi conscientiousness, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah conscientiousness maka semakin tinggi stres.

    Self efficacy merupakan keyakinan atau pengharapan sejauh mana seseorang memperkirakan kemampuan dalam melaksanakan tugas atau tindakan untuk mencapai tujuan dan berusaha untuk menilai tingkat dan kekuatan seluruh kegiatan sehingga dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif. Seseorang dengan self efficacy tinggi memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan. Seseorang akan merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang sulit dengan tekun dan penuh tanggung jawab sehingga tidak mudah putus asa dan menganggap kegagalan sebagai motivasi untuk dapat bekerja lebih baik. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah cenderung merasa malu dan ragu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga menganggap masalah sebagai ancaman (Bandura, 1977). Self efficacy yang tinggi biasa ditandai oleh stres dan kecemasan yang rendah. Sedangkan self efficacy yang rendah biasa ditandai oleh stres dan kecemasan yang tinggi. Self efficacy mempengaruhi stres seseorang ketika menghadapi tugas yang bersifat mengancam. Seseorang dengan self efficacy tinggi mampu mengontrol ancaman dan cenderung menumbuhkan pola

  • 4

    pikir positif. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah akan mengalami kecemasan dan cenderung menumbuhkan pola pikir negatif (Bandura, 1995). Berdasarkan hasil penelitian Astiko dan Budiani (2013) pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan tingkat stres. Semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah self efficacy maka semakin tinggi stres.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang Peran Conscientiousness dan Self Efficacy terhadap Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama.

    KAJIAN PUSTAKA

    Conscientiousness

    Conscientiousness merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur kompetensi seseorang dalam melaksanakan sesuatu, kemampuan seseorang dalam mengorganisasi, keeratan seseorang dalam memegang prinsip hidup, aspirasi seseorang dalam mencapai prestasi, kemampuan seseorang dalam mengatur diri sendiri, dan apakah seseorang berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak (Costa dan McCrae, 1992). Seseorang dengan conscientiousness tinggi merupakan seseorang yang dapat diandalkan, disiplin, hati-hati, pekerja keras, teliti, tepat waktu, teratur, dan rapi.Sedangkan seseorang dengan conscientiousness rendah merupakan seseorang yang hedonistic, malas, ceroboh, lalai, mudah putus asa, tidak memiliki tujuan, dan tidak dapat diandalkan (Cervone dan Pervin, 2012).

    Self Efficacy

    Self efficacy merupakan keyakinan atau pengharapan sejauh mana seseorang memperkirakan kemampuan dalam melaksanakan suatu tugas atau tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan berusaha untuk menilai tingkat dan kekuatan seluruh kegiatan sehingga dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif (Bandura, 1977). Self efficacy menentukan apakah seseorang akan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa seseorang bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, serta bagaimana kesuksesan atau kegagalan dalam suatu tugas tertentu mempengaruhi perilaku seseorang dimasa depan (Friedman dan Schastack, 2006). Self efficacy menentukan bagaimana seseorang merasakan, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku (Santrock, 2007). Seseorang dengan self efficacy tinggi memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan. Seseorang akan merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang sulit dengan tekun dan penuh tanggung jawab sehingga tidak mudah putus asa dan menganggap kegagalan sebagai motivasi untuk dapat bekerja lebih baik. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah cenderung merasa malu dan ragu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga menganggap masalah sebagai ancaman (Bandura, 1977).

  • 5

    Stres

    Stres merupakan kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara seseorang dengan lingkungan yang bersumber pada sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari tuntutan yang melebihi kemampuan seseorang. Seseorang akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri apabila tidak dapat memenuhi tuntutan kebutuhan. Ketegangan yang berlangsung lama dan tanpa penyelesaian akan berkembang menjadi stres (Sarafino dan Smith, 2011).Stres merupakan keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa, dan respon interpretasi seseorang yang menimbulkan ketegangan diluar kemampuan seseorang untuk mengatasi (Safaria dan Rahardi, 2004).

    Mahasiswa Tahun Pertama

    Mahasiswa merupakan kelompok belajar yang sudah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas atau kejuruan yang mendaftar dan diterima di universitas (Sarwono, 2002).Mahasiswa tahun pertama berarti mahasiswa baru di perguruan tinggi.Mahasiswa tahun pertama juga berarti orang baru atau pemula yang belum memiliki kekuasaan membuat keputusan lebih.Mahasiswa tahun pertama mengalami peralihan dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi. Peralihan dari posisi sebagai siswa senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa tingkat satu di perguruan tinggi mengulang fenomena top-dog dari posisi sebagai siswa tertua dan terkuat menjadi siswa termuda dan terlemah. Peralihan tersebut mengakibatkan perubahan yang berlangsung secara paralel.Namun, peralihan dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggimemiliki aspek positif. Mahasiswa cenderung lebih berkembang, berinteraksi dengan teman yang berasal dari berbagai geografis dan latar belakang etnis, memiliki peluang untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai, kontak dengan orang tua berkurang sehingga lebih mandiri, serta lebih tertantang secara intelektual dalam menghadapi berbagai tuntutan tugas. Berdasarkan hasil survey UCLA terhadap lebih dari 300.000 mahasiswa tahun pertama dilebih dari 500 kampus dan universitas menunjukkan bahwa saat ini terdapat lebih banyak mahasiswa tahun pertama yang mengalami stres dan depresi. Kondisi takut terhadap kegagalan yang berorientasi pada keberhasilan sering kali menjadi penyebab stres dan depresi mahasiswa.Tekanan untuk berhasil di perguruan tinggi, memperoleh pekerjaan bergengsi, dan menghasilkan banyak uang merupakan masalah yang banyak dialami oleh mahasiswa (Santrock, 2007).

    Keterkaitan Conscientiousness, Self Efficacy, dan Stres

    Penelitian ini ingin mengetahui peran conscientiousness dan self efficacy secara bersama-sama terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama dihadapkan pada berbagai tuntutan tugas, baik tugas akademik maupun tugas lain dalam kehidupan sehari-hari. Stres akan terjadi ketika seseorang menganggap tuntutan tugas sebagai beban dan berpikir bahwa tuntutan tugas tidak sesuai dengan kemampuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama perlu memiliki conscientiousness dan self efficacy untuk menghindari stres.Berdasarkan hasil penelitian Ebstrub dkk (2011) menunjukkan bahwa self efficacy menjadi faktor penting untuk mengubah hubungan personality traits termasukconscientiousness dengan stres. Berdasarkan hasil penelitian Alfred dkk (2013) pada mahasiswa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara stres pada mahasiswa dengan conscientiousness.Namun, hasil penelitian Ebstrup dkk (2011) pada

  • 6

    mahasiswa menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara conscientiousness dengan stres.Semakin tinggi conscientiousness, maka semakin rendah stres.Sebaliknya semakin rendah conscientiousness maka semakin tinggi stres. Self efficacy yang tinggi biasa ditandai oleh stres dan kecemasan yang rendah. Sedangkan self efficacy yang rendah biasa ditandai oleh stres dan kecemasan yang tinggi. Self efficacy mempengaruhi stres seseorang ketika menghadapi tugas yang bersifat mengancam.Seseorang dengan self efficacy tinggi mampu mengontrol ancaman dan cenderung menumbuhkan pola pikir positif. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah akan mengalami kecemasan dan cenderung menumbuhkan pola pikir negatif (Bandura, 1995). Berdasarkan hasil penelitian Astiko dan Budiani (2013) pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan tingkat stres.Semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah stres.Sebaliknya semakin rendah self efficacy maka semakin tinggi stres.

    METODE PENELITIAN

    Partisipan dan Desain Penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya terdiri dari 220 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan teknik sampling non probabilitas dengan metode kuota.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode bersifat korelasional untuk mengetahui peran conscientiousness (X1) dan self efficacy (X2) terhadap stres (Y) pada mahasiswa tahun pertama.

    Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala conscientiousness, skala self efficacy, dan skala stres dengan skala likert menggunakan item favorable dan unfavorable. Skala conscientiousness dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori Costa dan McCrae (1992) terdiri dari enam dimensi, antara lain: competence, order, dultifullness, achievement striving, self discipline, dan deliberation. Skala conscientiousness sebelum uji coba terdiri dari 25 item. 7 item gugur saat uji coba sehingga skala conscientiousness setelah uji coba terdiri dari 18 item dengan koefisien korelasi item total 0.256 sampai dengan 0.633 dan nilai cronbachs alpha sebesar 0.834. Skala self efficacy dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura (1995) terdiri dari tiga dimensi, antara lain: level (tingkat), generality (generalisasi), dan strength (kekuatan). Skala self efficacy sebelum uji coba terdiri dari 17 item. 5 item gugur saat uji coba sehingga skala self efficacy setelah uji coba terdiri dari 12 item dengan koefisien korelasi item total 0.336 sampai dengan 0.696 dan nilai cronbachs alpha sebesar 0.829. Skala stres dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori Sarafino dan Smith (2011) terdiri dari dua dimensi, antara lain biologis dan psikologis. Sedangkan psikologis terdiri dari kognitif, emosi, dan sosial. Skala stres sebelum uji coba terdiri dari 28 item. 7 item gugur saat uji coba sehingga

  • 7

    skala stres setelah uji coba terdiri dari 21 item dengan koefisien korelasi item total 0.286 sampai dengan 0.612 dan nilai cronbachs alpha sebesar 0.871. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Persiapan penelitian ini dilakukan dengan menempuh beberapa tahap, antara lain: membuat alat ukur terdiri dari skala conscientiousness, skala self efficacy, dan skala stres, meminta ijin untuk melakukan penelitian, melakukan uji coba pada 48 mahasiswa tahun pertama selain Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, dan melakukan analisis item menggunakan software SPSS 17.0 for windows untuk menentukan validitas dan reliabilitas alat ukur. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan membagikan skala pada 220 mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menempuh beberapa tahap, antara lain: memberi skor jawaban subjek pada skala, membuat tabulasi data, melakukan analisis data menggunakan software SPSS 17.0 for windows, membuat interpretasi hasil analisis data, dan membuat kesimpulan hasil penelitian.

    Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda sehingga perlu melakukan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Sedangkan uji hipotesis terdiri dari uji F dan uji t.

    HASIL

    Hasil uji normalitas variabel conscientiousness, self efficacy, dan stres dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal karena pada gambar terlihat titik-titik tersebar di sekitar garis diagonal dan taraf signifikansi lebih dari 0,05. Hasil uji multikolonieritas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas karena nilai VIF dua variabel bebas sebesar 1.380 kurang dari 10 dan nilai TOL dua variabel bebas sebesar 0.725 kurang dari 1. Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena pada gambar terlihat titik-titik tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak memiliki pola tertentu dan taraf signifikansi variabel conscientiousness sebesar 0.595 dan taraf signifikansi variabel self efficacy sebesar 0.823 lebih dari 0.05. Hasil uji autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson dalam penelitian ini menunjukkan bahwa du < d < 4-du 1.78829 < d < 2.21171 maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

    Hasil uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 20.939. Jika dibandingkan dengan F tabel sebesar 3.0375, maka nilai F hitung > F tabel. Hasil uji F menggunakan software SPSS 17.0 for windows menunjukkan nilai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 hipotesis 1 diterima berarti ada peran simultan yang signifikan antara conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Hasil uji F juga menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0.162 atau 16.2% maka peran conscientiousness dan self efficacy terhadap stres sebesar 16.2% sedangkan peran variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sebesar 83.8%. Nilai X1 = - 0.412 menunjukkan bahwa ada peran negatif conscientiousness terhadap stres. Semakin tinggi conscientiousness, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah conscientiousness, maka semakin tinggi stres. Nilai X2 = - 0.320 menunjukkan bahwa ada peran negatif self efficacy terhadap stres. Semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah self efficacy, maka semakin tinggi stres.

  • 8

    Hasil uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar - 3.660. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1.9708, maka nilai t hitung > t tabel. Hasil uji t menggunakan software SPSS 17.0 for windows menunjukkan nilai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 hipotesis 2 diterima berarti ada peran parsial yang signifikan antara conscientiousness terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Hasil uji t juga menunjukkan nilai t hitung sebesar - 2.622. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1.9708, maka nilai t hitung > t tabel. Hasil uji t menggunakan software SPSS 17.0 for windows menunjukkan nilai signifikansi 0.009 lebih kecil dari 0.05 hipotesis 3 diterima berarti ada peran parsial yang signifikan antara self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama.

    DISKUSI

    a. Peran conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Hasil analisis data menunjukkan nilai F hitung sebesar 20.939. Jika dibandingkan dengan F tabel sebesar 3.0375, maka nilai F hitung > F tabel. Hasil uji F juga menunjukkan nilai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 berarti hipotesis 1 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada peran simultan yang signifikan antara conscientiousness dan self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Mahasiswa tahun pertama dihadapkan pada berbagai tuntutan tugas, baik tugas akademik maupun tugas lain dalam kehidupan sehari-hari. Stres akan terjadi ketika seseorang menganggap tuntutan tugas sebagai beban dan berpikir bahwa tuntutan tugas tidak sesuai dengan kemampuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama perlu memiliki conscientiousness dan self efficacy untuk menghindari stres. Berdasarkan hasil penelitian Ebstrub dkk (2011) menunjukkan bahwa self efficacy menjadi faktor penting untuk mengubah hubungan personality traits termasuk conscientiousness dengan stres.

    Conscientiousness merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur kompetensi seseorang dalam melaksanakan sesuatu, kemampuan seseorang dalam mengorganisasi, keeratan seseorang dalam memegang prinsip hidup, aspirasi seseorang dalam mencapai prestasi, kemampuan seseorang dalam mengatur diri sendiri, dan apakah seseorang berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak (Costa dan McCrae, 1992). Seseorang dengan conscientiousness tinggi merupakan seseorang yang dapat diandalkan, disiplin, hati-hati, pekerja keras, teliti, tepat waktu, teratur, dan rapi. Sedangkan seseorang dengan conscientiousness rendah merupakan seseorang yang hedonistic, malas, ceroboh, lalai, mudah putus asa, tidak memiliki tujuan, dan tidak dapat diandalkan (Cervone dan Pervin, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Ebstrup dkk (2011) pada mahasiswa menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara conscientiousness dengan stres. Semakin tinggi conscientiousness, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah conscientiousness maka semakin tinggi stres.

  • 9

    Self efficacy merupakan keyakinan atau pengharapan sejauh mana seseorang memperkirakan kemampuan dalam melaksanakan tugas atau tindakan untuk mencapai tujuan dan berusaha untuk menilai tingkat dan kekuatan seluruh kegiatan sehingga dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif. Seseorang dengan self efficacy tinggi memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan. Seseorang akan merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang sulit dengan tekun dan penuh tanggung jawab sehingga tidak mudah putus asa dan menganggap kegagalan sebagai motivasi untuk dapat bekerja lebih baik. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah cenderung merasa malu dan ragu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga menganggap masalah sebagai ancaman (Bandura, 1977). Self efficacy yang tinggi biasa ditandai oleh stres dan kecemasan yang rendah. Sedangkan self efficacy yang rendah biasa ditandai oleh stres dan kecemasan yang tinggi. Self efficacy mempengaruhi stres seseorang ketika menghadapi tugas yang bersifat mengancam. Seseorang dengan self efficacy tinggi mampu mengontrol ancaman dan cenderung menumbuhkan pola pikir positif. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah akan mengalami kecemasan dan cenderung menumbuhkan pola pikir negatif (Bandura, 1995). Berdasarkan hasil penelitian Astiko dan Budiani (2013) pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan tingkat stres. Semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah self efficacy maka semakin tinggi stres.

    Hal tersebut menunjukkan bahwa conscientiousness dan self efficacy berperan terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0.162 atau 16.2% berarti peran conscientiousness dan self efficacy terhadap stres sebesar 16.2% sedangkan peran variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sebesar 83.8%.

    Selain itu, hasil analisis data juga menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya sebagian besar memiliki skor stres sedang sebesar 64.5%. Sedangkan mahasiswa dengan skor stres rendah sebesar 33.6% dan mahasiswa dengan skor stres tinggi sebesar 1.8%.

    Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua sehingga mahasiswa sudah mulai dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Selain itu, pada awal masuk, pihak kampus melaksanakan ospek universitas maupun ospek fakultas untuk memperkenalkan lingkungan dan kehidupan kampus kepada mahasiswa.

    b. Peran conscientiousness terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Hasil analisis data menunjukkan nilai t hitung sebesar - 3.660. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1.9708, maka nilai t hitung > t tabel. Hasil uji t juga menunjukkan nilai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05 berarti hipotesis 2 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada peran parsial yang signifikan antara conscientiousness terhadap stres. Semakin tinggi conscientiousness, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah conscientiousness, maka semakin tinggi stres.

  • 10

    Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya sebagian besar memiliki skor conscientiousness tinggi sebesar 62.7%. Sedangkan mahasiswa dengan skor conscientiousness sedang sebesar 37.3% dan mahasiswa dengan skor conscientiousness rendah sebesar 0%. Seseorang dengan conscientiousness tinggi merupakan seseorang yang dapat diandalkan, disiplin, hati-hati, pekerja keras, teliti, tepat waktu, teratur, dan rapi. Sedangkan seseorang dengan conscientiousness rendah merupakan seseorang yang hedonistic, malas, ceroboh, lalai, mudah putus asa, tidak memiliki tujuan, dan tidak dapat diandalkan (Cervone dan Pervin, 2012). Penelitian Ebstrub, dkk (2011) tentang tiga dari lima personality traits, antara lain, neuroticism, extraversion, dan conscientiousness dengan stres yang di mediasi oleh self efficacy pada mahasiswa menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara stres dengan extraversion dan conscientiousness. Namun, tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara stres dengan neuroticism mendukung penelitian ini.

    c. Peran self efficacy terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Hasil analisis data menunjukkan nilai t hitung sebesar - 2.622. Jika dibandingkan dengan t tabel sebesar 1.9708, maka nilai t hitung > t tabel. Hasil uji t juga menunjukkan nilai signifikansi 0.009 lebih kecil dari 0.05 berarti hipotesis 3 diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada peran parsial yang signifikan antara self efficacy terhadap stres, semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah stres. Sebaliknya semakin rendah self efficacy, maka semakin tinggi stres.

    Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya sebagian besar memiliki skor self efficacy sedang sebesar 67.3%. Sedangkan mahasiswa dengan skor self efficacy tinggi sebesar 32.3% dan mahasiswa dengan skor self efficacy rendah sebesar 0.5%. Seseorang dengan self efficacy tinggi memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan. Seseorang akan merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang sulit dengan tekun dan penuh tanggung jawab sehingga tidak mudah putus asa dan menganggap kegagalan sebagai motivasi untuk dapat bekerja lebih baik. Sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah cenderung merasa malu dan ragu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga menganggap masalah sebagai ancaman (Bandura, 1995). Penelitian Astiko dan Budiani (2013) tentang kecerdasan emosi dan self efficacy dengan tingkat stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan self efficacy dengan tingkat stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Ada hubungan negatif yang tidak signifikan antara kecerdasan emosi dengan tingkat stres. Namun, ada hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan tingkat stres mendukung penelitian ini.

    Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pada mahasiswa semester akhir yang sedang menghadapi tugas akhir dan akan menghadapi dunia kerja. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan dimensi lain big five personality sebagai variabel dan menggunakan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang berperan terhadap stres.

  • 11

    Mahasiswa diharapkan meningkatkan conscientiousness dan self efficacy serta mengelola persepsi negatif terhadap stres menjadi persepsi positif sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. Selain itu, lingkungan mahasiswa diharapkan membantu dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan agar mahasiswa dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dan dapat menghindari stres.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alfred, A., Megan, G., & Thyker, H. (2013). The Relationship Between Academic Major, Personality Type, and Stress in College Student. An International Journal. Vol. 09. Hal. 222-225.

    Astiko, G. A. & Budiani, M. S. (2013). Hubungan Kecerdasan Emosi dan Self Efficacy dengan Tingkat Stres Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Jurnal Penelitian Psikologi. Vol. 01. No. 02. Hal 118-123. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

    Bandura, A. (1977). Self Efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavior Change Psychological Review. An International Journal. Vol. 84. No. 02. Hal. 191-215.

    . (1995). Self Efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge University Press.

    Buss, D. M. & Larsen, R. J. (2002). Personality Psychology: Domain Of Knowledge About Human Nature. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

    Chadha, P. (2006). Stressors Eksternal and Internal. Diunduh dari http://ezinearticles.com/ pada 5 September 2013.

    Cervone, D. & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian: Teori dan Penelitian. Edisi 10. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

    . (2012). Kepribadian: Teori dan Penelitian. Edisi 10. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

    Costa, P. T. & McCrae, R. R. (1992). NEO PI-R Professional Manual. Odessa, FL: Psychological Assessment Resources.

    Ebstrup, J., Eplov, L., Pisinger, C., & Jorgensen, T. (2011) Association Between the Five Factor Personality Traits and Perceived Stress: Is the Effect Mediated by General Self Efficacy. Anxiety, Stress, and Coping. An International Journal. Vol. 24. No. 04. Hal. 407-409.

    Feist, J. & Feist, G. J. (2011). Theories of Personality: Teori Kepribadian. Edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

    . (2011). Theories of Personality: Teori Kepribadian. Edisi 7. Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

    Friedman, H. S. & Schastack, M. W. (2006). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: Salemba Humanika.

  • 12

    Hernawati, N. (2006). Tingkat Stres dan Strategi Koping Menghadapi Stres pada Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Tahun Akademik 2005/2006. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 11. No. 02. Hal. 43-49. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development: Perkembangan Manusia. 10th edition. Jakarta: Salemba Humanika.

    Rahardi, R. K. & Safaria, T. (2004). Menjadi Pribadi Berprestasi: Strategi Kerasan Kerja di Kantor. Yogyakarta: Grasindo.

    Ross, S. E., Niebling, B. C., & Heckert, T. M. (1999). Source Of Stress Among College Students. An International Journal. Vol. 33. No. 02. Hal. 312-317.

    Santrock, J.W. (2007). Adolescence: Remaja. Edisi 11. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. 7th

    edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

    Sarwono, S. W. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Silalahi, N. (2010). Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

    Tavris, C. & Wade, C. (2008). Psikologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga.