JUNI 2016 - Pertanian

29
JUNI 2016

Transcript of JUNI 2016 - Pertanian

Page 1: JUNI 2016 - Pertanian

JUNI 2016

Page 2: JUNI 2016 - Pertanian

LAPORAN BULANAN

JUNI 2016

BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Page 3: JUNI 2016 - Pertanian
Page 4: JUNI 2016 - Pertanian

Nomor : Juni 2016 Lampiran : 1 (satu) eksemplar Hal : Laporan Bulan Juni 2016 Yth. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jln Ragunan No 29, Pasar Minggu Jakarta Selatan Bersama ini kami sampaikan Laporan Bulanan Balai Besar Penelitian Veteriner untuk bulan Juni 2016 yang mencakup: Penelitian dan Manajemen BB Litvet (SDM, Aset, dan Keuangan per 31 Mei 2016). Demikian laporan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Kepala Balai Besar,

Dr. drh. Hardiman, MM. NIP. 195609071991031001 Tembusan : Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Page 5: JUNI 2016 - Pertanian

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….…………. 2

BAB II PENELITIAN …………………………………………................................. 3

BAB III KERJASAMA .......................................................................................... 8

BAB IV BAB V BAB VI

DISEMINASI …….................................................................................... MANAJEMEN BB LITVET: SDM, ASET DAN KEUANGAN .................... PENUTUP ...............................................................................................

16

19

25

Page 6: JUNI 2016 - Pertanian

2

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian dan pengembangan mempunyai peran penting dalam mencapai visi dan

misi Kementerian Pertanian untuk mewujudkan sistem pertanian bio-industri berkelanjutan.

Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) adalah Unit Pelaksana Teknis yang berada di

lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian)-

Kementerian Pertanian dengan tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan penelitian di

bidang veteriner.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BB Litvet mempunyai visi : ”Sebagai

institusi penelitian terkemuka dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi veteriner

untuk peningkatan produksi peternakan dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan

dan kesejahteraan petani”.

Sesuai dengan program Badan Litbang Pertanian yang diarahkan untuk penciptaan

inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing dan inovasi teknologi, diseminasi dan

kerjasama, maka BB Litvet berperan-serta mendukung program tersebut melalui penyediaan

inovasi teknologi veteriner untuk memecahkan permasalahan-permasalahan terkait aspek

kesehatan hewan (keswan), kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet), keamanan pakan

dan pangan secara lebih cepat, akurat, efektif dan efisien.

Untuk menunjang pencapaian tujuan tersebut sumber daya manusia (SDM) yang

amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggungjawab merupakan bagian

terpenting dalam melaksanakan tugas dan fungsi BB Litvet. SDM tersebut harus memiliki

karakter dengan persyaratan kompetensi tertentu untuk menjamin pelaksanaan kegiatan

penelitian agar berjalan dengan baik sesuai dengan harapan. Selain SDM, perlu didukung

sarana dan prasarana serta anggaran yang memadai.

Page 7: JUNI 2016 - Pertanian

3

BAB II

PENELITIAN

Karakterisasi molekuler isolat lapang Trypanosoma evansi yang bersirkulasi tahun

2012-2014 di Indonesia dengan Marker Mikrosatelit

Trypanosoma evansi merupakan spesies trypanosoma yang patogen pada hewan

ternak serta terdistribusi paling luas di dunia meliputi Asia, Afrika, Amerika Tengah, Amerika

Selatan, Pulau Canaries dan Eropa . Parasit ini menginfestasi hampir sebagian besar kelas

mamalia terutama hewan ternak besar menyebabkan mortalitas dan morbiditas pada sapi,

kuda dan unta yang dikenal dengan penyakit Surra. Di Indonesia wabah surra dilaporkan

terjadi di pulau Sumba yaitu pada tahun 2010-2012 menyebabkan kematian lebih dari 2000

ekor kuda, kerbau dan sapi. Oleh karena itu Kementerian Pertanian menggolongkan Surra

sebagai salah satu penyakit hewan menular strategis (PHMS) pada tahun 2012 yang

mendapat prioritas pemerintah dalam penanganannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penanda mikrosatelit untuk

identifikasi genetik T.evansi berdasarkan perbedaan tingkat patogenitasnya dan asal

geografisnya pada beberapa isolat T. evansi yang sedang bersirkulasi tahun 2012-2014

yang berasal dari Sumba dan Pandeglang, Banten. Data yang diperoleh diharapkan dapat

digunakan untuk mendukung studi epidemiologi dan penanggulangan Surra di Indonesia.

Isolat T. evansi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 18 isolat T.

evansi (Tabel 1.) yang sedang bersirkulasi pada tahun 2012-2014 yang diidentifikasi sebagai

T. evansi berdasarkan Card Aglutination Test (CATT test), morfologi parasit serta PCR DNA

parasit pada gen ITS-1 dan Ro Tat 1,2 VSG. Isolat yang dikoleksi, dipelihara secara in vitro

dengan metode cryopreservasi menggunakan 10% glycerol sebagai cryoprotectan pada

nitrogen cair.

Sebelum dilakukan infeksi buatan pada mencit untuk perbanyakan, isolat-isolat yang

akan diuji dikeluarkan dari tabung nitrogen cair dan selanjutnya dithawing pada suhu 37oC

selama beberapa menit. Pemeriksaan motilitas isolat sebagai indikasi bahwa isolat tersebut

masih aktif dan virulen dilakukan di bawah mikroskop. Penghitungan T. evansi dilakukan per

mililiter darah dengan menggunakan kamar hitung leukosit (Neubauer’s hemocytometer)

yang dimodifikasi.

Page 8: JUNI 2016 - Pertanian

4

Tabel 1. Daftar sampel isolat T. evansi yang diperoleh dari koleksi BCC dan Departemen

Parasitologi, BB Litvet, Bogor

No Kode isolat Kode BCC

Asal isolat (Kec, Kab, Prov) Tahun isolasi

Asal hewan

Keterangan

1 Pml 287 P232 Pemalang, Pemalang, Jawa Tengah 1996 Kerbau BCC

2 Pml 291 P233 Taman, Pemalang, Jawa Tengah 1997 Kerbau BCC

3 Smb 370 - Wajelo, Sumba Timur, NTT 2012 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

4 Smb 371 - Wajelo, Sumba Timur, NTT 2012 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

5 Smb 372 - Wajelo, Sumba Timur, NTT 2012 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

6 Smb 373 - Wajelo, Sumba Timur, NTT 2012 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

7 Smb 374 - Wajelo, Sumba Timur, NTT 2012 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

8 Smb 375 - Wajelo, Sumba Timur, NTT 2012 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

9 Lbk 376 - Lebak, Banten 2013 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

10 Munt377 - Muntilan, Jawa Tengah 2013 Kerbau Endemis, Dept. Parasitologi

11 Pdg 378 - Cisata, Pandeglang, Banten 2013 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

12 Pdg 379 - Cisata, Pandeglang, Banten 2013 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

13 Pdg 380 - Cisata, Pandeglang, Banten 2013 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

14 Pdg 381 - Cisata, Pandeglang, Banten 2013 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

15 Pdg 382 - Carita, Pandeglang, Banten 2014 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

16 Pdg 384 - Carita, Pandeglang, Banten 2014 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

17 Pdg 386 - Cisata,Pandeglang, Banten 2014 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

18 Pdg 388 - Cisata, Pandeglang, Banten 2014 Kerbau Wabah, Dept Parasiologi

Penentuan derajat patogenitas bertujuan untuk mengidentifikasi isolat T. evansi isolat

yang bersirkulasi 2015 yang tergolong patogen tinggi atau rendah diantara isolat-isolat yang

diuji dengan kriteria yang telah ditentukan pada penelitian sebelumnya (Subekti et al, 2013).

Isolat yang tergolong pada patogen tinggi (apabila kematian mencit kurang dari 14 hari dan

patogen rendah (kematian mencit lebih dari 14 hari). Pada tahap ini isolat yang digunakan

adalah isolat yang bersirkulasi di Jawa Tengah pada tahun 2015. Pada tahap ini digunakan

100 ekor mencit yang dibagi menjadi 20 kelompok (5 ekor mencit/kelompok). Masing-masing

mencit dalam satu kelompok selanjutnya diinfestasi dengan satu isolat T. evansi dengan

dosis 104 parasit/0,3ml darah secara intraperitoneal. Pengamatan gejala klinis (kelemahan,

nafsu makan, kondisi bulu) dan kematian mencit dilakukan setiap hari, sedangkan

pengamatan level parasitaemia dinilai dengan cara memotong ujung ekor kemudian darah

ditampung (+10 µl) dan di campur dengan SDS 1% (1:1). Segera setelah dicampur

homogen, darah diencerkan dalam PBSG dengan perbandingan (1:100 atau 1:1000) sesuai

derajat parasitemia. Campuran darah – SDS 1% dan PBSG dihomogenisasi dan kemudian

diperiksa dengan menggunakan haemocytometer (Neubauer Improved). Jangka waktu

pengamatan mencit secara keseluruhan dilakukan selama 24 hari atau sampai mencit

mengalami kematian selanjutnya dibunuh dengan cara dislokasi leher. Selanjutnya darah

Page 9: JUNI 2016 - Pertanian

5

mencit dikoleksi untuk ekstraksi DNA. Perbedaan jumlah mencit yang mati pada hari yang

berbeda-beda akan menggambarkan virulensi isolat yang diuji.

Total DNA genom masing-masing isolat yang telah diketahui virulensinya (hasil

penelitian tahun 2012-2014) diekstraksi dari darah mencit yang telah diinfeksi T. evansi pada

puncak parasitaemianya. Setelah mencit dibunuh, sebanyak 1 ml darah + Heparin diambil

dari jantung ditampung dalam eppendorf kemudian disentrifus 3000 rpm selama 20 menit.

Setelah sentrifus darah di bagian buffy coat-nya diambil dengan seminimal mungkin sel

darah merah yang terbawa. T. evansi akan terkonsentrasi pada buffy coat tersebut,

selanjutnya diekstraksi total DNA-nya menggunakan Genomic DNA Mini Kit (Geneaid). DNA

disimpan pada -20 sampai dengan digunakan.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan 8 pasang primer mikrosatelit. Empat

pasang primer merupakan design primer mikrosatelit berdasarkan genom T. brucei seperti

yang digunakan oleh Mclnnes et al (2012) yaitu lokus TBB1, TBB10, TBB5 dan TBB9.

Sedangkan empat pasang primer yang lain didesign oleh Biteau et al., 2000 untuk lokus

MORF-CA, M6C8-CA, MT3033-AC/TC dan MEST 19-AT/GT. Primer-primer tersebut masing-

masing dilabel dengan FAM dan HEX.

Polimerase Chain Reaction dilakukan dengan KAPA multiplex PCR kit (KAPA) pada

total volume 25µm yang terdiri dari 12,5µl KAPA multiplex PCR; 2 µl 10 mM masing-masing

primer dan 2µl 100 ng DNA template dengan kondisi PCR : 95oC selama 5 menit sebanyak

1 siklus diikuti 35 siklus dengan 95oC selama 10 detik, 58oC selama 10 detik, 72oC selama

10 detik dan ekstensi terakhir 72oC selama 10 menit. Semua amplikon yang dilabel fluoresen

disekuensing dengan ABi 3130 DNA analyzer. Identifikasi alel dibuat secara manual

menggunakan ABi program Genemapper. Multi Lokus Genotype (MLG) akan diaplikasikan

pada genotype yang identik dari beberapa lokus genetic.

Struktur populasi dianalisis menggunakan set data 8 lokus yaitu MORF-CA, MEST-

19AT/GT, MT3033-TA, M6C8-CA (Biteau et al. 2000) dan Tbb-1, Tbb-5, Tbb-9 dan Tbb-10

(McInnes et al. 2012) pada program structure 2.3.3 dengan Bayesian model based clustering

method for inferring population structure and assign individuals to population from multilocus

genotype data (Pritchard et al. 2000). Simulasi menggunakan model percampuran dan

korelasi frekuensi yang dianalisis dengan K=1-10 (dibakar dengan periode 20.000 dengan

ulangan 100.000 Marchov Chain Monte Carlo (MCMC) dan rata-rata log probabilitas dari

klustering data (L(K) dihitung dari 3 kali replikasi). Probabiltas K diukur dengan menghitung

delta K pada masing-masing K=1-10 dengan menggunakan log probabilitas data [LnP(D)]

menurut metode Evanno (Evanno et al. 2005) . Determinasi jumlah kluster dalam populasi

(K) pada total sampel menunjukkan probabilitas tetua dari masing-masing isolat pada

populasi .

Page 10: JUNI 2016 - Pertanian

6

Konstruksi pohon filogenetik Neighbour-Joining (NJ) data MLG dari isolat T. evansi

dilakukan dengan program TASSEL 3.0.164 (Bradbury et al. 2007) dan divisualisasi

dengan FigTree v.1.4.2 (Stevens & Rambaut 2001) Pohon Jarak genetik NJ dikonstruksi

dengan shared allele model (DAS) (Jin & Chakraborty 1994). Sedangkan pohon filogenetik NJ

unrooted berdasarkan FST dikonstruksi dengan software Phylip 3.6.95 (Felsenstein 1989)

dan divisualisasi dengan Fig Tree v 1.4.2 (Stevens & Rambaut 2001).

Asosiasi antara fenotipik (virulensi) dan genotipik (MLG) dianalisis dengan GLM

(General Linear Model) menggunakan program TASSEL versi 3.0.164 (Bradbury et al.

2007). Pada analisis GLM, asosiasi antara marker dengan rata-rata ukuran fenotipik

diidentifikasi menggunakan estimasi jumlah populasi sebagai kovariat pada struktur populasi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil koleksi sampel darah ternak dilakukan di kabupaten

Brebes dan Pemalang Propinsi Jawa Tengah. Dari 50 ekor kerbau yang diambil darahnya

ada 9 ekor positif Surra. Sembilan isolat T. evansi tersebut selanjutnya disimpan dalam

bentuk stabilat sebagai koleksi plasma nutfah BB Litvet.

Uji patogenitas juga dilakukan pada 9 isolat T. evansi asal Jawa Tengah koleksi

tahun 2015 tersebut. Lama hidup (survival rate) dari 9 isolat yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu menyebabkan kematian hewan coba kurang

dari 14 hari termasuk dalam kategori virulensi moderat dan menyebabkan kematian hewan

coba lebih dari 14 hari termasuk dalam kategori virulensi rendah (Subekti et al.2013).

Sebanyak 6 isolat T. evansi yang berasal dari Jawa Tengah termasuk dalam

virulensi moderat dan 3 isolat termasuk dalam virulensi rendah.

Hasil fragment analisis dengan menggunakan 8 pasang primer mikrosatelit pada 18

isolat T. evansi telah diperoleh variabilitas alel. Perbedaan frekuensi alel akan menunjukkan

perbedaan populasi genetiknya.

Multilocus Genotype (MLG) adalah sekelompok isolat yang identik pada genotyping

dengan satu set marka genetik berdasarkan klon spesies. Untuk melihat hubungan

kekerabatan antar isolat T. evansi, delapan lokus yang yang terdeteksi dikonstruksi dengan

dendogram Neigbour Joining (NJ) berdasarkan pada jarak genetik. Hasil analisis NJ

terhadap MLG menunjukkan bahwa dari 18 isolat T. evansi terbagi menjadi 15 MLG isolat.

Analisis lebih lanjut dengan mengelompokkan 15 MLG isolat tersebut menjadi 3 kelompok

MLG populasi, yang terdiri dari MLG A (5 isolat, MLG isolat 1-4, sub populasi Sumba), MLG

B (4 isolat, MLG isolat 6-8 , gabungan antara sub populasi Lebak dan Muntilan), MLG C (9

isolat, MLG isolat 9-15, gabungan antara sub populasi Pandeglang dan Pemalang).

Berdasarkan distribusi MLG isolat, terdapat 12 buah yang diidentifiksai sebagai MLG unik

(tidak berbagi alel) dan 3 lainnya sebagai MLG ulangan (berbagi alel dengan isolat yang

lain).

Page 11: JUNI 2016 - Pertanian

7

Hasil NJ terhadap MLG juga mengindikasikan bahwa marka yang digunakan

cenderung bersifat spesifik lokasi (marka geografis). Data ini didukung oleh penelitian

sebelumnya terhadap 16 isolat T. evansi koleksi BCC yang cenderung bersifat spesifik

lokasi. Isolat-isolat yang berasal dari daerah yang sama relatif terkumpul dalam satu

populasi MLG, meskipun ada beberapa yang masuk pada populasi MLG yang lain.

Ditinjau dari virulensi isolat, marka yang digunakan juga mampu membedakan

antara populasi bervirulensi tinggi dan rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa populasi

bervirulensi tinggi terbentuk dari dua jenis MLG populasi, yaitu MLG A yang terkonsentrasi

di propinsi Sumba dan MLG B di Lebak, Bogor dan Pandeglang. Populasi yang tergolong

dalam virulensi rendah juga merupakan gabungan antara populasi moderat dan rendah yang

terkonsentrasi di Pandeglang serta Pemalang. Berdasarkan analisis ini juga menunjukkan

bahwa populasi bervirulensi tinggi cenderung terpisah dengan populasi bervirulensi rendah.

Analisis struktur populasi T. evansi terhadap 8 lokus menggunakan program Struktur

2.3.3 dengan nilai K=3 (-206,3). Hasil analisis menunjukkan bahwa isolat-isolat yang diuji

membentuk tiga kluster. Hasil ini sesuai dengan hasil analisis pohon jarak genetik NJ.

Kluster I identik dengan MLG A, kluster III identik dengan MLG C, Kluster II identik dengan

MLG B.

Analisis asosiasi dilakukan dengan menggunakan metode GLM (General Linear

Model) dengan program TASSEL (Bradbury et al. 2007). Hasil analisis fenotipik virulensi

dengan metode GLM terhadap 8 lokus mikrosatelit (Tbb-1, Tbb-5, Tbb-9, Tbb-10, M6C8-CA,

MORF-CA, M EST-19AT, MT3130-AT) menunjukkan bahwa sebanyak 3 lokus (Tbb-1,

MEST-19AT dan M6C8-CA) mempunyai asosiasi dengan virulensi secara nyata, yang

masing-masing terletak pada kromosom I, X, XI. Berdasarkan analisis GLM (TASSEL

3.0.164) menunjukkan bahwa asosiasi MLG dengan virulensi mempunyai nilai yang

signifikan antara lain : lokus Tbb-1 (p< 0,05), lokus MEST-19AT (p< 0,01) dan lokus M6C8-

CA (p<0,05). Hasil mengimplikasikan bahwa ketiga lokus tersebut dapat digunakan sebagai

marka virulensi. Namun demikian, dalam penentuan virulensi tidak dapat bertumpu pada

satu lokus saja karena masing-masing lokus memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang

berbeda.

Hasil analisis filogenetik dengan 8 marka mikrosatelit (TBB-1, TBB5, TBB9, TBB10,

MEST-19AT, MT3033-AT, MORF2-CA dan M6C8-CA) dapat digunakan sebagai marka

geografis untuk menelusuri asal isolat T. evansi dan 3 marka diantaranya yaitu TBB-1,

MEST-19AT dan M6C8-CA dapat digunakan untuk marka virulensi.

Page 12: JUNI 2016 - Pertanian

8

BAB III

KERJASAMA

I. Focus Group Discussion (FGD): Hilirisasi Hasil Riset Veteriner

Focus Group Discusion (FGD) Hilirisasi Hasil Riset Veteriner difasilitasi oleh

Sekretariat Badan Litbang Pertanian melalui Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian

(BPATP) dilaksanakan di Crown Plaza Hotel pada tanggal 3 Mei 2016.

FGD dipimpin oleh Prof. Sjamsul Bahri sebagai moderator dengan nara sumber

yaitu: (1) drh Sjafrizon Indris, mewakili Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, (2) drh

Nugroho dari PT Caprifarmindo mewakili Industri Obat Hewan dan (3) Ir. Chaerunisa

Syafitrie, M.Si mewakili BB Litvet.

FGD dihadiri kurang lebih 50 tamu undangan antara lain : perwakilan dari UPT terkait

dengan kesehatan hewan lingkup Ditjen PKH (Balai Besar/Balai Veteriner, BBPMSOH,

Pusvetma), Pusat Karantina Hewan, Industri obat hewan (PT Caprifarmindo, PT Novindo, PT

Page 13: JUNI 2016 - Pertanian

9

Sanbio, PT Vaksindo, PT Romindo), BPATP, Pusat/Balai Besar lingkup Badan Litbang

Pertanian.

Hasil FGD antara lain : Perlunya dukungan riset dari instansi pemerintah maupun

swasta dengan memperhatikan kebutuhan stakeholder; Terbukanya peluang bagi Industri

obat hewan nasional untuk memproduksi obat lokal dengan mempertimbangkan kebutuhan

lapang, mengurangi ketergantungan, teknologi yang dimiliki, ketersediaan Sumber Daya

Manusia dan pasar bebas ASEAN.

II. Focus Group Discussion (FGD): Kajian Kebijakan Nasional Pengendalian dan

Penanggulangan Antraks pada Ternak di Indonesia

Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan pada hari Senin tanggal 23 Mei

2016 di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jl. Ragunan no 29 Pasar Minggu,

Jakarta. Tujuan dari FGD adalah untuk melakukan kajian kebijakan nasional pengendalian

dan penanggulangan antraks pada ternak di Indonesia untuk menghasilkan saran

rekomendasi terkait dengan wabah antraks pada ternak yang muncul secara sporadis pada

beberapa tahun terakhir dan mencegah penyebarannya.

Diskusi ini dihadiri oleh sekitar 50 orang yang berasal dari jajaran Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Kesehatan, Pakar dari Perguruan Tinggi

dan Peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian, Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan

terkait bersama-sama dengan Tim Analisis Kebijakan Veteriner yang membahas diskusi

secara komprehensif. Sebagai narasumber adalah:

Page 14: JUNI 2016 - Pertanian

10

1. Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian, dengan topik bahasan “Status dan Perkembangan Antraks

pada hewan serta pengendaliannya di Indonesia”

2. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis

(P2PTVZ), Kementerian Kesehatan dengan topik “Status dan Perkembangan Antraks

pada manusia serta penanganannya di Indonesia”;

3. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan dengan

topik “Kejadian antraks pada ternak dan permasalahannya di Sulawesi Selatan”;

4. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo dengan topik

“Kejadian antraks pada ternak dan permasalahannya di Gorontalo”;

5. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan topik “Kejadian antraks

pada manusia dan permasalahannya di Sulawesi Selatan”;

6. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dengan topik “Kejadian antraks pada

manusia dan permasalahannya di Gorontalo”;

7. Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros dengan topik “Hasil surveilans antraks di

wilayah kerja BBVet Maros 10 tahun terakhir ”;

8. Dr. Drh Rahmat Setya Aji, MS, BB Litvet, dengan Topik “Hasil-hasil penelitian antraks

di Balai Besar Penelitian Veteriner”

Page 15: JUNI 2016 - Pertanian

11

III. Focus Group Discussion (FGD): Pemodelan Pengendalian Rabies di Bali

dengan Pendekatan System Dynamics

Focus Group Discussion (FGD) diselenggarakan pada hari Selasa, tanggal 24 Mei

2016 di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jl. Ragunan no. 29 Pasar Minggu,

Jakarta. FGD ini bertujuan untuk lebih menyempurnakan perangkat analisis berupa sebuah

model pengendalian Rabies di Bali dengan pendekatan system dynamics.

Total peserta pertemuan, termasuk narasumber dan pembahas, sekitar 50 orang

yang antara lain berasal dari peneliti BB Litvet, akademisi, Kepala/wakil dari Balai Besar

Veteriner dan Balai Veteriner seluruh Indonesia, dan Kepala/wakil dari beberapa Dinas

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menangani peternakan dan kesehatan yang wilayahnya

endemis rabies. Sebagai narasumber adalah :

1. Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian, dengan topik bahasan “Kebijakan Pengendalian Penyakit

Rabies di Indonesia”

2. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis

(P2PTVZ), Kementerian Kesehatan dengan topik “Situasi Terkini Kasus Rabies pada

Manusia di Indonesia”;

3. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dengan topik

“Pengendalian Penyakit Rabies pada Hewan di Bali”;

4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan topik “Kejadian Penyakit Rabies pada

Manusia di Bali”;

5. Drh. Anak Agung Gde Putra MSc, PhD, SH dengan topik “Epidemiologi Penyakit

Rabies di Indonesia”;

6. Ir. Teten Avianto MT dengan topik “Pengenalan System Thinking dan System

Dynamics”;

Page 16: JUNI 2016 - Pertanian

12

7. Dr. drh. Agus Wiyono (peneliti BB Litvet) dengan topik “Pemodelan Pengendalian

Penyakit Rabies di Bali dengan PendekatanSystem Dynamics”

Beberapa poin hasil diskusi pada kegiatan FGD rabies yang disampaikan oleh Prof. Syamsul

Bahri adalah sebagai berikut:

Indonesia ditargetkan bebas rabies tahun 2020

Keputusan bebas dari Kementan dengan didahului surveillance

Pelaksanaan vaksinasi sedapat mungkin coverage setinggi-tingginya

Permasalahan dimulai dari dana, ketersediaan vaksin, pendekatan sosial budaya, SDM

terbatas, beragam instansi keswan di daerah, koordinasi lintas sektoral yang belum

optimal

Pengendalian rabies harus dimulai dari sumbernya, dan harus menjadi prioritas

Kapasitas SDM dan pendukung veteriner diperkuat, termasuk data dari kemenkes dan

keswan hal ini terkait dengan kasus pada manusia meningkat seiring dengan

meningkatnya kasus pada hewan (anjing)

Pendekatan-pendekatan pemberantasan dapat dilakukan dengan model dynamic seperti

yang dilakukan oleh BB Litvet

Pendataan harus mulai dibenahi. Data populasi anjing terkait dengan kebutuhan vaksin

dan akomodasi lainnya

Pengendalian perlu diperhatikan. Data imunitas perlu dimonitor dan dilakukan penellitian

Konsep dan sosialisasi penyuluhan yang intens tentang anjing yang dikandangkan

Komitmen dari pimpinan terkait dengan program dan anggaran

Page 17: JUNI 2016 - Pertanian

13

IV. Workshop Surra: Pengendalian dan Pengembangan Metode Diagnostik

Sejauh ini telah diketahui bahwa tidak kurang dari 75 jenis penyakit hewan menular

yang berpotensi memiliki dampak kerugian ekonomi yang besar apabila penyakit-penyakit

tersebut tidak ditangani secara baik dan benar. Badan Litbang Pertanian memiliki UPT Balai

Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) yang memiliki tugas melakukan riset dalam bidang

veteriner harus berperan aktif dalam menanggulangi hal tersebut. Keterlibatan Badan

Litbang Pertanian dalam bidang veteriner secara hukum tertuang dalam Peraturan Menteri

Pertanian No.34/Permentan/OT.140/3/2013 yang menunjuk BB Litvet sebagai sebagai

laboratorium rujukan nasional di bidang veteriner dan kesehatan masyarakat veteriner.

Salah satu penyakit ternak yang berpotensi menjadi ancaman program tersebut adalah

Surra, yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozo darah, Trypanosoma evansi. Penyakit ini

terkait erat dengan lalu lintas ternak baik nasional maupun international. Surra menjadi daya

tarik tersendiri ketika salah satu pulau yang bebas dari Surra terintroduksi oleh parasit ini di

tahun 2010. Tidak adanya persediaan obat dan sistem imun dari ternak mengakibatkan

ribuan ternak kuda, kerbau dan sapi mengalami kematian. Belum tuntas masalah Surra di

Pulau Sumba, penyakit ini merebak di provinsi Banten yang bersamaan dengan adanya

wabah di Pulau Sumatra pada tahun 2013-2014. Kondisi ini juga memicu beberapa kasus

Surra di tempat-tempat lain, salah satunya kejadian Surra di Bogor pada tahun ini. Oleh

karena itu, Menteri Pertanian kembali menetapkannya sebagai salah satu Penyakit Hewan

Menular Strategis (PHMS) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

4026/Kpts./OT.140/3/2013, bahkan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) juga

mencantumkan Surra dalam daftar “B”, yaitu penyakit menular yang mempunyai dampak

sosial ekonomi atau mempunyai nilai kepentingan kesehatan di dalam suatu negara, serta

berdampak nyata dalam perdagangan internasional terkait dengan produk-produk asal

hewan.

Badan Litbang Pertanian telah melakukan kegiatan penelitian Surra sejak lama,

antara lain uji obat dan analisis vektor surra, termasuk melakukan isolasi T. evansi pada

beberapa wilayah di Indonesia. Dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang

berkompeten di bidangnya, badan Litbang Pertanian berusaha untuk berperan aktif dalam

menanggulangi merebaknya kasus Surra di lapang. Sampai saat ini, Badan Litbang

Pertanian telah memiliki isolat lokal T. evansi sebanyak 401 isolat yang tersimpan dalam

nitrogen cair dan merupakan salah satu “bank T. evansi” di dunia setelah Kenya dan United

Kingdom. Isolat-isolat tersebut telah banyak digunakan untuk uji-uji biologis dan uji obat baik

melalui kerjasama luar negeri, penelitian internal maupun digunakan oleh Perguruan Tinggi

dan lembaga atau institusi penelitian lainnya. Disamping itu, Badan Litbang Pertanian juga

Page 18: JUNI 2016 - Pertanian

14

mensuplai antigen surra sesuai dengan permintaan Dinas Peternakan dan melakukan

pelayanan publik terhadap deteksi surra.

Sehubungan dengan pengendalian dan pengembangan metode diagnosis Surra,

maka Badan Litbang Pertanian mengadakan workshop dengan judul “Surra : Pengendalian

dan Pengembangan Metode Diagnosis” dengan tujuan untuk mendiseminasikan teknologi

cepat dan sederhana ataupun menyebarkan informasi-informasi biologis T. evansi isolat

Indonesia sehingga peserta dapat memperoleh informasi terkini tentang Surra di Indonesia.

Peserta workshop adalah beberapa institusi yang memiliki kepentingan dalam

diagnosis Surra, antara lain Balai Karantina, Dinas Peternakan, Perguruan Tinggi, Pusat

Konservasi Pembibitan Kerbau (PKPK), Balai Besar Veteriner, Balai Veteriner dan Praktisi

Dokter Hewan. Sebanyak enam pembicara dengan materi yang saling terkait, antara lain :

a. April Hari Wardhana, SKH, MSi, PhD dari Departemen Parasitologi, Balai Besar

Penelitian Veteriner – Bogor dengan materi tentang overview Surra di Indonesia dan

hasil-hasil penelitian Surra yang telah dilakukan di BB Litvet, termasuk pengembangan

metode diagnostik yang dapat diaplikasikan di lapang.

b. Dr. Luzviminda T. Simbrio, DVM, MS, PhD (Vise President for Research, Development

and Extention) dari College of Veterinary Medicine, Central Mindanao University,

Philippines yang memaparkan tentang gambaran histopatologis dari ternak yang terinfeksi

T. evansi, terutama pada kasus kronis. Dalam paparannya, beliau menggunakan ternak

babi dan kambing sebagai model.

c. Alan P. Dargantes, DVM, MTVSc, PhD (Dean of College of Veterinary Medicine, Central

Mindanao University, Philippines) dari College of Veterinary Medicine, Central Mindanao

University, Philippines yang mempresentasikan dua topik, yaitu tentang uji obat surra

pada kerbau dan analisis kerugian ekonomis.

d. Dr. drh. R. Wisnu Nurcahyo, Kepala Program Studi Pasca Sarjana Sain Veteriner dari

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada yang mempresentasikan tentang

metode diagnosis LAMP yang dilaporkan lebih sensitif daripada PCR. Metode ini cukup

sederhana dengan menggunakan peralatan yang sederhana pula, sehingga sangat

sesuai dengan petugas laboratorium di lapang.

e. Dr. drh. Dyah Haryuningtyas Savitri, MS, staf peneliti di Kelti Parasitologi yang

menerangkan tentang marka molekular (DNA mikrosatelit) yang mampu untuk melacak

asal usul agen penyakit (T. evansi) pada saat di wilayah tersebut.

Secara keseluruhan workshop berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah

dijadualkan. Besar harapan peserta agar workshop serupa dapat dilakukan di tahun-tahun

berikutnya oleh Badan Litbang Pertanian sehingga informasi perkembangan metode-metode

diagnosis Surra dapat terdiseminasikan dengan baik.

Page 19: JUNI 2016 - Pertanian

15

Page 20: JUNI 2016 - Pertanian

16

BAB IV

DISEMINASI

Kegiatan diseminasi yang dilaksanakan oleh Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian

(PHP), Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) pada bulan Mei 2016 adalah Focus

Group Discussion (FGD) dalam rangka Hilirisasi hasil riset veteriner, pameran Indonesia

Agro Expo dan menerima kunjungan tamu.

Focus Group Discussion (FGD) hilirisasi hasil riset veteriner

Kegiatan FGD dilaksanakan di Crown Plaza Hotel pada tanggal 3 Mei 2016, kegiatan

difasilitasi oleh Sekretariat Badan Litbang Pertanian melalui Balai Pengelola Alih Teknologi

Pertanian (BPATP). Maksud diselenggarakannya kegiatan ini adalah agar hasil-hasil

penelitian yang dihasilkan oleh Balai Besar Penelitian veteriner (BB Litvet) bisa dikenal oleh

khalayak pungguna (pemerintah dan swasta) dan ditindak lanjuti untuk bisa dikembangkan

dalam skala besar. Selain itu kegiatan tersebut juga sebagai wahana untuk menjaring

kebutuhan dari para pengguna agar nantinya kegiatan penelitian di BB Litvet lebih fokus

pada kebutuhan pengguna (pasar). Dukungan penelitian tentu saja tidak hanya untuk

komersial namun juga untuk mendukung program pemerintah. Saat ini BB Litvet telah

melakukan 5 (lima) perjanjian lisensi antara lain : formulasi vaksin IBR dengan Pusvetma

dan vaksin AI Bivalen, ND GTT 11, ETEC, ETEC VTEC dengan PT Caprifarmindo.

Salah satu kegiatan FGD Hilirisasi hasil riset veteriner

FGD dihadiri kurang lebih 50 tamu undangan antara lain : perwakilan dari UPT terkait

dengan kesehatan hewan lingkup Ditjen PKH (Balai Besar/Balai Veteriner, BBMSOH,

Pusvetma), Pusat Karantina Hewan, Industri obat hewan (PT Caprifarmindo, PT Novindo, PT

Sanbio, PT Vaksindo, PT Romindo), BPATP, Pusat/Balai Besar lingkup Badan Litbang

Pertanian. Balai Besar Penelitian Veteriner pada forum tersebut memaparkan produk-produk

Page 21: JUNI 2016 - Pertanian

17

yang berpotensi untuk di kembangkan lebih lanjut oleh pihak pengguna (swasta). Materi

selain disampaikan dalam bentuk presentasi oral juga ditampilkan dalam bentuk pameran

(prototype produk, brosur, poster, dan booklet).

Pameran Indonesia Agro Expo 2016

Indonesia Agro Expo 2016 / Aptex 2016 adalah pameran bisnis dan sarana

membangun jaringan bisnis bagi industri berbasis Agro dan pengolahan makanan baik di

Indonesia maupun Internasional. Pameran Indonesia Agro Expo 2016 diselenggarakan pada

tanggal 5 hingga 8 Mei 2016 di JIEXPO Kemayoran dan dibuka untuk umum. Pameran

diselenggarakan oleh tiga kementerian terkait yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Kehutanan. Acara diikuti oleh 200 peserta lokal dan

internasional dengan menampilkan produk-produk dan teknologi terbaru di bidang pertanian

dan industri makanan.

Stand pameran Balitbangtan pada Indonesia Agro Expo 2016

Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian turut membuka stand yang terdiri

dari berbagai unit kerja di dalamnya. Balai Besar Penelitian Veteriner ikut berpartisipasi

dalam pameran tersebut dengan mendiseminasikan teknologi inovasi hasil penelitian bidang

Veteriner yaitu dengan menampilkan produk unggulan hasil penelitian dalam bentuk display

poster (Vaksin AI Bivalen dan ND GTT/11, brosur dan sampel produk-produk yang

dihasilkan.

Inovasi hasil-hasil penelitian bidang Veteriner ditampilkan dalam bentuk poster,

brosur dan prototipe produk-produk, yaitu:

1. Brosur : - Teknologi diagnose: FelisaVet, Metode deret warna untuk

deteksi paraquat, Kit Fumolisa, metode deteksi rabies dRIT

- Obat herbal Skabies dari ekstrak daun gamal dan obat

cacing nematofagus

Page 22: JUNI 2016 - Pertanian

18

- Vaksin IBR (RhinoVet), Vaksin inaktif bivalen AI, dan vaksin

inaktif bivalen (IBR dan PI3)

2. Poster : Vaksin IBR, Kit Fumolisin, FeliSavet, Vaksin ND GTT/11

3. Prototipe produk : Kit FelisaVet, Kit Fumolisa, Kit metode deret warna untuk

deteksi paraquat, obat skabies dari ekstrak daun gamal, obat

cacing nematofagus, vaksin IBR (RhinoVet), vaksin inaktif

bivalen AI, vaksin ND GTT/11 dan vaksin inaktif bivalen (IBR

dan PI3) serta antigen (ND, AI, Pullorum, Brucella, Fasciola,

Toxoplasma, Mycoplasma).

Kunjungan tamu

Sebanyak 14 orang mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta dengan didampingi oleh 2 orang dosen

pembimbing mengadakan kunjungan ke BB Litvet pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2016.

Kunjungan ke BB Litvet dianggap penting mengingat para mahasiswa adalah dari jurusan

kesehatan masyarakat yang sangat terkait dengan kegiatan penelitian BB Litvet terhadap

penyakit zoonosis. Beberapa penyakit yang menjadi perhatian mereka adalah penyakit

hewan menular strategis yang bersifat zoonosis (PHMSZ) seperti antraks, rabies dan flu

burung.

Peserta diterima oleh Kepala Seksi PHP (Dr. drh. Bambang Ngaji Utomo, MSc.) yang

pada kesempatan tersebut juga memaparkan profil BB Litvet sebagai gambaran umum bagi

mahasiswa tentang kegiatan yang ada di BB Litvet. Rencana pihak UIN Jakarta akan

menindak lanjuti dengan magang untuk penyelesaian tugas akhir mahasiswa khususnya

pada beberapa penyakit penting PHMSZ.

Kunjungan mahasiswa UIN ke BB Litvet

Page 23: JUNI 2016 - Pertanian

19

BAB V

SUMBER DAYA MANUSIA, ASET DAN KEUANGAN

Sumber Daya Manusia

Sebagai penjabaran visinya, salah satu misi Balai Besar Penelitian Veteriner (BB

Litvet) adalah menghasilkan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi serta kebijakan

veteriner yang sesuai dengan dinamika kebutuhan pengguna yang berguna untuk

mewujudkan pertanian bio-industri berkelanjutan. Untuk menjalankan misi tersebut, BB Litvet

perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan

persyaratan kompetensi tertentu. Persyaratan kompetensi bagi SDM peneliti merupakan

persyaratan yang mutlak diperlukan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian

dan pengembangan yang berkualitas. Disamping itu, persyaratan kompetensi tersebut

diarahkan agar SDM BB Litvet dapat menjadi lebih profesional dan terampil dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsinya. BB Litvet memberikan prioritas tinggi terhadap

peningkatan kualitas SDM dalam menjamin tersedianya tenaga handal dalam melaksanakan

program penelitian pertanian.

Pegawai BB Litvet pada akhir bulan 31 Mei 2016 berjumlah 236 orang. Seluruh pegawai

tersebar di berbagai bagian, bidang dan kelompok peneliti. Dari jumlah tersebut terdiri dari

221 orang pegawai negeri sipil (PNS) , 2 orang calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan 13

orang tenaga kontrak. Distribusi pegawai per 31 Mei 2016 seperti yang diilustrasikan pada

Tabel 1, sedangkan rekapitulasi pegawai berdasarkan jabatan fungsional disajikan pada

Tabel 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Selanjutnya, rekapitulasi pegawai berdasarkan golongan dan jenjang

pendidikan disajikan pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 1. Distribusi Kepegawaian per 31 Mei 2016

No Distribusi Jumlah (orang)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Ka Balai Bagian Tata Usaha Bidang Program & Evaluasi Bidang KSPHP Kelti Virologi Kelti Bakteriologi Kelti Parasitologi Kelti Patologi Kelti Toksikologi dan Mikologi Tenaga kontrak

1 92 6

13 26 32 15 18 20 13

Total 236

Page 24: JUNI 2016 - Pertanian

20

Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

4

Peneliti Utama

Peneliti Madya

Peneliti Muda

Peneliti Pertama

6

13

13

3

Total 35

Tabel 3. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional

Teknisi Litkayasa per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

4

Teknisi Litkayasa Penyelia

Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan

Teknisi Litkayasa Pelaksana

Teknisi Litkayasa Pemula

25

11

13

2

Total 51

Tabel 4. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Pustakawan per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Pustakawan Utama

Pustakawan Madya

Pustakawan Muda

Pustakawan Pertama

Pustakawan Penyelia

Pustakawan Pelaksana Lanjutan

Pustakawan Pelaksana

0

0

0

2

2

0

0

Total 4

Tabel 5. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Arsiparis per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Arsiparis Utama

Arsiparis Madya

Arsiparis Muda

Arsiparis Pertama

Arsiparis Penyelia

Arsiparis Pelaksana Lanjutan

Arsiparis Pelaksana

0

0

0

0

0

1

0

Total 1

Page 25: JUNI 2016 - Pertanian

21

Tabel 6. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Medik Veteriner per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

4

Medik Veteriner Utama

Medik Veteriner Madya

Medik Veteriner Muda

Medik Veteriner Pratama

0

0

1

0

Total 1

Tabel 7. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Paramedik Veteriner per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

Paramedik Veteriner Penyelia

Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan

Paramedik Veteriner Pelaksana

1

0

0

Total 1

Tabel 8. Rekapitulasi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian per 31 Mei 2016

No Nama Fungsional Jumlah

1

2

3

4

5

6

Analisis Kepegawaian Madya

Analisis Kepegawaian Muda

Analisis Kepegawaian Pertama

Analisis Kepegawaian Penyelia

Analisis Kepegawaian Pelaksana Lanjutan

Analisis Kepegawaian Pelaksana

1

0

0

1

0

0

Total 2

Tabel 9. Rekapitulasi Pegawai Berdasarkan Golongan/Ruang per 31 Mei 2016

No. Golongan Ruang

A B C D E Jumlah

1 Golongan I - - 9 3 - 12 2 Golongan II 22 15 25 4 - 66 3 Golongan III 12 48 19 43 - 122 4 Golongan IV 9 2 8 1 3 23

Total 43 65 61 51 3 223

Page 26: JUNI 2016 - Pertanian

22

Tabel 9. Rekapitulasi Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan per 31 Mei 2016

No Pendidikan terakhir Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

S3

S2

S1

SM

D3

D2

SLTA

SLTP

SD

22

25

23

1

6

2

104

15

25

Total 223

Aset

Lahan

BB Litvet memiliki lahan seluas 291.539 m2 (± 29 ha) yang tersebar di tiga lokasi yakni

(1) Jalan R.E. Martadinata No.30 Bogor seluas 75.076 m2 untuk gedung perkantoran,

laboratorium, bengkel, kandang hewan percobaan dan lain-lain, serta seluas + 400 m2

digunakan untuk mess; (2) Cimanglid seluas 139.525 m2 digunakan untuk kebun rumput,

kandang hewan percobaan, dan lain-lain; (3) Kiaralawang seluas 80.475 m2 sebagai kebun

rumput untuk keperluan pakan hewan percobaan. Produksi rumput setiap bulan jumlahnya

sekitar 15 ton dari hasil lahan seluas 60.000 m2.

Gedung Laboratorium

Luas lahan untuk gedung laboratorium adalah 11.832 m2, yang terdiri dari 6 gedung

laboratorium yaitu Laboratorium Patologi dan Toksikologi 4.704 m2 (38,21%), Virologi 950 m2

(7,72%), Mikologi 1.280 m2 (10,40%), Parasitologi 1.200 m2 (9,75%) dan Bakteriologi 3.682

m2 (29,90%), Laboratorium Zoonosis 400 m2 (3,25%) dan Laboratorium BSL3 moduler 96 m2

( 0,78%).

Peralatan Laboratorium

Sampai dengan 31 Mei 2016 jumlah peralatan laboratorium yang kondisinya masih

layak/baik yang dimiliki oleh BB Litvet sebanyak kurang lebih 738 unit. Sebagian besar

peralatan laboratorium tersebar di laboratorium Patologi, Toksikologi, Virologi, Mikologi,

Parasitologi, Bakteriologi, Zoonosis dan BSL3 Moduler yang merupakan 1 kesatuan unit.

Page 27: JUNI 2016 - Pertanian

23

Alat utama yang diperlukan untuk identifikasi penyakit hewan dan untuk mendukung

kegiatan keamanan pangan antara lain : berbagai jenis Mikroskop, ELISA reader, Real Time-

PCR, Konvensional PCR, LCMS, HPLC, GC MS, AAS, Spectrophotometer, DNA Sequencer,

pH Meter, Autoclave, Timbangan elektrik, Chicken isolator dan berbagai jenis Biosafety

Cabinet maupun Sentrifuse. Sebagai laboratorium pengujian yang terakreditasi SNI ISO/IEC

17025:2008 (ISO/IEC 17025:2005), peralatan yang masuk dalam lingkup kegiatan analisis

yang terakreditasi perlu dikalibrasi secara rutin setiap tahun.

Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang masih ada di kandang percobaan Bogor sampai dengan 31 Mei

2016 sebagai berikut: hewan ruminansia besar ada 5 ekor sapi (4 ekor untuk peneltian

Patologi dan 1 ekor untuk penelitian Bakteriologi), ruminansia kecil ada 4 ekor domba dan 1

ekor kambing untuk penelitian Bakteriologi (sebagai hewan donor), hewan kecil terdiri dari 40

ekor marmut untuk penelitian Bakteriologi, 17 ekor kelinci (10 ekor kelinci untuk penelitian

Bakteriologi, 5 ekor kelinci untuk penelitian Patologi, 2 ekor kelinci untuk penelitian Virologi),

serta tikus putih sebanyak 21 ekor (15 ekor untuk penelitian Patologi dan 6 ekor untuk

penelitian Bakteriologi).

Keuangan

Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya, pada tahun 2016 BB Litvet

mengelola anggaran yang bersumber dari APBN (DIPA Nomor: SP DIPA-

018.09.2.237259/2016) yang dialokasikan pada satu program yaitu Program Penciptaan

Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan sebesar Rp. 39.241.319.000,-.

Alokasi anggaran berdasarkan jenis belanja sbb: (i) Belanja Pegawai sebesar

Rp.15.996.301.000,-, (ii) Belanja Barang sebesar Rp. 16.064.730.000,- dan (iii) Belanja

Modal sebesar Rp. 7.180.288.000,-. Total realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Mei

2016 sebesar Rp. 11.240.729.065,- atau 28,65% dari total anggaran yang meliputi: (i)

Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp 5.843.872.451,- atau 36,53% dari pagu, (ii) Realisasi

Belanja Barang sebesar Rp. 5.159.896.614,- atau 32,12% dari pagu, dan (iii) Realisasi

Belanja Modal sebesar Rp. 236.960.000,- atau 3,30% dari pagu.

Page 28: JUNI 2016 - Pertanian

24

Perkembangan Pelaksanaan DIPA

Lingkup Unit Kerja : Balai Besar Penelitian Veteriner Tahun Anggaran 2016 Bulan : 31 Mei 2016

No

UK/UPT

Pagu

Anggaran

(Rp.000)

Keuangan

Target Realisasi

(Rp.) (%) (Rp.) (%)

1

BB Litvet Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

15.996.301

16.064.730

7.180.288

5.493.130.000

2.856.308.000

1.158.725.000

34,34

17,78

16,14

5.843.872.451

5.159.896.614

236.960.000

36,53

32,12

3,30

Jumlah 39.241.319 9.508.163.000 24,23 11.240.729.065 28,65

Page 29: JUNI 2016 - Pertanian

25

BAB VI

PENUTUP

Dari penelitian Karakterisasi molekuler isolat lapang Trypanosoma evansi yang

bersirkulasi tahun 2012-2014 di Indonesia dengan Marker Mikrosatelit, diperoleh hasil

analisis filogenetik dengan 8 marka mikrosatelit (TBB-1, TBB5, TBB9, TBB10, MEST-19AT,

MT3033-AT, MORF2-CA dan M6C8-CA) dapat digunakan sebagai marka geografis untuk

menelusuri asal isolat T. evansi dan 3 marka diantaranya yaitu TBB-1, MEST-19AT dan

M6C8-CA dapat digunakan untuk marka virulensi.

Aset yang dimiliki oleh BB Litvet, yaitu berupa lahan, gedung dan peralatan

laboratorium, serta hewan percobaan.

Total realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Mei 2016 sebesar Rp.

11.240.729.065,- atau 28,65% dari total anggaran yang meliputi: (i) Realisasi Belanja

Pegawai sebesar Rp 5.843.872.451,- atau 36,53% dari pagu, (ii) Realisasi Belanja Barang

sebesar Rp. 5.159.896.614,- atau 32,12% dari pagu, dan (iii) Realisasi Belanja Modal

sebesar Rp. 236.960.000,- atau 3,30% dari pagu.