Juni, 2012 Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo...
-
Upload
truongkhuong -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of Juni, 2012 Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo...
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012
EFEKTIFITAS DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SEBAGAI BIOPESTISIDA
TERHADAP HAMA THRIPS PADA TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna
radiata L.)
Dwi Hosnia Ningsih, Sucipto, Catur Wasonowati
Prodi Agroekoteknogi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Email : [email protected]
ABSTRAK
Upaya peningkatan produksi kacang hijau telah banyak dilakukan, salah satunya
adalah pengendalian terhadap serangan hama. Umumnya petani melakukan
pengendalian menggunakan pestisida sintetik yang mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan. Usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap pestisida
sintetik maka alternatif yang bisa digunakan adalah menggunakan biopestisida daun
sirsak. Biopestisida ini memiliki keistimewaan sebagai anti feedent dan sebagai racun
perut yang mengakibatkan serangga mati. Tujuan penelitian ini adalah menguji
efektifitas biopestisida daun sirsak pada berbagai konsentrasi terhadap hama thrips pada
tanaman kacang hijau. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 6 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan
(5%). Secara umum perlakuan kontrol (pestisida kimia Kanon 1cc/liter air) dan
perlakuan konsentrasi 250 ml/liter air pada semua parameter pengamatan memberikan
pengaruh yang terbaik.
Kata kunci: biopestisida daun sirsak, pestisida sintetik, hama thrips, kacang hijau.
PENDAHULUAN
Kacang hijau adalah tanaman palawija yang telah dikenal luas di daerah tropika.
Tanaman ini termasuk tanaman terpenting ketiga sebagai tanaman kacang-kacangan
setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau ini merupakan makanan yang populer
dan dapat ditemui hampir di semua lapisan masyarakat Indonesia sebagai makanan yang
sering dikonsumsi (Anonimous, 2011a). Berdasarkan ketersediaan produk hasil olahan
yang sering ditemui di pasar, kacang hijau sebagian besar diproses menjadi kecambah,
dibuat bubur, makanan bayi, industri minuman, kue, dan tahu (Indiati, 2004). Menurut
Atman (2009) meskipun tanaman kacang hijau memiliki banyak manfaat, namun
tanaman ini masih kurang mendapat perhatian dalam praktek budidayanya.
Upaya peningkatan produksi kacang hijau telah banyak dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi lahan.
Namun, upaya tersebut masih sering menghadapi berbagai kendala, salah satu
diantaranya adalah serangan hama. Hama yang sering menyerang tanaman kacang hijau
adalah Thrips sp. yang merupakan salah satu hama utama kacang hijau.
Umumnya para petani melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida
sintetik buatan pabrik yang memiliki kandungan kimia berbahaya dengan asumsi bahwa
pestisida sintetik lebih efektif untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT). Usaha untuk mengurangi jumlah dan ketergantungan terhadap insektisida, maka
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2
dikembangkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Adapun salah satu
komponen penting dalam pengendalian hama terpadu adalah pengendalian dengan
menggunakan pestisida nabati (biopestisida), diantaranya adalah dengan penggunaan
tanaman tembakau, sirsak, srikaya, mimba, sereh, dan cengkeh (Pabbage dan Tenrirawe,
2007).
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalimo’ok Kecamatan Kalianget Kabupaten
Sumenep dengan jenis tanah mediteran. Ketinggian tempat ± 5 m dpl. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, handsprayer, selang
air, timbangan analitik, gelas ukur, alat tugal, bambu, ember, alat tulis, dan kaca
pembesar. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun sirsak, pupuk Urea, TSP, KCl,
air, dan benih kacang hijau varietas lokal Sumenep. Rancangan penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dan diulang sebanyak
4 kali. Adapun faktor tersebut yaitu pemberian biopestisida daun sirsak dengan enam
perlakuan yang berbeda A0 = kontrol (pestisida kimia Kanon, 1 ml/liter air), A1 =
ekstrak daun sirsak konsentrasi 50 ml/liter air, A2 = ekstrak daun sirsak konsentrasi 100
ml/liter air, A3 = ekstrak daun sirsak konsentrasi 150 ml/liter air, A4 = ekstrak daun
sirsak konsentrasi 200 ml/liter air, A5 = ekstrak daun sirsak konsentrasi 250 ml/liter air.
Setiap plot atau bedengan terdiri dari 96 tanaman sehingga diperoleh jumlah
tanaman 4 x 6 x 96 = 2304 tanaman. Jumlah plot atau bedengan sebanyak 24, jumlah
tanaman sampel yaitu 5 tanaman dan ukuran plot 2,5 m x 2 m. Pelaksanaan penelitian
meliputi persiapan lahan, penanaman, pembuatan biopestisida, pemupukan,
pemeliharaan tanaman dengan penyulaman dan penyiangan serta pengendalian hama
dan penyakit, dalam hal ini pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan biopestisida
daun sirsak sesuai perlakuan. Parameter yang diamati meliputi panjang tanaman, luas
daun, jumlah daun, kerusakan daun, mortalitas, berat basah tanaman, dan berat kering
tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Luas daun
Luas daun menunjukkan bahwa pemberian biopestisida daun sirsak sesuai
perlakuan menunjukkan ada beda nyata terhadap pengamatan luas daun pada umur 1
dan 2 MST, menunjukkan ada beda sangat nyata pada 4 dan 5 MST, sedangkan 3, 6, 7,
dan 8 MST menunjukkan tidak ada beda nyata.
Tabel 1. Rata-rata Luas Daun (cm2) pada Berbagai Umur Tanaman
Perlakuan Luas Daun Minggu ke- (MST)
1 2 3 4 5 6 7 8
A0
A1
A2
A3
A4 A5
10,5bc
8,9a
10,6bc
10,3bc
9,3ab 10,8c
29,2c
23,3a
27,5bc
26,2b
23,7a 27,2bc
39,0
17,5
20,4
19,1
16,7 19,9
46,8b
29,9a
30,7a
30,1a
30,8a 34,4a
57,2b
32,7a
31,9a
31,1a
31,8a 34,1a
297,7
82,8
73,7
41,0
86,6 81,3
70,5
47,8
114,3
51,6
55,1 59,9
75,6
52,4
59,7
61,1
64,4 27,5
* * ns ** ** ns ns ns
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf sama untuk setiap perlakuan dalam setiap pengamatan
tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012
Pengamatan parameter luas daun semua perlakuan cenderung memberikan luas
daun hampir sama pada 1 MST. Hal ini diduga karena pada umur 1 MST belum
ditemukan adanya serangan hama Thrips sp. sehingga tidak munujukkan hasil yang
sangat berbeda nyata. Umur 2 MST menunjukkan hasil ada beda nyata, sedangkan umur
4 dan 5 MST menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata. Perlakuan kontrol
(pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan konsentrasi 250 ml/liter air
memberikan luas daun tertinggi pada 4 dan 5 MST. Hal ini diduga karena intensitas
serangan pada perlakuan kontrol (pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan
konsentrasi 250 ml/liter air lebih kecil dari pada perlakuan yang lain sehingga mampu
meningkatkan luas daun 4 dan 5 MST. Ini sesuai dengan hasil penelitian Adawiyah
(2011) bahwa terjadi peningkatan luas daun pada umur 17 hari setelah tanam (HST) dari
31,21 cm2 menjadi 36,19 cm
2 dengan semakin menurunnya intensitas serangan,
peningkatan luas daun diikuti oleh penurunan intensitas serangan, semakin tinggi luas
daun maka semakin rendah intensitas serangan hama. Untung (2001) menambahkan
bahwa serangga hama yang memakan jaringan tanaman dapat menyebabkan
penyimpangan pada tanaman dalam bentuk defoliasi daun, patahnya bagian tanaman
yang terserang, terbentuknya lubang gerekan. Sedangkan serangga hama yang menusuk
dan menghisap cairan tanaman mengakibatkan terjadinya bintik-bintik atau bercak-
bercak, terjadinya perubahan warna, pembusukan, perubahan bentuk dan lain-lain.
Pengamatan luas daun umur 3 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata. Hal ini diduga karena intensitas serangan pada umur 2 MST mencapai
puncaknya, sehingga tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap luas daun umur 3
MST. Menurut Venita at al. (2009) keadaan yang menyebabkan terganggunya
pertumbuhan tanaman dapat mengurangi ukuran tanaman secara keseluruhan,
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi.
2. Kerusakan daun
Kerusakan daun menunjukkan bahwa pemberian biopestisida daun sirsak sesuai
perlakuan memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap parameter kerusakan daun
pada umur 2 dan 8 MST.
Tabel 2. Rata-rata Intensitas Serangan (%) pada Berbagai Umur Tanaman Perlak
uan
Intensitas Serangan Minggu ke- (MST)
1 2 3 4 5 6 7 8
A0
A1
A2
A3
A4
A5
0
0
0
0
0
0
15,1a
18,2ab
19,2ab
24,1bc
21,9ab
29,8c
15,0
10,2
8,7
11,6
11,0
12,3
4,6
11,3
5,9
5,3
11,3
6,4
1,1
6,6
2,1
2,2
5,7
2,0
1,1
2,2
1,2
1,6
2,1
1,1
0,5
1,5
3,1
1,0
1,7
1,0
0a
0,9b
0,9ab
0,8ab
0,6ab
0,4ab
ns * ns ns ns ns ns *
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf sama untuk setiap perlakuan dalam setiap
pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
4
Pengamatan parameter kerusakan daun 1 sampai 8 MST menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata kecuali pada 2 dan 8 MST. Hal ini diduga karena intensitas
serangan masih rendah atau bahkan belum ditemui adanya serangan hama Thrips sp.
pada tanaman sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parameter
kerusakan daun 1 MST.
Pengamatan kerusakan daun 3 sampai 7 MST tidak menunjukkan ada beda
nyata. Hal ini diduga karena untuk mengaktifkan kinerja dari senyawa yang terkandung
dalam biopestisida daun sirsak hama Thrips sp. harus menghisap cairan dalam jaringan
daun yang telah disemprot dengan biopestisida tersebut sehingga tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap 3 sampai 7 MST. Menurut Venita at al. (2009) hama
menyerang tanaman dengan cara menusuk dan menghisap jaringan tanaman, sehingga
menyebabkan pertumbuhannya terganggu. Ini sesuai dengan pernyataan Aripin dan
Lubis (2003) bahwa Thrips sp. melakukan serangan dengan menghisap cairan tanaman
sehingga mengakibatkan rusaknya sel-sel tanaman.
3. Mortalitas
Biopestisida daun sirsak sesuai perlakuan memberikan hasil yang sangat berbeda
nyata terhadap parameter mortalitas pada waktu aplikasi 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9,
sedangkan pada waktu aplikasi 2 menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Tabel 3. Rata-rata Mortalitas (%) pada Berbagai Waktu Aplikasi
Perlakuan Waktu Aplikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A0
A1
A2
A3
A4
A5
53,2bc
30,2a
49,8b
45,7ab
58,0b
70,4c
57,5b
34,0a
46,3ab
50,7b
46,0ab
61,6b
54,1b
36,8a
34,7a
48,0b
55,7b
71,3c
53,1a
44,0a
50,4a
55,7a
59,4b
86,6c
75,2b
52,8a
55,0a
54,4a
60,3a
75,3b
78,3cd
44,3a
53,9ab
61,5b
69,3bc
86,7d
86,0b
37,0a
46,6a
49,3a
78,0b
87,2b
76,3b
50,0a
42,1a
56,4a
54,3a
89,1b
87,5bc
42,4a
50,1a
53,5a
65,0ab
90,8c
** * ** ** ** ** ** ** **
Keterangan:
Angka yang diikuti dengan huruf sama untuk setiap perlakuan dalam setiap pengamatan tidak
berbeda nyata berdasarkan UJD 5%
Secara umum terlihat bahwa mortalitas tertinggi pada semua waktu aplikasi
diperoleh dari perlakuan konsentrasi 250 ml/liter air dan perlakuan kontrol (pestisida
kimia Kanon 1 ml/liter air). Hal ini diduga karena perlakuan konsentrasi 250 ml/liter air
merupakan perlakuan dengan konsentrasi ekstrak daun sirsak tertinggi. Semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi pula mortalitas pada hama tersebut. Senyawa
squamosin dan asimisin yang terkandung dalam biopestisida daun sirsak, selain dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga hama, menghambat makan,
juga dapat mematikan. Selain itu, biopestisida daun sirsak juga mengandung senyawa
tanin dalam kadar yang tinggi. Senyawa tanin merupakan suatu senyawa yang dapat
memblokir ketersediaan protein dengan membentuk kompleks yang kurang bisa dicerna
oleh serangga atau dapat menurunkan kemampuan mencerna bagi serangga. Senyawa
tersebut dapat menghambat atau memblokir aktivitas enzim pada saluran pencernaan
sehingga akan merobek pencernaan serangga, dan akhirnya menimbulkan efek kematian
bagi serangga Pabbage dan Tenrirawe (2007).
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012
4. Bobot basah tanaman
Bobot basah tanaman menunjukkan bahwa pemberian biopestisida daun sirsak
sesuai perlakuan memberikan hasil yang sangat berbeda nyata terhadap parameter bobot
basah tanaman.
Tabel 6. Rata-rata Bobot Basah Tanaman
Perlakuan Bobot Basah Tanaman (g)
A0
A1
A2
A3
A4
A5
165,3c
85,6a
88,3a
97,2a
124,2b
124,5b
**
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf sama untuk setiap
perlakuan dalam setiap pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%
Perlakuan kontrol (pestisida kimia Kanon 1ml/liter air) dan perlakuan
konsentrasi 250 ml/liter air memberikan bobot basah tanaman lebih tinggi dari pada
perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena intensitas serangan pada perlakuan kontrol
(pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan konsentrasi 250 ml/liter air lebih
rendah sehingga luas daun meningkat. Peningkatan luas daun dapat meningkatkan hasil
proses fotosintesis. Menurut Hakim (2009) hasil fotosintesis yang lebih rendah akan
menghasilkan berat segar menjadi rendah dan sebaliknya.
5. Bobot kering tanaman
Bobot kering tanaman menunjukkan bahwa pemberian biopestisida daun sirsak
sesuai perlakuan memberikan hasil yang sangat berbeda nyata terhadap parameter bobot
kering tanaman.
Tabel 7. Rata-rata Bobot Kering Tanaman
Perlakuan Bobot Kering Tanaman (g)
A0
A1
A2
A3
A4
A5
53,7c
35,6a
33,3a
35,1a
43,9b
44,6b
**
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf sama untuk setiap perlakuan dalam
setiap pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
6
Perlakuan kontrol (pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan
konsentrasi 250 ml/liter air memberikan rata-rata bobot kering tanaman lebih tinggi dari
pada perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena intensitas serangan pada perlakuan
kontrol (pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan konsentrasi 250 ml/liter air
intensitas serangannya lebih rendah sehingga meningkatkan luas daun sehingga
fotosintat yang dihasilkan juga bertambah. Menurut Hakim (2009), berat kering
tanaman sangat dipengaruhi oleh optimalnya proses fotosintesis. Berat kering yang
terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat sebagai hasil fotosintesis, karena bahan
kering sangat tergantung pada laju fotosintesis. Asimilat yang lebih besar
memungkinkan pembentukan biomassa tanaman yang lebih besar.
KESIMPULAN
1. Secara umum perlakuan kontrol (pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan
konsentrasi 250 ml/liter air memberikan pengaruh yang terbaik terhadap luas daun
dengan nilai tertinggi 297,7 cm2, kerusakan daun dengan nilai terendah 0%,
mortalitas dengan nilai tertinggi 90,8%, bobot basah dengan nilai tertinggi 165,3 g
dan bobot kering dengan nilai tertinggi 53,7 g.
2. Konsentrasi rendah seperti pada perlakuan konsentrasi 50 ml/liter air dan perlakuan
konsentrasi 100 ml/liter air memberikan pengaruh kurang baik terhadap parameter
panjang tanaman dengan nilai terendah 10,2 cm, luas daun dengan nilai terendah 8,9
cm2, jumlah daun dengan nilai terendah 2, kerusakan daun dengan nilai tertinggi
29,8%, mortalitas dengan nilai terendah 30,2%, bobot basah dengan nilai terendah
85,6 g dan bobot kering dengan nilai terendah 33,3 g.
3. Perlakuan kontrol (pestisida kimia Kanon 1 ml/liter air) dan perlakuan konsentrasi
250 ml/liter air merupakan perlakuan yang paling efektif dalam mengendalikan hama
Thrips sp.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Luluk Rofiatul. 2011. Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana
Sebagai Musuh Alami Ulat Krop (Crocidolomia pavonana) Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea). [Skripsi]. Bangkalan:
Universitas Trunojoyo Madura.
Anonimous. 2011a. Bab 1 Pendahuluan. http://www.scribd.com/doc/67882329/Bab-i-
Kacang-Hijau (Diakses pada tanggal 9 Oktober 2011).
. 2011b. Potensi Kacang Hijau di Jawa Timur. http:// regionalinvestment. com/
newsipid/ commodityarea. php?ic=278&ia=35 (Diakses pada tanggal 9 Oktober
2011).
. 2011c. I. Pendahuluan. http://www.scribd.com/doc/54591070/makalah-
kacang-hijau (Diakses pada tanggal 9 Oktober 2011).
. 2011d. Tinjauan Pustaka. http:// repository. usu.ac.id/ Chapter II.pdf (Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2011).
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012
. 2011e. Pengendalian Hama secara Kimiawi. http:// www.google.co.id/
pengendalian-hama-secara-kimiawi 20031. pengendalian hama secara hayati
(Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011).
. 2011f. Bab I Pendahuluan. http:// repository. usu. ac. id/ bitstream/ Chapter
II.pdf (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011).
. 2011g. Tinjauan Pustaka. http:// repository. usu. ac.id. Chapter II.pdf (Diakses
pada tanggal 11 Oktober 2011).
Aripin, Kasmal dan Lubis, Lahmuddin. 2003. Laporan Penelitian Teknik Pengelolaan
Hama Terpadu (PHT) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) di Dataran
Rendah. http:/ /repository. usu. ac.id. hpt-kasmal2.pdf (Diakses pada tanggal 25
Oktober 2011).
Benyamin, Sudomo Aris, Encep Raciman dan Rusdi. 2007. Wana Benih Vol. 8 no. 1
Juli 2007 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Faradita, Andina, Fidiastuti, Hasminar Rachman, Ningrum, Pratiwi Pramana, Jannah
Miftahul. 2010. Efektivitas Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrrizus
erosus) terhadap Mortalitas Ulat Plutella xylostella pada Tanaman Kubis.
Universitas Negeri Malang.
Hakim, Anas Mahirul. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk Cair terhadap Hasil dan
Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Rosela. [Skripsi]. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Hamdani. 2008. Hasil dan Kualitas Hasil Mentimun dengan Aplikasi pupuk N-Coated
dan Pupuk Organik Cair. [Skripsi]. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Indiati. 2004. Penyaringan dan Mekanisme Ketahanan Kacang Hijau MLG-716
terhadap Hama Thrips. Jurnal Libang Pertanian, 23(3), 2004.
Jannah, Rahmawati Nur. 2010. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata
L) sebagai Pestisida Nabati terhadap Pengendalian Hama Tanaman Sawi
(Brassica juncea L). [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Korlina, Eli. 2011. Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Bawang Putih. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km-4 Po
Box 188 Malang. Telp 0341-494052.
Mapegau. 2007. Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kacang Hijau. Agripura VOL. 3 No. 2 Desember 2007.
Maulana, Awal. (2010). Pertanian Organik (Pestisida Nabati). http:// worldplant.
multiply.com/journal/item/24 journal (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011).
Munief. 2011. Vigna radiata. http://munief86.wordpress.com/vigna-radiata/ (Diakses
pada tanggal 9 Oktober 2011).
Pabbage dan Tenrirawe. 2007. Pengendalian Penggerek Batang Jagung (ostrinia
Furnacalis g.) dengan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.). Prosiding
Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel,
2007.
Purwono. 2011. Bertanam Kacang Hijau, Bertani yang Menguntungkan.
http://books.google.co.id/books?id=1vqDykpqLzYC&pg=PA7&lpg=PA7&dq=
produksi+kacang+hijau+di+indonesia&source=bl&ots=JCRkw__iVB&sig=HD
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
8
MuhpCAyxcx8F6eEgObxpt8Hw&hl=id&ei=0_SQTq22M8r4rQeux4ifAQ&sa=
X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CFQQ6AEwCTgK#v=onepa
ge&q=produksi%20kacang%20hijau%20di%20indonesia&f=false (Diakses
pada tanggal 9 Oktober 2011).
Rizki. 2010. Pengendalian Hayati. http: //blog. ub.ac.id /rizkip/ 2010/05/22/
pengendalian-hayati/ (Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011).
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Untung, Kasumbogo. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Venita Yunel, Fauzana Hafiz, dan Mukti. 2009. Pemberian Beberapa Konsentrasi dan
Interval Penyemprotan Ekstrak Daun Sirsak terhadap Hama Myzus Persicae
pada Tanaman Cabai. SAGU, Maret 2009 Vol. 8 No. 1 : 23-26 ISSN 1412-4424.
Wudianto, Rini. 1997. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012