Jumlah pengemis
-
Upload
dewi-lestari -
Category
Documents
-
view
1.712 -
download
9
description
Transcript of Jumlah pengemis
JUMLAH PENGEMIS, GELANDANGAN, DAN ANAK JALANAN MENURUT
KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2011
KODEWIL
Kecamatan THN. GELANDANGAN,PENGEMIS
ANAK JALANAN
(1) (2) (3) (4) (5)
010 MARISO 11 157020 MAMAJANG 8 116030 TAMALATE 20 39031 RAPPOCINI 9 72040 MAKASSAR 29 133050 UJUNG
PANDANG5 15
060 WAJO 3 25070 BONTOALA 12 40080 UJUNG TANAH 6 63090 TALLO 22 24100 PANAKKUKANG 28 150101 MANGGALA 7 21110 BIRINGKANAYA 6 11111 TAMALANREA 31 35
7371 MAKASSAR 2011 204 918
Sumber : Dinas Sosial Kota Makassar
2010 186 9012009 144 8702008 340 8692007 280 1407
1165 4766
Di dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak
Jalanan beberapa telah dijelaskan mengenai pertama program pembinaan yang terdiri
yaitu pembinaan pencegahan, pembinaan lanjutan, dan usaha rehabilitasi sosial, kedua
ekspoiltasi, pemberdayaan, bimbingan lanjut, serta partisipasi masyarakat masih ada
saja kejanggalan demi kejanggalan yang ditemui di lapangan. Namun kenyataannya
yang ditemui di lapangan, bukan penurun jumlah anak jalanan melainkan semakin
bertambahnya jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun. Daftar tabel di atas merupakan
petunjuk faktanya bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 jumlah anak
jalanan dari yang berjumlah 869 meningkat menjadi 918 pada tahun 2011. Mungkin
pertambahan dari jumlah anak jalanan ini tidak begitu pesat, tapi kecenderungan
implementasi peraturan daerah nomor 2 tahun 2008 tentang pembinaan anak jalanan
berjalan tidak sesuai harapan masyarakat Kota Makassar.
Sangat boleh jadi keadaan nyata di lapangan jumlah anak jalanan jauh lebih besar
dari jumlah di atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan anak jalanan
merupakan fenomena gunung es, yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan baik
dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Disisi lain masalah anak
jalanan,merupakan patologi sosial yang mempengaruhi perilaku (behavior) anak,
dengan poladan sub kultur yang berkembang di jalanan sebagai daya tarik bagi anak
yang masih tinggal di rumah tetapi rentan menjadi anak jalanan, untuk turun ke
jalanan.Kecenderungannya bila tidak ada upaya mengatasi bukan hanya sekedar turun,
tetapi lambat laun bekerja dan hidup di jalan menyatu dengan anak jalanan lain.Terkait
dengan kondisi di atas, diperlukan model pendekatan guna terjadinya perubahan
perilaku pada diri anak jalanan ke arah yang dikehendaki denganmemperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hurlock
(1979) bahwa “sikap seseorang tidak hanya ditentukan oleh pribadi orang yang
bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan,artinya sikap orang-
orang di sekelilingnya terhadap diri orang yang bersangkutan.”
Masalah anak jalanan merupakan fenomena sosial yang tidak bisa dihindari
keberadaannya di Kota Makassar.Fakta tersebut jelas tidak terjadi begitu saja tetapi ada
hal-hal yang mempengaruhinya. Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa
Pemerintah Kota Makassar melalui peraturan daerah nomor 2 tahun 2008 tentang
pembinaan anak jalanan sebagai upaya untuk meminimalisir jumlah anak jalanan masih
saja mengalami banyak tantangan
Salah satu faktor utama adanya pekerja anak adalah faktor ekonomi rumah
tangga, pengaruh orangtua dan rendahnya tingkat pendidikan ayah atau ibu. Secara
umum dalam berbagai penelitian dapat ditunjukkan bahwa penyebab adanya pekerja
anak yaitu tekanan ekonomi keluarga, adanya pandangan bahwa bekerja adalah bagian
dari proses pendidikan, ingin membantu ekonomi keluarga, karena sudah tidak sekolah
ingin punya penghasilan sendiri. Rendahnya kehidupan ekonomi rumah tangga,
menyebabkan banyak keluarga yang memerlukan bantuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi marjinal.
Realitanya, saat ini kesemua undang-undang tersebut tidak ditaati oleh banyak
pengusaha dan anak-anak itu sendiri. Masih banyak terlihat diberbagai tempat anak-
anak yang berada diusia wajib sekolah melakukan pekerjaan hampir setiap hari selama
seminggu. selama masih ditemui keluarga miskin maka pekerja anak akan selalu ada.
Disamping itu biasanya sektor swasta juga cenderung lebih tertarik menggunakan anak
di bawah umur untuk bekerja di tempatnya, hal ini dikarenakan kecekatan anak dan
upah yang rendah. Sehingga pekerja anak terkadang lebih efisien dan lebih
menguntungkan bagi pihak swasta, dalam asumsi pekerjaan yang ditawarkan pun
merupakan pekerjaan yang tidak membutuhkan skill yang tinggi.
Pekerja anak biasanya memiliki alokasi waktu untuk bekerja yang panjang akan
memberikan dampak negatif kepada pekerja anak baik secara fisik maupun psikis. Hal
ini dikarenakan kondisi fisik anak yang masih terlalu muda untuk bekerja dalam jumlah
waktu yang lama. Jam kerja yang panjang bagi anak akan memberi dampak kehilangan
kesempatan memperoleh pendidikan, waktu belajar berkurang bahkan tidak ada sama
sekali. Waktu bermain menjadi sedikit sehingga pengembangan kreativitas anak lambat.
Dan terlebih lagi mereka tidak akan bisa menikmati masa kecil mereka yang bahagia.
Hal ini jelas akan berpengaruh pada kondisi psikis anak.