JUMAT, 23 DESEMBER 2011 Menanti J Jalur Pedestrian yang … fileIndonesia. Di Asia Tenggara,...

1
24 JUMAT, 23 DESEMBER 2011 F OKUS ME Menanti Jalur Pedestrian yang Nyaman Pemerintah Provinsi DKI berencana membuatkan jalur pedestrian yang bisa menjadi arena masyarakat berinteraksi bahkan menggelar aktivitas hiburan. ANATA SYAH FITRI J AUH panggang dari api, daging tak matang-ma- tang. Masyarakat Jakarta yang ingin menikmati kota dan pusat perbelanjaan sambil berjalan di atas trotoar yang nyaman sebaiknya me- nyimpan mimpi. Jalur pedes- trian yang layak hingga saat ini masih ‘dipanggang’. Trotoar sejatinya fasilitas yang aman dan nyaman dari negara bagi pejalan kaki, terpisah de- ngan jalur kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Namun di Jakarta, hak pejalan kaki menjadi milik pedagang kaki lima dan tukang parkir. Pada jam-jam tertentu datang lagi pemilik lainnya yakni sepeda motor. Pengendara naik ke trotoar untuk menghindari kemacetan di jalan utama. Pejalan kaki harus mengalah dan menepi. Masyarakat bisa menyaksi- kan secara kasatmata jalur pe- destrian diambil secara terang- terangan. Lihatlah trotoar di Jalan KH Ahmad Dahlan, Ma- traman, Jakarta Timur. Mulai dari SMA Marsudirini hingga Dislitbang TNI-AD berubah menjadi lahan parkir ken- daraan roda empat. Puluhan mobil pribadi ber- bagai tipe menggunakan lahan tersebut untuk parkir. “Jalur pedestrian ini sudah lama jadi tempat parkir. Kayaknya resmi ya sebab tukang parkirnya pakai seragam,” ujar Andri, 25, warga sekitar itu. Menurut Uut, 57, pedagang kelontong di pinggir jalan itu, trotoar Jalan KH Ahmad Dah- lan sudah menjadi lahan parkir sejak dia mulai berdagang pada 1985. “Warga susah lewat tapi enggak ada yang protes. Mung- kin sudah biasa,” jelasnya. Petugas parkir berseragam resmi, Zaenal, 18, mengaku belum pernah ada penertiban. “Sepertinya memang buat la- han parkir,” katanya. T ENGOKLAH sejenak Singapura, negara yang ramai dikunjungi warga Indonesia. Di Asia Tenggara, ‘Negeri Singa’ itulah yang paling memanjakan pejalan kaki atau pedestrian. Salah satu jalur termewah bagi pedestrian terletak di pesisir timur Singapura, yakni di kawasan Marina Bay yang diresmikan pertengahan 2010. Double Helix Pedestrian Bridge menjadi jembatan pedestrian tercanggih dan pertama di Singapura yang menghubungkan Marina Center dan Marina South. Jembatan sepanjang 280 meter tersebut memiliki sistem pencahayaan yang diatur komputer supaya terasa nyaman. Konon jembatan tersebut terinspirasi oleh struktur helicoidal DNA. Pembangunannya tak tanggung-tanggung, dengan mendatangkan rma arsitektur asal Australia, Cox Group, serta dua perusahaan arsitektur lokal yakni Firma Teknikal Arup dan Architects 61. Tak hanya membangun, Singapura apik pula dalam merawat jalur pedestrian. Salah satu jalur pedestrian paling terkenal adalah Orchid Road. Sudah berpuluh-puluh tahun jalur itu dijejali pejalan kaki, tetapi tetap nyaman dilalui. Jalan selebar 10 meter itu berlapiskan lantai berbata yang hampir tanpa cacat, penuh dengan pepohonan rindang, dan dilengkapi tempat sampah di mana- mana. Pertokoan yang saling menempel mempermudah pejalan kaki menyambangi setiap bangunan. Berbagai toko baju dan pernak-pernik hingga toko buku menjadikan kawasan Orchid Road sebagai salah satu tempat wisata belanja terfavorit di Singapura. Bila lelah berbelanja, ada berbagai tempat santai untuk minum kopi dan menikmati berbagai jenis santapan. Bagaimana dengan Ibu Kota? Sebenarnya Jakarta punya Pasar Baru. Pusat perbelanjaan yang telah ada sejak 1820 itu tak seindah konsep pembangunan kembali pada 2000. Meski dinyatakan sebagai areal tertutup bagi kendaraan bermotor, tak jarang roda empat terlihat parkir di badan jalur pedestrian. Apalagi sepeda motor yang menderu mengganggu keselamatan pejalan kaki. Ironis memang, pasar yang di masa pendudukan Belanda mendapat julukan the Queen of East karena keindahannya itu kini bertabur sampah. Kesan kumuh tak terhindarkan akibat lapak pedagang dolar dan makanan kecil di bibir toko sepanjang jalan menuju Jl KH Samanhudi. Aliran Sungai Ciliwung yang telah dibersihkan tak cukup menghidupkan kembali pasar yang sempat digandrungi nona-nona Belanda di masa itu. Sayang rasanya bila mengingat potensi dan sisi historisnya. Apalagi sebagian besar bangunan bergaya pecinan masih berdiri. Sejumlah bangunan bersejarah yang kaya akan arsitektur tinggi bertebaran di sana, mulai Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Filateli, hingga bangunan di Lapangan Banteng. Berbagai toko bergaya window shopping sepanjang koridor Pasar Baru menjadi ciri khas tersendiri. Belum lagi, beberapa lokasi kuliner yang melegenda. Sebut saja Snoep Huis, yang menjual minuman hangat dan es krim cokelat. Semua syarat magnet jalur pedestrian ideal terdapat di Pasar Baru. Aksesnya pun terbilang strategis. Pengguna kereta dapat turun di Stasiun Juanda. Halte bus Trans- Jakarta tersedia tepat di seberang pasar. Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Jakpus sempat merencanakan penambahan dan perbaikan jalur pedestrian. Jalur pedestrian akan dibangun dari Jalan Gedung Kesenian 1 (Gedung Kesenian Jakarta), Jalan Pos (Gedung Pos), Jalan Katedral (Gereja Katedral), hingga Jalan Budiutomo. Jalur pedestrian sepanjang 800 meter itu, menurut rencana, memiliki lebar 2,5 meter. Semoga itu tak (lagi-lagi) sekadar wacana. (Vini Mariyane Rosya/J-1) Sensasi Marina Bay Singapura AP/WONG MAYE-E JALUR PEDESTRIAN TERCANGGIH: Dua pejalan kaki melewati jembatan jalur pedestrian tercanggih di Marina Bay, Singapura, beberapa waktu lalu. Jembatan sepanjang 280 meter tersebut memiliki sistem pencahayaan yang diatur oleh komputer agar orang yang melintasinya merasa nyaman.

Transcript of JUMAT, 23 DESEMBER 2011 Menanti J Jalur Pedestrian yang … fileIndonesia. Di Asia Tenggara,...

Page 1: JUMAT, 23 DESEMBER 2011 Menanti J Jalur Pedestrian yang … fileIndonesia. Di Asia Tenggara, ‘Negeri Singa’ itulah yang ... terfavorit di Singapura. Bila lelah berbelanja, ada

24 JUMAT, 23 DESEMBER 2011 FOKUS ME

MenantiJalur Pedestrian

yang NyamanPemerintah Provinsi DKI berencana

membuatkan jalur pedestrian yang bisa menjadi arena masyarakat berinteraksi

bahkan menggelar aktivitas hiburan.

ANATA SYAH FITRI

JAUH panggang dari api, daging tak matang-ma-tang. Masyarakat Jakarta yang ingin menikmati

kota dan pusat perbelanjaan sambil berjalan di atas trotoar yang nyaman sebaiknya me-nyimpan mimpi. Jalur pedes-trian yang layak hingga saat ini masih ‘dipanggang’.

Trotoar sejatinya fasilitas yang aman dan nyaman dari negara bagi pejalan kaki, terpisah de-ngan jalur kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Namun di Jakarta, hak pejalan kaki menjadi milik pedagang kaki lima dan tukang parkir.

Pada jam-jam tertentu datang lagi pemilik lainnya yakni sepeda motor. Pengendara naik ke trotoar untuk menghindari kemacetan di jalan utama. Pejalan kaki harus mengalah dan menepi.

Masyarakat bisa menyaksi-kan secara kasatmata jalur pe-

destrian diambil secara terang-terangan. Lihatlah trotoar di Jalan KH Ahmad Dahlan, Ma-traman, Jakarta Timur. Mulai dari SMA Marsudirini hingga Dislitbang TNI-AD berubah menjadi lahan parkir ken-daraan roda empat.

Puluhan mobil pribadi ber-bagai tipe menggunakan lahan tersebut untuk parkir. “Jalur pedestrian ini sudah lama jadi tempat parkir. Kayaknya resmi ya sebab tukang parkirnya pakai seragam,” ujar Andri, 25, warga sekitar itu.

Menurut Uut, 57, pedagang kelontong di pinggir jalan itu, trotoar Jalan KH Ahmad Dah-lan sudah menjadi lahan parkir sejak dia mulai berdagang pada 1985. “Warga susah lewat tapi enggak ada yang protes. Mung-kin sudah biasa,” jelasnya.

Petugas parkir berseragam resmi, Zaenal, 18, mengaku belum pernah ada penertiban. “Sepertinya memang buat la-han parkir,” katanya.

TENGOKLAH sejenak Singapura, negara yang ramai dikunjungi warga

Indonesia. Di Asia Tenggara, ‘Negeri Singa’ itulah yang paling memanjakan pejalan kaki atau pedestrian.

Salah satu jalur termewah bagi pedestrian terletak di pesisir timur Singapura, yakni di kawasan Marina Bay yang diresmikan pertengahan 2010. Double Helix Pedestrian Bridge menjadi jembatan pedestrian tercanggih dan pertama di Singapura yang menghubungkan Marina Center dan Marina South.

Jembatan sepanjang 280 meter tersebut memiliki sistem pencahayaan yang diatur komputer supaya terasa nyaman. Konon jembatan tersebut terinspirasi oleh struktur helicoidal DNA.

Pembangunannya tak tanggung-tanggung, dengan mendatangkan fi rma arsitektur asal Australia, Cox Group, serta dua perusahaan arsitektur lokal

yakni Firma Teknikal Arup dan Architects 61.

Tak hanya membangun, Singapura apik pula dalam merawat jalur pedestrian. Salah satu jalur pedestrian paling terkenal adalah Orchid Road. Sudah berpuluh-puluh tahun jalur itu dijejali pejalan kaki, tetapi tetap nyaman dilalui.

Jalan selebar 10 meter itu berlapiskan lantai berbata yang hampir tanpa cacat, penuh dengan pepohonan rindang, dan dilengkapi tempat sampah di mana-mana. Pertokoan yang saling menempel mempermudah pejalan kaki menyambangi setiap bangunan.

Berbagai toko baju dan pernak-pernik hingga toko buku menjadikan kawasan Orchid Road sebagai salah satu tempat wisata belanja terfavorit di Singapura. Bila lelah berbelanja, ada berbagai tempat santai untuk minum kopi dan menikmati berbagai jenis santapan.

Bagaimana dengan Ibu Kota? Sebenarnya Jakarta punya Pasar Baru. Pusat perbelanjaan yang telah ada sejak 1820 itu tak seindah

konsep pembangunan kembali pada 2000.

Meski dinyatakan sebagai areal tertutup bagi kendaraan bermotor, tak jarang roda

empat terlihat parkir di badan jalur pedestrian. Apalagi sepeda motor yang menderu mengganggu keselamatan pejalan kaki.

Ironis memang, pasar yang di masa pendudukan Belanda mendapat julukan the Queen of East karena keindahannya itu kini bertabur sampah. Kesan kumuh tak terhindarkan akibat lapak pedagang dolar dan makanan kecil di bibir toko sepanjang jalan menuju Jl KH Samanhudi.

Aliran Sungai Ciliwung yang telah dibersihkan tak cukup menghidupkan kembali pasar yang sempat digandrungi nona-nona Belanda di masa itu.

Sayang rasanya bila mengingat potensi dan sisi historisnya. Apalagi sebagian besar bangunan bergaya pecinan masih berdiri. Sejumlah bangunan bersejarah yang kaya akan arsitektur tinggi bertebaran di sana, mulai Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Filateli, hingga bangunan di Lapangan Banteng.

Berbagai toko bergaya window shopping sepanjang

koridor Pasar Baru menjadi ciri khas tersendiri. Belum lagi, beberapa lokasi kuliner yang melegenda. Sebut saja Snoep Huis, yang menjual minuman hangat dan es krim cokelat.

Semua syarat magnet jalur pedestrian ideal terdapat di Pasar Baru. Aksesnya pun terbilang strategis. Pengguna kereta dapat turun di Stasiun Juanda. Halte bus Trans-Jakarta tersedia tepat di seberang pasar.

Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Jakpus sempat merencanakan penambahan dan perbaikan jalur pedestrian. Jalur pedestrian akan dibangun dari Jalan Gedung Kesenian 1 (Gedung Kesenian Jakarta), Jalan Pos (Gedung Pos), Jalan Katedral (Gereja Katedral), hingga Jalan Budiutomo. Jalur pedestrian sepanjang 800 meter itu, menurut rencana, memiliki lebar 2,5 meter. Semoga itu tak (lagi-lagi) sekadar wacana. (Vini Mariyane Rosya/J-1)

Sensasi Marina Bay Singapura

AP/WONG MAYE-E

JALUR PEDESTRIAN TERCANGGIH: Dua pejalan kaki melewati jembatan jalur pedestrian tercanggih di Marina Bay, Singapura, beberapa waktu lalu. Jembatan sepanjang 280 meter tersebut memiliki sistem pencahayaan yang diatur oleh komputer agar orang yang melintasinya merasa nyaman.