JUMAT, 16 DESEMBER 2011 Harapan Merestorasi filependidikan. Melalui tema besar itu, para rektor...

1
SYARIEF OEBAIDILLAH F ORUM Rektor Indo- nesia (FRI) kembali menggelar pertemuan nasional di Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan silam. Sekitar 200 rektor per- guruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) berembuk bersama pada Temu Tahunan XIV dengan tema Restorasi peradaban dimulai dari pendidikan. Melalui tema besar itu, para rektor sepakat bahwa kampus berperan besar di dunia pendi- dikan untuk membawa angin perubahan menuju peradaban yang lebih baik melalui kip- rahnya bagi masyarakat dan bangsa. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendik- bud) Bidang Pendidikan Mus- liar Kasim, saat membuka acara, mengingatkan harapan masyarakat begitu besar ke- pada dunia pendidikan, khu- susnya perguruan tinggi (PT) sebagai jenjang pen- didikan formal tertinggi di Indonesia. “Harapan masyarakat yang begitu tinggi kepada dunia PT karena mampu mencetak dan menghasilkan orang baik dan produktif. Namun, ada per- tanyaan mengapa aksi demon- strasi mahasiswa cenderung menjurus anarkistis, maha- siswa tawuran, dan sebagainya. Padahal, sebelumnya sudah 12 tahun mengenyam pendi- dikan dari SD hingga SMA?” katanya. Pertanyaan lain saat ini, lan- jut Musliar, ialah banyaknya penganggur dari lulusan PT. Mantan Rektor Universitas Andalas Padang Sumatra Barat itu pun menjawab penting- nya pendidikan karakter dan semangat kewirausahaan di kampus. Sebab itu, konvensi FRI kali ini dinilainya cukup tepat ka- rena mengusung tema restorasi peradaban. “Sebenarnya istilah restorasi agak keras, tetapi yang penting bagaimana kita memperbaiki lulusan PT dapat be kerja dan minimal meng- hasilkan wirausaha. PT juga mencetak peradaban dan ka- rakter yang baik melalui inte- gritas, kejujuran, dan perilaku yang baik,” cetusnya. Mantan Inspektur Jende- ral (Irjen) Kemendikbud itu juga menyoroti keberadaan PT saat ini. Pertama, ma- syarakat menganggap dan merasa lulusan PT belum memenuhi harapan untuk dapat dan siap bekerja. Ke- dua, PT belum menghasilkan lulusan dengan karakter baik. Ketiga,biaya pendidikan di PT masih terasa mahal. Salah satu unsur penting agar dunia PT mampu melakukan restorasi, menurut dia, mesti ada tata kelola yang baik. Tata kelola menjadi penting agar PT menunjukkan citra positif dalam mengelola dunia pen- didikan tinggi dengan baik, seperti pengelolaan keuangan yang tertib administratif de- ngan pertanggungjawaban yang transparan. Selain itu, memberikan pela- yanan terbaik. Yakni, apa yang mahasiswa atau peserta didik dapat sesuai dengan apa yang mereka keluarkan. Tidak kalah penting ialah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk luar negeri, untuk membangun keragaman me- lalui kerja sama riset dengan tetap mengedepankan bingkai Negara Kesatuan Republik In- donesia. “Pemerintah juga tetap ter- buka menerima masukan dari FRI,” tandasnya. Proaktif Pada kesempatan sama, Rek- tor Unhalu Usman Rianse, selaku tuan rumah sekaligus terpilih menjadi Ketua FRI pe- riode 2012, menyatakan, seba- gai paguyuban para pakar aka- demisi, FRI memiliki kekuatan moral dan sosial sehingga diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pemerintah dan negara dalam rangka restorasi peradaban. Ia menambahkan, program yang akan dijalani selama seta- hun ialah meminimalisasi ke- senjangan antara PTN dan PTS yang ada di wilayah timur dan barat Indonesia. “Selama ini, terkesan ada dis- paritas antara universitas yang ada di Indonesia bagian barat dan bagian timur sehingga kecenderungan mahasiswa ku- liah di bagian barat Indonesia cukup besar. Untuk itu, perlu meminimalisasi kesenjangan itu,” ujarnya. Ia akan mengupayakan agar sistem penganggaran PT tidak menggunakan pola negosiasi karena berdampak pada uni- versitas yang tidak memiliki keahlian dalam negosiasi. Da- lam kepemimpinannya, ia akan menerapkan ekonomi hijau di seluruh PT melalui anggota forum dan mengupayakan agar PT memiliki kepedulian besar terhadap lingkungan. Anggota FRI Suyatno meng- ingatkan, sebagai forum stra- tegis dengan kapasitas nasio- nal, simpul-simpul FRI semes- tinya melakukan kajian-kajian ilmiah yang tidak melulu poli- tik, tetapi sarat dengan masalah kebangsaan. ”Ketika pemerintah dan DPR membahas sebuah RUU, mesti- nya FRI turut proaktif memba- has dan memberi masukan,” kata Suyatno, yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka. Ia berpendapat tema restorasi peradaban sesuai dengan kondisi keindonesiaan yang masyarakat- nya multietnik dengan kera- gaman budaya yang kaya. Posisi rektor pun, lanjutnya, amat strategis dalam mendu- kung pembangunan daerah. (H-1) [email protected] KUMPULAN pemimpin kaum intelektual dan akademisi ne- geri ini yang tergabung dalam Forum Rektor Indonesia (FRI) diminta tidak menjadi macan ompong alias bungkam terha- dap kondisi sosial kebangsaan di Nusantara ini. “Forum rektor jangan se- perti macan ompong. Kita harus tetap mengkritisi kon- disi masyarakat, bangsa, dan kepemimpinan negeri kita,” cetus Rektor Universitas Hasa- nuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Idrus Paturusi pada Temu Tahunan XIV FRI di kampus Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan silam. Menurut Idrus, kalangan per- guruan tinggi (PT) negeri dan swasta, sebagai infrastruktur in- telektual yang berurusan dengan pengungkapan dan penegakan kebenaran melalui otonomi, dapat lebih aktif berkiprah me- luruskan kemelencengan refor- masi. “Kampus seyogianya tetap berfungsi sebagai pemasok agen perubahan yang kompeten dan bermoral,” tegasnya. Segenap elemen pendidikan, lanjut Idrus, diharapkan selalu menjadi teladan dan garda ter- depan, tidak hanya dalam pe- ngembangan keilmuan, tetapi juga pendidikan karakter seba- gai warga bangsa yang selalu kritis tetapi tetap beradab. Ia juga menyarankan se- genap pihak, termasuk dunia PT, merangsang sumber daya manusia Indonesia agar men- jadi lebih produktif dan inovatif dengan memanfaatkan kearifan lokal melalui keanekaragaman dan kemitraan meningkatkan daya saing bangsa. Karena itu, prinsip ekonomi kerakyatan semestinya diterapkan secara konsisten guna menangkal pengaruh negatif ancaman liberalisme global. Ia juga berpesan kepada mahasiswa agar mampu men- jadi calon intelektual yang berkarakter demi melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ke depan. Menurut dia, dunia kampus khususnya maha- siswa saat ini terancam oleh intervensi pihak luar, yang memanfaatkan potensi mereka secara negatif. Ia mengungkapkan hal itu karena pada masa awal me- mimpin Unhas, sempat ada konik horizontal di kampus tersebut sehingga tidak kon- dusif lagi sebagai kawah can- dradimuka dunia pendidikan. Namun dengan ketegaran dan ketegasan serta kemampuan mengambil hati untuk merang- kul mahasiswa, ia pun berhasil membangun kampus Unhas kembali menjadi kampus yang beriklim kondusif. Pada bagian lain, Laode Ka- maluddin, Rektor Universitas Islam Sultan Agung, Semarang ,Jawa Tengah, yang terpilih secara aklamasi sebagai Ketua FRI periode 2013 pada per- temuan itu, menyatakan kepri- hatinannya terhadap kondisi bangsa saat ini yang terkesan kehilangan jati diri. Menurut dia, mewabahnya korupsi tanpa dibarengi pence- gahan dan penindakan dengan kesungguhan dan kecepatan penanggulangannya menye- babkan kadar kepercayaan rakyat kepada pemerintah kian merosot. (Bay/H-1) ANTARA Sebagai paguyuban pakar akademisi, FRI memiliki kekuatan moral dan sosial yang bisa memberikan kontribusi terhadap peradaban bangsa. Harapan Merestorasi Peradaban Bangsa Bukan Kandang Macan Ompong Membentuk Karakter lewat Kampus KONVENSI Forum Rektor Indonesia (FRI) XIV di kampus Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan lalu, dihadiri ratusan rektor dari kalangan perguruan tinggi (PT) baik negeri maupun swasta. Rektor Unhalu Usman Rianse, yang menjadi tuan rumah sekaligus terpilih sebagai Ketua FRI periode 2012, menekan- kan penting dan strategisnya peran PT dalam membangun peradaban bangsa. Berikut petikan wawancara Media Indo- nesia dengan Usman di sela-sela pertemuan tersebut. Tanya (T): Bisa dijelaskan mengapa FRI kali ini men- gangkat tema Restorasi peradaban dimulai dari pendi- dikan? Jawab (J): Peradaban umat manusia merupakan produk dari sistem pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Namun, pendidikan tinggi memainkan peran yang sangat khusus dalam pendidikan karakter karena pada jenjang inilah seluruh proses pendidikan karakter berakhir dalam konteks pendidikan formal. Dengan kata lain, pendidikan tinggi merupakan tempat terakhir untuk mengeksekusi karakter anak bangsa. Oleh karena itu, peran para dosen di perguruan tinggi sangat vital dan strategis, seperti halnya peran ibu dalam mengawali pendidikan karakter. Saat ini, bangsa kita sedang didera berbagai masalah klasik seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan 1.001 masa- lah lainnya. Jika dikaji secara mendalam, sebenarnya yang menjadi inti masalah itu ialah melemahnya karakter anak bangsa ini. Sistem pendidikan yang kita bangun selama ini terbukti kurang berhasil membentuk manusia-manusia yang berkarakter dan memiliki integritas yang tinggi se- hingga lahirlah koruptor-koruptor yang semakin membawa bangsa ini pada keterpurukan yang lebih jauh. Sistem perekonomian dan politik yang baik, tapi tidak didukung oleh karakter yang baik dan integritas yang tinggi dari penyelenggara negara, tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas. Dengan demikian, salah satu pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan yang tengah melilit bangsa kita saat ini ialah melalui pendidikan karakter. T: Tentang pendidikan karakter, apa yang akan diperbai- ki di dunia PT dan mahasiswanya? Bukankah pendidikan karakter memerlukan contoh teladan bagi mahasiswa dan warga bangsa kita, bukan sekadar teori saja? J: Betul. Ada peribahasa Inggris yang berbunyi actions speak louder than words. Satu perbuatan akan lebih kuat pengaruhnya jika dibandingkan dengan seribu kata yang tidak didukung oleh contoh teladan. Dengan demikian, keteladanan para pendidik termasuk dosen, karyawan, dan seluruh sivitas akademika merupakan hal terpenting dalam pendidikan karakter. Contoh, perbuatan, atau tindakan yang dilihat oleh ma- hasiswa selama mereka kuliah akan sangat memengaruhi karakter mereka ketika terjun di masyarakat. Selain itu, juga diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang akuntabel. Nah, di sinilah FRI bisa memberikan kontribusi- nya dalam upaya memperbaiki sistem penyelenggaraan pendidikan yang akuntabel. T: FRI diminta juga tidak menjadi macan ompong. Nah, kiprah apa yang akan diperankan FRI? J: FRI berupaya untuk menjadi paguyuban yang dapat memberikan kritik-kritik yang bersifat konstruktif, ter- masuk solusinya terhadap masalah-masalah yang tengah membelenggu bangsa kita saat ini. Kritik-kritik ini bisa menyangkut masalah politik, sosial, dan ekonomi. Misal- nya, dalam konteks penyelenggaraan sistem demokrasi saat ini, FRI dapat melihat apakah cara-cara voting yang kita lakukan selama ini sudah sesuai atau adakah aspek-aspek yang perlu dibenahi? Akan tetapi, FRI bukan merupakan ‘lawan’ bagi pemerin- tah. Sebaliknya, FRI bersama pemerintah berupaya secara bersama-sama untuk menciptakan suatu sistem penyeleng- garaan pendidikan secara khusus dan penyelenggaraan negara secara umum yang transparan dan akuntabel serta mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Oleh se- bab itu, FRI juga menempuh cara preventif dalam mengatasi masalah-masalah yang melanda bangsa kita saat ini. T: Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim juga menyitir pentingnya tata kelola PT yang baik, lantas apa yang akan dilakukan FRI? J: Upaya yang terpenting ialah dengan membangun prin- sip clean university governance yang dibangun dengan asas transparansi. Misalnya dalam hal transparansi dana pem- bangunan. Kendala dihadapi oleh PT non-BLU. Masalah lain ialah masalah akses. Tata kelola yang dimaksud tidak hanya menyangkut masalah keuangan, tapi juga menge- nai pengaturan-pengaturan aset. Singkatnya perlu adanya kepastian pengelolaan aset. (Bay/H-1) Forum rektor harus tetap mengkritisi kondisi masyarakat, bangsa, dan kepemimpin- an negeri kita.” PERAN KAMPUS: Mahasiswa belajar di kampus salah satu universitas di Jakarta, beberapa waktu lalu. Forum rektor sepakat bahwa kampus berperan besar dalam dunia pendidikan untuk membawa angin perubahan menuju peradaban yang lebih baik dalam kiprah mereka bermasyarakat dan berbangsa. MI/ROMMY PUJIANTO 14 JUMAT, 16 DESEMBER 2011 H UMAN IORA WAWANCARA Usman Rianse Ketua FRI

Transcript of JUMAT, 16 DESEMBER 2011 Harapan Merestorasi filependidikan. Melalui tema besar itu, para rektor...

SYARIEF OEBAIDILLAH

FORUM Rektor Indo-nesia (FRI) kembali menggelar pertemuan nasional di Universitas

Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan silam. Sekitar 200 rektor per-guruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) berembuk bersama pada Temu Tahunan XIV dengan tema Restorasi peradaban dimulai dari pendidikan.

Melalui tema besar itu, para rektor sepakat bahwa kampus berperan besar di dunia pendi-dikan untuk membawa angin perubahan menuju peradaban yang lebih baik melalui kip-rahnya bagi masyarakat dan bangsa.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendik-bud) Bidang Pendidikan Mus-liar Kasim, saat membuka acara, mengingatkan harapan masyarakat begitu besar ke-pada dunia pendidikan, khu-susnya perguruan tinggi (PT) sebagai jenjang pen-didikan formal tertinggi di Indonesia.

“Harapan masyarakat yang begitu tinggi kepada dunia PT karena mampu mencetak dan menghasilkan orang baik dan produktif. Namun, ada per-tanyaan mengapa aksi demon-strasi mahasiswa cenderung menjurus anarkistis, maha-siswa tawuran, dan sebagainya. Padahal, sebelumnya sudah 12 tahun mengenyam pendi-dikan dari SD hingga SMA?” katanya.

Pertanyaan lain saat ini, lan-jut Musliar, ialah banyaknya penganggur dari lulusan PT. Mantan Rektor Universitas Andalas Padang Sumatra Barat itu pun menjawab penting-nya pendidikan karakter dan semangat kewirausahaan di

kampus. Sebab itu, konvensi FRI kali

ini dinilainya cukup tepat ka-rena mengusung tema restorasi peradaban. “Sebenarnya istilah restorasi agak keras, tetapi yang penting bagaimana kita memperbaiki lulusan PT dapat be kerja dan minimal meng-hasilkan wirausaha. PT juga mencetak peradaban dan ka-rakter yang baik melalui inte-gritas, kejujuran, dan perilaku yang baik,” cetusnya.

Mantan Inspektur Jende-ral (Irjen) Kemendikbud itu juga menyoroti keberadaan PT saat ini. Pertama, ma-syarakat menganggap dan merasa lulusan PT belum memenuhi harapan untuk dapat dan siap bekerja. Ke-

dua, PT belum menghasilkan lulusan dengan karakter baik. Ketiga,biaya pendidikan di PT masih terasa mahal.

Salah satu unsur penting agar dunia PT mampu melakukan restorasi, menurut dia, mesti ada tata kelola yang baik. Tata kelola menjadi penting agar PT menunjukkan citra positif dalam mengelola dunia pen-didikan tinggi dengan baik, seperti pengelolaan keuangan yang tertib administratif de-ngan pertanggungjawaban yang transparan.

Selain itu, memberikan pela-yanan terbaik. Yakni, apa yang mahasiswa atau peserta didik dapat sesuai dengan apa yang mereka keluarkan. Tidak kalah penting ialah melakukan kerja

sama dengan berbagai pihak, termasuk luar negeri, untuk membangun keragaman me-lalui kerja sama riset dengan tetap mengedepankan bingkai Negara Kesatuan Republik In-donesia.

“Pemerintah juga tetap ter-buka menerima masukan dari FRI,” tandasnya.

Proaktif Pada kesempatan sama, Rek-

tor Unhalu Usman Rianse, selaku tuan rumah sekaligus terpilih menjadi Ketua FRI pe-riode 2012, menyatakan, seba-gai paguyuban para pakar aka-demisi, FRI memiliki kekuat an moral dan sosial sehingga diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pemerintah dan

negara dalam rangka restorasi peradaban.

Ia menambahkan, program yang akan dijalani selama seta-hun ialah meminimalisasi ke-senjangan antara PTN dan PTS yang ada di wilayah timur dan barat Indonesia.

“Selama ini, terkesan ada dis-paritas antara universitas yang ada di Indonesia bagian barat dan bagian timur sehingga kecenderungan mahasiswa ku-liah di bagian barat Indonesia cukup besar. Untuk itu, perlu meminimalisasi kesenjangan itu,” ujarnya.

Ia akan mengupayakan agar sistem penganggaran PT tidak menggunakan pola negosiasi karena berdampak pada uni-versitas yang tidak memiliki keahlian dalam negosiasi. Da-lam kepemimpinannya, ia akan menerapkan ekonomi hijau di seluruh PT melalui anggota forum dan mengupayakan agar PT memiliki kepedulian besar terhadap lingkungan.

Anggota FRI Suyatno meng-ingatkan, sebagai forum stra-tegis dengan kapasitas nasio-nal, simpul-simpul FRI semes-tinya melakukan kajian-kajian ilmiah yang tidak melulu poli-tik, tetapi sarat dengan masalah kebangsaan.

”Ketika pemerintah dan DPR membahas sebuah RUU, mesti-nya FRI turut proaktif memba-has dan memberi masukan,” kata Suyatno, yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka.

Ia berpendapat tema restorasi peradaban sesuai dengan kondisi keindonesiaan yang masyarakat-nya multietnik dengan kera-gaman budaya yang kaya.

Posisi rektor pun, lanjutnya, amat strategis dalam mendu-kung pembangunan daerah. (H-1)

[email protected]

KUMPULAN pemimpin kaum intelektual dan akademisi ne-geri ini yang tergabung dalam Forum Rektor Indonesia (FRI) diminta tidak menjadi macan ompong alias bungkam terha-dap kondisi sosial kebangsaan di Nusantara ini.

“Forum rektor jangan se-perti macan ompong. Kita harus tetap mengkritisi kon-disi masyarakat, bangsa, dan kepemimpin an negeri kita,” cetus Rektor Universitas Hasa-nuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Idrus Paturusi pada Temu Tahunan XIV FRI di kampus Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan silam.

Menurut Idrus, kalangan per-

guruan tinggi (PT) negeri dan swasta, sebagai infrastruktur in-telektual yang berurusan dengan pengungkapan dan penegakan kebenaran melalui otonomi, dapat lebih aktif berkiprah me-luruskan kemelencengan refor-masi. “Kampus seyogianya tetap berfungsi sebagai pemasok agen perubahan yang kompeten dan bermoral,” tegasnya.

Segenap elemen pendidikan, lanjut Idrus, diharapkan selalu menjadi teladan dan garda ter-depan, tidak hanya dalam pe-ngembangan keilmuan, tetapi juga pendidikan karakter seba-gai warga bangsa yang selalu kritis tetapi tetap beradab.

Ia juga menyarankan se-genap pihak, termasuk dunia

PT, merangsang sumber daya manusia Indonesia agar men-jadi lebih produktif dan inovatif dengan memanfaatkan kearifan lokal melalui keanekaragaman dan kemitraan meningkatkan daya saing bangsa. Karena itu, prinsip ekonomi kerakyatan semestinya diterapkan secara konsisten guna menangkal pengaruh negatif ancaman liberalisme global.

Ia juga berpesan kepada

mahasiswa agar mampu men-jadi calon intelektual yang berkarakter demi melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ke depan. Menurut dia, dunia kampus khususnya maha-siswa saat ini terancam oleh intervensi pihak luar, yang memanfaatkan potensi mereka secara negatif.

Ia mengungkapkan hal itu karena pada masa awal me-mimpin Unhas, sempat ada konfl ik horizontal di kampus tersebut sehingga tidak kon-dusif lagi sebagai kawah can-dradimuka dunia pendidikan. Namun dengan ketegaran dan ketegasan serta kemampuan mengambil hati untuk merang-kul mahasiswa, ia pun berhasil

membangun kampus Unhas kembali menjadi kampus yang beriklim kondusif.

Pada bagian lain, Laode Ka-maluddin, Rektor Universitas Islam Sultan Agung, Semarang ,Jawa Tengah, yang terpilih secara aklamasi sebagai Ketua FRI periode 2013 pada per-temuan itu, menyatakan kepri-hatinannya terhadap kondisi bangsa saat ini yang terkesan kehilangan jati diri.

Menurut dia, mewabahnya korupsi tanpa dibarengi pence-gahan dan penindakan dengan kesungguhan dan kecepatan penanggulangannya menye-babkan kadar kepercayaan rakyat kepada pemerintah kian merosot. (Bay/H-1)

ANTARA

Sebagai paguyuban pakar akademisi, FRI memiliki kekuatan moral dan sosial yang bisa memberikan kontribusi terhadap

peradaban bangsa.

Harapan Merestorasi Peradaban Bangsa

Bukan Kandang Macan Ompong

Membentuk Karakter

lewat KampusKONVENSI Forum Rektor Indonesia (FRI) XIV di kampus Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan lalu, dihadiri ratusan rektor dari kalangan perguruan tinggi (PT) baik negeri maupun swasta.

Rektor Unhalu Usman Rianse, yang menjadi tuan rumah sekaligus terpilih sebagai Ketua FRI periode 2012, menekan-kan penting dan strategisnya peran PT dalam membangun peradaban bangsa. Berikut petikan wawancara Media Indo-nesia dengan Usman di sela-sela pertemuan tersebut.

Tanya (T): Bisa dijelaskan mengapa FRI kali ini men-gangkat tema Restorasi peradaban dimulai dari pendi-dikan?

Jawab (J): Peradaban umat manusia merupakan produk dari sistem pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Namun, pendidikan tinggi memainkan peran yang sangat khusus dalam pendidikan karakter karena pada jenjang inilah seluruh proses pendidikan karakter berakhir dalam konteks pendidikan formal.

Dengan kata lain, pendidikan tinggi merupakan tempat terakhir untuk mengeksekusi karakter anak bangsa. Oleh karena itu, peran para dosen di perguruan tinggi sangat vital dan strategis, seperti halnya peran ibu dalam mengawali pendidikan karakter.

Saat ini, bangsa kita sedang didera berbagai masalah klasik seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan 1.001 masa-lah lainnya. Jika dikaji secara mendalam, sebenarnya yang menjadi inti masalah itu ialah melemahnya karakter anak bangsa ini. Sistem pendidikan yang kita bangun selama ini terbukti kurang berhasil membentuk manusia-manusia yang berkarakter dan memiliki integritas yang tinggi se-hingga lahirlah koruptor-koruptor yang semakin membawa bangsa ini pada keterpurukan yang lebih jauh.

Sistem perekonomian dan politik yang baik, tapi tidak didukung oleh karakter yang baik dan integritas yang tinggi dari penyelenggara negara, tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas. Dengan demikian, salah satu pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan yang tengah melilit bangsa kita saat ini ialah melalui pendidikan karakter.

T: Tentang pendidikan karakter, apa yang akan diperbai-ki di dunia PT dan mahasiswanya? Bukankah pendidikan karakter memerlukan contoh teladan bagi mahasiswa dan warga bangsa kita, bukan sekadar teori saja?

J: Betul. Ada peribahasa Inggris yang berbunyi actions speak louder than words. Satu perbuatan akan lebih kuat pengaruhnya jika dibandingkan dengan seribu kata yang tidak didukung oleh contoh teladan. Dengan demikian, keteladanan para pendidik termasuk dosen, karyawan, dan seluruh sivitas akademika merupakan hal terpenting dalam pendidikan karakter.

Contoh, perbuatan, atau tindakan yang dilihat oleh ma-hasiswa selama mereka kuliah akan sangat memengaruhi karakter mereka ketika terjun di masyarakat. Selain itu, juga diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang akuntabel. Nah, di sinilah FRI bisa memberikan kontribusi-nya dalam upaya memperbaiki sistem penyelenggaraan pendidikan yang akuntabel.

T: FRI diminta juga tidak menjadi macan ompong. Nah, kiprah apa yang akan diperankan FRI?

J: FRI berupaya untuk menjadi paguyuban yang dapat memberikan kritik-kritik yang bersifat konstruktif, ter-masuk solusinya terhadap masalah-masalah yang tengah membelenggu bangsa kita saat ini. Kritik-kritik ini bisa menyangkut masalah politik, sosial, dan ekonomi. Misal-nya, dalam konteks penyelenggaraan sistem demokrasi saat ini, FRI dapat melihat apakah cara-cara voting yang kita lakukan selama ini sudah sesuai atau adakah aspek-aspek yang perlu dibenahi?

Akan tetapi, FRI bukan merupakan ‘lawan’ bagi pemerin-tah. Sebaliknya, FRI bersama pemerintah berupaya secara bersama-sama untuk menciptakan suatu sistem penyeleng-garaan pendidikan secara khusus dan penyelenggaraan negara secara umum yang transparan dan akuntabel serta mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Oleh se-bab itu, FRI juga menempuh cara preventif dalam mengatasi masalah-masalah yang melanda bangsa kita saat ini.

T: Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim juga menyitir pentingnya tata kelola PT yang baik, lantas apa yang akan dilakukan FRI?

J: Upaya yang terpenting ialah dengan membangun prin-sip clean university governance yang dibangun dengan asas transparansi. Misalnya dalam hal transparansi dana pem-bangunan. Kendala dihadapi oleh PT non-BLU. Masalah lain ialah masalah akses. Tata kelola yang dimaksud tidak hanya menyangkut masalah keuangan, tapi juga menge-nai pengaturan-pengaturan aset. Singkatnya perlu adanya kepastian pengelolaan aset. (Bay/H-1)

Forum rektor harus tetap mengkritisi

kondisi masyarakat, bangsa, dan kepemimpin-an negeri kita.”

PERAN KAMPUS: Mahasiswa belajar di kampus salah satu universitas di Jakarta, beberapa waktu lalu. Forum rektor sepakat bahwa kampus berperan besar dalam dunia pendidikan untuk membawa angin perubahan menuju peradaban yang lebih baik dalam kiprah mereka bermasyarakat dan berbangsa.

MI/ROMMY PUJIANTO

14 JUMAT, 16 DESEMBER 2011HUMANIORAWAWANCARA

Usman RianseKetua FRI