Juknis upja&ldm
-
Upload
marti-ningsih -
Category
Business
-
view
732 -
download
4
Transcript of Juknis upja&ldm
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem
agribisnis dan agroindustri, pada pokoknya harus dikembangkan agar sesuai
dengan proses pergeseran mendasar dari masyarakat tradisional/subsistem
menjadi masyarakat modern berbasis pertanian yang merupakan rangkaian
upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha
agribisnis dan agroindustri secara komersial untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat tani di perdesaan. Upaya-upaya pembangunan
pertanian tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sistem agribisnis dan
agroindustri yang berarti mencakup upaya-upaya pada keseluruhan sub-sub
sistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu yang termasuk di dalamnya
adalah sarana produksi pertanian (agrokimia, alat mesin pertanian,
perbenihan/pembibitan); subsistem produksi pertanian (budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan); dan subsistem hilirnya yang
termasuk diantaranya pasca panen, pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil
pertanian serta subsistem jasa pendukungnya.
Penerapan dan pengembangan sarana alat mesin pasca panen dalam
mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri mempunyai peranan yang
sangat penting dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi, menekan
kehilangan hasil, dan meningkatkan mutu hasil pertanian. Sarana alat mesin
pasca panen merupakan salah satu masukan teknologi yang mendukung
pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, dimana keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh masyarakat tani di perdesaan.
Sarana alat dan mesin pasca panen kini telah menjadi kebutuhan dasar
dalam mendukung keberhasilan pembangunan agribisnis dan agroindustri
nasional. Dalam rangka akselerasi pengembangan sarana alat dan mesin pasca
panen tersebut, pemerintah telah mengembangkan berbagai program yaitu salah
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 1
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
satu diantaranya melalui pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin
(UPJA) pasca panen dan Lumbung Desa Modern (LDM).
Pengembangan UPJA pasca panen dan LDM sangat terkait dengan
peningkatan kinerja pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri, terutama
dalam hal kelancaran penyediaan alat mesin pasca panen dan bahan baku
industri baik dalam jumlah maupun mutu serta kontinyuitasnya. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu bentuk pengembangan kemitraan
usaha yang melibatkan petani/kelompok tani sebagai produsen, UPJA, LDM dan
bengkel dengan perusahaan/industri pengolahan pangan dan pakan ternak. Bila
memungkinkan atau bila di sekitar perusahaan/industri pengolahan pangan dan
pakan tidak terdapat UPJA dan atau LDM, maka perusahaan tersebut dapat
mengembangkan usaha jasa alat mesin pasca panen dan bengkel secara
mandiri.
Kemitraan usaha antara perusahaan/industri pengolahan pangan dan
pakan dengan petani, UPJA dan atau LDM perlu dilakukan untuk mendorong
pengembangan dan mengoptimalkan alat mesin pasca panen melalui
penyediaan dan perbaikan alat mesin pasca panen, penyediaan suku cadang
serta bimbingan teknis dan manajemen usaha jasa alat mesin pasca panen di
suatu wilayah/daerah. Dengan berkembangnya kemitraan ini diharapkan dapat
mempercepat alih teknologi kepada masyarakat tani, menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan nilai tambah, memperbaiki penanganan pasca panen,
menurunkan kehilangan hasil dan perbaikan mutu hasil yang pada akhirnya akan
berdampak kepada peningkataan kinerja dari industri pengolahan pangan dan
atau pakan ternak serta terbentuknya sistem industrialisasi pertanian dalam
menunjang pembangunan agroindustri di perdesaan.
B. Pengertian
Untuk menyamakan persepsi, dalam pedoman pengelolaan UPJA dan
LDM ini, digunakan beberapa istilah antara lain :
1. Sarana alat mesin pasca panen adalah peralatan mesin yang
dioperasionalkan dengan motor penggerak maupun tanpa motor
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 2
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
penggerak untuk kegiatan penanganan pasca panen, mulai saat panen
sampai dengan proses penyiapan bahan baku untuk industri.
2. UPJA pasca panen adalah suatu unit usaha yang mengusahakan
pelayanan jasa (sewa) alat mesin pasca panen seperti alat mesin panen
(reaper), alat msin perontok (thrseser), alat mesin pengering (dryer),
penggilingan padi (RMU), dan lain-lain.
3. LDM adalah suatu unit usaha yang mengusahakan jasa pengeringan
dan penyimpanan/penggudangan gabah dalam rangka program tunda jual
gabah guna pengendalian harga gabah supaya stabil.
4. Fungsi UPJA dan LDM adalah melakukan kegiatan ekonomi dalam
bentuk usaha penyewaan jasa alat mesin pasca panen. UPJA dan LDM
sebagai lembaga ekonomi pedesaan harus melaksanakan optimalisasi
penggunaan alat mesin pasca panen tersebut guna mendapatkan
keuntungan usaha, dan dikelola berdasarkan skala ekonomi yang
berorientasi pasar dan didukung oleh sumberdaya manusia yang
professional.
5. Asosiasi UPJA dan LDM adalah merupakan perkumpulan pengusaha-
pengusaha UPJA dan LDM yang bersifat sosial untuk meningkatkan
kinerja anggotanya menuju ke arah hasil guna dalam pengelolaan sarana
alat mesin pasca panen yang optimal sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan para anggotanya.
6. UPJA dan LDM Profesional adalah UPJA dan LDM yang dikelola oleh
manajer UPJA dan atau LDM secara professional dan mandiri dengan
memperhatikan prinsip profesionalisme yang dicirikan dengan berorientasi
bisnis yang sehat secara teknis, ekonomi dan sosial layak,
menguntungkan, berkelanjutan serta berdasarkan pada prinsip kemitraan
usaha yang saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.
7. Jenis-jenis alat mesin pasca panen yang dapat dioperasionalkan oleh
UPJA dan LDM, meliputi :
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 3
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
a. Alat mesin pemanen (reaper/stripper)
b. Alat mesin perontok (thresher)
c. Alat mesin pemipil jagung (corn sheller)
d. Alat mesin penghancur (hammer mill)
e. Alat mesin pembersih (cleaner)
f. Alat mesin penggilingan padi (Rice Milling Unit)
g. Alat mesin pengering (drier)
h. Alat mesin pemisah (grader)
i. Alat mesin pengarungan (bag closer)
j. Alat mesin pengemas (packaging)
k. Alat mesin penyimpanan (silo, warehouse dan atau gudang)
l. dan lain-lain
C. Manfaat
Pedoman Umum Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin
(UPJA) Pasca Panen dan Lumbung Desa Modern (LDM) ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi petani/ kelompok tani dan atau gabungan kelompok tani,
serta pengelola UPJA dan LDM dalam mengelola usaha jasa alat mesin pasca
panen sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, menurunkan
kehilangan hasil dan meningkatkan jumlah maupun mutu hasil melalui
pemanfaatan jasa sarana alat mesin pasca panen yang optimal, efektif dan
efisien.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 4
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
II. PEMBENTUKAN UPJA DAN LDM
UPJA dan LDM dibentuk dari proses sosialisasi, koordinasi, diskusi,
motivasi, serta kesamaam persepsi dari petani/kelompok tani pengguna alat
mesin pasca panen di perdesaan. UPJA dan LDM diharapkan dibentuk
berdasarkan SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Pertanian di
Kabupaten/Kota.
Prinsip pembentukan UPJA dan LDM ini adalah sebagai berikut :
Pengambilan keputusan mutlak dilakukan oleh petani/kelompok tani
secara musyawarah dan mufakat untuk memperoleh manfaat sebesar-
besarnya bagi pengembangan UPJA dan atau LDM.
Peran pemerintah terbatas pada pelayanan, fasilitasi, motivasi,
pendorong, dan penciptaan iklim yang kondusif sehingga UPJA dan LDM
ini mampu menggunakan dan memanfaatkan potensi sumber daya yang
dimiliki melalui kreatifitasnya sendiri untuk mencapai tujuan bisnis yaitu
mencari keuntungan, menekan kehilangan hasil, meningkatkan mutu, dan
meningkatkan pendapatan petani/ kelompok tani di perdesaan.
Pemberdayaan UPJA dan LDM ini mencakup berbagai aspek, antara lain
aspek teknis dan manajemen, peningkatan kemampuan dan ketrampilan
sumber daya manusia serta aspek wirausaha, peningkatan akses
informasi pasar dan permodalan.
Tujuan yang ingin dicapai dari terbentuknya UPJA dan LDM adalah
terwujudnya UPJA dan LDM yang mandiri, tangguh dan dinamis dengan
menerapkan/menggunakan sarana alat mesin pasca panen serta manajemen
yang memadai dengan jenis-jenis usaha yang menguntungkan. Dengan upaya
pengembangan UPJA dan LDM yang dilakukan diharapkan dalam kurun waktu
beberapa tahun kedepan dapat tumbuh dan berkembang menjadi Badan Usaha
Milik Petani (BUMP) yang berbadan hukum dengan berbagai bidang usaha
penanganan pasca panen pada khususnya dan pengembangan usaha agribisnis
dan agroindustri yang terpadu pada umumnya.
Pada awalnya model pengembangan yang diterapkan adalah dengan
menggunakan UPJA dan LDM yang telah dibentuk dan dibina oleh Direktorat
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 5
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Penanganan Pasca Panen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian, Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian Propinsi,
Kabupaten/Kota, sebagai titik awal dari pengembangaan agribisnis dan
agroindustri di daerah. UPJA dan LDM ini disamping sebagai penyedia sarana
alat mesin pasca panen juga diharapkan dapat menyediakan suku cadang,
melakukan perawatan dan perbaikan alat mesin pasca panen. Sehingga UPJA
dan LDM diharapkan dapat berfungsi sebagai motor penggerak kelembagaan
ekonomi di daerah. Disamping itu juga berfungsi sebagai penghubung dengan
pihak lembaga keuangan/ bank (pemilik modal) untuk mendapatkan modal kerja/
kredit. Dan UPJA dan LDM ini diharapkan juga dapat bermitra dengan petani/
kelompok tani sebagai pengguna jasa alat mesin pasca panen dalam kawasan
agribisnis dan agroindustri. UPJA dan LDM ini diharapkan dapat berkembang
menjadi usaha yang berbadan hukum seperti Badan Usaha Milik Petani (BUMP),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi atau Perusahaan Persero (PT).
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 6
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
III. OPERASIONALISASI UPJA DAN LDM
Jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen pada setiap UPJA dan
atau LDM sangat tergantung pada kemampuan dari pengelola dan kebutuhan
sarana alat mesin pasca panen tersebut di suatu wilayah/ daerah. Jenis sarana
alat mesin pasca panen yang diperlukan oleh pengusaha UPJA dan atau LDM
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah/ daerah setempat.
Sedangkan jumlah sarana alat mesin pasca panen yang akan dikelola oleh
UPJA dan atau LDM diarahkan agar mencapai skala ekonomi yang optimum.
Operasionalisasi UPJA dan atau LDM dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
A. Persiapan.
1.Identifikasi.
Dalam rangka menumbuhkembangkan UPJA dan LDM, harus
diawali dengan identifikasi untuk mengumpulkan data dan informasi
sebagai dasar dari kegiatan selanjutnya. Identifikasi UPJA dan LDM
meliputi identifikasi tentang :
a. Luas wilayah dan kondisi spesifik lokasi calon penumbuhan/
pengembangan UPJA dan LDM.
b. Populasi sarana (jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca
panen) yang ada (masih operasional).
c. Jumlah UPJA dan LDM yang ada dan rencana pembentukan
UPJA dan LDM baru.
d. Jumlah bengkel (jenis usaha bengkel, kepemilikan asset)
e. Jumlah petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani/
kecamatan pasca panen pengguna sarana alat mesin pasca
panen.
f. Pola tanam dan panen serta jumlah produksinya.
g. Permodalan dan informasi pemasaran.
h. Dan lain-lain
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 7
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
2.Penyusunan Pedoman Kerja UPJA dan LDM
Penyusunan Pedoman Kerja UPJA dan LDM disusun untuk
menentukan rencana kerja pelayanan UPJA dan LDM kepada
kelompok tani/petani pengguna alat mesin pasca panen di suatu
wilayah/daerah.
3. Koordinasi dan sinkronisasi.
Koordinasi dan sinkronisasi dilakukan dengan mengadakan temu
usaha yang dihadiri oleh petani/kelompok tani, manajer UPJA dan
atau LDM, pemilik bengkel, pabrikan alat mesin pasca panen,
lembaga permodalan/bank dan penyuluh/petugas pembina
pertanian setempat serta kemudian diikuti dengan penyiapan
petunjuk pelaksanaan, pelatihan atau bimbingan teknis dan
manajemen serta penyediaan sarana permodalan/bank dan lain-
lain.
B. Penetapan Kriteria
1.Lokasi
a. Dipilih wilayah/ daerah sentra produksi pertanian.
b. Dari wilayah/ daerah sentra produksi dipilih yang memiliki
populasi alat mesin pasca panen yang sedikit atau kurang
mencukupi dan dari segi ekonomi petani mampu menyewa
alat mesin pasca panen dengan harga sewa yang layak.
c. Harus ada bengkel/ pengrajin alat mesin pasca panen.
2.Kelembagaan UPJA dan LDM.
a. Memiliki alat mesin pasca panen sesuai kebutuhan petani
setempat.
b. Telah memiliki pelanggan jasa alat mesin pasca panen di
lokasi tersebut.
c. Memiliki organisasi, minimal ada seorang pemilik (manajer)
dan ada operator yang mengoperasikan alat mesin pasca
panen yang bersangkutan.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 8
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
d. Manajer dan operator memiliki sikap untuk memajukan
UPJA dan atau LDM tersebut.
3.Kelembagaan Pendukung
a. Terdapat bengkel yang dapat berfungsi sebagai tempat
memproduksi/merakit alat mesin pasca panen, dan
melakukan perawatan/perbaikan alat mesin pasca panen
tersebut. Bengkel/pengrajin alat mesin tersebut dapat
berupa bengkel milik Kelompok tani, BUMP (Badan Usaha
Milik Petani), BUMN/BUMD, koperasi maupun
bengkel/pengrajin milik perusahaan swasta.
b. Terdapat lembaga permodalan/bank minimal di
kabupaten/kota yang bersangkutan.
c. Terdapat penyuluh/petugas Pembina dan atau tenaga
pendampingan di lokasi bersangkutan.
C. Pelatihan
Pada tahap ini peran Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota
sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sarana alat mesin pasca panen
oleh UPJA dan atau LDM. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat dihasilkan
sumberdaya manusia UPJA/ LDM yang profesional.
Tujuan pelatihan kepada UPJA dan LDM ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan (manajer dan operator UPJA
dan atau LDM) dimana materi pelatihan meliputi kelompok teknis operasional,
bisnis dan manajemen usaha serta pengoperasian alat mesin pasca panen
secara bisnis, dengan rincian sebagai berikut :
1. Kelompok teknis operasional.
a.Teknis pengoperasian sarana alat mesin pasca panen.
b.Cara-cara pemeliharaan dan perbaikan sarana alat mesin pasca panen.
2. Kelompok bisnis.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 9
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
1. a. Analisis ekonomi penggunaan sarana alat mesin pasca panen.
2. b. Pembukuan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen.
3. c. Sumber permodalan usaha.
4. d. Promosi jasa sarana alat mesin pasca panen.
3. Kelompok manajemen usaha.
a.Perencanaan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen.
b.Pengorganisasian usaha.
c.Kerjasama usaha/ kemitraan usaha.
d.Kewirausahaan.
4. Pengoperasian alat mesin pasca panen secara bisnis.
Dalam melaksanakan usaha pelayanan jasa alat mesin pasca
panen perlu dilakukan penerapan sistem manajemen usaha secara baik
dan benar pada UPJA dan LDM di daerah. Setiap UPJA dan LDM harus
berusaha untuk mencapai kapasitas kerja optimal dengan cara
bekerjasama/bermitra dengan petani/ kelompok tani dan kcamatan psca
panen di daerah.
Peserta pelatihan adalah operator, kelompok tani/ petani pengguna dan
pengelola UPJA dan LDM, dengan perincian sebagai berikut :
1. Operator .
a. Operator sarana alat mesin pasca panen pada UPJA dan LDM dan
bengkel alat mesin pasca panen yang ada di lokasi setempat
meskipun terdapat jenis bengkel yang beragam, bengkel tersebut
dapat dikelompokkan untuk dilatih/dibimbing.
b. Materi pelatihan utama meliputi : cara penggunaan/penerapan alat
mesin pasca panen yang baik dan benar, serta perawatan dan
perbaikan alat mesin pasca panen.
c. Jika ada kesempatan, pemilik bengkel ini dilatih untuk dapat
merakit/ membuat alat mesin pasca panen sendiri.
2. Pengelola UPJA dan LDM.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 10
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
a. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan pengelola UPJA dan LDM.
b. Peserta pelatihan adalah manajer/pengelola dan operator.
c. Materi pelatihan meliputi bidang teknis, ekonomis, manajemen
usaha alat mesin pasca panen.
3. Kelompok tani/ petani.
a. Kelompok tani/petani yang ada di lokasi setempat perlu diberikan
pengetahuan tentang pentingnya arti penggunaan/ pemanfaatan
alat mesin pasca panen.
b. Materi yang diberikan antara lain adalah analisis rugi laba
penggunaan alat mesin pasca panen dalam mendukung
operasional usaha agribisnis dan agroindustrinya.
D. Menumbuhkembangkan UPJA dan LDM
Untuk menumbuhkembangkan UPJA dan LDM, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1. Penetapan UPJA dan LDM berdasarkan pada jumlah alat mesin pasca
panen yang sudah ada dan juga disesuaikan dengan luas panen atau
produksi di lokasi yang terpilih.
2. Bila di lokasi terpilih belum ada UPJA dan atau LDM, maka perlu
dibentuk UPJA dan atau LDM baru.
3. Bila di lokasi terpilih telah ada UPJA atau LDM dan mempunyai alat
mesin pasca panen maka bila perlu tambahan, agar sejauh mungkin
disesuaikan dengan luas areal panen dan produksi yang akan digarap.
IV. KELEMBAGAAN UPJA DAN LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 11
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
A. Tugas
Dalam operasionalisasinya kelembagaan UPJA dan LDM mempunyai
tugas sebagai berikut :
5. Melakukan temu usaha secara berkala yang dihadiri oleh petani/ kelompok
tani, manajer UPJA dan LDM, pemilik bengkel/pengrajin, penyuluh,
petugas pembina dan tenaga pendampingan setempat.
6. Menyiapkan petunjuk pelaksanaan (JUKLAK).
7. Memberi pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen serta pembinaan/
pendampingan.
8. Memfasilitasi akses permodalan dengan lembaga keuangan (bank, koperasi,
perusahaan swasta dan sebagainya).
9. Sistem pengelolaan UPJA dan LDM harus berorientasi pada profesionalisme,
dalam pengelolaan usaha UPJA dan LDM harus benar-benar dilandasi
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan sikap mental para
pengelolanya.
10. Skala ekonomi menjadi pertimbangan guna mendapatkan keuntungan usaha
yang layak untuk menjamin keberlanjutan usahanya.
11. Berorientasi pasar dalam usahanya.
12. Tumbuh dari bawah (bottom up) karena tuntutan pasar.
13. Berkembang secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan kondisi sosial
setempat.
B. Identifikasi
UPJA dan LDM dapat diwujudkan menjadi pelaku ekonomi yang kuat,
sebagai pilar penopang dan sekaligus sebagai motor penggerak pembangunan
agribisnis dan agroindustri di daerah. Untuk itu kelembagaan UPJA dan LDM
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Kelembagaan dalam pelayanan jasa alat mesin pasca panen.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 12
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Dalam bentuk operasional kelembagaan UPJA dan LDM ini adalah
adanya seorang yang bertanggung jawab dalam mengelola alat mesin
pasca panen hasil pertanian, dalam hal ini disebut manajer yang dalam
pengelolaannya dibantu oleh beberapa operator. Apabila usaha
pelayanan jasa alat mesin pasca panen ini sudah berkembang, maka
UPJA dan LDM dapat dilengkapi dengan tenaga mekanik, petugas yang
mengatur urusan administrasi dan keuangan usaha. Dalam
pengembangan kelembagaan UPJA dan LDM yang perlu dikembangkan
adalah :
a.Produsen/pabrikan sarana alat mesin pasca panen.
b.Usaha perbengkelan sarana alat mesin pasca panen.
c.Dealer sarana alat mesin pasca panen dan suku cadang yang
diperlukan.
Kelembagaan UPJA dan LDM dipimpin oleh seorang manajer. Fungsi
utama UPJA dan LDM adalah memanfaatkan seoptimal mungkin jasa alat
mesin dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Permodalan.
Kelembagaan ekonomi yang terkait dengan UPJA dan LDM memerlukan
permodalan untuk kelangsungan usahanya. Sumber modal tersebut
dapat berasal dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank
atau dari dana bergulir hasil setoran UPJA dan LDM tersebut. Lembaga
keuangan dalam operasinya dapat melayani kebutuhan petani/kelompok
tani, UPJA, LDM, pengrajin/bengkel, dealer maupun lembaga pasca
panen lainnya secara komersial.
3. Pembinaan dan pengendalian
Pemerintah dalam hal ini Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Dinas lingkup Pertanian baik di tingkat propinsi maupun
kabupaten/kota bertanggung jawab dalam hal pembinaan, penyuluhan,
pendampingan bimbingan teknis dan manajemen, serta pengendalian
sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya.
V. PEMBUKUAN USAHA UPJA DAN LDM
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 13
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Tujuan UPJA dan LDM membuat pembukuan ialah untuk mengetahui
hasil yang sebenarnya dari usaha jasa alat mesin pasca panen. Membuat
pembukuan berarti mengumpulkan fakta dan data tentang apa yang telah
dikerjakan oleh UPJA dan LDM dari hari ke hari. Pembukuan adalah melihat ke
belakang sampai ke detail-detailnya dari tindakan yang telah dilaksanakan dari
waktu ke waktu. Sedangkan perencanaan usaha adalah melihat kesempatan
dan peluang usaha di masa yang akan datang. Tetapi perencanaan usaha yang
baik harus didasarkan atas hasil-hasil yang sebenarnya yang telah dicapai.
Dengan pembukuan usaha secara baik akan dapat memberikan informasi
yang bermanfaat mengenai operasionalisasi usaha UPJA dan LDM. Pembukuan
ini juga akan merupakan sumber informasi yang baik bagi pengelola/ manajer
mengenai hasil-hasil yang telah dicapai oleh UPJA dan LDM serta masalah-
masalahnya.
A. Mengapa UPJA dan LDM dianjurkan membuat pembukuan.
Alasan utama membuat pembukuan adalah untuk mempelajari
perbandingan antara masukan dengan keluaran dari usaha jasa alat
mesin pasca panen atau perbandingan antara biaya dengan
pendapatannya. Bagaimana UPJA dan LDM membuat dan melaksanakan
keputusan-keputusannya?. Catat sukses-sukses yang telah diperoleh
dalam usaha jasa alat mesin pasca panennya.
Jenis pembukuan yang dibuat ditentukan oleh jumlah data yang
tersedia untuk dipelajari. Beberapa alasan mengapa pembukuan perlu
dianjurkan kepada UPJA dan LDM, adalah :
1. Guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi UPJA dan
LDM harus mengetahui keluaran (pendapatan) dan biaya pokok
alat mesin pasca penen yang sekarang dan keuntungan yang
dapat dicapai. Cara yang paling baik untuk memperoleh data dan
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 14
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
informasi mengenai hasil usaha UPJA dan LDM pada saat
sekarang adalah dengan membuat pembukuan usaha.
2. Sebagai dasar untuk diagnosis dan perencanaan.
Perencanaan usaha UPJA dan LDM adalah alat untuk
memperoleh pendapatan usaha yang setinggi-tingginya. Diagnosis
masalah-masalah manajemen UPJA dan LDM adalah syarat
pertama bagi perencanaan yang baik. Pembukuan usaha UPJA
dan LDM memberikan data dan informasi dasar yang diperlukan
untuk diagnosis ini.
3. Guna menentukan harga sewa.
Perubahan harga alat mesin pasca panen dan biaya-biaya
yang diterima dan dibayarkan merupakan informasi penting dalam
menentukan harga sewa (Rp/Ha) dari jasa alat mesin pasca panen
tersebut serta dalam menyesuaikan rencana usaha. Satu-satunya
cara pengumpulan data dan informasi yang dapat diandalkan
adalah dengan membuat pembukuan tersebut. Sangat sukar bagi
pengelola UPJA dan atau LDM untuk mengingat tanpa catatan
tertulis.
4. Sebagai bimbingan manajemen yang lebih baik.
Pembukuan memberikan data dan informasi tentang
kelayakan ekonomi dari usaha UPJA dan atau LDM. Hal ini sangat
penting, terutama di Indonesia dimana manajemen usaha UPJA
dan atau LDM serta manajemen rumah tangga biasanya masih
tercampur menjadi satu. Manfaatkanlah hasil analisis pembukuan
guna mengatur alokasi dana untuk pengembangan usaha dan
kehidupan keluarganya.
B. Pilihlah jenis pembukuan yang sesuai dengan situasi.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 15
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Secara umum ada 4 (empat) jenis pembukuan sederhana, yaitu :
1. Pembukuan tunggal, yaitu pembukuan yang hanya mencatat
jumlah pendapatan dari sewa alat mesin pasca panen yang
diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
2. Pembukuan tunggal yang mencakup inventarisasi dari sarana
dan prasarana usaha UPJA dan LDM pada permulaan dan akhir
tahun, disamping pendapatan yang diterima dan biaya-biaya yang
dikeluarkan. Dengan pembukuan jenis ini dapat diketahui secara
teliti tentang jumlah biaya (pengeluaran) dan pendapatan UPJA dan
atau LDM.
3. Pembukuan usaha UPJA dan atau LDM yang tercakup dalam “2”
di atas, ditambah catatan fisik tentang jumlah areal yang dapat
digarap dan keluaran. Catatan semacam ini akan memberikan data
dan informasi untuk analisis usaha UPJA dan atau LDM.
4. Pembukuan usaha yang disamping data dan informasi mengenai
hal-hal pada “3” di atas, juga memuat data dan informasi terperinci
mengenai setiap cabang usaha UPJA dan atau LDM yang penting.
Ini akan memberikan data guna analisis yang lebih terperinci.
C. Perlunya data dan informasi pokok ke dalam formulir pembukuan.
Bentuk pembukuan yang paling sederhana hanya berisikan 2 (dua)
hal pokok yaitu pengeluaran (biaya) dan penerimaan (pendapatan) yang
disebut dengan sistem pembukuan tunggal. Cara pembukuan ini baik bagi
UPJA dan LDM yang baru mulai membuat pembukuan dan hanya mampu
berhitung secara sederhana.
Tabel 1. : Sistem pembukuan tunggal
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 16
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Tanggal Uraian kegiatan (jenis pengeluaran dan
pendapatan, jumlah/ volume, harga
satuan, dsb)
Penerimaan
(Rp)
Pengeluaran
(Rp)
Pembukuan di atas tidak banyak manfaatnya untuk membuat
analisis. Sistem pembukuan usaha sederhana yang cukup lengkap guna
analisis yang baik, mencakup 4 (empat) jenis data dan informasi pokok
yang diperlukan, yaitu :
1. Inventarisasi jumlah dan jenis sarana dan prasarana yang
digunakan pada awal dan akhir tahun, yang meliputi :
a. Prasarana yang berjangka pakai panjang seperti tanah/
lahan, bangunan dan lain-lain
b. Prasarana yang berjangka pakai sedang seperti peralatan
dan mesin pasca panen.
c. Sumberdaya tenaga : operador atau tenaga kerja upahan
dan tenaga kerja administrasi dan lain-lain.
d. Persediaan suku cadang alat mesin pasca panen dan
persediaan modal tunai.
2. Catatan kuantitas fisik serta nilai uang dari Jumlah dan nilai hasil
jasa alat mesin pasca panen yang disewakan kepada petani/
kelompok tani dan hasil sampingan.
3. Catatan mengenai jumlah dan nilai dari masukan teknis yang
digunakan pada UPJA dan atau LDM seperti sarana dan jasa yang
dibayar dengan uang tunai maupun dalam bentuk natura (barang).
Juga dicatat biaya-biaya tetap seperti penyusutan, bunga kredit,
pajak, asuransi dan sebagainya.
4. Catatan hasil sewa jasa alat mesin pasca panen yang menunjukan
jumlah/ volume dan nilainya, baik berupa uang tunai maupun dalam
bentuk natura (hasil panen).
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 17
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Contoh tabel pembukuan terperinci dapat dilihat pada table di
bawah ini :
Table 2. : Sistem pembukuan terperinci
a.Penerimaan
Tanggal Jenis Alsin Pasca
Panen
Jumlah
Sewa (Ha)
Harga
Satuan
(Rp/Ha)
Nilai Sewa
(Rp)
b.Pengeluaran
Tanggal Jenis
Alsin
Pasca
Panen
Upah
tenaga
kerja
(Rp)
Pembelian
bahan bakar,
oli, spare
part, ongkos
perbaikan
(Rp)
Pajak,
bunga
bank,
asuransi
(Rp)
Lain-lain
(Rp)
Total
(Rp)
D. Kompilasikan dan analisis hasil pembukuan.
Pembukuan usaha UPJA dan LDM belum selesai jika belum
dikompilasi dan dianalisis. Analisis akan menunjukan kekuatan dan
kelemahan organisasi dan operasi dari UPJA dan atau LDM yang
bersangkutan. Analisis hasil pembukuan dapat dipakai untuk melihat
kelayakan usaha dari setiap cabang usaha UPJA dan atau LDM yang
dapat menunjukan apakah penggunaan alat mesin pasca panen tersebut
layak secara ekonomi untuk diteruskan atau tidak.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 18
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
E. Interpretasikan dan gunakan hasil-hasil analisis itu.
Hasil analisis pembukuan ini akan menunjukan hasil usaha UPJA
dan atau LDM selama satu tahun. Tetapi pembukuan selama satu tahun
terlalu singkat untuk menjawab semua pertanyaan. UPJA dan atau LDM
hendaknya terus membuat pembukuan selama beberapa tahun.
Namun walaupun pembukuan hanya dilakukan selama satu tahun,
data yang diperoleh akan selalu berguna bagi UPJA dan atau LDM untuk
melakukan diagnosis terhadap masalah-masalah pengembangan alat
mesin pasca panen.
Data-data dan informasi ini juga akan memberikan fakta-fakta
dasar guna membimbing pengelola UPJA dan atau LDM ke arah
perbaikan dengan membanding-bandingkan usahanya yang satu dengan
usaha yang lain.
Hal yang penting dalam berusaha jasa alat mesin pasca panen
adalah menangani manajemen usaha jasa alat mesin pasca panen atas
dasar data-data dan informasi yang nyata di lapangan. UPJA dan atau
LDM hendaknya didorong dengan memberikan insentif pendapatan yang
lebih tinggi. Dengan menggunakan analisis dari pembukuan tersebut
merupakan cara terbaik untuk membuat pengelola UPJA dan atau LDM
lebih berpikir ekonomis dan lebih bersikap sebagai usahawan/ wira
usahawan yang mandiri.
VI. ANALISA EKONOMI PENGGUNAAN ALAT MESIN
PASCA PANEN.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 19
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Analisa ekonomis usaha jasa alat mesin pasca panen, dapat dibagi dalam
beberapa tahap perhitungan seperti :
A. Biaya Pokok
Biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca panen sangat
ditentukan oleh empat faktor, yaitu : a) biaya tetap (fix cost), b) biaya
operasional (variable cost), c) jam penggunaan lalat mesin per tahun, dan
d) kapasitas atau kemampuan kerja alat dan mesin pasca panen.
Disamping komponen biaya pokok ini, maka biaya resiko, margin
dan over head perlu pula ditambah dalam struktur biaya pokok
penggunaan alat dan mesin pasca panen. Umur ekonomis alat dan mesin
pasca panen sangat penting dalam perhitungan biaya pokok dimana mutu
dan desain alat dan mesin, perbaikan dan pemeliharaan yang teratur,
operator yang baik dan terampil sangat diperlukan untuk efisiensi operasi
alat dan mesin pasca panen.
Besarnya nilai biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca
panen dapat dihitung dengan rumus matematika sederhana sebagai
berikut :
BP = ( AN / X + B ) x KAP
Dimana :
BP = biaya pokok penggunaan alat mesin pasca panen (Rp)
AN = biaya tetap per tahun (Rp/th)
X = jumlah jam kerja per tahun (jam/th)
B = biaya operasional per jam (Rp/jam)
KAP = kapasitas kerja (jam/unit)
1.Biaya Tetap (Fix Cost).
Biaya tetap (fix cost) adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem
pemakaian alat mesin tersebut. Dengan kata lain bahwa biaya tetap
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 20
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
perjam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari
pemakaian alat dan mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya
ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun alat dan mesin itu tidak
dipergunakan. Unsur-unsur biaya tetap terdiri dari :
a. Biaya penyusutan.
Biaya penyusutan dihitung dengan nilai bunga berbunga hingga
diperoleh rumus sebagai berikut :
AN = Crf x (Harga beli – Nilai akhir)
n nCrf = IN x ( 1 + IN) / (( 1 + IN ) - 1)
Dimana :
AN = Biaya penyusutan pertahun (Rp/thn)
Crf = Faktor konversi pengembalian modal atau capital
recovery faktor
IN = Bunga modal pertahun (%/th)
n = Umur ekonomis alat dan mesin pasca panen (tahun)
b. Biaya bunga modal dan asuransi.
Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
I x P ( N + 1)
I = ------------------------
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 21
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
2 N
Dimana :
I = Biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
i = Tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)
P = Harga awal alat (Rp)
N = Umur ekonomis alat (tahun)
c. Biaya pajak.
Biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar dua persen (2%) dari
harga awal alat mesin (pajak ini selalu berubah sesuai dengan peraturan
dari pemerintah).
BP = Pp x P
Dimana :
Bp = biaya untuk pajak (Rp/th)
Pp = persen biaya pajak (2% atau 0.02)
P = harga awal alat mesin pasca panen (Rp)
d. Biaya garasi atau bangunan
Biaya garasi atau bangunan untuk alat dan mesin pertanian dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Bg = Pg x P
Dimana :
Bg = biaya garasi (Rp/tahun)
Pg = persen biaya garasi (1% atau 0.01)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 22
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
P = harga awal alat (Rp)
2.Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang berhubungan
erat dengan penggunaan sarana alat dan mesin pasca panen. Dengan
kata lain biaya tidak tetap adalah biaya operasi yang dikeluarkan untuk
berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi
alat dan mesin pasca panen tersebut. Biaya operasi ini baru ada bila alat
dan mesin pasca panen dioperasikan dan besarnyapun berbeda-beda
tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan serta usia penggunaan alat
dan mesin pasca panen tersebut tersebut. Biaya operasi atau biaya tidak
tetap, terdiri dari :
14.
15. a. Biaya bahan bakar.
Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pemakaian bahan bakar pada waktu operasi dan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
Bb = Kb x Hb
Dimana :
Bb = biaya bahan bakar (Rp/jam)
Kb = konsumsi bahan bakar (liter/jam)
Hb = harga bahan bakar (Rp/liter)
b. Biaya pelumas
Biaya pelumasan (oli dan gemuk) dari alat dan mesin pasca panen
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Bp = Kp x Hp
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 23
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Dimana :
Bp = biaya pelumasan (Rp/jam)
Kp = konsumsi pelumas (liter/jam)
Hp = harga pelumas (Rp/liter)
c. Biaya pemeliharaan dan perbaikan.
Biaya pemeliharaan adalah biaya perbaikan dan perawatan alat
mesin pasca panen selama operasi, biaya perawatan dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
1,2 %
Br = --------------- x ( P – 0,1 P)
100 jam
Dimana :
Br = biaya pemeliharaan (Rp/jam)
V = harga awal alat mesin pertanian (Rp)
d. Biaya operator
Biaya operator dihitung berdasarkan pada penerimaan operator per
hari dibandingkan dengan jumlah jam kerja alat mesin pengolahan per
hari, dan dihitung dengan persamaan berikut :
1 hari
Bo = U x ---------------- x Jo
Jk
Dimana :
Bo = biaya operator alat mesin pasca panen (Rp/jam)
U = upah kerja orang per hari (Rp/ hari)
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 24
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Jk = jam kerja (jam/hari)
Jo = jumlah operator (orang)
B. Indikator Finansial.
1. Titik impas (Break Even Point = BEP)
Analisis titik impas (BEP) merupakan suatu indikator di dalam
perencanaan jasa bisnis alat mesin pasca panen. Hal ini penting untuk
dapat menilai apakah biaya investasi yang dilakukan memang dapat
diandalkan. Dengan perencanaan jasa bisnis alat mesin pasca panen
berdasarkan hasil dari biaya investasi dapat menutupi biaya tetap dan
biaya tidak tetapnya. Jika hanya memiliki biaya tidak tetap saja maka
analisis titik impas ini tidak ada manfaatnya sama sekali. Selanjutnya perlu
di tekankan disini dalam menganalisis titik impas haruslah secara jelas
dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk menentukan
titik impas dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan persamaan
Pendekatan pertama untuk menghitung titik impas adalah metode
persamaan. Pendekatan persamaan dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut :
Penjualan – (Btt – Bt) = Pendapatan bersih
Penjualan = Btt + Bt + Pendapatan bersih
Dimana :
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap
b. Pendekatan marginal (Metode Contribution Margin)
CM = Penjualan – Btt
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 25
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
CM per unit = Harga jual per unit – Btt per unit
Bt + Pendapatan bersih yang diinginkan
X = ----------------------------------------------------------
CM per unit
Dimana :
CM = pendekatan marginal
Btt = biaya tidak tetap
Bt = biaya tetap
X = BEP (dalam unit yang dijual)
BEP = Break Even Point
c. Pendekatan grafis
Dengan asumsi bahwa fungsi dari penjualan dan fungsi dari biaya-
biaya adalah linier, maka fungsi-fungsi tersebut dapat digambarkan
seperti pada terlihat pada gambar 1. Rumus titik impas (BEP)
adalah :
16. Dalam unit kuantitas
Bt
BEP = -------------------------------------------------
Harga jual per unit – Btt per unit
Dalam nilai (Rupiah)
Bt
BEP = -----------------------------------------------
1 – Btt / Hasil penjualan
Rp Pendapatan
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 26
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Biaya pokok
H BEP
Biaya operasi
Bt Biaya tetap
0 Q Unit
Gambar 1. Analisis grafis titik impas (BEP)
2. Nilai bersih sekarang (Net Present Value).
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari sejumlah uang
yang akan diterima dimasa yang akan datang dan dikonversikan kemasa
sekarang dengan mengunakan tingkat bunga yang terpilih, persamaannya
adalah :
n Xn
NPV = -----------
0 (1 + i)n
Dimana :
Xn = Jumlah pendapatan dengan pengeluaran (Rp/tahun)
n = Umur ekonomis alat mesin (tahun)
I = Bunga bank pertahun ( % )
Dengan metode Nilai Bersih Sekarang (NPV) ini, maka usaha jasa
yang memberikan nilai yang positif merupakan investasi yang dapat
dilaksanakan dan yang memberikan nilai negatif, usaha harus ditolak,
atau tidak layak untuk diusahakan. Persamaan NPV adalah :
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 27
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
CF1 CF2 CFn Vn
NPV = -C + --------- + ---------- + ……… + ---------- + -----------
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n
Dimana :
C = biaya pengeluaran (Rp)
CF = pendapatan (Rp)
n = umur ekonomis alat mesin (tahun)
Vn = nilai akhir alat mesin diakhir umur ekonomis (Rp)
K = bunga bank (%)
Untuk menghitung besarnya nilai bersih kini dapat digunakan
rumus berikut :
n Bt - Ct
NPV = -----------------
t=0 (1 + I)n
Dimana :
Bt = pendapatan (Rp) pada tahun ke t
Ct = biaya pengeluaran (Rp) pada tahun ke t
i = bungan bank pertahun (%)
n = Umur ekonomis (tahun)
3. Tingkat laba internal (Internal Rate of Return)
Tingkat laba internal (IRR) dihitung dengan mencari tingkat bunga
yang menyamakan nilai sekarang dari sistem pembukuan yang akan
datang dengan biaya investasi. Metode ini mencari suatu tingkat bunga
yang membuat nilai sekarang (present value) dari pemasukan akan sama
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 28
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
dengan nilai pengeluaran saat sekarang. Persamaan IRR, adalah sebagai
berikut :
CF1 CF2 CFn VnIRR ; C = --------- + ---------- + …….. + ---------- + ----------- (1 + r) (1 + r)2 (1 + r)n (1 + r)n
Dimana :
C = biaya pengeluaran (Rp)
CF = pendapatan (Rp)
n = umur ekonomis (tahun)
Vn = nilai akhir dari alat mesin pada akhir umur ekonomis (Rp)
r = tingkat bunga yang dicari, yaitu IRR yang membuat present
value dari pendapatan sama dengan pengeluaran.
Untuk menghitung besarnya tingkat laba internal (IRR) dapat
digunakan rumus berikut :
n Bt - Ct
----------------- = 0 = NPV
t = 0 (1 + IRR)n
Dimana :
Bt = pendapatan (Rp) pada tahun ke t
Ct = biaya pengeluaran (Rp) pada tahun ke t
Dengan mencoba-coba nilai bunga (r) sehingga diperoleh nilai NPV
positif dan nilai NPV negatif, maka untuk mencari nilai IRR yang membuat
nilai NPV sama dengan nol (0), rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) x ------------------------
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 29
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
(NPV1 – NPV2)
Dimana :
i1 = bunga yang mendapatkan nilai NPV1 (positif)
i2 = bunga yang mendapaykan nilai NPV2 (negatif)
Usulan hasil usaha yang memilki tingkat bunga pengembalian
(IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga bank yang diminta merupakan
hasil-hasil yang dapat dipilih, sedangkan hasil dengan internal rate of
return (IRR) yang lebih rendah dari pada bunga bank harus ditolak. Sebab
jika hasil usaha yang disebutkan tadi diterima maka untuk
memaksimalisasi nilai tambah bagi pemiliknya tidak akan tercapai.
4. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio/ Net
B/C Ratio)
Perbandingan keuntungan dan biaya dapat ditentukan sebagai
perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen.
Dalam teori ekonomi, nilai-nilai ekuivalen biasanya adalah annual worths
(nilai tahunan) atau Present Worths (nilai sekarang), tetapi bisa juga
Future Worths (nilai yang akan datang). Persamaan dari perbandingan
untung dan biaya adalah :
A.W. (pendapatan)
B/C = --------------------------------------
A.W. (biaya bersih total)
B
B/C = ---------------------------------------
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 30
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
C.R. + ( O + M )
Dimana :
A.W. = nilai tahunan (Rp)
B = nilai tahunan keuntungan bersih (keuntungan kotor
dikurangi biaya-biaya) untuk pemakai (Rp)
C.R. = biaya pemulihan modal atau biaya tahunan
ekuivalen dari nilai investasi permulaan, termasuk
setiap nilai jual lagi (Rp).
O + M = biaya operasional bersih tahunan seragam dan
pembayaran pemeliharaan (Rp).
Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk
ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan
dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan
biaya usaha.
Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk
dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability index-nya sama atau
lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu
( < 1 ) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih
rendah dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di
tolak.
CF1 CF2 CFn Vn ---------- + --------- + …….. + ---------- + ---------- (1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n
CBR = ------------------------------------------------------------------- C
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 31
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Dimana :
CBR = cost benefit ratio
C = biaya pengeluaran (Rp)
CF = pendapatan (Rp) pada tahun ke n
n = umur ekonomis dari pada usaha (tahun)
Vn = nilai akhir dari pada masa ekonomisnya (Rp)
k = bunga bank (%)
Perhitungan perbandingan dari keuntungan dan biaya bersih dapat
dipergunakan rumus berikut :
X
Net B/C Ratio = -------
Y
Dimana :
X = nilai kini dari semua pendapatan
Y = nilai kini dari semua biaya
VII. ESIMASI KEBUTUHAN ALAT MESIN PASCA PANEN
Pendekatan matematik untuk menentukan jumlah kebutuhan
potensial alat dan mesin pasca panen di suatu wilayah/daerah
menggunakan formula sebagai berikut :
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 32
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Ls - Lg
UT = ------------------- x cf
KAP
Dimana :
UT = Jumlah kebutuhan (unit) alat dan mesin pasca panen di
suatu wilayah/daerah.
Ls = Luas lahan hamparan atau produksi yang tersedia untuk
digarap/diolah oleh alat mesin pasca panen.
Lg = Luas lahan hamparan atau produksi yang dapat digarap/
diolah oleh sumber tenaga (manusia dan hewan serta alat
mesin pasca panen) yang ada di daerah tersebut
KAP = kapasitas kerja sarana alat dan mesin pasca panen yang
akan diintroduksikan untuk digunakan.
Cf = Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan
sosial.
Formula di atas merupakan pendekatan untuk menghindari
pergeseran tenaga kerja yang ada di pedesaan yang didasari oleh
kepentingan socio-engineering.
VIII. INDIKATOR KEBERHASILAN UPJA DAN LDM.
Keberhasilan pengembangan UPJA dan LDM dapat diukur berdasarkan
indikator sebagai berikut :
A. Kegiatan panen dan pasca panen di suatu daerah/ wilayah
hamparan selalu menggunakan dan memanfaatkan alat mesin pasca
panen yang dikelola oleh UPJA dan LDM setempat.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 33
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
B. Bertambahnya konsumen/ pelanggan pengguna alat mesin
pasaca panen yang dipunyai oleh UPJA dan LDM.
C. Meningkatnya modal kerja UPJA dan LDM.
D. Bertambahnya asset yang dimiliki UPJA dan LDM.
E. Tertibnya sistem pencatatan dan pelaporan arus uang dan
barang yang ada di dalam UPJA dan LDM.
F. Terjalinnya kerjasama kemitraan usaha yang baik diantara
subsistem- subsistem dalam pelaksanaan pengembangan UPJA dan LDM
yang meliputi bengkel/pengrajin, perbankan, petani/kelompoktani, dan
pabrikan/ perusahaan alat mesin pasca panen dan lain-lain.
IX. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN.
Pembinaan terhadap pengembangan UPJA dan LDM dilakukan oleh Tim
Pembina dan Pengembangan Kelembagaan Pasca Panen, baik di tingkat Pusat,
Propinsi maupun Kabupaten/ ota. Secara umum tugas-tugasnya adalah :
A. Tingkat Pusat
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 34
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
1.Menyusun peta ketersediaan dan kebutuhan alat mesin pasca panen di
suatu wilayah/daerah.
2.Menyusun pedoman umum pengembangan UPJA dan LDM.
3.Menyusun prosedur operasional standar (POS) penggunaan alat mesin
pasca panen.
4.Melakukan pelatihan/bimbingan teknis dan manajemen terhadap
petugas/penyuluh pertanian atau tenaga pendampingan di propinsi
dan kabupaten/kota dalam pengembangan UPJA dan LDM.
5.Mengadakan temu usaha dan workshop/pameran/gelar sarana dan
teknololgi pasca panen.
6.Memfasilitatasi kemitraan antara petani/ kelompok tani, UPJA, LDM dan
lembaga pasca panen lainnya dengan produsen/ pabrikan,
bengkel, pihak perbankan sebagai penyedia dana.
7.Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
B. Tingkat Propinsi
1. Menyusun peta ketersediaan dan kebutuhan alat mesin pasca
panen di suatu wilayah/daerah.
2. Menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) pengembangan UPJA
dan LDM sebagai penjabaran dari pedoman umum yang dibuat
oleh Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian.
3. Melakukan pembinaan/ bimbingan teknis dan manajemen
pengembangan UPJA dan LDM dalam pengelolaan alat mesin
pasca panen.
4. Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan
pengembangan UPJA dan LDM di kabupaten/ kota.
5. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
6. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
C. Tingkat Kabupaten/ Kota
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 35
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
1.Menyusun peta ketersediaan dan kebutuhan alat mesin pasca panen di
suatu wilayah/daerah.
2.Menyusun petunjuk teknis (JUKNIS) pengembangan UPJA dan LDM
sebagai penjabaran dari petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) yang
disusun oleh Dinas Pertanian Propinsi.
3.Melakukan pembinaan/ bimbingan teknis dan manajemen kepada
UPJA dan LDM, kelompok tani pengguna jasa sarana alat mesin
pasca panen dan bengkel pengrajin setempat.
4.Mengadakan pelatihan, penyuluhan serta pertemuan konsultasi dengan
pengelola UPJA dan LDM, petani/ kelompok tani pengguna jasa
sarana alat mesin pasca panen dan bengkel/ pengrajin menyangkut
aspek teknis, sosial dan ekonomis.
5.Menerapkan prosedur operasional standar (POS) penggunaan alat
mesin pasca panen.
6.Memantau dan melakukan supervisi terhadap kegiatan UPJA dan LDM
serta petani/ kelompok tani pengguna jasa sarana alsin pasca
panen dengan bengkel/ pengrajin di wilayahnya
7.Mengambil langkah konkrit dalam penanganan permasalahan
pengembangan UPJA dan LDM di wilayahnya berdasarkan atas
hasil temuan supervisi dan atau saran dari pihak lain
8.Menjalin kooordinasi/ kerjasama dengan instansi terkait di wilayahnya
untuk mencari peluang usaha pengembangan UPJA dan LDM.
9.Melakukan monitoring dan evaluasi.
10. Melaporkan perkembangan UPJA dan LDM di suatu wilayah/
daerah.
Pembinaan dan pengembangan terhadap UPJA dan LDM dilakukan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan sikap positif
terhadap pengembangan UPJA dan LDM.
Materi pembinaan dan pengembangan UPJA dan LDM (khusus di tingkat
lapangan), dititik beratkan pada :
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 36
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
1. Materi teknis yang meliputi teknis pengoperasian alat mesin pasca
panen, perbaikan kerusakan, perawatan/ pemeliharaan dan sebagainya.
2. Materi manajemen meliputi antara lain perencanaan usaha,
pengorganisasian usaha, koordinasi, pengendalian usaha,
kewirausahaan, dan sebagainya.
3. Materi bisnis meliputi antara lain perhitungan kelayakan ekonomi usaha
jasa alat mesin pasca panen, promosi, kerjasama kemitraan usaha,
pembukuan sederhana, dinamika kelompok, pelaporan secara berkala
dan sebagainya.
X. PENUTUP
Pengembangan UPJA dan LDM akan dapat memberikan hasil yang
sesuai dengan yang diharapkan bila dikelola dengan prinsip bisnis yang sehat,
melalui pertimbangan yang cermat dengan memperhatikan kelayakan teknis,
sosial, dan ekonomis, sehingga pengembangan UPJA dan LDM akan tumbuh
dan berkembang secara profesional dan mandiri. Pengembangan UPJA dan
LDM ini diharapkan mampu memberikan andil dalam menumbuhkembangkan
lembaga ekonomi di daerah dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani beserta keluarganya di daerah.
Dengan semangat otonomi daerah, pengembangan UPJA dan LDM
dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota yang
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 37
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
difasilitasi dengan dana APBN, APBD maupun Swasta. Sesuai dengan
paradigma baru, pemerintah pusat dan propinsi telah bergeser yaitu sebagai
fasilitator, koordinator, dan dinamisator bagi tumbuhkembangnya UPJA dan LDM
yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan,
meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan efisiensi produksi, nilai tambah
dan daya saing serta meningkatkan pedapatan sekaligus kesejahteraan petani di
suatu daerah.
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 38
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
Informasi lebih lanjut hubungi :
Subdit Pasca Panen Tanaman Pangan.Direktorat Penanganan Pasca Panen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.Alamat : Kanpus Departemen Pertanian, Gedung D, Lantai 3 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12550)Telpon/ Fax : (021) , 7816382, 78833938.Web :agribisnis.deptan.go.idE-mail : [email protected].
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 39
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
LAMPIRAN :
Lampiran 1.CONTOH ANALISIS FINANSIALPENGGUNAAN ALAT MESIN PERONTOK PADI (POWER THRESHER)
DIASUMSIKAN BAHWA :
1. Harga Thresher dan Motor Penggerak = Rp. 30,000,000 ,-
2.Nilai akhir Thresher = 10% x harga awal = Rp. 3,000,000 ,-
3. Kapasitas Thresher = 800 kg/jam 4. Daya Motor Penggerak = 6 HP4. Umur Penggunaan Thresher = 5 tahun5. Jam kerja per hari = 8 jam/hari6. Hari kerja per tahun = 90 hari/tahun7. Upah tenaga kerja per hari = Rp. 30,000 per orang8. Jumlah tenaga kerja = 2 orang9. Harga bahan bakar per liter = Rp. 4,300 ,-10. Harga oli/ pelumas per liter = Rp. 25,000 ,-
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 40
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
11. Bunga modal pertahun = 14 %12. Ongkos/ sewa thresher per hektar = Rp 300,000 ,-13. Hasil produksi per hektar = Rp. 5,000 kg
I. Biaya Tetap
a. Penyusutan per tahun = Rp. 7,864,656
b. Bunga Modal per tahun = Rp. 2,700,000
Biaya Tetap per tahun = Rp 10,564,656 ,-
Biaya Tetap per jam = Rp. 14,673 ,-
II. Biaya Tidak Tetap
a. Biaya bahan bakar per jam = Rp. 5,160
b. Biaya Pelumas/ oli per jam = Rp. 1,200
c. Biaya pemeliharaan dan perawatan = Rp. 3,240
d. Upah operator per jam = Rp. 7,500
Biaya Tidak Tetap per jam = Rp. 17,100 ,-
Biaya Pokok per jam = Rp. 31,773 ,-
Biaya Pokok per kg =Rp. 40 ,-
III. Benefit Cost Ratio
B/C Ratio = 1.511
IV. Break Even Point
BEP ( Ton/ Tahun ) = 273.5Ton/ Tahun
BEP ( Hektar/ Tahun) = 54.7 Hektar/ Tahun27.4 Hektar/ Musim
V. Pay Back Period
PBP = 2.6 Tahun
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 41
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 20 %
N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINITAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 20% (Rp.)
0 30,000,000 0 -30,000,000 1 -30,000,000
1 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.8333 18,540,000
2 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.6944 15,450,000
3 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.5787 12,875,000
4 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.4823 10,729,167
5 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.4019 8,940,972
N P V = 36,535,139
NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 80 %
N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINITAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 80% (Rp.)
0 30,000,000 0 -30,000,000 1 -30,000,000
1 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.5556 12,360,000
2 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.3086 6,866,667
3 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.1715 3,814,815
4 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.0953 2,119,342
5 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.0529 1,177,412
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 42
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
N P V = -3,661,765
IRR = 74.534 %
Lampiran 2.CONTOH ANALISIS FINANSIALPENGGUNAAN ALAT MESIN PENGERING DATAR (BED DRYER)
DIASUMSIKAN BAHWA :
1. Harga Dryer dan Motor Penggerak = Rp. 40,000,000 ,-2. Nilai akhir Dryer = 10% x harga awal = Rp. 4,000,000 ,-3. Kapasitas Alat Pengering = 1,000 kg/jam (5 ton/5 jam)4. Daya Motor Penggerak = 6 HP4. Umur Penggunaan Dryer = 5 tahun5. Jam kerja per hari = 10 jam/hari6. Hari kerja per tahun = 80 hari/tahun7. Upah tenaga kerja per hari = Rp. 30,000 per orang8. Jumlah tenaga kerja = 2 orang9. Harga bahan bakar per liter = Rp. 4,000 ,-10. Harga oli/ pelumas per liter = Rp. 25,000 ,-11. Bunga modal pertahun = 14 %
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 43
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
12. Ongkos/ sewa dryer per hektar = Rp 250,000 ,-13. Hasil produksi per hektar = Rp. 5,000 kg
I. Biaya Tetap
a. Penyusutan per tahun = Rp. 10,486,208
b. Bunga Modal per tahun = Rp. 3,600,000
Biaya Tetap per tahun = Rp 14,086,208 ,-
Biaya Tetap per jam = Rp. 17,608 ,-
II. Biaya Tidak Tetap
a. Biaya bahan bakar per jam = Rp. 4,800
b. Biaya Pelumas/ oli per jam = Rp. 1,200
c. Biaya pemeliharaan dan perawatan = Rp. 4,320
d. Upah operator per jam = Rp. 6,000
Biaya Tidak Tetap per jam = Rp. 16,320 ,-
Biaya Pokok per jam = Rp. 33,928 ,-
Biaya Pokok per kg =Rp. 34 ,-
III. Benefit Cost Ratio
B/C Ratio = 1.474
IV. Break Even Point
BEP ( Ton/ Tahun ) = 418.2 Ton/ Tahun
BEP ( Hektar/ Tahun) = 83.6 Hektar/ Tahun41.8 Hektar/ Musim
V. Pay Back Period
PBP = 3.1 Tahun
NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 20 %
N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINI
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 44
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
TAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 20% (Rp.)
0 40,000,000 0 -40,000,000 1 -40,000,000
1 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.8333 22,453,333
2 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.6944 18,711,111
3 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.5787 15,592,593
4 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.4823 12,993,827
5 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.4019 10,828,189 N P V = 40,579,053
NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 90 %
N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINITAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 90% (Rp.)
0 40,000,000 0 -40,000,000 1 -40,000,000
1 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.5263 14,181,053
2 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.2770 7,463,712
3 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.1458 3,928,269
4 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.0767 2,067,510
5 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.0404 1,088,163
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 45
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM
N P V = -11,271,293 IRR = 74.783 %
Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 46