Juknis upja&ldm

64
Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem agribisnis dan agroindustri, pada pokoknya harus dikembangkan agar sesuai dengan proses pergeseran mendasar dari masyarakat tradisional/subsistem menjadi masyarakat modern berbasis pertanian yang merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha agribisnis dan agroindustri secara komersial untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani di perdesaan. Upaya-upaya pembangunan pertanian tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sistem agribisnis dan agroindustri yang berarti mencakup upaya-upaya pada keseluruhan sub-sub sistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu yang termasuk di dalamnya adalah sarana produksi pertanian (agrokimia, alat mesin pertanian, perbenihan/pembibitan); subsistem produksi pertanian (budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan); dan subsistem hilirnya yang termasuk diantaranya pasca panen, pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil pertanian serta subsistem jasa pendukungnya. Penerapan dan pengembangan sarana alat mesin pasca panen dalam mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri mempunyai peranan yang sangat penting dalam Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 1

Transcript of Juknis upja&ldm

Page 1: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembangunan pertanian yang berorientasi pada sistem

agribisnis dan agroindustri, pada pokoknya harus dikembangkan agar sesuai

dengan proses pergeseran mendasar dari masyarakat tradisional/subsistem

menjadi masyarakat modern berbasis pertanian yang merupakan rangkaian

upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya usaha

agribisnis dan agroindustri secara komersial untuk meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat tani di perdesaan. Upaya-upaya pembangunan

pertanian tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sistem agribisnis dan

agroindustri yang berarti mencakup upaya-upaya pada keseluruhan sub-sub

sistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu yang termasuk di dalamnya

adalah sarana produksi pertanian (agrokimia, alat mesin pertanian,

perbenihan/pembibitan); subsistem produksi pertanian (budidaya tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan); dan subsistem hilirnya yang

termasuk diantaranya pasca panen, pengolahan, pemasaran dan distribusi hasil

pertanian serta subsistem jasa pendukungnya.

Penerapan dan pengembangan sarana alat mesin pasca panen dalam

mendukung pembangunan agribisnis dan agroindustri mempunyai peranan yang

sangat penting dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi, menekan

kehilangan hasil, dan meningkatkan mutu hasil pertanian. Sarana alat mesin

pasca panen merupakan salah satu masukan teknologi yang mendukung

pengembangan sistem agribisnis dan agroindustri yang berdaya saing,

berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, dimana keberadaannya

sangat dibutuhkan oleh masyarakat tani di perdesaan.

Sarana alat dan mesin pasca panen kini telah menjadi kebutuhan dasar

dalam mendukung keberhasilan pembangunan agribisnis dan agroindustri

nasional. Dalam rangka akselerasi pengembangan sarana alat dan mesin pasca

panen tersebut, pemerintah telah mengembangkan berbagai program yaitu salah

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 1

Page 2: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

satu diantaranya melalui pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin

(UPJA) pasca panen dan Lumbung Desa Modern (LDM).

Pengembangan UPJA pasca panen dan LDM sangat terkait dengan

peningkatan kinerja pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri, terutama

dalam hal kelancaran penyediaan alat mesin pasca panen dan bahan baku

industri baik dalam jumlah maupun mutu serta kontinyuitasnya. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu bentuk pengembangan kemitraan

usaha yang melibatkan petani/kelompok tani sebagai produsen, UPJA, LDM dan

bengkel dengan perusahaan/industri pengolahan pangan dan pakan ternak. Bila

memungkinkan atau bila di sekitar perusahaan/industri pengolahan pangan dan

pakan tidak terdapat UPJA dan atau LDM, maka perusahaan tersebut dapat

mengembangkan usaha jasa alat mesin pasca panen dan bengkel secara

mandiri.

Kemitraan usaha antara perusahaan/industri pengolahan pangan dan

pakan dengan petani, UPJA dan atau LDM perlu dilakukan untuk mendorong

pengembangan dan mengoptimalkan alat mesin pasca panen melalui

penyediaan dan perbaikan alat mesin pasca panen, penyediaan suku cadang

serta bimbingan teknis dan manajemen usaha jasa alat mesin pasca panen di

suatu wilayah/daerah. Dengan berkembangnya kemitraan ini diharapkan dapat

mempercepat alih teknologi kepada masyarakat tani, menciptakan lapangan

kerja, meningkatkan nilai tambah, memperbaiki penanganan pasca panen,

menurunkan kehilangan hasil dan perbaikan mutu hasil yang pada akhirnya akan

berdampak kepada peningkataan kinerja dari industri pengolahan pangan dan

atau pakan ternak serta terbentuknya sistem industrialisasi pertanian dalam

menunjang pembangunan agroindustri di perdesaan.

B. Pengertian

Untuk menyamakan persepsi, dalam pedoman pengelolaan UPJA dan

LDM ini, digunakan beberapa istilah antara lain :

1. Sarana alat mesin pasca panen adalah peralatan mesin yang

dioperasionalkan dengan motor penggerak maupun tanpa motor

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 2

Page 3: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

penggerak untuk kegiatan penanganan pasca panen, mulai saat panen

sampai dengan proses penyiapan bahan baku untuk industri.

2. UPJA pasca panen adalah suatu unit usaha yang mengusahakan

pelayanan jasa (sewa) alat mesin pasca panen seperti alat mesin panen

(reaper), alat msin perontok (thrseser), alat mesin pengering (dryer),

penggilingan padi (RMU), dan lain-lain.

3. LDM adalah suatu unit usaha yang mengusahakan jasa pengeringan

dan penyimpanan/penggudangan gabah dalam rangka program tunda jual

gabah guna pengendalian harga gabah supaya stabil.

4. Fungsi UPJA dan LDM adalah melakukan kegiatan ekonomi dalam

bentuk usaha penyewaan jasa alat mesin pasca panen. UPJA dan LDM

sebagai lembaga ekonomi pedesaan harus melaksanakan optimalisasi

penggunaan alat mesin pasca panen tersebut guna mendapatkan

keuntungan usaha, dan dikelola berdasarkan skala ekonomi yang

berorientasi pasar dan didukung oleh sumberdaya manusia yang

professional.

5. Asosiasi UPJA dan LDM adalah merupakan perkumpulan pengusaha-

pengusaha UPJA dan LDM yang bersifat sosial untuk meningkatkan

kinerja anggotanya menuju ke arah hasil guna dalam pengelolaan sarana

alat mesin pasca panen yang optimal sehingga dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan para anggotanya.

6. UPJA dan LDM Profesional adalah UPJA dan LDM yang dikelola oleh

manajer UPJA dan atau LDM secara professional dan mandiri dengan

memperhatikan prinsip profesionalisme yang dicirikan dengan berorientasi

bisnis yang sehat secara teknis, ekonomi dan sosial layak,

menguntungkan, berkelanjutan serta berdasarkan pada prinsip kemitraan

usaha yang saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan.

7. Jenis-jenis alat mesin pasca panen yang dapat dioperasionalkan oleh

UPJA dan LDM, meliputi :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 3

Page 4: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

a. Alat mesin pemanen (reaper/stripper)

b. Alat mesin perontok (thresher)

c. Alat mesin pemipil jagung (corn sheller)

d. Alat mesin penghancur (hammer mill)

e. Alat mesin pembersih (cleaner)

f. Alat mesin penggilingan padi (Rice Milling Unit)

g. Alat mesin pengering (drier)

h. Alat mesin pemisah (grader)

i. Alat mesin pengarungan (bag closer)

j. Alat mesin pengemas (packaging)

k. Alat mesin penyimpanan (silo, warehouse dan atau gudang)

l. dan lain-lain

C. Manfaat

Pedoman Umum Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin

(UPJA) Pasca Panen dan Lumbung Desa Modern (LDM) ini diharapkan dapat

menjadi acuan bagi petani/ kelompok tani dan atau gabungan kelompok tani,

serta pengelola UPJA dan LDM dalam mengelola usaha jasa alat mesin pasca

panen sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, menurunkan

kehilangan hasil dan meningkatkan jumlah maupun mutu hasil melalui

pemanfaatan jasa sarana alat mesin pasca panen yang optimal, efektif dan

efisien.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 4

Page 5: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

II. PEMBENTUKAN UPJA DAN LDM

UPJA dan LDM dibentuk dari proses sosialisasi, koordinasi, diskusi,

motivasi, serta kesamaam persepsi dari petani/kelompok tani pengguna alat

mesin pasca panen di perdesaan. UPJA dan LDM diharapkan dibentuk

berdasarkan SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Pertanian di

Kabupaten/Kota.

Prinsip pembentukan UPJA dan LDM ini adalah sebagai berikut :

Pengambilan keputusan mutlak dilakukan oleh petani/kelompok tani

secara musyawarah dan mufakat untuk memperoleh manfaat sebesar-

besarnya bagi pengembangan UPJA dan atau LDM.

Peran pemerintah terbatas pada pelayanan, fasilitasi, motivasi,

pendorong, dan penciptaan iklim yang kondusif sehingga UPJA dan LDM

ini mampu menggunakan dan memanfaatkan potensi sumber daya yang

dimiliki melalui kreatifitasnya sendiri untuk mencapai tujuan bisnis yaitu

mencari keuntungan, menekan kehilangan hasil, meningkatkan mutu, dan

meningkatkan pendapatan petani/ kelompok tani di perdesaan.

Pemberdayaan UPJA dan LDM ini mencakup berbagai aspek, antara lain

aspek teknis dan manajemen, peningkatan kemampuan dan ketrampilan

sumber daya manusia serta aspek wirausaha, peningkatan akses

informasi pasar dan permodalan.

Tujuan yang ingin dicapai dari terbentuknya UPJA dan LDM adalah

terwujudnya UPJA dan LDM yang mandiri, tangguh dan dinamis dengan

menerapkan/menggunakan sarana alat mesin pasca panen serta manajemen

yang memadai dengan jenis-jenis usaha yang menguntungkan. Dengan upaya

pengembangan UPJA dan LDM yang dilakukan diharapkan dalam kurun waktu

beberapa tahun kedepan dapat tumbuh dan berkembang menjadi Badan Usaha

Milik Petani (BUMP) yang berbadan hukum dengan berbagai bidang usaha

penanganan pasca panen pada khususnya dan pengembangan usaha agribisnis

dan agroindustri yang terpadu pada umumnya.

Pada awalnya model pengembangan yang diterapkan adalah dengan

menggunakan UPJA dan LDM yang telah dibentuk dan dibina oleh Direktorat

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 5

Page 6: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Penanganan Pasca Panen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian, Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian Propinsi,

Kabupaten/Kota, sebagai titik awal dari pengembangaan agribisnis dan

agroindustri di daerah. UPJA dan LDM ini disamping sebagai penyedia sarana

alat mesin pasca panen juga diharapkan dapat menyediakan suku cadang,

melakukan perawatan dan perbaikan alat mesin pasca panen. Sehingga UPJA

dan LDM diharapkan dapat berfungsi sebagai motor penggerak kelembagaan

ekonomi di daerah. Disamping itu juga berfungsi sebagai penghubung dengan

pihak lembaga keuangan/ bank (pemilik modal) untuk mendapatkan modal kerja/

kredit. Dan UPJA dan LDM ini diharapkan juga dapat bermitra dengan petani/

kelompok tani sebagai pengguna jasa alat mesin pasca panen dalam kawasan

agribisnis dan agroindustri. UPJA dan LDM ini diharapkan dapat berkembang

menjadi usaha yang berbadan hukum seperti Badan Usaha Milik Petani (BUMP),

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi atau Perusahaan Persero (PT).

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 6

Page 7: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

III. OPERASIONALISASI UPJA DAN LDM

Jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca panen pada setiap UPJA dan

atau LDM sangat tergantung pada kemampuan dari pengelola dan kebutuhan

sarana alat mesin pasca panen tersebut di suatu wilayah/ daerah. Jenis sarana

alat mesin pasca panen yang diperlukan oleh pengusaha UPJA dan atau LDM

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah/ daerah setempat.

Sedangkan jumlah sarana alat mesin pasca panen yang akan dikelola oleh

UPJA dan atau LDM diarahkan agar mencapai skala ekonomi yang optimum.

Operasionalisasi UPJA dan atau LDM dilakukan melalui kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

A. Persiapan.

1.Identifikasi.

Dalam rangka menumbuhkembangkan UPJA dan LDM, harus

diawali dengan identifikasi untuk mengumpulkan data dan informasi

sebagai dasar dari kegiatan selanjutnya. Identifikasi UPJA dan LDM

meliputi identifikasi tentang :

a. Luas wilayah dan kondisi spesifik lokasi calon penumbuhan/

pengembangan UPJA dan LDM.

b. Populasi sarana (jenis dan jumlah sarana alat mesin pasca

panen) yang ada (masih operasional).

c. Jumlah UPJA dan LDM yang ada dan rencana pembentukan

UPJA dan LDM baru.

d. Jumlah bengkel (jenis usaha bengkel, kepemilikan asset)

e. Jumlah petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani/

kecamatan pasca panen pengguna sarana alat mesin pasca

panen.

f. Pola tanam dan panen serta jumlah produksinya.

g. Permodalan dan informasi pemasaran.

h. Dan lain-lain

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 7

Page 8: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

2.Penyusunan Pedoman Kerja UPJA dan LDM

Penyusunan Pedoman Kerja UPJA dan LDM disusun untuk

menentukan rencana kerja pelayanan UPJA dan LDM kepada

kelompok tani/petani pengguna alat mesin pasca panen di suatu

wilayah/daerah.

3. Koordinasi dan sinkronisasi.

Koordinasi dan sinkronisasi dilakukan dengan mengadakan temu

usaha yang dihadiri oleh petani/kelompok tani, manajer UPJA dan

atau LDM, pemilik bengkel, pabrikan alat mesin pasca panen,

lembaga permodalan/bank dan penyuluh/petugas pembina

pertanian setempat serta kemudian diikuti dengan penyiapan

petunjuk pelaksanaan, pelatihan atau bimbingan teknis dan

manajemen serta penyediaan sarana permodalan/bank dan lain-

lain.

B. Penetapan Kriteria

1.Lokasi

a. Dipilih wilayah/ daerah sentra produksi pertanian.

b. Dari wilayah/ daerah sentra produksi dipilih yang memiliki

populasi alat mesin pasca panen yang sedikit atau kurang

mencukupi dan dari segi ekonomi petani mampu menyewa

alat mesin pasca panen dengan harga sewa yang layak.

c. Harus ada bengkel/ pengrajin alat mesin pasca panen.

2.Kelembagaan UPJA dan LDM.

a. Memiliki alat mesin pasca panen sesuai kebutuhan petani

setempat.

b. Telah memiliki pelanggan jasa alat mesin pasca panen di

lokasi tersebut.

c. Memiliki organisasi, minimal ada seorang pemilik (manajer)

dan ada operator yang mengoperasikan alat mesin pasca

panen yang bersangkutan.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 8

Page 9: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

d. Manajer dan operator memiliki sikap untuk memajukan

UPJA dan atau LDM tersebut.

3.Kelembagaan Pendukung

a. Terdapat bengkel yang dapat berfungsi sebagai tempat

memproduksi/merakit alat mesin pasca panen, dan

melakukan perawatan/perbaikan alat mesin pasca panen

tersebut. Bengkel/pengrajin alat mesin tersebut dapat

berupa bengkel milik Kelompok tani, BUMP (Badan Usaha

Milik Petani), BUMN/BUMD, koperasi maupun

bengkel/pengrajin milik perusahaan swasta.

b. Terdapat lembaga permodalan/bank minimal di

kabupaten/kota yang bersangkutan.

c. Terdapat penyuluh/petugas Pembina dan atau tenaga

pendampingan di lokasi bersangkutan.

C. Pelatihan

Pada tahap ini peran Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota

sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sarana alat mesin pasca panen

oleh UPJA dan atau LDM. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat dihasilkan

sumberdaya manusia UPJA/ LDM yang profesional.

Tujuan pelatihan kepada UPJA dan LDM ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan (manajer dan operator UPJA

dan atau LDM) dimana materi pelatihan meliputi kelompok teknis operasional,

bisnis dan manajemen usaha serta pengoperasian alat mesin pasca panen

secara bisnis, dengan rincian sebagai berikut :

1. Kelompok teknis operasional.

a.Teknis pengoperasian sarana alat mesin pasca panen.

b.Cara-cara pemeliharaan dan perbaikan sarana alat mesin pasca panen.

2. Kelompok bisnis.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 9

Page 10: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

1. a. Analisis ekonomi penggunaan sarana alat mesin pasca panen.

2. b. Pembukuan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen.

3. c. Sumber permodalan usaha.

4. d. Promosi jasa sarana alat mesin pasca panen.

3. Kelompok manajemen usaha.

a.Perencanaan usaha jasa sarana alat mesin pasca panen.

b.Pengorganisasian usaha.

c.Kerjasama usaha/ kemitraan usaha.

d.Kewirausahaan.

4. Pengoperasian alat mesin pasca panen secara bisnis.

Dalam melaksanakan usaha pelayanan jasa alat mesin pasca

panen perlu dilakukan penerapan sistem manajemen usaha secara baik

dan benar pada UPJA dan LDM di daerah. Setiap UPJA dan LDM harus

berusaha untuk mencapai kapasitas kerja optimal dengan cara

bekerjasama/bermitra dengan petani/ kelompok tani dan kcamatan psca

panen di daerah.

Peserta pelatihan adalah operator, kelompok tani/ petani pengguna dan

pengelola UPJA dan LDM, dengan perincian sebagai berikut :

1. Operator .

a. Operator sarana alat mesin pasca panen pada UPJA dan LDM dan

bengkel alat mesin pasca panen yang ada di lokasi setempat

meskipun terdapat jenis bengkel yang beragam, bengkel tersebut

dapat dikelompokkan untuk dilatih/dibimbing.

b. Materi pelatihan utama meliputi : cara penggunaan/penerapan alat

mesin pasca panen yang baik dan benar, serta perawatan dan

perbaikan alat mesin pasca panen.

c. Jika ada kesempatan, pemilik bengkel ini dilatih untuk dapat

merakit/ membuat alat mesin pasca panen sendiri.

2. Pengelola UPJA dan LDM.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 10

Page 11: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

a. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan pengelola UPJA dan LDM.

b. Peserta pelatihan adalah manajer/pengelola dan operator.

c. Materi pelatihan meliputi bidang teknis, ekonomis, manajemen

usaha alat mesin pasca panen.

3. Kelompok tani/ petani.

a. Kelompok tani/petani yang ada di lokasi setempat perlu diberikan

pengetahuan tentang pentingnya arti penggunaan/ pemanfaatan

alat mesin pasca panen.

b. Materi yang diberikan antara lain adalah analisis rugi laba

penggunaan alat mesin pasca panen dalam mendukung

operasional usaha agribisnis dan agroindustrinya.

D. Menumbuhkembangkan UPJA dan LDM

Untuk menumbuhkembangkan UPJA dan LDM, maka perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1. Penetapan UPJA dan LDM berdasarkan pada jumlah alat mesin pasca

panen yang sudah ada dan juga disesuaikan dengan luas panen atau

produksi di lokasi yang terpilih.

2. Bila di lokasi terpilih belum ada UPJA dan atau LDM, maka perlu

dibentuk UPJA dan atau LDM baru.

3. Bila di lokasi terpilih telah ada UPJA atau LDM dan mempunyai alat

mesin pasca panen maka bila perlu tambahan, agar sejauh mungkin

disesuaikan dengan luas areal panen dan produksi yang akan digarap.

IV. KELEMBAGAAN UPJA DAN LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 11

Page 12: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

A. Tugas

Dalam operasionalisasinya kelembagaan UPJA dan LDM mempunyai

tugas sebagai berikut :

5. Melakukan temu usaha secara berkala yang dihadiri oleh petani/ kelompok

tani, manajer UPJA dan LDM, pemilik bengkel/pengrajin, penyuluh,

petugas pembina dan tenaga pendampingan setempat.

6. Menyiapkan petunjuk pelaksanaan (JUKLAK).

7. Memberi pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen serta pembinaan/

pendampingan.

8. Memfasilitasi akses permodalan dengan lembaga keuangan (bank, koperasi,

perusahaan swasta dan sebagainya).

9. Sistem pengelolaan UPJA dan LDM harus berorientasi pada profesionalisme,

dalam pengelolaan usaha UPJA dan LDM harus benar-benar dilandasi

oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan sikap mental para

pengelolanya.

10. Skala ekonomi menjadi pertimbangan guna mendapatkan keuntungan usaha

yang layak untuk menjamin keberlanjutan usahanya.

11. Berorientasi pasar dalam usahanya.

12. Tumbuh dari bawah (bottom up) karena tuntutan pasar.

13. Berkembang secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan kondisi sosial

setempat.

B. Identifikasi

UPJA dan LDM dapat diwujudkan menjadi pelaku ekonomi yang kuat,

sebagai pilar penopang dan sekaligus sebagai motor penggerak pembangunan

agribisnis dan agroindustri di daerah. Untuk itu kelembagaan UPJA dan LDM

dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kelembagaan dalam pelayanan jasa alat mesin pasca panen.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 12

Page 13: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Dalam bentuk operasional kelembagaan UPJA dan LDM ini adalah

adanya seorang yang bertanggung jawab dalam mengelola alat mesin

pasca panen hasil pertanian, dalam hal ini disebut manajer yang dalam

pengelolaannya dibantu oleh beberapa operator. Apabila usaha

pelayanan jasa alat mesin pasca panen ini sudah berkembang, maka

UPJA dan LDM dapat dilengkapi dengan tenaga mekanik, petugas yang

mengatur urusan administrasi dan keuangan usaha. Dalam

pengembangan kelembagaan UPJA dan LDM yang perlu dikembangkan

adalah :

a.Produsen/pabrikan sarana alat mesin pasca panen.

b.Usaha perbengkelan sarana alat mesin pasca panen.

c.Dealer sarana alat mesin pasca panen dan suku cadang yang

diperlukan.

Kelembagaan UPJA dan LDM dipimpin oleh seorang manajer. Fungsi

utama UPJA dan LDM adalah memanfaatkan seoptimal mungkin jasa alat

mesin dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Permodalan.

Kelembagaan ekonomi yang terkait dengan UPJA dan LDM memerlukan

permodalan untuk kelangsungan usahanya. Sumber modal tersebut

dapat berasal dari lembaga perbankan atau lembaga keuangan non bank

atau dari dana bergulir hasil setoran UPJA dan LDM tersebut. Lembaga

keuangan dalam operasinya dapat melayani kebutuhan petani/kelompok

tani, UPJA, LDM, pengrajin/bengkel, dealer maupun lembaga pasca

panen lainnya secara komersial.

3. Pembinaan dan pengendalian

Pemerintah dalam hal ini Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian, Dinas lingkup Pertanian baik di tingkat propinsi maupun

kabupaten/kota bertanggung jawab dalam hal pembinaan, penyuluhan,

pendampingan bimbingan teknis dan manajemen, serta pengendalian

sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya.

V. PEMBUKUAN USAHA UPJA DAN LDM

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 13

Page 14: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Tujuan UPJA dan LDM membuat pembukuan ialah untuk mengetahui

hasil yang sebenarnya dari usaha jasa alat mesin pasca panen. Membuat

pembukuan berarti mengumpulkan fakta dan data tentang apa yang telah

dikerjakan oleh UPJA dan LDM dari hari ke hari. Pembukuan adalah melihat ke

belakang sampai ke detail-detailnya dari tindakan yang telah dilaksanakan dari

waktu ke waktu. Sedangkan perencanaan usaha adalah melihat kesempatan

dan peluang usaha di masa yang akan datang. Tetapi perencanaan usaha yang

baik harus didasarkan atas hasil-hasil yang sebenarnya yang telah dicapai.

Dengan pembukuan usaha secara baik akan dapat memberikan informasi

yang bermanfaat mengenai operasionalisasi usaha UPJA dan LDM. Pembukuan

ini juga akan merupakan sumber informasi yang baik bagi pengelola/ manajer

mengenai hasil-hasil yang telah dicapai oleh UPJA dan LDM serta masalah-

masalahnya.

A. Mengapa UPJA dan LDM dianjurkan membuat pembukuan.

Alasan utama membuat pembukuan adalah untuk mempelajari

perbandingan antara masukan dengan keluaran dari usaha jasa alat

mesin pasca panen atau perbandingan antara biaya dengan

pendapatannya. Bagaimana UPJA dan LDM membuat dan melaksanakan

keputusan-keputusannya?. Catat sukses-sukses yang telah diperoleh

dalam usaha jasa alat mesin pasca panennya.

Jenis pembukuan yang dibuat ditentukan oleh jumlah data yang

tersedia untuk dipelajari. Beberapa alasan mengapa pembukuan perlu

dianjurkan kepada UPJA dan LDM, adalah :

1. Guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi UPJA dan

LDM harus mengetahui keluaran (pendapatan) dan biaya pokok

alat mesin pasca penen yang sekarang dan keuntungan yang

dapat dicapai. Cara yang paling baik untuk memperoleh data dan

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 14

Page 15: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

informasi mengenai hasil usaha UPJA dan LDM pada saat

sekarang adalah dengan membuat pembukuan usaha.

2. Sebagai dasar untuk diagnosis dan perencanaan.

Perencanaan usaha UPJA dan LDM adalah alat untuk

memperoleh pendapatan usaha yang setinggi-tingginya. Diagnosis

masalah-masalah manajemen UPJA dan LDM adalah syarat

pertama bagi perencanaan yang baik. Pembukuan usaha UPJA

dan LDM memberikan data dan informasi dasar yang diperlukan

untuk diagnosis ini.

3. Guna menentukan harga sewa.

Perubahan harga alat mesin pasca panen dan biaya-biaya

yang diterima dan dibayarkan merupakan informasi penting dalam

menentukan harga sewa (Rp/Ha) dari jasa alat mesin pasca panen

tersebut serta dalam menyesuaikan rencana usaha. Satu-satunya

cara pengumpulan data dan informasi yang dapat diandalkan

adalah dengan membuat pembukuan tersebut. Sangat sukar bagi

pengelola UPJA dan atau LDM untuk mengingat tanpa catatan

tertulis.

4. Sebagai bimbingan manajemen yang lebih baik.

Pembukuan memberikan data dan informasi tentang

kelayakan ekonomi dari usaha UPJA dan atau LDM. Hal ini sangat

penting, terutama di Indonesia dimana manajemen usaha UPJA

dan atau LDM serta manajemen rumah tangga biasanya masih

tercampur menjadi satu. Manfaatkanlah hasil analisis pembukuan

guna mengatur alokasi dana untuk pengembangan usaha dan

kehidupan keluarganya.

B. Pilihlah jenis pembukuan yang sesuai dengan situasi.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 15

Page 16: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Secara umum ada 4 (empat) jenis pembukuan sederhana, yaitu :

1. Pembukuan tunggal, yaitu pembukuan yang hanya mencatat

jumlah pendapatan dari sewa alat mesin pasca panen yang

diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

2. Pembukuan tunggal yang mencakup inventarisasi dari sarana

dan prasarana usaha UPJA dan LDM pada permulaan dan akhir

tahun, disamping pendapatan yang diterima dan biaya-biaya yang

dikeluarkan. Dengan pembukuan jenis ini dapat diketahui secara

teliti tentang jumlah biaya (pengeluaran) dan pendapatan UPJA dan

atau LDM.

3. Pembukuan usaha UPJA dan atau LDM yang tercakup dalam “2”

di atas, ditambah catatan fisik tentang jumlah areal yang dapat

digarap dan keluaran. Catatan semacam ini akan memberikan data

dan informasi untuk analisis usaha UPJA dan atau LDM.

4. Pembukuan usaha yang disamping data dan informasi mengenai

hal-hal pada “3” di atas, juga memuat data dan informasi terperinci

mengenai setiap cabang usaha UPJA dan atau LDM yang penting.

Ini akan memberikan data guna analisis yang lebih terperinci.

C. Perlunya data dan informasi pokok ke dalam formulir pembukuan.

Bentuk pembukuan yang paling sederhana hanya berisikan 2 (dua)

hal pokok yaitu pengeluaran (biaya) dan penerimaan (pendapatan) yang

disebut dengan sistem pembukuan tunggal. Cara pembukuan ini baik bagi

UPJA dan LDM yang baru mulai membuat pembukuan dan hanya mampu

berhitung secara sederhana.

Tabel 1. : Sistem pembukuan tunggal

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 16

Page 17: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Tanggal Uraian kegiatan (jenis pengeluaran dan

pendapatan, jumlah/ volume, harga

satuan, dsb)

Penerimaan

(Rp)

Pengeluaran

(Rp)

Pembukuan di atas tidak banyak manfaatnya untuk membuat

analisis. Sistem pembukuan usaha sederhana yang cukup lengkap guna

analisis yang baik, mencakup 4 (empat) jenis data dan informasi pokok

yang diperlukan, yaitu :

1. Inventarisasi jumlah dan jenis sarana dan prasarana yang

digunakan pada awal dan akhir tahun, yang meliputi :

a. Prasarana yang berjangka pakai panjang seperti tanah/

lahan, bangunan dan lain-lain

b. Prasarana yang berjangka pakai sedang seperti peralatan

dan mesin pasca panen.

c. Sumberdaya tenaga : operador atau tenaga kerja upahan

dan tenaga kerja administrasi dan lain-lain.

d. Persediaan suku cadang alat mesin pasca panen dan

persediaan modal tunai.

2. Catatan kuantitas fisik serta nilai uang dari Jumlah dan nilai hasil

jasa alat mesin pasca panen yang disewakan kepada petani/

kelompok tani dan hasil sampingan.

3. Catatan mengenai jumlah dan nilai dari masukan teknis yang

digunakan pada UPJA dan atau LDM seperti sarana dan jasa yang

dibayar dengan uang tunai maupun dalam bentuk natura (barang).

Juga dicatat biaya-biaya tetap seperti penyusutan, bunga kredit,

pajak, asuransi dan sebagainya.

4. Catatan hasil sewa jasa alat mesin pasca panen yang menunjukan

jumlah/ volume dan nilainya, baik berupa uang tunai maupun dalam

bentuk natura (hasil panen).

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 17

Page 18: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Contoh tabel pembukuan terperinci dapat dilihat pada table di

bawah ini :

Table 2. : Sistem pembukuan terperinci

a.Penerimaan

Tanggal Jenis Alsin Pasca

Panen

Jumlah

Sewa (Ha)

Harga

Satuan

(Rp/Ha)

Nilai Sewa

(Rp)

b.Pengeluaran

Tanggal Jenis

Alsin

Pasca

Panen

Upah

tenaga

kerja

(Rp)

Pembelian

bahan bakar,

oli, spare

part, ongkos

perbaikan

(Rp)

Pajak,

bunga

bank,

asuransi

(Rp)

Lain-lain

(Rp)

Total

(Rp)

D. Kompilasikan dan analisis hasil pembukuan.

Pembukuan usaha UPJA dan LDM belum selesai jika belum

dikompilasi dan dianalisis. Analisis akan menunjukan kekuatan dan

kelemahan organisasi dan operasi dari UPJA dan atau LDM yang

bersangkutan. Analisis hasil pembukuan dapat dipakai untuk melihat

kelayakan usaha dari setiap cabang usaha UPJA dan atau LDM yang

dapat menunjukan apakah penggunaan alat mesin pasca panen tersebut

layak secara ekonomi untuk diteruskan atau tidak.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 18

Page 19: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

E. Interpretasikan dan gunakan hasil-hasil analisis itu.

Hasil analisis pembukuan ini akan menunjukan hasil usaha UPJA

dan atau LDM selama satu tahun. Tetapi pembukuan selama satu tahun

terlalu singkat untuk menjawab semua pertanyaan. UPJA dan atau LDM

hendaknya terus membuat pembukuan selama beberapa tahun.

Namun walaupun pembukuan hanya dilakukan selama satu tahun,

data yang diperoleh akan selalu berguna bagi UPJA dan atau LDM untuk

melakukan diagnosis terhadap masalah-masalah pengembangan alat

mesin pasca panen.

Data-data dan informasi ini juga akan memberikan fakta-fakta

dasar guna membimbing pengelola UPJA dan atau LDM ke arah

perbaikan dengan membanding-bandingkan usahanya yang satu dengan

usaha yang lain.

Hal yang penting dalam berusaha jasa alat mesin pasca panen

adalah menangani manajemen usaha jasa alat mesin pasca panen atas

dasar data-data dan informasi yang nyata di lapangan. UPJA dan atau

LDM hendaknya didorong dengan memberikan insentif pendapatan yang

lebih tinggi. Dengan menggunakan analisis dari pembukuan tersebut

merupakan cara terbaik untuk membuat pengelola UPJA dan atau LDM

lebih berpikir ekonomis dan lebih bersikap sebagai usahawan/ wira

usahawan yang mandiri.

VI. ANALISA EKONOMI PENGGUNAAN ALAT MESIN

PASCA PANEN.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 19

Page 20: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Analisa ekonomis usaha jasa alat mesin pasca panen, dapat dibagi dalam

beberapa tahap perhitungan seperti :

A. Biaya Pokok

Biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca panen sangat

ditentukan oleh empat faktor, yaitu : a) biaya tetap (fix cost), b) biaya

operasional (variable cost), c) jam penggunaan lalat mesin per tahun, dan

d) kapasitas atau kemampuan kerja alat dan mesin pasca panen.

Disamping komponen biaya pokok ini, maka biaya resiko, margin

dan over head perlu pula ditambah dalam struktur biaya pokok

penggunaan alat dan mesin pasca panen. Umur ekonomis alat dan mesin

pasca panen sangat penting dalam perhitungan biaya pokok dimana mutu

dan desain alat dan mesin, perbaikan dan pemeliharaan yang teratur,

operator yang baik dan terampil sangat diperlukan untuk efisiensi operasi

alat dan mesin pasca panen.

Besarnya nilai biaya pokok penggunaan alat dan mesin pasca

panen dapat dihitung dengan rumus matematika sederhana sebagai

berikut :

BP = ( AN / X + B ) x KAP

Dimana :

BP = biaya pokok penggunaan alat mesin pasca panen (Rp)

AN = biaya tetap per tahun (Rp/th)

X = jumlah jam kerja per tahun (jam/th)

B = biaya operasional per jam (Rp/jam)

KAP = kapasitas kerja (jam/unit)

1.Biaya Tetap (Fix Cost).

Biaya tetap (fix cost) adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem

pemakaian alat mesin tersebut. Dengan kata lain bahwa biaya tetap

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 20

Page 21: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

perjam tidak berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari

pemakaian alat dan mesin pasca panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya

ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun alat dan mesin itu tidak

dipergunakan. Unsur-unsur biaya tetap terdiri dari :

a. Biaya penyusutan.

Biaya penyusutan dihitung dengan nilai bunga berbunga hingga

diperoleh rumus sebagai berikut :

AN = Crf x (Harga beli – Nilai akhir)

n nCrf = IN x ( 1 + IN) / (( 1 + IN ) - 1)

Dimana :

AN = Biaya penyusutan pertahun (Rp/thn)

Crf = Faktor konversi pengembalian modal atau capital

recovery faktor

IN = Bunga modal pertahun (%/th)

n = Umur ekonomis alat dan mesin pasca panen (tahun)

b. Biaya bunga modal dan asuransi.

Biaya bunga modal dan asuransi dapat dihitung dengan

persamaan berikut :

I x P ( N + 1)

I = ------------------------

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 21

Page 22: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

2 N

Dimana :

I = Biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)

i = Tingkat bunga modal dan persen asuransi (%)

P = Harga awal alat (Rp)

N = Umur ekonomis alat (tahun)

c. Biaya pajak.

Biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar dua persen (2%) dari

harga awal alat mesin (pajak ini selalu berubah sesuai dengan peraturan

dari pemerintah).

BP = Pp x P

Dimana :

Bp = biaya untuk pajak (Rp/th)

Pp = persen biaya pajak (2% atau 0.02)

P = harga awal alat mesin pasca panen (Rp)

d. Biaya garasi atau bangunan

Biaya garasi atau bangunan untuk alat dan mesin pertanian dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Bg = Pg x P

Dimana :

Bg = biaya garasi (Rp/tahun)

Pg = persen biaya garasi (1% atau 0.01)

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 22

Page 23: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

P = harga awal alat (Rp)

2.Biaya tidak tetap (variable cost)

Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang berhubungan

erat dengan penggunaan sarana alat dan mesin pasca panen. Dengan

kata lain biaya tidak tetap adalah biaya operasi yang dikeluarkan untuk

berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi

alat dan mesin pasca panen tersebut. Biaya operasi ini baru ada bila alat

dan mesin pasca panen dioperasikan dan besarnyapun berbeda-beda

tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan serta usia penggunaan alat

dan mesin pasca panen tersebut tersebut. Biaya operasi atau biaya tidak

tetap, terdiri dari :

14.

15. a. Biaya bahan bakar.

Biaya bahan bakar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

pemakaian bahan bakar pada waktu operasi dan dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut :

Bb = Kb x Hb

Dimana :

Bb = biaya bahan bakar (Rp/jam)

Kb = konsumsi bahan bakar (liter/jam)

Hb = harga bahan bakar (Rp/liter)

b. Biaya pelumas

Biaya pelumasan (oli dan gemuk) dari alat dan mesin pasca panen

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Bp = Kp x Hp

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 23

Page 24: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Dimana :

Bp = biaya pelumasan (Rp/jam)

Kp = konsumsi pelumas (liter/jam)

Hp = harga pelumas (Rp/liter)

c. Biaya pemeliharaan dan perbaikan.

Biaya pemeliharaan adalah biaya perbaikan dan perawatan alat

mesin pasca panen selama operasi, biaya perawatan dapat dihitung

dengan persamaan berikut :

1,2 %

Br = --------------- x ( P – 0,1 P)

100 jam

Dimana :

Br = biaya pemeliharaan (Rp/jam)

V = harga awal alat mesin pertanian (Rp)

d. Biaya operator

Biaya operator dihitung berdasarkan pada penerimaan operator per

hari dibandingkan dengan jumlah jam kerja alat mesin pengolahan per

hari, dan dihitung dengan persamaan berikut :

1 hari

Bo = U x ---------------- x Jo

Jk

Dimana :

Bo = biaya operator alat mesin pasca panen (Rp/jam)

U = upah kerja orang per hari (Rp/ hari)

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 24

Page 25: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Jk = jam kerja (jam/hari)

Jo = jumlah operator (orang)

B. Indikator Finansial.

1. Titik impas (Break Even Point = BEP)

Analisis titik impas (BEP) merupakan suatu indikator di dalam

perencanaan jasa bisnis alat mesin pasca panen. Hal ini penting untuk

dapat menilai apakah biaya investasi yang dilakukan memang dapat

diandalkan. Dengan perencanaan jasa bisnis alat mesin pasca panen

berdasarkan hasil dari biaya investasi dapat menutupi biaya tetap dan

biaya tidak tetapnya. Jika hanya memiliki biaya tidak tetap saja maka

analisis titik impas ini tidak ada manfaatnya sama sekali. Selanjutnya perlu

di tekankan disini dalam menganalisis titik impas haruslah secara jelas

dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Untuk menentukan

titik impas dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan persamaan

Pendekatan pertama untuk menghitung titik impas adalah metode

persamaan. Pendekatan persamaan dapat dinyatakan dalam

bentuk persamaan berikut :

Penjualan – (Btt – Bt) = Pendapatan bersih

Penjualan = Btt + Bt + Pendapatan bersih

Dimana :

Btt = biaya tidak tetap

Bt = biaya tetap

b. Pendekatan marginal (Metode Contribution Margin)

CM = Penjualan – Btt

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 25

Page 26: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

CM per unit = Harga jual per unit – Btt per unit

Bt + Pendapatan bersih yang diinginkan

X = ----------------------------------------------------------

CM per unit

Dimana :

CM = pendekatan marginal

Btt = biaya tidak tetap

Bt = biaya tetap

X = BEP (dalam unit yang dijual)

BEP = Break Even Point

c. Pendekatan grafis

Dengan asumsi bahwa fungsi dari penjualan dan fungsi dari biaya-

biaya adalah linier, maka fungsi-fungsi tersebut dapat digambarkan

seperti pada terlihat pada gambar 1. Rumus titik impas (BEP)

adalah :

16. Dalam unit kuantitas

Bt

BEP = -------------------------------------------------

Harga jual per unit – Btt per unit

Dalam nilai (Rupiah)

Bt

BEP = -----------------------------------------------

1 – Btt / Hasil penjualan

Rp Pendapatan

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 26

Page 27: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Biaya pokok

H BEP

Biaya operasi

Bt Biaya tetap

0 Q Unit

Gambar 1. Analisis grafis titik impas (BEP)

2. Nilai bersih sekarang (Net Present Value).

Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari sejumlah uang

yang akan diterima dimasa yang akan datang dan dikonversikan kemasa

sekarang dengan mengunakan tingkat bunga yang terpilih, persamaannya

adalah :

n Xn

NPV = -----------

0 (1 + i)n

Dimana :

Xn = Jumlah pendapatan dengan pengeluaran (Rp/tahun)

n = Umur ekonomis alat mesin (tahun)

I = Bunga bank pertahun ( % )

Dengan metode Nilai Bersih Sekarang (NPV) ini, maka usaha jasa

yang memberikan nilai yang positif merupakan investasi yang dapat

dilaksanakan dan yang memberikan nilai negatif, usaha harus ditolak,

atau tidak layak untuk diusahakan. Persamaan NPV adalah :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 27

Page 28: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

CF1 CF2 CFn Vn

NPV = -C + --------- + ---------- + ……… + ---------- + -----------

(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n

Dimana :

C = biaya pengeluaran (Rp)

CF = pendapatan (Rp)

n = umur ekonomis alat mesin (tahun)

Vn = nilai akhir alat mesin diakhir umur ekonomis (Rp)

K = bunga bank (%)

Untuk menghitung besarnya nilai bersih kini dapat digunakan

rumus berikut :

n Bt - Ct

NPV = -----------------

t=0 (1 + I)n

Dimana :

Bt = pendapatan (Rp) pada tahun ke t

Ct = biaya pengeluaran (Rp) pada tahun ke t

i = bungan bank pertahun (%)

n = Umur ekonomis (tahun)

3. Tingkat laba internal (Internal Rate of Return)

Tingkat laba internal (IRR) dihitung dengan mencari tingkat bunga

yang menyamakan nilai sekarang dari sistem pembukuan yang akan

datang dengan biaya investasi. Metode ini mencari suatu tingkat bunga

yang membuat nilai sekarang (present value) dari pemasukan akan sama

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 28

Page 29: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

dengan nilai pengeluaran saat sekarang. Persamaan IRR, adalah sebagai

berikut :

CF1 CF2 CFn VnIRR ; C = --------- + ---------- + …….. + ---------- + ----------- (1 + r) (1 + r)2 (1 + r)n (1 + r)n

Dimana :

C = biaya pengeluaran (Rp)

CF = pendapatan (Rp)

n = umur ekonomis (tahun)

Vn = nilai akhir dari alat mesin pada akhir umur ekonomis (Rp)

r = tingkat bunga yang dicari, yaitu IRR yang membuat present

value dari pendapatan sama dengan pengeluaran.

Untuk menghitung besarnya tingkat laba internal (IRR) dapat

digunakan rumus berikut :

n Bt - Ct

----------------- = 0 = NPV

t = 0 (1 + IRR)n

Dimana :

Bt = pendapatan (Rp) pada tahun ke t

Ct = biaya pengeluaran (Rp) pada tahun ke t

Dengan mencoba-coba nilai bunga (r) sehingga diperoleh nilai NPV

positif dan nilai NPV negatif, maka untuk mencari nilai IRR yang membuat

nilai NPV sama dengan nol (0), rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

NPV1

IRR = i1 + (i2 – i1) x ------------------------

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 29

Page 30: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

(NPV1 – NPV2)

Dimana :

i1 = bunga yang mendapatkan nilai NPV1 (positif)

i2 = bunga yang mendapaykan nilai NPV2 (negatif)

Usulan hasil usaha yang memilki tingkat bunga pengembalian

(IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga bank yang diminta merupakan

hasil-hasil yang dapat dipilih, sedangkan hasil dengan internal rate of

return (IRR) yang lebih rendah dari pada bunga bank harus ditolak. Sebab

jika hasil usaha yang disebutkan tadi diterima maka untuk

memaksimalisasi nilai tambah bagi pemiliknya tidak akan tercapai.

4. Perbandingan untung dan biaya bersih (Net Benefit Cost Ratio/ Net

B/C Ratio)

Perbandingan keuntungan dan biaya dapat ditentukan sebagai

perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen.

Dalam teori ekonomi, nilai-nilai ekuivalen biasanya adalah annual worths

(nilai tahunan) atau Present Worths (nilai sekarang), tetapi bisa juga

Future Worths (nilai yang akan datang). Persamaan dari perbandingan

untung dan biaya adalah :

A.W. (pendapatan)

B/C = --------------------------------------

A.W. (biaya bersih total)

B

B/C = ---------------------------------------

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 30

Page 31: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

C.R. + ( O + M )

Dimana :

A.W. = nilai tahunan (Rp)

B = nilai tahunan keuntungan bersih (keuntungan kotor

dikurangi biaya-biaya) untuk pemakai (Rp)

C.R. = biaya pemulihan modal atau biaya tahunan

ekuivalen dari nilai investasi permulaan, termasuk

setiap nilai jual lagi (Rp).

O + M = biaya operasional bersih tahunan seragam dan

pembayaran pemeliharaan (Rp).

Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk

ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan

dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan

biaya usaha.

Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk

dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability index-nya sama atau

lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu

( < 1 ) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih

rendah dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di

tolak.

CF1 CF2 CFn Vn ---------- + --------- + …….. + ---------- + ---------- (1 + k) (1 + k)2 (1 + k)n (1 + k)n

CBR = ------------------------------------------------------------------- C

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 31

Page 32: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Dimana :

CBR = cost benefit ratio

C = biaya pengeluaran (Rp)

CF = pendapatan (Rp) pada tahun ke n

n = umur ekonomis dari pada usaha (tahun)

Vn = nilai akhir dari pada masa ekonomisnya (Rp)

k = bunga bank (%)

Perhitungan perbandingan dari keuntungan dan biaya bersih dapat

dipergunakan rumus berikut :

X

Net B/C Ratio = -------

Y

Dimana :

X = nilai kini dari semua pendapatan

Y = nilai kini dari semua biaya

VII. ESIMASI KEBUTUHAN ALAT MESIN PASCA PANEN

Pendekatan matematik untuk menentukan jumlah kebutuhan

potensial alat dan mesin pasca panen di suatu wilayah/daerah

menggunakan formula sebagai berikut :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 32

Page 33: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Ls - Lg

UT = ------------------- x cf

KAP

Dimana :

UT = Jumlah kebutuhan (unit) alat dan mesin pasca panen di

suatu wilayah/daerah.

Ls = Luas lahan hamparan atau produksi yang tersedia untuk

digarap/diolah oleh alat mesin pasca panen.

Lg = Luas lahan hamparan atau produksi yang dapat digarap/

diolah oleh sumber tenaga (manusia dan hewan serta alat

mesin pasca panen) yang ada di daerah tersebut

KAP = kapasitas kerja sarana alat dan mesin pasca panen yang

akan diintroduksikan untuk digunakan.

Cf = Coefisien faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan

sosial.

Formula di atas merupakan pendekatan untuk menghindari

pergeseran tenaga kerja yang ada di pedesaan yang didasari oleh

kepentingan socio-engineering.

VIII. INDIKATOR KEBERHASILAN UPJA DAN LDM.

Keberhasilan pengembangan UPJA dan LDM dapat diukur berdasarkan

indikator sebagai berikut :

A. Kegiatan panen dan pasca panen di suatu daerah/ wilayah

hamparan selalu menggunakan dan memanfaatkan alat mesin pasca

panen yang dikelola oleh UPJA dan LDM setempat.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 33

Page 34: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

B. Bertambahnya konsumen/ pelanggan pengguna alat mesin

pasaca panen yang dipunyai oleh UPJA dan LDM.

C. Meningkatnya modal kerja UPJA dan LDM.

D. Bertambahnya asset yang dimiliki UPJA dan LDM.

E. Tertibnya sistem pencatatan dan pelaporan arus uang dan

barang yang ada di dalam UPJA dan LDM.

F. Terjalinnya kerjasama kemitraan usaha yang baik diantara

subsistem- subsistem dalam pelaksanaan pengembangan UPJA dan LDM

yang meliputi bengkel/pengrajin, perbankan, petani/kelompoktani, dan

pabrikan/ perusahaan alat mesin pasca panen dan lain-lain.

IX. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN.

Pembinaan terhadap pengembangan UPJA dan LDM dilakukan oleh Tim

Pembina dan Pengembangan Kelembagaan Pasca Panen, baik di tingkat Pusat,

Propinsi maupun Kabupaten/ ota. Secara umum tugas-tugasnya adalah :

A. Tingkat Pusat

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 34

Page 35: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

1.Menyusun peta ketersediaan dan kebutuhan alat mesin pasca panen di

suatu wilayah/daerah.

2.Menyusun pedoman umum pengembangan UPJA dan LDM.

3.Menyusun prosedur operasional standar (POS) penggunaan alat mesin

pasca panen.

4.Melakukan pelatihan/bimbingan teknis dan manajemen terhadap

petugas/penyuluh pertanian atau tenaga pendampingan di propinsi

dan kabupaten/kota dalam pengembangan UPJA dan LDM.

5.Mengadakan temu usaha dan workshop/pameran/gelar sarana dan

teknololgi pasca panen.

6.Memfasilitatasi kemitraan antara petani/ kelompok tani, UPJA, LDM dan

lembaga pasca panen lainnya dengan produsen/ pabrikan,

bengkel, pihak perbankan sebagai penyedia dana.

7.Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

B. Tingkat Propinsi

1. Menyusun peta ketersediaan dan kebutuhan alat mesin pasca

panen di suatu wilayah/daerah.

2. Menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) pengembangan UPJA

dan LDM sebagai penjabaran dari pedoman umum yang dibuat

oleh Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian.

3. Melakukan pembinaan/ bimbingan teknis dan manajemen

pengembangan UPJA dan LDM dalam pengelolaan alat mesin

pasca panen.

4. Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan

pengembangan UPJA dan LDM di kabupaten/ kota.

5. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait

6. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

C. Tingkat Kabupaten/ Kota

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 35

Page 36: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

1.Menyusun peta ketersediaan dan kebutuhan alat mesin pasca panen di

suatu wilayah/daerah.

2.Menyusun petunjuk teknis (JUKNIS) pengembangan UPJA dan LDM

sebagai penjabaran dari petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) yang

disusun oleh Dinas Pertanian Propinsi.

3.Melakukan pembinaan/ bimbingan teknis dan manajemen kepada

UPJA dan LDM, kelompok tani pengguna jasa sarana alat mesin

pasca panen dan bengkel pengrajin setempat.

4.Mengadakan pelatihan, penyuluhan serta pertemuan konsultasi dengan

pengelola UPJA dan LDM, petani/ kelompok tani pengguna jasa

sarana alat mesin pasca panen dan bengkel/ pengrajin menyangkut

aspek teknis, sosial dan ekonomis.

5.Menerapkan prosedur operasional standar (POS) penggunaan alat

mesin pasca panen.

6.Memantau dan melakukan supervisi terhadap kegiatan UPJA dan LDM

serta petani/ kelompok tani pengguna jasa sarana alsin pasca

panen dengan bengkel/ pengrajin di wilayahnya

7.Mengambil langkah konkrit dalam penanganan permasalahan

pengembangan UPJA dan LDM di wilayahnya berdasarkan atas

hasil temuan supervisi dan atau saran dari pihak lain

8.Menjalin kooordinasi/ kerjasama dengan instansi terkait di wilayahnya

untuk mencari peluang usaha pengembangan UPJA dan LDM.

9.Melakukan monitoring dan evaluasi.

10. Melaporkan perkembangan UPJA dan LDM di suatu wilayah/

daerah.

Pembinaan dan pengembangan terhadap UPJA dan LDM dilakukan untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan sikap positif

terhadap pengembangan UPJA dan LDM.

Materi pembinaan dan pengembangan UPJA dan LDM (khusus di tingkat

lapangan), dititik beratkan pada :

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 36

Page 37: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

1. Materi teknis yang meliputi teknis pengoperasian alat mesin pasca

panen, perbaikan kerusakan, perawatan/ pemeliharaan dan sebagainya.

2. Materi manajemen meliputi antara lain perencanaan usaha,

pengorganisasian usaha, koordinasi, pengendalian usaha,

kewirausahaan, dan sebagainya.

3. Materi bisnis meliputi antara lain perhitungan kelayakan ekonomi usaha

jasa alat mesin pasca panen, promosi, kerjasama kemitraan usaha,

pembukuan sederhana, dinamika kelompok, pelaporan secara berkala

dan sebagainya.

X. PENUTUP

Pengembangan UPJA dan LDM akan dapat memberikan hasil yang

sesuai dengan yang diharapkan bila dikelola dengan prinsip bisnis yang sehat,

melalui pertimbangan yang cermat dengan memperhatikan kelayakan teknis,

sosial, dan ekonomis, sehingga pengembangan UPJA dan LDM akan tumbuh

dan berkembang secara profesional dan mandiri. Pengembangan UPJA dan

LDM ini diharapkan mampu memberikan andil dalam menumbuhkembangkan

lembaga ekonomi di daerah dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani beserta keluarganya di daerah.

Dengan semangat otonomi daerah, pengembangan UPJA dan LDM

dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota yang

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 37

Page 38: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

difasilitasi dengan dana APBN, APBD maupun Swasta. Sesuai dengan

paradigma baru, pemerintah pusat dan propinsi telah bergeser yaitu sebagai

fasilitator, koordinator, dan dinamisator bagi tumbuhkembangnya UPJA dan LDM

yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan,

meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan efisiensi produksi, nilai tambah

dan daya saing serta meningkatkan pedapatan sekaligus kesejahteraan petani di

suatu daerah.

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 38

Page 39: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

Informasi lebih lanjut hubungi :

Subdit Pasca Panen Tanaman Pangan.Direktorat Penanganan Pasca Panen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.Alamat : Kanpus Departemen Pertanian, Gedung D, Lantai 3 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan (12550)Telpon/ Fax : (021) , 7816382, 78833938.Web :agribisnis.deptan.go.idE-mail : [email protected].

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 39

Page 40: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

LAMPIRAN :

Lampiran 1.CONTOH ANALISIS FINANSIALPENGGUNAAN ALAT MESIN PERONTOK PADI (POWER THRESHER)

DIASUMSIKAN BAHWA :

1. Harga Thresher dan Motor Penggerak = Rp. 30,000,000 ,-

2.Nilai akhir Thresher = 10% x harga awal = Rp. 3,000,000 ,-

3. Kapasitas Thresher = 800 kg/jam 4. Daya Motor Penggerak = 6 HP4. Umur Penggunaan Thresher = 5 tahun5. Jam kerja per hari = 8 jam/hari6. Hari kerja per tahun = 90 hari/tahun7. Upah tenaga kerja per hari = Rp. 30,000 per orang8. Jumlah tenaga kerja = 2 orang9. Harga bahan bakar per liter = Rp. 4,300 ,-10. Harga oli/ pelumas per liter = Rp. 25,000 ,-

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 40

Page 41: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

11. Bunga modal pertahun = 14 %12. Ongkos/ sewa thresher per hektar = Rp 300,000 ,-13. Hasil produksi per hektar = Rp. 5,000 kg

I. Biaya Tetap

a. Penyusutan per tahun = Rp. 7,864,656

b. Bunga Modal per tahun = Rp. 2,700,000

Biaya Tetap per tahun = Rp 10,564,656 ,-

Biaya Tetap per jam = Rp. 14,673 ,-

II. Biaya Tidak Tetap

a. Biaya bahan bakar per jam = Rp. 5,160

b. Biaya Pelumas/ oli per jam = Rp. 1,200

c. Biaya pemeliharaan dan perawatan = Rp. 3,240

d. Upah operator per jam = Rp. 7,500

Biaya Tidak Tetap per jam = Rp. 17,100 ,-

Biaya Pokok per jam = Rp. 31,773 ,-

Biaya Pokok per kg =Rp. 40 ,-

III. Benefit Cost Ratio

B/C Ratio = 1.511

IV. Break Even Point

BEP ( Ton/ Tahun ) = 273.5Ton/ Tahun

BEP ( Hektar/ Tahun) = 54.7 Hektar/ Tahun27.4 Hektar/ Musim

V. Pay Back Period

PBP = 2.6 Tahun

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 41

Page 42: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 20 %

N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINITAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 20% (Rp.)

           0 30,000,000 0 -30,000,000 1 -30,000,000

           1 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.8333 18,540,000

           2 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.6944 15,450,000

           3 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.5787 12,875,000

           4 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.4823 10,729,167

           5 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.4019 8,940,972

                 N P V =   36,535,139                      

NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 80 %

N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINITAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 80% (Rp.)

           0 30,000,000 0 -30,000,000 1 -30,000,000

           1 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.5556 12,360,000

                      

2 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.3086 6,866,667           

3 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.1715 3,814,815           

4 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.0953 2,119,342           

5 12,312,000 34,560,000 22,248,000 0.0529 1,177,412

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 42

Page 43: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

                 N P V =   -3,661,765           

IRR = 74.534 %

Lampiran 2.CONTOH ANALISIS FINANSIALPENGGUNAAN ALAT MESIN PENGERING DATAR (BED DRYER)

DIASUMSIKAN BAHWA :

1. Harga Dryer dan Motor Penggerak = Rp. 40,000,000 ,-2. Nilai akhir Dryer = 10% x harga awal = Rp. 4,000,000 ,-3. Kapasitas Alat Pengering = 1,000 kg/jam (5 ton/5 jam)4. Daya Motor Penggerak = 6 HP4. Umur Penggunaan Dryer = 5 tahun5. Jam kerja per hari = 10 jam/hari6. Hari kerja per tahun = 80 hari/tahun7. Upah tenaga kerja per hari = Rp. 30,000 per orang8. Jumlah tenaga kerja = 2 orang9. Harga bahan bakar per liter = Rp. 4,000 ,-10. Harga oli/ pelumas per liter = Rp. 25,000 ,-11. Bunga modal pertahun = 14 %

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 43

Page 44: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

12. Ongkos/ sewa dryer per hektar = Rp 250,000 ,-13. Hasil produksi per hektar = Rp. 5,000 kg

I. Biaya Tetap

a. Penyusutan per tahun = Rp. 10,486,208

b. Bunga Modal per tahun = Rp. 3,600,000

Biaya Tetap per tahun = Rp 14,086,208 ,-

Biaya Tetap per jam = Rp. 17,608 ,-

II. Biaya Tidak Tetap

a. Biaya bahan bakar per jam = Rp. 4,800

b. Biaya Pelumas/ oli per jam = Rp. 1,200

c. Biaya pemeliharaan dan perawatan = Rp. 4,320

d. Upah operator per jam = Rp. 6,000

Biaya Tidak Tetap per jam = Rp. 16,320 ,-

Biaya Pokok per jam = Rp. 33,928 ,-

Biaya Pokok per kg =Rp. 34 ,-

III. Benefit Cost Ratio

B/C Ratio = 1.474

IV. Break Even Point

BEP ( Ton/ Tahun ) = 418.2 Ton/ Tahun

BEP ( Hektar/ Tahun) = 83.6 Hektar/ Tahun41.8 Hektar/ Musim

V. Pay Back Period

PBP = 3.1 Tahun

NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 20 %

N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINI

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 44

Page 45: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

TAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 20% (Rp.)           

0 40,000,000 0 -40,000,000 1 -40,000,000           

1 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.8333 22,453,333           

2 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.6944 18,711,111           

3 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.5787 15,592,593           

4 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.4823 12,993,827           

5 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.4019 10,828,189                 N P V =   40,579,053           

NET PRESENT VALUE (NPV)BUNGA : 90 %

N BIAYA PENDAPATAN BENEFIT DF NILAI KINITAHUN (Rp.) (Rp.) (Rp.) 90% (Rp.)

           0 40,000,000 0 -40,000,000 1 -40,000,000

           1 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.5263 14,181,053

           2 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.2770 7,463,712

           3 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.1458 3,928,269

           4 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.0767 2,067,510

           5 13,056,000 40,000,000 26,944,000 0.0404 1,088,163

           

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 45

Page 46: Juknis upja&ldm

Pedoman Umum Pengembangan UPJA dan LDM

      N P V =   -11,271,293           IRR = 74.783 %

Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ………………………… 46