JUKNIS BSM SMA 2013.pdf

36
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013 DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

Transcript of JUKNIS BSM SMA 2013.pdf

  • PETUNJUK TEKNIS

    BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)

    SEKOLAH MENENGAH ATAS

    TAHUN 2013

    D I R E K T O R A T P E M B I N A A N S M A DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    TAHUN 2013

  • i

    PENGANTAR

    Kemiskinan masih menjadi penyebab utama siswa putus sekolah atau drop out. Fenomena

    putus sekolah ini bahkan dikhawatirkan semakin meningkat seiring tingginya angka inflasi

    harga di Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah untuk

    memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk mengikuti pendidikan

    sampai tamat SMA, tanpa melihat latar belakang sosial, ekonomi, gender, dan geografis.

    Amanat konstitusi ini diimplementasikan melalui kebijakan mensubsidi biaya pendidikan

    siswa miskin melalui Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), yang diberikan kepada Siswa

    Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta dari keluarga yang kurang mampu di seluruh

    Indonesia, dan disalurkan setiap tahun. Untuk tahun 2013, satuan biaya BSM per siswa per

    tahun meningkat menjadi Rp. 1.000.000,- dari sebelumnya Rp. 780.000,-. Total alokasi

    anggaran BSM sebesar Rp. 561,8 milyar akan didistribusikan kepada 561.832 siswa SMA.

    Bantuan disalurkan langsung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui

    Direktorat Pembinaan SMA.

    Kebijakan keberpihakan Pemerintah ini dapat berjalan dengan baik, apabila didukung

    komitmen yang kuat dari para pengelola yang mengatur mekanisme program, pengelolaan

    anggaran, pembagian tugas masing-masing instansi terkait, dan pengawasan pelaksanaan

    program BSM. Petunjuk Teknis BSM tahun 2013 ini akan memandu para pengelola BSM di

    provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah dalam melaksanakan tugasnya.

    Materi pada pedoman ini merupakan hasil evaluasi lapangan, diskusi yang intensif dengan

    dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, sekolah, dan institusi audit

    dalam berbagai kesempatan. Namun demikian, kami menyadari bahwa buku ini masih

    memerlukan penyempurnaan secara terus menerus. Oleh karena itu, saran dan kritik

    sangat kami perlukan.

    Jakarta, April 2013 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas

    Harris Iskandar, Ph.D NIP. 19620429 198601 1 001

  • ii

  • iii

    DISKRIPSI PROGRAM

    1. NAMA PROGRAM

    : Bantuan Siswa Miskin Sekolah Menengah Atas

    (BSM SMA)

    2. TUJUAN : a. Memberi peluang bagi lulusan SMP/MTs atau

    yang sederajat dari keluarga kurang mampu

    untuk mengikuti pendidikan di Sekolah

    Menengah Atas (SMA);

    b. Mencegah siswa miskin SMA dari kemungkinan

    putus sekolah akibat kesulitan biaya

    pendidikan;

    c. Memberikan peluang dan kesempatan yang

    lebih besar kepada siswa miskin SMA untuk

    terus bersekolah hingga menyelesaikan

    pendidikan.

    3. SASARAN : Sasaran Bantuan Siswa Miskin SMA yang dialokasikan

    adalah sebesar 561.832 siswa. Alokasi pada Direktorat

    Pembinaan SMA sesuai Daftar Isian Pelaksanaan

    Anggaran (DIPA). Ketentuan distribusi bantuan

    sebagai berikut:

    a. Siswa kelas X dan XI tahun pelajaran 2012/2013

    diberikan selama 12 bulan;

    b. Siswa kelas XII tahun pelajaran 2012/2013

    diberikan selama 6 bulan;

    c. Siswa kelas X tahun pelajaran 2013/2014

    diberikan selama 6 bulan.

    4. NILAI BANTUAN : Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) per siswa per tahun

    atau Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per siswa

    per 6 bulan/semester.

  • iv

    5. PEMANFAATAN : Membantu kebutuhan pribadi siswa untuk

    pembiayaan antara lain:

    a. Buku dan alat tulis sekolah;

    b. Pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas,

    dll);

    c. Transportasi siswa ke sekolah;

    d. Uang saku siswa ke sekolah;

    e. Biaya kursus/les tambahan.

    6. PERSYARATAN : Sekolah :

    a. SMA Negeri dan Swasta yang mempunyai izin

    operasional;

    b. Diprioritaskan bagi SMA yang banyak

    mengampu siswa miskin;

    c. Melengkapi isian format identitas siswa calon

    penerima secara lengkap untuk keperluan

    penyaluran dana langsung ke siswa penerima,

    serta identitas dan alamat sekolah secara

    lengkap.

    Siswa Penerima:

    a. Siswa SMA yang berasal dari keluarga kurang

    mampu secara ekonomi;

    b. Siswa miskin SMA yang terancam putus

    sekolah;

    c. Diusulkan oleh SMA bersangkutan dan disetujui

    oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai

    siswa calon penerima bantuan.

  • v

    7. JADWAL :

    KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN

    Penentuan alokasi BSM per Kab/Kota, Sekolah

    Januari 2013

    Identifikasi Data Siswa Calon Penerima BSM

    Tahap I : Januari - Maret 2013

    Tahap II : Juli - Agustus 2013 *)

    Penyusunan Petunjuk Teknis BSM SM 2013

    Maret 2013

    Penetapan siswa penerima dana BSM

    Tahap I : Apri - Mei 2013

    Tahap II : Agustus 2013

    Penyaluran dana BSM

    Tahap I : April - Mei 2013

    Tahap II : Agustus - September 2013

    Pemantauan pelaksanaan Program

    Oktober - November 2013

    Laporan penyaluran BSM oleh Lembaga Penyalur

    Tahap I : Juli 2013

    Tahap II : Desember 2013

    Catatan :

    1. Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kondisi yang ada.

    2. *) Jadwal untuk usulan siswa kelas X tahun pelajaran 2013/2014

    8. LAYANAN

    INFORMASI

    : Direktorat Pembinaan SMA,

    Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

  • vi

  • vii

    DAFTAR ISI

    Pengantar i

    Deskripsi Program iii

    Daftar isi vii

    Daftar Lampiran ix

    BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

    B. Tujuan 2

    C. Landasan Hukum 2

    D. Sasaran dan Besaran Dana 3

    E. Persyaratan Penerima BSM 3

    BAB II. MEKANISME PELAKSANAAN A. Penentuan Kuota BSM 5

    B. Seleksi Siswa Penerima BSM 5

    C. Penetapan Penerima BSM 6

    D. Penyaluran Dana BSM 7

    E. Pengambilan Dana BSM 11

    F. Pemanfaatan, Pembatalan, dan Larangan 12 G. Kewajiban Siswa Penerima BSM 12

    BAB III. PEMBAGIAN TUGAS DAN PERAN A. Tingkat Pusat 13

    B. Tingkat Provinsi 13

    C. Tingkat Kabupaten/Kota 14

    D. Tingkat Sekolah 14

    E . Lembaga Penyalur 15

  • viii

    BAB IV. PELAPORAN A. Pelaporan 17

    B. Penyampaian dan Pengaduan Masalah 17

    BAB VI. PENGAWASAN DAN SANKSI A. Pengawasan 19

    B. Sanksi 19

    BAB VII. PENUTUP 21

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran : Usulan Siswa Calon Penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA

  • x

  • 1

    BAB. I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Salah satu persoalan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah

    masih tingginya angka putus sekolah. Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP,

    Kemdikbud) 2010 menunjukkan bahwa 83.917 siswa SMP/MTs putus sekolah,

    sementara itu pada jenjang SMA/SMK/MA 90.263 ribu siswa putus sekolah.

    Pada tahun yang sama, dari total lulusan SMP/MTs sebanyak 4,2 juta siswa, 1,2

    juta siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA.

    Data tersebut di atas, menunjukkan bahwa pada tahun 2010, Angka Partisipasi

    Kasar (APK) pendidikan menengah baru mencapai 70,53% atau lebih rendah dari

    APK pendidikan menengah pertama yang sudah mencapai angka 98,2%.

    Rendahnya APK pendidikan menengah disebabkan terjadinya disparitas

    partisipasi pendidikan yang sangat lebar antara kelompok penduduk kaya dan

    miskin. Sebagai gambaran, hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2006

    Badan Pusat Statistik (BPS) APK penduduk kelompok umur 16-18 tahun untuk

    perlimaan termiskin, baru mencapai 37,9%, sedang untuk perlimaan terkaya

    telah mencapai 68,6%.

    Fakta di atas menunjukkan fenomena sosial bahwa semakin miskin masyarakat

    akan semakin sulit untuk mengakses pendidikan. Hal tersebut diperkuat dengan

    fakta bahwa disparitas angka partisipasi pendidikan antar daerah masih cukup

    tinggi. Pencapaian APK suatu provinsi sangat berkorelasi dengan tingkat

    kemiskinan provinsi. Semakin miskin suatu provinsi cenderung semakin rendah

    APK-nya.

    Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan, khususnya pada kelompok

    masyarakat miskin adalah tingginya biaya pendidikan, baik biaya langsung

    maupun tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain, iuran sekolah, buku,

    pakaian/seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara

    lain biaya transportasi, uang saku, dan biaya lain-lain. Sebagai perbandingan,

    besarnya biaya pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA sekitar 2,4 kali lipat dan

    4,4 kali lipat dari biaya jenjang pendidikan SD/MI. Keadaan tersebut tentu sangat

    berpengaruh pada rendahnya angka partisipasi pendidikan penduduk miskin,

  • 2

    terutama disebabkan oleh banyak siswa putus sekolah dan angka tidak

    melanjutkan hingga ke jenjang pendidikan menengah. Hal tersebut didukung

    oleh data Survey SUSENAS BPS yang mengungkapkan bahwa 75,7% angka putus

    sekolah disebabkan oleh alasan ekonomi, baik karena tidak memiliki biaya (67%),

    maupun karena anak harus bekerja (8,7%).

    Hal tersebut jelas mengungkapkan bahwa penduduk miskin tidak akan mampu

    menjangkau pendidikan jika tidak dibantu oleh Pemerintah. Pemerintah tidak

    tinggal diam dalam menghadapi masalah ini. Beberapa kebijakan yang berpihak

    pada siswa miskin (pro poor policy) telah dijalankan. Kebijakan tersebut pada

    intinya bertujuan untuk meningkatkan akses siswa miskin terhadap layanan

    pendidikan.

    B. TUJUAN

    Tujuan dari program ini antara lain:

    1. Memberi peluang bagi lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dari keluarga

    kurang mampu untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas;

    2. Mencegah siswa miskin SMA dari kemungkinan putus sekolah akibat

    kesulitan biaya pendidikan;

    3. Memberikan peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa

    miskin SMA untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan.

    C. LANDASAN HUKUM

    Landasan hukum dalam pelaksanaan Program BSM berdasarkan pada peraturan

    perundang-undangan yang berlaku, antara lain:

    1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional;

    2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014

    3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2010 tentang

    Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 dan

    perubahannya;

    4. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Tahun 2010-

    2014;

  • 3

    5. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Tahun 2013

    6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 81/PMK.05/2012

    tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian/Lembaga;

    7. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-16/PB/2012 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Siswa Miskin

    dan Beasiswa Bakat dan Prestasi;

    8. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2013 beserta revisinya.

    D. SASARAN DAN BESAR DANA

    Sasaran BSM meliputi 561.832 siswa SMA dengan total alokasi dana sebesar Rp.

    561.832.000.000,-. Biaya satuan Rp 1.000.000 per siswa per tahun atau Rp.

    500.000 per siswa per 6 bulan/semester.

    Ketentuan distribusi bantuan tersebut sebagai berikut:

    1. Siswa kelas X dan XI tahun pelajaran 2012/2013 diberikan selama 1 tahun;

    2. Siswa kelas XII tahun pelajaran 2012/2013 diberikan selama 6 bulan;

    3. Siswa kelas X tahun pelajaran 2013/2014 diberikan selama 6 bulan.

    E. PERSYARATAN PENERIMA BSM

    Kriteria Siswa Penerima BSM

    1. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi;

    2. Siswa miskin SMA yang terancam putus sekolah;

    3. Diusulkan oleh sekolah bersangkutan dan disetujui oleh Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota sebagai siswa calon penerima bantuan.

  • 4

  • 5

    BAB. II

    MEKANISME PELAKSANAAN

    A. PENETAPAN KUOTA BSM

    Penentuan jumlah kuota penerima BSM dilakukan secara berjenjang sebagai

    berikut:

    1. Direktorat Pembinaan SMA menentukan kuota BSM per Kabupaten/Kota

    dengan mempertimbangkan beberapa indikator antara lain: (a) data siswa

    penerima BSM SMA tahun sebelumnya, (b) jumlah siswa miskin di tiap

    Kab/Kota, (c) indeks kemiskinan Kab/Kota, dan (d) usulan calon siswa

    penerima yang disetujui kepala sekolah dan atau kepala dinas pendidikan

    setempat.

    2. Dinas pendidikan Kabupaten/Kota menentukan kuota BSM per sekolah

    penerima dengan jumlah calon penerima BSM dengan menggunakan

    indikator kemiskinan wilayah atau data yang lebih akurat.

    3. Sekolah dan Komite Sekolah memverifikasi dan mengidentifikasi data siswa

    miskin calon penerima BSM.

    B. SELEKSI SISWA PENERIMA BSM

    Setelah sekolah menerima kuota penerima BSM dari dinas pendidikan

    Kabupaten/Kota, selanjutnya sekolah dan Komite Sekolah melakukan seleksi

    siswa calon penerima BSM. Kriteria yang digunakan dalam seleksi siswa calon

    penerima BSM meliputi:

    1. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi;

    2. Siswa miskin yang terancam putus sekolah;

    3. Diusulkan oleh sekolah bersangkutan dan disetujui oleh dinas pendidikan

    Kabupaten/Kota sebagai siswa calon penerima bantuan.

  • 6

    C. PENETAPAN SISWA PENERIMA BSM

    Penetapan siswa penerima BSM dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

    1. Pendataan Siswa Calon Penerima BSM Tahap I diantaranya adalah :

    a. Untuk penyaluran dana tahap I tahun 2013, siswa calon penerima

    BSM adalah hasil verifikasi data siswa kelas X, XI, dan XII tahun

    pelajaran 2012/2013 yang menerima BSM.

    b. Kepala Sekolah bersama Komite Sekolah dapat memverifikasi dan

    mengusulkan siswa calon penerima bantuan beasiswa berdasarkan

    data yang ada.

    c. Daftar siswa calon penerima bantuan sesuai dengan format pada

    lampiran (Lampiran Daftar Nama Siswa Calon Penerima Bantuan

    Beasiswa ).

    2. Penetapan Siswa Penerima BSM Tahap I

    a. Daftar siswa calon penerima bantuan hasil verifikasi dan usulan

    sekolah disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk

    kemudian diverifikasi dan disetujui oleh Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota sebagai usulan.

    b. Daftar usulan siswa calon penerima yang telah disetujui oleh Dinas

    Pendidikan Kabupaten/Kota disampaikan ke Direktorat Pembinaan

    SMA.

    c. Hasil verifikasi data kemudian menjadi bahan bagi Direktorat

    Pembinaan SMA untuk ditetapkan menjadi siswa penerima bantuan.

    d. Bentuk penetapan dimaksud adalah Surat Keputusan Direktur

    Pembinaan SMA.

    e. Data Penerima bantuan beasiswa tahun anggaran 2012, dapat

    ditetapkan sebagai penerima lanjutan bantuan beasiswa tahun 2013

    setelah dilakukan verifikasi.

    3. Pendataan Siswa Calon Penerima BSM Tahap II

    a. Untuk penyaluran tahap II tahun 2013, Kepala Sekolah bersama

    Komite Sekolah mengganti siswa kelas XII tahun pelajaran 2012/2013

    yang sudah lulus dengan siswa baru kelas X tahun pelajaran

    2013/2014.

  • 7

    b. Daftar siswa calon penerima bantuan sesuai dengan format pada

    lampiran (Lampiran Daftar Nama Siswa Calon Penerima Bantuan

    Beasiswa ).

    4. Penetapan Siswa Penerima BSM Tahap II

    a. Daftar siswa calon penerima bantuan hasil verifikasi dan usulan

    sekolah disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk

    kemudian diverifikasi dan disetujui oleh Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota sebagai usulan.

    b. Daftar usulan siswa calon penerima yang telah disetujui oleh Dinas

    Pendidikan Kabupaten/Kota disampaikan ke Direktorat Pembinaan

    SMA.

    c. Daftar usulan tersebut kemudian menjadi bahan bagi Direktorat

    Pembinaan SMA untuk ditetapkan menjadi siswa penerima bantuan.

    d. Bentuk penetapan dimaksud adalah Surat Keputusan Direktur

    Pembinaan SMA.

    D. PENYALURAN DANA BSM

    Dana BSM Tahun 2013 disalurkan langsung ke siswa penerima dalam 2 (dua)

    tahap penyaluran. Penyaluran tahap I untuk siswa tahun pelajaran 2012/2013

    kelas X dan XI selama 12 bulan, sedangkan kelas XII selama 6 bulan. Penyaluran

    tahap II untuk siswa tahun pelajaran 2013/2014 kelas X selama 6 bulan. Besar

    dana yang disalurkan sesuai dengan biaya satuan yang sudah ditetapkan. Proses

    penyaluran dana BSM Tahun 2013 dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

    1. Penyaluran dana BSM dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA dengan

    cara mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah

    Membayar (SPM) ke Bagian Keuangan Sekretariat Direktorat Jenderal

    Pendidikan Menengah dengan melampirkan:

    a. SK Direktur Pembinaan SMA tentang Penetapan Siswa Penerima BSM

    tahun 2013 yang dilampiri dengan data nominatif per

    Kabupaten/Kota;

    b. Surat perjanjian kerjasama antara Direktorat pembinaan SMA

    dengan Lembaga Penyalur.

    2. SPM tersebut disampaikan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

    (KPPN) III Jakarta untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

  • 8

    3. Dana disalurkan oleh KPPN ke Lembaga Penyalur. Selanjutnya, Lembaga

    Penyalur menyalurkan dana BSM langsung ke rekening siswa. Teknis

    penyaluran dana BSM tersebut diatur dalam Perjanjian Kerjasama antara

    Direktorat Pembinaan SMA dengan Lembaga Penyalur.

    4. Penyaluran dana BSM dilakukan mengacu pada Peraturan Menteri

    Keuangan No 81 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian

    Negara/Lembaga.

    5. Dana BSM diterima oleh siswa tanpa potongan atau pengenaan biaya

    apapun.

    Waktu penyaluran dana program ini harus tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat

    sasaran sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah ditetapkan.

  • 9

    JADWAL PENYALURAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHAP I

    JANUARI 2013 FEBRUARI 2013 MARET APRIL MEI

    Penentuan Alokasi BSM per Kab/Kota, per

    Sekolah untuk tahap I dan Tahap II Januari 2013

    4 1 3 2 4 1 3 2 4 1 3 2 4 1 3 2

    Identifikasi Data Siswa Calon Penerima BSM Tahun 2013 (Tahun

    Pelajaran 2012/2013) Januari s.d Maret

    Penyusunan dan Pemantapan Petunjuk Teknis BSM SM 2013

    Penetapan Siswa Penerima BSM 2013

    April s.d Mei

    Penyaluran Dana BSM

    April s.d Mei 2013

    4 1 3 2

  • 10

    JADWAL PENYALURAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) TAHAP II

    JULI 2013 AGUSTUS 2013 SEPTEMBER 2013 OKTOBER 2013 NOVEMBER DESEMBER

    Penetapan Penerima BSM 2013 Agustus

    4 1 3 2 4 1 3 2 4 4 1 3 2

    Identifikasi Data Siswa Kelas X Calon Penerima BSM Tahun 2013 (Tahun Pelajaran

    2013/2014) Juli s.d Agustus

    Penyaluran dana BSM Tahun 2013 Agustus s.d September

    3 1 2 4 1 3 2 4 1 3 2

    Laporan Penyaluran BSM Tahap I oleh Lembaga Penyalur

    Laporan Penyaluran BSM Tahap II oleh Lembaga Penyalur

    Pemantauan Pelaksanaan Program

  • 11

    E. PENGAMBILAN DANA BSM

    Pengambilan dana BSM dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

    1. Dana BSM dapat diambil oleh siswa penerima BSM setelah menerima

    pemberitahuan dari Direktorat Pembinaan SMA dan/atau Lembaga

    Penyalur.

    2. Dana BSM diambil langsung oleh siswa penerima bantuan dengan syarat:

    a. Menunjukkan tanda pengenal siswa (kartu pelajar/surat keterangan

    kepala sekolah yang bersangkutan);

    b. Siswa yang bersangkutan termasuk dalam Surat Keputusan Siswa

    Penerima Dana BSM Tahun 2013 yang diinformasikan oleh Direktorat

    Pembinaan SMA dan/atau Lembaga Penyalur setempat;

    c. Menandatangani bukti penerimaan dana BSM yang disediakan oleh

    Lembaga Penyalur setempat.

    3. Bagi siswa yang berada di daerah yang sulit untuk mengakses ke Lembaga

    Penyalur (tidak ada Kantor Lembaga Penyalur di kecamatan sekolah

    berada), maka pengambilan dana bantuan dapat dikuasakan kepada

    Kepala Sekolah, dan selanjutnya Kepala Sekolah mendistribusikan kepada

    siswa yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan dengan syarat:

    a. Surat kuasa kolektif dari siswa penerima BSM Tahun 2013 telah

    ditandatangani oleh siswa bersangkutan;

    b. Penerima kuasa kolektif adalah Kepala Sekolah yang bersangkutan

    dengan diketahui oleh Komite Sekolah;

    c. Kepala Sekolah penerima kuasa harus segera menyerahkan dana

    BSM kepada siswa yang bersangkutan selambat-lambatnya 5 hari

    kerja setelah dana BSM diterima oleh Kepala Sekolah. Siswa

    menandatangani daftar penerimaan BSM sebagai bukti penerimaan

    dari Kepala Sekolah.

  • 12

    F. PEMANFAATAN, PEMBATALAN, DAN LARANGAN

    1. Pemanfaatan dana BSM dapat digunakan siswa untuk:

    a. Buku dan alat tulis sekolah;

    b. Pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll);

    c. Transportasi siswa ke sekolah;

    d. Uang saku siswa ke sekolah;

    e. Biaya kursus/les tambahan.

    2. BSM dapat dibatalkan jika yang bersangkutan:

    a. Berhenti/pindah sekolah;

    b. Terbukti melakukan pelanggaran tata tertib sekolah atau terbukti

    melakukan tindakan kriminal/kejahatan dan mengkonsumsi

    minuman keras dan narkoba.

    3. Penerima BSM tidak diperkenankan menggunakan dana BSM untuk

    tujuan yang tidak berhubungan dengan kegiatan sekolah, seperti tindak

    kejahatan, judi, narkoba, miras dan tindak konsumtif lainnya.

    G. KEWAJIBAN SISWA PENERIMA BSM

    Siswa penerima BSM mempunyai kewajiban sebagai berikut:

    1. Belajar yang rajin dan fokus;

    2. Menunjukkan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah;

    3. Menunjukkan kepribadian terpuji dan tidak melakukan perbuatan yang

    tercela.

    4. Menggunakan dana BSM sesuai dengan ketentuan pemanfaatan dana.

  • 13

    BAB. III

    PEMBAGIAN TUGAS DAN PERAN

    A. TINGKAT PUSAT

    Pengelola BSM tingkat pusat adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

    dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA.

    Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:

    1. Menetapkan kuota/alokasi BSM Kabupaten/Kota berdasarkan antara lain :

    (a) data siswa penerima BSM tahun sebelumnya, (b) jumlah siswa miskin di

    tiap Kab/Kota, (c) indeks kemiskinan Kab/Kota, dan (d) usulan calon siswa

    penerima yang disetujui Kepala Sekolah dan atau Kepala Dinas Pendidikan

    setempat;

    2. Mengembangkan dan menetapkan mekanisme pelaksanaan program yang

    dituangkan dalam bentuk Petunjuk Teknis berdasarkan pengalaman dan

    masukan dari pemangku kepentingan pendidikan;

    3. Melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan Program BSM;

    4. Melakukan pendataan siswa penerima dana BSM;

    5. Menetapkan siswa penerima bantuan berdasarkan data hasil verifikasi dan

    identifikasi oleh sekolah yang disetujui oleh Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota;

    6. Menyalurkan dana BSM kepada siswa penerima bantuan melalui lembaga

    penyalur;

    7. Melakukan pemantauan dan supervisi pelaksanaan Program BSM;

    8. Menerima laporan pelaksanaan dari lembaga penyalur.

    B. TINGKAT PROVINSI

    Tugas-tugas yang dilaksanakan dinas pendidikan provinsi adalah:

    1. Mengikuti kegiatan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan

    pembinaan tingkat pusat;

  • 14

    2. Menginformasikan Petunjuk Teknis Program BSM kepada Kabupaten/Kota;

    3. Melaksanakan pemantuan terhadap pelaksanaan Program BSM;

    4. Melaporkan hasil pelaksanaan pemantauan kepada Direktorat Pembinaan

    SMA.

    C. TINGKAT KABUPATEN/KOTA

    Pengelola BSM tingkat Kabupaten/Kota adalah Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota.

    Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:

    1. Melakukan pendataan dan analisis kebutuhan BSM per sekolah;

    2. Mengadakan sosialisasi dan koordinasi dengan sekolah dan provinsi

    mengenai Program BSM;

    3. Memverifikasi data usulan siswa calon penerima BSM dari sekolah;

    4. Menyetujui data usulan siswa calon penerima BSM dari sekolah;

    5. Membantu pemantauan pelaksanaan penyaluran dana BSM;

    6. Melaporkan setiap tindak penyimpangan pelaksanaan BSM kepada

    Direktorat Pembinaan SMA dan instansi terkait.

    D. TINGKAT SEKOLAH

    Pengelola BSM tingkat sekolah adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,

    Guru yang ditunjuk dan Komite Sekolah.

    Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:

    1. Melaksanakan sosialisasi Program BSM kepada guru, Komite Sekolah, siswa

    dan orang tua siswa;

    2. Bersama dengan Komite Sekolah memverifikasi dan mengidentifikasi siswa

    calon penerima bantuan yang akan diusulkan ke Dinas Pendidikan

    Kabupaten/Kota sesuai persyaratan dan berdasarkan prioritas sebagai

    penerima BSM;

  • 15

    3. Melengkapi data-data persyaratan siswa penerima bantuan dan membuat

    pernyataan bahwa siswa yang diusulkan benar-benar dari keluarga kurang

    mampu secara ekonomi;

    4. Mengajukan daftar usulan nama siswa calon penerima BSM beserta

    kelengkapannya ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;

    5. Khusus bagi sekolah yang siswanya sulit untuk mengakses ke lembaga

    penyalur (tidak ada lembaga penyalur di kecamatan sekolah berada) maka

    pengambilan dana bantuan dapat dilakukan secara kolektif oleh Kepala

    Sekolah yang diketahui oleh Komite Sekolah. Selanjutnya, Kepala Sekolah

    menyerahkan dana bantuan kepada siswa penerima.

    E. LEMBAGA PENYALUR

    1. Menandatangani Surat Perjanjian Penyaluran Dana BSM dengan Direktorat

    Pembinaan SMA;

    2. Menerima daftar nama siswa penerima bantuan;

    3. Menyalurkan dana bantuan kepada setiap siswa penerima BSM sesuai

    dengan ketentuan;

    4. Membuat laporan berkala tentang penyaluran dana BSM berdasarkan

    bukti penyaluran setiap siswa penerima sesuai dengan ketentuan kepada

    Direktorat Pembinaan SMA.

  • 16

  • 17

    BAB. IV

    PELAPORAN

    A. PELAPORAN

    Laporan yang dimaksud dalam Petunjuk Teknis ini adalah berupa bukti transfer

    penyaluran dana yang diterbitkan oleh Lembaga Penyalur ke nomor rekening

    atas nama siswa penerima bantuan yang sesuai dengan Surat Keputusan

    Direktur Pembinaan SMA.

    B. PENYAMPAIAN DAN PENGADUAN MASALAH

    Pengaduan ke Direktorat Pembinaan SMA dapat disampaikan melalui:

    e-mail : [email protected]

    Telepon : (021) 75911532 atau (021) 75912221

    Pengaduan tertulis disampaikan ke alamat:

    Subdit Program dan Evaluasi

    Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

    Kompleks Ditjen Pendidikan Menengah, Gedung A Lantai 4

    Jl. R.S. Fatmawati, Cipete

    Jakarta Selatan 12410

  • 18

  • 19

    BAB. V

    PENGAWASAN DAN SANKSI

    A. PENGAWASAN

    Pengawasan terhadap pelaksanan Program BSM dilakukan oleh:

    1. Tim monitoring yang terdiri dari unsur Direktorat Pembinaan SMA.

    2. Instansi terkait : Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Inspektorat Jenderal

    (Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pengawasan

    Daerah (Bawasda) Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    B. SANKSI

    Penyalahgunaan wewenang (seperti manipulasi data, pemotongan dana, dll)

    yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah dan/atau siswa akan dikenakan

    sanksi sebagai berikut:

    1. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan perundang-

    undangan yang berlaku, seperti penurunan pangkat, mutasi kerja dan

    pemberhentian.

    2. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pada

    tahun berikutnya kepada Kabupaten/Kota, atau sekolah, bilamana terbukti

    melakukan pelanggaran yang dilakukan secara sengaja dan sistematik

    untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan.

    3. Sekolah yang melakukan penyalahgunaan dana BSM akan dilaporkan ke

    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat untuk mendapat

    perhatian.

  • 20

  • 21

    BAB. VII

    PENUTUP

    Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) Tahun 2013 ini merupakan bukti

    komitmen dan keberpihakan Pemerintah untuk memberikan kesempatan

    kepada masyarakat terutama siswa dari keluarga yang kurang mampu untuk

    mengikuti pendidikan dan terhindar dari putus sekolah. Sasaran Kabupaten/Kota

    penerima BSM didasarkan atas jumlah siswa miskin di tiap sekolah atau

    Kabupaten/Kota dan usulan siswa/sekolah yang diterima dari berbagai

    lembaga/instansi.

    Upaya untuk memberikan layanan pendidikan bagi siswa miskin dan

    mempersempit kesenjangan partisipasi pendidikan ini hanya akan berhasil

    apabila ada komitmen yang kuat baik dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan

    Sekolah. Komitmen dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan Sekolah bisa

    diwujudkan melalui pelaksanaan Program BSM secara transparan dan akuntabel.

    Hal ini bisa terlihat dari pelaksanaan Program BSM yang mengacu pada Petunjuk

    Teknis yang telah ditetapkan, tepatnya sasaran program, tepatnya jadwal

    penyaluran, dan tidak adanya pemotongan (pemberian komisi) terhadap dana

    BSM oleh siapapun dan dengan alasan apapun.

  • 22

  • 23

    LAMPIRAN

  • 24

    USULAN SISWA CALON PENERIMA BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)

    SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

    TAHAP ..TAHUN PELAJARAN .. Provinsi : ....................................

    NO KAB/KOTA

    NAMA SMA

    NPSN

    ALAMAT SMA

    (jalan, desa/ kelurahan, kecamatan, kode pos)

    NAMA SISWA

    NIS NISN

    KELAS

    (X ; X I ; XII)

    JURUSAN L/P TEMPAT LAHIR

    TANGGAL LAHIR

    (tgl/bln/thn)

    NAMA IBU KANDUNG

    JENIS IDENTITAS

    KARTU SISWA/ SIM/KTP

    NOMOR IDENTITAS

    Dinas Pendidikan Kab./Kota

    Komite Sekolah

    Kepala SMA

    (.)

    (.)

    (.)

    NIP

    NIP

    NIP

    CATATAN :

    Format penulisan tanggal lahir : jika lahir 5 Juni 1995 maka ditulis 05/06/1995

    Khusus untuk pengajuan siswa miskin calon penerima bantuan nomor urut daftar siswa yang diajukan mencerminkan urutan prioritas yang akan diberikan bantuan, semakin besar

    nomor urut semakin kecil prioritasnya.

    LAMPIRAN Disusun Oleh Sekolah

    Usulan Siswa Calon Penerima BSM Tahap I/ Tahap II

    Disampaikan ke Dinas Pendidikan Kab/Kota untuk Diverifikasi dan Disetujui sebagai Siswa Calon

    Penerima Bantuan