Juklak Pendampingan SLPHT

32
Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 1 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penyediaan beras dalam jumlah cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95 % rakyat Indonesia, padi juga menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan. Oleh karena itu peningkatan produktivitas usahatani padi harus terus diupayakan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani padi tersebut pendekatannya dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) yang diinisiasi oleh Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Berkenaan dengan SL-PTT Padi ini, BPTP berperan sangat strategis tidak saja sebagai penyedia teknologi akan tetapi juga dalam memberikan pendampingan di lapangan dalam bentuk pelatihan/apresiasi materi teknologi, demplot dan gelar teknologi, penggandaan dan distribusi materi inovasi. Untuk mendukung peran BPTP tersebut, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) yang memiliki fungsi koordinasi BPTP mengambil inisiatif untuk Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

description

SLPHT termasuk pendekatan yg strategis untuk untuk mendukung peningkatan produksi. SLPHT bisa diterapkan pada padi, jaagung, kedelai dan komoditas lain. Pendampingan SLPHT diperlukan agar SLPHT sukses. Keberhasilan SLPHT adalah target kita semua untuk mencapai swasembada

Transcript of Juklak Pendampingan SLPHT

Page 1: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 1

1. Pendahuluan1.1. Latar Belakang

Penyediaan beras dalam jumlah cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95 % rakyat Indonesia, padi juga menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan. Oleh karena itu peningkatan produktivitas usahatani padi harus terus diupayakan.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani padi tersebut pendekatannya dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) yang diinisiasi oleh Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian.

Berkenaan dengan SL-PTT Padi ini, BPTP berperan sangat strategis tidak saja sebagai penyedia teknologi akan tetapi juga dalam memberikan pendampingan di lapangan dalam bentuk pelatihan/apresiasi materi teknologi, demplot dan gelar teknologi, penggandaan dan distribusi materi inovasi.

Untuk mendukung peran BPTP tersebut, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) yang memiliki fungsi koordinasi BPTP mengambil inisiatif untuk menyusun petunjuk pelaksanaan (Juklak) pendampingan SL-PTT untuk dijadikan acuan oleh BPTP.

Buku ini memuat Prinsip-prinsip penyelenggaraan SL-PTT, Skenario Pelaksanaan Pendampingan. Terakhir ditutup dengan Bab Pelaporan. Sebagai kelengkapan pendukung, dilampirkan pula beberapa contoh isian (formulir) yang perlu diisi dalam rangka pelaporan kegiatan.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 2: Juklak Pendampingan  SLPHT

2 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

1.2. Tujuan dan Sasaran Pendampingan

Penyusunan Juklak ini bertujuan untuk membantu memperlancar tugas BPTP melakukan pendampingan SL-PTT di wilayahnya. Setiap BPTP melakukan pendampingan pada ≥ 60% total lokasi SL-PTT di wilayahnya.

Sasaran pendampingan adalah mendorong peningkatan produktivitas padi nasional.

2. Sasaran Produksi Padi Nasional

Dalam periode 1970-1990 laju pertumbuhan produksi padi cukup tajam, rata-rata 4,3% per tahun. Akan tetapi kemarau panjang yang terjadi beberapa tahun kemudian menyebabkan terjadinya penurunan produksi.

Dalam periode 1997-2000 produksi padi kembali meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,67% per tahun, terutama karena bertambahnya areal panen.

Pada tahun 2007, produksi padi meningkat sebesar 4,96% dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS, produksi padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007. Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali meraih swasembada beras (Puslitbangtan, 2009).

Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 3: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 3

Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun 0,03% per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97 juta ton. Jumlah penduduk pada ketiga periode itu diperkirakan berturut-turut 235 juta, 249 juta, dan 263 juta jiwa.

Untuk mengimbangi permintaan beras dalam negeri, Departemen Pertanian menyusun dua skenario, salah satunya adalah skenario swasembada.

Skenario ini menggunakan trend pertumbuhan produksi 2000-2006, di mana areal panen sedikit menurun (0,01% per tahun) tetapi produktivitas masih meningkat rata-rata 0,82% per tahun.

Sasaran peningkatan produktivitas nasional untuk padi inhibrida 0,5 – 1 ton/ha pada lokasi SL dan 1,0 – 1,5 ton/ha pada lokasi LL. Untuk padi hibrida sasarannya 2 ton/ha pada lokasi SL dan 2,5 ton/ha pada lokasi LL.

3. Penyelenggaraan Sekolah Lapang PTT

3.1. Pengertian

Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya padi dilaksanakan melalui pendekatan SL-PTT yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagai kawasan lainnnya.

Melalui SL-PTT petani akan mampu mengambil keputusan dalam setiap tahapan budidaya

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 4: Juklak Pendampingan  SLPHT

4 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar.

Sekolah lapang PTT tidak terikat ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar.

SL-PTT merupakan suatu tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, penyusunan rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompok tani dimaksud adalah yang berbasis domisili atau hamparan dimana lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan.

Luas satu unit SL-PTT adalah 25 hektar, dan di dalam SL-PTT seluas itu dibangun laboratorium lapang (LL) seluas satu hektar. LL adalah kawasan atau area dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama kelompok tani/petani.

Kegiatan SLPTT didukung Pemandu Lapang (PL) yang terdiri dari Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan.

Di dalam SL-PTT, juga terdapat POSKO I – V yaitu Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 5: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 5

pelaksanaan SL-PTT. POSKO yang telah ada antara lain POSKO P2BN.

3.2. Prinsip PTT

PTT Padi adalah suatu pendekatan ekoregional yang ditempuh untukmeningkatkan produktivitas tanaman padi dengan memperhatikan kaidah-kaidah efisiensi. Dengan pendekatan ini diharapkan selain produktivitas padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan tetap terpelihara sehingga bisa berkelanjutan.

Dalam pengembangan inovasi teknologi denga pendekatan PTT, diterapkan prinsip sinergisme yaitu bahwa pengaruh komponen teknologi secara bersama terhadap produktivitas lebih tinggi dari pengaruh penjumlahan dan komponen teknologi sendiri-sendiri.

Pada prakteknya, kombinasi komponen teknologi dapat berbeda antara satu sentra produksi satu dengan lainnya karena kondisi lahan pertanian mempunyai tingkat kesesuaian yang berbeda-beda.

3.3. Tahapan Penerapan PTT

Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan SL-PTT adalah melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk menentukan Calon Petani-Calon Lokasi (CP-CL) untuk lokasi Demplot SL-PTT.

Langkah kedua adalah membantu mengidentifikasi kebutuhan inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan untuk menentukan rakitan teknologi dalam mendukung implementasi SL-PTT.

Identifikasi kebutuhan inovasi dapat memanfaatkan sumber data yang sudah tersedia berupa database

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 6: Juklak Pendampingan  SLPHT

6 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

yang dilakukan pada program-program Deptan sebelumnya, seperti hasil PRA Prima Tani, hasil Farming System Analysis (FSA), PRA pada waktu penyusunan Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha Kelompok (RUK) dalam mendukung PUAP dan Peta Penggunaan Lahan yang sudah ada.

Jika tahap ini selesai, berikutnya melakukan identifikasi ketersediaan teknologi pertanian yang dibutuhkan untuk SL-PTT. Identifikasi dilakukan di masing-masing Balit sesuai bidang masalahnya.

Untuk informasi perbenihan bisa ditelusuri ketersediaannya di BB Padi. Jika perlu informasi kondisi lahan serta pemupukan bisa melakukannya ke Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Air (BBSDL), dan untuk alsintan termasuk Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO), alat tanam dan alat panen identifikasinya dilakukan ke Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan).

Setelah terkumpul informasi tentang kebutuhan dan ketersediaan teknologi, langkah selanjutnya adalah melakukan intervensi inovasi pertanian terhadap SL-PTT.

Pada saat yang sama dilakukan secara sinerji, membantu mengarahkan Rencana Usaha Bersama (RUB) untuk mendukung Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Hal ini dilakukan mengingat lokasi SLPTT di beberapa tempat berhimpit dengan lokasi PUAP.

Tahap berikutnya, menentukan lokasi untuk Laboratorium Lapangan (LL) bersama dengan petugas lapang dan kelompok tani. Setelah diketahui lokasinya lalu ditentukan jenis teknologi yang akan diintroduksi pada LL. Luas LL ditentukan 1 (satu) hektar.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 7: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 7

Pada LL ini diintroduksi padi varietas unggul baru yang berproduksi tinggi yaitu Impari 1 – 6 dan Mekongga. Sebagai pembanding digunakan varietas padi yang telah digunakan petani secara luas.

Pada areal LL ini BPTP mengintroduksi PTT secara penuh pada areal 0,25 Ha. Bidang ini bisa dianggap sebagai super imposed, sehingga perlakuan yang diterapkan sepenuhnya memenuhi kaidah-kaidah pengkajian. Hasilnya bisa diekspos sebagai contoh bagi pengembangan SL-PTT di tempat lain.

Untuk menjamin keberhasilan LL, penyelenggaraannya didukung berbagai kelengkapan dari Puslitbang Tanaman Pangan dan beberapa Balai Besar. Puslitbang Tanaman Pangan menyediakan Buku Pedoman Umum pelaksanaan SL-PTT.

Dari BB Padi menyediakan benih BS dan FS dan pelatihan ”Training of Master Trainer (ToMT). Balai Besar SDLP memberikan decomposer, dan dari BB Mektan menyediakan Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), alat pengolah tanah, alat tanam dan alat panen (Gambar 1)

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 8: Juklak Pendampingan  SLPHT

8 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Gambar 1.Keragaan SL-PTT dan Dukungan Instansi

Penelitian TerkaitCatatan:

Kebutuhan benih dan sarana produksi lainnya untuk LL dipenuhi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Sementara itu bagi lahan yang luasnya 0,25 ha dipenuhi BPTP.

Di lapangan kondisi ini menjadi masalah karena akan ada yang menerima fasilitas ganda, sehingga tidak dibenarkan secara administratif.

Solusi yang ditawarkan, sebaiknya lahan 0,25 ha (super imposed) BPTP tidak berada di dalam areal LL yang 1 ha, tetapi diletakkan berdampingan (Pengalaman BPTP Jawa Barat). Dengan demikian LL yang efektif sebenarnya 1,25 Ha.

Setelah selesai menentukan teknologi untuk LL, giliran berikutnya adalah menentukan rakitan teknologi spesifik lokasi untuk areal Sekolah Lapang (SL) yang luasnya setelah dikurangi LL tinggal 24 hektar. Di dalam areal SL ini digunakan teknologi sesuai kesepakatan dan kemampuan petani.

Untuk operasionalisasinya, perlu membantu menyusun jadwal kegiatan SL-PTT. Jadwal kegiatan disusun sedemikian rupa sehingga efektif sesuai dengan kondisi setempat.

Sebagai ilustrasi, berikut disajikan jadwal kegiatan SL-PTT Padi yang disusun BPTP Jawa Timur.

Jadwal Kegiatan SL-PTT Padi

Pertemuan

Umur Tanaman

Uraian Kegiatan

1 + 21 hari Kajian kebutuhan dan peluang (KKP),

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 9: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 9

sebelum tanam

introduksi komponen teknologi dan penetapan rakitan teknologi. Target 10 t/ha GKP

2 + 15 hari sebelum tanam

Pembuatan pesemaian. Jumlah benih 15 – 30 kg/ha. Ukuran 350 m2/ha; 10 kg/10 m2 pupuk organik; 600 g Phonska/10 m2, perlakuan benih

3 + 7 hari sebelum tanam

Pengolahan tanah; penentuan dosis pupuk anorganik (PHSL, PUTS); Konsep PHT; Pemupukan bahan organik + 2 t/ha

4 0 hari setelah tanam

Sistem tanam jajar legowo; tegel; Umur bibit 15 – 18 hari; satu tanaman per lubang

5 + 10 HST Pupuk dasar 100 kg Urea/ha; Pengamatan hama penyalit dan musuh alami

6 + 21 – 25 HST

Fase anakan aktif, pemupukan susulan N, berdasarkan BWD; Pengamatan dan Pengendalian gulma

7 + 35 HST Pengamatan dan Pengendalian gulma; Mengenal hama dan penyakit tanaman padi dan musuh alami

8 + 45 HST Pemupukan susunan N berdasarkan BWD; engendalian gulma terpadu; Pengamatan dan pengendalian hama penyakit

9 + 60 HST Pengmaatan pembungaan dan perkembangan malai; Pemupukan susulan (bila perlu); Pengamatan dan Pengendalian hama penyakit

10 + 75 HST Pengamatan dan perkembangan masak susu; Pengamatan dan Pengendalian Hama penyakit

11 Saat panen Penghitungan hasil panen

3.4. Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 10: Juklak Pendampingan  SLPHT

10 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Dalam PTT teknologi yang diterapkan dipilah menjadi dua yaitu teknologi utama (compulsory) dan teknologi supplement.

Teknologi utama yaitu teknologi yang paling bersinerji dan menjadi penciri utama PTT. Teknologi ini terdiri dari:

a. Bibit muda (< 15 hari setelah semai, HSS) yang ditanam dalam jumlah terbatas. Jika memungkinkan cukup satu batang per rumpun.

b. Bahan organik/pupuk kandang

c. Irigasi berselang (intermitten)

d. Bagan warna daun untuk menentukan ketepatan aplikasi pupuk N, dan

e. Pendekatan SSNM (site spesific nutrient management), baik dengan analisis tanah maupun omission plot.

Teknologi supplement atau komponen teknologi budi daya lainnya yang juga sangat menentukan produktiitas tanaman, namun tidak termasuk ke dalam teknologi utama. Teknologi ini terdiri atas:

a. Pemilihan varietas populerb. Seed treatmentc. Cara pengolahan tanahd. Cara tanam (tanam jajar legowo)e. Pengendalian hama terpadu, f. Pengendalian gulma, g. Teknologi Panen, dll

3.5. Pemilihan Calon Lokasi dan Calon Petani

Lokasi dan calon petni pelaksana memberikan andil terhadap keberhasilan SLPTT. Karena itu pertimbangan

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 11: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 11

penentuan calon lokasi dan calon petani menjadi krusial dalam SL-PTT.

Pemilihan penempatan lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal memenuhi syarat, produktivitasnya masih rendah sehingga berpotensi untuk di tingkatkan. Di sisi lain kondisi petaninya juga responsif terhadap perkembangan teknologi.

Pemilihan letak LL dan demplot BPTP dalam areal SL-PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di lokasi yang aksesibilitasnya cukup baik sehingga memudahkan untuk dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT.

Persyaratan calon lokasi:

a. SL-PTT dapat di tempatkan di lokasi persawahan irigasi, tadah hujan dan lahan pasang surut.

b. Bukan daerah endemis hama dan penyakit serta bebas dari cekaman kekeringan dan atau kebanjiran

c. Diusahakan berada dalam satu hamparan yang strategis, mudah dijangkau petani.

d. Lokasi LL di tempatkan di lokasi yang sering dilalui petani sehingga mudah dilihat petani sekitar.

Penentuan Calon Petani/Kelompok tani:

a. Dipilih kelompok tani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan

b. Petaninya aktif, baik yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima inovasi pertanian.

c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 12: Juklak Pendampingan  SLPHT

12 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

d. Kelompok tani memiliki struktur kepengurusan yang lengkap, disyahkan oleh Kepala Desa dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan.

3.6. Pelatihan Petugas SL-PTT

Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan secara berjenjang dan harus berurutan, dimulai dari pelatihan Pemandu Lapang (PL) I dilanjutkan pelatihan PL II dan terakhir pelatihan Pemandu Lapang.

a. Pelatihan Pemandu Lapang I

Pelatihan PL I diselenggarakan di Pusat dan tempat pelatihannya di Pusat. Peserta pelatihan adalah PL I, yaitu Penyuluh Pertanian (PP), POPT, dan PBT tingkat provinsi.

Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT. Narasumber/pengajar adalah para ahli dari lingkup Dep. Pertanian maupun di luar Dep. Pertanian atau instansi terkait, dan Perguruan Tinggi.

Peserta PL I, selanjutnya menjadi pelatih dalam pelatihan PL II.

b. Pelatihan Pemandu Lapang II

Pelatihan PL II diselenggarakan di Provinsi dan tempat pelatihannya di Provinsi atau di tempat lain yang memungkinkan, misalnya di Balai Pelatihan, UPT Departemen atau UPT Daerah.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 13: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 13

Peserta pelatihan adalah PL II, yaitu Penyuluh Pertanian (PP), POPT, dan PBT tingkat kabupaten/kota.

Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT. Narasumber/pengajar adalah PL I, para ahli dari lingkup Dinas Pertanian Provinsi, BPTP, dan pakar dari Perguruan Tinggi.

Peserta PL II, selanjutnya menjadi pelatih dalam pelatihan Pemandu Lapang (PL).

c. Pelatihan Pemandu Lapang

Pelatihan Pemandu Lapang diselenggarakan oleh kabupaten dan tempatnya di kabupaten pelaksana SL-PTT atau tempat lain seperti Balai Pelatihan.

Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapang, yaitu Penyuluh Pertanian (PP), POPT, dan PBT tingkat kecamatan.Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT.

Narasumber/pengajar adalah PL II, para akhli dari lingkup Dinas Pertanian, BPTP, serta stakeholders

4. Skenario Pelaksanaan Pendampingan Sekolah Lapang PTT

Peran BPTP sangat strategis dalam mendukung keberhasilan SL-PTT. Untuk itu perlu disusun skenario

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 14: Juklak Pendampingan  SLPHT

14 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

yang efektif dalam menyelenggarakan demplot dan pendampingan (Gambar 2).

Gambar 2.Mekanisme Pendampingan SL-PTT

Uraian berikut menampilkan skenario untuk mendukung kinerja BPTP, yaitu:

4.1. Membentuk tim inti pelaksana di BPTP dengan keanggotaan yang kompeten.

Tim Inti Pelaksana BPTP tersebut bertugas untuk:

(a) Merancang, merencanakan mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan SL-PTT

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 15: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 15

(b) Menyusun panduan teknis pelaksanaan SL-PTT spesifik lokasi dengan inovasi baru yang spesifik lokasi

(c) Melakukan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi dan pusat

(d) Membantu mekanisme kelancaran distribusi benih dari BB Padi/Balit Lingkup Puslitbangtan ke lokasi demoplot.

4.2. Membentuk Liason Officer (LO) atau Koordinator Wilayah (Korwil) di setiap kabupaten.

Penunjukkan LO atau Korwil oleh BPTP bisa dilakukan dua cara. Pertama, memanfaatkan Ex Manajer Prima Tani, atau LO FEATI atau Korwil PUAP. Kedua, jika di lokasi tidak ada Prima Tani, FEATI dan PUAP maka penunjukkan LO dilakukan berdasarkan kompetensi oleh Kepala BPTP.

Tugas LO/Korwil:

(a) Membangun koordinasi dengan Pemda (CP/CL; KKP; waktu tanam, perancangan pengembangan agribisnis perdesaan)

(b) Intervensi inovasi teknologi (inotek) ke GAPOKTAN dalam penyusunan RUB berdasarkan analisis potensi wilayah

(c) Berkoordinasi secara berkelanjutan dengan pendamping, komite pengarah dan GAPOKTAN dalam pelaksanaan demoplot inotek di LL

(d) Menyebarluaskan materi diseminasi untuk pendampingan dan implementasi inotek pada desa-desa PUAP/Program Strategis Deptan lainnya

(e) Sebagai Narasumber dalam pertemuan reguler yang dilakukan GAPOKTAN, PMT, PP dan Komite

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 16: Juklak Pendampingan  SLPHT

16 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

pengarah desa untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan dalam implementansi inovasi teknologi.

(f) Sebagai narasumber dalam pertemuan reguler yang dibutuhkan GAPOKTAN, dalam pelaksanaan RUB bersama PP dan atau KPD

(g) Mencatat dan lemaporkan segala aktivitas demplot di LL dan atau lokasi SL

(h) Dalam pelaksanaan pengambilan data dan penyebaran informasi dilanjutkan menggunakan fasilitas Teknologi Informasi (TI) misalnya SMS Center

(i) Dalam melaksanakan tugas, Korwil dibantu oleh PP, POPT dan pendamping di lokasi SL-PTT.

4.3. Membangun Sinergi Dengan Program Strategis Deptan

lain

Di wilayah kerja BPTP dijumpai beberapa Program Strategis Dep. Pertanian yang berkaitan dengan pengembangan inovasi teknologi pertanian yang meliputi: P2BN-SLPTT, P2SDS, Pengembangan Kawasan Hortikultura, PUAP dan FEATI.

Berkenaan dengan adanya beberapa program strategis itu, skenario pendampingan SL-PTT dilakukan dengan mekanisme kerja sebagai berikut:

(a) Membangun sinergi dengan Dinas Lingkup Pertanian di Provinsi, Kabupaten/Kota, dan KCD/BPP di tingkat kecamatan untuk menggerakan PPL/THL/POPT.

(b) Memanfaatkan LO atau Korwil untuk berkoordinasi dengan Tim Pembina PUAP/POSKO II P2BN dan Posko SL-PTT di

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 17: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 17

Kantor Dinas Pertanian atau Badan Koordinator Penyuluhan Provinsi.

(c) Di level Kabupaten/Kota, koordinasi dilakukan dengan Tim Teknis PUAP/POSKO III P2BN , POSKO SL-PTT, Dinas Pertanian Kabupaten dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian.

(d) Mengintegrasikan pelaksanaan kegiatan PUAP dan FEATI dengan SL-PTT

(e) Melakukan Outsourcing tenaga melalui kerjasama dengan perguruan tinggi atau relawan sarjana.

4.4. Tugas BPTP

Dalam mendukung peningkatan produktivitas padi secara nasional, penyelenggaraan SL-PTT diharapkan dapat menaikkan produksi 15 %.

Untuk itu, tugas BPTP dalam mendukung SL-PTT adalah:

(a) Mendistribusikan benih ke lokasi SL-PTT untuk demplot di lokasi LL

(b) Menyampaikan informasi waktu tanam ke BBSDL dan atau BB Biogen agar distribusi MDec dan atau Nodulin dari BPTP ke lokasi tepat waktu

(c) Melakukan pengawalan (pendampingan) dan pengamatan pada kegiatan uji varietas pada LL serta melaporkan perkembangannya ke BBP2TP

(d) Menyiapkan, mencetak, mendistribusikan materi pelatihan berupa bahan cetakan kepada

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 18: Juklak Pendampingan  SLPHT

18 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

seluruh BPP, Penyuluh Pendamping dan Gapoktan di Lokasi PUAP.

(e) Melakukan pelatihan internal tenaga pendamping (peneliti, penyuluh, teknisi dan tenaga lain yang direkrut BPTP)

(f) Menjadi narasumber dalam setiap pertemuan kelompok SL, termasuk di dalamnya melakukan pelatihan PTT.

4.5. Kegiatan Pendampingan SLPTT 2009

Dalam rangka mempercepat target pendampingan BPTP terhadap 60 % Lokasi SLPTT pada tahun 2009, kegiatan yang perlu dilakukan BPTP adalah sebagai berikut:

Kegiatan Waktu

1. Koordinasi Pendampingan SLPTT di tingkat Provinsi

Berkala setiap minggu

2. Inisiasi LO/Korwil di Kabupaten Agustus, minggu ke 3

3. Penentuan Unit LL Percontohan di Kabupaten

Agustus, minggu ke 4

4. Penentuan lokasi LL yang akan didampaingi (60 %)

Agustus, minggu ke 3

5. Persiapan benih untuk LL Percontohan dari BB Padi

Agustus, minggu ke 4

6. Pengolahan lahan di LL Agust Minggu ke 4 – Sept Minggu ke 1

7. Penanaman LL Sept, Minggu ke 28. Pencatatan Data Setiap minggu9. Pertemuan teknis dengan penyuluh Setiap dua

minggu sekali10. Lokakarya pendampingan di

KabupatenOktober, minggu ke 1

11. Koordinasi pendampingan SL-PTT di kabupaten

Setiap minggu

12. Kunjungan lapang PPL ke LL percontohan Binaan BPTP

Oktober, minggu ke 2

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 19: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 19

13. Penyediaan benih di BPTP Agus., mgg ke 4 dan Okt, mgg ke 2

14. Pendistribusian benih ke penyuluh di lokasi lain (disediakan BPTP)

Oktober, minggu ke 2

15. Panen di LL Binaan BPTP Januari 2010, minggu ke 1 -2

16. Lokakarya Pendampingan SL-PTT Desember, minggu ke 2

17. Pelaporan:a. Laporan kemajuan Setiap akhir bulanb. Laporan akhir Desember,

minggu ke 4

5. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan oleh Pemandu Lapang, ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan SL-PTT. Aspek yang di monev, meliputi:

a. Tingkat partisipasi peserta pada setiap kegiatan SL-PTT

b. Ketepatan penerapan teknologi

c. Tingkat keterampilan peserta

d. Pencatatan data

Kegiatan monev dilakukan secara partisipatif dan waktunya dilakukan secara berkala.

6. Administrasi Pelaporan

Kegiatan pelaporan dalam SL-PTT ditujukan untuk memberikan informasi kegiatan dan hasilnya selama penyelenggaraan SL-PTT berlangsung. Jenis laporan yang dibuat ada tiga jenis, yaitu laporan awal, laporan kemajuan dan laporan akhir.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 20: Juklak Pendampingan  SLPHT

20 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

6.1. Laporan Awal

Laporan awal menginformasikan kondisi lokasi, pendamping dan petani yang berpartisipasi dalam kegiatan dan keragaan SLPTT (Lampiran 1,2,3)

6.2. Laporan Kemajuan.

Laporan kemajuan melaporkan perkembangan keragaan fase vegetatif dan fase produksi untuk pertumbuhan tanaman di lokasi LL, areal SL dan di luar SL.

Laporan dikirimkan secara berkala pada minggu ke empat setiap bulan (Tabel 4 dan Tabel 5)

6.3. Laporan Akhir

Pada akhir kegiatan, BPTP menyampaikan laporan tertulis secara naratif dan disusun secara sistematis, dengan outline sbb:

1. Pendahuluan

2. Keragaan SL-PTT

2.1. Lokasi

2.2. Kelompok tani dan Pendamping

2.3. Penerapan dan Perkembangan Teknologi

3. Kinerja Hasil

3.1. Perkembangan Pertumbuhan Tanaman

3.2. Produktivitas

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 21: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 21

3.3. Analisis Pembiayaan dan Pendapatan Usahatani

4. Kesimpulan dan Saran

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 22: Juklak Pendampingan  SLPHT

22 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

7. Penutup

Peningkatan produktivitas usahatani padi melalui pendekatan SL-PTT menjadi salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikan sumbangan nyata dan lebih besar terhadap produksi padi nasional

Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani manakala didukung oleh semua pihak, termasuk pemangku kepentingan baik di hulu, maupun di hilir.

Koordinasi antara BPTP dengan unsur lain yang relevan dan terkait, akan menjadi faktor kunci keberhasilan. Oleh karena itu jalinan kerjasama BPTP dengan pihak lain perlu terus dibina dan ditingkatkan intensitasnya.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 23: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 23

Lampiran 1

Identifikasi Lokasi dan Kelompok Tani SLPTT Padi Tahun _____

1. Lokasi

Provinsi : _________________________________

Kabupaten : _________________________________

Kecamatan : _________________________________

Desa : _________________________________

2. Nama Kel. tani _________________________________

Nama Ketua Kelompok

: _________________________________

Jumlah Anggota : _________________________________

Luas areal (ha) : _________________________________

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 24: Juklak Pendampingan  SLPHT

24 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Lampiran 2.

Daftar Pendamping Sekolah Lapang PTT

No Uraian Nama HP/Telp.

1Penyuluh Pertanian

2 POPT

3 PBT

4 Peneliti

5 Relawan Sarjana

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 25: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 25

Lampiran 3Identifikasi Unit Sekolah Lapang PTT

No UraianKeterangan

1 Luasan Unit SL-PTT (ha)

2 Luasan Unit LL (ha)

3 Rencana Tanam (Tgl)

4 Komoditi

5 Varietas

6 Kebutuhan benih (kg)

7 Kebutuhan Pupuk (Kg/L)

a. Urea

b. SP-36

c. KCL

d. ZA

e. NPK

f. Organik

g. Bio Hayati

8 Kapur tanaman

9 Pengolahan tanah (Tgl)

10 Pengairan (Tgl)

11 Pengendalian Gulma (Tgl)

12 Pengendalian OPT (Tgl)

13 Rencana Panen (Tgl)

Lampiran 4

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 26: Juklak Pendampingan  SLPHT

26 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Sinergi Lokasi PUAP dengan SLPTTBPTP: ______________________

NoNama

Kabupaten

Jumlah Desa PUAP

Jumlah Unit SL-PTT Nama Petugas

2008

2009

Padi Hibrid

Padi Inbrid

Korwil dan No

HP

TPG dan

No HP

PMT dan No

HP

123456789101112dst

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 27: Juklak Pendampingan  SLPHT

Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT 27

Lampiran 5.

SL-PTT Menurut Kecamatan dan DesaDi Provinsi: ______________________Kabupaten: ______________________

NoKecamatan Desa

∑ SL-PTT (Unit

)

Ketua

Kelompok SL

Sekolah Lapang

Laboratorium Lapang

Tgl tanam

Varietas

Tgl tana

m

Varietas

1

2

3

4

5

6

7

dt

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Page 28: Juklak Pendampingan  SLPHT

28 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Lampiran 6

Keragaan Produktivitas Penanaman Padi di Lokasi LL, Areal SL dan Non SL

Di Provinsi: _______________________________Kabupaten: _______________________________

MT: ____________

No Kecamatan

Desa∑ SL-PTT

(Unit)

Ketua Kel.SL

Produktivitas (ku/ha)

KetrLL SL Non

SL12345678910111213dst

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian