Jtptunimus Gdl Syarifatun 6839 3 Babiii i

download Jtptunimus Gdl Syarifatun 6839 3 Babiii i

of 33

Transcript of Jtptunimus Gdl Syarifatun 6839 3 Babiii i

  • BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Tinjauan Teori

    1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

    Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang

    gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui

    merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu

    menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting

    susu ibu.

    Inisiasi menyusu dini (early initiation breastfreeding) atau

    permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segara

    setelah lahir atau kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera

    setelah lahir (Roesli, 2008, p.3).

    Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di

    sebut early inisiation breastfreeding adalah memberi kesempatan pada

    bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam

    pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau

    dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin

    contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi

    oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut

    ibu dan menjangkau payudara.

    8

  • 9

    Inisiasi menyusu dini disebut sebagai tahap ke empat

    persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah

    persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah

    dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di

    dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat

    kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan

    kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar (Roesli, 2008, p.23)

    Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan

    menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

    bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

    menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan

    kesiapannya untuk menyusu Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-

    30 menit setelah lahir. bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-

    40 menit setelah lahir (Roesli, 2008, p.25).

    Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi

    menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera

    setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri

    melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan

    puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

    b. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

    Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi

    dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam

    pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi

  • 10

    dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada

    ibu, sampai dia menyusu sendiri.

    Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus

    dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi

    tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis

    sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara

    ibu dan mulai menyusu.

    Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan terlebih

    dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dan secara naluriah bayi akan

    mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu (Rosita, 2008, p.32).

    Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah

    cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau

    handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong)

    kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap

    sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan

    bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

    c. Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)

    Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik

    secara fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut:

    1) Ibu

    Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya

    oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus

    sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.

  • 11

    Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang

    menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar

    dengan lancar.

    2) Bayi

    Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan

    sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi

    memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan

    imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung

    faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara

    efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih

    sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

    d. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    Berikut ini persiapan melakukan Inisiasi Menyusu Dini

    (Roesli, 2008, p.15-16)

    1) Pertemuan pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak,

    dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar

    bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk

    mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.

    2) Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu

    menyusui, termasuk menolong Inisiasi Menyusu Dini yang benar.

    3) Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga

    kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan

    menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, Inisiasi Menyusu Dini

  • 12

    termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat obatan atau

    tindakan.

    4) Di Rumah Sakit Sayang Ibu, Inisiasi Menyusu Dini termasuk

    langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui.

    e. Tata laksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum

    Menurut (Roesli, 2008, p.21) tata laksana IMD adalah

    sebagai berikut:

    1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan

    2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi

    saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya,

    pijat,aromaterapi,gerakan atau hypnobirthing.

    3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya

    melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan jongkok

    4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali

    kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit

    bayi sebaiknya dibiarkan

    5) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi

    melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini

    dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal

    selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi

    6) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi

    dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting

    susu.

  • 13

    7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda

    atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung

    beberapa menit atau satu jam, dukungan ayah akan meningkatkan

    rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum menemukan puting payudara

    ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan

    dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

    8) Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada

    ibu yang melahirkan dengan tindakan

    9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,diukur dan dicap setelah

    satu jam

    10) Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.

    f. Inisiasi menyusu dini yang kurang tepat

    Pada umumnya praktik Inisiasi Menyusu Dini yang kurang

    tepat menurut (Roesli, 2008, p. 9) adalah sebagai berikut :

    1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain

    kering

    2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong,

    lalu diikat

    3) Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi

    4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi

    kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding)

    untuk beberapa lama (10 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan

    selesai menjahit perineum.

  • 14

    5) Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara

    memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

    6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan

    (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh

    ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

    g. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

    Berikut ini langkah langkah melakukan Inisiasi Menyusu

    Dini yang dianjurkan (Roesli, 2008, p. 10) :

    1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain

    kering.

    2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali

    kedua tangannya.

    3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.

    4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak

    dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

    5) Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut

    ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti

    bersama sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi

    pengeluaran panas dari kepalanya.

  • 15

    h. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

    Ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan IMD

    diantaranya:

    1) Kesiapan fisik dan psikologis ibu

    Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal

    kehamilannya, konseling dalam pemberian informasi mengenai

    Inisiasi Menyusu Dini bisa diberikan selama pemeriksaan

    kehamilan. Pemeliharaan puting payudara dan cara massase

    payudara juga perlu di ajarkan agar ibu lebih siap menghadapi

    persalinan dan dapat langsung memberikan ASI pada bayinya, rasa

    cemas, tidak nyaman dan nyeri selama proses persalinan sangat

    mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya untuk itu perlu adanya

    konseling.

    2) Tenaga atau pelayan kesehatan

    Untuk keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, konsultasi

    dengan dokter ahli kandungan di perlukan untuk membantu proses

    Inisiasi Menyusu Dini. Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan

    kesehatan yang mendukung pemberian ASI.

    3) Bayi akan kedinginan

    4) Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit

    dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat

    dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil

    penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada

  • 16

    ibu yang melahirkan menjadi 1C lebih panas dari suhu dada ibu

    yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini

    kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1C. Jika bayi kedinginan, suhu

    dada ibu akan meningkat 2C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada

    ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang baru lahir

    dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.

    5) Ibu kelelahan

    Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang

    dan keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi

    menyusu dini membantu menenangkan ibu.

    6) Kurang dukungan suami dan keluarga

    Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi yang masih

    di dada ibu dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah

    atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi

    dukungan pada ibu.

    7) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

    Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan dengan

    bayi masih di dada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk

    meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

    8) Ibu harus di jahit.

    Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan

    lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.

  • 17

    9) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore

    harus segera diberikan setelah lahir.

    Menurut American college of obstetrics and Gynecology

    dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan

    ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu

    sendiri tanpa membahayakan bayi.

    10) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.

    Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas

    badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan

    melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera

    setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai

    menyusu awal selesai.

    11) Bayi kurang siaga.

    Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu,

    bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibatnya

    obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi

    karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

    12) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai

    sehingga diperlukan cairan lain.

    Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi

    dilahirkan .dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai

    pada saat itu.

  • 18

    13) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.

    Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain

    sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru

    lahir, kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus yang

    masih muda.

    i. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA)

    tentang Inisiasi Menyusu Dini

    Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam setelah kelahiran

    merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan

    mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi

    dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu

    dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.

    WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa IMD dalam satu

    jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan

    diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun.

    Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk

    hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah

    persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima

    dukungan yang diperlukan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang

    sesuai.

    The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA)

    mengeluarkan beberapa kebijakan tentang Inisiasi Menyusu Dini dalam

    Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :

  • 19

    1) Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai

    dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi

    untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama

    kehidupannya.

    2) Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan

    berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .

    3) Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai

    kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa Inisiasi Menyusu Dini

    dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan

    kesehatan.

    4) Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama

    untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka

    kesempatan yang baik ini.

    5) Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali

    Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam

    penggabungan dan perluasan tentang Inisiasi Menyusu Dini

    2. Ibu Bersalin

    a. Pengertian Persalinan

    Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi

    serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Dalam pengertian lain

    suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam

    uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal adalah

    proses bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala atau ubun-

  • 20

    ubun kecil, tanpa memakai alat, serta tidak melukai ibu maupun bayi

    (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

    Sedangkan Partus abnormal adalah proses bayi lahir melalui vagina

    dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi, cunam, vakum,

    embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan seksio

    sesaria (Depkes, 2004, p.72)

    Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

    (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

    melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

    (prawirohardjo, 2006, p. 180).

    Partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir

    dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau

    pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya

    berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Winkjosastro, 2005, p.

    181).

    Menurut (varney, 2008, p. 672) Sebelum persalinan yang

    sebenarnya mulai, terdapat beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan

    bahwa tidak lama lagi persalinan akan terjadi. Tanda gejala tersebut

    adalah :

    1) Lightening, yaitu perasaan subyektif dari ibu yang terjadi karena

    bagian bawah janin lebih mapan dalam SBR dan pelvis. Ibu akan

    merasa janin turun, sesak nafas berkurang, tetapi disertai sakit

  • 21

    pinggang dan sering kencing serta dirasakan lebih sulit bila berjalan.

    Hal ini terjadi 2-3 minggu sebelum aterm.

    2) Engagement, yaitu peristiwa masuknya kepala janin dalam panggul.

    Pada primigravida, terjadi 2-3 minggu menjelang aterm. Lightening

    tidak sama dengan engagement meskipun keduanya dapat terjadi

    bersamaan.

    3) Sekresi vagina meningkat.

    4) Persalinan palsu

    5) Ketuban pecah dini

    6) Bloody show yaitu keluarnya cairan kemerahan atau darah yang

    disertai dengan lendir dari vagina.

    7) Perubahan serviks menjadi lunak dan datar.

    8) Sakit pinggang yang terus menerus.

    b. Tahapan dalam proses persalinan pada ibu bersalin

    Menurut (Prawirohardjo, 2005, p.182-186) proses persalinan

    di bagi dalam 4 kala yaitu :

    1) Kala I

    Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat

    (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap

    (10cm). kala 1 terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif

    Fase laten pada kala 1 persalinan:

    a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

    dan pembukaan serviks secara bertahap

  • 22

    b) Berlangsung hingga serviks membuka < 4cm

    c) Pada umumnya berlangsung hingga 8 jam

    d) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30

    detik

    Fase aktif pada kala 1 persalinan :

    a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

    bertahap (kontraksi akan dianggap adekuat jika terjadi >3x atau

    lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik.

    b) Dari pembukaan 4cm hingga 10cm, akan terjadi dengan

    kecepatan rata-rata 1cm per jam (primigravida) atau 2cm

    (multipara).

    c) Terjadi penurunan bagian bawah janin.

    2) Kala II

    Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir.

    Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

    multigravida.

    3) Kala III

    Di mulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

    berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

    4) Kala IV

    Di mulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.

    Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tingkat

  • 23

    kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus

    dan jumlah perdarahan.

    c. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan pada ibu bersalin

    Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang

    mempengaruhinya. Tiga faktor utama yang menentukan prognosis

    persalinan adalah jalan lahir (passage), janin (passanger), kekuatan

    (power) dan ada dua factor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap

    keberhasilan asuhan persalinan yaitu factor posisi dan psikologis.

    1) Passage (jalan lahir)

    Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar

    panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun

    jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

    menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan

    dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya

    terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan

    bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

    (Sumarah, 2009, p. 23)

    2) Passanger (janin dan plasenta)

    Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat

    interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,

    sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan

    lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang

  • 24

    menyertai janin namun plasenta jarang menghambat proses

    persalinan pada kehamilan normal. (Sumarah,2009, p. 35)

    3) Power (kekuatan)

    Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kekuatan primer

    dan sekunder bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari

    uterus. Kekuatan primer yaitu adanya his yang menyebabkan

    penipisan serviks dan penurunan janin. Kekuatan sekunder terjadi

    setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi

    berubah yakni bersifat mendorong keluar sehingga ibu ingin

    mengedan. (Sumarah, 2009, p. 42-43)

    4) Posisi ibu

    Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis

    persalinan.Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah

    posisi membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman, dan

    memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,

    duduk jongkok. (Sumarah, 2009, p. 44)

    5) Psikologi

    Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia

    tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan

    kepadanya. Perilaku dan penampilan wanita serta

    pasangannyamerupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan

    yang akan diperlukannya. (Sumarah, 2009, p. 45)

  • 25

    d. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin Selama Persalinan

    Menurut (Sumarah, 2009, p.52) kebutuhan dasar ibu selama

    persalinan meliputi lima hal yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa

    aman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan

    aktualisasi diri.

    1) Kebutuhan fisiologis

    a) Oksigen

    b) Makan dan minum

    c) Istirahat selama tidak ada his

    d) Kebersihan badan terutama genetalia

    e) Buang air besar dan buang air kecil

    f) Pertolongan persalinan yang berstandar

    g) Penjahitan perineum bila perlu.

    2) Kebutuhan rasa aman

    a) Memilih tempat dan penolong persalinan

    b) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan

    dilakukan

    c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu

    d) Pendampingan oleh keluarga

    e) Pantauan selama persalinan

    3) Kebutuhan dicintai dan mencintai

    a) Pendampingan oleh suami / keluarga

    b) Kontak fisik (memberikan sentuhan ringan)

  • 26

    c) Masase untuk mengurangi rasa sakit

    d) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan.

    4) Kebutuhan harga diri

    a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya

    b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu

    c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati

    d) Informasi bila akan melakukan tindakan

    e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yangibu

    lakukan

    5) Kebutuhan aktualisasi diri

    a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan

    b) Memilih pendamping selama persalinan

    c) Bounding and attachment

    3. Pengetahuan (Knowledge)

    a. Pengertian pengetahuan

    Menurut (Bloom, 1975) dalam buku Notoatmojo (2003)

    pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang, melalui proses

    pengingatan atau pengenalan informasi dan ide yang sudah diperoleh.

    Sedangkan menurut (Rachman, 2003, p.23) yang dimaksud pengetahuan

    adalah hasil dari kegiatan mengetahui. Mengetahui artinya mempunyai

    bayangan dalam pikirannya tentang sesuatu. Pada umumnya

    pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah

  • 27

    diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

    baik pula tingkat pengetahuannya (Nursalam, 2008,p.47)

    Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh

    manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika

    seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali

    benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

    sebelumnya (Meliono, 2007,p.26).

    Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia

    sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga

    merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali

    kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak

    disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

    pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok, 2007,p.29).

    b. Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

    (Notoatmodjo, 2003, p. 121-123) mempunyai 6 tingkatan.

    1) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

    adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  • 28

    2) Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

    secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    3) Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

    4) Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

    satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    5) Sintesis (synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

    keseluruhan yang baru.

    6) Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

    ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

    ada.

  • 29

    c. Cara memperoleh pengetahuan

    Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003 p.11

    dikutip oleh Wawan, 2010, p.14) adalah sebagai berikut :

    1). Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

    a) Cara coba salah (Trial and Error)

    Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

    mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

    dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

    memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

    berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai

    masalah tersebut dapat dipecahkan

    b) Cara kekuasaan atau otoritas

    Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan

    masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

    pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan

    oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih

    dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan

    fakta empiris maupun penalaran sendiri.

    c). berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

    memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

    permasalahan yang dihadapi masa lalu

  • 30

    2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

    Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

    disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan

    oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh

    Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

    penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah

    d. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Menurut (Sukmadinata, 2003, p. 33) pengetahuan yang

    dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor faktor sebagai

    berikut :

    1) Faktor internal

    a) Jasmani

    Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indera seseorang.

    b) Rohani

    Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,

    psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif individu.

    2) Faktor eksternal

    a) Pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

    memberi respon yang datang dari luar. Orang yang

    berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional

    terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana

  • 31

    keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

    tersebut.

    b) Paparan Media Massa

    Melalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai

    informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang

    yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,

    pamphlet, dll) akan memperoleh informasi media ini, berarti

    paparan media massa mempunyai tingkat pengetahuan yang

    dimiliki seseorang.

    c) Ekonomi

    Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan

    sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah

    tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah.

    Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang

    termasuk kebutuhan sekunder.

    d) Pengalaman

    Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa

    diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

    perkembangannya, misal sering mengikuti kegiatan yang

    mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas

    jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan

    tersebut informasi tentang satu hal dapat diperoleh.

  • 32

    e. Alat Ukur Pengetahuan

    Menurut (Wawan dan Dewi 2010, p.15) pengukuran

    pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

    menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari obyek penelitian

    atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan

    kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-

    angka, hasil hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan

    cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan

    diperoleh persentase, setelah dipersentasikan lalu ditafsirkan ke dalam

    kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut :

    1) Pengetahuan baik (76-100%)

    2) Pengetahuan cukup (56-75%)

    3) Pengetahuan kurang (< 56%)

    4. Kepatuhan

    Menurut (Poerwadaminta, 2003, p.1012) patuh berarti suka

    menurut perintah,taat kepada perintah,aturan,dsb. Jadi kepatuhan berarti

    pula sifat patuh, ketaatan kepada perintah atau aturan. Kepatuhan berasal

    dari kata dasar patuh yang berarti taat. Kepatuhan adalah tingkat pasien

    melaksanakan cara pengobatan, dari perilaku yang disarankan Tenaga

    kesehatan atau orang lain.

    Menurut (Refina, 2002, p.14) kepatuhan atau ketaatan adalah

    tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan

    oleh dokter atau petugas kesehatan lain. Perhitungan tingkat kepatuhan

  • 33

    dapat sebagai kontrol bahwa pelaksana program telah melaksanakan

    kegiatan sesuai standar. Kepatuhan pasien yang berdasarkan rasa terpaksa

    atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku tersebut dapat disusul

    dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga

    hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang

    menganjurkannya. Motivasi ini belum dapat dijadikan sebagai jaminan

    bahwa pasien akan mematuhi seterusnya karena jika pasien sudah merasa

    jenuh atau bosan maka dia merasa tidak perlu lagi melanjutkan perilaku

    tersebut.

    5. Praktik

    a. Pengertian praktik

    Praktik adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik

    yang dapat diamati langsung atau tidak diamati oleh pihak luar.

    Apabila seseorang telah mengetahui objek kesehatan maka akan

    mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan

    selanjutnya diharapkan seseorang akan mempraktikkan apa yang telah

    diketahuinya atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan

    (Notoatmodjo, 2003, p.49)

    b. Tingkatan praktik

    Tingkatan praktik menurut Notoatmodjo ada 4 antara lain:

  • 34

    1) Persepsi (Perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

    pertama.

    2) Respon Terpimpin (guided respon)

    Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh

    merupakan indikator praktik tingkat kedua.

    3) Mekanisme (Mechanism)

    Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

    otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

    sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

    4) Adopsi (adoption)

    Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

    dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut.

    Adaptasi praktik (tindakan) memiliki beberapa indikator, antara

    lain:

    5) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

    Tindakan ini mencakup antara lain:

    a) Pencegahan penyakit, misalnya mengimunisasikan anak.

    b) Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk

    dokter.

  • 35

    6) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

    tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi

    makanan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara

    teratur, dan praktik perawatan kesehatan sebagainya.

    7) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan.

    Perilaku ini mencakup buang air besar dijamban, membuang

    sampah pada tempatnya.

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

    Menurut lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo,

    2005, p.60) menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku

    manusia pada tingkat kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan

    dipengaruhi oleh:

    1) Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors)

    a) Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang karena perilaku tersebut akan

    langgeng apabila didasari oleh pengetahuan, sebaliknya

    apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan maka

    tidak akan berlangsung lama.

    b) Sikap

    Sikap itu tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat

    ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup, sikap secara

    nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap

  • 36

    stimulus. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dapat

    dinyatakan bagaiimana pendapat atau pernyataan responden

    terhadap suatu objek.

    Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

    sikap merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi

    merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih

    merupakan reaksi tertutup bukan reaksi terbuka.

    c) Nilai budaya

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

    pengaruh besar dalam pembentukan sikap kita. Apabila kita

    dibesarkan dalam budaya yang mengutamakan kehidupan

    berkelompok, maka kita akan mendukung kehidupan individu

    yang hanya mementingkan kehidupan sendiri. Pengaruh

    lingkungan merupakan kebudayaan dalam membentuk pribadi

    seseorang. Kepribadian, tidak lain dari pola perilaku yang

    konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcing yang kita

    alami.

    2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor)

    Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber atau

    fasilitas. Untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan

    secara efektif diperlukan faktor-faktor pendukung yang berupa

    sumber-sumber dan fasilitas tersebut sebagian harus digali dan

    dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus

  • 37

    mengorganisasi komunitasnya sendiri untuk berperan serta dalam

    penyediaan fasilitas-fasilitas. Untuk memasyarakatkan produksi

    kesehatan baik yang berupa peralatan, fasilitas maupun jasa- jasa

    pelayanan perlu usaha pemasaran. Pemasaran jasa-jasa pelayanan

    ini menurut istilh dunia bisnis disebut pemasaran sosial.

    3) Faktor-faktor penguat

    Faktor penguat atau pendorong meliputi sikap dan perilaku

    petugas. Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan

    tingkatannya padadasarnya adalah pendidikan kesehatan.

    Ditengah-tengah masyarakat petugas kesehatan adalah menjadi

    tokoh panutan dibidang kesehatan. Untuk itu maka petugas

    kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan

    nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugas- petugas lain atau

    tokoh masyarakat juga merupakan panutan perilaku termasuk

    perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005 p. 60).

    d. Cara mengukur perilaku (praktik)

    Cara mengukur indikator perilaku dan memperoleh data

    atau informasi indikator-indikator perilaku tersebut, antara

    pengetahuan dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh data

    tentang pengetahuan cukup dilakukan melalui wawancara sedangkan

    untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat

    adalah melalui wawancara atau mengingat kembali perilaku yang telah

    dilakukan responden beberapa tahun yang lalu.

  • 38

    e. Bentuk perilaku

    Menurut (Notoatmodjo, 2003, p.65) bentuk perilaku secara

    lebih operasional dapat diartikan suatu respon organisme atau

    seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon ini

    berbentuk dua macam, yaitu:

    1) Bentuk pasif

    Perilaku bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di

    dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh

    orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin atau

    pengetahuan. Misalnya seseorang ibu yang menganjurkan kepada

    temannya untuk merawat payudara setelah melahirkan meskipun ia

    sendiri tidak atau belum pernah merawat payudara setelah

    melahirkan. Perilaku seperti ini juga disebut perilaku yang masih

    terselubung (covert behavior).

    2) Bentuk aktif

    Perilaku bentuk aktif dapat diobservasi dengan jelas secara

    langsung. Misalnya ibu yang menganjurkan temannya untuk

    merawat payudara setelah melahirkan setelah ia sendiri

    mempraktikkannya atau merawat payudara setelah melahirkan.

    Perilaku tersebut sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata

    sehingga disebut overt behavior.

  • 39

    f. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

    Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung

    dalam interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi terbentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu : 1) Faktor intern

    Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar,

    faktor ini meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

    motivasi.

    2) Faktor ekstern Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik

    seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi dan budaya.

    B. Kerangka Teori

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

    Sumber : Lawrence & Green(1980) ,dimodifikasi oleh Notoatmodjo (2007)

    a. Faktor predisposisi (predisposing factor) : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Nilai

    b. Faktor pendukung (enabling factor) : 1. Ketersediaan sarana 2. Sumber daya / dana 3. Keterampilan 4. Keterjangkauan

    c. Faktor penguat (reinforcing factor) : 1. Motivasi 2. Sikap dan perilaku masyarakat 3. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 4. Fasilitas dan peralatan yang memadai

    Kepatuhan Praktik IMD

  • 40

    C. Kerangka Konsep

    Variabel independen Variabel dependen

    Bagan 2.2 Kerangka Konsep

    D. Hipotesis

    Ha: Ada hubungan pengetahuan IMD pada ibu bersalin dengan kepatuhan

    praktik IMD.

    Pengetahuan IMD ibu bersalin

    Kepatuhan praktik IMD