Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah harta yang paling berharga di dunia ini. Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak bagi orang tua adalah sangat penting, artinya demi menjaga perkembangan dan pertumbuhan agar bisa tumbuh cerdas, sehat, dan kuat serta mendapatkan banyak pengalaman dan ketrampilan dalam hidup terutama kemampuan dalam menolong diri sendiri (Zaviera, 2008). Proses berpisah dari ibu selama 3 tahun pertama kehidupan anak sebagai hal yang penting dalam perkembangan kepribadiannya. Teori hubungan objek ini sangat menganggap penting perkembangan individu pada tahap awal, yaitu usia 0-5 tahun. Tahap awal perkembangan manusia ini dipandang sebagai masa pembentukan kepribadian individu dan menentukan bagaimana individu akan menapaki tahap perkembangan selanjutnya. Anak-anak yang mengalami banyak konflik dan hambatan pada tahap ini (usia 0-5 tahun) atau mereka kebutuhan dasarnya kurang terpenuhi akan memunculkan masalah pada tahap perkembangan selanjutnya (Nuryanti, 2008). Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia toddler ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila di usia toddler ini mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya maka akan berpengaruh besar pada kehidupan anak selanjutnya. Salah satu tugas besar pada anak usia toddler ini adalah pelatihan toilet training (Nursalam dkk, 2008). Pelatihan toilet training adalah hal yang penting. Untuk itu anak harus dididik pelatihan penggunaan toilet training, dalam hal ini orang tua harus memahami keadaan anak, tingkat perkembangan, dan cara belajar anak. Belajar untuk menggunakan toilet adalah semacam upacara perjalanan yang membantu anak merasa mandiri. Hal itu memberi anak kekuatan dan kontrol atas tubuh 1

description

kti

Transcript of Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

Page 1: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah harta yang paling berharga di dunia ini. Mengenali dan

memahami tumbuh kembang anak bagi orang tua adalah sangat penting,

artinya demi menjaga perkembangan dan pertumbuhan agar bisa tumbuh

cerdas, sehat, dan kuat serta mendapatkan banyak pengalaman dan ketrampilan

dalam hidup terutama kemampuan dalam menolong diri sendiri (Zaviera,

2008).

Proses berpisah dari ibu selama 3 tahun pertama kehidupan anak sebagai hal

yang penting dalam perkembangan kepribadiannya. Teori hubungan objek ini

sangat menganggap penting perkembangan individu pada tahap awal, yaitu

usia 0-5 tahun. Tahap awal perkembangan manusia ini dipandang sebagai masa

pembentukan kepribadian individu dan menentukan bagaimana individu akan

menapaki tahap perkembangan selanjutnya. Anak-anak yang mengalami

banyak konflik dan hambatan pada tahap ini (usia 0-5 tahun) atau mereka

kebutuhan dasarnya kurang terpenuhi akan memunculkan masalah pada tahap

perkembangan selanjutnya (Nuryanti, 2008).

Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia

toddler ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat cepat. Sehingga apabila di usia toddler ini mengalami hambatan

dalam pertumbuhan dan perkembangannya maka akan berpengaruh besar pada

kehidupan anak selanjutnya. Salah satu tugas besar pada anak usia toddler ini

adalah pelatihan toilet training (Nursalam dkk, 2008).

Pelatihan toilet training adalah hal yang penting. Untuk itu anak harus

dididik pelatihan penggunaan toilet training, dalam hal ini orang tua harus

memahami keadaan anak, tingkat perkembangan, dan cara belajar anak. Belajar

untuk menggunakan toilet adalah semacam upacara perjalanan yang membantu

anak merasa mandiri. Hal itu memberi anak kekuatan dan kontrol atas tubuh

1

Page 2: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

2

anak, dan membantunya mengambil langkah lagi untuk menjadi individu yang

mandiri. Salah satu tanda penting dalam kehidupan awal anak adalah

perpindahan dari popok ke penggunaan toilet. Ini adalah langkah besar untuk

semua orang yang terlibat dalam suksesnya pengajaran toilet training pada

anak (Warner, 2006).

Toilet training pada anak yang dilakukan oleh orang tua merupakan usaha

yang susah adalah untuk toddler karena beberapa hal yaitu pada masa usia

toddler masih dianjurkan atau kebiasaan untuk memakai diapers atau pospak

sebagai pengganti toilet, sehingga untuk toilet training harus belajar

meninggalkan kebiasaan pemakaian diapers atau pospak dimana anak belum

bisa menunjukkan bahasa tubuh yang membedakan apakah buang airnya hanya

keinginan atau perasaan atau benar-benar ingin serta buang air. Anak usia

toddler khususnya laki-laki tidak bisa menahan keinginannya untuk buang air

(Anonim, 2000).

Anak usia toddler yang terbiasa memakai diapers atau pampers dari kecil

akan mengalami keterlambatan jika dibandingkan anak yang tidak memakai

diapers atau pospak ketika berhadapan pada tuntutan lingkungan yang

mengharuskan anak untuk mampu mengeluarkan sisa makanan dan minuman

ditempat yang semestinya yaitu toilet. Keterlambatan anak-anak yang memakai

pampers tersebut dinamakan dengan hambatan yang dampaknya akan panjang

hingga anak dewasa apabila tidak segera ditangani.

Anak yang memakai diapers akan mengalami beberapa hambatan dari segi

sebab-akibat yaitu apabila anak buang air kecil dicelana akibatnya celananya

basah ini merupakan pelajaran logika hidup yang pertama dan kemampuan

berlogika akan digunakan sampai anak dewasa. Dari segi tanggung jawab

apabila anak mengotori celananya maka seharusnya anak mengganti celananya.

Anak yang tidak belajar dari segi sebab-akibat dan tanggung jawab ini dalam

proses pelatihan buang air besar dan buang air kecil di toilet menjadi terganggu

karena anak tidak mengenali kapan anak harus buang air besar atau buang air

kecil dan anak juga tidak mengenali cara menahan diri atau mengendalikan

perilakunya. Apabila ini berlangsung secara terus menerus anak akan sulit

Page 3: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

3

diatur atau sulit mengikuti aturan masyarakat. Kebiasaan memakai diapers

pada anak usia toddler maka anak akan kehilangan masa toilet trainingnya, dan

ini membawa dampak pada lingkungan, anak akan tidak percaya pada

lingkungan karena ketidakberhasilannya dalam melakukan toilet training

(Punky, 2005).

Berdasarkan penelitian 45% masih menggunakan diapers diusia toddler

meskipun dalam waktu yang singkat. 17% harus memulai proses lagi minimal

sekali, 17% harus memulai lagi setelah lebih dari dua kali, dan 35% harus

memulai berkali-kali (Warner, 2006).

Berdasarkan data yang diatas, dan berdasarkan data yang ada di

Perumahan Kinijaya Semarang, anak yang berusia toddler ada 50 anak.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tentang penggunaan diapers pada anak

usia toddler di Perumahan Kinijaya Semarang ini, masih ada anak-anak usia

toddler di Perumahan Kinijaya Semarang ini yang masih menggunakan diapers

karena para orang tua yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk anaknya

karena mayoritas bekerja di kantor. Penggunaan diapers sangat praktis dan

tidak memerlukan banyak waktu untuk memakainya ini menjadi alasan ibu-ibu

mengggunakan diapers.

Pada orang tua yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang

toilet training akan menerapkan sesuai dengan kemampuan dan kesiapan anak.

Sebaliknya pada orang tua yang kurang dalam pengetahuan tentang toilet

training akan menerapkan tidak sesuai dengan usia serta kemampuan anak, hal

ini dapat menimbulkan kecemasan, stres, dan muncul rasa marah jika melihat

anak tidak mampu melakukan toilet training. Orang tua yang membiasakan

anak memakai diapers hingga usia toddler ini akan merasa kerepotan apabila

anak harus dituntut untuk mandiri dalam melakukan toilet training sesuai

dengan tuntutan lingkungan yang ada disekitar.

Berdasarkan penelitian pengetahuan ibu tentang kesiapan toilet training

pada anak usia 18-24 bulan di Kediri, 70% baik. Kesiapan fisik 60% cukup,

kesiapan psikologis 55% cukup, dan persiapan intelektual 60% baik (Sholihah,

2009).

Page 4: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

4

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha agar anak mampu

mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Dalam

proses toilet training ini diharapkan terjadi pengaturan atau rangsangan dan

instink anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar dan perlu

diketahui bahwa buang air kecil dan buang air besar merupakan suatu alat

pemuasan untuk melepaskan ketegangan, dengan latihan ini anak diharapkan

dapat melakukan penundaan pemuasan (Hidayat, 2005).

Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri

anak dan keluarga seperti fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah

mampu dan kuat duduk sendiri atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk

dilatih buang air, demikian juga kesiapan psikologi dimana anak membutuhkan

suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam

merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil (Hidayat, 2005)

Beberapa anak siap menyesuaikan diri terhadap perubahan, tetapi ada

beberapa anak yang tidak suka perubahan. Jika anak dapat beradaptasi dengan

baik , anak biasanya lebih mudah diajari. Jika tidak, anak akan lebih banyak

bimbingan, dukungan, dan fleksibilitas dari orang tua (Warner, 2006).

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti

perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya, akan dapat

mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat retentif dimana anak

cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh

orang tua apabila sering memarahi anak pada saat anak buang air kecil dan

buang air besar, atau larangan anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam

memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami

kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka

membuat gara-gara, emosional, dan seenaknya dalam melakukan kegiatan

sehari-hari. Pengetahuan orang tua tentang toilet training disini sangat

diperlukan karena toilet training ini penting untuk perkembangan anak pada

selanjutnya.

Page 5: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

5

Berdasarkan fenomena diatas penulis berkeinginan untuk meneliti hubungan

pengetahuan ibu tentang toilet training dengan penggunaan diapers pada anak

usia toddler di perumahan Kinijaya Semarang.

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, diketahui bahwa masih banyak

anak usia toddler yang menggunakan diapers, anak akan kehilangan masa toilet

trainingnya. Anak yang terbiasa memakai diapers akan mengalami hambatan

antara lain anak tidak akan bisa mandiri dalam hal buang air kecil dan buang

air besar. Pengetahuan orang tua tentang toilet training berpengaruh sekali

dalam penggunaan diapers pada anak.

Berdasarkan survai di Perumahan Kinijaya Semarang didapatkan beberapa

ibu yang mempunyai anak usia toddler sebanyak 50 orang sekaligus jumlah

populasinya. Berdasarkan wawancara tidak berstruktur dengan beberapa ibu

yang mempunyai anak usia toddler yang masih menggunakan diapers peneliti

menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang toilet training disini masih

kurang dilihat dari penggunaan diapers pada anaknya, disamping itu juga

karena ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk bersama anaknya karena

mayoritas ibu-ibu di Perumahan Kinijaya Semarang ini bekerja di kantor.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka perumusan

masalahnya adalah “Adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentang toilet

training dengan penggunaan diapers pada anak usia toddler di Perumahan

Kinijaya Semarang“.

Page 6: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang toilet

training dengan penggunaan diapers pada anak usia toddler di Perumahan

Kinijaya Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang toilet training di Perumahan

Kinijaya Semarang.

b. Mendeskripsikan penggunaan diapers pada anak usia toddler di

Perumahan Kinijaya Semarang.

c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang toilet training

dengan penggunaan diapers pada anak usia toddler di Perumahan

Kinijaya Semarang.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi keluarga

a. Bagi orang tua

Di harapkan dalam penelitian nantinya orang tua dapat menambah

pengetahuan tentang toilet training pada anak tanpa menggunakan

diapers.

b. Bagi anak

Peneliti berharap dengan penelitian ini akan meningkatkan kemampuan

anak dalam melakukan toilet training dan anak lebih cepat beradaptasi

sesuai kemampuan yang dimiliki tanpa menggunakan diapers.

2. Bagi peneliti.

Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah ilmu

pengetahuan tentang toilet training dalam jangka panjang, anak mampu

melaksanakan toilet training dengan baik.

Page 7: Jtptunimus Gdl Ifachozina 5517 2 Babi

7

3. Bagi ilmu keperawatan.

Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan didalam bidang ilmu

keperawatan anak dan dapat melihat kemampuan anak usia toddler didalam

melakukan toilet training dalam memberikan asuhan keperawatan dan

pelayanan yang bermanfaat bagi yang membutuhkan. Perawat dapat

melakukan pengkajian terkait dengan pengetahuan ibu tentang toilet training

dengan penggunaan diapers pada anak usia toddler. Penggunaan diapers

dapat menimbulkan masalah fisik dan psikologis pada anak bila terbiasa

menggunakan diapers perawat dapat melakukan pengkajian tersebut untuk

melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi dari hal tersebut.

Berdasarkan masalah yang ada perawat dapat memberikan konseling

terhadap ibu yang menpunyai anak usia toddler yang masih menggunakan

diapers untuk tidak membiasakan menggunakan diapers karena akan

menimbulkan dampak fisik dan psikologis, dari sini diharapkan perawat

dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan ibu sehingga

masalah dapat teratasi.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini terkait dengan ilmu keperawatan anak dan keperawatan

komunitas.