JOURNAL.docx
Click here to load reader
-
Upload
jefri-eliyan -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
description
Transcript of JOURNAL.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Misnaniarti (2011) mengatakan bahwa desa siaga merupakan suatu gambaran dari
masyarakat yang sadar, mau, serta mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman kesehatan masyarakat (kurang gizi, penyakit menular, bencana, kecelakaan, dan
lain-lain) dengan memanfaatkan potensi desa secara gotong royong untuk menuju desa
sehat. Menurut Abdus (2010), desa siaga merupakan desa yang mempunyai kesiapan
sumber daya serta kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah ataupun
ancaman kesehatan secara mandiri dalam upaya mewujudkan desa sehat yang merupakan
basis bagi indonesia sehat. Jadi dapat disimpulkan bahwa desa siaga merupakan
gambaran dari masyarakat yang memiliki kesadaran dan kemauan, serta kesiapan sumber
daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah dan ancaman
kesehatan masyarakat secara mandiri dan gotong royong dengan memanfaatkan potensi
desa demi terwujudnya desa sehat.
Istilah Desa Siaga merupakan singkatan dari frase yang berarti “siap untuk
mengantar dan menjaga”. Sebuah desa dapat disebut sebagai Desa Siaga ketika desa
tersebut waspada dan siap, yaitu masyarakat mengetahui siapa yang membutuhkan
pertolongan dan membawanya ke tempat pelayanan yang memadai. Dengan
mengaktifkan Desa Siaga masyarakat dapat memecahkan masalahnya sendiri dan
berkontribusi dalam peningkatan pelayanan kesehatan, selain itu terdapat pula perubahan
penting dalam dinamika kemasyarakatan. Masyarakat desa akan menjadi lebih sadar
akan kesehatan dan lebih siap menghadapi kedaruratan medis (Germany, 2010).
Pelaksanaan desa siaga didasarkan pada SK Menkes No. 554/Menkes/VII/2004
tentang Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga dengan target nasional tahun 2008, yaitu
seluruh desa di indonesia menjadi desa siaga (Abdus, 2010). Sedangkan pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 564/Menkes/SK/VIII/2006 (Misnaniarti., 2011). Pelaksanaan desa siaga dilakukan
dengan memberdayakan masyarakan agar mau dan mampu untuk hidup sehat melalui
langkah-langkah pendekatan edukatif (upaya pendampingan/memfasilitasi masyarakat)
guna menjalin proses pembelajaran berupa proses pemecahan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat melalui upaya-upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) sebagai titik awal pengembangan desa siaga (Misnaniarti., 2011).
Contoh desa di Indonesia yang telah menerapkan Desa Siaga adalah desa Kliensari,
kecamatan Panarukan, kabupaten Situbondo tahun 2007 yang mampu melaksanakan
program Desa Siaga yaitu mengetahui, mengevaluasi, sekaligus mengetahui faktor
pendorong dan penghambat masalah kesehatan di desanya yaitu penyakit saluran nafas
atas, diare, dan balita dengan gizi buruk (Ervan Nasrullah, 2011).
B. Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk membahas:
1. Definisi Desa Siaga
2. Proses pembentukan Desa Siaga
3. Contoh Desa Siaga
4. Manfaat Desa Siaga
5. Pembahasan jurnal
BAB I
PEMBAHASAN
A. Tujuan Penelitian
Desa siaga merupakan desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan ( bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan ) secara mandiri ( Effendi,Makhfudli,2009). Tujuan dari dibentuknya desa
siaga adalah terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap masalah- masalah kesehatan ( bencana dan kegawatdaruratan kesehatan ) di
desanya. Puskesmas memiliki tugas sebagai fasilitator pengembangan desa siaga,
dimana selain memberikan pelayanan medis dasar, diharapkan mampu melaksanakan
tugas penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Apabila proses fasilitasi berhasil akan
menumbuhkan kemauan dan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, sehingga
keaktifan desa siaga berasal dari inisiatif masyarakat bukan dari puskesmas. Penelitian
Lucia Sri Rejeki, Mubasyir Hasanbasri, Guardian Yoki Sanjaya yang berjudul “ Peran
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Bantul ‘’ bertujuan untuk
melakukan kajian terhadap peran puskesmas dalam fasilitasi pengembangan desa siaga.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan rancangan studi
kasus, untuk mendeskripsikan peran puskesmas sebagai fasilitator desa siaga. Subyek
penelitian adalah kepala puskesmas dan bidan koordinator, serta tokoh masyarakat :
kepala bagian kesejahteraan rakyat desa, ketua Tim penggerak PKK desa, dan kader
kesehatan. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan dilakukan observasi
terhadap kegiatan- kegiatan terkait desa siaga.
C. Analisis Jurnal
Konsep community development menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
adalah pembangunan masyarakat, suatu proses usaha atau potensi yang dimiliki
masyarakat iintegrasikan sumber daya pemerintah, untuk memperbaiki kondisi ekonomi,
sosial, dan kebudaya-an, dalam konteks kehidupan berbangsa, dan mem-berdayakan
mereka agar mampu berkontribusi seca-ra penuh untuk mencapai kemajuan pada level
nasional. Community Development ini belum bisa terwujud karena berdasarkan hasil
penelitian, puskesmas tidak memperoleh pembekalan yang cukup dari dinas kesehatan
maupun pemerintah daerah baik tentang teknik fasilitasi maupun desa siaga itu sendiri.
Hasil observasi yang dilakukan diketahui beberapa wujud kegiatan desa siaga yang
telah dilakukan diantaranya posyandu, posyandu lansia, DB4MK (Desa Bebas 4 Masalah
Kesehatan), Gerakan Sayang Ibu, Gizi, Pemeriksaan Jentik Berkala, Pemberantasan
Sarang Nyamuk, PHBS, Penanggulangan kedaruratan dan bencana, Poskokesdes.
Sedangkan menurut Depkes RI, suatu desa dapat dikatakan sebagai desa siaga apabila
memenuhi kritera sebagai berikut :
1. Adanya forum masyarakat desa.
2. Adanya pelayanan kesehatan dasar
3. Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat
4. Dibina Puskesmas Poned
5. Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.
6. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.
7. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8. Memiliki lingkungan yang sehat.
9. Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan kriteria yang ada, upaya untuk mewujudkan desa siaga di Kabupaten
Bantul sudah dapat dikatakan memenuhi kriteria desa siaga, walaupun perlu adanya
peningkatan dan peran serta dinas kesehatan serta pemerintah daerah agar upaya yang
dilakukan dapat lebih maksimal. Dengan segala kendala yang ada, desa siaga di
kabupaten Bantul sudah seluruhnya dinyatakan sebagai desa siaga aktif dengan strata
yang bervariatif. Desa siaga pratama 49,3%, aktif madya 40%, aktif purnama 10,7%, dan
belum ada yang mencapai desa siaga aktif mandiri.
D. Hasil Penelitian
Desa siaga telah dilaksanakan dengan berbagai kegiatan upaya bersumberdaya
masyarakat (UKBM), namun semuanya belum berjalan seperti yang diharapkan.
Puskesmas telah berupaya dalam mendampingi pengembangan desa siaga, namun
fasilitasi yang dilakukan puskesmas belum mewujudkan community development
melainkan lebih kearah mobilisasi sosial.
E. Peran Perawat
Perawat juga mempunyai peran dalam mewujudkan Desa Siaga, diantaranya yaitu:
1. Peran sebagai pengelola
Peran perawat sebagi pengelola memiliki arti bahwa perawat mempunyai
peran dan tanggung jawab mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan
sesuai dengan manajemen keperawatan. Sebagai pengelola perawat memantau dan
menjamin kualitas asuhan atau pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan
mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
2. Sebagai pendidik
Sebagai pendidik perawat berperan dalam mendidik individu , keluarga atau
kelompok, serta tenaga kesehatan yang berada di bawahnya (Sudarma 2008). Dalam
jurnal tersebut perawat dapat membantu tenaga kesehatan lainnya untuk melatih dan
mendidik kader kader kesehatan yang sudah terpilih dan memberikan materi
pelatihan kader seperti pengembangan dan pengelolaan upaya kesehtaan
bersumberdaya masyarakat ( UKBM ), hal penting terkait kehamilan dan persalinan
sehat, keluarga sadar gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit
menular,penyediaan air bersih, kegawat daruratan sehari hari, serta meberikan
informasi tentang perilaku hidup sehat.
3. Peran perawat sebagai konselor,
Dalam hal ini, perawat akan memberikan konseling atau bimbingan kepada
kader, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas dan kesehatan
ibu dan anak.
4. Peran perawat sebagai kolabolator
Perawat harus mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan lain seperti
kepala puskesmas, dokter, bidan, petugas gizi, petugas kesehatan lingkungan, dan
petugas promosi kesehatan , agar tercapainya tujuannya yaitu membentuk desa
siaga.
5. Peran perawat sebagai motivator
Perawat harus mampu membangun motivasi masyarakat untuk bersama sama
membentuk desa siaga.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Desa siaga merupakan desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan ( bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan ) secara mandiri. Tujuan dari dibentuknya desa siaga adalah terwujudnya desa
dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah- masalah kesehatan
( bencana dan kegawatdaruratan kesehatan ) di desanya. Hasil dari penelitian jurnal
dijelaskan bahwa desa siaga telah dilaksanakan dengan berbagai kegiatan upaya
bersumberdaya masyarakat (UKBM), namun semuanya belum berjalan seperti yang
diharapkan. Puskesmas telah berupaya dalam mendampingi pengembangan desa siaga,
namun fasilitasi yang dilakukan puskesmas belum mewujudkan community development
melainkan lebih kearah mobilisasi sosial. Dalam hal ini perawat komunitas mempunyai
tanggungjawab dalam pelaksanaan dan keberhasilan dari desa siaga. Peran perawat
komunitas disini meliputi peran perawat sebagai pengelola, pendidik, konselor, kolaborator
dan motivator.
DAFTAR PUSTAKA
Abdus, M. (2010). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN DESA SIAGA DI DESA TUMBUKAN BANYU KECAMATAN DAHA SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
Effendi, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.Ervan Nasrullah, H. F. (2011). Analisis Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Kilensari Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2011.Germany, B. (2010). Persalinan Sebagai Urusan Desa.Misnaniarti., A. A. (2011, JUNI). KAJIAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI
KABUPATEN OGAN ILIR. JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN, 14, 78.
RI, D. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pos Kesehatan (Poskestren).Sulastomo. (2007). Managemen kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.Momon,Sudarma.(2008).Sosiologi Untuk Kesehatan.Jakarta:Salemba Medika
Effendi, Ferry,Makhfudli. (2009 ). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika