Journal Reading urologi

22
Journal reading : recent finding and new technologies in nephrolithiasis : a review of the recent literature Pembimbing : dr. Amrizal, SpU Koas : Yessi, Ratu, Ifah, Anissa

description

nefrolitiasis, management and diagnosis

Transcript of Journal Reading urologi

Journal reading :recent finding and new

technologies in nephrolithiasis :a review of the recent literature

Pembimbing : dr. Amrizal, SpUKoas : Yessi, Ratu, Ifah, Anissa

Abstrak

• Tulisan ini merangkum beberapa literature tentang penemuan terkini dalam hal batu ginjal.

• Tulisan ini membahas tatalaksana batu ginjal seperti terapi terbaru medikamentosa, teknologi baru dan terapi klasik seperti shock wave lithotripsy (SWL) yang memberikan modifikasi dalam tatalaksana batu ginjal.

• Pendekatan yang paling baik untuk memeriksa batu ginjal adalah dengan ureterorenoscopy dan secara percutaneous.

• Selanjutnya diharapkan ada penemuan baru yaitu dengan menggunakan flexible robotic pada ureterorenoscopy.

Pokok bahasan jurnal ini :

• Epidemiologi dan faktor resiko• Evaluasi metabolik dan terapi medis• Prosedur diagnostik• SWL• Operasi, prosedur endoskopi, prosedur robot

assited

Epidemiologi dan faktor resiko

• Data epidemiologi internasional menyatakan insiden dan prevalensi batu ginjal bertambah.

• Populasi orang putih lebih tinggi dan berkaitan dengan meningkatnya trigliserida

• Pada orang african american prevalensinya meningkat pada usia tua dan pasien dengan riwayat batu empedu

• Laki-laki lebih banyak dari perempuan.• Prevalensi kejadian pada anak bertambah.• Obesitas, diabetes milletus, hiperurisemia dan sindrom

metabolik meningkatkan resiko pembentukan batu

Evaluasi metabolik dalam terapi medis

• Mengidentifikasi faktor resiko metabolik dan pendekatan yang baik sangat penting untuk mencegah kekambuhan pembetukan batu.

• Pengaturan diet dan minuman harus dilakukan sebelum pemberian terapi farmakologi. Dan tetap berlanjut walau sudah minum obat.

• Banyak terapi digunakan untuk menurunkan resiko rekurensi dari batu kalsium, stabilisasi batu dan preventif dibutuhkan agar tidak dilakukan operasi pengeluaran batu.

Alkaline citrate• Kalsium sitrat menurunkan produk aktivitas ion dari kalsium

oksalat dan kalsium fosfat dan menghambat pertumbuhan serta agregasi dari kristal.

• Sitrat tersebut dapat menyebabkan alkalinisasi urin sehingga terjadi penurunan supersaturasi asam urat dan meningkatkan kelarutan cystine.

• Suplementasi sitrat berguna pada pasien hipositraturia dan pasien yang bed rest lama.

• Pada penelitian secara random ditemukan potasium sitrat memiliki potensi paling baik untuk menurunkan resiko rekurensi dibanding sodium potasium sitrat

• lemon dan orange juice bisa menjadi opsi pilihan yang lebih baik

Thiazides• Tujuan dari pemberian tiazid adalah untuk menurunkan ekskresi kalsium

pada pasien hiperkalsiuria.• Efek ini dipikirkan dimediasi dari peningkatan reabsorbsi kalsium di proksimal

dan distal nefron.• Hiperkalsiuria idiopatik : sering terjadi pada anak, timbul bersama dengan

keluhan : hematuria, disfungsi berkemih, nyeri pinggang, nyeri perut, batu ginjal, infeksi saluran kemih dan penurunan densitas mineral tulang.

• Modifikasi diet yang tidak berpengaruh maka pemberian terapi dengan diuretik tiazid dan atau terapi sitrat dibutuhkan.

• Hidroclorotiazid dalam dosis 25-50 mg 1-2 x/hari dan suplementasi dengan garam potasium yaitu potasium sitrat dalam dosis 3,5-7 mmol 2 x/hari dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehilangan potasium dan efek hipositraturia karena tiazid.

• Efek samping terapi tiazid adalah hiperparatiroid normokalsemia, timbulnya diabetes milletus, gout dan disfungsi ereksi sehingga angka drop out nya tinggi.

Allopurinol• Allopurinol bekerja sebagai inhibitor xantine oksida yang mencegah produksi

asam urat dari purine.• Pemberian allopurinol untuk mencegah pembentukan batu calcium oxalate.

Allopurinol digunakan pada pasien dengan atau tanpa hiperurisemia.• Pada tahun 1980 miano et al memperlihatkan penelitian tentang placebo

controlled dan pengobatan allopurinol pada pasien hiperurisemi yang membentuk batu. Hasilnya → kelompok yang menggunakan allopurinol tidak mengalami rekurensi sebanyak 75% sedangkan pada penggunaan placebo pasien yang tidak mengalami rekurensi sebanyak 45%.

• Guideline EAU menyatakan bahwa allopurinol mungkin bermanfaat bagi pasien dengan hiperurisemia dan pembentukan batu kalsium tapi tidak direkomendasikan bagi pasien dengan kelainan biochemical lainnya.

• Kelemahan utama dari pengobatan allopurinol adalah terjadinya efek samping yang berat yaitu sindrom Steven-Johnson atau Lyell, vaskulitis, hepatitis, dan gagal ginjal. Allopurinol harus dihentikan segera apabila timbul kemerahan pada kulit.

Fitoterapi

• Berbagai obat herbal telah digunakan sebagai terapi urolithiasis sejak jaman dahulu

• Obat herbal dan flavonoid menunjukkan kemampuan untuk mencegah kalsifikasi papiler dan intratubular di ginjal

• Fitoterapi mungkin secara klinis berkhasiat dalam mempercepat pengeluaran batu (<8 mm) tanpa efek samping selama pengamatan. Obat herbal lainnya menunjukkan keberhasilan dalam pengeluaran batu setelah SWL.

Prosedur diagnostik dan radiologi intervensi

• Non-kontras CT scan (NCCT) • USG• Paparan Radiasi pada pasien yang menjalani

pencitraan diagnostik mungkin menerima dosis berlebihan radiasi selama evaluasi diagnostik dan tindak lanjut awal. Protokol standar menggunakan sekitar 180 mA dan protokol dosis rendah akan dilakukan dengan sekitar 30 mA.

• SWL

• SWL pada frekuensi 60 shock/ menit hasil yang lebih baik dibandingkan 120 shock/menit

• SWL 90 sw /min hasil yang lebih baik dalam fragmentasi batu dibandingkan dengan 120 sw / min. Pengurangan frekuensi 30 sw / min efek proteksi pada pembuluh darah ginjal di hewan coba

• listrik yang ditingkatkan bertahap (18-20-22 kV) selama pengobatan memberikan hasil yang lebih baik

• DJ stent manfaat yang signifikan sebelum dilakukan ESWL dibandingkan dengan lithotripsy gelombang kejut in situ

• Stent mEnyebabkan lebih banyak gejala saluran kemih bawah• hidronefrosis tidak mempengaruhi tingkat keberhasilan untuk

batu ureter distal tetapi ↑jumlah perawatan • CT scan dapat memprediksi kerapuhan dan hasil pemecahan

setelah pengobatan SWL, dan memberikan informasi anatomi intrarenal, lokasi batu, dan komposisi batu. Hal ini membuat lini pertama pengelolaan batu adalah terapi endoskopi dan bukan SWL

• Batu sistin, kalsium oksalat monohidrat, dan brushite adalah yang paling mungkin terfragmentasi oleh SWL

Terapi pasca-SWL

• Phyllanthus niruri berperan dalam penghancuran batu di kaliks bagian bawah

• gabungan nifedipine dan ketoprofene memainkan peran penting dalam meningkatkan laju bebas batu daerah ureter proksimal dan tengah (85.7% vs 51,7%)

• tamsulosin dan ketoprofen meningkatkan laju bebas batu daerah ureter distal (82,1% vs 57,1%)

• suplemen sitrat dapat memainkan peran penting dalam terapi untuk mengeluarkan batu setelah SWL dan penurunan kekambuhan

SWL vs URS

• keduanya dianggap menghasilkan laju batu bebas yang sangat baik (86-90%), tetapi batu > 10 mm diterapi lebih baik dengan endoskopi (73% vs 67%)

• penghancuran batu saluran kemih dengan Ureteroscopi lebih baik dalam mencapai keadaan bebas batu, namun dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi dan lebih lama tinggal di rumah sakit

• URS memainkan peran yang unik selama kehamilan atau pada pasien dengan pembekuan darah yang tidak terkontrol

• SWL merevolusi terapi urolitiasis dan menjadi pilihan paling sering untuk pengobatan batu ureter dan ginjal. Selain itu, SWL memiliki tingkat komplikasi yang rendah

Endoskopi Digital

• Ureteroskopi yang tersedia memiliki diameter ujung sekitar 6,9-7,5 Fr dan diameter poros tengah 7,5-9,0 Fr dan dapat dimasukkan dalam ureter intramural tanpa dilatasi aktif

• uretroskopi DUR-D hasil gambar sangat baik, namun kaku dan ureteroskopi digital berdiameter besar dan butuh biaya yang lebih banyak.

• Storz FlexX2 wolf Viper memungkinkan defleksi hingga 270o kedua arah. sedangkan Olympus P5 memungkinkan 270o

dalam satu arah dan 180o ke arah lain. DUR 8-elitureteroscope (ACMI) adalah yang pertama yang menawarkan defleksi aktif baik primer ataupun sekunder hingga 270o

Aksesori Perangkat

• Keranjang yang ideal harus fleksibel, tahan lama, atraumatic, mudah digunakan / terlepas / dibongkar, dan memiliki dampak minimal terhadap aliran cairan dan defleksi tip

• perbandingan empat desain keranjang populer menunjukkan bahwa semakin kompleks konfigurasi kawat dan kemampuan defleksi tidak memberikan keuntungan atas keranjang simple cook N-circle nitinol

PNL

• Saat ini PNL merupakan prosedur yang paling invasif untuk pasien urolitiasis.

• Akses perkutan adalah metode pilihan dalam staghorn dan batu ginjal kompleks dengan diameter> 2 cm dan untuk batu pada pole yang lebih rendah dengan diameter> 1 cm.

Posisi pasien

• Penelitian Valdivia Uria tentang posisi pasien yang mudah dalam mengakses letak batu

• Nefrolitotomi perkutan posisi tengkurap dikaitkan dengan penurunan indeks jantung, peningkatan residual paru fungsional

• Posisi terlentang menurun ahli bedah paparan radiasi dan mempromosikan drainase batu spontan selama prosedur

PNL dibawah anestesi lokal

• PNL dengan anestesi lokal merupakan metode yang dapat digunakan untuk meminimalisir morbiditas prosedur.

• Indikasi harus sangat ketat dan harus mengecualikan pasien staghorn calculi, operasi ginjal sebelumnya, dan batu beban> 3,5 cm. Anestesi lokal juga harus mencakup saluran perkutan dan parenkim ginjal untuk mencapai kontrol nyeri pascaoperasi

Kesimpulan

• Urolitiasis masalah yang berkembang di negara industri, berhubungan dengan kebiasaan seperti diabetes, hipertensi, asupan purin tinggi, obesitas dan sindrom metabolik

• NCCT merupakan salah satu teknologi klinis yang paling berguna pada pasien batu.

• Kemjuan lebih lanjut dalam prosedur yang standar seperti ONL dan SWL.

Terimakasih