Journal Mata

26
BAB I PENDAHULUAN Uveitis disebabkan oleh bermacam penyebab termasuk penyebab infeksi dan non infeksi. Seringkali tanda- tanda klinis yang kurang spesifik serta bersamaan dengan penyakit lain. Pada beberapa kesempatan, uveitis merupakan perkembangan dari penakit lain di tubuh dan gejala pada mata merupakan tanda pertama dari penyakit sistemik tersebut. Ahli uveitis harus memiliki pengetahuan mendalam tentang semua entitas dan pemeriksaan yang sistematis dan lengkap termasuk pemeriksaan sistemik dan okular. Pendekatan algoritmik akan membantu dokter mata dalam penegakkan diagnosis. Selain tantangan tersebut di atas, India menyajikan masalah unik karena dari pola sosial ekonomi, demografi dan morbiditas. Prevalensi dan keparahan penyakit pada populasi ekonomi rendah berbeda dari yang di seluruh dunia, karena kurang baiknya perawatan kesehatan primer, keterjangkauan masyarakat miskin dan kepatuhan masyarakat miskin. Dokter mata 1

description

jurnal

Transcript of Journal Mata

Page 1: Journal Mata

BAB IPENDAHULUAN

Uveitis disebabkan oleh bermacam penyebab termasuk penyebab infeksi

dan non infeksi. Seringkali tanda-tanda klinis yang kurang spesifik serta

bersamaan dengan penyakit lain. Pada beberapa kesempatan, uveitis merupakan

perkembangan dari penakit lain di tubuh dan gejala pada mata merupakan tanda

pertama dari penyakit sistemik tersebut. Ahli uveitis harus memiliki pengetahuan

mendalam tentang semua entitas dan pemeriksaan yang sistematis dan lengkap

termasuk pemeriksaan sistemik dan okular. Pendekatan algoritmik akan

membantu dokter mata dalam penegakkan diagnosis.

Selain tantangan tersebut di atas, India menyajikan masalah unik karena

dari pola sosial ekonomi, demografi dan morbiditas. Prevalensi dan keparahan

penyakit pada populasi ekonomi rendah berbeda dari yang di seluruh dunia,

karena kurang baiknya perawatan kesehatan primer, keterjangkauan masyarakat

miskin dan kepatuhan masyarakat miskin. Dokter mata kami juga harus

memenuhi tantangan tambahan menangani masalah ini selain mengelola uveitis

perbagian juga menentukan pendekatan algoritmik dalam mendiagnosis uveitis.

Langkah-langkah dalam membangun Algoritma meliputi:

Mendefinisikan masalah dan asal diagnosis klinis dengan teknik naming

yang dikemukakan oleh Nozick.

Meninjau semua kemungkinan penyebab dan membandingkan dengan

pola uveitis yang ada, dikenal sebagai teknik meshing.

1

Page 2: Journal Mata

Membuktikan diagnosis dengan menghadirkan modalitas diagnostik secara

logis.

Mendiagnosis penyebab penyakit uveitis dimulai dengan anamnesis diikuti

dengan pemeriksaan sistemik dan pemeriksaan mata untuk mencapai kesimpulan

klinis. Selanjutnya penetapan diagnosis banding dilakukkan untuk pemeriksaan

laboratorium agar dapat menyingkirkan etiologi lain. Konsultasi dengan spesalis

lain mungkin diperlukan seperti rheumatologist, spesialis penyakit infeksi, paru

atau dokter kulit. 1

2

Page 3: Journal Mata

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anamnesa

Penegakkan diagnosa uveitis didapatkan dari anamnesa yang dilanjutkan

dengan pemeriksaan sistemik dan pemerikasaan mata. 70% diagnosa dapat

ditegakkan dari anamnesis. Riwayat penyakit sistemik dapat berhubungan dengan

penyakit mata, sehingga untuk menegakkan diagnosis dapat dilanjutkkan dengan

pemeriksaan laboratorium. Tabel 1 dibawah ini merupakan rincian yang dapat

ditanyakan dalam anamnesis pasien.1,2,3,4,5,6

Tabel 1

3

Page 4: Journal Mata

a. Usia

Beberapa penyakit dapat menyerang kelompok usia tertentu. Juvenile

artopati dan uveitis parasit biasanya mengenai usia dibawah 16 tahun. Uveitis

sekunder karena infeksi pada umumnya menyerang usia tua dan penyakit imun

biasanya mengenai usia pertengahan. 2,7 Contoh lainnya seperti :

Anak-anak : Arthritis rematoid juvenile, toksokariasis.

Dewasa muda : Behcet's, leukosit terkait antigen B27 (terkait uveitis),

Fuchs uveitis.

Usia lanjut : SindromVogt Koyanagi Harada (VKH), Herpes Zoster

Oftalmikus, Tuberkulosis dan lepra.

b. Jenis kelamin

Beberapa penyakit cenderung mengenai jenis kelamin tertentu.2 Seperti :

Laki-laki : spondlitis Ankylosa, Reiter, Behcet, oftalmia Simpatik.

Wanita : Artritis rheumatoid, Artritis rheumatoid Juvenile.

c. Ras

Beberapa penyakit dapat dipengaruhi oleh karakter demografi ras dan

keturunan. 1 Seperti :

Ras kulit putih : Spondilitis ankylosa, reiters.

Ras kulit hitam : Rarcoid.

Ras orientalis : sindrom VKH, sindrom Behcet.

d. Faktor sosial ekonomi

Kegiatan rekreasi seperti berenang ditempat umum dapat menyebabkan

penyakit yang ditularkan langsung melalui air yang akhirnya dapat mengakibatkan

4

Page 5: Journal Mata

uveitis seperti leptospirosis dan trematoda granuloma. Pasien yang memiliki

anjing atau kucing atau penangkaran hewan ini dapat terkena parasit usus yang

ditularkan melaui makanan yang terkontaminasi oleh tanah atau kotoran hewan

yang mengandung toxoplasma gondii dan toxocara canii. Tukang pipa dan pekerja

selokan juga berisiko terkena leptospirosis, yang ditularkan oleh spirochete dalam

air limbah dan air seni tikus, sapi atau hewan lainnya.8,9,10,11,12 Beberapa penyakit

zoonis adalah :

Toxoplasmosis-Kucing

Toksokariasis-Anjing,

Leptospirosis,sistiserkosis-Sapi.

Sistiserkosis,Leptospirosis-Babi.

e. Penyakit sistemik

Gangguan kolagen vaskular adalah contoh sistemik non-infeksi yang dapat

menyebabkan morbiditas okular yang parah. Contoh lain seperti sarcoidosis,

sindrom Behcet, sindrom Reiter dan sindrom VKH. TBC, kusta, sifilis adalah

infeksi sistemik yang dapat menyebabkan uveitis. infeksi sistemik lain seperti

Chikungunya dan penyakit Virus West Nile juga dapat menyebabkan peradangan

mata. endophthalmitis endogen lebih sering terjadi pada penderita diabetes, gagal

dan imunodepressan.11,13,14

f. Gejala okular

Nyeri, kemerahan dan fotofobia adalah gejala penting untuk uveitis

anterior, sedangkan floaters dengan atau tanpa penurunan visus gejela penting

untu k uveitis posterior. Nyeri saat mata digerakkan terlihat pada skleritis

5

Page 6: Journal Mata

posterior atau penyakit inflamasi orbital. Hilangnya visus bilateral secara tiba-tiba

menunjukkan sindrom VKH atau ophthalmia Simpatik.2,3,4,5

2.2 Pemeriksaan Ekstraokular

Tanda-tanda klinis dari penyakit okular dapat memperkuat penegakan

diagnosis. Biasanya pasien sering tidak menyebutkan tanda-tanda klinis ini

sehingga diharapkan dokter mata secara rutin mengevaluasi tanda-tanda penyakit

ekstraokular pada setiap pasien. Tabel 2 memberikan contoh tanda-tanda klinis

dalam kasus-kasus uveitis.

Table 2

2.3 Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan mata yang menyeluruh merupakan persyaratan untuk semua

pasien dengan uveitis, dimulai dengan pemeriksaan visus. Tanda penyakit

menular seperti penyakit Hansen atau Herpes dapat diperoleh pada pemeriksaan

6

Page 7: Journal Mata

adneksa. Tanda-tanda umum mata yang membantu dalam diagnosis dapat dilihat

ditabel Tabel 3.

Tabel 3

7

Page 8: Journal Mata

a. Pemeriksaan konjungtiva, episklera, sklera dan pupil

Pemeriksaan permukaan anterior mata pertama harus dilakukan dalam

pencahayaan redup. Peradangan konjungtiva dan episklera akan tampak berwarna

merah cerah di siang hari dan lebih berat pada forniks. Pada uveitis, kongesti

daerah perilimbal lebih berat dari pada konjungtiva palpebra dan fornik. Scleritis

ditandai dengan pelebaran pleksus vaskular yang lebih baik dilihat dengan

pencahayaan redup. Pemeriksaan pupil dapat memberikan informasi mengenai

kondisi etiologi dan perubahan struktural sebagai akibat dari peradangan.1

Pada slit lamp, uveitis dapat diklasifikasikan sebagai granulomatosa atau

non-granulomatosa. Keratik Persipitat dijumpai pada uveitis Fuch, sindrom

Posner Schlossman, uveitis sarkoid.

8

Page 9: Journal Mata

b. Anterior chamber reaction

Adanya sel dan flare di chamber anterior merupakan petanda adanya

peradangan iris dan badan siliar. Ukuran lapangan yang direkomendasikan untuk

pemeriksaan adalah sinar celah 1 mm dengan 1 mm untuk derajat sel dan flare

chamber anterior.

SUN * Working Group Grading Scheme untuk sel dan flare chamber anterior:

c. Iris

Pada pemeriksaan iris dapat ditemukan sinekia posterior yang

menghasilkan pupillae seclusio, dan dapat menyebabkan pembentukan iris bombe.

Atrofi Iris merupakan tanda dari uveitis herpes. Varicella zoster virus biasanya

menghasilkan atrofi iris sektor karena vaskulitis oklusif vaskuler, sedangkan

herpes simplex virus biasanya menghasilkan atrofi iris merata. Penyebab lain

atrofi termasuk iskemia segmen anterior, penyakit Hansen, trauma dan glaukoma

9

Page 10: Journal Mata

sudut tertutup. Granuloma mungkin menonjol dalam stroma iris atau koroid.

Nodul Iris yang paling sering terlihat di margin pupil disebut sebagai Koeppe

nodul sedangkan yang di permukaan iris disebut sebagai Busacca nodul.

Sarkoidosis, tuberkulosis, sindrom VKH, ophthalmia simpatik dan sifilis dapat

menimbul nodul iris. Pembuluh normal iris dapat terlihat melebar pada

peradangan akut yang menghasilkan hiperemia iris seperti pada iridis rubeosis;

dan akan menghilang setelah diobati. Hetero-chromia dari iris dapat berupa

hipokromik (lebih terang dari mata normal) seperti yang terlihat di iridosiklitis

heterochromic Fuch atau hiperkromik (lebih gelap dari mata normal) seperti yang

terlihat pada melanosis iris.

d. Bilik mata depan

Pemeriksaan Gonioskop dapat mengungkapkan adanya sinekia anterior

perifer. Selain itu juga dapat menemukan Keratik Persipitat , Hipopion yang tidak

terlihat pada pemeriksaan slit lamp, dan sel-sel inflamasi, penyumbatan

penyaringan oleh meshwork trabecular. Abnormal pembuluh darah iris,

neovaskularisasi atau percabangan pembuluh darah pad iridosiklitis heterochromic

Fuch dapat dinilai dengan gonioskopi sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang

tepat, dan kehadiran mereka dapat mengarahkan terapi yang tepat. Pada kasus

uveitis traumatis dapat ditemukan resesi sudut dan kehadiran benda asing.

e. lensa

Temuan lenticular penting termasuk katarak. Jenis katarak yang sering

pada pasien uveitis adalah posterior subkapsular. Perubahan lensa anterior juga

dapat terjadi, sering dihubungkan dengan kapsul penebalan lensa pada adesi iris.

10

Page 11: Journal Mata

Kekeruhan lensa anterior disertai dengan peninggian TIO (glaukomflecken) dapat

dijurigai sebagai glaukoma uveitis akut.

f. TIO

Pada pasien dengan uveitis biasanya TIO menurun karena gangguan

produksi aquos humour oleh badan siliar.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi TIO diantaranya akumulasi bahan

inflamasi dan debris di trabecular meshwork, trabeculitis, obstruksi aliran balik

vena, dan terapi steroid.

Penyebab peningkatan IOP meliputi:

Sindrom Posner-Schlossman.

Uveitis herpes.

Toksoplasmosis.

Iridosiklitis heterochromic Fuchs.

Sarkoidosis.

Iridosiklitis dengan glaukoma sudut tertutup sekunder.

Pada pasien dengan uveitis, reaksi ruang anterior harus dinilai sebelum

berangsur-angsur dari fluorescein untuk mencegah mengaburkan dari anterior

rincian ruang karena rona kehijauan yang disebabkan oleh pewarna setelah

menembus ruang anterior.

g. oftalmoskopi indirek

11

Page 12: Journal Mata

Ketika memulai oftalmoskopi penting untuk mengarahkan sinar

penerangan ke mata pasien tanpa menggunakan seiring lensa kondensasi. Refleks

merah kemudian dievaluasi. Teknik ini secara bertahap memungkinkan retina

pasien menyesuaikan cahaya masuk, perlu diberikan penjelasan ke pasien sebelum

paparan cahaya berkonsentrasi kuat dipancarkan, sehingga meningkatkan

kenyamanan dan kerjasama pasien dengan pemeriksaan. Informasi pada

oftalmoskofi didapatkan dari perubahan kualitas dan sifat refleks merah yang

dihasilkan. Sebagai contoh, pada chorioretinitis aktif refleks merah diganti

dengan refleks kekuningan. Pada perdarahan choroidal atau tumor ditemukan

refleks merah gelap didaerah tersebut. Selain itu, refleks merah dapat

mengungkapkan adanya massa di intravitreal seperti benda asing, membran, dan

parasit.

h. Vitrous

Pada vitritis aktif ditemukan sel putih yang menyebar antara cairan

vitreous dan formed vitreous. Sel tua berpigmen dan debris berpigmen dalam

ukuran besar juga dapat ditemukan.ditemukannya sel-sel aktif dapat memberkuat

diagnosis. Adanya vitritis lokal dapat mendasari penyakit retina dan penyakit

retinokoroidal. Akumulasi sel-sel inflamasi di sekitar pembuluh dapat terlihat

pada vaskulitis retina aktif. Sel-sel inflamasi yang menumpuk di retina perifer

inferior dapat terlihat di uveitis intermediet yang berhubungan dengan sarkoidosis.

Sel dapat terakumulasi dalam ruang intravitreal yang menyertai kontraksi fibril

vitreous dan posterior vitreous detachment.

i. Pars plana

12

Page 13: Journal Mata

Pemeriksaan retina perifer dan pars plana biasanya membutuhkan skera

depresi atau menggunakan three-mirror Goldmann contact lens. Eksudasi,

fibroglial band formation dan revaskularisasi adalah proses patologis yang terjadi

pada pars plana.

j. Retina dan koroid

Retinitis dengan yellow-white appearance biasanya berhubungan dengan

perdarahan dan eksudat baik fokal atau multifokal. Vaskulitis retina biasanya

terlihat pada retinitis, granulomatosis Wegener, Lupus Eritematosus Sistemik,

retinitis virus termasuk kelompok herpes, Chikungunya atau infeksi virus West

Nile, plebitis dapat dilihat pada Leptospirosis atau Sarcoidosis.

Peradangan koroid juga dapat fokal atau multifokal. Hal ini jarang

dikaitkan dengan vitritis karena pigmen retina sel epitel yang utuh dapat

mencegah migrasi sel inflamasi. Pada peradangan koroid akan memperlihatkan

adanya penebalan, infiltrat dan granuloma. Dekomposisi dari epitel pigmen retina

dapat mengubah permeabilitas sawar darah okular, sehingga menyebabkan ablasi

retina. Tuberkulosis dan sarkoidosis juga dapat menyebabkan koroiditis fokal dan

multifokal.

k. Optic disc

Peradangan disc optik dapat terjadi dengan atau tanpa tanda-tanda lain dari

uveitis. Keterlibatan disc optik dapat terjadi pada papillitis atau disc edema,

neovaskularisasi, infiltrat, dan cupping. Neovaskularisasi terjadi di daerah iskemik

dan ditandai dengan pembuluh rapuh yang mudah pecah. Sarkoidosis dan

13

Page 14: Journal Mata

leukemia dapat mengenai jaringan disc, menghasilkan tampilan yang mirip

dengan papillitis. Neuritis optik dapat terjadi pada multipel sklerosis.

l. Makula

Peradangan kronis dapat menyebabkan beberapa penyakit di makula,

diantaranya:

Edema makula kistoid

Macular lamellar holes

Pengumpalan pigmen epitel retina

Mebran neovaskular koroid

Exudative macular detachment.

2.4. Sistem pemeriksaan

Setelah anamnesis dan pemeriksaan sistemik lengkap dilakukan.

Kemudian dilanjutkan dengan teknik naming yaitu menetapkan jenis uveitis

sesuai dengan istilah yang ada (tabel 5) lalu istilah yang sudah dipilih disesuaikan

dengan pola uveitis yang ada. beberapa istilah yang dikaitkan dengan uveitis

beberapa diantaranya dapat dilihat ditabel 5 dibawah ini :

Tabel 5

14

Page 15: Journal Mata

Kemudian menetapkan kemungkinan etiologi (tabel 6a-e) atau penyebab

lainnya sebagai diagnosis banding (DD). Setelah DD (tabel 8) ditentukan

dilanjutkan dengan pemeriksaan untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan

diagnosis banding tersebut. Tabel 7 merupakan algoritma yang menunjukkan

pemeriksaan sistematis pada kasus uveitis.

Tabel 6a

15

Page 16: Journal Mata

Tabel 6b

Tabel 6c

16

Page 17: Journal Mata

Tabel 6d

Tabel 6e

Tabel 7

17

Page 18: Journal Mata

Tabel 8

18