JOOOSSGANDOS

86
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Obstruksi usus atau sering disebut ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdomen yang sering dijumpai, merupakan 60-70% seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendisitis akut. Di Indonesia, tercatat 7.059 kasus yang dirawat inap dan 7.024 kasus rawat jalan pada 2004, sedangkan di Amerika, diperkirakan sekitar 300-400 ribu kasus tercatat tiap tahunnya (Jeekel, 2003). Obstruksi ini dapat bersiat parsial atau komplet. Keparahannya tergantung pada daerah usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat, dan khususnya derajat dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu. Jadi, obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi pada usus dimana fungsi peristaltik usus normal namun isi usus tidak mampu untuk berjalan kedepan untuk menjalani proses sebagaimana fungsi normal usus. Kebanyakan obstruksi usus (85%) terjadi dalam usus halus. Perlekatan paling umum menyebabkan obstruksi usus halus (insiden sebanyak 60%), diikuti dengan hernia dan neoplasma. Penyebab lain mencangkup intususepsi, vulvus (pemutaran usus), dan ileus paralitik. Dan diperkirakan 15% obstruksi usus terjadi di usus besar dan kebanyakan ditemukan di sigmoid. 1

description

joosss

Transcript of JOOOSSGANDOS

Page 1: JOOOSSGANDOS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obstruksi usus atau sering disebut ileus obstruktif merupakan kegawatan

dalam bedah abdomen yang sering dijumpai, merupakan 60-70% seluruh kasus

akut abdomen yang bukan appendisitis akut. Di Indonesia, tercatat 7.059 kasus

yang dirawat inap dan 7.024 kasus rawat jalan pada 2004, sedangkan di

Amerika, diperkirakan sekitar 300-400 ribu kasus tercatat tiap tahunnya (Jeekel,

2003).

Obstruksi ini dapat bersiat parsial atau komplet. Keparahannya

tergantung pada daerah usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat, dan

khususnya derajat dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu. Jadi,

obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi pada usus dimana fungsi

peristaltik usus normal namun isi usus tidak mampu untuk berjalan kedepan

untuk menjalani proses sebagaimana fungsi normal usus.

Kebanyakan obstruksi usus (85%) terjadi dalam usus halus. Perlekatan

paling umum menyebabkan obstruksi usus halus (insiden sebanyak 60%), diikuti

dengan hernia dan neoplasma. Penyebab lain mencangkup intususepsi, vulvus

(pemutaran usus), dan ileus paralitik. Dan diperkirakan 15% obstruksi usus

terjadi di usus besar dan kebanyakan ditemukan di sigmoid. Penyebab paling

umum adalah karsinoma, divertikulitis, gangguan usus inflamasi dan tumor

ganas. (Brunner & Suddarth, 2001)

Usus halus yang mengalamai strangulasi dapat menjadi nekrosis dan

ganggren dalam waktu 6 jam. Sedangkan obstruksi usus besar bias

mengakibatkan kematian dan perforasi sekum.(Kahan & Ravers,2011) Secara

umum semakin tinggi tempat terjadinya penyumbatan, maka semakin parah

gejala dan tanda-tandanyab. Pasien yang mengalami obstruksi usus menunjukan

gejala seperti muntah-muntah, distensi abdomen, kolik abdomen, dan suara usus

besar. Jadi secara tidak langsung penyakit ini mengganggu penyerapan nutrisi

maupun cairan oleh intestinal sehingga mengganggu kenormalan dari salah satu

1

Page 2: JOOOSSGANDOS

proses sistem gastrointestinal.

Pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan benar perlu dilakukan

karena gejala-gejala yang muncul dapat mengganggu pasien untuk menjalankan

aktivitas kesehariannya. Sehingga perlu direncanakan asuhan keperawatan yang

melibatkan pasien beserta keluarga supaya dapat meminimalisir gangguan yang

timbul dan meningkatkan rasa nyaman serta kepercayaan diri dalam menghadapi

penyakitnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan tujuan di atas maka, dapat ditarik rumusan masalah untuk

kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya yakni bagaimana penerapan

asuhan keperawatan dengan kasus Obstruksi usus halus dan usus besar?

1.3 TUJUAN

Tujuan Umum :

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pada

pasien Obstruksi usus halus dan usus besar.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis

Obstruksi usus halus dan usus besar.

2. Mengetahui asuhan keperawatan bagi klien dengan penyakit Obstruksi usus

halus dan usus besar

1.4 MANFAAT

1. Teoritis : Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Inkontinensia urin.

2. Tenaga keperawatan : Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan

tepat pada pasein yang mengalami Inkontinensia urin.

3. Mahasiswa : Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi  mahasiswa 

tentang asuhan keperawatan pada Inkontinensia urin

4. Institusi : Sebagai referensi tambahan dalam proses pembeajaran mata kuliah

SISTEM PERKEMIHAN. Akademik mendapatkan tambahan referensi untuk

melengkapi bahan pembelajaran.

.

2

Page 3: JOOOSSGANDOS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Usus Kecil

Usus halus adalah tabung yang panjangnya 2,5 m dalam keadaan hidup

dan 6 m saat mati saat otot telah kehilangan tonusnya dan memanjang dari

lambung sampai katub ileo-kolika, yaitu tempat bersambungnya dengan usus

besar (Evelyn, 2008). Usus halus mempunyai diameter 2,5 cm yang dibagi

menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum (Perry & Potter, 2000).

Dua fungsi utama dari usus halus adalah sebagai penyerapan nutrisi dari

lumen usus dan menjaga keseimbangan antara penyerapan (yang diserap adalah

protein, lemak, dan hidrat karbon) dan sekresi air dan elektrolit. Usus halus

dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum (Evelyn, 2008).

1) Duodenum

Duodenum adalah bagian pertama dari usus halus yang mempunyai

panjang 25 cm, berbentuk seperti sepatu kuda, dan atasnya mengelilingi

ujung pankreas. Saluran empedu memasuki dan saluran pankreas masuk ke

dalam duodenum melewati lubang yang disebut ampula hepatopankreatika,

atau ampula Vateri yang berjarak 10 cm dari pilorus. Duodenum merupakan

3

Page 4: JOOOSSGANDOS

bagian paling proksimal, paling lebar, paling pendek, dan paling sedikit

pergerakannya dari bagian usus halus lainnya.

2) Jejunum

Jejunum menempati bagian yang terletak di sebelah atas. Warna

lebih merah dan lebih banyak mengandung pembuluh darah, dinding lebih

tebal dan diameter lebih besar, plica circularis kerkringi (katub besar yang

ada di lumen usus) lebih besar dan jumlah lebih banyak, villi intestinales

lebih besar dan jumlahnya lebih banyak. Percabangan pembuluh darah

kurang kompleks. Keadaan tersebut tampak jelas perbedaannya apabila

dibandingkan dengan jejunum bagian proximal dan ileum bagian distal,

dimana di bagian tengah perbedaan itu kurang jelas.

Mesenterium pada jejunum kelihatan lebih terang oleh karena jaringan

lemak extraperitoneal hanya terbatas pada pangkal pembuluh-pembuluh

darah, sedangkan pada ileum jaringan lemak tersebut mengikuti panjang

pembuluh darah sampai pada dinding ileum. Kurang lebih 1 meter disebelah

proximal dari ujung terminal ileum terdapat divertikulum Meckeli yang

merupakan sisa dari ductus omphalomesentericus, (tabung panjang yang

menghubungkan yolk sac dan lumen) mempunyai ukuran 5 cm. Permukaan

dalam jejenum berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan

usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner (kelenjar

submukosa yang berada di usus 12 jari). Secara hitologis pula dapat

dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak

Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan jejenum dan usus illeum secara

makroskopis.

4

Page 5: JOOOSSGANDOS

3) Ileum

Ileum menempati bagian akhir dari bagian usus halus. Usus

penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, usus ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak

setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum

memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap

vitamin B12 dan garam-garam empedu. Jejunum dan ileum menempati

sebagian besar cavum abdominis, bahkan sampai ke dalam cavum pelvicum

dan difiksasi oleh mesenterium (menghubungkan organ bersangkutan dengan

dinding tubuh). Mesenterium berbentuk kipas dengan bagian yang terlebar di

bagian tengah sebesar 20cm, melekat pada dinding dorsal abdomen dan

tempat melekatnya disebut radix mesenterii. Panjang radix mesenteri kira-

kira 15cm, terletak miring dari cranial kiri ke kaudal kanan, dimulai dari

flexura duodeno jejenalis (setinggi corpus vertebra lumbalis II) sampai

setinggi articulation sacroiliaca dextra. Oleh karena jejuno ileum bentuknya

lebih panjang dari radix mesenteri , maka jejuno ileum terletak berkelok-

kelok, sangat mobile dan mudah bergerak. Didalam mesenterium terdapat

cabang-cabang dari arteri mesenterica superior, serabut saraf, limphonodus,

pembuluh lymphe dan jaringan lemak. Radix mesenteri menyilang disebelah

ventral pars horizontalis duodeni, corpus vertebra lumbalis III, dan ureter

dextra.

Pergerakan usus halus disebabkan oleh aktifitas 2 lapis otot polos

yaitu lapisan otot polos longitudinal di bagian luar dan lapisan otot sirkuler di

bagian dalam. Pergerakan usus halus berfungsi untuk mencampur makanan

dengan enzim percernaan dan mendorong makanan ke arah kolon.

Dibutuhkan waktu 3-5 jam agar makanan dari pylorus di ilokeal junction.

Isinya yang cair digerakan oleh serangkaian gerakan peristaltik yang cepat,

setiap gerakan memiliki waktu 1 detik dan diantara kontraksi terdapat masa

relaksasai selama 2 detik. Ada juga 2 jenis gerakan lain yaitu:

5

Page 6: JOOOSSGANDOS

a. Gerakan segmental

Otot yang terutama berperan pada kontraksi untuk mencampur

makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh

makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi

ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1-4 cm, pada saat suatu segmen

usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera

berkontraksi, sehingga makanan bercampur dengan enzim pencernaan dan

mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus lalu terjadi absorsi.

Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat

yang merupakan basic electrical rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna.

Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8- 12 kali/menit, pada duodenum 9

kali/menit, sekitar 7 kali/menit pada ileum dan setiap kontraksi berlangsung

5-6 detik.

b. Gerakan pendulun

Gerakan pendulun atau ayunan menyebabkan isi usus bercampur.

Mekanisme absorbsi air dan elektrolit, Pergerakan ion antara lumen usus dan

sirkulasi terjadi melalui proses difusi sederhana dan transport aktif.

Pergerakan pasif ion natrium kedalam atau keluar dari lumen terjadi pada

bagian lateral dan tight junction. Pergerakan ini terjadi akibat adanya

perbedaan konsentrasi dan muatan listrik (electrochemical gradient). Pada

usus halus transport aktif natrium berperanan penting untuk absorbsi glukosa

dan asam amino. Sebaliknya adanya glukosa dalam lumen saluan cerna akan

meningkatkan reabsorbsi natrium. Hal ini menjadi dasar fisiologis pemberian

NaCl dan glukosa (oralite) pada penderita diare (Evelyn, 2008).

6

Page 7: JOOOSSGANDOS

2.2 DEFINISI

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi

usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat bersifat Kebanyakan obstruksi

usus (85%) terjadi dalam usus halus. Perlekatan paling umum menyebabkan

obstruksi usus halus (insidens sebanyak 60%), diikuti dengan hernia dan

neoplasma (Brunner & Suddarth, 2001).

Obstruksi usus terjadi apabila sumbatan mencegah aliran normal dari isi usus

melalui saluran usus (Brunner & Suddarth, 2001).

Aliran ini dapat terjadi karena 2 tipe proses yaitu Mekanis dan Fungsional:

1. Tipe proses mekanis yaitu terjadinya obstruksi intramural atau obstruksi mural

dari tekanan pada dinding usus. Contoh penyebab kondisi ini adalah intususepsis,

tumor polipoid dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia, dan abses.

2. Tipe proses fungsional yaitu muskulatur usus tidak mampu mendorong isi

sepanjang usus. Contohnya adalah amiloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin

seperti diabetes melitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson

yang juga bersifat sementara sebagai akibat dari penanganan usus selama

pembedahan.

Obstruksi usus halus meliputi obstrusksi parsial (sebagian) atau total usus

halus. Obstruksi pada neonatus, bayi atau anak kemungkinan paling sering

diakibatkan oleh hernia, malrotasi, ileus mekoneum, divertikulum Meckel,

intususepsi, atau atresia. Sedangkan pada orang dewasa paling sering disebabkan

oleh adhesi, hernia, penyakit Chorn, ileus batu emepedu, atau tumor.

7

Page 8: JOOOSSGANDOS

Pada obstrusksi usus halus dapat terjadi obstruksi lengkung usus terbuka

ataupun tertutup. Pada obstruksi lengkung usus tertutup komplikasi penyakit

dapat terjadi dengan cepat, sedangkan pada obstruksi usus terbuka

perkembangan komplikasi menjadi lebih lambat (Kahan & Raves, 2011).

Menurut Burner & Suddarth (2002), “Pada obstruksi usus halus dapat

terjadi distensi dan retensi cairan mengurangi absorbsi cairan dan merangsang

lebih banyak sekresi lambung”.

Obstruksi usus halus sering memiliki onset cepat dan sering disebabkan

oleh adhesi atau hernia (Grace & Borley, 2011).

Obstruksi usus halus berarti sebagian usus halus atau seluruhnya

mengalami penyumbatan. Ketika hal ini terjadi, isi usus tidak bisa keluar dengan

benar dari tubuh. Kotoran, cairan, dan gas menumpuk di dalam usus. Hal ini

merupakan kondisi yang berpotensi serius yang memerlukan perawatan medis

yang mendesak (Mahnke, 2012).

2.3 ETIOLOGI

Berdasarkan Burner & Sudath (2011), “Penyebab obstruksi usus halus

pada manusia berbeda berdasarkan pada usia pasien, durasi gejala klinis, dan

apakah pasien memiliki riwayat operasi/trauma abdomen atau tidak. Obstruksi

pada neonatus, bayi atau anak kemungkinan paling sering diakibatkan oleh

hernia, malrotasi, ileus mekoneum, divertikulum Meckel, intususepsi, atau

atresia. Sedangkan pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh adhesi,

hernia, penyakit Chorn, ileus batu emepedu, atau tumor”.

1. Tumor usus

Tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau

tumor di luar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus, akibatnya

lumen usus menjadi tersumbat sebagian. Bila tumor tidak diangkat akan

mengakibatkan obstruksi lengkap

8

Page 9: JOOOSSGANDOS

2. Adesi (perlengketan)

adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau

peritonitis sering meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah

lengket pada lumen usus dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-

mana. Adesi ini dapat menghalangi peristaltic usus halus dan

menyebabkan angulasi secara akut dan kekusutan pada usus, sering

terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal dilakukan.

3. Hernia

Hernia yaitu penyakit akibat turunnya buah zakar seiring

melemahnya lapisan otot dinding perut. Dinding rongga yang lemah itu

membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini

sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari

usus. Protusi (penonjolan) usus melalui area yang lemah dalam usus atau

dinding atau otot abdomen, akibatnya aliran usus tersumbat total.

Sehingga aliran darah ke area tersebut dapat tersumbat juga. Ini

merupakan bawaan atau di dapat didalam kavum peritoneum.

4. Penyakit Crohn

Penyakit Crohn (juga dikenal sebagai colitis granulomatosa dan

enteritis regional) adalah penyakit inflamasi usus yang dapat

mempengaruhi setiap bagian dari saluran pencernaan dari anus ke mulut,

menyebabkan berbagai gejala. Ini terutama menyebabkan sakit perut,

diare (yang mungkin berdarah), muntah, atau kehilangan berat badan,

tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi di luar saluran pencernaan

seperti ruam kulit, radang sendi dan peradangan mata.

9

Page 10: JOOOSSGANDOS

5. Intususepsin

Intususepsin adalah invaginasi atau masuknya sebagian dari usus

ke dalam lumen usus yang berikutnya. Intususepsinsering terjadi antara

ileum bagian distal dan cecum. Dimana bagian terminal dari ileum masuk

kedalam lumen cecum. Salah satu bagian dari usus menyusup ke dalam

bagian lain yang ada di bawahnya (seperti pendekatan teleskop).

Akibatnya terjadi penyempitan lumen usus Intususepsin yang terjadi pada

anak anak bersifat idiopatik (penyebabnya tidak di ketahui)

6. Malrotasi

Malrotasi merupakan gagalnya suatu rotasi/perputaran dan fiksasi

normal pada organ, dalam hal ini yaitu usus tengah, selama

perkembangan embriologik. Malrotasi mengakibatkan kelainan

kongenital berupa posisi usus yang abnormal di dalam rongga

peritoneum, dan biasanya meliputi baik usus halus maupun usus besar.

7. Mekonium ileus

Mekonium ileus adalah obstruksi pada ileum terminal yang

disebabkan oleh konsistensi mekonium yang abnormal dimana

mekonium menjadi tebal, viscous, kering dan keras. Mekonium ini

memiliki kadar air yang berkurang sebagai hasil dari penurunan aktivitas

dari enzim pankreas dan perpanjangan waktu transit usus halus. Biasanya

tampak pada neonatus dengan Cystic fibrosis (10-20%). Mekonium ileus

meliputi lebih dari 33% dari obstrusi usus halus pada neonatus. Sekitar

50% dari kasus merupakan komplikasi dari malrotasi, atresia intestinal,

atau perforasi.

8. Divertikulum Meckel

Divertikulum Meckel adalah outpouching atau tonjolan di bagian

bawah dari usus kecil.Tonjolan ini bawaan (hadir sejak lahir) dan

merupakan sisa dari tali pusar. DivertikulumMeckel adalah cacat bawaan

yang paling umum dari saluran pencernaan. Ini terjadi pada sekitar 2-3

persen dari populasi umum. Ini adalah cacat bawaan, yang berarti bahwa

anda dilahirkan dengan itu atau dengan kelainan struktur.

10

Page 11: JOOOSSGANDOS

9. Atresia duodenum

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari

usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran

terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari

lambung ke usus. Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh

membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan duaujung kantong

duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung ujung

duodenum yang tidak bersambung.

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada obstruksi usus halus terjadi akumulasi isi usus, cairan dan gas pada

daerah diatas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan

mengurangi absorbsi dan merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan

peningkatan distensi maka tekanan dalam lumen usus meningkat, menyeabakan

penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Nantinya kejadian ini kana

menyebabkan edema, kongesti, nekrosis dan akhirnya ruptur atau perforasi dari

dinding usus. Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah

dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta

dapat menyebabkan penurunan klorida dan kalium dalam darah yang akhirnya

mencetuskan alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosis yang selanjutnya

disebabkan oleh hilangnya cairan dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut

syok hipovolemik mungkin dapat terjadi (Burner & Sudath, 2002).

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala awal yang ditimbulkan biasanya berupa nyeri kram yang terasa

seperti gelombang dan bersifat kolik, mual, dan distensi abdomen dalam

berbagai tingkatan. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan

materi fekal dan tidak terdapat flatus. Biasanya terjadi juga muntah. Pada

obstruksi koplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan

akhirnya berbalik arah, dan isi usus terdorong ke depan mulut. Bila obstruksi

terjadi pada ileum, maka muntah fekal dapat terjadi. Pertama, pasien

memuntahkan isi lambung, kemudian isi duodenum dan jejunum yang

mengandung empudu, dan akhirnya, dengan disertai nyeri paroksisme, pasien

11

Page 12: JOOOSSGANDOS

memuntahkan isi ileum yaitu suatu bahan mirip fekal yang berwarna lebih gelap

(Burner & Suddath, 2011).

Gejala obstruksi usus yang lebih bervariasi tergantung pada lokasi

obstruksi, lamanya obstruksi, dan penyebabnya. Gejala selanjutnya yang bias

muncul termasuk dehidrasi, oliguria, hypovolemik, penurunan respirasi dan

peritonitis. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruktif yang muncul

setiap 4 sampai 5 menit. Nyeri pada obstruksi usus halus biasanya terlokalisasi

supraumbilikus di dalam abdomen. Muntah refleks ditemukan segera setelah

mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun makanan dan cairan yang

terkandung, yang juga diikuti cairan duodenum, yang kebanyakan cairan

empedu. Muntah terlihat dini dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning

(Harrison’s, 2001).

Dehidrasi umumnya terjadi pada obstruksi usus halus yang disebabka

muntah yang berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit

kering dan lidah kering, pengisisan aliran vena yang jelek (Winslet, 2002). Tanda

yang pasti dari dehidrasi adalah: pasien mengalami haus terus-menerus,

mengantuk, malaise umum, dan lidah serta membran mukosa menjadi pecah-

pecah. Abdomen menjadi distensi. Semakin ke bawah obstruksi di area

gastrointestinal yang terjadi, semakin dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

Diagnosa didasarkan pada gejala yang digambarkan di atas serta pemeriksaan

sinar-x. Sinar-X terhadapa abdomen akan menunjukkan kuantitas abnormal dari

gas dan/atau cairan dalam usus. Pemeriksaan laboraturium (misal pemeriksaan

elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dari

kehilangan volume plasma, dan kemungkinan infeksi.

12

Page 13: JOOOSSGANDOS

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT dengan kontras oral dapat menunjukan zona transisi dari usus yang

mengalami obstruksi dan dilatasi ke usus normal yang kolaps.

2. Pemeriksaan rontgen polos untuk menunjukan distensi usus, air fluid level,

udara bebas (jika terjadi perforasi) serta benda asing.

3. Tes darah berfungsi untuk mengetahui terjadinya infeksi atau tidak serta

untuk mengetahui masalah lain seperti dehidrasi.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan pemeriksaan anatomi

jaringan lunak pada tubuh. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menentukan

lokasi obstruksi usus lebih akurat (J Trauma, 2008).

5. Kadar amilase kemungkinan meningkat ringan

2.7 PENATALAKSANAAN OPICSTIC

1. Dekompresi pasien dengan nasogastric tube (NGT) yang panjang dari

proksimal usus ke area penyumbatan, selang dapat dimasukkan dengan lebih

efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.

2. Periksa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, seperti :

a. Terapi Na+, K+, dan komponen darah

b. Ringer laktat untuk memeriksa kekurangan cairan intersyisial

c. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

3. Pantau keadaan pasien dengan diagram keseimbangan cairan, kateter urin,

diagram suhu, nadi dan nafas reguler, pemerikasaan darah.

Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,

ileus paralitik atau infeksi.

13

Page 14: JOOOSSGANDOS

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan elektrolit

dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan

dekompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan

obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali ke normal.

Banyak kasus ileus adinamik dapat sembuh hanya dengan dekompresi intubasi

saja. Obstruksi usus halus jauh lebih berbahaya dan lebih cepat berkembang

daripada obstruksi kolon.

1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Terapi Na+, K+, komponen darah

3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area

penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien

berbaring miring ke kanan.

6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,

ileus paralitik atau infeksi.

8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

Untuk Penatalaksanaan ileus obstruktif dapat menurunkan

angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini disebabkan telah dipahaminya dengan

tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi

usus. Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam

aturan yang tetap, yaitu :

14

Page 15: JOOOSSGANDOS

1) Persiapan penderita.

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa

obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan

penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali.

Persiapan penderita meliputi :

a. Dekompressi usus.

b. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.

c. Atasi dehidrasi.

d. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4-24

jam sampai saatnya penderita siap untuk operasi.

2) Operatif.

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder. Operasi dilakukan dengan mengingat beberapa

kondisi atau pertimbangan. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian

disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi

selama laparotomi. Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal

yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung

b. Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai

akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.

c. Apakah ada risiko strangulasi (keadaan terjepitnya suatu saluran,

yang mengakibatkan gangguan oksigenasi jaringan).

d. Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada

obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang

tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama,

sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%

(Burner Suddath, 2002).

15

Page 16: JOOOSSGANDOS

2.9 KOMPLIKASI

1. Ketidakseimbangan elektrolit

2. Lubang (perforasi) dalam usus

3. Infeksi

4. Jaundice (menguningnya kulit dan mata)

Jika obstruksi terjadi pada aliran suplai darah ke usus, maka dapat

menyebabkan infeksi dan kematian jaringan (nekrosis). Aliran darah yang tidak

lancar dalam waktu lama memungkinkan terjadinya kematian jaringan di usus.

Hernia, volvulus, dan intususepsi membawa risiko kematian jaringan yang lebih

tinggi. Pada bayi yang baru lahir, obstruksi usus dapat menyebakan hancurnya

dinding usus. Hal ini dapat menyebabkan infeksi darah dan paru-paru (Heller,

2012).

16

Page 17: JOOOSSGANDOS

17

Page 18: JOOOSSGANDOS

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

A. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.

Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya

biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan

kaku.

B. Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,

misalnya gejala awal sakit, keluhan utama seperti yang tertera diatas. Kaji

skala nyeri dengan menggunakan pendekatan PQRST :

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau

terus- menerus (menetap).

R : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala

numeric 1 sampai dengan 10.

T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan

memperingan keluhan.

C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat

ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

dengan klien.

18

Page 19: JOOOSSGANDOS

E. Pemeriksaan Umum

1. Inspeksi: perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm

steifung. Benjolan pada regio inguinalis, femoral, dan skrotum

menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada invaginasi dapat terlihat

massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila

ada bekas luka operasi sebelumnya.

2. Auskultasi: hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase

lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

3. Perkusi: hipertimpani

4. Palpasi: kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

F. Pemeriksaan Fisik

1. B1 (Breath)

Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda : Napas pendek dan dangkal

2. B2 (Blood)

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi

Tanda : Syok

3. B3 (Brain)

Gejala : pusing, pening

Tanda : gelisah

4. B4 (Bladder)

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda : Perubahan warna urine dan feces

5. B5 (Bowel)

Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik,

anoreksia, mual atau muntah dan haus terus menerus.

Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan, muntah berwarna

hitam dan fekal, membran mukosa pecah-pecah, kulit

buruk.

6. B6 (Bone)

Gejala : Kelelahan danngantuk.

Tanda : Kesulitan ambulasi

19

Page 20: JOOOSSGANDOS

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM

DS : Klien mengeluh nyeri

DO :

P : nyeri timbul akibat adanya benturan tumpul pada abdomen saat kecelakaan

Q : Nyeri yang di rasakan seperti di tusuk tusuk

3.0R : Terasa nyeri di bagian perut bawah

S : Skala nyeri 8 (skala antara 1-10)

T : Nyeri timbul ketika klien melakukan pergerakan

Obstruksi

Distensi Perut

Nyeri

Nyeri

DS : Pasien mengeluh lemah

DO : Mual, Muntah

Obstruksi usus

Distensi abdomen/ akumulasi gas di usus

Mual muntah

Resiko kekurangan cairan

Volume cairan

DS : Klien mengeluh sesak saat bernafas

DO : RR meningkat,

RR = >20x/menit

tekanan intra abdomen meningkat

Reaksi diafragma terhambat

Kapasitas residual fungsional

Suplai O2 menurun

Sesak

Ketidakefektifan pola nafas

Ketidakefektifan pola nafas

20

Page 21: JOOOSSGANDOS

DS : Klien mengeluh tidak nafsu makan dan mual

DO : missal

A :

BB -> 55Kg, sedangkan BB idealnya 64,8 Kg

TB -> 172 cm

LILA -> 30cm

B = Kenaikan Hb, Eritrosit, leukosit dan limfosit, Albumin 3,5 gr/dl

C = Klien merasa mual dan terlihat lemas, membrane mukosa pucat

D = Klien hanya bias menghabiskan setengah porsi ketika makan jenis diet tinggi kalori, tinggi protein

Nyeri

Mual dan muntah

Penurunan intake nutrisi

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh

DS : Pasien merasa demam

DO : Kenaikan suhu tubuh dan nyeri

Obstruksi usus

Terganggunya aliran darah

Nekrosis jaringan

Resiko infeksi

Resiko Infeksi

DS : Klien mengaku susah buang air besar

DO : Dalam 3 hari klien tidak buang air besar

Terjadinya obstruksi

Penumpukan isi usus di bagian proximal

Konstipasi

Konstipasi

21

Page 22: JOOOSSGANDOS

DS : Klien meengeluh cemas dengan keadaan penyakit yang di alaminya

DO :

- Insomnia

- Gelisah

Penatalaksanaan pembedahan

Pre operasi

Kurang pengetahuan

Ansietas

Ansietas

22

Page 23: JOOOSSGANDOS

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d distensi abdomen sekunder terhadap obstruksi usus.

2. Risiko kurang volume cairan b/d mual muntah

3. Ketidakefektifan pola nafas b/d distensi abdomen atau kekakuan

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d menurunnya absorpsi nutrisi sekunder

dengan penurunan fungsi usus.

5. Risiko tinggi infeksi b/d kemungkinan nekrosis dan ruptur usus.

6. Konstipasi b/d kelemahan fungsi abdomen.

7. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

23

Page 24: JOOOSSGANDOS

3.3 INTERVENSI

Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen sekunder terhadap

obstruksi usus.

Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.

Kriteria Hasil : Dalam 1 x 24 jam nyeri mereda

Intervensi :

1. pantau tingkat nyeri dengan skala 0-10.

Rasional : Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri dan alat

untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.

2. Pertahankan tirah baring sesuai program.

Rasional : Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan membantu

mengontrol nyeri dan mengurangi kontraksi otot.

3. Pasang selang gastrointestinal yang disambungkan pada penghisap

intermitten.

Rasional : Penghisapan membantu dalam dekompensasi saluran

gastrointestinal, irigasi saluran gastrointestinal membantu mempertahankan

ketepatan.

4. Pertahankan posisi semi fowler.

Rasional : Membantu gerakan gralisasi terhadap selang gastrointestinal dan

meningkatkan ekspansi paru.

5. Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen berkurang

dan flatus keluar.

Rasional : Memungkinkan makanan peroral dengan tidak ada bising usus

akan meningkatkan distensi dan ketidaknyamanan.

6. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

24

Page 25: JOOOSSGANDOS

Diagnosa 2 : Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

mual muntah.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual

yang tepat, misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit

baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

Kriteria hasil : 1. Dalam 1x 24 jam kebutuhan cairan klien terpenuhi.

2. Klien menunjukan tanda-tanda terpenuhinya cairan yang

adekuat (turgor kulit normal, mkosa lembab dan TTV

stabil).

Intervensi :

1. pantau perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu/demam memanjang,

takikardia, hipotensi ortostatik.

TTV normal : HR : 60 – 100x/menit

TD : 120/80

Suhu : 37,2 C

RR : 16 – 20x/menit

Rasional : Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju

metabolik, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan

kekurangan cairan sistemik

2. monitoring turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir,

lidah). Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan.

3. Pantau masukan dan haluaran. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai

kehilangan yang tak tampak.

Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan

kebutuhan penggantian.

4. Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adakan darah samar.

Rasional : Diet tidak adekuat dan penurunan absorpsi dapat menimbulkan

defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi potensial risiko perdarahan.

5. Kolaborasi pemberian cairan parenteral, transfusi sesuai indikasi.

Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.

25

Page 26: JOOOSSGANDOS

Diagnosa 3 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi

abdomen atau kekakuan.

Tujuan : Pola nafas kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, kembalinya

pernafasan yang dalam dan perlahan.

Intervensi :

1. Monitoring status pernafasan

Rasional : pemantauan status pernafasan akan mempercepat tindakan saat

terjadi perubahan mendadak.

2. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat dan ajarkan pasien nafas dalam

Rasional : posisi semi fowler dapat membantu memperlancar pernafasan.

Latihan nafas dalam dapat membantu pasien untuk bernafas lebih efektif dan

rileks.

3. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif

Rasional : mementau keefektifan dari tindakan pemberian oksigen

4. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam

Rasional : untuk mengetahui perkembangan perawatan yang di berikan.

26

Page 27: JOOOSSGANDOS

Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan absorpsi

nutrisi.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/

meningkatkan berat badan.

Kriteria hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi

2. Berat badan stabil.

3. Pasien tidak mengalami mual muntah.

Intervensi :

1. Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut.

Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan

kalori dan simpanan energi.

2. Anjurkan istirahat sebelum makan.

Rasional : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.

3. Berikan perawatan oral.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan dapat menurunkan nafsu

makan dan merangsang mual dan muntah.

4. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.

Rasional : Mencegah serangan akut.

5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: antikolinergik 15-30 menit

sebelum makan.

Rasional : Menghilangkan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster dan

meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrisi.

27

Page 28: JOOOSSGANDOS

Diagnosa 5 : Risiko tinggi infeksi b/d kemungkinan nekrosis dan ruptur usus.

Tujuan : fungsi usus kembali normal dan tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil: Klien tidak menunjukan gejala terjadinya infeksi (misal demam)

Intervensi :

1. Pantau kualitas dan intensitas nyeri, TTV dan status abdomen.

Rasional : Deteksi dini terhadap potensial masalah.

2. Beritahu dokter segera bila nyeri abdomen, suhu, lingkaran abdomen terus

meningkat disertai dengan penghentian bising usus tiba-tiba.

Rasional : Temuan ini menunjukkan potensial ruptur dan peritonitis sehingga

intervensi bedah daperuntukkan untuk mencegah akibat yang serius.

3. Siapkan pasien untuk pembedahan usus bila direncanakan.

Rasional : Obstruksi vaskuler atau mekanis umumnya memerlukan intervensi

bedah.

4. Ikuti kewaspadaan umum, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

perawatan dan menggunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah atau

cairan tubuh yang mungkin terjadi.

Rasional : Penyakit meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi.

Petugas pelayanan kesehatan paling umum sebagai sumber infeksi

nosokomial.

28

Page 29: JOOOSSGANDOS

Diagnosa 6 : Konstipasi berhubungan dengan kelemahan fungsi abdomen

Tujuan :Konstipasi teratasi, pasien dapat BAB dengan normal

Kriteria Hasil:BAB pasien dalam batas normal dalam bentuk feses lunak.

Intervensi :

1. Monitor tanda-tanda rupture bowel/peritonitis

Rasional : mengakaji seberapa parah keadaan usus pasien untuk

mempersiapkan tindakan selanjutnya.

2. Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising

usus

Rasional : mengetahui tindakan yang tepat untuk pasien sesuai diagnosa

dokter

3. Jelaskan pada keluarga pasien tentang manfaat diet terhadap eliminasi

Rasional : memeberikan HE sehinggga diet pasien dapat terkontrol dari pihak

keluarga

4. Kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan

Rasional : diet tinggi serat dapat mempermudah kelancaran defekasi

29

Page 30: JOOOSSGANDOS

Diagnosa 7 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan :Melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat

ditangani.

Kriteria hasil :

1. Klien menunjukan koping individu yang kuat

2. Klien akan menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan.

Intervensi :

1. Motivasi klien menyatakan perasaannya.

Rasional : Membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah

yang menyebabkan stress.

2. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang tindakan yang akan

dilakukan.

Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan dapat

memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.

3. Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat, ajarkan teknik relaksasi.

Rasional : Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien

untuk mengatasi ketidakmampuannya.

4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping yang digunakan pada

masa lalu.

Rasional : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/

stress saat ini, meningkatkan rasa kontrol dari pasien.

3.4 EVALUASI

1. Nyeri hilang atau terkontrol.

2. Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat,

mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat,

tanda vital stabil.

3. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/

meningkatkan berat badan.

4. Fungsi usus kembali normal dan tidak terjadi infeksi.

5. Melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat ditangani.

30

Page 31: JOOOSSGANDOS

BAB IV

PEMBAHASAN

OBSTRUKSI USUS BESAR

4.1 ANATOMI FISOLOGI USUS BESAR

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

besar mempunyai panjang 1,5 m, usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan.

Usus besar terdiri dari:

a. Kolon asendens (kanan)

Membentang dari kaekum pada fossa iliaka dekstra ke sisi kanan abdomen

sampai flexura koloka dekstra di bawah lobus hepatis dekster.

b. Kolon transversum

Pada fleksura kolika dekstra kolon membelok ke kiri dengan tajam dan

menyilangi abdomen sebagai kolon transversum dalam lengkungan yang dapat

menggantung lebih rendah dari pada umbilikus, dan naik pada sisi kiri berakhir

pada fleksura kolika sinistra di bawah lien.

c. Kolon desendens (kiri)

Pada fleksura kolika sinistra, kolon membelok kembali berjalan ke bawah pada

sisi kiri abdomen sampai tepi pelvis, tempat kolon berlanjut sebagai kolon

sigmoid.

31

Page 32: JOOOSSGANDOS

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Memiliki beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi

yang berlawanan dengan pertengahan skrum tempatnya berhubungan dengan

rectum.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus

besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini

penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya

terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan

terjadilah diare.

Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat makanan yang telah

diabsobsi berbentuk cair, selama dalam kolon semakin keras karena air

diabsorbsi dan ketika sampai di rektum bersiat padat dan lunak. Peritaltik

didalam kolon sangat lamban yaitu memerlukan waktu 16-20 jam untuk

mencapai flexura sigmoid (Evelyn, 2008). Singkatnya fungsi dari usus besar

adalah absobsi air, garam, dan glukosa; sekresi musin oleh kelenjar di dalam

lapisan dalam; penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon; dan defekasi.

32

Page 33: JOOOSSGANDOS

4.2 DEFINISI

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi

usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis,

parsial maupun total. Obstruksi usus kronis biasanya mengenai kolon akibat

adanya karsinoma atau pertumbuhan tumor dan perkembangannya lambat (Sylvia

& Lorraine, 2005).

Obstruksi usus besar merupakan kondisi darurat yang memerlukan

identifikasi awal dan intervensi. Kondisi ini dapat berakibat buruk, baik dari

gangguan mekanik dari aliran isi usus atau dengan pelebaran usus besar tanpa

adanya lesi anatomi (pseudo-obstruksi). Penyebab penyakit ini antara lain adalah

kanker usus besar, divertikulum meckel, sembelit, striker, adhesi, intususepsin,

volvulus, hernia, dan penyakit corhn. Pada neonatus, obstruksi usus dapat

disebabkan oleh anus imperforata atau kelainan anatomi lainnya. Obstruksi juga

mungkin menjadi sekunder untuk ileus mekonium. Pada populasi anak, penyakit

Hirschsprung dapat menyerupai obstruksi kolon (Hopkins, 2011).

Menurut Kahan & Raves (2011) “ obstruksi usus besar merupakan

gangguan aliran isi usu besar yang dapat terjadi secra parsial ataupun secara

total. Obstruksi pada daerah ini biasanya disebabkan oleh kanker kolon.

Obstruksi pada daerah usus besar ini sangat sulit dibedakan dengan kelainan

motilitas”.

33

Page 34: JOOOSSGANDOS

Obstruksi usus terjadi apabila sumbatan mencegah aliran normal dari isi

usus melalui saluran usus (Brunner & Suddarth, 2001).

Aliran ini dapat terjadi karena 2 tipe proses yaitu Mekanis dan

Fungsional:

1. Tipe proses mekanis yaitu terjadinya obstruksi intramural atau obstruksi

mural dari tekanan pada dinding usus. Contoh penyebab kondisi ini adalah

intususepsis, tumor polipoid dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan,

hernia, dan abses.

2. Tipe proses fungsional yaitu muskulatur usus tidak mampu mendorong isi

sepanjang usus. Contohnya adalah amiloidosis, distrofi otot, gangguan

endokrin seperti diabetes melitus, atau gangguan neurologis seperti

penyakit Parkinson yang juga bersifat sementara sebagai akibat dari

penanganan usus selama pembedahan. Obstruksi usus besar mengakibatkan

isi usus, cairan dan gas berada pada bagian proksimal obstruksi.

Obstruksi ini dapat menyebabkan distensi hebat dan perforasi kecuali gas

dan cairan yang masih dapat mengalir balik melalui katup ileal (Burner &

Suddarth,2011)

34

Page 35: JOOOSSGANDOS

`

4.3 KLASIFIKASI

Terdapat 2 jenis obstruksi :

a. Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus)

Suatu keadaan dimana otot-otot usus tak dapat mendorong isi usus ke

bawah (gangguan peristaltik). Peristaltik usus dihambat sebagian akibat

pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan

usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut

hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.

b. Obstruksi mekanik atau mekanikal obstruksi

Obstruksi atau sumbatan yang terjadi di intraluminal

atau intramuralakibat tekanan pada dinding usus. Obstruksi mekanik

digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan

obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi).Karena lengkung tertutup

tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat,

mengakibatkan penekanan pembuluh darah, iskemia dan infark(strangulasi).

Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata yang disebabkan obstruksi mekanik

yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah,

menyebabkan gangren dinding usus (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 72-73).

4.4 ETIOLOGI

A. Mekanis

1) Adhesi atau perlengketan pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah

pembedahan abdominal sebagai respon peradangan intra abdominal.

Jaringan parut bisa melilit pada sebuah segmen dari usus, dan membuat

segmen itu kusut atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen

tersebut mengalami supply darah yang kurang.

2) Tumor atau polip.  Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen

usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus

3) Hernia. Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami

strangulasi dari kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima

supply darah yang cukup. Bagian tersebut akan menjadi edematosus

kemudian timbul necrosis.

35

Page 36: JOOOSSGANDOS

4) Volvulus. Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180

derajat sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada

akhirnya bisa menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak segera

ditangani karena terjadi gangguan supply darah yang kurang .

5) Intususepsi. Intussusepsi adalah invaginasi atau masuknya sebagian dari

usus ke dalam lumen usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi

antara ileum bagian distal dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum

masuk kedalam lumen cecum.

B. Fungsional (non mekanik)

1) Ileus paralitik.

Tidak ada gerakan peristaltis bisa diakibatkan :

Pembedahan abdominal dimana organ-organ intra abdominal

mengalami trauma sewaktu pembedahan

Elektrolit tidak seimbang truma hypokalemia

2) Lesi medula spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan

saraf pada sakral 4, misal pada penderita spina bifida.

3) Enteritis regional

4) Ketidakseimbangan elektrolit

36

Page 37: JOOOSSGANDOS

4.5 PATOFISIOLOGI

Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di daerah atas usus yang

mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan

merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi,

tekanan dalam lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan kapiler

vena dan arteriola. Pada gilirannya, hal ini akan menyebabkan edema, kongesti,

nekrosis, dan akhirnya ruptur atau perforasi dari dinding usus dan menyebabkan

peritonitis.

Refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah

mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta

menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah, yang mengakibatkan

alkalosis metabolik. Dehidrasi dan asidosiss yang terjadi disebabkan oleh karena

kehilangan cairan dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut dapat

menyebabkan syok hipovolemik.

Pada peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah

sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus diakibatkan oleh penyebab

mekanik atau fungsional. Apabila pada obstruksi paralitik dimana peristaltik

dihambat dari permulaan, pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula

diperkuat, kemudian intermiten, dan akhirnya hilang.

Pada patofisiologi akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah

proksimal dari letak obstruksi. Terjadinya distensi dan retensi cairan mengulangi

sekresi cairan dan merangsang. Lebih banyak sekresi lambung. Lumen usus yang

tersumbat secara progresif akan terganggu oleh cairan dan gas.

Dalam obstruksi paralitik sederhana, masalahnya sekunder terhadap

distensi usus dengan cairan dan gas, toksin yang dibuat dari dalam usus yang

tersumbat menyebabkan gangguan dasar namun memperlihatkan juga kehilangan

cairan dan elektrolit intra lumen. Gas yang ada di dalam usus halus mengandung

70% nitrogen, sekitar 10% oksigen dan karbondioksida. Gas intra lumen diserap

menurut perbedaan kosentrasi diferensialnya di dalam plasma, udara, dan lumen.

Sehingga karbondioksida berdifusi cepat keluar dari lumen usus, sedangkan

nitrogen tetap tinggal. Segera timbulnya obstruksi mekenik, distensi timbul tepat

proximal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan

obstruksi timbul dalam mendorong isi usus. Peristaltik demikian menyebabkan

nyeri episodik, kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episodik. Karena

cairan hilang tetapi sel darah tidak, maka hematokrit dan hemoglobin meningkat,

jadi meningkatkan potensial terhadap gangguan oklusif vaskuler seperti

37

Page 38: JOOOSSGANDOS

thrombosis koroner, serebral, dan mesenterika.Gelombang peristaltik lebih sering

yang timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejenum dan setiap 10 menit di

dalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelang

usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam obstruksi

mekanik. Dengan berlanjutnya obstruksi maka aktivitas peristaltik menjadi lebih

jarang dan akhirnya tidak ada. Yang berhubungan dengan refleks intestinal

inhibisi yang mengikuti, dan usus proksimal terdistensi dengan cairan dan udara.

Distensi demikian membentuk lingkaran setan yang kemudian berlanjut sampai

ke seluruh usus proksimal obstruksi. Karena usus terdistensi, maka diikuti stasis

isi usus, yang menyebabkan pembiakan bakteri yang cepat dan pertumbuhan

berlebihan. Jika obstruksi kontinue dan tidak diterapi, maka kemudian timbul

muntah dan distensi usus, kehilangan cairan, natrium, kalium, asam lambung,

dengan kosentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis

metabolik. Gejala sisa obstruksi usus mekanik menyebabkan penurunan volume

intravaskuler, hemokosentrasi, dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak

diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah

jantung, hipotensi, dan syok.

Obstruksi strangulata suatu obstruksi mekanik dengan sirkulasi terancam

pada usus. Obstruksi ini mencakup volvulus, pita lekat, hernia, dan aistensi.

Dengan strangulasi ada gesekan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding

usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisa serosa dinding usus ke dalam cavitas

peritonalis. Mukosa usus yang bertindak sebagai sawar bagi penyerapan bakteri

dan produk toksiknya merupakan bagian dinding usus yang sensitif terhadap

perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi memenjang, timbul iskemia

dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotosin) bisa masuk

melelui dinding usus ke dalam cavitas peritonalis. Kehilangan darah dan plasma

maupun air ke dalam lumen usus cepat menimbulkan syok dan kematian.

Obstruksi gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan keluar gelung usus

tersumbat. Kemudian berlanjut ke kestrangulasi dengan cepat. Penyebabnya pita

lekat melewati suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana dan dapat

menyebabkan obstruksi aliran keluar vena dan progresifitas. Obstruksi kolon

biasanya kurang akut (kecuali bagian volvulus) dibandingkan obstruksi usus

halus. Bahaya paling mendesak post obstruksi itu karena distensi. Berdasarkan

hukum Laplace yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ hibular

pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu,

sehingga karena diameter terlebar kolon di dalam caecum, maka biasanya yang

pecah pertama. (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 75-77).

38

Page 39: JOOOSSGANDOS

4.6 MANIFESTASI KLINIK

A. Obstruksi usus besar

1) Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan

obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.

2) Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada

klien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi

gejala satu – satunya selama beberapa hari.

3) Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi

dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.

4) Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah

(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 339)

4.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan laboratorium

Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.

Selanjutnya ditemukan hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit

yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis

menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi. Hematokrit yang meningkat

dapat terjadi pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan

elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolic

bila muntah berat, dan metabolic asidosis bila ada tanda – tanda syok,

dehidrasi dan kitosis.

B. Pemeriksaan foto polos abdomen

Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan

batas antara air dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan

tangga, terutama pada obstruksi bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan

nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang

regular dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thorax

tegak menunjukkan adanya perforasi usus.

39

Page 40: JOOOSSGANDOS

C. Pemeriksaan CT scan

Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya

strangulasi. CT scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya

kelainan pada dinding usus (obstruksi komplet, abses, keganasan), kelainan

mesenterikus, dan peritoneum. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat

dan lokasi dari obstruksi.

D. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema

Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan

obstruksi usus halus. Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat

jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto

polos abdomen.

E. Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran penyebab dari obstruksi.

F. Pemeriksaan MRI

Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenteric kronis.

G. Pemeriksaan angiografi

Angiografi mesenteric superior telah digunakan untuk mendiagnosis

adanya herniasi internal, intususepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.

(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 340 – 341)

40

Page 41: JOOOSSGANDOS

4.8 PENATALAKSANAAN

A. Konservatif

1) Penderita dipuasakan.

2) Dekompresi dengan nasogastric tube yang panjang dari proksimal

usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih

efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.

3) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :

Terapi Na+, K+, komponen darah

Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

4) Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

5) Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik

6) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi

kronik, ileus paralitik atau infeksi.

7) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

8) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu

beresiko

B. Medications

Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan

aerobe. Analgesic apabila nyeri. (Medlinux.com).

41

Page 42: JOOOSSGANDOS

C. Surgery

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di

perhatikan :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat

obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada risiko strangulasi.

Indikasi intervensi bedah :

a) Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan

jenis obstruksi kolon.

b) Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.

c) Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik

bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi melalui laparotomi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus

yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya

adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian

tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang

dikerjakan pada obstruksi ileus.

1) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia

incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus

ringan.

2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"

bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn

disease, dan sebagainya.

3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat

obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.

42

Page 43: JOOOSSGANDOS

4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-

ujung usus untuk mempertahan kankontinuitas lumen usus, misalnya

pada carcinomacolon,invaginasi strangulata, dan sebagainya.

5) Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena

keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula

dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan

anastomosis.

4.8 KOMPLIKASI

1. Nekrosis usus

2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada

organ intra abdomen.

3. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi

peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen

4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan

cepat.

5. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma

6. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah

8. Gangguan elektrolit. Refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen.

Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung,

serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah (Dermawan,

dkk. 2010. Hal. 77).

43

Page 44: JOOOSSGANDOS

BAB V

ASUHAN KEPERAWATAN

OBSTRUKSI USUS BESAR

5.1 PENGKAJIAN

a) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat

dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada

abdomenya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen

tegang dan kaku.

b) Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,

riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang

sama dengan klien.

d) Keluhan lainnya yang dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal seperti

mual,muntah ,diare (pada fase awal obstruksi ) dan konstipasi disertai

keluhan tidak bisa flatus.

e) Riwayat penyakit yang perlu dikaji tentang adanya riwayat pembedahan

abdominal,trauma abdomen,infeksi abdominal khususnya

peritonitis,riwayat tumor dan keganasan terutama pada ovarium dan

kolon.

f) Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan ,serta

perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan

pengobatan.pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi

klinik.

44

Page 45: JOOOSSGANDOS

g) Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan hal – hal berikut :

Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi  abdominal

Auskultasi : pada fase awal didapatkan peningkatan  bising usus sebagai

usaha untuk mengatasi obstruksi dan bila tidak didapatkan bising usus

dicurigai adanya kondisi perforasi.

Perkusi : bunyi timfani akibat abdominal mengalami kembung

Palpasi : teraba masa pada abdominal ,lebih sering didapatkan pada

kuadaran kanan bawah.

h) Pola Kesehatan Gordon

1) Aktivitas atau istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda  : Kesulitan ambulasi

2) Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

3) Eliminasi

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda  : Perubahan warna urine dan feces

4) Makanan atau cairan

Gejala : anoreksia,mual atau muntah dan haus terus menerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-

pecah. Kulit buruk.

5) Nyeri atau Kenyamanan

Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.

Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan

6) Pernapasan

Gejala   : Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda    : Napas pendek dan dangkal

           Pengkajian diagnostic yang dapat membantu,meliputi pemeriksaan

laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit atau metabolic ,foto

polos abdomen dengan dua posisi,yaitu posisi tegak dan posisi baringuntuk

45

Page 46: JOOOSSGANDOS

mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus,serta USG untuk mendeteksi

kelainan intraabdominal. Pemeriksaan dengan kontras tidak dilakuakn apabila

konsisi klinis sudah mengarah pada peritonitis ( Hryhorczuck, 2009 ).

Pengkajian obstruksi usus halus terdiri atas pengkajian anamnesis

pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostic. Pada anamnesis ,keluhan utama yang

didapatkan sesuai dengan kondisi klinik area obstruksi. Apabila terjadi obstruksi

pada bagian proksimal ,maka keluhan muntah menjadi keluhan utama ,

sedangkan apabila obstruksi pada bagian distal maka keluhan utama yang lazim

adalah nyeri kilok abdomen . keluhan nyeri pada obstruksi usus dapat lebih

komprehensif dengan pengkajian pendekatan PQRST.

Tabel pengkajian nyeri obstruksi usus halus dengan pendekatan PQRST

Variabel Deskripsi dan pertnyaan Hasil Pengkajian

Provoking

incident

Pengkajian untuk mengidentifikasi factor

yang menjadi predisposisi nyeri .

  Bagaimana peristiwa sehingga terjadi

nyeri?

  Factor apa saja yang bisa menurunkan nyeri

?

Respons nyeri sering berhubungan

dengan adanya distensi abdominal

atau setelah muntah – muntah .

Nyeri tidak bisa menurun dengan

istirahat.

Quality of pain Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa

nyeri dirasakan secara subjektif. Ingat ,

kebanyakan deskripsi sifat dari nyeri sulit

ditafsirkan .

  Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan

oleh pasien ?

  Bagaimana sifat nyeri yang

digambarkan pasien ?

Keluhan nyeri kram pada

abdomen ,atau perasaan nyeri seperti

perut dipulas – pulas . Perubahan

dalam karakter nyeri dapat

menunjukkan perkembangan komplik

yang lebih serius (misalnya rasa sakit

yang terus – menerus )

Regiaon radiaton

relief

Pengkajiaan untuk mengidentifikasi letak

nyeri secara tepat,adanya radiasi dan

penyebaran nyeri.

  Dimana ( dan tunjukan dengan satu jari)

rasa paling nyeri hebat mulai dirasakan?

  Apakah rasa nyeri menyebar pada area

sekitar nyeri?

Seringkali , pasien melaporkan

petunjuk kerkiraan lokasi dan sifat

dari obstruksi . Pasien biasanya hanya

menunjuk pada bagian abdomen area

rasa nyerinya.

Pada penyebaran nyeri dilaporkan dari

pusat abdomen yang meradiasi seluruh

46

Page 47: JOOOSSGANDOS

abdominal 

Severity (scale) of

pain

Pengkajian untuk mentukan seberapa jauh

rasa nyeri yang dirasakan pasien,bisa

berdasarkan skala nyeri /gradasi dan

pasien menerangkan seberapa jauh rasa

sakit mempengaruhi kemampuan

fungsinya. Berat ringannya suatau keluhan

nyeri bersifat subjektif.

  Seberapa berat keluhan nyeri yang

dirasakan

  Dengan menggunakan rentang 0 – 4

biarkan pasien akan menilai seberapa jauh

rasa nyeri yang dirasakan .

Keterangan :

0 : tidak ada nyeri

1: myeri ringan

2: nyeri sedang

3:nyeri berat

4: nyeri berat sekali/tidak tertahankan

Skala nyeri pada pasien ulkus

peptikum bervariasi pada rentang 3-4 (

nyeri berat sampai nyeri tak

tertahankan)

Perbedaan skala nyeri ini dipengaruhi

oleh berbagai factor meliputi : tingkat

kerusakan mukosa akibat respons

obstruksi usus halus dan bagaimana

pola pasien dalam menurunkan

respons nyeri.

Time

Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama

nyeri berlangsung ,kapan ,apakah

bertambah buruk pada malam hari atau

siang hari.

  Kapan nyeri muncul ( onset )?

  Tanyakan apakah gejala timbul

mendadak ,perlahan – lahan atau seketika

itu juga?

  Tanyakan apakah gejala – gejala timbul

secara terus – menerus atau hilang timbul

Keluhan nyeri terjadi pada beberapa

pasien bervariasi

Onset nyeri bersifat mendadak dan

kemudian nyei secara terus – menerus

tidak berkurang.

47

Page 48: JOOOSSGANDOS

Pengkajian Penatalaksanaan Medis

1.      Intervensi ageresif pada fase awal terdiri atas resusitasi cairan , dekompresi

usus, administrasi analgesia dan antimuntah sesuai klinis,antibiotic,dan

konsultasi bedah awal.

2.      Intervensi bedah dengan laparoskopi atau laparotomi terbuka untuk

mengurangi waktu rawat di rumah sakit ,kecepatan pemulihan dan

mengurangi morbiditas.

5.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d distensi abdomen ,iritasi intestinal ,respons pembedahan

2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d keluar cairan tubuh dari

muntah ,ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal.

3. Konstipasi b.d penyempitan kolon ,sekunder abstruksi mekanik

4. Kekurangan volume cairan b.d resiko syok hipovolemik

48

Page 49: JOOOSSGANDOS

5.3 INTERVENSINO. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)

1. Nyeri b.d distensi

abdomen ,iritasi

intestinal ,respons

pembedahan

Setelah di lakukan tindakan

keperawatan  selama 1 x 24 jam

nyeri berkurang / hilang atau

teradaptasidengan Kriteria

evaluasi :

-          Secara subjektif melaporkan

nyeri berkurang atau dapat

diadaptasi

-          Penurunan intensital kolik

abdominal

-          Skala nyeri 0-1(0-4)

        Dapat mengidentifikasi aktivitas

yang dapat meningkatkan atau

menurunkan nyeri.

-          Pasien tidak gelisah atau pada

anak tidak rewel

-          monitoring respons nyeri

dengan pendekatan

PQRST.

         Lakukan manajeman nyeri

keperawatan :

  Istirahatkan pasien pada saat

nyeri muncul.

  Atur posis fisiologis.

  Beri oksigen nasal.

  Lakukan pemasangan selang

nasogastrik .

  Lakukan teknik distraksi

pada saat nyeri.

  Hadirkan orang terdekat.

  Dorong ambulasi dini.

  Anjurkan menggunakan

metode relaksasi nafas

dalam pada saat nyeri.

  Manajemen lingkungan

nyaman,batasi pengunjung

dan istirahatkan pasien.

  Lakukan manajemen

sentuhan, Tindakan

pengetahuan tentang :

sebab – sebabnyeri dan

menghubungkan berapa

lama nyeri akan

berlangsung - Kolaborasi

dengan timmedis dengan

pemberian analgetik.

49

Page 50: JOOOSSGANDOS

2. Resiko ketidakseimbangan

cairan tubuh b.d keluar cairan

tubuh dari

muntah ,ketidakmampuan

absorpsi air oleh intestinal.

Setelah di lakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terjadi ketidakseimbangan

cairan dan

elektrolitdenganKriteria evaluasi

:

-          Pasien tidak mengeluh pusing

TTV dalam batas

normal,kesadaran optimal

-          Membrane mukosa

lembab,tugor kulit normal ,CRT

< 3 detik

Laboratorium : nilai elektrolit

normal ,analisis gas darah

normal.

-     Intervensi pemenuhan

cairan :

  Identifikasi factor

penyebab,awitan

(onset),spesifikasi usia dan

adanya riwayat penyakit

lain .

  Kolaborasi skor

dehidrasi.

  Hindari intake cairan

melalui oral.

  Lakukan pemasangan

IVFD.

  Dokumentasi dengan

akurat tentang asupan dan

haluaran cairan.

  Bantu pasien apabila

muntah.

-          Intervensi pada

penurunan kadar elektrolit

  Evaluasi kadar elektrolit

serum.

  Dokumentasikan

perubahan klinik dan

laporkan dengan tim medis.

-          Monitor khusus

ketidakseimbangan

elektrolit pada lansia.

-          Kolaborasi dengan tim

medis terapi farmakologis.

-          Antiemetic ( anti

muntah ).

50

Page 51: JOOOSSGANDOS

3. Konstipasi b.d penyempitan

kolon ,sekunder abstruksi

mekanik

Setelah di lakukan tindakan

keperawtan selama 2x24 jam di

harapkan pasien dapat BAB

secara normal dengan kriteria

evaluasi ;

-          Pola eliminasi dalam rentang

yang di harapkan ; feses lembut

dan berbentuk.

-          Mengeluarkan feses tanpa

bantuan.

-          Mengonsumsi cairan dan serat

dngan adekuat.

-   Konsultasikan pada ahli

gizi untuk menigkatkan

serat dan cairan dalam diet.

-   Instruksikan pasien

dalam bantuan eliminasi

defekasi yang akan

meningkatkan pola

defekasi yang optimal di

rumah.

-   Ajarkan kepada pasien

tentang efek diet pada

eliminasi.4. Kekurangan volume cairan

b.d resiko syok hipovolemik

Setelah di lakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam

di harapkan keseimbangan air

dalam ruang intrasel dan

ekstrasel tubuh dengan kriteria

evaluasi :

-     Menampilkan hidrasi yang

baik (membran mukosa lembab,

dan mampu berkeriangat)

-     Memiliki asupan cairan oral

dan intravena yang adekuat

-  Pantau warna, jumlah,

dan frekuensi kehilangan

cairan

-  Anjurkan pasien untuk

menginformasikan perawat

bila haus

- Tentukan jumlah cairan

yang masuk dalam waktu

24 jam, hitung asupan yang

diinginkan sepanjang siang,

sore dan malam hari.

51

Page 52: JOOOSSGANDOS

5.4 EVALUASI

Hasil yang diharapkan setelah tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Nyeri terkontrol atau teradaptasi

2. Kondisi cairan tubuh optimal

3. Pasien tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah ,pascareduksi enema

barium dan terjadi penurunan risiko perforasi atau peritonitis

4. Tidak terjadi syok hipovolemik selama asuhan keperawatan

5. Asupan nutrisi optimal

6. Tidak mengalami infeksi luka pascabedah

7. Kondisi konstipasi dapat menurun

8. Pemenuhan informasi optimal

9. Orang tua memahami dan memotivasi untuk ikut serta dalam mencegah

gangguan tumbuh kembang anak

10. Tingkat kecemasan pasien atau orang tua menurun.

52

Page 53: JOOOSSGANDOS

53

Page 54: JOOOSSGANDOS

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus

sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis, parsial

maupun total. Obstruksi usus kronis biasanya mengenai kolon akibat adanya

karsinoma atau pertumbuhan tumor dan perkembangannya lambat.

Obstruksi usus halus meliputi obstrusksi parsial atau total usus halus.

Penyebab obstruksi usus halus yang paling sering meliputi adhesi, hernia dan

tumor. Pada obstrusksi usus halus dapat terjadi obstruksi lengkung usus terbuka

ataupun tertutup. Pada obstruksi lengkung usus tertutup komplikasi penyakit dapat

terjadi dengan cepat, sedangkan pada obstruksi usus terbuka perkembangan

komplikasi menjadi lebih lambat.

B. SARAN

Sebaiknya mahasiswa keperawatan memahami dan mempelajari mengenani

obstruksi usus baik usus besar maupun usus kecil. Hal ini dikarenakan Obstruksi

usus atau sering disebut ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah

abdomen yang sering dijumpai.

Dengan memahami dan mempelajari dengan baik maka mahasiswa

diharapkan mampu melakukan implementasi keperawatan yang sesuai untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien.

54

Page 55: JOOOSSGANDOS

DAFTAR PUSTAKA

Closky, Bulaceck G. 2000. Nursing intervention classification (NIC). Mosby:

Philadelphia

Dermawan, dkk. 2010. Keperawatan medika bedah sistem pencernaan. Yogyakarta:

Gosyen Publishing.

Inayah, Iin. 2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan.

Jakarta: Salemba Medika.

Johnson. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby: Philadelphia

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman praktik keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.

1. Jakarta : EGC.

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth.

Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care standards : nursing process, diagnosis,

and outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology : clinical concepts of disease processes.

Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-surgical nursing. Alih Bahasa Joko

Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan . Jakarta : EGC

55