Jonathan Albert Soempiet BLOK 14

24
Fraktur pada Regio Antebrachii Dextra 1/3 Distal Jonathan Albert Soempiet NIM : 102013446 (B5) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. 5666952 [email protected] PENDAHULUAN Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan. Fraktur dapat terjadi ketika trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Jenis fraktur dapat dapat dilihat dari segi kedudukan, segi konfigurasi, segi adanya luka, fraktur tertutup serta juga fraktur terbuka. Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446) 1

description

14

Transcript of Jonathan Albert Soempiet BLOK 14

Fraktur pada Regio Antebrachii Dextra 1/3 DistalJonathan Albert SoempietNIM : 102013446 (B5)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. [email protected]

PENDAHULUANFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan. Fraktur dapat terjadi ketika trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Jenis fraktur dapat dapat dilihat dari segi kedudukan, segi konfigurasi, segi adanya luka, fraktur tertutup serta juga fraktur terbuka.Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.Tetapi trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktura, hampir tak dapat dihindarkan dapat menimbulkan cedera jaringan lunak. Sehingga untuk penilaian fraktura akut dan rehabilitasi setelah fraktura, maka diperlukan pengetahuan tentang komponen otot, vaskular, dan neurologi cedera. Lebih lanjut, banyak fraktura akibat trauma hebat, serta evaluasi neurologi pernapasan, sirkulasi, abdomen, dan genitourinarius sering merupakan komponen perawatan lengkap.CONTOH KASUSSkenario 4Seorang perempuan berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dengan posisi tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu.RUMUSAN MASALAHPerempuan (60 tahun), nyeri pada lengan bawah sebelah kanan setelah terjatuh dari kamar mandi 2 jam yang lalu.KLASIFIKASI FRAKTUR1. Berdasarkan jenis fraktura. Fraktur tertutup (closed): bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Fraktur terbuka (open/compound): bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo) yaitu:Derajat I : Luka 1cm Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi Fraktur kominutif sedang Kontaminasi sedangDerajat III :Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas: Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi; atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.2. Berdasarkan fraktur komplit/tidak komplita. Komplit bila garis patahan melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.b. Tidak komplit (incomplete) bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti hairline fracture, Buckle Fracture atau torus fracture, green stick fracture (pada tulang panjang anak-anak).3. Berdasarkan bentuk garis patahana. Garis patah melintang: trauma angulasi atau langsungb. Garis patah oblik: trauma angulasic. Garis patah spiral: trauma rotasid. Fraktur avulsi: trauma tarikan/traksi otot pada insersi di tulang4. Berdasarkan banyaknya garis patahana. Fraktur kominutif: lebih dari satu dan saling berhubunganb. Fraktur segmental: lebih dari satu, tidak berhubunganc. Fraktur multiple: lebih dari satu, di tulang berlainan5. Berdasarkan pergeseran yang terjadia. Displaced : terjadi pergeseran fragmen-fragmen frakturb. Ad longitudinam cum contractionum dan distructionum, dislokasi ad axim, dislokasi ad latusc. Undisplaced: garis patah komplit namun fragmen tidak bergeser serta periosteum tetap utuh.6. Fraktur dengan komplikasi/tanpa komplikasiFraktur dapat terjadi pada distal, proksimal, maupun tengah tergantung arah trauma.1ANAMNESIS1. Menanyakan identitas (nama, umur/usia, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, umur/pendidikan/pekerjaan orang tua, agama, dan suku bangsa)2. Menanyakan riwayat penyakit meliputi keluhan utama (keluhan/gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat dan tidak harus sejalan dengan diagnosis utama) dam keluhan penyerta lainnya.3. Rriwayat perjalanan penyakit (cerita kronologis, rinci, jelas tentang keadaan pasien sebelum ada keluhan sampai dibawa berobat, pengobatan, macam obat, dan perkembangan penyakit. Perlu ditanyakan riwayat pasien sebelumnya, apakah pasien mengalami osteoporosis, hipertensi, mengkonsumsi kortikosteroid, dll, riwayat penyakit anggota keluarga, riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, obat-obatan yang dikonsumsi, merokok, riwayat alergi, dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.4. Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur tidak disadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai dislokasi fragmen yang minimal. Dalam persepsi penderita trauma tersebut bisa dirasa berat meskipun sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasakan ringan meskipun sebenarnya berat.5. Diagnosis fraktur juga dimulai dengan anamnesis adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut. Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun fraktur yang fragmen patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak fraktur mempunyai cedera yang khas.6. Perlu ditanyakan mengenai keluhan penderita dan lokasi keluhannya. Keluhan klasik fraktur komplet adalah sakit, bengkak, deformitas, dan penurunan fungsi. Sakit akan bertambah apabila bagian yang patah digerakkan. Deformitas fraktur harus dijelaskan dengan lengkap. Kita harus mengetahui bagaimana terjadinya kecelakaan, tempat yang terkena dan kemungkinan adanya faktor presipitasi fraktur (misal, tumor tulang, dll).2PEMERIKSAAN FISIK1. Inspeksi / lookPada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.2. Palpasi / feelNyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama. Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas.Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.3. Gerakan / movingGerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function).3PEMERIKSAAN PENUNJANGLihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Pemeriksaan penunjang menurut Doenges adalah:1. Foto rontgen: untuk mengetahui lokasi dan tipe fraktur, biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan terapi dan selama proses penyembuhan secara periodic2. CT Scan/MRI: MRI dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak3. Hitung darah lengkap: mungkin terjadi hemokonsentrasi. Peningkatan leukosit adalah respon stress normal pada trauma4. Arteriogram: bila dicurigai adanya kerusakan vaskulerWORKING DIAGNOSISBerdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisipasien yaitu adanya fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal.Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang rawan epifisis. Fragmen bagian distal os radius mengalami dislokasi kearah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan kearah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari processus styloideus ulna,sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan kearah radial menyebabkan subluksasi sendi radio ulna distal.DIFFERENTIAL DIAGNOSIS1. Fraktur CollesFraktur Colles adalah fraktur radius tersering pada dewasa, yang bersifat ekstra-artikuler dan terjadi di 2,5-3 cm dari sebelah proksimal permukaan artikular radius distal dengan angulasi dorsal. Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Reduksi dapat dilakukan dengan traksi dan manipulasi. Setelah melakukan reduksi fraktur tersebut, dipasang gips lengan pendek selama 5 sampai 8 minggu. Jika tidak bergeser tempat, diindikasikan pemasangan gips tanpa reduksi selama 6 minggu. Pada inspeksi bentuk khas yang dapat dilihat seperti sendok makan (dinner fork deformity) Adanya nyeri tekan yang lazim gejalah patah tulang,ada pembengkakan,nyeri tekan,nyeri gerak Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu.Benturan mengena di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal. Garis fraktur berada kira-kira 3 cm proksimal prosesus styloideus radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal, overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan seperti garpu terbalik (dinner fork deformity).52. Fraktur SmithJuga dikenal sebagai kebalikan dari Colles, dengan angulasi volar dari fraktur radius. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.3. Fraktur GaleazziFraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.4. Fraktur MontegiaFraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.6ETIOLOGISebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera (trauma), seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebihbesar daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tibatiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atauterjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena danjaringan lunak juga pasti rusak. Pada kasus ini, penderita jatuh sedang tangan sedang menumpuh berat badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan kedaerah metafisis distal radius yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal dimana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan.

EPIDEMIOLOGIMcQueen dan rekan-rekannya melakukan analisis komprehensif mengenai insidensi fraktur antebrachii yang diliat dari unit trauma Royal Infirmary of Edibburgh selama 3 tahun. Unit ini khusus melayani kasus trauma di area spesifik dan populasi dan sangat baik sebagai panduan epidemiologi dari fraktur antebrachii di negara barat. Kasus dari fraktur termasuk trauma langsung, jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan saat olahraga. Tidak seperti di regio lain, fraktur yang berhubungan dengan tembakan tidak masuk dalam persentase fraktur regio ini. Dari 2812 kejadian fraktur, hanya 5% fraktur di diafisis antebrachii, dan yang paling besar adalah fraktur distal radius sebanyak 76%.7MANIFESTASI KLINISGejala fraktur tulang:1. Nyeri: dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya2. Bengkak/oedema: edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan daerah di jaringan sekitarnya3. Memar: disebabkan karena pendarahan dibawah kulit4. Spasme otot: kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur5. Penurunan sensasi: akibat kerusakan saraf, terkenanya saraf karena oedema6. Gangguan fungsi: terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri, atau spasme otot paralysis7. Mobilitas abnormal: kebanyakan terjadi pada fraktur tulang panjang8. Krepitasi: rasa gemertak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan9. Deformitasitas: abnormalitas dari tulang hasil trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal10. Shock hipovolemik: terjadi sebagai kompensasi jika terjadi pendarahan hebatBerikut adalah manifestasi klinik dari fraktur antebrachii:1. Fraktur antebrachiiPada fraktur ini paling sering berupa patah dahan hijau/muda. Biasanya tampak angulasi anterior dan biasanya kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Secara klinis mengeluh sakit pada lengan bawahnya sehingga tidak mau menggerakkan tangannya.2. Fraktur CollesDislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal. Subluksasi sendi radioulnar distal. Avulsi prosesus stiloideus ulna.3. Fraktur SmithPenonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade deformity).4. Fraktur GaleazziTampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.5. Fraktur MontegiaTerdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.8PATOFISIOLOGITrauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada tungkai bawah menyebabkan patahnya tulang femur dandapat juga berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantungpada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang (frakturterbuka).Menurut Black dan Matassarin serta Patrick dan Woods :1. Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang danjaringan lunak. 2. Akibat dari hal tersebut, terjadi perdarahan, kerusakan tulang danjaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanalis medullaris antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik yang ditandai: vasodilatasi dari plasma dan leukosit.3. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untukmemperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.4. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai darah pada organ-organ yang lain.5. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemia dan menyebabkanprotein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lamabisa menyebabkan Compartment Syndrome. Tulang yang mengalami fraktur, jaringan lunak di sekitarnya mengalami kerusakan, periostium terpisah dari tulang, terjadi pendarahan dan membentuk bekuan darah sehingga terbentuk jaringan granulasi, sel osteogenik berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Terjadi pembentukan kalus di sekitar lokasi fraktur dan kembali membentuk tulang yang intak.9

FAKTOR RESIKO1. UsiaSemakin tua usia, kemungkinan untuk mengalami fraktur semakin kuat. Pada usia lanjut, tulang-tulang sudah tidak sekuat saat muda. Hal ini yang dapat menyebabkan mengapa pada usia lanjut lebih sering terkena fraktur dibandingkan dengan usia muda.2. OsteoporosisOsteoporosis sebagai penyakit pada tulang yang ditandai dengan kerapuhan tulang menyebabkan masalah kesehatan yang besar, terutama pada wanita post menopause. Sekitar 40% wanita usia 50-75 tahun akan mengalami fraktur akibat osteoporosis, 35 % nya berhubungan dengan tulang belakang , dengan komplikasi yang paling sering adalah patah tulang vertebra.

PENATALAKSANAAN 1. MedikamentosaPerlu dilakukan tatalaksana terhadap nyeri yang seringkali timbul akibat fraktur. Pada keadaan tersebut, pasien dapat diberikan Paracetamol 500 mg hingga dosis maksimal 300 mg/hari. Bila respons tidak adekuat dapat ditambahkan dengan kodein 10 mg. Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid seperti Ibuprofen 400 mg, 3 kali sehari. Pada keadaan sangat nyeri (terutama bila osteoporosis), Kalsitonin 500-100 IU dapat diberikan subkutan malam hari. Golongan narkotik hendaknya dihindari karena dapat menimbulkan delirium.102. Non-medikamentosaa. Fraktur CollesPada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup (fiksasi tertutup). Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 6 minggu.b. Fraktur SmithDilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4 6 minggu.c. Fraktur GaleazziDilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.d. Fraktur MontegiaDilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodeling/proses swapugar). Kelayakan reposisi suatu dislokasi fragmen ditentukan oleh adanya dan besarnya dislokasi ad aksim, ad peripheriam, dan kum kontraktione, yang berupa rotasi, atau perpendekan.Fiksasi Interna1. Peranti fiksasi dalaman terbahagi dalam dua kategori utama: peranti intramedulla dan plate. Variasi lain yang digunakan, seperti skru atau teknik pengkabelan. Intramedulla nail banyak digunakan dalam rawatan patah tulang tungkai bawah tulang panjang pada orang dewasa. Implant ini boleh dimasukkan dengan operasi minimal invasif dan sangat baik untuk memulihkan keselarasan panjang dan putaran. Peranti ini mempunyai tahap potensi yang sangat rendah terhadap malunion serta komplikasi lain, seperti jangkitan.2. Fiksasi interna merupakan pilihan rawatan menggantikan fraktur tidak stabil di mana reduksi yang lemah akan lebih compromise untuk penyembuhan dan memberikan hasil yang fungsional. Hal ini sering digunakan dalam patah tulang terbuka high energy trauma dan patah tulang dengan saraf yang berkaitan kecederaan pembuluh darah, untuk menghasilkan persekitaran/lingkungan luka yang stabil.6PROGNOSISPada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang dialami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tapi jika pada kasus yang berat prognosisnya, juga akan buruk. Bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat diambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita dengan usia lanjut.KOMPLIKASI.1. DiniSirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang2. LanjutKomplikasi yang sering ditemukan adalah:a. MalunionAdalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring. Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering ditemukan. Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat. Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser.b. Non-union: patah tulang yang tidak menyambung kembali.c. Delayed union: proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.d. Compartment syndroma: adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.e. Emboli: Perubahan tekanan pada fraktur menyebabkan molekul lemak terdorong dari sum-sum ke dalam peredaran darah sistemik berakibat gangguan pada respiratori dan sistem saraf pusat. Gejalanya : sakit dada, pucat, dyspnea, putus asa, bingung, perdarahan petechieare pada kulit dan conjungtiva. Serangan: 2-3 hari setelah cedera.f. Nekrosis Avaskuler: nekrosis terjadi ketika daerah tulang rusuk karena kematian tulang sehingga aliran darah terganggu dan tulang akan mengalami osteoporosis dan nekrosis.g. Osteomyelitis: kuman masuk ke dalam luka atau dari daerah lain dari tubuh. Infeksi bagian sum-sum saluran havar dan subperiosteal yang berakibat merusak tulang oleh enzim proteolitik. Gejala : Edema, nyeri terdapat pus.4,11

PENCEGAHANBagi mengelakkan terjadinya fraktur, terutama fraktur pada femur, tindakan yang perlu dilakukan ialah: 1. Makanlah makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D bagi meningkatkan kekuatan tulang dan mengelak tulang menjadi keropos atau mudah patah apabila diberi tekanan2. Selalu berhati-hati dengan keadaan sekitarnya untuk mencegah kelalaian, jatuh, maupun kecelakaan berhubungan dengan usia 3. Mendapat paparan sinar UV matahari (pagi dan sore) yang cukup4. Meningkatkan bekalan vitamin C: Vitamin C penting dalam penyembuhan luka, dan membantu menghasilkan protein kolagen yang penting untuk pembentukan tulang sihat. Makan kaya dengan vitamin C seperti jeruk, semangka, betik, paprika merah, stroberi, brokoli5. Meningkatkan pengambilan makanan yang kaya vitamin K. Selain membantu pembekuan darah, vitamin K merupakan sebahagian penting daripada proses biokimia yang mengikat kalsium ke tulang. Ini juga diperlukan untuk pembentukan osteocalcin, protein tulang. Selain itu, vitamin K membantu mempertahankan kalsium tubuh dengan mengurangkan kehilangan kalsium dalam urin. Vitamin K didapatkan dari makanan hijau, sayur-sayuran dan minyak sayur (canola, zaitun dan kacang soya).12KESIMPULANFraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Penanganan yang baik akan menghasilkan prognosis yang baik, sedangkan penanganan yang terlambat akan menghasilkan prognosis yang buruk.DAFTAR PUSTAKA1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. dalam : Bedah ortopedi. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aeskulapius; 2001.h. 346-52.2. Jonathan G. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h.16.3. Feliciano DV, Mattox KL, Moore EE. Trauma, 6th Ed. New York: Mc Graw Hill. 2008; p. 877-83 4. Doenges M, 2001. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pemdokumentasian perawatan pasien. Edisi III. EGC: Jakarta.5. Reksoprodjo S. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara. 2004; h.519-5236. Rasjad C. Buku pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi ke-3. Makassar: Yarsif Watampone; 2007.h.352-489.7. Forearm fracture, diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1239187-overview#a0102, 25 Maret 2013.8. Luqmani R, Robbs J, Porter D, Keating J. Trauma. Textbook of orthopaedics, trauma, and rheumatology. 1st ed. Mosby Elsevier. 2008.9. Price SA, Wilson LM. Fracture and dislocation. Pathophysiology: Clinical concepts of disease processes. Vol II. 6 th ed; 2006.p.1365-71.10. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid 1. Jakarta: Internal Publishing; 2009.h.822.11. Brunner dan Suddarth. Keperawatan medikal bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2002.12. Long, B.C, 2000. Perawatan medikal bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung.Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)9